Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

download Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

of 29

Transcript of Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    1/29

    KEMENTERIAN KEUANGAN

    REPUBLIK INDONESIA

    ARAH DAN KEBIJAKAN FISKAL JANGKA

    MENENGAH 2015-2019

    Paparan Menteri Keuangan

    Rakorbangpus Penyusunan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019

    Jakarta, 25 November 2014

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    2/29

    2

    TOPIK BAHASAN

    1. Pendahuluan

    2. Perkembangan Perekonomian Terkini danProyeksi Jangka Menengah

    3. Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal2015-2019

    4. Penutup

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    3/29

    PENDAHULUAN

    1. Dengan ditetapkannya Pemerintah Baru, perlu disusun RPJMN

    2015-2019, sesuai dengan visi misi Presiden 2014-2019, dengantetap memperhatikan tahapan pencapaian sasaran jangkapanjang dalam RPJPN 2005-2025

    2. RPJMN 2015-2019 harus sejalan dengan arah dan pokok-pokokkebijakan Fiskal jangka menengah

    3. Kebijakan fiskal jangka menengah disusun denganmemperhatikan perkembangan dan proyeksi perkonomian, baikglobal maupun domestik

    4. Arah Umum Kebijakan Fiskal 2015 - 2019

    a. Stabilisasi makro & mendorong pertumbuhan ekonomi ;

    b. Redistribusi pendapatan;

    c. Penyediaan barang publik, meredam kegagalan pasar &mengantisipasi ketidakpastian ekonomi

    3

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    4/29

    2. Perkembangan Perekonomian Terkinidan Proyeksi Jangka Menengah

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    5/29

    5

    ASEAN,

    20.2%

    Tiongkok

    13.9%

    Jepang,

    11.0%Uni

    Eropa,

    11.4%

    AS,

    9.8%

    India, 8.

    4%

    Lainnya,

    33.6%

    Dinamika perekonomian global berdampak pada ekonomi

    domestik, dengan prospek pertumbuhan di 2015 membaik

    Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor RI yang penting.

    Perlambatan ekonomi Tiongkok menimbulkan risiko bagi ekspor RI

    Tujuan Ekspor Non Migas RI

    (rata rata 2012-2013)

    Tren arus modal masuk ke

    emerging market cenderung

    menurun, mendorong

    persaingan likuiditas yang

    makin ketat.

    Risiko tapering off dan

    kenaikan FFR ke depan akan

    memperketat likuiditas dan

    arus modal masuk di EM,

    meskipun masih terdapat

    likuiditas yang berasal dari

    Eropa

    -5

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    2010 2011 2012 2013 2014f 2015f

    Pertumbuhan Vol Impor Mitra Dagang Utama RI (%)

    Tiongkok Japan

    Euro area ASEAN-5

    Investasi Ekuitas EM Asia (US$ Miliar)

    322 324 321 322

    79

    44

    8972

    200

    250

    300

    350

    400

    450

    2012 2013 2014f 2015f

    Investasi Portofolio Investasi Langsung

    Consensus forecast Agustus 2014

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    6/29

    6

    Update Perekonomian Indonesia (1)

    Indikator Kinerja

    Nilai Tukar

    Per 31 Desember 2013 : Rp12.171/USD depresiasi 19,54%(ytd)

    Per 2 Januari 2014: Rp12.160 depresiasi 0,09% (ytd)

    Per 24 November 2014: Rp12.122 apresiasi 0,55% (ytd)

    Periode 2 Jan 24 November 2014Terkuat Rp11.271/USD -- Terlemah Rp12.267/USD

    IHSG

    Per 31 Desember 2013 : 4.274,18 melemah 0,98% (ytd)

    Per 2 Januari 2014: 4.327,27 menguat 15,5% (ytd)

    Per 21 November 2014: 5.112,05 menguat 19,60% (ytd)

    Periode 2 Jan7 November 2014Tertinggi 5.246,5Terendah 4.175,81

    Inflasi

    Inflasi sepanjang tahun 2013 sebesar 8,38% (ytd, yoy), rata-rata inflasi 2013: 6,97%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata

    2012: 4,28% (SBH 2007) Inflasi Oktober 2014 : 0,47% (mtm) , 4,19% (ytd) atau 4,83% (yoy)

    Harga Minyak Mentah

    Indonesia

    Per Oktober 2014 ICP mencapai US$83,7 per barel

    Per Januari 2014 ICP mencapai US$105,8 per barel

    Rata-rata tahun 2013 sebesar US$105,9 per barel

    Arus Modal Masuk

    Total capital inflow 2013 sebesar Rp36,0T. Saham = net outflow 20,6T; SUN net inflow 53,3T; SBI = net inflow 3,3T.

    Selama Oktober 2014: Saham outflow Rp3,20 triliun, SUN Inflow Rp12,49 triliun

    Di pasar SUN, posisi kepemilikan asing per 19 November 2014 adalah sebesarRp464,18T

    Yield SUN

    Per 31 Des 2013: Yield SUN 10Y8,47%, Yield SUN 5Y8,07%.

    Per 2 Jan 2014: Yield SUN 10Y8,57%, Yield SUN 5Y 8,09%

    Per 24 November 2014: Yield SUN 10Y 7,73%, Yield SUN 5Y7,62%

    Periode 1 Jan24 November 2014 : Yield SUN 10YTertinggi 9,18% -- Terendah 7,73%

    Yield SUN 5YTertinggi 8,67% -- Terendah 7,56%

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    7/297

    Update Perekonomian Indonesia (2)

    Indikator Kinerja

    Pertumbuhan PDB

    Q3-2014: 5,01% (yoy)

    Q2-2014: 5,12% (yoy) Q1-2014: 5,21% (yoy).

    Sepanjang 2013 : 5,78% (yoy). PDB nonmigas 6,3%, PDB migas -2,8%.

    Sepanjang 2012 : 6,23% (yoy). PDB nonmigas 6,8%, PDB migas -3.3%

    Investasi Langsung

    Realisasi PMA/PMDN Q3 2014 mencapai Rp119,9T atau naik 16,34% (yoy)

    PMA : Rp78,3T naik 16,9%(yoy)

    PMDN : Rp41,6T naik 24,2%(yoy)

    Realisasi PMA/PMDN s.d. Triwulan III 2014 mencapai Rp342,7T atau naik 16,8% (yoy)

    PMA : Rp228,3T naik 14,6%(yoy)

    PMDN : Rp114,4T naik 21,6%(yoy)

    Perdagangan

    Internasional

    JanDes 2013: Ekspor tumbuh -3.93% (yoy). Impor tumbuh -2,64% (yoy)

    September 2014 : Ekspor naik 3,87% (yoy) menjadi US$15,28 miliar, sementara impor

    turun 0,23% (yoy) menjadi US$15,55 miliar. Defisit neraca perdagangan sebesar US$270

    juta. Jan-Sep 2014 : ekspor turun 0,93% (yoy) menjadi US$132,71 miliar, sementara impor

    turun 4,26% (yoy) menjadi US$134,37 miliar. Defisit perdagangan sebesar US$1,68 miliar.

    Neraca Pembayaran

    Pada Q1-2014, defisit transaksi berjalan kembali menyempit menjadi US$4.2 miliar (2.0% PDB)

    dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$4.3 miliar (2.1% PDB). Surplus transaksi modal dan

    finansial turun menjadi US$7.8 miliar yang berasal dari defisit investasi lainnya.

    Q2 2014 surplus NPI meningkat dari US$2,1 miliar pada Q1 menjadi US$4,3 miliar. Membaiknya kinerja

    NPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang mencatat peningkatan surplus yang

    signifikan.

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    8/298

    Asumsi dasar ekonomi makro, 2014-2015

    a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,5 5,1 5,8 5,8b. Inflasi (%, yoy) 5,3 7,3 4,4 4,7

    c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 6,0 5,9 6,0 6,2

    d. Nilai tukar (Rp/US$) 11.600 11.900 11.900 12.000

    e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 105 99 105 95

    f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 818 798 900 900

    g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.224 1.216 1.248 1.248

    OutlookAPBNOutlookAPBNP

    Indikator

    2014 2015

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    9/29

    5.176

    3.9393.500 3.200 3.400

    4.000 3.950 3.949 3.926 3.878

    12.768

    6.221

    2.818 3.1004.000

    5.258 5.618 5.6555.736 5.625

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    2010 2011 2012 2013 2014f 2015f 2016f 2017f 2018f 2019f

    Indikator Ekonomi Global

    Pertumbuhan Ekonomi Volume Perdagangan

    Pertumbuhan ekonomi Domestik dalam jangka menengah

    diperkirakan akan terus meningkat

    Peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik ke

    depan dipengaruhi antara lain:

    Perbaikan kinerja neraca perdagangan IndoesiaMembaiknya demand global dan MTP

    Meningkatnya peran ekspor manufaktur yang lebih

    berdaya saing

    Peningkatan kegiatan investasi Program dan pembangunan infrastruktur terus

    berjalan

    Pasar yang luas menjadi penarik minat investor

    Konsumsi dalam negeri yang tetap tinggi Stabilitas ekonomi

    Bonus Demografi dan Peningkatan Middle Income

    Membaiknya prospek ekonomi global ke

    depan akan turut mempengaruhi

    perkembangan ekonomi domestik Pemulihan ekonomi global dan stabilitas yang

    terjaga akan menciptakan permintaan pasar globalyang kuat

    Perbaikan demand global turut mendorong

    peningkatan aktivitas perdagangan dunia.

    Stabilitas ekonomi global akan mampu menciptakan

    pasar keuangan dan likuiditas global yang lebih baik

    stabilitas arus modal dan nilai tukar antar negara

    - 6,5%

    -7,0%

    -7,4%

    5.900%

    6.200%

    6.500%

    4.629%

    6.224%6.486%

    6.264%

    5.781%

    5.300%5.600%

    0.04

    0.045

    0.05

    0.055

    0.06

    0.065

    0.07

    0.075

    0.08

    2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*

    Pertumbuhan Ekonomi Indonesia:

    Outlook MTBF

    9

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    10/29

    Inflasi inti masih dapat dijaga stabil pada kisaran 4,2%,

    sementara tekanan inflasi yang bersumber pada volatile food

    dan administered price perlu dikendalikan agar tidak

    memberikan dampak negatif terhadap inflasi ke depan.

    Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dengan Bank

    Indonesia untuk mengendalikan dampak potensi tekananinflasi yang ada.

    Meningkatkan dan menjaga kelancaran arus distribusi

    barang kebutuhan (infrastruktur)

    Meningkatkan dan menjaga pasokan dan ketersediaan

    bahan pangan (program ketahanan pangan, operasi pasar)

    Melaksanakan pengendalian konsumsi energi guna

    mengurangi ketergantungan pada importasi BBM

    bersubsidi

    -5,0%

    -5,0%-4,5%

    3.00%

    3.00%2.500%2.780%

    6.960%

    3.790%

    4.300%

    8.380%

    5.300%4.400%

    0

    0.01

    0.02

    0.03

    0.04

    0.05

    0.06

    0.070.08

    0.09

    2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*

    Inflasi: Outlook MTBF

    Nilai tukar dalam jangka menengah diperkirakan akan

    cenderung terapresiasi

    Perbaikan kinerja dan daya saing sektor riil akan berdampak

    positif pada posisi neraca perdagangan, dan pada gilirannya

    berdampak positif pada cadangan devisa dan nilai tukar

    Tingkat inflasi yang terjaga akan turut mengurangi risiko

    tekanan depresiasi

    Kepercayaan investor dan daya tarik perekonomian domestik

    terus mendorong terjadinya FDI

    Program program financial deepening dan financial inclusion

    akan mendorong peran pemupukan modal dalam negeri dan

    mengurangi ketergantungan modal asing, khususnya dalam

    pasar saham

    -12.000

    -11.800

    -11.600

    11,400

    11,200

    11,000

    10,408

    9,0878,779

    9,384

    10,452

    11,70011,900

    8000

    8500

    9000

    9500

    10000

    10500

    11000

    11500

    12000

    12500

    2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*

    Nilai Tukar: Outlook MTBF

    Laju inflasi dalam jangka menengah diperkirakan mengalami penurunan selaras

    dengan lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan, sementara nilai tukar bergerak

    stabil dengan kecenderungan menguat

    10

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    11/29

    Suku bunga SPN 3 Bulan dalam jangka menengah diperkirakan mengalami

    penurunan, sementara perkembangan harga ICP diperkirakan bergerak pada

    kisaran US$100-US$110 per barel serta memiliki ketidakpastian yang tinggi.

    Penurunan suku bunga SPN 3 Bulan dalam jangka

    menengah dipengaruhi beberapa hal:

    Kesehatan fiskal dan stabilitas ekonomi yang

    semakin terjaga

    Perbaikan kinerja pasar uang dalam negeri,

    termasuk dampakfinancial deepeningdan

    financial inclusion

    Masih tingginya minat investor pada instrumen

    obligasi negara

    5,0% - 7,0%

    5,0%- 7,0%

    4,5% - 6,5%

    4.800%

    3.200%

    4.500%5.800%

    6.200%

    0

    0.01

    0.02

    0.03

    0.04

    0.05

    0.06

    0.07

    0.08

    2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*

    Suku Bunga SPN 3 Bulan: Outlook MTBF

    110

    100

    62

    79

    112 113

    106 105 105

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*

    ICP: Outlook MTBF Faktor yg mendorong kenaikan harga minyak:Kenaikan pertumbuhan ekonomi dunia terutama negara

    emerging market akan mendorong permintaan minyak

    Pasokan minyak non-OPEC relatif stabil

    Risiko geopolitik berasal dr ketegangan di Timur Tengah

    Faktor yg mendorong penurunan harga minyak:

    Kenaikan permintaan minyak akan mendorong kenaikan

    produksi OPEC

    Upaya-upaya untuk mengurangi efek negatif bahan

    bakar fosil

    Peran gas yang semakin besar sebagai sumber energi

    selain minyak

    Peningkatan pemakaian energi alternatif11

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    12/29

    900

    800

    750

    850

    750

    700

    944 954

    899

    860

    825804

    845

    500

    550

    600

    650

    700

    750

    800

    850

    900

    950

    1000

    2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*

    Lifting Minyak: Outlook MTBF

    13001250

    1300

    12501225

    1250

    1195

    1224

    1269 1260

    1215 1224

    1248

    1000

    1050

    1100

    1150

    1200

    1250

    1300

    1350

    2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*

    Lifting Gas: Outlook MTBF

    12

    Selama beberapa tahun ke depan lifting minyak masih tetap

    dihadapkan dengan tantangan usia sumur minyak yang sudah tua,

    sementara lifting gas masih memiliki peluang yang cukup baik

    Lifting minyak diperkirakan masih dapat meningkat hingga 2016 (bersumber pada

    puncak kapasitas Blok Cepu). Namun pada periode selanjutnya produksi akan

    menurun dan tidak mampu menutupi penurunan usia sumur-sumur lain yang sudah

    tua.

    Untuk meningkatkan kapasitas produksi dan lifting dibutuhkan penemuan sumur

    sumur minyak baru lain.

    Potensi lifting gas lebih baik, mengingat cadangan gas Indonesia yang masih besar

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    13/2913

    Asumsi dasar ekonomi makro, 2016-2019

    a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 6,3 - 6,9 6,8 - 7,4 7,2 - 7,8 6,7 - 8,3

    b. Inflasi (%, yoy) 3,0 - 5,0 3,0 - 5,0 2,5 - 4,5 2,5 - 4,5c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 5,0 - 7,0 5,0 - 7,0 4,5 - 6,5 4,5 - 6,5

    d. Nilai tukar (Rp/US$) 11.750 - 12.150 11.700 - 12.100 11.650 - 12.050 11.600 - 12.000

    e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 85 - 105 86 - 106 87 - 107 87 - 107

    f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 850 - 900 750 - 800 700 - 750 700 - 709

    g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.250 - 1.280 1.225 - 1.300 1.250 - 1.300 1.265 - 1.272

    Indikator 2018 20192016 2017

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    14/29

    3. Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal2015-2019

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    15/29

    Dinamika

    Perekonomian

    Tantangan & Isu

    Strategis

    Sasaran & Target

    Pembangunan

    Stabilisasi makro

    & Pertumbuhan

    ekonomi

    Menyediakan barang publik,

    korektif eksternalitas,

    kegagalan pasar, kepastian

    ekonomi

    Redistribusi

    pendapatan &

    perlindungan sosial

    Arah Kebijakan Fiskal

    1 2 3

    Formulasi Kebijakan Fiskal

    15

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    16/29

    Jumlah Populasi besar,

    Peningkatan Angkatan

    Kerja Produktif

    Jumlah penduduk peringkat 4 dunia,

    Ekonomi terbesar di Asia Tenggara

    Bonus Demografi, peningkatan rasio angkatan kerja

    Bertumbuhnya kelompok Middle Income

    Keragaman budaya

    Dengan sumber daya alam , usia penduduk produktif dan tenaga kerja terdidik,

    Indonesia memiliki potensi untuk lepas landas

    Sumber Daya Alam

    berlimpah

    Batubara, gas bumi, mineral

    Komoditi pertanian: CPO, karet

    Tanah yang subur dan laut yang kaya

    Kinerja Makroekonomi

    yang stabil dan kuat

    Pertumbuhan ekonomi relatif stabil di kisaran 6%,

    volatilitas pertumbuhan yang sangat rendah

    Investasi infrastruktur yang meningkat Tren peningkatan investasi langsung

    Laju inflasi yang cukup terkendali

    Pengelolaan Fiskal yang

    Prudent Defisit Anggaran Pemerintah 3% PDB

    Manajemen Pengelolaan Utang

    Potensi Indonesia untuk bertumbuh .

    16

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    17/2917

    609,2652,0

    743,3

    878,7

    1.016,21.148,4

    1.246,1

    1.380,0

    658,7 619,9723,3

    873,9 980,5

    1.077,3

    - -

    13,31

    11,06 11,2611,77 11,90

    12,21 12,3812,38

    18,49

    14,11 14,51

    15,44 15,54 15,6715,79 15,83

    -

    2,00

    4,00

    6,00

    8,00

    10,00

    12,00

    14,00

    16,00

    18,00

    20,00

    0,0

    200,0

    400,0

    600,0

    800,0

    1000,0

    1200,0

    1400,0

    1600,0

    2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

    APBNP

    2015

    APBN

    triliun rupiah persen

    Target Re alisasi Tax Ratio (%) Tax Ratio ter masuk SDA migas dan Pajak Daer ah (%)

    Tantangan APBN (1)

    Pendapatan Negara

    1. Target penerimaan perpajakan tahun 2011-2013 tidak tercapai, dan diperkirakan target

    tahun 2014 juga tidak tercapai.

    2. Tax ratioberada pada kisaran 11-12% dari PDB

    3. Potensi PNBP terutama di bidang SDA nonmigas (minerba dan perikanan) perlu digali

    4. Liftingminyak cenderung menurun , namun liftinggas cenderung meningkat

    penerimaan perpajakan tahun 2008 -2015

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    18/2918

    Belanja Pemerintah Pusat

    1. Fiscal space APBN masih terbatas:komposisi belanja negara didominasi olehbelanja mengikat yang bersifat wajib(seperti belanja pegawai, belanja barangoperasional, subsidi, pembayaran bungautang, dan transfer ke daerah).

    2. Penyerapan anggaran belanja negara belumoptimalnilai tambah terhadap ekonomitidak seperti yang diharapkan

    3. Kualitas belanja masih perlu ditingkatkanperbaikan struktur (efisien, produktif, risikoterkendali, dan berkelanjutan

    Transfer ke Daerah

    1. Porsi PAD dalam APBD perlu ditingkatkan.

    2. Peningkatan efektivitas dan kualitas BelanjaDaerah.

    3. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaankeuangan daerah perlu ditingkatkan.

    Tantangan APBN (2)

    82%

    77%80%

    80% 80% 77% 80%

    81%82%

    85% 85% 86%89% 88%

    91% 92%

    0%

    50%

    100%

    0

    500

    1.000

    1.500

    2.000

    2.500

    2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014APBNP

    2015APBN

    Komposisi Belanja Negara, 2008 - 2015

    Belan ja Wajib Belan ja Tidak Waj ib Belan ja Wajib (% thd BN ) Belanja Wajib (% thd Pendapatan)

    90,9 90,5 89,393,7 95,6

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    2010 2011 2012 2013 2014

    (%)Triliun Rupiah Perkembangan Belanja K/L 2010-2014

    *

    *) Perkiraan Realisasi 2014

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    19/2919

    Defisit dan Pembiayaan

    1. Menurunkan tingkat defisit APBN

    2. Menurunkan rasio utang terhadap PDB3. Pembiayaan anggaran dari non-utang semakin terbatas.

    4. Keseimbangan primer dalam realisasi APBNP 2012-2013 negatifberdampak pada kesinambungan fiskal

    Tantangan APBN (3)

    26,1

    24,424,0

    26,2

    25,6 25,6

    0

    2.000

    4.000

    6.000

    8.000

    10.000

    12.000

    14.000

    2010 2011 2012 2013 2014 2015

    Outstanding Utang PDB Rasio Utang thd PDBSumber: Kementerian Keuangan

    (triliun Rp)

    15

    17

    19

    21

    23

    25

    27

    (%)Rasio Utang terhadap PDB, 2010 - 2015

    -4.1

    -88.6

    -46.8

    -84.4

    -153.3

    -211.7

    -241.5 -245.9

    84.3

    5.2

    41.5

    8.9

    -52.8

    -98.6-106.0

    -93.9

    -250

    -200

    -150

    -100

    -50

    0

    50

    100

    2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

    Rpt

    riliun

    Surplus/Defisit

    Keseimbangan Primer

    Keseimbangan Primer dan

    Surplus/Defisit, 2008 - 2015

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    20/29

    Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBNP 2015

    Pendapatan Negaraa. Optimalisasi penerimaan perpajakan, melalui penggalian potensi penerimaan

    perpajakan secara sektoral

    b. Peningkatan PNBP SDA (mineral dan batu bara), perikanan, dan laba BUMN

    Belanja Negaraa. Melanjutkan penghematan belanja tidak produktif seperti perjadin,

    konsinyering di hotel, dll

    b. Pendanaan atas program-program Presiden baru, khususnya untukpembangunan infrastruktur dan program-program sosial (program keluargaproduktif)

    c. Peningkatan alokasi DAK dan dana desa

    Defisit dan Pembiayaan Anggarana. Defisit < 2,21 persen terhadap PDB (Defisit APBN 2015)

    b. Pengendalian rasio utang terhadap PDBc. Memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk bidang

    infrastruktur dan energi, dan mempertahankan kebijakan negative net flow.

    20

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    21/2921

    Bidang Fokus

    1. Infrastruktur Pangan, Transportasi Publik,

    Energi,

    Maritim, dan Kelautan,

    Komunikasi dan informasi (mendukung e-government).

    2. Pendidikan

    Meningkatkan Kualitas Pendidikan3. Kesehatan Perbaikan coverage layanan (demand side),

    Perbaikan layanan kesehatan (supply side)

    4. Perlindungan Sosial Membangun Keluarga Produktif, termasuk

    mempertahankan daya beli kelompok masyarakat

    miskin.

    Lanjutan kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi

    sekitar Rp14 T.

    5. Transfer Ke Daerah Penguatan pembangunan Desa, dan

    Pembangunan daerah tertinggal.

    6. Lain-lain Pengurangan carry over subsidi BBM dan listrik.

    Pengurangan defisit anggaran.

    Rencana Penggunaan Penghematan

    Subsidi BBM

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    22/29

    Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2016-2019

    a. Kebijakan Belanja Negara

    i. Pemantapan reformasi birokrasi dalam rangka peningkatan pelayanan publik

    ii. Mempertahankan kesejahteraan aparatur negara/pensiun dan efisiensi belanja barang(flat policy, pembatasan perjalanan dinas, seminar, konsinyering dan sejenis);

    iii. Penguatan Daya saing pembangunan Infrastruktur listrik, jalan, pelabuhan, bandara,irigasi) dan penguatan SDM (Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, UMKM);

    iv. Mendukung pencapaian kedaulatan Pangan dan energi mendorong produktifitaspertanian dan pengembangan energi baru dan terbarukan

    v. Mendukung Stabilisasi Pertahanan dan keamanan Nasional (Penegakan hukum, MEFdengan memberdayakan industri dalam negeri, Maritim)

    vi. Affirmative policy dukungan pembangunan didaerah perbatasan, terpencil dan terluar(infrastruktur, pendidikan, kesehatan) melalui peningkatan DAK

    vii. Dukungan pemenuhan secara bertahap amanat UU No.6 tahun 2014 (Dana Desa);

    b. Kebijakan Pendapatan Negara

    Perpajakan: taxratiomengarah 16% (termasuk migas dan pajak daerah)

    Peningkatan PNBP: PNBP SDA, PNBP lainnya dan laba BUMN.

    c. Kebijakan Pembiayaan Anggaran

    Defisit ditargetkan terus menurun hingga 1%

    Primary balance positif.

    Rasio utang terhadap PDB menurun (sekitar 24% di 2019).

    22

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    23/29

    ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

    Pembangunan Infrastruktur diarahkan untuk mengatasi bottleneck

    infrastruktur dengan prioritas untuk mendukung pencapaian sasaran

    di bidang:1. Pangan

    2. Energi

    3. Maritim dan Kelautan

    4. Pariwisata

    Secara kewilayahan, pembangunan Infrastruktur diprioritaskan untukkawasan:

    1. Desa dan Perdesaan

    2. Daerah Pinggir

    3. Kawasan Timur

    Menggali potensi pendanaan dengan mengutamakan sumber-sumberpendanaan kreatif termasuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta:

    1. Partisipasi swasta

    2. Peran aktif BUMN

    3. APBN murni

    23

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    24/29

    PENUTUP

    1. Diperkirakan kondisi perekonomian nasional akan membaik seiring dengan

    membaiknya perekonomian global, untuk itu perlu dilakukan stimulus melaluipembangunan infrastruktur, investasi, serta perbaikan iklim usaha dan investasi(one stop perijinan)

    2. Perlunya koordinasi antara pihak-pihak yang terkait, dalam hal:

    a. Kesinambungan RPJMN 2015-2019 dengan RPJPN 2005-2025, denganmempertimbangkan pencapaian visi misi Presiden baru (nawacita), serta

    b. Penyusunan sasaran-sasaran perekonomian jangka menengahc. Kebijakan-kebijakan strategis yang dapat berpengaruh terhadap kapasitas fiskal jangka

    menengah (seperti kebijakan bidang energi)

    d. Kesesuaian antara kebutuhan dan kapasitas pendanaan pembangunan jangkamenengah

    3. Perlunya meningkatkan sinkronisasi antara Perencanaan Pembangunan Nasional

    dengan Perencanaan Pembangunan Daerah4. Dukungan segenap komponen Pemerintahan atas kebijakan-kebijakan

    peningkatan kualitas belanja negara (seperti pengalihan subsidi BBM, sertapenghematan belanja pejalanan dinas, konsinyering kepada belanja-belanja yanglebih produktif) sangat diperlukan untuk efektivitas pelaksanaannyamenjaga

    fiscal sustainability dalam jangka panjang

    24

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    25/29

    25

    TERIMA KASIH

    DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    26/29

    26

    Dampak pada Pertumbuhan PDB 2014

    Realisasi pertumbuhan PDB q1q3 2014

    q1: 5.21%q2: 5.12%q3: 5.01%

    Laju Pertumbuhan q1 - q3 2014: 5.1%

    Proyeksi pertumbuhan PDB 2014 setelah memperhitungkan dampak kenaikan

    harga serta kompensasi kenaikan harga BBM: 5.1%

    Dampak pada Pertumbuhan PDB 2015

    Kebijakan penyesuaian harga BBM Rp2000/liter (premium dan solar) saving sekitar Rp120 T

    (2014: Rp9.4 T dan 2015: 110.2 T)

    Selain itu juga dilakukan kebijakan penghematan belanja operasional (rapat, perjalanan dinas

    dll)

    DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    Saving 2015:

    Rp110.2 T

    Infrastruktur dasar: Maritim

    Ketahanan PanganPerlindungan Sosial: Kartu Indonesia Pintar

    Kartu Indonesia Sehat

    Kartu Keluarga Sejahtera

    Transfer ke Daerah Diantaranya Dana Desa

    Mengurangi Defisit APBN

    Dengan realokasi belanja keyang lebih produktif tersebut,

    pertumbuhan ekonomi 2015

    diperkirakan dapat mencapai

    5.8%

    DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    27/29

    27

    Commodities

    Proportion (%)

    Consumers

    Price Index

    Poverty

    Line

    Rice 5 29

    Other foods 15 28

    Processed food 17 8

    Housing 26 17

    Clothes 7 4

    Health 4 3

    Education 7 4

    Transportation 19 7

    Total 100 100

    1. Dampak kenaikan harga BBM diperkirakan akan terdistribusi dalam

    3 bulan, yaitu sebesar 2,52%.

    2. Harga pangan merupakan salah satu komponen yang terpengaruh

    oleh kenaikan harga BBM. Dalam komponen poverty line, kontribusi

    pangan adalah 57%. Dengan demikian penduduk miskin

    merupakan kelompok masyarakat yang rentan terkena dampakkenaikan harga BBM terutama dari makanan. Untuk itu Pemerintah

    akan menjaga pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangan

    dalam rangka menjaga inflasi bahan pangan.

    3. Total jumlah penduduk miskin yang terjkena dampak kebijakan ini

    diperkirakan sebesar 64,3 juta atau setara dengan 15,5 juta RTS.

    4. Untuk mengatasi dampak tersebut Pemerintah telah mendesain

    jaring pengaman sosial dalam bentuk program KIP, KIS, KKS, serta

    Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKS) yang meliputi 15,5 jutaRTS.

    1.0

    3%

    3.2

    9%

    1.1

    2%

    1.1

    8%

    2

    .09%

    1.1

    9%

    -1%

    -1%

    0%

    1%

    1%

    2%

    2%

    3%

    3%

    4%

    2011-J

    M M J S N

    2012-J M M

    J S N

    2013-J M M

    J S N

    2014-J M M

    J S N

    2015-J

    %, mtm

    INFLASI BULANAN (mtm)2011-2015

    3,79%yoy/eop:

    23 Juni 2013 : Kenaikan harga

    BBM bersubsidi +33%

    17 November 2014 :

    Kenaikan harga Premium

    +31% & Solar +36%

    8,38%4,30% Perkiraan :7,3%-7,6%

    DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI

    DAN KEMISKINAN .. (1)

    DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    28/29

    28Sumber: Bappenas

    Pekerja

    Rentan:47,3 juta

    MasyMiskin

    tanpa aset:17 juta

    PENDUDUK BERPENGHASILAN 40% TERBAWAH (PERKIRAAN)

    7.26 6.967.85

    3.97

    5.9

    5.02

    0

    5

    10

    15

    20

    2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Mar-13 Sep-13

    Inflasi(%d

    ariperiode

    sebelumnya)

    Poverty Basket CPI

    DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI

    DAN KEMISKINAN .. (2)

  • 8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019

    29/29

    Dampak Penyesuaian Harga BBM tahun 2014

    Kenaikan tingkat Inflasi sekitar 2,52% dalam 3 bulan berjalan

    Pertumbuhan Ekonomi sekitar 5,1% dalam tahun 2014 Penghematan anggaran Subsidi BBM sekitar Rp9 T dalam tahun 2014,

    dan sekitar Rp90 TRp140 T dalam tahun 2015 (tergantung asumsi

    harga minyak dan Kurs Rupiah)

    Perbaikan kualitas pembangunan nasional (memacu Pertumbuhanekonomi, pengurangan Pengangguran dan Kemiskinan), peningkatan

    kesejahteraan masyarakat, dan efisiensi kegiatan ekonomi nasional

    yang lebih sustainabledalam jangka panjang

    Perbaikan ketahanan Energi nasional

    Penghematan konsumsi BBM

    Pengurangan Impor BBM

    Memacu pengembangan energi alternatif (non BBM)