Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
-
Upload
pustaka-virtual-tata-ruang-dan-pertanahan-pusvir-trp -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
1/29
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
ARAH DAN KEBIJAKAN FISKAL JANGKA
MENENGAH 2015-2019
Paparan Menteri Keuangan
Rakorbangpus Penyusunan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Jakarta, 25 November 2014
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
2/29
2
TOPIK BAHASAN
1. Pendahuluan
2. Perkembangan Perekonomian Terkini danProyeksi Jangka Menengah
3. Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal2015-2019
4. Penutup
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
3/29
PENDAHULUAN
1. Dengan ditetapkannya Pemerintah Baru, perlu disusun RPJMN
2015-2019, sesuai dengan visi misi Presiden 2014-2019, dengantetap memperhatikan tahapan pencapaian sasaran jangkapanjang dalam RPJPN 2005-2025
2. RPJMN 2015-2019 harus sejalan dengan arah dan pokok-pokokkebijakan Fiskal jangka menengah
3. Kebijakan fiskal jangka menengah disusun denganmemperhatikan perkembangan dan proyeksi perkonomian, baikglobal maupun domestik
4. Arah Umum Kebijakan Fiskal 2015 - 2019
a. Stabilisasi makro & mendorong pertumbuhan ekonomi ;
b. Redistribusi pendapatan;
c. Penyediaan barang publik, meredam kegagalan pasar &mengantisipasi ketidakpastian ekonomi
3
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
4/29
2. Perkembangan Perekonomian Terkinidan Proyeksi Jangka Menengah
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
5/29
5
ASEAN,
20.2%
Tiongkok
13.9%
Jepang,
11.0%Uni
Eropa,
11.4%
AS,
9.8%
India, 8.
4%
Lainnya,
33.6%
Dinamika perekonomian global berdampak pada ekonomi
domestik, dengan prospek pertumbuhan di 2015 membaik
Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor RI yang penting.
Perlambatan ekonomi Tiongkok menimbulkan risiko bagi ekspor RI
Tujuan Ekspor Non Migas RI
(rata rata 2012-2013)
Tren arus modal masuk ke
emerging market cenderung
menurun, mendorong
persaingan likuiditas yang
makin ketat.
Risiko tapering off dan
kenaikan FFR ke depan akan
memperketat likuiditas dan
arus modal masuk di EM,
meskipun masih terdapat
likuiditas yang berasal dari
Eropa
-5
0
5
10
15
20
25
2010 2011 2012 2013 2014f 2015f
Pertumbuhan Vol Impor Mitra Dagang Utama RI (%)
Tiongkok Japan
Euro area ASEAN-5
Investasi Ekuitas EM Asia (US$ Miliar)
322 324 321 322
79
44
8972
200
250
300
350
400
450
2012 2013 2014f 2015f
Investasi Portofolio Investasi Langsung
Consensus forecast Agustus 2014
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
6/29
6
Update Perekonomian Indonesia (1)
Indikator Kinerja
Nilai Tukar
Per 31 Desember 2013 : Rp12.171/USD depresiasi 19,54%(ytd)
Per 2 Januari 2014: Rp12.160 depresiasi 0,09% (ytd)
Per 24 November 2014: Rp12.122 apresiasi 0,55% (ytd)
Periode 2 Jan 24 November 2014Terkuat Rp11.271/USD -- Terlemah Rp12.267/USD
IHSG
Per 31 Desember 2013 : 4.274,18 melemah 0,98% (ytd)
Per 2 Januari 2014: 4.327,27 menguat 15,5% (ytd)
Per 21 November 2014: 5.112,05 menguat 19,60% (ytd)
Periode 2 Jan7 November 2014Tertinggi 5.246,5Terendah 4.175,81
Inflasi
Inflasi sepanjang tahun 2013 sebesar 8,38% (ytd, yoy), rata-rata inflasi 2013: 6,97%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata
2012: 4,28% (SBH 2007) Inflasi Oktober 2014 : 0,47% (mtm) , 4,19% (ytd) atau 4,83% (yoy)
Harga Minyak Mentah
Indonesia
Per Oktober 2014 ICP mencapai US$83,7 per barel
Per Januari 2014 ICP mencapai US$105,8 per barel
Rata-rata tahun 2013 sebesar US$105,9 per barel
Arus Modal Masuk
Total capital inflow 2013 sebesar Rp36,0T. Saham = net outflow 20,6T; SUN net inflow 53,3T; SBI = net inflow 3,3T.
Selama Oktober 2014: Saham outflow Rp3,20 triliun, SUN Inflow Rp12,49 triliun
Di pasar SUN, posisi kepemilikan asing per 19 November 2014 adalah sebesarRp464,18T
Yield SUN
Per 31 Des 2013: Yield SUN 10Y8,47%, Yield SUN 5Y8,07%.
Per 2 Jan 2014: Yield SUN 10Y8,57%, Yield SUN 5Y 8,09%
Per 24 November 2014: Yield SUN 10Y 7,73%, Yield SUN 5Y7,62%
Periode 1 Jan24 November 2014 : Yield SUN 10YTertinggi 9,18% -- Terendah 7,73%
Yield SUN 5YTertinggi 8,67% -- Terendah 7,56%
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
7/297
Update Perekonomian Indonesia (2)
Indikator Kinerja
Pertumbuhan PDB
Q3-2014: 5,01% (yoy)
Q2-2014: 5,12% (yoy) Q1-2014: 5,21% (yoy).
Sepanjang 2013 : 5,78% (yoy). PDB nonmigas 6,3%, PDB migas -2,8%.
Sepanjang 2012 : 6,23% (yoy). PDB nonmigas 6,8%, PDB migas -3.3%
Investasi Langsung
Realisasi PMA/PMDN Q3 2014 mencapai Rp119,9T atau naik 16,34% (yoy)
PMA : Rp78,3T naik 16,9%(yoy)
PMDN : Rp41,6T naik 24,2%(yoy)
Realisasi PMA/PMDN s.d. Triwulan III 2014 mencapai Rp342,7T atau naik 16,8% (yoy)
PMA : Rp228,3T naik 14,6%(yoy)
PMDN : Rp114,4T naik 21,6%(yoy)
Perdagangan
Internasional
JanDes 2013: Ekspor tumbuh -3.93% (yoy). Impor tumbuh -2,64% (yoy)
September 2014 : Ekspor naik 3,87% (yoy) menjadi US$15,28 miliar, sementara impor
turun 0,23% (yoy) menjadi US$15,55 miliar. Defisit neraca perdagangan sebesar US$270
juta. Jan-Sep 2014 : ekspor turun 0,93% (yoy) menjadi US$132,71 miliar, sementara impor
turun 4,26% (yoy) menjadi US$134,37 miliar. Defisit perdagangan sebesar US$1,68 miliar.
Neraca Pembayaran
Pada Q1-2014, defisit transaksi berjalan kembali menyempit menjadi US$4.2 miliar (2.0% PDB)
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$4.3 miliar (2.1% PDB). Surplus transaksi modal dan
finansial turun menjadi US$7.8 miliar yang berasal dari defisit investasi lainnya.
Q2 2014 surplus NPI meningkat dari US$2,1 miliar pada Q1 menjadi US$4,3 miliar. Membaiknya kinerja
NPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang mencatat peningkatan surplus yang
signifikan.
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
8/298
Asumsi dasar ekonomi makro, 2014-2015
a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,5 5,1 5,8 5,8b. Inflasi (%, yoy) 5,3 7,3 4,4 4,7
c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 6,0 5,9 6,0 6,2
d. Nilai tukar (Rp/US$) 11.600 11.900 11.900 12.000
e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 105 99 105 95
f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 818 798 900 900
g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.224 1.216 1.248 1.248
OutlookAPBNOutlookAPBNP
Indikator
2014 2015
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
9/29
5.176
3.9393.500 3.200 3.400
4.000 3.950 3.949 3.926 3.878
12.768
6.221
2.818 3.1004.000
5.258 5.618 5.6555.736 5.625
0
2
4
6
8
10
12
14
2010 2011 2012 2013 2014f 2015f 2016f 2017f 2018f 2019f
Indikator Ekonomi Global
Pertumbuhan Ekonomi Volume Perdagangan
Pertumbuhan ekonomi Domestik dalam jangka menengah
diperkirakan akan terus meningkat
Peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik ke
depan dipengaruhi antara lain:
Perbaikan kinerja neraca perdagangan IndoesiaMembaiknya demand global dan MTP
Meningkatnya peran ekspor manufaktur yang lebih
berdaya saing
Peningkatan kegiatan investasi Program dan pembangunan infrastruktur terus
berjalan
Pasar yang luas menjadi penarik minat investor
Konsumsi dalam negeri yang tetap tinggi Stabilitas ekonomi
Bonus Demografi dan Peningkatan Middle Income
Membaiknya prospek ekonomi global ke
depan akan turut mempengaruhi
perkembangan ekonomi domestik Pemulihan ekonomi global dan stabilitas yang
terjaga akan menciptakan permintaan pasar globalyang kuat
Perbaikan demand global turut mendorong
peningkatan aktivitas perdagangan dunia.
Stabilitas ekonomi global akan mampu menciptakan
pasar keuangan dan likuiditas global yang lebih baik
stabilitas arus modal dan nilai tukar antar negara
- 6,5%
-7,0%
-7,4%
5.900%
6.200%
6.500%
4.629%
6.224%6.486%
6.264%
5.781%
5.300%5.600%
0.04
0.045
0.05
0.055
0.06
0.065
0.07
0.075
0.08
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia:
Outlook MTBF
9
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
10/29
Inflasi inti masih dapat dijaga stabil pada kisaran 4,2%,
sementara tekanan inflasi yang bersumber pada volatile food
dan administered price perlu dikendalikan agar tidak
memberikan dampak negatif terhadap inflasi ke depan.
Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dengan Bank
Indonesia untuk mengendalikan dampak potensi tekananinflasi yang ada.
Meningkatkan dan menjaga kelancaran arus distribusi
barang kebutuhan (infrastruktur)
Meningkatkan dan menjaga pasokan dan ketersediaan
bahan pangan (program ketahanan pangan, operasi pasar)
Melaksanakan pengendalian konsumsi energi guna
mengurangi ketergantungan pada importasi BBM
bersubsidi
-5,0%
-5,0%-4,5%
3.00%
3.00%2.500%2.780%
6.960%
3.790%
4.300%
8.380%
5.300%4.400%
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.070.08
0.09
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
Inflasi: Outlook MTBF
Nilai tukar dalam jangka menengah diperkirakan akan
cenderung terapresiasi
Perbaikan kinerja dan daya saing sektor riil akan berdampak
positif pada posisi neraca perdagangan, dan pada gilirannya
berdampak positif pada cadangan devisa dan nilai tukar
Tingkat inflasi yang terjaga akan turut mengurangi risiko
tekanan depresiasi
Kepercayaan investor dan daya tarik perekonomian domestik
terus mendorong terjadinya FDI
Program program financial deepening dan financial inclusion
akan mendorong peran pemupukan modal dalam negeri dan
mengurangi ketergantungan modal asing, khususnya dalam
pasar saham
-12.000
-11.800
-11.600
11,400
11,200
11,000
10,408
9,0878,779
9,384
10,452
11,70011,900
8000
8500
9000
9500
10000
10500
11000
11500
12000
12500
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
Nilai Tukar: Outlook MTBF
Laju inflasi dalam jangka menengah diperkirakan mengalami penurunan selaras
dengan lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan, sementara nilai tukar bergerak
stabil dengan kecenderungan menguat
10
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
11/29
Suku bunga SPN 3 Bulan dalam jangka menengah diperkirakan mengalami
penurunan, sementara perkembangan harga ICP diperkirakan bergerak pada
kisaran US$100-US$110 per barel serta memiliki ketidakpastian yang tinggi.
Penurunan suku bunga SPN 3 Bulan dalam jangka
menengah dipengaruhi beberapa hal:
Kesehatan fiskal dan stabilitas ekonomi yang
semakin terjaga
Perbaikan kinerja pasar uang dalam negeri,
termasuk dampakfinancial deepeningdan
financial inclusion
Masih tingginya minat investor pada instrumen
obligasi negara
5,0% - 7,0%
5,0%- 7,0%
4,5% - 6,5%
4.800%
3.200%
4.500%5.800%
6.200%
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
Suku Bunga SPN 3 Bulan: Outlook MTBF
110
100
62
79
112 113
106 105 105
60
70
80
90
100
110
120
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
ICP: Outlook MTBF Faktor yg mendorong kenaikan harga minyak:Kenaikan pertumbuhan ekonomi dunia terutama negara
emerging market akan mendorong permintaan minyak
Pasokan minyak non-OPEC relatif stabil
Risiko geopolitik berasal dr ketegangan di Timur Tengah
Faktor yg mendorong penurunan harga minyak:
Kenaikan permintaan minyak akan mendorong kenaikan
produksi OPEC
Upaya-upaya untuk mengurangi efek negatif bahan
bakar fosil
Peran gas yang semakin besar sebagai sumber energi
selain minyak
Peningkatan pemakaian energi alternatif11
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
12/29
900
800
750
850
750
700
944 954
899
860
825804
845
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
Lifting Minyak: Outlook MTBF
13001250
1300
12501225
1250
1195
1224
1269 1260
1215 1224
1248
1000
1050
1100
1150
1200
1250
1300
1350
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
Lifting Gas: Outlook MTBF
12
Selama beberapa tahun ke depan lifting minyak masih tetap
dihadapkan dengan tantangan usia sumur minyak yang sudah tua,
sementara lifting gas masih memiliki peluang yang cukup baik
Lifting minyak diperkirakan masih dapat meningkat hingga 2016 (bersumber pada
puncak kapasitas Blok Cepu). Namun pada periode selanjutnya produksi akan
menurun dan tidak mampu menutupi penurunan usia sumur-sumur lain yang sudah
tua.
Untuk meningkatkan kapasitas produksi dan lifting dibutuhkan penemuan sumur
sumur minyak baru lain.
Potensi lifting gas lebih baik, mengingat cadangan gas Indonesia yang masih besar
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
13/2913
Asumsi dasar ekonomi makro, 2016-2019
a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 6,3 - 6,9 6,8 - 7,4 7,2 - 7,8 6,7 - 8,3
b. Inflasi (%, yoy) 3,0 - 5,0 3,0 - 5,0 2,5 - 4,5 2,5 - 4,5c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 5,0 - 7,0 5,0 - 7,0 4,5 - 6,5 4,5 - 6,5
d. Nilai tukar (Rp/US$) 11.750 - 12.150 11.700 - 12.100 11.650 - 12.050 11.600 - 12.000
e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 85 - 105 86 - 106 87 - 107 87 - 107
f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 850 - 900 750 - 800 700 - 750 700 - 709
g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.250 - 1.280 1.225 - 1.300 1.250 - 1.300 1.265 - 1.272
Indikator 2018 20192016 2017
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
14/29
3. Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal2015-2019
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
15/29
Dinamika
Perekonomian
Tantangan & Isu
Strategis
Sasaran & Target
Pembangunan
Stabilisasi makro
& Pertumbuhan
ekonomi
Menyediakan barang publik,
korektif eksternalitas,
kegagalan pasar, kepastian
ekonomi
Redistribusi
pendapatan &
perlindungan sosial
Arah Kebijakan Fiskal
1 2 3
Formulasi Kebijakan Fiskal
15
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
16/29
Jumlah Populasi besar,
Peningkatan Angkatan
Kerja Produktif
Jumlah penduduk peringkat 4 dunia,
Ekonomi terbesar di Asia Tenggara
Bonus Demografi, peningkatan rasio angkatan kerja
Bertumbuhnya kelompok Middle Income
Keragaman budaya
Dengan sumber daya alam , usia penduduk produktif dan tenaga kerja terdidik,
Indonesia memiliki potensi untuk lepas landas
Sumber Daya Alam
berlimpah
Batubara, gas bumi, mineral
Komoditi pertanian: CPO, karet
Tanah yang subur dan laut yang kaya
Kinerja Makroekonomi
yang stabil dan kuat
Pertumbuhan ekonomi relatif stabil di kisaran 6%,
volatilitas pertumbuhan yang sangat rendah
Investasi infrastruktur yang meningkat Tren peningkatan investasi langsung
Laju inflasi yang cukup terkendali
Pengelolaan Fiskal yang
Prudent Defisit Anggaran Pemerintah 3% PDB
Manajemen Pengelolaan Utang
Potensi Indonesia untuk bertumbuh .
16
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
17/2917
609,2652,0
743,3
878,7
1.016,21.148,4
1.246,1
1.380,0
658,7 619,9723,3
873,9 980,5
1.077,3
- -
13,31
11,06 11,2611,77 11,90
12,21 12,3812,38
18,49
14,11 14,51
15,44 15,54 15,6715,79 15,83
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
20,00
0,0
200,0
400,0
600,0
800,0
1000,0
1200,0
1400,0
1600,0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
APBNP
2015
APBN
triliun rupiah persen
Target Re alisasi Tax Ratio (%) Tax Ratio ter masuk SDA migas dan Pajak Daer ah (%)
Tantangan APBN (1)
Pendapatan Negara
1. Target penerimaan perpajakan tahun 2011-2013 tidak tercapai, dan diperkirakan target
tahun 2014 juga tidak tercapai.
2. Tax ratioberada pada kisaran 11-12% dari PDB
3. Potensi PNBP terutama di bidang SDA nonmigas (minerba dan perikanan) perlu digali
4. Liftingminyak cenderung menurun , namun liftinggas cenderung meningkat
penerimaan perpajakan tahun 2008 -2015
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
18/2918
Belanja Pemerintah Pusat
1. Fiscal space APBN masih terbatas:komposisi belanja negara didominasi olehbelanja mengikat yang bersifat wajib(seperti belanja pegawai, belanja barangoperasional, subsidi, pembayaran bungautang, dan transfer ke daerah).
2. Penyerapan anggaran belanja negara belumoptimalnilai tambah terhadap ekonomitidak seperti yang diharapkan
3. Kualitas belanja masih perlu ditingkatkanperbaikan struktur (efisien, produktif, risikoterkendali, dan berkelanjutan
Transfer ke Daerah
1. Porsi PAD dalam APBD perlu ditingkatkan.
2. Peningkatan efektivitas dan kualitas BelanjaDaerah.
3. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaankeuangan daerah perlu ditingkatkan.
Tantangan APBN (2)
82%
77%80%
80% 80% 77% 80%
81%82%
85% 85% 86%89% 88%
91% 92%
0%
50%
100%
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014APBNP
2015APBN
Komposisi Belanja Negara, 2008 - 2015
Belan ja Wajib Belan ja Tidak Waj ib Belan ja Wajib (% thd BN ) Belanja Wajib (% thd Pendapatan)
90,9 90,5 89,393,7 95,6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
100
200
300
400
500
600
700
2010 2011 2012 2013 2014
(%)Triliun Rupiah Perkembangan Belanja K/L 2010-2014
*
*) Perkiraan Realisasi 2014
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
19/2919
Defisit dan Pembiayaan
1. Menurunkan tingkat defisit APBN
2. Menurunkan rasio utang terhadap PDB3. Pembiayaan anggaran dari non-utang semakin terbatas.
4. Keseimbangan primer dalam realisasi APBNP 2012-2013 negatifberdampak pada kesinambungan fiskal
Tantangan APBN (3)
26,1
24,424,0
26,2
25,6 25,6
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Outstanding Utang PDB Rasio Utang thd PDBSumber: Kementerian Keuangan
(triliun Rp)
15
17
19
21
23
25
27
(%)Rasio Utang terhadap PDB, 2010 - 2015
-4.1
-88.6
-46.8
-84.4
-153.3
-211.7
-241.5 -245.9
84.3
5.2
41.5
8.9
-52.8
-98.6-106.0
-93.9
-250
-200
-150
-100
-50
0
50
100
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rpt
riliun
Surplus/Defisit
Keseimbangan Primer
Keseimbangan Primer dan
Surplus/Defisit, 2008 - 2015
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
20/29
Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBNP 2015
Pendapatan Negaraa. Optimalisasi penerimaan perpajakan, melalui penggalian potensi penerimaan
perpajakan secara sektoral
b. Peningkatan PNBP SDA (mineral dan batu bara), perikanan, dan laba BUMN
Belanja Negaraa. Melanjutkan penghematan belanja tidak produktif seperti perjadin,
konsinyering di hotel, dll
b. Pendanaan atas program-program Presiden baru, khususnya untukpembangunan infrastruktur dan program-program sosial (program keluargaproduktif)
c. Peningkatan alokasi DAK dan dana desa
Defisit dan Pembiayaan Anggarana. Defisit < 2,21 persen terhadap PDB (Defisit APBN 2015)
b. Pengendalian rasio utang terhadap PDBc. Memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk bidang
infrastruktur dan energi, dan mempertahankan kebijakan negative net flow.
20
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
21/2921
Bidang Fokus
1. Infrastruktur Pangan, Transportasi Publik,
Energi,
Maritim, dan Kelautan,
Komunikasi dan informasi (mendukung e-government).
2. Pendidikan
Meningkatkan Kualitas Pendidikan3. Kesehatan Perbaikan coverage layanan (demand side),
Perbaikan layanan kesehatan (supply side)
4. Perlindungan Sosial Membangun Keluarga Produktif, termasuk
mempertahankan daya beli kelompok masyarakat
miskin.
Lanjutan kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi
sekitar Rp14 T.
5. Transfer Ke Daerah Penguatan pembangunan Desa, dan
Pembangunan daerah tertinggal.
6. Lain-lain Pengurangan carry over subsidi BBM dan listrik.
Pengurangan defisit anggaran.
Rencana Penggunaan Penghematan
Subsidi BBM
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
22/29
Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2016-2019
a. Kebijakan Belanja Negara
i. Pemantapan reformasi birokrasi dalam rangka peningkatan pelayanan publik
ii. Mempertahankan kesejahteraan aparatur negara/pensiun dan efisiensi belanja barang(flat policy, pembatasan perjalanan dinas, seminar, konsinyering dan sejenis);
iii. Penguatan Daya saing pembangunan Infrastruktur listrik, jalan, pelabuhan, bandara,irigasi) dan penguatan SDM (Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, UMKM);
iv. Mendukung pencapaian kedaulatan Pangan dan energi mendorong produktifitaspertanian dan pengembangan energi baru dan terbarukan
v. Mendukung Stabilisasi Pertahanan dan keamanan Nasional (Penegakan hukum, MEFdengan memberdayakan industri dalam negeri, Maritim)
vi. Affirmative policy dukungan pembangunan didaerah perbatasan, terpencil dan terluar(infrastruktur, pendidikan, kesehatan) melalui peningkatan DAK
vii. Dukungan pemenuhan secara bertahap amanat UU No.6 tahun 2014 (Dana Desa);
b. Kebijakan Pendapatan Negara
Perpajakan: taxratiomengarah 16% (termasuk migas dan pajak daerah)
Peningkatan PNBP: PNBP SDA, PNBP lainnya dan laba BUMN.
c. Kebijakan Pembiayaan Anggaran
Defisit ditargetkan terus menurun hingga 1%
Primary balance positif.
Rasio utang terhadap PDB menurun (sekitar 24% di 2019).
22
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
23/29
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Pembangunan Infrastruktur diarahkan untuk mengatasi bottleneck
infrastruktur dengan prioritas untuk mendukung pencapaian sasaran
di bidang:1. Pangan
2. Energi
3. Maritim dan Kelautan
4. Pariwisata
Secara kewilayahan, pembangunan Infrastruktur diprioritaskan untukkawasan:
1. Desa dan Perdesaan
2. Daerah Pinggir
3. Kawasan Timur
Menggali potensi pendanaan dengan mengutamakan sumber-sumberpendanaan kreatif termasuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta:
1. Partisipasi swasta
2. Peran aktif BUMN
3. APBN murni
23
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
24/29
PENUTUP
1. Diperkirakan kondisi perekonomian nasional akan membaik seiring dengan
membaiknya perekonomian global, untuk itu perlu dilakukan stimulus melaluipembangunan infrastruktur, investasi, serta perbaikan iklim usaha dan investasi(one stop perijinan)
2. Perlunya koordinasi antara pihak-pihak yang terkait, dalam hal:
a. Kesinambungan RPJMN 2015-2019 dengan RPJPN 2005-2025, denganmempertimbangkan pencapaian visi misi Presiden baru (nawacita), serta
b. Penyusunan sasaran-sasaran perekonomian jangka menengahc. Kebijakan-kebijakan strategis yang dapat berpengaruh terhadap kapasitas fiskal jangka
menengah (seperti kebijakan bidang energi)
d. Kesesuaian antara kebutuhan dan kapasitas pendanaan pembangunan jangkamenengah
3. Perlunya meningkatkan sinkronisasi antara Perencanaan Pembangunan Nasional
dengan Perencanaan Pembangunan Daerah4. Dukungan segenap komponen Pemerintahan atas kebijakan-kebijakan
peningkatan kualitas belanja negara (seperti pengalihan subsidi BBM, sertapenghematan belanja pejalanan dinas, konsinyering kepada belanja-belanja yanglebih produktif) sangat diperlukan untuk efektivitas pelaksanaannyamenjaga
fiscal sustainability dalam jangka panjang
24
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
25/29
25
TERIMA KASIH
DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
26/29
26
Dampak pada Pertumbuhan PDB 2014
Realisasi pertumbuhan PDB q1q3 2014
q1: 5.21%q2: 5.12%q3: 5.01%
Laju Pertumbuhan q1 - q3 2014: 5.1%
Proyeksi pertumbuhan PDB 2014 setelah memperhitungkan dampak kenaikan
harga serta kompensasi kenaikan harga BBM: 5.1%
Dampak pada Pertumbuhan PDB 2015
Kebijakan penyesuaian harga BBM Rp2000/liter (premium dan solar) saving sekitar Rp120 T
(2014: Rp9.4 T dan 2015: 110.2 T)
Selain itu juga dilakukan kebijakan penghematan belanja operasional (rapat, perjalanan dinas
dll)
DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI
Saving 2015:
Rp110.2 T
Infrastruktur dasar: Maritim
Ketahanan PanganPerlindungan Sosial: Kartu Indonesia Pintar
Kartu Indonesia Sehat
Kartu Keluarga Sejahtera
Transfer ke Daerah Diantaranya Dana Desa
Mengurangi Defisit APBN
Dengan realokasi belanja keyang lebih produktif tersebut,
pertumbuhan ekonomi 2015
diperkirakan dapat mencapai
5.8%
DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
27/29
27
Commodities
Proportion (%)
Consumers
Price Index
Poverty
Line
Rice 5 29
Other foods 15 28
Processed food 17 8
Housing 26 17
Clothes 7 4
Health 4 3
Education 7 4
Transportation 19 7
Total 100 100
1. Dampak kenaikan harga BBM diperkirakan akan terdistribusi dalam
3 bulan, yaitu sebesar 2,52%.
2. Harga pangan merupakan salah satu komponen yang terpengaruh
oleh kenaikan harga BBM. Dalam komponen poverty line, kontribusi
pangan adalah 57%. Dengan demikian penduduk miskin
merupakan kelompok masyarakat yang rentan terkena dampakkenaikan harga BBM terutama dari makanan. Untuk itu Pemerintah
akan menjaga pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangan
dalam rangka menjaga inflasi bahan pangan.
3. Total jumlah penduduk miskin yang terjkena dampak kebijakan ini
diperkirakan sebesar 64,3 juta atau setara dengan 15,5 juta RTS.
4. Untuk mengatasi dampak tersebut Pemerintah telah mendesain
jaring pengaman sosial dalam bentuk program KIP, KIS, KKS, serta
Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKS) yang meliputi 15,5 jutaRTS.
1.0
3%
3.2
9%
1.1
2%
1.1
8%
2
.09%
1.1
9%
-1%
-1%
0%
1%
1%
2%
2%
3%
3%
4%
2011-J
M M J S N
2012-J M M
J S N
2013-J M M
J S N
2014-J M M
J S N
2015-J
%, mtm
INFLASI BULANAN (mtm)2011-2015
3,79%yoy/eop:
23 Juni 2013 : Kenaikan harga
BBM bersubsidi +33%
17 November 2014 :
Kenaikan harga Premium
+31% & Solar +36%
8,38%4,30% Perkiraan :7,3%-7,6%
DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI
DAN KEMISKINAN .. (1)
DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
28/29
28Sumber: Bappenas
Pekerja
Rentan:47,3 juta
MasyMiskin
tanpa aset:17 juta
PENDUDUK BERPENGHASILAN 40% TERBAWAH (PERKIRAAN)
7.26 6.967.85
3.97
5.9
5.02
0
5
10
15
20
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Mar-13 Sep-13
Inflasi(%d
ariperiode
sebelumnya)
Poverty Basket CPI
DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI
DAN KEMISKINAN .. (2)
-
8/10/2019 Arah dan Kebijakan Fiskal Jangka Menengah 2015-2019
29/29
Dampak Penyesuaian Harga BBM tahun 2014
Kenaikan tingkat Inflasi sekitar 2,52% dalam 3 bulan berjalan
Pertumbuhan Ekonomi sekitar 5,1% dalam tahun 2014 Penghematan anggaran Subsidi BBM sekitar Rp9 T dalam tahun 2014,
dan sekitar Rp90 TRp140 T dalam tahun 2015 (tergantung asumsi
harga minyak dan Kurs Rupiah)
Perbaikan kualitas pembangunan nasional (memacu Pertumbuhanekonomi, pengurangan Pengangguran dan Kemiskinan), peningkatan
kesejahteraan masyarakat, dan efisiensi kegiatan ekonomi nasional
yang lebih sustainabledalam jangka panjang
Perbaikan ketahanan Energi nasional
Penghematan konsumsi BBM
Pengurangan Impor BBM
Memacu pengembangan energi alternatif (non BBM)