Apusan Darah

12
Apusan darah Cara pembuatan apusan darah tipis Untuk membuat sediaan apus darah diperlukan 2 buah kaca objek.kaca objek yang satu dijadikan tempat apusan darah (disebut sebagai kaca sediaan) dan yang lain dijadikan alat perata(disebut kaca perata atau spreader) kedua sudut di salah satu ujung kaca perata sebaiknya dipatahkan sedikit sehingga lebar sisi kaca ini berselisih kira-kira 4 mm dengan lebar sisi kaca sediaan.selisih lebar ini akan menghasilkan “free margins” pada kaca sediaan. Kaca objek yang harus dipakai harus benar-benar bersih,kering dan tidak berlemak.untuk membersihkan kaca objek yang masih baru cukup dengan mencucinya dangan campuran alcohol-eter 1:1 kaca objek yang kotor atau bekas pakai memerlukan waktu pencucian yang lebih lama.mula-mula kaca objek direndam dalam larutan kalium(natrium).bikarbonat selama 24 jam kemudian dicuci dengan air kran dan dibilas dengan aquades.setelah itu disimpan dalam alcohol 95% absolute,bila akan dipakai dikeringkan dulu dan dibersihkan dengan kain yang halus.kaca objek yang telah bersih dan kering ini sudah dapat dipakai untuk membuat sediaan apusan darah. Diatas kaca sediaan,diletakkan setetes darah kira-kira 1- 2cm dari salah satu ujungnya,sebaiknya tetesan darah berdiameter 1mm.kaca perata dipegang sedemikian rupa sehingga membentuk sudut antara 30 0 -45 0 dengan kaca sediaan. diletakkan di depan tetesan darah tadi.lalu diundurkan menyentuh tetesan darah,tetesan darah akan merambat sepanjang sisi garis temu kedua kaca objek itu ,setelah itu,kaca perata di dorong sepanjang kaca sediaan dengan gerakan yang cepat,tetap dan tidak ragu (KAKU). Gerakan memdorong dan sudut yang dibentuk antara kedua kaca objek merupakan factor yang penting,demikian pula sisi kaca perata,karena akan memepengaruhi mutu sediaan : · sudut lebih dari 45 0 atau gerakan mendorong terlalu cepat akan menghasilkan sediaan yang tebal

description

Apusan Darah

Transcript of Apusan Darah

Apusan darah

Apusan darah

Cara pembuatan apusan darah tipisUntuk membuat sediaan apus darah diperlukan 2 buah kaca objek.kaca objek yang satu dijadikan tempat apusan darah(disebut sebagai kaca sediaan) dan yang lain dijadikan alat perata(disebut kaca perata atau spreader)kedua sudut di salah satu ujung kaca perata sebaiknya dipatahkan sedikit sehingga lebar sisi kaca ini berselisih kira-kira 4 mm dengan lebar sisi kaca sediaan.selisih lebar ini akan menghasilkan free margins pada kaca sediaan.Kaca objek yang harus dipakai harus benar-benar bersih,kering dan tidak berlemak.untuk membersihkan kaca objek yang masih baru cukup dengan mencucinya dangan campuran alcohol-eter 1:1 kaca objek yang kotor atau bekas pakai memerlukan waktu pencucian yang lebih lama.mula-mula kaca objek direndam dalam larutan kalium(natrium).bikarbonat selama 24 jam kemudian dicuci dengan air kran dan dibilas dengan aquades.setelah itu disimpan dalam alcohol 95% absolute,bila akan dipakai dikeringkan dulu dan dibersihkan dengan kain yang halus.kaca objek yang telah bersih dan kering ini sudah dapat dipakai untuk membuat sediaan apusan darah.Diatas kaca sediaan,diletakkan setetes darah kira-kira 1- 2cm dari salah satu ujungnya,sebaiknya tetesan darah berdiameter 1mm.kaca perata dipegang sedemikian rupa sehingga membentuk sudut antara 300-450 dengan kaca sediaan. diletakkan di depan tetesan darah tadi.lalu diundurkan menyentuh tetesan darah,tetesan darah akan merambat sepanjang sisi garis temu kedua kaca objek itu ,setelah itu,kaca perata di dorong sepanjang kaca sediaan dengan gerakan yang cepat,tetap dan tidak ragu (KAKU).Gerakan memdorong dan sudut yang dibentuk antara kedua kaca objek merupakan factor yang penting,demikian pula sisi kaca perata,karena akan memepengaruhi mutu sediaan : sudut lebih dari 450 atau gerakan mendorong terlalu cepat akan menghasilkan sediaan yang tebal sudut kurang dari 300 atau gerakan terlalu pelan akan menyebabkan sediaan menjadi tipis gerakan mendorong yang ragu-ragu dapat menghasilkan sediaan yang tidak rata atau bergelombang sisi kaca perata yang tidak rata akan menghasilkan sediaan yang tidak rata atau ujung apusan yang tampak bergerigiUntuk memperoleh sediaan apus yang baik diperlukan latihan-latihan dengan memperhatikan factor-faktor diatas.pada sediaa apus yang baik akan diperoleh juga distribusi sel yang baik,hal ini penting dalam hal memperoleh hasil hitung jenis leukosityang benar dan dalam melakukan evaluasi gambaran darah tepi. Apusan diatas kaca sediaan dapat dibagi menjadi 3 bagian : bagian pangkal (Head) yaitu bagian dimana tetesan darah mulai diapuskan.pada bagian ini sebagian besar eritrosit tampak(dibawah tabung mikroskop)terletak tumpang tindih bagian tengah (body) dimana letak sebagian eritrosit mulai terpisah dan sebagian lainya masih tumpang tindih bagian ujung(tail)yaitu bagian paling tipis.dibagian ini eritrosit kelihatan salang berpisah atau bersinggunganDistribusi leukosit terjadi di bagian pangkal sampai dibagian ujung apusan.biasanya limfosit cenderung berada dibagian tepid an ujung apusan,makin tipis sediaan yang dibuat maka makin besar proporsi sel-sel segmen di bagian ujung.sediaan yang terlalu tebal akan menyebabkan pengecatan sediaan makin sukar menyebabkan sel-sel leukosit tampak lebih kecil sehingga menyulitkan identifikasi sel. sedian apusan darah yang baik harus memenuhi criteria berikut : panjang apusan kira-kira 3-4 cm.bila pangkal apusan berada 1-2 cm dari ujung kaca sediaan maka panjang apusan akan melampaui panjang kaca sediaan. sediaan lebih tebal dibagian pangkal dan makin ke ujung makin tipis sediaan /apusan tampak rata,tidak bergelombang dan tidak berlobang sepanjang sisi apusan ada daerah bebas (free margin) yakni daerah kaca sediaan yang tidak terlintasi oleh apusan darah.Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35-7,45). Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah (Sloane, 2003).

Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya (Sloane, 2003).

Lebih dari separuh bagian dari darah merupakan cairan (plasma), yang sebagian besar mengandung garam-garam terlarut dan protein. Protein utama dalam plasma adalah albumin. Protein lainnya adalah antibodi (imunoglobulin) dan protein pembekuan. Plasma juga mengandung hormon-hormon, elektrolit, lemak, gula, mineral dan vitamin. Selain menyalurkan sel-sel darah, plasma juga:

merupakan cadangan air untuk tubuh

mencegah mengkerutnya dan tersumbatnya pembuluh darah

membantu mempertahankan tekanan darah dan sirkulasi ke seluruh tubuh.

Bahkan yang lebih penting, antibodi dalam plasma melindungi tubuh melawan bahan-bahan asing (misalnya virus, bakteri, jamur dan sel-sel kanker), ketika protein pembekuan mengendalikan perdarahan. Selain menyalurkan hormon dan mengatur efeknya, plasma juga mendinginkan dan menghangatkan tubuh sesuai dengan kebutuhan (Sherwood,2002).

Pada dasarnya darah memiliki tiga fungsi utama yaitu membantu pengangkutan zat-zat makanan, perlindungan atau proteksi dari benda asing, dan mengatur regulasi kandungan air jaringan, pengaturan suhu tubuh, dan pengaturan pH. Terdapat tiga macam unsur seluler darah, yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit.

1. Sel darah merah (eritrosit).

Menurut Sloane (2003), eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya dan berdiameter 7,65 m. Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel.

Eritrosit merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.

2. Sel darah putih (leukosit)

Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antibodi. Dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula sitoplasma disebut granulosit sedangkan sel tanpa granula disebut agranulosit.

a. Granulosit

1) Neutrofil

Juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung granul-granul, jumlahnya paling banyak. Neutrofil membantu melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda asing sisa-sisa peradangan. Ada 2 jenis neutrofil, yaitu neutrofil berbentuk pita (imatur, belum matang) dan neutrofil bersegmen (matur, matang).

Menurut Sloane (2003), neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki tiga sampai lima lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9 m samapai 12 m.

2) Eosinofil

Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus dua, dan berdiameter 12 m sampai 15 m. Berfungsi sebagai fagositik lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama stress berkepanjangan. Selain itu eosinofil juga membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon alergi.

3) Basofil

Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna keunguan sampai hitam serta memperlihatkan nukleus berbentuk S. diameternya sekitar 12 m sampai 15 m. Basofil juga berperan dalam respon alergi. Sel ini mengandung histamin.

b. Agranulosit

1) Limfosit

Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang berbentuk sferis, berukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Selain itu, limfosit bergaris tengah 6-8 m, 20-30% dari leukosit darah, memiliki inti yang relatif besar, bulat sedikit cekung pada satu sisi. Sitoplasmanya sedikit dan kandungan basofilik dan azurofiliknya sedikit. Limfosit-limfosit dapat digolongkan berdasarkan asal, struktur halus, surface markers yang berkaitan dengan sifat imunologisnya, siklus hidup dan fungsi (Efendi, 2003).

Limfosit dibagi ke dalam 2 kelompok utama (Farieh, 2008):

1. Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi

2. Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan.

Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan.

2) Monosit

Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20 m atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Apa ratus Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti. Monosit terdapat dalam darah, jaringan ikat dan rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen (Efendi, 2003).

TipeGambarDiagram%dalam tubuhKeterangan

Neutrofil

65%Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.

Eosinofil

4%Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksiparasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit.

Basofil