Apresiasi Cerpen Seno Gumira Ajidarma

2
APRESIASI CERPEN SENO GUMIRA AJIDARMA “SEPOTONG SENJA UNTUK PACARKU” Annisa Ilma 132074053/PB 2013 Cerpen karya Seno Gumira Ajidarma, pilihan Kompas pada tahun 1993 ini tergolong cerpen unik dengan tingkat khayal yang tinggi. Seorang tokoh laki-laki yang menjadi pemeran utama dalam cerpen ini, yang begitu mencintai Alina – kekasihnya – adalah seorang tokoh dengan watak egois (terbukti dari kalimat “AKu tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi” yang ditujukan pada polisi, dan juga kenekatannya mengambil senja). Poin paling penting dalam cerpen ini adalah, pengarang menganalogikan senja sebagai suatu benda yang awalnya tak bernilai dan dianggap “biasa” saja kemudian berubah menjadi benda paling dicari karena keberadaannya hilang, meskipun tidak semua bagian hilang. Hal ini sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang dianggap “sudah seharusnya ada” dan tidak bernilai ketika menghilang menjadi bahan pencarian utama. Ini dapat pula kita maknai “sesuatu yang kecil, akan menjadi besar ketika ia hilang pada tempatnya”. Pengarang menempatkan senja sebagai sebuah benda yang dengan mudah diambil, hal ini sebenarnya mustahil, namun dapat terjadi apabila diartikan dengan makna lain. Dalam imajinasi lain saya, senja yang menjadi objek utama pengarang dan pemicu konflik adalah sesuatu yang paling berharga bagi tokoh “Aku” dan sesuatu yang paling diinginkan oleh pacarnya “Alina”, namun tidak semua orang menganggap hal yang sama. Sesuatu itu kemudian dicuri oleh tokoh “Aku” dari tempat yang

description

Sastra Novel

Transcript of Apresiasi Cerpen Seno Gumira Ajidarma

Page 1: Apresiasi Cerpen Seno Gumira Ajidarma

APRESIASI CERPEN SENO GUMIRA AJIDARMA

“SEPOTONG SENJA UNTUK PACARKU”

Annisa Ilma

132074053/PB 2013

Cerpen karya Seno Gumira Ajidarma, pilihan Kompas pada tahun 1993 ini tergolong cerpen unik dengan tingkat khayal yang tinggi. Seorang tokoh laki-laki yang menjadi pemeran utama dalam cerpen ini, yang begitu mencintai Alina – kekasihnya – adalah seorang tokoh dengan watak egois (terbukti dari kalimat “AKu tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi” yang ditujukan pada polisi, dan juga kenekatannya mengambil senja).

Poin paling penting dalam cerpen ini adalah, pengarang menganalogikan senja sebagai suatu benda yang awalnya tak bernilai dan dianggap “biasa” saja kemudian berubah menjadi benda paling dicari karena keberadaannya hilang, meskipun tidak semua bagian hilang. Hal ini sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang dianggap “sudah seharusnya ada” dan tidak bernilai ketika menghilang menjadi bahan pencarian utama. Ini dapat pula kita maknai “sesuatu yang kecil, akan menjadi besar ketika ia hilang pada tempatnya”.

Pengarang menempatkan senja sebagai sebuah benda yang dengan mudah diambil, hal ini sebenarnya mustahil, namun dapat terjadi apabila diartikan dengan makna lain. Dalam imajinasi lain saya, senja yang menjadi objek utama pengarang dan pemicu konflik adalah sesuatu yang paling berharga bagi tokoh “Aku” dan sesuatu yang paling diinginkan oleh pacarnya “Alina”, namun tidak semua orang menganggap hal yang sama. Sesuatu itu kemudian dicuri oleh tokoh “Aku” dari tempat yang didefinisikannya seperti tepi pantai, dan karena senja sebagai bagian dari tepi pantai yang paling berharga itu dicuri, tokoh “Aku” kemudian menjadi buronan polisi.

Selain poin penting diatas, ada pula poin utama yang menurut saya menjadi landasan cerita yang dibuat oleh pengarang, yaitu rasa penyesalan yang dialami oleh tokoh “Aku” kepada pacarnya yang tidak dapat ia temui hingga tokoh “Aku” tidak bisa memberikan senja yang ia ambil secara langsung, melainkan melalui surat yang ia kirim melalui pos. Entah karena si tokoh “Aku” sedang dalam pengejaran polisi sehingga ia tak mampu menampakkan diri didepan pacarnya, atau karena si tokoh “Aku” telah tiada (hal ini muncul dari penggalan kalimat “... selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.”)