APLIKASI UNSUR P DAN CA TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH...

10
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian 8 APLIKASI UNSUR P DAN CA TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Yuliana Sari dan Ratna Dewi Politeknik Negeri Lampung ABSTRAK Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman legum yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena kandungan gizinya terutama protein dan lemak yang tinggi, namun produksi kacang tanah di Indonesia terus mengalami penurunan sehingga kebutuhan akan kacang tanah tidak terpenuhi. Salah satu cara alternatif untuk meningkatkan hasil kacang tanah adalah dengan pemupukan SP-36 dan kapur dolomit. Pemberian unsur P yang cukup pada tanaman kacang tanah, diharapkan dapat memperbaiki proses pembentukan dan perkembangan benih, sehingga menghasilkan benih yang bervigor sedangkan unsur Ca dapat mengatur respon tanaman terhadap kondisi stres lingkungan dan merupakan faktor penting dalam mengatur transfor ion. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis pemupukan P dan Ca terhadap hasil dan mutu benih kacang tanah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dan dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%. Perlakuan terdiri dari dua faktor pemupukan yaitu faktor pertama perlakuan SP-36 (P), P0= tanpa pemupukan SP-36 (control), P1= pemupukan dengan dosis 60 kg/ha SP- 36, P2= pemupukan dengan dosis 120 kg/ha SP-36. Faktor kedua yaitu perlakuan kapur dolomit (C), C0= tanpa kapur (control), C1= pemupukan dengan dosis 50 kg/ha kapur dolomit, C3= pemupukan dengan dosis 100 kg/ha kapur dolomit. Hasil analisis ragam menunjukan perlakuan pemupukan P (SP-36) maupun pengapuran (Ca) tidak memberikan pengaruh terhadap parameter bobot basah, bobot kering, bobot 100 botir, kadar air panen, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, daya berkecambah, dan laju pertumbuhan kecambah. Terdapat pengaruh interaksi antara pemberian pupuk P (SP-36) dan kapur (Ca) terhadap parameter jumlah polong isi. Pemupukan 120 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha kapur dolomit (P2C2) memberikan hasil yang lebih baik. Kata kunci : pupuk P, Ca, hasil, mutu benih, kacang tanah ABSTRACT Peanut (Arachis hypogaea L.) is one of the legumes that have high economic value because of its nutrient content, especially high protein and fat, but peanut production in Indonesia has continued to decline so the demand is not met peanuts. One alternative way to increase the yield of groundnut is the SP-36 fertilizer and dolomite. Providing sufficient P element on peanut plants, is expected to improve the process of formation and development of the seed, resulting in seed bervigor whereas Ca element can regulate plant responses to environmental stress conditions and is an important factor in regulating ion transfor. The purpose of this study was to determine the dose of fertilizer P and Ca on yield and quality of peanut seeds. This study used a randomized group

Transcript of APLIKASI UNSUR P DAN CA TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH...

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

8

APLIKASI UNSUR P DAN CA TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH

KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)

Yuliana Sari dan Ratna Dewi

Politeknik Negeri Lampung

ABSTRAK

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman legum yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena kandungan gizinya terutama protein dan lemak yang tinggi, namun produksi kacang tanah di Indonesia terus mengalami penurunan sehingga kebutuhan akan kacang tanah tidak terpenuhi. Salah satu cara alternatif untuk meningkatkan hasil kacang tanah adalah dengan pemupukan SP-36 dan kapur dolomit. Pemberian unsur P yang cukup pada tanaman kacang tanah, diharapkan dapat memperbaiki proses pembentukan dan perkembangan benih, sehingga menghasilkan benih yang bervigor sedangkan unsur Ca dapat mengatur respon tanaman terhadap kondisi stres lingkungan dan merupakan faktor penting dalam mengatur transfor ion. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis pemupukan P dan Ca terhadap hasil dan mutu benih kacang tanah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dan dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%. Perlakuan terdiri dari dua faktor pemupukan yaitu faktor pertama perlakuan SP-36 (P), P0= tanpa pemupukan SP-36 (control), P1= pemupukan dengan dosis 60 kg/ha SP-36, P2= pemupukan dengan dosis 120 kg/ha SP-36. Faktor kedua yaitu perlakuan kapur dolomit (C), C0= tanpa kapur (control), C1= pemupukan dengan dosis 50 kg/ha kapur dolomit, C3= pemupukan dengan dosis 100 kg/ha kapur dolomit. Hasil analisis ragam menunjukan perlakuan pemupukan P (SP-36) maupun pengapuran (Ca) tidak memberikan pengaruh terhadap parameter bobot basah, bobot kering, bobot 100 botir, kadar air panen, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, daya berkecambah, dan laju pertumbuhan kecambah. Terdapat pengaruh interaksi antara pemberian pupuk P (SP-36) dan kapur (Ca) terhadap parameter jumlah polong isi. Pemupukan 120 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha kapur dolomit (P2C2) memberikan hasil yang lebih baik.

Kata kunci : pupuk P, Ca, hasil, mutu benih, kacang tanah

ABSTRACT

Peanut (Arachis hypogaea L.) is one of the legumes that have high economic value because of its nutrient content, especially high protein and fat, but peanut production in Indonesia has continued to decline so the demand is not met peanuts. One alternative way to increase the yield of groundnut is the SP-36 fertilizer and dolomite. Providing sufficient P element on peanut plants, is expected to improve the process of formation and development of the seed, resulting in seed bervigor whereas Ca element can regulate plant responses to environmental stress conditions and is an important factor in regulating ion transfor. The purpose of this study was to determine the dose of fertilizer P and Ca on yield and quality of peanut seeds. This study used a randomized group

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

9

design Perfect (RKTS) and continued test of Least Significant Difference (LSD) 5%. The treatment consisted of two factors, namely the first term fertilization treatments SP-36 (P), P 0 = no fertilization SP-36 (control), P1 = fertilizer dose of 60 kg / ha of SP-36, P2 = fertilizer dose of 120 kg / ha SP-36. The second factor that dolomite lime treatment (C), C0 = without lime (control), C1 = fertilizer dose of 50 kg / ha of dolomite lime, C3 = fertilizer dose of 100 kg / ha of dolomite lime. Results of analysis of variance showed P fertilizer treatment (SP-36) and calcification (Ca) does not give effect to the parameters of wet weight, dry weight, weight of 100 botir, harvest moisture content, simultaneity is growing, growing speed, germination and seedling growth rate. There is the influence of the interaction between the application of fertilizer P (SP-36) and lime (Ca) on the parameter number of pods. Fertilization of 120 kg / ha of SP-36 and 100 kg / ha of dolomite (P2C2) gives better results. Key words: fertilizer P, Ca, results, quality seeds, peanut.

PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Masalah

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman

legum yang sudah dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Kacang tanah

mempunyai nilai ekonomi tinggi karena kandungan gizinya terutama protein dan

lemak yang tinggi, namun perkembangan luas panen dan produksi kacang tanah

selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2008-2012) terus mengalami penurunan.

Luas rata-rata panen turun 2,28 % pertahun sedangkan rata-rata produksi turun

1,02 % per tahun. Di lain pihak kebutuhan kacang tanah terus meningkat yaitu

rata-rata 900.000 ton/tahun, produksi rata-rata 771.022 ton/tahun (85,67 %)

dengan volume impor rata-rata 163.745 ton/tahun (Direktorat Budidaya Aneka

Kacang dan Umbi 2008 – 2012).

Upaya peningkatan hasil kacang tanah telah banyak dilakukan, namun

masih mengalami berbagai masalah sehingga hasil yang dicapai masih rendah.

Oleh karena itu diperlukan penggunaan teknologi budidaya kacang tanah yang

handal sehingga kebutuhan akan kacang tanah dapat terpenuhi dengan kualitas

hasil yang terjamin (Afa Laode, 1998). Salah satu teknologi budidaya yang

dimaksud adalah pemupukan. Pemupukan merupakan alternatif yang sering

dilakukan untuk mendukung upaya peningkatan hasil kacang tanah terutama

pada lahan kahat akan unsur hara.

Kalsium (Ca) dan fosfor (P) merupakan bagian unsur hara fungsional yang

sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang

tanah. Soepardi (1983) mengemukakan bahwa P merupakan salah satu unsur

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

10

hara esensial makro yang penting. Pemberian unsur P yang cukup pada

tanaman kacang tanah, diharapkan dapat memperbaiki proses pembentukan dan

perkembangan benih, sehingga menghasilkan benih yang bervigor. Selain unsur

P, unsur lain yang dibutuhkan kacang tanah adalah Ca (kalsium). Bush (1995)

dan Webb et al. (1996) mengemukakan bahwa Ca dapat mengatur respon

tanaman terhadap kondisi stres lingkungan. Sopandie et al.(1989)

mengemukakan bahwa Ca merupakan faktor penting dalam mengatur transfor

ion.

Vigor benih merupakan keadaan fisiologis yang ditentukan oleh faktor

genetik dan faktor lingkungan. Pemupukan merupakan salah satu faktor

lingkungan yang mempengaruhi tanaman induk di lapang. Benih dengan vigor

yang tinggi akan tanggap terhadap pemupukan. Pemupukan yang tepat akan

menghasilkan performansi yang baik dan pada akhirnya menghasilkan benih

yang vigor.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pemupukan P dan Ca

terhadap hasil dan mutu benih kacang tanah.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di lahan praktek budidaya tanaman pangan

dan laboraturium Tanaman pangan Politeknik Negeri Lampung dari bulan April

sampai Agustus 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Cangkul, meteran,

penggaris, tugal, ember/gembor, koret, PH-meter, timbangan analitik, timbangan

ohause, nampan dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah : Benih kacang tanah

Varietas Kancil, Furadan, Pupuk kandang, Pupuk Urea, KCL, SP-36 , dan kapur

dolomit, Pasir.

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

11

Rancangan Percobaan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Teracak

Sempurna (RKTS) sebagai rancangan lingkungan, sedangkan rancangan

perlakuannya adalah faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu dosis pemupukan

P dan Ca.

Dosis pupuk SP-36 (P) terdiri dari tiga taraf yaitu :

P0 : tanpa pemupukan (kontrol)

P1 : pemupukan fosfat dengan dosis 60 kg/ha SP-36

P2 : pemupukan fosfat dengan dosis 120 kg/ha SP-36

Dosis pupuk Ca (C) terdiri dari tiga taraf yaitu :

C0 : tanpa pemupukan (kontrol)

C1 : pemupukan Ca dengan dosis 50 kg/ha kapur dolomit

C2: pemupukan Ca dengan dosis 100 kg/ha kapur dolomit

Dengan demikian diperoleh 9 kombinasi perlakuan. Masing-masing perlakuan

diulang tiga kali, sehingga total unit percobaan adalah 27 unit satuan percobaan

dengan luas lahan 20 m x 4 m. luas petakan 2 m x 1 m, dan jarak tanam 40 x 20

cm, dengan jarak antar petak 25 cm serta jarak antar ulangan adalah 50cm, satu

petak berisi 25 rumpun tanaman dengan jumlah sampel adalah 5 tanaman. Data

yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F) dan jika

terdapat perbedaan perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji BNT masing-masing

pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dan komponen hasil kacang tanah

Hasil analisis ragam menunjukan perlakuan P (SP-36 ) secara tunggal

serta interaksi antara P (SP-36 ) dan Ca (kapur dolomit) memberikan pengaruh

yang sangat nyata terhadap jumlah polong isi, sedangkan pada perlakuan Ca

(kapur dolomit) tidak berpengaruh nyata (Tabel 1).

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan P (SP-36) dan Ca

(kapur dolomit) maupun interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap bobot basah kacang tanah, bobot kering kacang tanah,

bobot 100 butir dan kadar air saat panen (Tabel 1).

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

12

Mutu benih kacang tanah

Dari hasil analisis ragam menunjukan bahwa secara tunggal P (SP-36)

dan Ca (kapur dolomit) serta interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata

terhadap daya kecambah benih, keserempakan tumbuh benih, kecepatan

tumbuh benih dan laju pertumbuhan kecambah (Tabel 1).

Tabel 1. Rekapitulasi nilai Uji F aplikasi pupuk P dan Ca pada parameter pengamatan pengujian benih Pengamatan Parameter P Ca PXCa

Jumlah polong isi * Ns **

Bobot basah Ns Ns Ns

Bobot kering Ns Ns Ns

Bobot 100 butir Ns Ns Ns

Kadar air panen Ns Ns Ns

Daya kecambah Ns Ns Ns

Keserempakan tumbuh Ns Ns Ns

Kecepatan tumbuh Ns Ns Ns

Laju pertumbuhan kecambah Ns Ns Ns

Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5% dan 1%, ** = berbeda sangat nyata pada taraf 5%, Ns = non signifikan (tidak nyata), P = Pemupukan P, Ca = pemupukan Ca, PXCa = interaksi antara pemupukan P da Ca.

Tabel 2. Data rata-rata bobot basah, bobot kering, bobot 100 butir, dan kadar air

panen

Perlakuan P dan Ca

Parameter Pengamatan

Bobot Basah (g)

Bobot Kering (g)

Bobot 100 Butir (g)

KA Panen (%)

P0C0 500,00 333,33 37,01 26,36

P0C1 500,00 333,33 36,15 25,53

P0C2 573,33 350,00 40,70 27,96

P1C0 536,66 358,33 38,64 27,83

P1C1 500,00 325,00 39,59 26,43

P1C2 503,33 366,67 34,68 27,60

P2C0 446,66 325,00 39,99 26,67

P2C1 530,00 316,66 40,93 26,83

P2C2 550,00 320,00 38,32 26,23

Keterangan : KA = kadar air panen, P0C0 = tanpa SP-36 dan tanpa kapur, P0C1 = tanpa SP-36 dan 50kg/ha kapur dolomit, P0C2 = tanpa SP-36 dan 100 kg/ha kapur dolomit, P1C0 = 60 kg/ha SP-36 dan tanpa kapur, P1C1 = 60 kg/ha SP-36 dan 50kg/ha kapur dolomit, P1C2 = 60 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha kapur dolomit, P2C0 = 120 kg/ha SP-36 dan tanpa kapur, P2C1 = 120

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

13

kg/ha SP-36 dan 50kg/ha kapur dolomit, P2C2 = 120 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha kapur dolomit.

Tabel 3. Data rata-rata daya berkecambah, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah

Perlakuan P dan Ca

Parameter pengamatan

DB (%)

KST (%)

KCT (% Per Etmal)

LPK (g)

P0C0 78,66 98,66 48,44 0,23

P0C1 90,66 100,00 50,00 0,30

P0C2 69,33 100,00 49,11 0,25

P1C0 77,33 98,66 49,11 0,25

P1C1 81,33 100,00 50,00 0,26

P1C2 80,00 98,66 49,11 0,26

P2C0 74,66 100,00 50,00 0,28

P2C1 64,00 97,33 48,22 0,26

P2C2 81,33 100,00 50,00 0,25

Keterangan: DB = Daya Berkecambah, KST = Keserempakan Tumbuh, KCT = Kecepatan Tumbuh, LPK = Laju Pertumbuhan kecambah, P0C0 = tanpa SP-36 dan tanpa kapur, P0C1 = tanpa SP-36 dan 50kg/ha kapur dolomit, P0C2 = tanpa SP-36 dan 100 kg/ha kapur dolomit, P1C0 = 60 kg/ha SP-36 dan tanpa kapur, P1C1 = 60 kg/ha SP-36 dan 50kg/ha kapur dolomit, P1C2 = 60 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha kapur dolomit, P2C0 = 120 kg/ha SP-36 dan tanpa kapur, P2C1 = 120 kg/ha SP-36 dan 50kg/ha kapur dolomit, P2C2 = 120 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha kapur dolomit.

Tabel 4. Hasil uji BNT interaksi pupuk P dan Ca terhadap total polong isi per tanaman

Interaksi Pupuk

P dan Ca Total

Polong Isi

P0C0 14,33(b) P0C1 12,33(c) P0C2 12,00(cd)

P1C0 11,67(cd) P1C1 11,33(cd) P1C2 10,00(d)

P2C0 11,33(cd) P2C1 10,67(d)

P2C2 16,00(a)

Keterangan: Nilai uji BNT = 1,44. Angka yang diikuti huruf yang tidak sama, berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%, dan angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata.

Hasil uji BNT (Tabel 4) menunjukan rata-rata jumlah polong isi tertinggi

yaitu pada perlakuan 120 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha kapur dolomit (P2C2),

sedangkan total polong isi yang terendah adalah pada perlakuan 60 kg/ha SP-36

dan 100 kg/ha kapur dolomit (P1C2).

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

14

Pembahasan

Hasil dan komponen hasil

Pemberian P dan Ca dengan dosis masing-masing 120 kg/ha SP-36 dan

100 kg/ha kapur dolomit memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

jumlah polong isi kacang tanah. Sedangkan bobot basah kacang tanah saat

panen per tanaman tidak terdapat perbedaan yang nyata baik yang

menggunakan dosis pemupukan P dan Ca masing-masing 60 kg/ha SP-36 dan

100 kg/ha kapur dolomit ataupun tanpa menggunakan pupuk P dan Ca (kontrol),

namun hasil yang paling tinggi adalah perlakuan P0C2 (P=0 dan Ca= 100 kg/ha

kapur dolomit) dengan hasil rata-rata 19,11 gram per tanaman sedangkan untuk

hasil yang paling rendah yaitu perlakuan P1C0 (P= 120 kg/ha SP-36 dan Ca=0)

dengan hasil rata-rata 17,88 gram per tanaman. Sedangkan aplikasi P dan Ca

terhadap bobot kering tertinggi adalah pada kombinasi perlakuan 60 kg/ha SP-

36 dan 100 kg/ha kapur dolomit (P1C2). Bobot 100 butir tertinggi adalah pada

kombinasi P dan Ca masing-masing 120 kg/ha SP-36 dan 50 kg/ha kapur dolomit

(P2C1) yaitu sebesar 40,93 gram. Sedangkan kadar air panen panen dari semua

kombinasi perlakuan berkisar antara 25% sampai dengan 27%. Diduga berat

jenis benih (kepadatan isi benih) mempengaruhi perbedaan tersebut sebab

dalam menentukan panjang atau lebar polong dan benih didasarkan pada besar

kecilnya polong dan benih, sedangkan berat kering polong dan benih ditentukan

oleh kepadatan isi polong dan benih. Namun demikian dengan aplikasi dosis

yang semakin tinggi (60 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha kapur dolomit) P dan Ca

memberikan bobot basah dan bobot kering benih yang tidak berpengaruh nyata.

Hal ini terjadi karena Pengaruh pengapuran atau pemberian Ca terhadap jerapan

P dan P larutan tanah tidaklah konsisten. Pada kondisi tanah yang kahat akan

unsur hara dengan memberikan tambahan pupuk masing-masing sebesar 100

dan 150 kg/ha TSP dan Ca per ha mampu memberikan hasil yang lebih baik

karena lingkungan tumbuhnya menjadi menjadi lebih baik. Lingkungan tumbuh

yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan serta distribusi akar

yang lebih baik sehingga tanaman dapat menyerap unsur N,P,K lebih banyak

(Afa Laode, 1998). Murtado dan Sutedjo (1988) melaporkan bahwa serapan N,

P, K dan Mg total oleh kacang tanah saat panen meningkat dengan semakin

meningkatnya takaran pupuk P dan Ca yang diberikan.

Fosfor (P) memainkan peran kunci dan mengontrol efisien pemanfaatan

sebagian besar nutrisi didalam tanaman dan memperbaiki pertumbuhan vegetatif

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

15

menjadi lebih baik (Prasad et al., 1982), mengatur pembentukan dan trans lokasi

dari substansi atau material seperti gula dan pati, penting dalam proses

pematangan dan pembentukan buah dan biji (Bennett, 1989). Dengan demikian

dapat dihasilkan bahan kering yang tinggi dan terjadi translokasi fotosintesis

yang baik ke bagian reproduktif menyebabkan meningkatnya komponen hasil

dan hasil polong.

Di samping itu, meningkatnya jumlah polong isi kacang tanah terjadi

karena pemberian Ca, di duga karena ada hubungannya dengan peranan Ca

yang mendorong perkembangan polong kacang tanah. Tersedianya Ca dalam

tanah dengan jumlah yang cukup menyebabkan perkembangan polong dan biji

lebih baik dan akibatnya hasil polong dan biji akan meningkat. Unsur Ca bagi

kacang tanah mempunyai peranan penting sebagai aktivator tertentu pada reaksi

enzimatik dalam pembentukan polong. Kalsium berguna dalam mencegah

gugurnya bakal biji dan menambah terbentuknya polong yang beruang dua

(Ainurrasjid, 1986), juga dilaporkan bahwa pemberian Ca di daerah ginosfor

dapat meningkatkan secara nyata jumlah dan bobot polong isi karena Ca sangat

esensial untuk pertumbuhan normal akar (Hasenstein dan Evans, 1986).

Mutu benih kacang tanah

Aplikasi P maupun Ca tidak berpengaruh nyata terhadap viabilitas dan

vigor benih. Hal ini terjadi karena belum ada pengaruh penyimpanan pada setiap

perlakuan sehingga kebutuhan cadangan makanan masih terpenuhi, pada Tabel

3 dapat dilihat bahwa daya berkecambah benih berkisar antara 64% - 90% pada

semua kombinasi perlakuan, keserempakan tumbuh benih berkisar 97% - 100%,

kecepatan tumbuh berkisar antar 48 sampai 50% per etmal, dan laju

pertumbuhan kecambah berkisar antara 0,23 g sampai 0,3 g, namun laju

pertumbuhan kecambah mengalami peningkatan pada setiap kombinasi

perlakuan P dan Ca (60 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha kapur dolomit) dibanding

kontrol. Pemberian P dan Ca juga dapat meningkatkan vigor benih. fenomena

ini seperti di laporkan oleh Rusdi (1998), bahwa pemberian P 100 kg/ha dapat

meningkatkan kandungan P-total dan vigor awal benih kedelai berdasarkan

bobot kering kecambah normal. Hal ini dapat terjadi karena di dalam benih P

disimpan dalam bentuk fitin yaitu garam (Ca dan Mg) dari asam fitat, myoinositol

dan hexafospat( Marschner,1995 dalam Afa, 1998).

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

16

Data rata-rata hasil penelitian menunjukan aplikasi P (60 kg/ha SP-36

dan 120 kg/ha SP-36) meningkatkan keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh

dan laju pertumbuhan kecambah. Hal ini terjadi karena P dapat memperbaiki

perkecambahan benih menjadi lebih baik. Prasad et al.,(1982) menyatakan benih

Cicer arietinum L. Meningkat perkecambahannya setelah diberikan fosfat (P).

Viabilitas benih juga berhubungan secara langsung oleh konsentrasi Ca

(Bennett, 1989). Data rata-rata hasil penelitian ini menunjukan bahwa aplikasi

Ca (50 dan 100 kg/ha kapur dolomit) meningkatkan keserempakan tumbuh,

kecepatan tumbuh dan laju pertumbuhan kecambah. Hal ini disebabkan oleh

peran Ca yang dapat mengurangi kerusakan plumula pada embrio kacang tanah

dan dapat menstimulasi perkecambahan. Kalsium berhubungan dengan sintesis

DNA pada poros embrio kacang tanah selama perkecambahan (Zhou dan Fu,

1993).

KESIMPULAN

Pemupukan P (SP-36) maupun pengapuran (Ca) tidak memberikan

pengaruh terhadap parameter bobot basah, bobot kering, bobot 100 botir, kadar

air panen, daya berkecambah, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, dan

laju pertumbuhan kecambah. Terdapat pengaruh interaksi antara pemberian

pupuk P (SP-36) dan kapur (Ca) terhadap parameter jumlah polong isi.

Pemupukan 120 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha kapur dolomit (P2C2) memberikan

hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ainurrasjid, R.B. 1986. Pengaruh pemberian kalsium dan belerang terhadap kadar Ca, S tanaman dan produksi kacang tanah ( Arachis hypogaea L.). Laporan Penelitian. Unibraw. Malang. 48 hal.

Afa Laode. 1998. Pengaruh Varietas, Ukuran Benih dan Pemupukan P dan Ca

terhadap Hasil dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L). Tesis. 87 hal

Bennett, W.F. 1989. Plant nutrient utilization and diagnostic plant symptoms. P.

1-2. Dalam Afa Laode. Pengaruh Ukuran, Varietas dan Pemupukan P dan Ca terhadap Hasil dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis hypogae L.).

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

17

Bush, D.S. 1995. Calcium regulation in plant cells and its role in signaling. Annual Reviev of Plant Physiologi and Plant Moleculer Biologi.

Hasenstein, K.H. and M.L. Evans. 1986. Calcium dependence of rapid auxin

action in maize roots. Plants Physiol. Abst. 81 : 439-443. Dalam Afa Laode. Pengaruh Ukuran, Varietas dan Pemupukan P dan Ca terhadap Hasil dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis hypogae L.).

Murtado dan Sutedjo. 1988. Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan Fosvor

Terhadap Pertumbuhan, Serapan hara dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L) Pada Tanah PMK. Dalam Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Balitan. Bogor. Hal 340-346.

Prasad, K., R.B. Sinha, and B.P. Singh. 1982. Pyrites and phosphate application

on some soil characteristics, grain yield and mineral composition of gram cultivar C 235 under calcareous saline alkaline soil. Proc. Indian Natn. Sci. Acad. 48 : 440-446. Dalam Afa Laode. Pengaruh Ukuran, Varietas dan Pemupukan P dan Ca terhadap Hasil dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis hypogae L.).

Rusdi, N. 1988. Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan P terhadap Vigor Awal

Benih kedelai (Glycine max(L.) Merr.). Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. 68 hal.

Soepardi, G.1983. Sifat dan ciri Tanah. Departemen Ilmu-ilmu Tanah, IPB. 591

hal. Sopandie, D. , M. Moristugu and T. Kawasaki. 1989. Effect of Ca on the

absorption and translocation of Na, K and Cl in NaCl stressed solicarnia virginica and barley roots: multy-compartment transport box experiment. Proccedings. Yamada Science Foundation, Osaka and Myu K.K,. Tokyo. p. 449-451. Dalam Afa Laode. Pengaruh Ukuran, Varietas dan Pemupukan P dan Ca terhadap Hasil dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis hypogae L.).

Webb, A.A.R., M.R. Mcainsh, J.E. Tailor and A.M. Hetherington. 1996. Calcium

ions as intracellular secon messenger in hinger plants. Advances in Botanial Research 22 : 45-96.

Zhou, X.Q and J.R. Fu. 1992. Studies on the correlation between seed vigor and

DNA synthesis in the axis of peanut seed during early germination. Acta Phytopisiologica inica Abst. 18:393-398.