PENGARUH KADAR AIR AWAL PADA VIGOR KECAMBAH EMPAT …digilib.unila.ac.id/54828/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH KADAR AIR AWAL PADA VIGOR KECAMBAH EMPAT …digilib.unila.ac.id/54828/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH KADAR AIR AWAL PADA VIGOR KECAMBAH EMPAT
GENOTIPE BENIH SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)
PASCA SIMPAN 12 BULAN
(Skripsi)
Oleh
IKHLASUL IMAM
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
Ikhlasul Imam
i
ABSTRAK
PENGARUH KADAR AIR AWAL PADA VIGOR KECAMBAH EMPAT
GENOTIPE BENIH SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)
PASCA SIMPAN 12 BULAN
Oleh
IKHLASUL IMAM
Laju kemunduran benih selama penyimpanan ditentukan oleh kadar air awal
benih, karena kadar air berkaitan dengan proses metabolisme meningkat.
Penyimpanan dan daya hidup benih berbanding terbalik. Semakin lama
penyimpanan benih, daya hidup benih semakin rendah lalu kemunduran benih
semakin rendah. Vigor kecambah merupakan kemampuan berkecambah pada
lingkungan yang kurang mendukung dan bebas dari mikroorganisme. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kadar air awal terhadap vigor
kecambah benih empat genotipe sorgum pasca simpan 12 bulan.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, yang berlangsung dari bulan Februari
2017 sampai dengan Februari 2018. Penelitian ini menggunakan perlakuan
faktorial (2x4) dan diulang 3 kali sebagai 3 blok. Faktor pertama berupa genotipe
(G) yang terdiri dari genotipe Samurai-1 (G1), Super-2 (G2), GH-14 (G3), dan
P/F 10-90 A (G4). Faktor kedua yaitu kadar air 7% (K1) dan kadar air 8% (K2).
Ikhlasul Imam
ii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat genotipe benih sorgum yang
disimpan selama 12 bulan dapat dipertahankan viabilitas benihnya yang
ditunjukkan pada variabel vigor kecambah berupa kecambah normal kuat, panjang
tajuk kecambah normal, panjang akar primer kecambah normal, bobot kering
kecambah normal, kecambah normal total dan kekuatan akar kecambah normal
kuat. Vigor kecambah benih sorgum yang terbaik setelah disimpan selama 12
bulan ditunjukkan oleh genotipe P/F 10-90 A. Keunggulan genotipe P/F 10-90 A
tersebut memungkinkan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dan dapat
digunakan untuk musim pertanaman berikutnya.
Kata kunci : benih sorgum, genotipe, kadar air, kemunduran, vigor kecambah
PENGARUH KADAR AIR AWAL PADA VIGOR KECAMBAH EMPAT
GENOTIPE BENIH SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)
PASCA SIMPAN 12 BULAN
Oleh
IKHLASUL IMAM
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
Ikhlasul Imam
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 3 April 1997. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ikhsani Effendi dan Ibu
Sri Hartati. Penulis menyelesaikan masa pendidikan taman kanak-kanak di TK
Al-Fajar Bandar Lampung pada tahun 2002, Sekolah Dasar Al-Azhar 2 Bandar
Lampung pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandar
Lampung pada tahun 2011, Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung
pada tahun 2014. Penulis melanjutkan studi Strata 1 pada tahun 2014 di Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (UNILA) melalui jalur
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Penulis memilih konsentrasi agronomi sebagai konsentrasi perkuliahan dan
memilih ilmu benih sebagai fokus penelitian. Penulis melaksanakan magang di
Laboratorium Benih dan Pemulian Tanaman pada tahun 2016-2017. Penulis juga
dipercayai sebagai asisten dosen mata kuliah Teknologi Benih dan Produksi Benih
pada tahun 2017. Penulis melakukan praktik umum di Balai Besar
Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultuta ( Balai
Besar PPMB-TPH) Depok pada bulan Juli-Agustus 2017. Penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kampung Baru, Kecamatan Pematang Sawa,
Tanggamus pada bulan Januari 2018.
Ikhlasul Imam
ix
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi seperti Persatuan
Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) periode tahun 2015-2016 sebagai
anggota bidang minat bakat, dan anggota bidang hubungan masyarakat di Unit
Kegiatan Mahasiswa Fakultas Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (UKMF-LS
MATA) periode tahun 2015-2016.
Ikhlasul Imam
x
“Allah SWT mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”
(QS. An Nahl: 78)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”
(QS. Al-Baqarah: 286)
Ikhlasul Imam
xi
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat melaksanakan penelitian dan
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kadar Air Awal Pada
Vigor Kecambah Empat Genotipe Benih Sorgum (Sorghum bicolor [L]. Moench)
Pasca Simpan 12 Bulan” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari pihak-pihak
yang telah memberi motivasi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Penulis memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih secara
khusus kepada kedua orang tua tercinta yang senantiasa selalu mendoakan,
memberikan kasih sayang, nasihat, dukungan, dan kepercayaan, serta
pengorbanan yang tak akan pernah sanggup penulis membalasnya. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S. selaku dosen pembimbing pertama yang telah
memberikan ide penelitian, bimbingan, saran, nasehat serta motivasi dalam
Ikhlasul Imam
xii
penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc. selaku dosen pembimbing
kedua, yang telah memberikan bimbingan, saran, nasehat serta motivasi
dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S. selaku dosen penguji, terima kasih atas saran,
bimbingan, dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Ir. Efri, M.S. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama penulis melaksanakan
kegiatan akademik di Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
7. Ibu Sri Hartati, Bapak Ikhsani Effendi, Adik Annisha Amalia, dan Adik
Andhika Dinata yang selalu memberi semangat, doa, dan dukungan kepada
penulis.
8. Dosen-dosen Agrotekhnologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas
ilmu dan didikan selama ini.
9. Teman-teman Kelompok Penelitian Sorgum 2014, Riski Pratama, Nasrulloh
Zein Maksum, M. Afriansyah, Maharani, Iska Hartina Anggraini, Marida
Arista Tantia, Diana Pangastuti, Riski Indah Wahyuni, Hajar Nasri Azizah,
dan Kurnia Koriatun Nisa.
10. Sahabat-Sahabat Ibnu Prasojo, Jatmiko Umar Sidik, Diky Virgiawan, Dita
Nurul Hidayah, Kenny Titian, Heppy Kurniati, Lidya Khoirunnisa, Lily
Agustini, Kurnia Oktavia, dan Ikrimah.
11. Sahabat kace dodol M.Fakhri Zhahir, Musaffa Albajili, Roby Januardi, Albi
Prasetio, Bayu Prabowo, Abraham Hendri, dan August Mahardika
Ikhlasul Imam
xiii
12. Teman-teman Agroteknologi 2014, atas motivasi, kekeluargaan, ilmu dan
kebersamaan selama menempuh studi.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan
skrispsi ini sampai selesai.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan
dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membutuhkan.
Aamiin.
Bandar Lampung, 13 Desember 2018
Penulis,
Ikhlasul Imam
Ikhlasul Imam
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xx
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................ 8
1.3 Kerangka Pemikiran ............................................................ 8
1.4 Hipotesis .............................................................................. 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Sorgum .............................................................. 11
2.2 Kadar Air ............................................................................. 13
2.3 Genotipe ............................................................................... 14
2.4 Kemunduran Benih .............................................................. 15
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemunduran Benih ...... 16
2.5.1 Kadar Air ..................................................................... 16
2.5.2 Genetik ........................................................................ 16
2.5.3 Suhu Lingkungan ......................................................... 17
2.5.4 Kelembaban ............................................................... 17
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 18
3.2 Bahan dan Alat ..................................................................... 18
Ikhlasul Imam
xv
3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ............................. 19
3.4 Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 20
3.4.1 Persiapan Benih Sorgum ........................................... 20
3.4.2 Pengemasan Benih Sorgum ....................................... 20
3.4.3 Penyimpanan Benih Sorgum ...................................... 20
3.5 Pengukuran Kadar Air Benih ............................................... 21
3.6 Pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL) .............................. 21
3.7 Pengukuran Vigor Kecambah .............................................. 21
3.8 Variabel Pengamatan ........................................................... 22
3.8.1 Kecambah Normal Kuat ............................................. 22
3.8.2 Kecambah Normal Lemah ......................................... 22
3.8.3 Panjang Tajuk Kecambah Normal (PTKN) ............... 23
3.8.4 Panjang Akar Primer Kecambah Normal .................. 23
3.8.5 Bobot Kering Kecambah Normal ............................... 23
3.8.6 Kekuatan Tajuk Kecambah Nomal Kuat .................... 24
3.8.7 Kekuatan Akar Kecambah Normal Kuat ................... 24
3.8.8 Kecambah Normal Total ............................................ 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 26
4.1.1 Pengaruh pasca simpan 12 bulan terhdap vigor kecambah
empat genotipe sorgum ....................................................... 26
4.1.2 Pengaruh genotipe terhadap vigor kecambah empat
Genotipe sorgum pasca simpan 12 bulan ............................. 28
4.1.3 Pengaruh kadar air awal terhadap vigor kecambah benih
sorgum pasca simpan 12 bulan ........................................... 30
4.1.4 Pengaruh interaksi genotipe dan kadar air awal benih
sorgum pasca simpan 12 bulan pada variabel kekuatan
akar kecambah normal kuat .............................................. 32
4.1.5 Pengaruh interaksi genotipe dan kadar air awal benih
sorgum pasca simpan 12 bulan pada variabel kecambah
normal total ...................................................................... 33
4.2 Pembahasan ........................................................................... 39
4.2.1 Pengaruh genotipe pada vigor kecambah benih sorgum
pasca simpan 12 bulan ................................................... 39
Ikhlasul Imam
xvi
4.2.2 Pengaruh kadar air awal pada vigor kecambah benih
sorgum pasca simpan 12 bulan ........................................ 41
4.2.3 Pengaruh interaksi genotipe dan kadar air awal .............. 43
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................. 45
5.2 Saran .............................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 47
LAMPIRAN ....................................................................................... 50
Tabel 6-25 ............................................................................................... 51
Ikhlasul Imam
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kadar air awal terhadap
vigor benih empat genotipe sorgum pasca simpan 12 bulan ........... 27
2. Pengaruh genotipe pada vigor kecambah benih sorgum pasca
simpan 12 bulan ............................................................................... 29
3. Rekapitulasi pengaruh kadar air awal pada vigor kecambah
sorgum pasca simpan 12 bulan ....................................................... 31
4. Pengaruh interaksi genotipe dan kadar air pada variabel kekuatan
akar kecambah normal kuat ............................................................... 32
5. Pengaruh interaksi genotipe dan kadar air pada variabel kekuatan
kecambah normal total ...................................................................... 33
6. Uji Bartlett untuk pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel daya hantar listrik (µS.cm-1
) ditransformasi (Log X)... 51
7. Analisis ragam data pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel daya hantar listrik (µS.cm-1
) ditransformasi (Log X)... 51
8. Uji Bartlett untuk pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel kadar air (%) .............................................................. 52
9. Analisis ragam data pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel kadar air (%) .............................................................. 52
10. Uji Bartlett untuk pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel kecambah normal kuat (%) ........................................ 53
Ikhlasul Imam
xviii
Tabel Halaman
11. Analisis ragam data pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel kecambah normal kuat (%) ....................................... 53
12. Uji Bartlett untuk pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel kecambah normal lemah (%) ditransfomasi log (X) .... 54
13. Analisis ragam data pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel kecambah normal lemah (%) ditransfomasi log (X) .... 54
14. Uji Bartlett untuk pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel panjang tajuk kecambah normal (cm) ditransformasi
Log(X) ............................................................................................... 55
15. Analisis ragam data pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel panjang tajuk kecambah normal (cm) ditransformasi
Log(X) ............................................................................................... 55
16. Uji Bartlett untuk pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel panjang akar primer kecambah normal (cm) ............. 56
17. Analisis ragam data pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel panjang akar primer kecambah normal (cm) ............. 56
18. Uji Bartlett untuk pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel bobot kering kecambah normal (mg) ditransformasi
(√ ) .................................................................................................. 57
19. Analisis ragam data pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel bobot kering kecambah normal (mg) ditransformasi
(√ ) ................................................................................................... 57
20. Uji Bartlett untuk pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel kekuatan tajuk kecambah normal kuat (g)
ditransformasi Log(x) ....................................................................... 58
21. Analisis ragam data pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel kekuatan tajuk kecambah normal kuat
(g)ditransformasi Log(x) .................................................................. 58
Ikhlasul Imam
xix
22. Uji Bartlett untuk pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel kekuatan akar kecambah normal kuat (g)
ditransformasi Log(x) ........................................................................ 59
23. Analisis ragam data pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel kekuatan akar kecambah normal kuat (g)
ditransformasi Log(x) ................................................................... 59
24. Uji Bartlett untuk pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel kecambah normal total (%) ........................................ 60
25. Analisis ragam data pengaruh kadar air awal (K) dan genotipe (G)
pada variabel kecambah normal total (%) ........................................ 60
Ikhlasul Imam
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak percobaan ......................................................................... 19
2. Pengukuran kekuatan tajuk atau akar kecambah normal kuat ........... 24
3. Pengaruh interaksi genotipe dan kadar air awal benih sorgum
pasca simpan 12 bulan variabel kekuatan akar kecambah normal
kuat .............................................................................................. 33
4. Pengaruh Interaksi genotipe dan kadar air awal benih sorgum
pasca simpan 12 bulan variabel kecambah normal total .................. 34
5. Kadar air benih sorgum pasca simpan 12 bulan ............................ 35
6. Daya hantar listrik benih sorgum pasca simpan 12 bulan ................ 35
7. Kecambah normal kuat benih sorgum pasca simpan 12 bulan ......... 36
8. Panjang tajuk kecambah normal benih sorgum pasca simpan 12
bulan .............................................................................................. 37
9. Panjang akar primer kecambah normal benih sorgum pasca simpan
12 bulan ......................................................................................... 37
10. Bobot kering kecambah normal benih sorgum pasca simpan 12
bulan .............................................................................................. 38
11. Kekuatan akar kecambah normal kuat benih sorgum pasca simpan
12 bulan ....................................................................................... .. 39
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor) adalah salah satu tanaman pangan pada lahan
kering yang memiliki potensi besar dikembangkan di Indonesia. Keunggulan
sorgum terletak pada daya adaptasi yang luas, tahan terhadap kekeringan,
produksi tinggi, serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman
pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi
sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pengganti
pakan ternak (OISAT, 2011).
Keunggulan yang dimiliki tanaman sorgum ini yaitu toleran terhadap keadaan
kering dan keadaan tergenang oleh air (Anas, 2007). Keunggulan yang dimiliki
sorgum juga dapat dikembangkan di Indonesia yaitu karena tanaman sorgum
dapat beradaptasi di sebagian besar lahan Indonesia. Sorgum memiliki
keunggulan yaitu dapat ditanam pada lahan suboptimal (lahan kering, rawa, dan
lahan masam yang tersedia cukup luas di Indonesia, sekitar 38,7 juta hektar)
dengan produktivitas yang cukup tinggi, dan kandungan dari sorgum lebih tinggi
dibandingkan dengan padi (Warta IPTEK, 2012).
2
Biji sorgum dalam bobot 100 gram memiliki kandungan karbohidrat sebesar
83%, protein sebesar 11%, lemak sebesar 3,3%, dan 2,7% lainnya seperti kalsium,
fosfor, vitamin B1, dan zat besi. Kandungan nutrisi sorgum yang setara dengan
beras sehingga mampu menopang kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan dan energi
yang diberikan cukup optimal dalam memasok kebutuhan individu (Sirappa,
2003).
Kadar air benih merupakan bobot air yang dikandung pada benih dan setelah itu
menghilang karena pemanasan yang sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang
dinyatakan dalam persentase terhadap bobot awal contoh benih. Penetapan kadar
air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan
kehilangan kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam % terhadap bobot asal
contoh benih. Penyimpanan dan daya hidup suatu benih sangat erat hubungannya
dengan kadar air. Benih mengandung kadar air yang rendah pada bagian lapisan
penutup atau perikarp, jika dibandingkan dengan bagian embrio dan endosperma.
Penyimpanan akan menyebabkan perubahan kandungan kadar air dari suatu biji
yang nantinya keadaan ini akan mempengaruhi laju kemunduran benih tersebut
(Sutopo, 2004).
Penurunan kadar air dapat memperlambat kemunduran benih, sesuai dengan teori
Harrington (1972) yang mengatakan bahwa untuk setiap penurunan 1% dari
kandungan air benih maka umur benih akan manjadi dua kali lipatnya, tetapi
terdapat faktor lain yaitu berupa genotipe yang dapat mempengaruhi perbedaan
vigor kecambah.
3
Hasil penelitian Indartono (2011), kadar air benih diatas 13% dapat
meningkatkan laju kemunduran mutu benih selama penyimpanan dapat
diperlambat, dengan cara kadar air benih harus dikurangi sampai kadar air benih
optimum. Kadar air benih optimal, yaitu kadar air tertentu dimana benih tersebut
disimpan lama tanpa mengalami penurunan mutu benih. Kadar air optimum
dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6 - 11%.
Kemunduran benih adalah suatu proses penurunan mutu secara bertahap dan tidak
dapat kembali seperti semula (irreversible) karena terjadinya perubahan
fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Proses mundurnya vigor secara
fisiologis ditandai dengan peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan
pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), penurunan daya
berkecambah, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim dan akhirnya dapat
menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985).
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur angsur
dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis
yang disebabkan oleh faktor dalam (Copeland dan Donald, 1985). Menurut
Wijayati (2013) kemunduran benih meningkat sejalan dengan peningkatan kadar
air benih. Proses metabolisme meningkat dengan meningkatnya kadar air benih,
dan dipercepat dengan suhu ruang simpan. Kadar air benih yang rendah
merupakan faktor penting dalam inaktivasi benih kedelai selama penyimpanan
karena kadar air benih yang rendah < 11% mampu menekan terjadinya respirasi
yang menyebabkan kemunduran benih (Sutopo, 2004).
4
Genotipe dapat didefinisikan sebagai sekelompok tanaman dari suatu jenis atau
spesies tanaman yang memiliki karakteristik tertentu seperti bentuk, pertumbuhan
tanaman, daun, bunga, dan biji yang dapat membedakan dari jenis atau spesies
tanaman lain, dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Galur adalah
tanaman hasil pemulian yang telah diseleksi dan diuji, serta sifat unggul sesuai
tujuan pemuliaan, seragam dan stabil, tetapi belum dilepas sebagai varietas (BB
Padi, 2015). Hasil penelitian Fikri et al. (2015), menyatakan bahwa malai sorgum
manis dari setiap genotipe memiliki panjang yang berbeda walaupun ditanam
pada lahan yang sama. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik dari masing-masing
genotipe. Fikri et al. (2015) juga melaporkan bahwa beberapa genotipe dari galur
koleksi BATAN seperti Patir 1, Patir 2, Patir 3, Patir 4, hingga Patir 10 memiliki
pertumbuhan kecambah yang berbeda-beda. Hasil terbaik yaitu galur Patir 10
dengan panjang plumula lebih dari yang galur yang laiinya, sedangkan Patir 9
memiliki radikula yang lebih panjang dari galur yang lainnya.
Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk berkecambah dan berkembang
menjadi tanaman normal pada lingkungan yang sub optimum. Benih yang
bervigor tinggi akan menghasilkan vigor kecambah yang tinggi juga. Vigor
kecambah merupakan vigor yang ditunjukkan oleh kinerja kecambah normal.
Kecambah yang bervigor tinggi menunjukkan fisik komponen kecambah yang
lebih unggul daripada yang kecambah kurang vigor (less vigor). Pada umumnya
vigor benih mengalami penurunan setelah melewati masa penyimpanan karena
setiap organisme hidup selalu mengalami penuaan (Koes dan Arief, 2013).
5
Manfaat benih yang bervigor tinggi yaitu dapat disimpan dalam waktu lama selain
itu juga benih yang vigornya tinggi akan tumbuh dan berkembang pada kondisi
lahan yang kurang sesuai dengan syarat tumbuhnya (Adisarwanto dan Widyastuti,
2001). Hal ini sejalan dengan pernyataan Sadjad (1994), bahwa vigor merupakan
kemampuan individu benih untuk dapat tumbuh normal pada kondisi yang
suboptimum. Kondisi yang suboptimum diartikan sebagai keaadan lapang yang
keaadaan lingkungannya tidak memadai untuk tumbuh dan berkembangnya benih.
Kemampuan benih tersebut berupa kecepatan perkecambahan, keseragaman
pertumbuhan, daya berkecambah, dan kemampuan tumbuh normal pada
jangkauan lingkungan yang luas.
Penyimpanan benih sorgum adalah upaya untuk menyiapkan bahan tanam di
musim tanam pada tahun berikutnya. Pada dasarnya benih yang disimpan
diharapkan mampu mempertahankan vigor sampai akhir periode simpan.
Menurut Justice dan Bass (2002), tujuan utama penyimpanan benih tanaman ialah
untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya.
Semakin lama benih disimpan vigor benih akan semakin menurun, oleh sebab itu
vigor kecambah benih penting untuk diketahui pasca simpan 12 bulan untuk
menjawab tantangan ketersediaan benih bermutu.
Selain periode simpan, faktor genetik benih juga mempengaruhi vigor benih
sorgum. Hal ini akan mengakibatkan, ada genotipe yang tahan disimpan dan
dapat mempertahankan vigornya ada juga benih yang cepat mengalami
kemunduran saat penyimpanan. Oleh karena itu perlu diketahui genotipe benih
sorgum yang bervigor kecambah tinggi setelah penyimpanan 12 bulan.
6
Hasil penelitian Koes (2013), menunjukkan bahwa benih yang disimpan pada
suhu ruang simpan 18-22 oC dengan kadar air awal 8% pasca simpan 6 bulan
memiliki daya berkecambah yang tinggi yaitu sebesar 91,71%, sedangkan pada
penelitian Komalasari dan Arief (2013), menyatakan bahwa benih yang disimpan
dengan suhu ruang simpan yang tinggi yaitu 28-34 oC dan dengan kadar air awal
yang tinggi pula sebesar 10-12% pasca simpan 6 bulan menghasilkan daya
berkecambah yang rendah yaitu sebesar 65,14%. Berdasarkan penelitian tersebut
maka penelitian yang akan dilakukan menggunakan taraf kadar air yang lebih
rendah yaitu 7% dan 8% yang bertujuan untuk membuktikan semakin rendah
kadar air maka mampu menekan laju kemunduran benih dan menggunakan
pengaturan suhu ruang simpan yang tinggi yaitu 26 oC selama penyimpanan 12
bulan.
Menurut hasil penelitian Hakim (2017) bahwa persentase daya berkecambah
genotipe Super 1, Super 2, Mandau, GH 6, dan PF5-193C setelah lama simpan 9
bulan yaitu berturut - turut sebesar 93%, 92%, 91%, 88%, dan 84% dengan kadar
air 10%-12% dan menggunakan suhu ruang simpan 26oC, sedangkan menurut
hasil penelitian Nurisma (2015) bahwa persentase daya berkecambah varietas
numbu setelah lama simpan 4 bulan yaitu sebesar 87,9% dengan kadar air 12,9 %
dan menggunakan suhu ruang simpan yang sama yaitu 26oC, dari 2 penelitian ini
dapat diketahui bahwa kadar air mempengaruhi daya berkecambah selama periode
penyimpanan.
Menurut hasil penelitian Juliantisa (2017) bahwa persentase daya berkecambah
genotipe kawali, PF 10-90A, dan GH 7 setelah lama simpan 12 bulan yaitu
7
berturut - turut sebesar 86,67%, 81,33% dan 76,33% dengan kadar air berturut-
turut yaitu 8,50%, 8,83%, dan 9,05% dan menggunakan suhu ruang simpan
17oC. Dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa genotipe mempengaruhi laju
kemunduran benih.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, solusi untuk memperlambat kemunduran
benih sehingga benih dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dan tetap
mempertahankan vigor yang tinggi adalah dengan menggunakan kadar air awal
rendah dan genotipe yang tahan disimpan. Pasca simpan dua belas bulan
dianggap penting karena berpengaruh terhadap ketersediaan benih di Indonesia,
apabila dengan penurunan kadar air awal dapat memperlambat kemunduran benih
maka umur benih menjadi lebih lama untuk menyediakan benih pada musim
tanam selanjutnya maupun ditahun berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Berapa vigor kecambah benih sorgum pasca simpan 12 bulan dengan kadar air
awal 7% dan 8%?
2. Berapa vigor kecambah benih sorgum pasca simpan 12 bulan dari empat
genotipe sorgum?
3. Apakah pengaruh kadar air awal 7% dan 8% pada vigor kecambah pasca
simpan 12 bulan juga ditentukan oleh genotipe?
8
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui vigor kecambah benih sorgum yang disimpan dengan kadar air
awal 7% dan 8% pasca simpan 12 bulan.
2. Mengetahui vigor kecambah dari empat genotipe benih sorgum pasca simpan
12 bulan.
3. Mengetahui vigor kecambah pasca penyimpanan 12 bulan dari empat genotipe
benih sorgum disimpan dengan kadar air awal 7% dan 8%.
1.3 Kerangka Pemikiran
Kadar air benih yang tinggi dapat meningkatkan laju kemunduran benih pada
tempat penyimpanan. Laju kemunduran benih dapat diperlambat dengan cara
kadar air benih harus dikurangi sampai kadar air benih optimumn, maka dilakukan
penurunan kadar air, pada penilitian ini menggunakan kadar air 7% dan 8%.
Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang
baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama. Prinsip dasar
pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih, dan
salah satu tolak ukurnya adalah kadar air benih.
Perbedaan genetik beberapa genotipe turut mempengaruhi respons penurunan
vigor benih pada masa peyimpanan. Lama penyimpanan benih sangat
berpengaruh terhadap viabilitas benih, viabilitas benih akan menurun seiring
dengan bertambahnya waktu. Penyimpanan benih yang terlalu lama dapat
menyebabkan kemunduran mutu benih dan fisiologis benih yang akan
menimbulkan perubahan menyeluruh pada benih baik fisik, fisiologis maupun
9
yang menyebabkan menurunnya viabilitas benih. Hal ini akan mengakibatkan,
ada genotipe yang tahan disimpan dan dapat mempertahankan vigornya ada juga
benih yang cepat mengalami kemunduran saat penyimpanan. Oleh karena itu
perlu diketahui genotipe benih sorgum yang bervigor tinggi setelah penyimpanan
12 bulan.
Penyimpanan benih merupakan upaya untuk menyiapkan benih sebagai bahan
tanam di periode tanam berikutnya. Pada dasarnya benih yang disimpan
diharapkan mampu mempertahankan mutunya pada akhir periode simpan.
Namun, pada kenyataannya penyimpanan benih semakin lama disimpan maka
akan menurunkan mutu benihnya. Penyimpanan benih akan mengakibatkan
kemunduran benih. Periode simpan benih yakni masa (waktu) suatu benih
disimpan dalam suatu ruang penyimpanan. Selama periode simpan inilah benih
mengalami kemunduran benih (deteriorasi).
Vigor benih secara umum merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal
dalam kondisi yang optimum maupun suboptimum. Benih yang memiliki vigor
yang tinggi dapat menghasilkan produksi yang lebih baik (Sadjad, 1993).
Kekuatan tumbuh dan daya simpan benih merupakan parameter viabilitas yang
dapat mencerminkan kondisi vigor benih. Keduanya menempatkan benih pada
kemampuannya untuk tumbuh normal pada semua kondisi lapang maupun setelah
benih melampaui periode simpan yang lama (Sutopo, 2002). Vigor benih
mencapai maksimum pada saat masak fisiologis. Viabilitas akan menurun seiring
waktu dan dalam waktu pendek daya kecambah serta vigor juga menurun. Benih
yang memiliki vigor rendah akan berakibat terjadinya kemunduran benih yang
10
cepat selama penyimpanan, kecepatan berkecambah menurun, kepekaan akan
serangan hama dan penyakit meningkat, meningkatnya jumlah kecambah
abnormal, dan rendahnya produksi tanaman. Oleh karena itu dilakukan penelitian
ini untuk mengetahui apakah penggunaan genotipe yang berbeda dan penggunaan
kadar air awal 7% dan 8% seperti pada (Gambar 1).
1.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian dari kerangka pemikiran dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut:
1. Vigor kecambah benih sorgum pasca simpan 12 bulan dengan kadar air awal
7% dan 8% berbeda.
2. Vigor kecambah pasca simpan 12 bulan dari empat genotipe sorgum berbeda.
3. Masing-masing genotipe benih sorgum berbeda vigor kecambahnya pasca
simpan 12 bulan pada kadar air awal 7% dan 8%.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Sorgum
Kedudukan sorgum (Sorghum bicolor [L] Moench) dalam ilmu taksonomi
tumbuhan adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Sub family : Panicoideae
Genus : Sorghum
Species : Sorghum bicolor [L.] Moench
Tanaman sorgum yaitu tanaman berkeping satu, perakarannya tidak membentuk
akar tunggang, tetapi hanya terdiri atas akar lateral. Sorgum menggunakan
beberapa sistem perakaran yaitu akar-akar primer pada dasar buku pertama
pangkal batang, akar skunder dan akar tunjang yang terdiri atas akar koronal dan
akar udara. Kedalaman akar lateral mencapai 1,3-1,8 m, dengan panjang
mencapai 10,8 m. Sebagai tanaman yang termasuk kelas monokotiledone, sorgum
12
mempunyai sistem perakaran serabut (Artschwanger, 1948, Singh et al. 1997,
Rismunandar, 2006).
Batang pada tanaman sorgum adalah rangkaian berseri terdiri dari ruas
(internodes) dan buku (nodes), serta tidak memiliki kambium. Batang pada
bagian tengah terdapat seludang pembuluh. Tipe batang sorgum bervariasi yaitu
dari solid dan kering hingga sukulen dan manis. Jenis sorgum manis pada batang
gabusnya mempunyai kandungan gula yang tinggi, sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan baku pembuatann gula seperti tebu (Hunter and Anderson 1997,
Hoeman, 2012). Batang tanaman sorgum berbentuk silinder dengan diameter
pada bagian pangkal sebesar 0,5-5,0 cm. Tinggi batang sorgum bervariasi,
berkisar antara 0,5-4,0 m, bergantung pada varietas (House, 1985, Arthswager,
1948, du Plessis, 2008).
Batang sorgum dapat menghasilkan tunas baru membentuk percabangan atau
anakan dan dapat tumbuh menjadi individu baru selain batang utama tetapi hanya
pada beberapa varietas sorgum (House, 1985). Ruas batang sorgum memiliki sifat
gemmiferous. Varietas dan lingkungan tumbuh tanaman sorgum mempengaruhi
pertumbuhan tunas atau anakan. Pada suhu kurang dari 180 C dapat
mengakibatkan munculnya anakan pada fase pertumbuhan daun ke-4 sampai ke-6.
Tanaman sorgum tahunan mampu menghasilkan anakan 2-3 kali lebih banyak dari
sorgum semusim. (Hunter and Anderson, 1997, du Plessis, 2008).
Daun pada tanaman sorgum berbentuk pita, dengan struktur terdiri atas helai daun
dan tangkai daun. Posisi daun terletak berlawanan sepanjang batang dengan
pangkal daun menempel pada ruas batang. Panjang daun sorgum sebesar 1 m
13
kurang lebih dengan penyimpangan 10-15 cm dan lebar 5-13 cm (Arthswager,
1948, House, 1985). Jumlah daun bervariasi tergnatung dengan varietas yaitu
jumlah daunnya antara 7-40 helai (Arthswager, 1948, Martin,1970, Gardner et al.
1981).
2.2 Kadar Air
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung di dalam benih. Makin tinggi
kandungan air pada benih, maka semakin tidak tahan benih tersebut untuk
disimpan lama. Hal ini sesuai dengan kaidah Harrington yang pertama
(Harrington, 1972) mengatakan bahwa untuk setiap kenaikan 1% dari kandungan
iar benih maka umur benih akan manjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk
kandungan air benih diantara 5 dan 14 %. Karena di bawah dari 5% kecepatan
menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh autoksidasi lipid di
dalam benih. Sedangkan di atas 14 %, akan terdapat cendawan gudang yang
merusak kapasitas perkecambahan benih.
Menurut hasil penelitian Ayung (2017), menunjukkan persentase kecambah
normal total setelah lama simpan 12 bulan dengan kadar air 10% pada ruang
simpan 18oC memiliki daya berkecambah 59,50% lebih rendah dibandingkan
pada lama simpan 10 bulan dengan daya berkecambah 78%. Kecepatan
perkecambahan benih setelah simpan 12 bulan sebesar 24,58%/hari lebih rendah
daripada disimpan 10 bulan sebesar 36,47%/hari. Penyimpanan benih sorgum
pada suhu ± 18oC dan RH ± 48% selama 12 bulan menyebabkan benih rusak lebih
tinggi sebesar 24,19% dibandingkan benih yang disimpan selama 10 bulan
sebesar 14,73%.
14
Menurut hasil penelitian Hakim (2017), bahwa daya berkecambah normal 91%
pada benih sorgum dengan kandungan kadar air 10% disimpan pada suhu ruang
180 C dengan lama simpan 9 bulan. Periode lama simpan 9 bulan dapat
mengakibatkan penurunan mutu fisiologis benih yang ditunjukkan pada variable
panjang tajuk kecambah normal, kecepatam perkecambahan, persentase benih
mati, dan nilai daya hantar listrik.
2.3 Genotipe
Rismunandar (1998), menyatakan bahwa pembentukan biji ditentukan oleh
kemampuan genetik tanaman yang berhubungan dengan sumber asimilat dan
tempat penumpukannya pada tanaman. Suatu tanaman dapat berhasil dalam
menghasilkan produksi yang lebih tinggi dikarenakan oleh gen tanaman itu
sendiri, sehingga hasil produksi yang dicapai dipengaruhi dari genotipe yang
dikembangkan sesuai dengan kemampuan genetiknya.
Menurut Tarigan et al. (2013), varietas berpengaruh nyata pada tinggi tanaman
(4 – 8 minggu setelah tanam), lalu jumlah daun (6 dan 8 minggu setelah tanam),
umur berbunga, bobot basah tajuk, produksi per sampel, produksi per plot,
produksi per hektar, dan bobot 1000 biji. Menurut Fikri et al. (2015), pada bagian
malai tanaman sorgum manis dari setiap genotipe memiliki panjang yang
bervariasi walaupun tanaman ditanam pada lahan yang sama. Hal ini disebabkan
oleh faktor genetik dari masing-masing genotipe.
15
Persentase kecambah normal total memiliki hubungan yang positif terhadap
kecepatan perkecambahan, benih mati dan panjang kecambah normal yang
dipengaruhi oleh jumlah tanaman per lubang yang berbeda dan varietas yang
berbeda pada sorgum (Purnamasari et al., 2015).
2.4 Kemunduran Benih
Kemunduran benih adalah suatu proses penurunan mutu secara bertahap
dan tidak dapat kembali seperti semula (irreversible) karena terjadinya perubahan
fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Proses mundurnya vigor secara
fisiologis ditandai dengan peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan
pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), penurunan daya
berkecambah, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim dan akhirnya dapat
menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih selama penyimpanan dibagi
menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik,
daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal
antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan
(Copeland dan Donald, 1985).
Sifat genetik benih antara lain tampak pada permeabilitas dan warna kulit benih
yang berpengaruh terhadap daya simpan benih. Menurut Purwanti (2004),
Penelitian terdahulu menemukan bahwa varietas kedelai berbiji sedang atau kecil
umumnya memiliki kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas rendah, dan
memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang kurang
16
optimal dan tahan terhadap deraan cuaca lapang dibanding varietas yang berbiji
besar dan berkulit biji terang.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemunduran Benih
2.5.1 Kadar Air
Benih pada saat panen biasanya memiliki kandungan air benih sekitar 16% sampai
20%. Agar dapat mempertahankan viabilitas maksimumnya maka kandungan air
tersebut harus diturunkan terlebih dahulu sebelum disimpan. Pada benih yang
berminyak seperti kedelai kandungan air benih untuk disimpan harus lebih kecil
dari 11% (Sutopo, 2002). Dalam batas tertentu makin rendah kadar air benih
makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air yang terlalu tinggi dalam
penyimpanan akan menyebabkan terjadinya peningkatan kegiatan enzim-enzim
yang akan mempercepat terjadinya proses respirasi, sehingga perombakan bahan
cadangan makanan dalam biji menjadi semakin besar. Akhirnya benih akan
kehabisan energi pada jaringan-jaringannya yang penting. Energi yang terhambur
dalam bentuk panas ditambah keadaan yang lembab akan merangsang
perkembangan mikroorganisme yang dapat merusak benih.
2.5.2 Genetik
Faktor genetik yang mempengaruhi vigor benih adalah pola dasar perkecambahan
dan pertumbuhan yang merupakan bawaan genetik dan berbeda antara satu
spesies dan spesies lain. Sifat genetik benih akan mengekspresikan karakter-
karakternya kedalam karakterkarakterfenotipnya. Hal ini antara lain tampak pada
permeabilitas dan warna kulit benih yang berpengaruh terhadap daya simpan
17
benih (Kuswanto, 2003). Miao et al. (2001) menyebutkan bahwa kulit benih
adalah struktur penting sebagai suatu pelindung antara embrio dan lingkungan di
luar benih, mempengaruhi penyerapan air, pertukaran gas dan bertindak sebagai
penghambat mekanis dan mencegah keluarnya zat penghambat dari embrio.
2.5.3 Suhu Lingkungan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi
ruangan. Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi.
Dalam kondisi tersebut, viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama.
2.5.4 Kelembaban
Benih memiliki sifat higroskopis, bila disimpan pada kelembaban yang tinggi,
benih akan menyerap uap air sampai kadar air benih seimbang dengan
kelembaban ruang simpan. Sebaliknya bila benih disimpan pada kelembaban yang
rendah, benih akan mengeluarkan uap air sampai antara benih dengan kelembaban
disekitarnya tercapai keseimbangan. Pengaruh kelembaban secara tidak langsung
dapat menyebabkan meningkatnya aktivitas mikroorganisme. Aktivitas
mikroorganisme akan meningkat seiring dengan meningkatnya kelembaban ruang
simpan.
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian dimulai pada bulan Februari
2017 sampai dengan Februari 2018.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sorgum genotipe
Samurai-1, Super-2, GH-14, dan P/F 10-90 A dengan 2 taraf kadar air yaitu 7%
dan 8%, kertas merang, kertas CD, larutan HCl, karet gelang, gelas plastik,
strapless dan larutan aquades.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat pengukur kekuatan
kecambah normal, penghitung benih (Seed counter ), oven, alat pengukur kadar
air dengan metode tidak langsung (Moisture tester), timbangan elektrik, nampan,
plastik flash, label, strapless, penggaris, alat pengukur daya hantar listrik
(electroconductivity meter), seed blower, oven, plastik, gelas plastik, Germinator
tipe IPB 73 2A/2B dan alat tulis.
19
3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan perlakuan faktorial (2x4) yang diacak secara lengkap
pada setiap blok dari 3 blok. Blok adalah ulangan dengan tata letak percobaan
pada Gambar 1. Faktor pertama adalah kadar air, yang terdiri dari 2 taraf 7% dan
8%. Faktor kedua genotipe yang terdiri dari genotipe Samurai-1, Super-2, GH-14,
dan P/F 10-90 A. Analisis data menggunakan uji Bartlett untuk mengetahui
homogenitas ragam antar perlakuan. Selanjutnya dilakukan uji Tukey untuk
menguji kemenambahan data pengamatan, setelah itu dilakukan analisis ragam
untuk melihat perbedaan perlakuan dan dilakukan uji lanjutan menggunakan uji
Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk melihat perbedaan nilai tengah antar perlakuan,
masing-masing pada taraf nyata (a) 5%.
Blok 1
Blok 2
Blok 3
G3K1 G2K1 G4K1
G1K1 G4K1 G3K2
G3K2 G3K1 G3K1
G2K2 G3K2 G1K1
G1K2 G1K2
G2K2
G4K2 G2K2
G1K2
G2K1 G4K2
G2K2
G4K1 G1K1
G4K2
Gambar 1. Tata letak percobaan
Keterangan :
G1 = Genotipe Samurai-1
G2 = Genotipe Super 2
G3 = Genotipe GH 14
G4 = Genotipe P/F 10-90 A
K1=Kadar air 7%
K2= Kadar air 8%
20
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Benih Sorgum
Benih sorgum dipanen pada akhir November 2016 dari hasil pertanaman
penelitian bapak Ir. Eko Pramono. Benih dipanen dengan memiliki kadar air awal
10%. Benih sorgum yang akan digunakan yaitu genotipe Samurai-1, Super-2,
GH-14, dan P/F 10-90 A. Benih sorgum dimasukkan kedalam oven
menggunakan kertas amplop. Selama dioven, benih diamati setiap 4 jam sekali
untuk melihat berapa persen kadar air yang turun. Kadar air 7% didapatkan
setelah pengeringan selama ± 40 jam dengan suhu oven 40o C, sedangkan kadar
air 8% didapatkan setelah pengeringan selama ± 30 jam dengan suhu oven 40o C.
3.4.2 Pengemasan Benih Sorgum
Pengemasan benih menggunakan plastik klip masing-masing 130 butir per plastik
yang terdiri dari 3 blok setiap blok teridi dari 4 taraf genotipe (Samurai-1, Super-
2, GH-14, dan P/F 10-90 A ) pada masing-masing kadar air 7% dan 8% .
Kemudian diberi label yang menjelaskan nama genotipe, lama simpan, kadar air
awal, dan blok atau ulangan.
3.4.3 Penyimpanan Benih Sorgum
Benih sorgum disimpan pada ruang simpan dengan suhu 26 ±1,08ºC dengan
kondisi suhu dan kelembaban nisbi yang dikontrol (setiap harinya dilakukan
pencatatan suhu dan kelembaban nisbi). Benih disimpan dalam plastik klip dan
diletakkan pada nampan.
21
3.5 Pengukuran Kadar Air Benih
Kadar air benih adalah bobot air yang terkandung di dalam benih yang dinyatakan
dalam satuan persen (%). Pengukuran kadar air benih dilakukan secara tidak
langsung dengan menggunakan alat Moisture tester tipe GMK – 303 RS.
Pengukuran kadar air benih dilakukan dengan cara memasukan benih sorgum
sebanyak 5 butir kedalam alat Moisture Tester, lalu tuas diputar sampai benih
hancur, selanjutnya tekan tombol measure dan nilai kadar air dapat dilihat pada
layar (display). Setelah itu benih disimpan pada ruang suhu kamar dan dilakukan
pengukuran kadar air kembali pada pengamatan pasca simpan 12 bulan.
3.6 Pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL)
Daya hantar listrik merupakan metode pengujian yang digunakan untuk melihat
tingkat kebocoran membran sel benih sebagai indikator kemunduran benih.
Pengukuran nilai daya hantar listrik dilakukan dengan merendam 25 butir benih
selama 24 jam dalam 50 ml aquades. Nilai daya hantar listrik ditampilkan pada
monitor alat tersebut. Pada pengukuran DHL diukur juga nilai konduktivitas
aquades sebagai blanko. Penghitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan
dengan rumus sebagai berikut:
Daya Hantar Listrik (µS.Cm-1
)= DHL benih – DHL air aquades
3.7 Pengukuran Vigor Kecambah
Vigor kecambah dievaluasi dengan uji perkecambahan. Uji perkecambahan ini
dilakukan dengan media kertas buram. Sebanyak 25 benih disusun diatas dua
lapis kertas buram lembab kemudian ditutup dua lembar kertas buram lagi dan
digulung (UKD). Benih dalam gulungan diletakkan pada germinator tipe IPB 73
22
2A/2B dengan suhu kamar (28,17 ± 1,790C ). Pengamatan perkecambahan
dilakukan pada hari ke-4. Variabel yang diamati uji perkecambahan ini adalah
kecambah normal kuat, kecambah normal lemah, panjang tajuk kecambah normal,
panjang akar primer kecambah normal, berat kering kecambah normal, kekuatan
tajuk kecambah normal kuat, dan kekuatan akar kecambah normal kuat, dan
kecambah normal total.
3.8 Variabel Pengamatan
3.8.1. Kecambah Normal Kuat
Kecambah normal kuat merupakan kecambah normal yang pertumbuhan akar
primer dan tajuknya tumbuh normal dan kuat. Kriteria kecambah normal kuat
yaitu tumbuh normal, memiliki akar primer, plumula yang baik, serta panjang
tajuk lebih dari 2 cm. Pengamatan dilakukan setelah kecambah berumur 4 hari
setelah dikecambahkan. Persen kecambah normal kuat dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
KNK=
3.8.2. Kecambah Normal Lemah
Kecambah normal lemah merupakan kecambah yang tumbuh normal,
memiliki panjang akar dan plumula kurang dari 2 cm. Pengamatan dilakukan
setelah kecambah berumur 4 hari setelah dikecambahkan. Persen kecambah
normal lemah dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
KNL=
23
3.8.3. Panjang Tajuk Kecambah Normal (PTKN)
Panjang tajuk kecambah normal adalah panjang tajuk yang tumbuh dari pangkal
benih hingga ke ujung tajuk diukur menggunakan penggaris. Semakin panjang
PTKN maka dapat dikatakan benih tersebut bervigor kecambah yang tinggi.
Pengamatan panjang tajuk kecambah normal dilakukan pada lima sampel
kecambah normal yang sama dengan saat pengukuran panjang akar primer
kecambah normal. Nilai panjang tajuk yang telah diperoleh kemudian
dirata-ratakan.
3.8.4. Panjang Akar Primer Kecambah Normal
Panjang akar primer adalah panjang akar yang tumbuh dari pangkal benih hingga
ke ujung akar primer. Semakin panjang PAPKN maka dapat dikatakan benih
tersebut bervigor kecambah yang tinggi. Pengamatan panjang akar primer
kecambah normal dilakukan dengan mengambil lima kecambah normal secara
acak. Nilai panjang akar primer yang telah diperoleh kemudian dirata-ratakan.
3.8.5. Bobot Kering Kecambah Normal
Bobot kering kecambah normal adalah bobot dari kecambah normal yang telah
dikeringkan. Pengamatan bobot kering kecambah normal dilakukan dengan
mengeringkan lima kecambah normal yang telah diukur panjang tajuk dan akar
primernya pada oven bersuhu 80oC selama 3x24 jam dan kemudian ditimbang.
Bobot kering kecambah normal tersebut menggunakan timbangan elektrik tipe
Scout Pro.
24
3.8.6. Kekuatan Tajuk Kecambah Normal Kuat
Kekuatan tajuk kecambah normal kuat didapatkan dari kecambah normal kuat
yang diambil secara acak. Pengamatan dilakukan pada tajuk kecambah normal
dengan menjepit pada pangkal dan ujung tajuk tersebut. Kemudian pada jepitan
pangkal tajuk digantungkan pada jepitan lainya dan pada jepitan ujung tajuk
ditambahkan beban sampai tajuk kecambah normal kuat putus. Kekuatan tajuk
kecambah normal kuat diukur dengan melihat berapa besar beban yang
digantungkan pada tajuk kecambah benih sorgum dan tajuk kecambah putus.
3.8.7. Kekuatan Akar Kecambah Normal Kuat
Kekuatan akar kecambah normal kuat didapatkan dari kecambah normal kuat
yang diambil secara acak. Pengamatan dilakukan pada akar kecambah normal
dengan menjepit pada pangkal dan ujung akar tersebut. Kemudian pada jepitan
pangkal akar digantungkan pada jepitan lainya dan pada jepitan ujung akar
ditambahkan beban sampai akar kecambah normal kuat putus. Kekuatan akar
kecambah normal kuat diukur dengan melihat berapa besar beban yang
digantungkan pada akar kecambah benih sorgum dan tajuk akar kecambah.
Gambar 2. Pengukuran kekuatan tajuk atau akar kecambah normal kuat
tali
Penjepit bawah
beban
Kecambah akar/tajuk
Penjepit atas
25
3.8.8. Kecambah Normal Total
Kecambah normal total adalah jumlah dari variabel pengamatan kecambah normal
kuat dengan kecambah normal lemah. Kecambah normal adalah kecambah yang
memiliki radikula dan plumula yang baik dan lengkap. Persen kecambah normal
total dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
KNT = KNK + KNL
Keterangan:
KNT = Kecambah Normal Total (%)
KNK = Kecambah Normal Kuat (%)
KNL = Kecambah Normal Lemah (%)
45
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Vigor kecambah benih sorgum pasca simpan 12 bulan tidak berbeda dari
benih yang disimpan dengan kadar air awal 7% dan 8%.
2. Vigor kecambah benih sorgum pasca simpan 12 bulan berbeda antar
genotipe sorgum. Genotipe P/F-10-90A memiliki vigor kecambah lebih
tinggi (76%) dibandingkan dengan genotipe Samurai-1 (10%), Super-2
(52,67%) dan GH-14 (10%) yang ditunjukkan oleh variabel kecambah normal
lemah, kekuatan tajuk kecambah normal kuat, bobot kering kecambah normal
dan daya hantar listrik.
3. Kekuatan akar kecambah normal kuat dipengaruhi oleh interaksi antar
perlakuan genotipe dan kadar air. Pada perlakuan kadar air 8%, kekuatan
akar kecambah normal kuat dari genotipe Samurai-1 (1,41 g) lebih rendah
dari pada genotipe Super-2 (1,81 g), GH-14 (1,68 g), dan P/F 10-90A
(1,79 g). Kecambah normal total juga dipengaruhi oleh interaksi antar
genotipe dan kadar air. Pada perlakuan kadar air 7%, genotipe P/F 10-90A
(73,33%) dan Super-2 (68%) menghasilkan kecambah normal total
46
lebih tinggi daripada genotipe Samurai-1 (22,67%) dan GH-14 (20%). Hal ini
berbeda pada perlakuan kadar air 8%, genotipe P/F 10-90A (84,00%)
menghasilkan kecambah normal total lebih tinggi daripada genotipe Super-2
(64,00%), GH-14 (12,00%) dan Samurai-1 (9,33%).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan benih genotipe P/F-10-90A untuk dapat
dijadikan benih komersial karena secara genetik memiliki vigor kecambah yang
tinggi dibandingkan dengan genotipe lain pasca simpan 12 bulan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto dan Y.E, Widyastuti. 2001. Meningkatkan Produksi Jagung di
Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anas. 2007. Pengembangan tanaman sorgum sebagai basis diversifikasi pangan.
Seminar Nasional Apresiasi Pengembangan Sorgum. Kupang Nusa
Tenggara Timur, 19-21 Juni 2007. Departemen Pertanian Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Budidaya Serealia.
Asih, N. W. A. S. 2017. Pengaruh Periode Simpan Pada Mutu Fisik Dan Vigor
Benih Empat Varietas Sorgum ( Sorghum bicolor [L.] Moench.). Skripsi.
Universitas Lampung. Lampung.
Copeland. L.O. dan M.B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science and
Technology. Burgess Publishing Company. New York. 369 p.
Copeland, L. O. and M.B. McDonald. 2001. Principle of Seed Science and
Technology-Fourth Edition. Burgess Publishing Company. Minneapolis.
Minnesota. 488 p.
Dinarto, W. 2010. Pengaruh kadar air dan wadah simpan terhadap viabilitas
benih kacang hijau dan populasi hama kumbang bubuk kacang hijau
Callosobruchus chinensis L. Jurnal AgriSains. 1 :1.
du Plessis, J. 2008. Sorghum production. Republic of South Africa Department of
Agriculture.
Fikri, M.N.A., E. Zuhry dan Nurbaiti. 2015. Uji Daya Hasil dan Mutu Fisiologis
Benih Beberapa Genotipe Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench).
Koleksi BATAN. Universitas Riau. Riau.
Gardner, B.R, B.L. Blad, R.E. Maurer, and D.G. Watt. 1981. Relationship
between crop temperature and physiological and fenological development of
differentially irrigated corn. Agron. J. 73: 743-747.
Hakim, F. A. 2017. Pengaruh Genotipe Pada Produksi dan Mutu Benih Sorgum
(Sorghum bicolor [L.] Moench) Pasca Simpan 3 dan 9 Bulan. Skripsi.
Universitas Lampung. Lampung.
Harington, J.F., 1972. Seed Storage and Longevity, in : Seed Biology vo. III. ed.by
TT. Kozlowski. Academic Press. New York. London. hlm. 145-157.
48
Indartono. 2011. Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik Pengemasan
Terhadap Kualitas Benih Kedelai. Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro. Semarang. 16 (3) :158-163.
Juliantisa, R. 2017. Vigor Benih Empat Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor [L.]
Moench) Yang Dipanen Pada Dua Tingkat Kemasakan Berbeda Pasca
Simpan Dua Belas Bulan. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.
Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Koes F., R. Arief. 2013. Penanganan pascapanen sorgum untuk mempertahankan
mutu benih. Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34 :
Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial. Balai Penelitian
Tanaman Serealia.
Komalasari, O. dan Arief, R. 2013. Pengaruh penundaan pengeringan terhadap
mutu benih sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) . Prosiding. Balai
Penelitian Tanaman Serealia.
Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih. Kanisius. Yogyakarta. 127 hlm.
Miao, Z. H. and F. J. Gallagher. 2001. Anatomical structure and nutritive of
lupin sead coats. J. Agriculture. Aust. Res. 52 : 985-993.
OISAT. 2011. Sorghum. PAN Germany Pestizid Aktions-Netzwerk e.V. PAN
Germany.
Purnamasari, L., E. Pramono dan M. Kamal. 2015. Pengaruh jumlah tanaman
per lubang terhadap vigor benih tiga varietas sorgum (Sorgum bicolor
[L.] Moench) dengan metode pengusangan cepat (MPC). J. Penelitian
Pertanian Terapan 15 (2): 107-114.
Rismunandar. 1998. Rempah-rempah: Komoditi Ekspor Indonesia. Penerbit
Sinar Baru. Bandung.
Rismunandar. 2006. Sorgum Tanaman Serba Guna. Sinar Baru. Bandung. 71 p.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Grasindo Widjasara Indonesia.
144 hlm.
Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. PT Widia Sarana Indonesia.
Jakarta.
Sadjad S., E. Murniati, dan Ilyas S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Kompratif ke Simulatif. Grasindo dan PT Sang Hyang Seri. Jakarta.
49
Samuel,S. L. Purnamaningsih, dan N.Kendarini. 2011. Pengaruh kasar air
terhadap penurunan mutu fisiologis benih kedelai (Glycine max [L.]
Merill) varietas gepak kuning selama dalam penyimpanan. Jurnal Litbang
Pertanian21 (3) : 92-105.
Setyowati, N. dan A. Fadli. 2015. Penentuan tingkat kematangan buah salam
(syzgium polyanthum (wight) walpers) sebagai benih dengan uji kecambah
dan vigor biji. Widyariset 1(1): 31-40.
Sirappa, M.P. 2003. Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai
komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. J. Litbang
Pertanian 22(4):133-140.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 67 hlm.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Syafruddin dan T. Miranda. 2015. Vigor benih beberapa varietas jagung pada
media tanam tercemar hidrokarbon. J.Floratek 10: 18-25.
Tarigan. 2013. Pengaruh waktu penyiangan terhadap pertumbuhan dan produksi
beberapa varietas sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench). Jurnal Online
Agroekoteknologi. Vol 2 (1) : 86-94.
Tuwu, E. R., G. A. K. Sutariati, dan Suaib. 2012. Pengaruh kadar air benih dan
jenis kemasan terhadap vigor benih sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench)
dalam enam bulan masa simpan. Jurnal Berkala Penilitian Agronomi 1(2):
184-193.
Warta IPTEK. 2012. Potensi tanaman sorgum untuk menopang ketahanan
pangan nasional.
Widajati, E., E. Murniati, E. R. Palupi, T. Kartika, M. R.,Suhartanto, dan A.Qadir.
2013. Dasar-dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press. Bogor.