Aplikasi Geokimia Dalam Pencarian Kromium

5
APLIKASI GEOKIMIA DALAM PENCARIAN KROMIUM Pengertian Kromium Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium trivalen (Cr(III), atau Cr 3+ ) diperlukan dalam jumlah kecil dalam metabolisme gula pada manusia. Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebut penyakit kekurangan kromium (chromium deficiency). Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasanseperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih. Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat. Kromium merupakan unsure yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau, dank eras. Kronium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromiu ditemukan dalam bentuk bijih kromium, khususnya senyawa PbCrO 4 yang berwarna merah. PbCrO 4 dapat ditemukan sebagai pigmen merah untuk cat minyak. Kromit merupakan satu-satunya mineral yang menjadi sumber logam kromium. Mineral ini mempunyai komposisi kimia FeCr2O3. Kromit mempunyai sifat antara lain berwarna hitam, bentuk kristal massif hingga granular, sistim kristal oktahedral, goresan berwarna coklat, kekerasan 5,5 (skala mohs), dan berat jenis 4,5 – 4,8. Komposisi kimia kromit sangat bervariasi karena terdapat

description

GEOKIMIA

Transcript of Aplikasi Geokimia Dalam Pencarian Kromium

APLIKASI GEOKIMIA DALAM PENCARIAN KROMIUMPengertian KromiumKromiumadalah sebuahunsur kimiadalamtabel periodikyang memiliki lambangCrdannomor atom24. Kromium trivalen (Cr(III), atau Cr3+) diperlukan dalam jumlah kecil dalammetabolismegulapada manusia. Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebutpenyakit kekurangan kromium(chromium deficiency). Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapisperhiasansepertiemas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutanemas putih. Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat.Kromium merupakan unsure yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau, dank eras. Kronium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromiu ditemukan dalam bentuk bijih kromium, khususnya senyawa PbCrO4 yang berwarna merah. PbCrO4 dapat ditemukan sebagai pigmen merah untuk cat minyak.Kromit merupakan satu-satunya mineral yang menjadi sumber logam kromium. Mineral ini mempunyai komposisi kimia FeCr2O3. Kromit mempunyai sifat antara lain berwarna hitam, bentuk kristal massif hingga granular, sistim kristal oktahedral, goresan berwarna coklat, kekerasan 5,5 (skala mohs), dan berat jenis 4,5 4,8. Komposisi kimia kromit sangat bervariasi karena terdapat usur-unsur lain yang mempengaruhinya, karena itu berdasarkan nisbah Cr:Fe, kromit dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: kromit kaya krom, kaya aluminium, dan kaya besi.Kromit dapat terjadi sebagai endapan primer, yaitu: tipe cebakan stratiform dan podiform, atau sebagai endapan sekunder berupa pasir hitam dan tanah laterit.Potensi kromit di Indonesia cukup besar, hal ini dikarenakan kromit terbentuk pada batuan induknya yaitu ofiolit, sedangkan penyebaran ofiolit di Indonesia diperkirakan lebih dari 80 ribu km2. Penyebaran kromit tersebut terdapat di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Papua.

Sifat-sifat Konfigurasi elektronik untuk kromium menyimpang dari diagramAufbau. Dibandingkan molibdenum dan wolfram, kromium lebih mudah bereaksi dengan asam non oksidator menghasilkan Cr(II), tetapi dengan asam oksidator reaksinya menjadi terhambat dengan terbentuknya lapisan kromium(III) oksida (Sugiyarto dan Suyanti, 2010). Kromium mempunyai variasi tingkat oksidasi yang paling banyak, sehingga logam kromium lebih banyak membentuk persenyawaan. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan logam golongan 6 pada tingkat oksidasi rendah tidak stabil dengan naiknya nomor atom. Senyawa-senyawa oksida kromium, seperti Cr2O3dan Cr(OH)3bersifat amfoterik. Hal ini disebabkan oleh karena sifat basa oksida dan hidroksida kromium menurun (atau sifat asam naik) dengan naiknya tingkat oksidasi. Sama seperti CrO3yang mempunyai tingkat oksidasi lebih tinggi bersifat asam. Hal ini dapat dipahami bahwa Cr(VI) mempunyai jari-jari ionik lebih pendek dan rapatan muatan lebih tinggi sehingga spesies ini mempunyai kecenderungan yang lebih besar sebagai akseptor pasangan elektron. Kromium trioksida bersifat sangat asam dan bereaksi dengan basa menghasilkan kromat, CrO4-. Penurunan pH, dengan penambahan asam ke dalam larutan kromat pada mulanya mengakibatkan kondensasi unit-unit tetahedron CrO4menjadi ion dikromat Cr2O72-, dan kondensasi lebih lanjut menghasilkan endapan CrOSemua senyawa kromium dapat dikatakan beracun. Meskipun kromium berbahaya, tetapi kromium banyak digunakan dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolism glukosa. Dalam bidang kimia, kromium digunakan sebagai katalis, seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif. Dalam industry tekstil, kromium digunakan sebagai mordants. Kromium memiliki beberapa isotop. Diantara isotop-isotop kromium, ada beberapa isotop kromium yang digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakna untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.

Sumber LogamKromium dihasilkan dalam dua bentuk: ferrokromium dan kromium murni, tergantung untuk apa kromium itu digunakan. Ferokromium merupakan sebuah paduan yang mengandung Fe, Cr, dan C. Cara memperolehnya adalah kromit direduksi oleh C menjadi aliasi (paduan) ferrokromium yang mengandung karbon. Ferrokromium banyak digunakan dalam pembuatan stainless steel. Kromium murni berada dalam bentuk persenyawaan kromit. Apabila diperlukan, ada beberapa cara untuk mendapatkannya. Pertama, kromit direaksikan dengan lelehan NaOH dan O2untuk mengubah CrIIImenjadi CrO42-. Selanjutnya lelehan dilarutkan dalam air dan natrium bikromat kemudian diendapkan lalu direduksi. Reaksi yang terjadi adalah:Fe2O3tidak larut akan tetapi natrium kromat larut, oleh karena itu natrium kromat dihilangkan dengan cara dilarutkan dalam air kemudian diasamkan untuk menghasilkan natrium dikromat. Natrium dikromat kurang larut dan dapat diendapkan. Natrium dikromat direduksi terhadap Cr2O3dengan dipanaskan menggunakan C. Langkah terakhir yakni Cr2O3direduksi terhadap logam menggunakan Al.Oleh karena itu logam tersebut rapuh, maka logam (murni) tersebut jarang digunakan. Logam itu digunakan untuk membentuk paduan bukan besi. Dengan demikian, Cr2O3dilarutkan dalam H2SO4dan diletakkan secara elektrolitik pada permukaan logam. Keduanya melindungi logam dari korosi dan memberikan tampilan yang mengkilat.Cara yang kedua tidak jauh berbeda dengan cara yang di atas, yaitu dengan mereduksi Cr2O3dengan silikon. Tahapan-tahapan ekstraksinya adalah: tahap pertama, bijih kromit dalam lelehan alkali karbonat dioksidasi dengan udara untuk memperoleh natrium kromat, Na2CrO4. Tahap kedua, peluluhan dan pelarutan Na2CrO4dalam air yang dilanjutkan dengan pengendapan sebagai dikromat, Na2CrO7. Tahap ketiga adalah reduksi dikromat yang diperoleh dengan karbon menjadi oksidanya, Cr2O3. Tahap terakhir, adalah reduksi Cr2O3dengan silicon.Kromium(III) oksida merupakan oksida kromium yang paling stabil mengadopsi struktur corundum, dan digunakan untuk pigmen hijau. Oksida ini menunjukkan sifat semikonduktor dan antiferomagnetik pada temperatur di bawah 35oC (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).Aplikasi Geokim