APAKAH PEKABARAN 1888 - shinediscovery.weebly.com file · Web viewUmat Masehi Advent Hari Ketujuh...

240
MENGAPA YESUS MENUNGGU (Why Jesus Waits) Bagaimana Pekabaran Bait Suci menjelaskan Misi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Dr. Herbert E. Douglass & Beberapa Tulisan dari 1888 Message Study Committee UNTUK KALANGAN SENDIRI TIDAK DIPERJUALBELIKAN

Transcript of APAKAH PEKABARAN 1888 - shinediscovery.weebly.com file · Web viewUmat Masehi Advent Hari Ketujuh...

MENGAPA YESUS MENUNGGU(Why Jesus Waits)

Bagaimana Pekabaran Bait Suci menjelaskanMisi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh

Dr. Herbert E. Douglass

&

Beberapa Tulisan dari 1888 Message Study Committee

UNTUK KALANGAN SENDIRITIDAK DIPERJUALBELIKAN

KUMPULAN TULISAN TENTANG PEKABARAN 1888

MENGAPA YESUS MENUNGGU(Why Jesus Waits)

Bagaimana Pekabaran Bait Suci menjelaskanMisi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh

Dr. Herbert E. Douglass

&

Beberapa Tulisan dari 1888 Message Study Committee

1888 Message Study Committee8784 Valley View Drive,

Berrien Springs, MI 49103 USA

Penerjemah : N.K MirahayuniPenyunting: Jimmy W. Senduk

2

Prakata

Umat Masehi Advent Hari Ketujuh percaya bahwa mereka sudah dipanggil seca-ra khusus oleh Allah untuk menyiarkan Kabar Baik tentang Kedatangan Kristus yang segera kepada dunia yang sedang bingung dan sekarat ini. “Kepedihan hebat harus dialami untuk menghadapkan masalah ini kepada orang ba-nyak” (Fundamentals of Christian Education, 336), karena “BANYAK ORANG sedang pergi dengan arah yang berlawanan dengan terang yang Tuhan su-dah berikan kepada umatNya, karena mereka tidak membaca buku-buku yang berisi terang dan pengetahuan yang di dalamnya ada teguran dan amaran” (3 Testimonies, 254). Oleh karena itu “penipuan yang terakhir dari Setan ialah membuat agar TIDAK ADA FAEDAH APA-APA DARI KESAKSIAN ROH NUBUAT ITU” (3 Testimonies, 255).

“Kita sedang hidup dalam masa paling genting sejarah dunia ini. Nasib orang banyak di dunia ini tidak lama lagi ditentukan. Keselamatan masa depan kita sendiri dan juga keselamatan orang-orang lain, tergantung pada jalan yang kita tempuh sekarang” (8 Alfa Omega, 632). “Saya [E.G. White] melihat bahwa BANYAK yang melalaikan persiapan yang sangat dibutuhkan dan sedang mengharapkan waktu “penyegaran” dan “hujan akhir” untuk melayakkan mereka berdiri pada Hari Tuhan dan hidup dalam pemandanganNya. ADUH, BETAPA BANYAK ORANG SAYA LIHAT TANPA PERLINDUNGAN PADA MASA KE-SUKARAN!” (Maranatha, 242). “Sebagian orang tidak mempunyai pendirian yang teguh. Mereka seperti gumpalan dempul yang bisa dibentuk sesuka hati. Mereka tidak mempunyai bentuk pendirian, sehingga tidak berguna di dunia ini. Ketidaksanggupan dalam membuat keputusan ini, yang adalah KELE-MAHAN, haruslah dikalahkan. Tabiat Kristen sejati tidak akan bisa dipenga-ruhi dan diubah oleh keadaan yang sukar sekalipun. Manusia harus memi-liki kekuatan moral, kejujuran yang tidak rapuh walau disanjung, disogok, bahkan ditakut-takuti” (5 Testimonies, 297). Biarlah kita: “berdiri tegak untuk membela Kebenaran pada saat MAYORITAS meninggalkan kita, melaksana-kan pertempuran Tuhan pada waktu pahlawan-pahlawan HANYA SEDIKIT. Inilah ujian yang harus kita tempuh nanti” (5 Testimonies, 136). “Pria dan wa-nita yang PEKA TERHADAP DOSA DAN BENCI KEPADA KEJAHATAN, yang memiliki pandangan mata rohani untuk melihat kekurangan-kekurang-an pekerjaan Allah dan untuk bekerja dengan minat yang tekun dan tidak mementingkan diri serta selalu menyembunyikan diri dalam Yesus... MEMI-LIKI ROH PERIBADATAN YANG PRAKTIS, YANG MEMILIKI HATI NURANI YANG CEPAT MERASAKAN ADANYA BAHAYA; pria dan wanita yang tidak mau menonjolkan diri dan tidak mau berusaha menyembunyikan cacat jiwa dalam rupa peribadatan; orang-orang yang merasakan kelemahan dan keti-daksempurnaan tabiat, dan yang mau menggantungkan jiwa mereka pada Yesus Kristus” (Testimonies on Sabbath School Work, 22-26).

Sebagai umat yang menantikan Kedatangan Tuhan Yesus Kedua kali, Tuhan merindukan agar kita menyadari bahwa “kebutuhan dunia yang terbe-sar ialah manusia yang TIDAK DAPAT DIPERJUALBELIKAN, manusia yang JUJUR DAN SETIA DI DALAM JIWA, manusia yang TIDAK TAKUT MENYE-BUT DOSA DENGAN NAMA YANG SEBENARNYA, manusia yang HATI NURANINYA SETIA PADA TUHAN seperti jarum kompas selalu menunjuk

3

ke utara, dan manusia yang MEMPERTAHANKAN KEBENARAN sekalipun langit runtuh” (Education, 57).

“Agar beroleh kemajuan, dalam setiap jemaat harus terdapat orang-orang yang diharapkan dan dipercaya pada masa yang sukar; orang-orang yang BERPENDIRIAN TEGUH seperti baja, orang-orang yang TIDAK ME-MENTINGKAN DIRI SENDIRI, yang MENARUH MINAT DAN HATI MEREKA TERHADAP PEKERJAAN ALLAH lebih dari pendapat-pendapat ataupun perhatian duniawi mereka” (2 Testimonies, 637).

“Seorang anggota yang mengasihi Kristus dan penuh penyerahan akan berbuat lebih banyak kebajikan di dalam jemaat daripada seratus pekerja yang setengah bertobat, dan tidak disucikan, serta terlalu percaya kepada diri sendiri” (5 Testimonies, 114).

Buku ini tidak dituliskan atau diterjemahkan bagi orang-orang yang tidak merindukan reformasi dan kebangunan rohani. Sesungguhnya, buku ini hanya akan tampak sebagai kebodohan bagi dunia.

Mohon tidak menggunakan buku ini untuk memaksakannya kepada kelu-arga atau sahabat anda yang belum diperbaharui. Dengarkanlah amaran ini:

“Anda tidak akan mungkin mengubah hati ... Bagi orang-orang yang menjadikan diri mereka sendiri berhala, tidak ada sesuatupun dalam ujian-ujian manusiawi [mis. standar-standar perilaku seperti berpakaian, gaya hidup, musik, hiburan, dll.] harus disampaikan, karena itu hanya akan memberikan mereka alasan untuk melakukan loncatan terakhir ke dalam kemurtadan .” Our Health Message, hlm. 429-430. TERAPKANLAH PRINSIP-PRINSIP DA-LAM BUKU INI KE DALAM KEHIDUPAN ANDA SENDIRI.

Buku-buku yang kami terjemahkan atau tuliskan bukan untuk tujuan ko-mersial. Buku-buku ini adalah salah satu sarana kecil untuk mempersiapkan umat Tuhan menyambut KedatanganNya yang semakin dekat. Semoga berman-faat dan Tuhan memberkati.

Penyunting

4

DAFTAR ISI

HalamanPrakata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

1. MENGAPA YESUS MENUNGGU Dr. Herbert E. Douglass . . . . . . . . . . . . . . . . 6

2. AJARAN-AJARAN MULA-MULA TENTANG KODRAT KEMANUSIAAN YANG DIKENAKANKRISTUS DALAM INKARNASINYAJerry Finneman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83

3. PEKABARAN 1888 DAN KEDATANGAN KRISTUS YANG TERTUNDADavid L. Wilson . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 135

4. PENYEMBAHAN BAAL DAN PENUNDAAN YANG LAMAD. K. Short . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 144

5

MENGAPA YESUS MENUNGGU

(Why Jesus Waits)

Bagaimana Pekabaran Bait Suci menjelaskanMisi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh

Herbert E. DouglassEdisi yang diperbaharui

Glad Tiding Publishers1888 Message Study Committee

8784 Valley View Drive, Berrien Springs,MI 49103 USA

6

PERSEMBAHAN

Kenangan manis dengan Richard Jacobsen yang tidur, beristi-rahat hingga suara Tuhan membangunkannya untuk bertemu de-ngan Juruselamatnya di udara (1 Tesalonika 4:16, 17).

Pada usia belia tujuh tahun, ia memandang kepada Lem-bah Bayang Kematian, dan mengetahui bahwa ia memiliki se-orang Imam Besar di Bait Suci di Surga, yang “jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan meng-ampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala keja-hatan” (1 Yohanes 1:9).

7

POKOK BAHASAN

Hlm.

1. Di manakah Yesus Sekarang ................... 9

2. Arti Penting Kebenaran tentang Bait Suci .. 20

3. Jangkar Sejarah ........................................ 27

4. Kebenaran yang Paling Ditakuti Setan ..... 35

5. Peran Ganda Sang Pengantara ............... 41

6. Tujuan Tuhan melalui suatu Lambang ..... 49

7. Pembelaan Diri Tuhan .............................. 61

8. Mengapa Waktu Ditunda .......................... 74

8

BAB I DI MANAKAH YESUS SEKARANG

Beberapa tahun yang lalu, sebagian besar dunia berbahasa Ing-gris mengalami suatu gejala yang tidak terduga sebagaimana air mengalir ke bukit. Setelah satu dekade penekanan pandangan bahwa “Tuhan telah mati,” setelah revolusi di kampus selama bertahun-tahun, dan serangan badai yang bertubi-tubi terhadap segala bentuk nilai-nilai dan kewenangan tradisional apapun—sesuatu yang membangkitkan rasa ingin tahu telah terjadi, dan di banyak tempat, dan pertama-tama dimulai di New York.

Di tahun pertama penampilannya, sebuah pertunjukan Broadway meraup hasil $20 juta dan terus meraup jutaan lagi. Dan nama pertunjukkannya? JESUS CHRIST SUPERSTAR!

Tampaknya, hanya dalam semalam, Yesus telah menjadi “besar” dalam industri musik, untuk ditiru pertunjukkan dan film lainnya. Dan Ia membuka pasar yang melambung dalam industri buku karena banyak buku-buku terlaris membicarakan Dia dan KedatanganNya kedua kali.

Dalam koor JESUS CHRIST SUPERSTAR, satu pertanya-an besar diajukan; “Yesus Kristus, siapakah engkau?” Meskipun tidak ada jawaban yang benar diberikan, pertanyaan ini lebih mendalam daripada pertunjukan musik dan lebih luas daripada sekedar rasa ingin tahu. Bagi setiap orang di planet Bumi ini, tidak ada yang lebih penting daripada siapa Yesus itu, apa yang telah dilakukanNya, di mana Ia sekarang, dan apa yang sedang dilakukanNya sekarang bagi umat manusia.

Namun, kendati aneh kedengarannya, bahkan umat Kris-ten terpecah belah selama berabad-abad tentang siapa Dia se-sungguhnya, mereka telah memberi tekanan berlebihan pada ke-Tuhan-an Yesus atau kemanusiaan Yesus. Jarang Yesus yang sesungguhnya diberi tempat yang benar. Ia telah digambarkan sedemikian beragam dan kadangkala dengan istilah-istilah aneh sehingga seorang pengamat yang penuh rasa ingin tahu mung-kin akan bertanya, “Yang manakah Yesus yang sesungguhnya?”

Maka pertanyaan besar tetap muncul: “Yesus Kristus, si-apakah engkau?” Siapakah Dia yang menjadi fokus dari “revolusi Yesus” di kalangan orang muda di dunia Barat di tahun 1970-an, barangkali suatu peristiwa yang paling tidak terduga dan tidak di-harapkan di zaman modern? Lalu kemudian, siapakah Dia yang dapat mengubah seorang skeptis yang hanya memikirkan dirinya

9

sendiri di Palestina yang padat dua ribu tahun lalu menjadi peng-ikut-pengikut setia yang akan hidup dan mati bagi Dia?

Pertanyaan ”Yesus Kristus, siapakah engkau?” memba-yangi setiap orang yang mencari tujuan kehidupan atau yang mencoba lari dari suara batin yang menghantuinya dengan rasa bersalah. Kita dapat menghapuskan Dia. Kita dapat menyambut Dia, tanpa mengikut Dia dengan sungguh-sungguh. Kita dapat “menggunakan” Dia dengan menuntut pengampunan dariNya, tetapi bukan kuasaNya. Namun, kita tidak dapat benar-benar mengabaikan Dia. Ia selalu ada, tidak pernah hidup orang yang Seperti Dia.

Akan tetapi, siapakah Dia? Dari mana Dia berasal? Paulus, ketika menulis surat kepada orang Ibrani, menyebutkan status Yesus sebagai yang “memimpin” (12:2) dan catatan kemanu-siaanNya memungkinkan Dia untuk dianggap sebagai “pimpin-an yang sempurna bagi umat manusia”: “Sebab memang se-suai dengan keadaan Allah–yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan—,yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memim-pin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan… Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu” (Ibrani 2:10, 11).

Namun, siapakah Dia? Dari manakah Ia berasal? Bagi Paulus, Yesus adalah Manusia yang menjadi patokan bagi umat manusia. Ia telah menunjukkan kepada pria dan wanita seperti apakah umat manusia dalam kondisi terbaiknya.

Para penulis Alkitab juga menjelaskan bahwa Yesus me-nunjukkan kepada kita seperti apakah Tuhan itu, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dalam segala hal. Yohanes menya-takan: “Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1). “Dan Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (ayat 14). Yesus menyatakan misi ilahiNya: “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau be-rikan kepadaKu untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada” (17:4, 5).

Jikalau kita harus menjawab pertanyaan yang membayangi itu, Yesus Kristus, siapakah Engkau? Kita harus memulai dari di mana orang-orang Kristen pertama kali bertemu dengan Dia dan harus membuat keputusan. Mereka mengenal Dia sebagai se-orang manusia yang sepenuhnya terlibat dalam kemanusiaan mereka. Dia bukanlah seorang “astronot balik” yang datang ke dunia ini dari “luar sana” semata-mata untuk memberitahukan

10

kepada kita bahwa Tuhan itu hidup dan sehat, dan bahwa Ia sangat mengasihi kita.

Kita dapat mengirim manusia ke bulan, namun mereka adalah masih “manusia bumi”; mereka hidup di dalam pakaian luar angkasa yang menyebabkan mereka tidak tersentuh oleh situasi yang ada di tempat mereka mendarat. Mereka hidup dan makan, melakukan kegiatan normal sebagaimana halnya makh-luk ciptaan, namun mereka terpisah dari “kehidupan apa adanya” sementara mereka berpetualang di bulan.

Tidak, Yesus bukan seorang astronot. Sebagaimana di-gambarkan oleh para pengikutNya yang mula-mula, (dengan di-tuntun oleh RohNya, yang dijanjikanNya akan menolong mereka untuk melihat, mendengar dan merasakan secara tepat ketika mereka menulis tentang Dia), Dia menjadi manusia tanpa pa-kaian pelindung luar angkasa, baik yang tampak maupun tak tampak, yang akan memisahkan Dia dari jenis kehidupan yang dialami oleh orang-orang sezaman-Nya.

Seorang komentator Alkitab sangat membantu dalam menggambarkan kesamaanNya dengan keluarga manusia di Planet Bumi ini: “Yesus menerima kemanusiaan ketika umat ini telah dilemahkan oleh dosa selama empat ribu tahun. Seperti setiap anak Adam, Ia menerima akibat dari prinsip hu-kum hereditas tentang penurunan sifat kepada keturunan selanjutnya. Akibat-akibatnya ditunjukkan dalam sejarah nenek moyangNya. Dia datang dengan mewarisi sifat-sifat keturun-an seperti itu untuk dapat berbagi dalam kesusahan dan pencobaan kita, dan memberi kita teladan tentang kehi-dupan yang tanpa berdosa.”—The Desire of Ages, hlm. 49.

Meskipun Dia lahir di bawah bayang-bayang Kejatuhan, mengambil kemanusiaan sebagaimana setiap bayi yang la-hir 2000 tahun yang lalu—“dengan segala kewajibannya” (Ibid, hlm. 117)—Dia menunjukkan bahwa pria dan wanita tidak terkurung dalam peperangan tanpa pengharapan, bahwa ba-yang-bayang itu bukanlah tidak dapat dibatalkan, bahwa do-sa bukanlah hal yang tidak terelakkan, bahwa Tuhan selalu memiliki jalan keluar dan menuju ke atas. Dia membuka tirai dan menunjukkan kepada kita semua bagaimana menjadi manusia yang sesungguhnya, yaitu cara yang dimaksudkan oleh Tuhan bagaimana pria dan wanita seharusnya hidup.

Yesus Sendiri menanyakan pertanyaan besar ini pada sua-tu hari di Kaesaria Filipi, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Dan Petrus menjawab balik, dengan pengakuan yang menda-

11

lam, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Matius 16:15, 16).

Perkataan itu selalu terngiang. Bayangkan, makan dan mi-num, berjalan dan berdoa, dengan Tuhan! Namun mereka juga mengenal Dia sebagai manusia, manusia yang sesungguhnya. Tuhan yang menjadi manusia! Inkarnasi! Mengapa? Untuk mempersatukan orang-orang berdosa dengan Tuhan; untuk menjembatani wilayah perairan yang bergolak dengan kasih dan kuasa! Paulus menggambarkan misi Tuhan kita yang luar biasa: “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang seka-rang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah da-lam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita te-lah menerima pendamaian itu” (Roma 5:10, 11).

Yesus Kristus adalah jalan kembali ke Eden, penyelesaian bagi keputusasaan manusia. Dia sendirilah landasan bagi peng-harapan umat manusia dan satu-satunya dasar bagi penebusan manusia. Lihatlah Dia tergantung di kayu salib Kalvari di antara langit dan bumi; sebuah penderitaan yang adil bagi orang yang tidak adil; untuk menunjukkan kasih bagi orang yang tidak mengasihi! Ukurlah kehidupanmu dengan kehidupanNya! Ambillah tawaran pengampunan dan penerimaan penuh dariNya! Dengarlah perkataanNya yang menyelamatkan, “dan Aku, apa-bila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." (Yohanes 12:32). “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, me-lainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (3:17). Sesungguh-nya, Dialah yang dijanjikan oleh malaikat dan yang saya perlu-kan—“Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan” (Lukas 2:11).

Alasan lain kedatangan Tuhan kita ke dunia ini dan men-jadi manusia yang sesungguhnya, “dalam segala hal” (Ibrani 2:17), adalah untuk memberi jawaban untuk sekali saja dan bagi semua orang sebuah pertanyaan dasar tentang pertentang-an kosmik yang besar—apakah pria dan wanita yang telah jatuh ke dalam dosa dapat menghidupkan kehidupan de-ngan ketaatan yang penuh sukacita, sebagaimana yang te-lah ditetapkan oleh Tuhan.1

Yesus mematahkan tuduhan-tuduhan Setan bahwa do-sa adalah tidak terelakkan dan bahwa ketaatan adalah tidak mungkin; bahwa manusia yang telah jatuh tidak dapat ber-harap untuk hidup dengan kemenangan atas dosa. Dia men-demonstrasikan bukan saja bahwa pria dan wanita dapat

12

memelihara hukum Tuhan dengan kuasa yang diberikan, na-mun bahwa Tuhan Sendiri rela untuk mengambil resiko ke-amanan surga untuk menyelamatkan manusia. Dia membuk-tikan bahwa tidak ada yang dituntut oleh Tuhan atas cipta-anNya yang tidak rela dilakukanNya bagi ciptaanNya. Kita tidak perlu berpanjang lebar membahas tentang bagaimana Yesus menjadi solusi kekal atas masalah dosa sehingga hati kita dapat merasa bersyukur, memuji dan mengagumi Tuhan, yang mengirimkan Yesus, “Kristus Yesus telah ditentukan Allah men-jadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya” (Roma 3:25).

Kematian Yesus “bagi kita” (1 Tesalonika 5:10) adalah titik nyala waktu, pusat dari rencana keselamatan, prisma yang mela-luinya kita dapat melihat sepenuhnya spektrum kasih Tuhan bagi ciptaanNya. Pengorbanan Manusia Yesus membuktikan bah-wa Tuhan itu adil, bukannya tidak adil ataupun banyak ting-kah. Pengorbanan itu menunjukkan bahwa Dia mengasihi melebihi imajinasi manusia. Tuhan membuktikan bahwa pe-langgaran akan hukum-hukum alam semesta yang menda-sar memberi konsekuensi yang mengerikan, yang dinyata-kanNya dengan mengizinkan “kutukan hukum” (Galatia 3:13) ditumpahkan sepenuhnya dalam kehidupan dan kema-tian Yesus.

Betapa sebuah tugas yang diemban Tuhan dengan menja-di manusia dalam Yesus! Betapa sebuah resiko! Namun melalui kemanusiaanNya, dengan menjadi manusia yang sesungguh-nya, Yesus membayar harga kebodohan manusia dan membuka kembali pintu ke Eden.2

Tidaklah mengherankan Ellen White menyimpulkan keka-guman hati kita ketika ia menuliskan: “kemanusiaan Anak Allah adalah segalanya bagi kita. Itu adalah rantai emas yang meng-ikatkan jiwa-jiwa kita kepada Kristus, dan melalui Kristus kepada Tuhan. inilah yang harus menjadi pelajaran kita. Kristus adalah benar-benar manusia.”—Selected Messages, 1, hlm. 244.

Salah satu aspek yang luar biasa dari Tuhan menjadi ma-nusia adalah bahwa pemberian ini bukanlah sementara. Tuhan menjadi manusia selama-lamanya!“ Dia [Tuhan] me-ngaruniakan AnakNya yang Tunggal untuk datang ke bumi, un-tuk mengambil kodrat manusia, bukan saja untuk beberapa ta-hun kehidupan yang singkat, melainkan untuk mempertahan-kan kodrat ini di pengadilan surga, janji kekal dari kesetiaan Tuhan.”—Ibid., hlm. 258 (lihat The Desire of Ages, hlm. 25).

13

Renungkanlah. Ini menggetarkan pikiran manusia. Kita dapat mengerti sedikit keajaiban tentang kelahiran Tuhan kita di Betlehem ketika Dia memenjarakan DiriNya di dalam ciptaanNya sendiri. Namun bagi Tuhan Sang Pencipta, yang berjalan di an-tara bintang-bintang dan memutarkan alam semesta baru me-ngelilingi orbitnya, untuk selama-lamanya dikungkung dalam ru-ang dan waktu—ini merentangkan pikiran manusia menyebe-rangi lautan kasih yang tanpa batas. Yesus benar-benar mem-berikan DiriNya kepada Planet Bumi dan kepada anda dan saya. Tuhan mengambil kodrat manusia selama-lamanya!

Umat manusia terakhir melihat Yesus di bumi ketika mere-ka berkumpul di Bukit Zaitun sesaat sebelum Dia diangkat ke langit dan melampaui pemandangan mereka. Namun Dia pergi dalam wujud sebagaimana yang mereka kenal selama 33 tahun—makhluk manusia seperti mereka sendiri. Sementara mereka memandang, terserap dalam keingintahuan mereka, “terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutupNya dari pandangan mereka” (Kisah 1:9). Apakah Dia pergi untuk se-lamanya? Apakah pengikut-pengikutnya yang setia akan pernah bertemu lagi dengan Dia? Kemanakah Dia pergi?

Pertanyaan-pertanyaan mereka segera sirna dengan per-nyataan malaikat yang menghiburkan: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang ter-angkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali de-ngan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (ayat 11).

Yesus, si tukang kayu dari Nazaret, Sahabat banyak orang, Tabib yang murah hati, sekarang berada di surga, bukan se-bagai roh yang tak berbentuk, bukan dalam “bentuk Tuhan” sebagaimana adanya sebelum Dia datang ke bumi (Filipi 2:6), namun sebagai manusia, mempertahankan kodrat kemanu-siaanNya untuk selama-lamanya.

Demikianlah Stefanus mengenali Dia ketika Tuhan de-ngan kemurahan hati membukakan tirai antara langit dan bumi sesaat sebelum kehidupannya dihancurkan dengan batu-batu yang dilemparkan oleh orang-orang yang tidak tahan akan ke-benaran. “Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, me-natap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." (Kisah 7:55, 56).

14

Paulus mendengarkan suaraNya pada hari yang menen-tukan itu di jalan Damaskus. Di tengah-tengah kejahatan rohani-nya, Yesus melangkah masuk ke dalam kehidupannya dengan pertanyaan yang menggetarkan hati: “"Saulus, Saulus, menga-pakah engkau menganiaya Aku?" Jawab Saulus: "Siapakah Eng-kau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu” (Kisah 9:4,5).

Yohanes diizinkan untuk melihat Gurunya sekilas ketika ia diasingkan ke pulau karang Patmos. Bukankah itu tindakan yang penuh kemurahan dari Tuhan kita—memberikan saha-batNya, yang telah menjadi saksi yang mulia bagiNya, jamin-an terakhir bahwa segala sesuatunya tidak sia-sia! “Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama se-perti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut” (Wahyu 1:17, 18).

Namun sementara waktu berjalan, sesuatu yang menye-babkan rasa ingin tahu dan menyedihkan terjadi pada gereja Kristen. Mereka kehilangan pandangan di mana Yesus bera-da sekarang dan apa yang dilakukanNya demi kita. Selama berabad-abad banyak orang di dalam gereja yang memusatkan perhatian mereka kepada Dia yang mati di kayu salib—perso-nifikasi tragedi kemanusiaan. Mereka telah meninggikan Yesus sebagai guru terbesar tentang pembenaran yang pernah dide-ngar manusia, memuliakan Dia karena integritas yang tanpa cacat cela dalam kepenuhannya, menghormati Dia karena do-rongan moral yang Dia masukkan ke dalam sejarah manusia. Mereka tergerak oleh pengabaian sepenuhnya akan idealNya, yang menggiring Dia ke kayu salib daripada menyerah kepada kejahatan.Namun disitulah mereka terakhir kali melihat Dia—di kayu salib.

Orang-orang Kristen yang lain meneruskan lebih lanjut; mereka memusatkan perhatian mereka kepada Yesus sebagai Juruselamat yang bangkit. Mereka melihat Dia di antara para pe-ngikutNya selama 40 hari dan kemudian secara ajaib terangkat ke surga. Namun kemudian mereka kehilangan Dia dalam keka-buran tahun-tahun cahaya dan jargon-jargon teologia tentang pendamaian. Meskipun mereka mengetahui bahwa Dia di surga “di sebelah kanan Allah” mereka tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang peran Kristus yang terus menerus dalam menyelesaikan rencana keselamatan.

15

Melihat Dia hanya di kayu salib saja adalah melihat hanya sebagian saja; mulia, memang demikian, namun itu hanya se-bagian saja. Melihat Dia hanya sebagai Tuhan yang telah bang-kit adalah juga melihat Dia hanya sebagian saja. Yang mence-ngangkan dan mengagumkan adalah gambaran yang indah ten-tang kasih yang tanpa batas—Tuhan membayarkan upah dari umat yang telah jatuh, dan bangkit dengan kemenangan dari kubur—pertunjukan ganda tentang kasih dan kuasa. Namun su-atu gambaran sebagian dari Yesus menggiring kepada kesalah-pahaman yang penting, seperti: (1) percaya bahwa kasihNya tak dapat dibendung, dan bahwa suatu hari dalam waktu Tuhan semua orang akan diyakinkan, dan oleh karenanya dimenangkan kembali kepada kerajaan kasih dan kemurahan yang memper-satukan kembali. Atau, (2) bahwa rasa syukur yang sederhana dengan mengakui bahwa Dia mati bagi dosa setiap orang itu sendiri adalah suatu ujian apakah seseorang layak untuk dise-lamatkan.

Umat MAHK percaya bahwa peran Tuhan kita dalam rencana keselamatan adalah lebih daripada melihat Dia di kayu salib, sebagaimana kematianNya yang ajaib dan suatu keharusan. Atau bahkan melihat Dia sebagai Tuhan yang te-lah bangkit, mulia dalam segala implikasinya. Mereka mengi-kut Yesus ke Bait Suci surgawi, mereka memandang lekat kepada Dia, Imam Besar bagi keluarga manusia, pengharap-an yang hidup bagi setiap orang yang mencari pengampun-an dan kemenangan atas kekuatan-kekuatan dosa.

Dalam kitab Ibrani, Paulus menyanyikan nyanyian kemulia-an dari pelayanan Tuhan kita yang terus berlanjut bagi manusia yang telah jatuh. Misalnya, “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada penga-kuan iman kita” (Ibrani 4:14).

Paulus mengakui bahwa pemahaman yang jelas tentang Yesus sebagai imam besar kita adalah “sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita” (Ibrani 6:19, 20). Ia mengumandangkan bahwa orang-orang Kristen dengan “penuh keberanian dapat masuk ke dalam tem-pat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hi-dup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, dan kita mempu-nyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah di-

16

bersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni” (Ibrani 10:19-22).

Sesuatu yang sangat signifikan bagi rencana keselamatan sedang berlangsung di surga hari ini karena Yesus adalah imam besar kita. Sesuatu yang signifikan dan istimewa harus terjadi di dalam kehidupan para pengikutNya di bumi karena peran Yesus sebagai imam besar kita, sementara kita mempelajari halaman-halaman selanjutnya.

Mengikuti Yesus ke dalam Bait Suci di surga tidak me-ngurangi penghargaan akan salib. Tanpa salib maka tidak akan ada imam besar di Bait Suci surga hari ini. Tetapi apa yang sekarang dilakukan Yesus mungkin adalah topik yang paling penting untuk dipahami oleh mereka yang berada di Planet Bumi.3

Perhatian kita akan ketidakseimbangan ekologis, ledakan penduduk, pengadaan persenjataan nuklir, sampah—apapun, semua itu sirna dan menjadi tidak penting dibandingkan de-ngan apa yang harus kita ketahui tentang Yesus dan apa yang sedang diusaha-kanNya bagi planet yang didera kengerian ini. Di mana Yesus sekarang, dan apa yang ingin dilakukanNya, ha-rus dipahami oleh semua orang yang mencari kedamaian ke-kal dalam hati mereka dan bagian dari menyegerakan ke-datangan Tuhan kita kembali.

Tidak heranlah jika Ellen White menuliskan, “Umat Tuhan sekarang ini harus memusatkan pandangan mereka kepada Bait Suci surga, di mana sedang berlangsung pelayanan ter-akhir dari imam besar kita dalam pekerjaan penghakiman—di mana Dia menjadi pengantara bagi umatNya.”—Evangelism, hlm. 223.

Mudahlah kita pahami mengapa Paulus mendesak pemba-canya: “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam be-sar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak ber-buat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibrani 4:15, 16).

Dalam bagian berikut, kita akan mengikuti Tuhan kita ke dalam Bait Suci alam semesta, melihat Dia dalam peranNya se-bagai korban dan imam bagi semua orang yang mengakui Dia sebagai Tuhan, dan mendengarkan Dia ketika Dia mengundang kita bekerja sama dengan Dia dalam menyelesaikan rencana be-sar penyelamatan orang-orang berdosa di Planet Bumi.

17

Catatan

1 “Setan menyatakan bahwa manusia tidak dapat memelihara hukum Tuhan. Untuk membuktikan bahwa mereka dapat, Kris-tus menjadi manusia, dan hidup dalam ketaatan yang sempurna, sebagai bukti kepada makhluk manusia yang berdosa, dan ke-pada malaikat surga, bahwa manusia dapat memelihara hu-kum Tuhan melalui kuasa ilahi yang disediakan dengan berkelimpahan bagi mereka yang percaya. Untuk menyatakan Tuhan kepada dunia, untuk mendemonstrasikan sesungguhnya apa yang ditolak oleh Setan, Kristus dengan sukarela mengambil kemanusiaan, dan dalam kuasaNya, manusia dapat taat kepada Tuhan…Dia, sebagaimana kita adanya, adalah mengalami pen-cobaan musuh. Setan bersukaria ketika Kristus menjadi manusia, dan ia memotong setiap langkahNya dengan segala bentuk pen-cobaan. Kelemahan dan air mata manusia adalah bagianNya; na-mun Dia mencari Tuhan, berdoa dengan seluruh jiwaNya, de-ngan seruan dan tangisan kuat; dan Dia didengar dalam ketakut-anNya. Kehalusan musuh tidak dapat mempedayaiNya ketika Dia menjadikan Tuhan sebagai kepercayaanNya, dan taat kepada fir-manNya. ‘Pangeran dunia ini datang,’ kataNya, ‘dan tidak mene-mukan apapun di dalam DiriKu. Ia tidak dapat menemukan apa-pun di dalam DiriKu yang menanggapi penyesatannya”—Ellen G. White, Signs of the Time, 10 Mei 1899.

2 “Kristus tidak berpura-pura dalam mengambil kodrat manusia’ Dia benar-benar mengambilnya. Dia dalam kenyataannya memi-liki kodrat manusia. “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka” (Ibrani 2:14). Dia adalah anak lelaki Maria; Dia adalah keturunan Daud menurut ke-turunan manusia. Dia dinyatakan sebagai manusia, bahkan Anak Manusia Yesus Kristus… Melalui ketaatanNya kepada seluruh hukum Tuhan, Kristus memberikan penebusan bagi manusia. Ini tidak dilakukan dengan keluar dari Diri-Nya menjadi sesuatu yang lain, namun dengan mengambil kemanusiaan ke dalam DiriNya. Maka, Kristus memberi manusia suatu keberadaan dari dalam Diri-Nya.Untuk membawa manusia ke dalam Kristus, untuk mem-bawa manusia yang telah jatuh kepada satu kesatuan dengan keilahian, adalah pekerjaan penebusan. Kristus mengambil ko-drat manusia sehingga manusia dapat menjadi satu dengan ko-

18

drat ilahi, dan menjadi lengkap di dalam Dia.”—Ellen G. White, Review and Herald, 5 April 1906.

3 “Pengantaraan Kristus demi manusia di dalam Bait Suci di atas adalah sangat mendasar bagi rencana keselamatan sebagaima-na kematianNya di salib”-- Ellen G. White, The Great Controver-sy, hlm. 489.

4 Istilah “Bait Suci” telah digunakan secara tepat selama berta-hun-tahun oleh umat MAHK bagi Bait Suci kuno dalam Perjanjian Lama (dan termasuk upacara-upacaranya), bagi Bait Suci surga (dan upacaranya), bagi gereja Kristen, dan bagi orang-orang Kristen yang setia yang mengizinkan dirinya menjadi kediaman bagi Tuhan surgawi, yang suka “bersemayam … bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati” (Yesaya 57:15). Masing-ma-sing definisi akan dibahas dalam halaman-halaman selanjutnya.

19

BAB IIARTI PENTING KEBENARAN

TENTANG BAIT SUCI

Apakah yang begitu berbeda dalam ajaran tentang Bait Suci yang menjadikan Masehi Advent Hari Ketujuh (MAHK) unik dalam dunia teologi?1

Mengapa dikatakan bahwa menghapuskan kebenaran tentang Bait Suci sesungguhnya sama dengan mengumum-kan bahwa seseorang bukan lagi seorang MAHK?

Biarlah dikatakan secara sederhana dan jelas: Ajaran Al-kitab tentang Bait Suci, sebagaimana yang diyakini oleh Ge-reja MAHK, adalah pusat gravitasi dari rencana keselamatan, poros dari roda teologia, yang menjelaskan dan menghu-bungkan seluruh kebenaran Alkitab yang sangat dihargai oleh orang Kristen, khususnya kebenaran-kebenaran yang telah diabaikan selama berabad-abad.

Ellen White, salah satu pemimpin Gereja MAHK yang mu-la-mula, menulis bahwa ajaran tentang Bait Suci “membuka kepada pandangan tentang satu sistem yang lengkap ten-tang kebenaran, yang saling berhubungan dan selaras, yang menunjukkan bahwa tangan Tuhan telah menuntun perge-rakan advent yang besar dan menyatakan kewajiban masa kini karena ajaran ini menjelaskan kedudukan dan pekerjaan umat Tuhan.”—The Great Controversy, hlm. 423.

Banyak kaum terpelajar Advent telah memberi penekanan serupa pada ajaran tentang Bait Suci. Stephen N. Haskell, pe-nulis buku The Cross and Its Shadow,mencatat bahwa “kita tidak dapat menaksir terlalu tinggi akan arti penting pertanyaan ten-tang Bait Suci … Melalui pokok bahasan inilah kita memperoleh pemahaman yang terang tentang misteri penebusan …Ini adalah pekerjaanNya sendiri di surga, yang dinyatakan dalam kehidup-an umatNya di bumi, yang menghubungkan setiap jiwa dengan Tuhan…Pertanyaan tentang Bait Suci haruslah menyatakan Kristus, pekerjaanNya di dalam pengadilan surga, sebagaimana dilanjutkan di dalam hati para murid-Nya. Maka jelaslah bahwa pekerjaan di dalam hati umat haruslah bersesuaian dengan pekerjaan Kristus di surga…

“Seluruh pekerjaan yang dinyatakan melalui Bait Suci di bumi yang menjadi bayangan dari pekerjaan Kristus yang sesungguhnya di surga adalah demi penyucian GerejaNya di bumi, dan oleh karena itu pengabaian akan pengetahuan

20

tentang kebenaran-kebenaran ini akan menyebabkan orang tidak siap bagi penghakiman Tuhan yang akan segera terja-di, senyata orang-orang Yahudi yang tidak siap bagi kehan-curan yang menimpa mereka.”—“The Sanctuary Question From the Standpoint of the Book of Hebrews,” Review and Her-ald, 3 Agustus 1901.

Maka, ajaran tentang Bait Suci bukanlah pokok bahasan ti-dak wajib atau sampingan bagi pelajar Alkitab tingkat lanjutan, atau bagi mereka yang kebetulan tertarik kepada hal-hal yang eksotis dan misterius. Pokok ini adalah bagi setiap orang per-caya. Ini bukanlah sebuah tema yang dapat dipahami secara lengkap atau bahkan dipahami sebagian saja, hanya oleh para peneliti intelektual saja. Untuk dapat memahaminya sepenuhnya, kita harus juga mengalami kebenaran yang digambarkan dalam ajaran tentang Bait Suci.2

W.W. Prescott, seorang pemimpin Advent yang memiliki wawasan luas dan editor dari koran gereja sedunia 70 tahun yang lalu, menulis secara lengkap tentang hubungan antara ajar-an tentang Bait Suci dengan misi khusus Gereja Advent. Dalam sebuah khotbah yang disampaikan pada pertemuan General Conference tahun 1903, ia mengatakan, “Ada sesuatu dalam langkah-langkah yang berbeda ini dalam perkembangan tujuan Tuhan tentang keselamatan dari dosa, sebagaimana yang di-nyatakan dalam Bait Suci dan pelayanannya, yang membuat suatu perbedaan bagi umat Tuhan, yang harus mereka ketahui. Adalah menjadi tujuan Tuhan bahwa mereka harus menge-tahui hal ini, dan adalah keharusan bagi mereka untuk me-ngetahuinya, untuk dapat bekerja sama secara cerdas de-ngan perkembangan tujuan Tuhan tentang keselamatan se-bagaimana terdapat dalam pertanyaan ini”—“The Gospel Message for Today,” General Conference Bulletin, 2 April 1903, hlm. 52.

Dalam serangkaian artikel yang ada dalam Review and Herald selama krisis panteisme, Prescott mencoba menunjukkan perbedaan-perbedaan antara orang-orang yang bertikai tentang pandangan bahwa semua orang adalah Bait Suci yang hidup ba-gi kehadiran Tuhan, dan orang-orang yang percaya bahwa ha-nya orang-orang bertobatlah yang menjadi Bait Suci Tuhan. Pe-mahaman akan perbedaan ini bergantung kepada pemahaman yang benar tentang ajaran Bait Suci dan tentang pembenaran oleh iman.

21

Ia menyampaikan bahwa “inti dari pertanyaan tentang Bait Suci terdapat dalam kebenaran yang agung bahwa adalah tujuan Tuhan untuk berdiam di dalam daging…

“Adalah cukup jelas bahwa ketika Kristus pembenaran kita berdiam di dalam hati melalui iman, menjadikan daging ini Bait SuciNya, kita memiliki pengalaman yang sesungguhnya tentang pembenaran oleh iman, maka dengan demikian pemikiran pokok dalam pertanyaan tentang Bait Suci adalah pembenaran oleh iman, atau penghakiman oleh iman.”—“Studies in the Gospel Message,’ Review and Herald, 15 Juli 1902, hlm. 6.

Ajaran tentang Bait Suci adalah cara Tuhan untuk meng-gambarkan rencana keselamatan—baik yang menjadi bagian Tuhan maupun bagian kita. Pelayanan di dalam Bait Suci, se-bagaimana yang diajarkan kepada orang-orang Israel dalam pe-ngalaman di padang belantara mereka dan lebih lengkap lagi di-terangkan dalam Perjanjian Baru, bukanlah dimaksudkan untuk mengaburkan rencana keselamatan, melainkan untuk menye-derhanakan dan menggugah. Tampaknya perlu bagi kita untuk menekankan butir ini karena bagi banyak orang, masalah Bait Suci telah menjadi asing dan tidak menarik.

Ketika kebenaran tentang Bait Suci dipahami secara be-nar, ini akan menghilangkan misteri dan bukan menciptakannya. Jika dipandang dari situasi Perjanjian Baru, ajaran tentang Bait Suci kehilangan bayangannya dan menjelaskan kebenaran ten-tang peranan yang dimainkan oleh Tuhan dan manusia dalam rencana keselamatan yang agung dan mulia—bahkan sebagai-mana matahari di siang hari menerangi jalan-jalan yang gelap dan menyinari warna bunga geranium dan mawar.

Maka pertanyaan yang masih ada: Mengapa ajaran ten-tang Bait Suci sebagai ajaran Kristen menjadi misteri bagi banyak orang MAHK, apalagi bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman MAHK? Mengapa bagi begitu banyak orang ajaran ini menjadi halangan yang begitu sulit, rumit dan seringkali tidak menarik dalam rantai pelajaran Alkitab yang dipelajari oleh sese-orang bukan Advent sebelum mereka dibaptiskan, dan sangat jarang dipelajari kemudian?

Barangkali karena penekanan seringkali diberikan lebih pa-da bayangan dari gambaran Perjanjian Lama daripada terang matahari siang hari yang dijelaskan dalam Perjanjian Baru. Ba-rangkali karena ajaran tentang Bait Suci telah dianggap lebih sebagai pokok bahasan yang harus dipelajari daripada sebuah kebenaran yang harus dialami. Barangkali karena rincian-

22

rincian dasar diulang-ulang, sehingga memberi kesan bahwa ti-dak ada lagi yang harus dipelajari.

Sebagai contoh, memperlakukan ajaran tentang Bait Suci sebagaimana yang dilakukan sebagian besar ahli teologia atau penjelasan sistematis Protestan atau Katolik, tidak memberi sesuatu yang berbeda dan berkesan kepada pelajar dalam pemikiran mereka. Semata-mata meragukan perkataan bahwa Yesus adalah Iman Besar kita—bahwa Ia mengantarai siang dan malam bagi umatNya, bahwa pengorbananNya di salib “membayar upah” bagi penebusan kita, bahwa Ia menyediakan pengampunan bagi dosa-dosa harian umatNya—adalah tidak cu-kup. Kebenaran-kebenaran agung ini adalah mendasar dalam memahami kebenaran Alkitab mengenai Bait Suci surgawi dan fungsi Tuhan kita sebagai Imam Besar. Namun pengamatan se-perti ini, betapapun mulianya, belumlah cerita seluruhnya. Malah ini cenderung menyesatkan.

Ahli-ahli teologia liberal cenderung mengabaikan hal-hal yang adikodrati (supernatural) dan oleh karenanya menghentikan perhatian mereka tentang peranan Tuhan kita dalam rencana keselamatan di kayu salib. Mereka memandang Dia sebagai se-orang guru yang agung yang mati untuk tujuanNya, suatu per-tunjukan manusia yang brilian dengan atribut ilahi. Namun, bagi mereka, tidak ada peranan imam besar, tidak ada Bait Suci sur-gawi, tidak ada penghakiman yang akan datang, tidak ada Kedatangan Kedua.

Ahli-ahli teologia korservatif, kendati mereka mengakui keberadaan adikodrati Tuhan kita sebelum menjadi manusia dan bahwa Ia naik ke surga dan ditinggikan secara adikodrati, mere-ka juga cenderung, untuk tujuan-tujuan praktis, untuk berfokus secara hampir eksklusif kepada kematianNya. Sangat sedikit ter-dapat, bahkan dalam penelitian-penelitian yang mendalam ten-tang pekerjaan Yesus Kristus sekalipun, tentang tempat, tujuan, dan fungsi dari peranan-Nya sebagai Imam Besar, kecuali bah-wa Ia ada di surga, duduk di sebelah kanan Tuhan, menjadi pengantara melalui doa-doa yang dilayangkanNya bagi umat-Nya. Memusatkan pada kematian Tuhan kita sementara meng-abaikan perananNya sebagai Imam Besar dan pengaruhnya bagi umatNya di bumi adalah sama artinya dengan salah memahami rencana penebusan.

Maka, mempelajari dan mempelajari kembali tentang bebe-rapa kebenaran tanpa melihat gambaran yang seutuhnya akan sama saja dengan apa yang diperintahkan oleh si jahat. Dalam keadaan seperti ini, gantinya menjangkau orang seutuhnya de-

23

ngan pengalaman, kebenaran-kebenaran sebagian hanya akan menjadi fakta yang harus dipelajari. Ketika sering-sering dike-mukakan, pendengar yang penuh minat akan mendapati si pem-bicara atau penulis ini sangat membosankan, karena ia semata-mata mengatakan sesuatu yang telah nyata. Hal ini serupa de-ngan kebosanan dan ketidakberminatan seorang anak sekolah yang telah mengetahui aritmatika dasar namun harus menahan kesabaran atas latihan-latihan harian bagi mereka yang masih belum mengerti. Tidak ada yang lebih tidak memikat daripada mengulang-ulang sesuatu yang telah nyata. Namun yang lebih buruk lagi adalah jika para murid menganggap bahwa menge-tahui cara berhitung tambah dan kurang adalah seluruh isi dunia matematika, dan bahwa mereka yang menggunakan angka-ang-ka ini dalam bahasa yang disebut aljabar adalah memanjakan diri dalam spekulasi pribadi semata.

Tuhan tidak pernah bermaksud bahwa ajaran tentang Bait Suci harus menciptakan kebosanan, ketidak-acuhan, atau bahkan misteri.3 Itu bukanlah Tuhan yang mengesankan penulis Mazmur ketika menuliskan, “Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami?” (Mazmur 77:14).

Bangsa Israel di padang belantara dapat mengangkat pandangan mereka dan melihat asap dari upacara korban harian naik ke surga dan keagungan terang kehadiran Tuhan yang dengan penuh kemuliaan menyirami Bilik Maha Suci. Bagi me-reka Bait Suci bukanlah suatu topik yang membosankan. Itu adalah pusat dari kehidupan mereka.

Bagi orang Kristen, apa yang diajarkan dalam ajaran Bait Suci tentang Yesus haruslah juga menjadi pusat dalam pengalamannya, inti dari imannya, otot teologia yang hidup dan berdenyut yang memungkinkan adanya iman, pengha-rapan dan kasih.

Ketika orang-orang Kristen, dengan alasan apapun, menja-di kekurangan darah secara rohani, dan kehidupan itu sendiri menjadi membosankan, terbeban oleh rasa bersalah dan putus asa, dan diselimuti oleh kabut ketidakbermaknaan, maka pemu-lihan rohani akan dapat dipercepat ketika mereka menyegarkan diri mereka dengan kebenaran dari ajaran tentang Bait Suci. Saya yakin!

Apakah itu kebenaran-kebenaran yang terbungkus dalam Bait Suci yang menghilangkan beban masa lalu, memberi kuasa untuk masa kini dan pengharapan untuk masa depan?

24

Sederhana saja, terima kasih Tuhan! ajaran tentang Bait Suci menjelaskan apa yang telah dilakukan Tuhan bagi kita dan apa yang ingin dilakukanNya di dalam kita. Ia bukan saja membuat ketetapan untuk mengampuni dan membatalkan dosa-dosa kita; Ia sendiri membayar harga rekonsiliasi ini melalui kehidupan dan kematian Tuhan kita Yesus Kristus. Lebih dari pada itu, kepada semua orang yang sungguh-sungguh mene-rima ketetapanNya, Ia memberikan kasih karunia dan kuasa yang sama dengan kasih karunia dan kuasa yang telah men-jaga Yesus agar tidak berdosa, sehingga Ia akan memiliki suatu umat yang benar-benar kudus, peringatan yang kekal akan kasih dan karunia. Kebenaran-kebenaran mulia ini akan kita gali dalam halaman-halaman selanjutnya.

“Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buat-an tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk mengha-dap hadirat Allah guna kepentingan kita” (Ibrani 9:24).

Catatan

1 “Pemahaman yang benar tentang pelayanan dalam Bait Suci surgawi adalah landasan iman kita.”—Ellen G. White, Evangelism, hlm. 221.

2 “Kita sekarang berada dalam masa hari pendamaian, dan kita harus bekerja selaras dengan pekerjaan Kristus menyu-cikan Bait Suci dari dosa-dosa umat. Janganlah ada orang yang ingin kedapatan mengenakan pakaian pesta perkawin-an, menolak Tuhan kita dalam pekerjaanNya. Sebagaimana dia, demikianlah seharusnya pengikutNya di dunia ini. Kita sekarang harus menunjukkan di hadapan orang-orang, yang melalui iman kita melihat pekerjaan yang sedang diselesai-kan oleh Imam Besar kita di Bait Suci di surga. Mereka yang tidak bersimpati dengan Yesus dalam pekerjaanNya di peng-adilan surga, yang tidak membersihkan Bait Suci jiwa dari setiap kekotoran, tetapi yang terlibat dalam usaha-usaha yang tidak selaras dengan pekerjaan ini, adalah sedang ber-gabung dengan musuh Tuhan dan manusia yang sedang menggiring pikiran-pikiran menjauh dari kebenaran dan pekerjaan pada masa kini …

“Pekerjaan dalam Bait Suci surga menjadi kabur dalam pikiran orang-orang yang dikuasai oleh pencobaan si jahat, dan mereka terlibat dalam persoalan-persoalan tambahan

25

untuk memuaskan tujuan-tujuan mementingkan diri mereka, dan pendirian moral mereka yang sesungguhnya ditentu-kan oleh pekerjaan-pekerjaan mereka…

“Adalah usaha keras Setan untuk menjadikan penyela-matan tidak berbekas, menguji kebenaran melalui kehidupan orang-orang yang mengabarkan kebenaran kepada orang la-in dan mereka yang dalam kehidupan sehari-hari menolak apa yang mereka ajarkan.”—Ellen G. White dalam Review and Herald, 21 Januari 1890.

3 Sebagai contoh perhatian Advent tentang penurunan minat ke-pada ajaran tentang Bait Suci, pengamatan-pengamatan berikut ini adalah sangat biasa: “Sebagian orang mungkin merasa bah-wa kebenaran tentang Bait Suci adalah relevan 131 tahun yang lalu, namun ketinggalan zaman di masa sekarang ini. Barangkali inilah sebabnya mengapa terjadi penurunan dalam minat dan pe-nelitian tentang Bait Suci akhir-akhir ini. Namun, Bait Suci dan pelayanannya harus selalu bermakna dan penting bagi orang MAHK.”—J.A. McMillan, “Is the Sanctuary Truth Relevant To-day?” Review & Herald, 5 Juni 1975, hlm. 10.

26

BAB IIIJANGKAR SEJARAH

Salah satu alasan pentingnya ajaran tentang Bait Suci adalah bahwa ajaran ini menjadi jangkar bagi dasar kesejarahan pe-kabaran dan misi MAHK” “Pokok pembahasan tentang Bait Suci adalah kunci yang membuka misteri kekecewaan tahun 1844.”—The Great Controversy, hlm. 423. Sesungguhnya, Ellen White selanjutnya menyatakan, “Ayat dalam Kitab Suci yang di atas segalanya menjadi dasar dan pilar pusat dari iman advent adalah pernyataan: "Sampai lewat dua ribu tiga ratus petang dan pagi, lalu tempat kudus itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar." Daniel 8:14.”—Ibid., hlm. 409.

Jikalau ajaran tentang Bait Suci adalah “pekabaran yang telah menjadikan kita umat yang diasingkan, dan telah mem-beri watak dan kuasa bagi pekerjaan kita” (Evangelism, hlm. 225),maka kita harus mengetahui alasan-alasannya.Jika tidak, kita akan terseret kepada lautan mimpi di mana kita tidak mera-sakan kemendesakan khusus atau sesuatu yang membedakan kita sebagai satu umat. Alasan atas keberadaan kita sebagai se-buah gereja akan menjadi benar-benar kabur jikalau kita melu-pakan implikasi kekhasan dari ajaran tentang Bait Suci.

Sejak tahun 1851, Ellen White dan yang lainnya melihat dengan jelas bahwa “pokok pembahasan seperti Bait Suci, da-lam hubungannya dengan 2300 hari, hukum Tuhan dan iman kepada Yesus, dihitung secara sempurna untuk menjelaskan pergerakan Advent di masa lalu dan menunjukkan apa posisi kita sekarang, menetapkan iman dari orang yang ragu-ragu, dan memberikan kepastian akan masa depan yang mulia. Hal-hal ini, saya telah seringkali melihatnya, adalah pokok-pokok utama yang harus dipegang oleh para jurukabar.”—Early Writings, hlm. 63.

Ajaran tentang Bait Suci melabuhkan MAHK dalam sejarah dan memberikan tujuan bagi keberadaannya, karena ini menje-laskan pentingnya tanggal 22 Oktober 1844. Meskipun ribuan pengikut Advent Miller berbalik dari pengalaman yang berharga yang menyatukan mereka kepada satu sama lain dan kepada Tuhan mereka setelah hari Kekecewaan Besar, orang-orang lain tidak menanggalkan keabsahan pengalaman mereka, dan mere-ka terus mempelajari Alkitab, berusaha untuk memahami secara lebih jelas makna dari Daniel 8:14.

27

William Miller telah mendasarkan pekabarannya yang me-nyedot perhatian bahwa Yesus akan kembali ke bumi sekitar ta-hun 1843/1844 pada Daniel 8:14.1 Ia pertama-tama menyatakan bahwa gereja adalah Bait Suci yang harus dikuduskan. Kemu-dian, ia menyatakan bahwa gereja dan bumi, keduanya akan dikuduskan dengan api pada hari terakhir dari penutupan nubuatan 2300-tahun.

Setelah penyesuaian dilakukan dalam kronologi Miller, un-tuk dapat menyesuaikan secara lebih baik dengan perhitungan Karait dalam kalender Israel, kelompok Miller mengubah peng-harapan akan Kedatangan Kedua dari musim semi 1844 menjadi musim gugur, tanggal 22 Oktober.

Selama musim semi dan musim panas 1844, pelajaran yang lebih mendalam diberikan tentang ajaran Bait Suci dan pe-nerapannya dalam Injil Kristen. Maka menjadi lebih jelas bagi mereka bahwa Kristus akan keluar dari Bilik yang Maha Suci pa-da Hari Pendamaian kegenapan (antitipe) pada hari kedatangan-Nya kedua. Namun mereka tidak memahami kesalahan tentang konsep bahwa Yesus akan meninggalkan Bilik Yang Maha Suci—yaitu salah satu bilik dalam Bait Suci surga—untuk “memulihkan” dengan api apa yang disebut Bait Suci di bumi pada kedatanganNya yang kedua di tahun 1844.

Langkah-langkah untuk menyelesaikan kebingungan yang menyebut baik bumi maupun surga sebagai Bait Suci disebutkan dalam Daniel 8:14 terjadi setelah hari Kekecewaan Besar. Dua orang pengikut Miller, Hiram Edson dan seorang temannya, merenungkan secara mendalam ketika melintasi sebuah kebun jagung di dekat Port Gibson, New York, dalam perjalanan untuk mengunjungi sekelompok Advent Miller yang putus asa. Edson tiba-tiba melihat paradoks dan memahami bahwa “bukannya Imam Besar kita keluar dari Bilik yang Maha Suci di dalam Bait Suci surga untuk datang ke bumi pada hari kesepuluh dari bulan ketujuh, pada akhir dari 2300 hari, melainkan Ia untuk pertama kalinya pada hari itu masuk ke dalam bilik kedua Bait Suci tersebut; dan bahwa Ia memiliki pekerjaan yang harus dilakukan di dalam Bilik Maha Suci sebelum datang ke bumi ini.”2

Selama beberapa bulan, Hiram Edson, Owen R.L. Crosier, dan Franklin B. Hahn mempelajari kembali ajaran tentang Bait Suci. Crosier menerbitkan hasil-hasil awal dari pela-jaran-pelajaran tersebut di tahun 1845 dan pelajaran yang lebih mendalam antara 1846-1847. Dalam artikel-artikel dan surat-surat tersebut, ditekankan bahwa Bait Suci surgalah satu-

28

satunya Bait Suci yang ada ketika nubuatan 2300 tahun ber-akhir di tahun 1844; maka, hanya Bait Suci inilah yang harus dipulihkan pada waktu itu.

Pandangan Crosier, yang juga mewakili pandangan Hahn dan Edson, segera diterima oleh James White dan Joseph Bates. Ini dipuji oleh Ellen White sebagai “terang yang sejati, tentang pemulihan Bait Suci.” (SDA Encyclopedia, edisi yang diperbaharui (1976), hlm. 1281).

Pandangan Crosier menjadi dasar bagi orang-orang Ad-vent yang tidak menolak “pengalaman” kekecewaan 1844 yang mengumumkan secara membabi buta bahwa perhitungan 1844 adalah sebuah kesalahan, ataupun menerima penjelasan dari para “rohaniwan” (spiritualizers) yang memegang ketepatan nu-buatan 1844, namun menafsirkan ulang peristiwa “kedatangan Yesus” ke dalam kehidupan orang-orang Kristen yang setia. Bagi mereka yang sepaham dengan Crosier, Bait Suci surga adalah nyata sebagaimana halnya Yerusalem Baru. Bagi mereka, pe-ristiwa yang ditandai oleh akhir dari 2300 tahun dalam Da-niel 8:14 adalah perpindahan dalam pelayanan Kristus seba-gai Imam Besar dari Bilik Suci masuk ke dalam Bilik Maha Suci dalam Bait Suci surga, yang menandai pekerjaan baru dan yang terakhir demi umatNya.

Selanjutnya, Crosier menyatakan bahwa “ada Bait Suci yang harafiah dan yang rohani—Bait Suci harafiah didiami oleh Yesus Kristus, Raja dan Imam kita…; Bait Suci rohani didiami oleh Roh Kudus…Antara keduanya terdapat kesela-rasan dalam tindakan, sebagaimana Kristus menyiapkan tempatnya, demikianlah pula Roh Kudus menyiapkan umat-Nya. Ketika Ia masuk ke dalam Bait Suci Nya, yaitu Bait Suci, untuk memulihkannya; Roh Kudus memulai pemulihan isti-mewa pada umatnya. Maleakhi 3:1-3”—Letter (31 Maret 1846), terbit dalam The Day-Star, 18 April 1846, hlm. 31.

Pembahasan Crosier menjadi inti dari pandangan stan-dar yang dipegang penganut MAHK. Namun masih ada ba-nyak lagi yang harus diketahui kemudian ketika ajaran tentang Bait Suci dipelajari lebih mendalam. Konsep penghakiman, khu-susnya penghakiman pemeriksaan, atau fase pra-Advent3, be-lum dihubungkan dengan penjelasan oleh Crosier mengenai pe-mulihan Bait Suci surga dan pekabaran tentang waktu peng-hakiman dalam Wahyu 14.

Selama periode ini, setelah pembahasan Crosier menetap-kan lokasi Bait Suci yang disebutkan dalam Daniel 8:14, refe-rensi Alkitab lainnya menjadi lebih jelas. Lukisan oleh penulis

29

Wahyu (Wahyu 11:19) tentang peristiwa selama tujuh sangkaka-la menjadi sangat relevan, khususnya referensi tentang Bait Suci surga: “Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjianNya di dalam Bait Suci itu” (Wahyu 11:19). Kebenaran yang terdapat dalam perkataan ini-lah, yang dikembangkan dalam bagian-bagian lain dalam Kitab Suci, yang membentuk keunikan sejarah dan teologia Gereja MAHK.4

Pemahaman tentang ajaran Bait Suci menuntun pengikut Advent untuk melihat pentingnya Sabat Alkitab, hari ketujuh da-lam satu minggu. Penerimaan akan kebenaran tentang Bait Suci surga dilabuhkan dalam pengalaman tahun 1844 “melibat-kan pengakuan tentang pernyataan hukum Tuhan dan kewajiban Sabat dalam hukum keempat.” (The Great Controversy, hlm. 435).

Baru dalam artikel J.N Loughborough di tahun 18545 pe-mulihan Bait Suci dihubungkan dengan pekabaran saat penghakiman sebagaimana dikumandangkan dalam peka-baran malaikat pertama dalam Wahyu 14. Baru setelah James White menulis artikel dalam Review di tahun 1857,6 konsep-konsep tentang penghakiman pemeriksaan, pemulihan Bait Suci, dan pekabaran saat penghakiman digabungkan dan di-tetapkan secara permanen dalam pemikiran orang-orang Advent Hari Ketujuh.

Maka, sekelompok orang Advent pasca-1844 bergerak dari satu hubungan Alkitab kepada yang berikutnya: dari penen-tuan tentang Bait Suci surga yang disebutkan dalam Daniel 8:14, kepada pemahaman tentang Bilik Maha Suci di dalam Bait Suci tersebut sebagai tempat di mana Kristus melaksanakan peran baru sebagai Imam Besar sejak 1844; kepada pengakuan bahwa penurutan akan hukum Tuhan dalam kepenuhannya adalah berhubungan langsung dengan terang baru tentang ajaran Bait Suci; kepada kesadaran bahwa kebenaran-kebenaran khusus yang disampaikan dalam pekabaran tiga malaikat dalam Wahyu 14 bersamaan dengan perluasan pemahaman mereka tentang kebenaran-kebenaran tentang Bait Suci. Penanggalan 1844 se-cara historis melabuhkan ajaran tentang penghakiman pemerik-saan, atau pra-Advent, dan awal dari saat penghakiman yang di-umumkan oleh malaikat pertama dalam Wahyu 14.

Hubungan antara ajaran tentang Bait Suci dan pekabaran tiga malaikat dalam Wahyu 14 memberi daya dorong baru bagi sekelompok orang muda Advent yang sekarang menjadi pemelihara Sabat.7

30

Anggota gerakan Advent yang semakin berkembang mera-sakan kesegeraan yang tersirat dari hidup di masa penghakiman, ketika catatan kehidupan dari semua orang saleh di bumi ini, yang telah mati maupun yang masih hidup, akan dihakimi dalam pengadilan surgawi. Mereka telah mengalami sukacita dalam mengabarkan pekabaran malaikat pertama sebelum 1844; sebagian orang menjadi percaya, selanjutnya mereka mengabar-kan pekabaran malaikat kedua selama musim panas 1844, “Babel telah rubuh” ketika banyak dari mereka dikeluarkan dari gereja mereka sendiri. Dan sekarang, dengan wawasan baru me-reka tentang urutan yang teratur tentang tiga pekabaran itu, di-tambah dengan kesadaran mereka tentang penekanan kepada peringatan dalam pekabaran malaikat yang ketiga melawan penyem-bahan “binatang dan patungnya” dan pujian kepada mereka yang “memelihara hukum Tuhan, dan iman kepada Yesus”—landasan dasar bagi gereja yang semakin bertumbuh telah terbentuk.

Umat MAHK memahami dalam ajaran tentang Bait Suci “suatu sistem kebenaran yang lengkap, yang saling berhu-bungan dan selaras, yang menunjukkan tangan Tuhan telah menuntun pergerakan advent yang besar dan menyatakan kewajiban masa kini, ajaran ini menjelaskan posisi dan pe-kerjaan umat Tuhan.”—The Great Controversy, hlm. 423. Me-reka memahami secara jelas akan keabsahan pengalaman 1844, yang sangat menghancurkan hati sebelum maknanya menjadi lebih jelas. Mereka memahami kewajiban mereka di masa kini sebagai jurubicara-jurubicara Tuhan untuk me-ngabarkan peringatan yang mengerikan itu dan undangan ilahi dari malaikat ketiga dalam Wahyu 14 kepada siapa saja yang mau mendengarkan. Mereka memahami masa depan tentang penghakiman Tuhan atas bumi ini, kehidupan bagi orang saleh dan kehancuran bagi orang jahat.

Masa lalu, masa kini dan masa depan—semuanya menjadi lebih jelas karena ajaran tentang Bait Suci. Apa artinya pema-haman yang lebih mendalam tentang ajaran Bait Suci ini bagi pe-ngalaman orang Advent di pertengahan abad ke-19, dan apa yang seharusnya artinya bagi kita saat ini akan dibahas pada bagian selanjutnya.8

Catatan

1 Untuk pelajaran singkat tentang nubuatan 2300 hari/tahun, yang dimulai tahun 457 SM, baca The Great Controversy, hlm.

31

409, 410; untuk dasar sejarah yang menentukan keabsahan dan pentingnya tahun 457 SM, lihat SIEGFRIED H. HORN dan LYNN H. WOOD, The Chronology of Ezra 7 (Washington: Review and Herald, 1970), dan SDA Bible Commentary, vol. 3, hlm. 85-110.

2 Lihat SDA Encyclopedia, edisi yang diperbaharui (1976), hlm. 1280 tentang bagian tulisan Edson berjudul “Life and Expe-rience.”

3 Sebuah ungkapan yang digunakan, barangkali untuk pertama kalinya, oleh Edward Heppenstall, Our High Priest (Wasington: Review and Herald Publishing Association, 1972), hlm. 107.

4 Umat Advent mula-mula menemukan bahwa pada suatu waktu tertentu, di bawah seruan sangkakala malaikat ketujuh, Kristus akan mengubah posisiNya di Bait Suci surga dari Bilik Suci ke Bilik Maha Suci; dan inilah peristiwa yang mereka simpulkan sebagai peristiwa yang akan terjadi di tahun 1844. Penemuan akan kesalahan mereka tidak terjadi hingga waktu itu lewat. Ke-mudian mereka melihat melalui iman ke dalam Bait Suci surga, dan Hukum Tuhan di dalam tabut perjanjian, pelajaran tentang pertanyaan tentang Bait Suci, dan kebenaran-kebenaran yang berhubungan dengan Bait Suci inilah yang menuntun sekelom-pok orang untuk memelihara hukum Tuhan,dan memisahkan diri, sebagaimana orang-orang Advent Hari Ketujuh di masa kini.”—STEPHEN H. HASKELL, ‘Bible Study,’ General Conference Bulletin, 7 April 1901, hlm. 98-99.

5 “The Hour of His Judgement Come,” Review and Herald, 14 Februari 1854, hlm. 29, 30.

6 White menyimpulkan dari teks-teks seperti 1 Petrus 4:17, bah-wa hanya ada dua kelas (kelompok) yang terdapat dalam peng-hakiman, bahwa “masing-masing kelompok memiliki masa peng-hakiman sendiri; dan menurut teks tersebut, penghakiman kepa-da rumah, atau gereja Tuhan akan terjadi pertama.

“Kedua kelas itu akan dihakimi sebelum mereka dibangkit-kan dari kematian, penghakiman pemeriksaan kepada rumah, atau gereja Tuhan akan terjadi sebelum kebangkitan pertama; demikian juga penghakiman kepada orang jahat terjadi selama masa 1000 tahun dalam Wahyu 20, dan mereka akan dibang-kitkan pada penutupan masa tersebut.”—The Judgement,” Review and Herald, 29 Januari 1857, hlm. 100.

32

7 Di tahun 1850, James White menulis: “Satu bagian dalam pe-kabaran malaikat ketiga adalah – “Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus” (Wahyu 14:12). Kita mengetahui bahwa masa tunggu yang tekun dari orang-orang kudus ada-lah sejak kekecewaan di tahun 1844: Dan itu telah terjadi dan kita semua telah mengetahuinya. Kita tidak boleh salah di si-ni. Kita kemudian mengetahui bahwa saat pekabaran ketiga adalah sekarang. Kita juga mengetahui bahwa saat untuk memelihara seluruh hukum secara benar adalah sejak 1844, karena Tuhan memanggil kita keluar dari Babel…

“Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan ke-lihatanlah tabut perjanjianNya di dalam Bait Suci itu” (Wahyu 11:19). Apakah Yohanes melihat tabut berisikan sepuluh hu-kum di surga? Ya, oleh karenanya ia menyaksikannya; dan tidak ada orang yang percaya kepada Alkitab akan meragu-kan kesaksiannya, dan mengatakan bahwa ia berada di bawah pengaruh hipnotis, dan mengatakan sesuatu secara tidak benar. Maka, jika hukum-hukum Tuhan itu disimpan di surga, tentulah hukum itu tidak dihapuskan di bumi.

“Dalam lambangnya (type), Bait Suci Tuhan di bumi, tempat di mana tabut berada adalah bagian yang paling ku-dus di dalam bilik kedua. Dalam kegenapannya (antitype), ‘Bait Suci Tuhan’ ‘di surga,’ tabut itu haruslah berada di tem-pat yang sama, karena Bait Suci di bumi adalah pola dari se-gala sesuatu yang ada di surga.” Dalam Bait Suci di bumi, “Bilik Maha Suci’ dibuka pada setiap akhir tahun, karena ha-nya Imam Besar sajalah yang masuk pada hari itu sehingga ia dapat menyucikan Bait Suci; tetapi ‘Bilik Maha Suci’ di da-lam Bait Suci surga tidak dibuka hingga Yesus, Imam Besar kita, masuk untuk menyucikan Bait Suci pada akhir dari 2300 hari, di tahun 1844…

“Tuhan telah menandai pengalaman masa lalu dan po-sisi masa kini kita sedemikian jelas, sehingga tidak perlu ada orang yang ragu-ragu. Semua orang kudus akan melihat dan mengetahui di mana mereka, dan memahami kebenaran ma-sa kini dan kewajiban masa kini”—“The Third Angel’s Mess-age,” The Present Truth, April 1950.

8 Stephen N. Haskell menyatakannya dengan baik: “Jikalau imanmu tidak dihidupkan kembali dalam pertanyaan tentang Bait Suci dan dalam pekerjaan Iman Besar kita, dan jikalau

33

kamu tidak memperoleh pengalaman darinya, saya khawatir kamu tidak akan pernah berhasil. Kita harus memiliki sebuah pengalaman dalam pekerjaan Iman Besar kita ini.”—Khotbah disampaikan di College View, Nebraska (1904), diterbitkan dalam Mattie H. Welch, Present Truth for Perilous Times (Nashville: Southern Publishing Association, tanpa tahun).

34

BAB IV KEBENARAN YANG PALING DITAKUTI OLEH SETAN

Nasehat telah diberikan bahwa “pelajaran tentang Bait Suci dan penghakiman pemeriksaan harus dipahami secara jelas oleh umat Tuhan.”—The Great Controversy, hlm. 488. Pengetahuan ini haruslah lebih dari sekedar pemahaman tentang sebuah bu-ku teks. Tanpanya, anggota gereja pada akhirnya akan kehilang-an jiwanya, sebagaimana Ellen White selanjutnya menyatakan: “Semua orang memerlukan pengetahuan bagi diri mereka sendiri tentang posisi dan pekerjaan dari Imam Besar mere-ka. Jikalau tidak, akan menjadi tidak mungkin bagi mereka untuk mempraktekkan iman mereka yang adalah mendasar pada masa kini atau untuk menempati posisi yang diran-cang Tuhan bagi mereka.”—Ibid. Peringatan yang mengerikan seperti ini tidak pernah diberikan oleh Ellen White tentang pela-jaran Alkitab lainnya.

Mengapa Ellen White memberi penekanan sedemikian keras? Apakah yang sangat mendasar dalam ajaran tentang Bait Suci untuk dapat memahami pekabaran dan misi orang Advent? Selanjutnya, mengapa terdapat kebisuan di dalam ge-reja Kristen pada umumnya, dan di mimbar-mimbar Advent khususnya, tentang ajaran ini? Dan mengapa terjadi kebosan-an yang aneh di antara orang Advent tentang kebenaran-ke-benaran tentang Bait Suci jikalau kebenaran ini begitu vital bagi kesehatan rohani setiap anggota gereja, khususnya pada masa-masa setelah tahun 1844? Semata-mata karena Setan tidak menghendaki orang-orang memahami kebenaran-kebenaran yang tinggi tentang Yesus, yang dinyatakan dalam ajaran tentang Bait Suci. Setan tidak peduli jikalau anggota-anggota gereja membayar persepuluhan, mengakui hari Sabat sebagai hari kudus Tuhan, dan membangun sekolah-sekolah dan rumah sakit-rumah sakit yang lebih besar. Ia tidak terlalu risau jika anggota-anggota gereja berdoa setiap hari agar Yesus mengam-puni dosa-dosa mereka dan agar Yesus segera kembali ke bumi. Betapapun, orang-orang yang menyalibkan Yesus dahulu juga melakukan hal serupa.

Namun Setan benar-benar membenci “kebenaran-kebe-naran agung yang memberi pandangan akan korban bagi pendamaian dan pengantara yang penuh kuasa, dan ia tahu bahwa baginya segala sesuatu tergantung kepada kemam-puannya untuk membelokkan pikiran dari Yesus dan kebe-

35

naranNya.”—Ibid., Akibatnya, “Setan merancang rencana-ren-cana tak terbilang untuk menyibukkan pikiran kita, sehingga pikiran tidak tertuju pada satu pekerjaan yang seharusnya kita sangat terlibat di dalamnya.”—Ibid.

Dengan perkataan lain, jikalau Setan dapat menyebabkan kebingungan atau kebosanan kepada dua kebenaran inti da-lam rencana keselamatan, ia tidak peduli berapa besar peker-jaan lain yang akan kita lakukan atau ketahui. Kedua kebenaran inti ini adalah (1) “pengorbanan pendamaian” dan (2) “peng-antara yang penuh kuasa.” Di dalam keduanya berhubungan tanpa terpisahkan apa yang telah dilakukan Yesus bagi kita dan apa yang ingin dilakukanNya di dalam kita.

Satu masalah pokok dan yang bertumbuh subur dalam Ke-kristenan adalah bahwa orang-orang cenderung memusatkan perhatian pada salah satu saja: apa yang telah dilakukan Yesus atau apa ingin dilakukan Yesus di dalam kita. Jarang kedua kon-sep ini dipegang dalam keseimbangan yang benar. Ketika pe-ngorbanan pendamaian, yaitu apa yang telah dilakukan Yesus bagi kita, disampaikan secara tidak proporsional, ter-lalu sering catatan menunjukkan bahwa pekerjaan Roh Kudus diabaikan; maka berkembanglah agama yang ber-orientasi kepada doktrin, kaku dan dingin. Seringkali, sebagai reaksi terhadap penekanan yang berlebihan ini, pekerjaan pengantaraan yang penuh kuasa ditekankan secara ber-lebihan oleh orang-orang Kristen yang jujur yang merasakan kekosongan dalam pengalaman pribadi akibat dari agama yang ter-lalu intelektual. Namun memberi penekanan yang berlebihan kepada apa yang dilakukan Kristus di dalam kita menyebabkan kita memokuskan perhatian secara tidak pro-porsional kepada pendengar dan pengalaman rohaninya; Firman yang mula-mula dan tujuan dari pendamaian Tuhan kita tidak diberi tekanan yang sesuai, dan oleh karenanya menjadi kabur. Maka, iman hanyalah menjadi masalah pera-saan dan cerminan dari suatu pengalaman rohani seseorang daripada tanggapan yang taat kepada Tuhan, yaitu penga-kuan bahwa kita adalah ciptaanNya dan yang telah ditebus-Nya.

Pemahaman tentang kebenaran-kebenaran dasar ajaran Bait Suci akan menyelamatkan anggota-anggota gereja dari ke-salahan kembar ini, yaitu di satu pihak, rasa aman intelektual yang terlalu percaya diri, dan di pihak lain, emosionalisme yang terlalu percaya diri. Kebenaran-kebenaran tentang Bait Suci akan menyelamatkan kita dari perangkap perang slogan

36

yang sia-sia, yang di dalamnya sendiri, menunjukkan hanya se-bagian saja dari kebenaran-kebenaran yang diberi penekanan secara salah. Sebagai contoh, jikalau tidak dipahami secara benar, mereka yang berseru, “itu bukan hasil pekerjaanmu: ja-ngan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:9) harus siap dengan pernyataan tandingan, “bukan karena iman (syahadat-) mu, jangan ada orang yang memegahkan diri karenanya.”

Kedua kesalahan ini memangkas (mem-bypass) tujuan yang sesungguhnya dari rencana keselamatan—yaitu pe-musnahan praktek-praktek dosa dalam kehidupan Kristiani, di sini dan saat ini. Ajaran tentang Bait Suci yang dipahami se-cara benar akan menolong membawa dari kebenaran-kebenar-an yang telah diberi penekanan secara berlebihan menuju kepa-da konsep yang selaras dengan rencana keselamatan.1

Apa yang paling ditakuti oleh Setan adalah bahwa ada suatu generasi yang akan sungguh-sungguh memperhati-kan Tuhan dan mendengarkan Dia dengan seksama.2 Setan takut bahwa orang-orang MAHK akan mendengarkan perkata-an Tuhan dan bekerja sama dengan Dia dalam penghapusan kebiasaan-kebiasaan dosa. Setan takut bahwa orang-orang Advent akan menyatukan perhatian mereka kepada peme-liharaan hukum dengan “beriman kepada Yesus” (Wahyu 14:12). Setan takut bahwa mereka yang sungguh-sungguh menginginkan “beriman kepada Yesus” juga akan mengem-bangkan tabiat Yesus. Setan takut bahwa mereka yang meng-embangkan tabiat Yesus melalui iman dalam kuasa Tuhan untuk bertahan akan membuktikan bahwa Setan telah salah di hadapan alam semesta yang sedang mengamati.

Setan takut bahwa pria dan wanita yang dulu pernah terbelenggu, masing-masing dengan catatan masa lalu yang mementingkan diri sendiri dan kegagalan rohani, akan men-demonstrasikan bahwa jalan kehidupan Tuhan adalah jalan kehidupan yang paling sehat, menyenangkan dan membaha-giakan. Setan takut bahwa tabiat yang menang dan menarik dari para pemelihara hukum ini akan mempercepat Keda-tangan Tuhan (Advent) dan kehancuran akhir baginya, kare-na “Kristus sedang menunggu dengan kerinduan yang lama akan manifestasi DiriNya di dalam gerejaNya. Ketika tabiat Kristus akan dinyatakan secara sempurna di dalam umat-Nya, maka Ia akan datang untuk mengakui mereka sebagai milikNya”—Christ’s Object Lessons, hlm. 69.

Setan takut bahwa kemungkinan-kemungkinan yang mulia ini akan terbuka ketika pria dan wanita mempelajari

37

ajaran tentang Bait Suci. Ia bahkan akan puas jikalau anggota-anggota gereja mengarahkan pandangan mereka kepada salib di mana Tuhan mereka tergantung antara langit dan bumi—sepan-jang mereka tidak mengikuti Dia ke dalam Bait Suci surga dan menemukan mengapa Dia telah hidup dan mati. Setan akan puas jikalau anggota-anggota gereja menumpahkan per-sembahan-persembahan dalam jumlah yang semakin ber-tambah, membangun lembaga-lembaga kesehatan dan pen-didikan yang paling menyenangkan di seluruh penjuru bumi, menerima pujian di mana-mana karena acara-acara radio dan televisi yang sehat, klinik-klinik berhenti merokok, dan sebagainya. Ia akan puas sepanjang seluruh kegiatan yang luar biasa ini tidak bertumbuh dalam kasih karunia dan da-lam kualitas hidup yang pada suatu hari akan memisahkan umat Tuhan sebagaimana rencanaNya dan satu-satunya ja-lan untuk menyelesaikan masalah dosa.

Pada halaman-halaman selanjutnya kita akan mempelajari unsur-unsur dalam ajaran tentang Bait Suci yang menjelaskan bahwa Tuhan ingin melakukan bagi kita lebih besar daripada sekedar mengampuni dosa-dosa kita. Kita akan melihat bah-wa ajaran tentang pembenaran oleh iman adalah berhubung-an tanpa terpisahkan dengan kebenaran tentang Bait Suci dan berasal daripadanya, dan bahwa mengalami kebenaran-kebenaran yang dijelaskan dalam ajaran tentang Bait Suci sangat berhubungan dengan kesegeraan kembalinya Yesus.

Catatan

1 W.W. Prescott mengetahui bahwa bahaya yang besar dari ke-jatuhan ke dalam satu kesalahan atau yang lain yang muncul akibat dari kesalahpahaman tentang bagaimana Tuhan ingin me-nolong pria dan wanita untuk menghancurkan dosa. Bagi Gereja MAHK—khususnya di zamannya—pencobaan yang halus telah masuk dalam keyakinan doktrin dan kesetiaan yang nyata kepa-da tuntutan ilahi sebagaimana Sabat hari ketujuh dan reforma-si kesehatan: Dalam Pertemuan General Konferens tahun 1903 ia me-nyatakan: “Sekarang bahwa pekabaran tentang Kristus, dan pe-nyalibanNya, dan pekabaran tentang pembenaran Kristus seba-gai karunia Tuhan melalui iman kepada Yesus, yang tidak meli-puti dan meneri-ma perkembangan-perkembangan pasti dari se-jarah advent, dari pengalaman advent, dan perkembangan-per-kembangan pasti dari kebenaran bagi generasi ini, bukanlah

38

pekabaran tentang pembenaran oleh iman, atau Kristus yang di-salibkan, yang akan dikabarkan Tuhan bagi orang-orang saat ini.

“Janganlah salah paham akan saya. Saya akan berbicara secara paling sederhana. Anda mengetahui saya tidak berkhot-bah melawan pengampunan dosa, pembenaran Kristus, dan ke-muliaan salib Kristus. Namun apa yang menjadi penekanan saya adalah ini, bahwa bukan melalui memulai dari satu sisi, dan me-ngabaikan seluruh kebenaran mula-mula, dan seluruh kebenaran nubuatan, dan semata-mata mengajarkan sebuah pekabaran umum tentang keselamatan melalui iman di dalam Kristus, tanpa menerapkan pekabaran Tuhan tentang keselamatan melalui iman di dalam Kristus kepada generasi ini, bukanlah pekabaran yang dikehendaki Tuhan bagi generasi ini. (Jemaat, ‘Amin’). Pe-kabaran tentang kemuliaan salib Kristus, pekabaran tentang te-rang yang bersinar dari salib Kalvari, pekabaran tentang pem-benaran Kristus sebagai satu-satunya pengharapan kita akan keselamatan, di dalam generasi ini haruslah mencakup penerap-an yang pasti dan pemberlakuan kebenaran-kebenaran ini, me-ngingat sejarah advent dan nubuatan advent. Dan ketika kebe-naran-kebenaran itu dikhotbahkan dalam terang sejarah advent dan nubuatan advent, kebenaran-kebenaran itu akan menyela-matkan orang-orang dari dosa dan dari perbuatan dosa saat ini. Kebenaran-kebenaran itu akan mempersiapkan suatu umat yang akan berdiri pada waktu pencobaan yang akan kita ha-dapi, dan akan memper-siapkan suatu umat untuk bertemu dengan Tuhan di udara, dan untuk selama-lamanya bersa-ma-sama dengan Tuhan; itulah pekabaran yang harus diku-mandangkan kepada generasi ini.”—“The Gospel Message for Today,” General Conference Bulletin, 2 April 1903, hlm. 54.

2 “Setan menemukan rancangan-rancangan yang takterbilang banyaknya untuk menyibukkan pikiran kita, sehingga pikiran kita tidak akan memikirkan satu pekerjaan yang seharusnya menjadi tugas kita. Si penipu ulung itu membenci kebenaran-kebenaran agung yang membawa kepada pandangan akan pengorbanan pendamaian dan pengantara yang penuh kuasa. Ia mengetahui bahwa padanya segala sesuatu bergantung pada pembelokan pikiran orang-orang dari Yesus dan kebenaranNya. “Mereka yang menginginkan keuntungan dari pengan-taraan Juruselamat, tidak boleh mengizinkan apapun meng-ganggu kewajiban mereka akan kesucian yang sempurna dalam takut akan Tuhan. Jam-jam berharga ini, gantinya di-gunakan untuk kesenangan, untuk pamer, untuk mencari

39

perhatian, haruslah dibaktikan untuk mempelajari firman ke-benaran dalam doa dan kesungguhan. Perihal Bait Suci dan penghakiman pemeriksaan haruslah dipahami secara jelas oleh umat Tuhan. Semua orang perlu memiliki pengetahuan bagi diri mereka sendiri tentang kedudukan dan pekerjaan Imam Besar Agung mereka. Jikalau tidak demikian, akan men-jadi tidak mungkin bagi mereka untuk melaksanakan iman yang adalah mendasar di masa kini atau untuk menempati posisi yang dirancangkan Tuhan agar mereka tempati.”—The Great Contro-versy, hlm. 488.

40

BAB VPERAN GANDA SANG PENGANTARA

Sangatlah sulit bagi orang-orang untuk dapat memahami secara utuh atau menyatakan secara memadai tentang kebenaran-ke-benaran yang mengagumkan yang tersirat dalam kenyataan bahwa Yesus Sendiri adalah sekaligus “imam dan korban” da-lam rencana keselamatan (The Desire of Ages, hlm. 25). Paulus mencatat peranNya sebagai korban ketika ia menuliskan, “Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada za-man akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya” (Ibrani 9:26). Paulus menekankan fungsi Tuhan kita sebagai imam keti-ka mengatakan, “Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita” (ayat 24).

Sebagai Korban, Ia menyediakan landasan bagi kesela-matan manusia dan memungkinkan adanya pengampunan; se-bagai Imam Besar Ia menyediakan kuasa untuk memungkinkan perbaikan dari dosa. Pengampunan dan kuasa—“penyembuhan ganda.”

Hubungan antara kedua fase dalam keimamatan Tuhan kita inilah sesungguhnya yang ingin dikaburkan oleh Setan: “Si penipu ulung itu membenci kebenaran-kebenaran agung yang membawa kepada pan-dangan akan pengorbanan pendamaian dan pengantara yang penuh kuasa.”—The Great Controversy, hlm. 488. Kesalahpahaman tentang kedua fase vital ini telah menggiring orang-orang Kristen ke dalam kesalahan-kesalahan yang sedemikian besar dan sangat beragam seperti takdir (pre-destination) dan universalisme; kesalahpahaman ini telah me-nyesatkan jutaan orang dalam jaminan yang palsu dari “sekali selamat, tetap selamat,” dan “kasih karunia murahan” yang tak terelakkan yang segera mengikutinya, ketika pembenar-an diberi tekanan secara tidak proporsional melebihi pengu-dusan. Kejelasan diperoleh ketika kita mengingat bahwa pem-benaran adalah sebutan kita ke surga dan pengudusan ada-lah kelayakan kita.

Tanpa kematian Tuhan kita di salib, pendamaian oleh pengorbananNya, tidak akan ada keselamatan yang tersedia bagi siapa saja (Roma 5:17-21); Kisah 4:12). Apa yang telah Dia lakukan bagi pria dan wanita tidak akan pernah dapat di-tandingi oleh apapun yang dapat kita lakukan, berapapun lama-

41

nya kita hidup, atau betapapun tulusnya kita mencoba. Namun manfaat dari pendamaian pengorbananNya yang tersedia bagi semua orang (1 Yohanes 2:2; 1 Timotius 2:4) adalah ber-laku hanya bagi mereka yang memanfaatkan karuniaNya melalui iman (Yohanes 1:12; 3:16), yaitu, dengan menerima undanganNya yang penuh rahmat untuk menjadi anak-anak-Nya, dan mendemonstrasikan rasa syukur dengan memper-cayai Dia dan menuruti kehendak-Nya.

Secara umum, pendamaian pengorbanan Tuhan kita lebih dipahami oleh gereja Kristen daripada pengantaraanNya sebagai Imam Besar. Sesungguhnya pemahaman yang lebih lengkap tentang pekerjaan Tuhan kita sebagai pengantara (1 Tim. 2:5) adalah posisi teologia yang khas dari Gereja MAHK, khusus-nya dalam penekanan kita pada penghakiman pemeriksaan, pra-Advent sebagai fase penutup dari pekerjaan pengantaraanNya.1

Setan tidak kecewa jikalau anggota-anggota gereja me-nekankan pada pendamaian melalui pengorbanan Kristus dalam khotbah-khotbah dan lagu-lagu pujian, jikalau manfaat dari apa yang telah dilakukan oleh Kristus bagi kita tidak dimanfaatkan oleh mereka, untuk memberi pengaruh pada mereka.

Maka, kita harus melihat secara seksama pada peran Tuhan kita sebagai pengantara. KeimamatanNya adalah satu-satunya penghubung bagi hubungan yang hidup antara Tuhan dan manusia, “pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Timotius 2:5). Ketika Ia ma-suk ke dalam Bait Suci surga pada kenaikanNya ke surga, Ia “masuk dengan darahNya Sendiri, untuk menumpahkan ke atas para muridNya manfaat dari pendamaianNya” (Early Writings, hlm. 260).

Jelaslah, harus tetap diingat bahwa “pengantaraan Kris-tus demi manusia di dalam Bait Suci di atas adalah sama mendasarnya bagi rencana keselamatan sebagaimana kema-tianNya di salib.”—The Great Controversy, hlm. 489. Mengapa kita sangat perlu memahami tujuan dari fungsi Tuhan kita seba-gai Imam Besar kita adalah maksud dari pelajaran ini.

Peran pengantaraanNya sebagai Imam Besar kita dibagi atas dua bagian: pertama, melanjutkan dari kenaikanNya hingga tahun 1844, dan kedua, dari 1844 hingga saat penutupan pintu kasihan. PekerjaanNya sejak 1844, sementara Ia terus menerap-kan “manfaat dari pengantaraanNya” (Ibid., hlm. 430) bagi mere-ka yang berhak, melibatkan juga “tindakan terakhir dari pelayan-anNya bagi manusia—untuk melaksanakan pekerjaan pengha-

42

kiman pemeriksaan dan untuk membuat pendamaian bagi semua orang yang dinyatakan berhak atas manfaatnya” (Ibid., 480).

Pertanyaannya adalah: Apakah manfaat-manfaat yang te-lah diterapkanNya sejak peristiwa salib dari kebajikan pendamai-an pengorbananNya? Dan Apakah “tindakan terakhir dari pela-yanan Kristus” yang melibatkan “pekerjaan penghakiman peme-riksaan”?

Sebagai pengantara, Yesus memenuhi dua peran khu-sus: (1) Ia membungkam tuduhan Setan “dengan argumen-tasi yang dilandaskan bukan atas kebajikan kita, melainkan atas kebajikanNya” (Testimonies, vol. 5, hlm. 472). Kehidupan-Nya yang sempurna dalam hal ketaatan, yang dimeteraikan dengan kematian yang mendukakan hati Tuhan dan yang menyatakan kengerian dan akhir yang mengerikan dari dosa, menjadi dasar bagi perdamaian dan pendamaian antara Tuhan dan manusia. Ia memperoleh hak untuk mengampuni kita. (2) Ia bebas untuk memberikan kuasa kasih karunia ke-pada semua orang yang memilih untuk menghidupkan kehi-dupan yang menang. “Dia adalah Imam Besar gereja, dan Dia memiliki tugas yang harus dilakukan yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun selain Dia. Melalui kasih karuniaNya Ia mampu memelihara setiap orang dari pelanggaran.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 14 Februari 1900. Adakah yang dapat diminta sese-orang lebih daripada itu?

Dipandang dari sisi pertentangan kosmis antara kebaik-an dan kejahatan, antara tokoh-tokoh utama, Kristus dan Setan, pekerjaan pengantaraan Tuhan kita menjadi sangat penting.2 Ketika Setan berkata bahwa orang-orang berdosa tidak berhak memperoleh pengampunan, bahwa mereka tidak berhak atas kehidupan kekal melebihi dirinya, bahwa Tuhan telah menuntut terlalu banyak dari makhluk ciptaan-Nya dan oleh karenanya Tuhan itu tidak masuk akal—Yesus berdiri di hadapan dunia-dunia yang sedang menyaksikan sebagai jawaban kekal atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Apakah yang dilihat oleh para malaikat dan yang lainnya? Mereka melihat Seorang Manusia yang menghadapi Setan di kandangnya sendiri, yang “dalam segala hal Ia harus disama-kan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah” (Ibrani 2:17). Mereka melihat Seorang Manusia yang telah me-ngalahkan setiap pencobaan untuk melayani DiriNya, yang membuktikan bahwa semua pria dan wanita, dengan kuasa yang sama yang tersedia bagi mereka sebagaimana yang

43

dimilikiNya, dapat menghidupkan kehidupan yang penuh ke-menangan. Ketaatan yang sempurna dari Tuhan kita kepada kehendak Tuhan selama tiga puluh tiga tahun dalam meme-rangi “peperangan yang harus dihadapi oleh setiap anak ma-nusia” (The Desire of Ages, hlm. 49), membungkam setiap tu-duhan Setan. Kita memiliki Sahabat di pengadilan yang tidak pernah kalah dalam setiap kasus.

Sebagai tambahan, lengan Kristus yang penuh kuasa men-jangkau semua orang yang telah memutuskan untuk menyerahkan pemeliharaan jiwa mereka kepadaNya. Ia telah memenangkan hak untuk mengantarai dalam kehidupan para pengikutNya.Ia menerobos kuasa yang digunakan oleh Setan untuk membelenggu mereka, mengembangkan di dalam para pengikutNya yang setia suatu kehendak yang dikuatkan un-tuk melawan kecenderungan dosa. Pertahanan yang sama telah digunakanNya Sendiri untuk mengalahkan dosa.

Pengantaraan seperti ini diperlukan oleh setiap orang saat ini, setiap hari, dan hingga Yesus datang kembali. “Setiap orang yang akan keluar dari perhambaan dan pelayanan kepada Setan, dan akan berdiri di bawah panji-panji darah Pangeran Immanuel akan dijaga dengan pengantaraan Kristus. Kris-tus, sebagai Pengantara kita, berada di sebelah kanan Bapa, selalu memandang kita, karena menjaga kita dengan peng-antaraanNya adalah sama pentingnya dengan penebusan ki-ta oleh darahNya. Jikalau Ia melepaskan genggamanNya atas kita untuk sejenak saja, Setan telah siap untuk meng-hancurkan kita. Mereka yang telah dibeli dengan darahNya, sekarang dipeliharaNya dengan pengantaraanNya.”—The SDA Bible Commentary, Komentar Ellen White tentang Roma 8:34, hlm. 1078.

Di sini, dalam peran kedua sebagai Pengantara (yaitu menyediakan kasih karunia yang mempertahankan untuk menjaga kita agar tidak terus berdosa) terletak pengharapan dari setiap orang Kristen. Melalui apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita, Yesus akan melakukan bagianNya untuk mem-bungkam tuduhan-tuduhan si penuduh. Namun Ia tidak da-pat membungkam tuduhan-tuduhan itu jikalau kita tidak memberikan izin kepadaNya untuk melakukan pekerjaanNya di dalam kita. Perkataan Yohanes adalah sederhana dan penuh penekanan: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah se-tia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9).

44

Dalam komentarnya tentang ayat ini, Ellen White mengata-kan, “Darah Yesus Kristus menyucikan kita dari segala dosa … Kita perlu menjaga di hadapan kita khasiat darah Yesus. Darah yang menyucikan kehidupan, mempertahankan kehi-dupan, dimanfaatkan oleh iman yang hidup, adalah pengha-rapan kita. Kita perlu bertumbuh dalam menghargai nilainya yang takterhingga, karena ia akan membela kita hanya jika-lau melalui iman kita mengakui kebajikannya, menjaga hati nurani tetap bersih dan berdamai dengan Tuhan.”—Ibid., tentang 1 Yohanes 1:7, 9, hlm. 948.

Peran ganda Tuhan kita sebagai Pengantara membung-kam tuntutan-tuntutan Setan, dan karenanya membuka pintu ke-pada manfaat dari kehidupanNya yang diberikan kepada pria dan wanita, dan menjamin bahwa kuasa yang cukup telah tersedia bagi setiap orang untuk menjauhkannya dari dosa.

Peran ganda ini berfokuskan pada inti dari rencana pene-busan, bahwa tujuan Tuhan adalah menghapuskan dosa dari alam semesta. Ini tidak dilakukan dengan sekedar membuat per-nyataan bahwa dosa dihapuskan, atau dengan menghapus ber-sih setiap catatan setiap orang dengan sapu kasih karunia yang maha besar. Jikalau demikian, hikmat dan keadilan Tuhan Sen-diri akan selamanya dicurigai; tidak ada yang akan diselesaikan dalam pertentangan besar apakah Tuhan itu adil dalam mem-berikan hukum yang tidak dapat dipelihara oleh siapapun atau apakah Tuhan adalah adil dalam mengeluarkan Setan dan se-pertiga malaikat selamanya (lihat Wahyu 12:3, 4).

Satu-satunya jalan untuk menghancurkan dosa, sementara mempertahankan orang-orang berdosa dan keadilan Tuhan, ada-lah dengan cara mengubah si pemberontak menjadi anak yang setia, secara sukarela dan kesetiaan menjadi kebiasa-an. Dosa adalah tinju terkepal yang diacungkan oleh si makhluk ciptaan ke hadapan muka Sang Penciptanya; dosa adalah keti-dak-percayaan makhluk ciptaan kepada Tuhan, yang memecat-Nya sebagai Tuhan atas kehidupannya. Akibat dari pemberontak-an ini adalah mematikan, sebagaimana dinyatakan oleh sejarah dunia yang membosankan ini.

Hanya orang-orang berdosa yang mengakui dosa-dosanya dan meninggalkannya “akan disayangi” (Ams 28:13). Tuhan ti-dak tertarik untuk memusnahkan pria dan wanita; tujuan per-tamaNya adalah untuk menyelamatkan mereka, menyelamat-kan mereka dari mementingkan diri sendiri, memohonkan penilaian yang lebih baik, dan mengembalikan mereka kepada hubungan kepercayaan yang sukarela dan bahagia.

45

Namun satu hal yang tidak dapat diremehkan Tuhan adalah kepura-puraan. Tidak ada yang diselesaikan jikalau anggota ge-reja mengakui nama Kristus, namun bukan kuasaNya; atau mengakui kuasaNya, namun bukan tabiatNya.3

Karena alasan inilah maka Ellen White menekankan ajaran Alkitab yang fundamental ketika ia menuliskan: “Agama Kristus berarti lebih dari pengampunan dosa; ini berarti menghapus-kan dosa-dosa kita, dan mengisi kekosongan itu dengan ka-sih karunia Roh Kudus.”—Christ’s Object Lessons, hlm. 419, 420.4

Pekerjaan pengantaraaan Yesus sebagai “pengantara kita yang penuh kuasa” bukan saja berlaku untuk menyediakan bagi orang berdosa pengampunan yang menjadi mungkin karena pe-ngorbanan pendamaianNya, melainkan juga menyediakan kua-sa melalui Roh Kudus sehingga dosa-dosa itu benar-benar dikikis dari tabiat orang-orang Kristen yang rela dan perca-ya.5 Pemikiran yang mengejutkan ini tidak pernah diulang-ulang secara memadai, namun jarang terdengar di halaman-halaman sejarah gereja. Inilah kebenaran yang paling ditakuti oleh Setan.6

Tidaklah mengherankan bahwa Setan bergembira ketika kebenaran-kebenaran tentang Bait Suci dijadikan misteri, dika-burkan, atau dikesampingkan sebagai pokok bahasan yang membosankan. Tidaklah mengherankan Ellen White menulis, “Semua orang harus menjadi cerdas sehubungan dengan pekerjaan pendamaian, yang sedang berlangsung di dalam Bait Suci di atas. Ketika kebenaran agung ini dilihat dan di-pahami, mereka yang memegangnya akan bekerja selaras dengan Kristus untuk mempersiapkan suatu umat yang akan berdiri pada hari besar Tuhan, dan usaha-usaha mereka akan berhasil.”—Testimonies, vol. 5, hlm. 575.

Pekerjaan mempersiapkan “suatu umat yang akan ber-diri pada hari besar Tuhan” dapat dipahami secara baik da-lam kaitannya dengan ajaran tentang Bait Suci. Tugas untuk menjelaskan ini kepada dunia telah dibebankan kepada umat MAHK.

Bab-bab berikut akan meneliti perihal ini secara lebih khusus.

Catatan

1 “At-one-ment” (pendamaian) adalah ungkapan tujuan ilahi untuk menghancurkan dosa yang memecah alam semesta. Pengemba-

46

lian kepada kesatuan tidaklah diselesaikan di salib. Masalah dosa belum sepenuhnya dibereskan. Salib adalah tindakan puncak dari Tuhan bagi penebusan manusia. Namun itu hanyalah sa-lah satu aspek dari pekerjaan Kristus menuju pendamaian akhir. Rekonsiliasi menjadi efektif oleh Kristus yang hidup. Ini bukanlah sesuatu yang telah terjadi dua ribu tahun yang lalu. At-one-ment dialami hanya ketika manusia setiap hari hidup dalam keperca-yaan dan kebergantungan kepada Dia…

“Bisa saja bahwa kegagalan untuk memahami pekerjaan Tuhan kita seutuhnya, baik di salib maupun di Bait Suci surga, menyebabkan manusia memiliki pengetahuan yang kurang leng-kap tentang seluruh kebenaran yang dinyatakan dalam Alkitab tentang makna pendamaian sepenuhnya…Keduanya, baik keme-nangan di salib maupun pekerjaan Kristus sebagai imam di sur-ga, adalah pengharapan dan permohonan bagi pembaharuan dan pendamaian terakhir.”—Edward Heppenstall,dalam Our High Priest, hlm. 29, 31.

2 Dalam Bait Suci surga segala sesuatunya adalah dinamis, asli, dan berkenaan dengan masalah-masalah kekal. Kebenaran ten-tang Bait Suci memperlakukan Setan sebagai musuh yang sejati, kekuatan-kekuatan kejahatan sebagai sesuatu yang nyata, yang bertentangan dengan Kristus dalam peperangan yang mempengaruhi setiap makhluk ciptaan di alam semes-ta. Di sinilah nasib manusia ditentukan untuk kebahagiaan atau kemalangan. Di sinilah realitas kebenaran dan tujuan Tuhan dapat dilihat secara jelas”—Heppenstall, op,cit,hlm. 19.

3 “Lucifer mendambakan kuasa Tuhan, namun bukan tabiat-Nya”—Ellen G. White, The Desire of Ages, hlm. 435.

4 “Untuk memperoleh pengampunan sebagaimana Kristus meng-ampuni, bukan semata-mata diampuni, melainkan diperbaharui dalam roh pikiran kita.”—Ellen G. White, dalam Review and Herald, 19 Agustus 1890.

“Kasih karunia Kristus memurnikan ketika mengam-puni, dan melayakkan manusia bagi surga yang kudus.”—Ellen G. White, That I May Know Him, hlm. 336.

5 “Melalui penurutan yang sempurna dari Anak Allah, melalui kebajikan-kebajikan darahNya, dan kuasa pengantaraanNya, manusia dapat menjadi bagian dari kodrat ilahi.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 6 Juli 1888.

47

6 Ellen White memfokuskan pada isu-isu yang ingin dikaburkan oleh Setan: “Jikalau mereka yang menyembunyikan dan men-cari-cari alasan bagi pembenaran kesalahan-kesalahan mere-ka dapat melihat betapa Setan bersukaria atas mereka, beta-pa ia mengejek Kristus dan para malaikat kudus melalui per-buatan mereka, mereka akan segera mengakui dosa-dosa mereka dan meninggalkannya. Melalui kekurangan dalam ta-biat,Setan bekerja untuk menguasai pikiran sepenuhnya, dan ia mengetahui bahwa jikalau kekurangan-kekurangan ini dipelihara, ia akan berhasil. Maka, ia terus menerus berusaha untuk menipu para pengikut Kristus dengan kelicikannya yang mematikan sehingga orang tidak akan mungkin untuk mengalahkannya. Namun Yesus memohon demi mereka de-ngan tanganNya yang terluka, tubuhNya yang memar; dan Ia mengumumkan kepada semua orang yang hendak mengikut Dia, ‘Kasih karuniaKu adalah cukup bagimu.’ Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat kete-nangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.’ Maka, janganlah ada orang yang menganggap kekurangan-kekurangan mereka tidak dapat disembuhkan. Tuhan akan memberikan iman dan kasih karunia untuk me-ngalahkannya.”—The Great Controversy, hlm. 489.

48

BAB VITUJUAN TUHAN MELALUI SATU LAMBANG

Untuk dapat memahami secara lebih baik tujuan yang lebih luas dari gereja Kristen secara umum, dan gerakan Masehi Advent Hari Ketujuh secara khusus, dan juga sasaran besar dari ren-cana keselamatan, kita harus merenungkan lebih lanjut menga-pa Tuhan memberikan Bait Suci di bumi kepada bangsa Israel di masa Perjanjian Lama.

Pelayanan Bait Suci di bumi melambangkan, bahkan hampir sejelas kotak pasir bagi taman kanak-kanak, bagaimana Tuhan berencana mengatasi masalah dosa sehubungan de-ngan pribadi, bumi, Setan dan seluruh alam semesta. Per-hatian utama Tuhan adalah makhluk ciptaanNya yang ber-akal budi pada suatu hari akan bebas dari ikatan dan kekha-watiran dosa, dan dibersihkan dari segala keraguan tentang kasih dan hikmatNya. Namun Ia mengetahui bahwa ini akan terjadi, bukan melalui perintah, melainkan melalui pilihan be-bas dari mereka yang berdiam dalam kebenaran tentang Dia dan yang bertindak sesuai dengan kebenaran itu.

Bagaimanakah Tuhan memperoleh penyelesaian atas ma-salah dosa pada pria dan wanita yang memberontak dan hanya berorientasi pada bumi? Menuliskannya di awan-awan? Mengge-makannya dalam guntur setiap hari di padang belantara Sinai pada dini hari? Tidak. Mengetahui bagaimana kita belajar dan menyimpan pengetahuan secara paling efektif, Ia melakukan yang terbaik, meskipun kurang spektakuler dan mengagumkan dibandingkan dengan guntur dan tulisan di awan. Ia memberikan kita suatu kisah bergambar yang terbungkus dalam drama manu-sia, suatu pelajaran yang dapat dilihat, didengar, dialami, dan di-acu berulang-ulang, pun jikalau ingatan menjadi lemah dan kemampuan belajar menjadi lambat.

Setelah menyatakan kepada bangsa Israel rencana ker-jaNya mengenai kehidupan, kebebasan, dan kebahagiaan dalam Sepuluh Hukum, yang dilatarbelakangi dengan guntur dan kilat di Sinai, Ia mengetahui bahwa hukum itu hanya akan meliputi orang berdosa. Ia mengetahui bahwa harapanNya hanya akan menambah perasaan ketidakberdayaan dan putus asa manusia. Maka, segera Ia memerintahkan untuk membangun sebuah Bait Suci di bumi untuk mengajarkan pelajaran ganda yang sebelum-nya telah kita bahas dalam buku ini—“pelajaran tentang peng-

49

ampunan atas dosa, dan kuasa melalui Juruselamat untuk taat demi hidup” (Education, hlm. 36). Pengampunan dan kuasa, aspek dari peran ganda Pengantara kita yang yang penuh kuasa, adalah apa yang dibutuhkan oleh bangsa Israel dan yang kita butuhkan saat ini!

Dalam pelayanan Bait Suci yang mengagumkan ini “Tuhan menginginkan agar umatNya membaca tujuanNya bagi jiwa ma-nusia. Itu adalah tujuan yang sama yang telah disampaikan ke-mudian oleh rasul Paulus, berbicara mengenai Roh Kudus: “Ti-dak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membina-sakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.’”—Ibid.

Bait Suci Yerusalem di masa Kristus dimaksudkan untuk melanjutkan fungsi yang sama sebagaimana Bait Suci di bumi: “Bait Suci itu, yang dibangun karena kepercayaan akan Hadirat ilahi, dirancang sebagai pelajaran bagi Israel dan ba-gi dunia. Dari zaman kekekalan adalah menjadi tujuan Tuhan bahwa setiap makhluk ciptaan, dari malaikat yang terang dan kudus hingga manusia, harus menjadi Bait Suci bagi kediam-an Sang Pencipta. Karena dosa, manusia gagal menjadi Bait Suci bagi Tuhan… Namun melalui inkarnasi Anak Allah, tuju-an Surga digenapi. Tuhan berdiam di dalam kemanusiaan, dan melalui kasih karunia yang menyelamatkan hati manusia kembali menjadi Bait Suci Nya. Tuhan merancang bahwa Bait Suci di Yerusalem haruslah menjadi saksi terus mene-rus bagi nasib yang agung yang terbuka bagi setiap jiwa… Dalam penyucian Bait Suci dari pembeli dan pedagang du-nia, Yesus mengumumkan misiNya untuk menyucikan setiap hati dari kekotoran dosa—dari keinginan-keinginan duniawi, hasrat yang mementingkan diri sendiri, kebiasaan-kebiasaan jahat, yang menggerogoti jiwa… Tidak ada seorang manusia-pun yang melalui kekuatannya sendiri dapat mengusir si ja-hat yang telah menguasai hatinya. Hanya Kristus yang dapat menyucikan Bait Suci jiwa. Namun Ia tidak akan memaksa masuk. Ia datang tidak ke dalam hati sebagaimana pada Bait Suci di masa lampau; namun Ia berkata, ‘Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mende-ngar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk men-dapatkannya’ Wahyu 3:20”—The Desire of Ages, hlm. 161.

Salah satu tujuan inkarnasi Tuhan kita adalah untuk mem-berikan kita pelajaran tambahan, kali ini dalam daging dan darah: untuk mendemonstrasikan bagaimana Tuhan ingin memiliki

50

hubungan dengan pria dan wanita, dan apa yang diharapkan Tuhan dari mereka. Dengan demikian, Ia menggenapi tujuan yang dilambangkan oleh Bait Suci (Ibid.)1

Apa yang diajarkan dalam pelayanan Bait Suci melalui lambang, itulah yang diteladankan oleh Yesus. Apa yang di-teladankan oleh Yesus, haruslah dicerminkan oleh para pe-ngikutNya.2

Dalam segala hal, melalui kehidupan dan kematianNya, Yesus memenuhi tuntutan keadilan dan memungkinkan Tuhan “untuk menunjukkan keadilanNya pada masa kini, supaya nyata bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya ke-pada Yesus” (Roma 3:26).3 Yesus membukakan kebohongan-kebohongan Setan dengan cara mendemonstrasikan bahwa Tuhan tidak mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin ke-tika Ia menuntut ketaatan dari ciptaanNya; kehidupan Yesus membuktikan bahwa manusia dapat hidup dalam kehidupan yang taat dan menang.4

Apa yang telah dilakukan oleh Yesus bagi kita dalam kehi-dupan dan kematian pengorbananNya dinyatakan dalam upaca-ra-upacara dalam kemah suci di padang belantara dan Bait Suci selanjutnya di Yerusalem. Pelajaran-pelajaran ini haruslah kita renungkan dengan khidmat dan terima dengan rasa syukur. Apa yang ingin dilakukanNya di dalam kita hanyalah menunggu kerja sama kita untuk mengizinkan Dia untuk menyelesaikan pekerja-anNya untuk menyucikan Bait Suci jiwa kita. Aspek ganda dari peran Tuhan kita sebagai Penebus dinyatakan lebih jelas lagi ke-tika kita mempelajari bagaimana upacara-upacara Bait Suci di bumi juga melambangkan gereja Kristen.

Pada pergantian abad, Ellen White menggariskan suatu hu-bungan yang menarik antara upacara-upacara Bait Suci di bumi dan gereja Kristen. Dia menulis-kan, “Bait Suci Yahudi adalah sebuah tipe (lambang) dari gereja Kristen… Gereja di bumi, yang terdiri atas orang-orang yang setia dan patuh kepada Tuhan, adalah ‘Bait Suci yang sesungguhnya,’ di mana Sang Penebus adalah pelayannya. Tuhan, dan bukan manusia, membangun Bait Suci ini di atas sebuah landasan yang di-angkat tinggi. Bait Suci ini adalah tubuh Kristus, dan dari utara, selatan, timur dan barat, Ia mengumpulkan mereka yang akan membantu membangunnya.

“Melalui Kristus, orang-orang percaya yang sejati di-nyatakan sebagai yang dibangun bersama-sama untuk suatu kediaman Tuhan melalui Roh Kudus. Paulus menulis: “Teta-pi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasihNya

51

yang besar, yang dilimpahkanNya kepada kita, telah menghi-dupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita—oleh kasih karunia kamu diselamatkan—dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikanNya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab karena kasih karu-nia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pe-kerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu–sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia—bahwa waktu itu kamu tan-pa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak men-dapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perse-teruan, sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ke-tentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu ma-nusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan da-mai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di da-lam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyap-kan perseteruan pada salib itu. Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejah-tera kepada mereka yang "dekat", karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. De-mikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan ang-gota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersu-sun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di

52

dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh” (Efesus 2:4-22).

“Meskipun rencana keselamatan dilaksanakan menurut rencana yang ditentukan sejak sebelum dunia ini diciptakan, namun baik pria maupun wanita tidak akan diselamatkan kecuali mereka sendiri mengalami iman, dan membangun di atas landasan yang benar, kecuali mereka mengizinkan Tuhan untuk menciptakan mereka kembali melalui Roh Kudus. Tuhan bekerja di dalam dan melalui agen manusia yang bekerja sama dengan dia melalui pikiran untuk mem-bantu membangun bangunan Tuhan. Sebuah Bait Suci yang kudus dibangun atas mereka yang menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka… Dengan menerima Kristus dan menurut kepada kehendak-Nya, manusia menuju kepada ke-sempurnaan. Pembentukan tabiat-tabiat pribadi ini, yang di-perbaharui, membangun sebuah bangunan yang lebih mulia daripada pekerjaan manusia fana manapun. Maka pekerjaan besar Tuhan maju dari satu titik ke titik selanjutnya. Mereka yang menginginkan sebuah tempat di dalam gerejaNya me-nunjukkan ini melalui kemauan mereka untuk begitu menurut kepada kehendakNya sehingga mereka dapat dipercayakan atas kasih karunia untuk membagikannya kepada orang lain..

“Kristus adalah Pelayan dari Bait Suci yang sejati, Imam Besar bagi semua orang yang percaya kepadaNya se-bagai Juruselamat pribadi mereka; dan jabatanNya tidak da-pat diambil alih oleh siapapun. Dialah Imam Besar gereja, dan Dia memiliki pekerjaan yang harus dilakukan yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun. Melalui kasih karuniaNya Ia mampu untuk menjaga setiap manusia dari pelanggaran. Pa-ra duta-besarNya, yaitu mereka yang menerima Dia, dilahir-kan kembali, dan oleh karenanya menjadi layak untuk menja-di wakilNya [Ibrani 7:26-28].”—God’s Care for His Church.” Signs of the Times, 14 Februari 1900. Kata-kata ini menekankan beberapa aspek penting dari ren-cana keselamatan, khususnya dipandang dari perlambangan upacara-upacara Bait Suci . Tanpa mengurangi apapun dari ke-nyataan bahwa Yesus adalah pelayan dalam “’Bait Suci yang se-jati” di surga, yang Bait Suci di bumi adalah gambarannya,’ atau bahwa “Bait Suci yang sejati’ di surga adalah Bait Suci per-janjian baru” (The Great Controversy, hlm. 417), Ellen White membuat penerapan berikutnya dari peranNya sebagai pelayan dari Bait Suci yang sejati. “Bait Suci sejati” dalam penerapan-nya pada gereja di bumi, terdiri atas orang-orang yang

53

mengizinkan kasih karunia-Nya untuk menjaga mereka dari pelanggaran, orang-orang yang benar-benar dilahirkan kem-bali yang menjadi layak untuk menjadi wakilNya.

Dari sejak peresmian Bait Suci di padang belantara hingga Bait Suci-Bait Suci di Yerusalem, para pengikut Tuhan menge-tahui bahwa rencana keselamatan yang dilambangkan dalam upacara-upacara Bait Suci berhubungan dengan manusia, bukan binatang, tirai kain, kayu ataupun air. Aspek-aspek hara-fiah dari ajaran tentang Bait Suci mengajarkan kebenaran-ke-benaran yang harafiah tentang bagaimana Tuhan berurusan dengan manusia. Ia tidak membersihkan dan memulihkan pera-latan, melainkan orang-orang. Kebenaran-kebenaran yang mulia yang dilambangkan di dalam Bait Suci di bumi mengacu kepada tindakan-tindakan, peristiwa-peristiwa, dan hubungan-hubungan yang sangat harafiah yang ada antara Tuhan dan umat-Nya.5

Sementara Yesus berada dalam satu tempat yang sangat nyata, melaksanakan fungsi-fungsi yang sangat nyata untuk me-nyelesaikan pertentangan besar itu, salah satu dari perhatian uta-maNya yang berhubungan dengan puncak dari pertentangan besar adalah pembangunan gerejaNya di bumi. Bait Suci di bumi adalah bayangan (Ibrani 8:5) dari kebenaran-kebenaran agung ini, yang tampak dalam terang siang Perjanjian Baru, dan selanjutnya diperjelas dalam tulisan-tulisan Ellen G. White. Untuk dapat melihat kebenaran-kebenaran ini dalam terangnya yang terjelas, kita tidak perlu mengurusi terlalu rinci tentang Bait Suci di bumi; kita harus melanjutkan kepada penerangan-penerangan selanjutnya yang menafsirkan dan menjelaskan tentang bayang-an itu.

Ellen White dan yang lainnya telah menunjukkan bahwa Tuhan terutama berurusan dengan orang-orang; bahwa semua sarana pengajaranNya mewakili baik perananNya maupun peran-an manusia dalam pertentangan besar itu.6 Tujuan dari kesela-matan adalah memiliki suatu umat yang ditebus dan suci. Tujuan dari ajaran-ajaran dan upacara-upacara Bait Suci ada-lah untuk menjelaskan sasaran yang indah ini dan memberi-kan suatu penjelasan yang jelas tentang bagaimana pria dan wanita yang jujur dapat mencapai sasaran tersebut.

Tuhan berurusan dengan penghapusan dosa dari alam semesta. Bukti hidup bahwa dosa itu tidak diperlukan, dan bahwa manusia dapat mengalahkan segala kecenderungan untuk berdosa, bahwa Tuhan itu adil ketika mengharapkan ketaatan sebagai ujian iman, telah didemonstrasikan di da-lam kehidupan Yesus. Ini dijamin akan berganda di dalam

54

kehidupan para pengikutNya, khususnya dalam generasi yang mendengar pengumuman bahwa “barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran” (Wahyu 22:11) sesaat sebelum penutupan pintu kasihan.

Dalam artikel di tahun 1900 yang sebelumnya telah dikutip di sini, Ellen White semata-mata menekankan kembali sebuah prinsip yang agung yang sering diungkapkannya—bahwa bangsa Israel (dan sejak itu orang Kristen) harus membaca “tujuan Tuhan bagi jiwa manusia” dalam pembangunan Bait Suci di padang be-lantara atau dalam Bait Suci yang besar di Yerusalem” (Educat-ion, hlm. 36). Tujuan yang sama, kata Ellen White, disampaikan oleh Paulus ketika ia menuliskan, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Korintus 3:16).

Sama seperti umat Tuhan harus bekerja sama dengan Dia dan dengan satu sama lain dalam pembangunan Bait Suci di bumi, demikianlah juga mereka harus bekerja sama dengan Dia dalam perkembangan “Bait Suci di dalam jiwa” (Ibid., hlm. 37). Sama seperti Tuhan berdiam di dalam Bait Suci di bumi, demikianlah Ia menginginkan untuk menjadi-kan jiwa manusia sebagai tempat yang layak untuk kediaman Roh Kudus.

Kerja sama antara Tuhan dan manusia inilah satu-satunya jalan keselamatan yang pertama-tama datang kepada manusia melalui pembenaran dan satu-satunya jalan pemeliharaannya adalah melalui pengudusan. “Tuhan bekerja di dalam dan me-lalui agen manusia yang bekerja sama dengan Dia dengan memilih untuk menolong dalam pendirian bangunan Tuhan. sebuah Bait Suci yang kudus dibangun dari mereka yang menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 14 Februari 1900.

Namun apakah proses pembangunan ini adalah suatu kon-sentrasi orang-orang, polesan kesalehan anggota-anggota gereja sementara banyak orang mati tanpa mendapatkan peringatan? Tidak demikian! Tidak sekejappun! Mereka yang ingin meng-genapi tujuan Tuhan bagi mereka, yang berurusan dengan bagai-mana cara terbaik untuk bekerja sama dengan Tuhan dalam menciptakan kembali tabiat mereka sesuai dengan Polanya, adalah orang-orang yang dengan mereka Tuhan benar-benar da-pat bekerja di dalam dan melalui mereka demi penyelesaian pe-rintah Injil. Sebagaimana yang ditulis Nyonya White dalam artikel di majalah Signs tahun 1900: “Mereka yang menginginkan se-buah tempat di dalam gerejaNya menunjukkan keinginan ini

55

melalui kerelaan mereka untuk menjadi begitu selaras de-ngan kehendakNya sehingga mereka dapat dipercayakan atas kasih karunia untuk dibagikan kepada orang-orang lain.”

Tuhan sedang ada dalam proses mempersiapkan sa-rana-sarana manusia yang menginginkan tabiatNya, serta kuasaNya. Ketika mereka telah mengembangkan tabiat se-perti itu, Ia akan dapat mempercayakan kepada mereka seba-gai pameran dari kasih karuniaNya. Hanya setelah itulah, tanpa ragu dan tanya, umatNya akan menyatakan kebenaran tentang apa yang dapat dilakukan Tuhan bagi orang-orang yang berdosa yang telah sesat.7

Penyelesaian yang sukses dari perintah Injil dalam Matius 24:14 sebagian besar bergantung kepada orang-orang Kristen yang, pada hari kekuasaanNya, Tuhan tidak akan malu untuk mengakui mereka. Menjadi pria dan wanita yang dapat diper-cayakan oleh Tuhan atas kuasaNya bukan saja mempersiapkan mereka agar menjadi layak untuk hidup di dalam kerajaanNya melainkan juga membuka ajang atau panggung bagi Tuhan untuk memberikan pekabaran peringatan yang terakhir kepada Planet Bumi ini. Orang-orang Kristen yang dewasa adalah seperti Kristus. Mereka adalah orang-orang yang menang yang me-nanggapi pekabaran Laodikea (Wahyu 3:14-21)—orang-orang di bumi yang secara konsisten tergerak, dan secara spontan ter-tahan, untuk mengumandangkan Injil dalam kepenuhannya kepa-da sesama manusia.

Bab selanjutnya akan membahas kemendesakan atau ur-gensinya pada orang-orang Advent karena kebenaran-kebenaran ini.

Catatan

1 “Dengan datang untuk berdiam bersama kita, Yesus hendak menyatakan Tuhan baik kepada manusia maupun kepada ma-laikat. Ia adalah Firman Tuhan,—pemikiran Tuhan yang menjadi bisa didengar…Maka Kristus membangun Bait SuciNya di te-ngah-tengah perkemahan kemanusiaan kita. Ia mematok kemah-Nya di sebelah kemah manusia, sehingga Ia dapat berdiam di tengah-tengah kita, dan membuat kita mengenal tabiat dan kehidupan ilahiNya.”—The Desire of Ages, hlm. 19-23.

2 “Sebagai salah satu dari kita, Ia harus menjadi teladan tentang ketaatan. Untuk itu, Ia mengambil bagi DiriNya kodrat kita, dan

56

mengalami pengalaman-pengalaman kita. “Dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya” (Ibrani 2:17). Jikalau kita harus menanggung sesuatu yang tidak pernah ditanggung oleh Yesus, maka pada titik ini, Setan akan me-nyatakan bahwa kuasa Tuhan adalah tidak cukup bagi kita. Itulah sebabnya, Yesus, “sama dengan kita, Ia telah dicobai, ha-nya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:17). Ia menanggungkan setiap pencobaan yang kita alami. Dan Ia tidak menggunakan bagi Diri-Nya sendiri kuasa yang tidak diberikan kepada kita. Sebagai ma-nusia, Ia menghadapi pencobaan, dan mengalahkannya dengan kekuatan yang diberikan kepadaNya dari Tuhan. Ia berkata, “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku" (Mazmur 40:9). Sementara Ia melakukan kebaikan, dan menyembuhkan semua orang yang diganggu oleh Setan, Ia men-jadikan jelas kepada manusia tentang sifat hukum Tuhan dan si-fat pelayananNya. KehidupanNya menjadi saksi bahwa adalah mungkin juga bagi kita untuk taat kepada hukum Tuhan.

“Melalui kemanusiaanNya,Kristus menyentuh manusia; melalui keilahianNya, Ia memegang tahta Tuhan. Sebagai Anak Manusia, Ia memberi kita teladan tentang ketaatan; se-bagai Anak Allah, Ia memberi kita kuasa untuk taat.”—Ibid., hlm. 24.

3 Kehidupan Tuhan kita yang tidak berdosa di dalam segala ke-adaan yang biasa pada manusia yang berdosa tidak pernah bo-leh dipisahkan dari perhatian kita kepada kematianNya. Kema-tianNya akan menjadi relatif tidak penting tanpa ketaatanNya yang sempurna sebagai makhluk manusia yang sejati. Kemati-anNya bagi kita, cukup untuk mengeringkan tetes terakhir rasa syukur setiap manusia yang jujur, adalah titik yang teramat pen-ting dari rencana penebusan karena yang telah mati itu ada-lah benar-benar Yesus yang adalah manusia yang taat seca-ra sempurna. “Setan, yang mengaku bahwa dunia adalah wila-yah kekuasaannya yang sah, berusaha melalui segala cara untuk memerasnya dari setiap genggaman Sang Penebus; namun me-lalui kehidupan dan kematianNya yang hina, Kristus meng-genggamnya dengan erat.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 14 Februari 1900. “Melalui Yesus, kasih kemurahan Tuhan dinyatakan kepada manusia; namun kasih kemurahan ti-dak meniadakan keadilan. Hukum menyatakan ciri tabiat Tuhan, dan tidak setitikpun daripadanya dapat diubah untuk menemui manusia dalam keadaannya yang telah jatuh…

57

“Hukum menuntut pembenaran; sebuah kehidupan yang di-benarkan, sebuah tabiat yang sempurna; dan ini tidak dimiliki oleh manusia. Ia tidak dapat memenuhi tuntutan hukum Tuhan yang kudus. Namun Kristus, yang datang ke bumi sebagai manu-sia, menghidupkan kehidupan yang kudus, dan mengembangkan tabiat yang sempurna. Inilah yang ditawarkanNya sebagai pem-berian cuma-cuma kepada semua orang yang mau menerima-nya. KehidupanNya mewakili kehidupan manusia. Maka mere-ka memperoleh pengampunan dosa di masa lalu, melalui kesa-baran Tuhan…. Melalui kehidupan dan kematianNya, Kristus membuktikan bahwa keadilan Tuhan tidak menghancurkan kasih kemurahanNya, namun bahwa dosa dapat diampuni, dan bahwa hukum adalah adil, dan dapat ditaati secara sem-purna.”—The Desire of Ages, hlm. 762. “Melalui kehidupanNya yang tanpa cacat, ketaatanNya, kematianNya di salib Kalvari, Kristus mengantarai umat manusia yang telah sesat.”—Ellen G. White, Christ’s Object Lessons, hlm. 156. “Ia [Allah Bapa] puas dengan pendamaian yang telah dilakukan. Ia dipermu-liakan melalui inkarnasi, kehidupan, kematian dan penganta-raan AnakNya.”—Ellen G. White, Testimonies, vol. 6, hlm. 364.

4 “Setan telah menuduh bahwa tidaklah mungkin bagi ma-nusia untuk menaati hukum Tuhan; dan dalam kekuatan kita sendiri adalah benar bahwa kita tidak dapat menaatinya. Na-mun Kristus datang dalam rupa kemanusiaan, dan melalui ketaatanNya yang sempurna, Ia membuktikan bahwa kema-nusiaan dan keilahian yang bergabung dapat menaati setiap perintah Tuhan.”-- Christ’s Object Lessons, hlm. 314. “Setelah kejatuhan manusia, Setan mengumumkan bahwa manusia telah terbukti tidak mampu untuk memelihara hukum Tuhan, dan ia berusaha untuk membawa alam semesta bersama dia dalam keyakinan ini. Perkataan Setan tampaknya benar, dan Kristus datang untuk membuka kedok penipu ini. Yang Maha Mulia di surga mengambil masalah manusia, dan dengan fasilitas yang sama yang dapat diperoleh manusia, bertahan dari pencobaan Setan sebagaimana manusia harus bertahan daripadanya. Inilah satu-satunya cara di mana manusia yang telah jatuh mengambil bagian dalam kodrat keilahian. Dalam mengambil kodrat manusia, Kristus disiapkan untuk mema-hami pencobaan dan kesedihan manusia dan segala penco-baan yang mengepung manusia… Ia merasakan kekuatan dari pencobaan ini; Ia menghadapinya demi kita, dan menga-lahkannya. Dan Ia menggunakan hanya senjata yang sah un-

58

tuk digunakan oleh manusia—perkataan dari Dia yang perka-sa dalam nasehat— ‘Sebab ada tertulis.’… Kemanusiaan Yesus akan mendemonstrasikan bagi abad-abad yang kekal tentang pertanyaan yang mengatasi pertentangan itu”—Ellen G. White, Selected Messages 1, hlm. 251-255.

5 “Bait Suci surgawi, tempat berdiam Raja segala raja, di mana “seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya” (Daniel 7:10), Bait Suci itu dipenuhi oleh kemuliaan dari takhta yang kekal, di mana serafim, penjaga yang bersinar itu, menutup wajah mereka dalam penyembahan—tidak ada struktur dunia yang menandingi keluasan dan kemulia-annya. Namun kebenaran-kebenaran yang penting tentang Bait Suci surga dan pekerjaan besar yang dilakukan bagi penebusan manusia haruslah diajarkan melalui Bait Suci di bumi dan upaca-ra-upacaranya.”—Ellen G. White, Patriarchs and Prophets, hlm. 357.

6 Arthur Spalding, penulis Origin and History of Seventh-day Ad-ventists, menuliskan”: “Kita tentu saja tidak dapat menganggap bahwa Bait Suci di surga adalah seperti bangunan Bait Suci di bumi. Bait Suci di surga adalah sangat jauh lebih mulia, ilahi, mengatasi jangkauan pemikiran manusia…

“Di sini adalah lambang, bayangan dari yang nyata; apa yang kita sebut kegenapannya (antitype) adalah kenyataannya. Bait Suci secara keseluruhan menyatakan hubungan antara Tuhan dengan manusia dalam pekerjaan penebusan. Upacara-upacara di dalam bilik yang pertama, yaitu Bilik Suci, adalah pengantaraan Kristus bagi umatNya dalam segala generasi; upacara Hari Pendamaian dalam bilik yang kedua, yaitu Bilik Maha Suci, adalah pekerjaan penutup dalam pelayanan Kristus dalam persiapan bagi penghapusan dosa terakhir pada peng-hakiman pelaksanaan hukuman….

“Kita berbicara tentang semua ini dalam bahasa manusia; karena hanya dengan demikianlah, melalui lambang dan perkata-an, Tuhan dapat menyatakan gagasan kepada manusia tentang pekerjaan pendamaian dan penghakiman yang besar itu. Pikiran manusia tidak dapat menjangkau kenyataan-kenyataan tentang peristiwa penghakiman di surga; buku-buku Tuhan, tidak seperti buku-buku atau catatan-catatan kita, adalah tanpa salah dan lengkap; darah yang simbolis—bukan darah yang sesungguhnya melainkan kehidupan yang dilambangkan oleh darah; Bilik Suci dan Bilik Maha Suci adalah kediaman Tuhan yang agung dan

59

roh-roh yang melayaniNya, yang terlalu suci untuk dikatakan; hari pendamaian bukanlah hari yang harafiah, namun sebuah periode yang panjangnya hanya Tuhan yang tahu. Dan demikian juga semua lambang dan upacara-upacaranya.”—Volume 1, hlm. 108-111.

Heppenstall berkomentar, “Sifat dan makna Bait Suci di sur-ga tidak dapat ditetapkan dengan data-data ilmiah. Pengetahuan yang terinci tentang bahan dan ukuran dari Bait Suci di bumi ti-dak dapat menggambarkan secara memadai tentang hal-hal yang surgawi atau menghasilkan ulang pekerjaan Tuhan di takh-ta-Nya. Kita melihat dalam Bait Suci di bumi pernyataan yang ku-rang lengkap dan pasti tentang Imam Besar agung kita di surga. Kristus tidak berurusan dengan lampu-lampu kilat, membalikkan roti, atau mengayunkan dupa ukupan. Kenyataan-kenyataan ini tidak berurusan dengan tempat, bahan, atau rancangan arsitek-tur, namun kegiatan-kegiatan ilahi yang dipusatkan pada perten-tangan besar itu sendiri.”—Our High Priest, hlm. 20.

7 Seringkali, dalam perkataan yang serupa, Gereja Advent telah ditantang: “Dengan menyatakan tabiat Kristus di dalam kehidup-an kita sendiri, kita bekerja sama dengan Dia dalam pekerjaan penyelamatan jiwa-jiwa. Hanya melalui pernyataan tabiatNya di dalam kehidupan kita sajalah maka kita dapat bekerja sa-ma dengan Dia… Ketika mereka yang mengaku melayani Tuhan mengikuti teladan Kristus, mempraktekkan prinsip-prinsip hukum-Nya di dalam kehidupan mereka sehari-hari; ketika setiap tindak-an menjadi saksi bahwa mereka mengasihi Tuhan mengatasi apapun dan mengasihi sesama mereka seperti mengasihi diri sendiri, maka gereja akan memiliki kuasa untuk menggerakkan dunia.”—Christ’s Object Lessons, hlm. 340.

60

BAB VIIPEMBELAAN DIRI TUHAN

Sejak tahun 1844 kemendesakan yang khusus telah terjadi pada mereka yang memahami bahwa Tuhan sedang menunggu sebuah generasi orang-orang yang akan membela Dia de-ngan cara menuruti “perintah-perintah Allah dan iman kepa-da Yesus” (Wahyu 14:12). Ada banyak nasehat1 kepada gereja yang menekankan hubungan langsung dengan pekerjaan Kristus di Bilik Maha Suci dan pekerjaanNya di dalam kehidupan para pengikutNya di bumi:

“Sekarang ini Kristus berada di dalam Bait Suci surga. Dan apakah yang dilakukanNya? Membuat pendamaian bagi kita, menyucikan Bait Suci dari dosa-dosa manusia. Maka, kita harus masuk dengan iman ke dalam Bait Suci bersama-sama dengan Dia, kita harus melaksanakan pekerjaan di dalam Bait Suci jiwa-jiwa kita. Kita harus menyucikan diri kita dari segala kekotoran. Kita harus “membersihkan diri kita dari segala kekotoran dari daging dan roh, menyempurnakan kekudusan dalam takut akan Tuhan.”—E.G. White, khotbah yang disampaikan tanggal 20 Oktober 1888. Diterbitkan kembali dalam A.V. Olson, Through Crisis to Victory, hlm. 267.

Salah satu pekabaran yang paling mendesak dari ajaran tentang Bait Suci bagi orang Kristen adalah bahwa sejak tahun 1844 sesuatu yang istimewa dituntut dari para pengikut Tuhan dalam hal perkembangan tabiat yang mungkin belum pernah begitu mendesak dalam perkembangan gereja sebelumnya. Umat Tuhan yang mencapai kualitas tabiat yang ditunggu-tung-guNya, dan yang baginya Tuhan telah memberikan kepada me-reka setiap kuasa ilahi yang dibutuhkan untuk mencapainya, se-cara signifikan akan mempengaruhi seberapa segera Yesus da-pat menyelesaikan pekerjaanNya di dalam Bilik Maha Suci.2

Kemendesakan yang harus dirasakan oleh umat Tuhan di bumi didasarkan pada kenyataan yang khidmat bahwa, ketika memasuki Bilik Maha Suci di tahun 1844, Imam Besar kita me-mulai fase terakhir dari pekerjaan pengantaraanNya, yang meli-batkan kelayakan tabiat dari generasi terakhir. Adalah renca-na Tuhan untuk menyelesaikan pekerjaan ini bertahun-tahun yang lalu. Penundaan ini bukan disebabkan karena ketidak-efisienan surga atau perubahan dalam rencana-rencanaNya.3

Ia rindu untuk mencurahkan hujan akhir kepada mereka yang telah menyucikan “Bait Suci jiwa dari segala kekotoran”

61

(Testimonies, vol. 5, hlm. 214). Ia rindu agar umatNya menjadi tetap tinggal di dalam kebenaran,4 menjadi nyaman dengan jalan kehidupanNya, sehingga Ia dapat memberikan meterai persetujuan dan menunjuk kepada mereka tanpa malu di da-lam suatu seruan misi sedunia, “Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus” (Wahyu 14:12). Ia rindu untuk meng-umumkan akhir dari pertentangan besar itu: “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biar-lah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!" (Wahyu 22:11).

Sejak tahun 1844, Yesus telah menunggu suatu umat yang dalam catatan pribadi masing-masing di dalam Bait Suci di surga Ia dapat menuliskan “Telah disucikan”; suatu umat yang akan mencerminkan perhatianNya akan keselamatan dan kesejahtera-an orang lain, melalui mereka seluruh isi surga dapat bekerja dengan bebas untuk menyelesaikan perintah Injil.5

Setiap hari pola kehidupan orang Kristen tercermin dalam catatan-catatan tersebut di dalam Bilik Maha Suci. Pertanyaan yang mendesak yang muncul adalah: Apakah itu sebuah catatan yang mencerminkan tentang seseorang, yang melalui kasih ka-runia Tuhan, mengalahkan dosa atau tidak? “Melalui kasih karu-nia Tuhan dan usaha mereka yang terus menerus mereka harus menjadi pemenang-pemenang dalam pertempuran melawan ke-jahatan. Sementara penghakiman pemeriksaan sedang berlang-sung di surga, sementara dosa-dosa dari orang-orang percaya yang penuh penyesalan dibersihkan dari Bait Suci, haruslah ter-jadi suatu pekerjaan khusus penyucian, pembersihan dosa, di antara umat Tuhan di bumi… Ketika pekerjaan ini telah dise-lesaikan, para pengikut Kristus akan siap menyambut kedatanganNya.”—The Great Controversy, hlm. 425.

Secara umum, upacara dalam Bait Suci telah menjadi sa-rana pengajaran oleh Tuhan, mengajarkan kepada kita bahwa Ia akan mengampuni pelanggaran-pelanggaran kita, dan memberi kita kuasa untuk menghidupkan kehidupan dengan ketaatan se-perti Kristus.6 Ia akan melakukan penyucian, pemberian kuasa, pertahanan dari dosa, jikalau kita memilih untuk mengizinkan Dia untuk bekerja. Pemenang yang telah disucikan akan mencer-minkan baik tabiat Yesus maupun kehidupan pelayananNya yang terus menerus.

Secara khusus, pekerjaan Yesus sebagai Imam Besar kita di Bilik Maha Suci, memiliki hubungan langsung dengan perge-

62

rakan di bumi yang bukan saja mengumumkan pekabaran saat penghakiman dalam Wahyu 14:6-14, melainkan juga meng-izinkan kasih karunia Tuhan untuk melakukan pekerjaanNya yang mulia untuk mengalahkan dosa. Adakah waktu yang le-bih mulia, lebih menyenangkan, lebih memuaskan secara priba-di, daripada saat ini?7

Yang mendasar bagi pemikiran Advent selama lebih dari satu abad adalah konsep kembar tentang pemulihan Bait Suci dan satu umat yang siap. Dengan kedua konsep ini, para terpe-lajar Advent telah berurusan erat dengan gagasan-gagasan se-perti “penghapusan dosa,” “penyegaran,” dan “pakaian pesta perkawinan yaitu pembenaran orang-orang kudus.”

Pada awal sejarah Advent, Joseph Bates menguraikan secara terperinci hubungan yang erat antara lambang dan kege-napan Bait Suci, khususnya yang berkenaan dengan pemulihan Bait Suci pada hari pendamaian. Setelah mengutip kitab Imamat 16:16, ia menuliskan: “Maukah pembaca membaca 18 kata ini [atau 41 kata dalam Alkitab bahasa Indonesia] kembali dan meli-hat apakah kita tidak mengatakan makna “pendamaian bagi tempat kudus.” Ya! Anda mengatakan, itu adalah untuk me-nyucikan umat, seluruhnya, dari dosa-dosa mereka. Baiklah, jangan melupakan hal itu, ketika diterapkan kepada kita da-lam Bait Suci kegenapannya.”8—Midnight Cry in the Past,” Re-view and Herald, Desember 1850, hlm. 21.

Stephen N. Haskell, di tahun 1856, juga melihat secara je-las hubungan antara suatu umat yang siap dan penyelesaian pe-rintah Injil: “Sebuah teori tentang Pekabaran Malaikat Ketiga tidak pernah, tidak akan pernah menyelamatkan kita, tanpa pakaian pesta perkawinan, yaitu pembenaran orang-orang kudus. Kita harus menyempurnakan kekudusan dalam takut akan Tuhan.”—“A Few Thoughts on the Philadelphia and Laodi-cea Churches,” Review and Herald, 6 November 1856, hlm. 6.

Pada pertemuan General Konferens tahun 1901, Haskell memberikan serangkaian pelajaran tentang sejarah ajaran Bait Suci. Dalam ringkasan tentang pemikiran dasar Advent tentang topik ini, ia berkata: “Kita telah mempelajari, pertama, bahwa ada suatu waktu ketika Kristus akan masuk ke dalam Bait Suci surga; kedua, bahwa waktu itu adalah penghakiman pe-meriksaan; ketiga, bahwa pekerjaan pada periode tersebut adalah penyempurnaan tabiat; dan keempat, bahwa semakin anda memahami tentang pekerjaan di dalam Bait Suci, se-makin anda memahami kuasa kebenaran Tuhan yang ber-hubungan dengan umat Tuhan dan pada masa kini di mana

63

kita sekarang hidup.”9—“Bible Study,” General Conference Bulletin, 7 April 1901, hlm. 100.

Di tahun 1864, serangkaian artikel yang luar biasa terbit dalam Review, ditulis oleh D.T. Bourdeau, yang di dalamnya ia menekankan tanggung jawab khusus yang diemban oleh gereja generasi terakhir: “Sebagian orang tidak melihat perlunya menerima kebenaran-kebenaran yang berlaku bagi masa se-karang agar mereka dapat disucikan. Mereka menganggap bahwa mereka dapat disucikan melalui kehidupan sebagai-mana orang-orang Kristen yang baik lainnya telah hidup. Namun, bagaimanakah orang-orang Kristen di masa lalu di-sucikan? Bukankah mereka disucikan melalui kehidupan yang menghidupkan terang yang mereka miliki di zaman-nya? Dan jikalau kita diberi terang yang lebih banyak dari-pada mereka, jikalau Tuhan meminta kita melakukan kewa-jiban yang lainnya, dapatkah kita disucikan semata-mata de-ngan menghidupkan kehidupan seperti mereka yang hidup di masa lalu? Apakah Tuhan menyebabkan terang yang ber-sinar dalam perkataanNya sia-sia?... Diperlukan suatu per-siapan khusus untuk bertemu dengan Tuhan ketika Dia da-tang.”—“Sanctification: or Living Holiness,” Review and Herald, 2 Agustus 1864.

Meskipun kita hanya menyebutkan sebagian saja dari para pemikir Advent mula-mula tentang masalah Bait Suci, lebih banyak lagi yang dapat dikutip. Pemahaman mereka yang umum menunjukkan kesatuan dan kepenuhan yang luar biasa. Mereka lebih awal melihat dan menerangkan secara lebih tegas bahwa pemulihan Bait Suci di surga berhubungan langsung dengan perkembangan suatu umat di bumi yang suci dan siap. Mereka menyatakan dengan meyakinkan bahwa Tuhan menuntut perkembangan tabiat yang lebih tinggi dari gerejaNya dalam generasi yang terakhir yang akan diubahkan daripada dari mereka yang hidup di masa sebelumnya. Persiapan seperti ini akan menjadi pencapaian dengan bantuan ilahi yang tercermin dalam Bait Suci surga melalui “penghapusan” dosa-dosa yang pernah menjangkiti kehidupan para pemenang itu.

W.W. Prescott khususnya memahami secara jelas hu-bungan antara pekabaran malaikat ketiga dalam Wahyu 14, penghapusan dosa-dosa, suatu umat yang menang, dan saat Tuhan akan datang kembali. Dalam khotbah pada pertemuan General Konferens ia berkata: “Ada perbedaan antara Injil yang dikhotbahkan bagi pengampunan dosa-dosa dan Injil yang di-khotbahkan bagi penghapusan dosa-dosa. Selalu, dan juga

64

sekarang ini, terdapat ketetapan yang berlimpah bagi pengam-punan dosa. Dalam generasi kita terjadi ketetapan bagi pengha-pusan dosa. Dan penghapusan dosa adalah apa yang akan mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan kita; dan penghapusan dosa adalah pelayanan Imam Besar kita dalam Bilik Maha Suci di Bait Suci di surga; dan ini membuat per-bedaan bagi umat Tuhan saat ini dalam pelayanan mereka, dalam pekabaran mereka, dan dalam pengalaman mereka, apakah mereka mengetahui perubahan pelayanan dari satu bilik ke bilik yang lain, ataukah mereka mengenali dan mengalami kenyataan tentang perubahan tersebut…

“Sekarang bahwa pekabaran malaikat ketiga harus disam-paikan secara nyata; dan dengan itu, tentu saja, akan datang pe-nyampaian pelayanan Injil bagi masa kini, penghapusan dosa-dosa dalam generasi ini, yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan.

“Dan ketika kebenaran-kebenaran tersebut dikuman-dangkan dalam terang sejarah advent dan nubuatan advent, kebenaran-kebenaran tersebut akan menyelamatkan orang dari dosa dan dari berbuat dosa sekarang. Mereka akan mempersiapkan suatu umat yang akan berdiri pada jam pencobaan yang akan menghadang kita, dan akan mem-persiapkan suatu umat untuk bertemu dengan Tuhan kita di udara, dan untuk bersama dengan Tuhan selamanya; dan inilah pekabaran yang harus dikumandangkan dalam gene-rasi ini” —“The Gospel Message for Today,” General Confer-ence Bulletin, 2 April 1903, hlm. 53, 54.10

Satu hal yang sangat jelas: Tuhan bukanlah seorang pen-catat yang tidak jujur. Ia tidak akan menulis “telah disucikan” pa-da catatan setiap orang di dalam generasi terakhir ini jika kehi-dupan orang tersebut belum disucikan dengan kuasa Roh Kudus yang berdiam di dalam orang itu. Meskipun ada sebagian orang yang selama bertahun-tahun mengizinkan kasih karunia Tuhan menyucikan mereka dari segala kekotoran, ada satu tanggung jawab khusus bagi kelompok tersebut dalam generasi ter-akhir di bumi ini yang akan diubahkan. Tentang mereka yang dikatakan, “barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus mengu-duskan dirinya!" (Wahyu 22:11), adalah orang-orang yang benar-benar telah disucikan.11

Semua ini membawa kita kembali kepada pokok bahasan dalam bab ini: Apakah dosa tidak terelakkan dan tidak dapat di-hindarkan karena kita adalah manusia yang lemah? Meskipun kita telah mempelajari bagaimana dua kebenaran sentral dari ajaran tentang Bait Suci (“suatu pengorbanan pendamaian dan

65

seorang pengantara yang penuh kuasa”) yang berhubungan erat dengan apa yang telah dilakukan Yesus bagi kita dengan apa yang ingin dilakukan Yesus di dalam kita, apakah itu dapat be-nar-benar terjadi? Apakah itu bisa terjadi? Inilah pertanyaan yang masih tergantung dan tertunda di hadapan alam semesta.

Inilah pertanyaan yang dihantamkan oleh Setan ke muka Yesus. Perjalanan tahun yang lama, dekade demi dekade—tanpa guna—hanya menambah sakit Kalvari dan hati seorang Jurusela-mat yang robek yang telah mengikrarkan perkataanNya bahwa kasih karuniaNya telah cukup untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Efesus 3;20; 5:27; Ibrani 4:16; Yudas 24, et al.).

Suatu pemahaman yang jelas tentang ajaran tentang Bait Suci akan mengubah suatu gambaran yang menyedihkan namun bukan tanpa pengharapan. Saat ini kita memiliki hak istimewa untuk masuk ke dalam Bait Suci surga “oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat ku-dus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah diber-sihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” (Ibrani 10:19-22).

Kita benar-benar memasuki Bait Suci dan bersekutu de-ngan Imam Besar kita ketika ada keinginan yang tulus untuk me-ngutuk dosa dalam daging sebagaimana Yesus, Saudara Tua kita, melakukannya dalam dagingNya (Roma 8:3, 4). Mengakui nama Yesus tetapi bukan kuasaNya bukan saja adalah suatu hal yang mempermalukan Tuhan, melainkan juga pengha-lang utama menuju keselamatan. “Jikalau orang-orang yang menyembunyikan dan membuat pembelaan atas kesalahan-ke-salahan mereka dapat melihat bagaimana Setan bersukaria atas mereka, betapa ia mengejek Kristus dan para malaikat kudus melalui perbuatan mereka, mereka akan segera mengakui dosa-dosa mereka dan meninggalkannya.”—The Great Controversy, hlm. 489.

Maka, dosa-dosa yang terus menerus dari umat Tuhan, dan dosa-dosa dunia secara umum, menjadi unsur yang sangat penting dari apakah pekerjaan yang sedang terjadi dalam Bait Suci di surga itu efektif.

Setan, dalam salah satu kebohongan utamanya, me-ngatakan bahwa ketaatan itu tidak mungkin, bahwa hukum-

66

hukum dan tuntutan Tuhan itu tidak mungkin dilakukan. Me-nurutnya, salah satu kekurangan alam semesta, kata Setan, adalah bahwa Tuhan itu tidak adil dalam menghukum mereka yang menjadi makhluk ciptaanNya yang tidak taat kepada-Nya, karena Ia menuntut sesuatu yang tidak mungkin. (lihat The Desire of Ages, hlm. 761-764).

Siapakah yang benar? Tuhan atau Setan? Ketika kita meli-hat sekeliling kita, kepada kerakusan, kejahatan, kebencian, dan ketidaksetiaan manusia, tampaknya bahwa tuduhan-tuduhan Se-tan itu adalah benar. Tampaknya, jika bukan Tuhan itu tidak re-alistis dalam menuntut kasih dan tidak mementingkan diri sendiri, maka Tuhan itu tidak mampu mengatasi masalah dosa setelah dosa itu muncul.

Masalahnya semata-mata berpusat pada apakah Yesus itu mampu atau tidak; yaitu, apakah Ia adalah seorang Pengantara yang penuh kuasa jikalau Ia tidak dapat “menyucikan” orang ber-dosa dari dosa-dosanya (1 Yohanes 1:9), apakah daripadaNya “kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibrani 4:16) tidak cukup untuk memelihara para pengikutNya dari jatuh ke dalam dosa, jikalau pengantaraan surgawiNya terdapat kekurangan oleh suatu ketidakmampuan untuk “menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya” (Yudas 24), maka Setan pada akhirnya adalah benar. Maka, per-tentangan besar pada akhirnya selesai—Tuhan akan dinyatakan tidak adil, karena menuntut terlalu banyak dari ciptaanNya. Dan Ia akan dipandang tidak kompeten, karena tidak mampu meng-atasi pemberontakan.

Terima kasih Tuhan, bukan itu yang terjadi! Mulialah ka-bar bahwa umat manusia dapat mengatasi pencobaan dan men-jadi pemenang. Karena, berdiri di pusat alam semesta, adalah Seorang Manusia yang telah membuktikan bahwa Setan adalah penipu. Karena alasan ini Yesus harus “disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa” (Ibrani 2:17); “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15); “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi

67

bagi semua orang yang taat kepadaNya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah” (Ibrani 5:8-10).

Untuk membuktikan bahwa Setan adalah penipu, Yesus membela keadilan Tuhan. Sebagai Imam Besar, yang membela kasus manusia di hadapan alam semesta, Ia adalah saksi hidup bahwa manusia yang hidup pada sisi Kejatuhan dapat melawan dosa, bahwa Tuhan tidak menuntut sesuatu yang tidak mung-kin.12 “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan penda-maian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya. Mak-sudNya ialah untuk menunjukkan keadilanNya pada masa ini, su-paya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus” (Roma 3:25, 26).

Namun kehidupan tanpa dosa yang dihidupkan Yesus hanyalah salah satu fase dalam pembelaan mulia dari tabiat Tuhan. Karya kasih karunia di dalam kehidupan orang-orang Kristen yang telah menang akan menjadi bukti selanjutnya dari kuasa dan kemuliaan Tuhan. “Juruselamat datang untuk memuliakan Bapa dengan mendemonstrasikan kasihNya; maka demikianlah Roh Kudus untuk memuliakan Kristus de-ngan menyatakan kasih karuniaNya kepada dunia; Citra Tuhan haruslah dinyatakan kembali di dalam kemanusiaan. Martabat Tuhan, martabat Kristus, terlibat dalam penyempur-naan tabiat-tabiat umat Tuhan.”—The Desire of Ages, hlm. 671.13

Tabiat-tabiat dari orang-orang Kristen di akhir zaman yang menurut kepada perintah-perintah Tuhan dan beriman kepada Yesus” adalah kualitas yang sama yang dimiliki Enokh, Daniel, dan orang-orang di masa lalu yang menjadi pemenang yang disucikan, yang dengan demikian membela hikmat dan kuasa Tuhan. pengalaman Ayub akan terjadi kembali. “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seper-ti emas” (Ayub 23:10). Maka itu terjadi. Melalui daya tahan yang sabar, ia mempertahankan tabiatnya sendiri, dan oleh karenanya tabiat dari Dia yang diwakiliNya.” Education, hlm. 156. (Lihat juga Yehezkiel 36:23-28).

Demikianlah pengharapan Tuhan, dan pengharapan para penulis Alkitab khususnya ketika mereka memusatkan perhatian pada akhir zaman ketika tuaian dari benih Injil harus dikumpul-kan. Mengapa saat panen itu ditunda? Itulah pokok pembahasan kita pada bab berikutnya.

68

Catatan

1 “Ini adalah hari pendamaian yang besar itu, dan Pembela kita berdiri di hadapan Bapa, memohon sebagai pengantara kita. Sebagai gantinya pakaian pembenaran diri, kita harus didapati setiap hari merendahkan diri kita di hadapan Tuhan, mengaku dosa-dosa pribadi kita masing-masing, memohon pengampunan dari pelanggaran-pelanggaran kita, dan beker-ja sama dengan Kristus dalam pekerjaan mempersiapkan jiwa kita untuk mencerminkan citra ilahi. Kecuali kita masuk ke dalam Bait Suci di dalam, dan bersatu dengan Kristus dalam membereskan keselamatan kita sendiri dengan rasa takut dan gemetar, kita akan ditimbang di dalam Bait Suci, dan akan ditemukan kurang.”—The SDA Bible Commentary, Komentar Ellen G. White tentang kitab Ibrani 10:19-21, hlm. 933-934.

2 Pembahasan ini tentang hubungan antara perkembangan tabiat dan percepatan atau penundaan Kedatangan Kedua akan diba-has dalam Bab yang berjudul “Mengapa Waktu Ditunda.”

3 Seandainya orang-orang Advent, setelah kekecewaan besar di tahun 1844, berpegang teguh pada iman mereka dan bersatu mengikuti dalam pembukaan pemeliharaan Tuhan, menerima pekabaran dari malaikat ketiga dan dengan kuasa Roh Kudus mengabarkannya kepada dunia, mereka pasti telah melihat kese-lamatan dari Tuhan, Tuhan tentu telah menempa usaha-usaha mereka dengan kekuatan, pekerjaan tentu telah selesai, dan Kristus tentu telah datang untuk menerima umatNya dan mem-beri upah mereka. Namun dalam periode keraguan dan ketidak-pastian yang mengikuti kekecewaan itu, banyak orang percaya Advent menyerahkan iman mereka…. Maka pekerjaan menjadi terhalang, dan dunia ditinggalkan dalam kegelapan. Seandainya tubuh Advent secara keseluruhan bersatu dalam hukum-hukum Tuhan dan iman kepada Yesus, betapa akan berbedanya sejarah kita!

“Bukanlah kehendak Tuhan bahwa kedatangan Kristus ha-rus ditunda. Tuhan tidak merancang bahwa umatNya, yaitu Isra-el, harus mengembara selama 40 tahun di padang belantara. Ia berjanji untuk menuntun mereka langsung ke tanah Kanaan, dan menetapkan mereka di sana sebagai suatu umat yang kudus, sehat, dan bahagia. Namun mereka yang mendengarkan kabar itu pertama kali, tidak dapat masuk karena ketidakpercayaan

69

mereka. Hati mereka dipenuhi oleh keluhan,pemberontakan, dan kebencian, dan Tuhan tidak dapat menggenapi perjanjianNya dengan mereka…

“Dosa-dosa yang sama telah menunda masuknya Israel modern ke dalam Kanaan surgawi. Janji-janji Tuhan tidak pernah salah. Adalah ketidakpercayaan, keduniawian, keti-daksucian, dan pertentangan di antara orang-orang yang me-ngaku percaya kepada Tuhan, itu semua yang telah menahan kita di dunia yang penuh dosa dan penderitaan ini selama bertahun-tahun.” Evangelism, hlm. 695-696. “Adalah hak isti-mewa setiap orang Kristen, bukan hanya mencari, melainkan juga mempercepat kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Se-andainya kita semua yang mengakui namaNya memberi bu-ah bagi kemuliaanNya, betapa cepat seluruh dunia akan dita-bur dengan benih Injil. Segera panenan terakhir akan ma-tang, dan Kristus akan datang untuk mengumpulkan biji-biji yang berharga”—E. G. White, Testimonies, vol. 8, hlm. 22.

4 “Segera setelah umat Tuhan dimeteraikan pada dahi mereka—ini bukan meterai atau tanda yang dapat dilihat, namun ber-pegang kepada kebenaran, baik secara intelektual maupun roha-ni, sehingga mereka tidak dapat digoyahkan—segera setelah umat Tuhan dimeteraikan dan dipersiapkan untuk penggoncang-an, saatnya akan tiba.”—The SDA Bible Commentary, Komentar Ellen G. White tentang Yehezkiel 9:2-4, hlm. 1161.

5 “Kristus menunggu dengan kerinduan akan pernyataan DiriNya di dalam gerejaNya. Ketika tabiat Kristus dihasilkan secara sempurna di dalam umatNya, maka Ia akan datang untuk me-ngakui mereka sebagai milikNya. “Adalah hak istimewa setiap orang Kristen, bukan hanya mencari, melainkan mempercepat kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Seandainya kita semua yang mengakui namaNya memberi buah bagi kemuliaanNya, be-tapa cepat seluruh dunia akan ditabur dengan benih Injil. Segera panenan terakhir akan matang, dan Kristus akan datang untuk mengumpulkan biji-biji yang berharga.”—Christ’s Object Lessons, hlm. 69.

6 “Pelajaran lain yang diajarkan oleh Bait Suci, melalui upacara korbannya, adalah pelajaran tentang peng-ampunan, dan kuasa melalui Juruselamat untuk taat bagi hidup.”—Ellen G. White, Education, hlm. 36.

70

7 “Peristiwa yang berhubungan dengan Bait Suci di atas harus memberi kesan yang sedemikian kepada pikiran dan hati semua orang sehingga mereka dapat mengesankan kepada orang lain. Semua orang perlu menjadi lebih cerdas dalam hal pekerjaan pendamaian, yang sedang berlangsung di dalam Bait Suci di atas. Ketika kebenaran yang agung ini dilihat dan dipahami, mereka yang berpegang kepadanya akan bekerja selaras de-ngan Kristus untuk mempersiapkan suatu umat untuk berdiri pada hari besar Tuhan, dan usaha-usaha mereka akan berhasil. Dengan belajar, merenungkan, dan berdoa, umat Tuhan akan di-tinggikan mengatasi pemikiran dan perasaan orang-orang dunia yang umum, dan akan dibawa kepada keselarasan dengan Kristus dan pekerjaan besarnya untuk menyucikan Bait Suci di atas dari dosa-dosa umat. Iman mereka akan berjalan bersama Dia ke dalam Bait Suci, dan para penganutnya di bumi akan ber-hati-hati mengingat kembali kehidupan mereka dan membanding-kan tabiat mereka dengan standar besar pembenaran atau ke-salehan. Mereka akan melihat kekurangan-kekurangan mereka; mereka juga akan melihat bahwa mereka memerlukan bantuan dari Roh Tuhan jikalau mereka ingin menjadi layak bagi pekerja-an yang besar dan khidmat pada masa kini yang dibebankan kepada para dutabesar Tuhan.”—Testimonies, vol. 5, hlm.575.

8 Dalam artikel yang sama, Bates menunjukkan bahwa “penyu-cian” umat Tuhan akan terjadi sebelum tujuh bala terakhir.

9 Selanjutnya di tahun 1901, dalam serangkaian artikel dalam Re-view, Haskell menekankan tema yang sama, bahwa suatu umat yang telah dipersiapkan di bumi sesuai dengan Bait Suci yang telah disucikan di surga: “Pengetahuan yang tidak dimiliki mereka [orang-orang Yahudi] adalah penerapan rohani dari pertanyaan tentang Bait Suci, yang berpusatkan pada Kristus. Pertanyaan tentang Bait Suci haruslah menyatakan tentang Kristus, pe-kerjaanNya di dalam pengadilan surga, dan demikian juga akan dilaksanakan di dalam hati para pengikutNya. Maka jelaslah bah-wa pekerjaan di dalam hati manusia haruslah sesuai dengan pe-kerjaan Kristus di surga.

“Ada tiga Bait Suci yang disebutkan dalam Alkitab, dan se-muanya harus dipadukan dalam satu pelajaran… Pekerjaan Kristus di dalam surga adalah juga berlangsung di dalam Ba-it Suci hidup umatNya di bumi; maka sementara ada satu Ba-it Suci di bumi, dan masih ada satu di surga, yang terpenting dari ketiganya adalah umatNya; karena obyek dari Bait Suci

71

di bumi adalah untuk mengajarkan kepada manusia bagai-mana mengetahui dan percaya kepada pekerjaan yang se-sungguhnya dilakukan bagi mereka di dalam Bait Suci di surga… Seluruh pekerjaan yang dinyatakan melalui Bait Suci yang ada di bumi menjadi bayangan dari pekerjaan sesungguh-nya dari Kristus di surga, yaitu penyucian GerejaNya di bumi, dan sebagai akibatnya, pengabaian akan pengetahuan tentang kebenaran-kebenaran ini akan menyebabkan manusia tidak siap untuk penghakiman Tuhan yang akan segera terjadi, sebagaimana orang-orang Yahudi tidak siap ketika kehancuran terjadi pada mereka.”—“The Sanctuary Question from the Stand-point of The Book of Hebrews,” Review and Herald, 13 Agustus 1901, hlm. 518.

10 Dalam sebuah artikel sebelumnya di tahun yang sama dalam Review and Herald, Prescott telah menulis: “Pada saat pengha-pusan dosa dari Bait Suci di surga, harus ada suatu pengalaman khusus tentang keselamatan dari dosa di antara mereka yang menunggu kedatangan Tuhan.’—“Is This the Message Needed?” Review and Herald, 3 Februari 1903, hlm. 5.

Kita mungkin bertanya, Bagaimana pemulihan Bait Suci di surga dan penghapusan dosa dalam catatan surga berhubungan langsung dengan umat yang disucikan di bumi? Dalam sebuah khotbah yang disampaikan pada Pertemuan Konsul Tahunan ta-hun 1974, W. D. Frazee menanggapi pertanyaan ini dengan indah. Ia mengatakan bahwa pekerjaan di Bilik Maha Suci pada suatu hari akan selesai hanya karena “pekerjaan sudah tidak ada lagi.” Orang-orang berdosa akan terus berbuat dosa, dan tidak akan meminta pengampunan dari Tuhan; dosa-dosa mereka ti-dak akan masuk ke dalam Bilik Maha Suci. Orang-orang saleh, pada akhirnya, dengan pertolongan dari Pengantara mereka yang penuh kuasa, tidak akan berbuat dosa lagi: Tidak diperlukan lagi persembahan pengampunan dosa.”

Ia bertanya, “Mengapa Yesus harus berdiri di sana di dalam Bait Suci dengan tangan terangkat dan membawa korban Diri-Nya? Karena tuntutan dosa yang terus menerus… Namun penu-tupan pintu kasihan akan menunjukkan kenyataan yang in-dah ini bahwa sama pastinya seperti orang-orang jahat sam-pai kepada titik ketika mereka tidak dapat kembali lagi, demi-kianlah orang-orang saleh telah melewati titik di mana mere-ka tidak dapat kembali.”—“Then Shall the Sanctuary be Cleans-ed,” Review and Herald, 6 Maret 1975, hlm. 4.

72

11 “Kristus sedang menyucikan Bait Suci di surga dari dosa-dosa umat, dan kita harus bekerja selaras dengan Dia di bumi, me-nyucikan Bait Suci jiwa dari kekotoran moral.”—Ellen G. White, dalam Review and Herald, 11 Februari 1890.

12 “Kristus mengilhami manusia dengan atribut-atribut Tuhan. Ia membangun tabiat manusia dengan keserupaan tabiat ilahi, dengan fondasi yang saleh dari kekuatan dan ke-indahan rohani. Maka pembenaran hukum digenapi di dalam orang yang percaya kepada Kristus… Dengan kehidupan dan kematianNya, Kristus membuktikan bahwa keadilan Tuhan tidak menghancurkan belas kasihanNya, namun bah-wa dosa dapat diampuni, dan bahwa hukum adalah adil, dan dapat ditaati secara sempurna. Tuduhan-tuduhan Setan dipatahkan.”—The Desire of Ages, hlm. 762.

13 “Jikalau pernah ada suatu umat yang terus menerus memerlu-kan terang yang semakin besar dari surga, inilah umat yang, pa-da masa berbahaya ini, dipanggil oleh Tuhan sebagai penerima hukumNya yang kudus dan untuk mempertahankan tabiatNya di hadapan dunia.”—Testimonies, vol. 5, hlm. 746.

“Ketika Kristus datang kelak, tubuh kita yang hina ini akan diubahkan, dijadikan seperti tubuhNya yang mulia; na-mun tabiat yang hina tidak akan menjadi kudus. Pengubahan tabiat harus terjadi sebelum kedatanganNya, kodrat kita ha-rus murni dan kudus; kita harus memiliki pikiran Kristus, se-hingga Ia dapat memandang dengan senang citraNya tercer-min di dalam jiwa-jiwa kita.”—Our High Calling, hlm. 278.

“Kehormatan Kristus harus berdiri lengkap di dalam kesem-purnaan tabiat umat pilihanNya.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 25 November 1890.

73

BAB VIIIMENGAPA WAKTU DITUNDA

Kita telah mengetahui bahwa ajaran tentang Bait Suci bukan saja menjelaskan pentingnya tahun 1844, melainkan juga memberi unsur pemersatu bagi banyak kebenaran teologis, seperti Keda-tangan Kedua, penghakiman, pentingnya Sepuluh Hukum, peran sentral Yesus Kristus sebagai wakil dan pengantara manusia, dan kemendesakan waktu dalam penyelesaian perintah Injil.

Ellen White mencatat bahwa ajaran tentang Bait Suci yang semakin meningkat “membuka kepada pandangan kepada sebu-ah sistem kebenaran yang lengkap, berhubungan dan selaras, yang menunjukkan bahwa tangan Tuhan telah menuntun perge-rakan advent yang besar dan menyatakan kewajiban masa kini tentang kedudukan dan pekerjaan umat-Nya.”—The Great Con-troversy, hlm. 423.

Sebagaimana yang dilihat oleh pergerakan Advent berpu-luh tahun yang lalu, dan akhirnya masuk kepada abad kedua dari keberadaannya, ajaran tentang Bait Suci menolong menjelaskan mengapa waktunya ditunda terus, telah jauh lewat hari ketika se-harusnya Yesus telah kembali ke bumi. Tanpa penjelasan ini, sungguh-sungguh akan sulit bagi kita untuk menghadapi dunia, sebagaimana anak-anak kita sendiri, tahun demi tahun, semen-tara mengabarkan bahwa kedatangan Yesus sudah amat dekat. Tanpa ajaran tentang Bait Suci, “amat dekat” akan kehilangan arti pentingnya setelah lebih dari satu setengah abad.

Setelah kekecewaan pada tanggal 22 Oktober 1844, orang-orang Advent mula-mula menjelaskan hakekat peristiwa yang telah terjadi, yang menjelaskan Kekecewaan tersebut. Me-reka mengetahui bahwa gantinya datang ke bumi untuk menyu-cikannya dalam penghakiman, Yesus telah memulai fase terakhir dari peran Imam BesarNya di dalam Bait Suci surga. Mereka te-tap percaya bahwa akhir dari segala sesuatu sudah dekat. De-ngan berlalunya waktu, perhatian utama mereka, sebagaimana yang mereka pahami, adalah untuk memperingatkan orang-orang akan saat penghakiman dan bahwa Yesus akan segera datang.

Namun Tuhan masih memiliki sesuatu yang harus diajar-kan kepada umatNya, dan melalui mereka, kepada semua orang yang jujur mencari kebenaran di mana-mana. Apa yang telah berusaha diajarkanNya hanya ditangkap dengan lambat oleh umatNya.Ini bukanlah karena ajaran itu sulit,melainkan karena ini

74

adalah ajaran yang paling ditakuti dan dibenci oleh Setan, dan ajaran yang paling mengganggu untuk dapat diterima oleh orang-orang Kristen yang kebetulan.

Alasan mengapa Yesus tidak datang segera setelah 1844 —pada zaman generasi yang melihat tanda-tanda besar pada matahari, bulan dan bintang—adalah bahwa “umatNya belum si-ap untuk bertemu dengan Tuhan mereka. Masih diperlukan pe-kerjaan persiapan yang harus diselesaikan bagi mereka. Terang harus diberikan, yang menuntun pikiran mereka kepada Bait Suci Tuhan di surga; dan sementara mereka dengan iman harus mengikuti Imam Besar mereka dalam pelayanan di sana, kewa-jiban-kewajiban baru akan dinyatakan. Pekabaran peringatan dan petunjuk yang lain harus diberikan kepada gereja.”—Ibid., hlm. 424, 425.

Apakah peringatan dan petunjuk yang harus diberikan ini, bukan terutama bagi dunia, melainkan bagi gereja? Untuk men-jawab pertanyaan ini, Ellen White membukakan arti penting yang mendalam dari ajaran tentang Bait Suci : “Mereka yang hidup di bumi ini ketika pengantaraan Kristus berakhir di dalam Bait Suci di atas harus berdiri memandang Tuhan yang ku-dus tanpa seorang pengantara. Pakaian mereka haruslah tanpa noda, tabiat mereka haruslah disucikan dari dosa oleh tetesan darah. Melalui kasih karunia Tuhan dan usaha mere-ka yang rajin mereka harus menjadi pemenang dalam pepe-rangan melawan kejahatan. Sementara penghakiman peme-riksaan berlangsung di surga, sementara dosa-dosa yang di-akui oleh orang-orang percaya dibersihkan dari Bait Suci, haruslah ada suatu pekerjaan penyucian yang khusus, yaitu menjauhkan dosa dari antara umat Tuhan di bumi. Pekerjaan ini lebih jelas dinyatakan dalam pekabaran-pekabaran dalam Wahyu 14. “Ketika pekerjaan ini selesai, para pengikut Kristus akan siap menyambut kedatanganNya.”—Ibid., hlm. 425.

Ajaran tentang satu umat yang siap adalah sesuai dengan Alkitab,1 bukan sesuatu yang diusahakan oleh orang-orang MAHK. Inilah ajaran yang tampaknya paling dibenci oleh Setan, karena ajaran ini membuka kebohongan-kebohongannya dan ke-kalahannya. Setan suka mengejek Yesus sementara Ia berdiri dalam peran sebagai Imam Besar, yang sedang berusaha untuk mewakili para pengikutNya yang nama-namanya dipertimbang-kan dalam penghakiman pemeriksaan. Dengan kegembiraan yang kejam Setan menunjukkan kesalahan-kesalahan orang-orang yang mengakui nama Kristus namun bukan kuasaNya;

75

dengan logika yang dapat dipahami, ia mengatakan bahwa para pelanggar hukum Tuhan itu tidak “layak” bagi kehidupan yang kekal melebihi dirinya, dan bahwa Kristus benar-benar tidak adil jikalau Ia mengabaikan dosa-dosa mereka.2

Maka, orang Kristen yang menang menggiring Setan kepa-da kemarahan dan keputusasaan (Wahyu 12: 17). Pria dan wani-ta ini membuktikan bahwa Tuhan tidak menuntut terlalu banyak dari anak-anakNya ketika Ia menuntut ketaatan mereka; mereka menyelesaikan sekali dan untuk selamanya pertentangan besar tentang apakah Tuhan layak menerima kasih, penghormatan dan ketaatan dari ciptaanNya.

Karena alasan-alasan inilah “Setan mengusahakan renca-na-rencana untuk menyibukkan pikiran kita, sehingga kita tidak memikirkan pekerjaan yang seharusnya kita terlibat di dalamnya. Si penipu ulung itu membenci kebenaran-kebenaran besar yang menyatakan tentang pengorbanan pendamaian dan pengantara yang penuh kuasa. Ia mengetahui bahwa segala sesuatunya bergantung pada kemampuannya membelokkan pikiran dari Yesus dan kebenaranNya...

“Melalui kekurangan-kekurangan dalam tabiat, Setan be-kerja untuk memperoleh kontrol atas pikiran secara menyeluruh, dan ia mengetahui bahwa jika kekurangan-kekurangan ini di-pelihara, ia akan berhasil. Maka ia terus menerus berusaha un-tuk menipu para pengikut Kristus dengan penyesatan-penye-satan yang mematikan sehingga tidak mungkin bagi manusia untuk menang.” Ibid., hlm. 488, 489.

Pekabaran tentang “peringatan dan petunjuk” ini (ibid., hlm. 425), yang akan membangunkan sepenuhnya orang-orang yang menunggu Yesus datang kembali dengan kemuliaan, telah dise-but, pada kesempatan lain, sebagai “nasehat dari Saksi yang Benar,” atau pekabaran Laodikea.3

Pekabaran ini adalah bagi anggota-anggota gereja yang secara salah telah percaya bahwa Yesus akan menyelamatkan umatNya dalam keadaan berdosa mereka dan bahwa mereka tidak perlu membuat suatu persiapan khusus untuk dapat mem-percepat saat kedatanganNya.

Ellen White mengumumkan bahwa pekabaran Laodikea berlaku bagi orang percaya Advent dan bahwa tujuan utamanya adalah untuk menyucikan hati dari segala dosa. Penerapan ilahi ini menggegerkan gereja pada pertengahan tahun 1850-an dan sebagian orang percaya bahwa penekanan Laodikea “akan berakhir dalam seruan nyaring malaikat ketiga” (Testimonies, vol. 1, hlm. 186).

76

Namun tujuan yang sesungguhnya dari pekabaran ini tidak dipahami secara umum bahkan oleh mereka yang tergerak oleh arti pentingnya. Banyak yang kehilangan semangat karena waktu berjalan terus tanpa ada suatu demonstrasi dari peme-liharaan Tuhan. Mereka mencari ke luar lebih daripada mencari ke dalam untuk hasil-hasil yang dijanjikan dalam “nasehat dari Saksi yang Benar.”

Karena mereka tidak benar-benar percaya bahwa Tuhan mengharapkan umatNya untuk menghidupkan kehidupan yang menang “sebagaimana Aku pun telah menang” (Wahyu 3:21), “pekabaran” itu tidak dapat sepenuhnya melakukan tugasnya. Ellen White melihat masalah ini: “Saya melihat bahwa pekabaran ini tidak akan menyelesaikan pekerjaannya dalam beberapa bu-lan yang pendek saja. Ini dirancang untuk membangkitkan umat Tuhan, untuk menunjukkan bagi mereka kemunduran mereka, dan menuntun kepada pertobatan yang sungguh-sungguh, se-hingga mereka berkenan bagi kehadiran Yesus, dan layak bagi seruan nyaring dari malaikat ketiga… Jikalau nasehat dari Saksi Yang Benar itu benar-benar diperhatikan, Tuhan tentu telah me-ngaruniakan kepada umatNya suatu kuasa yang besar…

“Jikalau pekabaran itu hanya dalam masa yang pendek se-bagaimana yang diduga banyak orang, maka tidak akan ada waktu bagi mereka untuk mengembangkan tabiat. Banyak yang digerakkan oleh perasaan, bukan oleh prinsip dan iman, dan pekabaran yang khidmat dan penuh kuasa ini menggerakkan mereka. Pekabaran itu menyentuh perasaan mereka, dan menyebabkan mereka merasa takut, namun tidak menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya yang telah dirancang oleh Tuhan”—Ibid., hlm. 186, 187..

Perkembangan tabiat yang memisahkan umat Tuhan di akhir zaman perlu waktu. Namun tidak akan pernah lebih lama dari satu generasi. Jikalau persiapan tabiat ini tidak diselesaikan dalam generasi yang mengalami kekecewaan besar tahun 1844 (sebagaimana yang seharusnya terjadi) maka Tuhan akan me-nunggu anak-anak mereka untuk belajar tentang petunjuk dan manfaat dari peringatan yang telah diterapkan secara salah oleh orangtua mereka. Jikalau bukan anak-anak mereka, maka cucu-cucu mereka.

Namun janji itu adalah pasti. Beberapa generasi Advent akan memahami unsur yang penting dalam ajaran tentang Bait Suci ini—ini bisa saja adalah kita. Orang-orang ini akan menya-takan dan mempertahankan di hadapan alam semesta tentang lengan “sang pengantara yang penuh kuasa” yang perkasa yang

77

sekarang berdiri di hadapan Bapa kita di surga, menunggu untuk membentuk umat yang akan layak bagi “hujan akhir” dan oleh karenanya “layak untuk diubahkan” (Ibid., hlm. 187).

Betapa khidmatnya gambaran tentang umat Tuhan seha-rusnya pada hari-hari terakhir segera sebelum penutupan pintu kasihan. Adakah kata-kata yang lebih menyentuh: “Saya juga melihat bahwa banyak yang tidak menyadari bagaimana mere-ka seharusnya untuk dapat hidup di hadapan Tuhan tanpa se-orang Imam Besar di dalam Bait Suci selama masa-masa ani-aya. Mereka yang menerima meterai dari Tuhan yang hidup dan dipelihara pada masa aniaya harus mencerminkan citra Yesus sepenuhnya.

“Saya melihat bahwa banyak orang yang mengabaikan persiapan yang begitu diperlukan dan menantikan waktu “penye-garan” dan “hujan akhir” yang melayakkan mereka untuk berdiri pada hari Tuhan dan hidup di hadapanNya. Oh, berapa banyak yang saya lihat pada masa aniaya tanpa suatu tempat perlin-dungan! Mereka telah mengabaikan persiapan yang begitu di-perlukan; maka mereka tidak dapat menerima penyegaran yang harus dimiliki semua orang agar mereka layak untuk hidup di hadapan Tuhan yang kudus.”—Early Writings, hlm. 71.

Marilah kita masing-masing mempertimbangkan bagian kita masing-masing dalam pertentangan besar ini; marilah kita mempercepat untuk menerima pengampunanNya, lengkap dan sempurna, bagi dosa-dosa yang diakui. Janganlah kita membiar-kan satu jam lewat tanpa mencari kuasaNya demi kita bagi pe-kerjaan perkembangan tabiat kita menjadi cerminan yang setia dari polaNya yang penuh kasih dan tanpa dosa. Tidak ada per-kataan yang dapat menyatakan betapa Yesus ingin untuk me-nyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, untuk memberikan kita ke-hidupan penuh sukacita dan kedamaian yang tanpa putus seka-rang ini, dan secara pribadi menyambut kita ke dalam kerajaan-Nya.

Waktunya begitu mendesak bagi kita semua. Bahkan ti-dak seorangpun dari kita mengetahui berapa hari lagi ia akan hidup; betapapun ia masih muda ataupun sudah tua. Namun yang lebih penting daripada kematian fisik adalah penu-tupan pintu kasihan. Ini tertutup bagi setiap orang, tanpa disa-dari namun pasti. Seseorang akan menjadi lebih seperti Yesus atau lebih seperti iblis. Seseorang akan memiliki kebiasaan lebih mengasihi, jujur dan murah hati,4 atau secara spontan akan menjadi lebih memanjakan diri sendiri, perhitungan dan tidak terduga. Gandum atau ilalang, panenan akan menjadi masak.5

78

Setiap orang akan menunjukkan benih apa (yaitu, prinsip hu-bungan pribadi dengan Tuhan atau manusia) yang telah disirami dan dipeliharanya. Segera seluruh dunia akan terbagi menjadi mereka yang mengizinkan benih-benih dari Injil menjadi masak ke dalam kedewasaan seperti Kristus dan mereka yang telah mengizinkan benih-benih dari pemberontakan untuk berbunga.

Anda dan saya adalah seperti seorang pelukis muda di se-buah kelas melukis William Hunt, artis selebritis itu, yang menga-jar di pinggir danau menjelang mata-hari terbenam. Hunt menga-mati bahwa si artis mudanya ini menghabiskan goresan-goresan-nya untuk melukis sebuah gudang merah yang sudah lapuk, bu-kannya menangkap keindahan matahari terbenam. Sambil berdi-ri di sebelahnya, guru yang bijak ini berkata dengan tegas dan tenang: “Anakku, terang ini tidak akan berlangsung lama. Kamu harus segera memilih antara potongan-potongan kayu penutup atap atau matahari terbenam. Hanya ada cukup waktu untuk sa-lah satunya saja.”

Bagi orang-orang MAHK, yang telah mengetahui sejak begitu lama mengapa Yesus masih menunggu, peringatan yang tenang bahwa kita harus memilih antara kayu-kayu lapuk itu dan matahari terbenam barangkali adalah pembaharuan dari sebuah komitmen bahwa Tuhan akan segera menghargai dengan hujan akhir. Ia meminta kepada umatNya di mana saja, apapun afiliasi rohani mereka saat ini; Bergabunglah kepada kelompok yang bersungguh-sungguh tentang perintah-perintah Tuhan dan beri-man kepada Yesus. Biarlah Aku melakukan bagimu apa yang te-lah Aku janjikan. Jadilah bagian dari umat yang tidak mengingin-kan apapun lebih daripada melihat pelayanan Kristus sebagai Imam Besar dalam Bilik Maha Suci selesai. Biarlah Aku memakai engkau sebagai pernyataan dengan warna yang hidup dari kein-dahan Yesus Kristus yang menang. Ketika engkau melakukan-nya, kehidupanmu baru saja dimulai.

Catatan

1 Matius 24:44-51; Efesus 4:13; 2 Petrus 3:11-14; 1 Yohanes 3:2, 3; Wahyu 7:1-4; 14:1-14.

2 Setan tidak pernah sepenuhnya menerima kenyataan bahwa Yesus telah membeli penebusan manusia melalui pengorbanan-Nya di bumi yang luar biasa; bahwa Yesus, melalui pengalaman-Nya sebagai manusia yang sejati, telah membuktikan bahwa ma-nusia dapat hidup dalam ketaatan dan tanpa berdosa; dan

79

bahwa pria dan wanita yang setia dapat hidup dalam jaminan pe-nuh akan penerimaan Tuhan karena pengantaraan Yesus Kristus yang murah hati (lihat The Desire of Ages, hlm. 761-764).

3 Testimonies, vol. 1, hlm. 185-195; vol. 3, hlm. 252-260; Early Writings, hlm. 270; The SDA Bible Commentary, Komentar Ellen G. White tentang Wahyu 3:14-20, hlm. 961-967.

4 “Jikalau hati kita begitu dilembutkan dan berserah melalui ka-sih karunia Kristus, dan bercahaya dengan kebaikan dan kasih Tuhan, maka akan ada aliran ke luar yang alamiah dari kasih, simpati, dan kelembutan kepada orang lain.”—Testimonies, vol. 5, hlm. 606.

“Kasih karunia Kristus harus membentuk keseluruhan diri kita, dan kemenangan tidak akan sempurna hingga alam semes-ta surga menyaksikan kelembutan perasaan yang sudah menjadi kebiasaan, kasih seperti Kristus, dan perbuatan-perbuatan kudus dalam pengembalaan anak-anak Tuhan.”—Ellen G. White, Amazing Grace, hlm. 235.

“Ketika diri dileburkan di dalam Kristus, kasih memancar keluar secara spontan. Kelengkapan tabiat Kristen diperoleh ke-tika dorongan untuk menolong dan memberkati orang lain me-mancar terus menerus dari dalam.”—Christ’s Object Lessons, hlm. 384.

“Apa yang pada awalnya tampak sulit, dengan pengulang-ulangan terus menerus akan bertumbuh menjadi mudah, hingga pemikiran dan tindakan yang benar menjadi kebiasaan.”—Ellen G. White, The Ministry of Healing, hlm. 491.

“Prinsip hukum Tuhan akan berdiam di dalam hati, dan me-ngatur tindakan-tindakan. Maka akan menjadi alamiah bagi kita untuk mencari kemurnian dan kekudusan, untuk menghindari roh dan contoh dari dunia, dan berusaha memberi manfaat bagi se-mua orang di sekitar kita, sebagaimana para malaikat kemuliaan melaksanakan misi kasih yang diperintahkan kepada mereka.”-- Ellen G. White, dalam Review and Herald, 23 Oktober 1888.

5 Perkembangan kerajaan Tuhan diumpamakan seperti sebuah panen, namun tidak semua yang masak adalah buah dari benih yang baik; di samping mereka yang menerima undangan Roh Kudus, akan ada orang-orang lain yang menerima benih Injil na-mun tidak pernah meneruskan untuk memeliharanya; ciri kema-tangan penuh dari kedua kelompok ini diumpamakan seperti per-tumbuhan gandum dan ilalang (Matius 13:18-30; Markus 4:26-

80

29). Pada masa panen bumi, manusia di seluruh penjuru Planet Bumi akan melihat benih Injil yang masak yang dinyatakan oleh orang-orang yang dewasa seperti Kristus dalam masa tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya—tekanan yang terutama disebabkan oleh produk kejahatan yang telah masak, pikiran-pikiran yang mementingkan diri sendiri dan tindakan-tindakan pemberontakan yang dinyatakan oleh orang-orang yang dilam-bangkan dengan ilalang. Efek sedunia dari saksi-saksi seperti Kristus yang mengumumkan undangan Tuhan tentang belas ka-sihan dan pengharapan ini menyelesaikan perintah Injil yang di-gambarkan dalam Matius 24:14.

Seluruh dunia akan dibagi antara mereka yang mencermin-kan citra Yesus dan mereka yang mencerminkan citra Setan. Oleh karenanya, sementara akhir semakin menjelang, perbuat-an-perbuatan jahat, anarki moral, dan kehancuran benteng-ben-teng otoritas dan integritas seolah akan menyapu dunia ke dalam keputusasaan yang mengerikan yang akan mendorong pria dan wanita mencari pemecahannya melalui kediktatoran dunia yang berorientasikan pada krisis.

Tentang ketegangan di seluruh dunia ini, Ellen White me-nuliskan bahwa Tuhan tidak akan mengizinkan tujuanNya di bu-mi ditelan oleh kekuatan-kekuatan Setan—gandum tidak akan tercekik oleh ilalang: “Ada batas-batas bahkan pada kesabaran Tuhan, dan banyak yang melewati batasan-batasan ini. Mereka telah melampaui batas kasih karunia; sehingga Tuhan harus campur tangan dan mempertahankan kehormatanNya Sendiri... Dengan ketepatan yang tanpa salah, Dia yang Tak Terhingga masih memiliki catatan tanggung jawab kepada seluruh bangsa. Sementara belas kasihanNya adalah lembut, dengan panggilan kepada pertobatan, catatan ini akan tetap terbuka, namun ketika jumlahnya sudah mencapai angka tertentu yang telah ditentukan oleh Tuhan, pelayanan kemurkaanNya dimulai. Buku catatan itu ditutup. Kesabaran ilahi selesai.”—Testimonies, vol. 5, hlm. 208 (1882).

Di tahun 1902 ia menulis,“Kejahatan penduduk dunia ham-pir memenuhi ambang batas kejahatan mereka. Bumi ini hampir mencapai titik di mana Tuhan mengizinkan si penghancur untuk melaksanakan kehendaknya.”—Ibid., vol. 7, hlm. 141.

Sementara gandum menjadi masak, yaitu, ketika umat Tuhan semakin nyata mencerminkan “citra Yesus sepenuhnya” (Early Writings, hlm. 71) dan kemudian mengumandangkan Injil kerajaan lebih penuh (Matius 24:14), terjadi juga pemasakan ila-lang, yaitu mereka yang semakin penuh mencerminkan citra bi-

81

natang itu (Wahyu 13:14). Saatnya akan tiba ketika Tuhan berkata sudah selesai: “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; … dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran” (Wahyu 22:11). Pintu kasihan tertutup baik bagi yang selamat maupun yang tidak selamat.

Maka ada “batas yang di atasnya penghakiman Yehovah tidak dapat lagi ditunda.” Batas itu tercapai hanya ketika “ujian terakhir telah diberikan kepada dunia, dan bahwa semua orang yang telah membuktikan diri mereka setia kepada perintah-pe-rintah ilahi telah menerima “meterai dari Tuhan yang hidup.’… Pengekangan sebelumnya terhadap orang-orang jahat dilepas-kan, dan Setan memiliki kontrol sepenuhnya dari orang-orang yang menyesal kemudian. Penderitaan Tuhan yang begitu lama telah berakhir.”—The Great Controversy, hlm. 613, 614.

Termasuk di dalam keadilan Tuhan adalah perhatianNya kepada permainan yang adil. Tuhan “tidak akan mengirimkan kepada dunia penghakimanNya kepada orang-orang yang tidak taat dan pelanggaran-pelanggaran sebelum Ia terlebih dahulu mengirimkan jurukabar-jurukabar yang memberi me-reka peringatan itu. Ia tidak akan menutup masa pintu kasih-an sebelum pekabaran dikumandangkan secara nyata.”—Testimonies, vol. 6, hlm.19.

Pemasakan ilalang, penutupan buku catatan orang-orang jahat, selesainya kesabaran Ilahi, tidak akan mendahului pema-sakan gandum, yaitu pemeteraian umat Tuhan yang telah me-nyatakan secara adil dan menang akan kebenaran tentang kera-jaan Tuhan. Catatan terhadap orang jahat ditutup hanya ketika mereka telah memiliki kesempatan yang cukup untuk mendengar dan melihat kebenaran tentang Tuhan, sebagaimana dinyatakan oleh mereka yang memeli-hara hukum-hukum Tuhan dan iman kepada Yesus (Wahyu 14:12), dan kemudian mereka menolak kera-jaan yang taat kepada hukum dan kasih tersebut.

82

AJARAN-AJARAN MULA-MULA TENTANG KODRAT KEMANUSIAAN

YANG DIKENAKAN KRISTUSDALAM INKARNASINYA

Historical Teachings on the Human Nature Christ Took

in the Incarnation

Jerry Finneman

1888 Message Study Committee8784 Valley View Drive

Berrien Springs, MI 49103 USA

83

Pembukaan

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mempertimbangkan empat fakta kesejarahan yang penting dalam pembahasan tentang ko-drat kemanusiaan Kristus, kemudian meneliti saling keterhubung-an dan implikasi dari data. Fakta-fakta kesejarahan tersebut ada-lah sebagai berikut: 1) bahwa di dalam Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (selanjutnya disingkat MAHK), selama lima puluh ta-hun terakhir, pada dasarnya telah ada dua ajaran yang saling berlawanan tentang jenis kemanusiaan Kristus dalam inkarnasi-nya (beberapa orang malah mengatakan ada tiga.1 Lihat pemba-hasan tentang hal ini setelah paragraf pembukaan); 2) bahwa te-lah ada perubahan yang sengaja dilakukan di dalam ajaran Gere-ja kita tentang kemanusiaan Kristus selama tahun 1950-an; 3) bahwa setidaknya ada satu usaha untuk mengubah ajaran Gere-ja sebelum tahun 1950-an; dan 4) bahwa usaha untuk mengubah ajaran tersebut dianggap oleh mereka yang menolak perubahan itu sebagai perpindahan menuju suatu ajaran yang lebih sesuai dengan ajaran Katolik tentang Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa (Immaculate Conception).

Empat Fakta Kesejarahan

Fakta nomor satu: “bahwa di dalam Gereja MAHK, selama lima puluh tahun terakhir, pada dasarnya telah ada dua ajaran yang saling berlawanan tentang jenis kemanusiaan Kristus dalam in-karnasinya.” Saya memilih kata “pada dasarnya” karena mereka yang berselisih bahwa “Yesus mengambil kodrat kemanusiaan Adam yang tanpa dosa” sebelum kejatuhan dan bahwa Ia me-ngenakan kodrat kita yang telah jatuh “seolah-olah ia mengalami-nya sendiri” (vicariously) sebagaimana yang terdapat dalam Questions on Doctrine dan mereka yang memilih dua jenis kodrat kemanusiaan—sebagian kodrat kemanusiaan sebelum atau pra-kejatuhan (pre-lapsarian) dan sebagian setelah atau pasca-kejatuhan (post-lapsarian)—yang dikenakan oleh Kristus diper-satukan dalam kedua konsep berikut: a) bahwa Kristus telah me-ngalami rasa lelah dan lapar; dan b) bahwa Kristus tidak dicobai dari dalam seperti kita, karena ia tidak memiliki kecenderungan untuk berdosa, sebagaimana halnya seluruh keturunan Adam. Intisarinya, “kodrat kemanusiaan yang tidak berdosa” dan ajaran tentang kodrat sebelum dan setelah kejatuhan adalah sama. Ba-gian yang paling pokok dari keduanya adalah sama. Keduanya menentang ajaran Jones dan Waggoner—bahwa Kristus

84

mengambil kodrat kemanusiaan kita dengan segala kewajib-annya, termasuk mewarisi kecenderungan-kecenderungan untuk berdosa melalui hukum hereditas atau pewarisan sifat keturunan.

Fakta kedua yang harus dipertimbangkan adalah “bahwa telah ada perubahan yang sengaja dilakukan di dalam ajaran Gereja kita tentang kemanusiaan Kristus selama tahun 1950-an.” Perubahan ini pertama-tama tampak dalam Bible Readings, 1949 (lihat Appendix A), dalam Ministry, September 1956 dan April 1957; kemudian dalam Questions on Doctrine, 1957; dan kemudian dalam Movement of Destiny, 1971.

Cendekiawan Reformasi Geoffrey Paxton mengamati bah-wa pada saat itu “buku Questions on Doctrine” adalah benar-be-nar suatu gebrakan dalam ajaran Advent sebelumnya tentang Kristologi (yaitu ajaran tentang Kristus), khususnya tentang ma-salah kodrat kemanusiaan Kristus yang telah jatuh.” Ia melanjut-kan, bahwa sepengetahuannya, tidak ada satu pengakuan yang terbuka tentang hal ini baik kepada anggota-anggota biasa Gere-ja Advent atau kepada dunia Protestan injili. Mengapa?

Mengapa hal ini ditutup-tutupi dengan mengatakan bahwa hanya beberapa “orang-orang pinggiran yang sinting” yang me-megang dan mengajarkan apa yang sesungguhnya telah menjadi pandangan Advent sebelum waktu itu?

Bulan Juli 1962 Robert Lee Hancock menulis sebuah arti-kel yang disampaikannya di Fakultas dari Departemen Sejarah Gereja di Universitas Andrews. Berikut ini adalah bagian dari ringkasan dan kesimpulannya.

“Tentang pertanyaan khusus berkenaan dengan kemanusiaan Kristus, penelitian ini menemukan bahwa:1. dari sejak awalnya, Gereja MAHK telah mengajarkan bah-

wa ketika Tuhan mengambil kemanusiaan, Ia mengambil, bukan kodrat kemanusiaan yang sempurna dan tanpa dosa dari manusia sebelum Kejatuhan, melainkan kodrat manusia yang telah jatuh, berdosa, hina, lemah, merosot sebagaimana yang ada ketika Ia datang ke bumi untuk menolong manusia. …

2. bahwa selama periode lima belas tahun antara 1940 dan 1955 kata-kata “berdosa” dan “telah jatuh” sehubungan dengan kodrat kemanusiaan Kristus sebagian besar atau seluruhnya dihapuskan dari bahan-bahan terbitan denominasi.

3. bahwa sejak 1952, ungkapan seperti “kodrat kemanusiaan yang tanpa dosa,” “kodrat Adam sebelum kejatuhan,” dan “ko-

85

drat kemanusiaan tanpa noda,” telah menggantikan peristi-lahan sebelumnya. …

Temuan-temuan dari penelitian ini memberi kesimpulan bahwa ajaran-ajaran MAHK tentang kodrat kemanusiaan Kristus telah berubah dan bahwa perubahan-perubahan ini melibatkan konsep-konsep dan bukan sekedar arti kata.”

Sebagian orang merasa bahwa penemuan surat Ellen White kepada William Baker menunjukkan keabsahan dari peru-bahan dalam Kristologi kita pada tahun lima puluhan. Sebagian orang mengira bahwa Ellen White membicarakan tentang kodrat kemanusiaan Kristus secara lebih khusus, langsung dan panjang lebar dalam surat tersebut daripada tulisan-tulisannya yang lain. Dalam kenyataannya, tulisan mula-mulanya tentang kehidupan Kristus, The Desire of Ages (Kerinduan Segala Zaman), mem-bahas tentang jenis kodrat kemanusiaan yang diambilNya secara lebih khusus, langsung dan panjang lebar dibandingkan tulisan-nya yang lain. Sebagian orang bertanya-tanya mengapa para ad-ministratur dan pemikir gereja mengubah pandangan mereka ten-tang topik ini terutama berdasarkan satu sumber tunggal sebagai “teks bukti” dibandingkan dengan pernyataan-pernyataan yang jelas lainnya yang ditulis oleh Ellen White. (lihat Appendix B ten-tang pembahasan Surat Baker.).

Fakta nomor 3 adalah “bahwa setidaknya ada satu usa-ha untuk mengubah ajaran Gereja sebelum tahun 1950-an.” Usaha-usaha tersebut adalah promosi dari ajaran tentang “Tu-buh Kudus” (Holy Flesh) pada pergantian abad itu. Informasi yang disebarkan pada saat itu, adalah dirancang untuk menjadi pintu masuk ke dalam Gereja Advent, dengan pura-pura untuk mem-persiapkan anggota gereja kepada pengangkatan (translat-ion). Pada kenyataannya, hal ini akan menggiring kita kepada gerakan kebangunan Kekudusan Pentakosta (Pentecostal Holiness revival movement).

Melalui pengaruh A.F. Ballenger di akhir tahun 1890an benih-benih Gerakan Kekudusan (Holiness Movement) telah bertumbuh di dalam gereja Advent. Di tahun 1898, Ballenger berbicara dalam Pertemuan Perkemahan Indiana. Salah satu dari pendukung utama dari “Tubuh Kudus”, S.S. Davis, secara khu-sus tergerak oleh pernyataan Ballenger bahwa “sudah terlalu ter-lambat untuk berbuat dosa dalam pikiran, perkataan atau per-buatan; karena inilah saatnya untuk menerima Roh Kudus dalam segala kepenuhannya.”

86

Dalam pekerjaannya dengan misi kesejahteraan “Helping Hand” di Evansville, Davis menghubungi sejumlah orang-orang Kristen Pantekosta. Ia sangat terkesan oleh antusiasme mereka, dan berkomentar kepada seorang kawan pekerja Advent, “mere-ka memiliki ‘rohnya’; kita memiliki kebenarannya, dan jikalau kita memiliki ‘rohnya’ seperti mereka, dengan kebenaran itu kita dapat melakukan berbagai hal.” Pencampuran pengalaman kekudus-an dengan ajaran Advent tampak lebih konsisten dengan Roma daripada Reformasi.

Ada dua permasalahan sehubungan dengan Gerakan Tu-buh Kudus. Salah satunya adalah pengalaman; yang lain adalah ajaran. Pengalaman adalah sebagai berikut: mereka percaya bahwa untuk dapat mengalahkan dosa, dalam pertobatan, sese-orang harus mengalami suatu perubahan dari kodrat kemanusia-an yang berdosa sehingga kecenderungan-kecenderungan untuk berdosa akan dikikis. Mereka harus mengalami apa yang disebut dengan “tubuh kudus.” Mereka mengaku bahwa Kristus mengam-bil “tubuh kudus” dan bahwa itu adalah jenis kemanusiaan yang mereka butuhkan untuk dapat memiliki pengalaman yang akan mengangkat mereka ke surga. Pengalaman itu didasarkan atas ajaran mereka, yaitu bahwa dalam inkarnasinya, Kristus meng-ambil kodrat kemanusiaan Adam yang tanpa dosa. Ajaran ini ke-mudian diterima di tahun 1950-an.

Dalam Gerakan Tubuh Kudus terdapat tiga konsep yang saling berhubungan tentang jenis kodrat tanpa dosa yang diambil Kristus dalam inkarnasinya:1. Kristus mengambil kodrat Adam sebelum ia jatuh.2. Kristus mengambil tubuh manusia secara fisik yang telah jatuh

dan merosot namun bukan kodrat rohani kita yang telah jatuh.3. Kristus dihindarkan dari hukum hereditas (pewarisan sifat ke-

turunan) ketika dikandung oleh kuasa Roh Kudus.

Saudara Breed dan Saudara Haskell menghadiri Perte-muan Perkemahan Muncie di Indiana. Haskell membahas ke-manusiaan Kristus dengan para pimpinan Konferens tersebut. Orang-orang ini melawan dia dan salah mengartikan apa yang di-katakannya. Saudara Haskell menulis kepada Ellen White segera setelah pertemuan tersebut, mengatakan kepadanya tentang bu-tir-butir khusus dari para pendukung dari ajaran “tubuh kudus” se-hubungan dengan kepercayaan mereka tentang kodrat kemanu-siaan Kristus dan konsekuensinya pada pengalaman dari Gera-kan Tubuh Kudus:

87

“Itu adalah pencampuran terbesar dari kefanatikan dalam kebenaran yang pernah saya lihat. Saya tidak akan mengatakan bahwa kita menanganinya secara terbaik dalam segala hal, na-mun saya tidak mengetahui di mana kesalahan saya. Kami men-coba untuk melakukan yang terbaik, dan seandainya saja mereka tidak berbicara melawan kami dan salah mengartikan pandangan kami, maka tidak akan ada kebingungan di antara orang-orang. Namun ketika kami mengatakan bahwa kami percaya bahwa Kristus dilahirkan dalam kemanusiaan yang telah jatuh, mereka mengartikan bahwa kami percaya bahwa Kristus itu berdosa, sekalipun kenyataannya bahwa kami menyatakan pandangan kami dengan begitu jelas sehingga tidak akan ada orang yang salah paham terhadap kami.”

Butir teologia tentang hal ini tampaknya adalah begini: Mereka percaya bahwa Kristus mengambil kodrat Adam sebe-lum ia jatuh sehingga Ia mengambil kemanusiaan sebagaimana adanya di taman Eden; dan oleh karenanya kemanusiaan itu ku-dus, dan inilah kemanusiaan yang dimiliki Kristus; dan sekarang, menurut mereka, telah tiba saatnya bagi kita untuk menjadi kudus dalam artian yang sama, dan kemudian kita akan memiliki “iman yang diubahkan”; dan tidak akan pernah mati.”

Surat ini ditulis tanggal 25 September 1900. Seminggu ke-mudian, pada tanggal 2 Oktober, ia menulis dalam editorial Re-view and Herald berjudul “Christ in Holy Flesh, or a Holy Christ in Sinful Flesh” (Kristus dalam Tubuh Kudus, atau Kristus yang Kudus dalam Tubuh yang Berdosa). Peng-gunaan pernyataan alternatif ini menandai tahap khusus ketika penafsiran tandingan dikemukakan sebagai pertimbangan. Kese-luruhan artikel membahas alternatif kedua: "A Holy Christ in Sin-ful Flesh." Ia mengutip baik Alkitab maupun The Desire of Ages (Kemenangan Akhir). Ia menggunakan The Desire of Ages untuk membuktikan bahwa ajaran tentang Kristus dalam kodrat kema-nusiaan tanpa dosa adalah salah. Berikut ini adalah kutipan-kutipan yang digunakannya:

… Pada halaman 361, 362 [edisi kami hlm. 311, 312]: “Kristus adalah tangga yang dilihat oleh Yakub, dengan kaki tang-ganya menyentuh bumi, dan ujung bagian atasnya menjangkau gerbang surga, ke ambang pintu kemuliaan. Jikalau tangga terse-but gagal dalam selangkah saja untuk mencapai bumi, kita pasti telah hilang. Namun Kristus menjangkau kita di tempat kita bera-da. Ia mengambil kodrat kita dan menang, sehingga kita dengan mengambil kodratnya akan menang. Dijadikan “dengan keseru-paan daging yang berdosa,’ Ia menghidupkan sebuah kehidupan

88

yang tanpa dosa. Sekarang dengan keilahianNya Ia memegang takhta surga, sementara dengan kemanusiaanNya Ia menjang-kau kita.”

Kemudian ia berkomentar: “Ini adalah kemanusiaan yang telah jatuh dengan segala kecenderungan sifat keturunannya. Ia yang sebelumnya tanpa noda sementara di bumi sebagaimana ketika di surga mengambil kodrat kita, sehingga Ia dapat meng-angkat manusia kepada ketinggianNya melalui pembenaranNya.”

Kutipan selanjutnya:Lagi, pada halaman 119, 120 [edisi kita halaman 112] dari

buku yang sama, kita membaca: “Kendati dosa-dosa dari dunia yang telah bersalah ini dibebankan kepada Kristus, kendati kehi-naan dengan mengambil bagi DiriNya KODRAT KEMANUSIA-AN KITA YANG TELAH JATUH, suara dari surga mengumum-kan bahwa Ia adalah Anak dari Allah yang Kekal.

Karena para pendukung “tubuh kudus” percaya bahwa Kris-tus mengambil kodrat kemanusiaan sebelum kejatuhan, Haskell kembali mengutip dari The Desire of Ages: “Sekali lagi, berbicara tentang keadaan Adam, kata penulisnya, pada halaman 49, 50 [edisi sekarang, hlm. 49]:

“Adalah suatu kehinaan tak terhingga bagi Anak Allah untuk mengambil kodrat manusia, bahkan ketika Adam berdiri dalam kesuciannya di Eden. Namun Yesus menerima kemanusiaan ketika umat manusia ini telah menjadi lemah oleh dosa selama empat ribu tahun. Seperti setiap anak-anak Adam, Ia menerima akibat-akibat dari cara kerja hukum pewarisan sifat ke-turunan. Apa yang menjadi akibatnya adalah tampak dalam se-jarah nenek moyang dunianya. Ia datang dengan warisan ketu-runan seperti itu untuk berbagi kesedihan dan pencobaan kita, dan untuk memberi kita teladan dari sebuah kehidupan tanpa dosa.”

Dua bulan kemudian, A. T. Jones menulis serangkaian artikel dalam Review yang berjudul "The Faith of Jesus (Iman Yesus)." Artikel-artikel tersebut dimulai tanggal 11 Desember 1900 dan berlanjut hingga 29 Januari 1901. (Artikel-artikel ter-sebut, dan editorialnya tentang kodrat kemanusiaan Kristus, men-jadi landasan bagi bukunya tentang Kristus dalam kitab Ibrani: The Consecrated Way). Dalam artikel-artikel tersebut, Jones berulang-ulang membahas permasalahan ajaran yang mendasar dari para penganut “tubuh kudus,” dengan membahas tentang Kristus yang telah mengambil kodrat manusia yang telah jatuh. Maka, baik Jones maupun Haskell membahas permasalahan

89

ajaran tentang Kristus (Kristologi) yang dimunculkan oleh Sauda-ra Davis dan Donnell dalam Konferens Indiana.

Donnell, presiden Konferens Indiana, menanggapi Jones dengan menulis artikelnya sendiri yang berjudul "The Faith of Jesus" (Iman Yesus) dalam Indiana Reporter. Pandangan ini adalah bertentangan dengan serangkaian tulisan yang ditulis oleh Jones. Donnell menyajikan Kristus dengan kodrat kemanusiaan Adam sebelum kejatuhan.

Ia (Yesus) harus memiliki apa yang ditawarkanNya kepada kita… Jikalau Kristus menawarkan untuk memulihkan manusia kepada keadaannya yang mula-mula, Ia sendiri harus datang ke-pada manusia dengan keberadaan seperti itu. Ia harus datang sebagai manusia di mana Adam, pemilik pertama, berada sebe-lum kejatuhannya”—Artikel Satu, hlm. 4.

Satu-satunya alasan mengapa Tuhan tidak berdiam di da-lam manusia adalah karena masih ada dosa di sana, dan agar Tuhan dapat berdiam lagi di dalam manusia, dosa harus dikikis. Tubuh Kristus adalah sebuah tubuh yang di dalamnya Tuhan ber-inkarnasi, dan karena Tuhan dan Setan tidak dapat berdiam ber-sama, maka tubuh Kristus haruslah sebuah tubuh yang daripada-nya bahkan setiap kecenderungan untuk berdosa haruslah selu-ruhnya dikikis”—Artikel Dua, hlm. 6.

Di manakah Adam sebelum kejatuhannya?... Ia adalah ku-dus. Sekarang, untuk mewariskan dasar yang sama yang telah diwariskan oleh Adam, Kristus pastilah harus memulai dari tem-pat di mana Adam mulai!... Sekarang, kita mengetahui bahwa ke-ilahiannya adalah kudus, dan jikalau kemanusiaannya adalah ku-dus, maka kita benar-benar mengetahui bahwa sesuatu yang ter-lahir dari perawan Maria dalam segala hal adalah sesuatu yang kudus, dan tidak memiliki kecenderungan untuk berdosa—R.S. Donnell, “Artikel Dua,” hlm. 6, 7.

Setelah selesai masa tugas sebagai presiden Konferens In-diana, Donnell menuliskan keyakinannya tentang kodrat kemanu-siaan Kristus:

Ia mengambil suatu tubuh yang tampak melalui keadaan merosotnya, sehingga akibat-akibat dosa akan tampak padanya, namun kehidupanNya membuktikan bahwa tidak terdapat dosa di dalamnya. Itu adalah tubuh yang telah dipersiapkan Bapa bagi-Nya. Ibrani 10:5. Tubuh Kristus mewakili suatu tubuh yang telah ditebus dari kodrat rohani yang telah jatuh, namun bukan dari ko-drat fisik yang telah jatuh atau merosot. Itu adalah suatu tubuh yang telah ditebus dari dosa, dan tubuh itu dikenakan Kristus ke-pada keilahianNya.

90

Saudara I.J. Hankins menggantikan Saudara Donnell seba-gai presiden Konferens Indiana. Ia menulis kepada S.S. Davis dan bertanya kepadanya tentang beberapa pertanyaan sehu-bungan dengan keyakinannya. Delapan pertanyaan diajukan. Se-tengahnya berkenaan dengan inkarnasi. Berikut ini adalah dua dari pertanyaan itu:

“Pertanyaan #4: Tolong katakan dalam beberapa kata saja ten-tang pandangan anda tentang kodrat Kristus. Jawaban :‘Lukas 1:35 Sesuatu yang kudus.’

“Pertanyaan #7: Apakah setiap anak yang dilahirkan ke dalam dunia secara alamiah memiliki kecenderungan jahat, bahkan se-belum anak ini cukup besar untuk mengetahui antara yang baik dan yang jahat?Jawaban :‘Ya, kecuali dihindarkan dari hukum pewarisan sifat keturunan dalam kandungan oleh Kuasa Roh Kudus.’”

Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan dari dua orang la-in yang memahami permasalahan ajaran tersebut:

Yang mengikuti ajaran daging tanpa dosa adalah ajaran la-in yang akan kita bahas, yaitu, bahwa pada saat pertobatan, se-gala keinginan, kecenderungan daging, dan kecenderungan pe-warisan sifat keturunan dihilangkan; bahwa peperangan dengan daging telah berhenti dan bahwa sejak itu pencobaan-pencobaan kita semuanya berasal dari luar—tidak satupun yang berasal dari dalam.

Setelah pertemuan perkemahan tersebut, Saudari White, Saudara Eugene Fansworth dan yang lainnya, datang ke ge-reja Indianapolis. Saudari White menyampaikan kesaksian yang tegas menentang kesalahan ini. Ia mengatakan bahwa pekerja-pekerja yang telah terlibat tidak boleh bersama-sama lagi, tetapi mereka harus berpisah, dan pada akhir pembica-raannya, ia mengatakan, “Ketika saya pergi dari sini, tidak boleh ada seorangpun yang mengambil dari ajaran ini dan menyebutnya kebenaran. Tidak ada satupun benang kebe-naran di dalamnya.”

Pada masa Pertemuan General Konferens tanggal 2-23 April 1901, Gerakan Tubuh Kudus ditangani dengan hantam-an yang mematikan. Gerakan ini dihentikan dari penyebaran-nya di dalam Adventisme, setidaknya pada waktu itu. Namun Ellen White menulis kepada Haskell bahwa teori-teori, metode-

91

metode dan pengalaman-pengalaman yang salah dalam Gerakan Tubuh Kudus ini akan berulang kembali di dalam Adventisme.

Segala sesuatu yang anda ceritakan yang telah terjadi di Indiana, Tuhan telah menunjukkannya kepada saya bahwa itu akan terjadi sesaat sebelum pintu kasihan ditutup. Segala hal yang liar akan tampak. Akan ada teriakan, dengan suara drum, musik dan tari-tarian. Indra makhluk yang bernalar akan menjadi begitu bingung sehingga mereka tidak dapat dipercaya untuk membuat keputusan yang benar. Dan inilah yang disebut dengan gerakan Roh Kudus…

Bulan Januari yang lalu Tuhan menunjukkan kepada sa-ya bahwa teori-teori dan metode-metode yang salah akan di-bawa ke dalam pertemuan-pertemuan perkemahan kita, dan bahwa sejarah masa lalu [konteksnya: 1844 dan 1900] akan terulang. Saya merasa sangat tertekan. Saya diperintahkan un-tuk mengatakan bahwa pada pendemonstrasian ini roh-roh jahat dalam bentuk manusia akan hadir, bekerja dengan segala akal bulusnya yang dapat digunakan oleh Setan untuk me-nyebabkan kebenaran menjadi menjijikkan bagi orang yang berakal; bahwa musuh sedang mencoba untuk mengatur se-gala sesuatunya sehingga pertemuan-pertemuan perkemah-an itu, yang sebelumnya menjadi sarana untuk membawa kebenaran dari pekabaran malaikat ketiga di hadapan orang banyak, akan kehilangan kekuatan dan pengaruhnya…

Pekabaran malaikat ketiga harus disampaikan dengan tegas dan lurus. Pekabaran ini harus dibebaskan dari setiap rangkaian karangan yang murahan dan buruk dari teori-teori manusia, yang disiapkan oleh bapa segala penipuan, dan menyamar sebagai ular yang terang yang digunakan oleh Setan sebagai sarana untuk menipu orangtua pertama kita. Maka, Setan mencoba membubuhkan meterainya kepada pe-kerjaan yang di dalamnya Tuhan seharusnya tampak dalam kemurniannya.

Selama pertemuan Konferens tersebut, dua penentang yang paling vokal, secara terbuka, dari gerakan tersebut adalah E.J. Waggoner dan Ellen White. Waggoner berbicara beberapa kali. Ia menyampaikan masalah ajaran tentang kodrat Kristus. Ellen White juga memperingatkan tentang ajaran-ajaran mereka dan membahas tentang pengalaman palsu tersebut.

Pada malam tanggal 16 April, E.J. Waggoner berbicara secara langsung dan tegas. Ibrani 10:4-10 adalah bacaan yang digunakannya. Inilah salah satu dari bacaan pokok yang

92

digunakan oleh para penganut ajaran Tubuh Kudus. Ketika mem-baca bacaan tersebut, ia berkata:

“Setelah berbicara di sini terakhir kali ketika saya di sini, ada dua pertanyaan yang diberikan kepada saya, dan saya akan membacakannya sekarang. Salah satunya adalah ini: “Apakah “yang disebut kudus” (Lukas 1:35) yang dilahirkan oleh Perawan Maria itu adalah dilahirkan dari tubuh yang berdosa, dan apakah tubuh itu memiliki kecenderungan-kecenderungan jahat yang sama dengan tubuh kita?” …

Sebelum kita membahas bacaan ini, marilah saya tunjuk-kan apa yang terkandung dalam gagasan yang terdapat dalam pertanyaan ini. Anda pikirkan. Apakah Kristus, “yang disebut ku-dus” yang dilahirkan dari perawan Maria, dilahirkan dalam daging yang berdosa? Apakah anda pernah mendengar ajaran Katolik Roma tentang Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa (Im-maculate Conception)? Dan apakah anda tahu apa artinya?...

Ajaran tentang Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa adalah bahwa Maria, yaitu Ibu Yesus, adalah dilahirkan tanpa dosa. Mengapa?—tampaknya untuk meninggikan Yesus; benar-benar pekerjaan iblis untuk membuat jarak yang lebar antara Yesus Juruselamat manusia, dan manusia yang kepada mereka Ia datang untuk menyelamatkan, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat melintas batas ke tempat yang lainnya. Itu saja.

Kita perlu menetapkan, masing-masing dari kita, apakah ki-ta berada di luar atau di dalam gereja Roma. Namun ada banyak sekali yang menunjukkan tanda-tanda tersebut…

Apakah anda memahami bahwa gagasan bahwa tubuh Yesus adalah tidak sama dengan tubuh kita (karena kita tahu tu-buh kita adalah berdosa) perlu melibatkan gagasan tentang Pera-wan Maria Terkandung Tanpa Dosa? Ingatlah, di dalam Dia tidak ada dosa, melainkan misteri Tuhan yang dinyatakan di dalam daging, … adalah manifestasi yang sempurna dari kehidupan Tuhan dan kemurniannya yang tanpa cacat di tengah-tengah daging yang berdosa…

Tolong bagi anda yang telah memegang gagasan yang sa-lah agar gagasan tersebut dihapuskan dari pikiran anda, semata-mata demi kebaikan anda, sehingga anda selamat dari kesa-lahan, dan tidak semata-mata di kesalahan teoretis, melainkan dari dosa. Pikirkanlah ini sendiri, bahwa gagasan tentang ma-nusia dengan tubuh tanpa dosa adalah pendewaan kepada iblis, karena ketidakberdosaan hanyalah milik Tuhan, namun dosa adalah berasal dari iblis… ketidakberdosaan adalah ciri Keilahian. Maka, daging yang tidak berdosa akan berarti

93

bahwa roh yang bekerja di dalam anak-anak ketidaktaatan, di dalam kehendak daging, adalah Tuhan. Padahal sesungguh-nya tidak.

Pada hari berikutnya Ellen White menyampaikan sebuah kesaksian tentang pengalaman dan ajaran tubuh kudus:

“Petunjuk telah diberikan kepada saya sehubungan dengan pengalaman akhir-akhir ini dari saudara-saudara di Indiana dan tentang ajaran yang telah mereka berikan kepada gereja-gereja. Melalui pengalaman dan ajaran ini, musuh telah bekerja untuk menggiring jiwa-jiwa kepada kehancuran.

Ajaran yang diberikan sehubungan dengan apa yang disebut “tubuh kudus” adalah sebuah kesalahan. Semua orang akan dapat memperoleh hati yang kudus, namun tidak benar jikalau kita mengakui bahwa di dalam kehidupan ini ki-ta akan memperoleh tubuh yang kudus. Rasul Paulus menya-takan, “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik” (Roma 7:18). Mereka yang telah berusaha begitu keras untuk memperoleh melalui iman apa yang disebut tubuh kudus, saya katakan, anda tidak akan dapat memperolehnya. Tidak satu jiwapun dari anda memiliki Tubuh Kudus saat ini. Tidak satu manu-siapun di bumi ini memiliki tubuh kudus. Ini adalah tidak mungkin…

Sementara kita tidak dapat mengaku memiliki kesempur-naan daging, kita dapat memiliki kesempurnaan Kristen di da-lam jiwa. Melalui pengorbanan yang dilakukan demi kita, dosa-dosa dapat diampuni sepenuhnya. Kebergantungan kita bukan-lah di dalam apa yang dapat dilakukan oleh manusia; melainkan di dalam apa yang dapat dilakukan Tuhan bagi manusia me-lalui Kristus…

Kita dapat menikmati kemurahan Tuhan. Kita tidak perlu ce-mas tentang apa yang dipikirkan Kristus dan Tuhan tentang kita, namun tentang apa yang Tuhan pikirkan tentang Kristus, Peng-ganti kita. Anda diterima di dalam Kristus yang Kekasih… ketika manusia menerima tubuh kudus, mereka tidak akan tetap berada di bumi, melainkan diangkat ke surga. Ketika dosa-dosa diampuni di dalam kehidupan ini, akibatnya tidak sepenuhnya dihapuskan. Pada saat kedatanganNya-lah Kristus “akan mengubah tubuh ki-ta yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia” (Filipi 3:21). Ketika Kristus datang dengan suara sangkakala yang bergemuruh, dan akan memanggil orang yang telah mati dari rumah tahanan mereka, maka orang-orang kudus akan menerima tubuh kudus.”

94

Sangat menarik bahwa pernyataan-pernyataan Ellen White yang paling keras tentang kodrat kemanusiaan Kristus muncul selama masa Gerakan Tubuh Kudus. Ia menuliskan bahwa Ia mengambil “kodrat manusia yang memberontak,” sebuah kodrat “yang merosot dan dikotori oleh dosa,” “kodrat Adam, si pelanggar.”

Suatu Kodrat Pemberontak

Kasih Kristus yang dinyatakan tidak dapat dipahami oleh manu-sia fana. Ini adalah misteri yang terlalu dalam untuk dapat dipahami oleh manusia. Kristus dalam kenyataannya benar-benar menyatukan kodrat pemberontak manusia dengan kodratnya yang tanpa dosa, karena melalui tindakan kemurahan hati inilah ia akan dapat mencurahkan berkat-berkatNya demi umat manu-sia yang telah jatuh ini. Maka Ia memungkinkan kita mengambil bagian dalam kodratNya.

Pikirkanlah tentang kehinaan yang dialami Kristus. Ia me-ngambil bagi DiriNya kodrat manusia yang telah jatuh dan penuh penderitaan, dan telah dikotori oleh dosa. Ia meng-ambil kesedihan kita, menanggung kesusahan dan kehinaan kita. Ia menahankan segala pencobaan yang telah mengepung manu-sia. ‘Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,’ karena hanya dengan begitulah Ia dapat bersahabat dengan anak-anak Adam yang telah berdosa dan menderita.

Kodrat Adam Si Pelanggar

Di dalam Kristus kita dipersatukan dalam keilahian dan kemanu-siaan—Pencipta dan makhluk ciptaan. Kodrat Tuhan, yang hu-kumNya telah dilanggar, dan kodrat Adam, si pelanggar, bertemu di dalam Yesus—Anak Allah, dan Anak manusia.

Dalam dua tahun dari Gerakan Tubuh Kudus, Ellen White menulis kepada Kellogg bahwa Yesus datang “sebagai ma-nusia, dengan segala kecenderungan jahat yang diwariskan kepada manusia.”—

Ketika Kristus untuk pertama kalinya mengumumkan kepa-da penghuni surga tentang misi dan pekerjaan-Nya di dunia, Ia mengumumkan bahwa Ia harus meninggalkan kedudukanNya yang penuh martabat dan menyamarkan misi kudusNya dengan mengambil keserupaan manusia, sementara kenyataanNya ia adalah Anak Allah yang Mahabesar. Dan ketika kepenuhan wak-tunya telah tiba, ia turun dari takhtaNya yang tertinggi, mele-

95

paskan jubah kebangsawanan dan mahkota kerajaan, mengena-kan keilahianNya dengan kemanusiaan, dan datang ke bumi un-tuk memberi contoh seperti apa manusia seharusnya dan apa yang harus dilakukan manusia agar dapat mengalahkan musuh dan duduk dengan Bapa di atas takhtaNya. Datang dalam keada-an seperti itu, yaitu sebagai manusia, dengan segala kecende-rungan jahat yang telah menjadi warisan manusia, Ia me-mungkinkan bagi DiriNya untuk diserang oleh agen-agen manu-sia yang diilhami oleh Setan, si pemberontak yang telah dikeluar-kan dari surga.

Apakah pernyataan Ellen White di atas harus dipahami se-mata-mata sebagai ucapan puitis—bukan sebagai pernyataan harafiah?

Ini membawa kita kepada butir keempat dan fakta tera-khir dalam tulisan ini “bahwa usaha untuk mengubah ajaran ter-sebut dianggap oleh mereka yang menolak perubahan itu seba-gai perpindahan menuju suatu ajaran yang lebih sesuai dengan ajaran Katolik tentang Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa.” Waggoner membicarakan masalah ini dengan kata-kata berikut:

Apakah anda pernah mendengar ajaran Katolik Roma ten-tang perawan Maria dikandung tanpa dosa? Dan apakah anda tahu apa artinya?... Ajaran tentang perawan Maria dikandung tanpa dosa adalah bahwa Maria, yaitu Ibu Yesus, adalah dila-hirkan tanpa dosa. Mengapa?—tampaknya untuk membesarkan Yesus; benar-benar pekerjaan iblis untuk membuat jarak yang le-bar antara Yesus Juruselamat manusia, dan manusia yang kepa-da mereka Ia datang untuk menyelamatkan, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat melintas batas ke tempat yang lainnya. Itu saja.

Kita perlu menetapkan, masing-masing dari kita, apakah ki-ta berada di luar atau di dalam gereja Roma. Namun ada banyak sekali yang menunjukkan tanda-tanda tersebut…

Saudara Huntington mengenali masalah ajaran kepausan yang menjadi dasarnya:

Dengan mengambil teori tubuh tanpa dosa, meskipun para penganutnya tidak pernah suka untuk mengakuinya, namun me-reka tanpa sadar telah dituntun ke dalam kesalahan paus tentang ajaran Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa dan kesesatan lainnya dari Gereja Katolik. Teori tentang tubuh kudus adalah benar-benar keunggulan kepausan—landasan yang di atas-nya Gereja Katolik berdiri. Hilangkan bagian ini, maka seluruh struktur kepausan, sebagai sebuah agama, akan hancur.

96

Ungkapan, “tubuh tanpa dosa” tidak pernah terdapat di dalam Alkitab: Maka, mengapa kita harus menggunakan ung-kapan tersebut…Catatan menunjukkan bahwa Kristus dijadi-kan “yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa” (Roma 8:3) “daging yang diperanakkan dari keturunan Daud” (Roma 1:3) “keturunan Abraham” (Ibrani 2:16). Maka marilah kita percaya bahwa bahwa hanya dengan cara demikianlah tanpa berusaha untuk merohanikan pernyataan-pernyataan yang jelas agar sesuai dengan suatu khayalan yang sesat, dan dengan de-mikian akan melibatkan diri kita di dalam jaring ketidak-konsisten-an yang tak terhindarkan.

Sekitar lima puluh tahun yang lalu pimpinan-pimpinan roha-ni Advent mengambil argumentasi doktrin tentang kodrat kema-nusiaan Kristus dari Protestantisme Injili. Ajaran ini sesung-guhnya hanyalah kelanjutan dari dogma Katolikisme. Awal dari pemahaman tradisional dan ekumene dari ajaran tentang ko-drat kemanusiaan Kristus yang tanpa dosa dan tidak jatuh harus dimulai dari Maria dan kedudukannya di dalam Katolikisme. Maka marilah kita membahas ajaran tentang Perawan Maria Terkan-dung Tanpa Dosa tersebut.

Ajaran tentang Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa(Immaculate Conception)

Istilah “Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa” mengacu kepa-da tahap keberadaan awal Maria di dalam rahim ibunya dan bukan kepada Yesus di dalam rahim Maria. Namun inti dari ajaran Katolik tentang Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa adalah tentang Yesus anaknya. Tentang Yesus, menurut ajaran ini, adalah sudah menjadi kodrat kemanusiaannya bahwa ia mur-ni, dan benar, dan penuh kasih sebagai akibat utama dari Pera-wan Maria Terkandung Tanpa Dosa. Segala kecenderunganNya adalah kepada kebaikan. KehidupanNya yang tanpa hambatan adalah kekudusan itu sendiri: Ia adalah “bayi kudus Yesus” kare-na kodrat kemanusiaan Maria, bukan karena imanNya kepada Tuhan. Pangeran dunia ini tidak menemukan bahan bakar bagi api yang ingin dinyalakannya karena jenis kodrat kemanusiaan yang diwarisiNya dari Maria. Tidak ada kecenderungan, ataupun tendensi yang mengarah kepada dosa di dalam Dia karena se-gala mujizat istimewa yang menjadikan tubuh Maria kudus.

Dalam pembahasan tentang kodrat kemanusiaan Maria dan akibatnya pada Yesus, penekanan diberikan kepada keunikan dan perbedaan antara kodrat mereka dan kodrat kita oleh para

97

paus dan Magisterium (otoritas ajaran). Ini diyakini oleh se-bagian besar orang awam dalam Gereja Katolik juga.

Kristus sebagai manusia dijadikan tunduk kepada hukum; namun ia tidak berhutang apa-apa kepada hukum itu, karena Ia adalah kudus di dalam kodrat kemanusiaanNya. Benar, Ia diper-lakukan seolah-olah dia adalah orang berdosa, namun hanya da-lam pengertian abstrak. Apa yang kita ketahui dari ajaran ten-tang Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa ini sebagaimana yang diterapkan kepada Kristus barangkali hanya dapat diung-kapkan dengan baik dalam istilah-istilah spekulatif, hipotetis, aka-demis, dan teoretis saja. Makna sentral yang terkandung dalam istilah-istilah tersebut adalah terutama bersifat teoretis atau hipo-tesa saja daripada pertimbangan-pertimbangan praktis. Ajaran tentang Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa didasarkan atau terbatas pada teori saja. Ini tidak bersifat praktis ataupun dapat dibuktikan.

Menurut ajaran ini, tidak ada kecenderungan di dalam Ma-ria kepada kejahatan dalam bentuk apapun. Sementara umat ma-nusia lainnya selalu ada kecenderungan-kecenderungan tersebut karena noda dari dosa asal ada pada kita. Akibatnya, Kasih Ka-runia Sakramen (Yunani: mysterion yang berarti rahasia) harus diberikan demi keselamatan kepada orang-orang yang saleh oleh seorang imam. Akibat lain dari ajaran ini adalah bahwa orang percaya harus mengatur dirinya dan melakukan pe-ngekangan yang keras, jika tidak, ia akan bergegas menuju kehancuran. Kodrat yang telah jatuh cenderung kepada keja-hatan dan perlu dipegang oleh orang yang setia, dengan keta-kutan dan kendali. Orang yang dapat menguasai dirinya adalah benar-benar diberkati dan berbahagia dan ia bahkan dapat mem-peroleh kebajikan yang masuk ke dalam kekayaan kebajikan orang lain, sebagaimana bagi dirinya sendiri. Jikalau ia tidak da-pat menguasai dirinya, ia dapat mencari perlindungan di dalam Sakramen-sakramen sementara ia hidup dan akhirnya ia akan menebus dosa-dosanya di dalam Api Penyucian (Purgatory) se-telah ia mati. Api Penyucian adalah tempat penghukuman se-mentara atas orang-orang yang telah mati tetapi kurang sem-purna untuk langsung ke surga dan tidak cukup alasan untuk di-masukkan ke neraka. Mereka akan mengalami penghukuman se-mentara disana sampai mereka disucikan.

Baru tanggal 5 Desember 1854 Paus Pius IX dalam En-sikliknya (Ensiklik adalah surat edaran yang dikirimkan oleh paus) mendefinisikan Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa sebagai dogma ajaran Gereja yang tidak pernah salah.

98

Namun Paus ini tidak begitu saja memperoleh ajaran ini. Dalam sejarah, telah berlangsung keyakinan yang turun temurun tentang ajaran ini sebelum Keputusan kepausan ini. Maria disebut seba-gai yang “kudus,” “tidak bersalah,” “paling murni,” “utuh,” “tak ber-noda,” oleh banyak penulis sebelumnya seperti Irenaeus, Ephra-em dan Ambrose.

Karena keyakinan populer tentang “Perawan Maria” terse-but,Pius IX memotong jalur Konsili (sidang resmi para uskup dan wakil beberapa gereja yang diundang dengan tujuan merumus-kan suatu ajaran atau disiplin gereja) dan Magisterium ketika mengeluarkan sebuah dogma baru. Dengan kewenangannya sendiri ia mengumumkan ajaran Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa, dan menjadikan kepercayaan yang telah berabad-abad itu tidak akan pernah salah. Semua orang Katolik harus me-nerima dogma ini. (Akibat dari pendeklarasian ini adalah pengu-muman tentang paus yang tidak pernah salah (infallibility). Paus sekarang dapat menerapkan dogma ketidakbersalahan paus yang mengikat semua yang lain, melalui wewenangnya, tanpa berkonsultasi dengan para uskup ataupun sebuah Konsili.)

Berikut ini adalah bagian-bagian dari keputusan tentang Maria dan kodrat kemanusiaannya yang tanpa dosa sebagaima-na dikeluarkan oleh Paus Pius IX tentang Perawan Maria Terkan-dung Tanpa Dosa:

Kami mengumumkan, mengumandangkan dan mendefinisi-kan bahwa ajaran yang mengatakan bahwa Perawan Maria yang Paling Berbahagia, ketika berada dalam kandungan, melalui kasih karunia tunggal dan hak istimewa yang dikaruniakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa, dengan memandang kebajikan Yesus Kristus, Juruselamat umat manusia, dipelihara sehingga bebas dari segala noda dari dosa asal, sebagai sebuah ajaran yang di-nyatakan oleh Tuhan dan oleh karenanya harus dipercayai de-ngan teguh dan terus menerus oleh semua orang percaya.

Di dalam dokumen tersebut paus selanjutnya mengumum-kan:

Mereka [para Bapa gereja dan Uskup Roma, para penda-hulu Pius IX, khususnya Sixtus IV, Paul V, dan Gregory XV] me-nyaksikan juga, bahwa tubuh Perawan itu, kendati diturunkan dari Adam, tidak terkena noda Adam, dan dalam pengertian ini Perawan yang Paling Berbahagia adalah bait suci yang dicip-takan oleh Tuhan sendiri dan dibentuk oleh Roh Kudus, benar-benar sebuah karya dengan mengenakan kain ungu, yang dihiasi dan dijalin dengan emas, yang dibuat oleh Beseleel baru itu.

Menurut Roma, seluruh Gereja harus menerima ajaran ini:

99

Kebenaran-kebenaran ini, yang begitu meluas diterima dan di-praktekkan oleh orang-orang yang percaya, menunjukkan betapa tekunnya Gereja Roma, ibu dan guru bagi segala Gereja, telah terus mengajarkan ajaran Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa ini, namun, tindakan-tindakan yang lebih penting dari Gere-ja-gereja perlu disebutkan secara lebih terinci. Karena martabat dan wewenang adalah milik Gereja sehingga hanya gerejalah yang menjadi pusat kebenaran dan kesatuan Katolik. Adalah Ge-reja sendiri yang memelihara keyakinan ini dan dari padanyalah seluruh Gereja harus menerima tradisi Imannya.

Kenaikan Maria ke Surga

Ada sebuah ajaran karangan yang berhubungan dengan ajaran Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa. Ini adalah Kenaikan Maria dari bumi ke surga. Di masa lalu, kedua khayalan ini ha-nya ada di dalam pikiran orang-orang yang murung di dalam Ka-tolisisme. Namun, keduanya telah diumumkan sebagai dogma di dalam Keputusan Konstitusi kepausan. Kedua pernyataan in ada-lah tanggapan dari pandangan populer di kalangan orang Katolik.

Yang mengikuti pernyataan Katolik tentang kodrat kemanu-siaan Maria yang dikandung tanpa dosa adalah ajaran yang ber-hubungan dengan Terangkatnya Maria ke surga. Karena ia dicip-takan dengan kodrat kemanusiaan yang tanpa dosa dan sebagai akibatnya adalah ia hidup dalam kehidupan tanpa dosa, maka ia tidak mungkin dapat tinggal terikat di bumi. Maka pengangkatan tubuh Maria ke surga haruslah menjadi akibat dari keharusan agar ajaran ini konsisten. Ajaran ini adalah berasal langsung dari ajaran tentang kodrat Maria yang tak bernoda ketika masih dalam kandungan. Maria adalah pengecualian dari kemerosotan yang diwariskan dari dosa asal, dan oleh karenanya adalah pantas jikalau ia harus dikecualikan dari kehancuran di dalam kubur.

Menurut teologia katolik, Maria menang atas dosa kare-na ia adalah Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa, mela-wan hasrat seksual karena keibuannya yang perawan, dan melawan kematian karena dia terangkat ke surga secara mulia.

Maka demikianlah Paus Pius IX dalam Konstitusi Kepaus-annya, Munificentissimus Deus, tanggal 1 November 1950, mengumumkan dogma ini dengan kata-kata yang dipilih dengan sangat berhati-hati:

Dengan wewenang dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari rasul Petrus dan Paulus yang berbahagia, dan oleh wewenang kami

100

sendiri, kami mengumumkan, dan mendefinisikan sebagai sebu-ah dogma yang dinyatakan oleh Tuhan: Ibu Tuhan yang Pera-wan, Maria, ketika perjalanan kehidupannya di bumi telah selesai (menyempurnakan kehidupan duniawinya), diangkat dalam tubuh dan jiwa ke dalam kemuliaan surga.

Dukungan Alkitab dicarikan bagi ajaran Perawan Maria Ter-kandung Tanpa Dosa, namun tidak ada otoritas Alkitab yang mendukung Terangkatnya Maria. Telah diketahui benar bahwa hal itu tidak ada dalam tulisan-tulisan Katolik. Ini didasarkan atas ajaran tentang Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa yang oleh sebagian orang Katolik dirasakan masuk akal secara Alkitab. Namun, jika ditelusuri kepada dasar dari otoritas keberadaannya, yaitu ketidakbersalahan paus, bukanlah suatu masalah jika ajaran ini atau yang lain terdapat atau tidak di dalam Alkitab. Menurut filosofi Katolik, Alkitab hanyalah bagian dari tradisi Kristen yang lebih besar. Ajaran-ajaran tentang Maria tidak alki-tabiah, namun ajaran tersebut termasuk dalam apa yang dikenal dengan kategori tradisi yang lebih luas. Sangat perlu dipahami bahwa orang-orang katolik hanya perlu untuk menunjukkan apa yang dikenal dengan harmoni atau keselarasan dari suatu ajaran dengan Alkitab. Bukanlah menjadi pandangan mereka bahwa se-tiap ajaran tentang iman Kristen haruslah tampak secara lengkap, nyata, dan sering, di dalam Alkitab. Sejalan dengan “Tradisi Ku-dus” terdapat wewenang Magisterium. Suatu keyakinan seperti Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa yang diakui sebagai alkitabiah secara tersirat tidak harus berarti melawan atau tidak alkitabiah dalam pemikiran Katolik. Mereka merasa bahwa Pe-rawan Maria Terkandung Tanpa Dosa adalah memungkinkan, di dalam anggapan kitab suci dan tradisi mereka, namun itu adalah ajaran yang tidak pernah salah karena diputuskan oleh Kepu-tusan Paus Ineffabilis Deus (Konstitusi yang dikeluarkan oleh Paus Pius IX pada 8 Desember 1854 yang menetapkan dogma Maria Dikandung Tanpa Noda. Didalamnya dinyatakan bahwa pada waktu Maria dikandung, ia luput dari dosa asal dan dari se-mua dosa berkat keistimewaan dan anugerah yang dikaruniakan Allah).

Ajaran umum dalam tradisi Katolik menyatakan bahwa Ma-ria adalah bebas dari noda dosa karena ia secara alamiah tidak dapat bersalah dan oleh karenanya tidak dapat berbuat dosa. Ini adalah untuk menyediakan bagi ketidakberdosaan kodrat kema-nusiaan baik Maria dan, pada akhirnya Kristus.

Roma mengajarkan bahwa Maria adalah sama seperti kita dalam hal bahwa ia dapat merasa lapar, haus, dan lelah seperti

101

kita, namun secara moral ia adalah pengecualian dari kodrat ke-manusiaan yang telah jatuh karena Roh Kudus melalui kasih ka-runia Tuhan dan oleh karenanya ia adalah unik dalam ketidak-berdosaan dalam kodrat dan kehidupannya. Maka, ini langsung menggiring kepada sistem ajaran Roma khususnya yang berke-naan dengan Kristologi (ajaran tentang Kristus) dan kemudian so-teriologi (ajaran tentang keselamatan manusia).

Persamaan dan Perbedaan antara Maria dan Kita

Maria memiliki suatu “kodrat yang sama dengan mereka,” artinya dengan seluruh umat manusia. Kendati pernyataan ini mengakui kesamaan kodratnya dengan kita, pada kenyataannya ajaran Maria sangat berhati-hati menjelaskan perbedaan yang tak ter-jembatani dalam hal jenis (kemanusiaan) antara Maria dan umat manusia lainnya. Bagi mereka, ketidakberdosaan Maria adalah “suatu kekudusan yang sama sekali unik.” Menurut teologia Katolik, tidak ada perbedaan dalam jenis (kemanusiaan) antara Maria dan Yesus dan kita, meskipun suatu perbedaan yang tak dapat dipahami dalam hal derajat (kemanusiaan mereka hanya-lah suatu keserupaan [yaitu ketidakberdosaan] dalam hubungan-nya dengan kodrat berdosa seluruh umat manusia lainnya).

Tentang keunikan Maria:“Kemuliaan dari suatu kekudusan yang sama sekali unik” yang melaluinya Maria “diperkaya dari sejak dibentuk di dalam kan-dungan” sepenuhnya berasal dari Kristus; Maria “ditebus, dengan cara yang lebih mulia, demi alasan kebajikan Putranya.” Allah Bapa memberkati Maria lebih daripada manusia ciptaan lainnya … Sesungguhnya tidak memadai bahwa sarana pilihan ini harus terlukai oleh luka-luka yang umum, karena Maria, yang begitu ba-nyak berbeda dari orang-orang lain, hanya memiliki kodrat yang sama dengan mereka, tetapi bukan dengan dosanya.

Tuhan harus melakukan suatu mujizat istimewa untuk men-jadikan Maria berbeda dari kita. Apakah Maria terbebas dari noda karena ia tidak melanggar Tuhan, atau karena ia tidak dapat ter-sentuh dan tidak dapat berbuat dosa? Yang belakangan adalah ajaran umum di dalam tradisi Katolik. Menurut tradisi ini, Maria di-lahirkan tanpa kodrat kemanusiaan yang berdosa, yaitu manusia yang memiliki kecenderungan batin untuk berdosa yang disebab-kan oleh pelanggaran Adam. Sehingga, Maria bukanlah makhluk yang tunduk kepada beban kutukan itu, bukan karena SIAPA, melainkan karena APA dia—yaitu sebagai “pembawa TUHAN”

102

yang tak bernoda dan pembawa kodrat kemanusiaan Kristus yang tak bernoda. Maria diberikan kodrat kemanusiaan sebe-lum kejatuhan agar supaya Kristus dilahirkan dengan kodrat kemanusiaan tanpa dosa, demikian menurut ajaran ini.

Implikasi dari Ajaran Perawan Maria Terkandung Tanpa Dosa

Penghapusan kodrat manusia yang telah jatuh di dalam Maria meninggikan dia ke suatu tingkat di atas kemanusiaan, karena belum pernah ada kodrat manusia yang tak berdosa sejak dosa orangtua pertama kita. Dengan demikian, Maria membawa kodrat yang diperlukan dalam rencana keselamatan. Bagi banyak orang Katolik, bahkan darah Marialah yang dicurahkan bagi kita, melalui Kristus tentu saja. Sekarang ini, kita mendengar keinginan ba-nyak orang awam di dalam masyarakat Katolik untuk secara resmi menjadikan Maria seorang Penebus, sebagai Penebus Bersama, dengan Kristus.

Ajaran yang “tidak pernah salah” dan resmi tentang Pera-wan Maria Terkandung Tanpa Dosa, yang secara khidmat diarti-kan sebagai suatu pengakuan iman. Paus Pius IX (dalam Kepu-tusan Paus Ineffabilis Deus), yang berbicara dari takhtanya seba-gai wakil Petrus, dalam jabatannya sebagai paus, secara sah me-nentukan bahwa ajaran ini berlaku bagi seluruh umat Katolik, dan memperingatkan umatnya:

Maka, jika ada seseorang yang menganggap, yang mudah-mudahan dicegah oleh Tuhan, untuk berfikir di dalam hatinya lain daripada yang telah kami tentukan, biarlah mereka mengetahui, dan memahami, bahwa mereka dikutuk oleh penghakiman mere-ka sendiri, bahwa mereka telah membangun kehancuran dalam iman, dan telah sesat menjauh dari kesatuan Gereja.

Ludwig Ott menulis bahwa ajaran Perawan Maria Ter-kandung Tanpa Dosa adalah sebuah tradisi lama: “Benih pe-rempuan itu dipahami sebagai yang mengacu kepada Sang Pe-nebus, dan oleh karenanya Ibu dari Sang Penebus datang untuk dapat dilihat di dalam perempuan ini. Sejak abad kedua, penaf-siran langsung Maria sebagai mesias telah diuraikan secara terin-ci oleh para Bapa gereja, termasuk St. Irenaeus, St. Epipha-nius, ...St. Cyprian, ...St. Leo yang Agung.Namun ini tidak terda-pat dalam tulisan-tulisan dari sebagian besar para Bapa… Menu-rut penafsiran ini, Maria berdiri bersama Kristus dalam permu-suhan yang besar ini dan telah menang terhadap Setan dan para pengikutnya. Banyak dari kalangan terpelajar selanjutnya dan ba-nyak ahli teologia modern berpendapat, sehubungan dengan

103

penafsiran ini… bahwa kemenangan Maria melawan Setan tidak akan sempurna, jikalau ia berada di dalam wilayah kekuasaan Setan. Konsekuensinya, ia haruslah telah masuk ke dalam dunia ini tanpa noda dari dosa asal.”

Konsep ini selanjutnya didefinisikan oleh para penulis Kato-lik sebagai berikut: “Tulisan kuno, "De Nativitate Christi (kelahir-an Kristus)," ditemukan di dalam karya-karya St. Cypria menga-takan: Karena (Maria) “sangat berbeda dari seluruh umat manu-sia, maka kodrat kemanusiaan, namun bukan dosa, berkomuni-kasi sendiri kepadanya.”

Theodore, seorang Bapa Yerusalem, mengatakan dalam Konsili II di Nicea, bahwa Maria “benar-benar bunda Allah, dan adalah perawan sebelum dan setelah melahirkan, dan ia dicipta-kan dalam keadaan yang lebih agung dan mulia daripada seluruh kodrat alami, baik secara intelektual ataupun tubuh.

Pernyataan ini secara jelas meletakkan kodrat Maria sepe-nuhnya melampaui setiap keserupaan yang nyata atau hubung-annya dengan manusia atau kodrat kemanusiaan. Marilah kita mengikuti alur berfikir ini dalam langkah selanjutnya sehubungan dengan Yesus sebagaimana disampaikan dalam perkataan Kar-dinal Gibbons:

Kami menyatakan bahwa Oknum Kedua dalam Trinitas yang Diberkati, yaitu Firman Allah, yang dalam kodrat keilahian-Nya adalah Anak Allah, dari segala kekekalan, yang memiliki substansi sama dengan Dia, yang pada saatnya yang tepat kem-bali dilahirkan, dari seorang perawan, sehingga mengambil bagi dirinya dari rahim ibunya suatu kodrat kemanusiaan yang me-miliki substansi yang sama dengan ibunya.

Sejauh misteri kemuliaan inkarnasi dapat dicerminkan da-lam hukum alam, Perawan yang Diberkati, di bawah bayang Roh Kudus, dengan berkomunikasi dengan Oknum Kedua dari Trini-tas yang mulia, sebagaimana layaknya seorang ibu, suatu kodrat kemanusiaan yang memiliki substansi yang sama dengan dirinya (Maria), adalah sesungguhnya dan benar-benar ibuNya.

Desolideried (Tidak sederajat): Maria dan Yesus

Maria “dijadikan tidak sederajat atau solider (desolidarized) dan dipisahkan daripada manusia yang terbeban dosa… Jikalau tidak ada Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa, maka Kristus akan dikatakan kurang indah, karena Ia akan mengambil TubuhNya dari seseorang manusia yang tidak sempurna! Maka

104

harus ada pemisahan yang takterhingga antara Tuhan dan dosa…

Bagaimana mungkin [Kristus] menjadi tidak berdosa jikalau Dia dilahirkan dari manusia yang berbeban dosa? Jikalau sebuah kuas dicelupkan ke dalam cat hitam, maka ia menjadi hitam, dan jikalau sehelai kain memiliki warna celupannya, bukankah Ia, di mata dunia, juga telah mengambil kesalahan yang dimiliki seluruh umat manusia? Jikalau Ia datang ke bumi ini melalui ladang gan-dum kelemahan moral, Ia pastilah akan memiliki beberapa sekam yang terlekat pada pakaian kodrat kemanusiaanNya.

Setelah kita menggabungkan pandangan-pandangan di atas, kita mengetahui bahwa kodrat Maria didefinisikan bukan sa-ja “sangat berbeda dari seluruh umat manusia lainnya,” melain-kan juga “lebih indah dan mulia daripada segala kodrat.” Sebagai akibatnya, ia “dijadikan tidak sederajat dan dipisahkan daripada seluruh manusia yang terbeban dosa.” Ini mendudukkan dia me-lampaui keserupaan apapun dengan manusia sebagaimana kita adanya.

Berikutnya adalah butir pandangan dari alur pemikiran ini. Yesus digambarkan mengambil dari ibunya sebuah kodrat kema-nusiaan yang memiliki substansi yang sama dengan dia. Dari si-ni maka kodrat kemanusiaan Kristus adalah “sangat berbe-da” dari seluruh umat manusia lainnya—“dijadikan tidak se-derajat atau solider dan dipisahkan” dari kita semua.

Kodrat kemanusiaan Yesus adalah dikandung tanpa dosa sebagaimana ibuNya. KodratNya juga dipisahkan dari kita dan ti-dak serupa dengan kodrat manusia. KodratNya adalah suatu kodrat yang tidak pernah dapat disentuh oleh perasaan sesama umat manusia.

Daniel menubuatkan bahwa “tanduk kecil” akan “berpikir untuk mengubah waktu dan hukum.” Usaha perubahan tentang hukum-hukum Tuhan dapat dilihat bukan saja dalam peru-bahan hukum-hukum moral, melainkan juga dalam hal pe-ngecualian hukum Tuhan tentang pewarisan sifat keturunan (hereditas) sehubungan dengan Maria dan Yesus. Kepaus-anlah yang pertama kali berusaha untuk mengeluarkan Maria dan Yesus dari hukum pewarisan sifat keturunan.

Pada abad ke-14, kepausan, dalam kedudukan sebagai wakil, menjadikan dirinya Tuhan dan Juruselamat umat ma-nusia. “Kami mengumumkan, mengatakan dan mendefinisikan dan menyatakan bahwa sangat perlu bagi keselamatan setiap makhluk manusia untuk tunduk kepada Uskup Roma.”

105

Dalam usaha untuk mengubah hukum moral Tuhan dan hu-kum hereditas, kuasa “tanduk kecil” dalam Daniel 7, menduduk-kan dirinya melawan Injil Yesus Kristus sebagai Tuhan, Jurusela-mat dan Wakil. Dalam perjuangannya untuk menguasai dunia, Kepausan harus menghancurkan keefektifan Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat umat manusia. Adakah cara yang lebih baik daripada menyatakan Dia sebagai seseorang yang tidak dapat disentuh oleh “perasaan kelemahan kita,” seseorang yang adalah pengecualian daripada kecenderungan turunan untuk ber-dosa. Kepausan selalu menyatakan Yesus sebagai seorang Juru-selamat yang tidak lengkap. Ia berusaha untuk mengubah hukum keturunan melalui perawan Maria dikandung tanpa dosa, dan dengan demikian, menjadikan Yesus tidak sederajat dan terpisah dari mereka yang sesungguhnya hendak diselamatkanNya.

Namun Roh Kudus menyatakan Yesus dalam kesederajat-an atau solidaritas bersama dengan mereka yang hendak disela-matkanNya. Pada akhir zaman, selama masa penghakiman pe-meriksaan, sesaat sebelum Saudara Tua umat manusia—yaitu “Anak Manusia”—kembali untuk mengambil saudara-saudaranya yang percaya kepadaNya dan yang terikat di dunia, sebagai Wakil mereka Ia menerima dari “Yang Lanjut UsiaNya” wilayah, dan kuasa dan kemuliaan dan kerajaan dalam penghakiman pe-meriksaan. Ia menerima wilayah, bukan bagi DiriNya Sendiri, me-lainkan demi umatNya yang diwakiliNya (Daniel 7:13, 14, 26 ,27).

Sebelum Yesus memperoleh sebuah kerajaan dan wilayah bagi kita, pertama-tama Ia harus mengalahkan dunia yang ada di dalam kita. Dunia itu terperangkap di dalam kodrat kita yang telah jatuh sebagai satu lembaga. Kristus harus mengalahkan dunia di dalam kodrat kemanusiaan sebelum Ia dapat memperoleh bumi sebagai “Anak Manusia,” Adam Kedua. Ia mengalahkan semata-mata melalui kasih karunia, melalui iman semata, karena perkata-an Tuhan. Ia percaya bahwa Bapa akan menjagaNya dari keja-tuhan (Yesaya 49:5-9).

Thomas Torrance menyebutkan alasan inkarnasi sebagai berikut:

Barangkalli kebenaran yang paling fundamental yang kita harus pelajari di dalam gereja Kristen, atau kita pelajari kembali karena kita telah menekannya, adalah bahwa Inkarnasi adalah kedatangan Tuhan untuk menyelamatkan kita di dalam hati ke-manusiaan kita yang telah jatuh dan rusak tabiat, di mana kema-nusiaan dalam segala kejahatannya, dalam permusuhan dan ke-kerasannya melawan kasih Tuhan yang mendamaikan. Artinya, Inkarnasi harus dipahami sebagai kedatangan Tuhan untuk

106

mengenakan bagi DiriNya kodrat kemanusiaan kita yang te-lah jatuh, keberadaan kemanusiaan kita yang sesungguhnya yang menanggung oleh dosa dan kesalahan, kemanusiaan kita yang pikirannya dan jiwanya telah terjangkiti penyakit dalam keterasingannya atau keterpisahannya dari Pencipta-nya.

Ini adalah ajaran yang ditemukan di mana-mana dalam gereja mula-mula dalam lima abad pertama, yang dikemuka-kan lagi dan lagi dalam arti bahwa kemanusiaan secara utuh ha-rus diambil oleh Kristus jikalau manusia harus diselamatkan se-cara utuh, bahwa yang tidak diambil berarti tidak akan disembuh-kan, atau bahwa apa yang tidak diambil Tuhan di dalam Kristus adalah tidak selamat… Maka Inkarnasi harus dipahami seba-gai pengiriman Anak Allah dalam bentuk yang konkrit dari kemanusiaan kita yang penuh dosa dan sebagai korban bagi dosa di mana Ia menghakimi dosa di dalam kodrat itu sendiri untuk dapat menebus manusia dari pikiran daging yang jahat.

Pada hari-hari terakhir, Tuhan mengirim sebuah pekabaran untuk melawan injil palsu yang dikumandangkan oleh kuasa “tanduk kecil” dalam Daniel 7. Sebagaimana yang dikatakan oleh Jones: “Oh, Ia adalah Juruselamat yang lengkap. Ia adalah Juruselamat bagi dosa-dosa yang telah dilakukan, dan pe-nakluk kecenderungan-kecenderungan untuk berbuat dosa.”

Berbicara tentang arti penting kodrat kemanusiaan yang telah berdosa yang diambil Kristus, Jones mengajar-kan bahwa “keselamatan dari Tuhan bagi manusia terletak hanya pada satu hal saja” (A. T. Jones, "The Third Angel’s Message", No. 13, General Conference Bulletin, 1895, hlm. 233).

Sebelumnya, E.J. Waggoner menghubungkan antara pem-benaran kita dan kodrat kemanusiaan Kristus: “Tuhan mengi-rimkan AnakNya dalam keserupaan daging yang berdosa, untuk menghukum dosa dalam daging, sehingga Ia dapat membenarkan kita.”

Ajaran tentang Kristus yang mengambil kodrat kema-nusiaan yang belum jatuh menjadi suatu keharusan karena tuntutan dari ajaran Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa dan ketidakberdosaannya. Ketiadaan kodrat kemanusiaan yang berdosa bagi Maria memutuskan rantai pewarisan sifat keturunan dan memungkinkan kekudusan sekejap bagi kodrat Maria dan Yesus, dan oleh karena itu menolak hukum pewarisan sifat ketu-runan. Maka, Maria dan Yesus mengalahkan dosa—dengan cara menghindari hukum pewarisan sifat keturunan.

107

Menurut teori itu, Yesus menang, bukan karena iman, melainkan karena mengambil bagian dari kodrat Maria yang tak bernoda. Seperti Maria, Ia tidak dapat dicobai. Dan seperti Maria, Ia tidak sungguh-sungguh mati. Kematian adalah akibat dari dosa. Seperti Maria, Yesus adalah pengecualian dari kodrat yang telah berdosa dan dari “dosa asal” dan oleh karenanya dari maut. Kekebalan dari dosa dan kematian adalah milik mereka ka-rena mereka dikecualikan dari hukum yang harus ditaati oleh se-mua orang lainnya—yaitu hukum pewarisan sifat keturunan. Maka, apa yang terjadi kemudian ketika tampaknya Yesus mati di Kalvari? Itu hanyalah penampakannya saja. Ia tidak benar-benar mati. Kemanakah Ia pergi? Ia pergi ke sebuah perjalanan misio-naris ke dalam Neraka untuk menyelamatkan antara lain Adam dan Hawa. Maka kita membaca:

Ia telah pergi mencari Adam, bapa pertama kita, sebagai-mana mencari seekor domba yang sesat. Karena keinginan be-sar untuk mengunjungi mereka yang hidup dalam kegelapan dan dalam bayang kematian, Ia pergi untuk membebaskan Adam dari dukacita dalam ikatannya, dan membebaskan Hawa, yang terpe-rangkap bersamanya—Ia yang adalah Tuhan dan anak Hawa… “Akulah Tuhanmu, yang demi kamu telah menjadi anakmu… Aku memerintahkan kepadamu, hai orang-orang yang tidur, untuk ba-ngun. Aku tidak menciptakan kamu untuk menjadi tawanan di da-lam neraka. Bangkitlah dari kematian, karena Akulah kehidupan bagi orang-orang yang telah mati.”

Kredo Para Rasul mengakui dalam artikel yang sama ten-tang Kristus turun ke dalam neraka dan KebangkitanNya dari orang-orang mati pada hari ketiga…”

Pernyataan-pernyataan dalam Perjanjian Baru bahwa Ye-sus ‘bangkit dari antara orang mati” mengandaikan bahwa dia yang disalibkan ini singgah mengunjungi dunia orang mati sebe-lum kebangkitannya. Inilah arti pertama yang terdapat dalam ajar-an para rasul tentang Kristus turun ke dalam neraka: bahwa Yesus, seperti semua manusia, mengalami kematian dan jiwanya bergabung dengan orang-orang lain dalam dunia orang mati. Namun ia turun ke sana sebagai seorang Juruselamat, menga-barkan Kabar Kesukaan bagi roh-roh yang tertawan di sana.

Yesus turun ke dalam neraka bukan untuk menyelamatkan orang-orang terkutuk, bukan pula untuk menghancurkan neraka terkutuk, melainkan untuk membebaskan orang-orang yang be-nar yang telah pergi mendahuluinya.

Menurut implikasi dari ajaran yang penuh khayal ini, sa-lib itu tidak perlu. Maria dilahirkan dengan dikandung tanpa

108

dosa untuk dapat mengalahkan dosa. Kemudian, ia mewariskan ketidakberdosaan ini kepada Yesus. Dogma ini menolak kema-tian Yesus, karena kodrat tidak berdosa tidak akan tunduk kepada kematian.

Adam, pada waktu diciptakan, adalah kebal terhadap kema-tian. Dengan demikian ia juga kebal terhadap pencobaan dari da-lam dirinya sendiri. Manusia yang ditebus, pada Kedatangan Kris-tus Kedua, kembali lagi akan menjadi kebal dari kematian dan dari kecenderungan sifat warisan untuk berdosa. Maka mereka ti-dak akan dicobai dari dalam.

Namun di antara dua Eden, manusia tidak kebal dari kema-tian ataupun dari pencobaan dari dalam dirinya. Dan Kristus tidak dapat dikecualikan dari keduanya. Kenyataan bahwa Ia mati menunjukkan kefanaanNya yang diambilNya sebagai akibat dari mengambil tubuh yang telah berdosa. Ia tidak akan da-pat mati jikalau ia tidak mengambil kodrat yang telah berdo-sa. Jikalau Ia hanya mengambil kodrat Adam yang tak berdosa, maka iblis tidak dapat membunuh Dia. Kristus harus meng-ambil kefanaan ke atas DiriNya. Dan kefanaan hanya datang melalui kejatuhan. Kematian tidak akan pernah, tidak pernah terjadi dalam kodrat yang tidak berdosa. Inilah adalah sesua-tu yang tidak mungkin.

Jikalau Kristus tidak dapat dan tidak sungguh-sungguh mati, karena Ia memiliki kodrat yang tanpa dosa, maka manu-sia tidak akan pernah dapat dibenarkan dan diperdamaikan, karena pendamaian dan pembenaran berhubungan langsung dengan kematian Kristus (Roma 5:9, 10; 2 Korintus 5:19). Se-tiap ajaran Perawan Dikandung Tanpa Dosa, baik tentang Maria maupun Yesus, menolak, atau setidaknya mengabaikan, Injil. Apa yang dipertaruhkan di sini adalah Injil, dan juga hukum Tuhan.

Paulus mengemukakan kodrat kemanusiaan Kristus seba-gai Injil. Injil adalah “tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud (Roma 1:3). Tubuh atau kodrat Daud adalah berdosa. Ia hanya dapat mewariskan kepada keturunannya, termasuk Maria, kodrat kemanusiaan yang berdosa. Kata yang diterjemahkan menjadi “ketu-runan” adalah spermatos. DNA milik Daud—asam nukleat yang di dalamnya terdapat kode-kode informasi genetik yang diwaris-kan kepada Yesus melalui Maria. Sementara memang benar bahwa rangkaian nukleotida menentukan sifat-sifat keturunan Yesus dari Daud melalui Maria, adalah juga benar bahwa nukleo-tida yang sama membawa kecenderungan-kecenderungan ko-

109

drat kemanusiaan yang berdosa yang telah diwarisinya dari nenek moyangnya sejak Adam. Garis pewarisan keturunan an-tara Yesus dan umat manusia lainnya adalah skandal dalam Injil. Inilah yang ditolak oleh ajaran tentang perawan dikandung tanpa dosa, baik ajaran yang mengacu kepada Maria maupun Yesus. Gereja Roma memilih Kristus yang “tidak sederajat dan dipisah-kan” dari umat manusia lainnya. Oleh karenanya, gereja menga-rang rencana lain bagi penyelamatan manusia.Suatu ajaran yang berbeda tentang Kristus menghasilkan ajaran tentang rencana keselamatan yang berbeda pula.

Ajaran tentang Perawan Dikandung Tanpa Dosa mulai mengaburkan garis pembatas antara Kristus dan manusia berdosa. Gagasan bahwa Kristus mengambil kodrat kemanu-siaan yang tak berdosa mengaburkan hubungan antara ko-drat manusia yang telah jatuh dan kodrat Kristus.

Gereja Roma menghadirkan seorang Kristus, melalui pera-wan dikandung tanpa dosa, yang dalam kodratnya sama seperti kita, namun tidak benar-benar sama. Kodratnya memiliki “sub-stansi yang sama” dengan Maria, ibuNya. Dalam ajaran Roma, kodrat Maria adalah “sangat berbeda dari umat manusia lain-nya,” meskipun itu adalah masih merupakan “kodrat manu-sia.”

Ini bukanlah ajaran Alkitab. Alkitab mengatakan secara tegas tentang Yesus bahwa “sebagaimana anak-anak adalah mewarisi darah dan daging, Ia juga mewarisi darah dan da-ging yang sama bagi DiriNya;” bahwa Tuhan mengutus “AnakNya sendiri dalam keserupaan daging yang berdosa;” bahwa “dalam segala hal Ia dijadikan serupa dengan sauda-ra-saudaraNya;” bahwa Ia “Sendiri mengambil kejahatan-kejahatan kita” dan disentuh oleh “perasaan akan kejahatan kita,” dicobai dalam segala hal “sama seperti kita.” Namun Alkitab menyatakan bahwa Ia “Ia dalam segala hal dicobai sama seperti kita, namun tidak berdosa.” Satu-satunya jalan sehingga Ia dapat dicobai dalam segala hal sama seperti kita adalah bahwa Ia dijadikan sama seperti kita. Bahwa Kristus mengambil kodrat kemanusiaan yang sama dengan manusia yang berdosa dengan segala kecenderungannya untuk ber-buat dosa adalah sangat jelas dinyatakan di dalam Alkitab sebagaimana halnya dua ajaran lainnya—Sabat dan ketidak-bakaan atau kefanaan jiwa.

Ajaran “Tubuh Kudus” pada permulaan abad 20 dan ajaran yang sama sejak tahun 1950an menganut teori bahwa Kristus dikecualikan dari hukum pewarisan sifat keturunan

110

sehubungan dengan kecenderungan-kecenderungan untuk berbuat dosa. Selama periode waktu tersebut, para penganut-nya mengajarkan “keserupaan-keserupaan” dan “perbedaan-per-bedaan” perihal kodrat kemanusiaan Kristus. Kedua kelompok penafsiran tersebut menghadirkan Kristus sebagai manusia yang sejati dalam artian bahwa Ia menjadi lelah dan lapar dan haus sebagaimana manusia lainnya. Namun, dalam hal mengalahkan dosa, kesimpulannya adalah berkebalikan seratus delapan puluh derajat. Para penganut di awal abad ke-20 memutuskan bahwa karena mereka harus mengalahkan dosa sebagaimana Kristus telah menang atasnya, dan karena Ia mengambil tubuh kudus dari Adam sebelum kejatuhan (yaitu dikecualikan dari kecende-rungan-kecenderungan untuk berbuat dosa), maka secara kon-sisten ini berarti bahwa mereka harus memperoleh suatu penga-laman seperti Kristus dan Adam sebelum ia jatuh dan oleh kare-nanya mengalahkan dosa. Ajaran mereka dan pengalaman se-bagai akibatnya sebagian besar didasarkan pada pengalam-an subyektif yang populer dari gerakan Pentakosta pada zaman itu.

Di lain pihak, penganut di pertengahan abad ke-20 memu-tuskan bahwa karena Yesus telah menang di dalam tubuh kudus seperti Adam sebelum kejatuhan (yaitu dikecualikan dari kecen-derungan-kecenderungan untuk berbuat dosa), dan karena kita benar-benar memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk ber-buat dosa, maka secara konsisten berarti kita tidak dapat me-ngalahkan dosa. Maka ajaran dan pengalaman mereka mencer-minkan ajaran-ajaran obyektif populer tentang dosa asal dan ka-sih karunia yang terdapat dalam gerakan Injili moderen. Mereka beralasan bahwa jikalau Kristus mengambil kodrat kemanusiaan Adam yang tidak berdosa, maka manusia yang berdosa tidak akan dapat menang seperti Kristus. Mereka menyimpulkan bah-wa Kristus sendiri harus sedikit bermain mata kepada aspek keselamatan. Kebenarannya, menurut mereka, adalah sudah cu-kup memadai untuk menyelamatkan mereka dari berbuat dosa. Dalam teologia awal dan pertengahan abad, di dalam Adventisme, ajaran tentang Kristusnya serupa. Dalam hal ajaran tentang keselamatan, keduanya sama sekali berbeda.

Dalam penutupan pertemuan Primacy yang lalu, saran di-ajukan bahwa buku tulisan Woodrow Whidden yang berjudul Ellen White on the Humanity of Christ harus dibacakan dalam pertemuan itu (yaitu II [halaman judul] III [halaman 95]).

Saudara Whidden berusaha “untuk memahami inti perma-salahannya.Para penafsir penganut ajaran pasca-Kejatuhan yang

111

lebih tradisional telah cenderung mengartikan bahwa Ellen White menekankan pada keserupaan, dengan memandang Kristus pada kodratnya yang berdosa (meskipun bukan dalam per-buatan), sementara sebagian besar dari para penafsir yang bela-kangan ini adalah menganut ajaran pra-Kejatuhan dan telah memberi tekanan kepada perbedaan antara kodratNya dan ko-drat kita. Penekanan mereka diberikan kepada keunikan dari ke-tidakberdosaan kodrat dan kehidupanNya.”

Pengamatan Whidden tampaknya bergantung kepada defi-nisi oleh pendeta Anglikan Henry Melvill yang disimpulkan oleh para penelliti yang cermat seperti Ronald Graybill, Warren Johns, Tim Poirer dan Eric Webster. Diakui bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Ellen White menggunakan peris-tilahan dari Melvill dalam menggambarkan kodrat kemanusiaan yang diambil Kristus dalam Inkarnasi sebagaimana yang dinyata-kan secara jelas oleh Tim Poirier, dan dikutip oleh Whidden: “Ellen White tidak mengutip perkataan [Melvill] (seperti kelemah-an tanpa dosa,’ ‘kecenderungan berdosa’ dan “cenderung untuk menyerang’).” Namun, Piorier, sebagaimana dikutip oleh Whid-den, menduga dan “memperkirakan… sentimen Melvill dapat saja mencerminkan keyakinan Ellen White sendiri.”

Bukankah ajaran-ajaran pendeta Anglikan Henry Melvill tentang “kelemahan tanpa dosa” tentang Kristus dan para penaf-sir Advent akhir-akhir ini tentang “kelemahan tanpa dosa,” “kese-rupaan,” perbedaan,” dan “keunikan” adalah gema dari teologia Katolik yang klasik?

Menurut Whidden, Yesus, kendati sepenuhnya manusia, ti-dak mengambil kodrat kemanusiaan dengan kecenderungan ber-dosa. Dalam hal ini ia tidak bergerak sedikitpun dari kedudukan tentang kodrat kemanusiaan Kristus yang diambil oleh Elder Groom, Anderson dan Read di tahun 1950-an, ketika melalui sarana mereka, kedudukan kita sebagai umat Advent tentang kodrat Kristus diubah untuk mendapatkan persetujuan dari ajaran Injili populer.

Komentar-komentar

Penganut pandangan pra-kejatuhan tidak menerima pandangan bahwa Tuhan dapat berdiam di dalam kodrat kemanusiaan yang telah jatuh dan berdosa tanpa menjadi terpolusi. Mereka tidak percaya bahwa Ia menyebabkan DiriNya tunduk kepada hukum pewarisan sifat keturunan dalam kemanusiaan yang telah jatuh khususnya sehubungan dengan pencobaan yang berasal dari

112

dalam kodrat kemanusiaan melalui kecenderungan-kecenderung-an bawaan untuk berbuat dosa.

Pada titik ini, marilah kita mempertimbangkan hubungan Tuhan dengan orang percaya pada masa kini. Apakah kodrat berdosa seseorang dikikis ketika Roh Kudus menyebabkan ia di-lahirkan kembali? Jawabannya tentu saja tidak. Maka, apakah Tuhan berdiam di dalam orang percaya meskipun ia masih dalam kodratnya yang berdosa? Ya. Karena Tuhan berdiam saat ini di dalam kodrat kemanusiaan yang berdosa dari orang yang percaya, maka ada kemungkinan bahwa Kristus berdiam di dalam kodrat kemanusiaan yang berdosa 2000 tahun yang lalu.

Orang skeptis bertanya bagaimana kita bisa percaya bahwa Tuhan mengambil kodrat yang telah berdosa dan jatuh. Perta-nyaan ini akan membuat kita malu jika kita menerima pernyataan-pernyataan berikut: (1) bahwa keselamatan dari berbuat dosa tidak diperlukan; (2) bahwa dosa tidak harus dihukum baik dalam kecenderungan maupun tindakannya; (3) bahwa ada cara lain bagi keselamatan selain bahwa Kristus harus dibu-at berdosa bagi kita; (4) bahwa pembenaran oleh iman hanya berarti justifikasi saja; (5) bahwa keselamatan hanya berasal dari kodrat pra-kejatuhan saja; (6) bahwa penebusan seseo-rang dapat ditunda, sementara yang lain langsung diberikan.

Maka pilihan pertama kita haruslah antara pandangan-pan-dangan pra- atau pasca-kejatuhan. Kedua pandangan ini tidak dapat dianut bersama-sama. Keduanya adalah konsep-konsep yang saling meniadakan. Jikalau pandangan pra-kejatuhan diteri-ma sebagai yang benar, maka kita memiliki hak untuk menuntut bahwa setiap hal haruslah sedemikian sehingga kita dapat meli-hat, secara umum, bagaimana hal itu dapat diterangkan dalam rencana keselamatan secara keseluruhan. Jikalau sesuatu timbul sedemikian sehingga kita dapat melihat sebelumnya ketidak-mungkinannya untuk dijelaskan secara demikian, maka ajaran pra-kejatuhan akan hancur. Jikalau sesuatu diizinkan ada dalam tingkat kebebasan tertentu dari rencana keselamatan, maka pandangan pra-kejatuhan harus ditinggalkan.

Agar tetap konsisten, tampaknya bahwa jikalau seseorang menganut ajaran pra-kejatuhan, ia juga harus menerima ajar-an-ajaran berikut ini: (1) perawan dikandung tanpa dosa; (2) seorang Kristus harus dikecualikan dari hukum pewarisan sifat keturunan. (Ini berarti bahwa tidak mungkin bagiNya untuk mengambil kodrat kemanusiaan yang telah jatuh); (3) bahwa pembenaranNya dalam kemanusiaan adalah melalui

113

pewarisan kodrat dan bukan oleh iman; (4) bahwa Ia tidak akan dapat dicobai seperti kita; (5) bahwa tidak pernah ada Teladan tentang ketaatan oleh iman; (6) bahwa Kristus tidak datang untuk mendemonstrasikan bahwa manusia dalam ko-dratnya yang telah jatuh melalui kasih karunia dapat menu-rut; (7) bahwa tidak ada kuasa yang telah diberikan bagi umat manusia yang telah jatuh untuk taat kepada hukum Tuhan; (8) bahwa keselamatan adalah mungkin diperoleh se-mentara manusia secara sengaja masih berbuat dosa mela-wan Tuhan; (9) bahwa kemanusiaan tidak dapat menjadi sempurna; (10) bahwa tidak ada meterai bagi umat Tuhan; (11) bahwa tidak ada pemulihan Bait Suci (oleh karenanya ti-dak diperlukan pengadilan pemeriksaan); (12) bahwa peme-liharaan hari Sabat adalah tidak mungkin dalam kodrat kema-nusiaan yang berdosa; (13) bahwa pemeliharaan Sabat se-bagai ujian kesetiaan adalah tak bermakna; (14) bahwa tidak ada bedanya memelihara hari yang manapun dalam seming-gu. Akibat dari ajaran ini bahwa adalah kita tidak perlu me-melihara Sabat Hari Ketujuh ketika terancam oleh sanksi ekonomi, perbudakan, dan hukuman mati (Wahyu 13:15-17).

Kristus tidak harus menjadi seorang manusia sama sekali kecuali Ia memilih sendiri. Karena inkarnasi telah terjadi, jenis ko-drat yang diambil Kristus adalah permasalahan pokok di dalam rencana penebusan. Ini bukanlah permasalahan sampingan. Bi-arlah saya mengulanginya: Kristus tidak perlu mengambil bagi Diri-Nya kodrat kemanusiaan sama sekali, kecuali Ia memilih un-tuk melakukan demikian. Namun karena telah memilih kema-nusiaan, Ia harus mengambil hanya jenis kemanusiaan yang tersedia. Tidak ada jenis kodrat lain selain kodrat kemanu-siaan yang telah berdosa dan telah jatuh. Suatu kodrat yang lebih mulia tidak dimungkinkan melalui hukum pewarisan sifat ke-turunan, kecuali jika benar-benar ada perawan dikandung tanpa dosa yang mengecualikan Ia dari hukum tersebut.

Jikalau hukum pewarisan sifat keturunan adalah suatu kebenaran yang harus ada, maka tidak boleh ada perke-cualian atas hukum tersebut. Jikalau hukum itu benar, maka pengecualian itu adalah salah; jikalau pengecualian itu benar, maka hukum itu salah. Atau dianggap salah: jikalau hukum pewa-risan sifat keturunan adalah kebenaran, maka pengecualian atas hukum itu adalah ajaran yang salah; jikalau pengecualian adalah benar, maka hukum pewarisan sifat keturunan adalah suatu ke-bohongan dan oleh karenanya tidak perlu ada pengecualian.

114

Tuhan tidak melanggar hukumNya sendiri tentang pe-warisan sifat keturunan. Ia secara nyata menciptakan sper-matozoa yang ajaib (meskipun ini tidak perlu) di dalam kan-dungan seorang perawan. Penciptaan ini tidak melanggar hukum manapun. Hukum alam meneruskannya. Kehamilan mengikuti, menurut hukum-hukum yang normal, dan sembi-lan bulan kemudian Bayi Kristus dilahirkan. Kelahiran mela-lui perawan ini bukanlah sebuah kontradiksi, bukan juga se-buah kodrat yang luar biasa.

Di alam, ditunjukkan bagi kita, dalam hubungannya dengan kelahiran melalui perawan, sebuah proses yang dikenal dengan istilah parthenogenesis (yaitu kelahiran dari seorang anak dara). Parthenogenesis alami biasanya melibatkan perkembangan sel telur dari betina yang perawan tanpa pembuahan oleh spermatozoa. Ini biasa terjadi dalam jenis binatang-binatang ber-cangkang keras (misalnya kepiting, udang), cacing dan serang-ga-serangga tertentu.

Suatu pembentukan yang ajaib, dan sekaligus alami, diikuti oleh kehamilan. Ini tidak melanggar hukum. Sebuah mujizat bukanlah suatu tindakan yang membatalkan pola terjadinya se-suatu secara alami. Pembentukan Kristus yang ajaib adalah me-masukkan peristiwa baru ke dalam hukum pewarisan sifat ketu-runan yang ditentukan oleh Tuhan. Jikalau hukum ini dibatalkan oleh kuasa adikodrati, maka Tuhan terbuka bagi tuduhan meng-ubah hukum pewarisan sifat keturunan. (Ajaran tentang Pera-wan Dikandung Tanpa Dosa melanggar hukum Tuhan). Pe-nyebab kehamilan Maria adalah tindakan Tuhan; namun aki-bat-akibatnya mengikuti hukum hereditas. Proses Tuhan ber-inkarnasi ke dalam tubuh daging manusia adalah mujizat se-panjang zaman, namun itu bukanlah suatu pembelokan dari hukum Tuhan. Proses ini tidak mengabaikan pertimbangan-pertimbangan hukum, moral maupun etis sebagaimana halnya ajaran Perawan Dikandung Tanpa Dosa.

Kita harus berpikir secara berhati-hati tentang hubungan antara seorang percaya dengan Kristus saat ini, dibandingkan dengan inkarnasi. Kristus, melalui Roh Kudus, berdiam di da-lam bait suci-bait suci tubuh manusia yang berdosa. Persa-tuan ini bukanlah suatu anomali atau pengecualian, melainkan suatu pantulan yang kecil atau lemah dari inkarnasi Kristus. Mes-kipun dalam nada yang sangat kecil/minor, ia memiliki tema yang sama. Apakah yang dapat kita pelajari dari sini? Karena Kristus bersatu dengan kodrat yang berdosa, saat ini, maka, melalui iman dari orang percaya, Ia tentu telah tinggal di dalam bait

115

suci tubuh yang telah jatuh ketika Ia mengambil bagi DiriNya kemanusiaan dalam inkarnasiNya.

Dengan menerima kodrat pasca-kejatuhan, Kristus me-ngambil pencobaan yang berasal dari dalam kodrat itu sen-diri. “Dicobai sama seperti kita” tidak akan dan tidak pernah terjadi dalam kodrat kemanusiaan yang tidak berdosa dan tidak jatuh. Kutukan dosa di dalam daging yang tak berdosa adalah suatu hal yang tidak mungkin. Menyalibkan daging yang tidak berdosa akan tidak masuk akal. Dan mengalahkan dunia batin kita tidak akan terjadi dalam daging yang tidak jatuh.

Alasan Tuhan sekarang dapat berdiam di dalam kita dan ti-dak terpolusi adalah karena Ia melakukan ini demi kita, mengutuk dosa dan kecenderungannya 2000 tahun yang lalu. Jikalau Ia ti-dak melakukannya pada waktu itu, maka Ia tidak dapat melaku-kannya juga sekarang; jika Ia tidak mau melakukannya saat itu, maka Ia tidak akan melakukannya sekarang. Hanya karena Ia telah melakukannya, maka Ia dapat melakukannya juga seka-rang.

Kristus mengambil kemenangan iblis yang terkuat, yaitu ke-matian, dan menjadikannya senjata yang dengan itu Ia akan menghancurkan iblis (Ibrani 2:14). Dan demikian juga, Kristus mengambil pencobaan yang terbesar untuk berdosa—yang berasal dari dalam—dan mengalahkannya! Ia mengutuk dosa-dosa di dalam kodrat kita yang berdosa (Roma 8:3). Kristus harus memilih untuk mengutuk kecenderungan berdosa atau membe-narkannya.

Kristus menghadapi, memerangi dan mengalahkan dosa dalam kecenderungannya. Karenanya, segala sesuatu menjadi berbeda. Karenanya, dan hanya karenanya, manusia dapat di-benarkan dan memenuhi pembenaran hukum di dalam pe-ngalaman melalui iman.

Tentang hukum pewarisan sifat keturunan sehubungan de-ngan kodrat kemanusiaan Kristus, setiap penyebutan kodratNya yang telah jatuh menyebabkan beberapa orang merasa tidak nyaman. Ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan aneh. Karena, selama masih menganut keyakinan tentang kodrat kema-nusiaan Kristus yang tidak berdosa dan tidak jatuh, seseo-rang tidak akan dapat memandang secara serius baik hukum pewarisan sifat keturunan maupun kemenangan atas dosa. Kodrat kemanusiaan Kristus kemudian menjadi sebuah penam-pakan yang dikirim oleh Tuhan untuk meyakinkan kita tentang ke-benaran-kebenaran yang tidak dapat disampaikan dengan cara

116

lain. Namun, kebenaran-kebenaran apakah itu? Jikalau kebenar-an bahwa di dalam inkarnasinya Kristus hanya tampaknya saja memiliki kodrat yang telah jatuh, cara sesat lain apakah yang da-pat ditemukan dalam penampakan ini, jika kita harus menang se-bagaimana Ia telah menang. Dengan pandangan seperti itu, ko-drat Kristus, dan bahkan Kristus Sendiri, akan benar-benar sebu-ah halusinasi.

Dapatkah kita semata-mata membuang hukum pewarisan sifat keturunan? Jawabannya adalah kita dapat melakukan hal itu hanya jikalau kita menganggap inkarnasi sebagai sebuah halusi-nasi. Apakah Tuhan benar-benar mengirim sebuah halusinasi ku-dus untuk mengajarkan kebenaran tentang bagaimana kita me-ngalahkan dosa dalam daging yang berdosa? Apakah Tuhan itu seseorang yang sering gagal sehingga Ia menuntut dari kita se-suatu yang Kristus sendiri tidak akan atau tidak dapat lakukan? Jikalau ini benar, maka Tuhan itu palsu dan kita lebih baik mem-percayai pandangan sesat tentang Perawan Maria yang dikan-dung tanpa dosa sebagai Pengantara kita…

Tetapi jikalau Kristus bukan sebuah halusinasi; jikalau Ia ti-dak datang dalam tubuh hantu, maka seluruh modus kehidupan baru telah bangkit di dalam alam semesta; manusia dalam daging yang telah jatuh dapat menurut kepada hukum kudus Tuhan. Ma-ka, dan hanya setelah itulah kesetiaan kepada Tuhan dalam kodrat yang telah jatuh ini dapat dimungkinkan melalui kasih karunia Tuhan yang berkelimpahan.

Lalu anda mungkin bertanya, “Untuk apa?” Bukankah ga-gasan-gagasan seperti itu hanya menggembirakan kita dan me-ngalihkan kita dari hal-hal yang lebih pasti dan mendesak seperti kasih Tuhan dan kasih kepada sesama, bersaksi, pengingkaran diri, pembenaran, ketaatan, dsb?” Ini benar-benar penting. Hal-hal di atas menjadi berarti hanya apabila dilihat dari pan-dangan bahwa Kristus ”dijadikan seperti saudara-saudara-nya dalam segala hal. ” Maka agama akan dipindahkan dari menara gading teoretis dan diletakkan di alam praktis yang nyata.

Anda tidak dapat mengatakan bahwa Kristus datang “se-perti manusia,”seperti daging yang berdosa”;yang “tersentuh oleh segala kelemahan kita”; yang “dicobai dalam segala hal seperti kita”; yang harus dijadikan “dalam segala hal seperti saudara-saudaraNya,” tetapi membuat Dia tidak mengenakan bagi DiriNya kodrat kemanusiaan kita yang telah jatuh. Gagasan tentang suatu kodrat kemanusiaan yang mengatasi dan melampaui kodrat

117

manusia adalah tidak konsisten dengan hukum-hukum kodrat tersebut.

Apakah beberapa akibat dari ajaran tentang kodrat kema-nusiaan yang telah jatuh yang dikenakan Kristus, bagi umat per-caya? Ia juga dapat menang. Bagi orang yang tidak percaya? Konsep ini akan memenuhi hatinya dan mengisinya dengan pengharapan. Untuk Adam? Ia juga tanpa pengecualian.

Apakah masalah utama dalam pandangan pra-kejatuhan? Ini mengolok-olok pekabaran pembenaran oleh iman yang diberi-kan kepada kita dalam “seruan nyaring” yang disampaikan oleh Jones dan Waggoner. Pekabaran itu menyatakan Kristus ada-lah benar karena iman, bukan karena dilahirkan dari perawan yang dikandung tanpa berdosa.

Pandangan pra-kejatuhan menolak juga kemungkinan penurutan oleh iman oleh orang percaya, kendati dengan pertolongan ilahi. Maka kita harus mengalahkan dosa dengan cara yang berbeda dari yang dilakukan Kristus. Sesungguhnya, jika ajaran pra-kejatuhan itu benar, maka Kristus tidak pernah dapat mengalahkan dosa sama sekali dalam daging yang tidak berdosa. Hal ini disebabkan karena tidak ada dosa di dalam da-ging yang tidak berdosa. Jikalau ini benar, dosa tidak pernah dikalahkan. Dan oleh karenanya, Kristus tidak dapat menjadi se-orang Juru-selamat manusia sama sekali. Maka kita harus men-jadi juruselamat bagi diri kita sendiri-sendiri.

Pikirkan kesulitan lain yang berhubungan dengan pandang-an pra-kejatuhan ini: kita harus memiliki pengalaman yang hidup karena ada kehidupan Kristus di dalam kita. KehidupanNya harus dimanifestasikan dalam daging kita yang fana (2 Kor. 4:11). Daging yang fana adalah daging yang menuju kematian. Daging yang menuju kematian adalah memiliki kodrat berdosa dan telah jatuh. Daging yang fana adalah daging yang berdosa. Jikalau Kristus tidak datang dalam daging yang berdosa dalam in-karnasi, maka Ia tidak dapat berdiam di dalam anda dan saya saat ini!

Implikasi dari ajaran bahwa Kristus tidak berdiam dan tidak pernah berdiam di dalam kodrat kemanusiaan yang berdosa da-pat diamati sebagai berikut: kebenaran Kristus hanyalah di bagi-an luar saja, terlepas dari umat percaya, dan oleh karenanya ti-dak dapat menembus daging yang berdosa; ia tidak dapat me-nyentuh pusat kekuatan setan, kecenderungan di dalam kodrat yang berdosa. Sebagai akibat dari ajaran ini maka tidak akan ada pernyataan kuasa pembenaran Kristus melawan dosa di dalam daging yang berdosa. Pembenaran Kristus dalam rancangan ini

118

hanyalah menjadi sebuah pernyataan yang dibuat di surga—pernyataan kosong dari sesuatu yang bukan bagian kita dan kita tidak akan mencapainya. Pembenaran Kristus kemudian menjadi sekedar pembenaran hantu, hantu kebenaran.

Ringkasan dan Kesimpulan

Fakta-fakta tersedia untuk dipahami semua orang: 1) bahwa di dalam Gereja MAHK, selama 50 tahun terakhir, telah ada dua ajaran yang saling berlawanan tentang jenis kemanusiaan yang diambil Kristus dalam inkarnasi; 2) bahwa ada perubahan yang disengaja dalam ajaran gereja kita tentang kemanusiaan Kristus selama tahun 1950-an; 3) bahwa setidaknya ada satu usaha un-tuk mengubah ajaran gereja sebelum tahun 1950-an; dan 4) bah-wa usaha pengubahan dalam ajaran dianggap oleh mereka yang menentang pengubahan tersebut sebagai perpindahan kepada suatu ajaran yang lebih sejalan dengan ajaran Katolik tentang Perawan Maria Dikandung Tanpa Berdosa.

Pekabaran Kristus dan pembenaran oleh iman sebagaima-na disampaikan oleh Jones dan Waggoner adalah saling ber-hubungan dan konsisten dengan pandangan pasca-kejatuhan tentang jenis kemanusiaan yang dikenakan Kristus dalam inkar-nasi. Kristus bukan saja mengambil bagi DiriNya kemanusia-an yang telah jatuh dengan kecenderungan untuk berdosa, melainkan juga bahwa hal itu adalah mendasar bagi rencana keselamatan menurut Jones dan Waggoner. Ia mengutuk dosa dalam kecenderungannya dengan tidak pernah mengizinkan kecenderungan itu menjadi nyata dalam motif, pikiran atau perbuatan. Di mana kecenderungan berdosa terdapat dalam kodrat kemanusiaan Kristus, di sanalah kasih karunia Tuhan berbuat dengan lebih berkelimpahan. Maka Kristus adalah Juruselamat yang sempurna, yang menyelamatkan bukan saja dari hukuman dosa-dosa yang telah diperbuat, melain-kan juga dari kecenderungan warisan untuk berdosa. Ajaran mereka tentang keselamatan yang konsisten didasarkan atas pernyataan dasar ajaran tentang Kristus.

Sebagai penutup, saya ingin kita semua merenungkan pe-mikiran tentang pekabaran Kristus dan pembenaran oleh iman akan menyebar ke seluruh dunia, karena Tuhan memerintahkan demikian.

Tuhan Allah dalam kasih karuniaNya yang besar mengi-rimkan sebuah pekabaran yang berharga kepada umatNya melalui Jones dan Waggoner. Pekabaran ini harus menge-

119

mukakan secara lebih menyolok ke hadapan dunia tentang Juruselamat yang ditinggikan, korban bagi dosa-dosa selu-ruh dunia. Pekabaran ini membawa jaminan pembenaran me-lalui iman; ini mengundang semua orang untuk menerima pembenaran Kristus, yang dinyatakan melalui penurutan akan seluruh hukum Allah. Banyak yang telah kehilangan pandangan akan Yesus. Mata mereka perlu diarahkan kepa-da pribadi keilahianNya, kebajikanNya, dan kasihNya yang tak pernah berubah kepada keluarga manusia. Seluruh kuasa diberikan di tanganNya, sehingga Ia dapat memberikan karu-nia yang sangat besar kepada manusia, membagikan karunia yang tak ternilai yaitu pembenaranNya sendiri kepada manu-sia yang tak berdaya. Inilah pekabaran yang diperintahkan oleh Tuhan untuk diberikan kepada dunia. Inilah pekabaran malaikat ketiga, yang harus dikumandangkan dengan suara yang nyaring, dan hadir dengan kecurahan Roh Kudus yang besar.

120

Appendix A

Suatu perubahan tentang kodrat kemanusiaan yang dikenakan Kristus terdapat dalam Bible Readings pada tahun 1949.

CATATAN:--Dalam kemanusiaanNya, Kristus mengenakan kodrat kemanusiaan kita yang berdosa dan telah jatuh. Jika tidak demikian, maka Ia tidak “dijadikan sama seperti sau-dara-saudaraNya,” tidak “dalam segala hal dicobai seperti kita,” tidak menang sebagaimana kita harus menang, dan oleh karenanya, bukan seorang Juruselamat yang lengkap dan sempurna yang diperlukan manusia dan yang harus me-nyelamatkan manusia. Gagasan bahwa Kristus dilahirkan da-ri seorang ibu yang tidak berdosa atau tak bernoda, tidak mewariskan kecenderungan berdosa, dan oleh karenanya ti-dak berdosa, menjauhkan Dia dari alam dunia yang telah ja-tuh, dan dari tempat di mana pertolongan benar-benar dibu-tuhkan.

Dari sisi manusiaNya, Kristus mewarisi sama seperti apa yang diwarisi oleh setiap anak Adam,--kodrat kemanu-siaan yang berdosa. Pada sisi keilahianNya, dari sejak dalam kandungan Ia adalah dikandung dan dilahirkan dari Roh Ku-dus. Dan ini semua dilakukan untuk menempatkan manusia pada landasan yang menguntungkan, dan untuk menyatakan bahwa dengan cara yang sama setiap orang yang “lahir di dalam Roh” dapat memperoleh kemenangan yang sama atas dosa di dalam daging yang berdosa. Maka setiap orang ha-rus menang sebagaimana Kristus telah menang. Wah. 3:21. Tanpa kelahiran ini, tidak akan ada kemenangan atas pen-cobaan, tidak akan ada keselamatan dari dosa. Yoh. 3:3-7. Bible Readings for the Home Circle, hlm. 115, 116, edisi 1914.

CATATAN: Yesus Kristus adalah Anak Allah dan Anak manusia. Sebagai anggota keluarga manusia “Ia harus dijadikan sama se-perti saudara-saudaraNya”—“dalam keserupaan daging yang berdosa.” Sejauh mana keserupaan ini adalah sebuah misteri in-karnasi yang tidak akan pernah dapat dipecahkan oleh manusia. Alkitab secara jelas mengajarkan bahwa Kristus dicobai sebagai-mana manusia dicobai—“dalam segala hal...seperti kita dicobai.” Pencobaan seperti itu haruslah meliputi kemungkinan berbuat do-sa, namun Kristus adalah tidak berdosa. Tidak ada dukungan Al-kitab bagi ajaran bahwa ibu Kristus, melalui kandungan tanpa

121

noda, diasingkan dari warisan dosa umat manusia, dan oleh ka-renanya Putra ilahinya tidak dapat berdosa.

Tentang ajaran palsu ini, Dean F.W. Farrar mengatakan de-ngan jelas: “Beberapa orang, dalam semangat yang bodoh dan melam-paui batas, telah mengatakan bahwa Dia [Kristus] bukan saja me-miliki kodrat tak berdosa yang sesungguhnya, melainkan sebuah kodrat di mana dosa secara ilahi dan ajaib tidak dimungkinkan. Lalu apa? Jikalau pertentangan besarNya adalah semata-mata suatu khayalan seperti mimpi (phantasmagoria) yang menipu, ba-gaimana kisah itu bermanfaat bagi kita? Jikalau kita harus ber-tempur dengan pakaian tempur kebebasan kehendak manusia… apakah penghiburannya bagi kita jikalau Kapten Besar kita ber-tempur, bukan saja dengan kemenangan, melainkan tanpa baha-ya yang sesungguhnya; bukan hanya tidak cedera, melainkan bahkan tidak mungkin dilukai… Biarlah kita waspada dengan per-lawanan terhadap ajaran yang dinyatakan di dalam Kitab Suci,… dengan anggapan bahwa Ia tidak dapat dikenai pencobaan yang sesungguhnya.”—The Life of Christ (edisi 1883), vol. 1, hlm. 57. Bible Readings for the Home Circle, hlm. 143, 144, edisi 1949.

122

Appendix BPemikiran-pemikiran tentang Surat Baker

Ada beberapa orang yang memberi penekanan penting kepada suatu bagian di dalam sebuah surat yang ditulis oleh Ellen White kepada Saudara William Baker. Sebagian besar orang mengakui bahwa ini adalah “sebuah surat yang sangat kontroversial.” Se-seorang mengatakan bahwa: “dalam surat inilah Ellen White membahas tentang kodrat kemanusiaan Kristus secara lebih spe-sifik, lebih langsung, lebih mendalam dibandingkan dengan pem-bahasan di tempat lainnya.”

Pernyataan itu sangat sarat tafsiran. Tempat di mana ia “membahas kodrat kemanusiaan Kristus secara lebih spesifik, lebih langsung” dan “lebih mendalam,” dibandingkan dengan ”pembahasan di tempat lainnya” adalah dalam Desire of Ages (Kerinduan Segala Zaman). Buku ini adalah sebuah pernyataan yang sangat Alkitabiah, akurat secara teologis, dan masuk akal secara filsafati. Dan buku itu diterbitkan untuk umum dengan tu-juan untuk memberikan pandangan yang benar tentang kodrat kemanusiaan Kristus. Buku ini bukan surat menyurat pribadi un-tuk mengoreksi suatu kesalahan dalam ajaran tentang Kristus. Sementara Surat Baker adalah surat pribadi. Marilah kita pertim-bangkan, secara singkat, konteks kesejarahan dan penulisan dari Surat Baker. Pertama:

Konteks Kesejarahan

Saat ini kita tidak mengetahui apa ajaran Baker yang sesungguh-nya tentang kodrat kemanusiaan Kristus. Maka, konteks keseja-rahan dari apa yang diajarkan tentang kodrat Kristus di masa surat Baker itu amat sangat penting.

William Baker bekerja di Pacific Press di tahun 1882. Ke-mudian, ia dikirim ke Australia di mana ia bekerja selama ber-tahun-tahun sebagai seorang penginjil; kemudian sebagai presi-den beberapa konferens di Australia. Sementara menjadi pengin-jil, ia mengajarkan suatu penyimpangan dari ajaran tentang kodrat kemanusiaan Kristus. Di akhir tahun 1895 (atau awal 1896) Ellen White menulis sepucuk surat kepada Saudara Baker dan istrinya tentang berbagai hal.

Di dalam suratnya, ia memperingatkan Baker tentang pre-sentasinya tentang kemanusiaan Kristus. Beberapa kritikus dari

123

ajaran Jones dan Waggoner telah menyalahgunakan surat Baker dengan mengatakan bahwa E.G. White menegur kedua orang itu karena ajaran mereka tentang topik tersebut. Namun, tidak ada satu buktipun yang telah diberikan untuk mendukung tuduhan tersebut.

Ellen White mengetahui masalah apa yang terlibat da-lam permasalahan ini. Ia mengetahui apa yang diajarkan oleh jurukabar 1888 dan Prescott. Tidak ada seorangpun yang di-ketahui telah dapat menunjukkan satu surat dari Ellen White, kepada mereka, yang mengoreksi pendapat mereka.

George Knight merujuk kepada penemuan surat Baker se-bagai “satu pemicu utama bagi pergeseran dalam pandangan be-berapa pimpinan utama denominasi di tahun 1950-an” (dari pe-nekanan 1888 tentang kodrat kemanusiaan Kristus kepada kris-tus injli yang populer)—From 1888 to Apostasy, hlm. 140.

Yang berikut ini adalah bagian dari surat Baker yang digu-nakan untuk menihilkan hukum pewarisan sifat keturunan tentang kodrat kemanusiaan Kristus.

Berhati-hatilah, sangat berhati-hatilah tentang bagaimana anda membahas kodrat kemanusiaan Kristus. Jangan menyam-paikan Dia di hadapan orang banyak sebagai seorang manusia dengan kecenderungan dosa. Ia adalah Adam yang kedua. Adam yang pertama telah diciptakan sebagai makhluk yang suci dan tanpa dosa, tanpa setitik dosapun padanya; ia adalah citra Allah. Ia bisa jatuh, dan ia memang jatuh melalui pelanggaran. Karena dosa, keturunannya dilahirkan dengan kecenderungan warisan akan ketidaktaatan. Namun Yesus Kristus adalah satu-satunya anak Allah yang kekasih. Ia mengenakan bagi DiriNya kodrat ke-manusiaan, dan dicobai dalam segala hal sebagaimana manusia dicobai. Ia bisa saja berdosa; Ia bisa saja jatuh, namun tidak sekejap pun di dalam dirinya terdapat kecenderungan jahat. Ia di-serang dengan pencobaan di padang belantara, sebagaimana Adam diserang dengan pencobaan di Eden.

Saudara Baker, hindarilah setiap pertanyaan yang berhu-bungan dengan kemanusiaan Kristus yang sangat mudah disa-lahpahami. Kebenaran berjarak sangat dekat dengan jejak pradu-ga. Ketika membahas kemanusiaan Kristus, anda harus mewas-padai dengan tegas setiap pernyataan, jikalau tidak, perkataan anda akan diartikan lebih daripada maksud yang sesungguhnya, dan oleh karenanya anda kehilangan atau mengaburkan pan-dangan yang jelas tentang kemanusiaanNya yang bergabung de-ngan keilahianNya…

124

Jangan pernah, dalam keadaan apapun, meninggalkan ke-san sedikit apapun di dalam pikiran orang-orang bahwa setitik no-da atau kecenderungan untuk merusak tabiat terdapat di dalam Kristus, atau Dia dalam cara apapun menyerah kepada perusak-an tabiat. Ia dicobai dalam segala hal sebagaimana manusia dicobai, namun Ia disebut sesuatu yang kudus. Ini adalah sebuah misteri yang tidak pernah dijelaskan kepada manusia fana, bah-wa Kristus dapat dicobai dalam segala hal sebagaimana kita ada-nya, namun tetap tidak berbuat dosa. Inkarnasi Kristus telah, dan akan selalu menjadi sebuah misteri. Apa yang dinyatakan, adalah bagi kita dan bagi anak-anak kita, namun biarlah setiap manusia menjadi waspada dengan dasar yang menjadikan Kristus sebagai manusia, yang sama seperti kita: karena tidaklah demikian. Saat yang pasti ketika kemanusiaan berbaur dengan keilahian, bukan-lah untuk kita ketahui. Kita harus tetap berdiri di atas batu karang, Kristus Yesus, sebagai Tuhan yang dinyatakan dalam kemanu-siaan.

Saya mengetahui bahwa ada bahaya dalam membahas to-pik tentang kemanusiaan Anak dari Allah yang Mahatahu. Ia be-nar-benar merendahkan diriNya ketika Ia melihat bahwa Ia ada-lah seperti manusia, sehingga Ia dapat memahami kuasa segala pencobaan yang mengepung manusia—Letter 8, 1895.

Sekitar waktu penulisan Surat Baker, di General Konferens (1895) A.T. Jones berbicara dengan sangat jelas tentang kodrat Kristus. Bahkan tidak pernah ada peringatan dari Ellen White kepada Jones yang dapat ditemukan tentang bagaimana ia membahas topik tersebut.

Jones (1895)

Maka segala kecenderungan untuk berdosa yang telah tam-pak, atau ada di dalam saya, berasal dari Adam; dan segala yang ada di dalam anda berasal dari Adam; dan segala yang ada di dalam orang lain berasal dari Adam. Maka segala ke-cenderungan untuk berdosa yang ada di dalam umat manu-sia berasal dari Adam. Namun Yesus Kristus merasakan se-luruh pencobaan ini; ia dicobai dalam hal-hal ini dalam da-ging yang diwarisinya dari Daud, Abraham, dan dari Adam…. Dan memang ada sesuatu yang disebut dengan hukum pe-warisan sifat keturunan (hereditas).

Maka hukum pewarisan keturunan mulai dari Adam hingga ke daging Yesus Kristus, sama pastinya seperti yang

125

berasal dari Adam hingga ke daging kita masing-masing; karena ia adalah salah satu dari kita.

Maka di dalam daging Yesus Kristus,--bukan di dalam dirinya, namun dalam dagingnya,--daging kita yang dikena-kannya dalam kodrat kemanusiaan,--ada kecenderungan yang sama untuk berdosa sebagaimana yang ada pada anda dan saya. Dan ketika ia dicobai, ini adalah ‘penarikan oleh keinginan-keinginan ini yang berada di dalam daging.’ Ke-cenderungan untuk berdosa ini yang berada di dalam da-ging, menarik dia, dan berusaha membujuknya, untuk tun-duk kepada yang salah. Namun dengan kasih Allah dan de-ngan percaya kepada Allah, ia menerima kuasa, dan kekuat-an, dan kasih karunia untuk berkata, ‘Tidak,’ kepada semua-nya itu, dan mengalahkannya. Dan oleh karenanya dengan menjadi serupa dengan daging yang berdosa, ia mengutuk dosa di dalam daging.

Segala kecenderungan untuk berdosa yang berada di dalam daging manusia juga ada di dalam daging kemanusia-annya, dan tidak satupun yang dibiarkan muncul; ia menga-lahkan semuanya. Dan di dalam dia kita semua memiliki kemenangan terhadap semuanya.

Banyak dari kecenderungan untuk berdosa ini yang ada di dalam kita telah nyata dalam tindakan, dan kita menjadi berbuat dosa, telah menjadi dosa yang terbuka. Ada sebuah perbedaan antara kecenderungan untuk berdosa, dan per-nyataan yang terbuka tentang tindakan berdosa. Ada kecen-derungan-kecenderungan untuk berdosa di dalam kita yang belum nyata; namun begitu banyak kecenderungan telah nyata. Maka semua kecenderungan yang belum nyata, ia te-lah mengalahkannya. Bagaimana dengan dosa-dosa yang te-lah nyata? “TUHAN telah menimpakan kepadaNya kejahatan kita sekalian. (Yes. 53:6). “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib.” 1 Pet. 2:24. Maka jelaslah bahwa segala kecenderungan untuk berdosa yang ada di da-lam kita dan yang belum nyata, dan segala dosa yang telah nyata, dipikulkan kepadaNya. Ini mengerikan; ini benar. Na-mun, O betapa sukacita! Dalam kebenaran yang mengerikan ini terdapat kepenuhan keselamatan kita….

O, Ia adalah seorang Juruselamat yang sempurna. Ia adalah seorang Juruselamat dari dosa-dosa yang telah di-perbuat, dan pemenang atas kecenderungan-kecenderungan untuk berbuat dosa—A. T. Jones, "The Third Angel’s Message", No. 14, General Conference Bulletin, 1895, hlm. 266, 267.

126

Berbicara tentang arti penting kodrat kemanusiaan yang te-lah jatuh yang dikenakan oleh Kristus, Jones mengajarkan bahwa “… keselamatan dari Allah bagi manusia tergantung hanya pada satu hal saja” A. T. Jones, "The Third Angel’s Message", No. 13, General Conference Bulletin, 1895, hlm. 233.

E.J. Waggoner sebelumnya menghubungkan antara pem-benaran kita dan kodrat kemanusiaan Kristus: “Allah mengirim-kan PutraNya dalam keserupaan daging yang berdosa, untuk mengutuk dosa dalam daging, sehingga Ia dapat membenar-kan kita.” "Bible Study in the book of Romans" #12, General Conference Bulletin, 1891.

Bertahan dalam pendapat bahwa surat Baker adalah per-nyataan tafsiran yang normatif tentang kodrat Adam bagi Kristus adalah sama dengan mengatakan kebohongan atas pekabaran 1888 yang diberikan oleh Tuhan melalui Jones dan Waggoner.

Ketika Ellen White menulis kepada Baker, Prescott ber-khotbah di Australia; “Kebenaran ini (tentang jenis kodrat ke-manusiaan yang dikenakan Kristus) adalah fondasi atau lan-dasan dari segala kebenaran.” Karena pertimbangan waktu dan tempat, saya banyak mengutip dari Prescott.

Prescott (1895, 1896)

Ia yang memiliki segala kemuliaan dengan Bapa, sekarang mengesampingkan kemuliaanNya dan menjadi daging. Ia mengesampingkan keberadaan ilahiNya, dan mengambil ke-beradaan manusia, dan Allah menjadi nyata di dalam daging. Kebenaran ini adalah fondasi atau landasan dari segala kebenaran.

Dan Yesus Kristus menjadi daging. Allah menjadi nyata di dalam daging, adalah salah satu dari kebenaran-kebenar-an yang paling menolong, salah satu dari kebenaran-kebe-naran yang paling instruktif, kebenaran di atas segala kebe-naran, yang umat manusia harus bersuka cita di dalamnya.

Pada malam ini saya hendak mempelajari pertanyaan ini bagi keuntungan kita saat ini secara pribadi. Marilah kita memu-satkan pikiran kita sepenuhnya, karena untuk dapat memahami bahwa Firman menjadi daging, dan berdiam di antara kita, men-syaratkan seluruh kuasa mental kita. Marilah kita, pertama-tama, mempertimbangkan jenis daging apa: karena ini adalah landasan utama dari pertanyaan bagi kita secara pribadi.

“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan da-ging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat

127

bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takut-nya kepada maut. Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malai-kat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan de-ngan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk men-damaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri te-lah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai” (Ibrani 2:14-18). Bahwa melalui kematian, menjadi tunduk kepada kematian, mengenakan bagi DiriNya daging yang berdosa, Ia dapat, dengan kematianNya, meng-hancurkan dia yang memiliki kuasa kematian …

Maka, sesungguhnya, Ia menolong benih keturunan Ab-raham dengan menjadikan DiriNya sendiri benih keturunan Abraham. Allah, dengan mengirimkan PutraNya Sendiri da-lam keserupaan daging yang berdosa, dan bagi dosa, me-ngutuk dosa di dalam daging; sehingga pembenaran atas hukum dapat dinyatakan di dalam kita, yang berjalan tidak menuruti daging, melainkan menuruti Roh.

Jadi anda dapat melihat apa yang dikatakan Kitab Suci dengan sangat jelas bahwa Yesus Kristus memiliki daging yang persis sama dengan apa yang kita miliki—daging yang berdosa, daging yang di dalamnya kita berdosa, namun daging yang di dalamnya Ia tidak berbuat dosa, namun Ia menanggung dosa-dosa kita di dalam daging yang berdosa itu. Jangan mengesampingkan perihal ini. Bagaimanapun anda memahaminya di masa lalu, bagaimanapun anda memahaminya sekarang seperti perkataannya: dan semakin anda memahami-nya dengan cara demikian, semakin banyak alasan bagi anda untuk berterima kasih kepada Tuhan karenanya…

Yesus Kristus datang, dari daging, dan di dalam da-ging, lahir dari seorang perempuan, yang terlahir tunduk ke-pada hukum; lahir dari Roh, namun di dalam daging. Dan da-ging apakah yang dapat dikenakanNya selain daging pada masa itu? Bukan itu saja, melainkan itulah daging yang di-rancang untuk dikenakanNya; karena, masalahnya adalah menolong manusia keluar dari kesulitan yang ke dalamnya ia telah jatuh, dan manusia adalah agen moral yang berkehen-dak bebas. Pekerjaan Kristus haruslah, bukan untuk meng-hancurkan dia, bukan untuk menciptakan suatu ras yang ba-

128

ru, melainkan untuk menciptakan manusia kembali, untuk mengembalikan di dalam dia citra Allah. “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah daripa-da malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh kare-na penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hor-mat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia” ( Ibrani 2:9).

Allah menjadikan manusia sedikit lebih rendah daripa-da malaikat, namun manusia jatuh jauh lebih rendah lagi karena dosanya. Sekarang ia sangat jauh terpisah dari Allah; namun ia harus dibawa kembali. Yesus Kristus datang untuk pekerjaan itu; dan untuk melaksanakannya, Ia datang, bukan di tempat di mana manusia sebelum ia jatuh, melainkan di mana manusia setelah ia jatuh. Inilah pelajaran dari tangga Yakub. Kaki tangga itu berpijak di bumi di mana Yakub ber-ada, namun ujungnya mencapai surga.

Ketika Kristus datang untuk menolong manusia keluar dari jurang, Ia tidak datang di ujung jurang dan melihat ke bawah, dan berkata, Naiklah ke mari, dan Aku akan meno-longmu kembali. Jikalau manusia dapat menolong dirinya sendiri naik ke titik awal di mana ia telah jatuh, ia dapat menolong dirinya untuk seterusnya; namun karena manusia benar-benar telah rusak, lemah dan cedera dan hancur ber-keping-keping, dan sesungguhnya, sama sekali tidak berda-ya, maka Yesus Kristus turun ke mana ia berada, dan mene-muinya di sana. Ia mengenakan dagingnya dan menjadi sau-dara bagi-nya. Yesus Kristus adalah saudara bagi kita di da-lam daging: ia dilahirkan ke dalam keluarga kita.

Ia datang untuk menebus keluarga, mengutuk dosa di dalam daging, mempersatukan keilahian dengan daging yang berdosa. Yesus Kristus membuat hubungan antara Tuhan dan manusia, sehingga roh ilahi dapat berdiam di da-lam manusia—Khotbah W. W. Prescott: "The Word Became Flesh." Disampaikan di pertemuan perkemahan di Australia di akhir tahun 1895, dan diterbitkan di dalam Bible Echo, 6 Jan., 1896, hlm. 4, 5; dan 13 Jan., 1896, hlm. 12, 13.

Wilcox (1900)

Empat atau lima tahun setelah surat Baker dituliskan, dalam se-buah majalah penginjilan yang diterbitkan untuk umum, kita me-nemukan penggunaan kata “propensity” (kecenderungan) da-lam hubungannya dengan Yesus dalam sebuah editorial:

129

Tubuh itu adalah tubuhNya dari daging yang berdosa, yang diambil dari kandungan ibuNya yang perawan, dan ber-samanya memiliki segala kecenderungan (propensities) un-tuk berdosa sebagaimana yang dimiliki oleh daging anak-anak Adam. Ia bukan saja dijadikan “di dalam keserupaan daging yang dikuasai oleh dosa,” Roma 8:3, melainkan Ia mengenakan daging yang berdosa—W. C. Wilcox, editorial, The Signs of the Times, 3 January 1900, hlm. 1, kolom 2.

Harus dinyatakan dengan penekanan di sini bahwa tidak pernah ditemukan suatu peringatan atau nasehat dari Ellen White kepada Saudara Wilcox atas penggunaan istilah “ke-cenderungan berdosa” di dalam editorialnya!

Konteks kesejarahan dari apa yang diajarkan oleh bebera-pa pimpinan pekabaran Advent sehubungan dengan jenis kodrat kemanusiaan yang dikenakan Kristus adalah jelas terbukti se-hingga apa yang diajarkan oleh Baker saat itu adalah sesuatu yang lain dari apa yang mereka ajarkan.

Konteks Penulisan

Paragraf yang dikutip di atas dalam konteks kesejarahan perlu di-ulang kembali di sini sehingga kita mendapatkan kejelasan lagi tentang konteks penulisannya:

Berhati-hatilah, sangat berhati-hatilah tentang bagaimana anda membahas kodrat kemanusiaan Kristus. Jangan menyam-paikan Dia di hadapan orang banyak sebagai seorang manusia dengan kecenderungan dosa. Ia adalah Adam yang kedua. Adam yang pertama telah diciptakan sebagai makhluk yang suci dan tanpa dosa, tanpa setitik dosapun padanya; ia adalah citra Allah. Ia bisa jatuh, dan ia memang jatuh melalui pelanggaran. Karena dosa, keturunannya dilahirkan dengan kecenderungan warisan akan ketidaktaatan. Namun Yesus Kristus adalah satu-satunya anak Allah yang kekasih. Ia mengenakan bagi DiriNya kodrat kemanusiaan, dan dicobai dalam segala hal sebagaimana manusia dicobai. Ia bisa saja berdosa; Ia bisa saja jatuh, namun tidak sekejappun di dalam dirinya terdapat kecenderungan jahat. Ia diserang dengan pencobaan di padang belantara, seba-gaimana Adam diserang dengan pencobaan di Eden.

Struktur penulisan bagian ini membandingkan dua Adam. Kalimat “Namun Yesus Kristus adalah satu-satunya anak Allah yang kekasih” tidak mengacu kepada kalimat sebelum-nya “Karena dosa, keturunannya dilahirkan dengan kecende-rungan warisan akan ketidaktaatan.”

130

Kata hubung “namun” mengacu kembali kepada “Adam yang pertama” sebagai acuannya, dan bukan kepada frasa “ke-cenderungan warisan” dalam kalimat sebelumnya. Acuan “Adam yang pertama” digambarkan sebagai seorang makhluk ciptaan. Maka dalam keadaannya yang tidak berdosa, pencobaannya, kejatuhan dan akibat dari dosanya dinyatakan. Setengah terakhir dari paragraf ini menyatakan Kristus sebagai kebalikan dari Adam yang pertama. Tiga paragraf selanjutnya adalah peringatan kepa-da Baker untuk berhati-hati tentang ajaran-ajarannya mengenai kemanusiaan Kristus dan keilahianNya. Paragraf keempat kem-bali membandingkan kedua Adam.

Perbandingan antara Kedua Adam:

ADAMdiciptakan sebagai makhluk yang tidak berdosa, murni pada awalnya… tanpa secuil dosapun padanya diserang oleh pencobaan-pencobaania bisa jatuhia benar-benar jatuh melalui pelanggaran

YESUSMengambil bagi diriNya kodrat kemanusiaan[tanpa] secuil …kerusakan terdapat pada DiriNyaDiserang oleh pencobaan-pencobaanDicobai dalam segala hal sebagaimana manusia dicobaiIa bisa saja jatuhIa berpegang teguh pada Allah dan FirmanNya

Kalimat lain yang perlu dipelajari secara kontekstual adalah “Ia bisa saja berbuat dosa, Ia bisa saja jatuh, namun tidak sekejap-pun di dalam DiriNya kecenderungan untuk berbuat jahat.”

“… tidak sekejappun…”

Kristus bisa saja jatuh namun tidak sekejappun di dalam DiriNya kecenderungan untuk berbuat jahat” bukanlah suatu pernyataan yang mengecualikan Dia dari aturan hukum pewarisan sifat ketu-runan. Frasa “tidak sekejappun” berhubungan dengan pan-jang waktu. Selanjutnya, ini bukan suatu penolakan bahwa Kris-tus mewarisi kecenderungan untuk berdosa. Pernyataan itu ha-ruslah dibandingkan dengan pernyataan berikut yang terdapat pada bagian selanjutnya dari surat tersebut:

131

“…ImanNya di dalam kebaikan, rahmat dan kasih BapaNya tidak meragukan sekejappun.” “…tidak sekejappun di dalam DiriNya kecenderungan untuk berbuat jahat” sama artinya dengan mengatakan bahwa “imanNya … tidak meragukan sekejappun.”

Jikalau iman Kristus pernah meragukan ‘sekejappun” maka akan ada “di dalam Dia kecenderungan untuk berbuat jahat” yang dapat menyebabkan kutukan dan kehancuran-Nya yang kekal.

Kita tidak pernah berhenti terheran-heran bahwa kalangan terpelajar di dalam masyarakat Advent sejak tahun 1950-an, da-pat menerima kalimat atau paragraf yang terpisah sebelumnya di dalam sebuah surat yang tidak diterbitkan secara umum, yang membahas penyimpangan yang tidak jelas atau asing dari suatu ajaran oleh seorang penginjil konferens lokal tentang keilahian dan kemanusiaan Kristus, dan menggunakan kalimat ini sebagai batu penjuru utama, yang di atasnya dibangun sebuah struktur ajaran yang identik dengan ajaran penginjilan tentang perawan dikandung tanpa dosa (satu generasi berasal dari ajaran Kepaus-an yang sama) yang menghasilkan seorang Kristus dengan tanpa kemampuan untuk menemui dosa di sarang setan—yaitu kodrat kemanusiaan kita yang berdosa.

Catatan Kaki

1. Lihat Woodrow Whidden, "What Have We Thought and How Then should We Think About Christ’s ‘Sinful, Fallen Nature’?" hlm. 14-15. Whidden mengakui bahwa ia berhutang kepada Jean Zurcher atas tiga kategori tersebut. (Makalah ini adalah versi yang dipadatkan dari presentasi pada Sanctuary Bible Confer-ence yang diadakan di Berrien Springs, MI, 11 i, 1997).

2. Pada tahun 1957, Questions on Doctrine (ditulis oleh orang-orang pilihan da-lam General Conferens) hlm. 59-60 dikatakan bahwa kodrat kemanusiaan Kris-tus yang berdosa dan telah jatuh dikenakan seolah-olah dialamiNya sendiri (vicariously). Lagi-lagi kita mengomentari, Kristus mengenakan semua ini (kele-mahan, kekurangan dan cacat turunan) seolah-olah dialamiNya sendiri seba-gaimana Ia menanggung seluruh pelanggaran kita seolah-olah dialamiNya sen-diri. Dalam artian inilah kita semua harus memahami tulisan Ellen G. White keti-ka ia kadang-kadang menyebut kodrat kemanusiaan yang telah berdosa, jatuh dan memburuk.”

Bahwa Kristus mengenakan kodrat kemanusiaan yang telah jatuh seo-lah-olah dialamiNya sendiri haruslah menjadi argumentasi yang paling tidak da-pat dipertahankan dari segala argumen yang dirancang, khususnya untuk men-jelaskan kontradiksi yang nyata seperti kasus Questions on Doctrine. Dengan

132

kewenangan apakah mereka membuat pernyataan seperti itu? Tidak ada satu-pun pernyataan dari tulisan ilham. Pernyataan ilham adalah sebaliknya.

3. Geoffrey Paxton, The Shaking of Adventism, hlm. 153. 4. Ibid. 5. Robert Lee Hancock, "The Humanity of Christ: A Brief Study of Seventh-day

Adventist Teachings on the Nature of Christ," hlm. 26,27. Ini adalah sebuah makalah yang disampaikannya di fakultas Bidang Sejarah Gereja di Univer-sitas Andrews, Juli 1962.

6. R.W. Schwarz, Light Bearers to the Remnant, hlm. 447. 7. Ibid., hlm. 447. 8. S.N. Haskell Letter to Ellen White, Battle Creek, MI, 25 September 1900 (DF

190, White Estate). 9. S.N. Haskell, "Christ in Holy Flesh, or A Holy Christ in Sinful Flesh," RH 2

October 1900. 10. Ibid. 11. Ibid. 12. R.S. Donnell, ditulis ketika menjadi presiden Konferens Indiana. Di tahun

1907 tulisan ini diterbitkan dalam sebuah traktat berjudul "What I Taught in Indiana." (DF 190, White Estate).

13. R.S. Donnell, "The Nature of Christ and Man," sebuah esai ditulis dari Mem-phis, TN, dan dikirimkan kepada koleganya S.S. Davis (DF 190, White Estate).

14. S.S. Davis, Letter to I. J. Hankins, Elnora, Indiana, 15 Maret 1903. 15. S.G. Huntington, "The Son of Man", hlm. 13. sebuah traktat yang diterbitkan

oleh the Mission Press, La Fayette, Indiana sekitar tahun 1900. 16. G.A. Roberts, "The Holy Flesh Fanaticism," 11 Juni 1923, (DF 190, White

Estate). 17. Letter 132, 1900 kepada Elder and Mrs. Haskell. (Direkam dalam Selected

Messages, Buku Dua, hlm. 36, 37.) 18. E.J. Waggoner, GCB 1901, hlm. 403-405. 19. Ellen G. White, GCB 17 April 1901, hlm. 419-420. 20. Ellen G. White, RH 17 Juli 1900. 21. Ellen G. White, YI 20 Des. 1900 (4BC 1147). 22. Ellen G. White, MS 141,1901 (7BC 926). 23. Dari Letter K. 303, 4 September 1903, (DF 63, White Estate). Tulisan ta-

ngan pada bagian samping, setelah surat diketik, berbunyi: “untuk meng-hadapi dan tunduk” dan “mengusahakan dalam segala cara untuk meng-hancurkan imannya."

24. E.J. Waggoner, GCB 1901, hlm. 403-405. 25. S.G. Huntington, "The Son of Man", hlm 3, (Sebuah traktat yang diterbit-

kan oleh the Mission Press, La Fayette, Indiana, 1900). 26. Ibid. 27. Pius IX, Ineffabilis Deus, 8 December 1854. (Edisi yang telah diedit

ditemukan dalam Catechism of the Catholic Church yang baru, paragraph 491).

133

28. Ibid.) 29. Ibid. 30. Catechism of the Catholic Church, Liguori, MO: Liguori Publications, 1994:

966 (Ini adalah nomor paragraf dalam buku. Penomoran paragraf dari Katekismus ini akan digunakan dalam tulisan ini karena ada perbedaan halaman antara edisi sampul tebal dan sampul tipis).

31. Pius IX, Ineffabilis Deus. 32. Catechism of the Catholic Church: 492. 33. Pius IX, Ineffabilis Deus. 34. Catholic Belief, hlm. 214 [American ed.: 5 Juni 1884]. 35. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, tr. Patrick Lynch, Rockford,

IL: TAN Books & Publishers, 1974 (naskah asli. 1952 dalam bhs. Jerman), hlm. 200.

36. Ibid.: 216, 217. 37. James Cardinal Gibbons, The Faith of Our Fathers, NY: P. J. Kennedy &

Sons, rev. ed., 1917, hlm.198,199. 38. Fulton Sheen, The World’s First Love, hlm. 15, 16, 48. 39. Daniel 7:25. 40. Pope Boniface VIII, dlm. Papal Bull, Unam Sanctam,1302 AD 41. Thomas F. Torrance, The Meditation of Christ, Helmers and Howard

Publishers, 1992, hlm. 39, 40. 42. A. T. Jones, "The Third Angel’s Message", No. 14, General Conference

Bulletin, 1895, hlm. 266, 267. 43. A. T. Jones, "The Third Angel’s Message", No. 13, General Conference

Bulletin, 1895, hlm. 233. 44. "Bible Study in the book of Romans" #12, General Conference Bulletin,

1891. 45. "Ancient Homily for Holy Saturday" cited in Catechism of the Catholic

Church: 635. 46. Catechism of the Catholic Church: 631. 47. Catechism of the Catholic Church: 632. 48. Catechism of the Catholic Church: 633. 49. Ibrani 2:14; Roma 8:3; Ibrani 2:17; Matius 8:17; Ibrani 4:15. 50. Wahyu 3:21. 51. Woodrow W. Whidden III, Ellen White on the Humanity of Christ, hlm. 13. 52. Ibid. hlm. 49. 53. Testimonies to Ministers, hlm. 91, 92.

134

PEKABARAN 1888 DAN

KEDATANGAN KRISTUS YANG TERTUNDA

The 1888 Message and the Delay in Christ’s Coming

David L. Wilson

135

PEKABARAN 1888 DAN KEDATANGAN KRISTUS YANG TERTUNDA

Yesus akan datang kembali. Pertanyaan yang diajukan Yesus bukanlah apakah Ia akan datang kembali, melainkan, apakah Ia akan menemukan iman di atas bumi ketika Ia datang kem-bali? Pertanyaan yang belakangan ini sangat nyata dan sah. Akhirnya, Yesus akan datang, baik dengan atau tanpa menemu-kan iman di bumi. Namun, saya percaya bahwa anda semua ingin bergabung dengan saya, untuk memutuskan bahwa, de-ngan kasih karunia Allah, kita tidak akan mengecewakan Yesus dengan gagal bertemu Dia dalam iman, ketika Ia da-tang. Saya percaya bahwa Yesus, melalui kuasa kasih karunia-Nya semata, benar-benar akan menemukan iman di atas bumi pada saat kedatanganNya. Inilah kerinduan Tuhan. Untuk men-capai inilah Yesus mati. Inilah tujuan dari pekerjaan penutupan-Nya di dalam Bait Suci di surga. Semoga Tuhan tidak mengizin-kan Ia akan menjadi kecewa.

Alkitab secara jelas membukakan rencana agar iman dapat ditemukan di bumi ketika Yesus datang, sebagai sebuah penga-laman lembaga dari gereja akhir zaman. ”Yang penting di sini ia-lah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.” Melalui saksi hidup inilah, Injil harus di-beritakan ke seluruh penjuru dunia. Yesus dengan gamblang membukakan kepada ecclesia, yaitu mereka yang dipanggil ke-luar, bahwa kesaksian Injil adalah syarat bagi kedatangan Yesus. “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya" (Matius 24:14).

Di sini terletak rahasia penundaan kedatangan Kristus. Jika kita mengatakan bahwa penundaan ini semata-mata kepada ka-sih Tuhan yang panjang sabar, yang merindukan agar semua orang datang dan bertobat, ini adalah sama dengan tidak me-ngerti maksud penundaan itu. Tuhan terpaksa harus mende-rita selama ini dengan kemerosotan ciptaanNya yang berla-rut-larut di dalam dosa, karena umatNya menolak untuk me-ngizinkan firmanNya menyelesaikan di dalam mereka sebuah transformasi atau pengubahan, yang akan menjadikan mereka saksi yang efektif kepada dunia tentang kasih Kristus yang ajaib dan kuasaNya untuk menyelamatkan dari dosa.

136

Panggilan untuk bertobat dapat dan berlaku bagi setiap orang dengan begitu jelas, yang memberi kesempatan yang ter-baik bagi setiap orang untuk memberi tanggapan kepada Injil da-lam “pertobatan kepada Tuhan dan iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus,” jikalau kita hendak mengizinkan Dia untuk me-ngerjakan di dalam kita apa yang menyenangkan dalam pan-danganNya. Dalam konteks ini, gereja jelas memiliki peranan dalam mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan kita. Roh Kudus memberi kuasa kepada pemberitaan Injil sepenuhnya da-lam pekerjaan hujan akhir yang mempersiapkan tuaian untuk di-panen. Inilah pekerjaan yang telah didelegasikan oleh Tuhan da-lam hikmatNya kepada gereja.

Maka jelaslah bahwa karena gereja terdiri atas orang-orang, yang telah diberi kuasa oleh Tuhan untuk berpikir dan me-milih, maka pekerjaan ini akan diselesaikan dengan syarat ada-nya kerjasama antara umat Tuhan dengan pekerjaan yang ingin diberikan oleh Kristus di dalam jabatanNya sebagai Imam Besar kita;bahwa melalui kerjasama dengan Dia,dengan menerima dan mengabarkan pekabaran malaikat ketiga dalam kuasa Roh Ku-dus, Tuhan telah memberikan tugas itu dengan kuasa kepada umatNya untuk menyampaikan ke hadapan dunia tentang peker-jaan Roh Kudus, dan oleh karenanya menyegerakan kedatangan Tuhan kita. Sebaliknya, kegagalan untuk bekerja sama de-ngan dorongan Roh Kudus pada anggota gereja akan me-nunda kedatangan Tuhan kita. Ini adalah ajaran yang jelas dan tegas dari Ellen White dan Alkitab.

Adalah kerinduan saya untuk menjadi paling rendah hati dalam hal ini. Bukan berarti bahwa saya kemudian dapat mengu-tuk saudara-saudara saya, karena saya adalah sama berdosa-nya seperti mereka. Tidak diragukan lagi, saya telah berperan dalam menunda kedatangan Tuhan kita. Dengan gagal menghi-dupkan semua terang yang telah saya miliki, saya percaya bah-wa saya telah memberikan kepada Setan alasan untuk menang. Dengan tidak mengambil manfaat penuh dari kesempatan yang telah diberikan Tuhan kita untuk bertumbuh di dalam iman, saya yakin saya telah berperan dalam menunda Kedatangan Kedua Yesus Kristus.

Seringkali saya hidup dalam pembangkangan terhadap ke-hendak Yesus di dalam kehidupan saya. Pada saat-saat itu, yang saya akui begitu sering terjadi, saya telah berdosa, dan te-lah salah menyatakan tabiat Tuhan kita yang kekasih, dan kare-nanya saya juga gagal untuk bekerja sama dengan pekerjaan Yesus untuk menyampaikan Kabar Baik kepada dunia. Dalam

137

hal ini, sayalah yang telah menghalangi kedatangan Tuhan kita. Ketika saya memilih untuk tidak percaya, apapun alasannya, ke-pada pekabaran kebenaran yang dikirimkan Tuhan kepada saya, yang dimaksudkan Tuhan untuk menguduskan saya, saya telah menunda kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Inilah pengaku-an saya. Saya mengaku bahwa saya terlalu berdosa karena ber-peran dalam penundaan kembalinya Tuhan kita.

Kendati demikian, sama pastinya dengan kebenaran di atas, demikian juga adalah benar bahwa kapanpun masing-masing dari kita, atau gereja pada umumnya tinggal dalam suasana ketidakpercayaan, dan gagal untuk menggunakan terang dan kebenaran yang telah dikirimkan Tuhan untuk menguduskan gerejaNya, maka masing-masing dari kita, dan sesungguhnya gereja secara lembaga juga bersalah atas penundaan kedatangan Tuhan kita.

Saya dengan terbuka mengakui bahwa saya yakin Tuhan mengirimkan pekabaran terang dan kebenaran kepada umatNya melalui Saudara Waggoner dan Jones. Yesus mengirimkan harta kebenaran teologis yang amat berharga ini kepada gerejaNya pada saat itu, untuk tujuan nyata mempersiapkan mereka untuk bertemu dengan Dia dalam kedamaian pada kedatanganNya. Saya telah mempelajari dengan seksama ca-tatan ilham dari sejarah akhir-akhir ini, yang dengan sukacita di-berikan oleh Tuhan kepada gerejaNya yang sisa. Amat sangat jelas bagi saya dari kesaksian Roh Nubuat, bahwa jikalau pe-kabaran yang benar tentang pembenaran oleh iman yang diki-rimkan oleh Tuhan kepada kita di era 1888, telah sepenuhnya dan secara umum diterima oleh gereja MAHK, Tuhan tentu te-lah bekerja dengan kuasa yang maha besar di dalam gereja-Nya dan dunia tentu sudah diperingatkan akan bahayanya, tabiat Kristus tentu telah dinyatakan sepenuhnya di dalam umatNya dan Yesus tentu sudah datang untuk menerima umatNya pulang kepada kemuliaan.

Kenyataan bahwa kita masih harus tinggal bertahun-tahun di planet bumi lebih lama daripada yang dikehendaki oleh Tuhan adalah kesaksian melawan kita. Saya bukanlah standar kebenaran 1888. Ilham tidak pernah menyatakan demi-kian. Namun, Ilham dengan jelas telah menunjuk bagi kita kepa-da Jones dan Waggoner sebagai jurukabar-jurukabar wakil dari “pekabaran malaikat ketiga yang sesungguhnya.” Saya telah mempelajari pekabaran Jones dan Waggoner dan saya meyakini bahwa konsep pembenaran oleh iman, yang mereka sampaikan, tidak sepenuhnya sejalan dengan gagasan tentang

138

Injil yang diterima secara umum, yang telah saya dengar sejak saya bertumbuh di dalam gereja dan terus saya dengar di dalam Gereja MAHK. Sebagai hasil dari belajar dengan penuh doa, sa-ya dengan rendah hati mengakui bahwa sangat jelas bahwa kita, sebagai sebuah gereja, telah gagal untuk menggunakan “pekabaran yang teramat berharga ini,” baik sebagai teolo-gis dan sebagai akibatnya, sebagai pengalaman, inilah salah satu cara yang paling jelas di mana kita dengan berdosa te-lah menunda kedatangan Tuhan kita.

Apakah ini tanggung jawab yang terlalu besar? Apakah ini pandangan antroposentris tentang segala sesuatu sebagaimana yang dikatakan beberapa orang? Apakah ajaran ini memberi pe-nekanan terlalu banyak tentang pentingnya manusia, sehingga ia harus mampu mengubah jalannya sejarah? Biarlah saya meng-ingatkan anda bahwa Calvinismelah, dan bukan Arminianisme, yang memperlakukan kehendak dan nubuat Tuhan sebagai sua-tu ketetapan mutlak. Adalah suatu penyimpangan dari keduduk-an Advent mula-mula jika kita menolak baik kenyataan tentang nubuatan bersyarat, maupun kemampuan manusia untuk meno-lak kasih karunia Tuhan. Kasih karunia seperti ini tidak diragu-kan lagi mampu berbuat banyak di dalam manusia, namun selalu menjadi keharusan pada orang Advent untuk mengakui kemam-puan kehendak manusia melalui ketidakpercayaan dan pembe-rontakan untuk menghalangi terjadinya perubahan dan pekerja-an yang hendak dilakukan Roh Kudus melalui pelayanan kasih karunia itu.

Kemampuan makhluk-makhluk cerdas ini dalam memilih untuk bertindak melawan Tuhan, menjelaskan tentang Perten-tangan Besar, kejatuhan Israel, kemungkinan manusia mengece-wakan “kasih karunia Tuhan.” “Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus” (Galatia 2:21). Kendati kedengaran begitu saleh kalau kita menolak ajaran tentang penundaan ke-datangan Kristus, berdasarkan gagasan yang menempatkan ma-nusia begitu penting, kita juga dapat menolak arti pentingnya pekabaran Injil atas dasar yang sama.

Apakah kita benar-benar merasakan bahwa sangat penting untuk mengabarkan tentang Injil kepada semua orang? Betapa kita bisa bangga memikirkan bahwa manusia dapat selamat atau hilang atas dasar apakah kita setia berbagi tentang Yesus de-ngan mereka atau tidak? Betapa egoisnya kita mengira bahwa tindakan kita akan berakibat pada nasib kekal seseorang! Saya berbicara sedikit berkelakar. Tentu saja mereka bisa dan ini

139

adalah kesaksian dari kasih Tuhan kita yang indah dan kasih ka-runia Tuhan, sehingga Ia bukan saja memanggil manusia un-tuk melaksanakan tanggung jawab misi tersebut, melainkan juga melalui kuasaNya memungkinkan manusia menjadi se-suai untuk pekerjaan tersebut. Sesungguhnya, itu adalah kerja-sama yang sama untuk menyampaikan Injil di dalam kuasa isti-mewa dari hujan akhir dan seruan nyaring, yaitu untuk membawa dunia kepada keputusan akhir dan membuka kepada penutupan pintu kasihan. Bahwa kita secara pribadi dapat mempengaruhi nasib kekal jiwa-jiwa adalah bukti nyata bahwa kegagalan umum dalam umat Tuhan untuk secara lembaga menggunakan berkat-berkat dari hujan akhir dapat dan benar-benar memberi akibat pada keputusan akhir manusia, di pihak Kristus atau melawan Kristus.

Apakah mungkin bahwa alasan yang sesungguhnya me-ngapa kebenaran ini ditolak terletak pada keinginan manusia un-tuk mencari-cari alasan untuk melawan Roh Kudus? Menolak akibat dari tindakan kita sendiri yang telah menghalangi penyelesaian hal-hal tersebut yang dikehendaki Tuhan agar terjadi di masa hidup kita adalah sama artinya dengan me-nolak tanggung jawab kita sebagai manusia. Peristiwa penya-liban menyatakan bahwa semua orang harus bertanggung jawab atas kematian Anak Allah di Kalvari. Pengumuman tentang ke-nyataan ini kepada orang Yahudi dan pimpinan mereka adalah yang menjadikan pekabaran setelah Pentakosta dipandang se-bagai serangan.

Peristiwa penyaliban adalah berlaku bagi MAHK sekarang ini, namun peristiwa sejarahnya di mana kita menyatakan roh yang sama sebagaimana orang Yahudi adalah berbeda. Akan tetapi, ini tampak nyata dalam sejarah 1888. Sebagai akibatnya, saya akan memprotes bahwa penyampaian tanggung jawab kita dalam menunda kedatangan Tuhan melalui ketidakpercayaan ki-ta yang berdosa, yang dianggap akan merendahkan hati kita, karena dosa-dosa besar kita, khususnya ketika kita menyadari masing-masing saat-saat ketika kita telah menghirup roh peno-lakan terhadap terang dari para pendahulu kita, berdiri dalam ketidakpercayaan kepada pekabaran kebenaran dari Tuhan dan gagal untuk menghidupkan terang dengan tetap tinggal di dalam Kristus melalui iman.

Kita tidak ditentukan sebelumnya untuk menjadi selamat atau sesat. Kebenaran dari sejarah kita membuktikan bahwa ajaran tentang keselamatan Arminianisme, yang meletakkan tanggung jawab di pundak manusia (karena ia memiliki kesem-

140

patan, melalui kasih karunia untuk memilih untuk bekerja sama dengan kehendak Tuhan atau tidak) tidak masuk akal. Menolak akan kuasa memilih secara lembaga untuk bekerja sama atau memberontak melawan rencana Tuhan bagi kita, adalah sama artinya dengan menolak dasar-dasar ajaran kita yang diwariskan dari Wesley. Jikalau kita tergoda untuk menjadi bangga, karena kita telah menggunakan kebebasan kita secara sangat buruk, itu pasti karena kita tidak mengerti betapa be-sarnya dosa kita. Adalah meng-gelikan jika kita berbangga akan sesuatu yang begitu memalukan.

Menyimpang dari kesadaran secara lembaga akan tem-pat kita yang jelas di dalam sejarah nubuatan adalah sama dengan menolak kedatangan Kristus. Pekabaran Laodikea menggambarkan keadaan kita, bukan saja sebagai pribadi-pribadi sebagaimana banyak orang ingin menyatakannya demikian sekarang ini, melainkan khususnya dan terutama sebagai suatu umat.

Menarik namun mengejutkan ketika kita mengetahui bahwa di dalam masa 33 tahun yang pendek dalam hidup saya, orang-orang MAHK telah begitu menjauh dari keyakinan yang pernah mereka pegang. Di tahun 1973 dan 1974, tidak diragu-kan bahwa suatu kesadaran yang baru dimasukkan dari pene-kanan terhadap hal-hal ini oleh Elder Robert H. Pierson, Pre-siden General Konferens. Pertemuan Tahunan memutuskan dua seruan pertobatan yang kuat, kebangunan rohani dan reformasi, di dalam gereja MAHK. Kedua dokumen yang dipilih oleh Per-temuan Tahunan berikutnya di tahun-tahun tersebut dengan je-las mengumumkan, tanpa ragu lagi menyebabkan kesedihan be-berapa orang yang telah meninggalkan nasehat Ellen White yang begitu jelas, bahwa kita, pimpinan Gereja MAHK, me-ngakui bahwa pekabaran kepada gereja Laodikea secara je-las ditujukan kepada Gereja MAHK, dan khususnya kepada para pimpinannya.

Dalam seruan-seruan tersebut, juga diumumkan secara je-las bahwa perlawanan kita telah menyebabkan penundaan akan kedatangan Tuhan kita. Akan tetapi, sekarang ini, pernya-taan akan kebenaran-kebenaran ini semakin lama semakin berkurang. Kendati demikian, Tuhan masih memiliki saksi-saksi yang setia, yang membawa kesaksian langsung dari kebenaran ini. Beberapa orang saya ingat adalah Elder Ken-neth H. Wood, Herbert Douglass, Robert J. Wieland, G. Edward Reid, Lewis Walton dan Dennis Priebe.

141

Saya ingat sebuah papan iklan yang pernah saya lihat ten-tang rokok “Virginia Slims,” “You’ve come a long way baby” (Eng-kau sudah menempuh perjalanan panjang, sayang). Saya sering berpikir bahwa perempuan perokok merusak rona kulit dan kese-hatannya begitu hebatnya sehingga hanya dalam beberapa ta-hun yang singkat dengan kebiasaan tersebut mereka benar-benar tampak seperti “telah menempuh perjalanan yang PANJANG.”

Mungkinkan sesuatu yang serupa telah terjadi pada ge-reja kita yang tercinta ini? Apakah benar-benar kehendak Tuhan bahwa keduniawian harus menguasai lembaga-lem-baga kita seperti adanya pada saat ini? Apakah ini suatu ke-betulan bahwa kita kehilangan sebagian besar orang muda kita dan bahkan sebagian besar dari mereka yang masih tinggal di gereja hampir tidak tampak seperti apa yang sebe-lumnya disebut MAHK? Tabiat kita, secara umum telah me-rosot, sebagai suatu umat: kesalehan kita, lemah dan kerdil. Tidakkah tampak jelas bahwa ajaran-ajaran dan pengalaman kita tentang pembenaran oleh iman membiarkan orang-orang dalam belenggu dosa dan pemberontakan? Kita me-ngira bahwa dengan kurang memberi tekanan pada hukum telah memberi kita (sebagaimana halnya generasi perempuan perokok sebelumnya) lebih banyak kebebasan dari belenggu penderita-an, namun pada kenyataannya kita harus menyadari bahwa kegagalan kita untuk percaya pada pekabaran yang seim-bang tentang pembenaran oleh iman telah menjadi sumber dari kesengsaraan dan penderitaan yang tak terkira, bukan hanya bagi kita, tetapi juga bagi anak-anak kita, dan bagi semua orang yang seharusnya telah tertolong jikalau saja kita telah menaati suara Tuhan.

Ellen White mengatakan kepada saudara-saudara di era 1888, bahwa penolakan mereka akan jurukabar-juru-kabar dan pekabaran itu akan menggiring kepada suatu kea-daan di dalam gereja, yang tidak akan dapat mereka bayang-kan. Tidak heran jika nubuatan ini telah digenapi. Kita benar-benar telah “menempuh perjalanan yang panjang,” dan semasih kita berkeinginan untuk menolak bukti dari ketidakpercayaan kita akan kebenaran, kita bahkan akan memperoleh lebih banyak buah dari perbuatan kita.

“Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan berun-tung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disa-yangi” (Amsal 28:13).Sebagaimana dikhotbahkan di dalam Kisah Para Rasul, demikianlah juga berlaku bagi kita saat ini, kita telah

142

melakukan hal-hal ini dalam ketidakpedulian kita, tanpa mengetahui sepenuhnya apa yang telah kita perbuat, namun “sekarang Tuhan memanggil semua orang, di mana saja, untuk bertobat.” Tuhan mungkin memaafkan ketidaktahuan kita di masa lalu, akan keadaan kita dan akan dosa-dosa para penda-hulu kita yang kita ulang-ulangi, namun Tuhan tidak akan me-nerima alasan bagi kita untuk tetap tinggal di dalam kegelap-an. Kabar baiknya adalah bahwa jikalau kita mengakui peker-jaan Roh Kudus yang mempertobatkan kita, maka masih ada kesempatan untuk bertobat. Pasti, inilah saatnya yang tepat bahwa orang-orang MAHK mengizinkan kemuliaannya ter-hampar dalam debu, menerima kebenaran dari sejarah kita, dan bertobat dari kekejaman kita melawan Tuhan Yesus Kristus.

143

PENYEMBAHAN BAAL DAN PENUNDAAN YANG LAMA

Baal-worship and The Long Delay

D. K. Short

1888 Message Study Committee8784 Valley View Drive,

Berrien Springs, MI 49103 USA

144

Pembukaan

Beberapa waktu yang lalu sekelompok anak sekolah berkunjung ke kampus Universitas Andrews dan mengunjungi Museum Arke-ologi Horn yang baru diperbaiki. Mereka keluar dari tempat itu de-ngan penuh kesan. Lebih dari seorang berminat kepada musuh kuno Israel setelah melihat patung Baal dalam pajangan. Se-orang anak berkata, “Saya benar-benar suka dengan patung Ba-al, hanya saja ia sangat kurus.” Anak yang lain berkata, “Saya sa-ngat suka dengan patung miniatur Baal itu.”1

Bukan saja anak-anak yang telah terpesona oleh tuhan pal-su ini. Patung Baal; penyembahan Baal; dan pengaruh Baal yang begitu halus dan meluas telah menguasai anak-anak manusia dalam belenggu rahasia yang memilukan sepanjang masa.

Sejarah menunjukkan bahwa jejak penyembahan Baal yang menyimpang menuntun kembali kepada Taman Eden. Tentu saja tidak ada patung yang nyata yang di-letakkan di tempat yang in-dah tersebut, tetapi bahwa di dalam dirinya sendiri ada sebuah bagian dari khayalan yang telah kita warisi. Hal terakhir yang di-butuhkan seseorang untuk penyembahan Baal adalah patung Baal yang sesungguhnya.

Bukti kasat mata dari permusuhan yang telah berurat bera-kar terhadap Tuhan mulai tampak segera setelah peristiwa Eden. Catatan menunjukkan bahwa kota pertama dunia dibangun oleh pembunuh pertama dunia. Kainlah yang “mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya” (Keja-dian 4:17). Manusia mulai memuji manusia dan membangun monumen-monumen bagi diri mereka. Kain tidak terlalu perca-ya kepada janji perlindungan Tuhan. Imannya akan diletakkan pada karya manusia, kemegahan bangunan-bangunan, perlin-dungan dari dinding-dinding batu. Akar dari aliansi tandingan ini, khayalan mistis dari penyembahan Baal dimulai ketika pasangan kudus di Eden mulai mempertanyakan firman Tuhan.

“Tentulah Allah berfirman… bukan?” adalah sindiran sinis dari ular naga yang meletakkan dasar bagi pertentangan besar di dunia ini. Kemudian terjadilah peristiwa memakan buah terlarang yang menentukan itu yang hingga sekarang membelenggu manu-sia dalam perbuatan jahat. Di permukaan ini mungkin tampak tidak berhubungan dengan penyembahan Baal. Tetapi pekerjaan musuh itu selalu diselubungi misteri dan kegelapan. Kita harus mengetahui hal ini.

145

Bahkan pahlawan-pahlawan iman yang dihormati di dalam catatan suci menjadi saksi dari pengulangan kembali kodrat manusia dan jarang kemenangan rohani berdiri tanpa noda karena pemujaan Baal secara terbuka ataupun rahasia. Kebijak-sanaan, kasih dan keadilan Tuhan memberi kekuatan untuk me-ngalahkan setiap jejak dari persekutuan palsu ini. Janji bahwa akan tiba saatnya ketika umat Israel milik Tuhan akan mema-hami dosa yang mengerikan dari penyembahan Baal, dan “lalu tempat kudus itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar." (Daniel 8:14).Di dalam pengumuman ini terdapat kabar baik,yaitu bahwa sebuah proses sedang dipertimbangkan yang untuk sela-manya akan membebaskan umat manusia dan Tuhan Sendiri yang akan berdiri terpisah dan dipulihkan dari stigma (pertim-bangan) dosa.

Penyembahan Baal Selama Berabad-abad

Terlalu banyak orang MAHK yang cenderung mengira bahwa pe-nyembahan Baal berhubungan dengan penyembahan matahari, namun sebagian besar mereka mengira bahwa itulah satu-satu-nya kesesatan di zaman Elia. Pengingkaran akan Sang Pencip-ta hanyalah bukti dari zaman itu tentang permusuhan lama dari hati manusia yang berakar di Eden.

Kesesatan dari anak lelaki pertama Adam menghasilkan tuaian yang begitu merosot, “maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya” karena “kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Kejadian 6:6, 5). Kain menjadi bapa dari orang yang tidak setia yang menetapkan sebuah sistem pemberontakan yang ber-puncak pada air bah. Itu adalah sebuah jalan hidup, sebuah strategi yang menolak firman Tuhan.

Hanya dibutuhkan tiga generasi setelah air bah untuk mele-takkan batu penjuru kesesatan besar begitu dalam dan liat yang dapat bertahan hingga akhir zaman. Ham, salah satu dari tiga anak lelaki Nuh yang selamat di dalam bahtera, tampaknya ha-nya sedikit saja belajar dari pengalamannya. Keturunan Ham adalah terkenal dengan kekejaman mereka. Anaknya, Kanaan adalah bapa dari musuh bangsa Israel yang tak tergantikan, orang-orang Kanaan. Cucunya adalah Nimrod, dan Nimrod ada-lah “seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN” (Kej. 10:8) yang menjadi pendiri dan pemimpin pertama Babel. Kota inilah yang ditakdirkan menjadi "Babel besar, ibu dari wani-

146

ta-wanita pelacur dan dari kekejian bumi" (Wah. 17:5). Bukanlah kemegahan bangunan-bangunan yang harus agung, kendati para arkeolog hingga saat ini masih terkagum-kagum kepada sisa-sisa reruntuhan kota itu,namun “kekejian” yang menjadi besar dan menyebabkan dunia mabuk. Catatan tentang kota ini akan bertahan hingga Bait Suci dipulihkan. Kita sekarang ini hidup di masa pemulihan tersebut.

Setelah kira-kira seribu tahun kemudian anak-anak manu-sia telah mencapai suatu tempat yang sekali lagi Tuhan dihadap-kan kepada sebuah krisis. Garis keturunan Sem yang setia ham-pir punah dari bumi. Apakah yang dapat dilakukan Tuhan? Ia tampaknya telah ditinggalkan hanya dengan keluarga Abraham. Ia harus mencoba lagi. Ia perlu mengeluarkan Abraham dari ta-nah kelahirannya, jauh dari penyembahan berhala, jauh dari ga-gasan-gagasan palsu, menuju sebuah tanah yang Tuhan sendiri akan menunjukkan kepadanya. Dan demikianlah terjadi.

Dan setelah ini terjadi kehancuran Sodom; Yusuf di Mesir; Musa memimpin Israel;Peristiwa Paskah; Israel keluar dari Mesir; Kemah Suci dan upacara-upacaranya;mata-mata, yang setia dan tidak setia; kesesatan di perbatasan tanah perjanjian; keinginan memiliki raja duniawi untuk menggantikan Raja Surgawi yang akhirnya membawa Ahab naik ke takhta. Dan kemudian terjadi pertunjukan yang amat menyedihkan tentang penipuan dan kebutaan di Gunung Karmel. Krisis ini adalah buah dari kega-galan bertahun-tahun untuk mendengarkan firman peringat-an dan nasehat yang telah dikirimkan oleh Tuhan. Setiap pe-nolakan untuk bertobat telah memperdalam kesalahan mereka dan menggiring mereka lebih jauh dari surga. Dari tahun ke tahun, selama kira-kira seribu tahun, Israel telah menjauh dari jalan Tuhan.

Elia dapat menghadapi Raja Ahab hanya karena ia memiliki iman yang tulus dan kuat kepada kuasa firman Tuhan yang tidak pernah gagal.Ia tidak mencari-cari kerjaan.Pada saat yang sama ia “tidak berani ragu-ragu akan perintah ilahi.”2 Ia menge-tahui bahwa “ketidakpercayaan adalah pemisah yang besar pa-da bangsa pilihan dari Sumber kekuatan mereka ... Seruan yang berulang-ulang, protes, dan peringatan telah gagal membawa Israel kepada pertobatan. Saatnya telah tiba ketika Tuhan harus berbicara kepada mereka melalui penghakiman… sukubangsa Israel yang sesat harus ditunjukkan kebodohannya karena perca-ya kepada kuasa Baal demi berkat-berkat yang sementara.”3

147

Apakah Kita Mengenali Penyembahan Baal?

Perlu diulangi bahwa banyak orang MAHK mengira bahwa pe-nyembahan Baal terutama berhubungan dengan penyembahan matahari dan berpuncak pada kesesatan di Gunung Karmel. Orang lain akan menambahkan bahwa itu termasuk juga penyu-supan dari pengaruh duniawi bahkan kafir ke dalam gereja kita. Sebagai contoh, dapat disebutkan kecenderungan yang sema-kin meningkat untuk mengadakan perbaktian pada pagi hari Paskah; pertunjukan yang semakin meningkat dari lambang-lambang salib di berbagai arsitektur gereja kita, yang di ma-sa lalu dihindari karena itu adalah tanda Gereja Roma. Orang lain akan menunjuk kepada penggunakan perhiasan di telinga, cincin kawin dan perhiasan lainnya. Beberapa akan mengata-kan tentang pengurapan pendeta wanita dalam gereja Advent adalah menerima warisan dari penyembahan Baal dengan akar dari Babel dan tidak ada dukungan dari Alkitab.

Sejumlah besar orang-orang Advent “tradisional” siap menyebutkan kesesatan yang semakin meningkat, korupsi keuangan dan teologia dan menyebutnya penyembahan Baal. Dalam artian yang kasar, semua ini dan ada lebih ba-nyak lagi mungkin benar. Tetapi dalam kenyataannya keja-hatan-kejahatan ini adalah hanya potongan-potongan kecil dari altar di kuil Baal. Semua ini merupakan perangkap luar yang menyelubungi penipuan yang lebih dalam dan halus; suatu tipuan yang begitu halus sehingga dapat menempat-kan dirinya di tengah-tengah orang-orang Farisi ortodoks yang paling konservatif yang ada di gereja kita. Setiap orang dari kita berada dalam bahaya!

Tentang kehancuran yang dilihat Yesus ketika Ia meman-dang dari Bukit Zaitun ke masa depan, tidak ada sesuatupun yang lebih besar dari peringatan terhadap penyembahan Baal. Dengarkanlah perkataanNya: “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tan-da-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga” (Matius 24:24).

Siapakah “orang-orang pilihan itu”? Jikalau bukan kita adalah orang-orang yang dikirimi peringatan khusus ini oleh Yesus, maka tidak ada alasan bagi kita untuk berada di sini. Tentulah Tuhan kita tidak akan mengirimi kita di tahun 1888

148

“sebuah pekabaran yang paling berharga” yang harus di-sampaikan “secara menonjol di hadapan dunia,” jikalau Ia tidak menginginkan agar kita memahami dengan jelas perbe-daan antara kebenaran dan kesalahan.4 Pertentangan di Gu-nung Karmel hanyalah bayangan yang samar-samar dari per-tempuran hebat yang dihadapi umat Tuhan saat ini. Seorang Kristus palsu tidaklah lebih dari seorang Baal modern. Pergu-mulan yang dihadapi oleh Gereja Yang Sisa bukan sekedar kesesatan dan kemerosotan standar, melainkan lebih kepada penyabotan seluruh sistem keselamatan manusia oleh mu-suh besar itu sendiri, atau sebagaimana yang kita telah pela-jari, “Setan… mencoba melakukan pekerjaan Tuhan.”5

Semata-mata mengumumkan kemerosotan dan kedu-niawian, atau seruan untuk memiliki pengalaman Kristen yang lebih sungguh-sungguh, atau apa yang oleh sebagian orang disebut dengan “hubungan” adalah tidak cukup. Inti dari penipuan Setan adalah untuk mendirikan Baal di dalam hati setiap orang percaya tanpa dia menyadari perpindahan kesetiaan tersebut. Ini termasuk ribuan orang yang berdoa kepada seorang Yesus yang telah meninggalkan pekerjaan-Nya yang sebelumnya dan sekarang melayani di Bilik Maha Kudus di dalam tirai—dan mereka tidak mengetahuinya. “Orang-orang pilihan” harus mengetahui kebohongan pe-nyembahan Baal. Kebenaran yang diberikan kepada mereka harus mengalahkan kegemetaran Laodikea, menghancurkan-nya dan membuang setiap berhala Baal.

Penyelesaian dari konflik ini dan kesempurnaan umat Tuhan meliputi lebih dari pekerjaan buku catatan surgawi. Sema-ta-mata membuka arsip surga dan meneliti buku-buku tersebut tidak akan menyelesaikan masalah dosa dan pembenaran. “Orang-orang pilihan” harus mengetahui apa sesungguhnya pe-nyembahan Baal. Kebenaran sedang diuji. Pergumulan untuk menggabungkan dan memahami kebenaran ini menjadi sebuah “penggoncangan.”6

Penyembahan Baal Belum Mati

Sekarang sekitar 28 abad sejak Tuhan memanggil Elia untuk ber-diri demi kebenaran dan menghancurkan penyembahan Baal di tempat-tempat tinggi. Tampaknya logis bahwa sejarah masa lalu seperti ini akan dibuang dan arsipnya dilupakan. Dari sudut pan-dang manusia ini bisa terjadi. Namun Tuhan bekerja dengan prin-

149

sip-prinsip kekal. Rantai sejarah berlanjut tanpa putus. Pertan-dingan berlanjut antara kebenaran melawan kesalahan.

Dalam sejarah kita, sekarang sudah berlangsung sekitar satu abad sejak Tuhan mengirimkan sebuah pekabaran kepada kita yang memiliki keserupaan yang aneh dengan salah satu peristiwa dari yang terjadi pada banyak abad yang lalu. Dua ta-hun setelah pertemuan Minneapolis tahun 1888, Ellen White memperoleh salah satu dari khayal yang paling serius dan berpengaruh dari seluruh khayal yang diterimanya. Ia sedang bersekutu dengan Tuhan, ruangan itu dipenuhi dengan terang, dan ia melihat dirinya “membawa sebuah pekabaran kepada su-atu perkumpulan yang tampaknya seperti General Konferens. Saya digerakkan oleh Roh Tuhan untuk membuat sebuah seruan yang paling tulus; karena saya ditunjukkan bahwa bahaya besar ada di hadapan kita di pusat pekerjaan itu.”7

Bahaya yang dilihatnya berakar dari kegagalan 1888 dan akibat-akibatnya yang terkait dengan ketidakpercayaan dan kesesatan dari Israel zaman dahulu. Ia memperingatkan:

Prasangka dan pendapat-pendapat yang terjadi di Min-neapolis tidak mati dengan cara apapun; benih-benih yang ditaburkan di sana di dalam beberapa hati sudah siap tum-buh dan berkembang dan menghasilkan buah. Bagian pun-caknya telah dipotong, namun akarnya tidak pernah dikikis, dan ini masih menghasilkan buah-buah yang tidak kudus untuk meracuni penilaian, mengeraskan pandangan-pan-dangan, dan membutakan pemahaman dari mereka yang ber-hubungan dengan anda, sehubungan dengan pekabaran dan jurukabar-jurukabarnya. … ketidaksetiaan telah masuk ke da-lam jajaran pimpinan kita; karena sudah menjadi gaya untuk menjauh dari Kristus, dan memberi tempat kepada skeptisis-me. Banyak seruan di dalam hati, “Kita tidak akan mengizin-kan orang ini menguasai kita.” Baal, Baal adalah pilihannya. Agama dari banyak orang di antara kita adalah agama Israel yang sesat, karena mereka menyukai jalan mereka sendiri, dan meninggalkan jalan Tuhan. Agama yang benar, satu-satunya agama Alkitab, yang mengajarkan pengampunan hanya melalui kebajikan seorang Juruselamat yang telah di-salibkan dan bangkit, yang membela pembenaran oleh iman kepada Anak Allah, telah diremehkan, dilawan, diolok-olok, dan ditolak.. Masa depan macam apakah yang ada di hadap-an kita jikalau kita gagal memasuki kesatuan iman [1888]? 8

Setelah hampir seabad kita dapat menjawab dengan sa-ngat jelas bahwa masa depan yang dilihat Ellen White adalah

150

keadaan di mana kita berada sekarang. Akan menjadi jauh lebih nyaman jikalau hal-hal yang digambarkan dalam pengalaman gereja pasca-1888 dapat diterapkan kepada dunia atau diabaikan sama sekali. Namun firman Tuhan tidak akan sia-sia. Setan ber-tahan terus dalam usaha-usahanya untuk menghancurkan keunikan dari misi umat ini. Metode-metode penipuannya di-nyatakan dengan jelas dalam perkataan berikut:

Segala sesuatu mungkin bergerak maju di tengah ke-makmuran yang tampak nyata; namun Setan terjaga penuh, dan sedang mempelajari dan bertukar pikiran dengan malai-kat-malaikat jahatnya suatu cara penyerangan yang mungkin akan berhasil…. Pertentangan besar akan bertambah kuat, dan semakin kuat, dan akan menjadi lebih nyata. Pikiran akan melawan pikiran, rencana melawan rencana, prinsip-prinsip dari surga melawan prinsip-prinsip Setan. Kebenaran dalam berbagai tahapannya akan bertentangan dengan kesa-lahan dalam bentuk-bentuk yang semakin bervariasi, dan yang jika memungkinkan, akan menipu orang-orang pilihan sekalipun...

Pendeta-pendeta yang tidak dikuduskan menempatkan diri mereka melawan Tuhan. Mereka memuji Kristus dan tu-han dunia ini dalam nafas yang sama. Sementara mengaku menerima Kristus, mereka menyambut Barabas, dan melalui tindakan mereka berkata, “Bukan orang ini, melainkan Bara-bas.”...Ketika anak-anak penipuan dan saksi palsu dijamu oleh sebuah gereja yang telah memiliki terang besar, bukti besar, maka gereja itu akan membuang pekabaran yang te-lah diberikan oleh Tuhan, dan menerima pernyataan-pernya-taan yang paling tidak masuk akal dan dugaan-dugaan yang palsu dan teori-teori yang salah…

Banyak yang akan berdiri di mimbar-mimbar kita de-ngan obor nubuatan palsu di tangan mereka, yang dinyala-kan dari obor Setan…. Pertentangan menjadi semakin kejam. Setan akan mengambil tempat dan meniru Kristus. Ia akan menyatakan, menerapkan dan menekankan secara salah se-gala sesuatu yang dapat dilakukannya untuk menipu, jika di-mungkinkan orang-orang pilihan sekalipun.9

Penilaian dan ramalan yang khidmat ini tentang penyem-bahan Baal berkenaan dengan gereja, anggota jemaat dan pela-yanan kita. Penyembahan Baal tidak mati di Gunung Karmel. Me-mang kita mungkin tidak benar-benar memahami apa yang dika-takan anak-anak Israel ketika mereka berseru, “O Baal, dengar-kanlah kami.” Dalam bahasa Ibrani ini berarti, “O Tuhan, dengar-

151

kanlah kami,” karena baal hanya berarti ‘tuhan,” atau “tuan,” dan nama itu memiliki beberapa variasi yang ditemukan dalam berbagai bahasa kuno, dari Babel hingga Yunani. Secara khusus, Baal adalah dewa Kanaan, dewa dari anak-anak Ham yang se-sat. Gagasan Kain yang salah dan memberontak bahwa buah-buahan dari hasil bumi adalah cukup memadai menjadi korban yang hidup diteruskan kepada orang-orang Kanaan dan Baal di-terima sebagai dewa utama mereka yang menguasai alam; maka mereka memiliki agama panteisme.10

Panteisme orang-orang Kanaan tidak berbeda dari panteis-me yang menyelinap masuk ke dalam gereja kita yang hampir tidak tampak pada peralihan abad. Pola pikir palsu, gagasan-gagasan yang cerdas dan cemerlang dihasilkan oleh si peni-pu besar dan diteruskan dari satu pikiran kepada pikiran yang lain sehingga tanpa diketahui tiang-tiang iman kita se-dang dihancurkan. Kita diselamatkan oleh peringatan-peri-ngatan terus menerus dari jurukabar Tuhan pada masa itu. Hal yang mengejutkan adalah, Ellen White mengatakan kepada kita bahwa ini hanyalah “kesesatan alfa yang mematikan” dan bahwa “omega” akan menyusul dan “akan diterima oleh me-reka yang tidak mau mendengarkan peringatan yang diberi-kan Tuhan.” Ia “gemetar demi umat kita.”11

Diperlukan sekitar satu abad bagi bangsa Israel untuk men-capai keadaan sesat penyembahan Baal yang tidak mereka sa-dari. Maka segera akan tiba satu abad sejak kita ditipu oleh “kesesatan alfa yang mematikan.” Jelaslah bahwa kita memi-liki peringatan bahwa umat Tuhan dapat mengganti pemim-pinnya dan tanpa mengetahuinya. Kehancuran itu diperparah ketika diketahui bahwa kesesatan Israel tidak hanya pada Ahab dan Yezebel, tetapi ada 450 imam Baal ditambah 400 nabi Asye-ra di tanah itu yang menjadi komite pengendali bagi bangsa itu. Elia mengetahui bahwa Baal mengambil alih posisi Yahweh. Ketika ia mengeluarkan tantangannya, “Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia," (I Raja 18:21) kita men-dengar jawaban mereka seperti suatu rekaman video dari gereja yang sisa. Catatan itu mengatakan, “Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun.” Ini berarti bahwa mereka ti-dak mendukung, dan tidak melawan, mereka tidak panas, ti-dak dingin, mereka “suam-suam.” Mereka tidak mengetahui keadaan mereka. Tanpa mereka sadari, mereka telah menu-kar pimpinan mereka.

Apakah Penyembahan Baal Ada Saat Ini?

152

Dengan meneliti sejenak dari Indeks dalam tulisan-tulisan Ellen White, kita mendapati bahwa ada lebih dari 100 acuan kepada Baal. Kita telah menyebutkan khayal Salamanca tahun 1890 yang menyatakan bahwa sebagai akibat dari ketidakpercaya-an kita di tahun 1888 kepada Kristus yang benar, seorang kristus palsu akan menyelinap di antara kita. Orang-orang Ad-vent telah lama mengetahui bahwa di saat-saat terakhir Setan ti-dak akan mencoba untuk melakukan pekerjaan Tuhan, namun ia akan berusaha untuk tampak serupa dengan Tuhan. Peniruan palsu ini telah disebutkan oleh Kristus, dan dijelaskan oleh Ellen White dalam setting yang kita kenal:

Sebagai tindakan puncak dalam drama penipuan ini, Setan sendiri akan menyerupai Kristus… sebagai makhluk yang mulia dengan terang yang memukau… yang tak pernah tertandingi oleh segala sesuatu yang pernah dilihat mata manusia. Teriakan ke-menangan menggema di udara, “Kristus telah datang! Kristus te-lah datang!” Orang-orang merebahkan diri mereka dalam keka-guman di hadapannya, sementara ia mengangkat tangannya dan mengucapkan berkat bagi mereka… Suaranya lembut dan te-nang, namun penuh melodi… Inilah tipuan yang kuat dan ham-pir menaklukkan.12

Jauh sebelum tindakan penipuan terakhir ini, Setan telah mengkondisikan orang-orang untuk menerima metode-metode-nya. Ini berarti penggunaan “gagasan-gagasan yang cerdas dan cemerlang,” “spekulasi atau dugaan-dugaan filsafat yang mena-rik,” “Prinsip-prinsip Setan” diadu melawan “prinsip-prinsip surga-wi,” “pendeta-pendeta yang tidak dikuduskan … menempat-kan diri mereka melawan Tuhan … memuji Kristus dan tuhan dunia ini dalam nafas yang sama.” Sebagaimana dinyatakan dalam khayal tersebut, “Agama di antara kita adalah agama dari Israel yang sesat”—penyembahan Baal.

Karena Baal semata-mata adalah buatan manusia, yang palsu sejak awal mulanya, suatu penghinaan kepada Sang Pencipta, yang dibuat untuk memuaskan keinginan “untuk menja-di perkasa di bumi,” dan membangun kota-kota dan menjadikan Babel sebagai ibukotanya—maka tentulah jelas bahwa penyem-bahan Baal tidak lain dari penyembahan diri. Penggunaan na-ma Kristus dan segala peristilahan Kristen tidak berarti apa-apa dalam hal pengenalan dan penetapan kebenaran. Baal adalah kristus palsu dan haruslah menjadi jelas bahwa segala bentuk penyembahan diri, sekalipun berkedok sebagai penyembah-an Kristus namun mengabaikan prinsip-prinsip salib sesung-guhnya adalah penyembahan Baal. Akar dari penyembahan

153

yang diinspirasikan oleh Setan ini semakin dalam dan se-ringkali tidak kita ketahui dan di bawah kesadaran kita.

Manifestasi halus dan lebih terpoles dari penyembahan Baal akhir-akhir ini adalah kultus cinta diri (self-love). Melalui sebuah manipulasi yang cerdik terhadap Alkitab, cinta diri telah diubah menjadi sebuah kebajikan. Dalam tahun-tahun terakhir, ini telah diajarkan dengan paksa sebagai kewajiban se-orang Kristen. Perintah ilahi untuk mengasihi sesama sebagaima-na kita mengasihi diri sendiri dipelintir menjadi perintah untuk me-ngasihi diri sendiri, ketika sesungguhnya Tuhan mengajar kita bahwa kasih kepada diri sendiri yang pada dasarnya berasal dari dosa haruslah diarahkan kembali kepada iman yang tulus kepada suatu kasih kepada sesama seperti kasih Kristus.

Penghormatan kepada diri sendiri (self-respect) yang sejati adalah masalah yang lain. Ini hanya sah melalui penghargaan ke-pada kasih Tuhan yang mengosongkan diri sendiri yang dinyata-kan di kayu salib. Maka, penghargaan kepada diri sendiri yang sesungguhnya adalah berakar dari pendamaian Kristus. Namun cinta diri adalah melawan kesetiaan kepada Kristus dan karya-Nya. Dapat dipahami bahwa musuh akan mempromosikan kultus cinta diri seolah-olah itu adalah ajaran dari Kristus. Ini adalah asing bagi suatu umat yang sedang mempersiapkan diri untuk diubahkan.

Tidak peduli berapa besar kita mengaku melayani Kris-tus, apapun jabatan kita di gereja, ketika diri menjadi obyek pemujaan, kita melakukan penyembahan Baal. Berbagai ben-tuk yang diambil penyembahan ini amat mengerikan. Dalam artian tertentu bidang pelayanan berada dalam bahaya yang lebih besar dibandingkan dengan bagian lain dari gereja. Di dalam pelayanan inilah telah dibangun sejenis persaudaraan yang bertingkat. Di mana kita melihat ada keinginan untuk di-promosikan, mencari jabatan, dengan gengsi dan kekuasaan sebagai motivasi pelayanan, maka kita memiliki pendeta-pendeta Baal.

Penolakan terhadap Kristus yang sejati dan pemuliaan diri dapat ditemukan dalam banyak praktek standar kita saat ini. Mengapa Gereja yang Sisa memerlukan plakat, trofi, ser-tifikat dan segala jebakan yang digunakan dan disukai du-nia? Ketika pekabaran yang benar tentang pembenaran oleh iman dipahami dan diyakini, maka embel-embel kebesaran ini akan hancur. Pemujaan Baal adalah buah dari suatu spe-sies dari ajaran-ajaran yang salah yang mendorong suatu pe-

154

ngakuan iman di dalam Kristus sementara diri menolak untuk disalibkan bersama Dia.

Bagaimana kita melihat diri kita sendiri dalam kebingungan saat ini dijelaskan oleh firman Tuhan melalui jurukabarNya:

Zaman sekarang ini adalah zaman berhala, sesungguh-nya sama seperti zaman ketika Elia hidup. Tidak ada tempat pemujaan yang tampak; mungkin tidak ada patung yang da-pat dilihat oleh mata;… Banyak orang memiliki konsep yang salah tentang Tuhan dan sifat-sifatNya dan benar-benar me-layani tuhan yang palsu sebagaimana para penyembah Baal.13

Di zaman ini, antikristus akan muncul sebagai Kristus yang sejati… Namun pemimpin yang sesungguhnya dari se-mua ini adalah Setan yang mengenakan pakaian malaikat te-rang. Manusia akan tertipu dan akan meninggikan dia di tem-pat Tuhan, dan memujanya.14

Kristus akan diserupai, namun pada satu titik akan ada se-buah perbedaan yang nyata. Setan akan menjauhkan orang dari hukum Tuhan.15

Mereka yang tidak sepenuhnya dikuduskan bagi Tuhan akan dituntun untuk melakukan pekerjaan Setan, sementara mereka menipu diri sendiri bahwa mereka dalam pelayanan bagi Kristus.16

Kesesatan yang terjadi saat ini adalah serupa dengan yang terjadi di zaman nabi Elia yang tersebar di Israel. Dengan me-ninggikan manusia di atas ilahi, pujian kepada pimpinan yang populer, dalam penyembahan kepada mammon, dan meletakkan ajaran ilmiah di atas kebenaran wahyu, banyak orang sekarang sedang mengikuti Baal.17

Berapa Lama Penyembahan Baal akan Bertahan?

Umat Tuhan memiliki jaminan dari Maleakhi bahwa sebelum Tuhan kembali akan ada lagi sebuah pekerjaan besar yang dila-kukan oleh Elia (Maleakhi 4:5). Sesungguhnya ini memang diper-lukan. Di suatu pembicaraan pagi hari yang disampaikan oleh Ellen White di Battle Creek 29 Januari 1890, ia “menyebut-kan” bahwa “Elia” adalah pekabaran yang dimulai di tahun 1888.18 Tidak mengherankan jikalau garis peperangan telah men-jadi begitu tajam dan Setan ingin untuk mempertahankan sebuah posisi tandingan secara tanpa batas.

Harus dipahami bahwa pertentangan di Gunung Karmel adalah puncak dari pembicaraan panjang antara Elia dan Israel.

155

Sia-sia ia telah mencoba untuk membalikkan mereka dari pemu-jaan berhala secara buta dan menghujat Tuhan. Jiwanya susah dan rasa amarahnya bangkit. Hatinya hancur karena kekecewaan ketika ia pergi ke hadapan Tuhan dan memintaNya untuk menye-lamatkan umatNya—bahkan “jikalau harus melalui penghukum-an.” Ia memohon kepada Tuhan untuk menahan dari orang-orang yang tidak tahu bersyukur ini embun dan hujan…sehingga orang-orang Israel yang sesat ini mungkin mencari pada dewa-dewa mereka dengan sia-sia… Tuhan berkata kepada Elia bahwa Ia telah mendengar doanya dan akan menahan embun dan hujan dari umatNya hingga mereka kembali kepadaNya dengan perto-batan.19 Maka oleh karena iman Elia pergi ke hadapan Raja Ahab, dan dengan khidmat menyampaikan “sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan" (I Raja 17:1).

Siapakah yang pada saat ini akan berani datang ke hadap-an Tuhan dengan doa seperti itu? Namun hati nurani orang Ad-vent begitu terkesan sehingga peristiwa-peristiwa saat ini di dalam gereja tidak dipandang sebagai berkat-berkat dari Tuhan. Kerugian finansial, intrik politik, ketidakpastian ajar-an, kebingungan rencana-rencana, semuanya berjalan mela-wan persetujuan surgawi. Ini sama seperti suatu tanah tanpa embun atau hujan di tengah-tengah kelaparan. Kita sekarang perlu menghargai sama seperti di saat itu ”Tuhan membenci sikap acuh tak acuh dan ketidaksetiaan di saat krisis dalam pekerjaanNya.”20 Namun Tuhan tidak meninggalkan kita tan-pa pertolongan. Sesungguhnya, bahwa Ia telah memberikan kepada Israel modern peringatan yang sama yang dibutuh-kan untuk mengetahui apa yang harus diharapkan. Perhati-kanlah nasehat ini:

Kecuali jikalau gereja, yang sekarang sudah dikotori oleh kemerosotannya sendiri, bertobat dan berbalik, ia akan makan buah dari perbuatannya, sampai ia membenci dirinya sendiri. Ketika gereja melawan kejahatan dan memilih keba-ikan, ketika ia mencari Tuhan dengan kerendahan hati, dan melakukan panggilan mulianya di dalam Kristus, berdiri di mimbar-mimbar kebenaran yang kekal, dan dengan iman me-megang teguh pencapaian yang dipersiapkan baginya, maka ia akan disembuhkan.21

Meskipun kesesatan begitu mengerikan yang digam-barkan dalam perkataan ini, masih ada harapan. Ketika de-wan-dewan, komite-komite kita,konferens-konferens kita dan gereja-gereja kita sebagai tubuh lembaga, dan anggota-ang-

156

gota kita sebagai pribadi-pribadi datang untuk melihat “ke-merosotan kita,” kita dapat mengambil tempat di sisi Petrus. Tuhannya mengetahui sesuatu “yang bahkan tidak diketahui olehnya sendiri.”22

Peringatan khidmat dari Tuhannya tentang pengingkaran yang begitu cepat dilupakannya, menyatakan pada saat yang tepat ketidakbersyukuran, kesalahan, kepalsuannya, dan hatinya tertikam oleh dukacita dan penyesalan yang pahit. Kemudian Petrus bertobat dengan kesedihan jiwa. Inilah saat pertobatan-nya. Pengalaman yang sama menunggu gereja Tuhan saat ini, dan janjinya adalah “ia akan disembuhkan.” Namun “sam-pai ia membenci dirinya sendiri,” dan benar-benar mengalami pe-nyesalan dan pertobatan, penyembahan Baal masih tetap berta-han.

Pekabaran 1888 Menghancurkan Penyembahan Baal

Godaan untuk menganggap Adventisme hanya sebagai salah satu pilihan keyakinan, yaitu hanya sebagai satu gereja di antara sekian banyak gereja, adalah merendahkan kebenaran yang pernah diberikan kepada kita. Sikap seperti ini tanpa sa-dar mengiyakan bahwa penyembahan Baal adalah sudah cukup bagus bagi kita, sementara kita telah diajarkan bahwa “semasih waktu berjalan, kita harus memelihara perbedaan denominasi yang kudus yang diletakkan pada kita… Dalam artian khusus, orang MAHK telah ditentukan di dunia ini sebagai penjaga dan pembawa obor.”23

Pandangan kita tentang gereja-gereja populer berasal dari kesalahpahaman tentang pekabaran 1888. Karena “pendapat yang sebelumnya telah dipegang” dan “perlawanan yang dinyata-kan di Minneapolis melawan pekabaran Tuhan,” suatu kekosong-an tercipta yang kemudian kita coba isi dengan metode-metode kita dan rencana-rencana pinjaman. Akibatnya adalah, “Setan telah berhasil menutup dari umat kita kuasa istimewa Roh Kudus yang besar yang dirindukan Tuhan untuk diberikan kepada umatNya.” Musuh telah mencegah kita “dari mem-peroleh efisiensi yang mungkin menjadi milik kita dalam membawa kebenaran kepada dunia.”24 Tidak mungkin bahwa penelitian, teknik-teknik Madison Avenue, seminar pertumbuhan, atau program-program buatan manusia akan dapat mengganti-kan “kuasa” dan “efisiensi” yang akan dibawa Roh Kudus kepada umat Tuhan.

157

Selama bertahun-tahun, dan khususnya sejak Pertemuan General Konferens tahun 1950 telah ada banyak pembicaraan tentang Hujan Akhir. Namun dalam pekabaran 1888 kita seharus-nya memperoleh kemampuan untuk membawa Injil ke seluruh dunia, “sebagaimana para rasul menyampaikannya setelah hari Pentakosta.”25 Mengapa ini tidak terjadi? Hampir tidak dapat di-percaya, kita memperoleh jawabannya: “Terang yang seharus-nya untuk menerangi seluruh bumi dengan kemuliaannya te-lah dilawan, dan dengan tindakan saudara-saudara kita sen-diri telah dijauhkan dari dunia dalam tingkatan yang besar.”26

Mengerikan jikalau kita memikirkan bahwa penyembahan Baal telah memasuki Israel modern sebagaimana pada Israel ku-no, namun pelayan Tuhan mengatakan bahwa ini benar. Kecen-derungan kita adalah sama dengan saudara-saudara di za-man lampau—menggabungkan dan meniru pemikiran dan adat kebiasaan orang-orang di sekitar kita. Penolakan terha-dap pekabaran 1888 memberi pola selama hampir satu abad dari penggabungan tersebut, dimulai dengan adanya gagasan tan-dingan pada pertemuan 1893 yang isinya diyakini sama dengan pembenaran oleh iman yang asli.27 Selama bertahun-tahun kita telah berpaling kepada gereja-gereja populer dan kepemim-pinan mereka untuk memperoleh gagasan dan inspirasi yang kita anggap sebagai pekabaran yang benar, tanpa mengenali perbedaan-perbedaannya yang mendasar. Di tahun 1890 telah terjadi kecenderungan untuk mengacaukan pembenaran oleh iman Roma Katolik dengan yang asli.28 Yang belakangan, buku ditulis oleh Froom berjudul Movement of Destiny, membual bah-wa pekabaran 1888 pada dasarnya sama dengan ajaran dari se-jumlah pengkhotbah Kristen Injili.29

Ini bukanlah mengatakan bahwa tidak ada orang-orang dan pendeta-pendeta yang tulus dan baik yang tak terhitung jumlah-nya di gereja-gereja pemelihara hari Minggu yang populer. Mere-ka adalah orang-orang yang berbahagia, penuh kasih, semangat, setia dan dalam beberapa hal lebih berpikiran misionaris daripa-da kita. Keberhasilan mereka di dalam pertumbuhan gereja me-ngalahkan kita dalam banyak hal. Namun mereka tidak memi-liki pekabaran tiga malaikat karena “kita” telah menyembu-nyikannya dari mereka, dari dunia, kata Ellen White, dan keko-songan itu telah kita isi dengan penyembahan Baal. Ketika kita menyadari keadaan kita, hubungan kita dengan “pekabaran yang paling berharga” yang dikirimkan Tuhan, maka penyembah-an Baal dapat dihancurkan.

158

Penundaan yang Lama ini Harus BerakhirBabel belum menjadi seperti adanya ketika seruan nyaring diku-mandangkan. Kejatuhannya adalah belum lengkap. Kebenaran tentang Hari Pendamaian kegenapan (antitipe) tidak dipahami. Gereja-gereja dunia “tidak memiliki pengetahuan tentang jalan menuju Bilik Maha Kudus” sehingga “mereka tidak memperoleh manfaat dari pengantaraan Yesus di sana.”30 Tampaknya bahwa kebenaran ini telah dilupakan oleh orang-orang Advent. Pekerjaan unik Imam Besar telah digantikan oleh tandingan yang disediakan oleh Baal. Penyembahan Baal yang berpu-satkan pada diri sendiri ini menjadikan Tuhan kita mual. Ia merasa hendak muntah (Wahyu 3:16, 17). Namun perasaan ini dapat disembuhkan dengan pertobatan kita (ayat 19). Ada banyak orang di dalam gereja yang juga merasa mau mun-tah—mungkin 7000 orang. Mereka melihat pada setiap ta-ngan penyembahan Baal yang mementingkan diri sendiri ke-tika ia menyelinap ke tengah-tengah kita. Mereka melihat ke-sia-siaan, kekosongan khotbah-khotbah, pujian dan kepura-puraan pria dan wanita, musik jazz Kristen dan senandung lunglai dengan teriakan dan jeritan di dalam mikrofon, kela-kar dan olok-olok, injil yang memusatkan pada diri sendiri yang berakar pada legalisme, ditambah dengan gerak lagu memperagakan materi dengan jabatan yang mewah dan janji-janji, bersama dengan pertunjukan dramatis untuk me-nyenangkan setiap khayalan—tidaklah mengherankan jikalau Tuhan kita mau muntah! Ini sama seperti di Gunung Karmel dan mendengar teriakan “dari pagi sampai tengah hari, kata-nya: "Ya Baal, jawablah kami!" Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab” (I Raja 18:26).

Ketidakmampuan rohani kita dapat dilacak di dalam sejarah kita. Kebenaran yang melekat di dalam pekabaran 1888 tentang pembenaran Kristus tidak dipahami oleh kita atau oleh setiap ba-gian dari orang-orang Kristen yang tidak memahami pelayanan Imam Besar surgawi di dua bilik di Bait Suci surga. “Injil” yang di-sampaikan oleh kuasa “tanduk kecil” seolah-olah membenarkan dosa dan oleh karenanya masuk akal mendukung pemberontak-an Setan. Inilah rahasia kekejian yang meliputi dunia modern di segala lapisan. Sesungguhnya semua gereja, dan seluruh dunia dalam keputusasaan membutuhkan pekabaran tiga malaikat yang sesungguhnya.

Pekabaran ini menyampaikan seorang Juruselamat yang ”mengutuk dosa di dalam daging,” menawarkan satu-satunya bantahan yang absah terhadap tuduhan-tuduhan Setan melawan

159

Tuhan. Pekabaran ini secara efektif “mengutuk dosa,” yaitu me-nyatakan bahwa dosa di dalam kodrat kemanusiaan adalah tidak diperlukan dan ditakdirkan untuk musnah. Pekabaran ini mendu-kung kebenaran yang dinyatakan oleh Ellen White: “Pembenar-an Tuhan adalah mutlak. Pembenaran ini menandai seluruh pekerjaan-Nya, seluruh hukumNya. Sebagaimana adanya Tuhan, demikianlah seharusnya umatNya.”31 Pekabaran ini akan menghancurkan setiap berhala Baal dan mempersiap-kan suatu umat bagi kedatangan Tuhan kembali dan dosa ti-dak akan bangkit lagi karena orang-orang yang telah ditebus memahami dan menghargai tabiat Tuhan yang sesungguh-nya.

Semua ini berarti bahwa tidak ada sesuatu di dalam Babel yang berguna bagi Israel. Ia sesungguhnya “telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang di-benci” (Wah. 18:2). Babel menolak kefanaan jiwa; ia menolak pemulihan Bait Suci surga dan akibatnya tidak dapat meng-hargai pelayanan Kristus pada pelayanan Hari Pendamaian yang terakhir. “Tonggak-tonggak” kebenaran ini32 mendu-kung Gereja MAHK. Ia bukan Babel. Tuhan tidak pernah me-rencanakannya menjadi Babel sebagaimana Israel kuno menjadi Babel. Penyembahan Baal telah dan masih menjadi penyakit tubuh yang adalah asing baginya dan menjadikan-nya sakit. Namun kesembuhan masih dimungkinkan melalui pertobatan dan reformasi. Jawabannya bukanlah pada peng-hancuran gereja namun melalui pemulihan rohani. Kita memi-liki penghiburan dalam jaminan ini:

Tuhan sedang memimpin suatu umat… Ia akan mema-rahi dan membetulkan mereka. Pekabaran kepada orang-orang Laodikea berlaku bagi orang-orang MAHK yang telah memiliki terang besar namun tidak berjalan di dalam te-rang… Pekabaran yang mengumumkan bahwa Gereja MAHK adalah Babel, dan memanggil umat Tuhan keluar daripada-nya, tidak berasal dari jurukabar surgawi, ataupun agen ma-nusia yang diilhami oleh Roh Tuhan. Tuhan memiliki peker-jaan untuk dilakukan oleh gerejaNya. Mereka tidak boleh di-sebut sebagai Babel, namun menjadi garam dunia, terang bagi dunia…untuk mengumandangkan sebuah pekabaran yang hidup di hari-hari terakhir ini.33

Ya, kita memiliki pengharapan! Masalahnya adalah ketika kebanggaan dan mementingkan diri sendiri berkedok seba-gai kesetiaan kepada Kristus, maka telah terjadi penyembah-

160

an Baal. Dan ini telah merembes ke dalam segala lapisan di dalam tubuh gereja. Dengan khidmat kita diajarkan: “kejujuran dan kebijakan tidak akan bekerja bersama di dalam pikiran yang sama. Pada saatnya, atau kebijakan yang akan dikeluarkan, ma-ka kebenaran dan kejujuran akan memimpin, atau, jikalau kebi-jakan disambut, kejujuran akan dilupakan. Keduanya tidak per-nah sejalan; keduanya tidak memiliki persamaan. Yang satu ada-lah pendeta Baal, yang lain adalah pendeta Tuhan yang sejati.”34

Kristus tidak bisa datang hingga kita sepenuhnya memaha-mi kebenaran sejarah kita dan Baal sepenuhnya dibuka kedok-nya. Ia memiliki senyum pemanjaan yang pasti dan bertahan bagi umatnya. Ia adalah berhala dengan senyum beku. Sebaliknya, wajah dari Kristus yang sejati menyatakan penderitaan ka-rena rasa mual yang parah, suatu rasa sakit ilahi dari hati ka-rena kesuaman kita yang mengerikan, cinta diri kita, penga-kuan kita tentang kesetiaan yang sesungguhnya tidak kita miliki. Akan tetapi ini dapat berubah—dan harus berubah—dan akan berubah.

Catatannya adalah jelas; Tuhan telah mengatakan kepada kita bahwa Tempat Kudus akan dipulihkan. Namun lebih daripada itu, pekerjaan pemulihan ini terbuka untuk disaksikan oleh selu-ruh alam semesta. Setelah beribu-ribu tahun penyembahan Baal dan setelah abad akhir zaman ketika penolakan terbuka terhadap rencana Tuhan menjadi jelas, kemudian Tuhan akan memberi kita obat positif dalam suatu janji yang indah:

“Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, eng-kau akan memanggil Aku: Suamiku, dan tidak lagi memang-gil Aku: Baalku! Lalu Aku menjauhkan nama para Baal dari mulutmu, maka nama mereka tidak lagi disebut. ... Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga eng-kau akan mengenal TUHAN” (Hosea 2: 15, 16, 18, 19).

Penundaan panjang telah berakhir. Baal dihancurkan. Mempelai Pria Ilahi pada akhirnya memenangkan hati mempelai wanitaNya. “Waktu itu” dapat terjadi ketika Mempelai Wanita ber-kata bahwa ia siap menikah. “Waktu itu” bisa jadi lebih cepat daripada yang anda kira.

Daftar Acuan

Daftar Singkatan

1SM Selected Messages, Volume 12SM Selected Messages, Volume 23T Testimonies for the Church, Volume 3

161

5T Testimonies for the Church, Volume 58T Testimonies for the Church, Volume 89T Testimonies for the Church, Volume 9CW Counsels to Writers and EditorsDA The Desire of AgesEW Early WritingsFE Fundamentals of Christian EducationGC The Great Controversy, edisi 1911GCB The General Conference BulletinPK Prophets and KingsRH The Review and HeraldTM Testimonies to Ministers and Gospel Workers

1. Newsletter, Horn Archeological Museum, Vol. 8, No.1, Winter 1987.

2. PK 121.3. Ibid, 120.4. TM 91.5. EW 566. Ibid. 270.7. TM 4618. Ibid. 467, 468; cf. GC. 583.9. Ibid. 407, 409-411.10. SDA Bible Dictionary, hlm. 99, dll.11. Special Testimonies, Series B, No. 2, hlm. 50, 53.12. GC 624.13. PK 177.14. TM 6215. FE 471.16. 5T 103.17. PK 170.18. Lihat 1SM 406-416; RH 18 Feb. 1890.19. 3T 263, penekanan ditambahkan.20. PK 149.21. 8T 250.22. DA 713.23. 9T 18, 19.24. 1SM 234, 235 (1896).25. Ibid.26. Ibid.27. Lihat GCB 1893, hlm. 358, 359.28. Ibid. hlm. 244, 261, 262, 265, 266.29. Movement of Destiny, hlm. 255-258, 319-321, ed. 1971.30. EW 261.31. Special Testimonies, Series B, No. 2, hlm. 16.32. CW 30.33. 2SM 66, 67.34. 5T 96.

162