Apakah Etika

16

Click here to load reader

Transcript of Apakah Etika

Page 1: Apakah Etika

HUKUM DAN KODE ETIK PROFESI

KEPOLISIAN NEGARA REPOBLIK INDONESIA

M.FATHURRAHMAN

Apakah Etika?

Etika adalah kata lain dari moral. Artinya, tata cara berperilaku yang baik,

yaitu yang sesuai dengan nilai-nilai yang baik, aturan yang baik, tujuan yang baik,

menjaga hubungan yang baik dengan orang lain, dan sebanyak-banyaknya memberi

manfaat untuk orang lain. Karena itu, setiap perilaku yang tidak sesuai dengan tata

cara yang baik dan merugikan orang lain, adalah perilaku yang tidak etis.

Sebagian besar etika tidak tertulis, melainkan mengikuti saja hati nurani dan

kebiasaan masyarakat. Namun adakalanya (misalnya di kalangan profesi) etika itu

ditulis juga. Etika yang tertulis dinamakan "Kode Etik".

Nilai suatu Etika yang berlaku umum tidak dapat dilaksanakan dengan nilai

Etika yang berlaku Khusus,tetapi kedua Etika itu mempunyai kesamaan pada

kesadaran moral yang menjadi landasan setiap perbuatan manusia. Seperti yang

dikatakan di atas Moral adalah kualitas perbuatan manusia untuk berperilaku baik atau

buruk, dan perbuatan yang demikian itu dikehendaki atau tidak dikehendaki

( obyektif ) serta perbuatan itu sesuai atau tidak dengan hati nurani individu yang

bersangkutan ( subyektif ).Adapun Etika adalah nilai-nilai manusiawi yang

berhubungan dengan kebenaran dan ketidakbenaran yang didasarkan atas kodrat

manusia serta manifestasinya dalam bentuk kehendak dan prilaku manusia dalam

mengembangkan tatanan hidupnya.

Oleh karna itu nilai moral dan Etika mengadung norma dan sangsi yang lebih

bersifat natural, tidak bersifat kultural sebagaimana pada nilai norma dan sangsi

hukum. Walaupun terdapat perbedaaan bidang norma dan sangsi diantra Etika dan

hukum, akan tetapi dapat dikatakan dalam kenyataan bidang Etika dan bidang hukum

itu akarnya berbeda sekalipun demikian pada ranting dahannya sering disatukan

Tolok Ukur Etika

Setiap kelompok masyarakat (keluarga, rukun tetangga, institusi, organisasi,

perusahaan, profesi, agama, bangsa, negara dsb.) mempunyai tolok ukur etikanya

sendiri. Suatu ukuran yang baik untuk suatu kelompok, belum tentu baik untuk

kelompok lainnya. Sebaliknya, yang dinilai tidak baik di suatu kelompok, justru baik

untuk kelompok lain. Misalnya, kawin di bawah umur untuk gadis-gadis di sebagian

pedesaan dianggap etis (sesuai dengan etika), karena tidak baik seorang wanita belum

menikah di atas usia 18 tahun. Tetapi buat orang kota atau yang sudah berpendidikan

tinggi, perkawinan di bawah usia justru tidak etis, karena dianggap melanggar hak

asasi gadis ybs (untuk bersekolah dulu dsb.). Walaupun demikian, ada nilai-nilai yang

1

Page 2: Apakah Etika

berlaku umum, yaitu yang berlaku kapan saja, di mana saja dan untuk siapa saja

(dinamakan "Etika Universal"), misalnya jangan menyakiti orang lain, jujur, adil dsb.

Filsuf Cina Khong Hu Cu (Konfusius) merumuskan Etika Universal ini sebagai The

Golden Rules of Ethics (Peraturan Emas Etika), yaitu: "Jika kamu tidak ingin orang

lain melakukan sesuatu padamu, janganlah kamu melakukan itu pada orang lain". Jadi

kalau tidak mau disakiti hati jangan menyakiti hati orang lain, kalau tidak mau

dibohongi jangan membohongi dsb.

Yang menjadi masalah dalam praktek adalah tidak jelasnya batas-batas tolok

ukur itu. Si Pitung, misalnya, dianggap pahlawan oleh masyarakat Betawi, namun

dianggap penjahat oleh polisi. Untuk menghindari ketidak jelasan, masyarakat

membuat hukum. Tetapi hukum pun kadang-kadang bertentangan dengan etika,

misalnya hukum tanam paksa (di jaman Belanda), hukum rasialisme (di Afrika Selatan

sebelum Nelson Mendella), hukum anti subversi dsb.

Penyimpangan Etika

Walaupun demikian, dalam kenyataan citra Polri khususnya, tidak selalu baik di

mata masyarakat. Bahkan seringkali jelek. Penyebabnya adalah perilaku anggota

(termasuk perwiranya) yang tidak sesuai dengan tolok ukur etika masyarakat pada

umumnya (pungli, arogan dsb.). Perilaku seperti ini disebut "perilaku menyimpang

(deviant)".

Apakah yang termasuk perilaku menyimpang itu? Mengapa terjadi perilaku

menyimpang? Dan bagaimana caranya mengatasi penyimpangan itu? Inilah

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh lingkungan Polri sendiri.

Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia

Bahwa organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan yang

wadah bagi profesi Kepolisian, memerlukan suatu Kode Etik Profesi sebagai pedoman

sikap prilaku bagi setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia .

Bahwa Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

merupakan kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Tribrata,

diharapkan menjadi pembimbing bagi setiap anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia ( Polri ) dalam pengabdiannya dan menjadi pengawas yang melekat dalam

hati nurani agar terhindar dari perbuatan tercela, penyalahgunaan wewenang .

Kode etik Kepolisian Negara Republik Indonesia ini sangat penting, karena

dalam tugas sehari-hari, seorang polisi bisa dan boleh melakukan diskresi

(mengabaikan hak hukum anggota masyarakat, demi kepentingan yang lebih besar).

Misalnya, seorang Polisi lalulintas boleh menghentikan sebuah bus penuh penumpang,

jika pengemudi melanggar peraturan lalu lintas dan bisa membahayakan pengguna

jalan yang lain (padahal setiap penumpang bus dan supirnya ingin dan berhak untuk

segera sampai di tujuan). Seorang polisi bisa mengalikan jalur lalu lintas seketika

2

Page 3: Apakah Etika

kejalur lain atau kejalur terlarang sekalipun ,apabila dipandang perlu dan mendesak

demi kelancaran lalulintas itu sendiri.Dengan berpegang teguh pada (mempraktekkan)

Tri Brata, diharapkan perilaku setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

akan selalu bernilai baik, menguntungkan masyarakat dan bisa meningkatkan citra

Kepolisian Republik Indonesia secara menyeluruh.

Keberhasilan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,penegakan hukum,dan

melindungi,mengayomi serta melayani masyarakat,selain ditentukan oleh kualitas

pengetahuan dan keterampilan teknis Kepolisian yang tinggi sangat ditentukan oleh

perilaku terpuji setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia di tengah

masyarakat.

Guna mewujutkan sifat tersebut setiap anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya senantiasa terpanggil untuk

menghayati dan men -

jiwai etika profesi Kepolisian yang tercermin pada setiap sikap dan prilakunya,

sehingga terhindar dari perbuatan tercela dan penyalahgunaan wewenang.

Etika Kepolisian merupakan kristalisasi nilai-nilai Tribrata yang dilandasi dan

dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jatidiri setiap anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia dalam wujut komitmen moral yang meliputi Etika Pengabdian,

kelembagaan dan kenegaraan, selanjutnya disusun ke dalam Kode Etik Profesi

Kepolisian Negara Republik Indonesia.:

Etika Pengabdian merupakan kometmen moral setiap angaota Kepolisian

Negara Republik Indonesia terhadap profesinya sebagai pemelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, penegak hukum serta pelindung, pengayom dan pelayan

masyarakat.

Etika kelembagaan merupakan kometmen moral setiap angaota Kepolisian

Negara Republik Indonesia terhadap institusinya yang menjadi wadah pengabdian dan

patut dijunjung tinggi sebagai ikatan lahir batin dari semua insan Bhayangkara dengan

segala martabat dan kehormatannya.

Etika kenegaraan merupakan kometmen moral setiap angaota Kepolisian

Negara Republik Indonesia dan institusinya untuk senantiasa bersikap netral, mandiri

dan tidak terpengaruh oleh kepentingan politik, golongan dalam rangka menjaga

tegaknya hukum

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Etika Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia mengikat secara moral

sikap dan prilaku setiap anggaota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pelanggaran terhadap Kode Etika Profesi Kepolisian Negara Republik

Indonesia ha

Rus dipertanggung jawabkan dihadapan sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian

Negara Republik Indonesia guna pemulian profesi Kepolisian.

3

Page 4: Apakah Etika

Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat berlaku juga

pada semua organisasi yang menjalankan fungsi Kepolisian di Indonesia.

BAB I

ETIKA PENGABDIAN

Pasal 1

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dengan menunjukkan sikap pengabdiannya berperilaku.

a. Menjunjung tinggi sumpah sebagai anggota Polri dari dalam hati nuraninya

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Menjalankan tugas kenegaraan dan kemasyarakatan dengan niat ibadahnya.

c. Menghormati acara keagamaan dan bentuk-bentuk ibadah yang

diselenggarakan masyarakat dengan menjaga keamanan dan kekhidmatan

pelaksanaannya.

Pasal 2

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia berbakti kepada nusa dan

bangsa sebagai wujud pengabdian tertinggi dengan :

a. Mendahulukan kehormatan bangsa Indonesia dalam kehidupannya.

b. Menjunjung tingi lambang-lambang kehormatan bangsa Indonesia.

c. Menampilkan jatidiri bangsa Indonesia yang terpuji dalam semua keadaan

dan seluruh waktu.

d. Rela berkorban jiwa dan raga untuk bangsa Indonesia.

Pasal 3

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas

memelihara keamanan dan ketertiban umum selalu menunjukan sikap perilaku terpuji

dengan:

a. Meletakkan kepentingan negara, bangsa, masyarakat, dan kemanusiaan

diatas kepentingan pribadinya

b. Tidak menuntut perlakuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan terhadap semua warga negara dan masyarakat.

c. Menjaga keselamatan fasilitas uum dan hak milik perorangan serta

menjaukan sekuat tenaga dari kerusakan dan penurunan nilai guna atas

tindakan yang diambil dalam pelaksanaan tugas.

Pasal 4

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas

penegakan hukum wajib memelihara perilaku terpercaya dengan :

a. Menyatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah

b. Tidak memihak.

c. Tidak melakukan pertemuan diluar ruang pemeriksaan dengan pihak-pihak

yang terkait dengan perkara.

d. Tidak mempublikasikan nama,barang tersangka dan saksi.

4

Page 5: Apakah Etika

e. Tidak mempublikasikan tatacara,taktik dan teknik penyidikan.

f. Tidak menimbulkan penderitaan akibat penyalahgunaan wewenang dan

sengaja menimbulkan rasa kecemasan, kebimbangan dan ketergantungan

padaq pihak-pihak yang terkait dengan perkara.

g. Menunjukan penghargaan terhadap semua benda-benda yang berada dalam

penguasaannya karna terkait dengan penyelesaian perkara.

h. Menunjukan penghargaan dan kerja sama dengan sesama pejabat negara

dalam sistim peradilan pidana.

i. Dengan sikap ikhlas dan ramah menjawab pertanyaan tentang

perkembangan penanganan perkara yang ditanganinya kepada semua pihak

yang terkait dengan perkara pidana yang dimaksud,sehingga diperoleh

kejelasan tentang penyelesaiannya.

Pasal 5

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat senantiasa :

a. Memberi pelayanan terbaik.

b. Menyelamatkan jiwa seseorang pada kesempatan pertama.

c. Mengutamakan kemudahan dan tidak mempersulit.

d. Bersikap hormat kepada siapapun dan tidak menunjukkan sikap

congkak/arogan karena kekuasaan.

e. Tidak membeda-bedakan cara pelayanan kepada semua orang.

f. Tidak mengenal wktu istirahat selama 24 jam,atau tidak mengenal hari

libur.

g. Tidak membebani biaya,kecuali diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

h. Tidak boleh menolak permintaan pertolongan bantuan dari masyarakat

dengan alasan bukan wilayah hukumnya atau karna kekurangan alat atau

orang.

i. Tidak mengeluarkan kata-kata atau gerakan-gerakan anggota tubuhnya

yang mengisyaratkan meminta imbalan atas bantuan Polisi yang telah

diberikan kepada masyarakat.

Pasal 6

(1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menggunakan

kewenangannya senantiasa berdasarkan pada norma hukum dan mengindakan

norma agama, kesopanan, kesusilaan dan nilai-nilai kemanusiaan.

(2) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa memegang teguh

rahasia sesuatu,yang enurut sifatnya atau menurut perintah kedinasan perlu

dirahasiakan.

5

Page 6: Apakah Etika

Pasal 7

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa menghindarkan diri

dari perbuatan tercela yang dapat merusak kehormatan profesi dan

organisasinya,dengan tidak melakukan tindakan-tindakan berupa :

a. Berkata kasar.

b. Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur tugas.

c. Bersikap mencari-cari kesalahan masyarakat.

d. Mempersulit masyarakat yang membutuhkan bantuan/pertolongan.

e. Menyebarkan berita yang dapat meresahkan masyarakat.

f. Melakukan perbuatan yang dirasakan merendahkan martabat perempuan.

g. Melakukan tindakan yang dirasakan sebagai perbuatan menelantarkan

anak-anak dibawah umur.

h. Merendahkan harkat dan martabat manusia.

BAB II

ETIKA KELEMBAGAAN

Pasal 8

Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjunjung tinggi

institusinya dengan menempatkan kepentingan organisasi diatas kepentingan pribadi.

Pasal 9

(1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia memegang teguh garis

komando, mematuhi jenjang kewenangan, dan bertindak disiplin berdasarkan

aturan dan tata cara yang berlaku.

(2) Setiap atasan tidak dibenarkan memberikan perintah yang bertentangan dengan

norma hukum yang berlaku dan wajib bertanggung jawab atas pelaksanaan

perintah yang diberikan kepada bawahannya.

(3) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dibenarkan menolak

perintah atasan yang melanggar norma hukumdan untuk itu anggota tersebut

mendapatkan perlindungan hukum.

(4) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan

perintah kedinasan tidak dibenarkan melampaui batas kewenangannya dan wajib

menyampaikan pertanggung jawaban tugasnya kepada atasan langsungnya.

(5) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya tidak boleh terpengaruh oleh istri, anak dan orang-orang

lain yang masih terikat hubungan keluarga atau pihak lain yang tidak ada

hubungannya dengan kedinasan.

6

Page 7: Apakah Etika

Pasal 10

(1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

menampilkan sikap kepemimpinan melalui keteladanan, keadilan, ketulusan dan

kewibawaan serta melaksanakan keputusan pimpinan yang dibangun melalui tata

cara yang berlaku guna tercapainya tujuan organisasi.

(2) Dalam proses pengambilan keputusan boleh berbeda pendapat

sebelum diputuskan pimpinan dan setelah diputuskan semua angota harus tunduk

pada putusan tersebut.

(3) Keputusan pimpinan diambil setelah mendengar semua pendapat

dari unsur-unsur terkait, bawahan dan teman sejawat sederajat,kecuali dalam

situasi yang mendesak.

Pasal 11

Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa menjaga

kehormatan melalui penampilan seragam atau atribut, tanda pangkat jabatan dan tanda

kewenangan Polri sebagai lambang kewibawaan hukum, yang mencerminkan

tanggung jawab serta kewajiban kepada institusi dan masyarakat.

Psal 12

Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa menampilkan

rasa setia kawan dengan sesama anggota sebagai ikatan batin yang tulus atas dasar

kesadaran bersama akan tanggung jawabnya sebagai salah satu pilar keutuhan bangsa

Indonesia, dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kehormatan sebagai berikut :

a.Menyadari sepenuhnya sebagai perbutan tercela apabila meninggalkan kawan

yang terluka atau meningal dunia dalam tugas.

b.Merupakan keteladanan bagi sorang atasan untuk membantu kesulitan

bawahan.

c.merupakan kewajiban moral bagi seorang bawahan untuk menunjukkan rasa

hormat dengan tulus kepada atasannya.

d.Menyadari sepenuhnya bahwa seorang atasan akan lebih terhormat apabila

menunjukan sikap menghargai yang sepadan kepada bawahannya.

e. Merupakan sikap terhormat bagi anggota Polri baik yang masih dalam dinas

aktif maupun purnawirawan untuk menghadiri pemakaman jenazah anggota

Polri lainnya yang meninggal dunia karna gugur dalam tugas ataupun

meninggal karna sebab apapun, dimana kehadiran dalam pemakaman

tersebut dengan menggunakan atribut kehormatan dan tataran penghormatan

yang setinggi-tingginya.

f. Selalu terpanggil untuk memberikan bantuan kepada angota Polri dan

purnawirawan Polri yang menghadapi suatu kesulitan dimana dia berada saat

itu, serta bantuan dan perhatian yang sama sedapat mungkin juga diberikan

7

Page 8: Apakah Etika

kepada keluarga anggota Polri yang mengalami kesulitan serupa dengan

memperhatikan batas kemampuan yang di milikinya.

g. Merupakan sikap terhormat apabila mampu menahan diri untuk tidak

menyampaikan dan menyebarkan rahasia pribadi, kejelekan teman atau

keadaan di dalam lingkungan Polri kepada rang lain yang bukan anggota

Polri.

BAB III

ETIKA KENEGARAAN

Pasal 13

Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia selalu siap sedia

menjaga keutuhan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memelihara persatuan dalam

kebhinekaan bangsa dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.

Pasal 14

Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjaga jarak yang

sama dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politik praktis,

serta tidak dipengaruhi oleh kepentingan polisik golongan tertentu.

Pasal 15

Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa berpegang

teguh pada konstitusi dalam menyikapi perkembangan situasi yang membahayakan

keselamatan bangsa dan negara.

Psal 16

Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjaga keamanan

Presiden Republik Indonesia dan menghormati serta menjalankan segala

kebijaksanannya sesuai dengan jiwa konstitusi maupun hukum yang berlaku demi

keselamatan negara dan keutuhan bangsa.

BAB IV

PENEGAKAN KODE ETIK PROFESI

Pasal 17

Setiap pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik

Indonesia dikenakan sangsi moral,berupa :

a. Prilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela.

b. Kewajiban pelanggar untuk menyatakan penyesalan atau meminta maaf

secara terbatas ataupun secara terbuka.

c. Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ualng profesi.

d. Pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi

Kepolisian.

Pasal 18

Pemeriksaan atas pelanggaran Kode Etik Kepolisian Negara Republik

Indonesia dilakukan oleh Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

8

Page 9: Apakah Etika

Pasal 19

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan 18.diatur lebih lanjut

dengan tata cara sidang Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

BAB V

PENUTUP

Pasal 20

Merupakan kehormatan yang tertingi bagi setiap anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia untuk menghayati, mentaati dan mengamalkan Kode Etik profesi

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

maupun dalam kehidupan sehari-hari demi pengabdian kepada masyarakat bangsa dan

negara.

Kesimpulan

9

Page 10: Apakah Etika

Penyimpangan Etika

Walaupun demikian, dalam kenyataan citra Polri khususnya, tidak selalu baik di

mata masyarakat. Bahkan seringkali jelek. Penyebabnya adalah perilaku anggota

(termasuk perwiranya) yang tidak sesuai dengan tolok ukur etika masyarakat pada

umumnya (pungli, arogan dsb.). Perilaku seperti ini disebut "perilaku menyimpang

(deviant)".

Apakah yang termasuk perilaku menyimpang itu? Mengapa terjadi perilaku

menyimpang? Dan bagaimana caranya mengatasi penyimpangan itu? Inilah

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh lingkungan Polri sendiri.

Contoh Kasus

Di sebuah jalan menuju luar kota, terdapat terminal bis bayangan, tepat pada tanda

"dilarang parkir", yang menyebabkan kemacetan yang kronis (menahun). Sekali-sekali

ada penerbtiban oleh Polantas, tetapi setelah itu terminal bayangan kembali lagi. Dari

pengamatan ternyata bahwa para kernet bus, setiap mendekati lokasi itu, selalu turun

dan memasukkan uang ke sebuah kotak yang tersedia dan pada saat-saat tertentu

seorang angota polisi mengambil isi kotak itu.

Pertanyaan: apakah perbuatan para anggota Polri yang bertugas di daerah itu

sesuai atau melanggar etika? (awas: yang ditanyakan bukan melanggar hukum!). Kalau

ya, apa alasannya dan kalau tidak apa pula alasannya? Kalau benar, apakah disebabkan

karena kesejahteraan anggota yang kurang memadai? Atau karena pengaruh dari

budaya di luar kepolisian? Atau karena disiplin dari atasan yang kurang baik? Atau

apa? Jika pertanyaan-pertanyaan ini sudah terjawab, barulah bisa diupayakan mencari

pemecahannya.

10