ANTRAKS

4
ANTRAKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antraks disebut juga dengan malignant pustule, malignant edema, charbon, raghpicker disease atau woolsorter disease. Terminology kata antraks (dari bahasa yunani ‘anthrax’ yang berarti arang atau batu bara, dalam bahasa Inggris disebut coal, dan dalam bahasa prancis disebut carbon ) 1 Sejarahnya mulai dikena pada tahun 1752 sebagai malignant pustule. Hewan yang sering terserang adalah sapi, kambing, kuda dan babi. Oelh sebab itu, penularan penyakit ini sangat berhubungan dengan pekerjaan peternakan. 1

Transcript of ANTRAKS

ANTRAKSBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAntraks disebut juga dengan malignant pustule, malignant edema, charbon, raghpicker disease atau woolsorter disease. Terminology kata antraks (dari bahasa yunani anthrax yang berarti arang atau batu bara, dalam bahasa Inggris disebut coal, dan dalam bahasa prancis disebut carbon )1Sejarahnya mulai dikena pada tahun 1752 sebagai malignant pustule. Hewan yang sering terserang adalah sapi, kambing, kuda dan babi. Oelh sebab itu, penularan penyakit ini sangat berhubungan dengan pekerjaan peternakan.1

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. DefinisiAntraks adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh kuman Bacillus anthracis, suatu basil yang dapat menularkan spora dan ditularkan kemanusia melalui kontak dengan binatang yang terinfeksi atau bahan dari binatang yang terkontaminasi.2

B. Etiologi Bacillus abthracis adalah basil gram positif, nonotil dan bisa membentk spora. Spora ini tidak terbentuk pada jaringan hidup tetapi dilingkungan yang aerobic akan muncul dan bertahan bertahun-tahun di tanah tahan temperature tinggi, kekeringan, juga tahan pada bahan dari binatang atau pada industry bahan dari binatang. Kuman ini subur pada media biasa 35-37 derajat C. 2

C. EpidemiologiDi Indonesia kasus antraks pada manusia di laporkan pertama kali di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Selatan pada tahun 1832. Tercatat 36 penderita meninggal setelah memakan daging pada tahun 1969 di daerah itu. Empat tahun kemudian empat orang meninggal lagi setelah mengkonsumsi daging yang terinfeksi.1Saat ini sudh 11 provinsi di Indonesia tertular antraks, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, NTT, Sumbar, Jambi, Sulteng, Sultra, dan Papua. Total kasus di Indonesia pada tahun 1992-2001 adalah 599 kasus dengan kematian 10 orang.1

D. PenularanPenularan pada manusai biasanya melalui cara-cara ini :11. Kontak dengan kulit manusia yang lecet, lesi atau abrasi2. Mengonsumsi daging yang terkontaminasi kuman vegetative atau spora melalui tangan3. Menghisap spora di tempat kerja yang berkaitan dengan produk hewan4. Digigit serangga yang baru menggigit hewan infektif(jarang)

E. PathogenesisSpora akan masuk melalui kulit, saluran napas atau saluran cerna didalam makrofag akan bertahan hidup.Pada cutaneeous antraks, spora kuman tersebut akan masuk melalui kulit yang luka atau melalui luka yang diseabkan serat dari binatang yang terinfeksi. Dijaringan subkutan spora tersebut akan berubah menjadi bentuk vegetative, bermultipikasi dan mengeluarkan eksotoksin dan material kapsul antifagositik akan terjadi edema dan nekrosis jaringan.Selanjutnya kuman akan difagosit oleh makrofag dan menyebar ke kelenjar getah bening setempat, dimana toksin akan menyebabkan perdarahan, edema, dan nekrosis, terakhir bakteri itu akan masuk keperedaran darah dan menyebabkan pneumonia, meningitis dan sepsis.Pada inhalation antraks (jarang terjadi) terjadi inhalasi spora (aerosol dengan ukuran partikel kurang dari 5um0 dimana sora akan sampai pada alveoli difagosit oleh makrofag dan dibawa kekelenjar getah bening intestinum. Spora yang di tanah akan menggumpal dan akan susah menjadi aerosol, sehingga tidak menyebabkan inhalation antraks.Disini terjadi germination, berkembang biak dan pembentukkan toksin sehingga terjadi limfadenitis dan mediatinitis yang hemoragis. Kapiler paru bisa terkena yang menyebabkan thrombosis dan gagal napas. Juga bisa terjadi efusi pleura. Pneumonia terjadi oleh karena iinfeksi sekunder.Bila spora masuk melalui mulut setelah memakan daging yang terkontaminasi yang masih mentah atau kurang masak maka akan terjadi yang disebut oropharingeal arau intestinal antraks, diaman akan terjadi pembengkakan farynx dan bisa menyebabkan obstruksi trakea atau limfadenopati servikal dengan edema. Pada intestinal antraks terjadi edema, nekrosis dan perdarahan mukosa usus besar dan kecil.