Antara Maulud Dan Korupsi -...

2
Agama bulan hijriyah setelahnya. Lalu apa konfigurasi prolog diatas terhadap tampilan tema maulud dengan korupsi teks diatas? Secara termonologis dan episti- mologi tidak ada kaitan. Namun keduanya punya urgensitas bermakna secara substansial. Terutama dengan profil Rasulullah SAW sebagai figur reformasi perilaku jahiliyah menuju etika islami. Sesuai ungkapan beliau dalam satu mafhum hadistnya, “Tidaklah aku diutus kedunia kecuali hanya menyempurnakan ahlaq”. Korupsi termasuk katagori Ahlaq Mazhmumah (etika jelek) yang perlu diterapi kesembuhannya. Penyakit sosial yang satu ini kini merambah disemua lini birokrasi. Para kuli tintapun menuliskannya di berbagai media massa baik cetak maupun elektronik sebagai bahan kritis sosial sesuai dengai kode etik jurnalistik. Taruhlah korupsi Gayus dan sederetan nama-nama lain yang menjadi bidikan para kuli tinta. Perilaku korupsi adalah sebuah etika negatif yang jalan terapinya sebagai seorang mukmin haruslah kambali merujuk pada Al-Qur’an sebagai landasan konseptual. Semen- tara contoh konkritnya adalah perilaku Rasulullah SAW. Hal mana sebagai urgensitas kalimat tauhid, La Ilaha Illallah Muhammadur Rasulullah -sebagai sandaran hidup seorang mukmin hanyalah Allah SWT tempat bergantung. Sedang amal keseharian mengikuti sunnah yang telah dicontohkan oleh Rasullullah SAW. La Ilaha Illaallah kalimat iman. Sebagai seorang mukmin haruslah punya keyakinan Allah SWT -Raaziq (pemberi rizki). Sedangkan Marzuq (yang diberi rizki) adalah makhluk, dengan asbab ikhtiar bila seorang mukmin mensifati iman ini tentulah berlapang dada, tawakal (pasrah diri) hidup sederhana, bersahaja, apa adanya. Tidaklah hidup me- D alam perayaan itu dia membaca tarikh kelahiran Rasulullah SAW tidak lebih sekedar memperingati maulud namun aktifitas kesehariannya selalu mengamalkan sunnah fi’liyah mulai bangun tidur hingga bangun tidur kembali dengan konsistensi. Ia-pun membaca doa-doa harian masnunah, do’a makan, do’a keluar masuk toilet, do’a tidur dan praktek sunnah lainnya. Alhasil aktifitasnya tak lepas dari sunnah, dia istiqomah melakukan semua itu sampai meninggal. Pada hari kematiannya penduduk desa itu mendengar hatif (suara tanpa bentuk), “hadirilah dan saksikanlah jenazah dia waliullah. Disisiku dia mulia. Penduduk masyarakat sekitarpun menghadiri pemakamannya”. Tema diatas perlu diangkat ke- permukaan walaupun maulud sudah terangkai dalam rangkaian monumental. Dan kini bulan maulud pun hampir tenggelam menyusul Al-kisah, seorang pemuda di Basrah terkenal dengan kebejatan moralnya. Para penduduk tidak menghiraukannya, bahkan meremehkannya. Akan tetapi setiap bulan maulud tiba dia membersihkan pakaiannya, memakai wangi-wangian, berhias, dan mengadakan perayaan maulud. Antara Maulud Dan Korupsi Oleh : Imran Hanafi, S.Ag* 22 MPA 317 / Februari 2013

Transcript of Antara Maulud Dan Korupsi -...

Page 1: Antara Maulud Dan Korupsi - jatim.kemenag.go.idjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar317/oyhj1360911912.pdf · “hadirilah dan saksikanlah jenazah dia waliullah. Disisiku dia mulia.

Agama

bulan hijriyah setelahnya. Lalu apa konfigurasi prolog diatas terhadap tampilan tema maulud dengan korupsi teks diatas?

Secara termonologis dan episti-mologi tidak ada kaitan. Namun keduanya punya urgensitas bermakna secara substansial. Terutama dengan profil Rasulullah SAW sebagai figur reformasi perilaku jahiliyah menuju etika islami. Sesuai ungkapan beliau dalam satu mafhum hadistnya, “Tidaklah aku diutus kedunia kecuali hanya menyempurnakan ahlaq”. Korupsi termasuk katagori Ahlaq Mazhmumah (etika jelek) yang perlu diterapi kesembuhannya.

Penyakit sosial yang satu ini kini merambah disemua lini birokrasi. Para kuli tintapun menuliskannya di berbagai media massa baik cetak maupun elektronik sebagai bahan kritis sosial sesuai dengai kode etik jurnalistik. Taruhlah korupsi Gayus dan sederetan nama-nama lain yang

menjadi bidikan para kuli tinta. Perilaku korupsi adalah sebuah

etika negatif yang jalan terapinya sebagai seorang mukmin haruslah kambali merujuk pada Al-Qur’an sebagai landasan konseptual. Se men-tara contoh konkritnya adalah perilaku Rasulullah SAW. Hal mana sebagai urgensitas kalimat tauhid, La Ilaha Illallah Muhammadur Rasulullah -sebagai sandaran hidup seorang mukmin hanyalah Allah SWT tempat bergantung. Sedang amal keseharian mengikuti sunnah yang telah dicontohkan oleh Rasullullah SAW.

La Ilaha Illaallah kalimat iman. Sebagai seorang mukmin haruslah punya keyakinan Allah SWT -Raaziq (pemberi rizki). Sedangkan Marzuq (yang diberi rizki) adalah makhluk, dengan asbab ikhtiar bila seorang mukmin mensifati iman ini tentulah berlapang dada, tawakal (pasrah diri) hidup sederhana, bersahaja, apa adanya. Tidaklah hidup me-

Dalam perayaan itu dia membaca tarikh kelahiran Rasulullah SAW tidak lebih

sekedar memperingati maulud namun aktifitas kesehariannya selalu mengamalkan sunnah fi’liyah mulai bangun tidur hingga bangun tidur kembali dengan konsistensi. Ia-pun membaca doa-doa harian masnunah, do’a makan, do’a keluar masuk toilet, do’a tidur dan praktek sunnah lainnya. Alhasil aktifitasnya tak lepas dari sunnah, dia istiqomah melakukan semua itu sampai meninggal. Pada hari kematiannya penduduk desa itu mendengar hatif (suara tanpa bentuk), “hadirilah dan saksikanlah jenazah dia waliullah. Disisiku dia mulia. Penduduk masyarakat sekitarpun menghadiri pemakamannya”.

Tema diatas perlu diangkat ke-per mukaan walaupun maulud sudah terangkai dalam rangkaian monumental. Dan kini bulan maulud pun hampir tenggelam menyusul

Al-kisah, seorang pemuda di Basrah terkenal dengan kebejatan moralnya. Para penduduk tidak menghiraukannya, bahkan meremehkannya. Akan tetapi setiap bulan maulud tiba dia membersihkan pakaiannya, memakai wangi-wangian, berhias, dan mengadakan perayaan maulud.

Antara MauludDan Korupsi

Oleh : Imran Hanafi, S.Ag*

22 MPA 317 / Februari 2013

Page 2: Antara Maulud Dan Korupsi - jatim.kemenag.go.idjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar317/oyhj1360911912.pdf · “hadirilah dan saksikanlah jenazah dia waliullah. Disisiku dia mulia.

wah bergelamur harta. Akhirnya korupsipun tidak ia lakukan seba-gaimana Rasulullah SAW memberi contoh hidup sederhana.

Beliau seorang Bapak dalam hikayat sahabat dilukiskan makan sehari, sehari tidak makan. Rasulullah SAW dan para sahabat beliau sedikit makan. Sedangkan kita sedikit-sedikit makan. Konsep hidup Rasulullah SAW -dunia kebutuhan, akhirat tujuan”. Dunia sementara, akhirat selamanya. Maka kesuksesan seorang mukmin tidaklah di tentukan dengan harta, tapi lebih ditentukan oleh iman dan amal kebajikan. Inilah nanti yang dibawa ke akhirat -alam non materi. Alam nyata walau tidak bisa di indera dan dirasakan di alam materi ini.

Dalam konteks ini Abu Laist As-Samarqandi mengurai argumen mengapa seseorang cenderung berperilaku negatif di masyarakat, termasuk didalamnya kasus berpe-rilaku korupsi.

Pertama, Al-Hirst: sifat loba atau serakah. Fitrah manusia pada dasarnya adalah serakah. Terlalu mencintai dunia, sehingga menimbulkan sifat bakhil. Firman Allah SWT: “Dan sesungguhnya dia (manusia) sangat bakhil karena cintanya pada harta” (QS. Al-Adiyat: 8). Dalam ayat lain disebutkan : “dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan” (QS. Al-Fajar: 20). Mufassirin memahami ayat ini bahwa manusia mencintai harta benda dengan cinta buta. Dalam mencari harta tidak peduli halal dan haram. Ada pameo, “yang haram (saja) tidak kebagian, apalagi yang halal”. Padahal. Sebenarnya yang halal masih lebih banyak.

Para psikolog mengkaji studi kasus dari sisi kejiwaan seorang koruptor. Ia cenderung labil terutama potensi Imannya (Intelgensi mentalitas). Mentalnya banyak dipengaruhi dari luar -oleh kerabat yang di cintainya, terutama para keluarga dan isterinya (atau orang lain). Kedekatan interaksi ini menimbulkan stimulus mencari solusi pragmatis dengan jalan korupsi. Benar apa yang oleh pengamat ekonomi dikatakan, bahwa seorang koruptor memicu anggaran belanjanya di luar kemampuan penda-patan bulanannya di luar standar. Dan itu banyak di pengaruhi oleh isteri (atau orang lain).

Maka, seyoginya secara yuridis, sepantasnya isteri (atau orang

Agama

lain) haruslah memikul putusan pengadilan sebagai pemicu tindakan kriminal yang bernama Korupsi itu. Tidak heran keluarga koruptor -belanja hariannya bukan di Indonesia. Tapi di luar negeri, seperti Singapura, Paris dan negara-negara surga dunia lainnya.

Kedua, hasad. Ketika iman seorang mukmin sedang turun dari standarnya. Sedang orang lain memiliki yang lebih dari itu, maka timbullah hasad, dengki. Ketika ada teman naik pangkat, ia malah sedih. Pada gilirannya, ada teman terkena musibah, ia malah senang dan tepuk tangan. Ini termasuk hasad atau dengki. Demi mengejar kenikmatan materi yang Allah SWT berikan pada orang lain, maka solusi jalan pintaspun dicari. Tindakan korupsipun dilakukannya.

Preventif pencegahan oleh ahli psikologi disarankan dengan pende-katan agama. Yaitu dengan aktualisasi amal sunnah. Dalam aktivitas kehi-dupan seorang mukmin terlebih suasana amal sunnah ini dibentuk di instansi-instansi terkait. Praktek kongkritnya misal ketika waktu sholat kumandangkanlah adzan di musholla instansi. Lalu sejenak break dari pekerjaannya dan seluruh karyawan melaksanakan sholat berjamaah. Setelah sholat, dibacakan “Fadilah sholat jamaah” dengan harapan menjadi stimulus bagi konsistensi sholat. Dengan sholat dapat mencegah perbuatan jahat dan munkar. Tentu, sholat yang diterapkan Rasulullah SAW. Tepat waktu, di awal waktu, tertib tempat, di masjid atau di musholla. Tertib cara. Cara Rasulullah dengan berjamaah.

Terapi sholat ini lebih efektif dari pada pembinaan yang sifatnya formalitas dan hanya menghabiskan anggaran negara itu. Pimpinan instansi, menguatkan dengan uswah (tauladan) dari pada mau’idzah (ceramah).

Ketiga, Al-Kibru (sombong). Sifat sombong adalah sifat iblis, sehingga ia berani manantang Allah SWT dengan tidak sujud kepada Nabi Adam AS. Sejarah telah membuktikan karena kesombongannya, Allah telah menghinakan Firaun, di akhir hayatnya di tenggelamkan di laut merah. Jasadnya hingga kini dipertontonkan bagi se lu ruh penduduk jagad ka rena ke som-bongannya. Ia, mem proklamirkan diri sebagai tuhan se mesta alam.

Persitiwa ini diabadikan oleh Allah SWT dalam surat Yunus ayat 90.

Lawan dari sifat sombong adalah tawadu’. Seorang yang mempunyai sifat tawadu’ (rendah hati) tidaklah mungkin melakukan tindakan ko-rupsi. Karena, ia merasa kaya -saat orang lain merasa miskin, walau sebenarnya hartanya melimpah.

Solusi terapi, Sunnah Rasul.Dari paparan diatas, terapi efektif

para koruptor selain hukuman kurungan preventifnya -agar tak terjadi tindakan korupsi adalah -dengan pendekatan imaniyah dan amal agama. Caranya, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya dengan cara “mujahadah”, mengekang hawa nafsu yang beraroma duniawi.

Dalam konteks manusia modern dewasa ini, adalah meluangkan waktu bagi “makanan hati”. Materi makanan hati adalah “makanan langit”. Ulama sufi’ menterjemahkan dengan dzikir keseharian Rasulullah SAW dengan bacaan-bacaan mas-nunah, doa-doa bagun tidur sampai bangun tidur kembali, dan seterusnya

Ibadah wajibah Rasulullah SAW titik tekannya adalah kesempurnaan menjaga waktu sholat lima waktu. Sholat lima waktu sebagaimana diawal tulisan ini –WTC. Tertib waktu, tertib tempat, tertib cara.

Diusahakan sifat-sifat sholat juga di jaga diluar sholat misalnya di sholat harus suci dari hadast dan najis diawali dengan wudlu’. Dan bila berhadast dengan mandi jinabah. Maka diusahakan di luar sholat makanan yang masuk ke perut kita harus suci pula. Suci dari makanan yang dihasilkan dari “perbuatan haram”. Selain makanan sehat juga suci, 5 sehat 4 suci. Sementara pende-katan sosial Rasulullah SAW di tengah masyarakat dengan cara tidak berbau kepentingan apapun kecuali pengukuhan silaturrahim dibangun diatas pondasi “maslahatul ‘ammah”.

Inilah rajudan maulud yang hakiki. Selain memperingati kela-hiran Rasulullah SAW juga memiliki makna “melaksanakan Sunnah-Sunnah Rasul”.

* Penulis adalah Penghulu KUA Kec. Pakong Kab. Pamekasan dan guru

pada Madin (Madrasah Diniyah) Ponpes Al-Falah Patemon Seddur Kec. Pakong.

23MPA 317 / Februari 2013