Ansn Ind Proteksi Radiasi Radiodiagnostik-perbaikan-Martua Sinaga
-
Upload
floba-ika-sianturi -
Category
Documents
-
view
53 -
download
0
Transcript of Ansn Ind Proteksi Radiasi Radiodiagnostik-perbaikan-Martua Sinaga
5/17/2018 Ansn Ind Proteksi Radiasi Radiodiagnostik-perbaikan-Martua Sinaga - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ansn-ind-proteksi-radiasi-radiodiagnostik-perbaikan-martua-sinaga-55b07f1c895af 1/9
Seminar Keselamatan Nuklir 2 -3 Agustus 2006 ISSN: 1412 - 3258
TANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN
PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X UNTUK
DIAGNOSTIK.
oleh : Martua Sinaga
ABSTRAKRadiasi pengion tidak selamanya berbahaya bagi manusia akan tetapi juga berguna bila
dikelola dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam dunia kedokteran
penggunaan radiasi pengion sudah sejak lama digunakan karena dapat memberikan
keuntungan bagi pasien baik dalam bidang diagnostik maupun terapi. Dalam bidang
kesehatan bahwa radiasi dapat memberikan suatu informasi dari tubuh manusia
sehingga dokter dapat melakukan tindakan secara benar sesuai dengan informasi yangdidapatkan. Di Indonesia penggunaan radiasi sinar-X diatur dan diawasi sama halnya
seperti penggunaan radiasi pengion di bidang lain seperti industri atau penelitian. Sesuai
dengan peraturan yang berlaku hingga sekarang pengawasan hanya difokuskan pada
keselamatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup. Namun pada akhirnya perhatian
para pakar di dunia internasional, terutama dalam bidang medis perlu memperhitungkan
pemberian dosis pada pasien. Seiring dengan hal tersebut muncullah rekomendasi untuk
dosis pasien melalui International Atomic Energy Agency (IAEA) Basic Safety Standard
115 tahun 1996. Dengan demikian maka pengawasan tidak hanya dilakukan untuk
pekerja namun juga terhadap pasien. Agar penggunaan sinar-X ini optimum maka
pemberian dosis radiasi pada pasien harus seakurat mungkin. Hal ini hanya dapat
tercapai apabila teknologi pesawat sinar-X tersebut handal dan orang yang
mengoperasikannya memenuhi persyaratan kualifikasi standar pula.
ABSTRACT
Ionizing radiation is not always dangerous to the people but it is also useful for the people
when it is managed pursuant to regulation. Utilization of the ionizing radiation in medical
has been used since long time ago because it is able to give adventage to the patient in
diagnostic and therapy. By using radiation the doctor can get some information from the
body so that the treatment will be given refer to that information. In Indonesia the
utilization of the X-ray machines are regulated and controlled same as other utilization
such as industries and research. In accordance with the regulation until now the
controlling is only focused to the safety of worker, member of the public, and environment.
Nevertheless, attention of the expert in the world especially in medical it is necessary to consider exposure dose to the patient. Then the International Atomic Energy Agency
(IAEA) Basic Safety Standard 115 year 1996 recommended that guidance level to the
patien must be followed. Now the controlling is not only focused to the workers, member
of the public, and environment but also for the patient. For giving dose to patient
accurately it is needed to carry out compliance test for X-ray machines and also
qualification of person who operate the machines.
29
5/17/2018 Ansn Ind Proteksi Radiasi Radiodiagnostik-perbaikan-Martua Sinaga - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ansn-ind-proteksi-radiasi-radiodiagnostik-perbaikan-martua-sinaga-55b07f1c895af 2/9
Seminar Keselamatan Nuklir 2 -3 Agustus 2006 ISSN: 1412 - 3258
I. PENDAHULUAN
Pada awalnya ketika sinar-X ditemukan bahayanya sendiri belum diketahui, hanya para
ahli menemukan bahwa sinar-X ini sangat berguna karena memiliki sifat yang unik
terutama memiliki daya tembus yang besar yang dapat dimanfaatkan. Juga belum
ditemukannya detektor yang dapat mengetahui besarnya dosis radiasi yang dihasilkan
sehingga banyak orang yang mendapat resiko dan penyakit akibat radiasi.
Perkembangan teknologi pesawat sinar-X juga begitu pesat namun hanya
mempertimbangkan bagaimana menghasilkan citra yang baik sehingga para praktisi
dengan mudah mendiagnosa penyakit atau mendapatkan informasi dari tubuh manusia.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam perkembangan teknologi ini secara tidak
langsung terlintas adanya keselamatan pasien sebab dengan waktu penyinaran yang
singkat misalnya kegagalan penyinaran dapat dihindari sehingga pasien tidak perlu
diberikan radiasi secara berulang. Demikian juga halnya dengan perkembangan teknologi
pembuatan film dengan bahan tertentu akan dapat menghasilkan citra yang sangat
memuaskan.
Pemanfaatan radiasi di bidang diagnostik ini berkembang juga dari konvensional ke
teknologi intervensional dimana radiasi sangat mungkin diterima oleh pekerja maupun
pasien lebih besar lagi kalau teknologinya tidak dirawat dan diuji kehandalannya. Tidak
cukup hanya mempersoalkan teknologi akan tetapi juga harus diperlengkapi dengan
sumber daya manusia yang memenuhi standar internasional. Dengan teknologi yang
handal dan teruji akan dapat menghasilkan radiasi yang besar pada organ tertentu yang
tidak perlu bagi pasien bahkan tidak jarang melakukan penyinaran berulang sebab tidak
menghasilkan citra untuk mendapatkan informasi yang dikehendaki. Demikian juga
sebaliknya walaupun orang yang mengoperasikan telah disertifikasi dan memenuhi
persyaratan standar akan tetapi teknologinya tidak handal dan teruji maka akan
menimbulkan masalah yang sama. Untuk membuktikan teknologi tersebut handal dan
teruji maka harus ada institusi yang telah terakreditasi memberikan sertifikat kepada
pesawat sinar-X tersebut sebagai jaminan layak dioperasikan.
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa di Indonesia menghadapi persoalan ini dimana
sejak lama pengawasan hanya difokuskan pada keselamatan pekerja namun pengaturan
keselamatan pasien sangat minimum dilakukan. Oleh karena itu pada masa yang akan
datang pengawasan dan pengaturan dosis pasien ini menjadi perhatian utama disamping
tetap meningkatkan keselamatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup. Untuk
memenuhi ini maka akan dilakukan perbaikan peraturan yang menyangkut kualifikasi
pekerja untuk setiap jenis penggunaan pesawat sinar-X, pengujian dan perawatan
pesawat sinar-X, dan menetapkan persyaratan untuk uji kesesuaian.
30
5/17/2018 Ansn Ind Proteksi Radiasi Radiodiagnostik-perbaikan-Martua Sinaga - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ansn-ind-proteksi-radiasi-radiodiagnostik-perbaikan-martua-sinaga-55b07f1c895af 3/9
Seminar Keselamatan Nuklir 2 -3 Agustus 2006 ISSN: 1412 - 3258
II. Penggunaan Pesawat Sinar-X di Indonesia
Pemanfaatan pesawat sinar-X di Indonesia harus dilakukan setelah terlebih dahulu
memiliki izin dari BAPETEN dan mengacu pada peraturan perundangan yang ada.
Menurut peraturan bahwa untuk mendapatkan izin maka dipersyaratkan :
a. Memiliki izin usaha atau izin dari instansi terkait
b. Memiliki fasilitas yang memenuhi pesyaratan keselamatan
c. Memiliki tenaga yang cakap dan terlatih baik
d. Memiliki peralatan keselamatan
e. Memiliki prosedur keselamatan.
Dalam praktek bahwa peraturan tersebut diimplementasikan hanya terfokus pada
keselamatan radiasi untuk pekerja atau operator, masyarakat tidak termasuk pasien, dan
terhadap lingkungan hidup.
1. Fasilitas.
Pada dasarnya dalam evaluasi persyaratan fasilitas ini secara penuh dipercaya bahwa
peralatan pesawat sinar-X telah memenuhi persyaratan dari pabrik tanpa adanya
persyaratan lain yang mendukung keakurasian dosis radiasi yang dikeluarkan oleh
pesawat sinar-X. Yang penting bagi evaluator adalah bahwa paparan radiasi sekitar
ruangan tidak melampaui dosis radiasi sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga
akan menjamin keselamatan bagi petugas dan lingkungan sekitarnya.
2. Petugas Proteksi Radiasi (PPR).
Untuk persyaratan izin maka dibutuhkan minimum 1 (satu) orang PPR yang memiliki
Surat Izin Bekerja (SIB) dari BAPETEN. Sesuai dengan peraturan bahwa PPR adalah
orang yang diangkat oleh Pengusaha Instalasi dan oleh yang berwenang, dalam hal ini
BAPETEN dianggap mampu memnyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan
proteksi radiasi. Dengan adanya tenaga ini maka persoalan proteksi radiasi akan terjamin
di fasilitas tersebut. Tanpa adanya PPR maka tidak akan diberikan izin yang berarti
pesawat sinar-X tidak boleh digunakan.
3. Radiografer.
Hingga saat ini persyaratan radiografer untuk semua klinik hingga rumah sakit besar
adalah minimum Sekolah Menegah Umum (SMU) yang terlatih. Tidak pernah
dipersoalkan kualifikasi radiografer ini sebab belum ada orientasi dosis terhadap pasien.
Dalam praktek, yang paling penting adalah radiografer dapat melakukan pekerjaannya
serta mendapatkan film yang dapat dibaca oleh yang berkepentingan tanpa
mengindahkan dosis yang diterima oleh pasien.
4. Peralatan proteksi radiasi.
31
5/17/2018 Ansn Ind Proteksi Radiasi Radiodiagnostik-perbaikan-Martua Sinaga - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ansn-ind-proteksi-radiasi-radiodiagnostik-perbaikan-martua-sinaga-55b07f1c895af 4/9
Seminar Keselamatan Nuklir 2 -3 Agustus 2006 ISSN: 1412 - 3258
Dalam penggunaan radiasi maka setiap pekerja harus dibekali dengan personal monitor
yang dapat memberikan informasi berapa besar dosis radiasi yang diterima selama
bekerja. Alat ini ada yang dapat dibaca secara langsung, misalnya dosimeter saku
maupun tidak langsung seperti film badge. Untuk pembacaan secara tidak langung maka
film badge harus dikirim ke laboratorium yang terakreditasi untuk melakukan evaluasi.
Selanjutnya hasil tersebut dikirimkan kepada pengguna dengan tembusan ke BAPETEN.
Dengan demikian maka BAPETEN dapat mengetahui berapa banyak radiasi yang
diterima oleh semua pekerja radiasi di Indonesia.
5. Prosedur Kerja
Pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan radiasi harus memiliki prosedur mulai dari
operasional sehari-hari hingga dalam kondisi kecelakaan serta tindakannya. Prosedur ini
sebaiknya di-update dari hari ke hari bila ada hal yang dapat memperbaiki sistim
keselamatan. Pembuatan prosedur ini tidak banyak masalah sebab baik dari pabrik telah
ada standar operasinya.
III. Standar Proteksi Radiasi
Dalam implementasi optimisasi seperti yang direkomendasikan oleh International Atomic
Energy Agency maka pelaksanaan Tingkat Panduan Dosis atau Guidance Level bagi
pasien mau tidak mau harus dilaksanakan agar pasien terlindung dari pemberian dosis
yang tidak perlu. Untuk mencapai hal ini maka perlu diperhatikan Peralatan yang
dipergunakan apakah handal dan teruji dan Tenaga kerjanya terkualifikasi atau tidak.
1. Peralatan yang handal.
Agar supaya dosis pasien yang dikehendaki dapat tercapai maka hal pertama yang harus
diperhatikan adalah kemampuan pesawat sinar-X. Untuk meyakinkan bahwa
kemampuannya masih dapat dipercaya maka perlu dilakukan uji fungsi terhadap pesawat
sinar-X secara periodik sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kalau peraturan
mengharuskan dilakukan uji kesesuaian sekali dalam setahun maka harus dilakukan.
Permasalahan adalah siapa yang dapat melakukan uji kesesuaian yang sesuai dengan
standar internasional.
Menurut peraturan perundangan yang berlaku maka instansi atau lembaga yang dapat
melakukan uji kesesuaian boleh siapa saja asalkan sudah diakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN) yang berada di dalam organisasi Badan Standardisasi
Nasional (BSN). Secara internasional KAN diakui sebagai satu-satunya instansi yang
dapat melaksanakan akreditasi terhadap instansi yang melaksanakan sertifikasi jasa
maupun produk. Oleh karena itu semua lembaga di Indonesia yang akan melaksanakan
32
5/17/2018 Ansn Ind Proteksi Radiasi Radiodiagnostik-perbaikan-Martua Sinaga - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ansn-ind-proteksi-radiasi-radiodiagnostik-perbaikan-martua-sinaga-55b07f1c895af 5/9
Seminar Keselamatan Nuklir 2 -3 Agustus 2006 ISSN: 1412 - 3258
sertifikasi harus terlebih dahulu mendapat akreditasi dari KAN. Sertifikat pesawat sinar-X
akan menjadi syarat utama untuk mengajukan permohonan izin penggunaan pesawat
sinar-X.
2. Tenaga yang terkualifikasi
Untuk mencapai dosis pasien yang diharapkan tidak cukup hanya menguji peralatan akan
tetapi kualifikasi personil yang mengoperasikan alat juga harus mendapat perhatian.
Personil tersebut harus memiliki pendidikan yang standar sesuai dengan yang
dipersyaratkan untuk mengoperasikan pesawat sinar-X. Untuk operator pesawat sinar-X
persyaratan minimum harus berpendidikan Diploma D3 atau setara dengan akademi
yang khusus untuk pesawat sinar-X diagnostik. Dengan latar belakang pendidikan ini
maka pemberian paparan radiasi pada pasien akan mendapatkan citra yang diharapkan
serta dosis pasien yang sesuai dengan tingkat panduan dosis pada setiap jenis
pemeriksaan yang dimintakan dokter. Sedangkan untuk pemeriksaan angiografi,
mammografi, dan CT Scan, disamping tenaga operator yang terkualifikasi juga
diopersyaratkan adanya tenaga Fisika Medik.
IV. Tantangan dan pemecahan persoalan.
Pemenuhan standar proteksi yang sekaligus persyaratan izin untuk menggunakan
pesawat sinar-X seperti diutarakan di atas bukanlah hal yang mudah bila ditinjau dari
segala aspek. Namun untuk memperbaiki sistem proteksi radiasi di dalam bidang
kesehatan yang meliputi keselamatan pekerja, pasien, masyarakat, dan lingkungan harus
dilakukan secara serius tanpa harus membawa dampak sosial kepada masyarakat.
Membuat peraturan bagi Badan Pengawas bukanlah hal yang sulit sebab dengan
mengacu pada standar internasional maka peraturan dapat disusun. Namun bila
peraturan hanya dibuat untuk dilanggar dan tidak atau susah untuk diimplementasikan
maka pembuatan peraturan itu tidak ada gunanya. Di sisi lain bila pengaturan
penggunaan pesawat sinar-X tidak dibuat dengan standar internasional seperti kondisi
sekarang maka yang terjadi adalah kurangnya kepercayaan masyarakat sehingga akan
cenderung pergi ke luar negeri untuk pemeriksaan sekaligus pengobatan. Kita tidak
heran lagi serta melihat fakta yang ada bahwa masyarakat tingkat menengah ke atas
sudah ada kecenderungan lebih baik berobat ke luar negeri dari pada di Indonesia sebab
kepercayaan terhadap keakurasian mulai diagnosa hingga pengobatan tidak didapatkan
di negeri ini.
Penggunaan radiasi adalah sebagian dari pemecahan persoalan dalam pengobatan
pasien sebab radiasi hanya digunakan untuk mendapatkan informasi dari dalam tubuh
pasien secara akurat dalam radiodiagnostik. Namun bila pada tingkat diagnosa sudah
33
5/17/2018 Ansn Ind Proteksi Radiasi Radiodiagnostik-perbaikan-Martua Sinaga - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ansn-ind-proteksi-radiasi-radiodiagnostik-perbaikan-martua-sinaga-55b07f1c895af 6/9
Seminar Keselamatan Nuklir 2 -3 Agustus 2006 ISSN: 1412 - 3258
salah maka selanjutnya dalam tindakan yang akan dilakukan oleh dokter juga akan salah.
Oleh karena itu perlu alat yang handal dan tenaga yang terkualifikasi untuk mendapatkan
informasi yang akurat tanpa memberikan dosis radiasi yang lebih atau kurang yang dapat
merugikan pasien itu sendiri.
Persoalan penggunaan radiasi dalam bidang kesehatan bukanlah hal yang mudah
diperbaiki sebab sudah berlangsung puluhan tahun. Bila peraturan yang standar dibuat
dan dipaksa harus diikuti maka tidak terbayangkan bagaimana kondisi yang dihadapi.
Sudah pasti banyak sekali penggunaan pesawat sinar-X dilakukan tanpa izin sebab
Badan Pengawas tidak akan memberikan izin sebab tidak memenuhi persyaratan. Bila
hal ini dilakukan maka sesuai dengan peraturan perundangan yang ada maka akan
ditindak. Tindakan yang minimum adalah fasilitas penggunaan sinar-X harus ditutup
dengan konsekuensi pemeriksaan dengan menggunakan radiasi tidak dapat dilakukan
untuk mendapatkan diagnosa. Kondisi ini harus dihindari akan tetapi perbaikan sistim
harus juga dilakukan agar kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan domestik
tercapai sekaligus pasien tidak dirugikan. Adapun pemecahannya harus dilakukan secara
terpadu yang melibatkan Badan Pengawas, Instansi terkait dalam kesehatan termasuk
pemerintah daerah, Instansi yang memberikan akreditasi, Pengguna, Organisasi Professi
terkait, dan Perguruan Tinggi. Bila memperhatikan pemecahan masalah ini maka
pekerjaan yang harus dilakukan amat komplek, melibatkan banyak instansi dan professi,
dan akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu harus dibuat perencanaan serta
strategi untuk mencapainya sebagai berikut :
1. Pembuatan peraturan radiodiagnostik harus melibatkan semua komponen atau unsur
seperti disebutkan di atas.
2. Adanya komitmen instansi pengatur dan pengambil kebijakan dalam bidang
kesehatan bahwa sistem harus dibangun sesuai dengan peraturan yang berlaku yang
mengacu pada standar internasional.
3. Membangun pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi nasional untuk melakukan uji
kesesuaian terhadap penggunaan pesawat sinar-X dalam bidang radiodiagnostik.
4. Pemerintah harus mendukung perbaikan sistem dengan menyediakan dana yang
diperlukan.
5. Pendataan penggunaan pesawat sinar-X di seluruh Indonesia harus dilakukan secara
akurat yang meliputi jumlah, jenis penggunaan, data operator yang tersedia dengan
latar belakang yang dimiliki, data Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang memiliki Surat
Izin Bekerja (SIB), dan data pembaca film/citra dengan latar belakang pendidikan
yang dimiliki. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama dengan pemerintah daerah
dalam hal ini Dinas Kesehatan.
34
5/17/2018 Ansn Ind Proteksi Radiasi Radiodiagnostik-perbaikan-Martua Sinaga - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ansn-ind-proteksi-radiasi-radiodiagnostik-perbaikan-martua-sinaga-55b07f1c895af 7/9
Seminar Keselamatan Nuklir 2 -3 Agustus 2006 ISSN: 1412 - 3258
6. Menunjuk Perguruan Tinggi dan lembaga diklat untuk melaksanakan pendidikan
sesuai dengan kriteria standar yang meliputi PPR, Operator dan Fisika Medik.
7. Selama periode pembangunan sistem dan perbaikan proteksi radiasi dilaksanakan
maka peraturan minimum yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sebagai
peraturan untuk sementara.
V. Kesimpulan
Proteksi radiasi dalam bidang kesehatan yang selama ini lebih difokuskan pada
keselamatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup.Untuk masa yang akan datang
proteksi radiasi harus juga lebih mementingkan keselamatan pasien. Oleh karena itu
diperlukan tenaga yang cakap dan terlatih baik serta memenuhi standar keselamatan dan
kompetensi. Sedangkan pesawat sinar-X harus diuji oleh lembaga atau instansi yang
telah mendapat akreditasi dari KAN. Dengan memberlakukan peraturan yang sesuai
dengan standar internasional maka penggunaan pesawat sinar-X akan memberikan
jaminan dan manfaat kepada pasien, pekerja, masyarakat, dan lingkungan.
35
5/17/2018 Ansn Ind Proteksi Radiasi Radiodiagnostik-perbaikan-Martua Sinaga - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ansn-ind-proteksi-radiasi-radiodiagnostik-perbaikan-martua-sinaga-55b07f1c895af 8/9
Seminar Keselamatan Nuklir 2 -3 Agustus 2006 ISSN: 1412 - 3258
DAFTAR PUSTAKA
1. IAEA- Safety Series, International Basic Safety Standard No. 115 on Protection
against ionizing radiation and safety of radioactive sources
2. IAEA -Tecdoc 1067, Organization and implementation of a national regulatory
infrastructure governing protection against ionizing radiation and safety of radiation
sources.
36
5/17/2018 Ansn Ind Proteksi Radiasi Radiodiagnostik-perbaikan-Martua Sinaga - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ansn-ind-proteksi-radiasi-radiodiagnostik-perbaikan-martua-sinaga-55b07f1c895af 9/9
Seminar Keselamatan Nuklir 2 -3 Agustus 2006 ISSN: 1412 - 3258
DISKUSI DAN TANYA JAWAB
Penanya: Prof. Dr. H Suhardjo, drg, MS, SPRKG ( Ikatan Radiologi Kedokteran Gigi FKG
UNPAD )
Saran:
Sehubungan dengan undang – undang RI no. 29 th. 2004 tentang praktik kedokteran,
maka ada suatu badan langsung di bawah Presiden RI, yaitu Konsil Kedokteran
Indonesia, yang merumuskan standar kompetensi dokter gigi dan standar kompetensi
pendidikan dokter gigi serta standar kompetensi dokter gigi spesialis dan standar
kompetensi pendidikan dokter gigi spesialis. Bertujuan untuk memonitor para dokter
gigi dan dokter gigi spesialis termasuk spesialis Radiologi kedokteran gigi maka
berdasarkan ini yang diberikan kewenangan menangani radiologi adalah dokter gigi
spesialis radiologi kedokteran gigi yang tergabung dalam Ikatan Radiologi Kedokteran
Gigi Indonesia ( IKARGI )
Penanya: Hotdin Purba ( PT. IKPP Serang )
Pertanyaan:
a.Usaha apa sajakah yang telah dilakukan BAPETEN agar penggunaan sinar-X
optimum ( pemberian dosis radiasi pada pasien lebih akurat ) terutama dalam dunia
kedokteran dan adakah usaha – usaha BAPETEN atau instansinya melakukan
pengkalibrasian untuk alat – alat yang kurang akurat atau presisi untuk mencegah
terjadinya kerugian pada pasien?
Jawaban:
a.Hingga hari ini BAPETEN hanya memfokuskan keselamatan pada pekerja,
masyarakat, dan lingkungan. Sedangkan untuk dosis pasien belum. Namun
BAPETEN sedang mempersiapkan peraturan Kepala Bapeten tentang keselamatan
radiodiagnostik dan radioterapi yang mencakup seluruh aspek mulai sertifikasi
personil hingga kelayakan serta kesesuaian alat. Dengan demikian akan mencakup
presisi dosis yang diterima pasien.
37