ANSIS Bilas Lambung

18
kumbah lambung F. Pengertian 1. Kumbah lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memasukan dan mengeluarkan air ke/dari lambung dengan menggunakan NGT ( Naso Gastric Tube ) 2. Kumbah lambung merupakan metode alternatife yang umum pengosongan lambung,dimana cairan dimasukkan kedalam lambung melalui orogastrik atau nasogastrik dengan diameter besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk membuang bagian agen yang mengandung toksik. G. Tujuan 1. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk sal pencernaan 2. Mendiagnosa perdarahan lambung 3. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy 4. Membuang cairan atau partikel dari lambung H. Indikasi 1. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu 2. Persiapan operasi lambung 3. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung 4. Tidak ada refleks muntah 5. Gagal dengan terapi emesis 6. Pasien dalam keadaan sadar I. Kontra Indikasi 1. Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam penatalaksanaan pasien dengan keracunan.Kumbah lambung dilakukan ketika pasien menelan subtansi toksik yang dapat mengancam nyawa,dan prosedur dilakukan selama 60 menit setelah tertelan. 2. Pasien kejang 3. Kumbah lambung dapat mendorong tablet ke dalam duodenum selain mengeluarkan tablet tersebut.

description

analisa sintesa tindakan bilas lambung

Transcript of ANSIS Bilas Lambung

Page 1: ANSIS Bilas Lambung

kumbah lambung

F. Pengertian

1. Kumbah lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memasukan dan

mengeluarkan air ke/dari lambung dengan menggunakan NGT ( Naso Gastric Tube )

2. Kumbah lambung merupakan metode alternatife yang umum pengosongan lambung,dimana

cairan dimasukkan kedalam lambung melalui orogastrik atau nasogastrik dengan diameter

besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk membuang bagian agen yang mengandung

toksik.

G. Tujuan

1. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk sal pencernaan

2. Mendiagnosa perdarahan lambung

3. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy

4. Membuang cairan atau partikel dari lambung

H. Indikasi

1. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu

2. Persiapan operasi lambung

3. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung

4. Tidak ada refleks muntah

5. Gagal dengan terapi emesis

6. Pasien dalam keadaan sadar

I. Kontra Indikasi

1. Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam penatalaksanaan pasien dengan

keracunan.Kumbah lambung dilakukan ketika pasien menelan subtansi toksik yang dapat

mengancam nyawa,dan prosedur dilakukan selama 60 menit setelah tertelan.

2. Pasien kejang

3. Kumbah lambung dapat mendorong tablet ke dalam duodenum selain mengeluarkan tablet

tersebut.

Page 2: ANSIS Bilas Lambung

4. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk bahan-bahan toksik yang tajam dan terasa

membakar (resiko perforasi esophageal).Kumbah lambung tidak dilakukan untuk bahan

toksik hidrokarbon (resiko aspirasi),misalnya : camphor,hidrokarbon,halogen,hidrokarbon

aromatic,pestisida

5. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk pasien yang menelan benda asing yang tajam

dan besar

6. Pasien tanpa gag reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar) membutuhkan intubasi

sebelum kumbah lambung untuk mencegah inspirasi.

J. Persiapan alat

1. Baki berisi NGT lengkap dengan corong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan

2. Ukuran NGT :

a. no. 14-20 untuk ukuran dewasa

b. no. 8-16 untuk anak-anak

c. no.5-7 untuk bayi

3. 2 buah baskom

4. Perlak dan handuk sebagai pengalas

5. Stetoskop

6. Spuit 10 cc

7. plester

8. Piala ginjal dan kom penampung

9. Air hangat 1 sampai 2 liter

10. Kassa/tissue,

11. Jelly

12. Susu hangat

K. Persiapan pasien

Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan,mengadakan pendekatan kepada anak atau

keluarga dengan memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kemampuan berkomunikasi.

L. Langkah-langkah

Page 3: ANSIS Bilas Lambung

1. Mencuci tangan

2. Perawat memakai skort

3. Perlak dan alas dipasang disamping pasien

4. NGT di ukur dari epigastrium sampai pertengahan dahi kemudian diberi tanda

5. Ujung atas NGT diolesi jelly,bagian ujung bawah diklem

6. NGT dimasukkan perlahan-lahan melalui hidung pasien sambil disuruh menelannya ( bila

pasien sadar )

7. Periksa apakah NGT betul-betul masuk lambung dengan cara ;

a. Masukan ujung NGT kedalambaskom yang berisi air,jika tidak ada gelembung Maka NGT

sudah masuk kedalam lambung.

b. Masukan Udara dengan spuit 10cc dan didengarkan pada daerah lambung dengan

menggunakan stetoskop.setelah yakin pasang plester pada hidung untuk memfiksasi NGT.

8. Setelah NGT masuk pasien diatur dengan posisi miring tanpa bantal atau kepala lebih rendah

selanjutnya klem dibuka.

9. Corong dipasang diujung bawah NGT,air/susu dituangkan kedalam corong jumlah cairan

sesuai kebutuhan.cairan yang masuk tadi dikeluarkan dan ditampung dalam baskom.

10. Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air yang keluar dari lambung sudah

jernih.

11. Jika air yang keluar sudah jernih Selang NGT dicabut secara pelan-pelan dan diletakan

dalam baki.

12. Setelah selesai pasien dirapikan,mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan tissue jelaskan

pada pasien bahwa prosedur yang dilakukan telah selesai.

13. Alat-alat dikemas dan dibersihkan

14. Perawat mencuci tangan

15. Mencatat semua tidakan yang telah dilakukan pada status pasien

Lavage Lambung

Lavage lambung adalah metoda alternatif yang umum untuk pengosongan lambung, di mana

cairan seperti normal saline dimasukkan ke dalam lambung melalui selang orogastrik atau

nasogastrik dengan diameter yang besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk

membuang bagian dari agen yang teringesti sebelum diabsorpsi. Selama lavage, isi lambung

dapat dikumpulkan untuk mengidentifikasi toksin atau obat. Lavage lambung dianjurkan

Page 4: ANSIS Bilas Lambung

untuk pasien dengan depresi status mental atau tidak ada refleks muntah, atau bagi mereka

yang dengan pemberian SOI telah gagal untuk menghasilkan emesis.

Untuk mengeluarkan bahan-bahan khusus secara efektif, termasuk seluruh kapsul atau

tablet, harus digunakan selang orogastrik yang besar. Ukuran selang orogastrik untuk orang

dewasa atau anak remaja adalah 36 sampai 40 FR, sedangkan untuk anak-anak adalah sampai

16 sampai 28 Fr. Selang nasograstrik standard kurang disukai karena ukurannya yang kecil,

namun bisa menyebabkan trauma mukosal dan epistaksis.

Untuk tindakan lavage pasien dibaringkan dalam posisi dekubitus lateral sebelah kiri,

dengan bagian kepala lebih rendah dari pada bagian kaki. Prosedur ini memerlukan corong

yang dipasang (atau kateter dengan kateter berujung spuit) pada ujung selang orogastrik dan

memasukan 150 sampai 200 ml air atau larutan saline (50-100 ml pada anak-anak) ke dalam

lambung. Dengan meletakkan corong dan selang lebih rendah di bawah pasien akan

memungkinkan cairan untuk mengalir gravitasi. Prosedur ini diulang samapi keluar cairan

yang jernih atau sedikitnya menggunakan cairan sebanyak 2 liter. Intubasi nasotrakeal atau

endotrakheal akan diperlukan untuk melindungi jalan udara.

Komplikasi-komplikasi lavage lambung termasuk perforasi esofagus, aspirasi

pulmonal, ketidakseimbangan elektrolit, tensi pneumatoraks, dan hipotermia pada anak-anak

kecil bila menggunakan larutan lavage yang dingin.

Lavage menjadi kontraindikasi pada ingestasi kaustik karena adanya risiko terhadap

perforasi esofagus, dan pada kejang yang tidak terkontrol karena risiko trauma dan aspirasi.

Diposkan oleh ad

http://duniakeperawatan2011.blogspot.com/2011/04/kumbah-lambung.html

Bilas Lambung Diposting Oleh Dwi Yoedhas Putra on Thursday, April 22, 2010 | | 0 comments

Labels: Artikel Kesehatan

BILAS LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE)

Pengertian

Page 5: ANSIS Bilas Lambung

Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan suatu prosedur

yang dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara mengurasnya.Prosedur ini sudah

dilakukan selama 200 tahun dengan indikasi :

1. Keracunan obat oral kurang dari 1 jam

2. Overdosis obat/narkotik

3. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran pencernaan atas.

4. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut.

5. Dekompresi lambung

6. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi

Tindakan ini dapat dilakukan dengan tujuan hanya untuk mengambil contoh racun dari dalam

tubuh, sampai dengan menguras isi lambung sampai bersih. Untuk mengetes benar tidaknya

tube dimasukkan ke lambung, harus didengarkan dengan menginjeksekan udara dan

kemudian mendengarkannya. Hal ini untuk memastikan bahwa tube tidak masuk ke paru-

paru.

Cairan yang digunakan

Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas lambung akan berpotensi

hiponatremi karena merangsang muntah. Pada umumnya digunakan air hangat (tap water)

atau cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %. Pada orang dewasa menggunakan 100-300 cc sekali

memasukkan, sedangkan pada anak-anak 10 cc/kg dalam sekali memasukkan ke lambung

pasien.

Bagaimana tindakan dilakukan

Sebuah pipa dimasukkan kedalam lambung melalui mulut atau hidung lalu ke esophagus.

Dan berakhir di lambung. Kadang-kadang obat anti nyeri/anastesi harus diberikan untuk

mengurangi rasa sakit dan iritasi pada pasien. Dan mencegah pasien untuk memuntahkan

kembali tube/pipa yang sedang di masukkan. Peralatan suction di siapkan apabila terjadi

aspirasi isi perut. Bilas lambung terus diulangi pada pasien yang keracunan sampai perutnya

bersih. Pada pasien yang tidak sadar dan tidak dapat menjaga jalan nafas mereka, sebelum

dilakukan bilas lambung/ menginseresikan tube untuk bilas lambung, terlebih dahulu pada

pasien dipasang intubasi.

Persiapan pelaksanaan Prosedur

Page 6: ANSIS Bilas Lambung

Pada keadaan darurat, misalnya pada pasien yang keracunan, tidak ada persiapan khusus yang

dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan bilas lambung, akan tetapi pada waktu tindakan

dilakukan untuk mengambil specimen lambung sebagai persiapan operasi, biasanya dokter

akan menyarankan akan pasien puasa terlebih dahulu atau berhenti dalam meminum obat

sementara.

Kontra Indikasi

Pada pasien yang mengalami cedera/injuri pada system pencernaan bagian atas, menelan

racun yang bersifat keras/korosif pada kulit, daln mengalami cedera pada jalan nafasnya,

serta mengalami perforasi pada saluran cerna bagian atas.

komplikasi

1. Aspirasi

2. Bradikardi

3. Hiponatremia

4. Epistaksis

5. Spasme laring

6. Hipoksia dan hiperkapnia

7. Injuri mekanik pada leher, eksofagus dan saluran percernaan atas

8. Ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit

9. Pasien yang berontak memperbesar resiko komplikasi

http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/bilas-lambung.html

Page 7: ANSIS Bilas Lambung

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui

mulut, hidung / inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap

organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu

dengan serius fungsi satu / lebih organ atau jaringan.

Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah

menetapkan peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983

tentang bahan – bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar dan

luas jangkauan, kecepatan penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan

pengamanannya, bahan – bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan

manusia secara langsung atau tidak langsung.

Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh

manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Ada

beberapa hal yang dapat menyebabkan keracunan antara lain makanan.Makanan

merupakan kebutuhan pokok manusia karena di dalamnya mengandung nutrisi yang

di perlukan antara lain untuk :

a. Pertumbuhan Badan

b. Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak

c. Di perlukan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh

d. Di perlukan untuk berkembang biak

e. Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas

Tetapi makanan juga dapat menyebabkan keracunan di karenakan

makanan tersebut mengandung toksin, makanan dari tumbuhan dan hewan yang

mengandung racun , makanan yang tercemar bahan kimia berbahaya, selain juga

infeksi karena makanan yang mengandung mikroorganisme pathogen ( FOOD

INFECTION )

Page 8: ANSIS Bilas Lambung

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah di lakukan pembelajaran dan seminar di harapkan mahasiswa faham

tentang Asuhan Keperawatan Keracunan

2. Tujuan Husus

Mengetahui dan memahami macam – macam zat racun yang biasa terdapat di masyarakat

Terampil dalam menangani kasus – kasus keracunan akut maupun kronik

Mampu memutuskan apa yang harus di lakukan pada penderita keracunan akut

Dapat membicarakan dan membuat saran – saran tentang cara – cara untuk mencegah

keracunan umum beserta sarana yang di perlukan

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung

(inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme

hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius

fungsi satu atau lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001 : 1 )

Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh

manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat

terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth

Vol.3)

B. Faktor Resiko

Page 9: ANSIS Bilas Lambung

a. Produsen makanan kurang / tidak menyadari dan memahami sepenuhnya arti

kebersihan dan keselamatan makanan. Hal ini di sebabkan antara lain oleh latar

belakang pendidikan dan lingkungan yang tidak mendukung.

b. Produsen menutup diri terhadap kontak dengan pihak luar dan instansi yan

berwenang dalam masalah kesehatan dan keselamatan makanan yang di sebabkan,

antara lain oleh faktor – faktor psikologi dan rahasia usaha

c. Produsen kurang / sama sekali tidak mendapat bimbingan dan petunjuk dari instansi

yang berwenang dengan masalah kesehatan dan keselamatan makanan

d. Kurang / belum ada pengaturan yang tegas dari pemerintah yang berhubungan

dengan kontrol kualitas dan kontrol keselamatan setiap jenis makanan yang di

produksi, sebelum di edarkan untuk di pasarkan.

C. Etiologi

Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan

sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :

1. Mikroba

Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :

a. Escherichia coli patogen

b. Staphilococus aureus

c. Salmonella

d. Bacillus Parahemolyticus

e. Clostridium Botulisme

f. Streptokkkus

2. Bahan Kimia

a. Peptisida golongan organofosfat

b. Organo Sulfat dan karbonat

3. Toksin

a. Jamur

b. Keracunan Singkong

c. Tempe Bongkrek

d. Bayam beracun

e. Kerang

D. Pathofisiolgi

Page 10: ANSIS Bilas Lambung

Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan

kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik

shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan

menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi

darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual,

muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat .

Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi )

enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk

menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif.

Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya

akan terjadi penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala

rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan

ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP )

F. Manifestasi Klinis

1. Gejala yang paling menonjol meliputi

a. Kelainan Visus

b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat

c. Gangguan Saluran pencernaan

d. Kesukaran bernafas

2. Keracunan ringan

a. Anoreksia

b. Nyeri kepala

c. Rasa lemah

d. Rasa takut

e. Tremor pada lidah dan kelopak mata

f. Pupil miosis

3. Keracunan sedang

a. Nausea

b. Muntah – muntah

c. Kejang dan kram perut

d. Hipersalifa

Page 11: ANSIS Bilas Lambung

e. Hiperhidrosis

f. Fasikulasi otot

g. Bradikardi

4. Keracunan berat

a. Diare

b. Reaksi cahaya negatif

c. Sesak nafas

d. Sianosis

e. Edema paru

f. Inkontinensia urine dan feses

g. Kovulsi

h. Koma

i. Blokade jantung akhirnya meninggal

G. Komplikasi

1. Syok Neurogenik

2. CHF

3. Gagal ginjal

H. Penatalaksanaan

1. Tindakan Emergensi

Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi

Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau

pernafasan tidak adekuat

Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki

perfusi jaringan.

2. Resusitasi

Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi.

Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran

pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator

pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab

racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya

di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve –

mask.

Page 12: ANSIS Bilas Lambung

3. Identifikasi penyebab

Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha

mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha penyelamatan

penderita yang harus segera di lakukan.

4. Mengurangi absorbsi

Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan

merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif

dan membersihkan usus

5. Meningkatkan eliminasi

Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam,

dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfusi.

I. Pemeriksaan Penunjang

1. BGA

2. Laboratorium

Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk

memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik

Keracunan Akut : Ringan 40 – 70 %

: Sedang 20 – 40 %

: Berat <>

Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%.

3. Pathologi Anatomi

Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering

hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ –

organ lainnya.

J. Pencegahan

1. Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan tidak aktif dengan

pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C

selama 5 menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C

Page 13: ANSIS Bilas Lambung

2. Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari

jangakauan anak – anak

3. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya

4. Hindari pemakaian botol / kaleng bekas

5. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obatan

6. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas pasien

Nama : Anak X

Umur : 10 Th

Jenis kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : SD

Alamat : Kudus

Tanggal maasuk : 1 Juli 2010

Jam masuk :11.00 WIB

DX medis :Keracunan

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Bu Sa’idah

Umur : 30 Th

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : -

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Kudus

Hubungan dengan anak : Orang tua ( Ibu ) pasien

2. Riwayat kesehatan

a.Keluhat utama

Pasien mengeluh mules, sakit perut, muntah, diare, pusing

b. Riwayat kesehatan sekarang

Page 14: ANSIS Bilas Lambung

Anak X berusia 10 tahun, setelah makan jajan mengeluh mules dan sakit

perut kemudian diberi minyak kayu putih tapi tidak ada perubahan, anak X

muntah disertai diare, pusing, dan selang beberapa saat dia tidak sadarkan

diri, saat dibawa ke RS sempat menglami kejang

c.Riwayat kesehatan dahulu

Anak X belum pernah mengalami keracunan

3. Pemeriksaan fisik

a.Keadaan umum

Kesadaran menurun

TTV : TD :

Nadi :

Suhu :

RR :

b. Pernafasan

Nafas tidak teratur

c.Kardiovaskuler

Hipertensi, nadi aritmia.

d. Persarafan

Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise

e.Gastrointestinal

Muntah, diare

Page 15: ANSIS Bilas Lambung

f. Integumen

Berkeringat

g. Muskuloskeletal

Kelelahan, kelemahan

h. Integritas Ego

Gelisah, pucat

i. Eliminasi

Diare

j. Selaput lendir

Hipersaliva

k. Sensori

Mata mengecil/membesar, pupil miosis

B. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi problem

1 Ds : ibu mengatakan anaknya

mengeluh mules dan sakit

perut,muntah, diare

Do : Diare tanpa disadari bau

khas warna hijau

Muntah, Diare Kekurangan valume

cairan

2 Ds : -

Do : nafas tidak teratur

Obstruksi trakheobronkeal Pola nafas inefektif

Page 16: ANSIS Bilas Lambung

C

.

Dia

gno

sa

kep

era

watan

1. Devisit volume cairan b.d muntah, diare

2. Pola nafas inefektif b.d obstruksi trakheobronkeal

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

4. Perubahan perfusi jaringan b.d kekurangan O2

D. Rencana Tindakan

1. Devisit volume cairan b.d muntah, diare

Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat.

Kriteria Hasil : Membran mukosa lembab

Turgor kulit baik

Pengisian kapiler baik

TTV stabil

Intervensi :

1. Awasi intake dan output,karakter dan jumlah feses

2. Kaji TTV

3 Ds : ibu mengatakan anaknya

mengeluh muntah

Do : -

Anoreksia Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

4 Ds : tidak sadar

Do : bibir pucat,akral dingin

Kekurangan O2 Gangguan perfusi

jaringan

Page 17: ANSIS Bilas Lambung

3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa,penurunan turgor

kulit.

4. Kolaborasi pemberian cairan parenteral sesuai indikasi

2. Pola nafas inefektif b.d Obstruksi trakheobronkial oleh sekret banyak

Tujuan : Menunjukan pola nafas efektif dengan frekwensi dan kedalaman

dalam rentang normal dan paru bersih.

Kriteria Hasil : Suara nafas normal

Intervensi :

1. Kaji frekwensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada.

2. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.

3. Dorong/bantu pasien dalam napas dalam.

4. kolaborasi pemberian oksigen tambahan

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

Tujuan : Nutriisi adekuat.

Kriteria Hasil : Mual muntah hilang, pasien mampu menghabiskan porsi

makan

Intervensi :

1. Catat adanya muntah

2. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering

3. Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi

4. Kolaborasi pemberian antasida sesuai indikasi.

4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan oksigen jaringan

Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan

Page 18: ANSIS Bilas Lambung

Kriteria Hasil : Tidak adanya sianosis

Kulit hangat/ normal

Intervensi :

1. Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa.

2. Evaluasi ekstremitas untuk ada/tdknya kualitas nadi.

3. Kolaborasi pemberian cairan (IV/peroral)sesuai indikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylin E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Heru S, Adi. 1995. KADER Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta : EGC

http://askep keracunan.com

Sartono. 2001. Racun Dan Keracunan. Jakarta. Widya Medika