Annisa Nur'Aini S._3 A

2
Nama : Annisa Nur’aini S. Kelas : 3 A NIM : P17334113029 Bulan di Ujung Cemara Bulan malam ini terang, menyilaukan. Aku berjalan menyusuri malam, pun sendirian. Tatapan kosong, berjalan hampa, entahlah apa yang terpikirkan. Rasanya semua saling bersahutan. Sesekali menatap sekitar untuk meyakinkan. Ya, aku benar-benar sendirian. Sungguh, waktu benar cepat berganti, sampai ku tak menyadari bahwa semua telah pergi. Aku lelah berjalan, aku tak sanggup bila harus sendirian. Lalu, ku coba istirahatkan diri di atas batu, duduk sendiri dengan segala kehampaan. Angin meniup daun cemara perlahan, melambai kearahku mengingatkan. Terdengar sayup suara daun cemara yang bergesekan oleh tiupan angin, rasanya ia sanggup meresonansikan segala ingatan dan kenangan. Ku mohon, jangan lagi. Jangan lagi mengingatkan dirinya yang telah pergi. Lihat aku, duduk sendiri ditempat yang sama. Ditempat yang sama saat 2 tahun yang lalu ku melepas kesedihan dan kecewa atas kepergianmu. Hanya aku sendiri. Aku menangis sendiri, dengan bulan di ujung cemara di langit gelap hari itu. Padahal mungkin, kau telah melupakanku saat itu, 2 tahun yang lalu. Lalu aku? Masih memegang nama yang sama seperti dulu. Dan malam ini di tempat yang sama, dengan bulan dan cemara yang sama, aku sekali lagi menatap langit dengan pandangan buram menahan tangis. Bulan di ujung cemara itu seolah menatapku, entahlah ia menertawakan karena kebodohanku, atau ia simpati terhadapku, aku tak tahu. Aku kesini hanya ingin mengatakan bahwa aku ingin berdamai dengan semua ‘ingatan’ yang pernah ku luapkan dulu. Namun sebelum itu, izinkan aku meluapkannya lagi sama seperti dulu, persis seperti dulu. Dibawah sinar bulan purnama, di hadapan bulan di ujung cemara, didalam balutan dinginnya malam, diatas batu yang sunyi dan tetap berdiri meski waktu berganti, diantara sayup suara gesekan daun cemara yang melambai, diantara serpihan-serpihan harapan, bersama bingkai cerita yang selesai, bersama pertanyaan yang tak pernah ku temui jawabannya, bersama kesendirian yang kugenggam sendiri, bersama rasa kecewa yang ku bawa sendiri, bersama itu pula aku menangis terisak ‘dihadapanmu’ lagi untuk alasan, nama dan kesedihan yang sama. Untuk yang terakhir ku

description

Flashfiction

Transcript of Annisa Nur'Aini S._3 A

Page 1: Annisa Nur'Aini S._3 A

Nama : Annisa Nur’aini S.

Kelas : 3 A

NIM : P17334113029

Bulan di Ujung Cemara

Bulan malam ini terang, menyilaukan. Aku berjalan menyusuri malam, pun sendirian. Tatapan kosong, berjalan hampa, entahlah apa yang terpikirkan. Rasanya semua saling bersahutan. Sesekali menatap sekitar untuk meyakinkan. Ya, aku benar-benar sendirian. Sungguh, waktu benar cepat berganti, sampai ku tak menyadari bahwa semua telah pergi. Aku lelah berjalan, aku tak sanggup bila harus sendirian. Lalu, ku coba istirahatkan diri di atas batu, duduk sendiri dengan segala kehampaan. Angin meniup daun cemara perlahan, melambai kearahku mengingatkan. Terdengar sayup suara daun cemara yang bergesekan oleh tiupan angin, rasanya ia sanggup meresonansikan segala ingatan dan kenangan. Ku mohon, jangan lagi. Jangan lagi mengingatkan dirinya yang telah pergi.

Lihat aku, duduk sendiri ditempat yang sama. Ditempat yang sama saat 2 tahun yang lalu ku melepas kesedihan dan kecewa atas kepergianmu. Hanya aku sendiri. Aku menangis sendiri, dengan bulan di ujung cemara di langit gelap hari itu. Padahal mungkin, kau telah melupakanku saat itu, 2 tahun yang lalu. Lalu aku? Masih memegang nama yang sama seperti dulu. Dan malam ini di tempat yang sama, dengan bulan dan cemara yang sama, aku sekali lagi menatap langit dengan pandangan buram menahan tangis. Bulan di ujung cemara itu seolah menatapku, entahlah ia menertawakan karena kebodohanku, atau ia simpati terhadapku, aku tak tahu. Aku kesini hanya ingin mengatakan bahwa aku ingin berdamai dengan semua ‘ingatan’ yang pernah ku luapkan dulu. Namun sebelum itu, izinkan aku meluapkannya lagi sama seperti dulu, persis seperti dulu.

Dibawah sinar bulan purnama, di hadapan bulan di ujung cemara, didalam balutan dinginnya malam, diatas batu yang sunyi dan tetap berdiri meski waktu berganti, diantara sayup suara gesekan daun cemara yang melambai, diantara serpihan-serpihan harapan, bersama bingkai cerita yang selesai, bersama pertanyaan yang tak pernah ku temui jawabannya, bersama kesendirian yang kugenggam sendiri, bersama rasa kecewa yang ku bawa sendiri, bersama itu pula aku menangis terisak ‘dihadapanmu’ lagi untuk alasan, nama dan kesedihan yang sama. Untuk yang terakhir ku menangis karena dirimu, untuk yang terakhir kali. kini saatnya ku akhiri semua rasa ini, kini saatnya ku melepaskanmu pergi, merelakan dirimu dan juga bayangmu pergi. Pergi dan hilang terbawa angin malam, hilang diantara cemara, dan hilang tertelan kilauan cahaya purnama. Ku lepaskan semua tentang dirimu, bersama indahnya malam purnama ini.

“Bulan, terimakasih kau masih mau menerima diriku yang bodoh ini. Aku janji ini yang terakhir kali. Aku, selesai”