ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA...

98
ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA FOTO MANGONGKAL HOLI, SEBUAH PENGHORMATAN BAGI YANG TELAH PERGI KARYA ANDRI GINTING DI BERITAGAR.ID) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Agung Suryono NIM. 1113051000197 PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Transcript of ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA...

Page 1: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA

FOTO MANGONGKAL HOLI, SEBUAH PENGHORMATAN

BAGI YANG TELAH PERGI KARYA ANDRI GINTING DI

BERITAGAR.ID)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Agung Suryono

NIM. 1113051000197

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Agung Suryono

NIM : 1113051000197

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANIMISME DALAM

RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA FOTO MANGONGKAL HOLI,

SEBUAH PENGHORMATAN BAGI YANG TELAH PERGI KARYA

ANDRI GINTING DI BERITAGAR.ID)” secara keseluruhan adalah hasil

penelitian/karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam

penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya

cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 22 Juli 2020

Agung Suryono

NIM 1113051000197

Page 3: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA FOTO MANGONGKAL HOLI, SEBUAH PENGHORMATAN BAGI YANG

TELAH PERGI KARYA ANDRI GINTING DI BERITAGAR.ID)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Agung Suryono

NIM. 1113051000197

Pembimbing

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA

NIP. 197104122000032001

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 4: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi berjudul “ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS

SEMIOTIKA FOTO MANGONGKAL HOLI, SEBUAH

PENGHORMATAN BAGI YANG TELAH PERGI KARYA ANDRI

GINTING DI BERITAGAR.ID)” telah diujikan dalam Sidang Munaqasah

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

pada tanggal 27 Juli 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar program Strata Satu (S1) pada jurusan Konsentrasi

Jurnalistik.

Jakarta, 27 Juli 2020

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Kholis Ridho, M.Si Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA

NIP. 19781142009121002 NIP. 197104122000032001

Anggota

Penguji I Penguji II

Dr. Rubiyanah, MA Ade Rina Farida, M.Si

NIP. 197308221998032001 NIP. 197705132007012018

Pembimbing

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A

NIP. 197104122000032001

Page 5: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

v

ABSTRAK

Nama : Agung Suryono NIM : 1113051000197 Animisme Dalam Ritual Adat (Analisis Semiotika Foto Mangongkal Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang Telah Pergi Karya Andri Ginting di Beritagar.id) Animisme adalah salah satu keyakinan tertua yang pernah dianut oleh manusia. Tidak terkecuali di Indonesia yang memili banyak suku dengan beragam keyakinan. Seorang fotografer melalui karya fotonya berhasil mengabadikan salah satu upacara adat yaitu mangongkal holi milik suku Batak Toba. Karya foto tersebut mengulas prosesi upacara mangongkal holi yang berkaitan erat dengan leluhur. Upacara yang sarat akan unsur animisme tersebut hidup di tengah masyarakat Batak yang mayoritas menganut agama monoteis.

Riset ini bertujuan untuk menjawab masalah penelitian yaitu, bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos dalam foto Mangongkal Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang Telah Pergi karya Andri Ginting di Beritagar.id melalui analisis semiotika Roland Barthes.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah semiotika Roland Barthes, di mana terdapat tiga tahapan dalam memaknai sebuah foto, yaitu tahapan denotasi, konotasi, serta mitos. Penelitian ini dibatasi dengan lima foto dari total 10 foto yang ada.

Kesimpulan dari penelitian ini ialah foto cerita yang dimuat oleh Beritagar.id merepresentasikan animisme dalam wujud rasa hormat masyarakat Batak Toba terhadap leluhur mereka dalam setiap prosesi upacara mangongkal holi, namun dalam waktu yang bersamaan tidak menyimpang dari agama monoteis yang mereka yakini. Perpaduan dua keyakinan tersebut menimbulkan sinkretisme dari dua keyakinan yaitu animisme dan ajaran Kristen.

Kata Kunci: Animisme, Fotografi, Semiotika, Mangongkal Holi

Page 6: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kepada Allah SWT karena atas nikmat dan karuniaNya penelitian skripsi ini dapat

berjalan dengan baik tanpa halangan yang berarti. Shalawat dan serta salam juga

tidak lupa ditunjukkan kepada Rasulullah Muhamad SAW.

Begitu banyak kesan dan manfaat yang dirasakan oleh penulis saat

menyelesaikan skripsi ini. Penulis tidak hanya mendapatkan ilmu tetapi juga

mendapatkan pelajaran bahwa tanpa adanya usaha dan kerja keras maka tidak

akan membuahkan hasil.

Setelah perjuangan beberapa bulan dalam mengerjakan penelitian ini,

penulis mendapat beragam tantangan dalam pengerjaannya. Namun, dengan

adanya dukungan dan semangat dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan sebaik-baiknya. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Dr. Suparto, M.Ed., Wakil Dekan Bidang

Akademik, Dr. Siti Napsyiah, Wakil Dekan Bidang Administrasi

Umum dan Keuangan, Dr. Sihabuddin Noor, M.Ag., dan Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan, Drs. Cecep Sastra Wijaya, M.A.

2. Ketua Program Studi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si., Sekertaris

Program Studi Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A yang

begitu bijaksana, sabar, dan telah meluangkan waktunya untuk

berkonsultasi dan membantu dalam hal perkuliahan.

3. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A, sebagai Dosen Pembimbing yang

telah memberikan ilmu dan waktunya kepada penulis di tengah

Page 7: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

vii

kesibukannya yang padat, serta membimbing penulis dengan sabar

hingga skripsi ini selesai dengan baik.

4. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat dan senantiasa sabar dalam memberikan membelajaran.

5. Orang tua tercinta, Bapak Wadiyono dan Ibu Suratmi yang telah

berjuang dan mendukung sekuat tenaga agar saya meraih pendidikan

setinggi-tingginya, berkat usaha dan doa mereka saya bisa

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Mas Ari 2H Production yang telah medukung serta memberi banyak

ilmu di bidang fotografi komersil.

7. Kawan-kawan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya

angkatan 2013 yang telah membantu dan tetap menyemangati saya

untuk menyelesaikan skripsi.

8. Keluarga besar Lembaga Pers Mahasiswa Journo Liberta. Terima

kasih sudah memberikan penulis kesempatan untuk belajar serta

menjadi bagian dari keluarga LPM Journo Liberta.

9. Teman-teman Yobok Supmak, Fakhri, Ejon, Dolah, Denny, Bisri,

Arief, Singgih, Boja, Rizal, Kalingga, Irhas, Fathra, Arfan yang telah

berjuang bersama-sama sampai titik darah penghabisan.

10. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi civitas akademika UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta maupun bagi khalayak luas.

Jakarta, 22 Juli 2020

Agung Suryono

Page 8: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................ 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 6

D. Metodologi Penelitian .............................................................................. 6

E. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 10

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 12

A. Animisme ............................................................................................... 12

1. Pengertian Animisme ............................................................................. 12

2. Animisme, Dinamisme dan Sinkretisme ................................................ 15

B. Semiotika ............................................................................................... 17

1. Pengertian Semiotika .............................................................................. 17

2. Semiotika Roland Barthes ...................................................................... 19

C. Fotografi ................................................................................................ 24

Page 9: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

ix

1. Pengertian Fotografi ............................................................................... 24

2. Fotografi Jurnalistik ................................................................................ 27

BAB III GAMBARAN UMUM .......................................................................... 33

A. Profil Andri Ginting ............................................................................... 33

B. Gambaran Umum Beritagar.id ............................................................... 34

C. Foto Upacara Mangongkal Holi di Beritagar.id ..................................... 37

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA .................................................... 46

A. Foto 1 ...................................................................................................... 46

B. Foto 2 ...................................................................................................... 52

C. Foto 3 ...................................................................................................... 57

D. Foto 4 ...................................................................................................... 61

E. Foto 5 ...................................................................................................... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 66

A. Kesimpulan ............................................................................................. 66

B. Saran ....................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69

LAMPIRAN ......................................................................................................... 73

Page 10: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk dengan masyarakatnya yang

terdiri atas kumpulan orang-orang atau kelompok-kelompok dengan ciri khas

kesukuan yang memiliki beragam budaya dengan latar belakang suku bangsa

berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa

yang bermukim di setiap wilayah dan tersebar di ribuan pulau dari Sabang hingga

Merauke.

Dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia salah satunya adalah suku

Batak Toba. Suku Batak adalah penduduk asli di Provinsi Sumatra Utara.

Menurut tarombo (dongeng-dongeng suci yang masih berkembang di daerah

Batak) menceritakan bahwa orang Batak Toba merupakan sumber dan asal-usul

semua sub-suku Batak di Sumatra Utara. Pertimbangannya adalah semua orang

Batak berasal dari satu moyang yang bernama Si Raja Batak yang pada masa

purba tinggal di pulau Samosir.1

Masyarakat Batak Toba mayoritas menganut agama Kristen Protestan.

Meski demikian mereka tetap menegakkan pedoman dan prinsip kehidupan nenek

moyang, bahkan menganut kepercayaan terhadap roh leluhur yang hidup

berdampingan di alam berbeda. Setiap tindakan yang dilakukan terdapat andil dari

roh leluhur. Penghormatan terhadap leluhur dan keluarga yang lebih tua

menimbulkan efek keharmonisan dan mempererat ikatan persaudaraan Batak

Toba. Masyarakat Batak sepakat meneladani tata hidup para leluhurnya yang

1 Simanjuntak, Bungaran Anhonius, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2001) h. 2.

Page 11: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

2

dapat ditunjukkan dengan jelas melalui pepatah dan peribahasa Batak yang

menjadi rujukan atau upacara bahkan pertemuan orang-orang Batak.2

Keyakinan terhadap roh disebut dengan animisme. Makna kata animisme

berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti “roh”.3 Kepercayaan animisme

memiliki komponen-komponen yang memiliki peran tersendiri namun memiliki

sistem kesatuan yang erat; keyakinan, ritus upacara, peralatan ritus dan upacara

umat beragama, hal-hal tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi hingga

bertemu pada satu titik komponen utama yaitu emosi keagamaan.

Dalam ilmu agama, fenomena hubungan leluhur dengan orang yang masih

hidup dianggap sebagai suatu cabang yang besar dari agama manusia, dan

merupakan sebuah kenyataan agamawi yang sangat penting, bahkan animisme

dianggap sebagai dasar dari semua agama. Di Indonesia sendiri sebelum ajaran

agama monoteisme atau agama modern masuk, setiap wilayah dan setiap suku

memiliki animisme dengan versinya masing-masing. Bahkan ketika monoteisme

telah mendominasi, animisme masih melekat pada masyarakatnya sebagai kultur.

Salah satu prosesi adat Batak Toba yang berkaitan erat dengan leluhur

adalah upacara mangongkal holi. Secara terminologi kata tersebut berasal dari

mangongkal yang berarti menggali dan holi yang berarti tulang-belulang. Ritual

membongkar kembali dan memindahkan tulang belulang ke suatu tempat ini

sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang suku bangsa Batak.

Upacara mangongkal holi memiliki proses panjang mulai dari penggalian

hingga pada prosesi pesta yang membutuhkan waktu hingga berhari-hari.

2 W. E. Tinambunan, Simbol-Simbol Tradisional Ulos Tujung dan Ulos Saput Proses

Pemakaman Adat Batak Toba, (Pekanbaru: Yayasan Sinar Kalesan, 2010) h. 11. 3 Caroline Pooney, African Literature, Animism and Politic, (London: Routledge, 2001) h. 10.

Page 12: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

3

Lamanya proses penggalian sampai acara pemestaan akan menimbulkan

terjalinnya kembali sistem kekerabatan yang semakin erat dari generasi yang

tertua sampai generasi termuda. Tidak kalah pentingnya dalam horja (pesta)

terdapat holong yang bermakna kasih sayang. Hal ini tercermin ketika seluruh

keluarga menari tor-tor bersama serta saling memberikan salam dan memegang

pipi.

Upacara mangongkal holi pun turut menjadi prosesi untuk membahagiakan

orang tua serta tempat berkumpul semua generasi marga, sehingga

memungkinkan untuk saling mengenal satu sama lain, mengenalkan silsilah

keluarga besar, sarana edukasi adat Batak dan sebagainya. Selain sebagai suatu

kewajiban, ternyata upacara ini pula sebagai sarana untuk mengangkat martabat

sebuah marga. Melalui upacara inilah hasangpon atau kemuliaan dapat tercapai

dan sebagai bukti sah bahwa seseorang telah menjadi suku Batak yang

mendatangkan kemuliaan bagi marganya.4

Tradisi turun temurun di tanah Batak Toba ini pun menarik perhatian

seorang pewarta foto Andri Ginting untuk mengabadikan momen tersebut. Andri

yang menjabat sebagai kontributor foto media daring Beritagar wilayah Medan ini

mendokumentasikan upacara mangongkal holi dalam format foto cerita untuk

situs Beritagar.id. Andri Ginting memulai karir sebagai pewarta foto sejak tiga

tahun silam dan karya-karyanya telah menghiasi rubrik foto di beberapa media.

Beberapa penghargaan pun pernah ia raih, salah satunya adalah penghargaan

Adiwarta tahun 2012.

4Malau Gens G, Aneka Ragam Budaya Batak (Jakarta: Yayasan Bina Budaya Nusantara

Taotoba Nusa Budaya, 2000) h. 289.

Page 13: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

4

Beritagar.id adalah media daring yang terbentuk sejak 2015, merupakan

gabungan dari situs kurasi publik, Lintas.me (2011), dengan situs kurasi

Beritagar.com (2012). Mengusung visi yang sama, "Merawat Indonesia”,

keduanya sepakat membangun sebuah media baru berbasis teknologi, yang

kemudian diberi nama Beritagar.id, di bawah payung PT Lintas Cipta Media

(LCM) yang merupakan salah satu anak perusahaan Global Digital Prima (GDP)

Venture.5

Dalam situsnya, Beritagar.id seringkali mengunggah berita-berita baik tulis

maupun foto yang berkaitan tentang agama dengan balutan budaya. Hal tersebut

menandakan bahwa isu keagamaan cukup diminati. Jika dilihat dari situs

alexa.com, saat ini beritagar.id menduduki peringkat 1.138 situs yang sering

dikunjungi di Indonesia.6

Peter L. Berger pada buku Kisah Mata karya Seno Gumira Ajidarma

mengungkapkan, bahwa sebuah foto menahan aliran waktu di mana peristiwa

yang dipotret pernah ada. Setiap foto menyajikan dua pesan: pesan menyangkut

peristiwa yang dipotret; dan menyangkut sentakan diskontinuitas.7 Andri Ginting

dengan karyanya mengabadikan momen upacara mangongkal holi selain menjadi

sarana informasi publik, setiap foto tersebut juga menjadi saksi sejarah sebuah

wilayah dan juga sebuah kejadian.

Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengetahui nilai-nilai animisme

yang terkandung melalui simbol-simbol yang dapat dieksplorasi dalam foto cerita

karya Andri Ginting berjudul Mangongkal Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang

5 Diakses dari beritagar.id - https://beritagar.id/tentang-kami. 6 Alexa.com merupakan situs untuk mengetahui peringkat kepopuleran sebuah situs 7 Seno Gumira Ajidarma, Kisah Mata, Fotografi antara Dua Subjek: Perbincangan

tentang Ada, (Yogyakarta: Galang Press, 2002), h. 29.

Page 14: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

5

Telah Pergi yang dimuat oleh Beritagar.id pada 8 Juli 2019 dengan menggunakan

teori semiotika Roland Barthes yang terkenal melalui tiga tahap pemaknaan, yaitu

makna denotasi, makna konotasi, dan mitos.8

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Animisme dalam Ritual Adat (Analisis Semiotika Foto

Mangongkal Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang Telah Pergi Karya Andri

Ginting di Beritagar.id)”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak keluar konteks penulis

membatasi masalah ini hanya pada foto cerita karya Andri Ginting berjudul

Mangongkal Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang Telah Pergi di

Britagar.id. Foto tersebut bercerita tentang prosesi upacara pemindahan

tulang belulang leluhur masyarakat adat suku Batak Toba. Penulis hanya

meneliti 5 dari 10 foto yang ditampilkan.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana makna

denotasi, konotasi dan mitos pada foto "Mangongkal Holi, Sebuah

Penghormatan Bagi yang Telah Pergi" karya Andri Ginting di Beritagar.id

menurut Roland Barthes?

8 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) h. 69.

Page 15: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian di atas, tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos pada foto cerita

Mangongkal Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang Telah Pergi di Beritagar.id.

Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif bagi pengembang wacana keilmuan khususnya di bidang media

serta komunikasi. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan mampu

menjadi referensi bagi mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

wartawan, mahasiswa komunikasi, dan pemerhati foto serta kepada

pembaca pada umumnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat

bagi seluruh lapisan masyarakat yang ingin belajar mengenai analisis

semiotika dengan pendekatan teori Roland Barthes.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah cara atau metode mendasar untuk berpikir, menilai,

mempersepsi sesuatu yang berkaitan dengan visi realitas.9 Penulis

9 Ardianto Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 154.

Page 16: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

7

menggunakan paradigma konstruktivis untuk penelitian ini mulai dari pra

penelitian, penelitian, hingga pasca penelitian.

Pemikiran konstruktivisme merupakan pelengkap epistimologis.

Paradigma konstruktivisme melihat fenomena realitas sebagai produk dan

penciptaan kognitif manusia.10 Kebenaran suatu realitas sosial bersifat tidak

mutlak dan sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.11

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk menjelaskan sebuah fenomena

melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.12 Temuan hasil pengamatan

berupa data akan dideskripsikan dan ditinjau kembali untuk dianalisis.

Metode deskriptif didefinisikan sebagai metode yang hanya

memaparkan situasi dan peristiwa. Melalui pendekatan ini penulis

memaparkan temuan dari hasil pengamatan dan analisa terkait makna

kebudayaan pada foto cerita karya Andri Ginting berjudul Mangongkal

Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang Telah Pergi di Beritagar.id.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah foto cerita berjudul Mangongkal Holi,

Sebuah Penghormatan Bagi yang Telah Pergi di Beritagar.id. Sedangkan

yang menjadi objek penelitian adalah lima foto pilihan dari 10 foto yang

dapat mewakilkan secara keseluruhan rangkaian foto tersebut.

10 Berger, Peter L, Thomas Luckmann, Die gesellschaftliche Konstruktion der

Wirklichkeit, (Frankfurt, 1969), h. 1. 11 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Grup, 2011), hal 11. 12 Rachmat Krisyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:Prenada Media Group, 2006), h. 58.

Page 17: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

8

4. Sumber dan Jenis Data

Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat, penulis membagi

data penelitian menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui foto cerita

Mangongkal Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang Telah Pergi di

beritagar.id.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil wawancara dengan fotografer,

Andri Ginting. Selain itu, daftar pustaka seperti, buku-buku, artikel,

dan informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian menjadi data

sekunder dalam penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang paling

alamiah dan paling banyak digunakan baik dalam aspek keilmuan

maupun aspek kehidupan.13 Dalam penelitian ini penulis melakukan

observasi dengan mengumpulkan data dan informasi terkait foto cerita

Mangongkal Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang Telah Pergi,

kemudian terpilih lima foto yang paling sesuai dengan batasan

masalah penelitian.

b. Dokumentasi

13 Imam Suprayoga dan Tabroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 167.

Page 18: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

9

Dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengumpulkan data dan mendapatkan informasi melalui jurnal, buku,

internet, media massa dan berbagai sumber lainnya yang berkaitan

dengan foto cerita Mangongkal Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang

Telah Pergi.

c. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui

interaksi baik lisan maupun tulisan terhadap seseorang yang disebut

narasumber.14 Dalam penelitian ini wanwancara dilakukan dengan

Andri Ginting, fotografer dari foto cerita Mangongkal Holi, Sebuah

Penghormatan Bagi yang Telah Pergi sebagai narasumber utama,

untuk mendapatkan data-data pendukung.

6. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes untuk

mengungkap makna dan tanda denotasi, konotasi dan mitos pada foto cerita

Mangongkal Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang Telah Pergi di

Beritagar.id. Teori ini digunakan untuk menganalisa masing-masing foto

yang yang telah dipilih sebelumnya.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum memulai penelitian, penulis mengkaji terlebih dahulu sejumlah

penelitian yang memiliki kajian yang sama dengan penelitian penulis baik dari

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

maupun Universitas lainnya. Hal ini bertujuan agar penelitian yang peneliti tulis

14 Wardi Bachtiar, Metodologi Penulisan Ilmu Dakwah, (Jakarta: Iogos, 1997), h. 71.

Page 19: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

10

berbeda penelitian yang sudah ada sebelumnya, juga sebagai tambahan referensi

yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Adapun beberapa skripsi tersebut

diantaranya:

1. Skripsi atas nama Rizky Solehudin mahasiswa Jurusan Jurnalistik

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2017. Berjudul “Representasi Nasionalisme Eksil 1965 (Analisis

Semiotika Foto Exile Karya Rosa Panggabean)”. Penelitian ini membahas

tentang nilai nasionalisme pada korban-korban pengasingan pada 1965.

Skripsi ini sama-sama menggunakan analisis semiotika Roland Barthes,

perbedaan dengan skripsi ini adalah dalam subjek dan objek penelitian.

2. Jurnal atas nama Ricky Warman Putra mahasiswa pasca sarjana Program

Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Institut Seni Indonesia

Padangpanjang, 2016. Berjudul “Animisme Dalam Kesenian Saluang

Sirompak”. Sama-sama membahas tentang animisme dalam kearifan

lokal suatu masyarakat, adapun perbedaan penelitian ini terletak pada

metode analisis yang digunakan, subjek dan objek penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan pada penelitian skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan

karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sesuai

dengan yang telah disusun oleh tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta press, tahun

2007.

BAB 1 : Bab ini terdiri dari pendahuluan yang berisi latar belakang

permasalahan penelitian skripsi ini, batasan dan rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian (paradigma

Page 20: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

11

penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, subjek dan

objek penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data),

tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB 2 : Bab ini membahas tentang makna animisme, penjelasan mengenai

fotografi serta teori semiotika Roland Barthes.

BAB 3 : Bab ini memaparkan profil Andri Ginting, gambaran umum media

daring Beritagar.id dan foto Mangongkal Holi, Sebuah

Penghormatan Bagi yang Telah Pergi karya Andri Ginting di

Beritagar.id

BAB 4 : Bab ini berisi pemaparan temuan data dan analisis semiotika

tentang foto Mangongkal Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang

Telah Pergi karya di Beritagar.id melalui tahap pemaknaan

denotasi, konotasi dan mitos.

BAB 5 : Bab ini merupakan tahap akhir dari skripsi yang berisi terkait

dengan kesimpulan dan saran.

Page 21: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Animisme

1. Pengertian Animisme

Animisme adalah salah satu kepercayaan tertua yang dianut oleh manusia

sejak zaman primitif. Nama animisme berasal dari bahasa Latin dengan dasar

kata "anima" yang berarti roh.1 Dengan kata lain animisme adalah kepercayaan

terhadap roh yang menghuni alam semesta.

Unsur utama dalam animisme yaitu roh. Konsep pemahaman roh oleh

masyarakat primitif berbeda dengan pemahaman masyarakat modern.

Gambaran perwujudan roh yang bersifat tidak material tidak bisa dibayangkan

oleh masyarakat primitif, roh terbentuk dari unsur yang sangat halus, memiliki

bentuk, umur, dan mampu makan dan minum.2 Hal tersebut yang mendasari

adanya sesembahan berupa makanan yang disajikan oleh masyarakat primitif

sebagai bentuk penghormatan terhadap roh.

Awal mula teori animisme dikemukakan oleh seorang ahli antropologi

yang juga profesor di Universitas Oxford di Inggris benama Edward Burnett

Tylor. Tylor berpendapat bahwa animisme merupakan gambaran dari bentuk

kepercayaan masyarakat primitif. Pada perkembangannya animisme dipercaya

sebagai awal mula dari terbentuknya agama primitif, yang memuat unsur dasar

dari suatu agama yaitu iman atau kepercayaan.

1 Caroline Pooney, African Literarture, Animism and Politic, (London: Routledge, 2001), h. 10. 2 Harun Hadiwijono, Religi Suku Murba di Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), h. 46.

Page 22: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

13

Keabsahan animisme sebagai agama masih diperdebatkan. Tylor

mengungkapkan ada empat tahap proses yang dilalui animisme untuk bisa

diakui sebagai agama primitif. Tahap pertama, masyarakat primitif

mengkhayalkan adanya hantu jiwa (ghost-soul) orang mati yang mengunjungi

orang hidup. Hantu jiwa inilah yang mengganggu orang-orang yang masih

hidup. Tahap kedua, jiwa menampakkan diri. Tahap ketiga, timbul

kepercayaan dalam masyarakat tersebut bahwa segala sesuatu berjiwa. Tahap

keempat, dari yang berjiwa itu ada yang menonjol, seperti pohon atau batu

yang memiliki keanehan. Akhirnya, yang paling menonjol dari kesemuanya itu

disembah.3

Sistem keagamaan primitif seperti animisme lebih mudah diterima dan

dipahami oleh masyarakat tanpa terlebih dahulu menjelaskan elemen-elemen

lain dari agama yang lebih tua darinya. Hakikat religius manusia lebih

diperlihatkan oleh animisme dibandingkan agama lain termasuk agama

modern, sebab animisme mampu menghadirkan aspek kemanusiaan yang

paling fundamental dan permanen dalam memahami inti dari kepercayaan

tersebut.4

Animisme merupakan suatu kepercayaan pada kekuatan pribadi yang

hidup di balik semua benda. Animisme tidak hanya memberikan penjelasan

melalui suatu fenomena saja, tetapi juga memungkinkan manusia memahami

keseluruhan dunia dan akhirnya dapat membedakan dua hal, yaitu roh dan

3 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), h. 63. 4 Daniel L. Plas, Seven Theories of Religion, (England: Oxford University Press, 1996), h. 91.

Page 23: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

14

badan (materi). Roh dalam badan tersebut yang mengatur dan mengendalikan

badan, badan akan dianggap mati ketika roh terlepas dari badan.

Aktivitas manusia yang bersangkutan dengan religi dapat terjadi

berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut dengan emosi

keagamaan. Emosi keagamaan inilah yang menyebabkan bahwa sesuatu benda,

suatu tindakan, atau suatu gagasan, mendapat suatu nilai keramat dan dianggap

sakral.5 Reaksi manusia atas emosi kegamaan tersebut yang pula menjadikan

sesuatu hal yang tidak keramat menjadi keramat, terutama hal yang berkaitan

dengan unsur alam seperti pohon, laut, matahari dan lain sebagainya.

Masyarakat penganut animisme mempercayai bahwa roh akan tetap

hidup ketika seseorang telah mati. Roh akan bergentayangan atau menetap

pada suatu materi. Roh tersebut dipercaya dapat memberikan pertolongan

maupun membawa bahaya. Oleh karena itu diadakan ritual atau upacara sakral

yang ditujukan untuk roh-roh tersebut.

Ritual merupakan tata cara dalam upacara atau suatu perbuatan keramat

yang dilakukan oleh sekelompok umat beragama. Berdasarkan Kamus Besar

Bahasa Indonesia ritual memiliki arti sebagai hal ihwal tatacara dalam upacara

keagamaan.6 Hal ini didukung dengan adanya unsur dan komponen, yaitu

waktu, tempat upacara dilakukan, alat-alat upacara, serta orang-orang yang

menjalankan upacara.7

Ritual merupapakan perpanjangan dari ritus yang dilakukan secara

berulang-ulang. Ritual cenderung berkaitan terhadap keyakinan dan

5 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 376. 6 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Idonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1386. 7 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1985), h. 56.

Page 24: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

15

kepercayaan spiritual dengan tujuan tertentu. Ritual keagamaan yang dilakukan

oleh masyarakat berdasarkan kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya.

Kepercayaan seperti inilah yang mendorong manusia untuk melakukan

berbagai perbuatan atau tindakan yang bertujuan mencari hubungan dengan

dunia gaib penguasa alam melalui ritual-ritual, baik ritual keagamaan maupun

ritual-ritual adat lainnya yang dirasakan oleh masyarakat sebagai saat-saat

genting, yang bisa membawa bahaya gaib, kesengsaraan dan penyakit kepada

manusia maupun tanaman.8

2. Animisme, Dinamisme dan Sinkretisme

Pemikiran terkait animisme masih bersifat luas sehingga melahirkan

pemikiran yang kemudian dikenal dengan dinamisme. Dinamisme adalah

keyakinan terhadap kekuatan yang berada dalam zat suatu benda yang diyakini

mampu memberikan suatu manfaat dan marabahaya. Unsur dinamisme lahir

lahir dari ketergantungan manusia terhadap daya dan kekuatan lain yang berada

di luar dirinya. Manusia tersebut mencari zat lain yang akan ia sembah, karena

memberikan rasa tenang dan nyaman ketika berada dekat dengan zat tersebut.9

Penganut paham dinamisme sering kali menyajikan persembahan untuk sesuatu

yang dipujanya, demi mendapatkan keselamatan dan keberkahan.

Sinkretisme merupakan campuran antara unsur-unsur keagamaan dan

kebudayaan dari berbagai sunber dengan latar sejarah kontraatif, yang

8 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, h. 246. 9 Edward B. Tylor, Primitive Culture: Researches into the Development of Mythology, Philosophy, Religion, Language, Art and Custom 7th Edition (New York: Brentano’s Publishers, 1924), h.160.

Page 25: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

16

disatukan dan dipadukan dengan cermat. Pengintergrasian sinkretistik itu

tercipta tatkala terjadi peralihan simbolik dalam lingkup adat setempat.10

Masyarakat Indonesia telah mengenal animisme sebelum agama modern

seperti Hindu-Budha masuk ke tanah Nusantara. Pada zaman itu masyarakat

Indonesia sudah percaya dengan adanya dewa, roh hingga kekuatan

supranatural. Ajaran animisme di Indonesia diduga dibawa oleh bangsa

Tiongkok dengan ajaran Taoismenya.

Perkembangan pemikiran agama masyarakat Indonesia tidak serta merta

menghilangkan pemikiran animisme dalam kepercayaan agama modern

mereka sehingga timbul sinkretisme. Sinkretisme sendiri berasal dari Bahasa

Yunani "Sunkretamos" yang bermakna "kesatuan". Perpaduan antara dua

kepercayaan atau lebih itulah yang disebut sinkretisme. Sinkretisme sendiri

berasal dari Bahasa Yunani “Sunkretamos” yang bermakna “kesatuan”.

Namun menurut pandangan Islam, keyakinan atau keimanan tidak bisa

dicampur adukkan. Hal tersebut dapat menimbulkan sifat musyirik atau

menduakan tuhan. Dalam ajaran Islam tindakan menyekutukan tuhan juga tidak

dibenarkan. Beberapa ayat dalam Al-Qur’an membahas tentang perbuatan

musyrik dan peribntah untuk menjauhinya. Allah berfirman:

ائیش ھب اوكرشت لاو H اودبعاو

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatu pun.” (QS. An-Nisa’ ayat 36).

10 John Mansford Prior, "Agama Pusat, Agama Pinggiran, Siapa yang Menentukan Jatidiri Jemaat?", dalam Jurnal Orientasi Baru, (Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, 1993), h. 32.

Page 26: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

17

B. Semiotika

1. Pengertian Semiotika

Secara harfiah semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang

berarti tanda. Semiotika berasal dari studi klasik dan skolastik atas seni logika,

retorika dan poetika.11 Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda

(sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda tersebut yang

didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain atas

konvensi sosial.

Sumber lain mengatakan pengertian semiotika sebagai ilmu yang

mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Semua yang hadir dalam kehidupan

dilihat sebagai tanda atau sesuatu yang harus diberi makna. Pada

perkembangannya semiotika menjadi perangkat teori yang digunakan untuk

mengkaji kebudayaan manusia.12

Bidang keilmuan semiotika dicetuskan oleh dua tokoh utama yaitu

Ferdinand de Saussure dan Charles Sender Pierce. Latar belakang keilmuan

Saussure adalah linguistik degan teori semiology-nya, sedangkan latar belakang

keilmuan Pierce adalah filsafat dengan teori semiotics-nya.

Semiologi dari sudut pandang linguistik menurut Saussure didasarkan

pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa

makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada di belakangnya sistem

pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna tersebut. Saussure juga

11 Kurniawan, Sosiologi Roland Barthes (Magelang: Anggota IKAPI, 2001) h. 49. 12 Hoed, Benny H, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta: Komunitas Bambu 2011), h. 3-5.

Page 27: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

18

menegaskan bahwa dalam memaknai suatu tanda perlu adanya kesepakatan

sosial. Tanda-tanda yang dimaksud berupa bunyi-bunyian dan gambar.13

Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan

melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan signified

(petanda). Secara sederhana signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan

yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis

atau dibaca. Sementara itu signified adalah gambaran mental, yakni pikiran

atau konsep aspek mental dari bahasa.14

Sedangkan Pierce dengan latar belakang ilmu filsafat mengungkapkan,

semiotika merupakan sesuatu yang berkaitan dengan logika.15 Ia

mendefinisikan semiotika sebagai suatu hubungan antara tanda, objek, dan

makna.16 Penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Tanda mewakili

objek yang ada di dalam pikiran orang yang menginterprestasikannya. Dalam

pikiran Pierce logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan

pada segala macam tanda.

Semiotika terbagi ke dalam tiga cabang penelitian yaitu semantik,

sintatik dan pragmatik. Pertama, semantik adalah istilah yang digunakan untuk

bidang linguistik,17 membahas bagaimana tanda berhubungan dengan

referennya atau apa yang diwakili oleh suatu tanda. Kedua, sintaktik adalah

cabang penyelidikan semiotika yang mengkaji hubungan formal diantara satu

13 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006) h. x. 14 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 125. 15 Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004), h. 3. 16 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana, 2013) h. 33. 17 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 2.

Page 28: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

19

tanda dengan tanda-tanda yang lainnya.18 Sintaktik juga bisa dikatakan bagian

atau cabang dari ilmu bahasa tentang seluk-beluk wacana. Ketiga, pragmatik

adalah cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari hubungan di antara

tanda-tanda dengan interpreter-interpreter atau para pemakai tanda-tanda.

Pragmatik secara khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi,

khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan.

2. Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes merupakan tokoh penerus pemikiran Saussure yang

dikenal sebagai seorang pemikir strukturalis dan aktif mempraktekkan model

linguistik dan semiologi Saussurean. Barthes lahir pada 1915 di Cherbourg, ia

menghabiskan masa kecilnya di Bayonne, barat daya Prancis. Ayahnya

merupakan seorang angkatan militer, namun meninggal dalam pertempuran

ketika Barthes masih kanak-kanak.19

Karya-karya buah pemikiran Barthes banyak digunakan sebagai rujukan

dalam studi semiotika di Indonesia. Buku-buku karya Barthes, antara lain: Le

Degree Zero de Zecriture atau nol derajat di bidang menulis (1953),

Mythologies (1957), Critical Essays (1964), Elements of Semiology (1964), The

Fashion System (1967), S/Z (1970), A lovers discourse: Fragments (1977),

Camera Lucida: Reflections on Photography (1980), dan lain-lain.20

Roland Barthes dalam teorinya masih memperlihatkan teori signifiant-

signifie milik de Saussure dengan istilah expression (ekspresi) untuk signifiant

18 Akhmad Muzaki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h. 11 19 Edith Kurzweil, Jaring Kuasa Strukturalisme, (Bantul: Kreasi Wacana, 2010), h. 246. 20 Kaelan, Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika, (Yogyakarta: Paradigma, 2019), h. 198-200.

Page 29: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

20

dan content (isi) untuk signifie.21 Barthes melontarkan gagasan tentang order of

significant atau tatanan penandaan. Barthes menjelaskan signifikasi tahap

pertama merupakan hubungan antara signifier (penanda) dan signified

(petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal, Barthes

menyebutnya sebagai denotasi. lalu, konotasi menunjukan signifikasi tahap

kedua. Ketika signifikasi sudah masuk tahap kedua atau yang berhubungan

dengan isi, tanda akan bekerja melalui mitos.22

Signifikasi tahap pertama, denotasi adalah penggunaan bahasa dengan

arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Namun menurut Barthes, denotasi

merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, yaitu apa yang digambarkan

tanda terhadap sebuah obyek. Denotasi didapat melalui pengamatan langsung

dari tanda-tanda yang ada yang menghasilkan makna nyata atau makna yang

sebenarnya hadir. Dalam hal ini, digambarkan bahwa denotasi lebih menitik

beratkan pada ketertutupan makna.23 Secara sederhana denotasi merupakan

suatu hubungan tanda sederhana atau makna yang paling nyata dan

menghasilkan makna eksplisit yang sudah pasti.

Signifikasi tahap kedua, konotasi adalah tingkat pertandaan yang

menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang di dalamnya

beroperasi makna yang tidak eksplisit yang memiliki banyak kemungkinan.24

Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif sehingga kehadirannya tidak disadari,

namun di lain sisi juga mengembangkan penerapan tanda secara kreatif.

21 Benny H. Hoed, "Strukturalisme de Saussure di Prancis dan Perkembangannya." dalam Prancis dan Kita, (Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2003), h. 19. 22 John Fiske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 118. 23 John Fiske, Cultural and Communication Studies, h, 122. 24 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, (Bandung: Jalasutra, 2003), h. 261.

Page 30: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

21

Analisa makna konotasi khususnya terkait dengan fotografi perlu

diterapkan enam prosedur konotasi citra. Menurut Barthes prosedur untuk

membangkitkan konotasi dalam proses produksi suatu foto terbagi menjadi dua

bagian besar, yaitu konotasi yang diproduksi melalui modifikasi atau intervensi

langsung terhadap realita itu sendiri (trick effect, pose, dan object) dan konotasi

yang diproduksi melalui wilayah estetis foto (photogenia, aestheticism dan

syntax).25

a. Trick effect merupakan teknik manipulasi foto atau menambahkan

maupun mengurangi objek guna mendapatkan pemaknaan

khusus.

b. Pose ialah gaya, gestur, posisi, sikap dan ekspresi dari objek foto.

c. Object adalah isi dari foto atau sesuatu yang difoto, dalam

fotografi jurnalistik biasa dikenal dengan point of interest.

d. Point of interest tersebut didampingi dengan objek lain guna

menguatkan makna konotasi suatu foto.

e. Photogenia yaitu teknik dalam pengambilan gambar, berupa

lighting (pencahayaan), panning (efek latar dinamis), moving

(efek objek dinamis), freeze (efek beku), depth of field (ruang

ketajaman), angle (sudut pandang) dan sebagainya.

f. Aesteticism adalah keindahan yang dihasilkan dari komposisi

sebuah foto atau gambar.

g. Syntax merupakan keseluruhan dari rangkaian makna konotasi

dari suatu foto atau gambar.26

25 Sunardi, Semiotika Negativa, Yogyakarta: Kanal, 2002), h. 173. 26 Roland Barthes, Imaji, Musik, Teks, h. 6-10.

Page 31: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

22

Pada tahap selanjutnya, mitos merupakan sebuah sistem komunikasi

bahwa mitos adalah sebuah pesan. Mitos adalah mode penandaan yang

juga sebuah wujud atau benda. Menurut Barthes mitos tidak ditentukan

oleh materialnya, melainkan oleh pesan yang disampaikan.27 Mitos juga

dapat dimaknai sebagai suatu hasil dari tahap konotasi yang sangat

dipercayai dan menyebar dalam masyarakat.28 Bagi Barthes mitos juga

merupakan makna konotasi yang mendenotasi sesuatu hal lainnya.

Konsep semiotika Barthes yang dikenal dengan two way

signification (signifikansi dua tahap), digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1. Peta Tanda Roland Barthes29

Signifier

(Penanda)

Signified

(Petanda)

Denotative Sign

(Tanda Denotatif)

Connotative Sign

(Penanda Konotatif)

Conotative Signified

(Petanda Konotatif)

Connotative Sign (Tanda Konotatif)

Dari gambaran peta tersebut dapat dilihat bahwa tanda denotatif

berkaitan dan terdiri dari penanda dan petanda. Tanda denotatif secara

tidak langsung merupakan bagian dari penanda konotatif. Tanda konotatif

27 Okke Zaimar, Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008) h. 58. 28 Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, (Depok: Komunitas Bambu, 2014), h. 79. 29 Alex Sobur, Semiotika Kmunikasi, h. 69.

Page 32: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

23

hadir atas dasar tanda denotatif yang akan menghasilkan pemaknaan-

pemaknaan seterusnya.

Bekerjanya tanda dalam tahapan yang lebih mendalam yaitu mitos.

Mitos dianggap tidak dibentuk melalui penyelidikan, akan tetapi melalui

anggapan berdasarkan observasi kasar yang digeneralisasikan.

Barthes berpikiran bahwa mitos merupakan cara berpikir dari suatu

kebudayaan tentang sesuatu, cara untuk mengonseptualisasikan atau

memahami sesuatu. Mitos yang biasanya dipahami masyarakat cenderung

sebagai mitos-mitos budaya tradisional yang berkembang secara turun

temurun, sedangkan mitos yang dimaksud oleh Barthes ialah sebagai mata

rantai dari konsep-konsep terkait. Bila konotasi merupakan tatanan kedua

dari penanda, mitos merupakan tatanan kedua dari petanda.30

Dalam konteks visual atau lebih spesifiknya fotografi, Barthes

berpendapat bahwa sebuah foto beroperasi sebagai sistem tanda.

Selayaknya dalam semiotika, tanda memiliki arti eksistensial.31 Oleh

karena itu pemaknaan fotografi tidak bisa dilepaskan dari konteks yang

mengelilinginya. Aspek-aspek dasar dalam fotografi digunakan sebagai

bahan analisis untuk memaknai pesan yang terkandung dalam sebuah foto.

30 John Fiske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, h. 121. 31 Roland Barthes, Imaji, Musik, Teks, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 52.

Page 33: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

24

C. Fotografi

1. Pengertian Fotografi

Fotografi berasal dari bahasa Yunani, photos yang berarti cahaya dan

graphen yang berarti melukis.32 Fotografi merupakan seni dan proses

penghasilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan.

Artinya, fotografi adalah teknik melukis menggunakan cahaya.33

Sejarah mencatat konsep fotografi dipelopori oleh seorang ilmuwan Arab

bernama Ibnu Al Haitam pada abad ke 10 yang secara tidak sengaja melihat

citra gambar dari lubang tendanya. Konsep tersebut terus berkembang dan

disempurnakan oleh ilmuwan-ilmuwan lain seperti Roger Bacon, Leonardo da

Vinci, Battista Della Porta, Thomas Wedgewood hingga Joseph Nieephore

Niepee yang berhasil membuat foto pertama secara sempurna.34 Seriring

perkembangan teknologi, berkembang pula medium rekam fotografi dari yang

awalnya film negatif hingga sensor digital saat ini.

Sejarah fotografi di Indonesia tak lepas dari nama Kassian Chephas,

meskipun fotografi pertama kali dibawa masuk oleh seorang pegawai

kesehatan Belanda bernama Juriaan Munich. Kassian Chepas merupakan

fotografer profesional pertama di Indonesia. Ia lahir pada 1815 dan menjadi

fotografer resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di bawah takhta

Sultan Hamengkubuwana IV sejak 1871. Chepas juga terkenal dengan karya

foto Candi Borobudur ketika bagian relief Karmawibhangga ditemukan pada

1855, yang membuatnya ditunjuk sebagai anggota luar biasa Bataviaasch

32 Ferry Darmawan, Dunia dalam Bingkai, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 19. 33 Griand Giwanda, Panduan Praktis Belajar Fotografi, (Jakarta: Puspa Swara, 2001), h. 2. 34 R. M. Soelarko, Fotografi untuk Pelajar, (Yohyakarta: Penerbit Binacipta, 1984) h. 15

Page 34: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

25

Genootschap van Kunsten en Wetenschappen atas hasil pekerjaannya sebagai

"fotografer dan praktisi arkeologi Hindia".35

Fotografi pada dasarnya dapat diartikan sebagai seni. Fotografi sebagai

teknik yaitu menguasai teknik-teknik dalam proses produksi sebuah foto, baik

berupa pencahayaan maupun pengolahan gambar yang benar. Sedangkan

fotografi sebagai seni yaitu berkaitan dengan estetika yang mencerminkan

perasaan dan pemikiran dari fotografer yang ingin menyampaikan pesannya

melalui sebuah foto.36

Pada praktiknya fotografi membekukan waktu ke dalam sebuah gambar

dan mengabadikan suatu momen atau peristiwa yang tidak akan terulang.

Fotografi lebih dari sekedar sebuah saran ide komunikasi faktual. Seorang

fotografer yang juga penemu zone system dalam fotografi, Ansel Adam

berpendapat bahwa fotografi adalah sebuah seni kreatif. Fotografi sebagai

media berekspresi dan komunikasi yang kuat, menawarkan berbagai persepsi,

interpretasi dan eksekusi yang tak terbatas.

Fotografi digolongkan ke dalam beberapa aliran sesuai dengan

spesialisasinya masing-masing, berikut beberapa aliran dalam fotografi:37

1. Portrait Photography, menjadikan ekspresi wajah sebagai objek

utama foto. Ekspresi wajah mengandung makna tersirat yang beragam

sesuai dengan yang ingin disampaikan oleh fotografernya.

35 Gerrit Knapp, Chepas, Yogyakarta: Photography in the Service of the Sultan, (Leiden: Royal Netherlands Institut of Southeast Asian and Caribbean Studies, 1999) h. 6-18. 36 Rita Gani dan Ratri Rizki Kusumalestari, Jurnalistik Foto Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2013) h. 7. 37 Bagas Dharmawan, Belajar Fotografi Dengan Kamera DSLR (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2012), h. 80.

Page 35: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

26

2. Journalism Photography, foto yang mengandung unsur berita atau

5W+1H di dalamnya. Digunakan oleh pewarta foto untuk menyajikan

informasi dengan visual agar lebih menari pembaca.

3. Landscape Photography, aliran fotografi yang menunjukkan

keindahan alam. Aliran ini juga terbagi menjadi beberapa kategori,

diantaranya landscape untuk daratan, seascape untuk pemandangan laut,

skyscape menampilkan pemandangan langit dan terakhir cityscape

berkaitan dengan pemandangan urban.

4. Commercial Photography, yaitu fotografi ditujukan untuk

kebutuhan media promosi dan periklanan. Sebuah foto diperlukan oleh

suatu produk maupun jasa sebagai visualisasi hingga citra produk (brand

image).

5. Fine Art Photography, pada aliran ini fotografi dianggap sebagai

seni murni. Tidak ada aturan khusus yang membatasi suatu karya seni,

sehingga fotografer bisa bebas bereksplorasi.

6. Food Photography, menjadikan makanan sebagai objek utamanya.

Aliran ini memiliki keterkaitan dengan commercial photography.

Dibutuhkan keahlian khusus dalam penataan objek agar terlihat menarik.

7. Wildlife Photography, yaitu aliran fotografi yang fokus untuk

mendokumentasikan aktivitas hewan di alam liar sesuai dengan habitat

aslinya.

8. Documentary Photography, merupakan aliran fotografi yang

menjadi asal mula dari fotografi itu sendiri. Fotografi sebagai alat untuk

Page 36: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

27

mendokumentasikan dan menjadi saksi visual atas berbagai peristiwa,

kehidupan serta budaya.

9. Street Photography menampilkan objek yang diambil secara diam-

diam (candid) atau tanpa pengarahan di ruang publik. Budaya urban

menjadi tema umum dari street photography dengan sentuhan surealis

dalam komposisinya.

2. Fotografi Jurnalistik

Fotografi jurnalistik merupakan salah satu dari beberapa aliran fotografi.

Dalam dunia jurnalistik, foto menjadi hal yang paling penting untuk mewakili

sebuah pemberitaan atau informasi yang tidak dapat disampaikan hanya

dengan sebuah tulisan.38 Sesuai dengan namanya, fotografi jurnalistik

mengedepankan realita.

Fotografi jurnalistik merupakan salah satu produk jurnalistik yang

dihasilkan oleh wartawan selain produk jurnalistik berupa tulisan dan video.

Foto jurnalistik juga dapat dikatakan sebagai foto yang bernilai berita atau foto

yang menarik bagi pembaca tertentu, dan informasi tersebut disampaikan

kepada masyarakat sesingkat mungkin.39 Suatu foto bisa dikategorikan sebagai

foto jurnalistik jika mengandung unsur 5W+1H di dalamnya.

Seorang pionir jurnalisme foto modern, Henri Cartier-Bresson

mengungkapkan bahwa foto jurnalistik berkisah dengan gambar,

38 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 100 39 Taufan Wijaya, Jurnalistik Foto, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), h. 17.

Page 37: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

28

melaporkannya dengan kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya

berlangsung seketika saat suatu citra tersebut mengungkapkan sebuah cerita.40

Asal usul fotografi jurnalistik bermula ketika surat kabar harian The

Daily Graphic di New York menampilkan foto kebakaran hotel dan salon yang

dimuat di halaman muka pada 16 April 1877.41 Dari hal tersebut kemudian foto

jurnalistik kian populer di media massa.

Kepopuleran foto jurnalistik mulai melesat pada 1930-1950 yang

menjadi masa keemasan dan lahirnya era foto jurnalistik modern. Beberapa

terbitan surat kabar seperti Sport Illustrated, Vu, dan Life menyajikan porsi

lebih untuk foto. Nama-nama pewarta foto pada era keemasan tersebut pun

mulai bermunculan, seperti Robert Capa, Alfred Eisenstaedt, Margaret Bourke-

White, David Seymour, hingga W. Eugene Smith. Lalu Henri Cartier-Bresson

dengan gaya candid dan dokumenternya.42

Sementara itu, era foto jurnalistik di Indonesia melekat erat dengan nama

sosok-sosok seperti Alex Mendur yang menjabat sebagai kepala divisi foto

kantor berita Domei. Ia bersama Frans Soemarto Mendur, JK Umbas, FF

Umbas, Alex Manurung dan Oscar Ganda kemudian mendirikan IPPHOS

(Indonesian Press Photo Service) di Jakarta pada 2 Oktober 1946.43

Alex dan Frans Mendur merupakan sosok yang berjasa atas

pendokumentasian presiden Soekarno ketika sedang memproklamirkan

kemerdekaan Indonesia. Namun ketika tentara Jepang mengetahui adanya

bukti dokumentasi peristiwa proklamasi tersebut kemudian merampas dan

40 Ferry Darmawan, Dunia dalam Bingkai, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 166. 41 Taufan Wijaya, Jurnalistik Foto, h. 1. 42 Taufan Wijaya, Jurnalistik Foto, h. 4-5. 43 Taufan Wijaya, Jurnalistik Foto, h. 8-9.

Page 38: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

29

menghancurkan negatif film milik Alex Mendur. Untungnya Frans Mendur

berhasil menyembunyikan negatif filmnya yang dikuburkan sebelum tentara

Jepang menggeledahnya. Sehingga kini masyarakat Indonesia memiliki bukti

nyata bahwa Indonesia pernah Merdeka.44

Dapat dilihat bahwa foto jurnalistik memiliki dampak yang besar,

terbukti dari ketakutan tentara Jepang atas foto-foto milik Mendur bersaudara.

Edwin Emery mengungkapkan fungsi dari foto jurnalistik, antara lain yaitu

untuk menginformasikan (to inform), meyakinkan (to persuade), dan

menghibur (to intertain).45

Fotografi jurnalistik terbagi menjadi beberapa kategori sesuai dengan

jenisnya. Berikut merupakan acuan dari organisasi fotografi jurnalistik dunia,

World Press Photo untuk mengkategorikan foto berita46:

a. General News Photo adalah foto dari peristiwa yang terjadwal.

Temanya bisa bermacam-macam, yaitu: politik, ekonomi dan humor.

b. Spot Photo adalah foto dari peristiwa yang tidak terjadwal, suatu

kejadian yang bisa tiba-tiba terjadi, seperti bencana alam, kecelakaan

dan sebagainya. Jenis foto ini biasanya segera dipublikasi untuk

menjaga aktualitas innformasinya.

c. People in The News Photo adalah foto tentang orang atau

masyarakat dalam suatu berita. Foto tersebut menampilkan pribadi

atau sosok orang yang menjadi berita itu.

44 Taufan Wijaya, Foto Jurnalistik, h. 10. 45 Asep Saeful Muhadi M.A, Jurnalistik (Pendekatan Teori dan Praktek), (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1995), h. 102. 46 Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 8.

Page 39: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

30

d. Daily Life Photo adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia,

dipandang dari segi kemanusiawiannya (human interest).

e. Portrait adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close

up. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki

atau kekhasan lainnya.

f. Sport Photo adalah foto yang dibuat ketika ada peristiwa olahraga.

g. Science and Technology Photo adalah foto yang diambil dari

peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan teknologi dan ilmu

pengetahuan.

h. Art and Culture Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni

dan budaya.

i. Social and Environment adalah foto tentang kehidupan sosial

masyarakat serta lingkungan hidupnya.

Serupa seperti jurnalistik pada umumnya, foto jurnalistik juga memiliki

aturan maupun syarat guna menjaga karya tersebut tetap sesuai dengan kaidah

hukum yang berlaku. Di Indonesia, foto jurnalistik diatur dalam Kode Etik

Jurnalistik, tertera pada pasal 2 dan3 dengan isi sebagai berikut:

“Pasal 2 berisi pertanggungjawaban yang antara lain: wartawan

Indonesia tidak menyiarkan hal-hal yang sifatnya destruktif dan dapat

merugikan bangsa dan negara, hal-hal yang dapat menimbulkan

kekacaukan, hal-hal yang dapat menyinggung perasaan susila, agama,

kepercayaan atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang

dilindungi undang-undang. Sementara pada Pasal 3 berisi cara

pemberitaan dan menyatakan pendapat, antara lain disebutkan bahwa

wartawan Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk

memperoleh bahan-bahan berita. Wartawan Indonesia meneliti

kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum menyiarkannya dengan

Page 40: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

31

juga memperhatikan kredibilitas sumber berita. Di dalam menyusun

suatu berita, wartawan Indonesia membedakan antara kejadian (fakta)

dan pendapat (opini).”47

Dalam buku Jurnalistik Foto, Taufan Wijaya juga menyinggung soal

kode etik fotografi jurnalistik. Ia menjelaskan bahwa etika dikaitkan dengan

hal-hal etis, seperti kesopanan dan kelayakan sebuah foto untuk disajikan.48

Hal tersebut yang akan menjadi acuan bagi seorang pewarta foto untuk bijak

ketika proses pengambilan foto.

Taufan juga mengungkapkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan

pemberitaan serta penyajian pada era jurnalistik saat ini terdapat jenis foto

feature dan foto cerita. Foto feature seperti membawa gambaran kehidupan di

sekeliling kita. Sesuatu yang kadang berupa “adonan” dari cerita yang dekat

dengan berita, atau penggalan hidup yang teradang luput dari penglihatan

banyak orang. Oscar Matulloh dalam sebuah diskusi mengatakan, “foto feature

pada sebuah peristiwa ibarat mata uang yang dilihat dari sisi sebaliknya”.49

Foto cerita dalam penyajiannya terbagi menjadi dua jenis, yaitu foto

tunggal (single photo) dan foto seri (story photo). Foto tunggal adalah

foto.yang memiliki informasi yang cukup lengkap dan lugas secara visual

sehingga dapat berdiri sendiri tanpa perlu diperkuat foto lainnya. Sedangkan

foto seri atau foto cerita terdiri atas serangkaian foto yang tersusun dan memili

alur cerita. Gaya penyampaian foto cerita pertama kali disajikan dalam majalah

47 Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 9-10 48 Taufan Wijaya, Foto Jurnalistik, h. 83. 49 Taufan Wijaya, Foto Jurnalistik, h. 73-74.

Page 41: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

32

Muncher Illustrierte Presse berjudul "Politische Potrats" pada 1929 di

Jerman.50

Sejatinya bentuk penyajian foto cerita dalam lingkup internasional lebih

beragam, diantaranya berupa descriptive, narrative dan photo essay.

Descriptive merupakan gaya penyajian hasil observasi fotografer yang bisa

dipaparkan tanpa susunan yang runut namun tetap tidak mengubah isi alur

cerita. Narrative merupakan kebalikan dari decriptive, susunan foto memiliki

alur paten agar tidak melenceng dari cerita. Sedangkan essay yaitu gaya

penyampaian foto cerita dari sudut pandang tertentu yang bersisi argumen atau

opini dari fotografer. Foto essay lebih condong mengandung analisa dibanding

laporan dari suatu gejala, peristiwa, atau issue tertentu.51

Dalam penyajiannya, foto cerita biasanya didampingi dengan caption

atau keterangan. Keterangan pada foto cerita berfungsi sebagai penjelasan

informasi tambahan yang tidak termuat dalam visual, pun menjadi panduan

agar pembaca tetap pada jalur pemaknaan konotasi yang diinginkan oleh

fotografer.

50 Taudan Wijaya, Foto Jurnalistik, h. 79. 51 Di akses dari artikel Tentang Photo Story: Catatan Terbuka untuk Arbain Rambey, Elearning.upnjatim.ac.id/Tentang_Photostory_Catatan_terbuka_untuk_ARBAIN RAMBEY_.

Page 42: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

33

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Andri Ginting

Andri Ginting adalah seorang pewarta foto asal Medan, Sumatra Utara.

Andri mengawali karirnya dalam bidang fotografi sejak tahun 2010 di Harian

Sumut Pos, anak perusahaan Jawa Pos Grup untuk wilayah Sumatra Utara.

Selama lima tahun Andri Ginting menjabat sebagai fotografer di Harian Sumut

Pos hingga 2015, kemudian pada 2017 menjadi fotografer kontributor area

Sumatra Utara untuk Beritagar.id.

Pada pertengahan masa kerjanya di Harian Sumut Pos, Andri Ginting

meraih penghargaan Adiwarta tahun 2012. Adiwarta adalah sebuah ajang

penghargaan bergengsi tahunan tingkat nasional yang ditujukan untuk pewarta.

Melalui karya foto dalam kategori olahraga ia mampu mengungguli kandidat lain

yang tidak hanya berasal dari kantor berita nasional saja, tetapi juga dari kantor

berita internasional. Bahkan Andri menjadi satu-satunya perwakilan wilayah

Sumatra Utara dalam debut tahun pertamanya tersebut di ajang Adiwarta.

Andri Ginting juga menjadi salah satu dari 36 fotografer dan 17 negara

dalam perayaan fotografi JIPFest 2019 yang diselenggarakan di Taman Ismail

Marzuki, Jakarta. Dalam acara tersebut Andri menampilkan karya foto cerita

bertajuk 'Perempuan Karo nan Tangguh'. Dalam rangkaian foto tersebut Andri

ingin merepresentasikan identitas perempuan Karo di kaki Gunung Sinabung.

Meskipun awal debut Andri Ginting dalam bidang fotografi jurnalistik baik,

ia mengaku lebih banyak mempelajari fotografi lebih dalam secara otodidak

Page 43: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

34

sembari menamatkan studinya di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Medan.52

Ketertarikan Andri Ginting pada bidang fotografi bermula ketika ia ingin

memutuskan sebuah pekerjaan yang cocok dengan jati dirinya yang bersifat

bebas. Fotografi dijadikan media berekspresi Andri Ginting untuk berkarya.

Baginya, sebuah karya yang mendapat apresiasi merupakan suatu kebanggan dan

kepuasan.

Selain menjadi kontributor untuk media daring Beritagar.id selepasnya dari

Harian Sumut Pos pada 2017, Andri Ginting juga menjadi kontributor untuk

kantor berita asal China, Xinhua News. Andri Gnting bekerja untuk Beritagar.id

selama dua tahun hingga akhir 2019, dan menjadi kontributor untuk beberapa

kantor beritas salah satunya adalah The Jakarta Post.

B. Gambaran Umum Beritagar.id

Beritagar.id dientuk pada 2015, merupakan gabungan dari situs kurasi

publik, Lintas.me (2011), dengan situs kurasi Beritagar.com (2012).

Mengusung visi yang sama, "Merawat Indonesia”, keduanya sepakat

membangun sebuah media baru berbasis teknologi, yang kemudian diberi nama

Beritagar.id, di bawah payung PT Lintas Cipta Media (LCM) yang merupakan

salah satu anak perusahaan Global Digital Prima (GDP) Venture. GDP Venture

adalah perusahaan investasi yang didirikan pada 2010 dan merupakan bagian

perusahaan Djarum yang fokus dalam bidang teknologi.

Situs Beritagar.id digagas di antara lebih dari 300 media daring berbahasa

Indonesia yang menerbitkan berita setiap hari. Beberapa di antaranya bahkan

terbit sepanjang hari, 24 jam sehari.

52 Wawancara langsung dengan Andri Ginting pada tanggal 15 Juli 2020.

Page 44: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

35

Dibutuhkan teknologi untuk mengumpulkan dan menganalisis beragam

konten yang bertebaran sebagai data untuk diolah dan diceritakan kembali. Inilah

computer-assisted reporting, teknologi pelaporan dengan bantuan komputer.

Teknologi ini berperan penting dalam proses produksi konten di Beritagar.id.

Dikembang oleh Rekanalar, melalui ilmuwan komputer Jim Geovedi yang

kini menjabat sebagai Direktur Penelitian, sejak November 2013 teknologi

berbasis Machine Learning (ML) dan Natural Language Processing (NLP) ini

pertamakali diujicobakan pada situs kurasi berita, Beritagar.com.

Sebagai catatan, NLP adalah bidang ilmu komputer yang berhubungan

dengan kecerdasan buatan dan komputasi linguistik, seputar interaksi antara

bahasa manusia dan komputer. Sedangkan ML adalah bagian ilmu komputer yang

berfokus pada pengenalan pola dan pembelajaran oleh kecerdasan buatan.

Pada dasarnya Beritagar.id melakukan agregasi, yang menurut KBBI III,

bermakna pengumpulan sejumlah benda yang terpisah-pisah menjadi satu. Namun

Beritagar.id tidak sekadar membuat daftar tautan, seperti yang dikenal selama ini

tentang situs agregasi. Redaksi berperan menyunting dan menceritakannya

kembali kepada pembaca. Jika datanya tak cukup atau meragukan, maka redaksi

akan melakukan verifikasi dan melengkapinya dari sumber lain yang kredibel.

Selain teknologi pelaporan dengan bantuan komputer, Beritagar.id juga

dilengkapi teknologi Rekanalar lainnya untuk menyajikan konten yang relevan.

Mesin rekomendasi Rekanalar mampu secara pintar memprediksi konten atau

iklan yang relevan dengan pembaca, tanpa merasa terganggu dengan

keberadaannya.

Page 45: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

36

Beritagar.id juga menyajikan laporan berbasis data. Pada era digital ini,

banyak data publik yang dapat dikemas ulang baik dalam bentuk tulisan,

infografik maupun videografik. Kumpulan data ini dipandang penting untuk

memberi perspektif yang lebih luas bagi pembaca terhadap sebuah isu.

Pusat data Beritagar.id bernama Lokadata, yang dikumpulkan dari berbagai

sumber yang kredibel, dan berstatus data publik. Publik dapat turut menggunakan

data di dalamnya, sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku di Lokadata.53

Pada 2 Desember 2019 Beritagar.id tampil dengan wajah baru dan

mengubah nama menjadi Lokadata.id dengan sajian yang lebih segar dan lebih

mudah dicerna,54 dengan tetap menjaga visi misi awal dan berkonsepkan

jurnalisme data.

Struktur Redaksi Beritagar.id:

1. Pimpinan

a. Pemimpin Umum : Herman Kwok

b. Pemimpin Perusahaan : Didi Nugrahadi

2. Dewan Redaksi

a. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Dwi Setyo Irawanto

b. Wakil Pemimpin Redaksi : Rahadian Prajna Paramita

c. Redaktur Senior : Antyo Rentjoko, Yayan Sopyan

d. Sidang Redaksi : Elisa Valenta Sari, Merary Tasya Mutiara

Simatupang, Rabiatul Adawiyah

3. Tim Data

53 Diakses dari beritagar.id Tentang Kami, https://beritagar.id/tentang-kami 54 Diakses dari lokadata.id Ikhtiar Menyajikan Informasi Bergizi, https://lokadata.id/artikel/ikhtiar-menyajikan-informasi-bergizi

Page 46: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

37

Agung Setyo Nugroho, Ahmad Suwandi, Anindhita Maharani, Astari

Kusumawardhani, Cahaya Harahap, Cornelius Agung B, Doddy Farhan,

Imron Fauzi, Islahuddin, Iyan Kushardiansah, Kaka Enindhita Prakasa,

Markus Deni Kuncoro, Muhamad Yogi, Muhammad Nafi', Nanang

Syaifudin, Ryane Andika Kristianto

Alamat Kantor

Alamat : Jl. Jatibaru No. 28 Jakarta Pusat 10160

Telp. +6221 351 4123

Faks. +6221 351 4122

Surel. [email protected]

C. Foto Upacara Mangongkal Holi di Beritagar.id

Tanah Batak secara geografis terletak di sekitar Danau Toba, Sumatra Utara

dan dihuni oleh masyarakat Batak yang meliputi Kangkat Hulu, Deli Hulu,

Dataran Tinggi Karo, Serdang Hulu, Toba, Simalungun, Tapanuli Tengah, dan

Mandailing. Masyarakat Batak dapat diartikan sebagai masyarakat yang terdiri

dari Batak Toba, Simalungun, Karo, Pakpak (Dairi), Pasisir, Angkola,

Mandailing.55 Setiap wilayah merupakan sub suku yang menginduk pada Suku

Batak secara keseluruhan.

Kebudayaan yang terlahir di Tanah Batak senantiasa dijaga kelestariannya

oleh generasi-generasi penerus masyarakat Batak. Tradisi adat dan sistem

kekeluargaan sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Batak. Hal itu melekat erat

pada aktivitas sehari-hari maupun pada momen tertentu seperti upacara-upacara

kebudayaan yang disepakati dan diwariskan secara turun temurun.

55 Gens Malau, Aneka Ragam Budaya Batak, (Jakarta: Yayasan Bina Budaya Nusantara Taotoba Nusantara Budaya, 2000), h. 31.

Page 47: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

38

Masyarakat Batak menerapkapkan falsafah dalihan na tolu, yang menjadi

pedoman sistem kekerabatan atau kekeluargaan.56 J. P. Sitanggang dalam buku

Raja Napogos menjelaskan bahwa dalihan na tolu memiliki tiga unsur yang

diantaranya adalah; somba marhulahula atau hormat terhadap marga istri, elek

marboru atau mengayomi anak perempuan, dan manat mardongan tubu atau

hubungan antar teman semarga. Dalihan na tolu inilah yang digunakan nenek

moyang masyarakat Batak sebagai pedoman dalam aspek sosial bermasyarakat

dan diteruskan oleh anak cucu suku Batak hingga kini, baik yang berada di

bonapasogit (daerah asal) maupun yang berada di perantauan.

Penerapan nilai saling menghargai oleh masyarakat Batak tidak hanya

diterapkan kepada sanak saudara yang masih hidup saja, mereka juga begitu

menghormati famili yang telah mati. Masyarakat Batak mempercayai roh yang

terbagi atas tiga bagian; tondi, sahala, dan begu.

Tondi adalah penggerak tubuh (raga) yang didapat dari mulajadi na bolon

(tuhan) baik dari orang yang masih hidup maupun yang telah mati. Sahala adalah

kekuatan tondi, kekuatan untuk memiliki keturunan, pemikiran, pengetahuan atau

bakat. Sahala orang yang telah mati dipercaya bisa diturunkan kepada mereka

yang masih hidup. Begu adalah roh yang mendiami suatu tempat.

Bentuk penghormatan terhadap roh tersebut dihadirkan dalam prosesi

upacara adat, salah satunya adalah mangongkal holi. Dalam Kamus Bahasa Batak

Toba, mangongkal berarti menggali dan holi berarti tulang atau tulang belulang.57

Upacara mangongkal holi berarti sebagai kegiatan menggali tulang-belulang

56 Gultom Rajamarpodang, Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak, (Medan: Armanda, 1992), h. 60. 57 Richard Sinaga, Meninggal Adat Dalihan Natolu, (Jakarta: Dian Utama, 1999), h. 112.

Page 48: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

39

orang meninggal untuk dikuburkan kembali ke tempat lain. Mangongkal holi

sudah diadakan sejak era pra-Kristen di tanah Batak.

Upacara mangongkal holi diadakan ketika salah satu anggota keluarga yang

masih hidup bertemu dengan leluhur yang telah mati, baik secara pengelihatan

maupun dalam mimpi. Hal itu yang menjadi penanda dan dimulailah prosesi

penggalian makam sementara dan dipindahkannya tulang-belulang ke makam

keluarga yang berbentuk tugu.

Penghormatan terhadap orang tua dalam tradisi budaya Batak sangat

dijunjung tinggi, bahkan kepada mereka yang telah mati. Hal itu dilakukan

dengan cara mengadakan upacara kematian hingga membuat makam sekunder

untuk menyimpan tulang-belulang leluhur yang disebut batu napir.58 Selain

sebagai bentuk penghormatan, upacara mangongkal holi juga bertujuan untuk

mempererat hubungan kekeluargaan yang saling gotong royong dan

mempersatukan sanak saudara yang jauh dari tanah rantau.

Prosesi upacara mangongkal holi diawali dengan telah tersedianya tujuan

pemindahan tulang-belulang, yaitu makam batu napir yang berbentuk tugu. Dalam

pembangunan tugu makam tersebut diadakan pula upacara khusus yang ditujukan

untuk sumangot (roh leluhur yang dianggap berkuasa), dengan sajian makanan

sebagai persembahan dan diletakkan pada sebuah altar atau pangombari untuk

didoakan oleh tetua adat.59 Setelah persiapan makam selesai, kemudian makam

lama siap digali dan dipindahkan tulang-belulangnya dengan serangkaian tata cara

khusus.

58 Richard Sinaga, Meninggal Adat Dalihan Natolu, h. 118. 59 H. Gultom, Penggalian Tulang-belulang Leluhur, (Jakarta: Gunung Mulia,1991), h. 14.

Page 49: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

40

Pelaksaan upacara mangongkal holi tidak hanya proses pemindahan tulang

saja, namun ada tata cara dan aturan yang sudah disepakati oleh tetua adat dan

masyarakat Batak sejak zaman nenek moyang mereka. Berikut adalah alur

upacara mangongkal holi:

1. Manopot angka hula hula ni si okkalon, yaitu berkumpulnya tiga

pihak keluarga, yaitu:

a. Ima bona ni arina (kelompok marga istri yang akan digali atau tiga

tingkatan di atas pihak yang memiliki acara).

b. Hula-hula nan i okal (keluarga kandung atau satu marga atau klan

pihak istri yang akan digali).

c. Tulang na (pihak paman dari anak atau cucu yang ingin melakukan

upacara).

Tujuan dari pemanggilan ketiga pihak ini antara lain untuk

memberitahukan atau meminta restu serta mengundang mereka turut hadir

dalam upacara yang akan dilakukan.

2. Martonggoraja. Proses persiapan dari pihak keluarga terkait waktu

pelaksanaan, biaya yang diperlukan, undangan untuk dongan tobu,

tulang, dongan sahuta serta tetua adat atau pemuka agama. Anak atau

semua keturunan dari yang akan digali makamnya adalah panitia dari

prosesi martonggoraja ini. Salah satu dari pihak paman akan ditunjuk

sebagai pembaca doa untuk keselamatan dan kelancaran proses

penggalian makam.

3. Proses penggalian makam. Setelah mencapai mufakat ketika

martonggoraja, seluruh kerabat dalihan na tolu acara di rumah

Page 50: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

41

keluarga yang melaksanakan upacara mangongkal holi pada waktu

yang telah ditentukan. Sebelum menggali makam pihak hula-hula

melakukan iibadah atau doa terlebih dahulu. Kemudian langkah-

langkah yang dilakukan ketika penggalian makam adalah sebagai

berikut:

a. Pemuka agama membuka cara di pemakaman dan memandu

pemanjatan doa-doa dan melantukan pujian-pujian terhadap

Tuhan demi kelancaran acara penggalian. Kemudian pemuka

agama melakukan cangkulan pertama dan dilanjutkan oleh pihak

keluarga.

b. Bona ni ari (paman dari pihak mendiang yang akan digali)

sebagai pembuka setelah pemuka agama.

c. Selepas pembukaan kemudian bonu ni ari mencangkul sebanyak

tiga kali.

d. Pencangkulan oleh pihak mertua sebanyak tiga kali.

e. Pihak anak satu perut atau anak kandung serta anak kesayangan

atau anak terakhir melanjukan pencangkulan sebanyak tiga kali.

f. Pihak anak menyampaikan kepada pihak boru (keturunan

perempuan atau suami dari keturunan perempuan) agar

melanjutkan mencangkul hingga tulang-belulang ditemukan.

g. Setelah tulang-belulang ditemukan, maka pihak boru hasuhutan

(suami dari anak perempuan kandung, bukan karena marga)

diberitahukan untuk mengangkat tulang-belulang.

Page 51: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

42

Di dekat makam pihak dari keturunan laki-laki sudah berjaga dan

siap menerima tulang-belulang yang diangkat dari bawah oleh pihak

suami dari saudara perempuannya. Setelah tulang-belulang terangkat

dan dibersihkan maka selanjutnya pihak keluarga anak tertua dari

keturunan yang makamnya digali akan mengumumkan bahwa

penggalian sudah selesai. Acara penggalian ditutup dengan pihak anak

menyampaikan sepatah, dua patah kata kepada pihak paman untuk

memberikan ulos timpus (kain khas Batak yang melapisi atau

membungkus tulang-belulang).60

4. Upacara serah terima tulang. Setelah makam lama digali, langkah

selanjutnya yaitu pihak paman membersihkan dan membungkus

tulang-belulang tersebut. Kemudian pihak paman akan menyerahkan

tulang-belulang kepada pihak keturunan. Pihak keturunan menerima

dengan ucapan terimakasih serta ajakan untuk mengikuti acara

memasukan tulang ke dalam tugu sebagai bentuk rasa hormat kepada

pihak paman dari kakek.

5. Upacara mangongkal holi. Setelah upacara serah terima maka

dilanjutkan dengan pengucapan terimakasih serta penghormatan

terhadap pihak paman selaku pihak yang paling dihormati dalam

kekerabatan keluarga Batak. Kemudian tulang belulang yang sudah

bersih dan dibungkus kain ulos dimasukkan ke dalam peti dan dibawa

oleh pihak istri (jika masih ada, jika sudah tidak ada maka digantikan

oleh anak perempuan tertua) dengan menaruh peti di atas kepala.

60 T.M. Sihombing, Jambar Hata Dongan Tu Ulaon Adat, (CV. Tulus Jaya, 1989). h. 241-242.

Page 52: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

43

Penyampaian kata-kata penutup yang ditujukan untuk semua

keturunan yang menghadiri upacara, dilanjutkan dengan memasukkan

tulang-belulang ke dalam tugu yang telah disediakan. Doa dan pemberkatan

diberikan oleh penatua gereja, atau jika penatua gereja berhalangan akan

digantikan oleh pendeta yang ditunjuk pihak gereja, karena mayoritas

masyarakat Batak beragama Kristen Protestan.

Masuknya agama modern sebagai keyakinan masyarakat Batak tidak serta

merta menghilangkan esensi keadatan yang diwariskan oleh leluhur mereka,

meskipun hal tersebut bertolak belakang dengan ajaran agama modern. Menurut

Aritonang, seorang teolog Kristen, mengungkapkan bahwa bagi masyarakat

Batak, adat adalah sesuatu yang bersifat totalitas. Adat bagi masyarakat Batak

bukanlah sekadar tata tertib sosial atau kebiasaan, melainkan sesuatu yang

mencakupi seluruh dimensi kehidupan, baik jasmani maupun rohani, masa kini

dan masa depan, dan hubungan antara mikrokosmos dan makrokosmos.61

Persoalan adat bagi masayakat Batak adalah hal yang serius. Kesalahan dan

kekeliruan yang terjadi dalam adat ataupun melalaikan adat dipercaya

mengakibatkan bencana dan marabahaya, seperti ketidaksuburan tanah, kegagalan

panen dan datangnya wabah penyakit.62 Hal tersebut yang kemudian menjadi

kontra dengan agama modern.

Menurut segi keagamaan masyarakat Batak yang mayoritas menganut

agama Kristen, ada ayat yang mengatakan "Jangan ada padamu Allah lain di

hadapan-Ku." (Keluaran 20:3) dalam Sepuluh Perintah Allah. Ayat tersebut

61 J.S. Aritonang, Sejarah Pendidikan Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), h. 47-48. 62 P.B. Pedersen, Batak Blood and Protestan Soul: The Development of National Batak Churches in North Sumatra, (Michigan: William B. Eardmans Publishing Company, 1970), h. 36.

Page 53: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

44

ditunjang oleh ayat selanjutnya yang berbunyi, "Jangan membuat bagimu patung

yang menyerupai apapun yang di langit, atau di bumi," (Keluaran 20:4) dan

"Jangan sujud menyembah kepadanya dan beribadah kepadanya," (Keluaran

20:5).

Berdasarkan beberapa ayat tersebut dalam ajaran Kristen tidak dibenarkan

untuk menyembah selain Allah. Dalam upacara mangongkal holi prosesi

penyembahan roh leluhur telah dihilangkan agar tidak terjadi pertentangan dengan

agama yang sedang dianut masyarakat Batak Toba saat ini. Namun penghormatan

terhadap leluhur yang menjadi dasar upacara ini tetap terjaga.

Kepercayaan animisme terkait roh-roh dari manusia yang telah mati dan

menempati benda-benda di bumi juga berbanding terbalik dengan ajaran Kristen.

Salah satunya tertulis dalam Alkitab, yaitu "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat

tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku

pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." (Yohanes 14:2). Menurut

penganut Kristen mereka yakin bahwa jiwa orang mati akan berpindah menuju

tempat khusus di dimensi lain dan bukan di bumi.

Agama dalam kehidupan manusia tidak saja dipengaruhi oleh aturan dogma

atau nilai-nilai dari ajaran agama saja, tetapi juga sistem nilai yang berlaku di

masyarakat yang terkadang serupa dengan ajaran agama ataupun terkadang juga

bertentangan.63 Ajaran adat yang tidak bertengan dengan agama modern tetap

dapat dilakukan hingga saat ini sebagai kebudayaan.

Upacara mangongkal holi sendiri merupakan bagian dari praktik adat yang

diwariskan dari generasi ke generasi sejak agama modern belum memasuki tanah

63 Rusmin Tumanggor dan Kholis Ridho, Antropologi Agama, (Ciputat: UIN Press, 2015), h. 8.

Page 54: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

45

Batak. Praktik adat tersebut juga merupakan bagian dari realisasi agama suku

Batak Toba, yang disebut oleh misionaris sebagai hasipelebeguan.64 Kepercayaan

terhadap dewa dalam mitologi Batak Toba dan kepercayaan pada roh leluhur atau

nenek moyang juga merupakan bagian dari hasipelebeguan.65

Dalam sebuah kesempatan Andri Ginting, seorang fotografer asal Medan

mendokumentasikan upacara mangongkal holi dalam bentuk foto cerita. Foto-foto

tersebut dimuat pada media daring Beritagar.id pada Minggu, 7 Juli 2019. Setiap

prosesi dari upacara mangongkal holi digambarkan dalam foto-foto tersebut.

64 J. Pardede, The Question of Christianity, Islam and Batak Culture in North Sumatra, (Berlin: Dietrich Reimer Verlag, 1987), h. 237. 65 J.C Vergouwen, The Social Organisation and Customary Law of The Toba-Batak of Northern Sumatra, (The Hague: Martinus Nijhoff, 1986), h. 79.

Page 55: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

46

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Pada analisia semiotika Roland Barthes menyebutkan tiga tahap konsep

pemaknaan semiotika. Pertama tahap denotasi, penulis akan menjabarkan elemen

yang terdapat dalam foto. Kedua tahap konotasi, terdapat enam komponen yang

akan menjelaskan secara rinci makna dalam suatu elemen pada foto, yakni trick

effect (efek tiruan), pose, objek, photogenia (teknik foto), aestheticism (komposisi

gambar), dan sintaksis. Lalu tahapan ketiga yaitu menentukan mitos. Melalui tiga

tahap pemaknaan tersebut penulis akan menjabarkan pesan-pesan animisme

melalui tanda-tanda dalam foto.

A. Foto 1

Caption: MAKAM | Pada tanah-tanah lapang di kawasan Toba, Sumatra

Utara, makam-makam berdiri bak rumah yang ditempati. Ada yang besar, ada

pula yang kecil, bangunan itu dibuat sebagai bentuk penghormatan kepada yang

Page 56: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

47

lebih dulu pergi. Dalam bangunan makam itu lebih dari satu jasad disimpan,

kebanyakan memiliki ikatan darah yang dekat.

1. Makna Denotasi

Dalam foto ini terlihat sebuah tambak dan seorang laki-laki di sudut

kanan. Tambak adalah kuburan yang biasanya berbentuk tugu dan berisi

jenazah atau tulang-belulang orang tua dan leluhur. Tambak tersebut berdiri

di atas hamparan rumput dan di belakangnya terlihat perairan serta

perbukitan. Dari latar belakang dalam foto tersebut, menunjukkan bahwa

lokasi foto ini diambil di tepi danau Toba Sumatra Utara.

Bagian atas bangunan tambak yang berfungsi sebagai tempat

penyimpanan tulang-belulang terbuat dari kayu dengan bentuk menyerupai

rumah adat masyarakat Batak yaitu rumah Bolon. Sedangkan bagian bawah

yang menjadi pondasi terbuat dari beton. terlihat pula unsur keagamaan

berupa salib yang berdiri di samping bangunan utama tambak, serta simbol

salib patonce pada bagian depan pondasi tambak.

2. Makna Konotasi

a. Trick Effect

Foto pertama ini telah melalui proses trick effect dengan

menyesuaikan kontras pada warna, fungsi penyuntingan gambar

dilakukan untuk tujuan eksplorasi estetika serta menunjukkan bentuk-

bentuk makna dalam cahaya. Selain itu dengan melakukan perbaikan

warna fotografer juga bisa menciptakan dimensi yang ada dalam foto.1

1 Erik Prasetya, On Street Photography, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), h. 44.

Page 57: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

48

Menurut penulis penyuntingan foto tersebut tidak dengan

manipulasi untuk menambahkan atau menghilangkan objek yang dapat

mengubah pesan dari sebuah foto. Foto ini tergolong dalam kategori foto

jurnalistik, sehingga manipulasi berlebihan tidak diperkenankan dan

tidak sesuai dengan kaidah jurnalistik yang bersifat faktual.

b. Pose

Pose adalah gaya, posisi, ekspresi dan sikap subjek foto. Pada foto

pertama terlihat satu subjek yaitu seorang laki-laki yang terletak di

bagian kanan bawah dari foto. Laki-laki tersebut menunjukkan sikap

tubuh sedang berjalan ke arah kanan. Pose menghadap kanan yang

ditunjukkan pada subjek merepresentasikan kelanjutan, yaitu

melanjutkan adat yang diwariskan turun-temurun dari leluhur mereka.

c. Objek

Objek dapat dipahami sebagai benda-benda yang dikomposisikan

sedemikian rupa sehingga dapat diasosiasikan dengan ide-ide tertentu

juga merupakan point of interest atau pusat perhatian dalam foto.2 Pada

point of interest inilah pandangan tertuju dan menjadi inti cerita dari

sebuah foto.

Objek utama pada foto pertama ini adalah sebuah bangunan tambak

dan seorang laki-laki yang sedang berjalan. Bangunan tambak yang

menyerupai rumah Bolon tersebut memiliki makna bagi masyarakat

Batak sebagai tempat tinggal roh leluhur yang tulangnya disemayamkan

2 Sunardi, Semiotika Negativa, (Yogyakarta, Kanal, 2002), h. 167.

Page 58: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

49

di dalamnya. Hal tersebut didasari atas kepercayaan masyarakat Batak

terhadap roh-roh yang mendiami suatu benda.

Selain point of interest tersebut terlihat pula objek-objek

pendukung seperti padang rumput di tepi danau Toba dan pulau Samosir.

Objek-objek pendukung tersebut menunjukkan tempat kelahiran suku

Batak Toba.

d. Photogenia

Secara teknis pengambilan foto ini menggunakan lensa dengan

focal lenght yang luas yaitu 17-40 mm. Penggunaan lensa ini bertujuan

agar mendapatkan sudut pandang yang luas tanpa menimbulkan distorsi

yang berlebihan. Meskipun foto ini menampilkan pemandangan namun

diafragma yang digunakan adalah f/4, hal ini bertujuan untuk

memberikan sedikit efek blur pada latar belakang agar pandangan tetap

terfokus pada objek utama. Dengan adanya objek yang bergerak maka

kecepatan yang digunakan adalah 1/4000 detik agar objek dapat

ditangkap dengan jelas. Untuk mendapatkan pencahayaan yang cukup

maka ISO diatur pada angka 500.

e. Aestheticism

Dari segi aestheticism, komposisi foto pertama ini menggunakan

rule of third3 yang mana 1/3 foto memuat langit, dan 2/3 foto sisanya

memuat objek daratan dan perairan. Tiga objek yang menonjol pada foto

ini yaitu perbukitan pulau Samosir, bangunan tambak dan seorang lelaki

membentuk garis diagonal.

3 Ferry Darmawan, Dunia dalam Bingkai, (Graha Ilmu, Yogyakarta, 2019), h.76.

Page 59: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

50

f. Sintaksis

Foto pertama yang berjudul "Makam" dilengkapi dengan caption

yang menjelaskan tentang makam adat masyarakat Batak, mulai dari

bentuk hingga fungsi dari makam yang disebut tambak. Caption tersebut

juga menjelaskan tambak memiliki beragam bentuk, disesuaikan dengan

banyaknya jumlah tulang-belulang anggota keluarga yang ingin

ditempatkan dalam tambak. Pada perkembangannya bentuk tambak juga

menjadi tolak ukur derajat dari suatu keluarga. Kawasan Toba, Sumatra

Utara yang dijadikan lokasi pengambilan gambar juga dipertegas melalui

caption.

Dalam makna kononasi selain memperlihatkan pengambilan foto

secara teknis juga dapat dimaknai bahwa masyarakat Batak Toba dikenal

sebagai masyarakat yang taat kepada adat dan istiadat. Hal tersebut

didukung dengan pemilihan objek-objek dalam foto, latar belakang foto

berupa danau Toba dan pulau Samosir sebagai simbol lokasi, sebuah makam

tradisional sebagai simbol upacara mangongkal holi dan objek manusia

sebagai simbol masyarakat Batak Toba itu sendiri.

3. Makna Mitos

Orang tua maupun leluhur masyarakat Batak Toba sejak dulu selalu

menekankan pada keturunannya agar memiliki tanah dan tinggal di tanah

kelahirannya. Ketika orang tua atau leluhur mereka meninggal di tanah

perantauan, maka jenazah maupun tulang-belulangnya harus dibawa

Page 60: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

51

kembali ke tanah kelahirannya,4 sesuai dengan falsafah kekeluargaan

masyarakat Batak yaitu dalihan na tolu.

Tempat khusus yang ditujukan sebagai tempat tinggal roh-roh leluhur

dibuat agar tetap terjalinnya hubungan antara anggota keluarga yang masih

hidup maupun yang sudah meninggal. Roh atau jiwa mereka yang telah

meninggal dipercaya akan berpindah menuju benda atau bahkan orang lain.5

Hal ini yang telah ditanamkan oleh leluhur masyarakat Batak dan

diwariskan melalui adat dan senantiasa dijalankan oleh generasi penerusnya.

Menurut penuturan tetua masyarakat Batak, ritual mangongkal holi

dilakukan dengan memindahkan tulang-belulang leluhur dari makam batu

lama menuju makam batu baru, dikenal dengan istilah batu napir.6 Pada

perkembangannya makam batu napir mulai berganti dengan makam baru

yang lebih besar dan megah, yang disebut tugu atau tambak. Seberapa

megah bentuk dari tambak menandakan strata sosial keluarga pemiliknya.

Dalam foto pertama terlihat sebuah tambak dengan bentuk yang tidak

terlalu besar, disampingnya juga terdapat simbol agama yang berbentuk

salib. Masuknya ajaran Kristen dalam kehidupan masyarakat Batak

melahirkan sebuah paham yaitu sinkretisme. Sinkretisme hadir sebagai

pencampuran antara dua tradisi atau lebih dan terjadi lantaran masyarakat

mengadopsi suatu kepercayaan dan berusaha untuk tidak terjadi benturan

4 Supsiloani dan F. Sinaga, Fungsi Tanah dan Kaitannya dengan Konflik Tanah pada Masyarakat Batak Toba, dalam Antrhopos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2, (Medan: Universitas Negri Medan, 2006), h. 15. 5 P.B. Pedersen, Batak Blood and Protestan Soul: The Development of National Batak Churches in North Sumatra, (Michigan: William B. Eardmans Publishing Company, 1970), h. 30. 6 B. Simanihuruk dan M. Muchtar, Analysis of Translation Technique And Shift of Batak Toba Cultural Terms in Inside Sumatra: Tourism and Life Style Magazine, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2013), h. 197.

Page 61: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

52

dengan gagasan dan praktik budaya lama.7 Hal tersebut membuktikan

bahwa paham agama modern tidak serta-merta menghilangkan esensi

kepercayaan lokal yang lebih dahulu diyakini masyarakatnya.

B. Foto 2

Caption: GARIS PEREMPUAN | Dalam prosesi ritual Mangongkal Holi,

pihak keluarga dari garis keturunan perempuan yang memiliki hak memegang dan

membersihkan tulang-belulang leluhur mereka. Untuk melaksanakan ritual tradisi

masyarakat Batak ini tidaklah mudah. Selain memerlukan biaya yang tidak

sedikit, setiap keturunan juga harus menyetujui dilaksanakannya ritual tradisi ini.

Itulah yang menyebabkan ritual ini jarang kali terjadi.

1. Makna Denotasi

Pada foto kedua tampak peti berisi tulang-belulang leluhur diangkat

oleh seorang perempuan yang memiliki garis keturunan dengan leluhur yang

7 Niels Mulder, "Sinkretisme Agama atau Agama Asia Tenggara", Basis, Edisi Agustus, h. 285.

Page 62: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

53

tulangnya dipindahkan. Hal tersebut merupakan salah satu bagian dari

rangkaian acara mangongkal holi. Tampak juga sanak saudara di sekeliling

yang turut diundang untuk menghadiri upacara tersebut. Garis keturunan

perempuan memiliki hak untuk memegang, mengangkat serta

membersihkan jasad para leluhur.

2. Makna Konotasi

a. Trick Effect

Foto kedua ini telah melalui proses trick effect dengan melakukan

penyesuaian warna, proses penyuntingan tersebut dilakukan untuk

menampakkan objek yang tidak terpapar cahaya. Proses penyuntingan

warna tidak menghilangkan atau mengubah objek pada foto. Keindahan

tersebut menurut penulis dapat dilakukan oleh seorang jurnalis foto,

selama tidak mengubah informasi yang terkandung dalam foto

jurnalistiknya.

b. Pose

Pada foto kedua, terlihat pose dari subjek utama yang mengangkat

peti di atas kepala. Di depan subjek utama terlihat seorang pria yang

berjaga menjaga peti agar tidak terjatuh. Raut wajah tersenyum lebar

terlihat dari keduanya, hal ini menjukkan ekspresi bahagia yang juga

tampak dari orang-orang yang menghadiri upacara tersebut.

Keluarga yang mengadakan upacara mangongkal holi berbahagia

sekaligus merasa bangga dengan diadakannya upacara tersebut.

Kebahagiaan itu muncul atas terlaksananya amanat leluhur dan telah

Page 63: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

54

menyediakan tempat peristirahatan terakhir untuk keluarga yang mereka

cintai.

c. Objek

Terdapat beragam objek pada foto kedua ini, namun bagian yang

menjadi point of interest adalah peti leluhur lengkap dengan nama yang

ditaruh tepat diatas kepala seorang perempuan. Selain itu, pada foto ini

memperlihatkan dominasi perempuan yang hadir dalam prosesi serah

terima tulang.

d. Photogenia

Teknis pengambilan foto ini menggunakan kecepatan 1/200 detik

untuk membekukan objek dan tidak melewatkan momen tertentu.

Dengan diafragma f/4,5 yang difokuskan kepada objek yang berada di

depan, dan sedikit buram pada bagian belakang latar. Untuk

meminimalisir noise pada gambar maka ISO yang digunakan yaitu 200.

Ketiga pengaturan tersebut dipertimbangkan dengan kondisi

pencahayaan di lokasi yang tertutup dan menghalangi sumber cahaya.

e. Aestheticism

Secara komposisi foto kedua ini diambil dengan sudut pandang eye

level yang memposisikan kamera lurus sejajar dengan mata subjek

utama. Teknik pengambilan foto freezing dengan menggunakan

kecepatan bukaan rana juga digunakan untuk mendapatkan momen dan

menghindari efek guncangan pada kamera.

Page 64: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

55

f. Sintaksis

Caption pada foto kedua ini menguatkan informasi yang

menjelaskan prosesi setelah tulang-belulang berhasil digali dari makam

lama. Andri Ginting, fotografer menulis bahwa proses tersebut dilakukan

pleh pihak keluarga dari garis keturunan perempuan yang memiliki hak

memegang dan membersihkan tulang-belulang leluhur mereka. Momen

upacara Mangongkal Holi jarang ditemui dikarenakan membutuhkan

banyak biaya dan banyak pihak yang terlibat.

Berdasarkan teknis pengambilan foto kedua maka makna konotasi

yang terlihat adalah masyarakat Batak Toba sangat menghormati leluhur

mereka. Simbol penghormatan tersebut terlihat pada pose mengangkat peti

berisi tulang-belulang orang tua atau leluhur mereka. Hubungan atara

anggota keluarga telah diatur dengan baik melalui sistem kekerabatan

sehingga ikatan yang terjalin akan semakin erat. Masyarakat Batak percaya

bahwa dengan terjalinnya hubungan kekerabatan yang baik maka akan

memberikan berkah satu sama lain.

3. Makna Mitos

Pada praktik upacara mangongkal holi memperlihatkan bahwa

hubungan antara satu sama lain akan teratur baik dalam upacara adat

maupun dalam kehidupan sosial sehari-hari.8 Persiapan upacara mangongkal

holi turut mengundang sanak saudara atau kerabat dari keluarga yang

mengadakan upacara tersebut.

8 Mangihut Siregar. Ketidaksetaraan Gender dalam Dalihan na Tolu dalam Jurnal Studi Kultural (2018) Volume III No.1: h.13

Page 65: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

56

Foto kedua memperlihatkan seorang perempuan yang membawa peti

berisi tulang-belulang leluhurnya di atas kepala. Hal tersebut menandakan

bahwa andil perempuan dibutuhkan dalam prosesi upacara adat mangongkal

holi. Pada prosesi ini yang bertugas sebagai pembawa peti adalah keluarga

dari pihak istri, namun jika tidak ada maka digantikan oleh anak perempuan

tertua. Pengangkatan peti di atas kepala dimaksudkan untuk menjunjung

tinggi, dimaknai sebagai penghormatan terhadap leluhur.

Peran anak perempuan dalam upacara mangongkal holi menyesuaikan

dengan sistem kekerabatan dalihan na tolu. Dalam dalihan na tolu dua dari

tiga unsurnya yaitu hula-hula dan boru diperoleh dari keberadaan

perempuan setelah melalui hubungan perkawinan.9 Perempuan dalam tradisi

matrilineal dianggap mulia dan mendapatkan tempat terhormat dalam sistem

kekerabatan mulai dari keluarga inti, keluarga besar hingga tingkat suku.

Maka peran perempuan yang mengangkat peti berisi tulang belulang

disimbolkan sebagai ikon kehormatan, penghormatan terhadap leluhur.

9 Rajamarpondang, Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak, (Medan: Media Sarana, 1992), h. 61

Page 66: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

57

C. Foto 3

Caption: PENCUCIAN | Dalam prosesi Mangongkal Holi, tulang belulang

leluhur yang sudah puluhan tahun tertanam di dalam tanah dicuci dengan air

jeruk. Agar tampak bersih tulang-tulang yang telah dicuci kemudian dilumuri oleh

air kunyit. Setelah dikeringkan, barulah tulang-tulang leluhur mereka kembali

dimasukkan ke dalam peti.

1. Makna Denotasi

Pada foto ketiga tampak proses pencucian tulang belulang yang

sebelumnya telah digali dari makam lama. Tulang-belulang tersebut

diletakkan pada sebuah wada berisi air dan potongan jeruk limau. Pencucian

ini bertujuan utnuk membersihkan tulang dari debu dan serpihan kayu yang

berasal dari peti.

Page 67: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

58

2. Makna Konotasi

a. Trick Effect

Foto ketiga ini proses trick effect yang dilakukan adalah

penyesuaian warna. Proses penyuntingan warna tersebut bertujuan untuk

lebih mempertajam warna pada objek. dan menunjukkan tekstur dari

objek. Foto ini tidak mengalami manipulasi berlebihan seperti

menghilangkan objek ataupun menambahkan objek.

b. Pose

Pada foto ketiga ini yang menjadi subjek adalah si pencuci tulang-

belulang. Meskipun tidak ditampilkan secara utuh namun terlihat bahwa

subjek sedang duduk bersila di hadapan wadah mencuci. terlihat pose

subjek yang sedang mencuci tulang belulang pada sebuah wadah bersisi

air dan potongan jeruk.

Pose yang menguatkan bahwa subjek sedang membersihkan tulang

adalah posisi tangan yang masing-masing menggenggam tulang dan

potongan jeruk secara berdekatan.

c. Objek

Terdapat beragam objek pada foto ketiga diantaranya sebuah

wadah air yang berisi rendaman tulang-belulang dengan beberapa

potongan jeruk. Terlihat tulang belulang dari beberapa bagian tubuh,

terutama tengkorak kepala. Penulis memaknai objek yang ditonjolkan

tersebut menandakan jika itu adalah tulang-belulang manusia.

Page 68: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

59

d. Photogenia

Dalam foto ini momen yang ingin ditangkap yaitu ruang ketajaman

yang bertujuan untuk mendapatkan detail dari setiap objek. Maka

diafragma yang digunakan adalah f/4. Sedangkan kecepatan yaitu 1/5000

detik dan ISO 640 untuk menyesuaikan kondisi pencahayaan di lokasi

pengambilan foto. Foto ini diambil dengan menggunakan kamera Canon

5D Mark II dengan lensa Canon EF 17-40mm f/4L USM.

e. Aestheticism

Secara komposisi foto ketiga diambil dengan sudut pandang bird

eye. Ketika proses pengambilan gambar kamera diposisikan tepat di atas

objek utama. Sudut pandang bird eye dipilih untuk mendapatkan

gambaran objek paling jelas yang kurang didapatkan ketika mengambil

dari sudut pandang lain. Penempatan point of interest tepat berada di

tengah-tengah bingkai foto. Unsur bentuk lingkaran dalam elemen visual

juga terlihat dari objek wadah air tersebut.

f. Sintaksis

Caption pada foto ketiga ini menguatkan informasi yang

menjelaskan prosesi pencucian tulang-belulang leluhur. Andri Ginting,

fotografer menulis bahwa dalam prosesi mangongkal holi, tulang

belulang leluhur yang sudah puluhan tahun tertanam di dalam tanah

dicuci dengan air jeruk. Agar tampak bersih tulang-tulang yang telah

dicuci kemudian dilumuri oleh air kunyit. Setelah dikeringkan, barulah

tulang-tulang leluhur mereka kembali dimasukkan ke dalam peti.

Page 69: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

60

Konotasi pada foto ketiga dapat dimaknai dengan kesucian. Pose

subjek yang sedang membersihkan tulang-belulang leluhur merupakan salah

satu simbol penghormatan dalam upacara mangongkal holi. Hal tersebut

dilakukan agar ketika menempati makam baru tulang-belulang leluhur

dalam kondisi yang suci.

3. Mitos

Makna simbol air jeruk perut selain sebagai pembersih tulang

belulang, air jeruk perut dipercik ketanah kuburan yang akan digali, agar

proses penggalian dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pada kunyit

berfungsi untuk mencegah atau menjaga agar warna tulang-belulang tidak

pudar. Air jeruk purut dan kunyit memiliki arti sebagai simbol kesucian

maupun kemakmuran untuk semua keluarga yang melaksanakan upacara

mangongkal holi.10

Prosesi pembersihan tulang belulang milik leluhur bertujuan untuk

mensucikan sesuatu yang dianggap sakral. Di dalam masyarakat, terdapat

pandangan yang berbeda-beda mengenai mana benda yang suci, dan benda

yang biasa, atau yang sering dikemukakan orang benda sakral. Sesuatu yang

disakralkan dapat berupa benda yang tampak dan tidak dapat diraba seperti,

wujud yang suci tersebut adalah tuhan, roh, malaikat dan hantu yang

semuanya itu dikeramatkan dan dikagumi.11

10 Fransiska Dessy Putri, "Makna Simbolik Upacara Mangongkal Holi Bagi Masyarakat Batak Toba di Desa Simanindo Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara", Jurnal Online Mahasiswa FISIP Universitas Riau Volume 2 No. 2, Edisi Oktober 2015, h. 10. 11 Zakiah Darajat, Perbandingan Agama, (Jakarta: Bumi Aksara, 1985), h. 167-168.

Page 70: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

61

D. Foto 4

Caption: LIMPAHAN | Kepada para sesepuh atau hula-hula, mereka

yang lebih muda membagikan rezeki sebagai bentuk bakti dan penghormatan.

Kepada kaum tua pula permintaan doa agar diberi limpahan berkat, berupa banyak

keturunan, panjang umur, kehormatan dan kekayaan menjadi harapan.

1. Makna Denotasi

Pada foto keempat tampak dua orang yang berhadapan dan memegang

beberapa lembar uang. Di belakang mereka berbaris beberapa orang yang

terlihat berusia lanjut. Orang-orang dalam foto ini mengenakan pakaian

formal seperti kemeja dan kebaya, juga terlihat kain ulos yang merupakan

kain khas suku Batak.

2. Makna Konotasi

a. Trick Effect

Foto keempat ini telah melalui proses trick effect dengan

melakukan penyesuaian warna dan pencahayaan. Proses penyuntingan ini

Page 71: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

62

masih dalam batas wajar dan tidak menambahkan atau menghilangkan

objek dalam foto.

b. Pose

Pada foto keempat, terlihat pose subjek yang sedang berhadapan

memegang beberapa lembar uang. Dari pose tangan yang memegang

uang tersebut dapat diketahui bahwa salah satu orang membagikan dan

satu orang lainnya menerima. Di belakangnya beberapa orang sedang

berbaris seolah menunggu giliran. Dari beberapa orang yang berada

dalam foto ini hanya satu orang yang terlihat wajahnya secara utuh, yaitu

seorang wanita paruh baya di bagian tengah foto.

c. Objek

Foto keempat lebih dominan menampilkan subjek dibandingkan

objek. Objek dari foto keempat adalah uang kertas dan kain ulos. Kain

ulos adalah kain adat suku Batak yang sering dijumpai hampir dalam

setiap upacara adat suku Batak.

d. Photogenia

Teknis pengambilan foto keempat besar diafragma yang digunakan

adalah f/4, sehingga ruang tajam difokuskan kepada objek di latar depan

dan tampak buram di latar belakang. Pada prosesi ini juga dibutuhkan

kecepatan bukaan rana yang tinggi dengan mempertimbangkan objek

yang terus bergerak, maka digunakan kecepatan 1/4000 detik. ISO

disesuaikan agar cahaya yang diterima sensor cukup dengan besar 800.

Page 72: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

63

e. Aestheticism

Untuk menonjolkan point of interest dalam foto keempat

diterapkan ruang tajam sempit yang berfokus pada objek bagian depan

yaitu dua orang yang memegang uang, sedangkan latar belakang dibuat

buram. Terlihat juga garis imajiner diagonal yang dapat ditarik antara

uang yang dipegang orang di sebelah kiri dengan uang yang dipegang

orang di sebelah kanan.

f. Sintaksis

Caption pada foto keempat menyatakan makna salah satu prosesi

dalam upacara mangongkal holi, yaitu saling berbagi uang dengan sanak

saudara. Anggota keluarga yang lebih muda berbagi uang dengan

anggota keluarga yang lebih tua. Uang dimaknai sebagai rezeki dan

sebagai bentuk rasa hormat kepada yang lebih tua. Sedangkan anggota

keluarga yang lebih tua diharapkan untuk memberikan doa agar diberi

limpahan berkat, berupa banyak keturunan, panjang umur, kehormatan

dan kekayaan.

Selain detail pengambilan foto secara teknis, konotasi dalam foto

keempat dimaknai bahwa ikatan kekeluargaan tidak akan putus meskipun

telah mati. Pose dua orang yang memperlihatkan sedang berbagi uang dan

sirih juga merupakan simbol penghormatan terhadap anggota keluarga yang

lebih tua. Uang dan sirih melambangkan berkah rezeki yang diberikan oleh

mereka yang lebih muda, dan anggota keluarga yang lebih tua memberikan

berkah doa sebagai gantinya.

Page 73: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

64

3. Mitos

Prosesi berbagi uang kerap ditemui dalam beberapa upacara adat suku

Batak. Prosesi ini juga dapat mempererat hubungan kekeluargaan. Hal

tersebut sesuai dengan sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba atau

biasa disebut dalihan na tolu.

Dalihan na tolu yang terwujud dalam hubungan kekerabatan yang

sangat kental berdasarkan keturunan darah (genealogis) dan perkawinan

yang berlaku secara turun-temurun hingga sekarang ini. Dalihan na tolu

berfungsi sebagai pedoman yang mengatur, mengendalikan dan memberi

arah kepada tata laku (perilaku) dan perbuatan (sikap atau pola tindak)

masyarakat Batak. Nilai yang terkandung dalam dalihan na tolu dijadikan

tatanan hidup dan sekaligus menjadi sumber motivasi berperilaku.

Masyarakat Batak menghayati dalihan na tolu sebagai satu sistem nilai

budaya yang memberi pedoman bagi orientasi, persepsi, dan dan definisi

terhadap kenyataan atau realitas.12

Sistem kekerabatan dalihan na tolu yang merupakan warisan leluhur

suku Batak senantiasa diterapkan oleh generasi penerus mereka hingga saat

ini. Dalihan na tolu secara langsung mengatur hubungan sosial antara

mereka yang masih hidup, dan secara tidak langsung juga menjaga

hubungan dengan leluhur yang telah mati.

Dalam kepercayaan tradisional Batak Toba ada sebuah konsepsi

tentang jiwa (tondi/hosa). Jiwa dipercayai memiliki kekuatan yang luar

biasa, ketika jiwa masih bersatu dengan raga ditandai adanya kehidupan,

12 Harahap H Basyral, Siahaan Hotman M, Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak, (Jakarta: Sanggar Willem Iskandar, 1987), h. 4.

Page 74: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

65

tetapi sewaktu jiwa melepaskan diri dengan raga yang terjadi adalah

kematian. Oleh karena itu dikonsepsikan bahwa setiap manusia harus

dilekati oleh tiga unsur dalam dirinya, yaitu tondi/hosa (nyawa), mudar

(darah), dan sibuk (urat/daging). Apabila salah satu unsur lepas berarti tidak

ada keseimbangan dalam diri manusia, sehingga yang ada kematian.13

E. Foto 5

Caption: IKATAN | Tradisi Mangongkal Holi memang amat mahal. Namun

sebagai bakti, setiap marga pasti akan melakukannya walau itu berlangsung entah

di waktu kapan. Sebagai sebuah tradisi, mangongkal holi adalah pengikat ikatan,

karena dalam ritual tradisi ini mereka yang jauh pun berjuang untuk datang.

1. Makna Denotasi

Pada foto kelima tampak seorang laki-laki yang sedang beriri di depan

pintu masuk sebuah ruangan. Lelaki dengan kain ulos di pundaknya itu

13 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: PT Dian Rakyat, 1985), h. 221.

Page 75: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

66

memegang matanya seperti sedang menahan kesedihan. Dalam ruangan

tersebut disandarkan beberapa papan salib yang berjajar.

2. Makna Konotasi

a. Trick Effect

Foto ini telah melalui proses trick effect dalam batas wajar seperti

penyesuaian warna dan pencahayaan. Tidak ada penyuntingan berlebihan

yang dapat mengubah pesan yang terkandung dari foto seperti

menambahkan atau menghilangkan objek.

b. Pose

Pose dalam foto kelima yaitu seorang laki-laki yang berdiri

menyandarkan tubuhnya pada salah satu sisi pintu sebuah ruangan.

Lelaki tersebut menunduk dan memegang bagian matanya seperti sedang

menyeka air mata. Dari gerak tubuh yang ditunjukkan dapat diketahui

emosi yang sedang dirasakan oleh subjek tersebut, yaitu kesedihan.

c. Objek

Tidak banyak objek yang terlihat dalam foto kelima, yaitu manusia

dan juga papan salib. Namun objek yang menjadi point of interest dalam

foto ini adalah manusia yang berdiri di ujung ruangan.

d. Photogenia

Teknis pengambilan foto kelima menggunakan diafragma f/4 agar

ruang tajam berfokus pada objek di bagian tengah dan menciptakan

dimensi dalam foto. Kecepatan yang digunakan yaitu 1/320 detik

dikarenakan objek tidak bergerak banyak. Untuk mendapatkan

pencahayaan yang sesuai maka digunakan ISO 800.

Page 76: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

67

e. Aestheticism

Secara komposisi foto kelima menggunakan teknik framing. Point

of interest diposisikan dalam lubang pintu yang seolah-olah membingkai

objek tersebut. Perspektif dari susunan papan salib dan bentuk ruangan

juga membentuk leading line yang memandu pandangan menuju point of

interest.

f. Sintaksis

Caption pada foto kelima menjelaskan tentang biaya besar yang

dibutuhkan dalam upacara mangongkal holi, namun sebagai bentuk bakti

terhadap orang tua upacara ini diusahakan tetap dilaksanakan meskipun

belum pasti waktu pelaksaannya. Sebagai sebuah tradisi, mangongkal

holi adalah pengikat ikatan, karena dalam ritual tradisi ini mereka yang

jauh pun berjuang untuk datang. Selain kesiapan dari segi biaya, juga

diperlukan kesiapan waktu seluruh anggota keluarga untuk berkumpul di

kampung halaman.

Selain detail pengambilan foto secara teknis, konotasi dalam foto

keempat dimaknai bahwa upacara mangongkal holi yang kental akan unsur

animisme telah mengalami penyesuaian dengan modernitas kepercayaan

masyarakat Batak Toba. Hal tersebut terlihat pada foto kelima yang terdapat

objek salib di makam. Salib juga menjadi simbol identitas masyarakat Batak

Toba yang religius.

3. Mitos

Masyarakat Batak dikenal dengan kultur merantaunya. Sebuah

pepatah mengatakan, "ndang marimbar tano hamateon" yang berarti "tidak

Page 77: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

68

berbeda tempat untuk mati" dan menjadi semboyan masyarakat Batak yang

merantau ke daerah lain. Merantau dalam masyarakat Suku Batak

merupakan suatu keharusan pada setiap masyarakat khususnya pemuda

pemudi yang akan membangun keluarga, dan diharapkan dapat membangun

kerajaan pribadi (sahala harajaon) dan harga diri (sahala hasangapon) yang

lebih baik dari daerah asal.

Dalam upacara mangongkal holi tercipta momen berkumpulnya sanak

saudara hingga yang berada jauh diperantauan bisa kembali ke tanah

kelahirannya. Perasaan haru dan suka cita dirasakan ketika bertemu dengan

anggota keluarga yang lama tidak bertemu. Emosi kesedihan juga timbul

karena bisa melihat tulang-belulang leluhur untuk terakhir kalinya sebelum

dipindahkan ke makam baru.

Upacara mangongkal holi diwariskan oleh leluhur suku Batak sejak

zaman belum masuknya agama monoteis. Nilai budaya dominan, yang

diungkapkan dalam upacara mangongkal holi mewakili orientasi nilai

kearifan lokal yang berbasis kepada adat dan agama. Jauh sebelum

Parmalim dan ajaran Kristen masuk ke tanah Batak, leluhur suku Batak

telah memiliki kepercayaan yaitu animisme.

Warisan adat leluhur yang kental dengan unsur-unsur animisme

pergesekan dengan agama modern yang masuk di tengah masyarakat Batak.

Hasil dari pergesekan dua unsur yang saling bertolak belakang tersebut

menimbulkan adanya sinkretis. Seperti yang terlihat dalam upacara

mangongkal holi yang merupakan warisan leluhur suku Batak kini terdapat

Page 78: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

69

unsur keagamaan seperti simbol salib dan dipimpin oleh pemuka agama

atau pendeta.

Esensi utama kepercayaan tradisional asli suatu daerah yang telah

melekat pada masyarakatnya tidak tergusur oleh ajaran kepercayaan yang

baru masuk. Serupa dengan budaya, kebudayaan yang lebih tinggi atau yang

mendominasi dan aktif dalam masyarakat tersebut akan mempengaruhi

budaya yang lebih rendah dan pasif melalui kontak budaya.14 Agar dapat

diterima oleh masyarakat suatu ajaran baru berusaha untuk menyesuaikan

dengan ajaran terdahulu di suatu daerah. Jika keduanya dapat diterima oleh

masyarakat maka budaya dan keagamaan akan saling berhubungan.

14 Winarno Hermanto, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,2011), h. 78.

Page 79: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data serta pembahasan terhadap rangkaian foto

berjudul "Mangongkal Holi, Sebuah Penghormatan Bagi yang Telah Pergi" karya

Andri Ginting di Beritagar.id dengan teori semiotika Roland Barthes, penulis

mendapat kesimpulan sebagai berikut.

1. Makna Denotasi

Pada dasarnya denotasi adalah cara memahami suatu objek dalam foto

berdasarkan apa yang terlihat oleh pandangan mata, dengan kata lain makna

eksplisit dapat diasumsikan serupa oleh orang banyak ketika melihat foto

tersebut. Dari lima foto yang penulis pilih memberikan gambaran prosesi

upacara mangongkal holi. Upacara mangongkal holi yang telah ada sejak lama

sarat akan pengaruh kepercayaan leluhur suku Batak yaitu animisme. Dari

setiap foto juga menunjukkan keterkaitan upacara mangongkal holi dengan

roh leluhur yang menjadi tujuan diadakannya upacara ini. Prosesi yang ada

dalam foto ini juga menunjukkan interaksi antara anggota keluarga dengan

leluhurnya, mulai dari bentuk makam, pemindahan tulang-belulang,

pembersihan tulang-belulang, pesta serta keharuan.

2. Makna Konotasi

Makna konotasi yang ingin disampaikan fotografer belum tentu sama

dengan yang diartikan oleh orang lain. Konotasi adalah cara memandang suatu

objek dalam foto dengan arti implisit sesuai dengan pengetahuan dan

pengalaman orang yang melihat foto tersebut.

Page 80: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

67

Terdapat beragam makna konotasi yang muncul dalam lima foto ini.

Adapun makna konotasi pada foto pertama adalah latar lokasi upacara

mangongkal holi yang merupakan kearifan lokal wilayah tersebut. Foto kedua

sarat akan pesan penghormatan oleh anggota keluarga terhadap leluhurnya

yang akan dipindahkan makamnya, tergambar dari pose subjek yang sedang

mengangkat peti berisi tulang-belulang leluhur di atas kepalanya. Foto ketiga

memperlihatkan interaksi anggota keluarga yang membersihkan tondi leluhur,

bermakna kesucian. Foto keempat pesan penghormatan yang tidak hanya

ditujukan kepada roh leluhur, tetapi juga kepada anggota keluarga yang masih

hidup. Foto kelima memperlihatkan ekspresi kesedihan yang timbul akibat

kerinduan anggota keluarga terhadap leluhurnya yang sudah meninggal.

3. Makna Mitos

Tahap mitos merupakan tahap selanjutnya dari tahapan denotasi dan

konotasi. Mitos merupakan gambaran yang telah disepakati oleh sebagian atau

sekelompok masyarakat yang mempercayainya, dengan kata lain mitos lahir

karena adanya pesan konotasi yang lalu dipercaya oleh banyak orang dalam

suatu wilayah atau budaya tertentu.

Hubungan masyarakat Batak dengan roh leluhur tetap terjaga dengan

adanya upacara mangongkal holi. Terjalinnya hubungan antara anggota

keluarga yang masih hidup dengan leluhur yang telah meninggal melalui

interaksi langsung dengan tondi tempat roh ketika masih hidup. Namun aspek

animisme yaitu pemujaan kepada roh leluhur diminimalisir seiring dengan

keyakinan monoteis yang mayoritas dianut suku Batak. Dengan kata lain

telah tercipta sinkretis dari dualisme keyakinan antara animis dengan

Page 81: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

68

monoteis. Penulis memaknai kelima foto ini sebagai wujud penghormatan

masyarakat Batak terhadap leluhur mereka yang telah meninggal, serta

menjunjung keadatan warisan leluhur.

B. Saran

Fotografi sebagai karya seni tidak hanya sebatas dinikmati keindahannya

sebatas pengelihatan (denotasi), tetapi mempunyai pesan yang terkandung di

dalamnya (konotasi) tergantung dari latar belakang pelihat foto. kemudian hal

tersebut akan menjadi suatu mitos jika telah dipercayai oleh banyak orang atau

sekumpulan masyarakat, sesuai dengan pernyataan Roland Barthes dengan teori

semiotikanya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis menyarankan agar

penelitian ini tidak berhenti pada analisis ini saja dan dapat terus berkembang di

kalangan mahasiswa progam studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

khalayak umum yang menyukai dunia fotografi khususnya fotografi jurnalistik.

Dengan demikian, penelitian-penelitian tentang semiotika dan fotografi dapat

dilakukan dengan lebih baik lagi.

Page 82: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

69

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Ajidarma, Seno Gumira. 2002. Kisah Mata, Fotografi antara Dua Subjek:

Perbincangan tentang Ada. Yogyakarta: Galang Press

Amsal, Bakhtiar. 2009. Filsafat Agama Wisata Pemikiran dan Kepercayaan

Manusia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Aritonang, J. S. 1988. Sejarah Pendidikan Kristen di Tanah Batak. Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Audi, Alwi Mirza. 2004. Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto

ke Media Massa. Jakarta: Bumi Aksara.

Bachtiar, Wardi. 1997. Metodologi Penulisan Ilmu Dakwah. Jakarta: Iogos.

Barthes, Roland. 2010. Imaji, Musik, Teks. Yogyakarta: Jalasutra.

Basyral, Harahap H. dan Siahaan Hotman. 1987. Orientasi Nilai-Nilai Budaya

Batak. Jakarta: Sanggar Willem Iskandar.

Berger, Peter L. dan Thomas Luckmann. 1969. Die gesellschaftliche Konstruktion

der Wirklichkeit. Frankfurt.

Budiman, Kris. 2004. Semiotika Visual. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik.

Bungin, Burhan. 2011. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup.

Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Darajat, Zakiah. 1985. Perbandingan Agama. Jakarta: Bumi Aksara.

Darmawan, Ferry. 2019. Dunia dalam Bingkai. Graha Ilmu, Yogyakarta

Page 83: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

70

Dharmawan, Bagas. 2012. Belajar Fotografi Dengan Kamera DSLR. Yogyakarta:

Pustaka Baru Press.

Elvinaro, Ardianto dan Bambang Q-Anees. 2011. Filsafat Ilmu Komunikasi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Fiske, John. 2010. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar

Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.

Gani, Rita dan Ratri Riski Kusumalestari. 2013. Jurnalistik Foto Suatu

Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Giwanda, Grind. 2001. Panduan Praktis Belajar Fotografi. Jakarta: Puspa Swara.

Gultom, H. 1991. Penggalian Tulang-belulang Leluhur (Mangongkal Holi) di

Daerah Tapanuli dan Sekitarnya. Jakarta: Gunung Mulia.

Hadiwijono, Harun. 2000. Religi Suku Murba di Indonesia, (Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Hermanto, Winarno. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Penerbit Bumi

Aksara.

Hoed, Benny H. 2011. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta:

Komunitas Bambu.

__________. 2003. "Strukturalisme de Saussure di Prancis dan

Perkembangannya." dalam Prancis dan Kita. Jakarta: Wedatama Widya

Sastra.

Kaelan, 2019. Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika. Yogyakarta:

Paradigma.

Page 84: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

71

Knapp, Gerrit. 1999. Chepas, Yogyakarta: Photography in the Service of the

Sultan. Leiden: Royal Netherlands Institut of Southeast Asian and

Caribbean Studies

Koentjaraningrat. 1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian

Rakyat.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Krisyanto, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada

Media Group.

Kurniawan. 2001. Sosiologi Roland Barthes. Magelang: Anggota IKAPI.

Kurzweil, Edith. 2010. Jaring Kuasa Strukturalisme. Bantul: Kreasi Wacana,

2010.

Malau, Gens G. 2000. Aneka Ragam Budaya Batak. Jakarta: Yayasan Bina

Budaya Nusantara Taotoba Nusantara Budaya.

Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana

Muchtar M. dan B. Simanihuruk. 2013. Analysis of Translation Technique And

Shift of Batak Toba Cultural Terms in Inside Sumatra: Tourism and Life

Style Magazine. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Muhtadi, Asep Saiful. 1999. Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Mulder, Niels. 1992. "Sinkretisme Agama atau Agama Asia Tenggara", Basis,

Edisi Agustus.

Muzaki, Akhmad. 2007. Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama.

Malang: UIN Malang Press.

Page 85: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

72

Pardede, J. 1987. The Question of Christianity, Islam and Batak Culture in North

Sumatra. Berlin: Dietrich Reimer Verlag.

Pedersen, Paul B. 1970. Batak Blood and Protestan Soul: The Development of

National Batak Churches in North Sumatra. Michigan: William B.

Eardmans Publishing Company.

Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya

Makna. Bandung: Jalasutra.

Plas, Daniel L. 1996. Seven Theories of Religion. England: Oxford University

Press.

Pooney, Caroline. 2001. African Literarture, Animism and Politic. London:

Routledge.

Prasetya, Erik. 2014. On Street Photography. Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia.

Putri, Fransiska Dessy. 2015. "Makna Simbolik Upacara Mangongkal Holi Bagi

Masyarakat Batak Toba di Desa Simanindo Kecamatan Simanindo

Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara". Jurnal Online Mahasiswa

FISIP Universitas Riau Volume 2 No. 2.

Rajamarpodang, Gultom. 1992. Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak.

Medan: Armanda.

Sihombing, T. M. 1989. Jambar Hata Dongan Tu Ulaon Adat. CV. Tulus Jaya.

Simanjuntak, Bungaran Anhonius, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak

Toba, (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2001).

Sinaga, Richard. 1999. Meninggal Adat Dalihan Natolu. Jakarta: Dian Utama.

Page 86: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

73

Siregar, Mangihut. 2018. Ketidaksetaraan Gender dalam Dalihan na Tolu dalam

Jurnal Studi Kultural (2018) Volume III No.1.

Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soelarko, R. M. 1984. Fotografi untuk Pelajar. Yogyakarta: Penerbit Binacipta.

Sunardi. 2002. Semiotika Negativa. Yogyakarta, Kanal.

Supsiloani dan F. Sinaga. 2006. Fungsi Tanah dan Kaitannya dengan Konflik

Tanah pada Masyarakat Batak Toba, dalam Antrhopos: Jurnal Antropologi

Sosial dan Budaya 2. Medan: Universitas Negri Medan.

Tabroni dan Imam Suprayoga. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Idonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Tinambunan, W. E, Simbol-Simbol Tradisional Ulos Tujung dan Ulos Saput

Proses Pemakaman Adat Batak Toba, (Pekanbaru: Yayasan Sinar Kalesan,

2010) h. 11.

Tumanggor, Rusmin dan Kholis Ridho. 2015. Antropologi Agama, Ciputat: UIN

Press.

Tylor, Edward. B. 1924. Primitive Culture: Researches into the Development of

Mythology, Philosophy, Religion, Language, Art and Custom 7th Edition.

New York: Brentano’s Publishers.

Vergouwen, J. C. 1986. The Social Organisation and Customary Law of The

Toba-Batak of Northern Sumatra. The Hague: Martinus Nijhoff.

Wijaya, Taufan. 2014. Jurnalistik Foto. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Page 87: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

74

Zaimar, Okke. 2008. Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra. Jakarta:

Pusat Bahasa.

Wawancara

Wawancara langsung dengan Andri Ginting melalui telfon, 15 Juli 2020.

Situs Web

Tentang Photo Story: Catatan Terbuka untuk Arbain Rambey,

http://learning.upnjatim.ac.id/Tentang_Photostory_Catatan_terbuka_untuk_

ARBAIN RAMBEY_.

Tentang Kami, https://beritagar.id/tentang-kami

Ikhtiar Menyajikan Informasi Bergizi, https://lokadata.id/artikel/ikhtiar-

menyajikan-informasi-bergizi

Page 88: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

73

LAMPIRAN

Hasil Wawancara

Narasumber : Andri Ginting

Jabatan : Fotografer Kontributor Beritagar.id

Hari/Tanggal : Rabu, 15 Juli 2020

1. Awal mula ketertarikan bang Andri dengan fotografi?

Awal mula sih dari kecil udah suka motret pakai kamera biasa itu kan,

bawa-bawa tustel gitu. Jadi kadang ada kumpul keluarga terus foto-fotoin.

Mulai lebih tertarik mulai pas SMA lah. Pas SMA tuh kepikiran apa sih

pekerjaan yang istilahnya kita bisa kerja kemana-mana, pakaian juga bebas dan

segala macam. Jadi mulai tertariknya tuh pas kuliah lah.

Kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan Medan, jurusan

ilmu komunikasi. Cuman sama juga paling kayak Agung kan, pas semester tiga

tuh dibagi ada public relation sama jurnalistik, nah aku ambil jurnalistiknya.

Sebenernya aku dari kampus tuh fotografi gak dapat, otodidak aku.

Nah ada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) namanya Potret. Kebetulan

waktu aku masuk kampus selama tiga semester mereka ga buka angkatan baru.

Jadi aku kemarin masuk kampus itu karna mau masuk itu (UKM Potret). Untuk

mendalami fotografi aku masuk kampus ini karna ada UKM Potret. Rupanya

setelah daftar terus masuk kuliah ternyata semester satu, semester dua mereka

ga buka perekrutan baru, vakum mereka. Mereka baru buka tuh sekitar

semester empat. Akhirnya ga jadi masuk.

Page 89: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

74

2. Lalu belajar fotografinya gimana?

Sebenernya banyak belajar kemaren tuh, pertama kemaren tuh belajar

fotografi ya googling lah ya kan. Biasa lah searching dasar-dasar fotografi,

teknik-teknik fotografi. Belajar pencahayaannya gimana, latarnya gimana,

posisinya gimana, baru lah liat-liat foto di website fotografi. Dulu juga belum

tau ada Times, Getty, belum tau situs-situs fotografi lah. Cuma sebatas ketik di

Google terus klik gambar yang keluar.

Baru setelah itu tanya-tanya sama senior di kampus yang mereka itu orang

Potret. Tanya-tanya senior minta diajarin lah. Bang ini maksudnya gimana,

speed ini gimana, diafragma maksudnya gimana. Baru minta, bang nanti kalau

jalan hunting awak ikut lah. Nah baru disaranin banyak-banyak liat foto, cari

referensi. gini-gini. Mereka lah yang mengajari di luar kampus sambil ngopi,

ngobrol-ngobrol santai non formal lah. Terus ikut-ikut mereka, numpang

mereka kalo lagi ikut hunting.

3. Jadi awal mulai tertarik jadi fotografer pas SMA ya bang?

Belum, belum. Tapi apa ini pekerjaan yang bisa bawa aku kemana-mana

gitu. Kalo kita masuk PNS atau karyawan swasta harus rapi dan berdiam di

satu tempat. Nah baru pas mau masuk kuliah ada abang teman aku dari SMP,

abang dia bekerja sebagai jurnalis foto, dari situ terinspirasi. Oh, ini aja aku

kuliah ambil ini aja. Kemungkinan nanti pekerjaannya ini bisa bawa aku

kemana-mana. Dari situ kan nanti ada pilihannya di kampus macam radio, TV,

segala macam, nah aku lebih tertarik di fotografi. Ya suka aja mengabadikan

momen-momen dan mengeksplor diri. Gayanya keren gitu kan hahahaha. Kalo

sekarang kita lebih milih yang simple-simple kan, cuma bawa satu kamera,

Page 90: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

75

satu lensa, bawa tas kecil, mungkin faktor usia kan, Gung. Kalo dulu masih

keren bawa ransel gede, kamera dikeluarin, kayaknya keren aja. Itulah karena

aku rasa keren, bisa berekspresi bagaimana gambar itu mau kita bua. Abis itu

ketika kita berhasil menangkap sebuah momen yang mungkin bersejarah atau

foto kita diapresiasi oleh seseorang itu ada kepuasan tersendiri yang mungkin

gabisa digantiin dengan duit. Ketika kita buat karya kemudian diapresiasi

orang, senang aja gitu ada kebanggaan, kepuasan dalah hati.

4. Kapan memulai profesi sebagai pewarta foto?

Dulu tahun 2010 di Harian Sumut Pos, Sumut Pos tuh anak perusahaannya

Jawa Pos Grup meskipun setiap daerah sudah manajemen masing-masing. Di

Riau ada Riau Pos, di Batam ada Batam Pos, di Jakarta ada 2 malah Indo Pos

dengan Jawa Pos sendiri gitu kan. Di Makasar juga ada, nah kita di Medan ada

Sumut Pos.

Kalau kami dulu di Sumut Pos fotografernya itu kan, Medan lah umumnya

itu paling banyak 2 fotografernya. Di Medan itu kalau dulu bisa kita rasain lah

setiap media di Medan itu 2 fotografernya sampai 3, 3 pun jarang.

Fotografernya ngambil semua isu, ga ada desk khusus gitu kalu untuk

fotografer. Beda dengan yang tulis, ada khusus kesehatan, olahraga, ekonomi

gitu. Nah kita dulu di Medan berdua satu media itu. Kadang kita hari ini

mungkin pagi kita bisa motret ekonomi, siang mungkin kita bisa motret

pertistiwa atau spot news lah kita bilang, baru sore mungkin kita bisa motret

olah raga, malem kita bisa ke rumah sakit. Gado-gado lah yang difoto gado-

gado. Kalo lagi padet maksudnya banyak yang harus difoto ya keteteran.

Umpamanya tiba-tiba ada biasa kan liputan di daerah kan ada demo atau ada

Page 91: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

76

kecelakaan atau ada peristiwa mana tau ada penangkapan narkoba segala

macem. Bisa jadi kita ke Polda Sumut dulu pagi-pagi kan, terus dapet telfon

dari kantor disuruh pindah lagi bisa jadi kita ke rumah sakit, kadang waktunya

bersamaan. Lagi di Polda umpamanya tiba-tiba ada kebakaran. Karena berdua

kadang temen satu lagi ada kerjaan gabisa diganggu, kita lah ngebackup. Udah

ada beberapa foto di Polda, kita berangkat ke lokasi kebakaran. Karena cuma

berdua itu kan jadi cuma kita berdua yang ngebackup semua peristiwa yang

terjadi di Medan.

Kalau di Beritagar dari 2017 nampaknya aku. Ya, dari 2017. Mereka kan

buka tahun 2015 kalau gak salah itu. Dari Lintas.me dulu mereka kan. Baru

tahun 2017 aku masuk. Semenjak berubah dari Lokadata. Kemungkinan

kebijakan mereka berubah konten publikasi ya kan, mereka lebih ke jurnalisme

data atau apalah istilahnya aku gak paham kali istilahnya. Artinya karena aku

sendiri kemarin karena ada beberapa temen di daerah juga termasuk editornya

juga ya keluar lah. Kemarin aku terakhir ngirim ke Jakarta Post. Baru kalo

news itu biasa kayak temen-temen yang lain kan kayak ke AFC, lebih sering

kadang ke Xinhua. Terakhir kemaren yang naik ke Xinhua yang waktu bom

bunuh diri di Polresta Medan, kantor berita Cina.

5. Masuk ke pertanyaan soal foto, bagaimana latar belakang

pengambian foto upacara mangongkal holi ini?

Latar belakangnya sebenarnya kemarin ada info dari temen di grup

Whatsapp bahwa tanggal 24, 25 Juli itu 2019, eh bulan Juni itu kalau gak salah

akhir bulan Juni 2019. Ya dapet info dari grup whatsap ada upacara ritual

mangongkal holi di Panguruan di Samosir, dia di pulau Samosir itu, ya Toba

Page 92: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

77

lah, kawasan danau Toba. Jadi dapet info itu karena ini juga sudah jarang

dilakukan, jadi tertarik untuk mengambil foto ceritanya, untuk

mengabadikannya lah. Karena udah jarang dilakukan oleh masyarakat daerah

situ. Jadi tertarik lah untuk kesana.

6. Dalam foto-foto ini aspek apa yang ingin bang Andri lebih tonjolkan?

Sebenarnya yang ingin aku tonjolkan itu utamanya sih kebudayaannya.

Karena kan kebudayaan itu kan semacam jati diri suatu kelompok atau

golongan atau ras bisa dibilang. Apalagi kebudayaan itu jarang dilakukan. Jadi

kita ini loh masyarakat Toba punya kebudayaan seperti ini tradisi dari leluhur

mereka. Dan sekarang sudah jarang dilakukan, karena faktor agama berperan

juga. Karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Karena ibaratnya itu

kan mendualismekan tuhan. Makanya kemarin posisinya itu kenapa dia jarang

dilakukan lagi banyak faktor sih. Karena membuat acara itu prosesi itu dalam

keluarga itu harus satu hati artinya semua setuju, gitu. Ada beberapa anggota

keluarga mereka semua harus setuju. Kalau satu aja gak setuju itu gak bisa

dilakukan, karena mereka percaya prosesi itu tidak akan sempurna. Jadi

keturunan mereka harus setuju semua. Dan untuk mengumpulkan itu kan juga

sulit, ada yang mungkin ada di luar Toba, ada yang mungkin di Jawa, ada yang

mungkin di Kalimantan, di mana. Abis itu setiap anggota keluarga itu punya

tingkat keyakinan berbeda-beda kan. Ada yang sudah, ah sudahlah gausah lah,

itu begini. Kadang untuk menyatukan itupun sulit. Belum lagi faktor ekonomi.

Karena upacara itu kan menghabiskan banyak duit.

Itupun macam pendeta itu hadir supaya kegiatan itu tidak menyimpang

dari agama. Artinya sejenis mengkawal lah, mendampingi lah. Mendampingi

Page 93: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

78

prosesi itu suapaya tidak syirik. Jadi pemuka agama hadir mereka membawa

doa sesuai dengan kepercayaan mereka. Lalu mereka dilarang mereka

meminta-minta disitu, di tulang-belulang itu. Mereka dilarang megasih

sesembahan yang gimana-gimana gitu. Jadi mereka mengkawal itu supaya

tidak berujung syirik.

Mereka membawa doa sesuai dengan kepercayaan mereka ya seperti

hajatan pernikaha ya ada doanya tapi merekka dilarang menyembah apa itu

menangis berlebihan, meminta-minta kepada arwah leluhur umpamanya untuk

diberikan kesehatan segala macem. Mereka hadir sebagai itu istilahnya saya

bilang tadi menjaga agar tidak berujung, budayanya tetap dijalankan tetapi

dengan masuknya agama jangan sampai berujung mendualisme kan tuhan.

7. Kita lanjutkan soal foto-foto ini, bisa bang Andri jabarkan bagaimana

proses kreatifnya?

Ini hari kedua. Ini beda makam ini. itu hari kedua, jadi dari lokasi upacara

kami berjalan 30 menit keliling lah naik mobil sama teman. Karena kemarin

ingin menunjukkan bahwa ini ada di Toba. Simbol masyarakat Toba,

Masyarakat di danau Toba. Karena yang di makam upacara itu nggak nampak

view danau Toba. Identitas dari upacara itu, menunjukkan itu lah. Jadi kalau

kita ambil makam di upacara itu gak tau ini dimana. Bisa jadi di Medan, bisa

jadi di Aceh, di mana gitu. Jadi aku harus cari di tepian danau Toba yang ada

dia tugunya. Jadi aku keliling aku cari, kemarin ini sore. Sengaja keliling sore

tengok cahayanya bagus tingal cari view gimana yang kita mau. Baru kita

tunggu lah orang biar ada subjeknya aku tunggu sekitar setengah jam lah.

Page 94: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

79

Kendala kemarin sebenernya lebih ke teknis sih. Kebetulan kemarin

baterai flash habis, kan dua hari kan. Baterai flash habis mau pergi keluar

warung jauh, disitu kita takut ketinggalan momen. Jadi dimaksimalkan lah

apa yang ada. Mau ga mau Isonya dinaikin, shutter speednya direndahin.

Kendalanya sih sebenernya karena ini kan di bawah tenda lah mereka kan,

jadi lebih ke latarnya juga. Kita sebenernya di belakang tuh ada rumah adat

Batak kan jadi ga keliatan ditutupin tenda. Jadi aku pengennya lebih clear gitu

kan. Artinya motret ini dengan latar bersih dengan latar rumah adat Batak

nampak. Karena ini momennya bergerak terus kan berjalan terus ini prosesi

dia ngangkat kayak gini kan. Kesulitannya mengambil komposisi tadi.

Cahaya juga agak keras disini karena siang hari. Karena batre flash juga habis

jadi lebih ke teknis.

8. Bagaimana dengan foto kedua, yang prosesi lagi angkat peti?

Ibaratnya ini kegembiraan mengantarkan tulang belulang ini kan simbol

leluhur mereka kan, ke tempat yang istilahnya diagungkan lah dinaikan

derajatnya dari leluhur mereka. Kegembiraan, kebanggaan. Lebih ke situ sih.

Suka cita karena mengangkat tulang-belulang itu. Ini kan prosesi terakhir ini

prosesi pengangkatan tulang belulang itu, setelah diambil, dibersihkan,

dijalankan prosesi adatnya baru petinya diangkat kembali itulah yang diantar

ke kuburnya itu.

9. Selanjutnya yang foto pencucian tulang ini, menurut bang Andri

apakah terlalu sensitif tidak?

Kalau menurut aku tergantung orang menilainya. Kalau menurut aku sih

ngga. Karena ini adalah salah satu frame atau gambar menunjukkan prosesi

Page 95: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

80

itu. Itulah identitasnya membersihkan tulang belulang itu. Jadi kalau ngga ada

frame yang ini jadi ngga lengkap. Ini kan kembali ke orang yang melihat tapi

yang ini tidak ada darah, tidak ada tindakan sadisme kan.

Ngga dibikin hitam putih karena lebih ingin menunjukkan warnanya sih.

Kadang kita motret ini kan di momen ini kita membuat cerita ini ya aku gak

pengen membuat hitam putih aja. Dan ini juga ga ada darah. Ada frame di

dalam kubur tapi ga ada disini. Waktu proses pembongkaran itu kan aku

masuk ke dalam juga, masuk ke dalam kuburan juga. Fotonya tidak dinaikkan.

Mungkin itu yang terlihat sadis karena di dalam itu aku ikut ke dalam begitu

dibuka kuburannya, di akan kuburannya semen di atas permukaan tanah kan.

Jadi dibuat semen jadi kemaren pake martil itu, ikut ke dalam aku. Jadi ada

petinya, dibuka petinya, masih lengket tulang-belulang masih lengket

pakaiannya, tulang belulang campur dengan peti yang udah rapuh itu.

Mungkin ini kemarin kan editor yang menentukan dinaikkan atau ngga,

seperti itu.

Artinya kita freelance kan dalam pikira kita ada ini kemungkinan ga

dipake, ini dipake. Itu semua kan tergantung editornya kan. Dan aku setuju ini

dipake. Cuma satu frame ini, tulang belulang ini. Untuk menghindari seperti

yang Agung bilang tadi. Lagipula supaya ngga monoton gambarnya. Kalau

kita bicara tulang-belulang ada dia waktu dibuka makamnya, waktu

dibersihkan, banyak proses lah. Jadi kita harus pilih salah satu mewakili itu,

supaya tidak berulang, frame itu tidak berulang dalam satu rangkaian cerita

itu.

Page 96: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

81

10. Untuk foto selanjutnya gimana bang?

Ini hanya beberapa ini dikasih seperti mewakili semua. Jadi dikasih itu kan

hua-hulanya ada satu kasta lah di dalam adat itu. Jadi ini orang yang mewakili,

tidak semua. Prosesi ini waktu sebelum dibuka makamnya. Ini awal ini. Ini

sebelum dibuka ini. Setelah ada kumpul mereka ada acara dari gereja doa-doa

lah supaya acara itu diberkati. Jadi sebelum makam dibuka inilah acaranya.

Prosesi adat yang panjang, itu yang bikkin lama sih. Rangkaian upacara adat

itu lah.

11. Foto terakhir bagaimana proses kreatifnya?

Ini lah bentuk makam yang dibongkar itu. Itulah ada di dalam bentuk

makamnya. Karena tergantung keluarga, ini kan di lokasi ini ada lima makam

ya lima jasad disini, satu keluarga, ada lima disisi nih. Cuma disatuin dia ini

makamnya, di dalam juga ada sekat juga. Dipisah-pisah dia kan cuma dari luar

tampak satu itu kan, tapi banyak ini jasadnya di dalamnya ini.

12. Pendekatan bang Andri dalam pengambilan foto ini apakah

dokumenter, jurnalistik, atau etnografi, atau yang lain?

Lebih ke dokumenter sih.

13. Bagaimana soal penyuntingan foto-foto ini?

Sebenernya ini kan bakalan dipublikasi di media, jadi gimana foto itu

kalau dilihat menarik. Dan kondisinya juga kan ada yang dia ruang agak

tertutup. Jadi aku memang ingin menampilkan warna seperti ini. Kamera juga

ada aku atur sedikit macem brightnesenya di kamera kan. Abis itu aku

pertajam lagi di komputer. Dicropping, diedit, di pertajam lah.

Page 97: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

82

14. Gimana proses kurasi di Beritagar.id?

Jadi aku kirim beberapa frame sekitar 15 sampai 20 lah frame yang

menurut aku, sebenernya kan ini foto story kan, aku punya konsep awalnya

begini, nanti endingnya begini, simbol daerahnya ada, ekspresinya ada. Jadi

aku pilih dulu lah sekitar 20 fram baru aku kirim ke editor.

15. Untuk pemilihan isu liputan, ide dari bang Andri atau dari redaktur?

Kalau kemarin di Beritagar.id isu dari aku sendiri. Kalau di Beritagar.id

kemarin sekitar 80% dari aku sendiri. 20% ada sesekali penugasan dari

editornya, buat ini dong, gitu. Sisanya dari aku sendiri. Jadi nih Gung aku

kirim 20 foto kan, lalu editor yang milih mana yang publish ditayangkan,

dengan pertimbangannya. Tapi kita udah tau gambarannya apa yang mau kita

buat. Dia yang menentuka ini layak, ini engga, ini gimana. Semua kebijaknnya

editor kan. Kecuali kita web pribadi kan. Yang penting setor aja. Udah ada

badan cerita dari kita, udah ada frame-frame juga, belum tentu kalau nanti kita

lempar ke media lain begini juga urutannya kan. Beda editor beda selera kan.

Sebenernya kita bebas tapi hak publish kan ada di dia. Hampir semua kayak

gitu.

Page 98: ANIMISME DALAM RITUAL ADAT (ANALISIS SEMIOTIKA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...berbeda. Keragaman budaya Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa yang

83

Dokumentasi wawancara dengan fotografer foto Mangongkal Holi, Sebuah

Penghormatan Bagi yang Telah Pergi, Andri Ginting melalui telefon pada Rabu,

15 Juli 2020.