Anggaran Sebagai Alat Politik Final

14

Click here to load reader

Transcript of Anggaran Sebagai Alat Politik Final

Page 1: Anggaran Sebagai Alat Politik Final

BAB II

PEMBAHASAN

Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)

Salah satu fungsi anggaran adalah sebagai instrumen politik yang terhubung dengan

sektor publik. Fungsi ini menjadikan anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas dan

kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pemenuhan prioritas-prioritas dalam konteks

sektor publik ini, membutuhkan political skill, coalition building, keahlian bernegosiasi dan

pemahaman tentang prinsip manajemen keuangan publik oleh penyusun anggaran.

Aspek-aspek anggaran terdiri dari aspek ekonomi yakni besaran anggaran pemerintah

yang mencerminkan skala kegiatan ekonomi sektor pemerintahan dan pengaruhnya terhadap

ekonomi secara umum. Kemudian aspek politik,yakni anggaran merupakan perwujudan dari

kehendak politik pemerintah yang sedang berkuasa ke dalam kebijakan keuangan. Selanjutnya,

aspek hukum, sebagai bentuk legitimasi legal-formalnya, maka anggaran akan dapat

dilaksanakan, jika anggaran ditetapkan dengan suatu regulasi yakni perda. Sedangkan dari aspek

manajemennya, anggaran mencerminkan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pemerintahan.

Kemudian dari fungsinya, jika dilihat sebagai alat politik pemerintah, maka anggaran

dapat digunakan sebagai sarana atau alat bagi kekuatan politik untuk mencapai tujuan dan

aspirasi politik. Hal tersebut dimungkinkan karena anggaran merupakan produk/hasil

pembahasan antara pemerintah dan parlemen.

Selanjutnya, dalam proses penyusunan anggaran, mestilah dilakukan secara sistematis,

dengan menggunakan metode dan pendekatan tertentu. Melalui penyusunan rencana dan

program yang dituangkan ke dalam nilai mata uang.

Penganggaran juga harus memuat prinsip keadilan anggaran, efisiensi dan efektifitas

anggaran, anggaran yang berimbang dan dinamis, disiplin anggaran, serta tranparansi dan

akuntabilitas.

Page 2: Anggaran Sebagai Alat Politik Final

APBD adalah kebijakan publik yang disusun oleh legislatif dan eksekutif, di dalamnya

termuat rencana-rencana program pembangunan yang akan dilakukan oleh aparatur

pemerintahan berdasarkan prioritas-prioritas pembangunan. Didalamnya ada proyeksi

pendapatan, pembangunan dan belanja yang pembiayaan-pembiayaan rencana-rencana kerja

tersebut,dirumuskan pula dalam kebijakan itu berupa anggaran-anggaran pada unit-unit satuan

kerja.Bahwa penyusunan APBD merupakan suatu proses kebijakan publik yang harus

melibatkan masyarakat, karenanya sedari awal penyusunan APBD mesti dilandasi dari

penjaringan aspirasi melalui Musyawarah RencanaPembangunan (Musrenbang), juga program

kerja dari satuan kerja dari dinas-dinas yang kemudian dirangkum dalam Rencana Kerja

Anggaran (RKA) dan Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RKPD).

Selanjutnya, bahwa penyusunan APBD juga merupakan proses menyelaraskan kondisi

makro dengan sumber daya yang tersedia, terus mengalokasikan sumber daya yang tersedia

tersebut sesuai dengan keperluan yang ada. Sehingga APBD harusnya benar-benar hadir sebagai

bentuk kebijakan pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar dan

pemberdayaan masyarakat menuju kesejahteraan.

Sesuatu yang kerap dipertanyakan oleh masyarakat adalah: Apakah mereka sudah

dilibatkan secara aktif dalam proses perumusan anggaran? Sedangkan sudah jelas bahwa harus

ada peran partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam proses penyusunan APBD, karena

APBD adalah kebijakan yang terkait dan menyangkut hajat hidup masyarakat. Sedangkan dalam

penjaringan aspirasi melalui Musrenbang saja, masyarakat jarang dilibatkan, kalaupun

dilibatkan, tapi sekedar lip service, dan tetap saja anggaran yang dibuat tidak memuat aspirasi-

aspirasi mereka.

Masalah lainnya adalah terkadang anggaran yang disusun tidak mencerminkan skala

prioritas bidang pembangunan mana yang harus diutamakan, kemudian juga cenderung mubazir

lebih besar pada belanja pada item-item program kegiatan yang tidak bersentuhan dengan hak-

hak dasar rakyat. Sehingga kebijakan anggaran tidak dapat mengintervensi pada penuntasan

masalah-masalah masyarakat.

Page 3: Anggaran Sebagai Alat Politik Final

Sudah menjadi rahasia umum jika penganggaran biasanya lebih besar pada pos belanja

tak langsung yakni belanja aparatur/pegawai. Anehnya, biasanya juga, pada belanja langsung

yang kecil terkadang muncul pula belanja pegawainya, sehingga yang diperuntukkan bagi

belanja modal untuk publik menjadi minim.

Dalam proses penyusunan APBD baik di provinsi maupun kab/kota, kita dapat melihat

bahwa prioritas keberpihakan terhadap pemenuhan hak-hak dasar rakyat itu masih belum

dikembangkan atau dijadikan perspektif perencanaan dan penganggaran.Ke depan, adalah

tanggung jawab kita semua untuk terus mendorong agar proses itu menjadi pro rakyat. Sehingga

mudah-mudahan APBD tersebut akan lebih banyak memuat program-program prioritas anggaran

yang berpihak terhadap pemenuhan hak-hak dasar dan pemberdayaan masyarakat. Dan elemen

masyarakat sipil harus melakukan pengawasan terhadap kebijakan pembangunan ini, karena ini

berkenaan dengan hak-hak kita selaku warga negara.

Kemudian pemerintah dan parlemen/legislatif juga harus belajar untuk partisipatif,

transparan serta membahas dengan berhati-hati dan teliti, agar APBD tepat sasaran dan jangan

sampai mubazir pada program-program yang tidak jelas juntrungan dan keberpihakannya.

Anggaran sebagai instrumen politik bisa memenuhi prioritas-prioritas kebijakan yang

berujung pada efisiensi anggaran, jika steril dari kepentingan sempit para penyusun anggaran.

Namun yang sering terjadi saat ini tidaklah demikian. Dugaan praktik mafia anggaran, suap di

Kemenakertrans, proyek wisma atlet di Palembang adalah beberapa contoh tidak sterilnya sistem

penganggaran dari kepentingan politik sempit.

Lantas apa yang harus dilakukan untuk mengawasi agar anggaran bisa diketahui sarat

dengan kepentingan ekonomi atau politik sesaat? Hal pertama yang bisa dilakukan oleh kita

adalah melihatnya secara kasat mata terhadap output, outcome, dan impact dari anggaran.

Output adalah besaran nilai anggaran seperti besaran anggaran untuk pembangunan

sebuah jalan. Dari sini bisa terlihat secara kasat mata apakah sebuah anggaran memiliki nilai

yang biasa atau luar biasa karena misalnya ada dugaan mark up.  

Page 4: Anggaran Sebagai Alat Politik Final

Outcome adalah hasil final dari anggaran tersebut, berupa wujud barang atau jasa, misal

sebuah jalan. Secara kasat mata, bisa terlihat kualitas jalan tersebut. Apakah sebanding dengan

nilai proyeknya atau tidak.

Impact adalah pengaruh yang ditimbulkan dari outcome anggaran. Misalnya, bagaimana

pengaruh jalan itu terhadap perkembangan perkonomian sebuah wilayah? Atau bagaimana

pengaruh pembangunan pasar terhadap geliat perdagangan di sekitarnya? Jika dampak yang

dihasilkan kecil, tidak ada, atau bahkan proyeknya mangkrak, bisa jadi dalam penyusunan

anggarannya ada sesuatu yang tidak beres.

Anggaran tidak hanya penting bagi perusahaan swasta tetapi juga penting dalam

pelaksanaan program-program pemerintah. Anggaran merupakan pernyataan mengenai

estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan

dalam ukuran finansial. Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu

proses politis. Jika pada sektor swasta anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan

yang tertutup untuk publik, tetapi sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus

diinformasikan kepada masyarakat untuk dikritik, didiskusikan dan diberi

masukan.Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana

publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo,

2004.a).

Anggaran dalam pemerintahan merupakan dokumen/kontrak politik antara

pemerintah dan DPRD untuk masa yang akan datang (Mardiasmo, 2004.a). Dalam teori

agensi dapat dirumuskan pemerintah sebagai agen dan masyarakat dalam hal ini diwakili oleh

DPRD diartikan sebagai principal. Adanya hubungan agen dan principal tersebut

diharapkan dapat memudahkan proses pengawasan anggaran agar tidak terjadi perilaku

perilaku yang disfungsional, karena anggaran dalam pemerintahan merupakan wujud

pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Anggaran sebagai alat politik juga berperan dalam tahap-tahap proses penyusunan

anggaran sector publik.Penyusunan anggaran sektor publik pada dasarnya tidak berbeda jauh

dengan sektor swasta. Penyusunan anggaran sektor publik terdiri atas empat tahapan yaitu :

Page 5: Anggaran Sebagai Alat Politik Final

1. Tahap persiapan anggaran

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran

pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan

adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran hendaknya terlebih dahulu

dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Di Indonesia, proses

perencanaan APBD dengan paradigma baru menekankan pada pendekatan bottom up

planning dengan tetap mengacu pada arah kebijakan pembangunan pemerintah

pusat. Arah kebijakan pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam dokumen

perencanaan berupa program Pembangunan Nasional (PROPENAS), Rencana

Strategis (RENSTRA) dan Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA). Sementara

itu, ditingkat daerah (Propinsi dan kabupaten/kota) berdasarkan ketentuan Peraturan

Pemerintah No.108 tahun 2000 pemerintah daerah disyaratkan untuk membuat

dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas RENSTRADA, yang isinya

diupayakan tidak menyimpang dari PROPENAS dan RENSTRA pemerintah pusat.

Rincian RENSTRADA untuk setiap tahunnya akan digunakan sebagai masukan dalam

penyusunan REPETADA dan APBD.

2. Tahap ratifikasi

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit

dan berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun

juga harus mempunyai political skill, salesmanship dan coalition building yang

memadai. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus

mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang

rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan dari pihak legislatif.

3. Tahap implementasi (Budget Implementation)

Setelah anggaran disetujui oleh legislatif, tahap berikutnya adalah pelaksanaan

anggaran. Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus diperhatikan

oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan

sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal ini bertanggung

Page 6: Anggaran Sebagai Alat Politik Final

jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk

perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati dan bahkan daapt

diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya. Sistem akuntansi

yang baik meliputi pula dibuatnya sistem pengendalian intern yang memadai.

4. Tahap pelaporan dan evaluasi

Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi anggaran terkait dengan aspek

operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek

akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan

sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget

reporting and evaluation tidak akan menemui banyak masalah.

Keterbukaan Informasi Publik Menuju Tata Kelola Anggaran Indonesia yang Bersih dan

Baik

Informasi publik merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan demoktratisasi

penyelenggaraan pemerintahan dan Negara dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Keterbukaan informasi publik dari lembaga-lembaga publik memberikan akses

kepada masyarakat untuk ikut terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan Negara,

terutama layanan publik yang menyangkut hayat hidup orang banyak, terutama mereka yang

miskin dan terpinggirkan. Keterbukaan informasi publik merupakan salah satu indikator

kehadiran Negara demokratis yang memberikan akses kepada semua pihak untuk terlibat

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan Negara – yang mana momentum tersebut untuk

Indonesia telah dimulai dengan bergulirnya reformasi tahun 1997–1999. Momentum sosial

politik tersebut mendapatkan pengesahan legal melalui pemberlakukan Undang-undang (UU)

Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Melalui UU tersebut, badan-

badan publik memiliki kewajiban menyediakan informasi bagi publik, baik diminta maupun

tidak sedangkan publik memiliki hak untuk mengakses informasi yang dibutuhkan dan

diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 7: Anggaran Sebagai Alat Politik Final

Pemberlakukan UU tersebut melengkapi berbagai peraturan perundang-undangan

yang diberlakukan, antara lain UU, 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih

dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) UU 31/1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi dan UU 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia – untuk mendukung dan

menegakan penerapan demokratisasi penyelengaraan pemerintahan dan Negara seiring

dengan menguatkan pengarusutamaan penerapan nilai dan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) yang mengikutsertakan

akuntabiliti dan partisipasi dalam penyelenggaraan Negara dan pemerintahan, termasuk

dalam hal pelayanan publik. Melalui UU tersebut, masyarakat memiliki basis hukum untuk

mengakses informasi yang dibutuhkan dari lembaga-lembaga publik . Gani Bazar, dalam

Kompasiana menulis”good governance pastilah bercirikan; adanya keterlibatan masyarakat

dalam membuat suatu kebijakan publik, penegakan hukum yang adil tanpa pilih kasih,

transparansi yaitu membangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi,reponsiveness

dimana lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani kepentingan

masyarakat dan berorientasi kepada kepentingan masyarakat, equity berarti setiap masyarakat

mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan,efficiency

dan effectiveness dimana pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna

dan berhasilguna, accountability bertanggung jawab kepada pihak atas setiap kegiatan yang

telah dilakukan, memiliki visi yang jauh kedepan untuk menjangkau kenerja yang baik”.

Keterbukaan informasi merupakan “bagian dari hak azasi, syarat utama untuk

pemberantasan korupsi, keharusan dalam paham pemerintahan terbuka (open government)”.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa korupsi merupakan salah satu masalah besar bangsa

ini yang perlu diselesaikan secara sosial, politik dan juga hukum. Berbagai upaya pelamahan

keberadaan KPK yang berseberangan dengan menguatnya dukungan publik terhadap

lembaga tersebut dari berbagai lapisan masyarakat, seperti para tokoh agama, akademisi,

Praktisi hingga para tukang bakso dan kuli bangunan yang mendonasikan natura bagi

pembangunan gedung KPK mengindikasikan kuatnya dukungan publik terhadap upaya

pemberantasan korupsi yang dimotori KPK.

Korupsi merupakan masalah laten dan akut bangsa dan Negara Indonesia. Berbagai

modus korupsi dilakukan oleh berbagai elemen yang telah menggerogoti uang rakyat dan

Negara yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan

Page 8: Anggaran Sebagai Alat Politik Final

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBN). Korupsi telah terjadi di semua sektor dan

semua lini sejak perencanaan (planning), pengadaan (procurement) hingga pelaksanaan

(implementation). Proses hukum yang telah dan sedang dilakukan terhadap berbagai pejabat

pemerintah, Negara hingga politisi menunjukan bahwa pencegahan dan pemberantasan

korupsi membutuhkan komitmen, soliditas lintas pihak, kerja keras dari hulu hingga hilir

sampai dengan hukuman yang memberikan efek jera.

Selain pemberantasan korupsi melalui proses hukum yang mengacu kepada peraturan

perundang-undangan yang ada dengan memaksimalkan fungsi dan peran KPK serta lembaga-

lembaga penegak hukum lain, seperti Kepolisian, Kejaksaan dan Peradilan. Seiring dengan

itu, upaya pencegahan juga harus terus menerus dilakukan dan dimaksimalkan. Pendidikan

publik melalui media dengan memberitakan secara konsisten temuan-temuan korupsi dan

juga proses hukum terhadap para koruptor, menjadikan korupsi sebagai bagian dari

kurikulum serta transparansi anggaran merupakan bentuk-bentuk pencegahan perbuatan

korupsi.

Transparansi anggaran yang merupakan bagian dari keterbukaan informasi publik

dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya dengan mempublikasikan APBN dan APBD

di masing-masing provinsi dan kabupaten/kota secara regular, memberikan akses kepada

public yang ingin mengakses informasi anggaran yang dibutuhkan, menyediakan informasi

online melalui website tentang program dan/atau proyek-proyek yang dilakukan oleh

instansi/lembaga bersangkutan beserta dana yang dialokasikan dan yang diserap, dan

berbagai cara lainnya sebagai perwujutan komitmen masing-masing pihak untuk tata kelola

pemerintahan yang baik dan bersih.

Melalui transparansi anggaran, publik dapat ikutserta dalam mengawasi perencanaan

alokasi dan penggunaan dana-dana pembangunan yang bersumber dari APBN dan APBD

maupun hibah yang telah dicatat dalam APBN dan APBD. Keterlibatan publik dalam aspek

tersebut dengan sendirinya akan meminimalkan upaya-upaya koruptif dari para pejabat

dan/atau pegawai yang terkait pada perencanaan dan penggunaan dana-dana tersebut.

Keterlibatan publik akan meningkatankan rasa tanggungjawab para pemegang kuasa dan

pengguna anggaran untuk menggunakan alokasi dana secara bertanggungjawab sesuai

peraturan perundang-undangan. Dengan keterlibatan publik, maka penyimpangan

penggunaan anggaran akan terdeteksi secara dini sehingga dapat meminimalkan jumlah yang

Page 9: Anggaran Sebagai Alat Politik Final

dikorupsi sekaligus dilakukan upaya pemberantasan. Dengan demikian alokasi anggaran

digunakan sesuai rencananya untuk pemberantasan kemiskinan demi kemakmuran dan

kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Konsistensi keterlibatkan publik dalam rencana

alokasi dan penggunaan anggaran dalam jangka panjang akan membentuk budaya tata kelola

pemerintahan yang bersih dan baik demi kemakmuran bangsa dan Negara sebagaimana

diamanatkan Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 dan Sila Kelima Pancasila.