Angela - P2asas - ETIKhUkum.ppt

47

description

pemicu asas etika dan hukum

Transcript of Angela - P2asas - ETIKhUkum.ppt

  • BioetikaBioetika atau Biomedical Ethics merupakan cabang dari etika normatifmerupakan etik yang berhubungan dengan praktek kedokteran dan atau penelitian dibidang biomedis

  • ETIK vs HUKUMHukum mengatur perilaku manusia dalam kaitannya dengan ketertiban hubungan antar manusia, dengan aturan yang tertentu dan baku.

    Etik mengatur manusia dalam membuat keputusan dan dalam berperilaku (profesi), dengan menggunakan dialog antar beberapa kaidah moral, dengan hasil yang tidak selalu seragam.

  • Contoh cara berpikir Hukum:Dalam meminta persetujuan tindakan medik, yang penting adalah formulir persetujuan telah ditandatangani oleh pasien atau yang mewakilinya

    Contoh cara berpikir etikDalam meminta persetujuan tindakan medik, yang penting adalah keputusan pasien dibuat setelah memahami semua informasi yang diperlukan dalam membuat keputusan tersebut.

  • HUKUMETIKADISIPLINNORMADALAM PRAKTIK KEDOKTERANATURAN HUKUM KEDOKTERANATURAN PENERAPAN ETIKA KEDOKTERAN(KODEKI)ATURAN PENERAPAN KEILMUAN KEDOKTERAN

  • 3. Kaidah Dasar bioetikaBertolak dari Childress & Beauchamp yang memaparkan adanya 4 kaidah dasar moral (KDM atau moral principle/principle-based ethics atau ethical guidelines) dalam buku sucinya The Principles of Biomedical Ethics (1994)

    yakni beneficence, non-maleficence, justice dan autonomy.

    kemudian ditinjau melalui etika sehingga merupakan maxim (kaidah dasar) yang berlaku normatif ketika dokter menghadapi kasus kongkrit di klinik

  • 4 KDM Kaidah Dasar Bioetika (KDB)

    4 KDB:Tindakan berbuat baik (beneficence)Tidak merugikan (non-maleficence)Keadilan (justice)Otonomi (self determination)

  • Lampiran Beneficence

    Kriteria1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien9. Minimalisasi akibat buruk10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan14. Mengembangkan profesi secara terus menerus15. Memberikan obat berkhasiat namun murah16. Menerapkan golden rule principle

  • Non-maleficence

    Kriteria1. Menolong pasien emergensi : Dengan gambaran sbb : - pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko kehilangan sesuatu yang penting (gawat) - dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut - tindakan kedokteran tadi terbukti efektif - manfaat bagi pasien > kerugian dokter2. Mengobati pasien yang luka3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek6. Mengobati secara proporsional7. Mencegah pasien dari bahaya8. Menghindari misrepresentasi dari pasien9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian10. Memberikan semangat hidup11. Melindungi pasien dari serangan12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan

  • autonomy

    Kriteria1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)3. Berterus terang4. Menghargai privasi5. Menjaga rahasia pasien6. Menghargai rasionalitas pasien7. Melaksanakan informed consent8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk keluarga pasien sendiri11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien13. Menjaga hubungan (kontrak)

  • justice

    Kriteria1. Memberlakukan sesuatu secara universal2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama4. Menghargai hak sehat pasien5. Menghargai hak hukum pasien6. Menghargai hak orang lain7. Menjaga kelompok yang rentan8. Tidak melakukan penyalahgunaan9. Bijak dalam makro alokasi10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb

  • Etika Klinis (Jonsen, siegler & winslade, 2002)Medical Indication( terkait prosedur diagnostik dan terapi yang sesuai dari sisi etik kaidah yang digunakan adalah beneficence dan nonmaleficence )Patient Preferrence(terkait nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang akan diterimanya cerminan kaidah otonomi)Quality of Life(aktualisasi salah satu tujuan kedokteran :memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insani terkait dengan beneficence, nonmaleficence & otonomi)Contextual Features(menyangkut aspek non medis yang mempengaruhi pembuatan keputusan, spt faktor keluarga, ekonomi, budaya kaidah terkait justice )

  • Asas Etika MedisTerdapat 2 pembagian asas etika medis :TradisionalAsas beneficenceAsas non-maleficenceAsas menghormati hidup manusiaAsas menjaga kerahasiaanAsas kejujuranAsas tidak mementingkan diri sendiriKontemporerAsas otonomiAsas keadilanAsas berkata benar

  • Sifat Etika KedokteranEtika khusus tidak sepenuhnya sama dengan etika umum.Etika sosial kewajiban terhadap manusia lain/ pasien.Etika individual kewajiban terhadap diri sendiri= selfimposed, zelfoplegging.

  • Etika normatif mengacu ke deontologis, kewajiban ke arah norma- norma yang seringkali mendasar dan mengandung 4 sisi kewajiban= gesinnung, yang terdiri daridiri sendiri,umum,teman sejawat, danpasien/klien & masyarakat khusus lainnya.

  • Etika profesi (biasa)bagian etika sosial tentang kewajiban dan tanggungjawab profesibagian etika khusus yang mempertanyakan nilai- nilai, norma- norma/ kewajiban- kewajiban dan keutamaan- keutamaan moralSebagian isinya dilindungi hukum, misal hak kebebasan untuk menyimpan rahasia pasien/ rahasia jabatan (verschoningsrecht).Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman profesi kedokteran.

  • Untuk menjawab masalah yang dihadapi (bukan etika apriori); karena telah berabad- abad, yang baik dan yang buruk tadi dituangkan dalam kode etik (sebagai kumpulan norma atau moralitas profesi)Isi, 2 norma pokok :sikap bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan dampak praktek profesi bagi orang lain;bersikap adil dan menghormati Hak Asasi Manusia (HAM).

  • Etika profesi luhur/ muliaIsi, 2 norma etika profesi biasa ditambah dengan :Bebas pamrih (kepentingan pribadi dokter)Adaidealisme tekad untuk mempertahankan cita- cita luhur/ etos profesi = lesprit de corpse pour officium nobileRuang lingkup kesadaran etis prihatin terhadap krisis moral akibat pengaruh teknologisasi dan komersialisasi dunia kedokteran.

  • Rekam Medis

  • A. PENGERTIANDalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989tentang Rekam Medis rekam medis adalah berkasyang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasienpada sarana pelayanan kesehatan.

    Kedua pengertian rekam medis diatas menunjukkan perbedaan yaituPermenkes hanya menekankan pada sarana pelayanan kesehatan,sedangkan dalam UU Praktik Kedokteran tidak. Ini menunjukanpengaturan rekam medis pada UU Praktik Kedokteran lebih luas, berlakubaik untuk sarana kesehatan maupun di luar sarana kesehatan.

  • B. Isi Rekam MedisCatatan, merupakan uraian tentang identitas pasienPemeriksaanpasienDiagnosisPengobatanTindakan Pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensinya.b. Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara lainfoto rontgenhasil laboratorium keterangan lain sesuai dengan kompetensi keilmuannya.

  • Pasal 3 ayat (1)

  • Pasal 3 ayat (2)

  • Pasal 3 ayat (3)

  • Pasal 3 ayat (3)

  • Pasal 4 ayat (2)

  • Pasal 10 ayat (2)

  • C. Jenis Rekam Medisa. Rekam medis konvensionalb. Rekam medis elektronik

  • D. Dokter dan Dokter GigiPengertian dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud dalamUUPraktik Kedokteran adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokterangigi baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangundangan.

  • ASPEK HUKUM, DISIPLIN, ETIK DANKERAHASIAAN REKAM MEDISA. Rekam Medis Sebagai Alat BuktiRekam medis dapat digunakan sebagai salah satu alat bukti tertulis di pengadilan.

  • B. Kerahasiaan Rekam MedisSetiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan kerahasiaan yang menyangkut riwayat penyakit pasien yang tertuang dalam rekam medis. Rahasia kedokteran tersebut dapat dibuka hanya untuk kepentingan pasien untuk memenuhi permintaan aparat penegak hukum (hakim majelis), permintaan pasien sendiri atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, rahasia kedokteran (isi rekam medis) baru dapat dibuka bila diminta oleh hakim majelis di hadapan sidang majelis. Dokter dan dokter gigi bertanggung jawab atas kerahasiaan rekam medis sedangkan kepala sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab menyimpan rekam medis.

  • C. Sanksi HukumDalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan (ingkar janji/wanprestasi) dalam hubungan dokter dengan pasien.

  • D. Sanksi Disiplin dan EtikDokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis selain mendapat sanksi hukum juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan UU Praktik Kedokteran, Peraturan KKI, Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia (KODEKGI).Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 16/KKI/PER/VIII/2006 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin MKDKI dan MKDKIP, ada tiga alternatif sanksi disiplin yaitu :a. Pemberian peringatan tertulis.b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik.c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institus pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

  • D. Sanksi Disiplin dan EtikSelain sanksi disiplin, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis dapat dikenakan sanksi etik oleh organisasi profesi yaitu Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Gigi (MKEKG).

  • REKAM MEDIS KAITANNYA DENGANMANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN (MIK)Rekam medis sangat terkait dengan manajemen informasi kesehatan karena data-data di rekam medis dapat dipergunakan sebagai :a. alat komunikasi (informasi) dan dasar pengobatan bagi dokter, dokter gigi dalam memberikan pelayanan medis.b. Masukan untuk menyusun laporan epidemiologi penyakit dan demografi (data sosial pasien) serta sistem informasi manajemen rumah sakitc. Masukan untuk menghitung biaya pelayanand. Bahan untuk statistik kesehatane. Sebagai bahan/pendidikan dan penelitian data.

  • PENERAPAN KODEKI TERKAIT BIOETIKA

  • Pasal 1Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

    Pasal 2Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

  • Pasal 7aSeorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

    Pasal 7cSeorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

  • Pasal 10Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien kepada dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

  • PENERAPAN UNDANG- UNDANG TERKAIT BIOETIKA

  • Pasal 45Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap.Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang- kurangnya mencakup:Diagnosis dan tata cara tindakan medis;Tujuan tindakan medis yang dilakukan;Alternatif tindakan lain dan risikonya;Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; danPrognosis terhadap tindakan yang dilakukan.Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan. Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

  • Pasal 52Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;Menolak tindakan medis; danMendapatkan isi rekam medis.

  • Pasal 51 Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban:Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; danMenambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

  • PRIMA FACIE

  • TEORI ETIKAWilliam David Ross (1877-1971)Kebenaran adalah kewajiban prima facie yang berlaku sampai ada kewajiban yang lebih penting. Ross menyusun daftar yang berisi 7 kewajiban prima facie.

  • 7 PRIMA FACIESETIA: TEPAT JANJIGANTI RUGI: BAYAR UTANGTERIMA KASIH: KEPADA YANG BERBUAT BAIKKEADILAN: SESUAI JASABERBUAT BAIK: BANTU YANG BUTUHKEMBANGKAN BAKAT DAN INTELEGENSIA DIRI TIDAK MERUGIKAN ORANG LAIN

    1. Respect for the autonomy of persons*1. Respect for the autonomy of persons*2. Beneficence*