Anfar

3
Gambar 1. Struktur Dekstroetorfan Hbr 1 Tugas Individu Mata Kuliah Analisis Farmasi 2015 Nama Lengkap NIM Kelas -Angkatan Defi Srium Siagian G1F013031 A - 2013 Kontrol Kualitas Dekstromtorfan Hbr dalam Monografi Farmakope Indonesia dan Farmakope Jepang Ringkasan Makalah Farmakope merupakan basis untuk mengontrol raw material. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk membandingkan Farmakope Indonesia edisi V dengan Farmakope Jepang edisi 16 dalam mengontrol kualitas raw material dari Dekstrometorfan Hbr. Dekstrometorfan Hbr (Gambar 1) merupakan bahan kimia sintetik dengan nama kimia 3-Metoksi-17-metil- 9,13,14-morfinan hidrobromida monohidrat. BM Dekstrometorfan Hbr adalah 352,32 Pemeriannya berupa Hablur hampir putih atau serbuk hablur; bau lemah. Melebur pada suhu lebih kurang 126º disertai peruraian.. Dekstrometorfan Hbr Mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam air;tidak larut dalam eter. Kata kunci: Dekstrometorfan Hbr, Analisis raw material , Farmakope Indonesia, Japanese Pharmacopoeia. Perbandingan Farmakope Pada Farmakope Indonesia (FI) Edisi V, Dekstrometorfan Hbr mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C18H25NO.HBr, dihitung sebagai anhidrat sedangkan pada Japanese Pharmacopeia (JP). Dekstrometorfan Hbr mengandung tidak kurang dari 98,0% C18H25NO.HBr, dihitung sebagai basis anhidrat. Identifikasi dekstrometorfan Hbr pada FI dan JP dilakukan dengan 3 cara, yang pertama menggunakan instrumen spektrofotometri. FI menggunakan panjang gelombang UV (± 278nm), sedangkan JP menggunakan panjang gelombang UV-Visibel (tidak ditentukan). Metode identifikasi kedua menggunakan spektrofotometri IR, pada FI dilakukan preparasi sampel dengan cara zat yang telah dikeringkan pada 5 mmHg di atas fosfor pentoksida P selama 4 jam dan didispersikan dalam kalium bromida P sedangkan pada JP sedangkan pada JP zat diletakkan diatas KBr kemudian dibandingkan spektrumnya dengan spektrum standar atau BPFI. Yang terakhir menggunakan reaksi warna, JP menggunakan pereaksi PP TS dan NaOH TS hingga terbentuk larutan warna merah, sedangakan pada FI digunakan asam nitrat dan perak nitrat LP hingga terbentuk endapan putih kekuningan. Penetapan kadar Dekstrometorfan Hbr dalam FI menggunakan metode Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) sedangkan pada JP menggunakan metode titrasi potensiometri. Terdapat beberapa uji kemurnian dalam JP yang tidak terdapat dalam

description

tuters anfar analisis monografi senyawa dekstrometorfan

Transcript of Anfar

Page 1: Anfar

Gambar 1. Struktur Dekstroetorfan Hbr

1

Tugas Individu Mata Kuliah Analisis Farmasi 2015

Nama Lengkap NIM Kelas -AngkatanDefi Srium Siagian G1F013031 A - 2013

Kontrol Kualitas Dekstromtorfan Hbr dalam Monografi Farmakope Indonesia dan Farmakope Jepang

Ringkasan MakalahFarmakope merupakan basis untuk mengontrol raw material. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk

membandingkan Farmakope Indonesia edisi V dengan Farmakope Jepang edisi 16 dalam mengontrol kualitas raw material dari Dekstrometorfan Hbr. Dekstrometorfan Hbr (Gambar 1) merupakan bahan kimia sintetik dengan nama kimia 3-Metoksi-17-metil-9,13,14-morfinan hidrobromida monohidrat. BM Dekstrometorfan Hbr adalah 352,32 Pemeriannya berupa Hablur hampir putih atau serbuk hablur; bau lemah. Melebur pada suhu lebih kurang 126º disertai peruraian.. Dekstrometorfan Hbr Mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam air;tidak larut dalam eter.

Kata kunci: Dekstrometorfan Hbr, Analisis raw material , Farmakope Indonesia, Japanese Pharmacopoeia.

Perbandingan Farmakope Pada Farmakope Indonesia (FI) Edisi V,

Dekstrometorfan Hbr mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C18H25NO.HBr, dihitung sebagai anhidrat sedangkan pada Japanese Pharmacopeia (JP). Dekstrometorfan Hbr mengandung tidak kurang dari 98,0% C18H25NO.HBr, dihitung sebagai basis anhidrat. Identifikasi dekstrometorfan Hbr pada FI dan JP dilakukan dengan 3 cara, yang pertama menggunakan instrumen spektrofotometri. FI menggunakan panjang gelombang UV (± 278nm), sedangkan JP menggunakan panjang gelombang UV-Visibel (tidak ditentukan). Metode identifikasi kedua menggunakan spektrofotometri IR, pada FI dilakukan preparasi sampel dengan cara zat yang telah dikeringkan pada 5 mmHg di atas fosfor pentoksida P selama 4 jam dan didispersikan dalam kalium bromida P sedangkan pada JP sedangkan pada JP zat diletakkan diatas KBr kemudian dibandingkan spektrumnya dengan spektrum standar atau BPFI. Yang terakhir menggunakan reaksi warna, JP menggunakan pereaksi PP TS dan NaOH TS hingga terbentuk larutan warna merah, sedangakan pada FI digunakan asam nitrat dan perak nitrat LP hingga terbentuk endapan putih kekuningan.

Penetapan kadar Dekstrometorfan Hbr dalam FI menggunakan metode Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) sedangkan pada JP menggunakan metode titrasi potensiometri.

Terdapat beberapa uji kemurnian dalam JP yang tidak terdapat dalam FI, seperti related subtances, logam berat. Penentuan senyawa fenol dalam dekstrometorfan Hbr dalam FI dan JP dilakukan dengan cara yang sama, hanya terdapat perbedaan pada waktu

pengamatannya. Identifikasi N,N dietilamin dalam Dekstrometorfan Hbr pada FI tidak tertera langsung pada monografi, sedangkan pada JP tertera pada monografinya yaitu dengan reaksi warna.

Untuk uji Impurity dilakukan dengan uji rotasi optis, pH, kadar air dan sisa pemijaran dilakukan dengan metode yang sama, hanya terdapat beberapa perbedaan pada syarat batas diterimanya.

Komentar Terhadap Prosedur dalam MonografiIdentifikasi dekstrometorfan HBr

Metode pertama yang digunakan baik pada FI maupun JP adalah spektrofotometri IR. Pada metode IR spektrofotometri, sediaan padat dapat dianalisis dalam bentuk pellet, pasta atau lapisan tipis yang transparent dan tidak retak. Sebelum dilakukan identifikasi dengan spektrofotometri,IR dekstrometorfan HBr dikeringkan dan didispersikan dengan kalium bromide terlebih dahulu. Kalium bromide akan menjadi transparent pada radiasi inframerah di rentang panjang gelombang yang digunakan sehingga spectrum serapan akan terlihat dengan jelas (Hansen et al., 2012). Hasil diterima bila spektrum serapan maksimum dari raw material terdapat pada bilangan gelombang yang sama seperti pada dekstrometorfan HBr BPFI.

Metode kedua yang digunakan adalah spektrofotometri UV pada FI dan spektrofotometri VIS pada JP. Dekstrometorfan HBr memiliki gugus berkromofor yang dapat menyerap radiasi UV ataupun radiasi Visibel, sehingga metode ini cukup relevan untuk digunakan (Hansen et al., 2012).

Page 2: Anfar

2

Tugas Individu Mata Kuliah Analisis Farmasi 2015

Spektrofotometri UV-VIS merupakan teknik yang mudah untuk diterapkan di Lab dibandingkan Spektrofotometri IR, namun spektrofotometri UV-VIS kurang dipercaya karena spektrum spektrofotometri UV-VIS kurang daetail terhadap strukturnya sehingga kurang informativ, dan banyak senyawa obat yang memiliki spektrum yang hampir mirip. Oleh karena itu FI menempatkan metode spektrofotometri UV-VIS sebagai metode identifikasi kedua (Hansen et al., 2012).

Penetapan kadar Dekstrometorfan HBrPada Farmakope Indonesia ,dekstrometorfan

HBr ditetapkan kadarnya menggunakan metode HPLC NP (normal phase). Raw material dan baku pembanding dilarutkan menggunakan pelarut yang sesuai yaitu air. Fase gerak yang digunakan ammonium dokusat, ammonium nitrat dan asetonitril yang bersifat polar, disaring dan diawaudarakan agar tidak mengandung gelembung yang dapat merusak kolom, dan merusak laju dilusi. Kolom yang digunakan merupakan kolom 4,6mm x 25cm berisi bahan pengisi L1 (oktadesil silana yang terikat secara kimiawi pada partikel mikro silica berpori atau partikel mikro keramik, dengan diameter 5 µm sampai 10 µm) yang bersifat polar. Pemilihan kolom ini karena dekstrometorfan bersifat hidrofobik, sehingga waktu retensi yang didapat tidak terlalu cepat. Detector yang digunakan adalah detector UV pada panjang gelombang 215 nm yang merupakan detector universal yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat selektif & spesifik (Hansen et al., 2012).

Uji Purity dan Impurity

1. Uji Related SubtancesPada Farmakope Jepang, related subtances

ditentukan dengan metode KLT, sampel dibuat dengan melarutkan 0,25gr kedalam 10ml metanol sedangkan standarnya dibuat dengan melarutkan 1ml larutan sampel dengan 200ml metanol. Penggunaan metanol dikarenakan dekstrometorfan HBr sangat larut dalam metanol. Fase gerak yang digunakan adalah toluen, etil asetat, metanol dan diklorometan dengan perbandingan 55:20:13:10:2, fase gerak ini bersifat non-polar. Pemilihan fase gerak ini karena dapat menarik dekstrometorfan HBr yang juga bersifat relatif hidrofobik. Fase diam yang digunakan adalah plat silika gel yang bersifat polar, penggunaan plat ini sebagai fase diam karena dapat menahan senyawa dekstrometorfan HBr dengan cara gugus O-H pada gugus silanol berikatan hidrogen dengan N pada dekstrometorfan HBr.

Metode TLC memiliki identifikasi yang hampir serupa dengan HPLC, namun spesifitas

identifikasi dengan TLC tidak terlalu tinggi, namun masih dapat diterima.

2. Uji rotasi optisUji rotasi optis juga dilakukan untuk tujuan

identifikasi yaitu, untuk mengetahui apakah raw material tersebut mengandung kemurnian yang cukup tinggi, dan senyawa raw material yang tidak aktif secara optis mengandung senyawa pengotor yang aktif. Menurut FI, penetapannya dilakukan secara foto elektrik pada panjang gelombang 325nm. Dengan persyaratan tidak berbeda lebih dari 1% antara sampel dengan Dekstrometorfan HBr BPFI (Hansen et al., 2012).

KesimpulanPerbedaan Farmakope Indonesia dengan

Japanese Pharmacopoeia dalam mengontrol kualitas raw material Dekstrometorfan Hbr tidak terlalu besar. Beberapa metode uji dalam mengontrol kualitas raw material dekstrometorfan Hbr kebanyakan sama antar kedua Farmakope, hanya beberapa metode ujinya saja yang berbeda terutama pada penetapan kadar Dekstrometorfan Hbr. Kebanyakan perbedaan hanya terdapat pada batas syarat nilai uji, dan reagen yang digunakan. Daftar PustakaDepkes. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Hansen, S., Stig Pedersen-Bjergaard, dan Knut Rasmussen. 2012. Introduction to Pharmaceutical Chemical Analysis. John Wiley & Sons Ltd. United Kingdom.

Japanese Pharmacopoeia Committee. 2012. Japanese Pharmacopoeia Sixteenth Edition. The Ministry of Health, Labour and Welfare. Tokyo.