Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

59
NADIRAH BINTI ROSLAN

description

ppt

Transcript of Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Page 1: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

NADIRAH BINTI ROSLAN

Page 2: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

PENDAHULUAN

Pasien dengan penyakit hati sering kali harus menjalani operasi. Diperkirakan 1 di antara 700 pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani operasi elektif memiliki gambaran fungsi hati yang abnormal. Sekitar 10% pasien penyakit hati akan menjalani operasi pada dua tahun terakhir masa hidupnya.

Manajemen perioperatif yang optimal pada pasien dengan penyakit hati yang akan menjalani operasi sangat penting karena dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.

Page 3: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

ANATOMI DAN FUNGSI HEPAR

Hepar adalah organ visera solid yang terbesar dalam tubuh manusia. Pada orang dewasa beratnya dapat mencapai dua kilogram (lazimnya 1500 – 1800 gram pada pria dan1300 – 1500 gram pada wanita) atau sekitar 1/50 dari berat badannya, sedangkan pada bayi sekitar 1/18 (atau sekitar 5% dari berat badan). Berat relatif ini berkurang 2-3% setiap tahunnya seiring bertambahnya usia.

Page 4: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar
Page 5: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Setiap lobus mengandung unit-unit yang lebih kecil lagi yang disebut lobules, yang terdiri atas vena kecil yang dikelilingi oleh sel-sel hati (hepatosit), sistem saluran empedu (kanalikuli biliaris), dan sistem saluran limfe (ruang Disse dan saluran limfe interlobularis).

Page 6: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Peredaran darah hepar tergolong unik, karena adanya aliran darah rangkap, arterial dan venosa. Aliran darah arterial diterima hepar dari arteria hepatica communis , yang mendapat aliran darah dari arteria coeliaca (pada perjalanannya mempercabangkan Arteria splenica, arteria phrenica, dan arteria gastrica sinistra), sedangkan aliran darah venosa didapatkan dari vena porta yang mengalirkan darah dari intestinal.

Page 7: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Tiap segmen memiliki suplai vaskuler dan drainase biliernya sendiri. Pembagian ini dihasilkan 8 segmen. Bagian kanan hepar terdiri atas sektor kanan-posterior yang meliputi segmen 6 (inferior) dan 7(superior), serta sektor kanan-anterior yang meliputi segmen 5 (inferior) dan 8 (superior).Bagian kiri hepar terdiri atas sektor kiri-anterior yang meliputi segmen 4 (medial) dan 3(lateral), yang dipisahkan oleh fisura umbilikalis, serta sektor kiri-posterior yang memilikisatu segmen saja (segmen 2). Segmen 1 adalah lobus kaudatus,

Page 8: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

FISIOLOGI HEPAR

Fungsi hepar sangatlah vital bagi kesehatan seseorang. Hepar merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi hepar yaitu :

Page 9: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

1. Metabolisme karbohidrat

a)Menyimpan glikogen.

b)Mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,

c)Tempat proses terjadinya glikogenesis, glikogenolisis, dan glukoneogenesis.

d)Membentuk senyawa kimia penting dari hasil  usul perantara metabolisme karbohidrat

Page 10: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

2. Metabolisme lemak

a)Oksidasi beta asam lemak yang sangat cepat dan pembentukan asam asetoasetat.

b)Pembentukan sebagian besar lipoprotein

c)Pembentukan sejumlah besar kolesterol dan fosfolipid.

d)Pengubahan sejumlah besar karbohidrat dan protein menjadi lemak.

Page 11: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

3. Metabolisme protein

a)Deaminasi asam amino.  b)Pembentukan ureum untuk

mengeluarkan amonia dari cairan tubuh.

c)Pembentukan plasma protein. d)Interkonversi diantara asam amino

yang berbeda dan ikatan yang pentinglainnya untuk metabolisme tubuh

Page 12: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

4. Metabolisme bilirubin

Page 13: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

5. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah Hepar membentuk sebagian besar zat –

zat darah yang di pakai untuk proses koagulasi. Zat – zat tersebut antara lain adalah fibrinogen, protrombin, akselerator globulin, faktor VII, dan beberapa faktor koagulasi lainnya. Vitamin K dibutuhkan oleh proses metabolisme hati untuk membentuk protrombin, faktor VII, IX, dan X. Bila tidak terdapat vitamin K maka konsentrasi zat – zat tersebut akan turun sangatrendah sehingga dapat menghambat proses koagulasi darah

Page 14: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

6. Fungsi hati pada penyerapan dan penyimpanan vitamin A, D, Fe dan B12 dan asam folat. Hepar merupakan tempat penyimpanan

vitamin dan  merupakan sumber vitamin yang baik. Vitamin yang terbanyak disimpan dalam hepar adalah vitamin A, tapi sejumlah besar vitamin D dan vitamin B12 dalam keadaan normal juga disimpan.

Besi disimpan dalam tubuh antara lain dalam hemoglobin darah, sebagian besar lainnya disimpan dalam hepar dalam bentuk feritin.

Page 15: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

7. Fungsi hati sebagai detoksikasi Detoksifikasi obat dan racun melalui

reaksi biotransformasi tahap I dan tahap II dan ekskresi dalam empedu. Medium kimia yang sangat aktif dari hati dikenal kemampuannya dalam detoksifikasi atau ekskresi berbagai obat-obatan ke dalam empedu. Proses detoksifikasi ini juga dilakukan pada hormon – hormon yang disekresi oleh kelenjar endokrin diekskresi atau diubah secara kimia oleh hati, meliputi tiroksin dan hormon – hormon steroid seperti estrogen, kortisol, aldosteron, dan lain – lain.

Page 16: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

8. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas Sel kupfer merupakan saringan

penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi ∂ - globulin sebagai imun livers mechanism.

Page 17: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

9. Fungsi hemodinamik

Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 1500 cc/ menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu senam, terik matahari, syok. Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah.

Page 18: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar
Page 19: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

TES FUNGSI HATI

1) kerusakan sel-sel hepar 2) obstruksi pada sistem bilier 3) fungsi sintesis dari hepar

Page 20: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar
Page 21: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

OBAT-OBAT DALAM ANESTESI

OBAT ANESTESI INTRAVENA 1.Barbiturat 2.Benzodiazepine 3.Anestesi analgesic opioid 4.Propofol 5.Etomidat  6.Ketamin 

Page 22: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

OBAT ANESTESI INHALASI Anestetik inhalasi Nitrogen oksida (NO2)

yang stabil pada tekanan dan suhu kamar merupakan salah satu anestetik gas yang banyak dipakai karena dapat digunakan dalam bentuk kombinasi dengan anestetik lainnya. Halotan, enfluran, isofluran, desfluran dan metoksifluran merupakan zat cair yang mudah menguap. Anestesi inhalasi konvensional seperti eter, siklopropan, dan kloroform pemakaiannya sudah dibatasi karena eter dan siklopropan mudah terbakar sedangkan kloroform toksik terhadap hati.

Page 23: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Mekanisme kerja  Kerja neurofisiologik yang penting pada

obat anestesi umum adalah dengan meningkatkan ambang rangsang sel. Dengan meningkatnya ambang rangsang, akan terjadi penurunan aktivitas neuronal.

Efek terhadap hati Efek terhadap hati Semua obat anestetik inhalasi akan

menurunkan aliran darah ke hati dan umumnya berkisar antara 15 sampai 45% dari aliran darah sebelum anestesi dilakukan.

Page 24: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Toksisitas Hepatotoksisitas(halotan). Biasanya hepatitis pascabedah selalu dikaitkan dengan factor lain seperti transfuse darah, syok hipovolemik, atau stress bedah lainnya dibandingkan dengan toksisitas obat anestetik. Akan tetapi, obat halocarbon dapat menyebabkan kerusakan hati sedangkan kloroform telah dikenal sebagai anestetik hepatotoksik pada dasawarsa abad ini. Halotan telah diperkenalkan mulai tahun 1956 dan sampai tahun 1963 telah banyak dilaporkan berbagai kasus ikterus pascabedah dan nekrosis hati yang berhubungan dengan pemakaian halotan.

Page 25: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

OBAT LOKAL ANELGESIA1.Golongan ester procain chlorprocain Tetracain

2. Golongan amida 3. Derivat dari quinolon

cinchocain lidocain mepivacain bupivacain etidocain ropivacain

Page 26: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Mekanisme kerja obat local analgesia Anestetik local mencegah pembentukan dan

konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel. Obat anestetik local menghambat permeabilitas membrane terhadap Na+. Hal ini disebabkan adanya interaksi langsung antara zat anestetik local dengan kanal Na+. Semakin bertambah efek anestesi local di dalam saraf, maka ambang rangsang membrane akan meningkat secara bertahap. Kecepatan potensial aksi menurun. Konduksi impuls melamabat dan factor pengaman konduksi saraf menurun. Factor-faktor ini akan mengakibatkan penurunan menjalarnya potensial aksi dan dengan demikina mengakibatkan kegagalan konduksi saraf.

Page 27: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Biotransformasi Anestetik local golongan amida 55-95% diikat

protein plasma terutama á1-glikoprotein. Kadar protein ini dapat meningkat karsinoma, trauma. Infark miokard, merokok dan uremia atau dapat menurun pada penggunaan pil kontrasepsi. Perubahan kadar protein ini dapat mengakibatkan perubahan jumlah zat anestetik local yang dibawa ke hati untuk metabolisme.

Anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin.

Page 28: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

PENYAKIT HEPAR DAN PENANGANAN ANESTESIEpidemiologi Prevalensi penyakit hepar meningkat di

Amerika Serikat. Sirosis merupakan terminal patologi pada mayoritas penyakit hepar, didapatkan + 5% pada otopsi pada seluruh insidens. Sirosis merupakan penyebab utama kematian pada laki-laki dekade ke 4 dan ke 5, serta mortality ratenya meningkat. Pasien dengan penyakit hepar, + 10% nya mendapatkan operasi dalam kurun waktu 2 tahun terakhir kehidupannya.

Page 29: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Definisi Penyakit hepar adalah setiap gangguan

fungsi hati yang menyebabkan penyakit. Hepar bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi kritis dalam tubuh dan saat ia menjadi sakit atau terluka, dapat menyebabkan hilangnya fungsi-fungsi dan kerusakan yang signifikan pada tubuh. Penyakit hepar adalah istilah yang luas yang mencakup semua masalah potensial yang menyebabkan hepar gagal untuk berfungsi dengan baik. Biasanya, lebih dari 75% atau tiga perempat dari jaringan hati perlu mengalami kerusakkan sebelum terjadi penurunan fungsi.

Page 30: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Untuk tujuan klinis, ahli anestesi dapat membagi pasien dengan penyakit hati menjadi dua kelompok besar yang berbeda:

1) mereka dengan penyakit hati parenkim, termasuk hepatitis virus akut dan kronis, sirosis hati (dengan atau tanpa hipertensi portal), dan beberapa gangguan lain;

2) mereka dengan kolestasis, termasuk obstruksi dari jalur bilier ekstrahepatik

Page 31: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Pengaruh operasi dan anestesi pada hepar Pada pasien yang tidak memiliki

gangguan fungsi hati, pemberian obat anestesi, analgetik, sedatif, dan tindakan pembedahan dapat meningkatkan kadar transaminase, alkali fosfatase, dan kadar bilirubin, namun umumnya bersifat sementara. Sebaliknya pasien dengan penyakit hati penurunan pasokan darah ke hati akibat tindakan operasi maupun anestesi dapat memicu dekompensasi hati.

Page 32: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Kerusakan hati yang berat (pada sirosis hati atau hepatitis fulminan) dapat menimbulkan hipoalbuminemia, trombositopenia, koagulopati, menurunnya imunitas, intoksikasi, perubahan hemodinamik, ensefalopati dan sindrom hepatorenal. Keadaan tersebut menjadi faktor penyulit pada saat tindakan operasi dan anestesi.

Page 33: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Hipoalbuminemiamenghambat proses penyembuhan luka

Penurunan sintesis globulin di hati rentan terhadap infeksi

Gangguan metabolisme glukosaintoleransi glukosa

Penurunan produksi faktor pembekuan darah yang diproduksi di hati mengalami penurunan pada pasien yang mengalami disfungsi hati. Koagulopati dan trombositopenia (akibat hipertensi portal) meningkatkan risiko perdarahan baik pre maupun pasca-operasi.

Page 34: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Penurunan sintesis faktor prokoagulan dan antikoagulan, terganggunya pembersihan factor koagulasi yang teraktifasi, defisiensi nutrisi (vitamin K, asam folat), splenomegali, defek kualitatif trombosit dan akibat penekanan trombopoiesis sumsum tulangGANGGUAN FAKTOR PEMBEKUAN

Page 35: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Pasien sirosis, umumnya mengalami perubahan pola hemodinamik yang bersifat hiperdinamik berupa peningkatan curah jantung, menurunnya resistensi vascular sistemik dan meningkatnya volume intravaskular.

Diafragma yang mengalami elevasi karena desakan asites menyebabkan timbulnya mismatch rasio ventilasi terhadap aliran darah, hipoksemia dan hipoventilasi

Aliran darah ke ginjal juga cenderung menurun sehingga risiko terjadinya sindrom hepatorenal meningkat

Page 36: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Metabolisme obat pada pasien dengan disfungs iberat akan terganggu karena menurunnya jumlah hepatosit dan pasokan aliran darah hati. Waktu paruh beberapa obat menjadi meningkat dan eliminasi menurun Risiko intoksikasi obat meningkat.

Pada operasi abdomen, aliran darah hati regional menurun karena oklusi struktur vaskular, terutama apabila arteri hepatika atau vena porta diklem untuk mengurangi aliran darah selama reseksi hati

Pada seseorang yang mengalami gangguan fungsi hati, mekanisme autoregulasi terganggu sehingga penurunan aliran ke hati sedikit saja mempengaruhi fungsi dan integritas sel hati.

Page 37: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Penyakit hepar

HEPATITIS AKUT 1) virus

2) obat-obatan KRONIS

SIROSIS HEPATIS

Page 38: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Hepatitis virus

Hepatitis virus seringkali disebabkan oleh virus hepatitis A, B, atau C ( sebelumnya dinamakan enteric non A, non B). Akhirnya telah ditemukan juga 2 virus hepatitis lainnya : hepatitis D (delta virus) dan hepatitis E (enteric non A, non B). Hepatitis tipe A dan E ditansmisikan melalui rute feco-oral, sedangkan tipe B dan C ditransmisikan utamanya dengan cara perkutaneus dan melalui kontak dengan cairan tubuh. Hepatitis D sendiri unik karena dapat ditransmisikan oleh salah satu rute dan memerlukan virus hepatitis B dalam host untuk jadi tidak efektif. Virus lainnya, termasuk Epstein-Barr, herpes simpleks, cytomegalovirus, dan coxackivirus, juga bias menyebabkan hepatitis.

Page 39: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Hepatitis karena obat-obatan dapat disebabkan oleh ketergantungan terhadap racun obat-obatan secara langsung atau metabolit, atau oleh reaksi khusus obat-obatan , atau oleh kombinasi dari keduanya

Penggunaan asetaminofen 25 gr atau lebih menyebabkan hepatitis fulminan yang fatal. Beberapa jenis obat seperti Chlorpromazine dan kontrasepsi oral menyebabkan reaksi type cholestatic .Ingesti hepatoksin kuat, seperti carbon tetrachlorida dan jenis jamur tertentu (amanita, galerina) seringkali berhubungan dengan kegagalan hepatic akut. Anestesi cair, terutama halotan, berhubungan dengan reaksi khas hepatitis.

Page 40: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Pertimbangan Preoperatif(

Operasi harus ditunda sampai hepatitis akutnya sembuh, yang diindikasikan dengan normalnya tes fungsi hepar.

Pasien hepatitis mempunyai resiko penurunan fungsi hepar dan berkembangnya komplikasi kegagalan hepar, seperti encephalopathy, coagulopathy, atau hepatorenal syndrom.

Page 41: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Operasi emergensi, evaluasi praanastesi harus difokuskan untuk menentukan jenis dan tingkat kerusakan hepar.

Pertimbangan intraoperatif Tujuan penanganan intraoperatif

adalah untuk mengembalikan fungsi hepar dan menghindari factor-faktor yang dapat merugikannya

Page 42: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Anestesi inhalasi biasanya lebih disukai untuk agent intravenous karena kebanyakan yang lain bergantung pada hepar untuk metabolisme dan eliminasi.

Isofluran adalah anastesi inhalasi yang dipilih karena mempunyai efek yang paling sedikit pada aliran darah hepar.

Anastesi regional dapat digunakan pada tidak terdapatnya koagulopati, hipotensi, yang ada harus dicegah

Page 43: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

HEPATITIS KRONIS Hepatitis Kronik didefinisikan sebagai

radang hepar yang terjadi lebih dari 6 bulan, yang dibuktikan dengan meningkatnya serum aminotransferase

Penanganan anestesi Pasien dengan hepatitis kronik persisten atau hepatitis kronik lobuler harus diobati dengan cara yang sama terhadap pasien hepatitis akut. Sebaliknya mereka dengan hepatitis kronik aktif dapat diperkirakan telah menderita sirosis dan diobati sesuai dengan penyakit tersebut.

Page 44: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

SIROSIS HEPATIS Sirosis adalah penyakit  yang serius dan

progresif yang disebabkan oleh kegagalan hepar. Penyebab sirosis yang paling umum di Amerika adalah alcohol (Lachnac’s cirrhosis).

Tiga komplikasi utama sirosis hepatis, yaitu ; (1) perdarahan varises, akibat hipertensi portal, (2) retensi cairan, dalam bentuk asites dan sindrom hepatorenal, (3) encephalopathy hepatic atau koma. + 10% pasien juga mengalami setidaknya satu rangkaian peritonitis bakteri spontan, dan beberapa akan mengalami carcinoma hepatoseluler pada akhirnya.

Page 45: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Pertimbangan preoperatif Pasien dengan sirosis memiliki resiko tinggi

mengalami penurunan fungsi hepar karena terbatasnya reservasi fungsional

Manifestasi gastrointestinalhipertensi portalvarices esofagusperdarahan

Penanganan perdarahan varises umumnya secara suportif. Darah yang hilang harus digantikan dengan cairan intravena. Penanganan non bedah termasuk didalamnya vasopressin (0,1-0,9 u/min. secara intravena), propanolol, balloon tamponade (dengan tube Sengstaken Blakorhore), somatostatin (250 ug diikuti dengan 250 ug/jam), dan sclerosis endoskopik dari varises.

Page 46: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Manifestasi hematologianemia, trombositopenia, koagulopati, dll.

Transfusi darah, Faktor-faktor pembekuan harus digantikan dengan produk darah yang tepat misalnya FFP dan kriopresipitat. Transfusi platelet harus dipertimbangkan segera dan utama untuk pembedahan dengan hitungan < 100.000/uL.

Page 47: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Manifestasi respiratory foto thorax dan pengukuran gas darah arteri

Manifestasi Renal dan Keseimbangan Cairan Terapi cairan preoperative,diuresis pre operasi yang sangat berlebihan harus dihindari, dan deficit cairan intravaskuler akut harus dikoreksi denagn infuse koloid

Page 48: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Manifestasi Sistem Saraf Pusat perubahan pada status mental dengan tanda-tanda neurologist yang tidak tetap (asterixis, hiperfleksi, atau refleks plantar yang abnormal) dan perubahan electroencephalographie khusus ( tekanan tinggi-simetris, aktivitas gelombang yang lemah), TIK meningkat.

Laktulosa oral 30-50 ml 98h atau neomycin 500 mg 96h berguna untuk menurunkan penyerapan ammonia intestinal. Laktulosa berperan sebagai osmotic laxative dan seperti neomycin mungkin menghalangi produksi ammonia dan bakteri intestinal. Pencegahan sedative pada pasien dengan encephalopathy dianjurkan.

Page 49: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Pertimbangan intraoperatifA.  Respon Obat Respon terhadap obat anestesi tidak

dapat ditebak pada pasien dengan sirosis. Perubahan pada kepekaan system saraf pusat, volume distribusi, ikatan protein, metabolisme obat, dan eliminasi obat sudah umum.

Peningkatan volume distribusi untuk obat-obatan dengan ion tinggi, misalnya neuromuscular blocking agent (disebut juga muscle relaxan), disebabkan oleh meluasnya tempat cairan ekstraseluler

Page 50: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

B. Teknik Anestesi Aliran darah vena porta berkurang pada

kasus sirosis. Hepar menjadi sangat bergantung pada perfusi arteri hepatic. Pemeliharaan aliran darah arteri hepatic dan pencegahan terhadap agen yang memiliki kemungkinan memberikan efek yang merugikan fungsi hepar harus kritis.

Anestesi regional bisa dilakukan pada pasien tanpa trombositopenia atau koagulopati, tapi perawatan yang lebih diatas normal harus diarahkan untuk menghindari hipotensi.

Page 51: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Induksi barbiturate diikuti dengan isofluran dalam oksigen atau campuran oksigen-nitrous oxide adalah yang paling umum digunakan dalam anestesi pada umumnya

Mual sebelum operasi, muntah, perdarahan gastrointestinal atas, distensi abdomen yang diakibatkan oleh asites yang sangat banyak, membutuhkan induksi yang terencanakan dengan baik

Preoksigenasi dan rangkaian induksi yang sering dengan tekanan cricoid sangat sering dijalankan.

Untuk pasien yang tidak stabil dan mereka dengan perdarahan aktif sangat disarankan, intubasi sadar atau induksi yang sering dengan tekanan cricoid menggunakan ketamine (ethiomidate) dan succyniocholine.

Page 52: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

C.  Monitoring  Monitoring yang teliti terhadap system

respirasi dan kardiovaskular penting bagi pasien yang menjalani prosedur abdominal.

Oksimetri denyut nadi harus ditambahkan dengan pengukuran gas darah arteri untuk mengevaluasi status asam basa

Urinary output juga harus diawasi dengan cermat

Page 53: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

D.  Pemberian  cairan  Sebelum operasi, sebagian besar

pasien mengalami retriksi natrium, namun pada intraoperatif, perawatan terhadap volume intravascular dan urinary output lebih diprioritaskan. Penggunaan cairan koloid intravena lebih dipilih untuk menghindari berlebihnya muatan natrium dan untuk meningkatkan tekanan onkotik

Page 54: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Karena sebagian besar pasien mengalami anemia dan koagulopati sebelum operasi, transfusi merupakan hal yang sering dilakukan.

Page 55: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

PENYAKIT HEPATOBILIER(10)

Penyakit hepatobilier ditandai dengan kolestasis, terhambatnya bahkan terhentinya aliran empedu. Penyebab utama terjadinya kolestasis adalah obstruksi saluran empedu ekstrahepatik (ikterus obstruktif). Obstruksi bilier ini bisa disebabkan oleh batu empedu, striktur, atau tumor pada duktus hepatis kommunis.

Page 56: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Pertimbangan Preoperatif Kebanyakan pasien dengan kolesistitis

akut harus distabilkan dulu sebelum menjalani kolesistektomi. Terapi medis yang dapat diberikan adalah suction nasogastric, pemberian cairan infus, antibiotik, dan analgetik opiat.

Pasien yang mengalami obstruksi saluran empedu ekstrahepatik apapun penyebabnya biasanya menderita defisiensi vitamin K. Sebaiknya diberikan vitamin K parenteral yang mungkin bekerja optimal setelah 24 jam. Bila sebelum operasi nilai PT belum optimal (tidak dalam batas normal), maka mungkin harus diberikan FFP

Page 57: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

Pertimbangan intraoperatif Pada pasien dengan obstruksi

saluran empedu, pemanjangan durasi obat-obat yang tergantung pada ekskresi empedu harus diantisipasi. Plihlah obat-obat yang dieliminasi di ginjal. Produksi urin harus terus dipantau dengan kateter

Page 58: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

OPERASI HEPAR Prosedur operasi hepar yang lazim dilakukan

adalah reparasi laserasi, drainase abses, dan reseksi tumor (primer atau metastase). Pada kebanyakan pasien, hepar bisa diangkat sampai 80-85%

Pemasangan jalur intravena , Pemberian antifibrinolitik seperti aprotinin, asam ε-aminokaproik, atau asam traneksamat dapat mencegah kehilangan banyak darah intraoperatif

Penggunaan ventilator mungkin diperlukan pada pasien yang menjalani reseksi hepar luas.

Page 59: Anestesi Pada Pasien Dengan Penyakit Hepar

KESIMPULAN Pasien dengan penyakit hati, yang mengalami

gangguan sintesis, metabolisme, perubahan hemodinamik dan koagulopati memiliki risiko tinggi mengalami morbiditas dan mortalitas akibat stres tindakan bedah dan anestesi. Tipe operasi dan luasnya disfungsi hati menentukan tingkat morbiditas dan mortalitas pasien dengan gangguan fungsi hati. Pasien dengan operasi abdomen terbuka dan bersifat emergensi memiliki risiko mortalitas yang tinggi. Penilaian preoperatif dan persiapan yang optimal pada pasien penyakit hati dapat menurunkan risiko komplikasi atau kematian pascaoperasi. Penanganan faktor penyulit (malnutrisi, koagulopati, asites, ensefalopati, hipoalbuminemia, perdarahan varies) dan pemantauan pasca-operasi harus dilakukan secara optimal agar dapat menurunkan risiko komplikasi atau kematian pascaoperasi.