ANESTESI

19
enai Saya TAUFIK www.jakarta-eye-center.com, DKI Jakarta, Indonesia saya Penata Anestesi Lulusan AKPER Prodi Anestesi Jakarta ANK 39 Lihat profil lengkapku Senin, 27 April 2009 Standar Praktik Perawat Anestesi dari Ikatan Perawat Anestesi Indonesia. Standar Praktik Perawat Anestesi. Ikatan Perawat Anestesi Indonesia. Satu karakteristik dari setiap profesi adalah tanggungjawabnya kepada masyarakat untuk mengumumkan standar-standar yang menyatakan kualitas praktik yang diberikan oleh para anggautanya itu dapat dinilai. Standar-standar, berdasarkan pada falsafah, teori, ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip, dibuat untuk meningkatkan praktik klinis. Sebagai suatu representasi dari suatu profesi, Pengurus Pusat dari Ikatan Perawat Anestesi Indonesia memakai dan mengumumkan standar-standar praktik dengan masukan dari para anggauta dari organisasi ini. Tanggungjawab utama untuk penerapan dari standar-standar ini terletak pada pundak para praktisi, para Perawat Anestesi. Sebagai suatu organisasi yang terdiri dari petugas pelayanan kesehatan, Ikatan Perawat Anestesi Indonesia menyadari bahwa prinsip-prinsip dari

description

.

Transcript of ANESTESI

enai Saya

TAUFIK www.jakarta-eye-center.com, DKI Jakarta, Indonesia

saya Penata Anestesi Lulusan AKPER Prodi Anestesi Jakarta ANK 39

Lihat profil lengkapku

Senin, 27 April 2009

Standar Praktik Perawat Anestesi dari Ikatan Perawat Anestesi Indonesia.

Standar Praktik Perawat Anestesi.

Ikatan Perawat Anestesi Indonesia.

Satu karakteristik dari setiap profesi adalah tanggungjawabnya kepada masyarakat untuk mengumumkan standar-standar yang menyatakan kualitas praktik yang diberikan oleh para anggautanya itu dapat dinilai. Standar-standar, berdasarkan pada falsafah, teori, ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip, dibuat untuk meningkatkan praktik klinis. Sebagai suatu representasi dari suatu profesi, Pengurus Pusat dari Ikatan Perawat Anestesi Indonesia memakai dan mengumumkan standar-standar praktik dengan masukan dari para anggauta dari organisasi ini. Tanggungjawab utama untuk penerapan dari standar-standar ini terletak pada pundak para praktisi, para Perawat Anestesi. Sebagai suatu organisasi yang terdiri dari petugas pelayanan kesehatan, Ikatan Perawat Anestesi Indonesia menyadari bahwa prinsip-prinsip dari praktik anestesi harus secara jelas digambarkan sebagai standar professional yang menuntun para praktisi dalam memelihara dan meningkatkan kualitas perawatan dan pelayanan anestesi.

Maksud dan Tujuan.

Standar-standar ini dimaksudkan untuk membantu para praktisi Perawat Anestesi untuk memberikan perawatan dan pelayanan anestesi yang konsisten dan aman.Standar-standar ini deskriptif, menetapkan suatu dasar untuk penilaian pada praktik dan merefleksikan hak-hak dari mereka yang menerima perawatan dan pelayanan anestesi. IPAI menyadari bahwa tidak mungkin setiap Perawat Anestesi dapat menuruti setiap standar-standar ini dalam kondisi yang luar biasa atau keadaan gawat-darurat. Diharapkan bahwa Perawat Anestesi seyogianya menilai setiap keadaan pasien dan menggunakan keputusan professional dalam memilih satu bentuk tindakan, dan dalam tiap kasus, Perawat Anestesi dapat menunjukkan bahwa keputusan yang diambil itu adalah demi kepentingan yang terbaik bagi pasien . Lagipula, meskipun standar ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas yang tinggi dalam pelayanan pasien, hal itu tidak menjamin adanya hasil yang spesifik pada pasien.Maksud dari standar-standar itu adalah :

1. Membantu profesi dalam melakukan penilaian kualitas perawatan dan pelayanan yangdiberikan oleh praktisi.2. Menetapkan dasar umum bagi para Perawat Anestesi untuk digunakan dalam koordinasi pelayanan dan menyatukan usahanya dalam perkembangan dari kualitas pelayanan pasiensecara nasional.3. Membantu masyarakat untuk memahami apa yang diharapkan dari para PerawatAnestesi.4. Membantu dan melindungi hak-hak dasar dari pasien.

Standar I.

Pasien semestinya menjalani penilaian pra-anestesi yang lengkap dan seksama.Interpretasi: Perawat Anestesi akan melakukan dan atau berpartisipasi dalam tindakan penilaian fisiologi dan psikologi pada masa sebelum dilaksanakannya pemberian anestesi. Penilaian itu meliputi riwayat kesehatan pasien dan masalah-masalah kesehatan yang sedang dialami dan kondisi fisik sebagai dasar untuk menentukan kebutuhan perawatan selama periode pembedahan.Bagi Perawat Anestesi, fungsi ini dilakukan pada masa sebelum, selama, dan sesudah pemberian anestesi.Kecuali dalam keadaan luar biasa atau gawat darurat, Perawat Anestesi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pemeriksaan yang relevan telah dilengkapi dan penilaian yang seksama terhadap pasien itu telah dibuat.

Standar II.

Rencana perawatan anestesi yang akan diterapkan semestinya didasarkan pada ilmu pengetahuan perawatan, konsep dan prinsip perawatan yang mutakhir.Interpretasi : Rencana perawatan dibuat secara sistimatik berdasarkan informasi dari riwayat psikologis pasien, riwayat sosial dan riwayat medis dari pasien, pemeriksaan fisik, laboratorium, radiologis dan data diagnosis yang lain. Rencana perawatan juga didasarkan pada antisipasi dalam prosedur, penggunaan alat-alat dan dikoordinasikan dengan petugas kesehatan lain yang tepat. Catatan medis dari pasen semestinya merefleksikan bahwa informed consent telah didapat.

Standar III.

Manajemen anestesi itu meliputi kehadiran Perawat Anestesi secara kontinyu dalam memberikan atau berpartisipasi dalam pemberian anestesi umum atau anestesi regional dan obat-obat tambahan kepada pasien semua umur dan kategori dalam berbagai prosedur pembedahan dan prosedur medis lainnya.Interpretasi: Perawat Anestesi semestinya menggunakan berbagai macam tehnik, obat-obat anestesi, obat-obat tambahan dan berbagai macam peralatan dalam tindakan perawatan pasien.

Standar IV.

Perawat Anestesi semestinya memonitor respon fisiologis dan psykologis, menaksir dan menggunakan data yang didapat dari alat-alat monitoring invasive maupun noninvasive guna memelihara dan menstabilkan kondisi pasien, dan melakukan perawatan pemulihan. Kewaspadaan semestinya dijaga terhadap terjadinya reaksi yang teridentifikasi dan tindakan korektif dilakukan kapanpun diperlukan.Interpretasi: Perawat Anestesi semestinya melakukan pengamatan, mencatat dan melaporkan gejala dan tanda-tanda fisologis dan psykologis dari pasien dan memberikan perawatan pemulihan yang meliputi pemberian cairan , pemeliharaan jalan nafas dan tindakan bantuan ventilasi atau ventilasi terkendali.

Standar V.

Perawat Anestesi bertanggung-jawab atas pencatatan yang cermat dan akurat dari segala informasi dalam lembar pencatatan pasien.Interpretasi: Pencatatan yang akurat akan memudahkan perawatan pasien secara komprehensive, menyediakan informasi untuk data peninjauan ulang dan riset, dan menciptakan pencatatan medis yang legal.

Standar VI.

Perawat Anestesi semestinya mengakhiri atau ikut serta dalam pengakhiran anestesi, menentukan kondisi fisiologis dan psikologis yang cukup baik dan melaporkan data yang berhubungan dengan pasien itu kepada petugas yang tepat.Interpretasi: Perawat Anestesi mengakhiri atau ikut serta dalam pengakhiran anestesi, mengidentifikasi masalah-masalah pasien dan mengambil tindakan yang tepat pada periode awal pasca bedah. Perawat Anestesi melaporkan secara tepat tentang kondisi pasien kepada petugas yang tepat yang memerlukan informasi sejenis itu dan tetap berada didekat pasien sampai kondisi cukup aman untuk memindahkan tanggung-jawab perawatan kepada petugas yang tepat.

Standar VII.

Pasien semestinya mendapatkan perawatan langsung pasca bedah oleh petugas yang tepat.Interpretasi: Perawat Anestesi semestinya tetap berada disamping pasen selama dibutuhkan guna menstabilkan kondisi pasien dan melaporkan semua data yang penting dalam perawatan peri-operative kepada personil yang bertugas untuk perawatan lebih lanjut.

Standar VIII.

Tindakan perlindungan keamanan yang selayaknya semestinya dilakukan untuk menciptakan pelayanan anestesi yang aman.Interpretasi: Tindakan keamanan dan kontrol, sebagaimana ditegakkan dalam institusi, semestinya diterapkan secara ketat, sebagai usaha untuk menekan sekecil mungkin bahaya dari listrik, api, dan ledakan ditempat pelayanan anestesi. Mesin anestesi, sebelum digunakan semestinya diperiksa oleh Perawat Anestesi sesuai dengan pedoman. Perawat Anestesi mencek kesiapan, keberadaan, kebersihan, dan kondidi kerja dari semua peralatan yang digunakan dalam pelayanan anestesi. Dokumentasi semestinya dibuat dalam catatan medis pasen mengenai mesin anestesi dan peralatan yang dicek. Kebijakan pengecekan secara rutin untuk menjaga keamanan dari peralatan anestesi dan monitor semestinya dikembangkan oleh orang-orang yang kompeten maupun oleh departemen dalam institusi. Kebijaksanaan tertulis tentang pengendalian infeksi semestinya dikembangkan dan diikuti agar supaya memperkecil resiko terjadinya penyakit infeksi pada pasien maupun petugas kesehatan dan kebijakan lain untuk melindungi pasien dari bahaya dan komplikasi yang tak diharapkan.

Standar IX.

Praktik Perawat Anestesi semestinya ditinjau ulang dan dievaluasi guna menjamin kualitas pelayanan.Interpretasi: Perawat Anestesi semestinya ikut serta dalam peninjauan ulang dan evaluasi secara periodik pada kualitas dan kelayakan dari pelayanan anestesi. Peninjauan ulang dan evaluasi semestinya dilakukan sejalan dengan program jaminan kualitas institusi.

Standar X.

Perawat Anestesi semestinya memelihara praktik anestesinya berdasarkan pada proses peninjauan ulang dan evaluasi yang terus menerus dalam teori ilmu pengetahuan, penemuan riset dan praktik yang mutakhir.Interpretasi:Perawat Anestesi semestinya memelihara praktiknya dengan menerapkan tehnik dan pengetahuan yang mutakhir yang didapat melalui suatu pendidikan berkelanjutan. Perawat Anestesi semestinya dilibatkan dalam riset sebagai peneliti, pemberi pelayanan pada pokok penelitian, atau pengguna dari riset demi perkembangan profesi. Perawat Anestesi melindungi hak pasien atau binatang percobaan yang dilibatkan dalam penelitian dan bergabung dalam riset sesuai dengan etika riset dan standar pelaporan.

Standar XI.

Perawat Anestesi semestinya menghargai dan menjaga hak-hak dasar dari pasen untuk kebebasan, menjaga rahasia pasien, hak untuk mengambil keputusan dan bertindak.Interpretasi:Perawat Anestesi menghormati kerahasiaan informasi tentang pasien dan menghormati serta menjaga hak-hak pasien dan menunjukkan perhatian pada martabat seseorang dan hubungan antar manusia.

Standar XII.

Perawat Anestesi berpartisipasi dalam pendididkan kepada pasien dan anggota masyarakat lainnya, seperti keluarga, ahli bedah dan perawat yang lain yang terlibat dalam perawatan pasien sebelum dan selama periode perioperative. Perawat Anestesi juga merupakan sumber daya manusia untuk resusitasi kardiopulmonal dan kebutuhan pelayanan pasien lainnya.Interpretasi:Sebagai seorang profesional yang mahir dalam anestesi, maka Perawat Anestesi itu mendidik orang lain.

Standar XIII.

Perawat Anestesi menyadari tanggung-jawabnya terhadap praktik profesional dan memelihara tingkat pengetahuannya, pengambilan keputusan, ketrampilan tehnologinya, dan prasarat nilai-nilai profesional untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi.Interpretasi :Perawat Anestesi bertanggung-jawab terhadap praktik profesionalnya, giat mengikuti kegiatan pendidikan berkelanjutan sepanjang hidup dan ikut serta dalam mekanisme jaminan kualitas sebagai dasar untuk menilai kualitas pelayanan dan praktiknya.

Kompetensi Perawat Anestesi.Setelah menyelesaikan program pendidikan, Perawat Anestesi mampu :a. Melakukan dan mendokumentasikan pemeriksaan dan evaluasi pra-anestesi daripenderita, termasuk memohonkan konsultasi dan pemeriksaan diagnostik, memilih,menentukan, meminta atau memberikan premedikasi dan cairan infus dan mendapatkaninformed consent untuk anestesi.b. Membuat dan menerapkan rencana pelayanan / perawatan anestesi.c. Memilih dan menerapkan rencana teknik dan perawatan anestesi, apakah lokal, regional,general atau sedasi intravena.d. Memilih, mendapatkan atau ikut serta dalam memberikan obat anestesi atau obattambahan dan cairan yang diperlukan untuk penatalaksanaan anestesi, untuk memeliharakeseimbangan fisiologis dan mengoreksi gangguan yang mungkin timbul akibat anestesiatau pembedahan.e. Memilih dan memasangkan alat-alat monitoring invasif maupun non-invasif gunamengetahui data fisiologis dari penderita.f. Memelihara kelancaran jalan nafas dan fungsi pernafasan dengan pemasangan pipaendotrachea, ventilasi mekanik, bantuan obat-obatan, therapi pernafasan, atau ekstubasi.g. Mengatur atau ikut serta dalam emergence dan pemulihan dari anestesi dengan caramemilih, mendapatkan, meminta atau ikut serta memberikan medikasi, cairan ataubantuan ventilasi guna memelihara haemostasis, ikut serta memberikan obat penangkalrasa sakit dan penangkal efek samping obat anestesi, atau mencegah dan mengatasikomplikasi.h. Melepas atau memindahkan penderita dari ruang pulih dan melakukan evaluasi dan tindaklanjut pasca anestesi guna mencegah dan mengatasi efek samping atau komplikasi.i. Meminta, menetapkan atau ikut serta memberikan pengobatan untuk mengatasi rasasakit dengan cara ikut serta memberikan obat-obatan, tehnik anestesi regional, atau caralain yang dapat digunakan untuk mengatasi rasa sakit termasuk epidural analgesia padapersalinan.j. Merespon terhadap keadaan gawat darurat dengan melakukan manajemen jalan nafas,memberikan obat emergensi dan cairan atau melakukan tehnik resusitasi basic supportatau advanced cardiac life support.k. Lain-lain tanggungjawab Perawat Anestesi sesuai ketrampilkan individunya

Diposkan oleh TAUFIK di 16:24

kebijakan pelayanan kamar operasi

KEBIJAKANPELAYANAN INSTALASI BEDAH SENTRAL

A. FALSAFAH DAN TUJUAN1. FalsafahMenciptakan pelayanan pembedahan yang mencerminkan koordinasi yang berkesinambungan antara pelayanan medis dan keperawatan sehingga tercipta pelayanan yang berkualitas yang berdampak pada pendapatan rumah sakit dan kesejahteraan karyawan.

2. TujuanTujuan UmumTerwujudnya pelaksanaan pelayanan pembedahan di RSU Dr. Soedono Madiun yang berpenampian, berprofesi dan beretik, serta memenuhi standart mutu untuk menjadi pusat pelayanan rujukan unggulan di Wilayah Jawa Timur Bagian Barat pada 2010.

Tujuan Khususa. Mewujudkan pelayanan pembedahan yang berorientasi padakan pelangganb. Mewujudkan pelayanan pembedahan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang berdampak pada peningkatan pendapatan rumah sakit dan kesejahteraan karyawanc. Mengembangkan komunikasi antar disiplin ilmu di IBSd. Mewujudkan suasana kondusif terhadap pengembangan profesionalisme yang ada di Instalasi Bedah Sentral RSU Dr. Soedono Madiun.

3. Informed consent.a. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan di IBS terlebih dahulu harus dilakukan pengambilan Informed Consent sesuai dengan keijakan tentang persetujuan dan penolakantindakan medis (INFORMED CONSENT)Di Rumah Sakit Umum Dr. Soedono Madiun.b. Informed Consent harus disertai penjelasan pembedahan yang dapat memberikan rasa aman pada pasien.c. Pelaksanaan Informed Consent sesuai dengan SOP Informed Consern4. Rumah Sakit menyelengarakan pelayanan pembedahan di IBS sesuai permintaan/kebutuhan masyarakat5. Penyelenggaraan pelayanan pembedahan dibawah koordinasi Instalasi bedah sentral(IBS) Pelayanan IBS berdasarkan pada kerjasama antar disiplin ilmu, secara rinci diatur dalam buku Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Sentral.

B. ADMINISTRASI DAN PENGELOLA1. Rumah Sakit menetapkan IBS sebagai koordinatr pelayanan pembedahan, sesuai dengan Struktur Organisasi Instalasi bedah Sentral. Pengorganisasian IBS selengkapnya diatur dalam Pedoman Organisasi Instalasi Bedah Sentral.2. Tindakan pembedahan di IBS dilaksanakan kejasama antara dokter bedah dan dokter anestesi. Dokter bedah dan anestesi bekerja sesuai hak dan kuwajibannya sesuai dengan kebijakan direktur tentang hak dan kuwajiban dokter bedah dan anestesi.(Uraian Tugas SMF).3. Pelayanan Anestesi di Instalasi bedah Sentral dikakukan oleh Dr Anestesi dan Penata Anestesi sesuai kebutuhan4. IBS melaksanakan Program Dalin . Program Infeksi Nokomial di Instalasi Bedah Sentral dipantau oleh Komite Dalin RS dan dilaksanakan oleh staf IBS sesuai SPO Dalin dan SPO IBS.

C. STAF DAN PIMPINAN1. Perencanaan Tenaga di IBS dilakukan berdasarkan penghitungan kebutuhan tenaga menurut Depkes RI tahun 2005 dengan berdasarkan jumlah pasien. Perencanaan tenaga meliputi tenaga medis, keperawatan, dan non keperawan2. IBS dikepalai oleh seorang dokter dalam kelompok bedah, yang diusulkan melalui komite medik. Kepala IBS ditetapkan oleh direktur melalui keputusan diektur3. Staf Medis:a. Penempatan Staf medis yang bekerja di IBS melalui rekrutmen dan kredensial dari Komite Medikb. Tenaga medis yang bekerja harus meiliki ijin kerja (dari pimpinan RS ?)4. Kepala keperawatan:a. Kepala/Koordinator? keperawatan di Kamar Operasi adalah perawat dengan kualifikasi pendidikan minimal DIII keperawatan, pelatihan PGD dan manajemen kamar operasi serta pengalaman bekerja di Kamar Operasi 3 tahunb. Koordinator Keperawaan ditetapkan oleh direktur dengan Keputusan direktur

D. FASILITAS DAN PERALATAN1. Rancang bangun kamar operasi sesuai dilaksanakan sesuai dengan standart penilaian instrument akreditasi rumah sakit. RSU Dr. Soedono Madiun menyediakan kamar operasi emergency agar dapat dicapai secara cepat, lokasi kamar operasi emergency secara lebih rinci dijelaskan di Sub Bab Denah Ruangan Buku Pedoman Pelayanan IBS .2. Pelayanan kamar operasi dibedakan menjadi dua pelayanan yaitu elektif dan emergency; pelayanan elektif diberikan di kamar operasi IBS lantai III sedangkan pelayanan gawat darurat di berikan di kamar operasi emergency.3. Pelayanan IBS dilegkapi dengan Depo Farmasi di kamar operasi untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan maupun bahan habis pakai yang diperlukan dalam rangka pembedahan di kamar operasi.4. Pelayanan IBS dilegkapi dengan peralatan komunikasi (telepon wireless) dalam rangka kemudahan komunikasi di kamar operasi, secara rinci diatur dalam SPO komunikasi konsultasi, SOP komunikasi dengan unit lain.5. IBS menyediakan peralatan sesuai daftar peralatan yang berada dan digunakan di IBS dan secara terperinci dijelaskan di Sub Bab fasilitas dan peralatan buku pedoman pelayanan IBS.6. Peralatan yang ada dikamar operasi digunakan sesuai dengan juknis penggunaan yang tersedia di masing-masing alat.7. Penggunaan Peralatan yang ada di kamar operasi diatur secara rinci sesuai dengan SPO masing-masing peralatan8. Pemeliharaan peralatan dilakukan oleh.. sesuai dengan SPO.. secara rinci diatur dalam program pemeliharaan peralatan kedokteran dan program pengamanan (safe practice).9. Pembersihan dan sterilisasi kamar operasi dilaksanakan sesuai dengan SPO Pembersihan dan sterilisasi berdasarkan program sterilisasi kamar operasi.

E. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR1. Pelayanan kamar operasi diberikan secara berencana (electif) dan pelayanan gawat darurat emergency. Pelayanan elektif dilaksanakan di IBS, sedang pelayanan gawat darurat dilaksanakan di kamar operasi emergency2. Pelayanan dan Pengelolaan Kamar Operasi dilaksanaan mengacu pada Kebijakan dan prosedur tertulis. Kebijakan dan Prosedur di IBS dipasang di Kamar Operasi3. Prosedur pengelolaan dan pelayanan kamar operasi secara rinci diatur dalam tiap-tiap SPO. SPO di IBS meliputi:a. SPO pasien sewaktu tiba di kamar operasi meliputi:a. SPO pemeriksaan identitas pasien sewaktu tiba di kamar operasib. SPO pemastian teknik serta lokasi operasic. SPO izin operasi (informed consent).b. SPO pencatatan meliputi:a. SPO pencatatan kecelakaan/kegagalanb. SPO pelaporan kepada yang berwenang.c. SPO Penjadwalan pasien meliputi:a. SPO Penjadwalan operasi elektifb. SPO Penjadwalan operasi daruratc. SPO menunda opersaid. SPO menambahkan pasien pada jadwal operasi yang sudah ada.d. SPO ketidaksesuaian penghitungan bahan dan/atau alat sebelum dan sesudah operasi.e. SPO Laporan operasi dibuat dalam rekam medis pasienf. SPO Pelaksanaan pengendalian infeksi dikamar operasig. SPO Pemeliharaan dan perbaikan peralatan di kamar operasih. SPO pelayanan anestesi di kamar operasi pada masa pra, saat dan pasca operasi.4. Kesinambungan logistic di kamar operasi diatur secara rinci dalam program pengendalian logistic.5. Secara berkala dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pelayanan di kamar operasi.

F. PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN1. IBS dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan pendidikan berkelanjutan bagi petugas. Secara rinci diatur dalam Program pendidikan dan pelatihan IBS.2. Pengembangan staf di IBS dilakukan berdasarkan kebutuhan pelayanan Kamar Operasi dan rumah sakit.3. Setiap tahun ditetapkan Program Diklat IBS. Program terdiri dari Program Orientasi Pegawai Baru dan Program Pendidikan dan Pengembangan Staf.4. IBS menetapkan Program Pendidikan dan Pelatihan dengan berkoordinasi dengan Bidang Diklit sesuai dengan anggaran meliputi;a. Orientasi Pegawai Baru- Setiap karyawan baru atau pindahan dari unit lain di IBS wajib mengikuti Program Orientasi pegawai sesuai dengan program orientasi pegawai baru RS dan program orientasi pegawai baru IBS dan TOR orientasi pegawai baru.- Program orientasi dilakukan secara bertahap sesuai SPO Orientasi di IBS- Evaluasi pelaksanaan orientasi dilakukan setiap tahun oleh PJ SDM IBSb. Pendidikan dan Pelatihan Staf IBS- Rencana pelatihan disusun oleh IBS berdasarkan Data kebutuhan pelatihan (Training Need Assessment). Rencana berupa program pelatihan diajukan ke Bidang Diklit untuk dilaksanakan sesuai anggaran yang tersedia- Jenis pelatihan adalah pelatihan yang dapat menunjang ketrampilan maupun keahlian dalam rangka meningkatkan pelayanan di kamar operasi, yaitu Pelatihan Dasar-dasar Bedah Umum, Pelatihan Keahlian Spesifikasi, Pelatihan Manajemen kamar operasi, serta pendelegasian pada pertemuan-pertemuan ilmiah secara rutin.- Pelaksanaan diklat dibawah koordinasi Bidang Diklit- Monitoring pasca pelatihan dilakukan Ka. IBS untuk melihat implikasi pelatihan di IBS.- Evaluasi pasca pelatihan dilakukan terhadap peserta oleh Ka. IBS atau PJ SDM IBS, sedangkan tindakl lanjut dilakukan berdasarkan evaluasi dari hasil koordinasi IBS dengan Bidang Dikit- Program pendidikan dan pelatihan bagi staf di IBS dievaluasi tiap tahun oleh Ka. Unit sebagai acuan dalam penyusunan progam berikutnya dengan terus melihat Data kebutuhan pelatihan (Training Need Assessment).

G. EVALUASI DAN PENINGKATAN MUTU1. Upaya penilaian kemampuan dan hasil pelayanan di kamar operasi;a. IBS melakukan upaya penilaian kemampuan dan hasil pelayanan secara rinci di jabarkan dalam sebuah laporan tahunan IBSb. Hasil penilaian pelayanan IBS yang berupa laporan tahunan IBS disampaikan kepada direktur dalam rangka rekomendasi tindak lanjut.2. Data pasien dan tindakan anestesi tercatat dalam dokumen rekam medis dengan lengkap, jelas dan benar. Proses pencatatan dokumen diatur secara rinci di PSO tentang pencatatan rekam medis anestesi.3. Kelengkapan dokumen anestesi dievaluasi secara rutin tiap tahun dengan bekerja sama dengan bagian rekam medis, dalam rangka peningkatan mutu pelayanan anestesi di kamar operasi.

Diposkan oleh HIPKABI MADIUN di 00:56

URAIAN TUGAS SMF BEDAHTUGAS POKOKMembantu tugas-tugas Ketua/Wakil Ketua Panitia dalam hal pengendalian dan pemantauan rekam medik di rumah sakit menurut bidangnya masing-masing.

URAIAN TUGAS1. Menganamnesa pasien penyakit bedah, THT, dan anestesi atas konsul dokter lain atau yang ditangani sendiri mengenai keadaan dan penyakit yang dikeluhkannya untuk mendapatkan informasi/data medis untuk bahan pemeriksaan.2. Melakukan pemeriksaan terhadap fisik pasien yang akan dibedah untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pembedahan, agar pembedahan berjalan dengan baik.3. Melakukan rujukan ke Unit Penunjang seperti laboratorium, radiologi dan ke dokter spesialis lain bila dari hasil pemeriksaan diperlukan data yang lebih lengkap dan jelas atau diduga adanya komplikasi guna mengambil tindakan yang tepat lebih lanjut.4. Meminta persetujuan keluarga pasien dengan meminta agar keluarga membuat surat persetujuan tindakan pembedahan supaya pembedahan dapat dilaksanakan sesuai persetujuan keluarganya.5. Mengkoordinasikan dengan perawat ruangan bedah untuk mempersiapkan ruangan dan pasien yang akan dibedah.6. Mengadakan konsultasi dengan dokter ahli anastesi bila diperlukan mengenai rencana pembedahan untuk menentukan jenis, cara dan lamanya waktu pembiusan yang diperlukan.7. Melakukan tindakan bedah sesuai hasil pemeriksaan, rencana pembedahan dan cara serta prosedur bedah yang baik agar pasien dapat selamat dan sembuh dari penyakit yang dideritanya.8. Membuat laporan data medis pada status pasien berdasarkan terapi dan tindakan yang diberikan kepada pasien sebagai pendataan, evaluasi dan langkah selanjutnya.9. Memantau penyakit pasien rawat inap yang menjadi tanggung jawabnya dengan melakukan pemeriksaan atau tindakan yang diperlukan di ruang periksa atau dengan mendatangi ruang pasien dirawat untuk mengetahui perkembangan dan proses penyembuhan penyakit pasien.10. Mengevaluasi kegiatan unit kerja masing-masing dan memberi saran pengembangan sesuai kemajuan teknologi dan Ilmu Kedokteran Spesialis Bedah sebagai laporan dan bahan penyusunan program kerja Komite Medik.11. Mengevaluasi kegiatan unit kerja masing-masing dan memberi saran pengembangan sesuai kemajuan teknologi dan Ilmu Kedokteran sebagai laporan dan bahan penyusunan program kerja Komite Medik.12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan seperti mengikuti simposium atau pertemuan ilmiah sesuai program Komite Medik baik yang diselenggarakan RS. ataupun instansi lain guna menambah pengetahuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pemakai jasa RS

TANGGUNG JAWAB1. Kebenaran dan ketepatan dalam perencanaan kegiatan dan kebutuhan pelayanan bedah.2. Kebenaran dan ketepatan dalam pengawasan dan evaluasi kegiatan pelayanan bedah.3. Kebenaran dan ketepatan dalam laporan kegiatan pelayanan bedah.

KEANGGOTAAN1. Dokter Spesialis Bedah Umum2. Dokter Spesialis Bedah Ortopedi3. Dokter Spesialis Bedah Syaraf4. Dokter Spesialis Bedah Mulut5. Dokter Spesialis Ortopedi6. Dokter Spesialis Urologi7. Dokter Spesialis THT8. Dokter Spesialis Anestesi

HUBUNGAN KERJA1. Ketua Komite Medik.2. Dokter RS. 3. Kepala Unit.4. Kepala Ruangan di lingkungan rumah sakit.