Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

download Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

of 47

Transcript of Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    1/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    I. PENDAHULUAN

    EPIDEMIOLOGI ANEMIA DEFISIENSI BESI

    Data anemia yang tersedia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

    1995 menunjukkan bahwa 50,9% ibu hamil, 40,5% balita, 47,3% anak usia sekolah,

    57,1% remaja puteri, 39,5% wanita usia subur, 48,9% usia produktif dan 57,9% usia

    lanjut menderita anemi gizi. Sedangkan berdasarkan beberapa studi terbatas

    diperkirakan 30% tenaga kerja wanita menderita anemia.

    PREVALENSI ANEMIA GIZI

    DI INDONESIA (SKRT 1995)

    Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total

    Balita 35,7 45,2 40,5

    Usia sekolah 46,4 48,0 47,3

    10-14 tahun 45,8 57,1 51,5

    15-44 tahun 58,3 39,5 48,9

    45-54 tahun 53,7 39,5 48,9

    55-64 tahun 62,5 40,5 51,5

    >65 tahun 70,0 45,8 57,9

    Ibu hamil 50,9

    Ibu menyusui 45,1

    Sumber : Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional (RAPGN), 2000

    Sedangkan penelitian dari Helen Keller Worldwide Tahun 2000 pada bayi berusia 3

    9 bulan menunjukkan hasil sebagai berikut :

    1

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    2/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    2

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    3/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Penelitian lain menemukan :

    3

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    4/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    WHO tahun 2001 menyebutkan bahwa,

    Di Amerika Serikat angka kejadian defisiensi besi justru menurun dari tahun ke

    tahun, berbeda dengan apa yang terjadi di negara berkembang.

    4

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    5/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    5

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    6/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    II. ANEMIA DEFISIENSI BESI

    II.1 Definisi

    Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin

    dalam sel darah merah berada di bawah normal.

    Kelompok Umur Hemoglobin (g/dL)

    Anak 6 bulan s/d 6 tahun

    6 tahun s/d 14 tahun

    11

    12Dewasa Laki-laki

    Wanita

    Wanita hamil

    13

    12

    11

    6

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    7/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Anemia gizi adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah lebih rendah dari

    normal akibat kekurangan satu macam atau lebih zat-zat gizi yang diperlukan untuk

    pembentukan darah (misalnya : zat besi, asam folat, vitamin B12) tanpa memandang

    penyebab kekurangan tersebut.

    Anemia karena kekurangan zat besi adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah

    merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah berada

    dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi.

    Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Yang paling

    penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat; tetapi tubuh juga memerlukan

    sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan hormon,

    terutama eritropoietin (hormon yang merangsang pembentukan sel darah merah).

    Tanpa zat gizi dan hormon tersebut, pembentukan sel darah merah akan berjalan

    lambat dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak

    mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya. Penyakit kronik juga bisa

    menyebabkan berkurangnya pembentukan sel darah merah.

    Asupan normal zat besi biasanya tidak dapat menggantikan kehilangan zat besi

    karena perdarahan kronik dan tubuh hanya memiliki sejumlah kecil cadangan zat

    besi. Sebagai akibatnya, kehilangan zat besi harus digantikan dengan tambahan zat

    besi. Janin yang sedang berkembang menggunakan zat besi, karena itu wanita hamil

    juga memerlukan tambahan zat besi.

    Makanan rata-rata mengandung sekitar 6 mgram zat besi setiap 1.000 kalori,

    sehingga rata-rata orang mengkonsumsi zat besi sekitar 10-12 mgram/hari. Sumber

    yang paling baik adalah daging. Serat sayuran, fosfat, kulit padi (bekatul) dan antasid

    mengurangi penyerapan zat besi dengan cara mengikatnya Vitamin C merupakan

    7

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    8/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    satu-satunya unsur makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Tubuh

    menyerap sekitar 1-2 mgram zat besi dari makanan setiap harinya, yang secara kasar

    sama dengan jumlah zat besi yang dibuang dari tubuh setiap harinya.

    II.2 Penyebab anemia defisiensi besi

    8

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    9/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Penelitian di negara berkembang mengemukakan bahwa bayi lahir dari ibu yang

    menderita anemia kemungkinan akan menderita anemia gizi, mempunyai berat badan

    lahir rendah, prematur, dan meningkatnya mortalitas.

    Tubuh mendaur ulang zat besi, yaitu ketika sel darah merah mati, zat besi di

    dalamnya dikembalikan ke sumsum tulang untuk digunakan kembali oleh sel darah

    merah yang baru. Tubuh kehilangan sejumlah besar zat besi hanya ketika sel darah

    merah hilang karena perdarahan dan menyebabkan kekurangan zat besi. Kekurangan

    zat besi merupakan salah satu penyebab terbanyak dari anemia dan satu-satunya

    penyebab kekurangan zat besi pada dewasa adalah perdarahan. Makanan yang

    mengandung sedikit zat besi bisa menyebabkan kekurangan pada bayi dan anak

    kecil, yang memerlukan lebih banyak zat besi untuk pertumbuhannya.

    Penyebab anemia gizi pada bayi dan anak :

    A. Pengadaan zat besi yang tidak cukup

    1. Cadangan zat besi yang tidak cukup

    a. Berat lahir rendah, lahir kurang bulan, lahir kembarb. Ibu waktu mengandung menderita anemia kekurangan zat

    besi yang berat

    c. Pada masa fetus kehilangan darah pada saat atau sebelum

    persalinan seperti adanya sirkulasi fetus ibu dan perdarahan

    retroplasenta

    2. Asupan zat besi kurang cukup

    B. Absorbsi kurang

    1. Diare menahun

    9

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    10/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    2. Sindrom malabsorbsi

    3. Kelainan saluran pencernaan

    C. Kebutuhan akan zat besi meningkat untuk pertumbuhan, terutama pada lahir

    kurang bulan dan pada saat akil balik

    D. Kehilangan darah

    1. Perdarahan yang bersifat akut maupun menahun, misalnya pada

    poliposis rektum, divertikel Meckel

    2. Infeksi parasit, misalnya cacing tambang

    Kebutuhan zat besi (Fe)

    10

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    11/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Zat besi merupakan trace element terpenting bagi manusia. Besi dengan konsentrasi

    tinggi terdapat dalam sel darah merah, yaitu sebagai bagian dari molekul hemoglobin

    yang mengangkut oksigen dari paru-paru. Hemoglobin akan mengangkut oksigen

    dari paru-paru ke sel-sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak

    dan protein menjadi energi (ATP). Besi juga merupakan bagian dari system enzim

    dan mioglobin, yaitu molekul yang mirip hemoglobin yang terdapat di dalam sel-sel

    otot. Mioglobin akan berikatan dengan oksigen dan mengangkutnya melalui darah ke

    sel-sel otot. Mioglobin yang berikatan dengan oksigen ini akan menyebabkan otot

    menjadi berwarna merah. Di samping sebagai komponen hemoglobin dan mioglobin,

    besi juga merupakan komponen dari enzim oksidase pemindah energi, yaitu sitokrom

    oksidase, xanthine oksidase, dehidrogenase, katalase, dan peroksidase.

    Zat besi dalam tubuh

    Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu yang fungsional dan yang reserve

    (simpanan). Zat besi yang fungsional sebagian besar dalam bentuk Hemoglobin (Hb),

    sebagian kecil dalam bentuk mioglobin, dan jumlah yang sangat kecil tetapi vital

    adalah heme enzim dan non-heme enzim.

    Zat besi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi fisiologi selain

    daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk

    kompartemen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka

    kebutuhan akan eritropoeisis (pembentukan sel darah merah) dalam sumsum tulang

    akan selalu terpenuhi. Dalam keadaan normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve

    ini adalah kurang lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat besi

    yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan hemosiderin, terdapat dalam

    hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh memerlukan zat besi dalam

    jumlah banyak, misalnya pada anak yang sedang tumbuh seperti balita (juga wanita

    menstruasi dan wanita hamil), jumlah reserve biasanya rendah.

    11

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    12/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Kebutuhan zat besi anak balita

    Kebutuhan zat besi bagi bayi dan anak relatif tinggi disebabkan oleh

    pertumbuhannnya. Dilahirkan dengan 0,5 g besi dalam tubuhnya, kandungan besi

    meningkat menjadi 5 g pada umur dewasa. Untuk menaikkan jumlah tersebut maka

    makanan sehari-harinya harus mengandung cukup zat besi. Dalam prakteknya

    ucapan demikian tidak selalu dapat dilaksanakan. Makanan tradisional bagi bayi dan

    anak pada umumnya tidak mengandung cukup zat besi. Masih banyak larangan

    didasarkan kebiasaan yang sudah turun temurun terhadap pemberian bahan makanan

    yang mengandung banyak zat besi seperti daging, unggas, ikan. Lagipula,

    bioavailability zat besi berbeda tergantung dari bentuk persenyawaannya. Zat besi

    yang terdapat dalam makanan dapat dibagi dalam heme iron dan non-heme iron.

    Heme iron yang terdapat pada daging (mioglobin) dan darah (hemoglobin) lebih

    mudah diserap dan relatif tidak dipengaruhi komposisi makanannya. Adapun non-

    heme iron yang terdapat pada sayur-mayur, serealia, dan beberapa bahan makanan

    asal hewan seperti susu dan telur, pada umumnya tidak dapat diserap dengan baik.

    Absorpsi zat besi non-heme dipengaruhi oleh zat-zat gizi lain yang terdapatbersamaan dalam diet, baik secara positif seperti vitamin C, daging, ikan, unggas,

    maupun negatif seperti fitat, kalsium fosfat, teh, dll.

    Umur Kebutuhan

    0-6 bulan

    7-12 bulan

    1-3 tahun

    4-6 tahun

    3 mg

    5 mg

    8 mg

    9 mg

    Kebutuhan zat besi relatif lebih tinggi pada bayi dan anak daripada orang dewasa

    apabila dihitung berdasarkan per kg berat badan. Bayi yang berumur di bawah 1

    tahun, dan anak berumur 6-16 tahun membutuhkan jumlah zat besi sama banyaknya

    12

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    13/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    dengan laki-laki dewasa, tetapi berat badannya dan kebutuhan energi lebih rendah

    daripada laki-laki dewasa. Untuk dapat memenuhi jumlah zat besi yang dibutuhkan

    ini, maka bayi dan remaja harus dapat mengabsorbsi zat besi yang lebih banyak per

    1000 kcal yang dikonsumsi.

    Walaupun jumlah zat besi dalam ASI rendah, tetapi absorbsinya paling tinggi.

    Sebanyak 49% zat besi dalam ASI dapat diabsorbsi oleh bayi, sedangkan susu sapi

    hanya diabsorbsi sebanyak 10 12% zat besi. Kebanyakan susu formula untuk bayi

    yang terbuat dari susu sapi difortifikasi dengan zat besi, sehingga mengandung 11

    mg/L atau 12 mg/L dalam bentuk ferrosulfat atau ferroglukonat. Rata-rata zat besi

    yang dapat diabsorbsi dari susu formula adalah 4%.

    Pada waktu lahir, zat besi dalam tubuh kurang lebih 76 mg/kgBB, dan reserve zat

    besi kira-kira 25% dari jumlah ini. Pada umur 6 8 minggu terjadi penurunan kadar

    Hb dari yang tertinggi pada waktu lahir menjadi rendah. Hal ini disebabkan karena

    ada perubahan besar pada sistem eritropoeisis sebagai respon terhadap deliveri

    13

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    14/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    oksigen yang bertambah banyak kepada jaringan. Kadar Hb menurun sebagai akibat

    dari penggantian sel-sel darah merah yang diproduksi sebelum lahir dengan sel-sel

    darah baru yang diproduksi sendiri oleh bayi. Persentase zat besi yang dapat

    diabsorbsi pada umur ini kareba masih banyaknya reserve zat besi dalam tubuh yang

    dibawa sejak lahir. Sesudah umur tersebut, sistem eritropoeisis berjalan normal dan

    menjadi lebih efektif. Kadar Hb naik dari terendah 11 mg/100 mL menjadi 12,5

    g/100 mL pada bulan-bulan terakhir masa kehidupan bayi. Bayi yang lahir BBLR

    mempunyai reserve zat besi yang lebih rendah dari bayi yang normal yang lahir

    dengan berat badan cukup, tetapi rasio zat besi terhadap berat badan adalah sama.

    Bayi ini lebih cepat tumbuhnya daripada bayi normal sehingga reserve zat besi lebih

    cepat habis. Oleh sebab itu kebutuhan zat besi pada bayi ini lebih besar daripada bayi

    normal. Jika bayi BBLR mendapat makanan yang cukup mengandung zat besi, maka

    pada usia 9 bulan kadar Hb akan dapat menyamai bayi yang normal.

    Semua sel mengandung besi, akan tetapi hemoglobin pada sel darah merah dan

    mioglobin dalam otot mempunyai konsentrasi yang tertinggi. Bayi normal baru lahir

    mengandung 250-300 mg besi. Sebelum pertumbuhan berhenti pada akhir masaadolesensia jumlah besi tersebut sudah harus bertambah dengan 4 5 g untuk

    menghindarkan keadaan kekurangan. Kebutuhan akan besi meninggi pada periode

    pertumbuhan yang cepat, seperti pada masa bayi dan pubertas. Pada waktu lahir

    persediaan besi bayi tergantung pada beberapa faktor, seperti status besi ibu yang

    mengandung janin tersebut dan berat badan lahir. Kebutuhan besi bagi bayi relatif

    tinggi berhubungan dengan pertumbuhan jaringan yang cepat. Air susu ibu maupun

    susu sapi tidak mengandung cukup besi untuk memenuhi kebutuhan bayi tersebut.

    Tekanan O2 yang rendah dari sirkulasi plasenta menyebabkan adanya konsentrasi

    hemoglobin yang tinggi dalam sel darah merah fetus. Setelah dilahirkan, paru-paru

    bayi mengembang dan berfungsi hingga konsentrasi tinggi tidak diperlukan lagi.

    Yang berlebihan akan dihancurkan dan besinya disimpan sebagai cadangan dalam

    14

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    15/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    bentuk feritin dalam hati, limpa, atau sistem retikuloendotelium. Bayi yang

    dilahirkan tidak cukup bulan untuk tidak mempunyai persediaan besi yang cukup dan

    berhubung dengan pertumbuhannya yang lebih cepat, akan lebih cepat pula

    menghabiskan persediaan besinya. ASI maupun susu sapi tidak mengandung cukup

    besi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, hingga besi cadangan akan

    mengurang hari demi hari. Bayi yang dapat ASI tidak cepat menderita kekurangan

    besi, oleh sebab kadar besi yang rendah dalam ASI dapat diserap sebanyak 48%,

    sedangkan besi dari bahan makanan lain hanya 5 10 %. Pengganti ASI yang pada

    umumnya dibuat dari susu sapi yang dimodifikasi untuk makanan bayi sudah

    ditambah dengan besi agar dapat memenuhi kebutuhan akan besi itu. Sehubungan

    dengan rendahnya cadangan besi pada bayi prematur, sebaiknya bayi demikian

    mendapat ekstra besi secara oral tau suntikan. Pada umur 4 atau 5 bulan bayi harus

    mendapat makanan tambahan, selain untuk menambah energi juga diantaranya untuk

    menambah besinya.

    15

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    16/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    16

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    17/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    17

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    18/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    18

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    19/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Metabolisme zat besi

    Untuk menjaga tubuh agar tidak anemia, maka keseimbangan zat besi di dalam

    badan perlu dipertahankan. Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlah zat besi

    yang dikeluarkan dari tubuh sama dengan jumlah besi yang diperoleh tubuh dari

    makanan. Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak semuanya

    harus didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg didapatkan

    dari penghancuran sel-sel darah merah yang tua, yang kemudian disaring oleh tubuh

    untuk dapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk pembentukan sel-sel darah

    merah baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel-sel darah merah yang tua

    yang dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan urin. Jumlah zat

    besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai kehilangan basal (iron basal losses).

    Penyerapan zat besi

    19

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    20/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Absorpsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :

    1. Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan.

    Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.

    2. Rendahnya asam klorida lambung (kondisi basa) dapat menurunkan

    penyerapan. Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih

    mudah diserap oleh mulosa usus.

    3. Adanya vitamin C gugus S1-I (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat

    meningkatkan absorbsi karena dapat meredukasi besi dari makanan melalui

    pembenukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi 200 mg asam askorbat

    dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar 25-50%.

    4. Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentuknya kompleks

    besi fosfat yang tidak dapat diserap.

    5. Adanya fitat juga akan menurunkan ketersediaan Fe.

    6. Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe.

    7. Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan

    Fe.

    8. Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe.

    Zat besi diserap di dalam duodenum dan jejenum bagian atas melalui proses yang

    komplek, yaitu :

    1. Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe3+ atau

    Fe2+ mula-mula mengalami proses pencernaan

    2. Di dalam lambung, Fe3+ larut dalam asam lambung kemudian diikat oleh

    gastroferin dan direduksi menjadi Fe2+

    3. Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ yang selanjutnya berikatan

    dengan apoferitin, yang kemudian feritin, membebaskan Fe2+ ke dalam

    plasma darah.

    20

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    21/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    4. Di dalam plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan

    transferin. Transferin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang untuk

    bergabung membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma ada dalam

    keseimbangan.

    5. Transferitin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat penyimpanan besi di dalam

    tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial), kemudian

    dioksidasi menjadi Fe3+ yang kemudian bergabung dengan apoferitin

    membentuk feritin yang kemudian disimpan, besi yang terdapat pada plasma

    seimbang dengan bentuk yang disimpan.

    Pada bayi absorbsi zat besi dari ASI meningkat dengan bertambah tua umur bayi.

    Perubahan ini terjadi lebih cepat pada bayi yang lahir prematur dari pada bayi yang

    lahir cukup bulan. Jumlah zat besi dalam susu sapi akan terus berkurang lebih sama

    dengan ASI. Konsentrasi zat besi akan terus berkurang apabila susu diencerkan

    dengan air untuk diberikan kepada bayi.

    Normal iron homeostasis

    Unlike other nutritional metals, iron is highly conserved. Excess iron can only be eliminated

    from the body via cell shedding from the skin or GI tract, or through blood loss, as in

    menstruation. Iron stores are maintained at roughly steady state because dietary iron intake is

    21

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    22/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    roughly balanced by normal, gradual iron loss (about 1 mg/day in men and 1.5 mg/day inmenstruating women).

    Normal iron homeostasis is maintained by regulating both the absorption of iron from the diet, as

    well as its distribution within the body (1).

    Iron storage and distribution

    Iron is absorbed in the duodenum by enterocytes and transferred to the plasma. There it is bound

    by transferrin, and becomes available for uptake throughout the body by any tissue with

    transferrin receptors. Liver parenchymal tissue is especially rich in transferrin receptors, and

    stores large quantities of iron. In muscle tissue, iron is used to make myoglobin, and in bone

    marrow, erythrocytes use it to make hemoglobin. Circulating red blood cells normally comprise

    the largest iron pool. When they become senescent, red blood cells are engulfed by

    reticuloendothelial macrophages, which make their iron available for redistribution to other

    tissues via transferrin.

    Intestinal iron absorption

    22

    http://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#cellularironabsorptionhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#uptakehttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#hepatocellularhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#reticuloendothelialhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#reticuloendothelialhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#cellularironabsorptionhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#uptakehttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#hepatocellularhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#reticuloendothelialhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#reticuloendothelial
  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    23/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Dietary iron absorption takes place at the apical membrane of mature enterocytes. After its

    enzymatic reduction from Fe+3 to Fe+2, iron is imported into the cell by the divalent metal

    transporter protein (6). Iron can either be stored within the cell as ferritin, or transferred into the

    blood at the basolateral membrane by ferroportin (IREG1) (7). Plasma borne iron binds to

    transferrin, and is available for distribution via the blood. In hereditary hemochromatosis,

    increased iron absorption leads to a gradual accumulation of iron to levels that eventuallybecome toxic. The iron regulatory protein HFE has been implicated in this process (8).

    23

    http://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#divalenthttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#divalenthttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#ferritinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#ferroportinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism5.jsp#hfehttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#divalenthttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#divalenthttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#ferritinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#ferroportinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism5.jsp#hfe
  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    24/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Cellular iron uptake and storage

    Once it is transported to cells by transferrin, iron enters the cell by binding to transferrin

    receptors on the cell membrane, which are engulfed through endocytosis. Inside the endosome,

    iron is converted into hemosiderin, which can be released into the cytosol by a process of

    acidification. The transferrin receptors and apotransferrin (transferrin unbound to iron) are

    recycled back to the cell surface. Triggered by the neutral pH of the blood, the receptor complex

    releases apotransferrin. The receptor is now available to bind to another transferrin molecule.

    Hepatocellular iron uptake, storage, and toxicity

    24

    http://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinreceptorshttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinreceptorshttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinreceptorshttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinreceptors
  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    25/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Hepatocellular iron uptake is especially efficient, owing to the high number of transferrinreceptors on the cell surface. When liver iron storage reaches critical levels, non-transferrin

    bound iron (NTBI) is released from endosomes into intracellular labile iron pools, and begins to

    attack cellular organelles such as mitochondria, producing damage that can lead to cellular

    dysfunction and death. In response to increased intracellular iron levels, the liver synthesizes and

    releases hepcidin, which has a dual role. It stimulates increased iron storage by

    reticuloendothelial macrophages (9) and decreases iron absorption by enterocytes (10).

    Reticuloendothelial iron storage

    One of the main roles of reticuloendothelial macrophages is in the recycling of iron from red

    blood cells. These cells remove iron from the blood mainly by phagocytosis of senescent redblood cells. They release their iron into the plasma via the iron export protein ferroportin

    (IREG1). Released iron is oxidized into the ferric (Fe+3) state by ceruloplasmin, a reaction that

    allows the iron to bind to transferrin

    Recent progress in elucidating the genetic and molecular mechanisms of iron metabolism

    provide insight into diseases of iron metabolism. These discoveries have identified molecules

    that can serve as targets for blood tests to monitor and screen for iron overload.

    Transferrin

    The role of transferrin toward iron is in many ways comparable to that of hemoglobin toward

    oxygen. Both are recyclable, plasma-borne transport proteins that bind to and deliver an element

    essential to the functioning of virtually every cell in the body an element that is nonetheless

    toxic in excess. Synthesized primarily by the liver, and released into the plasma, transferrin is thebodys primary plasma-borne iron transport protein. The molecule has two iron binding sites for

    25

    http://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinreceptorshttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinreceptorshttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/effects.jsp#celldamagehttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism5.jsp#hepcidinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#reticuloendothelialhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#cellularironabsorptionhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#ferroportinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism5.jsp#ceruloplasminhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinreceptorshttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrinreceptorshttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/effects.jsp#celldamagehttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism5.jsp#hepcidinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#reticuloendothelialhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#cellularironabsorptionhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#ferroportinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism5.jsp#ceruloplasminhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#transferrin
  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    26/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    ferric (Fe+3). Monoferric transferrin carries one iron atom; diferric carries two. When empty itis called apotransferrin. Although the rate of iron clearance from transferrin is rapid, the total

    capacity is limited. In states of rapid iron release and/or redistribution, high transferrin saturation

    levels can decrease the bodys ability to bind iron released from enterocytes (11).

    Hypotransferrinemia is a genetic disease in which insufficient transferrin production results in

    widespread toxicity from exposure to non-transferrin bound iron (NTBI).

    PDB ID: 1H76 Hall DR, Hadden JM, Leonard GA, Bailey S, Neu M, Winn M, Lindley PF The

    crystal and molecular structures of diferric porcine and rabbit serum transferrins at resolutions of

    2.15 and 2.60 A, respectively Acta Crystallogr D Biol Crystallogr. 2002 Jan;58(Pt 1):70-80.Figure by David S. Goodsell The Scripps Research Institute

    Transferrin receptors

    Cells can control their iron uptake from circulating transferrin (top) by regulating the number oftransferrin receptors (bottom) expressed on their surface, for example by iron response elements

    (IREs) which regulate mRNA transcription of transferrin receptors. Almost all cells have

    transferrin receptors, but they are found in greatest numbers on hepatocytes, immature

    erythrocytes, and both malignant and nonmalignant rapidly dividing cells (12, 13).

    26

    http://www.irontoxicity.com/hcp/about/causes.jsp#genetichttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#hepatocellularhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/causes.jsp#genetichttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#hepatocellular
  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    27/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    PDB ID: 1H76 Hall DR, Hadden JM, Leonard GA, Bailey S, Neu M, Winn M, Lindley PF The

    crystal and molecular structures of diferric porcine and rabbit serum transferrins at resolutions of

    2.15 and 2.60 A, respectively Acta Crystallogr D Biol Crystallogr. 2002 Jan;58(Pt 1):70-80.

    Figure by David S. Goodsell The Scripps Research Institute

    Divalent metal transporter protein

    This protein is involved in the transport of non-transferrin bound iron (NTBI) across cell

    membranes. In enterocytes, it imports iron into the cell.

    Ferroportin (IREG)

    Ferroportin (IREG1) is involved in the export of non-transferrin bound iron (NTBI) from inside

    cells. In enterocytes, ferroportin exports iron across the basolateral wall into plasma (14). In

    hepatocytes, its upregulation can prevent cellular damage by facilitating the excretion of excess

    iron (15). In senescent red blood cells and reticuloendothelial macrophages, ferroportin is

    involved in iron recycling (16).

    27

    http://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#hepatocellularhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#reticuloendothelialhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#hepatocellularhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#reticuloendothelial
  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    28/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Ferritin

    Ferritin is an intracellular iron storage molecule that serves to bind and sequester iron to preventit from causing intracellular damage. The ferritin molecule forms a hollow sphere capable of

    holding up to 4,500 ferric iron atoms (Fe+3) (17). Ferritin is found in measurable quantities within

    blood, but is located predominantly within reticuloendothelial macrophages and hepatocytes.

    Presumably, most other cells synthesize ferritin as well.

    Increasing serum ferritin levels may be one of the first clinical signs of iron overload. As cellulariron storage capacity is exceeded, excess ferritin-bound iron is released into the blood stream.

    PDB ID: 1fha Lawson DM, Artymiuk PJ, Yewdall SJ, et al. Solving the structure of human H

    ferritin by genetically engineering intermolecular crystal contacts Nature. 1991 Feb

    7;349(6309):541-4. Figure by David S. Goodsell The Scripps Research Institute

    Iron regulatory proteins

    Recently, the roles of a number of proteins involved in regulating iron metabolism have been

    elucidated.

    Iron response elements (IREs)

    IREs are not actually proteins, but rather are stem-looped sections of mRNA that are involved in

    the production of ferritin and transferrin receptors. These elements are responsive to iron

    because their binding proteins (below) change their conformation in response to intracellular ironlevels, thus providing a feedback mechanism to regulate intracellur iron (18). Increased

    production of ferritin decreases the toxicity of intracellular iron; decreased production oftransferrin reduces the concentration of intracellular iron.

    28

    http://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#reticuloendothelialhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#hepatocellularhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#reticuloendothelialhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#hepatocellular
  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    29/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    PDB ID: 1AQO Addess KJ, Basilion JP, Klausner RD, Rouault TA, Pardi A Structure and

    dynamics of the iron responsive element RNA: Implications for binding of the RNA by iron

    regulatory binding proteins J Mol Biol. 1997; 274:72-83

    Iron responsive element binding proteins (IRE BPs)

    In response to elevated intracellular iron concentrations, IRE binding proteins change their

    conformation to promote degradation of transferrin receptor mRNA. Other IRE BPs change their

    conformation to promote increased ferritin translation (18).

    Hepcidin

    Hepcidin is a peptide hormone secreted by the liver in response to iron loading and

    inflammation. Hepcidin may control iron distribution: low hepcidin levels lead to intracellulariron overload, while hepcidin overproduction leads to hypoferremia. Hepcidin regulates cellular

    iron export by binding to ferroportin (IREG1) on cell surfaces, decreasing the cells ability to

    export iron (19). This in turn leads to decreased extracellular iron levels.

    PDB ID: 1m4e Hunter HN, Fulton DB, Ganz T, Vogel HJ The solution structure of human

    hepcidin, a peptide hormone with antimicrobial activity that is involved in iron uptake andhereditary hemochromatosis J Biol Chem 2002:277;37597-603

    29

    http://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#ferroportinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#ferroportin
  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    30/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Hephaestin

    Located on the basolateral surface of iron-absorptive enterocytes, hephaestin facilitates ironegress from enterocytes, probably by oxidizing iron released through ferroportin (IREG1) (20).

    HFE Protein

    First identified in humans in 1996 (21), HFE gene was originally named HLA-H, and is located

    on the short arm of chromosome 6 (6p21.3). The protein it codes for, HFE protein, is an atypical

    member of the major histocompatibility class I (MHC I) family. Among many functions, the

    HFE protein downregulates cellular iron uptake by binding to transferrin receptors, reducing

    their affinity for iron-loaded transferrin. In people with hereditary hemochromatosis, a C282Y

    mutation to the HFE gene causes a structural distortion to the HFE protein that prevents its

    transport to the cell surface, thereby disabling its ability to downregulate cellular iron uptake.The mechanism of other mutations to the HFE gene, such as H63D, is less clear.

    PDB ID: 1a6z Lebron JA, Bennett MJ, Vaughn DE, et al. Crystal structure of the

    hemochromatosis protein HFE and characterization of its interaction with transferrin receptor

    Cell 1998:93;111-23

    Ceruloplasmin

    Located in the plasma, ceruloplasmin is implicated in the release of iron from macrophages and

    hepatocytes. Ceruloplasmin is decreased in hereditary hemochromatosis due to a mutation in the

    HFE gene (22).

    30

    http://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#ferroportinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#reticuloendothelialhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#hepatocellularhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism5.jsp#hfehttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism4.jsp#ferroportinhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#reticuloendothelialhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism3.jsp#hepatocellularhttp://www.irontoxicity.com/hcp/about/iron_metabolism5.jsp#hfe
  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    31/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    PDB ID: 1kcw Zaitseva I, Zaitsev V, Card G, et al. The X-ray structure of human ceruloplasmin at3.1 angstrom: Nature of the copper centres J Biol Inorg Chem 1996:1;15-23

    31

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    32/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Kekurangan zat besi

    Anemia gizi (nutritional anemia) merupakan salah satu dari empat penyakit

    gangguan gizi yang penting bagi Indonesia maupun bagi berbagai negara di Asia,

    Afrika, dan Amerika Selatan. Sebagian besar anemia tersebut merupakan akibat

    kekurangan besi. Pada kebanyakan anak balita kadar besi serum yang rendah dan

    makanan sehari-harinya tidak mengandung cukup zat besi.

    Kekurangan besi merupakan penyebab utama daripada anemia, terutama di negara

    yang sedang berkembang. Masukan zat besi melalui makanan sehari-hari jika

    jumlahnya tidak dapat mencukupi kebutuhan fisiologis, atau terjadi kehilangan besi

    yang meninggi seperti pada infestasi cacing ankilostoma berat, akan mengakibatkan

    keadaan kekurangan besi dalam tubuh. Pada permulaan kekurangan, masukan besi

    tidak memperlihatkan menurunnya kadar hemoglobin berhubung dengan adanya

    persediaan dalam bentuk hemosiderin dan feritin. Anemia merupakan manifestasi

    akhir daripada kekurangan besi, didahului oleh deplesi persediaannya.

    32

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    33/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    33

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    34/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    34

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    35/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    35

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    36/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    II.3 Diagnosis

    Typical features :

    1. Pallor and fatigue

    2. Poor dietary intake of iron (ages 6 24 months)

    3. Chronic blood loss (age > 2 years)

    4. Microcytic hypochromic anemia

    36

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    37/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Gejala

    Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui

    beberapa stadium. Gejalanya baru timbul pada stadium lanjut.

    1. Stadium 1

    Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan cadangan

    dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang

    menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.

    2. Stadium 2

    Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk

    pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan

    jumlahnya lebih sedikit.

    37

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    38/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    3. Stadium 3

    Mulai terjadi anemia. Pada awal stadium ini, sel darah merah tampak normal,

    tetapi jumlahnya lebih sedikit. Kadar hemoglogin dan hematokrit menurun.

    4. Stadium 4

    Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan

    mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan

    ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena

    kekurangan zat besi.

    5. Stadium 5

    Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan

    timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena

    anemia semakin memburuk.

    Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin)

    dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya

    kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat

    besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporfirin yangdiubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum.

    Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb. Bila

    sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi

    feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan keadaan simpanan

    zat besi dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan

    menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia gizi. Diagnosis anemia zat gizi

    ditentukan dengan tes skrining dengan cara mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht),

    volume sel darah merah (MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH)

    dengan batasan terendah 95%.

    38

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    39/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Banyak studi menunjukkan bahwa anemia kekurangan besi memberi dampak

    menderita anemia berat, resiko morbiditas maupun mortalitas bagi ibu dan bayinya

    meninggi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur lebih besar. Kadar

    feritin rendah dalam darah tali pusat campuran (mixed cord blood) bayi, jika

    dilahirkan oleh ibu dengan feritin serum 10ug/L atau kurang. Dengan demikian maka

    bayi tersebut akan lebih mudah menderita anemia.

    Dampak yang negatif terlihat pula terhadap kapasitas kerja. Terdapat korelasi kuat

    antara kadar hemoglobin dan penghasilan. Kekurangan besi walaupun belum

    menunjukkan penurunan Hb dapat mengubah metabolisme sel jaringan dengan

    menurunnya kadar enzim-enzim yang membutuhkan besi untuk aktivitasnya. Anemia

    kekurangan besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan seperti otot kerangka.

    Dampak anemia lebih dirasakan oleh pekerja kasar yang harus banyak menggunakan

    tenaga fisiknya.

    Sering juga dilaporkan mengenai menurunnya kemampun berpikir (cognitive

    performance) dan perubahan tingkah laku penderita anemia. Anemia pada masa bayimungkin merupakan salah satu sebab daripada disfungsi otak yang permanen.

    Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan

    gejala lainnya. Kekurangan zat besi memiliki gejala sendiri, yaitu :

    - Glositis : iritasi lidah

    - Keilosis : bibir pecah-pecah

    - Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti

    sendok.

    Pemeriksaan laboratorium

    Pemeriksaan darah digunakan untuk mendiagnosis anemia. Biasanya penderita

    anemia diperiksa untuk mengetahui kekurangan zat besi. Kadar zat besi bisa diukur

    39

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    40/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    dalam darah. Kadar zat besi dan transferin (protein pengangkut zat besi yang berada

    diluar sel darah merah) diukur dan dibandingkan. Jika kurang dari 10% transferin

    yang terisi dengan zat besi, maka kemungkinan terjadi kekurangan zat besi. Tetapi

    pemeriksaan yang paling sensitif untuk kekurangan zat besi adalah pengukuran kadar

    ferritin (protein yang menampung zat besi). Kadar ferritin yang rendah menunjukkan

    kekurangan zat besi. Tetapi kadang kadar ferritin normal atau tinggi walaupun

    terdapat kekurangan zat besi karena feritin kadarnya bisa meningkat pada kerusakan

    hati, peradangan, infeksi atau kanker. Kadang diperlukan pemeriksaan yang lebih

    memuaskan untuk menegakkan diagnosis.

    Mean corpuscular volume: It depends on hemoglobin content in the red blood cell, so in absence

    of other conditions a decrease in hemoglobin is associated with a decrease in MCV.

    Ferritin: Even when ferritin is present within cells, a small amount circulates in plasma and

    permits estimation of total ferritin, been the earliest indicator of ID. As it has been mentioned

    before, Serum Ferritin expresses Iron Stores. During infancy Serum Ferritin concentration below10 ng/ml are considered as the expression of depleted iron stores (Siimes et al, 1974; Thomas et

    al, 1977; Dallman et al, 1981). During infection or inflammation Serum Ferritin increases like

    other acute phase proteins, and then SF is not an accurate indicator in such situations.

    40

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    41/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Transferrin Saturation: corresponds to plasma iron divided by plasma total iron-binding capacityX 100. Percentages below 16% in adults and children and below 12% in infants suggest

    insufficient iron delivery to the hematopoietic tissues.

    Serum Transferrin receptors: Serum transferrin receptors reflect the number of receptors in

    immature red blood cells and thus the level of erythropoiesis. It is unaffected by infection or

    inflammation what makes Serum Transferrin receptors concentration be an accurate index of

    Iron nutrition status.

    Erythrocyte protoporphyrin: protoporphyrin combines with iron to form heme. Under ID

    conditions, the lack of iron determines an increase in erythrocyte protoporphyrin, which can notcombined with Iron. Increased values of erythrocyte protoporphyrin indicate impaired

    erythropoyesis due to iron deficiency. Values greater than 100 ug/dl and 120 ug/dl have been

    used as cutoff points

    Iron sufficient status: where biochemical tests present normal values. Iron depleted non-anemic:

    when iron stores (Serum Ferritin) are depleted but hemoglobin values are not affected.

    Iron deficient erithropoesis: where a higher depletion is observed with erithropoesis affected ,

    but still normal hemoglobin values.

    Iron deficiency anemia: stage that represents the end point of a continuum iron depletion where

    hemoglobin has been affected. As it was mentioned, the final confirmation of these stages

    requires an examination of the response to iron supplementation.

    41

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    42/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    II.4 Pengobatan

    Langkah pertama adalah menentukan sumber dan menghentikan perdarahan, karena

    perdarahan merupakan penyebab paling sering dari kekurangan zat besi.

    Biasanya juga diberikan tambahan zat besi Sebagian besar tablet zat besi

    mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan

    diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukupdiberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk

    menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang

    lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan

    pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi

    berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.

    Biasanya diperlukan waktu 3-6 minggu untuk memperbaiki anemia karena

    kekurangan zat besi, meskipun perdarahan telah berhenti. Jika anemia sudah berhasil

    diperbaiki, penderita harus melanjutkan minum tablet besi selama 6 bulan untuk

    mengembalikan cadangan tubuh. Pemeriksaan darah biasanya dilakukan secara rutin

    untuk meyakinkan bahwa pasokan zat besi mencukupi dan perdarahan telah berhenti.

    Kadang zat besi harus diberikan melalui suntikan.

    Hal ini dilakukan pada penderita yang tidak dapat mentoleransi tablet besi atau

    penderita yang terus menerus kehilangan sejumlah besar darah karena perdarahan

    yang berkelanjutan. Waktu penyembuhan dari anemia yang diobati dengan tablet

    besi maupun suntikan adalah sama.

    42

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    43/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Pengobatan anemia kekurangan besi dengan berbagai preparat besi dapat dipakai,

    misalnya sulfas ferosus sebanyak 3 x 10 mg/kgBB/hari secara oral. Obat tersebut

    sebaiknya diberikan diantara waktu makan. Preparat lain seperti besi fumarat dan

    glukonat dapat juga dipakai akan tetapi harus diperhitungkan jumlahnya atas dasar

    elemen besinya. Pengobatan diberikan selama 1 sampai 3 bulan. Bilamana dianggap

    perlu preparat besi dapat diberikan secara injeksi. Selain pengobatan disebut tadi

    orang tua penderita dinasihatkan untuk memberi makanan yang mengandung banyak

    zat besi.

    Fortifikasi dan suplementasi

    Dengan fortifikasi diartikan penambahan zat besi pada makanan, sedangkan dengan

    suplementasi ialah membagi-bagikan zat besi baik dalam bentuk tablet maupun

    cairan.

    43

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    44/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    Suplementasi zat besi diperlukan, jika hasil survei menunjukkan prevalensi yang

    tinggi. Sulfas ferrosus merupakan preparat yang sering dipakai untuk suplementasi,

    oleh sebab murah harganya dan mudah diserap. Dalam prakteknya banyak kesukaran

    yang ditemukan untuk meyakinkan mereka menelan pil besi tiap hari selama

    berbulan-bulan. Preparat besi dalam bentuk suntikan dapat juga dipakai sebagai

    suplementasi, hingga tidak perlu diberikan tiap hari.

    Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi merupakan cara yang lebih baik untuk

    mencegah terjadinya anemia bagi bayi dan anak yang biasanya mendapatkan

    makanan dengan kandungan zat besi yang rendah. Susu sapi tidak mengandung

    cukup besi, maka formula bayi yang pada umumnya dibuat dari susu sapi dengan

    modifikasi hingga mendekati komposisi ASI harus ditambah dengan zat besi.

    Pada umunya formula demikian mengandung antara 8 dan 12 mg besi tiap liternya,

    sedangkan susu sapi hanya 0,5 mg. Pada serealia seperti tepung beras, tepung

    gandum, yang dipasarkan dalam keadaan pre-cooked sudah ditambahkan juga zat

    besi. Kandungan zat besi adalam ASI juga rendah, akan tetapi penyerapannya sangatefisien. Walaupun demikian, karena ASI dianjurkan untuk diberikan sampai 2 tahun,

    maka tambahan serealia yang sydah difortifikasi dengan besi akan sangat bermanfaat

    untuk menghindarkan menurunnya cadangan besi dalam tubuh.

    Fortifikasi zat besi dengan vehikel (pengantar) yang dikonsumsi oleh semua

    penduduk dalam jumlah yang cukup, dapat dilakukan jika hasil survei menunjukkan

    adanya prevalensi tinggi kekurangan besi di daerah atau negara tertentu. Vehikel

    yang digunakan oleh Thailand berupa kecap ikan (fish sauce), oleh Guatemala gula,

    dan oleh Filippina monosodium glutamate (vetsin).

    44

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    45/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    DAFTAR PUSTAKA

    Hay, William W. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. New York : Mc.

    Graw-Hill. 2001. pp. 744-9.

    Markum, A. H.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FK

    UI. 2002. hlm. 141.

    Pusat Data Kesehatan Depkes R.I. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta :

    Departement Kesehatan Republik Indonesia. 2002.

    Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1.Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 1998.

    Tim Koordinasi Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi Tingkat Pusat. RencanaAksi Pangan dan Gizi Nasional 2001-2005. Jakarta : Departement Kesehatan

    Republik Indonesia. 2000.

    www.anemiainstitute.org

    www.answers.com

    www.binkesmas.depkes.go.id

    www.cmaj.ca

    www.depkes.go.id

    www.emedicine.com

    www.gizi.net

    www.irontoxicity.com

    www.nutrition.org

    www.nlm.nih.gov/medlineplus

    www.who.int

    45

    http://www.binkesmas.depkes.go.id/http://www.emedicine.com/http://www.gizi.net/http://www.nutrition.org/http://www.who.int/http://www.binkesmas.depkes.go.id/http://www.emedicine.com/http://www.gizi.net/http://www.nutrition.org/http://www.who.int/
  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    46/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    LAMPIRAN KEPUSTAKAAN

    46

  • 7/31/2019 Anemia Karena Kekurangan Zat Besi

    47/47

    Anemia Defisiensi Besi

    Ni Luh Putu S.C.E. Pertiwi

    01-107

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi......................................................................................................................i

    I. Pendahuluan

    Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi..............................................................1

    II. Anemia Defisiensi Besi

    II.1 Definisi.......................................................................................................6

    II.2 Penyebab Anemia Defisiensi Besi..............................................................9

    II.3 Diagnosis..................................................................................................35

    II.4 Pengobatan................................................................................................41

    Daftar Pustaka..........................................................................................................44

    Lampiran Kepustakaan.............................................................................................45