Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

17
REFARAT " AIIEMIA DEFISTENSI BESI PADA BAYI DAI\ 1{I\41('r Nama No. Stambuk Pembimbing : Moh. Fachry Rahmatu : G 501 09 025 : dr. SULDIAI{, Sp.A DEPARTEMEN ILMU KESEHATAI\T AI\IAK FAKTILTAS KEDOKTERAN UNTVERSITAS TN)I]LAKO RT]MAII SAKIT TIMT'M DAERAII UI\IDATA PALU 2014

Transcript of Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

Page 1: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

REFARAT

" AIIEMIA DEFISTENSI BESI PADA BAYI DAI\ 1{I\41('r

Nama

No. Stambuk

Pembimbing

: Moh. Fachry Rahmatu

: G 501 09 025

: dr. SULDIAI{, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAI\T AI\IAK

FAKTILTAS KEDOKTERAN UNTVERSITAS TN)I]LAKO

RT]MAII SAKIT TIMT'M DAERAII UI\IDATA

PALU

2014

Page 2: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

PEI\IDAIIT]LUAN

Sampai saat ini di indonesia masih terdapat 4 masalah gizi *ama, yaitu

KKP (Kurang Kalori protein), kurang vitamin A, Gangguan Akibaf Kurang

Iodioum (GAKI) dan kurang zat besi yang disebut Anemia Gizi.

Hingga saat ini salah satu masalah yang belum nampak menunjukkan titik

terang tentang keberhasilan penanggulangannya adalah masalah kekurangan zat

besi atau dikenal dengan sebutan nama anemia gt.z,i, merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang paling umum dijumpai di negara-negara sedang

berkembang. Anemia gizi umumnya dijumpai pada golongan rawan gizi yaitu ibu

hamil, anak balita anak s6kolalr, anak pekerja, atao buruh yang berpenghasilan

rendah- lih

Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan padd akhir masa bayi

dan awal masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat

kehamilan dan percepatan fumbuh masa kanak-kanak yang diqertai rendahnya

asupan besi dari makanan, atau karena penggunaan susu formula dengan kadar

besi kurang. Selain itu ADB (Anemia Defisiensi Besi) juga banyak ditemukan

pada masa remaja akibat percepatan tumbutU asupan besi yang tidak adekuat dan

diperberat oleh kehilangan darah akibat menstruasi pada remaja puted. Data

SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB. Angka kejadian anemia

defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 4$45yo. Survey

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada

bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 67,3Yo,

@,&Yodan48,l%o.

Penyebab utama anemia g1zi adalah konsumsi z,at besi yang tidak cukup

dan absorbsi zat besi yang rendah dan pola makan yang sebagian besar terdiri dari

nasi dan menu yang kurang beraneka ragam. Anemia gizi juga dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain seperti sosial ekonomi, pendidikan, status gizi dan pola makan,

Page 3: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

fasilitas kesehataa pertumbulmo, daya tahan tubutr, dan infcksi. Fa*ilor-faktor

tersebut saling berkaitan. . i

Pada tahun 2001, WHO menyampaikan kekhawatirannya akan risiki

kekurangan zat besi pada bayi ASI eksklusif. Glader, seorang ahli kesehatan anak,

juga menyebutkan dalam artikel Anernias of Ina@uate Productlon" yang

diterbitkan dalm jumal Textbook of Pediatics 2W{ agar bayi yang

mendapatlan ASI eksklusif mendapatkan suplemen zat besi untuk menghindari

kemungkinan defisensi zat besi. Di Indonesia sendiri, Ikatan Dokter Anak

Indonesia (DAD melalui Satgas Anernia Defisiensi , Besi (Adebe)

merekomendasikan pernberian suplernen besi unhrk anah usia 0-2 tahun. Usia ini

dinilai sebagai masa ernas dalam proses perkanbangan fisik dan kecerdasan anak.

r. ...

b

Page 4: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

TINJAUAI\ PUSTAKA

Zat besi merupakan tnsur trace element terpenting bagi tubuh manusia.

Besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah, yaitri sebagai

bagian dari molekul hemoglobin yang mengangkut oksigen dari .paru-paru.

Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke sel-sel yang membutuhkannya untuk

metabolisme glukos4 lemak dan protein menjadi energi (ATP). Besi juga

merupakan bagian dari sistem erzim dan kioglobin yaitu molekul yang mirip

hemoglonbin yang terdapat di sel-sel otot. Mioglobin akan berikatan dengan

oksigen dan mengangkutnya dan mengangkutnya melalui darah ke sel-sel otot.

Mioglobon yang berkaitan dengan oksigen inlah menyebabkan daging dan otot-

otot menjadi berwarna merah. Disamping sebagai komponen hemoglobin dan

mioglobin, besi juga merupakan komponen dari enzim oksidase pemindah energi,

yaitu: sitokrom.paksidase, xanthine oksidase, suksinat dan dehidrogenase,

katalase, dan peroksidase.

a. Zatbsi dalam tubuh

Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagin, yaitu yang fungsional

dan yang reseroe (simpanan). Z,al Msi yang fungsional sebagian besar

dalam bentuk Hemoglobin (Hb), sebagian kecil dalam bentuk myoglobin,

dan jumlah yang sangat kecil tetapi vitl adalah hem enzim dan non hem

enzim

Zat basi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi

fisiologi selain daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau

dibutuhkan untuk kompartrnen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam

bentuk simpanan, maka kebutuhan kan eritropoiesis (pembentukan sel

dmah merah) dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi. Dalam keadaan

normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve ini adalah kurang lebih

seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat besi yang

disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan hemosiderin, terdapat

Page 5: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

dalam hati, limp4 dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh memerlukan

zat besi dalam jumlah banyalqmisalnya pada anak yang sedang tumbuh

(balita), wanita menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya

rendah.

Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa perhimbuhan,

maka kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan perlu ditambahkan kepada

jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal. Dalam memenuhi kebutuhan

akan zat gizi, dikenal dua istilah kecukupan (allowance) dan kebutuhan

gizi (requirement). Kecukupan menunjukkan kecukupan rata - rata zat gizi

setiap hmi bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis

kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan

yang optimal. Sedangkan kebutuhan gizi menunjukkan banyaknya zat gizi

minimal yang diperlukan masing - masing individu untuk hidup sehat.

Dalam kecukupan sudah dihitung faktor variasi kebutuhan antar individu,

sehingga kecukupan kecuali energi, setingkat dengan kebutuhan ditambah

dua kali simpangan baku. Dengan demikian kecukupan sudah mencakup

lebih dari 97,5o/o populasi. o.

Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan

perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal.

Kebutuhan zat besi relatif lebih tinggi pada bayi dan anak daripada orang

dewasa apabila dihitung berdasarkan per kg berat badan. Bayi yang

berumur dibawah I tahun, dan anak berumur 6 - 16 tahun membutuhkan

jumlah zat besi sama banyaknya dengan laki - laki dewasa. Tetapi berat

badannya dan kebutuhan energi lebih rendah daripada laki - laki dewasa.

Untuk dapat mernenuhi jumlah zat besi yaqg dibutuhkan ini, maka bayi

dan remaja harus dapat mengabsorbsi zat besi yang lebih banyak per 1000

kcal yang dikonsumsi.

4

Page 6: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

b.

Kebutuhan zat besi pada anak balita dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel:1

Kebutuhan ZatBesi Anak Balita

Umur

Kebutuhan

0 - 6 bulan

7 -l}bu1ran1 - 3 tahun

4 - 6 tahun

3mg

5mg

8mg

9mg

Metabolisme TatBesi

Senyawa-senyawa esensial yang mengandung besi dapat

ditemukan dalam plasma dan di dalam semua sel. Karena zat besi yang

terionisasi bersifat toksik terhadap tubuh, makazat besi selalu hadir dalam

bentuk ikatan dengan heme yang berupa hemoprotein (seperti hemoglof,in,

mioglobin dan sitokrom) atau berikatan dengan sebuah protein.

Jumlahbesi di dalam tubuh seorang normal berkisarantara 3-5 g tergantung

dari jenis kelamin, beratbadan dan hemoglobin. Besi dalfun tubuh terdapat

dalarn hemoglobin sebanyak 1,5 - 39 dan sisa lainrrya terdapat dalam

plasma dan jaringan

Kebanyakan besi tubuh adalah dalan hernoglobin dengan I ml sel

darah merah mengandung I mg besi (2000 ml darah dengan hematokrit

normal mengandung sekitar 2000 mg zat besi) Pertukaran zat besi dalam

tubuh merupakan lingkaran yang tertutup. Besi yang diserap usus setiap

hari kira-kira l-2 mg, ekskresi besi melalui eksfoliasi sama dengan jumlatr

besi yang diserap usus yaitu l-2 mg. Besi yang diserap oleh usus dalam

bentuk transferin bersama dengan besi yang dibawa oleh makrofag sebesar

22 mg dengan jumlah total yang dibawa tranferin yaitl 24mg untuk

dibawa ke sumsum tulang unflrk eritropoesis. Eritrosit yang terbentuk

memerlukan besi sebesar 17 mg yang merupakan eritrosit yang beredar

Page 7: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

d.

keseluruh tubuh, sedangkan yang 7 mg akan dikembalikan ke makrofag

karena berupa eritropoesis inefektif-

Secara umum, metabolisme besi ini menyeimbangkan antara absorbsi 1-2

mgl hari dan kehilangan l-2 mg/ hari. Kehamilan dapat meningkatkan

keseimbangan besi, dimana dibutuhkan 2-5 mg besi perhari selama

kehamilan dan laktasi. Diet besi normal tidak dapat memenuhi kebutuhan

tersebut sehingga diperlukan suplemen besi.

Anemia Defisiensi Balita

Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin

(Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nili normal untuk kelompok

orang yang bersangkutan. Kelompok ditentukan menurut umur dan jenis

kelamin, seperti yang terlihat di dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2. Batas normal hemoglobin

Kelompok Umur Hemoglobin

Anak 6 bln s/d 6 tahun 11*.

Dewasa 6 tahun Vd 14 tahun t2

Laki-laki l3

Wanita t2

Wanitahamil ll

Patofisiologi Anemia

Zat besi diperlukan untuk hemopoests (pembentukan darah) dan

juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi

yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro

(sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase).

Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik)

sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.

Page 8: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

Tanda-tanda dari anemia gtzi dimulai dengan menipisnya

simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang

digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap

yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya

kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah

menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunya kadar feritin serum.

Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar

Hb

Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan

mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat

menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan

demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang

tersebut dalam keadaan anemia grzibila kadar feritin serumnya <12 nglml.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadar feritin semm normal tidak

selalu menunjukkan status besi dalam keadaan normal. Karena status besi

yang berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan kadar feritin.

Diagnosis anemia zat gSzi ditentukan dengan tes skrining dengan

cara mengukur kadar IIb, hernatokrit (Ht), volume sel darah merah

(MCV), konsentrasi [Ib dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan

terendah 95Yo acuan

Penyebab

Penelitian di negara berkembang mengemukakan bahwa bayi lahir

dari ibu yang menderita anemia kemungkinan akan menderita anemia gizi,

mempunyai berat badan lahir rendah, prematur dan meningkatnya

mortalitas (Academi of Sciences, 1990).

Penyebab anemia gizipada bayi dan anak:

a. Pengadaan zat besi yang tidak cukup

1) Cadangan zat besi pada waktu lahir tidak cukup.

a) Berat lahir rendah, lahir kurang bulan, lahir kembar

Page 9: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

b) Ibu waktu mengandung menderita anernia

kekurangan zat besi yang berat

c) Pada masa fetus kehilangan darah pada saat atau

sebelum persalinan seperti adanya sirkulasi fetus ibu

dan perdarphan retroplasestra

2)Asupanzatbesikurangcukup i.

b- Absorbsi kurang

1) Diare menahun

2) Sindrom malabsorbsi

3) Kelainan saluran pencernaan

c. Kebutuhan ak,anzat besi meningkat untuk pertumbuhaq terutama pada

lahir kurang bulan dan pada saat akil balik. *

d. Kehilangan darah

l) Perdarahan yang bersifat akut maupun menatrrq, misalnyaY

pada poliposis rektum, divertkel Meckel

2) Infestasi parasit, misalnya cacing tambang.

Bayi kurang dari I tahun

l. Cadangan besi kurang a.l. karena bayi berat lahir rendah, prematuritas,

lahir kembar, ASI ekslusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah

besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama liehamilan.

2. Alergr protein susu sapi

Anak umur 1-2 tahun

1. Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum

susu murni berlebih.

Page 10: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

\..i

rir r!q\ i;,i, .: "-

, 1 rt.:.

. ,:,

+.:2. Obesitas ...r. i .,r:'

4. Malabsorbsi. .s

iAnaknmnr2-Stahun " .

a'1. Asupan hesi kurang kale,lrajenis makanan kurang mengandrmg fo";"nit

heme dtau minum susu berlebihan.

2. Obesitas

3. Kebr*rfian m€ninEkat kamu inffisi beruhmg / kronis baik bakteti, virus

ataupun parasit).

4. Kehilangan berlcbihan akibat perdamnan (divertikulum lVhckel / poliposis

dsb). ' ''-"

Anakrmw5tahun-rrrnqia o* ' .. ..:

..

l. Kehiftingan berlobihan akihtperdardxa(al infestasi cacing tambang) dan ";

2. Mensuuasi b€rl€bihan pada remqia puteri. s*

'$

Page 11: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

Penyebab taklangsung

Ketersediaan zat besi

Dalanr bahatr nrakattan

liendah

Prakteh penrberian r:ta-

I(anarr kurang baik

Sosial ekononti rcltclalt

Konrposisi tuakatt,,ltt ktt

Penyebab langsung

iutnl:tlt zat bcs,

clalam nritlir.rratr

,,,1o1. .11fr, r1r

a[:sorb-ri zrt besi

renclalr

kcbrrtulrarr naik

kehilangan darah

Status besi

I(caclaan

lcttratrg

-ilrlenliltlrcsi gir.i

:i>

b

f. Dampak Anemia Gizi Besi

Dampak yang ditimbulkan akibat anemia gtzi besi sangat

kompleks. Anemia gizi besi berdampak p4da menuruflnya kemampuan

motorik anah menurunnya skor IQ, meilmrnnya kemampuan kognitif,

menururmya kemampuan mental "nak dan pada wanita hamil akan

menyebabkan buruknya persalinarL berat bal lahir rendah, bayi lahir

premafur, serta dampak negatif lainnya seperti komplikasi kehamilan dan

persalinan. Akibat lainnya dari anemia gizi besi adalah gangguan

10

Page 12: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

pertumbuhan, gangguan imunitas serta rentan terhadap pengaruh racrm

dari logam-logam berat.

Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat lebih meningkatkan

kerawanan terhadap Penyakit infeksi. Seseorang yang menderita defisiensi

besi (terutama balita) lebih mudah terserang mikroorganisme, karena

kekurangan zat besi berhubungan erat dengan kerusakan kemampuan

fungsional dari mekanisme kekebalan tubuh yang penting untuk menahan

masuknya penyakit infeksi.

Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh . Respon

kekebalan sel oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya

pembentukkan sel-sel tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh

berkurangnya sintesis DNA. Hal ini disebabkan oleh gangguan enzim

reduktase ribonukleotidase yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi.

Disarnping itu, sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak dryat

bekerja secara efektifdalam keadaan tubuh kekurangan besi. Enzim lain

yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh yaitu mieloperoksidase juga

akan terganggu fungsinya akibat defisiensi besi. ,..

Anemia gizi besi dapat menyebabkan rasa cepat lelah. Rasa cepat

lelah terjadi karena pada penderita anemia gizi besi pengolahan

(metabolisme) energi oleh otot tidak berjalan sempurna karena otot

kekurangan oksigen, dimana oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel otot ini

diangkut oleh zat besi dalam darah (hemoglobin). Untuk menyesuaikan

dengan berkurangnya jatah oksigen, maka otot membatasi produksi energi.

Akibatny4 mereka yang menderita anemia gizi besi akan cepat lelah bila

bekerja karena cepat kehabisan energi.

Anak usia sekolah yang menderita anemia gizi besi akan

mengalami penurunan kemampuan kognitif, pemrrunan kemampuan

belajar, dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi belajar. Menurut

Lozzoff dan Youdim (1988) dalam Almatsier (2001), menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara defisiensi besi dengan fungsi otak.

11

Page 13: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

g.

Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi offi, terutama

terhadap fungsi sistem neurokansmitter (penghantar syaraf). Akibatnya

kepekaan reseptor syaraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan

hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan

belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi"kelenjar

tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuhjuga meilrrun. '

Dengan adanya zat besi membantu proses mielinisasi

(pembentukan selubung saraf), pembenfukan neurotransmitter dan

sinaptogenesis (hubungan sel saraf satu dengan lainnya) agar pertumbuhan

otak anak optimal. Anak bisa lebih cerdas & meminimalisasi gangguan

kognitif, koordinasi motorik, ketajaman penglihatan, pendengaran,

gangguan emosi, "pemusatan perhatian dan memori. Dapat terjadi

penyesuaian, berupa perubahan anatomi yaitu kemampuan sinaps untuk

regenerasi aksorL atau memperluas permukaan dendrit; kemampuan

neurokimiawi berupa peningkatan sintesa neurotransmitter atau kepekaan

sinaps; serta perubahan metabolik (peningkatan glukosa, oksigen) pada

sel-sel neuron. ".

Mielenisasi merupakan proses penting lainnya dalam tahapan

perkembangan otah karena mielin sangat penting untuk kecepatan

hantaran rangsangan melalui sel-sel saraf. Sebagian besar proses

mielinisasi ini selesai pada saat usia anak mencapai 10 tahun.

Sinaptogenesis, merupakan penghubung antara sel-sel saraf. Semakin

banyak sinaps antara sel-sel saraf, maka akan semakin kompleks pula

kemampuan menerim4 mengolah, menimpan dan menjawab rangsang

yang diterima oleh sel-sel saraf. Secara umum, jurnlah sinaps rneningkat

pesat antara usia 24 bulan

Manifestasi klitrik

Rasa lernah, letih, hilang nafsu makan, menurunya daya

konsentrasi dan sakit kepala atau pusing adalah gejala awal anemia. Pada

kasus yang lebih parah, sesak nafas disertai gejala lemah jantung dapat

12

Page 14: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

terjadi. Untuk mernastikan, diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan

laboratorium, diantaranya dilahrkan penentuan kadar hemoglobin atau

hematokrit dalam darah. Balita yang menderita anemia defisiensi besi akan

terlihat pucat lesu dan tidak bergairah. Jika tidak segera diatasi, akan

mengalami gangguan tumbuh kembang seperti gangguan nafsd makan,

kukuseperti sendolg dan gangguan belajar. Transfusi darah tidak rutin

diberikan pada balita dengan anemia defisiensi besi, kecuali mengalami

keadaan yang berat atau kadar Hb sangat rendah.

Tatalaksana

Strategi penanggulangan anemia gizi secara tuntas hanya mungkin kalu

intervensi dilakukan terhadap sebab langsung, tidak langsung maupun

mendasar. Secara pokok strategi itu adalah sebagai berikut :

1. Terhadappenyebablangsung r'

Penanggulangan anemia grzi perlu diarahkan agar :

a. Keluarga dan anggota keluarga yang resiko menderita

anemia mendapat makanan yang cukup bergizi dep,gan

biovailabilita yang cukup.

b. Pengobatan penyakit infeksi yang memperbesar resiko

anemia

c. Penyediaan pelayanan yang mudah dijangkau oleh keluarga

yang memerlukan, dan tersedianya tablet tambah darah

dalam jumlah yang sesuai.

2. Terhadap penyebab tidak langsung

Perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan perhatian dan kasih sayang di

dalam keluarga terhadap wamta, terutama terhadap ibu yang perhatian ifu

misalnya dapat tercermin dalam :

a. Penyediaan makanan yang sesuai dengan kebutuhanny

terutama bila hamil.

b. Mendahulukan ibu hamil pd waktu makan

13

Page 15: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

c. Perhatian agar pekerjaan fisik disesuaikan dengan kondisi

wanita/ibu hamil

3. Terhadap penyebab mendasar:

Dalam jangka panjang, penanggulangan anemia gizi hanya dapat

berlangsung seculra tuntas bila penyebab mendasar terjadinya aneinia juga

ditanggulang, misalnya melalui:

a. Usaha untuk meningkatkan tingkat pendidikan, terutama pendidikan

wanita.

b. Usaha untuk memperbaiki upa[ terutamakaryawan rendah.

c. Usaha untuk meningkatkan status wanita di masyarakat

d. Usaha untuk memperbaiki lingkungan fisik dan biologis, sehingga

mendukung stafus kesehatan gizi masyarakat.

bayi dan balita dalam mencegah anemia defisiensi besi

Rekomendasi 1

Suplemen besi diberikan pada semua analg dengan priorif3s usia balita (0-

5 tahun), terutarna usia 0-2 tahun.

Rekomendasi 2

Dosis dan lama pemberian suplementasi besi

Usia (tahun) Dosis besi elemental Lama pemberian

Bayi+ : BBLR 3 mg/kgtsB/hari Usia I bulan sampai 2

tahun

Cukup bulan 2 mglkgBB/hari Usia 4 bulan sampai 2

tahun

2-5 (balita) l mglkgtsB/hari 2xlmngga selama 3

bulan berturut turut

setiap tahun

5-12 l mg/kgBB/hari 2xlminggu selama 3

bulan berturut-turut

t4

Page 16: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

!1

't'

Keterangam: r dosis malcimum rmtlk bayi: lSmg/hari dosis tmgal r i

#khusus rmja perempuan ditambah,*O0 pg risam folat 'h

,}

!.:=

u.{r

I?

i-

t2-18 '60mElhari# .:r.

*L-rL

15

Page 17: Anemia Defisiensi Besi Pada bayi dan Anak.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI (1996) Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan masyaraka! Pedoman

Opero"sional P enangguHangan,4ncmia Gizi di Indorwsicr, Jakarta.

Joko Suhamo, Ny. Yoyoh K. Husaini, Uhum. L. Siagian (1988), Suatu Studi

Kompilasi Informasi dalarn Menunjang kesejahteram Nasianal, dcnt

P e nge mb angan P ro gram, Puslitbang Gizi, Bogor.

IDAI, 2013. Anemia Defisiensi Besi pada Bayi dan Anak. Accessed 25 februari

2O 7 4, av zilabl e from <htt.o : //i dai - or. i d/publ i

anak/anemia-defi siensi-be si-pada-bayidan-anak.htnl>

dh

Nathanael (1991), Gambaran Pelaksanaan Penanggulangan Penyakit Cacing usus

dalam Mengatasi Ansrlia yang terjadi Pada Penduduk di unit

Pemukiman Transmigrasi Plasma IVA Ugang SaVu K4---------------.b dati II Barito

Selatan kalimantan Tengah tahun 1990, skripsi, FKM UI, depok.

Puji hastuti (1992), Hubungan karakteristik Anak dan Keluarga dengan Kejadian

Anemia Grz,i pada Anak Balita di Kabupaten Bogor, skripsi, FKM UI,

depok.

Rahyaningsih (1995), Balita dan Faktor Gambaran Anemia pada Anak-faktor

yang Berhubungan di dua Kabupaten Bogor tahun 1992, thesig FKM

UI, Depok.

Robert E. Olson, dkk (1988), Mineral, pengetahuan Gizi Mutakhir, IrI Gramedi4

Jakarta

16