Anemia Defisiensi Besi
-
Upload
agsar-andri -
Category
Documents
-
view
23 -
download
2
description
Transcript of Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besipada bayi dan anak
Wawan Hermawan SRSUD Gunung Jati
Cirebon
Pendahuluan
• Prevalensi anemia defisiensi besi (ADB) pada bayi dan anak di Indonesia masih cukup tinggi.
• Untuk mendeteksi defisiensi besi tanpa gejala anemia masih sulit karena parameternya sangat banyak.
• Di Asia prevalensi ADB masih tinggi terutama negara sedang berkembang (Bangladesh, Indonesia, India, dan Philipina) sedang Korea dan Jepang sudah menurun karena pertumbuhan ekonominya sangat pesat.
Definisi ADB• WHO 1959: anemia yang secara primer
disebabkan oleh kekurangan zat besi dengan gambaran darah yang beralih secara progresif dari normositer normokromik menjadi mikrositik hipokromik dan memberi respons terhadap pengobatan dengan senyawa besi.
• Wintrobe dkk (1974): anemia yang terjadi karena zat besi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan eritropoesis.
Lanjutan definisi…• Dallman (1993) : anemia akibat kekurangan zat
besi sehingga konsentrasi hemoglobin (Hb) menurun dibawah 95% dari nilai Hb rata-rata pada umur dan jenis kelamin yang sama.
• Mengacu pada batasan WHO, Depkes RI menetapkan batas ambang anemia (Menkes RI no 763a/Menkes/XI/1989) :
1. Anak pra sekolah Hb 11 g/dl 2. Anak sekolah Hb 12 g/dl
Prevalensi• Amerika (1995): di daerah urban 50% remaja putri
mengidap ADB, sedangkan remaja pria hanya 16,5%.• Nelson dkk (1994) di London: 114 anak perempuan
umur 11-14 th ditemukan 20 % menderita ADB.• Indonesia (1992): 55% balita menderita anemia dan
pada 1995 balita $0,5 % ADB sedang anak sekolah 24,35%.
• Pemerintah RI menargetkan(1993 sampai 2018) menurunkan angka prevalensi ADB sampai mencapai 10 % balita.
Klasifikasi defisiensi besi1. Iron sufficiency : tidak ada anemia, sel darah
merah normal dalam hal jumlah, bentuk, ukuran dan biokimia, cadangan besi cukup.
2. Iron deficiency : tidak ada anemia, sel darah merah normal, tapi cadangan besi berkurang (ditunjukan dengan rendahnya kadar feritin).
3. Iron deficient erythropoesis: tanpa anemia, cadangan besi berkurang, keadaan biokimia sel darah merah abnormal (EPP meningkat, MCV menurun dan RDW meningkat).
• 4. Iron deficiency anemia: sama seperti iron deficiency erythropoesis tapi ada anemia dengan kadar Hb rendah.
EPP= Erythrocite Protoporphyrin. MCV= Mean Corpuscular Volume (ukuran lebih
kecil). RDW= Red Cell Distribution Width
EtiologiA. Diet yang tidak adekuat. 1. Makanan yang kurang kandungan zat besi. 2. Malabsorbasi / kelainan usus: - Diare berulang - Reseksi usus - Pica 3. Kebutuhan yang meningkat.B. Kehilangan besi lewat perdarahan. 1. Perdarahan gastrointestinal: Ulcus pepticum, Diverticulum meckel, Infeksi cacing, Milk Induced Enteropathy. 2. Pada perempuan perdarahan karena haid yang berlebihan.C. Kombinasi dari A dan B.
Gambaran klinik
• Gejala defisiensi besi tidak spesifik.• Bila sudah terjadi anemia, gejala kliniknya
sama dengan gejala anemia lainnya.• Anak kecil: lesu, lemah, anoreksia, sukar tidur.• Anak > besar: lekas lelah, berdebar-debar,
sakit kepala dan kesulitan belajar.• Mulut memperlihatkan stomatitis angularis,
biopsi lambung adanya gastritis (75% ADB).
Gambaran klinik
• Gangguan proses epitelisasi: pada kuku permukaan kasar, mengelupas dan mudah patah, bentuk kuku seperti sendok (koilonikia)
• Anak > mudah mendapat infeksi karena menurunnya kemampuan netrofil untuk membunuh bakteri.
• Dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang.
Gambaran laboratorik
• Terdapat 3 stadium berdasar perubahan gambaran laboratorik:
Stadium I : kekurangan persediaan besi di depo disebut deplesi besi. kadar besi serum dan Hb normal. Pemeriksaan sitokimia jaringan hati atau sumsum tulang. Kadar feritin serum mencerminkan kadar pada hati, limpa dan sumsum tulang.
• Stadium II : timbul bila persediaan besi habis, SI menurun, TIBC meningkat, saturasi transferin menurun, Hb normal. Disebut defisiensi besi. Stadium III: Hb menurun, EPP meningkat, anemia hipokrom mikrositik. Pemberian senyawa besi langsung perbaiki anemia.
• Kadar besi menurun Hb menurun Eritrosit mengecil Hematokrit menurun (MCV, MCH, MCHC menurun)
Anemia hipokromik mikrositikSediaan apus darah tepi: Variasi ukuran eritrosit
meningkat (RDW) dan pucat.Retikulosit menurun, SI rendah, TIBC meningkat,
saturasi transferin rendah dan free erythrocyte protoporphyrin (FEP) meningkat.
Diagnosis
• Anemia ringan/tanpa anemia test paling sensitif dan konklusif adalah melihat respon terhadap terapi besi. Peningkatan 1-2 g Hb dalam 3-4 minggu dgn 3-5 mg kgBB/hari.
• Defisiensi besi sedang dan berat periksa saturasi transferin, FEP, serum feritin. Makin banyak test makin sensitif dan spesifik.
Diagnosis banding
a. Anemia karena infeksi/peradangan kronis Biasanya anemia normositik/mikrositik
hipokromik, SI dan TIBC menurun, saturasi transferin normal/ sedikit menurun namun cadangan besi dalam sumsum tulang positif dan serum feritin normal/meningkat.
b. Thalasemia minor Anemia ringan, mikrositik hipokromik, MCV nyata
menurun pada HB normal, jumlah eritrosit cenderung lebih tinggi.
Diagnosis banding
Mentzer index ( ratio MCV terhadap eritrosit) dapat membedakan ADB dan Thalasemia minor. Nilai < 13 didapat pada 85% pada thalasemia minor, ADB nilai > tinggi.
c. Thalasemia mayor : Anemia berat, hepatosplenomegali, keadaan
fisik khas, HbF tinggi.
Tatalaksana
• Terdiri dari pengobatan etiologi dan zat besi.• Diagnosis sudah tegak besi senyawa fero
(ferosulfat, ferofumarat, feroglukonat) 10 mg/kg BB/kali, 2-3 kali/hari, selama 2-3 bulan.
• Rute pemberian: @ Oral : murah, mudah, aman, efektif @ IM : Tidak taat, ada malabsorbsi dan
kehilangan besi > besar dari absorbsi tubuh. @ IV : jarang untuk anak.
Pencegahan
• 1. Makanan: Pemberian ASI minimal 6 bulan Hindari minum susu sapi berlebih Tambahkan makanan/bahan yang mening- katkan absorbsi besi(buah, daging, unggas) Hindari peningkatan berat badan berlebih Pemberian Fe dalam makanan (Iron Forti- fied Infant Cereal)
Pencegahan
2. Suplement besi: Pemberian Iron Fortified Milk Formula/ Cereal (bayi cukup bulan sampai 1 tahun kebutuhan 2 mg Fe/kgBB, bayi prematur 4 mg/kgBB). Pada bayi dengan ASI lebih dari 6 bulan Pemberian pada anak-anak sekolah Penyuluhan tentang pentingnya makanan mengandung zat besi.