Andreanus S. Pane

download Andreanus S. Pane

of 6

Transcript of Andreanus S. Pane

  • 8/2/2019 Andreanus S. Pane

    1/6

    SEJARAH RUMAH KAYU PANGGUNG

    MANADO

    RUMAH ADAT MINAHASA

    (RUMAH KAYU PANGGUNG MANADO)

    Sejarah dan Perkembangan dari Masa ke Masa

    Rumah adat tradisional Minahasa yang dikenal dengan sebutan Wale atau Bale, yang artinya tempat melakukan

    aktivitas dalam kehidupan berkeluarga. Berlandaskan filosofi masyarakat Minahasa, Rumah Panggung Manado atau Rumah

    Minahasa yang berasal dari Desa Woloan, memiliki dua tangga di serambi depan. Tangga di kiri dan kanan bagian depan rumah

    itu berperan khusus saat terjadi pinangan secara adat. Pihak lelaki yang hendak meminang si gadis yang tinggal di rumah itu,

    harus masuk ke rumah dengan menaiki tangga yang kiri. Jika kita melihat keluarga si lelaki keluar dari rumah dengan menuruni

    tangga yang kanan, itu artinya pinangan mereka diterima oleh tuan rumah. Sebaliknya, jika mereka turun melewati tangga yang

    kiri lagi, yang mereka pakai untuk naik ke rumah panggung itu, artinya pinangan mereka ditolak pihak tuan rumah.

    Ciri utama rumah tradisional ini berupa Rumah Panggung dengan 16 sampai 18 tiang penyangga. Beberapa

    abad lalu terdapat rumah tradisional keluarga besar yang dihuni oleh enam sampai sembilan keluarga. Masing-

    masing keluarga merupakan rumah tangga tersendiri dan mempunyai dapur atau mengurus ekonomi rumah tangga

    sendiri. Kini, jarang ditemui rumah adat besar seperti ini. Pada umumnya susunan rumah terdiri atas emperan

  • 8/2/2019 Andreanus S. Pane

    2/6

    (setup), ruang tamu (leloangan), ruang tengah (pores) dan kamar-kamar. Ruang paling depan (setup) berfungsi untuk

    menerima tamu terutama bila diadakan upacara keluarga, juga tempat makan tamu.

    Sementara itu, di bagian belakang rumah terdapat balai-balai yang berfungsi sebagai tempat menyimpan

    alat dapur dan alat makan, serta tempat mencuci. Bagian atas rumah atau loteng (soldor) berfungsi sebagai tempat

    menyimpan hasil panen seperti jagung, padi dan hasil lainnya. Bagian bawah rumah (kolong) biasanya digunakan

    untuk gudang tempat menyimpan papan, balok, kayu, alat pertanian, gerobak dan hewan peliharaan.

    Uniknya, rumah warga di Minahasa tak beratapkan genteng. Karena folosofi yang dianut adalah tak baik

    jika hidup di bawah tanah (genteng terbuat dari tanah). Rata-rata rumah mereka beratapkan seng, daun, atau elemen

    besi lainnya. Mereka beranggapan hanya orang meninggal saja yang bertempat tinggal di bawah tanah. Sekali pun

    ada yang beratapkan genteng, umumnya rumah tersebut milik kaum pendatang. Meskipun demikian, banyak juga

    rumah orang Minahasa yang beratapkan seng namun didesain seperti genteng.

    Yang pertama kali mempoluperkan rumah panggung Minahasa yang memakai sistem bongkar

    pasang (knock down system) adalah Paulus Tiow, warga Woloan, tahun 1942 silam. Ide membuat rumah ini terurai

    setelah rumah adat Minahasa miliknya dibeli oleh seorang serdadu Jepang. Sejak saat itu Paulus mulai

    memproduksi rumah adat Minahasa untuk dijual. Jejak Paulus kemudian diikuti oleh Beting Motulo.

    Pemasaran rumah adat ini berkembang antara tahun 1960 sampai dengan 1980, tapi masih sebatas daerah Minahasa

    saja. Baru setelah di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta berdiri rumah adat Minahasa pada tahun 1980an, pesanan dari

    beberapa orang dari pulau Jawa dan luar negeri mulai berdatangan. Bahan baku utama dari Rumah Adat ini terdiri atas, kayu

    besi untuk rangka, kayu nyantoh untuk lantai, plafon dan kayu cempaka untuk dinding.

    Saat ini pesanan rumah kayu panggung Manado datang dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara.

    Rumah Panggung kayu Manado dewasa ini bisa berfungsi sebagai tempat tinggal, sebagai villa, cottage, gazebo,

    restaurant. Anda juga bisa memberikan rumah ini sebagai hadiah kepada orang yang anda cintai, apakah itu dalam

    bentuk Gazebo, Rumah Panggung, Cottage, Bungalow atau Rumah Villa melalui paket peti kemas yang dikirimkan

    dari desa Woloan, Kabupaten Minahasa sebagai daerah asal rumah adat Rumah Panggung Manado.

    Sebagai penerus warisan budaya leluhur Orang Minahasa, kami berusaha melestarikan budaya peninggalan nenek

    moyang Tou Minahasa melalui usaha pembuatan Rumah Kayu Knock- Down Minahasa agar supaya warisan budaya ini tidak

    hilang ditelan zaman dan masih bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya.

  • 8/2/2019 Andreanus S. Pane

    3/6

    RUMAH ADAT MINAHASA

    Asal Usul Suku Minahasa

    Menurut fakta- fakta penyelidikan kebudayaan dunia dan benda- benda purbakala. Di tanahMinahasa sendiri kaum pendatang mempunyai ciri seperti: Kaum Kuritis (berambut

    keriting),Kaum Lawangirung (berhidung pesek) dan Kaum Malesung/ Minahasa yang

    menurunkan suku-suku :Tonsea, Tombulu, Tompakewa, Tolour, Bantenan(Pasan,Ratahan),Tonsawang, Bantik (sekitar tahun 1590).

    Suku Minahasa atau Malesung mempunyai pertalian dengan suku bangsa Filipina dan Jepang,

    yang berakar pada bangsa Mongol didataran dekat Cina. Hal ini nyata tampak dalam bentuk fisikseperti mata, rambut, tulang paras, bentuk mata, dll.

    -Tingkatan atau status social

    Golongan Makasiow (pengatur ibadah yang disebut Walian/ Tonaas) hingga saat ini istilah yang

    dipakai adalah 2 X 9 ( 9 orang tonaas yang menempati posisi antara Sang penguasa dengan

    Surga dan Bumi, Baik tidak Baik, dan semua hal tentang keseimbangan Golongan Makatelu pitu(pengatur/pemerintah dengan gelar Patuan atau 3 X 7 Teterusan/ kepala desa dan pengawaldesa disebut Waranei ( 7 orang pengatur/ pemerintah)

    Golongan Makasiow Telu 9 x 9Seiring waktu, jumlah penduduk bertambah, tempat tinggal mulai padat dan lahan terbatas, maka

    keturunan Toarlumimuut berpencar tumani (membuka lahan baru)untuk kelangsungan taranak

    mereka serta Golongan Pasiyowan Telu (rakyat).

    Sejak awal bangsa Minahasa tiada pernah terbentuk kerajaan atau mengangkat seorang raja

    sebagai kepala pemerintahanKepala pemerintah adalah kepala keluarga yang gelarnya adalah Paedon Tua atau Patuan yangsekarang kita kenal dengan sebutan Hukum Tua.

    -Sistem kekerabatan suku minahasa (kota Manado)

    Kota Manado secara hukum adat merupakan wilayah dari Tanah Minahasa, dimana

    masyarakatnya sebagian besar berasal dari Suku Minahasa yakni Sub Suku Tombulu, Tonsea,Tontemboan atau Tompakewa, Toulour, Tonsawang, Pasan atau Ratahan, Ponosakan, dan

    Bantik. Ada juga masyarakat pendatang dari luar negeri, seperti Bangsa Cina yang telah kawin

    mawin dengan orang Manado-Minahasa dan keturunannya disebut Cina Manado, Bangsa

    Portugis dan Spanyol yang keturunannya disebut Orang Borgo Manado, Bangsa Belanda yangketurunannya disebut Endo Manado serta Bangsa Arab, Jepang, dan India dimana perkawinan

    mereka bersifat endogam.

  • 8/2/2019 Andreanus S. Pane

    4/6

    Disamping itu, ada pula penduduk Kota Manado yang berasal dari Suku Sangihe Talaud,

    Bolaang Mongondouw, Gorontalo serta daerah lainnya dari seluruh Indonesia yang telah sekianlama menetap.

    -Sistem mata pencaharian

    Seperti perikanan darat dan laut, pertanian, peternakan, dan kerajinan. Namun rata-rata

    masyarakat Kota Manado mempunyai profesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Anggota TNI

    dan POLRI, Pengusaha dan Karyawan, Buruh, Sopir, Tukang, dan Pembantu.

    -Sistem Kepercayaan

    Masyarakat Kota Manado masih memiliki kepercayaan lama, yakni kepercayaan kepada dewa-

    dewa yang menghuni alam sekitar, seperti Opo Empung (Tuhan), Opo nenek moyang, Opo

    kerabat, mahluk-mahluk penghuni gunung, sungai, mata air, hutan, bawah tanah, pantai dan laut,

    hujan, dan mata amgin.

    Selain itu ada juga kepercayaan yang berhubungan dengan mahluk halus lainnya, seperti mukur,

    pontianak, setang mangiung-ngiung, pok-pok, panunggu, jin, dan lulu.

    -Perkampungan

    Pola perkampungan dari tiap-tiap kelurahan di wilayah Kota Manado pada umumnya terletak

    diatas tanah dataran, baik dataran tinggi maupun dataran rendah secara berkelompok padat.

    Kelurahan yang satu dengan kelurahan yang lainnya sambung-menyambung menjadi satu

    kesatuan mengikuti jalan raya maupun memanjang mengikuti jalan-jalan kecil dan juga lorong-lorong.

    -Letak & Orientasi

    Luas Minahasa pada jaman ini adalah dari pantai likupang, Bitung sampai ke muara sungai

    Ranoyapo ke gunung Soputan, gunung Kawatak dan sungai Rumbia Wilayah setelah sungai

    Ranoyapo dan Poigar, Tonsawang, Ratahan, Ponosakan adalah termasuk wilayah kerajaanBolaang Mongondow.

    -Pengaruh system kekerabatan&kepercayaan pada rumah adat minahasa

    Rumah tradisional Minahasa berbentuk rumah panggung atau rumah kolong.

    Rumah adat Minahasa merupakan rumah panggung yang terdiri dari dua tangga didepan rumah.Menurut kepercayaan nenek moyang Minahasa peletakan tangga tersebut dimaksudkan apabila

    ada roh jahat yang mencoba untuk naik dari salah satu tangga maka roh jahat tersebut akan

    kembali turun di tangga yang sebelahnya.

    -Konsep ruang dalam arsitektur tradisional

  • 8/2/2019 Andreanus S. Pane

    5/6

    Bahan material yang dipergunakan umumnya adalah kayu dari jenis pohon yang diambil dari

    hutan, yaitu kayu besi, linggua, jenis kayu cempaka utan atau pohon wasian, jenis kayu nantu,dan kayu maumbi. Kayu besi digunakan untuk tiang, kayu cempaka untuk dinding dan lantai

    rumah, kayu nantu untuk rangka atap. Bagi masyarakat strata ekonomi rendah menggunakan

    bambu petung/ bulu jawa untuk tiang, rangka atap dan nibong untuk lantai rumah, untuk dinding

    dipakai bambu yang dipecah.

    Arsitektur rumah tradisional Minahasa dapat dibagi dalam periode sebelum gempa bumi tahun

    1845 dan periode pasca gempa bumi 1845-1945.

    Karakteristik ruang dalam rumah, hanya terdapat satu ruang bangsal untuk semua kegiatan

    penghuninya. Pembatas territorial adalah dengan merentangkan rotan atau tali ijuk danmenggantungkan tikar. Orientasi rumah menghadap ke arah yang

    ditentukan oleh Tonaas yang memperoleh petunjuk dari Empung Walian Wangko (Tuhan).

    Karakteristik ruang dalam rumah masa 1845-1945 berbeda dengan sebe

    lumnya, karena sudah terdapat beberapa kamar, seperti badan rumah terdepan berfungsi sebagairuang tamu/ ruang setup emperan, ruang tengah/ pores difungsikan untuk menerima kerabat

    dekat, dan ruang tidur untuk orang tua dan anak perempuan, ruang tengah belakang tempat

    lumbung padi (sangkor). Ruang masak terpisah p

    ada bangunan lainnya. Fungsi loteng/ soldor adalah sama dengan masa sebelumnya yang

    diperuntukkan menyimpan hasil panen (gambar 3 dan gambar 4).

    Karakteristik konstruksinya:

    Atap:

    - rangka atapnya adalah gabungan bentuk pelana dan limas.

    - Atapnya berupa konstruksi kayu/ bambu batangan yang diikat dengan tali ijuk pada usuk daribambu.

    - badan bangunan menggunakan konstruksi kayu dan sistem sambungan pen.

    Tiang:

    - kolong bangunan terdiri dari 16-18 tiang penyangga.

    - ukuran 80-200 cm (ukuran dapat dipeluk oleh dua orang dewasa).

    - Tinggi tiangnya 3-5 cm.

    - Tiang tangga terbuat dari akar pohon besar atau bambu.

  • 8/2/2019 Andreanus S. Pane

    6/6

    Tiang (thn 1845-1945)

    - tiang penyanggah berukuran lebih kecil dan lebih pendek, , yaitu sebesar 30/30 cm atau 40/40

    cm.

    - Tinggi 1,5-2,5 meter

    Perubahan Fisik Rumah Tradisional Minahasa

    Perubahan fisik rumah tradisional Minahasa nampak pada perubahan konstruksi dan material,

    sebagai berikut:

    1) Perubahan konstruksi atap kasau di Desa Tonsealama menjadi konstruksi atap peran

    dengan kuda kuda berdiri, perubahan dilakukan setelah 30-40 tahun pembangunan ( pada

    waktu daya tahan kayu menurun sesuai dengan umur konstruksi kayu).

    Di Desa Rurukan, masyarakat tetap mempertahankan konstruksi atap rumahnya, baik dalam

    bentuk konstruksi atap kasau ataupun atap peran.

    Rangka badan rumah tetap, tetapi perubahan nampak pada pengisi konstruksi dinding dan

    konstruksi jendela. Perubahan konstruksi dinding terjadi setelah bangunan rumah berumur 70

    tahun. Material konstruksi dinding terpasang horisontal dirubah dengan memasang secara

    vertikal

    (khususnya di Desa Tonsealama). Konstruksi jendela 2 sayap diubah menjadi jendela kaca nako/

    jalusi (di Desa Tonsealama dan Desa Rurukan).

    material konstruksi atap rumbia diganti dengan atap seng. Perubahan material konstruksi atap di

    Desa Tonsealama, dilakukan sejak tahun 1920 sampai saat ini, dan di Desa Rurukan perubahan

    dilakukan sejak 1932 sampai saat ini. Sesuai penuturan penghuni rumah, umur atap rumbiaadalah 10-15 tahun, dan saat ini material atap rumbia sulit diperoleh dan kualitasnya menurun

    karena masa pakainya hanya 1-3 tahun.

    Read more:http://www.forumkami.net/pendidikan/212815-kumpulan-rumah-

    adat.html#ixzz1qqKDd1bq

    http://www.forumkami.net/pendidikan/212815-kumpulan-rumah-adat.html#ixzz1qqKDd1bqhttp://www.forumkami.net/pendidikan/212815-kumpulan-rumah-adat.html#ixzz1qqKDd1bqhttp://www.forumkami.net/pendidikan/212815-kumpulan-rumah-adat.html#ixzz1qqKDd1bqhttp://www.forumkami.net/pendidikan/212815-kumpulan-rumah-adat.html#ixzz1qqKDd1bqhttp://www.forumkami.net/pendidikan/212815-kumpulan-rumah-adat.html#ixzz1qqKDd1bqhttp://www.forumkami.net/pendidikan/212815-kumpulan-rumah-adat.html#ixzz1qqKDd1bq