Andik Tri Witanto (35518) Otbang
Transcript of Andik Tri Witanto (35518) Otbang
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 1
Pemanfaatan Laser dan Sensor Cahaya sebagai Saklar Otomatis
Lampu Toilet
Andik Tri Witanto
Jurusan Teknik Fisika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email : [email protected]
Abstrak
Lampu telah banyak diaplikasikan sebagai sumber pencahayaan utama dalam toilet.
Seringkali manusia lalai untuk mematikan lampu ketika meninggalkan toilet. Bahkan, unsur
kesengajaan juga sering terjadi. Hal ini memicu terjadinya pemborosan energi listrik dalam
bangunan. Dengan kemajuan teknologi, penerapan sistem otomasi pada lampu dapat
mengatasi masalah tersebut. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mendukung hal
ini. Seperti yang dilakukan Arif Setiawan, dkk (2011), dimana sistem otomasi pencahayaan
ruang dapat dilakukan dengan menggunakan sensor cahaya (LDR) yang mendeteksi
intensitas cahaya matahari untuk mematikan lampu secara otomatis. Penelitian lain dilakukan
Tri Wibowo (2010), yaitu dengan memanfaatkan sensor kehadiran orang (Passive Infra Red)
untuk mematikan atau menghidupkan lampu secara otomatis. Tetapi, kedua sistem tersebut
memiliki kelemahan ketika diaplikasikan sebagai saklar otomatis lampu toilet.
Pada penelitian ini, saklar otomatis lampu toilet dirancang dengan memanfaatkan laser
dan sensor cahaya (LDR), yaitu berdasarkan perubahan tegangan akibat terhalang/tidaknya
sinar laser oleh pintu. Ketika pintu toilet dibuka, sampainya sinar laser ke LDR akan
terhalang dan tegangan yang dihasilkan berada pada kondisi high (logika 1). Ketika pintu
ditutup, tegangan yang dihasilkan menjadi low (logika 0). Perubahan logika ini diolah di
dalam controller dengan menggunakan aplikasi counter. Lampu toilet akan menyala ketika
counter menghitung satu buah sinyal (ketika pertama kali pintu dibuka/terjadi perubahan
kondisi tegangan yang pertama). Hitungan dua buah sinyal akan mengaktifkan tanda
“occupied”. Lampu akan mati ketika counter telah menghitung tiga buah sinyal. Hitungan
empat buah sinyal akan menonaktifkan tanda “occupied” dan mengaktifkan sistem reset.
Kata kunci : Laser, Sensor cahaya, Saklar otomatis, Counter, Lampu toilet.
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
tidak bisa lepas dari cahaya. Keberadaan
cahaya sangat dibutuhkan untuk
mendapatkan keadaan lingkungan yang
aman dan nyaman. Selain itu, pencahayaan
juga dapat mendukung segala aktifitas
yang dilakukan manusia baik di luar
ataupun di dalam ruangan.
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 2
Didalam ruang tertutup seperti toilet yang
terkadang tidak memiliki celah untuk
masuknya sinar matahari, sumber cahaya
diperoleh dari pencahayaan buatan, seperti
lampu. Lampu telah banyak diaplikasikan
sebagai sumber pencahayaan utama dalam
toilet. Dalam operasionalnya, lampu dalam
toilet tidak perlu menyala di sepanjang
waktu. Dengan kata lain, lampu toilet
seharusnya hanya menyala saat toilet
tersebut digunakan. Namun, realitanya
manusia seringkali lalai untuk mematikan
lampu ketika meninggalkan toilet. Bahkan,
unsur kesengajaan juga sering terjadi. Hal
inilah yang memicu terjadinya pemborosan
energi listrik dalam bangunan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, salah satu cara
yang dinilai paling efektif adalah
penggunaan sistem otomasi. Sistem ini
mampu menyalakan dan mematikan lampu
secara otomatis.
Banyak penelitian mengenai sistem
otomasi lampu yang telah dilakukan.
Seperti penelitian Arif Setiawan, dkk
(2011). Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa sistem otomasi lampu dapat
dilakukan dengan menggunakan sensor
cahaya, Ligh Dependent Resistor (LDR).
LDR akan mendeteksi intensitas cahaya
matahari untuk mematikan lampu secara
otomatis. Tetapi, sistem ini memiliki
kelemahan ketika diaplikasikan sebagai
sistem otomasi lampu toilet, dimana toilet
seringkali tidak memiliki sky lighting
ataupun side lighting sebagai celah
masuknya cahaya matahari. Penelitian lain
dilakukan oleh Tri Wibowo (2010) yang
memanfaatkan sensor kehadiran orang,
Passive Infra Red (PIR) sebagai saklar
otomatis lampu. Ketika PIR mendeteksi
panas tubuh manusia, maka lampu akan
menyala, begitu pula sebaliknya. Tetapi,
sistem otomasi ini juga memiliki
kelemahan. Kondisi di dalam toilet yang
cenderung lembab, dapat mengganggu
sensitifitas sensor. Selain itu, panas tubuh
yang dikeluarkan manusia akan sebanding
dengan aktifitas yang dilakukan pada saat
itu. Aktifitas manusia di dalam toilet
dengan sedikit gerakan, membuat panas
tubuh yang dihasilkan kecil. Hal ini akan
membuat PIR seolah tidak mendeteksi
panas tubuh manusia. Sehingga, sensor
akan mematikan lampu, padahal di dalam
toilet terdapat manusia.
Berdasarkan pada kelemahan-kelemahan
tersebut, maka dicoba untuk
memanfaatkan sinar laser dan sensor
cahaya, Ligh Dependent Resistor (LDR)
sebagai saklar otomatis lampu toilet.
Sistem ini tidak bergantung pada adanya
sinar matahari ataupun manusia di dalam
toilet. Sistem ini memanfaatkan pintu
toilet yang menghalangi sampainya sinar
laser ke sensor cahaya untuk menyalakan
dan mematikan lampu toilet.
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 3
Dasar Teori
Pencahayaan
Pencahayaan merupakan jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif (Depkes RI, 1992).
Pencahayaan yang baik memungkinkan
manusia melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat
(Merlindriati, 2005). Menurut sumbernya
pencahayaan suatu ruangan, dibagi
menjadi 3, yaitu pencahayaan alami
(bersumber dari sinar matahari),
Pencahayaan buatan (selain sinar
matahari), dan kombinasi pencahayaan
alami dan buatan.
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan
yang berasal dari sumber cahaya selain
cahaya alami, misalnya lampu, lilin, obor,
dll. Pada perkembangannya, lampu telah
menjadi salah satu sumber cahaya utama
suatu bangunan. Lampu sangat diperlukan
ketika intensitas cahaya alami (sinar
matahari) tidak mencukupi, seperti saat
cuaca yang kurang baik dan malam hari
(Lechner, 2007). Selain itu, lampu juga
sangat dibutuhkan oleh ruangan-ruangan
yang sulit dicapai sinar matahari, seperti
toilet (Merlindriati, 2005). Terkadang
toilet merupakan jenis ruangan yang
tertutup. Untuk memenuhi kebutuhan
penerangan, pencahayaan buatan (lampu)
menjadi sumber cahaya yang paling
efektif.
Sistem Otomasi Pencahayaan
Sistem otomasi dapat didefinisikan sebagai
suatu teknologi yang berkaitan dengan
aplikasi mekanik, elektronik dan sistem
yang berbasis komputer. Semuanya
bergabung menjadi satu untuk memberikan
fungsi terhadap manipulator (mekanik)
sehingga akan memiliki fungsi tertentu
(Nugroho, 2006). Dalam aplikasi
bangunan, sistem otomasi merupakan
salah satu ciri dari konsep bangunan pintar
(smart building), yang bisa diterapkan
pada elemen-elemen bangunan, seperti
pencahayaan, HVAC, security, fire safety,
akustika, dan elemen-elemen lainnya.
Sistem otomasi pencahayaan merupakan
suatu sistem yang mampu menyalakan,
mematikan ataupun meredupkan lampu
secara otomatis. Setidaknya terdapat tiga
metode untuk mematikan/menyalakan
lampu secara otomatis, yaitu scheduling
systems, occupancy sensors, and
daylighting sensors (Craig DiLouie, 2012).
Scheduling systems akan mematikan atau
menghidupkan lampu berdasarkan
penjadwalan, misalnya lampu akan mati
secara otomatis pada waktu-waktu tertentu
seperti pagi hingga siang hari dan menyala
begitu sore hingga malam hari atau lampu
akan mati setiap 15 menit sekali. Hal ini
akan berlangsung secara continues
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 4
mengikuti jadwal yang telah ditetapkan
sebelumnnya. Occupancy sensors biasanya
memanfaatkan sensor gerak atau panas
tubuh manusia yang berbasis infra merah
sebagai saklar otomatis lampu. Lampu
akan menyala secara otomatis ketika
sensor mendeteksi adanya gerakan atau
panas tubuh manusia di dalam ruang
tersebut dan mati ketika tidak ada gerakan
yang terdeteksi. Sedangkan daylighting
sensors bekerja dengan memanfaatkan
sensor cahaya, ketika sensor mendeteksi
intensitas cahaya (cahaya matahari) yang
cukup, maka lampu tidak akan menyala
dan ketika intensitas cahaya yang dideteksi
kecil, lampu akan menyala. Untuk otomasi
peredupan lampu dapat dilakukan dengan
memanfaatkan dimmer lampu. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Rian
Masjanuar (2011), dimana lampu akan
meredup dan atau bertambah terang ketika
sensor cahaya (LDR) mendeteksi cahaya
pada ruangan sehingga menghasilkan
pencahayaan lampu sesuai dengan setting
value atau pencahayaan yang diinginkan.
Sensor Cahaya (LDR)
Sensor cahaya merupakan komponen
elektronika yang digunakan untuk
mengubah besaran cahaya menjadi besaran
listrik. Sensor cahaya sangat luas
penggunaannya, salah satunya adalah
sebagai sistem otomasi lampu. Sensor
cahaya akan berfungsi sebagai saklar yang
dapat mematikan atau menyalakan lampu
secara otomatis, yaitu dengan cara
mengukur intensitas cahaya yang
diterimanya. Salah satu jenis sensor cahaya
yang umum digunakan sebagai saklar
lampu otomatis adalah LDR (Light
Dependent Resistor). LDR merupakan
suatu jenis tahanan yang sangat peka
terhadap cahaya, dimana nilai tahanannya
akan berubah apabila terkena sinar atau
cahaya. Semakin kecil intensitas cahaya
yang diterima LDR, maka tahanan yang
dihasilkan semakin besar, begitu pula
tegangannya. Dan sebaliknya.
Penampakan fisik LDR ditunjukan pada
Gambar 1 sedangkan Gambar 2
menunjukkan grafik hubungan antara
resistansi dan iluminasi.
Gambar 1. Light Dependent Resistor
(SUNROM Technologies, LDR Datasheet)
Gambar 2. Grafik hubungan resistansi dan
iluminansi
(SUNROM Technologies, LDR Datasheet)
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 5
Perancangan Sistem
Penerapan sistem otomasi pada elemen
pencahayaan merupakan salah satu ciri
dari konsep bangunan cerdas (smart
building). Sistem ini mampu menyalakan
ataupun mematikan lampu ruangan secara
otomatis tanpa campur tangan manusia.
Salah satu contoh ruangan yang
memerlukan penerapan sistem otomasi
adalah toilet. Sering kali lampu toilet
dibiarkan menyala, bahkan ketika toilet
tersebut tidak digunakan. Salah satu sistem
otomasi lampu yang dapat diterapkan
didalam toilet adalah dengan
memanfaatkan laser dan sensor cahaya.
Laser dan sensor cahaya tersebut akan
berfungsi sebagai saklar otomatis yang
akan menyalakan dan mematikan lampu.
Secara garis besar, cara kerja dari sistem
otomatis ini ditunjukkan pada blok
diagram gambar 3.
Laser bertindak sebagai transmitter yang
memancarkan sinar dengan intensitas
tinggi pada satu titik. Sedangkan sensor
cahaya berfungsi sebagai receiver yang
menerima pancaran sinar laser. Sensor
cahaya yang digunakan dalam sistem
otomasi ini adalah LDR (Light Dependent
Resistor). LDR merupakan sebuah resistor
yang nilai tahanannya tergantung pada
intensitas cahaya. Jika intensitas cahaya
yang diterimanya tinggi, maka
hambatannya akan semakin kecil, dan
sebaliknya. Semakin kecil nilai hambatan
yang dihasilkan, maka tegangan keluaran
sensor juga semakin kecil. Hal ini sesuai
dengan Hukum Ohm, yang menyatakan
bahwa nilai hambatan pada suatu
penghantar (R) sebanding dengan nilai
tegangannya (V), dimana
𝑉 = 𝐼𝑅 … (1)
Laser Sensor
Cahaya
Tanda “Vacant”
atau “Occupied”
Kontroler Lampu
Toilet Relay
Sistem Reset
Gambar 3. Blok Diagram Sistem
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 6
Karena LDR sangat peka terhadap cahaya,
maka LDR ditempatkan pada selongsong
pipa. Hal ini bertujuan agar permukaan
LDR tidak terkena cahaya dari luar (selain
sinar laser) yang dapat mengganggu nilai
tegangan yang dihasilkan sensor. Selain
itu, selongsong pipa juga berfungsi sebagai
pelindung komponen dari percikan air.
Dalam operasionalnya, laser dan LDR
diletakkan di dalam toilet, tepat di depan
pintu (gambar 4). Kedua komponen
tersebut berada pada garis lurus, sehingga
sinar laser tepat mengenai permukaan
LDR.
Gambar 4. Posisi Laser dan LDR
Setting awal dari sistem otomasi ini adalah
pintu toilet berada pada keadaan tertutup,
dimana sinar laser tepat mengenai
permukaan LDR. Tegangan yang
dihasilkan adalah 0 volt. Hal ini
merupakan kondisi tegangan low atau
berlogika 0. Ketika pintu toilet dibuka,
maka pintu akan menghalangi sampainya
sinar laser ke permukaan LDR (gambar 5)
dan menyebabkan tegangan berubah
menjadi 5 volt atau beralih ke kondisi high
(logika 1). Perubahan kondisi tegangan
tersebut akan diolah di dalam controller.
Gambar 5. Kondisi Sinar Laser Ketika
Pintu dibuka (terhalang)
Controller berfungsi sebagai otak sistem
yang akan melakukan pengolahan data
untuk mengatur penyalaan lampu toilet,
aktivasi tanda “occupied”, dan sistem
reset. Controller yang digunakan dalam
sistem otomasi lampu toilet ini adalah
microcontroller ATMega16.
Microcontroller tipe ini mendukung
aplikasi counter dalam melakukan
pengolahan data. Skema rangkaian
elektronika dari sistem otomasi lampu
toilet dengan menggunakan
microcontroller ATMega16 ditunjukkan
pada gambar 6. Selain ATMega16, dapat
pula digunakan microcontroller tipe lain,
seperti ATMega 8535 ataupun
microcontroller lain yang mendukung
pada aplikasi counter.
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 7
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 8
Gambar 7. Algoritma sistem kerja
controller
Di dalam controller, perubahan tegangan
dari logika 0 ke logika 1 atau sebaliknya
akan diolah. Pengolahan tersebut
dilakukan dengan menggunakan aplikasi
counter, yaitu dengan menghitung jumlah
perubahan tegangan yang masuk kedalam
controller. Perubahan tegangan dari logika
0 ke logika 1 akan dihitung sebagai 1
sinyal, begitu pula perubahan tegangan
dari logika 1 ke logika 0. Sejumlah sinyal
yang terhitung oleh counter akan
digunakan untuk mengaktifkan relay,
tanda “occupied”, dan sistem reset. Sistem
kerja counter di dalam controller
didasarkan pada algoritma yang
ditunjukkan pada gambar 7.
Ketika pintu dibuka untuk pertama kali
(dari kondisi awal yang tertutup) dan
manusia memasuki toilet, maka sinar laser
menjadi terhalang oleh pintu. Hal ini
menyebabkan terjadinya perubahan
tegangan dari logika 0 ke logika 1.
Perubahan ini dihitung counter sebagai
sinyal pertama. Pada saat inilah, controller
akan mengaktifkan relay untuk
menyalakan lampu toilet. Ketika pintu
ditutup kembali (manusia berada di dalam
toilet), maka akan terjadi perubahan
kondisi tegangan lagi (dari logika 1 ke
logika 0). Hal ini dihitung oleh counter
sebagai sinyal kedua. Sinyal ini tidak
berpengaruh pada kondisi nyala lampu.
Tetapi akan berpengaruh pada tanda
Start
Perubahan
Tegangan 1?
Lampu Nyala
Tanda
“occupied” aktif
Lampu Mati
Tanda “occupied”
tidak aktif
Tanda
“vacant” aktif
Reset
inisialisasi
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Perubahan
Tegangan 4?
Perubahan
Tegangan 3?
Perubahan
Tegangan 2?
Ya
Ya
Ya
Ya
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 9
“occupied” yang ditempel pada pintu
bagian luar. Ketika counter telah
menghitung sebanyak dua sinyal, maka
Controller akan memerintahkan tanda
“occupied” untuk aktif. Tanda ini
berfungsi untuk memberitahukan bahwa
toilet sedang digunakan.
Lampu toilet akan mati, ketika counter
telah menghitung sinyal sebanyak tiga
buah (terjadi perubahan tegangan lagi dari
logika 0 ke logika 1). Sinyal ini terhitung
ketika pintu kembali dibuka atau manusia
hendak keluar dari toilet. Agar sistem
dapat bekerja secara continues, maka pintu
toilet harus ditutup kembali. Ketika pintu
ditutup, maka akan terjadi perubahan
tegangan lagi dari logika 1 ke logika 0.
Perubahan ini dihitung oleh counter
sebagai sinyal keempat. Sinyal ini
merupakan sinyal terakhir yang dihitung
counter dalam sistem otomasi ini. Ketika
empat buah sinyal telah dihitung oleh
counter, maka controller akan kembali
menonaktifkan tanda ”occupied”, dimana
tanda tersebut akan berganti menjadi
“vacant”. Hal ini berarti toilet telah
kosong atau tidak ada manusia yang
sedang menggunakan toilet. Selain itu,
Controller juga akan mengaktifkan sistem
reset. Sistem ini akan menghapus semua
jumlah sinyal yang telah dihitung
sebelumnya oleh counter. Hal ini membuat
sistem otomasi kembali ke posisi awal dan
siap digunakan lagi.
Kesimpulan
Sistem otomasi lampu toilet yang
dirancang memanfaatkan laser dan sensor
cahaya (LDR) sebagai saklar otomatis.
Lampu toilet akan menyala dan mati
secara otomatis berdasarkan pada sejumlah
sinyal yang dihitung oleh counter di dalam
controller. Sinyal tersebut berasal dari
perubahan tegangan yang dihasilkan
sensor, yaitu dari kondisi high (logika 1)
ke kondisi low (logika 0) atau sebaliknya.
Kondisi high terjadi ketika pintu toilet
terbuka dan menghalangi sampainya sinar
laser ke permukaan LDR, dan sebaliknya
untuk kondisi low.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, sistem ini dapat dijadikan
sebagai saklar otomatis untuk menyalakan
dan mematikan lampu toilet ataupun
ruangan lain, khususnya untuk ruangan
tertutup yang tidak memiliki celah
masuknya sinar matahari sebagai sumber
cahaya.
Referensi
Arif Setiawan, dkk (2011). Rancang
Bangun Sistem Otomasi Rumah Berbasis
Microkontroller. Jurusan Teknik Elektro.
PENS-ITS.
Craig DiLouie (2012). Lighting
Controls: Current Use, Major Trends and
Tugas Akhir Otomasi Bangunan Page 10
Future Direction. Lighting Controls
Association
Departemen kesehatan RI. (1992).
Panduan Pencahayaan Rumah Sakit.
Lechner, Norbert. (2007). Heating,
Cooling, Lighting. (2nd. Ed.). PT
Rajagrafindo. Jakarta.
Merlindriati. (2005). Pencahayaan.
Universitas Guna Dharma. Jakarta
Nugroho Agung Pambudi (2006).
Sistem Otomasi. Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Rian Masjanuar, dkk (2011). Dimmer
Lampu pada Penerangan Ruangan
Menggunakan LED yang Dilengkapi
dengan Otomatisasi dan Emergency.
Jurusan Teknik Elektro. PENS-ITS
Satwiko, Prasasto. (2004). Fisika
Bangunan 2 (1st ed.). Penerbit ANDI.
Yogyakarta.
Tarnoto, Lusiana. (2010). Rancang
Bangun Penghitung Kendaraan Secara
Otomatis Berbasis Client Server. Jurusan
Sistem Komputer. Universitas Guna
Dharma
Tri Wibowo. (2010). Sensor
Kehadiran Orang sebagai Saklar Otomatis
Suatu Ruangan. Jurusan Teknik Elektro.
Universitas Diponegoro.