Andistifinsingapore.com/wp-content/uploads/2020/03/Konsep-Palugada-Edit… · Anda sehingga...

74

Transcript of Andistifinsingapore.com/wp-content/uploads/2020/03/Konsep-Palugada-Edit… · Anda sehingga...

  • Farid PonimanRahman Andi Mangussara

    KONSEP PALUGADAapa lu mau gua ada

    Hak cipta dilindungi undang-undang.Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh

    isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit

    Penulis :Farid Poniman

    Rahman Andi Mangussara

    Editor & Layout :Hardian Wahyu Santoso

    Desain Cover :Trio Susilo

    Cetakan Pertama : 19 Nopember 2012

    Cetakan Kedua : 12 Maret 2013

    Penerbit :STIFIn Institute

    Gedung Menara Hijau lt.9

    Jl. MT Haryono kav. 33, Jakarta

    Telp. 021-7989231

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Pengantar

    “STIFIn? Ya..ya..saya pernah dengar,” ujar seorang ibu, “Keponakanku sudah ikut tes.”“Tetanggaku juga sering bicara soal kecerdasaan genetik itu. Katanya anaknya juga sudah tes,” timpal ibu yang lain.

    Anda pasti pernah dengar dialog seperti di atas. Entah di ling-kungan rumah atau di tempat kerja. Tapi, percakapan di atas sesung-guhnya terjadi di keluarga Rahman Andi Mangussara di mana kepo-nakannya sudah ikut tes tapi orang tuanya mengenal STFIn secara samar-samar saja. Bahkan, kedua orangtua keponakannya itu tidak terlampau memanfaatkan hasil tes putrinya itu untuk, sebutlah, mengarahkan pendidikan atau bakat anaknya. Mudah untuk menyim-pulkan bahwa STIFIn sebagai akronim atau sebagai merek, untuk se-bagian, sudah tidak asing–asing amat, namun sebagai pengetahuan belumlah terlalu dimengerti secara jelas, bahkan oleh mereka yang keluarganya sudah ikut tes.

    Gugus depan bagi penetrasi pengetahuan kecerdasan tunggal ini di lapangan adalah para promotor dan cabang. Untuk itu standari-sasi pemahaman adalah keniscayaan yang tak boleh ditawar, sebab ini adalah ilmu dan pengetahuan baru. Kegagalan dalam soal ini bisa membahayakan kelangsungan hidup STIFIn, setidak-tidaknya STIFIn berjalan di tempat. Guna mewujudkan keseragaman pemahaman itu, kami menyelenggarakan forum transfer ilmu dan pengetahuan lewat workshop yang para pembicaranya pun sudah diakreditasi oleh penemu STIFIn, Farid Poniman. Inilah salah satu medium yang dipakai untuk transfer ilmu STIFIn kepada promotor.

    i

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Workshop STIFIn dirancang dalam beberapa level, dimana level satu ditujukan bagi para promotor untuk mendapatkan pemahaman dasar mengenai STIFIn yang jika mereka berhasil lolos dipastikan mereka akan bisa menjelaskan konsep STIFIn dengan baik dan be-nar.

    Inilah ketentuan workshop levei 1:Dibagi dalam 3 sesi yang masing-masing:1.

    Sesi 1, menjelaskan keunggulan konsep STIFIna. Sesi 2, menjelaskan mesin kecerdasanb. Sesi 3, berisi tentang personaliti genetik c.

    Seperti sudah kami jelaskan sebelumnya bahwa standarisasi pe-2. mahaman mengenai STIFIn tak bisa ditawar-tawar dan cara ter-baik untuk mewujudkan hal itu adalah lewat ‘ujian’ yang dilaksa-nakan di akhir workshop. Tapi, ini bukan gagah-gagahan seperti halnya ujian di sekolah formal, terlebih seperti ujian nasioanal. Tentu saja jauh dari semua itu. Ini semata-mata dimaksudkan untuk menyamakan pemahaman. Tidak lebih, tidak kurang. Tapi, sekalipun demikian, standar soal diangkat pada level tersukar un-tuk menjaga kualitas promotor dengan valensi standar sarjana. Jadi, juga tidak asal-asalan. Soal ujiannya ada 50 dalam bentuk pilihan berganda yang memilih satu yang benar diantara empat pilihan jawaban. Siapa yang mendapatkan nilai sama atau lebih dari 52 dinyata-3. kan lulus ujian dan berhak menyandang predikat sebagai pro-motor. Selamat untuk yang berhasil. Guna menjaga kualitas dan standarisasi isi materi serta penye-4. ragaman materi untuk semua workshop yang diselenggarakan di mana saja, trainer yang tampil melewati serangkaian saringan yang dilaksanakan sendiri oleh penemu STIFIn, Farid Poniman.

    ii

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Jadi bukan trainer ecek-ecek yang asal pintar bicara atau asal su-dah tahu kulitnya saja sudah bisa tampil. Justru saringan di sini jauh lebih ketat, sebab merekalah yang akan menularkan ilmu-nya. Kalau gurunya tidak kompeten, pasti transfer ilmunya juga tidak beres atau bermasalah. Ini semua dilakukan semata-mata untuk memilih trainer yang sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Sama dengan peserta workshop, para trainer juga tak lepas dari 5. penilaian. Hanya saja, bukan dengan cara menjawab soal ujian, melainkan, pertama-tama dan terutama, tentu saja penilaian dari Farid Poniman yang memiliki hak prerogatif dan kedua, le-wat penilaian peserta yang ditulis pada kuisioner. Jadi, kami tidak main-main dengan penerapan standarisasi ini. Hanya dengan begitu kita bisa membuat STIFIn tersebar luas dan diterima se-bagai pengetahuan baru yang membuka cakrawala berpikir kita semua. Sebagai pengetahuan baru, tentu saja ada banyak ham-batan, tapi jika para trainer dan promotornya menguasai ilmunya dengan baik dan benar, niscaya kita akan mampu menyebarluas-kannya dengan baik dan benar pula.Apakah trainer juga bisa tidak lulus? Oh..iya, itu sudah pasti. 6. Tidak ada keraguan mengenai semangat menjunjung tinggi kompetensi. Mereka yang tidak lulus pasti tidak mendapat ke-sempatan untuk tampil lagi sebagai pembicara. Kriterianya ada-lah mereka yang mendapatkan skor (rata-rata) di bawah 3,5 dinilai tidak lulus dan tidak akan ditunjuk lagi sebagai trainer. Untuk bisa kembali ditunjuk menjadi trainer, maka yang bersangkutan harus mengirimkan ulang video terbarunya dengan penampilan terbaiknya untuk kemudian dinilai tingkat kemajuannya oleh penemu STIFIn. Selain hasil penilaian peserta, performa trainer juga dikaitkan 7. dengan tingkat kelulusan peserta. Tapi ini hasil kerja sama se-

    iii

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    luruh trainer, bukan kelulusan per sesi, melainkan seluruh sesi. Pada setiap angka kelebihan di atas kelulusan 50% akan ditam-bahkan pada skor seluruh trainer. Begini perhitungannya: Kata-kanlah, seorang trainer mendapat hasil evaluasi peserta sebesar 3.0 (yang artinya tidak bisa jadi trainer pada workshop berikutnya) tapi angka kelulusan peserta mencapai 100%, berarti ada kelebi-han 50% atau sama dengan 0,5. Jadi perhitungan skor akhir dari trainer tersebut: 3,0 ditambah 0,5 menjadi 3,5, yang berarti layak untuk dipertahankan sebagai trainer Workshop STIFIn Level I.Lantas bagaimana jika seorang peserta tidak lulus ujian? Tidak 8. perlu kecewa, Anda masih bisa ikut workshop berikutnya, bah-kan berulang-ulang kali kalau perlu, baik untuk mendapatkan tanda kelulusan ataupun untuk meningkatkan level pemahanan Anda sehingga berhasil mendapatkan peringkat satu atau dua atau tiga yang dengannya membuat Anda bisa mendapatkan hadiah. (Lihat, ini bukan ujian di sekolah formal yang harus batas waktunya). Trainer, tentu saja, tidak dibenarkan menjadi peserta workshop. Kami bercita-cita dengan tekad yang kuat untuk menyebarkan 9. pengetahuan ini ke seluruh pelosok negeri dan karenanya work-shop akan dilaksanakan tidak saja di Jakarta, juga di berbagai kota, tentu saja, dengan kualitas penyelenggaran yang sesuai dengan ketentuan STIFIn Pusat, diantaranya bahwa penyeleng-gara workshop minimal telah berstatus sebagai Kantor Cabang STIFIn. Untuk mewujudkan standarisasi, kami membuat modul work-10. shop yang wajib disampaikan oleh para trainer. Improvisasi trainer tentu saja dibuka lebar sepanjang tidak memotong ma-teri standar ini dan waktu setiap sesi tidak melebihi 75 menit.

    iv

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Daftar Isi

    Pengantar ......................................................................................................... i

    Daftar Isi ............................................................................................................ v

    BAB I

    Sejarah Perjalanan Konsep STIFIn ........................................................... 1

    Simpel ................................................................................................................ 2

    Akurat ................................................................................................................ 4

    Aplikatif ............................................................................................................. 5

    STIFIn bukan Ramalan ................................................................................. 5

    BAB II

    STIFIn sebagai Alat Test ........................................................... 7

    Tingkat Akurasi Test STIFIn ...................................................... 10

    BAB III

    STIFIn bukan Sekedar Menambah Satu Lagi ............................ 13

    BAB IV

    Mengenal KARAKTER Mesin KECERDASAN ............................ 17

    Respon Golongan Darah ......................................................... 26

    Teori Sirkulasi STIFIn ............................................................... 27

    v

  • Konsep PALUGADA STIFInvi

    BAB V

    Pengaruh DRIVE pada Mesin Kecerdasan ............................... 31

    Kaitan Posisi Belahan Otak dengan Personaliti Genetik ........... 32

    Quotient ................................................................................ 33

    Ciri Utama Kepribadian .......................................................... 34

    Penutup ................................................................................. 43

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    BAB I

    Keunggulan Konsep STIFIn

    Sejarah Perkembangan Konsep STIFIn

    Sejarah perjalanan konsep STIFIn dimulai tahun 1999 – 13 ta-hun yang lalu – ketika Farid Poniman bersama partnernya, Indrawan Nugroho, yang kemudian diikuti oleh Jamil Azzaini mendirikan lem-baga training Kubik Leadership. Lembaga training tersebut setiap memulai program trainingnya terlebih dahulu memetakan peserta training sesuai dengan jenis kecerdasannya. Sebagai konsep, STIFIn kala itu bisa dibilang masih embrio. Perbaikan konsep dilakukan di sana-sini seiring dengan berkembangnya penyelenggaraan training Kubik Leadership. Namun, kala itu, tesis atau hipotesisnya sudah matang dan kukuh bahwa manusia memiliki kecerdasan genetik. Berapa persisnya, itulah yang saya sebut terus berkembang.

    Pada awalnya, Farid Poniman menggunakan empat kecerdasan yakni S, T, I, dan F seperti kita bisa baca dalam buku best seller Kubik Leadership. Pergulatan intelektual dan penyempurnaan terus dilaku-kan oleh Farid Poniman, sebelum terbitnya buku ke DNA SuksesMulia yang akhirnya berujung pada penemuan kecerdasan ke lima, yakni In. Sekarang STIFIn sudah final dengan 5 mesin kecerdasan dan 9 personaliti genetik. Artinya tidak akan ada jenis kecerdasan ke-6 dan tidak akan ada personaliti genetik yang ke-10.

    1

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Setelah dilakukan riset untuk sekian lama, kini konsep STIFIn sudah sangat kokoh. Kekuatan utamanya terletak pada konsep yang simpel, akurat, serta aplikatif. Kita bahas satu per satu ketiga frasa tersebut.

    Simpel

    Mulai dari simpel. Kenapa disebut simpel? Penjelasannya seder-hana karena dari miliaran manusia, oleh STIFIn dikelompokkan hanya dalam 5 mesin kecerdasan dan 9 personaliti genetik. Kita tidak pusing dengan pengelompokan manusia dalam banyak kotak, seperti MBTI dan Socionics yang mengelompokkan dalam 16 kotak. Jika berkaitan dengan kecerdasan, STIFIn cukup 5 kotak, yaitu:…S,….T,…..I,…..F,…..In. 5 mesin kecerdasan itu mencakup seluruh jenis kecerdasan yang ada yang dimiliki manusia di muka bumi ini. Bahkan alien pun, an-daikan alien itu memang ada, bisa dimasukkan satu diantara 5 mesin kecerdasan. Kalau dilihat dari bentuk kepalanya, berdasarkan foto yang beredar yang umum dipercayai sebagai makhluk luar angkasa, alien lebih menyerupai mesin kecerdasan Intuition.

    Masih ada penjelasan lain kenapa konsep STIFIn disebut simpel karena bersifat multy-angle theory. Artinya, STIFIn dapat dipakai untuk menjelaskan teori kecerdasan dan personaliti dari disiplin ilmu yang lain. Seperti konsep otak kiri dan otak kanan (Roger W. Sperry) atau pembagian neokortek sebagai otak atas dan limbik sebagai otak bawah (Paul Broca) atau pembagian 6 Hexagonal Holland (John Holland) juga konsep DISC (Thomas International) atau bahkan teori lama Hippocrates Galenus dapat dengan mudah dibedah menggu-nakan STIFIn. Uraian persamaannya sebagai berikut:

    Otak kiri dan otak kanan sama dengan S + T dan I + F pada 1. STIFIn.Neokortek dan limbik sama dengan T + I dan S + F pada STIFIn.2.

    2

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    3. Kiri STIFIn,

    Bawah STIFIn, -

    gan diagonal Organisasi-Produksi STIFIn. D-I-S-C pada Thomas International identik dengan S-F-I-T pada 4. STIFIn. Kholeris, Flegmatis, Melancolis, dan Sanguinis sama dengan S, T, 5. I, dan F pada STIFIn.

    Perbandingan lebih lengkap dengan berbagai konsep lama yang lain dapat dilihat pada tabel halaman 20 pada buku STIFIn Personality.

    STIFIn dengan mudah dapat diaplikasikan untuk anak berkebu-tuhan khusus serta terapi masalah-masalah kejiwaan dan kesehatan fisik. Jangan terkejut jika kami mengatakan bahwa dunia kedokteran bisa menggunakan konsep STIFIn untuk mendiagnosis penyakit secara akurat. Namun, aplikasi yang paling jitu adalah ketika konsep STIFIn digunakan untuk praktik penggemblengan diri dengan prinsip fokus-satu-hebat. Konsep kecerdasan tunggal yang dianut STIFIn lebih mampu menjelaskan realitas otak dalam keseharian. Itulah penjelasan kenapa konsep STIFIn yang menganut kecerdasan tung-gal lebih aplikatif ketimbang, sebutlah, konsep kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligence (MI) yang bisa digambarkan dengan meng-gunakan metafora sederhana: kepemimpinan ayah dalam keluarga. Menurut konsep STIFIn setiap orang memiliki seluruh otak, namun hanya ada satu yang memimpin (sebaliknya menurut MI ada dua, tiga, atau empat yang dominan). “A specialist in the construction of the whole” kata Daoed Joesoef.

    3

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Dalam satu keluarga yang terdiri atas bapak-ibu-anak, posisi pemimpin dipercayakan kepada bapak. Jika sang bapak maju, maka semua keluarga maju. Sehingga konsentrasi perhatian keluarga diprioritaskan pada sang bapak. Konsep kecerdasan tunggal yang dipakai STIFIn lebih aplikatif karena ternyata kecerdasan dominan (seperti sang bapak) mampu memiliki daya jalar yang lebih baik. Sementara kalau menurut konsep MI investasi yang dimiliki keluarga disebar kepada semuanya, sehingga postur investasi dalam keluarga terpolarisasi. Ingat bahwa kecerdasan yang lemah (dimetaforkan ibu-anak) tidak memiliki daya jalar sebagaimana kecerdasan dominan (dimetaforkan bapak).

    AkuratLantas kenapa konsep STIFIn disebut akurat? Semua itu

    karena STIFIn menguraikan cara kerja otak berdasarkan sistem operasinya, bukan kapasitas hardware-nya. Bayangkanlah satu kom-puter. Ok sudah? Yang dimaksud hardware adalah perangkat keras, sedangkan sistem operasi adalah yang berfungsi menghubungkan antara perangkat keras dengan aplikasi, seperti Microsoft Windows, Linux, Android, dan Macintosh. Nah, IQ itu adalah perangkat keras. Dengan demikian, mengukur IQ sama dengan mengukur kapasitas hardware. Makanya jika Anda tidak punya uang untuk melakukan tes IQ, tidak usah sedih, tinggal cari meteran, lalu ukur lingkar kepala, meski ini sangat kasar, tetapi kapasitas otak bisa diketahui. Kalau hasil pengukuran lingkar kepala Anda 60 cm, itu artinya IQ Anda kurang lebih 110. Mengapa dibilang sangat kasar karena dengan mengukur lingkar kepala semata-mata mengukur volume sel otak, sedangkan jumlah sambungan denrit antar sel otak tidak diperhitungkan.

    Berbeda dengan konsep yang lain, STIFIn menggunakan sistem operasi yang berbicara tentang jenis watak kecerdasan. Tiap jenis kecerdasan punya wataknya sendiri-sendiri. Jenis watak kecerdasan itulah yang kemudian disebut sebagai mesin kecerdasan. Jadi, STIFIn

    4

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    memetakan otak bukan berdasarkan belahan otak yang paling besar volumenya, melainkan berdasarkan belahan otak yang paling kerap digunakan. Itulah yang disebut sebagai sistem operasi. Membagi otak berdasarkan belahan otak yang berperan sebagai sistem operasi inilah yang membuat STIFIn akurat. Dalam sistem operasi tidak ada wilayah abu-abu, setiap jenis kecerdasan, seaneh apapun itu, dapat digolongkan ke dalam salah satu diantara 5 mesin kecerdasan yang ada dengan garis pemisah yang tegas.

    AplikatifLalu kenapa disebut aplikatif? Jawabannya: konsep STIFIn

    bercirikan multy-angle field yang kurang lebih artinya, STIFIn dapat dipakai untuk menjelaskan bidang apa saja. STIFIn dapat diaplikasi-kan pada bidang learning, profession, parenting, couple, politic, human resources, dan bidang-bidang lainnya. Kenapa pasangan suami istri tidak harmonis? Kenapa Pak JK kalah dalam pemilu presiden? Kita dapat memakai STIFin sebagai pisau untuk membedah dua per-tanyaan itu. Tidak itu saja. STIFIn sudah menyiapkan modul-modul training secara tematik dari masing-masing topik tadi. Ketika konsep lain masih berkutat pada masalah-masalah umum, STIFIn sudah jauh di depan dengan menyiapkan training untuk masalah spesifik.

    STIFIn bukan ramalan Konsepnya dibangun berdasarkaan teori-teori para ahli di

    bidangnya yang kemudian dielaborasi. Terdapat tiga terori yang menjadi dasar pijakan konsep STIFIn, masing-masing:

    Teori Fungsi Dasar dari perintis psikologi analitik berkebangsaan o Swiss bernama Carl Gustav Jung yang mengatakan bahwa terdapat empat fungsi dasar manusia yakni fungsi pengindraan (sensing), fungsi berpikir (thinking), fungsi merasa (feeling), dan fungsi intuisi (intuition). Dari empat fungsi dasar itu, hanya salah satu diantaranya ada yang dominan.

    5

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Teori Belahan Otak dari seorang neurosaintis Ned Hermann yang o membagi otak menjadi empat kuadran yakni limbik kiri dan ka-nan, serta cerebral kiri dan kanan. Teori Strata Otak Triune (tiga kepala menyatu) dari neurosaintis o lain yang berkebangsaan Amerika, Paul MacLean yang membagi otak manusia berdasarkan hasil evolusinya: otak insani, mamalia, dan reptilia.

    Di atas segalanya, perlu digarisbawahi, konsep STIFIn bukan sekedar mengubah dari 3 kotak (MacLean) menjadi 4 kotak (Jung dan Hermann) kemudian menambahkan satu lagi kotak menjadi 5 (STIFIn). Jika hanya begitu adanya, STIFIn tidak lebih dari hanya sebuah rangkuman dan berhenti di situ. Fakta bahwa STIFIn bisa menjelaskan banyak hal, membuktikan bahwa konsep ini memiliki hal-hal baru hasil sintesa. STIFIn memiliki hal-hal berikut ini: 1. Teori menyilang sebagai superior dan inferior dalam satu paket, 2. Teori irisan persamaan (diantara kutub perbedaan pada kuadran

    dan diagonal) 3. Teori hubungan sosial segi lima yang unik dan logis (kami menye-

    butnya dengan Teori Sirkulasi STIFIn), 4. Teori keselarasan metabolisme tubuh berdasarkan mesin kecer-

    dasannya, 5. Teori kalibrasi berdasarkan mesin kecerdasannya, 6. Teori genetika sesuai mesin kecerdasannya, 7. Teori strata genetik mulai dari Mesin Kecerdasan-Drive Kecer-

    dasan-Kapasitas Hardware-Golongan Darah.Kelak di kemudian hari, berpeluang muncul banyak teori-

    teori lain, sekadar untuk menunjukkan betapa universalnya konsep STIFIn.

    Ini bisa dibilang teori palugada, apa lu mau gua ada.

    6

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    BAB II

    STIFIn Sebagai Alat Tes

    Setelah menjelaskan konsep, di BAB 2 ini kita akan bicara ten-tang STIFIn sebagai alat tes. STIFIn sebagai alat tes diturunkan dari konsep STIFIn. Perlu diperhatikan baik-baik, STIFIn sebagai alat tes hanya menjawab dua pertanyaan saja, tidak lebih dan tidak kurang: 1. Dimana letak belahan otak dominan? 2. Pada belahan otak yang dominan tersebut dimana lapisan otak

    yang dominan?Setelah dua pertanyaan itu terjawab, terkuaklah jutaan infor-

    masi yang bisa dibahas dengan pendekatan berbagai teori tentang manusia. Hal ini sekadar untuk menunjukkan bahwa hasil tes STIFIn bukanlah ramalan, apalagi tebak-tebakan. STIFIn jauh dari semua bid’ah ilmu pengetahuan itu. Meski begitu, para ilmuwan psikolo-gi arus utama, (harus disebut arus utama karena ada juga sebagian psikolog yang tidak seperti ini), masih belum bersedia menerima dan mengakui alat tes di luar yang dipakai selama ini, pencil and paper dan alat ukur ilmiah lainnya, yang sesungguhnya berkecenderungan hanya memotret fenotip. Mereka dinilai melanggar kode etik jika mengakui tes di luar alat tes yang dipakai selama ini. Karenanya kita, STIFIn, ketimbang membuang–buang waktu berdiskusi mengenai alat tes yang bisa berubah menjadi diskusi warung kopi alias debat kusir, tinggalkan saja diskusi tentang alat tes, dan ajak para ilmuwan

    7

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    psikologi untuk berdiskusi mengenai konsep STIFIn, supaya produk-tif.

    Ok..kita tinggalkan ilmuwan psikologi sebentar. Kita lihat cara kerja alat tes STIFIn. Sepuluh jari Anda di-scan. Data guratan atau sidik jari Anda diolah oleh aplikasi komputer untuk menentukan be-lahan dan lapisan otak dominan. Setelah mengetahui belahan dan lapisan otak dominan, kemudian diketahuilah jenis kecerdasan Anda, salah satu diantara 5 mesin kecerdasan dan salah satu diantara 9 per-sonaliti genetik. Pertanyaan intinya yang selalu ditanyakan setiap orang adalah apa hubungan antara guratan sidik jari dengan otak. Mari kita urai satu persatu, supaya paham duduk soalnya.

    Pertama, dan terutama, tidak ada guratan atau sidik jari yang sama antara manusia yang satu dengan yang lain diantara miliaran orang penduduk bumi, baik orang pada jaman dulu, jaman sekarang, dan jaman yang akan datang. Bukan saja sudah menjadi rahasia umum tapi juga sudah dibuktikan oleh banyak penelitian. Setiap manusia lahir ke dunia dalam keadaan sidik jari yang unik, tidak akan sama dengan orang lain. FBI di USA atau INAFIS di Indonesia telah punya rumus baku bagaimana mengidentifikasi jenis sidik jari seseorang. Kami di sini mengartikan bahwa jika sidik jari setiap manusia unik, maka komposisi otak setiap manusia dengan sendirinya juga unik. Sidik jari merupakan wajah sistem syaraf, dimana otak adalah pengendali sistem syaraf di seluruh tubuh sehingga sidik jari dengan sendirinya terhubung dengan otak secara langsung.

    Kedua, jumlah garis pada setiap jari mencerminkan kapasitas bagian otak tertentu. Dengan menggunakan metode Ridge Counting, jumlah garis yang ada diantara delta dan core sidik jari pada setiap jari dapat diketahui. Dari hasil penghitungan itu yang berupa jumlah garis di setiap jari dapat disimpulkan ukuran otak masing-masing bagian. Hasil ridge counting inilah yang kira-kira sama dengan hasil analisis bentuk kepala kita. Jika jumlah garis yang paling banyak

    8

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    adalah pada jari yang terhubung dengan otak kiri atas, maka kapasitas (ingat sekali lagi kapasitas) paling besar adalah bagian otak yang pandai belajar logika dan matematika. Perlu Anda ketahui metode inilah yang dipakai oleh semua tes sidik jari yang ada saat ini, tentu saja selain STIFIn. Masalahnya, sistem operasi otak, bisa saja dikendalikan oleh bagian otak yang ukuran atau kapasitasnya lebih kecil. Karena itu harus ada cara lain yang bisa menghubungkan sidik jari dengan sistem operasi otak. Metode identifikasi ala INAFIS atau metode ridge counting ala tes sidik jari yang lain ternyata tidak bisa melakukan fungsi ini. Disinilah, kekuatan STIFIn, selangkah di depan, karena menemukan metode baru menganalisis sidik jari yang dikorelasikan langsung dengan sistem operasi otak.

    Ketiga, kadar sistem operasi otak dapat diestimasi di setiap jari. Jadi pada jari tertentu yang memiliki kadar sistem operasi paling kuat langsung terpetakan jenis mesin kecerdasannya dan personaliti genetiknya sesuai dengan belahan dan lapisan otak pasangan jari tersebut. Bagaimana jika ada jari yang putus atau tidak lengkap? Apakah masih bisa diketahui kecerdasannya? Sepanjang tidak semua jarinya putus, orang yang tidak lengkap jarinya itu sesungguhnya masih bisa ikut tes namun tidak kami layani karena kerap disalahgunakan oleh peserta tes yang jarinya komplit. Caranya, kita dapat petakan kecerdasannya dari jari yang paling lemah kadar sistem operasinya. Kok bisa? Sederhana, karena setiap jari punya pasangan: yang lemah berpasangan dengan yang kuat. Jadi jika jari yang masih ada itu ternyata yang kuat kadar sistem operasinya, maka tentu dengan sendirinya yang putus tadi adalah yang lemah kadarnya. Begitu pula sebaliknya. Dari situlah sistem operasi dominan akan terpetakan. Tapi semakin lengkap jarinya, tentu saja semakin baik hasil analisisnya. Kalau Anda bertanya bagaimana formula mengukur sistem operasi tentu saja menjadi rahasia dapur kami. Sedangkan jari yang mana yang berkait dengan bagian otak yang mana akan dijelaskan lebih rinci pada sesi 3 nanti.

    9

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Sebagaimana sifat teknologi yang terus berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, alat tes STIFIn tentu saja memiliki pe-luang untuk diperbaiki. Bahkan mungkin suatu saat diganti dengan alat tes yang mengikuti perkembangan teknologi terbaru yang terus bergerak ke depan. Jika sekarang berdasarkan sidik jari, bukan tidak mungkin kelak menggunakan jenis tes biometrik lain yang lebih lengkap, katakanlah kornea mata, atau bahkan lebih jauh lagi meng-gunakan tes DNA ketika pada suatu saat uji klinis DNA nanti sudah bisa dimassalkan dengan harga yang murah.

    Tingkat akurasi tes STIFIn Bagiamana sih kehandalan alat tes STIFIn? Berdasarkan hasil

    riset yang dilakukan oleh lembaga independen, dari 352 orang yang melakukan tes ulang, satu bulan setelah tes sebelumnya, hanya 3 orang yang hasilnya berubah. Dengan demikian akurasinya di atas 95%. Sedangkan berdasarkan data dari STIFIn sendiri, sebagian besar dari 60 ribu orang lebih yang sudah melakukan tes STIFIn mengaku bahwa apa yang ditampilkan dari hasil tes itu menjelaskan secara sempurna apa yang mereka rasakan selama ini. Tidak kurang 95% dari mereka yang sudah menggunakan alat tes STIFIn itu menyatakan ekspresi mereka setelah tes sebagai, “gua banget” atau “kok bisa pas sih” atau “jadi malu aku seperti ditelanjangi” atau “kok bisa ya?” dan berbagai komentar senada lainnya. Maka, meski alat tes ini memiliki ruang untuk diperbaiki, namun akurasinya saat ini sudah mapan di atas 95%. Dalam riset ilmu sosial ini adalah sebuah angka yang fantastis.

    Tes STIFIn ini mengukur unsur genetik seseorang, sesuatu yang dibawa lahir dan tidak berubah sepanjang hayat. Sedangkan alat seperti pencil and paper test seringkali hanya bisa mengukur fenotip seseorang, sesuatu yang tampak secara lahiriah ketika tes sedang di-laksanakan. Itu sama artinya dengan tampilan yang berubah sesuai

    10

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    dengan kondisi lingkungan. Ahli kedokteran olahraga dari University of London, Nicola Maffulli, mengatakan faktor gen menemukan 30-60 persen keberhasilan latihan fisik orang biasa. Pada atlet, gen menentu-kan keberhasilan hingga 83 persen. Sedang menurut Stephen Roth ahli genetika dari University of Maryland di Baltimore, 80 persen kemam-puan fisik ditentukan oleh gen bukan oleh latihan (Koran Tempo 2 Agustus 2012 halaman A12).

    Rumus Fenotip 100% = Genetik 20% + Lingkungan 80% ini membuat tak sedikit manusia galau dan tak kurang pula banyaknya yang lebay. Mereka galau karena sudah mempercayakan nasibnya pada fenotip 100%, namun tetap tidak mencapai performa tertingginya: SuksesMulia. Sebaliknya, mereka menjadi lebay karena sudah terlanjur percaya berlebihan pada konsep bahwa lingkunganlah yang paling berperan dan bukan pada potensi bawaan, tapi tak mendapatkan apa yang mereka harapkan. Ya, rumus itu benar belaka. Lingkunganlah yang menempati porsi terbesar dalam pengembangan diri. Tapi, genetik yang meski porsinya hanya sekitar 20 persen tapi sangat menentukan. Ini mirip seperti; Hukum Dari Yang Sedikit (law of the vital few) dimana yang sedikitlah yang dominan atau penentu. Jadi, mereka yang berpegang teguh kepada genetik 20% - lah yang kemudian merasa bahagia dan senang dalam menjalani hidupnya. Terlebih jika berada atau dia ciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan genetiknya tadi. Sempurnalah hidupnya. Pelajaran penting dari pengetahuan tadi adalah: temukanlah genetik Anda. Bagi yang percaya pengaruh genetik hanya 20 persen atau bahkan yang percaya hingga 80 persen, hanya pintu genetiklah yang lebih memastikan kesukses-muliaan Anda.

    Tuhan memberi resep kepada manusia untuk bersyukur dengan ilmu yang betul. Apabila ilmu yang dipakai salah atau tidak tepat, maka tujuannya tidak akan tercapai, setidak-tidaknya jalan menuju

    11

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    tujuan akan panjang dan penuh kelokan. Jadi, pakailah ilmu yang benar untuk menemukan ‘karpet-merah’, yakni jalan yang tepat, cepat, murah, dan menyenangkan. Semua manusia, dalam keadaan apapun atau dalam kondisi apapun, memiliki jalan suksesnya sendiri-sendiri semudah dan semeriah menjalani ‘karpet-merah’nya. Itulah surga dunianya. “Barangsiapa tidak menemukan surga dunianya, maka ia tidak akan memasuki surga akhirat-Nya” kata Ibnu Taimiyah. Konsep STIFIn diniatkan sebagai amal kifayah untuk memudahkan manusia menemukan jalan SuksesMulianya. Sebagaimana seruan yang disebut 4 kali dalam Al Quran….i’maluu ‘alaa makaanatikum… atau berbuatlah sesuai dengan keberadaan-terbaikmu. Konsep STIFIn diharapkan menjadi bagian dari pencerahan agar manusia mampu menjalani keberadaan-terbaiknya. Siapa saja!

    Pada akhirnya, fakta keseharian berbicara bahwa lebih mudah menggunakan pendekatan ala STIFIn, yaitu: sistem operasi dominan disyukuri dan diberi investasi yang besar, sedangkan kecerdasan yang bukan sistem operasi dibiarkan berkembang secara alamiah dan dijalankan penuh sabar. Kombinasi mensyukuri kelebihan dan bersabar dengan kelemahan menggunakan ilmu yang betul, yang akan membuat kita semua selamat sampai di tempat terbaik…dan…terindah. SuksesMulia.

    12

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    BAB III

    STIFIn bukan Sekedar Menambah Satu Lagi

    Jika dalam bab-bab awal tadi anda sudah menerima pemaparan mengenai keunggulan konsep STIFIn. Saatnya sekarang kita bicara lebih detail mengenai mesin kecerdasan. Coba kita cek apa Anda masih ingat, mesin kecerdasan ada berapa? Apa saja? Sebelumnya hanya ada empat mesin kecerdasan, sekarang sudah final ada lima mesin kecerdasan. Yang empat itu adalah..? Nah, yang terakhir itulah yang disebut Instinct (In). Sebenarnya bukan datang belakangan. Dari dulu sudah ada. Dari dulu tipe kecerdasaan ini sudah ada, cuma tidak atau belum terdeteksi, sehingga diakuinya belakangan. Kenapa begitu? Semua itu lebih karena orang dengan jenis kecerdassan seperti ini langka, dengan demikian jarang ditemukan. Dalam berbagai kesempatan tes dan berbagai training kami selalu menemui bahwa jumlah tipe Instinct selalu paling sedikit.

    Bukan hanya itu. Tipe ini bisa membaur, beradaptasi, atau menyerupai tipe-tipe yang lain. Bisa dikatakan, ini tipe bunglon dalam pengertian positif. Apapun lingkungannya, dia bisa segera melebur, bergabung, dan beraktifitas. Hebat bukan? Tentu saja setiap kecerdasan memiliki kehebatannya masing-masing. STIFIn tidak mengenal apa yang disebut superioritas antar mesin kecerdasan. Masing-masing kita memiliki kehebatannya, pada saat yang sama juga memiliki kelemahannya. Tidak terkecuali si bunglon kita, ups..maaf, maksudnya Instinct.

    13

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Farid Poniman menemukan keberadaan dan eksistensi tipe Instinct ini setelah mengobservasi peserta training Kubik Leadership lebih dari 5 tahun dan secara khusus mengobservasi istrinya yang ternyata termasuk dalam kelompok yang kelima ini. Mereka memang tidak bisa digolongkan ke dalam 4 mesin kecerdasan yang ada.

    Tipe Instinct ini mau dimasuk-masukkan ke kelompok yang lain tidak ada yang cocok; mau dibilang orangnya matre seperti Sensing, ternyata enggak. Dibilang ambisius kayak orang Thinking, pun tidak. Dikatakan suka pengetahuan kayak orang Intuition, enggak juga. Dibilang lebay layaknya orang Feeling, sama sekali jauh dari sifat itu. Tipe Instinct punya eksistensi sendiri yang berbeda dari keempatnya dengan ciri utamanya serba bisa tapi sekaligus serba tanggung. Ke-unggulan utama Instinct yang tidak dimiliki 4 mesin kecerdasan yang lain yaitu: kesediaan berkorban yang luar biasa. Inilah mereka…kita sambut kedatangan…juru damai… diantara kita (sambil menunjuk peserta yang kecerdasannya In)

    Salah satu kelebihan konsep STIFIn dibandingkan konsep lain adalah bisa menunjukkan lokasi organ fisik otak secara tepat. Kita li-hat satu per satu. Kita mulai dari organ fisik tipe Instinct yang terletak di tengah otak. Jika dilihat bentuk organ fisiknya, otak tengah seperti bukan belahan otak tersendiri karena ia memanjang mulai dari kor-pus kalosum terus ke otak tengah (mid brain), pons, medulla, batang otak, serebelum, hingga sumsum tulang belakang (disebut juga me-dulla spinalis). Kurang lebih seperti batang yang menopang kepala dan menghubungkannya dengan badan. Korpus kalosum adalah serat syaraf terbesar yang menyangga dan menghubungkan antar otak besar, bahkan dengan serat syarafnya yang besar kerap disebut sebagai jantungnya otak. Korpus kalosum berbentuk seperti payung tunggal setengah melingkar bagi otak tengah sekaligus menjadi tempat bertumpu bagi seluruh belahan otak. Kemudian otak tengah

    14

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    yang terdiri dari dua batang yang menyatu itulah yang menjadi tiang dari korpus kalosum. Fungsi dari otak tengah untuk menyambung-kan talamus dan ganglia basal dengan seluruh belahan otak. Batang otak berfungsi vital untuk mengatur denyut jantung dan pernafasan. Maka, hati-hatilah memelihara batang otak. Medula berfungsi sebagai pusat gerakan dan jalur komunikasi otak ke seluruh tubuh. Sedangkan pons bertugas menjadi jalan tol untuk merelay sinyal antarotak. Organ otak yang terletak pada posisi paling bawah adalah serebelum yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Kemudian terusan batang otak yang memanjang hingga ke bawah adalah sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Organ inilah yang membuat In memiliki reflek yang bagus, karena tugas sumsum sebagai serat syaraf terpanjang tersebut untuk menghubungkan otak dengan organ gerak di seluruh tubuh. Hal ini jugalah yang membuat In memiliki sifat temper, cepat marah, tapi cepat juga hilang tanpa ada dendam, lebih merupakan spontanitas, karena kerja dari sum-sum tadi. Tetapi pada batang otak milik orang Instinct ini yaitu di batang otak bagian atas (posisi leher atas) merupakan pengendali syaraf parasimpatik (satu diantara 2 jenis syaraf otonom), yang kami anggap sebagai syaraf pengendali unsur-unsur spiritualitas. Itulah mengapa ciri utama orang Instinct dapat disimpulkan sebagai; buas tapi shaleh.

    Berbeda dengan otak tengah yang agak simpel, sistem limbik bisa dikatakan lebih kompleks. Sistem limbik inilah yang menjadi organ untuk tipe Sensing dan Feeling. Organ sistem limbik yang di sebelah kiri milik tipe Sensing, sedang yang di sebelah kanan milik tipe Feeling. Sistem limbik ini dipimpin oleh neokortek (cerebrum) bagian bawah yang disebut girus singuli. Girus ini terdiri dari dua belahan kanan dan kiri sekaligus juga memiliki dua lapisan --layaknya neokortek yang lain-- yang berwarna abu-abu (luar) dan putih (dalam). Sistem limbik yang komplek itu dibangun dari hasil

    15

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    kerjasama girus singuli bersama pendukungnya yaitu: ventrikel lateral, ganglia basal, putamen, amigdala, hipokampus, thalamus, hipotalamus, dan kelenjar hipofisis. Sistem limbik ini terpisah atas-bawah oleh korpus kalosum. Posisi girus singuli di atas payung korpus kalosum sedangkan seluruh pendukungnya ada di bawah payung korpus kalosum. Masing-masing organ dalam sistem limbik memiliki fungsi sendiri-sendiri; ventrikel lateral sebagai rongga cairan otak; ganglia basal sebagai pengintegrasi gerakan; hipokampus sebagai pembentukan memori jangka panjang; amigdala sebagai pusat emosi; thalamus sebagai pusat pengaturan fungsi inderawi; hypothalamus sebagai pengendali homeostasis (suhu, lapar, haus, bau, takut, dan sex); dan kelenjar hipofisis sebagai produsen hormon-hormon yang diperlukan tubuh.

    Sekarang kita bicara belahan otak untuk Thinking dan Intu-ition. Kedua kecerdasan ini berada di neokortek (cerebrum) dengan pembagian sebagai berikut: belahan neokortek kiri untuk Thinking dan belahan neokortek kanan untuk Intuition. Neokortek terdiri dari empat lobus, yaitu: Lobus Frontal (fungsi intelektual), Lobus Parietal (pusat kesadaran sensorik dan asosiasi), Lobus Oksipital (fungsi interpretasi visi), dan Lobus Temporal (fungsi memori dan audi-tori). Masing-masing neokortek, baik yang kiri dan kanan, memiliki keempat-empat lobus.

    16

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    BAB IV

    Mengenal KARAKTER Mesin KECERDASAN

    Setelah mengetahui letak masing-masing mesin kecerdasan (MK), kini giliran kita akan melihat karakter dari masing-masing MK tersebut. [Perlu diingat jika berbicara jenis kecerdasan, satuannya intel-ligences, jadi lengkapnya menjadi Sensing Intelligences, Thinking Intel-ligences dan seterusnya. Akan halnya satuan Personaliti Genetik (PG) satuannya adalah quotients]

    Sensingo memiliki kecerdasan inderawi, Thinkingo memiliki kecerdasan berpikir, Intuitiono memiliki kecerdasan indera ke enam, Feelingo memiliki kecerdasan perasaan, dan Instincto memiliki kecerdasan indera ke tujuh.

    Uraiannya adalah sebagai berikut:Kecerdasan S mengandalkan pancaindranya sehingga orang S o cenderung praktis, konkrit, dan jangka pendek, sesuai dengan jangkauan panca inderanya. Kecerdasan T mengandalkan pikiran logisnya, hal mana mem-o buat orang T objektif, adil, dan efektif. Kecerdasan I mengandalkan indera keenamnya dalam mengam-o bil keputusan yang berarti jauh terproyeksi ke depan, men-

    17

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    jadikannya orang yang sangat optimistis, jangka panjang, dan terkonsep. Kecerdasan F selalu merujuk kepada perasaannya yang mem-o buat orangnya bertenggang rasa, bijak, dan memimpin. Sementara In selalu merujuk kepada indera ketujuh jika akan o mengambil keputusan, menjadikan orang In spontan, pragmatis, dan rela berkorban.

    Ada tiga istilah indera dalam penjelasan pada lima MK tadi masing-masing: panca indera, indera keenam dan indera ketujuh. Apa per-bedaannya? Agar tidak salah pengertian, kita perlu bahas lebih rinci. Perhatikan contoh ini: dirut jenis S (mengandalkan keputusan-nya pada panca indera) tidak mau menaikkan targetnya tahun de-pan karena, menurut penglihatan panca inderanya, daya beli pasar menurun. Sebaliknya dirut jenis I mengambil keputusan yang lebih optimistis karena hasil proyeksi indera keenamnya (diproses melalui penggunaan otak kanan) meyakini kondisi pasar tahun depan jus-tru akan normal kembali bahkan lebih baik. Tapi dirut jenis In yang mendapat pengetahuan begitu saja tanpa proses berpikir dari indera ketujuhnya memilih menurunkan targetnya karena menilai pasar ta-hun depan justru melemah dari tahun ini. Kira-kira kurang lebih be-gitulah perbedaan ketiga indera tadi di mana panca indera berdasar fakta, indera keenam yang memproyeksi ke depan, dan indera ketu-juh yang mengandalkan naluri (atau firasat).

    Atau bisa juga diibaratkan seperti ini: S seperti kameraI ibarat detektif dan In layaknya naluri hewan.

    Sekarang kita lihat 5 MK berdasarkan Konsep Triune Brain (Paul MacLean).

    18

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Menurut neurosaintis McLean otak manusia terdiri atas otak insani, otak mamalia, dan otak reptilia. Berdasarkan konsep ini, otak insani menempati posisi teratas dalam evolusi otak manusia. STIFIn sendiri berpendapat bahwa penyebutan otak insani yang menge-sankan bahwa otak ini yang paling berbudaya dan paling tinggi kelasnya dibanding yang lain adalah keliru. Kami tidak sependapat dengan konsep ini. Seperti yang sudah dijelaskan pada sesi sebe-lumnya, setiap kecerdasan memiliki keunggulannya sendiri-sendiri. Tapi kita di sini tidak datang untuk mendebat konsep strata otak McLean.

    Otak insani ditempati oleh kecerdasan T dan I. Mereka dengan kecerdasan T dan I memiliki kelas tersendiri karena keduanya memi-liki kesamaan dalam hal intelektualitas. Keduanya sama-sama jago dalam mengatur strategi, tidak mudah didikte, punya prinsip dan pola tersendiri, serta sama-sama keras kepala mempertahankan prinsipnya.

    Sedangkan kotak S dan F berada pada strata otak mamalia. Mamalia jenis S berarti tukang makan, sedang mamalia jenis F berarti tukang kawin dan beranak. S dan F adalah sama-sama orang ‘lapangan’, lapangan rumput seperti mamalia. Mereka sama-sama eksekutor yang lebih menguasai arena kerja. Mereka sama-sama lebih tahan banting dibanding mereka yang memiliki otak insani. Orang S menguasai keterampilan teknis operasional, sedangkan orang F mahir dalam menggerakkan orang. Lihat, tipe ini tidak lebih buruk atau tidak lebih rendah kelasnya bukan, meski otaknya adalah otak mamalia.

    Strata terendah dalam konsep MacLean adalah otak reptilia yang dimiliki kecerdasan In. Reptil digambarkan sebagai buas, ber-badan besar, tapi otaknya kecil sehingga gampang punah. Seperti halnya reptil, orang In merespon sangat cepat bahkan cenderung spontan apa saja dari lingkungannya. Tidak berpikir panjang, lugu,

    19

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    dan cenderung naif. Keunggulan otak reptilia ini adalah spiritualitas-nya yang tinggi, suka menolong dan berkorban demi kepentingan yang lebih besar. Jadi, sekalipun otaknya, menurut strata McLean, lebih rendah dari otak lain tapi ternyata dialah yang paling memiliki spritualitas tinggi. Jadi masing-masing memiliki kekuatan dan kele-mahan bukan?

    Coba perhatikan ini: T yang logis dan objektif, cenderung raja tega. I yang kreatif dan konseptor, cenderung a-sosial. S yang dianggap suka bersenang-senang, rajin dan ulet. F yang, upss.., dianggap mata keranjang, eh... malah sangat

    pandai berempati serta memahami perasaan orang lain.In yang buas memiliki kesalehan tinggi. Pendek kata, pada setiap MK yang memiliki kelebihan pasti

    akan selalu diikuti kelemahan pada sisi yang lain sebagai satu paket yang harus diterima sebagai fitrah kesejatian yang sejajar. Kesimpu-lannya, STIFIn mendudukkan tiga strata MacLean sebagai sederajat, bukan sebagai strata yang bertingkat.

    Roger Sperry pemenang hadiah Nobel pada tahun 1981 mem-perkenalkan pendekatan otak berdasarkan kuadran, yakni kuadran kanan dan kuadran kiri. Sekarang masih banyak yang beranggapan bahwa otak pada kuadran kanan lebih bagus dan lebih hebat dari yang kiri. Otak kanan dianggap kreatif, fungsional, meruang, fleksi-bel, lebih manusiawi, sehingga dianggap lebih hebat. Banyak buku dan seminar yang diselenggarakan mengenai kehebatan kuadran otak kanan ini. Sebaliknya otak kuadran kiri dinilai cenderung kaku, terkotak-kotak, mementingkan disiplin, membosankan, menjadikan orang ibarat robot. Kami berpendapat pendekatan ini ketinggalan jaman. STIFIn, seperti sudah kami katakan berkali-kali, menganggap

    20

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    bahwa pendekatan otak kuadran kanan dan kuadran kiri memiliki kesetaraan dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing. Orang kanan yang pandai merancang tidak akan maju jika tidak ada orang kiri yang mengerjakannya.

    Kemudian salah satu teori turunan dari konsep STIFIn yaitu ten-tang Diagonal Produksi dan Diagonal Organisasi.

    Kedua diagonal itu menguraikan kesamaan antara dua kecer-dasan yang sebenarnya saling bertolak belakang. Diagonal Produksi merupakan persamaan sifat dari kecerdasan S dan I yang sesungguh-nya berbeda layaknya bumi dan langit.

    S sangat membumi, sedang tipe I sangat melangit. S jangka pendek dan ‘rabun jauh’, sebaliknya I jangka pan-jang dan ‘rabun dekat’.

    Tapi dibalik perbedaan yang sangat tajam itu terdapat persa-maan yang juga amat mirip. S dan I sama-sama menyukai terlibat da-lam aktivitas produksi, meski dengan cara yang berbeda.

    S membuat, I mencipta. S peniru, I kreator.

    Diagonal Organisasi merupakan persamaan sifat dari kecer-dasan T dan F. Sesungguhnya T yang raja tega dengan F yang malas mikir berbeda secara diametral seperti arah mata angin: utara dan selatan. Utara lebih dingin, Selatan lebih hangat.

    Orang T lebih dingin dan berjarak dengan orang, F lebih hangat dan lebih dekat dengan orang. Orang T menggunakan kepala, orang F menggunakan hati.

    Namun diantara perbedaan yang sangat telak tersebut antara T dan F memiliki persamaan yaitu sama-sama suka mengorganisasi-kan.

    21

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Orang T mengorganisasikan dengan kepala dalam bentuk managerialship. T manager.Orang F mengorganisasikan dengan hati dalam bentuk leadership. F leader.

    Anda pasti bisa melihat perbedaan antara seorang manager dengan seorang pemimpin kan? Manager mementingkan proses dan hasil, pemimpin mementingkan manusia dengan emosinya.

    Mengapa STIFIn mengkritisi MBTI karena, antara lain, teori di-agonal ini. Berdasarkan teori diagonal ini sebenarnya tidak perlu ada tret/sifat Judging dan Perceiving pada MBTI. Karena Judging itu merupakan sifat utama dari diagonal organisasi dan Perceiving merupakan sifat utama dari diagonal produksi. Artinya Judging dan Perceiving tidak memiliki organ fisik tersendiri, melainkan sekedar persamaan sifat dalam diagonal.

    Untuk memahami lebih dalam lagi tentang karakter masing-masing MK mari kita akan lihat sifat paradoks di dalam masing-masing MK.

    S tahan banting tapi manja. Tipe S jika berjerih payah mengeluarkan keringat hingga banting tulang sekalipun, maka rasa penat dan rasa sakitnyapun cenderung berhenti di urusan fisik semata, tidak sampai dibawa ke urusan psikis atau hati. Namun di balik kekuatan banting tulangnya ini tipe S merasa perlu didukung orang lain. Ia membutuhkan seperangkat sumberdaya dan dukungan konkrit untuk mudah menjalankan tugasnya. Pada bagian inilah orang S kelihatan manjanya dan kurang mandiri.

    Tipe T adalah mesin profit yang mahir tapi suka terjebak pada hal-hal sepele. Alasan kenapa tipe T bisa diandalkaan jadi pencari keuntungan karena kemandirian dan sistematikanya dalam bekerja. Namun ketika ada tuntutan untuk berpikir besar, tipe T malah menghabiskan energinya pada hal-hal kecil yang remeh-temeh, tidak esensial, teknis, padahal seharusnya ia bicara hal strategis.

    22

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Tipe I adalah reformis atau pembaharu tapi kurang sadar musuh. Tipe I berjiwa pengusaha dan menyukai perubahan, karena itu ia selalu melihat peluang untuk melakukan perubahan untuk mengimplementasikan konsepnya. Namun terkadang apa yang akan direformasi selangkah lebih cepat dari jamannya atau keinginan banyak pihak. Hal ini membuat orang I sudah melangkah jauh di depan, sementara orang lain tertinggal di belakang. Tipe I tidak memiliki interes untuk membangun platform. Baginya yang penting adalah memperjuangkan ide. Menurutnya ide adalah jalan terbaik untuk melangkah. Hal inilah yang membuat ia tidak sadar bahwa orang lain yang tidak terbawa atau tidak bisa mengikuti kecepatannya menjadi musuhnya. Mereka cenderung memiliki musuh bukan yang datang dari samping tapi justru datang dari bawah oleh karena arus bawah tidak suka dengan tipe I yang terlalu bersifat vertikal.

    Sedangkan sifat paradoks pada tipe F, antara lain, adalah visinya jauh ke depan tapi mudah menyerah. Tipe F layaknya seorang ideolog, pemimpin yang visioner, berani menghadapi arus yang melawannya, namun, sayangnya, kegigihannya seperti ‘hangat-hangat tahi ayam’, naik turun mengikuti mood-nya. Ketika ketidakstabilannya itu terbaca oleh lingkungannya mulailah muncul resistensi. Jika resistensi itu berlanjut pada skala yang lebih besar, apalagi jika ditambah persoalan-persoalan lain yang bersifat teknis dan non teknis, membuat ia cepat menyerah.

    Pada tipe In, salah satunya, adalah generalis tapi tanggung, tidak tuntas. Tipe In memang serba bisa, responsif, cepat tanggap, pragmatis, dan berpikir holistik secara cepat, namun karena persentase pada empat belahan otaknya serba 50% yang membuat ia tidak menjalani pekerjaannya hingga tuntas.

    Sekarang kita akan merinci masing-masing tipe kecerdasan. Kita mulai dari gambaran peran otaknya. Masih ingat kan bahwa setiap kita memiliki satu, hanya satu dan tidak lebih, kecerdasan

    23

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    dominan sehingga pada kecerdasan dominan itulah porsi analogis peran otak sebesar 100%. Jadi, pada tipe kecerdasan S dengan sendirinya porsi peran otaknya 100% pada limbik kirinya, sedangkan inferiornya berada pada I yang porsinya hanya sebesar 20%, adapun persentase T dan F-nya masing-masing + 40%; kalau T 45% maka F 35% atau sebaliknya. Mengenai profil keseharian S dapat diringkas dalam sepuluh sifat berikut ini: buktikan!, teliti, perhatian pada detail, menuntut bukti, rajin, pikiran terangkai, mendapatkan hasil, membutuhkan kepastian, suka mencontoh, suka non fiksi, dan kuat ingatan. Sesuai teori Pavlov tentang rangsangan dan hambatan, tipe S memiliki eksitasi tinggi dan inhibisi rendah. Artinya dirangsang dari luar (eksitasi) gampang dan tidak punya halangan (inhibisi) dari dalam untuk beraksi. Itulah kenapa tipe S ini mudah dibentuk, rajin serta berstamina. Karena rajin dan berstamina itulah atau bugar karena hormon kortisolnya tinggi, tipe S cenderung memiliki keterikatan hubungan dengan harta, dimana ada hormon kortisol disitu ada duit; calon orang kaya.

    Sekarang rincian untuk Tipe T. Berdasarkan persentase analogis, maka persentase otak neokortek kirinya sebesar 100%, dimana T berada. Berdasarkan teori menyilang superior-inferior, maka otomatis persentase F yang merupakan kelemahan orang T hanya sebesar 20%. Sedangkan persentase S dan I-nya masing-masing + 40%; atau jika S 45% maka I 35% atau sebaliknya. Lalu seperti apakah profil keseharaian kecerdasan T? Ini dia sepuluh yang paling menonjol: yaitu: “pikirkan!”, logis–rasional, kurang peka, dingin, jaga jarak, tanya data, kritis, tegas tuntut hak, maskulin. Apabila memakai teori Pavlov, maka tipe T memiliki eksitasi rendah dan inhibisi tinggi. Susah dirangsang dan pada saat yang sama punya halangan dari dalam yang besar. Orang ini susah digerakkan dan sulit bergerak sendiri. Kira-kira bisa disebut sebagai super defensif. Inisiatif dan kemandiriannya datang dari pikirannya, tetapi berhitung untuk beraksi. Meski super defensif,

    24

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    namun bertangan dingin, karena yang bekerja bukan ototnya tetapi kepalanya, sehingga cenderung memiliki keterkaitan dengan tahta; ya....calon penguasa.

    Kini giliran Tipe I. Porsi peranan otaknya dapat dianalogikan sebagai berikut: Otak neokorteks kanannya yang ditempati I sebesar 100%, kecerdasan terlemahnya adalah S sehingga porsinya hanya sebesar 20%, sedangkan persentase T dan F-nya masing-masing + 40%; kalau T 45% maka F 35% atau sebaliknya. Adapun karakteristik sehari-hari yang ditampilkan tipe ini adalah : “bayangkan!”, gambaran besar, kreatif–unik, abstrak–teoritis, orientasi masa depan, pola beragam, analogi dan metafora, suka alternatif, suka cerita fiksi, hal besar dan strategis. Sementara eksitasi dan inhibisinya sama-sama rendah: Kesimpulannya orang seperti ini susah dirangsang, tapi tidak punya halangan dari dalam untuk beraksi. Dengan demikian tipe I ini hanya akan maju jika punya dorongan dari dalam, misalnya, ia punya mimpi. Apabila sudah terdorong dari dalam, maka tidak ada hambatan baginya untuk menjalankan programnya. Tipe seperti inilah yang sesuai dengan kemistri kata; calon pengusaha. Karena kualitas keputusannya sangat tergantung dari wawasan ilmunya (atau kata).

    Sekarang Tipe F. Berdasarkan persentase analogis, peran limbik kanan sebagai mesin kecerdasan F-nya sebesar 100%, persentase T sebagai yang terlemah sebesar 20%, sedangkan persentase S dan I masing-masing + 40%; apabila S 45%, maka I 35% atau sebaliknya. Adapun sepuluh profil keseharian F yaitu: “rasakan...”, main hati, berorientasi pada orang, mengukur perasaan, hangat dan ramah, empatik dan simpatik, mudah tersinggung, suka ngobrol, meyakinkan, lembut dan penyayang. Jika memakai teori Pavlov, tipe F sama-sama memiliki eksitasi dan inhibisi tinggi. Mudah dirangsang dari luar tapi hambatan dari dalamnya juga besar terutama datang dari suasana hatinya yang cepat berubah-ubah, sehingga tidak mudah untuk

    25

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    beraksi. Akibatnya tipe F ini lebih mudah jika memanfaatkan potensi yang lain yaitu menebarkan cintanya yang punya stok banyak. Tipe seperti inilah yang cenderung berkemistri cinta; calon pemimpin.

    Terakhir, rincian untuk tipe In. Inilah kecerdasan yang serba bisa tapi pada saat yang sama juga serba setengah. Porsi peran otaknya tidak memiliki sisi inferior seperti yang lain, karena selain In yang 100%, empat yang lain semuanya 50%. Adapun sepuluh gambaran kesehariannya: “ayo..cepat!”, spontan, naluri, senang terlibat, pragmatis, generalis, menolong, to the point, temannya banyak, mudah adaptasi, traumatik, pendamai. Tipe In tidak punya eksitasi dan inhibisi yang artinya orang tipe ini spontan, responsif, penolong. Tipe seperti inilah yang berkemistri dengan bahagia; calon pegiat nirlaba.

    Lantas bagaimanakah cara belajar yang harus dilakukan setiap mesin kecerdasan? Apakah ada perbedaan cara masing-masing kecerdasan? Perhatian uraian berikut ini: Tipe S yang jago mengingat mesti rajin menghafal. Tipe T yang jago menalar harus rajin membuat skema pelajaran. Tipe I yang jago spasial mesti rajin berkreasi sendiri. Tipe F yang jago auditori harus rajin berdiskusi pelajaran. Dan tipe In yang jago merangkum sebaiknya belajar secara deduktif. Inilah salah satu perbedaan mendasar dari In dengan keempat tipe lainnya, yakni sementara keempat tipe yang lain induktif (dari detil ditarik kesimpulan), In justru belajar dengan cara deduktif (dari kesimpulan diuraikan ke detail).

    Respon Golongan DarahMasih ingat teori strata genetik? Strata yang paling

    berpengaruh adalah Mesin Kecerdasan, disusul berturut-turut Drive Kecerdasan, Kapasitas Hardware, Golongan Darah. Faktor genetik yang disebut terakhir ini memberikan pengaruh cukup besar pada stimulus spontan tapi sangat kecil pada pengambilan keputusan

    26

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    yang strategis yang memerlukan banyak pertimbangan. Hal ini bisa terlihat saat seseorang menjalani tes tertulis (paper & pencil test) pengaruh golongan darah sangat mempengaruhi pilihan mereka. Contohnya, orang T yang bergolongan darah O saat tes tertulis akan mengisi kuisioner dengan pilihan suka menolong daripada berbuat adil seperti sifat kecerdasannya. Semua itu karena faktor golongan darah yang bersifat spontan, labil, dan sementara. Berikut adalah pengaruh sesaat yang diberikan oleh golongan darah :

    Golong darah O menyuruh otak menjadi orang F, Golongan darah A menyuruh otak menjadi orang T, Golongan darah AB menyuruh otak menjadi orang S, Golongan darah B menyuruh otak untuk menjadi orang I.

    Kesimpulannya, golongan darah hanya menjadi tukang antar pesan, seperti layaknya tukang pos yang mengantarkan surat sambil mewarnai kemasan pesan, namun tetap akhirnya mesin kecerdasan yang akan memutuskan.

    Teori Sirkulasi STIFInHal lain yang menarik dalam konsep STIFIn adalah adanya

    pola hubungan antarkecerdasan yang tergambar dalam hubungan segilima sesuai dengan Teori Sirkulasi STIFIn. Seperti apakah itu? Lima mesin kecerdasan membentuk sebuah mata rantai segilima mengikuti jari-jari tangan kanan yang dimulai dari ibu jari hingga kelingking, bukan mengikuti urutan akronim STIFIn melainkan menggunakan urutan akronim STInIF (sesuai posisi jari tangan), sebagai sebuah aliran sirkulasi yang saling mendukung. Tipe S yang rajin mendukung tipe T yang sistematis. Tipe T yang terarah mendukung tipe In yang mengalir. Tipe In yang cepat tanggap mendukung tipe I yang banyak ide. Tipe I yang konseptor mendukung tipe F yang visioner. Tipe F yang pandai memberi semangat mendukung tipe S yang tahan banting.

    27

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Selain hubungan saling mendukung, lima MK juga dapat membentuk hubungan bintang lima sudut yang hubungannya saling menaklukkan. Masih memakai pola jari tangan kanan dengan melompati satu mesin kecerdasan: Tipe S yang berstamina mengalahkan tipe In yang nanggung, Tipe In yang responsif mengalahkan tipe F yang banyak omong. Tipe F yang empatik mengalahkan tipe T yang formal berjarak. Tipe T yang memiliki kekuatan arah mengalahkan tipe I yang telalu banyak alternatif. Tipe I yang kreatif mengalahkan tipe S yang peniru.

    Dengan mengetahui hubungan saling mendukung dan hubungan saling mengalahkan kita dapat membuat peta hubungan sosial: ideal atau tidak. Perhatikan ini: Suami T memilik istri S. Apakah ini hubungan rumah tangga yang ideal? Berdasarkan hubungan segi lima tadi, S mendukung T, sehingga hubungan suami istri ini bisa dikatakan bagus. Sebaliknya apa yang terjadi jika seorang pria T beristrikan wanita F? Berdasarkan pola saling menaklukkan, sang istri yang F akan menaklukkan suaminya, jadi bisa dikatakan ini hubungan tidak ideal. Bagaimanapun, suamilah yang seharusnya menaklukkan atau didukung, bukan sebaliknya.

    Khusus dalam hal mencari pasangan ada dua JANGAN yang harus dihindari: jangan setipe MK-nya (apalagi PG nya) dan jangan tipe istri mengalahkan tipe suami. Untuk yang disebut pertama alasannya karena jika sama MK dan PG-nya sama akan membuat tidak terjadi sirkulasi, sementara untuk yang disebut terakhir karena sirkulasinya melawan arus sehingga suami akan kelelahan karena suami harus mengeluarkan paling tidak dua kali lipat energi untuk bisa sukses. Energi sang suami selain harus mengurus dirinya harus sukses, juga harus berenang melawan arus untuk bisa menundukkan istrinya di rumah.

    Sedangkan prinsip dalam mencari tangan kanan, guru, coach (pelatih), tutor, atau pendukung setia juga hampir sama yakni

    28

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    haruslah yang mendukung atau mundur selangkah (bayangkan segi lima tadi). Lihat contoh ini: tangan kanan tipe S adalah tipe F.

    Tapi prinsip itu tidak belaku jika yang kita cari adalah mentor. Seorang mentor haruslah yang berwibawa atau disegani, dan karenanya haruslah yang menundukkan atau mengalahkan kita. Anda tentu tidak mau mentor Anda kalah pamor dari Anda sendiri bukan. Jadi, kalau memakai prinsip mundur menentang arah jarum jam, maka jika seorang S mencari mentor haruslah I. Sedangkan tipe I mencari mentor yang tipe apa?...Benar...Anda benar..tipenya T. Begitu seterusnya (bayangkan bintang lima sudut).

    Tentu semua sudah pernah mendengar apa itu cinta segitiga? Atau jangan-jangan ada yang pernah merasakannya? Tapi tak apa kalau dijelaskan lagi. Cinta segi-tiga adalah posisi dimana cinta seseorang, bisa pria pun bisa wanita, bertepuk sebelah tangan karena yang dicintainya, justru takluk kepada orang lain. Contohnya ini: F jatuh cinta pada I, tidak tahunya yang I bertekuk lutut pada T. Kenapa bisa terjadi? Penjelasan karena sekalipun I (wanita) dibutuhkan oleh F (pria), tetapi kecerdasan I dikalahkan atau ditaklukkan oleh kecerdasan T (pria).

    Masalah dalam perkawinan bisa terjadi karena adanya orang lain yang menciptakan suasana berbeda, sekalipun kecerdasannya sudah ideal. Simak baik-baik masalah rumah tangga yang terjadi pada artis ini: KD yang S, memiliki suami AH yang T. Dari sisi hubungan, mereka sudah ideal, sang istri mendukung sang suami. Ditengah jalan, di saat KD merasa lelah secara batin mendukung AH muncul pria lain, RL, yang memanjakannya. Akhirnya KD melepaskan AH dan kawin dengan RL, meski dilihat dari sudut pandang manapun AH bukan bandingan RL. Tongkrongan AH jauh lebih bagus. Moral dari cerita ini adalah sekalipun kecerdasan pasangan kita, dalam hal ini istri atau pacar, sudah mendukung tapi hati-hati, jangan terlena dan merasa sudah seharusnya pasangan kita seperti itu, mendukung terus. Bisa kandas percintaan kita.

    29

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Saat ini, dunia kedokteran sudah sangat mempertimbangkan teori sirkulasi ini. Jika kondisi S bertegangan tinggi maka obatnya diberi jenis T, tapi jika kondisi S lemah maka obatnya diberi jenis F yang mensuplai energi dukungannya, dst. Teori Sirkulasi STIFIn ini bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Sekali lagi, inilah yang disebut palugada, apa lu mau gua ada.

    Baiklah....kita sampai di ujung sesi ini. Sekali lagi, terlihat dengan nyata sekali, setiap mesin kecerdasan memiliki jalan suksesnya sendiri-sendiri. Orang Sensing melewati jalur kaya, orang T melewati jalur berkuasa, orang I melewati jalur pengusaha, orang F melewati jalur kepemimpinan, orang In melewati jalur altruisme. Mereka semua akan berada di puncak tertingginya jika bersedia menjalani kunci sukses masing-masing. Tipe S harus meningkatkan frekuensi, tipe T menetapkan prioritas, tipe I memperbaiki kualitas kerjanya, tipe F dimulai dari berhasil memimpin dirinya sendiri, dan tipe In menolong orang lain. Insyaallah SuksesMulia di tangan anda. Amin.

    30

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    BAB V

    Pengaruh DRIVE pada Mesin Kecerdasan

    Kita akan mulai bab 5. ini dengan mengingat kembali teori strata genetik sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebe-lumnya. Kita segarkan ingatan dulu ya. Strata genetik menyebutkan bahwa masing-masing unsur genetik memiliki tingkatan pengaruh kepada kecerdasan dan kepribadian. Yang terkuat diduduki Mesin Kecerdasan, tingkat kedua diduduki Drive Kecerdasan, peringkat ke-tiga adalah Kapasitas Hardware, dan strata terakhir adalah Golongan Darah.

    Sekarang kita akan bahas pengaruh strata kedua yakni Drive ketika mengemudikan kecerdasan. Drive ada dua: introvert dan extrovert. Jika hanya disebut introvert dengan lambang i huruf kecil dan extrovert dengan lambang e huruf kecil yang berdiri sendiri maka mereka tidak bisa dikategorikan sebagai tret/sifat. Pengemudi (drive) ini tugasnya menjadi sopir yang menggiring orientasi kecerdasan. Ketika kecerdasan sudah dikemudikan jadilah mereka bernama per-sonaliti, misalnya Se, Si, Te, Ti dan seterusnya. MK adalah mobilnya, i dan e adalah sopirnya. Personaliti ini tidak berubah dari lahir hingga meninggal dunia dan menjadi fitrah kesejatian seseorang.

    Sekarang ini kita juga mengenal Extrovert dan Introvert yang lambangnya huruf besar, yakni E dan I. Beda dengan exrovert dan introvert yang lambangnya huruf kecil yang STIFIn pergunakan, yang

    31

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    huruf besar ini sudah menjadi sifat yang mandiri dan merupakan fenotip. Perbedaan lain, jika pada e dan i huruf kecil berkonotasi netral, pada E dan I berkonotasi positif – negatif dimana E adalah positif karena mingle, ramah, terbuka, mudah beradaptasi, outgoing, dan lebih optimis dan semua yang bersifat bagus. Sedangkan I berkonotasi negatif karena dianggap tertutup, pemurung, pencemas, tidak mudah beradaptasi, dan kuper dan apa saja yang menjadi sifat jelek.

    Pada kecerdasan tipe Instinct tidak memiliki sopir. Tidak ada yang namanya introvert dan extrovert karena organ fisik Instinct yakni otak tengah memang tidak tersedia lapisan putih dan abu-abu. Oh..iya..harap diingat pada T dan I lapisan putih yang di sebelah dalam (introvert) dan lapisan abu-abu yang berada di sebelah luar (extrovert) terdapat pada lobus-lobus, sedangkan pada S dan F lapisan putih (untuk introvert) dan lapisan abu-abu (untuk extrovert) terdapat pada girus singuli. Karena In tidak memiliki kemudi (lapisan) putih dan abu-abu ini, kecerdasan ini dikemudikan secara otomatis dan spontan, menggunakan syaraf otonom. Jadi Instinct merupakan MK dan sekaligus PG pada saat yang sama.

    Kaitan Posisi Belahan Otak dengan Personaliti Genetik

    Sekarang kita akan membahas personaliti memakai sepuluh tangan. Kenapa memakai tangan? Karena, seperti sudah dijelaskan di sesi pertama tadi, di ujung jari kitalah terdapat sidik jari yang meng-gambarkan saraf-saraf otak yang menjadi kecerdasan seseorang. Jadi dengan mengetahui jari mana untuk personaliti mana kita akan tahu posisi belahan dan lapisan otak yang mengendalikan personaliti genetik.

    Ok kita mulai, keluarkan sepuluh jari sambil bersuara seperti macan....aauumm. Jari tengah baik yang di kiri maupun di kanan

    32

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    adalah posisi otak untuk tipe In, sedangkan empat jari yang berada di dalam diantara dua jari tengah itu adalah drive introvert, sementara empat jari yang berada di luar jari tengah adalah drive extrovert. Lalu bagaimana caranya mengetahui posisi MK? Kita segarkan dulu ingatan soal MK yang memakai tangan kanan yang tergambar dalam segi lima. Ibu jari adalah S, telunjuk adalah T, jari tengah adalah In, jari manis adalah I dan kelingking adalah F. Baiklah, sekarang tumpangkan tangan kanan di atas tangan kiri. Pola mesin kecerdasan mengikuti jari-jari pada tangan kanan, sedang introvert dan extrovertnya mengikuti posisi, itu tadi, luar-dalam terhadap jari tengah. Kita ambil contoh: ibu jari tangan kanan adalah Si, tapi ibu jari kiri adalah Fi. Kelingking tangan kanan adalah Fe, namun kelingking tangan kiri adalah Se, dst. Berarti sekarang kita sudah tahu posisi jari-jari yang jika di-scan sidik jarinya akan langsung menggambarkan posisi belahan dan lapisan otak.

    Quotient

    Giliran kita bahas quotient. Personaliti memakai satuan quo-tient dan bukan intellegence karena PG bukanlah kecerdasan. Jadi, kalau setiap PG diberi satuan quotient, akan didapat 9 quotient sebagai berikut:

    Si sebagai memory quotient (MI menyebut linguistic verbal intel-o ligence), Se sebagai physical quotient (MI menyebut kinesthetic intelli-o gence), Ti sebagai technical quotient (pada MI tidak ada), o Te sebagai logical quotient (MI disebut logic-mathematic intel-o ligence), Ii sebagai creativity quotient (pada MI tidak ada), o

    33

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Ie sebagai spacial quotient (MI menyebutnya visual-spacial intel-o ligence), Fi sebagai emotional quotient (MI menyebut intrapersonal intel-o ligence), Fe sebagai social quotient (MI menyebutnya interpersonal intel-o ligence), In sebaai altruist quotient (MI menyebut spiritual intelligence). o

    Berarti pada MI ada 2 quotient yang tidak ada yaitu TQ (milik tipe Ti) dan CQ (milik tipe Ii), sebaliknya pada MI ada 2 tambahan intel-ligence yang lain yaitu musical intelligence dan natural intelligence. Tapi kalau mau diperjelas, menurut STIFIn, musical intelligence serta natural intelligence bisa dimasukkan ke dalam spiritual intelligence yang dimilik tipe In. Jadi kesalahan MI, menurut STIFIn, bukan saja karena meletakkan kesembilan itu sebagai intelligence (kecerdasan) yang pada STIFIn hanya setaraf personaliti yang kedudukanya lebih rendah dari MK, juga karena timbangannya tidak setara; dua yang penting tidak ada TQ dan CQ, malah memunculkan musical intelli-gence dan natural intelligence yang seharusnya menjadi bagian dari In. Tetapi yang benar-benar membuat STIFIn lebih unggul dari MI terutama karena masing-masing intelligence dan quotient itu bisa ditunjukkan letak organ fisiknya, sedangkan MI tidak bisa.

    Ciri Utama KepribadianKita sampai pada ciri utama kepribadian mari kita kupas satu

    persatu

    Yang berkaitan dengan uangSi, paling hemat karena dia tahu bahwa untuk mendapatkan satu o sen, dia harus memeras keringat. Se, sebaliknya, pemboros. Mudah dimengerti karena motifnya o

    34

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    mencari uang demi memperoleh kenikmatan dan juga untuk menjamu teman-temannya.Ti, memikirkan apa manfaat setiap pengeluaran. o Te, mengakumulasikan uang karena menganggap uang sebagai o barang berharga yang paling rasional untuk disimpan.Ii, mencari kepuasan karena harga kehidupannya terletak pada o kepuasan merealisasikan idenya.Ie, progresif karena uang yang didapat merupakan modal untuk o masa depan yang lebih baik.Fi, nge-bossi karena suka menyenangkan konstituen atau pengi-o kutnya.Fe, instant karena panggilan sejatinya ingin selalu cari jalan yang o mudah.In berciri martir karena panggilan jiwanya untuk mendahulukan o kepentingan orang lain dibanding kepentingan dirinya.

    Yang berhubungan dengan kemistri Si, mengejar harta sesuai prinsip o no pain no gain yang artinya kurang lebih tidak akan dapat laba tanpa kerja keras atau pengorbanan. Se, jika orang lain mengejar harta, tipe ini justru dikejar harta, o tapi dengan syarat ia dermawan atau sering mentraktir orang sambil cari proyek.Ti, mencari tahta dengan membuktikan kepakarannya hingga o orang yakin dengan kemampuannya. Te, tahta akan mencarinya karena memiliki kharisma kekuasaan o terlebih jika ia menunjukkan kemampuan managerialnya.Ii, menerbangkan kata karena baginya ibarat ‘seni untuk seni’ o tidak masalah orang lain tidak suka sepanjang ia puas dengan

    35

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    karya terbaiknya. Ia tidak peduli dengan kata orang lain menge-nai karyanya.Ie, mendaratkan kata karena ide yang masih mengawang-o ngawang berhasil digandeng dengan idenya sendiri menjadi karya yang berorientasi pasar. Fi, seperti cinta perempuan yang tunggal, ia menjaring cinta o masuk dalam perangkapnya.Fe, si penebar cinta yang menebar cintanya ke sana-sani, sampai o ada yang berbalas.In, selalu bahagia karena tidak mau berada dalam suasana o ekstrem, suhu politik tinggi, lebih nyaman berada di suasana pertengahan yang penting bahagia.

    Yang berkaitan dengan peranSi, sebagai pemain karena senang turun tangan berkeringat o mengeluarkan kemampuannya sendiri. Se, sebagai garda depan karena senang mejeng menampilkan o kecantikannya atau dandanannya atau pesonanya. Ti, sebagai expert di bidangnya karena tertantang untuk o menguasai masalah dan kemahiran hingga ke ujung; Te, menjadi chief karena lebih senang memiliki rentang kendali o yang luas sebagai bukti kekuasaanya yang meluas; Ii, menjadi inisiator karena baginya yang sempurna itu adalah ga-o gasannya sedang gagasan orang lain bukanlah yang terbaik; Ie, sebagai pembaharu karena kemampuannya menghasilkan o jalan keluar yang lebih baik; Fi, tak diragukan lagi, dia sebagai leader karena jalan hidupnya o memang lebih mudah baginya dengan menjadi pemimpin dari-pada dipimpin;

    36

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Fe, menjadi pemilik bukan karena faktor penguasaan modal me-o lainkan lebih kepada pertimbangan bahwa menjadi lebih seder-hana jika yang mengurus hal-hal yang bikin ruwet didelegasikan kepada orang lain saja. In, sebagai partner karena nalurinya lebih menyukai menjadi o ‘orang kedua’

    Kelebihan masing-masing personalitiSi, oleh sebab dia terlatih dengan rincian, ia menjadi efisien. o Se, menemukan momentum karena keberhasilannya o menyenangkan orang. Ti, oleh karena terbiasa menghitung membuatnya efektif.o Te, melipatgandakan (multiplying) karena handal dalam urusan o fabrikasi atau optimatimalisasi.Ii, penciptaan (invention) didorong oleh keunikannya dalam o berpikir yang aneh-aneh. Ie, pembaharu (innovation) disebabkan oleh kehandalannya o mencari sesuatu yang baru meskipun tidak terlalu original sekali.Fi, ditunjang oleh pesona yang bagus, ia menjadi terkenal o (popularitas). Fe, pembesaran atau pertumbuhan (magnifying) karena hobi o membesarkan orang.In, memiliki radar paling panjang sehingga bisa menangkap o sinyal-sinyal dari langit.

    Berkaitan dengan tipologi fisikSi, memiliki tubuh yang atletis bongsor, cocok untuk jadi binara-o gawan.

    37

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Se, atletis tapi mungil, sesuai untuk menjadi pesenam. o Ti, piknis tebal cocok untuk menjadi petinju.o Te, piknis namun tipis sehingga cocok untuk jadi pemain bola. o Ii, astenis tebal cocok untuk menjadi pebasket.o Ie, astenis tapi tipis, sesuai menjadi model. o Fi, displastis besar cocok jadi badut atau jinnya Aladin.o Fe, displastis tapi kecil, bisa jadi o display picture saja. In, stenis datar, cocok memakai baju apa saja, karena bahunya o rata.

    Adapun harapan mereka adalahSi, imbal hasil (o yielding) yang diperoleh dari kerja kerasnya yang bisa diibaratkan orang bercocok tanam.Se, menghasilkan (o generating) karena kucuran keringatnya mesti terbayar. Ti, akurat (o accuration) karena semakin akurat semakin dihargai. Te, kontrol (o controlling) karena pengendalian menghasilkan kepastian. Ii, kreasi (o creating) karena karyanya adalah nyawanya. Ie, memasang (o assembling) karena idenya mesti dikawinkan dengan ide orang lain. Fi, terdepan (o leading) karena selalu berpegang pada keyakinan yang dijalarkan kepada lingkungannya.Fe, mentor (o coaching) karena lebih bangga menjadi kingmaker. In, berperan (o contributing) karena menjadi obat bagi kehampaan hidupnya.

    38

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Berhubungan dengan cara belajarSi, merekam vocab layaknya kamus.o Se, menandai bacaan supaya bisa diingat. o Ti, hubungan sebab akibat alias kausalitas agar pemahamannya o kuat. Te, struktur agar cara kerja otaknya terskema atau menguasai o tapi dengan cara yang lebih ringan.Ii, menangkap konsep semua yang dipelajarinya. o Ie, perlu konteks dalam ruang pembelajaran.o Fi, mendengar karena ilmu masuk lewat telinga. o Fe, berdiskusi karena telinganya saling berinteraksi dengan mu-o lutnya.In, merangkum sebab ia selalu membuat kesimpulan.o

    Untuk masalah minat belajar Si, perlu teman belajar karena membutuhkan penantang. o Se, diberi iming-iming yang menjadi daya tarik konkrit. o Ti, perlu recognisi karena ia selalu mencari derajat pengakuan o yang lebih tinggi. Te, kemenangan karena hidupnya berada dari satu kemenangan o ke kemenangan yang lain; Ii, ditantang karena ia selalu merasa bisa berbuat lebih. o Ie, jangan dibatasi, melainkan diberi ruang gerak.o Fi, sentuh emosinya agar moodnya terjaga.o Fe, beri pujian supaya ia berbunga-bunga.o In, perlu dibimbing penuh ketelatenan tahap demi tahap tanpa o kemarahan

    39

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Pilihan pertama dalam karirSi, keuangan oleh sebab dia rajin dan teliti.o Se, ekonomi karena deterministik dan transaksional.o Ti, ristek oleh karena punya ketajaman mikroskopik.o Te, birokrat karena memiliki kemampuan prosedural dengan o rentang kendali yang baik. Ii, cocok untuk periklanan sebab memiliki kreativitas murni untuk o jadi penentu trend atau trendsetter; Ie, kemampuannya membaca situasi dari posisi mata elang atau o ketinggian sehingga cocok untuk wirausaha.Fi, mahir berpidato jadi pas untuk jadi politisi.o Fe, ketertarikannya pada bidang penggemblengan membuat dia o cocok untuk jadi psikolog.In, musisi atau seniman karena multi talenta dalam bernyanyi, o bermusik, mencipta lagu, dan performance.

    Masalah arah merekSi, bermain dalam volume seperti Tung Dasem Waringin. o Se, jaminan diri atau personalnya seperti Chaerul Tanjung. o Ti, keahliannya atau expertise seperti Ciputra.o Te, managerialship seperti Tanri Abeng.o Ii, kualitas kerja seperti Sri Mulyani.o Ie, mengejar marjin seperti Sukanto Tanoto.o Fi, kepemimpinan seperti Ir. Soekarno. o Fe, membangun tim dan organisasinya seperti Jakob Oetama. o In, peranannya seperti Jusuf Kalla.o

    40

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    Klu keberhasilanSi, mencari panggung supaya produktifitasnya terwadahi dengan o jam terbang yang terus bertambah.Se, menemukan ladang supaya proyek musimannya menghasil-o kan profit. Ti, mencari tapak supaya tiang-tiang spesialisasi yang menjadi o kepakarannya bisa ditancapkan.Te, berorganisasi supaya kemampuan managerialshipnya dapat o dipraktikkan lebih eksis. Ii, mencari program supaya idenya bisa berkembang untuk o inkubasi ciptaannya.Ie, berbisnis supaya asetnya bisa diputar sebagai latihan mencari o marjin.Fi, mencari platform supaya memiliki pengikut dan memperkuat o pengaruhnya. Fe, mencari kader supaya kompetensinya bisa diturunkan kepa-o da calon king-king baru. In, berperan karena energinya tidak boleh terbuang mubazir o ditelan waktu sekaligus memulti-taskingkan pengabdiannya.

    Empat kata kunciSi, mengingat, otot, rajin, tergerak (pedagang merupakan con-o toh yang tepat karena memiliki ciri keempat-empatnya).Se, mengingat, otot, rajin, tercetak (aktor adalah contoh yang o memiliki ciri keempat-empatnya).Ti, menalar, tulang, mandiri, mendalam (perminyakan adalah o contoh yang memiliki ciri keempat-empatnya).Te, menalar, tulang, mandiri, meluas (profesi yang memiliki ciri o

    41

  • Konsep PALUGADA STIFIn

    keempat-empatnya adalah tentara).Ii, mengarang, perut panjang, perubahan, murni (sutradara ada-o lah contoh yang memiliki ciri keempat-empatnya). Ie, mengarang, perut panjang, perubahan, rakitan (contoh yang o memiliki ciri keempat-empatnya adalah pengusaha).Fi, merasakan, pernafasan, memimpin, memerlukan (profesi o yang bisa contoh yang memiliki ciri keempat-empatnya adalah politisi). Fe, merasakan, pernafasan, memimpin, diperlukan (profesi o public speaker adalah contoh yang memiliki ciri keempat-empatnya).In, merangkai, reflek, berkorban, otomatis (penggiat nirlaba ada-o lah contoh yang memiliki ciri keempat-empatnya).

    PenutupMateri workshop ini merupakan pegangan utama bagi trainer,

    selain juga bagus dimiliki oleh seluruh promotor.

    Jakarta, 02 Agustus 2012

    Farid Poniman danRahman Andi Mangussara

    42

  • Konsep PALUGADA STIFIn 43

  • Konsep PALUGADA STIFIn44

    Catatan: ..........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................