anatomi histologi vaskular
Transcript of anatomi histologi vaskular
ANATOMI DAN HISTOLOGI
PEMBULUH DARAH
Tugas Pengganti Tutorial
Oleh
Mega Nur Purbo Sejati
072010101066
Anatomi
Sirkulasi sistemik
Sirkulasi sistemik menyuplai darah ke semua jaringan tubuh dengan
pengecualian pada paru. Sebanyak 84 % volume darah total terdapat dalam sirkulasi
sistemik. Sebanyak 16 % volume darah yang tersisa terdapat dalam jantung dan paru.
Sirkulasi sistemik dapat dibagi menjadi lima kategori berdasarkan anatomi dan
fungsinya:
1. arteria
2. arteriola
3. kapiler
4. venula dan
5. vena.
Dengan pengecualian pada kapiler dan venula, dinding pembuluh darah
terdiri atas komponen yang serupa: selapis se; endotel, jaringan elastis, sel otot polos,
dan jaringan fibrosa. Proporsi setiap komponen ini bervariasi sesuai fungsi setiap
pembuluh darah.
Arteria
Dinding aorta dan arteria besar mengandung banyak jaringan elastis dan
sebagian otot polos. Ventrikel kiri memompa darah masuk ke dalam aorta dengan
tekanan tinggi. Dorongan darah secara mendadak ini meregang dinding arteria yang
elastis tersebut; pada saat ventrikel beristirahat maka dinding yang elastis tersebut
kembali pada keadaan semula dan memompa darah ke depan, ke seluruh sistem
sirkulasi. Di daerah perifer, cabang-cabang sistem arterian berproliferasi dan terbagi
lagi menjadi pembuluh darah kecil.
Jaringan arterial ini terisi sekitar 15 persen volume total darah. Oleh karena
itu sistem arteria ini dianggap merupakan sirkuit bervolume rendah tetapi bertekanan
tinggi. Cabang-cabang arterial disebut sirkuit resistensi karena memiliki sifat khas
volume—tekanan ini.
Arteriola
Dinding pembuluh darah arteriola terutama terdiri dari otot polos dengan
sedikit serabut elastis. Dinding otot arteriola ini sangat peka dan dapat berdilatasi
atau berkontraksi. Bila berkontraksi, arteriola merupakan tempat resistensi utama
aliran darah dalam cabang arterial. Saat berdilatasi penuh, arteriola hampir tidak
memberikan resistensi terhadap aliran darah. Pada persambungan antara arteriola dan
kapiler terdapat sfingter prakapiler yang berada di bawah pengaturan fisiologis yang
cukup rumit.
Kapiler
Pembuluh kapiler memiliki dinding tipis yang terdiri dari satu lapis sel
endotel. Nutrisi dan metabolit berdifusi dari daerah berkonsentrasi tinggi menuju
daerah berkonsentrasi rendah melalui membran yang tipis dan semipermeabel ini.
Dengan demikian oksigen dan nutrisi akan meninggalkan pembuluh darah dan masuk
ke dalam ruang interstisial dan sel. Karbondioksida dan metabolit berdifusi ke arah
yang berlawanan. Pergerakan cairan antara pembuluh darah dan ruangan interstisial
bergantung pada keseimbangan relatif antara tekanan hidrostatik dan osmotik
jaringan kapiler.
Venula
Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dan terdiri dari sel-sel endotel
dan jaringan fibrosa.
Vena
Vena adalah saluran yang berdinding relatif tipis dan berfungsi menyalurkan
darah dari jaringan kapiler melalui sistem vena, masuk ke atrium kanan. Aliran vena
ke jantung hanya searah karena katup-katupnya terletak strategis di dalam vena.
Vena merupakan pembuluh pada sirkulasi sistemik yang paling dapat meregang;
pembuluh ini dapat menampung darah dalam jumlah banyak dengan tekanan yang
relatif rendah. Sifat aliran vena yang bertekanan rendah-bervolume tinggi ini
menyebabkan sistem vena ini disebut sistem kapasitas.
Sekitar 64% volume darah total terdapat dalam sistem vena. Kapasitas
jaringan vena dapat berubah. Venokontriksi dapat menurunkan kapasitas jaringan
vena, memaksa darah bergerak maju menuju jantung seperlunya. Pergerakan darah
menuju jantung juga dipengaruhi oleh kompresi vena oleh otot rangka dan perubahan
tekanan rongga dada dan perut selama pernafasan. Sistem vena berakhir pada vena
kava inferior dan superior. Dari situ, semua aliran darah vena mengalir ke dalam
atrium. Tekanan dalam atrium kanan lazim disebut sebagai tekanan vena sentralis
(central venous pressure, CVP) atau tekanan atrium kanan (right atrial pressure,
RAP).
Histologi
Struktur Umum Pembuluh Darah
Semua pembuluh darah memiliki sejumlah ciri struktural bersama, meskipun pada
pembuluh terkecil (kapiler dan venula) ketiga tunika (dibahas di bawah) sangat
disederhanakan. Pembuluh darah secara struktural disesuaikan dengan kebutuhan
fisiologisnya. Oleh karena itu, arteri pulmoner (sistem tekanan rendah) mempunyai
dinding yang lebih tipis daripada arteri sistemik (sistem tekanan tinggi) seperti arteri
karotis atau arteri renalis.
Perlu ditekankan di sini, bahwa tidak ada kriteria mutlak untuk membedakan arteri
besar, arteri ukuran sedang, dan arteriol. Pembuluh darah merupakan sistem utuh,
dan peralihan di antara masing-masing golongan itu pasti ada. Pada umumnya,
ukuran atau komposisi jaringan (otot, elastik, dll) merupakan dasar untuk membuat
klasifikasi.
Tunika
Pembuluh darah biasanya terdiri atas lapisan atau tunika (L. Tunica, mantel) yaitu:
a. Tunika intima : Tunika intima terdiri atas lapisan sel endotel yang melapisi
permukaan dalam pembuluh. Sel-sel ini duduk di atas lamina basal dan kecepatan
pergantiannya 1 % per hari. Di bawah endotel terdapat lapis subendotel, terdiri atas
jaringan ikat jarang yang kadang-kadang mengandung sel otot polos. Baik serat-serat
jaringan ikat maupun sel otot polos, bila ada, cenderung tersusun memanjang. Pada
arteri, lapisan intima dipisahkan dari lapisan media oleh suatu lamina elastika interna.
Lamina ini, yang terdiri atas elastin, mempunyai celah (fenestra) yang
memungkinkan senyawa-senyawa berdifusi ke dan memberi makan sel-sel di bagian
dalam dinding pembuluh darah tersebut.
b. Tunika media: Tunika media terutama terdiri atas lapis-lapis konsentris, tersusun
oleh sel-sel otot polos secara berpilin. Tersebar di antara sel-sel otot polos terdapat
serat elastin dan lamela, serta retikular dan proteoglikans dalam jumlah yang
bervariasi. Sel-sel otot polos menjadi sumber dari matriks ekstraseluler ini. Pada
arteri yang lebih besar, seringkali ditemukan lamina elastika eksterna yang lebih tipis
memisahkan tunika media dari tunika adventisia (di luarnya). Pada kapiler dan venul
pasca-kapiler, tunika media disusun oleh sel-sel yang disebut perisit.
c. Tunika adventisia: Tunika adventisia terutama terdiri atas serat-serat kolagen dan
elastin yang tersusun memanjang. Kolagen di adventisia ini adalah dari tipe I; pada
media, yang banyak serat-serat retikulinnya, kolagen itu terutama dari tipe III.
Lapisan adventisia berangsur menyatu dengan jaringan ikat pembungkus organ,
tempat dilaluinya pembuluh itu.
Vasa vasorum
Pada pembuluh besar, vasa vasorum (pembuluh dari pembuluh) bercabang secara
luas di adventisia dan media bagian luar. Vasa vasorum menyampaikan metabolit
kepada adventisia dan media pada pembuluh yang lebih besar, karena lapisan-lapisan
itu terlalu tebal untuk dicapai oleh nutrien secara difusi dari lumen. Pembuluh-
pembuluh ini lebih banyak dijumpai pada vena daripada arteri. Jumlah vasa vasorum
yang lebih banyak ini disebabkan kurangnya oksigen dan substansi nutrien dalam
darah vena. Vasa vasorum dapat timbul dari cabang-cabang arteri yang dipasok atau
dari arteri berdekatan.
Meskipun kapiler limfe dapat menerobos media vena, namun dalam arteri ia hanya
terdapat di adventisia. Perbedaan distribusi ini agaknya berhubungan dengan
perbedaan tekanan transmural. Makin tinggi tekanan melalui dinding arteri, makin
besar kemungkinan kapiler limfe akan kolaps yang terdapat dekat lumen arteri,
sehingga akan tidak bermanfaat.
Inervasi
Kebanyakan pembuluh darah yang mengandung otot polos dalam dindingnya
dipasok jalinan luas serat saraf simpatis tanpa mielin (saraf vasomotoris) dengan
neurotransmiter norepinefrin. Pembebasan norepinefrin dari saraf ini berakibat
vasokontriksi. Karena saraf aferen ini biasanya tidak memasuki media dari arteri,
neurotransmiter itu harus berdifusi beberapa mikrometer untuk mempengaruhi sel
otot polos dari media. Taut rekah (gap junction) dia antara sel-sel otot polos media
meneruskan respons neurotransmiter ke lapisan dalam sel-sel otot. Pada vena, ujung
saraf ditemukan dalam adventisia dan media, namun keseluruhan luas persarafannya
tidak sebanyak yang ada pada arteri. Arteri dalam otot rangka juga dipasok saraf
vasodilator kolinergik.
Ujung saraf aferen (sensoris) dalam arteri mencakup baroreseptor (reseptor regangan
dalam sinus karotikus dan arcus aortae, selain kemoreseptor dari glomus karotikus
dan korpus aortikum.
Daftar Pustaka
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 1994. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Junqueira, L. Carlos. 1998. Histologi Dasar. Jakarta : EGC.