ANALISIS YURISDIS ASPEK FORMIL DAN MATERIIL PUTUSAN …digilib.uin-suka.ac.id/13377/2/BAB I, V,...
Transcript of ANALISIS YURISDIS ASPEK FORMIL DAN MATERIIL PUTUSAN …digilib.uin-suka.ac.id/13377/2/BAB I, V,...
ANALISIS YURISDIS ASPEK FORMIL DAN MATERIIL PUTUSAN PERKARA NO. 812/PID.SUS/ 2010/PN. BJM
TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARIA’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU ILMU HUKUM
OLEH:
HUSNUL KHOTIMAH NIM. 10340055
PEMBIMBING :
1. Dr. MAKHRUS MUNAJAT, M.Hum. 2. FAISAL LUQMAN HAKIM, S.H., M.Hum.
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIA’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014
ii
ABSTRAK
Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime) yang memerlukan penanganan secara luar biasa pula karena dipandang dapat menghancurkan sendi-sendi keuangan dan/atau perekonomian negara dan penanganannya pun harus didahulukan. Tindak pidana korupsi di Indonesia menurut data statistik KPK semakin meningkat. Dengan hadirnya KPK diharapakan tindak pidana korupsi dapat dihilangkan di Indonesia demi kesejahteraan rakyat. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (PTPK) menyebutkan tindak pidana korupsi dilakukan oleh setiap orang ialah orang perorangan atau termasuk korporasi (pasal 1 ayat (3)). Untuk mendapatkan keuntungan, terkadang ada beberapa korporasi yang melakukan hal-hal yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan, seperti menyuap pejabat ataupun pegawai negeri.
Dewasa ini, dalam tindak pidana korupsi para penegak hukum berupaya untuk dapat menjerat korporasi yang telah merugikan negara. Terdapat kasus tindak pidana korupsi yang terdakwanya korporasi yaitu PT. Giri Jaladhi Wana dalam putusan No. 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm. Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh korporasi tersebut dapat dipidana dengan mengacu pada pasal 2 dan 3 Undang-Undang PTPK dan pasal 197 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Putusan inilah yang menarik perhatian penyusun untuk meneliti mengenai aspek formil, materil dan pertimbagan hakim dalam menjatuhkan pidana kepada korporasi. Penelitian yang dilakukan penyusun merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menganalisis putusan menggunakan sumber data sekunder. Sifat penelitian deskriftif analitik cara menganalisis dengan mendeskripsikan obyek penelitian kemudian menganalis menggunakan aspek formil, materiil dan pertimbangan hakim untuk mengambil kesimpulan yang sesuai dengan pokok masalah.
Hasil penelitian yang didapat dari putusan perkara No. 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm. bahwa terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana diputus dengan pidana denda dan penutupan sementara selama 6 bulan. Ditinjau dari aspek formil menyatakan putusan tersebut tidak sesuai dengan pasal 197 ayat (1) huruf b dan k KUHAP, yang mana dalam putusan harus memuat identitas terdakwa dan menyatakan terdakwa ditahan atau dibebaskan. Dilihat dari aspek materiil putusan No. 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm. perbuatan terdakwa didakwa dengan pasal 2 Undang-Undang PTPK dan telah memenuhi unsur dakwaan, sehingga terdakwa dapat dipidana dengan pidana denda dan penutupan sementara. Sedangkan dilihat dari pertimbangan hakim dalam menjatukan putusan No. 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm. bahwa hakim melihat tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh korporasi merupakan kejahatan yang luar biasa, sehingga penanganannya pun harus lebih diutamakan dan dengan menggunakan doktrin vicarious liability yaitu perbuatan bawahannya dapat dimintai pertanggungjawaban kepada atasannya maka korporasi dapat dipidana. Dengan dipidananya korporasi diharapkan dapat meminimalisir terjadinya tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh korporasi.
vii
MOTTO
KEADILAN ADALAH KEBENARAN YANG NYATA
Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya
sendiri. (Muhammad Ali)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
(Confusius)
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Allah SWT yang telah memberikan saya kesempatan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Kedua orang tuaku (Masruhin dan Wastiyatun) yang tanpa pamrih
memberikan semua demi anaknya, kakak dan adikku (ayub, laily dan
ahmad) yang telah memberikan semangat dan masukan, serta
keluargaku yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu.
Masku (Agus Nurrohman) yang telah memberiku semangat,
kesenangan dan menjadi tempat untuk berkeluh kesah.
Almamaterku UIN Sunan Kalijaga dan Prodi Ilmu Hukum Fakultas
Syari’ah dan Hukum.
ix
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحیم
وأشھد أن محمدا عبده ورسولھأشھد ان الالھ اال اهللا وحده ال شریك لھ المین الحمد هللا رب الع
اللھم صل على محمد وعلى آلھ وصحبھ أجمعین اما بعد
Segala puji bagi Allah yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
semoga salawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang senantiasa mengikuti jejaknya. Rasa
syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT. Karena dengan segala rahmat-
Nya skripsi ini dapat penulis selesaikan, sebagai syarat memperoleh gelar sarjana
pendidikan Islam pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan
dan kesulitan yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Musa Asy’ari, selaku Rektor Universitas Islam NegeriSunan
Kalijaga Yogyakarta.
2. Prof. Noorhaidi, M.A., M.Phil., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Udiyo Basuki, S.H., M.Hum. selaku Ketua Prodi Ilmu Hukum dan Ach.
Tahir, S.H.I., S.H., LL.M., M.A. selaku Sekretaris Prodi Ilmu Hukum.
4. Siti Fatimah, S.H., M.Hum. selaku pembimbing akademik yang telah
sabar memberikan banyak masukan, motivasi dan kemudahan bagi
penyusun.
x
5. Dr. Makhrus, M.Hum. selaku pembimbing I, dan Faisal Luqman Hakim,
S.H., M.Hum. selaku pembimbing II, yang penuh kesabaran dalam
memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penyusun guna
mencapai kebaikan maksimal dalam penyusunan skripsi ini.
6. Segenap Dosen Prodi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penyusun selama perkuliahan.
7. Segenap karyawan TU Fakultas Syari’ah dan Hukum yang memberikan
pelayanan terbaik serta kesabaran demi kelancaran segala urusan
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Masruhin dan ibu Wastiyatun tercinta yang selalu mendoakan dan
memberikan nasehat, motivasi baik moral maupun financial, selama kuliah
di UIN sunan kalijaga Yogyakarta.
9. Kakak, ayuk dan adikku tersayang (Kak Ayub, Uu’ chiek, Dek Madun)
terima kasih untuk doa dan dukungannya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman karibku nurul terima kasih telah menemaniku selama kuliah di UIN
Sunan Kalijaga dan telah memberikan semangat dalam penyelesaian
skripsi ini.
11. Teman-teman Ilmu Hukum. Yang telah memberikan semangat dan
doanya, untuk kelancaran penyelesaian skripsi ini dan terimakasih atas
kebersamaan kalian semoga kita menjadi orang-orang yang sukses dimasa
depan.
xi
12. Sahabat-sahabat kosku ( yuli, kiki, ina, fidho, rini, sasa, arum, lifah, laily,
mba za, yani, dll) yang selalu memberikan bantuan, semangat dan nasehat
kepada penulis.
13. Teruntuk mas Agus Nurrohman tersayang, terima kasih atas bantuannya
selama ini, dukungan moril yang selalu kamu berikan sangat berarti untuk
kelancaran skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini baik dalam hal materiill maupun
spiritual.
Rasa terimakasih yang sangat mendalam dan semoga segala amal kebaikan
yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis senantiasa mendapat ridho-
Nya, Amin.
Yogyakarta, 24 Mei 2014
Penulis,
Husnul Khotimah NIM. 10340055
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING I....................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING II ..................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 6
D. Telaah Pustaka ......................................................................... 7
E. Kerangka Teoretik .................................................................... 10
F. Metode Penelitian ..................................................................... 17
G. Sistematika Pembahasan ........................................................... 20
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PIDANA KORPORASI
DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI .................................... 23
A. Korupsi .................................................................................... 23
1. Pengertian Korupsi .............................................................. 23
2. Pengertian Tindak Pidana Korupsi ....................................... 24
xiii
3. Motif Tindak Pidana Korupsi ............................................... 25
4. Kategori Tindak Pidana Korupsi .......................................... 26
5. Sebab Tindak Pidana Korupsi .............................................. 29
B. Korporasi Sebagai Aspek Materiil ............................................ 30
1. Pengertian Korporasi............................................................. 30
2. Tindak Pidana Korporasi ....................................................... 34
3. Korporasi Sebagai Subyek Hukum Dalam Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ................................. 41
4. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak
Pidana Korupsi ..................................................................... 46
C. Aspek Formil ........................................................................... 62
1. Aspek Formil Menurut Pasal 197 KUHAP ........................... 62
2. Aspek Formil Dalam Pidana Korupsi ................................... 64
BAB III TINJAUAN PUTUSAN PERKARA NO.
812/PID.SUS/2010/PN.BJM ........................................................ 69
A. Posisi Kasus ............................................................................. 69
B. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum ............................................... 71
C. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ............................................... 71
D. Pledoi Penasehat Hukum .......................................................... 72
E. Putusan Sela ............................................................................. 73
F. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan .................. 74
BAB IV ANALISIS YURIDIS ASPEK FORMIL DAN MATERIIL
PUTUSAN PERKARA NO. 812/PID.SUS/2010/PN.BJM
TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI................................ 77
A. Analisis Aspek Formil .............................................................. 77
B. Analisis Aspek Materiil ............................................................ 87
C. Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan ..... 91
xiv
BAB V PENUTUP .................................................................................. 109
A. Kesimpulan .............................................................................. 109
B. Saran ........................................................................................ 110
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 112
LAMPIRAN
Curiculum Vitae
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat.
Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus
yang terjadi dan jmlah kerugian Negara maupun dari segi kualitas tindak
pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki
seluruh aspek kehidupan masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi
yang tidak terkendali akan membawa bencana yang tidak hanya terhadap
kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupa berbangsa dan
Negara pada umumnya. Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis
juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi
masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat
digolongkan sebagai kejahatan biasa, melainkan telah menjadi kejahatan yang
lur biasa.1
Berdasarkan data statistik yang didapatkan dari Komisi pemberantasan
Korupsi (KPK), tindak pidana korupsi di Indonesia meningkat setiap
tahunnya. Dapat diketahui dari data di tahun 2014, KPK melakukan
penyelidikan 19 perkara, penyidikan 12 perkara, penuntutan 13 perkara,
inkracht 3 perkara, dan eksekusi 13 perkara. Dan dengan demikian, maka total
penanganan perkara tindak pidana korupsi dari tahun 2004-2014 adalah
1 Moh. Hatta, Kebijakan Politik Kriminal: Penegakkan Hukum dalam rangka
Penanggulangan Kejahatan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 75.
2
penyelidikan 604 perkara, penyidikan 365 perkara, penuntutan 290 perkara,
inkracht 246 perkara, dan eksekusi 260 perkara.2
Tabulasi Data Penanganan Korupsi (oleh KPK) Tahun 2004-2014 (per 30 April 2014)
Penindakan
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Jumlah
Penyelidikan
23 29 36 70 70 67 54 78 77 81 31 616
Penyidikan
2 19 27 24 47 37 40 39 48 70 19 372
Penuntutan
2 17 23 19 35 32 32 40 36 41 16 293
Inkracht 0 5 17 23 23 39 34 34 28 40 13 256 Eksekusi 0 4 13 23 24 37 36 34 32 44 26 273
Korupsi berasal dari bahasa latin, corruptio yang berarti busuk, rusak
menggoyahkan, atau memutarbalikkan. Jika melihat dari asal katanya, korupsi
adalah semua tindakan yang merusak serta menggoyahkan kehidupan
masyarakat luas. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, mengartikan korupsi
sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan
sebagainya) untuk kepentingan pribadinya atau orang lain. Disisi lain
didefinisikan sebagai sebuah kejahatan keuangan, penyalahgunaan
penggunaan uang untuk kepentingan pribadi atau orang tertentu. Menurut
Transparency International Indonesia yang disingkat TII mendefinisakan
korupsi sebagai perilaku pejabat public yang secara tidak sah dan tidak wajar
memperkaya diri sendiri dan lainnya melalui penyalahgunaan kekuasaan yang
2 http:// acch.kpk.go.id/statistik penanganan tindak pidana korupsi berdasarkan tahun,
diakses pukul 8:46, kamis, 5 Juni 2014.
3
mereka miliki, hal ini juga merupakan tindakan penyelewangan kekuasaan
yang dilakukan untuk mengambil keuntungan pribadi.3
Penegakkan hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi yang
dilakukan secara konvensional selama terbukti mengalami berbagai hambatan.
Untuk itu diperlakukan metode penegakkan hukum secara konvensional
selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu dilakukan
penegakkan hukum secara luar biasa melalui suatu pembentukan “badan
hukum” yang mempunyai kewenangan luas, independent serta bebas dari
kekuasaan manapun dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, yang
dilakukan secara optimal, intensif, efektif, professional serta
berkesinambungan.4
Dalam mewujudkan supremasi hukum, pemerintah Indonesia telah
meletakkan landasan kebijakan yang kuat dalam usaha memerangi tindak
pidana korupsi, kebijakan tersebut berupa Undang-Undang No. 31 tahun 1999
jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Lahirnya Undang-Undang No. 31 tahun 1999 jo Undang-Undang
No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dimaksudkan untuk dapat memberantas tindak pidana korupsi yang terjadi di
Indonesia.
Salah satu usaha Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam memberantas tindak pidana
3 Diana Napitupulu, KPK in action, (Depok: Raih Asa Sukses, 2010), hlm. 8.
4 Moh. Hatta, Kebijakan Politik Kriminal..., hlm. 76.
4
terdapat dalam pasal 2 ayat (1) yang menyebutkan “Setiap orang yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonornian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.
Dilihat dari pasal 2 ayat (1) diatas, salah satu unsur tindak pidana
korupsi adalah subyek hukum “setiap orang” yang termasuk didalamnya
korporasi yang menjadi subyek hukum dalam tindak pidana korupsi. Indonesia
merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, kekayaan itu digerogoti
oleh birokrat yang korupsi dan bekerjasama dengan korporat yang hanya
mengejar keuntungan tanpa memperhitungkan kerugian negara dan kerusakan
alam yang ditimbulkannya. Adanya kerjasama antara birokrat dan korporat
yang merugikan keuangan negara dan harta benda negara mengindikasikan
sebagai bentuk dari kleptokrasi yang merupakan salah satu bentuk korupsi
berat yang tidak semata-mata merupakan tindakan birokrat yang menerima
suap yang yang jumlahnya relatif kecil, akan tetapi ini juga merupakan suatu
bentuk keserakahan pemegang kekuasaan dalam melakukan tindakan
penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi maupun kroni-kroninya
dengan kerugian negara yang sangat luar biasa.5
5 Muhammad Mustofa, Kleptokrasi: persengkokolan birokrat-korporat sebagai pola
white-color crime di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 8.
5
Maraknya tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh suatu korporasi
membuat pemerintah memidanakan pengurus korporasi tersebut karena telah
melakukan pelanggaran hukum, akan tetapi permasalahan yang timbul saat ini
ialah jika hanya pengurusnya saja yang dihukum maka tidak menutup
kemungkinan pengurus selanjutnya akan melakukan tindakan yang sama,
tentu saja ini disebabkan oleh sistem dalam suatu korporasi dalam bagaimana
korporasi itu dapat mencari keuntungan untuk kepentingan korporasi dengan
tindakan apapun yang berbeda dengan untuk mencari keuntungan individu.
Salah satu contoh kasus tindak pidana korupsi yang pelakunya adalah
korporasi dan telah mendapatkan putusan yang berkuatan hukum tetap dari
pengadilan, yaitu putusan perkara No. 812/Pid.Sus/2010/ PN.Bjm., yang mana PT.
Giri Jaladhi Wana ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara korupsi dengan
mengambil keuntungan dana Pasar Sentra Antasari Banjarmasin, PT. Giri Jaladhi
Wana memperoleh kewajiban dan hak atas pembangunan Pasar Sentra Antasari. PT.
Giri Jaladhi Wana dianggap sebagai pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban
secara pidana karena turut menikmati segala keuntungan dari pembanguan dan
pengelolaan Pasar Sentra Antasari. Dalam putusannya Pengadilan Negeri
Banjarmasin menjatuhkan pidana denda Rp1.300.000.000,00 (Satu Miliyar Tiga
Ratus Juta Rupiah) miliar kepada PT. Giri Jaladhi Wana dan pidana tambahan berupa
penutupan sementara PT. Giri Jaladhi Wana selama 6 (enam) bulan.6
Yang menarik dari putusan tersebut adalah ketika suatu korporasi tidak
dapat dipidana karena dianggap badan hukum yang tidak mempunyai hak dan
kewajiban bukan manusia yang mempunyai hak dan kewajiban sehingga dapat
6 http//www.hukumonline.com.korporasi pertama yang dijerat uu tipikor.htm, diakses selasa, 4 Februari 2014.
6
dipidana. Dalam putusan perkara No. 812/Pid.Sus/2010/ PN.Bjm untuk
pertama kalinya korporasi dapat dipidana dalam tindak pidana korupsi serta
apakah putusan tersebut sudah memenuhi unsur formil dan materiil.
Berdasarkan latar belakang itulah penyusun tertarik untuk menyusun skripsi
dengan berjudul “Analisis Yurisdis Aspek Formil Dan Materiil Putusan
Perkara No. 812/Pid.Sus/ 2010/PN. Bjm Tentang Tindak Pidana
Korupsi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas maka
dalam peneletian ini dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aspek formil dan aspek materiil terhadap putusan perkara No.
812/Pid.Sus/ 2010/PN. Bjm dalam tindak pidana korupsi?
2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana
putusan perkara No. 812/Pid.Sus/ 2010/PN. Bjm dalam tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh korporasi?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan yang akan dicapai dalam penyusunan ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana aspek hukum formil dan materiil
terhadap putusan perkara No. 812/Pid.Sus/ 2010/PN. Bjm dalam
tindak pidana korupsi.
7
b. Untuk mengetahui apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan pidana putusan perkara No. 812/Pid.Sus/ 2010/PN. Bjm
dalam tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh korporasi
2. Kegunaan dari penyusunan ini adalah:
a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
melalui sumbangsih pemikirin di bidang hukum pidana dan menjadi
landasan teoritis bagi perkembanga ilmu pada umumnya serta dapat
dijadikan sebagai tambahan literatur atau bahan informasi ilmiah yang
dapat dipergunakan untuk penelitian selanjutnya.
b. Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan pada penyusun dan pembaca, serta dapat menjadi bahan
masukan untuk pemerintah, aparat penegak hukum dalam mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk dapat mengurangi terjadinya pidana
korporasi dalam tindak pidana korupsi.
D. Telaah Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini, maka penyusun melakukan
penelusuran terhadap karya ilmiah terdahulu yang mempunyai sedikit
persamaan dan perbedaan dalam pembahasannya, hal ini dilakukan agar hasil
dari penulisan dapat mencapai tujuannya dan dapat menyelesaikan masalah
yang akan dibahas. Ada beberapa karya ilmiah yang berhubungan dengan
tema yang akan diteliti.
8
Tesis yang berjudul “Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam
Tindak Pidana Korupsi”7 disusun oleh Orpa Ganefo Manuain, dalam tesis ini
membahas tentang kebijakan hukum dalam menentukan aturan
pertanggungjawaban pidana korporasi dalam tindak pidana korupasi dan
membahas kelemahan yang terdapat peraturan saat ini, serta memberikan
masukan terhadap peraturan tersebut. Perbedaan penelitian tersebut dengan
penelitian penyusun ialah penelitian yang dilakuka penyusun sudah berupa
putusan tentang tindak pidana korupsi yang subyeknya merupakan korporasi.
Tesis yang berjudul “Kejahatan Korporasi dalam Kasus Luapan
Lumpur Lapindo Brantas Incorporated”8 disusun oleh Ivan Valentina Ageung,
tesis ini menerangkan bahwa dalam kasus lumpur lapindo brantas, korporasi
telah melakukan kejahatan korporasi yang berkaitan dengan lingkungan yang
menimbulkan pencemaran lingkungan, serta suatu korporasi tersebut dapat
ditindak lanjuti dalam penegakkan hukumnya. Tesis ini memiliki perbedaan
yang sangat jelas dengan apa yang akan penyusun lakukan karena dalam tesis
tersebut hanya melihat pertanggungjawaban korporasi yang dipandang dari
segi tindak lingkunan, sedangkan penyusun melakukan penelitian putusan
dalam lingkup korupsi yang dilakukan oleh korporasi.
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Undang-Undang Pemberantasan
7 Orpa Ganefo Manuain, “Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Tindak Pidana
Korupsi”, skripsi paskasarjana Universitas Diponegoro (2005).
8 Ivan Valentina Ageung, “Kejahatan Korporasi dalam Kasus Luapan Lumpur Lapindo Brantas Incorporated” skripsi paskasarjana Universitas 17 Agustus 1945 (2010).
9
Tindak Pidana Korupsi (Studi Pasal 20 UU. No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)”9 disusun oleh Abd. Mannan, dalam
skripsi ini membahas tentang pertanggungjawaban korporasi dalam Undang-
Undang No. 31 Tahun 1999 tentang PTPK pasal 20 bahwa dalam hukum
islam telah mengatur adanya pertanggungjawaban pidana korporasi yang
tertuang dalam beberapa ayat al-Qur’an. Perbedaan yag terdapat dalam skripsi
ini ialah penyusun melakukan penelitian berupa putusan yang akan berisi
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana kepada korporasi.
Skripsi yang berjudul “Analisis Putusan Hakim Dalam Kasus Korupsi
(Studi Terhadap Putusan No. 13/Pid.Sus/2012/P.Tipikor-Yk)”10 disusun oleh
Winda Septiani, dalam skripsi ini membahas tentang ketidaksinkronan antara
pertimbangan hakim dengan putusan, Majelis Hakim menyebutkan telah
terjadi perbuatan berlanjut akan tetapi pada putusannya Majelis Hakim tidak
menggunakan aturan tentang perbuatan berlanjut dalam tindak pidana korupsi.
Perbedaannya dengan penelitian penyusun ialah tentang penerapan hukum
dan pidana korporasi yang dikenakan dengan Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Suatu artikel ilmiah yang berjudul “Implikasi Yuridis
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun
9 Abd. Mannan, “Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Pertanggungjawaban Pidana
Pidana Korporasi dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Studi Pasal 20 UU. No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)”, skripsi sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2009).
10 Winda Septiani “Analisis Putusan Hakim Dalam Kasus Korupsi (Studi Terhadap Putusan No. 13/Pid.Sus/2012/P.Tipikor-Yk)”, skripsi sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2014).
10
2006”11 disusun oleh Zakiyah Rahmah, artikel ini menjelaskan Implikasi
yuridis perumusan pertanggungjawaban pidana bagi korporasi dalam UU
Kepabeanan, dalam UU kepabean tersebut belum terjaminnya fungsi hukum
sebagai social control, serta memberikan alternatif perumusan
pertanggungjawaban pidana korporasi terkait dengan pasal 108 tindak pidana
kepabeanan seperti, pemberatan pidana bagi korporasi, sanksi pengganti,
pidana tambahan yang dapat dijatuhkan pada korporasi, pihak-pihak yang
dipertanggungjawabkan. Sedangkan penyusun akan membahas tentang
pertimbangan hakim dalam memberikan sanksi pidana tindak pidana korupsi
kepada terdakwa dan kesesuaian putusan tersebut dengan peraturan yang ada.
Dengan demikian, berdasarkan telaah dari beberapa karya ilmiah
penyusun akan mencoba untuk melakukan penelitian tentang pertimbangan
hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap putusan perkara No. 812/Pid.Sus/
2010/PN. Bjm ditinjau dari aspek hukum formil dan materiil dalam tindak
pidana korupsi.
E. Kerangka Teoretik
Kerangka teoretik yang digunakan penyusun untuk menganalisis
putusan perkara No. 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm. ialah:
1. Putusan Pemidanaan
Putusan pemidanaan merupakan salah satu bentuk putusan
Pengadila Negeri. Putusan pemidanaan terjadi, jika pengadilan berpendapat
11 Zakiyah Rahmah, “Implikasi Yuridis Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam
Undang-Undang No. 17 Tahun 2006” artikel Universitas Brawijaya (2013).
11
bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan
kepadanya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dari hasil
pemeriksaan di persidangan, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang
didakwakan kepadanya terbukti secara sah dan meyakinkan. Majelis Hakim
sebelum menjatuhkan putusan, terdapat tahapan-tahapan dalam putusan
pemidanaan, yaitu sebagai berikut:12
a. Proses pengambilan keputusan
Secara garis besar dasar proses pengambilan keputusan terdapat
dalam pasal 182 KUHAP, yang pada intinya sebagai berikut:
1) Hakim menyatakan pemeriksaan telah selesai maka Penuntut
Umum dipersilahkan mengajukan tuntutan pidana (requisitoir).
2) Penasehat hukum mengajukan pembelaan yang dapat dijawab oleh
Penuntut Umum.
3) Tuntutan, pembelaan dan jawaban atas pembelaan dilakuka secara
tertulis dan setelah dibacakan segera diserahkan kepada hakim
Ketua Sidang.
4) Acara telah selesai maka Hakim Ketua Sidang menyatakan ditutup.
Dapat dibuka kembali dengan memberikan alasan.
5) Setelah pemeriksaan ditutup, Hakim mengadakan musyawarah
terakhir untuk mengambil keputusan.
6) Musyawarah harus didasarkan pada surat dakwaan dan segala
sesuatu yang terbukti dalam persidangan.
12 Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm. 86.
12
7) Musyawarah tersebut, Hakim Ketua mengajukan pertanyaan dan
yang terakhir mengemukakan pendapatnya Hakim Ketua Sidang
disertai alasanya.
8) Putusan dalam musyawarah majelis merupakan hasil permufakatan
bulat.
9) Pengabilan putusan dicatat dalam buku himpunan putusan yang
bersifat rahasia.
10) Putusan Pengadilan Negeri dapat dijatuhkan pada hari itu juga atau
hari lain, yang sebelumnya harus diberitahukan kepada Penuntut
Umum, Terdakwa atau penasehat Hukum.
b. Dasar penjatuhan pidana
Hukum pidana mengenal asas tiada pidana tanpa kesalahan
(geenstraf zonder schuld). Pidana hanya dapat dijatuhkan apabila ada
kesalahan terdakwa, yang dibuktikan di sidang pengadilan. Jadi,
pengadilan menjatuhkan pidana apabila pengadilan berpendapat bahwa
terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan
kepadanya dengan didukung alat bukti minimum (dua dari lima alat
bukti yang ada) yang sah.
c. Faktor-faktor yang diperhatikan
Hakim menjatuhkan pidana harus dalam rangka menjamin
tegaknya kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum bagi terdakwa.
Jadi, bukan karena dendam, rutunitas pekerjaan ataupun bersifat
formalitas. Terdapat faktor-faktor penting yang harus diperhatikan
13
dalam penjatuhan pidana yaitu faktor hal-hal yang meringankan dan
faktor hal-hal yang memberatkan.
d. Isi surat putusan pemidanaan
Isi surat putusan pemidanaan disyaratkan sesuai dengan format
yang ditentukan oleh Undang-Undang, mengingat jika ada ketentuan
yang tidak terpenuhi mengakibatkan putusan batal demi hukum. Hal-
hal yang harus dimuat dalam surat putusan pemidanaan yaitu sesuai
dengan pasal 197 ayat (1) KUHAP. Dalam pasal 197 ayat (1) KUHAP
menyebutkan:13
1) kepala putusan yang dituliskan berbunyi : "DEMI KEADILAN BERDASARIKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA".
2) nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa.
3) dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan. 4) pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat-pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa.
5) tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan. 6) pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundangundangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa.
7) hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim tunggal.
8) pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengankualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.
9) ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti.
10) keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu.
13 R. Soenarto Soerodibroto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 443.
14
11) perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam'tahanan atau dibebaskan.
12) hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan nama panitera.
Akan tetapi, ditentukan pula apabila terjadi kekhilafan dan atau
kekeliruan dalam penulisan maka kekhilafan dan atau kekelirua dalam
penulisan atau pengetikan tidak menyebabkan batalnya putusan demi
hukum, kecuali yang tersebut pada huruf a, e, f, dan h (penjelasan pasal
197 ayat (2)).
2. Teori Pemidanaan
Teori pemidanaan yang digunakan dalam sistem hukum Eropa
Kontinental, yaitu sebagai berikut:14
a. Teori absolut
Pendekatan teori absolut meletakkan gagasannya tentang hak
untuk menjatuhkan pidana yang keras, dengan alasan karena seseorang
harus bertanggungjawab atas perbuatannnya, sudah seharusnya dia
menerima hukuman yang dijatuhkan kepadanya. Teori ini bertujuan
untuk memuaskan pihak yang dendam baik masyarakat sendiri maupun
pihak yang dirugikan atau menjadi korban. Menurut Johannes
Andenaes tujuan (primar) dari pidana meneurt teori absolut ialah untuk
memuaskan tuntutan keadilan (to statisfy the claims of justice),
sedangkan pengaruh-pengaruhnya yang menguntungkan adalah
sekunder.
14 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 186.
15
b. Teori relatif
Secara prinsip teori ini mengajarkan bahwa penjatuhan pidana
dan pelaksanaannya setidaknya harus berorientasi pada upaya
mencegah terpidana dari kemungkinan mengulangi kejahatannya
dimasa mendatang, serta mencegah masyarakat luas dari kemungkinan
melakukan kejahatan baik seperti kejahatan yang telah dilakuka
terpidana maupun lainnya. Semua orientasi pemidanaan tersebut adalah
dalam rangka meciptakan dan mempertahanka tata tertib hukum dalam
kehidupan masyarakat.
Teori ini sangat menekankan pada kemampuan pemidanaan
sebagai suatu upaya mencegah terjadinya kejahatan (prevention of
crime) khususnya bagi terpidana. Oleh karena itu, implikasinya dalam
praktik pelaksanaan pidana sering kali bersifat out of control sehingga
sering kali terjadi kasus-kasus penyikasaan terpidana secara berlebihan
oleh aparat dalam rangka menjadikan terpidana jera untuk selanjutnya
tidak melakukan kejahatan lagi.
c. Teori gabungan
Secara teoritis, teori gabungan berusaha untuk menggabungkan
pemikiran yang terdapat di dalam teori absolut dan teori relatif. Dalam
teori gabungan penjatuhan suatu pidana kepada seseorang tidak hanya
berorientasi pada upaya untuk membalas tindakan orang itu, akan tetapi
agar ada upaya untuk mendidik atau memperbaiki orang itu sehingga
16
diharapkan tidak melakukan kejahatan lagi yang merugikan dan
meresahkan masyarakat.
3. Pertimbangan Hakim Dalam Mengadili
Putusan Hakim merupakan mahkota dan puncak dari suatu perkara
yang sedang diperiksa dan diadili oleh hakim tersebut. Oleh karena itu,
tentu saja hakim dalam membuat putusan harus memperhatikan segala
aspek didalamnya, baik itu bersifat formal maupun materiil sampai dengan
adanya kecakapan teknik membuatnya. Kalau seorang hakim akan
menjatuhkan suatu putusan, maka ia akan selalu berusaha agar putusannya
nanti seberapa mungkin dapata diterima masyarakat, setidak-tidaknya
berusaha agar lingkungan dapat menerima menerima putusannya. Hakim
akan merasa lebih lega manakala putusannya dapat memberikan kepuasan
pada semua pihak dalam suatu perkara, dengan memberikan alasan-alasan
atau pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan nilai-nilai kebenaran
dan keadilan.15
Selain itu juga, hakim dalam putusannya didasarkan pada Undang-
Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman, yaitu:
1) Putusan tersebut dilakukan "demi keadilan berdasarkan ketuhanan
yang maha esa" (pasal 2 ayat (1)).
2) Putusan hakim guna menerapkan dan menegakkan hukum dan
keadilan berdasarkan pancasila (pasal 2 ayat (2)).
15 Achmad Rifai, Penemuan Hokum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 94.
17
3) Hakim dalam mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-
bedakan orang (pasal 4 ayat (1)).
4) Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum
dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat (pasal 5 ayat (1)).
5) Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib
memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa (pasal 8
ayat (2)).
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian studi
pustaka (library reseach), yaitu penelitian yang teknik pengumpulan
datanya dilakukan di lapangan (perpustakaan) dengan didasarkan atas
pembacaan-pembacaan terhadap beberapa literature yang memiliki
informasi serta memiliki relevansi dengan topik penelitian. Adapun dalam
penyusunan ini maka pencarian data ataupun informasi dapat berupa karya
ilmiah, buku-buku dan sebagainya yang berkaitan dengan tema yang akan
diteliti.
2. Sifat Penelitiaan
Sifat dalam penelitian ini yaitu bersifat deskriptif analitik yang
menjelaskan dan memaparkan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan teori-teori hukum digunakan dalam objek penelitian.
Demikian juga menganalisis hukum serta permasalahan dari penyusunan
18
yang dalam pelaksanaannya terjadi di dalam masyarakat yang berkaitan
dengan obyek penelitian.16
3. Sumber Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Data
sekunder merupakan yang telah diolah lebih lanjut dan telah disajikan
oleh pihak lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi.17 Data
sekunder dapat berupa dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil
penyusunan yang berwujud laporan, dan sebagainya. Dalam penyusunan
ini yang hanya menggunakan data sekunder maka akan digunakan bahan
hukum yaitu: 18
b. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.
c. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan Undang-Undang,
hasil-hasil penyusunan, atau pendapat pakar hukum.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
seperti kamus hukum, ensiklopedia.
4. Teknik Pengumpulan Data
Suatu penelitian pasti akan menggunakan data-data dalam
membuat ataupun melengkapi penelitian yang akan diteliti, hal ini
16 Zainuddin Ali, Metode Penyusunan Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 105.
17 Bisri Mustofa, Tuntunan Karya Ilmiah, (Yogyakarta: Shaida Yogyakarta, 2007), hlm. 61.
18 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penyusunan Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 31-32.
19
dilakukan agar hasil penyusunan yang dilakukan memiliki validitas dan
reabilitas yang baik. Dengan demikian, penelitian ini akan menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Studi dokumen merupakan langkah awal dari setiap penyusunan
hukum baik itu normatif maupun sosiologis. Studi dokumen bagi
penyusunan hukum meliputi studi bahan-bahan hukum yang terdiri
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier.19 Studi dokumen yang dilakukan oleh penyusun yaitu dokumen
yang berkaitan dengan tindak pidan korupsi.
b. Pengamatan (observation) merupakan metode pengumpulan data
secara sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap
fenomena yang akan diteliti. Penyusun melakukan pengamatan tentang
bagaimana penanganan tindak pidana korupsi yang dilakukan
korporasi.
c. Kepustakaan digunakan dalam keseluruhan proses penyusunan sejak
awal hingga akhir dengan cara memanfaatkan berbagai macam pustaka
yang sesuai dengan tema yang diambil penyusun, seperti
pertanggungjawaban dan korupsi.20
5. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
pendekatan normatif, yang merupakan pendekatan yang mengacu pada
19 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penyusunan Hukum…, hlm. 68.
20 Bisri Mustofa, Tuntutan Karya Ilmiah…, hlm. 56.
20
peraturan perundang-undangan, norma, ataupun kaidah hukum yang sesuai
dengan obyek yang akan diteliti.
6. Analisis Data
Berdasarkan sifat penelitian yang menggunakan sifat penelitian yang
deskriftif analitik maka dalam analisis data akan menggunakan metode
pendekatan kualitatif terhadap data sekunder yang didapat oleh penyusun.
Deskriptif meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang
akan dilakukan oleh penyusun untuk menentukan isi ataupun makna dari
aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan
hukum yang menjadi obyek kajiana penyusun.21 Selain itu, penyusun juga
menggunakan metode deduktif yang merupakan metode analisis masalah
yang berpedoman pada kaidah-kaidah hukum yang berlaku dan kemudian
diambil kesimpulan yang bersifat khusus.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dibuat supaya dapat mempermudah dalam
penyusunan dan dapat menggambarkan secara jelas dan terarah dalam
penyusunan skripsi ini, yang diharapakan penyusunan ini tidak akan
menyimpang dari tema yang akan diteliti ataupun yang akan dibahas oleh
penyusun.
Bab pertama, merupakan bab yang memuat pokok pikiran dalam awal
yang dilakukan sebelum melakukan penyusunan atau dapat dikatakan sebagai
21 Ibid., hlm. 107.
21
gambaran umum dalam penulisan skripsi ini. Dalam bab pertama ini memuat
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian yang meliputi; jenis
penelitian, sifat penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, pendekatan
penelitian, analisis data dan sitematika pembahasan.
Bab kedua, membahas tentang tinjauan umum yang terkait dengan
pidana korporasi dalam tindak pidana korupsi, yang didalamnya menjelasakan
tentang korupsi yang dapat dilihat dari berbagai pandangan seperti, motif
tindak pidana korupsi, kategori tindak pidana korupsi, sebab tindak pidana
korupsi, dan lain sebagainya. Serta akan membahas tentang korporasi sebagai
aspek materil tindak pidana korupsi, pertanggungjawaban pidana korporasi,
dan aspek formil menurut 197 KUHAP dan menurut tindak pidana korupsi.
Bab ketiga, dalam bab 3 (tiga) penyusun akan gambaran umum tentang
tinjauan putusan perkara No. 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm., yang meliputi posisi
kasus, dakwaan jaksa penuntut umum, tuntutan jaksa penuntut umum, pledoi
penasehat hukum, putusan sela, dan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan
putusan.
Bab keempat, akan menganalisis terhadap putusan hakim pengadilan
negeri banjarmasin no. 812/pid.sus/2010/pn.bjm, penyusun akan menjabarkan
ataupun menganalisa putusan dengan menggunakan aspek hukum formil,
aspek hukum materiil, pertimbangan hakim, dan putusan hakim sehingga
diharapkan dapat memberikan hasil analisa yang bermanfaat.
22
Bab kelima, sebagai bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari
pembahasan bab-bab sebelumnya dan saran untuk peneliti selanjutnya yang
berkenaan dengan pidana korporasi dalam tindak pidana korupsi.
109
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penyusun membahas dan menganalisis tentang tindak pidana
korupsi terhadap putusan perkara No. 812/Pid.Sus/ 2010/PN. Bjm dalam
menjatuhkan pidana yang ditinjau dari aspek formil, materiil dan
pertimbangan hakim, maka penyusun dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Korporasi menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-
Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dapat dituntut dan dapat dijatuhi pidana.
2. Aspek formil putusan perkara No. 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm. tidak sesuai
dengan pasal 197 ayat (1) huruf b dan k KUHAP, yang menyebutkan
bahwa dalam putusan harus ada identitas terdakwa dan menyatakan
apakah terdakwa ditahan atau dibebaskan. Jika salah satu huruf tersebut
tidak terpenuhi maka putusan tersebut batal demi hukum sesuai dengan
pasal 197 ayat (2) KUHAP. Akan tetapi, untuk saat ini sesuai dengan
putusan Mahkamah Kontitusi No. 69/PUU-X/2012 ketentuan pasal 197
ayat (1) huruf k tidak terpenuhi maka, tidak menjadikan putusan tersebut
batal demi hukum.
3. Aspek materiil, perkara putusan No. 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm. sudah
memenuhi aspek materiil, karena telah memenuhi unsur dakwaan pasal 2
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan sudah jelas pula
110
perbuatan terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana merugikan keuangan negara,
sehingga korporasi tersebut dapat dipidana dan dengan pidana denda
ditambah 1/3 (sepertiga).
4. Aspek pertimbangan Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusan No.
812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm. mempertimbangkan bahwa:
a. Tindak pidana korupsi yang dilakukan korporasi merupakan kejahatan
luar biasa (extra ordinary crime) sehingga perlu korporasi dapat
dipidana agar dapat menimbulkan efek jera. Dengan menggunakan
doktrin vicarious liability atau pertanggungjawaban pengganti, yang
artinya tindak pidana yang dilakukan oleh bawahannya dapat dimintai
pertanggungjawaban kepada atasannya, selama tindak pidana yang
dilakukan tujuan dan manfaat tersebut untuk korporasi, maka
korporasi dapat dijatuhi pidana.
b. Perbuatan terdakwa telah merugikan keuangan Pemerintah dan Bank
Mandiri, sehingga berdasarkan pertimbangan itulah Majelis Hakim
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana sesuai
dengan perbuatannya, dengan menjatuhkan putusan pidana denda
ditambah 1/3 (sepertiga) dan penutupan sementara.
B. Saran
1. Tindak pidana yang dilakukan korporasi merupakan kejahatan yang butuh
perhatian ekstra oleh pemerintah, karena korporasi juga dapat menyuap
pemerintah atau siapapun yang dianggap dapat merugikan dan
menguntungan korporasi tersebut. Sehingga akan lebih baik jika para
111
penegak hukum dapat memidanakan korporasi dan menjatuhkan pidana
sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan korporasi dan sesuai dengan
kerugian yang ditanggung oleh Negara.
2. Dalam penelitian ini penulis hanya menemukan 1 (satu) kasus yang sudah
mencapai putusan, penyusun berharap akan ada penelitian lagi mengenai
pertanggungjawaban pidana korporasi dalam tindak pidana korporasi baik
itu secara lapangan ataupun pustaka, karena dalam penelitian ini penyusun
belum banyak menemukan sumber kasus yang sudah mencampai putusan
sehingga memiliki banyak kekurangan dalam menganalisis.
112
DAFTAR PUSTAKA
A. Perundang-undangan
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
B. Buku Hukum
Ali, Mahrus, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
_________, Kejahatan Korporasi (kajian relevansi sanksi tindakan bagi penaggulangan kejahatan korporasi), Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2008.
_________, Hukum Pidana Korupsi di Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2011.
Ali, Zainuddin, Metode Penyusunan Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Amiruddin dan Asikin, Zainal, Pengantar Metode Penyusunan Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Anwar, Yesmil dan Adang, Kriminologi, Bandung: Refika Aditama, 2010.
Arief, Barda Nawawi, Masalah Penegakkan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana, 2007.
Chazawi, Adami, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, Malang: Bayumedia, 2011.
Farid, Zainal Abidin, Hukum Pidana 1, Jakarta: Sinar Grafika,2007.
Hamzah, Adi, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Renika Cipta, 1991.
___________, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
___________, Pemberantasan Korupsi: Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Harahap, Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Hartanti, Evi, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
113
Hatta, Moh., Kebijakan Politik Kriminal: Penegakkan Hukum dalam Rangka Penaggulangan Kejahatan, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010.
Imaniyati, Neni Sri, Hukum Bisnis: Telaah Tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Jaya, Ermansyah, Meredesain Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Lamintang, P.A.F., Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana dan Yurisprudensi, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1982.
Muladi dan Priyatno, Dwidja, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta: Kencana, 2010.
Mustofa, Muhammad, Kleptokrasi: Persengkokolan Birokrat-Korporat sebagai Pola White-Color Crime di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010.
Rifai, Achmad, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Soerodibroto, R. Soenarto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Syamsuddin, Aziz, Tindak Pidana Khusus, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan, Malang: UMM Press, 2008.
Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
Wiyono, R, Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
C. Lain-lain
Orpa Ganefo Manuain, “Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Tindak Pidana Korupsi”, skripsi paskasarjana Universitas Diponegoro (2005).
Ivan Valentina Ageung, “Kejahatan Korporasi dalam Kasus Luapan Lumpur Lapindo Brantas Incorporated” skripsi paskasarjana Universitas 17 Agustus 1945 (2010).
114
Abd. Mannan, “Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pidana Korporasi dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Studi Pasal 20 UU. No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)”, skripsi sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2009).
Zakiyah Rahmah, “Implikasi Yuridis Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2006” artikel Universitas Brawijaya (2013).
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Mustofa, Bisri, Tuntunan Karya Ilmiah, Yogyakarta: Shaida Yogyakarta, 2007.
Napitupulu, Diana, KPK in action, Depok: Raih Asa Sukses, 2010.
Putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin No. 812/Pid.Sus/2010/PN. Bjm.
http//acch,kpk.go.id/statistik penanganan tindak pidana korupsi berdasarkan tahun., diakses pukul 8:46, kamis, 5 juni 2014.
http//www.hukumonline.com. pidana korporasi butuh hukum acara.htm. diakses senin, 3 Februari 2014.
http//www.ercolaw.com. Perbuatan Pengurus Dan Pertanggungjawaban Korporasi.htm, 9:16, 11 Maret 2014.
http//www.karyatulis.blogspot.com/Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi.htm, 9:16 WIB, Selasa, 11 Maret 2013.
CURRICULUM VITAE
Nama : Husnul Khotimah
Tempat Tanggal Lahir: Prabumulih, 14 Maret 1992
Agama : Islam
Alamat : Tanjung Rambang Rt. 03 Rw. 01, Kec. Rambang Kapak
Tengah, Kota Prabumulih, Kab. Muara Enim, Prov. Sumatra
Selatan
Keluarga : Masruhin (Ayah)
: Wastiyatun (Ibu)
: Muhammad Ayub (Kakak)
: Nurlaily Prajawati (Kakak)
: Ahmad Limaazidil Mubarok (Adik)
No. HP : 087839332237
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal :
1. SD Negeri 1 Tanjung Rambang (1997-2003)
2. MTs Al-Furqon (2003-2006)
3. MA Negeri 2 Wates (2007-2010)
4. UIN Sunan Kalijaga (2010-sekarang)