ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM...
Transcript of ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM...
ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN
GENDER DALAM ISLAM PADA AKUN TWITTER
USTADZ FELIX SIAUW (@FELIXSIAUW)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Dira Rohmatun
NIM: 1113051000126
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H / 2017 M
iv
ABSTRAK
DIRA ROHMATUN
ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM
PADA AKUN TWITTER USTADZ FELIX SIAUW (@FELIXSIAUW)
Ustadz Felix menuliskan dakwah di akun Twitternya mengenai kesetaraan
gender dalam pandangan Islam. Ia menuliskan pandangan yang berbeda mengenai
kesetaraan gender dan bahkan tidak menyetujui adanya kesetaraan gender dalam
Islam. Di satu sisi, kesetaraan gender ini diasumsikan sebagai hal yang penting
agar perempuan tidak merasa didiskriminasi. Tentunya, Hal ini menarik perhatian
penulis untuk menganalisis teks di dalamnya maupun pemahaman Ustadz Felix
mengenai kesetaraan gender dalam Islam. Berdasarkan hal tersebut, maka
masalah penelitian adalah bagaimanakah wacana kesetaraan gender dalam Islam
dilihat dari struktur teks? Bagaimana kognisi sosial penulis dalam memahami
persoalan tersebut? Konteks sosial apa yang berkembang di masyarakat mengenai
kesetaraan gender dalam Islam?
Untuk menganalisis penelitian ini, maka skripsi ini didasarkan pada teori
analisis wacana yang dikembangkan oleh Teun A. Van Dijk. Analisis wacana
dengan tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Dimensi teks
merupakan susunan struktur teks, baik itu kata, kalimat atau paragraf. Dimensi
kognisi sosial merupakan pandangan, pemahaman serta kesadaran mental
pembuat teks, sedangkan konteks sosial merupakan pengetahuan mengenai situasi
yang berkembang di masyarakat berkenaan atas suatu wacana.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Paradigma yang
digunakan adalah kritis. Subjek pada skripsi ini yaitu Ustadz Felix Siauw dan
objek penelitian ini adalah tweet wacana kesetaraan gender dalam Islam yang
berjudul “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender” dan Why
Fulltime Mother? Analisis yang digunakan ialah analisis wacana Teun A. Van
Dijk.
Hasil penelitian ini menunjukan berdasarkan analisis teks, tweet yang ditulis
Ustadz Felix menjelaskan bahwa proses kesetaraan gender bukan berasal dari
Islam. Dalam Islam perempuan dan laki-laki berbeda tetapi diperlakukan secara
adil dan setara mendapatkan ridha Allah SWT. Secara dimensi kognisi sosial,
Ustadz Felix melihat persoalan kesetaraan gender bukan sebagai solusi untuk
umat Islam, karena dapat menyebabkan dampak buruk terutama bagi perempuan.
Kesetaraan gender pun dinilai tidak sesuai dengan ajaran Islam. Selanjutnya
dilihat pada konteks sosial, persoalan kesetaraan gender dalam Islam yang
berkembang di masyarakat sejalan dengan Ustadz Felix, bahwa kesetaraan gender
sebagai sesuatu yang kurang diperlukan. Karena pada dasarnya, Islam telah lebih
dulu memberikan keadilan kepada perempuan dan laki-laki.
Katakunci: Analisis Wacana, Perempuan, Twitter, Kesetaraan Gender, dan
Islam.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada
Allah Subhanahu wa Ta‟ala atas nikmat dan karunia-Nya yang senantiasa
dicurahkan sampai detik ini. Rasa syukur yang tak akan pernah cukup kepada-Mu,
yang telah memberikan jalan kemudahan dalam tantangan yang menghampiri
penulis untuk menyelesaikan kewajiban dan tanggung jawab semasa kuliah ini.
Shalawat serta salam, tak lupa juga penulis junjungkan kepada Nabi besar
Muhammad Shallallahu alayhi wa‟sallam yang telah membawa negeri ini dari
zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Semoga penulis dapat
mengikuti suri tauladan mu dalam menjalani kehidupan.
Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan skripsi ini. Begitu banyak kesan
dan manfaat yang dirasakan oleh penulis selama mengerjakan skripsi ini.
Terimakasih yang terdalam saya persembahkan kepada semua pihak yang telah
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa uluran bantuan
dan dukungan kalian, sangat sulit rasanya bagi saya untuk menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Penulis secara khusus mengucapkan terimakasih kepada kedua
orang tua penulis, yaitu Bapak H. Kadir dan Ibu Disah yang telah memberikan
semangat dan kasih sayang yang tak kunjung henti. Selanjutnya penulis ucapakan
rasa terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief
Subhan, MA, Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
vi
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, MA.
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suhaemi, M.Si.
2. Drs. Masran, MA, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Fita Fathurokhmah, M.Si, sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan, dan menyemangati penulis dengan sabar
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih untuk
semuanya.
4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Terimakasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.
5. Ustadz Felix Siauw, selaku narasumber yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk membantu penulis dalam melengkapi skripsi ini.
Terimakasih banyak atas sharing ilmunya ustadz.
6. Kak Dwita Apriliani, penulis skripsi Analisis Narasi Larangan Pacaran
dalam Agama Islam pada Buku Udah, Putusin Aja, yang telah
membantu penulis dalam menghubungi narasumber.
7. Teman-teman KPI C 2013 yang bukan hanya menjadi tempat berbagi
dan belajar, namun sebuah keluarga yang memberikan kenyamanan.
Terimakasih untuk kebersamaan selama empat tahun ini. Semoga
silaturahim kita kedepannya tetap terjaga.
vii
8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu menyemangati dan menemani
keluh kesah penulis hingga skripsi ini selesai khususnya Rusnawati
Sani, Lianti Meida, Nur Asiah Aisyah Zaldi.
9. Komunitas DNK TV, terutama General Manager Dedi Fahrudin,
M.Ikom dan teman-teman DNK TV angkatan empat yang telah
memberikan pembelajaran dan pengalaman yang luar biasa semasa
kuliah.
Akhirnya penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan memberikan kelancaran kepada penulis. Semoga
Allah SWT menambah karuani-Nya kepada kita semua. Mohon maaf atas segala
kekhilafan baik yang sengaja atau tidak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
untuk para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Amin Ya Rabbal Alamiin
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian .......................................................................... 8
F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 15
G. Pedoman Penulisan ............................................................................ 16
H. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 16
I. Sistematika Penulisan......................................................................... 18
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 19
A. Pengertian Gender .............................................................................. 19
B. Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan .................................... 20
C. Kesetaraan dan Keadilan Gender ....................................................... 24
D. Kesetaraan dan Keadilan dalam Islam ............................................... 26
E. Wacana Dalam Media Sosial ............................................................. 32
1. Pengertian Media Sosial ............................................................. 33
2. Twitter ........................................................................................ 35
ix
3. Twitter Sebagai Media Dakwah ................................................. 39
F. Analisis Wacana Kritis ....................................................................... 41
1. Pengertian Analisis Wacana Kritis ............................................. 41
2. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ........................................... 42
BAB III GAMBARAN UMUM...................................................................... 53
A. Riwayat Hidup Ustadz Felix Siauw ................................................... 53
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN ................................... 58
A. Analisis Wacana Judul 1 “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan
Keadilan Gender (KKG)” .................................................................. 58
B. Analisis Wacana Judul 2 “Why Fulltime Mother?” ........................... 83
C. Kognisi Sosial .................................................................................. 104
D. Konteks Sosial .................................................................................. 115
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 124
A. Kesimpulan ...................................................................................... 124
B. Saran................................................................................................. 126
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 127
LAMPIRAN ....................................................................................................... 133
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Struktur Teks Wacana Teun A. Van Dijk ........................................... 44
Tabel 4.1: Struktur Tematik ke-1 Tweet Liberalis Dibalik RUU Kesetaraan dan
Keadilan Gender (KKG) .................................................................... 60
Tabel 4.2: Tematik ke-2 Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan
Gender (KKG) .................................................................................... 62
Tabel 4.3: Tematik ke-3 Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan
Gender (KKG) .................................................................................... 66
Tabel 4.4: Skematik Judul Liberalik dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan
Gender.................................................................................................66
Tabel 4.5: Elemen Retoris Pada Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan
Keadilan gender (KKG) ..................................................................... 82
Tabel 4.6: Tematik ke-1 Tweet Why Fulltime Mother? ....................................... 86
Tabel 4.7: Tematik ke-2 Tweet Why Fulltime Mother? ....................................... 87
Tabel 4.8: Tematik ke-3 Tweet Why Fulltime Mother? ....................................... 90
Tabel 4.9: Tematik ke-4 Tweet Why Fulltime Mother? ....................................... 91
Tabel 4.10: Skematik Judul Why Fulltime
Mother?...............................................................................................92
Tabel 4.11: Elemen Retoris pada Tweet Why Fulltime
Mother?.............................................................................................103
3
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk......................................43
Gambar 4.1 Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan
Gender...............................................................................................61
Gambar 4.2 Detail Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan
Gender...............................................................................................74
Gambar 4.3 Tweet Why Fulltime
Mother?.............................................................................................75
Gambar 4.4 Detail Tweet Why Fulltime
Mother?.............................................................................................98
Gambar 4.5 Tweetan Netizen di Twitter .......................................................... 1166
Gambar 4.6 Tweetan Netizen di Twitter ............................................................ 117
xii
DAFTAR ISTILAH
1. Chirpstory adalah situs yang digunakan untuk merangkum dan
mendokumentasikan sebuah kultwit (kumpulan tweet yang membahas topik
tertentu).
2. Ghazwul Fikri: serbuan pemikiran, serangan intelektual. Bentuk penyerangan untuk
menjauhkan muslim dari ajaran Islam melalui pikiran, ide, tulisan, argumentasi, dan
propaganda
3. Kultwit: kepanjangan dari kuliah Twitter, rentetan tweet tentang sebuah topik.
4. Netizen: sebutan untuk pengguna internet.
5. Nusyuz: perilaku seorang istri yang meninggalkan kewajiban bersuami istri.
Nusyuz dari pihak istri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya,
melakukan hal-hal yang dilarang Islam.
6. RUU KKG: Rancangan Undang-undang Kesetaraan dan Keadilan Gender.
7. Selebtwit: Sebutan untuk seseorang yang populer di media sosial Twitter
dengan ribuan bahkan jutaan followers.
8. Taklif hukum: hukum syara‟ atau khithab syar‟i yang membebani mukalaf
(orang yang sudah baligh), berupa perintah, anjuran, atau larangan, dengan
ketentuan hukum wajib, sunah, mubah, haram, dan makruh.
9. Madrasatul Ulla: Sekolah utama dan pertama.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gender menjadi topik yang kontroversial, karena banyak orang yang
menyalahartikan pemahaman antara perbedaan peran gender dan perbedaan jenis
kelamin. Kesalahan ini berimbas terhadap hubungan gender dan pengembangan
taraf hidup yang timpang antara laki-laki dan perempuan.1 Ketimpangan tersebut
dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi sosial yang
melekat dalam masyarakat, namun diperlakukan secara tidak adil. Salah satunya
ungkapan bahwa perempuan dikenal lemah lembut, emosional, keibuan dianggap
cocok untuk memiliki peran domestik. Sedangkan laki-laki dianggap kuat,
rasional, jantan, dan perkasa memiliki peran di publik.2 Hal tersebutlah dianggap
sebagai suatu ketimpangan yang menyebabkan perempuan tidak dapat memegang
urusan di luar rumah tangga. Dari ketimpangan tersebut, kaum perempuan
menuntut akan kesetaraan gender agar memiliki akses yang sama seperti laki-laki.
Selain itu,terdapat juga tudingan dari orang Barat yang menganggap Islam
diskriminasi terhadap kaum perempuan, sehingga perempuan tidak memiliki hak
dan kewajiban yang sama dengan kaum laki-laki. Perempuan tidak bisa
menentukan jalan hidupnya alias harus nurut pada kaum laki-laki. Tudingan itu
juga yang mendasari bahwa kaum perempuan harus dibebaskan dari belenggu
candu agama sehingga membutuhkan kesetaraan gender, padahal dalam Islam
1 Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan, Menuju Kesetaraan Gender dalam
Penafsiran, 2015, h. 2. 2 Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW)
dengan McGill Project/ IISEP, 2003), h. 54-59.
2
perempuan dan laki-laki tidak dibedakan dalam menerima hak dan menunaikan
kewajiban.3 Sebagaimana menurut Zulfahani Hasyim, bahwa:
“Kesetaraan gender muncul karena adanya sebuah gerakan feminisme.
Istilah feminisme lahir dari barat, feminisme muncul sebagai bentuk filsafat
dan gerakan sosial yang menentang dominasi pria diberbagai bidang
kehidupan, yang lama-kelamaan dominasi ini mengarah pada sebuah
penindasan dan inferiorisasi wanita. Wanita dianggap sebagai manusia kelas
dua yang tidak punya hak, andil, dan peran di masyarakat. Mereka hanya
dibebani kewajiban-kewajiban rumah tangga dan pengasuhan anak.”4
Maka dari itu, gerakan Feminisme santer dengan kesetaraan gender agar
perempuan dapat mendapatkan akses seperti laki-laki dalam bidang apapun dan
tidak hanya terbebani oleh urusan keluarga saja, serta tidak lagi mendapatkan
perlakuan diskriminasi.
Tidak hanya di Barat saja, gerakan Feminisme juga muncul dikalangan
muslim yang dikenal dengan Feminisme Islam. Kemunculan Feminisme Islam
dikarenakan para tokohnya merasa terdapat pandangan negatif terhadap
perempuan, atau rasa ketidakadilan yang ditemukan dalam literatur keagamaan
dan dalam kehidupan masyarakat muslim. Persoalan yang dipermasalahkan oleh
Feminisme Islam adalah persoalan hak waris, izin memukul istri, dan kewajiban
nafkah hanya atas suami.”5
Isu gender di Indonesia pun menjadi salah satu topik yang diminati hingga
kini, khususnya pada aktivis perempuan yang membela bahwa kesetaraan gender
harus diperhatikan. Upaya kesetaraan gender ini mulai berlangsung melalui
pemberdayaan terhadap kaum perempuan yang dilakukan melalui pelatihan-
pelatihan maupun seminar tentang gender. Bahkan bermunculan perlindungan
3 “Memahami Kesetaraan Gender Dalam Islam,” diakses pada senin 27 maret 2017 dari
www.ummi-online.com/memahami-kesetaraan-gender-dalam-islam.html 4 Zulfahani Hasyim, “Perempuan dan Feminisme dalam Perspektuf Islam,” MUWAZAH 4,
no. 1 (Juli 2012): h. 71. Diakses pada 18 Januari 2017 dari: http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id. 5 M. Quraish Shihab, Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 283-285.
3
untuk wanita dari pelecehan maupun kekerasan, salah satunya beberapa tahun
silam muncul Rancangan Undang-undang Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU
KKG) yang dalam perundingan untuk disahkkan menjadi sebuah undang-undang.
Topik mengenai kesetaraan gender ini tidak hanya eksis dikalangan aktivis
perempuan yang mendukungnya, namun isu gender juga ramai diperbincangkan
dari berbagai kalangan. Perbincangan tersebut dengan mudah dapat ditemui dalam
berbagai tulisan yang dipublish di internet. Internet dianggap sebagai suatu
komunikasi yang lebih sederhana dan mudah dijangkau ketimbang komunikasi
tatap muka.6 Salah satu hasil dari adanya internet yaitu media sosial. Kehadiran
internet dan media sosial memberikan keleluasaan bagi khalayak untuk ikut dalam
berpartisipasi menyebarkan informasi.7 Melalui media sosial, netizen
8 dapat
dengan mudah dan leluasa untuk menuliskan apa yang ia pikirkan.
Di ruang media sosial ini, banyak ditemukannya pendapat mengenai
kesetaraan gender. Berbagai kalangan ustadz selebtwit9, tokoh-tokoh yang
concern menggeluti pemikiran Islam, maupun netizen juga membicarakan
kesetaraan gender. Terutama jika kesetaraan gender tersebut dihubungkan dalam
Islam. Hasil dari penulusuran peneliti dalam media sosial Twitter, terdapat enam
akun yang meliputi ustadz selebtwit dan tokoh maupun aktivis Islam, yang turut
ikut memperbincangkan kesetaraan gender di akun media sosialnya. Perbincangan
tersebut terlihat mulai hangat dibicarakan setelah terdapat usulan mengenai RUU
6 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya: Di Era Budaya Siber (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2012), h. 60. 7 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Prosedur, Tren, dan Etika (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2015), h. 1. 8 Netizen merupakan sebutan untuk pengguna internet (Kamus online).
9 Sebutan untuk seseorang yang populer di media sosial Twitter dengan ribuan bahkan jutaan
followers (Kamus online).
4
Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) yang akan disahkan menjadi Undang-
undang.
Fenomena kesetaraan gender ini dianggap sebagai sesuatu yang bertentangan
dengan peran dan kedudukan perempuan dalam Islam. Kesetaraan gender
dianggap sebagai suatu produk yang menghancurkan keluarga muslim. Karena
perempuan dibebaskan untuk tampil di publik dan bekerja ketika sudah menikah.
Sehingga hal tersebut dapat berakibat melalaikan kewajiban sebagai seorang istri
yang berujung dapat mengorbankan keluarganya.
Salah satu ustadz yang membicarakan kesetaraan gender di akun Twitternya
yaitu Ustadz Felix Siauw. Beliau merupakan seorang Islamic Inspirator yang
memutuskan untuk menjadi mualaf 14 tahun yang lalu. Dalam akun Twitternya
@Felixsiauw, beliau aktif menyampaikan pesan dakwah dan pemikiran Islamnya.
Ustadz Felix seringkali mengangkat tema dakwah yang berhubungan dengan anak
muda, terlebih lagi kaum perempuan. Perbincangan mengenai peran maupun
kedudukan kaum perempuan hampir tidak pernah absen dalam kicauannya,
termasuk kesetaraan gender dalam pandangan Islam tersebut.
Menanggapi kesetaraan gender dalam Islam, ustadz yang memiliki 1,9 jutaan
menuliskan kultwitnya dalam dua judul yang berbeda, yaitu “Why Fulltime
Mother?” dan “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG)”.
Dalam kultwitnya, Ustadz Felix menolak adanya kesetaraan gender dalam Islam.
Dalam kultwit berjudul “Why Full Time Mother?” yang ditulis pada Mei 2013
kemudian ditweet ulang pada Januari 2016 ini, Ustadz Felix menuliskan
kekhawatirannya dengan perempuan yang lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk bekerja dibandingkan mengurus keluarga hanya untuk mengejar
5
kebahagiaan materi. Pasalnya, jika seorang ibu menggunakan lebih banyak waktu
untuk bekerja, maka mereka memiliki waktu yang tidak banyak untuk mendidik
anak-anaknya. Padahal menurut penulis, untuk persoalan mendidik dan mengurus
anak, bukan hanya tugas seorang ibu, namun peran ayah juga sangat dibutuhkan.
Dalam kicaunnya juga terdapat kritikan mengenai Feminisme yang dianggap
mengejar materi sebagai standar sukses.
Selain menuliskan kultwit mengenai ibu rumah tangga yang bekerja, Ustadz
Felix Siauw juga mengkritisi hadirnya RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender
(KKG). Kicauan tersebut berjudul “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan Gender”
pada bulan April 2012. Dalam kultwit ini, Ustadz Felix menolak keberadaam
RUU KKG apabila disahkan menjadi Undang-undang, seperti pada salah satu isi
tweettan tersebut yaitu “Dengan UU KKG ini, kaum liberalis mencoba
meliberalkan perempuan dari hukum Allah, mensekulerisasi perempuan muslim,
atas nama #gender”.10
Dalam pernyataan tersebut, Ustadz Felix menggambarkan
apabila RUU tersebut disahkan, maka akan membebaskan perempuan dari
hukum-hukum Islam yang telah ditentukan Allah SWT. Padahal apabila dilihat
dalam sisi lainnya, kehadiran RUU KKG ini tentunya dapat melindungi
perempuan dari perbuatan yang tidak menyenangkan.
Dalam kultwit ini Ustadz Felix sangat menolak adanya kesetaraan gender
dalam Islam. Ini terlihat pada teks “Maka dalam Islam, perempuan bisa sama
bahagia dengan laki-laki, tak perlu isu kesetaraan #gender yang menyesatkan,”
10
Felix Siauw “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan Gender,” diakses pada Selasa 17 Januari
2017 dari http://chirpstory.com
6
dan “Islam memuliakan wanita, tak ada yang lebih memuliakan wanita selain
aturan Islam, yakin deh | yang lain kayak kesetaraan #gender merusak aja.”11
Kedua tweetan Ustadz Felix mengenai “Why Full Time Mother?” dan
“Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender”, menampilkan
pemahaman dan pesan-pesan melalui dakwah yang disampaikan oleh Ustadz
Felix dalam akun Twitternya mengenai kesetaraan gender dalam Islam dan
membangun suatu pemahaman mengenai wanita karir dalam rumah tangga kepada
followers-nya. Hal ini menarik diteliti dengan adanya tata bahasa yang digunakan
di dalamnya, untuk mengetahui bagaimana proses penyampaian pesan dalam
kultwit tersebut mengenai kesetaraan yang ada pada Islam dalam memperlakukan
perempuan dan laki-laki apabila tidak terdapat kesetaraan gender, dan apa yang
mendasari Ustadz Felix tidak menyetujui adanya kesetaraan gender dalam Islam.
Dari latar belakang ini, maka disusunlah skripsi ini dengan judul Analisis
Wacana Kritis Kesetaraan Gender dalam Islam Pada Akun Twitter Ustadz
Felix Siauw (@Felixsiauw).
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk mempermudah penulisan dalam skripsi ini, maka perlu bagi
penulis untuk membatasi pembahasan pada penelitian ini. Penulis hanya
akan menganalisis wacana dua judul pada tweetan yang pernah ditulis
oleh Ustadz Felix Siauw melalui akun Twitternya yaitu “Why Full Time
Mother?” pada bulan Mei 2013 kemudian di tweet ulang pada Januari
2016 dan “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan Gender” pada bulan April
11
Felix Siauw “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan Gender,” diakses pada Selasa 17 Januari
2017 dari http://chirpstory.com
7
2012 yang terangkung dalam Chirpstory12
. Hal ini dikarenakan pada
tahun-tahun tersebut, pembahasan mengenai kesetaraan gender di media
sosial sedang hangat dibicarakan karena munculnya RUU Kesetaraan dan
Keadilan Gender (KKG) yang ingin disahkan menjadi Undang-undang.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Bagaimana wacana kesetaraan gender dalam Islam pada akun
Twitter Ustadz Felix Siauw dilihat dari struktur teks?
b) Bagaimana wacana kesetaraan gender dalam Islam pada akun
Twitter Ustadz Felix Siauw dilihat dari segi kognisi sosial?
c) Bagaimana wacana kesetaraan gender dalam Islam dilihat dari
konteks sosial yang berkembang di masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
dan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui wacana yang dibangun oleh Ustadz Felix Siauw
mengenai kesetaraan gender dalam Islam dilihat dari analisis struktur
teks.
2. Untuk mengetahui kognisi sosial penulis mengenai wacana kesetaraan
gender dalam Islam yang ditulis melalui akun Twitternya @felixsiauw.
3. Untuk mengetahui konteks sosial yang berkembang di masyarakat
seputar kesetaraan gender dalam Islam.
12
Chirpstory adalah situs yang digunakan untuk merangkum dan mendokumentasikan sebuah
kultwit (kumpulan tweet yang membahas topik tertentu).
8
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai
pemanfaatan media sosial, terutama Twitter dalam berbagai kegiatan
termasuk berdakwah. Juga menambah pengetahuan bagi muslimah
mengenai kesetaraan gender dalam pandangan Islam, sehingga dapat
menyikapi kesetaraan gender tanpa menghilangkan nilai Islam dan
melupakan kodrat yang sesungguhnya sebagai perempuan muslimah.
2. Manfaat akademis
penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam meneliti kajian
media khususnya sebuah dakwah atau pemikiran Islam di media sosial
Twitter dan makna kesetaraan gender dalam Islam.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah kritis. Analisis
wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang
terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak
dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas
sesuai dengan pikiran-pikirannya, karena sangat berhubungan dan
dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.13
Bahasa di sini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di
luar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai
13
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS, 2001), h. 6.
9
representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema
wacana tertentu maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu,
analisis wacana digunakan untuk membongkar kuasa yang ada dalam
setiap proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi
wacana, perspektif yang mesti dipakai, dan topik apa yang dibicarakan.14
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sifat
penelitian deskriptif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah
penelitian yang menyajikan hasil analisis dengan menampilkan data
dalam bentuk kata dan tidak menggunakan data statik atau cara
kauntitatif lainnya. M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur
mengungkapkan tujuan dalam penelitian kualitatif yaitu “Pertama,
menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore); kedua,
menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Kebanyakan
penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan penjelasan.”15
Lexy Moeleong berpendapat, Bogdan dan Tylor mengartikan
deskriptif kualitatif sebagai “Metode yang digunakan untuk menganalisis
data dengan mendeskripsikan dan melalui bentuk kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.”16
Pendekatan
14
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS, 2001), h. 6 15
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Yogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), h. 29. 16
Lexi J. Moeleong, ed., Metode Penelitian Kualitatif, cet ke-3. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991), h. 3
10
kualitatif lebih berusaha menafsirkan dan memahami makna dari suatu
peristiwa dalam kondisi tertentu dengan pandangan dari peneliti sendiri.17
Peneliti memilih pendekatan secara kualitatif karena metode ini tidak
menguji teori melainkan digunakan untuk memperoleh pemahaman
makna melalui salah satu tekniknya yaitu wawancara yang dipandang
sebagai hasil dari pikiran dan perasaan responden. Hubungan peneliti
dengan responden dilakukan secara interaktif agar memperoleh makna
yang diangkat dalam penelitian. Sehingga peneliti dapat belajar kepada
responden melalui jawaban-jawaban yang diberikan.
3. Metode penelitian
Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan analisis wacana
kritis yang dikemukakan oleh Teun A. Van Dijk. Dalam analisis wacana
model Van Dijk, penelitian wacana tidak cukup didasarkan pada analisis
teks semata, karena teks hanya dari suatu praktik produksi yang harus
diamati dan dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi.18
Eriyanto
dalam bukunya berpendapat bahwa:
“Kelebihan dalam metode model Van Dijk ini tidak hanya
mengeksklusi modelnya semata-mata dengan analisis teks semata
saja, tetapi juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan
kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana
kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh
terhadap teks tertentu. Wacana Van Dijk memiliki tiga dimensi yaitu
teks, kognisi sosial dan konteks sosial.”19
Peneliti menggunakan analisis wacana Van Dijk dikarenakan model
Van Dijk mengelaborasi ketiga elemen yaitu teks, kognisi, maupun
17
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003), h. 81. 18
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS Group,
2001), h. 221. 19
Ibid., h. 224.
11
konteks sosial. Peneliti ingin melihat bagaimana teks diproduksi dan ada
makna apa yang ingin disampaikan oleh pembuat teks. Serta mengetahui
bagaimana kognisi pembuat teks dalam memahami wacana yang
ditulisnya lalu dituangkan dalam teks dan terdapat maksud tertentu apa
yang disampaikan dalam teksnya. Selain itu, juga melihat bagaimana
wacana yang berkembang di masyarakat dalam bermedia sosial
mengenai tema yang diangkat oleh pembuat teks tersebut. Melalui
konteks ini, dapat terlihat apakah pembuat teks membuat fakta baru yang
berlawanan dengan masyarakat ataukah sesuai dengan kognisi yang ada
dalam pikiran pembuatan teks dan pada akhirnya sesuai dengan dengan
teks yang dihasilkan.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Ustadz Felix Siauw selaku
pemilik akun Twitter @Felixsiauw. Sedangkan objek dalam penelitian ini
adalah tweet wacana kesetaraan gender dalam Islam yang ditulis oleh
Ustadz Felix melalui akun Twitternya. Terdapat dua judul yaitu “Why
Full-Time Mother?” dan “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan Gender”.
Tweet yang akan dianalisis adalah tweet pada bulan May 2013 kemudian
di tweet ulang pada Januari 2016 dan April 2012. Ketertarikan peneliti
mengangkat tweet Ustadz Felix tentang kesetaraan gender dalam Islam
karena topik yang diangkat dibahas secara mendalam dengan pemilihan
kosakata yang mudah dicerna.
12
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mewawancarai Ustadz Felix Siauw, selaku da‟i dan
pemilik akun Twitter @Felixsiauw. Kegiatan proses wawancara ini
dimulai pada bulan Februari hingga Juli 2017 bertempatan di AL-FATIH
1453 Islamic Center, yang berada di daerah Ruko Daan Mogot Baru,
Jalan Tampak Siring Timur, Kalideres, DKI Jakarta, 11840.
6. Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi,
observasi dari bahasa latin yang berarti memerhatikan dan
mengikuti. Memerhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati
dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju.20
Dengan
observasi, dimaksudkan pengumpulan data secara selektif. Tentu
saja data-data yang dikumpulkan selanjutnya dikelompokan
berhubungan erat dengan frame of reference dari seorang peneliti.21
Observasi yang dilakukan dengan cara menganalisis dalam
kultwit (kuliah twit) “Liberalis Dibalik RUU Kesetaraan dan
Keadilan Gender (KKG)” dan “Why Fulltime Mother?,” yang ditulis
oleh Ustadz Felix Siauw dalam akun Twitternya @Felixsiauw.
Kemudian dilakukan pengamatan analisis terhadap isi makna pesan
yang terkandung di dalam kedua tweet. Pengolahan data akan
disesuaikan dengan kerangka analisis wacana model Teun A. Van
20
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, cet ke-3.
(Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 131. 21
Jacob Vredenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1978),
h. 55.
13
Dijk, yaitu menganalisis wacana kesetaraan gender dalam Islam
dilihat dari analisis struktur teks, kognisi, maupun konteks sosial.
Selain itu, juga mengobservasi respon dari followers Ustadz Felix
dalam membalas tweetan tersebut dan observasi teks pada tweetan
netizen di media sosial Twitter mengenai kesetaraan gender dalam
Islam untuk analisis konteks sosial.
a) Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah tanya jawab lisan antara dua
orang atau lebih secara langsung. Dalam penelitian ini, wawancara
berguna untuk mendapatkan data utama yang bertujuan melengkapi
penelitian juga memperkuat data yang ditemukan dalam teknik
pengumpulan lainnya.22
Penulis menggunakan teknik wawancara
mendalam untuk memahami persepsi, perasaan, dan pengetahuan
orang-orang akan suatu topik tertentu.
Wawancara mendalam atau yang disebut wawancara tidak
terstruktur lebih mirip dengan percakapan informal. Teknik ini
bertujuan untuk memperoleh semua informasi dari informan,
sehingga informan dianggap sebagai subjek yang aktif
mengkonstruksi dunia kognitifnya.23
Wawancara dalam penelitian
ini dilakukan sebagai pendukung untuk analisis teks, kognisi sosial
dan konteks sosial. Dalam hal ini penulis bertanya secara langsung
22
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi
Aksara,2008), h. 58. 23
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Yogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 175 dan 177.
14
kepada Ustadz Felix Siauw untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan keperluan data penelitian.
b) Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen yang
mendukung penelitian.24
Dokumentasi yang dilakukan dengan cara
mencari data berupa jurnal, tulisan ataupun arsip, dan sebagainya
yang berkaitan dengan penelitian tentang subjek yang akan diteliti.
Selain itu ada juga data yang bersumber dari artikel-artikel di
internet yang merujuk pada penelitian.
7. Sumber Data
Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data yaitu:
1. Data primer, yaitu data mengenai wacana kesetaraan gender dalam
Islam yang ditulis oleh Ustadz Felix Siauw dalam akun Twitternya.
Data berupa tweet yang berjudul “Liberalis Dibalik RUU Kesetaraan
dan Keadilan Gender (KKG)” dan “Why Fulltime Mother?.” Selain
itu, data yang diperoleh dari hasil observasi teks di media sosial
Twitter yang ditulis oleh netizen dan data yang diperoleh langsung
oleh responden melalui wawancara.
2. Data sekunder, data yang diperoleh dari buku-buku, catatan-catatan
atau dokumen lain yang berkaitan dengan masalah objek yang ingin
diteliti.
24
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h. 73.
15
8. Triangulasi
Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh Denzie dengan
menggunakan istilah dari dunia navigasi dan militer yang merujuk pada
penggabungan berbagai metode tertentu. Keandalan dan kesahihan data
dijamin dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber
tertentu dengan data yang didapatkan dari sumber lain.25
Triangulasi di
sini untuk melihat hasil keabsahan hasil wawancara dengan melihat pada
teori yang digunakan dalam penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, setelah semua data dan informasi yang sesuai
dengan permasalahan penelitian terkumpul, selanjutnya penulis melakukan
analisis terhadap data dan informasi tersebut. Penulis akan menganalisis data
dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan analisis wacana kritis
menurut Teun A. Van Dijk untuk menjawab perumusan masalah dalam
penelitian. Inti dari analisis wacana Van Dijk mengelompokkan ketiga
dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dimensi tersebut
yaitu dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
Wacana dalam tweetan Ustadz Felix Siauw di dalam akun Twitternya
@Felixsiauw yang berjudul “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan
Gender” dan “Why Full Time Mother?” meliputi konteks sosial, kognisi
sosial, dan struktur teks. Menganalisis teks yang terdiri dari struktur makro,
hal yang diamati terdiri dari analisis berdasarkan tema atau topik yang
terdapat dalam kedua tweetan tersebut. Kemudian menganalisis superstruktur
25
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, cet ke-1 (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013), h. 217-218.
16
yang mencakup alur cerita yang ada dalam tweetan tersebut. Terakhir adalah
struktur mikro yang mencakup semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris yang
terdapat dalam tweetan tersebut di akun Ustadz Felix Siauw.
Kemudian, penulis akan menganalisis hasil wawancara dengan Ustadz
Felix Siauw untuk mendapatkan jawaban kognisi sosial, konteks sosial dan
analisis teks dari kedua tweetan tersebut untuk mempelajari proses produksi
teks. Peneliti juga akan menganalisis melalui balasan tweet atau respon dari
followers Ustadz Felix Siauw maupun tanggapan pengguna Twitter lainnya
mengenai kesetaraan gender dalam Islam, yang dilihat dalam tweet yang
ditulis oleh setiap pengguna. Peneliti juga mencari pemberitaan yang
berhubungan dengan kesetaraan gender dalam Islam untuk mempelajari
wacana kesetaraan gender dalam Islam yang berkembang dalam masyarakat.
Setelah data dikelompokan atau diklasifikasikan berdasarkan kerangka teori,
selanjutnya data yang terkumpul dianalisis untuk memperoleh jawaban dari
rumusan masalah.
G. Pedoman Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada Buku Pedoman Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk, yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
H. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis menyusun skripsi ini, maka terlebih dahulu penulis
menelaah skripsi atau penelitian sebelumnya yang sama atau hampir sama
dengan skripsi ini, dengan tujuan untuk menghindari penjiplakan karya orang
17
lain. Setelah melakukan penulusuran, penulis menemukan penelitian yang
hampir sama dengan subjek dan objek yang diangkat oleh penulis, yaitu:
1. Aulia Ta‟arufi dalam laman http://taarufiaulia.blogspot.com, dipublish
pada 7 Mei 2016 dan diakses pada 15 Januari 2017, dengan artikel yang
berjudul “Analisis Wacana Kritis: Di Balik Kicauan @felixsiauw „Why Full
Time Mother?‟.” Penulis menemukan kesamaan objek yang diteliti yaitu isi
tweettan Ustadz Felix Siauw yang bertemakan „Why Full Time Mother?‟.
Artikel teks bias dalam menampilkan perempuan tersebut dengan judul
skripsi yang diangkat oleh penulis tentunya memiliki perbedaan.
Perbedaan pada tulisan tersebut menggunakan analisis wacana Sara Mills
dengan paradigma kritis, dengan mengkritisi pemikiran Ustadz Felix Siauw
mengenai Feminisme. Kelebihan dalam artikel ini mengkritisi bahwa, dalam
analisis tweettan tersebut Ustadz Felix Siauw berideologikan patriarki yang
memiliki relasi kuasa laki-laki atas perempuan. Kekurangannya dalam artikel
ini tidak terdapat wawancara Ustadz Felix Siauw ataupun oleh tokoh-tokoh
agama agar memperkuat analisis dalam artikel tersebut. Sedangkan dalam
judul yang diangkat untuk skripsi oleh penulis, menggunakan analisis wacana
Van Dijk dengan paradigma kritis. Penulis akan meneliti wacana mengenai
kesetaraan gender dalam Islam, dengan struktur bahasa dalam teks yang
digunakan oleh Ustadz Felix Siauw dalam tweet-nya yang bertemakan “Why
Full Time Mother?” dan “Liberalis dalam RUU Kesetaraan Gender”, kognisi
sosial dari pemilik akun Twitter tersebut, dan konteks sosial mengenai
kesetaraan gender dalam Islam yang berkembang di masyarakat.
18
I. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab yang
terdiri dari beberapa sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut adalah
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, didalamnya terdapat Latar Belakang Masalah,
Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Pedoman Penulisan, Tinjauan Pustaka,
dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Kajian Teori dan Konsep, di dalamnya diuraikan tentang teori-
teori yang meliputi Konsep Kesetaraan Gender, Wacana dalam
Media Sosial, dan Analisis Wacana Teun A.Van Dijk.
BAB III : Gambaran Umum, memaparkan Riwayat Hidup Ustadz Felix
Siauw.
BAB IV : Temuan dan Analisis Data, di dalamnya merupakan inti
persoalan yang diangkat dalam skripsi, yaitu memaparkan analisis
penulis mengenai wacana kesetaraan gender dalam Islam dari segi
struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
BAB V : Penutup, di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Gender
Untuk dapat memahami konsep gender harus dibedakan kata gender
dengan kata seks (jenis kelamin). Pengertian seks adalah pembentukan dua
jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada
manusia. Misalnya, laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki
jakala dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat
reproduksi seperti rahim maupun saluran untuk melahirkan, memproduksi
telur, mempunyai vagina, serta memiliki alat menyusui. Dengan demikian,
secara biologis, hal tersebut sesuatu yang tidak dapat dipertukarkan dan tidak
bisa diubah, karena sudah ketentuan Tuhan.26
Sedangkan gender merupakan suatu sifat yang melekat pada diri laki-laki
dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun kultural. Misalnya,
perempuan mempunyai sifat feminin yang dikenal dengan lemah lembut,
cantik, emosional, dan keibuan. Sementara laki-laki mempunyai sifat
maskulin yang dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa.27
Pada
hakikatnya ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat
dipertukarkan. Artinya terdapat laki-laki yang emosional, lemah lembut, dan
sebaliknya ada juga perempuan yang kuat.28
Zaitunah Subhan mengartikan
gender sebagai berikut:
26
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1987), h. 8. 27
Jamal Ma‟mur, Rezim Gender di NU (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 96. 28
Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW)
dengan McGill Project/ IISEP, 2003), h. 54-59.
20
“Gender merupakan konsep yang menggambarkan relasi antara laki-
laki dan perempuan yang dianggap memiliki perbedaan menurut
konstruksi sosial budaya yang meliputi perbedaan peran, fungsi, dan
tanggung jawab. Penyebab faktor sosial budayalah yang menjadikan laki-
laki dan perempuan berbeda, seperti laki-laki bekerja dalam sektor publik
sementara perempuan bekerja dalam wilayah domestik.”29
Sebenarnya, perbedaan gender tersebut melahirkan suatu peran yang
sebenarnya tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi, permasalahan muncul
ketika terjadinya ketidakadilan yang ditimbulkan oleh peran gender dan
perbedaan gender tersebut.”30
B. Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan
Permasalahan dari akibat perbedaan peran gender mengakibatkan
berbagai ketidakadilan untuk laki-laki maupun perempuan. Tetapi, yang lebih
merasakan akibat dari ketidakadilan gender adalah kaum perempuan. Hal
tersebut dapat dilihat melalui pelbagai manifestasi ketidakadilan yang ada.31
Menurut Mansour Fakih, manifestasi dari ketidakadilan gender yaitu:
1. Marginalisasi Perempuan
Marginalisasi terhadap perempuan yang dipermasalahkan dalam
analisis gender yaitu yang disebabkan oleh adanya ketidakadilan gender.
Marginalisasi terhadap perempuan bisa terjadi dari kebijakan pemerintah,
keyakinan, tafsir agama, tradisi atau kebiasaan maupun asumsi ilmu
pengetahuan. Misalnya, perempuan desa tersisih dari pertanian yang
diakibatkan adanya program pertanian Revolusi Hijau yang hanya
memfokuskan laki-laki. Hal tersebut disebabkan pemikiran bahwa petani
29
Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan, Menuju Kesetaraan Gender dalam
Penafsiran (Jakarta: Kencana, 2015), h. 3. 30
Mansour Fakih dkk., Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam
(Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 46. 31
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1987), h. 12.
21
identik dengan laki-laki. Atas dasar itu, tidak sedikit petani perempuan
yang tersingkirkan dari sawah dan pertanian. Sehingga program Revolusi
Hijau dinilai tidak ramah gender.32
Akibat dari marginalisasi tersebut,
perempuan di desa menjadi semakin miskin karena tidak memperoleh
pekerjaan di sawah.
2. Subordinasi
Menurut direktorat pembinaan pendidikan masyarakat subordinasi
perempuan diartikan sebagai “Anggapan bahwa perempuan lemah, tidak
mampu memimpin, dan sebagainya sehingga menempatkan posisi
perempuan dinilai kurang penting, yang mengakibatkan perempuan
menjadi nomor dua setelah laki-laki.” Subordinasi perempuan yang
berkembang dalam masyarakat, menempatkan perempuan pada posisi
yang kurang menguntungkan. Data nasional menyebutkan bahwa
perempuan yang tidak sekolah berumur di atas 10 tahun berjumlah dua
kali lipat 11,5% dari jumlah laki-laki, dan dari 900 juta penduduk yang
tidak bisa membaca 65% adalah kaum perempuan.33
3. Stereotip
Stereotip adalah pelabelan atau penandaan terhadap seseorang atau
kelompok tertentu. Salah satu stereotip bersumber pada adanya
perbedaan gender yang menimbulkan ketidakadilan. Stereotip yang
terdapat dalam masyarakat biasanya dilekatkan kepada perempuan yang
pada akhirnya berimbas pada membatasi, menyulitkan, dan merugikan
32
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1987), h. 14 dan 73. 33
Imam Syafe‟i, “Subordinasi Perempuan dan Implikasinya Terhadap Rumah Tangga,”
ANALISIS: Jurnal Studi Keislaman, Volume 15, No. 1 (Juni 2015): h. 146. Diakses pada 9 Januari
2018 dari https://media.neliti.com
22
kaum perempuan. Misalnya, asumsi apabila perempuan bersolek, ia
menandakan dalam rangka memancing perhatian lawan jenis. Oleh sebab
itu, apabila terdapat pelecehan seksual, tidak sedikit masyarakat yang
mengaitkan dengan penandaan tersebut.34
Dalam pemberitaan pun tidak pungkiri masih adanya stereotip pada
perempuan yang mengalami korban perkosaan. Salah satunya yang
terdapat di Rakyat Merdeka 18 Agustus 2000, terdapat pemberitaan
mengenai seorang perempuan tunawicara yang diperkosa oleh tiga
pemuda. Pemberitaan tersebut menggambarkan dikarenakan perempuan
itu tersenyum kepada salah satu tersangka, maka tersangka menjadi
tergoda untuk melecehkan perempuan tersebut. Seperti pada kutipan
berikut ini “Tanpa sengaja, saya ketemu dia di kolam. Eh... waktu saya
ajak bicara senyum, dirayu juga senyum. Saya berpikir jangan-jangan
ini anak kalau dipakai, senyum juga. Makanya saya jadi tergoda untuk
mengajak Santi ke rumah saya.” Kata Saharalala.35
Pemberitaan
tersebut seakan menyalahkan korban yang tersenyum, sehingga ia
memancing tersangka untuk melakukan perbuatan yang tidak senonoh.
4. Kekerasan
Pada dasarnya kekerasan yang melibatkan manusia muncul dari
berbagai sumber. Namun dalam pandangan gender, kekerasan melibatkan
pada satu jenis kelamin tertentu dikarenakan adanya anggapan bahwa
yang satu lebih kuat daripada yang lainnya. Kekerasan ini pun sering
34
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1987), h. 15 dan 74. 35
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
218.
23
dilihat dalam masayarakat dengan korbannya perempuan, yang
mencakup kekerasan fisik berupa pemerkosaan, pemukulan, bahkan
pelecahan.36
Kekerasan juga terjadi dalam bentuk verbal, yang tanpa
disadari berasal dari ucapan dengan cara menakut-nakuti, menumbuhkan
rasa bersalah, memaksa, menghina, dan sebagainya.
Kekerasan pun masih dijumpai pada pemberitaan yang memuat dalam
berita tentang kekerasan, di mana korban kekerasan tetap disalahkan
akibat kejahatan yang menimpanya tersebut. Mengutip riset Aliansi
Jurnalistik Indonesia (AJI), mengenai kekerasan perempuan di media
yang terdapat pada situs Ajiindonesia.or.id sebagai berikut:
“Pemberitaan mengenai kekerasan terhadap perempuan yang
paling menonjol pada periode ini adalah kekerasan seksual
(perkosaan), sejumlah kekerasan dalam rumah tangga juga mewarnai
pemberitaan. Namun meskipun perempuan telah menjadi korban,
perempuan tetap disalahkan akibat kejahatan itu. Hal tersebut
dituliskan pada pemberitaan berjudul Istri Nolak Bersetubuh dibunuh
Suami. Dalam pemberitaan yang isinya “Meski Istri menolak, Soleh
tetap memaksa hingga membuat korban kesal dan menghajar muka
suami. Sikap kasar Ny Kartinah membuah Soleh naik pitam. Lelaki
tua itu mengambil martil di dapur. Penggunaan kata sikap kasar
tersebut menunjukkan sikap kasar korban yang menyebabkan korban
dibunuh oleh suaminya.” 37
Dengan demikian, adanya pemberitaan yang menyudutkan maupun
menyalahkan korban masuk ke dalam bentuk kekerasan verbal.
5. Beban kerja
Adanya anggapan bahwa perempuan memiliki sifat memelihara dan
rajin menyebabkan seluruh pekerjaan rumah tangga menjadi tanggung
jawab perempuan. Pandangan tersebut seringkali diperkuat dengan
36
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1987), h. 17 dan 75. 37
“Masih Ada Kekerasan Pada Perempuan di Media,” diakses pada Selasa 30 Mei 2017 dari
https://ajiindonesia.or.id/read/berita/163/masih-ada-kekerasan-pada-perempuan-di-media.html.
24
keyakinan masyarakat, bahwa semua pekerjaan rumah tangga itu ialah
pekerjaan perempuan.38
Karena peran gender perempuan adalah
mengelola rumah tangga, maka banyak perempuan menanggung
pekerjaan domestik seperti memasak dan sebagainya. Pekerjaan domestik
tersebut secara tidak langsung sudah disosialisasikan sejak kecil,
sehingga menimbulkan perasaan bersalah jika tidak melakukan tugas
domestik, terutama pada ibu rumah tangga yang juga bekerja. Ketika
mereka bekerja, maka harus juga bertanggung jawab menyelesaikan
keseluruhan pekerjaan domestik secara terus menerus. Sehingga hal
tersebut dianggap sebagai beban kerja terhadap perempuan.39
C. Kesetaraan dan Keadilan Gender
Realitas akan ketimpangan gender melahirkan Feminisme, sebuah
gerakan yang memberontak terhadap dominasi laki-laki, mulai dari institusi
rumah tangga, perkawinan, bahkan sampai pemberontakan perempuan
terhadap gender yang dianggap sebagai kodrat mereka.40
Feminisme sentral
dengan isu kesetaraan gendernya. Suatu gagasan yang menyatakan bahwa
laki-laki dan perempuan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya,
tanpa ada hambatan yang meliputi marginalisasi, subordinasi, stereotipe,
beban kerja, maupun kekerasan, terutama pada kaum perempuan. Dalam
Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000, Pedoman Pengarusutamaan Gender
Dalam Pembangunan Nasional, yang dimaksud dengan kesetaraan gender
yaitu:
38
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1987), h. 21-22. 39
Ibid., h. 75-76 40
Jamal Ma‟mur, Rezim Gender di NU (Yohyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 98.
25
“Kesetaraan gender merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai
manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan nasional, dan
kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.”41
Hadirnya konsep kesetaraan gender ini berangkat dari sebuah kesadaran
bahwa laki-laki maupun perempuan, khususnya kaum perempuan harus
terbebas dari perbuatan diskriminasi dan harus adanya upaya untuk
mengakhiri penindasan terhadap perempuan. Oleh karena itu kesetaraan
gender dilakukan sebagai usaha untuk menghilangkan subordinasi perempuan
terhadap laki-laki di lingkungan rumah tangga, menentang status yang terus
menerus rendah di tempat kerja, masyarakat, budaya, dan dalam agama di
negerinya. Selain itu juga upaya mendapatkan haknya atas pendidikan,
menjadi anggota parlemen, dan hak untuk bekerja.42
Mengutip Asriati Jamil dan Amany Lubis dalam buku Pengantar Kajian
Gender, kesetaraan diartikan sebagai “Kesetaraan bukan dalam arti sama rata
dan tidak ada perbedaan. Dalam konteks kesetaraan lebih tepat dimaknai
dengan berkeadilan, berkeseimbangan dan lahir keharmonisan akibat dari
eksistensi kedua belah pihak.”43
Kesetaraan gender ini harus diusungkan demi
terciptanya suatu keadilan gender. Keadilan gender merupakan suatu proses
untuk menuju adil terhadap laki-laki dan perempuan.44
Suatu hal yang di
mana laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan, akses, dan porsi yang
41
Kelompok Kerja Convention Watch, Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum Untuk
Mewujudkan Keadilan Gender (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2012), h. 313. 42
Istibsyaroh, Hak-Hak Perempuan: Tinjauan Umum Tentang Perempuan Dalam Relasi
Gender (Jakarta: TERAJU, 2004), h. 66-67. 43
Fadilah Suralaga, dkk, Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN
Jakarta dengan McGill Project/IISEP), h. 81. 44
Kelompok Kerja Convention Watch, Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum Untuk
Mewujudkan Keadilan Gender, h. 313.
26
setara, seimbang, dan serasi sehingga terciptanya ruang yang harmonis dan
tanpa berat sebelah.
Biasanya keadilan gender merujuk pada keadilan sosial atas pemberian
kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini tidak
berarti bahwa laki-laki dan perempuan adalah sama dalam segala hal, namun
yang dimaksud adalah pemberian kesempatan yang tidak tergantung pada
jenis kelamin tertentu, melainkan untuk merealisasikan hak-hak dan potensi.45
Di antara gambaran dan indikasi adanya upaya untuk mewujudkan
keadilan gender yaitu:
“Pertama, menerima dan memandang perbedaan yang ada pada laki-
laki dan perempuan dengan cara menghormati. Kedua, mendiskusikan
dan menyeimbangkan struktur masyarakat atas pembedaan peran dan
relasi antara laki-laki maupun perempuan. Ketiga, meneliti kemampuan
dan bakat laki-laki maupun perempuan, untuk terlibat dalam membangun
masyarakat. Keempat, memperjuangkan secara terus menerus hak asasi
manusia. Kelima, mengupayakan perkembangan dan penegakan
demokrasi dan pemerintahan yang baik dalam semua institusi
masyarakat, dengan melibatkan perempuan dalam semua level. Keenam,
pendidikan merupakan kunci bagi keadilan gender, karena pendidikan
merupakan tempat masyarakat mentransfer norma-norma, pengetahuan
dan kemampuan mereka.”46
Dengan demikian kesetaraan yang berkeadilan gender dapat memandang
secara kodrati dan berkeseimbangan secara sosial, dapat menghapuskan
semua bentuk ketidakadilan dan diskriminasi gender.47
D. Kesetaraan dan Keadilan dalam Islam
Selama ini jika gerakan penentang ketimpangan terhadap perempuan
muncul karena gerakan Feminisme, namun nyatanya Islam jauh lebih dulu
45
Susilaningsih, dkk., Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi Islam (Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan McGill-IAIN-ISEO), h. 23. 46
Ibid., h. 24. 47
Fadilah Suralaga, dkk, Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN
Jakarta dengan McGill Project/IISEP), h. 81.
27
bergerak memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban laki-laki maupun
perempuan. Tidak hanya itu, Islam juga berusaha mengembalikan perempuan
kepada fitrahnya sebagai perempuan dan manusia.48
Sejatinya, Islam sudah
lebih dulu menyamakan derajat laki-laki dan perempuan. Menurut Ali Albar
“Islam menghormati wanita dengan penghormatan yang sangat luhur,
mengangkat martabatnya dari sumber keburukan dan kehinaan serta dari
penguburan hidup-hidup dari perlakuan buruk ke kedudukan yang terhormat
dan mulia.49
Ungkapan Nasaruddin Umar menarik untuk dikutip:
“Gender dalam perspektif Islam bahwa Islam memang mengakui
adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan, tetapi
bukan pembedaan (discrimination). Perbedaan tersebut didasarkan atas
kondisi fisik-biologis perempuan yang ditakdirkan berbeda dengan laki-
laki, namun perbedaan tersebut tidak dimaksudkan untuk memuliakan
yang satu dan merendahkan yang lainnya.”50
Dalam Islam, perempuan telah mendapatkan kedudukan terhormat yang
tidak didapatkan sebelumnya. Tidak terdapat hukum atau sistem aturan
buatan manusia yang memberikan hak-hak kepada perempuan sebanding
dengan Islam. Ini dikarenakan Islam membawa prinsip kesetaraan universal
antarmanusia.51
Di dalam al-Quran pun terdapat ayat-ayat yang menjelaskan
prinsip-prinsip kesetaraan antara laki-laki maupun perempuan, diantaranya
sebagai berikut:52
48
Zulfahani Hasyim, “Perempuan dan Feminisme dalam Perspektuf Islam,” MUWAZAH 4,
no. 1 (Juli 2012): h. 71. Diakses dari: http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id pada 18 Januari 2017. 49
Muhammad Ali Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam: Kodrat Kewanitaan,
Emansipasi dan Pelecehan Seksual, Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin (Jakarta: Pustaka
Azzam, 1998), h. 16. 50
Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan
Gender, 1999), h. 23. 51
Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan Relasi Jender Menurut Tafsir Al-Sya‟rawi (Jakarta:
TERAJU, 2004), h. 11. 52
Nasaruddin Umar, Bias Jender dalam Penafsiran Kitab Suci (Jakarta: Fikahati Aneska,
2000), h. 17-28.
28
1. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba
Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan, yang membedakan hanyalah ketakwaannya.
Keduanya berpotensi untuk menjadi hamba Allah SWT yang ideal atau
di dalam al-Quran diistilahkan dengan muttaqun (hamba Allah SWT
yang ideal), seperti yang tertuang dalam Q.S al-hujarat [49] ayat 13:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”53
2. Laki-laki dan perempuan sebagai khalifah
Maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini, selain
untuk menjadi hamba yang tunduk dan patuh, tetapi juga untuk menjadi
khalifah di bumi. Sebagaimana yang dijelaskan pada Q.S al-Baqarah ayat
30 yang berbunyi:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
53
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemamahan (Bandung: Gema Risalah Press,
1992), h. 847.
29
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?”Tuhan berfirman “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.”54
Laki-laki maupun perempuan memiliki fungsi yang sama sebagai
khalifah, yaitu mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya
di bumi, sebagaimana halnya mereka dipertanggungjawabkan
kewajibannya sebagai hamba Tuhan.
3. Laki-laki dan perempuan menerima penjanjian primordial
Laki-laki maupun perempuan sama-sama mengemban dan
mendapatkan perjanjian primordial dengan Tuhan. Seperti menjelang
seorang anak manusia lahir, Ia terlebih dahulu harus menerima perjanjian
dari Tuhan, seperti yang terdapat pada Q.S al-A‟raaf [7] ayat 172, yang
berbunyi:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan).”55
Tidak ada seorang pun anak manusia yang lahir tidak berikrar akan
keberadaan Tuhan. Dalam Islam, tanggung jawab individual dan
kemandirian berlangsung sejak dalam kandungan. Islam tidak dikenal
54
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemamahan (Bandung: Gema Risalah Press,
1992), h. 13. 55
Ibid., h. 250.
30
diskriminasi jenis kelamin, keduanya sama-sama menyatakan ikrar
ketuhanan yang sama.
4. Adam dan hawa, terlibat secara aktif dalam drama kosmis
Dalam Islam, drama kosmis sebuah cerita mengenai keadaan Adam
dan Hawa di surga sampai keluar ke bumi, selalu menekankan kedua
belah pihak secara aktif terlibat di dalamnya. Bukan menyalahkan Hawa
yang menyebabkan keduanya di keluarkan dari surga. Kisah keduanya
dituangkan dalam salah satu ayat yaitu Q.S al-A‟raaf [7] ayat 22 yang
berbunyi:
“Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu)
dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu,
nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya
menutupinya dengan daun-daun syurga. Kemudian Tuhan mereka
menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari
pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua".”56
Dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa Adam dan Hawa disebutkan
secara bersama-sama sebagai pelaku yang memakan buah khuldi dan
keduanya bertanggungjawab terhadap drama kosmis tersebut.
5. Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi
Laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang sama untuk meraih
prestasi. Tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Seperti
yang ditegaskan dalam Q.S al-Nahl [16] ayat 97 yang berbunyi:
56
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemamahan (Bandung: Gema Risalah Press,
1992), h. 223.
31
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.”57
Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan konsep kesetaraan yang ideal dan
memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang
spiritual maupun urusan karier professional, tidak mesti dimonopoli oleh
salah satu jenis kelamin saja.
Dalam peluang untuk meraih prestasi pun, tidak ada larangan untuk
laki-laki dan perempuan dalam meraih prestasi. Dalam hal ini,
perempuan pun dapat meraih prestasinya dengan menggeluti pekerjaan
yang sesuai dengan bidangnya seperti yang dilakukan oleh laki-laki.
Seperti hal nya yang dilakukan oleh perempuan-perempuan di zaman
Rasulullah SAW. Sebagaimana yang ditulis oleh Nasaruddin Umar
berikut ini:
“Khadijah yang aktif dalam bidang ekonomi yang berhasil dalam
bidang usaha ekspor-impor, Aisyah yang mempelajari hadist dan
mengajari orang-orang, Zainab bint Jahsy yang bekerja dalam bidang
home industry pada proses menyamak kulit binatang, dan Shafiyah
bint Huyay sebagai perias pengantin.”58
Dari contoh tersebut, membuktikan bahwa Islam memberikan
perlakuan yang setara antara laki-laki dan perempuan untuk meraih
prestasi, baik itu dalam pendidikan maupun pekerjaan, sebagaimana yang
57
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemamahan (Bandung: Gema Risalah Press,
1992), h. 417. 58
Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010),
h. 147.
32
dilakukan oleh laki-laki dalam menempuh pendidikan untuk
mengembangkan potensinya dan bekerja untuk memenuhi nafkah
keluarganya. Menurut Zaitunah Subah “Pada prinsipnya, agama tidak
membatasi hak perempuan dalam mengurus seluruh kepentingan publik.
Hanya saja perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kehormatan
perempuan itu sendiri.”59
Mengutip Muhammad Quthb, Nasaruddin
Umar beranggapan bahwa:
“Islam membenarkan mereka bekerja karena darurat dan bukan
menjadikannya dasar. Makna darurat di sini ialah pekerjaan yang
sangat perlu, yang dibutuhkan masyarakat atau atas dasar
kebutuhan pribadi, karena tidak ada yang membiaya hidup dan atau
yang menanggung biaya hidupnya tidak mampu mencukupi
kebutuhannya. Dalam al-Qur'an dan hadist banyak mengisyaratkan
kebolehan perempuan aktif menekuni berbagai profesi selama
pekerjaan itu halal dan dilakukan dalam suasana terhormat dan
mencegah hal-hal yang dapat menimbulkan kemudharatan.”60
Oleh karena itu, perempuan dan laki-laki tetap berpotensi memiliki
kesempatan dalam meraih prestasi. Tentu saja dengan tetap
mempertahankan nilai-nilai agama baik laki-laki maupun perempuan dan
tetap menjaga kehormatannya.
E. Wacana Dalam Media Sosial
Wacana di media sosial merupakan kalimat-kalimat atau pernyataan yang
muncul di media sosial, baik itu berupa tulisan ataupun lisan. Biasanya
wacana yang muncul di media sosial dipengaruhi oleh kognisi dari penulis di
media sosial tersebut. “Kognisi sosial didasarkan pada anggapan umum yang
59
Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan, Menuju Kesetaraan Gender dalam
Penafsiran (Jakarta: Kencana, 2015), h. 93. 60
Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010),
h. 143 dan 150.
33
tertanam yang akan digunakan untuk memandang suatu peristiwa.”61
Apabila
seseorang menuliskan wacana atau pernyataan di media sosial, maka para
pengikut atau followers pada akun media sosialnya akan membacanya, namun
tidak semua menyetujui apa yang ditulisnya, sehingga memungkinkan
terjadinya pro maupun kontra. Karena sejatinya pemahaman mengenai
wacana apapun terdiri dari kepercayaan yang dimiliki oleh tiap-tiap pemilik
akun media sosial.
1. Pengertian Media Sosial
Secara sederhana, istilah media diartikan sebagai sarana dan
teknologinya.62
Sedangkan Istilah sosial menurut Rulli Nasrullah sebagai
berikut:
“Istilah sosial melihat pada realita fakta sosial bahwa setiap
individu melakukan aksi yang memberikan konstribusi pada
masyarakat. Makna sosial tersebut melihat pada saling bekerja sama
(co-operative work). Dalam kajian Marx ini, ada penekanan bahwa
sosial terdapat karakter kerja sama atau saling mengisi di antara
individu dalam rangka membentuk kualitas baru dari masyarakat.”63
Dari dua pengertian dasar mengenai media dan sosial, dapat
diketahui bahwa definisi media sosial adalah medium di internet yang
memungkinkan pengguna dapat berinteraksi, bekerja sama, berbagi,
berkomunikasi dengan pengguna lain, serta membentuk ikatan sosial
secara virtual.64
Ada enam kategori besar untuk melihat jenis-jenis media
sosial:65
61
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS Group,
2001), h. 261 62
Ruli Nasrullah, Media Sosial (Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi)
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 3. 63
Ibid., h 7-8 64
Ibid., h 13. 65
Ibid., h 39-47.
34
1. Social networking atau media jejaring sosial merupakan sarana yang
dapat dijadikan pengguna untuk berinteraksi kepada siapapun di
dunia maya. Karakter utama dari jejaring sosial ini yaitu setiap
pengguna membentuk jaringan pertemanan.
2. Jurnal online atau blog merupakan media sosial yang dapat
digunakan penggunanya untuk mengunggah aktivitas keseharian,
saling mengomentari, dan berbagi informasi maupun yang lainnya.
Istilah blog berasal dari kata “weblog” yang menawarkan alamat
web pribadi secara gratis dalam membuat, dan berbagi konten.
3. Jurnal online sederhana atau mikroblog (microblogging) merupakan
jenis media sosial yang memungkinkan pengguna untuk menulis dan
memublikasikan aktivitas maupun pendapatnya. Kehadiran jenis
media sosial ini melihat pada munculnya Twitter yang menyediakan
maksimal 140 karakter untuk menuliskannya.
4. Media berbagi (media sharing) adalah jenis media sosial yang
memfasilitasi penggunanya untuk berbagi media, mulai dari
dokumen, video, audio, gambar, dan sebagainya secara online.
Seperti Youtube, Flickr, Photo Bucket, atau Snapfish.
5. Penanda sosial (social bookmarking) merupakan media sosial yang
bekerja untuk mengorganisir, menyimpan, mengelola, dan mencari
informasi atau berita tertentu secara online. Beberapa social
bookmarking yang populer adalah Delicious.com,
StumblUupon.com, Digg.com, Reddit.com, dan di Indonesia ada
LintasMe.
35
6. Media konten bersama atau wiki, dikatakan media konten bersama
karena situs ini kontennya hasil kolaborasi dari para penggunanya.
Wiki menyajikan konten berupan pengertian, sejarah, hingga rujukan
buku atau tautan tentang satu kata. Dalam praktiknya, penjelasan-
penjelasan tersebut dikerjakan oleh pengunjung untuk mengisi
konten dalam situs ini.
Secara tidak langsung, media sosial membawa pengaruh nilai-nilai
baru di tengah penggunanya. Karena dapat memberikan ruang kepada
pengguna untuk mengutarakan pikiran dan opininya.66
2. Twitter
Twitter merupakan sebuah microblogging dan layanan jejaring
sosial. Disebut microblogging karena pesan teks yang dapat diunggah
atau yang ditweet hanya dapat memuat maksimal 140 karakter.67
sebagai microblog ini hanya bisa menampung pesan paling tidak satu
atau dua kalimat saja dengan 140 karakter. Sementara itu untuk
mengunggah audio maupun video setidaknya hanya berdurasi 10 detik.68
Dengan keterbatasan pesan yang dimuat, biasanya pemilik akun
menuliskan informasi, pendapat, maupun aktivitas yang sedang mereka
lakukan tidak terlalu bertele-tele. Tidak hanya menuliskan aktivitas
ataupun pendapat saja, pemilik akun Twitter pun dapat saling membalas
tweet antar pengguna lainnya. Mereka dapat saling membalas tweet
66
Ruli Nasrullah, Media Sosial (Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi)
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 128. 67
Roy Chandra Putra, Twitter Untuk Gaul dan Bisnis (Sulawesi: New Orchid, 2009), h. 1. 68
Ibid., h. 1.
36
ataupun mengirim pesan ke akun pengguna lainnya melalui fitur yang
disediakan sehingga memunculkan percakapan.
Hal itu membuat Twitter menjadi sebuah layanan komunikasi
medium.69
Sehingga pengguna dapat bertukar informasi atau pikiran dan
percakapan dengan siapapun. Ungkapan Tim Pusat Humas Kementerian
Perdagangan RI dalam buku Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk
Kementerian Perdagangan RI menarik untuk dikutip:
“Pembatasan 140 karakter per konten pun menjadikan Twitter
tempat paling cepat dalam menyampaikan informasi dan peristiwa
yang sedang terjadi. Bila dibandingkan dengan mesin pencari
semisal google, maka google diposisikan oleh pengguna sebagai
perpustakaan informasi, sementara Twitter sebagai tempat
bergulirnya informasi secara cepat dan seketika (real-time).”70
Dengan demikian, tidak heran apabila sebagian pengguna Twitter
sangat bergantung pada Twitter untuk mendapatkan informasi terkini.
Twitter didirikan oleh Jack Dorsey, Evan Williams, Christhoper
“Biz” Stone dan Noah Glass pada Juli 2016. Kemunculan Twitter diawali
setelah Odeo (layanan podcasting), startup (perusahaan rintisan) yang
dibangun pada tahun 2005 oleh Glass dan Williams mengalami
kegagalan. Singkat cerita, akhirnya mereka mendirikan sebuah startup
baru bernama Obvious Corp yang membuat aplikasi Twitter.71
Saat itu Dorsey terinspirasi dengan cara kerja dari LiveJournal dan
AOL Instant Massangger, sehingga ia membuat Twitter. Dalam kurung
waktu dua minggu, Dorsey berkolaborasi dengan ketiga temannya
69
Chibita Wiranegara, Twitter yang Trendy dan Modern (Yogyakarta: Golden Books, 2014),
h. 2. 70
Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI, Panduan Optimalisasi Media Sosial
Untuk Kementerian Perdagangan RI (Jakarta: Pusat Hubungan Masyarakat, 2014), h. 155. 71
Restitu Ajeng, “Mengupas Buku Sejarah Twitter Penuh Intrik,” diakses pada 27 April 2017
dari http://tekno.kompas.com
37
membuat Twitter yang bertujuan sebagai sarana komunikasi pesan
singkat. Twitter pun mampu menarik pengguna Odeo, setelah
dipublikasikan melalui Odeo.72
Pertama kali Twitter muncul dengan
nama “twttr” yang terinspirasi dari aplikasi “flickr”, kemudian para
pendirinya membubuhkan tambahan dua huruf vokal ke dalam nama
“twttr” menjadi Twitter dan merilisnya pada tahun 2006.73
Berkat fitur
atau kontennya yang praktis dan mudah digunakan dalam berkomunikasi
dan menuliskan informasi, Twitter menjadi aplikasi yang banyak diminati
oleh masyarakat. Beberapa fitur atau konten dalam Twitter yaitu:74
1. Tweet: sebutan untuk membuat status atau tulisan atau postingan yang
ditulis di Twitter.
2. Mention: ketika tweet yang ditulis ingin ditujukan oleh seseorang
dengan menyertakan simbol et atau “@” di depan nama akun tersebut.
3. Reply: digunakan untuk membuat tweet baru ke pengguna lain atau
membalas sebuah tweet dengan menggunakan @mention (ditujukan
kepada siapa) tetapi tidak menyertakan pernyataan sebelumnya.
4. Retweet/RT: seperti reply, membalas, bedanya kalau retweet, follower
juga dapat membaca tweet yang kita RT.
5. Follow: sebuah tab untuk mengikuti akun orang lain, ketika akun kita
mengikuti orang lain, maka tweet mereka akan masuk ke dalam
72
Jubilee Enterprise, Berburu Uang dengan Twitter (Jakarta: PT Elex Komputindo, 2009), h.
3. 73
Restitu Ajeng, “Mengupas Buku Sejarah Twitter Penuh Intrik” diakses pada 27 April 2017
dari http://tekno.kompas.com . 74
Ali Akbar, Welcome to Twitterland: Manfaatkan Twitter Untuk Mengeruk Rezeki
(Bandung: Kaifa, 2012), h. 71-73.
38
timeline kita. Sebutan untuk pengguna akun Twitter lain yang kita
ikuti adalah following.
6. Follower: sebutan untuk pengguna akun Twitter lain yang mengikuti
(memfollow) akun kita.
7. Timeline/lini masa: isi pernyataan/isi tweet pemilik akun dan sejumlah
akun yang difollow oleh seseorang.
8. Direct massagge/DM: digunakan untuk mengirim pesan secara privat,
hanya orang yang dikirim saja yang bisa membacanya. Pengguna
dapat saling mengirim pesan dengan syarat sudah saling memfollow
back.
9. Hastag/tagar/#: tanda ini akan menyimpan memori data yang apabila
dicari akan mengeluarkan data yang diminta. Sehingga ketika
menuliskan suatu topik dengan tanda itu, maka pengguna akan
menemukan topik sejenis yang ditulis oleh orang lain dengan mudah.
10. List: fitur ini untuk mengelompokkan followers/following dalam
satu list atau grup, seperti keluarga, teman sekolah, dan lain-lain.
11. Trending topic: sekumpulan tweet yang sedang tren atau hangat
dibicarakan oleh pengguna Twitter secara bersamaan.
12. Favorite: simpanan tweet yang menarik dan dikumpulkan dalam
sebuah akun seseorang.
Dengan kemudahan melalui fitur yang diberikan oleh Twitter, tidak
heran apabila Twitter juga digunakan untuk berbisnis oleh perusahaan
dan juga digunakan oleh staff kepemerintahan untuk berinteraksi maupun
bersosialisasi dengan masyarakat.
39
3. Twitter Sebagai Media Dakwah
Secara bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab dalam bentuk
masdar. Kata dakwah berasal dari kata da‟a, yad‟u, da‟watan, yang
mempunyai arti memanggil, memohon, menyuruh, menegaskan, dan
menarik manusia kepada sesuatu.75
Menurut Moh. Ali Azis, Syekh
Muhammad al-Khadir Husain mengartikan dakwah adalah “Menyeru
manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada
kebijakan dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia
dan akhirat.”76
Saat ini berdakwah tidak hanya dilakukan melalui lisan dan tulisan
ataupun secara face to face saja. Mengingat perkembangan zaman yang
semakin canggih akan teknologi, perjalanan untuk melakukan dakwah
pun semakin mudah. Sering kali kita temui dakwah yang terdapat pada
siaran televisi maupun radio, sehingga masyarakat dapat menemukan
dakwah dengan mudah dan murah. Memasuki era internet ini, para da‟i
pun memanfaatkan kehadiran internet untuk melalukan dakwah, salah
satunya pada media sosial Twitter.
Berdakwah melalui media sosial Twitter dinilai dapat menimbulkan
komunikasi yang efektif. Karena Twitter mempunyai kekuatan besar
dalam berdakwah di dunia maya, dengan teknik dakwahnya yaitu
membuat kicauan-kicauan (tweet) positif dan inspiratif.77
Agar pesan
75
Enjang dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), h.
3. 76
Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah, cet ke-5. (Jakarta: Kencana, 2016), h. 6 dan 11. 77
Muh. Abdus Syakur, “Saatnya Galakkan Twitter for Dakwah,” diakses pada 27 April 2017
dari http://hidayatullah.com/berita/nasional/read/2014/11/18/33441/saatnya-galakkan-Twitter-
dakwah.html.
40
dakwah yang disampaikan menjadi efektif, tentunya para da‟i maupun
penulis lainnya dapat memerhatikan ciri-ciri dari komunikasi yang efektif
meliputi, yaitu:
“Pertama, pesan disampaikan dengan baik agar dapat menarik
perhatian. Kedua, pesan menggunakan lambang yang memiliki
pengertian yang sama antara komunikator dan komunikan agar
sama-sama dimengerti. Ketiga, pesan yang disampaikan sesuai
dengan kebutuhan mad‟u. Keempat, pesan harus berkaitan dengan
kelompok di mana komunikan berada.”78
Untuk mencapai dakwah dengan komunikasi yang efektif pun, harus
dilakukan dengan strategi agar dakwah yang disampaikan melalui Twitter
dapat diterima dengan baik. Menurut Moh. Ali Azis, strategi dakwah
dapat dilakukan menjadi tiga bentuk, sebagai berikut:
“Strategi dakwah dapat dilakukan menjadi tiga bentuk, yakni:
Pertama, strategi sentimenti yaitu dakwah yang memfokuskan aspek
hati dan menggerakan perasaan serta batin mad‟u. Dengan cara
memberikan nasihat yang mengesankan dan dengan kelembutan.
Kedua, strategi rasional yaitu dakwah yang memfokuskan pada
aspek pikiran. Dengan tujuan untuk mendorong mad‟u berpikir,
merenungkan, dan mengambil pelajaran. Ketiga, strategi indriawi
yaitu sistem dakwah yang berorientasi pada pancaindra dan
berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan. Di antara
metode yang dihimpun dalam strategi ini ialah praktik keagamaan,
keteladanan, dan pentas drama.”79
Salah satu hal yang membuat Twitter dinilai efektif untuk digunakan
sebagai media dakwah ialah karena Indonesia merupakan pengguna
Twitter terbesar di dunia.80
Sehingga bukan suatu kemungkinan yang
mustahil jika Twitter diusung sebagai media untuk berdakwah para da‟i.
78
Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), h. 128-129. 79
Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah, cet ke-5. (Jakarta: Kencana, 2016), h. 351-353. 80
Aqmal Maulana, “Twitter Rahasiakan Jumlah Pengguna di Indonesia,” diakses pada 27
April 2017 dari http://cnnindonesia.com/teknologi/20160322085045-185-118939/Twitter-
rahasiakan-jumlah-pengguna-di-indonesia
41
Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Masduki Baidlowi
mengatakan “Dakwah melalui media sosial adalah jalan yang murah dan
strategis menjadi medium penyampaian dakwah, karena saat ini media
sosial sudah menjadi sumber utama informasi.”81
Sementara itu, menurut
da‟i kondang Ustadz Felix Siauw “Twitter dinilai lebih efektif untuk
berdakwah dibandingkan media lainnya semacam facebook. Dakwah di
Twitter dapat menjadi trending topic, oleh sebab itu siapapun bisa
membacanya.”82
Dengan perkembangan zaman yang memiliki kesadaran akan
teknologi, bukan suatu yang mustahil jika media sosial terutama Twitter
dimanfaatkan sebagai media dakwah, yang dikemas secara menarik.
Terutama untuk menjangkau para anak muda yang jarang mengikuti
kajian dalam dakwahnya. Sehingga dengan kicauan-kicauan yang positif
dan inspiratif tersebut dapat mereka ingat.
F. Analisis Wacana Kritis
1. Pengertian Analisis Wacana Kritis
Secara sederhana wacana merupakan bahasa yang terdapat di dalam
komunikasi, baik secara lisan dan tulisan.83
Wacana diartikan sebagai
suatu ujaran atau teks dari praktik untuk menjelaskan sejumlah
pernyataan yang memiliki makna tertentu dan memiliki dampak dalam
81
Jabbar Ramdhani, “Ulama Upayakan Pakai Media Sosial Sebagai Medium Dakwah,”
diakses pada 27 April 2017 dari http://detik.com/news/berita/d-3354863/ulama-upayakan-pakai-
media-sosial-sebagai-mediadakwah. 82
“Felix Siauw Nilai Berdakwah di Twitter Cukup Efektif”, diakses pada 27 April 2017 dari
https://tempo.co/read/news/2013/08/15/219504621/felix-siauw-nilai-berdakwah-di-Twitter-cukup-
efektif 83
Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 16 dan 17.
42
dunia nyata.84
Analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai
bahasa atau pemakaian bahasa.85
Eriyanto mengartikan analisis wacana
dalam pandangan kritis yaitu:
“Menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses
produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak dipahami sebagai
medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dalam
pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam
membentuk subjek tertentu, tematema wacana tertentu, maupun
strategi-strategi di dalamnya. Karena itu analisis wacana dipakai
untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa,
batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif
yang mesti dipakai, dan topik apa yang dibicarakan.”86
Melalui analisis wacana tidak hanya isi teks saja yang diteliti, tetapi
juga bagaimana pesan disampaikan oleh pembuat teks kepada khalayak.
Karena wacana merujuk kepada pemakaian bahasan dan ucapan, tidak
hanya aspek kebahasaannya saja, melainkan bagaimana bahasa itu
diproduksi dan ideologi dibaliknya.87
2. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Analisis wacana model Teun A. Van Dijk kerap disebut sebagai
“kognisi sosial”. Pendekatan seperti ini tidak bisa lepas dari karakteristik
pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk. Istilah ini sebenarnya
diambil dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk
menjelaskan struktur dan proses terbentuknya wacana.88
Mengutip dari
Eriyanto, ia berpendapat bahwa Teun A. Van Dijk mengartikan wacana
sebagai berikut:
84
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 11. 85
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h. 4 86
87
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 72. 88
Ibid., h. 73.
43
“Penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis
atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi
yang harus juga diamati. Analisis model Van Dijk melihat bagaimana
suatu teks diproduksi. Proses produksi tersebut melibatkan suatu
proses yang disebut sebagai kognisi sosial.”89
Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti. Pertama,
memperlihatkan bagaimana teks digunakan atau diproduksi oleh
wartawan/media. Kedua, menggambarkan bagaimana nilai-nilai yang
dipahami oleh masyarakat diserap oleh kognisi wartawan kemudian
dijadikan dalam penulisan teks tertentu. Oleh karena itu, Van Dijk tidak
hanya menggunakan modelnya hanya untuk menganalisis teks saja, tetapi
juga melihat bagaimana dominasi, struktuk sosial, dan kekuasaan yang
terdapat dalam masyarakat serta pikiran maupun kesadaran yang
terbentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Model dari analisis
Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut: 90
Ketiga dimensi struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial
adalah bagian kesatuan dalam kerangka Van Dijk. Ketiga dimensi
tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan serta mendukung
89
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
221. 90
Ibid., h. 222-225.
Konteks
Kognisi Sosial
Teks
Gambar 2. 1 Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
44
satu sama lainnya. Struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk
ini dapat digambarkan seperti berikut:91
Tabel 2.1
Struktur Teks Wacana Teun A. Van Dijk
Struktur wacana Hal yang diamati Elemen
Struktur makro Tematik
(Apa yang dikatakan?)
Topik
Superstruktur Skematik
(Bagaimana pendapat
disusun dan
dirangkai?)
Skema
Struktur mikro Semantik
(Makna yang ingin
dotekankan dalam teks
berita?)
Latar, detail, dan
maksud.
Sintaksis (Bagaimana
pendapat
disampaikan?)
Bentuk kalimat,
koherensi, dan kata
ganti
Stilistik (Pilihan kata
apa yang dipakai?)
Leksikon
retoris (Bagaimana dan
dengan cara apa
penekanan dilakukan)
Grafis, metafora, dan
ekspresi
Dalam pandangan Van Dijk, semua teks dapat dianalisis menggunakan
ketiga elemen tersebut. Dari gambar analisis wacana Van Dijk diatas dapat
diuraikan penjelasan sebagai berikut:92
1. Teks
Struktur teks pada wacana Van Dijk dibagi menjadi tiga struktur atau
tingkatan. Pertama, struktur makro merupakan makna umum yang
mengamati tema atau topik yang dikedepankan oleh wartawan atau pembuat
teks. Kedua, superstruktur merupakan struktur wacana yang menganalisis
91
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 74. 92
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
225-234.
45
bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga,
struktur mikro adalah makna wacana yang ditilik dari bagian kecil dalam
suatu teks, seperti kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase dan
gambar.
Melalui struktur teks, peneliti tidak hanya mengetahui apa isi dari suatu
teks berita saja, tetapi juga memahami apa yang diliput oleh media,
bagaimana wartawan mengungkapkan suatu peristiwa dengan teks tertentu
dan juga bagaimana wartawan menguraikannya melalui retorika tertentu.
Dalam wacana Van Dijk, penggunaan kata, kalimat, proposisi, dan retorika
yang dipilih oleh media dianggap sebagai bagian dari strategi wartawan.
Teks yang digunakan oleh wartawan dijadikan cara untuk mempengaruhi
pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan
menyingkirkan lawan atau penentang. Struktur wacana dalam Van Dijk
memiliki beberapa elemen sebagai berikut:
a. Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks.
Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan inti
dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa. Teks
tidak hanya diartikan dalam pandangan tertentu atau tema tertentu, tetapi
suatu pandangan umum yang koheren. Van Dijk menyebut ini sebagai
koherensi global, yakni bagian-bagian dalam teks kalau diurutkan
menunjuk pada suatu titik gagasan umum yang saling mendukung untuk
menggambarkan topik umum tersebut.
46
b. Skematik
Sebuah teks biasanya memiliki skema atau alur dari awal sampai
akhir. Alur tersebut menggambarkan bagaimana bagian-bagian dalam
teks disusun sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai
bentuk dan alur yang bermacam-macam, namun setiap teks berita
umumnya mempunyai dua kategori skema besar.
Pertama, summary yang biasanya ditandai dengan dua elemen yakni
judul dan lead. Elemen skema ini dipandang paling penting. Secara
umum judul memperlihatkan tema yang ingin diperlihatkan oleh
wartawan dalam pemberitaan. Sedangkan pada lead umumnya sebagai
pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi
berita secara lengkap. Kedua, story yaitu isi berita secara keseluruhan.
Dalam isi berita umumnya memiliki dua subkategori, pertama, berupa
situasi yakni jalannya peristiwa, kedua, komentar yang dimasukan dalam
teks.
Skematik memiliki arti penting bagi wartawan sebagai sebuah strategi
untuk mendukung topik tertentu yang ingin diungkapkan dengan
mengurutkan bagian-bagian tertentu. Strategi yang digunakan dalam
skematik dengan memberikan tekanan pada bagian informasi mana yang
didahulukan dan bagian mana yang disembunyikan dalam teks.
c. Semantik
Semantik dalam skema Van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal,
yaitu makna yang terlihat dari hubungan antar kalimat, hubungan
antarproposisi yang memberikan makna tertentu dalam suatu teks.
47
Semantik tidak hanya mengartikan bagian mana yang penting dari
struktur wacana, tetapi juga mengarahkan ke sisi tertentu dari suatu
peristiwa.93
Pada semantik terdapat elemen latar yang dapat memengaruhi arti
yang ingin disampaikan oleh wartawan, karena dapat dijadikan sebagai
alasan pembenaran pada setiap gagasan yang ditulisnya. Pada elemen
latar ini dapat mengetahui maksud yang ingin disampaikan oleh
wartawan. Karena latar yang dituangkan oleh wartawan menentukan ke
arah mana pandangan khalayak diajak untuk menilai suatu peristiwa.
Elemen yang kedua ialah detail. Pada elemen ini, wartawan
menampilkan informasi secara lengkap dengan tujuan untuk memperkuat
gagasan yang ditulisnya. Biasanya, wartawan menampilkannya dalam
bentuk data-data. Dalam detail ini akan mengarahkan bagaimana suatu
peristiwa digambarkan.94
Elemen wacana lain yaitu maksud, pada elemen
ini informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara
jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara
tersamar, implisit, dan tersembunyi.
d. Sintaksis
Sintaksis merupakan bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Strategi
yang terdapat pada sintaksis dapat dilihat dari koherensi dengan melihat
kata hubung yang digunakan untuk menghubungkan kalimat. Karena kata
93
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 78. 94
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
235 dan 238.
48
hubung yang digunakan dapat memiliki makna lain.95
Elemen kedua
yaitu bentuk kalimat, pada elemen ini dapat menentukan apakah berita
menggunakan bentuk deduktif atau induktif. Bentuk kalimat ini bukan
hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna
yang dibentuk oleh susunan kalimat. Selanjutnya yaitu elemen kata ganti.
Kata ganti digunakan oleh komunikator untuk memperlihatkan di mana
posisi seseorang dalam wacana. 96
e. Stilistik
Pusat perhatian stilistik adalah style, yaitu cara yang digunakan oleh
penulis atau pembicara untuk menyampaikan maksudnya dengan
menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan demikian, style dapat
diterjemahkan sebagai gaya bahasa.97
Pada elemen ini berhubungan
dengan pilihan kata yang digunakan dalam suatu teks. Elemen yang
dikenal dalam stilistik yaitu leksikon. Pada dasarnya leksikon
menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata dari sekian
kata yang tersedia.98
f. Retoris
Retoris memiliki fungsi persuasif yang berkaitan dengan bagaimana
pesan itu disampaiakan.99
Retoris dapat dilihat dari penggunaan grafis,
metafora, dan ekspresi. Grafis mengamati apa yang ditonjolkan atau
ditekankan dalam suatu teks. Biasanya diperlihatkan dengan tulisan yang
95
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 80 dan 81. 96
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
251-253. 97
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 82. 98
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media , h. 255. 99
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 84.
49
berbeda dari yang lain. Tulisan yang berbeda tersebut dianggap menjadi
bagian yang ditonjolkan untuk menunjukan yang terpenting dalam teks
tersebut. Selain itu, grafis juga ditampilkan dalam foto, gambar, atau
tabel maupun angka untuk mendukung gagasan. Selanjutnya terdapat
elemen metafora, metafora ditampilkan dalam bentuk kiasan, ungkapan,
bahkan ayat suci untuk dijadikan sebagai pembenaran dalam gagasan.100
2. Kognisi Sosial
Kognisi sosial melihat bagaimana teks diproduksi dan berhubungan
dengan kesadaran mental wartawan dalam membentuk teks tersebut.
Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana menunjukaan berbagai
makna, pendapat maupun ideologi penulis teks untuk mengungkapkan
bagaimana makna disembunyikan dalan teks. Sehingga analisis wacana
tidak dibatasi hanya pada struktur teks saja. Hal tersebut disebabkan,
posisi wartawan dianggap sebagai individu yang tidak netral. Tetapi,
sebagai individu yang memiliki bermacam nilai, pengalaman, dan
pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya. Analisis pada
kognisi diperlukan untuk mengetahui pemahaman, kesadaran, prasangka,
dan pengetahuan tertentu wartawan akan suatu peristwa.101
Van Dijk menyebutkan bahwa peristiwa didasarkan pada skema.
Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental yang tercakup di
dalamnya bagaimana kita memandang manusia, peranan sosial, dan
peristiwa. Eriyanto berpendapat bahwa skema sebagai berikut:
100
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
258 dan 259. 101
Ibid., h. 259-261.
50
“Skema menggambarkan bagaimana seseorang menggunakan
informasi yang tersimpan dalam memorinya dan bagaimana hal itu
diintegrasikan dengan informasi baru yang menggambarkan
bagaimana peristiwa dipahami, ditafsirkan, dan dimasukkan sebagai
bagian dari pengetahuan kita tentang suatu realitas.”102
Ada beberapa macam skema/model yang digambarkan dalam
analisis Van Dijk, yaitu:103
Pertama, skema person: skema ini melihat
bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain.
Bagaimana seorang wartawan Islam, misalnya, memandang dan
memahami orang Kristen yang kemungkinan besar akan berpengaruh
terhadap berita yang akan dia tulis. Kedua, skema diri: skema ini
berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan
digambarkan oleh seseorang.
Ketiga, skema peran; bagaimana seseorang memandang dan
menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam
masyarakat. Keempat, skema peristiwa; bagaimana seseorang
manggambarkan dan menafsirkan peristiwa tertentu. Mengutip dari
Eriyanto, dalam menganalisis kognisi sosial atas suatu analisis wacana
sebagai berikut:
“Misalnya dalam menganalisis wacana pemberitaan mengenai
komunisme dalam media di Indonesia. Apabila dalam teks
digambarkan wartawan tidak setuju dengan komunisme, maka yang
diteliti dalam kognisi sosial ialah bagaimana pandangan wartawan
dipakai secara strategis untuk menghasilkan teks tertentu. Kalau
(misalnya) teks tidak setuju apabila Tap MPRS No. XXV/1966
dicabut, ini dihasilkan oleh struktur kognisi tertentu dari wartawan
yang memandang komunisme tidak cocok dan tidak layak hidup di
Indonesia.”104
102
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
261 103
Ibid., h. 261-262. 104
Ibid., h. 276
51
Model wartawan ketika melihat persoalan seperti inilah yang
menentukan fakta apa yang dipilih untuk ditulis dan dengan cara apa
fakta tersebut harus dipahami dan ditulis dalam suatu teks.
3. Konteks sosial
Konteks sosial atau analisis sosial adalah wacana yang tersebar
dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis
intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal
diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Titik penting dari analisis
ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dipahami
bersama. Dalam analisis mengenai masyarakat, ada dua poin penting
yaitu kekuasaan dan akses.105
Pertama, praktik kekuasaan, Van Dijk menyatakan sebagai
kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok untuk mengontrol
kelompok lain. Kekuasaan ini biasanya didasarkan pada kepemilikan atas
sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan.
Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan juga
berbentuk persuasif dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti
kepercayaan, sikap, dan pengetahuan seseorang. Kekuasaan juga
memberikan perhatian atas proses produksi lewat legitimasi melalui
bentuk kontrol pikiran.106
Mengutip dari Eriyanto, contoh dalam praktik
kekuasaan pada analisis wacana Van Dijk sebagai berikut:
“Misalnya, dalam pemberitaan komunisme perlu dilakukan
analisis bagaimana masyarakat memahami wacana komunisme.
Bagaimana kekuatan dan kelompok yang ada dalam masyarakat
105
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
271. 106
Ibid., h. 272.
52
memproduksi dan mereproduksi wacana mengenai komunisme ke
media untuk disebarkan kepada khalayak. Di sini dapat diteliti
bagaimana wacana mengenai komunisme itu dibangun oleh Orde
Baru secara sistematis melalui instutisi pendidikan, media massa,
militer, dan sebagainya.”107
Hal tersebut dikarenakan, pemerintah memiliki akses yang besar
dibandingkan dengan kalangan PKI (Partai Komunis Indonesia) dalam
menciptakan wacana mengenai komunisme yang dinilai buruk, dengan
melihat praktik kekuasaan bekerja.
Kedua, akses mempengaruhi wacana. Analisis wacana Van Dijk
memiliki perhatian yang besar pada akses, seperti bagaimana akses yang
terdapat dalam setiap kelompok di masyarakat. Kelompok elit
mendapatkan akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok
yang tidak berkuasa. Dengan demikian, seseorang yang lebih berkuasa
memperoleh peluang yang lebih besar untuk mendapatkan akses pada
media, dan kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran
khalayak.108
Misalnya, pemerintah orde baru memiliki akses yang kian besar
daripada kalangan PKI untuk menyebarkan informasi ke khalayak,
bahwa komunisme tidak layak hidup di Indoensia karena dikonotasikan
dengan kejahatan. Terakhir bagaimana akses tersebut memberikan
pengaruh terhadap proses reproduksi wacana itu melalui film, buku,
penulisan sejarah, dan sebagainya.109
107
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
276. 108
Ibid., h. 272-273. 109
Ibid., h. 277.
53
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Riwayat Hidup Ustadz Felix Siauw
Felix Yanwar Siauw merupakan seorang da‟i dan juga dikenal sebagai
Islamic Inspirator. Ia selalu menjadikan Al-Qur‟an dan As-Sunnah sebagai
landasan dalam menginspirasi aktivitasnya terutama dalam menentukan
program-program yang disusunnya, contohnya program “Yuk, Ngaji!”.110
Pria yang lahir di Kota Palembang pada 31 Januari 1984 berasal dari keturuan
etnis Tionghoa yang sebelumnya beragama Kristen Katolik. Sejak masa kecil,
Ustadz Felix tumbuh dan dibesarkan dalam kelaurga Katolik, kemudian
menempuh pendidikannya di sekolah Kristen hingga tingkat SMA.
Perjalanan ia menuju seorang mualaf, terjadi pada saat ia berumur dua
belas tahun. Dalam dirinya timbullah kegalauan yang berupa keraguan
mengenai agama yang telah dianutnya sejak kecil. Berbagai pertanyaan
muncul dibenaknya, mulai dari asal kehidupan, akhir dari kehidupan, serta
hakikat pencipataan Tuhan dalam agama yang dianutnya saat itu. Pada masa-
masa itulah ia mencari jawaban atas pertanyaan. Saat itu banyak pertanyaan
yang menggantung di otak nya dan ia tidak mendapatkan jawaban dari ilmu
dan agama yang ia anut saat itu.
Sejak saat itu, ia memutuskan untuk menjadi seseorang yang tidak
beragama, tetapi tetap percaya kepada Tuhan. Namun ia terus mencari
jawaban dari ketiga pertanyaan besar tersebut. Hingga kemudian, pandangan
110
“Profil Felix Yanwar Siauw dan Cerita Hidupnya,” diakses pada 21 Agustus 2017 dari
http://republikpos.com/2016/01/profil-felix-yanwar-siauw-dan-cerita.
54
mengenai ketuhanan berubah lima tahun kemudian saat ia kuliah pada
semester ketiga di Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Pertanian. Proses
pencarian itu berakhir saat ia berdiskusi mengenai pertanyaannya dengan
ustadz aktivis gerakan Da‟wah Islam internasional yaitu Ustadz Fatih Karim
dan dari diskusi tersebut merupakan perkenalannya dengan al-Quran.
Pengenalannya dengan al-Quran membuat ia terpukau saat membaca ayat
Q.S al-Baqarah ayat dua yang menyatakan bahwa kitab ini (al-Quran) tidak
ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang yang bertakwa. Tetapi, ia
masih mengira bahwa yang menciptakan kitab suci umat Islam yaitu manusia
biasa seperti hal nya kitab agama lain. Namun, saat mencapai penjelasan
bahwa ayat al-Quran bukan buatan manusia dan ditunjukan bukti pada
penjelasan al-Quran di Q.S al-Baqarah ayat 23 yang menjelaskan, sebagai
berikut:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran, yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal al-Quran itu, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah (untuk
ikut membuatnya), jika kamu orang-orang yang memang benar.”111
Bagi dirinya, Q.S al-Baqarah merupakan tantangan untuk manusia dan
tidak ada yang bisa membuat seperti itu. Kekaguman dirinya akan al-Quran
pun merujuk kembali pada diskusi yang cukup panjang mengenai Islam dan
muslim, penjelasan mengenai sistem Islam kaffah (sempurna) bekerja.
111
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahan (Bandung: Gema
Risalah Press, 1992), h. 12.
55
Penjelasan tentang konsep Islam yang belum pernah ia dengar sama sekali.112
Sehingga dari diskusi panjang tersebut, ia menemukan jawaban dari
pertanyaan besarnya dengan sempurna, yaitu:
“Bahwa saya berasal dari Sang Pencipta dan itu adalah Allah SWT.
Saya hidup untuk beribadah (secara luas) kepada-Nya, karena itulah
perintah-Nya yang tertulis di dalam al-Qur‟an. Selain itu al-Qur‟an
dijamin datang dari-Nya karena tak ada seorangpun manusia yang
mampu mendatangkan yang semacamnya. Setelah hidup ini berakhir,
kepada Allah saya akan kembali dan membawa perbuatan ibadah saya
selama hidup dan dipertanggungjawabkan kepada-Nya sesuai dengan
aturan yang diturunkan oleh Allah SWT.”113
Dari situ lah, ia dengan yakin memutuskan untuk masuk Islam diusianya
yang menginjak 18 tahun. Hingga pada tahun 2006, ia melengkapi separuh
agamanya dengan menikahi perempuan yang taat agamanya bernama Iin, atau
yang biasa dikenal orang dengan sebutan Ummu Alila. Dari pernikahannya
itu, ia dianugerahi empat buah hati yang diberi nama Alila Shaffiya Asy-
Syarifah, Shifr Muhammad Al-Fatih, Ghazi Muhammad Al-Fatih, dan Aia
Shaffiya Asy-Syarifah.
Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB), ia juga aktif berdakwah
mengenai kebenaran Islam di kampusnya dan bergabung dengan Tim
Dakwah Kampus BKIM IPB. Di samping itu, ia diamanahi menjadi ketua
lembaga dakwah Fakultas Pertanian, eLSIFA.114
Pada tahun 2006, ia
tergabung dalam J&A inspiration and idea sebagai Content Manager dan
pada tahun 2007 ia juga mengabdikan dirinya sebagai dosen pada matakuliah
Basic Knowledge, Economic Mathematic dan Marketing Management di
112
Felix Siauw, “Aku dan Islam,” diakses pada Rabu, 19 April 2017 dari
http://felixsiauw.com/home/aku-dan-Islam/. 113
Felix Siauw, “Aku dan Islam,” diakses pada Rabu, 19 April 2017 dari
http://felixsiauw.com/home/aku-dan-Islam/. 114
“Profil Felix Yanwar Siauw dan Cerita Hidupnya,” diakses pada 21 Agustus 2017 dari
http://republikpos.com/2016/01/profil-felix-yanwar-siauw-dan-cerita.
56
STIE GICI Business School.115
Saat ini, ia berkonsentrasi membangun
generasi Islam sebagai Islamic inspirator. Selain berdakwah, ia juga memiliki
profesi sebagai Marketing Manager di perusahaan agrokimia PT. Biotis
Agrindo.
Ustadz Felix juga aktif dalam menebarkan pesan dakwah melalui kajian-
kajian Islam di masjid, pesantren, perkantoran, bahkan lingkungan
masyarakat sekitar. Selain itu, Ustadz Felix aktif menebarkan pesan dakwah
melalui media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram. Selain aktif
berdakwah di lingkungan maupun media sosial, ia pun aktif dalam menulis.
Hal ini terlihat pada sejumlah karya buku yang ia keluarkan sampai sekarang,
sebagai berikut:
1. Beyond The Inspiration, tahun 2010.
2. Muhammad Al-Fatih 1453, tahun 2011.
3. How Master Your Habits, tahun 2012.
4. Dengan Tinta Mengubah Dunia, 2012
5. Yuk, Berhijab! tahun 2013.
6. Udah Putusin Aja, tahun 2013.
7. Khilafah: Bukan Hanya Pemimpin yang Amanah, Tapi Juga Sistem
Kepemimpinan yang Amanah, tahun 2014.
8. Khilafah* Remake, tahun 2014.
9. The Chronicles of Ghazi (Seri #1), tahun 2014.
10. The Cronicles Of Ghazi, Seri #2, The Clash of Cross And Crescent,
tahun 2014.
11. Al fatih 1453: Battle of Varna, tahun 2015.
12. The Chronicles of Ghazi (Seri #3): The Howling of Wolf, The Eyesight
Of Eagle, tahun 2015.
115
Nurul Hidayati, “Analisis Wacana Makna Hijab dalam Buku “Yuk, Berhijab” Karya Felix
Y. Siauw,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014), h. 48.
57
13. Yuk Follow Islam Full 24 Jam, tahun 2015.
14. The Chronicles Of Ghazi (Seri #4 ): The Beginning of The Conquest,
tahun 2016.
15. The Chronicles of Ghazi (Seri #5): gaze of ghazi, tahun 2016.
16. Unfinished Enemy of GHAZI, tahun 2016.
17. Bersamamu, Di Jalan Dakwah Berliku, tahun 2016.
18. Islam Rahmatan Lil Alamin, tahun 2016.
19. Art of Dakwah, tahun 2017.
20. Wanita Berkarir Surga, tahun 2017.
58
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN
A. Analisis Wacana Judul 1 “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan
Keadilan Gender (KKG)”
1. Analisis Struktur Teks
a. (Struktur Makro) Tematik
Unsur global yang menjadi gambaran umum dalam tulisan atau
wacana disebut elemen tematik atau tema. Tema memberikan gagasan
inti dari suatu teks yang menggambarkan apa yang ingin disampaikan
atau dikedepankan oleh Ustadz Felix melalui tulisan kepada pembacanya.
Tema secara umum pada tweet Ustadz Felix Siauw pada kultwit (kuliah
twit) berjudul Liberalis Dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender
(KKG) terdapat tiga tema, masing-masing menguraikan tentang yaitu:
Pertama, ketidaksetujuan disahkannya RUU Kesetaraan dan
Keadilan Gender (KKG). Tema ini menjelaskan ketidaksetujuan Ustadz
Felix dengan RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) jika
disahkan menjadi Undang-undang. Apabila RUU tersebut disahkan,
maka kesetaraan gender dapat meluas dan dapat membebaskan
perempuan muslimah dari ajaran Allah SWT. Ketidaksetujuannya
dikarenakan RUU KKG berusaha untuk menyamakan hak dan kewajiban
antara laki-laki dan perempuan, sehingga hal tersebut bertentangan
dengan ajaran Islam. Sebab, di dalam Islam hak dan kewajiban keduanya
sudah diatur.
59
Ketidaksetujuannya pun dikarenakan RUU KKG ini merupakan
bagian dari ghazwul fikri116
. Menurut Ustadz Felix, orang-orang Barat
dinilai berusaha mengubah mindset umat muslim untuk berpikiran yang
sama seperti mereka yaitu, bahwa umat Islam membutuhkan kesetaraan
gender. Sehingga apabila semua berpikiran seperti itu, hal tersebut dapat
merusak masyarakat. Hal ini dilihat pada wawancara sebagai berikut:
“Saya gak setuju sama RUU KKG karena itu adalah bagian dari
ghazwul fikri, merusak masyarakat. Bayangkan bagaimana
seandainya negeri ini kalau perempuan-perempuan tidak ada yang
mau taat pada Allah, dan tidak ada yang mau nurut ketentuan Allah,
Allah rugi? Tidak, tapi masyarakat rusak. Seperti terjadi di Barat,
orang sekarang di Barat sudah anti feminisme masa kita mau
feminisme? Hehe itu kan aneh.”117
Dari wawancara tersebut, peneliti melihat bahwa adanya keresahan
dan kekhawatirkan yang dirasakan oleh Ustadz Felix jika nantinya umat
muslim banyak yang tidak patuh dengan ajaran Allah SWT, dengan cara
memaksakan untuk menuntut peran yang sama dikarenakan kesetaraan
gender tersebut. Padahal menurut Ustadz Felix, Islam telah mengatur
tugas, hak, dan kewajiban yang ditentukan sesuai kemampuan masing-
masing. Sehingga tidak ada paksaan maupun larangan dalam
mengerjakan sesuatu. Hanya saja hal tersebut tidak melanggar ajaran
Islam. Mengenai ketidaksetujuan disahkannya RUU Kesetaraan dan
Keadilan Gender (KKG), dapat diamati dalam tweet di bawah ini:
116
Ghazwul fikri adalah serbuan pemikiran, serangan intelektual. Bentuk penyerangan untuk
menjauhkan muslim dari ajaran Islam melalui pikiran, ide, tulisan, argumentasi, dan propaganda
(Kamus istilah Islam). 117
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017.
60
Tabel 4.1
Struktur Tematik ke-1 Tweet Liberalis Dibalik RUU Kesetaraan dan
Keadilan Gender (KKG)
Hal yang
diamati
Temuan data
Tema/Topik - Dengan UU KKG ini, kaum liberal mencoba
meliberalkan perempuan dari hukum Allah,
mensekulerasisasi perempuan muslim, atas nama
#gender (4) 118
- Pada intinya RUU KKG berniat menyamakan hak
dan kewajiban antara lelaki dan wanita, membuat
semua sama antara lelaki dan wanita (5)
Kedua, Islam menghormati dan memuliakan perempuan. Tema
tersebut mengenai Islam dalam memperlakukan perempuan dengan
sangat baik. Dalam kultwit (kuliah twit) ini, Ustadz Felix membantah
pernyataan orang Barat yang menganggap bahwa Islam tidak
memperlakukan perempuan dengan baik dan menjadikannya kelas kedua.
Dalam Islam, perempuan kedudukannya diangkat dan juga dihormati.
Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Ustadz Felix dalam wawancara
sebagai berikut:
“Dalam Islam ada gak konsep mendahulukan laki-laki daripada
perempuan? yang terjadi malah dalam beberapa hal perempuan itu
lebih didahulukan daripada laki-laki. Artinya di sini perempuan
sangat dimuliakan. Nah artinya tidak dikatakan bahwa Islam
menjadikan nomor dua.... Di masa ketika perempuan haid dikatakan
sebagai penyakit, Rasull katakan “Tidak itu bukan penyakit, itu
cuma adalah ya sebagian hal yang harus dijauhi tapi tidak dianggap
kotor semuanya”. Kemudian Rasull berbaring pada Aisah waktu
sedang haid, ya itu adalah sesuatu hal yang tabu pada saat itu,
sehingga dianggap menjijikan pada saat itu, tapi Rasull mengatakan
itu. Rasul kemudian mengkritik bagaimana perempuan yang dikubur
hidup-hidup ketika lahir dan sebagainya. Nah ini diangkat
derajatnya oleh Rasullullah.”119
118
Nomor ini adalah nomor urutan pada kuliah twit (kultwit) Liberalis Dibalik RUU KKG. 119
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017.
61
Berdasarkan wawancara di atas, Islam tidak menjadikan perempuan
kelas ke dua, dalam a-Qur‟an dan Hadist pun dapat ditemui bahwa dalam
beberapa hal perempuan lebih didahulukan atau diutamakan daripada
laki-laki, salah satunya terdapat Hadist mengenai keutamaan menaati ibu
tiga kali lipat dibandingkan oleh ayah. Adanya Hadist yang menunjukkan
bahwa perhiasan dunia adalah wanita shalihah bukan ditujukan untuk
laki-laki yang sholeh. Oleh karena itu, di dalam Islam perempuan
sangatlah dihormati. Hal ini pun dapat dilihat dalam teks pada tweet
sebagai berikut:
Hal tersebut menunjukkan bahwa, Islam sangat memuliakan
perempuan dan menjunjung tinggi kedudukan perempuan. Sehingga
perempuan harus diletakkan sebagaimana mestinya, dijaga, dan
dilindungi. Saat Islam hadir, perempuan telah diangkat derajatnya dari
perlakuan buruk di masa lalu, sehingga perempuan benar-benar
dimuliakan dan dilindungi, serta tidak dijadikan kelas kedua.
Sebagaimana menurut Muhammad Ali Albar, bahwa “Islam
menghormati wanita dengan penghormatan yang sangat luhur,
Gambar 4.1 Tweet Liberalis dibalik RUU
Kesetaraan dan Keadilan Gender
62
mengangkat martabatnya dari sumber keburukan dan kehinaan serta dari
penguburan hidup-hidup dan perlakuan buruk ke kedudukan yang
terhormat dan mulia.”120
Dengan demikian, Islam tidak memperlakukan
diskriminasi terhadap perempan, karena pada dasarnya Islamlah yang
mengangkat derajat kaum perempuan dari perlakuan buruk di masa lalu
dan menjadikannya lebih baik.
Mengenai tema menghormati perempuan, dapat dilihat dalam tweet
berikut ini:
Tabel 4.2
Tematik ke-2 Tweet Liberalis dibalik RUU KKG
Hal yang
diamati
Temuan data
Tema/Topik - Islam memuliakan wanita, tak ada yang lebih
memuliakan wanita selain aturan Islam, yakin
deh | yang lain kayak kesetaraan #gender
merusak aja (48)
- Islam memerintahkan wanita menutup aurat, dan
tak banyak menampakkan dirinya, karena yang
berharga memang harus dilindungi dan dijaga
(49)
- Islam menaruh posisi ibu 3 kali lipat lebih dari
posisi ayah, siapa yang harus ditaati ya Rasul?
"ibumu!" ibumu!" "ibumu!" "lalu ayahmu!" (51)
- Rasul katakan "dunia adalah perhiasan, dan
sebaik-baik perhiasan wanita shalihah" (HR
Muslim) | wee SubhanAllah :) (52)
Ketiga, kesetaraan dan keadilan dalam Islam. Tema ini menjelaskan
bahwa perempuan dan laki-laki adalah manusia yang berbeda, tetapi
tetap diperlakukan secara adil agar setara untuk mendapatkan
kebahagiaan masing-masing, yang berupa pahala jika menjalankan
120
Muhammad Ali Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam: Kodrat Kewanitaan,
Emansipasi, dan Pelecehan Seksual, Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin (Jakarta: Pustaka
Azzam, 1998), h. 16.
63
perintah-Nya dengan baik dan mendapatkan dosa jika melanggarnya.
Selain itu juga perempuan dan laki-laki setara di hadapan Allah SWT.
Sebagaimana dalam Q.S al-Azhab [33]: 35, sebagai berikut:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki
dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”121
Sebagaimana Juga dalam Q.S al-Azhab [33]: 73:
“Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan
perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan
sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”122
Ayat-ayat tersebut menunjukkan kesetaraan antara perempuan dan
laki-laki sebagai hamba dalam berbagai nilai-nilai kehidupan. Pada ayat
di atas menjelaskan bahwa penganugerahan pahala atau pemberian sanksi
tidak dibedakan baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
Karena Islam menjunjung keadilan, sehingga segala sesuatu diukur
sesuai apa yang dilakukan. Mereka tidak dibedakan sedikit pun, bahkan
121
Departemen Agama Republik RI, al-Quran dan Terjemahan (Bandung: Gema Risalah
Press, 1992), h. 673 122
Ibid., h. 680.
64
perempuan dan laki-laki diajak untuk saling tolong menolong dan
menjadi patner dalam beramar ma‟ruf nahi munkar.
Dalam ayat tersebut diperlihatkan bahwa Islam telah menawarkan
konsep keadilan dengan menempatkan hubungan perempuan dan laki-
laki yang keberadaannya diakui dan tanpa ada pembedaan. Perempuan
dan laki-laki tetap dianjurkan untuk saling berlomba dalam kebaikan
melalui jalur yang berbeda, tetapi mereka tetap mendapatkan piala yang
sama yaitu pahala dari Allah SWT. Karena laki-laki maupun perempuan
memiliki fitrah yang berbeda, yaitu kelebihan masing-masing untuk
menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Seperti hasil
dalam wawancara sebagai berikut:
“Karena memang ternyata wanita dan laki-laki berbeda tidak
bisa disamakan. Nah Islam itu menempatkan pada fitrahnya,
pialanya itu beda. Laki-laki perangnya di sini, perempuan
perangnya di sini. Contoh, laki-laki kalau masuk masjid dapat shaf
yang paling depan, Perempuan shaf paling belakang. Siapa duluan
itu yang dapat pahala paling banyak. Beda kan? Pialanya beda,
laki-laki jihadnya di medan perang, perempuan jihadnya ketika haji
mabrur. Beda kan? Apalagi, laki-laki shalatnya di masjid,
perempuan shalatnya di rumah. Pialanya beda. Laki-laki ketika dia
mendapatkan pahala tertinggi adalah ketika dia bisa, misalnya
mencari nafkah yang benar dan halal, Perempuan mengurus
urusannya di rumah dan sebagainya. Artinya apa? Perempuan dan
laki-laki emang beda. Jadi gak harus laki-laki bisa lakukan, kamu
juga harus lakukan gak harus. bahkan kadang-kadang ada laki-laki
yang bisa lakukan, kamu gaboleh. Dan ada perempuan yang bisa,
laki-laki gak boleh”123
Pada inti kultwit (kuliah twit) ini, menjelaskan bahwa kesetaraan
yang didapat oleh perempuan dan laki-laki ialah setara dalam
memperoleh kebahagiaan yang berupa ridha dari Allah SWT, namun
mendapatkanya dengan cara yang berbeda. Apapun perbedaan yang
123
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017.
65
dilakukan oleh perempuan dan laki-laki, mereka tetap mendapatkan
pahala dan ridha dari Allah SWT yang sama. Perbedaan tersebut
diperlakukan dengan seimbang agar menciptakan keadilan. Sebagaimana
menurut Nasaruddin Umar, bahwa:
“Islam memang mengakui adanya perbedaan (distinction) antara
laki-laki dan perempuan, tetapi tetapi bukan pembedaan
(discrimination). Perbedaan tersebut didasarkan atas kondisi fisik-
biologis perempuan yang ditakdirkan berbeda dengan laki-laki,
namun perbedaan tersebut tidak dimaksudkan untuk memuliakan
yang satu dan merendahkan yang lainnya.124
Prinsip-prinsip
kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, yaitu: Laki-laki
dan perempuan sama-sama sebagai hamba, sebagai khalifah,
menerima penjanjian primordial terlibat secara aktif dalam drama
kosmis dan berpotensi meraih prestasi.”125
Dengan demikian, kesetaraan yang dimaksud bukan berarti harus
sama tanpa adanya perbedaan, melainkan tetap memiliki perbedaan.
Karena untuk mendapatkan kebahagiaan tidak perlu mencapainya dengan
satu jalan yang sama cara mendapatkannya. Perbedaan yang ada pun
bukan sebagai pembeda untuk menunjukkan siapa yang paling kuat dan
siapa yang paling lemah. Namun, perbedaan tersebut harus disikapi
secara bijak disertai dengan memahami agama agar tidak terjadi
ketidakseimbangan antara laki-laki maupun perempuan. Mengenai tema
kesetaraan dan keadilan dalam Islam, dapat dilihat dalam tweet berikut
ini:
124
Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan
Gender, 1999), h. 23. 125
Nasaruddin Umar, Bias Jender Dalam Penafsiran Kitab Suci (Jakarta: Fikahati Aneska,
2000), h. 17-28.
66
Tabel 4.3
Tematik ke-3 Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan
Gender (KKG)
Hal yang
diamati
Temuan data
Tema/Topik - Islam memandang pria dan wanita berbeda secara
gender, namun mendapatkan akses yang sama
terhadap kebahagiaan, yaitu ridha Allah SWT (34)
- Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain (QS9:71). (35)
- Lelaki berlomba shaf paling depan, perempuan
berlomba shaf di belakang, keduanya mendapat
ridha Allah, jalur masing-masing sudah tetap (38)
- Lelaki berlomba syahid di medan jihad,
perempuan berumrah mendapat pahala yang sama,
jalurnya sudah ada, tak perlu disetarakan #gender
(39)
- Lelaki mencari nafkah untuk keluarga, perempuan
mengurus rumah dan keluarganya, semua dapat
ridha, tak perlu berlomba di jalur yang sama (40)
- Subhanallah, itulah Islam, menggariskan untuk
perempuan dan laki-laki ada jalur lomba sendiri-
sendiri-sendiri, nggak berantem, salah satu
keadilan Allah (41)
- Begitu juga waris lebih banyak laki-laki, karena
harta itu dipakai untuk keluarganya, sedang
warisan bagian wanita untuknya semata, adil kan
(57)
b. ( Superstruktur) Skematik
Tabel 4.4
Skematik Judul Liberalis dibalik RUU KKG
Hal
yang
diamati
Temuan data
Lead - Kaum liberalisme punya banyak racun pemikiran untuk
umat Muslim, yg paling sering diangkat adalah pluralism,
demokrasi, kesetaraan gender, dll.
- Llihat aja daftar LSM yg dibiayai ford foundation,
USAID, AUSAID, dll, semua isu yang diangkat adalah isu
yang serupa.
67
- Khusus akhir-akhir ini, isu kesetaraan gender hendak
diangkat menjadi UU, lewat RUU KKG (keadilan dan
kesetraan gender)
- Dengan UU KKG ini, kaum liberalis mencoba
meliberalkan perempuan dari hukum Allah,
mensekulerisasi perempuan Muslim, atas nama gender
Story - Karena itu perlu saya sedikit share tentang sejarah
kemunculan isu Feminisme/kesetaraan gender, supaya
jelas bagi kita sikapinya.
- Jauh sebelum hari ini, bias gender sebenarnya sudah
terjadi ketika masa dark agesdi eropa, abad pertengahan,
yaitu 5 - 15 M.
- Saat itu gereja menjadi badan terkuat setelah landlord,
Agama Katolik menjadi agama negara, dan aturan gereja
adalah mutlak.
- Termasuk anggapan gereja saat itu adalah menganggap
gender wanita sebagai aib, penyebab Adam diusir dari
surga, container of satan kata mereka.
- Maka mulai gender wanita diperlakukan berbeda,
masyarakat mengadopsi anggapan Katolik, lalu anggap
wanita warga kelas dua, di bawah laki-laki.
- Gender wanita dieksploitasi secara seksual di patung-
patung, lukisan-lukisan, dan menjadi objek nafsu pria,
tidak lebih dari itu.
- Gender wanita dianggap beban karena tak mampu mencari
nafkah, dikuasai laki-laki, dan boleh diperlakukan semena-
mena.
- Ditambah sekulerisasi barat yang akhirnya menjadikan
standar kebahagiaan terletak pada harta, jabatan dan
kenikmatan dunia.
- Maka lahirlah gerakan Feminisme di Barat, sekali lagi,
lahirlah Feminisme di dunia Barat, karena mereka merasa
diperlakukan tidak adil.
- Mereka mendesak bahwa gender laki-laki dan gender
wanita harusnya punya akses yg sama terhadap harta,
kerja dan semua kebebasan lainnya.
- hasilnya setara gender?, rusaklah tatanan hidup, angka
perceraian meningkat, AS kampiun dlm hal perceraian,
single parent meroket
- Gara-gara setara gender, anak broken home menjamur,
incest (seks antarkeluarga) bermunculan, depresi dan
stress perempuan meningkat
- Mengapa itu terjadi? Karena kesetaraan gender
menyamakan antara lelaki dan wanita, padahal keduanya
berbeda, punya jalur masing-masing.
- Tapi inilah yg diinginkan kaum liberalis kapitalis, merusak
tatanan masyarakat hingga mereka mengambil
keuntungan, dan menjauhkan Islam.
68
- Jadi perlu dipertegas, bahwa masalah gender ini berasal
dari tatanan hidup barat sekuler, bukan berasal dari Islam
sama sekali.
- Dalam Islam, justru ketika Islam datang, perempuan jauh
dimuliakan dibanding hidupnya pada masa yang lalu,
diangkat derajatnya.
- Islam memandang pria dan wanita berbeda secara gender,
namun mendapatkan akses yang sama terhadap
kebahagiaan, yaitu ridha Allah SWT.
- Orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain (QS9:71).
- Itulah bedanya, kapitalis menjadikan kebahagiaan pada
materi, ini merugikan wanita|dalam Islam kebahagiaan
adalah ridha Allah semata.
- Maka dalam Islam, perempuan bisa sama bahagia dengan
laki-laki, tidak perlu isu kesetaraan gender yang
menyesatkan.
- Lelaki berlomba shaf paling depan, perempuan berlomba
shaf dibelakang, keduanya mendapat ridha Allah, jalur
masing-masing sudah tetap.
- Lelaki berlomba syahid di medan jihad, perempuan
berumrah mendapat pahala yang sama, jalurnya sudah ada,
tak perlu disetarakan gender.
- Lelaki mencari nafkah untuk keluarga, perempuan
mengurus rumah dan keluarganya, semua dapat ridha, tak
perlu berlomba di jalur yang sama.
- Subhanallah, itulah Islam, menggariskan untuk perempuan
dan laki-laki ada jalur lomba sendiri-sendiri, nggak
berantem, salah satu keadilan Allah.
- Dan malahan, bila ingin disetarakan gender, hasilnya jadi
hancur | pria cari nafkah angkat-angkat barang, perempuan
bisa menyamai? Tidak.
- Jadi kerusakan tatanan hidup adl bila perempuan diminta
masuk ke jalur yg gak cocok dengan default setting-nya,
dan sebaliknya
- Tak perlu kesetaraan gender, Allah yang lebih tahu
tentang jalur perlombaan kebaikan bagi wanita/pria, bukan
manusia yang mengetahui.
- Islam memuliakan wanita, tak ada yang lebih memuliakan
wanita selain aturan Islam, yakin deh | yang lain kaya
kesetaraan gender merusak aja.
- Islam memerintahkan wanita menutup aurat, dan tak
banyak menampakkan dirinya, karena yang berharga
memang harus dilindungi dan dijaga.
- Islam menggariskan aktivitas wanita bersama-sama
dengan jamaah wanita, karena Islam menghormati wanita,
dia tak dikumpulkan dengan pria :)
69
- Islam menaruh posisi ibu tiga kali lipat lebih dari posisi
ayah, siapa yang harus ditaati ya Rasul? "Ibumu!"
“ibumu!" "Ibumu!" "Lalu ayahmu!"
- Rasul katakan "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik
perhiasan wanita shalihah" (HR Muslim) | wee
SubhanAllah :)
- Rasul ucapkan "Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling
baik terhadap istri-istrinya" (HR Ahmad) | wee
MasyaAllah :D
- Dan Islam menunjukkan pula bahwa pendukung pertama
Rasul adalah wanita, syahidah pertama juga wanita, Rasul
wafat juga di pelukan wanita :)
- Lalu mengapa poligami cuma laki-laki yang boleh? >>
Emang perempuan mau punya dikelilingi cowok banyak?
Fitrahnya nggak kan (emang gw cewek apaan).
- Begitu juga waris lebih banyak laki-laki, karena harta itu
dipakai untuk keluarganya, sedang warisan bagian wanita
untuknya semata, adil kan :)
- Begitu juga pemukulan terhadap wanita bukan untuk
kekerasan, tapi untuk ta'dib (mendidik) dan pukulan itu
juga ada etikanya.
- Laki-laki baru boleh memukul bila istri maksiat dan 1)
sudah dinasehati, 2) sudah didiamkan 3) sudah dipisah
ranjang, tapi istri gak taubat.
- Memukul istri juga nggak boleh di kepala, nggak boleh
berbekas, dan nggak menyakitkan, MasyaAllah, nah nah
nah. Itulah Islam :)
- Suami adalah pemimpin istri, dia diserahkan wewenang
oleh Allah agar suami menuntun istri ke surga Allah,
menjaganya dari maksiat.
Penutup - Kesimpulannya, tak ada negara yang menerapkan
kesetaraan gender lalu benar, yang ada tatanan hidupnya
rusak, liat aja AS bosnya Feminis.
- Justru harkat martabat wanita diangkat dengan Islam,
dengan penerapan syariat Islam dalam masa Khilafah
Islam, wanita mulia.
- Setidaknya itulah yang bisa kita lihat di sejarah dan juga
fakta saat ini, so go away kesetaraan gender, Islam tak
perlu! :)
Skematik merupakan suatu elemen dari analisis wacana yang
mempunyai alur dari pendahuluan sampai akhir. Sehingga alur tersebut
menunjukkan bagaimana teks disusun membentuk kesatuan arti. Dalam
analisis skematik, Ustadz Felix menggambarkan pada pembaca pada
70
tema yang diangkat mengenai ketidaksetujuaannya dengan adanya
kesetaraan gender dalam Islam. Hal ini dilihat dari kultwit (kuliah twit)
tentang Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG)
yang secara keseluruhan, rangkaiannya diawali dengan tulisan yang
menggambarkan pada persoalan kesetaraan gender. Dimulai dengan
menyinggung isu RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) yang
pada saat itu sedang ramai dibicarakan.
Dalam isi kultwit ini, Ustadz Felix menyusunnya dengan
menampilkan sejarah adanya Feminisme yang diakibatkan dari perlakuan
tidak baik terhadap perempuan di Barat. Selanjutnya dituliskan mengenai
akibat dari kesetaraan gender yang dinilai berdampak buruk seperti
perceraian meningkat, sehingga menyebabkan single parents dan
banyaknya anak-anak yang mengalami broken home. Setelah itu, Ustadz
Felix menuliskan Agama Islam dalam memperlakukan perempuan yang
berbeda dengan perlakuan perempuan di Barat. Di mana dalam Islam,
perempuan telah dimuliakan sejak Islam datang hingga sekarang, dengan
menampilkan Hadist mengenai Islam yang memuliakan wanita.
Kemudian, disusun dengan menampilkan penjelasan seperti waris laki-
laki yang lebih banyak daripada perempuan dan izin memukul istri yang
diberikan kepada suami.
Terakhir, kultwit (kuliah twit) ini ditutup dengan sebuah kesimpulan
dari Ustadz Felix yang menganggap bahwa tidak ada negara yang
menerapkan kesetaraan gender lalu menjadi benar, yang terjadi yaitu
rusaknya tatanan hidup karena terlalu memaksakan perempuan dan laki-
71
laki untuk berbuat hal yang sama, dan diakhiri dengan pendapat Ustadz
Felix bahwa Islam tidak perlu kesetaraan gender.
c. (Struktur Mikro) Semantik
Elemen semantik berisi makna yang ingin ditekankan dalam sebuah
teks secara eksplisit maupun implisit. Beberapa strategi semantik,
diantaranya:
1. Latar
Latar peristiwa yang dipilih akan menentukan ke arah mana
pandangan khalayak akan dibawa.126
Struktur semantik pada latar
dalam judul kultwit (kuliah twit) ini, mengarahkan pandangan pada
pembaca bahwa Islam tidak membutuhkan kesetaraan gender, karena
permasalahan kesetaraan gender terjadi di dunia Barat bukan terjadi
di Islam dan Agama Islam tidak memperlakukan perempuan dengan
buruk.
Latar pada kultwit (kuliah twit) ini dikarenakan ketidaksetujuan
Ustadz Felix akan munculnya RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender
(KKG). Menurutnya, RUU KKG digagas untuk menyamakan hak
dan kewajiban perempuan dan laki-laki, yang pada dasarnya Islam
memandang hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki
tentunya tidak bisa disamakan secara keseluruhan. Hal ini terlihat
pada teks “Pada intinya RUU KKG ini berniat menyamakan hak dan
126
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS Group,
2011), h. 232.
72
kewajiban antara lelaki dan wanita, membuat semua sama antara
lelaki dan wanita.”127
Selain itu, ketidaksetujuannya juga dikarenakan orang-orang
Barat menganggap bahwa ajaran Islam adalah sumber dari
ketidaksetaraan perempuan dengan laki-laki. Padahal, Islamlah yang
lebih dulu mengangkat derajat perempuan dan memuliakannya.
Islam juga telah memperlakukan perempuan dan laki-laki secara adil
melalui ajaran-Nya. Ini terlihat pada teks “Kaum liberalis ini
menganggap bahwa al-Qur'an dan syariat Islam adalah sumber bias
gender(perlakuan tak setara thd perempuan).”128
2. Detail
Pada elemen detail berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan oleh seseorang. Pengarang akan menonjolkan detail
yang lengkap dan panjang secara sengaja untuk menampilkan citra
tertentu pada khalayak. Aspek detail pada kultwit ini, Ustadz Felix
memberikan contoh-contoh maupun penjelasan yang mendukung
argumennya dalam meyakinkan pembaca bahwa apa yang ditulis
sesuai dengan kenyataan.
Pada kultwit berjudul Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan
Keadilan Gender, Ustadz Felix menuliskan contoh bahwa Islam
memperlakukan perempuan dan laki-laki secara adil. Perempuan dan
laki-laki berbeda, tetapi mendapatkan keridhaan Allah SWT yang
sama. Ini terlihat pada teks:
127
Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses
pada 12 januari 2017 dari http://chirpstory.com/li/6134. 128
Ibid.,
73
“Lelaki mencari nafkah untuk keluarga, perempuan mengurus
rumah dan keluarganya, semua dapat ridha, tak perlu berlomba
di jalur yang sama,” “Lelaki berlomba syahid di medan jihad,
perempuan berumrah mendapat pahala yang sama, jalurnya
sudah ada, tak perlu disetarakan ender,” dan “Lelaki berlomba
shaf paling depan, perempuan berlomba shaf dibelakang,
keduanya mendapat ridha Allah, jalur masing2 sudah tetap.”129
Dengan demikian, perbedaan aktivitas tersebut bukan untuk
menunjukkan yang satu lebih unggul daripada yang lain. Tetapi
perbedaan tersebut adalah jika sama-sama dikerjakan dengan baik,
maka keduanya sama-sama mendapatkan ridha dari Allah SWT.
Setelah itu, detail bahwa Islam sangat memuliakan dan
menghormati perempuan dengan cara memerintahkannya menutup
aurat. Ini terlihat pada teks “Islam memerintahkan wanita menutup
aurat, dan tak banyak menampakkan dirinya, karena yang berharga
memang harus dilindungi dan dijaga.”130
Pada teks ini Ustadz Felix
menunjukkan bahwa perempuan harus ditempatkan dan dijaga
sebagaimana mestinya dengan cara diperintahkan menutup aurat
agar meminimalisir perbuatan yang dapat merendahkan perempuan,
bukannya dibebaskan tanpa batas.
Bahkan, Ustadz Felix juga menjelaskan bahwa dalam beberapa
hal perempuan dilebihkan daripada laki-laki. Diantaranya yaitu
ditampilkan teks bahwa Islam menempatkan posisi ibu tiga kali lebih
utama daripada ayah, pendukung pertama Rasull ialah perempuan
bukan laki-laki. Juga menampilkan contoh yang mendukung
pernyataannya bahwa Islam memperlakukan perempuan dengan adil.
129
Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses
pada 12 januari 2017 dari http://chirpstory.com/li/6134. 130
Ibid.,
74
Salah satunya yaitu persoalan waris yang di mana pembagian waris
laki-laki dan perempuan yaitu dengan pola dua banding satu. Seperti
yang terdapat dalam QS. An-nisa ayat 11
“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu, yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan
bahagian dua orang anak perempuan....”131
Ustadz Felix memberikan penjelasan bahwa laki-laki
mendapatkan warisan dua bagian lebih banyak daripada perempuan,
karena hartanya akan digunakan untuk menafkahi keluarganya.
Sedangkan perempuan, harta yang diterima hanya untuk dirinya
sendiri dan tidak wajib untuk diberikan ke keluarganya. Hal ini
seperti pada hasil wawancara sebagai berikut:
“Secara taklif hukum juga, laki-laki itu wajib menanggung
siapapun yang disekelilingnya. Artinya harta yang dimiliki oleh
dia, itu menjadi kewajiban untuk membaginya sesuai dengan
porsi yang dia punya. Kalau dia punya ibu maka ibunya berhak
atas hartanya, kalau dia punya anak perempuan maka anak
perempuannya berhak atas hartanya, kalau dia punya saudara
perempuan maka dia harus menanggung saudara perempuannya.
Tetapi, kalau perempuan dapat warisan, itu ansih punya dia.”132
Dengan demikian, pada persoalan pembagian waris tidak
menunjukkan bahwa Islam melakukan ketimpangan antara
perempuan dan laki-laki. Detail mengenai hak waris dilihat dalam
gambar sebagai berikut:
131
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Bandung: Gema, 1992), h. 116. 132
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017.
Gambar 4. 2 Detail Tweet Liberalis dibalik RUU KKG
75
Selain persoalan waris, Ustadz Felix juga memberikan penjelasan
mengenai kebolehan laki-laki untuk melakukan poligami dan tidak
boleh dilakukan oleh perempuan, karena menurutnya watak atau
tabiat perempuan berbeda dengan laki-laki yang memiliki tingkah
laku atau sifat keinginin untuk dikelilingi oleh perempuan. Hal ini
seperti pada hasil wawancara sebagai berikut:
“Contoh lagi misalnya, laki-laki boleh poligami, perempuan
tidak. Lalu fitrahnya begini. Laki-laki kalau ditanya mau gak
punya istri lebih daripada satu? Maulah. Terus ditanya mau gak
kamu dikelilingin 40 cewek-cewek yang secantik nurhaliza
misalnya? Maulah, itu laki-lai. Perempuan ditanya mau gak
dikelilingin oleh laki-laki secakap Bradpit 40 orang? Emang gue
cewek apaan gitukan atau emang gue cewek nakal apa, kalau
cewek gak akan mau, karena secara fitrah emang seperti itu.”
Sesuai dengan hasil wawancara, hal tersebut pun diuraikan oleh
Ustadz Felix dalam tweetnya sebagai berikut:
Seperti halnya yang diuraikan oleh Quraish Shihab bahwa:
“Laki-laki cenderung menginginkan jasad perempuan,
sedangkan perempuan cenderung mementingkan unsur cinta, dan
kasih sayang. Kasih sayang yang dibutuhkan oleh seorang istri
tidak dapat terpenuhi kecuali dalam suasana cinta penuh seorang
suami. Karena itu ajakan agar mereka berpoliandri tidak akan
disambut oleh perempuan-perempuan yang mengikuti kodratnya
itu.”133
Walaupun laki-laki memiliki sifat yang mengarahkan dirinya
untuk melakukan poligami, tetapi poligami dilakukan secara adil
yang meliputi yaitu menyediakan tempat tinggal tiap-tiap istri,
persamaan waktu menginap tiap-tiap istri, berprasangka yang baik
133
Quraish Shihab, Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 204-205.
Gambar 4.3 Detail Tweet Liberalis dibalik RUU KKG
76
kepada tiap-tiap istri, dan tidak menikahi perempuan yang memiliki
hubungan keluarga dekat.134
Rasulullah pun menikahi perempuan-perempuan lain setelah Siti
Khadijah wafat dikarenakan untuk kepentingan dakwah dan
memberikan bantuan ataupun perlindungan untuk janda dengan
anaknya yang kehilangan suami di medan perang dan memiliki
kehidupan yang sulit, bukan didasarkan pada nafsu biologis
semata.135
Dengan demikian, apabila seseorang ingin melakukan
poligami, hal tersebut didasari untuk memerdekakan perempuan
ataupun seorang janda dari kesulitan dan tidak didasari pada nafsu
biologis saja, maupun dapat memperlakukan istri-istrinya secara adil.
Kendati demikian, di dalam al-Quran terdapat isyarat bahwa laki-
laki tidak dapat berlaku adil kepada istri-istrinya, seperti yang
terdapat dalam Q.S An-Nisa ayat 129:
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara
isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian,
karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu
cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika
kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan),
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”136
Kemudian, Ustadz Felix pun memberikan detail mengenai izin
pemukulan suami pada istri yang dapat dilakukan bukan dengan
semena-mena, tetapi dilakukan dengan beretika dan tidak dilakukan
134
Nasaruddin Umar, Fikih Wanita untuk Semua (Jakarta: Serambi Ilmu, 2010), h. 98. 135
Ibid., h. 97. 136
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Bandung: Gema, 1992), h. 143.
77
sembarangan. Pemukulan tersebut pun dilakukan untuk mendidik
bukan untuk kekerasan. Ini terlihat pada teks:
“Begitu juga pemukulan tehadap wanita bukan untuk
kekerasan, tapi untuk ta'dib (mendidik) dan pukulan itu juga ada
etikanya” “Laki-laki baru boleh memukul bila istri maksiat dan
1) sudah dinasehati, 2) sudah didiamkan 3) sudah dipisah
ranjang, tapi istri gak taubat” “Memukul istri juga nggak boleh
di kepala, nggak boleh berbekas, dan nggak menyakitkan”.137
Pemukulan tersebut dilakukan jika istri memiliki sifat nusyuz138
dan masih membangkang apabila dinasihati, didiamkan, maupun
sudah pisah ranjang tetapi seorang istri mengindahkannya. Tetapi
walaupun syariat membolehkan, Rasulullah tidak pernah memukul
istrinya. Islam pun melarang suami menyakiti seorang istri, karena
laki-laki yang paling baik ialah yang memperlakukan istrinya dengan
baik. Seperti yang terdapat dalam hadist berikut ini:
“Riwayat dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mukmin yang paling
sempurna imannya, ialah yang paling baik akhlaknya. Orang yang
paling baik di antara kalian, ialah yang paling baik terhadap
istrinya” (HR Tirmidzi). 139
Sehingga tidak dibenarkan jika Islam bias terhadap perempuan
akibat adanya izin pemukulan istri. Sebab, pemukulan tersebut
terdapat aturan yang tidak boleh semena-mena dan tanpa alasan
137
Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” pada 12
januari 2017 dari http://chirpstory.com/li/6134. 138
Nusyuz yaitu perilaku seorang istri yang meninggalkan kewajiban bersuami istri. Nusyuz
dari pihak istri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya, melakukan hal-hal yang dilarang
Islam. (Al-Qur‟an dan Terjemahan) 139
Imam An-Nawawi, Riyadhus Shalihin 1, Alih Bahasa Hasan A. Barakuan (Semarang:
Alina Press, 2001), h. 252.
78
melakukannya. Seperti hadist di atas pun, para suami haruslah
memperlakukan istrinya dengan baik dan masih terdapat lagi ayat al-
Quran maupun hadist yang memerintahkan untuk berbuat baik
kepada wanita.
3. Maksud
Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan akan
diuraikan secara tegas dan jelas, serta menunjuk langsung pada
fakta.140
Aspek maksud pada judul ini, kata-kata yang disampaikan
ditulis cenderung secara eksplisit dan jelas. Kalimat yang dituliskan
pada tweet tentang Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan
Gender (KKG) dimaksudkan secara jelas untuk menjelaskan bahwa
Islam bukan agama yang bias gender dan menjelaskan mengenai
persoalan kesetaraan gender maupun Feminisme.
Ustadz Felix memberikan informasi kepada pembaca dengan
menuliskan bahwa Feminisme ataupun kesetaraan gender bukan
berasal dari Islam melainkan dari negara Barat. Hal ini dilihat pada
teks “Maka lahirlah gerakan Feminisme di Barat, sekali lagi,
lahirlah Feminisme di dunia Barat, karena mereka merasa
diperlakukan tidak adil.”141
Dalam kultwit (kuliah twit) ini, Ustadz Felix memberikan
penjelasan bahwa tidak benar jika Islam memperlakukan perempuan
dengan tidak baik. Islam telah memuliakan perempuan dari
140
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
240 141
Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses
pada 12 januari 2017dari http://chirpstory.com/li/6134.
79
perlakuan buruk di masa lalu. Hal ini terlihat pada teks “Dalam
Islam, justru ketika Islam datang, perempuan jauh dimuliakan
dibanding hidupnya pada masa yang lalu, diangkat derajatnya.“142
Sebagaimana juga yang terdapat dalam wawancara sebagai berikut:
“Sebaliknya Islam malah memberikan kesetaraan kepada
perempuan. Misalnya, di masa ketika perempuan ga dapat
warisan sama sekali, Rasull mengatakan perempuan dapat.
Rasull kemudian mengkritik bagaimana perempuan yang di kubur
hidup-hidup ketika lahir dan sebagainya. Nah ini diangkat
derajatnya oleh Rasullullah. Dijadikan sebagai fitrahnya, tapi
tidak dengan Barat, Barat punya masalah, lalu kemudain mereka
mengeluarkan kesetaraan gender dan mereka kemudian mereka
menyerang Islam, lalu kemudian mengarang bahwa Islam perlu
kesetaraan gender, padahal mereka munculnya itu akibat yang
mereka alami.”143
Terkait dengan wawancara di atas, bahwasanya Ustadz Felix
ingin merubah mindset followers yang membaca tweet tersebut, jika
dalam Islam tidak ada proses kesetaraan gender dan tidak
membutuhkannya, karena Allah SWT telah menentukan peran
maupun tugas sesuai dengan kemampuannya. Ini terlihat pada teks
“Tak perlu kesetaraan gender, Allah yang lebih tahu tentang jalur
perlombaan kebaikan bagi wanita/pria, bukan manusia yang
mengetahui.”144
Dengan demikian, dalam maksud ini dijelaskan bahwa perempuan
dan laki-laki tidak harus berlomba memiliki hal yang sama. Tetapi
melakukan hal yang berbeda pun keduanya akan tetap mendapatkan
ridha dari Allah SWT berupa kebahagiaan dan pahala yang sama.
142
Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses
pada 12 januari 2017dari http://chirpstory.com/li/6134. 143
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, pada 21 April 2017. 144
Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),”
80
d. Sintaksis
Analisis sintaksis dilihat tiga elemen diantaranya bentuk kalimat,
koherensi, dan kata ganti. Bentuk kalimat yang terdapat pada teks
Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender lebih dominan
menggunakan kalimat deduktif pada setiap teksnya, tetapi ada beberapa
paragraf lain yang menggunakan bentuk kalimat induktif. Dalam kalimat
deduktif ini, inti dari kalimat lebih ditonjolkan secara terang-terangan.
Seperti pada teks “Islam memuliakan wanita, tak ada yang lebih
memuliakan wanita selain aturan Islam, yakin deh | yang lain kayak
kesetaraan gender merusak saja.”145
Pada kalimat ini, penempatan
“Islam” di awal kalimat, menunjukkan bahwa Ustadz Felix ingin
menggambarkan bahwa Agama Islam sangatlah memuliakan perempuan.
Koherensi pada kultwit (kuliah twit) ini terdapat beberapa konjungsi,
diantaranya “karena” dan “yang”. Kata “karena” menjadi kata
penghubung yang menjelaskan munculnya Feminisme di Barat, yang
diakibatkan dari perlakuan merendahkan perempuan di sana. Ini terlihat
pada teks “Maka lahirlah gerakan Feminisme di Barat, sekali lagi,
lahirlah Feminisme di dunia Barat, karena mereka merasa diperlakukan
tidak adil.”146
Kemudian kata “karena” juga sebagai kata penghubung
yang menjelaskan bahwa perempuan dalam Islam dilindungi dan
dihormati. Seperti pada teks “Islam menggariskan aktivitas wanita
bersama-sama dengan jamaah wanita, karena Islam menghormati
145
Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses
pada 12 januari 2017dari http://chirpstory.com/li/6134. 146
Ibid.,
81
wanita, dia tak dikumpulkan dengan pria.”147
Sedangkan pada kata
“yang” yaitu koherensi kondisional karena menunjukan pemakaian
kalimat sebagai penjelas kalimat setelahnya. Ini terlihat pada teks “Islam
memliakan wanita, tak ada yang lebih memuliakan wanita selain aturan
Islam, yakin deh | yang lain kaya kesetaraan #gender merusak aja.”148
Kata “yang” melabeli kesan buruk kepada kalimat setelahnya, karena
kata “yang” sebagai penjelas tidak memengaruhi arti kalimat
sebelumnya. Pada intinya, pesan yang ingin disampaikan ialah tidak ada
yang lebih memuliakan perempuan selain Islam.
Elemen kata ganti pada kultwit (kuliah twit) ini yaitu “saya”, “dia”,
“kita” dan “mereka”. Kata ganti “saya” digunakan untuk menunjukkan
pembuat tweet, kata ganti “dia” digunakan untuk menunjukkan
perempuan sebagai objek yang dibicarakan. Sedangkan kata ganti “kita”
untuk menunjukkan pembuat tweet dan pembacanya yang dianggap
memiliki pendapat yang sama oleh pembuat tweet. Kata ganti “mereka”
digunakan untuk menunjukkan Feminisme yang dianggap sebagai pihak
yang bersalah. Seperti yang terdapat pada teks “Mereka mendesak bahwa
gender laki-laki dan gender wanita harusnya punya akses yang sama
terhadap harta, kerja dan semua kebebasan lainnya.”149
e. Stilistik
Elemen stilistik berkaitan dengan pemakaian bahasa atau gaya
bahasa yang ditulis oleh penulis dalam teks beritanya. Style atau gaya
147
Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses
pada 12 januari 2017dari http://chirpstory.com/li/6134. 148
Ibid., 149
Ibid.,
82
bahasa yang digunakan dalam penulisan kultwit (kuliah twit) ini
menggunakan percakapan keseharian, hal ini terlihat pada “Fitrahnya
nggak kan (emang gue cewek apaan)” dan “Liat aja AS bosnya
Feminis”.150
Selain itu, pada kultwit (kuliah twit) ini diwarnai dengan
pemakaian kata yang cenderung sarkas untuk menegaskan keburukan
pada feminisme. Misalnya yaitu “Kaum liberalis mencoba meliberalkan
perempuan”, “Kaum liberalis punya banyak racun pemikiran umat
muslim.”151
Kata-kata itu mensugestikan bahwa yang dilakukan
Feminisme sebagai bentuk penghancuran Islam.
f. Retoris
Tabel 4.5
Elemen Retoris Pada Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan
Keadilan gender (KKG)
Hal yang
diamati
Temuan data
Metafora - Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain(QS9:71) (35)
- Rasull katakan "Dunia adalah perhiasan, dan
sebaik-baik perhiasan wanita shalihah" (HR
Muslim) | wee subhanAllah :) (52)
- Rasul ucapkan "Dan sebaik-baik kalian adalah
yang paling baik terhadap istri-istrinya" (HR
Ahmad) | wee masyaAllah :D (53)
Pada elemen retoris memiliki fungsi untuk mengajak atau
memengaruhi. Analisis retoris terdiri atas tiga elemen, masing-masing
yaitu grafis, metafora dan ekspresi. Dalam kultwit (kuliah twit) ini hanya
terdapat satu elemen yaitu metafora. Di mana elemen metafora pada
150
Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses
pada 12 januari 2017dari http://chirpstory.com/li/6134. 151
Ibid.,
83
kultwit (kuliah twit) ini, terlihat saat Ustadz Felix yang mencantumkan
ayat al-Quran dan Hadist untuk memperkuat gagasannya mengenai Islam
yang sangat memuliakan perempuan dan tidak menjadikannya kelas dua.
B. Analisis Wacana Judul 2 “Why Fulltime Mother?”
1. Analisis Struktur Teks
a. (Struktur Makro) Tematik
Pada tematik, tema atau topik memberikan gagasan inti dari suatu
teks yang menggambarkan apa yang ingin disampaikan, yang ingin
dikedepankan atau ingin diungkap oleh Ustadz Felix melalui tulisan
kepada pembacanya. Tema secara umum pada tweet Ustadz Felix Siauw
pada judul kultwit (kuliah twit) Why Full Time Mother? Terdapat empat
tema, masing-masing menguraikan tentang yaitu:
Pertama, pentingnya peran ibu dalam mendidik anak. Tema tersebut
mengenai sebuah himbauan bagi seorang ibu yang menjadi wanita karir
dalam mendidik dan merawat anaknya agar dapat dilakukan dengan baik.
Karena seorang istri merupakan pemimpin di rumahnya dan putra-
putrinya, yang berarti memiliki tanggung jawab terhadap urusan rumah
tangga dan juga kepada anak-anaknya. Sebagaimana seperti dalam hadist
berikut:
“Riwayat dari Ibnu Umar ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing-masing kalian
84
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang pejabat adalah
pemimpin. Seorang lelaki adalah pemimpin keluarganya. Seorang wanita
adalah pemimpin rumah suaminya dan putra-putrinya. Jadi, masing-
masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian bertanggung
jawab atas kepemimpinannya” (HR. Bukhari dan Muslim).152
Oleh karena itu, agar tanggung jawabnya dapat berjalan baik, maka
saat seorang ibu bekerja tidak melupakan tugasnya dalam merawat dan
mendidik anak. Sehingga Ustadz Felix berpendapat bahwa ketika
menjadi ibu, maka jadilah seorang ibu yang baik. Hal tersebut senada
dengan hasil wawancara sebagai berikut:
“Yang terpenting mereka haruslah berpikir, bahwa alasan
mereka memang menjadi seorang ibu, jadilah seorang ibu yang baik
dan benar. Jadi jangan jadi ibu yang tanggung-tanggung. Kamu
mengatakan kamu seorang ibu, tapi aktivitasnya kamu lebih banyak
di kantor, harusnya kan kamu intropeksi, kamu itu ibu atau
karyawan.”153
Pada wawancara di atas, peneliti menafsirkan bahwa perempuan
memiliki peranan penting dalam melahirkan generasi terbaik. Oleh
karena itu, ia harus bisa menjadi seorang ibu yang memiliki tanggung
jawab dengan baik dan tidak melupakan anaknya yang disebabkan dari
kesibukan pekerjaan lain. Sebagaimana menurut Muhammad Ali Albar,
bahwa:
“Wanita mempunyai peranan penting dalam melahirkan umat
terbaik. Singkatnya, wanita harus menjadi istri yang baik, ibu yang
baik, dan sekolah yang baik. Betapa banyak umat yang telah
dilahirkan ke dunia oleh para ibu yang berkompeten, yaitu para ibu
yang mendidik dan mengajari anak-anaknya. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibrahim rahimahullah: “Ibu adalah sekolah, jika
152
Muhammad Shidiq Hasan Khan, Ensiklopedia Hadis Sahih: Kumpulan Hadis Tentang
Wanita, Penerjemah Muhammad Arifin (Jakarta: Hikmah, 2009), h. 92. 153
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.
85
engkau mempersiapkannya, maka ia akan mempersiapkan generasi
yang bermoral baik”.”154
Dengan demikian, seorang perempuan haruslah mengetahui
tanggungjawabnya dalam menjalani rumah tangga, sehingga ia bisa
melakukannya dengan sebaik mungkin. Maka, jika sang ibu bekerja,
pekerjaan tersebut tidaklah yang menguras waktu. Sehingga memiliki
waktu yang luang untuk mendidik dan merawat anaknya. Jika ibu
menghabiskan waktu untuk menekuni karir, maka anak-anak dapat
kehilangan sentuhan pendidikan dasar yang sangat menentukan
perkembangan psikologi mereka. Hilangnya sentuhan ini ditenggarai
menjadi salah satu penyebab utama maraknya kenakalan remaja,
khususnya di kalangan masyarakat kota.
Tetapi pada dasarnya, campur tangan peran kedua orangtua dalam
membentuk kepribadian anak dari kecil hingga dewasa sangat
diperlukan. Mengutip dalam buku Relasi Suami Istri dalam Islam,
bahwa:
“Secara psikologis seorang anak yang tidak mendapatkan
perhatian yang seimbang dari ayah dan ibunya, perkembangan
mentalnya cenderung tidak seimbang. Sehingga, tidak bisa dikatakan
bahwa tugas pengasuhan anak adalah tanggung jawab ibu semata-
mata, sementara ayah berada pada lingkaran tugas produksi
(pemenuhan kebutuhan fisik-materil).”155
Oleh sebab itu, tidak hanya peran seorang ibu saja yang sangat
penting dalam mendidik anak, tetapi peran seorang ayah juga dibutuhkan
untuk membentuk karakter anak menjadi lebih baik. Ini juga terlihat pada
154
Muhammad Ali Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam: Kodrat Kewanitaan,
Emansipasi dan Pelecehan Seksual, Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin (Jakarta: Pustaka
Azzam, 1998), h. 61-62 155
Sri Mulyawati, ed., Relasi Suami Istri dalam Islam (Pusat Studi Wanita (PSW) UIN
Syaruf Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 56.
86
teks “Karena di tangan kaum ibu generasi Muslim berada | bukan hanya
di tangan ayah generasi Muslim dibentuk.”156
Hal ini berarti, tetap
dibutuhkan kerjasama untuk mengasuh anak secara bertanggung jawab.
Karena pada dasarnya perempuan dan laki-laki memiliki kewajiban
dalam menjaga dan merawat keluarganya. Mengenai tema pentingnya
peran ibu dalam mendidik anak, hal ini dapat dilihat dalam tweet sebagai
berikut:
Tabel 4.6
Tematik ke-1 Tweet Why Fulltime Mother?
Hal yang diamati Temuan data
Tema/Topik - Posisi ibu dalam dunia anak itu tidak
tergantikan | perhatian seorang ibu pada
anaknya takkan terbeli sebanyak apapun
harta. (8)157
- Saya nggak mau ketika anak dewasa lalu
bermaksiat, kita menyesal “mengapa dulu
tidak habiskan lebih banyak waktu
bersamanya?!” (11)
- Jadi sah-sah saja wanita memilih bekerja |
namun beres juga kewajibannya | tentu bila
dia lebih memilih yang wajib, itu yang utama
(32)
- Sekali lagi, maka karir dan profesi terbaik
wanita | adalah menjadi ibu sepenuhnya, dan
pengelola rumah tangganya. (36)
- Karena di tangan kaum ibu generasi Muslim
berada | bukan hanya di tangan ayah generasi
Muslim dibentuk. (40)
Kedua, Feminisme. Tema ini menguraikan sisi negatif akan adanya
Feminisme. Ustadz Felix mengkritik Feminisme yang dirasa dapat
merugikan perempuan maupun merugikan keluarga Islam karena
156
Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari
http://chirpstory.com/li/82452. 157
Nomor ini adalah nomor urut yang ada di rangkaian kultiwt (kuliah twit) Why Fulltime
Mother?
87
perspektifnya yang menganggap perempuan rendah apabila tidak bekerja
dan hanya sebagai ibu rumah tangga. Mengutip Warsito, Adiani Husain
berpendapat bahwa “Kaum Feminis memandang ibu rumah tangga
merupakan penjara bagi seorang perempuan untuk mengembangkan diri.
Mereka menggambarkan ibu rumah tangga sebagai perempuan yang
tertinggal, menjadi makhluk inferior, dan menderita.”158
Dengan demikian, cara pandang seperti itu tidak dibenarankan dalam
Islam, karena menjadi ibu rumah tangga ialah sangat mulia. Ustadz Felix
juga menuliskan bahwa Feminisme menjadikan materi sebagai bentuk
kesuksesan dan kebahagiaan para perempuan, apabila perempuan ingin
mempunyai materi yang banyak agar ia bisa bahagia, maka perempuan
harus melakukan yang sama dengan laki-laki, contohnya yaitu dengan
bekerja. Ini terlihat pada teks “Feminisme menganggap wanita modern
harus lebih mirip lelaki | bahwa bila wanita tidak bekerja maka wanita
akan direndahkan. menurut pandangan feminis | IRT itu perendahan
martabat perempuan, tidak modern, perbudakan terhadap wanita.”159
Mengenai tema Feminisme ini, dapat dilihat dalam tweet sebagai berikut:
Tabel 4.7
Tematik ke-2 Tweet Why Fulltime Mother?
Hal yang diamati Temuan data
Topik - Feminisme menjadikan materi sebagai
standar sukses | wajar bila mereka merasa
dunia tidak adil | karena materi jadi penanda
sukses. (13)
- Feminisme menganggap wanita modern harus
158
Adian Husaini, Seputar Paham Kesetaraan Gender, Kerancuan, Kekeliruan, dan
Dampaknya (Depok: Adapi Press, 2012), h. 24. 159
Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari
http://chirpstory.com/li/82452.
88
lebih mirip lelaki | bahwa bila wanita tidak
bekerja maka wanita akan direndahkan (14)
- Feminisme sukses mendidik wanita melihat
kesuksesan sebagai | punya penghasilan
tinggi, gelar seabrek, mobil mewah, buka
aurat, dll. (15)
- Wajar hasilnya di negara-negara asal
Feminisme | wanita jadi lebih malas
berkeluarga apalagi memiliki anak | kerja
lebih asyik. (16)
- Menurut pandangan Feminis | IRT itu
perendahan martabat perempuan, tidak
modern, perbudakan terhadap wanita. (17)
Ketiga, wanita karir dalam Islam. Pada tweet ini menjelaskan posisi
perempuan yang sudah menikah kemudian mereka bekerja. Dalam Islam,
hukum perempuan bekerja adalah mubah, yang artinya dibolehkan
sehingga tidak ada larangan untuk perempuan meniti karir. Namun, jika
perempuan tersebut telah menikah, yang artinya tugas dan kewajibannya
bertambah satu hal, maka kerjanya dengan kewajiban sebagai ibu rumah
tangga harus diseimbangkan. Apabila melalaikan kewajiban dalam
mengurus rumah tangga, maka pekerjaan tersebut menjadi haram untuk
dilakukan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut:
“Hukum bekerja adalah mubah, tapi ketika dia melakukan yang
mubah meninggalkan yang wajib, maka yang mubah menjadi haram.
Maka kalau misalnya dia kerja, wajibnya masih bisa dilaksanakan
engga ada masalah.”160
Berdasarkan wawancara di atas, Islam tidak melarang perempuan
untuk berekspresi maupun bekerja, tetapi tidak melalaikan yang utama.
Terlebih pekerjaan tersebut sangat dibutuhkan oleh kaum muslimah,
salah satunya seperti hal nya guru karena dapat mencerdaskan anak
bangsa. Seperti yang diungkapkan oleh Nasaruddin Umar, bahwa:
160
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, pada 21 April 2017.
89
“Islam membenarkan mereka bekerja karena darurat dan bukan
menjadikannya dasar. Makna darurat di sini ialah pekerjaan yang
sangat perlu, yang dibutuhkan masyarakat atau atas dasar kebutuhan
pribadi, karena tidak ada yang membiaya hidup dan atau yang
menanggung biaya hidupnya tidak mampu mencukupi
kebutuhannya. Dalam al-Qur'an dan Hadist banyak mengisyaratkan
kebolehan perempuan aktif menekuni berbagai profesi selama
pekerjaan itu halal dan dilakukan dalam suasana terhormat dan
mencegah hal-hal yang dapat menimbulkan kemudharatan.”161
Dengan demikian, tidak ada larangan bagi perempuan untuk bekerja
setelah menikah. Hanya saja aktivitasnya harus diperhatikan agar tidak
terlalu sibuk bekerja, yang mengakibatkan memiliki waktu yang sedikit
untuk mendidik anak. Apabila perempuan tersebut single parents atau
suaminya tidak mampu dalam mencukupi kebutuhan keluarga, namun
perempuan tersebut harus menanggung kebutuhan hidup sendiri dan
keluarganya. Maka pekerjaan tersebut dapat menjadi amal pahala yang
besar. Ini terlihat pada teks “Bagaimana dengan wanita yang ditinggal
suami apapun alasannya | maka bekerja menafkahi anak tentu amal
pahala besar baginya.”162
Namun, baik perempuan yang sudah menikah ataupun belum
menikah dalam memilih pekerjaan, tentunya pekerjaan tersebut tetap
dalam menekuni profesi yang halal dan dilakukan dalam suasana
terhormat dan juga harus disesuaikan dengan kemampuan. Mengenai
tema wanita karir dalam Islam, dapat dilihat dalam tweet sebagai berikut:
161
Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010),
h. 143-158. 162
Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari
http://chirpstory.com/li/82452.
90
Tabel 4.8
Tematik ke-3 Tweet Why Fulltime Mother?
Hal yang
diamati
Temuan data
Tema/Topik - Lalu pertanyaan prinsipil | "Apakah Islam
melarang wanita bekerja?" | "Apakah wanita
tidak boleh berpendidikan tinggi?" (28)
- Dalam Islam hukum wanita bekerja itu mubah
(boleh) | sedangkan menjadi "Ibu dan
pengelola rumah tangga" itu kewajiban (29)
- Kita tentunya juga bersyukur ada wanita yang
berprofesi sebagai dokter, perawat, guru, dll |
memudahkan muslimah dalam berinteraksi
(30)
- Jadi sah-sah saja wanita memilih bekerja |
namun beres juga kewajibannya | tentu bila dia
lebih memilih yang wajib, itu yang utama (32)
- Bagaimana dengan wanita yang ditinggal
suami apapun alasannya | maka bekerja
menafkahi anak tentu amal pahala besar
baginya :) (35)
Keempat, pentingnya pendidikan tinggi untuk perempuan. Pada
tema ini juga menyanggah pernyataan dari segelintir masyarakat tentang
“Perempuan tidak usah sekolah tinggi-tinggi, karena nantinya akan
mengurus urusan rumah tangga saja.” Dalam tweet ini, sanggahan dari
pernyataan tersebut ialah bahwa perempuan harus menjunjung tinggi
pendidikan dan harus pandai menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu
sangat diperlukan untuk membentuk karakter, baik karakter diri sendiri
maupun karakter orang lain. Seperti yang tertuang dalam hasil
wawancara sebagai berikut:
“Ketika Allah SWT mewajibkan perempuan untuk misalnya
melakukan pendidikan terhadap anak, berarti Allah SWT
mewajibkan untuk belajar juga dan sebagainya.”163
163
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, pada 21 April 2017.
91
Oleh karena itu, seseorang yang akan menjadi ibu dan mengurus
rumah tangga harus tetap menuntut ilmu agar memiliki pengetahuan yang
luas. Karena Allah SWT telah memberikan anugerah kepada manusia
berupa pengetahuan dan keterampilan, sehinggan baik perempuan
maupun laki-laki diwajibkan menuntut ilmu. Mengutip dari Zaitunah
Subhan bahwa:
“Di masa Rasulullah SAW, para sahabat laki-laki terbiasa
mengadakan halaqah (jamuan keilmuan) setiap saat. Dan kaum
perempuan pun disediakan waktu khusus untuk kesempatan
mengaktualisasikan diri mereka dengan menuntut ilmu. Bahkan
Allah SWT menganjurkan agar ada sebagian kaum muslimin
(perempuan atau laki-laki) meninggalkan negerinya demi mendalami
ilmu pengetahuan.”164
Dengan demikian, tidak ada larangan bagi perempuan untuk tidak
menuntut ilmu atau menempuh pendidikan tinggi. Karena manusia
diberikan potensi oleh Allah SWT berupa akal. Akal manusia haruslah
diasah dan diberdayakan dengan cara belajar. Dengan memiliki ilmu,
manusia dapat memperoleh pengetahuan untuk kehidupan yang lebih
baik. Mengenai tema perempuan juga wajib mendapatkan pendidikan
tersebut, dapat dilihat dalam tweet sebagai berikut:
Tabel 4.9
Tematik ke-4 Tweet Why Fulltime Mother?
Hal yang diamati Temuan data
Topik - Tentang pendidikan? | tidak bosan-bosan saya
sampaikan | bahwa seorang ibu HARUS
terdidik sempurna, tinggi dan luasnya (37)
- Bahkan wanita muslimah WAJIB lebih
terdidik daripada lelaki | karena ialah
madrasatul ula (pendidikan pertama dan
164
Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender dalam
Penafsiran (Jakarta: Kencana, 2015), h. 47- 48.
92
utama) anak-anaknya (38)
- Maka jangan tanya "Untuk apa pendidikan
tinggi bila hanya jadi IRT?" | jadi IRT justru
perlu pendidikan tinggi (39)
b. (Superstruktur) Skematik
Tabel 4.10
Skematik Judul Why Fulltime Mother?
Hal
yang
diamati
Temuan data
Lead - Saya masih ingat beberapa tahun lalu sebelum muslim |
papi sempat menasihati saya perihal “ibu rumah tangga”
- “Lix, selama papimu masih bisa mencukupi keluarga,
mamimu tugasnya di rumah” | tegas papi berpendapat soal
IRT.
- Padahal saat itu isu Feminisme sedang senter | wacana
wanita karir sedang panas-panasnya | arus genderisme
mewabah.
- Tapi papi tenang aja lalu menyampaikan | bahwa dia ingin
yang terbaik bagi anak-anaknya | dan itu berarti perhatian
full dari ibu mereka.
- Hidup kala itu tidak mudah, dan akan lebih mudah
seandainya mami bekerja | tapi papi sudah mengambil
pilihan, dan itulah yang ia jalani.
- Karena semua manusia punya pilihan | apa yang didapat
dan apa yang dikorbankan | semua selalu tentang pilihan
Story - Sebelum muslim pun saya tumbuh dengan memahami |
lelaki dan wanita tidaklah sama | mereka punya kelebihan
di bidang masing-masing.
- Posisi ibu dalam dunia anak itu tidak tergantikan |
perhatian seorang ibu pada anaknya takkan terbeli
sebanyak apapun harta.
- Dan Posisi ibu itu tidak bisa diulang kembali | karena umur
anak takkan bisa diputar lagi.
- Maka ketika memilih calon ibu dari anak-anak kami
syaratkan | “Maukah engkau menjadi full time mother bagi
anak-anak?”
- “Saya nggak mau ketika anak dewasa lalu bermaksiat, kita
menyesal „mengapa dulu tidak habiskan lebih banyak
waktu bersamanya?”
- Itu pemahaman sebelum muslim | saat sudah mengenal
Islam | kami memahami betul Islam paling memuliakan
wanita
- Feminisme menjadikan materi sebagai standar sukses |
93
wajar bila mereka merasa dunia tidak adil | karena materi
jadi penanda sukses.
- Feminisme menganggap wanita modern harus lebih mirip
lelaki | bahwa bila wanita tidak bekerja maka wanita akan
direndahkan.
- Wajar hasilnya di negara-negara asal Feminisme | wanita
jadi lebih malas berkeluarga apalagi memiliki anak | kerja
lebih asyik.
- Menurut pandangan Feminis | IRT itu perendahan martabat
perempuan, tidak modern, perbudakan terhadap wanita.
- Wajar di negara-negara yang vocal Feminisme | perceraian
pun memuncak | karena tidak ada satu pemimpin dalam
keluarga.
- US misalnya yang jadi kampiun feminisme | angka
perceraian mencapai 50%/2012 sila rujuk
http”//www.divorcerate.org
- "nearly 80% cited financial problems as the leading cause
of the marital demise" (Carr, 2003,p.10)
|http://www.aces.edu/urban/metronews/vol6no4/divorce
- Feminisme mangaburkan fungsi ayah dan ibu dalam rumah
tangga | hanya semata-mata demi mendapat lebih banyak
materi.
- Akhirnya meningkatlah angka single
parentshttp://www.census.gov/compendia/statab/2012/tabl
es/12s1337.pdf| dan juga
brokenhomehttp://www.thenewamerican.com/culture/fami
ly/item/829-broken-homes-in-the-united-states-are-at-
alarming-level-study-findspic.twitter.com/qAjjFfHBQJ
- Banyak juga studi-studi yang menperingatkan | sangat sulit
untuk memadukan ibu dan karir sekaligus
|http://healthland.time.com/2011/08/23/working-women-
who-subscribe-to-the-supermom-myth-are-more-likely-to-
be-depressed/
- Sebagai tambahan, US yang melahirkan gerakan
Feminisme saja | sudah banyak bermunculan gerakan anti-
Feminisme sebagai gantinya
- Di US, sudah banyak wanita sadar bahwa Feminisme
mengorbankan keluarga | mereka ingin kembali
menjalankan peran ibu rumah tangga
- Karena seberapa banyak waktu pun yang didedikasikan
untuk mendidik anak | tiada pernah akan ada waktu yang
cukup untuknya.
- "Saya ibu sekaligus karyawan, anak saya baik-baik saja" |
di-sambi aja sudah baik, apalagi bila fulltime-mother?
Tentu sangat baik.
- Lalu pertanyaan prinsipil | "Apakah Islam melarang wanita
bekerja?" | "Apakah wanita tidak boleh berpendidikan
tinggi?"
94
- Dalam Islam hukum wanita bekerja itu mubah (boleh) |
sedangkan menjadi "ibu dan pengelola rumah tangga" itu
kewajiban.
- Kita tentunya juga bersyukur ada wanita yang berprofesi
sebagai dokter, perawat, guru, dll | memudahkan Muslimah
dalam berinteraksi.
- Tentunya selama Muslimah ini tetap mengutamakan yang
wajib | yaitu sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, yang
tak bisa digantikan.
- Jadi sah-sah saja wanita memilih bekerja | namun beres
juga kewajibannya | tentu bila dia lebih memilih yang
wajib, itu yang utama.
- Hidup memang perkara pilihan | dan Islam memerintahkan
untuk memaksimalkan waktu ibu untuk anak-anaknya |
urusan nafkah biar ayahnya.
- Yang kita bahas, adalah mereka yang punya PILIHAN,
bekerja atau sepenuhnya menjadi | bukan yang tak punya
PILIHAN, dan terpaksa.
- Bagaimana dengan wanita yang ditinggal suami apapun
alasannya | maka bekerja menafkahi anak tentu amal
pahala besar baginya.
- Tentang pendidikan? | tidak bosan-bosan saya sampaikan |
bahwa seorang ibu HARUS terdidik sempurna, tinggi dan
luasnya.
- Bahkan wanita Muslimah WAJIB lebih terdidik daripada
lelaki | karena ialah madrasatul ulla (pendidikan pertama
dan utama) anak-anaknya.
- Maka jangan tanya "Untuk apa pendidikan tinggi bila
hanya jadi IRT?" | Jadi IRT justru perlu pendidikan tinggi.
- Karena di tangan kaum ibu generasi Muslim berada |
bukan hanya di tangan ayah generasi Muslim dibentuk.
Penutup - Banyak wanita yang sebetulnya bisa menggapai dunia
lebih dari lelaki | tapi mereka mengorbankan segalanya
demi anaknya | MULIA.
- Khadijah berdagang, melebihi banyak lelaki di zamannya |
Khaulah binti Azwar ikut berperang, melebihi kekuatan
lelaki di zamannya.
- Aisyah menghafalkan hadits lebih dari kebanyakan laki-
laki lain | tapi dalam urusan keluarga, semua wanita
Muslimah tadi mengutamakannya.
- Dari ibunda MULIA semisal mereka itulah | menjadilah
Imam Syafi'i, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah
dan Imam Ahmad.
- Sembah sujud kami pada Allah yang selalu menjaga dunia
dengan para ibunda MULIA | yang mau mengorbankan
semua buat kami anak-anaknya.
- Hormat khidmat kami padamu wahai ibu | yang gadaikan
semua waktu tanpa sesal dan keluh | membina kami jadi
95
yang terbaik dalam agama.
- Pada para bunda MULIA doa kami | "Wahai Tuhanku,
kasihilah keduanya, sebagaimana keduanya TELAH
MENDIDIK AKU WAKTU KECIL"(QS 17:24).
- Kembali lagi semua masalah pilihan | part-time mother or
full-time mother? | you decide.
Pada kultwit (kuliah twit) Why Fulltime Mother? Ustadz Felix
mengemas pesannya secara berurutan dimulai dari pendahuluan (lead),
isi (story), dan penutup. Dalam analisis skematik, kultwit (kuliah twit) ini
menggambarkan pada pembaca mengenai pilihan untuk seorang ibu
dalam mengurus dan mendidik anaknya dengan penuh waktu.
Dalam rangkaian kultwit (kuliah twit) ini diawali dengan ingatan
percakapan Ustadz Felix bersama ayahnya, mengenai komitmen ayahnya
untuk menafkahi keluarga dan sang istri cukup rumah saja, agar anak-
anaknya mendapatkan perhatian yang cukup dari ibunya. Walaupun pada
saat itu kehidupan mereka akan lebih mudah jika ibu nya bekerja.
Ustadz Felix menuliskan isi kultwit ini dengan menuliskan
pandangannya sebelum masuk Islam, mengenai perempuan dan laki-laki
tidak sama tetapi memiliki kelebihan masing-masing. Ia pun menuliskan
bahwa posisi ibu tidak dapat tergantikan dan perhatian untuk anak tidak
bisa dibeli dengan apapun. Selanjutnya dituliskan mengenai sisi negatif
dari Feminisme menurut pandangan Ustadz Felix, yang menyebabkan
perempuan di negara asal Feminisme, lebih asik bekerja dan malas
mengurus keluarga. Setelah itu ia pun menguraiakan bahwa di negara
asal Feminisme sudah bermunculan anti Feminisme yang sadar dan
menyesal bahwa apa yang sebelumnya mereka lakukan justru
mengorbankan keluarga.
96
Kemudian, Ustadz Felix juga menuliskan pandangan Islam
mengenai tidak ada larangan perempuan yang sudah berkeluarga untuk
bekerja. Namun hal tersebut dilakukan dengan tidak meninggalkan
kewajibannya yaitu mendidik anak dan mengelola rumah tangga. Karena
mendidik anak dan mengelola rumah tangga merupakan pekerjaan yang
paling mulia. Ustadz Felix juga menguraiakan bahwa perempuan tidak
dilarang untuk menuntut ilmu yang tinggi.
Terakhir, penutup pada kultwit ini, dituliskan mengenai perempuan-
perempuan hebat yang bisa melebihi laki-laki tetapi mengorbankan
segalanya untuk mengasuh dan mendidik anaknya. Selain itu, ajakan
untuk para pembaca untuk menentukan pilihannya sendiri.
c. (Struktur Mikro) Semantik
Semantik adalah makna yang ingin ditekankan yang membangun
makna tertentu dalam struktur wacana. Beberapa strategi semantik,
diantaranya:
1. Latar
Latar peristiwa yang dipilih akan menentukan ke arah mana
pandangan khalayak akan dibawa.165
Struktur semantik pada latar
dalam judul kultwit (kuliah twit) ini mengarahkan pandangan
pembaca pada pentingnya posisi ibu dalam mendidik anak yang
tidak tergantikan. Hal ini dilihat pada teks “Posisi ibu dalam dunia
anak itu tidak tergantikan | perhatian seorang ibu pada anaknya
165
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
232.
97
takkan terbeli sebanyak apapun harta.”166
Seorang ibu harus
memiliki waktu luang bersama anak-anak mereka yang dapat
digunakan untuk berinteraksi dan mendidik anak, walaupun sang ibu
bekerja atau memiliki kesibukan yang lain.
Hal ini terlihat bahwa adanya kekhawatiran Ustadz Felix pada
perempuan yang sebelum menikah sudah memiliki waktu yang
cukup padat di ruang publik, sehingga dikhwatirkan memiliki waktu
yang kurang luang dalam mengasuh anak. Ini terlihat pada teks
“Maka ketika memilih calon ibu dari anak-anak kami syaratkan |
“Maukah engkau menjadi fulltime-mother bagi anak-anak?”.”167
Kekhawatiran tersebut dikarenakan Feminisme ingin berusaha
membangun mindset jika perempuan tidak bekerja maka akan
direndahkan, juga anggapan bahwa ibu rumah tangga ialah salah satu
perendahan martabat. Sehingga ditakutkan, para perempuan muslim
terlalu mengejar karir demi mencapai kesetaraan gender dan
mengabaikan keluarganya. Ustadz Felix menyemakan antara
Feminisme dan kesetaraan gender karena keduanya dinilai memiliki
usaha untuk membebaskan perempuan dalam hal mendapatkan akses
yang sama seperti laki-laki. Kemudian Feminisme pun santer dengan
kesetaraan gendernya.
2. Detail
Pada elemen detail berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan oleh seseorang. Pembuat teks akan menonjolkan detail
166
Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari
http://chirpstory.com/li/82452. 167
Ibid.,
98
yang lengkap dan panjang secara sengaja untuk menampilkan citra
tertentu pada khalayak. Aspek detail dalam kultwit (kuliah twit) ini,
Ustadz Felix menonjolkan penjelasan maupun contoh untuk
memperkuat argumen yang disampaikannya. Ustadz Felix
memasukan link berupa artikel dari kekacauan yang ditimbulkan
oleh Feminisme yang dikarenkan membebaskan perempuan yang
sudah berkeluarga untuk bekerja demi mencapai kesetaraan gender.
Ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:
Dalam detail pun ditulis juga kisah perempuan di masa Nabi
Muhammad SAW yang memiliki kemampuan dan kelebihan
daripada laki-laki tetapi tetap mengutamakan urusan rumah
tangganya dan menghasilan seorang anak yang menjadi ulama besar.
Ini terlihat pada “Aisyah menghafalkan hadits lebih dari kebanyakan
laki-laki lain | tapi dalam urusan keluarga, semua wanita Muslimah
tadi mengutamakannya.”168
Sehingga hal ini menghantarkan
168
Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari
http://chirpstory.com/li/82452.
Gambar 4.4 Detail Tweet Why Fulltime Mother?
99
pemikiran pembaca untuk mencontoh perempuan-perempuan hebat
di atas dalam mengutamakan keluarga.
3. Maksud
Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan akan
diuraikan secaja tegas dan jelas, serta merujuk langsung pada
fakta.169
Aspek maksud pada judul ini yaitu kata-kata yang
disampaikan ditulis cenderung secara eksplisit dan jelas. Pada
kultwit (kuliah twit) ini memiliki maksud mengenai seorang ibu
yang bekerja namun tidak meningggalkan tugasnya dalam mengelola
dan mengasuh anak. Ini terlihat pada teks “Jadi sah-sah saja wanita
memilih bekerja | namun beres juga kewajibannya | tentu bila dia
lebih memilih yang wajib, itu yang utama.”170
Menurut Ustadz Felix,
yang dibutuhkan anak ialah kasih sayang dari orangtua dengan cara
menemani anak tersebut serta mendidiknya, bukan hanya dengan
memberikan uang saja.
Ustadz Felix juga mengutarakan maksudnya bahwa menjadi ibu
rumah tangga sekaligus bekerja adalah sebuah pilihan dalam hidup
mana yang mau diprioritaskan antara keduanya. Ini terlihat pada teks
“Yang kita bahas, adalah mereka yang punya PILIHAN, bekerja
atau sepenuhnya menjadi | bukan yang tak punya PILIHAN, dan
terpaksa.”171
Hal tersebut dimaksudkan agar perempuan yang sudah
169
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
240. 170
Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari
http://chirpstory.com/li/82452. 171
Ibid.,
100
menjadi ibu dapat menentukan pilihannya dengan tepat dan tidak
salah langkah.
Walaupun pada intinya Ustadz Felix mengarahkan pada
perempuan agar menjalankan tugas utamanya menjadi seorang ibu
saja dan yang mencari nafkah adalah suami. Tetapi dalam tweet ini,
Ustadz Felix tidak memaksakan perempuan hanya untuk menjadi ibu
rumah tangga saja. Namun, lebih menegaskan agar aktivitas di luar
rumah tidak lebih banyak daripada aktivitas yang dilakukan di
rumah. Hal ini dibuktikan dalam wawancara sebagai berikut:
“Seorang ibu berarti harusnya dia lebih banyak menjadi ibu,
daripada yang lain. Tapi orang-orang protes „ya walaupun saya
bekerja saya juga seorang ibu‟ yaa iyo sama betul walaupun
kamu maunya menjadi apa ya kamu tetap ibu, ya betul. Tapi
maksud saya, aktivitasnya itu. Kamu mengatakan kamu seorang
ibu, tapi aktivitasnya kamu lebih banyak di kantor, harusnya kan
kamu intropeksi, kamu itu ibu atau karyawan.”172
Dalam hal ini, terlihat bahwa seorang ibu harus memerhatikan
aktivitasnya agar dapat mengasuh anaknya dengan baik daripada
kegiatan yang lain. Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh
Nabi Ibrahim rahimahullah yaitu ibu adalah sekolah, jika engkau
mempersiapkannya, maka ia akan mempersiapkan generasi yang
baik.173
Dengan demikian, pekerjaan apapun tidak melupakan untuk
mengasuh anak. Karena perempuan memiliki peranan penting dalam
melahirkan generasi yang baik. Hanya saja dalam kultwit (kuliah
twit) ini, Ustadz Felix menyembunyikan peran ayah yang juga
penting dalam mengasuh anak.
172
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017. 173
Muhammad Ali Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam, Penerjemah Amir Hamzah
Fachruddin (Jakarta: Pustaka Azzam, 1998), h. 62.
101
d. Sintaksis
Analisis sintaksis dilihat tiga elemen diantaranya koherensi, bentuk
kalimat, dan kata ganti. Bentuk kalimat yang terdapat pada kultwit
(kuliah twit) ini lebih dominan menggunakan bentuk kalimat deduktif
pada setiap teksnya. Ini terlihat pada teks “Feminisme mengaburkan
fungsi ayah dan ibu dalam rumah tangga | hanya semata-mata demi
mendapat lebih banyak materi.”174
Pada kalimat tersebut, Feminisme
ditempatkan di awal kalimat sebagai subjek. Dengan penempatan posisi
di awal kalimat tersebut, ditonjolkan bahwa apa yang dilakukan oleh
Feminisme ialah salah.
Sedangkan, koherensi pada teks dalam kultwit (kuliah twit) ini
terdapat beberapa konjungsi diantaranya “karena”, “sedangkan”, dan
“namun.” Dari konjungsi tersebut merupakan kata penghubung kalimat
yang menjelaskan bahwa pentingnya posisi ibu yang tidak bisa
digantikan dan perannya dalam mendidik anak sangat dibutuhkan.
Kemudian terdapat juga konjungsi “daripada” sebagai kata pembeda
pada kalimat yang menjelaskan bahwa perempuan harus bisa memiliki
pendidikan yang lebih daripada laki-laki. Ini terlihat pada teks:
“Posisi ibu itu tidak bisa diulang kembali | karena umur anak
takkan bisa diputar lagi,” “Bahkan wanita Muslimah WAJIB lebih
terdidik daripada lelaki | karena ialah madrasatul ula (pendidikan
pertama dan utama) anak-anaknya,” “Jadi sah-sah saja wanita
memilih bekerja | namun beres juga kewajibannya | tentu bila dia
lebih memilih yang wajib, itu yang utama.”175
174
Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari
http://chirpstory.com/li/82452. 175
Ibid.,
102
Kata ganti yang sering digunakan dalam kultwit (kuliah twit) ini
yaitu kita dan kami. Kata ganti “kami” digunakan untuk pengganti
penyebutan laki-laki maupun pengganti untuk penyebutan seorang anak.
Ini terlihat pada teks:
“Maka ketika memilih calon ibu dari anak-anak kami syaratkan |
"Maukah engkau menjadi fulltime-mother bagi anak-anak?",” dan
“Hormat khidmat kami padamu wahai ibu | yang gadaikan semua
waktu tanpa sesal dan keluh | membina kami jadi yang terbaik
dalam agama.”176
Kata ganti ini untuk memisahkan jarak antar laki-laki dengan
perempuan dan antar seorang anak dengan orangtua. Kemudian, kata
ganti “kita” digunakan Ustadz Felix untuk menyebutkan dirinya dan
followersnya (pengguna Twitter yang menjadi pengikut maupun
membaca tweet-nya). Ini terlihat pada teks “Kita tentunya juga bersyukur
ada wanita yang berprofesi sebagai dokter, perawat, guru, dll |
memudahkan Muslimah dalam berinteraksi.”177
Pemakaian kata ganti
“kita” menciptakan perasaan bersama antar penulis tweet dan pembaca.
Tidak ada batasan antara penulis tweet dan pembaca karena pendapat
pembaca diwakili oleh penulis tweet dan seolah-olah apa yang menjadi
pendapat penulis tweet juga sama dengan pendapat pembaca.
e. Stilistik
Elemen stilistik berkaitan dengan pemakaian kata atau gaya bahasa
yang dipilih penulis dalam teksnya. Hal tersebut bertujuan untuk
menyampaikan maksud yang ingin disampaikan melalui gaya bahasa
dalam tulisannya. Style atau gaya bahasa yang digunakan dalam kultwit
176
Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari
http://chirpstory.com/li/82452. 177
Ibid.,
103
(kuliah twit) ini yaitu menggunakan bahasa sehari-hari. Ustadz Felix
menggunakan bahasa yang ringan agar lebih mudah dipahami oleh
pembacanya. Selain itu, Ustadz Felix juga menyisipkan ayat al-Quran
dan Hadits untuk memperkuat penjelasan yang dituliskan dalam tweet-
nya.
f. Retoris
Tabel 4.11
Elemen Retoris pada Tweet Why Fulltime Mother?
Hal yang diamati Temuan data
Grafik - Yang kita bahas, adalah mereka yang punya
PILIHAN, bekerja atau sepenuhnya menjadi |
bukan yang tak punya PILIHAN, dan
terpaksa (34)
- Tentang pendidikan? | tidak bosan-bosan saya
sampaikan | bahwa seorang ibu HARUS
terdidik sempurna, tinggi dan luasnya (37)
- Dari ibunda MULIA semisal mereka itulah |
menjadilah Imam Syafi‟i, Imam Malik bin
Anas, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmadi
(44)
- Sembah sujud kami pada Allah yang selalu
menjaga dunia dengan para ibunda MULIA |
yang mau mengorbankan kami jadi yang
terbaik dalam agama. (46)
- Pada para bunda MULIA doa kami | “Wahai
Tuhanku, kasihilah keduanya, sebagaimana
keduanya TELAH MENDIDIK AKU
WAKTU KECIL” (Q.S 17:24). (48)
- Bahkan wanita Muslimah WAJIB lebih
terdidik daripada lelaki | karena ialah
madrasatul ula (pendidikan pertama dan
utama) anak-anaknya. (38)
Metafora - Pada para bunda MULIA doa kami | “Wahai
Tuhanku, kasihilah keduanya, sebagaimana
keduanya TELAH MENDIDIK AKU
WAKTU KECIL” (Q.S 17:24). (48)
Pada elemen retoris memiliki fungsi untuk mengajak atau
memengaruhi. Analisis retoris terdiri atas tiga elemen, masing-masing
104
yaitu grafis, metafora, dan ekspresi. Berdasarkan tabel di atas, dalam
tweet ini hanya terdapat dua elemen yaitu grafis dan metafora. Pada
elemen grafis terdapat salah satu kata yang ditulis dengan huruf kapital
pada tiap point tweet-nya. Hal tersebut menunjukkan sebuah penekanan
kalimat yang dianggap penting oleh Ustadz Felix.
Sementara itu, pada tweet ini terdapat kalimat metafora dengan
menampilkan ayat al-Quran yaitu do‟a anak untuk kedua orangtuanya.
Hal tersebut dilakukan untuk memperkuat gagasannya mengenai
pentingnya orangtua dalam mengasuh anak. Karena do‟a tersebut
ditujukan untuk memohon ampunan dan menyayangi kedua orangtua
yang sudah mengasihi mereka sejak kecil. Dalam hasil wawancara,
Ustadz Felix pun menyindir apabila orangtuanya tidak mengasihi
anaknya sejak kecil, maka siapa yang didoakan oleh anaknya jika
orangtuanya tidak seperti itu. Menurut Ustadz Felix pun do‟a “robb”
diulang dua kali, karena “robb” pertama ditujukan untuk Allah SWT dan
“robb” yang kedua ditujukan untuk orangtua. Maka, tugas Allah SWT
dan tugas orangtua adalah sama.178
C. Kognisi Sosial
Pada analisis kognisi sosial di sini, perlu dilakukan dalam penelitian
analisis wacana Van Dijk atas kesadaran mental penulis tweet yaitu Ustadz
Felix Siauw terhadap persoalan kesetaraan gender yang tertuang dalam
kultwit (kuliah twit)nya tentang Liberalis Dibalik RUU KKG dan Why
Fulltime Mother? Untuk mengungkap kesetaraan gender dalam Islam dan
pemahaman Ustadz Felix atas ketidaksetujuannya terhadap kesetaraan gender
178 Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017.
105
melalui kognisi sosial. Alasan Ustadz Felix mengangkat kedua judul dalam
kultwit (kuliah twit) nya yaitu sebagai sebuah respon terhadap adanya
kesetaraan gender yang pada saat itu sedang ramai dibicarakan.
Ia merasa terdapat orang-orang yang ingin menghancurkan Islam, dengan
menuduh bahwa Islam merupakan agama yang memperlakukan perempuan
tidak lebih baik daripada laki-laki. Sehingga kesetaraan gender dapat
diterapkan dalam Islam agar perempuan tidak menjadi kelas kedua. Dalam
kedua judul kultwit (kuliah twit) tersebut, terlihat bahwa hal yang paling
dikhawatirkan yaitu orang-orang yang berusaha menghancurkan Islam,
melakukannya dengan usaha menjauhkan umat muslim dari ajaran Islam. Hal
ini terdapat dalam hasil wawancara sebagai berikut:
“Islam itu senantiasa pengen dihancur oleh orang-orang yang gak
suka, dan caranya adalah dengan menghancurkan muslim. Menjauhkan
orang muslim dengan ajaran Islam. Karena mereka tidak bisa langsung
untuk menghancurkan Islam. Karena hampir tidak mungkin untuk
menghancurkan Islam. Sumbernya begitu jelas, dalilnya begitu mantap
dan tidak ada celah untuk kemudian menyerang dari segi itu. Nah karena
itu mereka menjauhkan muslim dengan Islamnya. Nah ini dikenal dengan
nama ghazwul fikri, perang pemikiran, dan salah satu ghazwul fikri
adalah kesetaraan gender tadi. Bahwa orang-orang itu menyangka
bahwa Islam adalah agama yang bias gender, agama yang
memperlakukan perempuan itu tidak lebih baik dari laki-laki. Itu adalah
salah satu tuduhannya. Kedua, mereka berusaha untuk mengeluarkan
perempuan daripada fitrahnya, dengan dalil kesetaraan gender. Nah
padahal kalau kita lihat secara sejarah kan tidak seperti itu. Maka yang
saya pikir ketika saat melakukan itu adalah ghazal fikar. Karena mereka
sudah melakukan itu duluan, perang pemikiran itu, dan saya cuma
menjelaskan bahwa itu tidak betul. Contoh misalnya, kita lihat
kesetaraan gender kan lahirnya bukan dari orang orang muslim. Kalau
misalnya kita lihat secara sejarah kan lahirnya dari dunia-dunia Barat.
Karena orang-orang Barat mengalami perlakuan yang tidak pantas dan
tidak layak kepada perempuan. Jadi di dalam Islam tidak ada proses
kesetaraan gender. Kenapa? Karena Islam tidak pernah memandang ada
masalah antara laki-laki dan perempuan. sedangkan di dalam ”179
179
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.
106
Terkait dengan wawancara di atas, peneliti temui bahwa, melihat akar
permasalahan yang diresahkan oleh Ustadz Felix, maka Ustadz Felix merasa
perlu untuk meluruskannya dengan menggunakan media sosial Twitter
sebagai media dakwahnya. Dari sini lah Ustadz Felix menjelaskan dalam
kultwit (kuliah twit) nya bahwa kesetaraan gender tidak ada dalam Islam.
Sehingga apa yang bukan berasal dari Islam tidak perlu diaplikasikan ke
dalam Islam.
Menurut Ustadz Felix, sebelum adanya kesetaraan gender, Islam telah
lebih dulu mengangkat derajat perempuan dari kejahatan di masa lampau
kekedudukan yang mulia dan terhormat dengan menerapkan ajaran Islam dan
memperlakukan perempuan dan laki-laki secara adil yang dapat dilihat dalam
taklif hukum180
. Ketika Islam berbicara relasi antara laki-laki dan perempuan.
Maka, Islam menempatkannya tanpa ketimpangan dan unsur rendah tinggi.
Sesuai dengan definisi adil yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Melalui taklif hukum, keduanya diberikan tugas dan hak yang sesuai
dengan kelebihan masing-masing yang diberikan oleh Allah SWT. Fitrah
tersebut telah ditetapkan sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.
Sehingga laki-laki maupun perempuan sama-sama mendapatkan apa yang
seharusnya mereka dapatkan dan tidak dipaksakan untuk melakukan yang
tidak sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, perempuan dan laki-laki
tidak dilarang dalam meraih prestasi, termasuk dengan perempuan yang
bekerja ketika sudah menikah. Karena Islam tidak memberikan larangan bagi
perempuan untuk berkreasi maupun bekerja.
180
Taklif hukum adalah hukum syara‟ atau khithab syar‟i yang membebani mukalaf (orang
yang sudah baligh), nerupa perintah, anjuran, atau larangan dengan ketentuan hukum yaitu
wajib,sunah, mubah, makruh, dan haram (Kamus istilah Islam).
107
Meminjam ungkapan Zaitunah Subhan, bahwa “Pada prinsipnya, agama
Islam tidak membatasi hak perempuan dalam mengurus seluruh kepentingan
publik. Hanya saja perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kehormatan
perempuan itu sendiri.”181
Dengan demikian, perempuan dibolehkan
berkreatifitas dan bekerja selama pekerjaan tersebut halal dan tetap menjaga
kehormatannya. Hanya saja dalam hal ini, Ustadz Felix sangat memberikan
perhatian penuh pada seorang Ibu yang bekerja. Ustadz Felix mewantikan
agar ibu yang bekerja tidaklah melupakan tugasnya sebagai seorang ibu yaitu
mendidik anak.
Menurut Ustadz Felix, seorang ibu penting dalam mendidik anak karena
perempuan memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Oleh karena
itu, perempuan ditempatkan dalam mengurus rumah tangga serta disebut
sebagai madrasatul ulla. Seperti pada hasil wawancara sebagai berikut:
“Perempuan punya fitrah, laki-laki punya fitrah. Nah taklif hukum itu
sesuai fitrah. Contoh misalnya, wanita mana yang tidak senang dengan
anak-anak. Pasti senang dengan anak-anak, karena itulah Allah
sesuaikan dengan taklif hukum itu mereka ditaklif di rumah. perempuan
lebih pintar kemampuan linguistiknya, maka di mana-mana
telemarketing itu perempuan. Di mana-mana kata-kata tuasnya bagus itu
perempuan. Di mana-mana anak perempuan lebih pintar ngomong
daripada laki-laki. Karena kemampuan linguistiknya lebih bagus.
Kenapa lingusitiknya lebih bagus? Karena dia jadi seorang ibu, dan ibu
itu harus jawab pertanyaan anak-anaknya dan panjang, laki-laki ditanya
sama anaknya kenapa daun berwarna hijau? Dari dulu sudah begitu.
Perempuan bisa jelasin karena dia klorofil, ada banyak cahaya, dan
sebagainya. Anaknya tanya lagi klorofil itu apa harus jawab lagi sampai
sabar. Kalau laki-laki ga punya sabar seperti itu, nah itu adalah didikan.
Maka misalnya dalam buku penelitiannya Alan dan Barbara pis, why
man dont linsetn and linminken litmeps, perempuan dikasih 10 video
anak lagi nangis tapi tidak bersuara, cuma diliatin videonya saja tidak
ada suaranya. Laki-laki juga diliatin video yang sama. Nah lalu disuruh
nyebutin, ini kenapa anak-anak ini bisa nangis? Perempuan bisa
menyebutkan, oh ini kepanasan, ini karna laper, ini karna sakit perut, ini
181
Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan, Menuju Kesetaraan Gender dalam
Penafsiran (Jakarta: Kencana, 2015), h. 93.
108
karna ini ini. Kalau laki-laki bilang, itu semua pengen digendong ibunya.
Itu adalah bedanya. Laki-laki tidak akan bisa sebaik itu dalam soal
mendidik anak dalam soalan insting.”182
Terkait wawancara di atas, peneliti menafsirkan bahwa, Ustadz Felix
berpendapat bahwa Islam telah menempatkan hak dan kewajiban perempuan
dan laki-laki sesuai porsinya. Sehingga hal tersebut memberikan kesetaraan
dan keadilan yang berkeseimbangan. Ajaran Islam tidak mengharuskan
keduanya untuk melakukan yang kemungkinan seseorang belum mampu
sepenuhnya lakukan, melainkan sesuai fitrahnya. Seperti pada wawancara di
atas, Ustadz Felix menyinggung perempuan yang memiliki intuisi bagus,
kecakapan berbicara maupun menjawab, dan kesabaran. Kelebihan yang
dimiliki oleh perempuan termasuk fitrah yang diberikan oleh Allah SWT.
Maka, dia diamanahkan untuk mendidik anak karena dianggap lebih baik
daripada laki-laki dan tidak diwajibkan untuk mencari nafkah.
Oleh karena itu, jika seorang ibu bekerja maka harus memiliki waktu
yang luang untuk bersama anak-anak mereka. Hal tersebut disebabkan agar
anak tidak merasa kehilangan sosok dan kasih sayang dari orangtuanya.
Karena seberapapun materi yang diberikan oleh anak, yang dibutuhkan
adalah kasih sayang dan didikan dari orangtua. Sebab, hal itu tidak bisa
digantikan dengan sebanyak apapun materinya. Peneliti melihat bahwa tidak
salah apabila Ustadz Felix mewantikan hal tersebut dalam kultwit (kuliah
twit) nya. Karena pada saat wawancara, Ustadz Felix mengatakan dia pernah
memiliki pengalaman yang merasakan bagaimana perasaan ketika orang tua
182
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.
109
hanya memberikan uang saja. Hal ini dapat dilihat pada wawancara sebagai
berikut:
“Saya pengalaman, paham ya, jadi artinya saya tau pengalaman
seorang anak ketika orang tuanya merasa cuma memberikan uang saja
itu cukup. Ternyata yang anak perlukan bukan itu kok, yang diperlukan
waktu, kasih sayang, bimbingan orang tuanya, nah itu yang tidak bisa
digantikan dan itu bisa menjadi doa dia ketika dia besar, robbi firli
waliwali daiya, warham huma kama robbayani sogiro.”183
Berdasarkan wawancara tersebut, sebagai hal kewajaran apabila
seseorang yang memiliki pengalaman mengutarakan pendapatnya untuk tetap
memerhatikan dan mengajari anak terutama dalam pendidikan agama.
Kemudian, Ustadz Felix menempatkan dalam tulisannya bahwa suami lah
yang mencari nafkah, karena laki-laki secara umum sudah diatur untuk
menafkahi keluarganya. Ini dilihat dalam wawancara sebagai berikut:
“Kenapa laki-laki yang nafkah? Ya karna memang laki-laki itu
secara default itu memang di desain untuk mencari nafkah. Misal mereka
punya kulit yang lebih tebal, berarti ketika zaman berburu dan meramu
mereka lebih pintar berburu. Kedua, Alan dan Barbara juga sudah
menulis, secara syaraf laki-laki dan perempuan berbeda. Syaraf logika
laki-laki lebih berkembang daripada perempuan. Itu mengakibatkan
secara logis mereka lebih pintar main basket, mereka lebih pintar nyetir,
mereka lebih pintar untuk baca peta dibanding perempuan yang baca
peta mesti muter-muter bacanya, kalau laki-laki mutermuter
dikepalanya.”184
Berdasarkan wawancara di atas, peneliti temui bahwa, Ustadz Felix
memandang bahwa pemimpin dan pemberi nafkah keluarga dibebankan atau
diwajibkan pada laki-laki karena kelebihan yang ia punya, dan pada dasarnya
laki-laki sudah diatur untuk dapat bekerja dengan lebih baik agar dapat
memenuhi kewajiban dalam mencari nafkah. Karena kepemimpinan dalam
183
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017. 184
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017.
110
keluarga adalah sebuah penugasan. Sebagaimana Menurut Huzaimah T.
Yanggo, bahwa:
“Suami bertugas mencari dan memenuhi nafkah, sementara istri
bertugas untuk mengaturnya sebagai penata ekonomi keluarga. Istri harus
mempunyai kecakapan, keterampilan, kreatifitas, agar penerimaan dan
penggunaan nafkah dapat mengarah pada peningkatan ekonomi rumah
tangga. Di samping itu istri harus bersikap qana'ah atas apa yang
diberikan suaminya.”185
Dengan demikian, atas kelebihan tersebutlah, Islam telah mengatur
bahwa suami yang bertugas mencari dan memenuhi nafkah. Sementara istri
bertugas untuk mengaturnya sebagai penata ekonomi keluarga dan mendidik
anak. Jadi, persamaan yang bijak disesuaikan dengan kelebihan yang dimiliki
oleh masing-masing agar dapat memberikan keadilan terhadap keduanya.
Laki-laki ditugasi memimpin perempuan karena Allah SWT telah
melebihkannya dengan unsur akal yang lebih dominan serta ketegasan.
Kelebihan tersebut bukanlah keutamaan yang berarti laki-laki lebih utama
daripada perempuan. Karena kelebihan laki-laki memimpin bukanlah hak,
tetapi kewajiban. Kewajiban yang harus ditunaikan laki-laki yaitu menuntun
dan membawa perempuan dan keluarganya pada ridha Allah SWT. Jadi
bukan menuntun dan membawa mereka pada kemauan dan kepentingan
pribadinya. Sementara perempuan diberi tugas-tugas mengurus rumah tangga
dan mendidik anak karena Allah SWT melebihkannya dengan unsur
kelembutan dan kasih sayang yang lebih dominan. Oleh karena itu, tidak
dibenarkan jika kelebihan kepemimpinan dalam keluarga diletakkan kepada
laki-laki digunakan untuk menunjukkan superioritas dan kelebihan
185
Huzaimah T. Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010),
h. 66.
111
kelembutan perempuan dalam memimpin rumah dan anak-anaknya
menunjukkan minoritas dalam keluarga.
Sehingga, berdasarkan hal tersebut Ustadz Felix tidak menyetujui adanya
konsep kesetaraan gender, karena dalam Islam semua sudah diatur sesuai
dengan fitrahnya dan tidak bisa disamaratakan. Ustadz Felix beranggapan
bahwa definisi kesetaraan gender yang diusungkan oleh Barat ialah memiliki
konsep di mana perempuan dapat melakukan hal yang sama seperti laki-laki.
Hal tersebut seperti hasil dalam wawancara sebagai berikut:
“Konsep berpikir orang Barat itu adalah ketika mereka melihat
sekarang perempuan didiskriminasi maka mereka mengatakan, kami
pengen sama kaya mereka, kalau mereka bisa kami juga bisa, tanpa
sadar, mereka menjadikan laki-laki sebagai standart. Aneh kan? Mereka
bilang laki-laki tukang merendahkan wanita, tapi mereka jadikan laki-
laki sebagai standar. Mereka pengen dapat pialanya laki-laki, paham
gak maksudnya? Kalau laki-laki bisa begini, kami pengen begini juga.
Jadi laki-laki dan wanita dalam kesetaraan gender itu disuruh lomba
mendapatkan piala yang sama. Kalau mereka bisa kerja, dia juga bisa
kerja. Kalau mereka bisa genit, dia juga bisa genit. Kami mau sama kaya
laki-laki, itu saja konsepnya sudah salah. Harusnya mereka bilang kami
gak mau sama kaya laki-laki, kami adalah perempuan dan kami punya
ini sendiri, kan gitu kan ya kalau mereka pede.”186
Berdasarkan wawancara tersebut, Ustadz Felix beranggapan bahwa cara
berpikir kesetaraan gender yang menunjukkan laki-laki dan perempuan harus
melakukan perbuatan yang sama ialah sesuatu yang keliru dan tidak sejalan
dengan kesetaraan versi Islam. Menurutnya, tidak perlu dipaksakan untuk
keduanya sama agar tidak didiskriminasi. Karena perempuan memiliki
kelebihan tersendiri daripada laki-laki untuk menunjukan bahwa perempuan
tidak untuk didiskriminasi. Sementara itu, dalam kerangka teori disebutkan
bahwa:
186
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.
112
“Kesetaraan gender merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai
manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan nasional, serta
kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.”187
Melihat teori tersebut terdapat kemiripan dalam pemahaman mengenai
kesetaraan gender yang diutarakan oleh Ustadz Felix yaitu kesamaan bagi
perempuan dan laki-laki dalam memperoleh kesempatan. Sehingga hal
tersebutlah yang tidak disetujui oleh Ustadz Felix. Sedangkan menurut Asriati
Jamil dan Amany Lubis, bahwa “Kesetaraan bukan dalam arti sama rata dan
tidak ada perbedaan. Dalam konteks ini kesetaraan lebih tepat dimaknai
dengan berkeadilan, berkeseimbangan, dan lahir keharmonisan akibat dari
eksistensi kedua belah pihak.”188
Dalam pernyataan di atas terlihat melengkapi pernyataan yang
sebelumnya perihal kesetaraan, yang bukan saja diartikan sebagai sama rata
namun tetap ada perbedaan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ustadz Felix
yang mengatakan bahwa dalam Islam, perempuan dan laki-laki berbeda yang
artinya tidak harus benar-benar disetarakan karena perempuan dan laki-laki
diperlakukan secara adil dan seimbang terlebih dulu sebelum adanya
kesetaraan gender.
Peneliti melihat bahwa Ustadz Felix merupakan salah satu ustadz yang
tidak menerima istilah kesetaraan gender,189
tetapi mengakui bahwa dalam
Islam perempuan tidak dijadikan kelas kedua dan diperlakukan dengan adil
187
Kelompok Kerja Convention Watch, Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum Untuk
Mewujudkan Keadilan Gender (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor), h. 313. 188
Fadilah Suralaga, dkk, Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN
Jakarta dengan McGill Project/IISEP), h. 81. 189
Sesuai dengan pengamatan peneliti, pada saat wawancara dan terlihat pada beberapa teks
yang ditulis dalam kultwitnya, Ustadz Felix mengatakan bahwa kalimat kesetaraan gender maupun
prosesnya berasal dari Barat yang menurutnya memiliki dampak negatif bagi umat Islam.
113
seperti halnya dengan laki-laki. Beliau pun sangat tegas tidak menyetujui
adanya kesetaraan gender karena kesetaraan gender dinilainya dapat
menimbulkan dampak yang buruk.
Pemikiran tersebut sangat lah wajar untuk seorang ustadz yang memiliki
pemikiran kritis terhadap apa yang dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran
Islam. Ustadz Felix pun mengkhawatirkan kekacauan dari kesetaraan gender
yang bisa benar-benar terjadi ialah apabila RUU Kesetaraan dan Keadilan
Gender (KKG) disahkan, yaitu dapat mengeluarkan perempuan dari fitrahnya.
Sehingga perempuan tidak menaati perintah dan larangan Allah SWT. Hal ini
dilihat dalam hasil wawancara sebagai berikut:
“Saya gak setuju sama RUU KKG karena itu adalah bagian dari
ghazwul fikri, merusak masyarakat. Bayangkan bagaimana seandainya
negeri ini kalau perempuan-perempuan tidak ada yang mau taat pada
Allah, dan tidak ada yang mau nurut ketentuan Allah, Allah rugi? Tidak,
tapi masyarakat rusak.”190
Terkait dengan wawancara tersebut, yang dikhawatirkan oleh Ustadz
Felix dengan adanya kesetaraan gender ialah perempuan dapat bebas bekerja
tanpa aturan atau melakukan hal apapun tanpa batasan. Tidak menutup
kemungkinan, pekerjaan yang dipilihnya ialah pekerjaan yang tidak
menghormati dirinya. Pekerjaan yang dimaksud ialah pekerjaan yang di mana
perempuan dijadikan objek untuk menarik daya perhatian pembeli, dengan
cara membebaskan dirinya untuk memperlihatkan auratnya. Secara tidak
langsung, perempuan dieksploitasi sebagai daya tarik jual suatu produk.
Padahal dalam Islam perempuan dilindungi dan dijaga melalui ajaran-Nya.
190
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.
114
Dengan demikian, adanya kesetaraan gender pun bukan saja menjadi solusi
agar perempuan tidak dieksploitasi.
Kemudian, dampak buruk yang lainnya ialah perceraian. Menurut Ustadz
Felix, ketika suami dan istri mengejar kesetaraan dengan kedua-duanya
dibebaskan bekerja tanpa ada aturan yang baik,191
sehingga pembagian tugas
dalam keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Maka hal tersebut dapat
menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga dan timbul berbagai
pertikaian. Sehingga berdampak pada perceraian yang menyebabkan adanya
single parents dan adanya anak yang broken home. Sehingga berdampak pada
hilangnya kehangatan dalam keluarga yang dapat mengubah perilaku sosial
anak. Lebih buruknya, apabila tidak dilakukan pengawasan dan diberi
perhatian yang maksimal, akan membuat anak melampiaskannya ke hal
negatif.
Peneliti melihat bahwa Ustadz Felix memosisikan dirinya sebagai da‟i
yang merasa bahwa ia berkewajiban untuk meluruskan perihal kesetaraan
gender tersebut. Ustadz Felix tidak ingin perempuan muslimah yang mau
mengekspresikan kemampuannya tetapi tidak memerhatikan ajaran Islam.
Oleh karena itu, apapun yang dilakukan harus tetap sesuai dengan ketentuan
dari Allah SWT. Ustadz Felix juga memosisikan dirinya sebagai orangtua
yang memiliki anak dan menyadari bahwa mengasuh dan mendidik anak,
terutama dalam mendidik ilmu agama ialah sesuatu yang penting.
191
Aturan yang dimaksud ialah tetap memelihara keharmonisan keluarga dengan tidak terlalu
sibuk bekerja yang berakibat melupakan keluarganya dan tidak terlalu berinteraksi dengan yang
bukan muhrimnya. Suami dan istri sama-sama saling menghormati dan tetap bekerja sama dalam
mengasuh anak, agar anak mendapatkan kasih sayang dan didikan yang mumpuni.
115
Hal terpenting menurut Ustadz Felix, tweet yang ia tulis berusaha
menyampaikan pesan dakwahnya. Agar menjadi sebuah intropeksi diri untuk
perempuan, terutama yang sudah menikah yaitu untuk menjadi seorang ibu
yang baik dan benar dan melakukan suatu aktivitas yang sesuai dengan
porsinya. Selain itu, laki-laki dan perempuan harus dapat mempelajari Islam
lebih baik lagi dengan memahami agama dan memahami apa yang diberikan
untuk perempuan dan laki-laki serta menyikapinya dengan baik.
D. Konteks Sosial
Analisis konteks sosial dimaksudkan untuk melihat konteks atau latar
belakang terbentuknya teks tersebut. Menurut Eriyanto, “Wacana adalah
bagian dari yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti
teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana
tentang suatu hal diproduksi dan direproduksi dalam masyarakat.”192
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai wacana kesetaraan gender
dalam Islam, yang terdapat pada kehidupan sosial ataupun kehidupan
bermedia sosial. Berbagai macam pemahaman mengenai kesetaraan gender
dalam Islam banyak tersebar melalui argumen tiap-tiap orang. Tentunya
berbagai macam pemahaman tersebut mereka dapatkan dari lingkungan,
media massa, media sosial, maupun buku-buku yang mereka baca. Perlu
diperhatikan juga, masyarakat tentunya memiliki penalaran khusus atas
kesetaraan gender, terlebih jika melihat kesetaraan gender tersebut dalam
pandangan Islam.
192
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
271.
116
Dalam kultwit (kuliah twit) yang ditulis Ustadz Felix, berbagai macam
respon mengenai tweet Ustadz Felix. Respon yang diberikan pun beragam,
ada yang menyetujui argumen dari Ustadz Felix yaitu beranggapan bahwa
kesetaraan yang tepat ditempatkan sesuai dengan proporsional dan
kondisinya. Terdapat juga yang memiliki pemikiran yang sama dengan
Ustadz Felix mengenai posisi ibu penting dalam mengasuh anak.
Namun terdapat juga respon yang tidak sependapat dengan Ustadz Felix.
Beberapa di antara pembacanya menyatakan bahwa kesetaraan gender
dibutuhkan bukan dengan tujuan perempuan harus mirip laki-laki, tetapi
perempuan diberi kebebasan untuk memilih. Pemikiran masyarakat yang
menyatakan kesetaraan diberi kebebasan untuk memilih menjadi salah satu
yang dianggap mengkhawatirkan oleh Ustadz Felix, karena pemikiran
tersebut ditakutkan menjauhkan umat muslim dari ajarannya.
Permasalahan mengenai wacana kesetaraan gender dalam Islam
sepertinya masih dipandang tidak terlalu penting jika kesetaraan gender
tersebut diterapkan dalam Islam. Hal ini berdasarkan observasi teks yang
peneliti lakukan di media sosial Twitter, peneliti menemukan bahwa tidak
sedikit orang yang tidak menyetujui akan kehadiran kesetaraan gender
tersebut. Mereka menganggap bahwa tanpa adanya kesetaraan gender, Islam
telah memuliakan dan menghormati perempuan. Salah satunya seperti pada
tweet sebagai berikut:
Gambar 4.5 Twittan Netizen
117
Terdapat juga yang menilai bahwa permasalahan kesetaraan gender
tersebut bukan berawal dari efek hukum Islam, tetapi seringnya orang
mengidentikkan Islam tidak bisa adil dengan perempuan. Hal ini terlihat
pada:
Tentunya pemahaman ini pun tidak terlepas dari media, terutama portal
berita online Islam. Kuatnya pengaruh media massa dalam menyampaikan
informasi sangat berperan terhadap pemahaman seseorang dalam memahami
wacana kesetaraan gender dalam Islam. Beberapa respon dalam portal berita
online Islam yang dikatakan oleh sekelompok aktivis maupun tokoh muslim
pun terlihat bagaimana mereka dalam menanggapi kesetaraan gender dalam
Islam dan hal tersebut dapat memengaruhi pemikiran khalayak. Salah satunya
terdapat portal berita online Islam yang memberitakan bahwa kesetaraan
gender bertentangan ajaran Islam. Seperti yang dilansir dalam
hidayatullah.com, yaitu:
“Menurut Ketua AILA Indonesia, Rita Soebagio, kesetaraan gender
sejatinya adalah sebuah program yang diyakini bertentangan dengan
kodrat perempuan itu sendiri, karena pada prinsipnya laki-laki dan
perempuan berbeda dan memiliki peran strategis yang harus dijalankan
sesuai dengan perannya masing-masing.”193
Tidak hanya portal berita Islam online saja, bahkan tidak sedikit para da‟i
maupun aktivis dan tokoh yang concern dalam Islam pun menyatakan
ketidaksetujuannya dengan kesetaraan gender jika dikaitkan dalam Islam.
193
“AILA Indonesia Soroti Tema Hari Ibu yang Terkesan Menekankan Kesetaraan Gender,”
diakses pada 18 Agustus 2017 dari https://m.hidayatullah.com.
Gambar 4.6 Twittan Netizen
118
Terutama saat isu RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) ingin
disahkan menjadi Undang-undang pada sekitar tahun 2011 mendapatkan
penolakan dari beberapa kalangan. Bahkan portal berita online Islam pun
memuat pemberitaan mengenai perempuan muslimah yang juga menolaknya,
sebab hal itu dianggap melanggar syariat Islam dan menghancurkan keluarga
Islam.194
Hal tersebut tentunya dapat memengaruhi pemikiran khalayak
mengenai kesetaraan gender itu sendiri.
Selain itu, portal berita online pun memberitakan bahwa RUU
Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) patut ditolak karena melanggar
syariat Islam. Seperti yang dilansir dalam Republika.co.id, yaitu:
“Bahwa sejumlah ketentuan mengenai hak dan kewajiban yang
tertulis dalam RUU KKG dalam aplikasinya dapat melanggar syariat
Islam. Salah satunya yang tertulis pada draft RUU KKG tahun 2011,
pasal 12a mengenai perkawinan dituliskan “Bahwa setiap orang berhak
memasuki jenjang perkawinan dan memilih suami atau isteri secara
bebas”, jika isi pasal tersebut tetap dibiarkan seperti itu, maka dapat
melegalkan pernikahan sesama jenis, karena tidak dituliskan secara jelas
yang dimaksud suami atau istri yaitu yang bebeda jenis kelaminnya.195
Kemudian menurut Adian Husaini Wakil Ketua Komisi Kerukunan Umat
Beragama MUI Pusat, kesalahan dalam RUU Kesetaraan dan Keadilan
Gender yang dikeluarkan pada 24 Agustus 2011 tersebut, mendefinisikan
bahwa kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan
dan laki-laki untuk mendapatkan kesempatan mengakses, berpartisipasi,
mengontrol, dan memperoleh manfaat pembangunan disemua bidang
kehidupan. Sehingga konsep yang seperti itu dinilai bertentangan dengan
194
“Ormas Muslimah Sepakat Tetap Tolak RUU KKG,” diakses pada 18 Agustus 2017 dari
http://m.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2014/09/11/29264/ormas-muslimah-sepakat-tetap-
tolak-ruu-kkg.html 195
“Ruu Keseraaan Gender Bertentangan Dengan Syariat Islam,” diakses pada 18 Agustus
2017 dari http://m.republika.co.id/berita/dunia-Islam/Islam-nusantara/12/04/19/m2q761-ruu-
kesetaraan-gender-bertentangan-dengan-syariat-Islam.
119
Islam. Karena tugas, peran, dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan
dalam keluarga maupun masyarakat ditentukan dengan hukum Allah SWT.196
Bachtiar Nasir, Sekjen Organisasi Islam Majelis Intelektual dan Ulama
Muda Indonesia (MIUMI) beranggapan bahwa definisi gender dalam RUU
Kesetaraan dan Keadilan Gender bertentangan dengan konsep Islam tentang
peran dan kedudukan perempuan. Dalam Islam pembagian peran dan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan tidak berdasarkan pada budaya,
tetapi berdasarkan pada wahyu Allah SWT.197
Begitupun dengan Ustadz Felix Siauw, definisi kesetaraan gender yang
ada pada RUU KKG 24 Agustus 2011 tersebutlah, yang menyebabkan Ustadz
Felix tidak menyetujuinya. Serta, tidak sedikit juga masyarakat yang
memahami kesetaraan gender sebagai sebuah pencapaian kesamaan bagi laki-
laki maupun perempuan. Menurutnya konsep kesamaan seperti itulah yang
keliru sehingga perlu diluruskan. Karena laki-laki dan perempuan tidak bisa
disamakan dan tidak harus disetarakan dalam peran.
Beberapa khlayak dalam media sosial Twitter mengasumsikan apabila
RUU KKG disahkan dan kesetaraan gender diterapkan sesuai dengan
peraturan hukum, maka akan berdampak pada umat muslim ataupun agama
lain yang menjalankan konsep agamanya tetapi berbenturan dengan konsep
kesetaraan gender.
Seperti membedakan pemotongan kambing saat aqiqah, pembagian waris
dengan pola dua banding satu, serta orangtua yang tidak menikahkan anaknya
196
Adian Husain, “RUU Kesetaraan Gender,” diakses pada 18 agustus 2017 dari
http://m.facebook.com/fansadianhusaini/posts/662142580553492. 197
“Rancangan Undang-undang Kesetaraan Gender, Masih Kontroversi,” diakses pada 7
Januari 2017 dari https://nasional.tempo.co/read/395838/rancangan-undang-undang-kesetaraan-
gender-masih-kontroversi
120
dengan yang berbeda agama. Hal tersebut akan dianggap diskriminasi gender
karena tidak berkesesuaian dengan pasal 1 point 4 RUU KKG yang
dikeluarkan pada 24 Agustus 2011, yang berbunyi:
“Diskriminasi adalah segala bentuk pembedaan, pengucilan atau
pembatasan, dan segala bentuk kekerasan yang dibuat atas dasar jenis
kelamin tertentu, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk
mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan manfaat, atau
penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan pokok di bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya, sipil atau bidang lainnya, terlepas dari status
perkawinan, atas dasar persamaan hak antara perempuan dan laki-
laki.”198
Dengan demikian, hal tersebut membuat resah umat muslim karena apa
yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama-Nya dapat menyebabkan dirinya
melanggar hukum jika tidak sesuai dengan RUU Kesetaraan dan Keadilan
Gender (KKG). Karena pada dasarnya dalam Agama Islam telah menentukan
keadilan bagi perempuan dan laki-laki. Seperti hal nya pembagian tugas
dalam keluarga, perempuan dan laki-laki memiliki kewajiban yang berbeda.
Sehingga ada yang diwajibkan mencari nafkah dan ada yang diwajibkan
untuk mengelola rumah tangga agar saling melengkapi. Namun, Islam pun
tidak melarang untuk perempuan bekerja selama yang kewajibannya itu
terpenuhi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Felix:
“Oh berarti maksud mubah di sini itu, paling utama ngurus
keluarga ketimbang bekerja? Nah iya betul, yang wajib itu adalah umu
warotulbait hm kerja adalah mubah, nah maka kalau misalnya dia kerja
wajibnya masih bisa dilaksanakan gaada masalah.”199
Dengan demikian, tidak dibenarkan jika seorang ibu dibebaskan dalam
bekerja, yang di mana kebebasan tersebut berpotensi memiliki waktu yang
sedikit bersama anak sehingga dapat melalaikan tugas untuk mengasuh
198
Tim Kerja RUU KKG, “Draf Rancangan Undang-undang Kesetaraan dan Keadilan
Gender, 24 Agustus 2011” diakses pada 10 Juli 2017 dari www.kammimadani.wordpress.com. 199
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.
121
anaknya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Mohammad Fauzil
Adhim, pakar parenting Islam dan pendakwah juga penulis buku Mendidik
Anak Menuju Taklif, Saat Berharga Untuk Anak Kita, yang merupakan guru
dari Ustadz Felix Siauw, beliau mengungkapkan bahwa:
“Anak merupakan hal yang penting dalam keluarga yang harus
mendapatkan perhatian penuh. Masa kanak-kanak adalah masa yang
paling penting karena masa dimana pembentukan fondasi dan dasar
kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Oleh
sebab itu, orangtua perlu mengetahui perkembangan anak pada usia dini
menjadi mutlak adanya jika ingin memiliki generasi yang mampu
mengembangkan diri secara optimal.”200
Oleh karena itu, Ustadz Felix pun berpikiran bahwa agar seorang ibu
belajar menjadi ibu yang baik dengan cara meluangkan waktu yang dimiliki,
untuk memperhatikan anaknya agar dapat mengetahui perkembangan sang
anak. Seperti pada hasil wawancara sebagai berikut:
“Sama dengan orang datang ke ustad saya namanya Ustadz
Mohammad Fauzil Adhim, ada seorang ibu yang kesehariannya bekerja
datang “Ustadz gimana caranya agar anak saya berhenti kecanduan
main game mau solat dengan baik dan jadi seorang ikhwan yang paham
tentang agamanya tolong berikan jawaban yang singkat jelas dan
sekarang juga” Hadeuh yaa gimana ceritanya, masalah itu kan gak
pernah datang instan, karena nyelesein itu juga ga mungkin instan.
Artinya dengan itu maka saya berpikir harusnya mereka paham dong,
kalau mau menjadi ibu ya harusnya belajar lah yang baik, jangan seperti
yang mau mengeluarkan effort pada kerja, kenapa mereka engga
keluarkan option yang lebih baik lagi dalam urusan kepada anak.”201
Oleh sebab itu, penulis menafsirkan, Ustadz Felix berpikiran bahwa,
perempuan terutama seorang ibu tidak menghabiskan waktunya hanya untuk
bekerja demi menggapai kesetaraan gender, sehingga dapat menyebabkan
waktu bersama anaknya berkurang, yang mengakibatkan orangtua tidak bisa
200
Mohammad Fauzil Adhim “Karena Anak Perlu Sentuhan Jiwa,” diakses pada 6 Januari
2018 dari http://m.hidayatullah.com/kajian/jendela-keluarga/read/2012/03/23/3509/karena-anak-
perlu-sentuhan-jiwa.html 201
Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.
122
mengawasi perkembangkan sang anak. Karena seperti apa yang
diungkapkan oleh Ustadz Mohammad Fauzil Adhim bahwa orangtua
haruslah secara mutlak mengetahui perkembangan jika ingin memiliki
generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal. Sehingga
Ustadz Felix tidak menyetujui Kesetaraan Gender dalam Islam, terlebih
disahkannya RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender. Menurut Dr. Ir Euis
Sunarti yang konsen dalam kajian ketahanan keluarga berpendapat, bahwa:
“Kesetaraan gender tidak ramah dengan kehidupan dalam keluarga
dan kualitas anak sebagai SDM. Draft RUU KKG berpotensi
bertentangan dengan UU no. 52 tahun 2009 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga. UU tersebut menjamin
bagaimana terbentuknya keluarga yang punya ketahanan, ketangguhan,
dan keluarga berkualitas. Untuk mencapai tujuan itu tidak mungkin kalau
tidak ada pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan, dan
berkomitmen sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan itu.”202
Berdasarkan hal tersebut, apabila suami dan istri sama-sama bekerja dan
tidak terdapat komitmen dalam pembagian tugas dalam rumah tangga, dapat
menyebabkan ketidakharmonisan dalam berkeluarga. Kemudian lebih lanjut
dikatakan oleh Dr. Ir Euis Sunarti, bahwa:
“Dikatakan dalam ilmu psikologi, yang menunjukkan pentingnya
bounding attachment antara anak dengan orang terdekat yaitu ibu.
Artinya dia memiliki suatu bounding yang baik sehingga bisa
mengembangkan trust terhadap lingkungannya dan terbentuknya fungsi-
fungsi kepribadian anak yang baik. Dalam kajian psikologi, anak-anak
yang dis-trust terhadap lingkungan adalah anak-anak yang tidak
dibesarkan dengan penuh kasih sayang, karena tidak ada orang yang
selalu siap untuk membantunya sehingga muncullah anak yang nakal,
dan sebagainya.” 203
Dengan demikian, pembagian peran dalam keluarga bukan ditujukan
untuk melihat siapa yang superioritas maupun minoritas dalam keluarga,
202
“Islam dan Kesesatan Paham Gender,” diakses pada 19 Agustus 2017 dari
http://m.hidayatullah.com/read/2012/06/22/2334/Islam-dan-kesesatan-paham-gender.html 203
Ibid.,
123
tetapi dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan berkeluarga yang harmonis.
Tentunya pembagian tugas tersebut harus berdasarkan kesepakatan bersama.
Pemberitaan seperti itulah dapat memengaruhi pemikiran seseorang.
Karena seorang da‟i ataupun tokoh yang ahli di bidangnya maupun media
Islam memiliki akses dalam kesempatan menyebarkan informasi yang
dianggapnya benar. Mereka dianggap memiliki kapasitas dalam pengetahuan
yang berhubungan dengan hukum Allah SWT maupun syariat Islam.
Sehingga tidak salah apabila beberapa pengguna akun Twitter menganggap
bahwa seharusnya umat muslim tidak terlalu memikirkan kesetaraan gender,
karena gagasan Feminisme maupun kesetaraan gender merupakan gagasan
traumatik atas perlakuan gereja terhadap perempuan. Sedangkan, Islam telah
lebih dulu mengangkat perempuan dan memberikan keadilan. Hal tersebut
pun sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ustadz Felix ketika melihat
sejarah dari munculnya Feminisme maupun tanggapannya mengenai
kesetaraan gender.
Selain itu, Ustadz Felix pun membaca buku Alan dan Barbara Pease yang
berjudul Mengapa Pria Tidak Bisa Mendengar dan Wanita Tidak Bisa
Membaca Peta, tentang penelitian perbedaan kelebihan perempuan dan laki-
laki. Sehingga Ustadz Felix mengasumsikan bahwa perbedaan tugas dan
kewajiban antara laki-laki dan perempuan disesuaikan dengan kondisi.
Pengetahuan Ustadz Felix juga berasal dari al-Quran dan Hadist, yang
membuat beliau yakin bahwa Islam memperlakukan perempuan dan laki-laki
secara adil. Oleh sebab itu, beliau menyatakan bahwa Islam tidak
memerlukan kesetaraan gender.
124
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menganalisis akun Twitter Ustadz
Felix Siauw pada kultwit Liberalis dibalik RUU KKG dan Why Fulltime
Mother? dengan menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk, maka
peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
1. Wacana kesetaraan gender dalam Islam pada akun Twitter Ustadz Felix
Siauw dilihat dari struktur teks ialah pesan yang disampaikan melalui
tweet-nya bahwa Ustadz Felix tidak menyetujui adanya kesetaraan
gender dalam Islam, dengan mengembangkan gagasan bahwa proses
kesetaraan gender bukan berasal dari Islam, dan Islam telah lebih dulu
mengangkat kesetaraan dalam persoalan asal penciptaan, derajat, hak
hidup, harta, dan kehidupan sosial. Hal ini ditunjukan dengan salah satu
tweet-nya “Islam memandang pria dan wanita berbeda secara gender,
namun mendapatkan akses yang sama terhadap kebahagiaan, yaitu ridha
Allah SWT.”204
Dalam pandangannya tentang gender dilihat dalam struktur teks, tweet
yang ditulis terdapat kesan yang tidak imbang antara laki-laki dan
perempuan dalam pengasuhan anak. Ini terlihat pada teks “hidup
memang perkara pilihan | dan Islam memerintahkan waktu ibu untuk
204
Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses
pada 12 januari 2017 dari http://chirpstory.com/li/6134.
125
anak-anaknya | urusan nafkah biar ayahnya.”205
Hal ini dikarenakan
lebih menonjolkan peran ibu dalam mengasuh anak, sedangkan peran
ayah hanya diperlihatkan untuk mencari nafkah saja. Padahal keduanya
sama-sama memiliki peran penting dalam mengasuh anak.
2. Wacana kesetaraan gender dalam Islam pada akun Twitter Ustadz
Felix Siauw dilihat dari segi kognisi sosial ialah Ustadz Felix melalui
akun Twitternya menyampaikan argumen atas ketidaksetujuannya
dengan kesetaraan gender dalam Islam, karena kesetaraan gender dapat
menyebabkan dampak yang buruk bagi umat Islam dan tidak sejalan
dengan ajaran Islam. Menurutnya, laki-laki dan perempuan berbeda,
tetapi ajaran Islam telah menunjukkan bahwa keduanya sama-sama
dimuliakan dan diperlakukan secara adil sesuai dengan kelebihannya
masing-masing. Meskipun demikian, Ustadz Felix tidak menerima istilah
kesetaraan gender tetapi mengakui bahwa Islam adalah agama yang
menjunjung kesetaraan dan keadilan.
3. Wacana kesetaraan gender dalam Islam dilihat dari konteks sosial yang
berkembang dalam masyarakat tidak menemui perbedaan dengan isi
tweetan atau apa yang dikatakan oleh Ustadz Felix Siauw yakni realitas
sosial yang memahami kesetaraan gender dalam Islam, bagi sebagian
orang mengasumsikan bahwa tidak ada kesetaraan gender dalam Islam.
Karena tanpa adanya kesetaraan gender, Islam telah lebih dulu
mengangkat derajat perempuan.
205
Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari
http://chirpstory.com/li/82452.
126
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dalam skripsi ini, peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
1. Untuk penelitian lanjutan, dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan
mengkaji lebih dalam dan dikaitkan dengan kegiatan dakwah melalui
sosial media, maupun pengkajian lebih dalam mengenai perubahan
pemahaman wacana kesetaraan gender dalam Islam.
2. Untuk pengguna media sosial, hasil penelitian ini bisa menjadi gambaran
mengenai media sosial yang bisa dijadikan sebagai sarana dakwah dan
kritik terhadap suatu persoalan tertentu, agar media sosial tidak hanya
menjadi tempat untuk urusan pribadi dan hiburan semata.
3. Untuk penggiat gender, konsep kesetaraan gender dalam Islam perlu
untuk terus disosialisasikan dan diajarkan baik di lingkungan perguruan
tinggi atau masyarakat umum.
4. Untuk program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, diharapkan
adanya pengembangan kurikulum jurusan yang memuat pembelajaran
mengenai gender dan media, ini menjadi penting untuk melahirkan para
jurnalis yang tidak bias gender dalam pemberitaan maupun karyanya.
127
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Ali. Welcome to Twitterland: Manfaatkan Twitter untuk Mengeruk Rezeki.
Bandung: Kaifa, 2012.
Albar, Muhammad Ali. Wanita Karir dalam Timbangan Islam: Kodrat
Kewanitaan, Emansipasi dan Pelecehan Seksual, Penerjemah Amir
Hamzah Fachruddin. Jakarta: Pustaka Azzam, 1998.
Aliyudin dan Enjang. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjajaran,
2009.
Nawawi, Imam An. Riyadhus Shalihin 1, Alih Bahasa Hasan A. Barakuan.
Semarang: Alina Press, 2001.
Azis, Moh. Ali. Ilmu Dakwah, cet ke-5. Jakarta: Kencana, 2016.
Badara, Aris. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana
Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemamahan. Bandung: Gema Risalah
Press Bandung, 1992.
Enterprise, Jubilee. Berburu Uang dengan Twitter. Jakarta: PT Elex Komputindo,
2009.
Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS
Group, 2001.
Fakih, Mansour dkk. Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif
Islam. Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
-------------------. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1987.
Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif.
Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
128
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, cet ke-1.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.
Hasim, Moh. E. Kamus Istilah Islam, Cet ke-1. Bandung: PUSTAKA, 2010.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Cet
ke-3. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Hidayati, Nurul “Analisis Wacana Makna Hijab Dalam Buku “Yuk, Berhijab”
Karya Felix Y. Siauw.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Husaini, Adian. Seputar Paham Kesetaraan Gender, Kerancuan, Kekeliruan, dan
Dampaknya. Depok: Adapi Press, 2012.
Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan Relasi Jender Menurut Tafsir Al-Sya‟rawi,
Jakarta: TERAJU, 2004.
--------------. Hak-Hak Perempuan: Tinjauan Umum Tentang Perempuan Dalam
Relasi Gender. Jakarta: TERAJU, 2004.
Kelompok Kerja Convention Watch. Hak Azasi Perempuan, Instrumen Hukum
Untuk Mewujudkan Keadilan Gender. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor,
2012.
Khan, Muhammad Shidiq Hasan. Ensiklopedia Hadis Sahih: Kumpulan Hadis
Tentang Wanita, Penerjemah Muhammad Arifin. Jakarta: Hikmah, 2009.
Ma‟mur, Jamal. Rezim Gender di NU. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Moeleong, Lexi J. ed. Metode Penelitian Kualitatif, cet ke-3. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991.
Mufid, Muhamad. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009.
129
Mulyawati, Sri ed. Relasi Suami Istri dalam Islam. Jakarta: Pusat Studi Wanita
(PSW) UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta, 2005.
Nasrullah, Ruli. Media Sosial (Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015.
---------------------. Komunikasi Antarbudaya: di Era Budaya Siber. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2012.
---------------------. Media Sosial: Prosedur, Tren, dan Etika. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2015.
Putra, Roy Chandra. Twitter Untuk Gaul dan Bisnis. Sulawesi: New Orchid, 2009.
Shihab, M. Quraish. Perempuan. Jakarta: Lentera Hati, 2005.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Subhan, Zaitunah. Al-Quran dan Perempuan, menuju kesetaraan gender dalam
penafsiran. Jakarta: Kencana, 2015.
Suralaga, Fadilah dkk. Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat Studi Wanita
(PSW) UIN Jakarta dengan McGill Project/IISEP.
Susilaningsih, dkk. Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi Islam. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan McGill-IAIN-ISEO.
Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI, Panduan Optimalisasi Media
Sosial Untuk Kementerian Perdagangan RI. Jakarta: Pusat Hubungan
Masyarakat, 2014.
Umar, Nasaruddin. Bias Jender Dalam Penafsiran Kitab Suci. Jakarta: Fikahati
Aneska, 2000.
130
-------------------------. Fikih Wanita Untuk Semua. Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2010.
------------------------. Kodrat Perempuan dalam Islam. Jakarta: Lembaga Kajian
Agama dan Gender, 1999.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.
Vredenbregt, Jacob. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia, 1978.
Wiranegara, Chibita. Twitter Yang Trendy dan Modern. Yogyakarta: Golden
Books, 2014.
Yanggo, Huzaimah T. Fikih Perempuan Kontemporer. Jakarta: Ghalia Indonesia,
2010.
JURNAL ONLINE:
“AILA Indonesia Soroti Tema Hari Ibu yang Terkesan Menekankan Kesetaraan
Gender.” Diakses pada 18 Agustus 2017 dari
https://m.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/12/22/108232/aila-
indonesia-soroti-tema-hari-ibuyang-terkesan-menekankan-kesetaraan-
gender.
“Felix Siauw Nilai Berdakwah di Twitter Cukup Efektif.” Diakses pada 18 Juni
2017 dari https://tempo.co/read/news/2013/08/15/219504621/felix-
siauw-nilai-berdakwah-di-Twitter-cukup-efektif pada 27 April 2017.
“Islam dan Kesesatan Paham Gender.” Diakses pada 19 agustus 2017 dari
http://m.hidayatullah.com/read/2012/06/22/2334/Islam-dan-kesesatan-
paham-gender.html.
“Kicauan Ustadz Felix Siauw Ramai di Twitter.” Diakses pada 12 Februari 2017
dari https://m.kaskus.co.id/thread/520b1e0bbe29a0c946000002/kicauan-
ustad-felix-siaw-ramai-di-
Twitter/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C5591854329.
131
“Masih Ada Kekerasan Pada Perempuan di Media.” Diakses pada 30 Mei 2017
dari https://ajiindonesia.or.id/read/berita/163/masih-ada-kekerasan-pada-
perempuan-di-media.html.
“Memahami Kesetaraan Gender Dalam Islam.” Diakses pada 27 maret 2017 dari
www.ummi-online.com/memahami-kesetaraan-gender-dalam-islam.html.
“Ormas Muslimah Sepakat Tetap Tolak RUU KKG.” diakses pada 18 Agustus
2017 dari http://m.hidayatullah.com/ berita/nasional/read/ 2014/ 09/11
/29264/ormas-muslimah-sepakat-tetap-tolak-ruu-kkg.html
“Profil Felix Yanwar Siauw dan Cerita Hidupnya,” Diakses pada 21 Agustus 2017
dari http://republikpos.com/2016/01/profil-felix-yanwar-siauw-dan-
cerita.
“Ruu Keseraaan Gender Bertentangan Dengan Syariat Islam.” Diakses pada 18
Agustus 2017 dari http://m.republika.co.id/berita/dunia-Islam/Islam-
nusantara/12/04/19/m2q761-ruu-kesetaraan-gender-bertentangan-
dengan-syariat-Islam.
Ajeng, Restitu “Mengupas Buku Sejarah Twitter Penuh Intrik.” Diakses pada 27
April 2017 dari http://tekno.kompas.com.
Hasyim, Zulfahani “Perempuan dan Feminisme dalam Perspektif Islam.”
MUWAZAH 4, no. 1 (Juli 2012): h. 71. Diakses pada 18 Januari 2017
dari: http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id
Husain, Adian. “RUU Kesetaraan Gender” Diakses pada 18 agustus 2017 dari
http://m.facebook.com/fansadianhusaini/posts/662142580553492
Kamus online, diakses pada 20 September 2017 dari http://www.apaarti.com
Maulana, Aqmal. “Twitter Rahasiakan Jumlah Pengguna di Indonesia.” Diakses
pada 27 April 2017 dari http://cnnindonesia.com/ .
Ramdhani, Jabbar. “Ulama Upayakan Pakai Media Sosial Sebagai Medium
Dakwah.” Diakses pada 27 April 2017 dari
132
http://detik.com/news/berita/d-3354863/ulama-upayakan-pakai-media-
sosial-sebagai-mediadakwah
Siauw, Felix “Aku dan Islam.” Diakses pada 19 April 2017 dari
http://felixsiauw.com/home/aku-dan-Islam/
------------------. “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG).”
Diakses pada 12 januari 2017 dari http://chirpstory.com/li/6134
------------------.“Why Fulltime Mother?” Diakses pada 12 januari 2017 dari
http://chirpstory.com/li/82452
Syafe‟i, Imam. “Subordinasi Perempuan dan Implikasinya Terhadap Rumah
Tangga.” ANALISIS: Jurnal Studi Keislaman, Volume 15, No. 1 (Juni
2015): h. 146. Diakses pada 9 Januari 2018 dari https://media.neliti.com
Syakur, Muh. Abdus. “Saatnya Galakkan Twitter for Dakwah.” Diakses pada 27
April 2017 dari http://hidayatullah.com.
133
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Surat Izin Wawancara
LAMPIRAN II
Surat Keterangan Wawancara dengan Ustadz Felix Siauw
LAMPIRAN III
Saat mewawancarai Ustadz Felix Siauw di AL-FATIH 1453 Islamic
Center, Jakarta Barat.
Foto bersama Ustadz Felix dan Istrinya (Ummu Alila, sebelah kanan
Ustadz Felix Siauw)
LAMPIRAN IV
Dokumentasi Kultwit Why Fulltime Mother?
LAMPIRAN V
Dokumentasi Kultwit Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG)
Respon followers yang setuju dengan tweet Ustadz Felix
Respon followers yang tidak setuju dengan tweet Ustadz Felix
Respon pengguna Twitter mengenai kesetaraan gender dalam Islam
Erick Yusuf (@erickyusuf)
Akmal Sjafril (@malakmalakmal)
Irena Handono (@ummi_irena) Henri Salahuddin (@henrisalahuddin)
Hafidz Ary (@hafidz_ary)
Respon ustadz, tokoh, maupun aktivis yang concern terhadap pembicaraan tentang Islam
di Twitter, dalam menanngapi kesetaraan gender dalam islam