ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM...

156
ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM PADA AKUN TWITTER USTADZ FELIX SIAUW (@FELIXSIAUW) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Dira Rohmatun NIM: 1113051000126 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2017 M

Transcript of ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM...

Page 1: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN

GENDER DALAM ISLAM PADA AKUN TWITTER

USTADZ FELIX SIAUW (@FELIXSIAUW)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Dira Rohmatun

NIM: 1113051000126

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H / 2017 M

Page 2: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi
Page 3: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi
Page 4: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi
Page 5: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

iv

ABSTRAK

DIRA ROHMATUN

ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM

PADA AKUN TWITTER USTADZ FELIX SIAUW (@FELIXSIAUW)

Ustadz Felix menuliskan dakwah di akun Twitternya mengenai kesetaraan

gender dalam pandangan Islam. Ia menuliskan pandangan yang berbeda mengenai

kesetaraan gender dan bahkan tidak menyetujui adanya kesetaraan gender dalam

Islam. Di satu sisi, kesetaraan gender ini diasumsikan sebagai hal yang penting

agar perempuan tidak merasa didiskriminasi. Tentunya, Hal ini menarik perhatian

penulis untuk menganalisis teks di dalamnya maupun pemahaman Ustadz Felix

mengenai kesetaraan gender dalam Islam. Berdasarkan hal tersebut, maka

masalah penelitian adalah bagaimanakah wacana kesetaraan gender dalam Islam

dilihat dari struktur teks? Bagaimana kognisi sosial penulis dalam memahami

persoalan tersebut? Konteks sosial apa yang berkembang di masyarakat mengenai

kesetaraan gender dalam Islam?

Untuk menganalisis penelitian ini, maka skripsi ini didasarkan pada teori

analisis wacana yang dikembangkan oleh Teun A. Van Dijk. Analisis wacana

dengan tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Dimensi teks

merupakan susunan struktur teks, baik itu kata, kalimat atau paragraf. Dimensi

kognisi sosial merupakan pandangan, pemahaman serta kesadaran mental

pembuat teks, sedangkan konteks sosial merupakan pengetahuan mengenai situasi

yang berkembang di masyarakat berkenaan atas suatu wacana.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Paradigma yang

digunakan adalah kritis. Subjek pada skripsi ini yaitu Ustadz Felix Siauw dan

objek penelitian ini adalah tweet wacana kesetaraan gender dalam Islam yang

berjudul “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender” dan Why

Fulltime Mother? Analisis yang digunakan ialah analisis wacana Teun A. Van

Dijk.

Hasil penelitian ini menunjukan berdasarkan analisis teks, tweet yang ditulis

Ustadz Felix menjelaskan bahwa proses kesetaraan gender bukan berasal dari

Islam. Dalam Islam perempuan dan laki-laki berbeda tetapi diperlakukan secara

adil dan setara mendapatkan ridha Allah SWT. Secara dimensi kognisi sosial,

Ustadz Felix melihat persoalan kesetaraan gender bukan sebagai solusi untuk

umat Islam, karena dapat menyebabkan dampak buruk terutama bagi perempuan.

Kesetaraan gender pun dinilai tidak sesuai dengan ajaran Islam. Selanjutnya

dilihat pada konteks sosial, persoalan kesetaraan gender dalam Islam yang

berkembang di masyarakat sejalan dengan Ustadz Felix, bahwa kesetaraan gender

sebagai sesuatu yang kurang diperlukan. Karena pada dasarnya, Islam telah lebih

dulu memberikan keadilan kepada perempuan dan laki-laki.

Katakunci: Analisis Wacana, Perempuan, Twitter, Kesetaraan Gender, dan

Islam.

Page 6: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada

Allah Subhanahu wa Ta‟ala atas nikmat dan karunia-Nya yang senantiasa

dicurahkan sampai detik ini. Rasa syukur yang tak akan pernah cukup kepada-Mu,

yang telah memberikan jalan kemudahan dalam tantangan yang menghampiri

penulis untuk menyelesaikan kewajiban dan tanggung jawab semasa kuliah ini.

Shalawat serta salam, tak lupa juga penulis junjungkan kepada Nabi besar

Muhammad Shallallahu alayhi wa‟sallam yang telah membawa negeri ini dari

zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Semoga penulis dapat

mengikuti suri tauladan mu dalam menjalani kehidupan.

Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan skripsi ini. Begitu banyak kesan

dan manfaat yang dirasakan oleh penulis selama mengerjakan skripsi ini.

Terimakasih yang terdalam saya persembahkan kepada semua pihak yang telah

membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa uluran bantuan

dan dukungan kalian, sangat sulit rasanya bagi saya untuk menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Penulis secara khusus mengucapkan terimakasih kepada kedua

orang tua penulis, yaitu Bapak H. Kadir dan Ibu Disah yang telah memberikan

semangat dan kasih sayang yang tak kunjung henti. Selanjutnya penulis ucapakan

rasa terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief

Subhan, MA, Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan II Bidang

Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Page 7: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

vi

sekaligus Dosen Pembimbing Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, MA.

Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Dr. Suhaemi, M.Si.

2. Drs. Masran, MA, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam, Fita Fathurokhmah, M.Si, sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi

dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing, mengarahkan, dan menyemangati penulis dengan sabar

untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih untuk

semuanya.

4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi. Terimakasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.

5. Ustadz Felix Siauw, selaku narasumber yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk membantu penulis dalam melengkapi skripsi ini.

Terimakasih banyak atas sharing ilmunya ustadz.

6. Kak Dwita Apriliani, penulis skripsi Analisis Narasi Larangan Pacaran

dalam Agama Islam pada Buku Udah, Putusin Aja, yang telah

membantu penulis dalam menghubungi narasumber.

7. Teman-teman KPI C 2013 yang bukan hanya menjadi tempat berbagi

dan belajar, namun sebuah keluarga yang memberikan kenyamanan.

Terimakasih untuk kebersamaan selama empat tahun ini. Semoga

silaturahim kita kedepannya tetap terjaga.

Page 8: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

vii

8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu menyemangati dan menemani

keluh kesah penulis hingga skripsi ini selesai khususnya Rusnawati

Sani, Lianti Meida, Nur Asiah Aisyah Zaldi.

9. Komunitas DNK TV, terutama General Manager Dedi Fahrudin,

M.Ikom dan teman-teman DNK TV angkatan empat yang telah

memberikan pembelajaran dan pengalaman yang luar biasa semasa

kuliah.

Akhirnya penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan memberikan kelancaran kepada penulis. Semoga

Allah SWT menambah karuani-Nya kepada kita semua. Mohon maaf atas segala

kekhilafan baik yang sengaja atau tidak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

untuk para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Amin Ya Rabbal Alamiin

Page 9: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

E. Metodologi Penelitian .......................................................................... 8

F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 15

G. Pedoman Penulisan ............................................................................ 16

H. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 16

I. Sistematika Penulisan......................................................................... 18

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 19

A. Pengertian Gender .............................................................................. 19

B. Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan .................................... 20

C. Kesetaraan dan Keadilan Gender ....................................................... 24

D. Kesetaraan dan Keadilan dalam Islam ............................................... 26

E. Wacana Dalam Media Sosial ............................................................. 32

1. Pengertian Media Sosial ............................................................. 33

2. Twitter ........................................................................................ 35

Page 10: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

ix

3. Twitter Sebagai Media Dakwah ................................................. 39

F. Analisis Wacana Kritis ....................................................................... 41

1. Pengertian Analisis Wacana Kritis ............................................. 41

2. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ........................................... 42

BAB III GAMBARAN UMUM...................................................................... 53

A. Riwayat Hidup Ustadz Felix Siauw ................................................... 53

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN ................................... 58

A. Analisis Wacana Judul 1 “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan

Keadilan Gender (KKG)” .................................................................. 58

B. Analisis Wacana Judul 2 “Why Fulltime Mother?” ........................... 83

C. Kognisi Sosial .................................................................................. 104

D. Konteks Sosial .................................................................................. 115

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 124

A. Kesimpulan ...................................................................................... 124

B. Saran................................................................................................. 126

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 127

LAMPIRAN ....................................................................................................... 133

Page 11: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Struktur Teks Wacana Teun A. Van Dijk ........................................... 44

Tabel 4.1: Struktur Tematik ke-1 Tweet Liberalis Dibalik RUU Kesetaraan dan

Keadilan Gender (KKG) .................................................................... 60

Tabel 4.2: Tematik ke-2 Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan

Gender (KKG) .................................................................................... 62

Tabel 4.3: Tematik ke-3 Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan

Gender (KKG) .................................................................................... 66

Tabel 4.4: Skematik Judul Liberalik dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan

Gender.................................................................................................66

Tabel 4.5: Elemen Retoris Pada Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan

Keadilan gender (KKG) ..................................................................... 82

Tabel 4.6: Tematik ke-1 Tweet Why Fulltime Mother? ....................................... 86

Tabel 4.7: Tematik ke-2 Tweet Why Fulltime Mother? ....................................... 87

Tabel 4.8: Tematik ke-3 Tweet Why Fulltime Mother? ....................................... 90

Tabel 4.9: Tematik ke-4 Tweet Why Fulltime Mother? ....................................... 91

Tabel 4.10: Skematik Judul Why Fulltime

Mother?...............................................................................................92

Tabel 4.11: Elemen Retoris pada Tweet Why Fulltime

Mother?.............................................................................................103

3

Page 12: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk......................................43

Gambar 4.1 Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan

Gender...............................................................................................61

Gambar 4.2 Detail Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan

Gender...............................................................................................74

Gambar 4.3 Tweet Why Fulltime

Mother?.............................................................................................75

Gambar 4.4 Detail Tweet Why Fulltime

Mother?.............................................................................................98

Gambar 4.5 Tweetan Netizen di Twitter .......................................................... 1166

Gambar 4.6 Tweetan Netizen di Twitter ............................................................ 117

Page 13: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

xii

DAFTAR ISTILAH

1. Chirpstory adalah situs yang digunakan untuk merangkum dan

mendokumentasikan sebuah kultwit (kumpulan tweet yang membahas topik

tertentu).

2. Ghazwul Fikri: serbuan pemikiran, serangan intelektual. Bentuk penyerangan untuk

menjauhkan muslim dari ajaran Islam melalui pikiran, ide, tulisan, argumentasi, dan

propaganda

3. Kultwit: kepanjangan dari kuliah Twitter, rentetan tweet tentang sebuah topik.

4. Netizen: sebutan untuk pengguna internet.

5. Nusyuz: perilaku seorang istri yang meninggalkan kewajiban bersuami istri.

Nusyuz dari pihak istri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya,

melakukan hal-hal yang dilarang Islam.

6. RUU KKG: Rancangan Undang-undang Kesetaraan dan Keadilan Gender.

7. Selebtwit: Sebutan untuk seseorang yang populer di media sosial Twitter

dengan ribuan bahkan jutaan followers.

8. Taklif hukum: hukum syara‟ atau khithab syar‟i yang membebani mukalaf

(orang yang sudah baligh), berupa perintah, anjuran, atau larangan, dengan

ketentuan hukum wajib, sunah, mubah, haram, dan makruh.

9. Madrasatul Ulla: Sekolah utama dan pertama.

Page 14: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gender menjadi topik yang kontroversial, karena banyak orang yang

menyalahartikan pemahaman antara perbedaan peran gender dan perbedaan jenis

kelamin. Kesalahan ini berimbas terhadap hubungan gender dan pengembangan

taraf hidup yang timpang antara laki-laki dan perempuan.1 Ketimpangan tersebut

dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi sosial yang

melekat dalam masyarakat, namun diperlakukan secara tidak adil. Salah satunya

ungkapan bahwa perempuan dikenal lemah lembut, emosional, keibuan dianggap

cocok untuk memiliki peran domestik. Sedangkan laki-laki dianggap kuat,

rasional, jantan, dan perkasa memiliki peran di publik.2 Hal tersebutlah dianggap

sebagai suatu ketimpangan yang menyebabkan perempuan tidak dapat memegang

urusan di luar rumah tangga. Dari ketimpangan tersebut, kaum perempuan

menuntut akan kesetaraan gender agar memiliki akses yang sama seperti laki-laki.

Selain itu,terdapat juga tudingan dari orang Barat yang menganggap Islam

diskriminasi terhadap kaum perempuan, sehingga perempuan tidak memiliki hak

dan kewajiban yang sama dengan kaum laki-laki. Perempuan tidak bisa

menentukan jalan hidupnya alias harus nurut pada kaum laki-laki. Tudingan itu

juga yang mendasari bahwa kaum perempuan harus dibebaskan dari belenggu

candu agama sehingga membutuhkan kesetaraan gender, padahal dalam Islam

1 Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan, Menuju Kesetaraan Gender dalam

Penafsiran, 2015, h. 2. 2 Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW)

dengan McGill Project/ IISEP, 2003), h. 54-59.

Page 15: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

2

perempuan dan laki-laki tidak dibedakan dalam menerima hak dan menunaikan

kewajiban.3 Sebagaimana menurut Zulfahani Hasyim, bahwa:

“Kesetaraan gender muncul karena adanya sebuah gerakan feminisme.

Istilah feminisme lahir dari barat, feminisme muncul sebagai bentuk filsafat

dan gerakan sosial yang menentang dominasi pria diberbagai bidang

kehidupan, yang lama-kelamaan dominasi ini mengarah pada sebuah

penindasan dan inferiorisasi wanita. Wanita dianggap sebagai manusia kelas

dua yang tidak punya hak, andil, dan peran di masyarakat. Mereka hanya

dibebani kewajiban-kewajiban rumah tangga dan pengasuhan anak.”4

Maka dari itu, gerakan Feminisme santer dengan kesetaraan gender agar

perempuan dapat mendapatkan akses seperti laki-laki dalam bidang apapun dan

tidak hanya terbebani oleh urusan keluarga saja, serta tidak lagi mendapatkan

perlakuan diskriminasi.

Tidak hanya di Barat saja, gerakan Feminisme juga muncul dikalangan

muslim yang dikenal dengan Feminisme Islam. Kemunculan Feminisme Islam

dikarenakan para tokohnya merasa terdapat pandangan negatif terhadap

perempuan, atau rasa ketidakadilan yang ditemukan dalam literatur keagamaan

dan dalam kehidupan masyarakat muslim. Persoalan yang dipermasalahkan oleh

Feminisme Islam adalah persoalan hak waris, izin memukul istri, dan kewajiban

nafkah hanya atas suami.”5

Isu gender di Indonesia pun menjadi salah satu topik yang diminati hingga

kini, khususnya pada aktivis perempuan yang membela bahwa kesetaraan gender

harus diperhatikan. Upaya kesetaraan gender ini mulai berlangsung melalui

pemberdayaan terhadap kaum perempuan yang dilakukan melalui pelatihan-

pelatihan maupun seminar tentang gender. Bahkan bermunculan perlindungan

3 “Memahami Kesetaraan Gender Dalam Islam,” diakses pada senin 27 maret 2017 dari

www.ummi-online.com/memahami-kesetaraan-gender-dalam-islam.html 4 Zulfahani Hasyim, “Perempuan dan Feminisme dalam Perspektuf Islam,” MUWAZAH 4,

no. 1 (Juli 2012): h. 71. Diakses pada 18 Januari 2017 dari: http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id. 5 M. Quraish Shihab, Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 283-285.

Page 16: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

3

untuk wanita dari pelecehan maupun kekerasan, salah satunya beberapa tahun

silam muncul Rancangan Undang-undang Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU

KKG) yang dalam perundingan untuk disahkkan menjadi sebuah undang-undang.

Topik mengenai kesetaraan gender ini tidak hanya eksis dikalangan aktivis

perempuan yang mendukungnya, namun isu gender juga ramai diperbincangkan

dari berbagai kalangan. Perbincangan tersebut dengan mudah dapat ditemui dalam

berbagai tulisan yang dipublish di internet. Internet dianggap sebagai suatu

komunikasi yang lebih sederhana dan mudah dijangkau ketimbang komunikasi

tatap muka.6 Salah satu hasil dari adanya internet yaitu media sosial. Kehadiran

internet dan media sosial memberikan keleluasaan bagi khalayak untuk ikut dalam

berpartisipasi menyebarkan informasi.7 Melalui media sosial, netizen

8 dapat

dengan mudah dan leluasa untuk menuliskan apa yang ia pikirkan.

Di ruang media sosial ini, banyak ditemukannya pendapat mengenai

kesetaraan gender. Berbagai kalangan ustadz selebtwit9, tokoh-tokoh yang

concern menggeluti pemikiran Islam, maupun netizen juga membicarakan

kesetaraan gender. Terutama jika kesetaraan gender tersebut dihubungkan dalam

Islam. Hasil dari penulusuran peneliti dalam media sosial Twitter, terdapat enam

akun yang meliputi ustadz selebtwit dan tokoh maupun aktivis Islam, yang turut

ikut memperbincangkan kesetaraan gender di akun media sosialnya. Perbincangan

tersebut terlihat mulai hangat dibicarakan setelah terdapat usulan mengenai RUU

6 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya: Di Era Budaya Siber (Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group, 2012), h. 60. 7 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Prosedur, Tren, dan Etika (Bandung: Simbiosa Rekatama

Media, 2015), h. 1. 8 Netizen merupakan sebutan untuk pengguna internet (Kamus online).

9 Sebutan untuk seseorang yang populer di media sosial Twitter dengan ribuan bahkan jutaan

followers (Kamus online).

Page 17: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

4

Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) yang akan disahkan menjadi Undang-

undang.

Fenomena kesetaraan gender ini dianggap sebagai sesuatu yang bertentangan

dengan peran dan kedudukan perempuan dalam Islam. Kesetaraan gender

dianggap sebagai suatu produk yang menghancurkan keluarga muslim. Karena

perempuan dibebaskan untuk tampil di publik dan bekerja ketika sudah menikah.

Sehingga hal tersebut dapat berakibat melalaikan kewajiban sebagai seorang istri

yang berujung dapat mengorbankan keluarganya.

Salah satu ustadz yang membicarakan kesetaraan gender di akun Twitternya

yaitu Ustadz Felix Siauw. Beliau merupakan seorang Islamic Inspirator yang

memutuskan untuk menjadi mualaf 14 tahun yang lalu. Dalam akun Twitternya

@Felixsiauw, beliau aktif menyampaikan pesan dakwah dan pemikiran Islamnya.

Ustadz Felix seringkali mengangkat tema dakwah yang berhubungan dengan anak

muda, terlebih lagi kaum perempuan. Perbincangan mengenai peran maupun

kedudukan kaum perempuan hampir tidak pernah absen dalam kicauannya,

termasuk kesetaraan gender dalam pandangan Islam tersebut.

Menanggapi kesetaraan gender dalam Islam, ustadz yang memiliki 1,9 jutaan

menuliskan kultwitnya dalam dua judul yang berbeda, yaitu “Why Fulltime

Mother?” dan “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG)”.

Dalam kultwitnya, Ustadz Felix menolak adanya kesetaraan gender dalam Islam.

Dalam kultwit berjudul “Why Full Time Mother?” yang ditulis pada Mei 2013

kemudian ditweet ulang pada Januari 2016 ini, Ustadz Felix menuliskan

kekhawatirannya dengan perempuan yang lebih banyak menghabiskan waktunya

untuk bekerja dibandingkan mengurus keluarga hanya untuk mengejar

Page 18: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

5

kebahagiaan materi. Pasalnya, jika seorang ibu menggunakan lebih banyak waktu

untuk bekerja, maka mereka memiliki waktu yang tidak banyak untuk mendidik

anak-anaknya. Padahal menurut penulis, untuk persoalan mendidik dan mengurus

anak, bukan hanya tugas seorang ibu, namun peran ayah juga sangat dibutuhkan.

Dalam kicaunnya juga terdapat kritikan mengenai Feminisme yang dianggap

mengejar materi sebagai standar sukses.

Selain menuliskan kultwit mengenai ibu rumah tangga yang bekerja, Ustadz

Felix Siauw juga mengkritisi hadirnya RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

(KKG). Kicauan tersebut berjudul “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan Gender”

pada bulan April 2012. Dalam kultwit ini, Ustadz Felix menolak keberadaam

RUU KKG apabila disahkan menjadi Undang-undang, seperti pada salah satu isi

tweettan tersebut yaitu “Dengan UU KKG ini, kaum liberalis mencoba

meliberalkan perempuan dari hukum Allah, mensekulerisasi perempuan muslim,

atas nama #gender”.10

Dalam pernyataan tersebut, Ustadz Felix menggambarkan

apabila RUU tersebut disahkan, maka akan membebaskan perempuan dari

hukum-hukum Islam yang telah ditentukan Allah SWT. Padahal apabila dilihat

dalam sisi lainnya, kehadiran RUU KKG ini tentunya dapat melindungi

perempuan dari perbuatan yang tidak menyenangkan.

Dalam kultwit ini Ustadz Felix sangat menolak adanya kesetaraan gender

dalam Islam. Ini terlihat pada teks “Maka dalam Islam, perempuan bisa sama

bahagia dengan laki-laki, tak perlu isu kesetaraan #gender yang menyesatkan,”

10

Felix Siauw “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan Gender,” diakses pada Selasa 17 Januari

2017 dari http://chirpstory.com

Page 19: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

6

dan “Islam memuliakan wanita, tak ada yang lebih memuliakan wanita selain

aturan Islam, yakin deh | yang lain kayak kesetaraan #gender merusak aja.”11

Kedua tweetan Ustadz Felix mengenai “Why Full Time Mother?” dan

“Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender”, menampilkan

pemahaman dan pesan-pesan melalui dakwah yang disampaikan oleh Ustadz

Felix dalam akun Twitternya mengenai kesetaraan gender dalam Islam dan

membangun suatu pemahaman mengenai wanita karir dalam rumah tangga kepada

followers-nya. Hal ini menarik diteliti dengan adanya tata bahasa yang digunakan

di dalamnya, untuk mengetahui bagaimana proses penyampaian pesan dalam

kultwit tersebut mengenai kesetaraan yang ada pada Islam dalam memperlakukan

perempuan dan laki-laki apabila tidak terdapat kesetaraan gender, dan apa yang

mendasari Ustadz Felix tidak menyetujui adanya kesetaraan gender dalam Islam.

Dari latar belakang ini, maka disusunlah skripsi ini dengan judul Analisis

Wacana Kritis Kesetaraan Gender dalam Islam Pada Akun Twitter Ustadz

Felix Siauw (@Felixsiauw).

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk mempermudah penulisan dalam skripsi ini, maka perlu bagi

penulis untuk membatasi pembahasan pada penelitian ini. Penulis hanya

akan menganalisis wacana dua judul pada tweetan yang pernah ditulis

oleh Ustadz Felix Siauw melalui akun Twitternya yaitu “Why Full Time

Mother?” pada bulan Mei 2013 kemudian di tweet ulang pada Januari

2016 dan “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan Gender” pada bulan April

11

Felix Siauw “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan Gender,” diakses pada Selasa 17 Januari

2017 dari http://chirpstory.com

Page 20: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

7

2012 yang terangkung dalam Chirpstory12

. Hal ini dikarenakan pada

tahun-tahun tersebut, pembahasan mengenai kesetaraan gender di media

sosial sedang hangat dibicarakan karena munculnya RUU Kesetaraan dan

Keadilan Gender (KKG) yang ingin disahkan menjadi Undang-undang.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Bagaimana wacana kesetaraan gender dalam Islam pada akun

Twitter Ustadz Felix Siauw dilihat dari struktur teks?

b) Bagaimana wacana kesetaraan gender dalam Islam pada akun

Twitter Ustadz Felix Siauw dilihat dari segi kognisi sosial?

c) Bagaimana wacana kesetaraan gender dalam Islam dilihat dari

konteks sosial yang berkembang di masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

dan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui wacana yang dibangun oleh Ustadz Felix Siauw

mengenai kesetaraan gender dalam Islam dilihat dari analisis struktur

teks.

2. Untuk mengetahui kognisi sosial penulis mengenai wacana kesetaraan

gender dalam Islam yang ditulis melalui akun Twitternya @felixsiauw.

3. Untuk mengetahui konteks sosial yang berkembang di masyarakat

seputar kesetaraan gender dalam Islam.

12

Chirpstory adalah situs yang digunakan untuk merangkum dan mendokumentasikan sebuah

kultwit (kumpulan tweet yang membahas topik tertentu).

Page 21: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

8

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai

pemanfaatan media sosial, terutama Twitter dalam berbagai kegiatan

termasuk berdakwah. Juga menambah pengetahuan bagi muslimah

mengenai kesetaraan gender dalam pandangan Islam, sehingga dapat

menyikapi kesetaraan gender tanpa menghilangkan nilai Islam dan

melupakan kodrat yang sesungguhnya sebagai perempuan muslimah.

2. Manfaat akademis

penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam meneliti kajian

media khususnya sebuah dakwah atau pemikiran Islam di media sosial

Twitter dan makna kesetaraan gender dalam Islam.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah kritis. Analisis

wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang

terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak

dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas

sesuai dengan pikiran-pikirannya, karena sangat berhubungan dan

dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.13

Bahasa di sini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di

luar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai

13

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS, 2001), h. 6.

Page 22: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

9

representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema

wacana tertentu maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu,

analisis wacana digunakan untuk membongkar kuasa yang ada dalam

setiap proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi

wacana, perspektif yang mesti dipakai, dan topik apa yang dibicarakan.14

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sifat

penelitian deskriptif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah

penelitian yang menyajikan hasil analisis dengan menampilkan data

dalam bentuk kata dan tidak menggunakan data statik atau cara

kauntitatif lainnya. M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur

mengungkapkan tujuan dalam penelitian kualitatif yaitu “Pertama,

menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore); kedua,

menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Kebanyakan

penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan penjelasan.”15

Lexy Moeleong berpendapat, Bogdan dan Tylor mengartikan

deskriptif kualitatif sebagai “Metode yang digunakan untuk menganalisis

data dengan mendeskripsikan dan melalui bentuk kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.”16

Pendekatan

14

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS, 2001), h. 6 15

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Yogjakarta: Ar-

Ruzz Media, 2012), h. 29. 16

Lexi J. Moeleong, ed., Metode Penelitian Kualitatif, cet ke-3. (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1991), h. 3

Page 23: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

10

kualitatif lebih berusaha menafsirkan dan memahami makna dari suatu

peristiwa dalam kondisi tertentu dengan pandangan dari peneliti sendiri.17

Peneliti memilih pendekatan secara kualitatif karena metode ini tidak

menguji teori melainkan digunakan untuk memperoleh pemahaman

makna melalui salah satu tekniknya yaitu wawancara yang dipandang

sebagai hasil dari pikiran dan perasaan responden. Hubungan peneliti

dengan responden dilakukan secara interaktif agar memperoleh makna

yang diangkat dalam penelitian. Sehingga peneliti dapat belajar kepada

responden melalui jawaban-jawaban yang diberikan.

3. Metode penelitian

Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan analisis wacana

kritis yang dikemukakan oleh Teun A. Van Dijk. Dalam analisis wacana

model Van Dijk, penelitian wacana tidak cukup didasarkan pada analisis

teks semata, karena teks hanya dari suatu praktik produksi yang harus

diamati dan dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi.18

Eriyanto

dalam bukunya berpendapat bahwa:

“Kelebihan dalam metode model Van Dijk ini tidak hanya

mengeksklusi modelnya semata-mata dengan analisis teks semata

saja, tetapi juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan

kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana

kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh

terhadap teks tertentu. Wacana Van Dijk memiliki tiga dimensi yaitu

teks, kognisi sosial dan konteks sosial.”19

Peneliti menggunakan analisis wacana Van Dijk dikarenakan model

Van Dijk mengelaborasi ketiga elemen yaitu teks, kognisi, maupun

17

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2003), h. 81. 18

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS Group,

2001), h. 221. 19

Ibid., h. 224.

Page 24: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

11

konteks sosial. Peneliti ingin melihat bagaimana teks diproduksi dan ada

makna apa yang ingin disampaikan oleh pembuat teks. Serta mengetahui

bagaimana kognisi pembuat teks dalam memahami wacana yang

ditulisnya lalu dituangkan dalam teks dan terdapat maksud tertentu apa

yang disampaikan dalam teksnya. Selain itu, juga melihat bagaimana

wacana yang berkembang di masyarakat dalam bermedia sosial

mengenai tema yang diangkat oleh pembuat teks tersebut. Melalui

konteks ini, dapat terlihat apakah pembuat teks membuat fakta baru yang

berlawanan dengan masyarakat ataukah sesuai dengan kognisi yang ada

dalam pikiran pembuatan teks dan pada akhirnya sesuai dengan dengan

teks yang dihasilkan.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Ustadz Felix Siauw selaku

pemilik akun Twitter @Felixsiauw. Sedangkan objek dalam penelitian ini

adalah tweet wacana kesetaraan gender dalam Islam yang ditulis oleh

Ustadz Felix melalui akun Twitternya. Terdapat dua judul yaitu “Why

Full-Time Mother?” dan “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan Gender”.

Tweet yang akan dianalisis adalah tweet pada bulan May 2013 kemudian

di tweet ulang pada Januari 2016 dan April 2012. Ketertarikan peneliti

mengangkat tweet Ustadz Felix tentang kesetaraan gender dalam Islam

karena topik yang diangkat dibahas secara mendalam dengan pemilihan

kosakata yang mudah dicerna.

Page 25: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

12

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mewawancarai Ustadz Felix Siauw, selaku da‟i dan

pemilik akun Twitter @Felixsiauw. Kegiatan proses wawancara ini

dimulai pada bulan Februari hingga Juli 2017 bertempatan di AL-FATIH

1453 Islamic Center, yang berada di daerah Ruko Daan Mogot Baru,

Jalan Tampak Siring Timur, Kalideres, DKI Jakarta, 11840.

6. Teknik Pengumpulan Data

a) Observasi

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi,

observasi dari bahasa latin yang berarti memerhatikan dan

mengikuti. Memerhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati

dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju.20

Dengan

observasi, dimaksudkan pengumpulan data secara selektif. Tentu

saja data-data yang dikumpulkan selanjutnya dikelompokan

berhubungan erat dengan frame of reference dari seorang peneliti.21

Observasi yang dilakukan dengan cara menganalisis dalam

kultwit (kuliah twit) “Liberalis Dibalik RUU Kesetaraan dan

Keadilan Gender (KKG)” dan “Why Fulltime Mother?,” yang ditulis

oleh Ustadz Felix Siauw dalam akun Twitternya @Felixsiauw.

Kemudian dilakukan pengamatan analisis terhadap isi makna pesan

yang terkandung di dalam kedua tweet. Pengolahan data akan

disesuaikan dengan kerangka analisis wacana model Teun A. Van

20

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, cet ke-3.

(Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 131. 21

Jacob Vredenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1978),

h. 55.

Page 26: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

13

Dijk, yaitu menganalisis wacana kesetaraan gender dalam Islam

dilihat dari analisis struktur teks, kognisi, maupun konteks sosial.

Selain itu, juga mengobservasi respon dari followers Ustadz Felix

dalam membalas tweetan tersebut dan observasi teks pada tweetan

netizen di media sosial Twitter mengenai kesetaraan gender dalam

Islam untuk analisis konteks sosial.

a) Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah tanya jawab lisan antara dua

orang atau lebih secara langsung. Dalam penelitian ini, wawancara

berguna untuk mendapatkan data utama yang bertujuan melengkapi

penelitian juga memperkuat data yang ditemukan dalam teknik

pengumpulan lainnya.22

Penulis menggunakan teknik wawancara

mendalam untuk memahami persepsi, perasaan, dan pengetahuan

orang-orang akan suatu topik tertentu.

Wawancara mendalam atau yang disebut wawancara tidak

terstruktur lebih mirip dengan percakapan informal. Teknik ini

bertujuan untuk memperoleh semua informasi dari informan,

sehingga informan dianggap sebagai subjek yang aktif

mengkonstruksi dunia kognitifnya.23

Wawancara dalam penelitian

ini dilakukan sebagai pendukung untuk analisis teks, kognisi sosial

dan konteks sosial. Dalam hal ini penulis bertanya secara langsung

22

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi

Aksara,2008), h. 58. 23

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Yogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2012), h. 175 dan 177.

Page 27: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

14

kepada Ustadz Felix Siauw untuk mendapatkan informasi yang

berkaitan dengan keperluan data penelitian.

b) Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen yang

mendukung penelitian.24

Dokumentasi yang dilakukan dengan cara

mencari data berupa jurnal, tulisan ataupun arsip, dan sebagainya

yang berkaitan dengan penelitian tentang subjek yang akan diteliti.

Selain itu ada juga data yang bersumber dari artikel-artikel di

internet yang merujuk pada penelitian.

7. Sumber Data

Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data yaitu:

1. Data primer, yaitu data mengenai wacana kesetaraan gender dalam

Islam yang ditulis oleh Ustadz Felix Siauw dalam akun Twitternya.

Data berupa tweet yang berjudul “Liberalis Dibalik RUU Kesetaraan

dan Keadilan Gender (KKG)” dan “Why Fulltime Mother?.” Selain

itu, data yang diperoleh dari hasil observasi teks di media sosial

Twitter yang ditulis oleh netizen dan data yang diperoleh langsung

oleh responden melalui wawancara.

2. Data sekunder, data yang diperoleh dari buku-buku, catatan-catatan

atau dokumen lain yang berkaitan dengan masalah objek yang ingin

diteliti.

24

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008), h. 73.

Page 28: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

15

8. Triangulasi

Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh Denzie dengan

menggunakan istilah dari dunia navigasi dan militer yang merujuk pada

penggabungan berbagai metode tertentu. Keandalan dan kesahihan data

dijamin dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber

tertentu dengan data yang didapatkan dari sumber lain.25

Triangulasi di

sini untuk melihat hasil keabsahan hasil wawancara dengan melihat pada

teori yang digunakan dalam penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah semua data dan informasi yang sesuai

dengan permasalahan penelitian terkumpul, selanjutnya penulis melakukan

analisis terhadap data dan informasi tersebut. Penulis akan menganalisis data

dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan analisis wacana kritis

menurut Teun A. Van Dijk untuk menjawab perumusan masalah dalam

penelitian. Inti dari analisis wacana Van Dijk mengelompokkan ketiga

dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dimensi tersebut

yaitu dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Wacana dalam tweetan Ustadz Felix Siauw di dalam akun Twitternya

@Felixsiauw yang berjudul “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan

Gender” dan “Why Full Time Mother?” meliputi konteks sosial, kognisi

sosial, dan struktur teks. Menganalisis teks yang terdiri dari struktur makro,

hal yang diamati terdiri dari analisis berdasarkan tema atau topik yang

terdapat dalam kedua tweetan tersebut. Kemudian menganalisis superstruktur

25

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, cet ke-1 (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2013), h. 217-218.

Page 29: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

16

yang mencakup alur cerita yang ada dalam tweetan tersebut. Terakhir adalah

struktur mikro yang mencakup semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris yang

terdapat dalam tweetan tersebut di akun Ustadz Felix Siauw.

Kemudian, penulis akan menganalisis hasil wawancara dengan Ustadz

Felix Siauw untuk mendapatkan jawaban kognisi sosial, konteks sosial dan

analisis teks dari kedua tweetan tersebut untuk mempelajari proses produksi

teks. Peneliti juga akan menganalisis melalui balasan tweet atau respon dari

followers Ustadz Felix Siauw maupun tanggapan pengguna Twitter lainnya

mengenai kesetaraan gender dalam Islam, yang dilihat dalam tweet yang

ditulis oleh setiap pengguna. Peneliti juga mencari pemberitaan yang

berhubungan dengan kesetaraan gender dalam Islam untuk mempelajari

wacana kesetaraan gender dalam Islam yang berkembang dalam masyarakat.

Setelah data dikelompokan atau diklasifikasikan berdasarkan kerangka teori,

selanjutnya data yang terkumpul dianalisis untuk memperoleh jawaban dari

rumusan masalah.

G. Pedoman Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada Buku Pedoman Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk, yang

diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

H. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis menyusun skripsi ini, maka terlebih dahulu penulis

menelaah skripsi atau penelitian sebelumnya yang sama atau hampir sama

dengan skripsi ini, dengan tujuan untuk menghindari penjiplakan karya orang

Page 30: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

17

lain. Setelah melakukan penulusuran, penulis menemukan penelitian yang

hampir sama dengan subjek dan objek yang diangkat oleh penulis, yaitu:

1. Aulia Ta‟arufi dalam laman http://taarufiaulia.blogspot.com, dipublish

pada 7 Mei 2016 dan diakses pada 15 Januari 2017, dengan artikel yang

berjudul “Analisis Wacana Kritis: Di Balik Kicauan @felixsiauw „Why Full

Time Mother?‟.” Penulis menemukan kesamaan objek yang diteliti yaitu isi

tweettan Ustadz Felix Siauw yang bertemakan „Why Full Time Mother?‟.

Artikel teks bias dalam menampilkan perempuan tersebut dengan judul

skripsi yang diangkat oleh penulis tentunya memiliki perbedaan.

Perbedaan pada tulisan tersebut menggunakan analisis wacana Sara Mills

dengan paradigma kritis, dengan mengkritisi pemikiran Ustadz Felix Siauw

mengenai Feminisme. Kelebihan dalam artikel ini mengkritisi bahwa, dalam

analisis tweettan tersebut Ustadz Felix Siauw berideologikan patriarki yang

memiliki relasi kuasa laki-laki atas perempuan. Kekurangannya dalam artikel

ini tidak terdapat wawancara Ustadz Felix Siauw ataupun oleh tokoh-tokoh

agama agar memperkuat analisis dalam artikel tersebut. Sedangkan dalam

judul yang diangkat untuk skripsi oleh penulis, menggunakan analisis wacana

Van Dijk dengan paradigma kritis. Penulis akan meneliti wacana mengenai

kesetaraan gender dalam Islam, dengan struktur bahasa dalam teks yang

digunakan oleh Ustadz Felix Siauw dalam tweet-nya yang bertemakan “Why

Full Time Mother?” dan “Liberalis dalam RUU Kesetaraan Gender”, kognisi

sosial dari pemilik akun Twitter tersebut, dan konteks sosial mengenai

kesetaraan gender dalam Islam yang berkembang di masyarakat.

Page 31: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

18

I. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab yang

terdiri dari beberapa sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut adalah

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, didalamnya terdapat Latar Belakang Masalah,

Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, Pedoman Penulisan, Tinjauan Pustaka,

dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Kajian Teori dan Konsep, di dalamnya diuraikan tentang teori-

teori yang meliputi Konsep Kesetaraan Gender, Wacana dalam

Media Sosial, dan Analisis Wacana Teun A.Van Dijk.

BAB III : Gambaran Umum, memaparkan Riwayat Hidup Ustadz Felix

Siauw.

BAB IV : Temuan dan Analisis Data, di dalamnya merupakan inti

persoalan yang diangkat dalam skripsi, yaitu memaparkan analisis

penulis mengenai wacana kesetaraan gender dalam Islam dari segi

struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

BAB V : Penutup, di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran.

Page 32: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Gender

Untuk dapat memahami konsep gender harus dibedakan kata gender

dengan kata seks (jenis kelamin). Pengertian seks adalah pembentukan dua

jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada

manusia. Misalnya, laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki

jakala dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat

reproduksi seperti rahim maupun saluran untuk melahirkan, memproduksi

telur, mempunyai vagina, serta memiliki alat menyusui. Dengan demikian,

secara biologis, hal tersebut sesuatu yang tidak dapat dipertukarkan dan tidak

bisa diubah, karena sudah ketentuan Tuhan.26

Sedangkan gender merupakan suatu sifat yang melekat pada diri laki-laki

dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun kultural. Misalnya,

perempuan mempunyai sifat feminin yang dikenal dengan lemah lembut,

cantik, emosional, dan keibuan. Sementara laki-laki mempunyai sifat

maskulin yang dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa.27

Pada

hakikatnya ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat

dipertukarkan. Artinya terdapat laki-laki yang emosional, lemah lembut, dan

sebaliknya ada juga perempuan yang kuat.28

Zaitunah Subhan mengartikan

gender sebagai berikut:

26

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1987), h. 8. 27

Jamal Ma‟mur, Rezim Gender di NU (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 96. 28

Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW)

dengan McGill Project/ IISEP, 2003), h. 54-59.

Page 33: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

20

“Gender merupakan konsep yang menggambarkan relasi antara laki-

laki dan perempuan yang dianggap memiliki perbedaan menurut

konstruksi sosial budaya yang meliputi perbedaan peran, fungsi, dan

tanggung jawab. Penyebab faktor sosial budayalah yang menjadikan laki-

laki dan perempuan berbeda, seperti laki-laki bekerja dalam sektor publik

sementara perempuan bekerja dalam wilayah domestik.”29

Sebenarnya, perbedaan gender tersebut melahirkan suatu peran yang

sebenarnya tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi, permasalahan muncul

ketika terjadinya ketidakadilan yang ditimbulkan oleh peran gender dan

perbedaan gender tersebut.”30

B. Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan

Permasalahan dari akibat perbedaan peran gender mengakibatkan

berbagai ketidakadilan untuk laki-laki maupun perempuan. Tetapi, yang lebih

merasakan akibat dari ketidakadilan gender adalah kaum perempuan. Hal

tersebut dapat dilihat melalui pelbagai manifestasi ketidakadilan yang ada.31

Menurut Mansour Fakih, manifestasi dari ketidakadilan gender yaitu:

1. Marginalisasi Perempuan

Marginalisasi terhadap perempuan yang dipermasalahkan dalam

analisis gender yaitu yang disebabkan oleh adanya ketidakadilan gender.

Marginalisasi terhadap perempuan bisa terjadi dari kebijakan pemerintah,

keyakinan, tafsir agama, tradisi atau kebiasaan maupun asumsi ilmu

pengetahuan. Misalnya, perempuan desa tersisih dari pertanian yang

diakibatkan adanya program pertanian Revolusi Hijau yang hanya

memfokuskan laki-laki. Hal tersebut disebabkan pemikiran bahwa petani

29

Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan, Menuju Kesetaraan Gender dalam

Penafsiran (Jakarta: Kencana, 2015), h. 3. 30

Mansour Fakih dkk., Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam

(Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 46. 31

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1987), h. 12.

Page 34: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

21

identik dengan laki-laki. Atas dasar itu, tidak sedikit petani perempuan

yang tersingkirkan dari sawah dan pertanian. Sehingga program Revolusi

Hijau dinilai tidak ramah gender.32

Akibat dari marginalisasi tersebut,

perempuan di desa menjadi semakin miskin karena tidak memperoleh

pekerjaan di sawah.

2. Subordinasi

Menurut direktorat pembinaan pendidikan masyarakat subordinasi

perempuan diartikan sebagai “Anggapan bahwa perempuan lemah, tidak

mampu memimpin, dan sebagainya sehingga menempatkan posisi

perempuan dinilai kurang penting, yang mengakibatkan perempuan

menjadi nomor dua setelah laki-laki.” Subordinasi perempuan yang

berkembang dalam masyarakat, menempatkan perempuan pada posisi

yang kurang menguntungkan. Data nasional menyebutkan bahwa

perempuan yang tidak sekolah berumur di atas 10 tahun berjumlah dua

kali lipat 11,5% dari jumlah laki-laki, dan dari 900 juta penduduk yang

tidak bisa membaca 65% adalah kaum perempuan.33

3. Stereotip

Stereotip adalah pelabelan atau penandaan terhadap seseorang atau

kelompok tertentu. Salah satu stereotip bersumber pada adanya

perbedaan gender yang menimbulkan ketidakadilan. Stereotip yang

terdapat dalam masyarakat biasanya dilekatkan kepada perempuan yang

pada akhirnya berimbas pada membatasi, menyulitkan, dan merugikan

32

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1987), h. 14 dan 73. 33

Imam Syafe‟i, “Subordinasi Perempuan dan Implikasinya Terhadap Rumah Tangga,”

ANALISIS: Jurnal Studi Keislaman, Volume 15, No. 1 (Juni 2015): h. 146. Diakses pada 9 Januari

2018 dari https://media.neliti.com

Page 35: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

22

kaum perempuan. Misalnya, asumsi apabila perempuan bersolek, ia

menandakan dalam rangka memancing perhatian lawan jenis. Oleh sebab

itu, apabila terdapat pelecehan seksual, tidak sedikit masyarakat yang

mengaitkan dengan penandaan tersebut.34

Dalam pemberitaan pun tidak pungkiri masih adanya stereotip pada

perempuan yang mengalami korban perkosaan. Salah satunya yang

terdapat di Rakyat Merdeka 18 Agustus 2000, terdapat pemberitaan

mengenai seorang perempuan tunawicara yang diperkosa oleh tiga

pemuda. Pemberitaan tersebut menggambarkan dikarenakan perempuan

itu tersenyum kepada salah satu tersangka, maka tersangka menjadi

tergoda untuk melecehkan perempuan tersebut. Seperti pada kutipan

berikut ini “Tanpa sengaja, saya ketemu dia di kolam. Eh... waktu saya

ajak bicara senyum, dirayu juga senyum. Saya berpikir jangan-jangan

ini anak kalau dipakai, senyum juga. Makanya saya jadi tergoda untuk

mengajak Santi ke rumah saya.” Kata Saharalala.35

Pemberitaan

tersebut seakan menyalahkan korban yang tersenyum, sehingga ia

memancing tersangka untuk melakukan perbuatan yang tidak senonoh.

4. Kekerasan

Pada dasarnya kekerasan yang melibatkan manusia muncul dari

berbagai sumber. Namun dalam pandangan gender, kekerasan melibatkan

pada satu jenis kelamin tertentu dikarenakan adanya anggapan bahwa

yang satu lebih kuat daripada yang lainnya. Kekerasan ini pun sering

34

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1987), h. 15 dan 74. 35

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

218.

Page 36: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

23

dilihat dalam masayarakat dengan korbannya perempuan, yang

mencakup kekerasan fisik berupa pemerkosaan, pemukulan, bahkan

pelecahan.36

Kekerasan juga terjadi dalam bentuk verbal, yang tanpa

disadari berasal dari ucapan dengan cara menakut-nakuti, menumbuhkan

rasa bersalah, memaksa, menghina, dan sebagainya.

Kekerasan pun masih dijumpai pada pemberitaan yang memuat dalam

berita tentang kekerasan, di mana korban kekerasan tetap disalahkan

akibat kejahatan yang menimpanya tersebut. Mengutip riset Aliansi

Jurnalistik Indonesia (AJI), mengenai kekerasan perempuan di media

yang terdapat pada situs Ajiindonesia.or.id sebagai berikut:

“Pemberitaan mengenai kekerasan terhadap perempuan yang

paling menonjol pada periode ini adalah kekerasan seksual

(perkosaan), sejumlah kekerasan dalam rumah tangga juga mewarnai

pemberitaan. Namun meskipun perempuan telah menjadi korban,

perempuan tetap disalahkan akibat kejahatan itu. Hal tersebut

dituliskan pada pemberitaan berjudul Istri Nolak Bersetubuh dibunuh

Suami. Dalam pemberitaan yang isinya “Meski Istri menolak, Soleh

tetap memaksa hingga membuat korban kesal dan menghajar muka

suami. Sikap kasar Ny Kartinah membuah Soleh naik pitam. Lelaki

tua itu mengambil martil di dapur. Penggunaan kata sikap kasar

tersebut menunjukkan sikap kasar korban yang menyebabkan korban

dibunuh oleh suaminya.” 37

Dengan demikian, adanya pemberitaan yang menyudutkan maupun

menyalahkan korban masuk ke dalam bentuk kekerasan verbal.

5. Beban kerja

Adanya anggapan bahwa perempuan memiliki sifat memelihara dan

rajin menyebabkan seluruh pekerjaan rumah tangga menjadi tanggung

jawab perempuan. Pandangan tersebut seringkali diperkuat dengan

36

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1987), h. 17 dan 75. 37

“Masih Ada Kekerasan Pada Perempuan di Media,” diakses pada Selasa 30 Mei 2017 dari

https://ajiindonesia.or.id/read/berita/163/masih-ada-kekerasan-pada-perempuan-di-media.html.

Page 37: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

24

keyakinan masyarakat, bahwa semua pekerjaan rumah tangga itu ialah

pekerjaan perempuan.38

Karena peran gender perempuan adalah

mengelola rumah tangga, maka banyak perempuan menanggung

pekerjaan domestik seperti memasak dan sebagainya. Pekerjaan domestik

tersebut secara tidak langsung sudah disosialisasikan sejak kecil,

sehingga menimbulkan perasaan bersalah jika tidak melakukan tugas

domestik, terutama pada ibu rumah tangga yang juga bekerja. Ketika

mereka bekerja, maka harus juga bertanggung jawab menyelesaikan

keseluruhan pekerjaan domestik secara terus menerus. Sehingga hal

tersebut dianggap sebagai beban kerja terhadap perempuan.39

C. Kesetaraan dan Keadilan Gender

Realitas akan ketimpangan gender melahirkan Feminisme, sebuah

gerakan yang memberontak terhadap dominasi laki-laki, mulai dari institusi

rumah tangga, perkawinan, bahkan sampai pemberontakan perempuan

terhadap gender yang dianggap sebagai kodrat mereka.40

Feminisme sentral

dengan isu kesetaraan gendernya. Suatu gagasan yang menyatakan bahwa

laki-laki dan perempuan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya,

tanpa ada hambatan yang meliputi marginalisasi, subordinasi, stereotipe,

beban kerja, maupun kekerasan, terutama pada kaum perempuan. Dalam

Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000, Pedoman Pengarusutamaan Gender

Dalam Pembangunan Nasional, yang dimaksud dengan kesetaraan gender

yaitu:

38

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1987), h. 21-22. 39

Ibid., h. 75-76 40

Jamal Ma‟mur, Rezim Gender di NU (Yohyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 98.

Page 38: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

25

“Kesetaraan gender merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki dan

perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai

manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,

ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan nasional, dan

kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.”41

Hadirnya konsep kesetaraan gender ini berangkat dari sebuah kesadaran

bahwa laki-laki maupun perempuan, khususnya kaum perempuan harus

terbebas dari perbuatan diskriminasi dan harus adanya upaya untuk

mengakhiri penindasan terhadap perempuan. Oleh karena itu kesetaraan

gender dilakukan sebagai usaha untuk menghilangkan subordinasi perempuan

terhadap laki-laki di lingkungan rumah tangga, menentang status yang terus

menerus rendah di tempat kerja, masyarakat, budaya, dan dalam agama di

negerinya. Selain itu juga upaya mendapatkan haknya atas pendidikan,

menjadi anggota parlemen, dan hak untuk bekerja.42

Mengutip Asriati Jamil dan Amany Lubis dalam buku Pengantar Kajian

Gender, kesetaraan diartikan sebagai “Kesetaraan bukan dalam arti sama rata

dan tidak ada perbedaan. Dalam konteks kesetaraan lebih tepat dimaknai

dengan berkeadilan, berkeseimbangan dan lahir keharmonisan akibat dari

eksistensi kedua belah pihak.”43

Kesetaraan gender ini harus diusungkan demi

terciptanya suatu keadilan gender. Keadilan gender merupakan suatu proses

untuk menuju adil terhadap laki-laki dan perempuan.44

Suatu hal yang di

mana laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan, akses, dan porsi yang

41

Kelompok Kerja Convention Watch, Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum Untuk

Mewujudkan Keadilan Gender (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2012), h. 313. 42

Istibsyaroh, Hak-Hak Perempuan: Tinjauan Umum Tentang Perempuan Dalam Relasi

Gender (Jakarta: TERAJU, 2004), h. 66-67. 43

Fadilah Suralaga, dkk, Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN

Jakarta dengan McGill Project/IISEP), h. 81. 44

Kelompok Kerja Convention Watch, Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum Untuk

Mewujudkan Keadilan Gender, h. 313.

Page 39: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

26

setara, seimbang, dan serasi sehingga terciptanya ruang yang harmonis dan

tanpa berat sebelah.

Biasanya keadilan gender merujuk pada keadilan sosial atas pemberian

kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini tidak

berarti bahwa laki-laki dan perempuan adalah sama dalam segala hal, namun

yang dimaksud adalah pemberian kesempatan yang tidak tergantung pada

jenis kelamin tertentu, melainkan untuk merealisasikan hak-hak dan potensi.45

Di antara gambaran dan indikasi adanya upaya untuk mewujudkan

keadilan gender yaitu:

“Pertama, menerima dan memandang perbedaan yang ada pada laki-

laki dan perempuan dengan cara menghormati. Kedua, mendiskusikan

dan menyeimbangkan struktur masyarakat atas pembedaan peran dan

relasi antara laki-laki maupun perempuan. Ketiga, meneliti kemampuan

dan bakat laki-laki maupun perempuan, untuk terlibat dalam membangun

masyarakat. Keempat, memperjuangkan secara terus menerus hak asasi

manusia. Kelima, mengupayakan perkembangan dan penegakan

demokrasi dan pemerintahan yang baik dalam semua institusi

masyarakat, dengan melibatkan perempuan dalam semua level. Keenam,

pendidikan merupakan kunci bagi keadilan gender, karena pendidikan

merupakan tempat masyarakat mentransfer norma-norma, pengetahuan

dan kemampuan mereka.”46

Dengan demikian kesetaraan yang berkeadilan gender dapat memandang

secara kodrati dan berkeseimbangan secara sosial, dapat menghapuskan

semua bentuk ketidakadilan dan diskriminasi gender.47

D. Kesetaraan dan Keadilan dalam Islam

Selama ini jika gerakan penentang ketimpangan terhadap perempuan

muncul karena gerakan Feminisme, namun nyatanya Islam jauh lebih dulu

45

Susilaningsih, dkk., Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi Islam (Yogyakarta: UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan McGill-IAIN-ISEO), h. 23. 46

Ibid., h. 24. 47

Fadilah Suralaga, dkk, Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN

Jakarta dengan McGill Project/IISEP), h. 81.

Page 40: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

27

bergerak memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban laki-laki maupun

perempuan. Tidak hanya itu, Islam juga berusaha mengembalikan perempuan

kepada fitrahnya sebagai perempuan dan manusia.48

Sejatinya, Islam sudah

lebih dulu menyamakan derajat laki-laki dan perempuan. Menurut Ali Albar

“Islam menghormati wanita dengan penghormatan yang sangat luhur,

mengangkat martabatnya dari sumber keburukan dan kehinaan serta dari

penguburan hidup-hidup dari perlakuan buruk ke kedudukan yang terhormat

dan mulia.49

Ungkapan Nasaruddin Umar menarik untuk dikutip:

“Gender dalam perspektif Islam bahwa Islam memang mengakui

adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan, tetapi

bukan pembedaan (discrimination). Perbedaan tersebut didasarkan atas

kondisi fisik-biologis perempuan yang ditakdirkan berbeda dengan laki-

laki, namun perbedaan tersebut tidak dimaksudkan untuk memuliakan

yang satu dan merendahkan yang lainnya.”50

Dalam Islam, perempuan telah mendapatkan kedudukan terhormat yang

tidak didapatkan sebelumnya. Tidak terdapat hukum atau sistem aturan

buatan manusia yang memberikan hak-hak kepada perempuan sebanding

dengan Islam. Ini dikarenakan Islam membawa prinsip kesetaraan universal

antarmanusia.51

Di dalam al-Quran pun terdapat ayat-ayat yang menjelaskan

prinsip-prinsip kesetaraan antara laki-laki maupun perempuan, diantaranya

sebagai berikut:52

48

Zulfahani Hasyim, “Perempuan dan Feminisme dalam Perspektuf Islam,” MUWAZAH 4,

no. 1 (Juli 2012): h. 71. Diakses dari: http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id pada 18 Januari 2017. 49

Muhammad Ali Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam: Kodrat Kewanitaan,

Emansipasi dan Pelecehan Seksual, Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin (Jakarta: Pustaka

Azzam, 1998), h. 16. 50

Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan

Gender, 1999), h. 23. 51

Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan Relasi Jender Menurut Tafsir Al-Sya‟rawi (Jakarta:

TERAJU, 2004), h. 11. 52

Nasaruddin Umar, Bias Jender dalam Penafsiran Kitab Suci (Jakarta: Fikahati Aneska,

2000), h. 17-28.

Page 41: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

28

1. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba

Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara

laki-laki dan perempuan, yang membedakan hanyalah ketakwaannya.

Keduanya berpotensi untuk menjadi hamba Allah SWT yang ideal atau

di dalam al-Quran diistilahkan dengan muttaqun (hamba Allah SWT

yang ideal), seperti yang tertuang dalam Q.S al-hujarat [49] ayat 13:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah

ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”53

2. Laki-laki dan perempuan sebagai khalifah

Maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini, selain

untuk menjadi hamba yang tunduk dan patuh, tetapi juga untuk menjadi

khalifah di bumi. Sebagaimana yang dijelaskan pada Q.S al-Baqarah ayat

30 yang berbunyi:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan

(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan

53

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemamahan (Bandung: Gema Risalah Press,

1992), h. 847.

Page 42: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

29

menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji

Engkau dan mensucikan Engkau?”Tuhan berfirman “Sesungguhnya Aku

mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.”54

Laki-laki maupun perempuan memiliki fungsi yang sama sebagai

khalifah, yaitu mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya

di bumi, sebagaimana halnya mereka dipertanggungjawabkan

kewajibannya sebagai hamba Tuhan.

3. Laki-laki dan perempuan menerima penjanjian primordial

Laki-laki maupun perempuan sama-sama mengemban dan

mendapatkan perjanjian primordial dengan Tuhan. Seperti menjelang

seorang anak manusia lahir, Ia terlebih dahulu harus menerima perjanjian

dari Tuhan, seperti yang terdapat pada Q.S al-A‟raaf [7] ayat 172, yang

berbunyi:

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-

anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap

jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka

menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami

lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah

terhadap ini (keesaan Tuhan).”55

Tidak ada seorang pun anak manusia yang lahir tidak berikrar akan

keberadaan Tuhan. Dalam Islam, tanggung jawab individual dan

kemandirian berlangsung sejak dalam kandungan. Islam tidak dikenal

54

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemamahan (Bandung: Gema Risalah Press,

1992), h. 13. 55

Ibid., h. 250.

Page 43: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

30

diskriminasi jenis kelamin, keduanya sama-sama menyatakan ikrar

ketuhanan yang sama.

4. Adam dan hawa, terlibat secara aktif dalam drama kosmis

Dalam Islam, drama kosmis sebuah cerita mengenai keadaan Adam

dan Hawa di surga sampai keluar ke bumi, selalu menekankan kedua

belah pihak secara aktif terlibat di dalamnya. Bukan menyalahkan Hawa

yang menyebabkan keduanya di keluarkan dari surga. Kisah keduanya

dituangkan dalam salah satu ayat yaitu Q.S al-A‟raaf [7] ayat 22 yang

berbunyi:

“Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu)

dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu,

nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya

menutupinya dengan daun-daun syurga. Kemudian Tuhan mereka

menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari

pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu

adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua".”56

Dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa Adam dan Hawa disebutkan

secara bersama-sama sebagai pelaku yang memakan buah khuldi dan

keduanya bertanggungjawab terhadap drama kosmis tersebut.

5. Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi

Laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang sama untuk meraih

prestasi. Tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Seperti

yang ditegaskan dalam Q.S al-Nahl [16] ayat 97 yang berbunyi:

56

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemamahan (Bandung: Gema Risalah Press,

1992), h. 223.

Page 44: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

31

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami

beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa

yang telah mereka kerjakan.”57

Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan konsep kesetaraan yang ideal dan

memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang

spiritual maupun urusan karier professional, tidak mesti dimonopoli oleh

salah satu jenis kelamin saja.

Dalam peluang untuk meraih prestasi pun, tidak ada larangan untuk

laki-laki dan perempuan dalam meraih prestasi. Dalam hal ini,

perempuan pun dapat meraih prestasinya dengan menggeluti pekerjaan

yang sesuai dengan bidangnya seperti yang dilakukan oleh laki-laki.

Seperti hal nya yang dilakukan oleh perempuan-perempuan di zaman

Rasulullah SAW. Sebagaimana yang ditulis oleh Nasaruddin Umar

berikut ini:

“Khadijah yang aktif dalam bidang ekonomi yang berhasil dalam

bidang usaha ekspor-impor, Aisyah yang mempelajari hadist dan

mengajari orang-orang, Zainab bint Jahsy yang bekerja dalam bidang

home industry pada proses menyamak kulit binatang, dan Shafiyah

bint Huyay sebagai perias pengantin.”58

Dari contoh tersebut, membuktikan bahwa Islam memberikan

perlakuan yang setara antara laki-laki dan perempuan untuk meraih

prestasi, baik itu dalam pendidikan maupun pekerjaan, sebagaimana yang

57

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemamahan (Bandung: Gema Risalah Press,

1992), h. 417. 58

Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010),

h. 147.

Page 45: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

32

dilakukan oleh laki-laki dalam menempuh pendidikan untuk

mengembangkan potensinya dan bekerja untuk memenuhi nafkah

keluarganya. Menurut Zaitunah Subah “Pada prinsipnya, agama tidak

membatasi hak perempuan dalam mengurus seluruh kepentingan publik.

Hanya saja perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kehormatan

perempuan itu sendiri.”59

Mengutip Muhammad Quthb, Nasaruddin

Umar beranggapan bahwa:

“Islam membenarkan mereka bekerja karena darurat dan bukan

menjadikannya dasar. Makna darurat di sini ialah pekerjaan yang

sangat perlu, yang dibutuhkan masyarakat atau atas dasar

kebutuhan pribadi, karena tidak ada yang membiaya hidup dan atau

yang menanggung biaya hidupnya tidak mampu mencukupi

kebutuhannya. Dalam al-Qur'an dan hadist banyak mengisyaratkan

kebolehan perempuan aktif menekuni berbagai profesi selama

pekerjaan itu halal dan dilakukan dalam suasana terhormat dan

mencegah hal-hal yang dapat menimbulkan kemudharatan.”60

Oleh karena itu, perempuan dan laki-laki tetap berpotensi memiliki

kesempatan dalam meraih prestasi. Tentu saja dengan tetap

mempertahankan nilai-nilai agama baik laki-laki maupun perempuan dan

tetap menjaga kehormatannya.

E. Wacana Dalam Media Sosial

Wacana di media sosial merupakan kalimat-kalimat atau pernyataan yang

muncul di media sosial, baik itu berupa tulisan ataupun lisan. Biasanya

wacana yang muncul di media sosial dipengaruhi oleh kognisi dari penulis di

media sosial tersebut. “Kognisi sosial didasarkan pada anggapan umum yang

59

Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan, Menuju Kesetaraan Gender dalam

Penafsiran (Jakarta: Kencana, 2015), h. 93. 60

Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010),

h. 143 dan 150.

Page 46: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

33

tertanam yang akan digunakan untuk memandang suatu peristiwa.”61

Apabila

seseorang menuliskan wacana atau pernyataan di media sosial, maka para

pengikut atau followers pada akun media sosialnya akan membacanya, namun

tidak semua menyetujui apa yang ditulisnya, sehingga memungkinkan

terjadinya pro maupun kontra. Karena sejatinya pemahaman mengenai

wacana apapun terdiri dari kepercayaan yang dimiliki oleh tiap-tiap pemilik

akun media sosial.

1. Pengertian Media Sosial

Secara sederhana, istilah media diartikan sebagai sarana dan

teknologinya.62

Sedangkan Istilah sosial menurut Rulli Nasrullah sebagai

berikut:

“Istilah sosial melihat pada realita fakta sosial bahwa setiap

individu melakukan aksi yang memberikan konstribusi pada

masyarakat. Makna sosial tersebut melihat pada saling bekerja sama

(co-operative work). Dalam kajian Marx ini, ada penekanan bahwa

sosial terdapat karakter kerja sama atau saling mengisi di antara

individu dalam rangka membentuk kualitas baru dari masyarakat.”63

Dari dua pengertian dasar mengenai media dan sosial, dapat

diketahui bahwa definisi media sosial adalah medium di internet yang

memungkinkan pengguna dapat berinteraksi, bekerja sama, berbagi,

berkomunikasi dengan pengguna lain, serta membentuk ikatan sosial

secara virtual.64

Ada enam kategori besar untuk melihat jenis-jenis media

sosial:65

61

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS Group,

2001), h. 261 62

Ruli Nasrullah, Media Sosial (Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi)

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 3. 63

Ibid., h 7-8 64

Ibid., h 13. 65

Ibid., h 39-47.

Page 47: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

34

1. Social networking atau media jejaring sosial merupakan sarana yang

dapat dijadikan pengguna untuk berinteraksi kepada siapapun di

dunia maya. Karakter utama dari jejaring sosial ini yaitu setiap

pengguna membentuk jaringan pertemanan.

2. Jurnal online atau blog merupakan media sosial yang dapat

digunakan penggunanya untuk mengunggah aktivitas keseharian,

saling mengomentari, dan berbagi informasi maupun yang lainnya.

Istilah blog berasal dari kata “weblog” yang menawarkan alamat

web pribadi secara gratis dalam membuat, dan berbagi konten.

3. Jurnal online sederhana atau mikroblog (microblogging) merupakan

jenis media sosial yang memungkinkan pengguna untuk menulis dan

memublikasikan aktivitas maupun pendapatnya. Kehadiran jenis

media sosial ini melihat pada munculnya Twitter yang menyediakan

maksimal 140 karakter untuk menuliskannya.

4. Media berbagi (media sharing) adalah jenis media sosial yang

memfasilitasi penggunanya untuk berbagi media, mulai dari

dokumen, video, audio, gambar, dan sebagainya secara online.

Seperti Youtube, Flickr, Photo Bucket, atau Snapfish.

5. Penanda sosial (social bookmarking) merupakan media sosial yang

bekerja untuk mengorganisir, menyimpan, mengelola, dan mencari

informasi atau berita tertentu secara online. Beberapa social

bookmarking yang populer adalah Delicious.com,

StumblUupon.com, Digg.com, Reddit.com, dan di Indonesia ada

LintasMe.

Page 48: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

35

6. Media konten bersama atau wiki, dikatakan media konten bersama

karena situs ini kontennya hasil kolaborasi dari para penggunanya.

Wiki menyajikan konten berupan pengertian, sejarah, hingga rujukan

buku atau tautan tentang satu kata. Dalam praktiknya, penjelasan-

penjelasan tersebut dikerjakan oleh pengunjung untuk mengisi

konten dalam situs ini.

Secara tidak langsung, media sosial membawa pengaruh nilai-nilai

baru di tengah penggunanya. Karena dapat memberikan ruang kepada

pengguna untuk mengutarakan pikiran dan opininya.66

2. Twitter

Twitter merupakan sebuah microblogging dan layanan jejaring

sosial. Disebut microblogging karena pesan teks yang dapat diunggah

atau yang ditweet hanya dapat memuat maksimal 140 karakter.67

Twitter

sebagai microblog ini hanya bisa menampung pesan paling tidak satu

atau dua kalimat saja dengan 140 karakter. Sementara itu untuk

mengunggah audio maupun video setidaknya hanya berdurasi 10 detik.68

Dengan keterbatasan pesan yang dimuat, biasanya pemilik akun

menuliskan informasi, pendapat, maupun aktivitas yang sedang mereka

lakukan tidak terlalu bertele-tele. Tidak hanya menuliskan aktivitas

ataupun pendapat saja, pemilik akun Twitter pun dapat saling membalas

tweet antar pengguna lainnya. Mereka dapat saling membalas tweet

66

Ruli Nasrullah, Media Sosial (Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi)

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 128. 67

Roy Chandra Putra, Twitter Untuk Gaul dan Bisnis (Sulawesi: New Orchid, 2009), h. 1. 68

Ibid., h. 1.

Page 49: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

36

ataupun mengirim pesan ke akun pengguna lainnya melalui fitur yang

disediakan sehingga memunculkan percakapan.

Hal itu membuat Twitter menjadi sebuah layanan komunikasi

medium.69

Sehingga pengguna dapat bertukar informasi atau pikiran dan

percakapan dengan siapapun. Ungkapan Tim Pusat Humas Kementerian

Perdagangan RI dalam buku Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk

Kementerian Perdagangan RI menarik untuk dikutip:

“Pembatasan 140 karakter per konten pun menjadikan Twitter

tempat paling cepat dalam menyampaikan informasi dan peristiwa

yang sedang terjadi. Bila dibandingkan dengan mesin pencari

semisal google, maka google diposisikan oleh pengguna sebagai

perpustakaan informasi, sementara Twitter sebagai tempat

bergulirnya informasi secara cepat dan seketika (real-time).”70

Dengan demikian, tidak heran apabila sebagian pengguna Twitter

sangat bergantung pada Twitter untuk mendapatkan informasi terkini.

Twitter didirikan oleh Jack Dorsey, Evan Williams, Christhoper

“Biz” Stone dan Noah Glass pada Juli 2016. Kemunculan Twitter diawali

setelah Odeo (layanan podcasting), startup (perusahaan rintisan) yang

dibangun pada tahun 2005 oleh Glass dan Williams mengalami

kegagalan. Singkat cerita, akhirnya mereka mendirikan sebuah startup

baru bernama Obvious Corp yang membuat aplikasi Twitter.71

Saat itu Dorsey terinspirasi dengan cara kerja dari LiveJournal dan

AOL Instant Massangger, sehingga ia membuat Twitter. Dalam kurung

waktu dua minggu, Dorsey berkolaborasi dengan ketiga temannya

69

Chibita Wiranegara, Twitter yang Trendy dan Modern (Yogyakarta: Golden Books, 2014),

h. 2. 70

Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI, Panduan Optimalisasi Media Sosial

Untuk Kementerian Perdagangan RI (Jakarta: Pusat Hubungan Masyarakat, 2014), h. 155. 71

Restitu Ajeng, “Mengupas Buku Sejarah Twitter Penuh Intrik,” diakses pada 27 April 2017

dari http://tekno.kompas.com

Page 50: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

37

membuat Twitter yang bertujuan sebagai sarana komunikasi pesan

singkat. Twitter pun mampu menarik pengguna Odeo, setelah

dipublikasikan melalui Odeo.72

Pertama kali Twitter muncul dengan

nama “twttr” yang terinspirasi dari aplikasi “flickr”, kemudian para

pendirinya membubuhkan tambahan dua huruf vokal ke dalam nama

“twttr” menjadi Twitter dan merilisnya pada tahun 2006.73

Berkat fitur

atau kontennya yang praktis dan mudah digunakan dalam berkomunikasi

dan menuliskan informasi, Twitter menjadi aplikasi yang banyak diminati

oleh masyarakat. Beberapa fitur atau konten dalam Twitter yaitu:74

1. Tweet: sebutan untuk membuat status atau tulisan atau postingan yang

ditulis di Twitter.

2. Mention: ketika tweet yang ditulis ingin ditujukan oleh seseorang

dengan menyertakan simbol et atau “@” di depan nama akun tersebut.

3. Reply: digunakan untuk membuat tweet baru ke pengguna lain atau

membalas sebuah tweet dengan menggunakan @mention (ditujukan

kepada siapa) tetapi tidak menyertakan pernyataan sebelumnya.

4. Retweet/RT: seperti reply, membalas, bedanya kalau retweet, follower

juga dapat membaca tweet yang kita RT.

5. Follow: sebuah tab untuk mengikuti akun orang lain, ketika akun kita

mengikuti orang lain, maka tweet mereka akan masuk ke dalam

72

Jubilee Enterprise, Berburu Uang dengan Twitter (Jakarta: PT Elex Komputindo, 2009), h.

3. 73

Restitu Ajeng, “Mengupas Buku Sejarah Twitter Penuh Intrik” diakses pada 27 April 2017

dari http://tekno.kompas.com . 74

Ali Akbar, Welcome to Twitterland: Manfaatkan Twitter Untuk Mengeruk Rezeki

(Bandung: Kaifa, 2012), h. 71-73.

Page 51: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

38

timeline kita. Sebutan untuk pengguna akun Twitter lain yang kita

ikuti adalah following.

6. Follower: sebutan untuk pengguna akun Twitter lain yang mengikuti

(memfollow) akun kita.

7. Timeline/lini masa: isi pernyataan/isi tweet pemilik akun dan sejumlah

akun yang difollow oleh seseorang.

8. Direct massagge/DM: digunakan untuk mengirim pesan secara privat,

hanya orang yang dikirim saja yang bisa membacanya. Pengguna

dapat saling mengirim pesan dengan syarat sudah saling memfollow

back.

9. Hastag/tagar/#: tanda ini akan menyimpan memori data yang apabila

dicari akan mengeluarkan data yang diminta. Sehingga ketika

menuliskan suatu topik dengan tanda itu, maka pengguna akan

menemukan topik sejenis yang ditulis oleh orang lain dengan mudah.

10. List: fitur ini untuk mengelompokkan followers/following dalam

satu list atau grup, seperti keluarga, teman sekolah, dan lain-lain.

11. Trending topic: sekumpulan tweet yang sedang tren atau hangat

dibicarakan oleh pengguna Twitter secara bersamaan.

12. Favorite: simpanan tweet yang menarik dan dikumpulkan dalam

sebuah akun seseorang.

Dengan kemudahan melalui fitur yang diberikan oleh Twitter, tidak

heran apabila Twitter juga digunakan untuk berbisnis oleh perusahaan

dan juga digunakan oleh staff kepemerintahan untuk berinteraksi maupun

bersosialisasi dengan masyarakat.

Page 52: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

39

3. Twitter Sebagai Media Dakwah

Secara bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab dalam bentuk

masdar. Kata dakwah berasal dari kata da‟a, yad‟u, da‟watan, yang

mempunyai arti memanggil, memohon, menyuruh, menegaskan, dan

menarik manusia kepada sesuatu.75

Menurut Moh. Ali Azis, Syekh

Muhammad al-Khadir Husain mengartikan dakwah adalah “Menyeru

manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada

kebijakan dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia

dan akhirat.”76

Saat ini berdakwah tidak hanya dilakukan melalui lisan dan tulisan

ataupun secara face to face saja. Mengingat perkembangan zaman yang

semakin canggih akan teknologi, perjalanan untuk melakukan dakwah

pun semakin mudah. Sering kali kita temui dakwah yang terdapat pada

siaran televisi maupun radio, sehingga masyarakat dapat menemukan

dakwah dengan mudah dan murah. Memasuki era internet ini, para da‟i

pun memanfaatkan kehadiran internet untuk melalukan dakwah, salah

satunya pada media sosial Twitter.

Berdakwah melalui media sosial Twitter dinilai dapat menimbulkan

komunikasi yang efektif. Karena Twitter mempunyai kekuatan besar

dalam berdakwah di dunia maya, dengan teknik dakwahnya yaitu

membuat kicauan-kicauan (tweet) positif dan inspiratif.77

Agar pesan

75

Enjang dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), h.

3. 76

Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah, cet ke-5. (Jakarta: Kencana, 2016), h. 6 dan 11. 77

Muh. Abdus Syakur, “Saatnya Galakkan Twitter for Dakwah,” diakses pada 27 April 2017

dari http://hidayatullah.com/berita/nasional/read/2014/11/18/33441/saatnya-galakkan-Twitter-

dakwah.html.

Page 53: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

40

dakwah yang disampaikan menjadi efektif, tentunya para da‟i maupun

penulis lainnya dapat memerhatikan ciri-ciri dari komunikasi yang efektif

meliputi, yaitu:

“Pertama, pesan disampaikan dengan baik agar dapat menarik

perhatian. Kedua, pesan menggunakan lambang yang memiliki

pengertian yang sama antara komunikator dan komunikan agar

sama-sama dimengerti. Ketiga, pesan yang disampaikan sesuai

dengan kebutuhan mad‟u. Keempat, pesan harus berkaitan dengan

kelompok di mana komunikan berada.”78

Untuk mencapai dakwah dengan komunikasi yang efektif pun, harus

dilakukan dengan strategi agar dakwah yang disampaikan melalui Twitter

dapat diterima dengan baik. Menurut Moh. Ali Azis, strategi dakwah

dapat dilakukan menjadi tiga bentuk, sebagai berikut:

“Strategi dakwah dapat dilakukan menjadi tiga bentuk, yakni:

Pertama, strategi sentimenti yaitu dakwah yang memfokuskan aspek

hati dan menggerakan perasaan serta batin mad‟u. Dengan cara

memberikan nasihat yang mengesankan dan dengan kelembutan.

Kedua, strategi rasional yaitu dakwah yang memfokuskan pada

aspek pikiran. Dengan tujuan untuk mendorong mad‟u berpikir,

merenungkan, dan mengambil pelajaran. Ketiga, strategi indriawi

yaitu sistem dakwah yang berorientasi pada pancaindra dan

berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan. Di antara

metode yang dihimpun dalam strategi ini ialah praktik keagamaan,

keteladanan, dan pentas drama.”79

Salah satu hal yang membuat Twitter dinilai efektif untuk digunakan

sebagai media dakwah ialah karena Indonesia merupakan pengguna

Twitter terbesar di dunia.80

Sehingga bukan suatu kemungkinan yang

mustahil jika Twitter diusung sebagai media untuk berdakwah para da‟i.

78

Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2009), h. 128-129. 79

Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah, cet ke-5. (Jakarta: Kencana, 2016), h. 351-353. 80

Aqmal Maulana, “Twitter Rahasiakan Jumlah Pengguna di Indonesia,” diakses pada 27

April 2017 dari http://cnnindonesia.com/teknologi/20160322085045-185-118939/Twitter-

rahasiakan-jumlah-pengguna-di-indonesia

Page 54: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

41

Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Masduki Baidlowi

mengatakan “Dakwah melalui media sosial adalah jalan yang murah dan

strategis menjadi medium penyampaian dakwah, karena saat ini media

sosial sudah menjadi sumber utama informasi.”81

Sementara itu, menurut

da‟i kondang Ustadz Felix Siauw “Twitter dinilai lebih efektif untuk

berdakwah dibandingkan media lainnya semacam facebook. Dakwah di

Twitter dapat menjadi trending topic, oleh sebab itu siapapun bisa

membacanya.”82

Dengan perkembangan zaman yang memiliki kesadaran akan

teknologi, bukan suatu yang mustahil jika media sosial terutama Twitter

dimanfaatkan sebagai media dakwah, yang dikemas secara menarik.

Terutama untuk menjangkau para anak muda yang jarang mengikuti

kajian dalam dakwahnya. Sehingga dengan kicauan-kicauan yang positif

dan inspiratif tersebut dapat mereka ingat.

F. Analisis Wacana Kritis

1. Pengertian Analisis Wacana Kritis

Secara sederhana wacana merupakan bahasa yang terdapat di dalam

komunikasi, baik secara lisan dan tulisan.83

Wacana diartikan sebagai

suatu ujaran atau teks dari praktik untuk menjelaskan sejumlah

pernyataan yang memiliki makna tertentu dan memiliki dampak dalam

81

Jabbar Ramdhani, “Ulama Upayakan Pakai Media Sosial Sebagai Medium Dakwah,”

diakses pada 27 April 2017 dari http://detik.com/news/berita/d-3354863/ulama-upayakan-pakai-

media-sosial-sebagai-mediadakwah. 82

“Felix Siauw Nilai Berdakwah di Twitter Cukup Efektif”, diakses pada 27 April 2017 dari

https://tempo.co/read/news/2013/08/15/219504621/felix-siauw-nilai-berdakwah-di-Twitter-cukup-

efektif 83

Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 16 dan 17.

Page 55: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

42

dunia nyata.84

Analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai

bahasa atau pemakaian bahasa.85

Eriyanto mengartikan analisis wacana

dalam pandangan kritis yaitu:

“Menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses

produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak dipahami sebagai

medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dalam

pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam

membentuk subjek tertentu, tematema wacana tertentu, maupun

strategi-strategi di dalamnya. Karena itu analisis wacana dipakai

untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa,

batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif

yang mesti dipakai, dan topik apa yang dibicarakan.”86

Melalui analisis wacana tidak hanya isi teks saja yang diteliti, tetapi

juga bagaimana pesan disampaikan oleh pembuat teks kepada khalayak.

Karena wacana merujuk kepada pemakaian bahasan dan ucapan, tidak

hanya aspek kebahasaannya saja, melainkan bagaimana bahasa itu

diproduksi dan ideologi dibaliknya.87

2. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Analisis wacana model Teun A. Van Dijk kerap disebut sebagai

“kognisi sosial”. Pendekatan seperti ini tidak bisa lepas dari karakteristik

pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk. Istilah ini sebenarnya

diambil dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk

menjelaskan struktur dan proses terbentuknya wacana.88

Mengutip dari

Eriyanto, ia berpendapat bahwa Teun A. Van Dijk mengartikan wacana

sebagai berikut:

84

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 11. 85

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h. 4 86

87

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 72. 88

Ibid., h. 73.

Page 56: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

43

“Penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis

atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi

yang harus juga diamati. Analisis model Van Dijk melihat bagaimana

suatu teks diproduksi. Proses produksi tersebut melibatkan suatu

proses yang disebut sebagai kognisi sosial.”89

Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti. Pertama,

memperlihatkan bagaimana teks digunakan atau diproduksi oleh

wartawan/media. Kedua, menggambarkan bagaimana nilai-nilai yang

dipahami oleh masyarakat diserap oleh kognisi wartawan kemudian

dijadikan dalam penulisan teks tertentu. Oleh karena itu, Van Dijk tidak

hanya menggunakan modelnya hanya untuk menganalisis teks saja, tetapi

juga melihat bagaimana dominasi, struktuk sosial, dan kekuasaan yang

terdapat dalam masyarakat serta pikiran maupun kesadaran yang

terbentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Model dari analisis

Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut: 90

Ketiga dimensi struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial

adalah bagian kesatuan dalam kerangka Van Dijk. Ketiga dimensi

tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan serta mendukung

89

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

221. 90

Ibid., h. 222-225.

Konteks

Kognisi Sosial

Teks

Gambar 2. 1 Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Page 57: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

44

satu sama lainnya. Struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk

ini dapat digambarkan seperti berikut:91

Tabel 2.1

Struktur Teks Wacana Teun A. Van Dijk

Struktur wacana Hal yang diamati Elemen

Struktur makro Tematik

(Apa yang dikatakan?)

Topik

Superstruktur Skematik

(Bagaimana pendapat

disusun dan

dirangkai?)

Skema

Struktur mikro Semantik

(Makna yang ingin

dotekankan dalam teks

berita?)

Latar, detail, dan

maksud.

Sintaksis (Bagaimana

pendapat

disampaikan?)

Bentuk kalimat,

koherensi, dan kata

ganti

Stilistik (Pilihan kata

apa yang dipakai?)

Leksikon

retoris (Bagaimana dan

dengan cara apa

penekanan dilakukan)

Grafis, metafora, dan

ekspresi

Dalam pandangan Van Dijk, semua teks dapat dianalisis menggunakan

ketiga elemen tersebut. Dari gambar analisis wacana Van Dijk diatas dapat

diuraikan penjelasan sebagai berikut:92

1. Teks

Struktur teks pada wacana Van Dijk dibagi menjadi tiga struktur atau

tingkatan. Pertama, struktur makro merupakan makna umum yang

mengamati tema atau topik yang dikedepankan oleh wartawan atau pembuat

teks. Kedua, superstruktur merupakan struktur wacana yang menganalisis

91

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 74. 92

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

225-234.

Page 58: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

45

bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga,

struktur mikro adalah makna wacana yang ditilik dari bagian kecil dalam

suatu teks, seperti kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase dan

gambar.

Melalui struktur teks, peneliti tidak hanya mengetahui apa isi dari suatu

teks berita saja, tetapi juga memahami apa yang diliput oleh media,

bagaimana wartawan mengungkapkan suatu peristiwa dengan teks tertentu

dan juga bagaimana wartawan menguraikannya melalui retorika tertentu.

Dalam wacana Van Dijk, penggunaan kata, kalimat, proposisi, dan retorika

yang dipilih oleh media dianggap sebagai bagian dari strategi wartawan.

Teks yang digunakan oleh wartawan dijadikan cara untuk mempengaruhi

pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan

menyingkirkan lawan atau penentang. Struktur wacana dalam Van Dijk

memiliki beberapa elemen sebagai berikut:

a. Tematik

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks.

Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan inti

dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa. Teks

tidak hanya diartikan dalam pandangan tertentu atau tema tertentu, tetapi

suatu pandangan umum yang koheren. Van Dijk menyebut ini sebagai

koherensi global, yakni bagian-bagian dalam teks kalau diurutkan

menunjuk pada suatu titik gagasan umum yang saling mendukung untuk

menggambarkan topik umum tersebut.

Page 59: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

46

b. Skematik

Sebuah teks biasanya memiliki skema atau alur dari awal sampai

akhir. Alur tersebut menggambarkan bagaimana bagian-bagian dalam

teks disusun sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai

bentuk dan alur yang bermacam-macam, namun setiap teks berita

umumnya mempunyai dua kategori skema besar.

Pertama, summary yang biasanya ditandai dengan dua elemen yakni

judul dan lead. Elemen skema ini dipandang paling penting. Secara

umum judul memperlihatkan tema yang ingin diperlihatkan oleh

wartawan dalam pemberitaan. Sedangkan pada lead umumnya sebagai

pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi

berita secara lengkap. Kedua, story yaitu isi berita secara keseluruhan.

Dalam isi berita umumnya memiliki dua subkategori, pertama, berupa

situasi yakni jalannya peristiwa, kedua, komentar yang dimasukan dalam

teks.

Skematik memiliki arti penting bagi wartawan sebagai sebuah strategi

untuk mendukung topik tertentu yang ingin diungkapkan dengan

mengurutkan bagian-bagian tertentu. Strategi yang digunakan dalam

skematik dengan memberikan tekanan pada bagian informasi mana yang

didahulukan dan bagian mana yang disembunyikan dalam teks.

c. Semantik

Semantik dalam skema Van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal,

yaitu makna yang terlihat dari hubungan antar kalimat, hubungan

antarproposisi yang memberikan makna tertentu dalam suatu teks.

Page 60: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

47

Semantik tidak hanya mengartikan bagian mana yang penting dari

struktur wacana, tetapi juga mengarahkan ke sisi tertentu dari suatu

peristiwa.93

Pada semantik terdapat elemen latar yang dapat memengaruhi arti

yang ingin disampaikan oleh wartawan, karena dapat dijadikan sebagai

alasan pembenaran pada setiap gagasan yang ditulisnya. Pada elemen

latar ini dapat mengetahui maksud yang ingin disampaikan oleh

wartawan. Karena latar yang dituangkan oleh wartawan menentukan ke

arah mana pandangan khalayak diajak untuk menilai suatu peristiwa.

Elemen yang kedua ialah detail. Pada elemen ini, wartawan

menampilkan informasi secara lengkap dengan tujuan untuk memperkuat

gagasan yang ditulisnya. Biasanya, wartawan menampilkannya dalam

bentuk data-data. Dalam detail ini akan mengarahkan bagaimana suatu

peristiwa digambarkan.94

Elemen wacana lain yaitu maksud, pada elemen

ini informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara

jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara

tersamar, implisit, dan tersembunyi.

d. Sintaksis

Sintaksis merupakan bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang

membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Strategi

yang terdapat pada sintaksis dapat dilihat dari koherensi dengan melihat

kata hubung yang digunakan untuk menghubungkan kalimat. Karena kata

93

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 78. 94

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

235 dan 238.

Page 61: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

48

hubung yang digunakan dapat memiliki makna lain.95

Elemen kedua

yaitu bentuk kalimat, pada elemen ini dapat menentukan apakah berita

menggunakan bentuk deduktif atau induktif. Bentuk kalimat ini bukan

hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna

yang dibentuk oleh susunan kalimat. Selanjutnya yaitu elemen kata ganti.

Kata ganti digunakan oleh komunikator untuk memperlihatkan di mana

posisi seseorang dalam wacana. 96

e. Stilistik

Pusat perhatian stilistik adalah style, yaitu cara yang digunakan oleh

penulis atau pembicara untuk menyampaikan maksudnya dengan

menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan demikian, style dapat

diterjemahkan sebagai gaya bahasa.97

Pada elemen ini berhubungan

dengan pilihan kata yang digunakan dalam suatu teks. Elemen yang

dikenal dalam stilistik yaitu leksikon. Pada dasarnya leksikon

menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata dari sekian

kata yang tersedia.98

f. Retoris

Retoris memiliki fungsi persuasif yang berkaitan dengan bagaimana

pesan itu disampaiakan.99

Retoris dapat dilihat dari penggunaan grafis,

metafora, dan ekspresi. Grafis mengamati apa yang ditonjolkan atau

ditekankan dalam suatu teks. Biasanya diperlihatkan dengan tulisan yang

95

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 80 dan 81. 96

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

251-253. 97

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 82. 98

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media , h. 255. 99

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 84.

Page 62: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

49

berbeda dari yang lain. Tulisan yang berbeda tersebut dianggap menjadi

bagian yang ditonjolkan untuk menunjukan yang terpenting dalam teks

tersebut. Selain itu, grafis juga ditampilkan dalam foto, gambar, atau

tabel maupun angka untuk mendukung gagasan. Selanjutnya terdapat

elemen metafora, metafora ditampilkan dalam bentuk kiasan, ungkapan,

bahkan ayat suci untuk dijadikan sebagai pembenaran dalam gagasan.100

2. Kognisi Sosial

Kognisi sosial melihat bagaimana teks diproduksi dan berhubungan

dengan kesadaran mental wartawan dalam membentuk teks tersebut.

Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana menunjukaan berbagai

makna, pendapat maupun ideologi penulis teks untuk mengungkapkan

bagaimana makna disembunyikan dalan teks. Sehingga analisis wacana

tidak dibatasi hanya pada struktur teks saja. Hal tersebut disebabkan,

posisi wartawan dianggap sebagai individu yang tidak netral. Tetapi,

sebagai individu yang memiliki bermacam nilai, pengalaman, dan

pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya. Analisis pada

kognisi diperlukan untuk mengetahui pemahaman, kesadaran, prasangka,

dan pengetahuan tertentu wartawan akan suatu peristwa.101

Van Dijk menyebutkan bahwa peristiwa didasarkan pada skema.

Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental yang tercakup di

dalamnya bagaimana kita memandang manusia, peranan sosial, dan

peristiwa. Eriyanto berpendapat bahwa skema sebagai berikut:

100

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

258 dan 259. 101

Ibid., h. 259-261.

Page 63: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

50

“Skema menggambarkan bagaimana seseorang menggunakan

informasi yang tersimpan dalam memorinya dan bagaimana hal itu

diintegrasikan dengan informasi baru yang menggambarkan

bagaimana peristiwa dipahami, ditafsirkan, dan dimasukkan sebagai

bagian dari pengetahuan kita tentang suatu realitas.”102

Ada beberapa macam skema/model yang digambarkan dalam

analisis Van Dijk, yaitu:103

Pertama, skema person: skema ini melihat

bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain.

Bagaimana seorang wartawan Islam, misalnya, memandang dan

memahami orang Kristen yang kemungkinan besar akan berpengaruh

terhadap berita yang akan dia tulis. Kedua, skema diri: skema ini

berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan

digambarkan oleh seseorang.

Ketiga, skema peran; bagaimana seseorang memandang dan

menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam

masyarakat. Keempat, skema peristiwa; bagaimana seseorang

manggambarkan dan menafsirkan peristiwa tertentu. Mengutip dari

Eriyanto, dalam menganalisis kognisi sosial atas suatu analisis wacana

sebagai berikut:

“Misalnya dalam menganalisis wacana pemberitaan mengenai

komunisme dalam media di Indonesia. Apabila dalam teks

digambarkan wartawan tidak setuju dengan komunisme, maka yang

diteliti dalam kognisi sosial ialah bagaimana pandangan wartawan

dipakai secara strategis untuk menghasilkan teks tertentu. Kalau

(misalnya) teks tidak setuju apabila Tap MPRS No. XXV/1966

dicabut, ini dihasilkan oleh struktur kognisi tertentu dari wartawan

yang memandang komunisme tidak cocok dan tidak layak hidup di

Indonesia.”104

102

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

261 103

Ibid., h. 261-262. 104

Ibid., h. 276

Page 64: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

51

Model wartawan ketika melihat persoalan seperti inilah yang

menentukan fakta apa yang dipilih untuk ditulis dan dengan cara apa

fakta tersebut harus dipahami dan ditulis dalam suatu teks.

3. Konteks sosial

Konteks sosial atau analisis sosial adalah wacana yang tersebar

dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis

intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal

diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Titik penting dari analisis

ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dipahami

bersama. Dalam analisis mengenai masyarakat, ada dua poin penting

yaitu kekuasaan dan akses.105

Pertama, praktik kekuasaan, Van Dijk menyatakan sebagai

kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok untuk mengontrol

kelompok lain. Kekuasaan ini biasanya didasarkan pada kepemilikan atas

sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan.

Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan juga

berbentuk persuasif dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti

kepercayaan, sikap, dan pengetahuan seseorang. Kekuasaan juga

memberikan perhatian atas proses produksi lewat legitimasi melalui

bentuk kontrol pikiran.106

Mengutip dari Eriyanto, contoh dalam praktik

kekuasaan pada analisis wacana Van Dijk sebagai berikut:

“Misalnya, dalam pemberitaan komunisme perlu dilakukan

analisis bagaimana masyarakat memahami wacana komunisme.

Bagaimana kekuatan dan kelompok yang ada dalam masyarakat

105

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

271. 106

Ibid., h. 272.

Page 65: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

52

memproduksi dan mereproduksi wacana mengenai komunisme ke

media untuk disebarkan kepada khalayak. Di sini dapat diteliti

bagaimana wacana mengenai komunisme itu dibangun oleh Orde

Baru secara sistematis melalui instutisi pendidikan, media massa,

militer, dan sebagainya.”107

Hal tersebut dikarenakan, pemerintah memiliki akses yang besar

dibandingkan dengan kalangan PKI (Partai Komunis Indonesia) dalam

menciptakan wacana mengenai komunisme yang dinilai buruk, dengan

melihat praktik kekuasaan bekerja.

Kedua, akses mempengaruhi wacana. Analisis wacana Van Dijk

memiliki perhatian yang besar pada akses, seperti bagaimana akses yang

terdapat dalam setiap kelompok di masyarakat. Kelompok elit

mendapatkan akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok

yang tidak berkuasa. Dengan demikian, seseorang yang lebih berkuasa

memperoleh peluang yang lebih besar untuk mendapatkan akses pada

media, dan kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran

khalayak.108

Misalnya, pemerintah orde baru memiliki akses yang kian besar

daripada kalangan PKI untuk menyebarkan informasi ke khalayak,

bahwa komunisme tidak layak hidup di Indoensia karena dikonotasikan

dengan kejahatan. Terakhir bagaimana akses tersebut memberikan

pengaruh terhadap proses reproduksi wacana itu melalui film, buku,

penulisan sejarah, dan sebagainya.109

107

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

276. 108

Ibid., h. 272-273. 109

Ibid., h. 277.

Page 66: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

53

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Riwayat Hidup Ustadz Felix Siauw

Felix Yanwar Siauw merupakan seorang da‟i dan juga dikenal sebagai

Islamic Inspirator. Ia selalu menjadikan Al-Qur‟an dan As-Sunnah sebagai

landasan dalam menginspirasi aktivitasnya terutama dalam menentukan

program-program yang disusunnya, contohnya program “Yuk, Ngaji!”.110

Pria yang lahir di Kota Palembang pada 31 Januari 1984 berasal dari keturuan

etnis Tionghoa yang sebelumnya beragama Kristen Katolik. Sejak masa kecil,

Ustadz Felix tumbuh dan dibesarkan dalam kelaurga Katolik, kemudian

menempuh pendidikannya di sekolah Kristen hingga tingkat SMA.

Perjalanan ia menuju seorang mualaf, terjadi pada saat ia berumur dua

belas tahun. Dalam dirinya timbullah kegalauan yang berupa keraguan

mengenai agama yang telah dianutnya sejak kecil. Berbagai pertanyaan

muncul dibenaknya, mulai dari asal kehidupan, akhir dari kehidupan, serta

hakikat pencipataan Tuhan dalam agama yang dianutnya saat itu. Pada masa-

masa itulah ia mencari jawaban atas pertanyaan. Saat itu banyak pertanyaan

yang menggantung di otak nya dan ia tidak mendapatkan jawaban dari ilmu

dan agama yang ia anut saat itu.

Sejak saat itu, ia memutuskan untuk menjadi seseorang yang tidak

beragama, tetapi tetap percaya kepada Tuhan. Namun ia terus mencari

jawaban dari ketiga pertanyaan besar tersebut. Hingga kemudian, pandangan

110

“Profil Felix Yanwar Siauw dan Cerita Hidupnya,” diakses pada 21 Agustus 2017 dari

http://republikpos.com/2016/01/profil-felix-yanwar-siauw-dan-cerita.

Page 67: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

54

mengenai ketuhanan berubah lima tahun kemudian saat ia kuliah pada

semester ketiga di Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Pertanian. Proses

pencarian itu berakhir saat ia berdiskusi mengenai pertanyaannya dengan

ustadz aktivis gerakan Da‟wah Islam internasional yaitu Ustadz Fatih Karim

dan dari diskusi tersebut merupakan perkenalannya dengan al-Quran.

Pengenalannya dengan al-Quran membuat ia terpukau saat membaca ayat

Q.S al-Baqarah ayat dua yang menyatakan bahwa kitab ini (al-Quran) tidak

ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang yang bertakwa. Tetapi, ia

masih mengira bahwa yang menciptakan kitab suci umat Islam yaitu manusia

biasa seperti hal nya kitab agama lain. Namun, saat mencapai penjelasan

bahwa ayat al-Quran bukan buatan manusia dan ditunjukan bukti pada

penjelasan al-Quran di Q.S al-Baqarah ayat 23 yang menjelaskan, sebagai

berikut:

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran, yang Kami

wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang

semisal al-Quran itu, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah (untuk

ikut membuatnya), jika kamu orang-orang yang memang benar.”111

Bagi dirinya, Q.S al-Baqarah merupakan tantangan untuk manusia dan

tidak ada yang bisa membuat seperti itu. Kekaguman dirinya akan al-Quran

pun merujuk kembali pada diskusi yang cukup panjang mengenai Islam dan

muslim, penjelasan mengenai sistem Islam kaffah (sempurna) bekerja.

111

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahan (Bandung: Gema

Risalah Press, 1992), h. 12.

Page 68: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

55

Penjelasan tentang konsep Islam yang belum pernah ia dengar sama sekali.112

Sehingga dari diskusi panjang tersebut, ia menemukan jawaban dari

pertanyaan besarnya dengan sempurna, yaitu:

“Bahwa saya berasal dari Sang Pencipta dan itu adalah Allah SWT.

Saya hidup untuk beribadah (secara luas) kepada-Nya, karena itulah

perintah-Nya yang tertulis di dalam al-Qur‟an. Selain itu al-Qur‟an

dijamin datang dari-Nya karena tak ada seorangpun manusia yang

mampu mendatangkan yang semacamnya. Setelah hidup ini berakhir,

kepada Allah saya akan kembali dan membawa perbuatan ibadah saya

selama hidup dan dipertanggungjawabkan kepada-Nya sesuai dengan

aturan yang diturunkan oleh Allah SWT.”113

Dari situ lah, ia dengan yakin memutuskan untuk masuk Islam diusianya

yang menginjak 18 tahun. Hingga pada tahun 2006, ia melengkapi separuh

agamanya dengan menikahi perempuan yang taat agamanya bernama Iin, atau

yang biasa dikenal orang dengan sebutan Ummu Alila. Dari pernikahannya

itu, ia dianugerahi empat buah hati yang diberi nama Alila Shaffiya Asy-

Syarifah, Shifr Muhammad Al-Fatih, Ghazi Muhammad Al-Fatih, dan Aia

Shaffiya Asy-Syarifah.

Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB), ia juga aktif berdakwah

mengenai kebenaran Islam di kampusnya dan bergabung dengan Tim

Dakwah Kampus BKIM IPB. Di samping itu, ia diamanahi menjadi ketua

lembaga dakwah Fakultas Pertanian, eLSIFA.114

Pada tahun 2006, ia

tergabung dalam J&A inspiration and idea sebagai Content Manager dan

pada tahun 2007 ia juga mengabdikan dirinya sebagai dosen pada matakuliah

Basic Knowledge, Economic Mathematic dan Marketing Management di

112

Felix Siauw, “Aku dan Islam,” diakses pada Rabu, 19 April 2017 dari

http://felixsiauw.com/home/aku-dan-Islam/. 113

Felix Siauw, “Aku dan Islam,” diakses pada Rabu, 19 April 2017 dari

http://felixsiauw.com/home/aku-dan-Islam/. 114

“Profil Felix Yanwar Siauw dan Cerita Hidupnya,” diakses pada 21 Agustus 2017 dari

http://republikpos.com/2016/01/profil-felix-yanwar-siauw-dan-cerita.

Page 69: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

56

STIE GICI Business School.115

Saat ini, ia berkonsentrasi membangun

generasi Islam sebagai Islamic inspirator. Selain berdakwah, ia juga memiliki

profesi sebagai Marketing Manager di perusahaan agrokimia PT. Biotis

Agrindo.

Ustadz Felix juga aktif dalam menebarkan pesan dakwah melalui kajian-

kajian Islam di masjid, pesantren, perkantoran, bahkan lingkungan

masyarakat sekitar. Selain itu, Ustadz Felix aktif menebarkan pesan dakwah

melalui media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram. Selain aktif

berdakwah di lingkungan maupun media sosial, ia pun aktif dalam menulis.

Hal ini terlihat pada sejumlah karya buku yang ia keluarkan sampai sekarang,

sebagai berikut:

1. Beyond The Inspiration, tahun 2010.

2. Muhammad Al-Fatih 1453, tahun 2011.

3. How Master Your Habits, tahun 2012.

4. Dengan Tinta Mengubah Dunia, 2012

5. Yuk, Berhijab! tahun 2013.

6. Udah Putusin Aja, tahun 2013.

7. Khilafah: Bukan Hanya Pemimpin yang Amanah, Tapi Juga Sistem

Kepemimpinan yang Amanah, tahun 2014.

8. Khilafah* Remake, tahun 2014.

9. The Chronicles of Ghazi (Seri #1), tahun 2014.

10. The Cronicles Of Ghazi, Seri #2, The Clash of Cross And Crescent,

tahun 2014.

11. Al fatih 1453: Battle of Varna, tahun 2015.

12. The Chronicles of Ghazi (Seri #3): The Howling of Wolf, The Eyesight

Of Eagle, tahun 2015.

115

Nurul Hidayati, “Analisis Wacana Makna Hijab dalam Buku “Yuk, Berhijab” Karya Felix

Y. Siauw,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2014), h. 48.

Page 70: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

57

13. Yuk Follow Islam Full 24 Jam, tahun 2015.

14. The Chronicles Of Ghazi (Seri #4 ): The Beginning of The Conquest,

tahun 2016.

15. The Chronicles of Ghazi (Seri #5): gaze of ghazi, tahun 2016.

16. Unfinished Enemy of GHAZI, tahun 2016.

17. Bersamamu, Di Jalan Dakwah Berliku, tahun 2016.

18. Islam Rahmatan Lil Alamin, tahun 2016.

19. Art of Dakwah, tahun 2017.

20. Wanita Berkarir Surga, tahun 2017.

Page 71: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

58

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN

A. Analisis Wacana Judul 1 “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan

Keadilan Gender (KKG)”

1. Analisis Struktur Teks

a. (Struktur Makro) Tematik

Unsur global yang menjadi gambaran umum dalam tulisan atau

wacana disebut elemen tematik atau tema. Tema memberikan gagasan

inti dari suatu teks yang menggambarkan apa yang ingin disampaikan

atau dikedepankan oleh Ustadz Felix melalui tulisan kepada pembacanya.

Tema secara umum pada tweet Ustadz Felix Siauw pada kultwit (kuliah

twit) berjudul Liberalis Dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

(KKG) terdapat tiga tema, masing-masing menguraikan tentang yaitu:

Pertama, ketidaksetujuan disahkannya RUU Kesetaraan dan

Keadilan Gender (KKG). Tema ini menjelaskan ketidaksetujuan Ustadz

Felix dengan RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) jika

disahkan menjadi Undang-undang. Apabila RUU tersebut disahkan,

maka kesetaraan gender dapat meluas dan dapat membebaskan

perempuan muslimah dari ajaran Allah SWT. Ketidaksetujuannya

dikarenakan RUU KKG berusaha untuk menyamakan hak dan kewajiban

antara laki-laki dan perempuan, sehingga hal tersebut bertentangan

dengan ajaran Islam. Sebab, di dalam Islam hak dan kewajiban keduanya

sudah diatur.

Page 72: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

59

Ketidaksetujuannya pun dikarenakan RUU KKG ini merupakan

bagian dari ghazwul fikri116

. Menurut Ustadz Felix, orang-orang Barat

dinilai berusaha mengubah mindset umat muslim untuk berpikiran yang

sama seperti mereka yaitu, bahwa umat Islam membutuhkan kesetaraan

gender. Sehingga apabila semua berpikiran seperti itu, hal tersebut dapat

merusak masyarakat. Hal ini dilihat pada wawancara sebagai berikut:

“Saya gak setuju sama RUU KKG karena itu adalah bagian dari

ghazwul fikri, merusak masyarakat. Bayangkan bagaimana

seandainya negeri ini kalau perempuan-perempuan tidak ada yang

mau taat pada Allah, dan tidak ada yang mau nurut ketentuan Allah,

Allah rugi? Tidak, tapi masyarakat rusak. Seperti terjadi di Barat,

orang sekarang di Barat sudah anti feminisme masa kita mau

feminisme? Hehe itu kan aneh.”117

Dari wawancara tersebut, peneliti melihat bahwa adanya keresahan

dan kekhawatirkan yang dirasakan oleh Ustadz Felix jika nantinya umat

muslim banyak yang tidak patuh dengan ajaran Allah SWT, dengan cara

memaksakan untuk menuntut peran yang sama dikarenakan kesetaraan

gender tersebut. Padahal menurut Ustadz Felix, Islam telah mengatur

tugas, hak, dan kewajiban yang ditentukan sesuai kemampuan masing-

masing. Sehingga tidak ada paksaan maupun larangan dalam

mengerjakan sesuatu. Hanya saja hal tersebut tidak melanggar ajaran

Islam. Mengenai ketidaksetujuan disahkannya RUU Kesetaraan dan

Keadilan Gender (KKG), dapat diamati dalam tweet di bawah ini:

116

Ghazwul fikri adalah serbuan pemikiran, serangan intelektual. Bentuk penyerangan untuk

menjauhkan muslim dari ajaran Islam melalui pikiran, ide, tulisan, argumentasi, dan propaganda

(Kamus istilah Islam). 117

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017.

Page 73: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

60

Tabel 4.1

Struktur Tematik ke-1 Tweet Liberalis Dibalik RUU Kesetaraan dan

Keadilan Gender (KKG)

Hal yang

diamati

Temuan data

Tema/Topik - Dengan UU KKG ini, kaum liberal mencoba

meliberalkan perempuan dari hukum Allah,

mensekulerasisasi perempuan muslim, atas nama

#gender (4) 118

- Pada intinya RUU KKG berniat menyamakan hak

dan kewajiban antara lelaki dan wanita, membuat

semua sama antara lelaki dan wanita (5)

Kedua, Islam menghormati dan memuliakan perempuan. Tema

tersebut mengenai Islam dalam memperlakukan perempuan dengan

sangat baik. Dalam kultwit (kuliah twit) ini, Ustadz Felix membantah

pernyataan orang Barat yang menganggap bahwa Islam tidak

memperlakukan perempuan dengan baik dan menjadikannya kelas kedua.

Dalam Islam, perempuan kedudukannya diangkat dan juga dihormati.

Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Ustadz Felix dalam wawancara

sebagai berikut:

“Dalam Islam ada gak konsep mendahulukan laki-laki daripada

perempuan? yang terjadi malah dalam beberapa hal perempuan itu

lebih didahulukan daripada laki-laki. Artinya di sini perempuan

sangat dimuliakan. Nah artinya tidak dikatakan bahwa Islam

menjadikan nomor dua.... Di masa ketika perempuan haid dikatakan

sebagai penyakit, Rasull katakan “Tidak itu bukan penyakit, itu

cuma adalah ya sebagian hal yang harus dijauhi tapi tidak dianggap

kotor semuanya”. Kemudian Rasull berbaring pada Aisah waktu

sedang haid, ya itu adalah sesuatu hal yang tabu pada saat itu,

sehingga dianggap menjijikan pada saat itu, tapi Rasull mengatakan

itu. Rasul kemudian mengkritik bagaimana perempuan yang dikubur

hidup-hidup ketika lahir dan sebagainya. Nah ini diangkat

derajatnya oleh Rasullullah.”119

118

Nomor ini adalah nomor urutan pada kuliah twit (kultwit) Liberalis Dibalik RUU KKG. 119

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017.

Page 74: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

61

Berdasarkan wawancara di atas, Islam tidak menjadikan perempuan

kelas ke dua, dalam a-Qur‟an dan Hadist pun dapat ditemui bahwa dalam

beberapa hal perempuan lebih didahulukan atau diutamakan daripada

laki-laki, salah satunya terdapat Hadist mengenai keutamaan menaati ibu

tiga kali lipat dibandingkan oleh ayah. Adanya Hadist yang menunjukkan

bahwa perhiasan dunia adalah wanita shalihah bukan ditujukan untuk

laki-laki yang sholeh. Oleh karena itu, di dalam Islam perempuan

sangatlah dihormati. Hal ini pun dapat dilihat dalam teks pada tweet

sebagai berikut:

Hal tersebut menunjukkan bahwa, Islam sangat memuliakan

perempuan dan menjunjung tinggi kedudukan perempuan. Sehingga

perempuan harus diletakkan sebagaimana mestinya, dijaga, dan

dilindungi. Saat Islam hadir, perempuan telah diangkat derajatnya dari

perlakuan buruk di masa lalu, sehingga perempuan benar-benar

dimuliakan dan dilindungi, serta tidak dijadikan kelas kedua.

Sebagaimana menurut Muhammad Ali Albar, bahwa “Islam

menghormati wanita dengan penghormatan yang sangat luhur,

Gambar 4.1 Tweet Liberalis dibalik RUU

Kesetaraan dan Keadilan Gender

Page 75: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

62

mengangkat martabatnya dari sumber keburukan dan kehinaan serta dari

penguburan hidup-hidup dan perlakuan buruk ke kedudukan yang

terhormat dan mulia.”120

Dengan demikian, Islam tidak memperlakukan

diskriminasi terhadap perempan, karena pada dasarnya Islamlah yang

mengangkat derajat kaum perempuan dari perlakuan buruk di masa lalu

dan menjadikannya lebih baik.

Mengenai tema menghormati perempuan, dapat dilihat dalam tweet

berikut ini:

Tabel 4.2

Tematik ke-2 Tweet Liberalis dibalik RUU KKG

Hal yang

diamati

Temuan data

Tema/Topik - Islam memuliakan wanita, tak ada yang lebih

memuliakan wanita selain aturan Islam, yakin

deh | yang lain kayak kesetaraan #gender

merusak aja (48)

- Islam memerintahkan wanita menutup aurat, dan

tak banyak menampakkan dirinya, karena yang

berharga memang harus dilindungi dan dijaga

(49)

- Islam menaruh posisi ibu 3 kali lipat lebih dari

posisi ayah, siapa yang harus ditaati ya Rasul?

"ibumu!" ibumu!" "ibumu!" "lalu ayahmu!" (51)

- Rasul katakan "dunia adalah perhiasan, dan

sebaik-baik perhiasan wanita shalihah" (HR

Muslim) | wee SubhanAllah :) (52)

Ketiga, kesetaraan dan keadilan dalam Islam. Tema ini menjelaskan

bahwa perempuan dan laki-laki adalah manusia yang berbeda, tetapi

tetap diperlakukan secara adil agar setara untuk mendapatkan

kebahagiaan masing-masing, yang berupa pahala jika menjalankan

120

Muhammad Ali Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam: Kodrat Kewanitaan,

Emansipasi, dan Pelecehan Seksual, Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin (Jakarta: Pustaka

Azzam, 1998), h. 16.

Page 76: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

63

perintah-Nya dengan baik dan mendapatkan dosa jika melanggarnya.

Selain itu juga perempuan dan laki-laki setara di hadapan Allah SWT.

Sebagaimana dalam Q.S al-Azhab [33]: 35, sebagai berikut:

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan

perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam

ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan

perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki

dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang

berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,

laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah

telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”121

Sebagaimana Juga dalam Q.S al-Azhab [33]: 73:

“Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan

perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan

sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan

perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.”122

Ayat-ayat tersebut menunjukkan kesetaraan antara perempuan dan

laki-laki sebagai hamba dalam berbagai nilai-nilai kehidupan. Pada ayat

di atas menjelaskan bahwa penganugerahan pahala atau pemberian sanksi

tidak dibedakan baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

Karena Islam menjunjung keadilan, sehingga segala sesuatu diukur

sesuai apa yang dilakukan. Mereka tidak dibedakan sedikit pun, bahkan

121

Departemen Agama Republik RI, al-Quran dan Terjemahan (Bandung: Gema Risalah

Press, 1992), h. 673 122

Ibid., h. 680.

Page 77: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

64

perempuan dan laki-laki diajak untuk saling tolong menolong dan

menjadi patner dalam beramar ma‟ruf nahi munkar.

Dalam ayat tersebut diperlihatkan bahwa Islam telah menawarkan

konsep keadilan dengan menempatkan hubungan perempuan dan laki-

laki yang keberadaannya diakui dan tanpa ada pembedaan. Perempuan

dan laki-laki tetap dianjurkan untuk saling berlomba dalam kebaikan

melalui jalur yang berbeda, tetapi mereka tetap mendapatkan piala yang

sama yaitu pahala dari Allah SWT. Karena laki-laki maupun perempuan

memiliki fitrah yang berbeda, yaitu kelebihan masing-masing untuk

menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Seperti hasil

dalam wawancara sebagai berikut:

“Karena memang ternyata wanita dan laki-laki berbeda tidak

bisa disamakan. Nah Islam itu menempatkan pada fitrahnya,

pialanya itu beda. Laki-laki perangnya di sini, perempuan

perangnya di sini. Contoh, laki-laki kalau masuk masjid dapat shaf

yang paling depan, Perempuan shaf paling belakang. Siapa duluan

itu yang dapat pahala paling banyak. Beda kan? Pialanya beda,

laki-laki jihadnya di medan perang, perempuan jihadnya ketika haji

mabrur. Beda kan? Apalagi, laki-laki shalatnya di masjid,

perempuan shalatnya di rumah. Pialanya beda. Laki-laki ketika dia

mendapatkan pahala tertinggi adalah ketika dia bisa, misalnya

mencari nafkah yang benar dan halal, Perempuan mengurus

urusannya di rumah dan sebagainya. Artinya apa? Perempuan dan

laki-laki emang beda. Jadi gak harus laki-laki bisa lakukan, kamu

juga harus lakukan gak harus. bahkan kadang-kadang ada laki-laki

yang bisa lakukan, kamu gaboleh. Dan ada perempuan yang bisa,

laki-laki gak boleh”123

Pada inti kultwit (kuliah twit) ini, menjelaskan bahwa kesetaraan

yang didapat oleh perempuan dan laki-laki ialah setara dalam

memperoleh kebahagiaan yang berupa ridha dari Allah SWT, namun

mendapatkanya dengan cara yang berbeda. Apapun perbedaan yang

123

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017.

Page 78: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

65

dilakukan oleh perempuan dan laki-laki, mereka tetap mendapatkan

pahala dan ridha dari Allah SWT yang sama. Perbedaan tersebut

diperlakukan dengan seimbang agar menciptakan keadilan. Sebagaimana

menurut Nasaruddin Umar, bahwa:

“Islam memang mengakui adanya perbedaan (distinction) antara

laki-laki dan perempuan, tetapi tetapi bukan pembedaan

(discrimination). Perbedaan tersebut didasarkan atas kondisi fisik-

biologis perempuan yang ditakdirkan berbeda dengan laki-laki,

namun perbedaan tersebut tidak dimaksudkan untuk memuliakan

yang satu dan merendahkan yang lainnya.124

Prinsip-prinsip

kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, yaitu: Laki-laki

dan perempuan sama-sama sebagai hamba, sebagai khalifah,

menerima penjanjian primordial terlibat secara aktif dalam drama

kosmis dan berpotensi meraih prestasi.”125

Dengan demikian, kesetaraan yang dimaksud bukan berarti harus

sama tanpa adanya perbedaan, melainkan tetap memiliki perbedaan.

Karena untuk mendapatkan kebahagiaan tidak perlu mencapainya dengan

satu jalan yang sama cara mendapatkannya. Perbedaan yang ada pun

bukan sebagai pembeda untuk menunjukkan siapa yang paling kuat dan

siapa yang paling lemah. Namun, perbedaan tersebut harus disikapi

secara bijak disertai dengan memahami agama agar tidak terjadi

ketidakseimbangan antara laki-laki maupun perempuan. Mengenai tema

kesetaraan dan keadilan dalam Islam, dapat dilihat dalam tweet berikut

ini:

124

Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan

Gender, 1999), h. 23. 125

Nasaruddin Umar, Bias Jender Dalam Penafsiran Kitab Suci (Jakarta: Fikahati Aneska,

2000), h. 17-28.

Page 79: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

66

Tabel 4.3

Tematik ke-3 Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan

Gender (KKG)

Hal yang

diamati

Temuan data

Tema/Topik - Islam memandang pria dan wanita berbeda secara

gender, namun mendapatkan akses yang sama

terhadap kebahagiaan, yaitu ridha Allah SWT (34)

- Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan

perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi

penolong bagi sebahagian yang lain (QS9:71). (35)

- Lelaki berlomba shaf paling depan, perempuan

berlomba shaf di belakang, keduanya mendapat

ridha Allah, jalur masing-masing sudah tetap (38)

- Lelaki berlomba syahid di medan jihad,

perempuan berumrah mendapat pahala yang sama,

jalurnya sudah ada, tak perlu disetarakan #gender

(39)

- Lelaki mencari nafkah untuk keluarga, perempuan

mengurus rumah dan keluarganya, semua dapat

ridha, tak perlu berlomba di jalur yang sama (40)

- Subhanallah, itulah Islam, menggariskan untuk

perempuan dan laki-laki ada jalur lomba sendiri-

sendiri-sendiri, nggak berantem, salah satu

keadilan Allah (41)

- Begitu juga waris lebih banyak laki-laki, karena

harta itu dipakai untuk keluarganya, sedang

warisan bagian wanita untuknya semata, adil kan

(57)

b. ( Superstruktur) Skematik

Tabel 4.4

Skematik Judul Liberalis dibalik RUU KKG

Hal

yang

diamati

Temuan data

Lead - Kaum liberalisme punya banyak racun pemikiran untuk

umat Muslim, yg paling sering diangkat adalah pluralism,

demokrasi, kesetaraan gender, dll.

- Llihat aja daftar LSM yg dibiayai ford foundation,

USAID, AUSAID, dll, semua isu yang diangkat adalah isu

yang serupa.

Page 80: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

67

- Khusus akhir-akhir ini, isu kesetaraan gender hendak

diangkat menjadi UU, lewat RUU KKG (keadilan dan

kesetraan gender)

- Dengan UU KKG ini, kaum liberalis mencoba

meliberalkan perempuan dari hukum Allah,

mensekulerisasi perempuan Muslim, atas nama gender

Story - Karena itu perlu saya sedikit share tentang sejarah

kemunculan isu Feminisme/kesetaraan gender, supaya

jelas bagi kita sikapinya.

- Jauh sebelum hari ini, bias gender sebenarnya sudah

terjadi ketika masa dark agesdi eropa, abad pertengahan,

yaitu 5 - 15 M.

- Saat itu gereja menjadi badan terkuat setelah landlord,

Agama Katolik menjadi agama negara, dan aturan gereja

adalah mutlak.

- Termasuk anggapan gereja saat itu adalah menganggap

gender wanita sebagai aib, penyebab Adam diusir dari

surga, container of satan kata mereka.

- Maka mulai gender wanita diperlakukan berbeda,

masyarakat mengadopsi anggapan Katolik, lalu anggap

wanita warga kelas dua, di bawah laki-laki.

- Gender wanita dieksploitasi secara seksual di patung-

patung, lukisan-lukisan, dan menjadi objek nafsu pria,

tidak lebih dari itu.

- Gender wanita dianggap beban karena tak mampu mencari

nafkah, dikuasai laki-laki, dan boleh diperlakukan semena-

mena.

- Ditambah sekulerisasi barat yang akhirnya menjadikan

standar kebahagiaan terletak pada harta, jabatan dan

kenikmatan dunia.

- Maka lahirlah gerakan Feminisme di Barat, sekali lagi,

lahirlah Feminisme di dunia Barat, karena mereka merasa

diperlakukan tidak adil.

- Mereka mendesak bahwa gender laki-laki dan gender

wanita harusnya punya akses yg sama terhadap harta,

kerja dan semua kebebasan lainnya.

- hasilnya setara gender?, rusaklah tatanan hidup, angka

perceraian meningkat, AS kampiun dlm hal perceraian,

single parent meroket

- Gara-gara setara gender, anak broken home menjamur,

incest (seks antarkeluarga) bermunculan, depresi dan

stress perempuan meningkat

- Mengapa itu terjadi? Karena kesetaraan gender

menyamakan antara lelaki dan wanita, padahal keduanya

berbeda, punya jalur masing-masing.

- Tapi inilah yg diinginkan kaum liberalis kapitalis, merusak

tatanan masyarakat hingga mereka mengambil

keuntungan, dan menjauhkan Islam.

Page 81: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

68

- Jadi perlu dipertegas, bahwa masalah gender ini berasal

dari tatanan hidup barat sekuler, bukan berasal dari Islam

sama sekali.

- Dalam Islam, justru ketika Islam datang, perempuan jauh

dimuliakan dibanding hidupnya pada masa yang lalu,

diangkat derajatnya.

- Islam memandang pria dan wanita berbeda secara gender,

namun mendapatkan akses yang sama terhadap

kebahagiaan, yaitu ridha Allah SWT.

- Orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,

sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi

sebahagian yang lain (QS9:71).

- Itulah bedanya, kapitalis menjadikan kebahagiaan pada

materi, ini merugikan wanita|dalam Islam kebahagiaan

adalah ridha Allah semata.

- Maka dalam Islam, perempuan bisa sama bahagia dengan

laki-laki, tidak perlu isu kesetaraan gender yang

menyesatkan.

- Lelaki berlomba shaf paling depan, perempuan berlomba

shaf dibelakang, keduanya mendapat ridha Allah, jalur

masing-masing sudah tetap.

- Lelaki berlomba syahid di medan jihad, perempuan

berumrah mendapat pahala yang sama, jalurnya sudah ada,

tak perlu disetarakan gender.

- Lelaki mencari nafkah untuk keluarga, perempuan

mengurus rumah dan keluarganya, semua dapat ridha, tak

perlu berlomba di jalur yang sama.

- Subhanallah, itulah Islam, menggariskan untuk perempuan

dan laki-laki ada jalur lomba sendiri-sendiri, nggak

berantem, salah satu keadilan Allah.

- Dan malahan, bila ingin disetarakan gender, hasilnya jadi

hancur | pria cari nafkah angkat-angkat barang, perempuan

bisa menyamai? Tidak.

- Jadi kerusakan tatanan hidup adl bila perempuan diminta

masuk ke jalur yg gak cocok dengan default setting-nya,

dan sebaliknya

- Tak perlu kesetaraan gender, Allah yang lebih tahu

tentang jalur perlombaan kebaikan bagi wanita/pria, bukan

manusia yang mengetahui.

- Islam memuliakan wanita, tak ada yang lebih memuliakan

wanita selain aturan Islam, yakin deh | yang lain kaya

kesetaraan gender merusak aja.

- Islam memerintahkan wanita menutup aurat, dan tak

banyak menampakkan dirinya, karena yang berharga

memang harus dilindungi dan dijaga.

- Islam menggariskan aktivitas wanita bersama-sama

dengan jamaah wanita, karena Islam menghormati wanita,

dia tak dikumpulkan dengan pria :)

Page 82: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

69

- Islam menaruh posisi ibu tiga kali lipat lebih dari posisi

ayah, siapa yang harus ditaati ya Rasul? "Ibumu!"

“ibumu!" "Ibumu!" "Lalu ayahmu!"

- Rasul katakan "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik

perhiasan wanita shalihah" (HR Muslim) | wee

SubhanAllah :)

- Rasul ucapkan "Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling

baik terhadap istri-istrinya" (HR Ahmad) | wee

MasyaAllah :D

- Dan Islam menunjukkan pula bahwa pendukung pertama

Rasul adalah wanita, syahidah pertama juga wanita, Rasul

wafat juga di pelukan wanita :)

- Lalu mengapa poligami cuma laki-laki yang boleh? >>

Emang perempuan mau punya dikelilingi cowok banyak?

Fitrahnya nggak kan (emang gw cewek apaan).

- Begitu juga waris lebih banyak laki-laki, karena harta itu

dipakai untuk keluarganya, sedang warisan bagian wanita

untuknya semata, adil kan :)

- Begitu juga pemukulan terhadap wanita bukan untuk

kekerasan, tapi untuk ta'dib (mendidik) dan pukulan itu

juga ada etikanya.

- Laki-laki baru boleh memukul bila istri maksiat dan 1)

sudah dinasehati, 2) sudah didiamkan 3) sudah dipisah

ranjang, tapi istri gak taubat.

- Memukul istri juga nggak boleh di kepala, nggak boleh

berbekas, dan nggak menyakitkan, MasyaAllah, nah nah

nah. Itulah Islam :)

- Suami adalah pemimpin istri, dia diserahkan wewenang

oleh Allah agar suami menuntun istri ke surga Allah,

menjaganya dari maksiat.

Penutup - Kesimpulannya, tak ada negara yang menerapkan

kesetaraan gender lalu benar, yang ada tatanan hidupnya

rusak, liat aja AS bosnya Feminis.

- Justru harkat martabat wanita diangkat dengan Islam,

dengan penerapan syariat Islam dalam masa Khilafah

Islam, wanita mulia.

- Setidaknya itulah yang bisa kita lihat di sejarah dan juga

fakta saat ini, so go away kesetaraan gender, Islam tak

perlu! :)

Skematik merupakan suatu elemen dari analisis wacana yang

mempunyai alur dari pendahuluan sampai akhir. Sehingga alur tersebut

menunjukkan bagaimana teks disusun membentuk kesatuan arti. Dalam

analisis skematik, Ustadz Felix menggambarkan pada pembaca pada

Page 83: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

70

tema yang diangkat mengenai ketidaksetujuaannya dengan adanya

kesetaraan gender dalam Islam. Hal ini dilihat dari kultwit (kuliah twit)

tentang Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG)

yang secara keseluruhan, rangkaiannya diawali dengan tulisan yang

menggambarkan pada persoalan kesetaraan gender. Dimulai dengan

menyinggung isu RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) yang

pada saat itu sedang ramai dibicarakan.

Dalam isi kultwit ini, Ustadz Felix menyusunnya dengan

menampilkan sejarah adanya Feminisme yang diakibatkan dari perlakuan

tidak baik terhadap perempuan di Barat. Selanjutnya dituliskan mengenai

akibat dari kesetaraan gender yang dinilai berdampak buruk seperti

perceraian meningkat, sehingga menyebabkan single parents dan

banyaknya anak-anak yang mengalami broken home. Setelah itu, Ustadz

Felix menuliskan Agama Islam dalam memperlakukan perempuan yang

berbeda dengan perlakuan perempuan di Barat. Di mana dalam Islam,

perempuan telah dimuliakan sejak Islam datang hingga sekarang, dengan

menampilkan Hadist mengenai Islam yang memuliakan wanita.

Kemudian, disusun dengan menampilkan penjelasan seperti waris laki-

laki yang lebih banyak daripada perempuan dan izin memukul istri yang

diberikan kepada suami.

Terakhir, kultwit (kuliah twit) ini ditutup dengan sebuah kesimpulan

dari Ustadz Felix yang menganggap bahwa tidak ada negara yang

menerapkan kesetaraan gender lalu menjadi benar, yang terjadi yaitu

rusaknya tatanan hidup karena terlalu memaksakan perempuan dan laki-

Page 84: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

71

laki untuk berbuat hal yang sama, dan diakhiri dengan pendapat Ustadz

Felix bahwa Islam tidak perlu kesetaraan gender.

c. (Struktur Mikro) Semantik

Elemen semantik berisi makna yang ingin ditekankan dalam sebuah

teks secara eksplisit maupun implisit. Beberapa strategi semantik,

diantaranya:

1. Latar

Latar peristiwa yang dipilih akan menentukan ke arah mana

pandangan khalayak akan dibawa.126

Struktur semantik pada latar

dalam judul kultwit (kuliah twit) ini, mengarahkan pandangan pada

pembaca bahwa Islam tidak membutuhkan kesetaraan gender, karena

permasalahan kesetaraan gender terjadi di dunia Barat bukan terjadi

di Islam dan Agama Islam tidak memperlakukan perempuan dengan

buruk.

Latar pada kultwit (kuliah twit) ini dikarenakan ketidaksetujuan

Ustadz Felix akan munculnya RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

(KKG). Menurutnya, RUU KKG digagas untuk menyamakan hak

dan kewajiban perempuan dan laki-laki, yang pada dasarnya Islam

memandang hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki

tentunya tidak bisa disamakan secara keseluruhan. Hal ini terlihat

pada teks “Pada intinya RUU KKG ini berniat menyamakan hak dan

126

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS Group,

2011), h. 232.

Page 85: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

72

kewajiban antara lelaki dan wanita, membuat semua sama antara

lelaki dan wanita.”127

Selain itu, ketidaksetujuannya juga dikarenakan orang-orang

Barat menganggap bahwa ajaran Islam adalah sumber dari

ketidaksetaraan perempuan dengan laki-laki. Padahal, Islamlah yang

lebih dulu mengangkat derajat perempuan dan memuliakannya.

Islam juga telah memperlakukan perempuan dan laki-laki secara adil

melalui ajaran-Nya. Ini terlihat pada teks “Kaum liberalis ini

menganggap bahwa al-Qur'an dan syariat Islam adalah sumber bias

gender(perlakuan tak setara thd perempuan).”128

2. Detail

Pada elemen detail berhubungan dengan kontrol informasi yang

ditampilkan oleh seseorang. Pengarang akan menonjolkan detail

yang lengkap dan panjang secara sengaja untuk menampilkan citra

tertentu pada khalayak. Aspek detail pada kultwit ini, Ustadz Felix

memberikan contoh-contoh maupun penjelasan yang mendukung

argumennya dalam meyakinkan pembaca bahwa apa yang ditulis

sesuai dengan kenyataan.

Pada kultwit berjudul Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan

Keadilan Gender, Ustadz Felix menuliskan contoh bahwa Islam

memperlakukan perempuan dan laki-laki secara adil. Perempuan dan

laki-laki berbeda, tetapi mendapatkan keridhaan Allah SWT yang

sama. Ini terlihat pada teks:

127

Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses

pada 12 januari 2017 dari http://chirpstory.com/li/6134. 128

Ibid.,

Page 86: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

73

“Lelaki mencari nafkah untuk keluarga, perempuan mengurus

rumah dan keluarganya, semua dapat ridha, tak perlu berlomba

di jalur yang sama,” “Lelaki berlomba syahid di medan jihad,

perempuan berumrah mendapat pahala yang sama, jalurnya

sudah ada, tak perlu disetarakan ender,” dan “Lelaki berlomba

shaf paling depan, perempuan berlomba shaf dibelakang,

keduanya mendapat ridha Allah, jalur masing2 sudah tetap.”129

Dengan demikian, perbedaan aktivitas tersebut bukan untuk

menunjukkan yang satu lebih unggul daripada yang lain. Tetapi

perbedaan tersebut adalah jika sama-sama dikerjakan dengan baik,

maka keduanya sama-sama mendapatkan ridha dari Allah SWT.

Setelah itu, detail bahwa Islam sangat memuliakan dan

menghormati perempuan dengan cara memerintahkannya menutup

aurat. Ini terlihat pada teks “Islam memerintahkan wanita menutup

aurat, dan tak banyak menampakkan dirinya, karena yang berharga

memang harus dilindungi dan dijaga.”130

Pada teks ini Ustadz Felix

menunjukkan bahwa perempuan harus ditempatkan dan dijaga

sebagaimana mestinya dengan cara diperintahkan menutup aurat

agar meminimalisir perbuatan yang dapat merendahkan perempuan,

bukannya dibebaskan tanpa batas.

Bahkan, Ustadz Felix juga menjelaskan bahwa dalam beberapa

hal perempuan dilebihkan daripada laki-laki. Diantaranya yaitu

ditampilkan teks bahwa Islam menempatkan posisi ibu tiga kali lebih

utama daripada ayah, pendukung pertama Rasull ialah perempuan

bukan laki-laki. Juga menampilkan contoh yang mendukung

pernyataannya bahwa Islam memperlakukan perempuan dengan adil.

129

Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses

pada 12 januari 2017 dari http://chirpstory.com/li/6134. 130

Ibid.,

Page 87: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

74

Salah satunya yaitu persoalan waris yang di mana pembagian waris

laki-laki dan perempuan yaitu dengan pola dua banding satu. Seperti

yang terdapat dalam QS. An-nisa ayat 11

“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)

anak-anakmu, yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan

bahagian dua orang anak perempuan....”131

Ustadz Felix memberikan penjelasan bahwa laki-laki

mendapatkan warisan dua bagian lebih banyak daripada perempuan,

karena hartanya akan digunakan untuk menafkahi keluarganya.

Sedangkan perempuan, harta yang diterima hanya untuk dirinya

sendiri dan tidak wajib untuk diberikan ke keluarganya. Hal ini

seperti pada hasil wawancara sebagai berikut:

“Secara taklif hukum juga, laki-laki itu wajib menanggung

siapapun yang disekelilingnya. Artinya harta yang dimiliki oleh

dia, itu menjadi kewajiban untuk membaginya sesuai dengan

porsi yang dia punya. Kalau dia punya ibu maka ibunya berhak

atas hartanya, kalau dia punya anak perempuan maka anak

perempuannya berhak atas hartanya, kalau dia punya saudara

perempuan maka dia harus menanggung saudara perempuannya.

Tetapi, kalau perempuan dapat warisan, itu ansih punya dia.”132

Dengan demikian, pada persoalan pembagian waris tidak

menunjukkan bahwa Islam melakukan ketimpangan antara

perempuan dan laki-laki. Detail mengenai hak waris dilihat dalam

gambar sebagai berikut:

131

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Bandung: Gema, 1992), h. 116. 132

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017.

Gambar 4. 2 Detail Tweet Liberalis dibalik RUU KKG

Page 88: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

75

Selain persoalan waris, Ustadz Felix juga memberikan penjelasan

mengenai kebolehan laki-laki untuk melakukan poligami dan tidak

boleh dilakukan oleh perempuan, karena menurutnya watak atau

tabiat perempuan berbeda dengan laki-laki yang memiliki tingkah

laku atau sifat keinginin untuk dikelilingi oleh perempuan. Hal ini

seperti pada hasil wawancara sebagai berikut:

“Contoh lagi misalnya, laki-laki boleh poligami, perempuan

tidak. Lalu fitrahnya begini. Laki-laki kalau ditanya mau gak

punya istri lebih daripada satu? Maulah. Terus ditanya mau gak

kamu dikelilingin 40 cewek-cewek yang secantik nurhaliza

misalnya? Maulah, itu laki-lai. Perempuan ditanya mau gak

dikelilingin oleh laki-laki secakap Bradpit 40 orang? Emang gue

cewek apaan gitukan atau emang gue cewek nakal apa, kalau

cewek gak akan mau, karena secara fitrah emang seperti itu.”

Sesuai dengan hasil wawancara, hal tersebut pun diuraikan oleh

Ustadz Felix dalam tweetnya sebagai berikut:

Seperti halnya yang diuraikan oleh Quraish Shihab bahwa:

“Laki-laki cenderung menginginkan jasad perempuan,

sedangkan perempuan cenderung mementingkan unsur cinta, dan

kasih sayang. Kasih sayang yang dibutuhkan oleh seorang istri

tidak dapat terpenuhi kecuali dalam suasana cinta penuh seorang

suami. Karena itu ajakan agar mereka berpoliandri tidak akan

disambut oleh perempuan-perempuan yang mengikuti kodratnya

itu.”133

Walaupun laki-laki memiliki sifat yang mengarahkan dirinya

untuk melakukan poligami, tetapi poligami dilakukan secara adil

yang meliputi yaitu menyediakan tempat tinggal tiap-tiap istri,

persamaan waktu menginap tiap-tiap istri, berprasangka yang baik

133

Quraish Shihab, Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 204-205.

Gambar 4.3 Detail Tweet Liberalis dibalik RUU KKG

Page 89: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

76

kepada tiap-tiap istri, dan tidak menikahi perempuan yang memiliki

hubungan keluarga dekat.134

Rasulullah pun menikahi perempuan-perempuan lain setelah Siti

Khadijah wafat dikarenakan untuk kepentingan dakwah dan

memberikan bantuan ataupun perlindungan untuk janda dengan

anaknya yang kehilangan suami di medan perang dan memiliki

kehidupan yang sulit, bukan didasarkan pada nafsu biologis

semata.135

Dengan demikian, apabila seseorang ingin melakukan

poligami, hal tersebut didasari untuk memerdekakan perempuan

ataupun seorang janda dari kesulitan dan tidak didasari pada nafsu

biologis saja, maupun dapat memperlakukan istri-istrinya secara adil.

Kendati demikian, di dalam al-Quran terdapat isyarat bahwa laki-

laki tidak dapat berlaku adil kepada istri-istrinya, seperti yang

terdapat dalam Q.S An-Nisa ayat 129:

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara

isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian,

karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu

cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika

kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan),

maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.”136

Kemudian, Ustadz Felix pun memberikan detail mengenai izin

pemukulan suami pada istri yang dapat dilakukan bukan dengan

semena-mena, tetapi dilakukan dengan beretika dan tidak dilakukan

134

Nasaruddin Umar, Fikih Wanita untuk Semua (Jakarta: Serambi Ilmu, 2010), h. 98. 135

Ibid., h. 97. 136

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Bandung: Gema, 1992), h. 143.

Page 90: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

77

sembarangan. Pemukulan tersebut pun dilakukan untuk mendidik

bukan untuk kekerasan. Ini terlihat pada teks:

“Begitu juga pemukulan tehadap wanita bukan untuk

kekerasan, tapi untuk ta'dib (mendidik) dan pukulan itu juga ada

etikanya” “Laki-laki baru boleh memukul bila istri maksiat dan

1) sudah dinasehati, 2) sudah didiamkan 3) sudah dipisah

ranjang, tapi istri gak taubat” “Memukul istri juga nggak boleh

di kepala, nggak boleh berbekas, dan nggak menyakitkan”.137

Pemukulan tersebut dilakukan jika istri memiliki sifat nusyuz138

dan masih membangkang apabila dinasihati, didiamkan, maupun

sudah pisah ranjang tetapi seorang istri mengindahkannya. Tetapi

walaupun syariat membolehkan, Rasulullah tidak pernah memukul

istrinya. Islam pun melarang suami menyakiti seorang istri, karena

laki-laki yang paling baik ialah yang memperlakukan istrinya dengan

baik. Seperti yang terdapat dalam hadist berikut ini:

“Riwayat dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mukmin yang paling

sempurna imannya, ialah yang paling baik akhlaknya. Orang yang

paling baik di antara kalian, ialah yang paling baik terhadap

istrinya” (HR Tirmidzi). 139

Sehingga tidak dibenarkan jika Islam bias terhadap perempuan

akibat adanya izin pemukulan istri. Sebab, pemukulan tersebut

terdapat aturan yang tidak boleh semena-mena dan tanpa alasan

137

Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” pada 12

januari 2017 dari http://chirpstory.com/li/6134. 138

Nusyuz yaitu perilaku seorang istri yang meninggalkan kewajiban bersuami istri. Nusyuz

dari pihak istri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya, melakukan hal-hal yang dilarang

Islam. (Al-Qur‟an dan Terjemahan) 139

Imam An-Nawawi, Riyadhus Shalihin 1, Alih Bahasa Hasan A. Barakuan (Semarang:

Alina Press, 2001), h. 252.

Page 91: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

78

melakukannya. Seperti hadist di atas pun, para suami haruslah

memperlakukan istrinya dengan baik dan masih terdapat lagi ayat al-

Quran maupun hadist yang memerintahkan untuk berbuat baik

kepada wanita.

3. Maksud

Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan akan

diuraikan secara tegas dan jelas, serta menunjuk langsung pada

fakta.140

Aspek maksud pada judul ini, kata-kata yang disampaikan

ditulis cenderung secara eksplisit dan jelas. Kalimat yang dituliskan

pada tweet tentang Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan

Gender (KKG) dimaksudkan secara jelas untuk menjelaskan bahwa

Islam bukan agama yang bias gender dan menjelaskan mengenai

persoalan kesetaraan gender maupun Feminisme.

Ustadz Felix memberikan informasi kepada pembaca dengan

menuliskan bahwa Feminisme ataupun kesetaraan gender bukan

berasal dari Islam melainkan dari negara Barat. Hal ini dilihat pada

teks “Maka lahirlah gerakan Feminisme di Barat, sekali lagi,

lahirlah Feminisme di dunia Barat, karena mereka merasa

diperlakukan tidak adil.”141

Dalam kultwit (kuliah twit) ini, Ustadz Felix memberikan

penjelasan bahwa tidak benar jika Islam memperlakukan perempuan

dengan tidak baik. Islam telah memuliakan perempuan dari

140

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

240 141

Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses

pada 12 januari 2017dari http://chirpstory.com/li/6134.

Page 92: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

79

perlakuan buruk di masa lalu. Hal ini terlihat pada teks “Dalam

Islam, justru ketika Islam datang, perempuan jauh dimuliakan

dibanding hidupnya pada masa yang lalu, diangkat derajatnya.“142

Sebagaimana juga yang terdapat dalam wawancara sebagai berikut:

“Sebaliknya Islam malah memberikan kesetaraan kepada

perempuan. Misalnya, di masa ketika perempuan ga dapat

warisan sama sekali, Rasull mengatakan perempuan dapat.

Rasull kemudian mengkritik bagaimana perempuan yang di kubur

hidup-hidup ketika lahir dan sebagainya. Nah ini diangkat

derajatnya oleh Rasullullah. Dijadikan sebagai fitrahnya, tapi

tidak dengan Barat, Barat punya masalah, lalu kemudain mereka

mengeluarkan kesetaraan gender dan mereka kemudian mereka

menyerang Islam, lalu kemudian mengarang bahwa Islam perlu

kesetaraan gender, padahal mereka munculnya itu akibat yang

mereka alami.”143

Terkait dengan wawancara di atas, bahwasanya Ustadz Felix

ingin merubah mindset followers yang membaca tweet tersebut, jika

dalam Islam tidak ada proses kesetaraan gender dan tidak

membutuhkannya, karena Allah SWT telah menentukan peran

maupun tugas sesuai dengan kemampuannya. Ini terlihat pada teks

“Tak perlu kesetaraan gender, Allah yang lebih tahu tentang jalur

perlombaan kebaikan bagi wanita/pria, bukan manusia yang

mengetahui.”144

Dengan demikian, dalam maksud ini dijelaskan bahwa perempuan

dan laki-laki tidak harus berlomba memiliki hal yang sama. Tetapi

melakukan hal yang berbeda pun keduanya akan tetap mendapatkan

ridha dari Allah SWT berupa kebahagiaan dan pahala yang sama.

142

Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses

pada 12 januari 2017dari http://chirpstory.com/li/6134. 143

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, pada 21 April 2017. 144

Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),”

Page 93: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

80

d. Sintaksis

Analisis sintaksis dilihat tiga elemen diantaranya bentuk kalimat,

koherensi, dan kata ganti. Bentuk kalimat yang terdapat pada teks

Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender lebih dominan

menggunakan kalimat deduktif pada setiap teksnya, tetapi ada beberapa

paragraf lain yang menggunakan bentuk kalimat induktif. Dalam kalimat

deduktif ini, inti dari kalimat lebih ditonjolkan secara terang-terangan.

Seperti pada teks “Islam memuliakan wanita, tak ada yang lebih

memuliakan wanita selain aturan Islam, yakin deh | yang lain kayak

kesetaraan gender merusak saja.”145

Pada kalimat ini, penempatan

“Islam” di awal kalimat, menunjukkan bahwa Ustadz Felix ingin

menggambarkan bahwa Agama Islam sangatlah memuliakan perempuan.

Koherensi pada kultwit (kuliah twit) ini terdapat beberapa konjungsi,

diantaranya “karena” dan “yang”. Kata “karena” menjadi kata

penghubung yang menjelaskan munculnya Feminisme di Barat, yang

diakibatkan dari perlakuan merendahkan perempuan di sana. Ini terlihat

pada teks “Maka lahirlah gerakan Feminisme di Barat, sekali lagi,

lahirlah Feminisme di dunia Barat, karena mereka merasa diperlakukan

tidak adil.”146

Kemudian kata “karena” juga sebagai kata penghubung

yang menjelaskan bahwa perempuan dalam Islam dilindungi dan

dihormati. Seperti pada teks “Islam menggariskan aktivitas wanita

bersama-sama dengan jamaah wanita, karena Islam menghormati

145

Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses

pada 12 januari 2017dari http://chirpstory.com/li/6134. 146

Ibid.,

Page 94: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

81

wanita, dia tak dikumpulkan dengan pria.”147

Sedangkan pada kata

“yang” yaitu koherensi kondisional karena menunjukan pemakaian

kalimat sebagai penjelas kalimat setelahnya. Ini terlihat pada teks “Islam

memliakan wanita, tak ada yang lebih memuliakan wanita selain aturan

Islam, yakin deh | yang lain kaya kesetaraan #gender merusak aja.”148

Kata “yang” melabeli kesan buruk kepada kalimat setelahnya, karena

kata “yang” sebagai penjelas tidak memengaruhi arti kalimat

sebelumnya. Pada intinya, pesan yang ingin disampaikan ialah tidak ada

yang lebih memuliakan perempuan selain Islam.

Elemen kata ganti pada kultwit (kuliah twit) ini yaitu “saya”, “dia”,

“kita” dan “mereka”. Kata ganti “saya” digunakan untuk menunjukkan

pembuat tweet, kata ganti “dia” digunakan untuk menunjukkan

perempuan sebagai objek yang dibicarakan. Sedangkan kata ganti “kita”

untuk menunjukkan pembuat tweet dan pembacanya yang dianggap

memiliki pendapat yang sama oleh pembuat tweet. Kata ganti “mereka”

digunakan untuk menunjukkan Feminisme yang dianggap sebagai pihak

yang bersalah. Seperti yang terdapat pada teks “Mereka mendesak bahwa

gender laki-laki dan gender wanita harusnya punya akses yang sama

terhadap harta, kerja dan semua kebebasan lainnya.”149

e. Stilistik

Elemen stilistik berkaitan dengan pemakaian bahasa atau gaya

bahasa yang ditulis oleh penulis dalam teks beritanya. Style atau gaya

147

Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses

pada 12 januari 2017dari http://chirpstory.com/li/6134. 148

Ibid., 149

Ibid.,

Page 95: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

82

bahasa yang digunakan dalam penulisan kultwit (kuliah twit) ini

menggunakan percakapan keseharian, hal ini terlihat pada “Fitrahnya

nggak kan (emang gue cewek apaan)” dan “Liat aja AS bosnya

Feminis”.150

Selain itu, pada kultwit (kuliah twit) ini diwarnai dengan

pemakaian kata yang cenderung sarkas untuk menegaskan keburukan

pada feminisme. Misalnya yaitu “Kaum liberalis mencoba meliberalkan

perempuan”, “Kaum liberalis punya banyak racun pemikiran umat

muslim.”151

Kata-kata itu mensugestikan bahwa yang dilakukan

Feminisme sebagai bentuk penghancuran Islam.

f. Retoris

Tabel 4.5

Elemen Retoris Pada Tweet Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan

Keadilan gender (KKG)

Hal yang

diamati

Temuan data

Metafora - Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan

perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi

penolong bagi sebahagian yang lain(QS9:71) (35)

- Rasull katakan "Dunia adalah perhiasan, dan

sebaik-baik perhiasan wanita shalihah" (HR

Muslim) | wee subhanAllah :) (52)

- Rasul ucapkan "Dan sebaik-baik kalian adalah

yang paling baik terhadap istri-istrinya" (HR

Ahmad) | wee masyaAllah :D (53)

Pada elemen retoris memiliki fungsi untuk mengajak atau

memengaruhi. Analisis retoris terdiri atas tiga elemen, masing-masing

yaitu grafis, metafora dan ekspresi. Dalam kultwit (kuliah twit) ini hanya

terdapat satu elemen yaitu metafora. Di mana elemen metafora pada

150

Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses

pada 12 januari 2017dari http://chirpstory.com/li/6134. 151

Ibid.,

Page 96: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

83

kultwit (kuliah twit) ini, terlihat saat Ustadz Felix yang mencantumkan

ayat al-Quran dan Hadist untuk memperkuat gagasannya mengenai Islam

yang sangat memuliakan perempuan dan tidak menjadikannya kelas dua.

B. Analisis Wacana Judul 2 “Why Fulltime Mother?”

1. Analisis Struktur Teks

a. (Struktur Makro) Tematik

Pada tematik, tema atau topik memberikan gagasan inti dari suatu

teks yang menggambarkan apa yang ingin disampaikan, yang ingin

dikedepankan atau ingin diungkap oleh Ustadz Felix melalui tulisan

kepada pembacanya. Tema secara umum pada tweet Ustadz Felix Siauw

pada judul kultwit (kuliah twit) Why Full Time Mother? Terdapat empat

tema, masing-masing menguraikan tentang yaitu:

Pertama, pentingnya peran ibu dalam mendidik anak. Tema tersebut

mengenai sebuah himbauan bagi seorang ibu yang menjadi wanita karir

dalam mendidik dan merawat anaknya agar dapat dilakukan dengan baik.

Karena seorang istri merupakan pemimpin di rumahnya dan putra-

putrinya, yang berarti memiliki tanggung jawab terhadap urusan rumah

tangga dan juga kepada anak-anaknya. Sebagaimana seperti dalam hadist

berikut:

“Riwayat dari Ibnu Umar ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda:

“Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing-masing kalian

Page 97: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

84

bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang pejabat adalah

pemimpin. Seorang lelaki adalah pemimpin keluarganya. Seorang wanita

adalah pemimpin rumah suaminya dan putra-putrinya. Jadi, masing-

masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian bertanggung

jawab atas kepemimpinannya” (HR. Bukhari dan Muslim).152

Oleh karena itu, agar tanggung jawabnya dapat berjalan baik, maka

saat seorang ibu bekerja tidak melupakan tugasnya dalam merawat dan

mendidik anak. Sehingga Ustadz Felix berpendapat bahwa ketika

menjadi ibu, maka jadilah seorang ibu yang baik. Hal tersebut senada

dengan hasil wawancara sebagai berikut:

“Yang terpenting mereka haruslah berpikir, bahwa alasan

mereka memang menjadi seorang ibu, jadilah seorang ibu yang baik

dan benar. Jadi jangan jadi ibu yang tanggung-tanggung. Kamu

mengatakan kamu seorang ibu, tapi aktivitasnya kamu lebih banyak

di kantor, harusnya kan kamu intropeksi, kamu itu ibu atau

karyawan.”153

Pada wawancara di atas, peneliti menafsirkan bahwa perempuan

memiliki peranan penting dalam melahirkan generasi terbaik. Oleh

karena itu, ia harus bisa menjadi seorang ibu yang memiliki tanggung

jawab dengan baik dan tidak melupakan anaknya yang disebabkan dari

kesibukan pekerjaan lain. Sebagaimana menurut Muhammad Ali Albar,

bahwa:

“Wanita mempunyai peranan penting dalam melahirkan umat

terbaik. Singkatnya, wanita harus menjadi istri yang baik, ibu yang

baik, dan sekolah yang baik. Betapa banyak umat yang telah

dilahirkan ke dunia oleh para ibu yang berkompeten, yaitu para ibu

yang mendidik dan mengajari anak-anaknya. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibrahim rahimahullah: “Ibu adalah sekolah, jika

152

Muhammad Shidiq Hasan Khan, Ensiklopedia Hadis Sahih: Kumpulan Hadis Tentang

Wanita, Penerjemah Muhammad Arifin (Jakarta: Hikmah, 2009), h. 92. 153

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.

Page 98: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

85

engkau mempersiapkannya, maka ia akan mempersiapkan generasi

yang bermoral baik”.”154

Dengan demikian, seorang perempuan haruslah mengetahui

tanggungjawabnya dalam menjalani rumah tangga, sehingga ia bisa

melakukannya dengan sebaik mungkin. Maka, jika sang ibu bekerja,

pekerjaan tersebut tidaklah yang menguras waktu. Sehingga memiliki

waktu yang luang untuk mendidik dan merawat anaknya. Jika ibu

menghabiskan waktu untuk menekuni karir, maka anak-anak dapat

kehilangan sentuhan pendidikan dasar yang sangat menentukan

perkembangan psikologi mereka. Hilangnya sentuhan ini ditenggarai

menjadi salah satu penyebab utama maraknya kenakalan remaja,

khususnya di kalangan masyarakat kota.

Tetapi pada dasarnya, campur tangan peran kedua orangtua dalam

membentuk kepribadian anak dari kecil hingga dewasa sangat

diperlukan. Mengutip dalam buku Relasi Suami Istri dalam Islam,

bahwa:

“Secara psikologis seorang anak yang tidak mendapatkan

perhatian yang seimbang dari ayah dan ibunya, perkembangan

mentalnya cenderung tidak seimbang. Sehingga, tidak bisa dikatakan

bahwa tugas pengasuhan anak adalah tanggung jawab ibu semata-

mata, sementara ayah berada pada lingkaran tugas produksi

(pemenuhan kebutuhan fisik-materil).”155

Oleh sebab itu, tidak hanya peran seorang ibu saja yang sangat

penting dalam mendidik anak, tetapi peran seorang ayah juga dibutuhkan

untuk membentuk karakter anak menjadi lebih baik. Ini juga terlihat pada

154

Muhammad Ali Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam: Kodrat Kewanitaan,

Emansipasi dan Pelecehan Seksual, Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin (Jakarta: Pustaka

Azzam, 1998), h. 61-62 155

Sri Mulyawati, ed., Relasi Suami Istri dalam Islam (Pusat Studi Wanita (PSW) UIN

Syaruf Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 56.

Page 99: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

86

teks “Karena di tangan kaum ibu generasi Muslim berada | bukan hanya

di tangan ayah generasi Muslim dibentuk.”156

Hal ini berarti, tetap

dibutuhkan kerjasama untuk mengasuh anak secara bertanggung jawab.

Karena pada dasarnya perempuan dan laki-laki memiliki kewajiban

dalam menjaga dan merawat keluarganya. Mengenai tema pentingnya

peran ibu dalam mendidik anak, hal ini dapat dilihat dalam tweet sebagai

berikut:

Tabel 4.6

Tematik ke-1 Tweet Why Fulltime Mother?

Hal yang diamati Temuan data

Tema/Topik - Posisi ibu dalam dunia anak itu tidak

tergantikan | perhatian seorang ibu pada

anaknya takkan terbeli sebanyak apapun

harta. (8)157

- Saya nggak mau ketika anak dewasa lalu

bermaksiat, kita menyesal “mengapa dulu

tidak habiskan lebih banyak waktu

bersamanya?!” (11)

- Jadi sah-sah saja wanita memilih bekerja |

namun beres juga kewajibannya | tentu bila

dia lebih memilih yang wajib, itu yang utama

(32)

- Sekali lagi, maka karir dan profesi terbaik

wanita | adalah menjadi ibu sepenuhnya, dan

pengelola rumah tangganya. (36)

- Karena di tangan kaum ibu generasi Muslim

berada | bukan hanya di tangan ayah generasi

Muslim dibentuk. (40)

Kedua, Feminisme. Tema ini menguraikan sisi negatif akan adanya

Feminisme. Ustadz Felix mengkritik Feminisme yang dirasa dapat

merugikan perempuan maupun merugikan keluarga Islam karena

156

Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari

http://chirpstory.com/li/82452. 157

Nomor ini adalah nomor urut yang ada di rangkaian kultiwt (kuliah twit) Why Fulltime

Mother?

Page 100: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

87

perspektifnya yang menganggap perempuan rendah apabila tidak bekerja

dan hanya sebagai ibu rumah tangga. Mengutip Warsito, Adiani Husain

berpendapat bahwa “Kaum Feminis memandang ibu rumah tangga

merupakan penjara bagi seorang perempuan untuk mengembangkan diri.

Mereka menggambarkan ibu rumah tangga sebagai perempuan yang

tertinggal, menjadi makhluk inferior, dan menderita.”158

Dengan demikian, cara pandang seperti itu tidak dibenarankan dalam

Islam, karena menjadi ibu rumah tangga ialah sangat mulia. Ustadz Felix

juga menuliskan bahwa Feminisme menjadikan materi sebagai bentuk

kesuksesan dan kebahagiaan para perempuan, apabila perempuan ingin

mempunyai materi yang banyak agar ia bisa bahagia, maka perempuan

harus melakukan yang sama dengan laki-laki, contohnya yaitu dengan

bekerja. Ini terlihat pada teks “Feminisme menganggap wanita modern

harus lebih mirip lelaki | bahwa bila wanita tidak bekerja maka wanita

akan direndahkan. menurut pandangan feminis | IRT itu perendahan

martabat perempuan, tidak modern, perbudakan terhadap wanita.”159

Mengenai tema Feminisme ini, dapat dilihat dalam tweet sebagai berikut:

Tabel 4.7

Tematik ke-2 Tweet Why Fulltime Mother?

Hal yang diamati Temuan data

Topik - Feminisme menjadikan materi sebagai

standar sukses | wajar bila mereka merasa

dunia tidak adil | karena materi jadi penanda

sukses. (13)

- Feminisme menganggap wanita modern harus

158

Adian Husaini, Seputar Paham Kesetaraan Gender, Kerancuan, Kekeliruan, dan

Dampaknya (Depok: Adapi Press, 2012), h. 24. 159

Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari

http://chirpstory.com/li/82452.

Page 101: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

88

lebih mirip lelaki | bahwa bila wanita tidak

bekerja maka wanita akan direndahkan (14)

- Feminisme sukses mendidik wanita melihat

kesuksesan sebagai | punya penghasilan

tinggi, gelar seabrek, mobil mewah, buka

aurat, dll. (15)

- Wajar hasilnya di negara-negara asal

Feminisme | wanita jadi lebih malas

berkeluarga apalagi memiliki anak | kerja

lebih asyik. (16)

- Menurut pandangan Feminis | IRT itu

perendahan martabat perempuan, tidak

modern, perbudakan terhadap wanita. (17)

Ketiga, wanita karir dalam Islam. Pada tweet ini menjelaskan posisi

perempuan yang sudah menikah kemudian mereka bekerja. Dalam Islam,

hukum perempuan bekerja adalah mubah, yang artinya dibolehkan

sehingga tidak ada larangan untuk perempuan meniti karir. Namun, jika

perempuan tersebut telah menikah, yang artinya tugas dan kewajibannya

bertambah satu hal, maka kerjanya dengan kewajiban sebagai ibu rumah

tangga harus diseimbangkan. Apabila melalaikan kewajiban dalam

mengurus rumah tangga, maka pekerjaan tersebut menjadi haram untuk

dilakukan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut:

“Hukum bekerja adalah mubah, tapi ketika dia melakukan yang

mubah meninggalkan yang wajib, maka yang mubah menjadi haram.

Maka kalau misalnya dia kerja, wajibnya masih bisa dilaksanakan

engga ada masalah.”160

Berdasarkan wawancara di atas, Islam tidak melarang perempuan

untuk berekspresi maupun bekerja, tetapi tidak melalaikan yang utama.

Terlebih pekerjaan tersebut sangat dibutuhkan oleh kaum muslimah,

salah satunya seperti hal nya guru karena dapat mencerdaskan anak

bangsa. Seperti yang diungkapkan oleh Nasaruddin Umar, bahwa:

160

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, pada 21 April 2017.

Page 102: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

89

“Islam membenarkan mereka bekerja karena darurat dan bukan

menjadikannya dasar. Makna darurat di sini ialah pekerjaan yang

sangat perlu, yang dibutuhkan masyarakat atau atas dasar kebutuhan

pribadi, karena tidak ada yang membiaya hidup dan atau yang

menanggung biaya hidupnya tidak mampu mencukupi

kebutuhannya. Dalam al-Qur'an dan Hadist banyak mengisyaratkan

kebolehan perempuan aktif menekuni berbagai profesi selama

pekerjaan itu halal dan dilakukan dalam suasana terhormat dan

mencegah hal-hal yang dapat menimbulkan kemudharatan.”161

Dengan demikian, tidak ada larangan bagi perempuan untuk bekerja

setelah menikah. Hanya saja aktivitasnya harus diperhatikan agar tidak

terlalu sibuk bekerja, yang mengakibatkan memiliki waktu yang sedikit

untuk mendidik anak. Apabila perempuan tersebut single parents atau

suaminya tidak mampu dalam mencukupi kebutuhan keluarga, namun

perempuan tersebut harus menanggung kebutuhan hidup sendiri dan

keluarganya. Maka pekerjaan tersebut dapat menjadi amal pahala yang

besar. Ini terlihat pada teks “Bagaimana dengan wanita yang ditinggal

suami apapun alasannya | maka bekerja menafkahi anak tentu amal

pahala besar baginya.”162

Namun, baik perempuan yang sudah menikah ataupun belum

menikah dalam memilih pekerjaan, tentunya pekerjaan tersebut tetap

dalam menekuni profesi yang halal dan dilakukan dalam suasana

terhormat dan juga harus disesuaikan dengan kemampuan. Mengenai

tema wanita karir dalam Islam, dapat dilihat dalam tweet sebagai berikut:

161

Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010),

h. 143-158. 162

Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari

http://chirpstory.com/li/82452.

Page 103: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

90

Tabel 4.8

Tematik ke-3 Tweet Why Fulltime Mother?

Hal yang

diamati

Temuan data

Tema/Topik - Lalu pertanyaan prinsipil | "Apakah Islam

melarang wanita bekerja?" | "Apakah wanita

tidak boleh berpendidikan tinggi?" (28)

- Dalam Islam hukum wanita bekerja itu mubah

(boleh) | sedangkan menjadi "Ibu dan

pengelola rumah tangga" itu kewajiban (29)

- Kita tentunya juga bersyukur ada wanita yang

berprofesi sebagai dokter, perawat, guru, dll |

memudahkan muslimah dalam berinteraksi

(30)

- Jadi sah-sah saja wanita memilih bekerja |

namun beres juga kewajibannya | tentu bila dia

lebih memilih yang wajib, itu yang utama (32)

- Bagaimana dengan wanita yang ditinggal

suami apapun alasannya | maka bekerja

menafkahi anak tentu amal pahala besar

baginya :) (35)

Keempat, pentingnya pendidikan tinggi untuk perempuan. Pada

tema ini juga menyanggah pernyataan dari segelintir masyarakat tentang

“Perempuan tidak usah sekolah tinggi-tinggi, karena nantinya akan

mengurus urusan rumah tangga saja.” Dalam tweet ini, sanggahan dari

pernyataan tersebut ialah bahwa perempuan harus menjunjung tinggi

pendidikan dan harus pandai menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu

sangat diperlukan untuk membentuk karakter, baik karakter diri sendiri

maupun karakter orang lain. Seperti yang tertuang dalam hasil

wawancara sebagai berikut:

“Ketika Allah SWT mewajibkan perempuan untuk misalnya

melakukan pendidikan terhadap anak, berarti Allah SWT

mewajibkan untuk belajar juga dan sebagainya.”163

163

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, pada 21 April 2017.

Page 104: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

91

Oleh karena itu, seseorang yang akan menjadi ibu dan mengurus

rumah tangga harus tetap menuntut ilmu agar memiliki pengetahuan yang

luas. Karena Allah SWT telah memberikan anugerah kepada manusia

berupa pengetahuan dan keterampilan, sehinggan baik perempuan

maupun laki-laki diwajibkan menuntut ilmu. Mengutip dari Zaitunah

Subhan bahwa:

“Di masa Rasulullah SAW, para sahabat laki-laki terbiasa

mengadakan halaqah (jamuan keilmuan) setiap saat. Dan kaum

perempuan pun disediakan waktu khusus untuk kesempatan

mengaktualisasikan diri mereka dengan menuntut ilmu. Bahkan

Allah SWT menganjurkan agar ada sebagian kaum muslimin

(perempuan atau laki-laki) meninggalkan negerinya demi mendalami

ilmu pengetahuan.”164

Dengan demikian, tidak ada larangan bagi perempuan untuk tidak

menuntut ilmu atau menempuh pendidikan tinggi. Karena manusia

diberikan potensi oleh Allah SWT berupa akal. Akal manusia haruslah

diasah dan diberdayakan dengan cara belajar. Dengan memiliki ilmu,

manusia dapat memperoleh pengetahuan untuk kehidupan yang lebih

baik. Mengenai tema perempuan juga wajib mendapatkan pendidikan

tersebut, dapat dilihat dalam tweet sebagai berikut:

Tabel 4.9

Tematik ke-4 Tweet Why Fulltime Mother?

Hal yang diamati Temuan data

Topik - Tentang pendidikan? | tidak bosan-bosan saya

sampaikan | bahwa seorang ibu HARUS

terdidik sempurna, tinggi dan luasnya (37)

- Bahkan wanita muslimah WAJIB lebih

terdidik daripada lelaki | karena ialah

madrasatul ula (pendidikan pertama dan

164

Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender dalam

Penafsiran (Jakarta: Kencana, 2015), h. 47- 48.

Page 105: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

92

utama) anak-anaknya (38)

- Maka jangan tanya "Untuk apa pendidikan

tinggi bila hanya jadi IRT?" | jadi IRT justru

perlu pendidikan tinggi (39)

b. (Superstruktur) Skematik

Tabel 4.10

Skematik Judul Why Fulltime Mother?

Hal

yang

diamati

Temuan data

Lead - Saya masih ingat beberapa tahun lalu sebelum muslim |

papi sempat menasihati saya perihal “ibu rumah tangga”

- “Lix, selama papimu masih bisa mencukupi keluarga,

mamimu tugasnya di rumah” | tegas papi berpendapat soal

IRT.

- Padahal saat itu isu Feminisme sedang senter | wacana

wanita karir sedang panas-panasnya | arus genderisme

mewabah.

- Tapi papi tenang aja lalu menyampaikan | bahwa dia ingin

yang terbaik bagi anak-anaknya | dan itu berarti perhatian

full dari ibu mereka.

- Hidup kala itu tidak mudah, dan akan lebih mudah

seandainya mami bekerja | tapi papi sudah mengambil

pilihan, dan itulah yang ia jalani.

- Karena semua manusia punya pilihan | apa yang didapat

dan apa yang dikorbankan | semua selalu tentang pilihan

Story - Sebelum muslim pun saya tumbuh dengan memahami |

lelaki dan wanita tidaklah sama | mereka punya kelebihan

di bidang masing-masing.

- Posisi ibu dalam dunia anak itu tidak tergantikan |

perhatian seorang ibu pada anaknya takkan terbeli

sebanyak apapun harta.

- Dan Posisi ibu itu tidak bisa diulang kembali | karena umur

anak takkan bisa diputar lagi.

- Maka ketika memilih calon ibu dari anak-anak kami

syaratkan | “Maukah engkau menjadi full time mother bagi

anak-anak?”

- “Saya nggak mau ketika anak dewasa lalu bermaksiat, kita

menyesal „mengapa dulu tidak habiskan lebih banyak

waktu bersamanya?”

- Itu pemahaman sebelum muslim | saat sudah mengenal

Islam | kami memahami betul Islam paling memuliakan

wanita

- Feminisme menjadikan materi sebagai standar sukses |

Page 106: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

93

wajar bila mereka merasa dunia tidak adil | karena materi

jadi penanda sukses.

- Feminisme menganggap wanita modern harus lebih mirip

lelaki | bahwa bila wanita tidak bekerja maka wanita akan

direndahkan.

- Wajar hasilnya di negara-negara asal Feminisme | wanita

jadi lebih malas berkeluarga apalagi memiliki anak | kerja

lebih asyik.

- Menurut pandangan Feminis | IRT itu perendahan martabat

perempuan, tidak modern, perbudakan terhadap wanita.

- Wajar di negara-negara yang vocal Feminisme | perceraian

pun memuncak | karena tidak ada satu pemimpin dalam

keluarga.

- US misalnya yang jadi kampiun feminisme | angka

perceraian mencapai 50%/2012 sila rujuk

http”//www.divorcerate.org

- "nearly 80% cited financial problems as the leading cause

of the marital demise" (Carr, 2003,p.10)

|http://www.aces.edu/urban/metronews/vol6no4/divorce

- Feminisme mangaburkan fungsi ayah dan ibu dalam rumah

tangga | hanya semata-mata demi mendapat lebih banyak

materi.

- Akhirnya meningkatlah angka single

parentshttp://www.census.gov/compendia/statab/2012/tabl

es/12s1337.pdf| dan juga

brokenhomehttp://www.thenewamerican.com/culture/fami

ly/item/829-broken-homes-in-the-united-states-are-at-

alarming-level-study-findspic.twitter.com/qAjjFfHBQJ

- Banyak juga studi-studi yang menperingatkan | sangat sulit

untuk memadukan ibu dan karir sekaligus

|http://healthland.time.com/2011/08/23/working-women-

who-subscribe-to-the-supermom-myth-are-more-likely-to-

be-depressed/

- Sebagai tambahan, US yang melahirkan gerakan

Feminisme saja | sudah banyak bermunculan gerakan anti-

Feminisme sebagai gantinya

- Di US, sudah banyak wanita sadar bahwa Feminisme

mengorbankan keluarga | mereka ingin kembali

menjalankan peran ibu rumah tangga

- Karena seberapa banyak waktu pun yang didedikasikan

untuk mendidik anak | tiada pernah akan ada waktu yang

cukup untuknya.

- "Saya ibu sekaligus karyawan, anak saya baik-baik saja" |

di-sambi aja sudah baik, apalagi bila fulltime-mother?

Tentu sangat baik.

- Lalu pertanyaan prinsipil | "Apakah Islam melarang wanita

bekerja?" | "Apakah wanita tidak boleh berpendidikan

tinggi?"

Page 107: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

94

- Dalam Islam hukum wanita bekerja itu mubah (boleh) |

sedangkan menjadi "ibu dan pengelola rumah tangga" itu

kewajiban.

- Kita tentunya juga bersyukur ada wanita yang berprofesi

sebagai dokter, perawat, guru, dll | memudahkan Muslimah

dalam berinteraksi.

- Tentunya selama Muslimah ini tetap mengutamakan yang

wajib | yaitu sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, yang

tak bisa digantikan.

- Jadi sah-sah saja wanita memilih bekerja | namun beres

juga kewajibannya | tentu bila dia lebih memilih yang

wajib, itu yang utama.

- Hidup memang perkara pilihan | dan Islam memerintahkan

untuk memaksimalkan waktu ibu untuk anak-anaknya |

urusan nafkah biar ayahnya.

- Yang kita bahas, adalah mereka yang punya PILIHAN,

bekerja atau sepenuhnya menjadi | bukan yang tak punya

PILIHAN, dan terpaksa.

- Bagaimana dengan wanita yang ditinggal suami apapun

alasannya | maka bekerja menafkahi anak tentu amal

pahala besar baginya.

- Tentang pendidikan? | tidak bosan-bosan saya sampaikan |

bahwa seorang ibu HARUS terdidik sempurna, tinggi dan

luasnya.

- Bahkan wanita Muslimah WAJIB lebih terdidik daripada

lelaki | karena ialah madrasatul ulla (pendidikan pertama

dan utama) anak-anaknya.

- Maka jangan tanya "Untuk apa pendidikan tinggi bila

hanya jadi IRT?" | Jadi IRT justru perlu pendidikan tinggi.

- Karena di tangan kaum ibu generasi Muslim berada |

bukan hanya di tangan ayah generasi Muslim dibentuk.

Penutup - Banyak wanita yang sebetulnya bisa menggapai dunia

lebih dari lelaki | tapi mereka mengorbankan segalanya

demi anaknya | MULIA.

- Khadijah berdagang, melebihi banyak lelaki di zamannya |

Khaulah binti Azwar ikut berperang, melebihi kekuatan

lelaki di zamannya.

- Aisyah menghafalkan hadits lebih dari kebanyakan laki-

laki lain | tapi dalam urusan keluarga, semua wanita

Muslimah tadi mengutamakannya.

- Dari ibunda MULIA semisal mereka itulah | menjadilah

Imam Syafi'i, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah

dan Imam Ahmad.

- Sembah sujud kami pada Allah yang selalu menjaga dunia

dengan para ibunda MULIA | yang mau mengorbankan

semua buat kami anak-anaknya.

- Hormat khidmat kami padamu wahai ibu | yang gadaikan

semua waktu tanpa sesal dan keluh | membina kami jadi

Page 108: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

95

yang terbaik dalam agama.

- Pada para bunda MULIA doa kami | "Wahai Tuhanku,

kasihilah keduanya, sebagaimana keduanya TELAH

MENDIDIK AKU WAKTU KECIL"(QS 17:24).

- Kembali lagi semua masalah pilihan | part-time mother or

full-time mother? | you decide.

Pada kultwit (kuliah twit) Why Fulltime Mother? Ustadz Felix

mengemas pesannya secara berurutan dimulai dari pendahuluan (lead),

isi (story), dan penutup. Dalam analisis skematik, kultwit (kuliah twit) ini

menggambarkan pada pembaca mengenai pilihan untuk seorang ibu

dalam mengurus dan mendidik anaknya dengan penuh waktu.

Dalam rangkaian kultwit (kuliah twit) ini diawali dengan ingatan

percakapan Ustadz Felix bersama ayahnya, mengenai komitmen ayahnya

untuk menafkahi keluarga dan sang istri cukup rumah saja, agar anak-

anaknya mendapatkan perhatian yang cukup dari ibunya. Walaupun pada

saat itu kehidupan mereka akan lebih mudah jika ibu nya bekerja.

Ustadz Felix menuliskan isi kultwit ini dengan menuliskan

pandangannya sebelum masuk Islam, mengenai perempuan dan laki-laki

tidak sama tetapi memiliki kelebihan masing-masing. Ia pun menuliskan

bahwa posisi ibu tidak dapat tergantikan dan perhatian untuk anak tidak

bisa dibeli dengan apapun. Selanjutnya dituliskan mengenai sisi negatif

dari Feminisme menurut pandangan Ustadz Felix, yang menyebabkan

perempuan di negara asal Feminisme, lebih asik bekerja dan malas

mengurus keluarga. Setelah itu ia pun menguraiakan bahwa di negara

asal Feminisme sudah bermunculan anti Feminisme yang sadar dan

menyesal bahwa apa yang sebelumnya mereka lakukan justru

mengorbankan keluarga.

Page 109: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

96

Kemudian, Ustadz Felix juga menuliskan pandangan Islam

mengenai tidak ada larangan perempuan yang sudah berkeluarga untuk

bekerja. Namun hal tersebut dilakukan dengan tidak meninggalkan

kewajibannya yaitu mendidik anak dan mengelola rumah tangga. Karena

mendidik anak dan mengelola rumah tangga merupakan pekerjaan yang

paling mulia. Ustadz Felix juga menguraiakan bahwa perempuan tidak

dilarang untuk menuntut ilmu yang tinggi.

Terakhir, penutup pada kultwit ini, dituliskan mengenai perempuan-

perempuan hebat yang bisa melebihi laki-laki tetapi mengorbankan

segalanya untuk mengasuh dan mendidik anaknya. Selain itu, ajakan

untuk para pembaca untuk menentukan pilihannya sendiri.

c. (Struktur Mikro) Semantik

Semantik adalah makna yang ingin ditekankan yang membangun

makna tertentu dalam struktur wacana. Beberapa strategi semantik,

diantaranya:

1. Latar

Latar peristiwa yang dipilih akan menentukan ke arah mana

pandangan khalayak akan dibawa.165

Struktur semantik pada latar

dalam judul kultwit (kuliah twit) ini mengarahkan pandangan

pembaca pada pentingnya posisi ibu dalam mendidik anak yang

tidak tergantikan. Hal ini dilihat pada teks “Posisi ibu dalam dunia

anak itu tidak tergantikan | perhatian seorang ibu pada anaknya

165

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

232.

Page 110: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

97

takkan terbeli sebanyak apapun harta.”166

Seorang ibu harus

memiliki waktu luang bersama anak-anak mereka yang dapat

digunakan untuk berinteraksi dan mendidik anak, walaupun sang ibu

bekerja atau memiliki kesibukan yang lain.

Hal ini terlihat bahwa adanya kekhawatiran Ustadz Felix pada

perempuan yang sebelum menikah sudah memiliki waktu yang

cukup padat di ruang publik, sehingga dikhwatirkan memiliki waktu

yang kurang luang dalam mengasuh anak. Ini terlihat pada teks

“Maka ketika memilih calon ibu dari anak-anak kami syaratkan |

“Maukah engkau menjadi fulltime-mother bagi anak-anak?”.”167

Kekhawatiran tersebut dikarenakan Feminisme ingin berusaha

membangun mindset jika perempuan tidak bekerja maka akan

direndahkan, juga anggapan bahwa ibu rumah tangga ialah salah satu

perendahan martabat. Sehingga ditakutkan, para perempuan muslim

terlalu mengejar karir demi mencapai kesetaraan gender dan

mengabaikan keluarganya. Ustadz Felix menyemakan antara

Feminisme dan kesetaraan gender karena keduanya dinilai memiliki

usaha untuk membebaskan perempuan dalam hal mendapatkan akses

yang sama seperti laki-laki. Kemudian Feminisme pun santer dengan

kesetaraan gendernya.

2. Detail

Pada elemen detail berhubungan dengan kontrol informasi yang

ditampilkan oleh seseorang. Pembuat teks akan menonjolkan detail

166

Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari

http://chirpstory.com/li/82452. 167

Ibid.,

Page 111: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

98

yang lengkap dan panjang secara sengaja untuk menampilkan citra

tertentu pada khalayak. Aspek detail dalam kultwit (kuliah twit) ini,

Ustadz Felix menonjolkan penjelasan maupun contoh untuk

memperkuat argumen yang disampaikannya. Ustadz Felix

memasukan link berupa artikel dari kekacauan yang ditimbulkan

oleh Feminisme yang dikarenkan membebaskan perempuan yang

sudah berkeluarga untuk bekerja demi mencapai kesetaraan gender.

Ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:

Dalam detail pun ditulis juga kisah perempuan di masa Nabi

Muhammad SAW yang memiliki kemampuan dan kelebihan

daripada laki-laki tetapi tetap mengutamakan urusan rumah

tangganya dan menghasilan seorang anak yang menjadi ulama besar.

Ini terlihat pada “Aisyah menghafalkan hadits lebih dari kebanyakan

laki-laki lain | tapi dalam urusan keluarga, semua wanita Muslimah

tadi mengutamakannya.”168

Sehingga hal ini menghantarkan

168

Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari

http://chirpstory.com/li/82452.

Gambar 4.4 Detail Tweet Why Fulltime Mother?

Page 112: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

99

pemikiran pembaca untuk mencontoh perempuan-perempuan hebat

di atas dalam mengutamakan keluarga.

3. Maksud

Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan akan

diuraikan secaja tegas dan jelas, serta merujuk langsung pada

fakta.169

Aspek maksud pada judul ini yaitu kata-kata yang

disampaikan ditulis cenderung secara eksplisit dan jelas. Pada

kultwit (kuliah twit) ini memiliki maksud mengenai seorang ibu

yang bekerja namun tidak meningggalkan tugasnya dalam mengelola

dan mengasuh anak. Ini terlihat pada teks “Jadi sah-sah saja wanita

memilih bekerja | namun beres juga kewajibannya | tentu bila dia

lebih memilih yang wajib, itu yang utama.”170

Menurut Ustadz Felix,

yang dibutuhkan anak ialah kasih sayang dari orangtua dengan cara

menemani anak tersebut serta mendidiknya, bukan hanya dengan

memberikan uang saja.

Ustadz Felix juga mengutarakan maksudnya bahwa menjadi ibu

rumah tangga sekaligus bekerja adalah sebuah pilihan dalam hidup

mana yang mau diprioritaskan antara keduanya. Ini terlihat pada teks

“Yang kita bahas, adalah mereka yang punya PILIHAN, bekerja

atau sepenuhnya menjadi | bukan yang tak punya PILIHAN, dan

terpaksa.”171

Hal tersebut dimaksudkan agar perempuan yang sudah

169

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

240. 170

Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari

http://chirpstory.com/li/82452. 171

Ibid.,

Page 113: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

100

menjadi ibu dapat menentukan pilihannya dengan tepat dan tidak

salah langkah.

Walaupun pada intinya Ustadz Felix mengarahkan pada

perempuan agar menjalankan tugas utamanya menjadi seorang ibu

saja dan yang mencari nafkah adalah suami. Tetapi dalam tweet ini,

Ustadz Felix tidak memaksakan perempuan hanya untuk menjadi ibu

rumah tangga saja. Namun, lebih menegaskan agar aktivitas di luar

rumah tidak lebih banyak daripada aktivitas yang dilakukan di

rumah. Hal ini dibuktikan dalam wawancara sebagai berikut:

“Seorang ibu berarti harusnya dia lebih banyak menjadi ibu,

daripada yang lain. Tapi orang-orang protes „ya walaupun saya

bekerja saya juga seorang ibu‟ yaa iyo sama betul walaupun

kamu maunya menjadi apa ya kamu tetap ibu, ya betul. Tapi

maksud saya, aktivitasnya itu. Kamu mengatakan kamu seorang

ibu, tapi aktivitasnya kamu lebih banyak di kantor, harusnya kan

kamu intropeksi, kamu itu ibu atau karyawan.”172

Dalam hal ini, terlihat bahwa seorang ibu harus memerhatikan

aktivitasnya agar dapat mengasuh anaknya dengan baik daripada

kegiatan yang lain. Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh

Nabi Ibrahim rahimahullah yaitu ibu adalah sekolah, jika engkau

mempersiapkannya, maka ia akan mempersiapkan generasi yang

baik.173

Dengan demikian, pekerjaan apapun tidak melupakan untuk

mengasuh anak. Karena perempuan memiliki peranan penting dalam

melahirkan generasi yang baik. Hanya saja dalam kultwit (kuliah

twit) ini, Ustadz Felix menyembunyikan peran ayah yang juga

penting dalam mengasuh anak.

172

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017. 173

Muhammad Ali Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam, Penerjemah Amir Hamzah

Fachruddin (Jakarta: Pustaka Azzam, 1998), h. 62.

Page 114: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

101

d. Sintaksis

Analisis sintaksis dilihat tiga elemen diantaranya koherensi, bentuk

kalimat, dan kata ganti. Bentuk kalimat yang terdapat pada kultwit

(kuliah twit) ini lebih dominan menggunakan bentuk kalimat deduktif

pada setiap teksnya. Ini terlihat pada teks “Feminisme mengaburkan

fungsi ayah dan ibu dalam rumah tangga | hanya semata-mata demi

mendapat lebih banyak materi.”174

Pada kalimat tersebut, Feminisme

ditempatkan di awal kalimat sebagai subjek. Dengan penempatan posisi

di awal kalimat tersebut, ditonjolkan bahwa apa yang dilakukan oleh

Feminisme ialah salah.

Sedangkan, koherensi pada teks dalam kultwit (kuliah twit) ini

terdapat beberapa konjungsi diantaranya “karena”, “sedangkan”, dan

“namun.” Dari konjungsi tersebut merupakan kata penghubung kalimat

yang menjelaskan bahwa pentingnya posisi ibu yang tidak bisa

digantikan dan perannya dalam mendidik anak sangat dibutuhkan.

Kemudian terdapat juga konjungsi “daripada” sebagai kata pembeda

pada kalimat yang menjelaskan bahwa perempuan harus bisa memiliki

pendidikan yang lebih daripada laki-laki. Ini terlihat pada teks:

“Posisi ibu itu tidak bisa diulang kembali | karena umur anak

takkan bisa diputar lagi,” “Bahkan wanita Muslimah WAJIB lebih

terdidik daripada lelaki | karena ialah madrasatul ula (pendidikan

pertama dan utama) anak-anaknya,” “Jadi sah-sah saja wanita

memilih bekerja | namun beres juga kewajibannya | tentu bila dia

lebih memilih yang wajib, itu yang utama.”175

174

Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari

http://chirpstory.com/li/82452. 175

Ibid.,

Page 115: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

102

Kata ganti yang sering digunakan dalam kultwit (kuliah twit) ini

yaitu kita dan kami. Kata ganti “kami” digunakan untuk pengganti

penyebutan laki-laki maupun pengganti untuk penyebutan seorang anak.

Ini terlihat pada teks:

“Maka ketika memilih calon ibu dari anak-anak kami syaratkan |

"Maukah engkau menjadi fulltime-mother bagi anak-anak?",” dan

“Hormat khidmat kami padamu wahai ibu | yang gadaikan semua

waktu tanpa sesal dan keluh | membina kami jadi yang terbaik

dalam agama.”176

Kata ganti ini untuk memisahkan jarak antar laki-laki dengan

perempuan dan antar seorang anak dengan orangtua. Kemudian, kata

ganti “kita” digunakan Ustadz Felix untuk menyebutkan dirinya dan

followersnya (pengguna Twitter yang menjadi pengikut maupun

membaca tweet-nya). Ini terlihat pada teks “Kita tentunya juga bersyukur

ada wanita yang berprofesi sebagai dokter, perawat, guru, dll |

memudahkan Muslimah dalam berinteraksi.”177

Pemakaian kata ganti

“kita” menciptakan perasaan bersama antar penulis tweet dan pembaca.

Tidak ada batasan antara penulis tweet dan pembaca karena pendapat

pembaca diwakili oleh penulis tweet dan seolah-olah apa yang menjadi

pendapat penulis tweet juga sama dengan pendapat pembaca.

e. Stilistik

Elemen stilistik berkaitan dengan pemakaian kata atau gaya bahasa

yang dipilih penulis dalam teksnya. Hal tersebut bertujuan untuk

menyampaikan maksud yang ingin disampaikan melalui gaya bahasa

dalam tulisannya. Style atau gaya bahasa yang digunakan dalam kultwit

176

Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari

http://chirpstory.com/li/82452. 177

Ibid.,

Page 116: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

103

(kuliah twit) ini yaitu menggunakan bahasa sehari-hari. Ustadz Felix

menggunakan bahasa yang ringan agar lebih mudah dipahami oleh

pembacanya. Selain itu, Ustadz Felix juga menyisipkan ayat al-Quran

dan Hadits untuk memperkuat penjelasan yang dituliskan dalam tweet-

nya.

f. Retoris

Tabel 4.11

Elemen Retoris pada Tweet Why Fulltime Mother?

Hal yang diamati Temuan data

Grafik - Yang kita bahas, adalah mereka yang punya

PILIHAN, bekerja atau sepenuhnya menjadi |

bukan yang tak punya PILIHAN, dan

terpaksa (34)

- Tentang pendidikan? | tidak bosan-bosan saya

sampaikan | bahwa seorang ibu HARUS

terdidik sempurna, tinggi dan luasnya (37)

- Dari ibunda MULIA semisal mereka itulah |

menjadilah Imam Syafi‟i, Imam Malik bin

Anas, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmadi

(44)

- Sembah sujud kami pada Allah yang selalu

menjaga dunia dengan para ibunda MULIA |

yang mau mengorbankan kami jadi yang

terbaik dalam agama. (46)

- Pada para bunda MULIA doa kami | “Wahai

Tuhanku, kasihilah keduanya, sebagaimana

keduanya TELAH MENDIDIK AKU

WAKTU KECIL” (Q.S 17:24). (48)

- Bahkan wanita Muslimah WAJIB lebih

terdidik daripada lelaki | karena ialah

madrasatul ula (pendidikan pertama dan

utama) anak-anaknya. (38)

Metafora - Pada para bunda MULIA doa kami | “Wahai

Tuhanku, kasihilah keduanya, sebagaimana

keduanya TELAH MENDIDIK AKU

WAKTU KECIL” (Q.S 17:24). (48)

Pada elemen retoris memiliki fungsi untuk mengajak atau

memengaruhi. Analisis retoris terdiri atas tiga elemen, masing-masing

Page 117: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

104

yaitu grafis, metafora, dan ekspresi. Berdasarkan tabel di atas, dalam

tweet ini hanya terdapat dua elemen yaitu grafis dan metafora. Pada

elemen grafis terdapat salah satu kata yang ditulis dengan huruf kapital

pada tiap point tweet-nya. Hal tersebut menunjukkan sebuah penekanan

kalimat yang dianggap penting oleh Ustadz Felix.

Sementara itu, pada tweet ini terdapat kalimat metafora dengan

menampilkan ayat al-Quran yaitu do‟a anak untuk kedua orangtuanya.

Hal tersebut dilakukan untuk memperkuat gagasannya mengenai

pentingnya orangtua dalam mengasuh anak. Karena do‟a tersebut

ditujukan untuk memohon ampunan dan menyayangi kedua orangtua

yang sudah mengasihi mereka sejak kecil. Dalam hasil wawancara,

Ustadz Felix pun menyindir apabila orangtuanya tidak mengasihi

anaknya sejak kecil, maka siapa yang didoakan oleh anaknya jika

orangtuanya tidak seperti itu. Menurut Ustadz Felix pun do‟a “robb”

diulang dua kali, karena “robb” pertama ditujukan untuk Allah SWT dan

“robb” yang kedua ditujukan untuk orangtua. Maka, tugas Allah SWT

dan tugas orangtua adalah sama.178

C. Kognisi Sosial

Pada analisis kognisi sosial di sini, perlu dilakukan dalam penelitian

analisis wacana Van Dijk atas kesadaran mental penulis tweet yaitu Ustadz

Felix Siauw terhadap persoalan kesetaraan gender yang tertuang dalam

kultwit (kuliah twit)nya tentang Liberalis Dibalik RUU KKG dan Why

Fulltime Mother? Untuk mengungkap kesetaraan gender dalam Islam dan

pemahaman Ustadz Felix atas ketidaksetujuannya terhadap kesetaraan gender

178 Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017.

Page 118: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

105

melalui kognisi sosial. Alasan Ustadz Felix mengangkat kedua judul dalam

kultwit (kuliah twit) nya yaitu sebagai sebuah respon terhadap adanya

kesetaraan gender yang pada saat itu sedang ramai dibicarakan.

Ia merasa terdapat orang-orang yang ingin menghancurkan Islam, dengan

menuduh bahwa Islam merupakan agama yang memperlakukan perempuan

tidak lebih baik daripada laki-laki. Sehingga kesetaraan gender dapat

diterapkan dalam Islam agar perempuan tidak menjadi kelas kedua. Dalam

kedua judul kultwit (kuliah twit) tersebut, terlihat bahwa hal yang paling

dikhawatirkan yaitu orang-orang yang berusaha menghancurkan Islam,

melakukannya dengan usaha menjauhkan umat muslim dari ajaran Islam. Hal

ini terdapat dalam hasil wawancara sebagai berikut:

“Islam itu senantiasa pengen dihancur oleh orang-orang yang gak

suka, dan caranya adalah dengan menghancurkan muslim. Menjauhkan

orang muslim dengan ajaran Islam. Karena mereka tidak bisa langsung

untuk menghancurkan Islam. Karena hampir tidak mungkin untuk

menghancurkan Islam. Sumbernya begitu jelas, dalilnya begitu mantap

dan tidak ada celah untuk kemudian menyerang dari segi itu. Nah karena

itu mereka menjauhkan muslim dengan Islamnya. Nah ini dikenal dengan

nama ghazwul fikri, perang pemikiran, dan salah satu ghazwul fikri

adalah kesetaraan gender tadi. Bahwa orang-orang itu menyangka

bahwa Islam adalah agama yang bias gender, agama yang

memperlakukan perempuan itu tidak lebih baik dari laki-laki. Itu adalah

salah satu tuduhannya. Kedua, mereka berusaha untuk mengeluarkan

perempuan daripada fitrahnya, dengan dalil kesetaraan gender. Nah

padahal kalau kita lihat secara sejarah kan tidak seperti itu. Maka yang

saya pikir ketika saat melakukan itu adalah ghazal fikar. Karena mereka

sudah melakukan itu duluan, perang pemikiran itu, dan saya cuma

menjelaskan bahwa itu tidak betul. Contoh misalnya, kita lihat

kesetaraan gender kan lahirnya bukan dari orang orang muslim. Kalau

misalnya kita lihat secara sejarah kan lahirnya dari dunia-dunia Barat.

Karena orang-orang Barat mengalami perlakuan yang tidak pantas dan

tidak layak kepada perempuan. Jadi di dalam Islam tidak ada proses

kesetaraan gender. Kenapa? Karena Islam tidak pernah memandang ada

masalah antara laki-laki dan perempuan. sedangkan di dalam ”179

179

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.

Page 119: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

106

Terkait dengan wawancara di atas, peneliti temui bahwa, melihat akar

permasalahan yang diresahkan oleh Ustadz Felix, maka Ustadz Felix merasa

perlu untuk meluruskannya dengan menggunakan media sosial Twitter

sebagai media dakwahnya. Dari sini lah Ustadz Felix menjelaskan dalam

kultwit (kuliah twit) nya bahwa kesetaraan gender tidak ada dalam Islam.

Sehingga apa yang bukan berasal dari Islam tidak perlu diaplikasikan ke

dalam Islam.

Menurut Ustadz Felix, sebelum adanya kesetaraan gender, Islam telah

lebih dulu mengangkat derajat perempuan dari kejahatan di masa lampau

kekedudukan yang mulia dan terhormat dengan menerapkan ajaran Islam dan

memperlakukan perempuan dan laki-laki secara adil yang dapat dilihat dalam

taklif hukum180

. Ketika Islam berbicara relasi antara laki-laki dan perempuan.

Maka, Islam menempatkannya tanpa ketimpangan dan unsur rendah tinggi.

Sesuai dengan definisi adil yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Melalui taklif hukum, keduanya diberikan tugas dan hak yang sesuai

dengan kelebihan masing-masing yang diberikan oleh Allah SWT. Fitrah

tersebut telah ditetapkan sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.

Sehingga laki-laki maupun perempuan sama-sama mendapatkan apa yang

seharusnya mereka dapatkan dan tidak dipaksakan untuk melakukan yang

tidak sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, perempuan dan laki-laki

tidak dilarang dalam meraih prestasi, termasuk dengan perempuan yang

bekerja ketika sudah menikah. Karena Islam tidak memberikan larangan bagi

perempuan untuk berkreasi maupun bekerja.

180

Taklif hukum adalah hukum syara‟ atau khithab syar‟i yang membebani mukalaf (orang

yang sudah baligh), nerupa perintah, anjuran, atau larangan dengan ketentuan hukum yaitu

wajib,sunah, mubah, makruh, dan haram (Kamus istilah Islam).

Page 120: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

107

Meminjam ungkapan Zaitunah Subhan, bahwa “Pada prinsipnya, agama

Islam tidak membatasi hak perempuan dalam mengurus seluruh kepentingan

publik. Hanya saja perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kehormatan

perempuan itu sendiri.”181

Dengan demikian, perempuan dibolehkan

berkreatifitas dan bekerja selama pekerjaan tersebut halal dan tetap menjaga

kehormatannya. Hanya saja dalam hal ini, Ustadz Felix sangat memberikan

perhatian penuh pada seorang Ibu yang bekerja. Ustadz Felix mewantikan

agar ibu yang bekerja tidaklah melupakan tugasnya sebagai seorang ibu yaitu

mendidik anak.

Menurut Ustadz Felix, seorang ibu penting dalam mendidik anak karena

perempuan memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Oleh karena

itu, perempuan ditempatkan dalam mengurus rumah tangga serta disebut

sebagai madrasatul ulla. Seperti pada hasil wawancara sebagai berikut:

“Perempuan punya fitrah, laki-laki punya fitrah. Nah taklif hukum itu

sesuai fitrah. Contoh misalnya, wanita mana yang tidak senang dengan

anak-anak. Pasti senang dengan anak-anak, karena itulah Allah

sesuaikan dengan taklif hukum itu mereka ditaklif di rumah. perempuan

lebih pintar kemampuan linguistiknya, maka di mana-mana

telemarketing itu perempuan. Di mana-mana kata-kata tuasnya bagus itu

perempuan. Di mana-mana anak perempuan lebih pintar ngomong

daripada laki-laki. Karena kemampuan linguistiknya lebih bagus.

Kenapa lingusitiknya lebih bagus? Karena dia jadi seorang ibu, dan ibu

itu harus jawab pertanyaan anak-anaknya dan panjang, laki-laki ditanya

sama anaknya kenapa daun berwarna hijau? Dari dulu sudah begitu.

Perempuan bisa jelasin karena dia klorofil, ada banyak cahaya, dan

sebagainya. Anaknya tanya lagi klorofil itu apa harus jawab lagi sampai

sabar. Kalau laki-laki ga punya sabar seperti itu, nah itu adalah didikan.

Maka misalnya dalam buku penelitiannya Alan dan Barbara pis, why

man dont linsetn and linminken litmeps, perempuan dikasih 10 video

anak lagi nangis tapi tidak bersuara, cuma diliatin videonya saja tidak

ada suaranya. Laki-laki juga diliatin video yang sama. Nah lalu disuruh

nyebutin, ini kenapa anak-anak ini bisa nangis? Perempuan bisa

menyebutkan, oh ini kepanasan, ini karna laper, ini karna sakit perut, ini

181

Zaitunah Subhan, Al-Quran dan Perempuan, Menuju Kesetaraan Gender dalam

Penafsiran (Jakarta: Kencana, 2015), h. 93.

Page 121: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

108

karna ini ini. Kalau laki-laki bilang, itu semua pengen digendong ibunya.

Itu adalah bedanya. Laki-laki tidak akan bisa sebaik itu dalam soal

mendidik anak dalam soalan insting.”182

Terkait wawancara di atas, peneliti menafsirkan bahwa, Ustadz Felix

berpendapat bahwa Islam telah menempatkan hak dan kewajiban perempuan

dan laki-laki sesuai porsinya. Sehingga hal tersebut memberikan kesetaraan

dan keadilan yang berkeseimbangan. Ajaran Islam tidak mengharuskan

keduanya untuk melakukan yang kemungkinan seseorang belum mampu

sepenuhnya lakukan, melainkan sesuai fitrahnya. Seperti pada wawancara di

atas, Ustadz Felix menyinggung perempuan yang memiliki intuisi bagus,

kecakapan berbicara maupun menjawab, dan kesabaran. Kelebihan yang

dimiliki oleh perempuan termasuk fitrah yang diberikan oleh Allah SWT.

Maka, dia diamanahkan untuk mendidik anak karena dianggap lebih baik

daripada laki-laki dan tidak diwajibkan untuk mencari nafkah.

Oleh karena itu, jika seorang ibu bekerja maka harus memiliki waktu

yang luang untuk bersama anak-anak mereka. Hal tersebut disebabkan agar

anak tidak merasa kehilangan sosok dan kasih sayang dari orangtuanya.

Karena seberapapun materi yang diberikan oleh anak, yang dibutuhkan

adalah kasih sayang dan didikan dari orangtua. Sebab, hal itu tidak bisa

digantikan dengan sebanyak apapun materinya. Peneliti melihat bahwa tidak

salah apabila Ustadz Felix mewantikan hal tersebut dalam kultwit (kuliah

twit) nya. Karena pada saat wawancara, Ustadz Felix mengatakan dia pernah

memiliki pengalaman yang merasakan bagaimana perasaan ketika orang tua

182

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.

Page 122: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

109

hanya memberikan uang saja. Hal ini dapat dilihat pada wawancara sebagai

berikut:

“Saya pengalaman, paham ya, jadi artinya saya tau pengalaman

seorang anak ketika orang tuanya merasa cuma memberikan uang saja

itu cukup. Ternyata yang anak perlukan bukan itu kok, yang diperlukan

waktu, kasih sayang, bimbingan orang tuanya, nah itu yang tidak bisa

digantikan dan itu bisa menjadi doa dia ketika dia besar, robbi firli

waliwali daiya, warham huma kama robbayani sogiro.”183

Berdasarkan wawancara tersebut, sebagai hal kewajaran apabila

seseorang yang memiliki pengalaman mengutarakan pendapatnya untuk tetap

memerhatikan dan mengajari anak terutama dalam pendidikan agama.

Kemudian, Ustadz Felix menempatkan dalam tulisannya bahwa suami lah

yang mencari nafkah, karena laki-laki secara umum sudah diatur untuk

menafkahi keluarganya. Ini dilihat dalam wawancara sebagai berikut:

“Kenapa laki-laki yang nafkah? Ya karna memang laki-laki itu

secara default itu memang di desain untuk mencari nafkah. Misal mereka

punya kulit yang lebih tebal, berarti ketika zaman berburu dan meramu

mereka lebih pintar berburu. Kedua, Alan dan Barbara juga sudah

menulis, secara syaraf laki-laki dan perempuan berbeda. Syaraf logika

laki-laki lebih berkembang daripada perempuan. Itu mengakibatkan

secara logis mereka lebih pintar main basket, mereka lebih pintar nyetir,

mereka lebih pintar untuk baca peta dibanding perempuan yang baca

peta mesti muter-muter bacanya, kalau laki-laki mutermuter

dikepalanya.”184

Berdasarkan wawancara di atas, peneliti temui bahwa, Ustadz Felix

memandang bahwa pemimpin dan pemberi nafkah keluarga dibebankan atau

diwajibkan pada laki-laki karena kelebihan yang ia punya, dan pada dasarnya

laki-laki sudah diatur untuk dapat bekerja dengan lebih baik agar dapat

memenuhi kewajiban dalam mencari nafkah. Karena kepemimpinan dalam

183

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017. 184

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta Barat, 21 April 2017.

Page 123: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

110

keluarga adalah sebuah penugasan. Sebagaimana Menurut Huzaimah T.

Yanggo, bahwa:

“Suami bertugas mencari dan memenuhi nafkah, sementara istri

bertugas untuk mengaturnya sebagai penata ekonomi keluarga. Istri harus

mempunyai kecakapan, keterampilan, kreatifitas, agar penerimaan dan

penggunaan nafkah dapat mengarah pada peningkatan ekonomi rumah

tangga. Di samping itu istri harus bersikap qana'ah atas apa yang

diberikan suaminya.”185

Dengan demikian, atas kelebihan tersebutlah, Islam telah mengatur

bahwa suami yang bertugas mencari dan memenuhi nafkah. Sementara istri

bertugas untuk mengaturnya sebagai penata ekonomi keluarga dan mendidik

anak. Jadi, persamaan yang bijak disesuaikan dengan kelebihan yang dimiliki

oleh masing-masing agar dapat memberikan keadilan terhadap keduanya.

Laki-laki ditugasi memimpin perempuan karena Allah SWT telah

melebihkannya dengan unsur akal yang lebih dominan serta ketegasan.

Kelebihan tersebut bukanlah keutamaan yang berarti laki-laki lebih utama

daripada perempuan. Karena kelebihan laki-laki memimpin bukanlah hak,

tetapi kewajiban. Kewajiban yang harus ditunaikan laki-laki yaitu menuntun

dan membawa perempuan dan keluarganya pada ridha Allah SWT. Jadi

bukan menuntun dan membawa mereka pada kemauan dan kepentingan

pribadinya. Sementara perempuan diberi tugas-tugas mengurus rumah tangga

dan mendidik anak karena Allah SWT melebihkannya dengan unsur

kelembutan dan kasih sayang yang lebih dominan. Oleh karena itu, tidak

dibenarkan jika kelebihan kepemimpinan dalam keluarga diletakkan kepada

laki-laki digunakan untuk menunjukkan superioritas dan kelebihan

185

Huzaimah T. Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010),

h. 66.

Page 124: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

111

kelembutan perempuan dalam memimpin rumah dan anak-anaknya

menunjukkan minoritas dalam keluarga.

Sehingga, berdasarkan hal tersebut Ustadz Felix tidak menyetujui adanya

konsep kesetaraan gender, karena dalam Islam semua sudah diatur sesuai

dengan fitrahnya dan tidak bisa disamaratakan. Ustadz Felix beranggapan

bahwa definisi kesetaraan gender yang diusungkan oleh Barat ialah memiliki

konsep di mana perempuan dapat melakukan hal yang sama seperti laki-laki.

Hal tersebut seperti hasil dalam wawancara sebagai berikut:

“Konsep berpikir orang Barat itu adalah ketika mereka melihat

sekarang perempuan didiskriminasi maka mereka mengatakan, kami

pengen sama kaya mereka, kalau mereka bisa kami juga bisa, tanpa

sadar, mereka menjadikan laki-laki sebagai standart. Aneh kan? Mereka

bilang laki-laki tukang merendahkan wanita, tapi mereka jadikan laki-

laki sebagai standar. Mereka pengen dapat pialanya laki-laki, paham

gak maksudnya? Kalau laki-laki bisa begini, kami pengen begini juga.

Jadi laki-laki dan wanita dalam kesetaraan gender itu disuruh lomba

mendapatkan piala yang sama. Kalau mereka bisa kerja, dia juga bisa

kerja. Kalau mereka bisa genit, dia juga bisa genit. Kami mau sama kaya

laki-laki, itu saja konsepnya sudah salah. Harusnya mereka bilang kami

gak mau sama kaya laki-laki, kami adalah perempuan dan kami punya

ini sendiri, kan gitu kan ya kalau mereka pede.”186

Berdasarkan wawancara tersebut, Ustadz Felix beranggapan bahwa cara

berpikir kesetaraan gender yang menunjukkan laki-laki dan perempuan harus

melakukan perbuatan yang sama ialah sesuatu yang keliru dan tidak sejalan

dengan kesetaraan versi Islam. Menurutnya, tidak perlu dipaksakan untuk

keduanya sama agar tidak didiskriminasi. Karena perempuan memiliki

kelebihan tersendiri daripada laki-laki untuk menunjukan bahwa perempuan

tidak untuk didiskriminasi. Sementara itu, dalam kerangka teori disebutkan

bahwa:

186

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.

Page 125: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

112

“Kesetaraan gender merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki dan

perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai

manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,

ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan nasional, serta

kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.”187

Melihat teori tersebut terdapat kemiripan dalam pemahaman mengenai

kesetaraan gender yang diutarakan oleh Ustadz Felix yaitu kesamaan bagi

perempuan dan laki-laki dalam memperoleh kesempatan. Sehingga hal

tersebutlah yang tidak disetujui oleh Ustadz Felix. Sedangkan menurut Asriati

Jamil dan Amany Lubis, bahwa “Kesetaraan bukan dalam arti sama rata dan

tidak ada perbedaan. Dalam konteks ini kesetaraan lebih tepat dimaknai

dengan berkeadilan, berkeseimbangan, dan lahir keharmonisan akibat dari

eksistensi kedua belah pihak.”188

Dalam pernyataan di atas terlihat melengkapi pernyataan yang

sebelumnya perihal kesetaraan, yang bukan saja diartikan sebagai sama rata

namun tetap ada perbedaan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ustadz Felix

yang mengatakan bahwa dalam Islam, perempuan dan laki-laki berbeda yang

artinya tidak harus benar-benar disetarakan karena perempuan dan laki-laki

diperlakukan secara adil dan seimbang terlebih dulu sebelum adanya

kesetaraan gender.

Peneliti melihat bahwa Ustadz Felix merupakan salah satu ustadz yang

tidak menerima istilah kesetaraan gender,189

tetapi mengakui bahwa dalam

Islam perempuan tidak dijadikan kelas kedua dan diperlakukan dengan adil

187

Kelompok Kerja Convention Watch, Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum Untuk

Mewujudkan Keadilan Gender (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor), h. 313. 188

Fadilah Suralaga, dkk, Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN

Jakarta dengan McGill Project/IISEP), h. 81. 189

Sesuai dengan pengamatan peneliti, pada saat wawancara dan terlihat pada beberapa teks

yang ditulis dalam kultwitnya, Ustadz Felix mengatakan bahwa kalimat kesetaraan gender maupun

prosesnya berasal dari Barat yang menurutnya memiliki dampak negatif bagi umat Islam.

Page 126: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

113

seperti halnya dengan laki-laki. Beliau pun sangat tegas tidak menyetujui

adanya kesetaraan gender karena kesetaraan gender dinilainya dapat

menimbulkan dampak yang buruk.

Pemikiran tersebut sangat lah wajar untuk seorang ustadz yang memiliki

pemikiran kritis terhadap apa yang dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran

Islam. Ustadz Felix pun mengkhawatirkan kekacauan dari kesetaraan gender

yang bisa benar-benar terjadi ialah apabila RUU Kesetaraan dan Keadilan

Gender (KKG) disahkan, yaitu dapat mengeluarkan perempuan dari fitrahnya.

Sehingga perempuan tidak menaati perintah dan larangan Allah SWT. Hal ini

dilihat dalam hasil wawancara sebagai berikut:

“Saya gak setuju sama RUU KKG karena itu adalah bagian dari

ghazwul fikri, merusak masyarakat. Bayangkan bagaimana seandainya

negeri ini kalau perempuan-perempuan tidak ada yang mau taat pada

Allah, dan tidak ada yang mau nurut ketentuan Allah, Allah rugi? Tidak,

tapi masyarakat rusak.”190

Terkait dengan wawancara tersebut, yang dikhawatirkan oleh Ustadz

Felix dengan adanya kesetaraan gender ialah perempuan dapat bebas bekerja

tanpa aturan atau melakukan hal apapun tanpa batasan. Tidak menutup

kemungkinan, pekerjaan yang dipilihnya ialah pekerjaan yang tidak

menghormati dirinya. Pekerjaan yang dimaksud ialah pekerjaan yang di mana

perempuan dijadikan objek untuk menarik daya perhatian pembeli, dengan

cara membebaskan dirinya untuk memperlihatkan auratnya. Secara tidak

langsung, perempuan dieksploitasi sebagai daya tarik jual suatu produk.

Padahal dalam Islam perempuan dilindungi dan dijaga melalui ajaran-Nya.

190

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.

Page 127: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

114

Dengan demikian, adanya kesetaraan gender pun bukan saja menjadi solusi

agar perempuan tidak dieksploitasi.

Kemudian, dampak buruk yang lainnya ialah perceraian. Menurut Ustadz

Felix, ketika suami dan istri mengejar kesetaraan dengan kedua-duanya

dibebaskan bekerja tanpa ada aturan yang baik,191

sehingga pembagian tugas

dalam keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Maka hal tersebut dapat

menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga dan timbul berbagai

pertikaian. Sehingga berdampak pada perceraian yang menyebabkan adanya

single parents dan adanya anak yang broken home. Sehingga berdampak pada

hilangnya kehangatan dalam keluarga yang dapat mengubah perilaku sosial

anak. Lebih buruknya, apabila tidak dilakukan pengawasan dan diberi

perhatian yang maksimal, akan membuat anak melampiaskannya ke hal

negatif.

Peneliti melihat bahwa Ustadz Felix memosisikan dirinya sebagai da‟i

yang merasa bahwa ia berkewajiban untuk meluruskan perihal kesetaraan

gender tersebut. Ustadz Felix tidak ingin perempuan muslimah yang mau

mengekspresikan kemampuannya tetapi tidak memerhatikan ajaran Islam.

Oleh karena itu, apapun yang dilakukan harus tetap sesuai dengan ketentuan

dari Allah SWT. Ustadz Felix juga memosisikan dirinya sebagai orangtua

yang memiliki anak dan menyadari bahwa mengasuh dan mendidik anak,

terutama dalam mendidik ilmu agama ialah sesuatu yang penting.

191

Aturan yang dimaksud ialah tetap memelihara keharmonisan keluarga dengan tidak terlalu

sibuk bekerja yang berakibat melupakan keluarganya dan tidak terlalu berinteraksi dengan yang

bukan muhrimnya. Suami dan istri sama-sama saling menghormati dan tetap bekerja sama dalam

mengasuh anak, agar anak mendapatkan kasih sayang dan didikan yang mumpuni.

Page 128: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

115

Hal terpenting menurut Ustadz Felix, tweet yang ia tulis berusaha

menyampaikan pesan dakwahnya. Agar menjadi sebuah intropeksi diri untuk

perempuan, terutama yang sudah menikah yaitu untuk menjadi seorang ibu

yang baik dan benar dan melakukan suatu aktivitas yang sesuai dengan

porsinya. Selain itu, laki-laki dan perempuan harus dapat mempelajari Islam

lebih baik lagi dengan memahami agama dan memahami apa yang diberikan

untuk perempuan dan laki-laki serta menyikapinya dengan baik.

D. Konteks Sosial

Analisis konteks sosial dimaksudkan untuk melihat konteks atau latar

belakang terbentuknya teks tersebut. Menurut Eriyanto, “Wacana adalah

bagian dari yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti

teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana

tentang suatu hal diproduksi dan direproduksi dalam masyarakat.”192

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai wacana kesetaraan gender

dalam Islam, yang terdapat pada kehidupan sosial ataupun kehidupan

bermedia sosial. Berbagai macam pemahaman mengenai kesetaraan gender

dalam Islam banyak tersebar melalui argumen tiap-tiap orang. Tentunya

berbagai macam pemahaman tersebut mereka dapatkan dari lingkungan,

media massa, media sosial, maupun buku-buku yang mereka baca. Perlu

diperhatikan juga, masyarakat tentunya memiliki penalaran khusus atas

kesetaraan gender, terlebih jika melihat kesetaraan gender tersebut dalam

pandangan Islam.

192

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.

271.

Page 129: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

116

Dalam kultwit (kuliah twit) yang ditulis Ustadz Felix, berbagai macam

respon mengenai tweet Ustadz Felix. Respon yang diberikan pun beragam,

ada yang menyetujui argumen dari Ustadz Felix yaitu beranggapan bahwa

kesetaraan yang tepat ditempatkan sesuai dengan proporsional dan

kondisinya. Terdapat juga yang memiliki pemikiran yang sama dengan

Ustadz Felix mengenai posisi ibu penting dalam mengasuh anak.

Namun terdapat juga respon yang tidak sependapat dengan Ustadz Felix.

Beberapa di antara pembacanya menyatakan bahwa kesetaraan gender

dibutuhkan bukan dengan tujuan perempuan harus mirip laki-laki, tetapi

perempuan diberi kebebasan untuk memilih. Pemikiran masyarakat yang

menyatakan kesetaraan diberi kebebasan untuk memilih menjadi salah satu

yang dianggap mengkhawatirkan oleh Ustadz Felix, karena pemikiran

tersebut ditakutkan menjauhkan umat muslim dari ajarannya.

Permasalahan mengenai wacana kesetaraan gender dalam Islam

sepertinya masih dipandang tidak terlalu penting jika kesetaraan gender

tersebut diterapkan dalam Islam. Hal ini berdasarkan observasi teks yang

peneliti lakukan di media sosial Twitter, peneliti menemukan bahwa tidak

sedikit orang yang tidak menyetujui akan kehadiran kesetaraan gender

tersebut. Mereka menganggap bahwa tanpa adanya kesetaraan gender, Islam

telah memuliakan dan menghormati perempuan. Salah satunya seperti pada

tweet sebagai berikut:

Gambar 4.5 Twittan Netizen

Page 130: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

117

Terdapat juga yang menilai bahwa permasalahan kesetaraan gender

tersebut bukan berawal dari efek hukum Islam, tetapi seringnya orang

mengidentikkan Islam tidak bisa adil dengan perempuan. Hal ini terlihat

pada:

Tentunya pemahaman ini pun tidak terlepas dari media, terutama portal

berita online Islam. Kuatnya pengaruh media massa dalam menyampaikan

informasi sangat berperan terhadap pemahaman seseorang dalam memahami

wacana kesetaraan gender dalam Islam. Beberapa respon dalam portal berita

online Islam yang dikatakan oleh sekelompok aktivis maupun tokoh muslim

pun terlihat bagaimana mereka dalam menanggapi kesetaraan gender dalam

Islam dan hal tersebut dapat memengaruhi pemikiran khalayak. Salah satunya

terdapat portal berita online Islam yang memberitakan bahwa kesetaraan

gender bertentangan ajaran Islam. Seperti yang dilansir dalam

hidayatullah.com, yaitu:

“Menurut Ketua AILA Indonesia, Rita Soebagio, kesetaraan gender

sejatinya adalah sebuah program yang diyakini bertentangan dengan

kodrat perempuan itu sendiri, karena pada prinsipnya laki-laki dan

perempuan berbeda dan memiliki peran strategis yang harus dijalankan

sesuai dengan perannya masing-masing.”193

Tidak hanya portal berita Islam online saja, bahkan tidak sedikit para da‟i

maupun aktivis dan tokoh yang concern dalam Islam pun menyatakan

ketidaksetujuannya dengan kesetaraan gender jika dikaitkan dalam Islam.

193

“AILA Indonesia Soroti Tema Hari Ibu yang Terkesan Menekankan Kesetaraan Gender,”

diakses pada 18 Agustus 2017 dari https://m.hidayatullah.com.

Gambar 4.6 Twittan Netizen

Page 131: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

118

Terutama saat isu RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) ingin

disahkan menjadi Undang-undang pada sekitar tahun 2011 mendapatkan

penolakan dari beberapa kalangan. Bahkan portal berita online Islam pun

memuat pemberitaan mengenai perempuan muslimah yang juga menolaknya,

sebab hal itu dianggap melanggar syariat Islam dan menghancurkan keluarga

Islam.194

Hal tersebut tentunya dapat memengaruhi pemikiran khalayak

mengenai kesetaraan gender itu sendiri.

Selain itu, portal berita online pun memberitakan bahwa RUU

Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) patut ditolak karena melanggar

syariat Islam. Seperti yang dilansir dalam Republika.co.id, yaitu:

“Bahwa sejumlah ketentuan mengenai hak dan kewajiban yang

tertulis dalam RUU KKG dalam aplikasinya dapat melanggar syariat

Islam. Salah satunya yang tertulis pada draft RUU KKG tahun 2011,

pasal 12a mengenai perkawinan dituliskan “Bahwa setiap orang berhak

memasuki jenjang perkawinan dan memilih suami atau isteri secara

bebas”, jika isi pasal tersebut tetap dibiarkan seperti itu, maka dapat

melegalkan pernikahan sesama jenis, karena tidak dituliskan secara jelas

yang dimaksud suami atau istri yaitu yang bebeda jenis kelaminnya.195

Kemudian menurut Adian Husaini Wakil Ketua Komisi Kerukunan Umat

Beragama MUI Pusat, kesalahan dalam RUU Kesetaraan dan Keadilan

Gender yang dikeluarkan pada 24 Agustus 2011 tersebut, mendefinisikan

bahwa kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan

dan laki-laki untuk mendapatkan kesempatan mengakses, berpartisipasi,

mengontrol, dan memperoleh manfaat pembangunan disemua bidang

kehidupan. Sehingga konsep yang seperti itu dinilai bertentangan dengan

194

“Ormas Muslimah Sepakat Tetap Tolak RUU KKG,” diakses pada 18 Agustus 2017 dari

http://m.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2014/09/11/29264/ormas-muslimah-sepakat-tetap-

tolak-ruu-kkg.html 195

“Ruu Keseraaan Gender Bertentangan Dengan Syariat Islam,” diakses pada 18 Agustus

2017 dari http://m.republika.co.id/berita/dunia-Islam/Islam-nusantara/12/04/19/m2q761-ruu-

kesetaraan-gender-bertentangan-dengan-syariat-Islam.

Page 132: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

119

Islam. Karena tugas, peran, dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan

dalam keluarga maupun masyarakat ditentukan dengan hukum Allah SWT.196

Bachtiar Nasir, Sekjen Organisasi Islam Majelis Intelektual dan Ulama

Muda Indonesia (MIUMI) beranggapan bahwa definisi gender dalam RUU

Kesetaraan dan Keadilan Gender bertentangan dengan konsep Islam tentang

peran dan kedudukan perempuan. Dalam Islam pembagian peran dan

tanggung jawab laki-laki dan perempuan tidak berdasarkan pada budaya,

tetapi berdasarkan pada wahyu Allah SWT.197

Begitupun dengan Ustadz Felix Siauw, definisi kesetaraan gender yang

ada pada RUU KKG 24 Agustus 2011 tersebutlah, yang menyebabkan Ustadz

Felix tidak menyetujuinya. Serta, tidak sedikit juga masyarakat yang

memahami kesetaraan gender sebagai sebuah pencapaian kesamaan bagi laki-

laki maupun perempuan. Menurutnya konsep kesamaan seperti itulah yang

keliru sehingga perlu diluruskan. Karena laki-laki dan perempuan tidak bisa

disamakan dan tidak harus disetarakan dalam peran.

Beberapa khlayak dalam media sosial Twitter mengasumsikan apabila

RUU KKG disahkan dan kesetaraan gender diterapkan sesuai dengan

peraturan hukum, maka akan berdampak pada umat muslim ataupun agama

lain yang menjalankan konsep agamanya tetapi berbenturan dengan konsep

kesetaraan gender.

Seperti membedakan pemotongan kambing saat aqiqah, pembagian waris

dengan pola dua banding satu, serta orangtua yang tidak menikahkan anaknya

196

Adian Husain, “RUU Kesetaraan Gender,” diakses pada 18 agustus 2017 dari

http://m.facebook.com/fansadianhusaini/posts/662142580553492. 197

“Rancangan Undang-undang Kesetaraan Gender, Masih Kontroversi,” diakses pada 7

Januari 2017 dari https://nasional.tempo.co/read/395838/rancangan-undang-undang-kesetaraan-

gender-masih-kontroversi

Page 133: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

120

dengan yang berbeda agama. Hal tersebut akan dianggap diskriminasi gender

karena tidak berkesesuaian dengan pasal 1 point 4 RUU KKG yang

dikeluarkan pada 24 Agustus 2011, yang berbunyi:

“Diskriminasi adalah segala bentuk pembedaan, pengucilan atau

pembatasan, dan segala bentuk kekerasan yang dibuat atas dasar jenis

kelamin tertentu, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk

mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan manfaat, atau

penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan pokok di bidang politik,

ekonomi, sosial, budaya, sipil atau bidang lainnya, terlepas dari status

perkawinan, atas dasar persamaan hak antara perempuan dan laki-

laki.”198

Dengan demikian, hal tersebut membuat resah umat muslim karena apa

yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama-Nya dapat menyebabkan dirinya

melanggar hukum jika tidak sesuai dengan RUU Kesetaraan dan Keadilan

Gender (KKG). Karena pada dasarnya dalam Agama Islam telah menentukan

keadilan bagi perempuan dan laki-laki. Seperti hal nya pembagian tugas

dalam keluarga, perempuan dan laki-laki memiliki kewajiban yang berbeda.

Sehingga ada yang diwajibkan mencari nafkah dan ada yang diwajibkan

untuk mengelola rumah tangga agar saling melengkapi. Namun, Islam pun

tidak melarang untuk perempuan bekerja selama yang kewajibannya itu

terpenuhi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Felix:

“Oh berarti maksud mubah di sini itu, paling utama ngurus

keluarga ketimbang bekerja? Nah iya betul, yang wajib itu adalah umu

warotulbait hm kerja adalah mubah, nah maka kalau misalnya dia kerja

wajibnya masih bisa dilaksanakan gaada masalah.”199

Dengan demikian, tidak dibenarkan jika seorang ibu dibebaskan dalam

bekerja, yang di mana kebebasan tersebut berpotensi memiliki waktu yang

sedikit bersama anak sehingga dapat melalaikan tugas untuk mengasuh

198

Tim Kerja RUU KKG, “Draf Rancangan Undang-undang Kesetaraan dan Keadilan

Gender, 24 Agustus 2011” diakses pada 10 Juli 2017 dari www.kammimadani.wordpress.com. 199

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.

Page 134: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

121

anaknya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Mohammad Fauzil

Adhim, pakar parenting Islam dan pendakwah juga penulis buku Mendidik

Anak Menuju Taklif, Saat Berharga Untuk Anak Kita, yang merupakan guru

dari Ustadz Felix Siauw, beliau mengungkapkan bahwa:

“Anak merupakan hal yang penting dalam keluarga yang harus

mendapatkan perhatian penuh. Masa kanak-kanak adalah masa yang

paling penting karena masa dimana pembentukan fondasi dan dasar

kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Oleh

sebab itu, orangtua perlu mengetahui perkembangan anak pada usia dini

menjadi mutlak adanya jika ingin memiliki generasi yang mampu

mengembangkan diri secara optimal.”200

Oleh karena itu, Ustadz Felix pun berpikiran bahwa agar seorang ibu

belajar menjadi ibu yang baik dengan cara meluangkan waktu yang dimiliki,

untuk memperhatikan anaknya agar dapat mengetahui perkembangan sang

anak. Seperti pada hasil wawancara sebagai berikut:

“Sama dengan orang datang ke ustad saya namanya Ustadz

Mohammad Fauzil Adhim, ada seorang ibu yang kesehariannya bekerja

datang “Ustadz gimana caranya agar anak saya berhenti kecanduan

main game mau solat dengan baik dan jadi seorang ikhwan yang paham

tentang agamanya tolong berikan jawaban yang singkat jelas dan

sekarang juga” Hadeuh yaa gimana ceritanya, masalah itu kan gak

pernah datang instan, karena nyelesein itu juga ga mungkin instan.

Artinya dengan itu maka saya berpikir harusnya mereka paham dong,

kalau mau menjadi ibu ya harusnya belajar lah yang baik, jangan seperti

yang mau mengeluarkan effort pada kerja, kenapa mereka engga

keluarkan option yang lebih baik lagi dalam urusan kepada anak.”201

Oleh sebab itu, penulis menafsirkan, Ustadz Felix berpikiran bahwa,

perempuan terutama seorang ibu tidak menghabiskan waktunya hanya untuk

bekerja demi menggapai kesetaraan gender, sehingga dapat menyebabkan

waktu bersama anaknya berkurang, yang mengakibatkan orangtua tidak bisa

200

Mohammad Fauzil Adhim “Karena Anak Perlu Sentuhan Jiwa,” diakses pada 6 Januari

2018 dari http://m.hidayatullah.com/kajian/jendela-keluarga/read/2012/03/23/3509/karena-anak-

perlu-sentuhan-jiwa.html 201

Wawancara pribadi dengan Ustadz Felix Siauw, Jakarta, 21 April 2017.

Page 135: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

122

mengawasi perkembangkan sang anak. Karena seperti apa yang

diungkapkan oleh Ustadz Mohammad Fauzil Adhim bahwa orangtua

haruslah secara mutlak mengetahui perkembangan jika ingin memiliki

generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal. Sehingga

Ustadz Felix tidak menyetujui Kesetaraan Gender dalam Islam, terlebih

disahkannya RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender. Menurut Dr. Ir Euis

Sunarti yang konsen dalam kajian ketahanan keluarga berpendapat, bahwa:

“Kesetaraan gender tidak ramah dengan kehidupan dalam keluarga

dan kualitas anak sebagai SDM. Draft RUU KKG berpotensi

bertentangan dengan UU no. 52 tahun 2009 tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga. UU tersebut menjamin

bagaimana terbentuknya keluarga yang punya ketahanan, ketangguhan,

dan keluarga berkualitas. Untuk mencapai tujuan itu tidak mungkin kalau

tidak ada pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan, dan

berkomitmen sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan itu.”202

Berdasarkan hal tersebut, apabila suami dan istri sama-sama bekerja dan

tidak terdapat komitmen dalam pembagian tugas dalam rumah tangga, dapat

menyebabkan ketidakharmonisan dalam berkeluarga. Kemudian lebih lanjut

dikatakan oleh Dr. Ir Euis Sunarti, bahwa:

“Dikatakan dalam ilmu psikologi, yang menunjukkan pentingnya

bounding attachment antara anak dengan orang terdekat yaitu ibu.

Artinya dia memiliki suatu bounding yang baik sehingga bisa

mengembangkan trust terhadap lingkungannya dan terbentuknya fungsi-

fungsi kepribadian anak yang baik. Dalam kajian psikologi, anak-anak

yang dis-trust terhadap lingkungan adalah anak-anak yang tidak

dibesarkan dengan penuh kasih sayang, karena tidak ada orang yang

selalu siap untuk membantunya sehingga muncullah anak yang nakal,

dan sebagainya.” 203

Dengan demikian, pembagian peran dalam keluarga bukan ditujukan

untuk melihat siapa yang superioritas maupun minoritas dalam keluarga,

202

“Islam dan Kesesatan Paham Gender,” diakses pada 19 Agustus 2017 dari

http://m.hidayatullah.com/read/2012/06/22/2334/Islam-dan-kesesatan-paham-gender.html 203

Ibid.,

Page 136: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

123

tetapi dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan berkeluarga yang harmonis.

Tentunya pembagian tugas tersebut harus berdasarkan kesepakatan bersama.

Pemberitaan seperti itulah dapat memengaruhi pemikiran seseorang.

Karena seorang da‟i ataupun tokoh yang ahli di bidangnya maupun media

Islam memiliki akses dalam kesempatan menyebarkan informasi yang

dianggapnya benar. Mereka dianggap memiliki kapasitas dalam pengetahuan

yang berhubungan dengan hukum Allah SWT maupun syariat Islam.

Sehingga tidak salah apabila beberapa pengguna akun Twitter menganggap

bahwa seharusnya umat muslim tidak terlalu memikirkan kesetaraan gender,

karena gagasan Feminisme maupun kesetaraan gender merupakan gagasan

traumatik atas perlakuan gereja terhadap perempuan. Sedangkan, Islam telah

lebih dulu mengangkat perempuan dan memberikan keadilan. Hal tersebut

pun sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ustadz Felix ketika melihat

sejarah dari munculnya Feminisme maupun tanggapannya mengenai

kesetaraan gender.

Selain itu, Ustadz Felix pun membaca buku Alan dan Barbara Pease yang

berjudul Mengapa Pria Tidak Bisa Mendengar dan Wanita Tidak Bisa

Membaca Peta, tentang penelitian perbedaan kelebihan perempuan dan laki-

laki. Sehingga Ustadz Felix mengasumsikan bahwa perbedaan tugas dan

kewajiban antara laki-laki dan perempuan disesuaikan dengan kondisi.

Pengetahuan Ustadz Felix juga berasal dari al-Quran dan Hadist, yang

membuat beliau yakin bahwa Islam memperlakukan perempuan dan laki-laki

secara adil. Oleh sebab itu, beliau menyatakan bahwa Islam tidak

memerlukan kesetaraan gender.

Page 137: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

124

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menganalisis akun Twitter Ustadz

Felix Siauw pada kultwit Liberalis dibalik RUU KKG dan Why Fulltime

Mother? dengan menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk, maka

peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

1. Wacana kesetaraan gender dalam Islam pada akun Twitter Ustadz Felix

Siauw dilihat dari struktur teks ialah pesan yang disampaikan melalui

tweet-nya bahwa Ustadz Felix tidak menyetujui adanya kesetaraan

gender dalam Islam, dengan mengembangkan gagasan bahwa proses

kesetaraan gender bukan berasal dari Islam, dan Islam telah lebih dulu

mengangkat kesetaraan dalam persoalan asal penciptaan, derajat, hak

hidup, harta, dan kehidupan sosial. Hal ini ditunjukan dengan salah satu

tweet-nya “Islam memandang pria dan wanita berbeda secara gender,

namun mendapatkan akses yang sama terhadap kebahagiaan, yaitu ridha

Allah SWT.”204

Dalam pandangannya tentang gender dilihat dalam struktur teks, tweet

yang ditulis terdapat kesan yang tidak imbang antara laki-laki dan

perempuan dalam pengasuhan anak. Ini terlihat pada teks “hidup

memang perkara pilihan | dan Islam memerintahkan waktu ibu untuk

204

Felix Siauw, “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG),” diakses

pada 12 januari 2017 dari http://chirpstory.com/li/6134.

Page 138: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

125

anak-anaknya | urusan nafkah biar ayahnya.”205

Hal ini dikarenakan

lebih menonjolkan peran ibu dalam mengasuh anak, sedangkan peran

ayah hanya diperlihatkan untuk mencari nafkah saja. Padahal keduanya

sama-sama memiliki peran penting dalam mengasuh anak.

2. Wacana kesetaraan gender dalam Islam pada akun Twitter Ustadz

Felix Siauw dilihat dari segi kognisi sosial ialah Ustadz Felix melalui

akun Twitternya menyampaikan argumen atas ketidaksetujuannya

dengan kesetaraan gender dalam Islam, karena kesetaraan gender dapat

menyebabkan dampak yang buruk bagi umat Islam dan tidak sejalan

dengan ajaran Islam. Menurutnya, laki-laki dan perempuan berbeda,

tetapi ajaran Islam telah menunjukkan bahwa keduanya sama-sama

dimuliakan dan diperlakukan secara adil sesuai dengan kelebihannya

masing-masing. Meskipun demikian, Ustadz Felix tidak menerima istilah

kesetaraan gender tetapi mengakui bahwa Islam adalah agama yang

menjunjung kesetaraan dan keadilan.

3. Wacana kesetaraan gender dalam Islam dilihat dari konteks sosial yang

berkembang dalam masyarakat tidak menemui perbedaan dengan isi

tweetan atau apa yang dikatakan oleh Ustadz Felix Siauw yakni realitas

sosial yang memahami kesetaraan gender dalam Islam, bagi sebagian

orang mengasumsikan bahwa tidak ada kesetaraan gender dalam Islam.

Karena tanpa adanya kesetaraan gender, Islam telah lebih dulu

mengangkat derajat perempuan.

205

Felix Siauw, “Why Fulltime Mother?” diakses pada 12 Januari 2017 dari

http://chirpstory.com/li/82452.

Page 139: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

126

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dalam skripsi ini, peneliti memberikan saran

sebagai berikut:

1. Untuk penelitian lanjutan, dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan

mengkaji lebih dalam dan dikaitkan dengan kegiatan dakwah melalui

sosial media, maupun pengkajian lebih dalam mengenai perubahan

pemahaman wacana kesetaraan gender dalam Islam.

2. Untuk pengguna media sosial, hasil penelitian ini bisa menjadi gambaran

mengenai media sosial yang bisa dijadikan sebagai sarana dakwah dan

kritik terhadap suatu persoalan tertentu, agar media sosial tidak hanya

menjadi tempat untuk urusan pribadi dan hiburan semata.

3. Untuk penggiat gender, konsep kesetaraan gender dalam Islam perlu

untuk terus disosialisasikan dan diajarkan baik di lingkungan perguruan

tinggi atau masyarakat umum.

4. Untuk program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, diharapkan

adanya pengembangan kurikulum jurusan yang memuat pembelajaran

mengenai gender dan media, ini menjadi penting untuk melahirkan para

jurnalis yang tidak bias gender dalam pemberitaan maupun karyanya.

Page 140: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

127

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ali. Welcome to Twitterland: Manfaatkan Twitter untuk Mengeruk Rezeki.

Bandung: Kaifa, 2012.

Albar, Muhammad Ali. Wanita Karir dalam Timbangan Islam: Kodrat

Kewanitaan, Emansipasi dan Pelecehan Seksual, Penerjemah Amir

Hamzah Fachruddin. Jakarta: Pustaka Azzam, 1998.

Aliyudin dan Enjang. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjajaran,

2009.

Nawawi, Imam An. Riyadhus Shalihin 1, Alih Bahasa Hasan A. Barakuan.

Semarang: Alina Press, 2001.

Azis, Moh. Ali. Ilmu Dakwah, cet ke-5. Jakarta: Kencana, 2016.

Badara, Aris. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana

Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemamahan. Bandung: Gema Risalah

Press Bandung, 1992.

Enterprise, Jubilee. Berburu Uang dengan Twitter. Jakarta: PT Elex Komputindo,

2009.

Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS

Group, 2001.

Fakih, Mansour dkk. Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif

Islam. Surabaya: Risalah Gusti, 1996.

-------------------. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1987.

Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif.

Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Page 141: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

128

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, cet ke-1.

Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.

Hasim, Moh. E. Kamus Istilah Islam, Cet ke-1. Bandung: PUSTAKA, 2010.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Cet

ke-3. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.

Hidayati, Nurul “Analisis Wacana Makna Hijab Dalam Buku “Yuk, Berhijab”

Karya Felix Y. Siauw.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Husaini, Adian. Seputar Paham Kesetaraan Gender, Kerancuan, Kekeliruan, dan

Dampaknya. Depok: Adapi Press, 2012.

Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan Relasi Jender Menurut Tafsir Al-Sya‟rawi,

Jakarta: TERAJU, 2004.

--------------. Hak-Hak Perempuan: Tinjauan Umum Tentang Perempuan Dalam

Relasi Gender. Jakarta: TERAJU, 2004.

Kelompok Kerja Convention Watch. Hak Azasi Perempuan, Instrumen Hukum

Untuk Mewujudkan Keadilan Gender. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor,

2012.

Khan, Muhammad Shidiq Hasan. Ensiklopedia Hadis Sahih: Kumpulan Hadis

Tentang Wanita, Penerjemah Muhammad Arifin. Jakarta: Hikmah, 2009.

Ma‟mur, Jamal. Rezim Gender di NU. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Moeleong, Lexi J. ed. Metode Penelitian Kualitatif, cet ke-3. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1991.

Mufid, Muhamad. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2009.

Page 142: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

129

Mulyawati, Sri ed. Relasi Suami Istri dalam Islam. Jakarta: Pusat Studi Wanita

(PSW) UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta, 2005.

Nasrullah, Ruli. Media Sosial (Perspektif Komunikasi, Budaya, dan

Sosioteknologi). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015.

---------------------. Komunikasi Antarbudaya: di Era Budaya Siber. Jakarta:

Kencana Prenadamedia Group, 2012.

---------------------. Media Sosial: Prosedur, Tren, dan Etika. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2015.

Putra, Roy Chandra. Twitter Untuk Gaul dan Bisnis. Sulawesi: New Orchid, 2009.

Shihab, M. Quraish. Perempuan. Jakarta: Lentera Hati, 2005.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006.

Subhan, Zaitunah. Al-Quran dan Perempuan, menuju kesetaraan gender dalam

penafsiran. Jakarta: Kencana, 2015.

Suralaga, Fadilah dkk. Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat Studi Wanita

(PSW) UIN Jakarta dengan McGill Project/IISEP.

Susilaningsih, dkk. Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi Islam. Yogyakarta:

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan McGill-IAIN-ISEO.

Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI, Panduan Optimalisasi Media

Sosial Untuk Kementerian Perdagangan RI. Jakarta: Pusat Hubungan

Masyarakat, 2014.

Umar, Nasaruddin. Bias Jender Dalam Penafsiran Kitab Suci. Jakarta: Fikahati

Aneska, 2000.

Page 143: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

130

-------------------------. Fikih Wanita Untuk Semua. Jakarta: PT Serambi Ilmu

Semesta, 2010.

------------------------. Kodrat Perempuan dalam Islam. Jakarta: Lembaga Kajian

Agama dan Gender, 1999.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.

Vredenbregt, Jacob. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia, 1978.

Wiranegara, Chibita. Twitter Yang Trendy dan Modern. Yogyakarta: Golden

Books, 2014.

Yanggo, Huzaimah T. Fikih Perempuan Kontemporer. Jakarta: Ghalia Indonesia,

2010.

JURNAL ONLINE:

“AILA Indonesia Soroti Tema Hari Ibu yang Terkesan Menekankan Kesetaraan

Gender.” Diakses pada 18 Agustus 2017 dari

https://m.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/12/22/108232/aila-

indonesia-soroti-tema-hari-ibuyang-terkesan-menekankan-kesetaraan-

gender.

“Felix Siauw Nilai Berdakwah di Twitter Cukup Efektif.” Diakses pada 18 Juni

2017 dari https://tempo.co/read/news/2013/08/15/219504621/felix-

siauw-nilai-berdakwah-di-Twitter-cukup-efektif pada 27 April 2017.

“Islam dan Kesesatan Paham Gender.” Diakses pada 19 agustus 2017 dari

http://m.hidayatullah.com/read/2012/06/22/2334/Islam-dan-kesesatan-

paham-gender.html.

“Kicauan Ustadz Felix Siauw Ramai di Twitter.” Diakses pada 12 Februari 2017

dari https://m.kaskus.co.id/thread/520b1e0bbe29a0c946000002/kicauan-

ustad-felix-siaw-ramai-di-

Twitter/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C5591854329.

Page 144: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

131

“Masih Ada Kekerasan Pada Perempuan di Media.” Diakses pada 30 Mei 2017

dari https://ajiindonesia.or.id/read/berita/163/masih-ada-kekerasan-pada-

perempuan-di-media.html.

“Memahami Kesetaraan Gender Dalam Islam.” Diakses pada 27 maret 2017 dari

www.ummi-online.com/memahami-kesetaraan-gender-dalam-islam.html.

“Ormas Muslimah Sepakat Tetap Tolak RUU KKG.” diakses pada 18 Agustus

2017 dari http://m.hidayatullah.com/ berita/nasional/read/ 2014/ 09/11

/29264/ormas-muslimah-sepakat-tetap-tolak-ruu-kkg.html

“Profil Felix Yanwar Siauw dan Cerita Hidupnya,” Diakses pada 21 Agustus 2017

dari http://republikpos.com/2016/01/profil-felix-yanwar-siauw-dan-

cerita.

“Ruu Keseraaan Gender Bertentangan Dengan Syariat Islam.” Diakses pada 18

Agustus 2017 dari http://m.republika.co.id/berita/dunia-Islam/Islam-

nusantara/12/04/19/m2q761-ruu-kesetaraan-gender-bertentangan-

dengan-syariat-Islam.

Ajeng, Restitu “Mengupas Buku Sejarah Twitter Penuh Intrik.” Diakses pada 27

April 2017 dari http://tekno.kompas.com.

Hasyim, Zulfahani “Perempuan dan Feminisme dalam Perspektif Islam.”

MUWAZAH 4, no. 1 (Juli 2012): h. 71. Diakses pada 18 Januari 2017

dari: http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id

Husain, Adian. “RUU Kesetaraan Gender” Diakses pada 18 agustus 2017 dari

http://m.facebook.com/fansadianhusaini/posts/662142580553492

Kamus online, diakses pada 20 September 2017 dari http://www.apaarti.com

Maulana, Aqmal. “Twitter Rahasiakan Jumlah Pengguna di Indonesia.” Diakses

pada 27 April 2017 dari http://cnnindonesia.com/ .

Ramdhani, Jabbar. “Ulama Upayakan Pakai Media Sosial Sebagai Medium

Dakwah.” Diakses pada 27 April 2017 dari

Page 145: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

132

http://detik.com/news/berita/d-3354863/ulama-upayakan-pakai-media-

sosial-sebagai-mediadakwah

Siauw, Felix “Aku dan Islam.” Diakses pada 19 April 2017 dari

http://felixsiauw.com/home/aku-dan-Islam/

------------------. “Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan gender (KKG).”

Diakses pada 12 januari 2017 dari http://chirpstory.com/li/6134

------------------.“Why Fulltime Mother?” Diakses pada 12 januari 2017 dari

http://chirpstory.com/li/82452

Syafe‟i, Imam. “Subordinasi Perempuan dan Implikasinya Terhadap Rumah

Tangga.” ANALISIS: Jurnal Studi Keislaman, Volume 15, No. 1 (Juni

2015): h. 146. Diakses pada 9 Januari 2018 dari https://media.neliti.com

Syakur, Muh. Abdus. “Saatnya Galakkan Twitter for Dakwah.” Diakses pada 27

April 2017 dari http://hidayatullah.com.

Page 146: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

133

LAMPIRAN

Page 147: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

LAMPIRAN I

Surat Izin Wawancara

Page 148: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

LAMPIRAN II

Surat Keterangan Wawancara dengan Ustadz Felix Siauw

Page 149: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

LAMPIRAN III

Saat mewawancarai Ustadz Felix Siauw di AL-FATIH 1453 Islamic

Center, Jakarta Barat.

Foto bersama Ustadz Felix dan Istrinya (Ummu Alila, sebelah kanan

Ustadz Felix Siauw)

Page 150: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

LAMPIRAN IV

Page 151: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

Dokumentasi Kultwit Why Fulltime Mother?

Page 152: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi
Page 153: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

LAMPIRAN V

Dokumentasi Kultwit Liberalis dibalik RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG)

Respon followers yang setuju dengan tweet Ustadz Felix

Page 154: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

Respon followers yang tidak setuju dengan tweet Ustadz Felix

Respon pengguna Twitter mengenai kesetaraan gender dalam Islam

Page 155: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

Erick Yusuf (@erickyusuf)

Akmal Sjafril (@malakmalakmal)

Page 156: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40187/1/DIRA... · dikarenakan munculnya peran-peran yang mengacu pada konstruksi

Irena Handono (@ummi_irena) Henri Salahuddin (@henrisalahuddin)

Hafidz Ary (@hafidz_ary)

Respon ustadz, tokoh, maupun aktivis yang concern terhadap pembicaraan tentang Islam

di Twitter, dalam menanngapi kesetaraan gender dalam islam