ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001...

86
ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DITINJAU DARI KONSEP PENGELOLAAN KEPEMILIKAN UMUM DALAM ISLAM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: MIFTAHUL JANNAH NIM. 107046102082 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011

Transcript of ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001...

Page 1: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

i

ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001

TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DITINJAU DARI KONSEP

PENGELOLAAN KEPEMILIKAN UMUM DALAM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

MIFTAHUL JANNAH

NIM. 107046102082

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011

Page 2: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

i

i

Page 3: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

ii

ii

Page 4: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 September 2011

Miftahul jannah iii

Page 5: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

iv

ABSTRAK

ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK

DAN GAS BUMI DITINJAU DARI PENGELOLAAN KEPEMILIKAN UMUM

DALAM ISLAM.

Skripsi, Konsentrasi Perbankan syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidaytullah Jakarta, 2011.

Kata kunci: Minyak dan Gas bumi dan Pengelolaan Kepemilikan Umum dalam

Islam.

1. Minyak dan Gas bumi merupakan hal yang penting dalam kehidupan, menjadi

barang kebutuhan bagi setiap keluarga, baik skala keluaga kecil maupun

dalam cangkupan keluarga besar dalam artian Negara. Setiap keluarga

maupun negara baik dapat membuat keluarga sejahtera dan tidak takut untuk

menghadapi masa depan dalam hal ekonomi dan dapat meminimalisir resiko

yang mungkin akan terjadi. Dengan menggunakan analisis penelitian

kualitatif, penelitian yang menggunakan metode eksploratif, yang

mengkombinasikan pendekatan normatif dengan studi kepustakaan (library

research). kualitatif, penulis berusaha menganalisis secara objektif bagaimana

konsep yang diajarkan Islam dalam pengelolaan/pengaturan Kepemilikan

Umum dan bagaimana pengelolaan/pengaturan Minyak Bumi dan Gas yang

iv

Page 6: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

v

diatur dalam Undang-undang No.22 tahun 2001, karena mengelola sumber

daya Alam merupakan “Tanggung Jawab” manusia sebagai khalifah dimuka

bumi, dengan baik tanpa menimbulkan kerusakan atau merugikan semua

orang. Sehingga semua orang khususnya rakyat merasakan kesejahteraan

yang hakiki dalam hal ekonomi.

v

Page 7: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الر حمن الر حیم

Segala puji hanya bagi Allah yang menciptakan dan mengatur semesta alam.

Yang menciptakan manusia beserta seluruh perangkatnya. Yang menciptakan akal

kepada manusia, sehingga manusia harus berfikir dalam setiap tindakkannya. Segala

potensi dan bakat yang beraneka ragam diberikan secara Cuma-Cuma tanpa biaya

sedikitpun dan atas ridho dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah

pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta.

Shalawat serta salam kepada Nabi dan Rasul termulia, Nabi kita Muhammad

SAW, keluarganya dan semua shahabatnya yang menjadi suri tauladan bagi seluruh

umat manusia hingga akhir zaman.

Sungguh merupakan tonggak dasar bagi umat Islam, jika memiliki ekonomi

yang kuat yang merealisasikan kecukupannya, menjaga kemandiriannya, dan

membantu dalam melaksanakan risalahnya.

Alhamdulillah, skripsi ini merupakan perjalanan akhir penulis setelah sekian

tahun menimba ilmu dibangku kuliah. Skripsi ini berjudul Analisis Undang-undang

Nomor 22 Tahun 2001 tentang Mintak dan Gas Bumi ditinjau dari Konsep

Pengelolaan Kepemilikan Umum dalam Islam. Semoga bermanfaat untuk semua

orang.

vi

Page 8: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

vii

Terlebih dahulu, penulis menyadari bahwa banyak pihak dan orang-orang

yang terlibat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT

memberikan balasan yang terbaik dan berlipat ganda kepada mereka semua atas

bantuan yang diberikan baik moril maupun materil. Adapun untaian terimakasih

penulis ucapkan kepada:

1. Allah SWT. Yang telah memberikan segudang kenikmatannya, keberkahan

dan kasih sayangnya kepada setiap hamba-Nya. Shalawat serta salam kepada

Rasulullah dan keluarganya. Kemudian trimakasih juga kepada kedua

orangtua ana tersayang umi ana, Laila latifa shahab dan Alm. Ayahanda H.

Hamim Sulaiman yang selalu memberikan kasih sayang dan cintanya dengan

sepenuh hati untuk memberikan dukungan baik moril maupun materiil yang

tak terhingga. Semoga kalian diberi syurga oleh Allah SWT. Jazkallah khair.

2. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin

Suma, SH, MA,MM.

3. Ketua Program Studi Muamalat, ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, beserta

sekretaris Program Studi Muamalat bapak Mu’min Rouf, S.Ag,.MA.

4. Pembimbing, bapak Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag. Yang senantiasa

memberikan arahan, motivasi dan kesabarannya dalam membimbing penulis

hingga selesai dalam penulisan skripsi.

5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, dan Pimpinan

Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah menyediakan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.

vii

Page 9: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

viii

6. Seluruh Staf pengajar beserta Asisten Dosen dan Karyawan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberikan bantuan kepada penulis.

7. Mpok-mPok ana dan kkquu tersayang, mPok Aji, mPok many, ka biba, ka

qimah, ka diah, n smua keponakan ana yang shalih n shaliha dan khususnya

kepada teman2 di HTI, JAT, Ps B angkatan 2007 dan sohibku di SMA Jamiat

Kheir, Rahmah, nadiya, wiwi, nida dll, yang telah memberikan bantuan moril

dan materil yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

8. Spesial untuk ka qiqi, fikri n ka widi yang sudah benerin notebook miftah dan

memberi pinjaman modemnya selama penulis menulis skripsi.

Akhir kalam, penulis sadar akan keterbatasan yang penulis miliki, tentu dalam

skripsi ini ada banyak kekurangan dalam penyajian, oleh karena itu penulis berharap

adanya saran dan kritik yang santun dan membangun dari semua pihak yang

membacanya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca dan pengguna. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin...

Jakarta, 30 September 2011

Miftahul Jannah

vii

Page 10: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

ix

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PEMBIMBING i

PENGESAHAN MUNAQOSAH ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10

D. Metodologi Penelitian 11

E. Kajian Pustaka 13

F. Sistematika Penulisan 16

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kepemilikan Umum 17

1. Pengertian 17

2. Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21

3. Pembagian Kepemilikan Umum 23

B. Pengelolaan Kepemilikan Umum 25

ix

Page 11: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

x

1. Pengertian Pengelolaan Kepemilikan Umum 25

2. Cara Pengelolaan Kepemilikan Umum 26

3. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kepemilikan Umum 27

BAB III Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas

Bumi

A. Latar Belakang Pembentukan Undang-undang 34

B. Azas dan Tujuan Undang-undang 36

C. Penguasaandan Pengusahaan 38

D. Kegiatan Hulu dan Hilir 41

E. Penerimaan Negara 43

F. Pembinaan dan Pengawasan 44

G. Badan Pelaksana dan Badan Pengatur 45

BAB IV Analisis Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak

dan Gas Bumi ditinjau dari Konsep Pengelolaan Kepemilikan

Umum dalam Islam

A. Fisafat Azas dan Tujuan 47

B. Penguasaan dan Pengusahaan 48

C. Kegiatan Usaha Hulu dan Hilir 53

D. Penerimaan Negara 57

E. Pembinaan dan Pengawasan 57

x

Page 12: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

xi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 61

B. Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 64

xi

Page 13: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Latarb Belakang 3

Tabel 1.2 Review Terdahulu 14

xii

Page 14: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal sebagai negara dunia ketiga, yang secara riil

memiliki kekayaan alam (SDA) yang sangat melimpah, dari pertambangan,

perikanan (laut),hutan dan kandungan mineral, dll. Adapun berbagai jenis

tambang yang menguasai hajat hidup orang banyak, seperti minyak bumi, gas

alam, emas, perak, timah, tembaga, dan batubara dan hasil tambang lainnya laut,

sungai, mata air, lapangan, hutan belukar, padang gembalaan, dan masjid. Semua

itu tidak boleh bagi Khalifah mngalihkan kepemilikannya untuk siapapun, baik

individu maupun kelompok. Karena semua itu milik seluruh masyarakat. Khalifah

mengelolanya sehingga memberi peluang seluruh manusia dapat memanfaatkan

pemilikan ini, sesuai dengan ijtihadnya dalam mengatur urusan mereka dan dalam

rangka meraih kemaslahatan mereka.1

Dari segi pertambangan Indonesia menghasilkan Minyak dan Gas

bumi yang merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan serta

1 Abdul Qadim Zallum, Sistem Keuangan Negara Khilafah, Jakarta, HTI Press, Mei

2009 M, h.108.

Page 15: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

2

merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak. Komoditas

ini juga mempunyai peranan penting dalam perkonomian nasional.2

Potensi kekayaan laut sebesar 6,2 juta ton ikan, mutiara, minyak dan

mineral lainnya. Namun dengan banyaknya sumber daya alam yang melimpah

yang dimiliki Indonesia, ironisnya posisi Indonesia kini justru sebagai pengimpor

minyak dan gas bumi. Pengamat energi Institut Teknologi Bandung (ITB) Rudi

Rubiandini mengatakan posisi Indonesia merupakan net importer minyak.

Dengan menyatakan bahwa Indonesia memproduksi 960 barel per hari sementara

kebutuhan 1.3 juta barel per hari.3 Sehingga kecenderungan mengimpor lebih

tinggi demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal tersebut membuat posisi

Indonesia menjadi posisi rawan dalam memenuhi kecukupan energi nasional,

bahkan juga terhadap ketahanan kedaulatan energi bangsa. Dengan demikian

yang terjadi adalah kenaikan harga bahan bakar minyak, terutama minyak tanah

dan premium yang menimbulkan keresahan konflik social. Hal tersebut salah

satunya diisebabkan oleh pengelolaan yang cenderung didominasi oleh

kepentingan asing.4

Pada tahun 2008 cadangan minyak bumi 8,219.22 MMSTB, tahun

2009 sebesar 7,998.49 MMSTB, dan tahun berikutnya yaitu tahun 2010 sebesar

2 Pengantar dalam UU Minyak Bumi dan Gas, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2008),

h. 3 3 Arsipberita.com. Artikel ini diakses pada tanggal 26 April 2011 dari

http://arsipberita.com/show/ri-importir-minyak-yang-beri-subsidi-bbm-210064.html

4 Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya:Haluan Baru Menuju Kemakmuran (Jakarta: Institut Garuda Nusantara, Maret 2009), h. 66.

Page 16: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

3

7,764.48 MMSTB 5, cadangan dari tahun ketahun menunjukan penurunan, namun

hal tersebut tidak menurunkan laju investasi bagi para investor asing terhadap

Indonesia dibidang perminyakan.

Di bidang perminyakan, terdapat penghasil minyak utama didominasi

oleh asing, diantaranya:

Tabel.1.1

HASIL SUMBER DAYA

MINYAK

HASIL (%)

Chevron 44%

Mitra 16%

total E&P 10%,

Conoco Philip 8%,

Medco 6%,

CNOOC 5%,

Petrochina 3%

5 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Minyak dan

Gas bumi

Page 17: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

4

BP 2%,

Vico Indonesia 2%,

Kodeco Energy 1%

Lainnya 3%

(Dirgen Migas, 2009)

Sementara disektor hilir migas, mulai November 2005 keran investasi

hilir migas dibuka bagi investor swasta dalam negeri dan asing. Hal tersebut

diperkuat dengan pernyataan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro yang

menyatakan bahwa pada tahun 2005, terdapat 7 investor yang sudah menyatakan

komitmen melakukan investasi di sektor hilir migas tersebut. (CEO, No. 5. Th. I,

Februari 2005).6

Dibidang pertambangan, lebih dari 70% dikuasai asing. Porsi operator

minyak dan gas, 75% dikuasai asing. Asing juga menguasai 50.6% asset

perbankan nasional per Maret 2011. Total kepemilikan investor asing 60-70

persen dari semua saham perusahaan yang dicatatkan dan diperdagangkan di

bursa efek. Dari semua BUMN yang telah diprivatisasi, kepemilikan asing sudah

mencapai 60 persen. Begitu pula telekomunikasi dan industri sawit pun juga lebih

banyak dikuasai asing (lihat, Kompas, 22/5).

6 Buletin Dakwah Al Islam, Indonesia Masih Dijajah!, edisi 560 Tahun XVII 08

Rajab 1432 H-10 Juni 2011

Page 18: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

5

Sebagai pemilik sumber daya alam, Indonesia hanya mendapat 5%

dari penggelolaan yang dilakukan pihak swasta/asing. Hal tersebut di ungkap

Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek, yang mengatakan –sebagaimana

dipetik dikompas (5/2/2010)—keluh kesahnya tentang ironi pemanfaatan Sumber

Daya Alam (SDA) propinsi tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat Badan

Anggaran DPR (4/2/2010) ia mencontohkan, bagaimana perusahaan tambang

batubara di propinsi tersebut setiap tahunnya dapat menghasilkan batubara

sebesar 45 juta ton. Tetapi pemasaran hasilnya hanya 5% untuk kebutuhan dalam

negeri sedangkan 95% ditujukan untuk ekspor. Hal tersebut jelas tidak memihak

pada rakyat. Pernyataan tersebut diperkuat dengan posisi peringkat duanya

Indonesia sebesar 203 juta ton, setelah Australia sebesar 252 juta ton.7

Dengan menyerahkan pengelolaannya kepada pihak lain melalui

mekanisme Penanaman Modal Asing (PMA) dan privatisasi (penjulan kepada

swasta/asing). Hal tersebut dapat mengancam SDA Indonesia sendiri. Hal

tersebut dipertegas oleh Hendri Saparini, Phd, menurutnya”…90 % kekayaan

migas negeri ini memang sudah berada dalam cengkeraman pihak asing…”.

Tentu, itu belum termasuk hasil-hasil dari kekayaan barang tambang yang lain

(batubara, perak, tembaga, nikel, besi, dll). Akibatnya hak-hak kesejahteraan

rakyat tercerabut. Harga listrik , bensin yang selalu naik, kemudian krisis gas

7 Hidayatullah Muttaqin , “Negeri Kaya Tambang, miskin Batubara” , artikel diakses

pada 11 November 2010 dari http://muttaqin [at] jurnal-ekonomi.org/2010/10/Negeri Kaya Tambang-miskin batubara.html.

Page 19: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

6

sehingga ada kebijakan tabung gas, krisis air bersih masyarakat. Hal tersebut

tidak sesuai dengan pasal 33 ayat 3 yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

تصرف اإلمام منوط بمصلحة راعیتھ

“Tindakan seorang penguasa senantiasa untuk kepentingan

rakyatnya”.8

Adapun Islam mengatur mengenai pengelolaan Sumber Daya Alam

yakni dijelaskan dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi dari Abyadh bin

Hamal. Dalam hadits tersebut, Abyad diceritakan telah meminta kepada Rasul

untuk dapat mengelola sebuah tambang garam. Rasul meluluskan permintaan itu,

tapi segera diingatkan oleh seorang shahabat.9

8 Nasrun Haroen. Figh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama.2007). h. 13 9

ن ض ع بی أ ھ بن ن أ ال م د ح ف ى و ل إ سول ر ى هللا ل ص یھ هللا ل ع م ل س ھ و ع ط تق اس ح ف ل م ع ال قط ھ ف ا ل م ل ن ف ى أ ل ال و ل ق ج ن ر م س ل ج م ي ال ر تد ا أ ت م ع ھ قط ا ل م ن ت إ ع ھ قط اء ل م د ال ع ال ال ھ ق ع تز ان ھ ف ن ال م ھ ق ل أ س ا و م ى ع م ن یح اك م ر ال األ ا ق م م ھ ل فاف تنل ل خ ب اإل

ر ق أ ھ ف ة ب تیب ال ق ق م و نعنا دث د ح م ح ى بن م ی ح ی ي بن ب ر أ نا عم دث د ح م ح ى بن م ی ح ی ی بن ق س ي ب ر أ م ا ال ذ ھ ناد ب س ه اإل و ب نح ر أ م ال ة ی ن ناح م ن م ی ال

ال ي ق ف اب و ب ل عن ال ائ اء و م س أ ت و ن ي ب ب أ ر ك ال ب بو ق یسى أ یث ع د بیض ح أ یث د یب ح ر ل غ م ع ال ى و ل ا ع د ھذ ن ع ھل أ م ل ع ن ال م اب أ ح ص ي ب ى الن ل ص یھ هللا ل ع م ل س م و ھ یر غ ي و ف ع ائ قط ن ال و ر ا ی ز ائ ن ج ع أ ط ام یق م ن اإل م ى ل أ ك ر ل ذ

Dari Abyadl bin Hammal bahwa ia datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminta untuk menetapkan kepemilikan sebidang tambang garam untuknya lalu beliau menetapkan untuknya. Ketika hendak beranjak pergi seseorang yang berada di majelis berkata; Tahukah engkau apa yang engkau tetapkan untuknya? Sesungguhnya engkau menetapkan tanah yang memiliki air yang diam. Abyadl berkata; Beliau pun membatalkannya. Ia melanjutkan; Ia bertanya; Tanah seperti apa yang boleh untuk dihidupkan? Beliau menjawab: "Yang tidak diinjak oleh kaki unta." Apakah Qutaibah menetapkannya? Ia menjawab; Ya.

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin Abu Umar telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin Qais Al Ma`ribi dengan sanad ini seperti itu. Al Ma`rib berada di sebelah Yaman. Ia mengatakan; Dalam hal ini ada hadits serupa dari Wa`il dan Asma` bintu Abu Bakr. Abu Isa berkata; Hadits Abyadl adalah hadits gharib dan menjadi pedoman amal menurut para ulama dari kalangan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan selain mereka tentang penetapan tanah. Mereka membolehkan seorang imam menetapkan bagian tanah seseorang. (H.R. At Tirmidzi No.

Page 20: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

7

Dalam pandangan Islam, minyak dan gas bumi maupun barang

tambang lainnya adalah milik umum yang harus dikelola hanya oleh negara

dimana hasilnya harus dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk barang yang

murah atau subsidi untuk kebutuhan primer semisal pendidikan, kesehatan dan

fasilitas umum. Paradigma pengelolaan sumber daya alam milik umum yang

berbasis swasta atau (corporate based management) harus dirubah menjadi

pengelolaan kepemilikan umum oleh negara (state based management) dengan

tetap berorientasi kelestarian sumber daya (sustainable resources principle).10

Dapat dikatakan bahwa barang-barang yang termasuk dalam kategori kepemilikan

umum (asset public) hanya boleh dikelola oleh negara dan tidak boleh dimiliki

oleh individu atau pihak swasta/asing. Dan lebih mengutamakan kebutuhan dalam

negeri dibandingkan harus mengirim (ekspor) keluar negeri. Tetapi sebaliknya,

pemerintah justru lebih mementingkan ekpor keluar dibandingkan memenuhi

kebutuhan dalam negerinya. Hal tersebut membuat rakyat menderita, kemiskinan

dan kelaparan tak dapat dibendung lagi.

Konsep kepemilikan dalam Islam tidak sama dengan konsep

kepemilikan dalam faham liberalisme-kapitalisme maupun sosialisme. Dalam

faham liberalism-kapitalisme kepemilikan bersifat absolute yang menandakan

seseorang bebas sebebas-bebasnya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu

1301, Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Bani dalam Ash Shahih wadh Dha’if Sunan At Tirmidzi Jilid 3, Hal 380)

10 Ismail Yusanto, “Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam perspektif Islam”, artikel

diakses pada 27 Januari dari file:///F:/sejarah%20pengelolahan/Pengelolaan_Sumber_Daya_Alam_Dalam_Perspektif_Islam.htm

Page 21: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

8

terhadap harta yang dimilikinya. Dan dalam faham sosialisme menurut K. Bertens

adalah sebaliknya. Orang seorang tidak diperkenankan untuk memiliki “capital

atau modal, sebab yang memiliki capital dengan sendirinya memiliki juga sarana-

sarana produksi”. Hal inilah menurut mereka yang akan menjadi penyebab

adanya penindasan dan eksploitasi terhadap para buruh atau pekerja. Oleh sebab

itu menurut paham ini capital dan atau alat produksi harus dikuasai oleh Negara.11

Menurut Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni mengatakan

bahwa barang-barang tambang yang oleh manusia didambakan dan dimanfaatkan

tanpa biaya, seperti halnya garam, air, belerang, gas, mumia (semacam obat),

petroleum, intan dan lain-lain, tidak boleh dipertahankan (hak kepemilikan

individualnya) selain harus dimaanfaatkan oleh seluruh kaum muslimin, sebab hal

itu akan merugikan mereka. Oleh karena itu pendapat ini menegaskan bahwa

barang siapa menemukan barang tambang atau petroleum pada tanah miliknya

tidak halal baginya untuk memilikinya dan harus diberikan kepada negara untuk

mengelolanya.

Sama halnya menurut Abû ‘Ubaid dalam Kitab al Amwal menjelaskan

bahwa sumber dari publik seperti sumber air, pada rumput penggembalaan dan

tambang minyak tidak boleh pernah dimonopoli seperti pada hima (tanam

pribadi). Semua ini hanya dapat dimasukkan ke dalam kepemilikan negara yang

11 Anwar Abbas, Dasar-Dasar Sistem Ekonomi Islam: Suatu tinjauan dari Persfektif

Tujuan, Falsafah, Nilai-Nilai Dasar dan Nilai-Nilai Instrumental, Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syahid, 2009, h. 33.

Page 22: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

9

digunakan untuk pelayanan masyarakat. Karena Negara juga dipercaya

memberikan keamanan social secara keseluruhan.12

Adapun Taqiyuddin An-Nabhani dalam bukunya “Sistem Ekonomi

Islam/Nizhom Al Iqhtishodiyah” juga mengatakan bahwa, hak kepemilikan dan

pengelolahan sumber daya alam harus sesuai dengan ketentuan syara’. dimana

kepemilikan umum merupakan fasilitas umum yang dianggap sebagai

kepentingan manusia secara umum, kalau tidak ada didalam suatu negeri atau

suatu komunitas maka akan menyebabkan sengketa dalam mencarinya. Dalam

hal tersebut membutuhkan Negara yang adil yang dapat memberikan

kesejahteraan pada rakyatnya. 13

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, penulis tertarik untuk

mencoba menelaah dan meninjau lebih lanjut mengenai undang-undang yang

mengatur Sumber Daya Alam yang akan ditinjau dari persfektif pengelolaan

kepemilikan umum dalam Islam. Oleh karena itu, penulis akan menulis dengan

fokus dalam skripsi yang berjudul: “UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak

dan Gas Bumi ditinjau dari Konsep Pengelolaan Kepemilikan Umum dalam

Islam”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

12 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: dari masa klasik hingga

Kontemporer, Jakarta, Pustaka Asatruss, April 2005 M, h. 179 13 Taqiyuddin An-Nabhani. Sistem Ekonomi Islam. Penerjemah Redaksi Al Azhar

Press, (Bogor: Al-Azhar Press, Januari 2009 H), h.238

Page 23: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

10

Dikarenakan luasnya permasalahan terkait sumber daya alam yang

terdapat di Indonesia, maka penulis membatasi sumber daya alam tersebut pada

sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yang diatur didalam UU N0. 22

tahun 2001 yang terkait dengan Minyak bumi dan Gas Alam dan terkait dengan

kepemilikan dengan meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang pengelolahan

Sumber Daya Alam dalam Islam. Berdasarkan pada uraian diatas maka

permasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah :

2. Bagaimana konsep yang diajarkan Islam dalam pengelolaan/pengaturan

Kepemilikan Umum dalam Islam ?

3. Bagaimana pengelolaan/pengaturan Minyak Bumi dan Gas yang diatur dalam

Undang-undang No.22 tahun 2001?

4. Apakah Undang-undang Sumber Daya Alam Minyak Bumi dan Gas yang

terdapat didalam No. 22 Tahun 2001 tersebut sesuai dengan Konsep

Pengelolaan Kepemilikan Umum dalam Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui pengelolaan Minyak bumi dan Gas berdasarkan

Ajaran/konsep Islam.

b. Mengetahui pengelolaan Minyak Bumi dan Gas yang dimuat dalam

Undang-undang No. 22 Tahun 2001.

Page 24: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

11

c. Dapat mengetahui perbandingan pengelolaan Sumber Daya Alam Migas

yang terdapat didalam UU No. 22 Tahun 2001 dengan pengelolaan

Sumber Daya Alam dalam Islam.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis

dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, yaitu bagi:

1. Pemegang Kebijakan

Menjadikan motivasi dan masukan untuk membuat kebijakan yang

senantiasa berpijak pada kepentingan rakyat bukan pada kepentingan para

pemesan kebijakan.

2. Penulis

Sebagai perluasan wawasan dan pedoman langkah untuk turut

menyelesaikan permasalahan yang ada di Indonesia saat ini.

3. Akademisi

Dapat menjadi kajian dan rujukan para akademisi yang ingin mengetahui

secara mendalam mengenai pengelolaan Sumber Daya Alam dalam islam

dan UU yang ada.

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan penulis di sini adalah dengan

menggunakan penelitian kualitatif, penelitian akan menggunakan metode

Page 25: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

12

eksploratif. Penelitian ini akan mengkombinasikan pendekatan normatif dengan

studi kepustakaan (library research). Pendekatan normatif yaitu kajian

kepustakaan bertujuan mengekplorasi dan memahami berbagai konsep yang

berkaitan dengan tema penulis yang dilakukan untuk mendapatkan data dan

sedetail mungkin dengan mengacu pada teori yang sudah dijelaskan pada kajian

teoritis.

Sumber data yang digunakan adalah data primer dan juga sumber

dari data skunder: buku-buku yang berisi pendapat dan tulisan-tulisan yang

membahas pengelolaan Minyak dan Gas bumi. Dimana data akan dibawa pada

penelitan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan datanya berwujud studi

dokumentasi naskah (studi pustaka).

2. Teknik Pengumpulan Data

Mengenai teknik pengumpulan data, penulis akan mendapatkan data

melalui studi kepustakaan atau dokumenter, mencari, mengumpulkan, meneliti,

menelaah serta mengkaji data dan informasi dari berbagai media yang relevan dan

objektif guna memenuhi target pembahasan.

3. Sumber Data

a. Data primer, bersumber dari Undang-Undang Dasar 1945, dan juga

Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

serta Undang-Undang lainnya yang berkaitan dengan bahasan penulis.

Page 26: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

13

b. Data sekunder, yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini yaitu

literature berupa jurnal, majalah, artikel, surat kabar, serta website yang

pembahasannya berkaitan dengan objek kajian penulis.

4. Teknik Analisa Data

Dalam skirpsi ini digunakan analisis isi yaitu pendekatan isi (content

Analysis), yang menekankan pengambilan dari kesimpulan analisa yang bersifat

deskriftif dan deduktif, seluruh data yang diperoleh akan diklasifikasikan dari

bentuk yang bersifat umum, kemudian dikaji dan diteliti selanjutnya ditarik

kesimpulan yang mampu memberikan gambaran spesifik dan relevan mengenai

data tersebut.

5. Teknis Penulisan skripsi

Adapun metode penulisan dalam skripsi ini, penulis menggunakan

buku Pedoman penulisan Skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, namun dengan beberapa pengecualian

berikut:

1. Kutipan ayat al-Quran tidak diberikan catatan kaki karena dianggap cukup

dengan menyebutkan nama surat dan nomor ayat pada akhir kutipan.

2. Pada daftar pustaka, al-Quran diletakkan/ditulis pada urutan pertama sebelum

sumber lain. Lalu sumber lain diurutkan berdasarkan abjad.

Page 27: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

14

E. Kajian Pustaka/ Review Terdahulu

Kajian yang membahas mengenai UU No. 22 tahun 2001 mengenai

Minyak dan Gas bumi ini sudah cukup banyak dikaji dan di sebelumnya baik

berupa artikel, skripsi,maupun buku bacaan yang terkait pengelolahan Minyak

dan Gas bumi, maka penulis menghimpun penelitian yang terdahulu yang juga

dijadikan sebagai referensi penulis agar dapat membedakan tujuan penelitian apa

yang akan diteliti penulis dalam hal ini, beberapa diantaranya skripsi UIN Syarif

Hidayatullah jakarta :

Tabel 1.2

Review Terdahulu

o Nam

a Penulis Judul Skripsi Te

mpat Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Moh. Nur Kholis

Tahun, 2006, Skripsi SI Muamalat Perbankan Syariah, UIN Jkt

Pertambangan Minyak Rakyat Persfektif Hukum Ekonomi Islam & Hukum Positif (Studi Kasus di Desa Wonocolo kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur)

Desa Wonocolo kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur

Library research dan field research

penelitian deskriptif dalam bentuk kualitatif

Hasil penelitiannya menyatakan bahwa Pertambangan rakyat Wonocolo adalah penambangan rakyat yang dilakukan secara turun-temurun oleh warga Wonocolo, pada sumur-sumur peninggalan Belanda. Penambangan tersebut tidak mempunyai dasar landasan hukum yang jelas. Sedangkan Izin (dalam bentuk lisan) atau pembiaran dari bupati, sehingga pertambangan tersebut tidak mendapatkan

Page 28: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

15

legalitas hukum. Dalam hal ini digambarkan bahwa skripsi saudara Khalis sangat berbeda dengan skripsi yang akan penulis bahas. Dalam skripsinya lebih menyoroti aspek legalitas usaha pertambangan rakyat diWonocolo.

Muhammad Rosyidin

Pertambangan Timah Rakyat Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Otonomi Daerah

Library research

penelitian deskriptif dalam bentuk kualitatif

Terdapat ketidak pastian hukum dalam pengelolaan pertambangan, sehingga ketidakharmonisan antara pemerintah pusat dan daerah mengakibatkan kebingungan pada masyarakat setempat

Teguh Hadi Wibowo

Tahun 2006, Skripsi S1 Muamalat, Perbankan Syariah, UIN Jkt

Isolasi dan Seleksi Bakteri Indigenus Pendegradasi Minyak Bumi dari Tanah Lokasi Pertambangan Minyak Pertamina. Cepu Jawa Tengah

Cepu, Jawa Tengah

Menggunakan bentuk pendekatan deskriptif kualitatif

Pengaruh bakteri indigenus di lokasi pengeboran minyak bumi. Apakah bakteri memiliki kemampuan mendegradasi minyak bumi.

Dari tiga review studi terdahulu di atas, tidak ada yang membahas

secara khusus mengenai regulasi/kebijakan atas Undang-Undang 22 tahun 2001

tentang Minyak dan Gas Bumi yang kemudian ditinjau dari Konsep Pengelolaan

Kepemilikan Umum dalam Islam, semua studi review di atas umumnya

menyoroti aspek legalitas usaha pertambangan di suatu tempat kejadian.

Page 29: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

16

Sedangkan penulis lebih memfokuskan mengenai kebijakan secara umum yang

telah di tetapkan dalam Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi. Penulis juga

menganalisis salah satu bagian dari harta publik yakni Minyak dan Gas bumi,

dimana terdapat ketidakharmonisan mengenai pengelolaan Migas yang selalu

bertentangan dengan hak rakyat. Metodologi yang digunakan berbentuk library

research, studi kepustakaan yang menggunakan pendekatan normatif. Maka sudah

barang tentu sangat berbeda dengan skripsi yang disusun oleh penulis-penulis

sebelumnya. Baik dari objek sasaran penelitiannya maupun dari metodologi

masing-masing studi review sebelumnya walaupun ada kesamaan dalam hal

pendekatan analisisnya.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi yang diterapkan agar terfokus

dalam kajian yang dimaksud, maka penulis membuat sistematika penulisan sesuai

dengan masing-masing bab. Penulis membaginya menjadi 5 (lima) bab, yang

masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari

bab tersebut. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan

Pustaka/ Review terdahulu, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab II, Tinjauan Teoritis, pada bab ini akan diuraikan teori-teori yang

berkaitan dengan: Kepemilikan Umum; pengertian, dasar hukum dan pembagian

Page 30: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

17

kepemilikan umum. Pengelolaan Kepemilikan Umum; pengertian, fungsi dan

tujuan, dan prinsip-prinsip pengelolaan kepemilikan umum.

Bab III, bab ini terdiri dari latar belakang pembentukan Undang-

undang No. 22 tahun 2001, Azas dan tujuan Undang-undang, Penguasaan dan

Pengusahaan, Kegiatan Usaha Hulu dan Hilir, Penerimaan Negara, Pembinaan

dan Pengawasan, dan Badan Pelaksana dan badan Pengatur tentang Minyak dan

Gas Bumi.

Bab IV, bab ini menganalisis mengenai Undang-Undang No.22 tahun

2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang kemudian meninjau dari konsep

pengelolaan kepemilikan umum dalam Islam yang terdiri dari falsafah azas dan

tujuan Undang-undang, Penguasaan dan Pengusahaan, Kegiatan Hulu dan Hilir,

Penerimaan Negara, Pembinaan dan Pengawasan.

Bab V, Penutup, pada bab ini penulis mencoba membuat kesimpulan

dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan

saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan.

Page 31: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

18

BAB II

PENGELOLAAN KEPEMILIKAN UMUM DALAM ISLAM

A. Kepemilikan Umum

1. Pengertian Kepemilikan Umum

Makna etimologi kepemilikan berasal dari bahasa Arab al milk yang

artinya penguasaan terhadap sesuatu. Al-Milk juga berarti sesuatu yang dimiliki

(harta) atau kepunyaan.14 Al-Milk juga merupakan hubungan seseorang dengan

suatu harta yang diakui oleh syara’, yang menjadikannya mempunyai kekuasaan

khusus terhadap harta itu, sehingga ia dapat melakukan tindakan hukum terhadap

harta itu, kecuali adanya halangan syara’.15

Secara terminologi, menurut Muhammad Abu Zahra (1962) Al-Milk

adalah “pengkhususan seseorang terhadap suatu benda yang memungkinkannya

untuk bertindak hukum terhadap benda itu (sesuai dengan keinginannya), selama

tidak ada halangan syara’.” Artinya, benda yang dikhususkan kepada seseorang

itu sepenuhnya berada dalam penguasaannya, sehingga orang lain tidak boleh

bertindak dan memanfaatkannya.16 Dimensi penguasaan ini direfleksikan dalam

bentuk bahwa orang yang memiliki suatu barang/harta berarti mempunyai

kekuasaan/wewenang terhadap barang/harta yang dimiliki, sehingga ia dapat

14 Al-Munawwir, h. 1358 15 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pustaka, 2007), h. 31. 16 Ibid., h. 31

18

Page 32: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

19

mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu

secara individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari

memanfaatkan barang yang dimilikinya itu. Dalam larangan syar’i yang dimaksud

diatas ialah seperti keadaan gila, keterbelakangan mental, belum cukup umur

ataupun cacat mental, dll.

Adapun pengertian ‘Am dalam kamus Al-Munawwir yang berarti

umum, meliputi, meratai.17 Bahasa Indonesia ialah kebiasaan yang sudah baku

dan sudah menjadi milik khalayak, atau Umum juga berarti untuk orang

kebanyakan atau bertujuan untuk masyarakat.18

Kepemilikan (property), dari segi kepemilikan itu sendiri ialah milik

Allah. Allah SWT pemilik hakiki atas kepemilikan tersebut. Allah telah

menegaskan dalam nash-Nya bahwa semua kekayaan adalah milik-Nya. Allah

SWT berfirman:

﴾٣٣˸٢٤النور﴿ م تاك ي آ ذ ال هللا ال م ن م وھم ت آ و

Artinya: “Berikanlah kepada mereka harta dari Allah yang telah Dia

berikan kepada kalian”. (QS. An-Nur [24]: 33)

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa pemilik kekayaan yang

sesungguhnya ialah Allah SWT. Oleh karena itu, kekayaan hakikatnya milik

17 Al Munawwir, h. 974

18 Wikipedia bahasa Indonesia,Pengertian Umum, Artikel di akses pada tanggal 26

April 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Umum

Page 33: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

20

Allah SWT semata. Hanya saja, Allah SWT telah melimpakan kekayaan tersebut

kepada manusia untuk dikelola sekaligus memberikan hak kepemilikan-Nya

kepada manusia. Menurut Anwar Abbas, menyatakan bahwa kepemilikan yang

ada pada manusia adalah hanya kepemilikan dalam pengelolaannya saja.19

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan umum ialah seluruh kekayaan

yang telah ditetapkan kepemilikannya oleh Allah bagi kaum muslim dengan

kekayaan yang melimpah dan kekayaan tersebut menjadi milik bersama kaum

muslim. Individu-individu dibolehkan mengambil manfaat dari kekayaan

tersebut, namun terlarang memilikinya secara pribadi.

Sedangkan Jalal Al Anshari mengatakan bahwa kepemilikan umum

merupakan berbagai komoditas yang dijadikan Islam sebagai hak milik seluruh

kaum Muslim, sehingga setiap individu berhak memanfaatkannya, akan tetapi

tidak diperkenankan untuk menguasai atau memilikinya sebagai hak milik

pribadi.20 Sedangkan menurut Taqiyuddin An-Nabhani kepemilikan umum

merupakan izin Asy-Syari’ kepada suatu komunitas masyarakat untuk sama-sama

memanfaatkan benda/barang.21 Dan kemudian dengan Ibnu Taimiyah,

19 Anwar Abbas, Dasar-Dasar Sistem Ekonomi Islam: Suatu tinjauan dari Persfektif

Tujuan, Falsafah, Nilai-Nilai Dasar dan Nilai-Nilai Instrumental, Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syahid, 2009, h. 34.

20 Jalal Al Anshari, Mengenal Sistem Islam:dari A sampai Z. Penerjemah Abu Faiz

(Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2006), h. 146-147.

21 Taqiyuddin An-Nabhani, An-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam/Sistem Ekonomi Islam. Penerjemah Redaksi Al Azhar Press,dkk (Bogor: Al Azhar Press,2009), h. 238.

Page 34: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

21

kepemilikan umum merupakan hak milik yang bisa saja dimiliki oleh dua atau

lebih orang atau oleh organisasi ataupun asosiasi. 22

Dengan demikian, kepemilikan adalah sebentuk ikatan antara individu

terkait dengan harta, yang pada tahapan proses kepemilikan, syara’ mensyaratkan

berbagai hal yang disebut dengan asbab al Milki (asal usul kepemilikan).

Selanjutnya, (pasca kepemilikan), syara’ mengharuskan beberapa aturan dalam

pengeoperasian harta dan dalam mengembangkannya. Semua dimaksudkan, agar

segalanya sesuai dengan tuntunan syara’.23

Contoh penting dari pemilikan bersama atau sosial ialah anugerah

alam, seperti air, rumput dan api, yang secara khusus disebut dalam hadist

Rasulullah SAW yang berbunyi:

ار الن و اء م ال و إل ك ي ال ث ف ال في ث اء ك ر ش ون م ل س م ال

Artinya: “Kaum Muslim bersekutu dalam tiga hal: air, padang

rumput dan api." (HR Abu Daud No. 3016)24.

Dalam hadits tersebut menjelaskan salah satu dari alasan dari

keharusan pemilikan kolektif terhadap obyek-obyek alam itu adalah semua itu

diberikan Allah secara gratis/ secara Cuma-Cuma tanpa harus mengeluarkan

22 A. A. Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah.Penerjemah H. Anshari Thayib

(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997), h. 142.

23 1 lihat al-Fiqhu al-‘Am, M. Muhammad Zarqa, jilid 1, h. 258. 24 Hadits ini dishahihkan Syaikh Al Bani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud

jilid 7, h. 477

Page 35: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

22

biaya melainkan hanya membutuhkan tenaga untuk memperoleh kepemilikan

tersebut yang kemudian digunakan untuk kepentingan umum.25

Jika ada perorangan secara individual menguasainya dan memilikinya

secara pribadi, hal itu bisa mengakibatkan kesulitan dan kesusahan bagi

masyarakat. Menurut Ibnu Taimiyah, air, rumput dan sumber api hanyalah sebuah

misal saja. Banyak objek lain yang memiliki kesamaan karakteristik dengannya.

Ia menganjurkan seluruh barang mineral yang dihasilkan oleh tanah bebas (tanah

Negara) menjadi milik kolektif, seperti nafta, emas, perak, garam, minyak, gas

dan sebagainya.26

2. Dasar Hukum Kepemilikan Umum

Dalam Islam telah ditetapkan hukum kepemilikan umum berdasarkan

hadits-hadits shahih. Rasulullah menjelaskan dalam sebuah hadits bagaimana

sifat kebutuhan umum tersebut. Dengan sabdanya:

ار الن و اء م ال و إل ك ي ال ث ف ال في ث اء ك ر ش ون م ل س م ال

Artinya: “Kaum Muslim bersekutu dalam tiga hal: air, padang

rumput dan api." (HR Abu Daud No. 3016)27.

25 Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah, h. 143

26 Ibid., h. 144 27 Hadits ini dishahihkan Syaikh Al Bani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud

jilid 7, h.477

Page 36: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

23

Dalam riwayat yang lain yang dikeluarkan oleh Imam Ibnu majah dari

Ibnu Abbas ra. Terdapat tambahan: wa tsamanuhu haram (dan harganya

haram)28, yang berarti dilarang untuk diperjualbelikan.

Abu Hurairah juga menuturkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda:

النار و أل الك و اء الم ن ع نـ ث ال مي ثال

Artinya: “Ada tiga hal yang tidak akan pernah dilarang (untuk

dimanfaatkan siapapun): air, padang rumput dan api.” (HR

Ibnu Majah No. 2464)29.

Dalam hadist diatas menjelaskan bahwa terdapat Sumber Daya Alam

yang terdapat diperut bumi. Diantaranya air, padang rumput serta api. Masing-

masing sumber daya tersebut memiliki kegunaan yang bermanfaat untuk

manusia. Air, dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa air yang merupakan milik

umum ialah air yang belum diambil, baik yang keluar dari mata air, sumur,

maupun sungai atau danau bukan air yang dimiliki perorangan dirumahnya.30

Adapun al-kala’ adalah padang rumput baik rumput basah maupun rumput kering

(al-hashis) yang tumbuh di tanah, gunung atau aliran sungai yang tidak ada

28

عن ابن عباس قال قال رسول هللا صلى هللا علیھ و سلم المسلمون شركاء في ثالث في الماء والكإل والنار وثمنھ حرامdari Ibnu Abbas ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal; air, rumput dan api. Dan harganya adalah haram." (H.R. Ibnu Majah No. 2463 )

29 Dishahihkan Syaikh Al Bani dalam Shahih Wa Dha’if Sunan Ibni Majah Jilid 5 Hal.437 Hadits no. 2473

30 Al-Mawardi, al-Ahkam al-Sultaniyyah wa al-Wilayah al-Diniyyah (Beirut: Dar

alFikr, 1960), 180-184.

Page 37: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

24

pemiliknya.31 Sedangkan yang dimaksud al-nar adalah bahan bakar dan segala

sesuatu yang terkait dengannya, termasuk didalamnya adalah kayu bakar,

listrik.32

3. Pembagian Kepemilikan Umum

Kepemilikan umum terdiri dari tiga kategori utama, yaitu:

a. Segala sesuatu yang menjadi kebutuhan vital bagi seluruh masyarakat, yang

ketiadaannya akan membuat kehidupan masyarakat tidak dapat berjalan

dengan baik. Dalam kelompok ini antara lain terdapat berbagai komoditas,

seperti air, dan cadangan minyak, gas, dll. Rasulullah Muhammad SAW

bersabda:

إل ك ي ال ث ف ال في ث اء ك ر ش ون م ل س م ال ار الن و اء م ال و

Artinya: “Kaum Muslim bersekutu dalam tiga hal: air, padang

rumput dan api." (HR Abu Daud No. 3016)33.

b. Berbagai yang secara alamiah tidak mungkin menjadi milik pribadi, seperti

lautan, sungai-sungai, taman-taman umum, masjid, dan jalan-jalan umum.

31 Al-Shawkani, Nayl al-Awtar, jil. 6, 49 32 Abd al-Rahman al-Maliki, Politik Ekonomi Islam, terj. Ibn Sholah (Bangil: al-

Izzah, 2001), h. 91. 33 Hadits ini dishahihkan Syaikh Al Bani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud

jilid 7, h. 477

Page 38: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

25

c. Barang tambang yang depositnya tidak terbatas. Termasuk di dalamnya

adalah berbagai sumberdaya mineral, seperti garam, magnesium, atau

tembaga, yang jumlahnya sangat banyak.

Kepemilikan dapat dibedakan berdasarkan subjek pemiliknya yaitu,

Kepemilikan Individu, Kepemilikan Negara dan Kepemilikan Umum. Untuk

mendapatkan kepemilikan tersebut terdapat cara tertentu dalam perolehannya.

Kepemilikan Individu, cara perolehannya bisa dengan upaya bekerja, pewarisan,

hibah, pemberian dari negara, dll. Kepemilikan Negara yg berasal dari fai’,

kharaj, jizyah, dll. Kepemilikan Umum, yang perolehannya dari sumber daya

alam yg telah ada di bumi Allah termasuk fasilitas umum didalamnya, seperti

halnya Air, Padang Rumput, dan Api (Minyak dan Gas bumi).34

B. Pengelolaan Kepemilikan Umum

1. Pengertian Pengelolaan Kepemilikan Umum

Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha

yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam

mencapai tujan tertentu.35 Wardoyo (1980:41) memberikan definisi sebagai

34 M. Ismail Yusanto dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, (Jakarta: Al

Azhar Press, 2009), h. 143 35 Artikel ini diakses pada tanggal 26 April 2011 dari http://id.shvoong.com/writing-

and-speaking/presenting/2108155-pengertian-pengelolaan/#ixzz1KbMAxEd3

Page 39: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

26

berikut pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan perencanaan

,pengorganisasian pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan

adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian

usaha yang bertujuan untuk mengali dan memanfaatkan segala potensi yang

dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah

direncanakan sebelumnya. Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan

menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.36

2. Cara Pengelolaan Kepemilikan Umum

Kepemilikan umum merupakan kepemilikan milik seluruh kaum

muslim. Kepemilikan umum ada yang dapat langsung dimanfaatkan dan tidak

dapat langsung dimanfaatkan. Bila komoditas milik umum tersebut merupakan

sesuatu yang dapat dimanfaatkan langsung maka setiap orang boleh

menggunakannya. Contohnya air, padang rumput, jalanan umum, sungai atau

lautan, dll.37

36 Artikel ini diakses pada tanggal 26 April 2011 dari http://id.shvoong.com/writing-

and-speaking/presenting/2108155-pengertian-pengelolaan/#ixzz1KbNiOeOk

37 Al Anshari, Mengenal Sistem Islam:dari A sampai Z, Penerjemah Abu Faiz, h. 149

Page 40: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

27

Adapun kepemilikan umum yang tidak dapat langsung dimanfaatkan,

sulit, dan membutuhkan proses, maka menjadi tugas Negara untuk

mengekploitasi dan mengumpulkan pendapatannya ke Baitul Mal. Kemudian

khalifah bertugas memanfaatkan hasilnya untuk kemaslahatan seluruh kaum

muslim. Khalifah dapat mendistribusikan komoditas milik umum itu atau

membelanjakan pendapatannya dalam berbagai cara,38 antara lain:

a. Digunakan untuk menjalankan dan mengelola tambang-tambang milik umum,

bangunan-bangunannya, maupun untuk menggaji para pegawai, konsultan,

dan para pakar yang mengelola fasilitas milik umum itu, serta untuk membeli

mesin-mesin dan perlengkapan pabrik lainnya.

b. Dibagikan langsung kepada seluruh kaum muslim dan masyarakat lainnya,

karena merekalah pemilik komoditas tersebut. Khalifah dapat membagikan

secara langsung kepada masyarakat sejumlah komoditas, seperti air, gas

minyak, atau listrik secara gratis; Khalifah juga dapat membagikannya dalam

bentuk uang, hasil pendapatan milik umum tersebut sesuai dengan kondisi

kaum Muslim, demi kebaikan dan kemaslahatan mereka.

c. Khalifah juga dapat menggunakan sebagian pendapatan harta milik umum

untuk kepentingan jihad, maupun segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

mempersiapkan jihad, seperti membangun pabrik senjata, menyiapkan tentara

38 Ibid., h. 149

Page 41: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

28

yang kuat, serta berbagai pengeluaran lain yang wajib diberikan Negara

kepada seluruh masyarakat.

3. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kepemilikan Umum

Pada umumnya Islam menentang penggunaan energi untuk masalah

yang tak dapat dikaji dengan seksama atau, kalaupun dapat, tidak bermanfaat bagi

manusia. Nabi Muhammad SAW mengganggap sia-sia pengetahuan yang kalau

didapat tak ada manfaatnya, dan kalau tak memilikinya tak ada

mudharatnya.39Oleh karena itu, untuk mencapai kemashlahatan dari penggunaan

sumber energi diharuskan memperhatikan beberapa prinsip yang memang Islam

mengatur didalamnya, diantaranya:40

Pertama, prinsip musyawarah, yang dari sudut pandang Islam, prinsip

musyawarah merupakan sebuah prinsip yang diakui dalam masalah sosial. Dalam

kasus-kasus yang belum ada ketentuan Islamnya, kaum Muslim dapat

memutuskan melalui musyawarah dan pemikiran bersama.

Kedua, prinsip mendahulukan kepentingan masyarakat. Kalau terjadi

pertentangan antara hak masyarakat dan hak individu, maka hak masyarakat atau

hak publik harus didahulukan ketimbang hak pribadi atau individu. Namun,

masalah ini harus diselesaikan melalui pengadilan Islam. Di antara kaidah

syar’iyah yang amat penting disini, yang juga menjadi batasan aplikasi pendapat

39 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta diterjemahkan dari Man and Universe, Penerjemah : Ilyas Hasan (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2002 ), h. 47.

40 Ibid., h. 194

Page 42: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

29

pemimpin ialah yang berbunyi, “Kebijaksanaan pemimpin yang menyangkut

rakyat harus mengikuti prinsip kemaslahatan”. Ini merupakan kaidah yang sudah

disepakati para imam. 41

Al-Allamah Al-hafizh As-Suyuthy mengatakan didalam kitab Asybah

wan-Nazha’ir, yang membicarakan masalah fiqih Syafi’y. “Kaidah kelima

mengatakan,

تصرف اإلمام منوط مبصلحة راعيته“Tindakan seorang penguasa senantiasa untuk kepentingan

rakyatnya”.42

Kebijaksanaan pemimpin yang menyangkut rakyat harus mengikuti

prinsip kemaslahatan’. Kaidah ini dinyatakan Asy-Syafi’y, dan dia berkata,

“Kedudukan pemimpin dengan rakyat seperti kedudukan wali dengan anak

yatim.”43 Kemudian di pertegas oleh Su’ad Ibrahim Shalih, mabâdi’u al-Nizhômi

al-Iqtishôdî al-Islamî wa ba’dhu thathbiqôtihi mengatakan bahwa “masing-

masing dari jenis kepemilikan tersebut tidaklah bersifat mutlak, tetapi terkait

41 Yusuf Al-Qardhawy, Pedoman Bernegara dalam Persfektif Islam, Jakarta,

Pustaka Al-Kautsar, 1999, h. 108. 42 Nasrun Haroen, Figh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 13 43 Ibid., h. 108

Page 43: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

30

dengan penciptaan kemashlahatan umum dan usaha untuk menghalangi terjadinya

kemudharatan”.44

Dalam hal tersebut tergambar bahwa, betapa pentingnya rakyat dalam

hal pemenuhan kebutuhan. Negara harus memprioritaskan terlebih dahulu orang-

orang yang membutuhkan. Seperti yang dicontohkan Umar bin Khaththab

Radhiayallahu Anhu selalu memberikan hak terhadap orang-orang yang

membutuhkan dan memprioritaskan pembagian bagi mereka jika ada harta

rampasan yang datang. 45

Ketiga, prinsip meniadakan kerugian. Hukum Islam, meskipun

sifatnya umum dan mutlak, hanya bisa diberlakukan kalau tak menimbulkan

kerugian yang tidak pada tempatnya. Aturan ini sifatnya universal dan merupakan

semacam hak veto terhadap setiap hukum.

Keempat, prinsip melarang eksploitasi. Islam mengecam setiap

penzholiman. Bila ada unsur penzholiman didalamnya maka dapat merusak

tantanan didalamnya. contohnya, dalam menggunakan tenaga orang lain untuk

kepentingannya sendiri dan untuk tujuan yang tidak adil, membuang limbah tidak

pada tempatnya, bahkan cenderung merugikan orang lain akibat dampaknya

seperti yang terjadi free port.

44 Abbas, Dasar-Dasar Sistem Ekonomi Islam: Suatu tinjauan dari Persfektif

Tujuan, Falsafah, Nilai-Nilai Dasar dan Nilai-Nilai Instrumental, h. 36 45 Al-Qardhawy, Pedoman Bernegara Dalam Persfektif Islam, h. 125

Page 44: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

31

Eksploitasi termasuk kedalam kategori masalah lingkungan yang

dihadapi oleh manusia. Penyebab terpenting eksploitasi sumber daya alam yang

ada adalah disebabkan oleh perilaku buruk manusia dalam mempergunakan apa

yang Allah berikan. Salah satunya sifat berlebih-lebihan dalam memanfaatkannya

yang sering menyebabkan kerusakan (fasad) yang dapat menghilangkan

keseimbangan antara unsur-unsur lingkungan dan terjadilah kerusakan

ekosistem.46

Usaha yang dilakukan Umar Radhiyallahu Anhu dalam melindungi

lingkungan dan memerangi penyalahgunaannya adalah dengan hal-hal sebagai

berikut:47

1. Peringatan-peringatan dasar, peringatan yang dilakukan tidak

terlalu memberatkan menyulitkan, dikarenakan pada saat itu

sederhananya kehidupan pada saat itu, juga karena tingginya

ketaatan pada ajaran Islam dalam setiap sisi kehidupan.

2. Keseimbangan antara tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan

menjaga lingkungan, kebanyakan investor mengeksploitasi sumber

daya lingkungan yang dibutuhkan dalam investasi. Kerusakan

lingkungan dapat bisa menghambat investasi ekonomi, yaitu

dengan rusaknya sumber-sumber ekonomi, menyebabkan tingkat

kualitas menurun dan beban produksi naik. Yang lebih bahayanya

46 Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Bin Khatab, Penerjemah: H.

Asmuni Solihan Zamakhsyari, Lc (Jakarta: Khalifa, 2006), h. 703-704

47 Ibid., h. 707

Page 45: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

32

lagi adalah akibatnya terhadap kesehatan manusia yang

merupakan tujuan dan saran investasi ekonomi, serta akibat-akibat

lain yang merusak kehidupan ekonomi bahkan semua kehidupan

dan makhluk hidup.48

3. Menjaga sumber daya alam, Umar Radhiyallahu Anhu tidak

pernah membolehkan eksploitasi apapun terhadap sumber

dayaalam dan menganggap sumber daya alam sebagai milik

generasi yang akan datang dari umat Islam. Oleh karena itu,

strateginya dalam menjaga dan mengembangkan kekayaan alam

adalah dengan melindungi hak-hak generasi tersebut. Misalnya

beliau menolak untuk membagi tanah kepada orang-orang yang

ikut dalam penaklukan untuk menjaga hak-hak generasi yang akan

datang. Diantaranya yang menunjukkan perhatian Umar

Radhiyallahu Anhu terhadap sumber daya alam, disebutkan bahwa

Umar tidak memperbolehkan merusaknya walaupun sedikit, dia

mengambil benih kurma dan lain sebagainya yang jatuh ke tanah

dan menaruhnya di rumah orang agar bisa dimanfaatkan.49

4. Memerangi pencemaran, untuk menangani pencemaran Umar

Radhiyallahu Anhu memberikan tugas kepada para pegawainya

yang dikirim ke berbagai daerah. Seperti halnya di Mekkah, Umar

48 Ibid., h. 710 49 Ibid., h. 713

Page 46: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

33

mengampanyekannya dengan berkata kepada penghuni rumah,

“Bersihkanlah halaman rumah kalian!” lalu Umar bertemu dengan

Abu Sufyan dan berkata kepadanya, “Wahai Abu Sufyan,

bersihkanlah halaman rumahmu.”

5. Menjaga keseimbangan ekosistem, untuk menjaga keseimbangan

ekosistem Umar Radhiyallahu Anhu melakukan suatu cara, salah

satunya beliau menanami tanamannya dengan tangannya sendiri,

hal tersebut dilakukan karena betapa perhatiannya Umar terhadap

lingkungan.

Kelima, prinsip mengecam royal dan mubazir. Manusia dibolehkan

mengatur hartanya, namun artinya tidak lebih bahwa manusia bebas untuk

memanfaatkan hartanya dalam kerangka yang dibolehkan oleh Islam. Manusia

tidak boleh memubazirkan hartanya, juga tidak boleh membelanjakan hartanya

untuk hal-hal yang tidak perlu. Islam mengharamkan bermewah-mewahan (royal)

yang digambarkan dalam Islam perbuatan penghamburan.

Keenam, prinsip melarang penimbunan. Menimbun pangan dan tidak

menjualnya di pasar, dengan tujuan agar dapat menjualnya dengan harga yang

tinggi, diharamkan. Pemerintah Islam dibolehkan mengambil secara paksa

persediaan pangan seperti itu untuk kemudian dijual dengan harga yang wajar

tanpa persetujuan si pemilik. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti

pengambilalihan penguasaan atas kezholiman yang dilakukan penimbun yang

Page 47: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

34

tidak bertanggung jawab. Dan sebagai pengawas terhadap naiknya harga yang

tidak wajar di pasar.

Dari keenam prinsip tersebut di atas, Umer Capra juga mengatakan

bahwa sumber-sumber daya adalah amanat, oleh karena sumber-sumber daya

yang ada di tangan manusia diberikan oleh Tuhan, maka manusia sebagai khalifah

bukanlah pemilik sebenarnya. Ia hanya sebagai yang diberi amanat (titipan).

Meskipun pengertian amanat ini tidak berarti “ peniadaan kepemilikan privat

terhadap kekayaan”, tetapi memberikan implikasi penting yang menciptakan

perbedaan revolusioner dalam konsep kepemilikan sumber-sumber daya dalam

Islam dan system ekonomi lainnya yang harus memegang prinsip. 50 adapun

prinsip-prinsip yang mengaturnya,antara lain:

Pertama, sumber daya itu dipergunakan untuk kepentingan semua,

bukan untuk segelintir orang (Al Baqarah: 29). Mereka harus dimanfaatkan secara

adil bagi kesejahteraan semua orang.

Kedua, setiap orang harus mencari sumber-sumber daya dengan benar

dan jujur, dengan cara yang telah ditetapkan oleh Al Qur’an dan As Sunnah.

Ketiga, sumber daya tersebut telah diperoleh lewat cara-cara yang

benar, tetapi tidak boleh dimanfaatkan kecuali persyaratan keamanatan.

Keempat, tak seorang pun berhak menghancurkan atau menyia-

nyiakan sumber-sumber daya yang sudah diberikan oleh Allah. Berbuat demikian

50 M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi , Jakarta, Gema Insani, 2000, h.

209

Page 48: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

35

disamakan oleh Al Quran dengan menyebarkan kerusakan (fasad), yang dilarang

oleh Allah (al Baqarah: 205)

Dalam Islam, kewajiban datang lebih dahulu, dibandingkan dengan

hak. Setiap individu, masyarakat dan Negara memiliki kewajiban tertentu.

Sebagai hasil dari pelaksanaan kewajiban itu, setiap orang memperoleh hak-hak

tertentu. 51

51 Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah,Penerjemah : H.Anshari Thayib,, h. 135

Page 49: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

36

BAB III

UNDANG-UNDANG 22 NO. 2001 TAHUN TENTANG MINYAK DAN

GAS BUMI

A. Latar Belakang Pembentukan UU No. 22 tahun 2001

Kegiatan usaha minyak dan gas bumi mempunyai peranan penting

dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi

nasional52. Berbagai macam sumber daya alam tersedia, mulai dari sumber daya

alam yang dapat terbarukan sampai pada sumber daya alam yang tak terbarukan.

Sumber daya alam tersebut mempunyai berbagai macam fungsi yang strategis.

Begitu hal yang sama dengan sumber daya alam yang tak terbarukan seperti

minyak dan gas bumi bahwa minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam

strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh Negara serta merupakan komoditas

vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting

dalam perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus dapat secara

maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.53

Pembentukan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 ditujukan untuk

Pembangunan Nasional yang dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat. Berbagai

macam cara yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut, melalui reformasi

disegala bidang kehidupan yang berasaskan pada Pancasila dan Undang-Undang

52 Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 22 tahun2001 tentang Minyak dan

Gas Bumi (Jakarta: Pustaka Yustisia, 2008), h. 6 53 Ibid., h. 5

36

Page 50: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

37

Dasar1945.54 Bahwa dalam Undang-undang Nomor 44 Prp. Tahun 1960 tentang

Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, Undang-undang Nomor 15 Tahun 1962

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2

Tahun 1962 tentang Kewajiban Perusahaan Minyak Memenuhi Kebutuhan Dalam

Negeri, dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan

Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan usaha pertambangan minyak dan gas bumi.55

Untuk menyesuaikan usaha pertambangan minyak dan gas bumi

tersebut, maka pembuatan Undang-undang juga mempertimbangkan

perkembangan nasional maupun Internasional, yang kemudian dilakukan

perubahan peraturan perundang-undangan tentang pertambangan minyak dan gas

bumi yang memiliki kelebihan dari undang-undang sebelumnya yakni dapat

menciptakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang mandiri, andal,

transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan pelestarian lingkungan, serta

mendorong perkembangan potensi dan peranan nasional.56

Untuk memberikan landasan hukum bagi langkah-langkah pembaruan

dan penataan atas penyelenggaraan pengusahaan minyak dan gas bumi tersebut

maka dibentuklah pengaturan/pengelolaan Minyak dan Gas Bumi yang tertuang

dalam kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001. Hal

54 Hadi Setia Tunggal, SH. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Minyak dan Gas Bumi, Pertambangan Mineral dan Batubara, Panas Bumi, dan Ketenagalistrikan, (Jakarta: Harvarindo, 2010), h. 37

55 Ibid., h. 37-38 56 Ibid., h. 38

Page 51: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

38

tersebut bertujuan untuk merealisasikan pasal 33 ayat 3 UUD 1945, yang tertulis

bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

Negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam Rancangan Undang-undang Migas sebelumnya bertujuan untuk

memisahkan wewenang dan tanggung jawab pemerintah dari perusahaan.

Pemerintah tidak mengatur operasional perusahaan dan perusahaan tidak

seharusnya melakukan pengaturan sector.57

B. Azas dan Tujuan Undang-Undang No. 22 tahun 2001

Termuatnya Undang-Undang ini berawal dari tersusunnya draf yang

membahas mengenai Minyak dan Gas bumi. Hal tersebut memberi perhatian yang

cukup penting bagi pemerintah untuk menyelesaikan beberapa permasalahan dari

sektor energi terutama masalah Minyak dan Gas bumi. Muncul adanya Risalah

rapat yang membahas mengenai Minyak dan Gas bumi yang dirapatkan oleh

legislatif. Penyelenggaraan pun berlangsung sangat hangat yang berisikan dari

beberapa aspirasi, tanggapan dan pandangan dari anggota dewan untuk

menyempurnakan Undang-undang Minyak dan gas bumi.

Terdapat beberapa tanggapan mengenai prinsip/ asas yang digunakan

Undang-undang Minyak dan Gas bumi ini, diantaranya tanggapan dari fraksi

Kebangkitan Bangsa yang mengatakan bahwa Undang-Undang tersebut masih

57 Penjelasan Pemerintah dalam Sidang Paripurna, Risalah Rapat Paripurna Dewan

Tingkat Pandangan Umum Fraksi-fraksi atas Rancangan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi, Jakarta, 2001

Page 52: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

39

bersifat sentralistik dan belum menampung pandangan yang demokratik. Hal

tersebut ditanggapi oleh pemerintah, menganggap bahwa tukar pikiran, diskusi,

maupun sosialisasi merupakan bentuk dari pandangan demokratik.58

Berbeda halnya dengan fraksi Reformasi yang menekankan

kesejahteraan rakyat sebagai tujuan utama Undang-undang. Tidak sekedar

melepaskan unsur monopoli dan fungsi pengawasan oleh pertamina, tetapi juga

harus memikirkan fungsi perlindungan terhadap konsumen. Lain halnya

pandangan fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia yang mengkhawatirkan

lepasnya monopoli dalam penguasaan migas akan menyulitkan pemerintah dalam

pengendalian harga BBM dalam negeri.

Dengan demikian, terbentuklah penyelenggaraan kegiatan usaha

minyak dan gas bumi yang termuat dalam Undang-undang Minyak dan Gas bumi

ini yang berasaskan pada ekonomi kerakyatan, keterpaduan, manfaat, keadilan,

keseimbangan, pemerataan, kemakmuran bersama dan kesejahteraan rakyat

banyak, keamanan, keselamatan, dan kepastian hukum serta berwawasan

lingkungan. 59

Adapun menurut Nyoman, penyelenggaraan sumber daya alam

haruslah berpegang pada keadilan, demokratis, dan berkelanjutan:60 beberapa

prinsip yang dilontarkannya; prinsip Pertama, sumber daya alam harus

58 Risalah Rapat, Jawaban Pemerintah terhadap pandangan umum DPR-RI atas Rancangan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi,( Jakarta : DPR-RI ) h. 10

59 Pasal 2, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. 60 I Nyoman Nurjaya, Pengelolaan Sumber Daya Alam :Dalam Persfektif

Antropologi Hukum ( Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, Mei 2008), h. 133

Page 53: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

40

dimanfaatkan dan dikelola untuk tujuan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

secara berkelanjutan dari generasi ke generasi. Kedua, sumber daya alam harus

dimanfaatkan dan dialokasikan secara adil dan demokratis di kalangan inter

maupun antar generasi. Ketiga, pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan

dengan pendekatan sistem untuk mencegah terjadinya praktik-praktik pengelolaan

yang bersifat parsial, ego-sektoral (tidak terpadu dalam pengelolaan sumber daya

alam) , ego-daerah (tidak memberi ruang pengakuan dan perlindungan hak-hak

asasi manusia, terutama hak masyarakat adat/local atas penguasaan dan

pemanfaatan sumber daya alam), dan tidak terkoordinasi.

Dari ketiga prinsip diatas I Nyoman menegaskan bahwa, maksud dari

ketiga prinsip tersebut tidak lain adalah menjauhkan prinsip kebijakan

pengelolaan sumber daya alam dari unsur eksploitasi (use-oriented) semata.

Tetapi mengacu pada keberlanjutan fungsi sumber daya alam tersebut.

C. Penguasaan dan Pengusahaan

Dalam hal penguasaan, terjadi perdebatan antara fraksi reformasi

dengan pemerintah. Sebelum Undang-undang terbentuk, menurut fraksi

Reformasi sebaiknya dalam Undang-undang tersebut meniadikan pengusaan

sektor hulu dan hilir yang sesungguhnya pemilik modalnya berada di satu tangan.

Menurut pemerintah hal tersebut tidak menjadi masalah selama perusahaannya

mempunyai badan hukum yang terpisah, sehingga tidak memungkinkan

dilaksanakan konsolidasi biaya.

Page 54: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

41

Terdapat kewenangan pemerintah dalam kepemilikan sumber daya

alam sebelum terjadinya kesepakatan/penyerahan hak milik pada saat kontrak

kerja sama berlangsung. Sebagaimana pasal 6 angka 2 a yang menyatakan bahwa

“kepemiikan sumber daya alam tetap ditangan pemerintah sampai pada titik

penyerahan”.

Dalam kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi terdapat dua sektor

pengaturan yakni sektor hulu dan hilir. Sektor hulu yang mencakup penanganan

ekplorasi dan eksploitasi (kontrak kerja sama). Sedangkan sektor hilir mencakup

mengenai pengelolaan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga (izin Usaha). Hal

tersebut tercantum dalam pasal 5 angka 1 dan 2.

Pasal 4 angka 1 menyatakan Minyak dan Gas bumi merupakan sumber

daya strategis tak terbarukan yang merupakan kekayaan Negara dikuasai oleh

Negara. Penguasaan sebagaimana pasal 4 angka 2 menjelaskan bahwa

penguasaan oleh Negara yang diselenggarakan oleh pemerintah sebagai

pemegang Kuasa Pertambangan.

Penyelenggaraan kegiatan usaha hilir dilakukan melalui mekanisme

persaingan usaha yang wajar, sehat dan transparan (pasal 7 angka 2).

Penyelenggaraan yang dimaksud sebagaimana penjelasan dalam Undang-undang

ialah penyelenggaraan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat

dan transparan tidak berarti mengesampingkan tanggung jawab sosial pemerintah.

Mengenai hal ini, fraksi reformasi memberikan pernyataan, menurutnya bahwa

terdapat pertentangan dalam pasal 28 ayat 1 dengan pasal 55. Menurutnya,

Page 55: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

42

sebagaimana yang dijelaskan pasal 8, pemerintah menjamin ketersediaan BBM

diseluruh wilayah Indonesia. Dalam tataran operasional, ketentuan tersebut

dilakukan melalui penyediaan dan pelayanan yang dilakukan pelaku usaha secara

kompetitif melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar dan sehat, sehingga

akan tercapai harga yang ekonomis dan relatif murah. Yang menjadi

permasalahan bagi fraksi reformasi yakni, dimana persaingan usaha tidak dapat

berlangsung dengan baik. Namun dalam hal tersebut, tidak terdapat pertentangan

pengaturan dari kedua pasal tersebut seperti yang dikemukakan oleh fraksi

reformasi.

Terbentuklah ketentuan dimana pemerintah wajib menjamin

ketersediaan dan kelancaran pendistribusian Bahan Bakar Minyak yang

merupakan komoditas vital dan menguasai hajat hidup orang banyak diseluruh

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai mana Pasal 8 angka 2. Pada

kegiatan usaha hulu dan hilir sebagaimana yang dimaksud pasal 5 angka 1 dan

angka 2 dapat dilaksanakan oleh beberapa badan usaha, diantaranya Badan Usaha

Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Usaha kecil dan Badan

Usaha Swasta/ Asing.

Dalam melaksanakan kegiatan usaha hulu hanya dapat dilaksanakan

oleh BUT (Badan Usaha Tetap) dan BU (Badan Usaha). Terdapat pembatasan

dalam sektor tersebut. Yakni badan usaha yang melakukan kegiatan usaha hulu

dilarang melakukan kegiatan usaha hilir, begitupun sebaliknya badan usaha yang

Page 56: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

43

melakukan kegiatan usaha hilir tidak dapat melakukan kegiatan usaha hulu (Pasal

10 angka 1 dan 2)

Penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang tercermin dalam

Undang-undang masih bercorak sentralistik dengan mengacu pada manajemen

yang berpusat pada Negara/pemerintah61

D. Kegiatan Usaha Hulu dan Hilir

Kegiatan usaha hulu merupakan kegiatan yang berintikan atau

bertumpu pada kegiatan usaha eksplorasi dan eksploitasi. Sedangkan kegiatan

hilir merupakan kegiatan usaha yang berintikan pada kegiatan usaha pengelolaan,

pengangkutan, penyimpanan dan/atau niaga.

Maksud kegiatan usaha eksplorasi yakni kegiatan yang bertujuan

memperoleh informasi kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh

cadangan Minyak dan Gas Bumi di Wilayah kerja yang ditentukan. Dan

Eksploitasi, merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan

Gas Bumi dari wilayah kerja yang ditentukan, yang terdiri dari pengeboran dan

penyelesaian sumur, pengangkutan, penyimpanan, dan pengelolaan Migas.62

Kegiatan usaha hulu mencakup kegiatan eksploratif dan eksploitasi,

dimana kegiatan tersebut dilaksanakan oleh badan usaha atau badan usaha tetap

berdasarkan kontrak kerjasama dengan badan pelaksana.

61 Ibid., h. 132 62 Undang-undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

Page 57: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

44

Kontrak kerjasama yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan

yang sudah ditetapkan dalam pasal 11 angka 3. Berdasarkan kontrak kerjasama

tersebut terdapat ketentuan adanya perpindahan kepemilikan hasil produksi atas

minyak dan gas bumi, kewajiban pemasokan minyak dan gas bumi untuk

kebutuhan dalam negeri, jangka waktu kontrak, dll.

Berdasarkan ketentuan jangka waktu yang tersedia untuk kontrak

kerjasama, telah ditetapkan pelaksanaanya yaitu paling lama 30 tahun

berdasarkan pasal 14 angka 1. Kemudian kontrak kerjasama dapat diperpanjang

jangka waktunya paling lama 20 tahun. Jangka waktu tersebut terdiri dari jangka

waktu eksploitasi dan eksplorasi.

Dalam kegiatan eksploitasi dan eksploitasi, badan usaha atau badan

usaha tetap wajib menyerahkan paling banyak 25% bagiannya dari hasil produksi

minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (pasal 22 angka

1). Hal tersebut memunculkan ketidaksetujuan Mahkamah Konstitusi dalam hal

penetapan/kebijakan pasal tersebut. Karena itu, menurut Mahkamah Konstitusi

pasal tersebut bertentangan dengan pasal 33 UUD 1945.63 MK menegaskan

bahwa dalam pasal tersebut dan beberapa pasal lainnya seperti pasal 11 ayat 2,

pasal 28 ayat 2 dan 3 dihapus. MK menyatakan bahwa pasal tersebut tidak

memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Hal tersebut tercantum didalam

Keputusan MK Nomor 20/PPU-V/2007 Mahkamah Konstitusi Republik

63 Putusan Nomor 20/PPU-V/2007 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Page 58: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

45

Indonesia. Sehingga hal tersebut tidak berlaku jika kesepakatan kontrak yang

dilakukan BU dan BUT mengandung pasal tersebut.

Adapun kegiatan hilir, kegiatan usahanya dilaksanakan oleh badan

usaha, berbeda dengan kegiatan hilir yang dilakukan oleh badan usaha dan bisa

juga dilaksanakan oleh badan usaha tetap. Kegiatan tersebut pastinya harus

mendapatkan izin terlebih dahulu dari pemerintah.

Izin usaha yang diperlukan dalam hal tersebut diantaranya mengenai

izin usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga. Jangka waktu izin

usaha dapat dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Hasil olahan dari minyak dan gas bumi yang berbentuk bahan bakar

siap pakai yang dipasarkan di dalam Negeri untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dengan mendapatkan mutu dan standar yang telah ditetapkan (pasal

28 angka 1). Sebagaimana dalam penjelasan pasal tersebut penetapan standard

dan mutu tersebut ditujukan untuk melindungi konsumen, kesehatan masyarakat

dan lingkungan.

Harga bahan bakar minyak dan gas bumi diserahkan pada mekanisme

persaingan usaha yang sehat dan wajar. Hal tersebut mendapat tanggapan dari

fraksi Persatuan Pembangunan yang mengkhawatirkan kestabilan mengenai harga

BBM.

Page 59: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

46

E. Penerimaan Negara

Penerimaan Negara berupa pajak dan non pajak. Penerimaan pajak

sebagaimana yang dimaksud pasal 31 ayat 2 terdiri atas: pajak-pajak, bea masuk,

dan pungutan lain atas impor dan cukai; pajak daerah dan retribusi daerah. Selain

itu pungutan Negara yang berupa iuran tetap dan iuran eksploirasi dan eksploitasi

beserta bonus-bonus lainnya (pasal 31 angka 3b dan c). Sebagaimana yang

dimaksud Penerimaan Negara bukan pajak yang tercantum dalam pasal 31 angka

3b dan c merupakan penerimaan yang diperuntukkan untuk pemerintah pusat dan

daerah.

Dalam hal penerimaan negara, terdapat beberapa perdebatan/

tanggapan yang sangat hangat dari beberapa fraksi. Diantaranya pendapat yang

dilontarkan fraksi Persatuan Pembangunan, yang mengatakan bahwa

penghapusan monopoli pertamina dan sekaligus jaminan kestabilan harga BBM

dan peranan minyak dan gas bumi bagi penerimaan negara. Hal tersebut harus

dihindari karena dapat mengakibatkan ketidakefisiennya perekonomian Indonesia

terjadi. Sama halnya dengan komentar yang diberikan oleh fraksi Bulan Bintang,

ia mengkhawatirkan akan terjadinya persaingan yang tidak sehat sebagai akibat

dari dihapusnya monopoli pertamina. Kemudian pemerintah memberi tanggapan

bahwa pemerintah juga menyadari bahwa hal tersebut dapat membahayakan

perekonomian Indonesia.64

64 Risalah Rapat, Jawaban Pemerintah terhadap pandangan umum DPR-RI atas

Rancangan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi,,( Jakarta : DPR-RI ), h. 8

Page 60: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

47

F. Pembinaan dan Pengawasan

Pengawasan sangat penting. Maraknya kasus penggelapan,

penyunatan, kebocoran dan korupsi, antara lain disebabkan oleh kurangnya

pengawasan. Terbentuklah Menko yaitu Menteri Negara Koordinator Bidang

Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara. Upaya tersebut

merupakan salah satu usaha agar setiap orang mengendalikan diri dari perbuatan

yang merugikan Negara. 65

Tanggung jawab kegiatan pengawasan terhadap Minyak dan Gas bumi

merupakan tanggung jawab yang sudah diwenangkan kepada departemen yang

terkait dengan minyak dan gas bumi. Baik dalam hal pengawasan konservasi

sumber daya dan cadangan minyak, pengelolaan data minyak dan gas bumi,

alokasi dan distribusi bahan bakar minyak dan bahan baku sampai pada

penggunaaan tenaga kerja asing. Dalam hal pengawasan atas pelaksanaan

kegiatan usaha hulu dilaksanakan oleh badan Pelaksana sedangkan pada

pelaksanaan Usaha Hilir dilaksanakan oleh Badan pengatur. Hal tersebut

dilakukan demi tercapainya maksud dan tujuan dari ketentuan atau peraturan yang

telah ditetapkan pemerintah yakni demi melindungi kebutuhan masyarakat

konsumen dari tindakan monopoli, sebagaimana dalam penjelasan pasal 46 ayat 1

yang berbunyi:

“ketentuan ini dimaksud untuk melindungi kepentingan masyarakat

konsumen terhadap kelangsungan bahan bakar di seluruh wilayah Indonesia,

65 Ali Zawawi dan Saifullah Ma’shum, Penjelasan Al-Quran tentang Krisis Sosial Ekonomi dan Politik, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 22

Page 61: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

48

pengawasan terhadap pengangkutan Gas Bumi melalui pipa dilakukan untuk

optimasi dan mencegah terjadinya monopoli fasilitas pipa transmisi, distribusi

dan penyimpanan oleh Badan Usaha tertentu.”

Dalam penjelasan undang-undang tersebut terdapat perlindungan

hukum terhadap masyarakat konsumen yang bertujuan menjauhkan praktik

monopoli dan penguasaan secara sepihak pada aset Negara. Tidak terdapat

penjelasan secara tegas mengenai ‘masyarakat konsumen’ dalam penjelasan

Undang-undang Migas tersebut. Namun dapat diambil kesimpulan bahwa yang

dimaksud masyarakat konsumen itu ialah para investor yang bekerja sama dalam

kegiatan usaha hulu dan hilir migas.

G. Badan Pelaksana dan Badan Pengatur

Terdapat beberapa pandangan sebelum terbentuknya Undang-undang

Minyak dan Gas bumi No.22 tahun 2001 yang berkaitan dengan pembahasan

Badan Pelaksana. Pandangan tersebut terdiri dari beberapa fraksi, diantaranya

fraksi Kebangkitan Bangsa yang berpandangan bahwa sebaiknya Badan

Pelaksana Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi ditangani oleh sebuah BUMN atau

Badan lain, dan pemerintah memberikan pendapat yang berbeda, yakni

pengawasan.

Pelaksaan pengawasan terhadap badan usaha yang telah melakukan

kegiatan usaha hulu dilakukan oleh Badan Pelaksana sebagaimana fungsinya

yang telah ditetapkan dalam pasal 44 angka 2 yang menyatakan bahwa:

Page 62: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

49

“fungsi Badan Pelaksana sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1

melakukan pengawasan terhadap kegiatan Usaha Hulu agar pengambilan

sumber daya alam Minyak dan Gas Bumi milik Negara dapat memberikan

manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi begara untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”.

Selain melakukan fungsinya, Badan Pelaksana mempunyai tugas yang

sangat penting yang salah satunya ialah “menunjuk penjual Minyak dan Gas Bumi

bagian Negara yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi

Negara”(pasal 44 angka 3 g). Sehingga dalam pasal tersebut Badan Pelaksana

memiliki wewenang dalam hal penunjukan siapa penjual yang dapat memberikan

profit yang besar dalam kegiatan hulu tersebut.

Page 63: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

50

BAB IV

ANALISIS UU NO. 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

DITINJAU DARI KONSEP PENGELOLAAN KEPEMILIKAN UMUM

DALAM ISLAM

A. Filsafat Azas dan Tujuan

Dalam Undang-undang No. 22 tahun 2001 sudah jelas dikatakan

bahwa, Azas yang digunakan didalam Undang-undang tersebut menggunakan

Pancasila sebagai dasar hukum yang melahirkan Azas ekonomi kerakyatan,

keterpaduan, keadilan, pemerataan dan kemakmuran. Sedangkan Konsep

pengelolaan kepemilikan umum bersumber berdasarkan pada Al Qur’an dan

hadits-hadits shahih, yang bersumber pasti dari sang pencipta Allah SWT, tanpa

ada kesalahan dalam pengaturan-Nya.

Pemahaman tentang sumber daya alam dalam Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2001 memfokuskan pengelolaan mengenai pengaturan atas kebijakan

minyak dan gas bumi yang merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan.

Di dalam Islam, barang-barang yang masuk dalam kategori

kepemilikan umum hanya boleh dikelola oleh negara dan tidak boleh dimiliki

oleh individu atau pihak swasta. Kategori barang milik umum diantaranya adalah

berbagai jenis tambang yang menguasai hajat hidup orang banyak, seperti minyak

bumi, gas alam, emas, perak, timah, tembaga, dan batubara. Pemerintah sebagai

pelayan rakyat hanya berhak untuk mengelolanya untuk kemudian

50

Page 64: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

51

mendistribusikannya bagi pewujudan kesejahteraan rakyat. Jadi, negara tidak

boleh menyerahkan pengelolaan kekayaan alam yang merupakan milik umum

tersebut kepada pihak multinasional/asing. Karena jika diserahkan kepada mereka

maka kekayaan alam tersebut akan dikuras untuk kepentingan asing dan rakyat

yang sejatinya merupakan pemilik sumber daya alam tersebut hanya tinggal

menikmati sisa-sisa sumber daya alam tersebut saja. Maka tidak sesuai dengan

prinsip bahwa “kerjasama akan membawa umat manusia pada tahap hubungan

ekonomi yang lebih tinggi dan harmonis”.66

Dari kedua konsep tersebut menandakan bahwa terdapat kesamaan

dalam tujuan yakni “Kesejahteraan” tetapi perbedaan yang paling menonjol ialah

landasan dari masing-masing konsep berpegang.

B. Penguasaan dan Pengusahaan

Orientasi pengelolaan sumber daya alam lebih berpihak pada pemodal-

pemodal besar (capital oriented) dengan bukti setiap kebijakan yang dikeluarkan

oleh pemerintah tidak memberi keberpihakannya pada rakyat. Pada faktanya,

dalam beberapa pasal, pemerintah memberikan peluang besar kepada investor

asing untuk menguasai dan memberikan imbalan yang kecil terhadap Indonesia

sendiri dengan membuat ketentuan dalam Undang-undang pasal 22 yang berbunyi

Badan Usaha dan Badan Usaha Tetap wajib menyerahkan paling banyak dari

66 Peter Kropotkin, Gotong Royong Kunci Kesejahteraan Sosial,( Depok: Piramedia,

Desember 2006), h. 132

Page 65: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

52

pendapatannya sebesar 25% untuk pemilik sah sumber daya alam. Berbeda dalam

Islam yang memberikan peluang kerja sama tanpa merugikan salah satu pihak,

dan tidak memberi peluang dalam eksploitasi sumber daya alamnya sendiri

kepada pihak luar. Hal tersebut melakukan pelanggaran terhadap prinsip Islam

diatas.

Keadilan hanya sebagai slogan, Amin Rais dalam bukunya

“Membangun Politik Adiluhung: Membumikan Tauhid Sosial, Menegakkan Amar

Ma’ruf Nahi Munkar” terdapat 4 persen warga Negara yang menikmati 70 persen

kekayaan Negara, sementara 96 persen warga Negara lainnya termasuk Pegawai

Negeri, pengusaha kelas menengah menikmati sedikit sisanya. Sementara hukum

kita masih berpihak kepada kaum kaya, kuat dan berkuasa. Hukum tak dapat

ditegakkan bagi kaum miskin yang lemah dan tidak berkuasa.67

Sebagaimana Allah SWT berfirman:

ى ر ل ع الله ا أفاء ى م ام ت الي و ىب ر ي الق ذ ل ول و لرس ل له و ى فل ر ل الق أه ن ه م ول س

ول الرس اتاكم ا ء م و م نك م اء ي ن غ األ ني ة بـ ول ون د ك ال ي يل كي ب ن الس اب اكني و س الم و

اتـ وا و ه تـ فانـ ه ن ع اكم ه ا نـ م و وه ذ اب فخ ق يد الع د ش إن الله وا الله ق

Artinya: “Apa saja harta rampasan (fay’) yang diberikan Allah kepada Rasul-

Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,

Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan

67 M. Amien Rais, Membangun Politik Adiluhung; Membumikan Tauhid Sosial,

Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. (Bandung: Zaman Wacana Mulia, 1998), h. 210-211

Page 66: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

53

orang-orang yang dalam perjalanan; supaya harta itu jangan hanya

beredar di antara orang-orang kaya di antara kalian saja. Apa saja

yang Rasul berikan kepada kalian, terimalah. Apa saja yang Dia

larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah.

Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”. (QS al-Hasyr [59]

7)

Penggalan ayat 7 surat al –Hasyr diatas berbicara tentang pembagian

harta benda yang berkaitan dengan distribusi (pemerataan), dimana terdapat

pemerataan dalam pembagian harta, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah

ketika membagikan harta rampasan fai kepada kaum muhajirin yang dianggap

lebih memerlukan dibandingkan dengan kaum anshar yang dinilai lebih baik

kondisi ekonominya.

Dari tafsir (at tafsir al Kabir, karangan ar-Razi, jilid 29, hlm. 286) dan

Implementasi ayat tersebut oleh Rasulullah dilapangan, dapat dipetik beberapa

pengertian. Pertama, untuk menciptakan kesejahteraan umum yang merata dan

mampu bertahan dalam jangka panjang, serta diperlukan strategi yang

memberikan perhatian yang seimbang antara pertumbuhan dan pemerataan.

Kedua, untuk melaksanakan strategi pertumbuhan seperti itu diperlukan

pemerrintahan yang adil, bijaksana, dan konsisten dalam menjabarkan kebijakan

dilapangan. Seperti dicontohkan Rasulullah sebagai kepala pemerintahan,

distribusi fasilitas Negara tetap mengacu pada pertumbuhan bagi kelompok

masyarakat yang lemah (muhajirin). Orang-orang Anshar yang tidak

mendapatkan fasilitas, pada mulanya, memang agak tercengang dengan kebijakan

Page 67: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

54

Rasul tersebut. Akan tetapi, lalu mereka menerimanya dengan hati yang lapang,

karena satu pertimbangan, yaitu menghilangkan kesenjangan.68

Dalam tafsir Al-Ahkam, Syekh H. Abdul Halim Hasan Binjai,

menjelaskan bahwa makna ‘Agar (harta) tidak beredar (hanya) diantara orang-

orang kaya di antaramu,” artinya, supaya harta al-fa’I itu semestinya adalah untuk

orang miskin. Jangan sampai jatuh ketangan orang kaya. Kepada siapa

diserahkannya harta al-fa’I itu terserah kepada Rasulullah SAW. Inilah makna

“Dan apa yang dibawa Rasul ambillah olehmu dan apa dilarangnya hentikanlah”.

Hasan dan Suddi berkata,”harta al-fa’I yang telah diberikan Rasul kepadamu,

ambillah dan yang tidak diberikannya, janganlah kamu tuntut”. Juraij berkata,

“apa saja yang dibawa Rasul kepadamu yang berhubungan dengan ketaatanmu,

perbuatlah, dan mana yang dilarangnya, jauhilah!”. Ayat ini ditutup dengan

menerangkan, bahwa Allah sangat hebat dalam melakukan pembalsan terhadap

orang yang berani melanggar aturannya. 69

Dalam sistem liberalisme-kapitalisme sesuatu itu dikatakan adil, kalau

seandainya masalah ekonomi itu penyelesaianya diserahkan spenuhnya kepada

mekanisme pasar. Ini artinya sebuah proses ekonomi akan dikatakan adil

bilamana pemerintah tidak ikut campur tangan didalamnya dan diserahkan

sepenuhnya kepada mekanisme pasar yang ada. 70 Kebijakan yang terdapat dalam

68 Ali Zawawi dan Saifullah Ma’shum, Penjelasan Al-Quran tentang Krisis Sosial

Ekonomi dan Politik, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 22 69 Syekh H. Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir Al Ahkam, Jakarta: Kencana, 2006, h.

583

Page 68: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

55

undang-undang migas cenderung menyerahkan harga pada pasar persaingan

bebas yang dimana mekanisme pasarlah yang dapat mempengaruhi harga.

Berbeda halnya dengan sistem ekonomi sosialisme menurut pendapat

K.Bertens, dalam pandangan faham sosialis, keadilan itu tidak akan terwujud

kalau pemerintah tidak ikut campur mengurus dan mengatur aktivitas ekonomi

yang ada. Ini dikarenakan sifat manusia itu yang memiliki sifat rakus. Oleh

karena itu membiarkan system ekonomi pasar bebas itu berjalan tanpa nilai dan

rambu-rambu, maka dia hanya akan melahirkan sistem ekonomi yang “tidak

manusiawi karena mengeksploitasi dan memperbudak manusia”.71

Sistem dapat dikatakan adil kalau didalam sistem itu tak ada

kesedihan, penderitaan dan diskriminasi yang tak semestinya terjadi.72

Pembatasan subsidi yang terjadi merupakan tindakan diskriminatif terhadap

rakyat. Kebijakan ini merugikan rakyat secara ekonomi, dimana terdapat

kewajiban bagi pemerintah sebagaimana yang terdapat dalam pasal 8 ayat 2 yang

menyatakan bahwa pemerintah wajib menjamin ketersediaan dan kelancaran

pendistribusian bahan bakar minyak dan gas yang menjadi komoditas saat ini.

Minyak bumi dan gas merupakan sumber daya alam yang melimpah

sehingga masuk dalam kategori barang milik publik (al milkiyyah al-ammah)

yang pengelolaannya harus diserahkan kepada negara dan seluruh hasilnya

70 Ibid., h. 61 71 Ibid., h. 62 72 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta diterjemahkan dari Man and

Universe, Penerjemah Ilyas Hasan (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2002 ), h. 106

Page 69: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

56

dikembalikan kepada publik. Dengan demikian ia tidak boleh

diserahkan/dikuasakan kepada swasta apalagi asing;

“Dari Abyadh bin Hammal: beliau menghadap kepada Nabi saw dan

memohon diberikan bagian dari tambang garam yang menurut Ibnu

Mutawakkil, berada di daerah Ma’rib lalu beliau memberikannya. Namun

tatkala orang tersebut berpaling, seseorang yang berada di majelis beliau

berkata : “Tahukah Anda bahwa yang Anda berikan adalah [seperti] air

yang mengalir? Maka beliau pun membatalkannya.” (HR. Baihaqy &

Tirmidzy)

Rusaknya pengelolaan migas yang liberal di negeri ini berpangkal dari

sistem ekonomi kapitalisme yang menjadi pijakan pemerintah. Dalam sistem

tersebut kebebasan memiliki dan kebebasan berusaha dijamin oleh negara melalui

undang-undang. Peran negara diminimalkan dalam kegiatan ekonomi dan hanya

diposisikan sebagi regulator. Dengan demikian peluang swasta khususnya asing

akan semakin besar dalam menguasai perekonomian negeri ini. Padahal Allah swt

berfirman:

يال ب نني س م ؤ ى الم ل ع ين ر اف ك ل ل الله ل ع جي لن و

Artinya: “Dan Allah tidak memberikan jalan kepada orang-orang

kafir untuk menguasai orang-orang beriman.” (QS: An-

Nisa: 141)

Page 70: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

57

Dari ayat tersebut dapat di jelaskan bahwa, orang-orang yang

berimanlah yang berada diatas orang-orang kafir. Tetapi pada realitanya

sebaliknya, lebih dominan orang-orang kafir yang menguasai dan berkedudukan

di atas orang-orang yang beriman. Hal terebut terjadi akibat tidak terberjalannya

sistem islam di bumi Allah. Sehingga peraturan yang mengatur tidak berpihak

pada peraturan ilahi yang memberikan kesejahteraan untuk umat didunia.

C. Kegiatan Usaha Hulu dan Hilir

Karakteristik perundang-undangan yang berkaitan dengan sumber

daya alam, pada dasarnya berorientasi pada eksploitasi ( use oriented ) sehingga

mengabaikan kepentingan konservasi dan keberlanjutan fungsi sumber daya alam,

karena semata-mata digunakan sebagai perangkat hukum (legal instrument) untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pendapatan dan devisa

Negara.73 Tindakan eksploitasi sangat merugikan dan bertentangan dalam Islam.

Dalam prinsip pengelolaan pun hal tersebut dilarang untuk dilakukan karena

mengandung unsur penzholiman yang nantinya dapat memberi dampak yang

buruk.

Dalam ayat Al Qur’an, orang-orang yang beriman dinasehati untuk

melakukan hubungan bisnis yang saling menguntungkan kedua belah pihak dan

tidak diperbolehkan mermpas harta orang lain dengan cara-cara yang tidak adil

dan melanggar hukum. Firman-Nya berbunyi:

73 I Nyoman Nurjaya, Pengelolaan Sumber Daya Alam :Dalam Persfektif Antropologi Hukum ( Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, Mei 2008), h. 96

Page 71: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

58

كلوااموالكم بينكم بالباطل االان تكون تجارة عن تأ ين امنوا اللذيايهاا

تراض منكم والتقتلواانفسكم ◌ ﴾۲۹ :كان بكم رحيما ﴿النساء هللان ◌

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah

kamu membunuh dirimu”. (An Nisaa’: 29)

Ayat tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa semua transaksi yang

bersifat mengeksploitasi adalah dilarang, juga transaksi yang bermaksud

mengambil keuntungan berlebihan terhadap pihak lain. “jangan membunuh

dirimu” adalah peringatan keras seseorang yang dengan cara curang mengambil

harta orang lain, sesunggunya telah membawa dirinya sendiri kepada

kehancuran.74

Memberikan keistimewaan mengekspolitasi merupakan tindakan yang

sudah melanggar prinsip-prinsip Islam. Islam melarang memberi keistimewaan

kepada seseorang atau lembaga tertentu untuk mengeksploitasi. Adanya unsur

penzholiman yang merugikan salah satu pihak dan bahkan banyak pihak.

Tindakan ini tidak lain keluar dari sifat asli manusia yaitu “keserakahan”.

74 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam,Jilid 4. (Yogyakarta: Dana Bhakti

Wakaf, 2003)

Page 72: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

59

Keserakahan itu terbukti dengan ketidakberpihaknya pemerintah

terhadap rakyat, yang mendahulukan kepentingan asing, sebagaimana yang

diungkap Kwik Kian Gie, dia mengatakan bahwa dia menyakini bahwa Undang-

Undang Migas merupakan buatan Asing khususnya pesanan dari IMF yang

dengan jelas melanggar konstitusi. Menurutnya, Undang-Undang tersebut

memaksa rakyat membeli minyak (bensin) dengan harga yang berlaku/ditentukan

di Internasional, ideologinya mengajarkan semua barang dihargai dengan harga

dunia tentu hal ini sangat memberatkan rakyat. Membeli/ membayar sama seperti

layaknya membayarnya pihak asing ke pemilik minyak. Minyak yang dijual di

Indonesia adalah bagian mereka (asing) yang kemudian dijual ke Indonesia.

Mengapa rakyat yang memiliki minyaknya sendiri harus membayar dengan harga

yang tinggi (harga Internasional).75

Dalam kegiatan hulu dan hilir, dalam undang- undang dijelaskan

bahwa kegiatan tersebut memberikan peluang dan kesempatan kepada Badan

Usaha swasta asing untuk melakukan kegiatan hulu dan hilir. Pada sektor hilir

migas, membuka kesempatan bagi asing untuk berpartisipasi dalam bisnis yang

nantinya berpengaruh pada naik atau rendahnya harga di tengah-tengah

masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan LoI IMF, Januari tahun 2000 yang

menyatakan bahwa “ pada sektor migas, Pemerintah berkomitmen: mengganti

UU yang ada dengan kerangka yang lebih modern, melakukan restrukturisasi

75 Kwik kian Gie, Maksud Dibalik Undang-undang Minyak dan Gas Bumi. Zip.

Rekaman ini diakses pada tanggal 1 April 2011

Page 73: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

60

dan reformasi di tubuh Pertamina, menjamin bahwa kebijakan fiskal dan

berbagai regulasi untuk eksplorasi dan produksi tetap kompetitif secara

internasional, membiarkan harga domestik mencerminkan harga internasional).

Memorandum of Economic and Financial Policies (LoI IMF, Jan. 2000).

Pada tahun 2004 harga minyak mentah dunia mulai meningkat sampai

US$ 40 per barel yang mendorong pemerintah menaikkan harga BBM hingga dua

kali pada tahun 2005. Kenaikkan ini disebabkan oleh beberapa faktor, di

antaranya pertumbuhan kebutuhan minyak mentah dunia yang lebih tinggi dari

yang diperkirakan, meningkatnya ketegangan geopolitis , bottleneck yang terjadi

pada industry pengilangan (refinery) dan distribusi dibeberapa kawasan.

Selanjutnya harga minyak mentah dunia pada tahun 2006 mencapai

US$63.25/barel;tahun 2007 US$97.66/barel dan Juni 2008 telah mencapai

US$200/barel. Jika memang kondisinya, apa yang akan terjadi dengan

perekonomian kita. 76

Dari sekian penjelesan bahwa, kebijakan yang terdapat didalam

undang-undang tersebut melanggar Prinsip Meniadakan Kerugian dan prinsip

eksploitasi (yang menimbulkan kerusakan), yang sangat dikecam dalam Islam

yang menimbulkan kerugian dari masing-masing pihak yang melakukan

kerjasama. Sedangkan yang dibolehkan dalam Islam yakni eksploitasi yang

berdasarkan ketentuan syar’i, yang tidak mengakibatkan kerusakan di muka bumi.

76 H. Soeharsono Sagir, dkk. Kapita Selekta Ekonomi Indonesi, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2009), h. 634

Page 74: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

61

D. Penerimaan Negara

Penerimaan negara merupakan penerimaan yang diterima Negara dari

setiap Aset yang dimiliki. Baik asset langsung atau tidak langsung yang berasal

dari ekspor dan impor. Sama halnya dalam undang-undang tersebut yang

memiliki penerimaan Negara dari pajak, bea cukai, dan lain-lain.

Penerimaan dalam Islam sendiri bersumber dari beberapa jenis

pungutan dan pendapatan yang dapat digunakan negara untuk menandai kegiatan

operasionalnya. Dalam segala jenis pungutan, negara hanya mengenakan kepada

warga negara yang memiliki kemampuan untuk membayar dan tidak membebani

warga negara yang tidak mampu.

Pungutan-pungutan itu diantaranya Jizyah, yaitu pungutan yang di

wajibkan pada non-Muslim yang mampu membayar. Usyur yaitu pungutan dari

hasil tanah ‘usyriyah (wilayah yang masuk ke dalam wilayah Negara Islam tanpa

penakhlukan). Kharaj, pungutan dari tanah melalui penakhlukan.

Sumber-sumber pendapatan lainnya dapat diperoleh dari Fa’i,

Ghanimah, Khumus, Pendapatan dari harta milik umum (pendapatan dari bagian

pemilikan umum, misalnya pendapatan dari minyak dan gas bumi, listrik dan

sumber daya alam lainnya), pendapatan yang berasal dari shadaqah yang

termasuk zakat didalamnya, Cukai yang dikenakan di perbatasan negara,

Page 75: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

62

Pendapatan dari harta negara, Rikaz, dan Harta yang ditinggal mati pemiliknya

tanpa ada ahli waris.77

Dari pendapatan tersebut sedikit perbedaan saja yang tidak tercantum

dari masing-masing lingkup. Perbedaan yang mendasarnya ialah tidak

terdapatnya pendapatan dari utang dan dari produk-produk yang tidak halal.

E. Pembinaan dan Pengawasan

Dalam Undang-Undang Dasar Alinea ke IV dari pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 menyatakan “Kemudian dari pada itu untuk membentuk

suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah dara Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dan seterusnya”. Hal tersebut

menunjukkan dengan jelas bahwa, pemerintah kita mempunyai tugas yang amat

mulia yakni melindungi segenap bangsa sampai mengorbankan segalanya untuk

rakyat, tetapi hal tersebut tidaklah demikian. Kesejahteraan masih sangat

dibutuhkan dan bahkan kekurangan diberbagai belahan area Indonesia, kemudian

mencerdaskan bangsa yang menjadi jargon yang sangat diandalkan Indonesia.

Banyak anak-anak yang cerdas yang berasal dari Indonesia yang sebenarnya

dapat diperdayakan tetapi sangat disayangkan pemerintah lebih mempercayakan

kecerdasan tenaga/pemikiran asing dibandingkan keahlian yang dimiliki anak

77 Al Anshari, Mengenal Sistem Islam:dari A sampai Z, Penerjemah Abu Faiz, h. 149

Page 76: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

63

bangsanya sendiri. Andai saja Indonesia mau mandiri tanpa terikat dengan asing,

pasti Indonesia menjadi negara adidaya.

Pengawasan Negara terhadap sumber daya alam sangat dibutuhkan.

Pengawasan dalam hal pengalokasian sumber daya khususnya dalam hal ini

minyak dan gas bumi. Pengawasan/pengalokasian yang dilakukan haruslah

mengarahkan kepada sesuatu yang mengandung kemashlahatan rakyat. Hal

tersebut tidak lain untuk kesejahteraan umum (rakyat).

Ali Abdu al-Halîm Mahmûd mengemukakan bahwa masalah

pengalokasian kepemilikan misalnya, syariat Islam “ mengarakan pengalokasian

kepemilikan kepada hal-hal yang paling bermanfaat bagi dirinya, untuk agama,

dunianya”78 jadi dapat dikatakan bahwa manusia dalam segala perbuatannya

selalu diarahkan oleh syariat sebagai tolak ukur tidakannya yang dapat

memberikan kemashlahatan didalamnya.

Qutb Ibrahim Muhammad mengemukakan bahwa yang berkaitan

dengan harta publik itu merupakan harta yang kepemilikannya mutlak dimiliki

Allah.79 Jika hal tersebut diimplementasikan maknanya maka harta publik itu

terjaga dari berbagai penyimpangan yang meninmpanya.

78 Anwar Abbas, Dasar-Dasar Sistem Ekonomi Islam: Suatu tinjauan dari Persfektif

Tujuan, Falsafah, Nilai-Nilai Dasar dan Nilai-Nilai Instrumental, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syahid, 2009), h. 54-55

79 Qutb Ibrahim Muhammad, Bagaimana Rasulullah Mengelola Ekonomi,

Keuangan, dan Sistem Administrasi, diterjemahkan dari kitab al-Siyasah al-Maliyah li al-Rasul (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007) h.18

Page 77: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

64

Oleh karena itu, menurut Qutb Ibrahim Muhammad mengatakan,

pemimpin umat Islam, ketika kebenaran ini bersemayam dalam hatinya, mereka

menghiasi dirinya dengan etika kesederhanaan terhadap harta publik. mereka

tidak mengambil kecuali yang yang telah dialokasikan untuk mereka secara

benar, tidak menukar harta publik yang bagus dengan harta-harta mereka yang

lebih rendah, tidak mengutamakan kerabat, dan teman-temaan yang mencari

muka kepadanya, tidak mengumpulkan kecuali yang baik-baik, tidak

mencampurinya dengan riba, tidak mengotorinya dengan yang haram, serta

menginvestasikannya secara utuh demi mewujudkan perlindungan terhadap

rakyat.80

Saat ini rakyat sudah semakin cerdas dengan keadaan atau realita yang

dialami. Mereka tau apa yang mesti mereka lakukan dan mereka tahu bahwa

sesungguhnya harta publik adalah harta Allah. Maka, mereka melakukan

kewajibannya dalam mengawasi praktik-praktik ekonomi oleh penguasa dan para

pembantunya, serta mengingatkan mereka jika mereka menyimpang, menunjuk

mereka jika tergelincir, dan mebimbingnya ke jalan petunjuk apabila tersesat dan

melakukan kesalahan dalam pengaturan harta publik.

80 Qutb Ibrahim Muhammad, Bagaimana Rasulullah Mengelola Ekonomi,

Keuangan, dan Sistem Administrasi, diterjemahkan dari kitab al-Siyasah al-Maliyah li al-Rasul (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007) h.18

Page 78: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

65

Dengan demikian, harta publik dalam Islam adalah sakral dalam

karakteristiknya, bagus dalam pengumpulannya, dan kembali kepada rakyat

kemanfaatannya, karena ia adalah harta Allah yang diberikan kepada rakyat.81

Hak dan kewajiban Negara adalah hak dan kewajiban dari para

individu yang, menurut kriteria yang dianggap sebagai organ Negara, yakni yang

menjalankan fungsi tertentu yang ditetapkan oleh tatanan hukum.82

Pengelolaan dalam islam berbeda konsepnya dengan pengelolaan yang

ada sekarang, seperti halnya dalam konsep/peraturan yang dibuat didalamnya

mengenai sumber daya alam migas yang tidak terlalu beresiko dan memberikan

dampak yang buruk kepada rakyat.

81 Ibid, h.19 82 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, (Bandung: Nusa Media,

2009), h.285

Page 79: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan jawaban dari perumusan masalah, berikut

penulis memaparkan kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil mengenai

Undang-undang Minyak dan Gas Bumi yang ditinjau dari Konsep Pengelolaan

Kepemilikan Umum dalam Islam, yaitu :

1. Islam, agama yang sempurna. Agama yang memiliki peraturan

yang menyeluruh dari segala aspek kehidupan. Aspek ekonomi, politik, social dan

budaya. Semua aspek memiliki pengaturan dan pengelolaan tersendiri.

Pengaturan dan pengelolaan yang di buat sedemikian rapi. Pada penulisan skripsi

ini dijelaskan pula pengenai konsep pengelolaan dari sumber daya alam yaitu

khususnya pada sumber daya alam Minyak dan Gas Bumi. Dalam skripsi

dijelaskan bahwasannya yang dimaksud pengelolaan merupakan suatu rangkaian

kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang

dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

2. Dalam skripsi disimpulkan bahwa Pemerintah yang diamanati

sebagai pelayan rakyat memiliki tugas mengelola sumber daya alam yang ada.

Tugas yang hanya untuk mengelola sumber daya alamnya saja tanpa harus

menjadi penjual asset kekayaan rakyat. Pengelolaan tersebut yakni

66

Page 80: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

67

mendistribusikannya bagi pewujudan kesejahteraan rakyat. Jadi, negara tidak

boleh menyerahkan pengelolaan kekayaan alam yang merupakan milik umum

tersebut kepada pihak multinasional/asing. Karena jika diserahkan kepada mereka

maka kekayaan alam tersebut akan dikuras untuk kepentingan asing dan rakyat

yang sejatinya merupakan pemilik sumber daya alam tersebut hanya tinggal

menikmati sisa-sisa sumber daya alam tersebut.

3. Harta publik adalah harta Allah. Maka, mereka melakukan

kewajibannya dalam mengawasi praktik-praktik ekonomi oleh penguasa dan para

pembantunya, serta mengingatkan mereka jika mereka menyimpang, menunjuk

mereka jika tergelincir, dan mebimbingnya ke jalan petunjuk apabila tersesat dan

melakukan kesalahan dalam pengaturan harta publik. Barang-barang yang masuk

dalam kategori kepemilikan umum hanya boleh dikelola oleh negara dan tidak

boleh dimiliki oleh individu atau pihak swasta.

4. Ketidaksetujuan Mahkamah Konstitusi dalam hal

penetapan/kebijakan pasal 22 ayat 1 yakni bertentangan dengan pasal 33 UUD

1945.83 MK menegaskan bahwa dalam pasal tersebut dan beberapa pasal lainnya

seperti pasal 11 ayat 2, pasal 28 ayat 2 dan 3 dihapus. MK menyatakan bahwa

pasal tersebut tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Hal tersebut

tercantum didalam Keputusan MK Nomor 20/PPU-V/2007 Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia. Sehingga hal tersebut tidak berlaku jika kesepakatan kontrak

yang dilakukan BU dan BUT mengandung pasal tersebut.

83 Putusan Nomor 20/PPU-V/2007 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Page 81: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

68

5. Asas yang digunakan Undang-undang No. 22 Tahun 2001

menggunakan asasa Pancasila yang berbeda dengan asas yang digunakan dalam

konsep pengelolaan dalam islam yang berasaskan pada Al Quran dan As Sunnah

yang disertai dengan Ijma, qiyas.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, penulis mempunyai beberapa saran yang

diharapkan memberikan manfaat dan berguna dimasa mendatang bagi bagi

pembaca. Antara lain :

1. Bagi pemerintah, adanya perubahan dalam kebijakan yang

senantiasa cenderung dan selalu memikirkan masa depan anak bangsa, tidak

memekirkan urusan pribadi dibandingkan kepentingan umum (rakyat). Dalam hal

ini dikhususkan, pemerintah senantiasa dapat memanfaatkan sumber daya alam

yang tersedia khususnya sumber daya alam yang tak terbarukan dengan

semaksimal mungkin tanpa harus melempar/ menggadai kepada pihak luar untuk

mengelolanya. Manfaatkan Sumber Daya Manusia yang dimiliki.

2. Dalam hal pengelolaan sumber daya tak dapat dipungkiri

bahwa perlu adanya campur tangan pemerintah, karena pada hakikatnya

pemerintahlah sebagai motor penggerak atas pengelolaan sumber daya yang ada.

3. Tidak seenaknya memberikan sumber daya alam yang ada

khususnya sumber daya alam yang strategis kepada asing. Dalam Islam

dipertegas bahwa dibolehkan kita bekerjasama tanpa harus merugikan salah satu

pihak. Maka dari itu diupayakan dalam hal terebut pemerintah memberdayakan

Page 82: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

69

tenaga asing saja tanpa harus memberikan wewenang penuh terhadap asing dalam

perolehan kepemilikan sumber daya alam tersebut. Hal tersebut melanggar prinsip

yang sudah ada didalm Islam seperti halnya memberikan kerugian kepada pihak

lain dalam melakukan kerjasama.

4. Sebaiknya melakukan eksploitasi berdasarkan keperluan

rakyat. Sesuai dengan kebutuhan rakyat yang ada di Negara yang bersangkutan.

Tidak mengeksploitasi tanpa memikirkan jangka panjang dan generasi

mendatang yang nantinya menimbulkan kerusakan terhadap alam. Pada

hakikatnya sumber daya alam yang ada khususnya sumber daya alam tak

terbarukan seperti minyak dan gas bumi, membutuhkan waktu yang lama untuk

memperoleh sumber daya tersebut. Maka dari itu penulis menyarankan agar

pengeksploitasian yang dilakukan harus secar benar sesuai dengan tuntunan

Islam.

5. Memberantas olnum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Seperti halnya terhadap tindakan penimbunan atau Ikhtikar, tindakan tersebut

sangat dilarang dalam Islam, karena memberikan dampat yang sangat buruk bagi

kestabilan harga di pasar.

6. Harta publik adalah harta Allah. Maka, mereka melakukan

kewajibannya dalam mengawasi praktik-praktik ekonomi oleh penguasa dan para

pembantunya, serta mengingatkan mereka jika mereka menyimpang, menunjuk

mereka jika tergelincir, dan mebimbingnya ke jalan petunjuk apabila tersesat dan

melakukan kesalahan dalam pengaturan harta publik.

Page 83: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

70

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Anwar. Dasar-Dasar Sistem Ekonomi Islam: Suatu

tinjauan dari Persfektif Tujuan, Falsafah, Nilai-Nilai Dasar dan Nilai-Nilai Instrumental. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syahid, 2009.

Amalia, Euis, M.ag. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: dari masa

klasik hingga Kontemporer. Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005 M. Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam,Jilid 4. Yogyakarta: Dana

Bhakti Wakaf, 2003. Al Anshari, Jalal. Mengenal Sistem Islam dari A sampai Z.

Penerjemah: Abu Faiz. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2006. Al Bani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud jilid 7. Al Bani dalam Shahih Wa Dha’if Sunan Ibni Majah Jilid 5 Hadits

no. 2473.

Al-Mawardi. al-Ahkam al-Sultaniyyah wa al-Wilayah al-Diniyyah. Beirut: Dar alFikr, 1960.

Al-Maliki, Abd al-Rahman. Politik Ekonomi Islam. terj. Ibn

Sholah. Bangil: al-Izzah, 2001. Al-Shawkani. Nayl al-Awtar. Jilid. 6. Al Qardhawy, Dr. Yusuf. Pedoman Bernegara Dalam Persfektif

Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999.

Page 84: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

71

An Nabhani, Taqiyuddin. Sistem Ekonomi Islam. Penerjemah Redaksi Al Azhar Press. Bogor: Al-Azhar Press, 2009 H.

Chapra, DR. M. Umer. Islam dan Tantangan Ekonomi. Jakarta:

Gema Insani, 2000. Syaikh Al Bani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud jilid 7,

h.477 H.R. At Tirmidzi No. 1301, Ash Shahih wadh Dha’if Sunan At

Tirmidzi Jilid 3. Halim, Abdul Hasan Binjai, Tafsir Al Ahkam, Jakarta: Kencana, 2006,

h. 583 Haroen, Nasrun. Figh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Islahi, Dr. A. A., Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. Penerjemah H. Anshari Thayib. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal

Minyak dan Gas bumi Kelsen, Hans. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara. Bandung:

Nusa Media, 2009. Kropotkin, Peter. Gotong Royong Kunci Kesejahteraan Sosial.

Depok: Piramedia, 2006. Muhammad, Qutb Ibrahim. Bagaimana Rasulullah Mengelola

Ekonomi, Keuangan, dan Sistem Administrasi, diterjemahkan dari kitab al-Siyasah al-Maliyah li al-Rasul. Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.

Al-Munawwir, h. 1358.

Muthahhari, Murtadha. Manusia dan Alam Semesta. Diterjemahkan

dari Man and Universe, Penerjemah : Ilyas Hasan. Jakarta: PT Lentera Basritama, 2002.

Page 85: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

72

Nurjaya, Prof. Dr. I Nyoman S.H., M.H. Pengelolaan Sumber Daya Alam :Dalam Persfektif Antropologi Hukum . Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2008.

Penjelasan Pemerintah dalam Sidang Paripurna: Risalah Rapat

Paripurna Dewan Tingkat Pandangan Umum Fraksi-fraksi atas Rancangan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi. Jakarta: 2001.

Pengantar dalam UU Minyak Bumi dan Gas. Yogyakarta: Pustaka

Yustisia, 2008. Rais, M. Amien. Membangun Politik Adiluhung; Membumikan Tauhid

Sosial, Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Bandung: Zaman Wacana Mulia, 1998.

Risalah Rapat, Jawaban Pemerintah terhadap pandangan umum DPR-

RI atas Rancangan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi. Jakarta: DPR-RI. Sagir, H. Soeharsono, dkk. Kapita Selekta Ekonomi Indonesi. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2009. Subianto, Prabowo, et. al. Membangun Kembali Indonesia

Raya:Haluan Baru Menuju Kemakmuran. Jakarta: Institut Garuda Nusantara, 2009.

Tunggal, Hadi Setia, SH. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan

Minyak dan Gas Bumi, Pertambangan Mineral dan Batubara, Panas Bumi, dan Ketenagalistrikan. Jakarta: Harvarindo, 2010.

Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 22 tahun2001 tentang

Minyak dan Gas Bumi. Zallum, Abdul Qadim, Sistem Keuangan Negara Khilafah, Jakarta:

HTI Press, 2009 M.

Page 86: ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5281/1/MIFTAHUL... · Dasar Hukum Kepemilikan Umum 21 ... C. Kegiatan Usaha Hulu dan

73

Zarqa, M. Muhammad. Al-Fiqhu al-‘Am. Jilid 1. Zawawi, Ali dan Ma’shum, Saifullah. Penjelasan Al-Quran tentang

Krisis Sosial Ekonomi dan Politik. Jakarta: Gema Insani, 1999.

Artikel dan Rekaman: Artikel ini diakses pada tanggal 26 April 2011 dari

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2108155-pengertian-pengelolaan/#ixzz1KbMAxEd3

Artikel ini diakses pada tanggal 26 April 2011 dari

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2108155-pengertian-pengelolaan/#ixzz1KbNiOeOk

Arsipberita.com. Artikel ini diakses pada tanggal 26 April 2011

dari http://arsipberita.com/show/ri-importir-minyak-yang-beri-subsidi-bbm-210064.html

Buletin Dakwah Al Islam, Indonesia Masih Dijajah!, edisi 560

Tahun XVII 08 Rajab 1432 H-10 Juni 2011. Muttaqin, Hidayatullah, “Negeri Kaya Tambang, miskin Batubara”

, artikel diakses pada 11 November 2010 dari http://muttaqin [at] jurnal-ekonomi.org/2010/10/Negeri Kaya Tambang-miskin batubara.html.

Kwik kian Gie, Maksud Dibalik Undang-undang Minyak dan Gas

Bumi. Zip. Rekaman ini diakses pada tanggal 1 April 2011 Yusanto, Ismail, “Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam

perspektif Islam”, artikel diakses pada 27 Januari dari file:///F:/sejarah%20pengelolahan/Pengelolaan_Sumber_Daya_Alam_Dalam_Perspektif_Islam.htm