ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN...

131
ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN QOMARIYAH MENURUT PERSATUAN ISLAM S K R I P S I Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari’ah Oleh : SUDARMONO NIM : 2103118 JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO S E M A R A N G 2008

Transcript of ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN...

Page 1: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN QOMARIYAH MENURUT PERSATUAN

ISLAM

S K R I P S I

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh : SUDARMONO NIM : 2103118

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO S E M A R A N G

2008

Page 2: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

FAKULTAS SYARI’AH Jalan Raya Boja – Ngaliyan Km. 2 Semarang 50185 Telp (024) 7601291

PENGESAHAN

N a m a : Sudarmono

N I M : 032111118 / 2103118

Fakultas/Jurusan : Syari’ah/al-Ahwal al-Syakhsiyyah

Judul Skripsi : Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan Qomariyah Menurut

Persatuan Islam

Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal:

14 Januari 2008

dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi

Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2007/2008 guna memperoleh gelar

sarjana dalam Ilmu Syari’ah.

Semarang 14 Januari 2008

Dewan Penguji

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. H. Eman Sulaiman, M.H. Drs. H. Slamet Hambali

NIP. 150 254 348 NIP. 150 198 821

Penguji I Penguji II

H. Ahmad Izzuddin, M.Ag. Achmad Arief Budiman, M.Ag.

NIP. 150 290 930 NIP. 150 274 615

Pembimbing I

Drs. H. Slamet Hambali

NIP. 150 198 821

Page 3: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Drs. H. Slamet Hambali Jl. Candi Permata II / No. 180 Semarang Telp. (024) 7604932

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks Hal : Naskah Skripsi

An. Sdr. Sudarmono

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah saya mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini

saya kirim naskah skripsi Saudara :

N a m a : Sudarmono

N I M : 032111118/2103118

Judul : Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan Qomariyah Menurut

Persatuan Islam

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera

dimunaqasyahkan.

Demikian harap menjadikan ma’lum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing

Drs. H. Slamet Hambali

NIP. 150 198 821

Page 4: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

M O T T O

يكك في العدمولكنما المولى شر فال تعدد المولى شريكك في الغنى

”Janganlah kamu mengira bahwa yang namanya teman adalah orang yang berteman dengan kamu di saat kaya (bahagia), akan

tetapi teman adalah orang yang berteman dengan kita diwaktu kita tidak punya (susah)”.1

1 Qodhi al-Qudhoh Bahauddin Abdillah, Syarah Ibnu Aqil, Jakarta;Dinamika Berkah

Utama, Juz II, tt., hlm. 576

Page 5: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan untuk:

Ayah dan Bundaku tercinta, yang telah mengenalkanku akan kehidupan dengan penuh

kasih sayang yang tiada henti.

Kakak dan adikku tersayang (mbak Sry dan dik Cucik Al-munirah, Umi kulsum) serta

keponakanku (Yudi Miftahul Khoir, Laily Sulha Badriyah), seluruh keluargaku yang

tercinta, semoga kalian temukan kebahagian hidup baik bahagia di dunia maupun di

akhirat.

Dan saya persembahkan pula buat seseorang yang tercinta.

Page 6: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,

penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi

materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi

satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang

dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 13 Desember 2007 Deklarator

Sudarmono NIM. 2103118

Page 7: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

ABSTRAK

Diantara Ormas Islam di Indonesia yang memperhatikan masalah penetapan awal bulan Qomariyah, dan mengeluarkan penetapan selain ketetapan pemerintah adalah Persatuan Islam (PERSIS) seperti yang dilakukan Persis pada tanggal 21 Juni 2007 mengeluarkan surat edaran tentang Gerhana Bulan Total, Awal Ramadhan, ’Iedul Fithri dan ’Iedul Adha 1428 H. Perlu diketahui bahwa dalam masalah penetapan awal bulan Qomariyah , Persis merupakan penganut Mazhab Hisab yang diprakarsai oleh Muhammadiyah, namun ternyata menghasilkan ketetapan yang berbeda. Berangkat dari sinilah penulis mencoba menelaah bagaimana pemikiran atau metode yang digunakan Persis serta dalil hukumnya dalam penetapan awal bulan Qomariyah ini. Penelitian ini bersifat Lapangan (Field Research) dimana data primernya adalah hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan data skundernya adalah seluruh dokumen berupa buku, tulisan, hasil wawancara dan makalah-makalah yang berkaitan dengan obyek penelitian. Data-data tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan metode content analysis (analisis isi) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah metode yang digunakan Persis dalam penetapan awal bulan Qomariyah adalah dengan metode hisab dengan kriteria imkan al-rukyah. Menurut penulis hisab yang digunakan Persis ini termasuk hisab yang modern dan mutakhir karena menggunakan hisab Ephemeris yang sudah diakui keakurasiannya. Dengan kriteria imkan al-rukyah ini maka penetapan Persis dalam awal bulan Qomariyah terutama Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah kemungkinan besar akan aman dari adanya perbedaan dengan isbat pemerintah dan juga dengan mazhab rukyah.

Sedangkan dasar hukum atas penetapan awal bulan Qomariyah menurut persis ini (dengan hisab) sebenarnya tidak jauh beda dengan dasar hukum yang digunakan Pemerintah maupun ormas lain. Yaitu QS. 2;189, 36;39-40, 10;5, 6;96, 9;36, dan hadis-hadis hisab rukyah. Namun menurut hemat penulis dari Al-Qur’an tersebut masih global artinya belum secara langsung menunjukkan bahwa penetapan awal bulan Qomariyah itu dengan hisab, melainkan hanya memberikan pengertian bahwa bulan itu bisa dijadikan dasar untuk mengetahui waktu-waktu, termasuk waktu disini adalah awal bulan Qomariyah seperti awal Ramadhan (waktu untuk memulai puasa) Syawal (waktu untuk mengakhiri puasa Ramadhan dan untuk menjalankan sholat ’Ied) begitu juga Dzulhijjah untuk haji. Kemudian keglobalan Al-Qur’an tersebut di jelaskan dengan hadis nabi yang sudah tidak asing lagi yaitu; shumu lirukyatihi....

Dengan adanya hadis tersebut maka nampak bahwa yang dimaksudkan dalam al-Qur’an diatas dan yang lebih mendekati kebenaran adalah dengan rukyah, bukan dengan hisab. karena dengan adanya kata fain ghumma kata rukyah dalam hadis diatas seharusnya diartikan dengan melihat dengan mata kepala bukan dengan ilmu (ilmu hisab), karena bila diartikan dengan melihat dengan ilmu (hisab), maka tidak akan pernah ada kata fain ghumma, karena ada dan tidak adanya awan tidak akan pernah berpengaruh dengan hisab.. Sedangkan hadis hisab rukyah tersebut walau dengan redaksi yang berbeda selalu disertai dengan kata fain ghumma atau fain ughbiya.

Page 8: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Robbu al-

Alamin atas segala limpahan rahmat, hidayah dan ‘inayahnya. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan

Qomariyyah Menurut Persatuan Islam, dengan baik tanpa banyak kendala yang

berarti . Shalawat dan salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad

SAW. Beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang telah

membawa islam dan mengembangkannya hingga sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih payah

penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari usaha dan

bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, penulis sampaikan banyak terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu-pembantu

Dekan, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menulis skripsi

tersebut dan memberikan fasilitas belajar hingga kini.

2. Drs. H.Slamet Hambali, selaku pembimbing I, atas bimbingan dan pengarahan

yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.

3. Bapak kajur, sekjur, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang, atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.

4. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag., atas inspirasi, arahan, bimbingan dan atas pinjaman

buku-buku falak yang penulis butuhkan.

5. KH. M. Abdurrahman KS. (Ketua DHR Persis) atas wawancaranya dan Syarief

Ahmad Hakim (Anggota DHR Persis) atas wawancara baik secara langsung atau

via sms dan semua data dan informasinya yang diberikan kepada penulis.

6. Dr. Thomas Djamaluddin, atas wawancaranya.

7. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do’a, perhatian

dan curahan kasih sayangnya yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam untaian

kata-kata.

8. K.H. Noor Ahmad, SS. Yang telah mengajarkan Ilmu falaknya kepada penulis

ketika penulis Tabarukan di Jepara.

Page 9: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

9. H. Ilya Azhari, yang telah mengenalkan kepada penulis tentang ilmu falak ini,

dan telah sudi mengajar ilmu falak ketika penulis di Al-Ma’ruf.

10. Ahmad Syifaul Anam, atas penjelasan dan pengarahannya.

11. Sayful Mujab, atas penjelasan dan rumus-rumusnya, dan yang telah mengajar

ilmu falak kepada penulis ketika penulis tabarukan ilmu falak kepada KH.

Ahmad Noor, SS.

12. Lek Topik, Ismail Khudhori, Fadholi dan segenap temen-temen santri di Daarun

Najaah.

13. R van WD, Faqih, Amoel, Ja’par, vani CS (Funy Band) dan semua temen-

temen yang berada di Fakultas Syari’ah khususnya di Jurusan AS paket ASB

angkatan 2003.

14. Sofi, yang telah meminjamkan buku-bukunya KH. Zubair Umar Jaelany.

15. Semua temen-temen di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang, aktivis BEMJ AS, dan temen-temen di Devisi Bulutangkis di

Walisongo Sport Club.

Atas semua kebaikannya, penulis hanya mampu berdo’a semoga Allah

menerima sebagai amal kebaikan dan membalasnya dengan balasan yang lebih baik.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semua

itu karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan

saran dan kritik dari para pembaca demi sempurnanya skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca umumnya. Amin.

Semarang, 13 Desember 2007

Penulis,

Sudarmono

NIM. 2103118

Page 10: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

D A F T A R I S I HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN DEKLARASI .............................................................................. iv HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... vii HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ viii HALAMAN DAFTAR ISI............................................................................... x BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah................................................................... 1 B. Permasalahan ................................................................................... 10 C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 10 D. Telaah Pustaka ................................................................................. 11 E. Metode Penulisan ............................................................................. 14 F. Sistematika Penulisa......................................................................... 17

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG HISAB RUKYAH

A. Pengertian Hisab Rukyah ............................................................... 18 1. Pengertian Hisab................................................................ 18 2. Pengertian Rukyah............................................................. 22

B. Dasar Hukum Hisab Rukyah .......................................................... 24 1. Dasar Hukum Dari Al-Qur’an ............................................ 24 2. Dasar Hukum Dari Al-Hadis .............................................. 26

C. Sejarah dan Perkembangan Pemikiran Hisab Rukyah di Indonesia 27 D. Metode Hisab Rukyah Di Indonesia............................................... 32

1. Sistem rukyah Bi al-Fi’ly ................................................... 33 2. Sistem Hisab....................................................................... 38

E. Persoalan Seputar Penetapan Awal Bulan Qomariyah di Indonesia ........................................................................................................ 50

F. Yang Berhak Menetapkan Awal Bulan Qomariyah....................... 55 BAB III : METODE HISAB RUKYAH PERSATUAN ISLAM DALAM

PENETAPAN AWAL BULAN QOMARIYAH

A. Sejarah Singkat Persis .................................................................... 57 1. Sejarah Kelahiran Persis....................................................... 57 2. Tujuan dan Aktifasi Persis.................................................... 59 3. Kepemimpinan Persis ........................................................... 60 4. Era Baru Persis .................................................................... 61

B. Metode Hisab Rukyah Persis Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah ...................................................................................... 63

Page 11: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

C. Dasar Hukum Hisab Rukyah Persis Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah ...................................................................................... 68

1. Dasar Hukum Dari Al-Qur’an .............................................. 68 2. Dasar Hukum Dari Al-Hadis ................................................ 71

BAB IV : ANALISIS METODE HISAB RUKYAH PERSIS DALAM

PENETAPAN AWAL BULAN QOMARIYAH

A. Analisis Metode Hisab Rukyah Persis Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah............................................................................ 75

B. Analisis Dasar Hukum Metode Hisab Rukyah Persis Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah................................................. 85

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................... 96 B. Saran-saran ..................................................................................... 98 C. Penutup ........................................................................................... 99

DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

Page 12: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia khususnya umat Islam dalam menjalankan

ibadahnya selalu terkait dengan waktu, seperti ibadah shalat, puasa

ramadhan, zakat fitrah, ibadah haji dan lain sebagainya. Untuk

menentukan waktu-waktu tersebut kelihatanya mudah namun ternyata

tidaklah mudah, karena dibutuhkan suatu rumus atau metode tertentu

untuk menentukannya. Dalam hal ini telah dikenal suatu cabang ilmu

pengetahuan dalam kajian Islam yaitu; ilmu hisab atau ilmu falak.1

Dengan ilmu ini, saat-saat masuk dan keluarnya waktu-waktu

shalat dapat diketahui dengan akurat. Begitu pula dalam penentuan awal

bulan Ramadhan sebagai hari pertama kewajiban puasa, penentuan awal

bulan Syawal sebagai hari ‘Idul fithri dan awal bulan Dzulhijjah untuk

ibadah haji yang sering menjadi kontroversi dikalangan umat Islam

Indonesia, peranan ilmu ini menjadi sangat menonjol. Hal ini bukan saja

berlaku bagi pihak-pihak yang mengedepankan hisab dalam penentuan

awal bulan Qomariyyah, namun juga berlaku bagi pihak-pihak yang

mengedepankan rukyah (Penginderaan Langsung) sesuai dengan pedoman

awal yang ditegaskan Nabi Muhammad saw. Sebab bagi pihak yang

1 Ilmu Falak atau Astronomi yaitu suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda langit, tentang fisiknya, geraknya, ukuranya dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Lihat Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, Almanak hisab rukyat, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam;Jakarta, 1981, hlm.14

Page 13: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

terakhir ini, tidak mungkin dapat dilaksanakan rukyah yang benar jika

posisi bulan belum diperhitungkan dengan seksama.

Di Indonesia ilmu hisab atau ilmu falak ini semakin berkembang,

dengan ditandai ilmu ini mendapat perhatian dari Departemen Agama

yaitu dengan dibentuknya Badan Hisab Rukyah pada tahun 1972

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama No.76 tahun 1972.2

Walaupun pada awalnya Badan Hisab Rukyah ini dibentuk untuk

mempersatukan perselisihan yang terjadi, namun dengan dibentuknya

Badan Hisab Rukyah ini tentunya dibutuhkan tenaga ahli yang mahir

dalam hisab rukyah ini.

Harus diakui bahwa pada abad ke-17 sampai abad ke-19 pemikiran

hisab di Indonesia tidak bisa lepas dengan pemikiran hisab negara-negara

Islam lain. Bahkan tradisi ini masih terlihat pada awal abad ke-20. hal ini

tercermin dalam kitab Sullamun Nayyirain Karya Muhammad Mansur bin

Abd Hamid bin Muhammad Damiry al-Batawi (1925) yang terpengaruh

oleh sistem Ulugh Bek.3

Pada jaman penjajahan penentuan awal bulan yang berkaitan

dengan persoalan ibadah diserahkan pada kerajaan-kerajaan Islam yang

masih ada, namun setelah Indonesia merdeka secara berangsur-angsur

mulai berubah. Dan setelah terbentuknya Departemen Agama pada tanggal

2 Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab Di Indonesia, Studi atas

pemikiran Saaduddin Djambek, Pustaka Pelajar;Yogyakarta;2002, hlm.14, Ulugh Bek adalah ahli astronomi yang lahir di Salatin (1393 M) dan meninggal di Iskandaria (1449 M) dengan observatoriumnya ia berhasil menyusun tabel data astronomis yang banyak digunakan pada perkembangan ilmu falak masa-masa selanjutnya, Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta; Buana Pustaka, 2005, hlm. 117

3 Ibid, hlm.11

Page 14: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

3 Januari 1946,4 persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hari libur atau

hari besar termasuk penetapan 1 Ramadhan, 1 Syawal dan 10 Dzulhijjah

diserahkan kepada Departemen Agama berdasarkan Penetapan Pemerintah

tahun 1946 No.2/Um,7/Um,9/Um jo Keputusan Presiden No. 25 tahun

1967, No. 148 tahun 1968 dan No.10 tahun 1971.5

Meskipun penetapan awal bulan Qomariyyah sudah diserahkan

kepada Departemen Agama, namun pada bulan-bulan tertentu yang

berhubungan dengan ibadah seperti awal bulan Ramadhan, Syawal dan

Dzulhijjah masih belum seragam. Bahkan menjadi penyebab perseteruan

dan mengusik ukhuwah diantara sesama muslim, gara-gara melakukan

peribadatan yang tidak sama. Seperti yang terjadi pada tahun

1992,1993,1994,1998, 2002, bahkan baru kemarin tahun 2006 dan 2007

M masyarakat Indonesia juga terjadi perselisihan dalam berhari raya.

Penentuan awal bulan Qomariyah khususnya bulan Ramadhan,

Syawal, dan Dzulhijjah di Indonesia memang sangat menarik untuk dikaji.

Sejak dahulu telah berkali-kali terjadi perbedaan penetapan, baik antara

pemerintah dengan suatu kelompok masyarakat maupun antar kalangan

masyarakat itu sendiri. Perbedaan ini yang paling utama disebabkan

karena adanya perbedaan cara yang digunakan dalam menentukan awal

bulan Qomariyah terutama bulan Ramadhan, Syawal dan Dzul Hijjah.

Satu pihak berpegang pada rukyah sementara pihak lainya berpegang pada

hisab. Tidak kalah menariknya, perbedaan itu disebabkan oleh adanya

4Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, cet. I (Jakarta;Djambatan,1992),hlm. 211

5 Susiknan Azhari, Op.cit,hlm.12

Page 15: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

kriteria yang berbeda-beda, baik antara ahli rukyah maupun antara ahli

hisab itu sendiri.

Menurut pengamatan Slamet Hambali perbedaan awal Ramadhan,

Syawal dan Dzulhijjah tidak semata-mata karena perbedaan hisab dan

rukyah, akan tetapi lebih banyak disebabkan karena:

1. Perbedaan Sistem Hisab, disatu pihak penggunaan sistem hisab hakiki

taqribi dengan menghasilkan hilal sudah diatas ufuk dan dipihak yang lain

menggunakan sistem hisab hakiki tahqiqi atau kontemporer, dengan

menghasilkan hilal masih dibawah ufuk seperti yang terjadi pada tahun

1992,1993 dan 1994.

2. Perbedaan Sistem Penetapan, walaupun menggunakan sistem hisab yang

sama dengan hasil perhitungan yang sama, tetapi akan menghasilkan

ketetapan yang berbeda, seperti yang terjadi pada Syawal tahun 1998,

Dzulhijjah tahun 2000 dan sebagainya.

3. Ijtima’/Konjungsi matahari dan bulan terjadi sebelum ghurub atau sekitar

waktu dhuhur, seperti yang terjadi pada tahun 1992,1993,1994 dan 1998.6

Memperhatikan keadaan yang beragam tersebut, Departeman

Agama (DEPAG) berusaha memadukan sistem-sistem yang telah

dipergunakan. Departemen Agama berusaha mengembangkan sistem

rukyah yang berpandukan hisab, dan sistem hisab yang berpadukan

rukyah/observasi. Hasilnya, dalam banyak kasus perbedaan tersebut dapat

6 lihat;Slamet Hambali dalam Makalah yang disampaikan pada lokakarya

Imsyakiyyah Ramadhan 1425 H. di IAIN Walisongo Semarang hari Rabu, 15 September 2004, dengan judul; Hisab Hakiki Untuk Awal Ramadhan dan Syawal 1425 H. 2004 M. Menggunakan Sistem Ephemeris, dengan Markaz Pantai Marina Semarang.

Page 16: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

berhasil dihilangkan atau setidak-tidaknya terkurangi atau dapat di

minimalisirkan. Meskipun demikian, dalam beberapa kasus perbedaan

tersebut tidak dapat teratasi.7

Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini adalah Departemen

Agama, menggunakan hisab dan imkan al-rukyah atau perhitungan dan

kemungkinan hilal itu bisa dilihat. Jadi hisab tetap dipakai, tetapi karena

secara “hisab” hasil perhitungannya ijtima’ (konjingsi) berkisar -0 derajat

34 menit untuk Merauke dan +0 derajat 31 menit untuk Sabang, juga tidak

mungkin atau sangat sulit dilihat, maka tetap menggunakan rukyah.

Nahdlatul Ulama’ yang dikenal dengan sitem rukyahnya, kenyataannya

tidak bisa meninggalkan hisab. Bahkan mungkin banyak memiliki para

pakar dan ahli hisab. Karena untuk melaksanakan perintah rukyah, para

ulama’ melakukan hisab terlebih dahulu, untuk mengetahui seberapa

tinggi hilal pada saat ijtima’ (konjungsi)8. Sebagaimana sabda Nabi

Muhammad saw.;

اذا الهالل وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول ذآر قال عنه اهللا رضى هريرة ابى عن

رواه (ثالثين فعدوا عليكم غمى فان افطرو فأ رأيتموه واذا فصوموا رأيتموه

9) مسلم

Artinya: “Dari Abu Hurairoh r.a berkata, nabi menjelaskan tentang hilal, kemudian beliau bersabda;" jika kalian melihatnya maka

7 Dr. Ir. S. Farid Ruskanda, dkk., Rukyah Dengan Teknologi (Upaya mencari

Kesamaan Pandangan tentang Penentuan Awal ramadhan dan Syawal, Gema Insani Press;Jakarta, 1994, hlm. 79

8 Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual (dari Normatif ke Pemaknaan Sosial), Pustaka Pelajar ; Yogyakarta, Cetakan I, 2004, hlm. 224

9 Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj, Sohih Muslim, jilid I, Beirut; Dar Al- Fikr, tt hlm. 438

Page 17: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

berpuasalah dan jika kalian melihatnya (lagi) maka berbukalah. Jika kalian ditutupi awan maka hitunglah (bulan sya'ban) tiga puluh hari" (H.R Muslim)

Dengan adanya kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah

Departemen Agama menggunakan sistem imkan al-rukyah, maka sudah

semestinya harus diikuti oleh masyarakat termasuk Ormas Islam yang ada

seperti Nahdlatul Ulama’, Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis) dan

lain-lain, ini sesuai dengan Qowaid al-Fiqhiyah : “ Hukmul Hakim Ilzam

wayarfaul hilaf” ( Ketetapan Pemerintah itu mengikat dan menghapus

perselisihan)

Kebijakan pemerintah tersebut berdasarkan musyawarah Menteri-

menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura

(MABIMS) merumuskan kriteria yang disebut "Imkanur Rukyah" dan

dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan Hijriyah pada Kalender

Resmi Pemerintah yang menyatakan : "Hilal dianggap terlihat dan

keesokannya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah berikutnya apabila

memenuhi salah satu syarat-syarat berikut: (1)· Ketika matahari terbenam,

ketinggian bulan di atas horison tidak kurang daripada 2° dan jarak

lengkung bulan-matahari (sudut elongasi) tidak kurang daripada 3°. Atau

(2)· Ketika bulan terbenam, umur bulan tidak kurang daripada 8 jam

selepas ijtimak/konjungsi berlaku. Kriteria yang diharapkan sebagai

pemersatu terhadap perbedaan kriteria yang ada nampaknya belum

Page 18: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

memenuhi harapan sebab beberapa ormas memang menerima, namun

Ormas yang lain menolak dengan alasan prinsip.10

Penolakan sebagian masyarakat atau ormas bisa dianggap suatu

kewajaran karena pada era Orde Baru pemerintah dalam hal ini

Departemen Agama terlihat tidak konsisten dalam dasar penetapan awal –

akhir Ramadhan. Ini nampak sekali ketika kebijakan pemerintah dalam

masalah ini selalu mengandung unsur kepentingan politik pemerintah. Jika

Menteri Agamanya dari kalangan Nahdlatul Ulama, maka dasar

penetapanya memakai rukyah (melihat hilal) dan jika Menteri Agamanya

dari kalangan Muhammadiyah, maka dasar penetapannya memakai hisab.

Dari sinilah kiranya yang menjadi penyebab kekurangpercayaan sebagian

kelompok masyarakat terhadap ketentuan atau ketetapan pemerintah

sebagai ulil amri yang semestinya ditaati. Sehingga muncul adanya

ketetapan awal-akhir Ramadhan dari ormas-ormas secara individu dengan

bahasa hanya sekedar instruksi maupun ikhbar.11

Seperti yang terjadi pada tahun 2006, Majelis Ulama Indonesia

menggunakan kombinasi hisab dan rukyah untuk penentuan hilal,

Nahdlatul Ulama NU menggunakan metode rukyah, sementara

Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis) menggunakan hisab sebagai

sandaran penentuan hilal. Karena Perbedaan metode yang dipakai ini

menyebabkan adanya perbedaan hasil penetapan kapan awal dan

10 www.mutoha.blogspot.com/2006/09/hilal-ramadhan.html 11 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab-Rukah Praktis dan Solusi

Permasalahannya), Komala Grafika;Semarang, 2006, hlm. 114 - 115

Page 19: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

berakhirnya Ramadhan sebagaimana sempat terjadi pada tahun 1998 M/

1418 H. Muhammadiyah sendiri menetapkan tanggal 1 Syawal 1427 H

jatuh pada hari Senin tanggal 23 Oktober 2006, sedangkan MUI yang

mewakili pemerintah dan NU yang mempunyai pengikut terbesar di

Indonesia pada waktu itu belum menentukan kapan jatuhnya tanggal 1

Syawal 1427 H.12

Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) menetapkan Idul Fitri

1427 Hijriah jatuh pada Selasa, 24 Oktober. Hal itu didasarkan pada

pehitungan Dewan Hisab dan Rukyat yang menyatakan kondisi hilal

(tanda pergantian bulan) bisa dilihat bila tinggi hilal mencapai 2 derajat.

'Berdasar pada perhitungan Dewan Hisab dan Rukyat, Persis menetapkan

Idul Fitri jatuh pada hari Selasa, 24 Oktober 2006. Alasannya, ijtimak

akhir Ramadan terjadi pada hari Ahad pukul 12.14 WIB, tinggi hilal waktu

magrib di Pelabuhan Ratu 0 derajat 45 menit 25 detik. Kondisi ini

termasuk 'adamu imkan al rukyat.' Hilal sudah wujud di sebagian wilayah

Indonesia dengan kondisi tidak mungkin di rukyat. Kondisi ini dinilai

ghumma (terhalang) oleh Drs. H. Dody S Truna M.A, Sekretaris Umum

Pimpinan Pusat Persis.13

Penyebab terhalangnya hilal, kata Dody, bisa karena awan, hujan,

atau karena tinggi hilal belum mencapai 2 derajat. Keputusan yang

dikeluarkan Persis juga didasarkan pada sebuah hadis Nabi yang

12 www.alexbudiyanto.web.id 13 www.indomedia.com/tribunjabar

Page 20: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

diriwayatkan oleh Imam Muslim. Disebutkan, Rasulullah Saw

menjelaskan bahwa hitungan bulan itu ada 29 hari atau 30 hari. Lalu

dalam Hadis itu, Nabi memerintahkan umat Islam untuk berpuasa bila

melihat hilal, dan ber Idul fitri jika melihat hilal jug, jika hilal terhalang

maka perkirakanlah umur bulan itu 30 hari. Lanjut Dody, Persis tidak akan

melakukan rukyah, tapi mempercayakan kepada pihak lain, yaitu

pemerintah yang dalam hal ini adalah Departemen Agama. Rukyah

dilakukan untuk memastikan wujudnya hilal. Atas keputusan itu Pusat

Persis mengintruksikan kepada seluruh pimpinan wilayah, pimpinan

daerah, pimpinan cabang Persis untuk melaksanakan Idul Fitri 1427 H

pada hari selasa, 24 Oktober 2006. Berbeda dengan Persis, PBNU tidak

mengumumkan hari raya Idul Fitri 1427 H sebelum melakukan rukyah,

artinya hari lebaran versi NU diumumkan setelah proses rukyah

dilaksanakan. Kalau bulan sabit pertama dapat dilihat, berarti Idul Fitri

jatuh pada hari senin, namun jika tidak dapat dilihat maka jatuh pada hari

selasa, begitu kata Ketua Lajnah Falakiah PBNU KH. Ghozalie Masroeri

saat berbincang dengan detikcom.14

Berdasarkan persoalan diatas, disamping implikasi perbedaan

penetapan terhadap masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Islam

khususnya, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji atas pemikiran

Persatuan Islam (Persis) dalam penetapan awal bulan Qomariyyah,

14 Ibid.

Page 21: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

khususnya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah yang rawan akan

adanya perbedaan.

B. PERMASALAHAN

Bertolak dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas, dan

untuk membatasi agar skripsi lebih spesifik dan tidak terlalu melebar,

maka dapat dikemukakan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam

skripsi ini.

Pokok-pokok permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana metode serta kriteria hisab yang dipakai oleh Persatuan

Islam (Persis) dalam menentukan awal bulan Qomariyah?

2. Apa dasar hukum yang dipakai oleh Persatuan Islam (Persis) dalam

penetapan awal bulan Qomariyah?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui metode serta kriteria hisab yang digunakan oleh

Persatuan Islam (Persis) dalam menentukan awal bulan Qomariyah

2. Untuk mengetahui dasar hukum yang digunakan oleh Persatuan Islam

(Persis) dalam menentukan awal bulan Qomariyah

Page 22: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

D. TELAAH PUSTAKA

Sejauh penelusuran penulis, belum ditemukan tulisan yang secara

kusus dan mendetail membahas tentang Analisis Terhadap Penetapan

Awal Bulan Qomariyah Menurut Persatuan Islam. Namun demikian

terdapat beberapa tulisan yang berhubungan dengan yang tersebut diatas.

Diantara tulisan-tulisan tersebut adalah Fiqh Hisab Rukyah

Indonesia (Sebuah Upaya Penyatuan Mazhab Rukyah dengan Mazhab

Hisab) karya Ahmad Izzuddin15. Yang mana didalamnya diuraikan;

diantaranya mengapa perbedaan itu bisa terjadi, yang melatar belakangi

perbedaan itu dan juga solusi alternatif atas perbedaan itu. Kemudian Ilmu

Falak (Dalam Teori dan Praktek) karya Muhyiddin Khazin,16 yang

menjelaskan diantaranya; bagaimana menentukan awal bulan Hijriyyah

baik dengan hisab maupun rukyah dan langkah perhitungannya serta dalil

yang mendasarinya. Kemudian Almanak Hisab Rukyat karya Badan Hisab

dan Rukyah Departemen Agama17

Kemudian Rukyah dengan Teknologi (upaya mencari kesamaan

pandangan tentang penentuan awal ramadhan dan syawal) dengan kata

pengantar Burhanuddin Jusuf habibie merupakan rangkaian beberapa

makalah dari berbagai kalangan , ada beberapa pemakalah diantaranya

15 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia ( Upaya Penyatuan

Mazhab Rukyah dengan Mazhab Hisab) Yogyakarta; Logung pustaka,, cet. I, 2003 16 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam teori dan Praktik, Yogyakarta; Buana

Pustaka, Cet. I, 2004 17 Badan Hisab dan Rukyah, Al-manak Hisab Rukyah, Proyek Pembinaan Badan

Peradilan Agama Islam; Jakarta, 1981

Page 23: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Darsa Sukarta diredja (Planetarium Jakarta), KH. Ma’ruf Amin (PBNU)

dan Wahyu Widiana karya Dr. Ir. S. Farid Ruskanda, M.Sc. APU, dkk.

Penelitian Ahmad Izzuddin, tentang Pemikiran Hisab Rukyah

Abdul Djalil (Studi Atas Kitab Fath al-Rauf al-Mannan)18 yang mengupas

tentang pemikiran hisab rukyah Abu Hamdan Abdul Djalil bin Abdul

hamid Kudus serta dalil hukumnya yang terdapat dalam kitab Fath al-Rauf

al-Mannan.

Kemudian penelitian Ahmad Izzuddin Fiqh Hisab Rukyah

Kejawen (Studi Atas Penentuan Poso dan Riyoyo Masyarakat Dusun

golak Desa Kenteng Ambarawa Jawa Tengah)19. Dalam penelitian ini di

bahas pemikiran hisab rukyah masyarakat dusun Golak Desa Kenteng

Ambarawa Ungaran, serta alasan kenapa di masyarakat ini dalam

menetapkan Poso dan Rioyo masih menggunakan hisab kejawen prinsip

Aboge.

Penelitian Ahmad Izzuddin dengan judul Melacak Pemikiran

Hisab Rukyah Tradisional (Studi Atas Pemikiran Muhammad Mas

Manshur al-Batawi),20 dalam penelitian ini di bahas bagaimana pemikiran

hisab rukyah Muhammad Mas Manshur al-Batawi, serta penilaian

18 Ahmad Izzuddin, Pemikiran Hisab Rukyah Abdul Djalil (Studi Atas Kitab

Fath al-Rauf al-Mannan) Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang,2005. tp. 19 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah Kejawen (Studi Atas Penentuan Poso

dan Riyoyo Masyarakat Dusun golak Desa Kenteng Ambarawa Jawa Tengah) Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang, 2006, tp.

20 Ahmad Izzuddin, Melacak Pemikiran Hisab Rukyah Tradisional (Studi Atas Pemikiran Muhammad Mas Manshur al-Batawi) Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang, 2004, tp.

Page 24: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

terhadap pemikirannya Muhammad mas Manshur al-Batawi dalam sejarah

pemikiran hisab rukyah di Indonesia.

Penelitian Drs. H. Slamet Hambali tentang Melacak Metode

Penentuan Poso dan Riyoyo Kalangan Keraton Yogyakarta,21 yang

menjelaskan bagaimana metode keraton Yogyakarta dalam penetapan

berpuasa dan berhari raya. Serta faktor-faktor yang terkait dengan metode

tersebut sehingga kalangan kraton Yogyakarta yakin benar dengan cara

tersebut walaupun sering berbeda dengan penentuan pemerintah.

Skripsi M. Taufiq Analisis Terhadap Penentuan Awal Bulan

Qomariyyah Menurut Muhammadiyah Dalam Perspektif Hisab Rukyah Di

Indonesia22 yang menerangkan metode yang dipakai oleh muhammadiyah

dalam menentukan awal bulan Qomariyyah, kaitanya dengan hukum Islam

yang ada, juga skripsi A.Syifa'ul Anam Studi Tentang Hisab Awal Bulan

Qomariyyah Dalam Kitab Khulasoh Al Wafiyyah dengan Metode Haqiqi

Bit Tahqiq23 yang menerangkan bagaimana hisab awal Bulan Qomariyyah

dengan metode kitab Khulasoh al Wafiyyah serta menjelaskan kelebihan

dan kekurangan metode yang terdapat dalam kitab tersebut.

Untuk mengetahui istilah-istilah yang terkait dengan persoalan

hisab, rukyah, penulis menelusurinya dalam Kamus Ilmu Falak karya

21 Slamet Hambali, Melacak Metode Penentuan Poso &Riyoyo Kalangan

Keraton Yogyakarta, Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang, 2003,tp. 22 M. Taufiq, Analisis Terhadap Penentuan Awal Bulan Qomariyyah Menurut

Muhammadiyah Dalam Perspektif Hisab Rukyah Di Indonesia, Skripsi Sarjana Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang, 2006, t.d

23 A. Syifa'ul Anam, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyyah Dalam Kitab Khulasoh Al Wafiyyah dengan Metode Haqiqi Bi Tahqiq, Skripsi Sarjana Fakulta Syari'ah IAIN Walisongo Semarang, 2001, t.d

Page 25: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Muhyiddin Khazin24, serta Ensiklopedi Hisab Rukyah karya Susiknan

Azhari.25

Selain karya-karya tersebut, penulis juga menelaah kumpulan-

kumpulan materi pelatihan hisab rukyah, baik yang penulis ikuti sendiri

maupun dari sumber yang terkait.

Dalam kajian pustaka tersebut menurut penulis belum ada tulisan

yang membahas secara spesifik tentang "Analisis Terhadap Penetapan

Awal Bulan Qomariyah Menurut Persatuan Islam (Persis)".

E. METODE PENULISAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena teknis

penekanannya lebih menggunakan pada kajian teks. Dan tergolong

penelitian lapangan (field Research).26 Penelitian ini merupakan

penyelidikan mendalam (indeth Study) mengenai suatu unit sosial

sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang

terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial

tersebut. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui gambaran tentang

metode yang digunakan Persis dalam penetapan awal bulan

Qomariyah terutama Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.

24 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta; Buana Pustaka, 2005 25 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, yogyakarta; Pustaka Pelajar,

2005 26 Tujuan penelitian lapangan adalah mempelajari secara intensif latar belakang,

status terakhir, dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial seperti individu, kelompok, lembaga, atau komunitas. Lihat Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,Cet. I, 1998, hlm.8

Page 26: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

2. Sumber data

Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan sebagai

data primer dan data skunder. Data primer, atau data tangan pertama

adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian (yang

dalam hal ini adalah Dewan Hisab Rukyah Persatuan Islam)27.

Sedangkan data skunder atau data tangan kedua adalah data yang

diperoleh lewat fihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari

subjek penelitiannya28. Data skunder ini akan penulis dapatkan melalui

wawancara maupun dari dokumentasi, karena data skunder memang

biasanya berwujud dokumentasi. Yaitu berupa Buku-buku yang

membahas tentang hisab rukyah, Buku-buku yang menjelaskan tentang

Persatuan Islam (Persis) kitab-kitab Fiqh yang membahas hisab

rukyah, kamus, ensiklopedi dan buku yang berkaitan dengan penelitian

ini sebagai tambahan atau pelengkap.

3. Metode Pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam skripsi ini,

dalam hal mendapatkan data primer penulis menggunakan metode

wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara dengan orang Persis

yang dalam hal ini adalah Ketua Dewan Hisab Rukyah dan untuk

memperoleh data skunder penulis juga menggunakan metode

27 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta;Pustaka Pelajar, Cet IV,

2004, hlm. 91 28 Ibid.

Page 27: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

wawancara, dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan orang

yang bukan dari ormas persis namun ia tahu betul tentang pemikiran

Persis tentang penetapan bulan Qomariyah yaitu penulis melakukan

wawancara dengan Bpk. Thomas Djamaluddin dari LAPAN (Lembaga

Penerbangan dan Antariksa Nasional). Serta menggunakan metode

dokumentasi29 yaitu penulis mengumpulkan buku-buku atau tulisan

yang membicarakan tentang hisab rukyah, khususnya masalah

penetapan awal bulan Qomariyyah, serta buku-buku atau tulisan yang

menjelaskan Persatuan Islam (Persis) Khususnya Pemikiran Persis

dalam penetapan awal bulan Qomariyah.

4. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian penulis menganalisisnya

dengan Metode Kualitatif30, hal ini penulis lakukan karena data yang

didapatkan dengan pendekatan kualitatif. Yaitu dengan cara analisis

isi, yang mana penulis akan menganilisis pemikirannya Persis dalam

penetapan awal bulan Qomariyah yang penulis dapatkan dari hasil

wawancara dengan Ketua Dewan Hisab Rukyah Persatuan Islam

tentang penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Hal

29 Yaitu; mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Lihat dalam Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta; Penerbit Rineka Cipta, 2002, hal. 206

30 Analisa Kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisa dengan logika, dengan induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenis itu. Lihat dalam Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta;PT Radja Grafindo Persada, 1995, hal 95.

Page 28: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

ini penulis lakukan untuk menguji apakah pemikiran Persis dalam

penetapan awal bulan Qomariyah ini dapat dijadikan pedoman dalam

menetapkan bulan Qomariyah khususnya bulan Ramadhan, Syawal

dan Dzulhijjah yang rawan dengan adanya perselisihan.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab,

dimana dalam setiap bab terdapat sub-sub pembahasan, Yaitu:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini meliputi latar Belakang Masalah, Permasalahan,

Tujuan Penulisan, Elaah Pustaka, Metode Penulisan Dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Umum Tentang Hisab Rukyah

Bab ini meliputi Pengertian Umum Hisab Rukyah, Dasar

Hukum Hisab Rukyah, Sejarah Dan Perkembangan

Pemikiran Hisab Rukyah Di Indonesia, Metode Hisab

Rukyah Di Indonesia Persoalan Seputar Penetapan Awal

Bulan Qomariyah, Serta Siapa Yang Berhak Menetapkan.

BAB III : Metode Hisab Rukyah Persatuan Islam (Persis)

Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah

Bab ini meliputi tentang sekilas tentang Persatuan Islam

(Persis), Metode Hisab Rukyah Persatuan Islam (Persis)

Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah, Dasar Hukum

Page 29: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Hisab Rukyah Persatuan Islam ( Persis ) Dalam Penetapan

Awal Bulan Qomariyah.

BAB IV : Analisis Metode Hisab Rukyah Persatuan Islam

(Persis) Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah

Dalam bab ini merupakan pokok daripada pembahasan

penulisan skripsi ini yakni meliputi; Analisis Metode

Hisab Rukyah Persatuan Islam (Persis) Dalam Penetapan

Awal Bulan Qomariyah, Serta Analisis Atas Dasar

Hukum Metode Hisab Rukyah Persatuan Islam (Persis)

Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah.

BAB V : Penutup

Meliputi Kesimpulan, Saran-Saran Dan Penutup.

Page 30: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HISAB RUKYAH

A. Pengertian Hisab Rukyah

1. Pengertian Hisab

Kata hisab adalah berasal dari bahasa arab حسب,يحسب,حسابا

yang berarti menghitung, kalau ilmu hisab berarti ilmu menghitung.1

yang dalam bahasa inggrisnya sering disebut dengan "Arithmatic"

yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk

perhitungan. Dalam Al-Qur'an disebutkan :

Artinya : " Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan serupa). Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas segala sesuatu ( QS al-Nisa':86)2

☺ ☺

Artinya: " Matahari dan Bulan (beredar) menurut perhitungan. (Ar Rahman; 5)3

1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya;

Pustaka Progresif, 1997, hlm. 261-262 2 Departeman Agama RI, Al Qur'an dan terjemahannya, Bandung; CV Penerbit

Jumanatul Ali-ART, 2005, hlm. 91 3 Ibid. hlm. 531

Page 31: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Dikalangan umat Islam ilmu falak dan ilmu faraidl dikenal

dengan ilmu hisab, karena kegiatan yang menonjol dalam keduanya

adalah menghitung. Namun di Indonesia ketika disebutkan ilmu hisab

maka yang dimaksud adalah ilmu falak.4

Secara bahasa (etimologi), Falak artinya orbit atau lintasan

benda-benda langit, dalam al-Qur'an di sebutkan kata falak ini

sebanyak dua kali yang masing-masing ayat tersebut mengartikanya

sebagai "garis edar" atau 'orbit' ;

☺ ⌧

Artinya :"Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Q.S Yasin:40)5

☺ ☺

Artinya :"Dan dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari

dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. (Q.S al-Anbiya':33)6

Sehingga ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan

benda-benda langit, khususnya bumi, bulan dan matahari, pada

4 Badan Hisab dan Rukyah Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyah, Jakarta;

Proyek Pembinaan Badan Peradilan Islam, 1981 hlm. 14 5 Depag RI, Op. Cit. hlm. 442 6 Ibid. hlm. 324

Page 32: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda-

benda langit antara satu dengan yang lainnya, agar dapat diketahui

waktu-waktu di permukaan bumi ini.7 Itupun terbatas hanya pada

posisinya saja sebagai akibat dari gerakannya (Astromekanika). Hal ini

disebabkan karena perintah-perintah ibadah yang waktu dan cara

pelaksanaannya melibatkan benda langit, kesemuanya itu berhubungan

dengan posisi.

Pengertian di atas sejalan dengan yang di definisikan oleh

Susiknan Azhari yaitu " Ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan

benda-benda langit, seperti matahari, bulan, bintang-bintang dan

benda-benda langit lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi

dari benda-benda langit itu serta kedudukannya dari benda-benda

langit yang lain". Dalam lieratur-literatur klasik ilmu falak biasa

disebut dengan Ilmu al-Hai'ah, Ilmu Hisab, Ilmu rosd, Ilmu Miqat dan

Astronomi.8

Ilmu falak atau ilmu hisab pada garis besarnya ada dua macam

yaitu 'ilmiy dan 'amaliy. Ilmu falak 'ilmiy yaitu ilmu yang membahas

teori dan konsep benda-benda langit, sedangkan ilmu falak 'amaliy

adalah ilmu yang melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi dan

kedudukan benda-benda langit antara satu dengan yang lainnya. Ilmu

7 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek,Yogyakarta; Buana

Pustaka, 2004, cetakan I, hlm. 3 8 Susuiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta;Pustaka Pelajar,

Cetakan I, 2005, hlm.55

Page 33: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

falak 'amaliy inilah yang oleh masyarakat umum dikenal dengan Ilmu

Falak atau Ilmu Hisab.9

Menurut Ahmad Izzuddin idealnya dalam penamaan Ilmu

Falak ini ditinjau dari "kerja ilmiyah"nya, yaitu disebut Ilmu Hisab

Rukyah, tidak disebut ilmu hisab (saja), karena pada dasarnya ilmu ini

menggunakan dua pendekatan kerja ilmiahnya dalam mengetahui

waktu-waktu ibadah dan posisi benda-benda langit, yakni pendekatan

hisab (perhitungan) dan pendekatan rukyah (observasi) benda-benda

langit.10

2. Pengertian Rukyah

Kata rukyah secara harfiyah diartikan melihat. Sedangkan arti

yang umum adalah melihat dengan mata kepala. Secara istilah, rukyah

adalah melihat atau mengamati hilal pada saat matahari terbenam

menjelang awal bulan Qomariyah dengan mata atau teleskop. Dalam

astronomi dikenal dengan Observasi.11

Arti Rukyah secara istilah, Kaitanya dalam penentuan awal

bulan Qomariyah mengalami berbagai perkembangan sesuai dengan

fungsi dan kepentingan penggunaannya.

Semula, pengertian rukyah adalah melihat hilal pada saat

matahari terbenam pada akhir bulan Sya’ban atau Ramadhan dalam

rangka menentukan awal bulan Qomariyah berikutnya. Jika pada saat

9 Muhyiddin Khazin, Op. Cit, hlm. 4 10 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab-Rukyah Praktis dan

solusi Permasalahannya), Semarang; Komala Grafika, 2006, hlm. 1 11 Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 130

Page 34: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

matahari terbenam tersebut hilal dapat dilihat maka malam itu dan

keesokan harinya merupakan tanggal satu bulan baru, sedangkan jika

hilal tidak tampak maka malam itu dan keesokan harinya merupakan

tanggal 30 bulan yang sedang berlangsung, atau dengan kata lain di

istikmalkan (disempurnakan) menjadi tiga puluh hari.12

Dalam perkembangan selanjutnya, “melihat hilal” tersebut

tidak hanya dilakukan pada akhir Sya’ban dan Ramadhan saja, namun

juga pada bulan-bulan lainnya terutama menjelang awal-awal bulan

yang ada kaitanya dengan waktu pelaksanaan ibadah atau hari-hari

besar Islam. Bahkan untuk kepentingan pengecekan hasil hisab.13

Jika kita lihat dari segi sarana yang dipergunakan semula

pelaksanaan rukyah hanya dilakukan dengan mata telanjang, tanpa

alat, dan hanya melihat kearah ufuk bagian barat, tidak tertuju pada

posisi tertentu. Dari keadaan seperti ini timbul istilah rukyah bil’aini

atau rukyah bilfi’li. Namun setelah kebudayaan manusia semakin

maju, maka pelaksanaan rukyahpun secara berangsur dilengkapi

dengan sarana serta berkembang terus menuju kesempurnaan sesuai

dengan perkembangan teknologi.

Begitu juga cara pelaksanaan rukyahpun tidak hanya sekedar

melihat keatas ufuk bagian barat, hal ini sebagai akibat ketidak tahuan

Ilmu Astronomi dan Ilmu Hisab. Namun setelah kedua ilmu ini dapat

12 Depag RI, Pedoman Tehnik Rukyah,Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam;1994/1995, hlm. 1

13 Ibid, hlm. 2

Page 35: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

dikuasai, maka pelaksanaan rukyahpun dapat dilakukan dengan lebih

baik, sipelaksana dapat mengarahkan alatnya pada posisi dimana

diperkirakan hilal berada.

Rukyah merupakan metode ilmiyah yang klasik dan besar

manfaatnya. Galileo Galilei, besar jasanya dalam memajukan ilmu

pengetahuan setelah ia menemukan metode observasi sebagai metode

ilmiyah yang paling efektif. Namun jauh sebelum itu Nabi Muhammad

Saw. Telah mengumandangkan : "berpuasalah kamu dengan melihat

hilal,….jangan berpuasa sebelum melihat hilal…" dari segi ilmu

pengetahuan hadis tersebut mendorong kita untuk lebih banyak

melakukan observasi (melihat). Dengan metode "melihat" dari jarak

jauh, ahli astronomi dapat menentukan susunan rasi atau suatu tata

surya, mereka dapat mengukur besarnya bintang-bintang, mengukur

jarak, bahkan dapat mengukur berat benda langit dengan kesalahan

yang relatif kecil. Betapa penting dan bermanfaatnya metode ini.14

B. Dasar Hukum Hisab Rukyah

Adapun dasar hukum dari hisab rukyah antara lain:

1. Dasar hukum dari al-Qur'an antara lain:

14 Depag, Op. Cit. hlm 19

Page 36: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Artinya : " Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, katakanlah bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji…" (Q.S. al-Baqarah : 189)15

☺ ☺

Artinya : " Matahari dan Bulan (beredar) menurut perhitungan"

( Q.S. al-Rahman : 5)16

Artinya : " Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua

belas bulan dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan langit dan bumi.." (Q.S al-Taubat : 36)17

☺ ☺

Artinya : " Dan Dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari

dan bulan, masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis peredaranya". (Q.S al-Anbiya' : 33)18

15Depag RI, Op. Cit. hlm. 29 16 Ibid. hlm. 531 17 Ibid. hlm. 192 18 Ibid. hlm. 324

Page 37: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

☺ Artinya : " Barang siapa diantara kamu hadir (di negeri tempat

tinggalnya) di bulan itu. Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu". (Q.S al-Baqarah ; 185)19

Artinya : " Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (peninjuk jalan). Dan

dengan bintang-bintang inilah mereka mendapat petunjuk". (Q.S al-Nahl : 16)20

☯ ☺ ☯ ☺

Artinya : Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan

bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)21

2. Dasar hukum dari hadis antara lain

a. Hadits Riwayat Muslim dari Ibn Umar

لم انما عن ابن عمر رضي اهللا عنهما قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وس

الشهر تسع وعشرون فال تصوموا حتى تروه وال تفطروا حتى تروه فان غم

22 )رواه مسلم(عليكم فاقدروا له

19 Ibid. hlm. 28 20 Ibid. hlm. 269 21 Ibid, hlm. 208 22 Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj, Shahih Muslim, jilid I, Beirut;Dar al Fikr,

tt, hlm 481

Page 38: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Artinya : “Dari Ibnu Umar ra. Berkata Rasulullah saw bersabda satu bulan hanya 29 hari, maka jangan kamu berpuasa sebelum melihat bulan, dan jangan berbuka sebelum melihatnya dan jika tertutup awal maka perkirakanlah. (HR. Muslim)

b. Hadis riwayat Bukhari

اهللا صلى النبي عن عنهما اهللا رضي عمر ابن سمع انه عمرو بن دسعي حدثنا

مرة يعني وهكذا هكذا الشهر والنحسب النكتب امية امة انا قال انه وسلم عليه

23)البخارى رواه( ثالثين مرة و وعشرون تسعة

Artinya : “ Dari Sa’id bin Amr bahwasanya dia mendengar Ibnu Umar ra daru Nabi saw beliau bersabda : sungguh bahwa kami adalah umat yang ummi tidak mampu menulis dan menghitung umur bulan adalah sekian dan sekian yaitu kadang 29 hari dan kadang 30 hari (HR. Bukhari)

c. Hadis riwayat Bukhari

عليه اهللا صلى اهللا رسول ان عنهما اهللا رضي عمر بن اهللا عبد عن نافع عن

فان تروه حتى تفطروا وال الهالل تروا حتى تصوم ال : فقال رمضان ذآر وسلم

24)البخارى رواه( فاقدرواله عليكم غم

Artinya :” Dari Nafi’ dari Abdillah bin Umar bahwasannya Rosulallah saw menjelaskan bulan ramadhan kemudian belia bersabda: janganlah kamu berpuasa sampai kamu melihat hilal dan (kelak) janganlah kamu berbuka hingga kamu melihatnya, jika tertutup awan maka perkirakanlah (HR. Bukhari)

C. Sejarah Dan Perkembangan Pemikiran Hisab Rukyah Di

Indonesia

23 Muhammad ibn Isma’il al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz II, Beirut; Dar al Fikr,

tt, hlm. 34 24 Ibid, hlm 35

Page 39: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Berbicara mengenai sejarah dan perkembangan pemikiran

hisab rukyah yang berkembang di Indonesia ini, tentunya tidak lepas

dari sejarah Islam itu sendiri di Indonesia, karena hisab rukyah

merupakan suatu fan ilmu yang erat kaitanya dengan Islam itu sendiri

terutama dalam hal ibadah-ibadah yang mempunyai waktu tersendiri.

Dalam sejarah Islam di Indonesia sendiri terdapat dua periode

yang mendapat perhatian khusus, yaitu periode masuknya Islam di

Indonesia dan periode reformisme pada abad ke-20.25

Sejak jaman kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia,

umat Islam sudah terlibat dalam pemikiran hisab, dimana para raja

menggunakan kalender Hijriyah sebagai kalender resmi. Namun

setelah adanya penjajahan Belanda di Indonesia terjadi pergeseran

penggunaan kalender resmi pemerintahan. Semula kalender Hijriyah

di ubah menjadi kalender Masehi (Miladiyyah).26 Meskipun demikian,

umat Islam tetap menggunakan kalender hijriyah, terutama di daerah-

daerah kerajaan Islam. Tindakan ini tidak dilarang oleh Pemerintah

Kolonial bahkan penetapannya diserahkan kepada penguasa kerajaan-

kerajaan Islam yang masih ada, terutama penetapan terhadap hari-hari

yang ada hubungannya dengan persoalan peribadatan, seperti tanggal

1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah.

25 Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia,(Studi Analisis

Pemikiran Saadoe'ddin Djambek), Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cetakan I, 2002, hlm. 9 26 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab rukyah Di Indonesia (Upaya Penyatuan Mazhab

rukyah dengan Mazhab Hisab), Jogjakarta; Logung Pustaka, Cet. I, 2003, hlm. 48

Page 40: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Sebagaimana dinyatakan di atas bahwa pada masa penjajahan

persoalan penentuan awal-awal bulan yang berkaitan dengan

peribadatan diserahkan kepada kerajaan-kerajaan Islam yang masih

ada. Lalu setelah indonesia memploklamirkan kemerdekaanya, secara

berangsur-angsur mulai diadakan perubahan, dan setelah terbentuknya

Departemen Agama pada tanggal 3 Januari 1946, persoalan-persoalan

yang berkaitan dengan hari libur (termasuk penetapan 1 Ramadhan, 1

Syawal dan 10 Dzulhijjah) diserahkan kepada Departemen Agama

berdasarkan penetapan pemerintah tahun 1946 No. 2/Um, 7/um,9/Um

jo Keputusan Presiden No. 25 tahun 1967, No. 148 tahun 1968 dan

No. 10 tahun 1971.27

Meskipun penetapan hari libur telah diserahkan kepada

Departemen Agama, tetapi pada wilayah etis-praktis sampai saat ini

masih belum seragam, terutama dalam menentukan 1 Ramadhan, 1

Syawal, dan 10 Dzulhijjah. Bahkan perbedaan itu menjadi penyebab

perseteruan (tidak saling menyapa) dan mengusik ukhuwah di antara

sesama muslim, khususnya di Indonesia, hanya gara-gara melakukan

suatu peribadatan tidak sama.28

Namun dengan semakin canggihnya teknologi dan ilmu

pengetahuan maka wacana hisab rukyah pun mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Data bulan dan matahari menjadi

semakin akurat dengan adanya sistem Ephemeris, Almanak Nautika

27 Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 12 28 Ibid

Page 41: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

dan sebagainya yang menyajikan data perjam. Sehingga akurasi

perhitungan bisa semakin tepat. Dan sampai sekarang, hasanah

(kitab-kitab) hisab di Indonesia dapat dikatakan relatif banyak

apalagi banyak pakar hisab sekarang yang menerbitkan

(menyusun) kitab falak dengan cara mencangkok kitab-kitab

yang sudah lama ada di masyarakat di samping adanya

kecanggihan teknologi yang dikembangkan oleh para pakar

astronomi dalam mengolah data-data kontemporer berkaitan

dengan hisab rukyah.

Melihat fenomena tersebut pemerintah mendirikan Badan

Hisab Rukyah yang berada di bawah naungan Departemen

Agama. Pada dasarnya kehadiran Badan Hisab Rukyah untuk

menjaga persatuan dan ukhuwah Islamiyyah khususnya dalam

beribadah. Hanya saja dalam dataran realistis dan etika praktis,

masih belum terwujud. Hal ini dapat dilihat dengan adanya

seringkali terjadi perbedaan berpuasa Ramadhan maupun

berhari raya Idul Fitri.

Seingga Ketua Badan Hisab Rukyah yang pertama yaitu

Sa’aduddin Djambek, sambil melakukan ibadah haji mengadakan

peninjauan di Saudi Arabia untuk mengetahui bagaiman

pelaksanaan penetapan tangal satu bulan Qomariyah.29

29 Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, Op.Cit hlm. 27

Page 42: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Selanjutnya melakukan kunjungan-kunjungan ke Jawa

Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatra Barat dan Aceh untuk

menemui ahli-ahli hisab setempat. Kemudian pada tanggal 5 s/d 6

Juli 1974 Ditjen Bimas Islam menyelenggarakan musyawarah

Badan Hisab Rukyah Departemen Agama.30

Sebagai usaha meminimalisir perbedaan juga dilaksanakan

Musyawarah Ulama’ ahli hisab dan ormas Islam tentang Kriteria

Imkan al-rukyah di Indonesia pada tanggal 24-26 Maret 1998,

kemudian dilanjutkan dengan Musyawarah Imkan al-rukyah

antara Pimpinan Ormas Islm, MUI, dan Pemerintah , pada hari

Senin 28 September 1998 di Jakarta, yang memutuskan :

Menetapkan :

1. Penentuan awal bulan Qomariyah didasarkan pada Sistem

Hisab Hakiki Tahkiki dan atau Rukyah.

2. Penentuan awal bulan Qomariyah yang terkait dengan

pelaksanaan ibadah mahdhah yaitu awal Ramadhan, Syawal

dan Dzul Hijjah di tetapkan dengan mempertimbangkan hisab

hakiki tahkiki dan rukyah.

3. kesaksian rukyah dapat diterima apabila ketinggian hilal 2

derajat dan jarak ijtima’ ke ghurub matahari minimal 8 jam.

30 Ibid

Page 43: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

4. Kesaksian hilal dapat diterima, apabila ketinggian hilal

kurang dari 2 derajat, maka awal bulan ditetapkan

berdasarkan istikmal.

5. Apabila ketinggian hilal 2 derajat atau lebih, awal bulan dapat

ditetapkan.

6. Kriteria Imkan al-rukyah tersebut di atas akan dilakukan

penelitian lebih lanjut.

7. menghimbau kepada seluruh pimpinan Ormas Islam

mensosialisasikan keputusan ini.

8. Dalam pelaksanaan itsbat, pemerintah mendengar pendapat-

pendapat dari Ormas-ormas Islam dan para ahli.31

D. Metode Hisab Rukyah di Indonesia

Bagi umat Islam, penentuan awal bulan Qomariyah adalah

merupakan satu hal yang sangat penting dan sangat diperlukan

ketepatanya, sebab pelaksanaan ibadah dalam ajaran Islam

banyak yang dikaitkan dengan sistem penanggalan ini.

Sejak jaman Nabi sampi sekarang, umat Islam telah

menentukan awal bulan Qomariyah serta telah mengalami

berbagai perkembangan dalam caranya. Perkembangan ini terjadi

disebabkan timbulnya bermacam-macam penafsiran terhadap

ayat-ayat Al Qur’an dan Hadis Nabi serta juga disebabkan

31 Depag RI, Jurnal Hisab Rukyat, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam :Jakarta, 1999/2000, hlm. 79-85.

Page 44: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

kemajuan Ilmu Pengetahuan, terutama yang ada hubungannya

dengan penetapan awal bulan Qomariyah.

Pada garis besarnya ada 2 macam sistem penentuan awal

bulan Qomariyah, Yaitu sistem Rukyah Bilfi’li dan sistem

Hisab.32

1. Sistem Rukyah bilfi’li

Rukyah bilfi’li yaitu usaha melihat hilal dengan mata

telanjang pada saat matahari terbenam tanggal 29 bulan

Qomariyah. Kalau hilal terlihat maka malam itu dan keesokan

harinya ditetapkan sebagai tanggal satu bulan baru.

Sedangkan bila hilal tidak berhasil dilihat, maka tanggal satu

bulan baru ditetapkan jatuh pada malam hari berikutnya,

bilangan hari dari bulan yang sedang berlangsung digenapkan

menjadi 30 hari (diistikmalkan).33

Rukyah bilfi’li ini adalah sistem penentuan awal bulan

Qomariyah yang dilakukan pada masa Nabi dan Sahabat,

bahkan sampai sekarangpun masih ada umat Islam yang

melakukannya, terutama dalam menentukan awal dan akhir

Ramadhan. Setelah kebudayaan manusia semakin maju, maka

pelaksanaan rukyahpun secara berangsur dilengkapi dengan

32 Depag, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah Dengan Ilmu Ukur

Bola: Bagian Proyek Pembinaan Administrasi Hukum Dan Peradilan Agama;Jakarta,tt, hlm. 5

33 Ibid

Page 45: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

sarana serta berkembang terus menuju kesempurnaan sesuai

dengan perkembangan teknologi yang diterimanya.

2. Sistem Hisab

Sistem hisab adalah penentuan awal bulan Qomariyah

yang didasarkan kepada perhitungan peredaran bulan

mengelilingi bumi. Sistem ini dapat menetapkan awal bulan

jauh sebelumnya, sebab tidak tergantung kepada terlihatnya

hilal pada saat matahari terbenam menjelang masuknya

tanggal satu. Walaupun sistem ini diperselisihkan kebolehan

penggunaannya dalam menetapkan awal bulan yang ada

kaitanya dengan pelaksanaan ibadah (awal dan akhir

Ramadhan), namun sistem ini adalah muthlak diperlukan

dalam menetapkan awal-awal bulan untuk kepentingan

penyusunan kalender.34

Ada 2 jenis sitem hisab yang dipergunakan dalam

menentukan awal bulan Qomariyah, yaitu Hisab Urfi dan

Hisab Hakiki.

a. Hisab Urfi.

Hisab Urfi adalah sistem perhitungan penanggalan

yang didasarkan kepada peredaran rata-rata bulan

mengelilingi bumi dan ditetapkan secara konvensional. Lama

hari dalam tiap bulanya menurut sitem ini mempunyai aturan

34 Ibid

Page 46: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

yang tetap dan beraturan. Yaitu untuk bulan Muharram 30

hari, Shafar 29 hari,35 Rabi’ul awal 30 hari dan seterusnya

secara bergantian. Kecuali untuk tahun kabisat yang terjadi 11

kali dalam setiap 30 tahun (daur tahun Hijriyah), bulan Dzul

Hijjah dihitung 30 hari.36

Sistem hisab ini tidak dapat dipergunakan dalam

menentukan awal bulan Qomariyah untuk pelaksanaan ibadah

(awal dan akhir Ramadhan), sebab menurut sistem ini umur

bulan Sya’ban dan Ramadhan adalah tetap, yaitu 29 hari

untuk Sya’ban dan 30 hari untuk Ramadhan.

Sebenarnya sistem ini sangat baik dipergunakan dalam

penyusunan kalender, sebab perubahan jumlah hari tiap bulan

dan tahun adalah tetap dan beraturan, sehingga penetapan jauh

kedepan dan kebelakang dapat diperhitungkan dengan mudah

tanpa melihat data peredaran bulan dan matahari yang

sebenarnya, namun oleh karena sistem ini dianggap tidak

sesuai dengan yang dikehendaki oleh Syara’, maka umat

Islam tidak mempergunakannya, walaupun hanya untuk

35 Bulan Qomariyah yang umurnya didasarkan kepada peredaran qomar (bulan)

mengelilingi bumi, senantiasa berkisar antara 30 dan 29 hari. Hal ini disebabkan lantaran bulan mengelilingi dalam satu bulan sinodis (ijtima’ sampai dengan ijtima’) rata-rata membutuhkan waktu 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik.lihat slamet hambali, Hisab Awal Bulan Sistem Ephemeris, disamapaikan pada pendidikan dan pelatihan hisab rukyah nasional pondok pesantren se indonesia yang diselenggarakan oleh P.D. Pontern DEPAG RI Masjid Agung Jawa Tengah tgl 3 samapi 7 September 2007.

36 Satuan masa (Daurus Sanah)tahun hijriyah (Qomariyah)dalam hisab urfi ditetapkan 30 tahun, 11 tahun ditetapkan sebagai tahun kabisat, dan 19 tahun ditetapkan sebagai tahun basithah. Tahun kabisat ditetapkan jatuh pada tahun ke- 2,5,7,10,13,16,18,21,24,26, dan 28, selainnya ditetapkan sebagai tahun basitah,lihat P. Simamora, Ilmu Falak (Kosmografi), CV. Pedjuang Bangsa;Jakarta, 1985, hlm.78

Page 47: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

penyusunan kalender. Sistem ini hanya digunakan untuk

memperoleh awal bulan Qomariyah secara taksiran dalam

rangka memudahkan pencarian data peredaran bulan dan

matahari yang sebenarnya.37

b. Hisab Hakiki

Sistem hisab ini didasarkan kepada peredaran bulan

dan bumi yang sebenarnya. Menurut sistem ini umur tiap

bulan tidaklah tetap dan juga tidak beraturan, melainkan

kadang-kadang 2 bulan berturut-turut umurnya 29 hari atau 30

hari, atau kadang-kadang pula bergantian seperti menurut

perhitungan hisab urfi.

Dalam praktek perhitungannya, sistem ini

mempergunakan data sebenarnya dari gerakan bulan dan bumi

serta mempergunakan kaidah-kaidah ilmu ilmu ukur segitiga

bola atau trigonometris.

Sistem hisab hakiki dianggap lebih sesuai dengan yang

dimaksud oleh syara’, sebab dalam prakteknya sistem ini

memperhitungkan kapan hilal akan muncul atau wujud.

Sehingga sistem hisab inilah yang dipergunakan orang dalam

menentukan awal bulan yang ada kaitanya dengan

pelaksanaan ibadah.

37 Depag, Op. Cit. Hlm. 8

Page 48: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Terdapat beberapa aliran dalam menentukan masuknya

bulan baru dengan mempergunakan sistem hisab hakiki ini.

Pada garis besarnya ada dua golongan, yaitu yang

berpedoman kepada ijtima’ semata dan yang berpedoman

kepada posisi bulan di atas ufuk pada saat matahari terbenam.

Jika diuraikan lagi, maka akan terdapat beberapa

golongan yaitu:

1) Golongan yang berpedoman kepada ijtima’ qoblal

ghurub

Golongan ini menetapkan, bahwa jika ijtima’

terjadi sebelum matahari terbenam, maka malam

harinya sudah dianggap bulan baru, sedang jika ijtima’

terjadi setelah matahari terbenam maka malam itu dan

keesokan harinya ditetapkan sebagai tanggal 30 bulan

yang sedang berlangsung.38

Sistem ini sama sekali tidak mempersoalkan

rukyah, juga tidak memperhitungkan posisi hilal di atas

ufuk. Asal sebelum matahari terbenam sudah terjadi

ijtima’, walaupun hilal masih dibawah ufuk maka

malam hari itu berarti sudah termasuk bulan baru.

Sistem ini lebih menitik beratkan kepada

penggunaan astronomi murni. Dalam ilmu astronomi

38 Ibid, hlm. 9

Page 49: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

dikatakan bahwa bulan baru itu terjadi sejak matahari

dan bulan dalam keadaan konjungsi (ijtima’). Sistem

ini menghubungkan ijtima’ dengan saat terbenam

matahari, sebab mempunyai anggapan bahwa hari

menurut Islam adalah dimulai dari terbenam matahari

sampai terbenam matahari berikutnya, malam

mendahului siang.39

Jadi logikanya menurut sistem ini, bahwa

ijtima’ adalah pemisah diantara dua bulan Qomariyah,

namun oleh karena hari menurut Islam dimulai sejak

terbenam matahari, maka kalau ijtima’ terjadi sebelum

terbenam matahari, malam itu sudah dianggap masuk

bulan baru, dan kalau ijtima’ terjadi setelah terbenam

matahari maka malam itu masih merupakan bagian dari

bulan yang sedang berlangsung.40

Ringkasnya, yang dijadikan ukuran ialah apakah

ijtima’ itu terjadi sebelum tibanya batas hari (saat

matahari terbenam) atau sesudahnya.

2) Golongan yang berpedoman kepada ijtima’ qoblal fajri

Golongan ini menghendaki bahwa bulan baru

Qomariyah dimulai dengan kejadian ijtima’ sebelum

terbit fajar. Alasannya karena saat terjadi ijtima’ tidak

39 Ibid 40 Ibid

Page 50: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

ada sangkut pautnya dengan kejadian matahari

terbenam dan tidak ada dalil yang kuat bahwa batas

hari adalah saat matahari terbenam.

Menurut sistem ini, jika ijtima’ terjadi sebelum

terbit fajar, maka malam itu sudah masuk awal bulan

baru, walaupun pada saat matahari terbenam pada

malam itu belum terjadi ijtima’

Nampaknya sampai saat ini, di Indonesia belum

ada para ahli yang berpegang kepada ijtima’ qoblal

fajri ini. Mereka baru mensinyalir adanya pendapat ini

yang didasarkan atas peristiwa-peristiwa yang sering

terjadi akibat penentuan hari raya haji yang dilakukan

oleh Pemerintah Saudi Arabia.

Hal ini dapat kita lihat seperti peristiwa yang

terjadi pada tahun 1395 H. Di Saudi Arabia hari raya

Idul Adha jatuh pada hari Jum’at, 12 Desember 1975.

sementara di Indonesia secara resmi hari raya tersebut

jatuh pada hari sabtu, 13 Desember 1975.41

Para ahli di Indonesia menilai bahwa jika

penentuan di Saudi Arabia itu didasarkan pada

perhitungan hisab. Maka sistem ijtima’ qoblal fajri-lah

yang menjadi pedomannya. Penilaian itu didasarkan

41 Depag, Op. Cit, hlm. 10

Page 51: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

pada kenyataan bahwa ijtima’ menjelang awal bulan

Dzulhijjah 1395 H. Terjadi pada tanggal 3 desember

1975 jam 00.50 GMT atau 07.50 WIB atau jam 03.50

waktu setempat Mekkah, sebelum terbit fajar. Menurut

penetapan Saudi Arabia, tanggal 3 Desember 1975

sudah masuk tanggal satu bulan Dzulhijjah 1395 H,

walaupun pada saat matahari terbenam sebelumnya (2

Desember 1975) belum terjadi ijtima’. Pada hari itu,

hilal sudah 24 menit lebih dahulu terbenam dari

matahari. Jadi tidak mungkin hilal dapat dirukyah.42

Tidak ada alternatif lain untuk menetapkan

tanggal 1 Dzulhijjah 1395 H tersebut, selain dengan

sistem ijtima’ qoblal fajri. Dan peristiwa semacam ini

tidak hanya terjadi pada tahun 1395 H saja.

3) Golongan yang berpedoman kepada posisi hilal di atas

ufuk hakiki

Kelompok ini dalam mempersiapkan

perhitungan-perhitungannya berpegang kepada

kedudukan hakiki daripada bulan dengan alasan bahwa

bulan dalam keadaan dekat dengan matahari tidak

mungkin bersinar, oleh sebab itu mereka ini tidaklah

melakukan koreksi-koreksi yang berguna untuk

42 Ibid

Page 52: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

kepentingan observasi, koreksi-koreksi bagi mereka

dianggapnya berguna untuk kepentingan rukyah.43

Menurut golongan ini untuk masuknya tanggal

satu bulan Qomariyah, posisi hilal harus sudah berada

di atas ufuk hakiki.

Yang dimaksud dengan ufuk hakiki adalah

bidang datar yang melalui titik pusat bumi dan tegak

lurus pada garis vertikal si peninjau.44

Pada gambar di atas, ufuk hakiki P adalah

merupakan ufuk hakiki bagi sipeninjau yang berdiri

pada titik P, demikian pula ufuk hakiki Q adalah ufuk

hakiki bagi sipeninjau yang berdiri pada titik Q.

Sistem ini tidak memperhitungkan pengaruh tinggi

tempat sipeninjau. Demikian pula jari-jari bulan,

parallaks dan refraksi tidak turut diperhitungkan.

43 Depag RI, Almanak Hisab Rukyah, Jakarta:Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam,1981, hlm.35-36

44 Depag, Op. Cit, hlm. 10

bumi

Page 53: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Sistem ini memperhitungkan posisi bulan tidak untuk

dilihat. Lain halnya dengan perhitungan matahari

terbenam, golongan ini memperhitungkan unsur-unsur

di atas, sebab mereka memperggunakan pengertian

terbenam matahari seperti apa yang dilihat atau

menurut istilah mar’i.

Ringkasnya, sistem ini berpendapat bahwa jika

setelah terjadi ijtima’, hilal sudah wujud di atas ufuk

hakiki pada saat terbenam matahari, maka malamnya

sudah dianggap bulan baru, sebaliknya jika pada saat

terbenam matahari hilal masih berada dibawah ufuk

hakiki maka malam itu belum dianggap sebagai bulan

baru.

4) Golongan yang berpedoman kepada posisi hilal di atas

ufuk hissi

Golongan ini berpendapat, jika pada saat

matahari terbenam setelah terjadi ijtima’, hilal sudah

wujud di atas ufuk hissi, maka malam itu sudah

termasuk tanggal satu bulan baru.

Dimaksud dengan ufuk hissi adalah bidang datar

yang melalui mata sipeninjau dan sejajar dengan ufuk

hakiki.45

45 Ibid, hlm. 7

Page 54: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Ufuk hissi P adalah ufuk hissi bagi si peninjau

yang berdiri dari titik P, sedang ufuk hakiki P adalah

ufuk hakiki bagi si peninjau tersebut. Bedanya kedua

ufuk tersebut adalah parallaks. Ufuk hissi sama

dengan ufuk hakiki dikurangi parallaks.

Golongan yang berpegang pada ufuk hissi

menentukan ketinggian hilal diukur dari atas

permukaan bumi, sedangkan yang berpegang kepada

ufufk hakiki mengukur ketinggian itu dari titik pusat

bumi.

Sistem yang berpedoman pada ufuk hissi ini

nampaknya kurang populer,sehingga banyak para ahli

yang mengabaikan eksistensi sistem ini, namun jika

kita lihat keputusan seminar hisab yang diadakan di

Yogyakarta tahun 1970, sistem ini termasuk salah satu

sistem yang diakui eksistensinya, sekalipun lebih jauh

tidak disebutkan siapa-siapa saja yang berpegang

kepada sistem ufuk hissi ini.

bumi

Page 55: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

5) Golongan yang berpedoman kepada posisi hilal di atas

ufuk mar’i

Sistem ini pada dasarnya sama seperti sistem

hisab yang berpedoman kepada ufuk hakiki dan hissi,

yaitu memperhitungkan posisi hilal pada saat matahari

terbenam setelah terjad ijtima’. Hanya saja sistem ini

tidak cukup sampai disana. Setelah diperoleh nilai

ketinggian hilal dari ufuk hakiki kemudian ditambah

koreksi-koreksi terhadap nilai ketinggian itu.46

Koreksi-koreksi tersebut adalah:

a) Kerendahan ufuk

Kerendahan ufuk adalah perbedaan ufuk hakii

dan ufuk mar’i yang disebabkan pengaruh ketinggtian

tempat sipeninjau, semakin tinggi kedudukan

sipeninjau semakin besar nilai kerendahan ufuk ini,

akibatnya semakin rendahlah ufuk mar’i tersebut.

Untuk menghitung kerendahan ufuk, dipergunakan

rumus D’= 0°1.76°√m (kerendahan ufuk sama dengan

0°1.76’ kali akar ketinggian mata sipeninjau dari

permukaan laut dihitung dengan meter)47

b) Refraksi

46 Depag, Op. Cit, hlm. 36 47 Depag, Op. Cit, hlm. 12

Page 56: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Refraksi adalah perbedan antara tinggi langit

menurut penglihatan dengan tinggi yang sebenarnya,

oleh karena sistem ini menghitung posisi hilal untuk

dapat dilihat maka nilai refraksi ini turut

diperhitungkan. Nilai refraksi yang terbesar adalah

34,5 menit busur, yakni pada saat benda langit itu

berada pada garis ufuk, sedang nilai yang terkecil

adalah nol, yakni pada saat benda langit itu berada

pada titik zenith. Nilai ini ditambahkan pada posisi

hilal yang sebenarnya. Sebab nilai refraksi ini

mengakibatkan lebih terangkatnya posisi benda langit

untuk dilihat.48

c) Semi Diameter (jari-jari)

Yang diperhitungkan oleh sistem ini bukanlah

titik pusat hilal, melainkan piringan atasnya. Oleh

karena itu harus diadakan penambahan senilai

semidiameter terhadap posisi titik pusat hilal. Nilai

semi diameter hilal rata-rata 16 menit busur. Namun

tidak selamanya demikian. Sebab setiap saat dapat

berubah-rubah, kadang-kadang kurang kadang-kadang

lebih.49

d) Parallaks (beda lihat)

48 Ibid 49 Ibid

Page 57: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Oleh karena menurut sistem ini yang

diperhitungkan adalah tinggi hilal dari mata sipeninjau,

sedang menurut astronomi dari titik pusat bumi, maka

ada perbedaan tinggi hilal jika dilihat dari mata

sipeninjau dan dari titik pusat bumi. Perbedaan ini

dikenal dengan istilah ”parallaks” (beda lihat).

Semakin tinggi hilal berada di atas ufuk semakin

kecillah nilai parallaks ini. Nilai parallaks yang

terbesar terjadi pada saat hilal berada pada garis ufuk

(Horizontal Parallaks), yakni berkisar antara 54

sampai 60 menit busur. Sedang nilai parallaks untuk

hilal yang berada di atas ufuk, diperhitungkan menurut

rumus: ” Parallaks = Horizontal Parallak x Cos H” (h

adalah tinggi hilal setelah dikoreksi oleh kerendahan

ufuk, semi diameter dan refraksi)50

Sistem hisab yang dipegang oleh golongan ini

dikenal sebagai sistem yang berpedoman kepada ufuk

mar’i.

Sebenarnya yang dimaksud dengan ufuk mar’i

adalah bidang datar yang merupakan batas pandangan

50 Ibid

Page 58: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

mata si peninjau. Semakin tinggi mata si peninjau di

atas permukaan bumi, semakin rendahlah ufuk mar’i.51

Ufuk mar’i P adalah ufuk mar’i bagi si peninjau

yang sedang berada pada titik P. Sedangkan ufuk

hakiki P adalah ufuk hakikinya. Perbedaan kedua ufuk

itu sama besarnya dengan sudut Q (kerendahan ufuk).

Yakni sudut yang timbul karena pengaruh ketinggian

tempat si peninjau dari permukaan laut.

Oleh karena itu, sebenarnya kurang tepat kalau

sistem ini dikatakan hanya berpedoman kepada ufuk

mar’i semata, sebab dalam perhitungannya sistem ini

tidak hanya memperhatikan kerendahan ufuk saja,

namun juga semidiameter, parallaks dan refraksi turut

diperhitungkan.

Ringkasnya, sistem ini memperhitungkan posisi

hilal untuk dapat dirukyah (hilal mar’i), bukan

memperhitungkan posisi hilal yang sebenarnya (hilal

51 Ibid, hlm. 13

bumi

Page 59: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

hakiki). Itulah sebabnya H. Saadoeddin Djambek

mengistilahkan sistem hisab ini dengan hisab praktis

sejalan dengan istilah practical astronomy.

6) Golongan yang berpedoman kepada posisi hilal yang

mungkin dapat dirukyah (imkan al-rukyah).

Untuk menetapkan masuknya awal bulan baru,

golongan ini mengemukakan bahwa pada saat matahari

terbenam setelah terjadi ijtima’ hilal harus mempunyai

posisi sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk

dapat dilihat. Para ahli yang termasuk golongan ini

tidak sependapat tentang berapa ukuran ketinggian

hilal yang mungkin dapat dilakukan rukyah bil fi’li,

ada yang mengatakan 8, 7, 6,5 derajat, dan lain

sebagainya.52

Disamping ukuran ketinggian sebagai syarat

untuk dapat terlihatnya hilal, ada yang menentukan

unsur lainnya. Dalam konfrensi internasional tentang

penentuan awal bulan Qomariyah yang diadakan di

Turki tahun 1978 dinyatakan bahwa untuk dapat

terlihatnya hilal ada 2 (dua) syarat yang harus

dipenuhi, yaitu ”ketinggian” hilal di atas tidak kurang

52 Depag, Op. Cit, hlm 14

Page 60: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

dari 5 derajat, dan ”sudut pandang” (angular distance)

antara hilal dan matahari tidak kurang dari 8 derajat.53

Ada satu penawan kriteria yang belum

disepakati oleh semua kalangan, yaitu hasil penelitian

LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Nasional)yang disebut dengan kriteria LAPAN.

Kriteria ini didasarkan pada hasil analisis ilmiah

astronomis atas data rukyah Indonesia yang mendekati

kriteria astronomi internasional, yaitu:

1. Umur Bulan minimum 8 jam

2. Tinggi bulan minimum tergantung beda azimut

bulan-matahari,

Beda Azimut Tinggi Minimum (º)

0.0 8.3

0.5 7.4

1.0 6.6

1.5 5.8

2.0 5.2

2.5 4.6

3.0 4.0

3.5 3.6

4.0 3.2

4.5 2.9

5.0 2.6

53 Ibid.

Page 61: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

5.5 2.4

6.0 2.3

Bila beda azimuthnya nol(bulan tepat berada di atas

matahari saat terbenam), maka tinggi bulan

minimum 8,3 derajat. Sedangkan bila beda azimut

bulan matahari 6 derajat, tinggi bulan minimum 2,3

derajat.54

E. Persoalan Seputar Penetapan Awal Bulan Qomariyah di

Indonesia

Pada dasarnya pembahasan Ilmu falak yang dipelajari

dalam Islam adalah yang ada kaitanya dengan pelaksanaan

ibadah, sehingga pada umumnya ilmu falak itu mempelajari 4

bidang, yakni;55

1. Arah Qiblat dan Bayangan arah qiblat

2. Waktu-waktu sholat

3. Gerhana

4. Awal bulan

54 Lihat; Thomas Djamaluddin, Menuju Penyatuan Kalender Islam di Indonesia

dan Tinjauan Kriteria Posisi Hilal di atas Ufuk, disampaikan pada “sosialisasi Hisab Rukyah PD Persisi Kab. Bandung” tanggal 14 oktober 2006

55 Muhyiddin Khazin, Op. Cit, hlm. 4

Page 62: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Satu sampai tiga dari empat pembahasan Ilmu Falak

tersebut yaitu; arah qiblat dan bayangan arah qiblat (Roshdu al-

Qiblat), waktu-waktu sholat, dan gerhana, jarang sekali kita

mendengar adanya perselisihan, apakah harus dengan rukyah

ataupun harus dengan hisab, ataukah harus dengan rukyah yang

dibantu hisab. Namun semua kalangan masyarakat sepakat ketiga

ini cukup menggunakan hisab, walaupun kadang juga kita jumpai

perbedaan hasil hisab diantara hisab satu dengan hasil hisab yang

lainnya.

Berbeda dengan pembahasan yang ke-4 yakni; awal bulan

atau sering kita sebut penetapan awal bulan, terutama bulan-

bulan yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan ibadah atau

hari besar Islam.

Kita sering mengalami adanya perbedaan dalam memulai

dan mengakhiri puasa Ramadhan serta perbedaan berhari raya.

Perbedaan ini baik dikalangan umat Islam Indonesia maupun

antar umat Islam Indonesia dengan umat Islam di luar negeri,

seperti Malaysia atau Saudi Arabia. Perbedaan ini tidak jarang

menimbulkan keresahan, bahkan lebih dari itu kadang-kadang

menimbulkan adanya pertentangan fisik dikalangan umat Islam.

Sudah barang tentu perbedaan seperti ini merugikan persatuan

dan ukhuwah umat Islam khususnya umat Islam Indonesia.

Page 63: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Dalam persoalan penetapan awal bulan Qomariyah ini,

khususnya di Indonesia merupakan suatu hal yang sangat wajar.

Karena di Indonesia terdapat dua pemikiran besar yang secara

institusi selalu disimbolkan pada dua organisasi kemasyarakatan

Islam di indonesia yang sangat sulit untuk disatukan. Dimana

Nahdlatul Ulama’ secara institusi di simbolkan sebagai mazhab

Rukyah, sedangkan Muhammadiyah secara institusi disimbolkan

sebagai mazhab hisab. Begitu juga dengan Persatuan Islam

(Persis) juga menggunakan hisab dalam menentukan awal bulan

Qomariyah. Hanya saja Persis ini memakai kriteria yang cukup

aman dalam penetapan awal bulan Qomariyah sehingga walaupun

memakai hisab namun banyak kemungkinan tidak mendahului

hasil sidang isbat, seperti yang sering terjadi di Muhammadiyah.

Hisab dan Rukyah adalah bersifat Ijtihadiyah, sehingga

memungkinkan terjadinya keragaman. Baik hisab maupun rukyah

sama-sama berpotensi benar dan salah. Bulan dan matahari yang

dihisab dan dirukyah masing-masing memang satu. Hukum alam

yang mengatur gerakanya pun satu. Sunnatullah, tetapi

interpretasi orang atas hasil hisab bisa beragam, lokasi

pengamatan dan keterbatasan pengamat juga tidak mungkin

disamakan.56

56 T Djamaluddin, Menggagas Fiqh Astronomi (Telaah Hisab Rukyah dan

Pencarian Solusi Perbedaan hari raya), Bandung: Kaki Langit, 2005, Hlm.41

Page 64: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Ada beberapa hal yang menjadikan perbedaan penetapan

awal bulan Qomariyah, Diantaranya:

b. Perbedaan antara hisab dan rukyah

Dalam penentuan awal bulan terdapat kelompok

masyarakat yang berpedoman pada hisab dan kelompok yang

berpedoman pada rukyah. Kedua kelompok ini sangat sulit

untuk disatukan karena mempunyai argumen fiqh yang

berbeda satu sama lain. Dalam kenyataanya, perbedaan

tersebut tidak selamanya menimbulkan perbedaan dalam

memulai puasa dan berhari raya. Bahkan ada kecenderungan

sangat sedikit kasus perbedaan yang dipicu oleh perbedaan

yang ditimbulkan oleh perbedaan hisab rukyah ini.

Berdasarkan kasus yang tercatat di Direktorat

Pembinaan Peradilan Agama, sejak tahun 1962. Ada

kesimpulan bahwa: jika ahli hisab sepakat menyatakan hilal

berada di bawah ufuk, maka tidak pernah ada yang

melaporkan bahwa hilal berhasil dirukyah. Sebaliknya, jika

ahli hisab sepakat bahwa hilal di atas ufuk, maka hampir

selalu dilaporkan hilal bisa diobservasi (di-rukyah)57

c. Perbedaan di kalangan ahli hisab

Perbedaan di kalangan ahli hisab bermuara pada dua

hal, pertama karena bermacam-macamnya sistem dan

57 Wahyu Widiana, MA, Sambutan dalam Buku Menggagas Fiqh Astronomi, (telaah Hisab Rukyat dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya), Bandung;Kaki Langit, 2005.hlm x

Page 65: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

referensi hisab, dan kedua, karena berbeda-beda kriteria hasil

hisab yang dijadikan pedoman.58

Referensi dan sistem hisab tersebut dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yakni: hisab taqriby, hisab

tahqiqy dan hisab kontemporer. Hisab taqriby menyajikan

data dan sistem perhitungan posisi bulan dan matahari secara

sederhana tanpa mempergunakan ilmu segitiga bola.

Representasi kelompok ini adalah: kitab Sulamunnayyirain,

al-Qawaidul falakiyyah dan Fatkhurrouuf al Mannan. Hisab

tahqiqy menyajikan data dan sistem perhitungan dengan

menggunakan kaidah-kaidah ilmu ukur segitiga bola. Al-

khulashot al wafiyah, hisab haqiqy dan Nurul Anwar termasuk

dalam kelompok ini. Sedang hisab kontemporer, disamping

mempergunakan kaida-kaidah ilmu ukur segitiga bola, juga

mempergunakan data yang up to date. Representasi dari hisab

kontemporer ini adalah sistem H. Saadoeddin Djambek

dengan Almanak Nautika, Jean Meeus dan Ephemeris Hisab

Rukyah.

Selain berbeda-beda dalam menggunakan sistem hisab,

para ahli hisab pun berbeda dalam menerapkan kriteria hasil

hisab. Sebagian berpedoman pada Ijtima’ qoblal ghurub,

sebagian berpegangan pada posisi hilal di atas ufuk. Yang

58 Ibid, hlm. xi

Page 66: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

berpegang pada posisi hilal di atas ufuk juga berbeda-beda.

Ada yang berpendapat pada wujudul hilal, dan ada yang

berpedoman pada imkan al rukyah.

d. Perbedaan di kalangan ahli rukyah

Di kalangan ahli rukyah belum satu kata dalam

menetapkan mathla’ tentang batasan wilayah berlakunya hasil

rukyah suatu tempat. Ada yang menganggap hasil rukyah

suatu tempat hanya berlaku untuk satu wilayah hukum

(negara). Pemikiran ini terkenal dengan Rukyah Fi Wilayatil

Hukmi sebagaimana pemikiran yang selama ini dipegangi

oleh Nahdlatul Ulama secara institusi. Sebagianya lagi

berpendapat bahwa rukyah suatu tempat berlaku untuk seluruh

dunia. Pemikiran inilah yang terkenal dengan Rukyah

Internasional atau Rukyah Global Perbedaan ini berimbas

pada perbedaan mengawali puasa dan berhari raya. 59

Kasus seperti ini banyak terjadi jika Saudi Arabia telah

dikabarkan telah berhasil rukyah, maka Indonesia akan

terpengaruh dengan informasi hasil rukyah tersebut.60

e. Perbedaan diluar teknis hisab rukyah

Penyebab diluar teknis hisab rukyah tersebut antara

lain adalah adanya pemahaman fiqh yang berbeda. Sebagian

menghendaki agar Idul Adha di Indonesia mengikuti

59 Ahmad Izzuddin, Op. Cit, hlm. 76-77 60 Ibid

Page 67: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

penetapan hari wukuf di Saudi Arabia, sedangkan yang lainya

menghendaki agar penetapan Idul Adha di Indonesia

berdasarkan keadaan di Indonesia. Faktor lain diluar teknis

hisab rukyah adalah sulitnya melakukan kesepakatan tentang

pedoman penetuan awal bulan Qomariyah yang dapat

mengikat semua fihak.61

F. Yang Berhak Menetapkan Awal Bulan Qomariyah

Penetapan awal bulan Qomariyah adalah bersifat

ijtihadiyah, artinya kebenaran yang ada bersifat dugaan. Rukyah

seseorang hanya berlaku bagi dirinya dan mereka yang

mempercayainya. Demikian juga hasil hisab seseorang hanyalah

berlaku bagi dirinya dan mereka yang mempercayainya. Artinya

kedua hal ini tidak berlaku untuk masyarakat umum. Mengingat

hal ini merupakan persoalan umum, atau hukum islam yang

bercorak kemasyarakatan, maka jika dibiarkan sebagaimana

adanya dan setiap orang boleh memilih masing-masing, tentu

kebingungan dan kesimpang siuran dalam masyarakat tidak dapat

dihindari.

Hukum Islam telah mengatur bahwa dalam persoalan yang

bersifat kemasyarakatan perlu dan dibenarkan campur tangan

pemerintah. Hal ini ditegaskan dalam kaedah yang populer,

”Hukmul Hakim ilzam wa yarfa’ul khilaf”. Keputusan

61 Ibid, hlm. xii

Page 68: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Hakim/pemerintah itu mengikat dan menyelesaikan perbedaan

pendapat. Oleh karena penetapan awal/akhir bulan Qomariyah

khususnya Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah merupakan

persoalan fiqh yang bersifat kemasyarakatan, maka demi

tercapainya kemaslahatan umum, keseragaman dan persatuan

umat, pemerintah yang dalam hal ini adalah Departemen Agama

perlu turut campur tangan dan inilah satu-satunya yang

berwenang menetapkan serta mengumumkan awal akhir

Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah kepada masyarakat.62

62 Lihat Artikel Ibrahim Hosen, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan

Awal Bulan Ramadhan Syawal dan Dzulhijjah, dalam buku Selayang Pandang Hisab Rukyat, Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama:Jakarta, 2004, hlm. 144-145

Page 69: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

BAB III

METODE HISAB RUKYAH PERSATUAN ISLAM (PERSIS) DALAM

PENETAPAN AWAL BULAN QOMARIYAH

A. Sejarah Singkat Persis

1. Sejarah Kelahiran Persis

Tampilnya jam'iyyah Persatuan islam (Persis) dalam pentas sejarah

di Indonesia pada awal abad ke-20 telah memberikan corak dan warna

baru dalam gerakan pembaruan Islam. Persatuan Islam (Persis) lahir

sebagai jawaban atas tantangan dari kondisi umat islam yang tenggelam

dalam kejumudan (kemandegan berfikir), terperosok ke dalam kehidupan

mistisisme yang berlebihan, tumbuh suburnya khurafat, bid'ah, takhayul,

syirik, musyrik, rusaknya moral, dan lebih dari itu, umat Islam terbelenggu

oleh penjajahan kolonial Belanda yang berusaha memadamkan cahaya

Islam.

Situasi demikian kemudian mengilhami munculnya gerakan

"reformasi" Islam, yang pada gilirannya, melalui kontak-kontak

intelektual, mempengaruhi masyarakat Islam Indonesia untuk melakukan

pembaharuan islam. Lahirnya Persis diawali dengan terbentuknya suatu

kelompok tadarusan peneleaahan agama islam di kota Bandung yang

Page 70: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

dipimpin oleh H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus,1 dan kesadaran

akan kehidupan berjamaah, berimamah, berimarah dalam menyebarkan

syiar islam, menumbuhkan semangat kelompok tadarus ini untuk

mendirikan sebuah organisasi baru dengan ciri dan karateristik yang khas.

Pada tanggal 12 September 1923, bertepatan dengan tanggal 1

Shafar 1342 H, kelompok tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi

yang diberi nama "Persatuan Islam" (Persis).2 Nama persis ini diberikan

dengan maksud untuk mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, berusaha

dengan sekuat tenaga untuk mencapai harapan dan cita-cita yang sesuai

dengan kehendak dan cita-cita organisasi, yaitu persatuan pemikiran Islam,

persatuan rasa Islam, persatuan suara Islam, dan persatuan usaha Islam.

Falsafah ini didasarkan kepada firman Allah Swt dalam Al Quran Surat

Ali Imron103 : "Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali

(undang-undang (aturan) Allah seluruhnya dan janganlah kamu bercerai

berai". Serta sebuah hadits Nabi Saw, yang diriwayatkan oleh Tirmidzi,3

"Kekuatan Allah itu bersama al-jama'ah". Firman Allah dan hadis Nabi

tersebut menjadi motto Persis dan menjadi lambang Persis dalam

1 Howard M. Federspiel, Persatuan Islam Pembaharuan Islam Indonesia Abad

XX, Judul Asli, Persatuan Islam;Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia, Penerjemah;Yudian W. Asmin dan H. Afandi Mochtar, Yogyakarta;Gadjah Mada University Press, 1996, hlm.14-15

2 Lihat Qanun Asasi-Qanun Dakhili Penjelasan Qanun Asasi-Qanun Dhakhili Pedoman Kerja Program Jihad 2005-2010 Persatuan Islam (Persis), Bab I Pasal 1 No 1 dan 2, Bandung;Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), 2005, hlm. 6

3 Abi isa Muhammad bin Isa bin Saurat, Sunanut Turmudzi, Beirut; Daru Al-Kutub Al Alamiyah, tt., hlm. 405

Page 71: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

lingkaran bintang bersudut dua belas buah yang di bagian tengahnya

tertera tulisan Persatuan Islam, ditulis memakai hurup Arab melayu.4

2. Tujuan Dan Aktifasi Persis

Pada dasarnya, perhatian Persis ditujukan terutama pada faham Al-

Quran dan Sunnah. Hal ini dilakukan berbagai macam aktifitas

diantaranya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh,

khutbah, kelompok studi, tadarus, mendirikan sekolah-sekolah (pesantren),

menerbitkan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta berbagai aktifitas

keagamaan lainnya. Tujuan utamanya adalah terlaksananya syariat Islam

secara kaffah dalam segala aspek kehidupan.

Untuk mencapai tujuan jam'iyyah, Persis melaksanakan berbagai

kegiatan antara lain pendidikan yang dimulai dengan mendirikan

Pesantren Persis pada tanggal 4 Maret 1936. dari pesantren Persis ini

kemudian berkembang berbagai lembaga pendidikan mulai dari Raudlatul

Athfal (Taman kanak-kanak) hingga perguruan tinggi. Kemudian

menerbitkan berbagai buku, kitab-kitab, dan majalah antara lain majalah

Pembela Islam (1929), majalah Al-Fatwa, (1931), majalah Al-Lissan

(1935), majalah At-taqwa (1937), majalah berkala Al-Hikam (1939),

Majalah Aliran Islam (1948), majalah Risalah (1962), majalah berbahasa

Sunda (Iber), serta berbagai majalah yang diterbitkan di cabang-cabang

Persis.5 Selain pendidikan dan penerbitan, kegiatan rutin adalah

4 Uyun Kamiluddin, Menyorot Ijtihad Persis (Fungsi dan Peranan dalam

Pembinaan Hukum islam di Indonesia), Bandung; Tafakur,2006, hlm. 66 5. Ibid, hlm. 73-74

Page 72: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

menyelenggarakan pengajian dan diskusi yang banyak digelar di daerah-

daerah, baik atas inisiatif Pimpinan Pusat Persis maupun permintaan dari

cabang-cabang Persis, undangan-undangan dari organisasi Islam lainnya,

serta masyarakat luas.

3. Kepemimpinan Persis

Kepemimpinan Persis periode pertama (1923-1942) berada di

bawah pimpinan H. Zamzam, H. Muhammad Yunus, Ahmad Hassan, dan

Muhammad Natsir yang menjalankan roda organisasi pada masa

penjajahan kolonial Belanda, dan menghadapi tantangan yang berat dalam

menyebarkan ide-ide dan pemikirannya.

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), ketika semua

organisasi Islam dibekukan, para pimpinan dan anggota Persis bergerak

sendiri-sendiri menentang usaha Niponisasi dan pemusyrikan ala Jepang.

Hingga menjelang proklamasi kemerdekaan Pasca kemerdekaan. Persis

mulai melakukan reorganisasi untuk menyusun kembali system organisasi

yang telah dibekukan selama pendudukan Jepang, Melalui reorganisasi

tahun 1941, kepemimpinan Persis dipegang oleh para ulama generasi

kedua diantaranya KH. Muhammad Isa Anshari sebagai ketua umum

Persis (1948-1960),6 K.H.E. Abdurahman, Fakhruddin Al-Khahiri, K.H.O.

Qomaruddin Saleh, dll. Pada masa ini Persis dihadapkan pada pergolakan

politik yang belum stabil; pemerintah Republik Indonesia sepertinya mulai

tergiring ke arah demokrasi terpimpin yang dicanangkan oleh Presiden

6 Ibid, hlm. 77

Page 73: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Soekarno dan mengarah pada pembentukan negara dan masyarakat dengan

ideology Nasionalis, Agama, Komunis (Nasakom).

Setelah berakhirnya periode kepemimpinan K.H. Muhammad Isa

Anshary, kepemimpinan Persis dipegang oleh K.H.E. Abdurahman (1962-

1983) yang dihadapkan pada berbagai persoalan internal dalam organisasi

maupun persoalan eksternal dengan munculnya berbagai aliran keagamaan

yang menyesatkan seperti aliran pembaharu Isa Bugis, Islam Jama'ah,

Darul Hadits, Inkarus Sunnah, Syi'ah, Ahmadiyyah dan faham sesat

lainnya.7

Kepemimpinan K.H.E. Abdurahman dilanjutkan oleh K.H.A. Latif

Muchtar, MA. (1983-1997) dan K.H. Shiddiq Amien (1997-2005) hingga

samapai sekarang ini (2005-2010) 8yang merupakan proses regenerasi dari

tokoh-tokoh Persis kepada eksponen organisasi otonom kepemudaannya.

(Pemuda Persis). Pada masa ini terdapat perbedaan yang cukup mendasar:

jika pada awal berdirinya Persis muncul dengan isu-isu kontrofersial yang

bersifat gebrakan shock therapy pada masa ini Persis cenderung ke arah

low profile yang bersifrat persuasive edukatif dalam menyebarkan faham-

faham al-Quran dan Sunnah.

4. Era Baru Persis

Era baru Persis ini dimulai dengan terpilihnya K.H.A.Latif

Mukhtar, MA menjadi Ketua Umum Persis yaitu pada tahun 1983. Beliau

membawa warna baru dalam perjuangan dakwah yang dilakukan Persis. Ia

7 Ibid hlm. 79 8 Ibid

Page 74: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

tampil membawa Pesis dengan pendekatan persuasif edukatif, tidak ada

lagi kesan ’garang’ yang sempat menempel pada nama Persis. Ia lugas

tetapi luwes dengan menggunakan prinsip mengajak bukan mengejek dan

mencari jelas bukan mencari puas.9

Persis berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat pada

masanya yang lebih realistis dan kritis. Gerak perjuangan Persis tidak

terbatas pada persoalan persoalan ibadah dalam arti sempit, tetapi meluas

kepada persoalan-persoalan strategis yang dibutuhkan oleh umat Islam

terutama pada urusan muamalah dan peningkatan pengkajian pemikiran

keislaman. 10

Setelah Persis di Ketuai oleh KH. Shiddiq Amien (1997), anggota

dan simpatisan Persis beserta otonomnya tercatat kurang lebih dari 3 juta

orang yang tersebar di 14 Propinsi dengan 7 Pimpinan Wilayah, 33

Pimpinan Daerah, dan 258 Pimpinan Cabang. Bersama lima organisasi

otonom Persis, yakni Persatuan Islam Istri, (Persistri) Pemuda Persis,

Pemudi Persis, Himpunan Mahasiswa (HIMA) Persis, dan Himpunan

Mahasiswi (Himi) Persis, aktifitas Persis telah meluas ke dalam aspek-

aspek lain tidak hanya serangkaian pendidikan, penerbitan dan tabligh,

akan tetapi telah meluas ke berbagai bidang garapan yang dibutuhkan oleh

umat Islam melalui bidang pendidikan (pendidikan dasar/menengah

hingga pendidikan tinggi), da'wah, bimbingan haji, perzakatan, sosial

9 Haris Muslim, Persis Dari Masa ke Masa : Sebuah Refleksi Sejarah, dalam

buku ALQA dengan judul Siapkah Persis Menjadi Mujaddid Lagi?, upaya Mewujudkan Wacana Persis Baru, Fospi:Bandung, 2000, hlm. 30-31

10 Endang Sirodjuddin Hafidz, et al.,. Pergulatan pemikiran Kaum Muda Persis, Bandung ;Granada, 2006, hlm 83-88

Page 75: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

ekonomi, perwakafan, dan perkembangan fisik yakni pembangunan-

pembangunan masjid dengan dana bantuan kaum muslimin dari dalam dan

luar negri, menyelenggarakan seminar-seminar, pelatihan-pelatihan, dan

diskusi (halakoh) pengkajian Islam. Demikian pula fungsi Dewan Hisbah

sebagai lembaga tertinggi dalam pengambilan keputusan hukum Islam di

kalangan Persis serta Dewan Hisab Rukyah dan Dewan Tafkir semakin

ditingkatkan aktifitasnya dan semakin intensif dalam penelaahan berbagai

masalah hukum keagamaan, perhitungan hisab, dan kajian sosial semakin

banyak dan beragam.

B. Metode Hisab Rukyah Persis Dalam Penetapan Awal Bulan

Qomariyah

Dalam menetapkan awal bulan Qomariyah Nabi Muhammad telah

memberikan petunjuk dengan hadisnya yaitu dengan terlihatnya hilal, ini

disepakati oleh semua ulama’ maupun semua Ormas yang ada di Indonesia

namun kriteria hilal itu sendiri apa ternyata terjadi sebuah perbedaan

persepsi dalam mengartikan ’melihat’, yang sampai sekarang belum bisa

tersatukan,apakah ’melihat’ dengan mata atau bisa diartikan ’melihat’

dengan ilmu, sehingga muncul dua pendapat besar yaitu dengan Rukyah

dan dengan Hisab, dan ini adalah suatu hal yang wajar karena termasuk

masalah ijtihadiyah.

Dalam menetapkan awal bulan Qomariyah Persis menggunakan

Hisab, itu artinya Persis memaknai ’melihat’, tidak hanya melihat dengan

Page 76: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

mata kepala saja melainkan bisa melihat dengan ilmu yaitu ilmu hisab. 11

sehingga jauh hari Persis ini sudah menetapkan jatuhnya awal bulan

Qomariyah terutama Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Seperti

awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1428 H. Pimpinan Pusat

Persatuan Islam jauh hari telah mengeluarkan surat edaran.12

Hisab yang dipakai oleh Persis dalam rangka pembuatan kalender

dan penetapan awal bulan Qomariyah adalah menggunakan hisab

Ephemeris13. Walaupun Persis juga melakukan hisab yang lain yaitu

Sulamun Nayyiroen sebagaimana tugas yang diberikan Depag kepada

Persis.14

Adapun kriteria yang dipakai Persis adalah ”Imkan al-rukyah, ini

berbeda dengan kriteria yang dipakai oleh Muhammadiyah walupun

sama-sama menggunakan metode Hisab dalam penentuan Awal bulan

Qomariyah yaitu wujud al hilal disebagian wilayah Indonesia.15 Sehingga

dengan kriteria ini di awal syawwal 1428 H Persis menetapkan pada

tanggal 13 Oktober 2007, karena pada tanggal 11 oktober 2007 keadaan

11 Wawancara dengan Abdurrahman KS. (Ketua DHR Persis) dan Syarif Ahmad

Hakim (Anggota DHR Persis) di Bandung pada tanggal 29 September 2007 12 Sebagaimana terlampir. 13 Ephemeris yaitu tabel yang memuat data-data astronomis benda-benda langit

yang dikenal dalam bahasa arab Zij atau Taqwim atau Astronomical Handbook (inggris), Lihat Encup Supriatna, Hisab Rukyah dan Aplikasinya, Bandung:PT Radika Aditama, 2007, hlm xii. Lihat juga Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005, hlm 50.

14 Ibid 15 Ibid, dan Wawancara dengan Dr. Thomas Djamaluddin pada tanggal 30 Juli

2007, Lihat juga T. Djamaluddin, Menuju Penyatuan Kalender Islam Di Indonesia, yang disampaikan pada acara seminar Nasional dan Launching Program Studi Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah Konsentrasi Ilmu falak Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang pada tanggal 9 Agustus 2007 di Auditorium I lt.2 IAIN Walisongo-Semarang

Page 77: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

hilal di Indonesia masih di bawah 2º baru disebagian wilayah Indonesia di

sebagian barat (Sumatra, Jawa, Bali, NTB, NTT sebagian Kalimantan dan

Sulawesi) Hilal berada di atas ufuk dengan ketinggian (irtifa’) kurang dari

1 derajat (irtifa’ di Pelabuhan Ratu 0 º13’21,5”) sedangkan disebagian

timur (Papua,Maluku,Sulawesi kecuali Sulsel, Kalimantan kecuali Kalbar)

hilal masih berada dibawa hufuk.16.

Kriteria yang dipakai oleh Persis mengalami beberapa perubahan,

pada awalnya Persis menggunakan Kriteria Ijtima’ Qoblal Ghurub, yaitu

ketika ijtima’ terjadi sebelum matahari terbenam maka besuknya

ditetapkan tanggal bulan baru. Kriteria ini pada saat Ketua Dewan Hisab

Rukyah Persis di pegang oleh KH. Abdurrahman. Periode berikutnya

beliau digantikan oleh KH. A. Ghazali,17 kriteria yang digunakan masih

Ijtima’ Qoblal Ghurub, namun karena KH. A Ghazali merasakan adanya

ketidak tepatan dengan kriteria itu akhirnya mengadakan pertemuan

dengan semua pengurus dan anggota Dewan Hisab Rukyah dan

menghasilkan kriteria baru yaitu Wujud al hilal seperti yang di pakai oleh

muhammadiyah yaitu wujud al hilal disebagian wilayah Indonesia.

16 Syarief Ahmad Hakim, Kriteria Wujudul Hilal dan Imkan al-rukyah Dalam

Tinjauan Syara’, Makalah disampaikan dalam acara Muthala’ah dan Mubahasah PW Pemuda Persis DKI Jakarta, di Masjid al-Husaini, Johar baru, Ahad, 26 Agustus 2007

17 Beliau adalah Murid dari KH. Abdurrahman, ahli hisab Persis yang secara tegas menyatakan bahwa Ra’a itu tidak harus dengan mata kepala, melainkan boleh bil ‘ilmi, yaitu ilmu hisab, lihat Asep Basuki Rahmat, Menelusuri Pemikiran Keagamaan KH. A. Ghazali, Bandung ;RSIN FIKR, 2004, hlm 41, lihat juga Ki Udin, ”KH Ali Ghazali Ulama Ahli hisab”, Akhbarul Jam’iyyah,VII16, April-Juni, 2007, hlm. 15

Page 78: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Kemudian kriteria itu berubah lagi yaitu wujud al hilal diseluruh

wilayah indonesia yaitu diseluruh wilayah Indonesia harus positif atau

wujud walaupun kenyataanya mungkin tidak nampak ketika di rukyah.18

Kriteria di atas (wujud al hilal diseluruh wilayah Indonesia) dapat

diposisikan seperti ihtiyaty dalam awal waktu-waktu shalat wajib, ihtiyaty

maksudnya penambahan 1 sampai 2 menit pada awal waktu shalat, supaya

waktu shalat tersebut bisa dijadikan pedoman untuk muslim yang

bermukim disebelah barat dari pusat kota. Karena ketika menghitung awal

waktu shalat data geografis yang dijadikan acuan adalah pusat kotanya,

sehingga hasil dari perhitungan tersebut hanya bisa diberlakukan dari

pusat kota kearah timur. Tanpa ada ihtiyaty berarti muslim yang berada

diwilayah barat melakukan shalat sebelum waktunya, tentu saja hukumnya

tidak sah. Oleh karena itu bagi muslim yang ada disebelah timur lebih baik

sabar menunggu 1 sampai 2 menit untuk melakukan shalat atau berbuka

puasa daripada saudara kita disebelah barat batal puasanya dan shalatnya

gara-gara mengikuti kita. Hal ini kiranya dapat dijadikan sebagai latar

belakang terbentuknya kterteria tersebut, yaitu membelokkan garis

ketinggian hilal 0 derajat kearah barat jika garis tersebut memotong suatu

daerah atau wilayah dalam satu kekuasaan hakim, artinya muslim

diwilayah bagian barat mengikuti awal bulannya muslim sebelah timur.19

Semenjak tahun 2000 M dan setelah DHR diketuai oleh KH. M.

Abdurrahman KS. Kriteria itu diganti lagi, karena dianggap kurang akurat

18 Wawancara dengan Dr. Thomas Djamaluddin, Op Cit. 19 Syarief Ahmad Hakim, Op Cit. hlm 8. lihat juga Saadoe’ddin Djambek, Hisab

Awal Bulan, Jakarta ;Tintamas, 1976, hlm 39-40

Page 79: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

yaitu Persis memakai Kriteria yang dipakai Pemerintah dalam hal ini

Departemen Agama yaitu Imkan al-rukyah atau Kriteria MABIMS, yaitu:

1. Tinggi (irtifa’) hilal minimal 2 º

2. Selisih Azimuth matahari dan bulan minimal 3 º (jarak

Horizontal bulan-matahari)

3. Umur bulan minimal 8 jam (dihitung sejak ijtima’ sampai

matahari terbenam)20

Seiring perkembangan waktu dan teknologi tidak menutup

kemungkinan Persis ini akan merubah kriteria hisabnya, seperti yang

disampaikan oleh Kh. M. Abdurrahman KS selaku ketua DHR Persis dan

Syarief Ahmad Hakim selaku anggota DHR Persis bahwasanya beliau

punya kecenderungan kriteria yang di hasilkan atau diusulkan oleh

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang kemudian

disebut dengan kriteria LAPAN.21 Kriteria hisab ini didasarkan pada hasil

analisis ilmiah astronomis atas data rukyah indonesia yang mendekati

kriteria astronomi internaional, yaitu; Umur bulan minimal 8 jam, tinggi

bulan minimum tergantung beda azimuth bulan – matahri di suatu wilayah

indonesia. Bila beda azimuthnya nol (bulan berada tepat di atas matahari

saat terbenam), maka tinggi bulan minimum 8,3 derajat. Sedangkan bila

beda azimuth bulan matahari 6 derajat, tinggi bulan minimum 2,3 derajat.

Kriteria ini masih terlalu rendah dibandingkan dengan kriteria astronomi

20 Wawancara dengan Abdurrahman KS. dan Syarief Ahmad Hakim Op Cit. 21 Wawancara dengan Syarief Ahmad Hakim, Op. Cit

Page 80: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

internasional, tetapi mempunyai landasan ilmiah dan dapat diretapkan

dengan sistem hisab lama.22

C. Dasar Hukum Hisab Rukyah Persis Dalam Penetapan Awal Bulan

Qomariyah.

Adapun dalil atau dasar hukum yang dijadikan landasan penetapan

awal bulan Qomariyah Persatuan Islam (Persis) adalah sama seperti dasar

hukum yang digunakan Ormas lainnya ataupun pemerintah. Hanya saja

penafsiran yang berbeda sehingga menghasilkan pemahaman yang

berbeda pula. Yaitu bersumber dari al-Qur’an (QS. 2:189, 36:39-40, 10:5,

55:5 6:96, 9:36)dan al-Hadis.23

1. Dasar hukum dari al-Qur’an antara lain:

a. Surat Al-Baqarah ayat 189

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, katakanlah; Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji, dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-

22 T. Djamaluddin, Menuju Penyatuan Kalender Islam di Indonesia dan

Tinjauan Kriteria Posisi Hilal Diatas Ufuk, disampaikan pada ”Sosialisasi Hisab Rukyah PD Persis Kab. Bandung” 14 Oktober 2006

23 Sebagaiman hasil wawancara dengan Syarief Ahmad hakim pada tanggal 24 Oktober 2007

Page 81: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.( QS.2;189)24

b. Surat Yaasiin ayat 39-40

⌧ ☺

⌧ ☺

Artinya: Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah,

sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.(39) tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang.dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (40) (QS.36: 39-40)25

Ayat pertama (Al-Baqarah:189) mengandung pengertian bahwa

hilal (bulan sabit muda) dapat dijadikan pedoman waktu untuk manusia,

terutama dalam melaksanakan ibadah haji harus dijadikan acuan miqat

zamani. Mengenai kapan, bagaimana, kearah mana kita melihat hilal, ayat

tadi tidak membicarakannya.

Petunjuk yang lebih jelas dapat kita temukan dalam QS. Yaasiin

39-40. sebagaimana Saadoe’ddin Djambek dalam bukunya Hisab Awal

Bulan menjelaskan tentang ayat ke-39 surat yaasiin tersebut menjadi

petunjuk bahwa kembalinya bentuk bulan seperti tandan tua sebagai awal

24 Depag, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung; CV Penerbit Jumanatul ‘Ali-

Art (J-ART), 2004, hlm. 29 25 Ibid, hlm.442

Page 82: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

pergantian bulan Hijriyah. Bentuk bulan seperti itu dapat dilihat dari bumi

menjelang dan setelah bulan mati (Ijtima’), untuk mengetahui bulan sabit

yang mana yang dimaksud dalam ayat ini, maka ayat selanjutnya

menerangkan ”Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan (mengejar)

bulan”.26

Ayat di atas memberikan isyarat kepada kita atas perjalanan

bulanan bulan dan perjalanan tahunan matahari, yang arahnya sama-sama

dari barat ke timur. Bulan menempuh setiap hari 13º dan matahari 1º,

sehingga bulanlah yang lebih cepat (12º), dan tidak ada kemungkinan bagi

matahari mengejar, apalagi mendahuluinya.27

c. Surat Yunus ayat 5

☯ ☺ ☯ ☺

☺ Artinya: Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya

dan ditetapkannya manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesarannya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS.10:5)28

26 Saadoe’ddin Djambek, Op cit, hlm. 10 27 Ibid, hlm. 11 28 Depag, Op. Cit., hlm. 208

Page 83: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

d. Surat Al-Rahman ayat 5

☺ ☺

Artinya: Matahari dan Bulan (beredar) menurut perhitungan. (QS.55:5)29

e. Surat Al-An’am ayat 96

☺ ☺

Artinya: Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang maha perkasa lagi maha mengetahui. (QS.6:96)30

f. Surat Al-Taubat ayat 36

Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas

bulan dalam ketentuan Allah dieaktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan yang mulia. (QS.9:36)31

2. Dasar hukum dari Hadis antara lain:

a. Hadis riwayat Bukhari

أنه سمع حدثنا أدم حدثنا شعبة حدثنا األسود بن قيس حدثنا سعيد بن عمرو

انا أمة قال أنه النبي صلى اهللا عليه وسلم عنماابن عمر رضى اهللا عنه

29 Ibid, hlm. 531 30 Ibid, hlm. 140 31 Ibid, hlm. 192

Page 84: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

يعني مرة تسعة و عشرين و ,, الشهر هكذ وهكذ, أمية ال نكتب وال نحسب

)رواه البخارى( .مرة ثالثين

Artinya: Nabi berkata sesungguhnya kita adalah umat yang ummi yang tidak bisa menulis dan menghisab bulan itu terkadang 29 hari dan terkadang 30 hari.(HR. Bukhari)32

b. Hadis Riwayat Bukhari

عن نا فع عن عبد اهللا بن عمر رضي هللا عنهما ان رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم

ال تصوموا حتى تروا الهالل وال تفطروا حتى تروه فان غم : ذآر رمضان فقال

)رواه البخارى( عليكم فاقدروا له

Artinya: Dari Nafi’ dari Abdillah bin Umar bahwasannya Rasulullah saw menjelaskan bulan Ramadhan, kemudian Beliau bersabda: janganlah kamu berpuasa sampai kamu melihat hilal, dan janganlah kamu berbuka (berhari raya) sebelum melihat hilal, jika tertutup awan maka perkirakanlah (HR. Bukhari)33

c. Hadis Riwayat Muslim dan Ibnu Umar

عن ابن عمر رضي اهللا عنهما قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم انما الشهر

فان غم عليكم تسع و عشرون فال تصوموا حتى تروه وال تفطروا حتى تروه

)رواه مسلم (فاقدروا له

Artinya: Dari Ibnu Umar ra. Berkata; Rasulullah bersabda; satu bulan itu hanya 29 hari, maka jangan kamu berpuasa sebelum melihat bulan, dan jangan berhari raya sebelum melihat hilal juga, dan jika tertutup awan maka perkirakanlah. (HR. Muslim)34

d. Hadis riwayat Abu Dawud dari Kuraib

32 Muhammad ibn Isma’il al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz III, Beirut; Daaru Al-

Fikr, tt, hlm.281 33 Ibid, hlm. 280 34 Abu Muslim bin alHajjaj, Shahih Muslim, jilid I, Beirut; Daaru Al-Fikr, tt,

hlm. 481

Page 85: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

ر اخبرني محمد بن ابي حدثنا موسى بن اسماعيل حدثنا اسماعيا يعني ابن جعف

قال , ان ام الفضل ابنة الحارث بعثه الى معاوية بالشام: حرملة اخبرني آريب

فاستهل عليه رمضان وانا بالشام فرأينا الهالل ليلة , حاجتهافقدمت الشام فقضيت

: ثم ذآر الهالل فقال , فسألني ابن عباس, ثم قدمت المدينة في اخر الشهر, الجمعة

, نعم ورأه الناس:قال انت رأيته؟ قلت. رأيته ليلة الجمعة: الل؟ قلت متى رأيتم اله

فال نزال نصومه حتى نكمل الثالثين , لكنا رأيناه ليلة السبت, وصاموا وصام معاوية

هكذا أمرنا رسول اهللا , معاوية وصيامه؟ قال الأفال تكتفي برؤية : فقلت, او نراه

)رواه أبي داود(.صلى اهللا عليه وسلمArtinya: Dari Kureb; Sesungguhnya Ummul Fadhal binti Al Harits

menyeru kepada Kureb ke Muawiyah di Syam, Kureb berkata; aku telah sampai di Syam terus menyelesaikan hajatnya Umul fadhal, dan kelihatan hilal Ramadhan kepadaku, sedang aku di Syam, aku melihat hilal pada malam Jum’at. Selajutnya aku datang di Madinah pada akhir bulan (Ramadhan), maka Abdullah bin Abbas tanya kepadaku.Abdullah bin Abbas membicarakan soal hilal (seraya bertanya; kapan kamu (Kureb) dan teman-temanmu melihat hilal? Maka aku jawab, Kita melihat hilal hari jum’at. Maka Abdullah bertanya lagi; kamu sendiri melihat hilal? Maka jawab Kureb; ya.. dan orang-orang juga melihat hilal dan berpuasa dan Muawiyah juga berpuasa). Maka Abdullah bin Abbas berkata; tapi kita melihat hilal pada malam Sabtu, maka kita selalu berpuasa sehingga bertakmil (mrnyempurnakan) tiga puluh hari. Aku (Kureb) bertanya; apakah kamu (Abdullah) tidak cukup mengikuti rukyahnya Muawiyah di Syam dan puasanya? Abdullah bin Abbas menjawab; Tidak, demikian inilah perintah Rasulullah saw.(HR. Abu Dawud)35

Dari hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim di atas Persis

menafsirkan kata Faqduru Lahu dengan ”hitunglah” yang pelaksanaannya

adalah dengan hisab. Dari pemahaman di ataslah yang menjadikan

pemikiran Persis ini berbeda dengan Jumhur Ulama’, Mazhab Rukyah

35 Abu Dawud Sulaiman bin al asy’ab al-sajstaani, Sunan Abu Dawud, Beirut;

Daaru Al-Fikr, tt, hlm. 540

Page 86: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

(Nahdlatul ’Ulama’) yang mana Faqduruu lahu dartikannya dengan

Istikmal (menyempurnakan umur bulan menjadi 30 hari) dengan dalil

hadis itu ditafsirkan dengan hadis lain yang secara visual dan jelas

menyebutkan dengan menyempurnakan umur bulan menjadi 30 hari.

Seperti hadis yang di riwayatkan Abu Dawud dari Ibnu Umar:

الشهر تسع و عشرون فال : سلم عن ابن عمر قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه و

غم عليكم فاقدروا له ثالثين) فاذا( فان تصوموا حتى تروه وال تفطروا حتى تروه

)رواه أبي داود(

Artinya: Dari Ibnu Umar berkata; Rasulullah saw. Bersabda Bulan itu 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihatnya, dan janganlah kalian berhari raya hingga kalian melihatnya pula, jika kalian terhalang maka perkirakanlah umur bulan 30 hari. (HR. Abu Dawud)36

Kemudian hadis yang diriwayatkan dari Kuraib difahami atas

berlakunya hasil hisab itu sendiri, yang mana bila hasil hisab

menunjukkan keberadaan hilal di satu daerah atau wilayah maka berlaku

untuk daerah tersebut tidak didaerah yang lain. Walaupun wilayah itu

dalam satu kekuasaan hukum seperti Indonesia ini. Hanya saja karena itu

akan mengakibat perpecahan umat maka daerah yang sudah positif

menunggu daerah yang masih negatif atau menurut istilah Saadoe’ddin

Djambek adalah ‘Membelokkan garis batas hari’, yang mana ini sejalan

dengan Qawaidul fiqhiyyah yaitu

درؤ المفاسد مقدم على جلب المصالح

36 Abu Dawud Sulaiman bin al asy’ab al-sajstaani, Op. Cit, hlm. 537

Page 87: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

“ Menolak kerusakan didahulukan atas sesuatu yang menarik

kebagusan”37

37 Abu Bakar bin Abil Qosim, Al-Fara-idu Al- Bahiyyah, Terj. Moh. Adib Bisri,

Al- Faraidu Al-Bahiyyah Risalah Qawa-Id Al- Fiqh, Kudus;Menara Kudus, 1977, hlm. 24

Page 88: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

BAB IV

ANALISIS METODE HISAB RUKYAH PERSIS DALAM

PENETAPAN AWAL BULAN QOMARIYAH

A. Analisis Metode Hisab Rukyah Persis Dalam Penetapan Awal Bulan

Qomariyah

Metode hisab rukyah Persatuan Islam (Persis) dalam menetapkan

awal bulan Qomariyyah ialah dengan hisab, mengikuti seorang ahli hisab

Persis sendiri yaitu KH. Abdurrahman. Persis pertamakalinya menerbitkan

Almanak pada tahun 1962, baru kemudian pada saat Persis melakukan

mu’tamar tahun 1995 yang kemudian Persis diketuai oleh Siddiq Amien

berdirilah Dewan Hisab Rukyah (DHR).1

Ini berbeda dengan Muhammadiyah yang pemikirannya dalalm hal

penetapan awal bulan Qomariyah ini tertuang dalam keputusan majlis

tarjih di Pencongan Wiradesa Pekalongan pada tahun 1972. dan Nahdlatul

Ulama’ (NU) yang secara formal pemikiran hisab rukyahnya tertuang

dalam keputusan Muktamar NU ke-27 di Situbondo 1984, Munas alim

ulama’ di Cilacap 1987 dan rapat kerja Lajnah Falakiyah NU di Pelabuhan

Ratu 1992.2

Dari sini terlihat bahwa Dewan Hisab Rukyah Persatuan Islam

(Persis) terkesan sebuah lembaga yang Independen, padahal Persis

1 Wawancara dengan Syarief Ahmad Hakim (Anggota DHR Persis), pada

tanggal 29 September 2007 2 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah Di Indonesia (Upaya Penyatuan Mazhab

Rukyah dengan Mazhab Hisab), Jogjakarta; Logung Pustaka, 2003, hlm. 94

Page 89: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

mempunyai lembaga hukum yang memproduk hukum yang disebut

Dewan Hisbah yang semulanya disebut dengan Majlis Ulama’ Persis,

sebenarnya akan lebih kuat lagi landasan pemikiran Persis dalam

penetapan awal bulan Qomariyah ini bila pemikirannya merupakan hasil

dari keputusan sebuah muktamar melalui dewan hisbah ini.

Adapun kreteria yang dipakai Persis mulai tahun 2000 M adalah

Imkan Al-Rukyah (kemungkinan hilal dapat dilihat) yang artinya

pergantian bulan itu di tentukan dengan hasil hisab dan posisi hilal atau

ketinggian hilal sekian derajat dari ufuk. sama seperti yang di pakai oleh

Pemerintah yang dalam hal ini adalah Departemen Agama. Walaupun

sebenarnya sebelumnya Persis menggunakan kreteria-kreteria yang lain

yaitu, Ijtima’ Qoblal Ghurub, Wujudul hilal disebagian wilayah Indonesia,

wujudul hilal diseluruh Indonesia, baru kemudian Imkan Al- Rukyah.

Sedangkan dalam melakukan perhitungan Persis tidak hanya

melakukan perhitungan di Bandung saja melainkan di kota-kota indonesia

yang secara garis besar menjadi titik penentu, karena Indonesia tidak

hanya Bandung saja, yaitu seperti Sabang, Pelabuhan Ratu, Jayapura dan

Meraoke.3

Secara garis besar ada dua metode dalam menghisab awal bulan

Qomariyah yaitu:

1. Hisab Urfi.

3 Wawancara dengan Ahmad Syarief Hakim, pada tanggal 04 Oktober 2007

Page 90: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Yaitu; menentukan awal bulan dengan perhitungan yang

didasarkan kepada peredaran bulan dan bumi rata-rata mengelilingi

matahari.

Dalam hisab Urfi ini, satu tahun terdiri atas 12 bulan

dimana umur tiap-tiap bulanya relatif tetap atau konstan ada yang

29 hari dan 30 hari( 30 hari untuk bula ganjil dan 29 hari untuk

bulan genap) kecuali umur bulan Dzulhijjah, ini tergantung apakah

tahun basithah atau tahun kabisat, bila tahun basithah berumur 29

hari dan bila kabisat berumur 30 hari. Dalam tahun Hijriyah satu

daurnya adalah 30 tahun, 11 tahun ditetapkan sebagai tahun kabisat

dan 19 tahun ditetapkan sebagai tahun basithah.4 Oleh karena

Hisab Urfi ini sangatlah sederhana, menggunakan bilangan yang

tidak pernah berubah maka hisab urfi ini tidak dapat digunakan

untuk menetapkan awal bulan Qomariyah.

2. Hisab Hakiki

Yaitu penentuan awal bulan Qomariyah dengan

perhitungan yang didasarkan kepada peredaran bulan dan bumi

sebenarnya. atau pengertian yang paling mudah menurut KH. Noor

Ahmad, yaitu perhitungan yang sudah bisa mengetahui posisi hilal

dan posisi matahari serta ketinggian hilal.

4 Lihat Slamet Hambali, Hisab Awal Bulan Sistem Ephemeris, Disampaikan

pada Pendidikan dan Pelatihan Hisab Rukyah Nasional Pondok Pesantren se Indonesia yang diselenggarakan oleh P.D. Pontern DEPAG RI, di Masjid Agung Jawa Tengah, 2007

Page 91: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Dalam hisab hakiki ini umur bulan tidaklah konstan seperti

pada hisab urfi, melainkan tergantung posisi hilal disetiap

bulannya.jadi bisa saja dua kali berturut-turut umur bulan itu 29

hari atau 30 hari.

Dari hisab hakiki ini kemudian muncul hisab hakiki taqribi,

hisab haikiki Tahkiki, dan hisab hakiki kontemporer, yang

membedakan adalah ; kalau hisab hakiki taqribi yang dijadikan

acuan dalam menetapkan awal bulan adalah apakah ijtima’ terjadi

sebelum matahari terbenam atau sesudah matahari terbenam, bila

mana ijtima’ terjadi sebelum matahari terbenam maka dapat

dipastikan ketika matahari terbenam hilal sudah di atas ufuk

(positif), dan sebaliknya bila ijtima’ terjadi setelah matahari

terbenam maka ketika matahari terbenam hilal masih dibawah ufuk

(negatif). Dan rumus yang digunakan dalam mencari ketinggian

hilal pun cukup sederhana, yaitu jarak antara ijtima’ dengan

ghurub dibagi dua adalah tinggi hilal saat ghurub atau Tinggi Hilal

= Jam Ghurub – Jam Ijtima’ x 1/2º. Namun kalau hisab hakiki bi

al-tahkik dan hisab hakiki kontemporer, proses perhitungan

dilakukan sangat cermat dengan menggunakan rumus-rumus

trigonometris (segitiga bola), sehingga hasil perhitungannya tidak

ada jaminan bahwa ;bilamana ijtima’ terjadi sebelum matahari

terbenam maka hilal di atas ufuk.5

5 Ibid

Page 92: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Dalam perhitungannya ada beberapa koreksi terhadap tinggi

hilal:

a. Berbeda dalam melihat (Parallaks /ikhtilaf al-mandhar),

dikurangkan. Dengan koreksi ini berarti tinggi hilal

diperhitungkan dari permukaan bumi tempat pengamat,

peninjau, bukan dari titik pusat bumi.

b. Seperdua garis tengah bumi (semidiameter), ditambahkan,

dengan koreksi ini berarti yang diukur adalah piringan atas

bulan, bukan titik pusat bulan.

c. Pembiasan Sinar (Refraksi), ditambahkan. Dengan koreksi ini

yang dihisab adalah tinggi melihat hilal, bukan tinggi nyata.

d. Kerendahan Ufuk (Dip, Ikhtilaf al-Ufuq), ditambahkan.

Dengan koreksi ini berarti tinggi nilai diperhitungkan dari

ufuq mar’i bukan dari ufuk hakiki. Kerendahan ufuk

ditimbulkan oleh ketinggian tempat pengamat, peninjau dari

atas permukaan air laut yang lainnya.

Dalam melakukan perhitungannya Persis mengalami

perubahan atau selalu berkembang, yang semula hanya

menggunakan sistem hisab hakiki taqribi dengan kreteria Ijtima’

Qoblal Ghurub dengan kitab Sullamunnayyiroin, kini sesuai

dengan perkembangannya Persis menggunakan sistem hisab

Ephemeris dengan kreteria Imkan Al-Rukyah. Dan pedoman ini

senantiasa akan selalu berkembnag seiring dengan perkembangan

Page 93: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

data-data kontemporer. Jika nanti ditemukan pedoman yang lebih

akurat dan modern, tidak menutup kemungkinan perubahan

pedoman dilakukan oleh Persis.6

Bergantinya satu kreteria ke kreteria lain yang dilakukan

oleh Persis ini menunjukkan bahwa metode dalam menetapkan

awal bulan Qomariyah ini terutama awal bulan Syawal, Ramadhan,

Dzulhijjah adalah bersifat Ijtihadiy, dan kebenaran dari hasil ijtihad

adalah relatif. Kebenaran muthlak hanya Allah yang tau tetapi

orang yang berijtihad dan orang-orang yang mengikutinya

meyakini kebenaran suatu keputusan ijtihad itu berdasarkan dalil-

dalil syari’ah dan empirik yang diperoleh.

Beralihnya kreteria Persis dari Wujudul Hilal ke Imkan Al-

Rukyah ini bukan tanpa alasan, melainkan ada beberapa hal yang

menjadi pertimbangan. Diantaranya; dari segi sumber dalil yang

dijadikan landasan untuk penentuan awal bulan Qomariyah

wujudul hilal ini hanya berdasarkan al-Qur’an saja. Adapun hadis-

hadis yang menjelaskan tentang praktek penentuan awal bulan

Qomariyah pada masa Rasul tidak dijadikan landasan hukum.

Padahal kalau kita lihat fungsi hadis adalah untuk menjelaskan atau

memperinci dalil-dalil al-Qur’an dalam hal ini tentang penentuan

awal bulan Qomariyah yang masih bersifat mujmal (global).

Kalaupun digunakan maka pengertian yang sebenarnya dari hadis-

6 Wawancara dengan Abdurrahman KS. (Ketua DHR Persis) pada tanggal 29

September 2007

Page 94: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

hadis tersebut diselewengkan, yaitu dengan menterjemahkan lafald

ra’a melihat dengan akal fikiran.

Untuk mengetahui kebenaran dari pendapat di atas, maka

lafald ra’a tersebut harus diuji dengan kaidah-kaidah bahasa yang

telah dibuat oleh para ahli ushul tentang makna-makna suatu lafald.

Lafald ra’a di atas dapat ditempatkan pada dua kemungkinan.

Kemungkinan pertama ra’a termasuk lafald musytarok,

yaitu suatu lafald yang mempunyai beberapa arti, dimana arti-arti

tersebut adalah : melihat dengan mata, melihat dengan akal pikiran

dan melihat dengan hati. karena persekutuan makna dalam nash

syar’i tersebut terjadi antara beberapa makna lughowi, maka

seorang mujtahid harus berijtihad untuk menentukan arti yang

dimaksud, sebab Syari’ niscaya tidak menghendaki seluruh arti

yang dimaksud, melainkan salah satu dari beberapa arti yang tiga

macam itu. Oleh karena itu seorang mujtahid harus mampu

menunjukkan qarinah atau dalil-dalil yang dapat menentukan arti

yang dikehendaki.7

Bagi yang mengartikan lafald ra’a melihat dengan mata

qarinahnya adalah konteks kalimat dari hadis-hadis tentang praktek

penentuan awal bulan Qomariyah di jaman Rasulullah saw, yang

salah satunya hadis di bawah ini :

7 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, Terj. Faiz el Muttaqin “ Kaidah

Hukum Islam”, Jakarta: Pustaka amani, 2003, hlm. 258

Page 95: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

ور ن أبي ث د ب صباح حدثنا الولي ن ال د ب دثنا محم حدثنا محمد بن اسماعيل ح

ال عن سم ى النبي : ا ك عن عكرمة عن ابن عباس ق . صعم .جاء أعربي ال

م ال نع ه اال اهللا؟ ق شهد أن ال ال ال أت ال , فقال اني رأيت الهالل ق شهد أن : ق أت

م ال نع وا اهللا؟ ق دا رس ال , محم دا : ق صوموا غ اس فلي ي الن الل أذن ف ا ب . ي

)رواه الخمسه(Artinya: Seorang badawi mendatangi Rasulullah saw, ia berkata:

“sesungguhnya saya telah melihat hilal (Ramadahan)” Rasul bertanya: “ apakah engkau mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah?” Orang badawi tersebut menjawab : “ya”. Rasul bertanya lagi : “ apakah engkau mengakui bahwa Muhammad itu Rasulullah?” Orang badawi menjawab : “ya”. Kemudian Rasul bersabda : hai Bilal beritaukanlah kepada orang-orang supaya berpuasa esok hari.8

Berdasarkan hadis di atas selain memberikan isyarat

tentang kesaksian dalam melihat bulan, kita mengetahui bahwa

melihatnya orang badawi (Arab gunung) adalah penglihatan

dengan mata kepalanya sendiri, bukan dengan akal pikirannya atau

dengan hatinya. Sesuai dengan keumuman masyarakat arab pada

waktu itu yang ummi, terlebih lagi bagi orang Arab gunung di atas,

tidak mungkin dia melihat hilal dengan akal pikirannya atau

dengan hasil hisabnya. Jadi lafald ra’a dalam hadis-hadis tentang

penentuan awal bulan Qomariyah memiliki arti melihat dengan

mata kepala karena dari segi konteks mengharuskannya demikian

dan juga tidak ada qarinah lain yang memalingkan artinya selain

melihat dengan mata.

8 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurat, Sunannut Turmudzi, Beirut; Daar Al-

Kutub Al-Amaliyah, Juz III, tt, hlm. 73

Page 96: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Kemungkinan kedua, lafald ra’a ini dikatagorikan lafald

hakiki atau majazi. Hakiki maksud arti yang sebenarnya sedangkan

majazi maksud arti pinjaman (bukan yang sebenarnya).9

Dalam hal ini para ahli ushul membuat kaidah sebagai

berikut:

1. Lafald hakikat (sebebarnya) harus diamalkan

menurut arti yang semula diciptakan untuknya.

2. jika suatu lafadl dapat diartikan arti hakiki dan

majazi hendaklah diartikan dengan arti yang

hakiki, karena arti hakiki itulah yang asli.

Jadi, berdasarkan kaidah di atas mengartikan ra’a melihat

dengan mata itu lebih shahih dibandingkan dengan melihat dengan

fikiran atau melihat dengan hati, karena melihat dengan mata

merupakan arti hakikinya (asli).

Dari argumen di atas sehingga Persis dalam hisabnya

menggunakan kreteria Imkan Al-Rukyah, karena kalau hanya

dengan kreteria wujudul hilal ada kemungkinan besar hilal itu

tidak dapat untuk di lihat, berbeda dengan Imkan Al-Rukyah

minimal ketinggian hilal 2 derajat maka kemungkinan besar hilal

akan dapat dilihat, walaupun dalam fakta empiriknya juga hilal

tidak dapat dirukyat, namun secara ilmiah seharusnya sudah dapat

dilihat dengan mata kepala.

9 Muhammad Jawar Mughniyah, Ilmu Ushul Fiqh, Beirut; Dar Al-Ilmi Li Al-

Malaayin, tt., hlm. 23

Page 97: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Menurut penulis hisab yang digunakan oleh Persis ini

sudah termasuk hisab yang mutakhir, karena Persis menggunakan

hisab Ephemeris, yang datanya selalu terbaru dan tersedia dalam

setiap jam. Disamping hisab ephemeris ini tergolong hisab

kontemporer, hisab ephemeris ini telah diakui keakurasiannya

sehingga termasuk salah satu hisab yang dipakai oleh Departemen

Agama dalam menetapkan awal bulan Qomariyah. Sehingga dapat

dikatan pula bahwa metode hisab yang digunakan oleh Persis ini

merupakan metode yang bisa digunakan untuk penetapan awal

bulan Qomariyah dan dapat dipertanggung jawabkan.

Sedangkan kreteria yang digunakan oleh Persis adalah

suatu kreteria yang cukup aman dari adanya perbedaan. Karena

kreteria Imkan al-Rukyah inilah yang digunakan oleh Pemerintah

yang dalam hal ini Departemen Agama untuk meminimalisir dan

bahkan menghilangkan adanya perbedaan yang selama ini terjadi.

Dengan tinggi hilal minimal 2 derajat, maka menurut kebiasaan di

Indonesia hilal sudah bisa dirukyah, yang artinya ketika tanggal 29

Qomariyah tinggi hilal suda 2 derajad. Maka mazhab rukyah

kemungkinan besar akan menetapkan bahwa malam itu dan

keesokan harinya tanggal baru karena hilal bisa dilihat, apalagi

mazhab hisab yang menggunakan kreteria wujudul hilal, sudah

barang tentu sama.

Page 98: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

B. Analisis Dasar Hukum Metode Hisab Rukyah Persis Dalam

Penetapan Awal Bulan Qomariyah

Dasar hukum yang digunakan oleh Persis dalam menetapkan awal

bulan Qomariyah antara lain:

a. Surat Al-Baqarah ayat 189

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, katakanlah; Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji, dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya[116], akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (QS.2;189)10

b. Surat Yaasiin ayat 39-40

⌧ ☺

⌧ ☺

10 Depag, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung; CV Penerbit Jumanatul ‘Ali-Art (J-ART), 2004, hlm. 29

Page 99: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Artinya: Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.(39) tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang.dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (40) (QS.36: 39-40)11

c. Surat Yunus ayat 5

☯ ☺ ☯ ☺

☺ Artinya: Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya

dan ditetapkannya manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesarannya) kepada orang-orang yang mengetahui.(QS.10:5)12

d. Surat Al-Rahman ayat 5

☺ ☺

Artinya: Matahari dan Bulan (beredar) menurut perhitungan. (QS.55:5)13

e. Surat Al-An’am ayat 96

☺ ☺

Artinya: Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk

11 Ibid, hlm.442 12 Depag, Op. Cit., hlm. 208 13 Ibid, hlm. 531

Page 100: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang maha perkasa lagi maha mengetahui. (QS.6:96)14

f. Surat Al-Taubat ayat 36

Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas

bulan dalam ketentuan Allah dieaktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan yang mulia. (QS.9:36)15

g. Hadis Nabi saw.

أنه سمع حدثنا أدم حدثنا شعبة حدثنا األسود بن قيس حدثنا سعيد بن عمرو

انا أمة قال أنه عن النبي صلى اهللا عليه وسلمماابن عمر رضى اهللا عنه

يعني مرة تسعة و عشرين و ,, الشهر هكذ وهكذ, ال نحسبأمية ال نكتب و

)رواه البخارى( .مرة ثالثين

Artinya: Nabi berkata sesungguhnya kita adalah umat yang ummi yang tidak bisa menulis dan menghisab bulan itu terkadang 29 hari dan terkadang 30 hari.(HR. Bukhari)16

h. Hadis Nabi saw.

ال اد ق ن زي د ب دثنا شعبة حدثنا محم ه : حدثنا أدم خ رة رضي اهللا عن ا هري سمعت أب

ول لم : يق ه وس ي صلى اهللا علي ال النب ال –ق ه : او ق م صلى اهللا علي و القاس ال أب ق

ز , صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته : موسل دة شعبام ثالثين أآملوا ع يكم ف ان غبي عل ف

)رواه البخارى(

14 Ibid, hlm. 140 15 Ibid, hlm. 192 16 Muhammad Ibn Isma’il Al- Bukhari, Shahih Bukhari, Juz III, Beirut; Dar al

Fikr, tt, hlm.281

Page 101: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Artinya: Berpuasalah karena melihat hilal, dan berbukalah karena melihat hilal, jika kalian semua tertutupi atau terhalangi maka sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi 30 hari.(HR. Bukhari)17

i. Hadis Nabi saw.

عن نا فع عن عبد اهللا بن عمر رضي هللا عنهما ان رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم

ال تصوموا حتى تروا الهالل وال تفطروا حتى تروه فان غم : ذآر رمضان فقال

)رواه البخارى( عليكم فاقدروا له

Artinya: Dari Nafi’ dari Abdillah bin Umar bahwasannya Rasulullah saw menjelaskan bulan Ramadhan, kemudian Beliau bersabda: janganlah kamu berpuasa sampai kam melihat hilal, dan janganlah kamu berbuka (berhari raya) sebelum melihat hilal, jika tertutup awan maka perkirakanlah (HR. Bukhari)18

j. Hadis Nabi saw.

عن ابن عمر رضي اهللا عنهما قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم انما الشهر

تسع و عشرون فال تصوموا حتى تروه وال تفطروا حتى تروه فان غم عليكم

)رواه مسلم (فاقدروا له

Artinya: Dari Ibnu Umar ra. Berkata; Rasulullah bersabda; satu bulan itu hanya 29 hari, maka jangan kamu berpuasa sebelum melihat bulan, dan jangan berhari raya sebelum melihat hilal juga, dan jika tertutup awan maka perkirakanlah. (HR. Muslim)19

k. Hadis Nabi saw.

يعني ابن جعفر اخبرني محمد بن ابي لحدثنا موسى بن اسماعيل حدثنا اسماعي

قال , ان ام الفضل ابنة الحارث بعثه الى معاوية بالشام: حرملة اخبرني آريب

الشام فرأينا الهالل ليلة فاستهل عليه رمضان وانا ب,فقدمت الشام فقضيت حاجتها

17 Ibid 18 Ibid, hlm 280 19 Abu Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim, jilid I, Beirut; Dar al Fikr, tt, hlm.

481

Page 102: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

: ثم ذآر الهالل فقال , فسألني ابن عباس, ثم قدمت المدينة في اخر الشهر, الجمعة

, نعم ورأه الناس:قال انت رأيته؟ قلت. رأيته ليلة الجمعة: متى رأيتم الهالل؟ قلت

فال نزال نصومه حتى نكمل الثالثين, لكنا رأيناه ليلة السبت, وصاموا وصام معاوية

هكذا أمرنا رسول اهللا , أفال تكتفي برؤية معاوية وصيامه؟ قال ال: فقلت, او نراه

) داودورواه أب(.صلى اهللا عليه وسلمArtinya: Dari Kureb; Sesungguhnya Ummul Fadhal binti Al Harits

menyeru kepada Kureb ke Muawiyah di Syam, Kureb berkata; aku telah sampai di Syam terus menyelesaikan hajatnya Umul fadhal, dan kelihatan hilal Ramadhan kepadaku, sedang aku di Syam, aku melihat hilal pada malam Jum’at. Selanjutnya aku datang di Madinah pada akhir bulan (Ramadhan), maka Abdullah bin Abbas tanya kepadaku.Abdullah bin Abbas membicarakan soal hilal (seraya bertanya; kapan kamu (Kureb) dan teman-temanmu melihat hilal? Maka aku jawab, Kita melihat hilal hari jum’at. Maka Abdullah bertanya lagi; kamu sendiri melihat hilal? Maka jawab Kureb; ya.. dan orang-orang juga melihat hilal dan berpuasa dan Muawiyah juga berpuasa). Maka Abdullah bin Abbas berkata; tapi kita melihat hilal pada malam Sabtu, maka kita selalu berpuasa sehingga bertakmil (menyempurnakan) tiga puluh hari. Aku (Kureb) bertanya; apakah kamu (Abdullah) tidak cukup mengikuti rukyahnya Muawiyah di Syam dan puasanya? Abdullah bin Abbas menjawab; Tidak, demikian inilah perintah Rosulullah saw.(HR. Abu Dawud)20

Memahami dari beberapa teks dari dasar hukum tersebut baik dari

Al-Qur’an maupun Al-Hadis, menjadi penyebab perbedaan dalam metode

dan kreteria yang dipakai oleh Persis dalam penetapan awal bulan

Qomariyah, terutama Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, yang rawan

dengan adanya perbedaan.

Kata Inna ummatun ummiyatun la naktubu wala nahsabu difahami

bahwa pada jaman dahulu yaitu masa nabi dan sahabat belum berkembang

20 Abu Dawud Sulaiman bin Al Asy’ab Al-Sajstaani, Sunan Abi Dawud, Beirut;

Daar Al Fikr, tt, hlm. 540

Page 103: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

bahkan belum menguasai tentang ilmu hisab, sehingga suatu hal yang

wajar bila dalam menentukan awal bulan Qomariyah dengan metode yang

sangat sederhana yaitu dengan melihat bulan dan dengan

menyempurnakan bilangan bulan (istikmal) bila bulan terhalang untuk

dilihat, namun diera sekarang sudah berbeda dengan dulu, sekarang ilmu

hisab yang dapat memastikan keberadaan bulan, matahari dengan akurasi

yang sangat tinggi sudah berkembang, sehingga hisab merupakan salah

satu metode yang dapat digunakan untuk menetapkan awal bulan

Qomariyah.

Namun perlu kita ketahui bahwa pertama kali orang yang

memperhatikan perbintangan atau bisa dikatakan penemu ilmu hisab

adalah Nabi Idris as. 21 dan Nabi Muhammad beserta shahabat adalah

Qurun setelah Nabi Idris as. Sehingga perlu dipertanyakan kembali

maksud dari pernyataan Nabi Muhammad saw. Tersebut yaitu inna

ummatun ummiyyatun la naktubu wa la nahsabu. Apakah seperti yang

difahami Persis atau mempunyai maksud yang lain.

Kata suumuu dan afthiruu, dalam hadis di atas adalah bentuk kata

amr yang berasal dari kata shoma, yashumu, shoumam wa shiyaaman dan

afthoro yufthiru ifthoron, yang bermakna berpuasalah dan berbukalah

(berhari rayalah).22 Dan bentuk amr sesuai dengan kaidah ushul

menunjukkan kata wajib.23 Kemudian dilanjutkan dengan kata liru’yatihi

21 Zubair Umar Jaelany, Al-Khulashoh Al-Wafiyah, Surakarta;Melati, tt, hlm. 5. 22 Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia,

Surabaya;Pustaka Progresif, 1997, Cet. IV, hlm. 804 dan 1063 23 Muhammad Jawwar Mughniyah, Op. Cit, hlm. 49

Page 104: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

yang berasal dari kata ra’a , yaraa, ra’yan wa ru’yatan, yang mempunyai

makna melihat (abshara), mengerti (adroka),

menyangka/menduga/mengira (hasiba)24 yang kemudian difahami oleh

Persis dengan melihat (abshoro) dengan qorinah hadis Nabi :

د بن أبي ثور عن سما ك حدثنا محمد بن اسماعيل حدثنا محمد بن الصباح حدثنا الولي

ال اس ق ن عب ة عن اب ي : عن عكرم ى النب ي ال اء أعرب ت . صعم.ج ي رأي ال ان فق

م ال نع ه اال اهللا؟ ق شهد أن ال ال ال أت ال, الهالل ق ال : ق وا اهللا؟ ق دا رس شهد أن محم أت

)ةرواه الخمس. (يا بالل أذن في الناس فليصوموا غدا: قال , نعمArtinya: Seorang badawi mendatangi Rasulullah saw, ia berkata:

“sesungguhnya saya telah melihat hilal (Ramadahan)” Rasul bertanya: “ apakah engkau mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah?” Orang badawi tersebut menjawab : “ya”. Rasul bertanya lagi : “ apakah engkau mengakui bahwa Muhammad itu Rasulullah?” Orang badawi menjawab : “ya”. Kemudian Rasul bersabda : hai Bilal beritaukanlah kepada orang-orang supaya berpuasa esok hari.25

Bahwa melihatnya orang Arab Badawi (Arab gunung) tentunya

dengan mata kepalanya bukan dengan ilmunya yang dalam hal ini adalah

hisab.karena mereka termasuk ummiyatun yang tidak bisa membaca dan

menulis. Sehingga menurut penulis bila dirangkai akan menjadi sebuah

perintah berpuasa dan berhari raya dikarenakan melihat hilal dengan mata

kepala, bukan dengan hisab. Dan bukan difahami sebagai kreteria dalam

hisab semata, seperti yang difahami oleh persis yaitu sebagai dasar atas

kreteria Imkan Al-Rukyahnya.

24 Ibid hlm. 460.

25 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurat, Sunannut Turmudzi, Beirut; Daar Al-Kutub Al-Amaliyah, Juz III, tt, hlm. 74

Page 105: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Kemudian hadis berikutnya yang juga diriwayatkan oleh Bukhari

menggunakan redaksi dengan bentuk nahi; la tashumu dan la tufthiru dan

diikuti dengan kata hatta tarauhu, sehingga secara lahir bisa difahami

bahwa kewajiban berpuasa dan berbuka (berhari raya) ditangguhkan

dengan melihat hilal artinya siapapun tidak boleh berpuasa dan berhari

raya hingga mereka telah melihat hilal. Namun bukan itu yang dimaksud,

melainkan cukup sebagian dari mereka saja, bahkan menurut jumhur

ulama’ cukup hanya dengan melihat hilalnya orang satu saja.26

Kata selanjutnya fain ghumma ‘alaikum faqduru lahu mengandung

dua pengertian pertama membedakan hukum ketika keadaan langit cerah

dan keadaan langit mendung, yaitu digantungkannya puasa dengan rukyah

ketika keadaan langit cerah, sedangkan ketika keadaan langit mendung

maka mempunyai hukum yang lain. Kedua tidak membedakan. Dalam hal

ini kebanyakan mazhab Hambali lebih cenderung ke pendapat pertama

sedangkan Jumhur Ulama’ lebih cenderung ke pendapat kedua, sehingga

kata faqduru lahu diartikan menyempurnakan sempurnanya bulan yaitu 30

hari, penakwilan ini didasarkan atas riwayat-riwayat lain yang

menjelaskan maksud faqduru lahu dengan kata fa’akmilu ’iddata

tsalatsina dan kata sejenisnya, karena lebih bagusnya menjelaskan hadis

adalah dengan hadis yang lain.27

Namun berbeda dengan apa yang telah di nuqil oleh Ibnul Aroby

dari Ibnu Suraij, bahwa kata faqduru lahu adalah ditujukan bagi mereka

26 Ahmad bin Ali bin Hajar al Asqolany, Fathul Bari bi Syarhi sohihil Bukhory, Baerut; Daar Al-Fikr,tt, hlm. 125.

27 Ibid, hlm. 121

Page 106: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

yang diberi anugrah oleh Allah dengan ilmu yang dalam hal ini adalah

ilmu hisab, sedangkan kata fa’akmilul ’iddata di tujukan bagi orang

umum.28

Dari perbedaan khitob dari kata faqduru lahu dan faakmilul iddata

jelas bahwa redaksi faqduru lahu lah yang dijadikan dasar oleh mazhab

hisab karena khitobnya memang bagi mereka yang menguasai ilmu hisab.

Namun perlu kita garis bawahi bahwa huruf fa’ yang ada di faqduru lahu

adalah merupakan fa’ jawab dari huruf in syarat yang ada di in ghumma

alaikum, sehingga beradasarkan hasil hisab itu digantungkan dengan

apabila kondisi langit dalam keadaan mendung, dengan kata lain bila

langit dalam keadaan cerah maka berdasarkan hadis di atas yang lebih

mendekati kebenaran adalah dengan rukyah.

Dari beberapa ayat Al-Qur’an yang dijadikan dalil oleh Persis

dalam penetapan awal bulan Qomariyah, menurut penulis tidak secara

tegas ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa penetapan awal bulan

Qomariyah adalah dengan hisab. hanya ayat-ayat tersebut memberikan

isyarat bahwa bulan dan matahari bisa dijadikan pedoman dalam

menetapkan waktu-waktu beribadah. Adapun surat 55:5 diartikan oleh

Ibnu Zaid dan Ibnu kaisan dalam kitab tafsirnya Al-Syaukany bahwa

dengan matahari dan bulan, waktu, ajal dan umur di hitung.29 Bulan dan

matahari disini bukan dijadikan sebagai obyek perhitungan namun justru

sebagai alat untuk menghitung waktu-waktu, ajal maupun umur.

28 Ibid, hlm 122. 29 Muhammad bin Ali bin Muhammad Al-Syaukani. Fath Al-Qodir, Beirut:Dar

Al-Kutub Al-Amaliyah, tt, juz V, hlm. 163

Page 107: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Dengan kata lain bahwa apa yang ditunjukkan dalam al-Qur’an

tersebut masih umum atau masih global, sehingga muncullah hadis hisab

rukyah yang sudah tidak asing lagi yaitu:

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فان أغمى عليكم فاقدروا له

Dan hadis-hadis yang sejenis dengan ini yang mungkin menggunakan

redaksi yang agak sedikit berbeda namun mempunyai maksud dan tujuan

yang sama. Hadis inilah yang memperjelas keglobalan yang terkandung

dalam al-Qur’an.

Dengan adanya hadis tersebut maka nampak bahwa yang

dimaksudkan dalam al-Qur’an di atas dan yang lebih mendekati kebenaran

adalah dengan rukyah, bukan dengan hisab. karena dengan adanya kata

fain ghumma kata rukyah dalam hadis di atas seharusnya diartikan sengan

melihat dengan mata kepala bukan dengan ilmu (ilmu hisab), karena bila

diartikan dengan melihat dengan ilmu (hisab), maka tidak akan pernah ada

kata fain ghumma, karena ada dan tidak adanya mendung tidak akan

pernah berpengaruh dengan hisab.atau dengan kata lain dengan hisab tidak

akan pernah terhalangi. Sedangkan hadis di atas walau dengan redaksi

yang berbeda selalu disertai dengan kata fain ghumma atau fain ughbiya.

Namun demikian bukan berari metode yang digunakan

Persis ini tidak dapat dijadikan pedoman dalam menetapkan awal bulan

Qomariyah, terutama Ramadhan, Syawal dab Dzulhijjah yang rawan akan

adanya perbedaan. Dengan kreteria imkan al-rukyah yang digunakan

dalam hisabnya Persis ini menjadikan metode hisabnya lebih mendekati ke

Page 108: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

metode rukyah. Dan bukan berarti pula mengesampingkan hasil

perhitungan hisab. hisab sangat penting untuk memandu dalam

melaksanakan rukyah. Bahkan ulama’ Syafi’iyyah sendiri memberikan

tempat yang layak kepada hasil perhitungan hisab. seperti tercermin dalam

ungkapan-ungkapan yang membolehkan ahli hisab dan orang-orang yang

mempercayai hisabnya untuk berpuasa dan berhari raya. Imam Nawawi al-

Jawi misalnya menyatakan bahwa ’’bagi ahli hisab dan yang

mempercayainya boleh dan wajib melaksanakan puasa berdasarkan

hisab’’.30

30 Al-Nawawi, Kasifah al-Saja, Alma’arif;Bandung, tt, hlm. 116

Page 109: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam penetapan awal bulan Qomariyah Persatuan Islam (Persis)

menggunakan metode hisab. yaitu mengikuti ahli hisabnya Persis (KH.

Abdurrahman) yang pada waktu itu (1962) Persis baru pertamakalinya

menyusun Al-Manak. Sedangkan hisab yang digunakan adalah hisab

Ephemeris, pada awalnya Persis memakai hisab Sullam Al-Nayyiroin,

namun karena sesuai perkembangan dan akurasi data yang dipercaya

kini Persis menggunakan hisab yang mutakhir yaitu Ephemeris.

Sedangkan kreteria yang digunakan dalam hisabnya persis juga

mengalami perkembangan pada awalnya Persis menggunakan Ijtima’

Qoblal Ghurub, kemudian Wujud Al-Hilal (disebagian wilayah

Indonesia), kemudian Wujud Al-Hilal (diseluruh wilayah Indonesia)

dan kini menggunakan kreteria Imkan al- Rukyah (kemungkinan hilal

bisa dilihat) atau kreteria MABIMS yaitu:

- Tinggi hilal minimal 2 derajat

- Selisish azimuth matahri dan bulan minimal 3 derajat dan

- Umur bulan minimal 8 jam.

Sehingga walaupun Persis ini menggunakan metode hisab dalam

menetapkan awal bulan Qomariyah, namun dengan menggunakan

kreteria imkan al-rukyah maka hampir sama dengan metode rukyah.

Page 110: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Dalam artian kemungkinan berbeda dengan metode rukyah dalam

penetapan awal bulan Qomariyah itu sedikit.seperti yang terjadi pada

1 Syawwal 1428 Persis dengan Nahdlatul Ulama’ sama yaitu jatuh

pada tanggal 13 Oktober 2007, namun tidak dengan Muhammadiyah,

karena walaupun sama-sama menggunakan hisab tapi berbeda dalam

memakai kreteria.

2. Dasar hukum atas penetapan awal bulan Qomariyah yang digunakan

oleh Persatuan Islam (Persis) tidak beda jauh dengan dasar hukum

yang digunakan oleh Ormas-ormas lain ataupun Pemerintah. Yaitu

bersumber dari Al-Quran Al-Karim (QS. 2:189, 36:39-40, 10:5, 55:5,

6:96) dan hadis Nabi, hanya saja menurut penulis apa yang terkandung

dalam Al-Qur’an tersebut belum secara jelas menunjukkan bahwa

penetapan awal bulan Qomariyah adalah dengan hisab, melainkan

hanya memberikan isyarat bahwa bulan dan matahari bisa dijadikan

dasar mengetahui waktu apakah itu dengan melihat atau menghitung.

Surat 55:5 misalnya justru bulan dan matahari sebagai alat dalam

perhitungan bukan sebagai obyek perhitungan. Sehingga muncullah

hadis sumu lirukyatihi...sebagai penjelas Al-Qur’an tersebut.dan

dengan adanya kata fain ghumma dalam hadis tersebut maka kata

rukyah tidak bisa difahami kecuali melihat dengan mata kepala. Bukan

melihat dengan ilmu (ilmu hisab). sementara kita tidak pernah

menjumpai hadis sumu lirukyatihi...atau sejenisnya tanpa disertai

dengan kata fain ghumma. Menurut penulis itu menandakan bahwa

Page 111: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

yang lebih mendekati kebenaran dalam penetapan awal bulan

Qomariyah adalah dengan rukyah bukan dengan hisab. hanya saja

tidak mengabaikan hisab karena dengan hisab dapat kita jadikan

pedoman dalam pelaksanaan rukyah.

B. Saran-saran.

1. Para Ormas Islam yang ada di Indonesia yang biasanya mengeluarkan

ketetapan sendiri selain ketetapan pemerintah, seperti Nahdlatul

Ulama’, Muhammadiyah, Persatuan Islam dan Hisbut Tahrir, terutama

menjelang awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, hendaknya

menunggu hasil isbat Departemen Agama baru di umumkan kepada

anggotanya masing-masing. Sehingga tidak lagi terjadi beda hari raya

yang dapat memecah-belah umat Islam di Indonesia.

2. Perbedaan penetapan awal bulan Qomariyah yang terjadi, sebenarnya

bukan semata-mata karena perbedaan metode Hisab dan metode

Rukyah semata. Melainkan sebenarnya dalam hisab sendiri dan dalam

rukyah sendiri ada hal-hal yang belum disepakati. Kemudian yang

paling utama adalah bila mana antara Ormas dan Pemerintah

menyepakati satu kreteria maka perbedaan itu akan dapat kita atasi,

dan itupun tidak cukup diungkapkan belaka, melainkan harus

dijalankan dengan penuh kesadaran beragama dan bernegara.

3. Karena Ilmu Hisab merupakan ilmu yang langka, marilah kita pelihara

dan kita kembangkan sehingga ilmu ini bisa diketahui oleh banyak

Page 112: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

masyarakat, karena ilmu ini sangat penting dan bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari seperti waktu shalat dan arah qiblat, dan juga

dalam setiap bulan dan tahun seperti bulan-bulan yang ada kaitanya

dengan pelaksanaan ibadah wajib. Penulis sangat apresiatif pada IAIN

Walisongo dengan adanya prodi baru di Fakultas Syari’ah yaitu

Takhossus Falak, karena dengan demikian IAIN Walisongo semarang

benar-benar memperhatikan Ilmu Falak khususnya Fakultas Syari’ah.

C. Penutup

Demikian yang dapat penulis susun dan sampaikan. Rasa syukur

penulis haturkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan petunjuk

serta kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Meskipun telah berupaya dengan optimal, penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan dari berbagai

segi dan jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah,

sehingga saran dan kritik konstruktif penulis harapkan untuk kebaikan dan

kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Page 113: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

DAFTAR PUSTAKA Al-Asqolany, Ahmad bin Ali bin Hajar, Fathul Bari bi Syarhisohihil

Bukhory, Baerut; Darul Fikr,tt, hlm. 125. Al-Bukhari, Muhammad ibn Isma’il, Shohih bukhori, Juz II, Beirut; Dar al

Fikr, tt ______, Shohih Bukhari, Juz III, Beirut; Dar al Fikr, tt. Abil Qosim, Abu Bakar, al-Fara-idul bahiyyah, Terj. Moh. Adib Bisri, al-

Faraidul bahiyyah Risalah Qawa-Id Fiqh, Kudus;Menara Kudus, 1977.

Al-Hajjaj, Abu Husain Muslim , Al jami'u Al Shohih, jilid III, Beirut; Dar

Al- Fikr, tt . ______, Shohih Muslim, jilid I, Beirut;Dar al Fikr, tt. Al-sajstaani, Abi Dawud Sulaiman bin al asy’ab, Sunan Abi Dawud,

Beirut; daar al Fikr, tt. Al-Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Kamus Arab –

Indonesia, Surabaya;Pustaka Progresif, 1997, Cet. IV. Anam, A. Syifa'ul, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyyah Dalam

Kitab Khulasoh Al Wafiyyah dengan Metode Haqiqi Bi Tahqiq, Skripsi Sarjana Fakulta Syari'ah IAIN Walisongo Semarang, 2001, tp.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta; Penerbit Rineka Cipta, 2002. Azhari, Susiknan, Pembaharuan Pemikiran Hisab Di Indonesia, Studi atas

pemikiran Saadudin Djambek, PustakaPelajar;Yogyakarta;2002, ______, Ensiklopedi Hisab Rukyah, yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005 ______, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia,(studi Analisis

Pemikiran Saadoe'ddin Djambek), Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cetakan I, 2002.

Azwar, Saifuddin, MA. Metode Penelitian, Yogyakarta;Pustaka Pelajar,

Cet IV, 2004

Depag, Badan Hisab dan Rukyat, Almanak hisab rukyat, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam;Jakarta, 1981

Page 114: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

______, Pedoman Tehnik Rukyah,Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam;1994/1995.

______, Al Qur'an dan terjemahannya, Bandung; CV Penerbit Jumanatul Ali-ART, 2005.

______, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah Dengan Ilmu Ukur Bola: Bagian Proyek Pembinaan Administrasi Hukum Dan Peradilan Agama;Jakarta,tt

______, Jurnal Hisab Rukyat, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam :Jakarta, 1999/2000.

Djamaluddin, Thomas, Menuju Penyatuan Kalender Islam di Indonesia

dan Tinjauan Kreteria Posisi Hilal diatas Ufuk, disampaikan pada “sosialisasi Hisab Rukyah PD Persisi Kab. Bandung” tanggal 14 oktober 2006.

______, Menggagas Fiqh Astronomi (Telaah Hisab Rukyah dan

Pencarian Solusi Perbedaan hari raya), Bandung: Kaki Langit, 2005.

______, Menuju Penyatuan Kalender Islam Di Indonesia, yang disampaikan pada acara seminar Nasional dan Launching Program Studi Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah Konsentrasi Ilmu falak Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang pada tanggal 9 Agustus 2007 di Auditorium I lt.2 IAIN Walisongo-Semarang

Djambek, Saadoe’ddin, Hisab Awal Bulan, Jakarta ;Tintamas, 1976. Federspiel, Howard M., Persatuan Islam Pembaharuan Islam Indonesia

Abad XX, Judul Asli, Persatuan Islam;Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia, Penerjemah;Yudian W. Asmin dan H. Afandi Mochtar, Yogyakarta;Gadjah Mada University Press, 1996,

Hakim, Syarief Ahmad, Kriteria Wujudul Hilal dan Imkanur Rukyah

Dalam Tinjauan Syara’, Makalah disampaikan dalam acara Muthala’ah dan Mubahasah PW Pemuda Persis DKI Jakarta, di Masjid al-Husaini, Johar baru, Ahad, 26 Agustus 2007

Hambali, Slamet, dalam Makalah yang disampaikan pada lokakarya

Imsyakiyyah Ramadhan 1425 H. di IAIN Walisongo Semarang hari Rabu, 15 September 2004, dengan judul; Hisab Hakiki Untuk Awal Ramadhan dan Syawal 1425 H. 2004 M. Menggunakan Sistem Ephemeris, dengan Markaz Pantai Marina Semarang.

Page 115: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

______, Melacak Metode Penentuan Poso &Riyoyo Kalangan Keraton Yogyakarta, Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang, 2003,tp.

______, Hisab awal bulan sistem ephemeris, disampaikan pada pendidikan dan pelatihan hisab rukyah nasional pondok pesantren se indonesia yang diselenggarakan oleh P.D. Pontern DEPAG RI Masjid Agung Jawa Tengah tgl 3 samapi 7 September 2007.

Hafidz, Endang Sirodjuddin et al.,. Pergulatan pemikiran Kaum Muda

Persis, Bandung ;Granada, 2006 Izzuddin, Ahmad, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab-Rukah Praktis dan

Solusi Permasalahannya), Komala Grafika;Semarang, 2006, ______, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia ( Upaya Penyatuan Mazhab

Rukyah dengan Mazhab Hisab) Yogyakarta; Logung pustaka,, cet. I, 2003.

______, Pemikiran Hisab Rukyah Abdul Djalil (Studi Atas Kitab Fath al-Rauf al-Mannan) Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang,2005. tp.

______, Fiqh Hisab Rukyah Kejawen (Studi Atas Penentuan Poso dan Riyoyo Masyarakat Dusun golak Desa Kenteng Ambarawa Jawa Tengah) Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang, 2006, tp.

______, Melacak Pemikiran Hisab Rukyah Tradisional (Studi Atas Pemikiran Muhammad Mas Manshur al-Batawi) Penelitian Individual IAIN Walisongo Semarang, 2004, tp.

Jaelany, Zubair Umar, al-Khulashoh al-Wafiyah,Surakarta;Melati, tt. Khazin, Muhyiddin, Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta; Buana Pustaka, 2005. ______, Ilmu Falak Dalam teori dan Praktik, Yogyakarta; Buana Pustaka,

Cet. I, 2004. Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fikih, Terj. Faiz el Muttaqin “ Kaidah

Hukum Islam”, Jakarta: Pustaka amani, 2003. Kamiluddin, Uyun, Menyorot Ijtihad Persis (Fungsi dan Peranan dalam

Pembinaan Hukum islam di Indonesia), Bandung; Tafakur,2006. M. Amirin, Tatang, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta;PT

RadjaGrafindo Persada, 1995. Mughniyah, Muhammad Jawar, Ilmu Ushul Fiqh, Beirut; Darul Ilmi Lil

Malaayin, tt.

Page 116: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Nasution, Harun, Ensiklopedi Islam Indonesia, cet. I (Jakarta;Djambatan,1992).

P. Simamora, Ilmu Falak (Kosmografi), CV. Pedjusng Bangsa;Jakarta,

1985. Qanun Asasi-Qanun Dakhili Penjelasan Qanun Asasi-Qanun Dhakhili

Pedoman Kerja Program Jihad 2005-2010 Persatuan Islam (Persis), Bab I Pasal 1 No 1 dan 2, Bandung;Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), 2005.

Rahmat, Asep Basuki, Menelusuri Pemikiran Keagamaan KH. A.

Ghazali, Bandung ;RSIN FIKR, 2004, hlm 41, lihat juga Ki Udin, ”KH Ali Ghazali Ulama Ahli hisab”, Akhbarul Jam’iyyah,VII16, April-Juni, 2007.

Rofiq , Ahmad, Fiqh Kontekstual (dari Normatif ke Pemaknaan Sosial),

Pustaka Pelajar ; Yogyakarta, Cetakan I, 2004. Ruskanda, S. Farid, dkk., Rukyah Dengan Teknologi (Upaya mencari

Kesamaan Pandangan tentang Penentuan Awal ramadhan dan Syawal, Gema Insani Press;Jakarta, 1994.

Saurat,Abi Isa Muhammad bin Isa, Sunannut Turmudzi, Beirut; Daarul

Kutub al Amaliyah, Juz III, tt. Supriatna,Encup, Hisab Rukyah dan Aplikasinya, Bandung:PT Radika

Aditama, 2007, hlm xii. Lihat juga Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005.

Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif ; Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta ; Rajawali, 1986. Taufiq, M. Analisis Terhadap Penentuan Awal Bulan Qomariyyah

Menurut Muhammadiyah Dalam Perspektif Hisab Rukyah Di Indonesia, Skripsi Sarjana Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang, 2006, tp.

Wawancara dengan Abdurrahman KS (Ketua DHR Persis) dan Syarif

Ahmad Hakim (Anggota DHR Persis) di Bandung pada tanggal 29 September 2007.

Wawancara dengan Hazmiludi, Sekretaris Umum Persis, pada tanggal 30

Juli 2007. Wawancara dengan Dr. Thomas Djamaluddin pada tanggal 30 Juli 2007.

Page 117: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Wawancara dengan Syarief Ahmad Hamkim (Anggota DHR Persis), pada tanggal 04 Oktober 2007 .

Widiana, Wahyu, MA, Sambutan dalam Buku Menggagas Fiqh

Astronomi, (telaah Hisab Rukyat dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya), Bandung;Kaki Langit, 2005.

www.mutoha.blogspot.com/2006/09/hilal-ramadhan.html. www.alexbudiyanto.web.id www.indomedia.com/tribunjabar

Page 118: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

N a m a : Sudarmono

Tempat Tanggal Lahir : Grobogan 10 April 1981

Alamat Asal : Jl. Teratai no 268 Rt 03 / IX Pangkalankuras

Pelalawan Riau

Alamat Sekarang : Jl. Beringin Putih D7 No. 4 Rt 03 Rw 09 Beringin

Ngaliyan Semarang

Jenjang Pendidikan :

a. Pendidikan formal

1. Sekolah Dasar Negeri 004 Sorek Satu Pangkalankuras Kampar

Riau lulus tahun 1992

2. Sekolah menengah Umum Tingkat Pertama Negeri Sorek Satu

Pangkalankuras Kampar Riau lulus tahun 1995

3. Sekolah Menengah Umum Budi Luhur Gabus Grobogan lulus

tahun 2003

b. Pendidikan Informal

1. Madrasah Tsanawiyah ”Manbaul Ulum” Bandungsari Ngaringan

Grobogan lulus tahun 2000

2. Madrasah Aliyah ” Manbaul Ulum” Bandungsari Ngaringan

Grobogan lulus tahun 2003

3. Pondok Pesantren ”Al-Ma’ruf” Bandungsari Ngaringan Grobogan

1997-2003

4. Pondok Pesantren ”Daarun Najaah” Jrakah Tugu Semarang 2003-

2004

Semarang 13 Desember 2007

Sudarmono

NIM. 2103118

Page 119: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan
Page 120: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

CONTOH HISAB HAKIKI SISTEM EPHEMERIS UNTUK AWAL SYAWWAL 1428 H. DENGAN MARKAS KOTA BANDUNG JAWA BARAT

( 107º 37’ BT 6º 57’ LS dan H; 100 m)

Melakukan Konversi dari Hijriyah ke Masehi. 29 Ramadhan 1428 H. Dengan langkah-langkah sebagai berikut 1. Menghitung Perkiraan Akhir Dzulhijjah 1427 H.

1427 /30 = 47 x 10631 = 499.657 hr Sisa 17 = 17 x 354 + 6 (k) = 6. 024 hr Akhir Dzulhijjah 1427 H. s/d 29 Ramadhan 1428 h = 265 hr Jumlah 505 946 hr Selisih (H – M) = 227 012 hr+ Jumlah 732 958 / 1461 = 501. (501 x 1461) = 731 961 – Sisa = 997 / 365 = 2 th M. (2 x 365) = 730 – Sisa = 267 Th 1 M + 501 x 4 + 2 = th 2007 M Anggran Consili & Gregorius (3+10+3) = 16 + Jumlah 283 Akhir Bln Masehi Sempurna (September 2007) = 273 – Sisa = 10 Sisa 10 adalah 10 Oktober 2007M. Kesimpulannya menurut sistem hisab istilahi 29 Ramadhan 1428 H bertepatan tanggal 10 Oktober 2007 M. Hari dan Pasarannya Rabu Kliwon (dengan tabel Almanak Sepanjang Masa)

2. Menentukan terjadinya ijtima’ yang diperkirakan terjadi sekitar 10 Oktober 2007 M. Dengan langkah:

a. FIB terkecil pada tgl 10 Oktober 2007M. Cahaya bulan terus menurun dan terendah diperoleh pada tanggal 11 Oktober 2007 M. Pkl 4 GMT, pkl 5 GMT, pkl 6 GMT. Perhatikan 2 ketentuan yaitu: pertama; Al harus lebih kecil dari EL. Kedua; AL harus lebih besar dari EL. Ternyata didapatkan: antara pkl 5 dan 6 GMT / 12 dan 13 WIB. Jam GMT EL AL 05 197º30’24” 197 º29’16” 06 197 º32’53” 197 º59’05”

b. Mencari saat Ijtima’ dengan interpolasi dengan rumus: Ijtima’ : J1 + ((EL1 – AL1) / (( AL2 – AL1) – (EL2-EL1))) = 05 +((197 º30’24” - 197 º29’16”) / ((197 º59’05” - 197 º29’16”) -197 º32’53” - 197º30’24”))) = 05. 02 29.27 GMT + 7 (wib) = 12. 02 29 WIB

3. Menentukan terbenam matahari di kota Bandung pada tanggal 11 Oktober 2007M.

a. Menghitung tinggi matahari saat terbenam dengan rumus Ho = -(ku + Ref + sd)

Page 121: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Ku = 0º1.76’√ h =0º1.76’√ 100 m =0º17’36” Ho = -(0º17’36” + 0 º34’ +0 º16’) = -1 º7’36”

b. Menentukan deklenasi matahari dan Equation of Time taqribi. perkiraan maghrib jam 18.00 WIB atau 11 GMT. Diperoleh data: D= -6 º 57’57” e= 0. 13 10

c. Menentukan sudut waktu taqribi matahari dengan rumus: Cos t= sin h / cos P/ cos D – tan P x tan D = sin -1 º7’36” / cos -6º 57’ / cos-6 º 57’57” - tan cos -6º 57’ x tan -6 º 57’57” To = 91º59’49.61” = 6. 07 59.31 =12 + (6º7’59.31”) =18º7’59.31” – (0º13’10’) + ((105 - 107º37’)/15) =17º44’22” (WIB)

d. Menentukan Deklenasi dan (e) hakiki pada pkl 17.44 22 WIB Dengan cara melakukan takdil dengan rumus : D= D1 –(D1 – D2) x Sisa D1 (pk 17 WIB/ 10 GMT) =-6º57’00” D2 (pk 18 WIB/ 11 GMT) =-6º57’57” S (sisa) = 0º44’22” -6º57’00” – (-6º57’00”- -6º57’57”) x 0º44’22” = -6º57’42.15” E1 (pk 17 WIB/ 10 GMT) = 0º13’09” E2 (pk 18 WIB/ 11 GMT) = 0º13’10” 0º13’09” – (0º13’09” - 0º13’10”) x 0º44’22” = 0º13’09.74”

e. Menentukan sudut waktu matahari hakiki = Sin -1 º7’36” / cos -6º 57’ / cos-6 º 57’42.15” - tan cos -6º 57’ x tan -6 º 57’42.15” = 91º59’47.73” = 6º7’ 59.18” = 17. 44 22 WIB

4. Menetukan Azimuth Matahari saat terbenam. Cotan Ao = tan D x Cos P / Sin to – Sin P / tan to = tan -6 º 57’42.15” x cos-6º 57’/ sin 91º59’47.73” – sin -6º 57’ / tan 91º59’47.73” = - 82º50’48.21” = 180 + 82º50’48.21” AZo = 262º50’48”

5. Menentukan Apparent Righ Ascension Matahari (ARAo) dengan rumus takdil. ARAo1 (pk 17 WIB/ 10 GMT = 196º19’42”

Page 122: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

ARAo2 (pk 18 WIB/ 11 GMT = 196º22’00” S (sisa) = 0º44’22” = 196º19’42” – (196º19’42” - 196º22’00”) x 0º44’22” = 196º21’24”

6. Menentukan Apparent Righ Ascension Bulan (ARA() ARA( 1 (pk 17 WIB/ 10 GMT = 197º04’34” ARA( 2 (pk 18 WIB/ 11 GMT = 197º31’50” = 197º04’34” – (197º04’34” - 197º31’50”) x 0º44’22” = 197º24’43”

7. Menentukan sudut waktu bulan T = ARAo +to – ARA(

=196º21’24” + 91º59’47.73” - 197º24’43” = 90º56’28.73”

8. Menentukan Deklenasi bulan D1 = -11º05’23” D2 = -11º18’28” Sisa= 0º44’22” D( = -11º05’23” – (-11º05’23” - -11º18’28”) x 0º44’22” = -11º15’03.46”

9. Menentukan tinggi bulan hakiki Sin h( = Sin P x Sin D( + Cos P x Cos D( x Cos t(

= Sin -6º 57’ x Sin -11º15’03.46” + Cos -6º 57’ x Cos -11º15’03.46” x Cos 90º56’28.73”

= 0º26’10.59” 10. Menentukan tinggi hilal mar’i ( Dengan koreksi-koreksi yang diperlukan)

a. Parallaks, untuk mengurangi tinggi hilal hakiki HP1 = 0º54’08” HP2 = 0º54’08” Sisa = 0º44’22” = 0º54’08” – (0º54’08” - 0º54’08”) x 0º44’22” = 0º54’08” Parallaks = HP x Cos h(

0º54’08” x Cos 0º26’10.59” = 0º54’07.91”

b. Refraksi, untuk menambah tinggi hilal hakiki Ref1 (h= + 0º 26’) = 0º25.5’ Ref2 (h= + 0º 29’) = 0º25.1’ Sisa = ((0º26’10.59” - 0º 26’)/( 0º 29’ - 0º 26’)) Ref = 0º25.5’ – (0º25.5’ - 0º25.1’) x ((0º26’10.59” - 0º 26’)/( 0º 29’ - 0º 26’)) = 0º 25’ 28,59”

c. Kerendahan ufuk, untuk menambah tinggi hilal hakiki (0º 17’ 36”) H’( = H – Par+Ref+Ku = 0º26’10.59” - 0º54’07.91” + 0º 25’ 28,59” + 0º 17’ 36” = 0º 15’ 07,27”

Page 123: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

11. Menentukan Azimuth hilal

Cotan A= Tan D x Cos P / Sin t – Sin P / tan t = Tan -11º 15’03.46” x cos-6º 57’/ sin 90º56’28.73” – sin -6º

57’ / tan 90º56’28.73” = -78º43”06.81” AZ = 180 + 78º43”06.81” = 258º43”06”

12. Menentukan Posisi hilal P( = AZ( - AZo = 258º43”06” - 262º50”48” = -4º 07’ 41.19” (sebelah selatan matahari terbenam)

Dari hasil hisab diatas dapat disimpulkan: 1. Ijtima’ akhir Ramadhan 1428 H. Terjadi pada hari kamis tanggal 11 Oktober

2007 M. Pada pukul 12. 02 10 WIB 2. Matahari terbenam pada pukul 17. 44 22 WIB 3. Tinggi hilal hakiki 0º 26’ 10.59” 4. Tinggi hilal mar’i 0º 15’ 07,27” 5. Azimuth Bulan 258º43”06” 6. Azimuth Matahari 262º50”48” 7. Posisi hilal -4º 7’ 41.19” (sebelah selatan matahari terbenam)

Page 124: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

CONTOH HISAB HAKIKI SISTEM EPHEMERIS UNTUK AWAL RAMADHAN 1428 H. DENGAN MARKAS KOTA BANDUNG JAWA BARAT

( 107º 37’ BT 6º 57’ LS dan H; 100 m)

Melakukan Konversi dari Hijriyah ke Masehi 29 Sya’ban 1428 H. Dengan langkah-langkah sebagai berikut

1. Menghitung Perkiraan Akhir Dzulhijjah1427 H. 1427 /30 = 47 x 10631 = 499.657 hr Sisa 17 = 17 x 354 + 6 (k) = 6. 024 hr Akhir Dzulhijjah 1427 H. s/d 29 Sya’ban 1428 h = 236 hr Jumlah 505 917 hr Selisih (H – M) = 227 012 hr+ Jumlah 732 929 / 1461 = 501. (501 x 1461) = 731 961 – Sisa = 968 / 365 = 2 th M. (2 x 365) = 730 – Sisa = 238 Th 1 M + 501 x 4 + 2 = th 2007 M Anggran Consili & Gregorius (3+10+3) = 16 + Jumlah 254 Akhir Bln Masehi Sempurna (Agustus 2007) = 243 – Sisa = 11 Sisa 11 adalah 11 September 2007M. Kesimpulanya menurut sistem hisab istilahi 29 Sya’ban 1428 H bertepatan tanggal 11 September 2007 M. Hari dan Pasarannya Selasa Legi (dengan tabel Almanak Sepanjang Masa)

2. Menentukan terjadinya ijtima’ yang diperkirakan terjadi sekitar 11 September 2007 M. Dengan langkah: a. FIB terkecil pada tgl 11 Oktober 2007M. Cahaya bulan terus menurun

dan terendah diperoleh pada tanggal 11 Oktober 2007 M. Pkl 11 GMT, pkl 12 GMT, pkl 13 GMT. Perhatikan 2 ketentuan yaitu: pertama; Al harus lebih kecil dari EL. Kedua; AL harus lebih besar dari EL. Ternyata didapatkan: antara pkl 12 dan 13 GMT / 19 dan 20 WIB. Jam GMT EL AL 12 168º23’02” 168 º01’20” 13 168 º25’28” 168 º32’03”

b. Mencari saat Ijtima’ dengan interpolasi dengan rumus: Ijtima’ : J1 + ((EL1 – AL1) / (( AL2 – AL1) – (EL2-EL1))) = 05 +((168º23’02”- 168 º01’20”) / ((168 º32’03”- 168 º01’20”) -168 º25’28”- 168º23’02”))) = 12. 46 2.05 GMT + 7 (wib) = 19. 46 2.05 WIB

3. Menentukan terbenam matahari di kota Bandung pada tanggal 11 September 2007M.

a. Menghitung tinggi matahari saat terbenam dengan rumus Ho = -(ku + Ref + sd)

Page 125: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Ku = 0º1.76’√ h =0º1.76’√ 100 m =0º17’36” Ho = -(0º17’36” + 0 º34’ +0 º16’) = -1 º7’36” b. Menetukan deklenasi matahari dan Equation of Time

taqribi.perkiraan maghrib jam 18.00 WIB atau 11 GMT. Diperoleh data:

D= 4 º36’41” e= 0. 13 13 c. Menentukan sudut waktu taqribi matahari dengan rumus: Cos t= sin h / cos P/ cos D – tan P x tan D = sin -1 º7’36” / cos -6º 57’ / cos 4 º 36’41” - tan cos -6º 57’ x tan 4º 36’41” To = 90º34’31.04” = 6. 2 18.07 =12 + (6º2’18.07”) =18º2’18.07” – (0º13’13’) + ((105 - 107º37’)/15) =17º48’37.07” (WIB) d. Menentukan Deklenasi dan (e) hakiki pada pkl 17.44 22 WIB Dengan cara melakukan takdil dengan rumus : D= D1 –(D1 – D2) x Sisa D1 (pk 17 WIB/ 10 GMT) = 4º37’38” D2 (pk 18 WIB/ 11 GMT) = 4º36’41” S (sisa) = 0º48’37.07” 4º37’38”– (4º37’38”- 4º36’41”) x 0º48’37.07” = 4º36’51.81” E1 (pk 17 WIB/ 10 GMT) = 0º3’12” E2 (pk 18 WIB/ 11 GMT) = 0º3’13” 0º3’12” – (0º3’12” - 0º3’13”) x 0º48’37.07” = 0º3’12.81” e. Menentukan sudut waktu matahari hakiki = Sin -1 º7’36” / cos -6º 57’ / cos 4º36’51.81” - tan cos -6º 57’ x tan 4º36’51.81” = 90º34’29.73” = 6º2’ 17.98” = 17. 48 37.8 WIB

4. Menentukan Azimuth Matahari saat terbenam. Cotan Ao = tan D x Cos P / Sin to – Sin P / tan to = tan 4º36’51.81” x cos-6º 57’/ sin 90º34’29.73” – sin -6º 57’ / tan 90º34’29.73” = 85º29’17.78” = 180 + 85º29’17.78” AZo = 265º29’17.7”

5. Menentukan Apparent Righ Ascension Matahari (ARAo) dengan rumus takdil.

Page 126: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

ARAo1 (pk 17 WIB/ 10 GMT = 169º14’29” ARAo2 (pk 18 WIB/ 11 GMT = 169º16’43” S (sisa) = 0º48’37.8” = 169º14’29” – (169º14’29”- 169º16’43”) x 0º48’37.8” = 169º16’17.6”

6. Menentukan Apparent Righ Ascension Bulan (ARA() ARA( 1 (pk 17 WIB/ 10 GMT = 167º41’03” ARA( 2 (pk 18 WIB/ 11 GMT = 168º08’22” = 167º41’03” – (167º41’03”- 168º08’22”) x 0º48’37.8” = 168º03’11.41”

7. Menentukan sudut waktu bulan T = ARAo +to – ARA(

=169º16’17.6” + 90º34’29.73”- 168º03’11.41” = 91º47’35.92”

8. Menentukan Deklenasi bulan D1 = 4º17’58” D2 = 4º03’26” Sisa= 0º48’37.8” D( =4º17’58”– 4º17’58”- 4º03’26”) x 0º48’37.8” = 4º6’11.24”

9. Menentukan tinggi bulan hakiki Sin h( = Sin P x Sin D( + Cos P x Cos D( x Cos t(

= Sin -6º 57’ x Sin 4º6’11.24”+ Cos -6º 57’ x Cos 4º6’11.24”x Cos 91º47’35.92”

= -2º16’19” 10. Tinggi bulan mar’i tidak diperhitungkan. 11. Menentukan Azimuth hilal

Cotan A= Tan D x Cos P / Sin t – Sin P / tan t = Tan 4º6’11.24”x cos-6º 57’/ sin91º47’35.92”– sin -6º 57’ / tan

91º47’35.92” = 86º8”27.47” AZ = 180 + 86º8”27.47” = 266º8”27.47”

12. Menentukan Posisi hilal P( = AZ( - AZo = 266º8”27.47”- 265º29”17.7” = 0º 39’9.77” (sebelah utara matahari terbenam)

Dari hasil hisab diatas dapat disimpulkan: 1. Ijtima’ akhir Sya’ban 1428 H. Terjadi pada hari Selasa tanggal 11

September 2007 M. Pada pukul 19. 46 03 WIB 2. Matahari terbenam pada pukul 17. 48 37.8 WIB 3. Tinggi hilal hakiki -2º 16’ 19” 4. Tinggi hilal mar’i tidak diperhitungkan

Page 127: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

5. Azimuth Bulan 266º8”27.47” 6. Azimuth Matahari 265º 29’ 17.7” 7. Posisi hilal 0º 39’ 9.77” (sebelah utara matahari terbenam)

Page 128: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

CONTOH HISAB HAKIKI SISTEM EPHEMERIS UNTUK AWAL DZULHIJJAH 1428 H. DENGAN MARKAS KOTA BANDUNG JAWA BARAT

( 107º 37’ BT 6º 57’ LS dan H; 100 m)

Melakukan Konversi dari Hijriyah ke Masehi 29 Dzulqo’dah 1428 H. Dengan langkah-langkah sebagai berikut 1. Menghitung Perkiraan Akhir Dzulhijjah 1427 H.

1427 /30 = 47 x 10631 = 499.657 hr Sisa 17 = 17 x 354 + 6 (k) = 6. 024 hr Akhir Dzulhijjah 1427 H. s/d 29 Dzulqo’dah 1428 h = 324 hr Jumlah 506 005 hr Selisih (H – M) = 227 012 hr+ Jumlah 733 017 / 1461 = 501. (501 x 1461) = 731 961 – Sisa = 1056 / 365 = 2 th M. (2 x 365) = 730 – Sisa = 326 Th 1 M + 501 x 4 + 2 = th 2007 M Anggran Consili & Gregorius (3+10+3) = 16 + Jumlah 342 Akhir Bln Masehi Sempurna (November 2007) = 334 – Sisa = 8 Sisa 8 adalah 8 Desember 2007M. Kesimpulanya menurut sistem hisab istilahi 29 Dzulqo’dah 1428 H bertepatan tanggal 8 Desember 2007 M. Hari dan Pasarannya Sabtu Wage (dengan tabel Almanak Sepanjang Masa)

2. Menentukan terjadinya ijtima’ yang diperkirakan terjadi sekitar 8 Desember 2007 M. Dengan langkah:

a. FIB terkecil pada tgl 8 Desember 2007M. Cahaya bulan terus menurun dan terendah diperoleh pada tanggal 10 Desember 2007 M. Pkl 17 GMT, pkl 18 GMT, pkl 19 GMT. Perhatikan 2 ketentuan yaitu: pertama; Al harus lebih kecil dari EL. Kedua; AL harus lebih besar dari EL. Ternyata didapatkan: antara pkl 17 dan 18 GMT / 24 dan 01 WIB. Jam GMT EL AL 17 257º14’13” 256 º54’45” 18 257 º16’45” 257 º24’58”

b. Mencari saat Ijtima’ dengan interpolasi dengan rumus: Ijtima’ : J1 + ((EL1 – AL1) / (( AL2 – AL1) – (EL2-EL1))) = 17 +((257º14’13” -256 º54’45”) / ((257 º24’58”- 256 º54’45”) -257 º16’45”- 257º14’13”))) = 17. 42 11.49 GMT + 7 (wib) = 24. 42 11.49 WIB

3. Menentukan terbenam matahari di kota Bandung pada tanggal 10 Desember2007M.

a. Menghitung tinggi matahari saat terbenam dengan rumus Ho = -(ku + Ref + sd)

Page 129: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

Ku = 0º1.76’√ h =0º1.76’√ 100 m =0º17’36” Ho = -(0º17’36” + 0 º34’ +0 º16’) = -1 º7’36”

b. Menetukan deklenasi matahari dan Equation of Time taqribi.perkiraan maghrib jam 18.00 WIB atau 11 GMT. Diperoleh data: D= -22 º 53’54” e= 0º 7’ 22”

c. Menentukan sudut waktu taqribi matahari dengan rumus: Cos t= sin h / cos P/ cos D – tan P x tan D = sin -1 º7’36” / cos -6º 57’ / cos-22 º 53’54” - tan cos -6º 57’ x tan-22 º 53’54” To = 94º11’08.82” = 6. 16 44.59 =12 + (6º16’44.59”) =18º16’44.59” – (0º7’22’) + ((105 - 107º37’)/15) =17º58’54.59” (WIB)

d. Menentukan Deklenasi dan (e) hakiki pada pkl 17.58 54.59 WIB Dengan cara melakukan takdil dengan rumus : D= D1 –(D1 – D2) x Sisa D1 (pk 17 WIB/ 10 GMT) =-22º53’40” D2 (pk 18 WIB/ 11 GMT) =-22º53’54” S (sisa) = 0º58’54.59” -22º53’40”– (-22º53’40”- -22º53’54”) x 0º58’54.59” = -22º53’53.75” E1 (pk 17 WIB/ 10 GMT) = 0º7’23” E2 (pk 18 WIB/ 11 GMT) = 0º7’22” 0º7’23”– (0º7’23”- 0º7’22”) x 0º58’54.59” = 0º7’22.2”

e. Menentukan sudut waktu matahari hakiki = Sin -1 º7’36” / cos -6º 57’ / cos-22 º 53’53.75” - tan cos -6º 57’ x tan -22 º 53’53.75” = 94º11’08.78” = 6º16’ 44.59” = 17. 58 54.39 WIB

4. Menentukan Azimuth Matahari saat terbenam. Cotan Ao = tan D x Cos P / Sin to – Sin P / tan to = tan-22 º 53’53.75” x cos-6º 57’/ sin 94º11’08.78” – sin -6º 57’ / tan 94º11’08.78” = - 66º46’06.11” = 180 + 66º46’06.11” AZo = 246º46’06”

5. Menentukan Apparent Righ Ascension Matahari (ARAo) dengan rumus takdil. ARAo1 (pk 17 WIB/ 10 GMT = 256º54’20”

Page 130: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

ARAo2 (pk 18 WIB/ 11 GMT = 256º57’04” S (sisa) = 0º58’54.39” = 256º54’20” – (256º54’20”- 256º57’04”) x 0º58’54.39” = 256º57’1.01”

6. Menentukan Apparent Righ Ascension Bulan (ARA() ARA( 1 (pk 17 WIB/ 10 GMT = 264º55’19” ARA( 2 (pk 18 WIB/ 11 GMT = 265º29’39” = 264º55’19” – (264º55’19”- 265º29’39”) x 0º58’54.39” = 265º29’01”

7. Menentukan sudut waktu bulan T = ARAo +to – ARA(

=265º57’1.01” + 94º11’08.78” - 265º29’01” = 85º39’08.79”

8. Menentukan Deklenasi bulan D1 = -27º54’23” D2 = -27º54’16” Sisa= 0º58’54.39” D( = -27º54’23” – (-27º54’23”- -27º54’16”) x 0º58’54.39” = -27º54’16.13”

9. Menentukan tinggi bulan hakiki Sin h( = Sin P x Sin D( + Cos P x Cos D( x Cos t(

= Sin -6º 57’ x Sin -27º54’16.13” + Cos -6º 57’ x Cos -27º54’16.13” x Cos 85º39’8.79”

= 7º04’21.88” 10. Menentukan tinggi hilal mar’i ( Dengan koreksi-koreksi yang diperlukan)

a. Parallaks, untuk mengurangi tinggi hilal hakiki HP1 = 0º54’37” HP2 = 0º54’38” Sisa = 0º58’54.39” = 0º54’37” – (0º54’37” - 0º54’38”) x 0º58’54.39” = 0º54’37.98” Parallaks = HP x Cos h(

0º54’37.98” x Cos 7º04’21.88” = 0º54’13.04”

b. Refraksi, untuk menambah tinggi hilal hakiki Ref1 (h= + 7º 03’) = 0º07.2’ Ref2 (h= + 7º 13’) = 0º07.1’ Sisa = ((7º04’21.88” - 7º 03’)/( 7º 13’ - 7º 03’)) Ref =0º07.2’– (0º07.2’-0º07.1’) x ((7º04’21.88” - 7º 03’)/( 7º 13’ - 7º 03’)) = 0º 07’ 11.18”

c. Kerendahan ufuk, untuk menambah tinggi hilal hakiki (0º 17’ 36”) H’( = H – Par+Ref+Ku = 7º04’21.88” - 0º54’37.98” + 0º 07’11,18” + 0º 17’ 36” = 6º 34’ 31,09”

Page 131: ANALISIS TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/81/jtptiain-gdl... · hasil wawancara dengan ketua dan anggota Dewan Hisab Rukyah Persis dan

11. Menentukan Azimuth hilal

Cotan A= Tan D x Cos P / Sin t – Sin P / tan t = Tan-27º54’16.13” x cos-6º 57’/ sin85º39’8.79” – sin -6º 57’ /

tan 85º39’8.79” = -62º36”57.14” AZ = 180 + 62º36”57.14” = 242º36”57”

12. Menentukan Posisi hilal P( = AZ( - AZo = 242º36”57”- 246º46”06” = -4º 09’09” (sebelah selatan matahari terbenam)

Dari hasil hisab diatas dapat disimpulkan: 1. Ijtima’ akhir Dzulqo,dah 1428 H. Terjadi pada hari Senin tanggal 10 Desember

2007 M. Pada pukul 00. 42 11.49 WIB 2. Matahari terbenam pada pukul 17. 58 54.39 WIB 3. Tinggi hilal hakiki 7º 04’ 21.89” 4. Tinggi hilal mar’i 6º 34’ 31,09” 5. Azimuth Bulan 242º36”57” 6. Azimuth Matahari 246º 46’ 06” 7. Posisi hilal -4º 09’09” (sebelah selatan matahari terbenam)