Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilegal Fishing di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama, tetapi tidak ada tindakan tegas yang dilakukan oleh Pemerintah, Sehingga membuat kapal asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia semakin marak. Hal ini jelas melanggar kedaulatan Indonesia yang berkaitan dengan hukum teritorial yang berbunyi: “Dalam melaksanakan Lintas Damai melalui Laut Teritorial dan Perairan Kepulauan, kapal asing tidak boleh melakukan kegiatan perikanan” (Peraturan Pemerintah RI No 36 Tahun 2002 Bab II pasal 5B). Pada era pemerintahan sekarang, yaitu kabinet kerja Jokowi memiliki Menteri Kelautan yang sangat tegas bernama Ibu Susi Pudjiastuti. Walaupun latar belakang pendidikan beliau hanya tamatan SMP, tetapi kinerja beliau dalam menegakkan hukum kelautan di Indonesia sangatlah tegas. Terbukti dengan banyaknya kapal asing yang tertangkap sedang melakukan Ilegal Fishing di perairan Indonesia dengan jangka waktu kurang dari seratus hari dari Kabinet Kerja Jokowi. 1

description

Dalam kasus tersebut dapat dianalisa bahwa Ibu Susi memberikan penguat negatif (reinforcement negative) pada kelompok pencurian ikan di laut Indonesia. Penguat negatif (reinforcement negative) itu diberikan supaya perilaku pencurian tersebut tidak terulang, dan akan membuat efek jera pada pelakunya. Dalam praktik pelaksanaanya Ibu Susi melakukan punishment berupa penenggelaman kapal dengan cara di bom, dan penyitaan kapal-kapl yang tertangkap oleh pertahanan kelautan, dengan tujuan mengurangi dan membrantas ilegal fishing di Indonesia. Ibu Susi Pudjiastuti mendapat drive (dorongan) dari diri sendiri, pemerintah, dan kesejahteraan rakyat Indonesia khususnya nelayan-nelayan di Indonesia. Sehingga dorongan tersebut menjadi kuat dan diimplementasikan pada perilaku tersebut, sehingga dengan perlakuan yang diberikan itu dapat membrantas ilegal fishing di Indonesia. Ditinjau dari teori psikologi sosial tentang teori teritorial bahwa pelaku ilegal fishing di Indonesia sudah keterlaluan. Hal ini jelas Ibu Susi sebagai menteri kelautan sangat marah, karena privasi kelautan indonesia dilirik dan dicuri seenak-enaknya. Seharusnya secara teritorial kelautan Indonesia mutlak privasi untuk negara Indonesia. Akan tetapi para pelaku ilegal fishing telah mengusik privasi dan daerah teritorial kelautan negara Indonesia. Wajarlah Ibu Susi memberikan suatu peringatan di media-media telekomunikasi Indonesia untuk penenggelaman dan penyitaan bagi siapa saja yang melakukan ilegal fishing. Dari peringatan tersebut tidak digubris oleh pelaku ilegal fishing, maka Ibu Susi memberikan penguat negatif (reinforcement negative) agar pelaku ilegal fishing jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Transcript of Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

Page 1: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilegal Fishing di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama, tetapi tidak ada

tindakan tegas yang dilakukan oleh Pemerintah, Sehingga membuat kapal asing yang

mencuri ikan di perairan Indonesia semakin marak. Hal ini jelas melanggar

kedaulatan Indonesia yang berkaitan dengan hukum teritorial yang berbunyi: “Dalam

melaksanakan Lintas Damai melalui Laut Teritorial dan Perairan Kepulauan, kapal

asing tidak boleh melakukan kegiatan perikanan” (Peraturan Pemerintah RI No 36

Tahun 2002 Bab II pasal 5B).

Pada era pemerintahan sekarang, yaitu kabinet kerja Jokowi memiliki Menteri

Kelautan yang sangat tegas bernama Ibu Susi Pudjiastuti. Walaupun latar belakang

pendidikan beliau hanya tamatan SMP, tetapi kinerja beliau dalam menegakkan

hukum kelautan di Indonesia sangatlah tegas. Terbukti dengan banyaknya kapal asing

yang tertangkap sedang melakukan Ilegal Fishing di perairan Indonesia dengan

jangka waktu kurang dari seratus hari dari Kabinet Kerja Jokowi.

Dalam makalah ini, kelompok kami membahas tentang studi kasus teritorial

terhadap kedaulatan Negara Indonesia yang dianalisa berdasarkan teori-teori dalam

psikologi sosial. Di mana dalam menguragi dan membrantas ilegal fishing yang

terjadi di Indonesia, menteri kelautan dan staff jajarannya melakukan tindakan-

tindakan untuk membrantas ilegal fishing yang diimplementasikan dengan hukuman

penengelaman dan penyitaan kapal-kapal yang mencoba melakukan ilegal fishing.

Maka dari hasil hukuman tersebut dapat diambil dan dianalisa melalui teori psikologi

sosial, yaitu memberikan reinforcement negatif untuk mengurangi perilaku yang

negatif agar tidak terulang.

1

Page 2: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana analisis kasus ilegal fishing berdasarkan teori psikologi sosial?

2) Apa saja teori psikologi sosial yang dipakai untuk analisa kasus ini?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Mendeskripsikan analisa kasus ilegal fishing berdasarkan teori psikologi sosial.

2) Menjelaskan teori psikologi sosial yang dipakai untuk analisa kasus ini.

2

Page 3: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus Ilegal Fishing di Indonesia

Susi Pudjiastuti: Bulan Ini Banyak Kapal Kita Tenggelamkan

Elisa Valenta Sari, CNN Indonesia

Jumat, 05/12/2014 14:15 WIB

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kanan) menyimak pemaparan

petugas saat meninjau tempat penyimpanan kapal sitaan di Stasiun Pengawasan

Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Pontianak, Sungai Rengas,

Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Sabtu (15/11). Susi Pudjiastuti

menyatakan bahwa Ia menginginkan proses hukum terhadap kapal motor nelayan

asing yang tertangkap mencuri ikan di perairan Indonesia dipercepat dan tidak lagi

3

Page 4: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

bertele-tele agar tidak semakin merugikan negara. (ANTARA FOTO/Jessica Helena

Wuysang)

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti

mengatakan TNI Angkatan Laut (AL) akan banyak menenggelamkan kapal asing

pelaku pencurian ikan sesuai instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Susi menyebut setidaknya ada tiga hari di Desember 2014, TNI AL akan

mengeksekusi hukuman bagi pelanggar wilayah perairan tersebut. “Hari ini di

perairan Pulau Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, TNI AL

akan menenggelamkan kapal asal Thailan,” tegas Susi di Jakarta, Jumat (5/12).

Sayangnya Susi tidak menyebutkan identitas kapal yang dimaksud dan berapa jumlah

kapal yang ditenggelamkan. Dia hanya menyebut, TNI AL akan menembak lambung

kapal tersebut untuk menenggelamkannya tidak dengan cara dibakar.

Setelah menenggelamkan kapal hari ini, Pemerintah menurutnya juga akan

melakukan penenggelaman kapal pada 14 Desember 2014.

"Ada tanggal 14 Desember nanti, kita lihat saja," ujar Susi tanpa menyebut lokasi

yang dimaksud.

Bukan Perang

Susi menjelaskan, kampanye Pemerintah Indonesia dalam memerangi kejahatan

illegal fishing pengusaha kapal asing bukan bermaksud untuk mengajak perang

negara lain.

"Ini bukan deklarasi perang, ini tentang pencuri ikan. Pencuri ikan itu bukan negara,

mereka pebisnis," ujar Susi.

4

Page 5: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo

Edhy Purdijatno juga mengaku telah menerima instruksi dari Presiden Jokowi untuk

menenggelamkan kapal asing pencuri ikan yang telah diproses secara hukum.

Berbeda dengan Susi, Tedjo menyebut penenggelaman tiga kapal asing akan

dilakukan hari Sabtu (6/12) di perairan Pulau Matak, Kabupaten Kepulauan

Anambas, Riau tidak jauh dari lokasi penenggelaman kapal yang Susi sebutkan.

“Itu merupakan tindakan hukum tegas atas pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh

kapal-kapal itu,” kata Tedjo, kemarin

Pemerintah menurutnya telah menyediakan area di Kepulauan Anambas itu sebagai

lokasi penenggelaman kapal pencuri ikan yang berhasil ditangkap. “Area tersebut

nantinya bisa menjadi area rumpon ikan yang hidup dibawahnya,” kata Tedjo. (gen)

2.2 Analisa Kasus

2.2.1 Teori Pendukung

A. Teori Penguat (Reinforcement)

Bermacam-macam teori dapat digolongkan menurut bentuk atau isinya.

Menurut bentuknya, ada dua macam teori sebagai berikut:

a. Teori Konstruktif (menurut istilah Einstein, 1934 dan Marx, 1951) atau teori

merangkaikan /Concatenated (Kaplan, 1964), yaitu teori yang mencoba

membangun kaitan-kaitan (sintesisa) antara berbagai fenomena sederhana.

b. Teori Principle (Einstein, 1934) atau teori Reduktif (Marx, 1951) atau teori

berjenjang/Hierarchical (Kaplan, 1964) adalah teori yang mencoba menganalisis

suatu fenomena ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil.

5

Page 6: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

Menurut isinya, juga ada dua macam teori (Kaplan, 1964) sebagai berikut:

a. Teori Molar, yaitu teori tentang individu sebagai keseluruhan, misalnya teori

tentang tingkah laku individu dalam proses kelompok.

b. Teori Molekular, yaitu teori tentang fungsi-fungsi syaraf dalam tubuh suatu

organisme.

Watson memusatkan dirinya untuk mempelajari hubungan rangsang dan

tingkah laku balasannya. Ia mendapatkan bahwa setiap tingkah laku pada hakikatnya

merupakan tanggapan atau balasan (responses) terhadap rangsang (stimulus), karena

itu rangsang sangat mempengaruhi tingkah laku. Bahkan ia sampai pada kesimpulan

bahwa setiap tingkah laku ditentukan atau di atur dalam rangsang. Teori yang

mementingkan hubungan rangsang dan tingkah laku balasan ini di sebut teori

rangsangan balas (stimulus-responses theory).

Teori rangsang balas yang sering juga disebut sebagai teori penguat

(reinforcement theory) dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah

laku sosial. Dalam teori ini akan di jelaskan bagaimna teori penguat menerangkan

sikap (attitude). Maksud sikap di sini adalah kecenderungan atau kesediaan

seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsang

tertentu.

Skinner dan Beum mengemukakan empat asumsi dasar bertingkah laku antara

lain:

1) Setiap tingkah laku, baik yang verbal maupun sosial, merupakan suatu yang bebas

dan berdiri sendiri, bukan merupakan refleksi (menggambarkan) sikap, sistem

kepercayaan, dorongan, kehendak, ataupun keadaan-keadaan tersembunyiaan

lainnya dalam diri individu.

6

Page 7: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

2) Rangsang dan tingkah laku balas adalah konsep-konsep dasar untuk menerangkan

suatu gejala tingkah laku. Konsep-konsep ini hanya dapat di definisikan dan

diukur secara fisik dan nyata (tampak mata).

3) Prinsip-prinsip hubungan rangsang balas sebetulnya hanya sedikit. Prinsip ini

tampak sangat bervariasi karena bervariasinya lingkungan di mana hubungan

rangsang balas itu berlaku.

4) Dalam analisis tentang tingkah laku perlu di hindari di ikut sertakannya keadaan-

keadaan internal yang terjadi pada waktu tingkah laku itu timbul, baik yang

bersifat fisiologik (kelelahan, lapar, dan lain-lain) maupun yang bersifat

konseptual (dorongan, kehendak, dan lain-lain).

Teori penguatan atau reinforcement theory of motivation dikemukakan oleh B.

F. Skinner (1904-1990) dan rekan-rekannya. Pandangan mereka menyatakan bahwa

perilaku individu merupakan fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya (rangsangan-

respon-konsekuensi). Teori ini didasarkan atas semacam hukum pengaruh dimana

tingkah laku dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah

laku dengan konsekuensi negatif cenderung untuk tidak diulang. Teori ini berfokus

sepenuhnya pada apa yang terjadi pada seorang individu ketika ia bertindak. Teori ini

adalah alat yang kuat untuk menganalisis mekanisme pengendalian untuk perilaku

individu. Namun, tidak fokus pada penyebab perilaku individu.

Menurut Skinner, lingkungan eksternal organisasi harus dirancang secara

efektif dan positif sehingga dapat memotivasi karyawan. Model penguatan Skinner

adalah interval (tetap atau variabel) dan rasio (tetap atau variabel).

- Penguatan terus menerus.

Pemberian secara konstan penguatan terhadap tindakan, dimana setiap kali

tindakan tertentu dilakukan diberikan terhadap subjek secara langsung dan selalu

menerima penguatan. Metode ini tidak praktis untuk digunakan, dan perilaku

diperkuat rentan terhadap kepunahan.

7

Page 8: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

- Interval (fixed/variabel) penguatan tetap.

Penguatan mengikuti respon pertama setelah durasi yang ditetapkan. Variabel

waktu yang harus dilalui sebelum respon menghasilkan penguatan tidak diatur,

tetapi bervariasi di sekitar nilai rata-rata.

- Rasio (tetap atau variabel) penguatan tetap

Sejumlah tanggapan harus terjadi sebelum ada penguatan. Variabel jumlah

tanggapan sebelum penguatan disampaikan berbeda dari yang terakhir, namun

memiliki nilai rata-rata.

Ada dua bentuk penguatan (reinforcement), antara lain:

a. Penguatan positif

Ini berarti ada pemberian tanggapan positif ketika seorang individu menunjukkan

perilaku positif yang dibutuhkan. Misalnya memuji karyawan untuk datang lebih

awal. Ini akan meningkatkan kemungkinan perilaku yang akan terjadi lagi.

Reward adalah positif untuk memperkuat, tapi belum tentu demikian, jika dan

hanya jika perilaku karyawan membaik, hadiah dapat dikatakan sebagai dorongan

yang positif. Penguatan positif merangsang terjadinya perilaku.

b. Penguatan negatif

Ini berarti menghargai karyawan dengan menghapus konsekuensi negatif/tidak

diinginkan. Baik penguatan positif dan negatif dapat digunakan untuk

meningkatkan  perilaku yang diinginkan/diperlukan. Contoh pemberian

penguatan negatif yaitu:

Hukuman

Ini berarti menghapus konsekuensi positif sehingga dapat menurunkan

kemungkinan mengulangi perilaku yang tidak diinginkan di masa depan. Dengan

kata lain, hukuman berarti menerapkan konsekuensi yang tidak diinginkan untuk

menampilkan perilaku yang tidak diinginkan.

8

Page 9: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

Kepunahan

Kepunahan berarti menurunkan kemungkinan perilaku yang tidak diinginkan

dengan menghilangkan hadiah untuk perilaku seperti itu.

B. Teritorialitas

Teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau

tempat tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan ciri

pemilikannyadan pertahanan dari serangan orang lain. Contoh: Sebuah kamar tidur

adalah teritori penghuninya. Bila ada orang lain masuk tanpa ijin penghuninya, maka

si penghuni akan merasa risih karena daerah teritorialnya terganggu. Seseorang

menaruh barang-barangnya pada kursi tertentu dalam suatu ruang. Saat ia

meninggalkan ruangan tersebut, barang-barang tersebut adalah identitas teritorialnya.

Kecenderungan terjadinya konflik dengan orang atau kelompok lain yang

bermaksud mengintervensi teritori tersebut dapat terjadi ketika batas teritori tidak

jelas atau dapat dipermasalahkan.

a. Perbedaan ruang personal dan teritorialitas

Ruang personal dibawa kemanapun seseorang pergi, sedangkan teritori memiliki

implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-

ubah.

b. Elemen-elemen teritorialitas

Ada empat karakter dari teritorialitas:

1) Kepemilikan atau hak dari suatu tempat.

2) Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu.

3) Hak untuk mempertahankan diri dari gangguan luar.

9

Page 10: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

4) Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar

psikologis sampai kepada kepuasan kognitifdan kebutuhan-kebutuhan

estetika.

c. Jenis – jenis teritorialitas

Teritorialitas dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Teritorialitas primer

Jenis teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya.

Pelanggaran terhadap teritori utama ini akan menimbulkan perlawanan dari

pemiliknya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori utama ini

akan mengakibatkan masalah serius terhadap psikologis pemiliknya, yaitu

dalam hal harga diri dan identitas. Contoh teritorial berdasarkan di kehidupan

sehari-hari misalnya: ruang kerja, ruang tidur, dll.

2) Teritorial sekunder

Jenis teritori ini lebih longgar pemakaian dan kontrol perorangannya.

Teritorial ini dapat digunakan orang lainyang masih di dalam kelompok

ataupun orang yang mempunyai kepentingan kepada kelompok itu. Sifat

teritorial sekunder adalah semi-publik. Contoh teritorial berdasarkan di

kehidupan sehari-hari misalnya: kantor, toilet, dll.

3) Teritorial umum

Teritorial umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-

aturan yang lazim di dalam masyarakat dimana teritorial umum itu berada.

Teritorial umum dapat dipergunakan secara sementara dalam jangka waktu

lama maupun singkat. Contoh teritorial berdasarkan di kehidupan sehari-hari

misalnya: ruang kuliah, bangku bus, dll.

d. Tipe teritorial

Dalam Usahanya membangun suatu model yang memberi perhatian secara khusus

pada desain lingkungan, maka Hussein El-Sharkawy (dalam Lang, 1987)

mengidentifikasikan empat tipe teritori.

10

Page 11: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

1) Attached Territory adalah “gelembung ruang” sebagaimana telah dibahas

dalam ruang personal.

2) Central Territory, seperti rumah seseorang, ruang kelas, ruang kerja, dimana

kesemuanya itu kurang memiliki personalisasi. Oscar Newman menyebutnya

ruang private.

3) Supporting territory adalah ruang-ruang yang bersifat semi-private dan semi-

publik.

4) Peripheral Territory adalah ruang publik, yaitu area-area yang dipakai oleh

individu-individu atau suatu kelompok tetapi tidak dapat memiliki dan

menontonnya.

2.2.1 Ulasan Kasus berhubungan dengan Teori

Dalam kasus tersebut dapat dianalisa bahwa Ibu Susi memberikan penguat

negatif (reinforcement negative) pada kelompok pencurian ikan di laut Indonesia.

Penguat negatif (reinforcement negative) itu diberikan supaya perilaku pencurian

tersebut tidak terulang, dan akan membuat efek jera pada pelakunya. Dalam praktik

pelaksanaanya Ibu Susi melakukan punishment berupa penenggelaman kapal dengan

cara di bom, dan penyitaan kapal-kapl yang tertangkap oleh pertahanan kelautan,

dengan tujuan mengurangi dan membrantas ilegal fishing di Indonesia. Ibu Susi

Pudjiastuti mendapat drive (dorongan) dari diri sendiri, pemerintah, dan kesejahteraan

rakyat Indonesia khususnya nelayan-nelayan di Indonesia. Sehingga dorongan

tersebut menjadi kuat dan diimplementasikan pada perilaku tersebut, sehingga dengan

perlakuan yang diberikan itu dapat membrantas ilegal fishing di Indonesia.

Ditinjau dari teori psikologi sosial tentang teori teritorial bahwa pelaku ilegal

fishing di Indonesia sudah keterlaluan. Hal ini jelas Ibu Susi sebagai menteri kelautan

sangat marah, karena privasi kelautan indonesia dilirik dan dicuri seenak-enaknya.

Seharusnya secara teritorial kelautan Indonesia mutlak privasi untuk negara

11

Page 12: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

Indonesia. Akan tetapi para pelaku ilegal fishing telah mengusik privasi dan daerah

teritorial kelautan negara Indonesia. Wajarlah Ibu Susi memberikan suatu peringatan

di media-media telekomunikasi Indonesia untuk penenggelaman dan penyitaan bagi

siapa saja yang melakukan ilegal fishing. Dari peringatan tersebut tidak digubris oleh

pelaku ilegal fishing, maka Ibu Susi memberikan penguat negatif (reinforcement

negative) agar pelaku ilegal fishing jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.

12

Page 13: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Sebagai warga Negara Indonesia, perlu adanya tingkat kesadaran yang tinggi

untuk membangun kedaulatan yang kokoh demi tegaknya hokum NKRI. Seperti

contoh Ibu Susi Pudjiastuti yang menjadi menteri Kelautan Periode 2014-2015.

Beliau tidak segan memberikan punishment terhadap pelaku illegal fishing dari baik

dari dalam negeri maupun luar negeri. Kebanyakan kasus yang tertangkap adalah

berasal dari luar negeri yang banyak sekali tertangkap melakukan illegal fishing.

Faktanya dalam pemerintahan teori-teori psikologi sosial banyak dipakai.

Contohnya dalam kasus ini, teori psikologi sosial sangat diperlukan untuk

membrantas ilegal fishing di Indonesia. Di mana dalam pembrantasan ini, Ibu Susi

memberikan penguat negatif (reinforcement negative) terhadap pelaku ilegal fishing

yang diimplementasikan dengan hukuman penenggelaman & penyitaan kapal agar

perbuatan itu tidak diulangi.

Khususnya sebagai mahasiswa/i, kita harus mendukung kebijakan-kebijakan

pemerintah pro rakyat yang dilakukan oleh ibu Susi. Sebab sebagai pelajar kita harus

sadar akan pentingnya kedaulatan Negara Indonesia.

3.2 Saran

Teori-teori psikologi sosial sangat bermanfaat dan membantu dalam upaya

menjalankan sistem pemerintahan yang ada di Indonesia. Semoga teori-teori

psikologi sosial dapat diterapkan menteri, staff jajarannya dan elemen-eleman yang

ikut dalam sistem pemerintahan yang ada di Indonesia.

13

Page 14: Analisis Studi Kasus Ilegal Fishing dengan Teori Reinforcement dan Punishment

DAFTAR PUSTAKA

Gerungan. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Psikologi, Sya. 2011. “Teritorialitas”, (Online), (http://syemol.blogspot.com/

2011/03/ teritorialitas.html, diakses, 6 Mei 2015).

Roen, Ferry. 2012. “Teori Penguatan”, (Online), (http://perilakuorganisasi.com/

teori-penguatan.html, diakses, 6 Mei 2015).

Wirawan Sarwono, Sarlito. 2014. Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Press.

14