ANALISIS STRUKTUR DAN LUAS PERMUKAAN SPESIFIK ZEOLIT ...digilib.unila.ac.id/24640/3/SKRIPSI TANPA...
Transcript of ANALISIS STRUKTUR DAN LUAS PERMUKAAN SPESIFIK ZEOLIT ...digilib.unila.ac.id/24640/3/SKRIPSI TANPA...
ANALISIS STRUKTUR DAN LUAS PERMUKAAN SPESIFIK ZEOLIT
BERBASIS SILIKA SEKAM PADI AKIBAT VARIASI SUHU KALSINASI
150 o
C, 250 oC, DAN 350
oC
(Skripsi)
Oleh
Siti Rokayah
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
ABSTRACT
ANALYSIS STRUCTURE AND SPECIFIC SURFACE AREA ZEOLITE
BASED SILICA RICE HUSK BY VARIETY TEMPERATURE OF
CALCINATION 150oC, 250
oC, AND 350
oC
By
Siti Rokayah
The synthesis and analysis zeolite based silica rice husk was conducted by a
variety temperature of calcination at 150oC, 250
oC, and 350
oC. This research has
purpose to study influence temperature of calcination to the phase and specific
surface area zeolite. Zeolite was synthesized from silica rice husk, NaOH, and
alumina by sol gel method, and thermally treated 150oC, 250
oC, and 350
oC, then
characterized using X-ray Diffraction (XRD) and Surface Area Analyzer (SAA).
XRD characterization was obtained phase and crystalline size using Scheerer
equation. At temperature 150oC results gibbsite phase with crystalline size 61,21
nm. At temperature 250oC results gibbsite, bohmite, and quartz with crystalline
size successively 58,71 nm; 180,06 nm; and 80,35 nm. At temperature 350oC
results gibbsite phase had transformed to bohmite phase with crystalline size
112,37 nm, then quartz phase with crystalline size 30,14 nm. Small crystalline
size produce high specific surface area. The smaller crystalline size, the higher
specific surface area. SAA results specific surface area at temperature 150oC,
250oC, and 350
oC respectively are106,900 m
2/g; 90,650 m
2/g; and 241,970 m
2/g.
Based on the result, it can be concluded that the smallest crystalline size and the
largest specific surface area in temperature 350oC.
Keywords: Crystalline size, calcinations, phase, specific surface area, and zeolite.
ABSTRAK
ANALISIS STRUKTUR DAN LUAS PERMUKAAN SPESIFIK ZEOLIT
BERBASIS SILIKA SEKAM PADI AKIBAT VARIASI SUHU
KALSINASI 150oC, 250
oC, DAN 350
oC
Oleh
Siti Rokayah
Penelitian tentang “Analisis Struktur dan Luas Permukaan Spesifik Zeolit
Berbasis Silika Sekam Padi Akibat Variasi Suhu Kalsinasi 150oC, 250
oC, dan
350oC. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu kalsinasi
terhadap perubahan fasa dan luas permukaan spesifiknya. Sintesis zeolit dibuat
dari bahan silika sekam padi, NaOH, dan alumina dengan metode sol gel dan
perlakuan kalsinasi suhu 150oC, 250
oC, dan 350
oC. Sampel zeolit dikarakterisasi
dengan difraksi sinar-X (XRD) dan Surface Area Analyzer (SAA). Dari hasil
XRD diperoleh fasa yang terbentuk dan ukuran kristalit menggunakan persamaan
Scheerer. Pada suhu 150oC, fasa yang terbentuk gibbsite dengan ukuran kristalit
61,21 nm. Sedangkan pada suhu 250oC terdapat fasa gibbsite, bohmite, dan quartz
dengan ukuran kristalit berturut-turut adalah 58,71 nm; 180,06 nm; dan 80,35 nm.
Pada suhu 350oC fasa gibbsite telah berubah sepenuhnya menjadi bohmite dengan
ukuran kristalit 112,37 nm dan adanya quartz dengan ukuran kristalit 30,14 nm.
Semakin kecil ukuran kristalit, maka luas permukaan spesifik zeolit akan semakin
besar. Dari hasil analisis SAA luas permukaan spesifik akibat suhu kalsinasi
150oC, 250
oC, dan 350
oC masing-masing adalah 106,900 m
2/g; 90,650 m
2/g; dan
241,970 m2/g. Dari hasil penelitian diketahui ukuran kristalit fasa pada suhu
350oC memiliki nilai paling kecil, sehingga diperoleh luas permukaan spesifik
paling besar.
Kata kunci: Fasa, kalsinasi, luas permukaan spesifik, ukuran kristalit, dan zeolit.
ANALISIS STRUKTUR DAN LUAS PERMUKAAN SPESIFIK
ZEOLIT BERBASIS SILIKA SEKAM PADI AKIBAT VARIASI SUHU
KALSINASI 150oC, 250
oC, DAN 350
oC
Oleh
SITI ROKAYAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
v
vi
vii
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Siti Rokayah dilahirkan di Seputih Banyak 6, Tanjung
Krajan, Kecamatan Seputih Banyak, Lampung Tengah pada tanggal 20
Mei 1994 sebagai anak kedua dari dua saudara dari pasangan Bapak
Slamet dan Ibu Ngatiyem.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 01 Tanjung
Harapan pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP
Negeri 01 Seputih Raman pada tahun 2009 dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) di SMA Negeri 01 Seputih Banyak pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Fisika
Fakultas MIPA Universitas Lampung. Selama menempuh pendidikan,
penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Fisika Dasar I, Asisten
Praktikum Fisika Dasar II, Asisten Praktikum Eksperimen Fisika, Asisten
Praktikum Sol Gel, Asisten Praktikum Fisika Komputasi, Asisten
Praktikum Elektronika Dasar I dan Asisten Praktikum Sains Dasar, serta
penulis juga pernah menjadi koordinator laboratorium Fisika Dasar pada
tahun 2015. Penulis pernah aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan
baik seperti: anggota Dana dan usaha (Danus) Himpunan Mahasiswa
ix
Fisika (HIMAFI), anggota ROIS (Rohani Islam), serta menjadi bendahara
umum Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi). Pada tahun 2014, penulis
melakukan Praktik Kerja Lapangan di BATAN-Serpong Tangerang Selatan.
Serta penulis juga lolos Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Penelitian
(PKM-P) pada tahun 2015 dengan judul “Investigasi Pengaruh Termal
Terhadap Sifat Kapasitif Superkapasitor dengan Elektrode Lapisan Zeolit
Berbahan Dasar Silika Sekam Padi”.
x
Motto
“Selama Hidup Kita Belajar”
(Faldo Maldini)
“Perbanyak Syukur, Kurangi Mengeluh”
(Siti Rokayah)
xi
Puji dan Syukur kepada ALLAH SWT. Atas Kemurahan dan Kasih
Sayang yang telah diberikan tanpa ada batasannya melalui orang-
orang hebat yang ada di sekitarku,
Kupersembahkan Karya ini Untuk:
Bapak dan Ibu
Karya ini merupakan salah satu hasil dari ketulusan dan kasih sayang
Bapak dan Ibu selama ini. Semoga karya ini menjadi salah satu karya
persembahan yang membanggakan kalian seumur hidup.
Kakakku tersayang
Terimakasih atas ketulusan membimbingku selama ini, karena
ketegasanmu lah aku belajar hidup dengan benar.
Sahabat-Sahabatku
Terimakasih atas persahabatan selama ini dalam akademik dan non
akademik. Dengan semua itu diri ini lebih tahu arti saling memahami
serta menjadikan diri ini lebih berkompetitif.
Almamater tercinta FISIKA FMIPA UNILA
xii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat-Nya, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S1 melalui skripsi ini yang berjudul
“Analisis Struktur dan Luas Permukaan Spesifik Zeolit Berbasis Silika
Sekam Padi Akibat Variasi Suhu Kalsinasi 150 oC, 250
oC, 350
oC”. Dalam
hal ini penulis memberikan informasi sintesis zeolit yang diberi perlakuan suhu
kalsinasi 150 oC, 250
oC, dan 350
oC, serta dikarakterisasi dengan difraksi sinar-
X (XRD) dan Surface Area Analyzer (SAA). Penulis menyadari skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membuat skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat
menjadi referensi ilmiah bagi peneliti atau penulis berikutnya.
Bandar Lampung, Desember 2016
Penulis,
Siti Rokayah
xiii
SANWACANA
Pujian dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena penulis
menyadari atas berkat dan lindungan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Analisis Struktur dan Luas Permukaan Spesifik
Zeolit Berbasis Silika Sekam Padi Akibat Variasi Suhu Kalsinasi
150oC, 250
oC, 350
oC” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains di Universitas Lampung.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, informasi serta
motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati penulis sampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, serta selalu
mendukung walaupun penulis banyak mengalami kegagalan.
2. Ibu Suprihatin, sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan
bimbingan, saran, solusi, pengarahan, waktu, dan bantuan yang begitu
besar sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ediman Ginting, sebagai Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini menjadi lebih
sempurna.
xiv
4. Bapak Syafriadi, sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan
saran, pengarahan dan bantuan yang begitu besar dalam penyelesaian
skripsi ini.
5. Bapak Agus Riyanto, yang selalu mendukung dan memberi motivasi
kepada penulis, serta sebagai tempat berdiskusi saat mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Mamasku yang selalu membimbing penulis hingga saat ini. Serta yang
selalu memberikan semangat dan do’a.
7. Bapak Setia yang bersedia menyiapkan alat laboratorium untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Tim Super Zeolit (Alfi Hamidah, Fatia Ulfah, Jenifer Kapriati, Mona
Algatama Putri F, Rosalina, dan Siti Imas Masitoh), teman berbagi
cerita, suka, dan duka dalam meyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabatku (Maya Safitri, Rio Adhitya Putra, dan Romi Herdianto)
yang selalu memberikan dukungan dan semangat hingga penulis
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman angkatan 2012 yang selalu memberikan do’a dan dukungannya.
11. Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tak langsung.
Bandar Lampung, Desember 2016
Penulis
Siti Rokayah
xv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ....................................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. v
PERNYATAAN ................................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vii
MOTTO ............................................................................................................. ix
PERSEMBAHAN .............................................................................................. x
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi
SANWACANA .................................................................................................. xii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .............................................................................................xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Batasan Masalah ................................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian................................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
xvi
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Silika Sekam Padi .............................................................................. 6
B. Zeolit ................................................................................................ 8
C. Metode Sol Gel ................................................................................... 11
D. Kalsinasi ............................................................................................. 12
E. Identifikasi Struktur dan Fasa Kristal ................................................. 13
F. Analisis Luas Permukaan Spesifik Material ....................................... 17
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 22
B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 22
C. Metode Penelitian ................................................................................. 23
D. Diagram Alir ......................................................................................... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Zeolit dengan XRD ................................................................. 27
B. Analisis Luas Permukaan Spesifik ........................................................ 34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 40
B. Saran...................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur silika tanpa kalsinasi dan dengan kalsinasi ........................................ 7
2. Hasil karakterisasi silika dengan SEM ............................................................. 8
3. Hasil uji XRD zeolit tipe X setelah kalsinasi 400 oC ....................................... 10
4. Proses terbentuknya Sinar-X ............................................................................ 14
5. Spektrum energi sinar-X ................................................................................... 15
6. Difraksi sinar-X oleh atom-atom pada bidang ................................................. 16
7. Tipikal kurva BET ............................................................................................ 20
8. Diagram alir penelitian ..................................................................................... 26
9. Sampel uji XRD................................................................................................ 27
10. Pola difraksi zeolit yang dikalsinasi pada suhu 150 oC................................... 28
11. Pola difraksi zeolit yang dikalsinasi pada suhu 250 oC................................... 29
12. Pola difraksi zeolit yang dikalsinasi pada suhu 350oC.................................... 30
13. Hasil XRD pada suhu kalsinasi 150oC , 250
oC, dan 350
oC ............................ 31
14. Hubungan tekanan relatif (P/Po) terhadap 1/[V(P/Po-1)] pada setiap suhu
kalsinasi 150oC, 250
oC, dan 350
oC ................................................................. 35
15. Besar luas permukaan spesifik akibat variasi suhu kalsinasi 150oC, 250
oC, dan
350oC ............................................................................................................... 37
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan silika sekam padi ........................................................................... 7
2. Komposisi zeolit alam ...................................................................................... 9
3. Fasa yang terbentuk pada setiap suhu kalsinasi 150oC, 250
oC, dan 350
oC ...... 32
4. Ukuran kristalit dari fasa yang terbentuk ......................................................... 33
5. Besar nilai Vm akibat variasi suhu kalsinasi dari analisis dengan SAA .......... 36
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekam padi merupakan limbah pertanian yang dapat dijadikan sebagai sumber
silika dan mudah untuk didapatkan, khususnya di provinsi Lampung sekam padi
bisa mencapai 3,32 juta ton dalam setahun (Badan Pusat Statistik Provinsi
Lampung, 2014). Satu ton sekam padi mampu menghasilkan silika murni sebanyak
220-300 kg (Yalcin and Sevinc, 2001; Ikram and Akhter, 1988). Sekam padi
merupakan sumber silika dengan kemurniannya mencapai 95,35% (Suka dkk,
2008) yang dapat dikembangkan menjadi material lainnya. Silika dari sekam padi
dapat diperoleh dengan mudah menggunakan pelarut NaOH dan dipanaskan
(Gianjar dkk, 2014). Material silika sudah banyak terbukti sebagai bahan
pembuatan keramik, seperti mullite (Nevivilanti dkk, 2010), borosilicate (Riyanto
dkk, 2009), cordierite (Sembiring and Manurung, 2009), dan lan-lain. Serta
material silika sekam padi dapat digunakan dalam pengolahan minyak nabati
menjadi biodiesel yang dipreparasi dengan CaCO3 menjadi katalis CaO/SiO2
dengan hasil adanya sifat amorf dari silika sekam padi (Meliyana, 2015). Sifat
amorf dari silika sekam padi (Sembiring dan Karo Karo, 2007) menjadikannya
memiliki sifat reaktan dengan unsur lain. Selain itu, pada saat ini silika sekam padi
banyak dimanfaatkan sebagai bahan sintesis zeolit (Mohamed et al., 2012).
2
Zeolit merupakan aluminasilikat berbentuk struktur kristal tiga dimensi dengan
ukuran pori yang seragam (Cejka et al., 2007). Zeolit memiliki sifat yang unik,
yakni berpori dan dapat berperan sebagai penukar kation (Muchtar, 2006). Sintesis
zeolit dapat dilakukan secara kimia (Kabwadza-Corner et al., 2014). Hasil sintesis
zeolit dipengaruhi oleh variasi bahan yang digunakan, aktivitas katalisnya, prosedur
yang digunakan, suhu yang digunakan, dan sebagainya (Georgiev et al., 2009).
Sehingga zeolit sintesis dapat memiliki struktur pori yang kecil dan seragam
(Lestari, 2010).
Telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai sintesis zeolit dengan bahan
silika sekam padi. Sintesis zeolit ZSM-5 dengan bahan silika dari abu sekam padi
menghasilkan keseragaman bentuk yang sama dengan ukuran kristal 0,2 – 1,5 µm
yang telah dilakukan oleh Putro dan Prasetyoko (2007). Serta sintesis zeolit yang
lainnya dengan bahan silika sekam padi hasilnya menunjukkan bahwa zeolit
memiliki luas permukaan spesifik yang besar, yaitu 25,59 m2/g (Setiawan dan
Supriyatna, 1999). Pemanfaatan zeolit saat ini telah banyak berkembang, salah
satunya yaitu sebagai bahan elektrode superkapasitor (Walcarius, 1999).
Superkapasitor merupakan piranti penyimpan energi yang memiliki kerapatan
energi lebih besar dibandingkan kapasitor konvensional dan memiliki rapat daya
yang lebih besar dibandingkan baterai. Superkapasitor memiliki potensi yang besar
dengan paduan daya tinggi, waktu pengisian singkat, kestabilan yang tinggi, dan
mampu bertahan lama (Halper and Ellenbogen, 2006). Prinsip kerja superkapasitor
berdasarkan pada hukum Faraday, yaitu adanya transfer elektron antara elektrode
yang saling berhadapan serta perpindahan ion dan molekulnya (Conway, 1999).
3
Elektrode superkapasitor merupakan komponen utama yang menentukan tinggi
atau rendahnya nilai kapasitansi superkapasitor. Nilai kapasitansi suatu elektrode
dipengaruhi oleh bahan pembuat elektrode, permukaan elektrode, ukuran pori pada
permukaan elektrode, dan pertukaran ion yang terjadi (Lu, 2012). Apabila ukuran
pori semakin kecil dan luas permukaan elektrode semakin besar, maka akan
menghasilkan nilai kapasitansi yang tinggi (Ariyanto dkk, 2012).
Elektrode superkapasitor dapat berupa karbon (Ariyanto dkk, 2012), Ruthenium
Oxide (RuO2) (Gujar et al., 2007), tembaga, dan platina (Conway, 1999).
Ruthenium Oxide (RuO2) merupakan bahan yang paling bagus digunakan sebagai
elektrode dengan nilai kapasitansi spesifiknya 498 F/g (Gujar et al., 2007), namun
keberadaan Ruthenium Oxide (RuO2) sulit ditemukan di alam dan harganya mahal
apabila dibandingkan dengan bahan elektode yang lainnya. Karbon juga merupakan
bahan elektrode yang baik, namun membutuhkan suhu yang tinggi untuk
menghasilkan karbon dengan luas permukaan yang besar, serta memiliki kestabilan
yang rendah (Zhang et al., 2006). Sehingga pengembangan zeolit sebagai elektrode
superkapasitor perlu dilakukan, karena zeolit memiliki kriteria bahan yang dapat
digunakan sebagai elektrode superkapasitor.
Pada penelitian ini pembuatan zeolit dilakukan menggunakan bahan baku silika
sekam padi dan alumina (Al2O3), yang disintesis menggunakan metode sol gel
dengan variasi suhu kalsinansi sebesar 150oC, 250oC, dan 350oC. Karakterisasi
yang dilakukan meliputi X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengetahui struktur zeolit
dan Surface Area Analyzer (SAA) dengan metode Brunner Emmett Teller (BET)
untuk mengetahui luas permukaan spesifik.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh variasi suhu kalsinasi 150oC, 250oC, dan 350oC terhadap
struktur dan luas permukaan spesifik zeolit?
2. Bagaimana hubungan struktur kristal dan luas permukaan spesifik zeolit akibat
variasi suhu kalsinasi 150oC, 250oC, dan 350oC?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah, yaitu:
1. Sintesis zeolit dilakukan dengan metode sol gel.
2. Konsentrasi NaOH dalam proses ekstraksi silika sekam padi 5%.
3. Sol alumina terbuat dari 5% Alumina dan 5% NaOH ke dalam 50 ml pelarut.
4. Suhu kalsinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 150oC, 250oC, dan
350oC.
5. Uji struktur zeolit dengan XRD dan luas permukaan spesifik dengan SAA
menggunakan metode BET.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui pengaruh variasi suhu kalsinasi 150oC, 250oC, dan 350oC terhadap
struktur zeolit.
5
2. Mengetahui pengaruh variasi suhu kalsinasi 150oC, 250oC, dan 350oC terhadap
luas permukaan spesifik zeolit.
3. Mengetahui hubungan struktur kristal dengan luas permukaan spesifik zeolit
akibat variasi suhu kalsinasi 150oC, 250oC, dan 350oC.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat pada penelitian ini adalah:
1. Mampu mengembangkan limbah pertanian menjadi suatu hal yang lebih
bermanfaat.
2. Memberi informasi baru mengenai zeolit yang dapat dijadikan sebagai referensi
penelitian selanjutnya.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Silika Sekam Padi
Sekam padi tersusun dari 40% selulosa, 30% lignin, dan 25-30% silika. Silika dari
sekam padi dapat dipisahkan dari selulosa dan lignin dengan memakai berbagai
metode (Ikram and Akhter, 1988). Metode yang digunakan untuk mendapatkan
silika terdiri dari berbagai metode, seperti ekstraksi alkali (Sembiring dan Karo
Karo, 2007), pengabuan (Kalapathy et al., 2000), dan pemutihan atau disebut
dengan white rice husk (Zulfiqar et al., 2015).
Proses ekstraksi silika dipengaruhi oleh konsentrasi KOH, waktu ekstraksi, dan pH
(Suka dkk, 2008). Ekstraksi silika yang telah dilakukan yaitu dengan merendam 50
gram sekam padi dalam larutan KOH 5% dengan perbandingan berat 1:10,
kemudian dipanaskan selama 30 menit hingga mendidih dan larutan didiamkan
selama 24 jam (proses aging). Kemudian disaring, lalu ditambahkan dengan larutan
HCl 10% secara perlahan sampai terbentuk endapan silika. Endapan dicuci hingga
pH netral, lalu dioven pada suhu 105oC selama ½ jam, dan digerus serta dikalsinasi.
Hasil yang diperoleh silika dalam bentuk amorf tanpa disinterimg, dan mengalami
pembentukan fasa crystobalite, serta meningkatnya trydimite seiring dengan
naiknya suhu kalsinasi. Presentasi kemurnian silika meningkat seiring dengan suhu
kalsinasi yang meningkat Sembiring dan Karo Karo (2007).
7
Kandungan yang diperoleh dari hasil silika sekam padi yang telah dikalsinasi dan
tidak dikalsinasi seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan silika sekam padi (Riveros and Garza, 1986).
Komposisi
Kimia
Kalsinasi
Tanpa kalsinasi 850oC 1050oC
SiO2 94,66 95,70 98,85
CaO 0,71 0,47 -
Na2O 1,50 1,39 1,15
K2O 1,01 0,70 -
Al2O3 1,56 1,37 -
MgO 0,56 0,30 -
Dari Tabel 1 diketahui bahwa kandungan silika paling dominan dibandingkan
komposisi kimia yang lainnya, dan keberadaannya semakin meningkat dengan suhu
kalsinasi yang semakin tinggi (Riveros and Garza, 1986).
Silika dari sekam padi memiliki struktur yang amorf (Sembiring dan Karo Karo,
2007). Dari sifat amorfnya, dapat dijadikan sebagai sumber silika yang bersifat
reaktif dengan unsur lain (Hamdan et al., 1996). Struktur amorf silika dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur silika tanpa kalsinasi dan dengan kalsinasi
(Sumber: Latif, 2014).
8
Dari gambar terlihat silika tanpa kalsinasi dan kalsinasi 800oC berbentuk amorf,
namun silika kalsinasi 800oC sudah memiliki struktur lebih kristal dibandingkan
silika amorf tanpa kalsinasi. Kemudian telah terbentuk adanya kristal saat
dikalsinasi pada suhu 1000oC dan 1200oC. Silika amorf pada suhu kalsinasi 800oC
memiliki struktur yang lebih kristal dibandingkan silika amorf tanpa kalsinasi
(Latif, 2014).
Selain XRD, karakteristik SEM juga dilakukan untuk melihat struktur mikro sampel
silika pada Gambar 2.
Gambar 2. Hasil karakterisasi silika dengan SEM (Sumber: Suka dkk. 2008).
Pada Gambar 2 menunjukkan bahan silika yang terbentuk mengandung gumpalan
(cluster) yang memiliki ukuran kristal yang relatif sama dengan distribusi yang
relatif sama pula (Suka dkk, 2008).
B. Zeolit
Zeolit merupakan aluminasilikat yang memiliki struktur kristal tiga dimensi dengan
ukuran pori (dimensi molekulnya) yang seragam (Cejka et al., 2007). Zeolit terdiri
dari dua jenis, yaitu zeolit alam dan zeolit sintesis. Zeolit alam adalah zeolit yang
mudah ditemukan di alam. Zeolit alam lebih mudah dan murah untuk didapatkan
9
dibandingkan zeolit sintesis, namun zeolit alam memiliki kelemahan, diantaranya
memiliki pengotor yang banyak dan memiliki struktur kristal yang kurang baik,
memiliki ukuran pori yang tidak seragam (Lestari, 2010). Zeolit alam mengandung
mineral utama, yaitu Ca, Na2, K2. Serta pengotor yang paling banyak adalah kuarsa
(Wyantuti, 2008; Ibrahim, 2007). Wyantuti (2008) melakukan karakterisasi zeolit
alam dan didapatkan komposisi zeolit alam dari hasil analisis XRF pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi zeolit alam (Wyantuti, 2008).
Nama senyawa Konsentrasi (%)
SiO2 64,86
Al2O3 11,42
Fe2O3 0,93
CaO 4,53
MgO 0,75
TiO2 0,26
Na2O 0,14
K2O 1,06
MnO 0,01
H2O 5,05
Berdasarkan Tabel 2 bahwa perbandingan Si dan Al dari zeolit menunjukkan fungsi
kapasitas tukar ion. Presentase antara SiO2 dan Al2O3 memiliki nilai yang relatif
kecil yaitu 5,6 (Wyantuti, 2008).
Dari sifat zeolit tersebut, saat ini banyak dikembangkan penelitian untuk
memanfaatkan zeolit dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah zeolit
sebagai bahan elektrode (Walcarius, 1999). Elektrode yang baik memiliki ukuran
pori yang seragam (Lu, 2012). Zeolit alam tidak memiliki ukuran pori yang seragam
10
sehingga penelitian tentang zeolit yang dibuat secara kimia atau sering dikenal
dengan sintesis zeolit (Ibrahim, 2007; Mohamed et al., 2012) masih terus
dikembangkan.
Sintesis zeolit ZSM-5 menggunakan bahan NaOH, Al2(SO4)3.18H2O, akuades,
silika dari abu sekam padi yang telah dipanaskan dengan tanur listrik dialiri udara
pada suhu 600oC dengan kecepatan pemanasan 150oC/jam dan dibakar selama 4
jam. Bahan-bahan tersebut dicampurkan hingga membentuk gel dengan
komposisi molar sebagai berikut:
10Na2O:100SiO2:xAl2O3:1800H2O (1)
Campuran tersebut kemudian diaduk selama 24 jam lalu diberi perlakuan
hidrotermal pada suhu 195oC selama 24 jam, setelah itu produk dicuci hingga bersih
dan dipanaskan pada suhu 110 oC selama 24 jam. Hasil yang diperoleh yaitu zeolit
memiliki keseragaman bentuk balok dengan ukuran 0,2 – 1,5 µm (Putro dan
Prasetyoko, 2007).
Sintesis zeolit yang lainnya yaitu sintesis zeolit tipe X dari bahan silika abu sekam
padi, kemudian dikalsinasi pada suhu 400oC. Hasil sintesis zeolit tersebut
ditunjukkan pada Gambar 3 setelah diuji menggunakan XRD.
Gambar 3. Hasil uji XRD zeolit tipe X setelah kalsinasi 400oC
(Sumber: Khemthong et al., 2007).
11
Hidrolisis
Pada Gambar 3 diperoleh informasi bahwa zeolit tipe X yang telah dikalsinasi pada
suhu 400oC memiliki struktur faujasit dan puncaknya sudah menunjukkan adanya
struktur kristal (Khemthong et al., 2007).
C. Metode Sol Gel
Metode sol gel adalah metode preparasi padatan yang dilakukan pada temperatur
rendah yang melibatkan adanya transisi dari suatu sistem dengan partikel-partikel
mikroskopik yang mengalami dispersi dalam cairan (sol) menjadi material
mikroskopik (gel) yang mengandung cairan. Ketika cairan menguap akan
meninggalkan material keras seperti gelas. Sol gel merupakan suatu material yang
memiliki sifat amorf serta dimensi pori yang tidak seragam (Wijaya, 2010).
Metode sol gel merupakan metode yang sering digunakan untuk melakukan
sintesis material dalam skala nanometer (Li et al., 2016). Proses sol gel telah
banyak diaplikasikan dalam pembuatan silika, kaca, dan bahan keramik karena
kemampuannya menghasilkan material murni dan homogen (Rahman and
Padavettan, 2012; Zawrah et al., 2009). Dalam prosesnya meliputi hidrolisis dan
kondensasi logam alkoksida (Si(OR)4) seperti tetraethylorthosilicate (TEOS,
Si(OC2H5)4 atau garam anorganik seperti sodium silikat (Na2SiO3) di dalam
mineral asam (seperti HCl) atau basa (seperti NH3) sebagai katalis (Rahman and
Padavettan, 2012).
Reaksi hidrolisis dan reaksi kondensasi dapat ditulis sebagai berikut:
1. Reaksi hidrolisis:
Si(OC2H5)4 + H2O Si(OC2H5)3OH + C2H5
12
Kondensasi Air
Kondensasi Alkohol
2. Reaksi Kondensasi
Si(OC2H5)4 + H2O + Si(OC2H5)3OH
(OC2H5)3-Si-O- Si(OC2H5)3 + H2O
Si(OC2H5)4 + H2O + Si(OC2H5)3OH
(OC2H5)3Si-O- Si(OC2H5)3 + C2H5OH
Reaksi kondensasi berlangsung cepat, sulit untuk dikendalikan dan hasil reaksinya
membentuk jaringan dengan tiga dimensi atau partikel yang memiliki ikatan
tunggal. Kondensasi alkohol berlangsung lebih lama dibandingkan dengan
kondensasi air (Arjasa and Raharjo, 2012).
Metode sol gel telah banyak digunakan dalam penelitian, seperti pembuatan oksida
indium (In2O3) (Widodo, 2010), proses ekstraksi silika dari abu tongkol jagung
(Okoronkwo et al., 2013), sintesis TiO2 dalam skala nonometer (Yuwono dkk,
2011), dan pembuatan keramik cordierite (Sembiring and Manurung, 2009).
D. Kalsinasi
Kalsinasi merupakan pemanasan suatu zat padat sampai suhu di bawah titik leleh,
serta mengakibatkan adanya keadaan penguraian oleh panas atau fase transisi selain
dari pelelehan. Yang termasuk pada jenis reaksi ini adalah disosiasi panas, transisi
fase polimorfik, dan rekristalisasi termal (Hadyana, 2002). Proses kalsinasi dapat
menghilangkan zat-zat yang tidak dibutuhkan seperti H2O dan gas CO2 (James,
1988). Selain hal tersebut, pada suatu reaksi suhu kalsinasi mampu mempengaruhi
laju reaksi. Semakin besar suhu kalsinasi maka kecepatan laju reaksi semakin cepat
(Handini dkk, 2011).
13
Besar suhu kalsinasi dalam suatu penelitian, tidak hanya mempengaruhi
pertumbuhan fasa kristal melainkan juga besar luas permukaan suatu bahan
(Tursiloadi dkk, 1997; Sunarno dan Yenti, 2013). Penelitian yang telah dilakukan
yaitu zeolit dikalsinasi dengan suhu 400oC, 500oC, dan 600oC dan memiliki luas
permukaan spesifik 21.300 m2/g, 67.874 m2/g, dan 22.959 m2/g secara berurutan.
Pada kalsinasi 500oC besar luas permukaan spesifiknya meningkat. Hal ini
menunjukkan pada suhu 500oC logam Ni terdistribusi merata pada dinding pori dan
menunjukkan telah terbentuknya fasa aktif. Kemudian pada suhu 600oC luas
permukaan spesifiknya menurun, karena adanya penurunan dari kinerja dari katalis
akibat tertutupnya permukaan katalis oleh molekul-molekul reaktan yang tidak
terdesorpsi (Sunaro dan Yenti, 2013).
E. Identifikasi Struktur dan Fasa Kristal
Indentifikasi struktur dan fasa kristal suatu sampel dapat dilakukan menggunakan
metode difraksi sinar-X. Sinar-X merupakan radiasi elektromagnetik yang mirip
dengan sinar tampak, tetapi panjang gelombangnya lebih pendek. Sinar-X telah
ditemukan pada tahun 1985 oleh fisikawan Jerman Roentgen. Secara keseluruhan
besar panjang gelombang sinar-X antara 0,5 - 2,5 dalam satuan angstrom (Å) atau
10-10 m (Cullity, 1977). Pembentukkan sinar-X dapat diterangkan dengan baik
menggunakan teori atom yang dikemukakan oleh Bohr, yaitu sebuah elektron
menempati orbit yang jelas dan pasti dalam gerakannya mengelilingi inti atom
(Akhadi, 2006).
14
Teori atom Bohr memudahkan perhitungan adanya garis dalam spektrum unsur.
Elektron bagian dalam orbit atom akan menyerap energi dari luar apabila
dipanaskan, serta akan kehilangan energi dan kembali ke orbit semula apabila
didinginkan. Sinar-X terbentuk melalui proses elektron atom yang berada pada
kulit K terionisasi sehingga tereksitasi. Kekosongan kulit K segera diisi oleh
elektron dari kulit di luarnya. Jika kekosongan pada kulit K diisi oleh elektron dari
kulit L, maka akan dipancarkan sinar-X karakteristik Kα. Jika kekosongan itu diisi
oleh elektron dari kulit M, maka akan dipancarkan sinar-X karakteristik Kβ. Oleh
sebab itu, apabila spektrum sinar-X dari suatu atom berelektron banyak diamati,
maka akan terlihat pula garis-garis tajam berintensitas tinggi yang dihasilkan oleh
transisi Kα, Kβ dan seterusnya. Jadi sinar-X karakteristik timbul karena adanya
transisi elektron dari tingkat energi lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah
seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Proses terbentuknya sinar-X (Sumber: Akhadi, 2006)
Pada Difraksi sinar-X terdapat dua macam spektrum, yaitu spektrum yang lebar
untuk spektrum bremsstrahlung dan dua buah atau lebih garis tajam untuk sinar-X
karakteristik sepeti pada Gambar 5.
15
Gambar 5. Spektrum energi sinar-X (Sumber: Akhadi, 2006)
Difraksi sinar-X oleh atom-atom pada bidang atom paralel a dan a1 yang
dipisahkan oleh jarak d pada Gambar 6. Dua berkas sinar-X i1 dan i2 bersifat
paralel, monokromatik dan koheren dengan panjang gelombang λ datang dengan
sudut θ. Jika kedua berkas sinar tersebut berturut-turut terdifraksi oleh M
dan N menjadi i1’ dan i2’ yang masing-masing membentuk sudut θ terhadap
bidang dan bersifat paralel, monokromatik dan koheren, perbedaan panjang antara
i1 – M – i1’ dengan i2 – N – i2’ adalah sama dengan n kali panjang
gelombang, maka persamaan difraksi dapat dituliskan sebagai berikut:
n λ = ON + NP atau
n λ = d sin θ + d sin θ = 2 d sin θ (2)
16
Gambar 6. Difraksi sinar-X oleh atom-atom pada bidang (Ismunandar, 2006)
Persamaan (2) lebih dikenal dengan Hukum Bragg (Cullity, 1977), yaitu:
dhkl = 2Sinϴ
λ (2)
Dimana:
λ = Panjang gelombang sinar-X (Cu=1,5418 Å)
ϴ = Sudut difraksi yang menggambarkan posisi puncak (o)
dhkl = Jarak antara bidang (nm).
Sedangkan untuk mengetahui ukuran kristal yang terbentuk, dihitung berdasarkan
hukum Scherrer (Cullity, 1977), yaitu:
L =Kλ
β Cosϴ (3)
Dimana:
L = Ukuran kristal
K= Tetapan Scherrer (biasanya 0,9)
λ = Panjang gelombang (Å)
β = FWHM (Full Width at Half Maximum) (rad)
ϴ = Sudut Bragg (Monshi et al., 2012).
Difraksi sinar-X digunakan dalam sebuah penelitian untuk mengidentifikasi tingkat
kristalinitas suatu padatan dengan melakukan analisis sesuai dengan tingkatan
17
kristalinitasnya. Fase suatu bahan berupa fasa murni dan fasa kristal dapat
ditentukan setelah diamati oleh XRD menggunakan difraktometer serbuk
(Nopianingsih, 2015).
Karakterisasi XRD terhadap zeolit telah dilakukan menggunakan Cu-K𝛼 sebagai
sumber radiasinya dengan λ=1,5418 Å pada tegangan 40 kV dan arus 40 mA. Zeolit
dikarakterisasi pada rentang 2ϴ dari 3o ≤ 2𝜃 ≥ 60o pada suhu ruang dan jarak d
dihitung dari baris data menggunakan program analisis data secara otomatis
(Hamdan, 1996). Penggunaan program analisis data secara otomatis sangat menarik
dan sangat penting. Dengan tersedianya sarana komputer data dapat diolah dan
dihitung dengan mudah dan cepat untuk menyelesaikan hasil penelitian. Salah satu
perangkat lunak komputer yang saat ini dikembangkan dalam metode Rietveld
sebagai analisis data difraksi neutron maupun difraksi sinar-X adalah RIETAN
(RIETveld Analysis). Dari hasil analisis ini diharapkan akan diperoleh struktur
kristal dan fasanya. Prinsipnya yaitu model struktur yang dimasukkan (reference)
dilakukan proses penghalusan (refinement) parameter-parameter struktur kristal
sehingga diperoleh kecocokan data pola difraksi antara hasil pengamatan dan
perhitungan (Suminta dan Kartini, 2006).
F. Analisis Luas Permukaan Spesifik Material
Analisis luas permukaan spesifik material dilakukan menggunakan alat berupa
SAA (Surface Area Analyzer) (Wogo dkk, 2011). Luas permukaan diperoleh dari
adanya interaksi zat padat dengan zat yang mengelilinginya, seperti cairan dan gas.
Luas permukaan dapat dihasilkan dari ukuran kristal yang direduksi, seperti proses
18
penggerusan dan penghalusan yang baik akan menghasilkan bahan berpori. Hal
yang paling penting dalam menentukan ukuran luas permukaan adalah gas molekul
yang diserapnya. Luas permukaan diperoleh dari analisis benda padat secara fisika
dari gas yang diserap permukaan padat dan dijumlahkan keseluruhan gas yang
diserap bidang molekular pada permukaan (Naderi, 2015).
Prinsip kerja SAA didasarkan pada siklus adsorpsi dan desorpsi isotermis gas N2
oleh sampel berupa serbuk pada suhu N2 akan cair. Dengan cara sejumlah volume
gas nitrogen yang diketahui dimasukkan ke dalam tabung sampel, maka sensor
tekanan akan menghasilkan data tekanan proses yang bervariasi. Data volume gas
yang dimasukkan dengan jumlahnya telah diketahui dan data hasil kenaikan
tekanan dibuat ke dalam persamaan dalam teori BET (Rosyid dkk, 2012).
Teori BET telah dikenalkan sejak tahun 1938 oleh Stephen Brunauer, Paul Hugh
Emmett, dan Edward Teller. Teori BET menjelaskan mengenai fenomena adsorpsi
molekul gas di permukaan zat padat (melekatnya molekul gas pada permukaan zat
padat). Banyaknya molekul gas yang diadsorpsi tergantung dengan luas permukaan
zat padatnya. Oleh karena itu teori BET dapat digunakan untuk menentukan luas
permukaan suatu zat padat. Selain itu, metode BET juga dapat digunakan untuk
menentukan porositas suatu zat padat yang berpori (Abdullah dan Khairurrijal,
2009).
Teori BET dilandasi oleh beberapa hal, antara lain:
a) Molekul dapat teradsorpsi pada permukaan zat padat hingga beberapa lapis.
Teori ini lebih umum dari teori adsorpsi satu molekul dari Langmuir.
19
b) Dianggap juga tidak ada interaksi antar molekul gas yang teradsorpsi pada
permukaan zat padat.
c) Teori adsorpsi satu lapis dari Langmuir dapat diterapkan untuk masing-masing
lapis gas.
Dengan teori tersebut BET memiliki persamaan umum yang menerangkan keadaan
molekul yang teradsorpsi pada permukaan zat padat.
1
V[(P PO⁄ )−1]=
c−1
Vmc(
P
Po) +
1
Vmc (4)
Dimana:
P = Nilai tekanan keseimbangan
Po = Tekanan dalam kondisi saturasi
V = Volume gas yang mengalami adsorpsi
Vm = Volume gas yang mengalami adsorpsi pada satu lapis
c = Konstanta BET yang memenuhi
𝑐 = exp [𝐸𝐼−𝐸𝐿
𝑅𝑇] (5)
Dimana:
EI = Kalor adsorpsi lapisan pertama
EL = Kalor lebur
R = Konstanta Boltzmann (1,38 x 10-23 J/K)
T = Suhu
Hasil dari uji dapat menentukan nilai kemiringannya dengan membentuk kurva
seperti Gambar 7.
20
Kemiringan = (c-1)/Vmc
P
Po
1
V[(
P Po
)−
1]
Gambar 7. Tipikal kurva BET (Sumber: Abdullah dan Khairurrijal, 2009).
Plot dalam BET merupakan kurva dengan sumbu x adalah P/PO dan sumbu y
1
V[(P PO⁄ )−1]. Kurva tersebut akan membentuk suatu garis datar seperti Gambar
7. Dari Persamaan 4 kemiringan kurva sama dengan c−1
Vmc, dan titik potong kurva
dengan sumbu tegak sama dengan 1
Vmc. Dari kedua nilai tersebut dapat
ditentukan nilai c dan Vm (Abdullah dan Khairurrijal, 2009).
Dari nilai Vm, maka dapat dihitung nilai luas permukaan total sampel pada
Persamaan 6.
St =VmN
MA (6)
Dimana:
St = Luas permukaan total
N = Bilangan Avogadro (6,02 x 1023 molekul/mol)
M = Massa molekul
A = Cross sectional (1,62 x 10-19 m2).
21
Dan luas permukaan spesifiknya adalah:
S =St
m (7)
(Lowell and Joan, 1984).
SAA metode BET dapat digunakan untuk melakukan pengukuran luas
permukaan, volume pori, dan rata-rata diameter pori zeolit sintesis dari abu
terbang batu bara (Zakaria dkk, 2012).
Karakterisasi menggunakan alat SAA metode BET telah dilakukan untuk
menentukan luas permukaan zat padat berupa Zeolit Y. Dari hasil pengamatan
diketahui bahwa semakin meningkat total ukuran pori, maka luas
permukaannya juga akan meningkat. Luas permukaan juga dipengaruhi suhu,
yaitu ketika sampel diperlakukan proses hidrotermal selama 6 jam yang
menyebabkan zeolit semakin mengkristal, sehingga volume pori akan
meningkat dan luas permukaannya akan semakin meningkat pula. Kalsinasi
juga merupakan faktor yang mempengaruhi besar luas permukaan. Kalsinasi
yang sempurna akan meninggalkan pori yang terbuka sehingga luas
permukaannya meningkat (Warsito dkk, 2008).
22
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Universitas Lampung
selama 4 bulan berlangsung dari Mei 2016 sampai Agustus 2016. Kalsinasi
dilakukan di Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Lampung. Karakterisasi sampel dilakukan di Laboratorium MIPA
Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Laboratorium Instrumentasi Analitik
Institut Teknologi Bandung (ITB).
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: gelas ukur, gelas beaker,
tabung erlenmeyer, kompor, magnetic bar, pH meter (produksi Merck), pengaduk,
hotplate stirrer, botol sampel, neraca digital, pipet tetes, pinset, stopwatch, furnace,
XRD, dan SAA menggunakan metode BET.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sekam padi, sodium
hydroxide (NaOH) dengan kemurnian 99% produksi Merck, allumunium hydroxide
(Al(OH)3) produksi Merck, asam nitrat (HNO3) dengan kemurnian 68% produksi
Merck, akuades, alkohol, sarung tangan, dan masker.
23
C. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari preparasi
sekam padi, ekstraksi silika dari sekam padi, sintesis zeolit, kalsinasi sampel, dan
karakterisasi sampel.
1. Preparasi Sekam Padi
Preparasi sekam padi memiliki tahapan sebagai berikut:
a. Mencuci sekam padi serta membuang pengotornya.
b. Merendam sekam padi selama 1 jam.
c. Mengambil sekam padi yang tenggelam, karena memiliki kandungan silika lebih
besar dibandingkan yang mengapung.
d. Merendam sekam padi dengan air panas selam 6 jam untuk menghilangkan
kotoran yang masih menempel pada sekam padi.
e. Meniriskan sekam padi lalu menjemurnya di bawah sinar matahari hingga
sekam padi kering.
2. Ekstraksi Silika dari Sekam Padi
Proses ekstraksi silika sekam padi memiliki tahapan sebagai berikut:
a. Menimbang sekam padi yang telah dipreparasi sebanyak 50 gram.
b. Melarutkan sekam padi ke dalam larutan NaOH 500 ml sebanyak 5% (25,25
gram).
c. Memanaskan sekam padi di atas kompor selama 30 menit sambil mengaduknya
hingga mendidih.
24
d. Setelah uap panasnya hilang, menyaring larutan dengan penyaring teh untuk
memisahkan ampas sekam padi dengan ekstraknya. Ekstrak tersebut
merupakan sol silika.
e. Melakukan aging (penjenuhan) sol silika tersebut selama 24 jam untuk
memperoleh sol silika yang homogen.
3. Sintesis Zeolit
Sintesis zeolit dilakukan dengan mencampurkan sodium alumina dan sodium silika
(Putro dan Prasetyoko, 2007), dengan tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Menyiapkan sol sodium aluminat terlebih dahulu dengan melarutkan 5%
NaOH (2,525 gram) dan 5% Al(OH)3 (5 gram) ke dalam akuades sebanyak 50
ml. Kemudian melakukan stirrer selama 2 jam dengan kecepatan 500 rpm.
b. Mencampurkan sol sodium aluminat dengan 250 ml sol silika, melakukan
stirrer selama 1 jam dengan kecepatan 100 rpm. Campuran dari kedua larutan
tersebut membentuk sol zeolit.
c. Menetesi sol zeolit dengan larutan asam 10% HCl dalam 100 ml hingga pH
mencapai angka 7 untuk memperoleh gel silika.
d. Melakukan stirrer gel silika selama 7 jam menggunakan kecepatan 1000 rpm
dengan tujuan untuk memperoleh butiran zeolit ukuran nanometer dan zeolit
menjadi homogen.
e. Melakukan proses aging terhadap gel zeolit tersebut selama 24 jam.
f. Menyaring dan mencuci gel dengan air hangat hingga gel zeolit bersih
berwarna putih.
25
g. Melakukan heating gel pada suhu 110oC selama 7 jam. Menggerus hasil oven
tersebut menggunakan mortar dan pastel.
h. Mengayak serbuk zeolit menggunakan ayakan berukuran 100 mesh.
4. Kalsinasi
Kalsinasi dilakukan menggunakan tungku pembakaran atau furnace. Alat ini telah
disediakan penyesuaian temperatur secara otomatis dengan sistem digital. Dalam
penelitian ini, kalsinasi dilakukan pada suhu 150oC, 250oC, dan 350oC dengan
kenaikan suhu 3oC/menit, kemudian melakukan proses penahanan selama 3 jam
untuk masing-masing suhu.
5. Karakterisasi Sampel
Pada penelitian ini sampel serbuk yang telah dikalsinasi dikarakterisasi
menggunakan XRD untuk melihat kristalinitas zeolit, serta menggunakan SAA
untuk mengetahui luas permukaan spesifik zeolit.
26
D. Diagram Alir
Diagram alir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram alir penelitian
50 gram sekam padi yang telah dipreparasi
dicampur dengan 500 ml larutan 5% NaOH
Dipanaskan selama 30 menit sambil terus
diaduk
Disaring dan di-aging selama 24 jam
Terbentuk sol silika 250 ml
5 gram Al(OH)3 dengan 2,525 gram
NaOH dilarutkan dalam 50 ml akuades
Di-stirrer selama 2 jam dengan
kecepatan 500rmp
Terbentuk sol sodium aluminat
sebanyak 50 ml
Dicampur dan di-stirrer selama 1 jam
dengan kecepatan 1000 rpm
Sol ditetesi dengan larutan 5% HNO3 ke dalam 100 ml akuades
sampai pH mencapai angka 7
Di-stirrer selama 7 jam dengan kecepatan 1000 rpm
Di-aging selama 24 jam hingga terbentuk gel zeolit secara homogen
Gel disaring dan dicuci dengan air panas hingga berwarna putih
Dioven selama 7 jam pada suhu 110oC
Digerus dan diayak pada ukuran 100 mesh
Dikalsinasi pada suhu 150oC, 250oC, dan 350oC
Karakterisasi XRD dan SAA dengan metode BET
40
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Suhu mempengaruhi bentuk fasa dan ukuran kristalitnya. Pada suhu 150oC
terbentuk fasa gibbsite dengan ukuran kristal 61,21 nm, suhu 250oC terbentuk
fasa gibbsite, quartz, bohmite dengan ukuran kristalit masing-masing adalah
58,71 nm, 80,35 nm, dan 180,06 nm, serta pada suhu 350oC terbentuk fasa
bohmite dan quartz dengan ukuran kristalit masing-masing 112,37 nm dan
30,14 nm.
2. Semakin kecil ukuran kristalit pada setiap fasa menghasilkan luas permukaan
spesifik yang semakin besar, luas permukaan spesifik pada suhu kalsinasi
150oC, 250oC, dan 350oC masing-masing adalah 106,900; 90,650; dan 241,970
m2/g.
3. Perubahan struktur zeolit menyebabkan luas permukaan spesifik zeolit
berubah, karena ukuran kristalit zeolit juga berubah. Luas permukaan spesifik
tertinggi pada suhu 350oC, karena memiliki ukuran kristalit terkecil.
4. Zeolit dari hasil penelitian ini memiliki potensi sebagai bahan elektrode
superkapasitor.
41
B. SARAN
Dari hasil dan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan, dapat diberi saran
sebagai berikut:
1. Meningkatkan suhu kalsinasi yang digunakan dalam pembuatan zeolit.
2. Melakukan pengujian sampel dengan alat lain, seperti SEM-EDS agar
mengetahui besar konsentrasi setiap unsur yang terkandung.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. dan Khairurrijal. 2009. Review: Karakterisasi Nanomaterial. Jurnal
Nanosains dan Nanoteknologi. Vol. 2. No. 1.
Akhadi, M. 2006. Analisis Unsur Kelumit Melalui Pancaran Sinar-X Karakteristik.
Buletin Alara. Vol. 8. No. 1. Hal. 11-19.
Allen, T. 1997. Particle Size Measurement Volume 2 Surface Area and Pore Size
Determination. New York: Chapman and Hall.
Arjasa, O. P., and Raharjo, J. 2012. Facile One Pot Synthesis of Highly
Monodisperse Silica Nanoparticles in Water Based Medium. Jurnal Sains
Material Indonesia. Vol. 14. No. 1. Hal. 1411-1093.
Ariyanto, T., Prasetyo, I., dan Rochmadi. 2012. Pengaruh Struktur Pori terhadap
Kapasitansi Elektroda Superkapasitor yang Dibuat dari Karbon Nanopori.
Reactor. Vol. 14. No. 1. Hal. 25 – 32.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2014. Produksi Tanaman Padi Provinsi
Lampung, 2010-2014. Bandar Lampung: BPS Provinsi Lampung. ISSN.
1907-4581
Bokhimi, X., Sanchez-Valente, J., and Pedraza, F. 2002. Crystallization of Sol-gel
Boehmite Via Hydrothermal Annealing Locality: Synthetic Sample:
Annealed T= 15 days, T= 473 K. Journal of Solid State Chemistry 166. Hal.
182-190.
Boumaza, A., Favora, L., Ledion, J., Sattonnay, G., Brubach, J. B., Berthet, P.,
Huntz, A. M., Roy, P., and Tetot, R. 2009. Transition Alumina Phases
Induced by Heat Treatment of Boehmite: An X-ray Diffraction and Infared
Spectroscopy Study. Journal of Solid State Chemistry 182. Hal. 1171-1176.
Cejka, J., Bekkum, H. V., Corma, A., and Schuth, F. 2007. Introduction to Zeolite
Science and Practice .3RD Revised Edition. Amsterdam: Elsevier.
Conway, B. E. 1999. Elecrtochemical Supercapacitors: Scientific Fundamentals
and Technological Applications. New York: Kluwer – Plenum.
43
Cullity B. D. 1977. Element of X-Ray Diffraction Second Edition. California:
Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Hal. 3, 4, 82.
Destyorini, F., Suhandi, A., Subhan, A., dan Indayaningsih, N. 2010. Pengaruh
Suhu Karbonisasi terhadap Struktur dan Konduktivitas Listrik Arang Serabut
Kelapa. Jurnal Fisika. Vol. 10. No. 2. ISSN: 0854-3046.
Georgive, D., Bogdan, B., Angelova, K., Markovska, I., and Hristov, Y. 2009.
Synthetic Zeolites – Structure, Clasification, Current Trends in Zeolite
Synthesis Review. International Science Conference. Vol. 1. Hal. 1-5.
Gianjar, R. R., Ma’ruf, A., dan Mulyadi, A. H. 2014. Ekstraksi Silika dari Abu
Sekam Padi Menggunakan Pelarut NaOH. Prosiding Seminar Nasional
Hasil – Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014.
Gujar, T. P., Kim. W. Y., Puspitasari, I., Jung, K. D., and Joo, O. S. 2007.
Electrohemically Deposited Nanograin Ruthenium Oxide as a
Pseudocapacitive Elekctrode. Int J. Electrochem. Sci.2. Hal. 666 – 673.
Hadyana, P. A. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka. Hal. 359.
Halper, M. S. and Ellenbogen, J. C. 2006. Supercapacitors: A Brief Overview.
Virginia : MITRE Corporation.
Hamdan, H., Mulid, M. N. M., Endud, S., Listiorini, E., and Ramli, Z. 1996. 29Si
MAS NMR, XRD and FESEM Studies of Rice Husk Silika for the Synthesis
of Zeolites. Journal of Non-Crystalline Solid 211. Hal. 126 – 131.
Handini, T., Indrati Y, T., dan Purwoto. 2011. Penentuan Konstanta Kecepatan
Kalsinasi Itrium Hidroksida Menjadi Itrium Oksida. Prosiding Seminar
Penelitian dan Pengelolaan Perangkat Nuklir. ISNN 1410 – 8178.
Handoko, D. S. P. 2014. Preparasi, Modifikasi dan Karakterisasi Katalis Ni/ZSIA.
Prosidimg Seminar Nasional Kimia. ISBN: 978-602-0951-00-3.
Ibrahim, S. A. B. 2007. Synthesis and Characterization of Zeolites from Sodium
Aluminosilicate Solution. Thesis Submitted in Fulfillment of the
Requirements for the Degree of Master of Science.
Ikram, N. and Akhter, N. 1988. X-ray Diffraction Analysis of Silicon Prepared from
Rice Husk Ash. Journal of Materials Science. Hal. 2379 – 2381.
Ismunandar. 2006. Padatan Oksida Logam. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
James, S. R. 1988. The 22nd Edition of the Manual of Mineral Science. New York
City: John Wiley & Sons, 641 P.
44
Juliansyah, Ratnawulan, dan Ahmad, F. 2015. Pengaruh Temperatur Kalsinasi
Terhadap Struktur Mineral Granit yang Terdapat di Nagari Surian
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok. Pillar of Physics. Vol. 06. Hal.
09-16.
Jumaeri, Astuti, W., dan Lestari, W.T. P. 2007. Preparasi dan Karakterisasi Zeolit
dari Abu Layang Batubara Secara Alkali Hidrotermal. Reactor. Vol. 11. No.
1. Hal. 38-44.
Kabwadza-Corner, P., Munthali, M. W., Johan, E., and Matsue, N. 2014.
Comparative Study of Copper Adsorpivity and Selectivity Toward Zeolites.
American Journal of Analytical Chemstry. Vol. 5. Hal. 395-405.
Kalapathy, U., Proctor, A., and Shultz, J. 2000. A Simple Method for Production
of Pure Rice Hull Ash. Bioresource Technology. Hal. 257 – 262.
Khemthong, P., Prayoonpokarach, S., and Wittayakun, J. 2007. Synthesis and
Characterization of Zeolite LSX from Rice Husk Silika. Suranaree J. Sci.
Tecnol. 14(4): 367-379.
Kihara, K. 1990. An X-ray Study of the Temperature Dependence of the Quartz
Structure Sample: at T: 1012 K. Europen Journal of Mineralogy 2. Hal. 63-
77.
Kloprogge, J. T., Duong, L. V., Wood, B. J., and Frost, R. L. 2015. XPS Study of
the Major Minerals in Bauxite: Gibbsite, Bayerite, and (Pseudo-) Boehmite.
Journal of Colloid and Interface Science. Hal. 572-576.
Laksono, A. P., dan Prasetyoko, D. 2007. Abu Sekam Padi Sebagai Sumber Silika
pada Sintesis Zeolit Tanpa Menggunakan Templat Organik. Akta Kmindo.
Vol. 3. No. 1. Hal. 33 – 36.
Latif, C., Triwikamtoro, dan Munasir. 2014. Pengaruh Variasi Temperatur
Kalsinasi pada Struktur Silika. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol. 3. No. 1.
Hal. 2337 – 3520.
Lestari, D. Y. 2010. Kajian Modifikasi dan Karakterisasi Zeolit Alam dari Berbagai
Negara. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 2010.
ISBN: 978.
Li, Z., Li, L., Liao, H., and Zhang, H. 2016. Pore Size Control of Porous Carbons
Using Novel Silica-Based Capolymer Template and Their Application in
Supercapacitor. Materials Letter.
Lowell, S. and Joan, E.S.1998. Powder Surface Area and Porosity. New York:
Chapman & Hall.
45
Lu, G. Q. M. 2012. Supercapasitors Materials, Systems, and Application. Brisbane:
WILEY-VCH Verlag GmbH and Co. KGaA.
Lutz, W. 2014. Zeolite Y: Synthesis, Modification, and Properties-A case
Revisited. Advances In Materials Science and Engineering. Vol. 2014. ID.
724248.
Meliyana, L. 2015. Preparasi Katalis CaO/SiO2 dari CaCO3 dan Silika Sekam Padi
dengan Metode Sol Gel untuk Pengolahan Minyak Nabati menjadi
Biodiesel. (Skripsi). Bandar Lampung. Universitas Lampung.
Mohamed, R. M., Mkhalid, I. A., and Barakat, M. A. 2012. Rice Husk Ash as a
Renewable Source for the Production of Zeolite NaY and its
Characterization. Arabian Journal of Chemistry. Vol. 8. Hal. 48-53.
Monshi, A., Foroughi, M. R., and Monshi, M. R. 2012 Modified Scerrer Equation
to Estimate More Accurately Nano-Crystallite Size Using XRD. World
Journal of Nano Science and Engineering. Hal. 154-160.
Muchtar, R. 2006. Karakteristik Zeolit Sebagai Bahan Penanggulangan
Pencemaran Lingkungan dan Kotruksi Beton. Proseding Seminar Nasional
Zeolit V.
Naderi, M. 2015. Surface Area: Brunauer-Emmett-Teller (BET). London: Elsevier.
Hal. 586, 590.
Nevivilanti, S., Wiranti, F. V., dan Sembiring, S. 2010. Karakteristik Keramik
Mullite dari Silika Sekam Padi Akibat Perlakuan Suhu Kalsinasi. Prosidimg
SN SMAP 10.
Nopianingsih, N. N. S., Sudiarta, I. W., dan Sulihingtyas, W. D. 2015. Sintesis
Silika Gel Terimobilisasi Difenilkabazon dari Abu Sekam Padi Melalui
Teknik Sol Gel. Jurnal Kimia 9. Vol. 2. Hal. 226-234.
Okoronkwo, E. A., Imoisili, P. E., and Olusunle, S. O. O. 2013. Extraction and
Characterization of Amourphous Silica from Corn Cob Ash by Sol-Gel
Method. Chemistry and Materials Research. Vol. 3. No. 4. ISSN 2224-
3224.
Putro, A. L. dan Prasetyoko, D. 2007. Abu Sekam Padi Sebagai Sumber Silika pada
Sintesis Zeolit ZSM-5 Tanpa Menggunakan Templat Organik. Akta
Kimindo. Vol. 3. No. 1.
Rahman, I. A. and Padavettan, V. 2012. Synthesis of Silica Nanoparticles by Sol-
Gel: Size-Dependent Properties, Surface Modification, and Applications in
Silica-Polymer Nanocomposites-A Review. Journal Of Nanomaterials.
Vol. 2012. Hal. 1-15.
46
Riyanto, A., Ginting, O. M., dan Sembiring, S. 2009. Pengaruh Suhu Kalsinasi
Terhadap Pembentukan Gugus Borosilikat (B-O-Si) Bahan Keramik
Borosilikat Berbasis Silika Sekam Padi. Prosidimg SN SMAP 09.
Riveros, H. and Garza, F. W. 1986. Rice Husk Ash a Source of High Purity Silica.
Journal Crys. Growth. Hal. 126-131.
Rosyid, M., Nawangsih, E., dan Dewita. 2012. Perbaikan Surface Area Analyzer
NOVA-1000 (Alat Penganalisis Luas Permukaan Serbuk). Prosiding
Seminar Penelitian dan Pengelolaan Perangkat Nuklir. ISSN 1410-8178s.
Saalfeld, H. and Wedde, M. 1974. Refinement of the Crystal Structure of Gibbsite,
Al(OH)3. Zeitschrift fur Kristaalographie, Bd.139, S. Hal. 129-135.
Sembiring, S. and Manurung, P. 2009. Synthesis and Characterisation of Cordierite
(Mg2Al4Si5O18) Ceramics Based on the Rice Husk Silica. Prosidimg SN
SMAP 09.
Sembiring, S. dan Karo Karo, P. 2007. Pengaruh Suhu Kalsinasi terhadap
Karakteristik Termal dan Mikrostruktur Silika Sekam Padi. J. Sains MIPA,
Edisi Khusus Tahun 2007. Vol. 13. Hal. 233 – 239.
Setiawan D. dan Supriyatna D. 1999. Sintesis Zeolit dari Abu Sekam Padi
Menggunakan Metode Proses Hidrogel. Prosiding Pertemuan dan Presentasi
Ilmiah. Hal. 5 – 10.
Smith, H. D. and Russel R. L. 2009. Development and Characterization of Gibbsite
Component Simulant. Pacific Northwest: U. S. Departement of Energy.
Suka, I. G., Simanjutak, W., Sembiring, S., dan Trisnawati, E. 2008. Karakterisasi
Silika Sekam Padi dari Provinsi Lampung yang Diperoleh dengan Metode
Ekstraksi. MIPA. No. 1. Hal. 47 – 52.
Suminta, S. 2006. Karakterisasi Zeolit Alam dengan Metode Difraksi Sinar-X.
Jurnal Zeolit Indonesia. Vol. 5. No. 2.
Suminta, S. dan Kartini, E. 2006. Analisi Struktur Komposit (Agl)x(AgP03)1-x
dengan Metode Rietveld. Jurnal Sains Materi Indonesia. ISSN: 1411-1098.
Hal. 196-201.
Sunarno dan Yenti, R. 2013. Pembuatan Zeolit Sintesis dan Aplikasinya sebagai
Katalis pada Cracking Cangkang Sawit Menjadi Bio – Oil. Jurnal
Teknobiologi. ISSN: 2087 – 5428. Hal. 35 – 39.
Sriyanti, I. 2014. Nanocomposite Prepared by Simple Mixing Method. Proceeding
of the Third International Seminar on Science Education. ISBN: 978-602-
8171-14-1.
47
Tettenhors, R. and Hofmann, D. A. 1980. Crystal Chemistry of Bohmite. Clays and
Clay Materials. Vol. 23. No. 3. Hal. 373-380.
Tursiloadi, S., Juliana, A. T., dan Kresnadi, H. 1997. Pembuatan Material Sistem
Al2O3 – SiO2 Sebagai Bahan Penyangga Katalisator dengan Metoda Sol –
Gel. Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi 1997. ISSN 1410 – 2897.
Walcairus, A. 1999. Zeolite-Modified Electrodes in Electroanalytical Chemistry.
Analytica Chemica Acta. Vol. 384. Hal. 1-16.
Warsito, S., Sriatun, dan Taslimah. 2008. Pengaruh Penambahan Surfaktan
Cetyltrimethylammonium bromide (n-CTMABr) pada Sintesis Zeolit-Y.
(Skripsi). Semarang. Universitas Diponegoro.
Widodo, S. 2010. Teknologi Sol Gel pada Pembuatan Nano Kristalin Metal Oksida
untuk Aplikasi Sensor Gas . Seminar Rekayasa Kimia dan Proses 2010.
ISSN: 1411-4216.
Wijaya, K. 2010. Nanomaterial Berlapis Dan Berpori: Sintesis, Karakterisasi
dan Perannya Sebagai Material Multi Fungsi. Yogyakarta:UGM.
Wogo, H. E., Segu, J. O., dan Ola, P. D. 2011. Sintesis Silika Gel Terimobilisasi
Dithizon Melalui Proses Sol-Gel. Sains dan Terapan Kimia. Vol. 5. No.1.
Hal. 84 – 95.
Wyantuti, S. 2008. Karakterisasi Zeolit Alam Asal Cikalong Tasikmalaya.
Bandung: Universitas Padjajaran.
Yalcin, N. and Sevinc, V. 2001. Study on Silica Obtained from Rice Husk. Journal
Ceramic International. Vol. 29. Hal. 219-224.
Yamliha, A., Argo, B. D., dan Nugroho, W. A. 2013. Pengaruh Ukuran Zeolite
Terhadap Penyerapan Karbondioksida (CO2) pada Aliran Biogas. Jurnal
Bioproses Komoditas Tropis. Vol. 1. No. 2.
Yong, C. C. and Wang, J. 2001. Mechanical-Activation-Triggered Gibbsite-to-
Bohmite Transition and Activation-Derived Alumina Powders. J. Am.
Ceram. Soc. Vol. 84. No. 06. Hal. 1225-1230.
Yuwono, A. H., Dhaneswara, D., Alfian, F., dan Rahman, A. 2011. Sel Surya
Tersentisasi Zat Pewarna Berbasis Nanopartikel TiO2 Hasil Proses Sol-Gel
dan Perlakuan Pasca-Hidrotermal. Jurnal Material dan Energi Indonesia.
Vol. 01. No. 03. Hal. 127 – 140.
Zakaria, A., Rohaeti, E., Batubara, I., Sutisna., dan Purwamargapratala, Y. 2012.
Adsorpsi Cu(II) Menggunakan Zeolit Sintesisi dari Abu Terbang Batu Bara.
Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmuan Pengetahuan dan Teknologi Bahan
2012.
48
Zamroni, A. dan Susanti, D. 2012. Pengaruh Variasi Temperatu Post Hydrothermal
Terhadap Property Kapasitif Kapasitor Elektrokimia dan Material Tungsten
Trioksida (WO3) Hasil Proses Sol-Gel. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 1. No. 1.
Hal. 1-6.
Zawrah, M. N., El-Kheshen, A. A., and ABD-El-Aal, M. H. 2009. Facile and
Economic Synthesis of Silica Nanoparticles. Journal of Ovonic Research.
Vol. 5. No. 5. Hal. 129-133.
Zhang, D., Shi, L., Fang, J., Dai, K., and Liu, J. 2006. Influence of Carbonization
of Hot-Pressed Carbon Nanotube Electrodes on Removal of NaCl from
Saltwater Solution. Materials Chemistry and Physics 96. Hal. 140 – 144.
Zulfiqar, U., Subhani, T., and Husain, S. W. 2015. Towards Tunable Size of Silica
Particles from Rice Husk. Journal of Non-Crystalline Solids. Hal. 61 – 69.