Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

126

Click here to load reader

Transcript of Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

Page 1: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

ANALISIS SPASIAL KEJADIAN DIARE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2

Minat Utama Sistem Informasi Manejemen Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Diajukan oleh :

BASILIUS FUNAN HAUMEIN NIM : 08/277822/PKU/10137

Kepada : PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2009

Page 2: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  ii

Page 3: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  iii

Page 4: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  iv

Page 5: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala kasih-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul

“Analisis Spasial Kejadian Diare di Kabupaten Timor Tengah Utara

Propinsi Nusa Tenggara Timur”.

Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

studi pada Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas

Gadjah Mada, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Minat Utama

Sistem Informasi Manajemen Kesehatan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih tersebut terutama disampaikan

kepada :

1. Bapak Prof. dr. Hari Kusnanto, DrPH. selaku dosen pembimbing

pertama yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan yang

sangat membantu dalam penyelesaian penulisan tesis ini;

2. Bapak dr. Lutfan Lazuardi, PhD. selaku dosen pembimbing kedua

yang telah memberikan arahan dan petunjuk yang sangat berguna

bagi penyelesaian penulisan tesis ini;

3. Bapak Prof. dr. Hari Kusnanto, DrPH. selaku Ketua Minat Sistem

Informasi Manajemen Kesehatan UGM beserta seluruh pengelola,

dosen dan staf yang banyak memfasilitasi dan memberikan bimbingan

serta saran selama penulis mengikuti pendidikan dan penulisan tesis

ini;

4. Direktur Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah

Pascasarjana UGM Yogyakarta beserta jajarannya;

Page 6: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  vi

5. Bupati Timor Tengah Utara yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan S2 Ilmu Kesehatan

Masyarkat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta;

6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Utara beserta staf

yang telah membantu memfasilitasi penulis dalam penelitian serta

memberikan data yang dibutuhkan penulis;

7. Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Timor Tengah Utara beserta

staf yang telah membantu menyediakan data yang dibutuhkan penulis

dalam penelitian ini;

8. Ayahanda dan ibunda tercinta bapak Barnabas Funan dan mama

Anastasia Bano serta kakak-adik yang dengan sabar dan tulus

mengiringi studi penulis dengan doa.

9. Istri tercinta Regina Boysala dan anak-anak Rio, Izha dan Tio yang

dengan penuh pengertian dan pengorbanan telah memberikan

semangat dan motivasi bagi penulis;

10. Seluruh teman-teman mahasiswa SIMKES 2008 yang telah banyak

memberikan dukungan moril kepada penulis;

11. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu dan dukungan dalam penulisan tesis ini;

Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih banyak

kekurangan, karena itu saran dan kritik sangat dutuhkan demi

penyempurnaanya. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi berbagai

pihak.

Yogyakarta Maret 2010

Penulis

Page 7: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………….. ii

HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………… iii

KATA PENGATAR ……………………………………………………… iv

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… vi

DAFTAR TABEL ………………………………………………………... viii

DAFTAR GAMBAR ………………………….…………………………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………………………….………………………… xi

INTISARI ………………………………………………………………… xii

ABSTRACT ………………………………………………………………. xiii

BAB I PENDAHULUAN …….………………………………………… 1

A. Latar Belakang …….………………………………………. 1

B. Perumusan Masalah …..………………………………….. 5

C. Tujuan Penelitian ………………………………………. 5

D. Manfaat Penelitian …………………………………….. 6

E. Keaslian Penelitian ……………………………………….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………. 9

A. Diare ……..……………………………………………….... 8

B. Faktor Penyebab Diare ………….………………………. 13

C. Sistem Informasi Geografis …………………………….. 20

D. Landasan Teori …………………………………………… 25

E. Kerangka Konsep ……………………………………… 26

F. Hipotesis Penelitian …………………………………….. 27

BAB III METODE PENELITIAN ……………………….……………… 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……….………………. 28

B. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian ………..…………. 28

Page 8: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  viii

C. Variabel Penelitian ……………………………..…………. 29

D. Definisi Operasional ……………………………………… 29

E. Instrumen Penelitian ……………………………………... 31

F. Cara Pengumpulan Data ………………………………… 31

G. Analisis Data ………………………………………………. 32

H. Etika Penelitian …………………………………………… 32

I. Jalannya Penelitian …………………………………….… 32

J. Kelemahan Penelitian …………………………………… 33

K. Kesulitan Penelitian ……………………………………… 33

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….……… 34

A. Hasil Penelitian …………………..……….………………. 34

1. Deskripsi lokasi penelitian …………………………… 35

2. Epidemiologi kasus diare ……………………………. 36

3. Faktor sanitasi …………………………………………. 40

4. Faktor demografis ……………………………………. 44

5. Faktor topografis ………………………………………. 48

6. Pengujian hipotesis ……………………………………. 49

7. Significance map dan cluster map ………………….. 54

B. Pembahasan ……………………………..……..…………. 57

1. Epidemiologi kasus diare ……………………………… 57

2. Hubungan akses rumah tangga terhadap air bersih dengan kasus diare …………………….……………… 58

3. Hubungan akses rumah tangga terhadap jamban keluarga dengan kasus diare ………………………… 60

4. Hubungan tingkat kepadatan penduduk dengan kasus diare ……………………………………………… 61

5. Hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan kasus diare …………………………………… 61

7. Hubungan letak ketinggian desa dengan kasus diare ………………………………….………………… 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 63

Page 9: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  ix

A. Kesimpulan ……..….………………………………………. 63

B. Saran …………………...………………………………….. 63

DAFTAR PUSTAKA …………..………………………………………… 65

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah kasus diare di Kabupaten Timor Tengah

Utara pada tahun 2006 s/d 2008 …………………………. 2

Tabel 2 Distribusi kasus diare (sesuai kategori jumlah kasus)

Berdasarkan tempat di Kabupaten TTU tahun 2006

s/d 2008 ……………………………………………………… 37

Page 10: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistem kerja SIG ………………………………………. 22

Gambar 2 Diagram dan fungsi GIS ……………………………… 24

Gambar 3 Kerangka Teori ………………………………………… 26

Gambar 4 Kerangka Konsep Penelitian …………………………. 26

Gambar 5 Peta Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara …….. 35

Gambar 6 Distribusi kasus diare berdasarkan tempat (desa) di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008 …………………………………………………….. 37

Gamabr 7 Distribusi kasus diare berdasarkan golongan umur di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008 …………………………………………………….. 38

Gambar 8 Distribusi kasus diare berdasarkan waktu di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008 …………………………………………………….. 39

Gambar 9 Akses rumah tangga terhadap air bersih di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008 …………………………………………………….. 41

Gambar 10 Akses rumah tangga terhadap jamban keluarga di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008 …………………………………………………….. 43

Gambar 11 Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008 ………………….. 45

Gambar 12 Persentase tingkat pendidikan ibu rumah tangga di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008 …………………………………………………….. 46

Gambar 13 Tingkat pendidikan ibu rumah tangga di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008…………… 47

Gambar 14 Ketinggian desa di Kabupaten Timor Tengah Utara… 48

Gambar 15 Scatter plot hubungan antara variabel-variabel bebas Dengan kesakitan diare di Kabupaten TTU …………. 51

Page 11: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  xi

Gambar 16 Peta area yang menunjukkan akses jaga dan pendidikan ibu tinggi – diare rendah di Kabupaten Timor Tengah Utara …………………………………… 52

Gambar 17 Peta area yang menunjukkan akses jaga dan pendidikan ibu rendah – diare tinggi di Kabupaten Timor Tengah Utara …………………………………… 53

Gambar 18 Significance map akses rumah tangga terhadap jamban keluarga vs kesakitan diare di Kabupaten TTU ……………………………………………………… 54

Gambar 19 Significance map tingkat pendidikan ibu rumah tangga vs kesakitan diare di Kabupaten TTU ………. 54

Gambar 20 Cluster map akses rumah tangga terhadap jamban keluarga vs kesakitan diare di Kabupaten TTU ……………………………………………………… 56

Gambar 21 Cluster map tingkat pendidikan ibu rumah tangga vs kesakitan diare di Kabupaten TTU ………. 56

Page 12: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis spatially weighted regression (spatial error model) …………………………………… 68

Lampiran 2 Incidence rate diare per desa/kelurahan di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006-2008 ……………… 73

Lampiran 3 Data sarana sanitasi ( akses rumah tangga terhadap Air bersih dan jamban keluarga) di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006-2008 ……………… 79

Lampiran 4 Data demografi (jumlah balita, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, kepadatan penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006-2008 ……………… 84

Lampiran 5 Data topografi (luas wilayah dan ketinggian desa Di Kabupaten Timor Tengah Utara ………………….. 89

Lampiran 9 Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) ………. 95

Lampiran 10 Ijin penelitian dari Program Pascasarjana FK UGM Yogyakarta ……………………………………………… 96

Lampiran 8 Ijin penelitian dari Bupati Timor Tengah Utara c.q. Badan Kesbang dan Linmas ………………………… 97

Page 13: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  xiii

INTISARI Latar Belakang : Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Di Kabupaten Timor Tengah Utara, penyakit diare masih tinggi dan kerapkali timbul dalam bentuk kejadian luar biasa (KLB). Munculnya kejadian penyakit diare ini juga seringkali menimbulkan kematian terutama pada balita. Faktor penyebab penyakit diare pada umumnya dikaitkan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku. Faktor lain seperti faktor demografi dan faktor topografi suatu desa juga merupakan suatu karakteristik yang secara epidemiologi berpengarah terhadap masalah kesehatan seperti diare. Tujuan Penelitian : Mengidentifikasi hubungan antara faktor-faktor lingkungan, demografi dan topografi dengan kejadian diare dengan pendekatan spasial. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan studi cross sectional menggunakan metode kuantitaif. Analisis data dengan spatially weighted regression (spatial error model) dan LISA Multivariate (Significance Map, Cluster Map) menggunakan software GeoDa. Hasil Penelitian : Incidance rate diare di Kabupaten Timor Tengah Utara pada tahun 2006 adalah 20 per 1.000 penduduk, tahun 2007 adalah 24 per 1.000 penduduk dan tahun 2008 adalah 24 per 1.000 penduduk. Dari jumlah kasus diare yang ada 54,67% terjadi pada balita. Akses rumah tangga terhadap air bersih adalah sebesar 68.28% (2008), akses rumah tangga terhadap jamban keluarga adalah sebesar 49,09% (2008).Tingkat kepadatan penduduk adalah 84 jiwa/km2 (2008), prosentase jumlah balita adalah 10.87% (2008) dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga adalah 43,09% (2008) yang berpendidikan SLTP s/d PT. Hasil analisis spatially weighted regression dengan menggunakan software GeoDa menunjukkan (1) tidka ada hubungan antara akses rumah tangga terhadap air bersih dengan kesakitan diare (p=0.8070), (2) ada hubungan antara akses rumah tangga terhadap jamban keluarga dengan kesakitan diare (p=0.0205), (3) tidak ada hubungan antara tingkat kepadatan penduduk dengan kesakitan diare (p=0.9850), (4) ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan kesakitan diare (p=0.0003), (5) tidak ada hubungan antara letak ketinggian desa dengan kesakitan diare (p=0.7476). Kesimpulan : Kejadian diare di Kabupaten Timor Tengah Utara ada hubungan dengan akses rumah tangga terhadap jamban keluarga dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga. Kata Kunci : Analisis spasial, diare, sanitasi, demografi, topografi.

Page 14: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  xiv

ABSTRACT

Background: Diarrhea is a public health problem in Indonesia. At District of Timur Tengah Utara the incidence of diarrhea is still relatively high and often becomes an outbreak. Diarrhea often causes death in underfives. Risk factors of diarrhea are generally related to environmental sanitation and behavior. Other factors such as demography and topography of region are characteristics that epidemiologically affect health problems such as diarrhea. Objective: To identify association between factors of environment, demography and topography and the incidence of diarrhea using spatial approach. Method: The study was analytical with cross sectional design and quantitative method. Data analysis used spatially weighted regression (spatial error model) and LISA multivariate (Significance Map, Cluster Map) with GeoDa software. Result: Incidence rate of diarrhea at District of Timor Tengah Utara in 2006 was 20 per 1,000 people, in 2007 was 24 per 1,000 people and in 2008 was 24 per 1,000 people. As much as 54.67% of cases happened to underfives. Access of the household to clean water was 68.28% (2008), access to family toilet was 49.09% (2008). Population density was 84/km2 (2008), percentage of underfives was 10.87% (2008) and education of the housewives was 43.09 (2008) of junior high school to university level. The result of analysis showed (1) there was no association between access of the household to clean water and diarrhea (p=0.8070), (2) there was association between access to household to family toilet and diarrhea (p=0.0205), (3) there was no association between population density and diarrhea (p=0.9850), (4) there was association between education of the housewives and diarrhea (p=0.0003) (5) there was no association between the location (altitude) of the region and diarrhea (p=0.7476). Conclusion: There was association between the incidence of diarrhea and factor of access of the household to family toilet, education of the housewives and quantity of underwives. Keywords: spatial analysis, diarrhea, sanitation, demography, topography

Page 15: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  xv

Page 16: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat

dunia. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa diare

adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia.

Diperkirakan 1,4 juta anak meninggal setiap tahun akibat kasus diare

tersebut. Sedangkan United Nations Children’s Fund (UNICEF), Badan

Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak, memperkirakan bahwa,

setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare (WHO,

2009).

Di Indonesia, kasus diare juga masih merupakan masalah yang

perlu mendapat perhatian. Setiap tahun angka kesakitan diare cenderung

meningkat. Tahun 1996 angka kesakitan diare adalah sebesar 280 per

1000 penduduk dan tahun 2006 menjadi 423 per 1000 penduduk.

Penyakit diare ini juga sering timbul dalam bentuk kejadian luar biasa

(KLB), dan disertai sejumlah kematian. Sejak tahun 2001 hingga tahun

2007 terjadi lonjakan penderita diare, dimana kejadian diare tertinggi pada

tahun 2006 yaitu 10.980 penderita dengan kematian 277 (Case Fatality

Rate / CFR 2,52%). Sedangkan CFR saat KLB yang paling rendah terjadi

pada tahun 2007 yaitu 1,26%. Selain itu diketahui bahwa sepanjang tahun

2007 telah terjadi letusan KLB di 16 provinsi. Provinsi dengan letusan KLB

terbanyak adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sumatera

Utara (11 letusan), namun penderita KLB Diare terbanyak terdapat di

Provinsi Papua (6.544 penderita) dan CFR tertinggi di Sulawesi Barat

(15,00%). Sedangkan CFR untuk provinsi NTT adalah 3,68% (Depkes RI,

2007)b.

Page 17: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  2

Kabupaten Timor Tengah Utara adalah salah satu kabupaten yang

terletak di Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan ibukota kabupaten

adalah Kefamenanu. Di Kabupaten Timor Tengah Utara, kasus diare juga

masih merupakan masalah kesehatan, yang sering kali timbul dalam

bentuk KLB, selain gizi buruk setiap tahunnya. Penyakit diare menempati

urutan sembilan dalam sepuluh pola penyakit terbesar di Kabupaten Timor

Tengah Utara pada tahun 2008. Jumlah kasus diare pada tahun 2006

sebesar 4.266 penderita dengan kematian 19 (CFR 0,44%). Tahun 2007

jumlah kasus diare sebanyak 5.353 orang dengan 12 diantaranya

meninggal (CFR 0,22%). Tahun 2008 jumlah kasus diare sebanyak 5.310

orang, dimana 10 diantaranya meninggal (CFR 0,18%). Selama tahun

2008 juga terjadi letusan KLB di 11 desa, berkurang dibanding dengan

tahun 2007 yang menyebar di 45 desa dan 30 desa pada tahun 2006.

Fluktuasi kasus diare di Kabupaten Timor Tengah Utara, setiap tahun

selalu mengikuti pola yang sama, dengan puncak kejadian pada bulan

Januari-Februari dan Agustus-September (Dinkes Kab. TTU 2008).

Tabel 1. Jumlah kasus diare di Kabupaten Timor Tengah Utara pada tahun 2006 s/d 2008

Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

No Golongan

Umur (thn) Jml

kasus

Mening-

gal

Jml

kasus

Mening-

gal

Jum

kasus

Mening-

gal

1 0 - < 5 2.358 19 3.156 10 2.647 10

2 ≥ 5 1.908 0 2.196 2 2.663 0

Jumlah 4.266 19 5.352 12 5.310 10

Sumber : Dinkes Kabupaten TTU

Tingginya kasus diare tersebut lagipula disertai dengan adanya

KLB memberikan suatu dampak terhadap keberhasilan program

kesehatan di wilayah tersebut. Karena itu Pemerintah Kabupaten Timor

Page 18: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  3

Tengah Utara mencoba melaksanakan suatu upaya terpadu dalam

menanggulangi KLB diare dan gizi buruk. Pada bulan April 2008

Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara mencanangkan suatu

program khusus Penanggulangan KLB Diare dan Gizi Buruk. Program

yang bersifat antisipatif tersebut, bertujuan untuk merespon berbagai

kemungkinan apabila terjadi peningkatan kasus diare dan gizi buruk.

Untuk jangka pendek, cukup efektif dalam mengatasi kasus KLB diare

yang terjadi, namun untuk jangka panjang belum berhasil karena setelah

itu muncul lagi kasus KLB di daerah yang berbeda.

Munculnya kasus-kasus diare tersebut, tidak terlepas dari berbagai

faktor penyebab diare itu seperti faktor lingkungan (sarana air bersih,

pembuangan kotoran/tinja, sampah) dan faktor perilaku masyarakat.

Blum mengatakan bahwa faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap

kesehatan masyarakat adalah lingkungan dan perilaku. Kedua faktor ini

dapat berinteraksi bersama, seperti apabila sanitasi lingkungan yang jelek

kemudian didukung dengan perilaku atau hygiene perorangan yang

kurang maka individu atau masyarakat akan mudah tertular penyakit

seperti diare (Azwar, 1988). Sementara itu WHO memperkirakan bahwa

hampir 10% dari beban penyakit global (global disease burden)

disebabkan oleh faktor ketiadaan air bersih, sanitasi dan hygiene yang

buruk serta manajemen sumberdaya air yang tidak berfungsi dengan baik.

Beberapa fakta menunjukkan bahwa kurangnya persediaan fasilitas

sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi yang jelek dapat memicu terjadi

kasus diare. Di Kabupaten Timor Tengah Utara, pada umumnya

masyarakat memanfaatkan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga dari

sumur gali atau sumur pompa tangan, perpipaan, perlindungan mata air

dan sungai (membuat mata air dipinggir sungai) atau memanfaatkan air

dari cekdam. Menurut Caslake et al (2003) sebagian besar kasus yang

terjadi di daerah pedesaan di negara-negara berkembang berkaitan

dengan suplai air adalah adanya pencemaran dari berbagai jenis

Page 19: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  4

mikroorganisme seperti virus, coli tinja, protozoa dan kurangnya

persediaan air bersih itu sendiri. Kurangnya persediaan air bersih,

merupakan suatu permasalahan yang dialami masyarakat, karena akses

terhadap air bersih yang kurang akan berdampak terhadap kesehatannya.

Akses rumah tangga terhadap air bersih yang kurang akan menimbulkan

persoalan personal hygiene dalam keluarga, disamping itu juga

pemanfaatan air bersih dari sarana air bersih secara bersama-sama

sangat rentan terhadap pencemaran yang ditimbulkan (Slamet, 2004).

Selain faktor sanitasi, masalah sosial kemasyarakatan juga

merupakan suatu karakteristik yang secara epidemiologis berpengaruh

terhadap munculnya penyakit di suatu daerah seperti kepadatan

penduduk, tingkat pendidikan suatu kelompok masyarakat dan lingkungan

sekitar masyarakat tersebut. Penyakit diare yang pada umumnya lebih

banyak menyerang balita merupakan suatu persoalan serius yang perlu

mendapat perhatian.

Untuk itu perlu dilakukan pengkajian mengenai berbagai faktor

penyebab diare secara spesifik di wilayah tersebut (local specificity).

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan suatu tools yang dapat

digunakan. Sistem informasi geografis adalah seperangkat tatanan dan

prosedur yang meliputi perangkat lunak, perangkat keras untuk mengolah

data/informasi dalam konteks spasial. Pemanfaatan SIG dimaksud adalah

untuk mengolah data atau informasi dalam konteks spasial (keruangan)

serta memberikan gambaran distribusi diare dengan faktor penyebab

secara terintegrasi. Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Utara

memang belum pernah memanfaatkan SIG dalam menganalisis masalah

kesehatan, selain itu juga pengolahan dan penyajian data yang masih

terfragmentasi pada masing-masing bidang merupakan suatu kesulitan

dalam penentuan keputusan. Dengan melakukan analisis spasial kejadian

diare selama tiga tahun terakhir (2006 s/d 2008), database kasus diare

tersebut akan diolah menjadi informasi yang bermanfaat dalam

Page 20: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  5

pengambilan keputusan penanggulangan diare di Kabupaten Timor

Tengah Utara.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalahnya sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara akses rumah tangga terhadap sarana air

bersih dengan kejadian diare di Kabupaten Timor Tengah Utara?

2. Apakah ada hubungan kepemilikan jamban keluarga dengan kejadian

diare di Kabupaten Timor Tengah Utara?

3. Apakah ada hubungan antara kepadatan penduduk dengan kejadian

diare di Kabupaten Timor Tengah Utara ?

4. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan keluarga dengan

kejadian diare di Kabupaten Timor Tengah Utara?

5. Apakah ada hubungan antara ketinggian desa dengan kejadian diare

di Kabupaten Timor Tengah Utara?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Menganalisis distribusi kejadian diare secara spasial serta

mengidentifikasi hubungan antara faktor-faktor sanitasi (air bersih, jamban

keluarga), fakor demografi (kepadatan penduduk, tingkat pendidikan) dan

faktor topografi (ketinggian desa) dengan kejadian diare di Kabupaten

Timor Tengah Utara.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan antara akses rumah tangga terhadap air bersih

dengan kejadian diare di Kabupaten Timor Tengah Utara.

2. Mengetahui hubungan antara akses rumah tangga terhadap jamban

keluarga dengan kejadian diare di Kabupaten Timor Tengah Utara.

Page 21: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  6

3. Mengetahui hubungan antara kepadatan penduduk dengan kejadian

diare di Kabupaten Timor Tengah Utara.

4. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan keluarga dengan

kejadian diare di Kabupaten Timor Tengah Utara.

5. Mengetahui hubungan antara ketinggian desa dengan kejadian diare

di Kabupaten Timor Tengah Utara.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai informasi tambahan bagi Pemerintah Kabupaten dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Utara dalam penentuan

kebijakan program penanggulangan diare.

2. Sebagai dasar intervensi bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam

melaksanakan penanggulangan diare.

3. Pemanfaatan dan pengembangan SIG untuk menganalisis berbagai

penyakit dengan faktor penyebab secara terintegrasi.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis :

1. Njemanze et al. (1999), yang melakukan penelitian di Imo State,

Nigeria dengan menggunakan metode risk analysis (RA) dan teknologi

SIG untuk melakukan pemetaan dan analisis spasial diare dengan

sumber air bersih yang mencakup geologi, hidrologi, pencemaran

lingkungan di perkotaan dan pedesaan. Perbedaan dengan penelitian

ini adalah pada metode penelitian, dimana penelitian tersebut

menggunakan metode analisis risiko untuk mengidentifikasi dan

mengevaluasi dampak (bahaya) yang terjadi baik secara absolut

maupun relatif. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang

diteliti yaitu sumber air bersih dan pemanfaatan SIG untuk mengetahui

distribusi penyakit secara spasial.

Page 22: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  7

2. Elfiatri (2008), yang melakukan penelitian di Kecamatan Sangir,

Kabupaten Solok Selatan untuk menganalisis secara spasial Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat sebagai faktor risiko diare. Peneliti tersebut

merekomendasikan untuk melakukan pengkajian lanjutan dengan

variabel dan lokasi yang berbeda sehingga dapat diketahui local

specificity dimasing-masing wilayah. Perbedaan dengan penelitian ini,

pada variabel independen dan rancangan penelitian yang kasus

kontrol. Persamaan dengan penelitian ini adalah pemanfaatan SIG

untuk mengetahui distribusi diare secara spasial.

3. Kristina (2008) yang melakukan penelitian mengenai aplikasi SIG

untuk pemodelan spasial kejadian tuberkolosis di Kota Denpasar.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada tujuan penelitian dimana

penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui distribusi kejadian

tuberkolosis secara spasial. Persamaan dengan penelitian ini adalah

pada rancangan penelitian yakni cross sectional dan pemanfaatan

sistem informasi geografis.

4. Gurning (2008), yang melakukan penelitian mengenai Perilaku dan

Inspeksi Sanitasi dengan Kejadian Diare di Desa Tablolong,

Kecamatan Kupang Barat. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada

pemanfaatan SIG dan melakukan analisis mengenai pengaruh

inspeksi sanitasi terhadap kejadian diare. Persamaan dengan

penelitian ini adalah pada variabel kondisi sumber air bersih.

5. Chaikaew et al. (2009) yang melakukan ekplorasi untuk menentukan

hotpots dan pola spasial diare di Chiang Mai, Thailand. Penelitian ini

menggunakan data diare dari tahun 2001 s/d 2006 dengan pendekatan

metode quadrant analysis (QA), nearest neighbour analysis (NNA),

dan spatial autocorrelation analysis (SAA), yang digunakan untuk

mengidentifikasi pola spasial diare di Propinsi Chiang Mai. Perbedaan

dengan penelitian ini pada metode yang digunakan.

  

Page 23: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

1. Definisi Diare

Menurut Depkes RI (2007)a, diare adalah suatu penyakit

dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari

tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi

berak 3 kali atau lebih dalam 1 hari dari biasanya. Sedangkan WHO

(2005) memberi definisi “Diarrhoea is the passage of unusually loose

or watery stools, usually at least three times in a 24 hour period.”.

Seseorang dikatakan diare apabila buang air besar dengan frekuensi

lebih dari biasanya dan lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari.

Orang yang mengalami diare biasanya buang air besar dalam bentuk

yang lembek atau cair, konsistensinya encer, lebih sering dari

biasanya disertai berlendir, bau amis, berbusa bahkan dapat berupa

air saja, sehingga akan mengalami kehilangan cairan tubuh dan

menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat

berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya

pada anak dan orang tua.

Umumnya diare dihubungkan dengan suatu gejala buang air

besar secara mendadak (defecation urgency), tidak nyaman (anus

malaise) dan terus menerus (incontinence). Diare ini disebabkan oleh

virus, bakteri, parasit, fungi dan beberapa pathogen yang dapat

menimbulkan gangguan radang usus, pencernaan dan sebagainya.

Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi penyakit diare yakni

lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, sosial ekonomi, perilaku

masyarakat dan sebagainya. Penyakit yang menyebar hampir di

Page 24: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  9

seluruh dunia ini tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat tetapi

juga sangat mempengaruhi keadaan sosial dan ekonomi masyarakat

(China CDC, 2005).

2. Klasifikasi dan Etiologi Diare

Badan Kesehatan Sedunia (WHO, 2005) mengklasifikasikan

penyakit diare menjadi tiga kelompok yaitu klasifikasi sesuai dengan

kondisi penyakit, menurut faktor etiologi dan menurut lama penyakit.

a. Klasifikasi sesuai dengan kondisi penyakit

Sesuai dengan kondisi penyakit maka diare dapat dikelompokkan,

yaitu diare ringan (tanpa gejala desiccation dan toxicosis), diare

sedang (dengan gejala desiccation dan toxicosis yang ringan ) dan

diare berat (dengan gejala desiccation dan toxicosis yang parah)

b. Klasifikasi menurut faktor etiologi

1. Infeksius (menular) : seperti kolera, disentri, diare menular lain.

Dalam beberapa tahun terakhir, epidemi penyakit diare telah

berjangkit secara reguler. Dari segi etiologi, penyebab diare

sebagian besar adalah virus (rotavirus, adenovirus, astrovirus),

bakteri (E.coli, salmonella, shigella, compylobacter), dan parasit

(cacing). Dari berbagai hasil penelitian ditemukan bahwa beberapa

jenis bakteri dan virus seperti enterovirulent E. coli, Rotavirus,

Shigella dan Campylobacter telah menyebabkan diare pada anak-

anak di pedesaan, sedangkan di perkotaan ditemukan Rotavirus,

enterovirulent E. coli, Shigella, Salmonella. Kebanyakan diare

adalah bakteri di musim panas dan radang usus Rotavirus di musim

gugur dan musim dingin.

2. Noninfeksius

i. Dietary diarrhea: diare atau gangguan pencernaan yang

disebabkan oleh mal-diet, misalnya diare pada bayi yang minum

Page 25: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  10

susu sapi, bukan susu ibu atau disebabkan oleh penambahan

makanan.

ii. Symptomatic diarrhea : diare yang komplikasi dengan penyakit

lain misalnya radang paru-paru (pneumonia) dan tracheitis yang

secara simultan bersamaan dengan diare.

iii. Allergic diarrhea: diare yang akan terjadi akibat alergi obat atau

makanan dan sebagainya, misalnya, seseorang akan diare

ketika minuman susu sapi atau alergi udara dingin.

iv. Other diarrheas : diare yang disebabkan faktor-faktor lain

seperti faktor psikologis, rasa takut, cemas atau stress.

c. Klasifikasi menurut penyakit

1. Diare akut : diare yang berlangsung kurang dari dua minggu

2. Diare persisten : diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu

tetapi kurang dari 2 bulan.

3. Diare kronis: diare yang berlangsung lebih dari 2 bulan.

3. Mekanisme Penularan Diare

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009)b memberikan

gambaran mengenai mekanisme penularan penyakit diare sebagai

berikut:

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui faecal oral

antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan

atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku yang

dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan

risiko terjadinya diare antara lain :

1. Tidak memberikan Air Susi Ibu (ASI) secara penuh pada 4-6 bulan

pertama kelahiran bayi. Bayi yang tidak diberi ASI mempunyai

risiko untuk menderita diare yang lebih besar dari pada bayi yang

Page 26: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  11

diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga

lebih besar.

2. Menggunakan botol susu, penggunakan botol ini memudahkan

pencemaran oleh kuman, karena botol susah dibersihkan

3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan

disimpan beberapa jam pada suhu kamar, maka makanan akan

tercemar dan kuman akan berkembang biak.

4. Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah

tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah,

Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan

tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada

saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah

membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak,

6. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering

beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal

sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah

besar, sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi

pada manusia.

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden

beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :

1 Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi

yang dapat melindungi bayi terhadap berbagai kuman penyebab

diare seperti : Shigella dan vibrio cholerae

2 Kurang gizi. Beratnya penyakit , lama dan risiko kematian karena

diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi

terutama pada penderita gizi buruk.

Page 27: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  12

3 Campak. Diare dan desentri sering terjadi dan berakibat fatal pada

anak-anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu

terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh

penderita.

4 Imunodefesiensi atau Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya

berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti

campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada

penderita AIDS pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi

karena kuman yang tidak parogen dan mungkin juga berlangsung

lama.

c. Faktor lingkungan dan perilaku.

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan dan beberapa faktor yang dominan dalam penyebaran

penyakit tersebut seperti sarana air bersih dan pembuangan tinja.

Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.

Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare

serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu

melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian

penyakit diare.

4. Epidemiologi Diare

Penyakit diare masih sering menimbulkan kejadian luar biasa

(KLB), seperti halnya kolera dengan jumlah penderita yang banyak

dalam waktu yang singkat. Namun dengan tatalaksana diare yang

cepat, tepat dan bermutu, kematian dapat ditekan seminimal mungkin.

Pada bulan Oktober 1992 ditemukan strain baru yaitu Vibrio Cholera

0139 yang kemudian digantikan Vibrio cholera strain El Tor di tahun

1993 dan kemudian menghilang dalam tahun 1995-1996, kecuali di

India dan Bangladesh yang masih ditemukan. Sedangkan E. Coli 0157

sebagai penyebab diare berdarah dan HUS (Haemolytic Uremia

Page 28: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  13

Syndrome). KLB pernah terjadi di USA, Jepang, Afrika Selatan dan

Australia. Dan untuk Indonesia sendiri kedua strain diatas belum pernah

terdeteksi. Berikut adalah kriteria penetapan KLB diare di suatu daerah,

(Depkes RI, 2009)a.

1. Peningkatan kejadian kesakitan/kematian karena diare secara terus

menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut (jam, hari, minggu).

2. Peningkatan kejadian/kematian kasus diare 2 kali /lebih

dibandingkan jumlah kesakitan/kematian karena diare yang biasa

terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu).

3. CFR karena diare dalam kurun waktu tertentu menunjukkan

kenaikan 50% atau lebih dibandingkan priode sebelumnya

B. Faktor Penyebab Diare

1. Faktor sanitasi

a. Akses rumah tangga terhadap sarana air bersih

Air mempunyai peranan penting dalam kehidupan, baik untuk

kebutuhan makan minum, mandi maupun kebersihan lainnya. Sebagai

salah satu kebutuhan dasar untuk hidup sehat secara layak dan

produktif, air harus diperoleh dengan mudah dan dalam jumlah yang

cukup. Departemen Kesehatan Republik Indonesia menargetkan

upaya penyediaan air bersih untuk daerah pedesaan yaitu 60% dan 75

% untuk daerah perkotaan. Sumber air bersih yang bisa digunakan

masyarakat diantaranya adalah sumur gali (SGL), sumur pompa

tangan dangkal dan dalam (SPTDK/DL) penampungan air hujan

(PAH), perlindungan mata air (PMA) dan perusahaan daerah air minum

(PDAM). Kondisi air bersih ini baik bila memenuhi persyaratan fisik,

kimia, bakteriologis dan radioaktif (Depkes RI, 1995).

Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

maka penyedian air bersih juga mengalami kemajuan dengan

berkembangnya air minum isi ulang. Pemanfaatan air minum isi ulang

Page 29: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  14

ini juga semakin berkembang dengan pesat sehingga Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, terus melakukan upaya pengawasan

terhadap Depot Air Minum Isi Ulang. Dalam Keputusan Menteri

Kesehatan (Kepmenkes) No 907/2002 dikatakan bahwa pengelola

penyediaan air minum harus menjamin agar air minum yang

diproduksi memenuhi syarat kesehatan, dengan melaksanakan

pemeriksaan secara berkala terhadap kualitas air yang diproduksi

mulai dari pemeriksaan instalasi pengolahan air, pemeriksaan pada

jaringan pipa distribusi, pemeriksaan pada pipa sambungan ke

konsumen, dan pemeriksaan pada proses isi ulang dan kemasan

Selain berfungsi untuk kebutuhan manusia, air juga menjadi media

penularan penyakit (water borne disease). Penyakit diare merupakan

salah satu penyakit yang penularannya bersifat faecal-oral. Karena itu

penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur diantaranya

melalui air. Para ahli kesehatan lingkungan menemukan bahwa ada

dua faktor penting dari keadaan lingkungan yang mempengaruhi

timbulnya diare yaitu keadaan air bersih untuk rumah tangga dan

fasilitas jamban. Penduduk disuatu daerah yang tidak mengunakan air

bersih, akan memiliki kecendrungan menderita penyakit diare yang

lebih besar. Sejalan dengan penelitian Barreto et al. (2007) yang

menyatakan bahwa, pentingnya penyediaan air bersih dan sanitasi

dalam pencegahan penyakit diare dan penyakit infeksi lainnya. Hasil

penelitian mereka menunjukkan bahwa, pelaksanaan program sanitasi

(penyediaan air bersih dan rumah sehat) dapat memberi kontribusi

pengurangan sebesar 22% prevalensi diare pada penduduk kota

secara keseluruhan, dan 43% di daerah yang mempunyai prevalensi

diare tinggi. Sedangkan studi yang dilakukan oleh WHO pada tahun

2007 menunjukkan bahwa kejadian diare menurun 32% dengan

meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar dan 39%

Page 30: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  15

dengan meningkatkan pola pengelolaan air minum yang sehat dan

aman di rumah tangga (Depkes RI, 1998).

Menyadari pentingnya air bagi kesehatan manusia maka perlu

adanya upaya-upaya penyediaan air bersih yang mudah dan

terjangkau. Hal ini sesuai dengan komitmen masyarakat dunia dalam

Millennium Development Goals (MDGs) yang menargetkan

peningkatan proporsi akses masyarakat terhadap air bersih dan

sanitasi yang memadai hingga tahun 2015 (Target 10 of the Millennium

Development Goals (MDGs) is to “halve by 2015 the proportion of

people without sustainable access to safe drinking water and basic

sanitation”) (Hutton & Bartram, 2008).

Untuk melaksanakan pengawasan kualitas fisik sarana air bersih

maka dilakukan kegiatan inspeksi sanitasi sarana air bersih. Inspeksi

sanitasi merupakan salah satu elemen pokok dalam program

pengawasan dan surveilans kualitas air yang efektif. Kegiatan inspeksi

sanitasi merupakan kegiatan lapangan petugas sanitasi dalam

melaksanakan pengawasan dan pengamanan terhadap sarana air

bersih dengan melakukan penilaian serta pencatatan tentang tingkat

risiko pencemaran atau kemungkinan sarana air bersih itu tercemar.

Kegiatan penilaian ini dilakukan sesuai dengan jenis sarana air bersih

oleh karena faktor risiko pencemaran masing-masing jenis sumber air

bersih berbeda-beda. Hasil inspeksi sanitasi, berdasarkan skoring yang

ada dapat diketahui tingkat risiko pencemaran dari sarana air bersih.

Tingkat risiko pencemaran sarana air bersih dikategorikan sebagai

berikut:

1.Tingkat risiko pencemaran amat tinggi (AT).

2.Tingkat risiko pencemaran tinggi (T).

3.Tingkat risiko pencemaran sedang (S)

4.Tingkat risiko pencemaran rendah (R).

Page 31: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  16

Selain tingkat risiko pencemaran tersebut, dari hasil inspeksi

sanitasi, diketahui juga kualitas air secara fisik (jernih, rasa, bau,

warna). Hasil inspeksi sanitasi ini kemudian dipakai sebagai dasar

tindak lanjut pengamanan terhadap sarana air bersih seperti

pemeriksaan kualitas air (bakteriologis, fisika, kimia) ataupun upaya

perbaikan fisik sarana air bersih (Depkes, 1998).

Upaya-upaya pengamanan terhadap sarana air bersih tersebut

dengan tujuan menjamin kualitas air yang sehat (safewater) untuk

dikonsumsi masyarkat.

Air permukaan adalah air yang berada dipermukaan bumi yaitu

dapat berupa air sungai, mata air, air danau, air laut atau

penampungan air buatan manusia (cekdam). Air permukaan tidak

boleh diminum, kecuali telah diberi perlakuan, karena air tersebut

selalu terancam polusi. Air permukaan dapat dimanfaatkan untuk

kebutuhan air bersih dalam rumah tangga setelah dilakukan

pengolahan terlebih dahulu sehingga memenuhi persyaratan kualitas

air secara bakteriologis, fisika, kimia dan radioaktif (Depkes, 1995).

b. Jamban keluarga

Jamban atau sarana pembuangan tinja perlu di kelola dengan baik

karena tinja yang dihasilkan dari metabolisme manusia banyak

mengandung kuman penyakit dan dapat menjadi sumber bagi agen

penyakit, terutama penyakit menular seperti diare. Penularan dapat

terjadi dari satu orang ke orang lain melalui sumber air yang

terkontaminasi ataupun melalui vektor penyakit seperti serangga dan

binatang pengganggu. Oleh karena itu jamban yang digunakan harus

sesuai dengan syarat-syarat kesehatan. Jamban dikatakan sehat jika

jamban tertutup, sehingga tinja tidak di hinggapi lalat (vektor penyakit)

dan jarak jamban dengan sumber air bersih lebih dari 10 meter. Hal ini

Page 32: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  17

penting agar tinja tidak masuk atau mencemari sumber air tersebut.

Syarat jamban keluarga yang sehat adalah :

a. tidak mencemari lingkungan

b. tidak terjangkau serangga dan binatang penularan penyakit lain

c. tidak menimbulkan bau

d. mempunyai penutup

e. mempunyai jarak yang cukup dengan sumber air.

Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program

(ISSDP) tahun 2006, menunjukkan bahwa 47% masyarakat di

Indonesia masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam,

kebun dan tempat terbuka. Kebiasaan tersebut terjadi karena

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kepemilikan jamban

keluarga. Jika tidak tersedia jamban keluarga dalam sebuah rumah,

maka anggota keluarga akan berperilaku demikian. Kondisi tersebut

berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Hal

ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar

423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami

Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR)

sebesar 2,52.

Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu

melalui pendekatan sanitasi total. Pada tahun 2008 Pemerintah

Indonesia melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia

mencanangkan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

sebagai upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air

bersih dan sanitasi dasar. Upaya tersebut sejalan dengan komitmen

Pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals

(MDGs) tahun 2015. Hal ini juga dibuktikan melalui hasil studi WHO

tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan

akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku

mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum

Page 33: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  18

yang aman di rumah tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan

ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun sebesar

94%, (Depkes RI, 2008).

2. Faktor Demografi dan Topografi

a. Tingkat pendidikan masyarkat

Faktor yang tak kalah penting adalah faktor demografi. Faktor

sosial kemasyarakatan di suatu tempat seperti tingkat pendidikan,

kepadatan pendudukan, perbedaan tempat dapat menimbulkan

perbedaan sumber daya, perilaku, epidemiologi, permasalahan

kesehatan umum yang mendasar, ketersediaan air, makanan yang

aman, dan lain-lain. Beberapa penelitian dilakukan di Indonesia,

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan sangat berpengaruh

terhadap angka kesakitan diare.

Pendidikan ibu rumah tangga merupakan salah satu faktor

penentu terkuat kelangsungan hidup bayi di negara-negara

berkembang. Namun, pertanyaan tetap mengenai sejauh mana

dampaknya sangat bervariasi. Jika pendidikan ibu tinggi, secara

memadai mengupayakan kebersihan yang mencerminkan perilaku dan

manajemen rumah tangga. Anak-anak tidak menjadi sakit karena ibu

mereka kurang berpendidikan, tetapi ibu dengan pendidikan yang

rendah jarang melaksanakan paktek kebersihan dan upaya

peningkatan gizi dalam keluarga. Perempuan berpendidikan,

memahami dan secara teratur mengupayakan pentingnya kebersihan

dan gizi. Sebagai hasilnya, mereka lebih sadar tentang penyebab

penyakit dan karenanya mereka mengupayakan sanitasi yang baik dan

tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko di antara anak-anak

mereka (Gyimah, 2003).

Page 34: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  19

b. Kepadatan Penduduk

Diare akut (kurang dari satu minggu) biasanya disebabkan oleh

infeksi dan berkaitan erat dengan kepadatan penduduk, globalisasi

produksi makanan, kontaminasi sumber air, dan pembuangan sampah

yang tidak aman. Daerah yang padat penduduk umumnya mempunyai

persoalan sosial dengan berbagai permasalahan seperti fasilitas

pembuangan kotoran, sumber air bersih yang digunakan untuk

mencuci, mandi, minum, dan buang air besar. Peningkatan populasi

disuatu daerah dapat menimbulkan persoalan dengan sistem sanitasi

yang ada, sehingga menimbulkan masyarakat tersebut pada

peningkatan risiko untuk berbagai penyakit termasuk diare. Suatu studi

yang dilakukan di Bangladesh menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan

pendudukan dan kedekatan dengan air permukaan dengan diare

(Molina et al , 1994)

c. Keadaan Lingkungan

Anak balita adalah kelompok umur yang sangat rentan terhadap

penyakit diare. Lingkungan domestik, tempat anak-anak bermain dan

bersosialisasi sangat mempengaruhi kondisi kesehatan anak-anak

balita tersebut. Lebih dari 40% global burden disebabkan oleh faktor-

faktor risiko lingkungan yang menimbulkan risiko bagi anak-anak di

bawah usia 5 tahun, yang jumlahnya sekitar 10% dari populasi dunia.

Suatu studi dilakukan di Surat-Mumbai, India dan mendapatkan hasil

bahwa seperlima dari anak perempuan (21,6%) terkena diare di

daerah kumuh perkotaan dalam waktu lima belas hari terakhir

dibandingkan dengan 10,6% di daerah kontrol. Namun anak laki-laki

tidak mengalami hal yang sama (menderita diare) dalam 15 hari

terakhir pada saat survei tetapi dalam proporsi yang lebih sedikit

dibandingkan anak perempuan (Chaudhari et al., 2009). Hal ini

Page 35: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  20

menggambarkan bahwa lingkungan domestik suatu daerah sangat

memberikan pengaruh yang berarti bagi terjadinya suatu penyakit

(diare).

C. Sistem Informasi Geografis

1. Pengertian

Terdapat banyak pengertian mengenai sistem informasi geografis

(SIG). Menurut Burrough yang disitasi oleh Lai et al. (2009), SIG

adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan, penyimpanan,

pengaktifan kembali, transformasian, serta penyajian data spasial dari

suatu fenomena nyata di permukaan bumi. Sedangkan Ulugtekin et al.

(2006) SIG adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan

dari berbagai sumber dengan berbagai metode yang dapat juga

berfungsi dalam pengorganisasian, penyimpanan, pemanggilan

kembali, analisis dan mempresentasikan data secara spasial.

Prahasta (2005), menyebutkan bahwa sistem informasi geografis

merupakan salah satu bentuk implementasi teknologi (basis data,

sistem aplikasi, atau toolbox) berikut kemampuan-kemampuan

fungsionalnya (orientasi proses, atau fungsi peta, basis data, dan

analisis spasial). Bakosurtanal menjabarkan SIG sebagai kumpulan

yang terorganisir dari perangkat keras computer, perangkat lunak, data

geografi dan personal yang didesain untuk memperoleh, menyimpan,

memperbaiki, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua

bentuk informasi yang berrefensi geografi. Dengan demikian basis

analisis dari SIG adalah data spasial dalam bentuk digital yang

diperoleh melalui data satelit atau data lain terdigitasi (Budiyanto,

2002).

SIG memungkinkan transformasi dan manipulasi secara interaksi

antar berbagai data dan informasi sumberdaya lain. Berbagai

perlakukan dapat disimulasikan untuk mengetahui proses yang terjadi

Page 36: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  21

beserta dampaknya terhadap perubahan lingkungan. Dengan adanya

SIG yang berbasis komputer akan mudah dalam pembuatan peta

dalam berbagai skala, proyeksi maupun warna. Namun lebih utama

pemanfaatan SIG adalah sebagai alat untuk melakukan analisis, yaitu

melakukan hubungan spasial antara informasi geografis mengenai

feature tertentu pada peta yang disimpan sebagai atribut. Teknologi

SIG dapat juga digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan

sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan

rute perjalanan dan sebagainya.

2. Sumber data dan analisis spasial

Menurut Budiyanto (2002) SIG merupakan sebuah rangkaian

sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan analisis

spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak

komputer untuk melakukan pengolahan data. Sumber data dalam

teknologi sistem informasi geografis sebagian besar berasal dari data

penginderaan jauh baik satelit maupun terrestrial terdigitasi. Sehingga

dengan demikian SIG identik dengan teknologi penginderaan jauh.

Namun demikian penginderaan jauh bukan satu-satunya sumber data

dalam sistem tersebut. Sumber data lain yang dapat digunakan dalam

SIG adalah survey terrestrial (uji lapangan) dan data-data sekunder

lain seperti sensus, catatan dan laporan yang terpercaya.

Data yang diperoleh dari suatu hasil survey atau kegiatan lain,

kemudian diamati keterkaitannya dengan realitas fisik yang ada dan

diolah dengan perangkat lunak untuk melakukan analisis spasial.

Untuk lebih jelasnya, berikut diagram pemanfataan teknologi sistem

informasi geografis untuk menganalisis data dari sumber survey

terrestrial.

Page 37: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  22

Physical reality 

Real world 

Data Models

Database

Maps/reports 

Surveys

Gambar .1. Sistem kerja SIG (Budiyanto,2002)

Data spasial dari penginderaan jauh dan survey terrestrial

tersimpan dalam basis data yang memanfaatkan teknologi komputer

digital untuk pengelolaan dan pengambilan keputusannya. Secara

teknis, SIG mengorganisasikan dan memanfaatkan data dari peta

digital yang tersimpan dalam basis data. Dalam SIG, dunia nyata

dijabarkan dalam data peta digital yang menggambarkan posisi ruang

(space) dan klasifikasi, atribut data dan hubungan antar item data.

Ketiga hal tersebut yang akan diolah sebagai dasar analisis spasial

dalam SIG.

Untuk melakukan pengolahan data, perangkat lunak yang

digunakan bermacam-macam dengan kelebihan dan kekurangnya

masing-masing. Beberapa software yang dapat digunakan seperti

GeoDa, SatScan dan HealthMapper.

Page 38: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  23

3. Pemanfaatan SIG untuk mendukung sistem surveilans

Surveilans kesehatan masyarakat dapat didefinisikan sebagai

upaya rutin dalam pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang

relevan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan

masyarakat. Sedangkan Epidemiologi didefinisikan sebagai studi

sistematis yang dilakukan untuk mempelajari fakta-fakta yang berperan

atau mempengaruhi kejadian dan perjalanan suatu penyakit atau kondisi

tertentu yang menimpa masyarakat. Oleh karena itu untuk memberantas

suatu penyakit menular diperlukan pengetahuan tentang Epidemiologi

penyakit tersebut serta tersedianya data surveilans yang dapat dipercaya

yang berkaitan dengan kejadian penyakit tersebut (Chin, 2000). Untuk

mencapai tujuan tersebut maka sistem surveilans yang tertata rapi dan

dengan berbagai pengembangan sangat diperlukan.

Menurut Maheswaran & Craglia (2004) bahwa sejak John Snow

berhasil melakukan mapping kasus cholera pada tahun 1854,

perkembangan pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis untuk

melakukan analisis spasial penyakit semakin meningkat. Pemanfaatan

SIG untuk studi epidemiologi diperlukan untuk memberikan gambaran

dan menganalisis kejadian di suatu populasi, sumber kontaminasi dari

suatu penyakit secara spasial. Inti dari pemanfaatan SIG tersebut antara

lain untuk dapat menentukan peta pola penyebaran penyakit (mapping

disease), pengelompokan kasus (disease clustering) dan melakukan

analisis lingkungan ekologi (ecological analysis).

Sedangkan Nuckols et al. (2004) memberikan gambaran mengenai

model penggunaan SIG untuk menilai paparan dalam suatu studi

epidemiologi yakni menyangkut pengumpulan data, pengembangan SIG

untuk integrasi map dan atribut data, analisis data dan output. Dua tipe

data yang dihasilkan dengan pemanfaatan SIG yakni dalam bentuk

tabular (summary data, statistics dan raports) dan cartographic (maps,

Page 39: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  24

Question

Data colletion

GIS database development integrate map and attribute data

RetrievalClassificationOverlayTransformationProximity

Map algebra

Geographic (map) analysis

Maps

Map files

Map overlays

Cartographic output

Link

Data ManagementAnd manipulation

Import/export

ExpandUpdateQuery

Summary data

StatisticsGeneration

Tabular output

Gambar 2 : Diagram dan Fungsi SIG (Nuckols et al., 2004)

Analysis

map files, dan map overlays). Model tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Output yang dihasilkan dari analisis penyakit tersebut akan

memberikan gambaran yang riil tentang kejadian suatu penyakit. Dalam

hal ini, pemanfaatan SIG untuk melakukan analisis spasial kejadian diare

akan memberikan gambaran yang dapat bermanfaat untuk mendukung

sistem surveilans dalam pengambilan keputusan penanggulangan diare.

Page 40: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  25

D. Landasan Teori

Menurut WHO (2009) penyebab diare itu multi-faktor. Timbulnya

penyakit diare dipengaruhi oleh berbagai faktor baik langsung maupun

tidak langsung. Penyebab langsung yaitu mikroorganisme (virus, bakteri,

protozoa dan parasit) sedangkan faktor tidak langsung diantaranya

kesehatan lingkungan dan perilaku. Faktor lingkungan meliputi,

penyediaan air bersih, penggunaan jamban, pembuangan sampah

sedangkan faktor perilaku yang meliputi perilaku penggunaan air di rumah

tangga, perilaku menggunakan jamban, perilaku membuang sampah dan

kebiasaan mencuci tangan dan lain sebagainya. Selain itu juga terdapat

berbagai faktor lain yang berperan dalam penularan diare seperti faktor

demografi (kepadatan penduduk, pendidikan masyarakat dan populasi

balita) dan topografi (ketinggian desa).

Masalah diare harus ditanggulangi secara komprehensif dari

berbagai program terkait dengan menggunakan indikator yang tepat

sehingga upaya penanggulangan dapat berhasil sesuai karakteristik yang

spesifik disuatu lokasi (local specificity). Beberapa faktor yang memiliki

kontribusi terhadap penyakit diare tersebut, diolah menggunakan software

GeoDa yang berfungsi dalam proses pemasukan data, pemrosesan data

dan manipulasi, analisis dan penayangan data secara spasial yang

menggambarkan karakteritik disuatu daerah. Beberapa faktor yang

memiliki kontribusi yang besar terhadap kejadian diare seperti faktor

sanitasi, faktor demografi dan faktor topografi akan dianalisis dengan

geoDa untuk mengetahui pengaruhnya di Kabupaten Timor Tengah Utara,

skemanya dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 41: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  26

Faktor Sanitasi 

Akses  rumah  tangga  terhadap  air bersih 

Akses  Rumah  tangga  terhadap jamban keluarga 

 

Kejadian 

Diare 

Faktor Demografi 

Kepadatan penduduk 

Tingkat  Pendidikan  ibu  rumah tangga    

Faktor Geografis 

Ketinggian desa 

Analisis Spasial dengan geoDa  

 

.

Gambar 3. Kerangka Teori

E. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang ada dapat disusun suatu kerangka

konsep dalam penelitian ini seperti terlihat pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Sanitasi 

Akses rumah tangga terhadap air bersih 

Akses  rumah  tangga  terhadap  jamban keluarga.    

 

Kejadian Diare 

Faktor Demografi 

Kepadatan penduduk 

Tingkat Pendidikan ibu rumah tangga    

Faktor Geografis 

Ketinggian desa 

Page 42: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  27

F. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara akses rumah tangga terhadap air bersih dengan

kejadian diare.

2. Ada hubungan antara akses rumah tangga terhadap jamban keluarga

dengan kejadian diare.

3. Ada hubungan antara tingkat kepadatan penduduk dengan kejadian

diare

4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan

kejadian diare

5. Ada hubungan antara ketinggian desa dengan kejadian diare.

Page 43: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan

studi cross sectional menggunakan metode kuantitatif. Data berasal dari

dokumen laporan, kemudian diolah untuk mengetahui hubungan antara

kejadian diare dan faktor-faktor penyebab dengan pendekatan spasial.

B. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Timor Tengah Utara,

Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah objek wilayah, angka

kejadian diare yang dilaporkan oleh Puskesmas dan tercatat di Dinas

Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Utara pada tahun 2006 s/d 2008,

persentase rumah tangga yang menggunakan sarana air bersih,

persentase rumah tangga yang memiliki jamban keluarga, kepadatan

penduduk, tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan ketinggian desa.

Analisis data akan dilakukan pada seluruh desa/ kelurahan yang

berjumlah sebanyak 159 (125 desa dan 34 kelurahan ).

3. Waktu Penelitian

Penelitian atau pengumpulan data dilaksanakan selama 3

bulan sejak bulan Agustus s/d Oktober 2009.

Page 44: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  29

C. Variabel Penelitian

a. Variabel terikat : Kejadian diare

b. Variabel bebas : terdiri dari akses rumah tangga terhadap air bersih,

akses rumah tangga terhadap jamban keluarga, kepadatan penduduk,

tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan ketinggian desa.

D. Definisi operasional

1. Variabel terikat

Kejadian diare adalah jumlah kasus diare yang dialami oleh penduduk

suatu desa di Kabupaten Timor Tengah Utara, berdasarkan hasil

laporan dari sarana pelayanan kesehatan dan pencatatan di Dinas

Kesehatan Kabupaten pada tahun 2006 s/d 2008. Parameter :

kategori.

Skala pengukuran : ordinal.

2. Variabel bebas

1. Akses rumah tangga terhadap air bersih adalah jumlah rumah

tangga yang memanfaatkan air untuk kebutuhan rumah tangga

dari sarana air bersih berdasarkan laporan bulanan puskesmas

dan pencatatan Dinas Kesehatan Kabupaten. Parameter : kategori

yaitu cakupan akses air bersih baik, cukup, kurang dan jelek.

Cakupan akses air bersih baik apabila prosentase akses air bersih

terhadap air bersih ≥ 75%, cukup apabila 60 s/d < 75%, kurang

apabila 40 s/d < 60% dan jelek apabila < 40%.

Skala pengukuran : ordinal.

2. Akses rumah tangga terhadap jamban keluarga yaitu jumlah rumah

tangga yang memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat

kesehatan berdasarkan hasil inspeksi sanitasi perumahan oleh

Page 45: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  30

petugas sanitasi dan pencatatan Dinas Kesehatan Kabupaten.

Parameter : kategori yaitu baik, cukup, kurang dan jelek. Cakupan

baik apabila akses rumah tangga terhadap jamban keluraga ≥

75%, cukup apabila 60 s/d < 75%, kurang apabila 40 s/d < 60%

dan jelek apabila < 40%.

Skala pengukuran : ordinal.

3. Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk per luas wilayah

dan yang sudah tercatat di desa/kelurahan setempat. Parameter

kategori yaitu wilayah yang padat dan tidak padat. Wilayah yang

padat apabila lebih besar dari rata-rata tingkat kepadatan

kabupaten.

Skala pengukuran : nominal.

4. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga adalah ibu rumah tangga

disuatu desa yang menyelesaikan pendidikan pada level SLTP

atau lebih tinggi dan tercatat di BPS Kabupaten TTU. Parameter

kategori yaitu tingkat pendidikan ibu rumah tangga tinggi, sedang

dan rendah. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga tinggi apabila >

50% berpendidikan SLTP atau lebih tinggi, sedang apabila 25 s/d

< 50 % ibu rumah tangga memiliki pendidikan SLTP atau lebih

tinggi dan kurang bila < 25 % ibu rumah tangga memiliki

pendidikan SLTP atau lebih tinggi.

Skala pengukuran nominal.

5. Ketinggian desa adalah letak atau tinggi suatu desa diatas

permukaan laut sesuai hasil pencatatan BPS Kabupaten TTU.

Parameter kategori yaitu < 500 m diatas permukaan laut, 500-700

m diatas permukaan laut dan > 700 m diatas permukaan laut.

Skala pengukuran : nominal.

Page 46: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  31

E. Instrumen Penelitian

1. Bahan

1. Peta administrasi Kabupaten Timor Tengah Utara sebagai peta

dasar bagi peta-peta yang lain sesuai dengan penelitian dari

Bappeda Kabupaten Timor Tengah Utara

2. Data kependudukan dan topografi dari BPS Kabupaten Timor

Tengah Utara.

3. Data kejadian diare dari Dinas Kesehatan Kabupaten Timor

Tengah Utara

4. Data sarana air bersih dan jamban keluarga dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Utara.

2. Alat

a. Seperangkat komputer.

b. Software GeoDa 095i

c. Formulir Pengumpulan Data

F. Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yakni data mengenai kejadian diare dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Timor Tengah Utara Tahun 2006 s/d 2008 data mengenai jumlah rumah

tangga yang menggunakan sarana air bersih, jumlah rumah tangga yang

memiliki jamban keluarga dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan, data

mengenai kepadatan penduduk dan tingkat pendidikan serta ketinggian

desa dari Bappeda ataupun BPS Kabupaten Timor Tengah Utara. Data

tersebut kemudian diolah menggunakan software geoDa untuk analisis

spasial.

Page 47: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  32

G. Analisis Data

Analisis data dengan software GeoDa. Data yang terkumpul,

dilakukan analisis spatially weighted regression (spatial error model) untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas (independen

variable) dengan variabel terikat (dependen variable) tersebut.

Selanjutnya akan dilakukan analisis dengan LISA (Local Indicator Spatial

Assocition) untuk mengetahui area lokal (desa) yang memberikan

kontribusi paling kuat, kecenderungan (tren) secara keseluruhan dengan

menggunakan Significance Map dan Cluster Map.

H. Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Bupati Timor Tengah Utara

melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

(Kesbanglinmas). Semua data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

hanya digunakan untuk keperluan ilmiah.

I. Jalannya Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Workshop usulan penelitian

b. Konsultasi dengan Pembimbing Akademik untuk penentuan judul

dan pembimbing penelitian.

c. Konsultasi dengan pembimbing dalam penyusunan proposal

penelitian.

d. Studi pustaka dan pengumpulan data awal.

e. Menyusun proposal penelitian

f. Mengajukan ijin penelitian kepada instansi terkait

Page 48: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  33

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pengumpulan data sekunder di Dinas Kesehatan

dan Instansi terkait di Tingkat Kabupaten.

b. Pengolahan data dan analisis data

c. Penyusunan hasil penelitian

J. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dari penelitian ini yakni bahwa dengan memanfaatkan

data sekunder dan dilakukan secara kuantitatif sehingga sulit untuk

mendapatkan data yang lebih dari apa yang sudah tertulis sehingga tidak

dapat mengeksplorasi lebih jauh berbagai fenomena yang lebih menarik

dilapangan.

K. Kesulitan Penelitian

Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Utara masih

terfragmentasi pada masing-masing bidang sehingga masih terdapat

duplikasi atau perbedaan-perbedaan.

Page 49: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timor Tengah Utara yaitu

suatu kabupaten yang terletak di Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan

menganalisis data pada tingkat desa. Posisi Kabupaten Timor Tengah

Utara secara geografis terletak antara 9002’49”LS - 9037’36’’LS dan

antara 124004’02”BT – 124046’00”BT dengan batas wilayah administratif

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Negara Timor Leste dan Laut Sawu

Sebelah Selatan : Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)

Sebelah Timur : Kabupaten Belu

Sebelah Barat : Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTS

Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan daerah

daratan dengan luas 2669,7 km2 atau hanya sekitar 5,6 % dari luas

daratan di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Sebagian wilayah Kabupaten

Timor Tengah Utara yang berbatasan dengan Laut Sawu atau wilayah

pantai utara (pantura) memiliki luas lautan ± 950 km2 dengan panjang

garis pantai 50 km. Keadaan iklim, sesuai klasifikasi dari Scmit dan

Ferguson, termasuk wilayah tipe D dengan koefesien 2 sebesar 71,4%.

Curah hujan relatif cukup memadai pada bulan Desember - Maret (hanya

4 bulan), sedangkan bulan April – Nopember sangat jarang terjadi hujan

dan kalaupun ada biasanya dibawah 50 mm (BPS Kab.TTU, 2008).

Kabupaten Timor Tengah Utara terdiri dari 9 Kecamatan dan 159

desa/kelurahan, namun sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor : 2

Tahun 2008 tentang pembentukan kecamatan dan desa serta perubahan

status desa menjadi kelurahan, maka terjadi perubahan pembagian

wilayah kecamatan dan desa menjadi 24 kecamatan dan 174

Page 50: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  35

#

%

#

#

#

#

#

#

#

Kecamatan Insana

Kecamatan Biboki Anleu

Kecamatan Biboi Utara

Kecamatan Miomafo Barat

Kecamatan Biboki Selatan

Kecamatan Noemuti

Kecamatan Miomafo Timur

Kecamatan Insana Utara

WiniPonu

EbanNoemuti

Nunpene

Manufui

Lurasik

KiupukanKefamenanu

10 0 10 Kilometers

N

EW

S

Skala 1 : 200.000

124020'

90 50'

124060'124020'

9050'

124060'

Batas NegaraBatas KabupatenJalan raya

Ibukota Kabupaten

Batas KecamatanSungai

Kota Kecamatan

desa/kelurahan. Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan sesuai

keadaan pada tahun 2006 s/d 2008 yakni dengan mengamati pada 159

desa/kelurahan (125 desa dan 34 kelurahan). Peta wilayah Kabupaten

Timor Tengah Utara dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 5 : Peta wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara

Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara

pada tahun 2008 sebanyak 225.094 jiwa, dimana terdiri dari, laki-laki

Page 51: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  36

110.235 jiwa, perempuan 114.859 jiwa dengan rasio jenis kelamin 96.

Dari jumlah penduduk tersebut, berdasarkan golongan umur,

prosentase tertinggi terdapat pada umur 15–44 tahun atau pada

usia produktif sebanyak 44,36% dan yang jumlahnya paling sedikit

pada umur >75 tahun sebanyak 1% (BPS Kabupaten TTU, 2008).

2. Epidemiologi kasus diare

a. Distribusi kasus diare berdasarkan tempat.

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di

kabupaten Timor Tengah Utara. Selama periode tahun 2006 s/d 2008

terdapat 14.928 kasus diare masing-masing tahun 2006 sebanyak

4.266 kasus, tahun 2007 sebanyak 5.352 kasus dan tahun 2008

sebanyak 5.310 kasus dengan korban meninggal sebanyak 41 orang

(tahun 2006 sebanyak 19 orang, tahun 2007 sebanyak 12 orang dan

tahun 2008 sebanyak 10 orang ). Dalam kurun waktu tersebut, 30 desa

dinyatakan KLB diare pada tahun 2006, 45 desa pada tahun 2007 dan

11 desa pada tahun 2008.

Distribusi kasus diare berdasarkan tempat (desa), dapat

dijelaskan bahwa pada tahun 2006 terdapat 4 desa dengan kasus

tertinggi, yaitu desa Tasinifu (132 kasus), Nimasi (125 kasus), Ainiut

(113 kasus) dan Oepuah (105 kasus) sedangkan yang paling rendah

adalah desa Banain A (2 kasus) dan Bijaepasu (2 kasus). Pada tahun

2007 yang paling tinggi adalah desa Nimasi (182 kasus) dan desa

Oepuah (164 kasus), sedangkan paling rendah adalah desa Baas

sebanyak 2 kasus. Pada tahun 2008 yang paling tinggi adalah desa

Kiusili (207 kasus) dan desa Nimasi (145 kasus) sedangkan paling

rendah adalah desa Benus sebanyak 6 kasus. Distribusi kasus diare

per desa secara keseluruhan (159 desa/kelurahan), dapat di

kelompokkan dengan kategori kasus rendah ( 0 s/d 25 kasus ), sedang

(25 s/d 50 kasus) dan tinggi ( >50 kasus), seperti pada tabel 2 berikut.

Page 52: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  37

10 0 10 20 Kilometers

Tahun 2006

10 0 10 20 Kilometers

Tahun 2007

0 0 10 20 Kilometers

Tahun 2008N

Rendah (kasus diare 0‐25)

Sedang (kasus diare 26‐50)

Tinggi (kasus diare > 50)

Legenda :

Skala1 : 200.000

 

Tabel 2 Distibusi kasus diare ( sesuai kategori jumlah kasus ) berdasarkan tempat di Kabupaten TTU tahun 2006 s/d 2008

Jumlah kasus

No Tahun Rendah Sedang Tinggi

1. 2006 95 desa 49 desa 15 desa 2. 2007 77 desa 52 desa 30 desa 3. 2008 73 desa 62 desa 24 desa

Sumber : Data sekunder yang diolah.

Gambaran kasus diare per desa selama tahun 2006 s/d 2008

seperti pada peta dibawah ini, sedangkan rinciannya dapat dilihat pada

lampiran 2.

Gambar 6 : Distribusi kasus diare berdasarkan tempat(desa) di kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d /2008

Page 53: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  38

b. Distribusi penderita diare berdasarkan golongan umur.

Distribusi penderita diare berdasarkan golongan umur selama

tahun 2006 s/d 2008 yaitu 8161 kasus ( 54,67% ) pada golongan umur

0 s/d < 5 tahun dan 6767 kasus (45,33%) pada golongan umur 5 tahun

keatas. Sementara dari 41 kematian akibat diare pada periode waktu

tersebut, 39 kematian (95%) pada golongan umur 0-4 tahun dan 2

kematian (5%) pada golongan umur 5 tahun keatas. Berikut adalah

diagram mengenai distribusi penderita diare menurut golongan umur

pada tahun 2006 s/d 2008.

Gambar 7 : Distribusi kasus diare berdasarkan golongan umur di Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2006 s/d 2008

c. Distribusi penderita diare berdasarkan waktu.

Fluktuasi penyakit diare di Kabupaten Timor Tengah Utara, selalu

mengikuti pola yang sama setiap tahunnya. Distribusi penderita diare

selalu meningkat pada bulan Juli s/d September dan Desember s/d

Februari. Peningkatan kasus diare pada kurun waktu tersebut,

senantiasa disertai dengan kasus KLB diare di beberapa desa. Pada

tahun 2006 sebanyak 30 desa dinyatakan mengalami KLB diare, tahun

2007 sebanyak 45 desa dan tahun 2008 sebanyak 11 desa.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

2006 2007 2008

2358

3156

2647

19082196

2663

0‐4 thn

≥ 5 thn

 

Page 54: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  39

Jan  Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

2006 483 411 321 253 196 254 298 412 379 267 455 537

2007 516 511 373 316 378 410 511 599 459 312 427 540

2008 665 547 315 299 253 277 466 673 329 337 472 677

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Gambar 8 : Distibusi penderita diare berasarkan waktu di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008.

d. Incidence Rate (IR) diare tahun 2006 s.d 2008

Incidence rate diare di Kabupaten Timor Tengah Utara dalam

kurun waktu tersebut terjadi peningkatan yaitu 20 per 1000 penduduk

pada tahun 2006 menjadi 24 per 1000 penduduk pada tahun 2007 dan

juga tahun 2008. Incidence rate diare paling tinggi adalah desa Nilulat

(109 per 1000 penduduk) pada tahun 2007, sedangkan tahun 2007

adalah desa Haumeni (129 per 1000 penduduk) dan tahun 2008

adalah desa Kiusili (254 per 1000 penduduk). Sedangkan Incidence

rate diare paling rendah adalah Desa Bijaepasu (2 per 1000 penduduk)

pada tahun 2006, tahun 2007 adalah kelurahan Ponu (2 per 1000

penduduk) dan tahun 2008 yakni kelurahan Kefamenanu Tengah (4

per 1000 penduduk. Rincian mengenai Incidence rate diare per desa

dapat dilihat pada lampiran 2.

Page 55: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  40

3. Faktor sanitasi

a. Akses rumah tangga terhadap air bersih

Target Program Penyehatan Lingkungan di Kabupaten Timor

tengah Utara adalah bahwa pada tahun 2010, 85% rumah tangga

memiliki akses terhadap air bersih. Penjabarannya, dalam target

tahunan, yakni bahwa sampai tahun 2008, seharusnya 75 % rumah

tangga memiliki akses terhadap air bersih (Profil Dinkes TTU,2008).

Pencapaian akses rumah tangga terhadap air bersih di Kabupaten

Timor Tengah Utara adalah sebesar 65,89% pada 2006 dan tahun

2007 sebesar 67,17% sedangkan tahun 2008 sebesar 68.28%, masih

selisih 6,72% dari target yang ditetapkan. Wilayah perkotaan atau

kelurahan yang terletak di Kota Kefamenanu, memiliki cakupan yang

telah mencapai target. Hal ini dapat dimaklumi karena wilayah

perkotaan didukung dengan fasilitas PDAM, yang mampu menjangkau

layanan yang luas. Berbeda dengan wilayah pedesaan yang lebih

banyak memanfaatkan sarana air bersih berupa sumur gali (SGL) dan

perlindungan mata air (PMA).

Cakupan akses air bersih paling tinggi adalah Kelurahan Benpasi

(83,62%) pada tahun 2006 sedangkan tahun 2007 dan 2008 adalah

kelurahan Bansone masing-masing 87,24% dan 89,09%. Cakupan

akses air bersih yang paling rendah adalah desa Tuamese (46,79%)

pada tahun 2006, sedangkan tahun 2007 adalah desa Taunbaen

(46,63%) dan tahun 2008 adalah desa Benus (51,34%).

Akses rumah tangga terhadap air bersih di Kabupaten Timor

Tengah Utara per desa pada tahun 2006 s/d 2008 dapat di kategorikan

sebagai berikut, terdapat 23 desa yang memiliki cakupan diatas 75%,

93 desa dengan cakupan antara 60 s/d < 75%, dan 43 desa dengan

cakupan kurang dari 60%. Kategori tersebut tidak mengalami

perubahan dalam kurun waktu tersebut.

Page 56: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  41

TEBA

PONU

TASINIFU

NIFUTASI NAKU

AINIUT

OEPUAH

MAKUN

OINBIT

POPNAN

MOTADIK

KAUBELE

SIFANIHA

NAOB

KULUAN

MAURISU

TUAMESE

HUMUSU C

LOERAM

NAEKAKE A

NONATBATAN

OEMANU

HAUTEAS

BIRUNATUN

NOEBAUN

TAINSALA

EBAN

KIUOLA

TUALENE

NOELELO

FATUNISUAN

BILOE

NAIOLA

NUNMAFO

OERINBESI

HAEKTO

JAK

SALLU

PANTAE

OESOKO

TUNBES

BIJELI

BANNAE

NIANLETNEO

LOKOMEA

TAUTPAHHUMUSU A

LANAUS

HAULASI

LEMUN

MAUNAIN A

OELAMI

SUNSEA

SUPUN

TUBU

BUK

TAEKAS

NAPAN

NIMASI

OENAK

TAPENPAH

SUNKAEN

MANAMAS

NOEPESU

AMOL

AINAN

N

Skala   1 : 200.000

Akses rumah tangga terhadap air bersih per desa dapat dilihat

pada lampiran 3, sedangkan gambaran mengenai penyebaran masing-

masing desa seperti pada peta berikut ini.

Gambar 9 Akses rumah tangga terhadap air bersih di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008

TEBA

PONU

TASINIFU

NIFUTASI NAKU

AINIUT

OEPUAH

MAKUN

OINBIT

POPNAN

MOTADIK

KAUBELE

SIFANIHA

NAOB

KULUAN

MAURISU

TUAMESE

HUMUSU C

LOERAM

NAEKAKE A

NONATBATAN

OEMANU

HAUTEAS

BIRUNATUN

NOEBAUN

TAINSALA

EBAN

KIUOLA

TUALENE

NOELELO

FATUNISUAN

BILOE

NAIOLA

NUNMAFO

OERINBESI

HAEKTO

JAK

SALLU

PANTAE

OESOKO

TUNBES

BIJELI

BANNAE

NIANLETNEO

LOKOMEA

TAUTPAHHUMUSU A

LANAUS

HAULASI

LEMUN

MAUNAIN A

OELAMI

SUNSEA

SUPUN

TUBU

BUK

TAEKAS

NAPAN

NIMASI

OENAK

TAPENPAH

SUNKAEN

MANAMAS

NOEPESU

AMOL

AINAN

N

TEBA

PONU

TASINIFU

NIFUTASI NAKU

AINIUT

OEPUAH

MAKUN

OINBIT

POPNAN

MOTADIK

KAUBELE

SIFANIHA

NAOB

KULUAN

MAURISU

TUAMESE

HUMUSU C

LOERAM

NAEKAKE A

NONATBATAN

OEMANU

HAUTEAS

BIRUNATUN

NOEBAUN

TAINSALA

EBAN

KIUOLA

TUALENE

NOELELO

FATUNISUAN

BILOE

NAIOLA

NUNMAFO

OERINBESI

HAEKTO

JAK

SALLU

PANTAE

OESOKO

TUNBES

BIJELI

BANNAE

NIANLETNEO

LOKOMEA

TAUTPAHHUMUSU A

LANAUS

HAULASI

LEMUN

MAUNAIN A

OELAMI

SUNSEA

SUPUN

TUBU

BUK

TAEKAS

NAPAN

NIMASI

OENAK

TAPENPAH

SUNKAEN

MANAMAS

NOEPESU

AMOL

AINAN

N

Skala   1 : 200.000

Baik ( 75‐100%)

Cukup  ( 60 ‐ < 75%)

Kurang  ( 40  ‐ < 60%)

Legenda :

TEBA

PONU

TASINIFU

NIFUTASI NAKU

AINIUT

OEPUAH

MAKUN

OINBIT

POPNAN

MOTADIK

KAUBELE

SIFANIHA

NAOB

KULUAN

MAURISU

TUAMESE

HUMUSU C

LOERAM

NAEKAKE A

NONATBATAN

OEMANU

HAUTEAS

BIRUNATUN

NOEBAUN

TAINSALA

EBAN

KIUOLA

TUALENE

NOELELO

FATUNISUAN

BILOE

NAIOLA

NUNMAFO

OERINBESI

HAEKTO

JAK

SALLU

PANTAE

OESOKO

TUNBES

BIJELI

BANNAE

NIANLETNEO

LOKOMEA

TAUTPAHHUMUSU A

LANAUS

HAULASI

LEMUN

MAUNAIN A

OELAMI

SUNSEA

SUPUN

TUBU

BUK

TAEKAS

NAPAN

NIMASI

OENAK

TAPENPAH

SUNKAEN

MANAMAS

NOEPESU

AMOL

AINAN

N

Skala   1 : 200.000

 

 

 

Page 57: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  42

b. Akses rumah tangga terhadap jamban keluarga

Akses rumah tangga terhadap jamban keluarga di Kabupaten

Timor Tengah Utara pada tahun 2006 s/d 2008 yaitu 45,57% (2006),

47,85% (2007) dan 49,09% (2008). Cakupan akses terhadap jamban

keluarga tersebut, pada umumnya, paling tinggi terdapat di wilayah

perkotaan. Tahun 2006, cakupan paling tinggi adalah Kelurahan

Bensone (82,72%), tahun 2007 adalah Kelurahan Maubeli (87,19%)

dan tahun 2008 adalah Kelurahan Tubuhue (87,78%). Sedangkan

cakupan paling rendah adalah Desa Nimasi (20,44%), tahun 2007

adalah Desa Motadik (29,68%) dan tahun 2008 juga Desa Motadik

(33,65%).

Cakupan akses rumah tangga terhadap jamban keluarga, untuk

seluruh desa/kelurahan selama tahun 2006 s/d 2008 dapat

dikelompokkan yaitu 74 desa/kelurahan memiliki cakupan < 40%, 73

desa/kelurahan memiliki cakupan 40 s/d <60 %, 4 desa/kelurahan

memiliki cakupan 60 s/d <75% dan 8 desa/kelurahan memiliki cakupan

>75%. Kategori tersebut tidak mengalami perubahan dalam kurun

waktu tersebut.

Cakupan akses rumah tangga terhadap jamban keluarga yang

memenuhi syarat kesehatan per desa seperti dalam lampiran 3.

Sedangkan gambaran masing-masing desa, seperti pada peta berikut :

Page 58: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  43

TEBA

PONU

TASINIFU

NIFUTASI NAKU

AINIUT

OEPUAH

MAKUN

OINBIT

POPNAN

MOTADIK

KAUBELE

SIFANIHA

NAOB

KULUAN

MAURISU

TUAMESE

HUMUSU C

LOERAM

NAEKAKE A

NONATBATAN

OEMANU

HAUTEAS

BIRUNATUN

NOEBAUN

TAINSALA

EBAN

KIUOLA

TUALENE

NOELELO

FATUNISUAN

BILOE

NAIOLA

NUNMAFO

OERINBESI

HAEKTO

JAK

SALLU

PANTAE

OESOKO

TUNBES

BIJELI

BANNAE

NIANLETNEO

LOKOMEA

TAUTPAHHUMUSU A

LANAUS

HAULASI

LEMUN

MAUNAIN A

OELAMI

SUNSEA

SUPUN

TUBU

BUK

TAEKAS

NAPAN

NIMASI

OENAK

TAPENPAH

SUNKAEN

MANAMAS

NOEPESU

AMOL

AINAN

N

TEBA

PONU

TASINIFU

NIFUTASI NAKU

AINIUT

OEPUAH

MAKUN

OINBIT

POPNAN

MOTADIK

KAUBELE

SIFANIHA

NAOB

KULUAN

MAURISU

TUAMESE

HUMUSU C

LOERAM

NAEKAKE A

NONATBATAN

OEMANU

HAUTEAS

BIRUNATUN

NOEBAUN

TAINSALA

EBAN

KIUOLA

TUALENE

NOELELO

FATUNISUAN

BILOE

NAIOLA

NUNMAFO

OERINBESI

HAEKTO

JAK

SALLU

PANTAE

OESOKO

TUNBES

BIJELI

BANNAE

NIANLETNEO

LOKOMEA

TAUTPAHHUMUSU A

LANAUS

HAULASI

LEMUN

MAUNAIN A

OELAMI

SUNSEA

SUPUN

TUBU

BUK

TAEKAS

NAPAN

NIMASI

OENAK

TAPENPAH

SUNKAEN

MANAMAS

NOEPESU

AMOL

AINAN

N

Skala   1 : 200.000

Gambar 10 Akses rumah tangga terhadap jamban keluarga di kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008

TEBA

PONU

TASINIFU

NIFUTASI NAKU

AINIUT

OEPUAH

MAKUN

OINBIT

POPNAN

MOTADIK

KAUBELE

SIFANIHA

NAOB

KULUAN

MAURISU

TUAMESE

HUMUSU C

LOERAM

NAEKAKE A

NONATBATAN

OEMANU

HAUTEAS

BIRUNATUN

NOEBAUN

TAINSALA

EBAN

KIUOLA

TUALENE

NOELELO

FATUNISUAN

BILOE

NAIOLA

NUNMAFO

OERINBESI

HAEKTO

JAK

SALLU

PANTAE

OESOKO

TUNBES

BIJELI

BANNAE

NIANLETNEO

LOKOMEA

TAUTPAHHUMUSU A

LANAUS

HAULASI

LEMUN

MAUNAIN A

OELAMI

SUNSEA

SUPUN

TUBU

BUK

TAEKAS

NAPAN

NIMASI

OENAK

TAPENPAH

SUNKAEN

MANAMAS

NOEPESU

AMOL

AINAN

N

Skala   1 : 200.000

Baik ( 75‐100%)

Cukup  ( 60 ‐ < 75%)

Kurang  ( 40  ‐ < 60%)

Legenda :

Jelek ( < 40 %)

Page 59: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  44

4. Faktor demografis

a. Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara

mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2006 yaitu

82 jiwa/km2, tahun 2007 adalah 83 jiwa/km2 dan tahun 2008 adalah

84 jiwa/km2. Wilayah-wilayah kelurahan yang terletak di Kecamatan

Kota Kefamenanu adalah yang paling padat penduduknya, demikian

pula beberapa desa/kelurahan di Kecamatan Insana Utara dan

Miomafo Timur yang tingkat kepadatan penduduknya diatas rata-rata

tingkat kepadatan penduduk kabupaten. Kepadatan penduduk di

ketiga wilayah tersebut berkembang pesat sejak tahun 2005, selain

karena perkembangan penduduk secara alami, juga diakibatkan

meningkatnya migrasi penduduk dari luar wilayah Kabupaten Timor

Tengah Utara. Migrasi masuk penduduk berkaitan dengan letak

geografis yang berbatasan dengan Negara Timor Leste, dimana dapat

menjadi daerah transit untuk ekspansi usaha ke Negara baru tersebut

(BPS Kabupaten TTU, 2008).

Desa/kelurahan yang paling padat penduduknya adalah

Kelurahan Kefamenanu Selatan yaitu 990 jiwa/km2(2006), 1056

jiwa/km2 (2007), 1063 jiwa/km2 (2008), sedangkan yang paling jarang

penduduknya adalah Desa Oenaem yaitu 22 jiwa/km2 (2006), 22

jiwa/km2 (2007) dan 23 jiwa/km2 (2008). Kepadatan penduduk di

wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara selama tahun 2006 s/d 2008

dapat dikelompokkan yakni 71 desa/kelurahan memiliki tingkat

kepadatan diatas rata-rata tingkat kepadatan kabupaten atau kategori

padat, sedangkan 88 desa/kelurahan dibawah rata-rata atau kategori

tidak padat penduduknya. Rincian lengkap tingkat kepadatan

penduduk seperti dalam lampiran 3, sedangkan gambaran perdesa

seperti gambar berikut ini.

Page 60: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  45

Gambar 11 : Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008

TEBA

PONU

TASINIFU

NIFUTASI NAKU

AINIUT

OEPUAH

MAKUN

OINBIT

POPNAN

MOTADIK

KAUBELE

SIFANIHA

NAOB

KULUAN

MAURISU

TUAMESE

HUMUSU C

LOERAM

NAEKAKE A

NONATBATAN

OEMANU

HAUTEAS

BIRUNATUN

NOEBAUN

TAINSALA

EBAN

KIUOLA

TUALENE

NOELELO

FATUNISUAN

BILOE

NAIOLA

NUNMAFO

OERINBESI

HAEKTO

JAK

SALLU

PANTAE

OESOKO

TUNBES

BIJELI

BANNAE

NIANLETNEO

LOKOMEA

TAUTPAHHUMUSU A

LANAUS

HAULASI

LEMUN

MAUNAIN A

OELAMI

SUNSEA

SUPUN

TUBU

BUK

TAEKAS

NAPAN

NIMASI

OENAK

TAPENPAH

SUNKAEN

MANAMAS

NOEPESU

AMOL

AINAN

N

Skala   1 : 200.000

Kepadatan penduduk≥ 84 jiwa/km2

Kepadatan penduduk <84 jiwa/km2

Legenda :

Page 61: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  46

24.23 

35.32 

25.01 

13.22 

2.24 

23.54 

34.77 

25.43 

13.92 

2.35 

23.02 

33.90 

25.55 

14.90 

2.64 

5.00 

10.00 

15.00 

20.00 

25.00 

30.00 

35.00 

40.00 

Tdk sklh/tdk tmt SD SD SLTP SLTA Dip/PT

Thn 2006

Thn 2007

Thn 2008

b. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga

Berdasarkan hasil Susenas 2007, jumlah penduduk 10 tahun

keatas di Kabupaten Timor Tengah Utara yang melek huruf 83,05%

dengan tingkat melek huruf untuk laki-laki 83,06% sedangkan

perempuan 79,64%. Tingkat pendidikan di dominasi oleh tidak tamat

SD (21,3%) dan tamat SD (42,7%) (BPS Kab.TTU, 2007).

Tingkat pendidikan ibu rumah tangga di Kabupaten Timor Tengah

Utara pada tahun 2006 s/d 2008 seperti gambar berikut.

Gambar 12 : Prosentase tingkat pendidikan ibu rumah tangga di Kabupaten TTU tahun 2006 s/d 2008

Dari gambar diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan SD masih

paling tinggi, sedangkan yang paling rendah adalah Diploma/PT. Dari

keadaan tersebut dapat dijelaskan bahwa 40,47% (tahun 2006) ibu

rumah tangga berpendidikan SLTP hingga perguruan tinggi. Tahun

2007 sebanyak 41,70% dan tahun 2008 sebanyak 43,09% ibu rumah

tangga berpendidikan SLTP hingga perguruan tinggi. Rincian

mengenai tingkat pendidikan ibu rumah tangga dapat dilihat pada

lampiran 4, sedangkan gambaran mengenai ibu rumah tangga yang

berpendidikan SLTP keatas di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun

2006 s/d 2008 seperti pada gambar berikut.

Page 62: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  47

Skala   1 : 200.000

Tahun 2006Tahun 2007

Tahun 2008

Tinggi ( >50% ibu rumah tangga berpendidikan SLTP s/d PT)

Sedang ( 25 ‐ 50% ibu rumah tanggaberpendidikan SLTP s/d PT)

Rendah (  < 25% ibu rumah tanggaberpendidikan SLTP s/d PT)

Legenda :

Gambar 13 Tingkat pendidikan Ibu rumah tangga di Kabupaten Timor tengah Utara tahun 2006 s/d 2008

 

Page 63: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  48

Skala   1 : 200.000

Ketinggan >700m dpl

Ketinggian500‐700 m dpl

Ketinggian < 500m dpl

Legenda :

5. Faktor Topografis

Dari aspek topografis, sebanyak 41 desa terletak pada

ketinggian <500 m diatas permukaan air laut (dpl), dimana 9 desa

diantaranya merupakan daerah pantai yang memiliki ketinggian < 100

m dpl. Sedangkan 53 desa berada pada ketinggian 500 – 700 m dpl

dan 65 desa terletak pada ketinggian > 700 m dpl. Lebih jelas dapat

dilihat pada peta berikut.

Gambar 14 : Ketinggian desa di Kabupaten Timor Tengah Utara

Page 64: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  49

6. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis spasial, analisis

yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara akses rumah

tangga terhadap air bersih, akses rumah tangga terhadap jamban

keluarga, kepadatan penduduk, tingkat pendidikan ibu rumah tangga,

letak ketinggian desa dengan kesakitan diare di Kabupaten Timor

Tengah Utara tahun 2006 s/d 2008. Analisis spasial dilakukan dengan

analisis spatially weighted regression (spatial error model)

menggunakan GeoDa

a. Hubungan antara akses rumah tangga terhadap air bersih dengan

kesakitan diare.

Hasil yang diperoleh sebagai berikut z value = -0.2442806

p=0.8070136 (p>0,05 ) yang berarti tidak ada hubungan antara

akses rumah tangga terhadap air bersih dengan kesakitan diare di

Kabupaten Timor Tengah Utara. Dapat juga dikatakan bahwa

kesakitan diare tidak berhubungan dengan akses rumah tangga

terhadap air bersih.

b. Hubungan antara akses rumah tangga terhadap jamban keluarga

dengan kesakitan diare.

Hasil analisis diperoleh z value =-2.317033 p=0.0205019

(p<0,05) yang berarti ada hubungan antara akses rumah tangga

terhadap jamban keluarga dengan kesakitan diare.

c. Hubungan antara tingkat kepadatan penduduk dengan kesakitan

diare

Hasil analisis diperoleh z value =-0.01877284

p=0.9850222 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara

kepadatan penduduk dengan kesakitan diare. Kepadatan penduduk

memberikan dampak buruk bagi sanitasi lingkungan. Tingkat

kepadatan penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara, terjadi di

Page 65: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  50

daerah perkotaan, namun di daerah perkotaan didukung dengan

sanitasi memadai sehingga tidak berdampak pada terjadinya kasus

diare.

d. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan

kesakitan diare.

Hasil analisis diperoleh z value =-3.542181 p=0.0003969

(p<0,05) yang berarti ada hubungan antara pendidikan ibu rumah

tangga dengan kesakitan diare.

e. Hubungan antara letak ketinggian desa dengan kesakitan diare

Hasil analisis yang dilakukan diperoleh z value=-0.3217166

p=0.7476675(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara letak

ketinggian desa dengan kesakitan diare. Ketinggian suatu tempat

sangat menentukan dalam kemudahan mendapatkan sumber air

bersih. Ketinggian tempat dan lingkungan domestik di kabupaten

Timor Tengah Utara, masih dapat memungkinkan dalam akses

terhadap air bersih. Yang masih menjadi persoalan adalah

bagaimana situasi tersebut terjadi pada musim kemarau dan musim

hujan.

Dari hasil analisis tersebut terdapat 3 variabel (akses rumah tangga

terhadap jamban keluarga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga,

persentase jumlah balita) yang signifikan atau ada hubungan dengan

kesakitan diare sedangkan 3 variabel (akses rumah tangga terhadap air

bersih, kepadatan penduduk, ketinggian desa) tidak signifikan (tidak ada

hubungan dengan kesakitan diare). Mengenai pola hubungan antara

variabel-variabel tersebut dengan kesakitan diare dapat dilihat pada

scatter plot berikut :

Page 66: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  51

Slop e = - 4 .52 8 2

A KSES_ JA GA

Slo p e = - 5.52 0 1

PEN D _ IR T

Gambar 15 : Scatter plot hubungan antara variabel-variabel bebas

dengan kesakitan diare di Kabupaten Timor Tengah Utara.

Dari gambar tersebut, terlihat bahwa variabel akses rumah tangga

terhadap air bersih, tingkat kepadatan penduduk dan ketinggian desa,

tidak membentuk suatu pola hubungan yang signifikan (distribusi titik-

Page 67: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  52

titiknya menyebar dan tidak mengelompok membentuk pola hubungan

dengan kesakitan diare).

Sedangkan variabel-variabel akses rumah tangga terhadap

jamban keluarga dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga, terlihat titik-titik

cluster membentuk suatu korelasi negatif (negative correlation) yang

memberikan gambaran hubungan antara variabel-variabel tersebut

dengan kesakitan diare di Kabupaten Timor Tengah Utara. Korelasi

tersebut memberikan suatu makna berkebalikan (reverse relationship)

dimana kenaikan variabel tertentu (misalnya : akses rumah tangga

terhadap jamban keluarga) akan diikuti dengan penurunan pada variabel

yang dikorelasikan (misalnya : kesakitan diare).

Dari scatter plot yang menggambarkan korelasi antara akses

rumah tangga terhadap jamban keluarga dengan kejadian diare serta

pendidikan ibu rumah tangga dengan kejadian diare terdapat titik – titik

yang menunjukkan area (desa/kelurahan) yang mempunyai akses jamban

yang tinggi dan pendidikan ibu yang tinggi maka kejadian diarenya

rendah. Dengan menggunakan conditional plot (map view) pada geoDa

area-area tersebut dapat diintifikasi seperti pada gambar berikut.

Gambar 16 : Peta area yang menunjukkan akses jaga dan pendidikan ibu tinggi - diare rendah di Kabupaten Timor Tengah Utara.

Akses jaga vs kejadian diare Pendidikan ibu vs kejadian diare

Page 68: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  53

Dari gambar tersebut diketahui bahwa area-area tersebut

merupakan wilayah kelurahan di perkotaan (Kefamenanu). Hal ini dapat

dimaklumi karena wilayah perkotaan didukung dengan fasilitas sanitasi

(jamban keluarga) yang memadai dibanding wilayah pedesaan. Tingkat

pendidikan masyarakat (ibu rumah tangga) di perkotaan juga lebih

memadai dari pada di pedesaan.

Selain itu juga, dari scatter plot tersebut, di ketahui bahwa terdapat

titik-titik cluster yang menunjukkan korelasi antara akses rumah tangga

terhadap jamban keluarga, pendidikan ibu rumah tangga dengan kejadian

diare dimana akses jamban keluarga dan tingkat pendidikan ibu yang

rendah maka kasus diarenya tinggi. Area-area (desa/kelurahan) yang

menunjukkan kondisi tersebut seperti pada peta berikut.

Gambar 17 : Peta area yang menunjukkan akses jaga dan pendidikan ibu rendah - diare tinggi di Kabupaten Timor Tengah Utara.

Terdapat 36 desa/kelurahan yang menunjukkan kondisi dimana

akses rumah tangga terhadap jamban keluarga rendah dan diarenya

tinggi dan juga terdapat 31 desa/kelurahan dengan kondisi pendidikan ibu

yang rendah dan diarenya tinggi. Area-area tersebut tersebar seperti pada

gambar diatas dimana umumnya terletak di wilayah perbatasan.

Akses jaga vs kejadian diare Pendidikan ibu vs kejadian diare

Page 69: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  54

7. Significance Map dan Cluster Map

Dari hasil analisis spasial tersebut diatas, kemudian dilakukan

analisis dengan LISA multivariate untuk mengetahui area lokal (desa)

yang memberikan kontribusi paling kuat. Hasil uji tersebut seperti dalam

significance map berikut ini.

 

 

            

Gambar 18 Significance Map akses rumah tangga terhadap jamban keluarga vs kesakitan diare di Kabupaten TTU.

              

Gambar 19 Significance Map tingkat pendidikan ibu rumah tangga vs

kesakitan diare di Kabupaten Timor Tengah Utara.

Page 70: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  55

Dari gambar-gambar tersebut diatas terlihat tingkatan-tingkatan

nilai signifikansi secara statistik (0.05, 0.01, 0.001, 0.0001) dengan nilai-

nilai yang lebih kecil (ditampilkan dengan warna hijau gelap) yang

mewakili daerah-daerah yang paling signifikan secara statistik.

Gambar 18 memperlihatkan hubungan antara akses rumah tangga

terhadap jamban keluarga dengan kesakitan diare di Kabupaten Timor

Tengah Utara dimana terdapat 21 desa yang paling kuat kontribusinya

dengan nilai signifikansi 0.05, sedangkan 16 desa dengan nilai

signifikansi 0.001.

Gambar 19 memperlihatkan hubungan antara tingkat pendidikan

ibu rumah tangga dengan kesakitan diare di Kabupaten Timor Tengah

Utara, dimana terdapat 17 desa dengan nilai signifikansi 0.05, dan 16

desa dengan nilai signifikansi 0.001. Dari ketiga gambar tersebut terlihat

bahwa daerah (desa) di bagian utara dan bagian tengah adalah yang

paling kuat kontribusinya.

Dengan menggunakan analisis LISA pada geoDa, juga dapat

mengetahui spatial clustes yaitu lokasi-lokasi dengan autokorelasi spasial

positif ( high-high dan low-low) yang menunjukkan pengelompokan lokasi

dengan nilai-nilai yang serupa (similar values). Sedangkan high-low dan

low-high untuk menunjukkan lokasi-lokasi spasial outliers. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada cluster map berikut ini.

Page 71: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  56

               

Gambar 20 Cluster map akses air bersih terhadap jamban keluarga vs kesakitan diare di Kabupaten TTU.

   

             

Gambar 21 Cluster map tingkat pendidikan ibu rumah tangga vs kesakitan diare di Kabupaten TTU.

     

 

Page 72: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  57

B. Pembahasan

1. Epidemiologi kasus diare

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh desa di wilayah

Kabupaten Timor Tengah Utara selama tahun 2006 s/d 2008 selalu

terserang penyakit diare dengan jumlah kasus yang bervariasi.

Beberapa desa terserang penyakit diare dalam jumlah yang sedikit

(2-10 kasus diare), namun beberapa desa lainnya terserang penyakit

diare dalam jumlah yang besar (> 100 kasus diare) setiap tahunnya

(lampiran 2). Desa yang paling banyak terserang penyakit diare

adalah di Desa Nimasi dengan total kasus 452 dan menunjukkan

kecenderungan yang berfluktuasi setiap tahunnya. Sedangkan yang

paling sedikit adalah desa Benus dengan total 14 kasus diare, dalam

kurun waktu tersebut. Tingginya kasus diare di beberapa desa

tersebut, menarik perhatian dari Dinas Kesehatan sehingga selalu

ditetapkan sebagai desa dengan rawan KLB diare. Perbedaan kasus

diare berdasarkan tempat, tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor

penyebab dan karakteristik dari lokasi tersebut. Perbedaan tempat

dapat menimbulkan perbedaan sumber daya, perilaku, permasalahan

kesehatan umum yang mendasar dan ketersediaan air. Faktor

lingkungan domestik dari suatu daerah sangat berpengaruh terhadap

masalah kesehatan yang mungkin timbul di daerah tersebut

(Chaudhari et al., 2009).

Distribusi kasus diare berdasarkan golongan umur juga menarik

untuk diperhatikan karera umur merupakan suatu sifat karakteristik

tentang orang yang dalam studi epidemiologi merupakan variabel yang

sangat penting. Hal ini disebabkan karena beberapa penyakit

ditemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang disebabkan oleh

umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus diare yang terjadi di

Kabupaten Timor Tengah Utara pada tahun 2006 s/d 2008 didominasi

Page 73: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  58

oleh golongan umur 0 s/d < 5 tahun (balita) yaitu 54,67%. Sedangkan

dari total kematian yang diakibatkan oleh diare, 95% pada golongan

umur 0 s/d < 5 thn. Hal ini menunjukkan bahwa balita merupakan

kelompok umur yang kerapkali terkena serangan diare di Kabupaten

Timor Tengah Utara. Anak balita adalah kelompok umur yang sangat

rentan terhadap penyakit diare. Sebagaimana diketahui dari berbagai

penelitian yang dilakukan bahwa kelompok umur ini adalah yang paling

berisiko terserang diare dan tak jarang dapat menimbulkan kematian.

Suatu studi yang dilakukan oleh World Bank pada tahun 2007

menyebutkan bahwa buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu

penyebab kematian anak dibawah umur 3 tahun yaitu sebesar 19%

atau sebanyak 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya

dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk

Domestik Bruto (Depkes RI, 2008 )

Sedangkan dari segi waktu, distribusi kasus diare di Kabupaten

Timor Tengah Utara mengalami peningkatan kasus sebanyak 2 kali

dalam setahun yaitu pada bulan Agustus dan Desember-Januari. Hal

ini dapat dikaitkan dengan musim yaitu kemarau dan musim hujan.

Pada bulan Agustus (musim kemarau) jumlah kasus diare yaitu 412

penderita (2006), 599 penderita (2007) dan 673 penderita (2008)

sedangkan bulan Desember (musim hujan) jumlah kasus diare yakni

537 penderita (2006), 540 penderita (2007) dan 677 penderita. Kondisi

ini sesuai dengan riset yang dilakukan bahwa kebanyakan diare

adalah bakteri di musim panas dan radang usus Rotavirus di musim

gugur dan musim dingin (WHO, 2005)

2. Hubungan akses rumah tangga terhadap air bersih dengan kasus diare

Hasil analisis dengan spatially weighted regression (spatial error

model) menggunakan GeoDa menunjukkan z value = -0.2442806

p=0.8070136 (p>0,05 ) yang berarti tidak ada hubungan yang

Page 74: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  59

signifikan antara akses rumah tangga terhadap air bersih dengan

kesakitan diare. Dapat dikatakan juga bahwa kesakitan diare di

Kabupaten Timor Tengah Utara tidak berhubungan dengan akses

rumah tangga terhadap air bersih. Hal ini memberikan gambaran

bahwa cakupan akses rumah tangga terhadap air bersih yang

mencapai 65,89% (2006), 67,17% (2007) dan 68,28% (2008)

merupakan suatu pencapaian yang memberikan kontribusi berarti

dalam penanggulangan diare.

Pentingnya penyediaan air bersih dan sanitasi yang memadai

merupakan suatu upaya yang positif dalam pencegahan penyakit diare

dan penyakit infeksi lainnya. Pelaksanaan program sanitasi berupa

penyediaan air bersih dan upaya rumah sehat dapat memberi

kontribusi pengurangan sebesar 22% prevalensi diare pada penduduk

dan 43% di daerah yang mempunyai prevalensi diare tinggi (Barreto

et al., 2007). Merujuk pada studi yang dilakukan oleh WHO pada tahun

2007 bahwa kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan

akses masyarakat terhadap sanitasi dasar dan 39% dengan

meningkatkan pola pengelolaan air minum yang sehat dan aman di

rumah tangga (Depkes RI, 1998) maka upaya penyediaan air bersih

yang dilakukan di Kabupaten Timor Tengah Utara, dimana rata-rata

cakupannya 68,28% (2008) merupakan suatu hasil positif.

Dari segi akses rumah tangga terhadap air bersih memang rata-

rata cakupannya cukup memadai dan bukan merupakan suatu

persoalan (tidak berhubungan dengan kesakitan diare) namun hal

yang perlu dikaji adalah dari segi perilaku pemanfaatan air bersih untuk

konsumsi, kecukupan air bersih dan kualitas dari air bersih yang

dimanfaatkan oleh rumah tangga. Hal ini menjadi penting karena

pemanfaatan air bersih oleh masyarakat di Kabupaten Timor Tengah

Utara, secara bersama-sama seperti kran umum, sumur gali umum,

perlindungan mata air umum yang digunakan secara bersama-sama.

Page 75: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  60

Pemanfaatan air bersih secara bersama-sama sangat rentan terhadap

pencemaran.

3. Hubungan akses rumah tangga terhadap jamban keluarga dengan

kasus diare.

Hasil analisis dengan spatially weighted regression (spatial error

model) menggunakan GeoDa menunjukkan z value =-2.317033

p=0.0205019 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara akses rumah

tangga terhadap jamban keluarga dengan kesakitan diare. Hal ini

menunjukkan bahwa kejadian diare yang ada di Kabupaten Timor

Tengah Utara berhubungan dengan kurangnya cakupan akses rumah

tangga terhadap jamban keluarga. Cakupan akses rumah tangga

terhadap jamban keluarga di Kabupaten Timor Tengah Utara pada

tahun 2006 s/d 2008 yaitu 45,57% (2006), 47,85% (2007) dan

49,09% (2008). Kurangnya cakupan kepemilikan jamban keluarga

tersebut merupakan suatu persoalan yang perlu diperhatikan karena

menjadi faktor pemicu perilaku buruk masyarakat dalam buang air

bersar (defecation) di daerah terbuka yang dapat menimbilkan

kejadian diare.

Studi yang dilakukan oleh Indonesia Sanitation Sector

Development Program (ISSDP) pada tahun 2006, menunjukkan

bahwa 47% masyarakat di Indonesia masih berperilaku buang air

besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Kebiasaan

tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya

kepemilikan jamban keluarga.

Dari scatter plot terlihat titik-titik cluster membentuk suatu

korelasi negatif (negative correlation) yang memberikan gambaran

hubungan antara kejadian diare dengan akses rumah tangga terhadap

jamban keluarga di Kabupaten Timor Tengah Utara. Korelasi tersebut

memberikan suatu makna bahwa jika akses rumah tangga terhadap

Page 76: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  61

jamban keluarga di tingkatkan, maka akan dapat menurunkan kejadian

diare di Kabupaten Timor Tengah Utara.

4. Hubungan tingkat kepadatan penduduk dengan kasus diare

Hasil analisis dengan spatially weighted regression (spatial error

model) menggunakan GeoDa menunjukkan z value =-0.01877284

p=0.9850222 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara

kepadatan penduduk dengan kesakitan diare. Dapat dikatakan bahwa

tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara tidak

ada hubungan dengan kesakitan diare di daerah tersebut.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara, yang

rata-ratanya adalah 84 jiwa/km2 pada tahun 2008 dimana desa/

keluarahan yang paling padat dengan tingkat kepadatan 1063 jiwa/km2

(2008), dan yang paling jarang penduduknya dengan tingkat

kepadatan 23 jiwa/km2 (2008) bukan merupakan suatu faktor yang

dapat menyebabkan kejadian diare.

Kepadatan penduduk yang tinggi dapat menimbulkan persoalan

yang serius seperti buruknya sanitasi dan kumuh yang akan

berdampak pada kesehatan masyarakat.

5. Hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan kasus diare

Hasil analisis dengan spatially weighted regression (spatial error

model) menggunakan GeoDa menunjukkan z value =-3.542181

p=0.0003969 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara pendidikan

ibu rumah tangga dengan kesakitan diare. Dari scatter plot juga

tergambar suatu pola korelasi negatif (negative correlation) antara

tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan kejadian diare. Hal ini

memberikan gambaran bahwa ada hubungan antara kejadian diare

dan pendidikan ibu rumah tangga di Kabupaten Timor tengah Utara.

Page 77: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  62

Pendidikan ibu rumah tangga di kabupaten Timor Tengah Utara

yang lebih didominasi oleh tidak sekolah/tidak tamat sekolah dasar

ataupun tingkat pendidikan SD merupakan salah satu faktor penentu

terkuat kemungkinan terkena penyakit diare di wilayah tersebut. Dari

jumlah ibu rumah tangga yang ada, 43,09% (2008) yang berpendidikan

SLTP hingga perguruan tinggi. Menurut Gyimah (2003) pendidikan ibu

yang memadai sangat berpengaruh terhadap upaya-upaya kebersihan

yang mencerminkan perilaku dan manajemen rumah tangga. Anak-

anak tidak menjadi sakit karena ibu mereka kurang berpendidikan,

tetapi ibu dengan pendidikan yang rendah jarang melaksanakan paktek

kebersihan dan upaya peningkatan gizi dalam keluarga.

6. Hubungan letak ketinggian desa dengan kasus diare

Hasil analisis dengan spatially weighted regression (spatial error

model) menggunakan GeoDa menunjukkan z value=1.050355

p=0.2935548 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara letak

ketinggian desa dengan kesakitan diare.

Hal ini menunjukkan bahwa letak suatu desa dengan ketinggian

yang berbeda tidak berhubungan dengan kejadian diare di Kabupaten

Timor Tengah Utara. Walaupun ketinggian suatu desa sangat

menentukan terhadap bagaimana ketersediaan air bersih, namun

sesuai hasil analisis ini, tidak menunjukkan suatu hasil yang signifikan.

 

 

 

 

 

 

 

Page 78: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada Bab IV maka

dapat ditarik kesimpulan mengenai hubungan antara faktor sanitasi, faktor

demografi, faktor topografi dan kejadian diare dengan pendekatan spasial

sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan antara akses rumah tangga terhadap air bersih

dengan kejadian diare di Kabupaten Timor Tengah Utara.

2. Ada hubungan antara akses rumah tangga terhadap jamban keluarga

dengan kejadian diare di Kabupaten Timor Tengah Utara.

3. Tidak ada hubungan antara tingkat kepadatan penduduk dengan

kejadian diare di Kabupaten Timor Tengah Utara.

4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan

kejadian diare di Kabupaten Timor Tengah Utara.

5. Tidak ada hubungan antara ketinggian desa dengan kejadian diare di

Kabupaten Timor Tengah Utara.

B. Saran

1. Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara perlu membuat kebijakan

dan upaya-upaya yang komprehensif untuk perbaikan sanitasi seperti

sanitasi total berbasis masyarakat untuk meningkatkan akses rumah

tangga terhadap jamban keluarga dan upaya peningkatan/perbaikan

pada sektor pendidikan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan/

pemahaman masyarakat.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten perlu melakukan upaya penyuluhan

tentang pentingnya pemanfaatan jamban keluarga dan kebersihan

terutama bagi ibu rumah tangga. Selain itu Dinas Kesehatan

kabupaten perlu melakukan pengolahan data menjadi informasi

Page 79: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  64

sebagai dasar pengambilan keputusan karena data yang yang

terkumpul masih terfragmentasi pada masing-masing bidang.

Penyajian data hanya pada upaya untuk memberikan gambaran

kinerja pada masing-masing bidang, tanpa analisis hubungan antara

keberhasilan cakupan suatu kegiatan, yang berkontribusi terhadap

masalah kesehatan (diare) yang timbul. Pemanfaatan sistem informasi

geografis (SIG) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan.

3. Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut tentang perilaku pemanfaatan

air bersih untuk konsumsi, kecukupan air bersih untuk sanitasi dalam

rumah tangga dan kualitas air bersih.

 

 

Page 80: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  65

DAFTAR PUSTAKA

Azwar A (1988): Pengantar Epidemiologi. PT. Bina Rupa Aksara, Jakarta Barreto M L., Genser B., Strina A., Teixeira M G., Assis A M O., Rego R

F., Teles C A., Prado M S., Matos S M A., Santos D N., dos Santos L A., Cairncross S Santosa, Lenaldo A dos Santosa, and Sandy Cairncrossb (2007): Effect of City-wide Sanitation Programme on Reduction in Rate of Childhood Diarrhoea in Northeast Brazil: Assessment by Two cohort studies. PubMed Central,vol. 370(9399),1622-1628.

BPS Kab. TTU (2006): Timor Tengah Utara Dalam Angka Tahun 2006,

Kefamenanu BPS Kab. TTU (2007): Timor Tengah Utara Dalam Angka Tahun 2007,

Kefamenanu BPS Kab. TTU (2008): Timor Tengah Utara Dalam Angka Tahun 2008,

Kefamenanu Budiyanto E (2002): Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arc View

GIS. Penerbit Andi, Yogyakarta Caslake L T., Connolly D J., Menon V., Duncanson C M., Rojas R.,

Tavakoli J. (2003): Disinfection of Contaminated Water by Using Solar Irradiation. Applied and Environmental Microbiology,vol. 70, no.2 ,1145 - 1150.

Chaikaew N., Tripathi N K., Souris M., (2009) : Exploring Spatial Patterns

and Hotspots of Diarrhea in Chiang Mai,Thailand.  International Journal of Health Geographics , 8:36

 

Chaudhari V P., Srivastava R K., Moitra M., Desai V K., (2009) : Domestic Environment & Morbidity of Under Five Children. The Internet Journal of Epidemiology. Volume 7 No. 1, 11-19

Chin J (penerjemah Kandun I N) (2000): Manual Pemberantasan Penyakit

Menular. Depkes RI, Jakarta China CDC (2005): Review Research on The Literature of Diarrhea

Disease in China (1990-2004). National Center for Rural Water Supply Technical Guidance, China

Page 81: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  66

Depkes RI (1995): Materi Pelatihan Penyehatan Air bagi Petugas Kesehatan Lingkungan Daerah Tk.II, Ditjen PPM & PLP, Jakarta

Depkes RI (1998): Pedoman Teknis Perbaikan Kualitas Air, Pembuatan

Sumur Gali, Ditjen PPM & PLP, Jakarta Depkes RI (2007) a : Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007.

Jakarta,. Depkes RI (2007) b : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2007, Jakarta Depkes RI (2008): Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Jakarta,. Depkes RI (2009) a : Pedoman Tatalaksana Penderita Diare. Available

from: <http://www.pppl. depkes.go.id/images_data> [ Accessed 25 Mei 2009 ].

Depkes RI (2009) b : Informasi Penyakir Menular Diare. Available from:

<http://www.pppl.depkes.go.id/ diare> [diakses tanggal 12 Mei 2009].

Dinkes Kab. TTU (2006): Profil Dinas Kesehatan Kabupaten TTU Tahun

2006, Kefamenanu Dinkes Kab. TTU (2007): Profil Dinas Kesehatan Kabupaten TTU Tahun

2007, Kefamenanu Dinkes Kab. TTU (2008): Profil Dinas Kesehatan Kabupaten TTU Tahun

2008, Kefamenanu Elfiatri V (2008): Analisis Spasial Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Sebagai faktor Risiko Diare di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan Tahun 2007. Tesis, UGM Yogyakarta

Gurning P D (2008): Perilaku dan Inspeksi Sanitasi Dengan kejadian Diare

di Desa Tablolong Kecamatan Kupang Barat. Tesis, UGM Yogyakarta

Gyimah S O (2003) : Interaction Effects of Maternal Education and

Household Facilities on Childhood Diarrhea in sub-Saharan Africa: The Case of Ghana. Available from : <http://www.jhpdc.unc.edu> [Accessed 12 Februari 2010]

Page 82: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  67

Hutton G & Bartram J (2008): Global Costs of Attaining the Millennium Development Goal for Water Supply and Sanitation. Bulletin of the World Health Organization, vol. 86,13-19.

Kristina N N (2008): Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Pemodelan

Spasial Kejadian Tuberkulosis (TB) di Kota Denpasar tahun 2007. Tesis, UGM Yogyakarta.

Lai P C., So FM., Chan K W (2009): Spatial Epidemiological Approaches

in Disease Mapping and Analysis.. CRC Press, New York Maheswaran R & Craglia M (2004): GIS in Public Health Practice. CRC

Press, New York Njemanze P C., Anozie J., Ihenacho J O., Russell M J., & Uwaeziozi A B

(1999): Application of Risk Analysis and Geographic Information System Technologies to the Prevention of Diarrheal Diseases in Nigeria. The American Society of Tropical Medicine and Hygiene, vol. 61(3),356-360.

Nuckols J R., Ward M H., Jarup L (2004): Using Geographic Information

Systems for Exposure Assessment in Environmental Epidemiology Studies. Environmental Health Perspectives, vol. 112,1007-1015.

 

Molina D, Patricia, James, Sherman A., Strogatz, David S., Savitz, David A. (1994). Association between maternal education and infant diarrhea in different household and community environments of Cebu, Philippines. Available from :<http://hdl.handle.net/ 2027.42/31922> [Accessed 12 Februari 2010]  

Prahasta (2005): Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.

Informatika, Bandung Slamet J S (2004): Kesehatan Lingkungan. GMU Press , Yogyakarta Ulugtekin N., Alkoy S., Seker D Z., Goksel C (2006): Use of GIS in

Epidemiology : A Case Study in Istanbul. Journal of Environmental Science and Health vol. 41,2013 - 2026.

WHO (2005): The Treatment of Diarrhoea. Department of Child and

Adolescent Health and Development, Geneva WHO (2009): Data and Statistics. Available from : <http://www.who.int/

WHO_Data and Statistics> [Accessed 20 April 2009 ] .

Page 83: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  68

Lampiran 1

HASIL ANALISIS SPATIALLY WEIGHTED REGRESSION (SPATIAL ERROR MODEL)

A. Akses air bersih X kasus diare     

Page 84: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  69

B. Akses jamban keluarga X kasus diare                                          

Page 85: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  70

C. Ketinggian desa X kasus diare                                          

Page 86: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  71

D. Pendidikan ibu rumah tangga X kasus diare                                          

Page 87: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  72

E. Kepadatan penduduk X kasus diare                                          

Page 88: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  73 

Lampiran : 2                     

INCIDANCE RATE DIARE PER DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA 

TAHUN 2006‐2008   

                       Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

No Desa / Kelurahan Kecamatan Jumlah Jiwa

Jml kasus Diare

IR (0/00) Jumlah

Jiwa Jml kasus

Diare IR (0/00)

Jumlah Jiwa

Jml kasus Diare

IR (0/00)

1 Noepesu Miomafo Barat 1,498 22 15 1,531 21 14 1,538 20 13

2 Fatuneno 1,553 24 15 1,913 19 10 1,933 25 13

3 Eban 3,730 43 12 2,411 39 16 2,423 27 11

4 Sallu 2,130 41 19 2,142 29 14 2,154 22 10

5 Suanae 863 26 30 872 19 22 880 21 24

6 Lemun 406 23 57 402 21 52 406 25 62

7 Fatunisuan 1,109 28 25 1,702 22 13 1,709 24 14

8 Haulasi 878 44 50 881 23 26 889 15 17

9 Noetoko 565 26 46 576 19 33 583 24 41

10 Fatutasu 946 44 47 946 38 40 954 27 28

11 Manusasi 1,039 46 44 1,030 39 38 1,038 24 23

12 Saenam 565 27 48 604 39 65 608 22 36

13 Tuabatan 1,302 27 21 1,315 19 14 1,335 24 18

14 Akomi 801 22 27 809 22 27 819 18 22

Page 89: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  74 

15 Bijaepasu 1,165 2 2 1,215 5 4 1,235 10 8

16 Noenasi 517 4 8 531 6 11 541 7 13

17 Nian 1,673 6 4 1,682 5 3 1,688 8 5

18 Oelneke 697 4 6 705 6 9 718 13 18

19 Oetulu 1,168 6 5 1,076 4 4 1,091 7 6

20 Ainan 356 4 11 361 3 8 374 8 21

21 Oeolo 1,074 14 13 1,084 19 18 1,102 15 14

22 Bisafe 289 4 14 290 9 31 304 8 26

23 Batnes 764 4 5 766 15 20 782 10 13

24 Tasinifu 3,619 132 36 3,653 108 30 3,667 83 23

25 Naekake A 1,470 60 41 1,513 53 35 1,528 65 43

26 Naekake B 789 45 57 709 58 82 718 65 91

27 Noelelo 770 33 43 699 49 70 713 83 116

28 Banfanu Noemuti 1,213 79 65 1,212 70 58 1,226 56 46

29 Kiuola 1,026 10 10 1,026 20 19 1,041 44 42

30 Seo 493 19 39 502 22 44 513 16 31

31 Noebaun 1,487 29 20 1,505 26 17 1,521 47 31

32 Popnam 1,205 55 46 1,212 47 39 1,814 28 15

33 Nibaaf 901 64 71 921 60 65 939 43 46

34 Nifuboke 1,044 14 13 1,046 15 14 1,061 35 33

Page 90: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  75 

35 Bijeli 692 11 16 662 18 27 675 37 55

36 Oenak 976 20 20 978 30 31 990 35 35

37 Noemuti 1,213 19 16 1,237 21 17 1,248 39 31

38 Fatumuti 762 17 22 776 16 21 790 39 49

39 Naob 1,270 15 12 1,272 15 12 1,287 13 10

40 Haekto 945 28 30 966 28 29 975 45 46

41 Manikin 860 17 20 860 20 23 864 15 17

42 Kuaken 679 14 21 684 19 28 697 35 50

43 Maurisu Miomafo Timur 1,524 7 5 1,885 23 12 1,910 25 13

44 Naiola 1,499 24 16 1,559 23 15 1,567 22 14

45 Oetalus 529 34 64 462 45 97 469 35 75

46 Oelami 1,839 13 7 1,803 27 15 1,811 27 15

47 Kiusili 881 9 10 912 29 32 919 207 225

48 Nimasi 1,531 125 82 1,835 182 99 1,854 145 78

49 Kuanek 602 49 81 606 60 99 613 48 78

50 Oenenu 2,513 30 12 2,537 39 15 2,563 35 14

51 Nuk 1,516 16 11 1,538 21 14 1,543 22 14

52 Oelbonak 623 30 48 620 50 81 627 34 54

53 Nilulat 829 90 109 843 105 125 849 55 65

54 Tubu 726 30 41 731 58 79 739 28 38

Page 91: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  76 

55 Haumeniana 1,153 15 13 1,114 26 23 1,124 25 22

56 Sunkaen 477 15 31 482 24 50 490 25 51

57 Nainaban 784 53 68 736 58 79 742 39 53

58 Inbate 1,107 36 33 1,083 52 48 1,094 25 23

59 Oesena 2,855 32 11 2,860 36 13 2,874 26 9

60 Taekas 1,253 48 38 1,262 62 49 1,273 38 30

61 Femnasi 686 30 44 698 58 83 708 23 32

62 Jak 719 36 50 720 62 86 731 21 29

63 Tunnoe 827 50 60 850 59 69 861 55 64

64 Tuntun 847 28 33 833 57 68 844 27 32

65 Bokon 457 16 35 464 19 41 477 15 31

66 Kaenbaun 534 18 34 542 19 35 551 21 38

67 Fatusene 533 47 88 530 54 102 540 45 83

68 Amol 1,022 75 73 1,033 54 52 1,042 42 40

69 Bitefa 1,297 10 8 1,327 25 19 1,338 20 15

70 Faenake 895 10 11 911 17 19 920 29 32

71 Baas 367 13 35 371 2 5 380 24 63

72 Haumeni 842 82 97 837 108 129 845 66 78

73 Napan 643 18 28 662 27 41 670 22 33

74 Tes 647 41 63 623 71 114 632 86 136

Page 92: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  77 

75 Sainoni 699 11 16 688 22 32 698 28 40

76 Banain A 632 15 24 646 22 34 657 24 37

77 Banain B 556 2 4 486 5 10 492 15 30

78 Banain C 531 3 6 550 4 7 559 10 18

79 Sunsea 1,357 5 4 1,418 6 4 1,429 11 8

80 Bakitolas 1,440 6 4 1,482 7 5 1,486 8 5

81 Benus 998 4 4 1,005 4 4 1,010 6 6

82 Manamas 1,518 4 3 1,477 11 7 1,485 8 5

83 Tublopo Kota kefamenanu 1,451 14 10 1,179 18 15 1,187 23 19

84 Maubeli 3,596 12 3 3,526 26 7 3,559 33 9

85 Sasi 2,871 39 14 3,444 33 10 3,481 36 10

86 Tubuhue 3,380 12 4 3,433 26 8 3,453 27 8

87 Kefa Selatan 6,931 30 4 7,391 28 4 7,442 35 5

88 Benpasi 4,501 27 6 4,384 25 6 4,424 28 6

89 Bansone 3,025 23 8 3,038 21 7 3,067 30 10

90 Kefa Tengah 5,575 27 5 5,535 35 6 5,580 22 4

91 Aplasi 2,563 16 6 2,575 20 8 2,591 27 10

92 Kefamenanu Utara 2,298 28 12 2,401 30 12 2,431 27 11

93 Subun Insana 1,414 10 7 1,455 15 10 1,472 18 12

94 Lapeom 1,175 10 9 1,190 14 12 1,201 19 16

Page 93: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  78 

95 Usapinonot 908 14 15 919 16 17 934 15 16

96 Atmen 2,219 21 9 2,272 34 15 2,306 30 13

97 Letneo 1,538 12 8 1,574 12 8 1,589 14 9

98 Bannae 1,330 11 8 1,362 14 10 1,382 17 12

99 Nansean 1,271 83 65 1,295 90 69 1,312 89 68

100 Susulaku 1,600 63 39 1,634 58 35 1,663 91 55

101 Ainiut 3,973 113 28 4,218 111 26 4,248 138 32

102 Loeram 2,206 61 28 2,248 50 22 2,266 97 43

103 Oinbit 1,856 29 16 1,883 34 18 1,894 56 30

104 Nunmafo 1,973 44 22 2,024 32 16 2,036 55 27

105 Manunain A 1,527 39 26 1,560 38 24 1,578 57 36

106 Manunain B 2,101 50 24 2,174 76 35 2,188 52 24

107 Tapenpah 897 35 39 941 30 32 952 56 59

108 Sekon 888 31 35 920 28 30 929 44 47

109 Lanaus 1,587 35 22 1,621 58 36 1,638 37 23

110 Letmafo 2,328 18 8 2,446 29 12 2,454 15 6

111 Maubesi 2,754 18 7 2,796 33 12 2,801 26 9

112 Tainsala 1,587 22 14 1,513 41 27 1,520 32 21

113 Humusu A Insana Utara 1,087 12 11 1,065 24 23 1,073 18 17

114 Fatumtasa 795 11 14 876 23 26 889 25 28

Page 94: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  79 

115 Humusu B 1,579 28 18 1,668 36 22 1,673 37 22

116 Oesoko 1,057 29 27 1,068 42 39 1,074 31 29

117 Humusu C 3,333 44 13 3,438 40 12 3,457 40 12

118 Fafinesu A 1,451 22 15 1,861 32 17 1,890 42 22

119 Oenaim 468 15 32 466 22 47 477 18 38

120 Fafinesu B 1,074 14 13 1,081 17 16 1,097 24 22

121 Fafinesu C 1,300 16 12 1,022 20 20 1,032 26 25

122 Banuan 551 10 18 559 24 43 571 35 61

123 Pantae Biboki Selatan 866 16 18 850 17 20 859 30 35

124 Oenaem 516 12 23 530 18 34 544 18 33

125 Upfaon 2,454 21 9 2,494 28 11 2,505 20 8

126 Tautpah 1,083 17 16 1,093 21 19 1,109 19 17

127 Tokbesi 884 22 25 881 17 19 889 25 28

128 Supun 1,336 20 15 1,439 31 22 1,450 45 31

129 Sainiup 792 22 28 799 18 23 819 20 24

130 Tunbaen 982 32 33 990 22 22 1,001 22 22

131 Teba 2,388 33 14 2,370 42 18 2,376 38 16

132 Oerinbesi 921 16 17 941 22 23 959 20 21

133 Oekopa 1,384 17 12 1,399 20 14 1,419 26 18

134 Tunbes 492 18 37 494 40 81 504 16 32

Page 95: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  80 

135 Luniup 940 19 20 1,009 44 44 1,029 42 41

136 Matabesi 389 23 59 402 32 80 410 12 29

137 Kaubele 920 23 25 927 37 40 946 27 29

138 Oepuah 4,064 105 26 4,119 164 40 3,716 92 25

139 Manumean Biboki Utara 489 19 39 486 21 43 491 29 59

140 Kuluan 844 29 34 830 91 110 834 31 37

141 Naku 1,016 28 28 1,008 28 28 1,017 39 38

142 Makun 897 35 39 912 81 89 916 27 29

143 Birunatun 720 29 40 722 71 98 726 33 45

144 Sapaen 681 17 25 661 30 45 665 51 77

145 Taunbaen 1,412 17 12 1,458 42 29 1,478 37 25

146 Tualene 1,559 15 10 1,618 35 22 1,634 30 18

147 Biloe 1,260 19 15 1,248 31 25 1,265 33 26

148 Hauteas 1,703 19 11 1,716 85 50 1,734 60 35

149 Boronubaen 2,290 19 8 2,397 43 18 2,416 52 22

150 Lokomea 818 18 22 840 48 57 860 34 40

151 Nifutasi Biboki Anleu 1,173 13 11 1,323 5 4 1,333 16 12

152 Ponu 5,257 14 3 5,295 12 2 5,302 36 7

153 Oemanu 661 8 12 781 4 5 786 16 20

154 Tuamese 951 7 7 1,057 4 4 1,069 10 9

Page 96: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  81 

155 Maukabatan 1,018 14 14 1,408 4 3 1,416 16 11

156 Kotafoun 1,465 11 8 1,485 6 4 1,494 15 10

157 Sifaniha 784 6 8 896 4 4 904 12 13

158 Nonotbatan 1,186 5 4 1,400 5 4 1,414 12 8

159 Motadik 1,174 8 7 1,194 5 4 1,207 13 11

218,577 4,266 20 222,825 5,352 24 225,094 5,310 24

Sumber : Data Sekunder yang diolah

Peneliti,               

Page 97: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  82 

Lampiran : 3                                 

DATA SARANA SANITASI ( AKSES RUMAH TANGGA TERHADAP AIR BERSIH DAN JAMBAN KELUARGA 

DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA TAHUN 2006 S/D S008 

                                   

Jumlah Rumah Tangga  Akses Rumah Tangga terhadap Air bersih  Akses Rumah tangga terhadap jamban keluarga 

Tahun 2006  Tahun 2007  Tahun 2008  Tahun 2006  Tahun 2007  Tahun 2008 No  Desa/Kelurahan  Kecamatan Tahun 2006 

Tahun 2007 

Tahun 2008  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 

1  Noepesu  Miomafo Barat  421  441  455  320  76.01  341  77.32  355  78.02  135  32.07  145  32.88  201  44.18 

2  Fatuneno     480  486  491  310  64.58  320  65.84  330  67.21  178  37.08  151  31.07  189  38.49 

3  Eban     603  605  608  348  57.71  368  60.83  371  61.02  153  25.37  191  31.57  223  36.68 

4  Sallu     515  523  529  312  60.58  348  66.54  351  66.35  154  29.90  182  34.80  192  36.29 

5  Suanae     220  225  227  155  70.45  156  69.33  159  70.04  85  38.64  95  42.22  100  44.05 

6  Lemun     103  102  103  79  76.70  80  78.43  80  77.67  53  51.46  63  61.76  63  61.17 

7  Fatunisuan     419  433  458  326  77.80  330  76.21  356  77.73  146  34.84  149  34.41  186  40.61 

8  Haulasi     209  216  218  164  78.47  180  83.33  185  84.86  93  44.50  106  49.07  106  48.62 

9  Noetoko     165  166  168  109  66.06  110  66.27  115  68.45  91  55.15  99  59.64  99  58.93 

10  Fatutasu     241  248  250  142  58.92  147  59.27  150  60.00  86  35.68  97  39.11  105  42.00 

11  Manusasi     238  246  248  149  62.61  150  60.98  155  62.50  100  42.02  101  41.06  101  40.73 

12  Saenam     143  148  149  111  77.62  126  85.14  130  87.25  75  52.45  79  53.38  79  53.02 

13  Tuabatan     299  307  307  219  73.24  220  71.66  220  71.66  117  39.13  127  41.37  127  41.37 

Page 98: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  83 

14  Akomi     195  208  215  129  66.15  130  62.50  137  63.72  88  45.13  89  42.79  89  41.40 

15  Bijaepasu     307  317  321  219  71.34  220  69.40  225  70.09  120  39.09  130  41.01  130  40.50 

16  Noenasi     127  131  134  99  77.95  100  76.34  108  80.60  68  53.54  66  50.38  66  49.25 

17  Nian     417  427  429  245  58.75  249  58.31  249  58.04  138  33.09  151  35.36  172  40.09 

18  Oelneke     194  199  217  141  72.68  150  75.38  164  75.58  90  46.39  91  45.73  91  41.94 

19  Oetulu     285  308  343  167  58.60  174  56.49  199  58.02  116  40.70  126  40.91  136  39.65 

20  Ainan     97  101  106  80  82.47  83  82.18  90  84.91  46  47.42  46  45.54  46  43.40 

21  Oeolo     319  336  373  183  57.37  191  56.85  219  58.71  107  33.54  117  34.82  139  37.27 

22  Bisafe     117  128  136  87  74.36  96  75.00  105  77.21  53  45.30  65  50.78  65  47.79 

23  Batnes     198  210  235  137  69.19  142  67.62  163  69.36  87  43.94  88  41.90  93  39.57 

24  Tasinifu     881  901  939  529  60.05  545  60.49  573  61.02  208  23.61  274  30.41  349  37.17 

25  Naekake A     335  351  366  209  62.39  210  59.83  221  60.38  107  31.94  117  33.33  136  37.16 

26  Naekake B     199  206  214  132  66.33  136  66.02  146  68.22  93  46.73  97  47.09  97  45.33 

27  Noelelo     146  152  158  102  69.86  106  69.74  111  70.25  68  46.58  81  53.29  81  51.27 

28  Banfanu  Noemuti  305  307  310  183  60.00  192  62.54  199  64.19  132  43.28  139  45.28  149  48.06 

29  Kiuola     245  258  263  150  61.22  157  60.85  164  62.36  150  61.22  153  59.30  160  60.84 

30  Seo     137  139  141  99  72.26  100  71.94  108  76.60  77  56.20  88  63.31  88  62.41 

31  Noebaun     354  359  362  208  58.76  197  54.87  197  54.42  148  41.81  155  43.18  165  45.58 

32  Popnam     326  367  426  203  62.27  225  61.31  307  72.07  173  53.07  162  44.14  248  58.22 

33  Nibaaf     201  204  207  140  69.65  141  69.12  147  71.01  114  56.72  118  57.84  118  57.00 

Page 99: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  84 

34  Nifuboke     288  295  301  198  68.75  199  67.46  199  66.11  138  47.92  141  47.80  145  48.17 

35  Bijeli     156  157  160  122  78.21  123  78.34  129  80.63  88  56.41  92  58.60  92  57.50 

36  Oenak     226  227  228  154  68.14  155  68.28  157  68.86  124  54.87  127  55.95  127  55.70 

37  Noemuti     175  229  272  122  69.71  190  82.97  226  83.09  106  60.57  115  50.22  140  51.47 

38  Fatumuti     289  306  312  226  78.20  247  80.72  251  80.45  142  49.13  145  47.39  145  46.47 

39  Naob     298  312  301  182  61.07  195  62.50  195  64.78  151  50.67  164  52.56  164  54.49 

40  Haekto     228  248  248  139  60.96  140  56.45  140  56.45  133  58.33  136  54.84  136  54.84 

41  Manikin     207  220  216  131  63.29  147  66.82  147  68.06  122  58.94  128  58.18  128  59.26 

42  Kuaken     155  154  148  111  71.61  122  79.22  122  82.43  77  49.68  78  50.65  78  52.70 

43  Maurisu  Miomafo Timur  425  492  508  290  68.24  308  62.60  328  64.57  121  28.47  181  36.79  177  34.84 

44  Naiola     587  605  615  378  64.40  389  64.30  394  64.07  189  32.20  200  33.06  225  36.59 

45  Oetalus     112  118  128  75  66.96  77  65.25  85  66.41  51  45.54  53  44.92  53  41.41 

46  Oelami     501  506  509  287  57.29  288  56.92  293  57.56  189  37.72  190  37.55  190  37.33 

47  Kiusili     221  253  257  144  65.16  165  65.22  169  65.76  76  34.39  91  35.97  93  36.19 

48  Nimasi     406  486  502  296  72.91  347  71.40  363  72.31  83  20.44  198  40.74  194  38.65 

49  Kuanek     163  166  169  113  69.33  113  68.07  119  70.41  68  41.72  70  42.17  69  40.83 

50  Oenenu     586  643  685  389  66.38  436  67.81  485  70.80  230  39.25  253  39.35  261  38.10 

51  Nuk     354  360  367  187  52.82  188  52.22  196  53.41  123  34.75  124  34.44  133  36.24 

52  Oelbonak     175  179  185  103  58.86  114  63.69  121  65.41  69  39.43  70  39.11  70  37.84 

53  Nilulat     150  159  165  119  79.33  119  74.84  128  77.58  64  42.67  77  48.43  77  46.67 

Page 100: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  85 

54  Tubu     188  190  192  123  65.43  123  64.74  129  67.19  66  35.11  78  41.05  78  40.63 

55  Haumeniana     294  307  319  181  61.56  187  60.91  199  62.38  87  29.59  123  40.07  132  41.38 

56  Sunkaen     114  118  123  79  69.30  90  76.27  97  78.86  43  37.72  49  41.53  51  41.46 

57  Nainaban     181  188  197  111  61.33  116  61.70  116  58.88  81  44.75  82  43.62  82  41.62 

58  Inbate     279  287  295  161  57.71  163  56.79  163  55.25  88  31.54  110  38.33  109  36.95 

59  Oesena     773  797  817  498  64.42  488  61.23  495  60.59  359  46.44  304  38.14  308  37.76 

60  Taekas     306  313  315  190  62.09  190  60.70  190  60.32  105  34.31  107  34.19  115  36.51 

61  Femnasi     184  189  196  116  63.04  116  61.38  126  64.29  71  38.59  72  38.10  72  36.73 

62  Jak     162  173  182  101  62.35  106  61.27  116  63.74  49  30.25  65  37.57  69  37.91 

63  Tunnoe     245  253  262  133  54.29  138  54.55  141  53.82  89  36.33  94  37.15  94  35.88 

64  Tuntun     202  255  265  111  54.95  151  59.22  159  60.00  88  43.56  87  34.12  99  37.36 

65  Bokon     123  125  129  67  54.47  108  86.40  113  87.60  48  39.02  49  39.20  49  37.98 

66  Kaenbaun     141  145  149  102  72.34  111  76.55  117  78.52  50  35.46  56  38.62  59  39.60 

67  Fatusene     121  131  139  96  79.34  104  79.39  114  82.01  43  35.54  48  36.64  57  41.01 

68  Amol     278  288  298  172  61.87  178  61.81  188  63.09  76  27.34  99  34.38  108  36.24 

69  Bitefa     304  314  323  182  59.87  188  59.87  194  60.06  105  34.54  109  34.71  119  36.84 

70  Faenake     224  231  239  129  57.59  159  68.83  165  69.04  79  35.27  80  34.63  92  38.49 

71  Baas     93  107  119  70  75.27  81  75.70  90  75.63  34  36.56  39  36.45  49  41.18 

72  Haumeni     213  223  235  144  67.61  151  67.71  159  67.66  69  32.39  83  37.22  92  39.15 

73  Napan     227  235  243  149  65.64  149  63.40  159  65.43  70  30.84  81  34.47  99  40.74 

Page 101: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  86 

74  Tes     142  149  155  94  66.20  110  73.83  117  75.48  38  26.76  54  36.24  65  41.94 

75  Sainoni     174  184  193  120  68.97  126  68.48  133  68.91  63  36.21  67  36.41  73  37.82 

76  Banain A     194  198  202  123  63.40  125  63.13  131  64.85  65  33.51  66  33.33  81  40.10 

77  Banain B     124  134  146  98  79.03  106  79.10  116  79.45  39  31.45  52  38.81  59  40.41 

78  Banain C     147  149  151  106  72.11  107  71.81  112  74.17  41  27.89  62  41.61  61  40.40 

79  Sunsea     285  289  293  179  62.81  179  61.94  179  61.09  90  31.58  99  34.26  118  40.27 

80  Bakitolas     347  361  371  199  57.35  199  55.12  209  56.33  118  34.01  118  32.69  143  38.54 

81  Benus     289  299  298  148  51.21  153  51.17  153  51.34  77  26.64  122  40.80  130  43.62 

82  Manamas     298  312  312  186  62.42  186  59.62  197  63.14  95  31.88  105  33.65  109  34.94 

83  Tublopo  Kota KefA  358  364  367  213  59.50  220  60.44  229  62.40  152  42.46  233  64.01  233  63.49 

84  Maubeli     784  804  814  619  78.95  679  84.45  685  84.15  639  81.51  701  87.19  712  87.47 

85  Sasi     529  578  639  417  78.83  487  84.26  553  86.54  407  76.94  467  80.80  515  80.59 

86  Tubuhue     804  856  908  611  76.00  681  79.56  727  80.07  637  79.23  741  86.57  797  87.78 

87  Kefa  Selatan     1,372  1,482  1,565  1,054  76.82  1,239  83.60  1,307  83.51  1,079  78.64  1,173  79.15  1,251  79.94 

88  Benpasi     879  961  1,008  735  83.62  810  84.29  862  85.52  708  80.55  837  87.10  862  85.52 

89  Bansone     602  619  651  496  82.39  540  87.24  580  89.09  498  82.72  519  83.84  553  84.95 

90  Kefa Tengah     1,196  1,348  1,575  969  81.02  1,139  84.50  1,369  86.92  484  40.47  1,031  76.48  1,224  77.71 

91  Aplasi     506  526  549  399  78.85  455  86.50  485  88.34  409  80.83  426  80.99  453  82.51 

92  Kefa Utara     505  532  565  402  79.60  447  84.02  467  82.65  411  81.39  432  81.20  474  83.89 

93  Subun  Insana  299  339  395  177  59.20  199  58.70  235  59.49  122  40.80  122  35.99  152  38.48 

Page 102: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  87 

94  Lapeom     233  260  295  122  52.36  142  54.62  192  65.08  82  35.19  92  35.38  114  38.64 

95  Usapinonot     237  258  293  125  52.74  152  58.91  182  62.12  86  36.29  92  35.66  113  38.57 

96  Atmen     543  608  693  303  55.80  365  60.03  465  67.10  276  50.83  229  37.66  273  39.39 

97  Letneo     325  388  476  185  56.92  219  56.44  295  61.97  122  37.54  142  36.60  192  40.34 

98  Bannae     311  323  368  187  60.13  197  60.99  227  61.68  131  42.12  131  40.56  153  41.58 

99  Nansean     302  309  316  169  55.96  169  54.69  174  55.06  121  40.07  121  39.16  133  42.09 

100  Susulaku     370  375  386  242  65.41  237  63.20  240  62.18  128  34.59  132  35.20  161  41.71 

101  Ainiut     877  893  905  582  66.36  714  79.96  711  78.56  234  26.68  452  50.62  445  49.17 

102  Loeram     489  493  491  306  62.58  299  60.65  301  61.30  110  22.49  218  44.22  222  45.21 

103  Oinbit     485  502  512  273  56.29  300  59.76  308  60.16  272  56.08  244  48.61  244  47.66 

104  Nunmafo     431  447  449  261  60.56  291  65.10  299  66.59  222  51.51  222  49.66  222  49.44 

105  Manunain A     358  371  361  233  65.08  241  64.96  241  66.76  248  69.27  192  51.75  192  53.19 

106  Manunain B     491  508  538  343  69.86  378  74.41  399  74.16  173  35.23  191  47.60  209  38.85 

107  Tapenpah     189  209  211  112  59.26  142  67.94  142  67.30  100  52.91  100  47.85  100  47.39 

108  Sekon     191  223  227  125  65.45  145  65.02  151  66.52  103  53.93  103  46.19  103  45.37 

109  Lanaus     452  468  478  299  66.15  310  66.24  325  67.99  180  39.82  181  38.68  212  44.35 

110  Letmafo     531  554  564  353  66.48  340  61.37  349  61.88  302  56.87  258  46.57  258  45.74 

111  Maubesi     725  737  747  469  64.69  466  63.23  474  63.45  376  51.86  321  43.55  321  42.97 

112  Tainsala     351  355  360  197  56.13  198  55.77  199  55.28  121  34.47  121  34.08  133  36.94 

113  Humusu A  Insana Utara  305  316  326  233  76.39  241  76.27  257  78.83  109  35.74  123  38.92  124  38.04 

Page 103: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  88 

114  Fatumtasa     212  243  247  152  71.70  173  71.19  179  72.47  92  43.40  92  37.86  93  37.65 

115  Humusu B     414  434  437  244  58.94  255  58.76  255  58.35  188  45.41  188  43.32  189  43.25 

116  Oesoko     258  269  278  134  51.94  156  57.99  162  58.27  82  31.78  101  37.55  108  38.85 

117  Humusu C     707  717  724  497  70.30  511  71.27  557  76.93  353  49.93  325  45.33  356  49.17 

118  Fafinesu A     464  476  479  289  62.28  271  56.93  290  60.54  263  56.68  189  39.71  202  42.17 

119  Oenaim     181  187  191  99  54.70  107  57.22  113  59.16  104  57.46  68  36.36  72  37.70 

120  Fafinesu B     252  258  261  137  54.37  137  53.10  137  52.49  91  36.11  101  39.15  102  39.08 

121  Fafinesu C     295  297  299  167  56.61  167  56.23  197  65.89  112  37.97  112  37.71  113  37.79 

122  Banuan     132  136  141  91  68.94  93  68.38  98  69.50  40  30.30  61  44.85  62  43.97 

123  Pantae  Biboki Selatan  239  245  252  150  62.76  153  62.45  165  65.48  141  59.00  153  62.45  151  59.92 

124  Oenaem     109  115  121  79  72.48  90  78.26  98  80.99  64  58.72  67  58.26  67  55.37 

125  Upfaon     498  523  546  341  68.47  361  69.02  380  69.60  289  58.03  321  61.38  305  55.86 

126  Tautpah     224  232  244  140  62.50  141  60.78  153  62.70  123  54.91  143  61.64  143  58.61 

127  Tokbesi     218  225  232  140  64.22  145  64.44  163  70.26  121  55.50  142  63.11  140  60.34 

128  Supun     265  284  298  151  56.98  159  55.99  159  53.36  140  52.83  141  49.65  141  47.32 

129  Sainiup     210  220  231  131  62.38  138  62.73  147  63.64  117  55.71  131  59.55  131  56.71 

130  Tunbaen     241  251  264  149  61.83  160  63.75  169  64.02  131  54.36  137  54.58  137  51.89 

131  Teba     588  601  611  381  64.80  389  64.73  398  65.14  323  54.93  317  52.75  323  52.86 

132  Oerinbesi     221  229  235  136  61.54  140  61.14  149  63.40  113  51.13  131  57.21  131  55.74 

133  Oekopa     359  376  397  224  62.40  235  62.50  251  63.22  194  54.04  208  55.32  208  52.39 

Page 104: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  89 

134  Tunbes     117  119  121  67  57.26  69  57.98  69  57.02  60  51.28  68  57.14  68  56.20 

135  Luniup     210  215  219  123  58.57  131  60.93  139  63.47  112  53.33  121  56.28  121  55.25 

136  Matabesi     110  111  113  77  70.00  77  69.37  77  68.14  56  50.91  56  50.45  56  49.56 

137  Kaubele     205  209  213  141  68.78  161  77.03  165  77.46  112  54.63  112  53.59  112  52.58 

138  Oepuah     937  973  1,013  678  72.36  689  70.81  721  71.17  522  55.71  532  54.68  549  54.20 

139  Manumean  Biboki Utara  99  101  102  63  63.64  67  66.34  69  67.65  48  48.48  58  57.43  59  57.84 

140  Kuluan     188  190  188  121  64.36  124  65.26  123  65.43  87  46.28  91  47.89  90  47.87 

141  Naku     226  227  229  137  60.62  137  60.35  139  60.70  85  37.61  86  37.89  87  37.99 

142  Makun     214  214  215  121  56.54  121  56.54  121  56.28  91  42.52  92  42.99  93  43.26 

143  Birunatun     165  165  166  119  72.12  119  72.12  121  72.89  73  44.24  74  44.85  75  45.18 

144  Sapaen     158  164  167  114  72.15  120  73.17  131  78.44  62  39.24  66  40.24  68  40.72 

145  Taunbaen     345  356  361  201  58.26  166  46.63  221  61.22  135  39.13  136  38.20  137  37.95 

146  Tualene     391  403  415  293  74.94  303  75.19  317  76.39  169  43.22  167  41.44  168  40.48 

147  Biloe     287  294  298  173  60.28  181  61.56  181  60.74  149  51.92  150  51.02  151  50.67 

148  Hauteas     391  396  402  289  73.91  289  72.98  289  71.89  143  36.57  144  36.36  145  36.07 

149  Boronubaen     542  548  557  373  68.82  373  68.07  380  68.22  195  35.98  191  34.85  192  34.47 

150  Lokomea     203  209  214  121  59.61  131  62.68  135  63.08  93  45.81  97  46.41  98  45.79 

151  Nifutasi  Biboki Anleu  321  330  334  177  55.14  185  56.06  197  58.98  107  33.33  121  36.67  122  36.53 

152  Ponu     1,174  1,216  1,250  701  59.71  761  62.58  823  65.84  333  28.36  395  32.48  459  36.72 

153  Oemanu     164  177  177  99  60.37  109  61.58  123  69.49  64  39.02  65  36.72  68  38.42 

Page 105: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  90 

154  Tuamese     218  249  261  102  46.79  142  57.03  155  59.39  81  37.16  89  35.74  97  37.16 

155  Maukabatan     256  273  285  137  53.52  149  54.58  161  56.49  89  34.77  99  36.26  106  37.19 

156  Kotafoun     329  344  354  157  47.72  178  51.74  203  57.34  101  30.70  132  38.37  136  38.42 

157  Sifaniha     169  193  199  112  66.27  129  66.84  132  66.33  71  42.01  83  43.01  85  42.71 

158  Nonotbatan     277  282  289  165  59.57  165  58.51  180  62.28  109  39.35  129  45.74  133  46.02 

159  Motadik     386  401  419  233  60.36  239  59.60  254  60.62  107  27.72  119  29.68  141  33.65 

         51,994  54,497  56,621  34,257  65.89  36,608  67.17  38,889  68.68  23,696  45.57  26,079  47.85  27,798  49.09 

Sumber : Data Sekunder yang diolah                               

              

Page 106: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  91 

Lampiran : 4                                 

DATA DEMOGRAFI ( JUMLAH BALITA, TINGKAT PENDIDIKAN IBU RUMAH TANGGA,  KEPADATAN PENDUDUK ) 

DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UATAR TAHUN 2006 S/D 2008 

                                   

Jumlah Balita  Tingkat pendidikan Ibu Rumah Tangga ( SLTP s/d PT)  Kepadatan Penduduk 

Tahun 2006  Tahun 2007  Tahun 2008  Tahun 2006  Tahun 2007  Tahun 2008 No  Desa/Kelurahan  Kecamatan 

Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 

Tahun 2006 

Tahun 2007 

Tahun 2008 

1  Noepesu  Miomafo Barat  147  9.81  148  9.67  157  10.21  164  34.17  190  39.09  198  40.33  81  83  83 

2  Fatuneno     165  10.62  170  8.89  180  9.31  183  30.35  186  30.74  191  31.41  62  77  77 

3  Eban     267  7.16  245  10.16  260  10.73  272  52.82  267  51.05  270  51.04  96  62  62 

4  Sallu     231  10.85  215  10.04  228  10.58  235  106.82  243  108.00  249  109.69  85  86  86 

5  Suanae     75  8.69  76  8.72  81  9.20  86  83.50  91  89.22  93  90.29  123  125  126 

6  Lemun     33  8.13  23  5.72  24  5.91  40  9.55  39  9.01  40  8.73  80  79  80 

7  Fatunisuan     114  10.28  117  6.87  124  7.26  174  83.25  185  85.65  204  93.58  37  57  57 

8  Haulasi     85  9.68  76  8.63  81  9.11  79  47.88  86  51.81  88  52.38  73  73  74 

9  Noetoko     51  9.03  42  7.29  45  7.72  64  26.56  65  26.21  67  26.80  63  64  65 

10  Fatutasu     89  9.41  83  8.77  88  9.22  85  35.71  86  34.96  88  35.48  95  95  95 

11  Manusasi     100  9.62  91  8.83  97  9.34  83  58.04  89  60.14  91  61.07  115  114  115 

12  Saenam     51  9.03  46  7.62  49  8.06  46  15.38  51  16.61  52  16.94  51  55  55 

13  Tuabatan     113  8.68  118  8.97  125  9.36  117  60.00  125  60.10  125  58.14  72  73  74 

Page 107: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  92 

14  Akomi     78  9.74  68  8.41  72  8.79  77  25.08  89  28.08  96  29.91  80  81  82 

15  Bijaepasu     118  10.13  113  9.30  120  9.72  120  94.49  125  95.42  129  96.27  53  55  56 

16  Noenasi     38  7.35  46  8.66  49  9.06  44  10.55  48  11.24  51  11.89  43  44  45 

17  Nian     149  8.91  154  9.16  163  9.66  167  86.08  167  83.92  169  77.88  73  73  73 

18  Oelneke     66  9.47  57  8.09  60  8.36  72  25.26  80  25.97  90  26.24  77  78  80 

19  Oetulu     88  7.53  98  9.11  104  9.53  112  115.46  122  120.79  141  133.02  69  63  64 

20  Ainan     29  8.15  39  10.80  41  10.96  37  11.60  41  12.20  43  11.53  30  30  31 

21  Oeolo     110  10.24  98  9.04  104  9.44  122  104.27  138  107.81  169  124.26  96  97  99 

22  Bisafe     37  12.80  42  14.48  45  14.80  44  22.22  52  24.76  57  24.26  26  26  28 

23  Batnes     74  9.69  79  10.31  84  10.74  59  6.70  71  7.88  92  9.80  76  77  78 

24  Tasinifu     383  10.58  382  10.46  405  11.04  339  101.19  355  101.14  382  104.37  72  73  73 

25  Naekake A     155  10.54  153  10.11  162  10.60  126  63.32  132  64.08  143  66.82  74  76  76 

26  Naekake B     77  9.76  87  12.27  92  12.81  77  52.74  81  53.29  86  54.43  72  64  65 

27  Noelelo     75  9.74  65  9.30  69  9.68  43  0.55  45  0.55  51  0.61  73  67  68 

28  Banfanu  Noemuti  120  9.89  113  9.32  120  9.79  98  40.00  99  38.37  102  38.78  37  37  37 

29  Kiuola     100  9.75  92  8.97  98  9.41  86  62.77  93  66.91  97  68.79  86  86  87 

30  Seo     41  8.32  44  8.76  47  9.16  47  13.28  49  13.65  51  14.09  47  48  49 

31  Noebaun     151  10.15  145  9.63  154  10.12  134  41.10  139  37.87  141  33.10  286  289  293 

32  Popnam     119  9.88  113  9.32  179  9.87  97  48.26  112  54.90  131  63.29  60  60  61 

33  Nibaaf     81  8.99  80  8.69  85  9.05  68  23.61  71  24.07  74  24.58  56  58  59 

Page 108: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  93 

34  Nifuboke     102  9.77  94  8.99  100  9.43  106  67.95  109  69.43  115  71.88  63  63  64 

35  Bijeli     63  9.10  52  7.85  55  8.15  60  26.55  61  26.87  64  28.07  68  65  67 

36  Oenak     94  9.63  87  8.90  92  9.29  99  56.57  100  43.67  101  37.13  89  90  91 

37  Noemuti     120  9.89  115  9.30  122  9.78  79  27.34  121  39.54  124  39.74  110  112  113 

38  Fatumuti     70  9.19  65  8.38  69  8.73  131  43.96  140  44.87  146  48.50  76  78  79 

39  Naob     127  10.00  119  9.36  125  9.71  105  46.05  111  44.76  111  44.76  113  113  114 

40  Haekto     91  9.63  85  8.80  90  9.23  89  43.00  103  46.82  103  47.69  30  31  31 

41  Manikin     81  9.42  74  8.60  79  9.14  78  50.32  81  52.60  81  54.73  156  156  157 

42  Kuaken     61  8.98  54  7.89  57  8.18  54  1.50  53  1.40  51  1.31  159  160  163 

43  Maurisu  Miomafo Timur  168  11.02  160  8.49  169  8.85  117  19.93  134  22.15  150  24.39  158  79  80 

44  Naiola     165  11.01  163  10.46  172  10.98  221  197.32  235  199.15  245  191.41  201  210  211 

45  Oetalus     49  9.26  44  9.52  47  10.02  32  6.39  38  7.51  48  9.43  112  98  99 

46  Oelami     206  11.20  192  10.65  203  11.21  195  88.24  200  79.05  203  78.99  546  535  537 

47  Kiusili     91  10.33  87  9.54  92  10.01  76  18.72  101  20.78  105  20.92  410  424  427 

48  Nimasi     169  11.04  175  9.54  185  9.98  159  97.55  154  92.77  170  100.59  461  241  244 

49  Kuanek     58  9.63  51  8.42  54  8.81  54  9.22  57  8.86  60  8.76  139  140  142 

50  Oenenu     287  11.42  237  9.34  250  9.75  206  58.19  228  63.33  250  68.12  489  491  497 

51  Nuk     167  11.02  161  10.47  170  11.02  127  72.57  133  74.30  140  75.68  52  53  53 

52  Oelbonak     61  9.79  52  8.39  55  8.77  40  26.67  44  27.67  50  30.30  57  56  57 

53  Nilulat     85  10.25  79  9.37  84  9.89  52  27.66  55  28.95  61  31.77  75  77  77 

Page 109: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  94 

54  Tubu     73  10.06  65  8.89  69  9.34  68  23.13  70  22.80  72  22.57  73  73  74 

55  Haumeniana     111  9.63  121  10.86  127  11.30  112  98.25  125  105.93  134  108.94  96  93  94 

56  Sunkaen     43  9.01  36  7.47  38  7.76  38  20.99  41  21.81  46  23.35  53  54  54 

57  Nainaban     80  10.20  66  8.97  70  9.43  63  22.58  68  23.69  74  25.08  31  29  30 

58  Inbate     119  10.75  107  9.88  113  10.33  99  12.81  105  13.17  112  13.71  69  68  68 

59  Oesena     328  11.49  317  11.08  335  11.66  310  101.31  329  105.11  341  108.25  583  584  587 

60  Taekas     136  10.85  128  10.14  125  9.82  116  63.04  123  65.08  125  63.78  70  70  71 

61  Femnasi     68  9.91  62  8.88  66  9.32  58  35.80  61  35.26  68  37.36  49  50  51 

62  Jak     72  10.01  64  8.89  68  9.30  66  26.94  70  27.67  77  29.39  134  135  137 

63  Tunnoe     85  10.28  80  9.41  85  9.87  96  47.52  102  40.00  107  40.38  145  149  151 

64  Tuntun     87  10.27  78  9.36  83  9.83  75  60.98  98  78.40  104  80.62  188  185  188 

65  Bokon     41  8.97  34  7.33  36  7.55  45  31.91  47  32.41  51  34.23  51  52  53 

66  Kaenbaun     50  9.36  43  7.93  46  8.35  51  42.15  55  41.98  59  42.45  53  54  55 

67  Fatusene     50  9.38  42  7.92  45  8.33  40  14.39  45  15.63  51  17.11  100  99  101 

68  Amol     108  10.57  101  9.78  106  10.17  101  33.22  111  35.35  119  36.84  96  97  98 

69  Bitefa     141  10.87  136  10.25  143  10.69  123  54.91  123  53.25  132  55.23  81  83  84 

70  Faenake     93  10.39  87  9.55  92  10.00  78  83.87  84  78.50  92  77.31  215  218  221 

71  Baas     30  8.17  23  6.20  24  6.32  35  16.43  40  17.94  50  21.28  39  39  40 

72  Haumeni     87  10.33  78  9.32  83  9.82  71  31.28  77  32.77  86  35.39  74  74  74 

73  Napan     63  9.80  57  8.61  60  8.96  79  55.63  85  57.05  92  59.35  113  117  118 

Page 110: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  95 

74  Tes     63  9.74  53  8.51  56  8.86  57  32.76  58  31.52  60  31.09  102  99  100 

75  Sainoni     70  10.01  60  8.72  64  9.17  58  29.90  63  31.82  69  34.16  123  121  122 

76  Banain A     62  9.81  55  8.51  58  8.83  74  59.68  78  58.21  82  56.16  57  59  60 

77  Banain B     53  9.53  36  7.41  38  7.72  48  32.65  52  34.90  59  39.07  70  61  62 

78  Banain C     50  9.42  44  8.00  47  8.41  58  20.35  60  20.76  62  21.16  59  61  62 

79  Sunsea     147  10.83  147  10.37  155  10.85  112  32.28  116  32.13  120  32.35  48  51  51 

80  Bakitolas     157  10.90  154  10.39  162  10.90  136  47.06  145  48.49  152  51.01  144  148  149 

81  Benus     104  10.42  98  9.75  103  10.20  99  33.22  106  33.97  106  33.97  40  40  40 

82  Manamas     168  11.07  154  10.43  162  10.91  117  1.13  131  1.20  131  1.16  61  59  59 

83  Tublopo  Kota Kefa  154  10.61  128  10.86  135  11.37  135  17.22  141  17.54  144  17.69  290  236  237 

84  Maubeli     403  11.21  426  12.08  441  12.39  580  109.64  600  103.81  606  94.84  899  882  890 

85  Sasi     319  11.11  359  10.42  370  10.63  393  48.88  431  50.35  471  51.87  479  574  580 

86  Tubuhue     378  11.18  404  11.77  429  12.42  550  40.09  597  40.28  630  40.26  282  286  288 

87  Kefa Selatan     789  11.38  801  10.84  839  11.27  980  111.49  1,084  112.80  1,164  115.48  990  1,056  1,063 

88  Benpasi     508  11.29  535  12.20  557  12.59  620  102.99  692  111.79  739  113.52  750  731  737 

89  Bansone     337  11.14  364  11.98  385  12.55  421  35.20  438  32.49  470  29.84  336  338  341 

90  Kefa Tengah     632  11.34  652  11.78  671  12.03  868  171.54  986  187.45  1,193  217.30  507  503  507 

91  Aplasi     283  11.04  306  11.88  324  12.50  356  70.50  376  70.68  399  70.62  366  368  370 

92  Kefa Utara     252  10.97  283  11.79  300  12.34  370  4.91  396  4.91  427  4.94  192  200  203 

93  Subun  Insana  145  10.25  155  10.65  153  10.39  104  44.64  125  48.08  160  54.24  77  79  80 

Page 111: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  96 

94  Lapeom     118  10.04  123  10.34  130  10.82  81  34.18  92  35.66  126  43.00  73  74  75 

95  Usapinonot     88  9.69  90  9.79  95  10.17  70  12.89  84  13.82  106  15.30  105  106  108 

96  Atmen     310  13.97  234  10.30  248  10.75  200  61.54  247  63.66  304  63.87  69  70  71 

97  Letneo     159  10.34  170  10.80  179  11.26  103  33.12  150  46.44  204  55.43  128  131  132 

98  Bannae     136  10.23  144  10.57  153  11.07  98  32.45  107  34.63  137  43.35  67  68  69 

99  Nansean     129  10.15  136  10.50  143  10.90  94  25.41  101  26.93  107  27.72  47  48  49 

100  Susulaku     152  9.50  156  9.55  166  9.98  113  12.88  120  13.44  128  14.14  144  146  149 

101  Ainiut     364  9.16  469  11.12  486  11.44  332  67.89  343  69.57  355  72.30  121  92  93 

102  Loeram     234  10.61  230  10.23  242  10.68  155  31.96  144  28.69  147  28.71  134  66  67 

103  Oinbit     195  10.51  207  10.99  219  11.56  200  46.40  213  47.65  221  49.22  23  23  23 

104  Nunmafo     208  10.54  224  11.07  237  11.64  159  44.41  173  46.63  175  48.48  66  67  68 

105  Manunain A     158  10.35  168  10.77  177  11.22  189  38.49  157  30.91  157  29.18  95  98  99 

106  Manunain B     223  10.61  242  11.13  250  11.43  169  89.42  176  84.21  205  97.16  28  29  29 

107  Tapenpah     87  9.70  93  9.88  99  10.40  69  36.13  89  39.91  91  40.09  88  93  94 

108  Sekon     86  9.68  91  9.89  97  10.44  71  15.71  100  21.37  103  21.55  90  93  94 

109  Lanaus     150  9.45  156  9.62  167  10.20  114  21.47  134  24.19  144  25.53  144  146  147 

110  Letmafo     268  11.51  275  11.24  281  11.45  236  32.55  259  35.14  268  35.88  90  94  94 

111  Maubesi     312  11.33  318  11.37  326  11.64  310  88.32  321  90.42  331  91.94  56  57  57 

112  Tainsala     165  10.40  162  10.71  171  11.25  121  1.48  125  1.45  130  1.43  44  42  42 

113  Humusu A  Insana Utara  101  9.29  96  9.01  101  9.41  70  33.02  75  30.86  85  34.41  121  118  119 

Page 112: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  97 

114  Fatumtasa     70  8.81  75  8.56  80  9.00  53  12.80  78  17.97  82  18.76  114  125  127 

115  Humusu B     153  9.69  162  9.71  171  10.22  118  45.74  136  50.56  139  50.00  120  127  127 

116  Oesoko     98  9.27  96  8.99  101  9.40  79  11.17  90  12.55  99  13.67  113  114  115 

117  Humusu C     338  10.14  356  10.35  377  10.91  265  57.11  275  57.77  282  58.87  217  224  225 

118  Fafinesu A     126  8.68  153  8.22  155  8.20  143  79.01  144  77.01  149  78.01  103  149  151 

119  Oenaim     35  7.48  30  6.44  40  8.39  51  20.24  55  21.32  59  22.61  92  91  94 

120  Fafinesu B     97  9.03  98  9.07  103  9.39  78  26.44  84  28.28  87  29.10  152  153  155 

121  Fafinesu C     93  7.15  91  8.90  97  9.40  88  66.67  90  66.18  92  65.25  92  73  73 

122  Banuan     44  7.99  40  7.16  46  8.06  39  1.21  40  1.20  43  1.27  50  51  52 

123  Pantae  Biboki Selatan  96  11.09  97  11.41  102  11.87  84  77.06  89  77.39  95  78.51  23  22  23 

124  Oenaem     54  10.47  52  9.81  55  10.11  38  7.63  41  7.84  47  8.61  22  22  23 

125  Upfaon     295  12.02  304  12.19  299  11.94  185  82.59  207  89.22  226  92.62  198  201  202 

126  Tautpah     126  11.63  130  11.89  138  12.44  61  27.98  69  30.67  81  34.91  45  46  46 

127  Tokbesi     99  11.20  101  11.46  107  12.04  60  22.64  67  23.59  72  24.16  182  181  183 

128  Supun     161  12.05  178  12.37  179  12.34  92  43.81  102  46.36  112  48.48  249  268  270 

129  Sainiup     87  10.98  90  11.26  95  11.60  62  25.73  70  27.89  77  29.17  34  35  36 

130  Tunbaen     112  11.41  116  11.72  123  12.29  61  10.37  68  11.31  78  12.77  30  30  31 

131  Teba     297  12.44  307  12.95  467  19.65  203  91.86  216  94.32  226  96.17  62  61  63 

132  Oerinbesi     104  11.29  109  11.58  116  12.10  76  21.17  84  22.34  90  22.67  74  75  77 

133  Oekopa     158  11.42  164  11.72  174  12.26  121  103.42  132  110.92  139  114.88  35  35  35 

Page 113: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  98 

134  Tunbes     46  9.35  47  9.51  55  10.91  21  10.00  23  10.70  25  11.42  31  31  32 

135  Luniup     107  11.38  118  11.69  125  12.15  48  43.64  53  47.75  57  50.44  54  58  59 

136  Matabesi     31  7.97  35  8.71  45  10.98  23  11.22  24  11.48  26  12.21  85  88  90 

137  Kaubele     98  10.65  107  11.54  114  12.05  56  5.98  60  6.17  64  6.32  112  113  115 

138  Oepuah     526  12.94  549  13.33  523  14.07  325  6.84  344  6.98  365  7.14  271  275  108 

139  Manumean  Biboki Utara  33  6.75  32  6.58  37  7.54  29  15.43  31  16.32  32  17.02  31  30  31 

140  Kuluan     79  9.36  69  8.31  79  9.47  65  28.76  67  29.52  67  29.26  28  28  28 

141  Naku     98  9.65  89  8.83  100  9.83  56  26.17  57  26.64  59  27.44  54  54  54 

142  Makun     85  9.48  78  8.55  89  9.72  64  38.79  64  38.79  65  39.16  23  23  23 

143  Birunatun     65  9.03  58  8.03  68  9.37  51  32.28  51  31.10  52  31.14  34  34  35 

144  Sapaen     61  8.96  51  7.72  61  9.17  43  12.46  47  13.20  50  13.85  108  105  106 

145  Taunbaen     141  9.99  138  9.47  146  9.88  115  29.41  120  29.78  124  29.88  72  74  75 

146  Tualene     158  10.13  155  9.58  164  10.04  143  49.83  151  51.36  163  54.70  87  90  91 

147  Biloe     124  9.84  115  9.21  122  9.64  72  18.41  76  19.19  79  19.65  76  76  77 

148  Hauteas     174  10.22  166  9.67  176  10.15  147  27.12  150  27.37  156  28.01  142  143  145 

149  Boronubaen     228  9.96  240  10.01  255  10.55  212  104.43  217  103.83  226  105.61  48  50  50 

150  Lokomea     75  9.17  70  8.33  74  8.60  70  2.18  76  2.33  81  2.44  45  47  48 

151  Nifutasi  Biboki Anleu  137  11.68  157  11.87  167  12.53  99  8.43  102  8.39  105  8.40  56  63  63 

152  Ponu     684  13.01  691  13.05  733  13.82  419  255.49  449  253.67  482  272.32  96  96  97 

153  Oemanu     73  11.04  84  10.76  89  11.32  34  15.60  46  18.47  46  17.62  35  41  41 

Page 114: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  99 

154  Tuamese     96  10.09  121  11.45  128  11.97  54  21.09  72  26.37  82  28.77  68  76  76 

155  Maukabatan     115  11.30  168  11.93  178  12.57  89  27.05  100  29.07  109  30.79  255  352  354 

156  Kotafoun     175  11.95  179  12.05  190  12.72  109  64.50  118  61.14  127  63.82  81  83  83 

157  Sifaniha     93  11.86  100  11.16  106  11.73  38  13.72  52  18.44  58  20.07  30  34  35 

158  Nonotbatan     158  13.32  167  11.93  177  12.52  90  23.32  94  23.44  97  23.15  54  64  64 

159  Motadik     245  20.87  140  11.73  149  12.34  120  3.64  128  3.69  136  3.81  72  43  44 

         23,055  10.55  23,060  10.35  24,467  10.87  21,040  6,992  22,723  7,182  24,397  7,441  82  83  84 

Sumber : Data Sekunder yang diolah                               

                            Peneliti       

             

Page 115: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  100 

Lampiran : 5             

DATA TOPOGRAFI  ( LUAS WILAYAH DAN  KETINGGIAN DESA)   

DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA   

               

Ketinggian Desa (dpl) 

No  Desa / Kelurahan  Kecamatan  Luas Wilayah 

(Km2)   < 500 m  500 s/d 700 m  > 700 m  Keterangan  

1 Noepesu  Miomafo Barat  18.50         √    

2 Fatuneno     25.00         √    

3 Eban     39.00         √    

4 Sallu     25.03         √    

5 Suanae     7.00         √    

6 Lemun     5.10         √    

7 Fatunisuan     30.00      √       

8 Haulasi     12.00      √       

9 Noetoko     9.00      √       

10 Fatutasu     10.00      √       

11 Manusasi     9.00         √    

12 Saenam     11.00         √    

13 Tuabatan     18.00      √       

Page 116: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  101 

14 Akomi     10.00      √       

15 Bijaepasu     22.00      √       

16 Noenasi     12.00      √       

17 Nian     23.00      √       

18 Oelneke     9.00      √       

19 Oetulu     17.00      √       

20 Ainan     12.00      √       

21 Oeolo     11.17      √       

22 Bisafe     11.00      √       

23 Batnes     10.00      √       

24 Tasinifu     50.00      √       

25 Naekake A     20.00         √    

26 Naekake B     11.00         √    

27 Noelelo     10.50      √       

28 Banfanu  Noemuti  33.00         √    

29 Kiuola     12.00         √    

30 Seo     10.50         √    

31 Noebaun     5.20         √    

32 Popnam     23.95         √    

33 Nibaaf     16.00         √    

Page 117: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  102 

34 Nifuboke     16.65         √    

35 Bijeli     10.14         √    

36 Oenak     10.91         √    

37 Noemuti     11.00         √    

38 Fatumuti     10.00         √    

39 Naob     11.25         √    

40 Haekto     31.00         √    

41 Manikin     5.50         √    

42 Kuaken     4.27         √    

43 Maurisu  Miomafo Timur  9.63         √    

44 Naiola     7.44         √    

45 Oetalus     4.72         √    

46 Oelami     3.37         √    

47 Kiusili     2.15         √    

48 Nimasi     6.57         √    

49 Kuanek     11.80         √    

50 Oenenu     3.32         √    

51 Nuk     4.33         √    

52 Oelbonak     1.50         √    

53 Nilulat     29.00         √    

Page 118: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  103 

54 Tubu     11.00         √    

55 Haumeniana     1.50         √    

56 Sunkaen     1.50         √    

57 Nainaban     4.35         √    

58 Inbate     11.00         √    

59 Oesena     10.00         √    

60 Taekas     12.00      √       

61 Femnasi     9.00      √       

62 Jak     25.00      √       

63 Tunnoe     16.00      √       

64 Tuntun     4.90      √       

65 Bokon     18.00   √          

66 Kaenbaun     14.00   √          

67 Fatusene     21.35      √       

68 Amol     5.70      √       

69 Bitefa     4.50      √       

70 Faenake     9.00      √       

71 Baas     10.00      √       

72 Haumeni     27.00      √       

73 Napan     4.17      √       

Page 119: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  104 

74 Tes     21.49         √    

75 Sainoni     11.36         √    

76 Banain A     5.68         √    

77 Banain B     8.00         √    

78 Banain C     9.00         √    

79 Sunsea     28.00         √    

80 Bakitolas     10.00         √    

81 Benus     25.00         √    

82 Manamas     25.00         √    

83 Tublopo  Kota Kefamenanu  5.00         √    

84 Maubeli     4.00         √    

85 Sasi     6.00         √    

86 Tubuhue     12.00         √    

87 Kefamenanu Selatan    7.00         √    

88 Benpasi     6.00         √    

89 Bansone     9.00         √    

90 Kefamenanu Tengah     11.00         √    

91 Aplasi     7.00         √    

92 Kefamenanu Utara     12.00         √    

93 Subun  Insana  18.35      √       

Page 120: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  105 

94 Lapeom     16.00   √          

95 Usapinonot     8.65   √          

96 Atmen     27.00   √          

97 Letneo     12.00   √          

98 Bannae     20.00   √          

99 Nansean     27.00      √       

100 Susulaku     10.12   √          

101 Ainiut     56.96   √          

102 Loeram     17.00   √          

103 Oinbit     81.00   √          

104 Nunmafo     30.00   √          

105 Manunain A     16.00   √          

106 Manunain B     75.00   √          

107 Tapenpah     10.14   √          

108 Sekon     9.86   √          

109 Lanaus     13.00   √          

110 Letmafo     26.00   √          

111 Maubesi     49.00   √          

112 Tainsala     36.00   √          

113 Humusu A  Insana Utara  9.00   √          

Page 121: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  106 

114 Fatumtasa     7.00   √          

115 Humusu B     13.15   √          

116 Oesoko     9.35   √          

117 Humusu C     15.34   √          

118 Fafinesu A     15.60   √          

119 Oenaim     5.10      √       

120 Fafinesu B     7.07      √       

121 Fafinesu C     14.06      √       

122 Banuan     11.05   √          

123 Pantae  Biboki Selatan  38.00      √       

124 Oenaem     24.00      √       

125 Upfaon     12.42      √       

126 Tautpah     24.00      √       

127 Tokbesi     4.86         √    

128 Supun     5.37      √       

129 Sainiup     23.02      √       

130 Tunbaen     32.50      √       

131 Teba     46.65      √       

132 Oerinbesi     12.50      √       

133 Oekopa     40.00      √       

Page 122: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  107 

134 Tunbes     15.73   √          

135 Luniup     17.50   √          

136 Matabesi     4.55   √          

137 Kaubele     8.24   √          

138 Oepuah     39.76   √          

139 Manumean  Biboki Utara  16.00         √    

140 Kuluan     30.00         √    

141 Naku     18.70      √       

142 Makun     39.00         √    

143 Birunatun     21.00      √       

144 Sapaen     6.30      √       

145 Taunbaen     19.70      √       

146 Tualene     18.00      √       

147 Biloe     16.50      √       

148 Hauteas     12.00      √       

149 Boronubaen     48.20      √       

150 Lokomea     18.00      √       

151 Nifutasi  Biboki Selatan  21.00   √          

152 Ponu     54.90   √          

153 Oemanu     19.00   √          

Page 123: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  108 

154 Tuamese     14.00   √          

155 Maukabatan     4.00   √          

156 Kotafoun     18.00   √          

157 Sifaniha     26.00   √          

158 Nonotbatan     22.00   √          

159 Motadik     27.50   √          

         2,669.70             

Sumber : Data Sekunder yang diolah           

            Peneliti,      

Page 124: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  109

                                         

Lampiran : 6 

Page 125: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  110

                                        

 

Lampiran : 7

Page 126: Analisis spasial kejadian diare di TTU NTT.pdf

 

 

 

  111

                                        

Lampiran : 8