Analisis SNP

5
 Uun Yu ni Armit a 13709251005 PPs UNY P. Matematika A Analisis Standar Nasional Pendidikan Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem endidikan di seluruh !ila"ah hukum Negara #esatuan $eu%lik &ndonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari' 1. St andar #ometensi (ul usan 2. Standar &si 3. Standar Proses ). Stand ar P endid ikan dan *ena ga #eend idikan 5. St andar Sar ana dan Pr asa ran a +. Standar Pe ng elolaa n 7. Sta nda r Pem%ia" aan Pendid ika n ,. Sta nda r Pen ilai an Pendid ika n -ungsi dan *uuan Standar' 1. Stan da r Na si ona l Pe ndi di ka n %e r/ ung si se% ag ai dasar dal am er en a na an  elaksanaan dan enga!asan endidikan dalam rangka me!uudkan endidikan nasional "ang %ermutu. 2. Sta nda r Nas ion al Pen didika n %er tu uan mena min mutu endidi kan nasio nal dalam rangka men er dask an kehidu an %angsa dan mem%entuk !at ak serta er ada %an  %angsa "ang %ermarta%at. 3. St an da r Na si on al Pe nd idik an di sem urna ka n se ara te re n ana te ra rah da n  %erkelanutan sesuai dengan tuntutan eru%ahan kehiduan lokal nasional dan glo%al. Sum%er' htt'%sn4indonesia.orgidage6id+18 A. Perbandi ngan KTSP dan Kurikulum 2013 Per% and ingan ok ok ant ara #*SP #urikulu m *i ngk at Sat uan Pendid ika n8 den gan #urik ul um 2013 "a ng mulai di iml ementas ikan ada tahuan a aran 2013 201) da n

description

Metode Pembelajaran Matematika

Transcript of Analisis SNP

Uun Yuni Armita13709251005PPs UNY P. Matematika A

Analisis Standar Nasional Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari: 1. Standar Kompetensi Lulusan2. Standar Isi3. Standar Proses4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan5. Standar Sarana dan Prasarana6. Standar Pengelolaan7. Standar Pembiayaan Pendidikan8. Standar Penilaian Pendidikan

Fungsi dan Tujuan Standar:1. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.2. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.3. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.(Sumber: http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=61)A. Perbandingan KTSP dan Kurikulum 2013Perbandingan pokok antara KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan Kurikulum 2013 yang mulai diimplementasikan pada tahuan ajaran 2013/ 2014 dan diluncurkan secara resmi tanggal 15 Juli 2013 yaitu berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, sedangkan dalam Kurikulum 2013, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan pemerintah (kecuali khusus untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan satuan pendidikan yang bersangkitan).

Tabel Perbandingan KTSP dengan Kurikulum 2013

NoKTSPKurikulum 2013

`1Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan mata pelajaran.Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan.

2Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, keterampilan, dan pengetahuan.Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan.

3Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran.Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang akan dicapai.

4Mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, seperti sekumpulan mata pelajaran yang terpisah.Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas).

5Pengembangan kurikulum sampai pada kompetensi dasar.Pengembangan kurikulum sampai pada buku siswa dan buku guru.

B. Berkaitan dengan Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada hasil belajar dan tidak memperhatikan pada proses berpikir siswa. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma Stimulus-Respon, yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap stimulus yang datang dari luar. Proses Stimulus-Respon (SR) yaitu dorongan, rangsangan, respon serta penguatan. Teori ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dari teori ini adalah teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa dan teori ini juga membiasakan guru untuk bersikap cermat dan peka pada situasi dan kondisi belajar, sedangkan kelemahan dari teori ini adalah proses pembelajaran berpusat pada guru dan siswa hanya mendengarkan penjelasan dan menghapal saja sehingga siswa menjadi tidak aktif dan tidak dapat berkembang. Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun siswa sudah belajar dan guru sudah mengajarkan, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka siswa belum dianggap belajar. Karena siswa belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Dalam contoh tersebut, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Dari penjelasan di atas, dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah sebaiknya tidak cenderung menggunakan teori belajar behaviorisme karena teori ini hanya berpusat pada guru dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan daya imajinasinya sehingga siswa cenderung menjadi pasif dan kurang kreatif.

C. Berkaitan dengan Teori KonstruktivismeTeori konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi kita sendiri. Sebagai landasan paradigma pembelajaran, konstruktivisme menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlu pengembangan siswa belajar mandiri, dan perlu siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri. Artinya, pembelajaran berpusatkan pada siswa. Oleh karena itu, guru harus menyediakan dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sedemikian rupa sehingga para siswa dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan, membandingkan, bekerja sama, dan melakukan eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya. Berdasarkan konstruktivisme, akibatnya orientasi pembelajaran bergeser dari berpusat pada guru mengajar ke pembelajaran berpusat pada siswa. Tujuan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan, membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap, serta mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. Keunggulan pendekatan konstruktivisme adalah dalam proses membina pengetahuan baru murid lebih berpikir untuk menyelesaikan masalah, merencanakan ide, dan membuat kesimpulan, lebih paham dan mampu mengaplikasikannya, mampu mengingat lebih lama semua konsep, lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru, lebih interaktif karena adanya interaksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru, merasa senang karena mereka paham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sehat.Kelemahannya adalah pemahaman para siswa terhadap materi cenderung kurang merata, perlu persiapan yang lebih matang dari pendidik dan peserta didik, tidak jarang hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi yang sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan salah paham akan konsep, dalam membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda, situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.Kemudian kendala-kendala penerapan pendekatan ini adalah peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung, ini juga disebabkan karena sulit mengubah keyakinan dan kebiasaan guru, guru kurang tertarik dan mengalami kesulitan mengelola kegiatan pembelajaran berbasis konstruktivisme, adanya anggapan guru bahwa penggunaan metode atau pendekatan baru dalam pembelajaran akan menggunakan waktu yang cukup banyak, besarnya beban mengajar guru, latar pendidikan guru tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh, sistem evaluasi yang masih menekankan pada nilai akhir, pembelajaran ini mengisyaratkan perubahan sistem evaluasi yang belum diterapkan oleh guru, siswa terbiasa menunggu informasi dari guru, dan adanya budaya negatif di lingkungan siswa.Dari penjelasan di atas, dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah sebaiknya sistem pembelajaran yang diterapkan mengacu pada pendekatan konstruktivisme karena dari karakteristik pembelajarannya yang dapat memberikan sumbangan besar dalam membentuk manusia yang kreatif, produktif dan mandiri.

Kesimpulannya dalam penerapan Kurikulum 2013 ini, keaktifan siswa 90% lebih diunggulkan daripada guru yang hanya 10%. Sehingga sebaiknya proses pembelajaran dilakukan dengan tidak menerapkan teori behaviorisme, tetapi menerapkan proses pembelajaran dengan pendekatan teori konstruktivisme.