Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas...

download Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall di Provinsi Jawa Tengah

of 19

Transcript of Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas...

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    1/19

    ANALISIS SKALOGRAM GUTTMAN & INDEKS SENTRALITAS

    MARSHALL DI PROVINSI JAWA TENGAH

    Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Lokasi dan Pola Ruang (TKP 341)

    Dosen Pengampu: Dra. Bitta Pigawati, M.T.

    Disusun Oleh:

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO2015

    IZZAH KHUSNA21040113140123

    LALA NURUL A.21040113140119

    ADELINA LIMBONG21040113120039

    AJENG P. D.21040113140075

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    2/19

    Analisis Sistem Pusat Permukiman Provinsi Jawa Tengah

    1. Skalogram Guttman

    Analisis Skalogram Guttman biasanya digunakan digunakan untuk menganalisis pusat-

    pusat permukiman, khususnya hirarki atau orde pusat-pusat permukiman. Subjek dalam analisis

    ini merupakan pusat permukiman ( settlement ). Alat analisis skalogram membahas mengenai

    fasilitas perkotaan yang dimiliki suatu daerah sebagai indikator difungsikannya daerah tersebut

    sebagai salah satu pusat pertumbuhan. Tujuan digunakannya analisis ini adalah untuk

    mengidentifikasi kota-kota yang dapat dikelompokkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan

    berdasarkan pada fasilitas kota yang tersedia Analisis scalogram mengelompokkan klasifikasi

    Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun matriks skalogram :

    1. Membuat urutan kota berdasarkan jumlah penduduk pada sebelah kiri tabel2. Membuat urutan fasilitas yang ditentukan berdasarkan frekuensi pada bagian atas

    3. Menggambar garis kolom dan baris sehingga lembar kerja tersebut membentuk matriks

    yang menampilkan fasilitas yang ada pada masing-masing wilayah kota

    4. Menggunakan tanda (1) pada sel yang menyatakan keberadaan suatu fasilitas pada suatu

    wilayah dan tanda (0) pada sel yang tidak memiliki fasilitas

    5. Menyusun ulang baris dan kolom berdasarkan frekuensi keberadaan fasilitas, semakin

    banyak fasilitas yang ada pada suatu wilayah kota, maka wilayah tersebut berada di urutan

    atas, semakin banyak wilayah yang memiliki fasilitas tersebut, maka jenis fasilitas tersebut

    berada pada kolom sebelah kiri

    6. Mengalikan kolom-kolom yang telah disusun dengan nilai indeks sentralitas masing-

    masing kemudian disusun ulang seperti langkah 5

    7. Langkah terakhir mengidentifikasi peringkat/hirarki kota yang dapat diinterpretasikan

    berdasarkan nilai keberadaan fasilitas pada suatu wilayah. Semakin tinggi nilainya maka

    hirarki kota tersebut semakin tinggi.

    Langkah pertama dalam menganalisis skalogram adalah dengan menyiapkan data dasar

    dalam bentuk tabel fasilitas.

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    3/19

    Tabel. 1Jumlah Fasilitas Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013

    No. Kabupaten/ Kota Jumlah PendudukFasilitas

    Kesehatan Fasilitas Pendidikan Prasarana Transportasi

    TotalRSU RSJ PTN/PTS/ST Akademi/Poli Bandara Stasiun Pelabuhan

    1 Kab. Banjarnegara 889921 1 0 2 1 0 0 0 42 Kab. Banyumas 1605579 4 0 11 10 0 8 0 333 Kab. Batang 729616 1 0 0 0 0 5 0 64 Kab. Blora 844444 3 0 4 1 1 5 0 145 Kab. Boyolali 951817 3 0 1 2 0 1 0 76 Kab. Brebes 1764648 2 0 6 3 0 10 0 217 Kab. Cilacap 1676089 2 0 3 6 1 18 1 318 Kab. Demak 1094472 1 0 2 0 0 1 0 49 Kab. Grobogan 1336304 1 0 2 1 0 16 0 20

    10 Kab. Jepara 1153213 2 0 3 2 0 0 1 811 Kab. Karanganyar 840171 2 0 1 4 0 5 0 1212 Kab. Kebumen 1176722 1 0 5 2 0 8 0 1613 Kab. Kendal 926812 1 0 4 2 0 4 0 1114 Kab. Klaten 1148994 1 1 5 2 0 5 0 1415 Kab. Kudus 810810 2 0 3 3 0 0 0 816 Kab. Magelang 1221681 1 0 0 0 0 0 0 1

    17 Kab. Pati 1218016 3 0 3 3 0 0 1 1018 Kab. Pekalongan 861082 2 0 1 1 0 1 0 519 Kab. Pemalang 1279596 1 0 2 1 0 3 0 720 Kab. Purbalingga 879880 1 0 0 0 0 0 0 121 Kab. Purworejo 705483 1 0 4 3 0 5 0 1322 Kab. Rembang 608903 1 0 3 0 0 1 0 523 Kab. Semarang 974092 2 0 2 2 0 3 0 924 Kab. Sragen 871989 2 0 1 3 0 6 0 1225 Kab. Sukoharjo 849506 1 0 1 2 0 3 0 726 Kab. Tegal 1415009 3 0 1 3 0 6 0 1327 Kab. Temanggung 731911 1 0 1 1 0 0 0 3

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    4/19

    Sumber: BPSJawa Tengah Tahun 2014

    28 Kab. Wonogiri 942377 1 0 1 2 0 1 0 529 Kab. Wonosobo 769318 1 0 1 1 0 0 0 330 Kota Magelang 119935 2 3 5 3 0 0 0 1331 Kota Pekalongan 290870 1 0 4 3 0 1 0 932 Kota Salatiga 178594 2 0 2 2 0 0 0 633 Kota Semarang 1644800 5 2 34 32 1 5 0 7934 Kota Surakarta (Solo) 507825 3 3 28 27 1 4 0 6635 Kota Tegal 243860 1 0 3 5 0 2 1 12

    Total 33264339 62 9 149 133 4 127 4

    KeteranganRSJ = Rumah Sakit JiwaPTN = Perguruan Tinggi NegeriPTS = Perguruan Tinggi SwastaST = Sekolah Tinggi

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    5/19

    Dari tebel tersebut dapat diketahui jumlah fasilitas setiap kabupaten/kota yang terdapat di

    Provinsi Jawa Tengah. Dapat kita lihat bahwa Rumah Sakit Umum sudah tersebar merata, tetapi

    untuk Rumah Sakit Jiwa hanya beberapa kabupaten/kota saja yang memiliki. Perguruan Tinggi

    di Provinsi Jawa tengah sudah banyak sekali dan bahkan sudah tersebar di semua kabupaten/kota

    hanya Kabupaten Magelang dan Kabupaten Batang yang belum memiliki Perguruan Tinggi.

    Stasiun, Pelabuhan, dan Bandara juga sudah tersebar di beberapa kabupaten/kota, untuk bandara

    di Jawa Tengah hanya terdapat di 4 kota besar, yaitu Semarang, Solo, Cilacap, dan Blora.

    Selanjutnya adalah membuat matriks skalogram. Matriks ini digunakan untuk

    mengetahui apakah setiap kabupaten/kota memiliki fasilitas yang lengkap atau tidak.

    Penyusunan fasilitas diurutkan dari yang jumlah nya paling banyak diletakkan disebelah kiri.

    Setelah itu menghitung tingkat kesalahan atau COR ( Coefficient of Reducibility ) dengan rumus

    sebagai berikut :

    Keterangan :

    : jumlahkesalahan

    N :JumlahFasilitas

    K :JumlahKecamatan

    Perhitungan COR dari tabel skalogram Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    6/19

    Tabel.2Matriks Skalogram Kabupaten Provinsi Jawa Tengah

    No. Kabupaten/ Kota JumlahPendudukFasilitas

    Jumlah e r r o rRSU PTN/PTS/ST Akademi/Poli Stasiun Pelabuhan RSJ Bandara

    33 Kota Semarang 1644800 1 1 1 1 1 1 1 7 0

    7 Kab. Cilacap 1676089 1 1 1 1 1 0 1 6 2

    34Kota Surakarta(Solo) 507825 1 1 1 1 0 1 1 6 2

    14 Kab. Klaten 1148994 1 1 1 1 0 1 0 5 2

    4 Kab. Blora 844444 1 1 1 1 0 0 1 5 2

    35 Kota Tegal 243860 1 1 1 1 1 0 0 5 0

    6 Kab. Brebes 1764648 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    2 Kab. Banyumas 1605579 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    26 Kab. Tegal 1415009 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    9 Kab. Grobogan 1336304 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    19 Kab. Pemalang 1279596 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    17 Kab. Pati 1218016 1 1 1 0 1 0 0 4 2

    12 Kab. Kebumen 1176722 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    10 Kab. Jepara 1153213 1 1 1 0 1 0 0 4 2

    23 Kab. Semarang 974092 1 1 1 1 0 0 0 4 05 Kab. Boyolali 951817 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    28 Kab. Wonogiri 942377 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    13 Kab. Kendal 926812 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    24 Kab. Sragen 871989 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    18 Kab. Pekalongan 861082 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    25 Kab. Sukoharjo 849506 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    11 Kab. Karanganyar 840171 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    21 Kab. Purworejo 705483 1 1 1 1 0 0 0 4 0

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    7/19

    Sumber: Analisis Adel, Ajeng, Lala,dan Izzah

    31 Kota Pekalongan 290870 1 1 1 1 0 0 0 4 0

    30 Kota Magelang 119935 1 1 1 0 0 1 0 4 2

    8 Kab. Demak 1094472 1 1 0 1 0 0 0 3 2

    1 Kab. Banjarnegara 889921 1 1 1 0 0 0 0 3 0

    15 Kab. Kudus 810810 1 1 1 0 0 0 0 3 0

    29 Kab. Wonosobo 769318 1 1 1 0 0 0 0 3 0

    27 Kab. Temanggung 731911 1 1 1 0 0 0 0 3 0

    22 Kab. Rembang 608903 1 1 0 1 0 0 0 3 2

    32 Kota Salatiga 178594 1 1 1 0 0 0 0 3 0

    3 Kab. Batang 729616 1 0 0 1 0 0 0 2 2

    16 Kab. Magelang 1221681 1 0 0 0 0 0 0 1 0

    20 Kab. Purbalingga 879880 1 0 0 0 0 0 0 1 0Total 28286631 31 28 26 21 3 1 1 111 20

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    8/19

    Setelah membuat matriks dan menghitung nilai COR, maka selanjutnya adalah menentukan

    ordo untuk setiap Kab/Kota. Pertama menentukan jumlah orde yang ada di Provinsi Jawa Tengah, bisa

    menggunakan rumus Strugges sebagai berikut (n) merupakan jumlah kecamatan:

    Jumlah orde tersebut dapat kita bulatkan menjadi 6 . Setelah itu kita harus menghitung jangkauan

    darimasing-masing orde, berikut rumus nya

    Dari nilai jangkauan maka dapat ditentukan interval untuk setiap orde, yaitu sebagai berikut:

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    9/19

    Tabel. 3Interval Orde

    Nilai Interval KelasI 5.95

    II 4.96 - 5.94

    III 3.97 - 4.95IV 2.98 - 3.96V 1.99 - 2.97VI 1.00 - 1.98

    Sumber: Hasil Perhitungan Adel, Ajeng, Lala,dan Izzah

    Dari interval di atas maka akan didapatkan tingkatan ordo Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut:Tabel. 4

    Tingkatan Orde tiap-tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

    Kabupaten/ Kota % Orde

    Kota Semarang 5.19 I

    Kab. Cilacap 4.44 I

    Kota Surakarta (Solo) 4.44 I

    Kab. Klaten 3.70 II

    Kab. Blora 3.70 II

    Kota Tegal 3.70 II

    Kab. Brebes 2.96 III

    Kab. Banyumas 2.96 III

    Kab. Tegal 2.96 III

    Kab. Grobogan 2.96 IIIKab. Pemalang 2.96 III

    Kab. Pati 2.96 III

    Kab. Kebumen 2.96 III

    Kab. Jepara 2.96 III

    Kab. Semarang 2.96 III

    Kab. Boyolali 2.96 III

    Kab. Wonogiri 2.96 III

    Kab. Kendal 2.96 III

    Kab. Sragen 2.96 III

    Kab. Pekalongan 2.96 III

    Kab. Sukoharjo 2.96 III

    Kab. Karanganyar 2.96 III

    Kab. Purworejo 2.96 III

    Kota Pekalongan 2.96 III

    Kota Magelang 2.96 III

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    10/19

    Tabel. 5Ordo Provinsi Jawa tengah Berdasarkan Analisis Skalogram

    Tingkatan Orde Kabupaten/Kota

    I Kota Semarang Kab. Cilaca Kota Surakarta (Solo)

    II Kab. Klaten Kab. Blora Kota Tegal

    III Kab. BrebesKab. Banyumas Kab. Tega Kab. GroboganKab. Pemalang

    Kab. Pati Kab. Kebumen Kab. Jepara Kab. Semarang Kab. Boyolali Kab. Wonogiri Kab. Kendal Kab. Sragen Kab. Pekalongan Kab. Sukoharjo Kab. Karanganyar Kab. Purworejo Kota Pekalongan Kota Magelang

    IV Kab. Demak Kab. Banjarnegara Kab. Kudus Kab. Wonosobo Kab. Temanggung Kab. Rembang Kota Salatiga

    Kab. Demak 2.22 IV

    Kab. Banjarnegara 2.22 IV

    Kab. Kudus 2.22 IV

    Kab. Wonosobo 2.22 IV

    Kab. Temanggung 2.22 IV

    Kab. Rembang 2.22 IV

    Kota Salatiga 2.22 IV

    Kab. Batang 1.48 V

    Kab. Magelang 0.74 VI

    Kab. Purbalingga 0.74 VI

    Total 82.2222

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    11/19

    V Kab. Batang

    VI Kab. Magelan Kab. Purbalingga

    Sumber: Adel, Ajeng, Lala,dan Izzah

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    12/19

    2. Indeks Sentralitas Marshall

    Indeks sentralitas Marshall dimaksudkan untuk mengetahui struktur/hierarki pusat-pusat

    pelayanan yang ada dalam suatu wilayah perencanaan pembangunan, seberapa banyak fungsi

    yang ada, berapa jenis fungsi dan berapa jumlah penduduk yang dilayani serta seberapa besar

    frekuensi keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan wilayah permukiman. Frekuensi keberadaan

    fungsi menunjukkan jumlah fungsi sejenis yang ada dan tersebar di wilayah tertentu, sedangkan

    frekuensi kegiatan menunjukkan tingkat pelayanan yang mungkin dapat dilakukan oleh suatu

    fungsi tertentu di wilayah tertentu.

    Rumus yang digunakan untuk menilai bobot dari suatu fasilitas adalah C =

    dimana : C = bobot dari atribut suatu fasilitas

    t = nilai sentralitas gabungan, dalam ini 100

    T = jumlah total dari atribut fasilitas

    Cara menentukan hierarki atau orde kota dapat menggunakan perhitungan ISM

    Jumlah Kelas = 1+3,3 Log n n = Jumlah Kabupaten/Kota

    Berikut merupakan tabel hasil perhitungan bobot dari tiap-tiap fasilitas :

    Fasilitas RSU RSJ PTN/PTS/ST Akademi/poli Bandara Stasiun Pelabuhan

    Bobot 1,6 11,1 0,7 0,8 25 0,8 25Sumber: Hasil Perhitungan Adellina, Ajeng, Lala, dan Izzah

    Setelah didapatkan bobot untuk masing-masing fasilitas maka kita dapat menghitung nilai

    total yang nantinya akan digunakan dalam pementuan orde. Nilai total tersebut didapatkan dari

    hasil perkalian antara jumlah fasilitas dan bobot fasilitas.

    Berdasarkan hasil perhitungan mengenai penilaian keterpusatan fasilitas menunjukkan

    bahwa pusat pelayanan fasilitas berada di Kota Semarang. Kota Semarang menduduki urutan

    pertama dengan nilai indeks sentralitas sebesar 106,1 . Untuk uraian lebih jelasnya mengenai

    pengelompokkan pusat pelayanan berdasarkan indeks sentralitas marshall dapat dilihat pada

    tabel perhitungan nilai total seperti berikut ini :

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    13/19

    Tabel. 6Perhitungan Nilai Masing-Masing Fasilitas Per Kabupaten/Kota

    Kabupaten/ KotaJumlah

    Penduduk

    Fasilitas Kesehatan Fasilitas Pendidikan

    RSU RSJ PTN/PTS/ST Akademi/Poli

    T C C*T T C C*T T C C*T T C C*T

    Kab. Banjarnegara 889921 1 1,6 1,6 0 11,1 0 2 0,7 1,3 1 0,8 0,8

    Kab. Banyumas 1605579 4 1,6 6,5 0 11,1 0 11 0,7 7,4 10 0,8 7,5

    Kab. Batang 729616 1 1,6 1,6 0 11,1 0 0 0,7 0,0 0 0,8 0,0

    Kab. Blora 844444 3 1,6 4,8 0 11,1 0 4 0,7 2,7 1 0,8 0,8

    Kab. Boyolali 951817 3 1,6 4,8 0 11,1 0 1 0,7 0,7 2 0,8 1,5

    Kab. Brebes 1764648 2 1,6 3,2 0 11,1 0 6 0,7 4,0 3 0,8 2,3

    Kab. Cilacap 1676089 2 1,6 3,2 0 11,1 0 3 0,7 2,0 6 0,8 4,5

    Kab. Demak 1094472 1 1,6 1,6 0 11,1 0 2 0,7 1,3 0 0,8 0,0

    Kab. Grobogan 1336304 1 1,6 1,6 0 11,1 0 2 0,7 1,3 1 0,8 0,8

    Kab. Jepara 1153213 2 1,6 3,2 0 11,1 0 3 0,7 2,0 2 0,8 1,5

    Kab. Karanganyar 840171 2 1,6 3,2 0 11,1 0 1 0,7 0,7 4 0,8 3,0

    Kab. Kebumen 1176722 1 1,6 1,6 0 11,1 0 5 0,7 3,4 2 0,8 1,5

    Kab. Kendal 926812 1 1,6 1,6 0 11,1 0 4 0,7 2,7 2 0,8 1,5

    Kab. Klaten 1148994 1 1,6 1,6 1 11,1 11,1 5 0,7 3,4 2 0,8 1,5

    Kab. Kudus 810810 2 1,6 3,2 0 11,1 0 3 0,7 2,0 3 0,8 2,3

    Kab. Magelang 1221681 1 1,6 1,6 0 11,1 0 0 0,7 0,0 0 0,8 0,0

    Kab. Pati 1218016 3 1,6 4,8 0 11,1 0 3 0,7 2,0 3 0,8 2,3

    Kab. Pekalongan 861082 2 1,6 3,2 0 11,1 0 1 0,7 0,7 1 0,8 0,8

    Kab. Pemalang 1279596 1 1,6 1,6 0 11,1 0 2 0,7 1,3 1 0,8 0,8

    Kab. Purbalingga 879880 1 1,6 1,6 0 11,1 0 0 0,7 0,0 0 0,8 0,0

    Kab. Purworejo 705483 1 1,6 1,6 0 11,1 0 4 0,7 2,7 3 0,8 2,3

    Kab. Rembang 608903 1 1,6 1,6 0 11,1 0 3 0,7 2,0 0 0,8 0,0

    Kab. Semarang 974092 2 1,6 3,2 0 11,1 0 2 0,7 1,3 2 0,8 1,5

    Kab. Sragen 871989 2 1,6 3,2 0 11,1 0 1 0,7 0,7 3 0,8 2,3

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    14/19

    Kab. Sukoharjo 849506 1 1,6 1,6 0 11,1 0 1 0,7 0,7 2 0,8 1,5

    Kab. Tegal 1415009 3 1,6 4,8 0 11,1 0 1 0,7 0,7 3 0,8 2,3

    Kab. Temanggung 731911 1 1,6 1,6 0 11,1 0 1 0,7 0,7 1 0,8 0,8

    Kab. Wonogiri 942377 1 1,6 1,6 0 11,1 0 1 0,7 0,7 2 0,8 1,5

    Kab. Wonosobo 769318 1 1,6 1,6 0 11,1 0 1 0,7 0,7 1 0,8 0,8

    Kota Magelang 119935 2 1,6 3,2 3 11,1 33,3 5 0,7 3,4 3 0,8 2,3

    Kota Pekalongan 290870 1 1,6 1,6 0 11,1 0 4 0,7 2,7 3 0,8 2,3

    Kota Salatiga 178594 2 1,6 3,2 0 11,1 0 2 0,7 1,3 2 0,8 1,5

    Kota Semarang 1644800 5 1,6 8,1 2 11,1 22,2 34 0,7 22,8 32 0,8 24,1

    Kota Surakarta (Solo) 507825 3 1,6 4,8 3 11,1 33,3 28 0,7 18,8 27 0,8 20,3

    Kota Tegal 243860 1 1,6 1,6 0 11,1 0 3 0,7 2,0 5 0,8 3,8

    Lanjutan

    Kabupaten/ Kota JumlahPenduduk

    Prasarana Transportasi

    TOTAL ORDEBandara Stasiun PelabuhanT C C*T T C C*T T C C*T

    Kab. Banjarnegara 889921 0 25 0 0 0,8 0 0 25 0 3,7 VIKab. Banyumas 1605579 0 25 0 8 0,8 6,3 0 25 0 27,7 VKab. Batang 729616 0 25 0 5 0,8 3,9 0 25 0 5,5 VIKab. Blora 844444 1 25 25 5 0,8 3,9 0 25 0 37,2 IVKab. Boyolali 951817

    0 25 0 1 0,8 0,8 0 25 0 7,8 VIKab. Brebes 1764648 0 25 0 10 0,8 7,9 0 25 0 17,4 VIKab. Cilacap 1676089 1 25 25 18 0,8 14,2 1 25 25 73,9 IIKab. Demak 1094472 0 25 0 1 0,8 0,8 0 25 0 3,7 VIKab. Grobogan 1336304 0 25 0 16 0,8 12,6 0 25 0 16,3 VIKab. Jepara 1153213 0 25 0 0 0,8 0 1 25 25 31,7 VKab. Karanganyar 840171 0 25 0 5 0,8 3,9 0 25 0 10,8 VIKab. Kebumen 1176722 0 25 0 8 0,8 6,3 0 25 0 12,8 VIKab. Kendal 926812 0 25 0 4 0,8 3,1 0 25 0 9,0 VIKab. Klaten 1148994 0 25 0 5 0,8 3,9 0 25 0 21,5 V

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    15/19

    Kab. Kudus 810810 0 25 0 0 0,8 0 0 25 0 7,5 VIKab. Magelang 1221681 0 25 0 0 0,8 0 0 25 0 1,6 VIKab. Pati 1218016 0 25 0 0 0,8 0 1 25 25 34,1 VKab. Pekalongan 861082 0 25 0 1 0,8 0,8 0 25 0 5,4 VIKab. Pemalang 1279596 0 25 0 3 0,8 2,4 0 25 0 6,1 VIKab. Purbalingga 879880 0 25 0 0 0,8 0 0 25 0 1,6 VIKab. Purworejo 705483 0 25 0 5 0,8 3,9 0 25 0 10,5 VIKab. Rembang 608903 0 25 0 1 0,8 0,8 0 25 0 4,4 VIKab. Semarang 974092 0 25 0 3 0,8 2,4 0 25 0 8,4 VIKab. Sragen 871989 0 25 0 6 0,8 4,7 0 25 0 10,9 VIKab. Sukoharjo 849506 0 25 0 3 0,8 2,4 0 25 0 6,2 VIKab. Tegal 1415009 0 25 0 6 0,8 4,7 0 25 0 12,5 VIKab. Temanggung 731911 0 25 0 0 0,8 0 0 25 0 3,0 VIKab. Wonogiri 942377 0 25 0 1 0,8 0,8 0 25 0 4,6 VIKab. Wonosobo 769318 0 25 0 0 0,8 0 0 25 0 3,0 VIKota Magelang 119935 0 25 0 0 0,8 0 0 25 0 42,2 IVKota Pekalongan 290870 0 25 0 1 0,8 0,8 0 25 0 7,3 VIKota Salatiga 178594 0 25 0 0 0,8 0 0 25 0 6,1 VIKota Semarang 1644800 1 25 25 5 0,8 3,9 0 25 0 106,1 IKota Surakarta (Solo) 507825 1 25 25 4 0,8 3,1 0 25 0 105,4 I

    Kota Tegal 243860 0 25 0 2 0,8 1,6 1 25 25 34,0 VSumber: Hasil Perhitungan Adellina, Ajeng, Lala, dan Izzah

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    16/19

    Dari perhitungan tersebut seperti diatas, maka didapatkan nilai total yang dapat kita gunakan

    dalam menentukan orde untuk tiap kabupaten/kotanya. Tahapan-tahapannya adalah sama seperti

    penentuan orde untuk analisis skalogram. Setelah dihitung jangkauannya [(total terbesar-total

    terkecil)/jumlah orde], didapatkan 17,1 sebagai jangkauannya. Dari jangkauan tersebut maka interval

    untuk setiap orde adalah sebagai berikut:

    Tabel . 7Interval Orde

    Nilai Interval Kelas

    I 87.6

    II 70.4 - 87.5

    III 53.2 - 70.3

    IV 36.0 - 53.1

    V 18.8 - 35.9

    VI 1.60 - 18.7Sumber: Hasil Perhitungan Adellina, Ajeng,Lala, dan Izzah

    Dari interval di atas maka akan didapatkan tingkatan orde Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut:Tabel. 8

    Orde Wilayah Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Analisis Indeks Sentralitas Marshall

    No. Kabupaten/ Kota TOTAL ORDE

    1 Kota Semarang 106.1 I

    2 Kota Surakarta (Solo) 105.4 I

    3 Kab. Cilacap 73.9 II4 Kab. Blora 37.2 IV

    5 Kota Magelang 42.2 IV

    6 Kab. Pati 34.1 V

    7 Kota Tegal 34.0 V

    8 Kab. Jepara 31.7 V

    9 Kab. Banyumas 27.7 V

    10 Kab. Klaten 21.5 V

    11 Kab. Brebes 17.4 VI

    12 Kab. Grobogan 16.3 VI

    13 Kab. Kebumen 12.8 VI14 Kab. Tegal 12.5 VI

    15 Kab. Sragen 10.9 VI

    16 Kab. Karanganyar 10.8 VI

    17 Kab. Purworejo 10.5 VI

    18 Kab. Kendal 9.0 VI

    19 Kab. Semarang 8.4 VI

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    17/19

    20 Kab. Boyolali 7.8 VI

    21 Kab. Kudus 7.5 VI

    22 Kota Pekalongan 7.3 VI

    23 Kab. Sukoharjo 6.2 VI

    24 Kab. Pemalang 6.1 VI

    25 Kota Salatiga 6.1 VI

    26 Kab. Batang 5.5 VI

    27 Kab. Pekalongan 5.4 VI

    28 Kab. Wonogiri 4.6 VI

    29 Kab. Rembang 4.4 VI

    30 Kab. Banjarnegara 3.7 VI

    31 Kab. Demak 3.7 VI

    32 Kab. Temanggung 3.0 VI

    33 Kab. Wonosobo 3.0 VI

    34 Kab. Magelang 1.6 VI

    35 Kab. Purbalingga 1.6 VISumber: Hasil Perhitungan Adellina, Ajeng, Lala, dan I zzah

    Orde Kecamatan di Provinsi Jawa Tengah

    Dari hasil perhitungan skalogram dan Indeks Sentralitas Marshall diatas, maka didapatkan hasil

    yang berupa orde Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari enam orde. Hasil yang didapatkan pada masing-

    masing analisis disajikan dalam tabel berikut ini :

    Tabel. 8Orde Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

    (Perbandingan Hasil Analisis Skalogram dan ISM)ORDE SKALOGRAM ISM

    I Kota Semarang Kab. Cilacap Kota Surakarta (Solo)

    Kota SemarangKota Surakarta (Solo)

    II Kab. Klaten Kab. Blora Kota Tegal

    Kab. Cilacap

    III Kab. BrebesKab. Banyumas Kab. Tegal

    Kab. GroboganKab. Pemalang Kab. Pati Kab. Kebumen Kab. Jepara Kab. Semarang Kab. Boyolali Kab. Wonogiri Kab. Kendal

    -

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    18/19

    Kab. Sragen Kab. Pekalongan Kab. Sukoharjo Kab. Karanganyar Kab. Purworejo Kota Pekalongan Kota Magelang

    IV Kab. Demak Kab. Banjarnegara Kab. Kudus Kab. Wonosobo Kab. Temanggung Kab. Rembang Kota Salatiga

    Kab. BloraKota Magelang

    V Kab. Batang Kab. PatiKota TegalKab. JeparaKab. BanyumasKab. Klaten

    VI Kab. Magelang Kab. Purbalingga

    Kab. BrebesKab. GroboganKab. KebumenKab. TegalKab. SragenKab. KaranganyarKab. PurworejoKab. KendalKab. SemarangKab. KudusKota PekalonganKab. SukoharjoKab. PemalangKota SalatigaKab. BatangKab. PekalonganKab. WonogiriKab. RembangKab. BanjarnegaraKab. DemakKab. TemanggungKab. WonosoboKab. MagelangKab. Purbalingga

    Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan orde dari hasil analisis skalogram dan ISM.

    Karena pada dasar nya prinsip kedua analisis tersebut berbeda. Prinsip dari analisis skalogram

    adalah kelengkapan fasilitas, sehingga jumlah atau banyak nya fasilitas tidak akan

    mempengaruhi. Sedangkan pada analisis ISM mempertimbangkan jumlah fasilitas yang ada. Jadi

    ketika kabupaten/kota tersebut memiliki kelengkapan yang sama dengan kecamatan lain tetapi

  • 8/10/2019 Analisis Sistem Pusat Permukiman Menggunakan Perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall

    19/19

    jika jumlah fasilitasnya berbeda maka orde kecamatan tersebut bisa berbeda. Pada tabel

    tingkatan orde analisis ISM di atas pada kolom orde III kosong. Hal ini dikarenakan pembagian

    orde berdasarkan pada interval yang ada pada tabel. 6 Orde III kosong karena nilai total yang

    terlalu berbeda untuk tiap kabupaten/kota. Ini berarti persebaran dari fasilitas-fasilitas tersebut

    tidak merata, karena ada kabupaten/kota yang nilai totalnya sangat besar dan ada juga

    Kabupaten/Kota yang nilai ordenya sangat kecil. Maka dari itu untuk orde III kosong karena

    tidak ada Kabupaten/Kota yang nilai totalnya sesuai dengan interval yang telah dihitung.

    Kesimpulan

    Analisis Skalogram dan ISM dapat digunakan untuk menentukan orde untuk tiap-tiap

    kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil analisis terdapat perbedaan

    antara orde yang dihasilkan dari analisis skalogram dan orde berdasarkan analisis ISM. Karena

    memang kedua analisis tersebut memiliki prinsip yang berbeda. Menurut perhitungan yang telah

    dilakukan, hasil analisis akan lebih akurat jika menggunakan analisis ISM. Hal ini dikarenakan

    analisis ISM mempertimbangkan jumlah fasilitas yang ada sedangkan pada analisis Skalogram

    diabaikan. Meskipun demikian, perhitungan skalogram menghasilkan tingkatan yang baik (tidak

    ada tingkat orde yang kosong). Oleh karena itu meskipun kelengkapan antar kabupaten/kota

    sama tetapi ordenya akan berbeda karena jumlah fasilitas yang ada pada setiap kabupaten/kota

    pun pasti berbeda.

    Berdasarkan hasil yang didapatkan, melalui analisis perhitungan Skalogram, tingkat

    tertinggi (orde I) ditempati oleh Ibukota Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kota Semarang. Selain itu,

    ada dua kabupaten/kota lain, yakni Kota Surakarta dan Kabupaten Cilacap. Sedangkan orde

    terendah (orde VI) ditempati oleh Kabupaten Magelang dan Purbalingga. Sebagian besar

    kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah menduduki orde III.

    Begitu halnya dengan perhitungan ISM, Kota Semarang dan Kota Surakarta menduduki

    orde tertinggi (orde I). Namun, sebagian besar kabupaten/kota justru berada di orde VI. Dengan

    demikian, dapat disimpulkan jika terdapat dua Kota, yaitu Kota Semarang dan Kota Surakartayang secara perhitungan memiliki nilai yang terbaik dibanding kabupaten/kota di Provinsi Jawa

    Tengah. Hal ini dibuktikan pula dengan kondisi lapangan yang ada bahwa Kota Semarang dan

    Kota Surakarta merupakan kota dengan perkembangan ekonomi yang baik.