ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar,...

83
ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR ALEXANDRO EPHANNUEL SARAGIH DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar,...

Page 1: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di

KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR

ALEXANDRO EPHANNUEL SARAGIH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman
Page 3: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sistem

Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur adalah

benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Alexandro Ephannuel Saragih

NRP. H34100157

Page 4: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

ABSTRAK

ALEXANDRO EPHANNUEL SARAGIH. Analisis Sistem Pemasaran Beras

Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh NETTI

TINAPRILLA.

Beras merupakan komoditi utama yang menjadi pangan pokok bagi

sebagian besar penduduk Indonesia. Tujuan penelitian adalah menganalisis

saluran pemasaran, fungsi, struktur, dan perilaku lembaga-lembaga pemasaran

beras Ciherang di Kecamatan Cibeber. Selain itu, penelitian bertujuan

menganalisis efisiensi saluran pemasaran berdasarkan pendekatan marjin,

farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Berdasarkan

penelitian di 3 desa sampel yakni Cisalak, Karangnunggal dan Salamnunggal

dengan jumlah responden sebanyak 30 petani sampel, terdapat 7 lembaga

pemasaran di kecamatan ini. Secara umum, struktur pasar beras di kecamatan ini

adalah oligopsoni. Berdasarkan fungsi pemasaran dan rasio keuntungan terhadap

biaya pemasaran, saluran yang melalui petani-tengkulak-pengumpul besar dan

pabrik beras-pengecer-konsumen di Jakarta merupakan saluran paling efisien

secara keseluruhan. Petani sebaiknya menjadikan kelompok tani atau koperasi tani

sebagai bagian dari sistem pemasaran untuk meningkatkan posisi tawar dan

mempermudah pemodalan seperti melalui sistem resi gudang yang berada di

Cianjur

Kata kunci: Efisiensi, Beras, Farmer’s Share, Marjin Pemasaran

ABSTRACT

ALEXANDRO EPHANNUEL SARAGIH. The Analyze Marketing System of

Ciherang Variety in Cibeber Subdistrict, Cianjur. Supervised by NETTI

TINAPRILLA.

Rice is the basic commodity that became the staple food for the Indonesian.

The purposes of this research were analyzing marketing channels, function,

structure and marketing institutions of farmer Ciherang Variety in Cibeber

Subdistrict. Beside that, the purposes of this research were analyzing the

marketing efficiency by marketing margin, farmer’s share and benefit cost ratio

approaching. The research was conducted in 3 villages that are Cisalak,

Karangnunggal, Salamnunggal with 30 farmers as the respondents and there are 7

marketing institutions in the subdistrict. Generally, the market structure in this

subdistrict is oligopsonistic . Based on the marketing function and the profitable

ratio about marketing cost, the channels that through farmers-middlemen-major

collector and rice mills in village-retailer-consumer rice in Jakarta is the most

efficient channels. The farmer should have made farmer groups or cooperation as

part of the marketing system to improve the bargaining position and easier

capitalization like through the warehouse system in Cianjur.

Keywords : Efficiency, Farmer’ Share , Marketing Margin, Rice

Page 5: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di

KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR

ALEXANDRO EPHANNUEL SARAGIH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman
Page 7: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Judul Skripsi : Analisis Sistem Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan

Cibeber, Kabupaten Cianjur

Nama : Alexandro Ephannuel Saragih

NRP : H34100157

Tanggal Lulus :

Disetujui Oleh

Dr Ir Netti Tinaprilla, MM

Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi

Ketua Departemen

Page 8: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah yang kudus atas segala

anugerahNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian

yang dilaksanakan sejak Januari 2014 ini ialah pemasaran, dengan judul Analisis

Sistem Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku

pembimbing skripsi, Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku pembimbing akademik

selama perkuliahan dan Bapak Irwan, SP sebagai pembimbing di lapangan dalam

penelitian ini. Terima kasih kepada Ibu Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS sebagai

dosen penguji utama dan Bapak Rahmat Yanuar, SP, MSi sebagai dosen penguji

dari Departemen Agribisnis yang memberi kritik dan saran dalam skripsi ini.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh

keluarga atas seluruh doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

Alexandro Ephannuel Saragih

NRP. H34100157

Page 9: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Karakteristik Komoditi Beras 6 Lembaga, Saluran dan Fungsi Pemasaran 7

Struktur dan Perilaku Pasar 8 Marjin Pemasaran, Farmer's Share dan Rasio Keuntungan 9

Terhadap Biaya Pemasaran

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Konsep Pemasaran 11

Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi Pemasaran 11

Konsep Rasio Keuntungan dan Biaya 14

Konsep Marjin Pemasaran 14

Konsep Perilaku Pasar 16

Konsep Struktur Pasar 17

Konsep Efisiensi Pemasaran 18

Konsep Farmer’s Share 18

Kerangka Pemikiran Operasional 19

METODE PENELITIAN 21 Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Jenis dan Sumber Data 21

Metode dan Pengumpulan Data 21

Metode Pengolahan Data 22 Analisis Saluran Pemasaran 22 Analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran 22

Analisis Struktur Pasar 23

Analisis Perilaku Pasar 23

Analisis Efisiensi Pemasaran 23 Analisis Marjin Pemasaran 23

Analisis Farmer’s Share 24 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya 24 Defenisi Operasional 25

GAMBARAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25

Gambaran Wilayah Kecamatan Cibeber 25

Karakteristik Petani Responden 26 HASIL dan PEMBAHASAN 29

Identifikasi Lembaga dalam Sistem Pemasaran 29 Analisis Fungsi Pemasaran Setiap Lembaga Tataniaga 30

Identifikasi Saluran Pemasaran 35 Analisis Struktur Pasar 41

Analisis Perilaku Pasar 45

Analisis Marjin Pemasaran 48

Page 10: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Analisis Farmer's Share 51

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya 51

Analisis Efisiensi Operasional Pemasaran 55

SIMPULAN dan SARAN 56

Simpulan 56

Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 58

Page 11: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

DAFTAR TABEL 1 Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita pada Bulan September 1

2013 Menurut Kelompok Makanan

2 Konsumsi Komoditas Pangan setiap Kapita/Tahun di Beberapa Negara 2

Tahun 2012

3 Karakteristik dan Struktur Pasar 17

4 Pencapaian Target Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, Produksi 19

Komoditi Padi Kabupaten Cianjur Tahun 2013

5 Luas Areal Sawah (Ha) Berdasarkan Jenis Irigasi di Kecamatan 26

Cibeber Tahun 2011

6 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Usia 27

7 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir 27

8 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Lama Pengalaman Usahatani 28

Padi

9 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Padi 28

10 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan 29

Usahatani Padi

11 Fungsi Pemasaran di Setiap Lembaga Pemasaran 31

12 Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran pada Seluruh Saluran 48

13 Nilai Farmer’s Share pada Setiap Saluran Pemasaran 51

14 Total Rasio Keuntungan pada Setiap Saluran Pemasaran 52

15 Nilai Marjin, Farmer’s Share dan Rasio Keuntungan Terhadap Biaya 56

Pemasaran pada Setiap Saluran

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva Marjin Pemasaran 15

2 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 20

3 Saluran Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber dengan 35

Konsumen Akhir di Cianjur

4 Saluran Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber dengan 36

dengan Konsumen Akhir di Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN 1 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 1 61

2 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 2 62

3 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 3 63

4 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 4 64

5 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 5 65

6 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 6 66

7 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 7 67

8 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 8 68

9 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 9 69

10 Biaya dan Marjin Pemasaran pada saluran 10 70

Page 12: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012

pangan adalah segala sesuatu dari sumber hayati, baik yang diolah maupun tidak,

diperuntukkan sebagai konsumsi dalam bentuk makanan atau minuman. Sumber

hayati tersebut dapat berasal dari produk pertanian, perkebunan, kehutanan,

perikanan, peternakan, perairan dan air. Bahan tambahan, bahan baku dan bahan

lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, pembuatan

makanan atau minuman juga termasuk pangan.

Universal Declaration of Human Right tahun 1948 dan Rome Declaration

on World Food Security tahun 1996 menyepakati bahwa setiap individu berhak

memperoleh pangan yang cukup. Itulah sebabnya setiap negara di dunia

menjadikan pertanian pangan sebagai hal yang sangat penting. Dalam UUD 1945

pasal 34 disebutkan bahwa negara bertanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan

dasar, termasuk pangan.

Terpilihnya padi sebagai sumber karbohidrat utama adalah karena padi

memiliki kelebihan sifat tanaman bila dibandingkan dengan tanaman sumber

karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki produktivitas tinggi, (2) dapat

disimpan lama, dan (3) lahan sawah relatif tidak mengalami erosi (Taslim dan

Fagi dalam Sudiyono 2001). Menurut Mears dalam Sudiyono (2001), padi

menempati prioritas penting di Indonesia karena alasan-alasan berikut : (1) padi

adalah bahan konsumsi penting baik dari segi pengeluaran rumah tangga, sebagai

sumber kalori maupun sumber protein, (2) padi sebagai sumber pendapatan dan

kesempatan kerja bagi sebagian besar penduduk, (3) padi merupakan komoditas

politis. Menurut Khumaidi dalam Hata (2011), beras (padi-padian) telah

mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan menjadi sumber energi terbesar

bagi penduduk Indonesia. Hal ini dapat dilihat melalui Tabel 1 yang menunjukkan

pengeluaran penduduk Indonesia untuk konsumsi beras (padi-padian) mencapai

7.46 persen dari total pengeluaran pada September 2013. Hal ini berarti penduduk

Indonesia masih bergantung pada beras sebagai pemenuhan pangan pokoknya.

Tabel 1 Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Penduduk Indonesia pada

Bulan September 2013 Menurut Kelompok Makanan

Sumber: Badan Pusat Statistika 2013

Kelompok Makanan Persentase Pengeluaran

Padi-padian 7.46

Umbi-umbian 0.47

Ikan 3.98

Daging 1.80

Telur dan susu 2.85

Sayur-sayuran 3.91

Kacang-kacangan 1.24

Buah-buahan 1.84

Makanan lain 23.64

Jumlah makanan 47.19

Page 13: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Bagi konsumen, beras tidak dapat dipungkiri merupakan makanan pokok di

Indonesia. Tingkat partisipasi konsumen beras mencapai 95 persen meskipun

tingkat tersebut bervariasi di setiap daerah di Indonesia. Hal ini disebabkan hasil

olahan beras yang dimasak, yakni nasi, memiliki rasa yang sesuai selera

masyarakat Indonesia. Selain itu, beras juga mengandung gizi yang sangat baik.

Setiap 100gr, beras giling memiliki energi 360 Kkal. Pemerintah juga amat

bekepentingan dengan komoditas beras tidak saja sebagai komoditas upah (wage

goods) tetapi juga komoditas politik (political goods). Tersedianya beras yang

cukup di pasar dan harganya yang stabil dapat mendorong berkembangnya

industri dan sektor lainnya. Apabila terjadi gejolak harga dan persediannya

berkurang di pasar maka akan meningkatkan keresahan sosial dan berbagai

tuntutan.

Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik Indonesia (2010), total penduduk

Indonesia pada tahun 2012 mencapai 239 juta jiwa. Indonesia adalah

pengkonsumsi beras tertinggi di dunia dengan tingkat rata-rata konsumsi per

kapita penduduk mencapai 139 kg/tahun pada tahun 2012 (FAOSTAT 2012).

Berikut Tabel 2 dimana konsumsi beras merupakan komoditas pangan yang

paling banyak dikonsumsi penduduk Indonesia dibandingkan penduduk negara-

negara lain, seperti Malaysia, RRC, Jepang. Amerika Serikat (AS) dan dunia pada

tahun 2012.

Tabel 2 Konsumsi Komoditas Pangan setiap Kapita/Tahun di Beberapa Negara

Tahun 2012

Komoditas

Pangan

Konsumsi (Kg/Kapita/Tahun)

Indonesia Malaysia RRC Jepang AS Dunia

Beras 139.50 76.52 76.80 56.63 8.26 52.96

Daging 4.90 48.99 53.45 46.13 122.79 40.09

Susu 11.48 36.89 28.70 76.45 253.8 84.93

Telur 9.60 12.24 17.41 19.59 14.29 8.57

Ikan 31.64 50.08 26.46 60.78 24.05 16.69

Sayur 54.30 45.21 279.89 106.18 127.61 119.53

Buah 30.20 57.40 64.42 58.20 110.96 69.09

Sumber : FAOSTAT, untuk data Indonesia diolah BPS, Kementan, dan KK dalam Investor Daily

(2012)

Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,

varietas Ciherang mendominasi areal pertanaman padi di Indonesia. Pada tahun

2008, proporsi penyebarannya mendominasi di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah

dan Jawa Timur dengan persentase masing-masing sebesar 56.19%, 44.87%,

50.72%. Varietas unggul lainnya yang cukup populer di ketiga propinsi penghasil

beras ini adalah IR64, Cigeulis, Way Apoburu, Memberamo dan Cibogo.

Luas tanam padi di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 12.8 juta hektar

dengan dominasi tanaman padi Ciherang 47 persen dan sisanya diisi IR64 dan

puluhan padi varietas lain (Haryono 2011). Menurut Darajat (2012), varietas

Ciherang mampu mendominasi preferensi masyarakat Indonesia karena rasa nasi

yang enak, memiliki potensi hasil tinggi dan tahan terhadap hama/penyakit serta

sangat laku di pasaran dalam negeri karena memiliki rendemen yang tinggi.

Page 14: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu lumbung padi di Indonesia. Pada

tahun 2013 produksi padi di Jawa Barat mencapai 12 083 162 ton dari 71 291 494

ton total produksi nasional (Badan Pusat Statistika 2013). Kabupaten Cianjur

sendiri menjadi penyumbang yang cukup besar dibandingkan 25 kota dan

kabupaten lainnya untuk jumlah produksi padi di Provinsi Jawa Barat tersebut

yakni mencapai 868 538 ton pada tahun 2012 (Dinas Pertanian Jawa Barat 2012).

Hal ini menjadi suatu keunggulan bagi daerah tersebut dan seharusnya hasil

produksi yang cukup tinggi mendapatkan penanganan pasca produksi yang baik

dan efisien sehingga harga beli oleh konsumen tidak memberatkan mereka dan di

sisi lain petani tetap mendapatkan keuntungan yang mampu mendorongnya

meningkatkan skala usahanya. Hal ini juga dasar untuk mencapai ketahanan

pangan di Indonesia.

Kecamatan Cibeber merupakan salah satu daerah unggulan tanaman pangan

komoditas padi dengan menggunakan sistem irigasi pedesaan di Kabupaten

Cianjur menurut Surat Keputusan Bupati Nomor 520/KEP.240-DISTAN/2012

tentang perwilayahan tanaman pangan dan hortikultura. Hal ini ditunjukkan dari

jumlah gabah kering panen (GKP) pada tahun 2013 mencapai 52 582 ton dengan

produktivitas 7.22 ton/ha. Produktivitas yang ditunjukkan juga cukup baik karena

berada diatas produktivitas nasional tahun 2013 yakni 5.15 ton/ha. Produksi yang

besar ini juga menjadikannya salah satu kecamatan surplus beras yang

membutuhkan penanganan pasca produksi melalui proses tataniaga yang efisien.

Perumusan Masalah

Menurut Mardiyanto (2005), lembaga di tingkat petani masih belum banyak

berfungsi sebagai lembaga pemasaran. Keberadaan gabungan kelompok tani

maupun koperasi tani pada umumnya masih memiliki keterbatasan dalam

mengolah maupun mengevaluasi manajemen pemasaran sehingga kajian dalam

menganalisis pemasaran beras diperlukan untuk meningkatkan efisensi dan

efektivitas rantai pemasaran beras dari hasil produksi padi di Kecamatan

Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Di kecamatan ini petani umumnya

memanfaatkan sebagian dari hasil usahataninya untuk dikonsumsi sendiri (motif

subsisten).

Harga gabah kering panen (GKP) padi Ciherang di tingkat petani

berfluktuasi sekitar Rp 3.000-Rp 4 000/kg (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Kabupaten Cianjur 2013) dan masih cukup jauh dari rata-rata harga

berasnya di pasar yakni Rp 8.533/kg sehingga diperlukan analisis untuk

memeriksa manfaat dan biaya yang dikeluarkan setiap lembaga yang terlibat.

Saat panen raya, harga gabah di tingkat petani juga sering anjlok karena

pada saat panen raya penawaran gabah dari petani meningkat melebihi

peningkatan permintaan dari lembaga pemasaran. Pemerintah telah berupaya

mengurangi dampak tertekannya harga saat panen raya tersebut melalui kebijakan

Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Namun demikian, program pemerintah ini

tetap memiliki keterbatasan baik dari segi kemampuan maupun jangkauan

pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan terobosan skim pemasaran yang

diharapkan mampu mengatasi rendahnya harga gabah saat panen raya dan

diharapkan petani mendapatkan keuntungan yang layak.

Page 15: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Kerugian akibat anjloknya harga gabah saat panen raya dapat diatasi dengan

melakukan tunda jual. Namun, sebagian besar petani tidak mempunyai posisi

tawar yang kuat. Hal ini disebabkan skala usaha petani yang kecil dan sebagian

besar petani memberlakukan hasil panennya sebagai cash crop. Hal ini

mengartikan bahwa petani membutuhkan segera uang tunai guna memenuhi

kebutuhan hidupnya serta untuk melakukan usahatani di musim berikutnya.

DPR RI telah menyahkan UU No 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi

Gudang (SRG) yang kemudian diamandemen dengan UU No 9 tahun 2011. SRG

merupakan bukti kepemilikan atas barang atau gabah yang disimpan oleh para

petani di gudang (Documen of Title) yang dapat dialihkan, diperjualbelikan

bahkan dijadikan agunan tanpa perlu persyaratan agunan yang lain. Resi gudnag

sebagai instrumen surat berharga dapat diperdagangkan, diperjualbelikan,

dipertukarkan, ataupun digunakan sebagai jaminan saat peminjaman. Resi gudang

dapat juga digunakan untuk pengiriman barang dalam transaksi derivatif seperti

halnya kontrak serah (futures contract). Di Cianjur sendiri telah terdapat Sistem

Resi Gudang di Kecamatan Warungkondang sejak tahun 2011. Kementerian

Perdagangan yang menginisiasi SRG mengarapkan skim ini menjadi salah satu

solusi dalam rangka stabilisasi harga komoditas pertanian sekaligus untuk menjadi

stok komoditas seperti gabah. Secara mendalam, melalui penerapan SRG ini,

petani dapat menunda waktu penjualan hasil panen saat panen raya serta

menunggu saat yang tepat untuk mendapatkan harga yang lebih baik.

Menurut Sadaristuwati (2008), RG memiliki posisi penting dalam

meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha di sektor pertanian dengan argumen

sebagai berikut (a) RG merupakan salah satu bentuk sistem tunda jual yang

menjadi alternatif dalam meningkatkan nilai tukar petani, (b) Di era perdagangan

bebas, RG sangat diperlukan untuk membentuk petani menjadi pengusaha yang

mandiri dan (c) SRG bisa memangkas pola perdagangan komoditas pertanian

sehingga petani bisa mendapatkan peningkatan harga jual. Namun dalam

implementasinya di lapangan, SRG memiliki banyak kendala di lapangan. Hal ini

karena sikap petani yang tidak sabar dengan sistem tunda jual produk yang

diagunkan dan terbatasnya sosialisasi mengenai SRG terutama di daerah-daerah

sentra pertanian seperti Kecamatan Cibeber ini. Selain itu, kualitas gabah atau

rendemen juga belum bisa konsisten baik dan kelompok tani yang seharusnya

dapat menghimpun hasil petani belum berjalan dengan baik. Hal ini sering

menjadi kendala karena pihak gudang baru mau menerima hasil panen petani

dengan syarat GKP minimal 10 ton. Di Kecamatan Cibeber, SRG sering

dimanfaatkan oleh pabrik beras yang memiliki persediaan gabah yang besar.

Kelompok tani merupakan hal penting yang diperlukan untuk meningkat

posisi tawar petani. Di Kabupaten Subang terdapat Gapoktan Panca Sari yang

terdiri dari petani padi Ciherang yang termasuk binaan program PMI (Peningkatan

Mutu Intensifikasi). Dalam kelompok terdapat kerjasama dan pembinaan teknik

budidaya tanaman padi yang baik (GAP) untuk meningkatkan produktivitas dan

kualitas gabahnya. Terdapat pula pembinaan efisiensi biaya usahatani

menggunakan teknologi spesifikasi lokasi yang dianjurkan oleh Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Subang. Selain itu, terdapat pembinanan teknologi penggilingan

yang baik (GMP), penyusunan dokumen mutu, standar operasional (SOP) GAP

dan GMP serta uji preferensi konsumen produk beras dari Balai Besar Litbang

Pascapanen Pertanian, Litbang Deptan. Gapoktan Panca Sari merupakan gapoktan

Page 16: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

yang berusaha meningkatkan produktivitas, mutu gabah/beras, efisiensi usahatani

dan konsistensi produksi. Melalui aktivitas tersebut dapat dijalin kemitraan antara

petani dengan penggilingan dengan tujuan jaminan harga dan pasar.

Pemasaran padi yang kemudian diolah menjadi beras merupakan hal yang

sangat penting dibahas karena merupakan kebutuhan pokok orang banyak. Beras

adalah komoditi pangan yang harus disediakan dengan jumlah, waktu, dan harga

yang tepat. Penjelasan ini akan mendasari rumusan permasalahan yang akan

dibahas untuk kepentingan penelitian yang berkaitan dengan analisis pemasaran

beras, yaitu:

1. Bagaimana saluran pemasaran beras Ciherang dan fungsi-fungsi pemasaran

yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran di Kecamatan Cibeber,

Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat?

2. Bagaimana struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga yang

terlibat dalam pemasaran beras Ciherang di Kecamatan Cibeber, Kabupaten

Cianjur, Provinsi Jawa Barat?

3. Bagaimana tingkat efisiensi saluran pemasaran beras Ciherang di

Kecamatan Cibeber dengan pendekatan marjin pemasaran, farmer’s share

serta rasio keuntungan dan biaya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis saluran pemasaran, fungsi, struktur dan perilaku pasar oleh

lembaga-lembaga pemasaran pada komoditas beras Ciherang di Kecamatan

Cibeber, Kabupaten Cianjur.

2. Menganalisis efisiensi pemasaran pada setiap saluran pemasaran beras

Ciherang di Kecamatan Cibeber dengan pendekatan marjin pemasaran,

farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya pemasaran.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-

pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana dalam meningkatkan kemampuan menulis dalam

mengidentifikasi rantai pemasaran sebagai wujud aplikasi ilmu yang telah

diperoleh

2. Bagi Petani

Sebagai referensi dalam memutuskan saluran pemasaran yang efektif dan

efisien sehingga dapat melakukan kebijakan yang lebih tepat dalam

menyalurkan hasil produksi padi

3. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan dalam mengidentifikasi kondisi lapang sistem pemasaran

padi Ciherang hingga menjadi beras. Hal ini membantu pemerintah dalam

mengontrol dan membentuk program-program yang turut mencapai sistem

pemasaran yang efektif dan efisien yang bertujuan meratakan keuntungan

Page 17: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Bogor, Provinsi

Jawa Barat. Penelitian fokus membahas analisis pemasaran beras Ciherang.

Lembaga pemasaran yang menjadi responden adalah lembaga yang terlibat

langsung dalam proses pemasaran beras Ciherang di Kecamatan Cibeber dan

lembaga-lembaga yang berkaitan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan efisiensi operasional saja. Efisiensi operasional

berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan

rasio output-input. Dalam penelitian ini efisiensi diukur melalui analisis marjin

pemasaran, farmer’s share serta rasio biaya dan keuntungan untuk melihat tingkat

efisiensi pemasaran beras Ciherang hasil produksi petani di Kecamatan Cibeber.

Peneliti menganalisis sistem pemasaran beras dengan menelusuri saluran

distribusi dan mengevaluasi rantai-rantai pemasaran untuk meningkatkan efisiensi

saluran pemasaran.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Komoditi Beras

Tanaman padi termasuk ke bangsa Oryza Sativa dan terdiri dari ribuan

varietas. Setiap varietas mempunyai ciri-ciri khas tersendiri sehingga berdasarkan

sudut bentuk tubuh (morphologic) tidak terdapat dua varietas padi yang

mempunyai bentuk tubuh (morphologie) yang sama. Antar varietas senantiasa

terdapat perbedaaan meskipun mungkin perbedaannya hanya sedikit. Perbedaan-

perbedaan yang nampak antara varietas yang satu dengan yang lain disebabkan

oleh perbedaaan dalam pembawaan atau sifat varietas. Namun demikian, diantara

ribuan varietas dari tanaman padi itu ada beberapa sifat yang sama untuk beberapa

varietas dan berdasarkan sifat-sifat yang sama, varietas padi dapat digolongkan

sebagai berikut:

1. Golongan Indica, pada umumnya terdapat di negara-negara yang termasuk

daerah tropis

2. Golongan Yaponica/sub-Yaponica, pada umumnya terdapat di negara-

negara di luar daerah tropis.

Padi varietas Ciherang merupakan hasil persilangan IR 64 terhadap

beberapa galur IR lainnya. Padi Ciherang dikenal tahan terhadap hama dan

penyakit terutama hama wereng Coklat biotipe 2 dan 3 serta penyakit Hawar

Daun Bakteri strain III dan IV. Varietas Ciherang memiliki umur tanaman 116-

125 hari dan cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di

bawah 500 meter dari permukaan laut (dpl) (Badan Litbang Pertanian 2013).

Komoditi beras berasal dari tumbuhan padi (Oryza sativa L.). Beras adalah

bagian biji yang terdiri dari aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang

dalam proses pemisahan kulit. Selain itu terdapat endospermia, tempat sebagian

besar pati dan protein beras berada. Berikutnya terdapat embrio yang merupakan

calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan

teknik kultur jaringan). Beras mengandung pati (sekitar 80-85 persen), protein,

vitamin (terutama pada aleuron), mineral dan air. Pati beras tersusun dari dua

Page 18: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

polimer karbohidrat : amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang dan disusun

oleh amilopektin, pati dengan stuktur bercabang dan bersifat lengket.

Perbandingan komposisi kedua golongan ini sangat mempengaruhi warna

(transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras atau pera).

Berikut ini beberapa ciri yang sering menjadi dasar pengelompokan beras,

yaitu (Haryadi 2006):

1. Asal daerah, seperti beras Cianjur, beras Solok, beras Delanggu dan beras

Banyuwangi

2. Varietas padi, misalnya beras Rojolele, beras Bulu dan beras IR

3. Cara pengolahan, dikenal beras tumbuk dan beras giling

4. Gabungan antara varietas dengan hasil penyosohan pada derajat yang

berbeda, yang berlaku untuk suatu daerah. Misalnya di Jawa Tengah dikenal

beras TP, SP dan BP; di Jawa Barat dikenal beras TA, BGA, dan TC.

Terdapat beberapa patokan dalam memilih beras yang baik, yakni (Moehyi

1992):

1. Beras berwarna keputih-putihan dan sedikit mengkilat. Beras yang

warnanya agak keabu-abuan tanda bahwa beras disimpan di tempat yang

lembab atau pernah basah. Warna beras yang agak kehijauan merupakan

tanda bahwa beras itu berasal dari padi yang belum masak benar waktu

digiling

2. Butir-butiran biji beras tampak utuh atau tidak banyak yang patah

3. Beras tidak mengeluarkan bau yang tidak wajar, seperti bau apek dan bau

karung

4. Beras tampak bersih dari kotoran seperti debu, ulat atau kutu beras dan

pasir.

Nasi adalah beras (atau kadang-kadang serelia lain) yang telah direbus dan

ditanak. Walaupun belum ada ketentuan untuk menetapkan ciri-ciri mutu nasi,

namun pada tingkat pasar, mutu rasa mempunyai kaitan langsung dengan selera

dan tingkat kesukaaan atau penerimaan konsumen dan dengan harga beras

(Juliana 1994). Rasa merupakan selera pribadi sehingga tidak termasuk dalam

syarat penetuan mutu beras secara baku. Namun, mutu rasa secara tidak langsung

sudah termasuk dalam pengelompokan jenis beras atau varietas padi.

Penentuan mutu rasa, nasi dapat digolongkan sebagai nasi pera dan nasi

pulen. Nasi pera merupakan nasi keras dan kering setelah dingin, tidak lekat satu

sama lain dan lebih mengembang daripada nasi pulen. Nasi pulen merupakan nasi

yang cukup lunak walaupun sudah dingin, bersifat lengket namun tidak sampai

seperti ketan. Selain itu, nasi pulen juga memiliki jarak antar biji yang lebih

berlekatan satu sama lain dan mengkilat.

Lembaga, Saluran dan Fungsi Pemasaran

Hata (2011) dengan judul penelitian “Analisis Tataniaga Beras di Indonesia

(Kasus : Jawa Barat dan Sulawesi Selatan)” menunjukkan bahwa sistem

pemasaran beras varietas unggul baru berbeda di setiap lokasi penelitian termasuk

mengenai lembaga yang terlibat dan saluran yang terbentuk. Sistem pemasaran

beras di Kabupaten Karawang terdiri dari sepuluh saluran tataniaga yang terdiri

dari makelar/komisioner, penggilingan, pedagang grosir, pedagang ritel, Subdivre

Bulog Karawang dan pedagang grosir luar daerah. Sistem pemasaran beras di

Page 19: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Kabupaten Cianjur terdiri dari tujuh saluran pemasaran yang terdiri dari

tengkulak, pedagang grosir, pedagang ritel dan pedagang grosir luar daerah.

Sistem pemasaran beras di Kabupaten Soppeng terdiri dari tiga belas saluran

pemasaran yang disusun oleh lembaga seperti tengkulak, penggilingan, pedagang

grosir, pedagang ritel, pengumpul luar daerah, Subdivre Bulog Sidrap dan

pedagang grosir luar daerah. Sedangkan di Kabupaten Wajo, saluran pemasaran

terdiri dari tengkulak, penggilingan, pedagang grosir, pedagang ritel, pengumpul

luar daerah, perusahaan benih, Subdivre Bulog Wajo dan pedagang grosir luar

daerah. Fungsi pemasaran di keempat lokasi penelitian tersebut relatif sama hanya

berbeda sebaran di setiap saluran. Fungsi pemasaran secara umum meliputi fungsi

pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas telah dilakukan oleh lembaga-lembaga

pemasaran di empat daerah tersebut. Namun, tidak semua aktivitas dan fungsi

pemasaran tersebut dilakukan oleh masing-masing lembaga-lembaga.

Murdani (2008) dengan judul penelitian “Analisis Usahatani dan Pemasaran

Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru (Kasus Kecamatan

Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)” menunjukkan pemasaran beras

Pandan Wangi di Warungkondang terdiri dari dua saluran, yakni (1) petani-

pedagang besar di Pasar Tani Deptan-konsumen dan (2) petani-Gapoktan Citra

Sawargi-CV, Quasindo-retail-konsumen. Pemasaran beras varietas unggul baru

terdiri dari tiga saluran yaitu (1) petani-pedagang-pengumpul-konsumen ; (2)

petani-pedagang pengumpul-pedagang besar (grosir)- konsumen dan (3) petani-

pedagang pengumpul-pedagang pengecer-konsumen. Lembaga-lembaga tersebut

juga melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti fungsi pertukaran, fisik dan

fasilitas.

Gandhi (2008) menganalisis usahatani dan tataniaga padi varietas unggul,

yakni padi Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.

Hasil analisis pemasaran yang dilakukan adalah (1) Saluran pemasaran yang

terbentuk di lokasi penelitian memasarkan beras pandanwangi murni dan beras

pandawangi campuran. Jumlah saluran yang memasarkan beras pandanwangi

campuran (10 saluran) lebih banyak dibandingkan dengan yang murni (6 saluran).

(2) Lembaga-lembaga yang terlibat dalam penyaluran beras dari tingkat petani

hingga konsumen akhir adalah pedagang pengumpul, pedagang besar daerah dan

luar daerah, pasar swalayan, pedagang pengecer daerah dan luar daerah. Fungsi

pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut berupa fungsi

pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi pengadaan secara fisik

(penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan) serta fungsi pelancar (sortasi dan

grading).

Secara umum, fungsi-fungsi pemasaran telah dijalankan oleh lembaga-

lembaga pemasaran. Pada pemasaran beras di Cianjur, pada umumnya melibatkan

pedagang diluar daerah seperti pada penelitian Hata (2011) dan Gandhi (2008)

Struktur dan Perilaku Pasar

Hata (2011) dengan judul penelitian “Analisis Tataniaga Beras di Indonesia

(Kasus : Jawa Barat dan Sulawesi Selatan) menunjukkan bahwa struktur pasar

yang terbentuk pada sistem pemasaran beras di Kabupaten Karawang, Kabupaten

Cianjur, Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Wajo mengarah pada pasar

persaingan tidak sempurna yaitu pasar oligopolistik. Pada umumnya pasar

Page 20: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

dikuasai dan dipengaruhi oleh lembaga penggilingan dan pedagang grosir. Hal ini

dikarenakan jumlah penggilingan dan pedagang grosir yang sedikit dan memiliki

kemampuan modal yang besar untuk menyerap gabah dan beras dalam jumlah

banyak. Struktur pasar tesebut berpengaruh kepada perilaku lembaga pemasaran

dalam pasar beras. Praktek jual beli yang dilakukan pada umumnya dilakukan

dengan jual beli putus namun ada juga menggunakan praktek jual beli tebasan.

Jual beli tebasan umumnya dilakukan tengkulak atau penggilingan. Struktur pasar

menjadikan tengkulak dan penggilingan memiliki posisi tawar yang kuat dalam

penentuan harga ketika berhadapan dengan petani. Penentuan harga yang

dilakukan antara penggilingan dengan grosir adalah melalui proses tawar

menawar. Sedangkan penentuan harga antara pedagang ritel dengan konsumen

menjadikan pedagang ritel sebagai penetap harga.

Perilaku pasar pada sistem tataniaga di empat lokasi penelitian

menunjukkan adanya perilaku sistem pembayaran tunai dan sistem tunda bayar.

Adapun sistem tunda bayar menunjukkan rendahnya posisi tawar petani terhadap

lembaga pemasaran lainnya pada musim panen raya. Umumnya, kerjasama antar

lembaga tataniaga belum terkoordinasi dengan baik. Petani merupakan lembaga

pemasaran yang paling rendah posisi tawarnya.

Perilaku pasar hasil penelitian Hata (2011) memiliki relevansi dengan

penelitian yang dilakukan oleh Aditama (2011) yang berjudul “Analisis Tataniaga

Beras di Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak” Lembaga-

lembaga yang terlibat dalam alur pemasaran tersebut yaitu petani, tengkulak,

RMU, grosir dan ritel. Tengkulak masih menjadi pihak yang dominan menerima

penjualan gabah hasil panen petani. Sebagian besar tengkulak membeli hasil

panen dengan sistem tebas. Sistem tebas banyak dipilih karena petani

membutuhkan uang cepat dan kemudahan fasilitas untuk panen. Karena petani

dengan skala kecil dalam jumlah banyak dan petani tidak melakukan tunda bayar,

hal ini mempengaruhi struktur pasar di tingkat petani. Berdasarkan fungsi, Bulog

sebagai lembaga yang memberikan jaminan harga dan pasar bagi produsen dan

petani dinilai belum berfungsi dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas

Bulog yang hanya menyerap beras dari grosir dan RMU.

Struktur pasar pada sistem tataniaga penelitian Hata (2011) memiliki

perbedaan dengan penelitian Fitriani (2012) berjudul “Analisis Tataniaga Padi

Varietas Ciherang di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa

Barat”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa pelaku dan lembaga

pemasaran seperti petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang

pengecer hingga sampai ke konsumen akhir. Struktur pasar pada setiap lembaga

cenderung merupakan pasar persaingan sempurna yang ditandai dengan

karakteristik komoditi yang homogen dan penjual pembeli banyak disertai

hambatan keluar-masuk pasar kecil.

Marjin Pemasaran, Farmer’s Share dan

Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pemasaran

Hata (2011) dengan judul penelitian “Analisis Tataniaga Beras di Indonesia

(Kasus : Jawa Barat dan Sulawesi Selatan) menunjukkan secara umum pemasaran

beras di Kabupaten Karawang dan Cianjur memiliki nilai marjin yang lebih tinggi

dari pemasaran beras di Kabupaten Soppeng dan Wajo. Lembaga pemasaran di

Page 21: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Kabupaten Karawang dan Cianjur lebih sedikit dari Kabupaten Soppeng dan Wajo

tetapi teknologi yang digunakan lebih modern serta citra dan kualitas beras Jawa

Barat telah dianggap lebih baik oleh konsumen. Hal ini menyebabkan lembaga-

lembaga pemasaran beras di Karawang dan Cianjur dapat menetapkan keuntungan

per kilogram yang lebih besar daripada lembaga pemasaran beras di Kabupaten

Soppeng dan Wajo. Hal ini ditunjukkan oleh nilai farmer’s share di Kabupaten

Karawang dan Cianjur lebih rendah daripada di Kabupaten Soppeng dan Wajo.

Alasan ini menyebabkan rasio keuntungan dan biaya Kabupaten Karawang dan

Cianjur lebih merata dibandingkan di kabupaten Soppeng dan Wajo. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar

yang sama, sistem pemasaran beras Provinsi Jawa Barat lebih efisien dibandingan

tataniaga beras di Provinsi Sulawesi Selatan.

Murdani (2008) dengan judul penelitian “Analisis Usahatani dan Pemasaran

Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru (Kasus Kecamatan

Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)” menunjukkan pemasaran beras

Pandan Wangi di Warungkondang terdiri dari dua saluran, yakni (1) petani-

pedagang besar di Pasar Tani Deptan-konsumen dan (2) petani Gapoktan Citra

Sawargi-CV Quasindo-retail-konsumen. Pemasaran beras varietas unggul baru

terdiri dari tiga saluran yaitu (1) petani-pedagang-pengumpul-konsumen (2)

petani-pedagang pengumpul-pedagang besar (grosir)- konsumen dan (3) petani-

pedagang pengumpul-pedagang pengecer-konsumen. Saluran pemasaran beras

Pandan Wangi yang dapat dikatakan efisien adalah saluran (2c) karena memiliki

total marjin yang terkecil, nilai farmer’s share terbesar jika dibandingkan dengan

saluran (2a) dan (2b) serta rasio lembaga pemasaran salurannya juga paling

merata. Saluran pemasaran beras varietas unggul baru yang dapat dikatakan

efisien adalah saluran pemasaran (2) karena memiliki total marjin terkecil, nilai

farmer’s share terbesar dan penyebaran rasio pada setiap lembaga pemasaran di

saluran (2) lebih merata dibandingkan dengan saluran lainnya. Disamping itu,

saluran pemasaran (2) lebih banyak digunakan sehingga volume penjualan lebih

banyak.

Penelitian yang dilakukan oleh Aditama (2011) yang berjudul “Analisis

Tataniaga Beras di Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak”.

Saluran dengan total marjin terkecil yakni Rp 1 464. Berdasarkan farmer’s share,

terdapat saluran terbesar dengan nilai farmer’s share yakni 71 persen. Melalui

analisis rasio keuntungan dan biaya, terdapat saluran dengan rata-rata rasio

sebesar 3.64 yang dinilai paling efisien dibandingkan saluran lain. Terdapat juga

saluran dengan volume perdagangan terbesar yakni 2 581.9 ton atau 21.22 persen

dari total pangsa pasar perdagangan bebas yang berarti memberikan prospek

terbaik kepada petani dan seluruh lembaga untuk memasarkan produknya.

Judul penelitian Fitriani (2012) adalah “Analisis Tataniaga Padi Varietas

Ciherang di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat”.

Analisis menggunakan pendekatan marjin pemasaran, farmer’s share serta rasio

kuntungan dan biaya yang menunjukkan bahwa tingkat efisiensi oleh masing-

masing lembaga tataniaga setiap saluran berbeda-beda. Berikut tingkat efisiensi

setiap saluran pemasaran padi varietas Ciherang di Kecamatan Pamijahan tahun

2012 : saluran pemasaran I total marjinnya Rp 6 200, rasio Li/Ci 1,61, farmer’s

share 40.95 persen ; saluran pemasaran II total marjinnya Rp 4 000, rasio Li/Ci

Page 22: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

1.50, farmer’s share 48.72 persen ; saluran pemasaran III total marjinnya Rp 4

240, rasio sebesar Li/Ci 1.46, farmer’s share 44.21 persen.

Terdapat perbedaan antara penelitian Murdani (2008) dengan Fitriani

(2012). Murdani (2008) menemukan saluran yang paling efisien adalah saluran

yang semua indikator efisiennya berada pada saluran yang sama. Namun, Fitriani

(2012) menemukan bahwa indikator marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio

keuntungan terhadap biaya yang efisien secara teori pemasaran tidak berada

dalam satu saluran yang sama.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan batasan teori yang digunakan

sebagai landasan penelitian. Kerangka pemikiran teoritis menggambarkan variabel

yang akan diteliti. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari

sistem dan pola saluran pemasaran, fungsi lembaga pemasaran, struktur dan

perilaku pasar serta efisiensi pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, farmer's

share dan rasio keuntungan terhadap biaya.

Konsep Pemasaran

Menurut Asmarantaka (2012), pemasaran atau tataniaga dari perspektif

makro merupakan aktivitas atau kegiatan dalam mengalirkan produk mulai dari

petani (produsen primer) sampai ke konsumen akhir.

John Philips (1968) mendefenisikan pemasaran pertanian semua aktivitas

perdagangan yang meliputi aliran barang-barang dan jasa-jasa secara fisik dari

pusat produksi pertanian ke pusat konsumsi pertanian.

Defenisi tataniaga menurut Limbong dan Sitorus (1987) adalah segala

kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik

dari barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari produsen ke tangan

konsumen, temasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan

perubahan bentuk dan dari barang yang dimaksud untuk lebih memudahkan

penyalurannya dan memberikan kepuasan lainnya kepada konsumennya. Oleh

karena itu, dalam tataniaga pertanian terdapat perpindahan kepemilikan yang

menciptakan kegunaan waktu (time utility), tempat (place utility), bentuk (form

utility) terhadap komoditi-komoditi pertanian.

Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang

menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke

konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu

lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk

memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk yang

Page 23: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-

fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin.

Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa marjin

pemasaran.

Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan, lembaga

pemasaran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda seperti agen perantara,

makelar (broker, selling broker, dan buying broker)

2. Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang

diperjualbelikan seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan

importir

3. Lembaga tataniaga yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi

pertanian yang diperjualbelikan seperti perusahaan-perusahaan penyediaan

fasilitas-fasilitas transportasi, asuransi pemasaran dan perusahaan penentu

kualitas produk pertanian.

Khols dan Uhls dalam Asmarantaka (2012) menjelaskan bahwa lembaga

pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi

fungsi pemasaran dimana barang bergerak dari produsen sampai ke konsumen

akhir. Lembaga pemasaran ini bisa termasuk golongan produsen, pedagang

perantara dan lembaga pemberi jasa.

Lembaga pemasaran merupakan lembaga perantara yang melakukan

aktivitas bisnis dalam suatu sistem pemasaran. Menurut Khols dan Uhls (1990),

lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran digolongkan menjadi

lima kelompok diantaranya:

1. Pedagang perantara (merchant middlemen) adalah individu pedagang yang

melakukan penanganan berbagai fungsi tataniaga dalam pembelian dan

penjualan produk dari produsen ke konsumen. Pedagang ini memiliki dan

menguasai produk. Pedagang pengumpul, pedagang eceran, dan pedagang

grosir termasuk pedagang perantara. Pedagang grosir merupakan pedagang

yang menjual produknya kepada pedagang eceran dan pedagang lainnya.

Volume usahanya relatif lebih besar daripada pedagang eceran. Sedangkan

pedagang eceran sendiri merupakan pedagang yang menjual produknya

langsung ke konsumen akhir.

2. Agen perantara (agent middlemen), hanya mewakili klien yang disebut

principlas dalam melakukan penanganan produk /jasa. Kelompok ini hanya

menguasai produk. Komisioner, juru lelang, dan komisioner merupakan

bagian yang termasuk dalam kelompok ini. Komisioner memiliki kekuasaan

yang lebih luas dalam penanganan fisik dan penetapan harga produk

dibandingkan komisioner.

3. Spekulator (speculative middlemen) adalah pedagang perantara yang

membeli-menjual produk untuk mendapatkan keuntungan dari pergerakan

harga. Biasanya spekulator bekerja dalam jangka pendek dengan

memanfaatkan fluktuasi harga. Dalam kondisi tetentu, pedagang grosir dan

eceran menjadi spekulator melalui penanganan dan beli-jual yang

meminumkan risiko.

4. Pengolah dan Pabrikan (processors and manufactures) adalah kelompok

pebisnis yang aktivitasnya menangani produk dan merubah bentuk menjadi

Page 24: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

bahan setengah jadi atau produk akhir. Aktivitasnya meningkatkan nilai

tambah waktu, bentuk, tempat, maupun kepemilikan dari bahan baku.

5. Organisasi (facilitative organization) yang membantu memperlancar

aktivitas pemasaran misal membuat peraturan-peraturan, kebijakan,

pelelangan, dan asosiasi importir maupun eksportir

Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah saluran yang digunakan

produsen dan lembaga pemasaran lainnya untuk menyalurkan produknya dari

produsen sampai konsumen. Menurut Limbong dan Sitorus dalam Sudiyono

(2001), saluran pemasaran merupakan himpunan perusahaan dan perorangan yang

mengambil alih hak atau membantu mengalihkan hak atas barang atau jasa

tertentu selama barang atau jasa tertentu berpindah dari produsen hingga ke

konsumen. Jumlah pihak yang terlibat dalam proses pengalihan barang atau jasa

tersebut akan mempengaruhi panjangnya saluran pemasaran. Ada beberapa faktor

yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran pemasaran (Limbong dan

Sitorus dalam Sudiyono 2001), yaitu :

1. Pertimbangan pasar : siapa konsumen (rumah tangga atau industri),

besarnya potensi pembelian, bagaimana konsentrasi pasar secara geografis,

berapa jumlah pesanan dan bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli

2. Pertimbangan produk : berapa besar nilai per unit barang tersebut, besar dan

berat barang (mudah rusak atau tidak), sifat teknis (berapa barang atau

standar atau pesanan) dan bagaimana luas produk yang bersangkutan

3. Pertimbangan dari segi perusahaan : sumber permodalan, kemampuan dan

pengalaman manajerial, pengawasan penyaluran dan pelayanan yang

diberikan penjual

4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi : pelayanan yang dapat

diberikan oleh lembaga perantara, sikap perantara terhadap kebijakan

produsen, volume dan pertimbangan biaya.

Menurut Sa'id dan Intan (2001), fungsi pemasaran didefenisikan sebagai

serangkaian aktivitas fungsional yang dilakukan oleh lembaga-lembaga

pemasaran, baik proses aktivitas fisik maupun proses jasa, yang ditujukan untuk

memberikan kepuasan kepada konsumen sesuai dengan kebutuhan dan

keinginannya melalui penciptaan atau penambahan kegunaan bentuk, waktu,

tempat, dan kepemilikan terhadap suatu produk.

Fungsi pemasaran dikelompokkan menjadi tiga fungsi utama, yaitu :

1. Fungsi Pertukaran, meliputi :

a) Fungsi Pembelian

Sebagian besar adalah pencarian sumber persediaan bahan baku,

penetapan jumlah dan kualitas barang dibeli, penetapan harga dan

syarat pembelian

b) Fungsi Penjualan Produk

Aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan permintaan terhadap

produk, pencarian pasar, penentuan jumlah, kualitas serta saluran

tataniaga produk.

2. Fungsi Fisik, meliputi :

a) Fungsi Penyimpanan

Fungsi utama untuk membuat kondisi barang tetap baik sampai saat

konsumen menginginkannya

b) Fungsi Pengangkutan

Page 25: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Fokus utama membuat komoditi berada pada tempat yang tepat

diinginkan

c) Fungsi Pengolahan Produk

Aktivitas yang berhubungan dengan manufaktur yang mengubahss

bahan mentah menjadi produk yang diinginkan

d) Fungsi Pengemasan

Fokus membungkus barang dengan tampilan ukuran yang diinginkan

3. Fungsi Fasilitas, meliputi :

a) Fungsi Permodalan

Melibatkan aktivitas pengadaan uang atau modal lain dalam proses

pemasaran

b) Fungsi Penanggulangan Risiko

Penerimaan kemungkinan kerugian dalam pemasaran produk karena

risiko fisik dan pasar.

c) Fungsi Informasi Pasar

Aktivitas mengumpulkan dan menginterpretasikan data yang penting

dalam pelaksanaan proses pemasaran.

a) Fungsi Standarisasi

Keseragaman ukuran dalam penentuan dan perawatan produk. Ukuran

termasuk dalam kuantitas maupun kualitas.

Konsep Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat efisiensi tataniaga dapat diukur melalui besarnya rasio keuntungan

terhadap biaya tataniaga. Penyebaran rasio keuntungan dan biaya yang semakin

merata serta semakin rendahnya marjin pemasaran terhadap biaya pemasaran

menunjukkan bahwa sistem pemasaran tersebut semakin efisien secara

operasional.

Konsep Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran dapat didefenisikan dengan dua cara, yaitu : Pertama,

marjin pemasaran merupakan perbedaaan antara harga yang dibayarkan konsumen

dengan harga yang diterima petani (Daly dalam Asmarantaka 2012). Kedua,

marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan

sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran (Waite dan

Trelogan dalam Asmarantaka 2012). Komponen-komponen marjin pemasaran ini

terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk

melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya

fungsional. Selain itu, terdapat pula keuntungan lembaga pemasaran sebagai

komponen marjin pemasaran. Apabila dalam pemasaran suatu produk pertanian,

terdapat lembaga-lembaga yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran, maka marjin

pemasaran secara matematis dapat ditulis sebagai :

M = Cij+∑ j

dimana :

M = marjin pemasaran

Page 26: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Cij = biaya pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga

pemasaran ke-j

j = keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran ke-j

m = jumlah jenis biaya pemasaran

n = jumlah lembaga pemasaran

Marjin pemasaran dapat dianalisis melalui pendekatan kurva berikut :

Gambar 1 Kurva Marjin Pemasaran Sumber : Dahl dan Hammond (1977)

Keterangan :

Q = jumlah barang

Pr = harga tingkat eceran

Pf = harga tingkat petani

Sr = kurva penawaran tingkat pasar eceran

Sf = kurva penawaran tingkat petani

Dr = kurva permintaan tingkat pasar eceran

Df = kurva permintaan tingkat petani

Permintaan konsumen atas suatu produk di tingkat pengecer disebut

permintaan primer. Permintaan suatu produk di tingkat petani disebut permintaan

turunan sebab permintaan ini diturunkan dari permintaan konsumen di tingkat

pengecer.

Berdasarkan sisi penawaran, penawaran primer adalah penawaran komoditi

pertanian di tingkat petani. Penawaran primer ini biasanya berupa penawaran

bahan mentah ataupun bahan baku sedangkan penawaran turunan adalah

penawaran di tingkat pengecer.

Menurut Daly (1958), harga yang dibayarkan kosumen merupakan harga di

tingkat pengecer, yaitu merupakan perpotongan antara kurva permintaan primer

(primary demand curve) dengan kurva penawaran turunan (derived supply curve).

Harga di tingkat petani merupakan potongan antara kurva permintaan turunan

(derived demand curve) dengan kurva penawaran primer (primary supply curve).

Gambar 1 menginformasikan kurva permintaan primer yang berpotongan

dengan kurva penawaran turunan membentuk harga di tingkat pengecer (pr).

Sedangkan kurva permintaan turunan berpotongan dengan kurva penawaran

Marketing margin

(Pr-Pf)

Value of the marketing margin

(VMM= (Pr-Pf). Q)

VMM

Page 27: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

primer membentuk harga di tingkat petani (pf). Marjin pemasaran sama dengan

selisih harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani (M= Pr-Pf).

Berdasarkan gambar 1 dapat diukur nilai marjin pemasaran atau value of the

marketing margin (VMM) yang dinikmati oleh lembaga-lembaga pemasaran yang

terlibat dalam pemasaran komoditi pertanian. Nilai marjin pemasaran merupakan

hasil kali antara perbedaaan harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat

petani dengan jumlah yang ditransaksikan (VMM= (Pr-Pf). Q)

Marjin pemasaran yang semakin besar belum tentu menunjukkan suatu

pemasaran semakin tidak efisien. Apabila marjin pemasaran besar dan biaya untuk

melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran juga besar, agar komoditi pertanian yang

dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen maka keuntungan pemasaran

menjadi kecil. Untuk menentukan apakah tingginya marjin pemasaran

menyebabkan ketidakefisienan pemasaran maka dalam menganalisis pemasaran

harus mempertimbangkan aspek-aspek berikut :

1. Penggunaan teknologi baru dalam proses produksi dapat menekan biaya

produksi sehingga marjin pemasaran tampak cukup besar

2. Adanya kecenderungan konsumen untuk mengkonsumsi produk jadi,

walaupun harganya lebih mahal

3. Adanya spesialisasi produksi yang pada akhirnya dapat menaikkan biaya

pemasaran terutama biaya transfer

4. Adanya tambahan biaya pengolahan dan penyimpanan untuk meningkatkan

kegunaan bentuk

5. Meningkatnya upah buruh dan tenaga kerja, terutama di sub sektor

pemasaran eceran.

Konsep Perilaku Pasar

Analisis efisiensi pemasaran berdasarkan tingkah laku pasar adalah

bagaimana peserta pasar, yaitu produsen, konsumen dan lembaga pemasaran

menyesuaikan diri terhadap situasi penjualan dan pembelian yang terjadi. Dalam

menganalisis tingkah laku pasar ini maka terdapat tiga pihak peserta pasar yang

mempunyai kepentingan berbeda. Produsen menginginkan harga yang tinggi,

pasar output secara lokal, terdapat pilihan pembeli (tidak terjadi struktur

monopsonis maupun oligopsonistik), tersedia waktu dan informasi pasar yang

cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran

menginginkan keuntungan yang maksimal, yaitu selisih marjin pemasaran dengan

biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran relatif besar. Konsumen

menginginkan tersedianya produk pertanian sesuai kebutuhan konsumen dengan

harga yang wajar.

Tingkah laku pasar dapat semakin efisien dengan adanya :

1. Praktek-praktek penentuan harga harus memungkinkan adanya grading dan

standarisasi komoditi pertanian

2. Biaya pemasaran harus seragam

3. Penentuan harga harus bebas dari praktek-praktek kerjasama yang tidak

jujur

4. Intervensi pemerintah dalam bentuk kebijakan harga harus dapat

memperbaiki mutu produk dan peningkatan keputusan konsumen.

Page 28: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Konsep Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan salah satu elemen penting dalam melakukan

analisis tataniaga. Teknologi produksi, skala produksi, intervensi pemerintah, dan

penguasaan sumberdaya tertentu menyebabkan suatu perusahaan memiliki kuasa

pasar yang sangat menentukan struktur pasar tersebut. Menurut Limbong dan

Sitorus (1987), terdapat tiga indikator dalam menganalisis struktur pasar, yaitu, :

(1) konsentrasi pasar dan jumlah produsen, (2) sistem keluar masuk barang yang

terjadi di pasar dan (3) difrensiasi produk.

Menurut Dahl dan Hammond (1977), terdapat empat faktor penentu dari

karakteristik struktur pasar, yaitu (1) jumlah dan ukuran penjual dan pembeli, (2)

keadaan produk yang diperjualbelikan, (3) Kemudahan masuk dan keluar pasar,

(4) pengetahuan konsumen terhadap harga dan struktur biaya produksi.

Ditinjau dari sisi penjualan, maka struktur pasar dibedakan menjadi : (1)

pasar persaingan sempurna, (2) persaingan monopolistik, (3) oligopoli, (4)

monopoli. Sedangkan dari sisi pembeli, maka struktur pasar dapat dibedakan

menjadi : (1) pasar persaingan sempurna, (2) olipgosonistik, (3) olipgosoni, (4)

monopsoni. Karakteristik masing-masing struktur pasar dapat dilihat pada Tabel

3.

Tabel 3 Karakteristik dan Struktur Pasar

Karakteristik Pasar Struktur Pasar

No Jumlah

Pembeli

Jumlah

Penjual

Sifat

Produk

Pengetahuan

Informasi

Pasar

Hambatan

Keluar

Masuk

Pasar

Sisi

Pembeli

Sisi

Penjual

1 Banyak Banyak Homogen Rendah Rendah Persaingan

murni

Persaingan

murni

2 Banyak Banyak Difrensiasi Tinggi Tinggi Persaingan

monopolistik

Persaingan

monopolistik

3 Sedikit Sedikit Homogen Tinggi Tinggi Oligopsoni

murni

Oligopoli

murni

4 Sedikit Sedikit Difrensiasi Tinggi Tinggi Oligopsoni

difrensiasi

Oligopoli

difrensiasi

5 Satu Satu Unik Tinggi Tinggi Monopsoni Monopoli

Sumber : Dahl dan Hammond (1977)

Pengoptimuman efisiensi pemasaran pertanian di negara berkembang dapat

dilakukan dengan kriteria struktur pasar sebagai berikut : (1) ukuran jumlah

pembeli dan penjual harus banyak sehingga menjamin adanya suatu intensitas

persaingan yang memadai dalam hal harga dan kualitas produk, (2) adanya

kebebasan masuk dan keluar pasar bagi lembaga-lembaga pemasaran, (3) jumlah

pembeli harus memadai sehingga mendorong peningkatan efisiensi investasi

dalam usaha pemasaran komoditi pertanian.

Page 29: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Konsep Efisiensi Pemasaran

Efisiensi sistem pemasaran merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai

dalam suatu sistem pemasaran. Efisiensi pemasaran dapat tercapai jika sistem

tersebut dapat memberikan kepuasan pihak-pihak yang terlibat produsen,

konsumen akhir, dan lembaga-lembaga pemasaran. Sistem pemasaran yang

efisien akan tercapai apabila seluruh lembaga pemasaran yang terlibat dalam

kegiatan memperoleh kepuasan dengan aktivitas pemasaran tersebut (Limbong

dan Sitorus dalam Sudiyono 2011). Penurunan biaya input dari pelaksanaan

pekerjaan tertentu tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan output barang dan

jasa menunjukkan efisiensi.

Pengukuran efisensi pemasaran dapat menggunakan pendekatan efisiensi

operasional dan efisiensi penetapan harga. Efisiensi operasional digunakan untuk

mendekati efisensi produksi sedangkan penetapan harga digunakan untuk

medekati efisiensi distribusi dan kombinasi produk optimum.

Efisiensi operasional diukur dengan membandingkan output pemasaran

terhadap input pemasaran. Output berupa kepuasan konsumen bukan hanya

terhadap fisik produk, namun termasuk atribut lain dan nilai tambah produk. Input

didekati melalui biaya pemasaran yang dikeluarkan.

Efisiensi penetapan harga berhubungan dengan keefektifan pemasaran

sehingga harga dapat digunakan untuk menilai hasil kerja proses pemasaran dalam

menyampaikan ouput pertanian dari daerah produsen ke konsumen. Usaha

peningkatan efisiensi penetapan harga ini juga harus memungkinkan adanya

perbaikan dalam tata cara pelaksanaan pembelian, penjualan, dan harga dalam

proses pemasaran sehingga terdapat keuntungan yang layak bagi lembaga

pemasaran untuk mengantarkan output pertanian dari daerah produksi ke daerah

konsumsi. Menurut A.M. Saefildin (1969), dalam membangun efisiensi penetapan

harga, diperlukan : (1) terjaminnya banyak alternatif pilihan bagi konsumen,

artinya konsumen tidak berhadapan dengan pasar output yang bersaing tidak

sempurna, (2) perbedaan harga tingkat produsen dengan harga tingkat konsumen,

harus cukup mencerminkan biaya pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, (3)

adanya kebebasan bagi lembaga pemasaran untuk masuk-keluar pasar, artinya

apabila tercapai keuntungan ekonomi, lembaga pemasaran baru boleh masuk

dalam pasar dan apabila tidak tercapai keuntungan normal, lembaga pemasaran

boleh keluar pasar.

Konsep Farmer’s Share

Menurut Khols dan Uhls (1990), farmer’s share adalah persentase harga

yang diterima petani sebagai imbalan dari kegiatan usahatani yang dilakukannya

dalam menghasilkan suatu komoditas. Nilai farmer’s share ditentukan oleh

besarnya rasio harga yang diterima oleh produsen terhadap harga yang yang

dibayarkan oleh konsumen. Secara matematik dapat dirumuskan :

Keterangan :

Fs = farmer’s share

Pf = harga di tingkat petani

Page 30: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Pr = harga di tingkat konsumen

Farmer’s share dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran

dari sisi pendapatan petani. Saluran yang efisien pada umumnya saat farmer’s

share saluran tersebut bernilai paling besar diantara saluran lain dan total marjin

pemasarannya bernilai paling kecil. Ketentuan ini tidak selalu dapat diandalkan

dengan mempertimbangkan fungsi-fungsi dan manfaat yang dihasilkan oleh

lembaga-lembaga tataniaga dalam saluran tersebut.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Barat meski

laju alih fungsi lahan meningkat setiap tahun. Hal ini dapat dilihat berdasarkan

nilai pencapaian target produksi padi yang ditetapkan setiap tahun, seperti pada

Tabel 4.

Tabel 4 Pencapaian Target Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, Produksi

Komoditi Padi Kabupaten Cianjur Tahun 2013

Uraian

Padi Sawah Padi Ladang Jumlah

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Persentase

1.Luas

Tanam

(Ha)

133 177 138 852 20 756 18 787 154 533 157 639 102.01

2.Luas panen

(Ha)

126 832 139 910 20 612 18 636 147 444 158 546 107.53

3.Produktivitas

(Ton/Ha)

6.557 6.176 3.76 3.19 6.158 5.840 94.84

4.Produksi

GKG (Ton)

831 637 864 117 76 88 61 849 908 025 925 996 101.98

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2013)

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati No. 520/Kep.168-Distan/2013,

Kecamatan Cibeber merupakan salah satu daerah unggulan tanaman padi di

Kecamatan Cibeber dengan total produksi gabah kering giling (GKG) pada tahun

2013 mencapai 45 231 ton GKG dengan persentase pencapaian target oleh Dinas

Pertanian Cianjur 107.19 persen di wilayah tersebut. Produksi padi yang besar ini

seharusnya dapat menghasilkan beras yang dengan mudah dibeli dan dikonsumsi

masyarakat, termasuk penduduk Kecamatan Cibeber yang berjumlah 118 813 jiwa

(Badan Pusat Statistika Kabupaten Cianjur 2012).

Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani yang berfluktuasi sekitar

Rp 3 000-Rp 4000 masih cukup jauh dari rata-rata harga berasnya di pasar yakni

Rp 8 533 (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur 2013). Penurunan harga gabah

akibat panen raya juga sering membuat pendapatan petani tidak maksimal padahal

petani sebagai salah satu bagian dalam tataniaga perlu mendapatkan insentif yang

merata untuk meningkatkan pertumbuhan di sektor ini.

Analisis pemasaran perlu dilakukan pada perdagangan beras yang ada untuk

mengidentifikasi dan mengatasi masalah pemasaran pada komoditi ini. Analisis

Page 31: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

yang dilakukan mengidentitikasi tentang lembaga dan saluran pemasaran beras,

marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran

dan struktur serta perilaku pasar pada setiap saluran pemasaran. Melalui penelitian

ini diharapkan dapat tercipta dan dipilih pola pemasaran beras yang semakin

efisien.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

1. Kecamatan Cibeber merupakan daerah unggulan produksi tanaman pangan

padi di Kabupaten Cianjur menurut Surat Keputusan Bupati No.

520/Kep.168-Distan/2013

2. Harga gabah di tingkat petani mengalami perbedaan harga pembelian

dengan pola pemasaran yang berbeda

Sistem pemasaran beras

(Produksi padi Ciherang di

Kecamatan Cibeber, Kabupaten

Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

Fungsi

pemasaran

Perilaku pasar

Aktivitas pembelian dan

penjualan, penentuan harga, sistem

pembayaran, kerjasama lembaga

pemasaran

Harga di tingkat petani dan harga di

tingkat konsumen akhir

Farmer’s share

Rasio

keuntungan

terhadap biaya

pemasaran

Lembaga dan

saluran pemasaran

Identifikasi efisiensi operasional pemasaran beras di Kecamatan Cibeber

Saran kepada petani dan lembaga terlibat pemasaran beras di Kecamatan Cibeber

Marjin pemasaran

Jumlah serta ukuran penjual dan

pembeli , sifat produk, hambatan

keluar masuk-pasar, informasi pasar

Struktur pasar

Harga penjualan dan pembelian di

setiap lembaga

Page 32: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan tempat penelitian memiliki kesesuaian dengan topik yang akan

dianalisis yakni pemasaran beras dari hasil produksi padi yang sangat besar dari

Kecamatan Cibeber. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Cibeber, Kabupaten

Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan di 3 desa sampel yang

mewakili 18 desa di Kecamatan tersebut. Ketiga desa yang dipilih yakni Desa

Salamnunggal, Karangnunggal dan Cisalak. Ketiga desa dengan hasil produksi

padi yang besar di Kecamatan Cibeber ini diharapkan mampu menggambarkan

keadaaan umum tataniaga padi di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur.

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara dan observasi. Data sekunder

dari studi literatur buku-buku dan hasil penelitian yang relevan, artikel terkait

topik penelitian, data dan informasi dari Dinas Pertanian Jawa Barat dan Cianjur,

Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Cibeber, Badan Pusat Statistik Indonesia

dan lain sebagainya.

Pengambilan data menggunakan metode snowball sampling dengan

mengikuti alur pemasaran mulai dari petani sebagai produsen sampai ke tingkat

konsumen. Dari tingkat petani akan diketahui aliran produk dan lembaga apa saja

yang terlibat dalam proses pemasaran. Metode ini menggunakan informasi dari

responden sebelumnya sehingga responden yang terpilih di saluran pemasaran

akan disesuaikan dengan pola pemasaran yang terdapat di lokasi penelitian.

Tahap awal melibatkan masing-masing 10 orang petani dari desa sampel

yang menjadi lokasi pengambilan sampel sehingga terdapat 30 petani yang terlibat

secara keseluruhan sebagai responden awal. Berikutnya proses wawancara

melibatkan lembaga-lembaga pemasaran yakni 4 orang tengkulak, 1 penggiling, 2

pengumpul besar dan pabrik beras dalam desa, 1 pabrik beras dengan skala lebih

besar diluar desa, 3 distributor di Cianjur, 3 distributor di Jakarta, 3 pengecer di

Cianjur dan 3 pengecer di Jakarta.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sejak Januari hingga Maret 2014. Metode

digunakan untuk pengumpulan data adalah metode obsevasi langsung,

wawancara, pembagian kuisioner, akses internet dan informasi dari skripsi, buku,

literatur. Observasi merupakan pengamatan langsung untuk mengamati dan

menganalisis kondisi petani, tengkulak, pabrik beras dan lembaga lain yang

terlibat dalam saluran pemasaran. Wawancara dilakukan dengan menyiapkan

daftar dan kerangka pertanyaan serta membagi kuisioner. Akses data sekunder

Page 33: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

juga dilakukan dengan browsing di internet terkait artikel, jurnal dan tulisan

ilmiah yang terkait dengan topik penelitian.

Responden petani dipilih secara purposive sampling dengan kriteria yang

telah ditetapkan, yakni petani padi Ciherang. Informasi dari lembaga pemasaran

didapatkan dengan menggunakan teknik snowball sampling dari petani hingga

konsumen akhir. Dalam pengumpulan data, peneliti didampingi oleh penyuluh

dari Dinas Pertanian Cianjur.

Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis saluran tataniaga, struktur pasar

dan perilaku pasar sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis

marjin tataniaga, farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya. Dalam

pengolahan data padi di setiap lembaga pemasaran dikonversi menjadi gabah

kering giling (GKG). Hal ini berdasarkan nilai konversi GKP ke GKG sebesar

86.02 persen dan GKG ke beras sekitar 62.74 persen (Dinas Pertanian dan

Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur 2013).

Analisis Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran merupakan organisasi yang saling tergantung dan terlibat

dalam penyampaian atau pengaliran produk dari produsen hingga konsumen

akhir. Analisis saluran tataniaga beras di Kecamatan Cibeber dapat dilakukan

dengan pendekatan terhadap setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran.

Peneliti mengambil sampel sebanyak 30 petani dari 3 desa berbeda untuk

diwawancarai secara langsung termasuk menggunakan kuisioner. Berikutnya

peneliti mewawancarai lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat sesuai dengan

informasi dari petani atau lembaga pemasaran sebelumnya. Apabila harga yang

berlaku berbeda pada lembaga dalam saluran yang sama, peneliti akan mengambil

rata-rata dari harga jual atau harga beli oleh para pelaku pemasaran tersebut.

Perbedaan saluran pemasaran berpengaruh terhadap pembagian pendapatan yang

diterima oleh masing –masing lembaga dalam saluran.

Analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran

Analisis lembaga pemasaran bertujuan untuk mengetahui fungsi-fungsi

pemasaran yang dilakukan dalam menyalurkan produk. Fungsi-fungsi secara

umum dibagi menjadi fungsi pertukaran, fungsi fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

Aktivitas yang dijalankan oleh setiap lembaga dan saluran pemasaran diamati oleh

peneliti dan ditentukan apakah memenuhi ketiga fungsi pemasaran secara umum.

Fungsi pertukaran terdiri dari aktivitas penjualan dan pembelian. Fungsi fisik

meliputi aktivitas penyimpanan, pengolahan, pengangkutan, pengemasan. Fungsi

fasilitas meliputi aktivitas penanggungan risiko, informasi pasar, permodalan dan

standarisasi. Setiap aktivitas dalam fungsi tersebut diperiksa oleh peneliti dan

diberi tanda centang apabila memenuhi dan hasilnya ditunjukkan oleh tabel fungsi

Page 34: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

tataniaga di setiap lembaga. Analisis diperlukan untuk mengetahui aktivitas, biaya

yang dikeluarkan dan fasilitas yang dibutuhkan dari setiap lembaga. Selanjutnya

berdasarkan analisis lembaga dan fungsi pemasaran ini akan dapat dihitung besar

marjin tataniaga.

Analisis Stuktur Pasar

Analisis struktur pasar dianalisis secara kulititatif yakni berdasarkan jumlah

penjual dan pembeli, sifat difrensiasi produk, pengetahuan dan informasi pasar

serta hambatan untuk masuk-keluar pasar. Peneliti menentukan nilai dari masing-

masing kriteria tersebut berdasarkan hasil pengamatan di lapangan. Struktur pasar

yang mungkin dihadapi oleh pelaku pemasaran adalah pasar persaingan sempurna,

persaingan monopolistik, oligopoli dan monopoli. Secara normatif, pemasaran

yang efisien adalah struktur pasar persaingan sempurna, namun secara realita

struktur pasar ini hampir tidak dapat ditemukan.

Analisis Perilaku Pasar

Usaha dan aktivitas dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam

pemasaran sangat dibutuhkan. Kegiatan pembelian, penjualan, penetapan harga,

cara pembayaran dan kerjasama yang dilakukan setiap lembaga pemasaran

merupakan perilaku yang berhubungan struktur pasar yang dihadapi. Analisis

perilaku pasar bermanfaat untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan konsumen

yang berkarakter.

Analisis Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran pada penelilitian ini diukur berdasarkan efisiensi

operasional atau teknis yang berhubungan dengan aktivitas pemasaran yang

meningkatkan atau memaksimumkan rasio output-input pemasaran. Nilai output

merupakan penilaian konsumen terhadap barang yang dikonsumsi dimana tidak

hanya penilaian fisik saja, namun termasuk atribut yang dapat memberikan

kepuasan bagi konsumen. Nilai input adalah semua biaya pemasaran yang timbul

karena adanya sistem pemasaran, namun termasuk keuntungan yang diterima

lembaga-lembaga pemasaran. Efisiensi operasional pemasaran padi pada

penelitian ini diukur berdasarkan marjin pemasaran, farmer’s share serta analisis

keuntungan dan biaya. Selain itu, dilihat juga saluran pemasarannya, fungsi-fungsi

pemasaran, struktur dan perilaku pasar.

Analisis Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran berguna untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran

padi di Kecamatan Cibeber. Marjin dihitung dari selisih antara harga penjualan

dengan harga pembelian di setiap lembaga. Marjin pemasaran digunakan untuk

mengetahui perbedaan pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga

pemasaran yang terlibat. Secara luas, marjin merupakan cerminan dari aktivitas-

Page 35: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

aktivitas bisnis atau fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan dalam sistem

pemasaran tersebut. Artinya, marjin merupakan kumpulan balas jasa karena

kegiatan produktif dalam mengalirnya produk dari petani sampai ke konsumen

akhir. Secara sistematis, marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

MT = ∑Mi ..................................................................................................... 1

Mi = Psi-Pbi .................................................................................................. 2

Mi = Ci + ................................................................................................... 3

Psi-Pbi= Ci + ............................................................................................. 4

Sehingga keuntungan lembaga di tingkat ke-i

i = Psi – Pbi – Ci ........................................................................................ 5

Keterangan :

Mi : Marjin pemasaran tingkat ke-i

Psi : Harga jual pasar tingkat ke-i

Pbi : Harga beli pasar tingkat ke-i

Ci : Biaya lembaga pemasaran tingkat ke-i

i : Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i

MT : Marjin total

Analisis Farmer’s Share

Analisis farmer’s share digunakan untuk mengetahui persentase harga yang

diterima oleh petani padi terhadap harga di konsumen akhir. Farmer’s share

menjadi salah satu indikator efisiensi pemasaran. Farmer’s share berhubungan

negatif dengan marjin pemasaran. Artinya, semakin tinggi marjin pemasaran maka

semakin kecil bagian yang diperoleh oleh petani. Secara sistematis farmer’s share

dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

Fs = farmer’s share

Pf = harga di tingkat petani

Pr = harga di tingkat konsumen

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Indikator efisiensi pemasaran dapat juga dilihat dari rasio keuntungan

terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya yang semakin merata

menunjukkan sistem efisien secara operasional. Penyebaran rasio keuntungan dan

biaya pada masing-masing lembaga tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut

(Dahl dan Hammond 1977):

Keterangan :

= keuntungan lembaga tataniaga

Ci = biaya tataniaga

Page 36: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Definisi Operasional

Defenisi operasional bertujuan membatasi ruang lingkup penelitian yang

dilakukan. Selain itu, defenisi operasional ini digunakan untuk menjelaskan

variabel yang dianalisis dalam penelitian.

1. Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa elemen yang

saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan;

2. Pemasaran produk agribisnis merupakan keragaaan dari semua aktivitas

bisnis dalam mengalirkan barang/jasa dari petani produsen (usahatani)

sampai ke konsumen akhir;

3. Padi merupakan golongan tumbuhan Graminae yang memiliki ciri khusus

yakni berupa batang yang tersusun dari beberapa ruas yang dapat

menghasilkan gabah sebagai bahan dasar mengahasilkan beras;

4. Beras merupakan produk hasil pengolahan gabah yang menjadi hasil utama

tanaman padi;

5. Hasil produksi adalah hasil produksi fisik berupa gabah kering panen (GKP)

dalam satuan kg/ha/musim atau kg/ha/tahun;

6. Harga jual petani dalam analisis tataniaga adalah harga gabah yang diproses

untuk menghasilkan beras dalam satuan Rp/kg;.

7. Farmer’s share merupakan proporsi atau persentase harga yang diperoleh

petani terhadap harga produk yang mengalir ke konsumen akhir

8. Marjin pemasaran merupakan selisih harga jual dan harga beli oleh suatu

lembaga tataniaga sedangkan marjin total adalah perbedaan harga di tingkat

petani sebagai produsen terhadap harga di konsumen akhir.

GAMBARAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Wilayah Kecamatan Cibeber

Kecamatan Cibeber merupakan salah satu kecamatan yang berada di

wilayah Kabupaten Cianjur. Kecamatan Cibeber secara geografis terletak di 6°52’

Lintang Selatan dan 107°02’-107°13’ Bujur Timur dengan batas wilayah :

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Warungkondang, Kecamatan

Cilaku, Kecamatan Sukaluyu dan Kecamatan Bojongpicung

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Campaka

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung

Kecamatan Cibeber memiliki ketinggian rata-rata 490 meter dari permukaan laut

(mdpl). Desa dengan lokasi tertinggi ialah Karangnunggal dengan tinggi 714 mdpl

dan terendah ialah Girimulya dengan tinggi 400 mdpl.

Luas Kecamatan Cibeber adalah 108.3 km² dengan jumlah penduduk 117

410 jiwa pada tahun 2013. Kecamatan Cibeber terdiri dari 18 desa, 164 RW dan

548 RT. Laju pertumbuhan penduduknya 0.88 dan kepadatan penduduk lebih dari

892 orang per km². Nilai sex ratio atau perbandingan penduduk laki-laki

dibandingkan dengan perempuan adalah sebesar 107.97. Hal tersebut

menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.

Page 37: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Penduduk Kabupaten Cianjur pada umumnya bekerja sebagai petani, begitu

pula di Kecamatan Cibeber. Di kecamatan ini, terdapat 41% keluarga yang

berusaha di sektor pertanian dan 59 persen tersebar di berbagai sektor

nonpertanian ( Statisika Daerah Kecamatan Cibeber Tahun 2012). Padi

merupakan salah satu komoditi yang paling banyak diusahakan di Kecamatan

Cibeber sehingga menjadikan kecamatan ini termasuk produsen padi terbesar

dibandingkan 31 kecamatan lainnya di Kabupaten Cianjur. Pada tahun 2013

kecamatan ini menghasilkan 51 072 ton GKP dari total GKP yakni 1 004 554 di

Kabupaten Cianjur. Padi menjadi komoditi yang diusahakan di 18 desa di

Kecamatan Cibeber seperti ditunjukkan oleh Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Luas Areal Sawah (Ha) Berdasarkan Jenis Irigasi di Kecamatan Cibeber

Tahun 2011

Desa

Irigasi Tadah

Hujan Jumlah Teknis Setengah

Teknis

Sederhana

1.Cibokor - 64.64 67.64 22 154.28

2.Kanoman - 18.00 140.00 21 179.00

3.Cipetir 25 29.69 36.93 18 109.62

4.Cikondang 70 42.50 - - 112.50

5.Cihaur 55 34.76 - - 89.76

6.Sukamanah - - 118.80 18 136.80

7.Salagedang - - 119.00 32 151.00

8.Cibadak 23 - 40.00 16 79.00

9.Girimulya - - 83.98 25 108.98

10.Cimanggu - 30.00 19.83 - 49.83

11.Cisalak 37 42.14 50.66 3 132.80

12.Mayak 15 90.00 39.51 22 166.51

13.Peuteuycondong - 27.00 260.18 8 295.18

14.Sukaraharja 68 80.87 84.00 - 232.87

15.Sukamaju 62 40.00 60.19 - 162.19

16.Cibaregbeg - 40.22 26.31 16 82..53

17.Karangnunggal - - 173.65 22 195.65

18.Salamnunggal - - 168.00 27 195.00

Jumlah 335 540 1 448.68 250 2 663.50

Sumber : Balai Pertanian Kecamatan Cibeber Tahun 2012

Karakteristik Petani Responden

Petani sebagai responden penelitian ini berjumlah 30 orang dan ditentukan

syarat petani tersebut merupakan petani yang mengusahakan padi varietas

Ciherang dan melakukan penjualan hasil panennya pada bulan Januari-Maret

2014. Sebanyak 10 petani diambil dari setiap desa sampel, yakni Cisalak,

Karangnunggal dan Salamnunggal. Sistem pengairan sawah petani responden

Cisalak adalah menggunakan irigasi sederhana sedangkan di Karangnunggal dan

Salamnunggal menggunakan sistem tadah hujan. Selain itu petani di Cisalak telah

Page 38: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

dapat melakukan pemanenan 3 kali dalam setahun sedangkan di Desa

Karangnunggal dan Salamnunggal memiliki rata-rata 2 kali musim panen dalam

setahun. Secara umum, petani responden dalam penelitian ini dapat

diklasifikasikan berdasarkan usia, tingkat pendidikan terakhir, pengalaman usaha

padi, luas lahan dan status lahan yang diusahakan.

Petani responden di 3 desa sampel di Kecamatan Cibeber didominasi oleh

petani yang berusia lebih dari 40 tahun dimana totalnya mencapai 26 orang

(86.6%). Angkatan kerja yang usianya kurang dari 40 tahun pada umumnya lebih

memilih bekerja di sektor non pertanian termasuk menjadi buruh/karyawan. Hal

ini disebabkan luas lahan yang diusahakan terbatas dan minat terhadap usaha

pertanian semakin menurun. Hal ini dimungkinkan karena penghasilan tetap

apabila menjadi buruh/karyawan membuat mereka lebih meminati pekerjaan

tersebut. Berikut Tabel 6 yang menunjukkan sebaran petani responden

berdasarkan usia.

Tabel 6 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Usia

Usia Petani (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase(%)

21-30 2 6.7

31-40 2 6.7

41-50 9 30.0

51-60 8 26.6

>60 9 30.0

Total 30 100.0

Petani yang menjadi responden dalam penelitian didominasi oleh petani

yang berpendidikan terakhir sekolah dasar atau sederajat, yakni 27 orang (90%).

Hal ini dapat mempengaruhi sumber daya di sektor pertanian padi tersebut

menjadi rendah. Informasi pasar dan peluang menjadi lebih sulit dimanfaatkan.

Petani cenderung berusaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri (subsisten).

Sebaran petani berdasarkan tingkat pendidikan terakhirnya ditunjukkan oleh Tabel

7.

Tabel 7 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

SD/Sederajat 27 90.0

SMP/Sederajat 2 6.7

SMA/Sederajat 1 3.3

Total 30 100.0

Sebaran petani berdasarkan lama pengalaman usahatani pada Tabel 8

menunjukkan bahwa mereka telah menekuni usaha tersebut dalam waktu yang

panjang. Petani yang pengalamannya lebih dari 20 tahun berjumlah 25 (86.7%).

Hal ini seharusnya mendorong kemampuan mereka terutama dalam teknik

budidaya dan pemasaran produk mereka. Namun, pada umumnya usaha dipilih

Page 39: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

dan tetap bertahan pada usahatani tersebut justru karena kesulitan untuk mencari

pekerjaan lain karena pendidikan rendah.

Tabel 8 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Lama Pengalaman Usahatani

Padi

Pengalaman Usahatani Padi (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

5-10 1 3.3

11-20 3 10.0

21-30 9 30.0

>30 17 56.7

Total 30 100.0

Umumnya luas lahan yang diusahakan oleh petani responden kurang dari

0.59 ha. Hal ini ditunjukkan oleh Tabel 9. Di sisi lain, hal ini juga dapat

mempengaruhi lemahnya posisi tawar petani sebagai individu dalam sistem

tataniaga akibat ukuran usaha yang rendah. Petani yang luas lahannya kurang dari

0.59 ha berjumlah 26 orang (86.7%).

Tabel 9 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Padi

Luas Lahan (Hektar) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

0.10-0.59 26 86.7

0.60-1.00 1 3.3

>1.00 3 10.0

Total 30 100.0

Berdasarkan status kepemilikan lahan usahatani padi, terdapat petani yang

memiliki lahan secara pribadi sejumlah 14 orang (46.7%). Petani yang menggarap

lahan berjumlah 5 orang (16.7%). Sistem garap yang dimaksud adalah petani

berusaha di lahan orang lain dimana hanya biaya pupuk dan tenaga kerja

pemanenan yang ditanggung bersama oleh petani dan pemilik lahan, selebihnya

ditanggung oleh petani. Sistem sewa yang berlaku adalah petani menanggung

seluruh biaya budidaya dan pemanenan dimana lahan yang diusahakannya adalah

milik orang lain. Sebagai biaya sewa, petani harus memberikan 300 kg GKP

kepada pemilik lahan untuk setiap hektar lahan yang disewanya. Petani yang

menggunakan sistem sewa adalah 4 orang (13.3%). Selengkapnya mengenai status

kepemilikan lahan responden ditunjukkan oleh Tabel 10.

Page 40: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Tabel 10 Sebaran Petani Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Usahatani Padi

Status Kepemilikan Lahan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

Milik Pribadi 14 46.7

Garap 5 16.7

Sewa 4 13.3

Milik Pribadi dan Garap 6 20.0

Milik Pribadi dan Sewa 1 3.3

Total 30 100.0

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Lembaga dalam Sistem Pemasaran

Lembaga pemasaran dalam penelitian ini merupakan individu atau

kelompok yang terlibat dalam menyalurkan barang dari produsen atau petani padi

varietas Ciherang sampai ke konsumen akhir. Sistem pemasaran dalam penelitian

ini melibatkan beberapa lembaga seperti petani, tengkulak, penggiling, pengumpul

besar dan pabrik beras dalam desa, pabrik beras luar desa, distributor dan

pengecer. Berikut pengertian dari lembaga tataniaga yang dimaksud :

1. Petani adalah produsen yang melakukan usahatani atau budidaya padi yang

menghasilkan gabah kering panen (GKP) yang kemudian dijual kepada

lembaga tataniaga selanjutnya.

2. Tengkulak adalah lembaga perantara yang menyalurkan GKP dari petani

kepada lembaga pemasaran selanjutnya. Pada umumnya tengkulak

menjemput hasil panen langsung dari petani sehingga lembaga ini banyak

dipilih petani karena membantu padi yang sering kesulitan dalam

memasarkan hasil panennya terutama karena terkendala alat pengangkutan.

Terdapat 4 tengkulak dari 3 desa sampel yang menjadi responden dalam

penelitian ini.

3. Penggiling merupakan lembaga pemasaran yang melakukan pengolahan

GKP menjadi beras. Beras kemudian dijual ke lembaga tataniaga

selanjutnya tanpa menggunakan merek pabrik. Penggiling pada umumnya

berskala kecil dan kapasitas penggilingan kurang dari 1 ton. Penggiling juga

lebih banyak melakukan aktivitas jasa penggilingan gabah milik petani dan

kemudian beras kembali diperoleh petani untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga petani. Pada penelitian ini, terdapat 1 responden penggilingan

di Desa Karangnunggal milik Bapak Fahruddin.

4. Pengumpul besar dan pabrik beras dalam desa adalah lembaga yang

membeli GKP dimana terdapat GKP yang tanpa diolah dan dijual lagi

kepada lembaga lain atau pabrik beras lain. Sebagian GKP diolah menjadi

beras dan dikemas dengan menggunakan merek dari pabrik. Kapasitas

penggilingan pabrik dalam desa ini adalah 3-6 ton padahal lembaga ini

dapat memperoleh gabah dalam jumlah besar dari petani karena lokasinya

berada di sekitar lahan usaha dan tempat tinggal petani. Dalam penelitian ini

terdapat 2 responden di Desa Cisalak dan Salamnunggal masing-masing

milik Pak Rohidin dan Pak Effendi.

Page 41: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

5. Pabrik beras luar desa adalah lembaga yang mengolah GKP menjadi beras

dan dikemas dengan menggunakan merek pabrik tersebut. Kapasitas

penggilingan pabrik mencapai 20 ton seperti yang terdapat pada PB Jayasa

yakni responden dalam penelitian ini. Lokasinya berada dalam Kecamatan

Cibeber, namun berada diluar desa sampel. Pabrik beras ini jugalah yang

membeli gabah dari pengumpul besar di desa sampel.

6. Distributor adalah lembaga tataniaga yang melakukan penjualan dan

pembelian beras dalam skala besar dan pada umumnya menjual kembali

beras tersebut kepada pengecer. Terdapat 3 distributor di Cianjur yang

menjadi responden dengan kapasitas penyimpanan rata-rata mencapai 5-10

ton. Di Cipinang Jakarta, terdapat 3 distributor besar yang kapasitas

penyimpanannya mencapai 600 ton beras per gudang meskipun beras dari

Cianjur yang masuk rata-rata kurang dari 10 persen kapasitas penyimpanan

tersebut.

7. Pengecer adalah lembaga pemasaran yang melakukan pembelian dan

penjualan beras dalam skala lebih kecil dibandingkan distributor dan beras

tersebut kemudian dijual kepada konsumen akhir. Pada penelitian ini

terdapat 3 responden pengecer di Pasar Induk Cianjur dan 3 responden

pengecer di Pasar Cipinang.

Analisis Fungsi Pemasaran Setiap Lembaga Tataniaga

Fungsi pemasaran secara umum merupakan aktivitas bisnis yang terjadi atau

proses dalam sistem pemasaran yang akan meningkatkan dan atau menciptakan

nilai untuk memenuhi kepuasan konsumen. Berdasarkan pendekatan fungsi,

terdapat beberapa fungsi dalam pemasaran yakni fungsi pertukaran, fungsi fisik

dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian

yang merupakan aktivitas perpindahan hak milik barang/jasa. Fungsi fisik terdiri

dari fungsi penyimpanan, pengolahan, pengangkutan dan pengemasan sebagai

aktivitas penanganan, pergerakan dan perubahan fisik dari produk/jasa dan

turunannya. Fungsi fasilitas merupakan aktivitas yang memperlancar fungsi

pertukaran dan fisik yang terdiri dari fungsi penanggungan risiko, pembiayaan,

standarisasi dan informasi pasar. Pada penelitian ini, lembaga pemasaran yang

terlibat secara umum menjalankan fungsi pemasaran seperti yang terdapat pada

Tabel 11.

Page 42: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Tabel 11 Fungsi Pemasaran di Setiap Lembaga Pemasaran

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat setiap lembaga menjalankan fungsi-

fungsi pemasaran dan hal tersebut dapat bermanfaat dalam menganalisis biaya-

biaya pemasaran berdasarkan aktivitas yang dilakukan. Berikut merupakan

penjelasan aktivitas yang dijalankan setiap lembaga sebagai fungsi pemasaran.

1. Fungsi Pemasaran di Tingkat Petani

Seluruh petani responden dalam penelitian ini melakukan fungsi pertukaran

yakni aktivitas penjualan gabah kering panen (GKP). Beberapa petani memang

sengaja menyimpan hasil panennya dan tidak untuk dijual, namun aktivitas

tersebut tidak termasuk dalam volume yang menjadi bagian sistem pemasaran

dalam penelitian ini. Penyimpanan tersebut dilakukan oleh petani untuk menjaga

persediaan pangan dalam rumah tangga mereka dengan cara membayar biaya

penggilingan gabah kering giling (GKG) ke pabrik sebesar Rp 15/kg. Proses

penjemuran dilakukan sendiri oleh petani yang memang dapat memakan waktu 3-

4 hari. Petani yang terlibat dalam sistem pemasaran ini pada umumnya menjual

GKP karena minimnya lahan untuk penjemuran dan ingin mendapatkan uang

dalam waktu singkat.

Fungsi fisik berupa pengemasan biasanya dilakukan oleh petani yang

menjual hasil panennya kepada penggiling atau pengumpul besar dan pabrik beras

dalam desa. Dengan melakukan pengemasan, petani mengeluarkan biaya

pengemasan Rp 300/karung yang berkapasitas 50 kg atau Rp 6/kg. Biaya tersebut

sebagai upah pengemasan tenaga kerja pemanenan. Karung sebagai kemasan

secara terus menerus digunakan apabila masih bagus. Setiap petani mengantarkan

GKP dalam karung, lembaga pemasaran selanjutnya sebagai pembeli GKP akan

mengganti atau mengembalikan karung yang digunakan oleh petani tersebut.

Fungsi fisik lain seperti pengangkutan juga dilakukan oleh petani saat ingin

menjual langsung hasil panennya kepada penggiling atau pengumpul besar dan

Fungsi

Pemasaran

Lembaga Pemasaran

Petani Tengkulak RMU Pengumpul

Besar

Pabrik

Beras

Distributor Pengecer

Fungsi

Pertukaran

Beli

Jual

Fungsi

Fisik

Simpan

Angkut

Olah

Kemas

Fungsi

Fasilitas

Risiko

Modal

Standarisasi

Informasi

Pasar

Page 43: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

pabrik beras. Biaya pengangkutan adalah sebesar Rp 50/kg dengan menggunakan

motor atau ojek.

Fungsi fasilitas berupa penanggungan risiko produksi dan harga ditanggung

oleh petani. Kualilatas gabah sering menjadi penyebab risiko harga ditambah lagi

mekanisme pasar yakni dari sistem penawaran dan permintaan beras yang

mengakibatkan fluktuasi harga. Fungsi pemodalan atau pembiayaan dilakukan

petani dengan modal sendiri dan peminjaman dari petani lain ataupun lembaga

pemasaran seperti pabrik beras dan pengumpul besar. Informasi pasar diperoleh

petani dari penyuluh, sesama petani, tengkulak atau pabrik bahkan informasi dari

lokasi pasar secara langsung seperti pasar tingkat kecamatan.

2. Fungsi Pemasaran di Tingkat Tengkulak

Fungsi pertukaran dilakukan oleh oleh tengkulak dengan membeli GKP dari

petani dan kemudian dijual kepada lembaga pemasaran selanjutnya seperti

penggiling atau pengumpul besar dan pabrik beras dalam desa.

Umumnya, tengkulak menjemput langsung hasil panen petani langsung dari

sawah pasca panen. Tengkulak dengan tujuan penjualan ke penggiling

mengeluarkan biaya pengangkutan sebesar Rp 50/kg dan biaya pengemasan sama

seperti di tingkat petani yakni Rp 6/kg. Tengkulak yang melakukan pembelian

hasil panen cukup besar yakni 2 000-4 000kg menjual hasil panennya ke

pengumpul besar dan pabrik beras. Biaya pengangkutan pada aktivitas ini sekitar

Rp 150 000 dengan menggunakan mobil. Hal ini tentu lebih efisien karena biaya

pengangkutan menjadi Rp 37.5/kg, namun tengkulak harus mengeluarkan biaya

pemuatan dan bongkar muatan masing-masing sebesar Rp 10/kg. Fungsi lain

seperti penyimpanan juga sering dilakukan oleh tengkulak untuk mengumpulkan

hasil panen dari petani lainnya.

Risiko fluktuasi harga juga ditanggung oleh tengkulak mengikuti

mekanisme pasar. Harga beras di tingkat pasar sering menjadi indikator dalam

fluktuasi harga gabah di tingkat petani. Risiko penyusutan juga dialami oleh

tengkulak terutama saat meyimpan gabah dalam waktu lebih dari 2 hari. Fungsi

pemodalan dilakukan oleh tengkulak dengan mencari pinjaman dari pengumpul

besar dan pabrik beras. Fungsi informasi pasar didapat petani dari pabrik beras

yang menjual beras ke pasar, namun tengkulak juga dengan mudah memperoleh

informasi pasar termasuk dari pasar induk yang berada di Cianjur.

3. Fungsi Pemasaran di Tingkat Penggiling

Penggiling melakukan fungsi pertukaran berupa pembelian GKP dari petani

dan atau tengkulak. Penjualan beras, hasil olahan gabah tersebut, dilakukan ke

pengecer dan konsumen.

Fungsi fisik berupa penyimpanan dilakukan oleh penggiling baik

penyimpanan gabah sebelum digiling maupun penyimpanan beras sebelum dijual.

Fungsi fisik berupa pengolahan juga dilakukan oleh penggiling dimulai dari

penjemuran dengan biaya Rp 50/kg, penggilingan sebesar Rp 15/kg dan sortasi

menir dari beras yang digiling kemudian dikemas sebesar Rp 250/kg. Kemasan

yang digunakan penggiling adalah karung yang harganya Rp 1 100 untuk ukuran

50 kg atau senilai dengan Rp 22/kg beras. Penggilingan sendiri menggunakan

mesin ichi dan molen yang harganya berkisar Rp 7 juta dan Rp 4 juta. Selain itu,

proses penggilingan dibantu mesin penggerak yang dibeli dengan harga Rp 4.5

juta dengan penggunaan bahan bakar Rp 130/kg beras. Transportasi penjualan

menambah biaya saat penggiling yang skalanya kecil tersebut ingin menjual

Page 44: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

berasnya ke pengecer. Biaya tersebut sebesar Rp 50/kg beras sebagai ongkos

sepeda motor atau ojek.

Risiko harga ditanggung oleh penggiling mengikuti fluktuasi harga beras.

Selain itu kualitas gabah yang tidak stabil juga sering menjadi risiko di tingkat

penggiling. Rendemen gabah menjadi beras terkadang hanya mencapai 40 persen

saat digiling apabila kualitas gabah tersebut rendah. Fungsi pembiayaan atau

pemodalan dilakukan dengan pinjaman atau hasil keuntungan dari proses

penggilingan. Sebagai fungsi informasi pasar, penggiling selalu mengikuti

informasi harga di tingkat pasar induk dan melakukan penjualan kepada

pengecernya dengan selisih harga lebih murah Rp 200.

4. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam

Desa

Fungsi pertukaran berupa penjualan dan pembelian dilakukan oleh

pengumpul besar, yakni dengan membeli GKP dan menjual kembali GKP atau

GKG ke pabrik dengan skala yang biasanya lebih besar. Sebagai pabrik beras,

pabrik juga membeli GKP dan kemudian melakukan penjualan dalam bentuk

beras.

Fungsi fisik sebagai pengumpul besar adalah aktivitas penyimpanan

sebelum dijual kembali ke pabrik yang skalanya lebih besar. Selain itu, terdapat

juga proses perubahan fisik GKP menjadi GKG dengan cara dijemur dengan biaya

Rp 40/kg. Proses pengolahan sebagai pabrik beras membutuhkan biaya lain selain

biaya penjemuran diantaranya biaya penggilingan Rp 15/kg, sortir Rp 150/kg dan

pengemasan Rp 0.3/kg beras. Pabrik beras juga menggunakan kemasan yang

harganya Rp 1 300/karung dengan kapasitas 50 kg atau biaya karung adalah Rp

26/kg. Karung tersebut dibuat dan dibeli di Kabupaten Cianjur. Karung sebagai

kemasan juga disertai merek dari pabrik tersebut. Beras yang dijual juga

mengalami proses pemindahan tempat sehingga membutuhkan biaya pemuatan

,bongkar muatan dan biaya pengangkutan. Biaya pemuatan dan bongkar muatan

masing-masing sebesar Rp 10/kg. Untuk penjualan ke pabrik beras dan distributor

yang berada di Cianjur biaya transportasi sekitar Rp 37.5/kg sedangkan yang

berada di kota lain seperti Jakarta, yakni Pasar Cipinang, membutuhkan biaya

transportasi Rp 125/kg. Untuk penjualan ke kota lain seperti Jakarta, pabrik beras

tersebut juga harus menyiapkan biaya retribusi sekitar Rp 10/kg. Selain itu,

pengumpul besar dan pabrik beras juga harus menyiapkan biaya penimbangan

sebesar Rp 10/kg apabila ingin menjual GKP dan GKG ke pabrik beras yang

skalanya umumnya lebih besar.

Risiko produksi yang dialami oleh pengumpul besar dan pabrik beras

adalah penyusutan gabah tersebut terutama saat digiling karena hanya sekitar 54

persen GKP yang nantinya menjadi beras. Apabila kondisi gabah buruk, nilai itu

bisa menurun menjadi 40 persen. Risiko harga di pasar terutama saat penawaran

beras di tingkat pasar tinggi dengan masuknya beras impor juga dirasakan oleh

pengumpul besar dan pabrik beras tersebut. Fungsi pembiayaan di tingkat

lembaga ini juga sering melalui pinjaman ke perbankan. Selain itu, terdapat fungsi

pembiayaan dengan cara mengagunkan atau menggadaikan gabah yang dimiliki

pengumpul besar tersebut dengan sistem resi gudang. Dalam sistem resi gudang

tersebut, sebelumnya gabah mengikuti prosedur registrasi sehingga nantinya

mendapatkan pelayanan asuransi, uji mutu, dan bongkar muat. Bukti

penyimpanan dengan sistem resi gudang dapat menjadi alat bantu bagi pengumpul

Page 45: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

besar mendapatkan pinjaman ke perbankan. Meskipun pemilik gabah harus

mengeluarkan biaya penyimpanan sebesar Rp 100/kg pada bulan pertama dan Rp

25 pada bulan selanjutnya dan minimum penyimpanan 10 000 kg, sistem resi

gudang ini dimanfaatkan oleh pengumpul besar terutama saat panen raya dan

harga gabah sedang rendah. Standarisasi dilakukan oleh pabrik beras setelah beras

digiling dan diperhatikan beberapa kriteria seperti jumlah patahan beras, menir,

aroma dan warna beras tersebut. Fungsi informasi pasar sendiri dilakukan oleh

pengumpul besar dan pabrik beras seperti dengan mengikuti dan mempelajari

fluktuasi harga di tingkat distributor dan pasar induk.

5. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pabrik Beras luar Desa

Pabrik beras melakukan fungsi pertukaran yakni pembelian GKP dan GKG

dan menjual beras ke distributor.

Fungsi fisik dilakukan oleh pabrik beras dengan meningkatkan nilai tambah

tempat dengan biaya Rp 37.5 untuk daerah Cianjur dan Rp 125 untuk daerah

Jakarta. Dalam hal ini juga muncul biaya pemuatan dan bongkar muat masing-

masing Rp 10/kg. Biaya retribusi saat menjual ke Jakarta ditanggung oleh pabrik

beras, yakni sebesar Rp 10/kg. Selain itu, untuk mengubah fisik gabah dilakukan

pengolahan yang menimbulkan beberapa biaya, yakni biaya pengeringan Rp

10/kg, penjemuran Rp 40/kg, penggilingan Rp 15/kg, pemolesan Rp 12/kg,

penyortiran Rp 150/kg, pengemasan 0.3/kg dan harga kemasan Rp 2 500 untuk

kapasitas Rp 25 kg atau biaya kemasan senilai Rp 100/kg beras. Kemasan disertai

merek dan cap halal. Mesin mesin yang digunakan adalah pemoles seharga Rp

610 juta, tungku seharga 160 juta, pengering Rp 800 juta, penggerak Rp 800 juta,

penggiling Rp 800 juta dan pengering berkisar Rp 500 juta. Sumber energi di

pabrik menggunakan energi listrik yang biayanya Rp 15 juta-16 juta untuk

menghasilkan beras 600 ton. Fungsi penyimpanan juga dilakukan oleh pabrik

beras, baik penyimpanan gabah maupun beras.

Fungsi fasilitas berupa penanggungan risiko yang bersumber dari kualitas

dan persediaan gabah, fluktuasi harga beras, kualitas sumber daya dimilki

merupakan risiko yang dihadapi oleh pabrik beras. Aktivitas standarisasi terutama

saat penjualan beras dilakukan oleh pabrik beras untuk menjaga kerjasama dan

harga jual kepada distributor. Informasi pasar diperoleh dan digunakan oleh

pabrik beras termasuk mengenai kebijakan pemerintah dari media cetak, informasi

harga di tingkat distributor dan pasar induk.

6. Fungsi Pemasaran di Tingkat Distributor

Fungsi pertukaran di tingkat distributor adalah melalui aktivitas pembelian

dan penjualan beras baik ke pengecer maupun konsumen akhir.

Fungsi fisik berupa pemuatan, bongkar muat dan pengangkutan dilakukan

untuk penjualan ke tingkat pengecer yang masing-masing biayanya sebesar Rp

10/kg, Rp 10/kg dan Rp 37.5/kg. Fungsi fisik lain seperti penyimpanan juga

dilakukan oleh distributor, bahkan harga sewa per gudang di Cipinang mencapai

Rp 180 per gudang setiap tahun dengan kapasitas penyimpanan 600 ton.

Fungsi fasilitas seperti penanggungan risiko terutama dihadapi oleh

distributor yang bersumber dari fluktuasi harga. Aktivitas standarisasi dilakukan

oleh distributor untuk menetapkan harga jual. Fungsi pemodalan sendiri banyak

menggunakan pinjaman kepada perbankan. Informasi pasar sendiri sebagai bagian

dari fungsi fasilitas diperoleh dengan mempertimbangkan penawaran dari beras

dari tingkat pabrik dan permintaan dari pengecer atau konsumen. Informasi pasar

Page 46: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

dari sesama distributor juga menjadi hal yang penting diperoleh oleh distributor

tersebut.

7. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pengecer

Pengecer melakukan penjualan dan pembelian beras. Pembelian berasal dari

penggiling atau pabrik beras dan kemudian dijual kepada konsumen akhir.

Pengecer menggunakan tenaga kerja dalam membantu penjualan kepada

konsumen akhir yang upahnya menjadi biaya yang ditanggung oleh pengecer,

yakni Rp 50/kg beras.

Fungsi fisik berupa penyimpanan beras dilakukan oleh pengecer meskipun

pada umumnya dalam waktu sangat pendek. Fungsi pengemasan menyesuaikan

pembelian konsumen apakah menggunakan kemasan kecil karena pembelian

sedikit atau bahkan pengecer tidak melakukan pengemasan lagi karena konsumen

langsung membeli beras sesuai dengan jumlah yang dimuat karung beras.

Fungsi fasilitas berupa penanggungan risiko harga ditanggung oleh

pengecer apabila beras telah dibelinya dari distributor atau pabrik beras. Fungsi

standarisasi dilakukan oleh pengecer, yakni berdasarkan kualitas beras. Fungsi

pembiayaan dapat berasal dari milik sendiri maupun pinjaman ke orang lain atau

perbankan.

Identifikasi Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran secara umum merupakan serangkaian lembaga

penggiling yang mengambil alih hak atas barang dan jasa, dalam hal ini hasil

panen padi varietas Ciherang, dimulai dari petani sebagai produsen sampai ke

konsumen akhir.

Gambar 3 Saluran Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber dengan

Konsumen Akhir di Cianjur

: Saluran 1

: Saluran 2

: Saluran 3

: Saluran 4

: Saluran 5

: Saluran 6

: Saluran 7

Keterangan :

Page 47: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Gambar 4 Saluran Pemasaran Beras Ciherang di Kecamatan Cibeber dengan

Konsumen Akhir di Jakarta

Berdasarkan pengamatan di lapangan, terdapat 10 pola saluran pemasaran

beras Ciherang, yakni :

1. Petani-Tengkulak-Penggiling-Pengecer-Konsumen (di Cianjur)

2. Petani-Penggiling-Pengecer-Konsumen (di Cianjur)

3. Petani-Tengkulak-Penggiling-Konsumen (di Cianjur)

4. Petani-Tengkulak-Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa-

Distributor-Pengecer-Konsumen (di Cianjur)

5. Petani-Tengkulak-Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa-

Distributor-Konsumen (di Cianjur)

6. Petani-Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa-Distributor-

Pengecer-Konsumen (di Cianjur)

7. Petani-Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa-Distributor-

Konsumen (di Cianjur)

8. Petani-Tengkulak-Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa-

Pengecer-Konsumen (di Jakarta)

9. Petani-Tengkulak-Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa-Pabrik

Beras luar Desa-Distributor-Pengecer-Konsumen (di Jakarta)

10. Petani-Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa-Pabrik Beras luar

Desa-Distributor-Pengecer-Konsumen (di Jakarta)

Seluruh saluran dimulai dari tingkat petani yang kemudian melakukan

penjualan ke 3 lembaga yang berbeda, yakni tengkulak, penggiling, pengumpul

besar dan pabrik beras dalam desa. Berdasarkan volume penjualan, penjualan

petani ke 3 setiap lembaga tersebut adalah 51.98 ton beras (96.47%), 0.78 ton

beras (1.45%) dan 2.08 ton beras (2.08%). Terdapat 24 orang petani yang menjual

: Saluran 8

: Saluran 9

: Saluran 10

Keterangan :

Page 48: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

hasil panennya melalui tengkulak, 3 orang petani langsung ke penggiling dan 3

orang langsung ke pengumpul besar dan pabrik beras dalam desa. Pada

identifikasi saluran tataniaga ini, volume produk yang mengalir pada seluruh

lembaga merupakan volume beras.

Petani pada saluran 1 menjual hasil panennya ke tengkulak. Hal ini

dikarenakan keinginan petani untuk mendapatkan uang tunai secara cepat. Petani

pada saluran 1 pada umumnya memiliki hasil panen kurang dari 1 ton sehingga

tengkulak menjemput hasil panen petani langsung dari sawah dengan

menggunakan jasa ojek dengan biaya Rp 50/kg. Kemudian tengkulak membayar

tenaga kerja yang sebelumnya melakukan pemanenan untuk mengemas hasil

panen petani dengan karung yang telah dimiliki oleh tengkulak. Biaya tersebut

sebesar Rp 6/kg. Tengkulak pun menjual GKP tersebut ke penggiling dengan

harga Rp 3 600 atau Rp 100 lebih mahal daripada harga pembeliannya di tingkat

petani. Kapasitas penggiling pada umumnya masih kecil, yakni dengan kapasitas

maksimum penggilingan 100 kg/ hari. Penggiling yang menerima GKP terlebih

dahulu menjemurnya sehingga menjadi GKG dengan biaya Rp 50/kg. Kemudian

dihasilkanlah GKG yang siap digiling dengn biaya Rp 15/kg. Dalam penggilingan

Penggiling memiliki mesin molen dan ichi yang harganya Rp 7 juta dan 15 juta.

Mesin tersebut digerakkan oleh mesin penggerak yang harganya sekitar Rp 4.5

juta. Dalam pengolahan tersebut, penggiling sebenarnya mengeluarkan biaya

penyusutan Rp 1 656 karena hanya sekitar 54% GKP menjadi beras. Pada kondisi

buruk, rendemen gabah tersebut bahkan bisa menjadi hanya 40%. Beras yang

dimiliki oleh penggiling kemudian disortir dan dikemas dengan biaya tenaga kerja

Rp 250/kg. Penyortiran dilakukan untuk mengikuti standarisasi dimana menir dan

derajat patahan beras sering menjadi kriteria utama. Karung yang digunakan

seharga Rp 1 100 dengan kapasitas 50 kg. Beras kemudian diantar dan dijual oleh

pemilik penggiling menggunakan motor atau jasa ojek dengan biaya Rp 50/kg.

Beras dijual ke pengecer dengan harga Rp 8 300 atau biasanya lebih rendah Rp

200 dengan harga di tingkat konsumen yang membeli beras di pasar kecamatan.

Pengecer pun kemudian menjual berasnya kepada konsumen dengan harga Rp 8

500. Pengecer yang menggunakan tenaga kerja dalam membantu penjualan harus

mengeluarkan biaya Rp 100/kg beras yang dikelola oleh tenaga kerja. Volume

beras yang masuk melalui tengkulak ke penggiling pada saluran ini adalah 2.59

ton, namun yang dijual RMU ke penggiling adalah 80% dari total beras yang

dihasilkan yakni 2.696 ton dan pengecer di Cianjur menjual 100% dari total beras

yang masuk yakni 11.786 ton. Total beras yang diperdagangkan pada saluran ini

adalah 17.072 ton.

Pola dalam saluran 2 dimulai dari petani, kemudian ke penggiling, pengecer

sampai ke konsumen. Pada pola ini, petani langsung menjual hasil panennya ke

penggiling karena jarak penggiling yang dianggap dekat dan petani juga ingin

menginginkan uang tunai secara cepat. Selain itu, motivasi utama yang

mendorong petani ingin langsung menjual hasil panennya ke penggiling adalah

penerimaan yang akan lebih tinggi karena harga jual oleh petani menjadi Rp 100

lebih tinggi dibandingkan apabila menjual ke tengkulak. Harga jual GKPnya

menjadi Rp 3 600. Sebenarnya pada pola ini, petani menanggung biaya pemasaran

seperti pengemasan dan pengangkutan yang besarnya sama dengan biaya

pemasaran yang ditanggung oleh tengkulak pada saluran pertama. penggiling

yang membeli hasil panen padi juga mengembalikan karung yang telah digunakan

Page 49: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

oleh petani dalam proses penjualan. GKP yang kemudian diolah penggiling

menjadi beras kembali dijual oleh penggiling ke pengecer. Pengecer pada saluran

2 ini sama seperti saluran 1 yang juga menjual beras dengan harga Rp 8 500.

Volume beras petani responden yang dijual langsung ke RMU adalah 0.78 ton,

volume beras RMU yang dijual kepada pengecer adalah 80% dari total beras yang

dihasilkan yakni 2.696 ton dan pengecer di Cianjur menjual 100% dari total beras

yang masuk yakni 11.786 ton. Total beras yang diperdagangkan pada saluran ini

adalah 15.262 ton.

Pola saluran 3 adalah kondisi dimana petani menjual hasil panennya melalui

tengkulak lalu ke penggiling, hampir sama dengan saluran 1, namun pada saluran

ini penggiling langsung menjual berasnya pada konsumen. Pada umumnya

konsumen yang membeli ke penggiling langsung adalah konsumen yang jarak

tempat tinggalnya berada di dekat penggiling. Harga jual penggiling kepada

konsumen sama dengan harga di tingkat pengecer yakni Rp 8 500. Volume beras

yang masuk melalui tengkulak ke RMU pada saluran ini adalah 2.59 ton atau 5%

dari total beras di tengkulak, namun yang dijual RMU ke konsumen adalah 20%

dari total beras yang dihasilkan yakni 0.674 ton. Total beras yang diperdagangkan

pada saluran ini adalah 3.264 ton.

Petani pada saluran 4 menjual hasil panennya kepada tengkulak. Tengkulak

menjemput langsung hasil panen petani untuk memberi kemudahan kepada petani.

Hasil panen petani dibeli oleh tengkulak dengan harga Rp 3 700/kg. Namun,

tengkulak pun harus mengeluarkan biaya pemasaran yakni pengangkutan

menggunakan mobil Rp 150 000 untuk kapasitas 4 000 kg, tenaga kerja pemuatan

dan bongkar muat masing-masing Rp 10/kg dan biaya kemasan Rp 6/kg sama

seperti biaya kemasan pada saluran 1. Tengkulak pada umumnya merupakan

lembaga yang disukai oleh pengumpul besar dan pabrik beras dalam desa

sehingga pengumpul besar dan pabrik beras membayar tengkulak dengan harga

beli Rp 3 800 atau Rp 100 lebih tinggi daripada pembelian pabrik tersebut

terhadap petani. Hal ini disebabkan pembelian melalui tengkulak dianggap lebih

mudah karena volume di tingkat tengkulak lebih besar. Pengumpul besar dan

pabrik beras pun kemudian melakukan pengolahan dengan cara dijemur dengan

biaya Rp 40/kg. Proses pengolahan sebagai pabrik beras membutuhkan biaya lain

selain biaya penjemuran diantaranya biaya penggilingan Rp 15/kg, sortir Rp

150/kg dan pengemasan Rp 0.3/kg beras. Pabrik beras menggunakan kemasan

yang harganya Rp 1 300/karung dengan kapasitas 50 kg atau biaya karung adalah

Rp 26/kg. Karung tersebut dibuat dan dibeli di Kabupaten Cianjur. Karung

sebagai kemasan disertai merek dari pabrik tersebut. Beras yang dijual juga

mengalami proses pemindahan tempat sehingga membutuhkan biaya pemuatan

,bongkar muatan dan biaya pengangkutan. Biaya pemuatan dan bongkar muatan

masing-masing sebesar Rp 10/kg. Untuk penjualan ke distributor yang berada di

Cianjur biaya transportasi sekitar Rp 37.5. Distributor kemudian menjual berasnya

kepada pengecer dengan menanggung biaya transportasi penjualan dan bongkar

muatnya. Biaya pemuatan dan transportasi sama dengan tingkat pemuatan dan

transportasi di tingkat pengumpul besar dan pabrik besar. Selanjutnya, pengecer

menjual berasnya ke konsumen akhir dengan harga Rp 8 500. Volume penjualan

beras yang masuk ke pengumpul besar dan pabrik beras ialah 95% dari total beras

yang ada di tengkulak yakni 49.381 ton. Beras yang dijual oleh pengumpul besar

dan pabrik beras tersebut ke distributor di Cianjur sebesar 20% dari total beras

Page 50: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

dihasilkan yakni 10.10 ton. Beras yang dijual distributor ke pengecer 90% dari

total beras dimilikinya yakni 9.09 ton dan dari pengecer ke konsumen akhir di

Cianjur adalah 100% atau 11.786 ton. Total beras yang diperdagangkan pada

saluran ini adalah 80.357 ton.

Saluran 5 memiliki pola yang hampir sama dengan saluran 4. Harga

pembelian di tingkat petani sampai harga penjualan di tingkat pengumpul besar

dan pabrik beras sama seperti saluran 4. Dimulai dari petani kemudian tengkulak,

pengumpul besar dan pabrik beras dalam desa, distributor namun berikutnya beras

dijual langsung ke konsumen akhir. Distributor yang membeli beras dari

pengumpul besar dan pabrik beras seharga Rp 7 800 menjual beras tersebut ke

konsumen akhir dengan Rp 8 200. Dalam hal ini, konsumen akhir diuntungkan

karena memperoleh harga lebih rendah Rp 300 apabila dibandingkan membeli di

pengecer seperti pada saluran 4. Volume penjualan beras yang masuk ke

pengumpul besar dan pabrik beras ialah 95% dari total beras yang ada di

tengkulak yakni 49.381 ton. Beras yang dijual oleh pengumpul besar dan pabrik

beras tersebut ke distributor di Cianjur sebesar 20% dari total beras dihasilkan

yakni 10.10 ton. Beras yang dijual distributor ke konsumen akhir 10% dari total

beras dimilikinya yakni 1.01 ton. Total beras yang diperdagangkan pada saluran

ini adalah 72.277 ton.

Petani pada saluran 6 langsung menjual hasil panennya kepada pengumpul

besar dan pabrik beras dalam desa. Harga jual petani ke pengumpul besar dan

pabrik beras tersebut sebenarnya sama dengan harga jual kepada tengkulak.

Namun, jarak yang dianggap dekat dan kebutuhan uang tunai secepatnya menjadi

alasan petani menjual ke pengumpul besar dan pabrik beras. Selain itu, hal ini bisa

saja disebabkan tengkulak juga merasa kurang tertarik melakukan pembelian

kepada petani tersebut karena hasil panen yang sedikit atau jarak menuju lokasi

pembelian dirasakan jauh oleh tengkulak. Harga beli pengumpul besar dan pabrik

beras dalm desa adalah Rp 3 700. GKP yang selanjutnya diolah oleh pengumpul

besar dan pabrik beras disalurkan melalui distributor, pengecer sampai ke

konsumen akhir dimana polanya sssshampir sama dengan saluran 4. Harga jual di

pengecer adalah Rp 8 500. Volume penjualan beras yang masuk ke pengumpul

besar dan pabrik beras ialah 1.12 ton secara langsung dari petani responden. Beras

yang dijual oleh pengumpul besar dan pabrik beras tersebut ke distributor di

Cianjur sebesar 20% dari total beras dihasilkan yakni 10.10 ton. Beras yang dijual

distributor ke pengecer 90% dari total beras dimilikinya dan dari pengecer ke

konsumen akhir di Cianjur adalah 100% atau 11.786 ton. Total beras yang

diperdagangkan pada saluran ini adalah 32.096 ton.

Saluran 7 melalui petani, pengumpul besar dan pabrik beras dalam desa,

distributor langsung ke konsumen akhir. Perbedaan saluran ini ke saluran 5 adalah

petani menjual langsung GKP ke pengumpul besar dan pabrik beras, namun harga

beli pengumpul besar dan pabrik beras kepada petani berbeda dengan harga beli

kepada tengkulak, harga beli petani kepada sebesar Rp 3 700. Pengumpul besar

dan pabrik beras selanjutnya mengolah dan menjual beras kepada distributor dan

kemudian dijual ke konsumen akhir. Harga jual di konsumen akhir oleh

distributor adalah Rp 8 200. Volume penjualan beras yang masuk ke pengumpul

besar dan pabrik beras ialah 1.12 ton secara langsung dari petani responden. Beras

yang dijual oleh pengumpul besar dan pabrik beras tersebut ke distributor di

Cianjur sebesar 20% dari total beras dihasilkan yakni 10.10 ton. Beras yang dijual

Page 51: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

distributor ke konsumen akhir 10% dari total beras dimilikinya yakni 1.01 ton.

Total beras yang diperdagangkan pada saluran ini adalah 12.23 ton.

Saluran 8 dimulai dari petani yang menjual hasil panennya melalui

tengkulak. Harga GKP biasanya Rp 3 700. Hasil panen tersebut kemudian

mengalir ke pengumpul besar dan dan pabrik beras dalam desa. Setelah itu, GKP

diolah oleh pengumpul besar dan pabrik beras menjadi beras dengan biaya

pengolahan sama seperti saluran 4. Beras kemudian dijual ke pengecer di Jakarta

terutama yang berada di pasar Induk Cipinang. Biaya transportasi yang harus

ditanggung oleh pengumpul besar dan pabrik beras adalah Rp 125/kg. Biaya

bongkar muat juga ditanggung oleh pengumpul besar dan pabrik beras.

Pemesanan biasanya dilakukan melalui telepon. Setiap pengantaran pada

umumnya berkisar 2-10 ton beras untuk beberapa orang pengecer. Pengecer

kemudian menjual berasnya kepada konsumen akhir dengan harga Rp 9 500.

Volume penjualan beras yang masuk ke pengumpul besar dan pabrik beras ialah

95% dari total beras yang ada di tengkulak yakni 49.381 ton. Beras yang dijual

oleh pengumpul besar dan pabrik beras tersebut ke pengecer adalah 40% dari total

beras yang dimilikinya, yakni 20.20 ton. Pengecer kemudian 100% menjual

berasnya, yakni 40.40 ton. Total beras yang diperdagangkan pada saluran ini

adalah 109.981 ton.

Saluran 9 dimulai dari petani yang menjual hasil panennya kepada

tengkulak dengan harga Rp 3 700 dimana tengkulak mengeluarkan biaya-biaya

pemasaran seperti pada saluran 4. Lalu dari tengkulak, GKP dijual kepada

pengumpul besar dan pabrik beras dalam desa. Namun, pada lembaga ini gabah

tidak diolah menjadi beras melainkan tetap menjadi GKP atau hanya dijemur

menjadi GKG. Proses tersebut membutuhkan aktivitas penyimpanan. Risiko GKP

menyusut dapat mencapai 3%. GKP atau GKG kemudian dijual kepada pabrik

beras luar desa yang skalanya lebih besar bahkan kapasitas penggilingan pabrik

tersebut dapat mencapai 20 000 kg/hari. Harga GKP yang dibayarkan oleh pabrik

beras lebih besar Rp 200/kg daripada harga pembelian pengumpul besar terhadap

tengkulak desa. Biaya transportasi dan pemuatan seluruhnya ditanggung oleh

pengumpul besar. Apabila yang menjemput GKP adalah pabrik beras maka harga

pembelian pabrik lebih besar Rp 100 terhadap harga pembelian pengumpul besar

di tengkulak desa. Pabrik beras dengan skala besar telah dapat memanfaatkan

semua bagian dari proses ini menjadi lebih efektif. Dedak yang menjadi hasil

sampingan penggilingan GKP dijual seharga Rp 2 300-2 700/kg. Rata-rata dedak

yang dihasilkan adalah 20% dari total gabah yang digiling. Selain itu, abu hasil

penggilingan dijual Rp 5 000/karung. Penggilingan yang menghasilkan beras 20

ton bisa menghasilkan 50 karung abu. Selain itu, sekam sebagai bahan bakar

penggilingan, diperoleh kembali oleh pabrik beras sebanyak 50 karung dalam

setiap penggilingan gabah yang menghasilkan beras 20 ton. Mesin-mesin yang

digunakan antara lain mesin penggerak, pengering, pemoles, penggiling dan

pengering. Beras yang dihasilkan oleh pabrik beras kemudian dijual ke distributor

di Cipinang yang kapasitas gudangnya mencapai 600 ton untuk setiap gudang.

Harga jual beras oleh pabrik beras ialah Rp 8 700. Pabrik beras bertanggungjawab

dalam bongkar muat dan transportasi penjualan yang mencapai Rp 125/kg.

Retribusi di jalan juga ditanggung oleh pabrik beras yang besarnya Rp 10/kg.

Distributor yang kapasitasnya sangat besar tersebut memang tidak hanya membeli

dari Cianjur saja, namun beras dari beberapa daerah di Indonesia seperti Demak,

Page 52: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Karawang, Kabupaten Bandung dan beberapa daerah lain. Pabrik beras yang

menjadi mitra distributor telah bekerjasama dengan waktu yang lama secara

berlanjut. Hal ini untuk memudahkan standar beras yang diterapkan distributor

berjalan dengan baik, meskipun sebenarnya tetap selalu terdapat pemeriksaan

produk saat beras sampai di distributor. Beras yang diperoleh distributor

kemudian dijual ke pengecer dimana biaya bongkar muat dan transportasi kini

menjadi tanggung jawab distributor. Retribusi melintasi lokasi gudang Cipinang

yakni Rp 10/kg kini ditanggung oleh distributor. Hal ini tentu biaya tambahan

selain biaya sewa gudang mencapai Rp 180 juta/gudang dan pajak usaha. Setelah

beras dijual ke tingkat pengecer, beras kemudian seluruhnya dijual oleh pengecer

ke konsumen dengan harga Rp 9 700. Volume penjualan beras yang masuk ke

pengumpul besar dan pabrik beras ialah 95% dari total beras yang ada di

tengkulak yakni 49.381 ton. Beras yang dijual oleh pengumpul besar dan pabrik

beras tersebut ke pabrik beras yang skalanya lebih besar di Cianjur sebesar 40%

dari total beras dihasilkan yakni 20.20 ton. Beras yang dijual oleh pabrik beras

tersebut ke distributor adalah 100% dari total beras dimilikinya yakni 20.20 ton.

Beras yang dijual oleh distributor ke pengecer adalah 100% dari beras yang

dimilikinya yakni 20.20 ton. Pengecer pun secara langsung menjual 100% beras

yang dibelinya, yakni 40.40 ton. Total beras yang diperdagangkan pada saluran ini

adalah 150.381 ton.

Saluran 10 memiliki kesamaan dengan saluran 9, namun pada saluran ini

hasil panen petani langsung dijual kepada pengumpul besar dan pabrik beras.

Berikutnya GKP atau GKG disalurkan melaui pabrik beras, distributor, pengecer

sampai ke konsumen. Volume penjualan beras yang masuk ke pengumpul besar

dan pabrik beras melalui responden petani secara langsung adalah 1.12 ton. Beras

yang dijual oleh pengumpul besar dan pabrik beras tersebut ke pabrik beras yang

skalanya lebih besar di Cianjur sebesar 40% dari total beras dihasilkan yakni

20.20 ton. Beras yang dijual oleh pabrik beras tersebut ke distributor adalah

100% dari total beras dimilikinya yakni 20.20 ton. Beras yang dijual oleh

distributor ke pengecer adalah 100% dari beras yang dimilikinya yakni 20.20 ton.

Pengecer pun secara langsung menjual 100% beras yang dibelinya, yakni 40.40

ton.

Analisis Struktur Pasar

Struktur pasar secara umum merupakan karakteristik yang mempengaruhi

keputusan pelaku pasar. Struktur pasar dapat dianalisis secara kuantitatif dan

kualitatif. Secara kuantitatif, struktur pasar dianalisis berdasarkan konsentrasi

rasio, namun penelitian ini hanya membahas hasil analisis kualitatif yakni dengan

menganalisis menggunakan beberapa indikator. Indikator tersebut antara lain

jumlah pembeli dan penjual, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar pasar

serta informasi mengenai harga dan kualitas produk. Berikut merupakan analisis

struktur pasar di setiap lembaga tataniaga dalam penelitian ini.

Struktur Pasar di Tingkat Petani

Struktur pasar di tingkat petani cenderung mendekati struktur pasar

persaingan sempurna. Hal ini dilihat dari jumlah petani sebagai penjual GKP

berjumlah banyak begitu juga jumlah pembeli. Beras sebagai kebutuhan pokok di

Page 53: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Indonesia menjadikan permintaan akan hasil panen padi di tingkat petani juga

tinggi. Selain itu, pangsa pasar masing-masing petani juga masih kecil terutama

karena belum bekerjanya kelompok tani di tingkat petani sebagai lembaga

tataniaga sehingga petani juga belum dapat mempengaruhi harga pasar. GKP

sebenarnya produk subsitusinya masih sangat sulit, namun petani sebagai individu

tidak mampu mempengaruhi harga pasar karena ukuran dan skala usaha petani

sebagai individu kecil dan petani tidak melakukan perubahan produk sehingga

pembeli GKP dapat berpindah secara mudah apabila petani menaikkan harga jual

mereka. Untuk memasuki pasar juga cenderung mudah, artinya petani baru baik

sebagai penggarap, penyewa, atau pemilik lahan dapat memperoleh keuntungan

dalam setiap musim panen. Hambatan keluar pasar juga tidak begitu sulit, artinya

petani dapat beralih profesi karena faktor produksi utama yang dimanfaatkan oleh

petani adalah lahan yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk usaha lain. Petani juga

tidak perlu mengeluarkan biaya lain apabila ingin beralih profesi apalagi petani di

Cibeber belum menggunakan alat atau mesin pertanian modern yang mahal.

Informasi pasar mengenai persediaan dan harga GKP di Kecamatan Cibeber juga

relatif mudah didapat oleh petani karena lokasi lahan dan tempat tinggal petani

saling berdekatan, namun informasi harga terutama di konsumen akhir yang

berada di Cianjur masih cukup sulit didapatkan petani. Petani melalui kelompok

tani juga sering berkumpul dan mengadakan kegiatan berbagi informasi harga,

teknik budidaya serta program pemerintah yang secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi petani padi di Cibeber tersebut.

Struktur Pasar di Tingkat Tengkulak

Dilihat sebagai pembeli, tengkulak cenderung oligopsoni terhadap petani.

Hal ini berdasarkan jumlah tengkulak yang relatif lebih sedikit dibandingkan

jumlah petani sebagai penjual hasil panen. GKP tetap merupakan produk yang

belum terdifrensiasi secara baik. Sebagai pembeli juga terdapat hambatan yang

cukup sulit terutama bagi tengkulak baru. Jaringan yang dibangun oleh tengkulak

terhadap petani pada umumnya telah terbentuk dalam waktu yang sangat lama,

bahkan berpuluhan tahun. Petani bahkan sering merasa tidak nyaman saat

melakukan penjualan melalui tengkulak lain atau lembaga lain karena telah lama

melakukan kerjasama dengan tengkulak yang tujuan penjualannya saat ini.

Informasi mengenai harga pembelian GKP oleh tengkulak kebanyakan hanya

dipengaruhi informasi harga yang ditawarkan pengumpul besar atau penggiling

yang menjadi tujuan penjualan tengkulak tersebut selanjutnya.

Dilihat sebagai penjual, tengkulak cenderung mendekati pasar persaingan

sempurna. Jumlah tengkulak memang lebih sedikit daripada petani, namun

sebenarnya jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah lembaga tujuan

penjualan tengkulak berikutnya. Tengkulak sebenarnya hanya sebagai pengambil

harga yang menjadi tujuan penjualannya selama ini. GKP yang disalurkan

merupakan produk yang belum terdefrensiasi sehingga tengkulak masih sebagai

penerima harga. Hambatan masuk pasar cukup sulit karena pada umumnya

tengkulak juga merupakan orang kepercayaan yang telah lama bekerjasama

dengan pengumpul besar atau pabrik beras. Kepercayaan terhadap tengkulak

untuk menyediakan gabah secara berlanjut menyebabkan tengkulak mendapatkan

harga pembelian yang lebih tinggi oleh pengumpul besar dan pabrik beras jika

dibandingkan harga pembelian GKP oleh pengumpul besar atau pabrik beras di

Page 54: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

tingkat petani. Informasi pasar oleh tengkulak juga cenderung terbatas dari

pengumpul besar dan pabrik beras atau dari penggiling saja.

Struktur Pasar di Tingkat Penggiling

Struktur pasar di tingkat penggiling baik sebagai pembeli maupun penjual

berada pada pasar persaingan tidak sempurna. Hal ini berdasarkan jumlah

penggiling yang cukup banyak namun pangsa pasar setiap penggiling relatif kecil.

Produk yang disalurkan belum terdifrensiasi. Hambatan menjadi penggiling

sebenarnya tidak begitu sulit apabila dilihat dari jumlah pembiayaan yang

dijalankan atau mesin yang dimiliki. Namun, jaringan petani yang menjual hasil

panennya kepada penggiling cukup kuat meskipun harga pembelian yang

dilakukan penggiling lebih rendah daripada harga pembelian di tingkat pabrik

yang lebih efisien. Informasi mengenai harga banyak dipengaruhi oleh harga di

tingkat pengecer di pasar kecamatan maupun di pasar induk. Informasi untuk

memperluas pangsa pasar oleh penggiling sangat sulit diraihnya karena

keterbatasan sumber daya yang dimiliki.

Struktur Pasar Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa

Sebagai pengumpul besar, struktur pasar yang dihadapi dari sisi pembeli

maupun penjual adalah cenderung pasar persaingan tidak sempurna. Cukup

banyak jumlah pengumpul besar yang membeli GKP dari petani dan menjualnya

kembali ke pabrik beras yang skalanya lebih besar. Pengumpul besar memperoleh

posisi tawar yang lebih baik ketika berhadapan dengan pabrik besar yang skalanya

kecil karena pengumpul besar tersebut juga sebenarnya memiliki mesin

pengolahan sendiri. Harga pembelian GKP oleh pabrik beras yang skalanya lebih

besar juga lebih tinggi terhadap pengumpul besar dibandingkan dengan harga

pembelian di tingkat petani. Informasi pasar mengenai harga gabah dan beras di

tingkat pasar sebenarnya juga didapatkan oleh pengumpul besar meskipun pada

kenyataannya pengumpul tersebut tidak dapat mengolah dan memanfaatkan data

tersebut karena ukuran dan pangsa pasar pengumpul besar yang masih rendah.

Hambatan masuk sebagai pengumpul besar cukup sulit karena harus memiliki

pembiayaan atau modal seperti alat transportasi sebagai alat pengangkutan hasil

panen padi.

Pabrik beras yang sebelumnya merangkap sebagai pengumpul besar disini

cenderung berada pada struktur pasar oligopsoni jika dilihat dari sisi pembeli. Hal

ini disebabkan pabrik beras sekaligus pengumpul besar ini jumlahnya sebenarnya

sedikit di setiap desa di Kecamatan Cibeber apalagi jika dibandingkan dengan

jumlah tengkulak dan petani di desa tersebut. Hal tersebut menjadikan posisi

tawar pabrik beras ketika membeli lebih kuat dan bahkan harga pesaing sesama

pabrik yang paling besar mempengaruhi harga pembelian hasil panen oleh pabrik

beras. Hambatan menjadi pabrik beras juga cukup besar karena harus memiliki

jaringan tengkulak, mesin pengolahan dan transportasi serta pembiayaan yang

cukup dalam operasional pabrik. Informasi mengenai kesediaan gabah juga relatif

baik dikuasai oleh pabrik beras karena memiliki jaringan tengkulak dan sesama

pabrik beras. Dari sisi penjual, pabrik beras berada pada struktur pasar

monopolistik. Hal ini disebabkan pabrik beras mempunyai alternatif saluran

penjualan yakni ke grosir, pengecer atau bahkan hanya menjual gabah ke pabrik

yang skalanya lebih besar dan lebih efisien. Meskipun memang setiap pabrik

Page 55: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

beras yang berada pada tingkat desa tidak dapat mempengaruhi harga

keseimbangan pasar secara langsung, namun posisi tawarnya lebih baik

dibandingkan dengan petani. Jumlah beras yang ditahan dan dijual oleh pabrik

beras secara agregat dapat mempengaruhi tingkat harga.

Struktur Pasar di Tingkat Pabrik Beras luar Desa

Sebagai pembeli maupun penjual pabrik beras cenderung menghadapi

struktur pasar oligopsoni dan oligopoli. Sebagai pembeli, jumlah pabrik beras

yang asetnya mencapai Rp 7 milyar dalam penelitian sangat sedikit dibandingkan

tujuan pembeliannya seperti petani, tengkulak, bahkan pengumpul besar dan

pabrik beras yang dijelaskan sebelumnya. Hal ini mengakibatkan posisi tawarnya

cukup kuat ketika berhadapan dengan penjual. Selain itu, pabrik beras juga

mampu berproduksi dengan lebih efisien sehingga harga pembeliannya cukup

tinggi. Sebagai penjual, jumlah pabrik beras juga sangat sedikit apabila

dibandingkan dengan jumlah distributor. Pangsa pasarnya cukup baik dan

mencapai distributor diluar Cianjur. Gudang penyimpanan yang dimiliki cukup

besar sehingga mampu mengatur tingkat penawaran ke tingkat distributor yang

secara langsung akan mempengaruhi harga beras meskipun secara agregat nilai

pengaruhnya masih sangat kecil. Pabrik beras juga dengan skala besar juga sangat

mempertimbangkan keputusan harga yang ditetapkan oleh pabrik beras dengan

ukuran besar di tempat lain. Hambatan menjadi pabrik beras dalam penelitian ini

sangat besar karena membutuhkan pembiayaan yang besar. Hambatan keluar juga

cukup besar karena mesin yang harganya sangat mahal dan memiliki umur

ekonomis rata-rata diatas 10 tahun.

Struktur Pasar di Tingkat Distributor

Distributor di Cianjur cenderung menghadapi struktur pasar persaingan

tidak sempurna oligopoli. Jumlahnya cukup banyak jika dibandingkan dengan

dengan jumlah pabrik beras, namun, jika dibandingkan dengan pengecer

jumlahnya memang lebih sedikit. Produk yang disalurkan merupakan beras yang

subsitusinya masih dirasakan sulit di Indonesia, namun tetap saja karena beras

yang dijual oleh distributor tidak mengalami perlakukan khusus sehingga pembeli

dapat dengan mudah berpindah ke distributor lain apabila harga beras tidak

mengikuti harga pasar. Hambatan masuk adalah pembiayaan yang cukup besar

ditambah modal lain seperti alat pengangkutan atau transportasi dan lokasi

penyimpanan yang strategis. Hambatan keluar relatif lebih mudah karena tidak

ada keterikatan usaha dan penggunaan mesin pengolahan. Informasi pasar didapat

dari sesama distributor maupun kondisi di pengecer. Distributor di Cipinang

cenderung pada oligopoli. Hal ini disebabkan fungsinya sebagai penyalur beras

memiliki kapasitas besar bahkan penyimpanan mencapai ratusan ton. Hal ini

meyebabkan terdapat kemampuan distributor ini mempengaruhi pasar dengan

penentuan beras yang akan ditawarkannya ke pasar. Informasi pasar dapat dengan

mudah didapat dari pengecer di pasar. Selain itu, distributor disini juga banyak

dipengaruhi kebijakan pemerintah dalam penentuan harga jual meskipun secara

tidak langsung.

Struktur Pasar di Tingkat Pengecer

Page 56: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Struktur pasar di tingkat pengecer cenderung mendekati pasar persaingan

sempurna. Jumlah pengecer cukup banyak ketika berhadapan dengan distributor.

Produk yang disalurkan adalah beras yang sebenarnya masih menjadi kebutuhan

pokok di Indonesia, namun beras di masing-masing pengecer belum terdifrensiasi

dengan baik. Hambatan masuk dan keluar cenderung mudah. Informasi pasar

terutama berasal dari sesama pengecer atau dari pemasok beras kepadanya seperti

distributor. Pengecer dengan pangsa pasar kecil adalah sebagai penerima harga

keseimbangan dan pengecer tentunya berusaha menjual di harga keseimbangan

yang berlaku di pasar. Apabila pengecer menjual dibawah harga keseimbangan,

tentu membuat usahanya memperoleh keuntungan yang semakin kecil padahal

beras yang dijual juga sedikit. Apabila pengecer menjual diatas harga

keseimbangan, konsumen yang membeli kepadanya akan berkurang atau bahkan

beralih ke penjual lain.

Analisis Perilaku Pasar

Perilaku pasar dapat digambarkan sebagai aktivitas yang dilakukan

menghadapi dan menyesuaikan kondisi pasar atau struktur pasar. Pada penelitian

ini akan dibahas aktivitas pembelian dan penjualan, penentuan harga dan sistem

pembayaran, kerjasama lembaga pemasaran. Berikut pembahasan mengenai

aktivitas tersebut yang terjadi pada setiap lembaga.

Aktivitas Pembelian dan Penjualan

Petani pada umumnya menjual gabah kering panen setelah melakukan

pemanenan. Petani cenderung lebih menyukai menjual GKP dibandingkan GKG

karena menginginkan uang tunai secepatnya. Tujuan penjualan petani adalah ke

penggiling, tengkulak, maupun pengumpul besar dan pabrik beras. Saat penjualan

ke tengkulak, petani biasanya telah melakukan perjanjian ke tengkulak beberapa

minggu sebelum masa panen agar tengkulak menjemput hasil panennya. Biaya

pengemasan dan transportasi menjadi tanggung jawab tengkulak. Sistem tebas

atau borongan juga sering dilakukan antara petani dan tengkulak. Antara petani

petani dan tengkulak telah menyepakati harga pembelian hasil panen padi petani

dimana aktivitas ini dilakukan sebelum masa panen. Biaya pemanenan biasanya

menjadi tanggung jawab pemborong atau tengkulak. Hal ini sebenarnya dapat

menyebabkan kerugian bagi petani atau tengkulak karena risiko produksi dan

harga nantinya. Saat penjualan ke penggiling atau pengumpul besar dan pabrik

beras, petani dapat mendatangi langsung lembaga tersebut dan biaya taransportasi

kini menjadi tanggung jawab petani.

Aktivitas penjualan tengkulak sendiri dilakukan ke penggiling atau

pengumpul besar dan pabrik beras. Pada umumnya, tengkulak telah melakukan

kesepakatan harga beli oleh penggiling atau pengumpul besar dan pabrik beras

tersebut. Biaya transportasi, tenaga bongkar muat ke lembaga tujuan menjadi

tanggung jawab tengkulak. Tengkulak pada umumnya telah menjadi mitra

penggiling atau pengumpul besar dan pabrik beras. Pada saat panen raya, biasanya

tengkulak diberikan pinjaman modal untuk membeli hasil pembelian dari petani

Page 57: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Pembelian penggiling sendiri biasanya berasal tengkulak, meskipun tetap ada yang berasal dari petani. Tujuan penjualannya adalah ke pengecer dan konsumen. Saat mengantarkan ke pengecer, biaya transportasi ditanggung oleh penggiling sehingga harga jualnya lebih mahal dibandingkan ke konsumen yang langsung membeli ke lokasi penggiling. Penggiling sendiri biasanya masih memiliki skala kecil dan hanya melakukan pembelian dan penjualan kepada lembaga yang jaraknya tidak begitu jauh dari lokasi penggiling.

Pengumpul besar dan pabrik beras melakukan pembelian gabah dari petani

dan tengkulak kemudian beras hasil olahan dijual ke pengecer atau distributor.

Pada kondisi ini, semua biaya pengolahan dan pemasaran beras sampai ke

pengecer atau distributor ditanggung oleh pengumpul besar dan pabrik beras.

Pengecer atau distributor juga diberikan penawaran apabila ingin menjemput

beras secara langsung. Biasanya terdapat kesepakatan harga yang berbeda apabila

dijemput langsung oleh pengecer dan distributor. Sebagai pengumpul besar, GKP

atau kadang diolah menjadi GKG oleh pengumpul besar, juga dijual ke pabrik

beras yang skalanya lebih besar. Hal ini dilakukan karena kapasitas penggilingan

pengumpul besar dan pabrik beras yang terbatas padahal lembaga ini biasanya

mampu memperoleh gabah yang banyak karena lokasinya berada dekat dengan

daerah atau lokasi petani.

Pabrik beras yang skalanya lebih efisien biasanya memiliki jaringan yang

kuat. Sebagai pembeli, pabrik mampu membeli dengan harga lebih tinggi karena

skala ekonominya yang lebih baik. Pembelian gabah bukan hanya dilakukan dari

petani atau tengkulak sekitarnya, bahkan dari pengumpul besar dan pabrik beras

yang berada di daerah tersebut dan daerah lain seperti Karawang. Tujuan

penjualannya biasanya didominasi oleh distributor besar terutama yang berada di

kota. Kualitas beras yang baik menjadi kekuatan pabrik beras dalam meyakinkan

pembeli di kota-kota besar termasuk Jakarta.

Distributor melakukan pembelian dari pabrik beras dan melakukan

penjualan ke konsumen termasuk pengecer. Distributor biasanya cukup selektif

dalam memilih pabrik beras karena kualitas beras akan mempengaruhi penjualan

distributor selanjutnya. Distributor yang semakin besar biasanya mampu

melakukan penjualan dengan harga lebih rendah sehingga lebih disukai oleh

pengecer.

Aktivitas pembelian pengecer berasal dari RMU, pengecer, pengumpul

besar dan pabrik beras. Seluruh biaya pemasaran dan pengolahan sampai ke lokasi

pengecer adalah tanggung jawab lembaga tataniaga sebelumnya. Pengecer

biasanya berfokus pada penjualan ke konsumen langsung dan kebanyakan

pengecer tidak hanya melakukan penjualan beras di kios atau lokas penjualannya.

Terdapat juga pengecer yang menjemput langsung beras ke RMU dengan

mempertimbangkan harga beli lebih murah padahal biaya transportasi sebenarnya

tidak terlalu mahal.

Aktivitas Penentuan Harga dan Sistem Pembayaran

Penentuan harga pada sistem tataniaga penelitian ini pada umumnya bersifat

tawar menawar namun posisi tawar-menawar setiap lembaga tataniaga berbeda.

Petani cenderung sebagai pengambil harga dari harga yang ditetapkan oleh

tengkulak. Petani hanya dapat menawar sangat sedikit dari harga yang ditawarkan

Page 58: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

tengkulak dan harga tersebut memang hampir sama di setiap tengkulak.

Tengkulak juga menjadi pengambil harga ketika menjual gabah ke penggiling,

pengumpul besar dan pabrik beras dimana harga yang ditetapkan oleh lembaga ini

biasanya telah memperhitungkan biaya pemasaran yang dilakukan oleh tengkulak.

Tengkulak sebagai pengambil harga karena tengkulak tidak memiliki mesin

pengolahan dan sumber daya yang memadai sehingga harus melakukan penjualan

dalam waktu cepat. Penggiling, pengumpul besar dan pabrik beras memiliki

kekuatan yang cukup baik ketika berhadapan dengan pengecer. Hal tersebut

karena pengecer jumlahnya sangat banyak. Semakin besar ukuran dan skala

penggilingan, posisi tawarnya semakin baik karena kualitas beras biasanya

semakin baik. Namun, ketika berhadapan dengan distributor, setiap pabrik beras

umumnya sangat mempertimbangkan harga yang ditetapkan oleh distributor

apalagi jika kapasitas distributor semakin besar. Hal ini didasari anggapan bahwa

distributor lebih memahami dan yang akan menaggung risiko harga beras yang

cukup berfluktuatif. Pabrik beras pada umumnya lebih mempertimbangkan jumlah

permintaan saat ingin menjual ke distributor. Distributor cenderung sangat kuat

dalam menentukan harga kepada pengecer. Pengecer hanya dapat mengikuti harga

yang ditetapkan oleh distributor. Pengecer kemudian menjual beras dengan

menetapkan harga penjualan ke konsumen dimana setiap harga jual yang

ditetapkan oleh pengecer selalu memasukkan besarnya keuntungan yang

diharapkan pengecer dan besarnya itu hampir selalu sama setiap waktunya di

tingkat pengecer. Secara umum, fokus penetapan harga adalah untuk

memaksimumkan volume transaksi lembaga-lembaga tataniaga mengingat

banyaknya pelaku tataniaga lain yang menjadi saingan.

Sistem pembayaran yang paling mendominasi adalah sistem pembayaran

tunai. Jumlah tengkulak yang banyak membuatnya berusaha meningkatkan

kepuasan petani saat menjual kepadanya terutama karena petani sangat

menginginkan uang tunai. Hampir di setiap lembaga menerapkan sistem

pembayaran tunai untuk memberikan kepuasan, namun pembayaran distributor

kepada pabrik beras sering menggunakan sistem tunda bayar yang membutuhkan

waktu 3-7 hari. Pada musim panen raya, sistem tunda bayar juga sering terjadi di

seluruh saluran karena penawaran yang tinggi sedangkan pembiayaan untuk

pembelian dari lembaga tujuan penjualan tidak mengalami peningkatan yang

signifikan.

Kerjasama Lembaga Pemasaran

Kerjasama sesama petani melalui kelompok tani masih hanya sebatas kerja

bakti seperti pengadaan irigasi. Kelompok tani sendiri belum menjadi lembaga

tataniaga yang dapat meningkatkan posisi tawar petani dengan skala usaha yang

kecil. Kerjasama petani dengan tengkulak telah berlangsung cukup lama dan

terdapat kebiasaaan hanya akan menjual melalui tengkulak. Kerjasama tengkulak

dengan penggiling, pengumpul besar dan pabrik beras dapat dilihat dari pinjaman

yang digunakan tengkulak juga sebagai modal pembelian dari petani. Hal tersebut

mengikat tengkulak untuk menjual hasil pembeliannya seluruhnya kepada

penggiling, pengumpul besar dan pabrik beras yang juga telah membantunya

selama ini. Kerjasama di tingkat penggiling, pengumpul besar dan pabrik beras

dilihat bagaimana dari pengumpul besar gabah dijual lagi ke pabrik beras lain

padahal pengumpul tersebut memiliki penggilingan. Sesama penggiling saling

Page 59: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

berbagi informasi dan jual-beli gabah juga sehingga dapat terus berproduksi.

Lebih jauh lagi, penggiling atau pabrik beras saling berbagi informasi dan

menyepakati harga pembelian gabah yang akan mereka lakukan. Pabrik beras juga

sering memanfaatkan resi gudang sebagai bagian dari tataniaga untuk pengadaan

modal dan penundaan penjualan dengan harapan harga penjualan yang akan lebih

tinggi. Distributor yang juga melakukan penyimpanan dan mengahadapi risiko

harga juga sering bekerjasama dalam pengadaan beras dan informasi pasar.

Distributor dengan kapasitas besar saling bekerjasama untuk menentukan harga

pembelian dan penjualan. Dari bentuk kerjasama yang disampaikan belum terlihat

secara signifikan pemerintah melalui Bulog untuk bekerjasama menjadi bagian

tataniaga beras.

Analisis Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran merupakan salah satu indikator dalam mengukur efisiensi

operasional sistem pemasaran. Marjin pemasaran merupakan selisih antara harga

jual dan harga beli pada masing-masing lembaga pemasaran dan marjin tersebut

memperhitungkan komponen biaya pemasaran dan keuntungan. Berikut Tabel 12

merupakan perhitungan marjin pemasaran pada masing-masing lembaga tataniaga

pada setiap saluran, namun marjin pemasaran tidak dihitung pada tingkat petani

karena selisih harga jual dan harga beli di tingkat petani sebenarnya mengandung

juga biaya produksi oleh petani.

Tabel 12 Marjin Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran pada Seluruh Saluran

Lembaga

Pemasaran

Saluran

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tengkulak 100 100 100 100 100

Penggiling 4 700 4 700 4 700 4 100

Pengumpul

Besar dan

Pabrik Beras

4 000 4 000 4 100 100 200 300

Pabrik Beras 5 400 4 700 4 700

Distributor 400 400 400 400 700 4 700

Pengecer 200 200 300 300 300 300 300

Total Marjin 5 000 4 900 4800 4 800 4 500 4 800 4 500 5 800 6 000 6 000

Page 60: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Analisis Marjin Pemasaran Saluran 1

Total marjin pemasaran pada saluran 1 adalah Rp 5 000/kg beras. Total

marjin tersebut berasal dari tengkulak Rp 100, penggiling sebesar Rp 4 700/kg,

pengecer sebesar Rp 200/kg.

Total biaya pemasaran adalah Rp 2 329/kg. Total biaya tersebut berasal dari

tengkulak Rp 56, penggiling sebesar Rp 2173, pengecer sebesar Rp 100/kg.

Lampiran 1 yang menunjukkan uraian dari total biaya tersebut.

Analisis Marjin Pemasaran Saluran 2 Total marjin pemasaran pada saluran 2 adalah Rp 4 900/kg beras. Total

marjin tersebut berasal dari penggiling sebesar Rp 4 700/kg, pengecer sebesar Rp

200/kg.

Total biaya pemasaran adalah Rp 2 273/kg. Total biaya tersebut berasal dari

penggiling sebesar Rp 2173, pengecer sebesar Rp 100/kg. Lampiran 2 yang

menunjukkan uraian dari total biaya tersebut.

Analisis Marjin Pemasaran Saluran 3

Total marjin pemasaran pada saluran 3 adalah Rp 4 800/kg beras. Total

marjin tersebut berasal dari tengkulak Rp 100, RMU sebesar Rp 4 700/kg.

Total biaya pemasaran adalah Rp 2 229/kg. Total biaya tersebut berasal dari

tengkulak Rp 56, RMU sebesar Rp 2173/kg. Berikut merupakan tabel 15 yang

menunjukkan uraian dari total biaya tersebut.

Analisis Marjin Pemasaran Saluran 4

Total marjin pemasaran pada saluran 4 adalah Rp 4 800/kg beras. Total

marjin tersebut berasal dari tengkulak Rp 100, pengumpul besar dan pabrik beras

dalam desa sebesar Rp 4 000/kg, distributor sebesar Rp 400/kg, pengecer sebesar

Rp 300/kg.

Total biaya pemasaran adalah Rp 2 387.53/kg. Total biaya tersebut berasal

dari tengkulak Rp 63.5, pengumpul besar dan pabrik beras sebesar Rp 2 166.53,

distributor sebesar Rp 57.5, pengecer sebesar Rp 100/kg. Lampiran 4 yang

menunjukkan uraian dari total biaya tersebut.

Analisis Marjin Pemasaran Saluran 5

Total marjin pemasaran pada saluran 5 adalah Rp 4 500/kg beras. Total

marjin tersebut berasal dari tengkulak Rp 100, pengumpul besar dan pabrik beras

sebesar Rp 4 000/kg, distributor sebesar Rp 400/kg.

Total biaya pemasaran adalah Rp 2 330.03/kg. Total biaya tersebut berasal

dari tengkulak Rp 63.5, pengumpul besar dan pabrik beras sebesar Rp 2 166.53,

distributor sebesar Rp 100. Lampiran 5 yang menunjukkan uraian dari total biaya

tersebut.

Analisis Marjin Pemasaran Saluran 6

Total marjin pemasaran pada saluran 6 adalah Rp 4 800/kg beras. Total

marjin tersebut berasal dari pengumpul besar dan pabrik beras sebesar Rp 4

100/kg, distributor sebesar Rp 400/kg, pengecer sebesar Rp 300/kg.

Total biaya pemasaran adalah Rp 2 324.03/kg. Total biaya tersebut berasal

dari pengumpul besar dan pabrik beras sebesar Rp 2 166.53, distributor sebesar

Page 61: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Rp 57.5, pengecer sebesar Rp 100/kg. Lampiran 6 yang menunjukkan uraian dari

total biaya tersebut.

Analisis Marjin Pemasaran Saluran 7

Total marjin pemasaran pada saluran 7 adalah Rp 4 500/kg beras. Total

marjin tersebut berasal dari pengumpul besar dan pabrik beras sebesar Rp 4

100/kg, distributor sebesar Rp 400/kg.

Total biaya pemasaran adalah Rp 2 266.53/kg. Total biaya tersebut berasal

dari pengumpul besar dan pabrik beras sebesar Rp 2 166.53, distributor sebesar

Rp 100. Lampiran 7 yang menunjukkan uraian dari total biaya tersebut.

Analisis Marjin Pemasaran Saluran 8

Total marjin pemasaran pada saluran 8 adalah Rp 5 800/kg beras. Total

marjin tersebut berasal dari tengkulak Rp 100, pengumpul besar dan pabrik beras

sebesar Rp 5 400/kg, pengecer sebesar Rp 300/kg.

Total biaya pemasaran adalah Rp 2 427.53/kg. Total biaya tersebut berasal

dari tengkulak Rp 63.5, pengumpul besar dan pabrik beras sebesar Rp 2 264.03,

pengecer sebesar Rp 100. Lampiran 8 yang menunjukkan uraian dari total biaya

tersebut.

Analisis Marjin Pemasaran Saluran 9

Total marjin pemasaran pada saluran 9 adalah Rp 6 000/kg beras. Total

marjin tersebut berasal dari tengkulak Rp 100, pengumpul besar dan pabrik beras

sebesar Rp 200/kg, pabrik beras sebesar Rp 4 700, distributor sebesar Rp 700/kg,

pengecer sebesar Rp 300/kg.

Total biaya pemasaran adalah Rp 2 568.53/kg. Total biaya tersebut berasal

dari tengkulak Rp 63.5, pengumpul besar dan pabrik beras sebesar Rp 67.5, pabrik

beras sebesar Rp 2255.03 distributor sebesar Rp 82.5, pengecer sebesar Rp

100/kg. Lampiran 9 yang menunjukkan uraian dari total biaya tersebut.

Analisis Marjin Pemasaran Saluran 10

Total marjin pemasaran pada saluran 10 adalah Rp 6 000/kg beras. Total

marjin tersebut berasal dari pengumpul besar dan pabrik beras sebesar Rp 300/kg,

pabrik beras sebesar Rp 4 700, distributor sebesar Rp 700/kg, pengecer sebesar Rp

300/kg.

Total biaya pemasaran adalah Rp 2 505.03/kg. Total biaya tersebut berasal

pengumpul besar dan pabrik beras sebesar Rp 67.5, pabrik beras sebesar Rp

2255.03 distributor sebesar Rp 82.5, pengecer sebesar Rp 100/kg. Lampiran 10

yang menunjukkan uraian dari total biaya tersebut.

Analisis Farmer’s Share Farmer’s share merupakan salah satu indikator yang menunjukkan efisiensi

operasional di tingkat petani berdasarkan perbandingan harga di tingkat petani

dengan harga di tingkat konsumen akhir. Berikut Tabel 13 yang menunjukkan

farmer’ share di setiap saluran tataniaga.

Tabel 13 Nilai Farmer’s Share pada Setiap Saluran Pemasaran

Page 62: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Saluran

Tataniaga

Harga Gabah di

Tingkat Petani(Rp/Kg)

Harga Beras di Tingkat

Konsumen Akhir(Rp/Kg)

Farmer’s Share

(%)

1 3 500 8 500 41.17

2 3 600 8 500 42.35

3 3 500 8 500 41.17

4 3 700 8 500 43.52

5 3 700 8 200 45.12

6 3 700 8 500 43.52

7 3 700 8 200 45.12

8 3 700 9 500 38.94

9 3 700 9 700 38.14

10 3 700 9 700 38.14

Nilai farmer’ share pada saluran yang terbesar adalah pada saluran 5 dan

7, yakni 45.12 % dimana marjin pemasaran pada saluran tersebut adalah yang

paling kecil, yakni Rp 4 500. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa semakin

kecil marjin pemasaran maka semakin besar farmer’s share. Hal ini juga

menggambarkan secara tidak langsung petani lebih diuntungkan dengan proporsi

harga terhadap konsumen akhir apabila menjual ke pengumpul besar dan pabrik

beras yang mengolah dan menjual beras ke distributor yang secara langsung

menjual ke konsumen akhir.

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio keuntungan dan biaya yang menggambarkan keuntungan yang

diperoleh masing-masing lembaga tataniaga pada setiap satuan rupiah biaya

pemasaran yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 14

Page 63: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Lembaga

Tataniaga

Saluran Pemasaran

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Petani

Marjin

Pemasaran

Biaya 56 56 56 56 56

Pemasaran (c)

Keuntungan (

Rasio (

Tengkulak

Marjin

Pemasaran

100 100 100 100 100 100

Biaya

Pemasaran(c)

56 56 63.5 63.5 63.5 63.5

Keuntungan( 44 44 36.5 36.5 36.5 36.5

Rasio( 0.78 0.78 0.57 0.57 0.57 0.57

RMU

Marjin

Pemasaran

4700 4700 4700

Biaya

Pemasaran(c)

2173 2173 2173

Keuntungan( 2527 2527 2527

Rasio( 1.16 1.16 1.16

Pengumpul Besar dan Pabrik Beras

Marjin

Pemasaran

4000 4000 4100 4100 5400 200 300

Biaya

Pemasaran(c)

2166.53 2166.53 2166.53 2166.53 2264.03 67.5 67.5

Keuntungan( 1833.47 1833.47 1933.47 1933.47 3135.97 132.5 232.5

Rasio( 0.84 0.84 0.89 0.89 1.38 1.96 3.44

Pabrik Beras

Marjin

Pemasaran

4700 4700

Biaya

Pemasaran(c)

2255.03 2255.03

Keuntungan( 2444.97 2444.97

Rasio( 1.08 1.08

Distributor

Marjin

Pemasaran

400 400 400 400 700 700

Biaya

Pemasaran(c)

57.5 100 57.5 100 82.5 82.5

Keuntungan( 342.5 300 342.5 300 617.5 617.5

Rasio( 5.95 3.0 5.95 3.0 7.48 7.48

Pengecer

Marjin

Pemasaran

200 200 300 300 300 300 300

Biaya

Pemasaran(c)

100 100 100 100 100 100 100

Keuntungan( 100 100 200 200 200 200 200

Rasio( 1.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

Total

Marjin

Pemasaran

5000 4900 4800 4800 4500 4800 4500 5800 6000 6000

Biaya

Pemasaran(c)

2329 2273 2229 2387.53 2330.03 2324.03 2266.53 2427.53 2568.53 2505.03

Keuntungan( 2671 2627 2571 2412.47 2169.97 2475.97 2233.47 3372.47 3431.47 3494.97

Rasio( 1.14 1.15 1.15 1.01 0.93 1.06 0.98 1.38 1.33 1.39

Tabel 14 Total Rasio Keuntungan pada Setiap Saluran Pemasaran

Page 64: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Rasio Keuntungan dan Biaya Saluran 1

Rata-rata rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 1 adalah 1.14

artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan

keuntungan sebesar Rp 1.14. Rasio pada masing-masing lembaga di saluran ini

adalah tengkulak sebesar 0.78, penggilingsebesar 1.16 dan pengecer sebesar 1.0.

Pada saluran ini, rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing lembaga

relatif merata. Tengkulak memang mendapatkan rasio keuntungan dan biaya yang

paling kecil padahal peranannya dan manfaatnya cukup dirasakan oleh petani

karena memberikan kemudahan pengangkutan. Rasio keuntungan dan biaya

paling besar adalah di tingkat penggiling. Harga pembelian hasil panen oleh

penggiling dibandingkan pabrik beras lebih rendah di tingkat petani padahal harga

penjualannya mendekati harga yang berlaku di pasar. Hal tersebut mengakibatkan

secara satuan penjualan penggiling lebih diuntungkan, namun volume penjualan

dan pangsa pasarnya kecil dan sulit untuk bersaing.

Rasio Keuntungan dan Biaya Saluran 2

Rata-rata rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 2 adalah 1.15

artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan

keuntungan sebesar Rp 1.15. Rasio pada masing-masing lembaga di saluran ini

adalah penggiling sebesar 1.16 dan pengecer sebesar 1.0. Dengan semakin

pendeknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam penelitian ini, yakni tidak

melibatkan tengkulak, mengakibatkan total rata-rata rasio keuntungan terhadap

biaya meningkat.

Rasio Keuntungan dan Biaya Saluran 3

Rata-rata rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 3 adalah 1.15

artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan

keuntungan sebesar Rp 1.15. Rasio pada masing-masing lembaga di saluran ini

adalah tengkulak sebesar 0.78, penggiling sebesar 1.16. Pada saluran ini, rasio

keuntungan tengkulak terhadap biaya di tingkat tengkulak dibandingkan

penggiling tetap lebih kecil karena peranan penggiling sebagai pengolah dan

penjual memberikan manfaat yang lebih besar sehingga mampu menetapkan

keuntungan yang lebih besar dibandingkan di tingkat tengkulak.

Rasio Keuntungan dan Biaya Saluran 4

Rata-rata rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 4 adalah 1.01

artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan

keuntungan sebesar Rp 1.01. Rasio pada masing-masing lembaga di saluran ini

adalah tengkulak sebesar 0.57, pengumpul besar dan pabrik beras sebesar 0.84,

distributor 5.95 dan pengecer sebesar 2.0. Pada saluran ini, tengkulak

mendapatkan rasio keuntungan dan biaya yang semakin kecil dibandingkan

saluran sebelumnya, namun volume pembelian dan penjualan yang dilakukan

lebih besar. Pengumpul besar dan pabrik beras juga mendapatkan rasio

keuntungan dan biaya lebih kecil dibandingkan penggiling pada saluran

sebelumnya, namun ukuran usaha yang lebih besar membuat lembaga ini lebih

mampu bersaing apalagi persaingan persaingan harga pembelian di tingkat petani

dapat dilakukannya dengan lebih baik. Pada saluran ini, distributor mendapatkan

rasio keuntungan terhadap biaya yang paling besar.

Page 65: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Rasio Keuntungan dan Biaya Saluran 5

Rata-rata rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 5 adalah 0.93

artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan

keuntungan sebesar Rp 0.93. Rasio pada masing-masing lembaga di saluran ini

adalah tengkulak sebesar 0.57, pengumpul besar dan pabrik beras sebesar 0.84,

distributor 3.0. Tengkulak pada saluran ini mendapatkan rasio keuntungan

terhadap biaya paling kecil sama seperti saluran sebelumnya. Rasio paling besar

di distributor adalah paling besar meskipun sebenarnya nilainya mengecil

dibandingkan pada saluran 4. Hal ini disebabkan distributor harus mengeluarkan

tenaga kerja tambahan untuk secara khusus melayani pembelian konsumen. Pada

praktiknya sebenarnya hal ini lebih memudahkan distributor dalam proses

penjualan karena konsumen datang langsung ke lokasi penjualan distributor.

Rasio Keuntungan dan Biaya Saluran 6

Rata-rata rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 6 adalah 1.06

artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan

keuntungan sebesar Rp 1.06. Rasio pada masing-masing lembaga di saluran ini

adalah pengumpul besar dan pabrik beras sebesar 0.89, distributor 5.95 dan

pengecer sebesar 2.0. Rasio keuntungan terhadap biaya di tingkat pengumpul

besar dan pabrik beras pada saluran ini paling kecil, namun mengalami

peningkatan dibandingkan saluran sebelumnya. Hal ini disebabkan karena petani

mau menjual dan mengantarkan sendiri hasil panennya kepada pengumpul besar

dan pabrik beras padahal harga pembelian lembaga ini sama dengan harga

pembelian di tingkat tengkulak.

Rasio keuntungan dan Biaya Saluran 7

Rata-rata rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 7 adalah 0.98

artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan

keuntungan sebesar Rp 0.98. Rasio pada masing-masing lembaga di saluran ini

adalah pengumpul besar dan pabrik beras sebesar 0.89, distributor 3.0.

Rasio keuntungan dan Biaya Saluran 8 Rata-rata rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 8 adalah 1.38

artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan

keuntungan sebesar Rp 1.38. Rasio pada masing-masing lembaga di saluran ini

adalah tengkulak sebesar 0.57, pengumpul besar dan pabrik beras sebesar 1.38,

pengecer 2.0. Pada saluran ini, tengkulak tetap mendapatkan rasio keuntungan

terhadap biaya yang paling kecil. Nilai rasio keuntungan terhadap biaya

pengumpul besar dan pabrik beras pada saluran ini mengalami peningkatan

dibandingkan saluran sebelumnya karena lembaga ini mampu mengakses pasar

diluar Cianjur yang mau membeli dengan harga lebih tinggi meskipun sebenarnya

tenaga atau biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pengumpul besar dan pabrik

beras juga mengalami peningkatan. Pengecer mendapatkan rasio keuntungan

terhadap biaya yang sama dengan saluran sebelumnya, namun pada saluran ini

nilai rasio yang diperoleh oleh lembaga tersebut adalah terbesar dibandingkan

lembaga lain.

Page 66: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Rasio Keuntungan dan Biaya Saluran 9 Rata-rata rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 9 adalah 1.33

artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan

keuntungan sebesar Rp 1.33. Rasio pada masing-masing lembaga di saluran ini

adalah tengkulak sebesar 0.57, pengumpul besar dan pabrik beras sebesar 1.96,

pabrik beras 1.08, distributor 7.48, pengecer 2.0. Tengkulak adalah lembaga

dengan rasio keuntungan terhadap biaya terkecil. Pengumpul besar dan pabrik

beras pada saluran ini hanya menjual gabah kepada pabrik beras yang skalanya

lebih besar. Secara rasio, penjualan gabah ini justru lebih tinggi dibandingkan

aktivitas penjualan beras, namun secara nominal penerimaan melalui penjualan

beras lebih besar dibandingkan penjualan gabah. Pabrik beras, sebagai pengolah

dan lembaga yang melakukan penjualan ke Jakarta, mendapatkan rasio

keuntungan terhadap biaya yang lebih kecil dibandingkan saat pengumpul besar

dan pabrik beras melakukan penjualan ke pengecer di Cianjur pada saluran

sebelumnya tetapi volume penjualan ke distributor seperti yang dilakukan pabrik

beras lebih besar. Distributor di Jakarta memiliki posisi tawar yang kuat dan

memahami cukup memahami fluktuasi harga di pasar. Distributor yang

menghadapi risiko harga memiliki posisi tawar yang kuat dan mampu melakukan

pembelian dan penjualan dalam jumlah sangat besar karena memiliki informasi

pasar dan sumber daya yang baik, terutama pada sektor pembiayaan.

Rasio Keuntungan dan Biaya Saluran 10 Rata-rata rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 10 adalah 1.39

artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan lembaga pemasaran akan memberikan

keuntungan sebesar Rp 1.39. Rasio pada masing-masing lembaga di saluran ini

adalah pengumpul besar dan pabrik beras sebesar 3.44, pabrik beras 1.08,

distributor 7.48, pengecer 2.0. Pada saluran ini hampir sama dengan saluran 9

dimana tengkulak memperoleh rasio keuntungan terhadap biaya terkecil dan

distributor memperoleh rasio terbesar. Pada saluran ini, petani menanggung biaya

dan mau mengantarkan hasil panennya langsung ke pengumpul besar dan pabrik

beras dengan harga pembelian sebenarnya sama dengan harga di tingkat

tengkulak. Hal ini mengakibatkan pengumpul besar dan pabrik beras memperoleh

rasio keuntungan terhadap biaya yang semakin besar apabila dibandingkan saluran

9.

Analisis Efisiensi Operasional Pemasaran

Efisiensi pemasaran merupakan ukuran kepuasan dari konsumen, produsen

maupun lembaga-lembaga yang terlibat dalam mengalirkan barang mulai dari

produsen sampai ke konsumen akhir. Pada penelitian ini digunakan indikator

ukuran efisiensi operasional untuk mengukur efisiensi sistem pemasaran. Efisiensi

ini menggambarkan rasio output dengan input tataniaga. Output merupakan

penilaian konsumen terhadap beras baik secara fisik maupun atribut lain dalam

pemasaran yang menciptakan kepuasan bagi konsumen. Input merupakan biaya

pemasaran termasuk keuntungan yang diterima lembaga tataniaga. Hal ini secara

kuantitatif dapat dilihat berdasarkan nilai marjin pemasaran, farmer’s share dan

rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Nilai-nilai indikator tersebut pada

setiap saluran dirangkum dalam Tabel 15 berikut.

Page 67: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Tabel 15 Nilai Marjin, Farmer’s Share dan Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Pemasaran pada Setiap Saluran

Saluran Marjin Tataniaga (Rp) Farmer’s Share (%) Rasio Keuntungan Terhadap

Biaya Tataniaga ( )

1 5 000 41.17 1.14

2 4 900 42.35 1.15

3 4 800 41.17 1.15

4 4 800 43.52 1.01

5 4 500 45.12 0.93

6 4 800 43.52 1.06

7 4 500 45.12 0.98

8 5 800 38.94 1.38

9 6 000 38.14 1.33

10 6 000 38.14 1.39

Berdasarkan nilai marjin terkecil dan farmer’s share terbesar pada saluran 7

yang melalui lembaga petani, pengumpul besar dan pabrik beras, distributor

sampai ke konsumen. Secara tidak langsung, pada kondisi ini petani lebih

diuntungkan karena proporsi harga yang diterimanya dibandingkan harga di

tingkat konsumen lebih besar yakni 45.12%. Hal ini karena distributor tidak

melakukan diskriminasi harga terhadap pengecer maupun konsumen yang mau

membeli beras di lokasi penjualan distributor. Namun berdasarkan volume yang

mengalir, hanya sekitar 10% dari beras distributor yang dijual langsung ke

konsumen akhir karena konsumen lebih sering melakukan pembelian di pengecer

yang tidak hanya menjual beras saja. Total perdagangan beras melalui saluran 7

juga hanya 2.05 persen dari total perdagangan seluruh saluran. Distributor di

Jakarta dalam penelitian juga ini tidak ada yang menjual ke konsumen akhir.

Berdasarkan rasio keuntungan terhadap biaya, saluran 8 yang melalui

petani, pengumpul besar dan pabrik beras, pengecer sampai ke konsumen

memiliki rasio yang cukup besar yakni 1.38. Rasio keuntungan terhadap biaya di

setiap lembaga juga cukup merata. Hal ini menunjukkan lembaga pemasaran pada

saluran ini paling efisien berdasarkan tingkat rasio. Lembaga pemasaran pada

saluran ini berusaha menyediakan dan menawarkan beras ke lokasi perkotaan

yang berada cukup jauh dari lokasi pertanian dan pengolahan di Cianjur. Total

perdagangan beras melalui saluran 8 adalah 18. 48 persen dari total perdagangan

seluruh saluran. Saluran ini paling efisien dari seluruh saluran.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sistem pemasaran beras Ciherang di Kecamatan Cibeber melibatkan 7

lembaga pemasaran diantaranya petani, tengkulak, penggiling, pengumpul besar

dan pabrik beras dalam desa, pabrik beras dengan skala lebih besar luar desa,

distributor dan pengecer. Setiap lembaga menjalankan fungsi pertukaran, fisik

Page 68: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

dan fasilitas meskipun fungsi dijalankan dengan berbeda cara dan biaya.

Lembaga-lembaga tersebut membentuk pola pengaliran gabah di tingkat petani

menjadi beras di tingkat konsumen. Pola aliran itu menjadi saluran pemasaran

yang terdiri dari 10 saluran.

Struktur pasar sistem pemasaran beras Ciherang di Kecamatan Cibeber

secara umum pada struktur oligopsoni. Jumlah lembaga pemasaran yang membeli

hasil panen di tingkat petani lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah petani

sebagai penjual. Padi yang berikutnya diolah menjadi beras dengan standar

tertentu menjadikan produk semakin terdifrensiasi.

Berdasarkan rasio keuntungan dan biaya, saluran 8 memiliki nilai rasio yang

besar yakni 1.38 dan rasio pada setiap lembaga juga cukup merata. Saluran 8

secara kualitatif juga menerapkan fungsi dan manfaat bagi masyarakat di kota lain

yang membutuhkan beras. Dalam hal ini, saluran 8 menjadi saluran paling efisien

dibandingkan seluruh saluran termasuk saluran 7 yang nilai marjin dan farmer’s

sharenya lebih efisien karena mempertimbangkan nilai output yang dihasilkan

terhadap biaya dan proses pemasaran yang dilakukan dalam saluran 8 ini. Saluran

8 juga merupakan saluran yang dilalui perdagangan beras yang besar

diabndingkan saluran yang lain yakni 109.981 atau 18.48 persen dari total

perdagangan seluruh saluran

Saran

Petani dalam memasarkan hasil panennya seharusnya memanfaatkan

pembentukan kelompok tani atau koperasi dalam meningkatkan posisi tawarnya

terutama karena petani dengan pangsa pasar kecil berada pada struktur pasar

mendekati persaingan sempurna. Kelompok tani atau koperasi di tingkat petani

diharapkan bukan hanya dapat membantu petani dalam aktivitas on-farm, namun

juga mampu menjadi bagian yang kuat dalam sistem tataniaga hasil panen petani

tersebut. Adanya kelompok tani dan atau koperasi di tingkat petani yang terlibat

dalam saluran tataniaga dapat menghimpun hasil panen sehingga tingkat

penawaran ketika berhadapan dengan lembaga tataniaga lain dapat lebih baik.

Selain itu, dengan adanya kelompok tani atau koperasi di tingkat petani akan

memudahkan petani dalam proses pembiayaan tanpa harus menjual hasil panen

secepatnya dalam bentuk GKP. Kelompok tani atau koperasi diharapkan juga

mampu bekerjasama dengan lembaga pembiayaan formal melalui resi gudang

yang berada di Cianjur terutama saat panen raya dan harga gabah turun. Melalui

resi gudang, pembiayaan dapat diperoleh melalui bank bahkan surat tanda

kepemilikan dapat dijual kepada pihak lain kapanpun sehingga petani tetap

mendapatkan modal dengan mudah. Dalam proses penjualan, petani juga

disarankan melakukan penjualan kepada pabrik dengan ukuran dan skala usaha

besar dan jaringan pelanggannya bukan hanya di Cianjur karena harga beli oleh

pabrik akan semakin tinggi karena pabrik memiliki efisiensi dan fungsi yang

semakin baik.

Page 69: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

DAFTAR PUSTAKA

Aditama P. 2011. Analisis Tataniaga Beras di Desa Kenduren, Kecamatan

Wedung, Kabupaten Demak [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Ammang B, Sawit MH. 2001. Kebijakan Beras dan Pangan Nasional: Pelajaran

dari Orde Baru dan Era Reformasi. Bogor (ID): IPB Press

Antara. 2007. Resi Gudang perkuat Posisi Tawar Petani. [internet]. [diunduh 2014

Juni 8]. Tersedia pada http://id.berita. Yahoo.com/dpr-resi-gudang-perkuat-

posisi-tawar-petani-000815023.html

Asmarantaka RW. 2012. Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Badan Litbang Pertanian. 2013. Varietas Ciherang. [internet]. [dinduh 2014 Mei

17]. Tersedia pada: http://www.litbang.deptan.go.id/varietas/one/130

[BPS] Badan dan Pusat Statistik. 2011. Kecamatan Cibeber dalam Angka. Cianjur

(ID): Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan dan Pusat Statistik. 2012. FAOSTAT, untuk data Indonesia diolah

BPS, Kementan, dan KK dalam Investor Daily. Jakarta (ID): Badan Pusat

Statistik.

[BPS] Badan dan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia. Jakarta (ID): Badan

Pusat Statistik.

[BPS] Badan dan Pusat Statistik. 2013. Kabupaten Cianjur dalam Angka. Cianjur

(ID): Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan dan Pusat Statistik. 2013. Luas Panen, Produktivitas, Produksi

Tanaman Padi Seluruh Provinsi. [internet]. [diunduh 2014 Mei 17]. Tersedia

pada: http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php.

Bupati Cianjur. 2012. Perwilayahan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan

Hortikultura. Cianjur (ID): Pemerintah Daerah Cianjur.

Dahl, D.C, Hammond, I. 1977. Market and Price Analysis The Agricultural

Industry. United States (US): Mc. Draw-Hill, Inc.

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur. 2013. Hasil Laporan

Produksi, Luas Lahan, Produktivitas, Harga Komoditi Padi. Cianjur (ID):

Disperta Cianjur.

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur. 2013. Profil Dinas

Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur. Cianjur (ID): Disperta

Cianjur.

Fitriani. 2013. Analisis Tataniaga Padi Varietas Ciherang di Kecamatan

Pamijahan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID):

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Gandhi P. 2008. Analisis Usahatani dan Tataniaga Varietas Unggul (Studi kasus

Padi Pandan Wangi di Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur)

[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hanafiah, AM. 1983. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID): UI Press.

Kementrian Pertanian Indonesia. 28 Januari 2014. Basis Data Pertanian. Indonesia

(ID).

Kohls, R.L, Uhl, J.N. 2002. Marketing of Agricultural Products. New York (US):

Prentice-Hall, Inc.

Page 70: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Kusumah, HM. 2011. Analisis Tataniaga Beras di Indonesia (Kasus: Jawa Barat

dan Sulawesi Selatan) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor.

Murdani D. 2008. Analisis Usahatani Padi dan Pemasaran Beras varietas Pandan

Wangi dan Varietas Unggul Baru (Kasus Kecamatan Warungkondang,

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Sadarestuwati. 2008. Pentingnya Sistem Resi Gudang bagi Petani. Makalah

disampaikan pada Seminar Nasional Sistem Resi Gudang. Pengembangan

Alternatif Pembiayaan melalui Sistem Resi Gudang. Hotel Borobudur, tanggal

4 November 2008.

Sekretariat Jenderal Pertanian. 2012. Undang-Undang Pangan. [internet].

[diunduh 2014 Mei 17]. Tersedia pada: www.hukumonline.com.

Siregar H. 1987. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta (ID): Sastra

Hudaya.

Sudiyono A. 2001. Pemasaran Pertanian. Malang (ID): UMM Press

Suryana A, Mardianto S. 2001. Bunga Rampai Ekonomi Beras. Jakarta (ID):

LPEM-FEUI.

Wikipedia Bahasa Indonesia. 2014. Beras. [internet]. [diunduh 2014 Januari 3].

Tersedia pada: http://id.wikipedia.org/wiki/Beras.

Page 71: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

LAMPIRAN

Page 72: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Lampiran 1 Biaya dan Marjin Pemasaran pada Saluran 1

Petani

Harga Jual 3 500

Tengkulak

Harga Beli 3 500

Transportasi Penjualan 50

Pengemasan 6

Biaya Pemasaran 56

Marjin Pemasaran 100

Harga Jual 3 600

Penggilingan

Harga Beli 3 600

Penjemuran 50

Penggilingan 15

Bahan Bakar Pengolahan 130

Pengemasan dan Sortasi 250

Kemasan 22

Transportasi Penjualan 50

Penyusutan gabah 1 656

Biaya Pemasaran 2 173

Marjin Pemasaran 4 700

Harga Jual 8 300

Pengecer

Harga Beli 8 300

Tenaga Kerja Penjualan 100

Biaya Pemasaran 100

Marjin Pemasaran 200

Harga Jual 8 500

Konsumen

Page 73: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Lampiran 2 Biaya dan Marjin Pemasaran pada Saluran 2

Petani

Transportasi Penjualan 50

Pengemasan 6

Biaya Pemasaran 56

Harga Jual 3 600

Penggilingan

Harga Beli 3 600

Penjemuran 50

Penggilingan 15

Bahan Bakar Pengolahan 130

Pengemasan dan Sortasi 250

Kemasan 22

Transportasi Penjualan 50

Penyusutan gabah 1 656

Biaya Pemasaran 2 173

Marjin Pemasaran 4 700

Harga Jual 8 300

Pengecer

Harga Beli 8 300

Tenaga Kerja Penjualan 100

Biaya Pemasaran 100

Marjin Pemasaran 200

Harga Jual 8 500

Konsumen

Page 74: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Lampiran 3 Biaya dan Marjin Pemasaran pada Saluran 3

Petani

Harga Jual 3 500

Tengkulak

Harga Beli 3 500

Transportasi Penjualan 50

Pengemasan 6

Biaya Pemasaran 56

Marjin 100

Harga Jual 3 600

Penggilingan

Harga Beli 3 600

Penjemuran 50

Penggilingan 15

Bahan Bakar Pengolahan 130

Pengemasan dan Sortasi 250

Kemasan 22

Transportasi Penjualan 50

Penyusutan gabah 1 656

Biaya Pemasaran 2 173

Marjin Pemasaran 4 900

Harga Jual 8 500

Konsumen

Page 75: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Lampiran 4 Biaya dan Marjin Pemasaran pada Saluran 4

Petani

Harga Jual 3 700

Tengkulak

Harga Beli 3 700

Transportasi Penjualan 37.5

Bongkar Muat Pembelian 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Pengemasan 6

Biaya Pemasaran 63.5

Marjin Pemasaran 100

Harga Jual 3 800

Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa

Harga Beli 3 800

Penjemuran 40

Bahan Bakar Pengolahan 130

Penggilingan 15

Pengemasan dan Sortasi 150.03

Kemasan 26

Transportasi Penjualan 37.5

Pemuatan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Penyusutan Gabah 1 748

Biaya Pemasaran 2 166.53

Marjin Pemasaran 4 000

Harga Jual 7 800

Distributor

Harga Beli 7 800

Transportasi Penjualan 37.5

Pemuatan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Biaya Pemasaran 57.5

Marjin Pemasaran 400

Harga Penjualan 8 200

Pengecer

Harga Beli 8 200

Tenaga Kerja Penjualan 100

Biaya Pemasaran 100

Marjin Pemasaran 300

Harga Penjualan 8 500

Konsumen

Page 76: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Lampiran 5 Biaya dan Marjin Pemasaran pada Saluran 5

Petani

Harga Jual 3 700

Tengkulak

Harga Beli 3 700

Transportasi Penjualan 37.5

Bongkar Muat Pembelian 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Pengemasan 6

Biaya Pemasaran 63.5

Marjin Pemasaran 100

Harga Jual 3 800

Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa

Harga Beli 3 800

Penjemuran 40

Bahan Bakar Pengolahan 130

Penggilingan 15

Pengemasan dan Sortasi 150.03

Kemasan 26

Transportasi Penjualan 37.5

Pemuatan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Penyusutan Gabah 1 748

Biaya Pemasaran 2 166.53

Marjin Pemasaran 4 000

Harga Jual 7 800

Distributor

Harga Beli 7 800

Tenaga Kerja Penjualan 100

Biaya Pemasaran 100

Marjin Pemasaran 400

Harga Penjualan 8 200

Konsumen

Page 77: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Lampiran 6 Biaya dan Marjin Pemasaran pada Saluran 6

Petani

Transportasi Penjualan 50

Pengemasan 6

Biaya Pemasaran 56

Harga Jual 3 700

Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa

Harga Beli 3 700

Penjemuran 40

Bahan Bakar Pengolahan 130

Penggilingan 15

Pengemasan dan Sortasi 150.03

Kemasan 26

Transportasi Penjualan 37.5

Pemuatan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Penyusutan Gabah 1 748

Biaya Pemasaran 2 166.53

Marjin Pemasaran 4 100

Harga Jual 7 800

Distributor

Harga Beli 7 800

Transportasi Penjualan 37.5

Pemuatan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Biaya Pemasaran 57.5

Marjin Pemasaran 400

Harga Penjualan 8 200

Pengecer

Harga Beli 8 200

Tenaga Kerja Penjualan 100

Biaya Pemasaran 100

Marjin Pemasaran 300

Harga Penjualan 8 500

Konsumen

Page 78: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Lampiran 7 Biaya dan Marjin Pemasaran pada Saluran 7

Petani

Transportasi Penjualan 50

Pengemasan 6

Biaya Pemasaran 56

Marjin Pemasaran 100

Harga Jual 3 700

Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa

Harga Beli 3 700

Penjemuran 40

Bahan Bakar Pengolahan 130

Penggilingan 15

Pengemasan dan Sortasi 150.03

Kemasan 26

Transportasi Penjualan 37.5

Pemuatan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Penyusutan Gabah 1748

Biaya Pemasaran 2 166.53

Marjin Pemasaran 4 100

Harga Jual 7 800

Distributor

Harga Beli 7 800

Tenaga Kerja Penjualan 100

Biaya Pemasaran 100

Marjin Pemasaran 400

Harga Penjualan 8 200

Konsumen

Page 79: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Lampiran 8 Biaya dan Marjin Pemasaran pada Saluran 8

Petani

Harga Jual 3 700

Tengkulak

Harga Beli 3 700

Transportasi Penjualan 37.5

Bongkar Muat Pembelian 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Pengemasan 6

Biaya Pemasaran 63.5

Marjin Pemasaran 100

Harga Jual 3 800

Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa

Harga Beli 3 800

Penjemuran 40

Bahan Bakar Pengolahan 130

Penggilingan 15

Pengemasan dan Sortasi 150.03

Kemasan 26

Transportasi Penjualan 125

Retribusi Pemasaran 10

Pemuatan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Penyusutan Gabah 1 748

Biaya Pemasaran 2 264.03

Marjin Pemasaran 5 400

Harga Jual 9 200

Pengecer

Harga Beli 9 200

Tenaga Kerja Penjualan 100

Biaya Pemasaran 100

Marjin Pemasaran 300

Harga Penjualan 9 500

Konsumen

Page 80: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Lampiran 9 Biaya dan Marjin Pemasaran pada Saluran 9

Petani

Harga Jual 3 700

Tengkulak

Harga Beli 3 700

Pengangkutan 37.5

Bongkar Muat Pembelian 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Pengemasan 6

Biaya Pemasaran 63.5

Marjin Pemasaran 100

Harga Jual 3 800

Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa

Harga Beli 3 800

Transportasi Penjualan 37.5

Pemuatan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Biaya Penimbangan 10

Biaya Pemasaran 67.5

Marjin Pemasaran 200

Harga Jual 4 000

Pabrik Beras luar Desa

Harga Beli 4 000

Penjemuran 40

Pengeringan 10

Bahan Bakar Pengolahan 25

Penggilingan 15

Pengemasan dan Sortasi 150.03

Pemolesan 12

Kemasan 100

Transportasi Penjualan 125

Retribusi Pemasaran 10

Pemuatan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Penyusutan Gabah 1 748

Biaya Pemasaran 2 255.03

Marjin Pemasaran 4 700

Harga Jual 8 700

Distributor

Harga Beli 8 700

Retribusi pemasaran 25

Transportasi Penjualan 37.5

Pemuatan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Biaya Pemasaran 82.5

Marjin Pemasaran 700

Harga Jual 9 400

Pengecer

Harga Beli 9 400

Tenaga Kerja Penjualan 100

Biaya pemasaran 100

Marjin Pemasaran 300

Harga Penjualan 9 700

Konsumen

Page 81: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

Lampiran 10 Biaya dan Marjin Pemasaran pada Saluran 10

Petani

Transportasi Penjualan 50

Pengemasan 6

Biaya Pemasaran 56

Harga Jual 3 700

Pengumpul Besar dan Pabrik Beras dalam Desa

Harga Beli 3700

Transportasi Penjualan 37.5

Pengangkutan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Biaya Penimbangan 10

Biaya Pemasaran 67.5

Marjin Pemasaran 300

Harga Jual 4 000

Pabrik Beras luar Desa

Harga Beli 4 000

Penjemuran 40

Pengeringan 10

Bahan Bakar Pengolahan 25

Penggilingan 15

Pengemasan dan Sortasi 150.03

Pemolesan 12

Kemasan 100

Transportasi Penjualan 125

Retribusi Pemasaran 10

Pemuatan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Penyusutan Gabah 1748

Biaya Pemasaran 2 255.03

Marjin Pemasaran 4 700

Harga Jual 8 700

Distributor

Harga Beli 8 700

Retribusi pemasaran 25

Transportasi Penjualan 37.5

Pemuatan 10

Bongkar Muat Penjualan 10

Biaya Pemasaran 82.5

Marjin Pemasaran 700

Harga Jual 9 400

Pengecer

Harga Beli 9 400

Tenaga Kerja Penjualan 100

Biaya pemasaran 100

Marjin Pemasaran 300

Harga Penjualan 9 700

Konsumen

Page 82: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman
Page 83: ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS CIHERANG di … · Konsep Lembaga, Saluran dan Fungsi ... dasar, termasuk pangan. ... Menurut Direktorat Perbenihan dan Direktorat Jenderal Tanaman

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar, 1 Januari 1993 dari ayah Harmedin

Saragih dan ibu Emelia Damaiana Sihombing. Penulis adalah putera pertama dari

empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Santo Thomas 1 Medan

dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor

(IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan diterima

di Departemen Agribisnis , Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai staf Departemen

Bureau of External Relationship (B’Extion) di Himpunan Profesi Mahasiswa

Peminat Agribisnis (HIPMA) IPB pada tahun 2011-2012. Pada tahun 2012-2013,

penulis menjadi Kepala Departemen di B’Extion HIPMA tersebut. Pada tahun

2012, penulis juga menjadi anggota Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa

Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (POPMASEPI).

Sejak tahun 2011, penulis mendapatkan beasiswa PPA-DIKTI dalam

perkuliahan. Saat ini, penulis sedang menempuh pendidikan pascasarjana melalui

jalur fast track Magister Sains Agribisnis.