Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

61
WORKING PAPER IN ECONOMICS ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia) Oleh : Mohammad Hanif 1) Desember 2012 1) Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana FE-UI Pandangan dalam paper ini merupakan pandangan penulis semata

description

Analisis Peran Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Indonesia (studi kasus : Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia)

Transcript of Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

Page 1: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

WORKING PAPER IN ECONOMICS

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN

INDONESIA (Studi Kasus : Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia)

Oleh :

Mohammad Hanif1)

Desember 2012

1) Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana FE-UI Pandangan dalam paper ini merupakan pandangan penulis semata

Page 2: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ABSTRAK

Paper ini bertujuan untuk melakukan analisis peran sektor pertanian terhadap perekonomian

Indonesia. Ada empat hal yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu (1) Menganalisis kontribusi

sektor pertanian terhadap perekonomian nasional dalam hal penciptaan nilai tambah (added

value), output sektor produksi (production output), pendapatan rumah tangga (household

induced income), dan keterkaitan dengan sektor lainnya (other linkage sector), (2) Menganalisis

kontribusi sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan rumah tangga, (3) Menganalisis

dampak kebijakan pemerintah di sektor pertanian dalam meningkatkan nilai tambah, output,

pendapatan rumah tangga, dan PDB Nasional, dan (4) Menganalisis Sub-sektor manakah dari

sektor pertanian yang memiliki peran strategis terhadap perekonomian nasional ke depan.

Data yang digunakan berdasarkan publikasi terakhir Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)

Indonesia yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dengan rincian matriks ukuran

105x105. Data SNSE ini selanjutnya dimodifikasi dan disimplifikasi sesuai tujuan penelitian.

Penulis menggunakan Angka Pengganda (Accounting Multiplier) SNSE, Dekomposisi matriks,

dan Structural Path Analysis (SPA) untuk mengukur peran sektor pertanian terhadap

perekonomian nasional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki kontribusi besar dalam

menciptakan nilai tambah (added value), kenaikan output sektor produksi, kenaikan

pendapatan rumah tangga, dan mendorong pertumbuhan sektor lainnya dalam perekonomian

nasional. Namun demikian, hasil sektor ini lebih banyak dinikmati oleh pengusaha dan

golongan atas dibandingkan buruh tani. Berdasarkan analisis dekomposisi dan jalur struktural

sektor pertanian memiliki hubungan erat dengan sektor lainnya seperti sektor Industri makanan,

minuman, dan tembakau; sektor Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen; dan sektor

Perdagangan. Injeksi kebijakan pemerintah pada sektor pertanian dan sektor lain yang

berhubungan erat, menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah pada sektor pertanian khususnya

pada sektor tanaman pangan memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan nilai tambah,

output, pendapatan rumah tangga, dan PDB Nasional. Sedangkan kebijakan pemerintah pada

sektor yang berhubungan erat dengan sektor pertanian juga berkontribusi namun dengan

tingkat yang lebih rendah dibandingkan sektor pertanian. Hasil analisis menyeluruh,

menunjukkan bahwa sektor pertanian tanaman pangan merupakan sub-sektor pertanian yang

memiliki potensi dan peran strategis terhadap perekonomian nasional ke depan.

Keywords :

Sektor Pertanian, Struktur Perekonomian Indonesia, Added Value, Distribusi Pendapatan Rumah

Tangga, Output Sektor Produksi, Product Domestic Bruto (PDB), Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE),

Accounting multiplier, Matriks Dekomposisi, Structural Path Analysis (SPA).

Page 3: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 1

Studi Kasus : SNSE Indonesia

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN) 2005-2025 menyebutkan bahwa tujuan pembangunan jangka panjang

tahun 2005–2025 adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai

landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju,

mandiri, dan adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada

pencapaian sasaran-sasaran pokok yang antara lain adalah terwujudnya bangsa yang

berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera. Salah satu

tolak ukur pencapaian sasaran tersebut yaitu dengan terbangunnya struktur perekonomian

yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah Indonesia. Sektor

pertanian, dalam arti luas, dan pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang dikelola

secara efisien sehingga menghasilkan komoditi berkualitas, industri manufaktur yang

berdaya saing global, motor penggerak perekonomian, serta jasa yang perannya meningkat

dengan kualitas pelayanan lebih bermutu dan berdaya saing. Dengan demikian dapat

dikatakan, bahwa pembangunan sektor pertanian tetap memegang peran yang strategis

dalam Perekonomian Indonesia sehingga perlu untuk ditingkatkan.

Adapun peran strategis sektor pertanian tersebut antara lain: a) sebagai penyediaan pangan

masyarakat sehingga mampu berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan

pangan nasional yang sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas ekonomi,

stabilitas politik, dan keamanan atau ketahanan nasional; b) sektor pertanian menghasilkan

bahan baku untuk peningkatan sektor industri dan jasa; c) sektor pertanian dapat

menghasilkan atau menghemat devisa yang berasal dari ekspor atau produk subtitusi impor;

d) sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk sektor industri; e)

transfer surplus tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri merupakan salah satu

sumber pertumbuhan ekonomi; f) sektor pertanian mampu menyediakan modal bagi

pengembangan sektor-sektor lain; dan g) peran pertanian dalam penyediaan jasa-jasa

lingkungan (Daryanto, 2009).

Statistik menunjukkan bahwa sektor pertanian pada triwulan ketiga tahun 2012 mencapai

Rp.256,283.2 milliar, atau lebih tinggi dibandingkan kuartal ketiga tahun 2011 yang hanya

mencapai Rp.245,812.2 milliar. Namun, dari sisi kontribusi terhadap PDB Nasional sektor ini

terus mengalami penurunan. Sedangkan dari hasil sensus Penduduk tahun 2010

menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di sektor ini mencapai 38,88 juta jiwa atau

menyerap kurang lebih 32.94% dari Angkatan kerja. Meskipun kontribusi sektor ini terhadap

PDB Nasional menurun, akan tetapi daya serap terhadap angkatan kerja paling besar dan

sektor ini terus bertumbuh setiap tahunnya dan hingga kuartal III 2012 tumbuh sebesar

Page 4: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 2

Studi Kasus : SNSE Indonesia

6.17% (yoy). Ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peran besar dalam

perekonomian nasional dan masalah distribusi pendapatan.

Fakta lain yang juga menunjukkan pentingnya pembangunan sektor pertanian adalah fakta

yang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis mempunyai

keunggulan komparatif di bidang pertanian, karena dengan kondisi iklim tersebut

memberikan kekayaan yang tak ternilai bagi sumberdaya alamnya. Kecukupan matahari

sebagai sumber energi dan membantu percepatan proses pelapukan dan fosilisasi,

menjadikan negeri ini kaya akan tanah-tanah yang subur yang kaya akan mineral. Iklim yang

cukup bersahabat, dan ketersediaan air yang relatif baik dibanding negara lain menjadikan

Indonesia sangat unggul di sektor pertanian. Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan

potensi bagi pengembangan sektor pertanian di Indonesia antara lain (Rifai, 2012) :

1. Masih tersedia areal pertanian dan lahan potensial belum termanfaatkan secara optimal

yang merupakan peluang bagi peningkatan produksi pertanian. Disamping itu, kondisi

lahan yang secara umum subur dan iklim yang mendukung merupakan peluang yang

sangat menguntungkan untuk pembangunan sektor pertanian.

2. Pasar domestik sangat berpotensi untuk pemasaran produk pertanian, dan cenderung

meningkat terus akibat pertambahan jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan

masyarakat. Selain jumlahnya meningkat, keragaman produknya semakin bervariasi

sehingga akan membuka peluang yang lebih besar terhadap pemasaran produk

pertanian. Sejalan dengan era globalisasi dan pemberlakuan pasar bebas juga

berpeluang untuk memasarkan produk pertanian ke pasar internasional; dan

3. Jumlah tenaga kerja untuk sektor pertanian lebih dari cukup, apalagi terdapat limpahan

tenaga kerja ke sektor ini akibat melambatnya pertumbuhan sektor industri. Dengan

demikian pemanfaatan tenaga kerja yang tersedia secara optimal merupakan peluang

untuk meningkatkan pembangunan sektor pertanian.

Meskipun memiliki potensi yang besar, namun pembangunan sektor pertanian masih

menghadapi berbagai permasalahan, antara lain :

1. Adopsi teknologi yang dihasilkan lembaga penelitian pemerintah, swasta maupun

pengenalan dari luar negeri oleh petani berjalan lambat.

2. Ketersediaan sumberdaya air dipengaruhi oleh curah hujan dan daerah tangkapan air.

3. Kurangnya perhatian terhadap pemeliharaan jaringan irigasi mengakibatkan daya dukung

irigasi bagi sektor pertanian semakin menurun.

4. Kemampuan produksi pupuk dalam negeri masih dibawah kebutuhan.

5. Petani belum memiliki kemampuan untuk mengakses sumber permodalan dari lembaga

keuangan formal.

6. Adanya Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI)

yang merupakan faktor pembatas produksi sektor pertanian.

Page 5: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 3

Studi Kasus : SNSE Indonesia

7. Harga pembelian pemerintah yang diterapkan selama ini untuk komoditas padi/beras,

dalam pelaksanaannya belum berjalan efektif sesuai dengan yang ditetapkan.

Adanya berbagai permasalahan tersebut diatas, telah menyebabkan peningkatan

produktivitas sektor pertanian berjalan lambat dibandingkan sektor lainnya namun disisi lain

proporsi tenaga kerja di sektor ini sangat besar. Data statistik pada Tabel 1.1 menunjukkan

bahwa produktivitas sektor pertanian terendah diantara sektor lainnya.

Tabel 1.1 Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2010 (Rp juta / TK)

Sektor Produksi 2010

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 7.30

Industri Pengolahan 43.20

Konstruksi 26.80

Perdagangan, Hotel & Restoran 17.80

Pengangkutan dan Komunikasi 38.80

Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 127.00

Jasa-jasa 13.60

Pertambangan dan Penggalian dan Listrik, Gas & Air Bersih 136.50

Sumber : BPS, Sensus Penduduk 2010

Adanya kesenjangan produktivitas yang sangat tinggi antara sektor pertanian dengan non-

pertanian memberikan petunjuk bahwa transformasi ekonomi tidak berjalan dengan baik.

Sektor non-pertanian tidak berkembang sebagai penyerap tenaga kerja yang signifikan, oleh

karena adanya kelebihan tenaga kerja akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi telah

menumpuk di sektor pertanian, sehingga menurunkan produktivitas tenaga kerja sektor ini

(Tambunan, 2010).

Untuk itu, diperlukan kebijakan yang mampu mendorong perbaikan di sektor pertanian

sehingga tercipta pembangunan yang lebih merata. Beberapa hasil riset pun menunjukkan

bahwa pertanian merupakan sektor yang paling efektif untuk mengurangi kemiskinan,

walaupun kaum miskin menikmati manfaat yang lebih kecil dari pertumbuhan pertanian

dalam perekonomian yang distribusi pendapatannya sangat timpang (Norton, 2004).

Berdasarkan hasil uraian tersebut, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat peran

sektor pertanian pada perekonomian nasional : Studi Kasus Sistem Neraca Sosial Ekonomi

Indonesia tahun 2008.

Page 6: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 4

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

- Bagaimana kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional dalam hal

penciptaan nilai tambah, output, pendapatan rumah tangga, dan keterkaitan dengan

sektor lainnya ?.

- Bagaimana kontribusi sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan rumah tangga ?

- Bagaimana dampak kebijakan pemerintah di sektor pertanian dalam meningkatkan nilai

tambah, output, pendapatan rumah tangga, dan PDB Nasional ?.

- Sub-sektor manakah dari sektor pertanian yang memiliki peran strategis terhadap

perekonomian nasional ke depan ?.

Tujuan Penelitian

- Menganalisis kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional dalam hal

penciptaan nilai tambah, output, pendapatan rumah tangga, dan keterkaitan dengan

sektor lainnya.

- Menganalisis kontribusi sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan rumah tangga.

- Menganalisis dampak kebijakan pemerintah di sektor pertanian dalam meningkatkan nilai

tambah, output, pendapatan rumah tangga, dan PDB Nasional.

- Menganalisis Sub-sektor manakah dari sektor pertanian yang memiliki peran strategis

terhadap perekonomian nasional ke depan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

- Pemerintah sebagai bahan atau input dalam membuat kebijakan pembangunan sektor

pertanian dalam pengalokasian anggaran pemerintah yang paling berperan dalam

meningkatkan PDB, meningkatkan output, dan memperbaiki distribusi pendapatan serta

memberikan bahan ulasan kajian terhadap kebijakan sektor pertanian yang telah

dilakukan selama ini.

- Peneliti atau pemerhati sektor pertanian sebagai salah satu bahan kajian dalam

menganalisis kebijakan pertanian yang telah dilakukan dikaitkan dengan kondisi

makroekonomi nasional pada umumnya dan sektor pertanian pada khususnya.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi wilayah nasional Indonesia dengan fokus penelitian

terhadap kontribusi sektor pertanian pada peningkatan nilai tambah, output, pendapatan

rumah tangga dan keterkaitan dengan sektor lainnya. Penelitian ini berdasarkan analisis

Page 7: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 5

Studi Kasus : SNSE Indonesia

SNSE 2008, dengan tetap mempertimbangkan bahwa kondisi perekonomian tidak banyak

mengalami perubahan selama tahun 2008-2012. Data SNSE 2008 merupakan publikasi

paling akhir yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik saat ini. Agregasi dilakukan pada data

untuk disesuaikan dengan tujuan penelitian. Untuk faktor produksi, peneliti melakukan

agregasi menjadi dua bagian utama yaitu tenaga kerja pertanian dan non-pertanian, dimana

masing-masing dikelompokkan berdasarkan desa dan kota. Sedangkan untuk institusi,

peneliti lebih berfokus pada institusi rumah tangga yang kemudian mengagregasi institusi ini

menjadi rumah tangga pertanian dan non-pertanian menurut desa dan kota. Sedangkan

untuk sektor produksi, peneliti melakukan agregasi dari 24 sektor produksi menjadi hanya 18

sektor saja.

Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab IV : Gambaran Umum Perekonomian Indonesia

Bab V : Hasil dan Pembahasan

Bab VI : Kesimpulan dan Saran

II. TINJAUAN PUSTAKA

Perananan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi

Jauh sebelum Johnston dan Mellor (1961) mengungkapkan peranan penting sektor

pertanian dalam pembangunan, sebenarnya para pakar ekonomi terdahulu seperti

Rosenstein-Rodan, Lewis, Scitovsky, Hirschman, Jorgenson dan Fei-Ranis telah menyoroti

bagaimana sumber-sumber daya pertanian yang berlimpah dan mengalami surplus tersebut

ditransfer untuk pembangunan sektor industri. Hircshman (1958) dalam Stringer (2001)

menunjukkan bahwa pertanian itu mempunyai keterkaitan kedepan (forward linkage) dan

kebelakang (backward linkage) antar sektor paling tinggi yang sangat dibutuhkan dalam

pembangunan ekonomi (Hafizrianda, 2007).

Selain itu, Johnston dan Mellor (1961) mengidentifikasikan lima kontribusi sektor pertanain

dalam pembangunan ekonomi. Pertama, sektor pertanian menghasilkan pangan dan bahan

baku untuk sektor industri dan jasa. Jika peningkatan pangan dapat dipenuhi secara

domestik, maka peningkatan suplai ini akan mendorong penurunan laju inflasi dan tingkat

upah tenaga kerja, yang pada akhirnya diyakini dapat lebih memacu pertumbuhan ekonomi.

Disamping itu, banyak sektor industri di negara berkembang yang kelangsungan hidupnya

sangat tergantung kepada suplai bahan baku yang berasal dari sektor pertanian. Kedua,

sektor pertanian dapat menghasilkan atau menghemat devisa yang berasal dari ekspor atau

Page 8: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 6

Studi Kasus : SNSE Indonesia

produk subtitusi impor. Perolehan devisa dari ekspor pertanian dapat juga membantu

negara berkembang untuk membayar kebutuhan impor barang-barang kapital dan teknologi

untuk memodernisasikan dan memperluas sektor non-pertanian. Ketiga, sektor pertanian

merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk industri. Keempat, transfer surplus

tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri merupakan salah satu sumber

pertumbuhan ekonomi. Kelima, sektor pertanian dapat menyediakan modal bagi

pengembangan sektor-sektor lain.

Sedangkan menurut kuznet (1964) dan Todaro (2000) kontribusi pertanian dalam

pembangunan adalah: pertama, Pertanian sebagai penyerap tenaga kerja. Kedua, sektor

pertanian memiliki kontribusi terhadap pendapatan. Ketiga, sektor pertanian memiliki

kontribusi dalam penyedian pangan. Keempat, sektor pertanian merupakan penyedia bahan

baku. Kelima, sektor pertanian juga memiliki kontribusi dalam bentuk kapital. Keenam,

Pertanian juga merupakan sebagai sumber devisa.

Kebijakan Pertanian

Transformasi struktur perekonomian yang terjadi menunjukkan bahwa peran pertanian

dalam pembangunan nasional terus menurun, namun tidak diikuti oleh bebannya dalam

penyerapan tenaga kerja. Hal ini berakibat produktivitas pertanian menurun dan semakin

senjang dibanding sektor diluar pertanian, terutama sektor jasa dan industri. Sebagai upaya

dalam peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani, maka beberapa hal berikut ini

dapat dilakukan :

a. Peningkatan skala usaha sesuai dengan sifat komoditasnya. Misalnya untuk petani

pangan luas lahan minimal 1 hektar per petani di Jawa-Bali dan 2,5 hektar per petani

di luar Jawa-Bali

b. Pengusahaan komoditas sesuai dengan permintaan pasar

c. Diversifikasi usaha rumah tangga melalui pengembangan agroindustri perdesaan

dengan kegiatan non-pertanian

d. Pengembangan kelembagaan penguasaan saham petani untuk sektor hulu maupun

hilir, dan

e. Kebijakan perlindungan bagi petani dan usahanya.

Dalam sektor pertanian, sumberdaya utama pembangunan sektor ini adalah lahan dan air.

Konversi lahan pertanian sangat sering terjadi, terutama pada lahan sawah yang

berproduktivitas tinggi menjadi lahan permukiman dan industri. Hal ini disebabkan karena

pada umumnya lahan sawah dengan produktivitas tinggi, seperti di jalur pantai utara Pulau

Jawa dan di sekitar Bandung, mempunyai prasarana yang memadai untuk pembangunan

sektor non pertanian. Pemanfaatan lahan yang berpotensi secara bertahap akan dapat

mengantarkan Indonesia tidak saja berswasembada produk pertanian, tetapi juga berpotensi

untuk meningkatkan volume ekspor, apalagi jika insentif untuk petani dapat ditingkatkan.

Page 9: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 7

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Seperti halnya sumberdaya lahan, sumberdaya air juga semakin terbatas dan mengalami

degradasi. Pertumbuhan penduduk dan industrialisasi telah menimbulkan kompetisi

penggunaan antara pertanian dan non-pertanian. Pada kondisi demikian maka

penggunanan air untuk pertanian selalu dikorbankan sebagai prioritas terakhir. Untuk itu

peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi merupakan langkah bagi peningkatan

produktifitas pertanian.

Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)

SNSE adalah sebuah neraca ekonomi masukan ganda tradisional berbentuk matriks

partisi yang mencatat segala transaksi ekonomi antara agen, terutama sekali antara

sektor-sektor di dalam blok produksi, sektor-sektor di dalam blok institusi (termasuk di

dalamnya rumah tangga), dan sektor-sektor di dalam blok faktor produksi, di suatu

perekonomian. SNSE merupakan suatu sistem pendataan yang baik karena (1) SNSE

merangkum seluruh kegiatan transaksi ekonomi yang terjadi di suatu perekonomian

untuk sebuah kurun waktu tertentu, dengan demikian SNSE dapat dengan mudah

memberikan gambaran umum mengenai perekonomian suatu wilayah; (2) SNSE

memotret struktur sosial-ekonomi di suatu perekonomian, dengan demikian SNSE

dapat memberikan gambaran tentang kemiskinan dan distribusi pendapatan di

perekonomian tersebut (Hartono, 1998).

Dalam melakukan analisa menggunakan SNSE, perhitungan matriks pengganda dan

dekomposisi matriks pengganda dari suatu SNSE merupakan suatu teknik/langkah

penting. Dengan mendapatkan matriks pengganda dari suatu SNSE dapat dilihat dampak

dari suatu kebijakan terhadap berbagai sektor di dalam suatu perekonomian, termasuk di

dalamnya dampak sebuah kebijakan terhadap pendapatan masyarakat. Dekomposisi

matriks pengganda suatu SNSE dilakukan untuk memperjelas proses penggandaan

dalam suatu perekonomian; dengan kata lain dekomposisi matriks pengganda dapat

menunjukkan tahapan dampak yang terjadi akibat penerapan sebuah kebijakan terhadap

berbagai sektor di suatu perekonomian. Dari beberapa macam dekomposisi matriks

pengganda, dekomposisi matriks pengganda yang dikembangkan oleh Pyatt dan Round

(1979) yang relatif banyak digunakan. Pada dekomposisi matriks pengganda ini, Pyatt

dan Round memecah matriks pengganda menjadi tiga buah matriks dekomposisi yang

disebut matriks pengganda transfer, matriks pengganda open loop, dan matriks

pengganda closed loop. Secara umum matriks pengganda transfer menunjukkan dampak

langsung aktivitas sebuah sektor terhadap sektor lainnya di dalam blok neraca yang

sama. Matriks pengganda open loop menunjukkan dampak aktivitas sebuah sektor

terhadap sektor-sektor di blok neraca lainnya. Sedangkan matriks closed loop

menunjukkan dampak aktivitas sebuah sektor terhadap sektor lainnya pada blok neraca

yang berbeda, untuk kemudian kembali pada blok neraca semula.

Page 10: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 8

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Studi-Studi Terdahulu

Bautista et. al (1999) melakukan pengukuran pengaruh dari tiga alternatif pembangunan

industri, yaitu industri berbasis pertanian, industri pengolah makanan, dan industri ringan,

terhadap perekonomian Indonesia dengan menggunakan analisis pengganda SNSE dan

computable general equilibrium (CGE) model. Analisis SNSE yang digunakan lebih

difokuskan dari sisi permintaan, yang kemudian dihitung pengaruh penggandanya akibat

adanya injeksi dari penerimaan eksogen terhadap sektor-sektor yang mendorong strategi

pembangunan ketiga alternatif industri tersebut. Hasilnya diperoleh kesimpulan bahwa

pembangunan industri yang berorientasi terhadap komoditas pertanian lebih tinggi dan

signifikan pengaruhnya terhadap kenaikan riil PDB Indonesia dibandingkan dengan

pembangunan industri yang berorientasi pada pengolahan makanan dan industri ringan.

Selain itu distribusi pendapatan juga memiliki pengaruh terhadap kenaikan PDB dan output

industri.

Herliana (2004) melakukan analisis terhadap SAM (SNSE) Indonesia tahun 1999, dengan

menggunakan teknik Structural Path Analysis (SPA). Hasil penelitiannya, diperoleh

kesimpulan bahwa injeksi yang dilakukan terhadap sektor pertanian ternyata menunjukkan

peningkatan terhadap pendapatan kelompok rumah tangga perdesaan dibandingkan jika

injeksi dilakukan terhadap sektor industri olahan pertanian. Injeksi ini juga meningkatkan

output di sektor pertanian yang disertai juga dengan peningkatan penggunaan faktor

produksi tenaga kerja di sektor pertanian.

Sementara itu Fauzi (2008), juga menggunakan analisa SNSE 2003 dalam mengkaji

beberapa kebijakan di sektor pertanian dan menyimpulkan bahwa strategi pembangunan

ekonomi mendatang sepatutnya diarahkan pada strategi agriculture and agroindustri based

development (AABD). Beberapa temuan penting hasil penelitiannya antara lain sektor

pertanian dan agroindustri menduduki peringkat teratas berdasarkan angka multiplier, sektor

pertanian mempunyai efek pengganda lebih banyak tersebar kepada rumah tangga

pengusaha pertanian, dan menemukan bahwa kebijakan produksi dan harga di sektor

pertanian lebih baik dalam mendorong perekonomian.

Selain itu, hasil penelitian Priyarsono et al. (2005) menunjukkan bahwa sektor pertanian

berkontribusi besar bagi pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Sektor ini merupakan

sumber pendapatan bagi sebagian besar rumah tangga berpendapatan rendah. Sedangkan

menurut Susilowati (2007), Pembangunan sektor agroindustri perlu dilakukan secara

simultan dengan pembangunan sektor pertanian primer sehingga kinerja sektor pertanian

primer dapat memenuhi tuntutan bagi pengembangan sektor agroindustri di Indonesia. Hasil

penelitian terbaru, Rifai (2012) dengan menggunakan analisa SNSE 2008 menunjukkan

bahwa sektor pertanian khususnya tanaman pangan memiliki kontribusi terhadap

penciptaan nilai tambah dan peningkatan pendapatan rumah tangga paling tinggi

dibandingkan sektor lainnya.

Page 11: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 9

Studi Kasus : SNSE Indonesia

III. METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Konseptual Penelitian

Untuk memahami bagaimana sektor pertanian dapat mempengaruhi perekonomian

nasional, kita memerlukan suatu perangkat analisis yang dapat menjabarkan mekanisme

dampak sektor ini terhadap perekonomian secara komprehensif, dan salah satu alat analisis

yang paling baik digunakan adalah Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) yang mampu

menggambarkan secara lengkap struktur perekonomian nasional, keterkaitan diantara

aktivitas produksi, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi, perdagangan luar

negeri, dan distribusi pendapatan. Oleh karena itu berikut disajakin kerangka konseptual

yang merupakan gambaran dari peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional

melalui kajian SNSE, sebagaimana terlihat pada gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Nasional

Untuk memahami bagaimana peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional

secara menyeluruh dapat dijelaskan melalui ilustrasi sederhana berikut ini (Hafizrianda,

2007). Jika sektor pertanian diberi stimulus ekonomi, maka yang pertama kali merasakan

dampaknya adalah sektor pertanian itu sendiri dengan ditandai kenaikan produksi. Karena

sektor ini memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya baik backward linkage maupun forward

Pasar Faktor

Produksi

Sektor

Pertanian

Pasar Komoditas

Rest of the

World

Institusi

Rumah Tangga

Institusi

Perusahaan

Institusi

Pemerintah

Kapital

Sektor

Industri

Sektor Jasa

Investasi

Distribusi Pendapatan

antar Sektor

Pen

jual

an

Transfer

Pem

belia

n

Fak

tor

Bel

anja

Pem

erin

tah

Tra

nsfe

r

Sub

sidi

Eks

por

Pajak tak

langsung

Pen

erim

aan

dari

fakt

or p

rodu

ksi

Tra

nsfe

r/

Sub

sidi

Tab

unga

n R

umah

Tan

gga

Tabungan

Pemerintah

Tabungan

Swasta

Pengeluaran Konsumsi

Subsidi Pem

baya

ran

Paj

ak

Transfer

Kon

sum

si

Ant

ara

ImporEkspor

Transfer

Pembayaran Pajak

Subsidi

Barang Akhir

Transfer

NERACA AKTIVITAS PRODUKSI

Page 12: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 10

Studi Kasus : SNSE Indonesia

linkage, maka kenaikan produksi pertanian akan diikuti kenaikan permintaan intermediate

input terhadap sektor industri maupun jasa. Kenaikan juga terjadi pada input primer baik

tenaga kerja maupun modal. Karena input primer berasal dari rumah tangga sudah tentu

berpengaruh terhadap perubahan pendapatan rumah tangga. Jadi dampaknya akan

berpengaruh pada pasar faktor produksi baik itu pasar tenaga kerja, modal, maupun input

antara.

Kerangka Analisis Penelitian

Adapun kerangka analisis yang dikembangkan oleh peneliti untuk menjawab tujuan

penelitian sebagai berikut (gambar 3.2).

Gambar 3.2 Kerangka Analisis Penelitian

Untuk mengetahui dampak sektor pertanian dan kebijakan pemerintah, peneliti

menggunakan multiplier SNSE. Kelebihan multiplier ini dibandingkan metode ekonometrik

adalah sifatnya yang mikro dan mampu melihat hubungan antar sektor dalam perekonomian

sedangkan ekonometri bersifat makro dan agregat. Peneliti akan menggunakan SNSE 2008

sebagai dasar perhitungan multiplier ini.

Latar Belakang

Peran Strategis Sektor Pertanian (amanat UU), Negara Agraris dengan

potensi alam yang besar dan memiliki keunggulan komparatif, Daya serap

tenaga kerja yang tinggi, Adanya Indikasi penurunan kontribusi terhadap PDB

Nasional walaupun terus bertumbuh setiap tahunnya, Rendahnya

Produktivitas, dan Masih banyaknya permasalahan di sektor pertanian.

Permasalahan Penelitian

Bagaimana kontribusi sektor pertanian dan dampak kebijakan pemerintah di

sektor ini terhadap perekonomian nasional dalam hal peningkatan Nilai

Tambah, Output, Pendapatan Rumah Tangga, Keterkaitan dengan Sektor

lain, PDB Nasional, dan Distribusi Pendapatan serta Potensi Strategis sub-

sektor pertanian ke depan

Tujuan Penelitian

Menganalisis kontribusi sektor pertanian dan dampak kebijakan pemerintah

di sektor ini terhadap perekonomian nasional dalam hal peningkatan Nilai

Tambah, Output, Pendapatan Rumah Tangga, Keterkaitan dengan Sektor

lain, PDB Nasional, dan Distribusi Pendapatan serta Potensi Strategis sub-

sektor pertanian ke depan.

Analisis

Struktur Perekonomian Nasional, Angka Pengganda (Multiplier),

Dekomposisi, Structural Path Analysis (SPA), dan Simulasi Kebijakan

Pemerintah

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Page 13: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 11

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Dalam melakukan semua analisis tersebut, peneliti menggunakan bantuan Microsoft Excel

untuk menghitung multiplier dan dekomposisi. Sedangkan untuk melakukan structural path

analysis, peneliti menggunakan MATS (Matrix Accounts Transformation System).

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber

dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data ini berupa data Sistem Neraca Sosial Ekonomi/

Social Accounting Matrix (SNSE/SAM) Indonesia tahun 2008 dengan rincian matriks

105x105 (lihat lampiran). Tahun 2008 dipilih karena merupakan data SNSE publikasi

terakhir saat ini.

Kerangka Kontruksi Sistem Neraca Sosial Ekonomi

SNSE Indonesia terbitan BPS belum siap untuk dijadikan alat perhitungan, karenanya masih

membutuhkan modifikasi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka

menyiapkan SNSE yang siap diolah dan disesuaikan dengan tujuan penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Menambahkan baris/kolom 54-77 pada neraca komoditas domestik kepada baris/kolom

28-51 neraca sektor produksi, sehingga menjadi 24 baris/kolom;

2. Menambahkan baris/kolom margin perdagangan (baris/kolom 52) kepada baris/kolom

sektor perdagangan (baris/kolom 42);

3. Menggabungkan sektor angkutan darat (baris/kolom 45); sektor angkutan udara, air,

dan telekomunikasi (baris/kolom 46); sektor jasa penunjang angkutan, dan

pergudangan (baris/kolom 47); dan sektor margin pengangkutan (baris/kolom 53);

4. Menggabungkan 24 baris/kolom pada neraca komoditas impor (baris/kolom 78-101)

menjadi 1 baris/kolom saja dengan cara melakukan operasi penambahan matriks;

selanjutnya baris/kolom impor ini dipindahkan dari neraca endogen ke neraca eksogen.

5. Menggabungkan baris/kolom 1 dengan baris/kolom 3 pada neraca faktor produksi

menjadi baris/kolom tenaga kerja pertanian desa; dan baris/kolom 2 dengan baris/kolom

4 pada neraca faktor produksi menjadi baris/kolom tenaga kerja pertanian kota;

6. Menggabungkan baris/kolom 5, 7, 9, 11, 13, dan 15 pada neraca faktor produksi

menjadi baris/kolom tenaga kerja non pertanian desa; dan menggabungkan baris/kolom

6, 8, 10, 12, 14, dan 16 pada neraca faktor produksi menjadi baris/kolom tenaga kerja

non pertanian kota;

7. Menggabungkan sektor produksi :

Sektor pertambangan batubara, biji logam, dan minyak bumi (baris/kolom 33) dan

sektor pertambangan dan penggalian lainnya (baris/kolom 34) menjadi sektor

pertambangan dan penggalian;

Sektor restoran (baris/kolom 43) dan sektor perhotelan (baris/kolom 44) menjadi

sektor hotel dan restoran;

Page 14: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 12

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Sektor bank dan asuransi (baris/kolom 48) dan sektor real estate dan jasa

perusahaan (baris/kolom 49) menjadi sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan;

Sektor pemerintahan dan pertahanan, pendidikan, kesehatan, film, dan jasa sosial

lainnya (baris/kolom 50) dan sektor jasa perseorangan, rumah tangga dan jasa

lainnya (baris/kolom 51) menjadi sektor jasa-jasa;

Hasil akhir dari pengolahan ini adalah SNSE Indonesia tahun 2008, dengan rincian matriks

38 x 38 yang terdiri atas kelompok neraca endogen yang terbagi dalam 3 blok yaitu blok

neraca faktor produksi sebanyak 5 neraca, blok neraca institusi sebanyak 10 neraca, dan

blok neraca sektor produksi sebanyak 18 neraca. Sedangkan neraca eksogen terbagi dalam

5 neraca yaitu neraca impor, kapital, pajak tidak langsung, subsidi, dan luar negeri atau rest

of world (ROW). Selengkapnya struktur hasil modifikasi SNSE dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Struktur hasil modifikasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi (Matriks 38x38)

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Kode SNSE

Desa 1

Kota 2

Desa 3

Kota 4

5

6

7

Golongan Bawah 8

Bukan Angkatan Kerja 9

Golongan Atas 10

Golongan Bawah 11

Bukan Angkatan Kerja 12

Golongan Atas 13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

Impor

Neraca Kapital

Pajak Tdk Langsung

Subsidi

Luar Negeri (ROW)

Konstruksi

Perdagangan

Hotel & Restoran

Pengangkutan & Telekomunikasi

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Jasa-jasa

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

Industri Permintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit

Industri Kayu & Barang dari kayu

Industri Kertas, Percetakan, Alat angkutan dan Barang dari logam dan industri lainnya

Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen

Listrik, Gas, dan Air Minum

Perusahaan

Pemerintah

INSTITUSI

SEKTOR PRODUKSI

Pertanian Tanaman Pangan

Pertanian Tanaman lainnya

Peternakan dan hasil-hasilnya

Kehutanan dan Perburuan

Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Rumah Tangga

PertanianBuruh

Pengusaha

Bukan Pertanian

Pedesaan

Perkotaan

Tenaga Kerja

URAIAN

FAKTOR PRODUKSI

Pertanian

Non Pertanian

Bukan Tenaga Kerja

Page 15: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 13

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Aplikasi Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi

Kerangka Dasar Sistem Neraca Sosial Ekonomi

Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM) merupakan

sebuah matriks yang merangkum neraca sosial dan ekonomi secara menyeluruh. Kumpulan

neraca tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni kelompok neraca endogen

dan kelompok neraca eksogen. Secara garis besar kelompok neraca endogen dibagi dalam

tiga blok, yaitu blok neraca faktor produksi, blok neraca institusi, dan blok neraca kegiatan

(aktivitas) produksi (Tabel 3.2).

Tabel 3.2 Kerangka Dasar SNSE

Sumber : SNSE Indonesia, 2008

Untuk mengubah bentuk tabel SNSE diatas menjadi suatu struktur model, secara skematik

ditunjukkan pada tabel 3.3 berikut (Pyatt dan Round, 1979) :

Tabel 3.3 Struktur Model SNSE

PENERIMAAN PENGELUARAN

TOTAL NERACA ENDOGEN NERACA EKSOGEN

NERACA EKSOGEN

... (1) X ... (3) ...(4)

NERACA EKSOGEN

.. .(2) R ... (5) ..(6)

TOTAL

...(7)

...(8)

.... (9)

.... (10)

...(11)

Sumber : Pyatt dan Round, 1979

Faktor Produksi Institusi Sektor Produksi

T13 X1 Y1

Alokasi nilai

tambah ke faktor

produksi

Pendapatan Faktor

produksi dari Luar

Negeri

Pendapatan Faktor

Produksi

T21 T22 X2 Y2

Alokasi

pendapatan faktor

produksi ke

institusi

Transfer antar

institusi

Transfer dari Luar

Negeri

Pendapatan

Institusi

T32 T33 X3 Y3

Permintaan Akhir Permintaan Antara Ekspor & Investasi Output (masukan)

L1 L2 L3 R YX

Alokasi

pendapatan faktor

produksi ke Luar

Negeri

Tabungan &

Transfer ke Luar

Negeri

Impor, pajak tidak

langsung (neto)Transfer Lainnya

Penerimaan Luar

Negeri

Y1' Y2' Y3' YX'

Pengeluaran faktor

produksi

Pengeluaran

InstitusiInput (Keluaran)

Pengeluaran Luar

Negeri

TOTAL

TOTALNERACA EKSOGEN

NER

ACA

EKSO

GEN

0

Institusi

Sektor Produksi

0

PENGELUARAN

0 0

Faktor Produksi

NERACA ENDOGENPENERIMAAN

NER

ACA

EN

DO

GEN

Page 16: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 14

Studi Kasus : SNSE Indonesia

X adalah matriks injeksi dari neraca eksogen. Sedangkan N adalah matriks transaksi antar blok didalam neraca endogen yang dapat ditulis sebagai berikut (mengacu pada tabel 3.2) :

, matriks N menunjukkan adanya transaksi antara neraca endogen

seperti T13, T21, dan T32 dan transaksi dalam neraca sendiri yaitu T22 dan T33. Hubungan

transaksi antara neraca endogen dapat digambarkan sebagai berikut (Thorbecke, 1976) :

Gambar 3.3 Hubungan antara Prinsiple SAM/SNSE Account

(pers. 1) atau

merupakan matriks bujur sangkar yang menunjukkan kecenderungan rata-rata

pengeluaran, dihitung berdasarkan perbandingan antara pengeluaran sektor j untuk sektor

ke i dengan total pengeluaran ke j ( j = 1,2...n).

Matriks Pengganda dan Dekomposisi Pengganda

Pada model SNSE, analisis multiplier dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu matriks

Neraca Pengganda (Accounting multiplier) dan Pengganda Harga tetap (Fixed price

multiplier). Analisis matriks pengganda SNSE pada prinsipnya sama dengan pengganda

pada matriks invers Leontief dalam model Input-Output. Jika pada accounting multiplier

menggunakan pendekatan rata-rata pengeluaran maka pada pengganda harga tetap

menggunakan pendekatan pengeluaran marginal (expenditure propensity) berdasarkan

asumsi harga konstan (Pyatt dan Round, 1979). Pada dasarnya antara matriks pengganda

dan pengganda harga tetap tidak jauh berbeda.

Production Activities

T33

Institution, inc

household income

distribution

T22

Factors, factorial

Income Distribution

T32 T13

T21

Page 17: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 15

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Berdasarkan tabel 3.3 pada persamaan 4, dimana dan dengan melakukan

operasi matematis diperoleh :

... (12)

dimana merupakan matriks accounting multiplier.

menunjukkan pengaruh perubahan sebuah sektor terhadap sektor lainnya melalui

keseluruhan sistem SNSE. Sedangkan menunjukkan pengaruh langsung dari perubahan

yang terjadi pada sebuah sektor terhadap sektor yang lain.

Matriks diatas dapat kita dekomposisi menjadi beberapa komponen yang

menggambarkan kontribusi dari berbagai mekanisme efek yang dihasilkan dari adanya

keterkaitan yang terjadi antara neraca endogen. Adapun proses dekomposisi sebagai

berikut (Pyatt dan Round, 1979) :

Matriks diatas dapat didekomposisi menjadi matriks dengan ukuran yang sama

dengan (:

(Tabel 3.3 pers. 4) dapat ditulis kembali berdasarkan dekomposisi matriks

diatas yaitu :

... (13)

dengan

Kalikan dengan pada kedua sisi pers.12 dan substitusikan pada (pers.13) diatas,

sehingga diperoleh :

... (14)

Dengan cara yang sama, kalikan kedua sisi pers.12 dengan dan subsitusikan pada

(pers.14) diatas, sehingga diperoleh :

.... (15)

Page 18: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 16

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Dengan membandingkan hasil pers.15 dengan pers.12 menunjukkan bahwa pers.15

merupakan dekomposisi dari accounting multiplier ke dalam tiga matriks terpisah. Secara

umum, untuk dekomposisi ke k, dirumuskan :

, namun dalam penelitian ini peneliti

memutuskan untuk menggunakan hingga dekomposisi ketiga (pers.15).

Jika ; ;

maka diperoleh :

atau secara aditif dapat ditulis :

Secara berurutan matriks , , dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, disebut transfer multiplier, menunjukkan pengaruh dari satu blok neraca pada

dirinya sendiri, dimana :

;

sehingga diperoleh :

Kedua, disebut open loop multiplier atau cross effect, menunjukkan pengaruh langsung

dari satu blok neraca ke blok neraca lain, dimana :

; pada pers.13 diatas dapat ditulis :

;

dengan : ,

, ,

sehingga diperoleh :

Ketiga, disebut close loop multiplier, yang menunjukkan pengaruh dari satu blok neraca

ke blok neraca lain, untuk kemudian kembali pada blok neraca semula, dimana :

merupakan matriks diagonal yang diagonal utamanya secara berurutan dari kiri atas ke

kanan bawah berisi :

;

;

Page 19: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 17

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Structural Path Analysis (SPA)

Menurut Defourny dan Thorbecke (1984) metode dekomposisi yang konvensional tidak

mampu untuk menguraikan multiplier kedalam transaksi komponennya atau untuk

mengidentifikasi transaksi dengan menyertakan suatu keterkaitan secara berurutan.

Dekomposisi multiplier yang konvensional hanya mampu menguraikan pengarauh-pengaruh

dalam dan antara nerace endogen saja. Dengan Structural path analysis (SPA) kita bisa

melacak interaksi dalam suatu perekonomian yang dimulai dari suatu sektor tertentu dan

berakhir pada sektor tertentu lainnya. Metode SPA mampu menunjukkan bagaimana

pengaruh transmisi dari satu sektor ke sektor lainnya secara bersambungan.

Didalam SPA, masing-masing elemen pada multiplier SNSE dapat didekomposisi kedalam

pengaruh langsung (direct influence), total (total influence), dan global (global influence).

Jadi, pada dasarnya SPA adalah sebuah metode yang dilakukan untuk mengidentifikasi

seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor

lainnya dalam suatu sistem sosial ekonomi.

Ada beberapa cara yang ditempuh suatu sektor untuk mentransmisikan pengaruhnya ke

sektor lain. Suatu sektor bisa jadi mengirimkan pengaruhnya secara langsung kepada suatu

sektor, atau bisa pula mengirimkan pengaruhnya melalui sektor-sektor lain untuk kemudian

sampai ke sektor tujuan. Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya tersebut dapat melalui

jalur dasar (elementary path) atau sirkut (circuit). Disebut jalur dasar apabila jalur tersebut

melalui sebuah sektor tidak lebih dari satu kali.Jika melalui lebih dari satu kali maka disebut

sirkuit.

Pengaruh Langsung

Pengaruh langsung (direct influence) dari ke menunjukkan perubahan

pendapatan atau produksi disebabkan oleh perubahan satu unit , selama pendapatan

atau produksi pada titik lain tidak mengalami perubahan. Pengaruh langsung dapat diukur

sepanjang jalur dasar berikut :

a. Pengaruh langsung dari ke sepanjang jalur dasar (

, dimana merupakan elemen dari matriks kecenderungan rata-rata

pengeluaran . Matriks ini disebut matriks pengaruh langsung yang dapat diinterpretasi

sebagai pengaruh langsung dari sektor ke .

b. Pengaruh langsung sepanjang jalur dasar (

Misalkan, diberikan jalur dasar, berikut ini :

Page 20: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 18

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Gambar 3.4 Jalur dasar (elementary path)

dimana :

Pengaruh Total

Pengaruh total dari ke adalah perubahan yang dibawa dari ke baik melalui jalur dasar

maupun sirkuit yang menghubungkannya. Pengaruh total merupakan perkalian antara

pengaruh langsung (ID) dan pengganda jalur path multiplier (Mp). Misalkan, diberikan jalur

dasar, dan ada tambahan sirkuit (dari ke melalui dua putaran) :

Gambar 3.5 Jalur dasar (elementary path) dan tambahan sirkuit

Berdasarkan gambar 3.5 dari ke adalah pengaruh langsung dan pengaruh akibat

transmisi balik dari ke yang melalui dua putaran yang menghasilan efek

pada transmisi balik dari ke . Proses ini menghasilkan serangkaian dampened

impulse. Adapun pengaruh total sepanjang jalur p adalah :

Berdasarkan persamaan matematis diatas, sisi sebelah kanan menunjukkan adanya

pengaruh langsung dan path multiplier Mp ( ).

Pengaruh Global

Pengaruh global dari ke mengukur keseluruhan pengaruh pada pendapatan atau

produksi yang disebabkan oleh satu unit perubahan . Pengaruh global (IG) sama dengan

pengaruh total (IT) sepanjang jalur dasar yang saling berhubungan pada titik dan .

Pengaruh global diturunkan dari bentuk penyederhaan model SNSE sebelumnya :

i

x y

j

axi

ayx

ajy

i

x y

j

axi

ayx

ajy

axy

z

axz azy

Page 21: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 19

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Misalkan merupakan elemen dari matriks accounting multiplier , yang dapat

mengaruh total dari injeksi eksogen pada variabel endogen . Sehingga :

dan matriks disebut matriks pengaruh global.

Misalkan, diberikan jalur dasar, , ditambah sirkuit (dari ke melalui dua

putaran) dan dua buah jalur dasar dari ke dan :

Gambar 3.6 Jalur dasar dan tambahan sirkuit serta dua jalur dasar lainnya

Pengaruh global sepanjang jalur ke pada gambar 3.6 adalah :

Berdasarkan pembahasan diatas, bahwa SPA membuktikan sebagai suatu perangkat yang

mampu untuk mengidentifikasi keterkaitan-keterkaitan yang paling penting didalam model

SAM yang sangat kompleks. Kesulitan dalam model SAP ini adalah ketika kita ingin

menghitung jalur dasar dalam jumlah yang besar, perhitungannya lebih rumit dan kompleks.

Dengan menggunakan perangkat komputer, kesulitan ini dapat diatas dan diselesaikan

dengan baik.

i

x y

j

axi

ayx

ajyaxy

z

axz azy

asi

s

ajs

v

avi ajv

avv

Page 22: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 20

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Simulasi Kebijakan

Simulasi kebijakan ditujukan untuk mengetahui seberapa besar dampak dari suatu

peningkatan atau penurunan atas suatu permintaan terhadap suatu sektor sebagai akibat

perubahan faktor eksogen (misalnya pengeluaran pemerintah, tarif, pajak, kenaikan upah

dan sebagainya), sehingga terlihat kebijakan seperti apa yang paling optimal dan efektif

untuk mencapai sasaran atau target yang ditetapkan.

Kebijakan yang akan disimulasikan dalam model SNSE ditujukan untuk dapat melihat

bagaimana dampak atau pengaruh injeksi dari kebijakan pemerintah di sektor pertanian

terhadap pendapatan faktor produksi, pendapatan rumah tangga, dan pendapatan sektor

produksi serta dampaknya terhadap PDB Nasional. Adapun skenario simulasi kebijakan

yang akan disimulasikan terdiri dari 8 (delapan) kebijakan pemerintah, yaitu sebagai berikut :

1. Simulasi 1 :

Peningkatan produksi sektor pertanian tanaman pangan. Injeksi sebesar 1 triliun.

2. Simulasi 2 :

Peningkatan produksi sektor pertanian tanaman lainnya. Injeksi sebesar 1 triliun.

3. Simulasi 3 :

Peningkatan produksi sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Injeksi sebesar 1 triliun.

4. Simulasi 4 :

Peningkatan produksi sektor kehutanan dan perburuan. Injeksi sebesar 1 triliun.

5. Simulasi 5 :

Peningkatan produksi sektor perikanan. Injeksi sebesar 1 triliun.

6. Simulasi 6 :

Pengembangan industri makanan dan minuman sebagai industri pengolahan dan

pemasaran hasil pertanian. Injeksi sebesar 1 triliun.

7. Simulasi 7 :

Subsidi harga produksi ke produsen pupuk, dikenakan injeksi sebesar 1 triliun pada

sektor industri kimia, pupuk, dan hasil dari tanah liat dan semen.

8. Simulasi 8 :

Pengembangan sektor perdagangan khususnya yang terkait dengan pemasaran bahan

mentah maupun olahan hasil pertanian. Injeksi sebesar 1 triliun.

Page 23: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 21

Studi Kasus : SNSE Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA

Berdasarkan struktur perekonomian Indonesia (Tabel 4.1), sektor industri pengolahan

menempati urutan tertinggi dalam berkontribusi pada PDB Nasional. Sedangkan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran berada pada urutan ketiga. Sektor pertanian, menempati

posisi ketiga besar dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor pertanian tanaman

pangan. Tingginya kontribusi sektor pertanian tanaman pangan tidak terlepas dari daya

dukungnya dalam menyediakan kebutuhan esensial bagi kehidupan masyarakat maupun

sebagai penyedia bahan baku industri. Secara keseluruhan, sektor pertanian menyumbang

13.20% dari total PDB Nasional tahun 2010 dengan trend kontribusi yang terus menurun

setiap tahun. Namun demikian, daya serap tenaga kerja pada sektor ini sangat tinggi. Pada

tahun 2010, sektor ini mampu menyerap 40.50% dari total Angkatan Kerja. Sebaliknya,

sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran hanya mampu

menyerap tenaga kerja masing-masing 10.80% dan 18.40%. Kondisi ini menunjukkan

bahwa struktur perekonomian Indonesia bersifat dualistik, dimana penyumbang terbesar

pendapatan nasionalnya adalah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel

dan restoran, namun dari segi penyerapan tenaga kerja justru disumbangkan oleh sektor

pertanian.

Tabel 4.1 PDB Atas Harga Konstan, tahun 2007 – 2010 dan Tenaga Kerja (Juta jiwa)

Sektor Produksi PDB NASIONAL (%) TENAGA KERJA

2007 2008 2009 2010 Jumlah % TK

Pertanian : 13.80 13.70 13.60 13.20 43.83 40.50

a. Tanaman Pangan 6.80 6.80 6.80 6.50 26.73 24.70

b. Tanaman Lainnya 2.20 2.20 2.10 2.00 12.44 11.50

c. Peternakan 1.70 1.70 1.70 1.70 2.16 2.00

d. Kehutanan 0.80 0.80 0.80 0.70 0.43 0.40

e. Perikanan 2.20 2.20 2.20 2.20 2.06 1.90

Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih

9.40 9.00 9.10 8.90 3.35 3.10

Industri Pengolahan 27.40 26.80 26.20 25.80 11.69 10.80

Konstruksi 6.20 6.30 6.40 6.50 5.74 5.30

Perdagangan, Hotel & Restoran 17.30 17.50 16.90 17.30 19.91 18.40

Pengangkutan dan Komunikasi 7.20 8.00 8.80 9.40 5.52 5.10

Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan

9.40 9.50 9.60 9.60 1.19 1.10

Jasa-jasa 6.40 9.30 9.40 9.40 16.99 15.70

PDB Nasional 100.00 100.00 100.00 100.00 108.21 100.00

Sumber : BPS, Sensus Penduduk 2010

Adapun struktur perdagangan Indonesia terangkum pada tabel 4.2. Kolom pertama

menunjukkan derajat kecenderungan ekspor diantara sektor produksi. Sektor industri

pengolahan memiliki derajat kecenderungan ekspor lebih tinggi dibanding sektor lainnya.

Page 24: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 22

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Berdasarkan dekomposisi sektor industri pengolahan, terlihat bahwa sektor industri

pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit menjual sekitar 19.10% dari total outputnya ke luar

negeri, diikuti sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat dan semen yang menjual

sekitar 14.70% dari total outputnya, dan sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan

dan barang dari logam sebesar 12.50%. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian

juga memiliki derajat kecenderungan ekspor yang tinggi dimana sekitar 17.40% dari total

outputnya dijual ke luar negeri.

Tabel 4.2 Struktur Perdagangan Indonesia

Sektor Produksi Xi/Yi Mi/Yi Ei/E Mi/M

Pertanian Tanaman Pangan 0.10 1.40 0.10 1.40

Pertanian Tanaman lainnya 5.40 2.30 1.60 0.90

Peternakan dan hasil-hasilnya 0.10 1.10 0.00 0.70

Kehutanan dan Perburuan 0.40 0.80 0.00 0.10

Perikanan 0.90 0.80 0.30 0.30

Pertambangan dan Penggalian 17.40 1.70 16.80 2.40

Listrik, Gas Dan Air Minum 0.00 2.40 0.00 0.80

Industri makanan dan minuman 9.50 2.20 13.80 4.50

Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit

19.10 5.60 8.10 3.50

Industri Kayu & Barang Dari Kayu 12.10 2.60 3.10 1.00

Industri Kertas, Percetakan, AlatAngkutan dan Barang Dari Logam

dan Industri 12.50 11.40 23.20 30.30

Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat dan Semen

14.70 9.10 23.70 21.40

Kontruksi 0.00 6.20 0.00 14.90

Perdagangan, Restoran dan Perhotelan 1.10 1.20 2.60 4.40

Pengangkutan dan Komunikasi 4.10 4.30 4.00 6.10

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

1.60 2.00 1.20 2.20

Jasa-jasa 1.40 3.30 1.50 5.10

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Sebaliknya, sektor pertanian memiliki derajat kecenderungan ekspor yang relatif rendah,

yaitu berkisar 0.10-5.40%, artinya dari seluruh jumlah output yang dihasilkan sektor

pertanian, hanya 0.10-5.40% yang diekspor sedangkan sisanya (94.60-99.90%) dipasok

untuk kebutuhan di dalam negeri. Derajat kecenderungan ekspor di sektor pertanian,

tertinggi adalah sektor pertanian tanaman lainnya yang menjual sekitar 5.40% dari total

outputnya ke luar negeri sedangkan terendah adalah sektor pertanian tanaman pangan dan

sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang masing-masing menjual sekitar 0.10% dari total

outputnya ke luar negeri. Ini berarti peranan sektor pertanian, khususnya sektor pertanian

tanaman pangan dan sektor peternakan dan hasil-hasilnya, dalam kegiatan perekonomian

domestik cenderung lebih besar dibandingkan dengan sektor industri pengolahan dan sektor

pertambangan dan penggalian yang lebih mengutamakan outputnya untuk ekspor.

Page 25: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 23

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Pada sisi impor (kolom kedua), sektor pertanian merupakan sektor yang relatif rendah

derajat kecenderungan impornya yaitu berkisar antara 0.80-2.30%. Ini berarti bahwa sektor

pertanian hanya menggunakan input impor sekitar 0.80-2.30% dari seluruh input yang

dipakai. Dari nilai ini dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian memiliki pengaruh lebih

besar terhadap kenaikan produksi domestik dibandingkan sektor industri pengolahan.

Besarnya ekspor impor dalam perdagangan internasional berpengaruh besar terhadap

kondisi cadangan devisa negara Indonesia. Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai pada kolom 3

dan 4. Pada kolom 3, menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki peranan

penting dalam pemasukan devisa, dimana kontribusi terbesar berasal dari industri kimia,

pupuk, hasil dari tanah liat dan semen (23.70%) dan industri kertas, percetakan, alat

angkutan dan barang dari logam (23.20%) dari total ekspornya. Sedangkan sektor pertanian

relatif rendah peranannya dalam pemasukan devisa negara. Namun, dengan melihat

besarnya peranan sektor industri makanan, minuman, dan tembakau terhadap cadangan

devisa (13.80%), menunjukkan bahwa peningkatan nilai tambah pada produk hasil pertanian

akan berpengaruh pada kualitas ekspor (nilai tambah) pada sektor industri makanan,

minuman, dan tembakau.

Sedangkan kolom 4, menunjukkan besarnya devisa yang digunakan oleh masing-masing

sektor dalam perdagangan internasional. Sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan

dan barang dari logam nampak menggunakan devisa negara paling besar (30.30%), diikuti

oleh industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat dan semen (21.40%) dan sektor

Perdagangan, Restoran dan Perhotelan (14.90%). Artinya, jika komponen impor Indonesia

pada sektor-sektor ini lebih besar dibandingkan eskpornya maka sektor-sektor ini justru

membuat devisa negara berkurang cukup signifikan. Sedangkan sektor pertanian juga

secara relatif rendah (0.10-1.40%) dalam penggunaan input impor sehingga penggunaan

devisa oleh sektor ini cukup rendah. Selain itu, kandungan impor yang rendah pada sektor

industri makanan, minuman dan tembakau menunjukkan potensi yang besar bagi produksi

domestik sektor pertanian untuk lebih didayagunakan sebagai komponen utama dalam

produksi di sektor industri ini.

Page 26: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 24

Studi Kasus : SNSE Indonesia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pengganda (Multiplier)

Salah satu jenis analisis umum yang dapat digunakan untuk menganalisis keterkaitan antar

variabel Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) adalah analisis pengganda. Analisis ini

mencoba melihat dampak yang akan terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu

apabila terjadi perubahan pada neraca eksogen, seperti terjadinya peningkatan produktivitas

di sektor pangan, adanya ekspansi ekspor di sektor industri atau adanya peningkatan

transfer pendapatan dari pemerintah kepada kelompok rumah tangga yang berpendapatan

rendah.

Dalam penelitian ini akan digunakan empat jenis nilai pengganda, yaitu pengganda nilai

tambah (value added multiplier), pengganda produksi (production multiplier), pengganda

rumah tangga (household income multiplier),dan pengganda keterkaitan dengan sektor lain

(other-sectoral lingkages multiplier). Tabel 5.1 berisi hasil perhitungan nilai pengganda

tersebut untuk masing-masing sektor produksi.

Tabel 5.1. Koefisien Pengganda SNSE Indonesia tahun 2008

Sektor produksi Nilai

Tambah

Output

Bruto

Rumah

Tangga Keterkaitan

Pertanian Tanaman Pangan 2.10 8.16 1.75 4.53

Pertanian Tanaman Lainnya 1.92 7.71 1.53 4.18

Peternakan dan Hasil-Hasilnya 1.89 8.69 1.49 4.15

Kehutanan dan Perburuan 1.76 6.82 1.26 3.93

Perikanan 1.81 7.38 1.31 4.05

Pertambangan dan Penggalian 1.62 5.66 1.03 3.71

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 1.74 8.25 1.34 3.83

Industri Permintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 1.53 7.31 1.11 3.41

Industri Kayu dan Barang dari Kayu 1.71 7.84 1.26 3.80

Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan

Barang Dari Logam dan Industri Lainnya 1.33 6.46 0.96 2.96

Industri Kimia, Hasil dari Tanah Liat, Semen 1.46 6.20 1.00 3.27

Listrik, Gas, dan Air Minum 1.58 5.54 0.97 3.62

Konstruksi 1.45 6.77 1.03 3.25

Perdagangan 1.82 8.57 1.44 3.99

Hotel dan Restoran 1.93 8.68 1.54 4.21

Pengangkutan dan Telekomunikasi 1.61 7.06 1.19 3.57

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.66 6.20 1.10 3.76

Jasa-Jasa 1.85 7.40 1.47 4.04

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Hasil analisis pengganda terhadap SNSE Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa

kontribusi sektor pertanian terhadap nilai tambah cukup tinggi dibandingkan sektor lainnya.

Bahkan kontribusi sektor tanaman pangan terhadap penciptaan nilai tambah dalam

Page 27: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 25

Studi Kasus : SNSE Indonesia

perekonomian Indonesia merupakan yang paling tinggi, yang diindikasikan melalui angka

pengganda nilai tambah terbesar yaitu 2.10 diikuti sektor hotel dan restoran (1.93), dan

sektor pertanian tanaman lainnya (1.92).

Besaran nilai tambah pada sektor pertanian khususnya pada sektor tanaman pangan

memberi makna apabila sektor ini diinjeksi sebanyak Rp.1 miliar akan memberikan dampak

terhadap kenaikan penerimaan tenaga kerja dan modal sebesar Rp.2.10 miliar. Arti yang

sama juga berlaku untuk nilai-nilai pengganda sektor pertanian lainnya ataupun sektor non-

pertanian.

Angka pengganda produksi pada sektor pertanian tertinggi terjadi pada sektor pertanian –

peternakan dan hasil-hasilnya. Kontribusi sektor ini terhadap output produksi nasional

mencapai tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Sedangkan sektor pertanian terbesar

berikutnya adalah sektor tanaman pangan. Angka pengganda pada sektor peternakan dan

hasil-hasilnya sebesar 8.69. Nilai ini menggambarkan jika ada injeksi pada sektor ini

sebesar Rp.1 milyar, maka diperkirakan penerimaan total produksi dalam perekonomian

akan bertambah sebesar Rp. 8.69 milyar, yang terdistribusi pada perubahan pendapatan

sektor sendiri sebesar Rp.3.63 milyar dan pendapatan sektor-sektor produksi lain sebesar

Rp. 5.06 milyar. Arti yang sama juga berlaku untuk nilai pengganda sektor-sektor yang lain.

Sektor produksi lain yang memiliki angka penganda produksi yang tinggi adalah sektor

pertanian tanaman pangan (8.16), hotel dan restoran (8.68), dan sektor perdagangan (8.57).

Seperti halnya agka pengganda pada nilai tambah, sektor pertanian juga memiliki angka

pengganda rumah tangga yang paling tinggi, khususnya pada sektor tanaman pangan yang

mencapai 1.75, yang dapat diartikan bila dilakukan injeksi pada neraca eksogen di sektor

pertanian tanaman pangan sebesar Rp.1 miliar akan berdampak pada kenaikan penerimaan

rumah tangga sebesar Rp.1.75 miliar. Sektor yang juga memiliki angka pengganda rumah

tangga cukup tinggi adalah sektor pertanian tanaman lainnya (1.53) dan sektor hotel dan

restoran (1.53).

Selanjutnya, berdasarkan angka pengganda tingkat keterkaitan suatu sektor produksi

dengan sektor produksi lainnya. Sektor pertanian memiliki tingkat keterkaitan yang tinggi

dengan sektor pendukung lainnya (backward linkage) dengan angka pengganda terbesar

terjadi pada sektor pertanian tanaman pangan, yaitu sebesar 4.53. Sektor produksi lain yang

juga memiliki tingkat keterkaitan yang juga tinggi adalah sektor hotel dan restoran (4.21).

Angka pengganda pada sektor tanaman pangan menunjukkan bahwa apabila terjadi

kenaikan neraca eksogen di sektor ini sebesar sebesar Rp.1 miliar maka penerimaan pada

sektor-sektor produksi yang lain juga akan meningkat sebesar Rp. 4.53 miliar. Arti yang

sama juga berlaku untuk nilai-nilai pengganda sektor-sektor yang lain.

Dampak pembangunan sektoral terhadap nilai tambah pada Tabel 5.1 dapat dirinci lebih

lanjut pada tabel 5.2 berikut.

Page 28: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 26

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Tabel 5.2. Dampak Peningkatan Pendapatan Sektoral terhadap Nilai Tambah

Sektor Produksi

TK

Petani

Desa

TK

Petani

Kota

TK Non

Tani Desa

TK Non

Tani Kota Modal

Nilai

Tambah

Pertanian Tanaman Pangan 0.80 0.10 0.19 0.41 0.59 2.10

Pertanian Tanaman Lainnya 0.63 0.07 0.18 0.38 0.65 1.92

Peternakan dan Hasil-

Hasilnya 0.47 0.07 0.21 0.45 0.69 1.89

Kehutanan dan Perburuan 0.31 0.07 0.18 0.36 0.84 1.76

Perikanan 0.31 0.09 0.18 0.39 0.85 1.81

Pertambangan dan

Penggalian 0.12 0.02 0.17 0.33 0.99 1.62

Industri Makanan, Minuman

dan Tembakau 0.35 0.05 0.22 0.45 0.68 1.74

Industri Permintalan, Tekstil,

Pakaian dan Kulit 0.15 0.02 0.19 0.46 0.71 1.53

Industri Kayu dan Barang dari

Kayu 0.17 0.03 0.28 0.47 0.76 1.71

Industri Kertas, Percetakan,

Alat Angkutan dan Barang

dari Logam dan Industri

Lainnya

0.11 0.02 0.17 0.40 0.63 1.33

Industri Kimia, Hasil dari

Tanah Liat, Semen 0.13 0.02 0.17 0.37 0.76 1.46

Listrik, Gas, dan Air Minum 0.12 0.02 0.13 0.31 1.01 1.58

Konstruksi 0.13 0.02 0.21 0.39 0.71 1.45

Perdagangan 0.17 0.03 0.31 0.67 0.65 1.82

Hotel dan Restoran 0.33 0.05 0.26 0.63 0.65 1.93

Pengangkutan dan

Telekomunikasi 0.15 0.02 0.23 0.51 0.70 1.61

Keuangan, Persewaan, dan

Jasa Perusahaan 0.13 0.02 0.14 0.44 0.93 1.66

Jasa-Jasa 0.21 0.03 0.28 0.68 0.64 1.85

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.2, secara umum sektor pertanian tanaman pangan memiliki dampak

yang paling besar terhadap faktor produksi tenaga kerja dibanding sektor lainnya yakni

sebesar 2.10. Pada sektor ini, faktor produksi tenaga kerja pertanian yang menerima

pendapatan terbesar dari investasi di sektor pertanian tanaman pangan adalah tenaga kerja

petani perdesaan dengan angka pengganda sebesar 0.80, sedangkan petani perkotaan

memiliki angka pengganda sebesar 0.01. Selain pengaruh terbesar pada tenaga kerja

pertanian pedesaan, pengaruh besar lainnya adalah terhadap faktor modal. Ini menunjukkan

bahwa penerimaan di sektor ini sebagian besar juga terserap pada pemiliki modal. Jika

sektor tanaman pangan sebesar Rp.1 miliar maka pendapatan tenaga kerja petani

perdesaan akan meningkat sebesar Rp.797 juta, petani perkotaan meningkat sebesar Rp.

99 juta, dan modal meningkat sebesar Rp.590 juta. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor

Page 29: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 27

Studi Kasus : SNSE Indonesia

pertanian tanaman pangan lebih bersifat pada karya. Sebaliknya, pada sektor pertanian

lainnya lebih bersifat pada modal (ditunjukkan oleh angka multiplier yang lebih tinggi). Sektor

yang bersifat pada modal juga terjadi pada sektor industri dan jasa.

Sedangkan dampak pembangunan sektoral terhadap pendapatan rumah tangga pada Tabel

5.1 dapat dirinci lebih lanjut dalam kelompok-kelompok rumah tangga seperti pada tabel 5.3

berikut.

Tabel 5.3. Dampak Peningkatan Pendapatan Sektoral terhadap Penerimaan Rumah tangga

Sektor Produksi

Buruh Tani

Pengusaha Tani

Gol Bwh Desa

BAK di

Desa

Gol Atas Desa

Gol Bwh Kota

BAK di

Kota

Gol Atas Kota

Pertanian Tanaman Pangan 0.12 0.58 0.18 0.10 0.25 0.20 0.07 0.25

Pertanian Tanaman Lainnya 0.10 0.48 0.17 0.09 0.22 0.19 0.07 0.23

Peternakan dan Hasil-Hasilnya

0.09 0.40 0.17 0.08 0.20 0.22 0.08 0.26

Kehutanan dan Perburuan 0.07 0.31 0.15 0.06 0.17 0.19 0.07 0.23

Perikanan 0.08 0.31 0.15 0.06 0.17 0.21 0.07 0.25

Pertambangan dan Penggalian

0.04 0.19 0.13 0.05 0.14 0.19 0.07 0.23

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

0.07 0.32 0.16 0.07 0.18 0.21 0.07 0.26

Industri Permintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit

0.05 0.20 0.13 0.05 0.13 0.21 0.07 0.26

Industri Kayu dan Barang dari Kayu

0.05 0.24 0.17 0.06 0.17 0.22 0.08 0.27

Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri

Lainnya

0.04 0.17 0.11 0.04 0.11 0.19 0.06 0.23

Industri Kimia, Hasil dari Tanah Liat, Semen

0.04 0.19 0.13 0.04 0.13 0.19 0.06 0.22

Listrik, Gas, dan Air Minum 0.04 0.18 0.12 0.04 0.13 0.18 0.06 0.22

Konstruksi 0.04 0.19 0.14 0.05 0.13 0.19 0.07 0.23

Perdagangan 0.06 0.25 0.18 0.06 0.17 0.29 0.10 0.34

Hotel dan Restoran 0.07 0.33 0.18 0.07 0.19 0.28 0.09 0.33

Pengangkutan dan Telekomunikasi

0.05 0.21 0.15 0.05 0.14 0.23 0.08 0.28

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

0.05 0.20 0.12 0.04 0.13 0.22 0.08 0.27

Jasa-Jasa 0.06 0.26 0.17 0.06 0.17 0.29 0.10 0.35

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Terlihat bahwa yang lebih banyak menikmati surplus pendapatan dari peningkatan produksi

sektor pertanian adalah para pengusaha pertanian atau petani pemilik modal ketimbang

buruh tani. Pada sektor pertanian tanaman pangan misalnya, nilai pengganda pengusaha

pertanian sebesar 0.58, sedangkan buruh tani hanya sebesar 0.12. Arti dari nilai tersebut

adalah jika dilakukan injeksi pendapatan sebesar Rp.1 miliar di sektor pertanian tanaman

Page 30: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 28

Studi Kasus : SNSE Indonesia

pangan maka pendapatan rumah tangga pengusaha pertanian akan meningkat sebesar

Rp.582 juta sedangkan buruh tani hanya meningkat sebesar Rp.117 juta.

Kondisi ini menunjukkan bahwa keberpihakan sektor pertanian tanaman pangan terhadap

buruh tani masih sangat rendah. Surplus tenaga kerja pertanian tanaman pangan tidak

tersalurkan dengan baik ke pendapatan rumah tangga buruh tani itu sendiri. Di samping itu,

nampak bahwa selama ini posisi tawar buruh tani dalam pasar pertanian masih lemah.

Akibatnya, investasi di sektor pertanian khususnya tanaman pangan dengan sendirinya

akan berdampak paling besar ke rumah tangga pengusaha pertanian. Hal yang sama juga

terjadi pada sektor-sektor pertanian lainnya yang sebagian besar pendapatan disektor ini

terserap pada pengusaha pertanian. Sedangkan pada sektor agro industri, daya serap

pendapatan selain masuk ke pengusaha pertanian juga masuk pada rumah tangga bukan

pertanian yaitu golongan bawah dan atas di perkotaan.

Kerangka SNSE dapat juga diaplikasikan untuk menganalisis dampak langsung maupun

tidak langsung akibat adanya injeksi pada variabel eksogen terhadap kelompok rumah

tangga yang berbeda dengan penekanan pada sisi permintaan (demand side). Peningkatan

permintaan di sektor produksi akibat adanya injeksi pendapatan sebesar satu satuan unit

pada setiap kelompok rumah tangga terangkum dalam nilai pengganda pada Tabel 5.4.

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa peranan kelompok rumah tangga pertanian

terhadap peningkatan produksi sektoral khusunya pada sektor pertanian jauh lebih tinggi

dibanding dengan kelompok rumah tangga bukan pertanian.

Tabel 5.4. Pola Konsumsi Rumah tangga untuk Keseluruhan Sektor

Sektor Produksi Buruh Tani

Pgusaha Tani

Gol Bwh Desa

BAK di

Desa

Gol Atas Desa

Gol Bwh Desa

BAK di

Kota

Gol Atas Kota

Pertanian Tanaman Pangan 0.71 0.59 0.57 0.50 0.44 0.54 0.46 0.41

Pertanian Tanaman Lainnya 0.18 0.15 0.16 0.14 0.13 0.15 0.13 0.12

Peternakan dan Hasil-Hasilnya

0.35 0.31 0.35 0.31 0.28 0.34 0.29 0.26

Kehutanan dan Perburuan 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02 0.02 0.01 0.01

Perikanan 0.25 0.22 0.25 0.21 0.20 0.22 0.21 0.19

Pertambangan dan Penggalian

0.11

0.11

0.13

0.12

0.11

0.13

0.11

0.11

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

1.19 0.99 1.01 0.88 0.83 1.01 0.87 0.80

Industri Permintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit

0.16 0.15 0.18 0.16 0.13 0.16 0.13 0.13

Industri Kayu & Barang dari Kayu

0.06 0.05 0.07 0.04 0.06 0.06 0.04 0.05

Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri

Lainnya

0.48 0.47 0.52 0.48 0.47 0.58 0.52 0.52

Page 31: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 29

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Industri Kimia, Hasil dari Tanah Liat, Semen

0.47 0.42 0.53 0.50 0.45 0.50 0.46 0.42

Listrik, Gas, dan Air Minum 0.06 0.06 0.07 0.07 0.06 0.07 0.06 0.07

Konstruksi 0.06 0.05 0.06 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05

Perdagangan 0.97 0.84 0.91 0.80 0.74 0.88 0.77 0.72

Hotel dan Restoran 0.21 0.25 0.27 0.31 0.27 0.32 0.27 0.27

Pengangkutan dan Telekomunikasi

0.46 0.47 0.50 0.44 0.44 0.50 0.42 0.43

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

0.36 0.34 0.40 0.32 0.34 0.41 0.32 0.35

Jasa-Jasa 0.67 0.56 0.64 0.56 0.49 0.66 0.48 0.53

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Adanya injeksi pendapatan pada kelompok rumah tangga, terutama pada kelompok rumah

tangga buruh tani, kelompok pengusaha, dan kelompok rumah tangga bukan pertanian

untuk golongan bawah, akan memberikan dampak permintaan terbesar pada produk sektor

industri makanan dan minuman (0.92-1.13). Sedangkan dampak pada produk sektor

pertanian tanaman pangan cukup relatif lebih rendah yaitu berkisar 0.53-0.60. Sedangkan

dampak terhadap permintaan produk sektor pertanian lainnya sangat rendah. Ini dapat

dijelaskan, karena sektor tanaman pangan berkaitan dengan konsumsi rumah tangga

secara langsung (seperti sandang dan pangan, bahkan dengan menggunakan proses

pengolahan yang cukup sederhana), sedangkan sektor pertanian lainnya lebih banyak

digunakan sebagai bahan baku industri (agro industri). Kondisi ini juga mendorong alasan

mengapa tingkat permintaan pada sektor industri makanan dan minuman cukup besar.

Pengaruh lainnya akibat permintaan rumah tangga ini adalah meningkatnya permintaan

pada sektor perdagangan yang tidak lepas dari interaksi konsumsi rumah tangga akan

output sektor agro industri dan produk pertanian primer.

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa adanya peningkatan pendapatan sebesar Rp.1 miliar yang

diinjeksikan pada kelompok rumah tangga akan meningkatkan pengeluaran konsumsi

rumah tangga untuk produk industri makanan dan minuman sebesar Rp.0.92-1.13 miliar,

sedangkan pada produk pertanian, khususnya tanaman pangan hanya berdampak pada

peningkatan konsumsi sektor ini sebesar Rp.0.53-0.67 milyar.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, sektor pertanian tanaman pangan memiliki tingkat

keterkaitan yang tinggi dengan sektor lainnya (backward lingkage). Sektor ini memiliki angka

pengganda sebesar 4.53 (tabel 4.1). Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan neraca eksogen

di sektor pertanian tanaman pangan sebesar Rp.1 miliar maka penerimaan pada sektor-

sektor produksi yang lain akan meningkat sebesar Rp.4.53 miliar, dimana lebih banyak

diserap oleh sektor perdagangan yaitu sebesar Rp.1.27 miliar, sektor industri makanan dan

minuman sebesar Rp.830 juta, industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat dan semen sebesar

Rp.510 juta.

Page 32: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 30

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Besarnya peningkatan yang diserap oleh ketiga sektor tersebut menggambarkan keterkaitan

yang kuat antara sektor pertanian khususnya tanaman pangan dengan sektor perdagangan,

sektor industri makanan dan minuman, dan sektor industri kimia, hasil dari tanah liat dan

semen baik melalui permintaan input maupun melalui penawaran output. Keterkaitan

dengan sektor perdagangan terutama dalam hal kegiatan perdagangan meliputi

pengumpulan hasil pertanian dan mendistribusikannya kepada konsumen, sektor industri

makanan dan minuman dalam hal penyediaan bahan baku industri, sedangkan sektor

industri kimia,pupuk, hasil dari tanah liat dan semen melalui penyediaan sarana produksi

seperti pupuk dan pestisida. Uraian selengkapnya dapat kita lihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Keterkaitan Sektor Pertanian dengan Sektor Produksi lainnya

Deskripsi Pengganda

Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3 Sektor 4 Sektor 5

Pertanian Tanaman Pangan - 0.41 0.52 0.33 0.36

Pertanian Tanaman lain 0.17 - 0.17 0.16 0.11

Peternakan dan hasil-hasilnya 0.33 0.27 - 0.19 0.20

Kehutanan dan Perburuan 0.01 0.02 0.01 - 0.01

Perikanan 0.19 0.17 0.18 0.13 -

Pertambangan dan Penggalian 0.12 0.14 0.11 0.10 0.10

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

0.83 0.73 1.12 0.58 0.68

Industri Permintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit

0.13 0.12 0.12 0.10 0.10

Industri Kayu & Barang dari kayu 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04

Industri Kertas, Percetakan, Alat angkutan dan Barang dari logam dan

industri lainnya 0.44 0.43 0.41 0.46 0.38

Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen

0.51 0.63 0.44 0.38 0.43

Listrik, Gas, dan Air Minum 0.07 0.06 0.07 0.05 0.06

Konstruksi 0.06 0.10 0.07 0.09 0.06

Perdagangan 1.27 0.91 1.55 0.97 1.36

Hotel & Restoran 0.23 0.20 0.21 0.18 0.19

Pengangkutan & Telekomunikasi 0.50 0.45 0.51 0.43 0.43

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

0.38 0.39 0.39 0.32 0.35

Jasa-jasa 0.52 0.49 0.48 0.45 0.44

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Keterangan : Sektor 1 (Pertanian Tanaman Pangan), Sektor 2 (Pertanian Tanaman lainnya), Sektor 3 (Peternakan dan hasil-

hasilnya), Sektor 4 (Kehutanan dan Perburuan), dan Sektor 5 (Perikanan).

Berdasarkan hasil analisis diatas, bahwa sektor pertanian yang memberikan andil besar

terhadap nilai tambah, output, pendapatan rumah tangga dan PDB Nasional adalah sektor

pertanian tanaman pangan. Sektor ini memiliki nilai pengganda yang besar dibandingkan

dengan sektor pertanian lainnya bahkan dengan sektor non-pertanian sekalipun. Sektor ini

Page 33: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 31

Studi Kasus : SNSE Indonesia

memiliki keterkaitan yang cukup besar dengan sektor lainnya (backward linkage) seperti

sektor agro industri yaitu Industri makanan, minuman dan tembakau, sektor Industri kertas

Percetakan, Alat angkutan dan Barang dari logam dan industri lainnya, dan Industri kimia,

hasil dari tanah liat, semen. Artinya, injeksi pemerintah pada sektor tanaman pangan

maupun pada sektor agro industri akan lebih mendorong nilai tambah, output, pendapatan

rumah tangga dan PDB Nasional secara menyeluruh.

Dekomposisi Pengganda Sektor Pertanian

Koefisien pengganda, Ma, adalah nilai yang menunjukkan besarnya pengaruh global yang

ditransmisikan dari suatu sektor terhadap sektor lain akibat adanya injeksi yang ditujukan

pada suatu sektor. Pengaruh global ini tidak terjadi begitu saja melalui nilai pengganda Ma,

melainkan terjadi melalui banyak tahapan. Tahapan-tahapan pengaruh tersebut dapat

ditunjukkan secara jelas proses serta keterkaitannya dengan menggunakan dekomposisi

pengganda (Herliana, 2004). Dekomposisi pengganda membagi nilai pengganda menjadi

tiga komponen yang memberikan makna secara ekonomi (bentuk aditif), yaitu: (1)

pengganda transfer (Ma1 – I), yang menggambarkan dampak pengganda neto yang dialami

sekumpulan neraca tertentu akibat adanya tambahan transfer dari neraca eksogen terhadap

neraca tersebut; (2) pengganda silang atau open loop [(Ma2 – I) Ma1], yang menangkap

dampak silang (cross effect) antar neraca yang berbeda; (3) pengganda closed-loop [(Ma3 –

I) Ma2.Ma1], yang menjelaskan dampak pengganda dari adanya aliran neraca eksogen

pada neraca endogen dan kemudian kembali ke neraca semula.

Pada penelitian ini, analisis dekomposisi pengganda difokuskan hanya pada sektor

pertanian ketika injeksi kebijakan (eksogen) dilakukan pada sektor ini. Adapun analisa

dekomposisi pengganda pada masing-masing sektor pertanian berikut ini.

Tabel 5.6. Dekomposisi Pengganda Sektor Pertanian Tanaman Pangan

Dampak Injeksi Terhadap Neraca Lain I Ma1-I (Ma2-I)Ma1

(Ma3-I)Ma2Ma1

Ma

RT Buruh Tani

0.07 0.05 0.12

RT Pengusaha Pertanian

0.38 0.21 0.58

RT Bukan Pertanian Pedesaan Golongan Bawah

0.08 0.10 0.18

RT Bukan Pertanian Pedesaan Golongan Bukan Angkatan Kerja

0.06 0.04 0.10

RT Bukan Pertanian Pedesaan Golongan Atas

0.14 0.11 0.25

RT Bukan Pertanian Perkotaan Golongan Bawah

0.05 0.15 0.20

RT Bukan Pertanian Perkotaan Golongan Bukan Angkatan Kerja

0.02 0.05 0.07

RT Bukan Pertanian Perkotaan Golongan Atas

0.06 0.18 0.25

TK Pertanian

0.65 0.24 0.90

TK Nonpertanian

0.14 0.47 0.61

Pertanian Tanaman Pangan 1 0.88

0.46 2.34

Page 34: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 32

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Pertanian Tanaman Lainnya

0.05

0.12 0.17

Peternakan Dan Hasil-Hasilnya

0.06

0.26 0.33

Kehutanan Dan Perburuan

0.00

0.01 0.01

Perikanan

0.00

0.19 0.19

Pertambangan Dan Penggalian

0.03

0.10 0.12

Industri Makanan, Minuman Dan Tembakau

0.02

0.81 0.83

Industri Permintalan, Tekstil, Pakaian Dan Kulit

0.01

0.13 0.13

Industri Kayu & Barang Dari Kayu

0.00

0.05 0.05

Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan Dan Barang Dari Logam Dan Industri Lainnya

0.03

0.42 0.44

Industri Kimia, Hasil Dari Tanah Liat, Semen

0.13

0.38 0.51

Listrik, Gas, Dan Air Minum

0.01

0.06 0.07

Konstruksi

0.02

0.04 0.06

Perdagangan

0.57

0.70 1.27

Hotel & Restoran

0.01

0.22 0.23

Pengangkutan & Telekomunikasi

0.11

0.39 0.50

Keuangan, Persewaan, Dan Jasa Perusahaan

0.08

0.30 0.38

Jasa-Jasa

0.03

0.49 0.52

Total Produksi 1 2.03

5.14 8.16 Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.6, adanya injeksi pada sektor pertanian tanaman pangan akan

berdampak besar pada peningkatan penghasilan rumah tangga pengusaha dengan nilai

pengganda sebesar 0.58. Angka pengganda ini, 0.38 berasal dari kontribusi dampak

pengganda silang dan 0.21 berasal dari dampak pengganda closed-loop. Berdasarkan nilai

tambah, injeksi pada sektor ini berdampak besar pada tenaga kerja pertanian. Sedangkan

pengaruhnya pada sektor lain, sangat terasa pada sektor perdagangan dengan angka

pengganda mencapai 0.57. Sedangkan dampak pengganda close-loop, lebih besar yaitu

0.70. Artinya, pengaruh injeksi pada sektor pertanian dapat mendorong sektor perdagangan

dan sektor perdagangan kemudian mendorong lebih jauh peningkatan output sektor

pertanian itu sendiri. Pengaruh seluruh sektor (backward linkage) pada sektor pertanian

tanaman pangan dapat dilihat pada besarnya angka pengganda close-loop yang mencapai

5.14 sedangkan pengaruh langsung pada sektor pertanian tanaman pangan sendiri hanya

mencapai 2.03.

Tabel 5.7. Dekomposisi Pengganda Sektor Sektor Pertanian Tanaman Lainnya

Dampak Injeksi Terhadap Neraca Lain I Ma1-I (Ma2-I)Ma1

(Ma3-I)Ma2Ma1

Ma

RT buruh tani

0.06 0.04 0.10

RT pengusaha pertanian

0.30 0.18 0.48

RT bukan pertanian pedesaan golongan bawah

0.08 0.09 0.17

RT bukan pertanian pedesaan golongan bukan angkatan kerja

0.05 0.04 0.09

RT bukan pertanian pedesaan golongan atas

0.12 0.10 0.22

Page 35: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 33

Studi Kasus : SNSE Indonesia

RT bukan pertanian perkotaan golongan bawah

0.05 0.13 0.19

RT bukan pertanian perkotaan golongan bukan angkatan kerja

0.02 0.05 0.07

RT bukan pertanian perkotaan golongan atas

0.07 0.16 0.23

TK pertanian

0.49 0.21 0.70

TK nonpertanian

0.14 0.41 0.56

Pertanian Tanaman Pangan

0.01

0.40 0.41

Pertanian Tanaman lainnya 1 1.04

0.11 2.15

Peternakan dan hasil-hasilnya

0.04

0.23 0.27

Kehutanan dan Perburuan

0.00

0.01 0.02

Perikanan

0.00

0.16 0.17

Pertambangan dan Penggalian

0.06

0.08 0.14

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

0.02

0.71 0.73

Industri Permintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit

0.01

0.11 0.12

Industri Kayu & Barang dari kayu

0.01

0.04 0.05

Industri Kertas, Percetakan, Alat angkutan dan Barang dari logam dan industri lainnya

0.06

0.37 0.43

Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen

0.29

0.34 0.63

Listrik, Gas, dan Air Minum

0.01

0.05 0.06

Konstruksi

0.06

0.04 0.10

Perdagangan

0.30

0.61 0.91

Hotel & Restoran

0.01

0.20 0.20

Pengangkutan & Telekomunikasi

0.10

0.35 0.45

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

0.13

0.26 0.39

Jasa-jasa

0.05

0.44 0.49

Total produksi 1 2.19

4.52 7.71

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Tabel 5.7 menunjukkan kondisi yang sama dengan sektor pertanian tanaman pangan

sebelumnya. Dimana injeksi pada sektor ini akan berdampak besar terhadap peningkatan

pendapatan rumah tangga pengusaha pertanian dan rumah tangga bukan pertanian dari

golongan atas di pedesaan dibandingkan buruh tani itu sendiri. Adanya injeksi pada sektor

ini secara langsung akan meningkatkan output sektor lebih tinggi yaitu mencapai 1.04 kali.

Dampak ini jauh lebih tinggi dibandingkan dampak injeksi sektor pertanian tanaman pangan

terhadap dirinya sendiri. Pengaruh pada sektor lainnya, cukup besar dirasakan pada sektor

perdagangan dan sektor industri kimia dan hasil dari tanah liat, semen. Sedangkan dampak

keterkaitan dengan sektor lain juga cukup besar pengaruhnya pada output sektor ini

walapun tidak sebesar sektor pertanian tanaman pangan.

Page 36: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 34

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Tabel 5.8. Dekomposisi Pengganda Sektor Sektor Peternakan dan hasil-hasilnya

Dampak Injeksi Terhadap Neraca Lain I Ma1-I (Ma2-I)Ma1

(Ma3-I)Ma2Ma1

Ma

RT buruh tani

0.05 0.04 0.09

RT pengusaha pertanian

0.23 0.18 0.40

RT bukan pertanian pedesaan golongan bawah

0.08 0.09 0.17

RT bukan pertanian pedesaan golongan bukan angkatan kerja

0.04 0.04 0.08

RT bukan pertanian pedesaan golongan atas

0.10 0.10 0.20

RT bukan pertanian perkotaan golongan bawah

0.09 0.13 0.22

RT bukan pertanian perkotaan golongan bukan angkatan kerja

0.03 0.05 0.08

RT bukan pertanian perkotaan golongan atas

0.11 0.16 0.26

TK pertanian

0.34 0.20 0.54

TK nonpertanian

0.26 0.41 0.66

Pertanian Tanaman Pangan

0.14

0.38 0.52

Pertanian Tanaman lainnya

0.06

0.10 0.17

Peternakan dan hasil-hasilnya 1 1.07

0.22 2.29

Kehutanan dan Perburuan

0.00

0.01 0.01

Perikanan

0.02

0.16 0.18

Pertambangan dan Penggalian

0.03

0.08 0.11

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

0.44

0.68 1.12

Industri Permintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit

0.01

0.11 0.12

Industri Kayu & Barang dari kayu

0.01

0.04 0.05

Industri Kertas, Percetakan, Alat angkutan dan Barang dari logam dan industri lainnya

0.05

0.37 0.41

Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen

0.11

0.33 0.44

Listrik, Gas, dan Air Minum

0.02

0.05 0.07

Konstruksi

0.03

0.04 0.07

Perdagangan

0.96

0.60 1.56

Hotel & Restoran

0.01

0.19 0.21

Pengangkutan & Telekomunikasi

0.17

0.34 0.51

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

0.13

0.26 0.39

Jasa-jasa

0.05

0.44 0.48

total produksi 1 3.29

4.40 8.69

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa sektor peternakan dan hasil-hasilnya juga memberikan

peningkatan pendapatan besar pada pengusaha pertanian dan rumah tangga bukan

pertanian dari golongan atas di perkotaan. Injeksi pada sektor ini dapat meningkatkan output

yang lebih besar dengan angka pengganda mencapai 1.07. sektor ini berpengaruh besar

pada sektor perdagangan dan sektor industri makanan dan minuman. Berdasarkan

keterkaitan dengan faktor lain, ternyata memberikan pengaruh yang tidak jauh berbeda

Page 37: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 35

Studi Kasus : SNSE Indonesia

dampak injeksi pada sektor ini terhadap dirinya maupun melalui pengaruh sektor lain yang

kemudian mempengaruhi sektor ini (closed-loop multiplier).

Tabel 5.9. Dekomposisi Pengganda Sektor Kehutanan dan Perburuan

Dampak Injeksi Terhadap Neraca Lain I Ma1-I (Ma2-I)Ma1

(Ma3-I)Ma2Ma1

Ma

RT buruh tani

0.04 0.03 0.07

RT pengusaha pertanian

0.16 0.15 0.31

RT bukan pertanian pedesaan golongan bawah

0.07 0.08 0.15

RT bukan pertanian pedesaan golongan bukan angkatan kerja

0.03 0.03 0.06

RT bukan pertanian pedesaan golongan atas

0.09 0.08 0.17

RT bukan pertanian perkotaan golongan bawah

0.08 0.11 0.19

RT bukan pertanian perkotaan golongan bukan angkatan kerja

0.03 0.04 0.07

RT bukan pertanian perkotaan golongan atas

0.10 0.14 0.24

TK pertanian

0.21 0.17 0.38

TK nonpertanian

0.19 0.35 0.54

Pertanian Tanaman Pangan

0.00

0.32 0.32

Pertanian Tanaman lainnya

0.07

0.09 0.16

Peternakan dan hasil-hasilnya

0.00

0.19 0.19

Kehutanan dan Perburuan 1 0.85

0.01 1.86

Perikanan

0.00

0.13 0.13

Pertambangan dan Penggalian

0.03

0.07 0.10

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

0.01

0.57 0.58

Industri Permintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit

0.01

0.09 0.10

Industri Kayu & Barang dari kayu

0.01

0.03 0.04

Industri Kertas, Percetakan, Alat angkutan dan Barang dari logam dan industri lainnya

0.15

0.32 0.47

Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen

0.09

0.29 0.38

Listrik, Gas, dan Air Minum

0.01

0.04 0.05

Konstruksi

0.05

0.04 0.09

Perdagangan

0.46

0.50 0.96

Hotel & Restoran

0.01

0.17 0.18

Pengangkutan & Telekomunikasi

0.14

0.29 0.43

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

0.10

0.22 0.32

Jasa-jasa

0.05

0.39 0.44

Total produksi 1 2.05

3.77 6.82

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.9, injeksi pada sektor ini hanya meningkatkan output sebesar 0.85

atau lebih rendah dibandingkan tiga sektor pertanian sebelumnya. Injeksi sektor ini sebagian

besar mempengaruhi sektor perdagangan dan sektor industri kertas, percetakan, alat

angkutan dan barang dari logam dan industri lainnya.

Page 38: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 36

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Tabel 5.10. Dekomposisi Pengganda Sektor Perikanan

Dampak Injeksi Terhadap Neraca Lain I Ma1-I (Ma2-I)Ma1

(Ma3-I)Ma2Ma1

Ma

RT buruh tani

0.05 0.03 0.08

RT pengusaha pertanian

0.16 0.15 0.31

RT bukan pertanian pedesaan golongan bawah

0.07 0.08 0.15

RT bukan pertanian pedesaan golongan bukan angkatan kerja

0.03 0.03 0.06

RT bukan pertanian pedesaan golongan atas

0.08 0.09 0.17

RT bukan pertanian perkotaan golongan bawah

0.09 0.12 0.21

RT bukan pertanian perkotaan golongan bukan angkatan kerja

0.03 0.04 0.07

RT bukan pertanian perkotaan golongan atas

0.11 0.14 0.25

TK pertanian

0.22 0.18 0.40

TK nonpertanian

0.20 0.36 0.56

Pertanian Tanaman Pangan

0.03

0.33 0.36

Pertanian Tanaman lainnya

0.02

0.09 0.11

Peternakan dan hasil-hasilnya

0.01

0.20 0.20

Kehutanan dan Perburuan

0.00

0.01 0.01

Perikanan 1 0.93

0.14 2.06

Pertambangan dan Penggalian

0.03

0.07 0.10

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

0.09

0.60 0.68

Industri Permintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit

0.01

0.09 0.10

Industri Kayu & Barang dari kayu

0.01

0.04 0.04

Industri Kertas, Percetakan, Alat angkutan dan Barang dari logam dan industri lainnya

0.06

0.33 0.38

Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen

0.13

0.30 0.43

Listrik, Gas, dan Air Minum

0.02

0.04 0.06

Konstruksi

0.03

0.04 0.06

Perdagangan

0.84

0.52 1.36

Hotel & Restoran

0.01

0.17 0.19

Pengangkutan & Telekomunikasi

0.13

0.30 0.43

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

0.12

0.23 0.35

Jasa-jasa

0.03

0.41 0.44

total produksi 1 2.47

3.91 7.38

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Sektor perikanan merupakan sektor terakhir dari komponen sektor pertanian primer. Seperti

halnya sektor pertanian lainnya, injeksi pada sektor ini akan sebagian besar akan

meningkatkan penghasilan rumah tangga pengusaha pertanian dibandingkan buruh tani.

Peningkatan penghasilan buruh tani, dibandingkan sektor lainnya cukup rendah. Ini

menunjukkan bahwa usaha pertanian di sektor perikanan lebih banyak menguntungkan para

pemiliki modal baik dari kalangan pengusaha pertanian maupun bukan pertanian dari

golongan atas di perkotaan. Berdasarkan keterkaitan sektor, sektor perikanan dapat

Page 39: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 37

Studi Kasus : SNSE Indonesia

mendorong meningkatnya output sektor perdagangan dan sektor industri kimia dan hasil

dari tanah liat, semen, serta sektor pengangkutan dan telekomunikasi.

Berdasarkan tabel dekomposisi diatas pada seluruh sektor pertanian, multiplier terhadap

rumah tangga pengusaha dan golongan atas mendapatkan porsi yang besar. Sedangkan

pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan buruh tani walaupun meningkat namun

dengan porsi yang kecil. Ini menunjukkan bahwa pembangunan sektor pertanian lebih

banyak menguntungkan pengusaha dan golongan atas pemilik modal dibandingkan buruh

tani itu sendiri. Selain itu, melalui teknik dekomposisi kita juga bisa mengindentifikasi

pengaruh injeksi pada suatu sektor dan sektor lainnya. Pada injeksi yang dilakukan pada

sektor pertanian, dampaknya akan dirasakan segera pada sektor yang bersangkutan namun

dengan daya respons yang berbeda-beda antar sektor pertanian. Misalkan pada sektor

pertanian tanaman lainnya dan peternakan. Injeksi Rp.1 miliar akan menciptakan output

diatas Rp.1 miliar pada sektor ini dan tentunya pengaruh sektor lain karena backward

linkage akan memberikan pengaruh yang jauh lebih besar. Selain itu, dampak injeksi juga

berpengaruh dalam mendorong sektor yang lain. Berdasarkan analisis dekomposisi, injeksi

pada sektor pertanian akan memberikan stimulus yang cukup besar dalam mendorong

sektor lain khususnya sektor perdagangan dan agro industri (industri makanan, minuman

dan tembakau, industri kertas, dan industri kimia).

Analisis Jalur Struktural (Structural Path Analysis)

Structural path analysis (SPA) dapat menjelaskan bagaimana alur dampak itu terjadi dari

satu aktifitas ke aktifitas yang lain. Melalui SPA kita dapat melakukan identifikasi seluruh

jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor lainnya

dalam suatu sistem sosial ekonomi. Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya dapat

melalui sebuah jalur dasar (elementary path) atau sirkuit (circuit). Selain itu, pengaruh yang

diukur bukan hanya mencakup pengaruh langsung, namun juga pengaruh tidak langsung,

pengaruh total dan pengaruh global.

Dalam menganalisis sektor pertanian dalam perekonomian nasional digunakan perangkat

lunak MATS (matrix account transformation system) yang mampu menghasilkan

perhitungan sangat lengkap. Namun, tidak semua output hasil perhitungan MATS

ditampilkan dalam pembahasan ini, mengingat banyak sekali jalur yang telah diukur. Peneliti

hanya berfokus pada transmisi sektor pertanian terhadap nilai tambah, pendapatan rumah

tangga, dan dalam mendorong sektor lainnya.

Dalam menganalisis SPA, peneliti menggunakan angka persentase pengaruh global (GE)

sebagai patokan untuk melakukan pembahasan SPA. Hal ini karena GE sudah memuat

keseluruhan hasil pengukuran SPA yaitu diperoleh dengan menghitung persentase dari

pengaruh total terhadap pengaruh global. Sementara pengaruh total diperoleh dari hasil

perkalian antara pengaruh langsung (direct effect) dengan path multiplier. Dengan demikian,

persentase GE telah mencakup seluruh perhitungan dari analisis SPA ini.

Page 40: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 38

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Gambar 5.1 Jalur dasar Sektor Pertanian Tanaman Pangan ke Faktor Produksi

Berdasarkan Gambar 5.1 Tenaga Kerja Pertanian di desa menerima pengaruh global paling

tinggi dari sektor pertanian tanaman pangan dibandingkan faktor produksi lainnya yakni

sebesar 0.798 yang sama dengan nilai multiplier-nya (Tabel 5.11). Pengaruh langsung yang

diterima faktor produksi ini dari setiap kenaikan neraca eksogen di sektor pertanian tanaman

pangan adalah sekitar 0.302 atau sekitar 94.4%. Sedangkan bukan tenaga kerja, menerima

transmisi efek multiplier terkuat kedua yaitu sebesar 0.594. Pengaruh langsung terhadap

faktor produksi ini mencapai 0.020.

Tabel 5.11 Pengaruh Global, Pengaruh Langsung, dan Pengaruh Total pada Sektor Pertanian

Tanaman Pangan ke Faktor Produksi

Jalur Awal

Jalur Tujuan

Pengaruh Global

Jalur Dasar

Pengaruh Langsung

Pengganda Jalur

Pengaruh Total

% GE

16 1 2 3 4 5

0.798 0.099 0.191 0.414 0.594

16, 1 16, 2

16, 29, 3 16, 29, 4

16, 5

0.302 0.035 0.005 0.009 0.020

2.489 2.371 8.663 9.597 2.800

0.752 0.083 0.039 0.086 0.056

94.4 84.0 20.4 20.7 9.5

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Keterangan : (16) Sektor Pertanian Tanaman Pangan, (1) TK Pertanian di Desa, (2) TK Pertanian di Kota, (3) TK Non-Pertanian di Desa, (4) TK Non-Pertanian di Kota, dan (5) Bukan Tenaga Kerja

SPA mencoba menguraikan sebaran efek yang ditimbukan oleh dampak injeksi sektor

pertanian tanaman pangan ke faktor produksi Tenaga Kerja Pertanian di Desa sebagai

berikut (Tabel 5.12).

Pertanian Tanaman

Pangan

TK Pertanian Desa

TK Pertanian Kota

TK Non Pertanian Kota

TK Non Pertanian

Desa

Bukan Tenaga Kerja

Perdagangan

0.302

0.035

0.005

0.009

0.020

94.4%

84.0%

20.4%

20.7%

9.5%

0.090

0.050

0.099

Page 41: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 39

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Tabel 5.12 Jalur Dasar Sektor Pertanian Tanaman Pangan ke TK Pertanian di Desa

Jalur Pengaruh

Global Pengaruh Langsung

Pengganda Jalur

Pengaruh Total

% GE

16, 1 16, 17, 1 16, 18, 1

0.798 0.302 0.002 0.002

2.489 5.153 5.355

0.752 0.013 0.010

94.4 1.6 1.2

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Keterangan : (16) Sektor Pertanian Tanaman Pangan, (17) Pertanian Tanaman Lainnya, (18) Peternakan dan hasil-hasilnya, dam (1) TK Pertanian di Desa.

Tabel 5.12 menjelaskan bahwa jalur dasar Sektor Pertanian Tanaman Pangan juga melalui

sektor pertanian lainnya yaitu sektor Tanaman lainnya dan Peternakan. Pengaruh total

sektor ini mencapai 0.752 atau 94.4% dari Pengaruh global terjadi pada jalur dasar

langsung dari sektor pertanian tanaman pangan ke TK Pertanian di Desa.

Adapun transmisi efek dari sektor pertanian lainnya terhadap faktor produksi (nilai tambah)

dapat dilihat pada Tabel 5.13 berikut ini.

Tabel 5.13 Pengaruh Global, Pengaruh Langsung, dan Pengaruh Total pada Sektor Pertanian

lainnya ke Faktor Produksi

Jalur Awal

Jalur Tujuan

Pengaruh Global

Jalur Dasar Pengaruh Langsung

Pengganda Jalur

Pengaruh Total

% GE

17 1 2 3 4 5

0.632 0.073 0.183 0.376 0.652

17, 1 17, 2 17, 3

17, 29, 4 17, 5

0.215 0.022 0.009 0.003 0.053

2.602 2.221 2.492 9.368 2.652

0.560 0.048 0.023 0.032 0.140

88.6 66.5 12.8 8.4 21.5

18 1 2 3 4 5

0.470 0.073 0.215 0.450 0.685

18, 1 18, 2

18, 29, 3 18, 29, 4

18, 5

0.115 0.020 0.006 0.012 0.062

2.722 2.352 8.631 9.615 2.775

0.312 0.046 0.054 0.118 0.172

66.4 62.8 25.0 26.3 25.1

19 1 2 3 4 5

0.312 0.066 0.184 0.355 0.843

19, 1 19, 2 19, 3

19, 29, 4 19, 5

0.079 0.023 0.019 0.007 0.214

2.330 1.933 2.180 8.271 2.327

0.184 0.044 0.041 0.059 0.497

59.0 66.9 22.4 16.7 59.0

20 1 2 3 4 5

0.309 0.091 0.177 0.387 0.851

20, 1 20, 2

20, 29, 3 20, 29, 4

20, 5

0.074 0.035 0.007 0.013 0.197

2.519 2.123 7.934 8.855 2.507

0.186 0.073 0.053 0.118 0.495

60.1 80.9 30.1 30.4 58.1

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Keterangan : (17) Pertanian Tanaman lainnya, (18) Peternakan dan hasil-hasilnya, (19) Kehutanan dan Perburuan, (20) Perikanan, (1) TK Pertanian di Desa, (2) TK Pertanian di Kota, (3) TK Non-Pertanian di Desa, (4) TK Non-Pertanian di Kota, dan (5) Bukan Tenaga Kerja

Berdasarkan efek multiplier dari seluruh sektor pertanian, pengaruh terbesar pada faktor

produksi (nilai tambah) terjadi pada faktor produksi TK Pertanian di Desa dan Bukan Tenaga

Kerja. Besarnya daya serap nilai tambah pada tenaga kerja Pertanian di desa menunjukkan

Page 42: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 40

Studi Kasus : SNSE Indonesia

bahwa peningkatan pembangunan di sektor ini berkontribusi dalam menambah pendapatan

secara langsung pada petani sehingga petani semakin sejahtera. Namun, perlu dilihat juga

bahwa pembangunan di sektor ini juga memberikan keuntungan yang besar pada bukan

tenaga kerja yaitu pemilik modal. Ini disebabkan karena kondisi lahan pertanian yang

sebagian besar dikuasai oleh para pemilik modal (Rahardi, 2006).

Sedangkan hasil analisis SPA berdasarkan jalur transmisi dari sektor pertanian ke

pendapatan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 5.14 berikut ini.

Tabel 5.14 Pengaruh Global, Pengaruh Langsung, dan Pengaruh Total pada Sektor Pertanian ke

Pendapatan Rumah Tangga

Jalur Awal

Jalur Tujuan

Pengaruh Global

Jalur Dasar Pengaruh Langsung

Pengganda Jalur

Pengaruh Total

% GE

16 6 7 8 9 10 11 12 13

0.118 0.583 0.183 0.101 0.249 0.201 0.072 0.246

16, 1, 6 16, 1, 7 16, 1, 8 16, 1, 9

16, 1, 10 16, 29, 4, 11 16, 29, 4, 12 16, 29, 4, 13

0.020 0.172 0.026 0.026 0.058 0.003 0.001 0.004

2.547 2.657 2.691 2.539 2.637 9.822 9.674 9.834

0.051 0.458 0.070 0.067 0.152 0.031 0.010 0.037

43.8 78.5 38.0 66.0 61.1 15.7 14.0 15.1

17 6 7 8 9 10 11 12 13

0.096 0.481 0.168 0.087 0.218 0.187 0.067 0.229

17, 1, 6 17, 1, 7 17, 1, 8 17, 1, 9

17, 1, 10 17, 29, 4, 11

17, 2, 12 17, 29, 4, 13

0.014 0.123 0.018 0.019 0.041 0.001 0.002 0.001

2.686 2.805 2.832 2.659 2.768 9.620 2.332 9.633

0.039 0.344 0.052 0.050 0.114 0.012 0.003 0.014

40.2 71.5 31.1 57.3 52.0 6.2 5.2 6.0

18 6 7 8 9 10 11 12 13

0.088 0.401 0.169 0.077 0.200 0.216 0.076 0.263

18, 1, 6 18, 1, 7 18, 1, 8 18, 1, 9

18, 1, 10 18, 29, 4, 11 18, 29, 4, 12 18, 29, 4, 13

0.008 0.065 0.010 0.010 0.022 0.004 0.001 0.005

2.802 2.917 2.942 2.777 2.881 9.859 9.700 9.872

0.021 0.191 0.029 0.028 0.063 0.044 0.014 0.052

24.4 47.5 17.1 36.2 31.6 20.1 18.2 19.6

19 6 7 8 9 10 11 12 13

0.074 0.308 0.149 0.063 0.169 0.191 0.069 0.235

19, 2, 6 19, 1, 7 19, 5, 8 19, 1, 9

19, 1, 10 19, 5, 11 19, 5, 12 19, 5, 13

0.008 0.045 0.008 0.007 0.015 0.011 0.005 0.017

2.022 2.519 2.524 2.382 2.483 2.623 2.407 2.611

0.017 0.114 0.020 0.016 0.037 0.030 0.011 0.043

23.1 36.9 13.3 26.3 22.1 15.5 16.0 18.5

20 6 7 8 9 10 11 12 13

0.084 0.314 0.146 0.062 0.167 0.205 0.074 0.254

20, 2, 6 20, 1, 7

20, 29, 3, 8 20, 1, 9

20, 1, 10 20, 29, 4, 11 20, 29, 4, 12 20, 29, 4, 13

0.013 0.042 0.003 0.006 0.014 0.005 0.002 0.006

2.211 2.701 8.222 2.570 2.669 9.078 8.931 9.086

0.028 0.113 0.024 0.017 0.038 0.043 0.014 0.051

33.8 36.1 16.1 26.7 22.5 21.1 18.6 20.2

Page 43: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 41

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Keterangan : (16) Sektor Pertanian Tanaman Pangan, (17), (17) Pertanian Tanaman lainnya, (18) Peternakan dan hasil-hasilnya, (19) Kehutanan dan Perburuan, (20) Perikanan, (29) Perdangan, (1) TK Pertanian di Desa, (2) TK Pertanian di Kota, (3) TK Non-Pertanian di Desa, (4) TK Non-Pertanian di Kota, (5) Bukan Tenaga Kerja, (6) Buruh Pertanian, (7) Pengusaha Pertanian, (8) Golongan Bawah di Desa, (9) Bukan Angkatan Kerja di Desa, (10) Golongan Atas di Desa, (11) Golongan Bawah di Kota, (12) Bukan Angkatan Kerja di Kota, (13) Golongan Atas di Kota.

Berdasarkan Tabel 5.14 diatas, efek multiplier seluruh sektor pertanian ke rumah tangga

memiliki pengaruh kuat pada rumah tangga pengusaha dan golongan atas di Kota. Ini

menunjukkan bahwa pembangunan di sektor ini lebih banyak dinikmati oleh para pengusaha

atau pemilik modal. Misalkan, adanya peningkatan penerimaan di sektor pertanian pangan

hanya berdampak 11.8% pada peningkatan pendapatan rumah tangga buruh tani,

sedangkan dampak terhadap pendapatan rumah tangga pengusaha mencapai 58.3%.

Kondisi ini menunjukkan bahwa terjadi ketidakseimbangan distribusi pendapatan rumah

tangga di Indonesia. Hasil analisis ini memberikan kesimpulan yang sama dengan analisis

dekomposisi multiplier.

Adapun analisis berdasarkan jalur dasar dari setiap sektor pertanian terhadap rumah tangga

berikut ini.

Gambar 5.2 Jalur dasar Sektor Pertanian Tanaman Pangan ke Rumah Tangga

Pertanian Tanaman

Pangan

Buruh Pertanian

Pengusaha Pertanian

Golongan Bawah di

Desa

BAK di Desa

Golongan Atas di Desa

Golongan Bawah di

KotaBAK di Kota

Golongan Atas di Kota

Perdagangan

TK Pertanian di Desa

TK Non-Pertanian di

Kota

0.020

0.032

0.067

0.570

0.085

0.087

0.191

0.424

0.3590.116

0.099

0.090

0.001

0.003

0.004

0.058

0.026

0.026

0.172

43.8%

78.5%

38.0%

66.0%

61.1%

15.7%

14.0%

15.1%

Page 44: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 42

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Gambar 5.2 menunjukkan bahwa transmisi sektor pertanian tanaman pangan ke rumah

tangga melalui TK pertanian di Desa dan TK non-pertanian di Kota. Dimana, variabel TK

pertanian di Desa menjadi perantara rumah tangga di Desa (buruh tani hingga golongan

atas). Sedangkan TK non-pertanian di Kota menjadi perantara bagi jalur rumah tangga di

Kota. Berbeda dengan jalur ke rumah tangga di Desa, jalur ke rumah tangga di Kota

sebelum mencapai tenaga kerja non-pertanian, jalur ini melalui sektor perdagangan terlebih

dahulu. Berdasarkan analisis jalur dasar, pengaruh langsung terbesar pada transmisi sektor

pertanian tanaman pangan ke rumah tangga terjadi pada pengusaha yakni sebesar 0.172

sedangkan buruh tani hanya menerima 0.020. Hal ini jelas bahwa penerimaan rumah tangga

dari sektor pertanian tanaman pangan masih dinikmati oleh para pengusaha atau pemilik

modal di sektor pertanian.

Berikut transmisi jalur dari keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lainnya (backward

linkage) berdasarkan efek multiplier terbesar pada output sektor pertanian dan selanjutnya

pada pendapatan rumah tangga. Ada tiga sektor pendukung yang dapat mendorong sektor

pertanian untuk terus bertumbuh dan meningkatkan pendapatan rumah tangga yaitu sektor

Industri makanan dan minuman, Sektor Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen, dan

Sektor perdagangan (Tabel 5.15).

Tabel 5.15 Pengaruh Global, Pengaruh Langsung, dan Pengaruh Total pada Sektor Industri

Makanan dan Minuman, Sektor Industri Kimia, hasil dari tanah liat, semen, dan Sektor Perdagangan

ke pendapatan Rumah Tangga

Jalur Awal

Jalur Tujuan

Pengaruh Global

Jalur Dasar Pengaruh Langsung

Pengganda Jalur

Pengaruh Total

% GE

22 6 7 8 9 10 11 12 13

0.070 0.324 0.159 0.066 0.176 0.213 0.074 0.257

22, 16, 2, 6 22, 16, 1, 7

22, 3, 8 22, 16, 1, 9

22, 16, 1, 10 22, 4, 11 22, 4, 12 22, 4, 13

0.002 0.019 0.009 0.003 0.006 0.012 0.004 0.015

5.997 6.166 3.061 5.992 6.148 3.408 3.358 3.411

0.013 0.115 0.028 0.017 0.038 0.042 0.013 0.050

18.8 35.5 17.4 26.0 21.8 19.8 18.2 19.4

26 6 7 8 9 10 11 12 13

0.043 0.188 0.125 0.044 0.127 0.186 0.065 0.225

26, 5, 14, 15, 6 26, 5, 7 26, 3, 8 26, 5, 9 26, 5, 10 26, 4, 11 26, 4, 12 26, 4, 13

0.001 0.008 0.010 0.002 0.009 0.017 0.005 0.020

3.686 3.066 2.629 2.704 2.793 2.986 2.935 2.990

0.004 0.026 0.026 0.006 0.025 0.049 0.016 0.059

9.9 13.6 20.7 14.2 19.7 26.6 24.3 26.1

29 6 7 8 9 10 11 12 13

0.056 0.246 0.181 0.059 0.169 0.287 0.097 0.342

29, 4, 6 29, 4, 7 29, 3, 8 29, 3, 9 29, 3, 10 29, 4, 11 29, 4, 12 29, 4, 13

0.002 0.008 0.021 0.005 0.016 0.036 0.012 0.042

4.624 5.123 4.138 4.067 4.180 4.581 4.499 4.588

0.009 0.039 0.088 0.020 0.066 0.163 0.052 0.193

15.7 16.0 48.7 33.7 38.9 56.7 53.2 56.2

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)

Keterangan :

Page 45: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 43

Studi Kasus : SNSE Indonesia

(22) Industri Makanan, Minuman dan Tembakau, (26) Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen, (29) Perdagangan, (16) Pertanian Tanaman Pangan , (14) Perusahaan, (15) Pemerintah, (1) TK Pertanian di Desa, (2) TK Pertanian di Kota, (3) TK Non-Pertanian di Desa, (4) TK Non-Pertanian di Kota, (5) Bukan Tenaga Kerja, (6) Buruh Pertanian, (7) Pengusaha Pertanian, (8) Golongan Bawah di Desa, (9) Bukan Angkatan Kerja di Desa, (10) Golongan Atas di Desa, (11) Golongan Bawah di Kota, (12) Bukan Angkatan Kerja di Kota, (13) Golongan Atas di Kota.

Berdasarkan Tabel 5.15, menunjukkan bahwa sektor Industri makanan dan minuman,

memiliki pengaruh terbesar pada rumah tangga pengusaha dengan pengaruh global

sebesar 0.324. Pengaruh langsung sektor ini pada penghasilan rumah tangga sebesar

0.019 yang dapat dijelaskan melalui jalur dasar 22,16,1,7. Sektor industri makan dan minum

memberi pengaruh global paling rendah pada pendapatan rumah tangga buruh tani yakni

sebesar 0.070 dengan pengaruh lansung 0.002. Pengaruh langsung ini melalui jalur

22,16,2,6. Berdasarkan jalur dasar hasil transmisi sektor industri makanan dan minimum ke

rumah tangga, menunjukkan bahwa transmisi ini juga mendorong peningkatan sektor

pertanian tanaman pangan sebelum akhirnya berujung pada peningkatan penghasilan

rumah tangga.

Pada jalur transmisi sektor Industri kimia, hasil dari tanah liat dan semen pada rumah tangga

terlihat bahwa rumah tangga golongan atas di kota menerima pengaruh global paling besar

yaitu sebesar 0,225 dengan pengaruh langsung sebesar 0,020 yang dihasilkan melalui jalur

dasar (26,4,13). Sektor ini juga memberikan pengaruh pada peningkatan pendapatan buruh

tani namun pengaruhnya sangat kecil yakni sebesar 0.043 dengan pengaruh langsung

sebesar 0,001 melalui jalur dasar (26,5,14,15,6). Berdasarkan transmisi ini, sebelum

mencapai rumah tangga buruh tani transmisi di sektor ini juga melalui institusi swasta dan

pemerintah. Kondisi ini tidak terlepas pada subsidi pupuk yang dilakukan pemerintah pada

swasta sehingga petani dapat menjangkau pupuk dengan harga yang relatif terjangkau dan

pada akhirnya dapat meningkatkan penghasilan buruh tani. Sektor industri ini sebagian

besar berpengaruh langsung pada faktor produksi (nilai tambah) khususnya pada

pendapatan rumah tangga non-pertanian di Kota. Sedangkan pengaruhnya dalam

mendorong sektor pertanian dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga

pertanian cukup rendah.

Seperti halnya sektor industri kimia, transmisi sektor perdagangan pada rumah tangga juga

sebagian besar terjadi pada rumah tangga non-pertanian di Kota. Sedangkan pengaruhnya

pada sektor pertanian dan pendapatan rumah tangga petani cukup rendah.

Dari hasil analisis SPA diatas, peneliti dapat mengidentifikasi transmisi pengaruh dari sektor

pertanian ke nilai tambah (faktor produksi) dan pendapatan rumah tangga. Walaupun

pengaruh terbesar banyak diserap oleh rumah tangga pengusaha namun buruh tani tetap

memperoleh pengaruh walau dengan proporsi yang jauh lebih kecil. Disamping itu, dengan

melakukan trace backward multiplier terdapat indikasi adanya pengaruh dari sektor lain

terhadap output pertanian yaitu sektor Industri makanan dan minuman. Sektor ini

mempengaruhi pendapatan rumah tangga, dengan terlebih dahulu mendorong peningkatan

Page 46: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 44

Studi Kasus : SNSE Indonesia

pendapatan sektor pertanian tanaman pangan. Sedangkan sektor industri kimia dan

perdagangan mempengaruhi pendapatan rumah tangga pertanian secara langsung melalui

penggunaan faktor produksi. Pengaruh sektor ini dalam mendorong sektor pertanian dan

selanjutnya meningkatkan pendapatan rumah tangga pertanian cukup rendah.

Untuk mengetahui dampak ketiga sektor ini terhadap sektor pertanian dalam meningkatkan

nilai tambah, pendapatan rumah tangga, output dan PBD Nasional dilakukan melalui teknik

simulasi berupa injeksi kebijakan pemerintah dalam meningkatkan sektor pertanian.

Hasil simulasi Kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan Sektor Pertanian

Berikut adalah hasil simulasi dampak kebijakan Pemerintah terhadap sektor pertanian

melalui injeksi pada sektor pertanian secara langsung dan sektor terkait dengan sektor

pertanian (berdasarkan analisis matriks dekomposisi SNSE dan jalur struktural (SPA).

Dimana simulasi dilakukan dengan 8 (delapan) skenario kebijakan pemerintah, yaitu :

1. Simulasi 1 :

Peningkatan produksi sektor pertanian tanaman pangan. Injeksi sebesar 1 triliun.

2. Simulasi 2 :

Peningkatan produksi sektor pertanian tanaman lainnya. Injeksi sebesar 1 triliun.

3. Simulasi 3 :

Peningkatan produksi sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Injeksi sebesar 1 triliun.

4. Simulasi 4 :

Peningkatan produksi sektor kehutanan dan perburuan. Injeksi sebesar 1 triliun.

5. Simulasi 5 :

Peningkatan produksi sektor perikanan. Injeksi sebesar 1 triliun.

6. Simulasi 6 :

Pengembangan industri makanan, minuman, dan tembakau sebagai industri pengolahan

dan pemasaran hasil pertanian. Injeksi sebesar 1 triliun.

7. Simulasi 7 :

Subsidi harga produksi ke produsen pupuk, dikenakan injeksi sebesar 1 triliun pada

sektor industri kimia, pupuk, dan hasil dari tanah liat dan semen.

8. Simulasi 8 :

Pengembangan sektor perdagangan khususnya yang terkait dengan pemasaran bahan

mentah maupun olahan hasil pertanian. Injeksi sebesar 1 triliun.

Page 47: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 45

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Adapun hasil simulasi dari delapan skenario kebijakan pemerintah di sektor pertanian,

adalah sebagai berikut :

1. Dampak Kebijakan Pemerintah di Sektor Pertanian terhadap Peningkatan Pendapatan

Faktor Produksi (Nilai Tambah).

Pada Gambar 5.3, merupakan nilai awal dan distribusi dari pendapatan faktor produksi

(Nilai Tambah). Dari total Rp.5,156,935.21 miliar nilai tambah, terdapat 47.79%

terkonsentrasi pada faktor modal sedangkan tenaga kerja pertanian hanya memperoleh

11.53%.

Gambar 5.3 Nilai awal dan Distribusi Pendapatan Faktor Produksi (Nilai Tambah)

Adapun berdasarkan simulasi kebijakan yang dilakukan, diperoleh peningkatan nilai tambah (%) pada masing-masing faktor produksi sebagai berikut (Gambar 5.4)

Gambar 5.4 Simulasi Dampak Kebijakan terhadap Peningkatan Nilai Tambah

10.07%

1.46%

13.15%

27.53%

47.79%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

TK Pertanian di Desa

TK Pertanian di Kota

TK-Non Pertanian di

Desa

TK-Non Pertanian di

Kota

Kapital

Rp Miliar % Dist

0.00%

0.02%

0.04%

0.06%

0.08%

0.10%

0.12%

0.14%

0.16%

0.18%

TK Pertanian di Desa

TK Pertanian di Kota

TK-Non Pertanian di

Desa

TK-Non Pertanian di

Kota

Kapital

Sim-1

Sim-2

Sim-3

Sim-4

Sim-5

Sim-6

Sim-7

Sim-8

Page 48: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 46

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Gambar 5.4 menunjukkan bahwa seluruh simulasi kebijakan dapat meningkatkan

pendapatan faktor produksi (nilai tambah) khususnya pada faktor produksi tenaga kerja

pertanian. Kebijakan pemerintah di sektor tanaman pangan merupakan penyumbang

terbesar dalam peningkatan nilai tambah pertanian. Sedangkan kebijakan di sektor

tanaman lainnya berada diposisi kedua dalam meningkatkan nilai tambah pertanian di

desa. Sedangkan pertanian di kota, posisi kedua justru ditempati oleh hasil kebijakan di

sektor perikanan.

Hasil simulasi kebijakan di sektor industri makanan, minuman, dan tembakau juga

berkontribusi dalam meningkatkan nilai tambah tenaga kerja pertanian. Ini menunjukkan

bahwa sektor ini memiliki hubungan yang kuat dalam mendorong sektor petanian yaitu

dengan memberikan dampak peningkatan pendapatan tenaga kerja pertanian. Namun

demikian, pengaruh kebijakan dalam meningkatkan pendapatan tenaga kerja pertanian

masih lebih rendah dibandingkan kebijakan pemerintah secara langsung di sektor

pertanian. Kondisi ini menggambarkan bahwa pengembangan sektor industri makanan,

minuman dan tembakau di Indonesia belum mampu mentransfer keuntungan yang lebih

baik terhadap perubahan pendapatan tenaga kerja pertanian. Hal yang sama juga

dirasakan pada kebijakan pemerintah di sektor industri kimia maupun perdagangan.

Pada sektor perdagangan, justru kebijakan pemerintah lebih menguntungkan tenaga

kerja non-pertanian. Ini dapat dilihat pada prosentase peningkatan pendapatan tenaga

kerja non-pertanian yang lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja pertanian.

2. Dampak Kebijakan Pemerintah di Sektor Pertanian terhadap Peningkatan Pendapatan

Rumah Tangga.

Pada Gambar 5.5, merupakan nilai awal dan distribusi dari pendapatan rumah tangga.

Dari total Rp.3,826,444.58 miliar Pendapatan Rumah Tangga, terdapat 21.64% ada di

golongan atas perkotaan dan 19.12% ada di tangan pengusaha pertanian. Sedangkan

buruh tani hanya memperoleh 4.62% dari total pendapatan rumah tangga.

Gambar 5.5 Nilai awal dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga

4.62%

19.12%

12.92%

4.53%

12.24%

18.57%

6.37%

21.64%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

Buruh Pertanian

Pengusaha Pertanian

Golongan Bawah di

Desa

Bukan Angkatan Kerja di

Desa

Golongan Atas di Desa

Golongan Bawah di

Kota

Bukan Angkatan Kerja di

Kota

Golongan Atas di Kota

Rp Miliar % Dist

Page 49: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 47

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Adapun berdasarkan simulasi kebijakan yang dilakukan, diperoleh peningkatan

pendapatan (%) pada masing-masing rumah tangga sebagai berikut (Gambar 5.6)

Gambar 5.6 Simulasi Dampak Kebijakan terhadap Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga

Gambar 5.6 menunjukkan bahwa seluruh simulasi kebijakan dapat meningkatkan

pendapatan rumah tangga. Kebijakan pemerintah di sektor pertanian tanaman pangan

memberikan kontribusi terbesar dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga

pertanian. Sedangkan kebijakan di sektor pertanian tanaman lainnya dan peternakan

juga memberikan pengaruh yang cukup besar. Namun demikian, kebijakan pada tiga

sektor pertanian ini lebih banyak dinikmati oleh pengusaha pertanian dibandingkan buruh

tani sendiri. Hampir seluruh hasil simulasi mengarah pada peningkatan pendapatan yang

lebih tinggi pada pengusaha pertanian. Kecuali hasil kebijakan pemerintah di sektor

perdagangan yang lebih banyak meningkatkan pendapatan rumah tangga non-pertanian

di perkotaan. Artinya, rumah tangga pertanian lebih pada proses pengolahan dan

penjualan langsung ke konsumen pertama yang sebagian besar terdiri dari para tenaga

kerja perkotaan. Mereka memperoleh banyak keuntungan dalam perdagangan dengan

memanfaatkan jalur distribusi atau melalui pembelian yang murah pada petani. Untuk itu,

pemerintah harus dapat melindungi petani melalui penetapan harga dasar atau

memaksimalkan peran badan usaha pemerintah (BULOG) dalam mengakomodasi hasil

pertanian.

Setidaknya, melalui kebijakan pada tiga sektor ini dapat meningkatkan pendapatan buruh

tani dengan tingkat kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan rumah tangga lainnya diluar

pengusaha pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil riset terdahulu, bahwa kebijakan di

sektor pertanian sangat efektif untuk mengurangi kemiskinan, walaupun kaum miskin

sendiri menikmati manfaat yang lebih sedikit dari pertumbuhan pertanian (Norton, 2004).

0.00%

0.01%

0.02%

0.03%

0.04%

0.05%

0.06%

0.07%

0.08%

0.09%

Buruh Pertanian

Pengusaha Pertanian

Golongan Bawah di

Desa

Bukan Angkatan

Kerja di Desa

Golongan Atas di Desa

Golongan Bawah di

Kota

Bukan Angkatan

Kerja di Kota

Golongan Atas di Kota

Sim-1

Sim-2

Sim-3

Sim-4

Sim-5

Sim-6

Sim-7

Sim-8

Page 50: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 48

Studi Kasus : SNSE Indonesia

3. Dampak Kebijakan Pemerintah di Sektor Pertanian terhadap Peningkatan Pendapatan

Sektor Produksi (Output Sektor).

Pada Gambar 5.7, merupakan nilai awal dan distribusi dari pendapatan sektor produksi

(output produksi). Dari total Rp.22,959,018.57 miliar Pendapatan sektor produksi, hanya

11.47% yang berasal dari sektor pertanian. Sedangkan kontribusi terbesar pada

pendapatan sektor produksi berasal dari sektor industri pengolahan dan perdagangan.

Gambar 5.7 Nilai awal dan Distribusi Pendapatan Sektor Produksi (Output)

Adapun berdasarkan simulasi kebijakan yang dilakukan, diperoleh peningkatan

pendapatan (%) pada masing-masing sektor produksi sebagai berikut (Tabel 5.16).

Tabel 5.16 Simulasi Dampak Kebijakan terhadap Peningkatan Pendapatan Sektor Produksi

Sektor Produksi Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-4 Sim-5 Sim-6 Sim-7 Sim-8

Tanaman Pangan 0.22% 0.04% 0.05% 0.03% 0.03% 0.07% 0.02% 0.03%

Tanaman lainnya 0.04% 0.51% 0.04% 0.04% 0.03% 0.07% 0.03% 0.03%

Peternakan dan hasil-hasilnya

0.05% 0.04% 0.37% 0.03% 0.03% 0.04% 0.03% 0.04%

Kehutanan dan Perburuan 0.01% 0.01% 0.01% 1.60% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01%

Perikanan 0.04% 0.04% 0.04% 0.03% 0.48% 0.06% 0.02% 0.04%

Pertambangan dan Penggalian

0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.03% 0.01%

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

0.04% 0.03% 0.05% 0.03% 0.03% 0.13% 0.02% 0.03%

Industri Permintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit

0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.01% 0.02%

Industri Kayu & Barang dari kayu

0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01%

4.55%

1.85%2.69%

0.51%1.87%

6.24%

9.41%

2.74%

1.68%

11.96%

10.47%

1.44%

10.73%

12.91%

2.88%

6.42%

4.88%

6.78%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

16.00%

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

Rp Miliar % Dist

Page 51: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 49

Studi Kasus : SNSE Indonesia

Industri Kertas, Percetakan, Alat angkutan dan Barang dari logam dan

industri lainnya

0.02% 0.02% 0.01% 0.02% 0.01% 0.01% 0.01% 0.02%

Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen

0.02% 0.03% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.09% 0.02%

Listrik, Gas, dan Air Minum 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.03%

Konstruksi 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%

Perdagangan 0.04% 0.03% 0.05% 0.03% 0.05% 0.04% 0.03% 0.12%

Hotel & Restoran 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.02% 0.04%

Pengangkutan & Telekomunikasi

0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.04%

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

0.03% 0.03% 0.04% 0.03% 0.03% 0.03% 0.02% 0.05%

Jasa-jasa 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.02% 0.03%

Total 0.04% 0.03% 0.04% 0.03% 0.03% 0.04% 0.03% 0.04%

Berdasarkan Tabel 5.16, kebijakan di sektor pertanian dapat meningkatkan output sektor

pertanian sendiri cukup besar, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada sektor kehutanan

dan perburuan. Sedangkan kebijakan pemerintah pada sektor terkait dengan pertanian

seperti sektor makanan, minuman, dan tembakau, sektor Industri kimia, hasil dari tanah

liat, semen, dan sektor perdagangan ternyata hanya mampu meningkatkan pendapatan

sektor pertanian sebesar 0.12%-0.25%. Artinya, kebijakan pemerintah pada sektor terkait

pertanian masih kecil pengaruhnya dibandingkan kebijakan pemerintah secara langsung

pada sektor pertanian. Misalkan, ketika pemerintah melakukan kebijakan di sektor

industri makanan, minuman, dan tembakau ternyata hanya mampu meningkatkan

pendapatan sektor pertanian sebesar 0.25%.

Berdasarkan kontribusinya pada sektor pertanian, kebijakan pemerintah pada sektor

pertanian tanaman pangan hanya meningkatkan pendapatan sektor pertanian sebesar

0.37%. Kenaikan ini paling rendah dibandingkan kebijakan pemerintah di sektor pertanian

lainnya. Namun demikian, kontribusi kebijakan pemerintah di sektor ini ternyata mampu

meningkatkan pendapatan sektor produksi yang cukup besar bahkan lebih tinggi

dibandingkan kebijakan pemerintah di sektor kehutanan dan perburuan. Padahal, sektor

kehutanan dan perburuan merupakan sektor penyumbang tertinggi pada peningkatan

pendapatan sektor pertanian namun terhadap pendapatan sektor produksi nasional lebih

rendah dibandingkan sektor pertanian tanaman pangan. Ini menunjukkan bahwa sektor

pertanian pangan memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor-sektor lainnya

khususnya pada sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, dan sektor

perdagangan. Sehingga ketika ada kebijakan pada sektor pertanian tanaman pangan,

selain pendapatan sektor ini meningkat secara langsung juga ada peningkatan

pendapatan sektor karena pengaruh tidak langsung dari sektor-sektor lainnya yang

terkait dengan sektor ini.

Page 52: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 50

Studi Kasus : SNSE Indonesia

4. Dampak Kebijakan Pemerintah di Sektor Pertanian terhadap PDB Nasional

Berdasarkan Gambar 5.8, menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah di sektor pertanian

khususnya sektor pertanian tanaman pangan ternyata meningkatkan PDB Nasional

paling tinggi dibandingkan kebijakan pemerintah di sektor pertanian lainnya. Bahkan

kebijakan pemerintah secara langsung pada sektor pertanian lebih meningkatkan PDB

Nasional dibandingkan kebijakan pemerintah pada sektor terkait seperti sektor makanan,

minuman, dan tembakau, sektor Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen, dan sektor

perdagangan. Ini disebabkan sektor pertanian memiliki keterkaitan yang cukup kuat

dengan sektor lainnya, dimana injeksi kebijakan pada sektor ini mampu mendorong

sektor lainnya dan pada akhirnya akan meningkatkan sektor pertanian itu sendiri. Hanya

perlu dikembangkan dan diperhatikan oleh pemerintah kedepan adalah bagaimana hasil

dari sektor pertanian ini lebih berkualitas dan mampu bersaing di pasar domestik maupun

internasional.

Gambar 5.8 Simulasi Dampak Kebijakan terhadap PDB Nasional

5,155,500

5,156,000

5,156,500

5,157,000

5,157,500

5,158,000

5,158,500

5,159,000

5,159,500

PDB Nasional Awal Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-4 Sim-5 Sim-6 Sim-7 Sim-8

Page 53: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 51

Studi Kasus : SNSE Indonesia

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis angka pengganda (multiplier), sektor pertanian memiliki

angka pengganda yang relatif lebih besar dibandingkan sektor lainnya. Ini

menunjukkan bahwa sektor ini memiliki kontribusi besar dalam menciptakan nilai

tambah (added value), kenaikan output (produksi nasional), kenaikan pendapatan

rumah tangga, dan mendorong pertumbuhan sektor lainnya dalam perekonomian

nasional.

2. Berdasarkan hasil analisis dekomposisi dan jalur struktural, sektor pertanian memiliki

hubungan yang kuat dengan sektor Industri makanan, minuman dan tembakau;

sektor Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen; dan sektor Perdagangan. Ketiga

sektor ini memiliki angka pengganda yang tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya

terhadap sektor pertanian.

3. Hasil analisis dekomposisi dan jalur struktural juga menunjukkan bahwa hasil sektor

pertanian lebih banyak dinikmati oleh para pengusaha pertanian dan golongan atas

di perkotaan (pemilik modal) dibandingkan buruh tani sendiri. Kondisi ini

menunjukkan adanya ketimpangan distribusi pendapatan dalam pembangunan

ekonomi berbasiskan sektor pertanian.

4. Berdasarkan hasil simulasi kebijakan pada sektor pertanian, bahwa kebijakan

pemerintah secara langsung pada sektor pertanian khususnya pada tanaman

pangan memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan nilai tambah, output,

pendapatan rumah tangga, dan PDB Nasional. Sedangkan kebijakan pemerintah

pada sektor yang memiliki kaitan erat dengan sektor pertanian (point 2), juga

berkontribusi namun dengan tingkat yang lebih rendah.

5. Pada dasarnya seluruh sub-sektor pertanian memiliki pengaruh kuat (ditunjukkan

oleh multiplier yang tinggi) terhadap perekonomian dibandingkan sektor lainnya,

terutama pada sub-sektor Pertanian Tanaman Pangan. Sub-sektor ini memiliki

prospek yang sangat baik terhadap perekonomian nasional ke depan.

Saran

1. Pemerintah perlu berfokus pada kebijakan yang dapat mendorong pengembangan

sektor pertanian primer khususnya sub-sektor pertanian tanaman pangan.

2. Dari sisi rumah tangga, agar petani dan buruh dapat mengambil manfaat yang

maksimal dari pengembangan sektor pertanian sehingga pendapatan mereka dapat

ditingkatkan. Untuk itu pemerintah perlu meningkatkan keterampilan, pendidikan,

maupun akses modal bagi golongan rumah tangga buruh tani. Selain itu, kebijakan

Page 54: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 52

Studi Kasus : SNSE Indonesia

pemerintah di sektor pertanian harus dilakukan dengan tepat sehingga buruh tani

dapat dilindungi dan dapat memperoleh manfaat yang lebih dari kondisi saat ini.

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Apriyantono, A. (2004), Konsep Pembangunan Pertanian. Pidato Menteri

Departemen Pertanian Republik Indonesia.

2. Badan Pusat Statistik (2008), Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia,

Jakarta.

3. Bautista, R.M., S. Robinson and M. El-Said (1999), “Alternative Industrial

Development Path for Indonesia : SAM and CGE Analysis,“ TMD Discussion Paper

No. 42. International Food Policy Research Institute (IFPRI), Washington D.C.

4. Daryanto, A. (2009), “Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya

Peningkatannya,” Pusat Analisis Sosial dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

5. Defourny, J. and E. Thorbecke (1984), “Structural Path Analysis And Multiplier

Decomposition Within A Social Accounting Matrix Framework,“ The Economic

Journal Vol. 94 No.373, pp.111-136.

6. Hafizrianda, Y. (2007), “Dampak Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap

Distribusi Pendapatan dan Perekonomian Regional Provinsi Papua: Suatu Analisis

Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi,” Disertasi, Program Pasca Sarjana IPB,

Bogor.

7. Hafizrianda, Y. dan Daryanto, A. (2010), Analisis Input-Output & Social Accounting

Matrix : untuk Pembangunan Ekonomi Daerah, Penerbit IPB Press.

8. Hartono, D. dan B.P. Resosudarmo (1998), “Eksistensi Matriks Pengganda dan

Dekomposisi Matriks Pengganda Pyatt dan Round Dari Sistem Neraca Sosial

Ekonomi,” Ekonomi dan Keuangan Indonesia 46(4), pp.473-496.

9. Herliana, L. (2004), “Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Indonesia :

Analisis Dekomposisi SNSE,” Tesis, Program Pascasarjana IPB, Bogor.

10. Keuning, J.S., De Ruijter, and Willem A. (1988), “Guidelines To The Construction Of

A Social Accounting Matrix," Review of Income and Wealth, International Association

for Research in Income and Wealth, vol. 34(1), pp.71-100.

11. Norton, R.D. (2004). Agricultural Development Policy Concepts and Experiences,

Wiley, West Sussex.

12. Pyatt, G. and Round, J (1979), “Accounting and Fixed Price Multipliers in a Social

Accounting Matrix Framework,” Economic Journal 89, pp.850–873

13. Pyatt, G and Round, J (1990), Social Account Matrices : A Basis for Planning, The

World Bank, Washinton DC. USA

14. Priyarsdono, D.S, A. Daryanto, dan L. Herliana (2005), “Dapatkah Pertanian Menjadi

Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ? Analisisi Sistem Neraca Sosial Ekonomi,”

Agro-Ekonomika I, Tahun XXXV, pp.35-48.

Page 55: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 53

Studi Kasus : SNSE Indonesia

15. Rifai, A.I.A. (2012), “Dampak Pembangunan Sektor Pertanian Tanaman Pangan

terhadap Perekonomian Indonesia : Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi, “ Tesis,

Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Fakultas Ekonomu UI.

16. RPJPN 2005 – 2025

17. Susilowati, S. H. (2007), “Peran Sektor Agroindustri Dalam Perekonomian Nasional

Dan Pendapatan Rumah Tangga Pertanian,” Prosiding Seminar Nasional Dinamika

Pembangunan Pertanian dan Perdesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan

Ekonomi Rakyat. Pusat Analisis Sosial dan Kebijakan Pertanian. Departemen

Pertanian.

18. Tambunan, T. (2010), Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan, Penerbit

Universitas Indonesia, Jakarta. 19. Todara, M. P. dan Smith, S. C. (2006), Pembangunan Ekonomi Jilid I-II. Edisi 9,

Penerbit Erlangga. 20. UU No. 17 Tahun 2007

21. Zaini, A. (2003), “Peranan Sektor Pertanian Sebelum dan Pada Masa Krisis Ekonomi

di Indonesia: Pendekatan SNSE,” Tesis, Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Page 56: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

Lampiran. Klasifikasi SNSE Indonesia 2008, (13X13), (37X37) dan (105X105), sumber : Biro Pusat Statistik (BPS) Kode SNSE 13x13

Kode SNSE 37x37

Kode SNSE

105x105

Desa 1Kota 2Desa 3Kota 4Desa 5Kota 6Desa 7Kota 8Desa 9Kota 10Desa 11Kota 12Desa 13Kota 14Desa 15Kota 16

Bukan tenaga kerja 2 Bukan tenaga kerja 9 Bukan tenaga kerja 1710 1811 19

20

Bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas 21

13 22

23

Bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas 24

15 25

Perusahaan 4 Perusahaan 16 Perusahaan 26Pemerintah 5 Pemerintah 17 Pemerintah 27

2830

32

35

2931

33

3436

37

38

3940

41

42

4344

45

4647

51

48

4950

U r a i a n U r a i a n U r a i a n

Fakt

or P

rodu

ksi

Tenaga kerja 1

Fakt

or P

rodu

ksi

Tenaga kerja

PertanianPenerima Upah dan Gaji

Produksi, Operator Alat Angkutan,

Manual dan buruh kasar

Penerima Upah dan Gaji 3 Produksi, Operator Alat

Angkutan, Manual dan buruh kasar

Penerima Upah dan Gaji

Bukan Penerima Upah dan Gaj 4Bukan Penerima Upah dan Gaji

1

Fakt

or P

rodu

ksi

Tenaga kerja

PertanianPenerima Upah dan Gaji

Bukan Penerima Upah dan Gaji

2Bukan Penerima Upah dan Gaji

7 Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional

dan Teknisi

Penerima Upah dan Gaji

Bukan Penerima Upah dan Gaj 8Bukan Penerima Upah dan Gaji

Tata Usaha, Penjualan, Jasa-

Jasa

Penerima Upah dan Gaji 5 Tata Usaha, Penjualan, Jasa-

Jasa

Penerima Upah dan Gaji

Bukan Penerima Upah dan Gaj 6Bukan Penerima Upah dan Gaji

Inst

itusi Rumah tangga 3

Inst

itusi

Rumah tangga

Pertanian

Bukan Pertanian

Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional

dan Teknisi

Penerima Upah dan Gaji

Perkotaan

Pengusaha bebas golongan rendah, tenaga TU, pedagang keliling, pekerja bebas sektor angkutan, jasa perorangan, buruh

Buruh

Inst

itusi

Rumah tangga

PertanianBuruh

Pengusaha Pertanian Pengusaha Pertanian

PedesaanGolongan Rendah 12

Perikanan

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

Pertanian Tanaman Lainnya, kehutanan dan perburuan

19Pertanian Tanaman Lainnya

Kehutanan dan Perburuan

Golongan AtasPengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan

Sektor Produksi 6 Sektor Produksi

Pertanian Tanaman Pangan, peternakan, perikanan 18

Sektor Produksi

Pertanian Tanaman PanganPeternakan dan Hasil-hasilnya

Bukan Pertanian

Pedesaan

Pengusaha bebas golongan rendah, tenaga TU, pedagang keliling, pekerja bebas sektor angkutan, jasa perorangan, buruh

Golongan AtasPengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan

PerkotaanGolongan Rendah 14

Pertambangan, industri pengolahan kecuali makanan, listrik, gas, dan air bersih

20

Pertambangan Batubara, Biji Logam dan Minyak Bumi

Pertambangan dan Penggalian Lainnya

Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan KulitIndustri Kayu & Barang Dari Kayu

Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Lainnya

Industri Kimia, Hasil dari Tanah Liat, Semen

Listrik, Gas Dan Air MinumKonstruksi

Perdagangan, restoran & perhotelan, pengangkutan & komunikasi, jasa perseorangan dan rumah tangga

21

Perdagangan

Restoran

PerhotelanAngkutan Darat

Angkutan Udara, Air dan Komunikasi

Jasa Penunjang Angkutan, dan PergudanganJasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lainnya

Lembaga keuangan, real estate, pemerintah, jasa sosial dan kebudayaan, jasa hiburan

22

Bank dan Asuransi

Real Estate dan Jasa Perusahaan

Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya

Page 57: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

37

Lanjutan Lampiran Kode SNSE 13x13

Kode SNSE 37x37

Kode SNSE

105x105

Margin perdagangan 52Margin pengangkutan 53

54

56

58

61

55

57

59

60

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

77

74

75

76

78

80

82

85

79

81

83

84

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

101

98

99

10010 34 102

11 35 103

12 36 104

13 37 105Luar Negeri Luar Negeri Luar Negeri

Neraca Kapital Neraca Kapital Neraca Kapital

Pajak Tidak Langsung Pajak Tidak Langsung Pajak Tidak Langsung

Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit

Industri Kayu & Barang Dari Kayu

Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Lainnya

Industri Kimia, Hasil dari Tanah Liat, Semen

U r a i a n U r a i a n

Subsidi Subsidi Subsidi

Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lainnya

Lembaga keuangan, real estate, pemerintah, jasa sosial dan kebudayaan, jasa hiburan 33

Bank dan Asuransi

Real Estate dan Jasa Perusahaan

Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya

Listrik, Gas Dan Air Minum

Konstruksi

Perdagangan, restoran & perhotelan, pengangkutan & komunikasi, jasa perseorangan dan rumah tangga

32

Pertanian Tanaman PanganPeternakan dan Hasil-hasilnya

Perikanan

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

Pertanian Tanaman Lainnya, kehutanan dan perburuan

30Pertanian Tanaman Lainnya

Kehutanan dan Perburuan

Komoditas Impor 9 Komoditas Impor

Pertanian Tanaman Pangan, peternakan, perikanan 29

Komoditas Impor

Pertambangan, industri pengolahan kecuali makanan, listrik, gas, dan air bersih

31

Perdagangan

Restoran

Perhotelan

Angkutan Darat

Angkutan Udara, Air dan Komunikasi

Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan

Pertambangan Batubara, Biji Logam dan Minyak Bumi

Pertambangan dan Penggalian Lainnya

28

Bank dan Asuransi

Real Estate dan Jasa Perusahaan

Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya

Listrik, Gas Dan Air Minum

Konstruksi

Perdagangan, restoran & perhotelan, pengangkutan & komunikasi, jasa perseorangan dan rumah tangga

27

Perdagangan

Restoran

Perhotelan

Angkutan Darat

Angkutan Udara, Air dan Komunikasi

Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan

Pertanian Tanaman Lainnya, kehutanan dan perburuan 25

Pertanian Tanaman Lainnya

Kehutanan dan Perburuan

Komoditas Domestik 8 Komoditas Domestik

Pertanian Tanaman Pangan, peternakan, perikanan 24

Komoditas Domestik

Pertambangan, industri pengolahan kecuali makanan, listrik, gas, dan air bersih

26

Pertambangan Batubara, Biji Logam dan Minyak Bumi

Pertambangan dan Penggalian Lainnya

Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit

Industri Kayu & Barang Dari Kayu

Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Lainnya

Industri Kimia, Hasil dari Tanah Liat, Semen

Pertanian Tanaman PanganPeternakan dan Hasil-hasilnya

Perikanan

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lainnya

Lembaga keuangan, real estate, pemerintah, jasa sosial dan kebudayaan, jasa hiburan

Margin perdagangan dan pengangkutan

7 Margin perdagangan dan pengangkutan 23

U r a i a n

Page 58: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

Lampiran. Data Hasil Modifikasi SNSE 2008 (Rp Miliar), sumber : Biro Pusat Statistik (diolah)

SNSE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - -

3 - - - - - - - - - - - - -

4 - - - - - - - - - - - - -

5 - - - -

6 34,692.00 27,972.63 15,206.00 27,535.82 11,397.23 190.27 1,182.64 837.59 27.40 1,182.56 3,118.57 163.35 5,273.39

7 295,714.57 18,961.79 93,749.58 109,999.80 132,332.16 140.87 773.56 492.89 26.81 780.03 1,827.71 182.66 2,787.13

8 44,350.95 - 289,343.92 - 91,317.66 140.84 611.30 573.84 40.86 836.96 2,249.91 196.18 3,743.35

9 45,268.98 - 66,405.33 - 36,819.53 98.75 495.23 311.49 26.96 475.18 1,118.33 99.52 1,762.69

10 99,058.87 - 213,604.83 - 141,625.00 19.56 84.50 52.38 9.21 141.14 196.21 26.18 202.78

11 - 7,616.60 - 510,074.13 130,554.07 167.85 977.31 411.62 68.63 863.15 849.93 268.54 3,817.94

12 - 5,201.44 - 165,448.65 52,785.03 56.20 258.68 167.76 19.40 250.14 635.63 27.28 1,210.00

13 - 15,673.16 - 603,026.21 191,719.25 15.99 73.20 55.62 10.83 80.28 173.01 34.32 370.48

14 - - - - 1,591,198.03 739.91 8,343.98 3,370.35 1,539.44 6,168.65 6,177.43 1,752.63 7,071.99

15 - - - - 3,796.10 11,953.62 9,486.90 3,069.67 13,760.48 18,517.46 5,850.93 18,638.33

16 - - - - - 23,812.82 75,017.21 42,269.70 12,062.48 23,321.26 47,283.39 13,889.48 31,217.97

17 - - - - - 943.56 3,074.91 2,924.96 664.83 1,471.15 2,888.25 786.72 2,360.43

18 - - - - - 11,282.83 36,399.52 29,643.75 8,150.68 20,004.48 36,792.14 11,081.62 28,887.52

19 - - - - - 341.11 1,693.43 761.10 243.86 990.06 702.78 433.16 1,323.92

20 - - - - - 7,935.14 31,090.43 26,409.96 7,073.05 18,596.77 26,191.74 9,948.43 27,148.52

21 - - - - - 27.05 156.73 191.47 52.77 227.47 261.97 53.78 341.72

22 - - - - - 49,231.98 152,541.01 94,340.20 27,562.65 70,771.81 132,796.73 41,933.18 118,938.91

23 - - - - - 4,501.02 19,392.22 17,703.68 5,637.10 10,989.17 18,721.41 5,575.04 16,697.26

24 - - - - - 1,897.78 6,947.75 7,183.26 854.69 5,285.78 6,851.11 914.60 8,494.51

25 - - - - - 9,014.96 47,811.86 34,908.78 13,020.48 37,338.39 71,044.47 24,958.51 81,834.55

26 - - - - - 5,863.78 21,100.85 33,667.60 12,812.91 28,900.58 37,773.69 16,196.47 36,381.52

27 - - - - - 610.49 5,972.86 4,858.16 2,020.85 4,881.30 7,934.91 1,982.81 10,788.53

28 - - - - - - - - - - - - -

29 - - - - - - - - - - - - -

30 - - - - - 3,522.75 35,073.59 24,750.93 13,902.49 31,899.72 54,780.58 16,383.79 54,421.90

31 - - - - - 5,653.96 40,852.95 27,444.12 8,032.28 26,472.23 38,056.13 10,880.93 42,469.60

32 - - - - - 3,932.00 22,298.86 22,492.39 3,856.75 19,932.20 36,015.54 6,794.97 37,977.12

33 - - - - - 22,798.44 68,028.12 57,759.07 17,662.92 32,908.37 87,461.57 16,227.93 76,752.99

34 - - - - - 10,651.75 74,874.88 23,199.20 24,404.48 51,346.21 27,942.50 35,726.63 96,591.61

35 - - - - 9,232.73 61,623.79 25,986.69 9,647.61 56,251.78 37,994.53 20,056.51 104,650.46

36 - - - -

37 - - - -

38 - - - 5,419.66 91,226.99 136.19 2,857.86 1,978.76 649.76 2,327.20 4,137.81 1,479.33 5,726.38

TOTAL 519,085.38 75,425.64 678,309.66 1,421,504.26 2,470,974.96 176,756.68 731,562.84 494,234.22 173,151.87 468,454.52 710,495.47 243,905.49 827,883.49

Page 59: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

Lanjutan Lampiran. Data Hasil Modifikasi SNSE 2008 (Rp Miliar)

SNSE 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1 - - 316,075.17 91,320.61 70,908.11 9,181.08 31,600.40 - - - - - -

2 - - 36,706.07 9,235.62 12,060.42 2,634.74 14,788.78 - - - - - -

3 - - 2,896.47 3,984.29 4,467.55 2,195.58 1,244.82 43,100.33 45,679.42 12,172.11 18,680.15 44,334.45 55,578.55

4 - - 786.97 1,793.74 4,058.75 1,263.64 1,823.04 63,720.73 74,561.31 33,656.59 17,179.89 134,860.93 111,010.71

5 21,050.76 22,472.79 38,265.15 24,798.62 84,597.72 442,310.57 166,466.95 62,883.56 36,245.17 251,794.54 374,785.08

6 1,654.92 42,495.54 - - - - - - - - - - -

7 4,755.34 52,014.65 - - - - - - - - - - -

8 3,197.98 42,276.92 - - - - - - - - - - -

9 785.42 13,987.98 - - - - - - - - - - -

10 7,724.00 3,370.71 - - - - - - - - - - -

11 9,397.35 30,009.74 - - - - - - - - - - -

12 3,951.74 11,555.36 - - - - - - - - - - -

13 11,618.23 3,323.02 - - - - - - - - - - -

14 176,469.94 89,692.45 - - - - - - - - - - -

15 650,052.59 181,676.37 - - - - - - - - - - -

16 - - 486,564.56 343.88 7,389.24 - 675.64 - 233,960.34 - - 423.21 771.64

17 - 49.49 11,847.84 215,164.52 2,137.43 2,075.68 664.15 - 102,693.46 3,005.11 113.50 351.74 44,908.37

18 - - 16,311.81 4,204.50 316,817.86 - 137.87 - 10,938.53 10,527.67 0.01 351.31 377.16

19 - - 10.75 71.84 52.57 53,350.40 138.18 151.52 501.28 102.92 23,638.21 2,548.91 651.37

20 - - - 10.30 - - 205,583.59 - 53,336.57 0.13 - 803.15 49.82

21 - - - 0.03 2.11 - - 756,876.85 1,155.37 585.63 112.09 56,909.36 186,214.64

22 - - - 489.24 61,608.32 - 8,260.69 - 1,121,481.59 1,690.24 917.80 1,032.14 4,172.35

23 - 1,454.22 251.08 225.76 7.69 120.54 14.38 217.51 229.02 371,608.92 727.89 2,953.95 1,380.03

24 - 100.43 72.99 76.54 16.33 - 166.10 99.88 259.72 188.57 211,358.36 6,929.70 389.24

25 - 16,923.99 527.43 2,267.19 84.78 3,268.34 1,835.39 14,697.74 6,865.58 6,143.11 4,181.43 1,497,083.28 11,126.87

26 - 6,935.74 23,104.38 26,293.89 2,808.30 811.79 7,476.40 13,968.27 14,082.90 25,814.63 10,494.22 99,102.13 1,162,549.93

27 - 2,845.48 0.59 45.53 451.28 46.32 220.26 366.67 1,668.25 5,578.40 1,479.30 14,492.55 6,754.75

28 - 17,135.07 1,046.86 5,430.97 122.63 1,083.72 550.77 7,908.70 232.82 706.53 68.87 1,856.67 1,068.93

29 - - 94,233.44 14,522.74 76,833.23 8,415.84 57,488.16 13,981.64 188,103.45 33,584.14 29,117.91 193,085.34 132,299.65

30 - 15,996.76 127.23 133.90 15.93 38.96 307.28 776.22 1,397.70 1,568.87 774.69 4,340.50 2,874.03

31 - 15,229.02 12,041.32 4,488.09 9,373.83 2,356.10 5,349.05 12,612.66 19,852.34 11,172.75 13,254.78 64,912.38 56,633.40

32 - 8,473.88 1,760.75 7,201.27 997.12 844.75 948.06 5,266.00 11,107.30 6,542.15 3,928.18 29,340.46 11,807.46

33 - 191,945.64 762.51 2,718.46 520.35 763.71 86.09 5,595.18 6,465.86 1,940.13 2,056.14 11,480.05 6,958.62

34 - 17,476.62 14,636.49 9,733.15 6,896.22 979.56 3,292.05 24,773.80 46,669.33 35,476.70 9,910.24 311,883.07 219,605.60

35 990,597.28 229,473.13 - - - - - - - - - - -

36 4,581.63 2,226.93 2,327.72 1,831.20 1,390.43 25,322.31 52,157.68 3,721.98 1,635.23 15,250.12 11,750.52

37 240,891.47 - - - - - - - - - - -

38 56,496.89 28,699.72 - - - - - - - - - - -

TOTAL 1,916,701.70 1,264,033.40 1,045,397.11 424,455.75 618,222.87 116,060.54 428,639.31 1,431,746.57 2,159,866.74 628,670.83 385,874.05 2,746,119.91 2,403,718.67

Page 60: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

Lanjutan Lampiran. Data Hasil Modifikasi SNSE 2008 (Rp Miliar)

SNSE 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 TOTAL

1 - - - - - - - - - - - - 519,085.38

2 - - - - - - - - - - - - 75,425.64

3 4,223.60 90,225.04 148,182.58 30,088.15 54,217.34 12,999.50 104,039.74 - - - - - 678,309.66

4 12,147.26 110,678.82 293,271.48 83,433.09 121,584.84 85,689.23 268,276.07 - - - - 1,707.19 1,421,504.26

5 111,220.40 226,751.20 58,428.59 26,076.55 141,520.85 274,350.57 100,298.38 - 6,657.51 2,470,974.96

6 - - - - - - - - 3,826.77 176,756.68

7 - - - - - - - - 17,023.29 731,562.84

8 - - - - - - - - 15,353.55 494,234.22

9 - - - - - - - - 5,496.46 173,151.87

10 - - - - - - - - 2,339.13 468,454.52

11 - - - - - - - - 15,418.61 710,495.47

12 - - - - - - - - 2,338.17 243,905.49

13 - - - - - - - - 1,709.89 827,883.49

14 - - - - - - - - 24,176.91 1,916,701.70

15 - - - - - - - - 344,939.89 2,291.08 1,264,033.40

16 - - 456.69 25,203.82 69.38 - 30,296.20 - (11,420.14) - 887.52 900.81 1,045,397.11

17 - - 41.75 1,296.70 7.92 0.07 1,265.02 - 607.81 - - 23,110.42 424,455.75

18 - - - 71,631.32 239.49 1.94 11,954.34 - (8,056.97) - - 543.49 618,222.87

19 0.02 24,478.51 28.31 78.76 6.71 19.24 328.23 - 2,907.34 - - 506.05 116,060.54

20 - - - 12,075.24 58.03 310.33 3,269.80 - (5,159.59) - 97.73 3,810.17 428,639.31

21 21,748.80 88,387.64 43.36 8.34 65.92 - 1,162.46 - 67,993.25 - - 249,167.79 1,431,746.57

22 - - 1,246.46 64,480.49 3,644.20 1,219.65 24,495.31 - (28,472.35) - - 205,484.14 2,159,866.74

23 18.07 515.53 8,924.18 2,243.17 1,061.05 801.36 4,061.81 - 12,609.52 - - 120,028.25 628,670.83

24 - 67,375.77 4,730.58 19.56 74.31 20.03 473.84 - 8,422.36 - - 46,670.27 385,874.05

25 2,603.38 217,801.09 29,336.02 322.46 19,080.82 12,940.05 65,243.24 - 169,444.40 - - 344,411.32 2,746,119.91

26 29,374.76 174,676.25 54,812.61 1,672.39 88,889.98 6,334.01 52,691.77 - (56,999.02) - 113,081.10 353,044.82 2,403,718.67

27 134,951.62 405.91 24,186.47 623.05 5,377.96 3,111.07 4,975.85 - - - 83,906.51 - 330,537.73

28 1,003.73 1,221,192.03 28,211.60 82.68 10,499.58 17,327.07 4,329.27 - 1,144,105.97 - - - 2,463,964.45

29 - - 1,964,582.00 - - - 58.85 157,398.36 - - - - 2,963,704.75

30 73.92 8,208.82 15,541.89 324,902.28 4,454.41 3,365.77 2,767.16 - - - - 39,331.80 661,733.85

31 339.32 10,127.96 84,450.54 445.84 854,804.64 14,367.20 7,015.60 13,107.81 - - 1,688.42 59,967.02 1,473,452.15

32 2,519.59 39,249.90 143,714.81 1,845.88 26,437.17 628,508.68 17,340.81 - 2,445.99 - - 17,731.00 1,121,311.03

33 187.57 6,330.45 26,930.67 590.12 58,197.72 25,219.59 788,911.89 - 15,710.91 - 40.70 22,530.51 1,555,542.26

34 7,775.51 153,572.91 42,920.65 2,149.32 62,863.49 22,777.59 52,093.26 - 194,691.10 - 41,189.50 - 1,626,103.40

35 - - - - - - - - 1,545,514.51

36 2,350.19 23,986.63 33,663.49 12,464.63 20,296.37 11,948.11 10,193.39 107,841.31 344,939.89

37 - - - - - - - - 240,891.47

38 - - - - - - - 1,347,755.92 36,683.94 1,585,576.41

TOTAL 330,537.73 2,463,964.45 2,963,704.75 661,733.85 1,473,452.15 1,121,311.03 1,555,542.26 1,626,103.40 1,545,514.51 344,939.89 240,891.47 1,585,576.41

Page 61: Analisis Sektor Perekonomian Indonesia

Lampiran. Matriks Pengganda Neraca Ma (Accounting Multiplier)

Ma 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

1 1.25 0.26 0.25 0.23 0.10 0.31 0.26 0.27 0.23 0.21 0.25 0.22 0.20 0.04 0.10 0.80 0.63 0.47 0.31 0.31 0.12 0.35 0.15 0.17 0.11 0.13 0.12 0.13 0.17 0.33 0.15 0.13 0.21

2 0.04 1.04 0.04 0.03 0.01 0.04 0.04 0.04 0.03 0.03 0.04 0.03 0.03 0.01 0.01 0.10 0.07 0.07 0.07 0.09 0.02 0.05 0.02 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03 0.05 0.02 0.02 0.03

3 0.17 0.17 1.17 0.17 0.08 0.19 0.17 0.19 0.17 0.15 0.19 0.16 0.15 0.04 0.10 0.19 0.18 0.21 0.18 0.18 0.17 0.22 0.19 0.28 0.17 0.17 0.13 0.21 0.31 0.26 0.23 0.14 0.28

4 0.38 0.39 0.39 1.38 0.18 0.42 0.38 0.42 0.38 0.35 0.43 0.35 0.35 0.10 0.24 0.41 0.38 0.45 0.36 0.39 0.33 0.45 0.46 0.47 0.40 0.37 0.31 0.39 0.67 0.63 0.51 0.44 0.68

5 0.55 0.56 0.57 0.55 1.25 0.59 0.54 0.61 0.54 0.52 0.61 0.52 0.51 0.12 0.29 0.59 0.65 0.69 0.84 0.85 0.99 0.68 0.71 0.76 0.63 0.76 1.01 0.71 0.65 0.65 0.70 0.93 0.64

6 0.12 0.43 0.08 0.08 0.04 1.07 0.06 0.06 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.03 0.07 0.12 0.10 0.09 0.07 0.08 0.04 0.07 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04 0.04 0.06 0.07 0.05 0.05 0.06

7 0.82 0.51 0.39 0.31 0.17 0.29 1.25 0.27 0.23 0.22 0.26 0.22 0.21 0.07 0.17 0.58 0.48 0.40 0.31 0.31 0.19 0.32 0.20 0.24 0.17 0.19 0.18 0.19 0.25 0.33 0.21 0.20 0.26

8 0.21 0.13 0.55 0.12 0.11 0.14 0.13 1.14 0.12 0.11 0.14 0.11 0.12 0.05 0.11 0.18 0.17 0.17 0.15 0.15 0.13 0.16 0.13 0.17 0.11 0.13 0.12 0.14 0.18 0.18 0.15 0.12 0.17

9 0.14 0.05 0.15 0.05 0.04 0.06 0.05 0.06 1.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.02 0.04 0.10 0.09 0.08 0.06 0.06 0.05 0.07 0.05 0.06 0.04 0.04 0.04 0.05 0.06 0.07 0.05 0.04 0.06

10 0.33 0.14 0.45 0.13 0.12 0.16 0.14 0.15 0.13 1.12 0.15 0.12 0.12 0.03 0.07 0.25 0.22 0.20 0.17 0.17 0.14 0.18 0.13 0.17 0.11 0.13 0.13 0.13 0.17 0.19 0.14 0.13 0.17

11 0.18 0.29 0.18 0.54 0.15 0.20 0.18 0.20 0.18 0.17 1.20 0.17 0.17 0.06 0.14 0.20 0.19 0.22 0.19 0.21 0.19 0.21 0.21 0.22 0.19 0.19 0.18 0.19 0.29 0.28 0.23 0.22 0.29

12 0.06 0.13 0.06 0.18 0.06 0.07 0.06 0.07 0.06 0.06 0.07 1.06 0.06 0.02 0.05 0.07 0.07 0.08 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.08 0.06 0.06 0.06 0.07 0.10 0.09 0.08 0.08 0.10

13 0.21 0.43 0.22 0.64 0.19 0.23 0.21 0.24 0.21 0.20 0.24 0.20 1.20 0.06 0.13 0.25 0.23 0.26 0.23 0.25 0.23 0.26 0.26 0.27 0.23 0.22 0.22 0.23 0.34 0.33 0.28 0.27 0.35

14 0.43 0.43 0.44 0.43 0.93 0.46 0.43 0.47 0.42 0.41 0.47 0.40 0.40 1.23 0.31 0.46 0.50 0.52 0.63 0.64 0.74 0.51 0.53 0.57 0.47 0.57 0.75 0.53 0.50 0.50 0.53 0.69 0.49

15 0.22 0.22 0.23 0.22 0.39 0.24 0.22 0.24 0.21 0.22 0.25 0.21 0.21 0.50 1.31 0.22 0.24 0.24 0.28 0.29 0.32 0.24 0.24 0.26 0.21 0.25 0.32 0.24 0.23 0.24 0.24 0.30 0.23

16 0.56 0.58 0.53 0.48 0.22 0.71 0.59 0.57 0.50 0.44 0.54 0.46 0.41 0.10 0.22 2.34 0.41 0.52 0.33 0.36 0.26 0.77 0.29 0.32 0.24 0.25 0.24 0.26 0.36 0.64 0.31 0.28 0.45

17 0.15 0.15 0.15 0.14 0.06 0.18 0.15 0.16 0.14 0.13 0.15 0.13 0.12 0.03 0.06 0.17 2.15 0.17 0.16 0.11 0.07 0.31 0.12 0.11 0.08 0.15 0.08 0.09 0.11 0.18 0.10 0.08 0.12

18 0.31 0.32 0.32 0.30 0.13 0.35 0.31 0.35 0.31 0.28 0.34 0.29 0.26 0.06 0.13 0.33 0.27 2.29 0.19 0.20 0.16 0.24 0.26 0.20 0.15 0.16 0.15 0.16 0.22 0.68 0.19 0.17 0.26

19 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02 0.02 0.01 0.01 0.00 0.01 0.01 0.02 0.01 1.86 0.01 0.01 0.01 0.01 0.26 0.01 0.01 0.01 0.06 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

20 0.22 0.22 0.23 0.21 0.09 0.25 0.22 0.25 0.21 0.20 0.22 0.21 0.19 0.04 0.09 0.19 0.17 0.18 0.13 2.06 0.11 0.24 0.12 0.14 0.10 0.11 0.10 0.11 0.15 0.26 0.13 0.12 0.17

21 0.11 0.11 0.12 0.11 0.05 0.11 0.11 0.13 0.12 0.11 0.13 0.11 0.11 0.03 0.06 0.12 0.14 0.11 0.10 0.10 2.20 0.11 0.12 0.12 0.20 0.39 0.35 0.29 0.13 0.10 0.13 0.09 0.13

22 0.97 1.02 0.94 0.90 0.40 1.19 0.99 1.01 0.88 0.83 1.01 0.87 0.80 0.16 0.38 0.83 0.73 1.12 0.58 0.68 0.47 2.71 0.54 0.59 0.44 0.46 0.44 0.47 0.66 1.20 0.56 0.51 0.74

23 0.15 0.15 0.16 0.14 0.06 0.16 0.15 0.18 0.16 0.13 0.16 0.13 0.13 0.03 0.06 0.13 0.12 0.12 0.10 0.10 0.08 0.10 2.53 0.11 0.08 0.08 0.07 0.08 0.13 0.13 0.09 0.08 0.12

24 0.06 0.06 0.06 0.05 0.02 0.06 0.05 0.07 0.04 0.06 0.06 0.04 0.05 0.01 0.02 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04 0.03 0.04 0.04 2.25 0.04 0.03 0.03 0.15 0.06 0.05 0.04 0.04 0.04

25 0.48 0.50 0.49 0.53 0.24 0.48 0.47 0.52 0.48 0.47 0.58 0.52 0.52 0.11 0.27 0.44 0.43 0.41 0.46 0.38 0.33 0.39 0.37 0.43 2.48 0.31 0.31 0.68 0.48 0.42 0.41 0.38 0.58

26 0.45 0.45 0.49 0.45 0.21 0.47 0.42 0.53 0.50 0.45 0.50 0.46 0.42 0.10 0.24 0.51 0.63 0.44 0.38 0.43 0.30 0.44 0.52 0.49 0.43 2.23 0.54 0.58 0.51 0.42 0.60 0.32 0.51

27 0.06 0.06 0.07 0.07 0.03 0.06 0.06 0.07 0.07 0.06 0.07 0.06 0.07 0.01 0.03 0.07 0.06 0.07 0.05 0.06 0.04 0.06 0.08 0.07 0.06 0.05 1.73 0.05 0.10 0.06 0.06 0.05 0.07

28 0.05 0.05 0.05 0.05 0.03 0.06 0.05 0.06 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.02 0.06 0.06 0.10 0.07 0.09 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 2.03 0.11 0.06 0.08 0.11 0.06

29 0.83 0.86 0.84 0.79 0.36 0.97 0.84 0.91 0.80 0.74 0.88 0.77 0.72 0.15 0.36 1.27 0.91 1.55 0.97 1.36 0.50 1.31 0.95 1.13 0.90 0.76 0.46 0.61 3.61 1.04 0.57 0.48 0.72

30 0.26 0.25 0.27 0.28 0.12 0.21 0.25 0.27 0.31 0.27 0.32 0.27 0.27 0.06 0.13 0.23 0.20 0.21 0.18 0.19 0.15 0.19 0.17 0.19 0.15 0.15 0.14 0.16 0.23 2.18 0.18 0.17 0.21

31 0.47 0.46 0.47 0.45 0.21 0.46 0.47 0.50 0.44 0.44 0.50 0.42 0.43 0.10 0.23 0.50 0.45 0.51 0.43 0.43 0.30 0.44 0.42 0.55 0.40 0.38 0.26 0.33 0.57 0.43 2.69 0.34 0.40

32 0.35 0.35 0.37 0.37 0.16 0.36 0.34 0.40 0.32 0.34 0.41 0.32 0.35 0.07 0.18 0.38 0.39 0.39 0.32 0.35 0.22 0.37 0.33 0.37 0.30 0.26 0.23 0.31 0.62 0.35 0.34 2.49 0.34

33 0.56 0.60 0.58 0.57 0.33 0.67 0.56 0.64 0.56 0.49 0.66 0.48 0.53 0.24 0.60 0.52 0.49 0.48 0.45 0.44 0.38 0.45 0.39 0.46 0.35 0.36 0.35 0.36 0.52 0.48 0.57 0.48 2.48

∑ 11.1 11.4 11.3 10.9 6.57 11.2 10.2 11.1 9.94 9.38 11.0 9.46 9.23 3.69 6.28 12.7 11.9 12.8 10.8 11.4 9.36 12.1 10.7 11.6 9.43 9.47 9.16 10.0 12.6 12.9 10.6 9.96 11.4

Sumber : SNSE Indonesia, 2008 (diolah)