ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk...

186
ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU DEWI EKASARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Transcript of ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk...

Page 1: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP

SKALA KECIL DI PALABUHANRATU

DEWI EKASARI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2008

Page 2: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP

SKALA KECIL DI PALABUHANRATU

DEWI EKASARI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2008

Page 3: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Analisis Risiko

Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil di Palabuhanratu” adalah karya saya

sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi dikutip dari karya

yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Maret 2008

Dewi Ekasari NRP C551030244

Page 4: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

ABSTRAK DEWI EKASARI. Analisis Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil di Palabuhanratu (Dibimbing oleh MULYONO S. BASKORO sebagai ketua komisi pembimbing dan VICTOR P.H NIKIJULUW sebagai anggota)

Jumlah usaha perikanan tangkap skala kecil di Indonesia sangat besar

namun tingkat kesejahteraan nelayan umumnya dibawah garis kemiskinan. Hambatan aksesibilitas permodalan merupakan salah satu penyebab kondisi tersebut. Pihak perbankan mengkategorikan, kegiatan perikanan tangkap sebagai kegiatan yang penuh risiko dan ketidakpastian. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian dengan tujuan menggambarkan profil risiko usaha perikanan tangkap skala kecil secara komprehensif di Palabuhanratu, termasuk solusi pemecahan yang ditawarkan. Tujuan tersebut dicapai melalui beberapa tahap kegiatan yaitu (1) mengidentifikasi dan memetakan risiko usaha perikanan tangkap, (2) menghitung besaran risiko serta dampaknya bagi produksi, harga dan pendapatan nelayan, (3) mengukur sikap nelayan terhadap risiko dan (4) merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret 2007 di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan metode deskriptif, simpangan baku, koefisien variasi, PRT dan SWOT. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa risiko pada usaha perikanan tangkap skala kecil umumnya terdiri atas (1) kerusakan atau hilangnya sarana penangkapan, (2) operasi penangkapan yang tidak optimal dan (3) ancaman keselamatan nelayan. Besaran dan dampak risiko umumnya lebih dirasakan nelayan pada musim barat dibandingkan musim timur. Nelayan di Palabuhanratu cenderung bersikap tidak mengambil risiko (risk averter). Untuk mengatasi permasalahan aksesibilitas permodalan 3 solusi yang diprioritaskan yaitu: (1) penerapan aturan peminjaman yang fleksibel namun tetap bersifat hati-hati, (2) pembuatan payung hukum mengenai penguatan permodalan, (3) penetapan skema pembiayaan yang sesuai dengan karateristik perikanan tangkap. kata kunci : Analisis risiko, usaha perikanan tangkap skala kecil, permodalan, Palabuhanratu

Page 5: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

ABSTRACT DEWI EKASARI. Risk Analysis of Small Scale Capture Fisheries in Palabuhanratu (Under the direction of MULYONO S. BASKORO and VICTOR P.H NIKIJULUW)

The number of Indonesia’s small scale fishing is huge and growing up,

however commonly fisherman’s welfare still below the poverty line. Capital resistance access is one of restrictively factor to the condition. Besides banking system put fisheries capturer activity as a high risk and indeterminancy. Based on the situation we intend to do research for describing the risk of comprehensive small scale fisheries capturer in Palabuhanratu, include in offering a solution. The aim can be approach by several activity, (1) identify and address the risk of fisheries capturer activity, (2) calculate the risk and impact of production, price and income, (3) calculate the fisherman’s attitude about the risk, (4) design an easy solution for the fisherman to get the business capital. The research was held in October 2006 until March 2007 in Palabuhanratu District, Regency of Sukabumi, the data collected and analyzed using descriptive method, deviation standard, variation coefficient, PRT and SWOT. Based on the result we know that risk in small scale fisheries capturer activity generally consist of (1) loose or damage in piscatorial facilities, (2) ineffective of capturing operation and, (3) threat of fisherman safety. Palabuhanratu fisherman tend the act by not to take the risk (risk averter). There are 3 priority solutions for the problem regarding capital accessibility. There are (1) implementing flexible loan regulation which is still in prudential, (2) create a law of capital strengthening, (3) enacting financing scheme suitable with fisheries capturer characteristics

Keywords : Risk analysis, small scale fishing, financing, Palabuhanratu

Page 6: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini

tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 7: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU

DEWI EKASARI

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2008

Page 8: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

Judul Tesis : Analisis Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil di Palabuhanratu

Nama Mahasiswa : Dewi Ekasari Nomor Pokok : C551030244 Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc Dr. Ir. Victor P.H Nikijuluw, M.Sc Ketua Anggota

Diketahui,

Program Studi Teknologi Kelautan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ketua Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal ujian : 1 Maret 2008 Tanggal lulus:

Page 9: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Januari 1968

sebagai putri keempat dari enam bersaudara pasangan

Bapak Agustino dan Ibu Tuti Srikanti. Pendidikan penulis

dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah atas

ditempuh di Jakarta.

Selepas dari SMAN 3 Jakarta , penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Jakarta dan selesai pada tahun 1992. Pada tahun

1996 penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan ditempatkan di

Departemen Koperasi. Seiring dengan berdirinya Departemen Kelautan dan

Perikanan maka sejak tahun 2001, penulis memilih untuk pindah ke Departemen

Kelautan dan Perikanan .

Untuk memperkaya dan memperdalam pengetahuan tentang bidang

perikanan dan kelautan maka pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan

pada Program Studi Teknologi Kelautan, Sub Program Perencanaan

Pembangunan Kelautan dan Perikanan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian tesis yang diselenggarakan

oleh Sekolah Pascasarjana IPB pada tanggal 1 Maret 2008 dengan judul tesis

“Analisis Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil di Palabuhanratu”.

Page 10: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat petunjuk

dan berkah dari-Nya tesis ini penulis selesaikan. Judul tesis ini adalah “Analisis

Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil di Palabuhanratu”. Tesis ini disusun

berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Palabuhanratu dari bulan

Oktober 2006 sampai Maret 2007.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. dan

Bapak Dr. Ir. Victor. P.H Nikijuluw, M.Sc sebagai pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan arahan kepada penulis

dalam rangka penulisan tesis. Ungkapan terima kasih tak lupa pula kami penulis

haturkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc sebagai dosen penguji

yang telah memberikan masukan konstruktif untuk penyempurnaan tesis ini.

serta pihak PPN Palabuhanratu atas bantuan selama pelaksanaan penelitian.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi

yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2008

Dewi Ekasari

Page 11: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xiv

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 7 1.4 Hipotesis............................................................................................. 8 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 8 1.6 Kerangka Pemikiran........................................................................... 8

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Pembagian Risiko.......................................................... 11 2.2 Risiko Usaha Perikanan Tangkap ...................................................... 13 2.3 Pengukuran Risiko ............................................................................. 14 2.4 Definisi dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap........................... 15 2.5 Kebijakan Kredit Sektor Perikanan dan Kelautan ............................. 17 2.6 Manajemen Risiko dalam Perencanaan Pemberian Kredit ................

Perbankan........................................................................................... 20 2.7 Kondisi Umum Palabuhanratu ........................................................... 22 2.7.1 Letak geografis, kondisi topografis serta oceanografis............ 22 2.7.2 Keadaan umum perikanan laut................................................. 23 1) Volume dan nilai produksi perikanan laut.......................... 24 2) Unit penangkapan ikan ....................................................... 25 3) Daerah penangkapan ikan, musim dan iklim...................... 28 4) Sarana dan prasarana .......................................................... 31 2.8 Penelitian-Penelitian yang Relevan.................................................... 33

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................... 38 3.2 Peralatan Pendukung......................................................................... 39 3.3 Mekanisme Pengumpulan Data ........................................................ 39 3.4 Analisis Data ..................................................................................... 41

3.4.1 Identifikasi risiko ................................................................. 41 3.4.2 Pengukuran besaran dan dampak risiko............................... 41 3.4.3 Pengukuran sikap nelayan.................................................... 43 3.4.4 Solusi kemudahan permodalan ............................................ 44

Page 12: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

4 HASIL PENELITIAN 4.1 Identifikasi Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil............... 46 4.2 Besaran dan Dampak Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil ........................................................................................ 52 4.2.1 Besaran risiko........................................................................ 52 4.2.2 Dampak risiko ....................................................................... 59 4.3 Sikap Nelayan Terhadap Risiko........................................................ 61 4.4 Arah Kebijakan Aksesibilitas Permodalan Bagi Nelayan Skala Kecil.... .............................................................................................. 62

5 PEMBAHASAN

5.1 Jenis Risiko, Faktor Penyebab dan Solusi Penanganan Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil ........................................................ 65 5.1.1 Kondisi tidak terkontrol .......................................................... 66 5.1.2 Kondisi terkontrol ................................................................... 67 5.2 Besaran Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil .................... 70 5.3 Dampak Risiko.................................................................................. 72 5.4 Sikap Nelayan ................................................................................... 72 5.5 Alternatif Solusi Kebijakan untuk Kemudahan Aksesibilitas Permodalan Bagi Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil................. 74

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 84 6.2 Saran.................................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86

LAMPIRAN.................................................................................................... 91

Page 13: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Perbandingan nelayan industri dan tradisional dari sisi technicio-socio- economic ................................................................................................... 16

2 Data pinjaman sektor perikanan 2004-2005 (Rp.juta) ............................... 19

3 Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan laut di ..................... Palabuhanratu tahun 2002 – 2006 .............................................................. 24

4 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun ............ 2002 – 2006................................................................................................ 25

5 Perkembangan jumlah perahu atau kapal di Pelabuhan Perikanan............ Nusantara Palabuhanratu Periode 2002 – 2006 ......................................... 27

6 Perkembangan jumlah nelayan (jiwa) di Pelabuhan Perikanan ................. Nusantara Palabuhanratu periode 2002 – 2006.......................................... 28

7 Daerah penangkapan ikan (DPI) beberapa alat tangkap ikan di ............... Palabuhanratu............................................................................................. 29

8 Penelitian yang pernah dilakukan di wilayah Palabuhanratu..................... 34

9 Data primer yang telah dikumpulkan......................................................... 40

10 Data sekunder yang telah dikumpulkan ..................................................... 40

11 Kombinasi strategi dalam matriks SWOT ................................................. 44

12 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan pancing ............................. 48

13 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan payang .............................. 49

14 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan bagan ................................ 50

15 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan rampus.............................. 51

16 Besaran risiko usaha penangkapan dengan pancing, payang, bagan ......... dan rampus ................................................................................................. 53

17 Hasil pemetaan risiko usaha perikanan tangkap skala kecil di Palabuhanratu............................................................................................. 54

18 Status risiko usaha penangkapan dengan pancing, payang, bagan dan...... rampus.......... ............................................................................................. 59

19 Matriks analisis faktor strategi internal (IFAS) kebijakan aksesibilitas .... permodalan bagi nelayan skala kecil di Palabuhanratu.............................. 62

20 Matriks analisis faktor strategi eksternal (EFAS) kebijakan aksesibilitas . permodalan bagi nelayan skala kecil di Palabuhanratu.............................. 63

21 Matriks SWOT kebijakan aksesibilitas permodalan bagi nelayan skala ... kecil di Palabuhanratu ................................................................................ 64

22 Jenis subsidi pemerintah terhadap perikanan tangkap ............................... 69

Page 14: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka perumusan masalah.................................................................... 7

2 Kerangka pemikiran penelitian .................................................................. 10

3 Metode yang digunakan dalam pengukuran risiko .................................... 15

4 Jenis ikan yang ditangkap nelayan di Palabuhanratu pada tahun 2006 ..... 26

5 Darmaga untuk tambat labuh di PPN Palabuhanratu................................. 32

6 Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu.......................... 33

7 Peta lokasi penelitian ................................................................................. 38

Page 15: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Jumlah tangkapan pancing nelayan di Palabuhanratu................................ 91

2 Harga ikan tangkapan pancing nelayan di Palabuhanratu.......................... 92

3 Pendapatan nelayan pancing per trip di Palabuhanratu............................ 93

4 Komponen biaya operasional pancing di Palabuhanratu ........................... 94

5 Komponen pendapatan nelayan pancing di Palabuhanratu........................ 98

6 Status risiko hasil tangkapan pancing di Palabuhanratu ............................ 100

7 Status risiko harga ikan tangkapan pancing di Palabuhanratu ................... 101

8 Status risiko pendapatan pancing di Palabuhanratu ................................... 102

9 Peluang risiko total nelayan pancing di Palabuhanratu.............................. 103

10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu................................ 104

11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu........................... 111

12 Pendapatan nelayan payang per trip di Palabuhanratu.............................. 118

13 Komponen biaya operasional payang di Palabuhanratu ............................ 119

14 Komponen pendapatan nelayan payang di Palabuhanratu......................... 123

15 Status risiko hasil tangkapan payang di Palabuhanratu ............................. 125

16 Status risiko harga ikan tangkapan payang di Palabuhanratu ................... 129

17 Status risiko pendapatan payang di Palabuhanratu .................................... 133

18 Peluang risiko total nelayan payang di Palabuhanratu............................... 134

19 Jumlah tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu................................... 135

20 Harga ikan tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu............................. 139

21 Pendapatan nelayan bagan per trip di Palabuhanratu................................ 143

22 Komponen biaya operasional bagan di Palabuhanratu .............................. 144

23 Komponen pendapatan nelayan bagan di Palabuhanratu.......................... 146

24 Status risiko hasil tangkapan bagan di Palabuhanratu ............................... 148

25 Status risiko harga ikan tangkapan bagan di Palabuhanratu ...................... 151

26 Status risiko pendapatan bagan di Palabuhanratu ...................................... 154

27 Peluang risiko total nelayan bagan di Palabuhanratu................................. 155

28 Jumlah tangkapan rampus nelayan di Palabuhanratu................................. 156

29 Harga ikan tangkapan rampus nelayan di Palabuhanratu .......................... 158

Page 16: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

30 Pendapatan nelayan rampus per trip di Palabuhanratu ............................. 160

31 Komponen biaya operasional rampus di Palabuhanratu ............................ 161

32 Komponen pendapatan nelayan rampus di Palabuhanratu......................... 164

33 Status risiko hasil tangkapan rampus di Palabuhanratu ............................. 166

34 Status risiko harga ikan tangkapan rampus di Palabuhanratu.................... 167

35 Status risiko pendapatan rampus di Palabuhanratu.................................... 168

36 Peluang risiko total nelayan rampus di Palabuhanratu .............................. 169

37 Foto kegiatan penelitian ............................................................................. 170

Page 17: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

DAFTAR ISTILAH UKM : Usaha Kecil dan Menengah PDB : Pendapatan Domestik Bruto Fishing Ground : Daerah penangkapan ikan Liwung : Musim peralihan In Board Engine : Mesin dalam Stakeholder : Pemangku kepentingan KKM : Kredit Mina Mandiri KKP : Kredit Ketahanan Pangan BOUP : Barang, Uang, Orang, Prosedur Eksposur : Sesuatu yang berhubungan dengan peluang Counterparty : Pihak lawan Treasury : Perbendaharaan Banking Book : Buku perbankan Trading Book : Buku perdagangan Recovery Rate : Tingkat pengembalian Obligasi : Surat utang berjangka dengan suku bunga tetentu Volatilitas : Kecenderungan mudah berubah Repayment Capacity : Kemampuan membayar KIK : Kredit Investasi Kecil KMKP : Kredit Modal Kerja Permanen Fund : Dana Loan : Pinjaman lunak Grant : Hibah ADB : Asian Development Bank Default : Kegagalan mengembalikan pinjaman Risk averter : Sikap yang tidak berani mengambil risiko Indifferent to Risk : Sikap yang tidak terpengaruh risiko Risk Taker : Sikap berani mengambil risiko PRT : Peluang Risiko Total ISDB : Islamic Development Bank Multiplier Effect : Efek pengganda Monson : Muson Upwelling : Fenomena kenaikan massa air Accident : Kecelakaan BMG : Badan Metreologi dan Geofisika Postulat : Hukum Disparitas : Perbedaan Prudent : Kehati-hatian Pilot Project : Proyek percontohan Bankable : Sesuai dengan kriteria perbankan

Page 18: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis ekonomi secara nyata telah menyebabkan jatuhnya ekonomi nasional

khususnya usaha-usaha skala besar. Dampak nyata dari kondisi tersebut adalah

terjadinya peningkatan jumlah pengangguran secara signifikan. Pada akhir tahun

2003, tercatat sebanyak 11,4 juta pengganggur (11,63% dari jumlah angkatan

kerja), dengan pertumbuhan sektor industri hanya mencapai 3,41% (BPS, 2003).

Sektor usaha kecil dan menengah (UKM) pada kenyataannya mampu

menunjukkan kinerja yang lebih tangguh dalam menghadapi masa krisis.

Kontribusi sektor ini pada ekonomi nasional pun cukup siginifikan, mencakup

53,3% dari pendapatan domestik bruto nasional (PDB) pada tahun 2006. Jumlah

UKM yang tercatat pada tahun 2006 mencapai 48,9 juta unit usaha. Jumlah

tersebut meningkat 3,9% dibandingkan tahun 2005. Keseluruhan UKM tersebut

mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 85,4 juta atau 96,18% dari seluruh

tenaga kerja Indonesia. Dibandingkan tahun sebelumnya terjadi peningkatan

penyerapan tenaga kerja sebesar 2,6% (BPS, 2007).

Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil

dikemukakan bahwa definisi usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang

berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan serta kepemilikan. Kriteria usaha kecil adalah (1) memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp.200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan; (2)

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000; (3) milik

warga negara Indonesia; (4) berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan

atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung

ataupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar dan (5)

berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,

atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

Mengacu pada kriteria yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa

sebahagian besar usaha yang dilakukan di Indonesia masih tergolong usaha kecil.

Page 19: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

2

Data yang diperoleh dari indikator makro UKM tahun 2007 menyebutkan bahwa

jumlah usaha kecil di Indonesia mencapai 99,98% dari keseluruhan unit usaha

ekonomi yang ada (BPS, 2007).

Salah satu sektor usaha yang didominasi skala usaha kecil adalah usaha

perikanan tangkap. Ada berbagai cara membedakan skala usaha perikanan

tangkap. Menurut Smith (1983), dasar perbedaan tersebut mencakup perikanan

skala kecil atau skala besar, perikanan pantai atau lepas pantai dan perikanan

artisanal atau komersil. Penggolongan tersebut masih menjadi perdebatan hingga

saat ini mengingat luasnya dimensi yang dilingkupi. Pengelompokan skala usaha

sering pula didasarkan pada ukuran kapal atau besarnya tenaga, tipe alat tangkap

dan jarak daerah penangkapan (fishing ground) dari pantai. Penggolongan skala

usaha perikanan tangkap di Indonesia umumnya dilakukan berdasarkan ukuran

kapal dan jenis atau tipe mesin.

Berdasarkan data statistik perikanan dan kelautan, jumlah usaha perikanan

tangkap skala kecil yang dicirikan dengan penggunaan sarana penangkapan

perahu tanpa motor, perahu motor tempel serta kapal motor berukuran < 10 GT

tahun 2004 berjumlah 535.232 unit atau 97,65% dari keseluruhan unit kapal yang

ada. (DKP, 2005). Persentase tersebut meningkat dibandingkan jumlah usaha

perikanan tangkap skala kecil pada tahun 2003 yang mencapai 96,92%.

Usaha perikanan tangkap skala kecil memiliki karakteristik unik yang

berbeda dengan usaha di sektor lain. Kegiatan perikanan tangkap penuh dengan

tantangan serta dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian. Alasan inilah yang

menjadi hambatan terbesar nelayan untuk mengakses sumber-sumber permodalan

dalam rangka peningkatan skala usaha. Terkait dengan hambatan tersebut,

dipandang perlu dilakukan suatu kajian tentang risiko-risiko usaha perikanan

tangkap skala kecil. Luasnya ruang lingkup kajian risiko usaha perikanan tangkap

menyebabkan perlunya pembatasan kajian risiko pada beberapa jenis alat tangkap

di suatu daerah. Proses ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi

pengkajian risiko usaha perikanan tangkap secara menyeluruh.

Palabuhanratu merupakan salah satu basis perikanan tangkap di selatan Jawa

yang berbentuk teluk. Berjarak 180 km dari Jakarta, secara geografis wilayah

Page 20: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

3

Palabuhanratu berada pada posisi 6o 54’ 12”-7o 5’ 57,48” LS dan 106o 20’ 57,48”-

106O 36’ 0,36” BT. Luas wilayah Palabuhanratu sekitar 27.210,130 Ha.

Banyaknya sungai yang bermuara di Teluk Palabuhanratu menyebabkan topografi

perairan sampai jarak 300 m dari garis pantai menjadi dangkal.

Meskipun merupakan sentra perikanan tangkap, pengaruh musim tetap

mempengaruhi kegiatan penangkapan ikan di wilayah Palabuhanratu. Ada dua

musim utama yang umumnya dikenal di Palabuhanratu, yaitu musim barat yang

terjadi selama bulan Desember sampai Maret dan musim timur yang terjadi

selama bulan Juni hingga Agustus. Diantara kedua musim tersebut dikenal

adanya musim peralihan yang oleh masyarakat setempat disebut dengan istilah

musim liwung (Yundari, 2005).

Kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu dilakukan dengan

menggunakan berbagai jenis alat tangkap. Selama periode 1996 sampai 2006,

empat jenis alat tangkap yang dominan digunakan nelayan di wilayah ini adalah

(1) pancing ulur, (2) bagan, (3) payang, dan (4) rampus. Persentase penggunaan

pancing ulur dan rampus pada tahun 2006 masing-masing 25% dan 5%. Jumlah

alat tangkap yang dioperasikan selama periode tersebut berfluktuasi setiap

tahunnya dengan kenaikan rata-rata 0,10% per tahun. Jumlah alat tangkap yang

memiliki tingkat operasional paling tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebanyak

923 unit, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 1998 dengan jumlah

penggunaan 497 unit (PPN Palabuhanratu, 2007).

Armada penangkapan yang dioperasikan di Palabuhanratu ada dua jenis

yaitu kapal motor dan perahu motor tempel. Kapal motor umumnya berukuran

<10 GT->30 GT dan digerakkan oleh mesin dalam (in board engine) sedangkan

perahu motor tempel digerakkan oleh mesin tempel dan umumnya berukuran <10

GT. Kapal motor banyak digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap gillnet

dan rawai. Adapun perahu motor tempel banyak digunakan untuk operasi alat

tangkap pancing, payang dan jaring (PPN Palabuhanratu, 2007).

Konfigurasi skala usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu yang

diindikasikan dengan penggunaan armada penangkapan masih didominasi usaha

kecil, meskipun secara kuantitas jumlah alat tangkap yang dioperasikan relatif

Page 21: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

4

banyak. Selama periode 1996-2006 armada penangkapan didominasi

kapal/perahu bertenaga penggerak motor tempel dengan ukuran kapal <10 GT

serta kapal motor berukuran <10 GT. Persentase armada penangkapan skala kecil

bahkan mencapai 83,21% dari jumlah armada penangkapan sebanyak 798 unit

(PPN Palabuhanratu, 2007).

Mengacu pada gambaran awal kondisi perikanan tangkap yang dimiliki,

maka Palabuhanratu dinilai memenuhi syarat sebagai daerah penelitian. Fokus

analisis dititik beratkan pada alat tangkap pancing ulur, bagan, payang dan

rampus yang merupakan alat tangkap dominan yang digunakan nelayan serta

status usaha perikanan tangkapnya didominasi usaha perikanan tangkap skala

kecil.

1.2 Perumusan Masalah

Aktor penting dalam pengembangan usaha perikanan tangkap adalah

nelayan. Saat ini kondisi nelayan Indonesia dapat dikatakan memprihatinkan dan

masih tergolong masyarakat miskin serta secara ekonomi dianggap sebagai

kelompok dengan opportunity cost yang rendah. Nikijuluw (2001) mengatakan

bahwa kategori kemiskinan nelayan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian

yaitu: 1) kemiskinan struktural, 2) kemiskinan super-struktural, dan 3)

kemiskinan kultural. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan

oleh faktor di luar individu nelayan yaitu sosial ekonomi masyarakat, ketersediaan

insentif dan disinsentif pembangunan, ketersediaan fasilitas pembangunan,

ketersediaan teknologi dan ketersediaan sumberdaya pembangunan khususnya

sumberdaya alam. Kemiskinan super struktural adalah kemiskinan yang

disebabkan karena variabel-variabel kebijakan makro yang tidak begitu kuat

berpihak kepada pembangunan nelayan. Adapun kemiskinan kultural adalah

kemiskinan yang disebabkan variabel-variabel yang melekat, inhern dan menjadi

gaya hidup tertentu.

Menyadari penyebab kemiskinan nelayan, pemerintah telah menetapkan

berbagai kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pembangunan sarana

dan prasarana penangkapan dilakukan untuk mengatasi kemiskinan struktural,

sedangkan untuk mengatasi kemiskinan kultural pemerintah telah menetapkan

Page 22: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

5

kebijakan pembinaan dan pelatihan kepada nelayan. Khusus untuk solusi

mengatasi kemiskinan super struktural pemerintah telah meluncurkan berbagai

program pemberian kredit bagi nelayan dengan berbagai skema seperti kredit

mina mandiri (KMM) dari Bank Mandiri dan kredit ketahanan pangan (KKP)

yang disalurkan oleh BNI, Bank Bukopin, Bank Danamon dan seluruh Bank

Pembangunan Daerah di Indonesia. Total pembiayaan kedua program tersebut

tidak sedikit jumlahnya karena dapat mencapai sekitar Rp. 3.000.000.000.000

(DKP, 2005). Ditetapkannya program pemberian kredit bagi nelayan

dilaksanakan karena pemerintah menyadari bahwa salah satu problem kemiskinan

nelayan disebabkan rendahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan.

Program pembiayaan usaha perikanan dan kelautan sudah ada namun

realisasi penggunaan dana belum optimal yaitu sekitar 66% plafon kredit yang

dialokasikan (DKP, 2005). Bahkan jika ditelusuri secara mendalam maka dari

66% realisasi kredit, yang digunakan untuk kegiatan perikanan (perikanan dan

budidaya) hanya 40,50 % sedangkan sisanya disalurkan untuk kegiatan industri

perikanan, pergudangan, perdagangan dan konstruksi pelabuhan. Secara makro,

kondisi yang dihadapi sektor perikanan lebih tragis lagi. Berdasarkan data Bank

Indonesia, sampai triwulan II tahun 2007 ekspansi kredit perbankan untuk UKM

baru mencapai 34,2 trilyun atau setara dengan 39% dari rencana penyaluran kredit

tahun 2007 yang besarnya 87,6 trilyun. Ironisnya sektor pertanian termasuk

perikanan hanya mampu menyerap 1,1 trilyun kredit perbankan atau 3,20%

jumlah ekspansi kredit triwulan II tahun 2007 (Bank Indonesia, 2007).

Rendahnya realisasi kredit bukan disebabkan oleh keenganan nelayan untuk

meminjam kredit namun lebih disebabkan minimnya dukungan perbankan.

Kondisi ini tentu saja merupakan suatu paradoks yang perlu dicarikan solusinya.

Menurut Direktur UMKM BRI, Sulaiman Arief Arinto, minimnya dukungan

perbankan terhadap usaha perikanan dipicu oleh empat faktor yaitu (1)

pembudidaya dan nelayan belum bisa memenuhi persyaratan formal perbankan

seperti agunan, (2) usaha perikanan termasuk jenis kegiatan yang berisiko tinggi

karena sangat bergantung pada kondisi alam, (3) mekanisme dan struktur pasar

yang belum tertata dengan baik dan (4) belum adanya perusahaan penjamin

(Kompas, 2007).

Page 23: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

6

Sebagai katalisator dan dinamisator pembangunan, pemerintah telah

menetapkan berbagai kebijakan untuk meminimalisir keempat faktor yang telah

disebutkan diatas. Permasalahan persyaratan formal coba diatasi dengan

ditetapkannya program pendampingan teknis bagi usaha perikanan tangkap skala

kecil baik dalam bentuk KUB maupun individu. Kebijakan lain yang terkait

dengan permasalahan persyaratan formal adalah adanya program sertifikasi kapal

nelayan. Permasalahan belum tertatanya struktur pasar diminimalisir oleh

pemerintah melalui program bantuan pemasaran produk perikanan, pendirian

lembaga-lembaga pemasaran. Adapun permasalahan belum adanya perusahaan

penjamin diatasi pemerintah melalui pengalokasian dana jaminan pada perbankan.

Upaya mengatasi Permasalahan faktor alam relatif sulit untuk diatasi dengan

kebijakan pemerintah. Selama ini kebijakan yang diambil pemerintah terkait

dengan faktor alam adalah pemberian bantuan biaya hidup pada saat paceklik dan

pendistribusian tabungan nelayan di koperasi.

Langkah-langkah tersebut diatas sudah cukup baik namun tentu saja belum

menjawab keinginan dari pihak perbankan. Menurut hemat penulis, akar

permasalahan rendahnya aksesibilitas permodalan nelayan adalah anggapan

perbankan tentang risiko usaha perikanan tangkap yang sangat tinggi. Oleh

karena itu pihak perbankan harus diberikan gambaran yang riil tentang risiko

usaha perikanan tangkap terutama yang terkait dengan cash flow usaha dan

kecenderungan sikap nelayan untuk menghadapi risiko tersebut. Kedua aspek

tersebut merupakan kriteria penilaian perbankan terhadap kelayakan permodalan.

Menurut Ritonga (2004), beberapa risiko yang melekat pada usaha perikanan

tangkap antara lain: 1) production risk, yaitu meliputi risiko atas hasil tangkapan

nelayan yang diharapkan, seperti gangguan alam (cuaca, arus), stok ikan yang

makin tipis; 2) natural risk, yaitu risiko akibat kondisi alam, biasanya merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya risiko produksi, seperti terjadinya

angin badai atau topan; 3) price risk, yaitu harga hasil tangkapan ikan tidak sesuai

dengan yang diharapkan, misalnya karena ada permainan tengkulak; 4)

technology risk, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi oleh pesatnya kemajuan

teknologi, yang dapat menimbulkan ketidakpastian; 5) other risk, yaitu macam

risiko lainnya.

Page 24: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

7

Subsektor Perikanan Tangkap

Kebijakan Pengembangan SubsektorPerikanan Tangkap

Kredit untuk Nelayan

Alokasi Realisasi

Kesenjangan

Kurangnya Pemahaman RisikoUsaha Perikanan Tangkap

Gambar 1 Kerangka perumusan masalah.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menggambarkan profil risiko usaha

perikanan tangkap skala kecil secara komprehensif di Palabuhanratu, termasuk

solusi pemecahan yang ditawarkan. Tujuan tersebut dapat dicapai melaui

beberapa tahapan kegiatan yaitu:

(1) Mengidentifikasi dan memetakan risiko usaha perikanan tangkap

(2) Menghitung besaran risiko serta dampaknya bagi produksi, harga dan

pendapatan nelayan

(3) Mengukur sikap nelayan terhadap risiko

(4) Merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha

Page 25: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

8

1.4 Hipotesis

Hipotesis umum yang menyusun penelitian ini adalah anggapan perbankan

yang mengkategorikan usaha perikanan tangkap sebagai usaha yang penuh risiko

tidak sepenuhnya benar karena kegiatan perikanan tangkap bersifat unik dan

spesifik tergantung kondisi sumberdaya ikan yang dieksploitasi. Adapun

hipotesis khusus dalam penelitian ini adalah:

1) Ada perbedaan jenis risiko usaha perikanan yang melekat pada alat tangkap

pancing, payang, bagan dan rampus;

2) Ada perbedaan besaran dan dampak risiko diantara alat tangkap pancing,

payang, bagan dan rampus; serta

3) Ada perbedaan sikap nelayan terhadap risiko diantara alat tangkap pancing,

payang, bagan dan rampus.

1.5 Manfaat Penelitian

Keluaran yang dihasilkan dari penelitian ini berupa gambaran rinci tentang

risiko usaha perikanan tangkap skala kecil serta solusi kemudahan aksesibilitas

terhadap sumber permodalan bagi nelayan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan acuan oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi, pihak perbankan, pihak

investor serta Departemen Kelautan dan Perikanan dalam rangka mengembangkan

usaha perikanan tangkap skala kecil. Dipandang dari perspektif ilmu

pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi katalisator bagi penelitian-

penelitian sejenis sehingga niat untuk menggambarkan risiko usaha perikanan

tangkap skala kecil diseluruh Indonesia dapat terpenuhi.

1.6 Kerangka Pemikiran

Anggapan tentang besarnya risiko usaha perikanan tangkap memang tidak

sepenuhnya salah namun juga tingkat ketepatannya masih perlu ditelaah lebih

lanjut. Alasan logis yang mendukung hal tersebut adalah relatif bervariasinya

kegiatan usaha penangkapan ikan sehingga tidak biasa digeneralisasikan. Satu

satunya cara untuk mengetahui kondisi riil risiko usaha perikanan tangkap adalah

melakukan pengkajian secara komprehensif.

Page 26: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

9

Poin penting yang perlu diketahui dalam proses pengkajian adalah jenis-

jenis risiko yang melekat pada masing-masing usaha perikanan tangkap, besaran

risiko serta sikap nelayan dalam menghadapi risiko yang ada. Ketiga poin tersebut

dapat dijadikan pertimbangan dalam pencarian solusi untuk mengatasi kesulitan

nelayan mendapatkan modal usaha.

Menurut Kountur (2006), untuk mengetahui jenis-jenis risiko yang melekat

pada suatu usaha dapat dilakukan tahapan sebagai berikut (1) penentuan

pendekatan yang akan digunakan, (2) penentuan sasaran yang ingin dicapai, (3)

penentuan produk yang dihasilkan, (4) penentuan kegiatan yang fatal, (5)

penentuan BOUP (barang, orang, uang dan prosedur) yang fatal, (6) penentuan

kejadian beresiko dan (7) penentuan penyebab risiko. Risiko pada umumnya

disebabkan oleh faktor operasional (manusia, teknologi, alam dan aturan) serta

faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang dan perubahan

tingkat bunga.

Terkait dengan penanganan risiko maka infomasi tentang besaran risiko

serta sikap nelayan dalam menghadapi risiko mutlak diperlukan. Masing-masing

risiko yang terjadi memiliki besaran yang berbeda, demikian pula dengan variasi

sikap nelayan dalam menghadapi risiko.

Page 27: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

10

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian.

Page 28: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Pembagian Risiko

Terminologi risiko dalam kamus besar Bahasa Indonesia didefinisikan

sebagai suatu kondisi yang mengandung ketidak pastian (Diknas, 2003). Pada

definisi tersebut tersirat dua kata yang serupa namun memiliki makna yang

berbeda yaitu risiko dan ketidakpastian.

Roumasset (1979) membedakan kondisi risiko dengan ketidakpastian

berdasarkan ada tidaknya probabilitas yang dapat dijadikan pegangan atas

kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Menurut Roumasset (1979), risiko

didefinisikan sebagai situasi dimana kemungkinan hasil dari suatu peristiwa yang

sifatnya acak (random) dapat ditentukan dan besarnya probabilitas dari setiap

peristiwa tersebut telah diketahui, sedangkan ketidakpastian adalah situasi dimana

hasil dari suatu kegiatan dapat diketahui namun tingkat probabilitasnya tidak

dapat diestimasi.

Menurut Kountur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang

merugikan. Berdasarkan pemahaman tersebut, ada tiga unsur yang terkait dalam

sebuah risiko, yaitu: (1) kejadian, (2) kemungkinan dan (3) akibat. Jika diuraikan

lebih jauh maka masih ada tiga unsur lagi yang dapat menjadi penentu besaran

suatu risiko, pertama: eksposur, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan peluang

keterlibatan pada suatu atau beberapa kejadian. Pada konteks ini maka semakin

terekspos sesuatu maka risikonya akan semakin besar. Kedua: waktu, semakin

lama sesuatu terekspos maka risikonya akan semakin besar dan ketiga: rentan,

semakin mudah rusak/usang sesuatu maka semakin risikonya akan semakin besar.

Secara umum, risiko dapat dikelompokkan berdasarkan akibat yang

ditimbulkan dan penyebab timbulnya risiko (Kountur, 2006). Berdasarkan akibat

yang ditimbulkan risiko dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu 1)

risiko spekulatif dan 2) risiko murni. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang

akibatnya selain merugikan dapat pula mendatangkan keuntungan, sedangkan

risiko yang hanya mengakibatkan kerugian digolongkan kedalam risiko murni.

Page 29: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

12

Ditinjau dari penyebabnya maka risiko juga dibedakan menjadi risiko

keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah jenis risiko yang

disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata

uang dan perubahan tingkat bunga. Adapun risiko operasional adalah jenis risiko

yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional seperti manusia, teknologi, alam

dan aturan.

Risiko yang telah disebutkan oleh Kountur (2006) merupakan jenis-jenis

risiko yang sifatnya umum. Secara spesifik Tjoekam (1993) mengemukakan

beberapa risiko yang melekat pada suatu usaha, yaitu: (1) risiko alamiah: yaitu

risiko yang timbul oleh keadaan alam seperti gempa bumi, perubahan iklim atau

musim, gelombang besar dan lain-lain yang akan mempengaruhi jalannya usaha.

(2) risiko manusia, yaitu risiko yang timbul karena perbuatan manusia, seperti

persaingan usaha, temuan teknologi baru, politik, inflasi, dampak lingkungan,

spekulasi, ekonomi dan moneter, keamanan, sosial budaya dan sebagainya yang

dapat mempengaruhi jalannya usaha yang dibiayai; dan (3) risiko ketidakpastian,

yaitu risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian yang pada gilirannya

menimbulkan spekulasi.

Istilah risiko juga telah jamak disebutkan dalam kegiatan perbankan.

Teori portofolio mendefinisikan risiko sebagai deviasi standar tingkat keuntungan.

Hal ini disebabkan karena deviasi menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai

yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan (expected value). Semakin

besar penyimpangan maka kemungkinan risiko yang dihadapi semakin tinggi.

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI tahun 2003, terdapat

delapan jenis risiko yang harus dikelola secara baik oleh bank, yaitu risiko kredit,

pasar, likuiditas, operasional, hukum, strategis, reputasi dan risiko kepatuhan.

Risiko kredit adalah resiko yang terjadi karena kegagalan pihak lawan

(counterparty) untuk memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat bersumber

dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan, aktivitas treasury, dan

investasi, pembiayaan perdagangan yang tercatat dalam banking book maupun

trading book. Kerugian risiko kredit ini meliputi eksposur atau sejumlah tertentu

Page 30: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

13

yang terkena risiko, tingkat pengembalian atau recovery rate, investasi dalam

obligasi dan pinjaman yang terkena risiko kredit (Bank Indonesia, 2003).

Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel

pasar dari portofolio yang dimiliki bank, yang sifatnya merugikan (adverse

movement). Faktor-faktor yang termasuk variabel pasar diantaranya suku bunga,

harga dan nilai tukar. Secara dimensional risiko pasar dapat diuraikan dalam

bentuk risiko tingkat suku bunga (interest rate risk) dan risiko nilai tukar valuta

asing (foreign excange rate). Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang

ditimbulkan akibat pergerakan suku bunga di pasar yang berlawanan dengan

posisi atau transaksi bank yang mengandung risiko suku bunga (Bank Indonesia,

2003).

Menurut Bank Indonesia (2003), risiko nilai tukar adalah risiko kerugian

akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar pada saat bank memiliki posisi

terbuka. Risiko harga adalah risiko dimana bank harus membayar lebih untuk

membeli suatu instrumen keuangan dan harga instrumen tersebut telah menurun.

Definisi lain dari risiko harga adalah nilai aset keuangan yang dibeli dan dipegang

pada harga yang lebih tinggi namun dijual dengan harga yang lebih rendah

sehingga menimbulkan kerugian. Dari perspektif nasabah bank yang produksi

dari komoditinya mendapat pembiayaan kredit dari bank, maka fluktuasi dan

volatilitas harga komoditi di pasar dapat menimbulkan terjadinya risiko gagal

bayar atau default akibar menurunnya repayment capacity nasabah.

2.2 Risiko Usaha Perikanan Tangkap

Terdapat keterkaitan yang erat antara risiko dengan karakterisitik usaha.

Karakterisitik khusus yang terdapat pada kegiatan perikanan tangkap diantaranya:

1) sumberdaya ikan yang selalu bermigrasi pada ruang yang tidak terbatas; 2)

common property resource, yaitu merupakan milik bersama atau tidak mengenal

hak kepemilikan yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access); 3)

adanya pengaruh dalam kondisi alami dalam melakukan eksploitasinya, seperti:

musim, arus, gelombang; 4) jenis sumberdaya ikan yang dieksploitasi sangat

beragam dengan jumlah yang tidak terlalu besar; 5) lahan tangkap ikan (fishing

ground) semakin menurun bagi kegiatan penangkapan, karena kegiatan

Page 31: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

14

pemukiman dan industri limbahnya secara langsung maupun tidak langsung,

mencemari perairan pantai; 6) sering terjadi konflik kepentingan antara nelayan

skala kecil dengan industri perikanan skala besar; 7) dynamic resource, yaitu stok

ikan bisa berubah; 8) vulnarable resource, yaitu rentan terhadap perubahan

ekosistem pesisir dan lautan; 9) usaha perikanan masih didominasi perikanan

rakyat kecil yang masih tradisional; 10) kemampuan usaha permodalan lemah

(Ritonga, 2004).

Selanjutnya Ritonga (2004) mengemukakan bahwa berdasarkan

karakteristik khusus perikanan tangkap tersebut, maka beberapa risiko yang

melekat pada usaha perikanan tangkap antara lain: (1) production risk, yaitu

meliputi risiko atas hasil tangkapan nelayan yang diharapkan, seperti gangguan

alam (cuaca, arus), stok ikan yang makin tipis; (2) natural risk, yaitu risiko akibat

kondisi alam, biasanya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya

risiko produksi, seperti terjadinya angin badai atau topan; (3) price risk, yaitu

harga hasil tangkapan ikan tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya karena

ada permainan tengkulak; (4) technology risk, yaitu perubahan-perubahan yang

terjadi oleh pesatnya kemajuan teknologi, yang dapat menimbulkan

ketidakpastian; (5) other risk, yaitu macam risiko lainnya .

2.3 Pengukuran Risiko

Seperti telah dikemukakan pada bagian definisi, risiko mengandung tiga

unsur penting yaitu 1) kejadian, 2) kemungkinan dan 3) akibat. Bersandar dari

ketiga unsur inilah dapat dilakukan pengukuran risiko. Menurut Kountur (2006),

ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kemungkinan dan

akibat dari suatu kejadian diantaranya metode Poisson, binomial, z-score, weight-

average approximation, value at risk (VAR) dan individual/group approximation.

Metode Poisson, binomial, z-score dan VAR hanya dapat dilakukan apabila

tersedia data histories berupa catatan kejadian di masa lalu. Untuk kondisi

keterbatasan data historis maka dapat dilakukan analisis secara perkiraan atau

metode approximation. Pengelompokan dari masing-masing metode disajikan

pada gambar berikut:

Page 32: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

15

Kejadian

Kemungkinan Akibat

Peristiwa Penyimpangan

- Poisson- Binomial- Weight average approximation

z-score

- VAR- Individual/groupapproximation

Sumber: Kountur (2006)

Gambar 3 Metode yang digunakan dalam pengukuran risiko.

2.4 Definisi dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap

Usaha perikanan tangkap didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang

bertujuan memperoleh ikan di perairan dalam keadaan tidak di budidayakan

dengan maupun tanpa alat tangkap, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal

untuk menampung, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah, dan

mengawetkan (Alhidayat, 2002).

Menurut Charles (2001) skala usaha perikanan tangkap dapat ditinjau dari

berbagai aspek diantaranya ukuran kapal yang dioperasikan, lokasi fishing ground

dan tujuan produksinya. Pengelompokan tersebut dilakukan melalui

perbandingan perikanan skala kecil (small scale fisheries) dengan perikanan skala

besar (large scale fisheries). Selanjutnya Smith (1983) mengemukakan bahwa

skala usaha perikanan dapat dilihat dengan cara membandingkan perikanan

berdasarkan situasi technico-socio-economic nelayan. Berdasarkan situasi

tersebut kegiatan perikanan dapat digolongkan kedalam skala industri dan skala

tradisional.

Kesteven (1973) mengelompokkan nelayan kedalam tiga kelompok yaitu

industri, artisanal dan subsisten. Nelayan industri dan artisanal berorientasi

komersil sedangkan nelayan subsisten umumnya memanfaatkan hasil tangkapan

untuk konsumsi harian (Tabel 1).

Page 33: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

16

Tabel 1 Perbandingan nelayan industri dan tradisional dari sisi technicio-socio- economic

Tradisional Pembanding Industri Artisanal Subsisten

1 Unit Penangkapan

Tepat, dengan divisi pekerjaan dan prospek jelas

Tepat, kecil, spesialisasi yang tidak terbagi

Tenaga sendiri atau keluarga, atau kelompok masyarakat

2 Kepemilikan Dikonsentrasikan pada beberapa pengusaha, kadang bukan nelayan

Biasanya dimiliki oleh nelayan yang berpengalaman atau nelayan gabungan

Tersebar diantara partisipan-partisipan

3 Komitmen waktu

Biasanya penuh waktu Seringkali merupakan pekerjaan sampingan

Kebanyakan paruh waktu

4 Kapal Bertenaga dengan peralatan yang memadai

Kecil; dengan motor dalam atau motor tempel kecil di luar

Tidak ada taua berbentuk kano

5 Perlengkapan Buatan mesin atau pemasangan lainnya

Sebahagian/seluruhnya memakai material-material buatan mesin

Material-material buatan tangan, dipasang pemiliknya

6 Sifat pekerjaan Dengan bantuan mesin

Bantuan mesin minim Dioperasikan dengan tangan

7 Investasi Tingi dengan proporsi yang besar diluar nelayan

Rendah; penghasilan nelayan (seringkali diambil dari pembeli hasil tangkapan)

Sangat rendah sekali

8 Penangkapan (per unit penangkapan)

Besar Menengah atau rendah Rendah hingga sangat rendah

9 Produktivitas (per orang nelayan)

Tinggi Menengah atau rendah Rendah hingga sangat rendah

10 Pengaturan hasil tangkapan

Dijual ke pasar yang terorganisir

Penjualan untuk lokal yang tak terorganisir; sebahagian dikonsumsi sendiri

Umumnya dikonsumsi nelayan itu sendiri, keluarganya atau dibarter

11 Pengelolaan hasil tangkapan

Diolah menjadi tepung ikan atau untuk bahan konsumsi bukan untuk manusia

Beberapa dikeringkan, diasap, diasinkan untuk kebutuhan manusia

Kecil atau tidak ada sama sekali; semuanya untuk dikonsumsi

12 Keberadaan ekonomi nelayan

Seringkali kaya Menengah kebawah Minimal

13 Kondisi sosial Terpadu Kadang terpisah Masyarakat yang terisolasi

Pengklasifikasian usaha perikanan tangkap juga terdapat dalam statistik

perikanan tangkap. Berdasarkan statistik perikanan, usaha penangkapan ikan

dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran perahu/kapal yang digunakan. Usaha

penangkapan ikan yang menggunakan kapal ukuran <30 GT dikategorikan

sebagai usaha kecil, sedangkan usaha yang menggunakan perahu berukuran >30

GT digolongkan sebagai usaha besar.

Page 34: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

17

2.5 Kebijakan Kredit Sektor Perikanan dan Kelautan

Kredit merupakan salah satu kebijakan publik berupa subsidi yang dalam

definisi WTO merupakan kontribusi finansial pemerintah dalam bentuk fund

transfer (loan, grant dan sebagainya) maupun pelayanan umum (pembangunan

infrastruktur). Pada sektor perikanan khususnya subsektor perikanan tangkap,

kredit dibutuhkan untuk investasi sarana penangkapan ikan, biaya operasional

penangkapan ikan, kegiatan pasca panen, fasilitas pemasaran dan jasa serta

pembangunan infrastrktur (Fauzi, 2005).

Perkreditan kegiatan perikanan dimulai sejak dilakukannya konversi

perahu layar ke perahu motor tempel atau kapal motor pada awal dekade 80-an.

Ketidakberdayaan nelayan untuk memodernisasi armada penangkapannya

menjadi dasar dilakukannya program perkreditan tersebut (Bailey, 1988).

Salah satu bentuk program bantuan kredit yang terkait dengan bidang

perikanan adalah KIK/KMKP (kredit investasi kecil/kredit modal kerja permanen)

yang merupakan kredit jangka menengah dan panjang. Kredit ini diperuntukkan

untuk rehabilitasi, modernisasi dan perluasan proyek (Facthuddin, 2006).

Selanjutnya Fatchuddin (2006) menambahkan bahwa perbankan sebagai industri

yang high risk dan high regulated senantiasa dihadapkan pada risiko yang

berkaitan erat dengan fungsi dan tanggungjawab dalam mengelola dana

masyarakat maupun sebagai lembaga intermediasi yang juga harus mampu

memberikan kredit kepada sektor usaha yang membutuhkan.

Sesuai penjelasan pasal 8 UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan jo pasal

8 UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang

perbankan ditegaskan bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko

sehingga dalam pelaksanaanya harus memperhatikan prinsip kehati-hatian

(Prudencial Banking Practices) dan asas pemberian kredit yang sehat (Sound

Banking Credit).

Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.7/2/PBI/2005

menekankan bahwa dalam melakukan penilaian prospek usaha debitur harus

selalu dikaitkan dengan upaya memelihara lingkungan. Oleh karena itu, model

inovasi pembiayaan perbankan memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya

Page 35: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

18

menjadi sangat penting disadari karena ongkos pemeliharaan lingkungan jauh

lebih murah dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk risiko hukum,

risiko reputasi dan risiko lainnya.

Fauzi (2005) menguraikan bahwa selain skim kredit KIK/KMKP,

pemerintah melalui Departemen Koperasi dan lembaga keuanga terkait kemudian

mengeluarkan berbagai skim kredit. Departemen Koperasi telah meluncurkan

sekitar 17 skim kredit, walaupun banyak diantaranya tidak menyentuh langsung

kegiatan perikanan tangkap. Jumlah kredit yang diberikan dalam skim ini

dibawah Rp.50 juta.

Pemerintah menetapkan program pengentasan kemiskinan sebagai fokus

kebijakan untuk mencapai pembangunan ekonomi. Bentuk implementasi dari

kebijakan tersebut adalah pemberian kredit taskin kepada kelompok miskin

termasuk nelayan yang dianggap sebagai kelompok yang termiskin. Sampai akhir

tahun 2000 sudah tersalurkan sebanyak Rp 22 milyar yang tersebar di 22 propinsi,

namun belum diketahui secara pasti proporsi kredit yang disalurkan pada nelayan

(Fatchuddin, 2006).

Selain bersumber dari dana dalam negeri, pemerintah Indonesia melalui

bantuan dari lembaga donor seperti ADB meluncurkan program RIGP (Rural

Income Generating Project) yang diperuntukkan untuk memberdayakan

masyarakat pedesaan khususnya yang menyangkut aspek finansial. Besarnya

kredit yang telah disebarkan untuk perikanan hingga saat ini belum terinci dengan

jelas, misalnya Departemen Keuangan melalui BRI telah menyalurkan kredit

peningkatan pendapatan petani dan nelayan kecil (P4K). Pada tahun 1991 dan

1992 penyaluran kredit P4K yang terealisasi untuk masyarakat sosial ekonominya

berada dibawah garis kemiskinan adalah Rp.1.047.000, dengan plafon sebesar Rp.

265.244.000 (BRI, 1991).

Berdasarkan laporan Bank Indonesia diketahui bahwa selama periode 1991-

1996 penyaluran kredit untuk sektor perikanan mengalami perkembangan yang

cukup signifikan. Pada tahun 1991 tersalurkan kredit sebesar Rp.1.149,7 milyar

dan meningkat menjadi hampir Rp. 2 trilyun pada tahun 1996. Namun jika

Page 36: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

19

dibandingkan dengan sektor lainnya, penyaluran kredit pada sektor perikanan

masih relatif kecil (Praptosuhardjo, 1996).

Selanjutnya Praptosuhardjo (1996) menjelaskan bahwa selama periode

tersebut kredit yang disalurkan pada sektor perikanan diarahkan untuk

pembiayaan usaha perikanan laut termasuk udang (50% dari total kredit

perikanan).

Berdasarkan data pinjaman keuangan sektor perikanan dari BRI terlihat

bahwa proporsi pinjaman yang macet relatif kecil namun secara nominal jumlah

kredit yang macet masih diatas Rp.500 juta. Hal ini menunjukkan bahwa sifat

kegiatan penangkapan yang cenderung berburu dapat menjadi salah satu faktor

penyebab tingginya kemacetan kredit di sektor perikanan.

Tabel 2 Data pinjaman sektor perikanan 2004-2005 (Rp.juta) Bidang usaha Kolektibilitas 2004 2005

Lancar 12.962 15.394DPK 1.095 1.234Kurang lancar 672 50Diragukan 66 11Macet 1.041 739

Perikanan laut

Total 15.583 17.427Perikanan laut lainnya Lancar 8.986 37.753 DPK 770 761 Kurang lancar 262 0 Diragukan 0 11 Macet 619 710 Total 10.637 39.236

Sumber: Bank Rakyat Indonesia (2005), dikutip dalam Fatchuddin (2006)

Sejak berdirinya Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 1999 pola

pengembangan kredit perikanan secara institusional telah berubah. Program

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) merupakan program yang

ditujukan langsung untuk menjembatani kendala modal sektor perikanan pesisir.

Salah satu mitra DKP dalam kegiatan PEMP adalah Bank BUKOPIN. Pada tahun

2005, program PEMP menawarkan pola syariah melalui kerjasama dengan Bank

Mandiri. Program ini diberi nama Kegiatan Usaha Lembaga Keuangan Mikro

Syariah/Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Berbeda dengan pola konvensional

Page 37: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

20

pengembangan kredit mikro ini mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan perbankan

syariah dimana penyaluran dana dapat berupa unit simpan pinjam, Baitul Maal

Wat Tamwil (BMT) maupun Baitul Qirad (DKP, 2006).

Selain melalui program PEMP, DKP juga telah bekerjasama dengan Bank

Mandiri untuk menyalurkan program kredit perikanan yang disebut kredit mina

mandiri. Hingga triwulan I dan II tahun 2005 kredit mina mandiri ini telah

mencapai Rp. 5,6 trilyun. Namun demikian hanya sekitar 20% dari total kredit

yang disalurkan untuk kegiatan perikanan tangkap sisanya untuk pergudangan,

konstruksi pelabuhan, perdagangan dan kegiatan lainnya (Kompas, 2005).

2.6 Manajemen Risiko dalam Perencanaan Pemberian Kredit Perbankan

Implementasi manajemen risiko bagi bank bertujuan untuk mengidentifikasi,

mengukur, memantau dan mengendalikan setiap risiko yang dapat muncul dari

semua aktivitas dan transaksi operasional bank. Penerapan manajemen risiko yang

baik mengindikasikan bahwa bank dalam kegiatan operasionalnya telah

memenuhi ketentuan internal maupun ketentuan Bank Indonesia (Bank Indonesia,

2003).

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003

tentang Penerapan Risiko bagi Bank Umum dikemukakan bahwa ruang lingkup

manajemen risiko dalam kegiatan perbankan sangat komprehensif meliputi

pengawasan aktif komisaris dan direksi terhadap operasionalisasi bank,

kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan batas, kecukupan proses

identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem

informasi manajemen risiko dan pengendalian internnya. Operasionalisasi

lingkup tersebut diwujudkan dalam bentuk proses sebagai berikut:

(1) Penetapan kriteria risiko yang dapat diterima oleh bank berdasarkan tujuan

kelayakan kredit dan aktivitas usaha lainnya. Batas risiko maksimum kredit

yang dapat ditolerir harus dikaitkan dengan jumlah total modal bank yang

akan terkena risiko, baik secara keseluruhan maupun per jenis produk

layanannya

Page 38: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

21

(2) Penilaian dan analisis keseluruhan risiko bank harus selalu dilakukan setiap

periode tertentu sesuai dengan jenis risiko, kebutuhan dan pengembangan

bank

(3) Pengambilan keputusan yang berhubungan dengan produk dan aktivitas

kegiatan usaha yang baru serta perubahan dari keseluruhan profil risiko bank

Dengan demikian dalam konsep perencanaan pemberian kredit sudah

memasukkan unsur manajemen risiko baik risiko suku bunga, risiko harga dan

risiko kredit.

Menurut Caouette et al., (1998) risiko kredit dapat diklasifikasi menjadi 2

hal yaitu:

1) Expected Loss (EL), adalah kerugian kredit yang telah diantisipasi dan

merupakan biaya yang harus ditanggung oleh bank akibat melakukan aktivitas

bisnis perkreditan.

2) Unexpected Loss (UL) merupakan volatilitas dari kerugian kredit dimana UL

inilah yang merupakan risiko kredit yang hatus ditanggung oleh bank karena

melakukan aktivitas bisnis perkreditan.

Menurut Bank for International Settlements (BIS) tahun 2005, expected loss

dapat dibagi menjadi empat faktor yaitu:

(1) Probability of Default (PD) ialah probabilitas dari borrower counterparty

terjadi default.

(2) Exposure at Default (EAD) adalah estimasi dari jumlah outstanding kredit

ketika terjadi default.

(3) Loss Given Default (LGD) adalah estimasi dari jumlah kerugian dalam

prosentase dari EAD, yang didasarkan pada jaminan dan lending seniority.

(4) Maturity merupakan faktor kunci yang mempengaruhi risiko kredit dari

obligasi dan loan.

Page 39: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

22

2.7 Kondisi Umum Palabuhanratu 2.7.1 Letak geografis, kondisi topografis serta kondisi oceanografis

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu wilayah pesisir di Provinsi

Jawa Barat yang memiliki 9 kecamatan pesisir. Istilah kecamatan pesisir

didefinisikan sebagai wilayah kecamatan yang sebahagian atau seluruh

wilayahnya berbatasan langsung dengan lautan. Kesembilan kecamatan pesisir

yang berada dalam lingkup administrasi Kabupaten Sukabumi adalah 1)

Kecamatan Simpenan, 2) Palabuhanratu, 3) Cikakak, 4) Cisolok, 5) Ciemas, 6)

Ciracap, 7) Surade, 8) Cibitung dan 9) Tegalbuleud.

Salah satu kecamatan yang memiliki sumber daya perikanan yang cukup

potensial adalah Kecamatan Palabuhanratu. Kecamatan Palabuhanratu merupakan

ibukota Kabupaten Sukabumi, dengan luas wilayah kurang lebih 27.210,13 Ha

atau sekitar 6,59 % dari total luas wilayah Kabupaten Sukabumi. Kecamatan ini

kemudian terbagi menjadi 13 desa dan satu kelurahan, yaitu Kelurahan

Palabuhanratu, Desa Citepus, Tonjong, Citarik, Pasirsuren, Cidadap, Loji,

Cibuntu, Mekarasih, Kertajaya, Cihaur, Biruwangi dan Desa Cibodas. Secara

administratif batas wilayah Kecamatan Palabuhanratu adalah sebagai berikut:

(1) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia;

(2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Warung Kiara dan Lengkong;

(3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cisolok; dan

(4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciemas dan Ciracap.

Ditinjau dari sisi geografis, Perairan Palabuhanratu terletak pada posisi

6°57’-7°7’ LS dan 106°22’-106°33’ BT, dengan panjang garis pantai ± 105 km.

Perairan Palabuhanratu berbentuk teluk yang berhadapan langsung dengan

Samudera Hindia. Teluk Palabuhanratu merupakan tempat bermuaranya beberapa

sungai, yaitu Sungai Cimandiri, Cibareno, Cibuntu, Cikantak, Citepus, Cimaja,

dan Sungai Cipalabuhan. Dua sungai pertama dapat digolongkan sebagai sungai

besar, sedangkan sungai-sungai lainnya tergolong sungai kecil. Keadaan

demikian memberi pengaruh yang sangat besar terhadap kesuburan Perairan

Teluk Palabuhanratu.

Page 40: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

23

Secara topografis wilayah Palabuhanratu mempunyai tekstur daerah yang

kasar. Hal tersebut ditandai dengan kondisi daerah yang sebagian besar berbukit

dengan kemiringan 40 %, berupa lereng pegunungan, dataran rendah yang sempit

dan banyak didapat daerah aliran sungai. Kondisi topografis seperti demikian

merupakan ciri khas dari daerah pesisir pantai selatan Pulau Jawa. Ditinjau dari

topografi dasar laut, kedalaman 200 m dari teluk tersebut dapat dijumpai hingga

jarak 300 m dari garis pantai. Bagian tengah Teluk Palabuhanratu merupakan

lereng kontinental (continental shelf) dengan kedalaman mencapai 600 m.

Menurut Pariono (1988), sifat arus di Teluk Palabuhanratu berlawanan arah

dengan arus laut di Samudera Hindia. Antara bulan Februari sampai Juni, arus

permukaan di selatan jawa bergerak ke arah timur sepanjang pantai Jawa,

sedangkan arus di Samudera Hindia menuju ke arah barat. Kecepatan arus pada

bulan Februari sekitar 75 cm/detik. Kecepatan ini berkurang menjadi 50 cm/detik

selama bulan April sampai Juni. Pergerakan arus pantai di selatan Jawa selama

Agustus cenderung mengarah ke barat dengan kecepatan 75 cm/detik. Kecepatan

dan arah arus tersebut ternyata bersamaan dengan kecepatan dan arah arus di

Samudera Hindia. Sampai bulan Oktober, arah arus masih menuju ke barat

dengan kecepatan 50 cm/detik.

Pasang surut di perairan Palabuhanratu bersifat campuran dominasi pasang

surut ganda. Arus menyusur pantai pantai (longshore current) yang diakibatkan

gelombang berkisar antara 0,5 sampai 1 m/detik. Arah arus berubah sesuai

dengan perubahan arah gelombang datang. Gelombang yang datang dari arah

barat mengakibatkan arah arus yang meyusur pantai bergerak ke utara dan arah

gelombang dari barat daya menyebabkan arah arus pantai bergerak ke selatan.

2.7.2 Keadaan Umum Perikanan Laut

Fokus kegiatan perikanan tangkap di wilayah Kabupaten Sukabumi terletak

di Kecamatan Palabuhanratu dan Cisolok. Keberadaan fasilitas perikanan

perikanan yang cukup besar di wilayah tersebut, yaitu Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Palabuhanratu di Kecamatan Palabuhanratu dan Pangkalan

Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok di Kecamatan Cisolok merupakan faktor penentu.

Pemanfaatan sumberdaya ikan perairan laut di Kabupaten Sukabumi diduga baru

Page 41: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

24

mencapai 36%, sehingga peluang pengembangan perikanan tangkap di perairan

ini masih besar apalagi untuk daerah lepas pantai dan ZEEI (Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2005).

1) Volume dan nilai produksi perikanan laut

Terminologi produksi perikanan laut adalah semua hasil penangkapan ikan

atau binatang air lainnya yang ditangkap dari sumber perikanan alami (laut) yang

diusahakan oleh perusahaan perikanan. Selama lima tahun terakhir (2002-2006),

volume produksi perikanan di Palabuhanratu cenderung berfluktuasi. Volume

produksi tertinggi dicapai pada tahun 2005 sebesar 6.600.530 kg. Nilai tersebut

meningkat 42,04 % dibandingkan volume produksi tahun 2004. Adapun volume

produksi terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar 2.890.118 kg (Tabel 3).

Meskipun volume produksi cenderung berfluktuasi namun nilai produksi

perikanan menunjukkan tren peningkatan. Nilai produksi perikanan laut di

Palabuhanratu yang tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar Rp 32.550.912.620

meningkat 1,27 % dibandingkan nilai produksi tahun 2005. Peningkatan nilai

produksi paling drastis terjadi pada tahun 2005, dimana persentase peningkatan

nilai produksi mencapai 105,18% dibandingkan tahun 2004. Kondisi ini diduga

disebabkan karena kenaikan harga BBM yang sempat terjadi beberapa kali dalam

selang waktu yang tidak lama sehingga harga-harga berbagai barang meningkat

drastis, begitu pula dengan harga ikan. Nilai produksi terendah terjadi pada tahun

2002 sebesar Rp 9.885.365.315. Perkembangan volume dan nilai produksi

selengkapnya tertera pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan laut di Palabuhanratu tahun 2002– 2006

Tahun Volume Ikan

( Kg) Perkembangan

( %) Nilai Produksi

(Rp) Perkembangan

(%)

2002 2.890.118 - 9.885.365.315 - 2003 4.105.260 42,04 15.273.292.568 54,50 2004 3.367.517 -17,97 15.670.740.946 2,60 2005 6.600.530 96,00 32.153.934.823 105,18 2006 5.461.561 -17,25 32.550.912.620 1,23

Sumber : PPN Palabuhanratu (2007)

Page 42: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

25

2) Unit penangkapan ikan

Unit penangkapan ikan merupakan suatu kesatuan teknis yang saling terkait

dan menunjang dalam operasi penangkapan yang terdiri dari alat tangkap, kapal

dan nelayan. Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu ditunjang oleh

berbagai jenis unit penangkapan ikan dengan jumlah relatif besar. Unit

penangkapan ikan tersebut meliputi jaring insang (gillnet), jaring lingkar (purse

seine), payang, pancing, jaring angkat (liftnet), dan jaring kantong (bagnet).

Ditinjau dari segi metode pengoperasian alat tangkap, maka teknologi dan

peralatan yang digunakan nelayan di Palabuhanratu masih tergolong tradisional.

Jangkauan operasi unit penangkapan pun masih terbatas di daerah pantai sehingga

nelayan sangat tergantung pada sumberdaya di daerah pantai. Berdasarkan

catatan kantor PPN Palabuhanratu, keberadaan alat tangkap di wilayah

Palabuhanratu cenderung meningkat selama periode 2002-2006, meskipun pada

tahun 2003 sempat mengalami penurunan. Penggunaan alat tangkap terbesar

tercapai pada tahun 2006 yaitu 943 unit. Empat jenis alat tangkap yang dominan

digunakan nelayan di wilayah ini pada tahun 2006 adalah: (1) bagan (27,88%), (2)

pancing ulur (27,04%), (3) payang (17,60%) dan gillnet (9,96%). Uraian tentang

perkembangan alat tangkap selama periode 2002-2006 disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun 2002 – 2006

Tahun Jenis Alat Tangkap 2002 2003 2004 2005 2006

Payang 64 85 89 101 166 Pancing Ulur 204 168 203 162 255 Bagan 102 107 96 288 263 Gillnet 135 151 147 40 94 Purse Seine 1 3 8 7 2 Rawai 12 6 25 10 7 Tuna Long line - 17 36 71 34 Rampus - 11 48 26 46 Trammel net 39 - 27 23 31 Jaring Klitik - - 22 14 - Pancing Layur - - 17 74 25 Pancing tonda 20 Jumlah 557 548 718 816 943

Sumber : PPN Palabuhanratu (2007)

Page 43: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

26

LAIN15,1%

CKL18,3%

TYF12,4%

TBE10,3%

ETM8,9%

TL8,3%

TAA9,3%

TMB6,8%

LYR4,1%

RBN3,9%

PPR2,6%

Beragamnya jenis alat tangkap yang digunakan nelayan berdampak pada

jenis ikan hasil tangkapan yang diperoleh. Pada tahun 2006, jenis ikan hasil

tangkapan yang dominan diperoleh nelayan diantaranya cakalang (Katsuwonus

pelamis), yellow fin tuna, tuna big eye, eteman, tongkol lisong, tongkol abu-abu,

tembang (Sardinella fimbrata), rebon (Mysis sp), layur (Trichiurus sp), dan

peperek (PPN Palabuhanratu, 2007). Prosentase hasil tangkapan ikan dominan

meliputi 84,93% dari total tangkapan tahun 2006 yang jumlahnya 5.461.561 ton

(Gambar 4).

Keterangan: CKL : cakalang TL : tongkol lisong PPR : peperek TBE : tuna big eye RBN : rebon ETM : eteman TYF : tuna yellow fin TMB : tembang TAA : tongkol abu-abu LYR : layur Sumber : PPN Palabuhanratu (2007)

Gambar 4 Jenis ikan yang ditangkap nelayan di Palabuhanratu pada tahun 2006.

Kapal merupakan faktor penting diantara komponen unit penangkapan ikan

lainnya dan merupakan modal terbesar yang ditawarkan pada usaha penangkapan

ikan. Kapal penangkap ikan berguna sebagai wahana transportasi yang membawa

seluruh unit penangkapan ikan menuju fishing ground atau daerah penangkapan

ikan, serta membawa pulang kembali ke fishing base atau pangkalan beserta hasil

tangkapan yang diperoleh.

Ada dua jenis kapal atau perahu yang digunakan nelayan di Palabuhanratu

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM). Kedua jenis kapal

tersebut terbuat dari material kayu. Perahu motor tempel menggunakan motor

tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar kapal, umumnya perahu

motor tempel ini digunakan dalam usaha perikanan skala kecil karena harga

Page 44: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

27

perahu yang relatif terjangkau. Kapal motor menggunakan mesin yang diletakkan

di bagian dalam badan kapal (inboard engine). Umumnya kapal motor digunakan

untuk usaha perikanan yang mempunyai skala cukup besar. Perkembangan

jumlah kapal/perahu di Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perkembangan jumlah perahu atau kapal di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu periode 2002 – 2006

Jenis Perahu atau Kapal Perikanan Kapal Motor (GT) Tahun Perahu

Motor Tempel

< 10 11 - 20 21 – 30 > 30

Jumlah (Unit)

2002 317 106 3 13 13 452 2003 253 106 3 8 11 381 2004 266 111 4 10 13 404 2005 428 124 9 28 68 657 2006 511 153 4 53 77 798

Sumber : PPN Palabuhanratu (2007)

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa jumlah unit kapal di Palabuhanratu

banyak mengalami fluktuasi. Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2006

dengan komposisi PMT sebanyak 511 unit (64%) dan kapal motor sebanyak 287

unit (36%), sedangkan jumlah unit terendah terdapat pada tahun 2003 dengan

komposisi PMT sebanyak 253 unit (66,40%) dan kapal motor sebanyak 128 unit

(33,60%).

Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan

ikan, karena nelayan adalah orang-orang yang secara aktif melakukan pekerjaan

dalam operasi penangkapan ikan. Berdasarkan asal daerahnya, nelayan yang ada

di wilayah Palabuhanratu dapat dikategorikan sebagai nelayan asli dan nelayan

pendatang. Nelayan asli adalah penduduk setempat yang telah turun temurun

berprofesi sebagai nelayan sedangkan nelayan pendatang adalah penduduk yang

berasal dari wilayah lain yang berprofesi sebagai nelayan. Nelayan pendatang

umumnya berasal dari Cirebon, Cilacap, Cidaun, Binuangen dan Indramayu.

Ditinjau dari sisi waktu kerja, nelayan di Palabuhanratu dapat dikelompokkan

menjadi nelayan penuh dan sambilan. Nelayan penuh merupakan nelayan yang

sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan, sedangkan nelayan sambilan adalah

Page 45: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

28

nelayan yang hanya pada waktu-waktu tertentu saja melakukan pekerjaan

menangkap ikan.

Selain dikotomi seperti di atas, nelayan Palabuhanratu juga dapat dibedakan

atas nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang

memilki armada penangkapan ikan atau disebut juga juragan. Adapun nelayan

buruh adalah orang yang bekerja kru atau anak buah kapal (ABK) diatas kapal.

Juragan ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

(1) Juragan laut adalah pemilik armada/perahu penangkapan yang ikut dalam

operasi penangkapan.

(2) Juragan perahu adalah pemilik armada atau perahu penangkapan tetapi tidak

ikut dalam operasi penangkapan ikan.

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 2002-2006 cenderung

meningkat setiap tahunnya. Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu terjadi pada tahun 2006 sebesar 4.371 jiwa, jumlah ini meningkat

sebesar 25% dari tahun sebelumnya yang berjumlah 3.498 jiwa. Data lengkap

mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan (jiwa) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu periode 2002 – 2006

Tahun Nelayan (Jiwa) Perkembangan (%) 2002 2.519 - 2003 3.340 33,0 % 2004 3.439 3,0 % 2005 3.498 2,0 % 2006 4.371 25,0 %

Sumber : PPN Palabuharatu (2007)

3) Daerah penangkapan ikan, musim dan iklim

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan nelayan Palabuhanratu

umumnya dilakukan di sekitar perairan artisanal (di bawah 3 mil) terutama

disekitar perairan yang membentuk satu kawasan teluk seperti Teluk

Palabuhanratu, Teluk Ciletuh, serta beberapa teluk yang relatif lebih kecil

dibandingkan dengan kedua teluk tersebut.

Page 46: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

29

Penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground) biasanya dilakukan

berdasarkan pengalaman nelayan yang melakukan trip sebelumnya dimana

banyak diperoleh hasil tangkapan, dan juga disesuaikan dengan ukuran kapal dan

jenis alat tangkap yang digunakan. Hampir semua kapal dengan ukuran <10 GT

dan perahu motor tempel melakukan aktivitas penangkapan di sekitar Teluk

Palabuhanratu. Informasi detail tentang lokasi penangkapan ikan disajikan pada

Tabel 7.

Tabel 7 Daerah penangkapan ikan (DPI) beberapa alat tangkap ikan di Palabuhanratu

No Jenis/ukuran kapal Jenis alat tangkap Daerah Penagkapan Ikan

Payang Teluk Palabuhanratu Pancing Teluk Palabuhanratu Rampus Teluk Palabuhanratu Jaring klitik Teluk Palabuhanratu

1 Perahu motor tempel

Trammel net Teluk Palabuhanratu Purse seine Teluk Palabuhanratu Bagan Teluk Palabuhanratu,

Ujung Genteng Gillnet Ujung Genteng, Cidaun,

Ujung Kulon (perairan selatan Jawa)

2 Kapal Motor (<10 GT)

Pancing Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng

Gillnet Sumatera, Jawa Tengah 3 Kapal Motor (11-21 GT) Rawai tuna Sumatera

Gillnet Sumatera, Jawa Tengah 4 Kapal Motor (21-30 GT) Rawai tuna Sumatera

Gillnet Sumatera, Jawa Tengah Rawai tuna Sumatera, Jawa Tengah 5 Kapal Motor

(>30 GT) Tuna longline Samudera Hidia Sumber : PPN Palabuhanratu (2005)

Operasi penangkapan ikan dengan payang, pancing, rampus, jaring klitik

dan trammel net yang menggunakan perahu motor tempel menjadikan Teluk

Palabuhanratu sebagai fishing ground sewaktu melakukan penangkapan ikan.

Kapal motor dengan dimensi <10 GT mulai memperlebar jangkauan daerah

penangkapan ikan (DPI) hingga ke daerah Ujung Genteng, Ujung Kulon dan

Cidaun. Kapal motor dengan ukuran >11-30 GT mempunyai jangkauan DPI yang

lebih jauh, beberapa diantaranya dapat melakukan operasi penangkapan hingga

Perairan Sumatera, Jawa Tengah bahkan Samudera Hindia.

Page 47: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

30

Berdasarkan data klimatologi stasiun Maranginan Palabuhanratu, musim

hujan di Palabuhanratu berlangsung dari bulan November sampai April. Sekitar

71% curah hujan tahunan dalam periode tersebut mencapai 1.662 mm dan rata-

rata curah hujan bulanan mencapai 192 mm. Curah hujan tahunannya termasuk

besar yaitu sebesar 2.565 mm dan rata-rata bulanan berkisar 84-376 mm. Hampir

setiap bulan di Palabuhanratu terjadi hujan.

Temperatur rata-rata bulanan berkisar antara 25,8°C sampai 28,8°C.

Kawasan Palabuhanratu mempunyai iklim Monsoon dan pola angin di sekitar

Palabuhanratu dipengaruhi oleh musim tersebut, yaitu musim barat selama bulan

November-Maret dan musim timur pada bulan Mei-September. Kecepatan angin

berkisar antara 4,4-23,5 km/jam. Kecepatan angin cukup kencang (>20 km/jam)

bertiup pada bulan-bulan Agustus-Desember. Secara keseluruhan angin dominan

bertiup dari tenggara (22,6 %) dan barat (13,6 %). Bila dipilah menurut bulannya,

angin dominan bertiup dari arah barat dan barat laut (Januari), dari barat laut

(Februari), barat laut (Maret), dari tenggara (April-Oktober), dari tenggara dan

barat (November), dan barat laut (Desember).

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu sangat dipengaruhi

oleh kondisi musim. Selain musim timur dan musim barat di kawasan tersebut

dikenal musim peralihan, yaitu peralihan dari musim barat ke musim timur dan

dari musim timur ke musim barat. Penduduk setempat menyebut keadaan

demikian dengan sebutan musim liwung.

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi dengan angin yang sangat kencang disertai dengan

ombak yang besar, hal ini menyebabkan pada musim ini biasanya sebagian besar

nelayan tidak berangkat melaut dengan alasan kemanan, kalaupun terdapat kapal

yang beroperasi jumlahnya tidak banyak dan daerah penangkapan yang dituju pun

terbatas di fishing ground yang tidak terlalu jauh. Kondisi tersebut wajar

dilakukan oleh nelayan setempat khususnya nelayan tradisional, karena unit

penangkapan ikan yang mereka miliki cenderung berukuran sedang sampai kecil.

Lain halnya dengan musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei

sampai September, keadaan perairan biasanya tenang, jarang terjadi hujan dan

Page 48: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

31

ombak yang relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut dan

biasanya pada musim timur ini merupakan musim puncak ikan. Kelimpahan ikan

pada bulan-bulan tersebut diduga akibat adanya upwelling yang terjadi pada

perairan di Teluk Palabuhanratu dan sekitarnya yang menyebabkan kesuburan

perairan oleh plankton yang pada posisinya di ekosistem adalah sebagai produsen,

karena pada musim timur gerakan arus air laut datang dari arah timur menuju ke

barat sehingga mengakibatkan pada musim timur arus air bergerak menjauh dari

pulau dan terjadi kekosongan massa air di daerah tersebut, kemudian air dari

bawah naik ke atas sehingga terjadi upwelling (PPN Palabuhanratu, 1999).

4) Sarana dan prasarana

Dukungan terhadap kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu

diwujudkan dalam bentuk penyediaan prasarana berupa pelabuhan perikanan

bertipe B yang lazim dikenal dengan istilah pelabuhan perikanan nusantara (PPN).

Prasarana ini diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas

Kelautan dan Perikanan beserta Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP).

PPN Palabuhanratu didirikan pada tahun 1992 di Kecamatan Palabuhanratu,

Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. PPN Palabuhanratu merupakan salah

satu unit pelaksana teknis (UPT) Departemen Kelautan dan Perikanan, yang

diresmikan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 13 Februari 1993. Selama

proses pembangunan PPN Palabuhanratu, diperoleh bantuan dari Asian

Development Bank (ADB) dan Islamic Development Bank (ISDB).

Tujuan dari pembangunan pelabuhan perikanan pada hakekatnya adalah

untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usaha perikanan dalam rangka

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan

melalui pemberian kemudahan beraktivitas yang diharapkan pula akan

memberikan multiplier effect dan sekaligus pusat pelaksanaan pengawasan

sumberdaya ikan (SDI) dan untuk menjaga kelestarian SDI serta lingkungannya.

Seiring dengan perkembangan usaha perikanan yang terjadi di lapangan telah

tumbuh permasalahan sebagai akibat dari usaha yang berkembang tersebut, maka

untuk meningkatkan kinerjanya PPN Palabuhanratu telah mengadakan perluasan

kolam dan dermaganya untuk mengakomodir dan membantu masyarakat

Page 49: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

32

perikanan sesuai fungsi dan peranannya ( PPN Palabuhanratu, 2005). Sarana dan

prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas pokok, fasilitas

fungsional dan fasilitas penunjang.

(1) Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan. Fasilitas pokok yang ada di PPN Palabuhanratu adalah 2 buah

dermaga; 2 kolam pelabuhan dengan kedalaman masing-masing (-3) m – (-4)

m dan (-6) m- (-8) m. Kolam pertama dengan kedalaman (-3) m – (-4) m

disediakan untuk jenis kapal yang berukuran kurang dari 30 Gross Tonase

(GT), seperti kapal congkreng, payang, dan diesel, sedangkan kolam kedua

dengan ukuran kedalaman (-6) m – (-8) m diperuntukkan untuk kapal motor

yang berukuran lebih dari 30 GT seperti longline dan gillnet ; dan dua bagian

bangunan break water.

Gambar 5 Darmaga untuk tambat labuh di PPN Palabuhanratu

(2) Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan. Fasilitas fungsional yang

tersedia di PPN Palabuhanratu antara lain tempat pelelangan ikan, balai

pertemuan nelayan, kantor pelabuhan perikanan, gedung utility, rumah pompa,

tangki air bersih, tangki BBM, tempat perbaikan jaring, gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat, pembongkaran, perbekalan

dan logistik kapal, perbaikan serta area industri perikanan.

Page 50: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

33

Gambar 6 Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu.

(3) Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasional pelabuhan perikanan. Fasilitas penunjang yang tersedia di PPN

Palabuhanratu antara lain pasar ikan seluas 352 m2, 7 buah rumah operator,

dan guest house seluas 150 m2.

2.8 Penelitian-Penelitian yang Relevan Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan sub sektor perikanan telah

banyak dilakukan di Palabuhanratu. Bahkan wilayah ini merupakan area favorit

untuk melakukan penelitian oleh mahasiswa maupun lembaga penelitian lainnya

karena aksesibilitas dan kompleksnya permasalahan yang ditemui.

Sepengetahuan penulis penelitian tentang risiko usaha perikanan tangkap belum

pernah dilakukan di Palabuhanratu. Berdasarkan hasil inventarisasi topik

penelitian yang kebanyakan diambil terkait teknis alat tangkap, manajemen, dan

ekonomi (Tabel 8).

Page 51: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai

Maret 2007 di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi (Gambar 7).

Penetapan Kecamatan Palabuhanratu sebagai area penelitian didasarkan pada

pertimbangan bahwa wilayah ini merupakan salah satu basis kegiatan

penangkapan ikan di wilayah selatan Jawa serta usaha perikanan tangkap yang ada

didominasi skala usaha kecil.

Gambar 7 Peta lokasi penelitian.

Page 52: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

39

3.2 Peralatan Pendukung

Peralatan pendukung sangat berperan dalam memperlancar kegiatan

penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan peralatan berupa alat tulis

dan untuk dokumentasi penelitian, kuisioner sebagai pedoman pedoman

pengumpulan data, serta seperangkat komputer untuk rekapitulasi dan analisis

data.

3.3 Mekanisme Pengumpulan Data

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survei. Penggunaan

metode survei dalam penelitian ini dianggap akurat karena kajian tentang risiko

usaha perikanan tangkap skala kecil membutuhkan tinjauan langsung kondisi

aktual kegiatan perikanan.

Ada 2 (dua) jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan melalui mekanisme pengamatan langsung

dan wawancara dengan para pelaku (stakeholder) usaha perikanan yang dianggap

memiliki kompetensi dan pemahaman terhadap penelitian. Wawancara dilakukan

terhadap 80 orang nelayan dengan rincian 25 nelayan pancing, 25 nelayan payang,

15 nelayan bagan dan 15 nelayan rampus. Penentuan jumlah sampel didasarkan

pada pertimbangan keterwakilan data. Jika mengacu pada data unit penangkapan

di Palabuhanratu pada tahun 2006 maka jumlah sampel yang diambil terhadap

populasi pada pancing, payang, bagan dan rampus masing-masing adalah 9,8%,

15,06%, 5,7% dan 32,61%. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

convenience sampling, dimana contoh diambil atau terpilih karena ada ditempat

dan waktu yang bersamaan ketika penulis melakukan pengumpulan data serta

bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner. Selain dengan nelayan,

wawancara juga dilakukan terhadap 1 orang dari pihak koperasi, 2 orang yang

mewakili unsur pemerintahan dan seorang dari pihak perbankan. Uraian data

primer yang telah dikumpulkan disajikan pada Tabel 9.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara penelusuran pustaka

dari suatu sumber publikasi. Data sekunder yang dikumpulkan berupa laporan-

laporan resmi yang dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan oleh Dinas

Page 53: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

40

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi (DPK), UPT PPN. Palabuhanratu,

Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Bank Indonesia

serta Departemen Kelautan dan Perikanan. Rincian data sekunder yang sudah

dikumpulkan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9 Data primer yang telah dikumpulkan

Jumlah Teknik No Stakeholder Sample

Uraian data yang dikumpulkan pengumpulan data

1 Nelayan 80 1. Risiko yang melekat pada usaha penangkapan Wawancara

2. Periode musim timur dan musim barat 3. Jumlah trip per musim

4. Biaya operasional penangkapan per Trip

5. Jenis dan jumlah tangkapan per Musim

6. Harga per jenis ikan per musim 2 Perbankan 1 1. Skema dan prosedur kredit untuk

Nelayan Wawancara

2. Tren kredit untuk nelayan 3. Rencana pengembangan 3 Pemerintah 2 1. Program bantuan untuk usaha kecil Wawancara 2. Realisasi bantuan 3. Kendala-kendala yang dihadapi 4 Koperasi 1 1. Konfigurasi anggota koperasi Wawancara 2. Sumber pendanaan 3. Skema bantuan untuk anggota

Tabel 10 Data sekunder yang telah dikumpulkan No Uraian Data Sumber 1 Perda Provinsi Jawa Barat No 5 Tahun 2005 tentang

Penyelenggaraan dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan

KUD Mina Mandiri Sinar Laut

2 Statistik Perikanan tahun 2004 PPN Palabuhanratu 3 Laporan Tahunan PPN Palabuhanratu 2005 PPN Palabuhanratu 4 Statistik Perikanan tahun 2005 PPN Palabuhanratu 5 Data Kapal Domisili dan Pendatang 2005 PPN Palabuhanratu 6 Kabupaten Sukabumi dalam Angka BPS Kabupaten Sukabumi 7 Data Normatif Pinjaman/Bulan Koperasi LEPP Mitra

Mina Ratu Unit Simpan Pinjam Koperasi LEPP Mitra Mina Ratu

8 Perkembangan kredit PEMP per 14 Maret 2007 Diskanlut Kabupaten Sukabumi

9 Statistik Perikanan Tahun 2006 PPN Palabuhanratu 10 Rencana Strategik Pengembangan PPN Palabuhanratu PPN Palabuhanratu 11 Rencana Strategik Pengembangan Sektor Perikanan

Kabupaten Sukabumi Diskanlut Kabupaten Sukabumi

Page 54: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

41

3.4 Analisis Data

Tujuan penelitian dapat dicapai dengan cara memproses data dan informasi

yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan tujuan penelitian maka tahapan analisis

data yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.4.1 Identifikasi risiko

Identifikasi bertujuan menggambarkan jenis-jenis risiko yang melekat pada

usaha perikanan tangkap skala kecil. Pada tahap ini, data dan informasi yang

dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel. Proses

identifikasi risiko melalui beberapa tahap (Kountur, 2006) yaitu: (1) penentuan

pendekatan yang akan digunakan, (2) penentuan sasaran yang ingin dicapai, (3)

penentuan produk yang dihasilkan, (4) penentuan kegiatan yang fatal, (5)

penentuan BOUP (barang, orang, uang dan prosedur) yang fatal, (6) penentuan

kejadian berisiko dan (7) penentuan penyebab risiko.

3.4.2 Pengukuran besaran dan dampak risiko

Risiko adalah suatu kejadian yang berpeluang untuk terjadi. Saat peristiwa

tersebut terjadi maka akan ada dampak negatif yang ditimbulkan. Sehubungan

dengan hal tersebut maka sangat penting untuk diketahui besaran risiko serta

dampak yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut. Jika besaran dan dampak risiki

telah diketahuinya, maka dapat dipihah-pilah tingkatan risiko dari suatu kejadian.

Pengukuran besaran risiko dilakukan dengan menelaah kemungkinan

penyimpangan suatu kegiatan dari rencana/target yang ditetapkan. Pada kasus

perikanan tangkap target umumnya ditetapkan dalam bentuk jumlah hasil

tangkapan (produksi), harga ikan dan tingkat pendapatan nelayan. Seperti telah

diulas pada bagian pendahuluan bahwa faktor musim ikan sangat mempengaruhi

target kegiatan penangkapan ikan. Ada dua musim yang dikenal di Palabuhanratu

yaitu musim timur dan musim barat. Merujuk pada kondisi yang telah disebutkan

maka pengukuran besaran dan dampak dilakukan dengan membandingkan kondisi

kedua musim tersebut.

Page 55: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

42

Instrumen analisis yang digunakan dalam pengukuran penyimpangan adalah

simpangan baku (s) dan koefisien variasi (CV). Simpangan baku merupakan

angka yang menunjukkan penyimpangan suatu nilai dari nilai rata-ratanya pada

distribusi normal. Adapun koefisien variasi menunjukkan perbandingan antara

dispersi absolut yang dinyatakan dalam bentuk simpangan baku dengan nilai rata-

ratanya. Rumusan al-jabar perhitungan simpangan baku adalah sebagai berikut

(Walpole, 1992):

( )[ ] 5,02∑ −= xxs i ........................................................................ (1)

Nilai rata-rata diperoleh dengan cara:

nx

x i∑= ...................................................................................... (2)

Keterangan:

ix : nilai produksi; harga dan pendapatan

x : rata-rata nilai produksi; harga dan pendapatan

s : standar deviasi

n : jumlah sampel pengamatan

Simpangan baku umumnya hanya dapat digunakan untuk melihat

penyimpangan pada kumpulan data dan bukan beberapa kumpulan data. Padahal

objek kajian yang amati terdiri atas kumpulan data produksi, harga dan

pendapatan pada musim timur dan musim barat. Oleh karenanya dilakukan

analisis dispersi relatif yang dinyatakan dalam bentuk koefisien variasi. Secara

matematis koefisien variasi dinyatakan sebagai berikut:

xsCV = ......................................................................................... (3)

Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan pendekatan status risiko.

Perhitungan status risiko mempertimbangkan nilai perolehan variabel produksi,

harga dan pendapatan serta peluang perolehan nilai masing-masing variabel.

Rumusan umum status risiko disajikan berikut:

iij PxSR ×= ∑ ............................................................................ (5)

Page 56: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

43

Nilai variabel produksi, harga dan pendapatan umumnya bervariasi sehingga dapat menimbulkan bias. Biasanya nilai variabel terdiri atas nilai standar (r) atau nilai yang biasa diperoleh nelayan, nilai tertinggi (t) dan nilai terendah (d). Oleh karena itu rumusan SR didisain sebagai berikut:

( ) ( ) ( )⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡×+×+×= ∑

=

n

jtijtdijdrijri PxPxPx

nSR

1

1 .............................. (6)

Keterangan:

iSR : Status risiko ke-i

ijx : Nilai risiko ke-i, musim ke-j

P : Peluang kejadian

n : Jumlah data

i : Jenis risiko 1 (produksi), 2 (harga), 3 (pendapatan)

j : Jenis musim 1 (musim barat), 2 ( musim timur)

3.4.3 Pengukuran sikap nelayan

Risiko memiliki makna yang berbeda pada setiap orang. Oleh karena itu

pemahaman tentang sikap seseorang terhadap risiko sangat penting dilakukan

untuk tujuan penanganan lebih lanjut. Teori utility menyebutkan bahwa ada 3

kelompok orang (Debertin, 1986; Wildavsky et al, 1990) yaitu: (1) kelompok

yang tidak menyukai risiko (risk averter), (2) kelompok yang tidak terpengaruh

adanya risiko (indifferent to risk) dan (3) kelompok yang senang dengan risiko

(risk taker/lover). Berdasarkan pembagian tersebut akan diukur kecenderungan

sikap nelayan skala kecil di Palabuhanratu terhadap risiko produksi, harga dan

pendapatan khususnya pada musim barat. Analisis yang difokuskan pada kondisi

musim barat karena diasumsikan musim tersebut mengandung risiko yang sangat

tinggi bagi kegiatan penangkapan ikan.

Pengukuran sikap nelayan dilakukan dengan menggunakan rumusan peluang

risiko total (PRT). PRT adalah peluang seorang nelayan mendapatkan pendapatan

yang tinggi karena harga ikan yang tinggi meskipun produksi rendah pada musim

barat. Secara matematis, rumusan PRT adalah sebagai berikut:

Page 57: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

44

)()(

)()(

)()(

1

2

2

3

3

4

PP

PP

PPPRT ××= ............................................................. (7)

Nilai peluang dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut

(Walpole, 1992):

NnAP =)(

Keterangan:

1P : Peluang frekuensi kegiatan penangkapan rendah

2P : Peluang produksi/hasil tangkapan rendah

3P : Peluang harga ikan tinggi

4P : Peluang penerimaan tinggi

)(AP : Peluang kejadian A

n : Jumlah peristiwa ke-n

N : Jumlah data

Nilai PRT merupakan titik acuan yang akan digunakan untuk menentukan

sikap nelayan. Sehubungan dengan teori peluang suatu kejadian yang paling

tinggi adalah 1 maka dibuat pengklasifikasian nilai sebagai berikut:

1) Nilai PRT > 0,5 digolongkan ke dalam risk taker

2) Nilai PRT = 0,5 digolongkan ke dalam indifferent to risk

3) Nilai PRT < 0,5 digolongkan ke dalam risk averter

3.4.4 Solusi kemudahan permodalan

Kendala aksesibilitas terhadap sumber permodalan yang dialami oleh nelayan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang digolongkan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal. Oleh karena itu untuk menentukan solusi pemecahannya maka perlu dilakukan identifikasi faktor internal dan eksternal usaha perikanan tangkap yang dikaji. Kekuatan dan kelemahan digolongkan ke dalam faktor internal sedangkan peluang dan ancaman digolongkan ke dalam faktor eksternal.

Hasil identifikasi berbagai faktor tersebut dituangkan dalam matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis) dan matriks EFAS (External Strategic Factor

Page 58: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

45

Analysis) yang diberi bobot sesuai dengan tingkat kepentingannya. Kisaran bobot yang digunakan berkisar antara 0,0-1,0. Semakin tinggi bobot yang diberikan mengindikasikan faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan yang semakin tinggi. Selain bobot hasil identifikasi diberi rating dengan skala mulai 4 (out standing) sampai dengan 1 (poor) untuk kekuatan dan peluang, sebaliknya untuk kelemahan dan ancaman rating yang diberikan merupakan invers dari nilai-nilai tersebut (Rangkuti, 2003).

Hasil identifikasi faktor-faktor tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threat) untuk menentukan solusi yang akan diterapkan (Tabel 11).

Tabel 11 Kombinasi strategi dalam matriks SWOT

IFAS

EFAS

Kekuatan Strengths (S)

Kelemahan Weaknesses (W)

Strategi SO Strategi WO

Peluang

Opportunities (O)

Menciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

untuk memanfatakan peluang

Strategi ST Strategi WT

Ancaman Threats (T)

Menciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman

Page 59: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

4. HASIL PENELITIAN

4.1 Identifikasi Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil

Berdasarkan hasil wawancara, secara umum risiko yang melekat pada usaha

perikanan tangkap skala kecil umumnya terdiri atas (1) kerusakan atau hilangnya

sarana penangkapan, (2) operasi penangkapan yang tidak optimal dan (3) ancaman

keselamatan nelayan (Tabel 12-15). Ancaman keselamatan yang biasa terjadi

pada nelayan diantaranya luka dan kapal terbalik saat operasi penangkapan. Dari

hasil wawancara diketahui bahwa kejadian-kejadian tersebut tidak menimbulkan

korban jiwa.

Kejadian berisiko yang dapat diidentifikasi dari usaha penangkapan dengan

pancing dapat ditemui pada tahapan persiapan dan kegiatan penangkapan. Pada

tahapan persiapan, risiko yang dapat ditemui diantaranya kehilangan alat tangkap,

cedera saat merakit kail, melonjaknya harga kebutuhan operasi dan kusutnya alat

tangkap. Adapun risiko yang jamak ditemui saat pengoperasian alat tangkap

antara lain kerusakan kapal/terbalik akibat gelombang, alat tangkap putus akibat

tersangkut karang, pemancingan ikan berlangsung lama dan putusnya alat

tangkap. Selain risiko pada tahap persiapan dan kegiatan penangkapan tersebut,

risiko lain yang berhasil diidentifikasi antara lain mutu dan spesifikasi ikan yang

rendah, hasil tangkapan yang relatif sedikit, harga komoditas yang rendah,

tingginya minat nelayan untuk ikut dalam kegiatan penangkapan, kerusakan pada

kapal akibat teritip serta banyaknya pungutan legal, ilegal dan hasil tangkapan

yang diambil orang non ABK di pelabuhan. Risiko-risiko tersebut dapat

dikelompokkan pada kegiatan fatal yang terjadi pada kegiatan produksi,

pemasaran dan perencanaan kegiatan penangkapan.

Kejadian berisiko yang melekat pada usaha penangkapan dengan

menggunakan payang hampir serupa dengan kejadian berisiko yang terdapat pada

usaha penangkapan pancing terutama pada kegiatan produksi, pemasaran dan

perencanaan kegiatan penangkapan. Perbedaan hanya ditemukan pada kegiatan

persiapan dan kegiatan penangkapan. Berdasarkan hasil identifikasi, kejadian

Page 60: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

47

berisiko yang melekat pada usaha penangkapan payang antara lain: kerusakan

insidentil pada sarana penangkapan, cedera nelayan pada saat mengangkat mesin,

kerusakan alat tangkap akibat tersangkut paku, kapal terbalik akibat kelebihan

muatan, pencarian ikan berlangsung lama, alat tangkap tidak terbuka maksimal

serta kerusakan alat karena sampah dan hasil tangkapan yang melimpah.

Berdasarkan hasil identifikasi risiko pada usaha penangkapan dengan

menggunakan bagan, diketahui bahwa kejadian berisiko yang melekat pada usaha

penangkapan dengan menggunakan alat tangkap ini diantaranya kerusakan

insidentil pada sarana penangkapan ikan, kehilangan alat bantu penangkapan,

cedera nelayan akibat terjatuh maupun accident saat menyalakan petromaks,

kerusakan bagan akibta cuaca buruk, ikan tangkapan lolos dan kerusakan jaring

karena jumlah tangkapan yang besar. Berbeda dengan kejadian berisiko pada

pancing dan payang, pada bagan kejadian berisiko pada kegiatan produksi tidak

terkait dengan aspek mutu namun lebih pada jenis tangkapan yang tidak tergolong

ekonomis tinggi. Dinilai dari kegiatan pemasaran dan perencanaan kegiatan maka

kejadian berisiko yang dijumpai pada bagan relatif sama dengan pancing dan

payang.

Kejadian berisiko yang dijumpai pada usaha penangkapan dengan

menggunakan rampus identik dengan kejadian berisiko yang dijumpai pada

pancing terutama pada kegiatan produksi, pemasaran dan perencanaan kegiatan

penangkapan. Hanya saja pada kegiatan produksi, jenis ikan tangkapan menjadi

salah satu kejadian berisiko yang melekat pada usaha penangkapan rampus.

Berdasarkan hasil identifikasi, kejadian berisiko yang jamak ditemui pada tahapan

persiapan dan kegiatan penangkapan antara lain: kerusakan insidentil pada sarana

penangkapan, jaring sobek karena tersangkut di kapal, kapal rusak karena

gelombang besar, jaring sobek karena karang, sampah atau ikan buntal, jaring

tidak membentang sempurna di perairan, kesalahan lokasi setting, kerusakan

jaring akibat terkena kapal serta jaring hilang karena dicuri.

Page 61: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

48

Tabel 12 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan pancing

Pendekatan Produk Sasaran Kegiatan Fatal BOUP Fatal Kejadian berisiko Penyebab risiko 1

Kelengkapan dan kondisi sarana penangkapan

1

Alat tangkap hilang di darat saat di simpan di kapal

1 Standard inventory perlengkapan belum ada

2 Kesehatan nelayan 1 Nelayan cedera saat merakit kail pada tali 2 Standard keselamatan kerja belum ada

3

Kecukupan biaya operasi penangkapan ikan

1 2

Harga barang kebutuhan operasi penangkapan melonjak Barang kebutuhan operasi langka

1 2

Perubahan kondisi makroekonomi Kondisi prasarana penangkapan belum memadai/kebutuhan tinggi

Persiapan

4 Sistem pengaturan sarana penangkapan (ergonomi)

1 Alat tangkap kusut 1 Standar penempatan sarana penangkapan belum ada

1

Kondisi alam

1 2

Kapal rusak atau terbalik akibat gelombang besar Alat tangkap putus akibat tersangkut karang

1 2

Kondisi alam yang buruk Pengetahuan kondisi topografi DPI rendah

2

Skill, pengalaman dan kompetensi nelayan

1 2

Pemancingan berlangsung lama Ikan yang sudah memakan umpan terlepas

12

Skill dan pengalaman yang kurang Skill dan pengalaman yang kurang

Produksi meningkat

Kegiatan penangkapan

3

Metode dan teknis penangkapan ikan

1

Alat tangkap putus akibat ikan buntal atau layur

1 Penguasaan metode dan teknis penangkapan yang rendah

1 Mutu ikan hasil tangkapan 1 Mutu dan spesifikasi ikan rendah 1 Pengetahuan mutu ikan rendah, harga komponen mutu tinggi

Produksi

2 Kuantitas hasil tangkapan 1 Hasil tangkapan relatif sedikit 2 Bukan musim ikan

Harga tinggi

Pemasaran 1

Skill dan pemahaman kondisi pasar

1

Hasil tangkapan tidak terserap oleh pasar atau terserap tapi harganya rendah

1 Struktur pasar belum terbentuk dengan baik

1 Jumlah ABK 1 Jumlah ABK yang berkeinginan ikut operasi penangkapan relatif banyak

1 Sulitnya mencari pekerjaan dengan skill terbatas

2 Pemeliharaan dan perawatan sarana penangkapan

1 Kapal rusak karena teritip 1 Perawatan tidak dilakukan secara periodik

Bottom Up Berbagai jenis ikan

Pendapatan tinggi

Perencanaan kegiatan penangkapan

3 Pungutan-pungutan 1 2

Banyaknya pungutan legal maupun illegal Hasil tangkapan diambil orang non ABK di pelabuhan

1 2

Monitoring, controlling dan survei- lance kebijakan pemerintah kurang Standard penanganan ikan di pelabuhan belum ada

Page 62: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

49

Tabel 13 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan payang

Pendekatan Produk Sasaran Kegiatan Fatal BOUP Fatal Kejadian berisiko Penyebab risiko 1

Kelengkapan dan kondisi sarana penangkapan

1

Kerusakan insidentil pada sarana penangkapan

1 Umur teknis material habis; prose-dur penguunaan perlengkapan salah

2 Kesehatan nelayan 1 Nelayan cedera saat mengangkat mesin 1 Standard keselamatan kerja belum ada

3

Kecukupan biaya operasi penangkapan ikan

1 2

Harga barang kebutuhan operasi penangkapan melonjak Barang kebutuhan operasi langka

1 2

Perubahan kondisi makroekonomi Kondisi prasarana penangkapan belum memadai/kebutuhan tinggi

Persiapan

4 Sistem pengaturan sarana penangkapan (ergonomi)

1 Alat tangkap rusak karena tersangkut paku

1 Standar penempatan sarana penangkapan belum ada

1

Kondisi alam

1

Kapal rusak atau terbalik akibat gelombang besar

1 Kondisi alam yang buruk

2

Skill, pengalaman dan kompetensi nelayan

1 2

Kapal terbalik karena kelebihan muatan (overload) Hunting ikan berlangsung lama

1 2

Kurangnya pengalaman dalam penempatan muatan kapal Kurang pengalaman dalam penentuan DPI

Produksi meningkat

Kegiatan penangkapan

3 Metode dan teknis penangkapan ikan

1 2

Alat tangkap tidak terbuka maksimal Alat tangkap rusak karena banyaknya hasil tangkapan dan atau banyaknya sampah yang masuk dalam codeend

1 2

Penguasaan metode dan teknis penangkapan yang rendah S.d.a

1 Mutu ikan hasil tangkapan 1 Mutu ikan rendah 1 Pengetahuan mutu ikan rendah, harga komponen mutu tinggi

2 Jenis ikan tangkapan 1 Ikan tangkapan bukan ekonomis tinggi 1 Sebaran ikan di perairan

Produksi

3 Kuantitas hasil tangkapan 1 Hasil tangkapan relatif sedikit 1 Bukan musim ikan

Harga tinggi

Pemasaran 1

Skill dan pemahaman kondisi pasar

1

Hasil tangkapan tidak terserap oleh pasar atau terserap tapi harganya rendah

1 Struktur pasar belum terbentuk dengan baik

1 Jumlah ABK 1 Jumlah ABK yang berkeinginan ikut operasi penangkapan relatif banyak

1 Sulitnya mencari pekerjaan dengan skill terbatas

2 Pemeliharaan dan perawatan sarana penangkapan

1 Sarana penangkapan rusak karena masalah material dan organisme laut (teritip)

1 Perawatan tidak dilakukan secara periodik

Bottom Up Berbagai jenis ikan

Pendapatan tinggi

Perencanaan kegiatan penangkapan

3 Pungutan-pungutan 1 2

Banyaknya pungutan legal maupun illegal Hasil tangkapan diambil orang non ABK di pelabuhan

1 2

Monitoring, controlling dan survei- lance kebijakan pemerintah kurang Standard penanganan ikan di pelabuhan belum ada

Page 63: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

50

Tabel 14 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan bagan

Pendekatan Produk Sasaran Kegiatan Fatal BOUP Fatal Kejadian berisiko Penyebab risiko 1

Kelengkapan dan kondisi sarana penangkapan

1 2

Kerusakan insidentil pada sarana penangkapan ikan Alat bantu penangkapan seperti petromaks dan minyak dicuri

1 2

Umur teknis material habis; prose-dur penguunaan perlengkapan salah Standard inventory perlengkapan belum ada

2 Kesehatan nelayan 1 2

Nelayan cedera atau terjatuh saat berpindah dari kapal ke bagan Luka bakar saat menyalakan petromaks

1 2

Standard keselamatan kerja belum ada S.d.a

Persiapan

3

Kecukupan biaya operasi penangkapan ikan

1 2

Harga barang kebutuhan operasi penangkapan melonjak Barang kebutuhan operasi langka

1 2

Perubahan kondisi makroekonomi Kondisi prasarana penangkapan belum memadai/kebutuhan tinggi

1

Kondisi alam

1

Bagan rusak atau hanyut akibat angin kencang maupun gelombang besar

1 Kondisi alam yang buruk

2

Skill, pengalaman dan kompetensi nelayan

1

Ikan yang sudah berada dalam catchable area lolos/tidak tertangkap

1 Pengetahuan fish behaviour terkait teknis penangkapan rendah

Produksi meningkat

Kegiatan penangkapan

3 Metode dan teknis penangkapan ikan

1 2

Posisi jaring tidak lurus saat dioperasikan Bagian jaring sobek karena banyaknya hasil tangkapan

1 2

Penguasaan metode penangkapan redah Penguasaan teknis pengangkatan hasil tangkapan rendah

1 Jenis ikan tangkapan 1 Ikan tangkapan bukan ekonomis tinggi 1 Sebaran ikan di perairan Produksi 2 Kuantitas hasil tangkapan 1 Hasil tangkapan relatif sedikit 1 Bukan musim ikan

Harga tinggi

Pemasaran 1

Skill dan pemahaman kondisi pasar

1

Hasil tangkapan tidak terserap oleh pasar atau terserap tapi harganya rendah

1 Struktur pasar belum terbentuk dengan baik

1 Jumlah ABK 1 Jumlah ABK yang berkeinginan ikut operasi penangkapan relatif banyak

1 Sulitnya mencari pekerjaan dengan skill terbatas

2 Pemeliharaan dan perawatan sarana penangkapan

1 Sarana penangkapan rusak karena masalah material

1 Perawatan tidak dilakukan secara periodik

Bottom Up Berbagai jenis ikan

Pendapatan tinggi

Perencanaan kegiatan penangkapan

3 Pungutan-pungutan 1 2

Banyaknya pungutan legal maupun illegal Hasil tangkapan diambil orang non ABK di pelabuhan

1 2

Monitoring, controlling dan survei- lance kebijakan pemerintah kurang Standard penanganan ikan di pelabuhan belum ada

Page 64: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

51

Tabel 15 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan rampus

Pendekatan Produk Sasaran Kegiatan Fatal BOUP Fatal Kejadian berisiko Penyebab risiko 1

Kelengkapan dan kondisi sarana penangkapan

1

Kerusakan insidentil pada sarana penangkapan

1 Umur teknis material habis; prose-dur penguunaan perlengkapan salah

2

Kecukupan biaya operasi penangkapan ikan

1 2

Harga barang kebutuhan operasi penangkapan melonjak Barang kebutuhan operasi langka

1 2

Perubahan kondisi makroekonomi Kondisi prasarana penangkapan belum memadai/kebutuhan tinggi

Persiapan

3 Sistem pengaturan sarana penangkapan (ergonomi)

1 Jaring sobek karena tersangkut saat diatur di kapal

1 Standar penempatan sarana penangkapan belum ada

1

Kondisi alam

1 2 3

Kapal rusak atau terbalik akibat gelombang besar Jaring sobek karena tersangkut karang atau sampah Jaring sobek karena ikan buntal

1 2 3

Kondisi alam yang buruk Pengetahuan kondisi topografi DPI rendah Penyebaran ikan buntal di perairan

2

Skill, pengalaman dan kompetensi nelayan

1 2

Jaring tidak membentang sempurna di perairan Kesalahan lokasi setting jaring

1 2

Pengetahuan kondisi perairan terkait pengoperasian alat tangkap kurang Pengetahuan DPI kurang

Produksi meningkat

Kegiatan penangkapan

3 Metode dan teknis penangkapan ikan

1 2

Jaring rusak terkena kapal atau alat tangkap lainnya Jaring hilang dicuri

1 2

Penempatan alat tangkap di alur pelayaran, tanda penempatan alat tidak terlihat Pengawasan kegiatan penangkapan kurang

1 Mutu ikan hasil tangkapan 1 Mutu ikan rendah 1 Pengetahuan mutu ikan rendah, harga komponen mutu tinggi

2 Jenis ikan tangkapan 1 Ikan tangkapan bukan ekonomis tinggi 1 Sebaran ikan di perairan

Produksi

3 Kuantitas hasil tangkapan 1 Hasil tangkapan relatif sedikit 1 Bukan musim ikan

Harga tinggi

Pemasaran 1

Skill dan pemahaman kondisi pasar

1

Hasil tangkapan tidak terserap oleh pasar atau terserap tapi harganya rendah

1 Struktur pasar belum terbentuk dengan baik

1 Jumlah ABK 1 Jumlah ABK yang berkeinginan ikut operasi penangkapan relatif banyak

1 Sulitnya mencari pekerjaan dengan skill terbatas

2 Pemeliharaan dan perawatan sarana penangkapan

1 Kapal rusak karena teritip 1 Perawatan tidak dilakukan secara periodik

Bottom Up Berbagai jenis ikan

Pendapatan tinggi

Perencanaan kegiatan penangkapan

3 Pungutan-pungutan 1 2

Banyaknya pungutan legal maupun illegal Hasil tangkapan diambil orang non ABK di pelabuhan

1 2

Monitoring, controlling dan survei- lance kebijakan pemerintah kurang Standard penanganan ikan di pelabuhan belum ada

Page 65: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

52

4.2 Besaran dan Dampak Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil

4.2.1 Besaran risiko

Analisis terhadap besaran risiko dilaksanakan dengan membandingkan

antara musim timur (Mei-Agustus) dan Musim Barat (November-Februari).

Semakin kecil nilai simpangan baku (s) maupun koefisien variasi (cv) maka

besaran risiko yang melekat pada pada usaha tersebut semakin kecil. Analisis

mengenai besaran risiko dilakukan terhadap empat jenis alat tangkap yang dikaji,

yaitu pancing, payang, bagan dan rampus.

Hasil analisis menujukkan bahwa secara umum kegiatan penangkapan pada

musim barat lebih berisiko dibandingkan musim timur. Hal ini terlihat dari nilai

koefisien variasi (cv) atribut produksi dan pendapatan yang lebih kecil

dibandingkan musim barat. Khusus untuk atribut harga, diperoleh nilai cv musim

barat yang umumnya lebih kecil dibandingkan musim timur. Pengecualian pada

alat tangkap pancing, nilai cv musim timur lebih kecil dibandingkan musim barat

(Tabel 16).

Jika nilai-nilai kuantitatif pada Tabel 16 dimaknai dalam bentuk kualitatif

maka akan tergambar secara lebih jelas profil risiko usaha perikanan tangkap

skala kecil di Palabuhanratu baik dipandang dari sisi musim maupun alat tangkap.

Hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa musim barat memiliki risiko yang

lebih tinggi dipandang dari sisi produksi dan pendapatan sedangkan dari sisi harga

maka musim timur cenderung lebih berisiko (Tabel 17).

Page 66: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

53

Tabel 16 Besaran risiko usaha penangkapan dengan pancing, payang, bagan dan rampus

Jenis alat tangkap Pancing Payang Bagan Rampus Besaran risiko

Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Produksi Rata-rata ( X ) 17,72 19,96 77,22 97,82 13,53 25,52 21,13 43,75 Simpangan baku (s) 5,09 4,95 39,91 48,20 6,92 12,86 17,38 32,07 Koefisien variasi (cv) 0,29 0,25 0,52 0,49 0,51 0,50 0,82 0,73 Harga Rata-rata ( X ) 6.458,33 6.520,83 5.030,88 4.862,84 4.328,13 3.143,50 3.173,91 4.644,47 Simpangan baku (s) 1.131,72 938,07 1.463,41 1.468,09 1.679,05 1.474,12 777,65 2.244,29 Koefisien variasi (cv) 0,18 0,14 0,29 0,30 0,39 0,47 0,25 0,48 Pendapatan Rata-rata ( X ) 19.164,33 25.879,83 929.606,15 1.757.603,03 26.216,69 125.409,15 9.674 78.127 Simpangan baku (s) 19.971,35 23.318,53 445.743,67 531.531,95 24.215,76 28.765,59 9.968,14 22.913,75 Koefisien variasi (cv) 1,04 0,90 0,48 0,30 0,92 0,23 1,03 0,29

Page 67: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

54

Tabel 17 Hasil pemetaan risiko usaha perikanan tangkap skala kecil di Palabuhanratu

Musim Alat tangkap Jenis risiko Risiko Tinggi Risiko Rendah Risiko Tinggi Risiko Rendah

Produksi Barat Timur Rampus pada

musim barat

Pancing pada

musim timur

Harga Timur Barat Rampus pada

musim timur

Pancing pada

musim timur

Pendapatan Barat Timur Pancing pada

musim barat

Bagan pada

musim timur

Secara lebih spesifik risiko usaha perikanan pada masing-masing alat

tangkap dapat didekati melalui pengkajian terhadap jenis-jenis ikan yang menjadi

target penangkapan dari masing-masing alat tangkap. Pendekatan jenis ikan

dalam perhitungan risiko dipadang sesuai karena karakter alat tangkap yang

spesifik terhadap jenis ikan tertentu.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hasil tangkapan utama

pancing adalah ikan layur (Trichiurus sp). Kuantitas tangkapan nelayan pada

musim timur rata-rata sebesar 19,96 kg dengan simpangan baku sebesar 4,95,

sedangkan pada musim barat nelayan rata-rata memperoleh tangkapan sebanyak

17,72 kg dengan simpangan baku sebesar 5,09. Musim layur di wilayah

Palabuhanratu memang relatif merata sepanjang tahun sehingga perbedaan

produksi nelayan diantara musim barat dan musim timur relatif kecil.

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai cv pada musim barat dan

musim timur masing-masing adalah 0,29 dan 0,25. Nilai tersebut besaran risiko

produksi pancing pada musim barat lebih besar dibandingkan musim timur.

Pemasaran layur (Trichiurus sp) di Palabuhanratu diutamakan untuk

memenuhi kebutuhan ekspor. Oleh karena itu harga ikan sangat dipengaruhi oleh

ukuran (grade) dan kualitas. Adapun faktor kelimpahan produksi tidak terlalu

mempengaruhi struktur harga layur (Trichiurus sp) di wilayah ini. Rata-rata harga

layur pada musim timur adalah Rp 6.520,83, sedangkan pada musim barat harga

layur rata-rata sebesar Rp. 6.458,33. Simpangan baku harga ikan pada musim

Page 68: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

55

barat dan musim timur masing-masing sebesar Rp.1.131,72 dan Rp.938,07.

Besaran nilai cv yang diperoleh dari hasil perhitungan pada musim barat adalah

0,18 sedangkan pada musim timur sebesar 0,14.

Atribut pendapatan terbentuk dari hasil penjualan ikan dan pengeluaran.

Pengeluaran pada kegiatan penangkapan dengan pancing dapat digolongkan

menjadi 2 jenis berdasarkan peruntukannya yaitu pengeluaran operasional dan

pengeluaran untuk bagi hasil. Pengeluaran operasional per trip penangkapan

berkisar antara Rp.46.275 sampai Rp. 105.390 dengan rata-rata sebesar

Rp.73.541,4 (Lampiran 4). Pengeluaran untuk bagi hasil ditetapkan sebesar 15%

yang diperuntukkan bagi mesin dan 50% untuk pemilik. Data yang digunakan

dalam perhitungan pendapatan adalah data keuntungan pemilik sarana

penangkapan. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pendapatan

nelayan per trip pada musim barat adalah Rp.19.164,33 dengan simpangan baku

yang lebih besar sebesar Rp.19,971,35. Berdasarkan nilai tersebut diketahui

besaran cv adalah 1,04. Adapun pada musim timur, pendapatan nelayan rata-rata

adalah Rp.25.879,35 dengan simpangan baku sebesar Rp.23.318,53 dan nilai cv

sebesar 0,90.

Payang menghasilkan tangkapan berbagai jenis ikan pelagis seperti cakalang

(Katsuwonus pelamis), cendro (Tylosurus crocodillus), eteman (Mene maculata),

pepetek (Leognathus sp), tongkol (Auxis thazard), banyar (Rastrelliger sp), lisong

(Euthynnus sp), tuna (Thunnus sp) dan layang (Decapterus sp). Acap kali dalam

operasi penangkapan diperoleh lebih dari satu jenis ikan. Jumlah hasil

tangkapannya pun sangat dipengaruhi oleh kondisi musim ikan. Kondisi ini

diakibatkan perbedaan musim diantara jenis-jenis ikan yang biasanya tertangkap

dengan alat ini. Rata-rata produksi ikan pada musim timur mencapai 97,82

kg/trip. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan rata-rata produksi ikan pada

musim barat yang hanya sebesar 77,22 kg/trip. Berdasarkan hasil analisis

diketahui bahwa nilai simpangan baku dan cv pada musim barat masing-masing

adalah 39,91 dan 0,52. Pada musim timur diperoleh nilai sebesar 48,20 dan 0,49.

Lebih rendahnya nilai cv produksi pada musim timur mengindikasikan bahwa

jumlah produksi yang dihasilkan pada musim ini relatif stabil sehingga risikonya

lebih rendah dibandingkan musim barat. Rendahnya nilai cv musim timur diduga

Page 69: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

56

disebabkan banyaknya spesies ikan yang tertangkap mengalami puncak

penangkapan pada musim timur.

Hasil tangkapan payang umumnya diperuntukkan untuk pasar lokal,

pengecualian untuk tuna (Thunnus sp) yang biasanya dipasarkan antar wilayah.

Variabel yang sangat menentukan harga ikan hasil tangkapan payang adalah jenis

ikan yang diperoleh. Harga ikan rata-rata hasil tangkapan payang pada musim

timur sebesar Rp 4.862,84 dengan simpangan baku sebesar Rp.1.468,03. Adapun

rata-rata harga ikan pada musim barat lebih tinggi yaitu Rp.5.030,88 dengan

simpangan baku yaitu Rp.1.463,41. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui

bahwa nilai cv pada musim barat sebesar 0,29 sedangkan pada musim timur nilai

cv diperoleh sebesar 0,30. Nilai cv atribut harga ikan musim barat yang lebih

rendah dapat diintrepretasikan sebagai risiko harga yang lebih kecil dibandingkan

musim barat. Perbedaan besaran risiko harga (cv) yang relatif sedikit diantara

kedua musim tersebut diduga diakibatkan hasil tangkapan pada musim barat

didominasi spesies ikan ekonomis tinggi dan musim tangkap berlangsung lebih

singkat sehingga harga relatif stabil.

Pengeluaran operasional per trip penangkapan payang rata-rata sebesar

Rp.868.560 dengan pengeluaran terendah sebesar Rp.409.000 dan tertinggi

sebesar Rp.1.040.000 (Lampiran 13). Pengeluaran untuk bagi hasil ditetapkan

sebesar 83,33% untuk pemilik. Besarnya persentase bagi hasil pemilik karena

keseluruhan biaya yang diakibatkan kegiatan penangkapan hingga pemasaran

ditanggung oleh pemilik. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa

pendapatan nelayan per trip pada musim barat adalah Rp.929.606,15 dengan

simpangan baku yang lebih besar sebesar Rp.445.749,67. Dari nilai tersebut

diketahui besaran cv adalah 0,48. Adapun pada musim timur, pendapatan nelayan

rata-rata adalah Rp.1.757.606,03 dengan simpangan baku sebesar Rp.531.531,95

dan nilai cv sebesar 0,30. Lebih kecilnya nilai cv pada musim timur diduga

disebabkan jenis hasil tangkapan pada musim timur lebih banyak dibandingkan

musim barat.

Page 70: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

57

Bagan merupakan alat tangkap yang memanfaatkan atraktor cahaya untuk

menangkap ikan. Terkait dengan sifat opererasi tersebut maka jenis ikan yang

tertangkap umumnya adalah jenis yang bersifat fototaksis positif seperti tembang

(Sardinella fimbratta), rebon (Mysis sp), teri (Stelophorus sp), lisong (Euthynnus

sp), layang (Decapterus sp), layur (Trichiurus sp), Peperek (Leiognathus sp),

tetengkek (Megalaspis cordyla) dan swangi (Priacanthus tayenus). Musim

penangkapan masing-masing spesies berbeda-beda sehingga mempengaruhi

produksi bagan. Pada musim timur, rata-rata produksi ikan mencapai 25,53 kg

per trip sedangkan pada musim barat hanya mencapai 13,53. Simpangan baku

produksi pada musim timur dan musim barat masing-masing 12,86 dan 6,92.

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai cv produksi per trip musim

barat adalah 0,51 sedangkan nilai cv produksi per trip musim timur sebesar 0,50.

Besaran risiko produksi yang hampir sama diantara kedua musim diduga

disebabkan musim tangkapan ikan yang relatif panjang sehingga mencapai musim

timur dan musim barat.

Target pemasaran hasil tangkapan bagan diutamakan untuk memenuhi

kebutuhan lokal. Harga ikan rata-rata hasil tangkapan bagan pada musim timur

dan musim barat masing-masing adalah Rp.3.143,50 dan Rp.4.328,13. Nilai

simpangan baku harga pada musim timur mencapai Rp.1.474,12, sedangkan pada

musim barat nilai simpangan baku harga lebih besar yaitu Rp.1.679,05.

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai cv harga ikan pada musim

barat hanya sebesar 0,39. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan nilai cv harga

ikan musim timur yang mencapai 0,47, sehingga dapat disimpulkan bahwa musim

timur memiliki risiko harga yang lebih tinggi dibandingkan musim barat. Musim

timur umumnya menjadi puncak musim penangkapan bagan sehingga harga ikan

menjadi menurun. Faktor tersebut diduga sebagai penyebab tingginya risiko

harga pada musim timur.

Operasi penangkapan ikan dengan bagan membutuhkan biaya rata-rata per

trip sebesar Rp.78.065,38 (Lampiran 22). Pendapatan yang diperoleh nelayan

ditetapkan sebesar 33,33% setelah dikurangi dengan biaya kapal, penjual dan

otonom sebesar 40% dan biaya operasi. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui

bahwa pendapatan nelayan per trip pada musim barat adalah Rp.26.216,60 dengan

Page 71: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

58

simpangan baku sebesar Rp.24,215,76. Mengacu pada nilai tersebut diketahui

besaran cv adalah 0,92. Pendapatan rata-rata nelayan pada musim timur jauh

lebih besar dibandingkan musim barat yaitu sebesar Rp.125.409,15. Simpangan

baku dan cv pendapatan pada musim timur masing-masing adalah Rp.28.765,14

dan 0,90. Besarnya nilai cv pada musim barat menunjukkan bahwa risiko

pendapatan pada musim ini lebih tinggi dibandingkan musim timur.

Tembang (Sardinella sp), tongkol (Auxis thazard), kembung (Rastrelliger

sp) dan swangi (Priacanthus tayenus) adalah jenis-jenis ikan yang umumnya

tertangkap dengan alat tangkap rampus. Produksi rata-rata rampus pada musim

timur adalah 43,75 kg per trip. Nilai tersebut lebih tinggi 107% dibandingkan

rata-rata produksi musim barat yang hanya sebesar 21,13 kg/trip. Simpangan

baku produksi musim timur diperoleh sebesar 32,07 kg/trip, sedangkan pada

musim barat simpangan baku produksi didapat sebesar 17,38 kg/trip. Berdasarkan

hasil perhitungan diketahui bahwa nilai cv pada musim barat dan musim timur

masing-masing adalah 0,82 dan 0,73. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa

besaran risiko produksi rampus pada musim barat lebih besar dibandingkan

musim timur. Faktor musim tangkapan yang berbeda diantara jenis ikan diduga

menyebabkan tingginya risiko produksi pada musim barat. Pada musim barat

jenis ikan yang tertangkap hanya tembang (Sardinella sp) dan swangi

(Priacanthus tayenus), sedangkan pada musim timur jenis ikan yang tertangkap

terdiri atas tembang (Sardinella sp), tongkol (Auxis thazard) dan kembung

(Rastrelliger sp).

Keseluruhan hasil tangkapan jaring rampus diperuntukkan untuk memenuhi

kebutuhan lokal. Harga rata-rata ikan produksi rampus pada musim barat adalah

Rp. 3.173,91 dengan simpangan baku sebesar Rp.777,65. Untuk musim timur

harga rata-rata ikan hasil tangkapan mencapai Rp.4.644,47 dengan simpangan

baku sebesar Rp.2.244,29. Relatif tingginya harga ikan pada musim timur

disebabkan jenis ikan yang umumnya tertangkap pada musim tersebut lebih

ekonomis dibandingkan musim barat. Meskipun rata-rata harga ikan musim timur

lebih baik namun risiko harga pada musim tersebut juga lebih tinggi. Hal tersebut

tergambar dari nilai cv musim timur yang mencapai 0,48. Nilai tersebut jauh lebih

tinggi dibandingkan nilai cv musim barat yang hanya 0,25.

Page 72: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

59

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pendapatan rata-rata nelayan

rampus per trip pada musim barat hanya sebesar Rp.9.674, sedangkan pada musim

timur pendapatan rata-rata per trip dapat mencapai Rp.78.127 (Lampiran 31).

Pendapatan tersebut merupakan bagi hasil yang diperoleh pemilik unit

penangkapan yang telah dikurangi dengan biaya operasional sebesar

Rp.42.514,29-78.447,29 dan bagi hasil mesin sebesar 10-15%. Besarnya bagi

hasil untuk pemilik tersebut ditetapkan sebesar 66,6%. Dari hasil analisis

diketahui bahwa nilai simpangan baku pendapatan pada musim barat adalah Rp.

9.968,14 sedangkan pada musim timur diperoleh nilai simpangan baku sebesar

Rp.22.913,75. Perbandingan antara simpangan baku dan pendapatan rata-rata

menghasilkan nilai konstanta cv pada musim barat sebesar 1,03 dan musim timur

sebesar 0,29. Mengacu pada nilai konstanta tersebut jelas terlihat bahwa risiko

pendapatan nelayan pada musim barat jauh lebih besar dibandingkan musim

timur.

4.2.2 Dampak risiko

Hasil analisis menunjukkan bahwa dampak risiko umumnya lebih dirasakan

nelayan pada musim timur dibandingkan musim barat (Tabel 18). Hal ini terlihat

dari nilai status risiko (SR) atribut produksi, harga dan pendapatan masing-masing

alat tangkap yang lebih besar pada musim timur dibandingkan musim barat.

Pengecualian pada alat tangkap payang, nilai SR atribut produksi dan harga pada

musim barat lebih besar dibandingkan musim timur.

Tabel 18 Status risiko usaha penangkapan dengan pancing, payang, bagan dan rampus

Status risiko Produksi (kg) Harga (Rp) Pendapatan (Rp) Alat

tangkap Barat Timur Barat Timur Barat Timur Pancing 19,85 29,97 6.680,63 6.503,39 23.984,01 45.836,70Payang 275,93 239,93 4.828,40 4.706,97 1.326.449,34 1.541.086,00Bagan 15,19 61,80 4.246,78 3.140,83 32.310,62 135.942,08Rampus 39,52 53,39 3.253,66 4.697,44 27.754,05 76.908,53

.

Page 73: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

60

Pada alat tangkap pancing, ditinjau dari atribut produksi nilai status risiko

pada musim barat dan timur diketahui masing-masing 19,85 kg dan 29,97 kg.

Konstanta tersebut menunjukkan bahwa dampak risiko untuk atribut produksi

lebih dirasakan nelayan pancing pada musim timur di bandingkan musim barat.

Hal berbeda terlihat dari atribut harga dimana dampak risiko lebih dirasakan

nelayan pancing pada musim barat dibandingkan musim timur. Fenomena

tersebut terlihat dari nilai status risiko atribut harga pada musim barat yang

nilainya Rp. 6.680,63 dan nilai status risiko atribut harga pada musim timur yang

besarnya Rp.6.503,39. Pada atribut pendapatan pola status risiko serupa dengan

atribut produksi dimana nilai status risiko pada musim barat dan musim timur

diketahui masing-masing Rp.23.984,01 dan Rp.45.836,70. Nilai tersebut

mengindikasikan bahwa dampak risiko untuk atribut pendapatan lebih dirasakan

nelayan pancing pada musim timur.

Berdasarkan hasil analisis pada atribut produksi alat tangkap payang,

diketahui bahwa nilai status risiko pada musim barat dan musim timur masing-

masing adalah 275,93 kg dan 239,93 kg. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

dampak risiko cenderung lebih dirasakan nelayan payang pada musim barat

dibandingkan musim timur. Fenomena serupa juga terjadi pada atribut harga,

dimana nilai status risiko pada musim barat dan musim timur dikatahui masing-

masing Rp.4.828,40 dan Rp.4.706,97. Kondisi berbeda terjadi pada atribut

pendapatan. Berdasarkan analisis status risiko pada atribut ini diperoleh nilai

masing-masing Rp.1.326.449,34 dan Rp.1.541.086 pada musim barat dan musim

timur. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dampak risiko pendapatan lebih

dirasakan nelayan payang pada musim timur dibandingkan musim barat.

Pada alat tangkap Bagan, ditinjau dari atribut produksi nilai status risiko

pada musim barat dan timur diketahui masing-masing 15,19 kg dan 61,80 kg.

Nilai tersebut menunjukkan bahwa dampak risiko untuk atribut produksi lebih

dirasakan nelayan bagan pada musim timur di bandingkan musim barat. Hal

berbeda terlihat dari atribut harga dimana dampak risiko lebih dirasakan nelayan

payang pada musim barat dibandingkan musim timur. Fenomena tersebut terlihat

dari nilai status risiko atribut harga pada musim barat yang nilainya Rp. 4.246,78,

lebih besar dibandingkan nilai status risiko atribut harga pada musim timur yang

Page 74: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

61

besarnya Rp.3.140,83. Pada atribut pendapatan pola status risiko serupa dengan

atribut produksi dimana nilai status risiko pada musim barat dan musim timur

diketahui masing-masing Rp.32.310,62 dan Rp.135.942,08. Nilai tersebut

mengindikasikan bahwa dampak risiko untuk atribut pendapatan lebih dirasakan

nelayan bagan pada musim timur.

Hasil analisis dampak risiko pada alat tangkap rampus menunjukkan pola

yang lebih konsisten dibandingkan tiga jenis alat tangkap lain yang dikaji.

Analisis terhadap atribut produksi, harga maupun pendapatan menujukkan bahwa

musim timur lebih dirasakan dampaknya oleh nelayan rampus dibandingkan

musim barat. Pada atribut produksi nilai status risiko pada musim barat dan

musim timur masing-masing adalah 39,52 kg dan 53,39 kg. Nilai status risiko

harga pada musim barat dan musim timur diketahui masing-masing Rp.3.253,66

dan Rp.4.697,44. Pada atribut pendapatan diketahui bahwa nilai status risiko

masing-masing Rp.27.754,05 dan Rp.76.908,53 pada musim barat dan musim

timur.

4.3 Sikap Nelayan Terhadap Risiko

Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa nilai PRT berbeda-beda diantara

unit penangkapan (Lampiran 9, 18, 27 dan 36). Fenomena yang juga menarik

adalah adanya perbedaan nilai PRT diantara masing-masing responden yang

mengoperasikan alat tangkap yang sama.

Nilai PRT pada alat tangkap pancing berkisar antara 0,05-0,65 dengan rata-

rata sebesar 0,32. Kisaran nilai PRT pada payang berkisar antara 0,05-0,17

dengan rata-rata sebesar 0,09. Rata-rata nilai PRT pada bagan adalah 0,53 dengan

kisaran nilai antara 0,23 sampai 0,95. Untuk alat tangkap rampus nilai PRT

berkisar antara 0,18 hingga 0,39 dengan rata-rata 0,28. Jika mengacu pada hasil

analisis, terlihat jelas bahwa mayoritas nelayan di Palabuhanratu cenderung

bersikap tidak mengambil risiko (risk averter). Pengecualian untuk nelayan bagan

yang umumnya bersifat risk taker.

Page 75: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

62

Bobot Rating Bobot x Rating

1 Kondisi demografis Palabuhanratu didominasi 0,05 2 0,10penduduk yang bermata pencaharian di bidangperikanan tangkap dan turunannya

2 Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu 0,08 3 0,24masih potensial untuk dikembangkan terutamauntuk penangkapan di luar teluk Palabuhanratu

3 Minat nelayan untuk mengembangkan usaha 0,15 4 0,60sangat besar

4 Terdapat beberapa lembaga keuangan dan 0,09 2 0,18bank yang berlokasi di Palabuhanratu

5 Dukungan pemerintah terhadap penguatan 0,07 2 0,14permodalan nelayan sudah ada

6 Kelembagaan nelayan sudah terbentuk 0,03 1 0,03

1 Nelayan di Palabuhanratu didominasi skala 0,04 2 0,08kecil sehingga kurang efisien

2 Hasil tangkapan nelayan bersifat musiman 0,15 3 0,453 Nelayan mengalami kesulitan dalam akses 0,12 2 0,24

terhadap sumber permodalan terkait credit rationing4 Sikap mental nelayan yang konsumtif dan bersifat 0,12 3 0,36

pragmatis5 Aturan perundang-undangan untuk penguatan 0,10 4 0,40

modal tidak mempertimbangkan kondisi spesifikkegiatan perikanan tangkap

1,00

KEKUATAN

KELEMAHAN

Faktor-faktor Strategi Internal

TOTAL

4.4 Arah Kebijakan Aksesibilitas Permodalan Bagi Nelayan Skala Kecil

Penentuan arah kebijakan aksesibilitas permodalan bersandar pada analisis

SWOT yang bersumber dari hasil analisis holistik terhadap faktor internal dan

faktor eksternal yang diduga berpengaruh terhadap aksesibilitas permodalan

nelayan di masa mendatang. Out put hasil analisis SWOT adalah ditentukan

prioritas solusi untuk memecahkan masalah aksesibilitas permodalan.

Bahasan tentang faktor internal bermuara pada identifikasi kekuatan dan

kelemahan yang selanjutnya dituangkan dalam matriks IFAS. Adapun faktor

eskternal berisi hasil identifikasi peluang dan ancaman dan dituangkan dalam

bentuk matriks EFAS. Pada Tabel 19 dan 20 disajikan matriks IFAS dan EFAS

kebijakan aksesibilitas permodalan bagi nelayan skala kecil di Palabuhanratu.

Tabel 19 Matriks analisis faktor strategi internal (IFAS) kebijakan aksesibilitas permodalan bagi nelayan skala kecil di Palabuhanratu

Page 76: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

63

Bobot Rating Bobot x Rating

1 Permintaan terhadap produk perikanan masih 0,13 4 0,52sangat tinggi

2 Tingginya concern pemerintah terhadap permasa- 0,18 3 0,54lahan aksesibilitas permodalan bagi nelayan

1 Berkembangnya lembaga keuangan yang sangat 0,17 3 0,51merugikan nelayan seperti tengkulak

2 Belum terintegrasinya aturan-aturan yang terkait 0,13 2 0,26permodalan bagi nelayan dengan aturan yang mengatur teknis pelaksanaanya

3 Tumbuhnya stigma dari lembaga keuangan yang 0,24 4 0,96mengkategorikan usaha perikanan tangkap adalahkegiatan yang berisiko tinggi

4 Banyak fihak memanfaatkan permodalan bagi 0,15 2 0,3nelayan untuk kepentingan pribadi dan tidak diperun-tukkan bagi usaha perikanan tangkap

1,00

PELUANG

ANCAMAN

Faktor-faktor Strategi Internal

TOTAL

Tabel 20 Matriks analisis faktor strategi eksternal (EFAS) kebijakan aksesibilitas permodalan bagi nelayan skala kecil di Palabuhanratu

Berdasarkan faktor-faktor strategis yang telah dikaji diatas dianalisis pula

Matriks SWOT untuk menggambarkan relasi diantara faktor-faktor yang ada.

Hubungan antara faktor-faktor tersebut menghasilkan 7 solusi untuk mengatasi

permasalahan aksesibilitas pemodalan bagi usaha perikanan tangkap skala kecil di

Palabuhanratu (Tabel 21).

Page 77: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

64

No Solusi Faktor terkait Jumlah bobot Prioritas

1 Pengefektifkan peran lembaga keuangan S1,S4,S5,S6 1,51 5pemerintah dan kelembagaan masyarakat P1,P2dalam penguatan permodalan nelayan

Strategi ST1 Penerapan aturan peminjaman modal S2,S3,S4,S5,T1 2,42 1

yang lebih fleksibel namun tetap menerap- T3,T4kan sistem analisis dan verifikasi yang ketat

2 Pelaksanaan pilot project penguatan sistem S5,S6,T1 0,68 6permodalan yang pro terhadap nelayan

Strategi WO1 Penetapan skema pembiayaan yang sesuai W1,W2,W3,W5 2,15 3

dengan karakteristik usaha perikanan tangkap P1,P22 Transformasi sikap dan pola hidup nelayan W3,W4,P1,P2 1,66 4

melalui pembinaan, penyuluhan serta pendampingan kepada nelayan

Strategi WT1 Pembuatan aturan perundangan tentang W3,W5,T1,T2, 2,37 2

penguatan permodalan bagi nelayan T32 Perancangan sistem pengawasan permodalan W3,T4 0,54 7

yang terbuka dan transparan

Strategi SO

Tabel 21 Matriks SWOT kebijakan aksesibilitas permodalan bagi nelayan skala kecil di Palabuhanratu

Page 78: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

5. PEMBAHASAN

5.1 Jenis Risiko, Faktor Penyebab dan Solusi Penanganan Risiko Usaha

Perikanan Tangkap Skala Kecil

Mengacu pada hasil penelitian dikemukakan bahwa risiko yang melekat

pada usaha perikanan tangkap dintaranya kerusakan atau hilangnya sarana

penangkapan, operasi penangkapan yang tidak optimal serta ancaman keselamatan

nelayan. Mengacu pada ketiga risiko tersebut, ancaman keselamatan merupakan

faktor yang sangat penting untuk dicermati.

Aspek keselamatan kerja di laut memang telah menjadi isu global. Hal ini

didasari pada seringnya ditemukan kecelakan kerja di laut baik yang ringan

sampai menyebabkan korban jiwa. Pada tahun 2000, kasus kecelakaan kerja di

Perancis mencapai 143 orang dari setiap 1.000 nelayan (Chauvin dan Bouar,

2007).

Rosenstock (1997) mengatakan bahwa kegiatan fatal yang terjadi pada

perikanan dapat bervariasi tergantung daerah penangkapan, alat tangkap yang

digunakan, teknik penangkapan dan waktu penangkapan. Berdasarkan hasil

identifikasi beberapa kasus accident pada kegiatan perikanan skala kecil,

diketahui bahwa penyebab accident ada 3 faktor, yaitu (1) lingkungan, (2)

navigasi dan (3) operasi penangkapan. Faktor lingkungan yang umumnya

menyebabkan accident adalah ombak dan cuaca buruk, sedangkan faktor navigasi

yang menyebabkan accident adalah kehilangan tenaga mesin di laut, kehilangan

arah, kandas, tabrakan dan kebakaran. Accident yang biasa terjadi dilihat dari

sudut padang operasi penangkapan antara lain luka akibat ikan, luka akibat alat

tangkap dan alat bantu penangkapan, jatuh dari kapal dan kapal terbalik saat

mengoperasikan alat tangkap. Terkait dengan accident tersebut faktor kesalahan

desain dan konstruksi kapal merupakan faktor yang mempengaruhi tingginya

angka accident di laut (Yami, 2001).

Page 79: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

66

Jika diamati secara mendalam, penyebab risiko pada usaha perikanan

tangkap skala kecil dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) faktor berdasarkan

kondisi terjadinya risiko. Kedua kondisi tersebut adalah kondisi yang tidak

dapat dikontrol (uncontrolled) dan kondisi yang dapat dikontrol (controlled).

Perbedaan kedua kondisi tersebut berpengaruh pada metode penanganan atau

penanggulangan risiko.

Yami (2001) mengemukakan bahwa hal penting yang perlu dilaksanakan

untuk mencegah accident di laut adalah merubah pola fikir dan sikap nelayan,

penggunaan teknologi modern pada perikanan tradisional, kehati-hatian, pelatihan

teknis serta pertimbangan gengsi. Hal lain yang bisa dilakukan untuk mencegah

risiko kecelakaan di laut diantaranya menentukan spesifikasi minimum kapal

terkait dengan stabilitas kapal, penunjukan tenaga khusus keselamatan di atas

kapal, penetapan kebijakan pemerintah tentang keselamatan kerja di kapal,

penyebaran informasi cuaca, penentuan yang diperuntukkan bagi nahkoda dan

ABK serta penggunaan alat keselamatan di kapal (Rosenstock, 1997).

Khusus untuk solusi penanganan risiko usaha perikanan tangkap skala kecil

di Palabuhanratu pada sub bab berikut diulas alternatif-alternatif penanganan

risiko.

5.1.1 Kondisi tidak terkontrol

Kejadian berisiko yang digolongkan kedalam kondisi tidak terkontrol

disebabkan oleh faktor alam seperti angin kencang, gelombang besar, arus kuat,

sebaran ikan di perairan dan musim ikan. Solusi penanganan risiko kondisi tidak

terkontrol umumnya hanya dapat dilakukan secara preventif. Beberapa solusi

penanganan risiko kondisi tidak terkontrol disajikan sebagai berikut:

(1) Tidak beroperasi pada saat kondisi alam buruk

Pencegahan risiko kecelakaan akibat kondisi alam yang buruk dapat dihindari

dengan tidak melakukan operasi penangkapan. Untuk meyakinkan hal

tersebut pihak-pihak terkait seperti PPN Palabuhanratu, syahbandar dan

Polairud harus mengeluarkan larangan maupun peringatan terhadap nelayan.

Larangan ditetapkan jika kondisi alam benar-benar buruk sedangkan

peringatan (warning) diberikan saat kondisi alam diprediksi masih akan

Page 80: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

67

memburuk. Pemberian peringatan sebaiknya diberikan himbauan kepada

nelayan agar tidak beroperasi relatif jauh dari fishing base.

(2) Penyebaran informasi kondisi perairan

Informasi tentang kondisi perairan sangat dibutuhkan oleh nelayan untuk

mencegah terjadinya risiko kecelakaan. Jenis informasi yang sangat

dibutuhkan diantaranya kecepatan angin, gelombang, arus dan informasi

kondisi oseanografis lainnya. Instansi yang terkait adalah Badan Metereologi

dan Geofisika (BMG) Kabupaten Sukabumi dan PPN Palabuhanratu. BMG

bertugas menganalisis data dan melakukan prediksi tentang kondisi perairan di

sekitar Palabuhanratu, sedangkan pihak PPN Palabuhanratu bertugas

mensosialisasikan dan menyebarkan informasi dari BMG tersebut.

(3) Penyebaran informasi keberadaan ikan

Keberadaan ikan dipengaruhi oleh kondisi perairan seperti arus, suhu,

kesuburan perairan dan lainnya. Terkait dengan tujuan efisiensi penangkapan

dan menghindari risiko kegagalan penangkapan ikan maka nelayan

membutuhkan informasi keberadaan ikan. Informasi keberadaan ikan

biasanya diperoleh dari nelayan lain dan melalui peta daerah penangkapan

yang dikeluarkan oleh PPN Palabuhanratu. Peta tersebut merupakan prediksi

keberadaan ikan yang dibuat oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan

(BRKP). Kekurangan dari plot posisi tersebut adalah lokasinya yang jauh

sehingga tidak dapat dijangkau oleh nelayan skala kecil.

(4) Penggunaan alat pendeteksi dan pengumpul ikan (rumpon)

Penggunaan alat pendeteksi maupun rumpon juga merupakan salah satu cara

untuk efisiensi dan efektifitas upaya penangkapan. Alat pendeteksi dan

pengumpul ikan terutama sangat membantu dalam penangkapan dengan alat

tangkap pancing dan payang. Penggunaan alat pendeteksi memang masih

terkendala oleh tipe armada penangkapan yang menyulitkan dalam

pemasangan alat.

5.1.2 Kondisi terkontrol

Pengalaman, pengetahuan nelayan dan kebijakan pemerintah merupakan

beberapa penyebab kejadian berisiko yang digolongkan kedalam kondisi

terkontrol. Penanganan risiko kondisi terkontrol dapat dilakukan dilakukan

Page 81: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

68

dengan cara dicegah dan diatasi. Solusi penanganan risiko kondisi terkontrol

diuraikan dibawah ini:

1) Penetapan prosedur standar operasi penangkapan

Prosedur standar merupakan serangkaian upaya teknis yang dilaksanakan

untuk mengindari risiko kegiatan penangkapan. Mengacu pada hasil

identifikasi risiko maka prosedur standar operasi yang dibuat meliputi tahap

persiapan, penangkapan dan penanganan hasil tangkapan. Pada tahap

persiapan standar operasi minimum mengatur tentang cara penyimpanan dan

pengaturan alat tangkap serta penggunaan sarana keselamatan dalam

pekerjaan persiapan. Prosedur standar pada kegiatan penangkapan minimum

mengatur tentang langkah-langkah operasi kegiatan penangkapan dan upaya

pencegahan kerusakan dan kehilangan alat tangkap. Standar operasi

penanganan hasil tangkapan setidaknya memuat tentang teknis penanganan

untuk mempertahankan mutu.

2) Pelatihan dan penyuluhan

Pelatihan dan penyuluhan merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman

dan skill nelayan. Teknis pelaksanaan pelatihan maupun penyuluhan

dilakukan dengan memberikan materi-materi yang terkait dengan penyebab

risiko seperti tingkah laku ikan, mutu ikan, ergonomi kapal, dan prosedur

standar operasi penangkapan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan pelatihan dan penyuluhan adalah karakterisitik peserta serta

periode pelaksanaan. Sebaiknya metode pelatihan dan penyuluhan disesuaikan

dengan karakter peserta serta dilaksanakan secara rutin.

3) Bantuan sarana penangkapan dan subsidi

Bantuan sarana penangkapan difokuskan pada pengadaan kapal, alat tangkap

maupun peralatan pendukung penangkapan. Pemberian bantuan sarana akan

membantu nelayan untuk memperluas jangkauan area penangkapan sekaligus

meminimalisir pengaruh kondisi alam. Kondisi ini bisa terjadi karena dengan

ukuran kapal yang lebih besar maka pengaruh cuaca lebih bisa dikendalikan.

Subsidi merupakan instrumen kebijakan fiskal yang bertujuan mendorong

pertumbuhan pembangunan. Pada kasus perikanan pemberian subsidi telah

Page 82: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

69

banyak dilakukan oleh pemerintah. Tabel 22 menyajikan jenis subsidi yang

dapat diberikan oleh pemerintah.

Tabel 22 Jenis subsidi pemerintah terhadap perikanan tangkap

Kategori subsidi Jenis subsidi Sasaran subsidi Keterangan Subsidi input Penetapan harga BBM di bawah harga

Penetapan harga es yang murah Belum dilakukan Bantuan keuangan

Langsung Subsidi modal Bantuan kapital, bantuan keuangan

khusus dan pelatihan Sudah dilakukan /belum optimal

Bantuan keuangan Subsidi infrastruktur

Fasilitas pelabuhan, transportasi, pengolahan dan penyimpanan

Sudah dilakukan /belum optimal

Penghapusan pungutan penangkapan

Pungutan untuk perikanan skala kecil ditiandakan

Sudah dilakukan Subsidi lingkungan

Subsidi pelanggaran

Pembelian alat tangkap yang merusak lingkungan

Belum dilakukan

Harga output Domestik

Jaminan harga dan jaminan pembelian Belum dilakukan Subsidi harga

Subsidi ekspor Dukungan harga untuk ekspor hasil perikanan

Belum dilakukan

Pembatasan perdagangan

Tarif impor, kuota impor Sudah dilakukan Kendala perdagangan

Kendala non tarif

Standarisasi produk dan sertifikasi Sudah dilakukan

Perjanjian bilateral

Kompensasi kesepakatan perjanjian penangkapan ikan

Sudah dilakukan Asistensi armada

Usaha patungan

Penyediaan anggaran untuk kerjasama penangkapan

Belum dilakukan

Sumber: MRAG (2000)

4) Penetapan regulasi

Penetapan payung hukum penting dilakukan untuk memberikan jaminan

kepastian kebijakan bagi nelayan. Dalam konteks risiko, pemerintah perlu

menetapkan regulasi tentang keselamatan penangkapan ikan. Sebenarnya

pemerintah telah menetapkan serangkaian regulasi namun terbatas pada

kegiatan pelayaran niaga sedangkan untuk keselamatan penangkapan ikan

belum diatur. Beberapa regulasi yang dinilai penting untuk ditetapkan terkait

keselamatan penangkapan ikan antara lain persyaratan kelayakan laut kapal,

standar-standar pengawakan kapal ikan serta standar peralatan keselamatan

kapal perikanan.

Page 83: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

70

5.2 Besaran Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil

Kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat menentukan

peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang, termasuk peristiwa yang terjadi

pada kegiatan perikanan tangkap. Kondisi ini disebabkan karena aktivitas pada

sub sektor perikanan tangkap terkait dengan kegiatan produksi yang selalu

dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian. Sumber risiko pada sub sektor

perikanan tangkap adalah musim yang dapat dijabarkan dalam bentuk atribut

berupa jumlah hasil tangkapan (produksi), harga ikan dan tingkat pendapatan

nelayan. Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan pada musim yang berbeda

berpotensi menghasilkan produksi, harga maupun pendapatan yang berbeda.

Hasil penelitian yang diperoleh setidaknya menunjukkan keabsahan

fenomena tersebut, dimana musim barat cenderung lebih berisiko dibandingkan

musim timur ditinjau dari perspektif produksi dan pendapatan. Dipandang dari

sisi harga, musim timur mengandung tingkat risiko yang relatif lebih tinggi

dibandingkan musim barat. Fenomena rendahnya risiko harga pada musim barat

diduga disebabkan tangkapan yang didominasi spesies ikan ekonomis tinggi dan

musim tangkap berlangsung lebih singkat sehingga harga relatif stabil. Tingginya

risiko produksi dan pendapatan pada musim barat kemungkinan disebabkan oleh

puncak musim ikan yang secara umum tidak terjadi pada musim barat. Menurut

Astrini (2004), puncak musim ikan di Palabuhanratu biasanya terjadi selama

musim peralihan.

Rumusan yang digunakan dalam perhitungan pendapatan

mempertimbangkan faktor harga ikan, jumlah produksi dan juga komponen biaya.

Jika postulat ekonomi yang menyatakan bahwa keterbatasan suplai akan

berdampak pada peningkatan harga berlaku, maka fenomena tingginya risiko

pendapatan pada musim barat belum tentu terjadi. Hanya saja kenyataan

dilapangan menunjukkan bahwa disparitas harga ikan yang terjadi pada musim

barat dan musim timur relatif sama. Hal ini mungkin disebabkan saluran

pemasaran yang ada sangat kuat peranannya dalam menentukan harga. Biasanya

pembeli ikan memberikan bantuan biaya operasional kepada nelayan dengan

perjanjian bahwa produksi harus dijual kepada mereka.

Page 84: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

71

Meskipun tidak dilakukan pengujian secara statistik, terlihat adanya

fenomena interaksi antara faktor alat tangkap dan musim terhadap tingkat risiko

pada usaha perikanan tangkap. Alat tangkap umumnya didisain untuk menangkap

spesies ikan tertentu dimana keberadaan spesies ikan tertentu biasanya terkait erat

dengan musim. Faktor inilah yang mempengaruhi tingkat risiko yang berbeda

diantara alat tangkap.

Rendahnya risiko produksi alat tangkap pancing khususnya pada musim

timur disebabkan target tangkapan pancing yaitu layur (Trichiurus sp) mengalami

musim puncak pada musim timur. Hal yang sama juga terjadi pada alat tangkap

rampus dimana puncak tangkapannya tidak terjadi pada musim barat sehingga

risiko produksinya sangat tinggi.

Ditinjau dari perspektif harga, risiko tertinggi dan terendah alat tangkap

ternyata terjadi pada musim timur. Faktor yang menentukan risiko harga pada alat

tangkap adalah jenis ikan yang tertangkap. Hasil tangkapan pancing yaitu layur

merupakan spesies ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena tergolong

komoditas ekspor. Hal lain yang mempengaruhi rendahnya risiko harga alat

tangkap pancing pada musim timur adalah ukuran spesies ikan layur yang

biasanya tertangkap lebih besar dibandingkan musim lainnya sehingga berdampak

pada peningkatan harga komoditas. Fenomena pada kasus alat tangkap pancing

juga bisa menjelaskan faktor penyebab tingginya risiko harga ikan alat tangkap

rampus pada musim timur. Pada musim timur, alat tangkap rampus hanya

menangkap ikan yang tidak memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga harganya

cenderung rendah.

Dipandang dari sisi pendapatan, pengoperasian alat tangkap bagan pada

musim timur memiliki tingkat risiko yang paling rendah dibandingkan pancing,

payang dan rampus. Pada kasus ini, tingginya produksi bagan pada musim timur

karena merupakan puncak musim penangkapan diduga berkontribusi sangat besar

terhadap pendapatan sehingga tingkat risiko menjadi relatif kecil. Risiko

pendapatan paling tinggi melekat pada alat tangkap pancing yang dioperasikan

pada musim barat. Hal ini sangat jelas karena pancing hanya menangkap ikan

layur saja dimana puncak penangkapan tidak terjadi pada musim barat.

Page 85: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

72

5.3 Dampak Risiko

Tingginya dampak musim timur terhadap atribut yang diukur diduga

disebabkan fluktuasi produksi dan jenis ikan yang tertangkap, harga maupun

pendapatan. Berdasarkan data yang dikumpulkan memang terlihat adanya pola

produksi, harga maupun pendapatan yang cenderung lebih konstan di musim barat

dibandingkan musim timur, walaupun musim timur secara akumulatif akan

mengambarkan kondisi produksi, harga maupun pendapatan yang relatif lebih

tinggi dibandingkan musim barat.

Fenomena dampak risiko yang cenderung lebih rendah pada musim barat

sebenarnya menujukkan bahwa usaha perikanan tangkap skala kecil di

Palabuhanratu cenderung tidak terpengaruh oleh musim. Momok yang

mengatakan bahwa musim barat akan memberikan dampak yang besar terhadap

kondisi nelayan ternyata tidak bisa digeneralisasikan di setiap wilayah perairan

dan sangat tergantung pada alat tangkap yang digunakan oleh nelayan serta jenis

tangkapan yang menjadi targetnya.

Terkait dengan aksesibilitas terhadap sumber permodalan yang dihadapi

nelayan maka informasi tentang dampak bisa dijadikan acuan yang sangat

berguna bagi penentuan skema pembayaran terhadap bantuan kredit. Sesuai hasil

kajian tentang dampak maka pada musim barat dapat diterapkan sistem angsuran

yang tetap namun tidak demikian halnya dengan musim timur.

5.4 Sikap Nelayan

Sikap nelayan menggambarkan kecenderungan karakter nelayan dalam

memilih risiko. Pada kegiatan penangkapan risiko yang dinilai tinggi adalah

melakukan penangkapan ikan pada musim barat. Hal ini terkait dengan kondisi

alam yang kurang mendukung operasi penangkapan dan dapat pula mengancam

keselamatan jiwa. Menurut Wildavsky et all (1990) persepsi terhadap risiko

sangat dipengaruhi oleh harapan untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih jika

berani mengambil risiko.

Mengacu pada hasil analisis, nelayan di Palabuhanratu cenderung tidak suka

mengambil risiko (risk averter) pada musim barat kecuali nelayan bagan.

Kecenderungan tersebut diduga disebabkan faktor alam yang kurang mendukung

Page 86: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

73

operasi penangkapan, disisi lain harga ikan pada kedua musim tersebut relatif

sama. Faktor yang menyebabkan nelayan bagan bersikap berbeda dengan

nelayan lainnya kemungkinan disebabkan sifat kegiatan penangkapan yang statis

serta relatif tingginya harga ikan hasil tangkapan musim barat dibandingkan

musim timur.

Fenomena sikap nelayan di Palabuhanratu yang cenderung bersikap risk

averter ternyata bisa mengambarkan sikap nelayan yang sesungguhnya terhadap

risiko. Beberapa penelitian empiris memang menunjukkan fenomena tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Eggert dan Martinson (2004) di Swedia terhadap

nelayan komersial menunjukkan bahwa 48% nelayan cenderung bersikap risk

neutral dan 52% bersikap risk averter, tidak ditemukan nelayan yang bersikap

risk lover. Kecenderungan nelayan di Swedia untuk tidak bersikap risk lover

murni dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi. Terbukti bahwa dengan

mengambil risiko untuk melakukan kegiatan penangkapan ternyata tidak

memberikan pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan.

Pertimbangan hasil tangkapan yang tinggi ternyata bukan satu-satunya

faktor yang dapat mempengaruhi sikap nelayan terhadap risiko. Menurut

Oostenbruge et al (2001), faktor minimalisasi biaya operasi ternyata lebih

dominan mempengaruhi keputusan operasi penangkapan pada perikanan pelagis

di Maluku. Nelayan purse seine di Maluku cenderung tidak mengambil risiko

untuk menangkap ikan di lokasi yang lebih jauh dari 8 km dari pelabuhan,

meskipun mereka mengatahui bahwa dengan menjangkau area penangkapan yang

lebih jauh hasil tangkapan yang diperoleh relatif akan lebih besar.

Dari perspektif berbeda, sikap nelayan terhadap risiko kemungkinan juga

dipengaruhi oleh faktor budaya dan karakteristik personal. Biasanya nelayan yang

lebih berpengalaman dicirikan dengan umur dan durasi melaut cenderung lebih

berani mengambil risiko. Hal ini sejalan dengan pandangan Chauvin et al (2007),

yang mengemukakan bahwa ada hubungan yang erat antara persepsi terhadap

risiko dengan kepribadian seseorang. Dimensi personal yang bisa mempengaruhi

persepsi terhadap risiko diantaranya umur, tingkat pendidikan, pelatihan, orientasi

Page 87: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

74

keagamaan, pilihan politik, budaya, dan kepercayaan terhadap lingkungan

(Chauvin et al, 2007).

Sangat disayangkan karena dalam penelitian ini analisis karakter personal

tidak dilakukan sehingga hipotesis tentang pengaruh budaya dan karakter belum

dapat dibuktikan secara empiris. Hanya saja dari hasil wawancara dengan

beberapa nelayan terlihat bahwa nelayan dengan pengalaman melaut lebih lama

cenderung lebih berani mengambil risiko.

5.5 Alternatif Solusi Kebijakan untuk Kemudahan Aksesibilitas Permodalan

Bagi Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil

Berdasarkan analisis SWOT diperoleh gambaran kondisi faktor pendorong

serta faktor penghambat dalam permasalahan yang dikaji. Inti sari dari kondisi

tersebut dijadikan acuan dalam penyusunan solusi kemudahan aksesibiltas

permodalan. Solusi permasalahan yang ditawarkan meliputi (1) penerapan aturan

peminjaman yang fleksibel namun tetap bersifat prudent, (2) pembuatan payung

hukum mengenai penguatan permodalan, (3) penetapan skema pembiayaan yang

sesuai dengan karateristik perikanan tangkap, (4) transformasi sikap dan pola

hidup nelayan (5) optimalisasi peran lembaga keuangan,pemerintah dan

kelembagaan masyarakat dalam penguatan permodalan nelayan, (6) pelaksanaan

pilot project penguatan sistem permodalan yang pro terhadap nelayan dan (7)

perancangan sistem pengawasan permodalan yang terbuka dan transparan.

(1) Penerapan mekanisme peminjaman yang fleksibel

Keruwetan prosedur administrasi dan analisis kredit merupakan faktor

penyebab keenganan nelayan untuk melakukan peminjaman di Bank.

Prosedur kredit yang ditetapkan di mayoritas bank seperti BRI dan Danamon

Simpan Pinjam mengharuskan peminjam untuk mengisi aplikasi serta

melengkapi persyaratan yang sangat ruwet. Padahal banyak diantara nelayan

yang belum dapat membaca. Untuk itulah diperlukan penyederhanaan

prosedur admistrasi kredit di bank. Pembuatan form aplikasi yang ringkas

dapat dijadikan salah satu cara untuk melakukan penyederhanaan tersebut.

Faktor tanda tangan juga acap kali menjadi permasalahan karena tidak semua

Page 88: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

75

nelayan memiliki tandatangan. Oleh karena itu harus ada keluwesan yang

memungkinkan nelayan menggunakan cap jempol untuk pengesahan aplikasi.

Hal penting yang perlu diperhatikan adalah harus ada pendampingan dari

pihak perbankan dalam pengisian form, jika perlu pihak perbankan membantu

nelayan dalam pengsian form.

Penilaian kemampuan dan kemauan calon debitur untuk mengembalikan

kredit didasarkan pada hasil analisis kredit. Menurut Sotojo (1997), teknis

analisis kredit umumnya dilakukan pihak perbankan menganut beberapa pola

pendekatan berikut:

1) The five C’s model (Benton E.Gup)

Character : Karakteristik personal peminjam serta kecenderungan perilaku

dalam membayar pinjaman

Capacity : Kemampuan membayar pinjaman

Capital : Kondisi finansial

Collateral : Jaminan pinjaman

Condition: Kondisi ekonomi

2) The basic six C’s model (Peter S. Rose)

Character : Tanggungjawab, keseriusan dan perhatian dalam membayar

pinjaman

Capacity : Memiliki surat-surat usaha

Capital : Kemampuan yang cukup untuk membayar pinjaman

Collateral: Jaminan pinjaman

Condition: Kemauan peminjam melaksanakan kewajiban pembayaran

jika terjadi perubahan kondisi ekonomi

Control : Kemauan mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan oleh bank

3) The PRISM model (Morton Glantz)

Perspective : Terkait dengan risiko atau penerimaan

Repayment : Kemampuan melakukan pembayaran

Intention : Tujuan peminjaman

Safeguards : Jenis agunan yang diberikan kepada bank untuk mengatasi

kredit macet

Page 89: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

76

Management : Gambaran operasional usaha, adminsitrasi, hubungan

dengan perbankan, laporan finansial

4) The CAMPARI model (Citybank Jakarta)

Character : Gambaran peminjam, produk yang dihasilkan dan

sejarahnya

Ability : Kemampuan membayar

Margin : Keuntungan usaha

Purpose : Alasan peminjaman

Amount : The value sought

Repayment : Kelayakan dan jadwal pengembalian

Insurance : Jaminan keamanan

5) 5 P’s Principles

People : Karakter personal

Purpose : Alasan peminjaman

Payment : Rencana pembayaran

Protection : Agunan

Perspective : Risiko dan keuntungan

6) Aspek-aspek usaha

Aspek pemasaran : Volume penjualan, market share, pesaing, proyeksi

penjualan

Aspek teknis : Produk, kualitas, bahan baku, lokasi pabrik

Aspek manajemen : Manajemen, organisasi, tenaga kerja

Aspek hukum dan agunan : perizinan dan agunan

Aspek keuangan : past performance, future performance

Jika mengacu pada pola pendekatan analisis kredit yang diutarakan diatas

maka sangat sulit bagi kegiatan perikanan skala kecil untuk mengakses

sumber permodalan tersebut. Faktor yang dianggap paling memberatkan

adalah agunan dan managemen usaha. Agunan yang diberikan usaha

perikanan tangkap skala kecil biasanya dalam bentuk sarana produksi seperti

kapal dan alat tangkap. Padahal pihak perbankan biasanya tidak menerima

agunan kapal dengan pertimbangan pemeliharaan dan penyusutan yang besar.

Solusi yang diambil Departemen Kelautan untuk mengatasi permasalahan

Page 90: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

77

tersebut adalah membuat program sertifikasi bagi kapal-kapal kecil yang dapat

dijadikan agunan pada bank. Kebijakan ini belum optimal karena aturan

hukum tentang hal tersebut belum diatur oleh Bank Indonesia. Faktor

management usaha sudah mulai diperhatikan oleh Bank Indonesia. Melalui

surat edaran Bank Indonesia tentang usaha kecil dikemukakan bahwa pihak

perbankan memiliki kewajiban untuk memberikan bantuan teknis bagi usaha

kecil. Hal tersebut sudah ditindaklanjuti namun pada tataran implementasi

mengalami kendala.

Kesederhanaan prosedur kredit dapat tergambar dari durasi pengurusan

dimulai dari pengisian aplikasi, analisis kredit hingga persetujuan kredit.

Jangka waktu pengurusan kredit sebaiknya ditetapkan maksimum 2 hari

dengan pertimbangan operasional kegiatan penangkapan yang mendesak.

Prinsip prudent ditetapkan pada personal dan bukan pada usaha dan

agunanannya, karena berdasarkan hasil analisis kegiatan penangkapan ikan

menghasilkan keuantungan yang besar meskipun pada saat tidak musim ikan

dapat merugi. Keberhasilan Grameen Bank untuk melaksanakan program

kreditnya meskipun tanpa agunan disebabkan oleh faktor metode peminjaman

yang dilaksanakan berdasarkan prinsip jemput bola sehingga petugas sangat

mengenal nasabahnya. Mengacu pada keberhasilan tersebut maka perbankan

sebaiknya mengadopsi hal serupa.

(2) Revisi aturan hukum tentang penguatan permodalan

Aturan hukum tentang penguatan permodalan bagi usaha kecil sudah

diatur oleh Bank Indonesia melalui peraturan Bank Indonesia Nomor:

3/2/PBI/2001 tentang pemberian kredit usaha kecil tanggal 4 Januari 2001.

Peraturan tersebut berisi tentang anjuran kepada pihak perbankan untuk

menyediakan 22,5% dari total kreditnya kepada usaha kecil. Sebagai

penjabaran terhadap aturan tersebut, pada tanggal 17 Mei 2001 dikeluarkan

Surat Edaran Nomor 3/9/BKr perihal Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Kredit

Usaha Kecil. Surat edaran tersebut menjelaskan perihal jenis usaha yang

berhak menerima kredit, plafon kredit serta teknis pelaporan perkembangan

kredit pihak perbankan kepada Bank Indonesia.

Page 91: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

78

Merujuk pada aturan penguatan permodalan diatas, terlihat bahwa

ketetapan-ketetapan yang terkandung didalamnya bersifat umum dan normatif.

Belum ada pasal-pasal khusus yang menunjukkan keberpihakan kepada sub

sektor perikanan tangkap. Oleh karena itu revisi ataupun penetapan aturan

hukum baru perlu dilakukan. Mengacu pada kondisi dan karakteristik usaha

perikanan tangkap maka aturan yang ditetapkan setidaknya memuat poin-poin

sebagai berikut:

1) Plafon kredit; ditetapkan sebesar maksimum Rp.500 Juta yang

diperuntukkan bagi kredit modal kerja dan investasi. Poin ini sudah

sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 3/2/PBI/2001

2) Mekanisme pembayaran yang tidak didasarkan pada angsuran tetap namun

sistem pembayaran akumulatif. Artinya peminjam tidak harus membayar

angsuran yang jumlahnya tetap tiap bulan namun bisa diakumulasikan

tergantung pendapatan peminjam.

3) Penyederhanaan prosedur kredit bagi usaha perikanan tangkap skala kecil

4) Agunan bisa diberikan dalam bentuk sarana penangkapan

5) Adanya kewajiban pihak perbankan untuk menyalurkan kredit kepada

nelayan dan tidak hanya bersifat himbauan

Instansi yang bertanggungjawab terhadap revisi ataupun penetapan aturan

yang dimaksud adalah Bank Indonesia dan Departemen Kelautan dan

Perikanan. Pihak perbankan sebagai pelaksanan teknis di lapangan juga perlu

dilibatkan dalam penyusunan aturan tersebut. Intinya dibutuhkan

kesepahaman dan kesepakatan dari berbagai pihak tentang aturan yang akan

dibuat.

(3) Penetapan skema/skim pembiayaan bagi usaha skala kecil

Sejak tahapan awal pembangunan ekonomi, Bank Indonesia dan pihak

perbankan telah menunjukkan atensi terhadap pengembangan usaha skala

kecil. Hal tersebut ditandai dengan ditetapkannya berbagai skim perkreditan

yang pro terhadap usaha kecil misalnya (1) skim kredit bimbingan massal

(bimas), (2) skim kredit investasi kecil dan kredit modal kerja permanen

(KIK/KMKP), (3) skim kredit pedesaan (Kupedes), (4) skim kredit usaha kecil

Page 92: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

79

(KUK), (5) skim kredit koperasi termasuk kredit usaha tani, kredit kepada

anggota koperasi, kredit kepada koperasi primer untuk anggotanya-nelayan,

(6) skim kredit pengentasan kemiskinan, (7) skim kredit pemberdayaan

ekonomi masyarakat pesisir (PEMP), (8) skim kredit pola Pengembangan

hubungan bank dengan kelomposk swadaya masyarakat (PHBK), (9) skim

kredit karya usaha mandiri (KUM).

Walaupun telah banyak skim kredit yang ditawarkan kepada usaha kecil

namun yang secara jelas diperuntukkan bagi pengembangan usaha perikanan

tangkap skala kecil hanya KKPA Nelayan dan PEMP. Skim kredit KKPA-

nelayan ditujukan untuk membiayai usaha perikanan tangkap dan pengolahan

ikan yang dimiliki oleh kelompok nelayan anggota koperasi primer ataupun

masing-masing anggota koperasi primer. Kredit KKPA-nelayan dapat

digunakan untuk investasi maupun modal kerja dengan plafon maksimum

masing-masing adalah Rp. 50 juta dan Rp. 10 juta. Skim kredit program

PEMP ditetapkan berdasarkan pemikiran lemahnya kemampuan pengeloalaan

keuangan nelayan sehingga pada saat memperoleh pendapatan yang tinggi

mereka terbiasa untuk konsumtif. Melalui program PEMP nelayan diarahkan

agar mampu menyisihkan sebahagian hasil usaha untuk pengembangan usaha.

Teknis pelaksanaan PEMP dimulai dari pemberian modal yang berasal dari

dana ekonomi produktif kepada kelompok. Keuntungan usaha disisihkan

sebahagian dan dikumpulkan dalam lembaga ekonomi pengembangan pesisir

mikro mitra mina (LEPP-M3). Dana yang ada dalam LEPP-M3 selanjutnya

digunakan untuk pengembangan usaha secara luas.

Dari kedua skim kredit skim kredit yang telah diutarakan sebelumnya,

PEMP dianggap lebih mewakili usaha perikanan. Hanya saja skim tersebut

masih perlu dikembangkan sesuai dengan karakterisitik usaha perikanan

tangkap yaitu pendapatan yang tidak menentu akibat fluktuasi hasil tangkapan

dan pola hidup nelayan yang konsumtif.

Untuk mengatasi karakteristik tersebut, Ritonga (2004) menawarkan skim

kredit yang disebut marine banking. Skim kredit marine banking adalah

Page 93: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

80

pemberian kredit yang dikhususkan bagi nelayan untuk memperkuat

permodalannya. Karakteristik skim kredit ini antara lain:

1) Pemberian kredit kepada nelayan terkait langsung dengan kewajiban

menabung oleh nelayan sebagai penerima kredit

2) Kredit hanya diberikan kepada nelayan yang bankable yang ditentukan

oleh kelayakan usaha dan diukur dari akumulasi modal yang dimiliki serta

karakter personal. Kelayakan usaha dianggap bankable jika akumulasi

modal usaha di atas 30%

3) Nelayan yang menerima kredit diharuskan menjual hasil tangkapannya

melalui TPI dan menyisihkan 10% penghasilan sebagai tabungan

4) Kredit marine banking bukan kredit subsidi namun komersial karena

terbukti bahwa usaha peikanan tangkap adalah usaha yang menguntungkan

5) Sumber dana pemberian kredit marine banking adalah dana masyarakat

nelayan yang dihimpun oleh oleh marine banking

6) Jaminan kredit adalah tabungan beku dan atau armada penangkapan serta

alat tangkap

Persyaratan pengajuan kredit diantaranya: (1) memiliki saldo tabungan di

marine banking, (2) nelayan berdomisili di wilayah operasional, (3) nelayan

memiliki rencana pengembangan usaha untuk pengembalian kredit, (4)

permohonan kredit diajukan secara individu dan diketahui istri, (5) membuat

pernyataan kesediaan menjual hasil tangkapan di TPI, (6) membuat

pernyataan kesediaan pemotongan penghasilan sebesar 10% untuk tabungan.

Sebelum keputusan kredit dilaksanakan tetap dilakukan analisis kredit.

Analisis kredit dilakukan dengan pendekatan akumulasi modal dan surplus

usaha dengan memperhatikan empat komponen yang mempengaruhi tingkat

pengembalian kredit yaitu (1) rata-rata jumlah trip melaut per bulan dalam

tahun terakhir, (2) rata-rata pendapatan bersih nelayan per bulan dalam

setahun terakhir, (3) rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan per bulan

dalam satu tahun terakhir, (4) rata-rata nisbah pinjaman dengan pendapatan

nelayan per bulan dalam satu tahun terakhir.

Page 94: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

81

Besarnya kredit yang diberikan untuk kredit modal usaha penangkapan

adalah tiga kali saldo tabungan pada saat mengajukan permohonan kredit,

dengan ketentuan 3 kali angsuran bulanan harus dijadikan tabungan beku.

Adapun untuk kredit investasi maka maksimum kredit yang diberikan adalah

80% dari harga beli armada atau alat tangkap. Jangka waktu kredit modal

usaha ditetapkan selama 1 tahun sedangkan kredit investasi maksimum 12

tahun. Secara kelembagaan, bank yang direkomendasikan untuk melaksanakan

marine banking adalah BPR atau unit usaha bank.

(4) Pemberian bantuan teknis bagi nelayan

Kendala nelayan untuk memperoleh kredit disebabkan oleh faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal disebabkan kurang fahamnya

nelayan terhadap prosedur perkreditan, sedangkan faktor internal diakibatkan

sikap dan prilaku nelayan yang konsumtif.

Permasalahan eksternal tersebut oleh pihak perbankan dan pemerintah

perlu dipecahkan melalui bantuan teknis dan pendampingan. Berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia No 7/39/PBI/2005 tanggal 18 Oktober 2005, pihak

Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan maupun

penyediaan informasi kepada bank, lembaga pembiayaan UMKM dan

lembaga pemberi jaminan (LPJ). Topik yang diberikan relatif komprehensif

mencakup potensi usaha, analisis pemberian kredit, penanganan kredit serta

penyusunan dokumen kelayakan. Kekurangan dari aturan ini adalah belum

tergambarnya pola bantuan teknis yang diberikan langsung kepada nelayan.

Transformasi sikap dan perilaku nelayan dapat dilakukan dengan

melakukan program familiarisasi perbankan kepada nelayan. Inti dari

program ini adalah nelayan dibiasakan atau dipaksakan untuk menabung

dengan menyisihkan sebahagian hasil tangkapannya.

(5) Optimalisasi peran lembaga keuangan, pemerintah dan kelembagaan

masyarakat dalam penguatan permodalan nelayan

Pihak yang terkait dengan permodalan nelayan di Palabuhanratu adalah

perbankan, koperasi, tengkulak dan pengusaha. Optimalisasi peran

Page 95: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

82

stakeholder lebih diarahkan pada penguatan permodalan yang dilakukan

tengkulak dan pengusaha.

Penguatan permodalan dapat dilakukan dengan sistem inti-plasma dimana

pengusaha atau tengulak berperan sebagai inti dan nelayan sebagai plasma.

Inti memiliki tanggungjawab terhadap penyediaan sarana produksi seperti

kapal, alat tangkap, es, bahan bakar, ransum, pemberian bimbingan teknis dan

manajemen, serta memasarkan hasil tangkapan plasma. Pelaksanaan sistem

ini harus bermuara pada kepemilikan sarana penangkapan oleh nelayan.

Agar kemitraan antara pengusaha inti dan plasma dapat berjalan dengan

baik perlu dibuat aturan formal (tertulis) yang berisi klausul tentang hak dan

kewajiban. Sebagai pedoman pembinaan dalam kemitraan usaha perlu dibuat

landasan hukum.

(6) Pengembangan dan pelaksanaan pilot project penguatan permodalan

nelayan

Aktor utama dalam pelaksanaan pilot project adalah pemerintah dan

perbankan. Skema yang dianggap telah sesuai dengan karekteristik usaha

perikanan tangkap di Palabuhanratu dicoba diimplementasikan. Proses

pelaksanaan pilot project sebaiknya dispesifikasi berdasarkan unit

penangkapan yang digunakan oleh nelayan. Hal ini sangat penting karena

terbukti bahwa risiko yang melekat pada masing-masing unit penangkapan

berbeda-beda. Mengacu pada hasil analisis maka pemberian permodalan bisa

dilakukan kepada nelayan pancing dan bagan yang memiliki risiko yang

paling kecil. Pada tataran implementasi, pihak koperasi, asosiasi nelayan dan

pengusaha perlu dilibatkan.

Sejarah kesuksesan Greemen Bank dimulai dengan pelaksanaan pilot

project selama tiga tahun di daerah Tangail. Setelah diperoleh hasil yang

sangat memuaskan, program ini dilaksanakan dalam skala luas.

(7) Perancanangan sistem pengawasan permodalan yang terbuka dan

transparan

Perancanangan sistem pengawasan diperlukan mengingat besarnya dana

yang dikhususkan untuk nelayan namun digunakan untuk pembiayaan usaha

Page 96: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

83

lainya. Sistem pengawasan selain melibatkan Bank Indonesia dan pemerintah

sebaiknya juga melibatkan LSM dan nelayan. Informasi tentang

perkembangan kredit bagi nelayan merupakan isu utama dari kegiatan

pengawasan sehingga semua pihak yang terlibat harus dengan mengakses

informasi tersebut.

Sistem pengawasan yang dibentuk harus didukung dengan instrumen

hukuman kepada pihak perbankan yang tidak menyalurkan kredit sesuai

dengan peruntukannya. Instrumen seperti ini dapat dituangkan dalam bentuk

Peraturan Bank Indonesia seperti pernah dilaksanakan dalam proyek kredit

mikro yang merupakan kerjasama antara Asian Development Bank (ADB)

dengan Pemerintah Indonesia.

Page 97: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1) Sumber risiko yang melekat pada usaha perikanan tangkap skala kecil

umumnya terdiri atas (1) kerusakan atau hilangnya sarana penangkapan, (2)

operasi penangkapan yang tidak optimal dan (3) ancaman keselamatan

nelayan. Risiko tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan

mempengaruhi produksi ikan, harga dan pendapatan nelayan.

2) Ada tiga jenis risiko yang diukur yaitu produksi, harga dan pendapatan.

Besaran risiko berbeda-beda diantara musim serta alat tangkap yang

digunakan. Dipandang dari sisi produksi dan pendapatan, musim barat

cenderung lebih berisiko dibandingkan musim timur, sebaliknya dari sisi

harga maka musim timur relatif lebih berisiko dibandingkan musim barat.

Ditinjau dari jenis alat tangkap yang digunakan maka alat tangkap pancing

yang dioperasikan pada musim timur memiliki risiko produksi yang terkecil,

sedangkan risiko produksi tertinggi melekat pada alat tangkap rampus yang

dioperasikan pada musim barat. Risiko harga tertinggi melekat pada alat

tangkap rampus yang dioperasikan pada musim timur sedangkan risiko

harga terendah dapat ditemui pada alat tangkap pancing yang dioperasikan

pada musim timur. Dipandang dari sisi pendapatan maka alat tangkap

pancing yang dioperasikan pada musim barat memiliki risiko yang relatif

tinggi diantara empat jenis alat tangkap lainnya. Adapun jenis alat tangkap

yang memiliki risiko pendapatan terendah adalah bagan yang dioperasikan

pada musim timur.

3) Pengkajian terhadap dampak risiko produksi, harga dan pendapatan diantara

musim timur dan barat pada alat tangkap pancing, payang, bagan dan

rampus menunjukkan bahwa dampak risiko untuk keempat jenis alat

tangkap tersebut umumnya lebih dirasakan nelayan pada musim timur

dibandingkan musim barat. Pengecualian untuk alat tangkap payang dimana

Page 98: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

85

risiko produksi dan harga lebih dirasakan dampaknya oleh nelayan pada

musim barat.

4) Nelayan di Palabuhanratu cenderung bersikap tidak mengambil risiko (risk

averter), kecuali nelayan bagan. Kecenderungan nelayan bagan bersifat

risk averter kemungkinan disebabkan harga ikan hasil tangkapan bagan

yang relatif lebih tinggi pada musim barat dibandingkan musim timur.

5) Ada 7 (tujuh) solusi yang ditawarkan untuk kemudahan aksesibilitas

permodalan nelayan, 3 (tiga) solusi yang menjadi prioritas yaitu: (1)

penerapan aturan peminjaman yang fleksibel namun tetap bersifat prudent,

(2) pembuatan payung hukum mengenai penguatan permodalan, (3)

penetapan skema pembiayaan yang sesuai dengan karateristik perikanan

tangkap.

6.2 Saran

(1) Data yang digunakan untuk mengukur risiko pada penelitian ini hanya

didasarkan pada hasil wawancara sehingga kemungkinan subyektivitas tetap

ada. Agar akurasi tinggi maka basis data risiko sebaiknya dikumpulkan

melalui observasi langsung dari kegiatan penangkapan yang terjadi selama

durasi tertentu.

(2) Gambaran risiko usaha perikanan yang diperoleh pada penelitian ini bersifat

sangat spesifik sehingga untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang

risiko usaha perikanan di Indonesia maka diperlukan penelitian tentang topik

serupa di daerah lain.

(3) Perumusan aturan-aturan yang terkait dengan permodalan usaha perikanan

tangkap skala kecil mutlak dilaksanakan sesegera mungkin. Proses

perumusan sebaiknya tidak hanya melibatkan Bank Indonesia dan

Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai regulator, namun juga

stakeholder yang berperan pada tataran implementasi seperti Perbanas dan

asosiasi nelayan dan pengusaha perikanan.

.

Page 99: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, E. 2005. Analisis Biaya Transaksi dan Penerimaan Nelayan dan Petani di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 181 halaman.

Alhidayat, S.A. 2002. Kajian Pengelolaan Perikanan Tangkap di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 77 halaman.

Bailey. 1988. The Political Economic of Fisheries Marine Resources Development in Indonesia. 46 (oktober 1988). P 25-38.

Barnett J, Breakwell GM. 2001. Risk Perception and Experience: Hazard Personality Profiles and Individual Differences. Risk Analysis 21: 171-178.

[BI] Bank Indonesia. 2003. Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta. 24 halaman.

__________________. 2003. Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta. 23 halaman.

__________________. 2003. Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta. 4 halaman.

__________________. 2007. Laporan Perkembangan Kredit UKM Triwulan II 2007. Jakarta. Halaman 3-8.

Bank for International Settlements. 2005. International Convergence of Capital Measurment and Capital Standard: a Revised Framework. Basel. 272 p.

[BRI] Bank Rakyat Indonesia. 1991. Perkreditan dalam Upaya Pengembangan Perikanan Rakyat. Prosiding Temu Ilmiah Perikanan Rakyat. Jakarta Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Halaman 12-20.

[BRI] Bank Rakyat Indonesia Pekalongan. 2005. Kredit Perikanan Kantor Cabang BRI. Pekalongan. Halaman 3.

Brenot J, Bonnefous N, Marris C. 1998. Testing the Cultural Theory of Risk in France. Risk Analysis 18: 729–739.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2003. Pengukuran dan Analisa Ekonomi Kinerja Penyerapan Tenaga Kerja, Nilai Tambah dan Ekspor Usaha Kecil dan Menengah serta Peranannya terhadap Tenaga Kerja Nasional dan Produk Domestik Bruto. Jakarta. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Halaman 5-15.

________________________. 2006. Kabupaten Sukabumi dalam Angka. Sukabumi. BPS Kabupaten Sukabumi. Halaman 7-18.

_______________________. 2007. Indikator Makro UKM. Jakarta. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 11 halaman.

Page 100: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

87

Caouette JB, Altman, Edward I, Paul N. 1998. Managing Credit Risk: The Next Great Financial Challenge. New York. John Wiley & Sons, Inc. Third Avenue. 381 p.

Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery System. Blackwell Science. UK. 370 p.

Chauvin B, Hermand D, Mullet E. 2007. Risk Perception and Personality Facets. Risk Analysis 27 (1): 171-184.

Chauvin C, Bouar GL. 2007. Occupational Injury in the French Sea Fishing Industry: A Comparative Study Between the 1980s and Today. Accident Analysis and Prevention 39: 79–85.

Debertin, D.L. 1986. Agricultural Production Economics. New York. MacMillan Publishing Company. 388 p.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Jakarta. Sekretariat Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan. 56 halaman.

_____________________________ .2004. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2002. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Halaman 3.

_____________________________. 2005. Laporan Pemanfaatan Kredit Mina Mandiri dan Kredit Ketahanan Pangan Sektor Perikanan dan Kelautan Periode Juni 2005. Jakarta. Halaman 3-5.

______________________________. 2006. Enam Tahun Program PEMP: Sebuah Refleksi. Jakarta. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. 191 halaman.

Diknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. 1381 halaman.

Eggert H, Martinsson P. 2004. Are Commersial Fisher Risk Lover. Land Economic 80 (4): 550-560.

Elier, E.P. 2007. Kajian Teknologi Penangkapan Ikan yang Memberi Pendapatan Nelayan yang Layak di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 112 halaman.

Eklof, M. 2002. Perception and Control of Occupational Injury Risks in Fishery: a Pilot Study. Work & Stress 16 (1): 58–69.

Fatchuddin. 2006. Analisis Kebijakan Perkreditan untuk Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan. Disertasi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 249 halaman.

Fauzi, A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan: Isu, Sintesis dan Gagasan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 185 halaman.

Fauziyah, D. 2003. Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak terhadap Pendapatan Usaha Nelayan Gillnet di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 105 halaman.

Page 101: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

88

Firnasari, N. 2004. Kajian Perahu Kincang di Palabuhanratu. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 69 halaman.

Gunawan, R.T. 2003. Analisis Tingkat Perkembangan KUD Mina Mandiri Sinar Laut Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 61 halaman.

Kennedy R, Veazie M, Conway G, Amandus H. 1994. Fishing Deaths in Alaska Vary by Fishery. Amj Public Health 84:496.

Kesteven, G.L. 1973. Manual of Fisheries Science. Part 1. An Introduction to Fisheries Science. FAO Fisheries Technical Paper No 118. Rome. Food and Agriculture Organization of the United Nations. 47 p.

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2005. Undang-Undang No 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Jakarta. Kadin. 27 halaman.

Kountur, R. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta. Abdi Tandur. Halaman 1-37.

Kompas, 2005. Kredit Perikanan Diduga Salah Arah. Edisi Rabu, 23 November 2005. Halaman 2.

Labajos CP, Azofra M, Blaco B, Achutegui J, Gonzalez J. 2006. Analysis of Accident Inequality of Spanish Fishing Fleet. Accident Analysis & Prevention 38:1168-1175.

Matheson C, Morrison S,.Murphy E, Ritchie L, Bond C, Lawrie T. 2005. The Use of NHS Accident and Emergency Services by Commercial Sea Fishermen in the North East of Scotland. Occup. Med. 55 (2):96–98.

MRAG. 2000. Summary Review of the Impact of Fisheries Subsidies on Developing Countries. DFID Policy Research Programme Project. P 40-55.

Nasution, D. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tangkapan Ikan Nelayan di PPN Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 101 halalaman.

Nikijuluw, V.P.H. 2001. Sumberdaya Laut dan Pantai untuk Penanggulangan Kemiskinan. Makalah Seminar Penanggulangan Kemiskinan Pedesaan Melalui Pelestarian Fungsi Sumberdaya Alam. SOCSEA, 14 Agustus 2001.

Nurlaila, U. 2005. Implementasi Kebijakan Keselamatan Nelayan dan Kapal Ikan Berkapasitas >29 GT Berbasis di PPN Palabuhanratu. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 95 halaman.

Oostenbruge JAE, van Densen WLT, Machiels MAM. 2001. Risk Aversion in Allocating Fishing Effort in a Highly Uncertain Coastal Fishery for Pelagic Fish, Molucas-Indonesia. Can J Fish Aquat Sci 58 (8): 1683-1691.

Page 102: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

89

Pollnac RB, Poggie JJ, Cabral SL. 1998. Thresholds of Danger: Perceived Risk in a New England Fishery. Hum Organ 57 (1):53–58.

PPN Palabuhanratu. 1999. Laporan Tahunan Tingkat Operasional PPN Palabuhanratu. Jakarta. Halaman 1-10.

_________________. 2003. Laporan Tahunan Tingkat Operasional PPN Palabuhanratu. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Halaman 1-15.

_________________. 2005. Statistik Perikanan Tahun 2004. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Halaman 1-15.

_________________. 2006. Statistik Perikanan Tahun 2005. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Halaman 1-20.

_________________. 2007. Statistik Perikanan Tahun 2006. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Halaman 1-20.

Praptosuhardjo, P. 1996. Peranan Perbankan dalam Mendukung Pengembangan Sektor Perikanan. Disampaikan dalam Seminar Sehari di Institut Pertanian Bogor dalam Rangka Penas IX Pertasikencana.

Rangkuti, F. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 18-35.

Ritonga, J. 2004. Studi Pengembangan Marine Banking untuk Pembangunan Ekonomi Wilayah Pesisir. Disertasi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 320 halaman.

Rosenstock, L. 1997. Commercial Fishing Fatalities in Alaska: Risk Factors and Preventions Strategies. Current Intelligence Bulletin:35.

Roumasset, J.A. 1979. Risk Uncertainty and Agricultural Development. New York Agricultural Development Council:14-20.

Silalahi, D.G. 2006. Efektivitas Kelembagaan Tempat Pelelangan Ikan sebagai Kelembagaan Ekonomi Masyarakat Nelayan. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 96 halaman.

Sjoberg, L. 2000. Factors in Risk Perception. Risk Analysis 20:1–11.

Shahrabi J, Pelot R. 2007. Hierarchical Risk-Based Spatial Analysis of Maritime Fishing Traffic and Incident ini Canadian Atlantic Waters.Berlin Springer Berlin Heidelberg:335-350.

Smith, I.R. 1983. A Research Framework for Traditional Fisheries. Manila. International Centre for Living Aquatic Resources Management (ICLARM). P 37-55.

Sotojo, S. 1997. Analisis Kredit Umum: Konsep dan Teknik. Jakarta. Pustaka Binaman Pressindo.

Page 103: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

90

Suhanda, A. 2004. Analisis Manajemen Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 74 halaman.

Surya, A.H. 2006. Sistem Informasi Usaha Penangkapan Ikan Layur di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 105 halaman.

Torner M, Nordling PO. 2000. Occupational Injury in Swedish Fishery.: Analysis of Injury Statistics. Occup. Ergon 2:81–89.

Viklund, M. 2003. Trust and Risk Perception in Western Europe: A Cross- National Study. Risk Analysis 23:727–738.

Wildavsky A, Dake K. 1990. Theories of Risk Perception:Who Fears What and Why. Daedalus 112:41–50.

Womack, J. 2002. Small Commercial Fishing Vessel Stability Analysis Where Are We Now? Where Are We Going. Proceeding of 6th International Ship Stability Work Shop. Weeb Institute, 14-16 October 2002. 8 p.

Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistika. Jakarta . Gramedia Pustaka Utama. 515 Halaman.

Yami, B.M. 2001. Risk and Danger in Small Scale Fisheries: An Overview. http://www.ilo.org/publi...fishrisk/.

Yudistira, Y. 2007. Pengaruh Penggunaan Alat Bantu Cahaya (stick light) pada Rawai Vertikal terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur di Palabuhanrau, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 60 halaman.

Yundari, D. 2005. Perbandingan Indeks Relatif Nilai Produksi Ikan PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi dan Provinsi Jawa Barat Dikaitkan dengan Kualitas Pemasaran Ikan yang Didaratkan. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 119 Halaman.

Zulkarnain. 2002. Studi tentang Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 121 halaman.

Page 104: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

91

Jenis IkanTerendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi

1 Suryana Layur 0 11 20 0 30 120 0,11 0,53 0,35 0,15 0,78 0,072 Supenda Layur 2 16 24 10 26 114 0,14 0,61 0,25 0,19 0,73 0,083 Sarip Layur 3 14 17 8 30 144 0,10 0,63 0,27 0,21 0,72 0,074 Nedi Layur 7 12 18 5 27 276 0,11 0,60 0,29 0,25 0,69 0,065 Lala Layur 8 19 25 9 25 420 0,25 0,59 0,16 0,31 0,64 0,056 Tono Layur 3 12 23 6 14 108 0,12 0,54 0,34 0,12 0,79 0,107 Dedi A Layur 3 19 25 1 20 108 0,33 0,57 0,10 0,08 0,82 0,098 Yayan Layur 4 16 23 3 13 228 0,23 0,64 0,13 0,13 0,80 0,089 Kasdi Layur 5 11 27 2 14 216 0,10 0,73 0,16 0,23 0,68 0,09

10 Ayi Layur 9 15 30 0 21 150 0,12 0,74 0,14 0,13 0,76 0,1111 Udin Layur 8 16 20 8 21 108 0,28 0,52 0,20 0,24 0,66 0,1012 Ganda Layur 6 20 23 2 25 228 0,29 0,58 0,13 0,13 0,77 0,1013 Lukman Layur 3 15 28 8 21 96 0,11 0,59 0,29 0,17 0,69 0,1314 Ejab Layur 1 20 30 7 20 108 0,14 0,67 0,18 0,19 0,69 0,1315 Dedi Layur 1 22 24 6 20 240 0,07 0,68 0,25 0,32 0,63 0,0516 Anton Layur 2 18 45 5 19 120 0,22 0,63 0,15 0,19 0,71 0,1017 Herman Layur 2 23 125 7 18 252 0,21 0,69 0,09 0,15 0,79 0,0618 Wahyu Layur 0 25 180 7 16 300 0,22 0,71 0,07 0,20 0,70 0,1119 Asep Layur 1 23 217 6 20 228 0,15 0,77 0,08 0,18 0,74 0,0820 Roni Layur 0 13 123 6 18 240 0,07 0,83 0,10 0,15 0,78 0,0721 Dadun Layur 0 12 119 7 15 240 0,13 0,75 0,12 0,22 0,73 0,0522 Enut Layur 7 30 202 8 13 96 0,38 0,55 0,07 0,12 0,79 0,1023 Amar Layur 9 24 200 7 15 108 0,28 0,63 0,09 0,24 0,64 0,1224 Bana Layur 8 23 50 7 18 120 0,28 0,65 0,07 0,29 0,63 0,0925 Wardi Layur 2 14 35 9 20 100 0,22 0,63 0,15 0,23 0,68 0,09

Barat TimurJumlah 256,00 346,00Rata-rata 17,72 19,96Stdev 5,09 4,95Coef var 0,29 0,25

Peluang kejadianMusim Barat Musim TimurRespondenNo Musim Timur

Jumlah Tangkapan (kg)Musim Barat

Lampiran 1 Jumlah tangkapan pancing nelayan di Palabuhanratu

Page 105: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

92

Jenis IkanTerendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi

1 Suryana Layur 4.000 5.000 9.000 4.000 7.000 9.000 0,09 0,56 0,35 0,25 0,57 0,182 Supenda Layur 4.000 6.000 8.000 4.000 6.000 8.000 0,13 0,59 0,28 0,16 0,55 0,293 Sarip Layur 5.000 7.000 10.000 5.000 8.000 10.000 0,06 0,75 0,19 0,19 0,53 0,284 Nedi Layur 4.000 5.000 7.000 4.000 6.000 12.000 0,06 0,52 0,41 0,24 0,62 0,145 Lala Layur 4.000 5.000 8.000 4.000 6.000 8.000 0,15 0,64 0,21 0,06 0,73 0,216 Tono Layur 5.000 6.000 7.000 4.000 6.000 6.500 0,12 0,67 0,21 0,12 0,66 0,227 Dedi A Layur 4.000 7.000 10.000 4.000 7.000 10.000 0,20 0,61 0,19 0,17 0,73 0,108 Yayan Layur 6.000 7.000 9.000 3.000 6.000 7.000 0,30 0,54 0,16 0,11 0,60 0,289 Kasdi Layur 4.000 5.000 8.000 2.500 6.000 7.000 0,15 0,54 0,31 0,20 0,54 0,2610 Ayi Layur 4.000 7.000 10.000 4.000 6.000 10.000 0,18 0,56 0,26 0,14 0,63 0,2311 Udin Layur 5.000 8.000 10.000 5.000 8.000 10.000 0,24 0,59 0,18 0,26 0,60 0,1412 Ganda Layur 7.000 8.000 10.000 4.000 7.000 7.000 0,35 0,53 0,12 0,18 0,71 0,1113 Lukman Layur 3.500 5.000 7.000 3.500 5.500 7.000 0,10 0,62 0,28 0,08 0,76 0,1614 Ejab Layur 6.000 7.000 10.000 6.000 8.000 10.000 0,28 0,59 0,13 0,28 0,60 0,1315 Dedi Layur 5.000 9.000 11.000 5.000 9.000 11.000 0,29 0,55 0,16 0,41 0,47 0,1316 Anton Layur 5.000 6.000 8.000 3.000 6.000 7.000 0,19 0,54 0,27 0,09 0,73 0,1817 Herman Layur 5.000 7.000 10.000 4.000 7.000 9.000 0,21 0,65 0,14 0,21 0,54 0,2518 Wahyu Layur 5.000 8.000 11.000 5.000 6.000 8.000 0,26 0,61 0,13 0,22 0,54 0,2419 Asep Layur 5.000 6.000 8.000 5.000 6.000 8.000 0,11 0,63 0,26 0,10 0,63 0,2820 Roni Layur 4.000 6.500 10.000 4.000 6.500 9.000 0,10 0,72 0,18 0,13 0,65 0,2221 Dadun Layur 4.000 5.000 7.000 3.000 5.000 7.000 0,13 0,58 0,28 0,10 0,61 0,2822 Enut Layur 5.000 6.000 8.000 5.000 6.000 7.000 0,11 0,68 0,21 0,12 0,70 0,1823 Amar Layur 5.000 6.500 10.000 5.000 6.000 12.000 0,16 0,65 0,20 0,11 0,74 0,1524 Bana Layur 4.000 7.000 9.000 4.000 6.500 8.000 0,13 0,67 0,20 0,10 0,63 0,2825 Wardi Layur 5.000 6.000 8.000 5.000 6.000 8.000 0,16 0,56 0,28 0,23 0,54 0,23

Barat TimurJumlah 155.000 156.500Rata-rata 6.458,33 6.520,83Stdev 1.131,72 938,07Coef var 0,18 0,14

Peluang kejadianMusim Barat Musim TimurResponden No Musim Timur

Harga Ikan (kg)Musim Barat

Lampiran 2 Harga ikan tangkapan pancing nelayan di Palabuhanratu

Page 106: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

93

Jenis IkanTerendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi

1 Suryana Layur -27.755 -4.380 14.745 -27.755 61.495 329.245 0,08 0,54 0,38 0,18 0,73 0,092 Supenda Layur -21.048 12.952 33.352 6.152 38.452 165.952 0,06 0,65 0,29 0,19 0,67 0,133 Sarip Layur -23.396 5.504 14.429 -2.146 65.854 269.854 0,06 0,51 0,43 0,14 0,77 0,094 Nedi Layur -6.067 -1.392 11.358 -1.392 41.958 442.308 0,13 0,52 0,34 0,21 0,72 0,075 Lala Layur 7.533 20.708 33.458 -4.367 44.083 694.333 0,14 0,60 0,26 0,22 0,73 0,056 Tono Layur -15.415 6.260 11.360 -7.765 11.360 159.260 0,16 0,59 0,25 0,14 0,72 0,137 Dedi A Layur -10.806 32.969 50.819 -19.306 35.944 160.044 0,09 0,78 0,13 0,13 0,75 0,138 Yayan Layur -13.800 18.500 39.325 -20.175 4.050 261.600 0,23 0,60 0,17 0,19 0,68 0,139 Kasdi Layur -13.534 -7.159 26.841 -24.584 5.166 198.966 0,19 0,46 0,34 0,22 0,63 0,1610 Ayi Layur 6.175 12.550 57.175 -32.075 21.475 222.925 0,10 0,58 0,33 0,11 0,74 0,1511 Udin Layur 18.319 52.999 76.119 18.319 81.899 584.759 0,26 0,52 0,22 0,35 0,59 0,0712 Ganda Layur -4.416 38.084 48.284 -23.966 44.459 357.684 0,21 0,67 0,12 0,18 0,73 0,0913 Lukman Layur -33.849 -10.899 16.726 -18.974 6.313 100.026 0,10 0,53 0,37 0,17 0,69 0,1314 Ejab Layur -20.464 34.786 64.536 5.036 43.286 250.686 0,14 0,67 0,18 0,24 0,65 0,1115 Dedi Layur -25.033 54.443 62.093 -1.658 46.793 480.293 0,15 0,71 0,14 0,23 0,73 0,0416 Anton Layur -37.991 1.109 69.959 -29.916 3.659 108.209 0,16 0,54 0,29 0,20 0,63 0,1717 Herman Layur -26.516 33.409 336.859 -8.241 18.534 393.384 0,34 0,59 0,07 0,19 0,68 0,1318 Wahyu Layur -36.399 48.601 575.601 -12.599 4.401 601.101 0,26 0,71 0,04 0,25 0,68 0,0719 Asep Layur -27.689 27.561 522.261 -10.689 19.911 453.411 0,23 0,70 0,07 0,19 0,71 0,1020 Roni Layur -26.435 9.478 313.353 -3.485 23.290 381.565 0,21 0,73 0,06 0,21 0,71 0,0821 Dadun Layur -35.016 -9.516 217.859 -14.191 -3.141 270.984 0,24 0,60 0,16 0,26 0,65 0,0922 Enut Layur -15.066 37.634 476.234 -15.066 -5.716 165.134 0,32 0,64 0,04 0,13 0,71 0,1623 Amar Layur 7.565 35.615 521.815 5.015 7.565 198.815 0,32 0,63 0,05 0,25 0,57 0,1824 Bana Layur -10.068 27.757 108.082 -16.868 9.057 163.332 0,29 0,60 0,11 0,16 0,70 0,1325 Wardi Layur -27.366 1.534 55.084 -3.566 16.834 178.334 0,11 0,54 0,34 0,13 0,72 0,16

Barat TimurJumlah 479.108 646.983Rata-rata 19.164,33 25.879,33Stdev 19.971,35 23.318,53Coef var 1,04 0,90

Peluang kejadianMusim Barat Musim TimurResponden No Musim Timur

Harga Ikan (kg)Musim Barat

Lampiran 3 Pendapatan nelayan pancing per trip di Palabuhanratu

Page 107: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

94

Nama Harga satuan PenggunaanResponden (Rp) per trip T B T B

1 Suryana Bensin 5.000 Liter 6 96 79 2.880.000 2.370.000Minyak tanah 3.000 Liter 3 96 79 864.000 711.000Oli 15.000 Liter 0,04 96 79 57.600 47.400Es 12.000 Balok 1 96 79 1.152.000 948.000Konsumsi 8.000 Pkt 1 96 79 768.000 632.000Rokok 5.000 Buah 1 96 79 480.000 395.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 96 79 47.520 39.105Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 96 79 20.160 16.590

6.269.280 5.159.0952 Supenda Bensin 5.000 Liter 4 104 85 2.080.000 1.700.000

Minyak tanah 3.000 Liter 3 104 85 936.000 765.000Oli 20.000 Liter 0,07 104 85 145.600 119.000Es 8.000 Balok 2 104 85 1.664.000 1.360.000Konsumsi 10.000 Pkt 1 104 85 1.040.000 850.000Rokok 8.000 Buah 1 104 85 832.000 680.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,5 104 85 78.000 63.750Kaca petromaks 1.500 Buah 0,25 104 85 39.000 31.875

6.814.600 5.569.6253 Sarip Bensin 5.000 Liter 7 100 79 3.500.000 2.765.000

Minyak tanah 3.000 Liter 4 100 79 1.200.000 948.000Oli 20.000 Liter 0,04 100 79 80.000 63.200Es 8.000 Balok 2 100 79 1.600.000 1.264.000Konsumsi 15.000 Pkt 1 100 79 1.500.000 1.185.000Rokok 5.000 Buah 1 100 79 500.000 395.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,5 100 79 75.000 59.250Kaca petromaks 1.500 Buah 0,33 100 79 50.000 39.500

8.505.000 6.718.950

4 Nedi Bensin 5.000 Liter 5 104 82 2.600.000 2.050.000Minyak tanah 3.000 Liter 3 104 82 936.000 738.000Oli 10.000 Liter 0,04 104 82 41.600 32.800Es 8.000 Balok 1 104 82 832.000 656.000Konsumsi 15.000 Pkt 1 104 82 1.560.000 1.230.000Rokok 5.000 Buah 1 104 82 520.000 410.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 104 82 52.000 41.000Kaca petromaks 1.500 Buah 0,25 104 82 39.000 30.750

6.580.600 5.188.5505 Lala Bensin 5.000 Liter 4 96 73 1.920.000 1.460.000

Minyak tanah 3.000 Liter 2 96 73 576.000 438.000Oli 10.000 Liter 0,04 96 73 38.400 29.200Es 8.000 Balok 0,5 96 73 384.000 292.000Konsumsi 10.000 Pkt 1 96 73 960.000 730.000Rokok 5.000 Buah 1 96 73 480.000 365.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 96 73 48.000 36.500Kaca petromaks 1.500 Buah 0,25 96 73 36.000 27.375

4.442.400 3.378.0756 Tono Bensin 5.000 Liter 5 104 76 2.600.000 1.900.000

Minyak tanah 3.000 Liter 2 104 76 624.000 456.000Oli 20.000 Liter 0,07 104 76 145.600 106.400Es 8.000 Balok 1 104 76 832.000 608.000Konsumsi 10.000 Pkt 1 104 76 1.040.000 760.000Rokok 6.000 Buah 1 104 76 624.000 456.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 104 76 51.480 37.620Kaca petromaks 1.500 Buah 0,25 104 76 39.000 28.500

5.956.080 4.352.520

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Biaya/musim

Jumlah

Jumlah

Jumlah

No Komponen Biaya Satuan Jumlah tripLampiran 4 Komponen biaya operasional pancing di Palabuhanratu

Page 108: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

95

7 Dedi Bensin 5.000 Liter 5 96 79 2.400.000 1.975.000Minyak tanah 3.000 Liter 3 96 79 864.000 711.000Oli 20.000 Liter 0,04 96 79 76.800 63.200Es 8.000 Balok 0,5 96 79 384.000 316.000Konsumsi 7.500 Pkt 1 96 79 720.000 592.500Rokok 4.000 Buah 2 96 79 768.000 632.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,5 96 79 72.000 59.250Kaca petromaks 1.500 Buah 0,25 96 79 36.000 29.625

5.320.800 4.378.5758 Yayan Bensin 5.000 Liter 5 88 70 2.200.000 1.750.000

Minyak tanah 2.800 Liter 5 88 70 1.232.000 980.000Oli 15.000 Liter 0,04 88 70 52.800 42.000Es 12.000 Balok 0,5 88 70 528.000 420.000Konsumsi 10.000 Pkt 1 88 70 880.000 700.000Rokok 6.000 Buah 2 88 70 1.056.000 840.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 88 70 43.560 34.650Kaca petromaks 1.500 Buah 0,25 88 70 33.000 26.250

6.025.360 4.792.9009 Kasdi Bensin 5.000 Liter 5 96 67 2.400.000 1.675.000

Minyak tanah 2.800 Liter 5 96 67 1.344.000 938.000Oli 15.000 Liter 0,04 96 67 57.600 40.200Es 6.000 Balok 1 96 67 576.000 402.000Konsumsi 15.000 Pkt 1 96 67 1.440.000 1.005.000Rokok 5.000 Buah 2 96 67 960.000 670.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,5 96 67 72.000 50.250Kaca petromaks 1.500 Buah 0,33 96 67 47.520 33.165

6.897.120 4.813.61510 Ayi Bensin 5.000 Liter 4 92 73 1.840.000 1.460.000

Minyak tanah 3.000 Liter 6 92 73 1.656.000 1.314.000Oli 15.000 Liter 0,04 92 73 55.200 43.800Es 12.000 Balok 0,5 92 73 552.000 438.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 92 73 1.840.000 1.460.000Rokok 5.000 Buah 2 92 73 920.000 730.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 92 73 45.540 36.135Kaca petromaks 1.500 Buah 0,25 92 73 34.500 27.375

6.943.240 5.509.31011 Udin Bensin 5.000 Liter 5 104 85 2.600.000 2.125.000

Minyak tanah 3.000 Liter 2 104 85 624.000 510.000Oli 20.000 Liter 0,07 104 85 145.600 119.000Es 12.000 Balok 0,5 104 85 624.000 510.000Konsumsi 10.000 Pkt 1 104 85 1.040.000 850.000Rokok 5.000 Buah 1 104 85 520.000 425.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,5 104 85 78.000 63.750Kaca petromaks 1.500 Buah 0,33 104 85 51.480 42.075

5.683.080 4.644.82512 Ganda Bensin 5.000 Liter 5 92 85 2.300.000 2.125.000

Minyak tanah 3.000 Liter 5 92 85 1.380.000 1.275.000Oli 20.000 Liter 0,07 92 85 128.800 119.000Es 8.000 Balok 1 92 85 736.000 680.000Konsumsi 15.000 Pkt 1 92 85 1.380.000 1.275.000Rokok 5.000 Buah 1 92 85 460.000 425.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 92 85 45.540 42.075Kaca petromaks 1.500 Buah 0,33 92 85 45.540 42.075

6.475.880 5.983.150Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Lampiran 4 Komponen biaya operasional pancing di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 109: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

96

13 Lukman Bensin 5.000 Liter 10 104 79 5.200.000 3.950.000Minyak tanah 3.000 Liter 5 104 79 1.560.000 1.185.000Oli 20.000 Liter 0,07 104 79 145.600 110.600Es 12.000 Balok 0,5 104 79 624.000 474.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 104 79 2.080.000 1.580.000Rokok 7.000 Buah 1 104 79 728.000 553.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,5 104 79 78.000 59.250Kaca petromaks 1.500 Buah 0,33 104 79 51.480 39.105

10.467.080 7.950.95514 Ejab Bensin 5.000 Liter 4 80 76 1.600.000 1.520.000

Minyak tanah 3.000 Liter 3 80 76 720.000 684.000Oli 10.000 Liter 0,04 80 76 32.000 30.400Es 8.000 Balok 1 80 76 640.000 608.000Konsumsi 10.000 Pkt 1 80 76 800.000 760.000Rokok 5.000 Buah 2 80 76 800.000 760.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,25 80 76 30.000 28.500Kaca petromaks 1.500 Buah 0,25 80 76 30.000 28.500

4.652.000 4.419.40015 Dedi Bensin 5.000 Liter 5 96 73 2.400.000 1.825.000

Minyak tanah 3.000 Liter 4 96 73 1.152.000 876.000Oli 10.000 Liter 0,04 96 73 38.400 29.200Es 12.000 Balok 0,5 96 73 576.000 438.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 96 73 1.920.000 1.460.000Rokok 5.000 Buah 1 96 73 480.000 365.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,5 96 73 72.000 54.750Kaca petromaks 1.500 Buah 0,5 96 73 72.000 54.750

6.710.400 5.102.70016 Anton Bensin 5.000 Liter 10 104 79 5.200.000 3.950.000

Minyak tanah 3.000 Liter 4 104 79 1.248.000 948.000Oli 10.000 Liter 0,04 104 79 41.600 31.600Es 12.000 Balok 1 104 79 1.248.000 948.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 104 79 2.080.000 1.580.000Rokok 5.000 Buah 2 104 79 1.040.000 790.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 104 79 51.480 39.105Kaca petromaks 1.500 Buah 0,33 104 79 51.480 39.105

10.960.560 8.325.81017 Herman Bensin 5.000 Liter 7 92 85 3.220.000 2.975.000

Minyak tanah 3.000 Liter 4 92 85 1.104.000 1.020.000Oli 20.000 Liter 0,07 92 85 128.800 119.000Es 8.000 Balok 1 92 85 736.000 680.000Konsumsi 10.000 Pkt 2 92 85 1.840.000 1.700.000Rokok 5.000 Buah 1 92 85 460.000 425.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 92 85 45.540 42.075Kaca petromaks 1.500 Buah 0,33 92 85 45.540 42.075

7.579.880 7.003.15018 Wahyu Bensin 5.000 Liter 8 104 82 4.160.000 3.280.000

Minyak tanah 3.000 Liter 5 104 82 1.560.000 1.230.000Oli 20.000 Liter 0,07 104 82 145.600 114.800Es 12.000 Balok 0,5 104 82 624.000 492.000Konsumsi 15.000 Pkt 1 104 82 1.560.000 1.230.000Rokok 7.000 Buah 1 104 82 728.000 574.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,5 104 82 78.000 61.500Kaca petromaks 1.500 Buah 0,33 104 82 51.480 40.590

8.907.080 7.022.890

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Lampiran 4 Komponen biaya operasional pancing di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 110: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

97

19 Asep Bensin 5.000 Liter 5 80 73 2.000.000 1.825.000Minyak tanah 3.000 Liter 3 80 73 720.000 657.000Oli 10.000 Liter 0,04 80 73 32.000 29.200Es 8.000 Balok 1 80 73 640.000 584.000Konsumsi 10.000 Pkt 2 80 73 1.600.000 1.460.000Rokok 5.000 Buah 2 80 73 800.000 730.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,25 80 73 30.000 27.375Kaca petromaks 1.500 Buah 0,25 80 73 30.000 27.375

5.852.000 5.339.95020 Roni Bensin 5.000 Liter 4 96 82 1.920.000 1.640.000

Minyak tanah 3.000 Liter 3 96 82 864.000 738.000Oli 10.000 Liter 0,07 96 82 67.200 57.400Es 12.000 Balok 0,5 96 82 576.000 492.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 96 82 1.920.000 1.640.000Rokok 5.000 Buah 1 96 82 480.000 410.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,5 96 82 72.000 61.500Kaca petromaks 1.500 Buah 0,5 96 82 72.000 61.500

5.971.200 5.100.40021 Dadun Bensin 5.000 Liter 6 104 67 3.120.000 2.010.000

Minyak tanah 3.000 Liter 3 104 67 936.000 603.000Oli 10.000 Liter 0,04 104 67 41.600 26.800Es 12.000 Balok 1 104 67 1.248.000 804.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 104 67 2.080.000 1.340.000Rokok 5.000 Buah 2 104 67 1.040.000 670.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 104 67 51.480 33.165Kaca petromaks 1.500 Buah 0,33 104 67 51.480 33.165

8.568.560 5.520.13022 Enut Bensin 5.000 Liter 8 80 73 3.200.000 2.920.000

Minyak tanah 3.000 Liter 4 80 73 960.000 876.000Oli 10.000 Liter 0,07 80 73 56.000 51.100Es 8.000 Balok 1 80 73 640.000 584.000Konsumsi 10.000 Pkt 2 80 73 1.600.000 1.460.000Rokok 5.000 Buah 2 80 73 800.000 730.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,25 80 73 30.000 27.375Kaca petromaks 1.500 Buah 0,25 80 73 30.000 27.375

7.316.000 6.675.85023 Amar Bensin 5.000 Liter 5 96 82 2.400.000 2.050.000

Minyak tanah 3.000 Liter 3 96 82 864.000 738.000Oli 10.000 Liter 0,07 96 82 67.200 57.400Es 12.000 Balok 0,5 96 82 576.000 492.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 96 82 1.920.000 1.640.000Rokok 5.000 Buah 2 96 82 960.000 820.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,5 96 82 72.000 61.500Kaca petromaks 1.500 Buah 0,5 96 82 72.000 61.500

6.931.200 5.920.40024 Bana Bensin 5.000 Liter 8 104 85 4.160.000 3.400.000

Minyak tanah 3.000 Liter 4 104 85 1.248.000 1.020.000Oli 10.000 Liter 0,07 104 85 72.800 59.500Es 12.000 Balok 1 104 85 1.248.000 1.020.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 104 85 2.080.000 1.700.000Rokok 5.000 Buah 2 104 85 1.040.000 850.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 104 85 51.480 42.075Kaca petromaks 1.500 Buah 0,33 104 85 51.480 42.075

9.951.760 8.133.65025 Wardi Bensin 5.000 Liter 5 96 79 2.400.000 1.975.000

Minyak tanah 3.000 Liter 4 96 79 1.152.000 948.000Oli 10.000 Liter 0,04 96 79 38.400 31.600Es 12.000 Balok 1 96 79 1.152.000 948.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 96 79 1.920.000 1.580.000Rokok 5.000 Buah 2 96 79 960.000 790.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 96 79 47.520 39.105Kaca petromaks 1.500 Buah 0,33 96 79 47.520 39.105

7.717.440 6.350.810

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Lampiran 4 Komponen biaya operasional pancing di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 111: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

98

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Suryana Penjualan ikan 0 55.000 100.000 0 210.000 840.000

Penjualan kotor -65.305 -10.305 34.695 -65.305 144.695 774.695Biaya mesin (15%) -55.509 -8.759 29.491 -55.509 122.991 658.491Pend bersih (50%) -27.755 -4.380 14.745 -27.755 61.495 329.245

2 Supenda Penjualan ikan 16.000 96.000 144.000 80.000 156.000 456.000Penjualan kotor -49.525 30.475 78.475 14.475 90.475 390.475Biaya mesin (15%) -42.096 25.904 66.704 12.304 76.904 331.904Pend bersih (50%) -21.048 12.952 33.352 6.152 38.452 165.952

3 Sarip Penjualan ikan 30.000 98.000 119.000 80.000 240.000 720.000Penjualan kotor -55.050 12.950 33.950 -5.050 154.950 634.950Biaya mesin (15%) -46.793 11.008 28.858 -4.293 131.708 539.708Pend bersih (50%) -23.396 5.504 14.429 -2.146 65.854 269.854

4 Nedi Penjualan ikan 49.000 60.000 90.000 60.000 162.000 1.104.000Penjualan kotor -14.275 -3.275 26.725 -3.275 98.725 1.040.725Biaya mesin (15%) -12.134 -2.784 22.716 -2.784 83.916 884.616Pend bersih (50%) -6.067 -1.392 11.358 -1.392 41.958 442.308

5 Lala Penjualan ikan 64.000 95.000 125.000 36.000 150.000 1.680.000Penjualan kotor 17.725 48.725 78.725 -10.275 103.725 1.633.725Biaya mesin (15%) 15.066 41.416 66.916 -8.734 88.166 1.388.666Pend bersih (50%) 7.533 20.708 33.458 -4.367 44.083 694.333

6 Tono Penjualan ikan 21.000 72.000 84.000 39.000 84.000 432.000Penjualan kotor -36.270 14.730 26.730 -18.270 26.730 374.730Biaya mesin (15%) -30.830 12.521 22.721 -15.530 22.721 318.521Pend bersih (50%) -15.415 6.260 11.360 -7.765 11.360 159.260

7 Dedi A Penjualan ikan 30.000 133.000 175.000 10.000 140.000 432.000Penjualan kotor -25.425 77.575 119.575 -45.425 84.575 376.575Biaya mesin (15%) -21.611 65.939 101.639 -38.611 71.889 320.089Pend bersih (50%) -10.806 32.969 50.819 -19.306 35.944 160.044

8 Yayan Penjualan ikan 36.000 112.000 161.000 21.000 78.000 684.000Penjualan kotor -32.470 43.530 92.530 -47.470 9.530 615.530Biaya mesin (15%) -27.600 37.001 78.651 -40.350 8.101 523.201Pend bersih (50%) -13.800 18.500 39.325 -20.175 4.050 261.600

9 Kasdi Penjualan ikan 40.000 55.000 135.000 14.000 84.000 540.000Penjualan kotor -31.845 -16.845 63.155 -57.845 12.155 468.155Biaya mesin (15%) -27.068 -14.318 53.682 -49.168 10.332 397.932Pend bersih (50%) -13.534 -7.159 26.841 -24.584 5.166 198.966

10 Ayi Penjualan ikan 90.000 105.000 210.000 0 126.000 600.000Penjualan kotor 14.530 29.530 134.530 -75.470 50.530 524.530Biaya mesin (15%) 12.351 25.101 114.351 -64.150 42.951 445.851Pend bersih (50%) 6.175 12.550 57.175 -32.075 21.475 222.925

11 Udin Penjualan ikan 80.000 128.000 160.000 80.000 168.000 864.000Penjualan kotor 25.355 73.355 105.355 25.355 113.355 809.355Biaya mesin (15%) 21.552 62.352 89.552 21.552 96.352 687.952Pend bersih (50%) 18.319 52.999 76.119 18.319 81.899 584.759

12 Ganda Penjualan ikan 60.000 160.000 184.000 14.000 175.000 912.000Penjualan kotor -10.390 89.610 113.610 -56.390 104.610 841.610Biaya mesin (15%) -8.832 76.169 96.569 -47.932 88.919 715.369Pend bersih (50%) -4.416 38.084 48.284 -23.966 44.459 357.684

RespondenNo Musim TimurMusim BaratKomponen

Lampiran 5 Komponen pendapatan nelayan pancing di Palabuhanratu

Page 112: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

99

13 Lukman Penjualan ikan 21.000 75.000 140.000 56.000 115.500 336.000Penjualan kotor -79.645 -25.645 39.355 -44.645 14.855 235.355Biaya mesin (15%) -67.698 -21.798 33.452 -37.948 12.627 200.052Pend bersih (50%) -33.849 -10.899 16.726 -18.974 6.313 100.026

14 Ejab Penjualan ikan 10.000 140.000 210.000 70.000 160.000 648.000Penjualan kotor -48.150 81.850 151.850 11.850 101.850 589.850Biaya mesin (15%) -40.928 69.573 129.073 10.073 86.573 501.373Pend bersih (50%) -20.464 34.786 64.536 5.036 43.286 250.686

15 Dedi Penjualan ikan 11.000 198.000 216.000 66.000 180.000 1.200.000Penjualan kotor -58.900 128.100 146.100 -3.900 110.100 1.130.100Biaya mesin (15%) -50.065 108.885 124.185 -3.315 93.585 960.585Pend bersih (50%) -25.033 54.443 62.093 -1.658 46.793 480.293

16 Anton Penjualan ikan 16.000 108.000 270.000 35.000 114.000 360.000Penjualan kotor -89.390 2.610 164.610 -70.390 8.610 254.610Biaya mesin (15%) -75.982 2.219 139.919 -59.832 7.319 216.419Pend bersih (50%) -37.991 1.109 69.959 -29.916 3.659 108.209

17 Herman Penjualan ikan 20.000 161.000 875.000 63.000 126.000 1.008.000Penjualan kotor -62.390 78.610 792.610 -19.390 43.610 925.610Biaya mesin (15%) -53.032 66.819 673.719 -16.482 37.069 786.769Pend bersih (50%) -26.516 33.409 336.859 -8.241 18.534 393.384

18 Wahyu Penjualan ikan 0 200.000 1.440.000 56.000 96.000 1.500.000Penjualan kotor -85.645 114.355 1.354.355 -29.645 10.355 1.414.355Biaya mesin (15%) -72.798 97.202 1.151.202 -25.198 8.802 1.202.202Pend bersih (50%) -36.399 48.601 575.601 -12.599 4.401 601.101

19 Asep Penjualan ikan 8.000 138.000 1.302.000 48.000 120.000 1.140.000Penjualan kotor -65.150 64.850 1.228.850 -25.150 46.850 1.066.850Biaya mesin (15%) -55.378 55.123 1.044.523 -21.378 39.823 906.823Pend bersih (50%) -27.689 27.561 522.261 -10.689 19.911 453.411

20 Roni Penjualan ikan 0 84.500 799.500 54.000 117.000 960.000Penjualan kotor -62.200 22.300 737.300 -8.200 54.800 897.800Biaya mesin (15%) -52.870 18.955 626.705 -6.970 46.580 763.130Pend bersih (50%) -26.435 9.478 313.353 -3.485 23.290 381.565

21 Dadun Penjualan ikan 0 60.000 595.000 49.000 75.000 720.000Penjualan kotor -82.390 -22.390 512.610 -33.390 -7.390 637.610Biaya mesin (15%) -70.032 -19.032 435.719 -28.382 -6.282 541.969Pend bersih (50%) -35.016 -9.516 217.859 -14.191 -3.141 270.984

22 Enut Penjualan ikan 56.000 180.000 1.212.000 56.000 78.000 480.000Penjualan kotor -35.450 88.550 1.120.550 -35.450 -13.450 388.550Biaya mesin (15%) -30.133 75.268 952.468 -30.133 -11.433 330.268Pend bersih (50%) -15.066 37.634 476.234 -15.066 -5.716 165.134

23 Amar Penjualan ikan 90.000 156.000 1.300.000 84.000 90.000 540.000Penjualan kotor 17.800 83.800 1.227.800 11.800 17.800 467.800Biaya mesin (15%) 15.130 71.230 1.043.630 10.030 15.130 397.630Pend bersih (50%) 7.565 35.615 521.815 5.015 7.565 198.815

24 Bana Penjualan ikan 72.000 161.000 350.000 56.000 117.000 480.000Penjualan kotor -23.690 65.310 254.310 -39.690 21.310 384.310Biaya mesin (15%) -20.137 55.514 216.164 -33.737 18.114 326.664Pend bersih (50%) -10.068 27.757 108.082 -16.868 9.057 163.332

25 Wardi Penjualan ikan 16.000 84.000 210.000 72.000 120.000 500.000Penjualan kotor -64.390 3.610 129.610 -8.390 39.610 419.610Biaya mesin (15%) -54.732 3.069 110.169 -7.132 33.669 356.669Pend bersih (50%) -27.366 1.534 55.084 -3.566 16.834 178.334

Lampiran 5 Komponen pendapatan nelayan pancing di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 113: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

100

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Suryana Layur 0,00 5,85 7,09 12,94 0,00 23,44 8,75 32,192 Supenda Layur 0,28 9,79 5,93 16,00 1,92 19,00 8,77 29,693 Sarip Layur 0,30 8,86 4,52 13,68 1,68 21,60 10,08 33,364 Nedi Layur 0,77 7,17 5,27 13,21 1,25 18,69 15,92 35,875 Lala Layur 1,97 11,19 4,11 17,27 2,81 15,89 21,88 40,576 Tono Layur 0,36 6,47 7,87 14,70 0,69 11,04 10,38 22,127 Dedi A Layur 0,99 10,82 2,53 14,34 0,08 16,46 10,13 26,678 Yayan Layur 0,91 10,29 2,96 14,16 0,38 10,34 18,14 28,859 Kasdi Layur 0,52 8,04 4,43 13,00 0,46 9,48 20,25 30,19

10 Ayi Layur 1,11 11,10 4,11 16,32 0,00 15,98 16,30 32,2811 Udin Layur 2,26 8,28 4,00 14,54 1,92 13,93 10,38 26,2412 Ganda Layur 1,76 11,53 2,98 16,27 0,26 19,29 22,30 41,8613 Lukman Layur 0,34 8,92 8,15 17,42 1,38 14,54 12,92 28,8514 Ejab Layur 0,14 13,42 5,53 19,09 1,31 13,75 13,50 28,5615 Dedi Layur 0,07 15,07 5,92 21,05 1,94 12,50 12,50 26,9416 Anton Layur 0,43 11,39 6,84 18,66 0,96 13,52 11,54 26,0217 Herman Layur 0,42 15,96 11,76 28,15 1,05 14,22 15,12 30,3918 Wahyu Layur 0,00 17,68 13,17 30,85 1,37 11,13 32,61 45,1119 Asep Layur 0,15 17,64 17,84 35,63 1,10 14,81 17,54 33,4420 Roni Layur 0,00 10,78 12,00 22,78 0,90 14,04 16,80 31,7421 Dadun Layur 0,00 8,96 14,21 23,16 1,53 10,94 12,50 24,9722 Enut Layur 2,68 16,44 13,84 32,96 0,92 10,25 9,23 20,4023 Amar Layur 2,52 15,22 17,07 34,82 1,68 9,60 12,96 24,2424 Bana Layur 2,26 14,88 3,53 20,67 2,02 11,25 10,38 23,6525 Wardi Layur 0,43 8,86 5,32 14,61 2,06 13,54 9,38 24,98

496,28 749,1719,85 29,97

JumlahJenis ikan Musim Barat Musim TimurRespondenNo Jumlah

Jumlah totalStatus risiko produksi

Lampiran 6 Status risiko hasil tangkapan pancing di Palabuhanratu

Page 114: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

101

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Suryana 354,43 2.784,81 3.189,87 6.329,11 1.000,00 4.010,42 1.593,75 6.604,172 Supenda 517,65 3.529,41 2.258,82 6.305,88 653,85 3.288,46 2.307,69 6.250,003 Sarip 316,46 5.227,85 1.898,73 7.443,04 950,00 4.240,00 2.800,00 7.990,004 Nedi 243,90 2.621,95 2.902,44 5.768,29 961,54 3.692,31 1.730,77 6.384,625 Lala 602,74 3.219,18 1.643,84 5.465,75 250,00 4.375,00 1.666,67 6.291,676 Tono 592,11 4.026,32 1.473,68 6.092,11 461,54 3.980,77 1.437,50 5.879,817 Dedi A 810,13 4.253,16 1.898,73 6.962,03 666,67 5.104,17 1.041,67 6.812,508 Yayan 1.800,00 3.800,00 1.414,29 7.014,29 340,91 3.613,64 1.988,64 5.943,189 Kasdi 597,01 2.686,57 2.507,46 5.791,04 494,79 3.250,00 1.822,92 5.567,71

10 Ayi 712,33 3.931,51 2.602,74 7.246,58 565,22 3.782,61 2.282,61 6.630,4311 Udin 1.176,47 4.705,88 1.764,71 7.647,06 1.298,08 4.769,23 1.442,31 7.509,6212 Ganda 2.470,59 4.235,29 1.176,47 7.882,35 739,13 4.945,65 760,87 6.445,6513 Lukman 354,43 3.101,27 1.949,37 5.405,06 269,23 4.177,88 1.144,23 5.591,3514 Ejab 1.657,89 4.144,74 1.315,79 7.118,42 1.650,00 4.800,00 1.250,00 7.700,0015 Dedi 1.438,36 4.931,51 1.808,22 8.178,08 2.031,25 4.218,75 1.375,00 7.625,0016 Anton 949,37 3.265,82 2.126,58 6.341,77 259,62 4.384,62 1.278,85 5.923,0817 Herman 1.058,82 4.529,41 1.411,76 7.000,00 840,00 3.780,00 2.250,00 6.870,0018 Wahyu 1.280,49 4.878,05 1.475,61 7.634,15 1.086,96 3.260,87 1.913,04 6.260,8719 Asep 547,95 3.780,82 2.082,19 6.410,96 480,77 3.750,00 2.230,77 6.461,5420 Roni 390,24 4.676,83 1.829,27 6.896,34 520,00 4.225,00 1.980,00 6.725,0021 Dadun 537,31 2.910,45 1.985,07 5.432,84 312,50 3.072,92 1.968,75 5.354,1722 Enut 547,95 4.109,59 1.643,84 6.301,37 576,92 4.211,54 1.278,85 6.067,3123 Amar 792,68 4.201,22 1.951,22 6.945,12 550,00 4.440,00 1.800,00 6.790,0024 Bana 517,65 4.694,12 1.800,00 7.011,76 384,62 4.062,50 2.230,77 6.677,8825 Wardi 822,78 3.341,77 2.227,85 6.392,41 1.145,83 3.250,00 1.833,33 6.229,17

167.015,81 162.584,716.680,63 6.503,39

Jumlah totalStatus risiko harga

JumlahMusim Barat Musim TimurRespondenNo Jumlah

Lampiran 7 Status risiko harga ikan tangkapan pancing di Palabuhanratu

Page 115: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

102

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Suryana -2.107,95 -2.383,85 5.599,51 1.107,72 -4.914,88 44.840,38 30.866,75 70.792,252 Supenda -1.238,13 8.380,63 9.809,38 16.951,88 1.183,05 25.881,07 22.339,68 49.403,803 Sarip -1.480,78 2.786,71 6.209,84 7.515,78 -300,48 50.707,39 24.286,84 74.693,754 Nedi -813,85 -729,89 3.878,38 2.334,65 -294,44 30.258,26 29.770,74 59.734,575 Lala 1.031,93 12.481,61 8.708,28 22.221,82 -955,25 32.143,95 36.163,18 67.351,886 Tono -2.433,91 3.706,73 2.840,06 4.112,88 -1.119,92 8.192,49 21.438,88 28.511,457 Dedi A -957,46 25.874,70 6.432,83 31.350,07 -2.413,20 26.958,28 20.005,55 44.550,638 Yayan -3.154,23 11.100,15 6.741,47 14.687,39 -3.897,39 2.761,53 32.700,03 31.564,179 Kasdi -2.626,02 -3.312,43 9.214,03 3.275,58 -5.377,78 3.228,67 31.088,42 28.939,3110 Ayi 592,15 7.220,69 18.797,34 26.610,18 -3.486,39 15.873,01 33.923,41 46.310,0311 Udin 4.741,39 27.434,77 17.014,83 49.190,99 6.341,19 48.036,91 39.358,78 93.736,8712 Ganda -935,10 25.538,85 5.680,50 30.284,25 -4.428,45 32.377,93 31.102,98 59.052,4613 Lukman -3.427,76 -5.794,47 6.139,88 -3.082,35 -3.283,98 4.370,80 13.465,02 14.551,8414 Ejab -2.961,86 23.343,40 11.888,26 32.269,80 1.196,11 28.136,06 28.202,20 57.534,3815 Dedi -3.772,02 38.780,96 8.505,82 43.514,76 -379,84 34.119,53 20.012,19 53.751,8816 Anton -6.251,64 603,77 20.367,88 14.720,01 -6.040,68 2.287,03 18.728,52 14.974,8817 Herman -9.046,55 19.652,50 23.778,30 34.384,25 -1.565,74 12.603,29 51.139,95 62.177,5018 Wahyu -9.321,73 34.376,23 21.058,57 46.113,07 -3.149,78 3.013,64 39.202,23 39.066,0919 Asep -6.448,07 19.255,12 35.771,32 48.578,37 -2.055,53 14.167,62 43.597,24 55.709,3320 Roni -5.480,43 6.934,76 19.106,86 20.561,19 -731,85 16.535,90 30.525,20 46.329,2521 Dadun -8.361,97 -5.681,04 35.767,94 21.724,92 -3.695,51 -2.028,40 25.404,77 19.680,8622 Enut -4.746,90 24.229,95 19.571,25 39.054,30 -1.883,28 -4.067,33 26.993,02 21.042,4023 Amar 2.398,66 22.585,12 25.454,39 50.438,17 1.253,75 4.312,05 35.786,70 41.352,5024 Bana -2.961,25 16.654,05 11.443,95 25.136,75 -2.757,31 6.357,14 21.986,97 25.586,8025 Wardi -3.117,62 835,10 18.826,26 16.543,74 -445,72 12.099,62 27.864,73 39.518,63

599.600,17 1.145.917,4823.984,01 45.836,70

Jumlah totalStatus risiko pendapatan

JumlahMusim Barat Musim TimurRespondenNo Jumlah

Lampiran 8 Status risiko pendapatan pancing di Palabuhanratu

Page 116: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

103

Pendapatan tinggi Harga tinggi Produksi rendah Frek.pen rendah1 Suryana 0,38 0,35 0,11 0,66 0,582 Supenda 0,29 0,28 0,14 0,71 0,423 Sarip 0,43 0,19 0,10 0,66 0,654 Nedi 0,34 0,41 0,11 0,68 0,505 Lala 0,26 0,21 0,25 0,61 0,436 Tono 0,25 0,21 0,12 0,63 0,397 Dedi A 0,13 0,19 0,33 0,66 0,198 Yayan 0,17 0,16 0,23 0,58 0,299 Kasdi 0,34 0,31 0,10 0,56 0,6110 Ayi 0,33 0,26 0,12 0,61 0,5411 Udin 0,22 0,18 0,28 0,71 0,3212 Ganda 0,12 0,12 0,29 0,71 0,1713 Lukman 0,37 0,28 0,11 0,66 0,5614 Ejab 0,18 0,13 0,14 0,63 0,2915 Dedi 0,14 0,16 0,07 0,61 0,2316 Anton 0,29 0,27 0,22 0,66 0,4417 Herman 0,07 0,14 0,21 0,71 0,1018 Wahyu 0,04 0,13 0,22 0,68 0,0519 Asep 0,07 0,26 0,15 0,61 0,1120 Roni 0,06 0,18 0,07 0,68 0,0921 Dadun 0,16 0,28 0,13 0,56 0,2922 Enut 0,04 0,21 0,38 0,61 0,0723 Amar 0,05 0,20 0,28 0,68 0,0724 Bana 0,11 0,20 0,28 0,71 0,1525 Wardi 0,34 0,28 0,22 0,66 0,52

0,32

PRT

Jumlah totalRata-rata PRT

No Responden Peluang

Lampiran 9 Peluang risiko total nelayan pancing di Palabuhanratu

Page 117: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

104

Jenis IkanTerendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi

1 Ori Cakalang 0 90 560 0 150 1.044 0,10 0,60 0,30 0,37 0,46 0,17Cendro 0 156 330 0 30 0 0,17 0,50 0,33Eteman 0 125 2.142 0 50 720 0,25 0,50 0,25 0,29 0,43 0,29Pepetek 0,00 0,00Tongkol 0 89 950 0 120 1.620 0,30 0,60 0,10 0,24 0,60 0,16Banyar 0 75 870 0 35 1.050 0,20 0,53 0,27 0,13 0,63 0,25Lisong 0 85 596 0,20 0,47 0,33TunaLayang

2 Anton CakalangCendro 0 125 560 0 100 214 0,27 0,53 0,20 0,20 0,50 0,30Eteman 0 140 4.202 0 75 900 0,24 0,60 0,16 0,17 0,50 0,33PepetekTongkol 0 95 950 0 165 1.300 0,19 0,69 0,13 0,20 0,63 0,17Banyar 0 40 2.996 0 20 432 0,20 0,60 0,20 0,10 0,50 0,40Lisong 0 42 500 0 163 939 0,33 0,53 0,13 0,13 0,53 0,33TunaLayang 0 108 870 0,33 0,33 0,33

3 Obar Cakalang 0 110 972 0 228 1.080 0,25 0,50 0,25 0,20 0,64 0,16Cendro 0 139 670 0 78 360 0,33 0,33 0,33 0,25 0,50 0,25Eteman 0 60 3.258 0 30 720 0,40 0,47 0,13 0,14 0,57 0,29PepetekTongkol 0 65 1.094 0 190 1.712 0,20 0,65 0,15 0,25 0,65 0,10Banyar 0 74 2.780 0 35 565 0,29 0,57 0,14 0,13 0,50 0,38Lisong 0 70 432 0 125 1.421 0,16 0,64 0,20 0,13 0,53 0,33TunaLayang 0 77 750 0,33 0,33 0,33

4 Adin Cakalang 0 89 756 0 120 1.637 0,20 0,60 0,20 0,31 0,57 0,11Cendro 0 216 500 0 116 353 0,25 0,50 0,25 0,25 0,50 0,25Eteman 0 200 3.202 0,33 0,50 0,17Pepetek 0 103 468 0,00 0,00 0,20 0,50 0,30Tongkol 0 55 1.140 0,25 0,60 0,15Banyar 0 62 1.270 0 75 456 0,17 0,50 0,33 0,13 0,53 0,33Lisong 0 90 930 0 140 1.235 0,13 0,71 0,21 0,24 0,60 0,16TunaLayang 0 40 1.114 0,33 0,33 0,33

Peluang kejadianMusim Barat Musim TimurResponden No Musim Timur

Jumlah tangkapan (kg)Musim Barat

Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu

Page 118: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

105

5 Ade Cakalang 0 120 648 0,20 0,56 0,24Cendro 0 120 570 0,14 0,57 0,29Eteman 0 60 3.000 0 20 400 0,40 0,47 0,13 0,14 0,43 0,43Pepetek 0 90 433 0,25 0,50 0,25Tongkol 0 67 643 0 100 1.235 0,35 0,50 0,15 0,20 0,60 0,20Banyar 0 40 2.196 0 65 1.750 0,20 0,60 0,20 0,13 0,63 0,25Lisong 0 120 658 0,13 0,53 0,33Tuna 0 88 240 0,29 0,57 0,14Layang 0 65 2.032 0,33 0,33 0,33

6 Heri Cakalang 0 85 684 0,29 0,54 0,17Cendro 0 45 350 0 30 300 0,20 0,60 0,20 0,25 0,50 0,25Eteman 0 180 3.774 0 120 720 0,33 0,50 0,17 0,29 0,43 0,29PepetekTongkol 0 50 769 0 175 769 0,17 0,56 0,28 0,27 0,53 0,20Banyar 0 71 1.500 0 80 912 0,10 0,60 0,30 0,13 0,60 0,27Lisong 0 76 1.037 0 225 1.780 0,27 0,53 0,20 0,28 0,60 0,12Tuna 0 75 1.188 0,20 0,60 0,20Layang 0 78 1.934 0,33 0,33 0,33 0,00 0,00 0,00

7 Ujang Cakalang 0 69 1.140 0 110 1.188 0,40 0,40 0,20 0,37 0,57 0,06Cendro 0 80 320 0,20 0,40 0,40Eteman 0 120 4.120 0 65 600 0,25 0,67 0,08 0,25 0,50 0,25Pepetek 0 96 376 0,30 0,50 0,20Tongkol 0 65 432 0 110 1.325 0,22 0,61 0,17 0,40 0,50 0,10Banyar 0 71 1.545 0 45 1.080 0,20 0,67 0,13 0,27 0,53 0,20Lisong 0 42 806 0 135 1.596 0,20 0,67 0,13 0,32 0,56 0,12Tuna 0 40 5.584 0,33 0,33 0,33Layang

8 Mus Cakalang 0 127 714 0,30 0,57 0,13Cendro 0 115 1.869 0 39 216 0,38 0,38 0,25 0,33 0,33 0,33Eteman 0 36 960 0,25 0,50 0,25PepetekTongkol 0 49 940 0 121 1.321 0,30 0,50 0,20 0,20 0,67 0,13Banyar 0 85 1.359 0 60 1.188 0,33 0,50 0,17 0,27 0,53 0,20Lisong 0 59 824 0 145 650 0,23 0,63 0,13 0,32 0,60 0,08TunaLayang

Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 119: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

106

9 Dodi Cakalang 0 58 1.420 0 185 1.140 0,40 0,40 0,20 0,40 0,54 0,06Cendro 0 50 225 0,20 0,60 0,20Eteman 0 159 3.590 0 24 840 0,44 0,44 0,11 0,25 0,50 0,25Pepetek 0 93 400 0,40 0,50 0,10Tongkol 0 42 1.500 0 125 1.575 0,25 0,55 0,10 0,40 0,50 0,10Banyar 0 62 1.270 0 40 1.096 0,20 0,50 0,30 0,33 0,56 0,11Lisong 0 110 833 0,32 0,56 0,12TunaLayang 0 70 1.080 0,20 0,60 0,20

10 Ucup Cakalang 0 45 875 0 174 1.296 0,33 0,50 0,17 0,28 0,56 0,16Cendro 0 105 228 0,38 0,38 0,25Eteman 0 120 4.560 0 56 756 0,39 0,50 0,11 0,29 0,43 0,29Pepetek 0 73 883 0,25 0,50 0,25TongkolBanyar 0 65 1.176 0 50 1.188 0,20 0,60 0,20 0,30 0,50 0,20Lisong 0 85 740 0 125 1.476 0,20 0,65 0,15 0,27 0,53 0,20TunaLayang

11 Damyudin Cakalang 0 56 900 0,40 0,40 0,20Cendro 0 76 205 0,17 0,50 0,33Eteman 0 60 960 0 80 1.412 0,33 0,50 0,17 0,30 0,50 0,20Pepetek 0 65 550 0,00 0,25 0,50 0,25Tongkol 0 45 1.641 0 85 1.321 0,14 0,57 0,29 0,27 0,53 0,20BanyarLisong 0 54 1.080 0 115 1.690 0,27 0,53 0,20 0,36 0,56 0,08Tuna 0 37 216 0,25 0,50 0,25Layang 0 25 1.140 0,33 0,33 0,33

12 Pendi Cakalang 0 105 1.368 0,43 0,51 0,06Cendro 0 22 420 0 85 360 0,38 0,38 0,25 0,20 0,60 0,20Eteman 0 105 2.165 0 45 570 0,29 0,57 0,14 0,25 0,50 0,25PepetekTongkol 0 59 330 0 185 1.176 0,25 0,55 0,20 0,30 0,50 0,20Banyar 0 174 687 0 100 972 0,30 0,50 0,20 0,33 0,56 0,11Lisong 0 56 714 0 154 1.106 0,23 0,67 0,10 0,28 0,52 0,20Tuna 0 58 2.900 0,20 0,60 0,20Layang

Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 120: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

107

13 Yadi Cakalang 0 63 760 0 100 1.710 0,33 0,33 0,33 0,46 0,51 0,03Cendro 0 56 713 0,40 0,40 0,20Eteman 0 100 3.100 0 65 1.320 0,43 0,43 0,14 0,25 0,50 0,25PepetekTongkol 0 95 510 0,30 0,50 0,20Banyar 0 62 574 0 130 456 0,30 0,60 0,10 0,33 0,50 0,17Lisong 0 45 1.038 0 120 696 0,20 0,70 0,10 0,28 0,56 0,16TunaLayang 0 49 1.440 0,25 0,50 0,25

14 Saeful Cakalang 0 45 1.215 0 150 570 0,25 0,50 0,25 0,30 0,57 0,13Cendro 0 68 480 0 78 476 0,33 0,33 0,33 0,40 0,40 0,20Eteman 0 72 3.175 0 57 840 0,30 0,60 0,10 0,25 0,50 0,25PepetekTongkol 0 150 1.404 0,40 0,50 0,10Banyar 0 86 2.062 0 130 600 0,25 0,60 0,15 0,40 0,48 0,12LisongTunaLayang

15 Amek Cakalang 0 56 438 0,40 0,51 0,09Cendro 0,00 0,00 0,00Eteman 0 45 2.425 0 24 504 0,25 0,55 0,20 0,33 0,33 0,33Pepetek 0 100 700 0,20 0,60 0,20Tongkol 0 89 3.700 0 125 2.592 0,25 0,65 0,10 0,40 0,50 0,10Banyar 0 110 816 0 75 1.354 0,29 0,43 0,29 0,33 0,50 0,17Lisong 0 59 496 0 150 896 0,13 0,60 0,27 0,29 0,57 0,14TunaLayang

16 Bandi Cakalang 0 65 740 0 189 648 0,25 0,50 0,25 0,30 0,53 0,17Cendro 0 56 720 0 75 432 0,25 0,63 0,13 0,40 0,40 0,20Eteman 0 72 3.019 0,43 0,43 0,14 0,00 0,00 0,00Pepetek 0 120 802 0,33 0,33 0,33Tongkol 0 44 4.000 0 65 1.068 0,25 0,65 0,10 0,40 0,50 0,10Banyar 0 78 588 0 50 780 0,30 0,50 0,20 0,29 0,57 0,14Lisong 0 43 575 0 189 1.575 0,20 0,63 0,17 0,31 0,56 0,13TunaLayang

Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 121: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

108

17 Oder Cakalang 0,43 0,51 0,06Cendro 0 37 494 0 95 444 0,20 0,40 0,40 0,40 0,40 0,20Eteman 0 48 3.225 0 20 648 0,27 0,60 0,13 0,25 0,50 0,25Pepetek 0 65 845 0,17 0,50 0,33Tongkol 0 37 1.188 0 177 3.642 0,30 0,55 0,15 0,30 0,60 0,10Banyar 0 78 612 0 60 708 0,29 0,43 0,29 0,28 0,56 0,17Lisong 0 38 580 0 105 880 0,16 0,68 0,16 0,28 0,52 0,20TunaLayang

18 Gomloh Cakalang 0 50 1.115 0 130 828 0,10 0,70 0,20 0,37 0,54 0,09Cendro 0 48 576 0,08 0,58 0,33Eteman 0 90 3.460 0 80 720 0,20 0,68 0,12 0,17 0,50 0,33Pepetek 0 65 540 0,00 0,00 0,30 0,50 0,20TongkolBanyar 0 65 732 0 80 580 0,13 0,53 0,33 0,25 0,60 0,15Lisong 0 36 576 0 175 713 0,13 0,60 0,27 0,30 0,53 0,17Tuna 0 35 180 0 50 1.200 0,20 0,40 0,40 0,25 0,50 0,25Layang

19 Dono Cakalang 0 85 250 0 175 1.368 0,10 0,50 0,40 0,40 0,60 0,06Cendro 0 49 900 0 70 464 0,10 0,60 0,30 0,33 0,33 0,33Eteman 0 150 2.315 0 56 1.152 0,32 0,56 0,12 0,33 0,50 0,17Pepetek 0 89 660 0,20 0,60 0,20Tongkol 0 61 1.080 0 90 456 0,20 0,60 0,20 0,17 0,58 0,25Banyar 0 65 1.315 0 75 798 0,13 0,60 0,27 0,25 0,60 0,15Lisong 0 72 500 0 200 512 0,13 0,67 0,20 0,30 0,53 0,17TunaLayang 0 30 1.200 0 80 1.596 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

20 Munajab Cakalang 0 39 737 0 120 1.836 0,25 0,50 0,25 0,37 0,60 0,03Cendro 0 50 234 0,33 0,33 0,33Eteman 0 165 2.800 0 45 1.080 0,40 0,47 0,13 0,33 0,50 0,17PepetekTongkol 0 48 1.020 0 127 520 0,30 0,50 0,20 0,13 0,60 0,27BanyarLisong 0 40 964 0 190 1.197 0,20 0,67 0,13 0,30 0,53 0,17TunaLayang

Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 122: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

109

21 Aep Cakalang 0 85 1.080 0,40 0,57 0,03Cendro 0 36 540 0,24 0,48 0,28Eteman 0 124 3.100 0 60 600 0,47 0,47 0,07 0,17 0,67 0,17PepetekTongkol 0 46 1.700 0 120 500 0,20 0,67 0,13 0,13 0,60 0,27Banyar 0 67 1.500 0 51 349 0,10 0,70 0,20 0,14 0,43 0,43Lisong 0 45 700 0 175 1.153 0,30 0,50 0,20 0,33 0,53 0,13Tuna 0 25 598 0,33 0,33 0,33Layang 0 100 1.254 0,33 0,33 0,33

22 Wasih Cakalang 0 45 525 0 95 951 0,25 0,50 0,25 0,40 0,54 0,06Cendro 0 35 480 0 60 216 0,25 0,50 0,25 0,33 0,33 0,33Eteman 0 110 3.760 0 45 2.508 0,29 0,43 0,29 0,33 0,50 0,17PepetekTongkol 0 100 710 0,20 0,53 0,27Banyar 0 85 1.125 0 40 865 0,30 0,50 0,20 0,30 0,60 0,10Lisong 0 140 706 0 150 2.706 0,20 0,63 0,17 0,33 0,57 0,10Tuna 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Layang 0 50 1.052 0 138 3.528 0,20 0,40 0,40 0,40 0,40 0,20

23 Kakan CakalangCendro 0 75 225 0,33 0,33 0,33Eteman 0 100 1.100 0 35 1.560 0,30 0,55 0,15 0,33 0,50 0,17Pepetek 0 75 850 0,33 0,33 0,33Tongkol 0 120 1.641 0 187 913 0,30 0,55 0,15 0,20 0,60 0,20Banyar 0 75 576 0 20 2.450 0,14 0,43 0,43 0,33 0,50 0,17Lisong 0 150 1.290 0 205 4.290 0,27 0,60 0,13 0,33 0,57 0,10TunaLayang

24 Amsor Cakalang 0 75 450 0 100 1.710 0,25 0,50 0,25 0,40 0,54 0,06Cendro 0 90 321 0,33 0,33 0,33Eteman 0 180 1.200 0 56 468 0,30 0,50 0,20 0,33 0,50 0,17Pepetek 0 70 450 0,14 0,57 0,29Tongkol 0 100 1.428 0 127 3.990 0,25 0,60 0,15 0,20 0,53 0,27BanyarLisong 0 50 3.200 0 137 1.620 0,25 0,70 0,05 0,33 0,53 0,13TunaLayang

Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 123: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

110

25 Tirta Cakalang 0 40 670 0 65 990 0,33 0,33 0,33 0,37 0,50 0,13Cendro 0 80 201 0,29 0,57 0,14Eteman 0 200 2.300 0,25 0,55 0,20PepetekTongkol 0 85 1.320 0 150 4.540 0,35 0,55 0,10 0,20 0,60 0,20BanyarLisong 0 40 512 0 120 1.000 0,27 0,53 0,20 0,33 0,57 0,10TunaLayang

Barat TimurJumlah 10.347 14.478Rata-rata 77,22 97,82Stdev 39,91 48,20Coef var 0,52 0,49

Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 124: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

111

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Ori Cakalang 6.000 6.500 6.800 6.000 6.500 7.000 0,20 0,70 0,10 0,34 0,60 0,06

Cendro 2.800 3.000 3.500 0,17 0,67 0,17Eteman 2.700 3.000 4.500 2.000 3.000 3.500 0,15 0,70 0,15 0,14 0,43 0,43PepetekTongkol 4.000 5.000 6.500 5.000 5.500 6.000 0,20 0,60 0,20 0,24 0,60 0,16Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 7.000 0,20 0,60 0,20 0,25 0,38 0,38Lisong 4.000 5.000 5.500 0,20 0,47 0,33TunaLayang

2 Anton CakalangCendro 2.500 3.000 3.200 2.500 3.500 4.000 0,13 0,67 0,20 0,20 0,50 0,30Eteman 3.000 3.500 4.000 2.000 2.500 3.500 0,24 0,60 0,16 0,17 0,50 0,33PepetekTongkol 4.500 5.000 6.000 5.000 5.500 6.000 0,19 0,69 0,13 0,30 0,63 0,07Banyar 5.500 6.000 7.000 5.000 6.000 7.000 0,20 0,60 0,20 0,40 0,40 0,20Lisong 4.000 6.000 7.000 5.000 5.500 6.000 0,27 0,60 0,13 0,47 0,47 0,07TunaLayang 5.000 5.500 6.000 0,33 0,33 0,33

3 Obar Cakalang 6.000 6.500 7.000 6.000 6.500 7.000 0,25 0,50 0,25 0,36 0,40 0,24Cendro 3.000 3.200 3.500 2.500 3.000 3.500 0,33 0,33 0,33 0,25 0,50 0,25Eteman 3.000 3.500 4.000 2.500 3.000 3.500 0,20 0,67 0,13 0,14 0,57 0,29PepetekTongkol 5.000 5.500 6.000 5.000 5.500 6.000 0,20 0,65 0,15 0,45 0,50 0,05Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 5.500 6.000 0,29 0,57 0,14 0,25 0,50 0,25Lisong 5.000 6.000 7.000 5.500 6.000 6.500 0,24 0,64 0,12 0,20 0,47 0,33TunaLayang 4.000 5.000 6.000 0,33 0,33 0,33

4 Adin Cakalang 5.500 6.000 6.500 6.000 6.500 7.000 0,20 0,60 0,20 0,34 0,54 0,11Cendro 2.500 3.000 3.500 2.500 3.000 3.500 0,25 0,50 0,25 0,25 0,50 0,25Eteman 2.900 3.500 4.500 0,42 0,50 0,08Pepetek 2.500 3.000 3.300 0,20 0,60 0,20Tongkol 5.000 6.000 6.500 0,35 0,60 0,05Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 5.500 6.500 0,33 0,50 0,17 0,27 0,40 0,33Lisong 4.000 5.000 7.000 4.000 5.000 6.000 0,13 0,75 0,13 0,12 0,72 0,16TunaLayang 5.000 5.500 6.000 0,33 0,33 0,33

Peluang kejadianMusim Barat Musim TimurResponden No Musim Timur

Harga (Rp)Musim BaratJenis Ikan

Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu

Page 125: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

112

5 Ade Cakalang 6.000 6.500 7.000 0,12 0,80 0,08Cendro 2.500 3.000 3.500 0,29 0,43 0,29Eteman 3.000 4.000 4.500 2.000 3.000 3.500 0,40 0,47 0,13 0,14 0,43 0,43Pepetek 0 0 0 2.800 3.000 3.500 0,25 0,50 0,25Tongkol 4.000 5.000 6.500 4.500 5.500 6.000 0,10 0,75 0,15 0,20 0,65 0,15Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 7.000 0,20 0,60 0,20 0,25 0,63 0,13Lisong 4.500 5.000 5.500 0,13 0,73 0,13Tuna 6.000 6.500 7.000 0,14 0,43 0,43Layang 4.000 5.000 6.000 0,33 0,33 0,33

6 Heri Cakalang 5.500 6.000 6.500 0,14 0,69 0,17Cendro 2.800 3.000 3.500 2.500 3.500 4.000 0,40 0,40 0,20 0,25 0,50 0,25Eteman 3.000 3.500 4.000 2.000 2.500 3.000 0,42 0,50 0,08 0,14 0,43 0,43PepetekTongkol 4.500 5.500 6.000 5.000 5.500 6.000 0,06 0,72 0,22 0,13 0,67 0,20Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 5.500 7.000 0,30 0,60 0,10 0,33 0,53 0,13Lisong 5.000 6.000 6.500 5.000 5.500 6.000 0,27 0,53 0,20 0,36 0,60 0,04Tuna 7.000 7.500 8.000 0,20 0,60 0,20Layang 4.000 5.000 6.000 0,33 0,33 0,33

7 Ujang Cakalang 5.500 6.000 7.000 6.000 6.500 7.000 0,20 0,60 0,20 0,37 0,57 0,06Cendro 2.500 3.000 3.500 0,20 0,60 0,20Eteman 2.800 3.500 4.000 2.000 3.000 3.500 0,42 0,50 0,08 0,25 0,50 0,25Pepetek 2.500 2.800 3.000 0,30 0,50 0,20Tongkol 4.000 5.000 6.000 5.000 5.500 6.000 0,11 0,61 0,28 0,40 0,50 0,10Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 6.500 0,20 0,67 0,13 0,27 0,47 0,27Lisong 5.500 6.000 7.500 5.000 6.000 6.500 0,27 0,67 0,07 0,40 0,56 0,04Tuna 7.500 8.000 8.250 0,33 0,33 0,33Layang

8 Mus Cakalang 5.500 6.000 6.500 0,20 0,50 0,30Cendro 2.500 3.000 3.500 3.000 3.500 4.000 0,13 0,63 0,25 0,33 0,33 0,33Eteman 2.500 3.000 3.500 0,25 0,50 0,25PepetekTongkol 5.500 6.000 6.500 5.000 5.500 6.000 0,15 0,60 0,25 0,20 0,67 0,13Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 7.000 0,33 0,50 0,17 0,27 0,53 0,20Lisong 5.000 6.000 7.000 5.000 5.500 6.000 0,23 0,63 0,13 0,32 0,56 0,12TunaLayang

Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 126: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

113

9 Dodi Cakalang 5.000 6.000 7.000 5.500 6.000 6.500 0,20 0,40 0,40 0,23 0,49 0,29Cendro 2.500 3.000 3.500 0,20 0,60 0,20Eteman 3.000 3.500 4.500 2.500 3.000 3.500 0,33 0,61 0,06 0,25 0,50 0,25Pepetek 2.500 3.000 3.500 0,00 0,00 0,40 0,50 0,10Tongkol 4.000 5.000 6.000 5.000 5.500 6.000 0,10 0,65 0,25 0,30 0,40 0,30Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 7.000 0,40 0,50 0,10 0,33 0,50 0,17Lisong 5.000 5.500 6.000 0,36 0,56 0,08TunaLayang 5.000 5.500 6.000 0,20 0,60 0,20

10 Ucup Cakalang 6.000 6.500 7.000 6.000 6.500 7.000 0,33 0,50 0,17 0,16 0,72 0,12Cendro 2.500 3.000 3.500 0,13 0,63 0,25Eteman 3.000 3.500 4.000 2.000 2.500 3.000 0,22 0,72 0,06 0,29 0,43 0,29Pepetek 2.500 2.800 3.300 0,25 0,50 0,25TongkolBanyar 5.500 6.000 7.000 5.500 6.000 6.500 0,10 0,70 0,20 0,30 0,60 0,10Lisong 5.000 6.000 7.000 5.000 5.500 6.000 0,20 0,65 0,15 0,27 0,67 0,07TunaLayang

11 Damyudin Cakalang 5.500 6.000 6.500 0,20 0,40 0,40Cendro 2.500 3.000 3.500 0,17 0,50 0,33Eteman 2.500 3.000 3.500 2.000 2.500 3.000 0,33 0,50 0,17 0,20 0,50 0,30Pepetek 0 0 0 2.500 3.000 3.300 0,00 0,00 0,00 0,25 0,50 0,25Tongkol 4.000 5.000 5.500 5.000 5.500 6.000 0,14 0,43 0,43 0,33 0,47 0,20BanyarLisong 5.500 6.000 7.500 5.000 6.000 6.500 0,33 0,60 0,07 0,16 0,72 0,12Tuna 6.500 7.000 8.000 0,20 0,40 0,40Layang 4.000 5.000 6.000 0,33 0,33 0,33

12 Pendi Cakalang 6.000 6.500 7.000 0,26 0,69 0,06Cendro 2.500 3.000 3.500 2.500 3.000 4.000 0,25 0,38 0,38 0,20 0,60 0,20Eteman 3.000 3.500 4.500 2.500 3.000 3.500 0,43 0,43 0,14 0,25 0,50 0,25PepetekTongkol 4.000 5.000 6.500 5.000 5.500 6.000 0,15 0,65 0,20 0,30 0,60 0,10Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 6.500 0,30 0,50 0,20 0,33 0,56 0,11Lisong 4.000 6.000 7.500 5.000 6.000 7.000 0,23 0,73 0,03 0,36 0,60 0,04Tuna 7.000 7.500 8.000 0,20 0,60 0,20Layang

Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 127: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

114

13 Yadi Cakalang 5.500 6.000 7.000 5.500 6.000 6.500 0,33 0,33 0,33 0,20 0,46 0,34Cendro 2.500 3.000 4.000 0,40 0,40 0,20Eteman 3.000 4.000 4.500 2.000 2.500 3.500 0,43 0,43 0,14 0,25 0,50 0,25PepetekTongkol 5.000 5.500 6.000 0,30 0,60 0,10Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 6.500 0,30 0,40 0,30 0,22 0,67 0,11Lisong 4.500 6.000 7.500 5.000 6.000 7.000 0,20 0,73 0,07 0,44 0,48 0,08TunaLayang 4.000 5.500 6.000 0,25 0,50 0,25

14 Saeful Cakalang 6.000 6.500 7.000 6.000 6.500 7000 0,25 0,50 0,25 0,33 0,60 0,07Cendro 2.500 3.000 3.500 2.500 3.000 3500 0,33 0,33 0,33 0,40 0,40 0,20Eteman 3.500 4.000 4.500 2.500 3.000 3500 0,40 0,50 0,10 0,25 0,50 0,25Pepetek 0,00 0,00 0,00Tongkol 5.000 5.500 6000 0,40 0,50 0,10Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 7000 0,35 0,45 0,20 0,40 0,48 0,12LisongTunaLayang

15 Amek Cakalang 6.000 6.500 7000 0,34 0,51 0,14CendroEteman 3.000 3.500 4.500 2.000 3.000 3500 0,40 0,55 0,05 0,33 0,33 0,33Pepetek 2.500 3.000 3300 0,20 0,40 0,40Tongkol 5.000 5.500 6.500 5.000 5.500 6500 0,25 0,55 0,20 0,30 0,50 0,20Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 5.500 6000 0,29 0,43 0,29 0,33 0,50 0,17Lisong 5.000 6.000 7.000 5.000 5.500 6000 0,20 0,60 0,20 0,29 0,57 0,14TunaLayang

16 Bandi Cakalang 5.500 6.500 7.000 6.000 6.500 7000 0,25 0,50 0,25 0,33 0,53 0,13Cendro 2.500 3.000 3.500 2.500 3.000 3500 0,25 0,38 0,38 0,40 0,40 0,20Eteman 3.000 3.500 4.000 0,43 0,43 0,14 0,00 0,00 0,00Pepetek 2.500 2.800 3000 0,33 0,33 0,33Tongkol 5.000 5.500 6.000 5.000 5.500 6000 0,25 0,50 0,25 0,30 0,40 0,30Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 6500 0,30 0,50 0,20 0,29 0,43 0,29Lisong 5.000 6.000 7.000 5.000 5.500 6000 0,23 0,67 0,10 0,31 0,63 0,06TunaLayang

Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 128: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

115

17 Oder Cakalang 5.500 6.000 6500 0,23 0,57 0,20Cendro 2.500 3.000 3.500 2.500 3.000 4000 0,20 0,60 0,20 0,40 0,40 0,20Eteman 3.000 4.000 4.500 2.500 3.000 3500 0,40 0,53 0,07 0,25 0,50 0,25Pepetek 2.500 3.000 3300 0,33 0,33 0,33Tongkol 5.000 5.500 6.500 5.000 5.500 6000 0,30 0,50 0,20 0,40 0,50 0,10Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 7000 0,29 0,43 0,29 0,28 0,56 0,17Lisong 4.000 6.000 7.500 5.000 6.000 6500 0,20 0,76 0,04 0,36 0,56 0,08TunaLayang

18 Gomloh Cakalang 5.500 6.000 7.000 6.000 6.500 7000 0,10 0,60 0,30 0,43 0,54 0,09Cendro 2.500 3.000 3.500 0,17 0,50 0,33Eteman 2.700 3.000 4.000 2.500 3.000 4000 0,24 0,68 0,08 0,33 0,50 0,17Pepetek 2.500 3.000 3500 0,20 0,70 0,10TongkolBanyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 6500 0,20 0,53 0,27 0,25 0,70 0,05Lisong 5.000 6.000 7.500 5.000 6.000 7000 0,40 0,53 0,07 0,30 0,60 0,10Tuna 6.500 7.500 8.000 7.000 7.500 8000 0,20 0,40 0,40 0,25 0,50 0,25Layang

19 Dono Cakalang 6.000 6.500 7.000 6.000 6.500 7000 0,10 0,70 0,20 0,23 0,66 0,11Cendro 2.500 3.000 3.500 2.500 3.000 3500 0,10 0,60 0,30 0,33 0,33 0,33Eteman 3.000 4.000 4.500 2.500 3.500 4000 0,40 0,56 0,04 0,33 0,50 0,17Pepetek 2.500 3.000 3300 0,20 0,70 0,10Tongkol 4.000 4.500 6.500 5.000 5.500 6000 0,20 0,60 0,20 0,17 0,67 0,17Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 7000 0,13 0,67 0,20 0,25 0,60 0,15Lisong 5.000 6.000 7.500 5.000 6.000 7000 0,40 0,47 0,13 0,33 0,60 0,07TunaLayang 4.000 5.000 6.000 4.000 5.000 6000 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

20 Munajab Cakalang 5.500 6.000 7.000 5.500 6.000 6500 0,25 0,50 0,25 0,17 0,69 0,14Cendro 2.500 3.000 3500 0,33 0,33 0,33Eteman 3.000 3.500 4.000 2.500 3.000 3500 0,47 0,47 0,07 0,33 0,50 0,17PepetekTongkol 4.000 5.000 6.500 5.000 5.500 6000 0,10 0,55 0,35 0,13 0,67 0,20BanyarLisong 5.000 5.500 7.500 5.000 5.500 6500 0,27 0,70 0,03 0,30 0,60 0,10TunaLayang

Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 129: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

116

21 Aep Cakalang 6.000 6.500 7000 0,29 0,57 0,14Cendro 2.500 3.000 3.500 0,24 0,48 0,28Eteman 3.000 3.500 4.000 2.000 2.500 3500 0,40 0,53 0,07 0,17 0,50 0,33PepetekTongkol 4.000 5.000 6.000 5.000 5.500 6000 0,13 0,60 0,27 0,27 0,60 0,13Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 6500 0,30 0,60 0,10 0,14 0,57 0,29Lisong 5.000 6.000 7.500 5.000 5.500 6500 0,30 0,50 0,20 0,33 0,53 0,13Tuna 6.500 7.500 8.000 0,33 0,33 0,33Layang 5.000 5.500 6000 0,33 0,33 0,33

22 Wasih Cakalang 5.500 6.000 7.000 5.500 6.000 6500 0,25 0,50 0,25 0,20 0,66 0,14Cendro 2.500 3.000 3.500 2.500 3.000 3500 0,13 0,50 0,38 0,33 0,33 0,33Eteman 3.000 3.500 4.000 2.500 3.000 3500 0,29 0,57 0,14 0,33 0,50 0,17PepetekTongkol 5.500 6.000 6500 0,27 0,53 0,20Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 5.500 6500 0,30 0,60 0,10 0,30 0,60 0,10Lisong 5.000 6.000 7.000 5.000 5.500 6500 0,20 0,63 0,17 0,33 0,57 0,10TunaLayang 4.000 5.000 6.000 4.000 5.000 6000 0,20 0,40 0,40 0,20 0,60 0,20

23 Kakan CakalangCendro 2.500 3.500 4000 0,33 0,33 0,33Eteman 3.000 3.500 4.500 2.500 3.000 4000 0,35 0,60 0,05 0,33 0,50 0,17Pepetek 2.500 3.000 3300 0,33 0,33 0,33Tongkol 5.000 5.500 6.000 5.000 5.500 6000 0,30 0,50 0,20 0,20 0,53 0,27Banyar 6.000 6.500 7.000 5.000 6.000 6500 0,29 0,57 0,14 0,17 0,50 0,17Lisong 5.000 5.500 7.500 5.000 5.500 6000 0,40 0,53 0,07 0,33 0,57 0,10TunaLayang

24 Amsor Cakalang 5.500 6.500 7.000 5.500 6.500 7000 0,25 0,50 0,25 0,20 0,66 0,14Cendro 2.500 3.000 4000 0,33 0,33 0,33Eteman 2.900 3.000 4.000 2.500 3.000 3500 0,35 0,55 0,10 0,33 0,50 0,17Pepetek 2.500 2.800 3000 0,00 0,00 0,00 0,43 0,43 0,14Tongkol 4.500 5.500 6.500 5.000 5.500 6000 0,15 0,60 0,25 0,20 0,53 0,27BanyarLisong 5.000 6.000 7.500 5.000 5.500 6000 0,35 0,60 0,05 0,33 0,53 0,13TunaLayang

Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 130: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

117

25 Tirta Cakalang 6.000 6.500 7.000 6.000 6.500 7000 0,33 0,33 0,33 0,37 0,50 0,13Cendro 2.500 3.000 4000 0,14 0,71 0,14Eteman 3.000 3.500 4.500 0,35 0,55 0,10PepetekTongkol 5.000 5.500 6.000 5.000 5.500 6000 0,25 0,55 0,20 0,20 0,60 0,20BanyarLisong 5.000 6.000 7.000 5.000 5.500 6000 0,40 0,53 0,13 0,33 0,57 0,10TunaLayang

Barat TimurJumlah 684.200 719.700Rata-rata 5.030,88 4.862,84Stdev 1.463,41 1.468,09Coef var 0,29 0,30

Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 131: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

118

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Ori -700.805 1.266.199 15.204.725 -700.805 1.315.781 18.830.080 0,45 0,50 0,05 0,40 0,57 0,032 Anton -657.057 1.364.529 33.599.073 -657.057 1.394.111 12.417.420 0,44 0,53 0,03 0,36 0,59 0,053 Obar -743.304 1.767.679 36.693.532 -743.304 2.417.820 22.906.167 0,43 0,53 0,04 0,45 0,53 0,034 Adin -837.467 1.899.924 30.247.790 -837.467 1.287.032 15.073.980 0,43 0,52 0,05 0,40 0,56 0,045 Ade -633.308 1.109.956 29.149.667 -633.308 1.574.937 18.673.336 0,37 0,61 0,03 0,39 0,55 0,056 Heri -340.820 1.615.352 31.060.841 -340.820 3.090.293 25.968.961 0,42 0,53 0,05 0,38 0,58 0,047 Ujang -818.301 942.046 27.544.732 -818.301 1.834.760 58.473.494 0,36 0,58 0,06 0,48 0,51 0,018 Mus -737.054 550.811 17.692.626 -737.054 1.620.769 18.237.187 0,28 0,63 0,08 0,41 0,51 0,089 Dodi -722.054 863.299 30.018.383 -722.054 1.897.424 22.154.114 0,38 0,59 0,03 0,42 0,55 0,04

10 Ucup -365.819 1.240.367 24.356.526 -365.819 1.686.516 20.807.918 0,45 0,53 0,03 0,43 0,53 0,0411 Damyudin -713.721 683.723 21.227.484 -713.721 579.977 15.330.637 0,35 0,60 0,04 0,26 0,66 0,0812 Pendi -809.968 1.019.543 12.392.004 -809.968 2.564.064 38.440.962 0,42 0,52 0,07 0,48 0,51 0,0113 Yadi -866.632 567.061 21.928.290 -866.632 1.594.103 17.580.547 0,38 0,58 0,04 0,41 0,55 0,0414 Saeful -762.470 357.069 25.881.881 -762.470 1.724.931 13.178.640 0,35 0,62 0,04 0,41 0,50 0,0915 Amek -841.633 588.310 26.783.095 -841.633 1.375.778 23.820.714 0,27 0,68 0,05 0,42 0,51 0,0716 Bandi -726.638 814.551 33.713.651 -726.638 2.178.663 19.345.893 0,38 0,58 0,03 0,45 0,49 0,0617 Oder -866.632 167.910 18.167.607 -866.632 1.719.515 30.624.192 0,15 0,79 0,06 0,44 0,52 0,0418 Gomloh -670.807 674.973 20.458.765 -670.807 1.983.254 18.480.927 0,29 0,68 0,04 0,38 0,57 0,0619 Dono -724.971 963.295 23.194.906 -724.971 2.571.147 18.214.271 0,39 0,55 0,05 0,47 0,49 0,0520 Munajab -749.970 309.571 17.043.902 -749.970 1.540.355 17.555.964 0,35 0,60 0,06 0,39 0,55 0,0521 Aep -729.138 658.307 27.467.235 -729.138 1.921.590 19.236.731 0,41 0,55 0,04 0,44 0,50 0,0622 Wasih -770.803 1.231.201 24.107.786 -770.803 1.912.424 39.154.684 0,38 0,58 0,03 0,45 0,52 0,0223 Kakan -769.969 1.165.370 17.071.817 -769.969 1.620.352 36.605.619 0,41 0,54 0,05 0,40 0,57 0,0324 Amsor -668.307 896.214 22.981.581 -668.307 1.611.602 33.124.092 0,38 0,57 0,05 0,46 0,53 0,0125 Tirta -866.632 522.896 15.866.032 -866.632 922.880 27.584.313 0,36 0,57 0,07 0,35 0,63 0,03

Jumlah 23.240.154 43.940.076Rata-rata 929.606,15 1.757.603,03Stdev 445.743,67 531.531,95Coef var 0,48 0,30

Peluang kejadianMusim Barat Musim TimurNama Responden No Musim Timur

Harga (Rp)Musim Barat

Lampiran 12 Pendapatan nelayan payang per trip di Palabuhanratu

Page 132: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

119

Nama Harga satuan PenggunaanResponden (Rp) per trip T B T B

1 Ori Bensin 4.500 Liter 30 88 80 11.880.000 10.800.000Minyak tanah 2.500 Liter 200 88 80 44.000.000 40.000.000Oli 15.000 Liter 6 88 80 7.920.000 7.200.000Es 12.000 Balok 3 88 80 3.168.000 2.880.000Konsumsi 60.000 Pkt 1 88 80 5.280.000 4.800.000Rokok 5.000 Bungkus 4 88 80 1.760.000 1.600.000

74.008.000 67.280.0002 Anton Bensin 4.500 Liter 35 88 72 13.860.000 11.340.000

Minyak tanah 2.500 Liter 180 88 72 39.600.000 32.400.000Oli 15.000 Liter 5 88 72 6.600.000 5.400.000Es 8.000 Balok 4 88 72 2.816.000 2.304.000Konsumsi 50.000 Pkt 1 88 72 4.400.000 3.600.000Rokok 8.000 Bungkus 3 88 72 2.112.000 1.728.000

69.388.000 56.772.0003 Obar Bensin 4.500 Liter 30 76 72 10.260.000 9.720.000

Minyak tanah 2.500 Liter 210 76 72 39.900.000 37.800.000Oli 15.000 Liter 8 76 72 9.120.000 8.640.000Es 12.000 Balok 2 76 72 1.824.000 1.728.000Konsumsi 40.000 Pkt 1 76 72 3.040.000 2.880.000Rokok 8.000 Bungkus 6 76 72 3.648.000 3.456.000

67.792.000 64.224.0004 Adin Bensin 4.500 Liter 30 80 60 10.800.000 8.100.000

Minyak tanah 2.500 Liter 240 80 60 48.000.000 36.000.000Oli 15.000 Liter 9 80 60 10.800.000 8.100.000Es 15.000 Balok 3 80 60 3.600.000 2.700.000Konsumsi 70.000 Pkt 1 80 60 5.600.000 4.200.000Rokok 5.000 Bungkus 4 80 60 1.600.000 1.200.000

80.400.000 60.300.0005 Ade Bensin 4.500 Liter 40 76 76 13.680.000 13.680.000

Minyak tanah 2.500 Liter 150 76 76 28.500.000 28.500.000Oli 15.000 Liter 6 76 76 6.840.000 6.840.000Es 15.000 Balok 3 76 76 3.420.000 3.420.000Konsumsi 50.000 Pkt 1 76 76 3.800.000 3.800.000Rokok 5.000 Bungkus 4 76 76 1.520.000 1.520.000

57.760.000 57.760.0006 Heri Bensin 4.500 Liter 20 84 64 7.560.000 5.760.000

Minyak tanah 2.500 Liter 80 84 64 16.800.000 12.800.000Oli 12.000 Liter 3 84 64 3.024.000 2.304.000Es 9.000 Balok 2 84 64 1.512.000 1.152.000Konsumsi 40.000 Pkt 1 84 64 3.360.000 2.560.000Rokok 5.000 Bungkus 5 84 64 2.100.000 1.600.000

34.356.000 26.176.0007 Ujang Bensin 4.500 Liter 40 84 64 15.120.000 11.520.000

Minyak tanah 2.500 Liter 240 84 64 50.400.000 38.400.000Oli 20.000 Liter 5 84 64 8.400.000 6.400.000Es 8.000 Balok 4 84 64 2.688.000 2.048.000Konsumsi 50.000 Pkt 1 84 64 4.200.000 3.200.000Rokok 5.000 Bungkus 4 84 64 1.680.000 1.280.000

82.488.000 62.848.000

No Komponen Biaya Satuan Jumlah trip Biaya/musim

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Lampiran 13 Komponen biaya operasional payang di Palabuhanratu

Page 133: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

120

8 Mus Bensin 4.500 Liter 25 80 60 9.000.000 6.750.000Minyak tanah 2.500 Liter 240 80 60 48.000.000 36.000.000Oli 20.000 Liter 3 80 60 4.800.000 3.600.000Es 8.000 Balok 3 80 60 1.920.000 1.440.000Konsumsi 60.000 Pkt 1 80 60 4.800.000 3.600.000Rokok 7.000 Bungkus 4 80 60 2.240.000 1.680.000

70.760.000 53.070.000

9 Dodi Bensin 4.500 Liter 35 84 76 13.230.000 11.970.000Minyak tanah 2.500 Liter 220 84 76 46.200.000 41.800.000Oli 20.000 Liter 2 84 76 3.360.000 3.040.000Es 12.000 Balok 2 84 76 2.016.000 1.824.000Konsumsi 60.000 Pkt 1 84 76 5.040.000 4.560.000Rokok 7.000 Bungkus 5 84 76 2.940.000 2.660.000

72.786.000 65.854.00010 Ucup Bensin 5.000 Liter 20 76 76 7.600.000 7.600.000

Minyak tanah 3.000 Liter 80 76 76 18.240.000 18.240.000Oli 15.000 Liter 2 76 76 2.280.000 2.280.000Es 12.000 Balok 2 76 76 1.824.000 1.824.000Konsumsi 30.000 Pkt 1 76 76 2.280.000 2.280.000Rokok 5.000 Bungkus 3 76 76 1.140.000 1.140.000

33.364.000 33.364.00011 Damyuddin Bensin 4.500 Liter 35 76 68 11.970.000 10.710.000

Minyak tanah 2.500 Liter 220 76 68 41.800.000 37.400.000Oli 15.000 Liter 3 76 68 3.420.000 3.060.000Es 12.000 Balok 2 76 68 1.824.000 1.632.000Konsumsi 50.000 Pkt 1 76 68 3.800.000 3.400.000Rokok 5.000 Bungkus 6 76 68 2.280.000 2.040.000

65.094.000 58.242.00012 Pendi Bensin 5.000 Liter 30 84 60 12.600.000 9.000.000

Minyak tanah 2.500 Liter 260 84 60 54.600.000 39.000.000Oli 15.000 Liter 3 84 60 3.780.000 2.700.000Es 15.000 Balok 3 84 60 3.780.000 2.700.000Konsumsi 50.000 Pkt 1 84 60 4.200.000 3.000.000Rokok 8.000 Bungkus 4 84 60 2.688.000 1.920.000

81.648.000 58.320.00013 Yadi Bensin 5.000 Liter 30 80 52 12.000.000 7.800.000

Minyak tanah 3.000 Liter 240 80 52 57.600.000 37.440.000Oli 20.000 Liter 2 80 52 3.200.000 2.080.000Es 15.000 Balok 3 80 52 3.600.000 2.340.000Konsumsi 60.000 Pkt 1 80 52 4.800.000 3.120.000Rokok 5.000 Bungkus 5 80 52 2.000.000 1.300.000

83.200.000 54.080.000

14 Saeful Bensin 5.000 Liter 30 80 52 12.000.000 7.800.000Minyak tanah 3.000 Liter 200 80 52 48.000.000 31.200.000Oli 20.000 Liter 2 80 52 3.200.000 2.080.000Es 15.000 Balok 3 80 52 3.600.000 2.340.000Konsumsi 50.000 Pkt 1 80 52 4.000.000 2.600.000Rokok 6.000 Bungkus 5 80 52 2.400.000 1.560.000

73.200.000 47.580.000Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Lampiran 13 Komponen biaya operasional payang di Palabuhanratu (lampiran)

Page 134: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

121

15 Amek Bensin 5.000 Liter 40 76 56 15.200.000 11.200.000Minyak tanah 3.000 Liter 220 76 56 50.160.000 36.960.000Oli 20.000 Liter 2 76 56 3.040.000 2.240.000Es 15.000 Balok 2 76 56 2.280.000 1.680.000Konsumsi 60.000 Pkt 1 76 56 4.560.000 3.360.000Rokok 5.000 Bungkus 4 76 56 1.520.000 1.120.000

76.760.000 56.560.00016 Bandi Bensin 5.000 Liter 35 80 60 14.000.000 10.500.000

Minyak tanah 3.000 Liter 180 80 60 43.200.000 32.400.000Oli 20.000 Liter 2 80 60 3.200.000 2.400.000Es 15.000 Balok 3 80 60 3.600.000 2.700.000Konsumsi 40.000 Pkt 1 80 60 3.200.000 2.400.000Rokok 8.000 Bungkus 4 80 60 2.560.000 1.920.000

69.760.000 52.320.00017 Oder Bensin 5.000 Liter 30 84 72 12.600.000 10.800.000

Minyak tanah 3.000 Liter 240 84 72 60.480.000 51.840.000Oli 20.000 Liter 2 84 72 3.360.000 2.880.000Es 15.000 Balok 3 84 72 3.780.000 3.240.000Konsumsi 60.000 Pkt 1 84 72 5.040.000 4.320.000Rokok 5.000 Bungkus 5 84 72 2.100.000 1.800.000

87.360.000 74.880.00018 Gomloh Bensin 5.000 Liter 25 88 80 11.000.000 10.000.000

Minyak tanah 3.000 Liter 180 88 80 47.520.000 43.200.000Oli 20.000 Liter 1 88 80 1.760.000 1.600.000Es 15.000 Balok 3 88 80 3.960.000 3.600.000Konsumsi 50.000 Pkt 1 88 80 4.400.000 4.000.000Rokok 5.000 Bungkus 5 88 80 2.200.000 2.000.000

70.840.000 64.400.00019 Dono Bensin 5.000 Liter 20 88 76 8.800.000 7.600.000

Minyak tanah 3.000 Liter 200 88 76 52.800.000 45.600.000Oli 20.000 Liter 2 88 76 3.520.000 3.040.000Es 15.000 Balok 3 88 76 3.960.000 3.420.000Konsumsi 50.000 Pkt 1 88 76 4.400.000 3.800.000Rokok 5.000 Bungkus 7 88 76 3.080.000 2.660.000

76.560.000 66.120.00020 Munajab Bensin 5.000 Liter 30 76 72 11.400.000 10.800.000

Minyak tanah 3.000 Liter 210 76 72 47.880.000 45.360.000Oli 20.000 Liter 1 76 72 1.520.000 1.440.000Es 15.000 Balok 2 76 72 2.280.000 2.160.000Konsumsi 40.000 Pkt 1 76 72 3.040.000 2.880.000Rokok 7.500 Bungkus 4 76 72 2.280.000 2.160.000

68.400.000 64.800.00021 Aep Bensin 5.000 Liter 20 80 76 8.000.000 7.600.000

Minyak tanah 3.000 Liter 210 80 76 50.400.000 47.880.000Oli 20.000 Liter 2 80 76 3.200.000 3.040.000Es 15.000 Balok 3 80 76 3.600.000 3.420.000Konsumsi 30.000 Pkt 1 80 76 2.400.000 2.280.000Rokok 5.000 Bungkus 6 80 76 2.400.000 2.280.000

70.000.000 66.500.00022 Wasih Bensin 5.000 Liter 20 84 60 8.400.000 6.000.000

Minyak tanah 3.000 Liter 220 84 60 55.440.000 39.600.000Oli 20.000 Liter 2 84 60 3.360.000 2.400.000Es 15.000 Balok 3 84 60 3.780.000 2.700.000Konsumsi 60.000 Pkt 1 84 60 5.040.000 3.600.000Rokok 5.000 Bungkus 4 84 60 1.680.000 1.200.000

77.700.000 55.500.000Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Lampiran 13 Komponen biaya operasional payang di Palabuhanratu (lampiran)

Page 135: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

122

23 Kakan Bensin 5.000 Liter 25 72 56 9.000.000 7.000.000Minyak tanah 3.000 Liter 225 72 56 48.600.000 37.800.000Oli 20.000 Liter 1 72 56 1.440.000 1.120.000Es 15.000 Balok 2 72 56 2.160.000 1.680.000Konsumsi 50.000 Pkt 1 72 56 3.600.000 2.800.000Rokok 6.000 Bungkus 4 72 56 1.728.000 1.344.000

66.528.000 51.744.00024 Amsor Bensin 5.000 Liter 20 80 60 8.000.000 6.000.000

Minyak tanah 3.000 Liter 180 80 60 43.200.000 32.400.000Oli 20.000 Liter 2 80 60 3.200.000 2.400.000Es 15.000 Balok 3 80 60 3.600.000 2.700.000Konsumsi 45.000 Pkt 1 80 60 3.600.000 2.700.000Rokok 8.000 Bungkus 4 80 60 2.560.000 1.920.000

64.160.000 48.120.00025 Tirta Bensin 5.000 Liter 30 72 56 10.800.000 8.400.000

Minyak tanah 3.000 Liter 240 72 56 51.840.000 40.320.000Oli 20.000 Liter 2 72 56 2.880.000 2.240.000Es 15.000 Balok 3 72 56 3.240.000 2.520.000Konsumsi 60.000 Pkt 1 72 56 4.320.000 3.360.000Rokok 5.000 Bungkus 5 72 56 1.800.000 1.400.000

74.880.000 58.240.000

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Lampiran 13 Komponen biaya operasional payang di Palabuhanratu (lampiran)

Page 136: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

123

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard TertinggiPenjualan ikan 0 2.360.500 19.087.400 0 2.420.000 23.438.000Penjualan kotor -841.000 1.519.500 18.246.400 -841.000 1.579.000 22.597.000Pendapatan bersih (83,33) -700.805 1.266.199 15.204.725 -700.805 1.315.781 18.830.080Penjualan ikan 0 2.426.000 41.109.000 0 2.461.500 15.690.000Penjualan kotor -788.500 1.637.500 40.320.500 -788.500 1.673.000 14.901.500Pendapatan bersih (83,33) -657.057 1.364.529 33.599.073 -657.057 1.394.111 12.417.420

Penjualan ikan 0 3.013.300 44.926.000 0 3.793.500 28.380.500Penjualan kotor -892.000 2.121.300 44.034.000 -892.000 2.901.500 27.488.500Pendapatan bersih (83,33) -743.304 1.767.679 36.693.532 -743.304 2.417.820 22.906.167Penjualan ikan 0 3.285.000 37.303.800 0 2.549.500 19.094.500Penjualan kotor -1.005.000 2.280.000 36.298.800 -1.005.000 1.544.500 18.089.500Pendapatan bersih (83,33) -837.467 1.899.924 30.247.790 -837.467 1.287.032 15.073.980Penjualan ikan 0 2.092.000 35.741.000 0 2.650.000 23.168.900Penjualan kotor -760.000 1.332.000 34.981.000 -760.000 1.890.000 22.408.900Pendapatan bersih (83,33) -633.308 1.109.956 29.149.667 -633.308 1.574.937 18.673.336Penjualan ikan 0 2.347.500 37.683.500 0 4.117.500 31.573.000Penjualan kotor -409.000 1.938.500 37.274.500 -409.000 3.708.500 31.164.000Pendapatan bersih (83,33) -340.820 1.615.352 31.060.841 -340.820 3.090.293 25.968.961Penjualan ikan 0 2.112.500 34.037.000 0 3.183.800 71.153.000Penjualan kotor -982.000 1.130.500 33.055.000 -982.000 2.201.800 70.171.000Pendapatan bersih (83,33) -818.301 942.046 27.544.732 -818.301 1.834.760 58.473.494Penjualan ikan 0 1.545.500 22.116.500 0 2.829.500 22.770.000Penjualan kotor -884.500 661.000 21.232.000 -884.500 1.945.000 21.885.500Pendapatan bersih (83,33) -737.054 550.811 17.692.626 -737.054 1.620.769 18.237.187Penjualan ikan 0 1.902.500 36.890.000 0 3.143.500 27.452.500Penjualan kotor -866.500 1.036.000 36.023.500 -866.500 2.277.000 26.586.000Pendapatan bersih (83,33) -722.054 863.299 30.018.383 -722.054 1.897.424 22.154.114

Penjualan ikan 0 1.927.500 29.668.000 0 2.462.900 25.409.500Penjualan kotor -439.000 1.488.500 29.229.000 -439.000 2.023.900 24.970.500Pendapatan bersih (83,33) -365.819 1.240.367 24.356.526 -365.819 1.686.516 20.807.918Penjualan ikan 0 1.677.000 26.330.500 0 1.552.500 19.254.000Penjualan kotor -856.500 820.500 25.474.000 -856.500 696.000 18.397.500Pendapatan bersih (83,33) -713.721 683.723 21.227.484 -713.721 579.977 15.330.637

Penjualan ikan 0 2.195.500 15.843.000 0 4.049.000 47.103.000Penjualan kotor -972.000 1.223.500 14.871.000 -972.000 3.077.000 46.131.000Pendapatan bersih (83,33) -809.968 1.019.543 12.392.004 -809.968 2.564.064 38.440.962Penjualan ikan 0 1.720.500 27.355.000 0 2.953.000 22.137.500Penjualan kotor -1.040.000 680.500 26.315.000 -1.040.000 1.913.000 21.097.500Pendapatan bersih (83,33) -866.632 567.061 21.928.290 -866.632 1.594.103 17.580.547Penjualan ikan 0 1.343.500 31.974.500 0 2.985.000 16.730.000Penjualan kotor -915.000 428.500 31.059.500 -915.000 2.070.000 15.815.000Pendapatan bersih (83,33) -762.470 357.069 25.881.881 -762.470 1.724.931 13.178.640Penjualan ikan 0 1.716.000 33.151.000 0 2.661.000 29.596.000Penjualan kotor -1.010.000 706.000 32.141.000 -1.010.000 1.651.000 28.586.000Pendapatan bersih (83,33) -841.633 588.310 26.783.095 -841.633 1.375.778 23.820.714

Mus8

Ucup10

Dodi9

Pendi12

Damyudin11

Saeful14

Yadi13

1 Ori

Amek15

Obar3

Anton2

Ade5

Adin4

Ujang 7

Heri6

Responden No Musim TimurPendapatan per trip (Rp)

Musim BaratKomponen

Lampiran 14 Komponen pendapatan nelayan payang di Palabuhanratu

Page 137: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

124

Penjualan ikan 0 1.849.500 41.330.000 0 3.486.500 24.088.000Penjualan kotor -872.000 977.500 40.458.000 -872.000 2.614.500 23.216.000Pendapatan bersih (83,33) -726.638 814.551 33.713.651 -726.638 2.178.663 19.345.893

Penjualan ikan 0 1.241.500 22.842.000 0 2.503.500 30.992.500Penjualan kotor -1.040.000 201.500 21.802.000 -1.040.000 1.463.500 29.952.500Pendapatan bersih (83,33) -866.632 167.910 18.167.607 -866.632 1.219.535 24.959.418

Penjualan ikan 0 1.615.000 25.356.500 0 3.185.000 22.983.000Penjualan kotor -805.000 810.000 24.551.500 -805.000 2.380.000 22.178.000Pendapatan bersih (83,33) -670.807 674.973 20.458.765 -670.807 1.983.254 18.480.927

Penjualan ikan 0 2.026.000 28.705.000 0 3.955.500 22.728.000Penjualan kotor -870.000 1.156.000 27.835.000 -870.000 3.085.500 21.858.000Pendapatan bersih (83,33) -724.971 963.295 23.194.906 -724.971 2.571.147 18.214.271

Penjualan ikan 0 1.271.500 21.353.500 0 2.748.500 21.968.000Penjualan kotor -900.000 371.500 20.453.500 -900.000 1.848.500 21.068.000Pendapatan bersih (83,33) -749.970 309.571 17.043.902 -749.970 1.540.355 17.555.964

Penjualan ikan 0 1.665.000 33.837.000 0 3.181.000 23.960.000Penjualan kotor -875.000 790.000 32.962.000 -875.000 2.306.000 23.085.000Pendapatan bersih (83,33) -729.138 658.307 27.467.235 -729.138 1.921.590 19.236.731

Penjualan ikan 0 2.402.500 29.855.500 0 3.220.000 47.912.500Penjualan kotor -925.000 1.477.500 28.930.500 -925.000 2.295.000 46.987.500Pendapatan bersih (83,33) -770.803 1.231.201 24.107.786 -770.803 1.912.424 39.154.684

Penjualan ikan 0 2.322.500 21.411.000 0 2.868.500 44.852.500Penjualan kotor -924.000 1.398.500 20.487.000 -924.000 1.944.500 43.928.500Pendapatan bersih (83,33) -769.969 1.165.370 17.071.817 -769.969 1.620.352 36.605.619

Penjualan ikan 0 1.877.500 28.381.000 0 2.736.000 40.552.500Penjualan kotor -802.000 1.075.500 27.579.000 -802.000 1.934.000 39.750.500Pendapatan bersih (83,33) -668.307 896.214 22.981.581 -668.307 1.611.602 33.124.092

Penjualan ikan 0 1.667.500 20.080.000 0 2.147.500 34.142.500Penjualan kotor -1.040.000 627.500 19.040.000 -1.040.000 1.107.500 33.102.500Pendapatan bersih (83,33) -866.632 522.896 15.866.032 -866.632 922.880 27.584.313

Dono19

Aep21

Munajab20

Tirta25

Amsor24

Kakan23

Wasih22

Gomloh18

Oder17

Bandi16

Lampiran 14 Komponen pendapatan nelayan payang di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 138: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

125

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Ori Cakalang 0,00 54,00 168,00 222,00 0,00 68,57 178,97 247,54

Cendro 0,00 78,00 110,00 188,00Eteman 0,00 62,50 535,50 598,00 0,00 21,43 205,71 227,14PepetekTongkol 0,00 53,40 95,00 148,40 0,00 72,00 259,20 331,20Banyar 0,00 40,00 232,00 272,00 0,00 21,88 262,50 284,38LisongTunaLayang

2 Anton CakalangCendro 0,00 66,67 112,00 178,67 0,00 50,00 64,20 114,20Eteman 0,00 84,00 672,32 756,32 0,00 37,50 300,00 337,50PepetekTongkol 0,00 65,31 118,75 184,06 0,00 104,50 216,67 321,17Banyar 0,00 24,00 599,20 623,20 0,00 10,00 172,80 182,80Lisong 0,00 22,40 66,67 89,07 0,00 86,93 313,00 399,93TunaLayang 0,00 36,00 290,00 326,00

3 Obar Cakalang 0,00 55,00 243,00 298,00 0,00 145,92 172,80 318,72Cendro 0,00 46,33 223,33 269,67 0,00 39,00 90,00 129,00Eteman 0,00 28,00 434,40 462,40 0,00 17,14 205,71 222,86PepetekTongkol 0,00 42,25 164,10 206,35 0,00 123,50 171,20 294,70Banyar 0,00 42,29 397,14 439,43 0,00 17,50 211,88 229,38Lisong 0,00 44,80 86,40 131,20 0,00 66,67 473,67 540,33TunaLayang 0,00 25,67 250,00 275,67

4 Adin Cakalang 0,00 53,40 151,20 204,60 0,00 68,57 187,09 255,66Cendro 0,00 108,00 125,00 233,00 0,00 58,00 88,25 146,25Eteman 0,00 100,00 533,67 633,67Pepetek 0,00 51,50 140,40 191,90Tongkol 0,00 33,00 171,00 204,00Banyar 0,00 31,00 423,33 454,33 0,00 40,00 152,00 192,00Lisong 0,00 63,75 193,75 257,50 0,00 84,00 197,60 281,60TunaLayang 0,00 13,33 371,33 384,67

5 Ade Cakalang 0,00 67,20 155,52 222,72Cendro 0,00 68,57 162,86 231,43Eteman 0,00 28,00 400,00 428,00 0,00 8,57 171,43 180,00Pepetek 0,00 45,00 108,25 153,25Tongkol 0,00 33,50 96,45 129,95 0,00 60,00 247,00 307,00Banyar 0,00 24,00 439,20 463,20 0,00 40,63 437,50 478,13Lisong 0,00 64,00 219,33 283,33Tuna 0,00 50,29 34,29 84,57Layang 0,00 21,67 677,33 699,00

6 Heri Cakalang 0,00 46,14 117,26 163,40Cendro 0,00 27,00 70,00 97,00 0,00 15,00 75,00 90,00Eteman 0,00 90,00 629,00 719,00 0,00 51,43 205,71 257,14Pepetek 0,00Tongkol 0,00 27,78 213,61 241,39 0,00 93,33 153,80 247,13Banyar 0,00 42,60 450,00 492,60 0,00 48,00 243,20 291,20Lisong 0,00 40,53 207,40 247,93 0,00 135,00 213,60 348,60Tuna 0,00 45,00 237,60 282,60Layang 0,00 26,00 644,67 670,67

Musim TimurMusim Barat Jumlah

Jumlah Tangkapan (kg)

JumlahNo Responden Jenis Ikan

Lampiran 15 Status risiko hasil tangkapan payang di Palabuhanratu

Page 139: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

126

7 Ujang Cakalang 0,00 27,60 228,00 255,60 0,00 62,86 67,89 130,74Cendro 0,00 32,00 128,00 160,00Eteman 0,00 80,00 343,33 423,33 0,00 32,50 150,00 182,50Pepetek 0,00 48,00 75,20 123,20Tongkol 0,00 39,72 72,00 111,72 0,00 55,00 132,50 187,50Banyar 0,00 47,33 206,00 253,33 0,00 24,00 216,00 240,00Lisong 0,00 28,00 107,47 135,47 0,00 75,60 191,52 267,12Tuna 0,00 13,33 1.861,33 1.874,67Layang

8 Mus Cakalang 0,00 71,97 95,20 167,17Cendro 0,00 43,13 467,25 510,38 0,00 13,00 72,00 85,00Eteman 0,00 18,00 240,00 258,00PepetekTongkol 0,00 24,50 188,00 212,50 0,00 80,67 176,13 256,80Banyar 0,00 42,50 226,50 269,00 0,00 32,00 237,60 269,60Lisong 0,00 37,37 109,87 147,23 0,00 87,00 52,00 139,00TunaLayang

9 Dodi Cakalang 0,00 23,20 284,00 307,20 0,00 100,43 65,14 165,57Cendro 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 30,00 45,00 75,00Eteman 0,00 70,67 398,89 469,56 0,00 12,00 210,00 222,00Pepetek 0,00 0,00 46,50 40,00 86,50Tongkol 0,00 23,10 150,00 173,10 0,00 62,50 157,50 220,00Banyar 0,00 31,00 381,00 412,00 0,00 22,22 121,78 144,00Lisong 0,00 61,60 99,96 161,56TunaLayang 0,00 42,00 216,00 258,00

10 Ucup Cakalang 0,00 22,50 145,83 168,33 0,00 97,44 207,36 304,80Cendro 0,00 39,38 57,00 96,38 0,00 0,00 0,00 0,00Eteman 0,00 60,00 506,67 566,67 0,00 24,00 216,00 240,00Pepetek 0,00 36,50 220,75 257,25Tongkol 0,00Banyar 0,00 39,00 235,20 274,20 0,00 25,00 237,60 262,60Lisong 0,00 55,25 111,00 166,25 0,00 66,67 295,20 361,87TunaLayang

11 Damyudin Cakalang 0,00 22,40 180,00 202,40Cendro 0,00 38,00 68,33 106,33Eteman 0,00 30,00 160,00 190,00 0,00 40,00 282,40 322,40Pepetek 0,00 32,50 137,50 170,00Tongkol 0,00 25,71 468,86 494,57 0,00 45,33 264,20 309,53BanyarLisong 0,00 28,80 216,00 244,80 0,00 64,40 135,20 199,60Tuna 0,00 18,50 54,00 72,50Layang 0,00 8,33 380,00 388,33

12 Pendi Cakalang 0,00 54,00 78,17 132,17Cendro 0,00 8,25 105,00 113,25 0,00 51,00 72,00 123,00Eteman 0,00 60,00 309,29 369,29 0,00 22,50 142,50 165,00PepetekTongkol 0,00 32,45 66,00 98,45 0,00 92,50 235,20 327,70Banyar 0,00 87,00 137,40 224,40 0,00 55,56 108,00 163,56Lisong 0,00 37,33 71,40 108,73 0,00 80,08 221,20 301,28Tuna 0,00 34,80 580,00 614,80Layang

13 Yadi Cakalang 0,00 21,00 253,33 274,33 0,00 51,43 48,86 100,29Cendro 0,00 0,00 22,40 142,60 165,00Eteman 0,00 42,86 442,86 485,71 0,00 32,50 330,00 362,50PepetekTongkol 0,00 47,50 102,00 149,50Banyar 0,00 37,20 57,40 94,60 0,00 65,00 76,00 141,00Lisong 0,00 31,50 103,80 135,30 0,00 67,20 111,36 178,56TunaLayang 0,00 24,50 360,00 384,50

Lampiran 15 Status risiko hasil tangkapan payang di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 140: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

127

14 Saeful Cakalang 0,00 22,50 303,75 326,25 0,00 85,00 76,00 161,00Cendro 0,00 22,67 160,00 182,67 0,00 31,20 95,20 126,40Eteman 0,00 43,20 317,50 360,70 0,00 28,50 210,00 238,50PepetekTongkol 0,00 0,00 75,00 140,40 215,40Banyar 0,00 51,60 309,30 360,90 0,00 62,40 72,00 134,40LisongTunaLayang

15 Amek Cakalang 0,00 28,80 37,54 66,34CendroEteman 0,00 24,75 485,00 509,75 0,00 8,00 168,00 176,00Pepetek 0,00 60,00 140,00 200,00Tongkol 0,00 57,85 370,00 427,85 0,00 62,50 259,20 321,70Banyar 0,00 47,14 233,14 280,29 0,00 37,50 225,67 263,17Lisong 0,00 35,40 132,27 167,67 0,00 85,71 128,00 213,71TunaLayang

16 Bandi Cakalang 0,00 32,50 185,00 217,50 0,00 100,80 108,00 208,80Cendro 0,00 35,00 90,00 125,00 0,00 30,00 86,40 116,40Eteman 0,00 30,86 431,29 462,14Pepetek 0,00 40,00 267,33 307,33Tongkol 0,00 28,60 400,00 428,60 0,00 32,50 106,80 139,30Banyar 0,00 39,00 117,60 156,60 0,00 28,57 111,43 140,00Lisong 0,00 27,23 95,83 123,07 0,00 106,31 196,88 303,19TunaLayang

17 Oder CakalangCendro 0,00 14,80 197,60 212,40 0,00 38,00 88,80 126,80Eteman 0,00 28,80 430,00 458,80 0,00 10,00 162,00 172,00Pepetek 0,00 32,50 281,67 314,17Tongkol 0,00 20,35 178,20 198,55 0,00 106,20 364,20 470,40Banyar 0,00 33,43 174,86 208,29 0,00 33,33 118,00 151,33Lisong 0,00 25,84 92,80 118,64 0,00 54,60 176,00 230,60TunaLayang

18 Gomloh Cakalang 0,00 35,00 223,00 258,00 0,00 70,57 70,97 141,54Cendro 0,00 28,00 192,00 220,00 0,00 0,00 0,00 0,00Eteman 0,00 61,20 415,20 476,40 0,00 40,00 240,00 280,00Pepetek 0,00 32,50 108,00 140,50TongkolBanyar 0,00 34,67 244,00 278,67 0,00 48,00 87,00 135,00Lisong 0,00 21,60 153,60 175,20 0,00 93,33 118,83 212,17Tuna 0,00 14,00 72,00 86,00 0,00 25,00 300,00 325,00Layang

19 Dono Cakalang 0,00 42,50 100,00 142,50 0,00 105,00 78,17 183,17Cendro 0,00 29,40 270,00 299,40 0,00 23,33 154,67 178,00Eteman 0,00 84,00 277,80 361,80 0,00 28,00 192,00 220,00Pepetek 0,00 0,00 53,40 132,00 185,40Tongkol 0,00 36,60 216,00 252,60 0,00 52,50 114,00 166,50Banyar 0,00 39,00 350,67 389,67 0,00 45,00 119,70 164,70Lisong 0,00 48,00 100,00 148,00 0,00 106,67 85,33 192,00TunaLayang 0,00 10,00 400,00 410,00 0,00 26,67 532,00 558,67

20 Munajab Cakalang 0,00 19,50 184,25 203,75 0,00 72,00 52,46 124,46Cendro 0,00 16,67 78,00 94,67Eteman 0,00 77,00 373,33 450,33 0,00 22,50 180,00 202,50PepetekTongkol 0,00 24,00 204,00 228,00 0,00 76,20 138,67 214,87Banyar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Lisong 0,00 26,67 128,53 155,20 0,00 101,33 199,50 300,83TunaLayang

Lampiran 15 Status risiko hasil tangkapan payang di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 141: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

128

21 Aep Cakalang 0,00 48,57 30,86 79,43Cendro 0,00 17,28 151,20 168,48 0,00 0,00 0,00 0,00Eteman 0,00 57,87 206,67 264,53 0,00 40,00 100,00 140,00PepetekTongkol 0,00 30,67 226,67 257,33 0,00 72,00 133,33 205,33Banyar 0,00 46,90 300,00 346,90 0,00 21,86 149,57 171,43Lisong 0,00 22,50 140,00 162,50 0,00 93,33 153,73 247,07Tuna 0,00 8,33 199,33 207,67 0,00 0,00 0,00 0,00Layang 0,00 33,33 418,00 451,33

22 Wasih Cakalang 0,00 22,50 131,25 153,75 0,00 51,57 54,34 105,91Cendro 0,00 17,50 120,00 137,50 0,00 20,00 72,00 92,00Eteman 0,00 47,14 1.074,29 1.121,43 0,00 22,50 418,00 440,50PepetekTongkol 0,00 53,33 189,33 242,67Banyar 0,00 42,50 225,00 267,50 0,00 24,00 86,50 110,50Lisong 0,00 88,67 117,67 206,33 0,00 85,00 270,60 355,60TunaLayang 0,00 20,00 420,80 440,80 0,00 55,20 705,60 760,80

23 Kakan CakalangCendro 0,00 25,00 75,00 100,00Eteman 0,00 55,00 165,00 220,00 0,00 17,50 260,00 277,50Pepetek 0,00 25,00 283,33 308,33Tongkol 0,00 66,00 246,15 312,15 0,00 112,20 182,60 294,80Banyar 0,00 32,14 246,86 279,00 0,00 10,00 408,33 418,33Lisong 0,00 90,00 172,00 262,00 0,00 116,17 429,00 545,17TunaLayang

24 Amsor Cakalang 0,00 37,50 112,50 150,00 0,00 54,29 97,71 152,00Cendro 0,00 30,00 107,00 137,00Eteman 0,00 90,00 240,00 330,00 0,00 28,00 78,00 106,00Pepetek 0,00 40,00 128,57 168,57Tongkol 0,00 60,00 214,20 274,20 0,00 67,73 1.064,00 1.131,73BanyarLisong 0,00 35,00 160,00 195,00 0,00 73,07 216,00 289,07TunaLayang

25 Tirta Cakalang 0,00 13,33 223,33 236,67 0,00 32,50 132,00 164,50Cendro 0,00 45,71 28,71 74,43Eteman 0,00 110,00 460,00 570,00PepetekTongkol 0,00 46,75 132,00 178,75 0,00 90,00 908,00 998,00BanyarLisong 0,00 21,33 102,40 123,73 0,00 68,00 100,00 168,00TunaLayang

38.630,08 36.714,01275,93 239,96

Jumlah totalStatus risiko produksi

Lampiran 15 Status risiko hasil tangkapan payang di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 142: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

129

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Ori Cakalang 1.200,00 4.550,00 680,00 6.430,00 2.057,14 3.900,00 400,00 6.357,14

Cendro 466,67 2.000,00 583,33 3.050,00 0,00Eteman 405,00 2.100,00 675,00 3.180,00 285,71 1.285,71 1.500,00 3.071,43PepetekTongkol 800,00 3.000,00 1.300,00 5.100,00 1.200,00 3.300,00 960,00 5.460,00Banyar 1.200,00 3.900,00 1.400,00 6.500,00 1.250,00 2.250,00 2.625,00 6.125,00Lisong 800,00 2.333,33 1.833,33 4.966,67TunaLayang

2 Anton CakalangCendro 333,33 2.000,00 640,00 2.973,33 500,00 1.750,00 1.200,00 3.450,00Eteman 720,00 2.100,00 640,00 3.460,00 333,33 1.250,00 1.166,67 2.750,00PepetekTongkol 843,75 3.437,50 750,00 5.031,25 1.500,00 3.483,33 400,00 5.383,33Banyar 1.100,00 3.600,00 1.400,00 6.100,00 2.000,00 2.400,00 1.400,00 5.800,00Lisong 1.066,67 3.600,00 933,33 5.600,00 2.333,33 2.566,67 400,00 5.300,00TunaLayang 1.666,67 1.833,33 2.000,00 5.500,00 0,00

3 Obar Cakalang 1.500,00 3.250,00 1.750,00 6.500,00 2.160,00 2.600,00 1.680,00 6.440,00Cendro 1.000,00 1.066,67 1.166,67 3.233,33 625,00 1.500,00 875,00 3.000,00Eteman 600,00 2.333,33 533,33 3.466,67 357,14 1.714,29 1.000,00 3.071,43PepetekTongkol 1.000,00 3.575,00 900,00 5.475,00 2.250,00 2.750,00 300,00 5.300,00Banyar 1.714,29 3.714,29 1.000,00 6.428,57 1.250,00 2.750,00 1.500,00 5.500,00Lisong 1.200,00 3.840,00 840,00 5.880,00 1.100,00 2.800,00 2.166,67 6.066,67TunaLayang 1.333,33 1.666,67 2.000,00 5.000,00

4 Adin Cakalang 1.100,00 3.600,00 1.300,00 6.000,00 2.057,14 3.528,57 800,00 6.385,71Cendro 625,00 1.500,00 875,00 3.000,00 625,00 1.500,00 875,00 3.000,00Eteman 1.208,33 1.750,00 375,00 3.333,33Pepetek 500,00 1.800,00 660,00 2.960,00Tongkol 1.750,00 3.600,00 325,00 5.675,00Banyar 2.000,00 3.250,00 1.166,67 6.416,67 1.333,33 2.200,00 2.166,67 5.700,00Lisong 500,00 3.750,00 875,00 5.125,00 480,00 3.600,00 960,00 5.040,00TunaLayang 1.666,67 1.833,33 2.000,00 5.500,00

5 Ade Cakalang 720,00 5.200,00 560,00 6.480,00Cendro 714,29 1.285,71 1.000,00 3.000,00Eteman 1.200,00 1.866,67 600,00 3.666,67 285,71 1.285,71 1.500,00 3.071,43Pepetek 0,00 700,00 1.500,00 875,00 3.075,00Tongkol 400,00 3.750,00 975,00 5.125,00 900,00 3.575,00 900,00 5.375,00Banyar 1.200,00 3.900,00 1.400,00 6.500,00 1.250,00 3.750,00 875,00 5.875,00Lisong 600,00 3.666,67 733,33 5.000,00Tuna 857,14 2.785,71 3.000,00 6.642,86Layang 1.333,33 1.666,67 2.000,00 5.000,00

6 Heri Cakalang 785,71 4.114,29 1.114,29 6.014,29Cendro 1.120,00 1.200,00 700,00 3.020,00 625,00 1.750,00 1.000,00 3.375,00Eteman 1.250,00 1.750,00 333,33 3.333,33 285,71 1.071,43 1.285,71 2.642,86PepetekTongkol 250,00 3.972,22 1.333,33 5.555,56 666,67 3.666,67 1.200,00 5.533,33Banyar 1.800,00 3.900,00 700,00 6.400,00 1.666,67 2.933,33 933,33 5.533,33Lisong 1.333,33 3.200,00 1.300,00 5.833,33 1.800,00 3.300,00 240,00 5.340,00Tuna 1.400,00 4.500,00 1.600,00 7.500,00Layang 1.333,33 1.666,67 2.000,00 5.000,00

JumlahJumlah

Jumlah Tangkapan (kg)Musim TimurMusim BaratNo Responden Jenis Ikan

Lampiran 16 Status risiko harga ikan tangkapan payang di Palabuhanratu

Page 143: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

130

7 Ujang Cakalang 1.100,00 3.600,00 1.400,00 6.100,00 2.228,57 3.714,29 400,00 6.342,86Cendro 500,00 1.800,00 700,00 3.000,00Eteman 1.166,67 1.750,00 333,33 3.250,00 500,00 1.500,00 875,00 2.875,00Pepetek 750,00 1.400,00 600,00 2.750,00Tongkol 444,44 3.055,56 1.666,67 5.166,67 2.000,00 2.750,00 600,00 5.350,00Banyar 1.200,00 4.333,33 933,33 6.466,67 1.333,33 2.800,00 1.733,33 5.866,67Lisong 1.466,67 4.000,00 500,00 5.966,67 2.000,00 3.360,00 260,00 5.620,00Tuna 2.500,00 2.666,67 2.750,00 7.916,67Layang

8 Mus Cakalang 1.100,00 3.000,00 1.950,00 6.050,00Cendro 312,50 1.875,00 875,00 3.062,50 1.000,00 1.166,67 1.333,33 3.500,00Eteman 625,00 1.500,00 875,00 3.000,00PepetekTongkol 825,00 3.600,00 1.625,00 6.050,00 1.000,00 3.666,67 800,00 5.466,67Banyar 2.000,00 3.250,00 1.166,67 6.416,67 1.333,33 3.200,00 1.400,00 5.933,33Lisong 1.166,67 3.800,00 933,33 5.900,00 1.600,00 3.080,00 720,00 5.400,00TunaLayang

9 Dodi Cakalang 1.000,00 2.400,00 2.800,00 6.200,00 1.257,14 2.914,29 1.857,14 6.028,57Cendro 0,00 500,00 1.800,00 700,00 3.000,00Eteman 1.000,00 2.138,89 250,00 3.388,89 625,00 1.500,00 875,00 3.000,00Pepetek 0,00 1.000,00 1.500,00 350,00 2.850,00Tongkol 400,00 3.250,00 1.500,00 5.150,00 1.500,00 2.200,00 1.800,00 5.500,00Banyar 2.400,00 3.250,00 700,00 6.350,00 1.666,67 3.000,00 1.166,67 5.833,33Lisong 1.800,00 3.080,00 480,00 5.360,00TunaLayang 1.000,00 3.300,00 1.200,00 5.500,00

10 Ucup Cakalang 2.000,00 3.250,00 1.166,67 6.416,67 960,00 4.680,00 840,00 6.480,00Cendro 312,50 1.875,00 875,00 3.062,50Eteman 666,67 2.527,78 222,22 3.416,67 571,43 1.071,43 857,14 2.500,00Pepetek 625,00 1.400,00 825,00 2.850,00TongkolBanyar 550,00 4.200,00 1.400,00 6.150,00 1.650,00 3.600,00 650,00 5.900,00Lisong 1.000,00 3.900,00 1.050,00 5.950,00 1.333,33 3.666,67 400,00 5.400,00TunaLayang

11 Damyudin Cakalang 1.100,00 2.400,00 2.600,00 6.100,00Cendro 416,67 1.500,00 1.166,67 3.083,33Eteman 833,33 1.500,00 583,33 2.916,67 400,00 1.250,00 900,00 2.550,00Pepetek 625,00 1.500,00 825,00 2.950,00Tongkol 571,43 2.142,86 2.357,14 5.071,43 1.666,67 2.566,67 1.200,00 5.433,33BanyarLisong 1.833,33 3.600,00 500,00 5.933,33 800,00 4.320,00 780,00 5.900,00Tuna 1.300,00 2.800,00 3.200,00 7.300,00Layang 1.333,33 1.666,67 2.000,00 5.000,00

12 Pendi Cakalang 1.542,86 4.457,14 400,00 6.400,00Cendro 625,00 1.125,00 1.312,50 3.062,50 500,00 1.800,00 800,00 3.100,00Eteman 1.285,71 1.500,00 642,86 3.428,57 625,00 1.500,00 875,00 3.000,00PepetekTongkol 600,00 3.250,00 1.300,00 5.150,00 1.500,00 3.300,00 600,00 5.400,00Banyar 1.800,00 3.250,00 1.400,00 6.450,00 1.666,67 3.333,33 722,22 5.722,22Lisong 933,33 4.400,00 250,00 5.583,33 1.800,00 3.600,00 280,00 5.680,00Tuna 1.400,00 4.500,00 1.600,00 7.500,00Layang

13 Yadi Cakalang 1.833,33 2.000,00 2.333,33 6.166,67 1.100,00 2.742,86 2.228,57 6.071,43Cendro 0,00 0,00 0,00 0,00 1.000,00 1.200,00 800,00 3.000,00Eteman 1.285,71 1.714,29 642,86 3.642,86 500,00 1.250,00 875,00 2.625,00PepetekTongkol 1.500,00 3.300,00 600,00 5.400,00Banyar 1.800,00 2.600,00 2.100,00 6.500,00 1.111,11 4.000,00 722,22 5.833,33Lisong 900,00 4.400,00 500,00 5.800,00 2.200,00 2.880,00 560,00 5.640,00TunaLayang 1.000,00 2.750,00 1.500,00 5.250,00

Lampiran 16 Status risiko harga ikan tangkapan payang di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 144: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

131

14 Saeful Cakalang 1.500,00 3.250,00 1.750,00 6.500,00 2.000,00 3.900,00 466,67 6.366,67Cendro 833,33 1.000,00 1.166,67 3.000,00 1.000,00 1.200,00 700,00 2.900,00Eteman 1.400,00 2.000,00 450,00 3.850,00 625,00 1.500,00 875,00 3.000,00PepetekTongkol 2.000,00 2.750,00 600,00 5.350,00Banyar 2.100,00 2.925,00 1.400,00 6.425,00 2.000,00 2.880,00 840,00 5.720,00LisongTunaLayang

15 Amek Cakalang 2.057,14 3.342,86 1.000,00 6.400,00CendroEteman 1.200,00 1.925,00 225,00 3.350,00 666,67 1.000,00 1.166,67 2.833,33Pepetek 0,00 500,00 1.200,00 1.320,00 3.020,00Tongkol 1.250,00 3.025,00 1.300,00 5.575,00 1.500,00 2.750,00 1.300,00 5.550,00Banyar 1.714,29 2.785,71 2.000,00 6.500,00 1.666,67 2.750,00 1.000,00 5.416,67Lisong 1.000,00 3.600,00 1.400,00 6.000,00 1.428,57 3.142,86 857,14 5.428,57TunaLayang

16 Bandi Cakalang 1.375,00 3.250,00 1.750,00 6.375,00 2.000,00 3.466,67 933,33 6.400,00Cendro 625,00 1.125,00 1.312,50 3.062,50 1.000,00 1.200,00 700,00 2.900,00Eteman 1.285,71 1.500,00 571,43 3.357,14 0,00Pepetek 0,00 833,33 933,33 1.000,00 2.766,67Tongkol 1.250,00 2.750,00 1.500,00 5.500,00 1.500,00 2.200,00 1.800,00 5.500,00Banyar 1.800,00 3.250,00 1.400,00 6.450,00 1.428,57 2.571,43 1.857,14 5.857,14Lisong 1.166,67 4.000,00 700,00 5.866,67 1.562,50 3.437,50 375,00 5.375,00TunaLayang

17 Oder Cakalang 1.257,14 3.428,57 1.300,00 5.985,71Cendro 500,00 1.800,00 700,00 3.000,00 1.000,00 1.200,00 800,00 3.000,00Eteman 1.200,00 2.133,33 300,00 3.633,33 625,00 1.500,00 875,00 3.000,00Pepetek 0,00 833,33 1.000,00 1.100,00 2.933,33Tongkol 1.500,00 2.750,00 1.300,00 5.550,00 2.000,00 2.750,00 600,00 5.350,00Banyar 1.714,29 2.785,71 2.000,00 6.500,00 1.388,89 3.333,33 1.166,67 5.888,89Lisong 800,00 4.560,00 300,00 5.660,00 1.800,00 3.360,00 520,00 5.680,00TunaLayang

18 Gomloh Cakalang 550,00 3.600,00 2.100,00 6.250,00 2.571,43 3.528,57 600,00 6.700,00Cendro 416,67 1.500,00 1.166,67 3.083,33Eteman 648,00 2.040,00 320,00 3.008,00 833,33 1.500,00 666,67 3.000,00Pepetek 500,00 2.100,00 350,00 2.950,00TongkolBanyar 1.200,00 3.466,67 1.866,67 6.533,33 1.250,00 4.200,00 325,00 5.775,00Lisong 2.000,00 3.200,00 500,00 5.700,00 1.500,00 3.600,00 700,00 5.800,00Tuna 1.300,00 3.000,00 3.200,00 7.500,00 1.750,00 3.750,00 2.000,00 7.500,00Layang

19 Dono Cakalang 600,00 4.550,00 1.400,00 6.550,00 1.371,43 4.271,43 800,00 6.442,86Cendro 250,00 1.800,00 1.050,00 3.100,00 833,33 1.000,00 1.166,67 3.000,00Eteman 1.200,00 2.240,00 180,00 3.620,00 833,33 1.750,00 666,67 3.250,00Pepetek 500,00 2.100,00 330,00 2.930,00Tongkol 800,00 2.700,00 1.300,00 4.800,00 833,33 3.666,67 1.000,00 5.500,00Banyar 800,00 4.333,33 1.400,00 6.533,33 1.250,00 3.600,00 1.050,00 5.900,00Lisong 2.000,00 2.800,00 1.000,00 5.800,00 1.666,67 3.600,00 466,67 5.733,33TunaLayang 1.333,33 1.666,67 2.000,00 5.000,00 1.333,33 1.666,67 2.000,00 5.000,00

20 Munajab Cakalang 1.375,00 3.000,00 1.750,00 6.125,00 942,86 4.114,29 928,57 5.985,71Cendro 833,33 1.000,00 1.166,67 3.000,00Eteman 1.400,00 1.633,33 266,67 3.300,00 833,33 1.500,00 583,33 2.916,67PepetekTongkol 400,00 2.750,00 2.275,00 5.425,00 666,67 3.666,67 1.200,00 5.533,33BanyarLisong 1.333,33 3.850,00 250,00 5.433,33 1.500,00 3.300,00 650,00 5.450,00TunaLayang

Lampiran 16 Status risiko harga ikan tangkapan payang di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 145: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

132

21 Aep Cakalang 1.714,29 3.714,29 1.000,00 6.428,57Cendro 600,00 1.440,00 980,00 3.020,00Eteman 1.200,00 1.866,67 266,67 3.333,33 333,33 1.250,00 1.166,67 2.750,00PepetekTongkol 533,33 3.000,00 1.600,00 5.133,33 1.333,33 3.300,00 800,00 5.433,33Banyar 1.800,00 3.900,00 700,00 6.400,00 714,29 3.428,57 1.857,14 6.000,00Lisong 1.500,00 3.000,00 1.500,00 6.000,00 1.666,67 2.933,33 866,67 5.466,67Tuna 2.166,67 2.500,00 2.666,67 7.333,33Layang 1.666,67 1.833,33 2.000,00 5.500,00

22 Wasih Cakalang 1.375,00 3.000,00 1.750,00 6.125,00 1.100,00 3.942,86 928,57 5.971,43Cendro 312,50 1.500,00 1.312,50 3.125,00 833,33 1.000,00 1.166,67 3.000,00Eteman 857,14 2.000,00 571,43 3.428,57 833,33 1.500,00 583,33 2.916,67PepetekTongkol 1.466,67 3.200,00 1.300,00 5.966,67Banyar 1.800,00 3.900,00 700,00 6.400,00 1.500,00 3.300,00 650,00 5.450,00Lisong 1.000,00 3.800,00 1.166,67 5.966,67 1.666,67 3.116,67 650,00 5.433,33TunaLayang 800,00 2.000,00 2.400,00 5.200,00 800,00 3.000,00 1.200,00 5.000,00

23 Kakan CakalangCendro 833,33 1.166,67 1.333,33 3.333,33Eteman 1.050,00 2.100,00 225,00 3.375,00 833,33 1.500,00 666,67 3.000,00Pepetek 833,33 1.000,00 1.100,00 2.933,33Tongkol 1.500,00 2.750,00 1.200,00 5.450,00 1.000,00 2.933,33 1.600,00 5.533,33Banyar 1.714,29 3.714,29 1.000,00 6.428,57 833,33 3.000,00 1.083,33 4.916,67Lisong 2.000,00 2.933,33 500,00 5.433,33 1.666,67 3.116,67 600,00 5.383,33TunaLayang

24 Amsor Cakalang 1.375,00 3.250,00 1.750,00 6.375,00 1.100,00 4.271,43 1.000,00 6.371,43Cendro 833,33 1.000,00 1.333,33 3.166,67Eteman 1.015,00 1.650,00 400,00 3.065,00 833,33 1.500,00 583,33 2.916,67Pepetek 1.071,43 1.200,00 428,57 2.700,00Tongkol 675,00 3.300,00 1.625,00 5.600,00 1.000,00 2.933,33 1.600,00 5.533,33BanyarLisong 1.750,00 3.600,00 375,00 5.725,00 1.666,67 2.933,33 800,00 5.400,00TunaLayang

25 Tirta Cakalang 2.000,00 2.166,67 2.333,33 6.500,00 2.200,00 3.250,00 933,33 6.383,33Cendro 357,14 2.142,86 571,43 3.071,43Eteman 1.050,00 1.925,00 450,00 3.425,00PepetekTongkol 1.250,00 3.025,00 1.200,00 5.475,00 1.000,00 3.300,00 1.200,00 5.500,00BanyarLisong 2.000,00 3.200,00 933,33 6.133,33 1.666,67 3.116,67 600,00 5.383,33TunaLayang

680.803,93 710.752,784.828,40 4.706,97

Jumlah totalStatus risiko harga

Lampiran 16 Status risiko harga ikan tangkapan payang di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 146: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

133

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Ori -315.362,39 633.099,68 760.236,26 1.077.973,55 -278.729,38 747.602,67 641.934,55 1.110.807,842 Anton -292.025,36 720.167,95 933.307,57 1.361.450,17 -238.929,84 823.792,80 564.428,18 1.149.291,153 Obar -320.033,49 932.941,85 1.528.897,18 2.141.805,53 -332.530,56 1.272.536,82 602.793,87 1.542.800,134 Adin -362.902,15 981.627,40 1.512.389,50 2.131.114,75 -334.986,60 723.955,42 565.274,26 954.243,085 Ade -233.324,00 671.815,23 767.096,51 1.205.587,74 -249.990,00 870.359,92 982.807,18 1.603.177,106 Heri -143.783,31 858.155,78 1.455.976,91 2.170.349,38 -129.836,08 1.802.670,95 927.462,90 2.600.297,777 Ujang -294.076,78 544.620,14 1.721.545,72 1.972.089,08 -389.666,95 939.222,35 696.113,03 1.245.668,438 Mus -208.831,92 348.847,16 1.474.385,47 1.614.400,70 -304.034,71 830.643,86 1.367.789,04 1.894.398,189 Dodi -275.520,78 511.163,76 789.957,44 1.025.600,42 -300.856,02 1.039.065,58 791.218,35 1.529.427,91

10 Ucup -163.655,73 652.824,76 640.961,20 1.130.130,23 -158.842,33 887.639,93 821.365,17 1.550.162,7711 Damyudin -251.901,69 412.244,54 936.506,66 1.096.849,51 -187.821,43 381.563,68 1.210.313,43 1.404.055,6812 Pendi -337.486,50 526.763,65 826.133,62 1.015.410,77 -385.698,86 1.312.556,62 457.630,50 1.384.488,2713 Yadi -333.320,00 327.150,38 843.395,75 837.226,13 -357.485,70 876.756,60 659.270,50 1.178.541,4014 Saeful -263.931,75 219.734,80 995.456,98 951.260,03 -314.518,67 862.465,50 1.153.130,96 1.701.077,7915 Amek -225.437,41 399.210,22 1.434.808,68 1.608.581,49 -354.371,79 705.991,50 1.567.152,22 1.918.771,9316 Bandi -278.544,41 475.154,60 1.123.788,38 1.320.398,57 -326.986,92 1.062.098,14 1.209.118,30 1.944.229,5217 Oder -132.402,11 132.928,71 1.009.311,48 1.009.838,08 -381.730,76 900.698,10 1.093.721,13 1.612.688,4718 Gomloh -192.856,87 455.606,78 767.203,69 1.029.953,59 -251.552,44 1.126.848,86 1.050.052,69 1.925.349,1219 Dono -286.172,76 532.347,13 1.220.784,50 1.466.958,86 -337.770,58 1.256.355,99 827.921,43 1.746.506,8420 Munajab -260.406,25 184.882,65 946.883,42 871.359,82 -296.040,79 851.248,84 923.998,13 1.479.206,1821 Aep -297.411,35 363.801,24 1.084.232,94 1.150.622,83 -318.997,66 960.794,90 1.202.295,66 1.844.092,9022 Wasih -295.474,29 718.200,44 803.592,86 1.226.319,00 -348.696,37 1.001.745,64 932.254,38 1.585.303,6523 Kakan -316.237,35 624.305,38 914.561,63 1.222.629,66 -310.126,48 922.700,36 1.016.822,75 1.629.396,6324 Amsor -256.184,20 507.854,69 1.149.079,04 1.400.749,52 -309.091,80 846.091,16 414.051,15 951.050,5025 Tirta -309.511,43 298.797,57 1.133.288,00 1.122.574,14 -300.913,89 576.799,84 766.230,92 1.042.116,88

33.161.233,55 38.527.150,091.326.449,34 1.541.086,00

JumlahNo Responden Musim Barat Musim TimurJumlah

Jumlah totalStatus risiko pendapatan

Lampiran 17 Status risiko pendapatan payang di Palabuhanratu

Page 147: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

134

Pendapatan tinggi Harga tinggi Produksi rendah Frek.pen rendah1 Ori 0,05 0,16 0,20 0,67 0,082 Anton 0,03 0,19 0,26 0,60 0,053 Obar 0,04 0,21 0,28 0,60 0,074 Adin 0,05 0,17 0,24 0,50 0,105 Ade 0,03 0,26 0,29 0,63 0,046 Heri 0,05 0,19 0,23 0,53 0,097 Ujang 0,06 0,16 0,25 0,53 0,128 Mus 0,08 0,20 0,31 0,50 0,179 Dodi 0,03 0,17 0,30 0,63 0,04

10 Ucup 0,03 0,16 0,30 0,63 0,0411 Damyudin 0,04 0,27 0,24 0,57 0,0812 Pendi 0,07 0,19 0,29 0,50 0,1313 Yadi 0,04 0,22 0,30 0,43 0,0914 Saeful 0,04 0,22 0,28 0,43 0,0915 Amek 0,05 0,18 0,23 0,47 0,1116 Bandi 0,03 0,22 0,28 0,50 0,0717 Oder 0,06 0,16 0,24 0,60 0,0918 Gomloh 0,04 0,24 0,14 0,67 0,0619 Dono 0,05 0,20 0,19 0,63 0,0820 Munajab 0,06 0,18 0,29 0,60 0,0921 Aep 0,04 0,21 0,27 0,63 0,0622 Wasih 0,03 0,24 0,25 0,50 0,0723 Kakan 0,05 0,11 0,25 0,47 0,1124 Amsor 0,05 0,13 0,26 0,50 0,1025 Tirta 0,07 0,19 0,30 0,47 0,15

0,09

PRT

Jumlah totalRata-rata PRT

No Responden Peluang

Lampiran 18 Peluang risiko total nelayan payang di Palabuhanratu

Page 148: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

135

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Pendi Tembang 0 15 28 8 15 150 0,17 0,60 0,23 0,17 0,65 0,18

Rebon 0 5 120 0,15 0,65 0,20Teri 0 15 25 1 5 50 0,30 0,40 0,30 0,31 0,54 0,15Lisong 0 40 1.000 0,20 0,60 0,20Layang 0 12 58 0 20 120 0,15 0,65 0,20 0,13 0,60 0,27Layur 0 5 25 0,13 0,50 0,38Peperek 10 25 1.200 0,33 0,54 0,13Tetengkek 0 8 15 0,33 0,33 0,33Swangi 12 20 60 0,17 0,50 0,33Kembung 0 15 50 0,10 0,60 0,30

2 Deden Tembang 2 30 25 5 18 130 0,16 0,56 0,28 0,22 0,61 0,17Rebon 0 15 60 0,23 0,54 0,23Teri 0 8 20 4 10 80 0,14 0,57 0,29 0,18 0,65 0,18Lisong 0 27 1.200 0,25 0,50 0,25Layang 4 13 45 0 25 80 0,13 0,60 0,27 0,13 0,60 0,27Layur 3 10 20 8 15 26 0,25 0,63 0,13 0,10 0,70 0,20Peperek 0 15 400 0,25 0,55 0,20Tetengkek 10 20 40 0,33 0,33 0,33Swangi 8 30 60 0,14 0,57 0,29Kembung 5 17 40 0,20 0,60 0,20

3 Makmur Tembang 0 15 15 0 30 300 0,20 0,65 0,15 0,24 0,64 0,12Rebon 8 15 35 5 12 90 0,13 0,50 0,38 0,08 0,68 0,24Teri 5 10 20 0 13 200 0,20 0,60 0,20 0,25 0,63 0,13Lisong 0 35 500 0,14 0,57 0,29Layang 0 12 20 8 25 110 0,18 0,55 0,27 0,20 0,60 0,20Layur 0 5 20 4 10 45 0,25 0,50 0,25 0,10 0,70 0,20Peperek 20 75 300 0,32 0,56 0,12Tetengkek 9 18 45 0,33 0,33 0,33Swangi 15 26 48 0,25 0,50 0,25

4 Emang Tembang 3 20 36 10 43 102 0,23 0,54 0,23 0,27 0,62 0,11Rebon 0 10 300 0,20 0,65 0,15Teri 3 5 120 0,20 0,50 0,30Lisong 0 30 2.000 0,20 0,60 0,20Layang 8 15 25 0 35 80 0,30 0,50 0,20 0,20 0,60 0,20Layur 7 18 33 0,13 0,63 0,25Peperek 8 15 25 0 36 1.700 0,33 0,33 0,33 0,28 0,64 0,08TetengkekSwangi 15 23 55 0,33 0,33 0,33

Peluang kejadianMusim Barat Musim TimurResponden No Musim Timur

Jumlah Tangkapan (kg)Musim BaratJenis Ikan

Lampiran 19 Jumlah tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu

Page 149: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

136

5 Pate Tembang 5 14 40 9 37 93 0,15 0,62 0,24 0,19 0,61 0,20Rebon 4 12 20 4 17 110 0,20 0,50 0,30 0,20 0,60 0,20Teri 2 15 60 0,20 0,70 0,10Lisong 0 40 200 0,17 0,67 0,17Layang 0 18 55 0 30 50 0,17 0,50 0,33 0,14 0,57 0,29Layur 10 18 43 0,13 0,50 0,38Peperek 5 30 80 0,30 0,60 0,10Tetengkek 2 8 20 0,33 0,33 0,33Swangi 10 31 84 0,20 0,60 0,20Kembung 0 10 23 0,14 0,57 0,29

6 Babeng Tembang 11 45 400 0,22 0,69 0,09Rebon 5 10 50 0,23 0,63 0,13Teri 6 13 25 5 13 30 0,21 0,57 0,21 0,30 0,40 0,30Lisong 0 50 100 0,29 0,43 0,29Layang 0 8 70 0 25 150 0,15 0,60 0,25 0,20 0,60 0,20Layur 0 5 50 0 21 33 0,25 0,63 0,13 0,10 0,70 0,20Peperek 5 5 30 0 18 1.000 0,33 0,33 0,33 0,23 0,67 0,10Tetengkek 5 14 30 0,33 0,33 0,33Swangi 17 30 65 0,25 0,50 0,25

7 Guntur Tembang 9 15 58 0 20 130 0,12 0,56 0,32 0,22 0,68 0,10Rebon 0 7 60 4 10 220 0,13 0,53 0,33 0,20 0,55 0,25Teri 0 6 18 5 10 150 0,20 0,60 0,20 0,27 0,53 0,20Lisong 0 45 1.500 0,20 0,60 0,20Layang 8 15 20 0 20 135 0,20 0,50 0,30 0,25 0,67 0,08Layur 4 14 24 0,10 0,60 0,30Peperek 0 40 700 0,29 0,58 0,13TetengkekSwangi 13 26 81 0,20 0,60 0,20

8 Wahyu Tembang 3 10 28 0 15 80 0,17 0,60 0,23 0,15 0,64 0,21Rebon 4 18 25 0,15 0,55 0,30Teri 0 10 320 0,20 0,53 0,27Lisong 0 40 120 0,20 0,50 0,30Layang 10 18 35 0 50 80 0,20 0,60 0,20 0,14 0,71 0,14Layur 0 8 20 2 23 44 0,25 0,50 0,25 0,13 0,50 0,38Peperek 10 50 300 0,23 0,68 0,10Tetengkek 8 24 58 0,33 0,33 0,33Swangi 8 28 53 0,29 0,43 0,29

Lampiran 19 Jumlah tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 150: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

137

9 Sukana Tembang 2 13 48 5 44 90 0,17 0,63 0,20 0,20 0,67 0,13Rebon 2 5 80 0,16 0,68 0,16Teri 2 18 28 3 30 95 0,17 0,50 0,33 0,25 0,63 0,13Lisong 0 20 50 0,14 0,71 0,14Layang 0 24 98 0,20 0,60 0,20Layur 0 17 48 0,13 0,63 0,25Peperek 5 10 35 20 70 1.700 0,20 0,60 0,20 0,32 0,56 0,12TetengkekSwangi 20 30 75 0,29 0,43 0,29

10 Beny Tembang 3 16 36 0 25 320 0,23 0,67 0,10 0,08 0,80 0,12Rebon 3 20 300 0,20 0,60 0,20Teri 5 10 15 2 19 110 0,15 0,54 0,31 0,27 0,53 0,20Lisong 0 35 800 0,13 0,63 0,25Layang 5 14 31 0 20 89 0,24 0,59 0,18 0,20 0,50 0,30Layur 0 10 40 10 20 35 0,33 0,33 0,33 0,10 0,60 0,30Peperek 0 50 200 0,29 0,58 0,13Tetengkek 5 20 40 0,13 0,50 0,38SwangiKembung 2 8 35 0,20 0,60 0,20

11 Ratman Tembang 0 12 25 6 18 125 0,11 0,69 0,20 0,27 0,62 0,11Rebon 6 10 17 0,14 0,62 0,24Teri 8 25 80 0,20 0,60 0,20Lisong 0 30 150 0,13 0,63 0,25Layang 0 5 10 0 35 139 0,20 0,50 0,30 0,20 0,60 0,20Layur 0 22 50 0,20 0,60 0,20Peperek 5 35 150 0,28 0,64 0,08Tetengkek 8 23 40 0,17 0,50 0,33Swangi 10 33 69 0,33 0,33 0,33

12 Ipi Tembang 10 30 80 0,25 0,67 0,08Rebon 0 15 90 0,13 0,71 0,17Teri 3 12 40 5 20 75 0,10 0,60 0,30 0,25 0,50 0,25Lisong 0 30 600 0,14 0,71 0,14Layang 10 20 20 0 32 167 0,18 0,53 0,29 0,13 0,50 0,38Layur 0 5 15 5 12 42 0,29 0,57 0,14 0,10 0,70 0,20Peperek 10 20 40 0 20 350 0,33 0,33 0,33 0,30 0,45 0,25TetengkekSwangiKembung 0 5 15 0,25 0,50 0,25

Lampiran 19 Jumlah tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 151: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

138

13 Letang Tembang 0 20 22 0 25 170 0,12 0,64 0,24 0,07 0,74 0,19Rebon 4 10 35 4 15 50 0,11 0,61 0,28 0,13 0,63 0,25Teri 0 5 15 0 20 50 0,08 0,75 0,17 0,13 0,67 0,20Lisong 0 40 240 0,17 0,50 0,33Layang 0 9 25 0 35 167 0,10 0,70 0,20 0,14 0,57 0,29Layur 8 14 33 0,20 0,60 0,20Peperek 0 30 50 0 50 240 0,33 0,33 0,33 0,20 0,65 0,15TetengkekSwangi 20 30 40 0,14 0,71 0,14

14 Dedi Tembang 8 40 200 0,13 0,76 0,11Rebon 5 15 45 10 15 400 0,15 0,65 0,20 0,30 0,55 0,15Teri 0 10 33 6 18 180 0,20 0,50 0,30 0,07 0,80 0,13Lisong 0 30 90 0,17 0,50 0,33Layang 0 40 120 0,17 0,67 0,17Layur 0 15 20 0 20 48 0,13 0,50 0,38 0,10 0,70 0,20Peperek 10 40 150 0,20 0,65 0,15Tetengkek 10 22 58 0,20 0,60 0,20SwangiKembung 5 15 46 0,10 0,60 0,30

15 Turino Tembang 0 40 25 10 35 50 0,14 0,66 0,20 0,20 0,62 0,18Rebon 0 15 40 0,15 0,65 0,20Teri 7 25 250 0,33 0,58 0,08Lisong 10 45 2.500 0,17 0,50 0,33Layang 0 8 15 0 30 115 0,15 0,60 0,25 0,25 0,58 0,17Layur 4 17 30 0,10 0,60 0,30Peperek 10 35 50 10 40 350 0,20 0,60 0,20 0,29 0,58 0,13TetengkekSwangi

Barat TimurJumlah 839 3.114Rata-rata 13,53 25,52Stdev 6,92 12,86Coef var 0,51 0,50

Lampiran 19 Jumlah tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 152: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

139

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Pendi Tembang 2.000 3.000 4.000 2.000 2.500 3.000 0,10 0,57 0,33 0,23 0,63 0,13

Rebon 3.000 4.000 5.000 0,20 0,55 0,25Teri 6.000 6.500 7.000 4.000 5.000 8.000 0,20 0,70 0,10 0,08 0,54 0,38Lisong 4.000 5.000 6.000 0,40 0,40 0,20Layang 3.000 3.500 4.000 2.000 2.500 3.000 0,20 0,60 0,20 0,13 0,60 0,27Layur 2.000 2.500 4.000 0,13 0,63 0,25Peperek 1.000 1.500 2.000 0,25 0,67 0,08Tetengkek 2.000 2.500 3.000 0,33 0,33 0,33Swangi 1.500 2.000 2.500 0,17 0,67 0,17Kembung 7.000 8.000 8.500 0,30 0,60 0,10

2 Deden Tembang 2.000 2.500 3.000 1.500 2.000 3.000 0,12 0,68 0,20 0,27 0,61 0,13Rebon 3.000 3.500 4.000 0,08 0,54 0,38Teri 5.000 7.000 7.500 5.000 5.500 8.000 0,14 0,71 0,14 0,12 0,59 0,29Lisong 4.500 5.000 6.000 0,25 0,50 0,25Layang 3.000 4.000 4.500 2.000 3.000 4.000 0,27 0,47 0,27 0,07 0,67 0,27Layur 2.500 3.500 4.000 2.000 3.000 4.000 0,25 0,50 0,25 0,10 0,60 0,30Peperek 1.500 2.000 2.500 0,05 0,65 0,15Tetengkek 1.000 1.700 2.000 0,33 0,33 0,33Swangi 1.500 2.000 2.500 0,14 0,57 0,29Kembung 6.000 7.000 7.500 0,20 0,40 0,40

3 Makmur Tembang 2.000 3.000 3.500 1.000 1.250 1.500 0,25 0,55 0,20 0,14 0,54 0,32Rebon 3.500 4.000 4.500 2.500 3.000 4.000 0,13 0,50 0,38 0,08 0,68 0,24Teri 5.000 6.000 7.000 3.000 4.000 5.000 0,20 0,60 0,20 0,13 0,50 0,38Lisong 3.000 5.000 8.000 0,29 0,57 0,14Layang 4.000 4.500 5.000 2.000 3.000 3.500 0,18 0,73 0,09 0,20 0,60 0,20Layur 2.500 3.000 4.000 2.000 2.500 4.000 0,25 0,50 0,25 0,10 0,60 0,30Peperek 750 1.000 1.750 0,20 0,56 0,24Tetengkek 1.000 1.500 2.000 0,33 0,33 0,33Swangi 1.300 1.500 2.000 0,25 0,50 0,25

4 Emang Tembang 2.000 3.000 4.000 750 1.500 2.000 0,23 0,69 0,08 0,25 0,51 0,24Rebon 4.000 5.000 5.500 0,25 0,55 0,20Teri 5.000 6.000 8.000 0,20 0,60 0,20Lisong 5.000 6.000 7.500 0,40 0,40 0,20Layang 3.000 4.000 4.500 2.000 3.000 4.000 0,25 0,65 0,10 0,20 0,40 0,40Layur 2.000 2.500 3.500 0,13 0,63 0,25Peperek 2.000 2.500 3.000 750 1.500 2.000 0,33 0,33 0,33 0,16 0,56 0,28TetengkekSwangi 1.500 2.000 2.500 0,33 0,33 0,33

Peluang kejadianMusim Barat Musim TimurResponden No Musim Timur

Harga ikan (Rp)Musim BaratJenis Ikan

Lampiran 20 Harga ikan tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu

Page 153: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

140

5 Pate Tembang 2.000 2.500 3.000 1.500 2.000 2.500 0,12 0,79 0,09 0,23 0,53 0,24Rebon 4.000 5.000 6.000 3.000 5.000 6.000 0,10 0,60 0,30 0,27 0,53 0,20Teri 4.000 5.000 6.500 0,20 0,70 0,10Lisong 4.000 4.500 6.000 0,33 0,50 0,17Layang 4.000 4.500 5.000 2.000 3.000 3.500 0,33 0,50 0,17 0,14 0,43 0,43Layur 2.000 3.000 3.500 0,25 0,50 0,25Peperek 1.200 1.500 2.000 0,27 0,43 0,30Tetengkek 1.500 2.000 2.500 0,33 0,33 0,33Swangi 750 1.500 2.000 0,20 0,60 0,20Kembung 7.000 8.000 9.000 0,14 0,71 0,14

6 Babeng Tembang 1.700 2.000 2.500 0,20 0,55 0,25Rebon 5.000 6.000 8.000 0,37 0,57 0,07Teri 4500 6.000 7.000 4.500 5.000 6.500 0,21 0,64 0,14 0,10 0,70 0,20Lisong 4.000 4.500 6.000 0,29 0,57 0,14Layang 3.000 3.500 4.000 2.000 3.000 3.500 0,15 0,80 0,05 0,20 0,60 0,20Layur 2.500 3.000 3.500 2.000 2.500 4.000 0,25 0,50 0,25 0,30 0,50 0,20Peperek 2.000 3.000 3.500 1.500 2.000 2.500 0,33 0,33 0,33 0,07 0,57 0,37Tetengkek 1.500 2.000 2.500 0,33 0,33 0,33Swangi 1.700 2.000 2.500 0,25 0,50 0,25

7 Guntur Tembang 2000 3.000 3.500 1.300 1.500 2.000 0,20 0,56 0,24 0,22 0,63 0,15Rebon 5000 6.500 7.000 5.000 5.500 6.000 0,33 0,53 0,13 0,20 0,60 0,20Teri 6000 7.000 8.000 4.000 5.000 6.000 0,40 0,40 0,20 0,27 0,60 0,13Lisong 4.500 5.000 7.500 0,40 0,40 0,20Layang 3.000 3.500 4.500 2.500 3.000 3.500 0,20 0,50 0,30 0,17 0,58 0,25Layur 2.000 3.000 4.000 0,10 0,70 0,20Peperek 2.000 2.500 3.000 0,29 0,58 0,13Tetengkek 1.500 2.000 2.500Swangi 2.000 2.200 2.500 0,20 0,40 0,40

8 Wahyu Tembang 2.000 3.000 3.500 750 1.500 2.000 0,20 0,63 0,17 0,15 0,61 0,24Rebon 3.500 4.000 5.000 0,15 0,55 0,30Teri 4.500 5.000 6.500 0,27 0,53 0,20Lisong 4.000 5.000 5.500 0,10 0,70 0,20Layang 2.500 3.000 4.000 2.000 2.500 3.500 0,30 0,50 0,20 0,14 0,43 0,43Layur 2.500 3.500 4.000 2.000 3.500 4.000 0,25 0,50 0,25 0,38 0,50 0,13Peperek 1.200 1.500 2.000 0,23 0,55 0,23Tetengkek 1.500 2.500 3.000 0,33 0,33 0,33Swangi 1.000 1.500 2.000 0,14 0,57 0,29

Lampiran 20 Harga ikan tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 154: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

141

9 Sukana Tembang 2000 3.000 4.000 1.000 1.500 2.000 0,23 0,69 0,09 0,20 0,67 0,13Rebon 4000 5.000 5.500 4.000 5.000 5.500 0,20 0,56 0,24Teri 5000 6.000 6.500 4.500 5.500 6.000 0,33 0,42 0,25 0,25 0,63 0,13Lisong 4.000 5.000 5.500 0,29 0,57 0,14Layang 2.000 3.000 4.000 0,20 0,60 0,20Layur 2.000 2.500 3.500 0,38 0,50 0,13Peperek 2.000 2.500 3.000 1.200 1.500 2.500 0,40 0,40 0,20 0,24 0,56 0,20TetengkekSwangi 1.000 1.500 2.000 0,29 0,43 0,29

10 Beny Tembang 2500 3.500 4.000 1.200 1.500 2.500 0,23 0,67 0,10 0,12 0,67 0,22Rebon 4.000 5.000 5.500 0,20 0,60 0,20Teri 5000 6.000 6.500 4.000 5.000 6.500 0,23 0,62 0,15 0,27 0,60 0,13Lisong 5.000 6.500 8.000 0,38 0,38 0,25Layang 3.500 4.000 4.500 2.000 2.500 3.500 0,12 0,82 0,06 0,10 0,60 0,30Layur 3.000 3.500 4.000 3.000 3.500 4.000 0,33 0,33 0,33 0,20 0,50 0,30Peperek 1.500 2.000 2.500 0,29 0,58 0,13Tetengkek 1.200 1.500 2.500 0,13 0,63 0,25SwangiKembung 6.000 7.500 8.000 0,20 0,40 0,40

11 Ratman Tembang 2.000 2.500 4.000 1.500 2.000 2.500 0,11 0,77 0,11 0,27 0,56 0,16Rebon 3.000 3.500 4.000 0,14 0,62 0,24Teri 5.000 6.000 6.500 5.000 5.500 6.000 0,33 0,47 0,20Lisong 4.000 5.000 7.500 0,25 0,63 0,13Layang 3.500 4.000 5.000 3.000 3.500 4.000 0,30 0,60 0,10 0,20 0,60 0,20Layur 1.500 2.000 2.500 0,20 0,40 0,40Peperek 1.500 2.000 2.500 0,28 0,64 0,08Tetengkek 1.500 2.000 2.500 0,17 0,67 0,17Swangi 1.500 2.000 3.000 0,33 0,33 0,33

12 Ipi Tembang 750 1.500 2.500 0,25 0,62 0,13Rebon 4.000 5.000 6.000 0,29 0,50 0,21Teri 5000 5.500 6.000 4.500 5.000 6.000 0,30 0,45 0,25 0,25 0,50 0,25Lisong 4.000 5.000 7.500 0,29 0,57 0,14Layang 3.500 4.000 5.000 3.000 3.500 4.000 0,24 0,59 0,18 0,13 0,50 0,38Layur 2.500 3.000 4.000 2.500 3.000 3.500 0,29 0,57 0,14 0,30 0,60 0,10Peperek 2.000 2.500 4.000 1.500 2.000 2.500 0,33 0,33 0,33 0,30 0,55 0,15TetengkekSwangiKembung 7.500 8.000 8.500 0,25 0,63 0,13

Lampiran 20 Harga ikan tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 155: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

142

13 Letang Tembang 2000 3.000 3.500 1.300 1.500 2.000 0,20 0,56 0,24 0,14 0,59 0,27Rebon 3000 4.000 5.000 5.000 5.500 6.000 0,11 0,61 0,28 0,21 0,46 0,33Teri 6.000 6.500 7.000 4.000 5.000 6.000 0,33 0,50 0,17 0,20 0,60 0,20Lisong 4.500 5.000 7.500 0,17 0,67 0,17Layang 3.500 4.000 5.000 3.000 3.500 4.000 0,10 0,70 0,20 0,14 0,57 0,29Layur 1.500 2.000 2.500 0,20 0,60 0,20Peperek 2.000 2.500 3.000 1.500 2.000 2.500 0,33 0,33 0,33 0,20 0,55 0,25TetengkekSwangi 1.500 2.000 3.000 0,14 0,57 0,29

14 Dedi Tembang 1.500 2.000 2.500 0,19 0,71 0,10Rebon 2.500 3.000 4.000 4.000 4.500 6.000 0,10 0,70 0,20 0,30 0,55 0,15Teri 6000 7.000 7.500 5.000 5.500 6.000 0,30 0,50 0,20 0,27 0,47 0,27Lisong 4.000 5.000 6.000 0,33 0,50 0,17Layang 2.000 2.500 3.500 0,17 0,50 0,33Layur 2.500 3.500 4.000 2.000 3.000 4.000 0,13 0,63 0,25 0,20 0,60 0,20Peperek 1.200 1.500 2.000 0,15 0,50 0,35Tetengkek 1.500 2.500 3.000 0,40 0,40 0,20SwangiKembung 6.000 7.000 8.000 0,20 0,60 0,20

15 Turino Tembang 2000 2.500 3.000 1.000 2.000 1.500 0,14 0,66 0,20 0,22 0,52 0,26Rebon 2.500 3.000 4.000 0,15 0,65 0,20Teri 3.000 4.000 5.000 0,17 0,58 0,25Lisong 3.000 5.000 8.000 0,17 0,67 0,17Layang 3.500 4.000 4.500 2.000 3.000 3.500 0,20 0,55 0,25 0,08 0,50 0,42Layur 1.700 2.500 3.000 0,10 0,50 0,40Peperek 2.000 2.500 3.000 750 1.000 2.500 0,20 0,60 0,20 0,21 0,58 0,21TetengkekSwangi

Barat TimurJumlah 277.000 386.650Rata-rata 4.328,13 3.143,50Stdev 1.679,05 1.474,12Coef var 0,39 0,47

Lampiran 20 Harga ikan tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 156: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

143

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Pendi -26.000 65.350 193.000 -1.400 106.750 1.915.000 0,17 0,63 0,20 0,43 0,50 0,072 Deden -8.575 84.725 194.375 3.575 108.875 2.048.975 0,31 0,57 0,12 0,39 0,57 0,043 Makmur -18.298 14.299 43.996 -3.100 75.792 620.918 0,11 0,52 0,38 0,40 0,54 0,064 Emang -14.400 11.250 23.100 -4.200 136.350 4.002.000 0,14 0,47 0,39 0,47 0,51 0,025 Pate -31.425 33.675 119.175 -4.275 156.525 522.225 0,13 0,61 0,26 0,38 0,54 0,086 Babeng -11.775 2.775 70.875 16.875 177.825 1.016.325 0,18 0,53 0,29 0,35 0,59 0,057 Guntur -14.999 8.499 88.291 -7.999 95.330 2.084.592 0,20 0,45 0,35 0,48 0,49 0,038 Wahyu -6.100 27.950 57.050 -6.850 151.250 791.150 0,09 0,75 0,16 0,44 0,47 0,099 Sukana -18.450 22.350 62.550 9.450 156.900 1.004.100 0,12 0,62 0,27 0,42 0,50 0,08

10 Beny -6.399 30.397 97.690 -6.599 118.988 1.307.869 0,17 0,63 0,20 0,40 0,54 0,0611 Ratman -28.197 -15.998 -5.799 -7.899 101.390 380.562 0,29 0,49 0,22 0,29 0,60 0,1112 Ipi -12.350 30.550 105.250 -23.000 122.650 1.241.800 0,13 0,71 0,16 0,43 0,50 0,0713 Letang -21.115 23.581 60.177 -4.316 120.971 519.131 0,14 0,55 0,31 0,38 0,53 0,0914 Dedi -23.498 18.998 91.791 -2.300 98.790 717.028 0,14 0,57 0,29 0,38 0,55 0,0715 Turino -22.000 34.850 29.750 19.100 152.750 2.652.050 0,10 0,72 0,18 0,44 0,52 0,04

Barat TimurJumlah 393.250 1.881.137Rata-rata 26.216,69 125.409,15Stdev 24.215,76 28.765,54Coef var 0,92 0,23

Peluang kejadianMusim Barat Musim TimurResponden No Musim Timur

Pendapatan/tripMusim Barat

Lampiran 21 Pendapatan nelayan bagan per trip di Palabuhanratu

Page 157: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

144

Nama Harga satuan PenggunaanResponden (Rp) per trip T B T B

1 Pendi Minyak tanah 2.500 Liter 10 104 60 2.600.000 1.500.000Konsumsi 7.500 Pkt 2 104 60 1.560.000 900.000Rokok 5.000 Bungkus 1 104 60 520.000 300.000Kaos petromaks 1.500 Buah 2 104 60 312.000 180.000Kaca petromaks 1.500 Buah 1 104 60 156.000 90.000Spirtus 5.000 Botol 0,5 104 60 260.000 150.000

5.408.000 3.120.0002 Deden Minyak tanah 2.500 Liter 10 100 65 2.500.000 1.625.000

Konsumsi 10.000 Pkt 2 100 65 2.000.000 1.300.000Rokok 8.000 Bungkus 1 100 65 800.000 520.000Kaos petromaks 1.500 Buah 3 100 65 450.000 292.500Kaca petromaks 1.500 Buah 2 100 65 300.000 195.000Spirtus 5.000 Botol 0,75 100 65 375.000 243.750

6.425.000 4.176.2503 Makmur Minyak tanah 2.500 Liter 15 96 56 3.600.000 2.100.000

Konsumsi 10.000 Pkt 3 96 56 2.880.000 1.680.000Rokok 8.000 Bungkus 2 96 56 1.536.000 896.000Kaos petromaks 1.500 Buah 4 96 56 576.000 336.000Kaca petromaks 1.500 Buah 2 96 56 288.000 168.000Spirtus 5.000 Botol 1 96 56 480.000 280.000

9.360.000 5.180.0004 Emang Minyak tanah 2.500 Liter 10 92 49 2.300.000 1.225.000

Konsumsi 15.000 Pkt 2 92 49 2.760.000 1.470.000Rokok 5.000 Bungkus 2 92 49 920.000 490.000Kaos petromaks 1.500 Buah 2 92 49 276.000 147.000Kaca petromaks 1.500 Buah 1 92 49 138.000 73.500Spirtus 5.000 Botol 0,5 92 49 230.000 122.500

6.624.000 3.528.0005 Pate Minyak tanah 2.500 Liter 10 100 61 2.500.000 1.525.000

Konsumsi 20.000 Pkt 2 100 61 4.000.000 2.440.000Rokok 5.000 Bungkus 2 100 61 1.000.000 610.000Kaos petromaks 1.500 Buah 3 100 61 450.000 274.500Kaca petromaks 1.500 Buah 2 100 61 300.000 183.000Spirtus 5.000 Botol 0,75 100 61 375.000 228.750

8.625.000 5.261.2506 Bebeng Minyak tanah 2.500 Liter 8 96 45 1.920.000 900.000

Konsumsi 10.000 Pkt 2 96 45 1.920.000 900.000Rokok 8.000 Bungkus 1 96 45 768.000 360.000Kaos petromaks 1.500 Buah 3 96 45 432.000 202.500Kaca petromaks 1.500 Buah 2 96 45 288.000 135.000Spirtus 5.000 Botol 0,75 96 45 360.000 168.750

5.688.000 2.666.2507 Guntur Minyak tanah 2.500 Liter 10 104 55 2.600.000 1.375.000

Konsumsi 15.000 Pkt 3 104 55 4.680.000 2.475.000Rokok 5.000 Bungkus 1 104 55 520.000 275.000Kaos petromaks 1.500 Buah 3 104 55 468.000 247.500Kaca petromaks 1.500 Buah 1,5 104 55 234.000 123.750Spirtus 5.000 Botol 0,75 104 55 390.000 206.250

8.892.000 4.702.500

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Biaya/musim

Jumlah

Jumlah

Jumlah

No Komponen Biaya Satuan Jumlah trip

Lampiran 22 Komponen biaya operasional bagan di Palabuhanratu

Page 158: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

145

8 Wahyu Minyak tanah 2.500 Liter 7 100 64 1.750.000 1.120.000Konsumsi 10.000 Pkt 2 100 64 2.000.000 1.280.000Rokok 5.000 Bungkus 2 100 64 1.000.000 640.000Kaos petromaks 1.500 Buah 2 100 64 300.000 192.000Kaca petromaks 1.500 Buah 1 100 64 150.000 96.000Spirtus 5.000 Botol 0,5 100 64 250.000 160.000

5.450.000 3.488.0009 Sukana Minyak tanah 2.500 Liter 8 96 52 1.920.000 1.040.000

Konsumsi 10.000 Pkt 2 96 52 1.920.000 1.040.000Rokok 8.000 Bungkus 1 96 52 768.000 416.000Kaos petromaks 1.500 Buah 3 96 52 432.000 234.000Kaca petromaks 1.500 Buah 1,5 96 52 216.000 117.000Spirtus 5.000 Botol 0,75 96 52 360.000 195.000

5.616.000 3.042.00010 Beny Minyak tanah 2.500 Liter 6 104 65 1.560.000 975.000

Konsumsi 10.000 Pkt 3 104 65 3.120.000 1.950.000Rokok 5.000 Bungkus 2 104 65 1.040.000 650.000Kaos petromaks 1.500 Buah 4 104 65 624.000 390.000Kaca petromaks 1.500 Buah 2 104 65 312.000 195.000Spirtus 5.000 Botol 1 104 65 520.000 325.000

7.176.000 4.485.00011 Ratman Minyak tanah 2.500 Liter 12 92 65 2.760.000 1.950.000

Konsumsi 15.000 Pkt 3 92 65 4.140.000 2.925.000Rokok 5.000 Bungkus 2 92 65 920.000 650.000Kaos petromaks 1.500 Buah 4 92 65 552.000 390.000Kaca petromaks 1.500 Buah 2 92 65 276.000 195.000Spirtus 5.000 Botol 1 92 65 460.000 325.000

9.108.000 6.435.00012 Ipi Minyak tanah 2.500 Liter 15 96 56 3.600.000 2.100.000

Konsumsi 15.000 Pkt 2 96 56 2.880.000 1.680.000Rokok 8.000 Bungkus 1 96 56 768.000 448.000Kaos petromaks 1.500 Buah 4 96 56 576.000 336.000Kaca petromaks 1.500 Buah 2 96 56 288.000 168.000Spirtus 5.000 Botol 1 96 56 480.000 280.000

8.592.000 5.012.00013 Letang Minyak tanah 2.800 Liter 7 100 65 1.960.000 1.274.000

Konsumsi 10.000 Pkt 3 100 65 3.000.000 1.950.000Rokok 8.000 Bungkus 2 100 65 1.600.000 1.040.000Kaos petromaks 1.500 Buah 3 100 65 450.000 292.500Kaca petromaks 1.500 Buah 1 100 65 150.000 97.500Spirtus 5.000 Botol 0,75 100 65 375.000 243.750

7.535.000 4.897.75014 Dedi Minyak tanah 2.500 Liter 15 100 58 3.750.000 2.175.000

Konsumsi 15.000 Pkt 3 100 58 4.500.000 2.610.000Rokok 5.000 Bungkus 2 100 58 1.000.000 580.000Kaos petromaks 1.500 Buah 4 100 58 600.000 348.000Kaca petromaks 1.500 Buah 2 100 58 300.000 174.000Spirtus 5.000 Botol 1 100 58 500.000 290.000

10.650.000 6.177.00015 Turino Minyak tanah 2.500 Liter 10 104 60 2.600.000 1.500.000

Konsumsi 10.000 Pkt 2 104 60 2.080.000 1.200.000Rokok 5.000 Bungkus 2 104 60 1.040.000 600.000Kaos petromaks 1.500 Buah 2 104 60 312.000 180.000Kaca petromaks 1.500 Buah 1 104 60 156.000 90.000Spirtus 5.000 Botol 0,5 104 60 260.000 150.000

6.448.000 3.720.000

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Lampiran 22 Komponen biaya operasional bagan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 159: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

146

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Pendi Penjualan ikan 0 304.500 730.000 82.000 442.500 6.470.000

Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 0 182.700 438.000 49.200 265.500 3.882.000Biaya operasi -52.000 130.700 386.000 -2.800 213.500 3.830.000Pend bersih (50%) -26.000 65.350 193.000 -1.400 106.750 1.915.000

2 Deden Penjualan ikan 78.500 389.500 755.000 119.000 470.000 6.937.000Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 47.100 233.700 453.000 71.400 282.000 4.162.200Biaya operasi -17.150 169.450 388.750 7.150 217.750 4.097.950Pend bersih (50%) -8.575 84.725 194.375 3.575 108.875 2.048.975

3 Makmur Penjualan ikan 71.000 234.000 382.500 147.000 541.500 3.267.400Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 42.600 140.400 229.500 88.200 324.900 1.960.440Biaya operasi -54.900 42.900 132.000 -9.300 227.400 1.862.940Pend bersih (33,33%) -18.298 14.299 43.996 -3.100 75.792 620.918

4 Emang Penjualan ikan 72.000 157.500 197.000 106.000 574.500 13.460.000Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 43.200 94.500 118.200 63.600 344.700 8.076.000Biaya operasi -28.800 22.500 46.200 -8.400 272.700 8.004.000Pend bersih (50%) -14.400 11.250 23.100 -4.200 136.350 4.002.000

5 Pate Penjualan ikan 39.000 256.000 541.000 129.500 665.500 1.884.500Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 23.400 153.600 324.600 77.700 399.300 1.130.700Biaya operasi -62.850 67.350 238.350 -8.550 313.050 1.044.450Pend bersih (50%) -31.425 33.675 119.175 -4.275 156.525 522.225

6 Babeng Penjualan ikan 59.500 108.000 335.000 155.000 691.500 3.486.500Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 35.700 64.800 201.000 93.000 414.900 2.091.900Biaya operasi -23.550 5.550 141.750 33.750 355.650 2.032.650Pend bersih (50%) -11.775 2.775 70.875 16.875 177.825 1.016.325

7 Guntur Penjualan ikan 67.500 185.000 584.000 102.500 619.200 10.566.500Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 40.500 111.000 350.400 61.500 371.520 6.339.900Biaya operasi -45.000 25.500 264.900 -24.000 286.020 6.254.400Pend bersih (33,33%) -14.999 8.499 88.291 -7.999 95.330 2.084.592

8 Wahyu Penjualan ikan 70.500 184.000 281.000 68.000 595.000 2.728.000Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 42.300 110.400 168.600 40.800 357.000 1.636.800Biaya operasi -12.200 55.900 114.100 -13.700 302.500 1.582.300Pend bersih (50%) -6.100 27.950 57.050 -6.850 151.250 791.150

9 Sukana Penjualan ikan 36.000 172.000 306.000 129.000 620.500 3.444.500Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 21.600 103.200 183.600 77.400 372.300 2.066.700Biaya operasi -36.900 44.700 125.100 18.900 313.800 2.008.200Pend bersih (50%) -18.450 22.350 62.550 9.450 156.900 1.004.100

10 Beny Penjualan ikan 83.000 267.000 603.500 82.000 710.000 6.655.000Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 49.800 160.200 362.100 49.200 426.000 3.993.000Biaya operasi -19.200 91.200 293.100 -19.800 357.000 3.924.000Pend bersih (33,33%) -6.399 30.397 97.690 -6.599 118.988 1.307.869

Responden No Musim TimurPendapatan/trip

Musim BaratKomponen

Lampiran 23 Komponen pendapatan nelayan bagan di Palabuhanratu

Page 160: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

147

11 Ratman Penjualan ikan 24.000 85.000 136.000 125.500 672.000 2.068.000Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 14.400 51.000 81.600 75.300 403.200 1.240.800Biaya operasi -84.600 -48.000 -17.400 -23.700 304.200 1.141.800Pend bersih (33,33%) -28.197 -15.998 -5.799 -7.899 101.390 380.562

12 Ipi Penjualan ikan 108.000 251.000 500.000 72.500 558.000 4.288.500Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 64.800 150.600 300.000 43.500 334.800 2.573.100Biaya operasi -24.700 61.100 210.500 -46.000 245.300 2.483.600Pend bersih (50%) -12.350 30.550 105.250 -23.000 122.650 1.241.800

13 Letang Penjualan ikan 20.000 243.500 426.500 104.000 730.500 2.721.500Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 12.000 146.100 255.900 62.400 438.300 1.632.900Biaya operasi -63.350 70.750 180.550 -12.950 362.950 1.557.550Pend bersih (33,33%) -21.115 23.581 60.177 -4.316 120.971 519.131

14 Dedi Penjualan ikan 60.000 272.500 636.500 166.000 671.500 3.763.000Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 36.000 163.500 381.900 99.600 402.900 2.257.800Biaya operasi -70.500 57.000 275.400 -6.900 296.400 2.151.300Pend bersih (33,33%) -23.498 18.998 91.791 -2.300 98.790 717.028

15 Turino Penjualan ikan 30.000 219.500 202.500 167.000 612.500 8.943.500Biaya kapal, penjual, otonom (40%) 18.000 131.700 121.500 100.200 367.500 5.366.100Biaya operasi -44.000 69.700 59.500 38.200 305.500 5.304.100Pend bersih (50%) -22.000 34.850 29.750 19.100 152.750 2.652.050

Lampiran 23 Komponen pendapatan nelayan bagan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 161: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

148

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Pendi Tembang 0,00 9,00 6,53 15,53 1,33 9,75 27,50 38,58

Rebon 0,00 3,25 24,00 27,25Teri 0,00 6,00 7,50 13,50 0,31 2,69 7,69 10,69Lisong 0,00 24,00 200,00 224,00Layang 0,00 7,80 11,60 19,40 0,00 12,00 32,00 44,00Layur 0,00 2,50 9,38 11,88Peperek 3,33 13,54 150,00 166,88Tetengkek 0,00 2,67 5,00 7,67Swangi 2,00 10,00 20,00 32,00Kembung 0,00 9,00 15,00 24,00

2 Deden Tembang 0,32 16,80 7,00 24,12 1,09 10,97 22,34 34,41Rebon 0,00 8,08 13,85 21,92Teri 0,00 4,57 5,71 10,29 0,71 6,47 14,12 21,29Lisong 0,00 13,50 300,00 313,50Layang 0,53 7,80 12,00 20,33 0,00 15,00 21,33 36,33Layur 0,75 6,25 2,50 9,50 0,80 10,50 5,20 16,50Peperek 0,00 8,25 80,00 88,25Tetengkek 3,33 6,67 13,33 23,33Swangi 1,14 17,14 17,14 35,43Kembung 1,00 10,20 8,00 19,20

3 Makmur Tembang 0,00 9,75 2,25 12,00 0,00 19,20 36,00 55,20Rebon 7,50 13,13 20,63 0,40 8,16 21,60 30,16Teri 1,00 6,00 4,00 11,00 0,00 8,13 25,00 33,13Lisong 0,00 20,00 142,86 162,86Layang 0,00 6,55 5,45 12,00 1,60 15,00 22,00 38,60Layur 0,00 2,50 5,00 7,50 0,40 7,00 9,00 16,40Peperek 6,40 42,00 36,00 84,40Tetengkek 3,00 6,00 15,00 24,00Swangi 3,75 13,00 12,00 28,75

4 Emang Tembang 0,69 10,77 8,31 19,77 2,73 26,58 11,13 40,44Rebon 0,00 6,50 45,00 51,50Teri 0,60 2,50 36,00 39,10Lisong 0,00 18,00 400,00 418,00Layang 2,40 7,50 5,00 14,90 0,00 21,00 16,00 37,00Layur 0,88 11,25 8,25 20,38Peperek 2,67 5,00 8,33 16,00 0,00 23,04 136,00 159,04TetengkekSwangi 5,00 7,67 18,33 31,00

5 Pate Tembang 0,74 8,65 9,41 18,79 1,68 22,69 18,60 42,97Rebon 0,80 6,00 6,00 12,80 0,80 10,20 22,00 33,00Teri 0,40 10,50 6,00 16,90Lisong 0,00 26,67 33,33 60,00Layang 0,00 9,00 18,33 27,33 0,00 17,14 14,29 31,43Layur 1,25 9,00 16,13 26,38Peperek 1,50 18,00 8,00 27,50Tetengkek 0,67 2,67 6,67 10,00Swangi 2,00 18,60 16,80 37,40Kembung 0,00 5,71 6,57 12,29

JumlahMusim TimurMusim BaratJenis IkanNo Responden Jumlah

Lampiran 24 Status risiko hasil tangkapan bagan di Palabuhanratu

Page 162: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

149

6 Babeng Tembang 2,40 31,09 36,36 69,85Rebon 1,17 6,33 6,67 14,17Teri 1,29 7,43 5,36 14,07 1,50 5,20 9,00 15,70Lisong 0,00 0,00 21,43 28,57 50,00Layang 0,00 4,80 17,50 22,30 0,00 15,00 30,00 45,00Layur 0,00 3,13 6,25 9,38 0,00 14,70 6,60 21,30Peperek 1,67 1,67 10,00 13,33 0,00 12,00 100,00 112,00Tetengkek 1,67 4,67 10,00 16,33Swangi 4,25 15,00 16,25 35,50

7 Guntur Tembang 1,08 8,40 18,56 28,04 0,00 13,67 13,00 26,67Rebon 0,00 3,73 20,00 23,73 0,80 5,50 55,00 61,30Teri 0,00 3,60 3,60 7,20 1,33 5,33 30,00 36,67Lisong 0,00 27,00 300,00 327,00Layang 1,60 7,50 6,00 15,10 0,00 13,33 11,25 24,58Layur 0,40 8,40 7,20 16,00Peperek 0,00 23,33 87,50 110,83TetengkekSwangi 2,60 15,60 16,20 34,40

8 Wahyu Tembang 0,50 6,00 6,53 13,03 0,00 9,60 17,07 26,67Rebon 0,60 9,90 7,50 18,00Teri 0,00 5,33 85,33 90,67Lisong 0,00 20,00 36,00 56,00Layang 2,00 10,80 7,00 19,80 0,00 35,71 11,43 47,14Layur 0,00 4,00 5,00 9,00 0,25 11,50 16,50 28,25Peperek 2,25 33,75 30,00 66,00Tetengkek 2,67 8,00 19,33 30,00Swangi 2,29 12,00 15,14 29,43

9 Sukana Tembang 0,34 8,17 9,60 18,11 1,00 29,33 12,00 42,33Rebon 0,32 3,40 12,80 16,52Teri 0,33 9,00 9,33 18,67 0,75 18,75 11,88 31,38Lisong 0,00 14,29 7,14 21,43Layang 0,00 14,40 19,60 34,00Layur 0,00 10,63 12,00 22,63Peperek 1,00 6,00 7,00 14,00 6,40 39,20 204,00 249,60TetengkekSwangi 5,71 12,86 21,43 40,00

10 Beny Tembang 0,70 10,67 3,60 14,97 0,00 20,00 37,33 57,33Rebon 0,00 0,60 12,00 60,00 72,60Teri 0,77 5,38 4,62 10,77 0,53 10,13 22,00 32,67Lisong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21,88 200,00 221,88Layang 1,18 8,24 5,47 14,88 0,00 10,00 26,70 36,70Layur 0,00 3,33 13,33 16,67 1,00 12,00 10,50 23,50Peperek 0,00 29,17 25,00 54,17Tetengkek 0,63 10,00 15,00 25,63SwangiKembung 0,40 4,80 7,00 12,20

Lampiran 24 Status risiko hasil tangkapan bagan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 163: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

150

11 Ratman Tembang 0,00 8,23 5,00 13,23 1,64 11,13 13,64 26,40Rebon 0,86 6,19 4,05 11,10Teri 1,60 15,00 16,00 32,60Lisong 0,00 18,75 37,50 56,25Layang 0,00 2,50 3,00 5,50 0,00 21,00 27,80 48,80Layur 0,00 13,20 10,00 23,20Peperek 1,40 22,40 12,00 35,80Tetengkek 1,33 11,50 13,33 26,17Swangi 3,33 11,00 23,00 37,33

12 Ipi Tembang 2,50 20,00 6,67 29,17Rebon 0,00 10,63 15,00 25,63Teri 0,30 7,20 12,00 19,50 1,25 10,00 18,75 30,00Lisong 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21,43 85,71 107,14Layang 1,76 10,59 5,88 18,24 0,00 16,00 62,63 78,63Layur 0,00 2,86 2,14 5,00 0,50 8,40 8,40 17,30Peperek 3,33 6,67 13,33 23,33 0,00 9,00 87,50 96,50TetengkekSwangiKembung 0,00 2,50 3,75 6,25

13 Letang Tembang 0,00 12,80 5,28 18,08 0,00 18,57 31,57 50,14Rebon 0,44 6,11 9,72 16,28 0,50 9,38 12,50 22,38Teri 0,00 3,75 2,50 6,25 0,00 13,33 10,00 23,33Lisong 0,00 20,00 80,00 100,00Layang 0,00 6,30 5,00 11,30 0,00 20,00 47,71 67,71Layur 1,60 8,40 6,60 16,60Peperek 0,00 10,00 16,67 26,67 0,00 32,50 36,00 68,50TetengkekSwangi 2,86 21,43 5,71 30,00

14 Dedi Tembang 1,03 30,29 22,86 54,17Rebon 0,75 9,75 9,00 19,50 3,00 8,25 60,00 71,25Teri 0,00 5,00 9,90 14,90 0,40 14,40 24,00 38,80Lisong 0,00 15,00 30,00 45,00Layang 0,00 26,67 20,00 46,67Layur 0,00 7,50 7,50 15,00 0,00 14,00 9,60 23,60Peperek 2,00 26,00 22,50 50,50Tetengkek 2,00 13,20 11,60 26,80SwangiKembung 0,50 9,00 13,80 23,30

15 Turino Tembang 0,00 26,29 5,00 31,29 2,00 21,54 9,23 32,77Rebon 0,00 9,75 8,00 17,75Teri 2,33 14,58 20,83 37,75Lisong 1,67 22,50 833,33 857,50Layang 0,00 4,80 3,75 8,55 0,00 17,50 19,17 36,67Layur 0,40 10,20 9,00 19,60Peperek 2,00 21,00 10,00 33,00 2,92 23,33 43,75 70,00TetengkekSwangi

1.002,31 7.539,7215,19 61,80

Jumlah totalStatus risiko produksi

Lampiran 24 Status risiko hasil tangkapan bagan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 164: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

151

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Pendi Tembang 200,00 1.700,00 1.333,33 3.233,33 466,67 1.583,33 400,00 2.450,00

Rebon 600,00 2.200,00 1.250,00 4.050,00Teri 1.200,00 4.550,00 700,00 6.450,00 307,69 2.692,31 3.076,92 6.076,92Lisong 1.600,00 2.000,00 1.200,00 4.800,00Layang 600,00 2.100,00 800,00 3.500,00 266,67 1.500,00 800,00 2.566,67Layur 250,00 1.562,50 1.000,00 2.812,50Peperek 250,00 1.000,00 166,67 1.416,67Tetengkek 666,67 833,33 1.000,00 2.500,00Swangi 250,00 1.333,33 416,67 2.000,00Kembung 2.100,00 4.800,00 850,00 7.750,00

2 Deden Tembang 240,00 1.700,00 600,00 2.540,00 398,44 1.218,75 375,00 1.992,19Rebon 230,77 1.884,62 1.538,46 3.653,85Teri 714,29 5.000,00 1.071,43 6.785,71 588,24 3.235,29 2.352,94 6.176,47Lisong 1.125,00 2.500,00 1.500,00 5.125,00Layang 800,00 1.866,67 1.200,00 3.866,67 133,33 2.000,00 1.066,67 3.200,00Layur 625,00 1.750,00 1.000,00 3.375,00 200,00 1.800,00 1.200,00 3.200,00Peperek 75,00 1.300,00 375,00 1.750,00Tetengkek 333,33 566,67 666,67 1.566,67Swangi 214,29 1.142,86 714,29 2.071,43Kembung 1.200,00 2.800,00 3.000,00 7.000,00

3 Makmur Tembang 0,00 1.650,00 700,00 2.350,00 140,00 675,00 480,00 1.295,00Rebon 2.000,00 1.687,50 3.687,50 200,00 2.040,00 960,00 3.200,00Teri 1.000,00 3.600,00 1.400,00 6.000,00 375,00 2.000,00 1.875,00 4.250,00Lisong 857,14 2.857,14 1.142,86 4.857,14Layang 727,27 3.272,73 454,55 4.454,55 400,00 1.800,00 700,00 2.900,00Layur 625,00 1.500,00 1.000,00 3.125,00 200,00 1.500,00 1.200,00 2.900,00Peperek 150,00 560,00 420,00 1.130,00Tetengkek 333,33 500,00 666,67 1.500,00Swangi 325,00 750,00 500,00 1.575,00

4 Emang Tembang 461,54 2.076,92 307,69 2.846,15 190,91 763,64 472,73 1.427,27Rebon 1.000,00 2.750,00 1.100,00 4.850,00Teri 1.000,00 3.600,00 1.600,00 6.200,00Lisong 2.000,00 2.400,00 1.500,00 5.900,00Layang 750,00 2.600,00 450,00 3.800,00 400,00 1.200,00 1.600,00 3.200,00Layur 250,00 1.562,50 875,00 2.687,50Peperek 666,67 833,33 1.000,00 2.500,00 120,00 840,00 560,00 1.520,00TetengkekSwangi 500,00 666,67 833,33 2.000,00

5 Pate Tembang 235,29 1.985,29 264,71 2.485,29 340,00 1.066,67 600,00 2.006,67Rebon 400,00 3.000,00 1.800,00 5.200,00 800,00 2.666,67 1.200,00 4.666,67Teri 800,00 3.500,00 650,00 4.950,00Lisong 1.333,33 2.250,00 1.000,00 4.583,33Layang 1.333,33 2.250,00 833,33 4.416,67 285,71 1.285,71 1.500,00 3.071,43Layur 500,00 1.500,00 875,00 2.875,00Peperek 320,00 650,00 600,00 1.570,00Tetengkek 500,00 666,67 833,33 2.000,00Swangi 150,00 900,00 400,00 1.450,00Kembung 1.000,00 5.714,29 1.285,71 8.000,00

JumlahMusim TimurMusim BaratJenis IkanNo Responden Jumlah

Lampiran 25. Status risiko harga ikan tangkapan bagan di Palabuhanratu

Page 165: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

152

6 Babeng Tembang 340,00 1.090,91 636,36 2.067,27Rebon 1.833,33 3.400,00 533,33 5.766,67Teri 964,29 3.857,14 1.000,00 5.821,43 450,00 3.500,00 1.300,00 5.250,00Lisong 1.142,86 2.571,43 857,14 4.571,43Layang 450,00 2.800,00 200,00 3.450,00 400,00 1.800,00 700,00 2.900,00Layur 625,00 1.500,00 875,00 3.000,00 600,00 1.250,00 800,00 2.650,00Peperek 666,67 1.000,00 1.166,67 2.833,33 100,00 1.133,33 916,67 2.150,00Tetengkek 500,00 666,67 833,33 2.000,00Swangi 425,00 1.000,00 625,00 2.050,00

7 Guntur Tembang 400,00 1.680,00 840,00 2.920,00 281,67 950,00 300,00 1.531,67Rebon 1.666,67 3.466,67 933,33 6.066,67 1.000,00 3.300,00 1.200,00 5.500,00Teri 2.400,00 2.800,00 1.600,00 6.800,00 1.066,67 3.000,00 800,00 4.866,67Lisong 1.800,00 2.000,00 1.500,00 5.300,00Layang 600,00 1.750,00 1.350,00 3.700,00 416,67 1.750,00 875,00 3.041,67Layur 200,00 2.100,00 800,00 3.100,00Peperek 583,33 1.458,33 375,00 2.416,67TetengkekSwangi 400,00 880,00 1.000,00 2.280,00

8 Wahyu Tembang 400,00 1.900,00 583,33 2.883,33 110,00 920,00 480,00 1.510,00Rebon 525,00 2.200,00 1.500,00 4.225,00Teri 1.200,00 2.666,67 1.300,00 5.166,67Lisong 400,00 3.500,00 1.100,00 5.000,00Layang 750,00 1.500,00 800,00 3.050,00 285,71 1.071,43 1.500,00 2.857,14Layur 625,00 1.750,00 1.000,00 3.375,00 750,00 1.750,00 500,00 3.000,00Peperek 270,00 825,00 450,00 1.545,00Tetengkek 500,00 833,33 1.000,00 2.333,33Swangi 142,86 857,14 571,43 1.571,43

9 Sukana Tembang 457,14 2.057,14 342,86 2.857,14 200,00 1.000,00 266,67 1.466,67Rebon 800,00 2.800,00 1.320,00 4.920,00Teri 1.666,67 2.500,00 1.625,00 5.791,67 1.125,00 3.437,50 750,00 5.312,50Lisong 1.142,86 2.857,14 785,71 4.785,71Layang 400,00 1.800,00 800,00 3.000,00Layur 750,00 1.250,00 437,50 2.437,50Peperek 800,00 1.000,00 600,00 2.400,00 288,00 840,00 500,00 1.628,00TetengkekSwangi 285,71 642,86 571,43 1.500,00

10 Beny Tembang 583,33 2.333,33 400,00 3.316,67 140,00 1.000,00 541,67 1.681,67Rebon 800,00 3.000,00 1.100,00 4.900,00Teri 1.153,85 3.692,31 1.000,00 5.846,15 1.066,67 3.000,00 866,67 4.933,33Lisong 1.875,00 2.437,50 2.000,00 6.312,50Layang 411,76 3.294,12 264,71 3.970,59 200,00 1.500,00 1.050,00 2.750,00Layur 1.000,00 1.166,67 1.333,33 3.500,00 600,00 1.750,00 1.200,00 3.550,00Peperek 437,50 1.166,67 312,50 1.916,67Tetengkek 150,00 937,50 625,00 1.712,50Swangi 0,00Kembung 1.200,00 3.000,00 3.200,00 7.400,00 0,00

Lampiran 25 Status risiko harga ikan tangkapan bagan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 166: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

153

11 Ratman Tembang 228,57 1.928,57 457,14 2.614,29 409,09 1.127,27 409,09 1.945,45Rebon 428,57 2.166,67 952,38 3.547,62Teri 1.666,67 2.566,67 1.200,00 5.433,33Lisong 1.000,00 3.125,00 937,50 5.062,50Layang 1.050,00 2.400,00 500,00 3.950,00 600,00 2.100,00 800,00 3.500,00Layur 300,00 800,00 1.000,00 2.100,00Peperek 420,00 1.280,00 200,00 1.900,00Tetengkek 250,00 1.333,33 416,67 2.000,00Swangi 500,00 666,67 1.000,00 2.166,67

12 Ipi Tembang 187,50 925,00 333,33 1.445,83Rebon 1.166,67 2.500,00 1.250,00 4.916,67Teri 1.500,00 2.475,00 1.500,00 5.475,00 1.125,00 2.500,00 1.500,00 5.125,00Lisong 1.142,86 2.857,14 1.071,43 5.071,43Layang 823,53 2.352,94 882,35 4.058,82 375,00 1.750,00 1.500,00 3.625,00Layur 714,29 1.714,29 571,43 3.000,00 750,00 1.800,00 350,00 2.900,00Peperek 666,67 833,33 1.333,33 2.833,33 450,00 1.100,00 375,00 1.925,00TetengkekSwangiKembung 1.875,00 5.000,00 1.062,50 7.937,50

13 Letang Tembang 400,00 1.680,00 840,00 2.920,00 185,71 878,57 542,86 1.607,14Rebon 333,33 2.444,44 1.388,89 4.166,67 1.041,67 2.520,83 2.000,00 5.562,50Teri 2.000,00 3.250,00 1.166,67 6.416,67 800,00 3.000,00 1.200,00 5.000,00Lisong 750,00 3.333,33 1.250,00 5.333,33Layang 350,00 2.800,00 1.000,00 4.150,00 428,57 2.000,00 1.142,86 3.571,43Layur 300,00 1.200,00 500,00 2.000,00Peperek 666,67 833,33 1.000,00 2.500,00 300,00 1.100,00 625,00 2.025,00TetengkekSwangi 214,29 1.142,86 857,14 2.214,29

14 Dedi Tembang 278,57 1.428,57 250,00 1.957,14Rebon 250,00 2.100,00 800,00 3.150,00 1.200,00 2.475,00 900,00 4.575,00Teri 1.800,00 3.500,00 1.500,00 6.800,00 1.333,33 2.566,67 1.600,00 5.500,00Lisong 1.333,33 2.500,00 1.000,00 4.833,33Layang 333,33 1.250,00 1.166,67 2.750,00Layur 312,50 2.187,50 1.000,00 3.500,00 400,00 1.800,00 800,00 3.000,00Peperek 180,00 750,00 700,00 1.630,00Tetengkek 600,00 1.000,00 600,00 2.200,00SwangiKembung 1.200,00 4.200,00 1.600,00 7.000,00

15 Turino Tembang 285,71 1.642,86 600,00 2.528,57 215,38 1.046,15 392,31 1.653,85Rebon 375,00 1.950,00 800,00 3.125,00Teri 500,00 2.333,33 1.250,00 4.083,33Lisong 500,00 3.333,33 1.333,33 5.166,67Layang 700,00 2.200,00 1.125,00 4.025,00 166,67 1.500,00 1.458,33 3.125,00Layur 170,00 1.250,00 1.200,00 2.620,00Peperek 400,00 1.500,00 600,00 2.500,00 156,25 583,33 520,83 1.260,42TetengkekSwangi

263.300,17 389.462,494.246,78 3.140,83

Jumlah totalStatus risiko harga

Lampiran 25 Status risiko harga ikan tangkapan bagan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 167: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

154

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Pendi -4.333,33 41.388,33 38.600,00 75.655,00 -605,77 53.375,00 128.894,23 181.663,462 Deden -2.638,46 48.228,08 23.923,08 69.512,69 1.394,25 62.058,75 81.959,00 145.412,003 Makmur -1.960,52 7.404,62 16.498,35 21.942,45 -1.226,96 41.054,23 38.807,37 78.634,644 Emang -2.057,14 5.280,61 8.957,14 12.180,61 -1.963,04 69.657,07 87.000,00 154.694,025 Pate -4.121,31 20.425,82 31.259,02 47.563,52 -1.624,50 84.523,50 41.778,00 124.677,006 Babeng -2.093,33 1.480,00 20.475,00 19.861,67 5.976,56 105.583,59 52.933,59 164.493,757 Guntur -2.999,70 3.863,25 30.500,59 31.364,14 -3.845,77 46.748,59 60.132,45 103.035,278 Wahyu -571,88 20.962,50 8.914,06 29.304,69 -3.014,00 71.087,50 71.203,50 139.277,009 Sukana -2.128,85 13.753,85 16.840,38 28.465,38 3.937,50 78.450,00 83.675,00 166.062,50

10 Beny -1.082,97 19.173,47 19.538,05 37.628,54 -2.665,12 64.070,52 75.453,99 136.859,3911 Ratman -8.242,25 -7.876,14 -1.249,11 -17.367,49 -2.318,25 60.613,50 41.365,43 99.660,6912 Ipi -1.543,75 21.821,43 16.915,18 37.192,86 -9.822,92 61.325,00 90.547,92 142.050,0013 Letang -2.923,55 13.060,23 18.516,10 28.652,78 -1.640,17 64.114,75 46.721,83 109.196,4114 Dedi -3.241,06 10.809,26 26.904,21 34.472,41 -873,91 54.334,57 50.191,98 103.652,6315 Turino -2.200,00 24.975,83 5.454,17 28.230,00 8.448,08 79.312,50 102.001,92 189.762,50

484.659,25 2.039.131,2632.310,62 135.942,08

Jumlah totalStatus risiko pendapatan

JumlahNo Responden Musim Barat Musim TimurJumlah

Lampiran 26 Status risiko pendapatan bagan di Palabuhanratu

Page 168: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

155

Pendapatan tinggi Harga tinggi Produksi rendah Frek.pen rendah1 Pendi 0,20 0,18 0,18 0,50 0,402 Deden 0,12 0,27 0,19 0,54 0,233 Makmur 0,38 0,22 0,19 0,47 0,804 Emang 0,39 0,17 0,29 0,41 0,955 Pate 0,26 0,17 0,16 0,51 0,526 Babeng 0,29 0,18 0,24 0,38 0,777 Guntur 0,35 0,22 0,16 0,46 0,758 Wahyu 0,16 0,23 0,19 0,53 0,299 Sukana 0,27 0,18 0,18 0,43 0,6210 Beny 0,20 0,21 0,23 0,54 0,3711 Ratman 0,22 0,15 0,15 0,54 0,4012 Ipi 0,16 0,21 0,23 0,47 0,3413 Letang 0,31 0,24 0,15 0,54 0,5714 Dedi 0,29 0,21 0,14 0,48 0,6115 Turino 0,18 0,22 0,16 0,50 0,37

0,53

PRT

Jumlah totalRata-rata PRT

No Responden Peluang

Lampiran 27 Peluang risiko total nelayan bagan di Palabuhanratu

Page 169: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

156

Jenis IkanTerendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi

1 Dewandi Tembang 0 23 132 0 89 103 0,14 0,68 0,19 0,12 0,71 0,17Lisong 5 23 72 0,14 0,57 0,29Swangi 0 0 66 0,2 0,2 0,6

2 Supriadi Tembang 15 46 120 22 52 192 0,28 0,57 0,16 0,28 0,59 0,13Lisong 9 42 90 0,20 0,50 0,30Kembung 0 0 35 0,33 0,33 0,33

3 Karyana Tembang 0 28 129 42 90 170 0,18 0,60 0,22 0,32 0,45 0,23Lisong 8 16 102 0,17 0,67 0,17

4 Aco Tembang 12 35 155 27 68 231 0,13 0,71 0,17 0,31 0,57 0,12Lisong 7 34 60 0,13 0,50 0,38Swangi 0 0 21 0,14 0,14 0,71

5 Odih Tembang 10 21 110 44 80 341 0,19 0,56 0,25 0,19 0,69 0,11Lisong 0 17 58 0,20 0,60 0,20Kembung 0 0 45 0,17 0,17 0,67Swangi 0 0 33 0,33 0,33 0,33

6 Komar Tembang 0 43 128 38 75 338 0,12 0,69 0,19 0,26 0,64 0,10Lisong 9 24 98 0,22 0,44 0,33

7 Tarmin Tembang 15 45 110 28 60 222 0,26 0,61 0,13 0,25 0,63 0,12Lisong 8 30 75 0,17 0,50 0,33

8 Warkum Tembang 18 40 136 42 98 132 0,15 0,66 0,19 0,30 0,55 0,15Lisong 4 28 82 0,14 0,57 0,29Kembung 0 0 38 0,25 0,25 0,50

9 Ade Tembang 0 22 225 0 85 231 0,17 0,72 0,11 0,11 0,67 0,22Lisong 5 13 95 0,20 0,50 0,30Swangi 0 0 69 0,20 0,20 0,60

10 Ujang Tembang 15 31 242 23 80 209 0,24 0,63 0,14 0,33 0,52 0,15Lisong 6 25 60 0,13 0,63 0,25Kembung 0 0 42 0,30 0,30 0,40Swangi 0 0 55 0,33 0,33 0,33

Musim Barat Musim TimurPeluang kejadian

Responden No Musim TimurJumlah Tangkapan (kg)

Musim Barat

Lampiran 28 Jumlah tangkapan rampus nelayan di Palabuhanratu

Page 170: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

157

11 Supenda Tembang 17 30 172 0 70 348 0,35 0,54 0,11 0,24 0,67 0,10Lisong 8 40 100 0,20 0,60 0,20Swangi 0 0 40 0,29 0,29 0,43

12 Ace Tembang 18 45 194 34 75 208 0,29 0,60 0,11 0,22 0,67 0,11Lisong 6 41 65 0,20 0,60 0,20Kembung 0 0 28 0,13 0,13 0,75

13 Mulyani Tembang 0 25 209 39 89 120 0,14 0,66 0,20 0,25 0,55 0,20Lisong 7 44 78 0,25 0,5 0,25Swangi 0 0 50 0,29 0,29 0,43

14 Aji Tembang 10 25 180 48 80 140 0,26 0,59 0,15 0,37 0,44 0,19Lisong 9 21 59 0,25 0,5 0,25Swangi 0 0 38 0,17 0,17 0,67

15 Jono Tembang 0 27 206 19 70 215 0,14 0,74 0,12 0,29 0,60 0,10Lisong 4 16 55 0,17 0,50 0,33Kembung 0 0 49 0,2 0,2 0,6

Barat TimurJumlah 486 1.575Rata-rata 21,13 43,75Stdev 17,38 32,07Coef var 0,82 0,73

Lampiran 28 Jumlah tangkapan rampus nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 171: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

158

Jenis IkanTerendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi

1 Dewandi Tembang 1.800 3.000 4.000 1.500 2.500 4.000 0,19 0,60 0,21 0,08 0,69 0,23Lisong 4.000 5.500 6.000 0,14 0,57 0,29Swangi 3.500 4.000 4.500 0,20 0,60 0,20

2 Supriadi Tembang 2.000 2.500 4.000 1.000 2.200 3.500 0,21 0,54 0,25 0,20 0,55 0,25Lisong 4.500 5.000 6.000 0,10 0,50 0,40Kembung 7.500 8.000 8.500 0,33 0,33 0,33

3 Karyana Tembang 1.700 2.000 3.500 1.300 2.000 3.000 0,28 0,53 0,19 0,20 0,50 0,30Lisong 4.000 5.000 6.500 0,33 0,50 0,17

4 Aco Tembang 2.500 3.000 4.000 1.200 2.000 3.500 0,15 0,58 0,26 0,19 0,66 0,15Lisong 5.000 6.000 7.000 0,38 0,38 0,25Swangi 3.000 3.500 4.000 0,14 0,57 0,29

5 Odih Tembang 1.500 2.000 4.000 1.500 2.000 3.500 0,16 0,50 0,34 0,15 0,67 0,18Lisong 4.000 6.000 6.500 0,20 0,60 0,20Kembung 7.500 8.000 9.000 0,33 0,50 0,17Swangi 3.500 4.000 4.500 0,33 0,33 0,33

6 Komar Tembang 2.000 3.000 4.000 1.300 2.000 4.000 0,12 0,65 0,23 0,16 0,59 0,25Lisong 5.000 5.500 7.000 0,22 0,44 0,33

7 Tarmin Tembang 1.600 2.000 4.000 1.500 2.000 3.000 0,23 0,54 0,24 0,14 0,53 0,33Lisong 4.000 6.000 6.500 0,17 0,67 0,17

8 Warkum Tembang 2.000 3.000 3.500 2.000 2.500 3.000 0,09 0,69 0,22 0,24 0,60 0,16Lisong 5.500 6.000 7.000 0,14 0,71 0,14Kembung 7.500 8.500 9.000 0,38 0,38 0,25

9 Ade Tembang 1.900 2.500 4.000 1.500 2.000 3.500 0,21 0,61 0,18 0,10 0,60 0,31Lisong 4.000 5.000 7.000 0,20 0,60 0,20Swangi 4.000 4.500 5.000 0,20 0,60 0,20

10 Ujang Tembang 2.000 3.000 4.000 1.000 2.000 4.000 0,16 0,61 0,23 0,28 0,45 0,26Lisong 5.000 5.500 6.500 0,13 0,63 0,25Kembung 8.000 8.500 9.000 0,30 0,50 0,20Swangi 3.500 4.000 4.500 0,17 0,67 0,17

Musim Barat Musim TimurPeluang kejadian

Responden No Musim TimurJumlah Tangkapan (kg)

Musim Barat

Lampiran 29 Harga ikan tangkapan rampus nelayan di Palabuhanratu

Page 172: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

159

11 Supenda Tembang 1.400 2.500 4.000 1.000 2.000 3.500 0,16 0,71 0,13 0,13 0,69 0,18Lisong 5.000 6.500 7.000 0,20 0,60 0,20Swangi 3.500 4.000 4.500 0,29 0,57 0,14

12 Ace Tembang 2.000 2.500 4.000 1.500 2.500 4.000 0,21 0,53 0,26 0,23 0,64 0,13Lisong 4.500 6.000 7.000 0,20 0,60 0,20Kembung 6.500 7.000 7.500 0,25 0,63 0,13

13 Mulyani Tembang 1.700 3.000 4.000 1.500 3.000 4.000 0,16 0,62 0,22 0,22 0,52 0,27Lisong 5.000 6.000 6.500 0,25 0,5 0,25Swangi 3.500 4.000 4.500 0,29 0,43 0,29

14 Aji Tembang 2.000 3.000 4.000 1.500 2.500 4.000 0,34 0,49 0,18 0,28 0,54 0,18Lisong 5.000 5.500 6.000 0,25 0,5 0,25Swangi 4.000 4.500 5.000 0,33 0,50 0,17

15 Jono Tembang 2.000 3.500 4.000 1.800 3.000 4.000 0,21 0,57 0,22 0,29 0,57 0,13Lisong 4.000 5.000 7.000 0,17 0,50 0,33Kembung 8.000 8.500 9.000 0,20 0,60 0,20

Barat TimurJumlah 73.000 167.200Rata-rata 3.173,91 4.644,44Stdev 777,65 2.244,29Coef var 0,25 0,48

Lampiran 29 Harga ikan tangkapan rampus nelayan di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 173: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

160

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Dewandi -14.878 4.670 117.879 -6.378 83.996 110.485 0,24 0,44 0,33 0,24 0,49 0,272 Supriadi -5.226 29.904 45.769 14.888 69.680 221.276 0,20 0,61 0,20 0,32 0,57 0,103 Karyana -19.850 -3.984 42.279 30.579 53.810 158.349 0,19 0,50 0,31 0,35 0,50 0,154 Aco 1.356 17.504 115.386 28.411 84.081 151.281 0,25 0,47 0,28 0,30 0,56 0,145 Odih -4.962 -4.396 63.179 27.337 57.937 289.985 0,22 0,52 0,27 0,24 0,66 0,106 Komar -14.878 21.669 57.649 46.033 65.014 248.426 0,15 0,62 0,23 0,39 0,51 0,107 Tarmin -3.262 5.237 29.601 18.269 64.731 159.072 0,16 0,53 0,31 0,37 0,55 0,098 Warkum -146 16.003 59.065 25.635 99.011 265.311 0,18 0,50 0,32 0,29 0,59 0,129 Ade -17.484 -1.902 181.821 -7.568 49.093 188.337 0,22 0,56 0,22 0,12 0,67 0,21

10 Ujang 4.614 13.963 179.271 24.728 71.899 227.008 0,13 0,78 0,09 0,32 0,53 0,1511 Supenda 7.220 9.203 95.838 3.821 101.277 228.198 0,20 0,57 0,23 0,40 0,49 0,1012 Ace 6.385 18.534 101.176 38.182 114.824 220.714 0,14 0,61 0,25 0,36 0,49 0,1513 Mulyani -15.336 4.662 126.064 38.392 126.250 136.649 0,18 0,48 0,34 0,32 0,42 0,2714 Aji -6.616 2.716 119.238 48.311 66.843 117.371 0,20 0,51 0,28 0,25 0,51 0,2415 Jono -13.869 11.328 95.987 13.861 63.457 252.504 0,17 0,63 0,20 0,28 0,61 0,11

Barat TimurJumlah 145.111 1.171.902Rata-rata 9.674 78.127Stdev 9968,14 22.913,75Coef var 1,03 0,29

Peluang kejadianMusim Barat Musim TimurResponden No Musim Timur

Pendapatan/tripMusim Barat

Lampiran 30 Pendapatan nelayan rampus per trip di Palabuhanratu

Page 174: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

161

Nama Harga satuan PenggunaanResponden (Rp) per trip T B T B

1 Dewandi Bensin 5.000 Liter 5 59 85 1.475.000 2.125.000Minyak tanah 2.800 Liter 3 59 85 495.600 714.000Oli 10.000 Liter 0,04 59 85 23.600 34.000Es 6.000 Balok 0,5 59 85 177.000 255.000Konsumsi 10.000 Pkt 1 59 85 590.000 850.000Rokok 5.000 Buah 1 59 85 295.000 425.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 59 85 29.500 42.500Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 59 85 12.643 18.214

3.098.343 4.463.7142 Supriadi Bensin 5.000 Liter 5 77 76 1.925.000 1.900.000

Minyak tanah 2.800 Liter 3 77 76 646.800 638.400Oli 20.000 Liter 0,07 77 76 102.667 101.333Es 6.000 Balok 0,5 77 76 231.000 228.000Konsumsi 30.000 Pkt 1 77 76 2.310.000 2.280.000Rokok 5.000 Buah 2 77 76 770.000 760.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 77 76 38.500 38.000Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 77 76 16.500 16.286

6.040.467 5.962.0193 Karyana Bensin 5.000 Liter 4 66 72 1.320.000 1.440.000

Minyak tanah 2.800 Liter 3 66 72 554.400 604.800Oli 20.000 Liter 0,07 66 72 92.400 100.800Es 7.000 Balok 0,25 66 72 115.500 126.000Konsumsi 30.000 Pkt 1 66 72 1.980.000 2.160.000Rokok 7.800 Buah 1 66 72 514.800 561.600Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 66 72 33.000 36.000Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 66 72 14.143 15.429

4.624.243 5.044.629

4 Aco Bensin 5.000 Liter 3,5 79 76 1.382.500 1.330.000Minyak tanah 2.800 Liter 2 79 76 442.400 425.600Oli 10.000 Liter 0,04 79 76 31.600 30.400Es 8.000 Balok 0,5 79 76 316.000 304.000Konsumsi 10.000 Pkt 1 79 76 790.000 760.000Rokok 5.000 Buah 1 79 76 395.000 380.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 79 76 39.500 38.000Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 79 76 16.929 16.286

3.413.929 3.284.2865 Odih Bensin 5.000 Liter 3 83 83 1.245.000 1.245.000

Minyak tanah 2.800 Liter 3 83 83 697.200 697.200Oli 10.000 Liter 0,04 83 83 33.200 33.200Es 6.000 Balok 0,5 83 83 249.000 249.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 83 83 1.660.000 1.660.000Rokok 10.000 Buah 1 83 83 830.000 830.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 83 83 41.500 41.500Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 83 83 17.786 17.786

4.773.686 4.773.6866 Komar Bensin 5.000 Liter 4 89 84 1.780.000 1.680.000

Minyak tanah 2.800 Liter 3 89 84 747.600 705.600Oli 10.000 Liter 0,04 89 84 35.600 33.600Es 6.000 Balok 0,5 89 84 267.000 252.000Konsumsi 15.000 Pkt 1 89 84 1.335.000 1.260.000Rokok 5.000 Buah 1 89 84 445.000 420.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 89 84 44.500 42.000Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 89 84 19.071 18.000

4.673.771 4.411.200

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

No Biaya/musimJumlah tripSatuanKomponen Biaya

Lampiran 31 Komponen biaya operasional rampus di Palabuhanratu

Page 175: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

162

7 Tarmin Bensin 5.000 Liter 4 82 80 1.640.000 1.600.000Minyak tanah 2.800 Liter 3 82 80 688.800 672.000Oli 20.000 Liter 0,07 82 80 114.800 112.000Es 6.000 Balok 0,5 82 80 246.000 240.000Konsumsi 30.000 Pkt 1 82 80 2.460.000 2.400.000Rokok 8.000 Buah 1 82 80 656.000 640.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 82 80 41.000 40.000Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 82 80 17.571 17.143

5.864.171 5.721.1438 Warkum Bensin 5.000 Liter 4 103 88 2.060.000 1.760.000

Minyak tanah 2.800 Liter 3 103 88 865.200 739.200Oli 10.000 Liter 0,04 103 88 41.200 35.200Es 8.000 Balok 1 103 88 824.000 704.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 103 88 2.060.000 1.760.000Rokok 6.000 Buah 1 103 88 618.000 528.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 103 88 51.500 44.000Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 103 88 22.071 18.857

6.541.971 5.589.257

9 Ade Bensin 5.000 Liter 5 82 81 2.050.000 2.025.000Minyak tanah 2.800 Liter 2 82 81 459.200 453.600Oli 10.000 Liter 0,04 82 81 32.800 32.400Es 8.000 Balok 0,5 82 81 328.000 324.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 82 81 1.640.000 1.620.000Rokok 6.000 Buah 1 82 81 492.000 486.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 82 81 41.000 40.500Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 82 81 17.571 17.357

5.060.571 4.998.85710 Ujang Bensin 5.000 Liter 3 106 86 1.590.000 1.290.000

Minyak tanah 2.800 Liter 2 106 86 593.600 481.600Oli 10.000 Liter 0,04 106 86 42.400 34.400Es 8.000 Balok 0,25 106 86 212.000 172.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 106 86 2.120.000 1.720.000Rokok 6.000 Buah 0 106 86 0 0Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 106 86 53.000 43.000Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 106 86 22.714 18.429

4.633.714 3.759.42911 Supenda Bensin 5.000 Liter 4 77 87 1.540.000 1.740.000

Minyak tanah 2.800 Liter 3 77 87 646.800 730.800Oli 10.000 Liter 0,04 77 87 30.800 34.800Es 6.000 Balok 0,5 77 87 231.000 261.000Konsumsi 10.000 Pkt 1 77 87 770.000 870.000Rokok 5.000 Buah 0 77 87 0 0Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 77 87 38.500 43.500Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 77 87 16.500 18.643

3.273.600 3.698.74312 Ace Bensin 5.000 Liter 5 77 80 1.925.000 2.000.000

Minyak tanah 2.800 Liter 2 77 80 431.200 448.000Oli 20.000 Liter 0,07 77 80 107.800 112.000Es 6.000 Balok 0,5 77 80 231.000 240.000Konsumsi 10.000 Pkt 1 77 80 770.000 800.000Rokok 5.000 Buah 1 77 80 385.000 400.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 77 80 38.500 40.000Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 77 80 16.500 17.143

3.905.000 4.057.143

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Lampiran 31 Komponen biaya operasional rampus di Palabuhanratu (lampiran)

Page 176: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

163

13 Mulyani Bensin 5.000 Liter 4 68 83 1.360.000 1.660.000Minyak tanah 2.800 Liter 3 68 83 571.200 697.200Oli 10.000 Liter 0,04 68 83 27.200 33.200Es 8.000 Balok 0,25 68 83 136.000 166.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 68 83 1.360.000 1.660.000Rokok 6.000 Buah 1 68 83 408.000 498.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 68 83 34.000 41.500Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 68 83 14.571 17.786

3.910.971 4.773.686

14 Aji Bensin 5.000 Liter 5 76 74 1.900.000 1.850.000Minyak tanah 2.800 Liter 3 76 74 638.400 621.600Oli 10.000 Liter 0,07 76 74 53.200 51.800Es 8.000 Balok 0,5 76 74 304.000 296.000Konsumsi 20.000 Pkt 1 76 74 1.520.000 1.480.000Rokok 6.000 Buah 1 76 74 456.000 444.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 76 74 38.000 37.000Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 76 74 16.286 15.857

4.925.886 4.796.257

15 Jono Bensin 5.000 Liter 4 79 76 1.580.000 1.520.000Minyak tanah 2.800 Liter 2 79 76 442.400 425.600Oli 10.000 Liter 0,07 79 76 55.300 53.200Es 8.000 Balok 0,25 79 76 158.000 152.000Konsumsi 15.000 Pkt 1 79 76 1.185.000 1.140.000Rokok 8.000 Buah 1 79 76 632.000 608.000Kaos petromaks 1.500 Buah 0,33 79 76 39.500 38.000Kaca petromaks 1.500 Buah 0,14 79 76 16.929 16.286

4.109.129 3.953.086

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Lampiran 31 Komponen biaya operasional rampus di Palabuhanratu (lampiran)

Page 177: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

164

KomponenTerendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi

Penjualan ikan 0 69.000 468.600 30.000 349.000 442.500Penjualan kotor -52.514 16.486 416.086 -22.514 296.486 389.986Biaya mesin (15%) -44.637 14.013 353.673 -19.137 252.013 331.488Pend bersih (66,6%) -14.878 4.670 117.879 -6.378 83.996 110.485Penjualan ikan 60.000 184.000 240.000 131.000 324.400 859.500Penjualan kotor -18.448 105.552 161.552 52.552 245.952 781.052Biaya mesin (15%) -15.680 89.720 137.320 44.670 209.060 663.895Pend bersih (66,6%) -5.226 29.904 45.769 14.888 69.680 221.276Penjualan ikan 0 56.000 219.300 178.000 260.000 629.000Penjualan kotor -70.064 -14.064 149.236 107.936 189.936 558.936Biaya mesin (15%) -59.555 -11.955 126.850 91.745 161.445 475.095Pend bersih (66,6%) -19.850 -3.984 42.279 30.579 53.810 158.349Penjualan ikan 48.000 105.000 450.500 143.500 340.000 577.200Penjualan kotor 4.786 61.786 407.286 100.286 296.786 533.986Biaya mesin (15%) 4.068 52.518 346.193 85.243 252.268 453.888Pend bersih (66,6%) 1.356 17.504 115.386 28.411 84.081 151.281Penjualan ikan 40.000 42.000 280.500 154.000 262.000 1.081.000Penjualan kotor -17.514 -15.514 222.986 96.486 204.486 1.023.486Biaya mesin (15%) -14.887 -13.187 189.538 82.013 173.813 869.963Pend bersih (66,6%) -4.962 -4.396 63.179 27.337 57.937 289.985Penjualan ikan 0 129.000 256.000 215.000 282.000 929.400Penjualan kotor -52.514 76.486 203.486 162.486 229.486 876.886Biaya mesin (15%) -44.637 65.013 172.963 138.113 195.063 745.353Pend bersih (66,6%) -14.878 21.669 57.649 46.033 65.014 248.426Penjualan ikan 60.000 90.000 176.000 136.000 300.000 633.000Penjualan kotor -11.514 18.486 104.486 64.486 228.486 561.486Biaya mesin (15%) -9.787 15.713 88.813 54.813 194.213 477.263Pend bersih (66,6%) -3.262 5.237 29.601 18.269 64.731 159.072Penjualan ikan 63.000 120.000 272.000 154.000 413.000 1.000.000Penjualan kotor -514 56.486 208.486 90.486 349.486 936.486Biaya mesin (15%) -437 48.013 177.213 76.913 297.063 796.013Pend bersih (66,6%) -146 16.003 59.065 25.635 99.011 265.311Penjualan ikan 0 55.000 703.500 35.000 235.000 726.500Penjualan kotor -61.714 -6.714 641.786 -26.714 173.286 664.786Biaya mesin (15%) -52.457 -5.707 545.518 -22.707 147.293 565.068Pend bersih (66,6%) -17.484 -1.902 181.821 -7.568 49.093 188.337Penjualan ikan 60.000 93.000 676.500 131.000 297.500 845.000Penjualan kotor 16.286 49.286 632.786 87.286 253.786 801.286Biaya mesin (15%) 13.843 41.893 537.868 74.193 215.718 681.093Pend bersih (66,6%) 4.614 13.963 179.271 24.728 71.899 227.008

3

2

1

7

6

5

4

10

9

8

Aco

Karyana

Supriadi

Dewandi

Ujang

Ade

Warkum

Tarmin

Komar

Odih

Responden No Musim TimurHarga Tangkapan (Rp/kg)

Musim Barat

Lampiran 32 Komponen pendapatan nelayan rampus di Palabuhanratu

Page 178: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

165

Penjualan ikan 68.000 75.000 380.800 56.000 400.000 848.000Penjualan kotor 25.486 32.486 338.286 13.486 357.486 805.486Biaya mesin (15%) 21.663 27.613 287.543 11.463 303.863 684.663Pend bersih (66,6%) 7.220 9.203 95.838 3.821 101.277 228.198Penjualan ikan 72.000 112.500 388.000 178.000 433.500 786.500Penjualan kotor 21.286 61.786 337.286 127.286 382.786 735.786Biaya mesin (10%) 19.157 55.607 303.557 114.557 344.507 662.207Pend bersih (66,6%) 6.385 18.534 101.176 38.182 114.824 220.714Penjualan ikan 0 75.000 530.300 201.500 531.000 570.000Penjualan kotor -57.514 17.486 472.786 143.986 473.486 512.486Biaya mesin (20%) -46.011 13.989 378.229 115.189 378.789 409.989Pend bersih (66,6%) -15.336 4.662 126.064 38.392 126.250 136.649Penjualan ikan 40.000 75.000 512.000 246.000 315.500 505.000Penjualan kotor -24.814 10.186 447.186 181.186 250.686 440.186Biaya mesin (20%) -19.851 8.149 357.749 144.949 200.549 352.149Pend bersih (66,6%) -6.616 2.716 119.238 48.311 66.843 117.371Penjualan ikan 0 94.500 412.000 104.000 290.000 999.000Penjualan kotor -52.014 42.486 359.986 51.986 237.986 946.986Biaya mesin (20%) -41.611 33.989 287.989 41.589 190.389 757.589Pend bersih (66,6%) -13.869 11.328 95.987 13.861 63.457 252.504

15

14

13

12

11

Jono

Aji

Mulyani

Ace

Supenda

Lampiran 32 Komponen pendapatan nelayan rampus di Palabuhanratu (lanjutan)

Page 179: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

166

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Dewandi Tembang 0,00 15,53 24,75 40,28 0,00 63,33 17,83 81,15

Lisong 0,71 13,14 20,57 34,43Swangi 0,00 0,00 39,60 39,60

2 Supriadi Tembang 4,14 26,03 18,95 49,12 6,19 30,88 24,00 61,06Lisong 1,80 21,00 27,00 49,80Kembung 0,00 0,00 11,67 11,67

3 Karyana Tembang 0,00 16,72 28,67 45,39 13,30 40,50 39,67 93,47Lisong 1,33 10,67 17,00 29,00

4 Aco Tembang 1,50 24,79 25,83 52,13 8,34 39,00 27,18 74,51Lisong 0,88 17,00 22,50 40,38Swangi 0,00 0,00 15,00 15,00

5 Odih Tembang 1,88 11,81 27,50 41,19 8,56 55,56 37,89 102,00Lisong 0,00 10,20 11,60 21,80Kembung 0,00 0,00 30,00 30,00Swangi 0,00 0,00 11,00 11,00

6 Komar Tembang 0,00 29,69 24,38 54,07 9,98 47,81 33,80 91,59Lisong 2,00 10,67 32,67 45,33

7 Tarmin Tembang 3,94 27,56 13,75 45,25 7,00 37,89 26,29 71,18Lisong 1,33 15,00 25,00 41,33

8 Warkum Tembang 2,66 26,36 26,27 55,30 12,69 54,10 19,25 86,04Lisong 0,57 16,00 23,43 40,00Kembung 0,00 0,00 19,00 19,00

9 Ade Tembang 0,00 15,92 23,68 39,61 0,00 56,67 51,33 108,00Lisong 1,00 6,50 28,50 36,00Swangi 0,00 0,00 41,40 41,40

10 Ujang Tembang 3,56 19,38 33,28 56,21 7,58 41,82 30,88 80,27Lisong 0,75 15,63 15,00 31,38Kembung 0,00 0,00 16,80 16,80Swangi 0,00 0,00 18,33 18,33

11 Supenda Tembang 5,95 16,13 19,35 41,43 0,00 46,67 33,83 80,50Lisong 0,00 0,00 0,00 1,60 24,00 20,00 45,60Swangi 0,00 0,00 17,14 17,14

12 Ace Tembang 5,18 27,00 21,83 54,00 7,44 50,39 22,75 80,58Lisong 1,20 24,60 13,00 38,80Kembung 0,00 0,00 21,00 21,00

13 Mulyani Tembang 0,00 16,45 41,25 57,70 9,75 48,95 24,00 82,70Lisong 1,75 22,00 19,50 43,25Swangi 0,00 0,00 21,43 21,43

14 Aji Tembang 2,65 14,71 26,47 43,82 17,65 35,29 26,76 79,71Lisong 2,25 10,50 14,75 27,50Swangi 0,00 0,00 25,33 25,33

15 Jono Tembang 0,00 19,89 24,39 44,29 5,59 42,21 22,13 69,93Lisong 0,67 8,00 18,33 27,00Kembung 0,00 0,00 29,40 29,40

Jumlah total 909,00 1.922,16Status risiko produksi 39,52 53,39

Musim TimurMusim Barat JumlahJumlahJenis IkanResponden No

Lampiran 33 Status risiko hasil tangkapan rampus di Palabuhanratu

Page 180: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

167

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Dewandi Tembang 337,50 1.800,00 850,00 2.987,50 115,38 1.730,77 923,08 2.769,23

Lisong 571,43 3.142,86 1.714,29 5.428,57Swangi 700,00 2.400,00 900,00 4.000,00

2 Supriadi Tembang 421,05 1.348,68 1.000,00 2.769,74 203,13 1.203,13 875,00 2.281,25Lisong 450,00 2.500,00 2.400,00 5.350,00Kembung 2.500,00 2.666,67 2.833,33 8.000,00

3 Karyana Tembang 472,22 1.055,56 680,56 2.208,33 260,00 1.000,00 900,00 2.160,00Lisong 1.333,33 2.500,00 1.083,33 4.916,67

4 Aco Tembang 381,94 1.750,00 1.055,56 3.187,50 229,41 1.323,53 514,71 2.067,65Lisong 1.875,00 2.250,00 1.750,00 5.875,00Swangi 428,57 2.000,00 1.142,86 3.571,43

5 Odih Tembang 243,75 1.000,00 1.350,00 2.593,75 229,17 1.333,33 631,94 2.194,44Lisong 800,00 3.600,00 1.300,00 5.700,00Kembung 2.500,00 4.000,00 1.500,00 8.000,00Swangi 1.166,67 1.333,33 1.500,00 4.000,00

6 Komar Tembang 238,10 1.964,29 904,76 3.107,14 211,25 1.175,00 1.000,00 2.386,25Lisong 1.111,11 2.444,44 2.333,33 5.888,89

7 Tarmin Tembang 360,00 1.075,00 950,00 2.385,00 217,11 1.052,63 986,84 2.256,58Lisong 666,67 4.000,00 1.083,33 5.750,00

8 Warkum Tembang 181,82 2.079,55 755,68 3.017,05 479,17 1.510,42 468,75 2.458,33Lisong 785,71 4.285,71 1.000,00 6.071,43Kembung 2.812,50 3.187,50 2.250,00 8.250,00

9 Ade Tembang 400,00 1.513,16 736,84 2.650,00 145,83 1.194,44 1.069,44 2.409,72Lisong 800,00 3.000,00 1.400,00 5.200,00Swangi 800,00 2.700,00 1.000,00 4.500,00

10 Ujang Tembang 325,00 1.837,50 900,00 3.062,50 284,09 909,09 1.045,45 2.238,64Lisong 625,00 3.437,50 1.625,00 5.687,50Kembung 2.400,00 4.250,00 1.800,00 8.450,00Swangi 583,33 2.666,67 750,00 4.000,00

11 Supenda Tembang 227,50 1.781,25 500,00 2.508,75 125,00 1.388,89 631,94 2.145,83Lisong 1.000,00 3.900,00 1.400,00 6.300,00Swangi 1.000,00 2.285,71 642,86 3.928,57

12 Ace Tembang 425,00 1.312,50 1.050,00 2.787,50 351,56 1.601,56 500,00 2.453,13Lisong 900,00 3.600,00 1.400,00 5.900,00Kembung 1.625,00 4.375,00 937,50 6.937,50

13 Mulyani Tembang 268,42 1.855,26 894,74 3.018,42 325,00 1.550,00 1.066,67 2.941,67Lisong 1.250,00 3.000,00 1.625,00 5.875,00Swangi 1.000,00 1.714,29 1.285,71 4.000,00

14 Aji Tembang 676,47 1.455,88 705,88 2.838,24 419,12 1.360,29 705,88 2.485,29Lisong 1.250,00 2.750,00 1.500,00 5.500,00Swangi 1.333,33 2.250,00 833,33 4.416,67

15 Jono Tembang 421,05 1.980,26 894,74 3.296,05 529,41 1.720,59 529,41 2.779,41Lisong 666,67 2.500,00 2.333,33 5.500,00Kembung 1.600,00 5.100,00 1.800,00 8.500,00

74.834,13 169.107,983.253,66 4.697,44

Musim TimurMusim Barat JumlahJumlahJenis IkanResponden No

Jumlah totalStatus risiko harga

Lampiran 34 Status risiko harga ikan tangkapan rampus di Palabuhanratu

Page 181: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

168

Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi1 Dewandi -3.500,60 2.033,03 38.830,78 37.363,22 -1.513,52 41.286,11 29.962,01 69.734,602 Supriadi -1.031,51 18.099,50 9.033,28 26.101,27 4.833,88 39.816,88 22.989,72 67.640,483 Karyana -3.859,64 -1.992,24 12.918,65 7.066,77 10.656,22 26.904,87 23.992,32 61.553,414 Aco 338,95 8.291,46 31.883,00 40.513,41 8.631,32 46.829,86 21.064,42 76.525,605 Odih -1.076,17 -2.277,27 16.746,15 13.392,71 6.587,31 38.392,01 27.950,33 72.929,666 Komar -2.302,48 13.414,01 13.039,55 24.151,08 18.102,87 32.872,47 25.121,74 76.097,097 Tarmin -530,08 2.749,48 9.250,41 11.469,81 6.683,83 35.523,19 13.579,29 55.786,318 Warkum -26,49 8.001,34 18.793,42 26.768,28 7.466,52 58.637,61 30.910,03 97.014,169 Ade -3.885,33 -1.056,77 40.404,69 35.462,59 -922,96 32.928,04 39.045,50 71.050,57

10 Ujang 590,14 10.878,06 16.676,41 28.144,61 7.931,78 37.984,25 34.265,40 80.181,4211 Supenda 1.410,85 5.289,29 22.031,73 28.731,87 1.538,15 49.981,10 23.708,90 75.228,1512 Ace 877,95 11.351,99 25.293,90 37.523,84 13.787,91 55.817,33 33.720,14 103.325,3813 Mulyani -2.771,50 2.246,94 42.527,47 42.002,91 12.157,58 52.604,26 36.439,78 101.201,6214 Aji -1.341,18 1.394,66 33.837,70 33.891,18 12.077,84 34.300,93 27.798,42 74.177,1915 Jono -2.372,34 7.154,77 18.944,72 23.727,15 3.860,16 38.555,85 28.766,31 71.182,32

416.310,69 1.153.627,9727.754,05 76.908,53

Musim TimurMusim BaratResponden No Jumlah Jumlah

Status risiko pendapatanJumlah total

Lampiran 35 Status risiko pendapatan rampus di Palabuhanratu

Page 182: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

169

Pendapatan tinggi Harga tinggi Produksi rendah Frek.pen rendah1 Dewandi 0,24 0,21 0,17 0,71 0,332 Supriadi 0,20 0,25 0,28 0,63 0,313 Karyana 0,19 0,19 0,18 0,60 0,324 Aco 0,25 0,27 0,13 0,63 0,395 Odih 0,22 0,29 0,26 0,69 0,316 Komar 0,15 0,23 0,12 0,70 0,227 Tarmin 0,16 0,24 0,26 0,67 0,248 Warkum 0,18 0,22 0,15 0,73 0,259 Ade 0,22 0,19 0,19 0,68 0,33

10 Ujang 0,13 0,20 0,29 0,72 0,1811 Supenda 0,20 0,13 0,32 0,73 0,2712 Ace 0,14 0,26 0,29 0,67 0,2113 Mulyani 0,18 0,25 0,22 0,69 0,2614 Aji 0,20 0,17 0,22 0,62 0,3315 Jono 0,17 0,22 0,14 0,63 0,27

0,28

PRT

Jumlah totalRata-rata PRT

No Responden Peluang

Lampiran 36 Peluang risiko total nelayan rampus di Palabuhanratu

Page 183: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

170

Lampiran 37 Foto kegiatan penelitian.

Wawancara dengan pihak perbankan Wawancara dengan pihak pelabuhan

Wawancara dengan pihak Koperasi

Wawancara dengan pedagang ikan Wawancara dengan nelayan

Wawancara dengan pihak Koperasi

Page 184: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

171

Lampiran 37 Foto kegiatan penelitian (lanjutan).

Alat tangkap pancing

Alat tangkap payang

Alat tangkap bagan

Alat tangkap rampus

Page 185: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

172

Lampiran 37 Foto kegiatan penelitian (lanjutan).

Bagan yang dioperasikan pada musim timur

Bagan yang ditarik ke pantai pada musim barat

Rampus yang dioperasikan pada musim timur

Rampus yang ditempatkan di pantai pada timur

Kolam pelabuhan sepi dari kapal yang berlabuh

Kolam pelabuhan penuh dengan kapal yang berlabuh

Page 186: ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA … · merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret

173

Lampiran 37 Foto kegiatan penelitian (lanjutan).

Bank Danamon (DSP) yang ada di Palabuhanratu

Perum Penggadaiian yang ada di Palabuhanratu

Ikan layur (Trichiurus sp) Ikan tembang (Sardinella sp) dan kembung (Rastrelliger sp)