`ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU KAMBING DI CV...

241
`ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU KAMBING DI CV SAWANGAN FARM DAIRY SKRIPSI Amalia Suci Annisa 1113092000002 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M / 1438 H

Transcript of `ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU KAMBING DI CV...

  • `ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU KAMBINGDI CV SAWANGAN FARM DAIRY

    SKRIPSI

    Amalia Suci Annisa1113092000002

    PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

    2017 M / 1438 H

  • ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU KAMBINGDI CV SAWANGAN FARM DAIRY

    Oleh:AMALIA SUCI ANNISA

    1113092000002

    SkripsiSebagai Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Agribisnis

    Fakultas Sains dan TeknologiUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

  • PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL

    KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

    SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

    LEMBAGA MANAPUN

    Ciputat, 14 Agustus 2017

    Amalia Suci Annisa

  • RIWAYAT HIDUP

    Nama : Amalia Suci Annisa

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 11 Desember 1995

    Kewarganegaraan : Indonesia

    Status : Belum Menikah

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. Melati 2 No. 12 RT013/RW008. Perumnas 1.Kelurahan

    Jakasampurna. Kecamatan Bekasi Barat. Kota Bekasi

    17137 - Jawa Barat.

    No. Telp : 087832992589

    E-mail : [email protected]

    IPK : 3,69

    1999 – 2001 : TK Islam Al-Husna

    2001 – 2007 : SD Islam Al-Husna

    2007 – 2010 : SMP Negeri 4 Kota Bekasi

    2010 – 2013 : SMA Negeri 3 Kota Bekasi

    2013-2017 : S-1 Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    IDENTITAS DIRI

    RIWAYAT PENDIDIKAN

  • v

    2007 : Bendahara Pramuka SMP N 4 Kota Bekasi

    2009 – 2010 : Sekretaris Umum OSIS SMP Negeri 4 Kota Bekasi

    Koordinator Piket Pustakawan Cilik SMP Negeri 4 Kota Bekasi

    2010 - 2011 : Sekretaris II MPK SMA Negeri 3 Kota Bekasi

    Anggota DKM SMA Negeri 3 Kota Bekasi

    2011 – 2012 : Sekretaris Umum MPK SMA Negeri 3 Kota Bekasi

    Wakil Ketua Divisi Keputrian DKM SMA Negeri 3 Kota Bekasi

    2014 : Anggota Divisi Peralatan Agri Camp, Agribisnis UIN Jakarta

    2015 : Anggota Divisi Peralatan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah, HMJ

    Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Anggota Divisi Acara Excellent Dance Cover Award 2015

    Anggota Divisi Konsumsi Aplikasi Studi (AKSI) Agribisnis UIN

    Jakarta

    2016 : Anggota Divisi Konsumsi Excellent Dance Cover Award 2016

    2011- 2012 : Asisten Pelatih Karate di Amura Karate-Do Cabang Bekasi

    2015 - 2016 : Guru Les Private

    2016 – 2017 : Tim Penulis Buku “Tebaran Bakti Di Desa Banyuwangi”

    2016 – Sekarang : Tour Guide di D’Kandang Amazing Farm

    PENGALAMAN ORGANISASIDAN KEPANITIAAN

    PENGALAMAN KERJA

  • vi

    Akademik:

    2010 : Peringkat 8 Ujian Nasional SMP Negeri 4 Kota Bekasi

    2012 : Ranking 2 kelas XI. IA-6 SMA Negeri 3 Kota Bekasi

    Non Akademik:

    2010: Juara 2 Seleksi Kejuaraan Nasional Amura Karate-Do Indonesia I Se-Jawa

    Barat

    2014: Juara 2 “Hi Seoul Festival” Dance Cover Competition Se-Jabodetabek

    2015: Juara 2 “K-Pop Dance Party” Dance Cover Competition Se-Jabodetabek

    Juara 1 “Dream Zone K-Pop Challenge” Dance Cover Competition

    2016: Juara 3 “HOBBYCON 3RD ANNIVERSARRY” Dance Cover Competition

    Juara 2 “HAPPY BIRTHDAY” Dance Cover Competition

    2017: Juara 3 “HOT ROOKIES” Dance Cover Competition

    PRESTASI

  • RINGKASAN

    AMALIA SUCI ANNISA, Analisis Risiko Produksi Susu Kambing di CVSawangan Farm Dairy. Dibawah bimbingan LILIS IMAMAH ICHDAYATIdan ARMAENI DWI HUMAERAH.

    CV Sawangan Farm Dairy adalah salah satu perusahaan di Kota Depokyang memiliki usaha ternak kambing perah dengan hasil utama peternakan yaitususu kambing. Terdapat beberapa hal pada keseluruhan produksi susu kambingyang dapat mempengaruhi jumlah hasil produksi susu kambing yang dapatmenimbulkan kerugian bagi CV Sawangan Farm Dairy itu sendiri. Untukmenghindari terjadinya kerugian lebih lanjut diperlukan penelitian lebih lanjutmenngenai faktor-faktor penyebab dan dampak yang ditimbulkan untuk kemudiandapat ditentukan langkah-langkah yang tepat untuk menghindari risiko penurunanterhadap jumlah susu kambing yang diproduksi.

    Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi penyebab dan dampakrisiko yang terjadi pada produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy; (2)Memetakan risiko produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy; (3)Mengetahui strategi preventif yang tepat untuk menghindari risiko pada produksisusu kambing di CV Sawangan Farm Dairy.

    Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi danwawancara baik secara mendalam maupun sistematik dengan paduan wawancaraberupa kuesioner kepada 9 orang narasumber yang terbagi atas 3 orang padamasing-masing proses produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy.Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah House Of Risk(HOR) Fase 1 dan 2. Pada penelitian ini akan diidentifikasi penyebab dan dampakrisiko yang ditimbulkan, penentuan prioritas penyebab risiko yang akan diberikanaksi preventif atau pencegahan serta strategi pencegahan risiko yang akandilakukan.

    Hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat 20 penyebab risiko pada prosespemeliharaan induk, 15 penyebab risko pada proses pemerahan susu, dan 12penyebab risiko pada prosespenyelesaian dan pengemasan susu. Kemudian terdapat12 kejadian risiko pada proses pemeliharaan induk, 12 kejadian risiko pada prosespemerahan susu, serta delapan kejadian risiko pada proses penyelesaian danpengemasan susu. Berdasarkan tabel HOR Fase 1 diketahui agen atau penyebabrisiko dengan nilai tertinggi yaitu 10 penyebab risiko pada proses pemeliharaaninduk, tujuh penyebab risiko pada proses pemerahan susu dan 6 penyebab risikopada proses penyelesaian dan pengemasan susu. Berdasarkan prioritas penyebabrisiko tersebut maka ditentukan 22 strategi preventif yang akan dilakukan.

    Kata Kunci: risiko, house of risk, fish bone, strategi preventif

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allaht SWT atas Rahmat dan

    Karunia-Nya penulis masih diberikan kesehatan dan kemampuan dalam

    menyelesaikan Skripsi yang Berjudul “Analisis Risiko Produksi Susu Kambing

    di CV Sawangan Farm Dairy” ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan

    kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

    Skripsi ini merupakan salah syarat kelulusan untuk mendapatkan Gelar

    Sarjana Agribisnis, Pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyelesaian skripsi

    ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

    dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan

    apresiasi kepada seluruh pihak atas tersusunnya tugas skripsi ini. Penulis

    menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Keluarga penulis, Ayah Andrie, Bunda Siwi, dan Azima yang telah senantiasa

    memberi dukungan materi, motivasi, doa dan kasih sayang kepada penulis.

    2. Bapak Dr. Agus Salim, M. Sc., beserta jajaran dan staff adiministratif Fakultas

    Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta, yang telah membantu saya dalam pembuatan surat permohonan

    pelaksanaan pelaksanaan penelitian.mengurus berbagai keperluan administrasi

    penyelesaian skripsi.

    3. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, M. S. selaku Ketua Program tudi Agribisnis, Bapak

    Dr. Ir. Iwan Aminuddin, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, dan

    Ibu Dewi Rohma Wati, SP, M.Si., selaku Dosen Program Studi Agribisnis UIN

  • ix

    Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menurus

    perihal kebutuhan administratif sebelum, selama, dan setelah penyusunan

    skripsi.

    4. Ibu Dr. Lilis Imamah Ichdayati, M. Si., selaku Dosen Pembimibing I dan Ibu

    Ir. Armaeni Dwi Humaerah selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar

    telah memberikan bimbingan, nasihat, dan dukungan kepada penulis selama

    penyusunan skripsi ini.

    5. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Bapak Dr. Iwan

    Aminuddin, M.Si selaku Dosen Penguji II, yang telah bersediameuangkan

    waktu untuk menguji hasil penelitian penulis serta memberikan saran,

    dukungan dan motivasi dalam perbaikan skripsi ini.

    6. Ibu Imtitsal K.I, selaku Kepala Departement Product Development CV

    Sawangan Farm Dairy, yang telah membantu penulis dalam mengurus

    keperluan administratif sebelum dan setelah penyusunan skripsi di CV

    Sawangan Farm Dairy.

    7. Bapak Asep Nanang, selaku Supervisor Product Development CV Sawangan

    Farm Dairy yang telah bersedia menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami

    oleh penulis perihal produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy.

    8. Keluarga besar CV Sawangan Farm Dairy yang telah banyak membantu

    penulis melaksanakan penelitian dalam hal pemberian informasi dan

    pengetahuan tambahan kepada penulis.

    9. Muhammad Aziz Badaruddin, S.H yang senantiasa memberikan perhatian,

    dukungan, kasih sayang dan membantu penulis dalam mengedit skripsi.

  • x

    10. Mbak Ana Uswatun Hasanah, S.KM yang telah membantu penulis saat

    melakukan pengeditan skripsi dan memberikan motivasi kepada penulis untuk

    tetap semangat dan tidak bermalas-malasan dalam menyelesaikan skripsi.

    11. Kak Reynaldi Kurniawan, S.P atas semangat, motivasi, dukungan, serta saran

    yang sangat mebangun kepada penulis dan Kak Ridho Ustho, S.Agr atas

    bantuan yang diberikan kepada penulis dalam mempelajari dan memahami

    metodologi penelitian yang digunakan.

    12. Sahabat-sahabat tercinta yaitu Fernanda Aghnia Hafizha, S.Agr dan Desi

    Hestika Putri, S.Agr atas dukungan, semangat serta saran yang sangat

    memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

    13. Teman satu kosan penulis, Novhi Sofiah Asih yang telah merawat penulis saat

    jatuh sakit selama penyusunan skripsi.

    14. Seluruh teman-teman Agribisnis 2013, yang terus memotivasi, mendukung,

    serta menyemangati penulis menyelesaikan skripsi..

    15. Seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dan penyususnan skripsi ini,

    yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

    Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak

    kekurangan karena keterbatasan dan kendalayang dihadapi. Namun, penulis

    berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

    Ciputat, September 2017

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iv

    RINGKASAN ...................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR........................................................................................ viii

    DAFTAR ISI......................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ................................................................................................xv

    DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xviii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix

    BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

    1.1 Latar Belakang..................................................................................1

    1.2 Perumusan Masalah..........................................................................5

    1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................6

    1.4 Manfaat Penelitian............................................................................6

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................9

    2.1 Risiko dan Manajemen Risiko.........................................................9

    2.2 Kambing Perah dan Kambing Dwiguna.........................................15

    2.2.1 Kambing Peranakan Etawa (PE)...........................................152.2.2 Kambing Saenen ...................................................................16

    2.3 Susu Kambing ................................................................................17

    2.4 Pemeliharaan ..................................................................................18

    2.4.1 Pemberian Pakan...................................................................192.4.2 Perawatan Tubuh dan Lingkungan Kambing........................22

    2.5 Pemerahan Susu Kambing..............................................................24

    2.6 Pengemasan Susu ...........................................................................26

    2.7 Diagram Tulang Ikan......................................................................27

    2.8 House Of Risk (HOR).....................................................................29

  • xii

    2.8.1 HOR Fase 2 ...........................................................................312.8.2 HOR Fase 2 ...........................................................................33

    2.9 Diagram Pareto ...............................................................................35

    2.10 Penelitian Terdahulu......................................................................37

    2.11 Kerangka Pemikiran ......................................................................41

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................44

    3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian..........................................................44

    3.2 Sumber dan Jenis Data ...................................................................44

    3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................45

    3.4 Metode Analisis Data .....................................................................49

    3.4.1 House Of Risk (HOR) Fase 1 ................................................493.4.2 House Of Risk (HOR) Fase 2 ................................................52

    BAB IV GAMBARAN UMUM CV SAWANGAN FARM DAIRY ................55

    4.1 Sejarah Perusahaan .........................................................................55

    4.2 Visi dan Misi Perusahaan ...............................................................56

    4.3 Struktur Organisasi CV Sawangan Farm Dairy.............................57

    4.4 Bidang Usaha CV Sawangan Farm Dairy .....................................58

    4.4.1 Agrowisata ............................................................................594.4.2 Usaha Ternak Sapi Perah ......................................................604.4.3 Usaha Ternak Kambing Perah ..............................................61

    4.5 Proses Produksi Susu Kambing di CV Sawangan Farm Dairy .....62

    4.5.1 Standard Operating Procedure (SOP) PemeliharaanKambing Perah CV Sawangan Farm Dairy Tahun 2014 .....63

    4.5.2 Standard Operating Procedure (SOP) Pemerahan SusuKambing Perah CV Sawangan Farm Dairy Tahun 2014 .....65

    4.5.3 Standard Operating Procedure (SOP) Pengolahan danPengemasan Dairy Product CV Sawangan Farm DairyTahun 2014 ...........................................................................66

    4.6 Produksi Susu Kambing di CV Sawangan Farm Dairy .................69

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN IDENTIFIKASI DANPEMETAAN RISIKO.....................................................................76

    5.1 Identifikasi Risiko ..........................................................................76

    5.1.1 Identifikasi Kejadian Risiko..................................................79

  • xiii

    5.1.2 Identifikasi Penyebab Risiko................................................89

    5.2 Pengukuran Risiko........................................................................110

    5.2.1 Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko...................1105.2.2 Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang

    Kemunculan Penyebab Risiko Dampak KejadianRisiko...................................................................................113

    5.2.3 Pengukuran Tingkat Korelasi antara Penyebab Risiko(Risk Agent) dengan Kejadian Risiko (Risk Event)......117

    5.2.4 Perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP).....................119

    5.3 Pemetaan Risiko ...........................................................................124

    5.3.1 Pemetaan Risiko Pada Proses Pemeliharaan Induk ............1255.3.2 Pemetaan Risiko Pada Proses Pemerahan Susu.............1275.3.3 Pemetaan Risiko Pada Proses Penyeleaian dan

    Pengemasan Susu...............................................................128

    BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN STRATEGI PENANGANANRISIKO...............................................................................................130

    6.1 Strategi Penanganan Risiko..........................................................130

    6.1.1 Strategi Preventif Risiko pada Proses PemeliharaanInduk ...................................................................................130

    6.1.2 Strategi Preventif Risiko pada Proses Pemerahan Susu......1346.1.3 Strategi Preventif Risiko pada Proses Penyelesaian dan

    Pengemasan Susu................................................................136

    6.2 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan StrategiPenanganan Risiko .......................................................................139

    6.2.1 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan PenerapanStrategi Penanganan Risiko Pada Proses PemeliharaanInduk ...................................................................................139

    6.2.2 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan PenerapanStrategi Penanganan Risiko Pada Proses PemerahanSusu.....................................................................................140

    6.2.3 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan PenerapanStrategi Penanganan Risiko Pada Proses Penyelesaiandan Pengemasan Susu .......................................................141

    6.3 Penilaian Korelasi Antara Strategi Penanganan Risikodengan Agen Penyebab Risiko Prioritas ..................................142

    6.4 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada Setiap StrategiPenanganan Risiko .......................................................................145

    6.4.1 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada SetiapStrategi Penanganan Risiko pada Proses PemeliharaanInduk ...................................................................................145

  • xiv

    6.4.2 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada SetiapStrategi Penanganan Risiko pada Proses PemerahanSusu.....................................................................................147

    6.4.3 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada SetiapStrategi Penanganan Risiko pada Proses Penyelesaiandan Pengemasan Susu .......................................................148

    6.5 Perhitungan Keefektivan Derajat Kesulitan Dari Tiap StrategiPenanganan Risiko (ETDk)..........................................................150

    6.5.1 Perhitungan Keefektivan Derajat Kesulitan DariTiap Strategi Penanganan Risiko (ETDk) padaProses Pemeliharaan Induk ...............................................150

    6.5.2 Perhitungan Keefektivan Derajat Kesulitan Dari TiapStrategi Penanganan Risiko (ETDk) pada ProsesPemerahan Susu ................................................................152

    6.5.3 Perhitungan Keefektivan Derajat Kesulitan Dari TiapStrategi Penanganan Risiko (ETDk) pada ProsesPenyelesaian dan Pengemasan Susu ..............................153

    6.6 Prioritas Aksi / Strategi Preventif.................................................155

    6.6.1 Prioritas Aksi / Strategi Preventif pada ProsesPemeliharaan Induk..........................................................155

    6.6.2 Prioritas Aksi/Strategi Preventif pada Proses PemerahanSusu.....................................................................................156

    6.6.3 Prioritas Aksi / Strategi Preventif pada ProsesPenyelesaian dan Pengemasan Susu ...................................156

    6.7 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi PenangananRisiko............................................................................................157

    6.7.1 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi PenangananRisiko Pada Proses Pemeliharaan Induk.............................157

    6.7.2 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi PenangananRisiko Pada Proses Pemerahan Susu ..................................159

    6.7.3 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi PenangananRisiko Pada Proses Pemeliharaan Induk.............................160

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................162

    7.1 Kesimpulan...................................................................................162

    7.2 Saran .............................................................................................165

    DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................168

    LAMPIRAN........................................................................................................171

  • DAFTAR TABEL

    No. Halaman

    1. Provinsi dengan Populasi Kambing Terbanyak Tahun 2012-2016 ................. 2

    2. Jumlah Ternak Kambing yang Tersebar Di Kota-kota Di Provinsi JawaBarat Tahun 2015............................................................................................. 3

    3. Perbandingan Nilai Gizi Susu Sapi, Susu Kambing, dan ASI. ...................... 18

    4. Kebutuhan Nutrisi Kambing Laktasi Berdasarkan Berat Badan (BB),dalam Permentan No.102, Tahun 2014.......................................................... 21

    5. Model HOR Fase 1 ........................................................................................ 32

    6. Model HOR Fase 2 ........................................................................................ 35

    7. Daftar Kuesioner Penelitian ........................................................................... 46

    8. Contoh Model HOR Fase 2 Penelitian: Model HOR Fase 2 ProsesPemeliharaan Induk ....................................................................................... 53

    9. Daftar Status Kambing Betina Dewasa Pada Peternakan Kambing CVSawangan Farm Dairy, Bulan April 2017 ..................................................... 72

    10. Produksi Susu Kambing di CV Sawangan Farm Dairy Bulan Januari-April 2017 ...................................................................................................... 73

    11. Perkiraan Pendapatan Perusahaan Berdasarkan Banyaknya Susu yangDikemas ......................................................................................................... 74

    12. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) Pada Proses PemeliharaanInduk .............................................................................................................. 83

    13. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) Pada Proses PemerahanSusu................................................................................................................ 83

    14. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) Pada Proses Penyelesaiandan Pengemasan Susu .................................................................................... 87

    15. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) Pada Proses PemeliharaanInduk .............................................................................................................. 90

  • xvi

    16. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) Pada Proses PemerahanSusu................................................................................................................ 99

    17. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) pada Proses Penyelesaiandan Pengemasan Susu ................................................................................ 106

    18. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko Pada ProsesPemeliharaan Induk ................................................................................... 111

    19. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko Pada ProsesPemerahan Susu ......................................................................................... 112

    20. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko Pada ProsesPenyelesaian dan Pengemasan ................................................................... 113

    21. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang KemunculanPenyebab Risiko Pada Proses Pemeliharaan Induk ................................ 114

    22. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang KemunculanPenyebab Risiko Pada Proses Pemerahan Susu...................................... 115

    23. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang KemunculanPenyebab Risiko Pada Proses Penyelesaian dan Pengemasan Susu ..... 116

    24. Hasil Peritungan ARP Proses Pemeliharaan Induk................................. 121

    25. Hasil Peritungan ARP Proses Pemerahan Susu ...................................... 122

    26. Hasil Peritungan ARP Proses Penyelesaian dan Pengemasan Susu ...... 124

    27. Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Strategi PenangananRisiko pada Proses Pemeliharaan Induk .................................................. 140

    28. Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Strategi PenangananRisiko pada Proses Pemerahan Susu........................................................ 140

    29. Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Strategi PenangananRisiko pada Proses Penyelesaian dan Pengemasan Susu....................... 142

    30. Hasil Perhitungan Nilai Total Efektivitas (TEk) Proses PemeliharaanInduk ............................................................................................................ 146

    31. Hasil Perhitungan Nilai Total Efektivitas (TEk) Proses PemerahanSusu.............................................................................................................. 148

  • xvii

    32. Hasil Perhitungan Nilai Total Efektivitas (TEk) Proses Penyelesaiandan Pengemasan Susu ................................................................................ 149

    33. Hasil Perhitungan Nilai Keefektivan Derajat Kesulitan Dari TiapStrategi Penanganan Risiko (ETDk) Proses Pemeliharaan Induk ......... 151

    34. Hasil Perhitungan Nilai Keefektivan Derajat Kesulitan Dari TiapStrategi Penanganan Risiko (ETDk) Proses Pemerahan Susu ............... 153

    35. Hasil Perhitungan Nilai Keefektivan Derajat Kesulitan Dari TiapStrategi Penanganan Risiko (ETDk) Proses Penyelesaian danPengemasan Susu....................................................................................... 154

  • DAFTAR GAMBAR

    No. Halaman

    1 Diagram Tulang Ikan (Fish Bone) Tipe Rangkuman Sebab.......................... 28

    2. Diagram Tulang Ikan (Fish Bone) Tipe Klasifikasi Proses Produksi. ........... 29

    3. Struktur Diagram Pareto ................................................................................ 36

    4. Kerangka Pemikiran Penelitian...................................................................... 43

    5. Rancangan Diagram Fish Bone Penelitian..................................................... 47

    6. Model Diagram Pareto Penelitian .................................................................. 51

    7. Struktur Organisasi CV Sawangan Farm Dairy, Tahun 2016 ....................... 58

    8. Alur Proses Produksi Susu Kambing di CV Sawangan Farm Dairy............. 62

    9. Identifikasi Sumber Risiko dengan Metode Fish Bone ................................. 78

    10. Diagram Pareto Pada Proses Pemeliharaan Induk ....................................... 126

    11. Diagram Pareto Pada Proses Pemerahan Susu............................................. 127

    12. Diagram Pareto Pada Proses Penyelesaian dan Pengemasan Susu.............. 128

  • DAFTAR LAMPIRAN

    No. Halaman

    1. Data Jenis Kambing di CV Sawangan Farm Dairy, Januari 2016 .............. 172

    2. Data Jumlah Kambing Laktasi dan Produksi Susu Kambing CVSawangan Farm Dairy Januari-April 2017.............................................. 174

    3. Kuesioner Profil Perusahaan dan Identifikasi Risiko................................... 177

    4. Matriks Instrumen Penelitian ....................................................................... 180

    5a. Hasil Kuesioner dan Hasil Identifikasi Frekuensi / PeluangKemunculan Penyebab Risiko (Occurence) dan Tingkat PengaruhDampak (Severity) Risiko pada Proses Pemeliharaan Induk. ................ 185

    5b. Hasil Kuesioner dan Hasil Identifikasi Frekuensi / PeluangKemunculan Penyebab Risiko (Occurence) dan Tingkat PengaruhDampak (Severity) Risiko pada Proses Pemerahan. ............................... 188

    5c. Hasil Kuesioner dan Hasil Identifikasi Frekuensi / PeluangKemunculan Penyebab Risiko (Occurence) dan Tingkat PengaruhDampak (Severity) Risiko pada Proses Penyelesaian danPengemasan.................................................................................................. 191

    5d. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan PenyebabRisiko (Occurence) dengan Pengaruh / Dampak Risiko (Severity)pada Proses Pemeliharaan Induk. ............................................................. 193

    5e. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan PenyebabRisiko (Occurence) dengan Pengaruh / Dampak Risiko (Severity)pada Proses Pemerahan Susu .................................................................... 197

    5f. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan PenyebabRisiko (Occurence) dengan Pengaruh / Dampak Risiko (Severity)pada Proses Penyelesaian dan Pengemasan. ........................................... 200

    6a. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat / Tingkat KesulitanTindakan / Strategi Pencegahan / Preventif dengan PenyebabRisiko pada Proses Pemeliharaan Induk .............................................. 203

    6b. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat / Tingkat KesulitanTindakan / Strategi Pencegahan / Preventif dengan PenyebabRisiko pada Proses Pemerahan ............................................................... 205

  • xx

    6c. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat / Tingkat KesulitanTindakan / Strategi Pencegahan / Preventif dengan PenyebabRisiko pada Proses Penyelesaian dan Pengemasan.............................. 206

    6d. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan Tindakan / StrategiPencegahan / Preventif dengan Penyebab Risiko pada ProsesPemeliharaan Induk ................................................................................... 207

    6e. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan Tindakan / StrategiPencegahan / Preventif dengan Penyebab Risiko pada ProsesPemerahan.................................................................................................... 210

    6f. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan Tindakan / StrategiPencegahan / Preventif dengan Penyebab Risiko pada ProsesPenyelesaian dan Pengemasan .................................................................... 212

    7. Contoh Tabel HOR fase 1 Penelitian: Proses Penyelesaian danPengemasan Susu....................................................................................... 214

    8a. Tabel HOR fase 1 Proses Pemeliharaan Induk ............................................ 215

    8b. Tabel HOR fase 1 Proses Pemerahan Susu.................................................. 216

    8c. Tabel HOR fase 1 Proses Penyelesaian dan Pengemasan Susu ................... 217

    9a. Tabel HOR fase 2 Proses Pemeliharaan Induk ............................................ 218

    9b. Tabel HOR fase 2 Proses Pemerahan Susu.................................................. 219

    9c. Tabel HOR fase 2 Proses Penyelesaian dan Pengemasan Susu ................... 220

  • BAB IPENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Peternakan adalah salah satu subsektor usaha pertanian yang memberikan

    sumbangsih paling besar dalam pemenuhan kebutuhan protein masyarakat di

    Indonesia. Ragam produk yang dihasilkan subsektor peternakan diantaranya

    daging, telur dan susu (Susilorini, Sawitri, dan Muharlien, 2008: 3). Terdapat

    beberapa jenis ternak di Indonesia yaitu; (1) Ternak unggas dengan produk hasilnya

    berupa daging dan telur, seperti ayam, bebek, dan itik; (2) Ternak potong dan kerja

    dengan produk hasil utama berupa daging dan pemanfaatan tenaga ternak untuk

    mengangkat alat berat, biasanya terdiri atas sapi potong, kambing potong, kerbau,

    domba, kuda dan babi; (3) Ternak perah dengan produk hasil utama berupa susu

    terdiri atas sapi perah dan kambing perah (Susilorini, Sawitri, dan Muharlien, 2008:

    20).

    Berdasarkan pada jenis ternak, kambing merupakan salah satu jenis ternak

    yang sangat bermanfaat bagi masyarakat, seperti pemanfaatan daging kambing

    untuk keperluan keagamaan seperti saat Idul Adha dan Aqiqah. Selain itu susu

    kambing semakin banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena dipercaya sangat

    bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia jika dibandingkan dengan susu sapi

    (Moelijanto dan Wiryanta, 2002: 5). Kambing merupakan bagian penting dari

    sistem usaha tani bagi sebagian petani di Indonesia, bahkan di beberapa negara

    Asia, dan tersebar luas menelusuk masuk ke dalam berbagai kondisi agroeko-

    sistem, dari daerah dataran rendah di pinggir pantai sampai dataran tinggi di

  • 2

    pegunungan. Demikian pula tidak jarang ditemui pemeliharaan ternak kambing di

    pinggiran kota dan bahkan di tengah-tengah kota. Hal ini didukung oleh karena

    ternak kambing adaptif dengan berbagai kondisi agro-sistem dan tidak mempunyai

    hambatan sosial, artinya dapat diterima oleh semua golongan masyarakat (Sutama,

    2011: 5).

    Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan

    Hewan, populasi Kambing tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia. Adapun

    beberapa Provinsi yang memiliki populasi kambing terbanyak dan berpotensi dalam

    usaha ternak kambing dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

    Tabel 1. Provinsi dengan Populasi Kambing Terbanyak Tahun 2012-2016

    ProvinsiPopulasi Kambing menurut Provinsi (Ekor) Pertumbuhan

    (%)2012 2013 2014 2015 2016JAWATENGAH 3.889.878 3.922.159 3.957.917 4.069.797 4.104.130 5,41

    JAWATIMUR 2.879.369 2.937.980 3.090.159 3.178.197 3.267.954 12,89

    JAWABARAT 2.303.256 2.559.699 2.599.380 2.610.375 2.633.834 14,01

    LAMPUNG 1.159.543 1.253.153 1.250.823 1.297.872 1.313.287 12,84

    SUMATERAUTARA 781.774 849.487 866.763 868.731 892.667 13,68

    Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, (2016:1)

    Dari Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa lima Provinsi dengan jumlah

    populasi kambing terbanyak di Indonesia terdiri atas Provinsi Jawa Tengah, Jawa

    Timur, Jawa Barat, Lampung dan Sumatera Utara. Provinsi Jawa Barat memiliki

    jumlah populasi kambing sebanyak 2.633.834 ekor merupakan Provinsi yang

    memiliki potensi dalam usaha ternak kambing yang tinggi ketiga setelah Provinsi

    Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jawa Barat juga merupakan Provinsi yang memiliki

    tingkat pertumbuhan populasi kambing tertinggi yaitu sebesar 14,01 % dalam kurun

    waktu 4 tahun.

  • 3

    Berdasarkan data yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan

    Kesehatan Hewan, terdapat sebanyak 2.610.375 ekor kambing yang dipelihara oleh

    rumah tangga usaha peternakan yang tersebar di 20 kabupaten dan 9 kota yang

    terdapat di Provinsi Jawa Barat. Pemeliharaan kambing di daerah perkotaan di Jawa

    Barat menunjukkan bahwa Kota Depok merupakan salah satu kota yang memiliki

    jumlah populasi kambing terbanyak di daerah perkotaan di Jawa Barat seperti yang

    dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

    Tabel 2. Jumlah Ternak Kambing yang Tersebar Di Kota-kota Di Provinsi JawaBarat Tahun 2015.

    No. Kabupaten/Kota Jumlah Kambing (Ekor)1. Kota Bogor 2.3112 Kota Sukabumi 1143. Kota Bandung 5614. Kota Cirebon 9915. Kota Bekasi 7.0176. Kota Depok 4.8607. Kota Cimahi 1588. Kota Tasikmalaya 2.9699. Kota Banjar 5.232

    Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat(2016: 319)

    Berdasarkan pada Tabel 2, Kota Depok memiliki jumlah populasi kambing

    tertinggi ketiga diantara kota-kota lain di Jawa Barat yaitu sebanyak 4.860 ekor.

    Jika dilihat dari jumlah populasi kambing di Kota Depok, maka dapat diketahui

    bahwa Kota Depok memiliki potensi yang cukup baik dalam hal usaha ternak

    kambing, baik kambing tipe pedaging maupun dwiguna atau perah.

    CV Sawangan Farm Dairy adalah salah satu perusahaan di Kota Depok

    yang memiliki usaha ternak kambing perah. Jenis atau spesies kambing perah yang

    dibudidayakan di CV Sawangan Farm Dairy adalah Kambing Peranakan Etawa

  • 4

    (PE) dan Kambing Saenen. Hasil utama dari usaha ternak kambing perah di CV

    Sawangan Farm Dairy tentunya adalah susu kambing.

    Menurut Penuturan dari Bapak Asep Nanang yang merupakan Supervisor

    dari Departemen Product and Development, usaha peternakan kambing CV

    Sawangan Farm Dairy didirikan pada tahun 2011, di mana pada saat itu CV

    Sawangan Farm Dairy masih berfokus pada kegiatan dan hasil produksi ternak saja.

    Pada awalnya, owner dari CV Sawangan Farm Dairy yaitu Ibu Kreatna Ela Yustisia

    membeli 20 ekor kambing betina yang terdiri atas 19 ekor kambing PE dan 1 ekor

    kambing saanen, serta 3 ekor kambing PE jantan dari Bapak Yanto yang memiliki

    usaha ternak kambing perah juga di Kaligesing, Jawa Tengah. Hasil produksi susu

    kambing yang dihasilkan pada saat itu berjumlah kurang lebih sekitar 10-15 Liter

    setiap harinya.

    Seiring dengan berjalannya waktu hingga kini pada tahun 2017, jumlah

    kambing perah yang ada di peternakan kambing CV Sawangan Farm Dairy

    berjumlah 58 ekor. Adapun jenis kambing perah yang ada di CV Sawangan Farm

    Dairy dengan masing-masing bobot tubuhnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

    Bertambahnya jumlah kambing perah di CV Sawangan Farm Dairy tidak

    diimbangi dengan bertambahnya produksi susu kambing yang dihasilkan. Hasil

    produksi susu kambing justru semakin menurun. Berdasarkan data jumlah kambing

    laktasi dan hasil produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy pada bulan

    Januari-April 2017 seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 2, jumlah susu

    kambing yang dihasilkan mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Dari 17

    hingga 21 ekor kambing laktasi, dihasilkan rata-rata 10-14 Liter susu kambing per

  • 5

    hari. Hal tarsebut menunjukkan penurunan hasil produksi susu kambing jika

    dibandingkan saat awal pertama didirikannya usaha peternakan kambing perah di

    CV Sawangan Farm Dairy yaitu dihasilkan10-15 Liter susu kambing per hari dari

    17 ekor kambing laktasi.

    Terdapat beberapa hal pada saat proses pemeliharaan induk, pemerahan,

    penyelesaian dan pengemasan susu yang dapat mempengaruhi jumlah produksi

    susu kambing yang berfluktuasi dan menyebabkan kehawatiran terjadinya

    penurunan kuantitas pada susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy dalam jangka

    panjang yang tentunya akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Hal-hal yang

    menimbulkan kerugian tesebut merupakan risiko dari kegiatan produksi susu

    kambing di CV Sawangan Farm Dairy. Untuk mencegah kerugian lebih lanjut,

    maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor risiko beserta

    dampak yang ditimbulkan, dengan demikian dapat diambil langkah-langkah yang

    tepat untuk menghindari risiko penurunan terhadap jumlah susu kambing yang

    diproduksi.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, maka perumusan masalah dari

    penelitian ini sebagai berikut:

    1. Apa saja penyebab dan dampak risiko produksi susu kambing yang

    terdapat di CV Sawangan Farm Dairy?

    2. Bagaimana pemetaan risiko yang terjadi pada produksi susu kambing di CV

    Sawangan Farm Dairy?

  • 6

    3. Apa saja strategi preventif yang tepat untuk menghindari risiko yang dapat

    dilakukan pada produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan pada perumusan masalah di

    atas adalah sebagai berikut.

    1. Mengidentifikasi penyebab dan dampak risiko yang terjadi pada produksi

    susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy.

    2. Memetakan risiko produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy.

    3. Mengetahui strategi preventif yang tepat untuk menghindari risiko pada

    produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini adalah

    sebagai berikut.

    1. Bagi perusahaan, dari penelitian ini perusahaan dapat mengetahui penyebab

    risiko pada keseluruhan proses produksi susu kambing yang berpotensi

    mengakibatkan kerugian bagi perusahaan diantaranya pemberian pakan

    tidak teratur, ambing tidak diberi dipping (iodine 10%) setelah selesai

    pemerahan, dan petugas cooling tidak mengukur kembali dan mencatat

    banyaknya susu kambing yang diserahkan. Selain itu strategi preventif

    pencegahan risiko yang sebaiknya dilakukan terlebih dahulu diantaranya

    pengawasan terhadap SOP pemeliharaan kambing oleh Supervisor Product

    and Development, pemberian dipping (iodine 10%) setelah pemerahan

  • 7

    secara teratur, dan penyimpanan back-up data produksi susu kambing pada

    google drive atau dropbox email milik perusahaan.

    2. Bagi Kalangan Akademisi, dapat memberikan manfaat sebagai sumber bagi

    penelitian selanjutnya, dan sumber informasi bagi pihak-pihak lain yang

    membutuhkan terkait dengan risiko produksi susu kambing.

    3. Bagi Penulis, penelitian ini dilakukan sebagai persyaratan untuk meraih

    gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan

    Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Bagi Pembaca, pada umumnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    informasi terkait pengetahuan di bidang agribisnis terutama dalam hal risiko

    produksi susu kambing.

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian studi kasus di CV

    Sawangan Farm Dairy berfokus pada:

    1. Risiko yang terjadi pada serangkaian kegiatan produksi susu kambing yang

    dihasilkan dimulai dari proses pemeliharaan dan pemerahan susu pada

    peternakan kambing perah di CV Sawangan Farm Dairy hingga proses

    pengemasan susu di ruang produksi dan pengolahan susu.

    2. Penelitian ini diawali dengan mengamati proses-proses produksi susu

    kambing berdasarkan SOP produksi susu kambing yang ada di CV

    Sawangan Farm Dairy untuk dapat mengidentifikasi risiko yang terjadi

    pada setiap prosesnya. Alat analisis yang digunakan adalah

  • 8

    mengidentifikasi risiko yang terjadi melalui observasi berdasarkan diagram

    tulang ikan atau fishbone. Setelah itu dilakukan pengukuran risiko dengan

    bantuan skala likert 1-5 dan skala korelasi yaitu 0, 1, 3, 9 yang akan

    dianalisis menggunakan alat analisis House Of Risk (HOR) Fase 1 dan

    pemetaan risiko menggunakan diagram pareto untuk menentukan strategi

    preventif yang akan dilakukan guna mencegah timbulnya agen atau

    penyebab risiko yang menjadi prioritas tindak pencegahan. Kemudian

    dilakukan pengukuran korelasi antara strategi preventif dengan agen atau

    penyebab risiko berdasarkan derajat kesulitan, tingkat keefektifan, rasio

    tingkat keefektifan dan kesulitan strategi preventif menggunakan alat

    analisis HOR Fase 2.

  • BAB IITINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Risiko dan Manajemen Risiko

    Secara sederhana definisi risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian

    merugikan. Terdapat tiga unsur penting yang dianggap sebagai risiko di antaranya;

    (1) Merupakan suatu kejadian; (2) Kejadian tersebut masih merupakan

    kemungkinan; (3) Jika sampai terjadi dapat menimbulkan kerugian (Kountur, 2008:

    6). Menurut Wastra dan Mahbubi (2014: 11-12), risiko adalah kemungkinan situasi

    atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran organisasi

    atau individu. Implikasi risiko, menurut Tampubolon (2004) dalam Wastra dan

    Mahbubi (2014: 12) dapat menyebabkan kerugian finansial, menimbulkan kesulitan

    yang signifikan dan kehilangan kepercayaan dari konsumen.

    Silalahi (1997) dalam Umar (2005: 200) menyatakan bahwa manajemen

    risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak

    milik, dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya

    kerugian karena adanya suatu risiko. Menurut Wastra dan Mahbubi (2014: 40),

    manajemen risiko merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari menyadari,

    mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengambil tindakan yang tepat hingga

    melakukan pengawasan pelaksanaan pengendalian risiko.

    Secara menyeluruh proses manajemen risiko agribsinis dijelaskan sebagai

    berikut (Wastra dan Mahbubi, 2014: 40-44):

  • 10

    1. Kesadaran segenap sumber daya manusia perusahaan mulai dari jajaran

    komisaris dan direksi sampai staf bahwa terdapat risiko dalam setiap usaha

    termasuk agribisnis.

    2. Identifikasi risiko merupakan aktivitas awal yang menghasilkan output

    daftar risiko. Dalam identifikasi risiko terdapat stakeholder yang meliputi

    pemegang saham, kreditur, pemasok, karyawan, pihak lain yang

    terpengaruh oleh adanya perusahaan. Metode dalam identifikasi risiko

    meliputi analisis data historis pengamatan, survey baik dengan kuesioner

    atau wawancara, pendapat ahli melalui focus group discussion.

    3. Pengukuran risiko berupa data baik berupa kualitatif maupun kuantitatif.

    Kuantitas risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan

    terhadap risiko. Sedangkan, kualitatif menyangkut kemungkinan risiko

    muncul, semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi

    pula risikonya.

    4. Pemetaan risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan

    kepentingan bagi perusahaan. Adanya prioritas dikarenakan perusahaan

    memeiliki keterbatasan dalam sumber daya manusia dan jumlah uang

    sehingga perusahaan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih

    dahulu dan mana yang dinomor duakan, dan mana yang perlu diabaikan.

    Selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki

    dampak pada tujuan perusahaan.

    5. Pengambilan keputusan menurut Sadgrove (2005) dan Chapman (2006)

    dalam Wastra dan Mahbubi (2014: 44), terdapat empat cara dalam

  • 11

    penanganan risiko yaitu penghindaran risiko (risk avoidance), mitigasi atau

    eliminasi risiko (risk elimination), pemindahan risiko (risk transfer) dan

    penahan risiko (risk retention). Menurut Culp (2001), IRM (2003), dan

    Chapman (2006) dalam Marimin dan Maghfiroh (2013: 137-138) metode

    utama dalam menangggulangi risiko sebagai berikut:

    a. Menghindari Risiko

    Secara intuisi cara yang umum untuk menghindari risiko adalah tidak

    mengambil tindakan yang akan berpotensi menyebabkan terjadinya

    risiko tersebut.

    b. Mitigasi atau Eliminasi Risiko

    Mitigasi risiko merupakan metode yang mengurangi kemungkinan

    terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang

    dihasilkan oleh suatu risiko.

    c. Pengalihan Risiko

    Pengalihan risiko adalah memindahkan risiko kepada pihak lain,

    umumnya melalui suatu asuransi dengan membayar premi yang

    berkaitan dengan kemungkinan terjadinya risiko tersebut atau melalui

    kontrak dengan menyediakan kompensasi terhadap seluruh pelaku yang

    terpengaruh oleh risiko, dan melalui hedging.

    d. Penyerapan atau Pengumpulan Risiko

    Risiko yang tidak dapat dieliminasi, dialihkan, dan dihindari, maka

    risiko tersebut harus diserap dan dianggap bagian penting dari aktivitas.

  • 12

    6. Pengawasan perlu dilakukan untuk menjamin pelaksanaan keputusan yang

    telah dibuat. Risiko berubah-ubah sesuai kondisi sehingga perlu keputusan

    yang cepat dan tepat untuk merespon terjadinya perubahan risiko.

    7. Evaluasi menekankan upaya menilai proses pelaksanaan rencana, mengenai

    ada tidaknya penyimpangan dan tercapai tidaknya sasaran yang telah

    ditetapkan berdasarkan rencana yang telah dibuat.

    Perusahaan yang menerapkan manajemen risiko akan memperoleh beberapa

    manfaat diantaranya sebagai berikut (Wastra dan Mahbubi, 2014: 40):

    1. Mengambil keputusan dalam perusahaan mempunyai pijakan yang kuat

    berdasarkan ukuran yang telah ditetapkan ketika mengambil keputusan atas

    risiko yang terjadi.

    2. Pedoman bagi perusahaan dalam mengelola risiko, sebagai akibat dari

    adanya pengaruh internal dan eksternal perusahaan.

    3. Mendorong para pengambil keputusan sesuai tingkatannya untuk selalu

    memaksimalkan kesempatan mendapatkan keuntungan, dengan risiko

    sebagai batasan dan tindakan yang dilakukan.

    4. Mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko seminimal mungkin, yang

    dampaknya bagi perusahaan sekecil mungkin.

    5. Penerapan manajemen risiko mengarah kepada tata kelola perusahaan yang

    baik dan benar, serta akan memberikan keamanan dan kenyamanan bagi

    karyawan, pemilik dan pemangku kepentingan lainnya, secara

    berkelanjutan.

  • 13

    Menurut Kountur (2008: 22), manajemen risiko adalah cara bagaimana

    menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko

    tertentu saja. Terdapat dua strategi penanganan risiko, yaitu preventif dan mitigasi

    adalah sebagai berikut (Kountur, 2008: 120-127).

    1. Preventif (Menghindari)

    Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Sebelum risiko

    terjadi harus ada cara-cara preventif yang dilakukan sedemikian rupa

    sehingga risiko tidak terjadi. Preventif dilakukan dengan beberapa cara,

    diantaranya :

    a. Membuat/Memperbaiki Sistem dan Prosedur

    Risiko ini bisa diperkecil jika aturan dan prosedurnya dibuat (jika belum

    ada), atau diperbaiki (jika sudah ada Namun belum baik). Risiko-risiko

    yang disebabkan oleh manusia dan teknologi dapat diperkecil jika sistem

    dan prosedurnya ada dan baik.

    b. Mengembangkan Sumber Daya Manusia

    Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan pelatihan-

    pelatihan, baik pelatihan on-the-job atau pelatihan eksternal. Dengan

    mengembangkan sumber daya manusia diharapkan kemungkinan

    terjadinya risiko dapat diperkecil, terutama risiko-risiko yang disebabkan

    oleh ketidak-kompetenan sumber daya manusia.

  • 14

    c. Memasang/Memperbaiki Fasilitas Fisik

    Beberapa risiko dapat dihindari terjadinya atau setidaknya diperkecil

    kemungkinan terjadinya dengan memasang (jika belum ada) atau

    memperbaiki (jika sudah ada Namun belum baik) fasilitas fisik.

    2. Mitigasi (Mengurangi)

    Mitigasi merupakan penanganan risiko yang dimaksudkan untuk

    memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Ada beberapa cara

    mitigasi yang dapat dilakukan, diantaranya:

    a. Diversifikasi

    Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa

    tempat sehingga jika salah satu tempat kena musibah, tidak akan

    menghabiskan semua asset yang dimiliki.

    b. Penggabungan (Marger)

    Jika diversifikasi dianjurkan untuk berpencar, di sini justru dianjurkan

    untuk bergabung atau merger. Seperti risiko bersaing dapat diminimalkan

    dengan cara bersatu.

    c. Pengalihan Risiko

    Pengalihan risiko adalah mengalihkan risiko ke pihak lain sehingga jika

    terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugiannya. Terdapat

    beberapa cara pengalihan risiko, yaitu:

    Asuransi: Mengasuransikan harta perusahaan yang dampak risikonya

    besar, berarti sudah mengalihkan dampak risiko tersebut kepada pihak

    asuransi.

  • 15

    Leasing: Cara di mana suatu asset digunakan, tetapi pemiliknya adalah

    pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut, maka pemiliknya

    yang adalah pihak lain yang menanggung kerugian atas asset tersebut.

    Outsourcing: Mentransfer kerugian ke pihak lain jika terjadi risiko

    dengan cara outsource. Outsource merupakan cara di mana pekerjaan

    diberikan ke pihak lain untuk mengerjakan, sehingga kita tidak

    menanggung kerugian seandainya pekerjaan yang dilakukan gagal.

    Hedging: Cara pengurangan dampak risiko dengan cara mengalihkan

    risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian.

    2.2 Kambing Perah dan Kambing Dwiguna

    Menurut Suparman (2007: 4), kambing perah adalah kambing yang diternak

    atau dipelihara untuk diambil susunya. Sedangkan kambing dwiguna adalah

    kambing yang diternak untuk diambil daging dan susunya. Namun, pada

    kenyataannya jenis kambing perah juga dapat diambil dagingnya. Adapun jenis

    kambing perah ataupun kambing dwiguna yang dibudidayakan di CV Sawangan

    Farm Dairy terdiri atas kambing peranakan etawa (PE) ras kaligesing dan senduro

    hingga kambing saenen.

    2.2.1 Kambing Peranakan Etawa (PE)

    Kambing peranakan etawa (PE) merupakan kambing keturunan silangan

    (hibrida) antara Kambing Jampari atau Etawa asli dari India dengan kambing lokal

    (Syukur dan Suharno, 2015: 15). Produk yang dihasilkan dari Kambing PE adalah

    susu dan daging. Menurut Sutama et al (1995) dalam Atmiyati (2001:14) bahwa

    kambing PE merupakan temak perah mempunyai produksi susu 0,45 – 2,2

  • 16

    liter/ekor/hari dengan panjang masa laktasi 92 – 256 hari, dengan puncak produksi

    terjadi pada minggu 3 – 6 masa laktasi.

    Menurut Kaleka dan Haryadi (2013:15), kambing PE memiliki penampilan

    yang gagah layaknya kambing etawa asli, tetapi berukuran lebih kecil, dengan ciri-

    ciri bentuk muka berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher, telinga, panjang,

    agak terkulai, dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk melengkung, serta memiliki

    bulu yang panjang dan lebat di bagian leher, pundak punggung dan kaki belakang.

    Kambing ini juga dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 Liter sehari.

    Syukur (2016: 25) menyatakan bahwa kambing PE di Indonesia terdiri atas

    dua jenis yaitu kambing PE Kaligesing dan Kambing PE Senduro. Kambing PE

    Kaligesing dikembangkan di Kecamatan Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Ciri

    khas yang utama yaitu telinga melipat ke depan dan warna kepala yang hitam

    umumnya seperti ninja. Kambing PE Senduro biasa dikembangkan di daerah

    Lumajang, Jawa Timur, tepatnya di lereng gunung berapi senduro. Warna tubuh

    kambing PE Senduro ini dominan putih bersih dan bergelambir pada bagian leher.

    Panjang telinga mencapai 50 cm, postur besar dan tingginya dapat mencapai 1 m.

    2.2.2 Kambing Saenen

    Menurut Kaleka dan Haryadi (2013: 12), kambing saenen merupakan ras

    kambing yang berasal dari Lembah Saenen, Swiss. Kambing ini memiliki ukuran

    tubuh yang besar. Di daerah tropis, kambing ini tidak mampu beradaptasi dengan

    baik sehingga sulit berkembang. Di Indonesia, kambing ini dikembangkan dengan

    cara disilangkan dengan kambing peranakan etawa (PE). Kambing ini memiliki

    warna tubuh yang umumnya putih atau krem pucat. Ciri khas lainnya adalah

  • 17

    kambing ini memiliki tanduk yang besar, dahi yang lebar, telinga berukuran sedang

    dan tegak mengarah ke depan. Kambing Saenen merupakan tipe kambing perah

    dengan hasil produksi susu yang tinggi, yaitu bisa mencapai 5 Liter setiap harinya.

    2.3 Susu Kambing

    Susu adalah cairan berwarna putih yang dihasilkan (disekresikan) oleh

    kelenjar mammae (ambing) pada semua binatang mamalia. Susu merupakan bahan

    makanan pokok dan sumber gizi untuk bayi sebelum bisa mencerna makanan lain,

    baik bayi manusia mapun bayi binatang, khususnya binatang mamalia (Moelijanto

    dan Wiryanta, 2002: 2).

    Susu kambing adalah susu yang diperoleh dengan jalan pemerahan seekor

    kambing perah atau lebih yang dilakukan secara teratur, terus menerus, dan hasilnya

    berupa susu segar murni tanpa dicampur apapun (Sarwono, 2008: 72). Susu

    kambing memiliki keunggulan dibanding dengan susu lainnya yang sering

    dikonsumsi, seperti susu sapi (Setiawan dan MT Farm, 2011: 104). Dibandingkan

    dengan susu sapi, susu kambing mempunyai kelebihan dalam komposisi kandungan

    gizi, di mana kandungan gizi dari susu kambing memiliki komposisi yang hampir

    mendekati komposisi kimiawi pada air susu ibu atau ASI (Moelijanto dan Wiryanta,

    2002: 5). Hal tersebut diketahui berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh United

    States Department Agriculture (USDA) seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3

    (Sodiq dan Abidin, 2008: 19).

  • 18

    Tabel 3. Perbandingan Nilai Gizi Susu Sapi, Susu Kambing, dan ASI.

    Kandungan Gizi Susu Sapi Susu Kambing Air Susu

    Protein (g) 3,3 3,6 1,0Lemak (g) 3,3 4,2 4,4

    Karbohidrat (g) 4,7 4,5 6,9Kalori (kal) 61 69 70Fosfor (g) 93 111 14

    Kalsium (g) 19 134 32Magnesium (g) 13 14 3

    Besi (g) 0,05 0,05 0,03Natrium (g) 49 50 17Kalium (g) 152 204 51

    Vitamin A (IU) 126 185 241Thiamin (mg) 0,04 0,05 0,014Niacin (mg) 0,08 0,28 0,18

    Vitamin B6 (mg) 0,04 0,05 0,01Sumber: USDA (1976) dalam Sodiq dan Abidin (2008:19).

    Pada Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa susu kambing memiliki beberapa

    keunggulan dalam kandungan gizi jika dibandingkan dengan susu sapi dan ASI,

    diantaranya dari segi; (1) kandungan gizi makro yaitu dari segi jumlah protein; (2)

    kandungan mineral fosfor dan kalsium; (3) kandungan vitamin diantaranya niacin

    Vitamin B6.

    2.4 Pemeliharaan

    Menurut Mulyono dan Sarwono (2014:16) bahwa untuk memelihara

    kambing terdapat tiga sistem pemeliharaan kambing yang dapat diterapkan yaitu

    sistem pemeliharaan secara ekstensif, semi-intensif, dan intesif. Dari ketiga cara

    tersebut, semuanya baik untuk dilakukan tergantung kondisi lahan, tujuan usaha,

    ketersediaan dana, dan keterampilan mengelola ternak. Pada sistem pemeliharaan

    ekstensif, kambing dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan

    gembalaan, pinggiran hutan, atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput dan

  • 19

    sumber pakan. Pemilik juga tidak membuatkan kandang hunian untuk ternaknya.

    Sistem pemeliharaan semi-intensif adalah sistem pemeliharaan dengan sistem

    pengembalan secara teratur dan baik. Selain itu, pemilik juga menyediakan kandang

    untuk dihuni dan sebagai tempat tidur ternaknya pada malam hari. Sistem

    pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan di mana sang pemilik harus

    memberikan perhatian khusus kepada ternak kambingnya seperti menyiapkan

    pakan hijauan, pakan penguat, dan minuman sesuai jadwal dan kebutuhan serta

    membersihkan kandang karena seumur hidup berada di kandang dan tidak bisa

    berkeliaran ke mana-mana.

    Menurut Kaleka dan Haryadi (2013: 43), kegiatan pemeliharaan kambing

    meliputi pemberian pakan yang berkualitas, dan perawatan tubuh serta lingkungan

    kambing.

    2.4.1 Pemberian Pakan

    Pakan yang diberikan kepada kambing terdiri atas pakan hijauan dan pakan

    penguat. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian pakan menurut

    Kaleka dan Haryadi, (2013: 28-30).

    1. Pakan hijauan berupa rumput-rumputan dan dedaunan. Pakan rumput-

    rumputan misalnya rumput gajah, rumput lapangan, rumput raja, rumput

    kolonjono, rumput benggala, jerami padi, jerami jagung, dan daun tebu.

    Pakan dedaunan misalnya daun singkong, pepaya, waru, nangka, serta daun

    Leguminoceae atau kacang-kacangan seperti daun kacang tanah, kedelai,

    lamtoro, turi, gamal, dan kaliandra. Jumlah pakan hijauan yang harus

    diberikan setiap harinya sebanyak 10-20% dari bobot tubuh kambing.

  • 20

    2. Pakan penguat yang diberikan kepada kambing bisa berupa ampas tahu dan

    segala jenis bungkil yang mengandung protein tinggi yang bermanfaat

    dalam membangun, membentuk dan memperbaiki sel jaringan tubuh, serta

    sebagai cadangan energi sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan

    kambing, khususnya kambing muda lebih optimal. Selain itu pakan penguat

    yang dapat diberikan kepada kambing dapat berupa kulit singkong, jagung

    halus, bekatul, dan umbi-umbian mengandung karbohidrat tinggi yang

    merupakan sumber energi yang baik di mana energi dapat digunakan untuk

    beraktivitas dan kelebihannya akan disimpan dalam bentuk otot dan daging.

    Kambing perlu diberikan pakan penguat dalam bentuk bubur pada pagi dan

    sore hari sebanyak 0,5-1 kg/ekor/hari.

    Kambing perah yang menghasilkan susu adalah kambing betina yang berada

    dalam masa laktasi. Pemberian pakan induk laktasi harus lebih diperhatikan kadar

    nutrisinya, seperti yang tertera pada Peraturan Menteri Pertanian Republik

    Indonesia No.102/ Permentan/ OT.140/ 7/ 2014 tentang Pedoman Pembibitan

    Kambing dan Domba yang Baik, kadar nutrisi yang harus diperhatikan dalam

    pemberian pakan induk laktasi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel tersebut

    menunjukksn jumlah nutrisi keseluruhan dari pakan yang diberikan pada kambing

    betina dewasa pada masa awal dan akhir laktasi. Untuk betina dewasa pada awal

    masa laktasi dengan BB 25-50 Kg, dibutuhkan bahan kering yang berjumlah sama

    yaitu 4,0 % dari berat badan. Kemudian untuk Protein Kasar (PK), Total Digestible

    Nutrient (TDN), Kalsium (Ca), dan Fosfor (P) yang dibutuhkan berbanding terbalik

    dengan BB kambing, semakin besar BB kambing maka PK yang diberikan akan

  • 21

    semakin. Sedangkan betina dewasa pada akhir masa laktasi dengan BB 25-50 Kg

    dibutuhkan masing- masing BK, PK, TDN, Ca, dan P yang berbanding terbalik

    dengan jumlah BB.

    Tabel 4. Kebutuhan Nutrisi Kambing Laktasi Berdasarkan Berat Badan (BB),dalam Permentan No.102, Tahun 2014.

    BB, Kg BK, % BB PK, % TDN, % Ca,% P,%Kambing Induk Laktasi (Awal Laktasi)

    25 4.0 10,9 60 0,30 0,2230 4.0 10,9 60 0,29 0,2140 4.0 9,1 55 0,28 0,2050 4.0 9,1 55 0,27 0,20

    Kisaran 4,0 9,1-10,9 55-60 0,27-0,30 0,20-0,22Kambing Induk Laktasi (Akhir Laktasi)

    25 4.0 10,0 60 0,30 0,2230 4.0 10,0 60 0,28 0,2040 4.0 9,1 55 0,27 0,1950 3,5 8,2 55 0,25 0,18

    Kisaran 3,5-4,0 8,2-10,0 55-60 0,25-0,30 0,18-0,22Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 102 tahun 2014

    Keterangan:BB : Bobot BadanBK : Bahan KeringPK : Protein KasarTDN : Total Digestible NutrientCa : CalciumP : Fospor

    Adapun pemberian pakan kambing betina laktasi yang baik menurut Kaleka

    dan Haryadi (2013: 28) adalah sebagai berikut.

    1. Pakan yang mengandung kadar protein kasar (PK) sebanyak (14-16) % dari

    bobot tubuh.

    2. Pakan hijauan berupa rumput dan legume dengan perbandingan 50:50.

    3. Konsentrat atau pakan penguat sebanyak (0,5-1) kg

    4. Mineral tambahan untuk kambing baik berupa mineral blok atau mineral

    komplit.

  • 22

    2.4.2 Perawatan Tubuh dan Lingkungan Kambing

    Menurut Sodiq dan Abidin (2009: 38), beberapa upaya yang dilakukan

    untuk merawat dan menjaga kesehatan kambing diantaranya menjaga sanitasi

    peralatan dan kandang, memandikan kambing, memotong kuku, mencukur bulu,

    memotong tanduk, menghilangkan kelenjar bau, dan memberi tanda pada kambing.

    1. Menjaga Sanitasi Peralatan dan Kandang

    Peralatan kandang yang terbuat dari logam sebaiknya segera dibersihkan

    menggunakan air bersih dan dikeringkan untuk mencegah terdapatnya karat

    (Sodiq dan Abidin, 2009: 40). Kandang kambing harus rutin dibersihkan

    setiap pagi, mulai dari membersihkan lantai yang penuh dengan kotoran

    kambing hingga tempat pakan dan minum untuk mencegah penyebaran

    penyakit (Susanto dan Sitanggang, 2015: 49). Cara membersihkannya dapat

    dilakukan menggunakan air apabila ketersediaan melimpah, Namun apabila

    ketersediaan air terbatas, kegiatan pembersihan kandang dapat dilakukan

    dengan mengangkat atau menyapu kotoran kambing. Setidaknya selama 6

    bulan sekali kandang dikosongkan dan disemprot dengan desinfektan untuk

    membunuh kuman dan penyakit (Sodiq dan Abidin, 2009: 41).

    2. Memandikan Kambing

    Di habitat aslinya kambing adalah hewan yang kurang menyukai air dan tidak

    pernah membersihkan dirinya sendiri, sehingga kondisi tubuhnya selalu

    kotor. Dalam usaha peternakan kambing perah kambing sebaiknya

    dimandikan 2 minggu sekali untuk mencegah menyebarnya berbagai parasit,

    virus dan mikroba bibit penyakit. Secara tidak langsung, kebersihan tubuh

  • 23

    kambing bisa meningkatkan produksi susu baik dari segi kualitas dan

    kuantitas (Sodiq dan Abidin, 2009: 38). Kambing dimandikan dengan cara

    diguyur tubuhnya dengan air bersih. Kambing dipegang dengan sebelah

    tangan atau dengan sebelah tangan atau dijepit dengan kedua kaki. Salah satu

    tangan memegangi badan dan tangan yang lain mengguyur dengan air atau

    menggosok dengan sabut dan sabun. Apabila Kambing memiliki luka maka

    luka tersebut jangan digosok agar luka cepat kering dan dibersihkan bagian

    sekeliling luka (Djarijah, 1996: 32).

    3. Memotong Kuku

    Kuku yang panjang bisa berakibat buruk bagi kambing, misalnya

    memungkinkan kambing terserang penyakit kuku busuk (foot root) yang

    berkembang di sela-sela kuku. Kuku yang patah juga akan dapat

    menimbulkan infeksi (Sodiq dan Abidin, 2009: 39). Kuku-kuku kambing

    yang panjang dipotong setidaknya selama 3 bulan sekali untuk mencegah luka

    pada kuku dan agar tidak mudah terperosok di celah-celah lantai kandang

    (Djarijah, 1996: 33).

    4. Mencukur Bulu

    Kambing yang dipelihara di kandang lemprakkan yang beralaskan tanah akan

    memiliki bulu yang kotor dan menggumpal sehingga dapat menjadi sumber

    penyakit. Oleh karena itu mencukur bulu kambing dapat dilakukan secara

    berkala dengan menggunakan gunting atau alat khusus pencukur bulu (Sodiq

    dan Abidin, 2009: 39).

  • 24

    5. Memotong Tanduk

    Tanduk kambing betina harus dipotong untuk mempermudah proses

    pemerahan dan agar pemerah tidak ditanduk kambing (Sodiq dan Abidin,

    2009: 40).

    6. Menghilangkan Kelenjar Bau

    Proses menghilangkan kelenjar bau atau yang disebut dengan deodizer

    bertujuan untuk mematikan kelenjar bau yang mengeluarkan bau prengus,

    yang bisa mencemari susu atau daging. Caranya dengan melakukan

    pemanasan di daerah sekitar tanduk selama 5-10 detik dengan tujuan untuk

    mematikan kelenjar bau (Sodiq dan Abidin, 2009: 40).

    7. Memberi Tanda Pada Kambing

    Di beberapa negara yang sudah maju, setiap kambing memiliki tanda yang

    khas seperti diberi nomor telinga atau tag (Sodiq dan Abidin, 2009: 40).

    2.5 Pemerahan Susu Kambing

    Pemerahan susu kambing membutuhkan ketrampilan khusus. Keahlian

    memerah sangat menentukan hasil produksi susu dan lamanya masa laktasi.

    Menurut Sarwono (2008: 69) dan Redaksi Agro Media (2011:57), berikut beberapa

    hal yang harus diperhatikan saat melakukan pemerahan dan tatacara pemerahan

    susu kambing.

    1. Pemilihan Pemerah atau Petugas Perah dan Tempat Pemerahan

    Pemerah susu kambing yang baik adalah orang yang sehat atau tidak

    menderita penyakit menular, penyayang hewan, suka kebersihan, dan cakap

  • 25

    dalam melakukan pekerjaan. Kemudian, tempat pemerahan (Milking Stand)

    susu harus bersih, tenang, dan jauh dari kambing lain, terutama kambing

    jantan, agar susu yang dihasilkan tidak menyerap bau kambing jantan yang

    prengus dan kurang sedap.

    2. Waktu Pemerahan

    Pemerahan dilakukan dalam waktu interval yang sama misalnya 12 jam dalam

    sehari.

    3. Persiapan Pemerahan

    a. Bersihkan semua peralatan pemerahan dengan merendamnya di dalam air

    panas atau merebusnya agar peralatan bersih dan steril.

    b. Sebelum memerah, tangan dibersihkan dengan sabun dan bilas sampai

    bersih.

    c. Ambing puting susu kambing dicuci dengan kain yang dicelup dalam air

    hangat untuk merangsang keluarnya susu.

    d. Bawa kambing ke milking stand atau tempat pemerahan, lalu jepit bagian

    kepala kambing agar kambing tidak bergerak. Buatlah kambing tenang

    agar proses pemerahan tidak terhambat.

    e. Lumuri tangan pemerah atau kedua ambing dengan minyak kelapa agar

    ambing dan tangan pemerah tidak lecet.

    4. Tahap Pemerahan

    a. Kunci ambing dengan tangan yaitu dengan melingkarkan jari telunjuk

    dengan ibu jari pada pangkal puting susu. Jari tengah dilingkarkan pada

  • 26

    puting susu, sehingga air susu akan keluar. Pancaran air susu yang pertama

    harus dibuang karena tidak bersih.

    b. Setelah itu, jari manis dilingkarkan yang berarti jari dilingkarkan pada

    puting susu dengan tekanan yang kuat supaya air susunya memancar deras

    keluar, tetapi jangan sampai putingnya ikut tertarik ke bawah.

    c. Jari kelingking ikut dilingkarkan dan selanjutnya isi ambing diperah

    seluruhnya sampai air susu keluar semua.

    d. Tekanan jari dilepas agar puting terisi susu kembali. Kegiatan tersebut

    diulangi dengan tangan yang lain. Pemerahan dilakukan berulang sampai

    air susu yang menetes tinggal sedikit dan diurut dengan jari agar tuntas

    semua.

    5. Tahap Penyelesaian

    a. Tampung susu hasil pemerahan di dalam botol atau ember khusus yang

    bersih

    b. Saring susu dan masukkan ke dalam tempat susu yang termuat dari

    alumunium (milk can)

    c. Catat produksi susu setiap kali pemerahan.

    2.6 Pengemasan Susu

    Menurut Kalihatu (2014: 2), mengemas didefinisikan sebagai tindakan

    membungkus, menutup suatu barang dengan material kemasan. Material kemasan

    tersebut bisa berupa kertas, plastik, kaca, tekstil, logam, dan berbagai macam

    material dengan tujuan pengemasan. Kotler dan Amstrong (2008) seperti yang

  • 27

    dikutip Kalihatu (2014: 2) menyatakan bahwa pengemasan juga didefinisikan

    sebagai aktivitas merancang dan memproduksi wadah atau pembungkus suatu

    produk. Pengemasan berfungsi untuk menempatkan sebuah produk ke dalam

    sebuah wadah yang memiliki bentuk tertentu sehingga produk tersebut mudah

    disimpan, diangkut maupun didistribusikan (Kalihatu, 2014: 3). Berdasarkan SNI

    01-3141-1998, susu segar dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, aman selama

    penyimpanan dan pengangkutan, tidak dipengaruhi dan mempengaruhi isi.

    2.7 Diagram Tulang Ikan

    Diagram Tulang Ikan (Fish- Bone Chart) atau Diagram Ishikawa (Ishikawa

    Chart) digunakan untuk mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab

    dari suatu masalah atau kejadian risiko pada suatu proses atau tahapan kegiatan

    produksi. Apabila telah diketahu diketahui hubungan antara sebab dan akibat dari

    suatu masalah, maka tindakan pemecahan masalah akan mudah ditentukan, dengan

    kata lain, apabila telah diketahui penyebab dari suatu kejadian risiko maka dapat

    segera ditentukan strategi atau tindakan penanganan risiko. Diagram ini sering

    disebut juga sebagai Diagram Sebab-Akibat (Cause- And- Effect Diagram)

    ditemukan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1943.

    (Kuswandi dan Mutiara, 2004: 79).

    Dalam pembuatan diagram tulang ikan terdapat beberapa hal yang harus

    diperhatikan sebagai berikut (Kuswandi dan Mutiara, 2004: 80-82).

    1. Hal yang dianggap sebagai akibat atau permasalahan digambarkan pada bagian

    kepala ikan.

  • 28

    2. Faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab diletakkan sebagai tulang ikan.

    Penggolongan dalam garis besar faktor-faktor penyebab yang dimaksud terdiri

    atas bahan (material), alat (machine), manusia (man), cara (method), dan

    lingkungan (environment).

    3. Pembuatan diagram tulang ikan terdiri atas:

    a. Diagram tulang ikan tipe rangkuman sebab-akibat (cause-and-effect type)

    seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1 yaitu berdasarkan pengelompokan

    sebab-sebab.

    Gambar 1. Diagram Tulang Ikan (Fish Bone) Tipe Rangkuman SebabSumber: Kuswandi dan Mutiara (2004: 81)

    b. Diagram tulang ikan berdasarkan proses produksi tipe klasifikasi proses

    produksi (Classification of Production Process) di mana kejadian yang

    dianggap sebagai masalah atau akibat diletakkan pada bagian kepala ikan,

    sedangkan proses- proses produksi yang di dalamnya terjadi kesalahan atau

    penyimpangan yang dianggap sebagai penyebab terjadinya masalah yang

    dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut.

  • 29

    Gambar 2. Diagram Tulang Ikan (Fish Bone) Tipe Klasifikasi ProsesProduksi.Sumber: Kuswandi dan Mutiara (2004: 81)

    Diagram tulang ikan dapat dipakai secara tersendiri dalam mencari

    pemecahan masalah akan tetapi diagram ini digunakan bersama-sama dengan alat-

    alat statistik lainnya. Bagaimanapun juga, sebaiknya pada waktu menentukan

    pilihan faktor-faktor penyebab apa yang kemungkinan besar paling berpengaruh

    terhadap timbulnya masalah, sedapat mungkin dan sejauh mungkin dilakukan

    pengujian melalui alat-alat statistik lainnya.

    2.8 House Of Risk (HOR)

    Model House of Risk (HOR) model yang digunkan untuk mengetahui

    prioritas penyebab risiko atau Risk Agent (Aj) dan prioritas pelaksanaan strategi

    atau tindakan penanganan risiko guna mencegah atau mengurangi kerugian yang

    dialami akibat dari risiko yang terjadi. Model HOR didasarkan pada gagasan bahwa

    manajemen risiko suplay chain proaktif berusaha untuk fokus pada tindakan

    preventif, yaitu mengurangi kemungkinan terjadinya penyebab risiko. Mengurangi

    terjadinya agen risiko biasanya mencegah beberapa peristiwa risiko terjadi. Dalam

    kasus seperti itu, perlu untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan agen risiko yang

  • 30

    terkait. Biasanya satu agen risiko bisa mendorong lebih dari satu kejadian risiko.

    HOR menetapkan probabilitas untuk agen risiko dan tingkat keparahan ke arah

    risiko (Pujawan dan Geraldin, 2009: 95-958),

    Sejak satu agen risiko bisa menginduksi sejumlah kejadian risiko, maka

    perlu kuantitas potensi risiko agregat agen risiko dalam manajemen risiko rantai

    pasok. Jika Oj adalah probabilitas terjadinya agen risiko j, Si adalah keparahan

    dampak jika kejadian risiko i terjadi, dan Rij adalah korelasi antara agen risiko j dan

    risiko i yang diartikan sebagai seberapa besar kemungkinan agen risiko j akan

    mendorong risiko acara i), maka ARPj (potensi risiko keseluruhan agen risiko j)

    dapat dihitung sebagai berikut:

    ARPj = Oj Ʃ Si RijKeterangan:ARPj = Agregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)Oj = Occurance level of risk (Tingkat kemunculan penyebab risiko)Si = Severity level of risk (tingkat dampak suatu kejadian risiko)Rij = Hubungan (korelasi) antara agen risiko j dengan risiko ii = Urutan Kejadian Risiko (1, 2, 3, ..., n)j = Urutan Penyebab Risiko (1, 2, 3, ..., n)

    HOR diadaptasi dari model House Quality (HOQ) untuk menentukan risiko

    agen risiko yang harus diberikan prioritas untuk tindakan preventif. Rank atau

    peringkat dari setiap agen risiko dtentukan berdasarkan besarnya nilai ARPj untuk

    setiap j. Oleh karena itu, jika ada banyak agen risiko, perusahaan dapat memilih

    beberapa kejadian yang dianggap memiliki potensi besar untuk menginduksi

    kejadian risiko. Dua model penyebaran, disebut HOR, baik yang didasarkan pada

    dimodifikasi HOQ; (a) HOR 1 digunakan untuk menentukan agen risiko yang harus

    diberikan prioritas untuk tindakan preventif; (b) Prioritas HOR 2 adalah untuk

  • 31

    memberikan saran atas tindakan yang efektif tetapi dengan biaya yang wajar dan

    sumber daya yang ada.

    2.8.1 HOR Fase 1

    Model HOR Fase 1 digunakan untuk menentukan urutan penyebab risiko

    (Aj) yang menjadi prioritas untuk segera ditentukan strategi atau tindakan

    penanganan risiko. Adapun prosedur penggunaan HOR 1 dapat dilakukan sebagai

    berikut:

    1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi dalam setiap proses

    bisnis. Hal ini dapat dilakukan melalui proses pemetaan Supply Chain (SC)

    seperti rencana, sumber, memberikan, membuat, dan kembali. Kemudian

    mengidentifikasi, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam setiap proses

    tersebut. Ackermann dkk. (2007) dalam Pujawan dan Geraldin (2009: 956)

    menyediakan cara sistematis mengidentifikasi dan menilai risiko. Model

    HOR 1 ditunjukkan pada Tabel 5, dimana peristiwa risiko diletakkan di

    kolom kiri, direpresentasikan sebagai Kejadian Risiko (Ei).

    2. Menilai dampak (keparahan) dari kejadian risiko tersebut (jika terjadi)

    menggunakan skala likert 1-5. Suatu dari setiap peristiwa risiko yang

    diletakkan di kolom kanan dari Tabel 5, diindikasikan sebagai Si.

    3. Mengidentifikasi agen risiko atau penyebab kejadian risiko (Aj) dan menilai

    kemungkinan terjadinya setiap agen risiko menggunakan skala likert 1-5, di

    mana 1 berarti hampir tidak pernah terjadi dan nilai 5 berarti agen risiko

    hampir pasti terjadi. Di mana Aj ditempatkan pada baris atas tabel dan

    terjadinya terkait adalah pada baris bawah, dinotasikan sebagai Oj.

  • 32

    4. Mengembangkan matriks korelasi yaitu hubungan antara masing-masing

    agen risiko dan setiap peristiwa risiko, menggunakan skala Rij {0, 1, 3, 9}

    di mana 0 mewakili tidak ada korelasi dan 1, 3, dan 9 mewakili masing-

    masing, rendah, sedang, dan korelasi yang tinggi.

    5. Hitung potensi risiko keseluruhan agen j (ARPj) yang ditentukan sebagai

    produk dari kemungkinan terjadinya agen risiko j dan dampak agregat yang

    dihasilkan oleh peristiwa risiko yang disebabkan oleh agen risiko j seperti

    pada persamaan di atas.

    6. Prioritas agen risiko menurut potensi risiko agregat mereka dalam urutan

    menurun (dari yang bernilai tinggi ke rendah).

    Tabel 5. Model HOR Fase 1

    Risk Agent (Aj) Severity ofRisk (Si)Business

    ProcessRisk Event(Ei)

    A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8

    Plan

    Source

    Make

    Deliver

    Return

    Occuranceof Agent j

    AggregateRiskPotentialPriorityRank ofAgent jSumber: Pujawan dan Geraldin (2009:956)Keterangan:Ei = Risk Event (Kejadian Risko)Aj = Risk Agent (Penyebab Risiko)Si = Severity (Tingkat Dampak)Oj =Occurrance (Tingkat Probabilitas)ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)Rank = Peringkat Prioritas Penyebab Risiko

  • 33

    2.8.2 HOR Fase 2

    HOR Fase 2 digunakan untuk menentukan tindakan yang harus

    dprioritaskan untuk dilakukan, mengingat efektivitas dari masing-masing tindakan

    yang berbeda serta sumber daya yang terlibat dan tingkat kesulitan dalam

    melakukan masing-masing tindakan. Perusahaan idealnya harus memilih tindakan

    yang tidak begitu sulit untuk dilakukan tetapi efektif untuk mengurangi

    kemungkinan agen risiko yang terjadi. Langkah-langkah pengaplikasian HOR Fase

    2 adalah sebagai berikut:

    1. Pilih sejumlah agen risiko (Aj) dengan peringkat prioritas yang tinggi,

    menggunakan analisis Pareto dari hasil perhitungan ARPj, agen risiko yang

    memiliki persentase kurang dari 80 % yang terkecil harus ditangani terlebih

    dahulu karena akan membawa kerugian yang besar bagi perusahaan. Agen

    Risiko (Aj) yang terpilih akan ditempatkan di sisi kiri (apa) dari HOR2 seperti

    digambarkan dalam Tabel 6, dan nilai-nilai ARPj yang sesuai di kolom kanan.

    2. Mengidentifikasi tindakan yang dianggap relevan untuk mencegah agen

    risiko. Perhatikan bahwa agen salah satu risiko dapat ditangani dengan lebih

    dari satu tindakan dan satu tindakan secara bersamaan dapat mengurangi

    kemungkinan terjadinya lebih dari satu agen risiko. Tindakan Perventif atau

    Preventive Action (PAk) diletakkan pada baris atas untuk HOR ini.

    3. Menentukan korelasi atau hubungan antara setiap tindakan pencegahan dan

    setiap agen risiko Ejk menggunakan skala {0,1,3,9} yang mewakili masing-

    masing, tidak ada, rendah, sedang, dan tinggi hubungan antara aksi k dan agen

  • 34

    j. Hubungan ini (Ejk) dapat dianggap sebagai tingkat efektivitas tindakan k

    dalam mengurangi kemungkinan terjadinya risiko agen j.

    4. Hitung total efektivitas setiap tindakan sebagai berikut:

    TEk = ∑Keterangan:TEk = Total Efffectiveness (Total keefektifan)ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)Ejk = Hubungan antara tiap aksi preventif dengan tiap agen risikoj = Urutan Penyebab atau Agen Risiko Terpilihk = Urutan Strategi atau Tindakan Penanganan Risiko

    5. Menilai tingkat kesulitan-kesulitan dalam melakukan setiap tindakan, Dk, dan

    menempatkan nilai-nilai berturut-turut di bawah efektivitas keseluruhan.

    Tingkat kesulitan-kesulitan, yang dapat diwakili oleh skala dengan nilai {3,

    4, 5}, di mana 3 berarti mudah untuk dilakukan; 4 berarti sedang atau masih

    dapat dilakukan; dan 5 sulit untuk dilakukan. Strategi yang dibuat harus

    mencerminkan dana dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan dalam

    melakukan tindakan.

    6. Hitung total efektivitas tingkat kesulitan rasio dari tindakan yang dilakukan,

    yaitu

    ETDk =Keterangan:ETDk = Effectiveness ToDifficulty ratio (Total Keefektifan tingkat kesulitan rasio `

    tindakan pencegahan)TEk = Total Efffectiveness (Total keefektifan dari tiap strategi pencegahan)Dk = Degree of Difficulty Performing Action (Derajat kesulitan untuk melakukan aksi

    k)k = Urutan Strategi atau Tindakan Penanganan Risiko

    7. Menetapkan peringkat prioritas untuk setiap tindakan (Rk) di mana peringkat

    1 diberikan untuk tindakan dengan ETDk tertinggi.

  • 35

    Tabel 6. Model HOR Fase 2

    Preventive Action (PAk)

    To be treatedRisk Agent(Aj)

    PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 AggregateRisk Potential(ARPj)

    A1

    Matrix Corelations

    ARP1A2 ARP2A3 ARP3A4 ARP4A5 ARP5TEk TE1 TE2 TE3 TE4 TE5Dk D1 D2 D3 D4 D5ETDk ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5Rank R1 R2 R3 R4 R5

    Sumber: Pujawan dan Geraldin (2009:957)

    Keterangan:Dk = Degree of DifficultyPerforming Action (Tingkat kesulitan aksi preventif)TEk = Total Effectiveness (Total Keefektifan dan tiap aksi preventif)ETDk = Effectiveness of Difficulty Ratio (Total kesulitan dan Keefektifan aksi preventif)Ejk = Hubungan antara tiap strategi preventif yang dilakukan dengan tiap agen risikoPAk = Prevemtive Action (Strategi preventif yang dilkukan)ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)

    2.9 Diagram Pareto

    Diagram Pareto (Pareto Chart) digunakan untuk memvisualisasikan hasil

    analisis dari model HOR berupa agen risiko yang menjadi prioritas dalam

    penentuan strategi atau aksi penanganan risiko. Diagram ini ditemukan pertama kali

    oleh Wilfredo Pareto, yaitu seorang pakar ekonomi Italia di abad ke-19. Diagram

    ini merupakan sebuah metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat guna

    membantu memusatkan perhatian untuk upaya penyelesaian masalahnya (Heizer

    dan Render, 2009: 319). Dalam diagram pareto dikenal istilah “Vital Few-Trivial

    Many” yang berarti sedikit tapi vital atau sangat penting, banyak tetapi kurang vital

    atau kurang penting (Kuswandi dan Mutiara, 2004: 49).

  • 36

    Dalam pengguanannya pada penelitian ini, diagram pareto atau yang biasa

    disebut dengan diagram prioritas, digunakan dalam rangka menampilkan dan

    memilih prioritas agen penyebab risiko yang mengakbatkan kejadian risiko yang

    berdampak paling besar, yaitu penyebab risiko yang memiliki nilai kumulatif 0-

    80%. Dengan ditanganinya penyebab risiko yang menjadi prioritas tersebut maka

    keseluruhan risiko dapat dikendalikan.

    Gambar 3. Struktur Diagram ParetoSumber: Kuswandi dan Mutiara (2004: 55)

    Dari Gambar 7 di atas dapat diketahui bahwa batang pada diagram pareto

    melambangkan nilai kerugian yang dialami suatu perusahaan, sedangkan titik-titik

    hitam melambangkan kumulatif dari kerugian yang dialami perusahaan. Adapun

    langkah-langkah pembuatan pareto adalah sebagai berikut (Kuswandi dan Mutiara,

    2004:50-55).

    a. Menentukan hal apa yang akan diteliti dan melakukan pengumpulan data

    b. Mengurutkan data dari yang terbesar, data dikumulatifkan dan dihitung

    persentase kumulatif dari masing-masing data. Adapun persentase kumulatif

    dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    (0-1

    00)%

    Nilai Kerugian % Kumulatif

  • 37

    % = Ʃ /c. Membuat diagram batang dari data yang ada di mana kolom atau batang

    sebanyak jumlah pengamatan di mana data yang dimasukkan pada diagram

    dimulai dari nilai yang terbesar ke yang terkecil dari kiri ke kanan, dan bagian

    sisi kiri diagram terdapat tingkat persentase kumulatif.

    d. Memberi penjelasan pada diagram pareto.

    2.10 Penelitian Terdahulu

    Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang juga meneliti mengenai

    risiko pada produk pertanian yang digunakan sebagai acuan pada penelitian ini baik

    yang menggunakan metode yang sama maupun yang berbeda adalah sebagai

    berikut.

    Murti (2014) melakukan penelitian dengan menganalisis risiko rantai pasok

    ayam potong pada restoran cepat saji Mc Donald di Mc Donalds cabang Kemang,

    Jakarta Selatan dengan menggunakan metode House Of Risk (HOR) yang

    merupakan pengembangan metode Quality Function Deployment (QFD) dan

    Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Identifikasi risiko dilakukan dengan

    menggunakan diagram tulang ikan (fish bone) yang selanjutnya dijadikan dasar

    untuk pembuatan kuesioner pendahuluan berisi identifikasi yang mungkin terjadi

    berdasarkan hasil pengamatan di awal dan titik kritis yang telah ditentukan

    sebelumnya. Kemudian dilakukan analisis tingkat dampak risiko (Severity) dan

    pengukuran tingkat kemunculan dari penyebab risiko (Occurence) dari identifikasi

    risiko tersebut. Di samping itu, juga diukur potensi risiko rata-rata dari penyebab

  • 38

    risiko yang bertujuan untuk mengetahui prioritas penyebab risiko yang akan

    ditentukan cara mitigasinya. Setelah itu ditentukan strategi mitigasi yang dapat

    mencegah dampak dari kemungkinan risiko yang ditimbulkan. Hasil dari penelitian

    tersebut diketahui terdapat sembilan kejadian risiko pada tingkat pemasok, 10

    kejadian risiko pada tingkat DC, dan delapan kejadian risiko pada tingkat

    McDonald‟s. Berdasarkan tabel HOR Fase 1 diketahui agen atau penyebab risiko

    dengan nilai tertinggi yaitu lima penyebab risiko pada tingkat pemasok, lima

    penyebab risiko pada tingkat distribution center dan tiga