ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN … · 5 Skor/nilai tingkat kepentingan dan tingkat...
Transcript of ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN … · 5 Skor/nilai tingkat kepentingan dan tingkat...
ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PEMBELIAN DAN KEPUASAN KONSUMEN RM. SOP AYAM
PAK MIN KLATEN CABANG BOGOR
ANDIKA KHAIRANI AISYAH
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Proses
Pengambilan Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Andika Khairani Aisyah
NIM H34100034
2
ABSTRAK
ANDIKA KHAIRANI AISYAH. Analisis Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian dan Kepuasan Konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor. Dibimbing oleh SITI JAHROH.
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor adalah salah satu rumah makan
yang menawarkan masakan tradisional Jawa, khususnya sop ayam. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik konsumen, menganalisis
keputusan pembelian, menganalisis tingkat kepuasan konsumen dari tingkat
kinerja atribut rumah makan, dan merumuskan alternatif strategi pemasaran.
Metode pengumpulan data menggunakan teknik convenience sampling dengan
menyebarkan kuesioner kepada 100 responden. Metode pengolahan data
menggunakan teknik analisis deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA),
Customer Satisfaction Index (CSI), dan Analisis gap. Hasil analisis IPA
menunjukkan bahwa terdapat atribut yang perlu diperbaiki yaitu kehigienisan
makanan dan perlengkapan makan, kebersihan rumah makan, ketersediaan dan
kebersihan toilet dan wastafel, ketersediaan sarana parkir, dan kenyamanan rumah
makan. Hasil analisis CSI menunjukkan nilai tingkat kepuasan konsumen sebesar
75.27 persen yang berarti secara keseluruhan konsumen merasa puas terhadap
kinerja atribut RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
Kata kunci: analisis gap, CSI, IPA, karakteristik konsumen, strategi pemasaran
ABSTRACT
ANDIKA KHAIRANI AISYAH. The Process of Decision Buying and Customer
Satisfaction Analysis of RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
Supervised by SITI JAHROH.
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor is one of restaurant which offers
traditional Javanese cuisine, especially chicken soup. The objectives of this study
are to identify the characteristics of consumer, to analyze the decision buying
process, to analyze the customer satisfaction level based on performance attributes
of the restaurant, and to formulate alternatives marketing strategy. Data were
collected by questionnaire survey to 100 respondents who were selected by
convenience sampling. Descriptive analysis, Importance Performance Analysis
(IPA), Customer Satisfaction Index (CSI), and gap analysis were employed in this
research. The result of IPA showed some attributes to be improved, i.e. cleanness
of the food and food equipment, cleanness of the restaurant, availability and
cleanness of toilet and sink, availability of parking lot, and the comfort of
restaurant. The result of CSI analysis showed that the level of consumer
satisfaction was 75.27 percent, meaning that the consumers of RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor were satisfied.
Key words: characteristics of consumers, CSI, IPA, gap analysis, marketing
strategy
3
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PEMBELIAN DAN KEPUASAN KONSUMEN RM. SOP AYAM
PAK MIN KLATEN CABANG BOGOR
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ANDIKA KHAIRANI AISYAH
4
5
Judul Skripsi : Analisis Proses Pengambilan Keputusan Pembelian dan
Kepuasan Konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor
Nama : Andika Khairani Aisyah
NIM : H34100034
Disetujui oleh
Siti Jahroh, PhD
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
6
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah perilaku konsumen,
dengan judul Analisis Proses Pengambilan Keputusan Pembelian dan Kepuasan
Konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, PhD selaku pembimbing
skripsi yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran hingga
terselesaikannya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Tintin
Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji utama dan Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi
selaku dosen penguji komdik yang telah memberi saran dan kritik kepada penulis
untuk perbaikan skripsi ini. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
pihak pengelola RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor, yaitu Pak Ragil,
Pakde Sunarno, Mas Gareng, dan semua kru yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah,
Kak Lutfi, Dek Aulia, serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.
Prabowo Adi Nugroho yang selalu mendukung disaat down. Tak lupa juga penulis
sampaikan terima kasih kepada teman cincin Fay, Febby, Andina, Puma, Nisa,
Tacik, Puy, Eca, Boyd, dan Risa yang sudah memberikan canda tawa, suka,
maupun duka selama menuntut ilmu di Departemen Agribisnis. Terima kasih
penulis sampaikan pula kepada semua teman-teman Agribisnis 47 yang sudah
saling membantu dan memberikan kenangan indah semasa kuliah. Teman-teman
HIPMA IPB dan teman satu kamar asrama A3-319.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua pihak-
pihak yang terkait.
Bogor, Juli 2014
Andika Khairani Aisyah
7
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup Penelitian 8
TINJAUAN PUSTAKA 8
Proses Pengambilan Keputusan Konsumen 8
Bauran Pemasaran 11
Dimensi Atribut 12
Metode dan Alat Penelitian 13
KERANGKA PEMIKIRAN 17
Kerangka Teori 17
Kerangka Pemikiran Operasional 26
Kerangka Operasional 28
METODE PENELITIAN 29
Lokasi dan Waktu Penelitian 29
Jenis dan Sumber data 29
Metode Pengambilan Data 29
Metode Analisis Data 30
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 38
Sejarah dan Perkembangan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor 38
Struktur Organisasi Rumah Makan 39
Bauran Pemasaran 40
HASIL DAN PEMBAHASAN 44
Karakteristik Umum Responden 44
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian 49
Analisis Kepuasan Konsumen 60
8
IMPLIKASI BAURAN PEMASARAN 81
STP (Segmentation, Targetting, Positioning) 81
Bauran Pemasaran 7P 81
SIMPULAN DAN SARAN 84
Simpulan 84
Saran 85
DAFTAR PUSTAKA 86
LAMPIRAN 89
RIWAYAT HIDUP 101
1
DAFTAR TABEL
1 Produk Domestik Bruto (PDRB) Kota Bogor atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha (juta rupiah), 2009-2012 2 2 Perkembangan jumlah restoran di Kota Bogor, 2004-2012 3 3 Jenis hidangan dari restoran dan rumah makan di Kota Bogor, 2005-
2012 3 4 Jumlah penjualan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
Februari 2013 – Januari 2014 6
5 Skor/nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja 25 6 Atribut RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor 30 7 Sebaran reponden berdasarkan jenis kelamin di RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014 44 8 Sebaran reponden berdasarkan usia di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor tahun 2014 45 9 Sebaran reponden berdasarkan status pernikahan di RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014 45 10 Sebaran reponden berdasarkan domisili di RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor tahun 2014 46 11 Sebaran reponden berdasarkan suku di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor tahun 2014 46
12 Sebaran reponden berdasarkan tingkat pendidikan di RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014 47 13 Sebaran reponden berdasarkan pekerjaan di RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor tahun 2014 48 14 Sebaran reponden berdasarkan pendapatan rata-rata per bulan di RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014 48 15 Sebaran konsumen berdasarkan frekuensi makan di luar rumah 49 16 Sebaran konsumen berdasarkan motivasi makan di luar rumah 50 17 Sebaran konsumen berdasarkan manfaat makan di luar rumah 51 18 Sebaran konsumen berdasarkan sumber informasi mengenai alternatif
tempat makan 51
19 Sebaran konsumen berdasarkan fokus perhatian dari sumber informasi 52 20 Sebaran konsumen berdasarkan bentuk promosi yang menarik
konsumen 53 21 Sebaran konsumen berdasarkan pengaruh promosi dalam melakukan
kunjungan ke tempat makan 53 22 Sebaran konsumen berdasarkan pertimbangan awal ketika akan
mengunjungi suatu tempat makan 54
23 Sebaran konsumen berdasarkan atribut yang dipertimbangkan dalam
memilih RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor 55 24 Sebaran konsumen berdasarkan cara konsumen memutuskan pembelian
di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor 56
25 Sebaran konsumen berdasarkan sumber yang memengaruhi pembelian
di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor 56 26 Sebaran konsumen berdasarkan frekuensi pembelian di RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor 57
2
27 Sebaran konsumen berdasarkan hari berkunjung di RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor 58 28 Sebaran konsumen berdasarkan waktu berkunjung di RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor 58 29 Sebaran konsumen berdasarkan kepuasan konsumen setelah melakukan
pembelian di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor 59 30 Sebaran konsumen berdasarkan minat berkunjung kembali ke RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor 59 31 Sebaran konsumen berdasarkan reaksi konsumen jika harga menu RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor meningkat 60 32 Hasil perhitungan indeks kepuasan konsumen RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor 61 33 Nilai rata-rata atribut RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja tahun 2014 63 34 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kehigienisan makanan dan
perlengkapan makan 65 35 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kebersihan rumah makan 66 36 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut ketersediaan dan kebersihan
toilet dan wastafel 67 37 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut ketersediaan sarana parkir 68 38 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kenyamanan rumah makan 68 39 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut cita rasa makanan 69
40 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kesigapan pramusaji 70 41 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut keramahan dan kesopanan
pramusaji 71 42 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kecepatan penyajian 72 43 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kecepatan transaksi 73 44 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kesigapan pihak rumah makan
dalam merespon keluhan konsumen 73 45 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut iklan dan promosi 74 46 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut papan nama 75
47 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut penampilan pramusaji 76 48 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut dekorasi rumah makan 76
49 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut porsi makanan 77 50 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut aroma makanan 78 51 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut harga makanan 78 52 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kemudahan dalam menjangkau
lokasi 79
53 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut pengetahuan pramusaji
terhadap produk 80
3
DAFTAR GAMBAR
1 Model perilaku pengambilan keputusan 9 2 Model lima tahap proses pembelian konsumen 9 3 Model lima pemecahan masalah konsumen 9 4 Model keputusan konsumen 9 5 Model pengambilan keputusan pembelian konsumen 19 6 Proses pengenalan kebutuhan berpusat pada tingkat ketidaksesuaian 19 7 Proses pencarian internal 20
8 Komponen dasar proses evaluasi alternatif 21 9 Model STP 24 10 Kerangka pemikiran operasional 28 11 Diagram Importance Performance Analysis 35 12 Struktur organisasi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor 40 13 Makanan dan minuman yang ditawarkan RM. Sop Ayam Pak Min 41 14 Tempat RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor 42 15 Diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA) 64
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kandungan gizi ternak 89 2 Restoran-restoran pesaing di sekitar RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor 89 3 Indikator tingkat kinerja RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor 90 4 Hasil validitas dan reliabilitas 96 5 Hasil analisis gap 99 6 Dokumentasi penelitian 99
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya cenderung mengalami
peningkatan. Menurut Badan Pusat Statistik (2013) jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 2000 sebesar 206 264 595 jiwa kemudian pada tahun 2010 menjadi
237 641 326 jiwa, sehingga tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1.51 persen
per tahun. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan
jumlah konsumsi masyarakat, khususnya konsumsi pangan. Hal tersebut dapat
diketahui dari data persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut
kelompok barang pada tahun 2012 bahwa pengeluaran penduduk Indonesia untuk
makanan sebesar 51.08 persen dan pengeluaran untuk non makanan sebesar 48.92
persen (BPS 2013). Menurut teori Maslow, manusia diatur dalam hierarki yang
paling menekan hingga yang paling tidak menekan, yang dimulai dari kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan diri,
dan kebutuhan aktualisasi diri. Manusia akan berusaha memuaskan kebutuhan
terpentingnya dahulu. Ketika seseorang berhasil memuaskan kebutuhan
terpentingnya, maka akan memuaskan kebutuhan berikutnya. Salah satunya
adalah kebutuhan makanan. Makanan merupakan kebutuhan fisiologis yang akan
selalu dibutuhkan selama manusia hidup (Kotler dan Keller 2009).
Kebutuhan makanan saat ini sangat dipengaruhi oleh globalisasi. Globalisasi
mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap kehidupan masyarakat. Salah satu
cirinya adalah perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makan. Kesibukan
masyarakat menyebabkan masyarakat tidak mempunyai waktu untuk menyiapkan
makanan di rumah sehingga lebih memilih untuk menghabiskan waktu luang dan
uang dengan menikmati makanan dan minuman di luar rumah seperti restoran dan
rumah makan. Saat ini kebutuhan pangan dalam berbagai bentuk dan rasa telah
banyak ditawarkan oleh para pelaku usaha yang bergerak dalam pengolahan
makanan dan minuman, salah satunya adalah rumah makan dan restoran.
Globalisasi terutama berdampak pada masyarakat perkotaan karena
tingginya mobilitas masyarakat perkotaan yang ditandai dengan banyaknya
aktivitas di luar rumah, seperti bekerja. Pusat perkotaan yang memiliki mobilitas
tinggi di Indonesia adalah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi). Salah satunya adalah Kota Bogor. Secara geografis Kota Bogor terletak
di antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS (Disbudpar 2014). Kedudukan geografis Kota
Bogor yang berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya
yang sangat dekat dengan ibukota negara merupakan potensi yang strategis bagi
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk
industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Adanya potensi
tersebut dapat dilihat dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang
mana dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu, serta menggambarkan kinerja sektor
perekonomian. Adapun data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Bogor atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha pada tahun 2009-2012
dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDRB) Kota Bogor atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha (juta rupiah), 2009-2012
Lapangan Usaha 2009 2010 2011a
2012b
1. Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan &
Perikanan
24 008.43 25 916.73 28 118.04 30 275.03
2. Pertambangan &
Penggalian 207.34 223.79 219.49 213.85
3. Industri
Pengolahan 3 004 078.40 3 644 311.09 4 158 989.50 4 765 773.70
4. Listrik, Gas & Air
Bersih 245 221.37 281 368.13 310 200.08 348 135.59
5. Konstruksi 653 511.28 744 153.29 799 592.71 872 995.32
6. Perdagangan,
Hotel & Restoran 4 528 576.95 5 147 429.56 5 675 587.90 6 276 208.33
7. Pengangkutan dan
Komunikasi 1 719 767.35 2 159 576.94 2 368 197.56 2 607 342.60
8. Keuangan, Real
Estate & Jasa
Perusahaan
1 216 482.77 1 381 808.71 1 570 307.14 1 789 161.87
9. Jasa-jasa 472 745.77 524 111.15 576 041.54 633 229.69
Sumber : BPS Kota Bogor (2013)
Keterangan: aAngka perbaikan (fixed rate);
bAngka sementara (preliminary figures)
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa kontribusi sektor perdagangan,
hotel, dan restoran setiap tahunnya cenderung meningkat. Sektor ini merupakan
sektor yang memiliki kontribusi paling tinggi dalam hal nilai tambah yang
dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di Kota Bogor pada tahun 2009
hingga tahun 2012 dibanding sektor-sektor lainnya. Meningkatnya PDRB Kota
Bogor khususnya pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran disebabkan oleh
gaya hidup masyarakat Kota Bogor yang cenderung berubah. Hal ini dikarenakan
masyarakat memiliki mobilitas yang tinggi dengan ditandai meningkatnya
kegiatan di luar rumah seperti bekerja, liburan, dan sekedar berkumpul dengan
keluarga atau teman. Adanya perubahan gaya hidup ini berimplikasi pada
perubahan pola konsumsi, kebiasaan, dan perilaku pembelian masyarakat yang
ingin bersifat cepat, praktis, mudah, dan nyaman. Perubahan tersebut menjadi
peluang bagi pelaku usaha untuk mendirikan atau mengembangkan jenis usaha
dibidang makanan, contohnya restoran dan rumah makan.
Restoran dan rumah makan merupakan tempat yang saat ini menjadi solusi
bagi seseorang yang sibuk dengan kegiatannya, tidak sempat menyiapkan
makanan sendiri, dan keterbatasan waktu yang dimiliki. Hal ini merupakan
pendorong bagi seseorang untuk makan di restoran atau rumah makan. Adanya
perkembangan gaya hidup masyarakat juga diiringi dengan berkembangnya
jumlah restoran dan rumah makan yang ada di Kota Bogor. Adapun
perkembangan jumlah restoran di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Tabel 2 Perkembangan jumlah restoran di Kota Bogor, 2004-2012
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor 2014
Berdasarkan Tabel 2, jumlah restoran di Kota Bogor cenderung berfluktuasi
dari tahun ke tahun. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah restoran di Kota
Bogor terus meningkat dari tahun 2004 hingga tahun 2007. Namun mengalami
penurunan yang cukup besar pada tahun 2008 dikarenakan krisis ekonomi,
kemudian jumlah restoran kembali meningkat pada tahun 2009 dan tetap pada
tahun 2010, selanjutnya turun kembali pada tahun 2011 dan tahun 2012. Adanya
fluktuasi tersebut diduga karena adanya persaingan antar restoran, sehingga
restoran yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dapat
kehilangan pembelinya.
Adanya persaingan antar restoran dapat pula ditinjau dari jenis hidangannya.
Setiap restoran dapat menyediakan satu jenis hidangan atau berbagai macam jenis
hidangan. Hidangan yang ditawarkan dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu
hidangan khas Indonesia, tradisional, internasional, oriental, dan kontinental
(Disbudpar 2014). Berbagai variasi jenis makanan yang ditawarkan dalam sebuah
restoran dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mengonsumsi makanan
di luar rumah. Jenis hidangan dari restoran dan rumah makan di Kota Bogor tahun
2005 hingga 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis hidangan dari restoran dan rumah makan di Kota Bogor, 2005-2012
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor 2014 (diolah)
Keterangan: aTotal jenis hidangan dari restoran dan rumah makan di Kota Bogor;
bRata-rata
jumlah hidangan tiap restoran. Hasil bagi antara Totalb dengan jumlah restoran di Kota Bogor pada
tahun yang sama, yang terdapat pada Tabel 2.
Tahun Jumlah (Unit) Pertumbuhan (%)
2004 192 -
2005 222 15.63
2006 248 11.71
2007 268 8.06
2008 211 -21.27
2009 225 6.22
2010 225 0.00
2011 219 -2.67
2012 217 -0.92
Rata-rata pertumbuhan 1.86
Tahun Jenis hidangan Totala
Rata-
ratab
Indonesia Tradisional Internasional Oriental Kontinental
2005 45 215 107 35 40 442 1.99
2006 48 216 108 36 43 551 2.22
2007 51 218 110 40 45 464 1.73
2008 54 220 111 47 50 482 2.28
2009 55 220 111 47 47 480 2.13
2010 55 221 110 47 47 480 2.13
2011 55 192 109 47 47 450 2.05
2012 44 178 97 39 38 396 1.82
4
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa tiap restoran atau rumah makan di
Kota Bogor rata-rata memiliki dua jenis hidangan yang berbeda. Semakin banyak
jenis hidangan yang ditawarkan oleh pelaku usaha berarti semakin banyak ragam
pilihan yang dapat dipilih oleh konsumen. Selain itu jika dilihat dari data yang
ada, jenis hidangan tradisional merupakan jenis hidangan yang paling banyak
dijumpai di restoran yang ada di Kota Bogor dibandingkan dengan jenis hidangan
lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak pelaku usaha yang menjalankan
bisnis restoran dengan menu masakan tradisional. Semakin banyak pelaku usaha
yang menjalankan bisnis restoran dengan menu masakan tradisional, maka
menyebabkan persaingan yang cukup ketat antar restoran yang ada di Kota Bogor.
Persaingan ini menyebabkan pelaku usaha bersaing untuk memberikan yang
terbaik, baik dari segi pelayanan maupun dari segi produk yang ditawarkan agar
restoran tersebut dapat tetap bertahan dan dipilih oleh konsumen.
Salah satu restoran yang menyajikan masakan tradisional yang berkembang
di Kota Bogor yaitu restoran yang menyajikan menu olahan daging ayam.
Perkembangan tersebut terjadi karena adanya kesadaran masyarakat Kota Bogor
untuk mengonsumsi makanan yang memiliki manfaat dan kandungan gizi yang
cukup tinggi, terutama protein yang terdapat pada daging ayam. Kandungan gizi
daging ayam dapat dilihat pada Lampiran 1.
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor merupakan salah satu rumah
makan yang menyajikan menu tradisional Jawa menggunakan olahan ayam.
Rumah makan tersebut memiliki ciri khas sop hangat dengan rasa yang segar dan
daging ayam kampung yang memiliki cita rasa tersendiri. Sop ayam yang hangat
cocok dikonsumsi untuk wilayah Bogor yang notabene sebagai Kota Hujan dan
bersuhu dingin. Lokasi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor yang
berada di Jalan KH. Abdullah Bin Nuh No.15, Bogor sangat strategis karena
lokasinya yang dilalui kendaraan umum dan pribadi, dekat perumahan, dekat
perkantoran, dan dekat dengan rumah sakit.
Banyaknya usaha restoran dan rumah makan yang ada di Jalan KH.
Abdullah Bin Nuh mengharuskan pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor untuk menerapkan strategi pemasaran yang mampu memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen. Hal ini disebabkan konsumen memengaruhi penjualan
rumah makan dan berpengaruh pada penerimaan yang didapatkan. Selain itu,
perlu bagi pihak rumah makan untuk bertahan dalam persaingan dengan
memperhatikan kepuasan konsumen dengan menjaga maupun meningkatkan
kualitas produk dan pelayanan yang disediakan. Kualitas produk dan pelayanan
yang sesuai dengan harapan yang diinginkan konsumen dapat memberikan
kepuasan kepada konsumen dan pada akhirnya konsumen akan melakukan
pembelian ulang di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sehingga
rumah makan tersebut dapat memperoleh keuntungan. Oleh sebab itu, riset
mengenai proses pengambilan keputusan pembelian dan kepuasan konsumen
penting dilakukan agar dapat digunakan dalam penyusunan strategi pemasaran
(7P) yang sesuai dengan keinginan konsumen.
5
Perumusan Masalah
Meningkatnya mobilitas masyarakat yang ditandai dengan banyaknya
aktivitas yang dilakukan di luar rumah, seperti bekerja, liburan, dan sekedar
berkumpul dengan keluarga maupun teman menyebabkan terjadinya perubahan
gaya hidup. Adanya perubahan gaya hidup tersebut menyebabkan terjadinya pola
konsumsi pangan dan cara makan masyarakat yang lebih bersifat praktis, cepat,
dan nyaman. Kondisi ini menyebabkan masyarakat cenderung lebih memilih
untuk mengonsumsi makanan di luar rumah, mulai dari warung makan di pinggir
jalan hingga restoran-restoran mewah yang menyediakan berbagai macam
hidangan. Adanya perubahan gaya hidup dan banyaknya jumlah restoran yang
menyediakan berbagai menu hidangan menyebabkan banyaknya alternatif pilihan
ragam menu yang dapat dipilih konsumen, sedangkan bagi pihak restoran berarti
meningkatknya persaingan dalam bisnis makanan baik dari segi produk,
pelayanan, maupun harga yang ditawarkan.
Persaingan yang terjadi menyebabkan setiap restoran berusaha untuk
mempertahankan kepuasan konsumen dengan meningkatkan kualitas produk dan
pelayanan terhadap konsumen agar tetap mendapatkan kunjungan dan pembelian
berulang oleh konsumen. Tingginya persaingan mengharuskan sebuah restoran
dan rumah makan untuk terus melakukan evaluasi terhadap kualitas produk dan
layanan yang diberikan kepada konsumen yang nantinya diharapkan menjadi
pelanggan. Salah satu rumah makan yang turut dalam persaingan yaitu RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor yang berada di daerah Taman Yasmin
tepatnya Jalan KH. Abdullah Bin Nuh No.15, Kecamatan Bogor Barat, Kota
Bogor. RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor telah beroperasi sejak Juni
2012. Rumah makan ini termasuk ke dalam rumah makan yang menyediakan
menu tradisional Jawa, khususnya sop ayam. Semua bagian ayam dijadikan menu
di rumah makan ini, mulai dari kepala hingga ceker yang dimasak dengan kuah
segar. Di daerah Taman yasmin sendiri terdapat beberapa restoran yang dapat
menjadi pesaing RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor. Pesaing-pesaing
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.
Adanya pesaing-pesaing tersebut akan membuat konsumen memiliki
beraneka ragam alternatif pilihan menu untuk dikonsumsi sesuai dengan selera
dan keinginan konsumen. Untuk memenangkan persaingan, hendaknya pihak RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor memberikan kepuasan lebih kepada
konsumennya sehingga konsumen memilih untuk datang kembali berkunjung ke
rumah makan tersebut. Evaluasi atas produk dan layanan yang ditawarkan oleh
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sangat dibutuhkan untuk
mempertahankan eksistensi rumah makan ini dalam usaha bisnis kuliner.
Adapun kendala yang dihadapi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor adalah jumlah penjualan yang berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada data
penjualan dalam bentuk porsi yang dikeluarkan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor pada Februari 2013 hingga Januari 2014 pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4, jumlah porsi yang dikeluarkan atau penjualan RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor diketahui berfluktuasi. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa jumlah pengunjungnya berfluktuasi. Penjualan tertinggi
sebanyak 14 300 porsi pada bulan Desember 2013. Namun, penurunan jumlah
pengunjung tertinggi terjadi pada bulan Januari 2014 dengan persentase
6
penurunan sebesar 8.39 persen. Selain itu, penjualan RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor tidak sesuai target, yang mana targetnya sebanyak 500 porsi
per hari sehingga tiap bulan targetnya sebanyak 15 000 porsi, namun pada
kenyataan penjualannya tidak sampai 15 000 porsi per bulan melainkan sebanyak
11 600 hingga 14 300 porsi per bulan. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor,
diantaranya RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor memiliki jumlah
pengunjung yang tidak tetap setiap harinya dan target 500 porsi per hari paling
sering tercapai pada saat akhir pekan dan hari libur saja. Kemudian, permasalahan
lain yang dihadapi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor menurut
survey dari beberapa konsumen yaitu kebersihan rumah makan yang kurang
dijaga sehingga membuat konsumen kurang nyaman. Apabila hal ini terus
dibiarkan maka dapat berdampak buruk terhadap konsumen yang akan datang dan
dapat berakibat pada pengurangan pendapatan serta nama baik rumah makan.
Tabel 4 Jumlah penjualan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
Februari 2013 – Januari 2014
Bulan Jumlah penjualan
(porsi)
Pertumbuhan
(%)
Februari 11 600 -
Maret 13 100 12.93
April 12 400 -5.34
Mei 13 000 4.83
Juni 12 600 -3.07
Juli 12 800 1.58
Agustus 13 100 2.34
September 12 500 -4.58
Oktober 12 800 2.40
November 12 500 -2.30
Desember 14 300 14.40
Januari 11 600 -8.39
Rata-rata 12 817 14.80
Sumber: RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor 2014 (diolah)
Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan-permasalahan tersebut dapat
diatasi salah satunya dengan cara mendapatkan informasi dari konsumen RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor mengenai keputusan pembelian dan
kepuasan konsumen terhadap produk dan pelayanan rumah makan, yang mana
nantinya diharapkan dapat meningkatkan penjualan, keuntungan, dan mampu
bertahan dalam kondisi persaingan. Selain itu, menurut pengelola RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor, rumah makan ini memiliki segmentasi untuk
semua kalangan. Oleh sebab itu, perlu untuk mengidentifikasi karakteristik
konsumen agar dapat mengetahui sudah sesuai atau belum segmentasi yang telah
ditetapkan oleh RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor dengan
karakteristik konsumennya dan selanjutnya dapat menyesuaikan dengan
segmentation, targetting, dan positioning RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor.
Adanya permasalahan target penjualan yang terpenuhi pada saat akhir pekan
dan hari libur saja dapat diketahui melalui proses pengambilan keputusan
7
konsumen yang mana digunakan untuk menjelaskan proses keputusan konsumen
yang berbeda, mulai dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, pembelian, dan hasil pembelian, serta dapat memberikan wawasan
dalam menentukan strategi pemasaran. Selain itu, adanya keluhan konsumen
terhadap kebersihan rumah makan dapat mengurangi kepuasan konsumen yang
selanjutnya berpengaruh pada pembelian ulang dan keuntungan pihak rumah
makan, sehingga pengelola RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor perlu
memahami keinginan konsumen terhadap kinerja produk dan pelayanan yang
diinginkan yang nantinya dapat memberikan kepuasan kepada konsumennya.
Setelah mengetahui karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan
pembelian, dan atribut-atribut yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen
maka dapat dirumuskan kebijakan strategi pemasaran (7P) yang sesuai bagi pihak
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor?
2. Bagaimana proses pengambilan keputusan pembelian konsumen RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor?
3. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor?
4. Bagaimana alternatif strategi pemasaran (7P) yang tepat berdasarkan
perilaku konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor.
2. Menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian konsumen RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
3. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor.
4. Merumuskan alternatif strategi pemasaran (7P) yang tepat berdasarkan
perilaku konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapakan dapat:
1. Memberikan informasi kepada pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
untuk meningkatkan mutu produk dan kualitas pelayanan yang diberikan
sehingga dapat bersaing dengan rumah makan lainnya.
2. Memberikan wawasan, pengalaman, dan informasi baru yang berharga
sekaligus sebagai wadah untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
8
didapatkan di bangku kuliah dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi
untuk penelitian perilaku konsumen selanjutnya.
3. Bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan bagi konsumen hasil penelitan
ini diharapkan dapat berguna sebagai wacana dalam memberikan masukan,
saran, dan keluhan kepada pihak rumah makan terkait dengan peningkatan
mutu produk dan kualitas layanan dalam pencapaian kepuasan pelanggan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
dengan pertimbangan rumah makan ini merupakan salah satu rumah makan yang
ikut bersaing dalam industri restoran dan rumah makan di Kota Bogor dengan
menu utama sop ayam. Responden penelitian ini adalah konsumen yang berumur
16 tahun ke atas yang sudah pernah mengonsumsi makanan di RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor. Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup
manajemen pemasaran mengenai perilaku konsumen, tepatnya proses
pengambilan keputusan pembelian dan kepuasan konsumen RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA
Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Perilaku konsumen berusaha memahami bagaimana konsumen mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa.
Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian,
pembelian, penggunaan beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu.
Aspek pengaruh dan kognisi dilibatkan dalam pengambilan keputusan konsumen,
termasuk pengetahuan, arti, kepercayaan yang diaktifkan dari ingatan serta proses
perhatian dan pemahaman yang terlibat dalam penerjemahan informasi baru di
lingkungan. Selain itu, inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses
pengintegrasian yang mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua
atau lebih alternatif dan memilih salah satu diantara beberapa alternatif tersebut.
Terdapat beberapa teori tentang pengambilan keputusan pembelian, antara lain:
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Terdapat beberapa ahli yang menjelaskan teori ini, antara lain Engel et al.
(1995), Kotler dan Keller (2009), Setiadi (2010), serta Sumarwan (2011). Pada
dasarnya keempat ahli ini memiliki definisi yang hampir sama, namun yang
membedakan di antara ketiganya adalah model pengambilan keputusannya.
Menurut Engel et al. (1995), model keputusan konsumen terjadi melalui lima
tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
pembelian, dan hasil. Menurut Kotler dan Keller (2009), model keputusan
konsumen terjadi melalui lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan pasca pembelian. Menurut Setiadi
(2010), model keputusan konsumennya hampir sama dengan Kotler dan Keller
9
(2009), yaitu pemahaman adanya masalah, pencarian alternatif pemecahan,
evaluasi alternatif, pembelian, dan pasca pembelian. Menurut Sumarwan (2011),
model keputusan konsumen terjadi melalui empat tahap, yaitu pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan konsumsi.
Namun penjabaran keputusan pembelian konsumen menurut Sumarwan (2011)
tidak berhenti hingga proses konsumsi karena konsumen akan melakukan proses
evaluasi alternatif pasca konsumsi meskipun tidak dimasukkan ke dalam tahap
kelima, sehingga pada dasarnya keempat ahli ini memiliki penjelasan yang relatif
sama mengenai proses pengambilan keputusan lima tahap.
Keuntungan menggunakan model keputusan lima tahap (Engel et al. 1995), yaitu:
1. Memberikan penjelasan mengenai perilaku yaitu untuk memahami secara
visual apa yang terjadi sebagai perubahan variabel dan keadaan.
2. Memberikan kerangka acuan untuk penelitian yaitu untuk menetapkan
prioritas penelitian.
3. Fondasi diberikan untuk sistem informasi manajemen. Pemakaian model
secara tepat menyingkap jenis-jenis informasi yang diperlukan untuk
mengerti keputusan konsumen yang berbeda dan memberikan wawasan
esensial untuk strategi pemasaran.
Model proses pembelian konsumen dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1 Model perilaku pengambilan keputusan Sumber: Engel et al. (1995)
Gambar 2 Model lima tahap proses pembelian konsumen Sumber: Kotler dan Keller (2009)
Gambar 3 Model lima pemecahan masalah konsumen Sumber: Setiadi (2010)
Gambar 4 Model keputusan konsumen Sumber: Sumarwan (2011)
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif Pembelian Pasca
Pembelian
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif Pembelian Hasil
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Pembelian dan
Kepuasan
Pemahaman
Masalah
Pencarian
Alternatif
Evaluasi
Alternatif
Pembelian Pasca
Pembelian
10
1. Pengenalan Kebutuhan
Menurut Engel et al. (1995), pengenalan kebutuhan pada hakikatnya
bergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian yang ada di antara keadaan
aktual dan keadaan yang diinginkan. Menurut Sumarwan (2011) dan Kotler-
Keller (2009), proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu
masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang
diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi, serta adanya kebutuhan
yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Dengan rangsangan
internal, salah satu dari kebutuhan normal seseorang seperti rasa lapar, naik
ke tingkat maksimum dan menjadi dorongan untuk melakukan pembelian
(Kotler dan Keller 2009).
2. Pencarian Informasi
Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa
kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu
produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam
ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian
eksternal) (Engel et al. 1995 dan Sumarwan 2011). Pencarian internal
dilakukan oleh konsumen dengan mengingat kembali semua informasi yang
ada dalam ingatannya. Informasi yang dicari meliputi berbagai produk dan
merek yang dianggap bisa memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan
konsumen. Pencarian eksternal merupakan proses pencarian informasi kepada
lingkungan konsumen, yaitu dapat bertanya kepada teman, saudara, penjual,
membaca kemasan, surat kabar, majalah, dan melihat iklan. Konsumen dapat
memperoleh informasi dari berbagai sumber.
3. Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif dapat didefiniskan sebagai proses di mana suatu alternatif
pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Engel et
al. 1995). Evaluasi alternatif merupakan proses mengevaluasi pilihan produk
dan merek serta memilihnya sesuai dengan keinginan konsumen. Pada proses
ini konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya (Sumarwan 2011). Menurut Mowen dan Minor
dalam Sumarwan (2011) serta Kotler dan Keller (2009), konsumen
membentuk kepercayaan, sikap, dan intensinya mengenai alternatif produk
yang dipertimbangkan tersebut. Melalui pembelajaran dan pengalaman,
konsumen mendapatkan kepercayaan dan sikap tersebut. Kepercayaan
merupakan pemikiran deskriptif yang dipegang seseorang tentang sesuatu,
sedangkan sikap merupakan merupakan evaluasi dalam waktu lama tentang
yang disukai atau tidak disukai seseorang, perasaan emosional, dan
kecenderungan objek atau ide (Kotler dan Keller 2009).
4. Pembelian
Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap merek-merek
yang terdapat pada perangkat pilihan. Jika konsumen telah memutuskan
alternatif yang dipilih, maka ia akan melakukan pembelian (Setiadi 2010 dan
Sumarwan 2011). Pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa
yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli, dimana membeli,
dan bagaimana cara membayarnya. Menurut Engel et al. (1995) pembelian
produk atau jasa yang dilakukan konsumen bisa digolongkan ke dalam tiga
macam, yaitu pembelian yang terencana sepenuhnya, pembelian yang separuh
11
terencana, dan pembelian tidak terencana. Pembelian yang terencana
sepenuhnya merupakan hasil dari proses keputusan yang diperluas atau
keterlibatan yang tinggi oleh konsumen dan konsumen telah menentukan
pilihan produk dan merek jauh sebelum pembelian dilakukan. Pembelian
yang separuh terencana dilakukan ketika konsumen sudah tahu produk yang
ingin dibeli sebelumnya dan memutuskan merek dari merek tersebut di
tempat penjualan. Pembelian yang tidak terencana dilakukan oleh konsumen
ketika keinginan untuk membeli muncul pada saat di tempat penjualan.
5. Pasca Pembelian
Menurut Engel et al. (1995), tugas pemasaran tidak berhenti begitu penjualan
terjadi karena pembeli akan mengevaluasi alternatif sesudah pembelian. Jika
keterlibatan tinggi, bukan tidak lazim pembeli mengalami penyesalan atau
keraguan sesudah keputusan. Hal ini dapat berdampak pada apakah pembeli
bersangkutan puas atau tidak puas dengan transaksi yang dilakukan. Sesudah
pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan, konsumen akan mengalami
beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan
terlibat dalam tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang
dapat menarik minat pasar (Setiadi 2010). Kepuasan pembeli merupakan
fungsi dari dekatnya antara harapan dari pembeli tentang produk dan
kemampuan dari produk tersebut. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen
pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika
konsumen merasa puas, maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang
lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas akan
mengurangi ketidakcocokannya dengan meninggalkan atau mengembalikan
produk tersebut, serta berusaha mencari informasi untuk mengonfirmasikan
produk tersebut sebagai bernilai tinggi (Setiadi 2010).
Dalam penelitian Putri (2011), Gunawan (2011), Gini (2012), Heawati
(2013), Manik (2013), dan Maulana (2013), pada proses pengambilan keputusan
pembeliannya menggunakan teori dari Engel et al. tahun 1994 dan 1995. Proses
pengambilan keputusan pembelian menurut Engel et al. (1994) terdiri dari lima
tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
pembelian, dan hasil pembelian.
Bauran Pemasaran
Kotler (1997) mengemukakan bauran pemasaran (marketing mix) sebagai
berikut, “Marketing mix is the set of marketing tools that the firm uses to pursue
its marketing objectives in the target market”, artinya bauran pemasaran adalah
sejumlah alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk meyakinkan
objek pemasaran atau target pasar yang dituju.
Menurut Engel et al. (1994), bauran pemasaran mengacu pada strategi
terpadu yang memadukan produk, harga, promosi, dan distribusi (4P). Kotler dan
Keller (2009) juga mengungkapkan bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu
produk, harga, promosi, dan tempat.
Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005) mengungkapkan
bahwa marketing mix adalah unsur-unsur pemasaran yang saling terkait,
12
dibaurkan, diorganisir, dan digunakan dengan tepat sehingga perusahaan dapat
mencapai tujuan pemasaran dengan efektif. Bauran pemasaran tradisional terdiri
dari product (produk), price (harga), place (tempat), promotion (promosi) atau
yang biasa disebut 4P, sedangkan pemasaran jasa perlu bauran pemasaran yang
diperluas menjadi 7P (expanded marketing mix for service) dengan penambahan
unsur non-traditional marketing mix, yaitu people (orang), physical evidence
(fasilitas fisik), dan process (proses).
Penambahan unsur bauran pemasaran jasa dilakukan karena jasa memiliki
karakteristik yang berbeda dengan produk, yaitu tidak berwujud (intagibility),
tidak dapat dipisahkan (inspirability), berubah-ubah (variability), dan mudah
lenyap (perishability). Adapun unsur-unsur bauran pemasaran jasa, antara lain
produk (product), harga (price), tempat (place), promosi (promotion), orang
(people), bukti fisik (physical evidence), proses (process).
Putri (2011), Manik (2013), dan Maulana (2013) meneliti mengenai restoran
yaitu Restoran Sagoo Kitchen, Restoran Riung Gili-Gili, dan Restoran Chicken
Sogil. Ketiganya merupakan usaha yang bergerak dibidang jasa khususnya jasa
penyedia makanan dan minuman, sehingga dalama bauran pemasaran ketiganya
menggolongkan ke dalam tujuh bauran, yaitu produk (product), harga (price),
tempat (place), promosi (promotion), orang (people), bukti fisik (physical
evidence), proses (process).
Dimensi Atribut
Dalam menganalisis kepuasan konsumen, terlebih dahulu menentukan
atribut yang akan digunakan. Atribut yang dapat digunakan dalam menganalisis
produk jasa, dapat menggunakan dimensi kualitas produk (produk dan jasa) atau
pun bauran pemasaran jasa.
Dimensi Kualitas Produk Barang
Menurut Garvin dalam Umar (2000), dimensi kualitas barang dapat
ditentukan melalui delapan dimensi, antara lain:
1. Performance, yaitu berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan.
2. Features, yaitu aspek kedua dari performansi yang berguna untuk
menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan produk dan
pengembangan.
3. Reliability, yaitu berkaitan dengan probabilitas suatu barang dalam
menjalankan fungsinya.
4. Conformance, yaitu berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan
pelanggan.
5. Durability, yaitu refleksi umur ekonomis berupa daya tahan.
6. Serviceability, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan,
kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan.
7. Aesthetic, yaitu karakteristik yang bersifat subjektif mengenai nilai-nilai
estetika.
13
8. Fit and finish, yaitu bersifat subjetik, berkaitan dengan perasaan pelanggan
mengenai keberadaan produk.
Dimensi Kualitas Produk Jasa
Zeithaml et al. mengemukakan adanya lima dimensi dalam menentukan
kualitas jasa, yaitu:
1. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai
dengan janji yang ditawarkan.
2. Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu
pelanggan.
3. Assurance, yaitu kemampuan karyawan atas produk secara tepat.
4. Emphaty, yaitu perhatian individual yang diberikan perusahaan kepada
pelanggan.
5. Tangibles, yaitu penampilan fasilitas fisik seperti gedung.
Bauran Pemasaran Jasa
Bauran pemasaran jasa menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005)
terdiri dari 7P, antara lain produk (product), harga (price), tempat (place),
promosi (promotion), orang (people), bukti fisik (physical evidence), proses
(process).
Dalam menentukan atribut, dapat digunakan kombinasi antara dimensi
kualitas produk barang dan dimensi kualitas produk jasa, menggunakan dimensi
kualitas jasa saja, bauran pemasaran jasa saja, atau kombinasi dari dimensi
kualitas produk dengan pemasaran jasa.
Atribut yang digunakan dalam penelitian Gunawan (2011) yaitu berdasarkan
dimensi kualitas jasa saja, yang terdiri dari reliability, responsiveness, assurance,
emphaty, dan tangibles. Gini (2012) menggunakan kombinasi atribut berdasarkan
kombinasi dimensi kualitas produk dengan dimensi kualitas jasa, yang terdiri dari
performance, features, reliability, conformance, durability, serviceability,
aesthetic, dan perceived quality. Herawati (2013) dalam menentukan atribut
menggunakan kombinasi bauran produk dengan dimensi kualitas jasa, yang terdiri
dari produk, reliability, responsiveness, assurance, emphaty, dan tangibles. Putri
(2011), Manik (2013), dan Maulana (2013) dalam menentukan atribut
menggunakan penjabaran bauran pemasaran 7P yang terdiri dari product, price,
place, promotion, people, physical evidence, dan process.
Metode dan Alat Penelitian
Menurut Setiadi (2010) terdapat dua teknik pengambilan sampel, yaitu
pengambilan sampel probabilitas/acak dan pengambilan sampel non probabilitas.
Pengambilan sampel probabilitas/acak adalah suatu metode pemilihan ukuran
sampel yang mana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Metode ini terdiri dari lima cara yaitu cara
undian, tabel bilangan random, sistematis/ordinal, stratifikasi, dan cluster.
Pengambilan sampel non probabilitas adalah pengambilan sampel dengan cara
semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih
14
menjadi anggota sampel karena ada bagian tertentu yang secara sengaja tidak
dimasukkan dalam pemilihan untuk mewakili populasi. Cara ini sering disebut
sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan karena pelaksanaannya
digunakan pertimbangan tertentu oleh peneliti. Terdapat tiga cara pengambilan
sampel non probability, yaitu cara keputusan (judgement sampling), cara kuota
(quota sampling), dan cara kemudahan (convinience sampling).
Keuntungan menggunakan metode sampling, antara lain menghemat biaya,
mempercepat hasil survei, cakupan materi lebih besar, dan akurasi lebih tinggi,
sedangkan kelemahan metode sampling antara lain penyajian wilayah kecil,
penyajian variabel proporsi kecil, trend data, dan tidak tersedianya kerangka
sampel.
Pada metode pengambilan sampel, Simanjuntak (2010), Gunawan (2011),
Putri (2011), Gini (2012), dan Herawati (2013) menggunakan metode non
probability sampling, yang mana tidak semua anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi responden. Teknik non probability
sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Simanjuntak (2010)
menggunakan convenience sampling dengan pertimbangan kemudahan dan
kesediaan subjek yaitu responden yang ditemui di tempat penelitian dengan
sukarela bersedia untuk dijadikan sampel penelitian. Gunawan (2011) dan
Herawati (2013) menggunakan convenience sampling dengan pertimbangan
responden adalah konsumen yang pernah datang dan mengonsumsi makanan di
restoran yang diteliti yaitu Rumah Makan Soto Banjar Waroeng Bumi
Khatulistiwa dan Rumah Makan Nasi Timbel Saung Merak Bogor. Selain itu,
responden yang dipilih adalah responden yang berusia 15 tahun ke atas dengan
alasan bahwa responden tersebut dianggap telah memahami pertanyaan yang ada
pada kuesioner. Putri (2011) menggunakan convenience sampling dengan
pertimbangan responden merupakan konsumen yang sudah melakukan pembelian
di Restoran Sagoo Kitchen minimal dua kali agar konsumen memiliki
pertimbangan untuk dapat melakukan penilaian terhadap tingkat kepentingan dan
tingkat kinerja restoran, melakukan pembelian di Restoran Sagoo Kitchen dalam
rentang waktu tiga bulan terakhir dengan maksud konsumen masih dapat
mengingat hal yang dirasakan ketika terakhir melakukan pembelian di Restoran
Sagoo Kitchen, dan responden berusia lebih atau sama dengan 17 tahun dengan
maksud responden telah mengerti pertanyaan dalam kuesioner. Gini (2012)
menggunakan convenience sampling dengan pertimbangan yang hampir sama
dengan Putri (2011) yaitu responden adalah konsumen yang sudah pernah atau
sedang mengonsumsi makanan di Restoran Khaspapi dan berusia 17 tahun ke
atas.
Analisis Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran, serta suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 2011).
Dalam Gunawan (2011) analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan
karakteristik konsumen. Karakteristik konsumen dalam penelitian Gunawan
(2011) yaitu sebanyak 51.67 persen responden Rumah Makan Soto Banjar
15
Waroeng Bumi Khatulistiwa adalah laki-laki, usia 25-34 tahun, status menikah,
domisili di Bogor, Suku Banjar, pendidikan sarjana (S1), pekerjaan sebagai
pegawai swasta, dan pendapatan lebih dari Rp4 000 000. Mayoritas konsumen
yang datang ke Restoran Sagoo Kitchen dalam Putri (2011) adalah perempuan
sebanyak 76.67 persen dengan usia 17-23 tahun sebanyak 45 persen, berdomisili
di Bogor sebanyak 90 persen, berpendidikan sarjana sebanyak 36.67 persen,
profesi sebagai pelajar/mahasiswa dan pegawai swasta sama-sama sebanyak 30
persen. Pendapatan atau uang saku rata-rata per bulan Rp500 000 - Rp1 499 999
dan Rp2 500 000 - Rp3 499 999 dengan persentase yang sama yaitu 25 persen,
serta status responden belum menikah sebanyak 61.67 persen.
Importance Performance Analysis (IPA)
Metode Importance Performance Analysis (IPA) merupakan suatu metode
yang digunakan untuk mengukur atribut-atribut dari tingkat kepentingan dan
tingkat kinerja yang diharapkan konsumen. Tingkat kinerja menunjukkan atribut
aktual yang dirasakan konsumen, sedangkan tingkat kepentingan atribut
menunjukkan seberapa perlu atribut tersebut bagi konsumen.
Dalam Simanjuntak (2010), hasil Importance Performance Analysis (IPA)
adalah atribut produk yang dinilai penting namun pelaksanaan atau kinerja
dianggap masih rendah oleh konsumen yaitu cita rasa, ketebalan daging,
kebersihan peralatan, dan kebersihan gerobak (Kuadran I), atribut yang perlu
dipertahankan oleh perusahaan karena dinilai penting dan kinerja dinilai baik
yaitu kerenyahan, harga, kebersihan produk, keramahan dan kesopanan penjual,
ketepatan pada saat pembayaran, dan pengetahuan penjual mengenai produk
(Kuadran II). Gunawan (2011) megungkapkan dari hasil IPA, atribut yang dinilai
penting namun kinerja masih rendah yaitu keamanan rumah makan dan area
parkir, sedangkan atribut yang dinilai penting dan memiliki kinerja tinggi dan
mampu memberikan kepuasan kepada konsumen adalah kecepatan melayani
konsumen, kesesuaian pesanan, rasa makanan, pengetahuan pramusaji terhadap
produk, tampilan makanan, keramahan pramusaji dan kecepatan pramusaji
mengantarkan pesanan.
Customer Satisfaction Index (CSI)
Metode Customer Satisfaction Index (CSI) untuk menentukan tingkat
kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan pendekatan yang
memperhitungkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja semua atribut yang
diukur.
Berdasarkan hasil Customer Satisfaction Index (CSI) Simanjuntak (2010),
konsumen merasa puas terhadap atribut produk dan pelayanan KaFC dengan nilai
71 persen atau 0.71 untuk atribut produk dan 72 persen atau 0.72 untuk atribut
pelayanan. Nilai tersebut berada pada rentang skala 0.60-0.80 yang menunjukkan
konsumen merasa puas. Dalam Putri (2011), hasil Customer Satisfaction Index
(CSI), kepuasan konsumen Restoran Sagoo Kitchen sebesar 75.60 persen yang
menunjukkan bahwa secara umum konsumen menyatakan puas. Herawati (2013)
menyebutkan hasil CSI Rumah Makan Nasi Timbel Saung Merak Bogor sebesar
68 persen yang berarti konsumen merasa puas. Atribut yang perlu diperbaiki
karena memiliki kinerja yang rendah antara lain harga produk, penataan ruangan
16
dan kebersihan, kerapian dan keterampilan agar kepuasan pengunjung pada atribut
tersebut dapat tercapai.
Gap Analysis (Analisis Gap)
Kepuasan konsumen dipengaruhi oleh dua variabel utama yaitu expectation
dan perceived performance, yang mana kinerja atau perceived performance sudah
melebihi harapan (expectation) konsumen. Berdasarkan pengertian tersebut,
penelitian ini akan mengukur tingkat kepuasan ke arah hasil selisih kinerja dengan
harapan.
Hasil analisis gap pada penelitian Maulana (2013) yang berjudul proses
pengambilan keputusan dan kepuasan konsumen Chicken Sogil didapatkan hasil
analisis gap pada setiap atribut memiliki nilai rata-rata keseluruhan atribut sebesar
-0.70. Atribut yang memiliki nilai gap di bawah rata-rata dan sesuai dengan
kuadran I atau prioritas utama dalam analisis IPA adalah ketersediaan meja,
ketersediaan tempat parkir, desain interior, kebersihan ruangan, kecepatan
pelayanan pesan antar antar, pramusaji menyajikan sesuai pesanan konsumen,
penampilan pramusaji, dan kecepatan penyajian.
Structural Equation Model (SEM)
Structural Equation Model merupakan bagian dari model statistik yang
dapat menjelaskan hubungan-hubungan antara variabel-variabel, khususnya pada
variabel-variabel yang tidak teramati (variabel laten). SEM memiliki kemampuan
untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang bersifat multiple relationship.
Hubungan dibentuk dalam model struktural (hubungan antara variabel laten
dependen dan independen).
Berdasarkan analisis Structural Equation Model (SEM) dalam Gini (2012),
didapatkan hasil bahwa atribut yang membuat konsumen merasa puas adalah
citarasa yang enak dan harga yang ditawarkan cukup terjangkau, sedangkan
atribut yang kinerjanya kurang memberikan kepuasan bagi konsumen adalah
pelayanan pramusaji yang kurang cepat, fasilitas membayar dengan kartu debit
atau kredit, serta lahan parkir yang kurang luas.
Uji Chi-Square
Chi-Square merupakan salah satu analisis statistik yang banyak digunakan
dalam pengujian hipotesis. Chi-Square terutama digunakan untuk uji
homogenitas, uji independensi, dan uji keselarasan (goodness of fit).
Dalam Mariani (2011), uji chi square untuk melihat hubungan karakteristik
konsumen dengan penilaian tingkat kepuasan terhadap Agricafe. Adapun hipotesis
dalam penelitian Mariani (2011) adalah sebagai berikut :
H0 : Tidak ada hubungan atau pengaruh antara karakteristik konsumen
dengan tingkat kepuasan konsumen Agricafe
H1 : Terdapat hubungan atau pengaruh karakteristik konsumen dengan
tingkat kepuasan kepuasan konsumen Agricafe
Dasar pengambilan keputusan adalah jika nilai X2 hitung lebih besar dari X
2
tabel atau nilai peluang X2 lebih kecil dari α (5%), maka H0 ditolak artinya
terdapat hubungan atau pengaruh antara karakteristik konsumen dengan tingkat
kepuasan konsumen Agricafe. Sebaliknya H0 diterima apabila nilai X2 hitung
lebih kecil dari X2 tabel atau nilai peluang X
2 lebih besar dari α (5%) artinya tidak
17
terdapat hubungan atau pengaruh antara karakteristik konsumen dengan penilaian
kepuasan konsumen terhadap Agricafe. Hasil yang didapatkan adalah karakteristik
konsumen berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status, pekerjaan,
dan pendapatan tidak memiliki pengaruh atau hubungan terhadap kepuasan
pengunjung Agricafe, sedangkan pendapatan konsumen mempunyai pengaruh
terhadap penilaian atribut pelayanan di Agricafe.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teori
Restoran
Definisi restoran berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan
Telekomunikasi No. 73/PW.105/MPPT/1985 adalah salah satu jenis usaha jasa
pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen,
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan,
penyimpanan, penyajian, dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di
tempat usahanya dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan ini.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor (2012) membagi jenis
hidangan yang ditawarkan oleh restoran dan rumah makan menjadi lima macam
yaitu:
1. Hidangan Indonesia, yaitu restoran yang menyajikan berbagai jenis
makanan yang biasa menjadi menu orang Indonesia.
2. Hidangan tradisional, yaitu restoran yang menyajikan berbagai makanan
yang berasal dari daerah tertentu yang ada di Indonesia, seperti Restoran
Sunda di Jawa Barat atau Restoran Minang dari Sumatera Barat.
3. Hidangan internasional, yaitu restoran yang menyajikan makanan yang
secara umum dikonsumsi oleh masyarakat dunia.
4. Hidangan oriental, yaitu restoran yang menyajikan makanan khas asia
timur seperti Restoran China atau Jepang.
5. Hidangan kontinental, yaitu restoran yang menyajikan berbagai makanan
Eropa.
Pengertian Konsumen
Sumarwan (2011) membagi konsumen dalam dua jenis, yaitu konsumen
individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa
untuk digunakan sendiri dan anggota keluarga. Konsumen organisasi meliputi
organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga
lainnya (sekolah, perguruan tinggi, dan rumah sakit), yang mana organisasi
tersebut membeli produk peralatan dan jasa lainnya untuk menjalankan seluruh
kegiatan organisasinya.
Karakteristik demografi menggambarkan karakteristik suatu penduduk.
Adapun karakteristik demografi konsumen menurut Sumarwan (2011), antara
lain:
18
1. Usia
Konsumen yang berbeda usia akan mengonsumsi produk dan jasa yang
berbeda. Perbedaan ini akan mengakibatkan perbedaan selera dan
kesukaan terhadap merek. Dari sisi pemasaran, semua penduduk berapa
pun usianya adalah konsumen. Namun pemasar perlu mengetahui dengan
pasti apakah usia dijadikan dasar untuk segmentasi pasar produknya.
2. Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik yang saling
berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang
dilakukan seorang konsumen. Tingkat pendidikan seseorang akan
memengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berfikir, cara pandang bahkan
persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan
yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi. Pendidikan juga
memengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek.
3. Lokasi geografik
Lokasi geografik adalah daerah tempat tinggal seorang konsumen, yang
mana daerah ini akan memengaruhi pola konsumsi konsumen. Orang yang
tinggal di desa akan memiliki akses terbatas kepada berbagai produk dan
jasa. Sebaliknya, konsumen yang tinggal di kota-kota besar lebih mudah
memperoleh semua barang dan jasa yang dibutuhkannya. Para pemasar
harus memahami dimana konsumen tinggal agar ia bisa memfokuskan
kemana produknya akan dijual.
4. Pendapatan
Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari
pekerjaan yang dilakukan untuk mencari nafkah. Pendapatan pada
umumnya diterima dalam bentuk uang. Pendapatan adalah sumber daya
material yang sangat penting bagi konsumen karena dengan pendapatan
tersebut konsumen dapat membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah
pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli dari seorang
konsumen. Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa
yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seorang konsumen dan seluruh
anggota keluarganya. Oleh sebab itu para pemasar perlu mengetahui
pendapatan konsumen yang menjadi sasaran pasarnya karena pendapatan
konsumen akan menjadi indikator penting besarnya jumlah produk yang
bisa dibeli konsumen.
Perilaku Konsumen
Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen didefinisikan sebagai
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan tersebut. Perilaku konsumen menarik dan dinamis dan
menggambarkan perkembangan ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan informasi
yang terjadi di sekeliling konsumen. Jika suatu perusahaan ingin tetap berjalan
dan terus tumbuh, maka perusahaan harus dapat menarik konsumen baru dan
mempertahankan konsumen yang telah menjadi pelanggannya.
19
Proses Keputusan Pembelian
Proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen terjadi melalui
lima tahap, yaitu tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian, dan hasil (Engel et al. 1995). Proses pembelian
dimulai jauh sebelum pembelian aktual dan mempunyai konsekuensi dalam waktu
lama setelahnya. Model lima tahap proses pembelian konsumen menurut Engel et
al. (1995) dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Model pengambilan keputusan pembelian konsumen
Sumber: Engel et al. (1995)
Penjelasan mengenai model lima tahap proses keputusan pembelian
menurut Engel et al. (1995) , sebagai berikut:
1. Pengenalan Kebutuhan
Pengenalan kebutuhan pada hakikatnya bergantung pada berapa banyak
ketidaksesuaian yang ada diantara keadaan aktual (situasi konsumen
sekarang) dan keadaan yang diinginkan (situasi yang konsumen inginkan).
Ketika ketidaksesuaian ini melebihi tingkat atau ambang tertentu,
kebutuhan pun dikenali, namun seandainya ketidaksesuaian itu berada di
bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi.
Gambar 6 Proses pengenalan kebutuhan berpusat pada tingkat ketidaksesuaian
Sumber: Engel et al. (1995)
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil
Keadaan yang
diinginkan
Di Bawah
Ambang Di Atas
Ambang
Tingkat
Ketidaksesuaian
Pengenalan
Kebutuhan
Keadaan
Aktual
Tidak Ada
Pengenalan
20
Pengenalan kebutuhan tidak secara otomatis mengaktifkan suatu tindakan.
Hal ini bergantung pada beberapa faktor, yaitu kebutuhan yang dikenali
harus cukup penting dan konsumen harus percaya bahwa solusi bagi
kebutuhan tersebut ada dalam batas kemampuannya. Adapun faktor-faktor
yang dapat mengaktifkan kebutuhan antara lain, keadaan yang berubah,
pemerolehan produk, konsumsi produk, pengaruh pemasaran, dan
perbedaan individu. Proses pengenalan kebutuhan berpusat pada tingkat
ketidaksesuian dapat dilihat pada Gambar 6.
2. Pencarian Informasi
Setelah pengenalan kebutuhan terjadi, konsumen akan terlibat dalam
pencarian dalam pemuas kebutuhan yang potensial. Pencarian merupakan
tahap kedua dari proses pengambilan keputusan yang didefinisikan sebagai
aktivasi termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan
atau pemrosesan informasi dari lingkungan. Pencarian dapat bersifat
internal dan eksternal. Pencarian internal melibatkan pemerolehan kembali
pengetahuan dari ingatan, pencarian eksternal terdiri atas pengumpulan
informasi dari pasar. Sumber informasi eksternal dibagi menjadi dua jenis,
yairu komersial dan nonkomersial. Komersial meliputi iklan, informasi
dalam toko, dan wiraniaga. Nonkomersial meliputi media umum dan
orang lain. Proses pencarian internal dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Proses pencarian internal
Sumber: Engel et al. (1995)
3. Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif merupakan proses di mana suatu alternatif pilihan
dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Keputusan
harus diambil pada awalnya mengenai alternatif mana yang harus
dipertimbangkan dan dimensi atau atribut apa yang akan digunakan dalam
menilai alternatif-alternatif yang dipertimbangkan selama proses evaluasi,
kemudian harus diputuskan.
Evaluasi alternatif terdiri dari empat unsur, yaitu menentukan kriteria
evaluasi, menentukan alternatif pilihan, menilai kinerja alternatif, dan
menerapkan kaidah keputusan. Kriteria evaluasi merupakan dimensi atau
atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan.
Jalankan Pencarian Eksternal
Determinan dari pencarian
internal:
- Pengetahuan yang sudah
ada
- Kemampuan untuk
memperoleh kembali
informasi
Lanjutkan dengan Keputusan
YA TIDAK
Pencarian Internal
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Internal Berhasil
21
Kriteria alternatif muncul dalam banyak bentuk, seperti harga, nama
merek, dan saliensi (kemencolokan). Selanjutnya konsumen harus
menentukan alternatif-alternatif dari kriteria yang telah dibuat, kemudian
proses evaluasi alternatif melibatkan penilaian kinerja alternatif-alternatif
pilihan sepanjang kriteria evaluasi yang mencolok. Unsur akhir dari proses
evaluasi alternatif yaitu kaidah keputusan. Kaidah keputusan
menggambarkan strategi yang digunakan konsumen untuk mengadakan
seleksi dari alternatif-alternatif pilihan. Komponen dasar evaluasi alternatif
dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Komponen dasar proses evaluasi alternatif
Sumber: Engel et al. (1995)
4. Pembelian
Pembelian adalah tahap besar dalam model perilaku konsumen yang
meliputi kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana membayar.
Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu niat dan pengaruh
lingkungan dan/atau perbedaan individu. Niat terdiri dari beberapa
kategori, antara lain niat kategori satu, yaitu dirujuk sebagai pembelian
yang terencana sepenuhnya. Kategori ini merupakan hasil dari keterlibatan
tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas. Konsumen akan bersedia
menginvestasikan waktu dan energi lebih dalam berbelanja dan membeli.
Selanjutnya niat kategori dua, yaitu pembelian yang terencana walaupun
pilihan merek dibuat di tempat penjualan. Kemudian pembelian tidak
terencana, yaitu niat yang disadari tidak diutarakan sebelum tindakan
membeli. Pengaruh lingkungan, khususnya situasi juga mempengaruhi
pembelian, seperti cuaca dan pengangguran sementara. Hal ini berada di
luar pengaruh pemasar, namun pemasar juga memiliki kendali langsung
dalam pembelian konsumen, seperti promosi, pengurangan harga, dan
atmosferik toko.
5. Hasil Pembelian
Menurut Engel et al. (1995), tugas pemasaran tidak berhenti begitu
penjualan terjadi karena pembeli akan mengevaluasi alternatif sesudah
pembelian. Jika keterlibatan tinggi, bukan tidak lazim pembeli mengalami
penyesalan atau keraguan sesudah keputusan. Hal ini dapat berdampak
pada apakah pembeli bersangkutan puas atau tidak puas dengan transaksi
yang dilakukan. Keyakinan dan sikap yang terbentuk pada tahap ini akan
langsung mempengaruhi niat pembelian masa datang, komunikasi lisan,
dan perilaku keluhan
Menentukan Kriteria Evaluasi Menentukan Alternatif Pilihan
Menilai Kinerja Alternatif
Menerapkan Kaidah Keputusan
22
Kepuasan Konsumen
Engel et al. (1995) mengemukakan bahwa kepuasan adalah evaluasi pasca
konsumsi dimana suatu alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi
harapan konsumen, sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dari harapan yang
diteguhkan secara negatif.
Kepuasan dapat dibagi menjadi dua jenis kepuasan yaitu kepuasan
fungsional dan kepuasan psikologikal. Kepuasan fungsional adalah kepuasan yang
diperoleh dari fungsi suatu produk yang dimanfaatkan, sedangkan kepuasan
psikologikal merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak
berwujud dari produk. Perusahaan menciptakan suatu produk sebagai respon atas
kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk tersebut. Oleh sebab itu,
perusahaan harus mampu memberikan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen yang akan berujung pada kepuasan yang diterima oleh
konsumen.
Dalam menilai tingkat kepuasan konsumen, Engel et al. (1995) membagi
bentuk penilaian yang berbeda, yaitu:
1. Diskonfirmasi Positif
Diskonfirmasi positif menggambarkan kinerja yang telah dijalankan oleh
perusahaan lebih baik dari apa yang diharapkan konsumen. Pengakuan
positif dapat memberikan kepuasan kepada konsumen dan memungkinkan
terjadinya pembelian ulang.
2. Konfirmasi Sederhana
Situasi ini menunjukkan bahwa prestasi perusahaan sama dengan apa yang
diharapkan oleh konsumen. Pengakuan sederhana akan memberikan
kepuasan kepada konsumen dan memungkinkan terjadinya pembelian
ulang.
3. Diskonfirmasi Negatif
Diskonfirmasi negatif menggambarkan kinerja yang telah dijalankan oleh
perusahaan lebih buruk dari apa yang diharapkan konsumen. Pengakuan
negatif dapat memberikan ketidakpuasan kepada konsumen dan
memungkinkan tidak ada pembelian ulang.
Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2009) definisi pemasaran dapat dibedakan
antara definisi sosial dengan definisi manajerial dari pemasaran. Definisi
pemasaran secara sosial adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu
dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai dengan orang lain. Definisi pemasaran secara managerial yaitu ilmu
memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai
pelanggan yang unggul. Dalam Kotler dan Keller (2009) Asosiasi Pemasaran
Amerika mendefinisikan bahwa pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan
serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan nilai
kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.
23
Bauran Pemasaran
Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005) mengungkapkan
bahwa marketing mix adalah unsur-unsur pemasaran yang saling terkait,
dibaurkan, diorganisir, dan digunakan dengan tepat sehingga perusahaan dapat
mencapai tujuan pemasaran dengan efektif. Bauran pemasaran jasa, antara lain:
1. Produk (Product)
Produk adalah kombinasi barang dan jasa yang dapat ditawarkan produsen
kepada konsumen untuk diperhatikan, diminta, dibeli, dicari, dipakai atau
dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan.
2. Harga (Price)
Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk
memperoleh suatu produk atau jasa. Harga merupakan kekuatan otoritas
perusahaan untuk meningkatkan atau menurunkan agar konsumen datang
untuk membeli suatu barang atau jasa yang ditawarkan.
3. Tempat (Place)
Tempat adalah keputusan distribusi yang dilakukan perusahaan untuk
membuat produknya tersedia dan mudah didapatkan untuk konsumen
sasaran.
4. Promosi (Promotion)
Promosi adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dengan
mempresentasikan produk atau jasa yang dimiliki menggunakan
komunikasi yang efektif sehingga dapat membujuk konsumen untuk
membeli produk tersebut.
5. Orang (People)
Orang adalah semua partisipan yang memainkan peran dalam penyajian
barang dan jasa sehingga memengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen
yang termasuk dalam people yaitu pegawai perusahaan, konsumen, dan
konsumen lain dalam lingkungan jasa.
6. Bukti Fisik (Physical Evidence)
Bukti fisik adalah lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang telah
ditawarkan. Unsur-unsur yang terkandung dalam physical evidence adalah
bangunan fisik, perlengkapan, peralatan, warna, logo, dan barang lain yang
berhubungan dengan pelayanan yang diberikan.
7. Proses (Process)
Proses merupakan prosedur, tugas-tugas, jadwal, mekanisme, kegiatan dan
rutinitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa sebagai upaya
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya.
Segmentation, Targetting, Positioning (STP)
Segmentasi pasar adalah proses menempatkan konsumen dalam sub
kelompok di pasar produk, sehingga pembeli memiliki tanggapan yang hampir
sama dengan strategi pemasaran dalam penentuan strategi perusahaan (Setiadi
2010). Pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain variabel internal (persepsi, sikap, kepribadian dan gaya
hidup) dan variabel eksternal (situasi, budaya, kelompok rujukan). Pemasar dapat
menggunakan variabel tersebut untuk mengembangkan strategi pemasaran. Salah
satu manfaat yang paling penting dalam memahami perilaku konsumen adalah
24
pemasar dapat membuat strategi segmentasi yang jelas sehingga memungkinkan
untuk menentukan pasar sasaran (target market) dan memosisikan produk dengan
proses komunikasi yang baik kepada konsumen sasaran. Kemudian, memosisikan
produk (product positioning) merupakan strategi yang dirancang untuk
mengomunikasikan manfaat produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Hal
yang membedakan antara segmentasi dan positioning adalah segmentasi
merupakan upaya membedakan konsumen, sedangkan positioning merupakan
usaha membedakan produk pemasar dengan produk pesaing. Model STP dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Model STP
Sumber: Setiadi (2010)
Metode dan Alat Analisis yang Digunakan
1. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan
pengambilan sampel secara tak acak (Non probability sampling).
Pengambilan sampel secara tak acak merupakan metode sampling yang
tidak mempertimbangkan peluang (Sanusi 2012). Penyebaran kuesioner
dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling, yaitu
metode yang memilih responden berdasarkan kemudahan dan kenyamanan
peneliti dalam mendapatkan dan menemukan contoh untuk dipilih. Teknik
penentuan sampel tersebut dilakukan berdasarkan kondisi di lapangan
dengan cara memilih konsumen yang bersedia untuk mengisi kuesioner
sesuai dengan panduan yang telah diberikan.
Kelebihan dari convenience sampling adalah biayanya lebih murah bila
dibandingkan dengan probability sampling, kemudahan dalam
mendapatkan responden, dan waktu yang relatif lebih cepat. Kekurangan
dari metode ini adalah dalam jumlah yang besar bisa saja terjadi bias dan
seringkali terjadi under-representation atau over-representation. Untuk
mengatasi hal tersebut, caranya adalah dengan melakukan screening
kepada calon responden dan melihat apakah responden sudah sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan peneliti.
S
Market Segmentation
T
Market Targetting
P
Product Positioning
1. Mengidentifikasi
variabel-variabel
segmentasi.
2. Mengembangkan
profil dari segmen
yang dihasilkan.
1. Mengevaluasi
daya tarik dari
masing-masing
segmen.
2. Memilih
segmen sasaran.
1. Mengidentifikasi
konsep positioning
yang tepat untuk
masing-masing
segmen.
2. Memilih,
mengembangkan, dan
mengomunikasikan
konsep positioning
yang dipilih.
25
2. Customer Satisfaction Index (CSI)
Untuk mengukur tingkat kepuasan responden secara menyeluruh menurut
Stanford dalam Sherly (2011) diperlukan perhitungan terhadap tingkat
kepentingan dari produk atau jasa tersebut. Kelebihan dari alat analisis
Customer Satisfaction Index (CSI) adalah efisiensi yaitu tidak hanya
indeks kepuasan tapi sekaligus memperoleh informasi yang berhubungan
dengan dimensi atau atribut yang perlu diperbaiki. Hal ini dimungkinkan
karena skor dari setiap atribut dapat diperoleh. Selain itu mudah digunakan
dan sederhana yaitu tidak perlu menggunakan rumus-rumus yang rumit
atau analisa statistik tingkat lanjut, serta penggunaan skala yang memiliki
sensitivitas dan realibilitas cukup tinggi.
Kelemahan dari alat analisis Customer Satisfaction Index (CSI) adalah
skalanya sulit dikomunikasikan (apakah tingkat kepuasan yang didapat
sudah cukup atau belum, apabila dibandingkan dengan hasil indeks
pesaing/studi periode sebelumnya baru mudah untuk diinterpretasikan),
unsur subjektivitas dalam metode perhitungan indeks, ketidakstabilan dari
indeks yang dihasilkan bisa karena adanya perubahan atribut yang diukur.
3. Importance Performance Analysis (IPA)
Dalam Tjiptono (2011), metode Importance Performance Analysis (IPA)
pertama kali dikemukakan oleh Martilla dan James pada tahun 1977 dalam
artikel “Importance Performance Analysis” yang dipublikasikan pada
Journal of Marketing. Pada metode ini responden diminta untuk menilai
tingkat kepentingan dan tingkat kinerja perusahaan yang selanjutnya nilai
rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja tersebut dianalisis pada
Importance Performance Matrix. Untuk menilai kinerja dan kepentingan
konsumen digunakan skor seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Skor/nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
Skor/nilai Tingkat kinerja Tingkat kepentingan
1 Sangat tidak baik Sangat tidak penting
2 Tidak baik Tidak penting
3 Cukup baik Cukup penting
4 Baik Penting
5 Sangat baik Sangat penting
Sumber: Simamora 2004
4. Gap Analysis (Analisis Gap)
Kepuasan konsumen dipengaruhi oleh dua variabel utama yaitu
expectation dan perceived performance, yang mana kinerja atau perceived
performance sudah melebihi harapan (expectation) konsumen (Day Tse et
al. (1988) dalam Tjiptono (1997)). Berdasarkan pengertian tersebut,
penelitian ini akan mengukur tingkat kepuasan ke arah hasil selisih kinerja
dengan harapan. Analisis gap juga digunakan untuk mendukung hasil dari
metode Importance Performance Analysis.
26
Kerangka Pemikiran Operasional
Jumlah penduduk Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap
tahunnya dengan tingkat pertumbuhan 1.51 persen per tahun (BPS 2013).
Peningkatan jumlah penduduk tersebut berdampak pada peningkatan jumlah
konsumsi masyarakat Indonesia, khususnya konsumsi pangan. Hal ini dapat
dilihat pada data persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut
kelompok barang pada tahun 2012 bahwa pengeluaran penduduk Indonesia untuk
makanan sebesar 51.08 persen (BPS 2013). Adanya kebutuhan masyarakat yang
cukup tinggi terhadap pangan mendorong adanya peningkatan usaha dibidang
pangan. Globalisasi juga mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap
kehidupan masyarakat. Salah satu cirinya adalah perubahan gaya hidup dan pola
konsumsi makanan. Kesibukan masyarakat menyebabkan masyarakat tidak
mempunyai waktu untuk menyiapkan makanan di rumah sehingga lebih memilih
untuk menghabiskan waktu luang dan uang dengan menikmati makanan dan
minuman di luar rumah seperti restoran ataupun rumah makan.
Globalisasi terutama berdampak pada masyarakat perkotaan karena
tingginya mobilitas masyarakat perkotaan yang ditandai dengan banyaknya
aktivitas di luar rumah. Salah satu kota yang memiliki mobilitas tinggi di
Indonesia adalah Kota Bogor. Kedudukan geografis Kota Bogor yang berada di
tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang sangat dekat
dengan ibukota negara merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri,
perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Kontribusi sektor
perdagangan, hotel, dan restoran setiap tahunnya cenderung meningkat. Sektor ini
merupakan sektor yang memiliki kontribusi paling tinggi dalam hal nilai tambah
yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di Kota Bogor pada tahun
2009 hingga tahun 2012 dibanding sektor-sektor lainnya.
Meningkatnya PDRB Kota Bogor khususnya pada sektor perdagangan,
hotel, dan restoran disebabkan oleh gaya hidup masyarakat Kota Bogor yang
cenderung berubah. Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki mobilitas yang
tinggi dengan ditandai meningkatnya kegiatan di luar rumah seperti bekerja,
liburan, dan sekedar berkumpul dengan keluarga atau teman. Adanya perubahan
gaya hidup ini berimplikasi pada perubahan pola konsumsi, kebiasaan, dan
perilaku pembelian masyarakat yang ingin bersifat cepat, praktis, mudah, dan
nyaman. Perubahan tersebut, menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk
mendirikan atau mengembangkan jenis usaha dibidang makanan, contohnya yaitu
restoran dan rumah makan.
Restoran atau rumah makan merupakan tempat yang saat ini menjadi solusi
bagi seseorang yang sibuk dengan kegiatannya dan tidak sempat untuk
menyiapkan makanan sendiri. Hal ini merupakan pendorong bagi seseorang untuk
makan di restoran atau rumah makan. Jumlah restoran di Kota Bogor cenderung
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Adanya fluktuasi jumlah restoran di Kota Bogor
diduga adanya persaingan antar restoran sehingga restoran yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dapat kehilangan pembelinya.
Restoran yang menyediakan hidangan tradisional merupakan restoran yang
paling banyak dijumpai di Kota Bogor dibandingkan dengan jenis hidangan
lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak pelaku usaha yang menjalankan
27
bisnis restoran dengan menu masakan tradisional. Semakin banyak pelaku usaha
yang menjalankan bisnis restoran dengan menu masakan tradisional, maka
menyebabkan persaingan yang cukup ketat antar restoran yang ada di Kota Bogor.
Salah satu restoran dengan menu tradisional yang berkembang di Kota Bogor
yaitu restoran yang menyajikan menu olahan daging ayam. Perkembangan
tersebut terjadi karena adanya kesadaran masyarakat Kota Bogor untuk
mengonsumsi makanan yang memiliki manfaat dan kandungan gizi yang cukup
tinggi yang terdapat pada daging ayam. RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor merupakan salah satu rumah makan dengan hidangan tradisional Jawa yang
menawarkan menu olahan ayam. Lokasi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor yang berada di Jalan KH. Abdullah Bin Nuh No.15, Bogor sangat strategis
karena lokasinya yang dilalui kendaraan umum dan pribadi, dekat perumahan,
dekat perkantoran, dan dekat dengan rumah sakit.
Banyaknya usaha restoran dan rumah makan yang ada di Jalan KH.
Abdullah Bin Nuh menyebabkan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
masuk dalam persaingan antar restoran sehingga mengharuskan pihak rumah
makan untuk menerapkan strategi pemasaran yang mampu memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen. Untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen maka pihak rumah makan perlu memperhatikan kepuasan konsumen
dengan menjaga maupun meningkatkan kualitas produk dan pelayanan yang
disediakan. Kualitas produk dan pelayanan yang sesuai dengan harapan yang
diinginkan konsumen dapat memberikan kepuasan kepada konsumen dan pada
akhirnya konsumen akan melakukan pembelian ulang di RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor sehingga rumah makan tersebut dapat memperoleh
keuntungan. Oleh sebab itu, riset mengenai proses pengambilan keputusan
pembelian dan kepuasan konsumen penting dilakukan agar dapat digunakan
dalam penyusunan strategi pemasaran (7P) yang sesuai dengan keinginan
konsumen.
Untuk mengetahui perilaku konsumen di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap karakteristik
konsumen dan proses pengambilan keputusan konsumen melalui analisis
deskriptif. Karakteristik umum yang akan diteliti yaitu usia, jenis kelamin,
domisili, status pernikahan, suku, pendidikan terakhir/yang sedang dijalani,
pekerjaan, dan pendapatan. Proses pengambilan keputusan pembelian meliputi
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan
pasca pembelian. Hasil akhir dari proses pengambilan keputusan adalah
konsumen merasa puas atau tidak dengan suatu produk yang digunakan.
Analisis lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Customer
Satisfaction Index (CSI), Importance Performance Analysis (IPA), dan analisis
gap untuk menganalisis kepuasan konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor. Berdasarkan hasil analisis dapat disusun rekomendasi bauran
pemasaran yang sesuai dengan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
dengan harapan dapat meningkatkan kepuasan konsumen yang pada akhirnya
meningkatkan penjualan dan keuntungan bagi rumah makan tersebut.
28
Kerangka Operasional
Gambar 10 Kerangka pemikiran operasional
RM. Sop Ayam pak Min Klaten cabang Bogor
merupakan salah satu jenis rumah makan tradisional
yang ikut bersaing di Kota Bogor
Kebutuhan akan penilaian konsumen terhadap atribut-
atribut RM. Sop Ayam pak Min Klaten Cabang Bogor
melalui perilaku konsumen
Identifikasi
karakteristik umum:
- Usia
- Jenis kelamin
- Domisili
- Status
pernikahan
- Suku bangsa
- Pendidikan
terakhir
- Pekerjaan
- Pendapatan
Analisis tentang proses
keputusan pembelian:
- Pengenalan
kebutuhan
- Pencarian
informasi
- Evaluasi
alternatif
- Pembelian
- Pasca pembelian
Analisis tingkat
kepuasan konsumen
berdasarkan atribut
bauran pemasaran
jasa:
- Produk
- Harga
- Tempat
- Promosi
- Orang
- Proses
- Bukti fisik
Analisis Deskriptif Customer Satisfaction Index,
Importance Performance
Analysis, dan Gap Analysis
Informasi mengenai karakteristik konsumen, proses
pengambilan keputusan, dan tingkat kepuasan konsumen
Merumuskan bauran pemasaran
1. Adanya peningkatan jumlah penduduk berdampak
pada peningkatan jumlah konsumsi
2. Globalisasi juga mempunyai pengaruh yang cukup
kuat terhadap kehidupan masyarakat perkotaan.
- Terjadi perubahan gaya hidup
- Aktivitas di luar rumah meningkat
- Masyarakat cenderung makan di luar
3. Jumlah restoran di Kota Bogor yang berfluktuasi
mengindikasikan adanya persaingan yang ketat antar
restoran
29
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor. Lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
bahwa RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor yang berada di daerah
Taman Yasmin tepatnya Jalan KH. Abdullah Bin Nuh No.15, Kecamatan Bogor
Barat, Kota Bogor adalah rumah makan yang menyajikan hidangan tradisional
Jawa dengan menu utama sop ayam yang ramai dikunjungi oleh konsumen, lokasi
rumah makan yang strategis, dan bersaing dengan rumah makan lain yang ada di
sekitar Taman Yasmin. Penelitian dilakukan setiap hari kerja dan akhir pekan
yaitu pada hari Sabtu (19 April 2014), Senin (21 April 2014), Rabu (23 April
2014), Jumat (25 April 2014), dan Minggu (27 April 2014). Waktu penelitian saat
pagi, siang, sore dan malam di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh dapat mewakili seluruh karakteristik
konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan April 2014.
Jenis dan Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan bantuan
alat kuisioner. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur seperti buku,
internet, penelitian terdahulu, data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor (Disbudpar), serta literatur lainnya.
Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
pengambilan sampel secara tak acak (Non probability sampling). Pengambilan
sampel secara tak acak merupakan metode sampling yang tidak
mempertimbangkan peluang (Sanusi 2012). Metode secara tak acak dipilih bukan
bertujuan untuk mewakili populasi tetapi hanya menggambarkan karakteristik dari
semua contoh yang terpilih (Sumarwan 2011). Penyebaran kuesioner dilakukan
dengan menggunakan metode convenience sampling, yaitu metode yang memilih
responden berdasarkan kemudahan dan kenyamanan peneliti dalam mendapatkan
dan menemukan contoh untuk dipilih.
Syarat konsumen yang dapat mengisi kuesioner pada penelitian ini adalah
konsumen dengan usia 16 tahun ke atas. Menurut Sumarwan (2011) konsumen
yang berusia 16 tahun ke atas digolongkan ke dalam tahap remaja lanjut yang
telah memiliki pemikiran yang matang dalam menentukan keputusan.
Jumlah sampel penelitian yang dilakukan pada penelitian ini sebanyak 100
responden. Menurut Siagian (2002), syarat minimal sampel data terdistribusi
normal dalam statistik adalah 30 sampel, sehingga 100 responden sudah
30
memenuhi syarat minimal. Selain itu, semakin banyak sampel maka ragam
semakin kecil. Penelitian yang baik adalah data yang memiliki ragam kecil.
Metode Analisis Data
Identifikasi Atribut RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
Dalam penelitian ini, atribut merupakan salah satu komponen yang
dijadikan sebagai alat ukur mengenai perilaku konsumen khususnya kepuasan
konsumen. Atribut-atribut yang digunakan dalam pengukuran tingkat kepuasan
konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor adalah atribut-atribut
yang mencakup atribut produk dan pelayanan. Atribut RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada variabel
bauran pemasaran yang terdiri dari 7P yaitu produk, harga, tempat, promosi,
orang, bukti fisik dan proses.
Penentuan atribut didapatkan dari referensi penelitian terdahulu dan setelah
melakukan wawancara dengan pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor. Atribut RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor dalam dilihat pada
Tabel 6. Selain itu, untuk melihat indikator tingkat kinerja RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 6 Atribut RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
Bauran pemasaran Atribut
Produk (Product) 1. Citarasa makanan
2. Porsi makanan
3. Kehigienisan makanan dan perlengkapan
makan
4. Aroma makanan
Harga (Price) 5. Harga makanan
Tempat (Place) 6. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
Promosi (Promotion) 7. Iklan dan promosi
8. Papan nama
Orang (People) 9. Kesigapan pramusaji
10. Keramahan dan kesopanan pramusaji
11. Penampilan pramusaji
12. Pengetahuan pramusaji terhadap produk
Proses (Process) 13. Kecepatan penyajian
14. Kecepatan transaksi
15. Kesigapan pihak rumah makan dalam
merespon keluhan konsumen
Bukti fisik (Physical evidence) 16. Kebersihan rumah makan
17. Ketersediaan dan kebersihan toilet dan
wastafel
18. Ketersediaan sarana parkir
19. Kenyamanan rumah makan
20. Dekorasi rumah makan
31
Uji Validitas
Pengujian validitas digunakan untuk mengukur tingkat kesahihan suatu alat
ukur atau instrumen (kuesioner). Validitas menunjukkan sejauh mana alat dapat
mengukur apa yang ingin diukur (Umar 2000). Suatu kuesioner yang memuat
pernyataan tidak jelas bagi responden termasuk tidak sahih (tidak valid).
Langkah-langkah pengujian validitas antara lain:
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2. Melakukan uji coba pengukur pada sejumlah responden. Responden
diminta untuk menyatakan setuju atau tidak setuju dengan masing-masing
pernyataan. Jumlah responden minimal 30 orang agar distribusi skor (nilai
lebih mendekati kurva normal.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
4. Menghitung nilai korelasi (r) antar data masing-masing pernyataan dengan
skor total memakai rumus teknik korelasi Product Moment Pearson
berikut ini:
𝑟𝑥𝑦 = 𝑛 𝑋𝑌30
𝑖=1 − ( 𝑋)30𝑖=1 ( 𝑌)30
𝑖=1
{𝑛 𝑋230𝑖=1 − ( 𝑋)30
𝑖=1
2}{𝑛 𝑌2 − ( 𝑌)2}30
𝑖=130𝑖=1
Keterangan:
r = indeks validitas
n = jumlah responden
X = skor masing-masing pertanyaan X
Y = skor masing-masing pertanyaan Y
Instrumen yang digunakan yaitu berupa kuesioner. Kuesioner penelitian
sebelum digunakan dalam penelitian diharuskan untuk dilakukan uji kelayakan
seperti uji validitas dan uji reliabilitas.
Pengujian validitas diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16. Uji
validitas dilakukan kepada 30 responden. Uji validitas instrumen dilakukan
dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung. Nilai r tabel diperoleh
dari: n = 30 ; df = n-2 = 28 maka didapatkan r tabel pada α 5% yaitu 0.3610. Bila
diperoleh r hitung > r tabel yang ditentukan maka kuesioner dinyatakan valid dan
dapat digunakan. Nilai r hitung dapat dilihat pada kolom “Corrected item-Total
Correlation”.
Hasil uji validitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua atribut
berjumlah 20 atribut yang diusulkan adalah valid. Nilai Corrected item-Total
Correlation 20 atribut RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor > 0.361
yaitu berkisar antara 0.417-0.768. dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua
atribut tersebut sudah valid untuk ditanyakan kepada responden dan dapat
dijadikan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Hasil uji validitas dapat dilihat
pada Lampiran 4.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu
alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Pengujian reliabilitas menunjukkan
32
sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi
dua kali atau lebih (Umar 2000).
Berbagai macam teknik pengukuran reliabilitas menurut Umar (2000) yaitu
teknik Test-retest, teknik Spearman-Brown, teknik K-R 20, teknik K-R 21, teknik
Cronbach α, teknik Observasi.
Penelitian ini menggunakan teknik reliabilitas Cronbach α karena skala
yang digunakan adalah skala likert (1-5). Skala likert merupakan skala yang dapat
memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk
(Durianto et al. 2001). Skala likert menggunakan ukuran ordinal sehingga hanya
dapat membuat ranking, tetapi tidak dapat diketahui berapa kali satu responden
lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya dalam skala (Nazir 2011).
Uji reliabilitas data kuesioner dilakukan dengan menggunakan perhitungan
metode Cronbach’s Alpha dengan rumus:
𝑟11 = 𝑘
𝑘 − 1 1 −
𝜎2𝑏
𝜎21
Keterangan:
𝑟11 = reliabilitas instrumen
K = banyak butir pertanyaan
𝜎2𝑏 = jumlah ragam butir
𝜎21 = jumlah ragam total
Rumus untuk mencari nilai ragam adalah:
𝜎2 = 𝑋230
𝑖=1 −( 𝑋)30
𝑖=12
𝑛
𝑛
Keterangan:
𝜎2 = ragam
X = nilai skor yang dipilih
n = jumlah responden
Pengujian reliabilitas diolah dengan menggunakan program SPSS 16 kepada
30 responden yang mana variabel-variabel (atribut-atribut) dapat dilihat reliabel
atau tidaknya melalui Alpha. Adapun indikator reliabilitas variabel-variabel
(atribut-atribut) menurut Nugroho (2005) sebagai berikut:
Alpha 0.00-0.20 = tidak reliabel
Alpha 0.21-0.50 = kurang reliabel
Alpha 0.51-0.60 = cukup reliabel
Alpha 0.61-0.80 = reliabel
Alpha 0.81-1.00 = sangat reliabel
Jika tidak reliabel, maka variabel (atribut) yang memiliki nilai Alpha if item
Deleted terbesar harus dihilangkan dan tidak ditanyakan kepada responden pada
saat pengambilan data.
Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua atribut
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor dapat dikatakan sangat reliabel
karena memiliki nilai Alpha = 0.908. dengan demikian dapat dikatakan bahwa
semua atribut tersebut sudah konsisten pada pengukurannya dalam penelitian ini.
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 4.
33
Analisis Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran, serta suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 2011). Selain itu,
analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa faktor-faktor yang tidak dianalisa
secara statistik, contohnya karakteristik responden dan proses pengambilan
keputusan pembelian. Analisis deskriptif dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑃 =𝑓𝑖
𝑓𝑖× 100%
Keterangan:
P = persentase responden yang memilih kategori tertentu
𝑓𝑖 = jumlah responden yang memilih kategori tertentu 𝑓𝑖 = total jawaban
Customer Satisfaction Index (CSI)
Menurut Aritonang (2005), analisis tingkat kepuasan konsumen dapat
dilakukan dengan metode Customer Satisfaction Index (CSI) untuk menentukan
tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan pendekatan yang
memperhitungkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja semua atribut yang
diukur. Cara untuk mengukur indeks kepuasan konsumen ini dapat dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu
1. Menentukan Mean Expectation Score (MES) dan Mean Performance Score
(MPS). Nilai ini didapat dari rata-rata tingkat harapan dan rata-rata tingkat
kinerja atribut.
𝑀𝐸𝑆 = 𝑌𝑖100𝑖=1 𝑀𝑃𝑆 = 𝑋𝑖100
𝑖=1
Keterangan:
n = jumlah responden (100 responden)
Xi = nilai kinerja atribut ke-i
Yi = nilai harapan atribut ke-i
Untuk mencari nilai expectation score dapat menggunakan pendekatan
importance score karena untuk menghitung harapan konsumen sulit
dilakukan. Setiap konsumen memiliki harapan yang berbeda-beda terhadap
apa yang diinginkan sehingga untuk mencari nilai harapan dapat
menggunakan pendekatan tingkat kepentingan.
2. Weighting Factors (WF) adalah fungsi dari Mean Importance Score (MIS=i)
masing-masing atribut dalam bentuk persen dari total Mean Importance
Score (MIS=i) untuk seluruh atribut yang akan diuji.
𝑊𝐹 =𝑀𝐼𝑆𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝐼𝑆× 100% dimana I= atribut ke i
3. Weighted Score (WS) adalah fungsi Mean Performance Score (MPS) dikali
dengan Weighting Factors (WF). Mean Performance Score merupakan nilai
34
rata-rata skor tingkat kinerja yang didapat dari hasil penilaian kinerja dibagi
jumlah sampel.
𝑊𝑆 = 𝑀𝑃𝑆 × 𝑊𝐹
4. Weighted Average Total (WAT) adalah fungsi total dari Weighted Score
(WS) atribut (a-1) hingga atribut (a-n)
𝑊𝐴𝑇 = 𝑊𝑆1 + 𝑊𝑆2 + … + 𝑊𝑆𝑛
5. Customer Satisfaction Index (CSI) adalah fungsi dari Weighted Average
Total (WAT) dibagi dengah Highest Scale (Highest Scale atau skala
maksimum yang dipakai skala 5 dikalikan 100%).
𝐶𝑆𝐼 =𝑊𝐴𝑇
𝐻𝑆× 100%
Kepuasan konsumen dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan konsumen.
Kepuasan tertinggi dapat dicapai apabila Customer Satisfaction Index (CSI)
menunjukkan rentang 100%. Rentang kepuasan konsumen ini berkisar antara 1-
100% (Durianto et al. 2011). Skala yang digunakan adalah skala numerik, hal
pertama yang dilakukan adalah mencari rentang skala (RS) dengan rumus:
𝑅𝑆 =𝑚 − 𝑛
𝑏
Keterangan:
m = skor tertinggi
n = skor terendah
b = jumlah kelas kategori yang akan dibuat
Di dalam penelitian ini, rentang skala yang digunakan yaitu:
𝑅𝑆 =100% − 0%
5= 20%
Berdasarkan rentang skala di atas maka diperoleh skala kepuasan responden
sebagai berikut:
0 persen < CSI ≤ 20 persen = sangat tidak puas
20 persen < CSI ≤ 40 persen = tidak puas
40 persen < CSI ≤ 60 persen = cukup puas
60 persen < CSI ≤ 80 persen = puas
80 persen < CSI ≤ 100 persen = sangat puas
Importance Performance Analysis (IPA)
Metode Importance Performance Analysis (IPA) merupakan suatu metode
yang digunakan untuk mengukur atribut-atribut dari tingkat kepentingan dan
tingkat kinerja yang diharapkan konsumen. Tingkat kinerja menunjukkan atribut
aktual yang dirasakan konsumen, sedangkan tingkat kepentingan atribut
menunjukkan seberapa penting atribut tersebut bagi konsumen. Untuk
menjelaskan tingkat kepentingan likert, pertanyaan yang diberikan adalah
pertanyaan tertutup yang mana konsumen diminta untuk memilih jawaban dari
pilihan yang ada. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah,
diberi angka 1 (sangat tidak penting) sampai paling tinggi, diberi angka 5 (sangat
penting). Sama halnya dengan menjelaskan tingkat kepentingan, dalam
35
menjelaskan tingkat kinerja juga menggunakan pilihan jawaban dengan skala
likert. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah, diberi angka 1
(sangat tidak baik) sampai paling tinggi diberi angka 5 (sangat baik). Penilaian
tingkat kinerja yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen akan diwakili oleh
huruf X, sedangkan untuk penilaian tingkat kepentingan diwakili oleh huruf Y.
Total penilaian tingkat kinerja dan kepentingan diperoleh dengan cara
menjumlahkan skor penilaian yang diberikan konsumen. Hasil perhitungan akan
digambarkan dalam diagram kartesius. Masing-masing atribut diposisikan dalam
diagram tersebut berdasarkan skor rata-rata, dimana skor rata-rata penilaian
kinerja (X) menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X, sedangkan posisi
atribut pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rata-rata tingkat kepentingan (Y).
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑋 = 𝑋𝑖100
𝑖=1
𝑛 𝑌 =
𝑌𝑖100𝑖=1
𝑛
Keterangan:
n = jumlah responden
X = skor rata-rata tingkat kinerja
Y = skor rata-rata tingkat kepentingan
Diagram IPA merupakan suatu ruang yang dibagi atas empat bagian dan
dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (a,b).
Titik tersebut diperoleh dari rumus:
𝑎 = 𝑋𝑖100
𝑖=1
𝑘 𝑏 =
𝑌𝑖100𝑖=1
𝑘
Keterangan:
a = batas sumbu X (tingkat kinerja)
b = batas sumbu Y (tingkat kepentingan)
k = banyaknya atribut yang diteliti
Hubungan antara tingkat kinerja (X) dan tingkat kepentingan (Y) yang
diperoleh dari responden dapat diinterpretasikan oleh Diagram Importance
Performance Analysis yang ditunjukkan pada Gambar 11.
Y Penting
Kepentingan
Kurang penting
X Kurang baik Kinerja Baik
Gambar 11 Diagram Importance Performance Analysis Sumber: Umar (2000)
I
Prioritas Utama
II
Pertahankan Prestasi
III
Prioritas Rendah
IV
Berlebihan
36
Masing-masing kuadran pada gambar menunjukkan keadaan yang berbeda,
yaitu:
1. Kuadran I (Prioritas Utama)
Kuadran yang memuat atribut-atribut yang dianggap penting oleh
konsumen namun kinerja atribut pada kuadran ini belum sesuai dengan
harapan konsumen sehingga perusahaan harus meningkatkan kinerjanya
agar optimal. Artinya tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen masih
sangat rendah dan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor perlu
meningkatkan kinerja dari atribut. Atribut pada kuadran I memiliki
prioritas utama untuk diperbaiki kinerjanya.
2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap penting dan kinerja
atribut yang sesuai dengan yang dirasakan konsumen. Pada kuadran ini
tingkat kepuasan konsumen dinilai relatif tinggi sehingga perusahaan
cukup mempertahankan kinerja atribut yang ada pada kuadran II.
3. Kuadran III (Prioritas Rendah)
Kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting
pengaruhnya oleh konsumen dengan pelaksanaan kinerja yang tidak terlalu
baik. Peningkatan kinerja atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini
dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya kecil terhadap
konsumen.
4. Kuadran IV (Berlebihan)
Kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting
pengaruhnya bagi konsumen, akan tetapi kinerjanya dinilai berlebihan.
Selain itu atribut yang berada pada kuadran ini dapat dikurangi sehingga
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor dapat menghemat biaya.
Gap Analysis (Analisis Gap)
Kepuasan konsumen dipengaruhi oleh dua variabel utama yaitu expectation
dan perceived performance, yang mana kinerja atau perceived performance sudah
melebihi harapan (expectation) konsumen (Day Tse et al. dalam Tjiptono 1997).
Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian ini akan mengukur tingkat kepuasan
ke arah hasil selisih kinerja dengan harapan. Analisis gap juga digunakan untuk
mendukung hasil dari metode Importance Performance Analysis.
Tahap awal yaitu menghitung nilai rata-rata dari kinerja dan harapan dari
semua responden. Selanjutnya, semua nilai rata-rata kinerja pada setiap atribut
dikurangi nilai rata-rata harapan yang nantinya akan didapatkan hasil gap atau
selisih. Jika semua hasilnya minus (-) maka atribut tersebut belum dapat dikatakan
tidak memuaskan konsumen keseluruhan karena yang dilihat adalah gap atau
selisihnya. Oleh sebab itu, dari semua nilai gap pada setiap atribut akan dicari
nilai rata-rata gap. Dari nilai rata-rata tersebut akan didapatkan kesimpulan jika
nilai gap tersebut di bawah rata-rata, maka harus ditingkatkan kinerjanya.
Semakin besar selisihnya, maka semakin menjadi prioritas bagi atribut tersebut
untuk diperbaiki.
37
Definisi Operasional
1. Konsumen adalah orang yang membeli dan mengonsumsi produk RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
2. Responden adalah konsumen yang pernah menikmati produk di RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor berumur 16 tahun atau lebih.
3. Jenis kelamin adalah identitas gender responden perempuan atau laki-laki.
4. Usia adalah satuan waktu (tahun) responden yang terhitung dari lahir
hingga saat penelitian dilakukan.
5. Domisili adalah lokasi responden tinggal atau menetap.
6. Suku adalah sub budaya yang dianut oleh konsumen yaitu Jawa, Sunda,
Batak, dll.
7. Status pernikahan adalah status ikatan kewajiban terhadap rumah tangga
responden saat ini telah menikah, belum menikah, atau duda/janda.
8. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir atau pendidikan yang
sedang dijalani responden pada saat penelitian dilakukan.
9. Pekerjaan adalah mata pencaharian untuk mencari nafkah atau sesuatu
yang dilakukan responden saat ini.
10. Pendapatan adalah jumlah uang atau imbalan yang diterima responden
selama satu bulan terakhir terhadap pekerjaan atau kegiatan yang dijalani.
11. Tingkat kepentingan adalah penilaian responden terhadap penting atau
tidaknya suatu atribut pada RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
12. Tingkat kinerja adalah penilaian responden terhadap kondisi nyata atau
pelaksanaan dari atribut-atribut RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor.
13. Cita rasa adalah kesesuaian rasa yang dirasakan responden terhadap rasa
sop ayam.
14. Porsi makanan adalah ukuran banyak atau tidaknya makanan sop ayam
dan nasi yang disajikan oleh RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor.
15. Aroma makanan adalah bau yang dikeluarkan oleh makanan yang dapat
menggugah selera.
16. Kehigienisan makanan dan perlengkapan makan adalah ada atau tidaknya
benda asing (rambut, debu, kerikil) yang terdapat pada makanan dan
perlengkapan makan.
17. Harga makanan adalah nilai uang yang dikeluarkan responden untuk
membayar makanan yang telah diberikan oleh RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor.
18. Akses lokasi adalah seberapa mudah lokasi RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor dapat dijangkau oleh responden dengan angkutan
umum atau kendaraan pribadi.
19. Iklan dan promosi adalah kegiatan memperkenalkan rumah makan dan
mengajak konsumen untuk membeli di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor.
20. Papan nama adalah salah satu bentuk promosi yang memperkenalkan dan
menunjukkan keberadaan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
21. Kesigapan pramusaji adalah kepekaan pramusaji dalam melayani
konsumen yang baru datang dan konsumen yang memerlukan bantuan.
38
22. Keramahan dan kesopanan pramusaji adalah bentuk sikap, tutur kata,
ekspresi wajah dalam melayani konsumen.
23. Penampilan pramusaji adalah penampilan fisik, kerapian dan kebersihan
pakaian seragam yang dipakai oleh pramusaji RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor.
24. Pengetahuan pramusaji terhadap produk adalah pemahaman dan cara
penyampaian informasi pramusaji terhadap produk yang ditawarkan oleh
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
25. Kecepatan penyajian adalah durasi waktu lamanya makanan yang
disajikan mulai dari pemesanan hingga makanan sampai ke meja
responden.
26. Kecepatan transaksi adalah durasi waktu lamanya transaksi pembayaran
yang dilakukan oleh kasir RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
27. Kesigapan dalam merespon keluhan adalah sikap pihak RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor dalam merespon keluhan pelanggan
dengan cepat.
28. Kebersihan rumah makan adalah kondisi ruangan restoran dari lantai, meja
dan kursi yang bersih dari kotoran sehingga membuat responden nyaman.
29. Ketersediaan dan kebersihan toilet dan wastafel adalah ada atau tidaknya
dan bersih atau tidaknya toilet dan wastafel sehingga konsumen nyaman.
30. Ketersediaan sarana parkir adalah tersedianya area parkir yang cukup dan
memadai untuk kendaraan pribadi konsumen.
31. Kenyamanan rumah makan adalah suatu sifat berupa rasa nyaman yang
dirasakan oleh konsumen terhadap RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor (ukuran ruangan rumah makan dan kesejukan tempat)
32. Dekorasi rumah makan adalah konsep tata ruang, meja, dan kursi yang
diberikan oleh RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sesuai atau
tidak dengan menu khas yang ditawarkan.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah dan Perkembangan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor merupakan rumah makan
yang menyediakan menu makanan khas Jawa yaitu sop ayam. Nama Pak Min
diperoleh dari nama pemilik sop ayam ini yaitu Pak Min. Oleh sebab itu rumah
makan ini dinamakan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten.
Rumah makan ini telah berdiri sejak lebih dari 50 tahun yang lalu. Awal
mula, RM. Sop Ayam Pak Min ini berdiri di Pasar Klaten kemudian membuka
cabang di sekitar Klaten, Semarang, Magelang, Yogyakarta, Salatiga, Lamongan,
Jakarta, Surabaya, dan di berbagai kota-kota besar di Pulau Jawa lainnya, salah
satunya Kota Bogor. Meskipun rumah makan ini memiliki banyak cabang, rumah
makan ini bukan usaha franchise, melainkan usaha keluarga yang mana hanya
pihak keluarga yang boleh mengelola usaha RM. Sop Ayam Pak Min Klaten.
Rumah makan ini telah memiliki hak paten atas nama usahanya “Sop Ayam Pak
Min Klaten” sehingga apabila ada pihak lain yang membuka usaha dengan nama
39
yang sama, maka pihak itu bisa dituntut oleh pihak RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten.
Cabang yang banyak dari usaha Sop Ayam Pak Min Klaten saat ini dikelola
oleh anak-anak Pak Min. RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sendiri
dikelola oleh anak terakhir Pak Min yang bernama Pak Tukiman atau biasa
disebut Pak Ragil. Pak Ragil merupakan anak Pak Min yang pertama kali
meneruskan usaha orang tuanya karena sudah terbiasa membantu orang tuanya
berjualan di Pasar Klaten, yang selanjutnya anak-anak Pak Min yang lain turut
membuka usaha Sop Ayam Pak Min Klaten.
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor ini didirikan pada tanggal 12
Juni 2012 di daerah Taman Yasmin tepatnya Jalan KH. Abdullah Bin Nuh No.15,
Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh Pak
Ragil bersama dengan Pakde Sunarno selaku kakak ipar Pak Ragil yang ikut
bertanggung jawab pada usaha yang ada di Kota Bogor ini.
Struktur Organisasi Rumah Makan
Struktur organisasi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor masih
sangat sederhana dan komunikasi antara pengelola dan bawahan dapat
dilaksanakan secara langsung. Bentuk struktur organisasi rumah makan
menggunakan sistem lini (garis). Pemilik pusat rumah makan yaitu Pak Ragil
merupakan pemimpin tertinggi yang dibantu oleh penanggung jawab RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor (Pakde Sunarno) dan komandan pelayan
(Mas Gareng) yang membawahi langsung pelayan lainnya. Saat ini RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor memiliki 19 orang karyawan yang mana
masing-masing karyawan memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda.
Meskipun pembagian tugas pada rumah makan ini sudah cukup jelas namun rasa
kekeluargaan menjadi prioritas sehingga karyawan dapat saling membantu satu
sama lain. Artinya tidak menutup kemungkinan bagi karyawan untuk
mengerjakan bagian lain seperti salah satu tukang pecok membantu pelayan
menyajikan makanan ketika pengunjung terlalu banyak. Struktur organisasi RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 12.
Adapun tugas-tugas berdasarkan struktur organisasi yang ada, antara lain:
1. Pemilik pusat (Pak Ragil): mengawasi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor langsung dari Klaten melalui telepon setiap hari kepada
penanggung jawab di Kota Bogor (Pakde Sunarno) dan Komandan
pelayan yang sekaligus menangani keuangan (Mas Gareng).
2. Penanggung jawab di Kota Bogor (Pakde Sunarno): bertanggung jawab
dalam segala urusan logistik. Orang yang mengurus segala keperluan RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
3. Kepala pelayan yang sekaligus merangkap sebagai kasir (Mas Gareng):
bertanggung jawab dalam memberi tugas kepada pelayan yang lain dan
bertanggung jawab dalam hal keuangan kepada pemilik pusat (Pak Ragil).
4. Koki (3 orang): bertugas untuk memasak ayam, kuah, nasi, dan hidangan
pelengkap lainnya.
5. Tukang pecok (2 orang): bertugas untuk memotong bagian-bagian ayam.
40
6. Wedangan (3 orang): bertugas untuk menyiapkan dan mengantarkan
minuman kepada konsumen.
7. Pelayan (5 orang): bertugas untuk menerima tamu, mengantarkan makanan
ke meja konsumen, melayani kebutuhan konsumen.
8. Cuci piring (3 orang): bertugas untuk mencuci piring dan semua peralatan
kotor yang telah digunakan.
9. OB/office boy (1 orang): bertugas untuk membersihkan seluruh bagian
rumah makan dari kotoran, termasuk wastafel, toilet, tempat wudhu, dan
mushola.
10. Tukang kuah (2 orang): bertugas untuk menuangkan kuah pada ayam yang
telah tersaji di mangkok, setelah konsumen memesan bagian ayam yang
diinginkan.
Gambar 12 Struktur organisasi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor Sumber: RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor (2014)
Bauran Pemasaran
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor merupakan perusahaan jasa
yang tidak hanya menjual produk, tetapi juga menjual jasa pelayanan kepada
konsumen. RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor memiliki tujuh bauran
pemasaran yang terdiri dari product (produk), price (harga), place (tempat),
promotion (promosi), people (orang), process (proses) dan physical evidence
Pemilik pusat/Pengawas
Pak Ragil
PJ & Pembeli bahan
Pakde Sunarno
Komandan pelayan & Kasir
Mas Gareng
Koki
3 orang
Tukang
pecok
2 orang
Pelayan
5 orang
OB
1 orang
Tukang
kuah
2 orang
Wedangan
3 orang
Cuci piring
3 orang
41
(bukti fisik). Berikut adalah bauran pemasaran RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor:
Produk
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan oleh produsen kepada
konsumen untuk dikonsumsi sehingga dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan
konsumen. Produk yang ditawarkan oleh RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor adalah makanan tradisional khas Jawa yaitu sop ayam. Pada umumnya sop
ayam terdiri dari ayam, kuah bening, wortel, kol, dan buncis, tapi sop ayam di
rumah makan ini hanya terdiri ayam dan kuah bening yang terbuat dari bumbu
kaldu ayam asli. Berdasarkan nama rumah makannya yaitu RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor, maka menu yang ditawarkan dikhususkan pada sop
ayam. Semua bagian ayam digunakan sebagai menu pada rumah makan ini,
seperti kepala, leher, sayap, dada pechok, paha, ati ampela, uritan, kulit, brutu, dan
ceker yang kuahnya ditaburi daun bawang dan bawang goreng. Menu yang
disajikan didampingi nasi yang ditaburi bawang goreng. Minuman yang
ditawarkan hanya dua macam yaitu es teh/teh hangat, es jeruk/jeruk hangat.
Cemilan pendamping yang ditawarkan yaitu sate usus, sate jeroan, krupuk
bawang, dan krupuk karak.
Bahan baku ayam yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur satu
tahun yang sudah tidak produktif dalam menghasilkan telur. Hal ini berbeda
dengan dengan rumah makan lainnya yang mana pada umumnya menggunakan
ayam broiler.
Di setiap cabang RM. Sop Ayam Pak Min Klaten, menu yang ditawarkan
relatif sama. Untuk menjaga kualitas rasa makanan tetap sama dengan yang di
pusat, maka pemilik RM. Sop Ayam Pak Min Klaten menunjuk langsung juru
masak orang yang telah dipercaya asli dari Klaten. Hal ini juga dilakukan agar
resep tetap terjaga kerahasiaannya. Untuk lebih jelas, produk RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Makanan dan minuman yang ditawarkan RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor Sumber: RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor (2014)
Harga
Harga yang ditetapkan oleh RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
bervariasi, mulai dari Rp1 000 untuk krupuk dan gorengan, Rp4 000 untuk
minuman, Rp7 000 – Rp22 000 untuk menu nasi sop ayam. Penentuan harga
makanan dan minuman yang ditawarkan pihak rumah makan disesuaikan dengan
42
biaya bahan baku, biaya produk, biaya operasional, dan margin laba yang
diinginkan oleh rumah makan. Menu dan harga dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tempat
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor berlokasi di daerah Taman
Yasmin tepatnya Jalan KH. Abdullah Bin Nuh No.15, Kecamatan Bogor Barat,
Kota Bogor. Lokasi ini strategis karena berada di pinggir jalan raya, dekat
perumahan Yasmin, dan dekat RSIA Hermina, sehingga mudah dijangkau oleh
konsumen. Untuk lebih jelas, tempat RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Tempat RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor Sumber: RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor (2014)
Promosi
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor dilakukan hanya pada awal berdirinya rumah makan di Jalan KH.
Abdullah Bin Nuh No.15, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor tepatnya dua
bulan sebelum rumah makan ini dibuka. Promosi dilakukan dengan cara
membagikan voucher makan gratis menu apa saja di RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor. Voucher makan gratis yang dibagikan oleh pihak rumah
makan sebanyak 500 - 1 000 voucher, yang mana satu voucher dapat digunakan
oleh lima orang dan berlaku kapan saja. Namun semenjak promosi tersebut,
hingga saat ini pihak rumah makan belum melakukan kegiatan promosi lagi
seperti memberikan potongan harga maupun paket promosi lainnya.
Pihak rumah makan tidak melakukan publikasi di media cetak, media
elektronik, maupun internet, melainkan hanya memasang spanduk di jalan raya
200 meter sebelum rumah makan bahwa akan ada RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor dan publikasi juga dilakukan hanya melalui mulut ke mulut
(word of mouth). Namun, dikarenakan rumah makan ini memiliki cita rasa yang
enak dan memiliki cabang dimana-mana, serta gaya hidup masyarakat sekarang
yang sering mengunggah makanan favoritnya ke internet, sehingga mudah sekali
menemukan artikel mengenai Sop Ayam Pak Min Klaten di internet. Hal ini
menjadi promosi gratis bagi pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
untuk mencari konsumen baru dan pelanggan.
Orang
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor adalah suatu usaha yang
bergerak dalam bidang jasa penyedia makanan dan minuman. Oleh sebab itu,
selain mendapatkan produk berupa makanan dan minuman untuk dikonsumsi,
43
konsumen juga mendapatkan pelayanan atau service. RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor selalu mengedepankan pelayanan untuk konsumen karena
erat kaitannya dengan kepuasan konsumen. Oleh sebab itu, pihak rumah makan
selalu berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja karyawan, yang
mana karyawan diharuskan untuk bersikap ramah dan menyenangkan dalam
melayani konsumen, serta bertindak cepat dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Pihak rumah makan ini mengutamakan karyawan yang jujur, mengingat
rumah makan ini memiliki cabang dimana-mana sehingga diperlukan orang yang
dapat dipercaya. RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor memiliki
karyawan sebanyak 19 orang yang dibagi dua shift dengan waktu kerja sehari
berlangsung selama 10 jam kerja untuk shift I dan 12 jam kerja untuk shift II. Shift
I dimulai pukul 04.00-14.00 WIB dan shift II dimulai pukul 10.00-22.00 WIB.
Pihak rumah makan juga menyediakan tiga seragam dengan warna yang berbeda
untuk pramusaji agar pramusaji terlihat rapi, bersih, dan dinamis dalam melayani
konsumen.
Proses
Kegiatan pelayanan mencakup kecepatan penyajian, kesigapan pramusaji,
dan kecepatan transaksi. Konsumen memesan makanan di tempat yang telah
disediakan kemudian tukang kuah menuangkan kuah sop ayam ke menu bagian
ayam yang telah dipilih konsumen, selanjutnya sekitar tiga menit pramusaji
mengantarkan makanan ke konsumen. Pihak rumah makan juga selalu berusaha
memberikan kecepatan dalam transaksi. Kesigapan dan kecepatan karyawan
dalam melayani konsumen merupakan hal penting dalam memenuhi kepuasan
pelayanan bagi konsumen. Hal ini dikarenakan, apabila ada konsumen yang
merasa kurang puas dalam hal pelayanan rumah makan maka akan berdampak
buruk bagi penerimaan dan dapat merugikan rumah makan.
Bukti fisik
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor menyediakan ruangan
dengan kapasitas kurang lebih 150 orang dan kipas angin sebanyak tujuh buah
agar membuat ruangan tetap sejuk. Tampilan rumah makan didesain dengan
konsep warung yang menggunakan bangku panjang sebagai tempat duduknya.
Atap tinggi yang terbuat dari asbes dan jendela yang langsung dapat melihat
keluar ruangan digunakan untuk mendapat udara dan cahaya langsung dari luar
ruangan agar pada saat siang hari tidak menggunakan lampu.
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor juga menyediakan fasilitas
untuk mendukung keperluan konsumen seperti wastafel, toilet, dan mushola.
Selain itu, rumah makan ini juga menyediakan tempat parkir yang berada di depan
dan samping rumah makan.
44
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Umum Responden
Responden yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini sebanyak 100
orang. Dalam pengambilan sampel, peneliti melakukan screening terlebih dahulu.
Screening tersebut bertujuan untuk mengetahui calon responden sudah pernah
berkunjung dan mengonsumsi menu di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor, sudah berusia di atas 16 tahun dan bersedia untuk mengisi kuesioner.
Karakteristik konsumen dapat dilihat berdasarkan demografi yang
mencakup jenis kelamin, usia, status pernikahan, domisili, suku, pendidikan
terakhir atau yang sedang dijalani, pekerjaan, dan pendapatan per bulan.
Penentuan karakteristik konsumen ini berdasarkan dengan segmentasi pasar
konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penyebaran yang dilakukan terhadap 100 orang responden
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor, diketahui bahwa sebagian besar
konsumen rumah makan ini adalah laki-laki dengan persentase sebesar 61 persen,
sedangkan perempuan sebesar 39 persen.
Hal ini terlihat bahwa adanya perbedaan persentase yang tidak terlalu jauh
antara laki-laki dan perempuan. Jumlah laki-laki dan perempuan yang tidak
berbeda jauh menunjukkan bahwa antara laki-laki dan perempuan saling
memengaruhi untuk membeli. Selain itu, jenis kelamin laki-laki dan perempuan
sudah sesuai dengan segmentasi di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor yang ada. Karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran reponden berdasarkan jenis kelamin di RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor tahun 2014
Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
Laki-laki 61 61
Perempuan 39 39
Total 100 100
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor memiliki tingkat
usia yang beragam. Pada penelitian ini responden yang dipilih untuk mengisi
kuesioner ini adalah konsumen yang telah berusia 16 tahun atau lebih karena
dianggap telah memiliki kedewasaan berpikir sehingga mampu memahami
pertanyaan dalam kuesioner dengan benar. Sebagian besar konsumen restoran ini
berada pada rentang usia 19-35 tahun yaitu sebesar 69 persen, yang mana pada
rentang usia ini disebut sebagai dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa pada rentang
usia ini cenderung sudah bekerja dan sebagian masih kuliah sehingga responden
dengan usia ini lebih memilih untuk makan di luar rumah karena keterbatasan
waktu yang dimiliki dan juga dapat berkumpul dengan teman-teman maupun
45
rekan kerja. Selain itu, terdapat responden yang termasuk dalam rentang usia yang
ada. Hal ini memperlihatkan bahwa usia juga telah sesuai dengan segmentasi RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor yang ada yaitu semua usia.
Karakteristik konsumen berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Sebaran reponden berdasarkan usia di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor tahun 2014
Usia Jumlah (orang) Persentase (%)
16-18 (Remaja lanjut) 1 1
19-35 (Dewasa) 69 69
36-50 (Separuh baya) 25 25
51-65 (Tua) 5 5
Total 100 100
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Status pernikahan menunjukkan bahwa seseorang telah berkeluarga, belum
berkeluarga, maupun telah menjanda/menduda. Konsumen RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor yang telah menikah sebanyak 54 persen dan yang
belum menikah sebesar 46 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
pengunjung setiap harinya adalah pengunjung yang sudah menikah dan sesuai
dengan rentang usia 19-35 tahun yang mana pada umumnya rentang usia ini
sebagian besar sudah menikah. Selain itu, status pernikahan responden yang telah
menikah tidak berbeda jauh dengan responden yang belum menikah. Hal ini
menunjukkan bahwa status pernikahan telah sesuai dengan segmentasi RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor yang ada. Karakteristik konsumen
berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Sebaran reponden berdasarkan status pernikahan di RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014
Status pernikahan Jumlah (orang) Persentase (%)
Menikah 54 54
Belum menikah 46 46
Total 100 100
Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal (Domisili)
Konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor berdomisili di
Bogor dan luar Bogor. Responden paling banyak berasal dari Bogor dengan
persentase sebesar 77 persen. Hal ini dikarenakan rumah makan ini berlokasi di
Bogor yang mudah dijangkau dan dekat dengan konsumen yang berasal dari
Bogor, sedangkan responden yang berdomisili di luar Bogor sebanyak 15 persen
berasal dari Jakarta dan delapan persen dari kota lainnya, seperti Bandung,
Purwakarta, Tasikmalaya, Yogyakarta, dan Palembang. Responden yang berasal
dari luar Bogor ini biasanya sengaja mengunjungi RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor pada hari libur untuk berkumpul bersama dengan keluarga.
Selain itu, domisili responden yang bukan hanya berasal dari Bogor menunjukkan
bahwa segmentasi tempat tinggal responden RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
46
Cabang Bogor telah sesuai dengan segmentasi yang ada, yang mana rumah makan
ini bersegmen semua pelanggan dari penjuru daerah. Karakteristik konsumen
berdasarkan domisili dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Sebaran reponden berdasarkan domisili di RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor tahun 2014
Alamat/domisili Jumlah (orang) Persentase (%)
Bogor 77 77
Jakarta 15 15
Lainnya 8 8
Total 100 100
Karakteristik Responden Berdasarkan Suku
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor merupakan makanan
tradisional Jawa. Berdasarkan hasil sebaran responden diperoleh informasi bahwa
responden paling banyak bersuku Sunda yaitu sebesar 43 persen. Hal ini
dikarenakan pengunjung RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor paling
banyak berasal dari Bogor, yang mana sebagian besar masyarakat Bogor bersuku
Sunda. Suku terbanyak kedua yaitu suku Jawa dengan persentase sebesar 40
persen, tidak jauh berbeda dengan yang pertama. Hal ini disebabkan responden
bersuku Jawa yang tinggal di Bogor maupun luar Bogor yang berkunjung ke
rumah makan ini merasa rindu dengan makanan khas Jawa atau citarasa yang
ditawarkan rumah makan ini sesuai dengan lidah pengunjung bersuku Jawa.
Namun, tidak hanya konsumen bersuku Jawa dan Sunda yang menikmati
makanan di rumah makan ini. Suku lain seperti Batak, Tionghoa, dan
Minangkabau (Koto) juga makan di rumah makan ini. Adanya berbagai suku yang
menikmati menu RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor menunjukkan
bahwa cita rasa yang ditawarkan rumah makan ini cocok untuk semua konsumen
dengan suku apapun, tidak hanya Suku Jawa.
Berdasarkan hasil suku yang didapatkan, Suku Sunda dan Suku Jawa tidak
jauh berbeda dan terdapat beberapa suku lainnya. Hal ini memperlihatkan bahwa
segmentasi rumah makan ini telah sesuai dengan segmentasi yang ada, yang mana
bersegmen untuk semua kalangan baik dari Suku Jawa, Sunda, maupun suku yang
lainnya. Karakteristik konsumen berdasarkan suku dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Sebaran reponden berdasarkan suku di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor tahun 2014
Suku bangsa Jumlah (orang) Persentase (%)
Sunda 43 43
Jawa 40 40
Lainnya 17 17
Total 100 100
47
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Responden RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor memiliki tingkat
pendidikan yang berbeda-beda, yaitu mulai dari SMA hingga doktor. Sebaran
responden 100 orang menunjukkan sebagian besar berpendidikan sarjana dengan
persentase sebesar 61 persen karena konsumen yang datang ke rumah makan ini
adalah mahasiswa yang sedang menempuh tingkat pendidikan sarjana serta
konsumen yang sudah lulus sarjana dan sudah bekerja. Kemudian diikuti oleh
pendidikan SMA sebesar 18 persen, diploma 12 persen, magister delapan persen,
dan doktor satu persen, sedangkan untuk tingkat pendidikan di bawah SMA tidak
ada. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang datang ke RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor merupakan orang-orang yang berpendidikan tinggi
atau terpelajar. Selain itu, tingkat pendidikan yang tinggi akan memengaruhi
proses keputusan pembelian karena konsumen yang berpendidikan tinggi akan
lebih senang untuk mencari informasi mengenai suatu produk sebelum
memutuskan untuk membeli. Karakteristik konsumen berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Sebaran reponden berdasarkan tingkat pendidikan di RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014
Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
SMA 18 18
Diploma 12 12
Sarjana (S1) 61 61
Magister (S2) 8 8
Doktor (S3) 1 1
Total 100 100
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa sebagian besar responden
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor adalah pegawai swasta dengan
persentase sebesar 43 persen, diikuti dengan pelajar/mahasiswa sebanyak 20
persen, pegawai negeri 15 persen, wiraswasta sebanyak sepuluh persen, ibu rumah
tangga sebanyak tiga persen, dan sebanyak sembilan persen termasuk kategori
lainnya, seperti TNI, BUMN, Polri, dan dosen. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar pengunjung RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor berprofesi sebagai pegawai swasta. Hal ni disebabkan lokasi rumah
makan yang berada dekat dengan perumahan, rumah sakit, dan perkantoran
sehingga pengunjung sering datang ke rumah makan ini untuk makan siang pada
jam istirahat kantor atau hanya berkumpul dengan teman-temannya pada waktu
luang. Selain itu, lokasi rumah makan yang strategis juga menjadi salah satu
motivasi bagi konsumen lain untuk memilih rumah makan ini sebagai salah satu
tempat untuk mengadakan pertemuan dengan relasi bisnis dan sekedar berdiskusi
dengan teman.
Berdasarkan hasil yang didapatkan, pekerjaan responden RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor beragam, mulai dari pelajar, ibu rumah tangga,
pegawai negeri, pegawai swasta, pengusaha, dll. Hal ini telah sesuai segmentasi
48
rumah makan ini yang mana bersegmentasi semua kalangan. Karakteristik
konsumen berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran reponden berdasarkan pekerjaan di RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor tahun 2014
Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Pelajar/mahasiswa 20 20
Ibu rumah tangga 3 3
Pegawai negeri 15 15
Pegawai swasta 43 43
Wiraswasta/pengusaha 10 10
Lainnya 9 9
Total 100 100
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah pendapatan per bulan
yang diterima oleh responden. Sumber pendapatan responden bervariasi sesuai
dengan pekerjaannya. Bagi reponden yang belum berpenghasilan maka
pendapatan diartikan sebagai uang saku yang diterima selama sebulan dan bagi
ibu rumah tangga diartikan sebagai pendapatan suami per bulan. Pendapatan
responden memengaruhi dalam memilih dan menentukan tempat pembelian.
Informasi yang diperoleh adalah sebagian besar reponden berpendapatan
lebih dari Rp5 500 000 dengan persentase sebesar 29 persen. Pendapatan tersebut
tergolong dalam golongan menegah ke atas. Hal ini dapat diketahui dari
pengamatan di lapang bahwa sebagian besar konsumen adalah berpendidikan
sarjana dan memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta yang berpendapatan lebih
dari Rp5 500 000, namun konsumen yang berpendapatan Rp500 000 – Rp5 499
999 rata sebanyak 10-15 responden sehingga hal ini menunjukkan bahwa
responden RM. Sop Ayam Pak Min Klaten telah sesuai dengan segmentasi yang
ada yaitu bersegmen semua kalangan. Karakteristik konsumen berdasarkan
pendapatan rata-rata per bulan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran reponden berdasarkan pendapatan rata-rata per bulan di RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014
Pendapatan rata-rata per bulan Jumlah (orang) Persentase (%)
< Rp500 000 5 5
Rp500 000 - Rp1 499 999 14 14
Rp1 500 000 - Rp2 499 999 14 14
Rp2 500 000 - Rp3 499 999 10 10
Rp3 500 000 - Rp4 499 999 13 13
Rp4 500 000 - Rp5 499 999 15 15
> Rp5 500 000 29 29
Total 100 100
49
Secara umum, karakteristik responden Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor telah sesuai dengan segmentasi yang ada, yaitu bersegmentasi semua
kalangan, baik dari segi jenis kelamin, umur, tempat tinggal, status pernikahan,
pekerjaan, maupun pendapatan.
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Keputusan konsumen untuk membeli tidak muncul begitu saja, tetapi
melalui suatu proses yang terdiri dari beberapa tahapan yang meliputi pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan hasil (Engel et
al. 1995). Informasi mengenai proses keputusan pembelian diperoleh dari hasil
pengisian kuesioner oleh responden. Pada penelitian ini, analisis perilaku
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian dan kepuasan konsumen di
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor menghasilkan beberapa
rekomendasi untuk meningkatkan pelayanannya kepada konsumen.
Pengenalan Kebutuhan
Proses keputusan berkunjung ke RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor dimulai ketika konsumen mengenali sebuah masalah atau kebutuhan
terhadap makan. Pemenuhan terhadap kebutuhan merupakan suatu pemicu
konsumen untuk melakukan konsumsi terhadap suatu produk. Menurut Engel et
al. (1995), proses keputusan dimulai ketika suatu kebutuhan diaktifkan dan
dikenali karena terjadi ketidaksesuaian antara keadaan yang diinginkan oleh
konsumen dengan situasi aktual. Kesadaran konsumen terhadap kebutuhan suatu
produk membuat konsumen berusaha untuk mencarinya. Pengenalan kebutuhan
merupakan tahap awal dari proses pembelian suatu produk. Sebaran konsumen
berdasarkan frekuensi makan di luar rumah dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran konsumen berdasarkan frekuensi makan di luar rumah
Frekuensi makan di luar rumah dalam Jumlah Persentase
satu minggu (kali) (orang) (%)
1-2 27 27
3-4 29 29
5-6 16 16
Setiap hari (7) 28 28
Total 100 100
Konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sendiri telah
mengenali kebutuhan terhadap makan di luar rumah. Berdasarkan hasil
penyebaran kuesioner kepada 100 responden dapat diketahui bahwa sebagian
besar konsumen makan di luar rumah sebanyak 3-4 kali dalam seminggu dengan
persentase sebesar 29 persen, kemudian diikuti oleh konsumen yang makan setiap
hari yang persentasenya tidak jauh berbeda dengan yang pertama, yaitu sebesar 28
persen, 1-2 kali semingu sebesar 27 persen, dan 5-6 kali seminggu sebesar 16
persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam satu minggu konsumen akan
makan di luar rumah setidaknya 3-4 kali karena jika dilihat dari karakteristik
50
konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor yaitu pegawai swasta
dan pelajar mahasiswa yang lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah.
Motivasi merupakan rangsangan yang menetapkan kebutuhan konsumen
dan mengarahkan konsumen untuk melakukan tindakan memenuhi kebutuhan
tersebut. Motivasi memiliki hubungan yang erat dengan pengenalan kebutuhan,
misalnya pada saat seseorang lapar (pengenalan kebutuhan), maka ia memiliki
motivasi untuk mencari makanan untuk menghilangkan rasa lapar. Berdasarkan
hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa motivasi sebagian besar konsumen
makan di luar rumah adalah adanya kebutuhan untuk makan dengan persentase
sebesar 43 persen. Motivasi tertinggi kedua yaitu mencari menu dan rasa yang
khas dengan persentase sebesar 30 persen, selanjutnya sekedar ingin mencoba
sebesar 13 persen, dan sebagai gaya hidup sebesar 11 persen, serta tiga persen
sisanya termasuk pada kategori lainnya dengan alasan ingin praktis.
Kebutuhan untuk makan merupakan motivasi utama konsumen untuk
memilih makan di luar rumah. Rumah makan yang menyediakan menu makanan
dan minuman dengan porsi yang pas, harga terjangkau, dan menu yang enak akan
mendorong konsumen untuk berkunjung. Sebaran konsumen berdasarkan
motivasi makan di luar rumah dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Sebaran konsumen berdasarkan motivasi makan di luar rumah
Motivasi untuk makan di luar rumah Jumlah Persentase
(orang) (%)
Kebutuhan untuk makan 43 43
Sebagai gaya hidup 11 11
Mencari menu dan rasa yang khas 30 30
Sekedar ingin mencoba 13 13
Lainnya 3 3
Total 100 100
Berdasarkan data sebaran konsumen mengenai manfaat responden makan di
luar rumah yaitu sebesar 52 persen menyatakan bahwa makan di luar rumah
dimanfaatkan sebagai makanan selingan. Hal ini bisa dikatakan bahwa makanan
selingan merupakan makanan pengganti. Apabila dilihat dari katakteristik
responden, sebagian besar responden bekerja sebagai pegawai swasta yang telah
menikah. Pada saat makan pagi responden akan makan di rumah, namun pada saat
makan siang responden akan makan di luar rumah (adanya aktivitas di luar
rumah) sehingga disebut sebagai makanan selingan karena yang menjadi makanan
utamanya di rumah. Kemudian terdapat sebanyak 38 persen responden menilai
manfaat yang dicari dari makan di luar rumah sebagai makanan utama, hal ini
terutama diungkapkan oleh responden yang masih kuliah dan jauh dari rumah
sehingga makan di luar rumah dijadikan sebagai makanan utama. Selanjutnya
terdapat tujuh persen responden yang mencari manfaat sebagai pemenuhan gizi.
Hal ini diungkapkan oleh mahasiswa yang biasa makan di luar dan menganggap
makan di restoran atau rumah makan dengan menu ayam atau daging-dagingan
merupakan pemenuhan gizi. Sebanyak dua persen responden mencari manfaat
makan di luar rumah sebagai simbol status sosial. Hal ini dikarenakan responden
ingin menunjukkan dimana status sosialnya berada, biasanya responden ini
51
mempunyai status sosial yang tinggi dan makan di restoran mewah. Selain itu,
terdapat satu persen responden yang termasuk dalam kategori lainnya yaitu
mencari manfaat kepraktisan yang disebabkan kesibukan di luar rumah. Sebaran
konsumen berdasarkan manfaat makan di luar rumah dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Sebaran konsumen berdasarkan manfaat makan di luar rumah
Manfaat yang dicari dari makan di luar rumah Jumlah (orang) Persentase (%)
Sebagai makanan utama 38 38
Sebagai makanan selingan 52 52
Pemenuhan gizi 7 7
Simbol status sosial (prestize) 2 2
Lainnya 1 1
Total 100 100
Pencarian Informasi
Tahap kedua dari proses pengambilan keputusan pembelian adalah tahap
pencarian informasi. Setelah konsumen mengenali kebutuhannya, maka konsumen
akan mencari informasi tentang produk yang akan memenuhi kepuasannya.
Pencarian dapat bersifat internal dan eksternal. Pencarian internal melibatkan
pemerolehan kembali pengetahuan dari ingatan. Pencarian eksternal terdiri dari
pengumpulan informasi dari pasar, yang mana dapat diperoleh dari teman,
keluarga, papan nama, media cetak, media elektronik, dan internet. Sebaran
konsumen berdasarkan sumber informasi mengenai alternatif tempat makan dapat
dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Sebaran konsumen berdasarkan sumber informasi mengenai alternatif
tempat makan
Sumber informasi mengenai alternatif Jumlah Persentase
tempat makan (orang) (%)
Inisiatif sendiri 9 9
Teman/kenalan 53 53
Anggota keluarga 8 8
Papan nama/spanduk 20 20
Media cetak (brosur, koran) 1 1
Media elektronik (tv, radio) 1 1
Internet 8 8
Total 100 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 53 persen konsumen
mendapatkan informasi mengenai rumah makan dari teman. Hal ini menunjukkan
bahwa informasi mengenai rumah makan dilakukan dengan cara word of mouth,
yang mana konsumen yang telah mengetahui tentang keberadaan rumah makan
atau restoran sebelumnya akan menyampaikan hal tersebut pada orang lain
sehingga penyebaran informasi menjadi lebih cepat. Selain itu, kebiasaan
konsumen menjamu teman atau rekan kerja di suatu rumah makan juga menjadi
52
komunikasi yang dinilai efektif untuk menyampaikan keberadaan suatu rumah
makan. Sumber informasi kedua yang dipilih konsumen adalah papan nama
dengan persentase sebesar 20 persen. Pemasangan papan nama suatu restoran atau
rumah makan yang berada di depan bangunan rumah makan memberikan
keefektifan dalam memberikan informasi sehingga dapat terlihat oleh konsumen
yang sedang melintas di daerah tersebut hingga akhirnya tertarik untuk melakukan
pembelian.
Setelah mendapatkan informasi mengenai restoran atau rumah makan,
konsumen akan mencari informasi lain yang lebih mendalam mengenai aspek-
aspek yang menjadi fokus utama dari informasi yang diperoleh. Konsumen yang
memiliki tingkat pendidikan yang memadai akan mencari informasi yang banyak
serta lebih selektif terhadap apa yang dikonsumsi. Cita rasa makanan dan
minuman yang ditawarkan oleh restoran atau rumah makan merupakan hal
penting yang menjadi fokus perhatian utama responden ketika mendapatkan
informasi tentang suatu rumah makan dengan persentase sebesar 78 persen.
Sebaran konsumen berdasarkan fokus perhatian dari sumber informasi dapat
dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Sebaran konsumen berdasarkan fokus perhatian dari sumber informasi
Fokus perhatian dari sumber informasi Jumlah Persentase
(orang) (%)
Cita rasa makanan 78 78
Harga yang ditawarkan 7 7
Lokasi rumah makan 4 4
Pelayanan rumah makan 6 6
Kenyamanan tempat 5 5
Total 100 100
Pada umumnya promosi yang dilakukan oleh suatu rumah makan akan
menarik perhatian konsumen untuk mengunjungi rumah makan tersebut. Bentuk
promosi yang paling banyak dipilih konsumen adalah paket promosi dengan
persentase sebesar 55 persen, kemudian potongan harga sebanyak 29 persen, dan
16 persen sisanya termasuk ke dalam kategori lainnya, seperti kupon dan menu
spesial. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen lebih tertarik dengan paket
promosi seperti paket hemat yang menunya sudah termasuk makanan dan
minuman. Sebaran konsumen berdasarkan bentuk promosi yang menarik
konsumen dapat dilihat pada Tabel 20.
53
Tabel 20 Sebaran konsumen berdasarkan bentuk promosi yang menarik
konsumen
Bentuk promosi yang menarik konsumen untuk Jumlah Persentase
melakukan kunjungan ke tempat makan (orang) (%)
Paket promosi 55 55
Potongan harga 29 29
Lainnya 16 16
Total 100 100
Berdasarkan data pada Tabel 21 menunjukkan bahwa bentuk-bentuk
promosi seperti paket promosi, potongan harga, dan kupon membuat konsumen
merasa tertarik sehingga memutuskan untuk mengunjungi rumah makan tersebut
dengan persentase sebesar 81 persen. Sisanya sebanyak 19 persen merasa bahwa
promosi yang dilakukan suatu rumah makan tidak memberikan pengaruh apapun
terhadap diri responden.
Tabel 21 Sebaran konsumen berdasarkan pengaruh promosi dalam melakukan
kunjungan ke tempat makan
Pengaruh promosi dalam melakukan kunjungan Jumlah Persentase
ke tempat makan (orang) (%)
Membuat tertarik 81 81
Tidak ada pengaruh 19 19
Total 100 100
Berdasarkan indikasi tersebut, konsumen memiliki motivasi yang kuat
dalam mencari informasi. Konsumen tidak berhenti pada pencarian internal tetapi
melanjutkan pencarian eksternal dimana informasi didapat dari teman. Pencarian
eksternal tidak hanya mengetahui merek/nama rumah makan, tetapi juga
informasi atribut yang ditawarkan produk tersebut, yaitu rasa. Informasi yang
diperoleh kemudian diolah sehingga menghasilkan beberapa alternatif restoran
yang akan dievaluasi selanjutnya pada proses evaluasi alternatif.
Evaluasi Alternatif
Tahap ketiga dari proses pengambilan keputusan pembelian adalah tahap
evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif merupakan proses di mana suatu alternatif
pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Keputusan
harus diambil pada awalnya mengenai alternatif mana yang harus
dipertimbangkan dan dimensi atau atribut apa yang akan digunakan dalam
menilai alternatif-alternatif yang dipertimbangkan disepanjang kriteria evaluasi
kemudian harus diputuskan.
Evaluasi alternatif terdiri dari empat unsur, yaitu menentukan kriteria
evaluasi, menentukan alternatif pilihan, menilai kinerja alternatif, dan menerapkan
kaidah keputusan. Tahap ini dianalisis dengan pertanyaan mengenai hal yang
memutuskan konsumen berkunjung ke RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor.
54
Hal yang menjadi pertimbangan awal konsumen sebelum melakukan
pembelian di rumah makan adalah cita rasa makanan dan minuman dengan
persentase sebesar 65 persen. Hal ini sesuai dengan fokus perhatian dari sumber
informasi yang didapatkan konsumen bahwa cita rasa adalah atribut yang paling
dipertimbangkan ketika akan mengunjungi rumah makan. Pertimbangan awal
selanjutnya yang dipilih oleh konsumen adalah suasana rumah makan dengan
persentase sebesar 20 persen. Hal ini disebabkan konsumen yang berkunjung ke
rumah makan tidak hanya ingin menikmati makanan yang ditawarkan saja,
melainkan juga suasana yang ditawarkan oleh rumah makan sebagai tempat untuk
berkumpul dan bersosialisasi dengan teman, keluarga, maupun rekan kerja.
Sebaran konsumen berdasarkan pertimbangan awal ketika akan mengunjungi
suatu tempat makan dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 Sebaran konsumen berdasarkan pertimbangan awal ketika akan
mengunjungi suatu tempat makan
Pertimbangan awal ketika akan mengunjungi Jumlah Persentase
suatu tempat makan (orang) (%)
Cita rasa makanan 65 65
Harga yang ditawarkan 9 9
Suasana rumah makan 20 20
Lokasi rumah makan yang mudah dijangkau 6 6
Total 100 100
Berdasarkan Tabel 23 menunjukkan bahwa 66 orang (66 persen) memilih
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor karena citarasa makanan yang
ditawarkan, lokasi yang mudah dijangkau sebanyak 18 persen, harga yang
ditawarkan tujuh persen, pelayanan yang memuaskan sebanyak enam persen,
tampilan luar rumah makan sebanyak dua persen, dan suasana rumah makan yang
nyaman sebanyak satu persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar
responden memilih RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor karena cita
rasa makanan yang khas, enak dan sesuai dengan selera konsumen. Hal ini sesuai
dengan atribut yang menjadi fokus perhatian dari sumber informasi dan
pertimbangan awal konsumen ketika akan mengunjungi suatu tempat makan
bahwa cita rasa menjadi fokus utama dan pertimbangan awal sebelum
mengunjungi rumah makan. Selain itu, lokasi yang mudah dijangkau juga
termasuk atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih rumah makan
ini karena lokasi yang strategis di pinggir jalan raya yang menjadikan lokasi
mudah diakses oleh beberapa kendaraan umum maupun kendaraan pribadi
sehingga memudahkan konsumen untuk menemukan dan mengunjugi rumah
makan, dekat perumahan, dekat rumah sakit, dan dekat perkantoran.
55
Tabel 23 Sebaran konsumen berdasarkan atribut yang dipertimbangkan dalam
memilih RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
Atribut yang dipertimbangkan dalam memilih Jumlah Persentase
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor (orang) (%)
Cita rasa makanan 66 66
Harga yang ditawarkan 7 7
Pelayanan yang memuaskan 6 6
Lokasi yang mudah dijangkau 18 18
Suasana rumah makan yang nyaman 1 1
Tampilan luar rumah makan 2 2
Total 100 100
Pembelian
Tahap keempat dari proses keputusan pembelian adalah pembelian itu
sendiri. Pembelian merupakan tahap akhir dari proses kebutuhan mengenai kapan
dan dimana membeli. Proses pembelian dilakukan ketika konsumen merasa
produk yang dipilihnya dinilai dapat memecahkan masalah dan merupakan pilihan
terbaik dari beberapa alternatif yang dimilikinya.
Tahap ini dianalisis dengan beberapa pertanyaan yaitu mengenai cara
konsumen memutuskan pembelian ke RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor, sumber yang memengaruhi untuk berkunjung, frekuensi pembelian di RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor, hari berkunjung, dan waktu
berkunjung konsumen ke RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
Cara konsumen memutuskan pembelian di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor bermacam-macam, yaitu secara terencana (ada niat pembelian dan
sudah direncanakan dari awal akan membeli di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor), separuh terencana (ada niat untuk membeli makanan dan minat
berkunjung dirasakan saat melewati RM), tidak terencana (tidak ada niat dari
awal), dan tergantung situasi (cuaca, kondisi keuangan, dll).
Tabel 24 menyajikan sebaran konsumen menurut cara pembelian di RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor bahwa sebanyak 39 orang (39 persen)
responden memutuskan pembelian tergantung situasi, responden yang
memutuskan pembelian secara tidak terencara sebanyak 32 persen, responden
yang memutuskan pembelian secara terencara sebanyak 20 persen, dan responden
yang memutuskan pembelian secara separuh terencara sebanyak sembilan persen.
Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 39 persen responden memutuskan
pembelian tergantung situasi yang artinya pembelian dilakukan dengan melihat
cuaca, kondisi keuangan responden, dan hal-hal yang berada di luar pengaruh
pemasar, seperti situasi bagi responden yang berasal dari luar Bogor berkunjung
ke RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor pada saat ke Bogor untuk
bertemu relasi maupun sekedar berlibur dengan keluarga. Cara konsumen
memutuskan pembelian di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor yang
kedua adalah tidak terencana, yang mana sebagian anggota keluarga maupun
teman hanya mengikuti keluarga atau temannya yang lain untuk makan di RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
56
Tabel 24 Sebaran konsumen berdasarkan cara konsumen memutuskan pembelian
di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
Cara memutuskan untuk melakukan pembelian ke Jumlah Persentase
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor (orang) (%)
Terencana (sudah direncanakan dari awal) 20 20
Separuh terencana (ada niat untuk membeli makanan 9 9
dan minat berkunjung dirasakan saat melewati RM)
Tidak terencana (tidak ada niat dari awal) 32 32
Tergantung situasi (cuaca, kondisi keuangan, dll) 39 39
Total 100 100
Hal yang perlu diketahui pemasar adalah sumber yang memengaruhi
keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk dan jasa. Dalam
menentukan keputusan pembelian, seorang konsumen akan mencari informasi
mengenai produk atau merek dari berbagai sumber, yang mana selanjutnya
informasi tersebut dapat menentukan konsumen menjadi terpengaruh atau tidak.
Sebaran konsumen berdasarkan sumber yang memengaruhi pembelian di RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Sebaran konsumen berdasarkan sumber yang memengaruhi pembelian
di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
Sumber yang mempengaruhi untuk membeli ke Jumlah Persentase
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor (orang) (%)
Inisiatif sendiri 38 38
Keluarga 16 16
Teman 41 41
Lainnya 5 5
Total 100 100
Berdasarkan penelitian, pihak yang paling memengaruhi konsumen untuk
melakukan pembelian di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor adalah
teman dengan persentase sebesar 41 persen. Hal ini disebabkan konsumen yang
datang berkunjung ke rumah makan ini diajak oleh teman atau rekan kerja
sehingga memengaruhi responden untuk membeli di RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor. Hal ini sesuai dengan penelitian Putri (2011) dan Herawati
(2013) bahwa sumber yang memengaruhi responden berkunjung ke Restoran
Sagoo Kitchen dan Rumah Makan Nasi Timbel Saung Merak Bogor adalah teman
sebanyak 48.33 persen dan 76.77 persen. Selanjutnya sebanyak 38 persen
responden membeli di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor karena
adanya inisiatif diri sendiri. Inisiatif sendiri yang dimaksud adalah konsumen
yang datang berkunjung sendiri atau bersama teman dan keluarga yang mana
memutuskan untuk makan di rumah makan ini karena keinginan sendiri tanpa
dipengaruhi oleh orang lain. Sebanyak 16 persen konsumen dipengaruhi oleh
keluarga dalam memutuskan pembelian di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor karena sebagian konsumen datang bersama keluarga. Kemudian
57
lima persen sisanya termasuk dalam kategori lainnya, seperti pengaruh pacar dan
pengaruh promosi yaitu papan nama dan spanduk.
Pembelian berulang dapat terjadi akibat kepuasan yang diperoleh dari
pembelian sebelumnya. Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa responden yang
melakukan pembelian di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sebanyak
2-3 kali dalam sebulan dengan persentase sebesar 41 persen. Hal ini disebabkan
citarasa makanan yang khas, enak, dan sesuai selera konsumen yang membuat
konsumen memilih untuk melakukan pembelian berulang. Selain itu, lokasi rumah
makan yang strategis dan mudah dijangkau memudahkan konsumen untuk
melakukan kunjungan kembali. Konsumen yang memiliki frekuensi kunjungan
sebanyak satu kali dalam sebulan memiliki persentase sebesar 37 persen,
frekuensi kunjungan 4-5 kali dalam sebulan sebesar 13 persen, dan konsumen
yang memiliki frekuensi kunjungan lebih dari enam kali sebesar 9 persen.
Tabel 26 Sebaran konsumen berdasarkan frekuensi pembelian di RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor
Frekuensi pembelian di RM. Sop Ayam Pak Min Jumlah Persentase
Klaten Cabang Bogor dalam satu bulan (kali) (orang) (%)
Satu (1) 37 37
2-3 41 41
4-5 13 13
> 6 9 9
Total 100 100
Dalam melakukan pembelian, keputusan pembelian dapat dilakukan pada
saat hari kerja, hari libur, dan tidak tentu. Berdasarkan Tabel 27 sebagian besar
konsumen melakukan pembelian pada waktu tidak tentu dengan persentase
sebesar 58 persen, yang berarti konsumen dapat melakukan pembelian pada hari
kerja maupun hari libur. Konsumen melakukan pembelian baik pada hari libur
maupun hari kerja disebabkan lokasi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor yang strategis sehingga memudahkan konsumen menjangkau rumah makan
dari rumah maupun kantor. Selanjutnya, sebesar 21 persen responden berkunjung
pada hari kerja dan 21 persen konsumen berkunjung pada hari libur. Hal ini
mengindikasikan bahwa pengunjung akan tetap berkunjung pada hari kerja
maupun hari libur. Pengunjung pada hari kerja pada umumnya adalah pegawai
kantor yang beristirahat makan siang bersama rekan kerja, sedangkan pengunjung
pada hari libur umumnya konsumen yang sedang berlibur atau sekedar berkumpul
bersama keluarga. Hal ini sesuai dengan penelitian Manik (2013) dan Putri (2011)
bahwa hari konsumen melakukan pembelian adalah tidak tentu sebanyak 58.59
persen dan 53.33 persen.
58
Tabel 27 Sebaran konsumen berdasarkan hari berkunjung di RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor
Hari berkunjung ke RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Jumlah Persentase
Cabang Bogor (orang) (%)
Hari kerja 21 21
Hari libur 21 21
Tidak tentu 58 58
Total 100 100
Waktu berkunjung konsumen merupakan salah satu tahap keputusan
pembelian. Berdasarkan data pada Tabel 28 mengenai waktu berkunjung
konsumen dapat dilihat bahwa waktu kunjungan konsumen bervariasi, mulai dari
pagi, siang, sore, hingga malam hari. Sebagian besar konsumen melakukan
kunjungan pada waktu siang hari dengan persentase sebesar 58 persen. Konsumen
yang melakukan kunjungan pada sore hari sebesar 19 persen, kunjungan pada
malam hari sebanyak 16 persen, dan yang melakukan kunjungan pada pagi hari
sebesar tujuh persen. Konsumen yang memilih melakukan kunjungan pada siang
hari karena mayoritas konsumen yang mengunjungi RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor berprofesi sebagai pegawai swasta. Biasanya mereka
melakukan kunjungan bersama dengan rekan kerja pada saat makan siang atau
pegawai yang beristirahat makan siang di rumah makan ini, serta keluarga yang
sedang berlibur dan beristirahat makan siang. Hal ini sesuai dengan penelitian
Manik (2013) dan Gini (2012) bahwa waktu pembelian responden dilakukan pada
siang hari sebanyak 52.53 dan 60 persen.
Tabel 28 Sebaran konsumen berdasarkan waktu berkunjung di RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor
Waktu kunjungan konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Jumlah Persentase
Klaten Cabang Bogor (orang) (%)
Pagi hari 7 7
Siang hari 58 58
Sore hari 19 19
Malam hari 16 16
Total 100 100
Hasil
Hasil pembelian merupakan tahapan akhir dari proses keputusan pembelian
yang dilakukan oleh konsumen, yang mana konsumen akan memberi pendapat
atas hasil dari produk yang dikonsumsinya. Hasil evaluasi pasca pembelian dapat
berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tidak berhenti pada tahap
pembelian dalam proses pembelian tapi konsumen juga melakukan evaluasi
terhadap pilihan produk yang dibelinya. Pada tahap hasil pembelian, konsumen
melakukan evaluasi untuk mengetahui bahwa allternatif yang dipilih telah
memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 29, diketahui bahwa
sebanyak 98 persen responden menyatakan puas setelah berkunjung dan
59
melakukan pembelian di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor, namun
masih terdapat responden yang merasa tidak puas dengan pembelian yang
dilakukan yaitu sebesar dua persen. Tingkat kepuasan yang tinggi
mengindikasikan bahwa RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor telah
mampu memberikan produk dan layanan yang baik serta sesuai dengan harapan
konsumen.
Tabel 29 Sebaran konsumen berdasarkan kepuasan konsumen setelah melakukan
pembelian di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
Kepuasan konsumen sesudah pembelian Jumlah Persentase
(orang) (%)
Puas 98 98
Tidak puas 2 2
Total 100 100
Konsumen yang merasa puas setelah mengonsumsi produk dan jasa akan
melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa tersebut. Jika konsumen
merasa puas setelah melakukan pembelian di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor maka konsumen tersebut akan kembali berkunjung dan melakukan
pembelian di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor. Konsumen yang
kembali melakukan pembelian ulang disebut konsumen yang loyal. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa minat responden menyatakan akan berkunjung
kembali sebesar 98 persen. Hal ini disebabkan responden yang merasa puas
sebanyak 98 persen, sedangkan yang menyatakan tidak berkunjung kembali
sebanyak dua persen. Sebaran konsumen berdasarkan minat berkunjung kembali
ke RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30 Sebaran konsumen berdasarkan minat berkunjung kembali ke RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
Minat konsumen untuk berkunjung kembali Jumlah Persentase
(orang) (%)
Ya 98 98
Tidak 2 2
Total 100 100
Kenaikan harga dapat memengaruhi konsumen akan tetap berkunjung
kembali atau tidak berkunjung kembali ke RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor. Pada penelitian ini diketahui bahwa jika terjadi kenaikan harga
pada menu RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sebagian besar
responden menyatakan akan tetap berkunjung dengan persentase sebesar 80
persen. Sebanyak sepuluh persen responden menyatakan akan beralih ke rumah
makan lain, sebanyak lima persen responden menyatakan tidak berkunjung, dan
sisanya sebanyak lima persen termasuk ke dalam kategori lainnya, yaitu tetap
berkunjung apabila kenaikan harga masih dijangkau oleh konsumen. Responden
yang akan tetap berkunjung memiliki persentase tertinggi. Hal ini berarti kenaikan
harga tidak terlalu memengaruhi bagi sebagian konsumen RM. Sop Ayam Pak
60
Min Klaten Cabang Bogor untuk tetap berkunjung. Menurut responden yang
paling penting bagi mereka adalah cita rasa masakan dan kepuasan yang mereka
peroleh setelah mengonsumsi makanan dan minuman di RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor tidak berubah dan kualitas makanan tetap terjaga. Selain itu,
jika dilihat dari karakteristik responden berdasarkan pendapatan, responden RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sebagian besar berpendapatan lebih
dari Rp5 500 000 yang mana pendapatan ini termasuk dalam kategori menengah
ke atas sehingga harga menu yang berkisar Rp7 000 hingga Rp22 000 tidak terlalu
menjadi pertimbangan dalam mengunjungi rumah makan ini. Sebaran konsumen
berdasarkan reaksi konsumen jika harga menu ke RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor meningkat dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31 Sebaran konsumen berdasarkan reaksi konsumen jika harga menu RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor meningkat
Reaksi konsumen jika harga menu RM. Sop Ayam Jumlah Persentase
Pak Min Klaten Cabang Bogor meningkat (orang) (%)
Tetap berkunjung 80 80
Tidak berkunjung 5 5
Beralih ke rumah makan lain 10 10
Lainnya 5 5
Total 100 100
Analisis Kepuasan Konsumen
Pengukuran kepuasan konsumen diperlukan untuk menentukan sasaran
dimasa yang akan datang dan untuk mengetahui tingkat kepuasan yang dihasilkan
oleh suatu atribut yang sudah memenuhi harapan konsumen atau belum.
Customer Satisfaction Index (CSI)
Dalam perhitungan tingkat kepuasan konsumen digunakan metode
Customer Satisfaction Index (CSI) yang bertujuan untuk menentukan tingkat
kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan pendekatan yang
memperhitungkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja semua atribut yang
diukur. Perhitungan tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan metode ini
membutuhkan skor rata-rata tingkat kinerja dan skor rata-rata tingkat kepentingan
atribut yang ada di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
Berdasarkan Tabel 32 dapat diketahui bahwa nilai Customer Satisfaction
Index (CSI) di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sebesar 75.27
persen. Nilai tersebut diperoleh dari hasil bagi antara weighting total dengan skala
maksimum yang digunakan dalam penelitian (skala 5) kemudian dikalikan 100
persen. Nilai CSI sebesar 75.27 persen berada pada rentang 60 persen < CSI ≤ 80
persen yang berarti indeks kepuasan konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor berada pada kriteria “puas”.
Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor memiliki perbedaan dibandingkan nilai kepuasan konsumen pada
tahap evaluasi pasca pembelian. Pada tahap evaluasi pasca pembelian, sebanyak
61
98 persen mengatakan puas dengan produk serta pelayanan yang diberikan,
sedangkan nilai CSI menunjukkan tingkat kepuasan konsumen memiliki nilai
75.27 persen. Pada kedua hasil ini terdapat perbedaan nilai karena pada tahap
evaluasi pasca pembelian merupakan penilaian konsumen terhadap seluruh atribut
yang dirasakan setelah konsumen mengonsumsi produk dan pelayanan yang ada
di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor. Jika pada CSI, konsumen
melakukan penilaian terhadap masing-masing atribut yang ada di RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor. Nilai CSI yang rendah dibandingkan dengan
evaluasi pasca pembelian dapat disebabkan ada beberapa atribut yang tidak sesuai
dengan harapan konsumen sehingga berpengaruh pada penilaian akhir CSI.
Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor sebesar 75.27 persen juga mengindikasikan bahwa masih ada 24.73
persen konsumen yang belum puas terhadap kinerja atribut RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor. Oleh sebab itu, pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor perlu mengetahui kinerja atribut mana saja yang belum dan sudah
memenuhi harapan konsumen. Apabila kinerja atribut tidak sesuai dengan harapan
konsumen maka diperlukan perbaikan atribut agar meningkatkan kepuasan
konsumen. Hasil perhitungan indeks kepuasan konsumen RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32 Hasil perhitungan indeks kepuasan konsumen RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor
No Atribut Rataan Weight Rataan Weight
tingkat
kepentingan
factors
(%)
tingkat
kinerja
Score
1 Cita rasa makanan 4.63 5.40 4.17 0.23
2 Porsi makanan 3.84 4.48 3.92 0.18
3 Kehigienisan makanan 4.62 5.39 3.70 0.20
dan perlengkapan makan
4 Aroma makanan 4.27 4.98 3.90 0.19
5 Harga makanan 4.08 4.76 3.86 0.18
6 Kemudahan dalam 3.97 4.63 3.79 0.18
menjangkau lokasi
7 Iklan dan promosi 3.50 4.08 3.34 0.14
8 Papan nama 3.66 4.27 3.51 0.15
9 Kesigapan pramusaji 4.54 5.29 4.05 0.21
10 Keramahan dan 4.63 5.40 3.92 0.21
kesopanan pramusaji
11 Penampilan pramusaji 4.26 4.97 3.59 0.18
12 Pengetahuan pramusaji 4.24 4.94 3.82 0.19
terhadap produk
13 Kecepatan penyajian 4.56 5.32 4.25 0.23
14 Kecepatan transaksi 4.33 5.05 4.00 0.20
15 Kesigapan pihak rumah 4.55 5.30 3.77 0.20
makan dalam merespon
62
Tabel 32 Hasil perhitungan indeks kepuasan konsumen RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor (lanjutan)
No Atribut Rataan Weight Rataan Weight
tingkat
kepentingan
factors
(%)
tingkat
kinerja
Score
keluhan konsumen
16 Kebersihan rumah makan 4.66 5.43 3.51 0.19
17 Ketersediaan dan 4.61 5.37 3.56 0.19
kebersihan toilet dan
wastafel
18 Ketersediaan sarana 4.51 5.26 3.74 0.20
Parkir
19 Kenyamanan rumah 4.59 5.35 3.44 0.18
Makan
20 Dekorasi rumah makan 3.74 4.36 3.24 0.14
Total 85.79 100.00 75.08 3.76
CSI (%) 75.27
Importance Performance Analysis (IPA)
Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor masih di bawah 100 persen, yaitu sebesar 75.27 persen maka pihak
rumah makan perlu memperbaiki atribut-atribut untuk meningkatkan kepuasan
konsumennya. Peningkatan indeks kepuasan konsumen dapat dilakukan melalui
peningkatan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Tingkat kepentingan
merupakan penilaian konsumen mengenai seberapa perlu suatu atribut terhadap
suatu produk dan pelayanan berdasarkan kebutuhan masing-masing konsumen
yang memiliki standar penilaian berbeda. Oleh sebab itu, pihak rumah makan
tidak dapat memengaruhi tingkat kepentingan konsumen, sehingga peningkatan
kepuasan yang dapat dilakukan oleh RM. Sop Ayam pak Min Klaten Cabang
Bogor melalui pendekatan terhadap peningkatan kinerja.
Perbaikan kinerja atribut untuk meningkatkan kepuasan konsumen dapat
dilakukan oleh pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor secara
bersamaan, namun pada umumnya pihak rumah makan memiliki keterbatasan
sumber daya, baik sumber daya modal maupun sumber daya manusia sehingga
pihak rumah makan perlu memprioritaskan atribut mana saja yang harus
dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Atribut yang diprioritaskan adalah atribut
yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi bagi konsumen namun tingkat
kinerja rumah makan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor masih
dianggap rendah oleh konsumen.
Salah satu cara untuk menentukan prioritas perbaikan atribut RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor adalah menggunakan metode Importance
Performance Analysis (IPA). Metode ini menunjukkan prioritas perbaikan tingkat
kinerja masing-masing atribut melalui diagram kartesius yang terbagi menjadi
empat kuadran. Letak tiap atribut pada kuadran diperoleh dari nilai rata-rata
tingkat kepentingan dan nilai rata-rata tingkat kinerja atribut. Adapun nilai rata-
63
rata atribut RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor berdasarkan tingkat
kepentingan dan tingkat kinerja tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33 Nilai rata-rata atribut RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja tahun 2014
No Atribut Rataan Rataan
tingkat
kepentingan
tingkat
kinerja
1 Cita rasa makanan 4.63 4.17
2 Porsi makanan 3.84 3.92
3 Kehigienisan makanan dan perlengkapan 4.62 3.70
Makan
4 Aroma makanan 4.27 3.90
5 Harga makanan 4.08 3.86
6 Kemudahan dalam menjangkau lokasi 3.97 3.79
7 Iklan dan promosi 3.50 3.34
8 Papan nama 3.66 3.51
9 Kesigapan pramusaji 4.54 4.05
10 Keramahan dan kesopanan pramusaji 4.63 3.92
11 Penampilan pramusaji 4.26 3.59
12 Pengetahuan pramusaji terhadap produk 4.24 3.82
13 Kecepatan penyajian 4.56 4.25
14 Kecepatan transaksi 4.33 4.00
15 Kesigapan pihak rumah makan dalam merespon 4.55 3.77
keluhan konsumen
16 Kebersihan rumah makan 4.66 3.51
17 Ketersediaan dan kebersihan toilet dan 4.61 3.56
wastafel
18 Ketersediaan sarana parkir 4.51 3.74
19 Kenyamanan rumah makan 4.59 3.44
20 Dekorasi rumah makan 3.74 3.24
Rata-rata 4.29 3.75
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tingkat
kepentingan adalah 4.29 dan nilai rata-rata tingkat kinerja adalah 3.75. Kedua
nilai tersebut akan membagi garis tengah pada diagram kartesius Importance
Performance Analysis (IPA) dengan tingkat kepentingan sebagai sumbu Y dan
tingkat kinerja sebagai sumbu X, sehingga diagram kartesius akan terbagi menjadi
empat kuadran. Masing-masing kuadran Importance Performance Analysis (IPA)
untuk atribut RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor pada diagram
kartesius menggambarkan keadaan yang berbeda. Diagram kartesius Importance
Performance Analysis (IPA) RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor dapat
dilihat pada Gambar 15.
64
Gambar 15 Diagram kartesius Importance Performance Analysis (IPA)
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
Keterangan:
Kuadran I
3. Kehigienisan makanan dan perlengkapan makan
16. Kebersihan rumah makan
17. Ketersediaan dan kebersihan toilet dan wastafel
18. Ketersediaan sarana parkir
19. Kenyamanan rumah makan
Kuadran II
1. Cita rasa makanan
9. Kesigapan pramusaji
10. Keramahan dan kesopanan pramusaji
13. Kecepatan penyajian
14. Kecepatan transaksi
15. Kesigapan pihak rumah makan dalam merespon keluhan konsumen
Kuadran III
7. Iklan dan promosi
8. Papan nama
11. Penampilan pramusaji
20. Dekorasi rumah makan
65
Kuadran VI
2. Porsi makanan
4. Aroma makanan
5. Harga makanan
6. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
12. Pengetahuan pramusaji terhadap produk
Diagram kartesius dapat memudahkan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor untuk melakukan prioritas perbaikan atribut yang dianggap penting
oleh konsumen. Perbaikan atribut tergantung dari posisi masing-masing variabel
pada keempat kuadran. Posisi masing-masing atribut pada keempat kuadran dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Kuadran I (Prioritas Utama)
Kuadran yang memuat atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen
namun kinerja atribut pada kuadran ini belum sesuai dengan harapan konsumen
sehingga perusahaan harus meningkatkan kinerjanya agar optimal. Artinya tingkat
kepuasan yang diperoleh konsumen masih sangat rendah dan RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor perlu meningkatkan kinerja dari atribut. Atribut pada
kuadran I memiliki prioritas utama untuk diperbaiki kinerjanya. Adapun atribut
yang terdapat dalam kuadran I sebagai berikut:
1. Kehigienisan makanan dan perlengkapan makan
Kehigienisan makanan dan perlengkapan makan yaitu seberapa bersih
makanan dan perlengkapan makan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor. Kehigienisan makanan dan perlengkapan makan berkaitan
dengan aspek kesehatan sehingga atribut ini dianggap penting oleh
konsumen, namun kinerja yang telah dilakukan oleh pihak rumah makan
belum mampu memberikan kepuasan bagi konsumen. Dalam artian bahwa
makanan dan perlengkapan makan yang disajikan rumah makan belum
higienis. Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kehigienisan makanan
dan perlengkapan makan dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kehigienisan makanan dan
perlengkapan makan
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 1 1 Tidak baik 4 4
Cukup penting 8 8 Cukup baik 33 33
Penting 19 19 Baik 52 52
Sangat penting 72 72 Sangat baik 11 11
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
66
Pada Tabel 34 dapat diketahui bahwa sebanyak 72 persen responden
menilai atribut ini sangat penting, namun kinerja atribut ini masih
dianggap kurang memuaskan oleh konsumen. Hal ini dapat dilihat bahwa
masih terdapat 33 persen responden yang menilai kinerja atribut
kehigienisan makanan dan perlengkapan makan RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor cukup baik dan empat persen responden menilai
tidak baik. Menurut sebagian konsumen terdapat benda asing seperti
kerikil pada nasi dan debu pada sendok. Oleh sebab itu, pihak RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten sebaiknya lebih menjaga kebersihan dan
kehigienisan makanan dan perlengkapan makan dari kerikil, rambut dan
debu agar dapat meningkatkan kepuasan konsumen.
2. Kebersihan rumah makan
Kebersihan rumah makan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
tingkat kebersihan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor, baik
ruangan, lantai, meja, dan kursi dari kotoran. Kebersihan rumah makan
akan mencerminkan tanggapan konsumen terhadap kebersihan makanan
dan minuman yang ditawarkan sehingga memengaruhi minat konsumen
untuk melakukan pembelian di rumah makan. Tingkat kepentingan dan
kinerja atribut kebersihan rumah makan dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kebersihan rumah makan
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 1 1 Tidak baik 7 7
Cukup penting 5 5 Cukup baik 43 43
Penting 21 21 Baik 42 42
Sangat penting 73 73 Sangat baik 8 8
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 35 dapat diketahui bahwa sebanyak 73 persen
responden menyatakan atribut kebersihan rumah makan sangat penting,
namun kinerja atribut ini masih dianggap kurang memuaskan oleh
konsumen. Hal ini dapat dilihat bahwa terdapat 43 persen responden yang
menilai kinerja atribut kebersihan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor cukup baik dan tujuh persen responden menilai tidak baik. Menurut
sebagian konsumen terdapat sampah di lantai dan meja rumah makan. Hal
ini berkaitan dengan jumlah office boy (tukang bersih-bersih) yang hanya
satu orang dan sudah tua yang mana harus membersihkan seluruh ruangan
makan, wastafel, kamar mandi, tempat wudhu, dan mushola sehingga
kinerja orang tersebut dirasa kurang untuk bisa menjaga seluruh
kebersihan ruangan yang ada. Oleh sebab itu, pihak RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten sebaiknya mengganti office boy yang masih muda dan
67
berenergi agar kebersihan rumah makan selalu terjaga sehingga dapat
meningkatkan kepuasan konsumen.
3. Ketersediaan dan kebersihan toilet dan wastafel
Ketesediaan dan kebersihan wastafel dalam penelitian ini adalah adanya
toilet dan wastafel yang bersih dan harum, serta tersedianya tempat
sampah, sabun, dan tissue di toilet maupun wastafel serta konsumen dapat
merasa nyaman saat menggunakan fasilitas yang disediakan oleh pihak
rumah makan.
Berdasarkan Tabel 36 dapat diketahui bahwa sebanyak 23 persen
responden menyatakan atribut ketersediaan dan kebersihan toilet dan
wastafel penting serta 70 persen responden menilai atribut ini sangat
penting, namun kinerja atribut ini masih dianggap kurang memuaskan oleh
konsumen. Dilihat dari tingkat kinerjanya, sebanyak 43 persen responden
menilai atribut ketersediaan dan kebersihan toilet dan wastafel RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor cukup baik dan enam persen
responden menilai tidak baik. Menurut sebagian konsumen, toilet yang
tersedia masih bau dan tidat terdapat tissue di dalamnya. Oleh sebab itu,
pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sebaiknya lebih
menjaga kebersihan kamar mandi dari bau yang tidak sedap dengan
memberi parfum kamar mandi serta menyediakan tissue di sekitar toilet.
Tabel 36 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut ketersediaan dan kebersihan
toilet dan wastafel
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 2 2 Tidak baik 6 6
Cukup penting 5 5 Cukup baik 43 43
Penting 23 23 Baik 40 40
Sangat penting 70 70 Sangat baik 11 11
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
4. Ketersediaan sarana parkir
Maksud dari ketersediaan sarana parkir adalah ada tidaknya kapasitas
parkir yang cukup dan memadai untuk kendaraan milik konsumen RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor dalam mencari tempat parkir.
Ketersediaan sarana parkir yang memadai merupakan atribut yang dinilai
konsumen sangat penting. Hal ini disebabkan sebagian besar konsumen
yang datang ke RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
menggunakan kendaraan pribadi (motor dan mobil) sehingga konsumen
menganggap atribut ini sangat penting.
Berdasarkan Tabel 37 dapat diketahui bahwa sebanyak 64 persen
responden menilai atribut ini sangat penting dan 27 persen responden
menilai atribut ini penting, namun kinerja atribut ini kurang dapat
68
memuaskan konsumen. Hal ini terlihat dari 32 orang persen responden
menilai atribut ini cukup baik dan empat persen responden merasa atribut
ini tidak baik. Luas lahan sarana parkir yang disediakan RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor tidak dapat menampung kendaraan dalam
jumlah besar terutama pada saat hari libur. Pada saat hari libur, kondisi
tempat parkir penuh dengan kendaraan pengunjung sehingga beberapa
konsumen memarkirkan kendaraan pribadinya di pinggir jalan raya sekitar
rumah makan. Oleh sebab itu, pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor sebaiknya menata tempat parkir agar bisa memuat lebih
banyak kendaraan atau memperluas lahan parkir yang ada.
Tabel 37 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut ketersediaan sarana parkir
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 4 4 Tidak baik 4 4
Cukup penting 5 5 Cukup baik 32 32
Penting 27 27 Baik 50 50
Sangat penting 64 64 Sangat baik 14 14
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
5. Kenyamanan rumah makan
Kenyamanan rumah makan diartikan sebagai suasana rumah makan yang
nyaman bagi pengunjung RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
Indikator dari kenyamanan rumah makan adalah ukuran ruangan, bau
ruangan, penerangan, dan kesejukan ruangan. Tingkat kepentingan dan
kinerja atribut kenyamanan rumah makan dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kenyamanan rumah makan
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 1 1 Sangat tidak 1 1
penting
baik
Tidak penting 1 1 Tidak baik 13 13
Cukup penting 3 3 Cukup baik 37 37
Penting 28 28 Baik 39 39
Sangat penting 67 67 Sangat baik 10 10
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 38 dapat diketahui bahwa atribut kenyamanan rumah
makan sangat penting bagi 67 persen responden dan penting bagi 28
persen responden, namun kinerja atribut ini kurang dapat memuaskan
69
konsumen. Hal tersebut dapat dilihat dari 37 persen responden menilai
atribut kenyamanan rumah makan cukup baik dan 13 persen responden
merasa atribut ini tidak baik, serta terdapat responden yang menilai sangat
tidak baik sebanyak satu persen. Menurut konsumen, hal yang
menyebabkan konsumen merasa kurang nyaman makan di RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor adalah kurangnya kipas angin dan atap
yang terbuat dari asbes sehingga ruangan terasa panas pada siang hari,
padahal konsumen paling banyak berkunjung pada siang hari. Oleh sebab
itu, pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sebaiknya
menambah jumlah kipas angin atau mengganti atap yang terbuat dari asbes
dengan genteng biasa.
Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap penting dan kinerja
atribut yang sesuai dengan yang dirasakan konsumen. Pada kuadran ini tingkat
kepuasan konsumen dinilai relatif tinggi sehingga perusahaan cukup
mempertahankan kinerja atribut yang ada pada kuadran II. Adapun atribut yang
terdapat dalam kuadran I sebagai berikut:
1. Cita rasa makanan
Cita rasa merupakan tanggapan salah satu panca indra yaitu lidah. Cita
rasa merupakan tingkat kelezatan dari sebuah makanan. Cita rasa
memberikan daya tarik utama bagi konsumen untuk membeli makanan di
sebuah rumah makan. Indikator cita rasa pada penelitian ini adalah rasa
yang enak, bumbu masakan yang khas, dan dapat membuat konsumen
untuk mencoba kembali. Tingkat kepentingan dan kinerja atribut cita rasa
makanan dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut cita rasa makanan
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 1 1 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 2 2 Tidak baik 1 1
Cukup penting 6 6 Cukup baik 12 12
Penting 15 15 Baik 56 56
Sangat penting 76 76 Sangat baik 31 31
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor mampu memberikan cita rasa yang diharapkan oleh
konsumen. Pada Tabel 39 dapat dilihat bahwa sebanyak 76 persen
responden menyatakan bahwa atribut cita rasa merupakan atribut yang
sangat penting dan sebanyak 15 persen responden menilai atribut ini
penting dan kinerja atribut cita rasa makanan dinilai sudah sesuai harapan
konsumen. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil tingkat kinerja atribut cita
70
rasa makanan bahwa sebanyak 56 persen responden menilai atribut ini
sudah baik dan sebanyak 31 persen responden menilai atribut ini sudah
sangat baik. Dengan kata lain, lebih dari 80 persen responden sudah
merasa puas terhadap cita rasa makanan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor. Oleh sebab itu, pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor harus mempertahankan kinerja cita rasa makanan yang
telah dilakukan selama ini karena atribut ini sudah dianggap baik dan
sangat baik oleh konsumen, serta atribut ini merupakan atribut yang paling
dipertimbangkan oleh konsumen ketika mengunjungi RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor.
2. Kesigapan pramusaji
Aspek yang diukur pada atribut kesigapan pramusaji dalam penelitian ini
adalah ketangkasan dan kepekaan pelayan rumah makan dalam memberi
perhatian dan respon kepada konsumen yang meminta bantuan. Jika ada
pengunjung yang baru datang para pramusaji di RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor akan menyambut dan mengantarkan pengunjung ke
meja yang kosong, kemudian menawarkan menu kepada pengunjung.
Selain itu, pramusaji di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
akan langsung bereaksi jika ada konsumen yang meminta bantuan. Tingkat
kepentingan dan tingkat kinerja atribut kesigapan pramusaji dapat dilihat
pada Tabel 40.
Tabel 40 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kesigapan pramusaji
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 0 0 Tidak baik 3 3
Cukup penting 7 7 Cukup baik 17 17
Penting 32 32 Baik 52 52
Sangat penting 61 61 Sangat baik 28 28
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 40 dapat diketahui bahwa sebanyak 61 persen
responden menilai atribut kesigapan pramusaji sangat penting dan
sebanyak 32 persen responden menilai penting. Berdasarkan tingkat
kinerja, RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor telah mampu
memberikan kepuasan konsumen terhadap atribut ini. Hal ini dapat dilihat
dari tingkat kinerja kesigapan pramusaji bahwa sebanyak 52 persen
responden menilai atribut ini baik dan sebanyak 28 persen responden
menilai atribut ini sudah sangat baik. Oleh sebab itu, pihak RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor harus mempertahankan kinerja
atribut kesigapan pramusaji agar konsumen tetap merasa puas dengan
atribut ini.
71
3. Keramahan dan kesopanan pramusaji
Keramahan dan kesopanan pramusaji merupakan sapaan dan sikap
pramusaji yang dapat membuat konsumen merasa senang dan dihormati.
Keramahan dan kesopanan akan terukur pada saat pramusaji berinteraksi
dengan konsumen secara ramah, senyum, dan bertutur kata yang baik.
Sebanyak 71 persen responden menilai atribut keramahan dan kesopanan
pramusaji sangat penting dan sebanyak 21 persen responden menilai
atribut ini penting. Berdasarkan tingkat kinerja pada Tabel 41, sebanyak
50 persen responden menilai atribut ini sudah baik dan sebanyak 22 persen
menilai atribut ini sudah sangat baik sehingga konsumen sudah merasa
puas terhadap atribut ini.
Konsumen merasa puas terhadap atribut keramahan dan kesopanan
pramusaji RM. Sop ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor karena
konsumen merasa dilayani dengan baik dan sopan. Konsumen yang datang
ke rumah makan ini akan disapa oleh pramusaji dengan sopan dan senyum
lebar pada saat mengantarkan ke kursi yang kosong dan menawarkan
menu yang ada. Pramusaji juga melayani konsumen yang membutuhkan
bantuan ketika menikmati hidangan, serta mengucapkan terima kasih saat
konsumen selesai melakukan pembelian di RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor. Oleh sebab itu, pihak RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor harus tetap mempertahankan kinerja atribut
keramahan dan kesopanan pramusaji. Tingkat kepentingan dan tingkat
kinerja keramahan dan kesopanan pramusaji dapat dilihat pada Tabel 41.
Tabel 41 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut keramahan dan kesopanan
pramusaji
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 0 0 Tidak baik 2 2
Cukup penting 8 8 Cukup baik 26 26
Penting 21 21 Baik 50 50
Sangat penting 71 71 Sangat baik 22 22
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
4. Kecepatan penyajian
Kecepatan penyajian yang dimaksud adalah waktu yang dibutuhkan
pramusaji RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor untuk
memenuhi pesanan yang diinginkan konsumen. Indikator dari atribut ini
adalah tenggang waktu mulai dari konsumen memesan menu hingga
makanan dan minuman yang dipesan tersedia di depan konsumen.
Kecepatan penyajian menjadi sangat penting bagi konsumen karena
kondisi konsumen yang sedang lapar atau keinginan konsumen untuk
segera memenuhi kebutuhan terhadap makan.
72
Berdasarkan Tabel 42 dapat dilihat bahwa sebanyak 30 persen responden
menyatakan atribut kecepatan penyajian penting dan sebanyak 63 persen
responden menyatakan sangat penting. Berdasarkan tingkat kinerja,
sebanyak 47 persen responden menilai atribut kecepatan penyajian sudah
baik yaitu kecepatan penyajiannya 8-10 menit dan sebanyak 39 persen
responden menilai atribut ini sudah sangat baik yaitu kecepatan
penyajiannya selama 5-7 menit. Dengan kata lain, lebih dari 80 persen
responden telah merasa puas terhadap atribut keramahan dan kesopanan
pramusaji. Oleh sebab itu, pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor harus tetap mempertahankan tingkat kinerja atribut kecepatan
penyajian.
Tabel 42 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kecepatan penyajian
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 0 0 Tidak baik 0 0
Cukup penting 7 7 Cukup baik 14 14
Penting 30 30 Baik 47 47
Sangat penting 63 63 Sangat baik 39 39
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
5. Kecepatan transaksi
Kecepatan transaksi adalah waktu yang dibutuhkan kasir dalam melayani
pembayaran konsumen. Pembayaran dilakukan dengan cara konsumen
datang sendiri ke kasir RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
Atribut kecepatan transaksi dinilai penting oleh 32 orang responden (32
persen) dan dinilai sangat penting oleh 51 orang responden (51 persen).
Berdasarkan tingkat kinerja, sebanyak 52 persen responden menyatakan
atribut kecepatan transaksi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
sudah baik dan sebanyak 24 persen responden menilai sudah sangat baik.
Kepuasan konsumen terhadap atribut ini sudah terpenuhi karena pada saat
konsumen membayar di kasir, tidak membutuhkan waktu yang lama
sehingga tidak membuat konsumen menunggu dalam waktu yang lama.
Oleh sebab itu, secara keseluruhan kinerja dari atribut kecepatan transaksi
dinilai sudah baik oleh konsumen sehingga pihak rumah makan perlu
untuk mempertahankan kinerjanya agar konsumen tetap melakukan
pembelian. Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kecepatan transaksi
dapat dilihat pada Tabel 43.
73
Tabel 43 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kecepatan transaksi
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 1 1 Tidak baik 0 0
Cukup penting 16 16 Cukup baik 24 24
Penting 32 32 Baik 52 52
Sangat penting 51 51 Sangat baik 24 24
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
6. Kesigapan pihak rumah makan dalam merespon keluhan konsumen
Kesigapan pihak rumah makan dalam merespon keluhan adalah
ketangkasan atau kepekaan pihak rumah makan melihat masalah yang
terjadi dan merepon dengan cepat. Atribut ini merupakan hal yang penting
karena konsumen akan merasa puas terhadap pembelian yang dilakukan
jika pihak rumah makan dengan cepat menanggapi keluhan ketika
konsumen mengalami masalah dalam menikmati hidangan. Tingkat
kepentingan dan kinerja atribut kesigapan pihak rumah makan dalam
merespon keluhan konsumen konsumen dapat dilihat pada tabel 44.
Tabel 44 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kesigapan pihak rumah makan
dalam merespon keluhan konsumen
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 0 0 Tidak baik 2 2
Cukup penting 5 5 Cukup baik 34 34
Penting 35 35 Baik 49 49
Sangat penting 60 60 Sangat baik 15 15
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 44 dapat diketahui bahwa sebanyak 35 persen
responden menyatakan atribut kesigapan pihak rumah makan dalam
mereson keluhan penting dan 60 persen responden menyatakan atribut ini
sangat penting. Berdasarkan tingkat kinerja yang telah dilakukan,
sebanyak 49 persen responden menilai kinerja atribut ini baik dan
sebanyak 15 persen responden menilai kinerja atribut ini sangant baik.
Konsumen merasa puas terhadap atribut ini karena saat konsumen
mengalami kesulitan dalam menikmati hidangan ketika sambal atau kecap
habis, pihak rumah makan langsung sigap dalam menanggapi keluhan
74
tersebut. Oleh sebab itu, pihak rumah makan harus tetap mempertahankan
kinerja atribut ini agar konsumen tetap melakukan pembelian.
Kuadran III (Prioritas Rendah)
Kuadran III memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting
pengaruhnya oleh konsumen dengan pelaksanaan kinerja yang tidak terlalu baik.
Peningkatan kinerja atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini dapat
dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya kecil terhadap konsumen. Adapun
atribut-atribut yang terdapat pada kuadran III sebagai berikut:
1. Iklan dan promosi
Iklan dan promosi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ada tidaknya
salah satu bentuk pemasaran yang dilakukan oleh pihak RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor melalui media cetak, elektronik, maupun
internet. Atribut ini dinilai kurang penting oleh konsumen karena sebagian
besar informasi mengenai keberadaan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor diperoleh dari teman/kenalan secara word of mouth. Jika
dinilai dari tingkat kepentingan, sebanyak 31 persen responden
menganggap atribut ini cukup penting, dan sebanyak 12 persen responden
menilai tidak penting serta terdapat empat persen responden yang menilai
atribut ini sangat tidak penting. Berdasarkan tingkat kinerja, sebanyak 47
persen responden menilai atribut iklan dan promosi cukup baik, sebanyak
sebelas persen responden menilai tidak baik, dan dua persen responden
menilai sangat tidak baik. Selain itu, berdasarkan Tabel 33, rata-rata nilai
kepentingan dan kinerja atribut iklan dan promosi RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor memiliki nilai di bawah rata-rata sehingga
atribut ini menjadi prioritas yang rendah untuk ditingkatkan kinerjanya
karena konsumen menilai atribut ini tidak penting. Tingkat kepentingan
dan kinerja atribut iklan dan promosi dapat dilihat pada Tabel 45.
Tabel 45 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut iklan dan promosi
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 4 4 Sangat tidak 2 2
penting
baik
Tidak penting 12 12 Tidak baik 11 11
Cukup penting 31 31 Cukup baik 47 47
Penting 36 36 Baik 31 31
Sangat penting 17 17 Sangat baik 9 9
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
2. Papan nama
Papan nama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jelas atau tidaknya
posisi dan warna dari papan nama RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor yang dapat membuat ketertarikan bagi konsumen untuk berkunjung.
Papan nama merupakan salah satu alat yang dapat berfungsi sebagai media
75
informasi keberadaan lokasi suatu rumah makan. Papan nama RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor hanya berbentuk spanduk berwarna
hijau dengan tulisan berwarna merah. Berdasarkan Tabel 46 dapat
diketahui bahwa tingkat kepentingan atribut papan nama dinilai cukup
penting bagi 27 persen responden, tidak penting bagi sepuluh persen
responden, dan sangat tidak penting bagi tiga persen responden.
Berdasarkan tingkat kinerja diketahui bahwa sebanyak 39 persen
responden menilai atribut ini cukup baik dan sebanyak sebelas responden
menilai atribut ini tidak baik. Selain itu, berdasarkan Tabel 33 dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
atribut papan nama di bawah nilai rata-rata keseluruhan atribut. Oleh sebab
itu, atribut papan nama menjadi prioritas rendah untuk diperbaiki karena
dianggap tidak penting oleh konsumen.
Tabel 46 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut papan nama
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 3 3 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 10 10 Tidak baik 11 11
Cukup penting 27 27 Cukup baik 39 39
Penting 38 38 Baik 38 38
Sangat penting 22 22 Sangat baik 12 12
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
3. Penampilan pramusaji
Penampilan pramusaji adalah keadaan fisik pramusaji baik dari segi
pakaian dan dandanan. Penampilan pramusaji merupakan atribut yang
dapat memberikan kepercayaan kepada konsumen terhadap kualitas
produk dan layanan yang diberikan.
Berdasarkan Tabel 47 dapat diketahui bahwa tingkat kepentingan atribut
penampilan pramusaji dinilai sangat penting oleh 43 persen responden,
dirasa penting oleh 41 persen responden, dan dianggap cukup penting oleh
15 persen. Tingkat kinerja atribut penampilan pramusaji dinilai baik oleh
42 persen responden dan dinilai cukup baik oleh 42 responden. Jika dilihat
pada Tabel 33 nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut
pramusaji berada di bawah rata-rata keseluruhan tingkat kepentingan dan
tingkat kinerja sehingga atribut ini dianggap kurang penting dan
kinerjanya kurang baik oleh konsumen RM Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor. Dengan demikian, atribut penampilan pramusaji RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor menjadi prioritas rendah untuk
diperbaiki karena dianggap kurang penting oleh konsumen.
76
Tabel 47 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut penampilan pramusaji
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 1 1 Tidak baik 5 5
Cukup penting 15 15 Cukup baik 42 42
Penting 41 41 Baik 42 42
Sangat penting 43 43 Sangat baik 11 11
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
4. Dekorasi rumah makan
Dekorasi rumah makan yang dimaksud adalah penataan interior dan
eksterior serta hiasan yang ada di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor. Dekorasi rumah makan ini dibuat seperti warung dengan
menggunakan meja dan bangku panjang yang terbuat dari kayu.
Berdasarkan Tabel 48 dapat diketahui bahwa atribut dekorasi rumah
makan dinilai cukup penting oleh 26 responden (26 persen), dinilai tidak
penting oleh empat orang responden (empat persen), dan dinilai sangat
tidak penting oleh satu orang responden (satu persen). Jika dilihat dari
nilai tingkat kinerja, sebagian besar konsumen menilai atribut ini cukup
baik dengan persentase sebesar 49 persen, selanjutnya responden menilai
baik dengan persentase 29 persen, dan menilai tidak baik sebesar 15
persen. Selain itu, nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
atribut dekorasi rumah makan berada di bawah nilai rata-rata keseluruhan
atribut (Tabel 33), sehingga atribut dekorasi RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor menjadi prioritas yang rendah untuk diperbaiki
karena dianggap tidak penting oleh konsumen.
Tabel 48 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut dekorasi rumah makan
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 1 1 Sangat tidak 1 1
penting
baik
Tidak penting 9 9 Tidak baik 15 15
Cukup penting 26 26 Cukup baik 49 49
Penting 43 43 Baik 29 29
Sangat penting 21 21 Sangat baik 6 6
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Kuadran IV (Berlebihan)
Kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting
pengaruhnya bagi konsumen, akan tetapi kinerjanya dinilai berlebihan. Selain itu
77
atribut yang berada pada kuadran ini dapat dikurangi sehingga Rumah Makan Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor dapat menghemat biaya. Adapun atribut-
atribut yang terdapat pada kuadran IV sebagai berikut:
1. Porsi makanan
Porsi makanan adalah jumlah makanan yang membuat konsumen merasa
kenyang dalam satu kali penyajian. Kapasitas makan yang dimiliki
seseorang berbeda-beda tergantung jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, dan
kebiasaan makan. Berdasarkan Tabel 49 dapat diketahui bahwa sebanyak
50 persen responden menilai atribut porsi makanan penting, sebanyak 24
persen responden menilai cukup penting, dan sebanyak enam persen
responden menilai tidak penting. Berdasarkan nilai tingkat kinerjanya
dapat diketahui bahwa responden yang menilai atribut ini baik sebanyak
62 persen, sebanyak 23 persen menilai cukup baik, dan sebanyak 15
persen menilai sangat baik.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa konsumen menilai atribut porsi
makanan kurang penting, namun tingkat kinerja yang dilakukan oleh RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor terlalu berlebihan. Menurut
sebagian konsumen, porsi nasi yang diberikan sudah pas, dan sebagian
konsumen menilai porsi nasi yang diberikan terlalu banyak. Oleh sebab
itu, pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sebaiknya
mengurangi sedikit porsi nasi yang sudah ada agar dapat mengefisienkan
sumberdaya perusahaan maupun meningkatkan kepuasan konsumen.
Tabel 49 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut porsi makanan
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 6 6 Tidak baik 0 0
Cukup penting 24 24 Cukup baik 23 23
Penting 50 50 Baik 62 62
Sangat penting 20 20 Sangat baik 15 15
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
2. Aroma makanan
Aroma makanan adalah tingkat keharuman makanan yang disajikan oleh
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sehingga menggugah
selera makan konsumen. Berdasarkan Tabel 50 dapat diketahui bahwa
atribut tingkat kepentingan aroma makanan dinilai sangat penting oleh 48
persen responden, dinilai penting oleh 36 persen responden, dinilai cukup
penting oleh 12 persen responden, dinilai tidak penting oleh tiga persen
responden, dan dinilai sangat tidak penting oleh satu persen responden.
Jika dilihat dari tingkat kinerja, sebanyak 60 persen reponden menilai
kinerja atribut aroma makanan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor sudah baik, sebanyak 25 persen responden menilai atribut ini cukup
78
baik, dan sebanyak 15 persen responden menilai sangat baik. Hal ini
disebabkan aroma makanan yang ditawarkan oleh RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor sangat khas dan dapat menggugah selera.
Meskipun tingkat kepentingan atribut aroma makanan dinilai baik oleh
sebagian besar pengunjung, namun atribut ini dinilai kurang penting
sehingga pihak RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sebaiknya
kinerja atribut ini tetap dipertahankan agar kepuasan konsumen terjaga.
Tabel 50 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut aroma makanan
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 1 1 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 3 3 Tidak baik 0 0
Cukup penting 12 12 Cukup baik 25 25
Penting 36 36 Baik 60 60
Sangat penting 48 48 Sangat baik 15 15
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
3. Harga makanan
Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen
terhadap makanan yang ditawarkan. Tingkat kepentingan dan kinerja
atribut harga makanan dan minuman dapat dilihat pada Tabel 51.
Tabel 51 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut harga makanan
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 3 3 Tidak baik 1 1
Cukup penting 24 24 Cukup baik 29 29
Penting 35 35 Baik 53 53
Sangat penting 38 38 Sangat baik 17 17
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 51 dapat diketahui bahwa tingkat kepentingan atribut
harga makanan dinilai sangat penting oleh 38 persen responden, dinilai
penting oleh 35 persen responden, dinilai cukup penting oleh 24 persen
responden, dan dinilai tidak penting oleh tiga persen responden. Dilihat
dari tingkat kinerja atribut harga makanan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor, atribut ini dinilai sudah baik oleh 53 persen responden,
dinilai cukup baik oleh 29 persen responden, dan dinilai sangat baik oleh
17 persen responden. Konsumen menilai harga makanan di RM. Sop
79
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor masih terjangkau dan tidak terlalu
mahal. Meskipun tingkat kepentingan atribut ini rendah, namun pihak RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor harus tetap menjaga kinerja
atribut ini agar kepuasan konsumen terpelihara dengan baik.
4. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
Kemudahan dalam menjangkau lokasi adalah tempat rumah makan yang
mudah untuk dikunjungi atau dijangkau oleh konsumen melalui kendaraan
pribadi maupun kendaraan umum. Berdasarkan Tabel 52 dapat diketahui
bahwa tingkat kepentingan atribut kemudahan dalam menjangkau lokasi
lebih rendah dibanding tingkat kinerjanya. Hal ini disebabkan menurut
sebagian responden kemudahan dalam menjangkau lokasi dinilai tidak
terlalu penting, tapi kinerja yang dilakukan oleh RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor terhadap atribut ini sudah dianggap baik oleh
konsumen. Hal ini oleh konsumen dianggap mudah dalam menjangkau
rumah makan ini karena lokasi yang strategis pinggir jalan raya, dilalui
kendaraan umum, dekat dengan perumahan, rumah sakit, dan perkantoran.
Tabel 52 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut kemudahan dalam menjangkau
lokasi
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 1 1 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 6 6 Tidak baik 7 7
Cukup penting 21 21 Cukup baik 25 25
Penting 39 39 Baik 50 50
Sangat penting 33 33 Sangat baik 18 18
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
5. Pengetahuan pramusaji terhadap produk
Pengetahuan pramusaji terhadap menu adalah pemahaman pelayan
terhadap makanan dan minuman yang ditawarkan, terutama bagian-bagian
ayam yang dijadikan menu. Berdasarkan Tabel 53 dapat diketahui bahwa
tingkat kepentingan atribut pengetahuan pramusaji terhadap produk lebih
rendah dibanding tingkat kinerjanya. Kinerja atribut ini dinilai berlebihan
oleh responden. Hal ini disebabkan pramusaji telah mengetahui semua
menu yang ada pada rumah makan ini karena menu yang ada merupakan
semua bagian dari ayam dan ada sebagian yang menggunakan Bahasa
Jawa.
80
Tabel 53 Tingkat kepentingan dan kinerja atribut pengetahuan pramusaji terhadap
produk
Tingkat kepentingan Tingkat kinerja
Tingkat Jumlah Persentase Tingkat Jumlah Persentase
Penilaian (orang) (%) Penilaian (orang) (%)
Sangat tidak 0 0 Sangat tidak 0 0
penting
baik
Tidak penting 3 3 Tidak baik 1 1
Cukup penting 16 16 Cukup baik 34 34
Penting 35 35 Baik 47 47
Sangat penting 46 46 Sangat baik 18 18
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Analisis Gap
Analisis gap dari harapan dan kinerja atribut RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor menghasilkan nilai negatif pada sebagian besar atribut.
Hasil ini tidak dapat dikatakan belum memenuhi kepuasan konsumen. Nilai
negatif yang terdapat pada analisis gap ini tidak terlalu jauh antara kinerja atribut
dengan harapan konsumen. Hasil analisis gap dapat dilihat pada Lampiran 4.
Berdasarkan hasil analisis gap pada setiap atribut memiliki nilai rata-rata
keseluruhan atribut sebesar -0.54. Nilai rata-rata tersebut yang akan dijadikan
pembatas untuk atribut mana saja yang berada di bawah rata-rata. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa terdapat atribut-atribut yang menjadi prioritas
perbaikan utama untuk meningkatkan kepuasan konsumen RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor yang mana terdapat delapan atribut yang memiliki nilai
di bawah rata-rata. Berikut atribut-atribut yang memiliki nilai gap di bawah rata-
rata dengan urutan dari nilai gap terbesar hingga terkecil:
1. Kebersihan rumah makan, nilai gap sebesar -1.15
2. Kenyamanan rumah makan, nilai gap sebesar -1.15
3. Ketersediaan dan kebersihan toilet dan wastafel, nilai gap sebesar -1.05
4. Kehigienisan makanan dan perlengkapan makan, nilai gap sebesar -0.92
5. Kesigapan pihak rumah makan dalam merespon keluhan konsumen, nilai
gap sebesar -0.78
6. Ketersediaan sarana parkir, nilai gap sebesar -0.77
7. Keramahan dan kesopanan pramusaji, nilai gap sebesar -0.71
8. Penampilan pramusaji, nilai gap sebesar -0.67
Berdasarkan nilai gap tersebut diketahui bahwa semua atribut yang berada
pada kuadran I IPA memiliki nilai gap dibawah rata-rata. Kelima atribut tersebut
terdiri dari atribut kebersihan rumah makan, kenyamanan rumah makan,
ketersediaan dan kebersihan wastafel, kehigienisan makanan dan perlengkapan
makan, serta ketersediaan parkir sehingga atribut-atribut ini menjadi prioritas
utama untuk diperbaiki karena atribut-atribut ini memiliki tingkat kepentingan
yang tinggi bagi konsumen, namun kinerja yang telah dilakukan RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor dinilai kurang baik dan menyebabkan konsumen
merasa kurang puas terhadap atribut-atribut ini.
81
Atribut kesigapan pihak rumah makan dalam merespon konsumen dan
atribut keramahan dan kesopanan pramusaji pada analisis IPA termasuk dalam
kuadran II, namun pada analisis gap memiliki nilai dibawah rata-rata sehingga
atribut ini perlu diperbaiki meskipun bukan menjadi prioritas utama karena kedua
atribut ini dinilai penting oleh konsumen. Atribut penampilan konsumen terdapat
dalam kuadran III pada analisis IPA dan memiliki nilai gap dibawah rata-rata.
Perbaikan pada atribut ini menjadi prioritas yang terakhir karena atribut ini dinilai
kurang penting oleh konsumen.
Nilai gap menunjukkan data yang lebih spesifik mengenai angka kepuasan
dari analisis lainnya seperti IPA (Importance Performance Analysis). Pada IPA
perusahaan dapat memetakan atribut yang terlebih dahulu untuk diperbaiki
(prioritas utama) dan analisis gap dapat dikatakan akan menguatkan hasil dari
analisis IPA (Importance Performance Analysis).
IMPLIKASI BAURAN PEMASARAN
Hasil dari penelitian ini akan memberikan alternatif STP (Segmentation,
Targetting, Positioning) dan bauran pemasaran 7P yang dapat digunakan sebagai
bahan masukan bagi pihak rumah makan dalam memformulasikan serta
menetapkan strategi yang sesuai.
STP (Segmentation, Targetting, Positioning)
Segmentasi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor dapat dilihat
dari karakteristik respondennya. Secara umum, karakteristik responden Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor telah sesuai dengan segmentasi yang ada, yaitu
bersegmentasi semua kalangan, baik dari segi jenis kelamin (laki-laki dan
perempuan), umur (remaja, dewasa, tua), tempat tinggal (Bogor dan luar Bogor),
status pernikahan (menikah dan belum menikah), pekerjaan (pegawai), maupun
pendapatan.
Setelah segmen-segmen pasar diketahui, selanjutnya perusahaan perlu
mengevaluasi dan memutuskan berapa segmen yang dicakup (target pasar).
Adapun target dari RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor adalah orang-
orang yang berdomisili di Kota Bogor dan usia dewasa pada rentang usia 19-35
tahun. Hal ini disebabkan responden yang berasal dari Bogor dengan usia dewasa
paling mendominasi dari karakteriktik responden rumah makan ini. Posisi produk
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor adalah sop yang menggunakan
ayam kampung, berbeda dengan sop lainnya yang biasanya menggunakan ayam
broiler, serta memiliki rasa yang khas dari kuahnya yang segar.
Bauran Pemasaran 7P
Strategi pemasaran RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
berkaitan dengan tujuh bauran pemasaran (7P), yaitu strategi produk (product),
harga (price), tempat (place), promosi (promotion), orang (people), proses
(process), dan bukti fisik (physical evidence). Berikut rekomendasi alternatif
bauran pemasaran berdasarkan hasil penelitian kepada pihak rumah makan.
82
Produk (Product)
Produk dari suatu usaha rumah makan adalah menu makanan yang memiliki
cita rasa yang khas di mata konsumen. Oleh sebab itu, pihak RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor perlu menjaga kualitas produk yang ditawarkan agar
konsumen merasa puas. Atribut-atribut dalam dimensi produk antara lain, cita rasa
makanan, porsi makanan, kehigienisan makanan dan perlengkapan makan, dan
aroma makanan.
Atribut yang perlu dipertahankan oleh RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor adalah cita rasa makanan karena atribut ini terletak pada kuadran II
(pertahankan prestasi) pada analisis IPA dan nilai gapnya di atas rata-rata -0.54.
Dalam hal porsi makanan dan aroma makanan, meskipun terdapat pada kuadran
IV (berlebihan), namun pada analisis gap kinerjanya dinilai sudah baik dan layak
untuk dipertahankan. Jika dilihat dari targettingnya yaitu usia dewasa, maka porsi
makanan meski dinilai berlebihan oleh sebagian responden, sebaiknya atribut ini
dipertahankan karena usia dewasa umumnya makannya banyak. Adapun atribut
kehigienisan makanan dan perlengkapan makan termasuk dalam kuadran I
(prioritas utama) pada analisis IPA dan nilai gapnya di bawah rata-rata sehingga
atribut ini harus diperbaiki dengan cara menjaga kehigienisan makanan dan
peralatan makan agar memenuhi harapan konsumen.
Harga (Price)
Harga yang ditawarkan sebuah usaha adalah aspek penting yang ingin
diketahui oleh konsumen. Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan
seorang konsumen untuk mendapatkan sebuah barang. Atribut yang terdapat pada
dimensi harga adalah harga makanan dan minuman. Berdasarkan hasil analisis
IPA, atribut ini terletak pada kuadran IV yang mana konsumen tidak terlalu
mementingkan atribut ini karena pada kenyataanya kinerja dari atribut harga
dinilai sudah baik yaitu harganya terjangkau dan sesuai dengan porsi yang
ditawarkan. Selain itu, nilai gap atribut harga makanan dan minuman sudah di atas
rata-rata sehingga layak untuk dipertahankan.
Tempat (Place)
Dimensi bauran pemasaran jasa lainnya yang sangat penting adalah tempat.
Lokasi merupakan kunci keberhasilan suatu usaha rumah makan dalam
memperoleh konsumen untuk dapat membeli produk yang telah ditawarkan.
Tempat yang baik adalah tempat yang terlihat oleh konsumen dan dapat dijangkau
oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Atribut yang terdapat pada
dimensi tempat yaitu kemudahan dalam menjangkau lokasi.
Berdasarkan hasil analisis IPA (Importance Performance Analysis), atribut
kemudahan dalam menjangkau lokasi terdapat pada kuadran IV yang artinya
kinerja atribut sudah baik namun memiliki kepentingan yang rendah. Pada analisis
gap atribut ini juga memiliki nilai di atas rata-rata sehingga pihak RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten cabang Bogor perlu mempertahankan kinerja dari lokasi yang
mudah dijangkau meskipun tingkat kepentingannya rendah agar tetap menjaga
kepuasan konsumen.
83
Promosi (Promotion)
Promosi merupakan kunci dari suatu bisnis dalam menyebarluaskan
informasi produk kepada masyarakat. Promosi yang dilakukan oleh RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor masih dinilai kurang kinerjanya. Hal ini
dapat terlihat dari dua atribut promosi berada pada kuadran III yaitu atribut iklan
dan promosi, papan nama. Atribut pada kuadran ini dinilai kurang penting
pengaruhnya bagi konsumen dan kinerja yang dilakukan oleh RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor dinilai masih kurang baik. Pada analisis gap, nilai gap
pada kedua atribut sudah di atas rata-rata sehingga kedua atribut ini menjadi
prioritas yang rendah untuk ditingkatkan kinerjanya.
Orang (People)
Pramusaji merupakan bagian terpenting bagi sebuah usaha jasa seperti RM.
Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor karena pramusaji adalah orang yang
berhadapan langsung dengan konsumen. Konsumen tidak datang hanya untuk
membeli produk RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor melainkan juga
ingin mendapatkan pelayanan dari pihak rumah makan. Atribut yang berada pada
dimensi orang adalah kesigapan pramusaji, keramahan dan kesopanan pramusaji,
penampilan pramusaji, serta pengetahuan pramusaji terhadap produk.
Berdasarkan hasil analisis IPA (Importance Performance Analysis), atribut
kesigapan pramusaji, keramahan dan kesopanan pramusaji terletak pada kuadran
II yang berarti pertahankan kinerja atribut. Pada analisis gap, kesigapan pramusaji
adalah atribut yang memiliki nilai gap di atas rata-rata atau sudah memenuhi
harapan konsumen, namun keramahan dan kesopanan pramusaji masih di bawah
nilai gap rata-rata sehingga kinerjanya lebih diperbaiki lagi agar konsumen merasa
semakin puas. Atribut penampilan pramusaji terletak dalam kuadran III pada
analisis IPA dan nilai gapnya berada di bawah rata-rata sehingga perbaikan pada
atribut penampilan pramusaji tidak menjadi prioritas utama karena kepentingan
konsumen pada atribut ini masih rendah. Atribut pengetahuan pramusaji terhadap
produk terletak pada kuadran IV yang berarti atribut ini dinilai berlebihan.
Berdasarkan analisis gap, atribut ini sudah di atas rata-rata sehingga kinerja atribut
ini sebaiknya dipertahankan agar kepuasan konsumen tetap terjaga.
Proses (Process)
Sebuah usaha tidak hanya menjual produk kepada konsumen tetapi juga
menjual pelayanan jasa. Sebuah usaha rumah makan perlu memperhatikan
pelayanan sehingga prosesnya dapat memberikan kepuasan maksimal bagi
konsumen. Atribut-atribut yang berada pada dimensi proses yaitu kecepatan
penyajian, kecepatan transaksi, dan kesigapan pihak rumah makan dalam
merespon keluhan konsumen.
Berdasarkan hasil analisis Importance Performance Analysis (IPA),
kecepatan penyajian dan kecepatan transaksi terletak pada kuadran II
(pertahankan prestasi) dan hasil analisis gap memperlihatkan kedua atribut ini
sudah di atas rata-rata sehingga kinerja atribut ini sebaiknya dipertahankan agar
tetap memberikan kepuasan pada konsumen. Atribut kesigapan pihak rumah
makan dalam merespon keluhan pada hasil IPA terletak pada kuadran II, namun
pada hasil analisis gap nilai atribut ini masih di bawah rata-rata sehingga atribut
84
ini perlu diperbaiki karena tingkat kepentingan konsumen yang tinggi terhadap
atribut ini, tapi perbaikan pada atribut ini bukan menjadi prioritas utama.
Bukti Fisik (Physical Evidence)
Konsumen yang melakukan pembelian di sebuah rumah makan, selain
menilai cita rasa dari produk yang dijual, konsumen juga menilai tempat yang
digunakan untuk menjual produk tersebut. Adapun atribut-atribut bukti fisik yang
terdapat pada penelitian ini adalah kebersihan rumah makan, ketersediaan dan
kebersihan toilet dan wastafel, ketersediaan sarana parkir, kenyamanan rumah
makan, dan dekorasi rumah makan.
Berdasarkan hasil analisis Importance Performance Analysis (IPA),
keempat atribut bukti fisik yaitu kebersihan rumah makan, ketersediaan dan
kebersihan toilet dan wastafel, ketersediaan sarana parkir, serta kenyamanan
rumah makan termasuk dalam kuadran I (prioritas utama). Berdasarkan hasil
analisis gap, keempat atribut ini juga memiliki nilai gap di bawah rata-rata
sehingga keempat atribut ini menjadi prioritas utama yang harus ditingkatkan
kinerjanya karena konsumen memiliki kepentingan yang tinggi terhadap atribut-
atribut ini sehingga harapan konsumen dapat terpenuhi. Contohnya atribut
kebersihan rumah makan dapat diperbaiki dengan mengganti office boy yang ada
dengan yang masih muda dan aktif, yang mana office boy saat ini hanya satu
orang dan sudah tua sehingga pekerjaan membersihkan rumah makan belum dapat
dilakukan secara maksimal karena keterbatasan tenaga yang dimiliki. Atribut
dekorasi rumah makan termasuk dalam kuadran III pada analisis IPA dan
memiliki nilai gap di atas rata-rata sehingga pihak rumah makan sebaiknya tetap
menjaga kinerjanya saat ini karena kepentingan konsumen terhadap atribut ini
masih rendah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Karakteristik konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki pada rentang usia 19-35 tahun
dan berstatus telah menikah. Domisili sebagian besar konsumen di
Bogor dan bersuku Sunda. Pendidikan terakhir atau yang saat ini dijalani
adalah sarjana (S1) yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta
dengan pendapatan rata-rata setiap bulannya lebih dari Rp5 500 000.
2. Proses keputusan pembelian konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor. Pada tahap pengenalan kebutuhan, frekuensi konsumen
makan di luar rumah sebanyak 3-4 kali seminggu, alasan/motivasi
konsumen makan di luar adalah adanya kebutuhan untuk makan dengan
manfaat yang dicari sebagai makanan selingan. Pada tahap pencarian
informasi, konsumen mendapatkan informasi mengenai tempat makan
dari teman/kenalan dan yang menjadi fokus perhatian dari informasi
yang diperoleh adalah cita rasa makanan. Bentuk promosi yang
membuat konsumen tertarik mengunjungi tempat makan adalah paket
promosi dan promosi tersebut berpengaruh pada konsumen. Pada tahap
85
evaluasi alternatif, atribut yang menjadi pertimbangan awal konsumen
saat mengunjungi rumah makan adalah cita rasa masakan dan atribut
yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih RM. Sop Ayam
Pak Min Klaten Cabang Bogor adalah cita rasa makanan yang
ditawarkan. Pada tahap pembelian, konsumen melakukan pembelian ke
RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor tergantung situasi,
konsumen melakukan pembelian karena pengaruh teman, frekuensi
pembelian 2-3 kali dalam sebulan, hari kunjungan tidak tentu, dan waktu
kunjungan siang hari. Pada tahap hasil pembelian yaitu konsumen
merasa puas dan berminat untuk berkunjung kembali meskipun harga
menu yang ditawarkan naik.
3. Berdasarkan hasil Customer Satisfaction Index (CSI), kepuasan
konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten sebesar 75.27 persen yang
menunjukkan bahwa secara umum konsumen menyatakan puas terhadap
atribut-atribut RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.
Berdasarkan analisis Importance Performance Analysis (IPA), pada
kuadran I (prioritas utama) terdapat lima atribut, pada kuadran II
(pertahankan prestasi) terdapat enam atribut, pada kuadran III (prioritas
rendah) terdapat empat atribut, dan pada kuadran IV (berlebihan)
terdapat lima atribut. Pada analisis gap, nilai rata-rata yang didapatkan
menjadi tolak ukur suatu atribut bahwa kinerjanya telah sesuai harapan
konsumen. Nilai rata-rata gap sebesar -0.54, artinya atribut yang
memiliki nilai gap di bawah rata-rata maka atribut tersebut masih perlu
ditingkatkan kinerjanya, yang mana berdasarkan hasil penelitian
didapatkan delapan atribut yang masih di bawah rata-rata.
4. Strategi pemasaran untuk RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor yaitu orang-orang yang tinggal di Kota Bogor, memiliki
segmentasi semua kalangan. Target dari RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor adalah orang-orang yang berdomisili di Kota Bogor dan
berusia dewasa. Posisi produk RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor adalah sop ayam dengan cita rasa yang khas. Bauran pemasaran
yang dapat dilakukan untuk bauran produk adalah mempertahankan cita
rasa, lebih memperbaiki kehigienisan makanan dan perlengkapan
makan. Alternatif bauran orang yang dapat dilakukan adalah
mempertahankan kinerja atribut kesigapan pramusaji dan lebih
memperbaiki atribut keramahan dan kesopanan pramusaji. Alternatif
bauran proses yang dapat dilakukan adalah mempertahankan kinerja
atribut kecepatan penyajian dan kecepatan, namun atribut kesigapan
pihak rumah makan dalam merespon keluhan lebih diperbaiki. Alternatif
bauran bukti fisik merupakan bauran yang harus diperbaiki terlebih
dahulu, diantaranya kebersihan rumah makan, ketersediaan dan
kebersihan toilet dan wastafel, ketersediaan sarana parkir, serta
kenyamanan rumah makan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran untuk dapat
meningkatkan kepuasan konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor, yaitu:
86
1. Pihak pengelola RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
sebaiknya meningkatkan kinerja-kinerja atribut yang masih belum sesuai
dengan harapan konsumen agar dapat memberikan kepuasan yang lebih
bagi konsumen. Atribut yang paling membutuhkan perbaikan kinerja
yaitu kebersihan rumah makan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengganti office boy yang berusia tua dengan yang usia muda agar
kegiatan membersihkan rumah makan dapat dilakukan dengan cepat dan
tepat.
2. Pihak pengelola RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
sebaiknya memperbaiki kinerja atribut kenyamanan rumah makan.
Konsumen merasa kurang nyaman karena pada saat siang hari ruang
makan terasa panas sehingga merasa kurang nyaman pada saat
menyantap hidangan. Hal ini dapat diperbaiki dengan cara menambah
kipas angin atau mengganti atap dengan genteng biasa.
3. Pihak pengelola RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor
sebaiknya lebih menjaga kebersihan toilet dan wastafel, serta menjaga
kehigienisan makanan dan perlengkapan makan.
4. Pihak pengelola RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor perlu
mempertimbangkan untuk menyediakan sarana parkir yang lebih luas
agar dapat menampung kendaraan konsumen, baik yang beroda dua
maupun yang beroda empat.
5. Penelitian ini terbatas pada perilaku konsumen tentang kepuasan
konsumen yang memberi masukan strategi pemasaran berdasarkan
bauran pemasaran (7P). Saran untuk penelitian selanjutnya dapat
melakukan penelitian mengenai strategi pemasaran RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor agar mengetahui alternatif strategi terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2013. PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga
Berlaku menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2009-2012. Bogor (ID): BPS
Kota Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Penduduk Indonesia menurut Provinsi Tahun
1971, 1980, 1990, 1995, 2000, dan 2010. [internet]. [diunduh pada tanggal 11
Desember 2013]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita
Sebulan menurut Kelompok Barang Indonesia Tahun 1999, 2002-2013.
[internet]. [diunduh pada tanggal 06 Desember 2013]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id.
[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor. 2014. Perkembangan
Restoran di Kota Bogor Tahun 2004-2012. Bogor (ID): Disbudpar Kota Bogor.
[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor. 2014. Jenis hidangan
dari restoran dan rumah makan di Kota Bogor 2005-2012. Bogor (ID):
Disbudpar Kota Bogor.
87
[Gizi] Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. Kandungan Gizi Daging Kelinci
dan Ternak Lainnya. [internet]. [diunduh pada tanggal 16 Maret 2014].
Tersedia pada: http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/9145.
[Zomato] Zomato. Restoran di Taman Yasmin, Jalan KH Abdullah Bin Nuh
Bogor. [internet]. [diunduh pada tanggal 16 Maret 2014]. Tersedia pada:
http://www.zomato.com.
Durianto, Darmadi, Sugiarto, Sitinjak T. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar
Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1.
Budiyanto FX, penerjemah. Jakarta (ID): Binarupa Aksara. Terjemahan dari:
Consumer Behaviour.
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1995. Perilaku Konsumen Jilid 2.
Budijanto, penerjemah. Jakarta (ID): Binarupa Aksara. Terjemahan dari:
Consumer Behaviour.
Gini RD. 2012. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen
Restoran Khaspapi Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Gunawan A. 2011. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan
Konsumen Rumah Makan Soto Banjar Waroeng Bumu Khatulistiwa di Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Herawati N. 2013. Analisis Perilaku Konsumen dalam Pengambilan Keputusan
Pembelian dan kepuasan Konsumen di Rumah Makan Nasi Timbel Saung
Merak Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Hurriyati R. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung (ID):
CV. Alfabeta.
Kotler P, Keller KL. 1997. Marketing Management “Analysis, Planning,
Implementation and Control” (9th ed.). New Jersey: Prentice Hall International,
Inc.
Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas. Benyamin Molan,
penerjemah. Jakarta (ID): PT. Indeks.
Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi Ketigabelas Jilid I. Bob
Sabran, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Manik JE. 2013. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Restoran
Riung Gili-Gili Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Maulana R. 2013. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian dan Kepuasan
Konsumen Chicken Sogil [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Nazir M. 2011. Metode Penelitian. Bogor (ID): Penerbit Ghalia Indonesia.
Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Putri DN. 2011. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen
di Restoran Sagoo Kitchen Botani Square serta Implikasinya terhadap Bauran
Pemasaran [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
88
Sanusi A. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Sherly M. 2011. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Restoran Bebek
Kaleyo di Jakarta Timur [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Setiadi N. 2010. Perilaku Konsumen Edisi Revisi. Jakarta (ID): Kencana Prenada
Media Group.
Siagian D. 2002. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta (ID): PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Simamora B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Simanjuntak J. 2010. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Tingkat
Kepuasan Konsumen KaFC (Kansas Fried Chicken) Kab. Bogor, Jawa Barat
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Tjiptono F. 1997. Strategi Pemasaran Edisi II. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Tjiptono F, Gregorius C. 2011. Service, Quality, & Satisfaction 3rd Edition.
Yogyakarta (ID): Andi.
Umar H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT.
Gramedia Pustaka Utama.
89
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kandungan gizi ternak
Jenis Daging Air (%) Protein (%) Lemak (%) Energi (MJ/kg)
Kelinci 67.9 20.8 10.2 7.3
Ayam 67.6 20.0 11.0 7.5
Sapi 55.0 16.3 28.0 18.9
Domba 55.8 15.7 27.7 13.1
Sumber: Farrel dan Raharjo (1984) dalam Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA (2014)
Lampiran 2 Restoran-restoran pesaing di sekitar RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor
No Nama Restoran Hidangan Alamat
1 Waroeng Special
Sambal
Jawa, Indonesia Ruko Taman Yasmin, Sektor 6
2 Waroeng Taberoe Jawa, Cina Teras Yasmin, Jl. KH Abdullah
Bin Nuh
3 Raja Penyet Jawa, Indonesia Jl. KH Abdullah Bin Nuh 16
4 Cafe Seberang Jawa, Cina Giant Ekstra, Ground floor, Jl. KH
Abdullah Bin Nuh
5 Food Paradise Jawa, Singapura Teras Yasmin, Jl. KH Abdullah
Bin Nuh
6 Bebek Gendut Jawa Jl. KH Abdullah Bin Nuh 7
7 Bumi Rasa Jawa, Cina Ruko Taman Yasmin, Sektor 6
8 RM Pondok Aneka Jawa Jl. KH Abdullah Bin Nuh 33
9 Bakwan Malang Kade Jawa Giant Ekstra, Ground floor, Jl. KH
Abdullah Bin Nuh
10 Soto Kudus Yasmin Jawa Giant Ekstra, Ground floor, Jl. KH
Abdullah Bin Nuh
11 Mie raja Express Jawa Giant Ekstra, Ground floor, Jl. KH
Abdullah Bin Nuh
12 Domino’s Pizza Fast food, Italia Teras Yasmin, Jl. KH Abdullah
Bin Nuh
13 Ayam Geprek Istimewa Sunda Ruko Taman Yasmin, Sektor 6
No.100
15 Mie Menteng Cina Giant Ekstra, Ground floor, Jl. KH
Abdullah Bin Nuh
16 RM Trio Permai Padang Ruko Taman Yasmin, Sektor 6
17 A&W Fast food Giant Ekstra, Ground floor, Jl. KH
Abdullah Bin Nuh Sumber: Zomato (2014)
90
Lampiran 3 Indikator tingkat kinerja RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor
INDIKATOR TINGKAT KINERJA RM. SOP AYAM PAK MIN
KLATEN CAB. BOGOR
1. Penilaian Saya terhadap cita rasa makanan yang disajikan:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika masakan tidak enak dan bumbunya tidak terasa.
2 = (Tidak Baik) jika masakan kurang enak dan bumbunya kurang terasa.
3 = (Cukup Baik) jika masakan cukup enak dan bumbunya cukup terasa.
4 = (Baik) jika rasa masakan enak dan bumbunya terasa.
5 = (Sangat Baik) jika rasa makanan sangat enak dan bumbunya terasa, serta
dapat membuat konsumen ingin mencoba kembali.
2. Penilaian Saya terhadap porsi makanan yang disajikan:
1 = (Sangat Tidak Baik), jika porsi makanan yang disajikan membuat Saya
merasa tidak kenyang.
2 = (Tidak Baik), jika porsi makanan yang disajikan membuat Saya merasa agak
kenyang.
3 = (Cukup Baik), jika porsi makanan yang disajikan membuat Saya merasa
cukup kenyang.
4 = (Baik), jika porsi makanan yang disaikan membuat Saya merasa kenyang.
5 = (Sangat Baik), jika porsi makanan yang disajikan dapat membuat Saya
merasa sangat kenyang.
3. Penilaian Saya terhadap kehigienisan makanan yang disajikan dan
perlengkapan makan yang digunakan:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika makanan dan perlengkapan makan kotor.
2 = (Tidak Baik) jika terdapat sedikit benda asing (debu atau kotoran lainnya)
pada makanan dan perlengkapan makan.
3 = (Cukup Baik) jika makanan dan perlengkapan makan cukup bersih.
4 = (Baik) jika tidak terdapat benda asing (debu atau kotoran lainnya) pada
makanan dan perlengkapan makan saat makan.
5 = (Sangat Baik) jika tidak terdapat benda asing (debu atau kotoran lainnya)
pada makanan dan perlengkapan makan terlihat sangat bersih.
4. Penilaian Saya terhadap aroma makanan yang disajikan:
1 = (Sangat Tidak Baik), jika aroma makanan tidak menggugah selera.
2 = (Tidak Baik), jika aroma makanan biasa saja.
3 = (Cukup Baik), jika aroma makanan cukup menggugah selera.
4 = (Baik), jika aroma makanan menggugah selera.
5 = (Sangat Baik), jika aroma sangat menggugah selera dan dapat membuat
teringat dengan aromanya.
5. Penilaian Saya terhadap harga makanan yang ditawarkan:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika harga makanan yang ditawarkan sangat tidak sesuai
dengan pelayanan, kualitas dan rasa yang Saya rasakan.
91
2 = (Tidak Baik) jika harga makanan yang ditawarkan tidak sesuai dengan
pelayanan, kualitas dan rasa yang Saya rasakan.
3 = (Cukup Baik) jika harga makanan yang ditawarkan cukup sesuai dengan
pelayanan, kualitas dan rasa yang Saya rasakan.
4 = (Baik) jika harga makanan yang ditawarkan sesuai dengan pelayanan, kualitas
dan rasa yang Saya rasakan.
5 = (Sangat Baik) jika harga makanan yang ditawarkan sangat sesuai dengan
pelayanan, kualitas dan rasa yang Saya rasakan.
6. Penilaian Saya terhadap kemudahan dalam menjangkau lokasi RM. Sop
Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor:
1 = (Sangat Tidak Baik), jika lokasi rumah makan tidak strategis dan sulit
dijangkau kendaran (tidak ada pilihan alat transportasi umum).
2 = (Tidak Baik), jika lokasi rumah makan kurang strategis, jauh dari perumahan,
kantor, sekolah/ universitas, dan hanya dapat dijangkau dengan sedikit kendaraan
(terdapat 1-2 pilihan alat transportasi umum).
3 = (Cukup Baik), jika lokasi rumah makan cukup strategis, cukup dekat
perumahan, kantor, sekolah/universitas, dan cukup mudah dijangkau dengan
beberapa kendaraan (terdapat 2-3 pilihan alat transportasi umum).
4 = (Baik), jika lokasi rumah makan strategis, dekat perumahan, kantor, sekolah/
universitas, dan mudah dijangkau dengan sebagian besar kendaraan (terdapat 3-4
pilihan alat transportasi umum).
5 = (Sangat Baik), jika lokasi rumah makan sangat strategis, dekat perumahan,
kantor, sekolah/ universitas, terletak di pusat kota, dan mudah dijangkau dengan
berbagai kendaraan (terdapat 4-5 pilihan alat transportasi umum).
7. Penilaian Saya terhadap iklan dan promosi yang dilakukan pihak rumah
makan:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika Saya tidak pernah mendengar sedikit pun atau
melihat berbagai kegiatan iklan dan promosi mengenai RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang Bogor.
2 = (Tidak Baik) jika Saya pernah mendengar atau pun melihat berbagai kegiatan
mengenai promosi dan iklan dari pihak rumah makan, namun hal itu tidak
menarik perhatian atau minat Saya untuk mengunjungi rumah makan.
3 = (Cukup Baik) jika Saya merasa pernah mendengar atau pun melihat berbagai
promosi dan iklan, serta hal tersebut cukup menarik perhatian Saya.
4 = (Baik) jika membuat Saya langsung tertarik untuk mengunjungi rumah makan
ketika Saya mendengar atau melihat promosi mengenai RM. Sop Ayam Pak Min
Klaten Cabang
5 = (Sangat Baik) jika Saya sering mendengar atau melihat berbagai promosi dan
iklan mengenai RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor dan membuat
Saya sangat tertarik dan terus menerus mengunjungi rumah makan tersebut.
8. Penilaian Saya terhadap papan nama RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika posisi papan nama tidak pas (kurang dapat terlihat)
dan tidak mencolok.
92
2 = (Tidak Baik) jika posisi papan nama tidak pas (kurang dapat terlihat)
meskipun papan nama cukup mencolok.
3 = (Cukup Baik) jika posisi papan nama pas (terlihat dengan baik), kurang
mencolok dan belum dapat menggugah selera Saya untuk berkunjung.
4 = (Baik) jika posisi papan nama pas (dapat terlihat dengan baik), mencolok,
namun belum dapat menggugah selera Saya untuk berkunjung.
5 = (Sangat Baik) jika papan nama pas (dapat terlihat dengan baik), mencolok
dan menggugah Saya untuk berkunjung.
9. Penilaian Saya terhadap kesigapan pramusaji melayani konsumen:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika pramusaji sangat tidak peka terhadap kedatangan
Saya, Saya tidak segera dilayani walaupun telah duduk di depan meja makan,
serta Saya sering tidak dilayani segera meskipun Saya sudah mendatangi
pramusaji.
2 = (Tidak Baik) jika Saya disambut saat datang, tetapi baru dilayani setelah Saya
berinisiatif meminta menu dan pramusaji tidak mengetahui posisi tempat Saya
makan.
3 = (Cukup Baik) jika Saya disambut saat datang dan ditanya tentang menu,
pramusaji mengetahui posisi Saya tetapi tidak selalu memperhatikan Saya
sehingga pramusaji tidak segera datang ketika Saya mengangkat tangan Saya.
4 = (Baik) jika Saya disambut saat datang dan ditemani mencari meja, kemudian
segera menawarkan daftar menu, pramusaji mengetahui posisi Saya dan selalu
memperhatikan Saya namun pramusaji tidak segera datang ketika Saya
mengangkat tangan Saya.
5 = (Sangat Baik) jika Saya disambut saat datang dan ditemani mencari table,
kemudian segera menawarkan daftar menu, pramusaji mengetahui posisi Saya dan
selalu memperhatikan Saya sehingga pramusaji akan segera datang ketika Saya
membutuhkan pramusaji.
10. Penilaian Saya terhadap keramahan dan kesopanan pramusaji dalam
melayani pelanggan:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika Saya tidak disapa pada saat datang dan ekspresi
muka pramusaji datar dan tidak menawarkan bantuan dengan sikap dan tutur kata
yang tidak enak didengar.
2 = (Tidak Baik) jika Saya tidak disapa pada saat datang dan ekspresi muka
pramusaji datar.
3 = (Cukup Baik) jika Saya disapa pada saat datang, tersenyum kadang-kadang,
tutur kata biasa saja.
4 = (Baik) jika Saya disapa pada saat datang, selalu tersenyum.
5 = (Sangat Baik) jika Saya disapa pada saat datang, selalu tersenyum dan
menawarkan bantuan dengan sikap dan tutur kata yang baik.
11. Penilaian Saya terhadap penampilan pramusaji:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika penampilan pramusaji tidak rapi, sehingga
membuat Anda tidak senang dan tidak nyaman.
2 = (Tidak Baik) jika pramusaji tidak mengenakan seragam, dan pakaian yang
dikenakan kurang bersih, kurang rapi, serta kurang sopan.
93
3 = (Cukup Baik) jika pramusaji tidak mengenakan seragam, namun pakaian
yang dikenakan cukup bersih, cukup rapi, serta cukup sopan.
4 = (Baik) jika pramusaji mengenakan seragam, yang dikenakan bersih, rapi, serta
sopan.
5 = (Sangat Baik) jika pramusaji mengenakan seragam, sangat bersih, sangat rapi,
serta sangat sopan.
12. Penilaian Saya mengenai pengetahuan pramusaji terhadap produk:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika seringkali pertanyaan Saya mengenai menu yang
tercantum dalam daftar tidak terjawab.
2 = (Tidak Baik) jika pramusaji masih terlihat bingung dalam menjawab
pertanyaan Saya tentang menu.
3 = (Cukup Baik) jika jawabannya tidak lengkap namun sudah cukup membuat
Saya mengerti akan penjelasannya tentang menu tersebut.
4 = (Baik) jika pengetahuan mengenai hampir semua menu dikuasai, pramusaji
dapat menjelaskan dengan lengkap, jelas, dan mudah dimengerti.
5 = (Sangat Baik) jika pengetahuan tentang menu yang ditawarkan sangat
memadai, pramusaji bahkan dapat menjelaskan bahan-bahan dan proses
pembuatan semua menu secara detail.
13. Penilaian Saya mengenai kecepatan penyajian terhadap pesanan menu:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika pramusaji mengantarkan pesanan dalam waktu
yang lama, lebih dari 20 menit.
2 = (Tidak Baik) jika pramusaji kurang cepat mengantarkan pesanan, Saya harus
menunggu selama 15-20 menit.
3 = (Cukup Baik) jika pramusaji mengantarkan pesanan selama 10-15 menit.
4 = (Baik) jika pramusaji cepat mengantarkan pesanan atau sekitar 8-10 menit.
5 = (Sangat Baik) jika pramusaji langsung mengantarkan pesanan setelah Saya
melakukan pemesanan atau sekitar 5-7 menit
14. Penilaian Saya terhadap kecepatan transaksi yang dilakukan pihak rumah
makan:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika Saya harus menyelesaikan pembayaran dalam
waktu lebih dari 4 menit.
2 = (Tidak Baik) jika Saya dapat menyelesaikan pembayaran dalam waktu 4
menit.
3 = (Cukup Baik) jika Saya dapat menyelesaikan pembayaran dalam waktu 3
menit.
4 = (Baik) jika Saya dapat menyelesaikan pembayaran dalam waktu 2 menit.
5 = (Sangat Baik) jika Saya dapat menyelesaikan pembayaran dalam waktu 1
menit.
15. Penilaian Saya terhadap kesigapan pihak rumah makan dalam merespon
keluhan:
1= (Sangat Tidak Baik) jika semua keluhan tidak di respon dengan baik oleh
pihak rumah makan, membutuhkan waktu lama untuk merespon dan tidak sesuai
dengan yang diharapkan, bahkan sering terjadi kesalahpahaman
94
2= (Tidak Baik) jika pihak rumah makan kurang sigap dalam merespon keluhan
dan kurang sesuai dengan yang diharapkan
3= (Cukup Baik) jika pihak rumah makan cukup sigap dalam merespon keluhan,
walaupun masih belum sesuai dengan yang diharapkan
4= (Baik) jika pihak rumah makan sigap dan cepat menanggapi keluhan
konsumen sesuai dengan yang diharapkan
5= (Sangat Baik) jika kesigapan pihak rumah makan dalam menanggapi keluhan
pelanggan sangat baik dan sangat sesuai dengan yang diharapkan, tidak pernah
ada kesalahpahaman antara pelanggan dan pihak rumah makan.
16. Penilaian Saya terhadap kebersihan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika ada kotoran dan sampah di meja, kursi, dan lantai.
2 = (Tidak Baik) jika ada kotoran dan sampah di meja
3 = (Cukup Baik) jika tidak ada kotoran dan sampah di meja, namun ada kotoran
di kursi dan lantai
4 = (Baik) jika tidak ada kotoran di meja, kursi dan lantai tetapi masih ada debu di
lantai
5 = (Sangat Baik) jika ruangan rumah makan tampak bersih dan tidak ada
kotoran serta debu di meja, kursi, lantai.
17. Penilaian Saya terhadap ketersediaan dan kebersihan toilet dan wastafel:
1= (Sangat Tidak Baik) jika tidak ada tempat sampah, sabun, dan tissue di toilet
dan wastafel serta bau pesing di toilet
2= (Tidak Baik) jika tidak ada tempat sampah, sabun, dan tissue di toilet dan
wastafel, namun toilet tidak bau pesing
3= (Cukup Baik) jika ada tempat sampah, sabun, dan tissue di toilet dan wastafel,
namun bau pesing di toilet
4= (Baik) jika ada tempat sampah, sabun, dan tissue di toilet dan wastafel serta
toilet tidak bau pesing
5= (Sangat Baik) jika ada tempat sampah, sabun, dan tissue di toilet dan wastafel
serta toilet harum tidak bau pesing.
18. Penilaian Saya terhadap ketersediaan sarana parkir:
1= (Sangat Tidak Baik) jika area parkir sangat kecil dan tidak memadai untuk
banyak kendaraan
2= (Tidak Baik) jika area parkir kecil dan tidak memadai untuk banyak
kendaraan
3= (Cukup Baik) jika area parkir cukup luas dan cukup memadai untuk banyak
kendaraan
4= (Baik) jika area parkir luas dan memadai untuk banyak kendaraan
5= (Sangat Baik) jika area parkir sangat luas dan sangat memadai untuk banyak
kendaraan.
95
19. Penilaian Saya terhadap kenyamanan RM. Sop Ayam Pak Min Klaten
Cabang Bogor:
1 = (Sangat Tidak Baik) jika Saya merasa sangat tidak nyaman dengan ruangan
rumah makan, karena menurut Saya ruangan di rumah makan ini sangat sumpek,
sempit, bau, dan panas.
2 = (Tidak Baik) jika Saya merasa tidak nyaman dengan ruangan rumah makan
yang kurang luas, terasa panas, dan sedikit bau.
3 = (Cukup Baik) jika Saya merasa cukup nyaman dengan ruangan yang cukup
luas, cukup sejuk, dan tidak bau.
4 = (Baik) jika Saya merasa nyaman dengan ruangan yang luas, sejuk, dan sedikit
wangi.
5 = (Sangat Baik) jika Saya merasa sangat nyaman dengan ruangan sangat luas,
sejuk, dan wangi.
20. Penilaian Saya terhadap dekorasi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang
Bogor:
1 = (Sangat Tidak Baik), jika penempatan meja dan kursi tertata rapi, konsep
rumah makan sangat tidak sesuai dengan dekorasi yang cenderung asal, tampilan
sangat tidak menarik.
2 = (Tidak Baik), jika penempatan meja dan kursi tertata rapi, konsep rumah
makan tidak sesuai dengan dekorasi, tampilan kurang menarik.
3 = (Cukup Baik), jika penempatan meja dan kursi tertata rapi, konsep rumah
makan cukup sesuai dengan dekorasi, tampilan biasa saja.
4 = (Baik), jika penempatan meja dan kursi tertata rapi, konsep rumah makan
sesuai dengan dekorasi, tampilan unik dan menarik.
5 = (Sangat Baik), jika penempatan meja dan kursi tertata rapi, konsep rumah
makan sangat sesuai dengan dekorasi, tampilan unik dan menarik.
96
Lampiran 4 Hasil validitas dan reliabilitas
Correlation
VAR00001 Pearson Correlation .525**
Sig. (2-tailed) .003
N 30
VAR00002 Pearson Correlation .715**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
VAR00003 Pearson Correlation .592**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
VAR00004 Pearson Correlation .564**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
VAR00005 Pearson Correlation .507**
Sig. (2-tailed) .004
N 30
VAR00006 Pearson Correlation .598**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
VAR00007 Pearson Correlation .673**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
VAR00008 Pearson Correlation .417*
Sig. (2-tailed) .022
N 30
VAR00009 Pearson Correlation .540**
Sig. (2-tailed) .002
N 30
VAR00010 Pearson Correlation .764**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
VAR00011 Pearson Correlation .597**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
VAR00012 Pearson Correlation .727**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
VAR00013 Pearson Correlation .768**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
VAR00014 Pearson Correlation .703**
97
Sig. (2-tailed) .000
N 30
VAR00015 Pearson Correlation .744**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
VAR00016 Pearson Correlation .732**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
VAR00017 Pearson Correlation .520**
Sig. (2-tailed) .003
N 30
VAR00018 Pearson Correlation .510**
Sig. (2-tailed) .004
N 30
VAR00019 Pearson Correlation .578**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
VAR00020 Pearson Correlation .490**
Sig. (2-tailed) .006
N 30
Total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level
(2-tailed).
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Ca
ses
Valid 30
100.
0
Exclu
deda 0 .0
Total 30
100.
0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
98
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
.908 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00001 77.6667 83.954 .434 .908
VAR00002 78.5000 83.431 .670 .900
VAR00003 77.6333 84.102 .523 .904
VAR00004 77.9333 86.685 .510 .904
VAR00005 78.1667 85.730 .430 .907
VAR00006 78.2333 83.771 .529 .904
VAR00007 78.6667 83.057 .617 .901
VAR00008 78.4000 88.248 .347 .908
VAR00009 77.7333 87.857 .493 .905
VAR00010 77.8333 84.764 .733 .900
VAR00011 78.2333 84.530 .533 .904
VAR00012 78.1000 84.369 .689 .900
VAR00013 77.8000 84.579 .738 .900
VAR00014 77.9667 83.826 .657 .901
VAR00015 77.9333 83.582 .706 .900
VAR00016 77.7333 83.651 .691 .900
VAR00017 77.7000 87.597 .466 .905
VAR00018 77.8000 87.890 .456 .905
VAR00019 78.0333 85.620 .519 .904
VAR00020 78.4667 87.361 .427 .906
99
Lampiran 5 Hasil analisis gap
No Atribut
Rata-rata skor Gap
Kepentingan Kinerja
(Y) (X)
1 Citarasa makanan 4.63 4.17 -0.46
2 Porsi makanan 3.84 3.92 0.08
3 Kehigienisan makanan dan 4.62 3.70 -0.92
perlengkapan makan
4 Aroma makanan 4.27 3.90 -0.37
5 Harga makanan 4.08 3.86 -0.22
6 Kemudahan dalam menjangkau lokasi 3.97 3.79 -0.18
7 Iklan dan promosi 3.50 3.34 -0.16
8 Papan nama 3.66 3.51 -0.15
9 Kesigapan pramusaji 4.54 4.05 -0.49
10 Keramahan dan kesopanan pramusaji 4.63 3.92 -0.71
11 Penampilan pramusaji 4.26 3.59 -0.67
12 Pengetahuan pramusaji terhadap produk 4.24 3.82 -0.42
13 Kecepatan penyajian 4.56 4.25 -0.31
14 Kecepatan transaksi 4.33 4.00 -0.33
15 Kesigapan pihak rumah makan dalam 4.55 3.77 -0.78
merespon keluhan konsumen
16 Kebersihan rumah makan 4.66 3.51 -1.15
17 Ketersediaan dan kebersihan toilet dan 4.61 3.56 -1.05
wastafel
18 Ketersediaan sarana parkir 4.51 3.74 -0.77
19 Kenyamanan rumah makan 4.59 3.44 -1.15
20 Dekorasi rumah makan 3.74 3.24 -0.50
Rata-rata 4.29 3.75 -0.54
Lampiran 6 Dokumentasi penelitian
Ruang makan RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor
Tampak depan RM. Sop Ayam Pak
Min Klaten Cabang Bogor
100
Pramusaji Produk
Toilet Sarana parkir
Pelayan membersihkan meja Atap rumah makan
Daftar harga Kebersihan RM Kasir
101
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 14 Februari 1993 dari Ayah
Moch. Yusuf dan Ibu Ninik Widayati. Penulis adalah putri kedua dari tiga
bersaudara. Kakak penulis Lutfi Hadi Iqbal Firmansyah dan adik penulis Aulia
Indar Khatami. Penulis lulus dari SMA Negeri 4 Jember pada tahun 2010. Pada
tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program Mayor
Agribisnis di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
Selain itu, penulis juga mengambil Minor Komunikasi dari Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.
Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis aktif mengikuti organisasi
kemahasiswaan, seperti Himpunan Peminat Mahasiswa Agribisnis (HIPMA)
tahun 2011/2012 dan 2012/2013 sebagai Bendahara dan Anggota Biro Human
Resource and Development HIPMA. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai ketua
pelaksana Upgrading HIPMA tahun 2012/2013, bendahara kegiatan Olimpiade
Mahasiswa IPB tahun 2013, kepala divisi hubungan masyarakat Malam
Keakraban Agribisnis tahun 2013, kepala divisi hubungan masyarakat
Agribusness Day tahun 2013, serta aktif diberbagai kepanitiaan dan kegiatan
lainya di IPB. Selain aktif di organisasi kemahasiswaan, penulis juga mengikuti
karya ilmiah yang diadakan dan didanai oleh DIKTI yaitu Pekan Kreativitas
Mahasiswa di Bidang Kewirausahaan tahun 2013, serta juara 1 aerobik (team)
Sportakuler FEM 2011 dan 2012.