ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan...

32
ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU BERDASARKAN PERBANDINGAN UKURAN POHON DI PT DASA INTIGA KALIMANTAN TENGAH ALIF RIZKI AGUNG SISWAHYUDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Transcript of ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan...

Page 1: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU

BERDASARKAN PERBANDINGAN UKURAN POHON

DI PT DASA INTIGA KALIMANTAN TENGAH

ALIF RIZKI AGUNG SISWAHYUDI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu
Page 3: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Produktivitas

Pemanenan Kayu Berdasarkan Perbandingan Ukuran Pohon di PT Dasa Intiga

Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, November 2016

Alif Rizki Agung Siswahyudi

NIM E14120037

Page 4: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

ii

ABSTRAK

ALIF RIZKI AGUNG SISWAHYUDI. Analisis Produktivitas Pemanenan Kayu

Berdasarkan Ukuran Pohon di PT Dasa Intiga Kalimantan Tengah. Dibimbing

oleh BAHRUNI.

Salah satu hal yang penting dalam menentukan stabilitas hutan,

peningkatan sumber daya lahan dan nilai hutan adalah melakukan kegiatan

pemanenan hutan. Perhitungan produktivitas dalam kegiatan pemanenan hutan

perlu dilakukan untuk mengetahui beban kerja dan upah tenaga kerja berdasarkan

kelas diameter. Perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan mengharapkan

biaya pemanenan yang paling rendah untuk menentukan sistem upah yang paling

efektif untuk diterapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produktivitas

dalam kegiatan pemanenan hutan, menghitung biaya pemanenan hutan dan

mengetahui harga jual berdasarkan kelas diameter pohon. Pengolahan data

menggunakan analisis biaya pemanenan untuk mengetahui biaya total pemanenan

yang harus dikeluarkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas

tertinggi terletak pada kelas diameter besar yaitu diameter (80-100) cm dan >100

cm. Sistem upah yang lebih efektif untuk diterapkan oleh perusahaan adalah

sistem upah berdasarkan produktivitas kerja, karena biaya total pemanenan yang

dihasilkan lebih rendah. Rata-rata harga jual tertinggi untuk kayu meranti dan

kayu balau terletak pada kelas diameter >100.

Kata kunci : biaya, harga jual, produktivitas, upah

ABSTRACT

ALIF RIZKI AGUNG SISWAHYUDI. Analysis of Timber Harvesting

Productivity Based on Tree Size at PT Dasa Intiga Central Kalimantan.

Supervised by BAHRUNI.

One of the important things in determining forest stability, increasing land

resources and forest value is performing forest harvesting. The calculation of

productivity in forest harvesting activities is important to do in order to determine

the workload and labor costs based on diameter class. Company that working in

forestry sector is expecting the lowest harvesting costs to determine the most

effective wage system to be applied. This research objective were to examine the

productivity of forest harvesting activities, to calculate harvesting cost and to

know the selling price based on diameter class of tree. Harvesting cost analysis

were used to determine the total of harvesting costs. The result showed that the

highest productivity was on the large diameter class, namely the diameter (80-

100) cm and >100 cm. Wage system that was more effective to be implemented

by the company was the wage system based on work productivity, because it

resulted the lowest total of harvesting costs. Average of the highest selling price

for meranti and balau wood was in the diameter class >100 cm.

Keywords: costs, selling prices, productivity, wages

Page 5: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

iii

ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU

BERDASARKAN PERBANDINGAN UKURAN POHON

DI PT DASA INTIGA KALIMANTAN TENGAH

ALIF RIZKI AGUNG SISWAHYUDI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 6: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

iv

Page 7: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

v

Page 8: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat,

rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema

yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 sampai

April 2016 ini ialah pemanenan kayu, dengan judul Analisis Produktivitas

Pemanenan Kayu Berdasarkan Perbandingan Ukuran Pohon di PT Dasa Intiga

Kalimantan Tengah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Bahruni, MS selaku

pembimbing, Bapak Ir Eko Purwanto selaku Direktur Utama PT Dasa Intiga

Kalimantan Tengah yang telah memberi kesempatan dan izin dalam pelaksanaan

penelitian, seluruh tenaga kerja PT Dasa Intiga serta Tim PKL DI. Ungkapan

terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak Horsis, Ibu Anik Ning Rahayu,

Recha Hajiah Soemantri dan tidak lupa kepada sahabat-sahabat MNH 49 dan

keluarga besar Fahutan 49 atas doa dan dukungan semangat serta teman-teman

yang ikut membantu dalam penyelesaiaan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2016

Alif Rizki Agung Siswahyudi

Page 9: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE

Waktu dan Lokasi 2

Alat dan Bahan 2

Jenis Data 2

Pengolahan Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5

Produktivitas Pemanenan Hutan 5

Biaya Pemanenan 8

Upah Pemanenan 11

Harga Jual 13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 14

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 22

Page 10: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

viii

DAFTAR TABEL

1 Produktivitas penebangan, penyaradan dan kupas kulit 6

2 Produktivitas muat dan bongkar 6

3 Produktivitas pengangkutan 7

4 Biaya penebangan menurut perhitungan upah borongan dan upah produktivitas 8

5 Biaya penyaradan menurut perhitungan upah borongan dan upah produktivitas 9

6 Biaya kupas kulit menurut perhitungan upah borongan dan upah produktivitas 9

7 Biaya muat, bongkar dan angkut 10

8 Biaya total pemanenan menurut kelas diameter dengan dua sistem upah 10

DAFTAR GAMBAR

1 Upah pemanenan menurut volume (Rp/m³) 11

2 Upah pemanenan menurut batang pohon (Rp/pohon) 12

3 Perbandingan harga jual kayu berdasarkan kelas diameter 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata produktivitas penebangan, penyaradan dan kupas kulit 17

2 Rata-rata biaya total penebangan, penyaradan dan kupas kulit 19

3 Rata-rata biaya total muat, bongkar dan angkut 20

4 Pendapatan penjualan jenis meranti dan balau 21

Page 11: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu aset serta kekayaan alam yang harus tetap

dijaga keberadaannya. Keberadaan hutan dapat mempengaruhi keseimbangan di

sekitarnya, karena hutan mempunyai fungsi sebagai penyangga kehidupan bagi

semua makhluk hidup. Sebagai upaya mempertahankan keberadaan sumber daya

hutan diperlukan pengelolaan hutan lestari yang mencakup aspek ekologi, aspek

ekonomi dan aspek sosial. Salah satu hal yang penting dalam menentukan

stabilitas hutan, peningkatan sumber daya lahan dan nilai hutan adalah melakukan

kegiatan pemanenan hutan. Kegiatan pemanenan hutan dilakukan karena melihat

berbagai aspek, diantaranya yaitu aspek ekologi untuk memaksimalkan nilai

hutan, aspek ekonomi untuk menghasilkan produk hasil hutan berupa kayu serta

mengoptimalkan suplai terhadap industri dan aspek sosial untuk meningkatkan

kesempatan kerja.

Menurut Budiaman (1996) kegiatan pemanenan hutan dapat dibedakan

menjadi empat komponen utama yaitu penebangan, penyaradan, pengangkutan

dan penimbunan. Keberlangsungan kegiatan pemanenan hutan membutuhkan

sumber daya lain, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya modal. Sumber

daya manusia merupakan pekerja yang melakukan kegiatan pemanenan hutan,

sedangkan sumber daya modal merupakan pengeluaran biaya terkait pemanenan

hutan serta upah pekerja. Upah merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi produktivitas kerja. Sistem pengupahan dalam pemanenan hutan

menggunakan dua pendektan yaitu sistem upah borongan dan sistem upah

berdasarkan produktivitas kerja.

Perhitungan produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan perlu

dilakukan untuk setiap kelas diameter, karena hal tersebut dapat memberikan

informasi terkait beban kerja dan upah berdasarkan hasil kerjanya. Kegiatan

pemanenan hutan akan lebih efektif apabila biaya yang dikeluarkan rendah,

karena semakin rendah biaya maka semakin efektif pula kegiatan tersebut. Setiap

perusahaan memiliki konsep optimasi dalam pelaksanaannya yaitu perusahaan

akan memaksimalkan manfaat yang akan di dapat dan meminimalkan pengeluaran

atau biayanya (Nugroho 2002). Dalam upaya mengefisienkan biaya, maka kajian

ini diperlukan untuk mengetahui biaya yang paling efektif menurut perhitungan

biaya pemanenan berdasarkan upah borongan atau biaya pemanenan dengan upah

berdasarkan produktivitas kerja.

Tujuan Penelitian

1. Mengkaji produktivitas dalam kegiatan pemanenan hutan menurut diameter

pohon.

2. Menghitung biaya pemanenan hutan menurut ukuran diameter pohon tertentu

dengan sistem upah borongan dan sistem upah berdasarkan produktivitas

kerja.

Page 12: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

2

3. Mengetahui harga jual menurut diameter dan jenis pohon.

4.

5.

Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa kehutanan, hasil penelitian ini dapat memberi informasi

terkait analisis biaya pemanenan hutan dan dapat dijadikan referensi untuk

penelitian tentang pemanenan hutan.

2. Bagi perusahaan kehutanan, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi

dan gambaran terkait besaran biaya yang akan dikeluarkan dengan

menggunakan dua pendekatan sistem upah, memberikan data terkait

produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi

terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai bulan April

2016 di IUPHHK HA PT Dasa Intiga Kalimantan Tengah yaitu pada petak CF 38.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stopwatch, pita

ukur, kamera, tally sheet, buku catatan, alat tulis, data sekunder yang diberikan

oleh perusahaan dan program pengolah data.

Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data hasil dari pengukuran langsung di lapangan

dalam kegiatan pemanenan hutan berupa diameter kayu, panjang kayu, waktu

kerja, kecepatan alat dan jarak. Pengambilan data dilakukan sebanyak 38 kali

ulangan. Data tersebut terdiri dari 38 pohon yang dibagi ke dalam 4 kelas

diameter, diantaranya diameter (40-60) cm sebanyak 8 pohon, (61-80) cm

sebanyak 15 pohon, (81-100) cm sebanyak 10 pohon dan >100 cm sebanyak 5

pohon. Menurut Niebel & Freivalds (1999) dengan melihat besarnya prestasi kerja

yang didapat, data tersebut sudah cukup mewakili untuk penelitian ini. Data

sekunder merupakan kumpulan data yang telah diolah lebih lanjut yang diperoleh

dari perusahaan dan studi literatur, data tersebut berupa data mengenai besaran

Page 13: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

3

biaya yang dikeluarkan terkait dengan alat berat dan data besaran gaji pekerja

pada bulan Maret – April 2016.

Pengolahan Data

1. Perhitungan volume kayu (m³)

V =

dengan D =

Keterangan :

V = volume log (m³)

= konstanta (3.14)

D = rata-rata diameter (cm)

Dp = Diameter pangkal (cm)

Du = Diameter ujung (cm)

L = panjang kayu (m)

2. Perhitungan produktivitas pemanenan (m³/jam)

Produktivitas =

3. Perhitungan upah dengan dua pendekatan sistem upah

a. Upah borongan

Perhitungan upah( Rp/m3 )

diketahui melalui hasil wawancara ke bagian administrasi perusahaan

Perhitungan upah (Rp/pohon) Upah borongan (Rp/pohon) = Upah borongan ( Rp/m3) x volume (m3/pohon)

b. Upah berdasarkan produktivitas kerja

Perhitungan upah (Rp/hari)

diketahui dari UMR Kalimantan Tengah dan gaji tenaga terampil

kehutanan.

Perhitungan upah (Rp/m3) dan (Rp/pohon)

Upah produktivitas (Rp/pohon) =

Upah produktivitas (Rp/pohon) =

Upah produktivitas (Rp/m3) =

Page 14: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

4

4. Perhitungan biaya pemanenan

Biaya total pemanenan (Rp/m³) = Biaya total penebangan (Rp/m³) + Biaya total

penyaradan (Rp/m³) + Biaya total kupas kulit

(Rp/m³) + Biaya total muat (Rp/m³) + Biaya total

angkut (Rp/m³) + Biaya total bongkar (Rp/m³)

Wiradinata(1989)

Biaya Usaha (Rp/jam) x Prestasi kerja (jam/pohon)

Biaya Mesin (Rp/jam) + Upah Pekerja (Rp/jam)

Wiradinata(1981)

Biaya tetap (Rp/jam) + Biaya Variabel (Rp/jam)

Keterangan :

M = harga alat baru (Rp)

R = harga rongsokan (Rp)

N = umur pakai alat (tahun)

Y% = persentase pajak (%)

Biaya total kegiatan (Rp/m³)

Total produksi

pohon yang

didapat

Biaya kegiatan (Rp/pohon)

Biaya Usaha (Rp/jam)

Prestasi kerja yang

di dapat untuk

setiap pohon per

satuan waktu

Biaya Mesin (Rp/jam)

1. Sistem upah

borongan

2. Sistem upah

berdasarkan

produktivitas

kerja:

- UMR (Rp/jam)

- Gaji tenaga

terampil (Rp/jam)

Biaya Tetap (Rp/jam) Depresiasi + Pajak

-Depresiasi (Rp/jam) =

-Pajak (Rp/jam) = y% x M

Biaya Variabel (Rp/jam)

-Biaya pemeliharaan/perbaikan

(Rp/jam)

-Biaya sparepart (Rp/jam)

-Biaya bahan bakar (Rp/jam)

-Biaya pelumas/oli (Rp/jam)

Page 15: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

PT Dasa Intiga merupakan salah satu IUPHHK HA yang terletak di

Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Kapuas, Kecamatan Kapuas Tengah dan

Timpah. Perusahaan ini memiliki luas areal kerja ± 131 850 ha dan secara

geografis terletak pada koordinat 00°6’-01°33’ LU dan 114°17’-114°39’ BT.

Areal tersebut berada pada kelompok hutan sungai Kuatan sampai sungai Hyang

dan termasuk dalam DAS Kapuas (Sub DAS Kuatan dan Sub DAS Hyang).

Berdasarkan peta tanah Provinsi Kalimantan Tengah skala 1:500 000 (PPT

tahun 1993), tanah-tanah di wilayah ini dibedakan menjadi 2 jenis ordo, yaitu

podsolik merah kuning dan podsol. Berdasarkan peta topografi skala 1:250 000,

secara umum areal kerjanya mempunyai bentuk wilayah datar sampai landai

dengan kelas kelerengan berkisar dari 0-15%. Ketinggian tempat berkisar antara

100-300 m dpl. Menurut sistem klasifikasi Schimdt dan Forguson (1952), iklim

disekitar areal kerja termasuk dalam iklim tipe A (sangat basah) dimana rasio

bulan kering dengan bulan basah menujukan bilangan yang relatif kecil dengan

nilai Q=9%. Data selama 10 tahun (2001-2011) yang tercatat di stasiun

meteorologi dan geofisika Kuala Kapuas menujukan bahwa curah hujan rata-rata

tahunan 2 183 milimeter dengan jumlah hari hujan 144 hari, sedangkan rata-rata

CH bulanan adalah 182 milimeter dengan jumlah hari hujan rata-rata 12 hari.

Kawasan hutan di PT Dasa Intiga terdiri dari Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan

Produksi Terbatas (HPT), Kawasan Pengembangan Produksi (KPP) dan Kawasan

Pemukiman dan Penggunaan Lainnya (KPPL).

Produktivitas Pemanenan Hutan

Menurut ILO (1979) produktivitas merupakan rumusan dari hasil

perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). Budiaman (2002)

membandingkan 2 kelas diameter pohon dan menyatakan bahwa pengerjaan

pohon berdiameter 50 cm berbeda dengan pengerjaan pohon berdiameter 100 cm.

Pohon berdiameter 100 cm dapat mempengaruhi besarnya volume dan juga dapat

mempengaruhi hasil dari produktivitas kerja, dimana volume merupakan salah

satu variabel pembentuk dari produktivitas. Hasil dari perhitungan produktivitas

pemanenan hutan untuk setiap kegiatannya ternyata berbeda, meskipun besaran

volume yang dikerjakan untuk setiap kelas diameternya sama. Hal ini disebabkan

oleh faktor-faktor pembentuk produktivitas yaitu pendidikan, keterampilan,

disiplin, motivasi, sikap dan etika, tingkat penghasilan, lingkungan dan iklim

kerja, teknologi serta sarana produksi (Sumarsono 2003). Hasil produktivitas

untuk kegiatan penebangan, penyaradan dan kupas kulit akan disajikan pada Tabel

1.

Page 16: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

6

Tabel 1 Produktivitas penebangan, penyaradan dan kupas kulit

Kelas

diameter

(cm)

Rata-rata hasil

Kegiatan

Penebangan Penyaradan Kupas

kulit

40-60

Volume (m³) 37.79 37.79 37.79

Waktu kerja (jam) 1.99 1.56 2.05

Produktivitas (m³/jam) 24.15 25.17 18.88

61-80

Volume (m³) 115.88 115.88 115.88

Waktu kerja (jam) 4.01 3.31 4.46

Produktivitas (m³/jam) 34.96 45.54 26.63

81-100

Volume (m³) 148.14 148.14 148.14

Waktu kerja (jam) 3.60 3.16 4.64

Produktivitas (m³/jam) 48.32 53.82 31.61

>100

Volume (m³) 106.01 106.01 106.01

Waktu kerja (jam) 4.71 1.27 2.67

Produktivitas (m³/jam) 34.79 82.76 39.60

Pada Tabel 1 nilai volume disamaratakan antara kegiatan penebangan,

penyaradan dan juga untuk kegiatan kupas kulit. Produktivitas tertinggi untuk

kegiatan penebangan terletak pada kelas diameter (81-100) cm sebesar 48.32

m³/jam, sedangkan untuk kegiatan penyaradan dan kupas kulit produktivitas

tertinggi terletak pada kelas diameter >100 cm sebesar 82.76 m³/jam dan 39.60

m³/jam. Data tersebut memperlihatkan bahwa produktivitas tertinggi dari ketiga

kegiatan tersebut terletak pada kelas diameter besar. Sejalan dengan Budiaman

(2002) yang menyatakan bahwa semakin besar diameter dalam pengerjaan pohon

akan menghasilkan volume yang tinggi dan begitupula untuk produktivitas

kerjanya. Sedangkan untuk hasil dari produktivitas terendah terletak pada kelas

diameter (40-60) cm untuk ketiga kegiatan tersebut, untuk lebih jelasnya dapat di

lihat pada Lampiran 1.

Pengerjaan kegiatan muat dan bongkar di perusahaan ini menggunakan

jenis alat yang sama yaitu Wheel Loader Caterpillar 980C. Pembagian unit Loader

diantaranya yaitu untuk kegiatan muat di petak tebang sebanyak 2 unit Loader dan

kegiatan bongkar di logpond sebanyak 1 unit Loader. Hasil dari produktivitas

untuk kegiatan muat dan bongkar akan disajiakan pada Tabel 2.

Tabel 2 Produktivitas muat dan bongkar

Jenis kendaraan Rata-rata hasil Kegiatan

Muat Bongkar

Wheel Loader Caterpillar

980 C

Volume (m³) 32.16 32.16

Waktu kerja (jam) 0.31 0.36

Produktivitas (m³/jam) 102.64 90.17

Page 17: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

7

Berdasarkan Tabel 2 menjelaskan bahwa volume untuk kegiatan muat dan

bongkar memiliki nilai yang sama sebesar 32.16 m³. Waktu kerja yang dihasilkan

kegiatan muat dan bongkar berbeda, karena adanya faktor keterampilan untuk

masing-masing pekerja di petak tebang dan pekerja di TPK (logpond).

Produktivitas yang dihasilkan oleh kegiatan muat lebih tinggi dibandingkan

dengan produktivitas dari kegiatan bongkar. Hasil produktivitas muat sebesar

102.64 m³/jam dan untuk produktivitas bongkar sebesar 90.17 m³/jam.

Perusahaan memiliki 4 merek logging truk untuk kegiatan pengangkutan,

di antaranya yaitu Renault CBH 340, Kenworth C520, Nissan Diesel TZA520 dan

Westerm Star 6964/S. Keempat merek logging truk tersebut yang dapat beroperasi

di lapangan hanya ada 3 merek yaitu Renault, Kenworth dan Nissan Diesel.

Logging truk merek Westerm Star tidak dapat beroperasi karena adanya

kerusakan pada mesin. Hasil produktivitas angkut dari ketiga jenis logging truk

akan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Produktivitas pengangkutan

Jenis kendaraan Rata–rata hasil Kegiatan angkut

Renault CBH 340

Volume (m³) 35.42

Waktu kerja (jam) 4.58

Produktivitas (m³/jam) 7.74

Kenworth C520

Volume (m³) 35.35

Waktu kerja (jam) 4.55

Produktivitas (m³/jam) 7.76

Nissan Diesel TZA520

Volume (m³) 25.71

Waktu kerja (jam) 4.51

Produktivitas (m³/jam) 5.71

Keterangan : Jarak angkut TPn ke TPK (logpond) adalah 34 km.

Tabel 3 menunjukkan produktivitas yang dihasilkan oleh masing-masing

logging truk, untuk produktivitas tertinggi yaitu pada logging truk merek

Kenworth sebesar 7.76 m³/jam dan terendah pada logging truk merek Nissan

Diesel sebesar 5.71 m³/jam. Rata-rata waktu kerja yang dihasilkan oleh ketiga

merek logging truk tersebut hampir sama, diantaranya untuk Renault yaitu 4.58

jam, Kenworth yaitu 4.55 jam dan Nissan Diesel yaitu 4.51 jam. Pada awalnya

sistem pengangkutan yang diterapkan oleh perusahaan yaitu mengangkut semua

kayu tanpa adanya batasan untuk kapasitas angkut logging truk. Sistem tersebut

ternyata kurang efektif untuk diterapkan, karena banyak timbul kecelakaan kerja

akibat beban angkut yang berlebihan, selain itu banyaknya kayu yang jatuh atau

terlempar dari logging truk. Kejadian tersebut membuat pihak perusahaan

memberlakukan sistem baru yaitu memberi kapasitas angkut maksimum untuk

masing-masing merek logging truk. Logging truk merek Renault dan Kenworth

memiliki kapasitas angkut maksimum sebesar 35 m³ dan untuk logging truk

merek Nissan Diesel dan Westerm Star memiliki kapasitas angkut maksimum

sebesar 25 m³. Kapasitas angkut maksimum tersebut mengakibatkan logging truk

Page 18: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

8

merek Nissan Diesel akan menghasilkan produktivitas yang lebih rendah

dibandingkan dengan merek logging truk yang lainnya, meskipun waktu kerja

yang dibutuhkan oleh masing-masing logging truk hampir sama.

Biaya Pemanenan

Menurut Elias (1987) biaya merupakan jumlah uang yang akan dibayarkan

untuk menggunakan faktor-faktor produksi atau jasa dan merupakan komponen

dalam menjalankan usaha untuk suatu perusahaan. Komponen biaya pemanenan

diperoleh dari data sekunder perusahaan dan studi literatur. Biaya pemanenan

merupakan penjumlahan dari keseluruhan biaya total kegiatan (Rp/m³) untuk

penebangan, penyaradan, kupas kulit, muat, bongkar dan angkut. Pada penelitian

ini biaya pemanenan dihitung menurut upah borongan dan upah berdasarkan

produktivitas kerja. Biaya pemanenan menurut produktivitas kerja menggunakan

data UMR Kalimantan Tengah sebesar Rp 82 302.32/hari dan data gaji tenaga

terampil sebesar Rp 157 808.16/hari. Hasil dari masing-masing biaya total

kegiatan (Rp/m³) dan rata-rata biaya total pemanenan (Rp/m³) berdasarkan kelas

diameter disajikan pada Tabel 4 sampai Tabel 8.

a. Penebangan

Alat yang digunakan untuk kegiatan penebangan yaitu Chainsaw dengan

merek STHIL 70. Biaya penebangan (Rp/m³) dihitung berdasarkan biaya-biaya

dari alat yang digunakan dan data biaya lain yang di dapat dari perusahaan atau

studi literatur . Biaya penebangan (Rp/m³) tertinggi untuk kegiatan penebangan

terletak pada kelas diameter (40-60) cm dan untuk yang terendah terletak pada

kelas diameter (81-100) cm untuk dua pendekatan sistem upah, lebih jelasnya

dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil biaya penebangan (Rp/m³) disajikan pada

Tabel 4.

Tabel 4 Biaya penebangan menurut perhitungan upah borongan dan upah

produktivitas

Kelas diameter

(cm) Upah borongan (Rp/m³)

Upah produktivitas (Rp/m³)

UMR Tenaga terampil

40-60 2 413.64 1 227.83 1 744.65

61-80 1 643.70 836.16 1 188.11

81-100 1 126.21 572.91 814.06

>100 2 236.88 1 137.91 1 616.88

b. Penyaradan

Alat berat yang digunakan untuk kegiatan penyaradan yaitu Bulldozer

CAT D7G. Biaya penyaradan (Rp/m³) dihitung berdasarkan biaya-biaya dari alat

yang digunakan dan data biaya lain yang di dapat dari perusahaan atau studi

literatur. Berdasarkan hasil perhitungan kegiatan penyaradan memiliki biaya yang

Page 19: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

9

paling tinggi dibanding kegiatan pemanenan lainnya. Hal tersebut sejalan dengan

penelitian Siregar (2014) yang juga menyatakan bahwa kegiatan penyaradan

mempunyai biaya tertinggi dibandingkan dengan biaya-biaya dari kegiatan

pemanenan hutan yang lainnya. Biaya penyaradan (Rp/m³) tertinggi terletak pada

kelas diameter (40-60) cm dan untuk yang terendah terletak pada kelas diameter

>100 cm untuk dua pendekatan sistem upah, lebih jelasnya dapat dilihat pada

Lampiran 2. Hasil biaya penyaradan (Rp/m³) disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Biaya penyaradan menurut perhitungan upah borongan dan upah

produktivitas

Kelas diameter

(cm) Upah borongan (Rp/m³)

Upah produktivitas (Rp/m³)

UMR Tenaga terampil

40-60 163 786.28 162 582.64 162 973.91

61-80 120 236.44 119 352.84 119 640.07

81-100 96 809.60 96 098.16 96 329.43

>100 49 337.67 48 975.10 49 092.96

c. Kupas kulit

Kegiatan kupas kulit di perusahaan ini masih menggunakan sistem kerja

manual. Pengerjaan kegiatan kupas kulit sebagian besar menggunakan tenaga

manusia. Alat yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah alat bantu sejenis

linggis. Biaya kupas kulit (Rp/m³) merupakan biaya paling rendah dibandingkan

dengan kegiatan pemanenan yang lainnya. Alat yang digunakan pada kegiatan

kupas kulit tidak memerlukan perlakuan khusus seperti alat-alat pemanenan yang

lain, maka dari itu biaya untuk kupas kulit tergolong rendah daripada biaya untuk

kegiatan pemanenan yang lainnya. Biaya kupas kulit (Rp/m³) tertinggi terletak

pada kelas diameter (40-60) cm dan yang terendah terletak pada kelas diameter

>100 cm untuk dua pendekatan sistem upah, lebih jelasnya dapat dilihat pada

Lampiran 2. Hasil biaya kupas kulit (Rp/m³) disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Biaya kupas kulit menurut perhitungan upah borongan dan upah

produktivitas

Kelas diameter

(cm) Upah borongan (Rp/m³)

Upah produktivitas (Rp/m³)

UMR Tenaga terampil

40-60 1 192.71 575.38 1 099.92

61-80 871.29 420.32 803.51

81-100 700.21 337.79 645.74

>100 576.04 277.89 531.22

d. Muat, bongkar dan angkut

Pada kegiatan muat, bongkar dan angkut hanya memiliki satu rata-rata

biaya (Rp/m³) dan untuk kegiatan tersebut tidak dibagi ke dalam kelas diameter.

Page 20: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

10

Biaya untuk kegiatan tersebut disamaratakan untuk biaya (Rp/m³) menggunakan

sistem upah borongan dan biaya (Rp/m³) menggunakan sistem upah berdasarkan

produktivitas kerja. Hal tersebut karena proses administrasi kayu yang

membutuhkan waktu cukup lama, sedangkan pelaksanaan penelitian ini terbatas

oleh waktu. Sehingga dalam penelitian ini, kegiatan muat, bongkar dan angkut

dilakukan pada kayu yang berbeda dari kegiatan penebangan, penyaradan dan

kupas kulit. Hasil biaya (Rp/m³) muat, bongkar dan angkut disajikan pada Tabel

7.

Tabel 7 Biaya muat, bongkar dan angkut

Kegiatan Upah borongan (Rp/m³) Upah produktivitas (Rp/m³)

UMR Tenaga terampil

Muat 11 225.42 11 225.42 11 225.42

Bongkar 11 774.88 11 774.88 11 774.88

Angkut 87 156.86 87 156.86 87 156.86

e. Biaya total pemanenan

Biaya total pemanenan merupakan penjumlahan dari biaya-biaya kegiatan

pemanenan hutan yaitu penebangan, penyaradan, kupas kulit, muat, bongkar dan

angkut. Biaya total pemanenan dengan menggunakan sistem upah borongan lebih

besar dibandingkan dengan biaya total pemanenan menggunakan sistem upah

berdasarkan produktivitas kerja. Sistem upah yang sebenarnya efektif untuk

digunakan oleh perusahaan adalah sistem upah berdasarkan produktivitas kerja,

akan tetapi perusahaan menerapkan sistem upah borongan. Rekapitulasi biaya

total pemanenan (Rp/pohon) dan (Rp/m³) disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Biaya total pemanenan menurut kelas diameter dengan dua sistem upah

Kelas diameter

(cm)

Upah borongan

(Rp/m³)

Upah berdasarkan produktivitas (Rp/m³)

UMR Tenaga terampil

40-60 277 549.79 274 543.00 275 975.63

61-80 232 908.58 230 766.47 231 788.84

81-100 208 793.18 207 166.02 207 946.38

>100 162 307.75 160 548.05 161 398.22

Berdasarkan hasil perhitungan, semakin kecil kelas diameter maka biaya

pemanenan (Rp/m³) yang dibutuhkan semakin tinggi. Begitupula sebaliknya

semakin besar kelas diameter maka biaya pemanenan semakin rendah. Rakhman

(2004) menyatakan bahwa semakin besar produktivitas kerja maka semakin kecil

biaya (Rp/m³) yang dikeluarkan, karena biaya berkaitan erat dengan produktivitas

kerjanya. Pada penelitian ini produktivitas kerja tertinggi terletak pada kelas

diameter besar, sehingga pada kelas diameter tersebut biaya total pemanenan yang

dihasilkan rendah. Biaya dengan menggunakan sistem upah berdasarkan

produktivitas kerja ternyata lebih efektif untuk diterapkan oleh perusahaan

Page 21: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

11

dibandingkan menggunakan sistem upah borongan. Hal tersebut terjadi karena

biaya total pemanenan yang dihasilkan menggunakan sistem upah berdasarkan

produktivitas kerja lebih rendah.

Hasil rata-rata biaya total pemanenan berdasarkan upah borongan sebesar

Rp 220 389.82/m³ dan untuk sistem upah berdasarkan produktivitas kerja

menggunakan UMR dan gaji tenaga terampil sebesar Rp 218 255.89/m³ dan Rp

219 277.27/m³. Penelitian Siregar (2014) juga menghitung besaran biaya

pemanenan hutan, dimana untuk biaya pemanenan (Rp/m³) yang dihasilkan

sebesar Rp 345 665/m³ dengan menggunakan sistem upah borongan. Apabila

dibandingkan dengan penelitian tersebut, biaya total pemanenan (Rp/m³) di

perusahaan ini masih relatif lebih rendah.

Upah Pemanenan

Pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan ditetapkan

sistemnya. Pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan pada tiga fungsi

upah, yaitu : (a) menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya;

(b) mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang; (c) menyediakan insentif

untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja (Sumarsono 2003). Sistem

upah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sistem upah borongan dan sistem

upah berdasarkan produktivitas kerja. Sistem upah borongan merupakan

kesepakatan antara pekerja dan perusahaan, sedangkan sistem upah berdasarkan

produtivitas kerja menggunakan data UMR Kalimantan Tengah sebesar Rp 82

302.32/hari dan data gaji tenaga terampil sebesar Rp 157 808.16/hari. Menurut

Ruky (2006) sistem upah borongan yang paling mendasar adalah pekerja dibayar

atas apa yang mereka hasilkan tanpa didasarkan pada waktu yang digunakan,

sedangkan sistem upah berdasarkan produktivitas kerja harus mengamati berapa

lama waktu yang diperlukan oleh pekerja untuk menghasilkan sebuah produk.

Upah pemanenan menurut volume (Rp/m3) dan upah pemanenan menurut batang

pohon (Rp/pohon) akan disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1 Upah pemanenan menurut volume (Rp/m³)

-

5

10

15

20

25

30

35

40-60 61-80 81-100 >100

Up

ah p

eman

enan

(Rp

/m³)

x1

00

0

Kelas diameter (cm)

Upah borongan

UMR

Gaji tenaga

terampil

Page 22: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

12

Pada gambar 1 terlihat bahwa upah pemanenan (Rp/m³) berdasarkan

borongan terlihat konstan untuk semua kelas diameter, karena besaran upah

tersebut merupakan hasil kesepakatan antara perusahaan dan pekerja. Kemudian

untuk upah pemanenan berdasarkan produktivitas kerja terus mengalami

penurunan untuk setiap kelas diameternya. Hal tersebut dikarenakan upah

pemanenan berdasarkan produktivitas kerja merupakan hasil bagi antara upah

pemanenan (Rp/pohon) berdasarkan produktivitas kerja dengan volume

(m³/pohon), dimana semakin tinggi kelas diameter maka semakin tinggi pula

volumenya.

Gambar 2 Upah pemanenan menurut batang pohon (Rp/pohon)

Pada gambar 2 terlihat bahwa upah pemanenan (Rp/pohon) berdasarkan

borongan dan produktivitas kerja terus mengalami peningkatan untuk setiap kelas

diameternya. Upah pemanenan (Rp/pohon) berdasarkan borongan lebih tinggi

dibandingkan dengan upah pemanenan (Rp/pohon) berdasarkan produktivitas

kerja. Pada hasil yang didapat terlihat bahwa sistem upah yang paling efektif

untuk diterapkan adalah sistem upah berdasarkan produktivitas kerja, akan tetapi

perusahaan menerapkan sistem upah borongan untuk para pekerjanya. Sumarsono

(2003) menyatakan bahwa besaran upah perlu mencukupi kebutuhan dari pekerja

dan seluruh anggota keluarganya, serta besaran upah yang diinginkan agar sesuai

dengan harapan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa

pekerja di lapangan, pekerja menyatakan cukup dan puas dengan besaran upah

yang telah diberikan oleh perusahaan. Perusahaan sudah menerapkan sistem upah

yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para pekerjanya.

Pemilihan sistem upah borongan oleh perusahaan bertujuan untuk

mensejahterakan para pekerjanya. Besarnya upah yang diberikan menggunakan

sistem upah borongan merupakan bentuk insentif dari perusahaan sebagai upaya

menambah motivasi para pekerja dalam meningkatkan produktivitas kerjanya.

Harapan perusahaan menerapkan sistem upah borongan tersebut ternyata tidak

sejalan dengan kondisi di lapangan. Para pekerja belum memahami maksud dari

penerapan sistem upah borongan tersebut, sehingga dalam pelaksanaan

-

10

20

30

40

50

60

40-60 61-80 81-100 >100

Up

ah p

eman

enan

(Rp

/poh

on

) x 1

00

00

Kelas diameter (cm)

Upah borongan

UMR

Gaji tenaga

terampil

Page 23: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

13

kegiatannya pekerja tidak menggunakan waktu kerja dengan baik. Kondisi

tersebut diantaranya pekerja tidak mengikuti jam kerja yang sudah ditetapkan oleh

perusahaan dan banyak waktu tidak efektif selama kegiatan berlangsung. Nilasari

(2016) juga menjelaskan tentang kelemahan dari penggunaan sistem upah

borongan yaitu pekerja cenderung bekerja hanya untuk mencapai kuantitas yang

banyak, sehingga para pekerja menjadi kurang teliti dalam pelaksanaannya serta

produk yang dihasilkan menjadi kurang berkualitas.

Harga Jual Kayu Bulat

Data yang diperoleh dalam penelitian ini hanya mendapatkan harga jual

untuk 2 jenis kayu dengan rata-rata diameter >50 cm. Kedua jenis kayu tersebut

yaitu jenis meranti dan jenis balau, dimana berdasarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 12 Tahun 2014 kedua jenis kayu tersebut masuk ke dalam

kelompok jenis meranti (komersil satu). Peraturan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia Nomor : P.68/Menhut-II/2014 menetapkan harga patokan untuk

kelompok jenis meranti (komersil satu) yaitu untuk diameter 30 cm s/d 49 cm

sebesar Rp 730 000/m³ dan untuk diameter >49 cm sebesar Rp 760 000/m³. Harga

jual kayu dapat berbeda-beda tergantung pada permintaan pasar, sehingga tidak

ada harga tetap untuk penjualan kayu. Perusahaan menentukan harga jual (Rp/m³)

untuk kedua jenis tersebut berbeda, dimana perusahaan menjual kayu jenis

meranti diameter 39 cm s/d 49 cm sebesar Rp 1 250 000/m³ dan diameter >50 cm

sebesar Rp 1 400 000/m³. Harga jual kayu jenis balau diameter 39 cm s/d 49 cm

sebesar Rp 2 650 000/m³ dan diameter >50 cm sebesar Rp 2 800 000/m³. Faktor

penentu harga yang ditentukan perusahaan melihat dari lama pengerjaan pada

setiap jenis pohon dan mengikuti harga pasar berdasarkan permintaan terhadap

jenis kayu tersebut. Faktor lain yang mengakibatkan perbedaan harga kayu jenis

balau dan meranti yaitu jenis balau merupakan kayu dengan kelas awet I,II,III dan

kelas kuat I,II. Sedangkan jenis meranti merupakan kayu dengan kelas awet III,IV

dan kelas kuat II,IV. Kekerasan kayu balau jauh lebih tinggi dibandingkan kayu

jenis meranti. Perbedaan lainnya yaitu jenis balau lebih tahan terhadap cuaca

sehingga sering dijadikan sebagai bahan kontruksi di luar ruangan atau bangunan,

sedangkan untuk jenis meranti tidak tahan terhadap cuaca sehingga tidak

dianjurkan digunakan di luar ruangan (Martawijaya et al. 2005). Perbandingan

harga jual kayu jenis meranti dan balau menurut kelas diameter disajikan pada

Gambar 3.

Page 24: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

14

Gambar 3 Perbandingan harga jual kayu berdasarkan kelas diameter

Gambar 3 menunjukkan bahwa harga jual balau lebih tinggi dibandingkan

dengan harga jual meranti. Harga terus mengalami peningkatan pada setiap kelas

diameternya. Rata-rata harga jual kayu jenis meranti pada kelas diameter (40-60)

cm sebesar Rp 6 675 103.75, kelas diameter (61-80) cm sebesar Rp 10 934

103.09, kelas diameter (81-100) cm sebesar Rp 20 773 182.76 dan kelas diameter

> 100 cm sebesar Rp 41 702 173.19. Sedangakan untuk harga jual kayu jenis

balau pada kelas diameter (40-60) cm sebesar Rp 12 367 260.93, kelas diameter

(61-80) cm sebesar Rp 18 309 340.00, kelas diameter (81-100) cm sebesar Rp 40

879 063.40 dan kelas diameter > 100 cm sebesar Rp 57 465 865.14. Kelas

diameter ternyata mempengaruhi besar kecilnya harga jual untuk kedua jenis

kayu, karena diameter merupakan salah satu variabel pembentuk dari volume

dimana perhitungan harga jual kayu berdasarkan volume masing-masing kayunya.

Perhitungan pendapatan penjualan jenis meranti dan balau lebih jelasnya dapat

dilihat pada Lampiran 4.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Produktivitas tertinggi yang dihasilkan dalam kegiatan pemanenan hutan

terletak pada kelas diameter (81-100) cm dan >100 cm. Besarnya diameter

mempengaruhi besaran dari volume kayu dan juga mempengaruhi besaran dari

produktivitas kerja. Perhitungan biaya total pemanenan menggunakan sistem upah

berdasarkan produktivitas kerja lebih efektif untuk diterapkan oleh perusahaan

dibandingkan menggunakan sistem upah borongan. Semakin tinggi kelas diameter

kayu maka harga jual kayu akan semakin tinggi pula, dimana untuk rata-rata harga

jual kayu tertinggi terletak pada kelas diameter >100 cm. Harga jual kayu jenis

-

10

20

30

40

50

60

70

40-60 61-80 81-100 >100

Har

ga

jual

(Rp

/m³)

x1

.00

0.0

00

Kelas diameter (cm)

Meranti

Balau

Page 25: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

15

balau lebih tinggi dibandingkan kayu jenis meranti, karena adanya perbedaan

kualitas dari kedua jenis kayu tersebut.

Saran

Pada saat pelaksanaan kegiatan pemanenan, mandor tebang harus

melakukan briefing terlebih dahulu dengan semua pekerja agar kegiatan berjalan

sesuai dengan rencana kerja. Perusahaan harus menggunakan sistem pemanenan

hutan ramah lingkungan (RIL) dalam pelaksanaan kegiatan pemanenan hutan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiaman A. 1996. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Teknik Pemanenan Kayu untuk

Program Pendidikan Pelaksana Pemanenan (SOI). Bogor (ID) : Fakultas

Kehutanan IPB.

__________. 2002. Waktu kerja dan produktivitas penebangan kayu penuh

(Whole Tree) pada pengusahaan hutan alam. Jurnal Teknologi Hasil Hutan

XV(2) : halaman 5.

Elias. 1987. Analisis Biaya Eksploitasi Hutan. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan

IPB.

[ILO]. International Labour Office. 1975. Penelitian Kerja dan Produktivitas.

Wetik JL, penerjemah Sadiman J, editor. Jakarta (ID) : Erlangga.

Terjemahan dari Introduction to work study.

Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA. 2005. Atlas Kayu Indonesia

Jilid I. Bogor (ID) : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.

Niebel BW, Freivalds A. 1999. Methods, Standar and Work Design. Singapore

(SG) : McGraw-Hill Book.

Nilasari S. 2016. Panduan Praktis Menyusun Sistem Penggajian dan Benefit.

Jakarta (ID) : Niaga Swadaya.

Nugroho B. 2002. Analisis Biaya Proyek Kehutanan. Bogor (ID) : Yayasan

Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.

[PT Dasa Intiga]. 2012. Dokumen Rencana Kerja Umum (RKU) Periode 2012 s/d

2021. BC Hyang Sakti (ID) : PT Dasa Intiga.

Rakhman A. 2004. Studi analisis biaya penyaradan dengan forwarder di HPHTI

PT Musi Persada [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Kehutanan . Jakarta (ID) : Sekretariat

Negara.

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor : P.68/Menhut-II/2014 tentang Penetapan Harga Patokan Hasil

Hutan untuk Penghitungan Provisi Sumberdaya Hutan, Ganti Rugi Tegakan

dan Penggantian Nilai Tegakan. Jakarta (ID) : Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor : P.65/Menhut-II/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Page 26: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

16

Kehutanan Nomor : P.11/Menhut-II/2009 tentang Sistem Silvikultur dalam

Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi.

Jakarta (ID) : Sekretariat Negara.

Ruky AS. 2006. Manajemen Penggajian & Pengupahan untuk Karyawan

Perusahaan. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama.

Siregar LNS. 2014. Analisis biaya pemanenan kayu di salah satu IUPHHK-HA di

Papua Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sumarsono S. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan

Ketenagakerjaan. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu.

Wiradinata S. 1981. Pengantar Analisis Biaya Pembalakan. Bogor (ID) : Fakultas

Kehutanan IPB.

__________. 1989. Manual Perhitungan Biaya Pemblakan. Bogor (ID) : Fakultas

Kehutanan IPB.

Page 27: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata produktivitas penebangan, penyaradan dan kupas kulit

Kelas

diameter

(cm)

Diameter

(cm)

Volume

(m3)

Penebangan Penyaradan Kupas kulit

Waktu

kerja (jam)

Produktivitas

(m³/jam)

Rata-rata

produktivitas

(m³/jam)

Waktu

kerja (jam)

Produktivitas

(m³/jam)

Rata-rata

produktivitas

(m³/jam)

Waktu

kerja

(jam)

Produktivitas

(m³/jam)

Rata-rata

produktivitas

(m³/jam)

55.75 5.12 0.24 21.47 0.18 28.6 0.21 24.11

56.25 4.84 0.25 19.28

0.21 23.16

0.24 19.9

57 5.1 0.15 33.74

0.25 20.78

0.24 21.06

40-60 58.25 5.06 0.15 33.74

24.15 0.27 18.49

25.17 0.33 15.56

18.88

58.5 5.1 0.15 34.41 0.17 30.78 0.22 23.7

59 3.28 0.22 15

0.15 21.43

0.27 12.31

59.5 4.86 0.17 28.89

0.21 22.85

0.32 15.29

60.25 4.42 0.66 6.67 0.13 35.24 0.23 19.11

61.75 5.99 0.2 30.23 0.21 28.74 0.36 16.86

62.25 5.48 0.17 31.65

0.16 33.25

0.27 20.06

62.75 6.8 0.18 38.31

0.21 32.13

0.2 33.78

63 4.67 0.23 20.73

0.25 18.76

0.38 12.42

65.5 7.75 0.23 33.39

0.56 13.89

0.28 27.75

65.5 9.77 0.19 51.86

0.24 40.28

0.28 35.34

67.25 5.68 0.21 27.11

0.21 27.27

0.18 31.33

61-80 70 6.54 0.92 7.08 34.96 0.08 77.23 45.54 0.26 24.72 26.63

73 8.99 0.41 21.87

0.13 69.36

0.29 30.75

74 9.89 0.21 46.45

0.26 37.86

0.3 33.51

74.5 6.54 0.27 24.16

0.13 48.59

0.29 22.54

Page 28: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

18

Lanjutan lampiran 1

Kelas

diameter

(cm)

Diameter

(cm)

Volume

(m3)

Penebangan Penyaradan Kupas kulit

Waktu

kerja (jam)

Produktivitas

(m³/jam)

Rata-rata

produktivitas

(m³/jam)

Waktu

kerja (jam)

Produktivitas

(m³/jam)

Rata-rata

produktivitas

(m³/jam)

Waktu

kerja

(jam)

Produktivitas

(m³/jam)

Rata-rata

produktivitas

(m³/jam)

75 9.71 0.19 50.6

0.16 59.6

0.33 29.78

78.5 9.67 0.2 47.66

0.11 90.98

0.32 30.6

78.5 7.74 0.19 40.38

0.47 16.6

0.32 24.31

79.5 10.67 0.2 52.89 0.12 88.52 0.42 25.7

81.5 14.6 1.07 13.65 0.26 55.34 0.37 39.96

82 11.08 0.27 40.85 0.75 14.71 0.44 25.13

82.75 12.9 0.26 48.99 0.21 61.43 0.43 30

85.75 7.79 0.23 33.68 0.36 21.92 0.31 25.04

81-100 90.25 17.9 0.28 63.26 48.32

0.26 68.95 53.82

0.6 29.86 31.61

92.25 10.35 0.25 42.18 0.24 43.29 0.42 24.59

92.25 17.7 0.27 66.1 0.24 74.02 0.5 35.55

93.25 17.41 0.27 64.79 0.26 68.04 0.52 33.23

97.5 16.42 0.36 45.33 0.29 56.13 0.51 32.03

100 21.98 0.34 64.39 0.3 74.38 0.54 40.68

101 28.03 0.38 74.41 0.27 102.66 0.56 50.02

102.3 13.95 1.33 10.49 0.23 59.67

0.5 28.14

>100 108 20.14 0.36 56.03 34.79 0.23 88.09 82.76 0.51 39.46 39.6

117.5 27.09 1.35 20.1 0.31 86.94

0.54 50.61

133.5 16.79 1.3 12.92 0.22 76.43 0.56 29.78

Page 29: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

19

Lampiran 2 Rata-rata biaya total penebangan, penyaradan dan kupas kulit

Kelas

diameter

(cm)

B. Tetap

(Rp/jam)

B. Variabel

(Rp/jam)

B. Mesin

(Rp/jam)

B. Usaha (Rp/jam) B. Total Penebangan (Rp/m³)

Borongan UMR

Tenaga

terampil Borongan UMR

Tenaga

terampil

40-60 1,463.21 10,671.74 12,134.95 44,078.24 22,422.74 31,860.97 2,413.64 1,227.83 1,744.65

61-80 1,463.21 10,671.74 12,134.95 44,078.24 22,422.74 31,860.97 1,643.70 836.16 1,188.11

81-100 1,463.21 10,671.74 12,134.95 44,078.24 22,422.74 31,860.97 1,126.21 572.91 814.06

>100 1,463.21 10,671.74 12,134.95 44,078.24 22,422.74 31,860.97 2,236.88 1,137.91 1,616.88

Kelas

diameter

(cm)

B. Tetap

(Rp/jam)

B. Variabel

(Rp/jam)

B. Mesin

(Rp/jam)

B. Usaha (Rp/jam) B. Total Penyaradan (Rp/m³)

Borongan UMR Tenaga

terampil Borongan UMR

Tenaga

terampil

40-60 3,010,033.44 901,518.82 3,911,552.26 3,950,874.46 3,921,840.05 3,931,278.28 163,786.28 162,582.64 162,973.91

61-80 3,010,033.44 901,518.82 3,911,552.26 3,950,874.46 3,921,840.05 3,931,278.28 120,236.44 119,352.84 119,640.07

81-100 3,010,033.44 901,518.82 3,911,552.26 3,950,874.46 3,921,840.05 3,931,278.28 96,809.60 96,098.16 96,329.43

>100 3,010,033.44 901,518.82 3,911,552.26 3,950,874.46 3,921,840.05 3,931,278.28 49,337.67 48,975.10 49,092.96

Kelas

diameter

(cm)

B. Tetap

(Rp/jam)

B. Variabel

(Rp/jam)

B. Mesin

(Rp/jam)

B. Usaha (Rp/jam) B. Total Kupas kulit (Rp/m³)

Borongan UMR Tenaga

terampil Borongan UMR

Tenaga

terampil

40-60 15.33 50 65.33 21,460.96 10,353.12 19,791.35 1,192.71 575.38 1,099.92

61-80 15.33 50 65.33 21,460.96 10,353.12 19,791.35 871.29 420.32 803.51

81-100 15.33 50 65.33 21,460.96 10,353.12 19,791.35 700.21 337.79 645.74

>100 15.33 50 65.33 21,460.96 10,353.12 19,791.35 576.04 277.89 531.22

Page 30: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

20

Lampiran 3 Rata-rata biaya total muat, bongkar dan angkut

Kegiatan B. Tetap

(Rp/jam)

B. Variabel

(Rp/jam)

B. Mesin

(Rp/jam)

B. Usaha (Rp/jam) B. kegiatan (Rp/m³)

Borongan UMR Tenaga

terampil Borongan UMR

Tenaga

terampil

Muat 585,284.28 546,173.19 1,131,457.47 1,139,308.30 1,139,308.30 1,139,308.30 11,225.42 11,225.42 11,225.42

Bongkar 585,284.28 474,713.30 1,059,997.58 1,066,119.41 1,066,119.41 1,066,119.41 11,774.88 11,774.88 11,774.88

Angkut 151,895.21 429,550.85 595,749.42 595,749.42 595,749.42 595,749.42 87,156.86 87,156.86 87,156.86

Page 31: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

21

Lampiran 4 Pendapatan penjualan jenis meranti dan balau

No. Jenis Kelas diameter

(cm) Diameter (cm)

Volume

(m3) Harga jual (Rp/m3)

Harga jual

(Rp)

1 Meranti 55.75 5.12 1,400,000.00 7,173,097.44

2 Meranti

56.25 4.84 1,400,000.00 6,780,744.14

3 Meranti

57 5.1 1,400,000.00 7,141,302.00

4 Meranti 40-60

58.25 5.06 1,400,000.00 7,085,053.81

5 Meranti 58.5 5.1 1,400,000.00 7,146,000.23

6 Meranti

59 3.28 1,400,000.00 4,590,742.80

7 Meranti

59.5 4.86 1,400,000.00 6,808,785.81

8 Balau 60.25 4.42 2,800,000.00 12,367,259.93

9 Meranti 61.75 5.99 1,400,000.00 8,381,111.38

10 Meranti

62.25 5.48 1,400,000.00 7,665,648.64

11 Meranti

62.75 6.8 1,400,000.00 9,520,238.61

12 Meranti

63 4.67 1,400,000.00 6,542,896.50

13 Meranti

65.5 7.75 1,400,000.00 10,844,464.93

14 Meranti

65.5 9.77 1,400,000.00 13,673,455.78

15 Meranti

67.25 5.68 1,400,000.00 7,952,473.90

16 Balau 61-80 70 6.54 2,800,000.00 18,309,340.00

17 Meranti

73 8.99 1,400,000.00 12,591,627.65

18 Meranti

74 9.89 1,400,000.00 13,841,685.20

19 Meranti

74.5 6.54 1,400,000.00 9,149,587.13

20 Meranti

75 9.71 1,400,000.00 13,600,125.00

21 Meranti

78.5 9.67 1,400,000.00 13,544,625.50

22 Meranti

78.5 7.74 1,400,000.00 10,835,700.40

23 Meranti 79.5 10.67 1,400,000.00 14,933,802.71

24 Balau 81.5 14.6 2,800,000.00 40,879,063.40

25 Meranti

82 11.08 1,400,000.00 15,518,319.60

26 Meranti

82.75 12.9 1,400,000.00 18,061,130.85

27 Meranti

85.75 7.79 1,400,000.00 10,909,371.18

28 Meranti 81-100 90.25 17.9 1,400,000.00 25,063,986.33

29 Meranti

92.25 10.35 1,400,000.00 14,496,465.97

30 Meranti

92.25 17.7 1,400,000.00 24,784,280.52

31 Meranti

93.25 17.41 1,400,000.00 24,368,879.13

32 Meranti

97.5 16.42 1,400,000.00 22,984,211.25

33 Meranti 100 21.98 1,400,000.00 30,772,000.00

34 Meranti 101 28.03 1,400,000.00 39,238,146.50

35 Balau

102.3 13.95 2,800,000.00 39,066,386.54

36 Meranti >100 108 20.14 1,400,000.00 28,201,219.20

37 Balau

117.5 27.09 2,800,000.00 75,865,343.75

38 Meranti 133.5 16.79 1,400,000.00 23,503,983.30

Page 32: ANALISIS PRODUKTIVITAS PEMANENAN KAYU … · produktivitas kerja dalam kegiatan pemanenan hutan dan memberi informasi terkait harga jual kayu berdasarkan jenisnya. METODE . Waktu

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Petung, Kecamatan Curahdami, Kabupaten

Bondowoso, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 07 Agustus 1993 dari Ayah Horsis

dan Ibu Anik Ning Rahayu. Penulis anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan

dasar ditempuh di SDN 04 Bondowoso dan lulus tahun 2006 kemudian

melanjutkan pendidikan menengah pertama ke SMPN 2 Bondowoso dan lulus

tahun 2009. Tahun 2012 penulis lulus SMA 1 Tenggarang, Bondowoso dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)

melalui jalur SNMPTN undangan dan diterima di Departemen Manajemen Hutan,

Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif di organisasi

mahasiswa daerah Ikatan Putra Putri Bondowoso (IKAPINDO), organisasi

Himpunan Profesi Forest Management Students club (FMSC) sebagai anggota

Kelompok Studi Sosial Kebijakan dan Divisi Keprofesian 2013-2014. Penulis

juga pernah mengikuti kepanitiaan Temu Manajer (TM) departemen Manajemen

Hutan tahun 2014. Kepanitiaan dalam acara Aksi Lingkungan (AKLING) tahun

2014 serta kepanitian lain dalam berbagai acara Fakultas Kehutanan dan IPB.

Penulis juga melakukan beberapa kegiatan praktek lapang yaitu Praktek

Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di jalur Gunung Syawal-Pangandaran tahun

2014. Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di hutan Pendidikan Gunung Walat Jawa

Barat dan KPH Cianjur pada tahun 2015, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di

IUPHHK HA PT Dasa Intiga Provinsi Kalimantan Tengah pada bulan Februari

sampai April tahun 2016, dan pada bulan Maret sampai April penulis juga

melakukan penelitian di IUPHHK HA PT Dasa Intiga Provinsi Kalimantan

Tengah, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Program Studi Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB dengan judul “Analisis

Produktivitas Pemanenan Kayu Berdasarkan Perbandingan Ukuran Pohon di PT

Dasa Intiga Kalimantan Tengah” di bawah bimbingan Dr Ir Bahruni, MS.