ANALISIS PRODUKSI TALKSHOW HITAM PUTIH EPISODE...
-
Upload
duongkhuong -
Category
Documents
-
view
245 -
download
3
Embed Size (px)
Transcript of ANALISIS PRODUKSI TALKSHOW HITAM PUTIH EPISODE...

ANALISIS PRODUKSI TALKSHOW HITAM PUTIH
EPISODE SYEKH ALI JABERDI TRANS7
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Ismi Khumairoh Iskandar
NIM: 1112051000012
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M



i

ii
ABSTRAK
Analisis Produksi Talkshow Hitam Putih Episode Syekh Ali Jaber di Trans7.
Oleh: Ismi Khumairoh Iskandar
Dakwah melalui televisi mempunyai pengaruh yang efektif. Agama dan
media menyentuh manusia sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. Di satu
sisi bahwa dakwah merupakan kewajiban dari setiap muslim. Di sisi lain, terjadinya
konstruksi sosial oleh media massa atas realitas sosial menjadikan hal yang tabu bagi
kita. Talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber menjadi menarik karena adanya
nilai dakwah Islam yang dikonstruksikan.
Berdasarkan konteks diatas, maka tujuan tulisan ini adalah untuk menjawab
pertanyaan mayor dan minor. Adapun mayornya adalah bagaimana proses konstruksi
sosial atas realitas sosial pada produksi talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali
Jaber? Kemudian, minornya adalah siapa dalang dari konstruksi tersebut? Mengapa
nilai dakwah Islam yang dikonstruksikan? Apa tujuan dikonstruksinya nilai dakwah
Islam pada talkshow Hitam Putih?
Ada 6 tahap dalam proses konstruksi sosial atas realitas sosial pada produksi
talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber. Pertama, tahap penerapan unsur-unsur
komunikasi dakwah. Ke-dua, tahap pembingkaian prolog. Ke-tiga, tahap
pengungkapan diri. Ke-empat, tahap pembentukan realitas subjektif. Ke-lima, tahap
pengemasan realitas simbolik. Ke-enam tahap penetapan realitas objektif.
Teori yang digunakan adalah konstruksi sosial media massa atas realitas
sosial. Ada tiga proses terciptanya konstruksi yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan
internalisasi. Eksternalisasi merupakan proses penyesuaian diri dengan dunia
sosiokultural. Objektivasi ialah tahap interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang
dilembagakan. Internalisasi ialah proses individu mengidentifikasikan dirinya dengan
lembaga-lembaga sosialnya. (Burhan Bungin, 2008: 15)
Setiap realitas sosial dibentuk dan dikonstruksi oleh manusia. Proses simultan
yang digambarkan di atas tidak bekerja secara tiba-tiba. Terbentuknya proses tersebut
melalui beberapa tahap penting. Tahap menyiapkan materi konstruksi, tahap sebaran
konstruksi, tahap pembentukan konstruksi media massa, dan tahap konfirmasi.
Tahapan tersebut terjadi pada praproduksi, produksi, pasca produksi, dan evaluasi
sebuah program televisi. (Andi Fachruddin, 2012: 10-17)
Terdapat konstruksi nilai dakwah Islam atas realitas sosial di episode ini.
Produser dan tim kreatif yang menjadi dalangnya. Nilai dakwah Islam dikonstruksi
agar tercapainya tujuan sesuai visi dan misi Trans7 yaitu menyajikan program yang
berkualitas. Tujuannya untuk menciptakan rating dan share yang tinggi agar dapat
merauk keuntungan sebesar-besarnya dari pengiklan.
Dengan demikian, talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber dikonstruksi
oleh produser dan tim kreatif. Konten dakwah Islam dijadikan materi konstruksi.
Tujuannya untuk menciptakan rating dan share yang tinggi. Selain itu, juga untuk
mencerdaskan, menghibur dan menjadikan bangsa yang membumi. Menyajikan
konten dakwah Islam telah menjadi salah satu strategi media.
Kata kunci: Konstruksi, Produksi,Talkshow Hitam Putih, Syekh Ali Jaber

iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah menganugerahkan nikmat yang tidak terhingga kepada segenap hamba-
Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya
hingga akhir zaman. Berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT, akhirnya peneliti
dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Analisis Produksi Talkshow
Hitam Putih Episode Syeikh Ali Jaber di Trans7”. Betapa pun hambatan dan
kesulitan seakan terasa ringan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Masran, M.Ag sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
beserta Fita Fathurokhmah, M. Si sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Dr. H. Sunandar, MA sebagai Dosen Pembimbing skripsi peneliti yang telah
memberikan arahan dan masukan dalam penelitian ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti.
5. Seluruh Karyawan Perpustakaan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Tansah Ginanjar sebagai Associate Produser Hitam Putih Trans7, Ardiha
Nakamura sebagai tim kreatif Hitam Putih Trans7, Trimbil sebagai
cameramen Trans7, Alwi Smith sebagai sekertaris Yayasan Syekh Ali Jaber,
serta Bayu Yulianto dan Yogi madsoni sebagai narasumber talkshow Hitam
Putih episode Syekh Ali Jaber yang telah memberikan ilmu, waktu, informasi,
data dan keakraban selama meneliti.

iv
7. Kedua orangtuaku tercinta, Drs. Iskandar, Dipl.Telf dan Hanifah yang telah
banyak berjasa dan berkorban untuk peneliti.
8. Kakakku tersayang, Zahrotul Addawiyah Iskandar, S. Sos., Isnaini Alawiyah
Iskandar, S.S, Alfiansyah Achmad, S. Sos., dan Abdul Kohar, S. Kom, M. Si
yang telah memeberi arahan dan semangat peneliti dikala jenuh dengan
skripsi.
9. Sahabat yang telah menemani dan banyak memberikan motivasi kepada
peneliti serta dapat menghibur dikala kesedihan datang: Megawati Suganda,
Ajeng Eka, Sitty Annisa, Mia Kartika dan Yona Pratama.
10. Seluruh teman-teman KPI A angkatan 2012 yang telah memberikan warna
hidup semasa kuliah. Perjalanan indah bersama kalian tak akan terlupakan.
11. Keluarga KKN Medium 2015 yang telah mengajarkan arti hidup dan
kekeluargaan.
12. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penelitian ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu. Namun, tidak mengurangi sedikitpun
rasa terima kasih peneliti kepada kalian. Semoga Allah SWT melipatgandakan
pahala atas semua kebaikan kalian. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan penelitian selanjutnya. Aamiin..
Peneliti, April 2017

v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah.................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6
1. Manfaat Akademis............................................................................6
2. Manfaat Praktis.................................................................................7
E. Tinjauan Pustaka.....................................................................................7
F. Kerangka Konsep....................................................................................10
G. Metodelogi Penelitian.............................................................................12
1. Pendekatan dan Paradigma...............................................................12
2. Subjek dan Objek Penelitian.............................................................14
3. Tahapan Penelitian............................................................................14
a. Pengumpulan Data......................................................................14

vi
b. Pengolahan Data.........................................................................16
c. Analisis Data...............................................................................16
H. Sistematika Penulisan..............................................................................16
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Konstruksi Sosial Media Massa atas Realitas Sosial.....................................18
1. Tahap Konstruksi Sosial Media Massa......................................................23
2. Realitas Media...........................................................................................26
B. Analisis Produksi...........................................................................................30
1. Pra Produksi.............................................................................................32
2. Produksi...................................................................................................33
3. Pasca Produksi.........................................................................................33
4. Transmisi ................................................................................................34
5. Evaluasi...................................................................................................35
BAB III. GAMBARAN UMUM TRANS7 DAN HITAM PUTIH
A. Profil Trans7.............................................................................................37
1. Sejarah dan Perkembangan Trans7.....................................................37
2. Logo Trans7........................................................................................37
3. Visi, Misi, dan Tujuan Trans7...........................................................38
4. Program-program Trans7....................................................................39
5. Struktur organisasi Trans7..................................................................40
B. Hitam Putih Episode Syeikh Ali Jaber.....................................................41
1. Latar Belakang Hitam Putih...............................................................41

vii
2. Identitas dan Karakter Talkshow Hitam Putih...................................42
3. Struktur Organisasi Hitam Putih........................................................44
4. Profil Narasumber..............................................................................46
5. Konten yang Dibahas.........................................................................49
6. Tujuan Ditayangkannya Episode Syekh Ali Jaber.............................51
BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Eksternalisasi (Pra Produksi).....................................................................55
1. Tahap Penerapan Unsur-unsur Komunikasi Dakwah..........................57
2. Tahap Pembingkaian Prolog................................................................59
B. Objektifasi (Produksi & Pasca Produksi)..................................................62
1. Tahap Pengungkapan Diri...................................................................65
2. Tahap Pembentukkan Realitas Subjektif............................................66
3. Tahap Pengemasan Realitas Simbolik................................................69
C. Internalisasi (Transmisi & Evaluasi).........................................................71
Tahap Penetapan Realitas Objektif...........................................................73
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................78
B. Saran.........................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................82
LAMPIRAN.............................................................................................................85

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Konsep....................................................................................10
Gambar 2.1 Proses Konstruksi Sosial Media Massa...................................................20
Gambar 2.2 Visualisasi Produksi Televisi Studio.......................................................31
Gambar 3.1 Logo Trans7.............................................................................................38
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Trans7......................................................................40
Gambar 3.3 Signature Opening Hitam Putih..............................................................43
Gambar 3.4 Narasumber Episode Syekh Ali Jaber.....................................................47
Gambar 3.5 Al-Qur’an Brialle Manual.......................................................................50
Gambar 3.6 Al-Qur’an Brialle Digital........................................................................50
Gambar 4.1 Citra Perempuan Chicka Jesica...............................................................54
Gambar 4.2 Citra Maskulin Syekh Ali Jaber..............................................................55
Gambar 4.3 Citra Kemewahan dan Eksklusif Set Studio...........................................55
Gambar 4.4 Citra Persahabatan Chicka Jesica & Deddy Corbuzier...........................57

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Penghargaan Hitam Putih.................................................................2
Tabel 3.1 Tim Produksi Hitam Putih Episode Syekh Ali Jaber..................................45
Tabel 3.2 Format Talkshow Hitam Putih Trans7........................................................52
Tabel 4.1 Rundown Hitam Putih Episode Syekh Ali Jaber........................................64

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah melalui media televisi mempunyai pengaruh yang efektif sebagai
penyebar pesan-pesan kepada khalayak ramai karena pesan yang disampaikan
dalam bentuk audio (suara) dan visual (gambar) terlebih televisi merupakan media
yang sangat dekat dengan masyarakat.1 Agama dan media menjadi saling
terhubungkan ketika berupaya menyentuh manusia sebagai individu maupun
sebagai bagian dari masyarakat.2 Melalui televisi sirkulasi informasi menjadi
cepat dan luas sehingga dalam mengkonstruksi pesan dakwah berlangsung dengan
sangat cepat dan sebaranya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga
membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung
sinis.3
Hitam Putih adalah sebuah acara gelar wicara yang ditayangkan Trans7.
Acara ini dibawakan oleh mentalist Indonesia, Deddy Corbuzier. Setiap acaranya
menyampaikan tema-tema inspiratif yang dibawakan secara santai dan juga
dibumbui oleh permainan Mind games ala Dedy Corbuzier untuk mengorek
rahasia sang bintang tamu. Trans7 menayangkan talkshow ini sesuai dengan
misinya yaitu menjadi wadah ide dan aspirasi guna mengedukasi dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Trans7 berkomitmen untuk menjaga
keutuhan bangsa serta nilai-nilai demokrasi dengan memperbaharui kualitas
tayangan bermoral yang dapat diterima masyarakat dan mitra kerja. Trans7 juga
berkomitmen selalu memberikan yang terbaik bagi stakeholders dengan
1 Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008) hlm.143
2 Deddy Mulyana, solatun dkk. Metode Penelitian Komunikasi Contoh-contoh Penelitian
Kualitatif dengan Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), cet-2, hlm. 342 3 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat Edisi Pertama, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006) hlm. 207

2
menayangkan program berkualitas dan mempertahankan moral serta budaya kerja
yang dapat diterima stakeholders.4
Hitam putih ditayangkan di trans 7 setiap hari senin-jum’at jam 18:30
WIB. Tayangan ini mendapatkan respon positif dari masyarakat karna
tayangangnya yang mendidik, menghibur, menarik dan sangat menginspirasi.
Bintang tamu yang diundang biasanya dari kalangan artis, tokoh, maupun
masyarakat yang menginspirasi. Berbeda dengan talkshow lainnya hitam putih
menyajikan pesan-pesan dakwah yang dikemas sangat menarik dengan back
sound piano dan efek suara dari beatbox yang membuat kesan modern, selain itu
setahun belakangan ini dalam episodenya selalu dihadirkan tokoh agama yaitu
ustad wijayanto dengan gaya dakwahnya yang sering kali mengundang tawa.
Program ini terbukti kualitasnya dari berbagai penghargaan yang telah diraih
diantaranya dapat dilihat di tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Daftar Penghargaan Hitam Putih
Tahun Award Kategori Hasil
2011 Panasonic Gobel Awards Program Talkshow Hiburan Nominasi
2012 Panasonic Gobel Awards Program Talkshow Hiburan Nominasi
2013 Panasonic Gobel Awards Program Talkshow Hiburan Nominasi
2014 Panasonic Gobel Awards Program Talkshow Hiburan Nominasi
Indonesian Choice Awards TV Program Of The Year Menang
2015 Panasonic Gobel Awards Program Talkshow Hiburan Menang
Indonesian Choice Awards TV Program Of The Year Nominasi
2016 Indonesian Choice Awards TV Program Of The Year Nominasi
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Hitam_Putih_%28acara_TV%29 diakses
pada hari jumat, 30 september 2016 jam 13:22
4 http://www.trans7.co.id/ diakses pada hari senin, 18 juli 2016 jam 17.35

3
Kali ini peneliti akan meneliti episode “Syeikh Ali Jaber” yang tayang
pada jumat, 29 Juli 2016. Berbeda pada episode biasanya di luar bulan Ramadhan
hanya mengundang artis-artis sensasional atau mengangkat topik yang sedang
hangat saja episode ini mengangkat dakwah Islam dengan menceritakan Seikh Ali
Jaber mulai dari latar belakangnya sebagai imam madinah yang hijrah ke
Indonesia karena jatuh cinta dengan nuansa ramadhan di Indonesia sampai
kehidupan pribadinya yang hoby jalan-jalan dan berbagi pengalaman mengenai
cara mendidik anak. Menariknya pada episode ini Syeikh Ali Jaber
mensosialisasikan teknologi baru dalam dakwah Islam yaitu al-qur’an digital
untuk tuna netra atau biasa disebut “Braille” yang merupakan inovasi baru yang
berfokus pada system suara yang dilengkapi dengan headset dan pena baca. Al-
Qur’an Braille pertama yang masuk ke Indonesia adalah terbitan Yordania tahun
1952 yang berisi awal surat Al-Ankabut sampai dengn akhir surat Az-Zumar pada
jilid 6 oleh Prof. Dr. Mahmud Syaltut.5 Ukuranya masih besar, cara membacanya
masih manual dan sulit dibawa kemana-mana. Disegmen terakhir dihadirkan ustad
Wijayanto yang ceramah mengenai komunikasi antar budaya di Arab dan di
Indonesia.
Pentingnya episode ini karena program hitam putih yang notabenenya
bukanlah talkshow religi tetapi menjadikan Syeikh Ali Jaber sebagai bintang
utama pada talkshow tersebut ditambah dengan dakwah ustad Wijayanto yang ada
hampir disetiap episode hitam putih. Pada episode ini juga memperlihatkan Chika
Jesika (co-host) memakai jilbab yang menunjukan identitas seorang muslimah.
Dengan adanya episode ini penonton juga mendapatkan informasi mengenai al-
Quran Braille digital sehingga dapat membantu dari segi pengetahuan ataupun
edukasi kepada tuna netra agar dapat mempermudah dalam menghafal dan
membacanya dengan mudah. Di episode ini al-quran Braille digital juga di
pelajari dan dicoba oleh host Deddy Corbuzier yang beragama Kristen
5 http://Majelis-quran.com>sejarah-perkembangan-al-quran-braille-di-
indonesia/?fdx_swicher=true diakses pada jumat, 30 september 2016 jam 19:08

4
menunjukkan toleransi beragama dan berati al-Quran Braille digital ini tidak
hanya diperuntukkan tuna netra muslim tapi bisa untuk orang yang ingin
mempelajarinya dari agama apapun itu. Selain itu di segmen terakhir ustad
Wijayanto memulai dakwahnya tentang komunikasi antar budaya di Arab dan di
Indonesia sehingga penonton menafsirkan dengan realitas di lingkungannya.
Kemudian individu membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihatnya
berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya.6
Proses simultan tidak bekerja secara tiba-tiba tetapi melalui beberapa tahap
penting.7 Yaitu bagaimana tim produksi hitam putih mengkonstruksi fikiran
masyarakat dalam merencanakan pra produksi (Eksternalisasi) dalam tahap
penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah dalam penentuan narasumber hingga
wardrobe dll. Selain itu pada tahap pembingkaian prolog dari masing-masing
narasumber pada episode ini apakah terdapat script tertentu untuk narasumber
agar unsur-unsur komunikasi dakwah tersampaikan dengan rapih sesuai rencana
atau tidak. Kemudian, pada kegiatan produksi, pasca produksi, dan transmisi
(objektivasi) dalam tahap pengungkapan diri apa yang dilakukan agar semua
yang dipandang penting oleh tim Hitam Putih menjadi penting pula bagi penonton
kemudian, pembentukan realitas subjektif yaitu apa saja yang ingin ditonjolkan
dalam episode ini. Bagaimana pengemasan realitas simbolik dan ekspresi
simbolik yang dilakukan oleh tim produksi dan narasumber dalam mengatur ke-4
segmen tersebut agar dapat dihayati sebagai realitas objektif hingga pada tahap
evaluasi (Internalisasi) ditahap penetapan realitas objektif yaitu cara agar pesan
dakwah dari acara Hitam Putih ini dapat menjadi kompleksitas ideologi dan
keyakinan serta rutinitas tindakan dan tingkah laku yang mapan terpola,
kesemuanya dihayati oleh individu secara umum sebagai fakta dan tidak lupa
evaluasi.
6 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat Edisi Pertama, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006) hlm. 194 7 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat Edisi Pertama, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006) hlm. 207

5
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis produksi untuk
mengetahui tahapan proses konstruksi sosial atas realitas sosial pada talkshow
Hitam Putih di Trans7 sesuai teori konstruksi sosial media massa atas realitas
sosial dari Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Dari alasan yang telah
dipaparkan sebelumnya maka peneliti tertarik untuk meneliti “Analisis Produksi
Talkshow Hitam Putih Episode Syekh Ali Jaber di Trans7”
B. Fokus Penelitian dan Perumusan Masalah
1. Fokus Penelitian
Agar lebih terarah antara masalah yang dikemukakan dengan
pembahasannya, maka perlu diberikan pembatasan masalah yang akan diteliti
guna menghindari perluasan pembahasan. Penelitian ini tidak fokus pada
pesan, penonton, efek dan hasil konstruksi tayangan talkshow Hitam Putih.
Penelitian ini fokus kepada proses konstruksi tim produksi trans7 yang
berperan sebagai dalang dari konstruksi sosial yang dibingkai dalam tayangan
talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber sebagai saluran dakwah yang
mengemas realitas simbolik pada siaran langsung.
2. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana proses pra produksi pada talkshow Hitam Putih di trans7
pada tahap eksternalisasi?
b. Bagaimana proses kegiatan produksi, pasca produksi dan transmisi
pada talkshow Hitam Putih di trans7 pada tahap objektivasi?
c. Bagaimana proses evaluasi pada talkshow Hitam Putih di trans7 pada
tahap internalisasi?

6
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan pertanyaan penelitian diatas, secara khusus
penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui, memahami dan membuktikan adanya unsur-unsur
komunikasi dakwah pada talkshow Hitam Putih di trans7.
2. Untuk memahami dan mengungkapkan naskah dan prolog dalam
membingkai talkshow Hitam Putih di trans7.
3. Untuk mengetahui dan memahami talkshow Hitam Putih di trans7 dalam
membentuk realitas subjektif, mengemas realitas simbolik, dan menetapkan
realitas objektifnya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara akademis maupun praktis:
1. Manfaat Akademis
a. Memperkaya kajian ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, terutama
dakwah melalui televisi secara holistik.
b. Mendukung paradigma devinisi sosial yang mengkaji penonton sebagai
individu yang aktif dan komunitas penonton yang aktif bersama tim
produksi yang kreatif dalam mengkonstruksi realitas kedalam tiga
proses dialektika.
c. Menerapkan paradigma konstruktivisme dalam menjembatani berbagai
paradigma; rancangan penelitian deskriptif kualitatif ini mengikuti
prosedur mix-method dengan memfokuskan pada proses konstruksi
media massa dalam membangun masyarakat yang cerdas, kreatif dan
inovatif.

7
2. Manfaat Praktis
a. Pengamat, praktisi televisi bisa memahami proses konstruksi televisi
atas realitas pada talkshow Hitam Putih di trans7.
b. Produser konten dan tim produksi menetepkan kriteria host, co host dan
narasumber, kriteria naskah, pilihan format, segmentasi, kriteria efek
talkshow sebagai karakter dan identitas stasiun TV.
c. Pihak penonton mendapatkan pencerahan sehingga penonton pasif
menjadi aktif. Penonton aktif mampu membangun pencitraan dirinya
melalui televisi.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, penulis meninjau beberapa tulisan, buku hasil
penelitian terdahulu, ada beberapa contoh judul yang menjadi inspirasi untuk
penulis. Beberapa skripsi yang menginspirasi penulis untuk memfokuskan
penelitian pada “Analisis Produksi Talkshow Hitam Putih Episode Syeikh Ali
Jaber di Trans7” diantaranya adalah:
1. Fortuna Rinaldi, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma
Palembang dengan judul skripsi Pengaruh Tayangan Talkshow “Hitam
Putih” di Trans7 terhadap Sikap Masyarakat Kelurahan Tanjung Raja
Barat, menyimpulkan bahwa tayangan talkshow Hitam Putih di Trans7
tidak memengaruhi sikap masyarakat Tanjung Raja Barat dan hubungan
korelasi antara kedua variable tersebut sangat kuat.8 Kesamaan dengan
penelitian ini adalah subjek penelitian yaitu talkshow Hitam Putih.
Namun, terdapat perbedaan dalam penelitian ini yaitu teori, metodelogi,
objek penelitian dan masalah penelitian.
8 Fortuna Rinaldi, Pengaruh Tayangan Talkshow “Hitam Putih” di Trans7 terhadap Sikap
Masyarakat Kelurahan Tanjung Raja Barat, Universitas Bina Darma Palembang: Fakultas Ilmu Komunikasi, 2014

8
2. Suci Nurul Khairiyah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Analisis produksi
program sinetron tukang bubur naik haji the series: Episode 402 dan 403,
menyimpulkan bahwa sinetron Tukang Bubur Naik Haji the series
memiliki enam tahapan produksi yaitu dimulai dari tahapan pertama
merupakan penyiapan komponen komunikasi, tahapan kedua merupakan
proses pemilihan realitas sinetron, tahapan ketiga merupakan proses
membingkai realitas menjadi rencana naskah skenario yang akan
digunakan dalam produksi sinetron, tahapan keempat merupakan naskah
skenario yang telah jadi yang siap digunakan dalam produksi sinetron.
Tahapan kelima merupakan hasil dari produksi sinetron yang sudah tayang
di televisi, tahapan kenam merupakan tahap evaluasi dalam produksi
sinetron.9 Kesamaan dengan penelitian ini adalah teori konstruksi sosial
media massa atas realitas sosial, kemudian metodeloginya yaitu analisis
deskriptif. Namun, terdapat perbedaan dalam penelitian ini yaitu objek,
subjek penelitian dan masalah penelitian.
3. Qurnia Nirmala Sari, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Analisis produksi program
sinetron Islam KTP, menemukan bahwa sinetron kejar tayang yang
disiarkan setiap hari melalui stasiun televisi SCTV ini, terlebih dahulu
melewati proses yang merupakan hal yang pokok pada setiap program
siaran televisi, yakni perencanaan, produksi dan pasca produksi.
Pengembangan ide cerita mendapat perhatian khusus demi
keberlangsungan tayangan program tersebut. Selain itu berbagai faktor
penghambat juga sering kali ditemukan oleh orang-orang yang terlibat di
dalamnya.10 Kesamaan dengan penelitian ini adalah metodeloginya yaitu
9 Suci Nurul Khairiyah, Analisis produksi program sinetron tukang bubur naik haji the
series: Episode 402 dan 403, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2013
10 Qurnia Nirmala Sari, Analisis produksi program sinetron Islam KTP, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, 2010

9
analisis deskriptif. Namun, terdapat perbedaan dalam penelitian ini yaitu
landasan teori, objek, dan subjek penelitian.
Meskipun penulis melakukan tinjauan terhadap skripsi tersebut di atas,
penelitian yang dilakukan penulis tetaplah berbeda. Dalam hal ini penulis sama-
sama membahas proses produksi program media elektronik dengan objek
penelitian dan hasil penelitian yang berbeda pula. Maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti tentang “Analisis
Produksi Talkshow Hitam Putih Episode Syekh Ali Jaber di Trans7”.

10
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini peneliti gambarkan sesuai gambar 1.1 sebagai
berikut:
GAMBAR 1.1
Kerangka Konsep
Peter L. Berger dan Luckmann menjelaskan konstruksi sosial atas realitas,
terjadi secara simultan melalui tiga proses sosial yakni eksternalisasi, objektivasi,
dan internalisasi.11
Kemudian dijelaskan dan dijabarkan lagi secara mendetil
11 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat Edisi Pertama, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006) hlm. 206
Konstruksi Sosial Media Massa
Eksternalisasi
(praproduksi)
Objektivasi
(produksi, pasca
produksi &
Transmisi)
Internalisasi
(Evaluasi)
Media Massa Tim Produksi Proses Konstruksi Sosial Media Massa
Tahap penerapan unsur-unsur
komuniksi dakwah
Tahap pengungkapan diri
Tahap penetapan realitas
objektif
Konstruksi Sosial
Media Massa
Strategi Hitam Putih:
Citra Talkshow
Tema Episode
Strategi Trans7
Program yang
mengandung
konstruksi sosial
(kesadaran semu)
Tahap pembingkaian prolog
Tahap pembentukan realitas
subjektif
Tahap pengemasan realitas
simbolik

11
dalam ranah komunikasi dakwah dalam disertasi Armawati Arbi enam proses
konstruksi media masa diantaranya adalah:
a) Tahap penerapan unsur-unsur komuniksi dakwah adalah pada persiapan
praproduksi, seperti narasumber, setting, tim Hitam Putih, setra tema dan
rundown yang akan disajikan.
b) Tahap pembingkaian prolog/skrip kasus adalah proses dimana narasumber
menyiapkan prolog dan host menyiapkan skrip kasus yang biasanya sudah
disiapkan oleh tim kreatif.
c) Tahap pengungkapan diri adalah ketika host dan narasumber membingkai
fakta penonton berdasarkan pengungkapan diri yang dilakukan oleh
penonton tersebut.
d) Tahap pembentukan realitas subjektif adalah proses seleksi penonton yang
dilakukan oleh host dan bintang tamu agar apapun yang disajikan di Hitam
Putih dianggap benar oleh penonton.
e) Tahap pengemasan realitas simbolik adalah strategi yang dilakukan dalam
upaya menarik perhatian penonton.
f) Tahap penetapan realitas objektif adalah proses evaluasi yang dilakukan
trans7 untuk melihat hasil dari program agar dapat menjadikan Hitam
Putih sebagai pilihan konsumtif.
Pelaku konstruksi pada talkshow Hitam Putih episode Seikh Ali Jaber
adalah tim produksi Hitam putih sesuai visi misi trans7 yang akhirnya
terbentuklah strategi diantaranya pada tahap pra produksi meliputi persiapan pada
penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah dan pembingkaian prolog yang
termasuk pada konsep Eksternalisasi yaitu penyesuaian diri dengan dunia sosio-
kultural sebagai produk manusia “society is a human product”.12
12 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008) hlm.63

12
Tahap produksi, pasca produksi, dan transmisi meliputi tahap
pengungkapan diri, pembentukan realitas subjektif, dan pengemasan realitas
simbolik yang termasuk dalam konsep Objektivasi yaitu interaksi sosial dalam
dunia intersubjektif yang dilembagakan, “society is an objective reality”.13
Artinya, dalam tahap sebaran konstruksi dan pembentukan konstruksi realitas
terjadi pada tahap evaluasi yaitu tayangnya program tersebut di Trans7 sebagai
wacana dan nilai dari kehidupan nyata dan seakan-akan publik internal dan
eksternal program ini ikut serta dalam setiap kejadian yang ditayangkan.
Kemudian pada tahap evaluasi internalisasi ialah individu mengidentifikasi
diri ditengah lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial dimana individu
tersebut menjadi anggotanya. “man is a social product”14
dalam tahap konfirmasi
ini publik internal maupun eksternal dapat mempertahankan realitas subjektif atau
merubah realitas objektif dakwah Islam sebagai identitas Trans7.
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Paradigma
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan
data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti tidak
menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan
penafsiran terhadap hasil penelitian.15
Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian
kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif,
13 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008) hlm.63 14
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) hlm.63
15 Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta
press, 2006), hlm. 41.

13
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang diamati.16
Sementara metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis digunakan untuk menghimpun
data aktual. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan melukiskan
sebagaimana adanya.17
Sedangkan Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan metode
deskriptif sebagai metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa.
Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji atau
membuat prediksi.18
Alasan penulis menggunakan pendekatan dan metode kualitatif
deskriptif analisis untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan.
Ringkasnya, untuk mengetahui bagaimana talkshow Hitam Putih
mengkonstruksi nilai-nilai sosial yang ditayangkan di Trans7 dengan
menjelaskan atau memaparkan apapun yang terjadi pada tahapan-tahapan
konstruksi yang dilakukan apa adanya tanpa menutupi, mengurangi dan
menambahkan hal yang tidak terjadi agar terjaga keaslian data dari data primer
yang dikumpulkan, yakni wawancara peneliti dengan narasumber dan
observasi yang dilakukan selama priode penelitian.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma
konstruktivis karena peneliti memandang konstruksi nilai dakwah pada
talkshow Hitam Putih ini memiliki nilai konstruktif sesuai dengan asumsi
dasarnya yaitu; realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif, pemikiran
manusia dan konteks sosial tempat pemikiran itu timbul bersifat berkembang
dan dilembagakan, kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus
menerus, dan kita dapat membedakan antara realitas dan pengetahuan.
16 Lexi, J. Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), cet. Ke-
23, hlm. 4. 17
Wardi Bachtiar, Metedelogi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), cet. Ke-1, hlm. 60 18
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996 ), hlm. 24.

14
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini Subjek merupakan faktor utama dalam
menentukan hasil dari penelitian yaitu tahapan-tahapan konstruksi pada pra
produksi, produksi, pasca produksi, transmisi dan evaluasi talkshow Hitam
Putih di Trans7 episode Syekh Ali Jaber. Sedangkan, objek penelitiannya
adalah orang-orang yang berperan penting dalam produksi talkshow Hitam
Putih di Trans7 Episode Syeikh Ali Jaber yaitu Tansah Ginanjar sebagai
Associate Producer, tim kreatif Hitam Putih, dan Narasumber talkshow Hitam
Putih episode Syekh Ali Jaber.
3. Tahapan Penelitian
a. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan
penulis adalah sebagai berikut:
1) Data Primer
Data primer digunakan sebagai acuan pertama untuk pembahasan
penelitian ini dengan melakukan:
a) Observasi
Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung suatu
objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek
tersebut.19
Teknik observasi yang penulis lakukan adalah observasi
langsung, yakni mendatangi lokasi shooting dengan mengamati
secara sistematis apa yang dilihat.
19Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh praktis riset
media, public relation, advertising, Komunikasi, organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: kencana, 2007), h. 106

15
b) Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.20
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat mendalam
(depth interview), yaitu wawancara terperinci yang dilakukan dengan
menggunakan petunjuk umum berupa daftar pertanyaan yang telah
disusun sebelumnya untuk ditanyakan kepada narasumber.
Wawancara ini ditujukan kepada pihak-pihak yang terlibat
dalam proses produksi yaitu Tansah Ginanjar sebagai Associate
Producer, Ardiha Nakamura sebagai tim kreatif, dan Syekh Ali
Jaber sebagai narasumber.
2) Data sekunder
Data sekunder penulis diperoleh dari sejumlah referensi yang ada
atau menggunkan studi pustaka, yaitu dengan mempelajari bahan-bahan
tertulis berupa arsip dan buku yang berhubungan dengan penelitian ini.
3) Lokasi dan Waktu
Penulisan ini dilakukan langsung dilokasi shooting talkshow Hitam
Putih pada senin 09 Januari 2016 sampai dengan selesai di studio G7 Jl.
Rangkayo Rasuna Said No. 54 Mampang – Jakarta Selatan. Kemudian di
kantor Trans7 sendiri di Menara bank Mega Trans TV lantai 10 Jl. Kapten
Tendean Kav. 12-14 Mampang Prapatan, Jakarta Selatan 10270. Dan di
Yayasan Syekh Ali Jaber Jl. Jatinegara Barat, RT.10/RW.1, Bidara Cina,
Jatinegara, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta 13320, Indonesia.
20Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh praktis riset
media, public relation, advertising, Komunikasi, organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: kencana, 2007), h. 96

16
b. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh dari observasi dan wawancara, maka langkah
selanjutnya adalah pengolahan data hasil observasi dilakukan dengan
mengumpulkan dan mencatat hasil dari apa yang diamati dilapangan; sedangkan
pengolahan data dari hasil wawancara dilakukan dengan cara, penulis
mendengarkan ulang rekaman wawancara kemudian menuliskannya kembali.
Sesudah itu, data-data yang sudah di olah akan di analisis oleh penulis.
c. Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis
kualitatif, yakni cara melaporkan data dengan memberi gambaran atau melukiskan
tahapan-tahapan konstruksi sosial pada talkshow Hitam Putih episode Syeikh Ali
Jaber. Penelitian dilakukan dengan menganilisis data primer yang dikumpulkan
dari hasil observasi dan wawancara. Selain itu, peneliti juga menyertakan analisis
dalam bentuk tabel dan bagan dari data-data yang dikumpulkan, penulis lalu
melakukan analisis dan menyimpulkan pembahasan dalam penelitian ini.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah proses penelitian ini, penulis menguraikan beberapa
hal pada penulisan ini yang terdiri dari lima bab dengan beberapa sub babnya
yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

17
BAB II : LANDASAN TEORI
Penulis menguraikan teori dan definisi dari beberapa ahli yang menjadi
landasan dalam kerangka pemikiran penelitian ini berisi tentang tahapan-tahapan
konstruksi sosial pada talkshow Hitam Putih episode Syeikh Ali Jaber dengan
menggunakan teori konstruksi sosial media massa atas realitas sosial dan deskripsi
analisis produksi televisi.
BAB III: GAMBARAN UMUM TRANS7 DAN TALKSHOW HITAM PUTIH
Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum Trans7 yang meliputi
sejarah dan perkembangan Trans7, logo, visi, misi, dan tujuan Trans7, program-
program Trans7, struktur organisasi Trans7. Dan juga gambaran umum talkshow
Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber meliputi latar belakang Hitam Putih,
identitas dan karakter Hitam Putih, struktur organisasi Hitam Putih, profil
narasumber, konten yang dibahas, dan tujuan ditayangkannya talkshow Hitam
Putih episode Syekh Ali Jaber.
BAB IV: TEMUAN DAN ANALISA HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi deskriptif temuan, hasil penelitian dan pembahasan
mengenai “Analisis Produksi Talkshow Hitam Putih Episode Syeikh Ali Jaber di
Trans7”
BAB V: PENUTUP
Penulis memberikan kesimpulan dan saran terhadap apa yang telah diteliti
dalam skripsi ini, dan juga beberapa lampiran yang didapat.

18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konstruksi Sosial Media Massa atas Realitas Sosial
Membahas teori konstruksi sosial (Social construction), tentu tidak bisa
terlepas dari bangunan teoritis yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan
Thomas Luckman. Berawal dari istilah konstruktivisme, konstruksi relaitas sosial
terkenal sejak diperkenalkan Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui buku
yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological
of Knowledge tahun 1966.
Bagi Berger dan Luckman, realitas tidak terbentuk sendiri, namun
dibentuk dan dikonstruksi. Realitas berwajah ganda atau plural, setiap orang dapat
memiliki konstruksi berbeda atas sebuah relitas, selain itu juga realitas juga
bersifat dinamis dan dialektis. Realitas tidak statis maupun tunggal karena ada
relativitas sosial dari apa yang disebut pengetahuan dan kenyataan. Berger dan
Luckman juga beranggapan realitas sosial dikonstruksi melalui proses
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.1
Selain itu, ada pula model lingkaran konsentris yang merupakan salah satu
model terlengkap untuk mengidentifikasi elemen-elemen dalam proses
komunikasi massa. Thomas Bohn menyusun model lingkaran konsentris bersama
Ray Hiebert dan Donald Ungurait yaitu, model komunikasi massa dengan sumber
encoding dipusatnya. Salah satau lingkaran luas adalah audien penerima. Model
lingkaran konsentris membayangkan proses sebagai tetes air yang jatuh di
permukaan air yang tenang. Riak gelombang menyebar ke luar dari komunikator
yang merupakan tugas gatekeeper dan Regulator melalui berbagai hambatan
sebelum mencapai audien atau sebelum menimbulkan efek. Model ini mencakup
tanggapan (feedback), amplifikasi media, gangguan dan distorsi dari media.2
1 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008) hlm. 194 2 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Penada Media Group, 2008) edisi ke-8
h. 456-464

19
Menurut Claude Shannon dan Waren Waver sebagian besar model
komunikasi massa dan bentuk komunikasi lain memiliki elemen dasar yang sama.
Elemen itu adalah sekuensial (urutan), dimulai dengan stimulus yang ingin
dikomunikasikan seseorang untuk memicu seseorang untuk berkomunikasi dan
berlanjut melalui proses encoding yaitu meletakkan sesuatu dalam simbol dan
transmisi (mengirim pesan). Untuk menggenapi proses komunikasi, penerima
pesan harus mendekodekannya atau menerjemahkan pesan simbolik dan
menginternalisasikannya dengan memahami pesan yang dikodekan.3
Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial dan Berger dan Luckman
terletak pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam
kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi sekunder. Basis
sosial teori dan pendekataan ini adalah transisi – modern di Amerika pada sekitar
tahun 1960-an, di mana media massa belum menjadi sebuah fenomena yang
menarik untuk dibicarakan.4 Dengan demikian Berger dan Luckman tidak
memasukkan media massa sebagai variabel atau fenomena yang berpengaruh
dalam konstruksi sosial atas realitas.
Teori dan pendekataan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan
Luckman telah direvisi dengan menambahkan variabel atau fenomena media
massa yang sangat substantif dalam proses eksternalisasi, objektivasi dan
internalisasi. Inilah yang kemudian dikenal sebagai konstruksi sosial media
massa. Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi
informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan
sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga
membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung
sinis.5
3 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Penada Media Group, 2008) edisi ke-8
h. 456-458 4 Peter L Berger dan Thomas Luckman, Tafsir Sosial atas Kenyataan, (Jakarta: LP3S,
1990), hlm. 57 5 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008) hlm. 203

20
Gambar 2.1
Peter L. Berger bersama-sama dengan Thomas Luckman mengatakan
setiap realitas sosial dibentuk dan dikonstruksi oleh manusia. Mereka
menyebutkan proses terciptanya konstruksi realitas sosial melalui adanya tiga
tahap, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Secara singkat,
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Eksternalisasi ialah proses penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural
sebagai produk manusia.6 Dimulai dari interaksi antara pesan tayangan
televisi dengan individu pemirsa melalui tayangan televisi. Tahap pertama
ini merupakan bagian yang penting dan mendasar dalam satu pola
interaksi antara individu dengan produk-produk sosial masyarakatnya.
Yang dimaksud dalam proses ini ialah ketika suatu produk sosial telah
menjadi sebuah bagian penting dalam masyarakat yang setiap saat
6 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008) hlm. 15

21
dibutuhkan oleh individu, maka produk sosial itu menjadi bagian penting
dalam kehidupan seseorang untuk melihat dunia luar.
2. Objektivasi ialah tahap di mana interaksi sosial yang terjadi dalam dunia
intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses
institusionalisasi.7 Pada tahap ini, sebuah produk sosial berada proses
institusionalisasi, sedangkan individu memanifestasikan diri dalam
produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-
produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama.
Objektivasi ini bertahan lama sampai melampaui batas tatap muka di mana
mereka bisa dipahami secara langsung. Dengan demikian, individu
melakukan objektivasi terhadap produk sosial, baik penciptanya maupun
individu lain. Kondisi ini berlangsung tanpa harus mereka saling bertemu.
Artinya, proses ini bisa terjadi melalui penyebaran opini sebuah produk
sosial yang berkembang di masyarakat melalui diskursus opini masyarakat
tentang produk sosial, dan tanpa harus terjadi tatap muka antar individu
dan pencipta produk social.
3. Internalisasi ialah proses memahami pesan yang telah dikodekan.
Konsumen yang telah melihat dan mendengar iklan suatu produk akan
mengingat kembali pesan itu sebelum memutuskan untuk membeli suatu
produk. Pesan yang diingat kembali itu dijadikan pertimbangan. Pesan itu
sendiri adalah bentuk dari komunikasi massa.8 Terdapat dua pemahaman
dasar dari proses internalisasi secara umum: pertama, bagi pemahaman
mengenai “sesama saya” yaitu pemahaman mengenai individu dan orang
lain. kedua, pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi
dari kenyataan sosial.
7 Margareth Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)
hlm. 303 8 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Penada Media Group, 2008) edisi ke-8
hlm. 458

22
Teori konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Thomas Luckman
tidak memasukkan media massa sebagai variabel atau fenomena yang
berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas. Pada kenyatannya konstruksi
sosial atas realitas berlangsung lamban, membutuhkan waktu yang lama, bersifat
spasial, dan berlangsung secara hierarkis-vertikal, dimana konstruksi sosial
berlangsung dari pimpinan ke bawahannya, pimpinan kepada massanya, kyai
kepada santrinya, guru kepada muridnya, orang tua kepada anaknya, dan
sebagainya.9
Karena manusia bisa menciptakan simbol-simbol, maka ia juga mampu
mengomunikasikan suatu niat, makna, keinginan atau maksud yang kompleks,
dank arena itu pula manusia bisa mengubah bentuk sosialnya. Harold Adams
Innis, seorang ekonom Kanada yang menjadi teorisi ilmu komunikasi, percaya
bahwa teknologi komunikasi merupakan inti dari teknologi. Ia juga mengatakan
bahwa teknologi komunikasi memainkan peran utama dalam memengaruhi
organisasi sosial dan kebudayaan. Ilmuan Kanada lainnya, Marshall McLuhan
menambahkan bahwa teknologi komunikasi juga memengaruhi organisasi
kehidupan bahkan pemikiran manusia.10
Posisi “konstruksi sosial media massa” adalah mengoreksi substansi
kelemahan dan melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan
seluruh kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan “konstruksi
sosial media massa” atas “konstruksi sosial atas realitas”. Namun, proses simultan
yang digambarkan di atas tidak bekerja secara tiba-tiba, namun terbentuknya
proses tersebut melalui beberapa tahap penting.11
9 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008) hlm. 194 10
William L. Rivers, Media Massa & Masyarakat Moderen, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005) edisi ke-2, hlm.33-36
11 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat Edisi Pertama, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006) hlm. 292

23
1. Tahap Konstruksi Sosial Media Massa
Dari konten kontruksi sosial media massa, proses kelahiran konstruksi
sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi: dalam menyiapkan materi
konstruksi sosial media massa ada dua pemain utama yang amat
memmengaruhi proses komunikasi massa yaitu gatekeeper dan regulator.
Gatekeeper adalah orang media yang memengaruhi pesan. Regulator adalah
orang nonmedia yang memengaruhi pesan.12
Setiap media massa memiliki
desk yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Isu-isu
penting setiap hari menjadi fokus media massa, terutama yang berhubungan
dengan tiga hal, yaitu kedudukan, harta, dan perempuan.
Ada tiga hal penting dalam menyiapkan materi konstruksi sosial yaitu:
1. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme: Sebagaimana diketahui,
saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh
kapitalis. Dalam arti, media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan
kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang
dan penggandaan modal. Semua elemen media massa, termasuk orang-
orang media massa berpikir untuk melayani kapitalisnya, ideologi
mereka adalah membuat media massa laku di masyarakat.13
2. Keberpihakan semu kepada masyarakat: media massa juga bisa dianggap
menciptakan lingkungan semu tersendiri di antara manusia dan dunia
“nyata” objektif. Anggapan ini mengandung implikasi penting terhadap
pandangan tentang peram media di masyarakat.14
bentuk dari
keberpihakan ini adalah empati, simpati, dan berbagai partisipasi kepada
masyarakat, namun ujung-ujungnya adalah untuk menjual berita dan
menaikkan rating untuk kepentingan kapitalis.
12
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Penada Media Group, 2008) edisi ke-8 hlm. 459
13 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008) hlm. 196 14
William L. Rivers, Media Massa & Masyarakat Moderen, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005) edisi ke-2, hlm.30-31

24
3. Keberpihakan kepada kepentingan umum: peran komunikasi massa
sebagai alat kontrol sosial dan pemeliharaan tertib di masyarakat.15
Bentuk keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti
sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap media massa. Namun, akhir-
akhir ini visi tersebut tak pernah menunjukkan jati dirinya, walaupun
slogan-slogan tentang visi ini tetap terdengar
Jadi, dalam menyiapkan materi konstruksi, media massa cenderung
menggunakan ketiga hal tersebut. Namun, kepentingan kapitalis menjadi
sangat dominan mengingat media massa adalah mesin produksi kapitalis yang
mau ataupun tidak harus menghasilkan keuntungan.
b. Tahap Sebaran Konstruksi: karena komunikasi massa menjangkau audien
yang amat luas, maka proses ini menguatkan pesan seperti megafon
menguatkan suara. Hal-hal yang dikomunikasikan melalui media massa punya
kesempatan menjadi lebih penting ketimbang pesan lewat medium lain.
Komunikasi massa menunjukkan pengaruhnya jika komunikasi itu mampu
menggerakkan orang-orang. Tahap ini juga disebut amplifikasi yaitu
menyebarkan suatu pesan.16
c. Tahap pembentukan Konstruksi Media Massa:
Tahap pembentukan Konstruksi Realitas: Tahap berikut setelah sebaran
konstruksi, dimana pemberitaan telah sampai pada pembaca dan
pemirsanya, yaitu terjadi pembentukan konstruksi di masyarakat melalui
tiga tahap yaitu: pertama, konstruksi realitas pembenaran sebagai suatu
bentuk konstruksi media massa yang terbentuk di masyarakat yang
cenderung membenarkan apa saja yang ada (tersaji) di media massa
sebagai suatu realitas kebenaran, kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media
massa yaitu sikap generik dari tahap pertama. Bahwa pilihan orang untuk
15
William L. Rivers, Media Massa & Masyarakat Moderen, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005) edisi ke-2, hlm.38
16 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Penada Media Group, 2008) edisi ke-8
hlm. 462-463

25
menjadi pembaca dan pemirsa media massa adalah karena pilihannya
untuk bersedia pikiran-pikirannya dikonstruksi oleh media massa dan
Ketiga, menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan konsumtif, di
mana seseorang secara habit tergantung pada media massa. Media massa
adalah bagian kebiasaan hidup yang tak bisa dilepaskan.17
Pembentukan Konstruksi Citra adalah bangunan yang diinginkan oleh
tahap konstruksi. Kenyataan memang mengandung hal-hal yang dapat
diindrakan manusia; namun ada kerangka dan struktur tertentu dalam
memahami hal-hal itu yang keberadaanya terkadang tidak dapat dilihat
secara langsung oleh manusia. Untuk mengetahui hal-hal itulah manusia
menggunakan simbol. Manusia mengolahnya dengan pikiran, membuat
citra-citra, konsep atau memiliki makna tersendiri. Itulah sebabnya bagi
manusia, sang pencipta simbol, dunia adalah suatu yang semu, suatu
jaringan atau rangkaian simbol ciptaannya.18
Simbol-simbol tersebut
merupakan bangunan konstruksi citra yang dibangun oleh media massa
yang terbentuk dalam dua model, yaitu: model good news dan bad news.
Model good news adalah sebuah konstruksi yang cenderung
mengkontruksi suatu pemberitaan sebagai pemberitaan yang baik. Pada
model ini objek dikontruksikan memiliki citra yang baik, sehingga
terkesan lebih baik dari sesungguhnya kebaikan yang ada pada objek itu
sendiri. Sedangkan bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung
memberi citra buruk pada objek pemberitaan sehingga terkesan lebih jelek,
lebih buruk, lebih jahat dari sesungguhnya sifat jeleknya, dan jahat yang
ada pada objek pemberitaan itu sendiri.19
Konstruksi citra pada sebuah
pemberitaan biasanya disiapkan oleh orang-orang yang bertugas di dalam
redaksi media massa, mulai dari wartawan, editor, dan pimpinan redaksi.
17
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) hlm. 199
18 William L. Rivers, Media Massa & Masyarakat Moderen, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2005) edisi ke-2, hlm. 28-29 19
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) hlm. 199

26
Sedangkan konstruksi citra pada sebuah Talkshow biasanya disiapkan oleh
produser atau tim kreatif dan seluruh crue yang bertugas.
d. Tahap Konfirmasi: penerima pesan, setelah memahami pesan, memberikan
respons. Si penerima ini menjadi pengirim, mengodekan tanggapan dan
mengirimkannya melalui medium ke pengirim pertama, yang kini menjadi
tujuan baru yang mendekodekan pesan.20
Proses pembalikan ini disebut
umpan balik atau tanggapan atau konfirmasi yang merupakan tahap ketika
media massa maupun pembaca dan pemirsa memberi argumentasi dan
akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan
konstruksi. Alasan-alasan yang sering digunakan oleh konfirmasi ini adalah
umpannya: Kehidupan modern menghendaki pribadi yang selalu berubah dan
menjadi bagian dari produksi media massa, Kedekatan dengan media massa
adalah life style orang modern, dan media massa walaupun memiliki
kemampuan mengkonstruksi realitas media berdasarkan subjektivitas media.
2. Realitas Media
Realitas media adalah realitas yang dikonstruksi oleh media dalam dua
model yaitu model peta analog dan model refleksi realitas:
Model Peta Analog, Realitas peta analog adalah suatu konstruksi realitas yang
dibangun berdasarkan konstruksi sosial media massa, seperti sebuah analogi
kejadian yang seharusnya terjadi, bersifat rasional, dan dramatis. Realitas
terkonstruksi begitu dahsyat, karena pemberitaan cepat diterima masyarakat,
dan luas jangkauannya, serta tersebar merata.21
Model Refleksi Realitas, Yaitu model yang merefleksikan suatu kehidupan
yang terjadi dengan merefleksikan suatu kehidupan yang pernah terjadi dalam
masyarakat.22
Contohnya seperti kisah-kisah film animasi seperti film-film
Wold Disney, Micky Mouse dan lainnya yang merupakan sebuah hasil
20
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Penada Media Group, 2008) edisi ke-8 hlm. 464
21 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008) hlm. 202 22
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) hlm. 203

27
konstruksi dari teknologi media yang mampu membangun sebuah realitas
keidupan, seakan-akan memang benar terjadi. Seakan-akan realitas itu benar
ada dalam kehidupan di sekeliling kita, bahkan seakan kita hidup bersama
mereka.
a. Realitas Sosial Bentukan Media Massa: Tayangan Televisi
Di setiap masyarakat, mulai dari yang paling primitive hingga yang
terkompleks, sistem komunikasi menjalankan empat fungsi. Harold Lasswell telah
mendefinisikan tiga diantaranya: penjagaan lingkungan yang mendukung;
pengaitan berbagai komponen masyarakat agar dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan; serta pengalihan warisan sosial. Wilbur Schramm
menggunakan istilah yang lebih sederhana, yakni sistem komunikasi sebagai
penjaga, forum dan guru. Ia dan sejumlah pakar menambahkan fungsi keempat:
sumber hiburan.23
Teknologi yang secara fungsional telah menguasai masyarakat, bahkan
pada fungsi yang substansial, seperti mengatur beberapa sistem norma di
masyarakat, umpannya sistem lalu lintas di jalan raya, sistem komunikasi dan seni
pertunjukkan, dan sebagainya. Dalam dunia pertelevisian, sistem teknologi telah
menguasai jalan pikiran masyarakat, televisi menguasai pikiran-pikiran manusia
dengan cara membangun teater dalam pikiran manusia (theater of mind),
sebagaimana gambaran realitas dalam tayangan televisi.24
Selain kekuatan media megkontruksikan theater of mind, dalam dunia
pertelevisian, produser konten dan tim kreatif memiliki kemampuan membangun
realitas media massa tersebut. Keduanya adalah manusia kreatif yang bekerja
setiap hari untuk membangun berbagai reailtas setiap hari untuk membangun
realitas bedasarkan dunia apa yang diinginkan tentang suatu isu yang kan
tayangkan. Dalam membangun sebuah realitas, seorang produser konten dan tim
kreatif juga dipengaruhi oleh klien, lingkungan mereka, budaya, pandangan
23
William L. Rivers, Media Massa & Masyarakat Moderen, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005) edisi ke-2, hlm. 33-34
24 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008) hlm. 119

28
terhadap program talkshow, pengetahuan tentang dunia pertelevisian, keahlian
teknologi, dan lainnya.
Penciptaan realitas tersebut menggunakan satu model produksi yang oleh
Baudrillard disebutnya dengan simulasi, yaitu penciptaan model-model nyata
yang tanpa asal-asul atau realitas awal. Hal ini olehnya disebut (hiper-reality).
Melalui model simulasi, manusia dijebak didalam satu ruang, yang disadarinya
sebagai nyata, meskipun sesungguhnya semu, maya, atau khyalan belaka.25
Agar tayangan tersebut dapat dikonstruksikan, maka diperlukan pencitraan
dalam sebuah talkshow. Pada beberapa talkshow yang menonjol dalam pencitraan,
diperoleh bebrapa kategoriasai penggunaan pencitraan dalam tayangan telivisi,
sebagai berikut:
1. Citra perempuan.
2. Citra maskulin.
3. Citra kemewahan dan eksklusif.
4. Citra kelas sosial.
5. Citra kenikmatan.
6. Citra manfaat.
7. Citra pesahabatan.
8. Citra seksime dan Seksualitas.
b. Bahasa Sebagai Realitas Sosial Tayangan Televisi
Vestergaard dan Schroder menjelaskan, dalam bahasa komunikasi ada
pesan verbal dan pesan visual. Pesan verbal berhubungan dengan situasi saat
berkomunikasi dan situasi ini ditentukan oleh konteks sosial kedua pihak yang
melakukan komunikasi. Sedangkan dalam pesan visual hubungan kedua belah
pihak sepenuhnya tidak ditentukan situasi, namun bagaimana addressee
menafsirkan teks dan gambar. dalam komunikasi verbal, interaksi simbolis selalu
menggunakn ikon, indeks, dan simbol.26
25
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) hlm. 120
26 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008) hlm. 128

29
Tayangan televisi menggunakan kedua pesan (verbal dan visual) ini untuk
mengkontruksikan makna dan pencitraannya. sehingga ketika di televisi hadir
tayangan televisi menjelang tahun baru banyak yang membahas video viral
dengan menggunakan kata-kata „om telolet om‟ sebenarnya tidak sekedar kata-
kata itu yang menjadi kekuatan konstruksi, sebenarnya kata-kata „om telolet om‟
itu telah diperkuat oleh visualisasi orang yang menyebut kata-kata „om telolet om‟
itu dengan prilaku yang lucu dan seru. Ketika di waktu lain, pembahasan
menjelang tahun baru muncul di media radio, maka kekuatan bahasa visual tetap
saja muncul dalam ingatan pendengar yang pernah menonton video viral tersebut
di televisi, inilah sebuah realitas bahasa dalam tayangan televisi.
Media komunikasi massa dapat dan memang telah memengaruhi
perubahan, apalagi jika itu menyangkut kepentingan orang banyak. Media juga
mampu menggalang persatuan dan opini publik terhadap peristiwa tertentu,
misalnya hubungan antarras. Dari situ, bisa terjadi perubahan dramatis. Kalau
dukungan massa tidak ada, pengaruh media massa sebenarnya tetap ada, namun
tidak seperti gelombang pasang, melainkan seperti arus sungai. Ia akan sedikit
mengubah setiap jengkal tanah yang dilaluinya. Perubahan atau pengaruh yang
ditimbulkan tidak besar-besaran, melainkan perlahan dan tersamar. Jika ketemu
tanah lunak, atau jika ada dorongan dari hulu, maka ia akan mengubah kontur
tanah atau membentuk cabang aliran baru, dan saat itulah perubahan mendasar
terjadi.27
27
William L. Rivers, Media Massa & Masyarakat Moderen, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005) edisi ke-2, hlm. 41-42

30
B. Analisis Produksi
Televisi bagi kebanyakan masyarakat Indonesia dijadikan sarana hiburan
dan sumber informasi utama. Di beberapa daerah pedesaan, masyarakat banyak
menghabiskan waktunya didepan televisi. Kalau dakwah Islam dapat
memanfaatkan media ini dengan efektif maka secara otomatis jangkauan dakwah
akan lebih luas dan kesan keagamaan yang ditimbulkan akan lebih mendalam
karena kemampuan menyajikan kebutuhan-kebutuhan manusia baik hiburan,
informasi, maupun pendidikan, dengan sangat memuaskan karena daya visualnya
yang mudah didapat.28
Dalam penelitian selalu dikenal dengan istilah analisis, menurut Mattew B.
Milles dan A. Michael Huberman, mereka menganggap bahwa analisis terdiri dari
tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, proses
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Pertama, reduksi data
yaitu proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakkan, dan transformasi data „kasar‟ yang muncul dari teman-teman
dilapangan. Kedua, penyajian data yaitu merupakan menyajikan data dari
sekumpulan teman-teman yang sekiranya dapat memberikan kemungkinan
menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dan yang ketiga, penarikan
kesimpulan atau verifikasi, yaitu dari data-data yang telah terkumpul mulai dicari
arti benda-benda, mencarat keteraturan, pola-pola, penjelasan alur sebab-akibat
dan proporsinya, sehingga semua dapat ditarik kesimpulan.29
Pelaksanaan produksi untuk produksi program televisi di studio memiliki
nama yang berbeda dengan produksi jenis lainnya. Sutradara disebut pengarah
program atau Program Director (PD) yang bertanggungjawab terhadap teknis
pelaksanaan dan melakukan pemilihan gambar dan suara sesuai rundown PD
bekerja di belakang meja kontrol di ruang kontrol. Asisten sutradara disebut Floor
Director (FD) tugasnya membantu sutradara mengarahkan pemain dan crew di
dalam studio rekaman gambar. Pembantu pengarah program yang lain adalah
switcher. Ia bertugas membantu pengarah acara men-switch kamera melalui 28
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2004) hlm. 424 29
Mathew B. Milles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kulaitatif Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), hlm.16-19

31
tombol di meja kontrol. Pelaksana produksi lain sama dengan pelaksana produksi
shooting lapangan. Bedanya pada jumlah kameramen. Dengan multikamera
diperlukan dua sampai empat kamerawan sekaligus. Berikut visualisasi saat
pelaksanaan produksi program televisi di studio:
Gambar 2.2
Visualisasi Produksi Televisi di Studio
Sumber: Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita,
Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2012), Cet Ke-1, hlm. 31
Produser
Program Director
Studio
Floor Director
Talent Crew
Guest
Home band
Host Camera Opr.
Lightning Opr.
Set & Props
Wardrobe
Make Up
Dancer
Audience
Technical Support Master Control Room
Swicher Opr.
Crew
VTR Opr.
CG Opr.
Audio Opr.
VS Opr.

32
Agar lebih memperkaya konsep standard operasional prosedur produksi
televisi di studio dan bahan perbandingan menurut para ahli yang berpengalaman,
selanjutnya akan dijabarkan pendapat dari Gerald Miller Son dalam arti luas
sebagai berikut:
1. Pra Produksi (Ide, Perencanaan dan Persiapan)
Praproduksi adalah tahap paling penting dalam sebuah produksi televisi,
yaitu merupakan semua tahapan persiapan sebelum sebuah produksi dimulai
makin baik sebuah perencanaan produksi, maka akan memudahkan proses
produksi televisi. Millerson memulai tahapan praproduksi dengan production
planning meeting (konsep program, tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai). Script
untuk program dialog, variety show, kuis, hanya menggunakan outline script yang
mencakup apa yang harus dilakukan talent/ pengisi acara, fasilitas yang
digunakan, dan video tape.30
Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian antara lain:
a. Penemuan Ide: Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide
atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah, atau meminta penulis
naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.
b. Perencanaan: Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time
schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi dan crew. Selain
estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian
dari perrencanaan yang perlu dibuat dan secara hati-hati dan teliti.
c. Persiapan: Tahap ini meliputi pemberesan semua kontak, perizinan, dan
surat menyurat. Latihan para artis dan pembuat setting, meneliti dan
melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua ini paling baik diselesaikan
menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan.
30 Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), Cet Ke-1, hlm. 10

33
Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan oleh
keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Orang yang begitu percaya pada
kemampuan teknis mengabaikan hal-hal yang sifatnya pemikiran di atas kertas
dalam produksi program televisi, hal itu dapat berakibat kegagalan.31
2. Produksi
Sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi
dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis, crew mencoba mewujudkan
apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar,
susunan gambar yang dapat bercerita.
Inti dalam tahap produksi ini adalah recording apapun yang telah
direncanakan pada tahap praproduksi. Dalam produksi Talkshow ada beberapa hal
yang harus diperhatikan yang disebut studio rehearsal yaitu pengecekan dimulai
dari set design apakah unsur-unsur set sudah sesuai floor plan yang menjadi
tanggung jawab set designer. Memastikan tata pencahayaan yang disiapkan sudah
terpenuhi dengan baik, termasuk tata suara beserta penempatan peralatan
pendukungnya harus sudah pada posisi yang benar.
Proses studio rehearsal yang dipimpin oleh sutradara dapat dilakukan
dengan berbagai cara, secara umum persiapan itu antara lain: dry run/walk
through, camera blocking, pre-dress run trough, dress rehearsal, dan video
taping.32
3. Pasca Produksi
Setelah proses produksi khususnya pada talkshow taping diperlukan proses
pasca produksi sebagai berikut:
Capturing: proses capture gambar terjadi pada editing non linier, yaitu
mentransfer audio visual dari kaset digital kedalam hardisk komputer.
31
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia), Cet. Ke-1, hlm. 20
32 Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), Cet Ke-1, hlm. 15

34
Sehingga materi editing sudah dalam berbentuk file, apabila menggunakan
editing linier langsung proses logging gambar.
Logging: logging gambar adalah membuat susunan daftar gambar dari
kaset hasil shooting secara detail, disertai dengan mencatat time code-nya
serta dikaset berapa atau nama file apa gambar itu berada. Hal ini
memudahkan proses editing selanjutnya.
Editing picture: penyuntingan (editing) adalah kata kunci dalam proses ini.
Pada tahap ini semua footage telah dikumpulkan secara produksi,
selanjutnya disusun dan dirangkai menjadi produk final.
Editing sound: penyuntingan suara disinkronkan dengan gambar, serta
menghidupkan suasana melalui ilustri musik. Bila membutuhkan sound
effeck tentunya akan memperjelas atmosfer yang dominan atau ingin
ditonjolkan.
Final cut: sekarang peralatan yang digunakan dan kompleksitas ilustrasi
music (sound track), menentukan bahwa materi program sudah dapat
membaur (mix) suara pada tahap online dibutuhkan studio audio untuk
mengerjakan bauran suara final (final mixing). Program yang sudah
lengkap sekarang disebut “master”.
4. Transmisi
Pada tahap transmisi hal yang paling dibutuhkan adalah marketing untuk
mencapai kesuksesan sebuah program. Stasiun televisi dalam persaingan industri
media, ketika menjalankan usahanya perlu memikirkan strategi dan
perkembangan sistem pemasarannya, yaitu meraih perhatian, pikiran dan hati
konsumen (klien) disinilah peran departemen marketing sangat kuat dalam
menentukan program yang akan on air, bertahan atau tidak layak lagi
dipertahankan.33
Ada tiga pilar penting dalam departemen marketing televisi yang
saling terkait yaitu marketing, sales dan traffic.
33
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), Cet Ke-1, hlm. 16

35
Marketing menetapkan strategi menyusun kekuatan dan menghadapi
kompetitor, feasibility study, target merebut market dan audience sasaran,
membuat panduan marketing gathering, menetapkan rate card, memutuskan
bidding big event, dan melayanai klien (agency dan pemilik brand atau produk).
Sedangkan sales merupakan pendamping marketing yang memfokuskan pada
prospek penjualan yang sebesar-besarnya. Sales harus membuat transaksi dengan
output pencapaian target penjualan atau kegagalan target penjualan berbentuk
pengiklan. Traffic adalah proses realisasi dari kinerja marketing dan sales. Seluruh
progress report marketing dan sales baik merupakan MOU ataupun media order
dengan klien selanjutnya direalisasikan dalam rundown siaran iklan. Sehingga
siaran iklan akan lancar tanpa gangguan, materi iklan harus melalui digitize ke
MCR/LTO dan terjadwal dalam rundown. Output akhir dari traffic adalah Log
proof siaran iklan berbentuk print out dan audio visual/VCD
5. Evaluasi
Yang tak kalah penting adalah Trials (audience evaluation/ program
rating, informal audience feedback [phone calls, letter, and audience respons to
advertisers commercial constitute more informal audience feedback]) preview
sudah dapat dilakukan evaluasi awal terhadap program yang sudah selesai
diproduksi.34
Evaluasi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu interen pada ranah
yang ada sangkut pautnya dengan produksi talkshow Hitam Putih seperti tim
Hitam Putih, Trans7 dan stakeholders dan eksteren dari berbagai masyarakat yang
menonton.
Artinya, Analisis Produksi pada penelitian ini meliputi: Pertama, reduksi
data yaitu proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakkan, dan transformasi data „kasar‟ yang muncul dari data yang saya
dapatkan pada talkshow Hitam Putih di Trans7 mengenai proses konstruksi nilai
dakwah islam atas realitas sosial pada tahap eksternalisasi (praproduksi),
objektivasi (produksi, pasca produksi dan transmisi), serta internalisasi (evaluasi).
34 Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), Cet Ke-1, hlm. 17

36
Kedua, penyajian data yaitu merupakan menyajikan data dari crew yang bertugas
dan juga bintang tamu yang dapat memberikan kemungkinan menarik kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Dan yang ketiga, penarikan kesimpulan atau
verifikasi, yaitu dari data-data yang telah terkumpul mulai dicari arti benda-benda,
mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan alur sebab-akibat dan proporsinya,
sehingga semua dapat ditarik kesimpulan yang akan dijabarkan pada BAB IV.

37
BAB III
GAMBARAN UMUM TRANS7 DAN HITAM PUTIH
A. Profil Trans7
1. Sejarah dan Perkembangan Trans7
Stasiun TV TRANS7 semula bernama TV7 (di bawah naungan Kelompok
Kompas Gramedia KKG). Pada tanggal 22 Maret 2000 keberadaan TV7 telah
diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara
Tivi Tujuh dan berdiri dengan ijin dari Departemen Perdagangan dan
Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000.Sejalan dengan
perkembangan di dunia pertelevisian di Indonesia dan semakin ketatnya
persaingan di bidang tersebut, maka pada tanggal 4 Agustus 2006, KKG menjalin
hubungan kerjasama (strategic partnership) dengan CT Corp. Pada proses
selanjutnya, untuk lebih mendekatkan diri dengan pemirsa, maka pada tanggal 15
Desember 2006 TV7 melakukan relaunch dengan berganti logo dannama menjadi
TRANS7.1
TRANS7 bersama dengan TRANS TV, Detikcom, TransVision dan CNN
Indonesia, TRANS7 berada dalam group media TRANSMEDIA dengan program-
program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif.
2. Logo Trans 7
Logo Trans7 memebentuk empat sisi persegi panjang yang merefleksikan
ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian yang bersahaja yang akrab dan
mudah berdaptasi. Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan
keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya posisi
terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan
mudah diingat, diharapkan membawa Trans7 ke tengah masyarakat Indonesia dan
pemirsa setianya. Berikut gambar logo trans7:
1http://www.trans7.co.id/?v=artikel&id=3diakses pada Rabu, 18 Januari 2017 jam 16:45 WIB

38
GAMBAR 3.1
Logo Trans7
3. Visi, Misi, dan Tujuan Trans7
1) Visi
Menyajikan tayangan yang mengutamakankecerdasan, ketajaman,
kehangatan penuh hiburan serta kepribadian bangsa yang membumi. Dalam
jangka panjang, Trans7 menjadi stasiun televisi terbaik di Indonesia dan di
ASEAN.
2) Misi
Trans7 menjadi wadah ide dan aspirasi guna mengedukasi dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan cara sebagai berikut:
a) Berorientasi kepada kepuasan pemirsa melalui penyajian programacara
yang berkualitas baik dibidang hiburan, berita atau informasimaupun
program-program lainnya.
b) Membangun dan mengembangkan kekuatan melalui ketegasan,karakter
yang kuat, kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi.
3) Tujuan
Tujuan adanya Trans7 antara lain:
a) Menjaga keutuhan bangsa serta nilai-nilai demokrasi dengan
memperbaharui kualitas tayangan bermoral yang dapat diterima
masyarakat dan mitra kerja.
b) Memberikan yang terbaik bagi stakeholders dengan menayangkan
program berkualitas dan mempertahankan moral serta budaya kerja yang
dapat diterima stakeholders.

39
4. Program-program Trans7
Trans7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsanya,
dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir setiap pagi,
siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan
informatif. Trans7 juga menghadirkan program berita dan dokumenter lainnya
seperti Selamat Pagi, Mancing Mania, Jejak Anak Negri, dan Jejak Petualang
yang memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa.
Tidak kalah informatif, program hiburan seperti Selebrita Pagi, Selebrita
Siang, dan Seleb Expose, On the Spot, dan Redaksiana, semakin lengkap
menambahcakrawala di ruang keluarga. Program variety show seperti New OVJ
dan The Rooftop juga selalu dinantikan. Trans7 ada juga Hitam Putih program
Talkshow yang sangat menarik, kreatif, inspiratif dan inovatif.
Program dengan tema Reality Show juga menjadi andalan Trans7 seperti
Merajut Asa, Orang Pinggiran, dan Rumah Uya. Selain itu program Gameshow
seperti Mister Gameshow dan The Real Versus juga memberi keseruan tersendiri.
Terlebih program pencarian bakat seperti The Star, Demi Nyai dan Asal Asli atau
Palsu dapat memotifasi penonton untuk ikut serta dalam program tersebut untuk
menyalurkan bakat dan mimpinya.
Program sport Trans7 juga selalu dinantikan oleh para pecinta olahraga.
para pecinta otomotif, MotoGP mengajak Anda untuk memacu adrenalin di
lintasan balap kelas dunia. Trans7 juga menyajikan tayangan informasi olahraga
setiap hari di layar pemirsa, diantaranya Sport7, One Stop Football, dan Galeri
Sepakbola Indonesia.
Trans7 juga tidak melupakan pemirsa cilik dengan memberikan
pengetahuan dan hiburan bagi mereka. Dunia Binatang dan Si Unyil Keliling
Dunia menghadirkan keunikan kehidupan anak-anak di seluruh penjuru Indonesia.
Laptop Si Unyil memberikan ilmu pengetahuan yang mendasar bagi para pemirsa
cilik. Indonesiaku dan Wow Indonesia juga dipercayakan untuk ditayangkan di
Trans7.
Selain program untuk anak kecil Trans7 juga menyajikan program
inspiratif bagi wanita dirumah seperti Detektif Rasa, Modern Moms, dan She Can

40
Tupperware. Trans7 juga memiliki film-film berkualitas seperti Theater7 yang
hadir padamomen-momen spesial, mengisi layar kaca anda. Serial-serial unggulan
jugakerap kami hadirkan seperti Cermin Kehidupan dan Rahasia Tuhan. Dan
masih banyak lagi program-program menarik lainnya.
5. Struktur Organisasi Trans7
Berikut adalah gambar struktur organisasi Trans7 saat ini:
GAMBAR 3.2
Struktur Organisasi Trans7
Komisaris Utama
Chairul Tanjung
Komisaris:
1. Ishadi SK
2. Asih Winanti
Direktur Utama
Atiek Nur Wahyuni
Direktur Keuangan dan SDM
Ch. Suswati Handayani
Direktur Produksi
Andi Chairil
Kepala Divisi Sales:
1. Agustina Sembiring
2. Filis Dilen P.
Kepala Divisi
Promotion:
Tedja Andrawan
Kepala Divisi
News:
Titin Rosmasari
Kepala Divisi
HR&GS:
Latief Harnoko
Kepala Divisi
Programming:
Leona Anggraeni
Kepala Divisi
Marketing Servis:
M. Ichsan
Kepala Divisi
Marketing PR:
Anita Wulandari

41
B. Deskripsi Hitam Putih Episode Syeikh Ali Jaber
1. Latar Belakang Hitam Putih
Hitam Putih merupakan program NONFIKSI. Talkshow dengan format
mind reading, yang sudah tayang sejak oktober 2010. Ditayangkan setiap Senin –
Jumat jam 19.00 WIB yang merupakan Prime time. Pogram Hitam Putih dengan
aksi-aksi menarik khas Deddy Corbuzier, diselipkan di setiap segmen talkshow
ini. Kejahilan, kemahiran & ketajaman Host dalam mengatur permainan pikiran
akan mengundang gelak tawa. Program ini sendiri memuat content pembahasan
yang beraneka ragam, baik dari kalangan , profesi, hal unik, realitas kehidupan,
celebrity, bahkan sensasi, yang terdapat dan dibahas pada program ini, merupakan
Variety Show yang menayangkan materi acara yang edukatif , inspiratif dan
menghibur.
Durasi program ini sekitar 60 menit, dengan 4 segmen masing-masing
berdurasi sekitar 10-17 menit, Diawali dengan tema apa yang akan dibahas dan
selanjutnya perkenalan tokoh disetiap segmen yang diawali dengan „gimmick‟
berupa video ulasan, adegan yang dramatis yang memancing suasana hati
penonton dari pembahasan tersebut yang disusun secara rapih pada setiap segmen
lalu narasumber bercerita tentang latar belakang dirinya mulai dari awal karirnya
sampai hobi dan kebiasaan bahkan kisah mengharukan dan menggelitik juga
dipaparkan disetiap segmen, disinilah point dimana acara Talkshow benar-benar
sangat menarik
Dalam jangka waktu enam bulan, tak disangka program talkshow ini
terbilang sukses. Perkembangannya cukup pesat dan ratingnya pun dapat
dipastikan tinggi. Bisa dikatakan bahwa program ini berhasil merebut hati
masyarakat. Pada awalnya, bintang tamu yang hadir adalah bintang tamu yang
biasa saja. Dalam artian bintang tamu tersebut punya peran besar (bahkan
legendaris) di dunia hiburan, akan tetapi mereka luput dari agenda setting media
yang terjadi belakangan. Itu artinya Hitam Putih kurang mengikuti aktualitas
pemberitaan. Kini Hitam Putih mulai berani berbeda. Ia berani mengikuti agenda
setting media. Seperti contohnya, media terakhir kali tengah ramai memberitakan
tentang tragedi pencurian sekaligus pembunuhan di Pulo Mas-Jakarta Timur

42
dengan mengundang narasumber korban selamat. Contoh lainnya juga ada pada
episode syekh Ali jabber yang mensosialisasikan mengenai program wakaf Al-
qur‟an Brialle Digital untuk tuna netra, yang mana masyarakat Indonesia
khususnya yang beragama Islam harus melek teknologi dan membantu orang-
orang yang membutuhkan.
Hitam Putih sangat menarik untuk diteliti karena menjadi pemenang dalam
Indonesian Choice Awards sebagai TV Program of the Year 2014 dan Panasonic
Grobel Awards sebagai Program Talkshow Hiburan 2015 dan juga menjadi
nominasi dalam penghargaan tersebuat di tahun-tahun sebelum dan berikutnya.
Hal ini dapat memotivasi seluruh bagian dalam Hitam Putih untuk semakin
berkarya dan memperbaiki apa yang perlu dikembangkan dalam program acara
tersebut sehingga Talkshow ini patut diteliti guna menela‟ah kiat kesuksesan
dalam setiap episodenya.
2. Identitas dan Karakter Talkshow Hitam Putih
Adapun identitas dan karakterTalkshow Hitam Putih sebagai berikut:
a. Target Audience adalah dewasa dan anak-anak, karena waktu
penayangannya adalah pada saat keluarga sedang berkumpul setelah
makan malam.
b. Naskahnya menggunakan outline script yang mencakup apa yang harus
dilakukan pengisi acara, dan dapat diarahkan selama berjalanya proses
produksi melalui program director atau floor director.
c. Format Talkshow hitam putih adalah NONFIKSI (NONDRAMA) karena
bintang tamu yang dihadirkan adalah orang-orang yang menginspirasi
lewat jalan cerita hidup mereka.
d. Signature Talkshow Hitam Putih sangat attractive sekali dimana sub
dalam hitam putih juga ikut di tampilkan, 1 sampai 7 detik diantaranya
Anu sang pianis dan Billy Beatbox sebagai instrumen pelengkap di tambah
dengan teks yang menerjemahkan sesuatu yang berbeda dengan Talkshow
lainnya. Berikut gambar signature opening Hitam Putih saat ini:

43
GAMBAR 3.3
Signature Opening Hitam Putih
e. Teknik penyutradaraan sangat mengedepankan STPWT (Shot the People
Who Talk) dimana sutradara mengarahkan para juru kamera untuk posisi
yang tepat dalam mengambil gambar apa yang naramsumber bicarakan,
mimik narasumber, serta reaksi penonton di studio, sehingga tercipta
sebuah moment ditambah lagi iringan sang pianis (anu) memainkan
pianonya yang mendayu-dayu tematic sesuai dengan pembahasan.
f. Talkshow hitam putih selalu menggunakan Punching Line dalam setiap
episode nya contohnya seperti menghadirkan murid Sekh Ali Jaber yang
tuna netra dapat membaca Al-qur‟an yang dibantu dengan teknologi baru.
g. Terdapat Gimmick yang dibuat oleh Deddy Corbuzier seperti ditengah
perbincangan Deddy melakukan trick trick sulap atau cara membaca
fikiran bintang tamunya yang membuat penonton dirumah terhanyut atas
apa yang dibahas dalam talkshow tersebut.
h. Bumper Talkshow Hitam Putih yang terkesan misterius serta tune yang
seru membuat penonton penasaran dan tertarik untuk menonton Talkshow
Hitam Putih.

44
i. Penataan artistic dalam Talkshow Hitam Putih terkesan simple namun
elegan, tata panggung di rancang agar menyerupai ruang keluarga
sehingga nyaman untuk berbincang.
j. Hitam putih memiliki ciri khas fashion yang di bawa erat oleh Deddy
Corbuzier yang selalu menggunakan setelan baju, jas dan celana berwarna
hitam selain itu anu (pianis) dan Billy (Beatbox) menggunakan kemeja
putih, jas dan celana hitam.
k. Interactive program yang diusung oleh Hitam Putih adalah melalui media
social twitter, Siapapun yang ingin mengajukan pertanyaan kepada bintang
tamu yang di studio diminta untuk mengirimkannya melalui twitter hitam
putih dan akan dibacakan oleh Deddy Corbuzier secara transparan atau apa
adanya pertanyaan yang tertulis.
3. Struktur Organisasi Hitam Putih
Secara pelaksanaan lapangan struktur organisasi hitam putih sama aja
dengan program TV lainnya. Jabatan yang tertinggi adalah kepala depertemen
yang dipegang oleh Yustina Paramita, kepala departemen membawahi berbagai
macam program, kemudian dalam program Hitam putih sendiri jabatan tertinggi
adalah Eksekutif Produser (EP) yaitu Sisca Hormansyah. Tidak ada kepala divisi
(kadiv) pada program hitam putih ini tetapi langsung dipegang oleh direktur
sebenarnya. Struktural yang terjadi di hitam putih adalah produser, associate
producer (asprod) sampai EP harus koordinasi dan juga bertanggung jawab
terhadap program-program Trans7 namun secara pelaksanaan lapangan adalah
asprod atau produser.
Tim kreatif bertanggung jawab atas segala macam yang berkaitan dengan
konten dan paling banyak dibutuhkan untuk berhubungan langsung dengan talent,
wardrobe, make up, dan property dalam koordinasi dilapangan. Tugas bagian
property yaitu menyiapkan segala property set studio yang dibutuhkan saat
pelaksanaan shooting. Misalnya, ketika mau ada treatment sulap atau teratment
tanya jawab perlu meja, bangku dll. itu mintanya ke property. Dan yang terakhir
ada PA (production Assistant) bertanggung jawab segala sesuatu yang

45
berhubungan dengan teknis/ teknical di studio seperti penyediaan kamera, audio,
dan lighting. Berikut adalah susunan kru yang bertugas di Hitam Putih episode
Syekh Ali Jaber:
TABEL 3.1
Tim Produksi Hitam Putih Episode Syekh Ali Jaber
No. Peran Nama
1 Penanggung jawab produksi Andi Chairil
2 Penanggung jawab program Yustina Pramita
3 Perancang acara madya Tansah Ginanjar
4 Senior kreatif Kristina Ari
5 Tim Kreatif Alisa Wardowi & Ardina Nakamura
6 Pengembangan kreatif &
riset produksi
A. Novriandi (spv.), Yusdi Wibowo, Novy
Erlita Indriana, Nanda Bagus Prakasa
7 Unit sponsor produksi Dean Adit Prapanca (spv.), Valentina Elyn
8 Admin Produksi Rainold (spv.), Iwel Reswita, Irmayatih dkk.
9 P.J Pelayaran produksi Lambok Sibarani
10 P.J Studio&OB VAN Ratno Bayu, Satrio Adjie
11 Penata gambar Darmawan (spv.), Sigit Yudawarto dkk.
12 Ruang kendali siar Yosy Ardhani (spv.)
13 Penyelaras kamera Fahmi Maulana
14 Perekam gambar Ria Kamalasan
15 Penata aksara Tri Dewi Febriani
16 P.J Pengarah acara&lap. Moh. Razki
17 P.J Pasca produksi E. Indro Kardoutomo
18 Penyunting gambar Awino Zuhri (spv.), Yulianita
19 Pemandu gambar Prastowo Kristianto (spv.), Tomi Marshal
20 Pengarah lapangan Wirawan Harvy (spv.), fitriyah
21 Pelaksana set Agi Iksandi (spv.), Dion Wiryono
22 Perlengkapan set Maksima Prantauan (spv.), Irvan Fauzan dkk.
23 Perencana set Judi Listyo, Fameida Mitri

46
24 Dokumentasi gambar Agung Lesmana (spv.)
25 P.J Promosi siaran Aldo Kaecmir (spv.), Angga
26 P.J Transmisi Heribertus kongkau
27 Transmisi I Wayan (spv.)
28 P.J Peralatan Budhi Satata Ishak
29 Pendukung teknik Agung Wicaksono (spv.), Rizkan Karyadi
30 Teknik siaran Tim technical on air Trans7
31 Teknologi informasi Firman Wahyudi (Sec. Head), Herpe Aidil
32 P.J Sale&marketing Atiek Nurwahyuni
33 Tim marketing service Yudhi Hendarto, Renfist Jendi
34 P.J Keuangan CH. Suswati Handayani
35 Pengadaan Mazli Febriansyah, Iswarita
36 PABX Fahmi Ishato (spv.)
37 Perlengkapan Tim GS Trans7
38 Host Deddy Corbuzier
39 Co-Host Chika Jesica
40 Narasumber Syekh Ali Jaber
41 Pendukung music Anugrah Prahasta
4. Profil Narasumber
Pada program-program acara talkshow tidak akan berjalan dengan baik
jika tidak ada pakar-pakar atau narasumber yang mengerti dan faham mengenai
pembahasan yang sedang diperbincangkan. Pada Talkshow Hitam Putih episode
Syekh Ali Jaber yang menjadi narasumbernya ada 3 yaitu Bayu Yulianto, Yogi
Madsoni yang merupakan ketua ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia) yang
di naungi oleh Yayasan syekh Ali Jaber dan pastinya Syekh Ali Saleh Mohammed
Ali Jaber itu sendiri atau yang lebih dikenal dengan Syekh Ali Jaber yang
merupakan salah seorang imam di masjid Nabawi, Pendakwah dan Ulama
berkewarganegaraan Indonesia. Ia juga menjadi juri pada Hafiz Indonesia di

47
RCTI. Berikut gambar host, co-host beserta narasumber talkshow Hitam Putih
episode Syekh Ali Jaber di Trans7:
GAMBAR 3.4
Narasumber Episode Syekh Ali Jaber
Syekh Ali Jaber Lahir di Kota Madinah Munawarah Saudi Arabia 3 Shafar
1396 H / 03 Februari 1976 M. Sejak kecil Ali Jaber telah menekuni membaca Al-
Quran. Ayahnyalah yang awalnya memotivasi Syekh Ali Jaber untuk belajar Al-
Quran. Dalam mendidik agama, khususnya Al-Quran dan shalat, ayahnya sangat
keras, bahkan tidak segan-segan memukul bila Ali Jaber kecil tidak menjalankan
shalat. Ini implementasi dari hadis Nabi Muhammad SAW yang membolehkan
memukul anak bila di usia tujuh tahun tidak melaksanakan shalat fardhu.
Keluarganya dikenal sebagai keluarga yang religius.
Di Madinah ia memiliki masjid besar yang digunakan untuk syiar Islam.
Sebagai anak pertama dari dua belas bersaudara, Ali Jaber dituntut untuk
meneruskan perjuangan ayahnya dalam syiar Islam. Meski pada awalnya apa yang
ia jalani adalah keinginan sang ayah, lama-kelamaan ia menyadari itu sebagai
kebutuhannya sendiri. Tidak mengherankan, di usianya yang masih terbilang
belia, sebelas tahun, ia telah hafal 30 juz Al-Qur‟an, Sejak itu pula Syaikh Ali
memulai berdakwah mengajarkan ayat-ayat Allah SWT di masjid tersebut,
kemudian belanjut ke masjid lainnya. Selama di Madinah, ia juga aktif sebagai
guru tahfizh Al-Qur‟an di Masjid Nabawi dan menjadi imam shalat di salah satu
masjid kota Madinah.

48
Syekh Ali Jaber mengawali kegiatan dakwah di Indonesia di tahun 2008,
hal itu didukung dengan menikahi seorang gadis asli Lombok, Indonesia, bernama
Umi Nadia yang sudah lama tinggal di Madinah. Pada tahun yang sama, ia
melaksanakan shalat Maghrib di masjid Sunda Kelapa Jakarta Pusat. Selepas
shalat ada salah seorang pengurus masjid memintanya untuk menjadi imam
shalat Tarawih di masjid Sunda Kelapa, karena saat itu hampir mendekati bulan
Ramadhan, Maka Sejak itulah ia terus mendapat kepercayaan masyarakat di
sejumlah tempat di Indonesia. Demi menunjang komunikasinya dalam
berdakwah, ia pun mulai belajar bahasa Indonesia dan akhirnya sanggup berbicara
bahasa indonesia dengan lancar.
Di Indonesia, ia memiliki program mudah menghafal Al-Qur‟an. Hanya
dengan waktu enam bulan kita bisa hafal Al-Qur‟an, karena pada dasarnya
menghafal itu memang mudah. Bahkan dengan ketekunan dan kesungguh-
sungguhan bisa hafal Al-Qur‟an dengan waktu yang lebih singkat. Salah satu
metode menjaga hafalan adalah menyimpan hafalan melalui shalat sunnah
qabliyah dan shalat sunnah malam dengan membacanya. Ada juga dengan
membacanya sesaat sebelum tidur. Menurutnya, ini cara terbaik. Esok hari, ketika
bangun tidur, insya Allah hafalan Al-Qur‟an-nya tidak hilang.
Kegiatan Syekh Ali Jaber di Indonesia antara lain adalah guru tahfidz Al-
Qur‟an di Islamic Centre / Masjid Agung Al- Muttaqin Cakranegara Lombok
NTB, Imam besar dan Khatib di Masjid Agung Al- Muttaqin Cakranegara
Lombok NTB, Imam Sholat Tarawih, Qiyamul Lail dan pembimbing Tadarus Al-
Qur‟an selama Ramadhan 1429 H serta Imam Sholat Idul Fitri 1429 H di Masjid
Agung Sunda Kelapa Menteng Jakarta Pusat, Pengajar di Pesantren Tahfidz Al-
Qur‟an Al- Asykar Puncak Jawa Barat, Muballigh Majelis Taklim di Jakarta dan
sekitarnya (Nikmatnya sedekah MNCTV, Indonesia Menghafal MNCTV, dan
mengajar di majelis taqlim di pancoran), Menjadi Juri di acara Hafiz 2014 RCTI.2
2https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2016/12/profil-lengkap-syekh-ali-
jaber.html diakses pada 21 Januari 2017 jam 01:58 WIB

49
5. Konten yang Dibahas
Pada Episode Syekh Ali Jaber ini terdiri dari body talkshow berdurasi 40
menit yang terbagi kedalam 4 segmen yang mengangkat tema dakwah islam.
Segmen pertama menceritakan secara singkat tentang kehidupan Syekh Ali Jaber
mulai dari latar belakangnya sebagai imam madinah yang hijrah ke Indonesia
karena jatuh cinta dengan nuansa ramadhan di Indonesia sampai kehidupan
pribadinya yang hoby jalan-jalan dan berbagi pengalaman mengenai cara
mendidik anak. Beliau mengaku bahwa ajaran ayahnya keras dalam mengajar dan
sangat marah ketika telat shalat dan mengaji tetapi beliau menerapkan ajaran yang
berbeda kepada anaknya yaitu tidak pernah memaksa anak untuk menghafal al-
qur‟an dan memperkenalkan ajaran agama kepada anak dengan cara berdialog.
Ada statmen Syekh Ali Jaber yang menarik menurut peneliti pada segmen ini
yaitu “biasanya kita mendengar anak durhaka pada orang tua tapi ternyata ada
juga orang tua yang durhaka kepada anak”.
Di segmen ke-2, disinilah menariknya yaitu Syeikh Ali Jaber
mensosialisasikan program wakaf sejuta al-Qur‟an Braille digital untuk tuna netra
di Indonesia teknologi baru dalam dakwah islam yaitu al-qur‟an digital untuk tuna
netra atau biasa disebut “Braille” yang merupakan inovasi baru yang berfokus
pada system suara yang dilengkapi dengan headset dan pena baca ciptaan Syekh
Ali Jaber sendiri yang diciptakan tidak hanya untuk tuna netra tapi bagi semua
umat yang ingin belajar qur‟an, bermula karna mempunyai sahabat tuna netra di
Madinah waktu kelas 1 SMP dan sudah dapat penghargaan dari Qatar, Mesir,
Malaysia dan DEPAG Indonesia demi syiar di Indonesia. Dan ternyata program
wakaf sejuta Qur‟an Braille Digital (QBD) sudah dilakukan sejak 2015 di
Indonesia yang dibantu oleh jama‟ah Aceh, Palembang, Surabaya, Bandung,
Lombok dan Jakarta. Dibagikan secara gratis dan rencana akan diwakili dengan
presiden untuk pemberiannya. Di segmen ini juga diperlihatkan cara membaca
QBD ini oleh perwakilan dari anggota Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI)
yaitu Bayu dan Yogi mereka mengaku dipermudah untuk menghafal dan
membaca al-qur‟an. Kelebihannya diantara lain dapat dibaca dan diulang perayat,

50
dapat membaca terjemahnya saja, dan suara yang ada sangat membantu. Berikut
adalah gambar perbedaan antara al-Qur‟an brialle manual dan digital:
GAMBAR 3.5
Al-Qur’an Brialle manual
GAMBAR 3.6
Al-Qur’an Braille Digital
Disegmen ke-tiga dihadirkan ustad Wijayanto yang ceramah mengenai
komunikasi antar budaya di Arab dan di Indonesia yang secara antropologis dan
etnografis berbeda yaitu mindset orang jawa terhadap orang arab selalu identik
dengan kejam, galak, ngomong biasa saja seperti marah-marah contohnya ketika
orang Arab memberi salam dengan mimik dan suara tinggi dianggap orang jawa
seperti orang marah-marah. Praktik penghormatan di Arab dengan memegang
jenggot, jika di sumatera ketika dinasehati harus melihat pada yang dinasehati
berbeda dengan dijawa. Syekh Ali Jaber mengaku setelah beradaptasi dengan
sikap daan makanan di Indonesia beliau berubah menjadi lembut dan manja
menurut orang Arab. Ada statement terakhir yang diucapkan oleh Ustad wijayanto

51
“Alhamdulillah saya ikut memasarkan, karena prinsipnya itu ada kaidah:
من دل على خير فله مثل أجر فاعله
“Man dalla ‘ala khoirin fa lahu mitslu ajri fa’ilihi”
Siapa yang bisa membuat jalan-jalan kebaikan maka pahalanya mengalir juga
kepada siapa yang membuat jalan itu, Hitam Putih ini punya pahala banyak karna
ikut mensyiarkan atau membuat share tentang pentingnya brialle, yang menemui
Syekh Ali tetapi Hitam Putih yang mempersentasikan maka pahalanya mengalir
kepada kita semua yang ada disini”.
Selanjutnya si segmen ke-empat terdapat sponsor dari Nourish Skin
Ultimate oleh Marisa Nasution. Ia memberi tahu pemirsa akan rahasia kulit
cantiknya dengan mengkonsumsi Nourish Skin Ultimate setiap harinya. Ia juga
menjelaskan kandungan dan manfaat yang ada pada Nourish Skin Ultimate yaitu
mengandung anti oksidan seperti ultimate, green tea, beta carotin, vitamin C & E
yang membantu mengatasi jerawat dan juga cegah flek hitam bekas jerawat.
Mengandung marine protein dan kolagen yang efektif membantu meregenerasi
sel-sel kulit hingga terasa elastic, kencang dan awet muda. Mengandung herba
pelembab yang bias melembabkan seluruh kulit dari dalam sehingga tampak lebih
fresh. Artinya Episode ini memiliki rating tinggi dan menjadi menarik untuk
diteliti strategi talkshow Hitam Putih dalam penerapan pada setiap tahapan proses
konstruksi pesan dakwahnya.
6. Tujuan Ditayangkannya Episode Syekh Ali Jaber
Dalam Talkshow ini akan dirumuskan tujuan umum. Berdasarkan tujuan
umum ini, kemudian akan dirumuskan tujuan khusus. Langkah untuk
merumuskan tujuan khusus dan umum dapat digunakan sebagai bimbingan dan
arahan dalam mengarang. Jadi sebagai acuan kerja kreatif yang bermakna,
rumusan tujuan yang jelas dapat langsung menuju sasaran kreasi dalam
masyarakat luas dengan kata lain, tujuan komunikasi sudah mencapai sasaran.
Hitam Putih memiliki tujuan utama yaitu menghibur, memberi informasi,
mempengaruhi dan mendidik penonton. Adapun pada episode ini bertujuan dalam
ranah pendidikan yaitu untuk memberi informasi dan sosialisasi mengenai

52
teknologi baru pada al-Qur‟an Braille digital dan program wakaf sejuta al-Qur‟an
Braille digital untuk tuna netra di Indonesia yang di pelopori oleh Syekh Ali Jaber
sekaligus syiar agama Islam yang terdapat pada ceramah ustad Wijayanto di
segmen 3 dengan alur mengangkat latar belakang syekh Ali Jaber pada segmen 1
kemudian dilanjutkan dengan tutorial menggunakan al-Qur‟an Braille digital yang
diikuti juga oleh Deddy Corbuzier dengan tujuan menginformasikan kepada
pemirsa bahwa al-Qur‟an Braille digital tidak hanya dibutuhkan dan dapat dipakai
oleh tuna netra melainkan dapat digunakan pula untuk belajar mengaji pada
pemula. Berikut format dan daftar crew yang bertugas pada talkshow Hitam Putih
di Trans7 episode Syekh Ali Jaber:
TABEL 3.2
Format Talkshow Hitam Putih di Trans 7
Mata Acara Hitam Putih
Format Talkshow
Segmen 4
Waktu Siar Senin – Jumat jam 19:00 WIB
Durasi 60 menit (include comercial break)
Frekuensi 5x dalam sepekan penayangan
Shooting Studio Camera System
Lingkup Materi Membahas materi umum seperti:
hot news, tokoh masyarakat,
entertainment, religi, social, dan
tema-tema unik inspiratif lainnya
Sasaran Remaja & Dewasa
Motto From the deppest mind, the
emotions are Exposed
Tujuan Entertainment dan edukasi
Sifat Live dan taping

53
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA HASIL PENELITIAN
Dalam dunia pertelevisian, sistem teknologi telah menguasai jalan pikiran
masyarakat, televisi menguasai pikiran-pikiran manusia dengan cara membangun
teater dalam pikiran manusia (theater of mind), sebagaimana gambaran realitas
dalam tayangan televisi. Selain kekuatan media megkontruksikan theater of mind,
dalam dunia pertelevisian produser konten dan tim kreatif memiliki kemampuan
membangun realitas media massa tersebut. Keduanya adalah manusia kreatif yang
bekerja setiap hari untuk membangun berbagai reailtas setiap hari untuk
membangun realitas bedasarkan dunia apa yang diinginkan tentang suatu isu yang
kan tayangkan. Dalam membangun sebuah realitas, seorang produser dan tim
kreatif juga dipengaruhi oleh klien, lingkungan mereka, budaya, pandangan
terhadap program talkshow, pengetahuan tentang dunia pertelevisian, keahlian
teknologi, dan lainnya.
Penciptaan realitas tersebut menggunakan satu model produksi yang oleh
Baudrillard disebutnya dengan simulasi, yaitu penciptaan model-model nyata
yang tanpa asal-asul atau realitas awal. Hal ini olehnya disebut (hiper-reality).
Melalui model simulasi, manusia dijebak didalam satu ruang, yang disadarinya
sebagai nyata, meskipun sesungguhnya semu, maya, atau khayalan belaka.
Agar tayangan tersebut dapat dikonstruksikan, maka diperlukan pencitraan
dalam sebuah talkshow. Pada beberapa hal dalam talkshow Hitam Putih yang
menonjol dalam pencitraan, diperoleh beberapa kategoriasasi penggunaan
pencitraan dalam episode Syekh Ali Jaber, sebagai berikut:
1) Citra perempuan: dapat dilihat di gambar 4.1 yaitu co-host pada talkshow
Hitam Putih ini adalah seorang perempuan yang bernama Chicka Jesica,
ini menggambarkan citra pigura untuk selalu tampil memikat dan citra
pergaulan tidak seperti episode-episode sebelumnya, pada talkshow Hitam
Putih episode Syekh Ali jabber Chicka Jesica memakai hijab sebagai daya
pikat penonton yang memberi arti bagi penonton bahwa chicka jesica
merupakan wanita muslimah, sopan, menjalankan perintah agama dan lain

54

55
dibuat oleh Syekh Ali Jaber sebelumnya. Berikut gambar citra maskulin
pada talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber:
GAMBAR 4.2
Citra Maskulin Syekh Ali Jaber
3) Citra kemewahan dan eksklusif adalah citra yang diidamkan oleh banyak
orang dalam kehidupan masyarakat. Citra ini dapat dilihat pada gambar
4.3 yaitu set studio Hitam Putih yang mewah dan eksklusif:
GAMBAR 4.3
Citra kemewahan dan Eksklusif Set Studio
Tidak jarang masyarakat yang menginginkan ruang tamu seperti apa yang
dikonstruksikan oleh tim Hitam Putih, yaitu ruang tamu dengan design
mewah yang dilengkapi dengan piala-piala penghargaan, lukisan hitam
putih, quotes kanfas, bupet hitam putih minimalis, meja putih yang unik,

56
ditambah dengan hiasan meja berbentuk dadu dan sofa mewah dengan
alunan piano putih merek Yamaha dan beat box. Hal tersebut bertujuan
untuk menarik minat kelas sosial menengah atas agar tertarik untuk
menonton Hitam Putih.
4) Citra kelas sosial: individu juga mendambakan hidup dalam kelas sosial
yang baik, kelas yang dihormati banyak orang. Kelas sosial pada talkshow
Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber ditunjukan kepada remaja dan
dewasa khususnya yang beragama Islam atau orang-orang yang
disekitarnya terdapat tuna netra muslim sekaligus para dermawan yang
ingin berpartisipasi dalam program wakaf 1000 Qur‟an brialle digital.
5) Citra manfaat: umumnya orang mempertimbangkan faktor manfaat
sebagai hal utama dalam sikap memilih tayangan yang tayak ditonton,
citra ini dapat dilihat di segmen ke-2 yaitu sosialisasi qur‟an brialle digital,
dengan mudahnya para tuna netra membaca al-Qur‟an brialle digital ini
yang sangat membantu tuna netra untuk menghafal al-Qur‟an dan praktis
dibawa kemanapun dan kapanpun karena bentuknya yang praktis dan tidak
sebesar al-quran brialle manual. Citra manfaat pada episode Syekh Ali
Jaber ini adalah informatif akan program wakaf 1000 qur‟an brialle digital,
edukatif dan inspiratif bagi tuna netra dan pengembang teknologi, unik dan
menghibur ketika dakwah ustad wijayanto dibalut dengan humor.
6) Citra pesahabatan: pada gambar 4.4 terlihat host Deddy Corbuzier dan co-
host Chicka Jesica yang mencitrakan kepada media bahwa mereka adalah
rekan kerja sekaligus sahabat karib dan tidak jarang infotainment
menggosipkan bahwa mereka adalah sepasang kekasih karena
kedekatannya yang intens dan dikabarkan kedekatannya bermula semenjak
Chicka Jesica menjadi co-host Hitam Putih salah satu tujuannya yaitu
untuk mendongkrak share dan rating Hitam Putih. Berikut gambar citra
persahabatan pada talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber:

57
GAMBAR 4.4
Citra Persahabatan Chicka Jesica & Deddy Corbuzier
Dalam menentukan tema yang akan diangkat kedalam talkshow Hitam
Putih tim kreatif meninjau dari share dan rating yang tertinggi sehari pasca
shooting live. Tema yang banyak diminati masyarakat diantaranya adalah segala
sesuatu yang kekinian seperti menghadirkan Stand Up Comedy ketika sedang hits
kompetisi Standup Comedy, viral yaitu yang banyak di perbincangkan di media
sosial seperti kasus pulo mas, polwan cantik dan lain sebagainya, inspiratif, unik
dan menghibur juga merupakan standart untuk setiap tema yang diangkat di Hitam
Putih.
Hadirnya sesi Tanya jawab dari ustad Wijayanto di setiap episode Hitam
Putih mendongkrak rating yang merupakan pengkayaan dan pengayaan
problematika kehidupan, lebih kepada treatment pengganti question of lifenya
Deddy Corbuzier. Karena berbagai pertimbangan produser yaitu cara berbicara
ustad Wijayanto yang humoris, cara penerangan yang jelas, dan memahami segala
aspek budaya kehidupan karena latar belakang beliau adalah seorang sosiolog
yang paham dengan apa yang berkembang dimasyarakat, terlebih Indonesia yang
notabenenya mayoritas beragama Islam otomatis menganut kultur islami yang
kuat. Namun belakangan ini beliau jarang hadir karena berhalangan hadir karna
sibuk dengan bisnis yang ditekuni sebelumnya yaitu travel haji dan umroh.

58
Berbagai strategi Hitam Putih dalam mempertahankan eksistensinya yang
telah dijelaskan diatas tak terlepas dari strategi trans7 dalam menarik minat
penonton setianya Trans7 memiliki pendirian untuk menyajikan tayangan yang
mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta
kepribadian bangsa yang membumi. Dengan tujuan agar Trans7 dapat menjadi
stasiun televisi terbaik di Indonesia dan di ASEAN. Artinya, program-program
Trans7 berpihak kepada kepentingaan umum walaupun adanya keberpihakan
semu kepada masyarakat yang tidak terlepas dari kepentingan kapitalis.
Peter L. Berger bersama-sama dengan Thomas Luckman mengatakan
setiap realitas sosial dibentuk dan dikonstruksi oleh manusia. Mereka
menyebutkan proses terciptanya konstruksi realitas sosial melalui adanya tiga
tahap, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Berikut akan dijelaskan
proses terciptanya konstruksi realitas sosial pada talkshow Hitam Putih episode
Syekh Ali Jaber mulai dari pra produksi, produksi, pasca produksi hingga
transmisi dan evaluasi:
A. Eksternalisasi (Pra Produksi)
Eksternalisasi ialah proses penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural
sebagai produk manusia. Dimulai dari interaksi antara pesan tayangan televisi
dengan individu pemirsa melalui tayangan televisi. Tahap pertama ini merupakan
bagian yang penting dan mendasar dalam satu pola interaksi antara individu
dengan produk-produk sosial masyarakatnya. Yang dimaksud dalam proses ini
ialah ketika suatu produk sosial telah menjadi sebuah bagian penting dalam
masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh individu, maka produk sosial itu
menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang untuk melihat dunia luar.
Artinya, tahap eksternalisasi ini berlangsung ketika produk sosial tercipta
di dalam masyarakat, kemudian individu mengeksternalisasikan (penyesuaian
diri) ke dalam dunia sosiokulturalnya sebagai bagian dari produk manusia. Produk
sosial bisa bermacam-macam bentuknya mulai dari kebutuhan pokok masyarakat
seperti pakaian, makanan, sabun cuci, tempat tinggal dan lain sebagainya.

59
Informasi, hiburan, ideologi, teknologi, ekonomi, politik, dan religi juga termasuk
paket produk sosial yang terus berkembang di masyarakat melalui televisi.
Tahap eksternalisasi dalam proses produksi TV ada pada tahap
praproduksi yang merupakan tahap terpenting dalam sebuah produksi televisi
karena segala proses dan hasil tayangan TV dilihat dari persiapan perencanaan
produksi jika persiapannya matang maka akan memudahkan proses produksi
televisi dan menghasilkan tayangan sesuai ekspektasi. Millerson memulai tahapan
praproduksi dengan production planning meeting (konsep program, tujuan, dan
sasaran yang ingin dicapai). Script untuk program dialog, variety show hanya
menggunakan outline script yang mencakup apa yang harus dilakukan talent/
pengisi acara, fasilitas yang digunakan, dan video tape.
Tahap pra-produksi talkshow Hitam Putih meliputi tiga bagian antara lain:
a. Konsep Program: Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan
ide atau gagasan, membuat riset dan rundown talkshow. Konsep talkshow
Hitam Putih ada 4 yaitu mengedepankan unik, inspiratif, kekinian dan
menghibur.
b. Tujuan: selain tujuan pokok tayangan televisi yaitu untuk meberikan
penonton informasi, edukasi, dan pengaruh ada tujuan khusus yaitu
menjaga keutuhan bangsa serta nilai-nilai demokrasi dengan menayangkan
kualitas tayangan bermoral yang dapat diterima masyarakat dan mitra
kerja. Dan memberikan yang terbaik bagi stakeholders dengan
menayangkan program berkualitas dan mempertahankan moral serta
budaya kerja yang dapat diterima stakeholders.
c. Segmentasi: Remaja dan Dewasa
Untuk mengetahui proses konstruksi sosial atas realitas sosial pada tahap
eksternalisasi talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber peneliti
menggunakan konten konstruksi sosial media massa yang dipelopori oleh Petter
L. Berger dan Thomas Luckman, proses kelahiran konstruksi sosial media massa
melalui tahap-tahap sebagai berikut:

60
1. Tahap Penerapan Unsur-unsur Komunikasi Dakwah
Pada pra produksi talkshow Hitam Putih tahap penerapan unsur-unsur
komunikasi dakwah ini dengan cara menyiapkan materi konstruksi sosial
media massa pada persiapan tema, rundown, narasumber, setting dan tim
Hitam Putih yang merupakan tugas associate producer Hitam Putih dengan
cara mengadakan meeting konten setiap minggunya dengan Executive
Produser, tugas itu dilanjutkan pada tim Hitam Putih sesuai job desk masing-
masing yang bertanggung jawab di lapangan. Ada tiga hal penting dalam
menyiapkan materi konstruksi sosial yaitu:
Keberpihakan media massa kepada kapitalisme: Sebagaimana diketahui,
saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh
kapitalis. Dalam arti, media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan
kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang
dan penggandaan modal. Semua elemen media massa, termasuk orang-
orang media massa berpikir untuk melayani kapitalisnya, ideologi mereka
adalah membuat media massa laku di masyarakat. Salah satu tujuan
Trans7 adalah “berorientasi kepada kepuasan pemirsa agar dapat
memberikan yang terbaik bagi stakeholders dengan menayangkan program
berkualitas dan mempertahankan moral serta budaya kerja yang dapat
diterima stakeholders” artinya, Trans7 menarik minat penonton dengan
acara-acara yang berkualitas dan mempertahankan moral seperti talkshow
Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber dengan narasumber Syekh Ali Jaber
yang memiliki banyak pengikutnya yang ujung-ujungnya adalah supaya
banyak ditonton oleh masyarakat untuk mendongkrak share dan rating
agar dapat memengaruhi pengiklan sehingga Trans7 digunakan sebagai
mesin pencipta uang dan penggandaan modal bagi kapitalis.
Keberpihakan semu kepada masyarakat: Bentuk dari keberpihakan ini
adalah empati, simpati, dan berbagai partisipasi kepada masyarakat,
namun ujung-ujungnya adalah untuk menjual berita dan menaikkan rating
untuk kepentingan kapitalis. Setiap episode yang ditayangkan di Hitam
Putih tidak jarang yang menunjukkan rasa empati, simpati, dan partisipasi

61
kepada masyarakat termasuk pada episode Syekh Ali Jaber ini
menunjukkan empati kepada tuna netra muslim, simpati kepada Syekh Ali
Jaber, dan partisipasi pada program wakaf 10.000 al-qur‟an brialle digital
di Indonesia. Padahal yang demikian itu bertujuan untuk mengambil hati
pemirsa sehingga untuk mendongkrak share dan rating agar dapat
memberikan yang terbaik bagi stakeholders.
Keberpihakan kepada kepentingan umum: Bentuk keberpihakan kepada
kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap
media massa, Trans7 sudah melakukan yang terbaik untuk selalu
menayangkan program-program yang berkualitas, termasuk Hitam Putih
yang selalu memberikan edukasi, inspirasi serta hiburan bagi penonton
khususnya di episode Syekh Ali Jaber ini ditayangkan untuk kepentingan
umum yaitu sosialisai program wakaf 10.000 al-qur‟an brialle digital di
Indonesia sekaligus dakwah islam dengan tujuan memberi siraman rohani,
pengetahuan akan perkembangan teknologi islam dan juga pengetahuan
komunikasi antar agama dan budaya.
Jadi, dalam menyiapkan materi konstruksi, media massa cenderung
menggunakan ketiga hal tersebut. Namun, kepentingan kapitalis menjadi
sangat dominan mengingat media massa adalah mesin produksi kapitalis
yang mau ataupun tidak harus menghasilkan keuntungan. Tidak ada
keberpihakan kepada suatu golongan dalam setiap episode di Hitam Putih
semuanya berjalan sesuai kode etik penyiaran yang menjadi patokan
hanyalah share dan rating.
2. Tahap Pembingkaian Prolog
Prolog talkshow Hitam Putih bisa kita lihat dari perbincangan dan
kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Deddy Corbuzier sebagai host,
Chicka Jesica sebagai co-host dan Narasumber yang hadir. Untuk
menghindari adanya kesalahan prolog maka di pra produksi ini tim kreatif
meng-cross check profil narasumber dari hasil riset dengan sebenarnya
kemudian briefing narasumber untuk tidak menyebut merek dari produk

62
apapun dan akan di-briefing ulang secara singkat sebelum dipersilahkan
untuk memasuki studio, ketika sudah on cam tim kreatif hanya bisa
mengingatkan dari promter saja yang hanya bisa di lihat oleh narasumber
dan host di studio.
Vestergaard dan Schroder menjelaskan, dalam bahasa komunikasi
ada pesan verbal dan pesan visual. Pesan verbal berhubungan dengan
situasi saat berkomunikasi dan situasi ini ditentukan oleh konteks sosial
kedua pihak yang melakukan komunikasi. Sedangkan dalam pesan visual
hubungan kedua belah pihak sepenuhnya tidak ditentukan situasi, namun
bagaimana addressee menafsirkan teks dan gambar. dalam komunikasi
verbal, interaksi simbolis selalu menggunakn ikon, indeks, dan simbol.
Tayangan televisi menggunakan kedua pesan (verbal dan visual)
ini untuk mengkontruksikan makna dan pencitraannya. Di talkshow Hitam
Putih biasanya menggunakan prolog “jangan kemana-mana tetap di Hitam
Putih” untuk jeda iklan dan quotes dari para ahli untuk menutup acara
dilanjut dengan prolog “saya Deddy Corbuzier dan Chicka Jesica inilah
Hitam Putih” disertai senyuman penutup. Ketika di waktu lain, ada salah
satu radio yang mengundang Deddy Corbuzier untuk menjadi bintang
tamu ditutup dengan quotes dan prolog ala Hitam Putih tanpa
menyebutkan nama program Hitam Putih. Maka kekuatan bahasa visual
tetap saja muncul dalam ingatan masyarakat yang pernah menonton Hitam
Putih di televisi, inilah sebuah realitas bahasa dalam tayangan televisi.
Pada episode Syekh Ali Jaber ini jika kita merujuk pada rundown
banyak sekali point-point yang ingin dikonstruksi oleh tim Hitam Putih
pada segmen pertama contohnya semua point yang tertera di rundown
yaitu menceritakan profil dan latar belakang Syekh Ali yang berawal dari
imam besar Madinah menjadi pendakwah di Indonesia. Kemudian
sebelum menutup segmen Deddy corbuzier terlihat sedang membaca
promter sambil menanyakan mengenai pandangan Syekh Ali tentang
kerukunan umat beragama di Indonesia. Terlebih pada segmen ke-2
terdapat pertanyaan-pertanyaan cukup sensitif pada rundown mengenai

63
tuduhan membawa aliran tertentu, pendapat tentang qurban yang sudah
ada clue menjawabnya, perbedaan pendapat tentang maulid itu bid‟ah,
hubungan Syekh Ali dengan komisi dakwah MUI,dan kesulitannya
berdakwah di Indonesia. Namun pada tayangan di segmen 2 tidak terlihat
adanya pertanyaan-pertanyaan yang ada di rundown kecuali pertanyaan
terakhir yaitu tentang kesulitannya berdakwah di Indonesia. Hal ini
dikarnakan permintaan Syekh Ali karena beliau ingin bekerja sama dengan
Hitam Putih dalam sosialisasi program 10.000 wakaf al-Qur‟an brialle
digital di Indonesia. Berikut rundown Hitam Putih episode Syekh Ali
Jaber:

64
TABEL 4.1
Rundown Hitam Putih Episode Syekh Ali Jaber
RUNDOWN PROGRAM TRANS7 Mengetahui; Menyetujui;
"HITAM PUTIH" TAPINGEPISODE : SYEIKH ALI JABER
KAMIS, 21 JULI 2016Jenis Acara : Talk Show
LOCATION: STUDIO G7 Sisca Hormansyah Bugie Aryatmo
Executive Producer : NUR ARIYANTO Producer Ka. Dept Produksi
Produser : SISCA HORMANSYAH
Ass. Produser : Tansah Ginanjar
Kreatif : Ivan David S & Ardiha Nakamura
PA : ERIS, FARHAN
Host : Deddy Corbuzier, Co Host : Chika
Bintang tamu : SYEKH ALI JABER , USTAD WIJAYANTO, MARISSA NASUTION
PART NO SUBJECT CAST LOC DUR TIME REMARKS
I 1 OBB VT VT 0:00:15 18:00:00 Live Piano + BEAT BOX
2 OPENING SEGMEN DC
CHIKA
MAIN SET 0:02:00 18:00:15 OPENING SEGMEN BY DC & CHIKA
3 INVITE SYEKH ALI
JABER
DC
CHIKA
MAIN SET 0:00:30 18:02:15 INVITE SYEKH ALI JABER SALAH SEORANG IMAM DI MASJID NABAWI
4 CHIT CHAT DC
CHIKA
SYEKH ALI JABER
MAIN SET 00:10:00 19:00:00 POINTERS :
>>Lahir di kota Madinah Al-muwarah 3 Shafar 1396 H / 3 Febuari 1976
>>Sejak kecil telah menekuni membaca Al-Quran
>>Ayahnya sangat keras, tidak segan-segan memukul bila Ali Jaber kecil tidak menjalankan shalat
>>Syekh Ali Jaber memiliki masjid besar di Madinah yang digunakan untuk syiar Islam
>>Anak pertama dari 12 bersaudara
>>Di usia 11 tahun telah hafal 30 juz Al Quran
>>Aktif sebagai guru tahfizh Al-Quran di Masjid Nabawi dan menjadi imam shalat salah satu masjid kota
Madinah
>>Berdakwah hingga ke Indonesia di tahun 2008
>>Menikahi Umi Nadia asli Lombok yang lama tinggal di Madinah
>>Berawal menjadi imam shalat Tarawih di masjid Sunda Kelapa, sejak saat itu ia terus mendapat
kepercayaan masyarakat di sejumlah tempat di Indonesia
>>Menjadi WNI tahun 2011
CERITAKAN TENTANG MASA KECIL NYA SYEKH
BAGAIMANA PERJALANAN DAKWAH SYEKH DARI MADINAH KE INDONESIA
5 HOOKER DC MAIN SET 0:00:30 19:10:00 JANGAN KEMANA MANA TETAP DI HITAM PUTIH
6 BUMPER OUT VT VT 0:00:05 19:10:30 Song by pianist + BEAT BOX
TOTAL PART I 0:13:20
COMMERCIAL BREAK 00:06:35 19:10:35
II 7 BUMPER IN VT VT 0:00:05 19:17:10 Live Piano + BEAT BOX
8 OPENING SEGMEN DC MAIN SET 0:00:30 19:17:15 OPENING SEGMEN
9 CHIT CHAT DC
CHIKA
SYEKH ALI JABER
MAIN SET 0:10:00 19:17:45 POINTERS :
1. BAGAIMANA TANGGAPAN SYEKH ALI JABER TENTANG PERBEDAAN PENDAPAT KENAPA MAULID ITU
BID'AH?
2. DAN BAGAIMANA DENGAN TANGGAPAN TENTANG QURBAN
>>SYEKH ALI JABER tidak mengucapkan larangan, tapi bagi siapa yang ingin berqurban lebih dari 1 ekor
kambing/ sapi
3. ADA YANG MENUDUHKAN MEMBAWA ALIRAN TERTENTU
4. BAGAIMANA HUBUNGAN SYEKH ALI JABER DENGAN KOMISI DAKWAH MUI?
5. KESULITAN NYA BERDAKWAH DI INDONESIA
10 HOOKER DC MAIN SET 00:00:30 19:27:45 JANGAN KEMANA MANA TETAP DI HITAM PUTIH
11 BUMPER OUT VT VT 0:00:05 19:28:15 Song by pianist + BEAT BOX
TOTAL PART II 0:11:10
COMMERCIAL BREAK 00:07:05 19:28:20
III 12 BUMPER IN VT VT 0:00:05 19:35:25 Live Piano + BEAT BOX
13 OPENING SEGMEN DC MAIN SET 0:00:30 19:35:30 DC OPENING SEGMEN TANYA USTAD
14 CHIT CHAT DC
USTAD
WIJAYANTO
MAIN SET 00:10:00 19:36:00 POINTERS :
TANYA USTAD
15 HOOKER DC MAIN SET 00:00:30 19:46:00 JANGAN KEMANA-MANA TETAP DI HITAM PUTIH !!
16 BUMPER OUT VT VT 0:00:05 19:46:30 Song by pianist + BEAT BOX
TOTAL PART IV 0:11:10
COMMERCIAL BREAK 00:07:15 19:46:35
IV 17 BUMPER IN VT VT 0:00:05 19:53:50 Live Piano + BEAT BOX
18 OPENING SEGMEN DC
CHIKA
MAIN SET 0:00:30 19:53:55 OPENING SEGMEN BY DC & CHIKA
19 BLOCKING NOURISH
SKIN ULTIMATE
DC
CHIKA
MARISA
NASUTION
MAIN SET 0:10:00 19:54:25 POINTERS :
BLOCKING NOURISH SKIN ULTIMATE
20 CLOSING PROGRAM BY
DC
DC MAIN SET 0:00:30 20:04:25 CLOSING + QUOTES BY DC
21 CREDIT TITLE VT MAIN SET 0:00:30 20:04:25 outro song
TOTAL PART IV 0:11:05
TOTAL DURASI
PROGRAM
0:46:45
TOTAL COMMBREAK 0:20:55
TOTAL DUR. ALL
PROGRAM
1:07:40 20:04:55

65
B. Objektifasi (Produksi, Pasca Produksi dan Transmisi)
Objektivasi ialah tahap dimana interaksi sosial yang terjadi dalam dunia
intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Pada
tahap ini, sebuah produk sosial berada proses institusionalisasi, sedangkan
individu memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang
tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur
dari dunia bersama. Objektivasi ini bertahan lama sampai melampaui batas tatap
muka di mana mereka bisa dipahami secara langsung.
Dengan demikian, yang terpenting dalam tahap objektivasi ini adalah
melakukan signifikasi, memberikan tanda bahasa dan simbolisasi terhadap benda
yang disignifikasi, melakukan tipifikasi terhadap kegiatan seseorang yang
kemudian menjadi objektivasi linguistik, yaitu pemberian tanda verbal maupun
simbolisasi yang kompleks, yang mana selalu hadir dalam pengalaman dan pada
suatu ketika sampai kepada sebuah representasi. Misalnya, lembaga hukum yang
mana menjadi representasi dari bahasa hukum, kitab undang-undang, teori hukum,
atau bahkan representasi yang mendasar dari lembaga dan norma-norma dalam
system pemikiran etika, agama, atau mitologi.
Pada tahap objektivasi dalam produksi TV ada pada tahap proses produksi
dan pasca produksi yang melakukan signifikasi, yakni pembuatan tanda-tanda
yang dilakukan tim kreatif karena tujuannya yang eksplisit untuk digunakan
sebagai isyarat atau indeks bagi pemaknaan subjektif penonton. Proses produksi
dilakukan sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul. Program Director
yang di bantu oleh Floor Director bekerja sama dengan talent dan crew mencoba
mewujudkan apa yang direncanakan sesuai rundown yang telah dibuat oleh
produser.
Inti dalam tahap produksi ini adalah recording apapun yang telah
direncanakan pada tahap praproduksi. Dalam produksi Talkshow ada beberapa hal
yang harus diperhatikan yang disebut studio rehearsal yaitu pengecekan dimulai
dari set design apakah unsur-unsur set sudah sesuai floor plan yang menjadi
tanggung jawab set designer. Memastikan tata pencahayaan yang disiapkan sudah

66
terpenuhi dengan baik, termasuk tata suara beserta penempatan peralatan
pendukungnya harus sudah pada posisi yang benar.
Proses studio rehearsal yang dipimpin oleh floor director dapat dilakukan
dengan berbagai cara, secara umum persiapan itu antara lain: dry run/walk
through, camera blocking, pre-dress run trough, dress rehearsal, dan video
taping.
Pada talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber 29 Juli 2017 shooting
taping pada hari kamis, 21 Juli 2017 dengan body talkshow 40-45 menit yang
dibagi 4 segmen, jika ada konten yang tidak sesuai tim kreatif akan memotongnya
yang dibantu oleh editor yang diawasi oleh asisten produser dan hasil akhir
diserahkan kepada executive produser. Kesesuaian antara pra produksi dengan
proses produksi terkadang ada yang tidak sesuai biasanya karena bintang tamu
yang telat, jika telat secara fleksibel akan di switch segmen dengan bintang tamu
yang lainnya atau jika bintang tamu belum ada yang datang maka studio harus
dikuasai oleh host dibantu dengan crew dengan mengadakan treatment-treantment
seperti games dan lain sebagainya hal ini dilakukan jika live berbeda dengan
taping terkadang ada bintang tamu yang berhalangan hadir cara mengatasi hal
semacam ini harus cepat mengambil keputusan untuk mengganti tema dengan
bintang tamu yang berbeda pula.
Kendala dalam proses produksi talkshow Hitam Putih secara teknis sangat
sedikit, hanya saja lagi-lagi kendala disebabkan oleh narasumber yang tidak
atraktif dan briefing yang belum dimengerti oleh narasumber sehingga
menyebabkan miss pada sesi games dan lainnya.
Setelah proses produksi live talkshow biasanya kaset diberi tanggal, nama
program dan episode kemudian diberikan kepada bagian library trans7. Berbeda
dengan taping talkshow diperlukan proses pasca produksi sebagai berikut:
Capturing: proses capture gambar terjadi pada editing non linier, yaitu
mentransfer audio visual dari kaset digital kedalam hardisk komputer.
Sehingga materi editing sudah dalam berbentuk file, apabila menggunakan
editing linier langsung proses logging gambar.

67
Logging: logging gambar adalah membuat susunan daftar gambar dari
kaset hasil shooting secara detail, disertai dengan mencatat time code-nya
serta dikaset berapa atau nama file apa gambar itu berada. Hal ini
memudahkan proses editing selanjutnya.
Editing picture: penyuntingan (editing) adalah kata kunci dalam proses ini.
Pada tahap ini semua footage telah dikumpulkan secara produksi,
selanjutnya disusun dan dirangkai menjadi produk final.
Editing sound: penyuntingan suara disinkronkan dengan gambar, serta
menghidupkan suasana melalui ilustri musik. Bila membutuhkan sound
effeck tentunya akan memperjelas atmosfer yang dominan atau ingin
ditonjolkan.
Final cut: sekarang peralatan yang digunakan dan kompleksitas ilustrasi
music (sound track), menentukan bahwa materi program sudah dapat
membaur (mix) suara pada tahap online dibutuhkan studio audio untuk
mengerjakan bauran suara final (final mixing). Program yang sudah
lengkap sekarang disebut “master”.
Setelah itu, masuklah pada tahap transmisi. Hal yang paling dibutuhkan
adalah marketing untuk mencapai kesuksesan sebuah program. Stasiun televisi
dalam persaingan industri media, ketika menjalankan usahanya perlu memikirkan
strategi dan perkembangan sistem pemasarannya, yaitu meraih perhatian, pikiran
dan hati konsumen (klien) disinilah peran departemen marketing sangat kuat
dalam menentukan program yang akan on air, bertahan atau tidak layak lagi
dipertahankan. Ada tiga pilar penting dalam departemen marketing televisi yang
saling terkait yaitu marketing, sales dan traffic.
Marketing menetapkan strategi menyusun kekuatan dan menghadapi
kompetitor, feasibility study, target merebut market dan audience sasaran,
membuat panduan marketing gathering, menetapkan rate card, memutuskan
bidding big event, dan melayanai klien (agency dan pemilik brand atau produk).
Sedangkan sales merupakan pendamping marketing yang memfokuskan pada
prospek penjualan yang sebesar-besarnya. Sales harus membuat transaksi dengan

68
output pencapaian target penjualan atau kegagalan target penjualan berbentuk
pengiklan. Traffic adalah proses realisasi dari kinerja marketing dan sales. Seluruh
progress report marketing dan sales baik merupakan MOU ataupun media order
dengan klien selanjutnya direalisasikan dalam rundown siaran iklan. Sehingga
siaran iklan akan lancar tanpa gangguan, materi iklan harus melalui digitize ke
MCR/LTO dan terjadwal dalam rundown. Output akhir dari traffic adalah Log
proof siaran iklan berbentuk print out dan audio visual/VCD.
Pada episode Syekh Ali Jaber ini tahap transmisinya tergolong sukses
karena tercapainya target penjualan berbentuk pengiklan dan sponsor. Proses
transmisinya yaitu karena episode ini bersifat taping maka diperlukan proses
editing setelah itu akan di lempar hasil editannya ke library kemudian akan diberi
ke ruang on air dan saat jam tayangnya on air tinggal play ke satelit sampai
pindah kerumah. Transmisi dilihat dari on air, Pada saat transmisi berlangsung
penonton dirumah secara tidak langsung terkonstruksi secara objektivasi.
Untuk mengetahui proses konstruksi sosial atas realitas sosial pada tahap
objektivasi talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber peneliti menggunakan
konten konstruksi sosial media massa yang dipelopori oleh Petter L. Berger dan
Thomas Luckman, proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-
tahap sebagai berikut:
1. Tahap Pengungkapan Diri
Tahap pengungkapan diri adalah ketika host dan bintang tamu
membingkai fakta penonton berdasarkan pengungkapan diri yang
dilakukan penonton tersebut. Hal ini dikonstruksi agar dapat menarik
perhatian penonton karena merasa dirinya adalah bagian dari tayangan
tersebut. Di segmen pembuka talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali
Jaber telihat host dan bintang tamu menyinggung masalah mendidik anak
sesuai perkembangan zaman dengan statment yang sangat menarik dari
Syekh Ali yaitu “biasa kita mendengar anak durhaka kepada orang tua
padahal ada juga orang tua yang durhaka kepada anak”. Hal ini merupakan
tahap pengungkapan diri bagi orangtua dan calon orang tua yang
menonton.

69
Di segmen ke-2 Syekh Ali menyinggung masalah kesibukannya
yaitu sebagai pendakwah Islam yang hobi jalan-jalan bersama istri beliau
mengatakan “kewajiban berdakwah sudah baik dan diluar itu juga harus
baik”, hal ini merupakan tahap pengungkapan diri bagi pendakwah islam
yang menonton. Kemudian disegmen ini pula Syekh Ali mensosialisasikan
program wakaf 10.000 Qur‟an brialle digital di Indonesia dengan memberi
tahu cara mengaplikasikan temuannya itu. Hal ini merupakan tahap
pengungkapan diri bagi para dermawan dan tuna netra yang menonton.
Di segmen ke-3 banyak sekali tahap pengungkapan diri sebab
dalam sesi Tanya jawab kepada ustad Wijayanto beliau menjelaskan
banyak tentang komunikasi antar budaya di Arab dan Indonesia dan
komunikasi antar ras di Indonesia. Jadi, tahap pengungkapan diri pada
segmen ke-3 ini adalah seluruh warga Indonesia dan Arab yang menonton.
Di segmen terakhir ini adanya bintang tamu Marissa Nasution yang
berbagi pengalaman merawat kulitnya dengan Nourish Skin dan mengajak
pemirsa untuk menjaga kesehatan kulit ini sangat jelas tahap
pengungkapan diri kepada masyarakat Indonesia yang ingin memiliki kulit
sehat terutama untuk wanita yang menonton.
2. Tahap Pembentukkan Realitas Subjektif
Tahap pembentukan realitas subjektif merupakan realitas yang
terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolis
ke dalam individu melalui internalisasi. Artinya, tahap ini merupakan
konstruksi realitas pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media
massa yang terbentuk di masyarakat yang cenderung membenarkan apa
saja yang ada (tersaji) di media massa sebagai suatu realitas kebenaran.
Pada tayangan Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber di Trans7
tahap pembentukan realitas subjektif dapat dilihat dari setiap pernyataan
yang dilontarkan oleh host dan bintang tamu, terlebih dalam Episode ini
dihadirkan tokoh agama yang sudah masyhur dan terpercaya sehingga
dalam setiap pernyataan yang dilontarkan dapat mengkonstruksi fikiran

70
penonton dan penonton cenderung membenarkan statement host dan para
bintang tamu.
Pada segmen pembuka Syekh Ali menceritakan tentang bagaimana
caranya dalam mendidik anak. Beliau menjelaskan pentingnya mendidik
anak sejak dini dengan metode mengajar yang mengikuti perkembangan
zaman diiringi dengan sikap tegas dan bersahabat. Beliau juga
mempertegas bahwa ketegasan dalam mendidik anak itu penting tanpa
disertai dengan kekerasan. Secara tidak langsung cerita pengalaman dari
Syekh Ali ini mengkonstruksi fikiran penonton dengan membenarkan
pernyataan-pernyataan yang dilontarkan karena pada realitas objektifnya
masih banyak anak-anak yang melanggar norma dan jauh dari kata sukses
karena didikan orang tuanya yang keras dan terlalu kolot. Realitas simbolis
yang ditunjukan adalah sosok Syekh Ali sendiri yang dikenal taat dengan
agama, hafiz qur‟an, dan terbilang sukses dalam mensyiarkan agama Islam
yang dididik dengan sikap tegas dan bersahabat.
Di segmen ke-2 terlihat tahap pembentukan realitas subjektif pada
saat demonstrasi al-qur‟an brialle digital, fikiran penonton dikonstruksi
seakan-akan al-qur‟an brialle digital harus dimiliki oleh para tuna netra
muslim untuk mempelajari, memahami dan menghafal al-Qur‟an. Dengan
segala kelebihan yang dimiliki al-Qur‟an brialle digital yang praktis,
mudah dibawa kemana-mana, dan keunggulan pada sistem audionya
sangat membantu karna pada dasarnya indra pendengaranlah yang sangat
diandalkan para tuna netra. Padahal dalam realitas objektifnya jika para
tuna netra muslim hanya mengandalkan al-Qur‟an brialle digital dengan
hanya mendengar saja tanpa membaca bisa jadi tajwid dan makhrojul hurf
nya ada yang salah. Realitas simbolik yang ditunjukkan pada segmen ini
ialah ketika Pak Yogi dan Pak Soni sebagai tuna netra memperlihatkan
kepada penonton bagaimana mereka dengan mudah membaca al-qur‟an
brialle digital dengan pengakuan akan kelebihan al-Qur‟an brialle digital
ini yang dapat menarik minat penonton untuk ikut serta dalam program
wakaf 10.000 al-Qur‟an brialle digital di Indonesia.

71
Pada segmen ke-3 tahap pembentukan realitas subjektif terlihat
pada setiap prolog yang dilontarkan host dan bintang tamu terlebih disesi
tanya jawab dengan ustad Wijayanto disini beliau banyak mengulas
mengenai realitas objektif dalam komunikasi antar budaya di Indonesia
dan Arab selain itu, beilau juga membahas komunikasi antar ras di
Indonesia sehingga penonton membenarkan ulasan tersebut karena fikiran
realitas objektif yang telah dikonstruksi di lingkungan masing-masing
berdasarkan pada struktur pengetahuan yang ada sebelumnya. Realitas
simboliknya juga diperlihatkan ketika ustad Wijayanto telah membahas
mengenai komunikasi salam dan sapa menyapa di Indonesia yang berbeda
dengan di Arab langsung dicontohkan perbedaanya oleh Syekh Ali yaitu
jika di Arab salam dan sapa dengan mimik dan intonasi yang tegas,
singkat dan padat seperti ngajak berantem bila dilakukan di Indonesia.
Tetapi temenjak beliau di Indonesia beliau banyak belajar mengenai
komunikasi antar budaya salah satunya dengan berbahasa lembut yang
diiringi dengan senyuman yang terkesan manja menurut orang Arab
khususnya ketika salam dan sapa di Indonesia.
Di segmen terakhir, tahap pembentukan realitas subjektif jelas
terlihat pada prolog Marissa Nasution dengan host karena di segmen ini
merupakan segmen sponsor dari Nourish Skin, Marissa Nasution
mengajak pemirsa untuk mengkonsumsi Nourish Skin. Di segmen ini
terlihat seakan-akan Marissa mengkonsumsi Nourish Skin sehingga
kulitnya kencang, segar dan awet muda, Marissa juga menjelaskan akan
kegunaan Nourish Skin yaitu melindungi kulit dari dalam yang dapat
mencegah flek hitam dan memudarkan noda bekas jerawat. Penonton
cenderung membenarkan apa yang disajikan di segmen ini karna melihat
realitas simboliknya adalah Marissa Nasution yang merupakan public
figure yang cantik, awet muda dan kulitnya sehat berseri berkat Nourish
Skin. Padahal dalam realitas objektifnya sebagian konsumen Nourish Skin
mengaku tidak ada perubahan yang signifikan pada kulitnya setelah
mengkonsumsi Nourish Skin selama 3 bulan.

72
3. Tahap Pengemasan Realitas Simbolik
Tahap pengemasan realitas simbolik merupakan strategi yang
dilakukan dalam upaya menarik perhatian penonton, pada tahap ini fikiran
penonton secara tidak langsung telah bersedia dikonstruksi oleh media
massa yaitu sikap generik dari tahap pembentukan realitas subjektif.
Artinya, penonton Hitam Putih memilih untuk menjadi pemirsa setianya
adalah karena pilihannya untuk bersedia pikiran-pikirannya dikonstruksi
oleh Hitam Putih.
Dalam tahap pengemasan realitas simbolik biasanya terdiri atas
pembentukan konstruksi citra yang merupakan bangunan yang diinginkan
oleh tahap konstruksi. Dimana bangunan konstruksi citra yang dibangun
oleh media massa ini terbentuk dalam dua model, yaitu: model good news
dan bad news. Model good news adalah sebuah konstruksi yang cenderung
mengkontruksi suatu pemberitaan sebagai pemberitaan yang baik. Pada
model ini objek dikontruksikan memiliki citra yang baik, sehingga
terkesan lebih baik dari sesungguhnya kebaikan yang ada pada objek itu
sendiri. Sedangkan bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung
memberi citra buruk pada objek pemberitaan sehingga terkesan lebih jelek,
lebih buruk, lebih jahat dari sesungguhnya sifat jeleknya, dan jahat yang
ada pada objek pemberitaan itu sendiri. Di Hitam Putih konstruksi citra
disiapkan oleh orang-orang yang bertugas di dalam kegiatan produksi,
mulai dari host dan bintang tamu, tim kreatif, produser dan seluruh crue
yang bertugas.
Adapun citra yang dikonstruksikan dalam episode Syekh Ali Jaber
antara lain adalah citra perempuan yaitu Chicka Jesica memakai hijab
sebagai daya pikat penonton Hitam Putih dan Marrisa Nasution sebagai
daya pikat bagi konsumen Nourish Skin, citra maskulin terlihat pada
Syekh Ali Jaber yang memakai jubah hitam, peci putih dan sorban putih
yang menjulur dari kepala hinga sebagian badan sebelah kirinya yang
memberi arti kesolehan, citra kemewahan dan eksklusif pada setting
studio, citra kelas sosialnya yaitu untuk umum, dan citra manfaatnya

73
adalah informatif akan program wakaf 1000 qur‟an brialle digital, edukatif
dan inspiratif bagi tuna netra dan pengembang teknologi, unik dan
menghibur ketika dakwah ustad wijayanto dibalut dengan humor.
Pada episode Syekh Ali Jaber tahap pengemasan realitas simbolik
mengunakan citra good news dari sosok Syekh Ali Jaber untuk menarik
penonton. Pada segmen pertama realitas simbolis yang ditunjukan adalah
sosok Syekh Ali sendiri yang dikenal taat dengan agama, hafiz qur‟an, dan
terbilang sukses dalam mensyiarkan agama Islam yang dididik dengan
sikap tegas dan bersahabat.
Di segmen ke-2 pengemasan realitas simbolik yang ditunjukkan
ialah ketika Pak Yogi dan Pak Soni sebagai tuna netra memperlihatkan
kepada penonton bagaimana mereka dengan mudah membaca al-qur‟an
brialle digital dengan pengakuan akan kelebihan al-qur‟an brialle digital
ini yang dapat menarik minat penonton untuk ikut serta dalam program
wakaf 10.000 al-qur‟an brialle digital di Indonesia.
Di segmen ke-3 pengemasan realitas simboliknya juga
diperlihatkan ketika ustad Wijayanto telah membahas mengenai
komunikasi salam dan sapa menyapa di Indonesia yang berbeda dengan di
Arab langsung dicontohkan perbedaanya oleh Syekh Ali yaitu jika di Arab
salam dan sapa dengan mimik dan intonasi yang tegas, singkat dan padat
seperti ngajak berantem bila dilakukan di Indonesia. Tetapi temenjak
beliau di Indonesia beliau banyak belajar mengenai komunikasi antar
budaya salah satunya dengan berbahasa lembut yang diiringi dengan
senyuman yang terkesan manja menurut orang Arab khususnya ketika
salam dan sapa di Indonesia.
Diakhir segmen ada sponsor dari Nourish Skin dengan
menggunakan citra good news pula agar dapat mengkonstruksi fikiran
penonton dengan tujuan agar Nourish Skin dikonsumsi masyarakat luas.
realitas simboliknya adalah Marissa Nasution yang merupakan public
figure yang cantik, awet muda dan kulitnya sehat berseri berkat Nourish
Skin.

74
C. Internalisasi (Evaluasi)
Internalisasi ialah proses di mana individu mengidentifikasikan dirinya
dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi
anggotanya. terdapat dua pemahaman dasar dari proses internalisasi secara
umum: pertama, bagi pemahaman mengenai „sesama saya‟ yaitu pemahaman
mengenai individu dan orang lain (sosialisasi primer). Kedua, pemahaman
mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial (sosialisasi
sekunder).
Individu oleh Berger dan Luckmaan dikatakan mengalami dua proses
sosialisasi, yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Sosialisasi primer
dialami individu dalam masa kanak-kanak, yang dengan itu ia menjadi anggota
masyarakat yang dipengaruhi oleh kognitif, afeksi, emosi dan linguistik dari
lingkungan keluarga. Sosialisasi primer berakhir apabila konsep tentang orang
lain pada umumnya dan segala sesuatu yang menyertainya telah terbentuk dan
tertanam dalam kesadaran individu. Pada titik ini ia sudah menjadi anggota efektif
masyarakat dan secara subjektif memiliki suatu “diri” dan sebuah dunia.
Sedangkan sosialisasi sekunder adalah proses lanjutan dari sosialisasi primer yang
mengimbas kepada individu yang sudah disosialisasikan kedalam sektor-sektor
baru di dalam dunia objektif masyarakatnya.
Internalisasi “subdunia” terjadi dalam sosialisasi sekunder yaitu proses
memperoleh pengetahuan khusus sesuai dengan perannya, dimana peran-peran
secara langsung atau tidak langsung berakar dalam pembagian kerja yang pada
umumnya merupakan kenyataan-kenyataan parsial, dimana kenyataan itu berbeda
dengan dunia dasar yang diperoleh dari sosialisasi primer. Walaupun demikian
“subdunia” itu merupakan kenyataan yang sedikit banyak kohersif, bercirikan
komponen normative, afektif maupun kognitif.
Jadi, proses internalisasi melibatkan identifikasi subjektif dengan peran
dan norma-normanya yang sesuai. Dalam kenyataannya, internalisasi memiliki
konsistensi antara internalisasi pertama dengan yang baru. Untuk menciptakan
dan mempertahankan konsistensi, sosialisasi sekunder mengandaikan prosedur-
prosedur konseptual dengan mengintegrasikan berbagai perangkat pengetahuan.

75
Pada tahap internalisasi dalam mengkonstruksi fikiran penonton Hitam
Putih ada pada tahap evaluasi yang berbentuk Trials (audience evaluation/
program rating, informal audience feedback [phone calls, letter, and audience
respons to advertisers commercial constitute more informal audience feedback])
preview sudah dapat dilakukan evaluasi awal terhadap program yang sudah selesai
diproduksi.
Di Hitam Putih evaluasi internal diadakan setiap minggu secara meeting
formal dan setiap 2 minggu sekali evaluasi on air baik secara teknis maupun non
teknis. Kalo sudah berbicara soal tv itu sudah pasti bercondongnya ke AC. Nilsen
kalo berbicara media nilsen ini akan mengeluarkan share, rating, disini akan
muncul by minute yaitu grafik pergerakan dari menit ke menit grafiknya seperti
apa apakah turun atau naik. Tim Hitam Putih akan memprediksi apa yang naik
dan turun secara permenit dilihat dari konten dan bintang tamunya. Misalnya
secara by minute rating dan sharenya flate tim akan mencari tahu sebabnya bisa
jadi karena bintang tamunya tidak pas untuk suatu tema atau bintang tamunya
kurang menarik maka akan dipending dulu untuk minggu depan dan mencoba
alternatif lain.
Pada episode Syekh Ali Jaber ini evaluasi terjadi pada intern dan ekstern.
Adapaun evaluasi interen dilakukan oleh tim Hitam Putih dalam tahap
internalisasi terlihat dari penentuan tema di episode-episode berikutnya. Awalnya,
tim Hitam Putih hanya berpedoman kepada teori AC. Nilsen yang mengandalkan
share rating padahal sosial media sedang memegang posisi teratas dalam sebaran
konstruksi saat ini akhirnya sosial media juga berperan dalam menentukan tema
dan setting Hitam Putih. Evaluasi eksteren juga terjadi pada penonton yang dapat
ditinjau dari sosial media milik Hitam Putih pada kolom komen dan posting-an.
Untuk mengetahui proses konstruksi sosial pada tahap internalisasi
talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber peneliti menggunakan konten
konstruksi sosial media massa yang dipelopori oleh Petter L. Berger dan Thomas
Luckman, proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap
penetapan realitas objektif:

76
Tahap Penetapan Realitas Objektif
Tahap penetapan realitas objektif adalah tahap terbentuknya realita
dari pengalaman di dunia objektif yang berada diluar diri individu, dan
realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Untuk melihat keberhasilan dari
talkshow Hitam Putih diperlukannya proses evaluasi dari transmisi yang
telah berjalan agar menciptakan talkshow yang berkualitas dan diminati
oleh masyarakat luas. Hal ini menjadikan konsumsi media massa sebagai
pilihan konsumtif karena Hitam Putih selalu menyajikan konten yang
diminati banyak orang agar mendapatkan rating yang tinggi, di mana
seseorang secara habit tergantung pada media massa. Media massa adalah
bagian kebiasaan hidup yang tak bisa dilepaskan. Karna itu, maka
pengiklan menggunakan kesempatan ini untuk ikut serta mengkonstruksi
fikiran masyarakat akan citra produk yang dibuatnya di media massa agar
masyarakat mengkonsumsi produknya demi mengambil keuntungan
sebesar-besarnya dari citra yang telah dibentuk Hitam Putih sebelumnya
sebagai program yang unik, inspiratif, kekinian, dan menghibur.
Tahap ini merupakan tahap konfirmasi yaitu ketika media massa
maupun pembaca dan pemirsa memberi argumentasi dan akuntabilitas
terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi.
Alasan-alasan yang sering digunakan oleh konfirmasi ini adalah
umpannya: Kehidupan modern menghendaki pribadi yang selalu berubah
dan menjadi bagian dari produksi media massa, Kedekatan dengan media
massa adalah life style orang modern, dan media massa walaupun memiliki
kemampuan mengkonstruksi realitas media berdasarkan subjektivitas
media. Contoh pada segmen pembuka syekh Ali menegaskan bahwa yang
selama ini kita dengar adalah anak yang durhaka kepada orang tua padahal
ada juga orang tua yang durhaka kepada anak. Ini disebabkan pada
sosialisasi primer kita hanya diajarkan untuk berbakti kepada orang tua
dan jarang sekali adanya penyuluhan dimasyarakat mengnai cara
mengasuh anak yang baik dan benar sehingga setelah menonton tayangan
ini masyarakat menjadi sadar bahwa norma sesungguhnya orangtua tidak

77
boleh dzolim atau durhaka kepada anaknya sehingga sikap dan cara
berfikir mengenai mendidik anak menjadi berubah menjadi lebih baik
karena melihat realita banyak anak yang mempunyai kepribadian ganda
karena terlalu dikekang oleh orang tuanya.
Pada episode Syekh Ali Jaber penetapan realitas objektif terlihat
pada setiap segmen yaitu pada segmen pembuka, realitas objektifnya
masih banyak anak-anak yang melanggar norma dan jauh dari kata sukses
karena didikan orang tuanya yang keras dan terlalu kolot. Di segmen ke-2
realitas objektifnya jika para tuna netra muslim hanya mengandalkan al-
qur‟an brialle digital dengan hanya mendengar saja tanpa membaca bisa
jadi tajwid dan makhrojul hurf -nya ada yang salah. Di segmen ke-3 disesi
tanya jawab dengan ustad Wijayanto disini beliau banyak mengulas
mengenai realitas objektif dalam komunikasi antar budaya di Indonesia
dan Arab selain itu, beilau juga membahas komunikasi antar ras di
Indonesia sehingga penonton membenarkan ulasan tersebut karena fikiran
realitas objektif yang telah dikonstruksi di lingkungan masing-masing
berdasarkan pada struktur pengetahuan yang ada sebelumnya. Di segmen
terakhir realitas objektifnya sebagian konsumen Nourish Skin mengaku
tidak ada perubahan yang signifikan pada kulitnya setelah mengkonsumsi
Nourish Skin selama 3 bulan. Contoh realitas objektif di setiap segmen ini
lah yang menjadi evaluasi bagi tim Hitam Putih (interen) maupun
penonton dirumah (eksteren).

78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah peneliti menguraikan, mempelajari, dan menganalisa tentang
Analisis Produksi Talkshow Hitam Putih Episode Syekh Ali Jaber, maka peneliti
dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. Pada pra produksi talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber mulai
mempersiapkan materi untuk mengkonstruksi fikiran penonton. Pra
produksi merupakan tahap eksternalisasi yang mana tim Hitam Putih
melakukan proses penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural di
Indonesia sebagai sasaran penonton. Proses terlahirnya konstruksi sosial
atas realitas sosial pada eksternalisasi ini terbagi menjadi dua tahap yang
pertama, tahap penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah, Hitam
Putih cenderung menyiapkan tiga materi penting pra produksi yaitu:
Pertama, keberpihakan kepada kepentingan umum dengan menayangkan
episode yang bermoral agar dapat mengedukasi penonton menjadi pribadi
yang agamis. Kedua, keberpihakan semu kepada masyarakat dengan
menayangkan episode yang menunjukkan rasa empati, simpati, dan
partisipasi kepada masyarakat mayoritas Indonesia yaitu muslim agar
mendapatkan rating dan share yang tinggi. Ketiga, keberpihakan kepada
kapitalisme dengan menciptakan rating dan share yang tinggi agar dapat
memengaruhi pengiklan yang digunakan sebagai mesin pencipta uang dan
penggandaan modal bagi kapitalis. Selanjutnya, tahap pembingkaian
prolog pada talkshow hitam putih telah dikonstruksi sepenuhnya oleh tim
Hitam Putih agar terciptanya talkshow yang menarik dengan menunjukkan
karakter dan identitas talkshow. Walaupun tidak sepenuhnya hasil
produksi sama dengan yang direncanakan pada pra produksi, program ini

79
tetap dalam settingan produser secara spontanitas. Prolog ustad wijayanto-
lah yang mendongkrak share dan rating setahun terakhir pada segmen
“Tanya Ustad”.
2. Pada kegiatan produksi, pasca produksi dan transmisi talkshow Hitam
Putih episode Syekh Ali Jaber terlihat pengungkapan diri, pembentukan
realitas subjektif dan pengemasan realitas simbolik yang termasuk dalam
tahap objektivasi yaitu tahap interaksi sosial dalam dunia intersubjektif
penonton talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber yang
dilembagakan melalui trans7. Tahap pengungkapan diri, hal ini
dikonstruksi agar dapat menarik perhatian penonton karena merasa
menjadi bagian dari tayangan tersebut. Terlihat disetiap segmennya yang
membahas tentang dakwah islam. Terlepas dari kepentingan kapitalis, hal
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang islam dan kesadaran
rohani agar dapat merubah seseorang secara kognisi dan afeksi kearah
yang lebih baik. Tahap pembentukan realitas subjektif, dapat dilihat
dari setiap pernyataan yang dilontarkan oleh host dan bintang tamu,
terlebih dalam episode ini dihadirkan Syekh Ali Jaber yang sudah terkenal
dan terpercaya sehingga dalam setiap pernyataan yang dilontarkan dapat
mengkonstruksi fikiran penonton dan penonton cenderung membenarkan
statement host dan para bintang tamu. Tahap pengemasan realitas
simbolik, merupakan strategi Hitam Putih dalam mengkonstruksi pesan
dakwah islam pada episode Syekh Ali Jaber diantaranya dengan adanya
citra perempuan yaitu Chicka Jesica memakai hijab sebagai daya pikat
penonton Hitam Putih dan Marrisa Nasution sebagai daya pikat bagi
konsumen Nourish Skin, citra maskulin terlihat pada Syekh Ali Jaber, citra
kemewahan dan eksklusif pada setting studio, citra kelas sosialnya yaitu
untuk umum, citra persahabatan antara Chicka Jesica dan Deddy
Corbuzier yang dikabarkan mempunyai hubungan khusus, dan citra
manfaatnya adalah informatif, edukatif dan inspiratif, unik dan menghibur.
3. Tahap penetapan realitas objektif pada episode Syekh Ali Jaber ini
digunakan sebagai bahan evaluasi bagi tim Hitam Putih dan penonton

80
dirumah. Evaluasi dari tim Hitam Putih berbentuk share dan rating untuk
menentukan kesuksesan pada episode-episode berikutnya. Sedangkan
evaluasi penonton dirumah berbentuk komentar atau postingan di sosial
media Hitam Putih atau dengan cara lainnya untuk mencurahkan apa yang
ada difikirannya mengenai talkshow HitamPutih.
B. Saran
Pada penulisan skripsi ini ada beberapa saran yang peneliti sampaikan,
antara lain:
1. Untuk talkshow Hitam Putih, sejauh ini belum pernah mengangkat
tema tentang tuna netra secara khusus. Maka, diharapkan dapat
membuat episode khusus tentang tuna netra atau ITMI (Ikatan Tuna
netra Muslim Indonesia) yang membahas kehidupan tuna netra secara
general yaitu apa saja kebutuhannya, hambatannya, talentanya dan lain
sebagainya. Sehingga masyarakat bukan hanya melihat tuna netra
sebagai disabilitas atau memandang belas kasihan.
2. Untuk Yayasan Syekh Ali Jaber, ada beberapa hal yang dikeluhkan
tuna netra dalam penggunaan al-qur’an braille digital diantaranya
adalah jika hanya mengandalkan al-qur’an braille digital yang hanya
dapat didengar saja tanpa membaca biasanya ada hukum bacaan yang
belum benar dan karena al-qur’an braille digital berbasis MP3
terkadang ada vocal-vocal yang kurang jelas. Maka dari itu
diperlukannya murottal care atau semacamnya untuk meluruskan
bacaan atau terjemah yang menurut konsumen kurang jelas.
3. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini belum komprehensif karena
hanya menganalisis produksi dari tahapan konstruksi nilai dakwah
islam pada talkshow Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber di Trans7
atas realitas sosialnya. Maka untuk kebutuhan penelitian berikutnya
bagi yang berminat untuk meneliti analisis produksi dapat

81
menggunakan pendekatan kuantitatif untuk meninjau secara jelas akan
prosentase keefektivitasan konstruksi sosial media massa atas realitas
sosial.

82
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Rahmat, Analisis Produksi Program Voice Of Islam di Radio KISI 93.4
FM Bogor, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, 2011.
Amin, Samsul, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah, 2008.
Arbi, Armawati, Ringkasan Disertasi Dakwah Melalui Radio Konstruksi
Radio Dangdut Jakarta Atas Realitas Problem Keluarga. PascaSarjana
IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010.
Aziz, Mohammad, Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media Group, 2004.
Bachtiar, Wardi, Metedologi Penelitian Dakwah. Jakarta: Logos, 1997.
Baran, Stanley, Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya.
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2012.
Berger, Petter dan Luckman, Thomas, Tafsir Sosial atas Kenyataan. Jakarta:
LP3S, 1990.
Bungin, Burhan, Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008.
---------. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Preada Media Group, 2007.
---------. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Renada, 2008. Edisi
pertama.
Fachruddin, Andi, Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature,
Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. Jakarta: Prenada
Media Group, 2012.
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Ciputat: UIN
Jakarta press, 2006.

83
Khairiyah, Suci, Analisis produksi program sinetron tukang bubur naik haji
the series: Episode 402 dan 403. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2013.
Kriantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh praktis
riset media, public relation, advertising, Komunikasi, organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: kencana, 2007.
Liliweri, Alo, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011.
McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba
Humanika, 2012.
Milles, Mathew dan Huberman, Michael, Analisis Data Kulaitatif Penerjemah
Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press, 1992.
Moleong, Lexi, Metode Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002.
Mulyana, Deddy, Bercinta dengan Televisi Ilusi, Impresi,dan Imaji Sebuah
Kotak Ajaib. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997.
Poloma, Margareth, Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004.
Rakhmat, Jalaludin Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1996.
Rivers, William, Media Massa & Masyarakat Moderen. Jakarta: Prenada
Media Group, 2005. Edisi kedua.
Sari, Qurnia, Analisis produksi program sinetron Islam KTP. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, 2010.
Solatun, Mulyana, Deddy dkk. Metode Penelitian Komunikasi Contoh-contoh
Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Praktis. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008. Cet-2
Vivian, John, Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Penada Media Group, 2008.
Edisi ke-8

84
Wibowo, Fred, Dasar-dasar Produksi Program Televisi. Yogyakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004.
Sumber dari internet:
https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2016/12/profil-lengkap-syekh-
ali-jaber.html diakses pada 21 Januari 2017 jam 01:58 WIB.
http://Majelis-quran.com>sejarah-perkembangan-al-quran-braille-di-
indonesia/?fdx_swicher=true diakses pada jumat, 30 september 2016
jam 19:08
https://id.wikipedia.org/wiki/Hitam_Putih_%28acara_TV%29 diakses pada
hari jumat, 30 september 2016 jam 13:22
http://www.trans7.co.id/?v=artikel&id=3 diakses pada Rabu, 18 Januari 2017
jam 16:45 WIB.
http://www.trans7.co.id/ diakses pada hari senin, 18 juli 2016 jam 17.35





1

2
Ok, praproduksi disini sudah jelas kita akan meeting konten untuk minggu
depan kita mau undang siapa aja setelah dapat kita akan report ke EP kali
aja ada masukan atau dia kurang setuju terhadap konten untuk minggu
depan berikut bintang tamunya siapa aja, dia mau bahas apa. Kalo
produksinya sudah jelas shooting. Shooting ada dua live dan Taping kalo
live ya langsung disiarkan. Kalo taping ini harus masuk pasca produksi
kalo taping disini ada masuk ke editting nanti PA nanti biasanya misalkan
durasi shooting taping adalah 50 menit sementara kebutuhan kita adalah
40-45 menit karna kalo kita kasih ini over karna body-nya rata-rata itu
adalah 40-45 menit untuk 4 segmen. Nah ini kreatif akan memotongnya
kontenya umpama yang mana yang akan dibuang nanti PA lebih ke
smoothing cutinganya bersama dengan editor supaya editor ditemenin oleh
PA nah nanti setelah dia selesai tugas saya preview ada editting dan
preview adalah tugas saya (ASPROD) dan EP. kalo EP nya berhalangan
bisa diserahkan ke asprod dalam artian sudah percaya. Tapi secara
struktural ini harus lewat EP karna nanti akan berpengarus secara tayangan
dan segala macem gitu. Di proses editing nah hal-hal yang tidak
diperbolehkan tayang misalnya kekerasan atau terlalu kasar bahasanya itu
di proses melalui proses editting. Setelah editting segala macem ini akan di
lempar hasil editan ini ke ada library namanya terus dia akan lempar ke on
air terus dia on air tinggal nge-play ke satelit segala macem sampai
pindah kerumah. Transmisi dilihat dari on air
1. Kalo untuk evaluasinya sendiri itu gimna ka ?
Evaluasi jelas sebenernya tiap minggu kita evaluasi. Evaluasi bisa secara
langsung dalam artian secara formal itu kita evaluasi sendiri otomatis kita
punya evaluasi. Kalo di produksi on airnya sendiri per 2 minggu. Kalo
sudah berbicara soal tv itu sudah pastii bercondongnya ke AC. Nilsen kalo
berbicara media yaah nilsen ini akan mengeluarkan share rating disini
akan muncul by minute yaitu grafik pergerakan dari menit kemenit
grafiknya seperti apa apakah turun atau naik disini break disini turun disini
turun. Kita bisalihat wah ini absurd sih nilsen cuma udah tak ada pilihan

3
lagi kita akan memprediksi apa yang naik dan turun secara permenit atau
per konten trus bintang tamunya misalkan secara by minute kita flat karna
bintang tamunya ga pas buat tema bgini atau bintang tamu bgini kita
pending dulu ya untuk minggu depan segala macem kita coba alternatif
lain.
2. Terus kalo proses praproduksi sesuai ga sih ka sama produksi dilapangan?
Bisa ada yang ga sesuai dengan catatan ni bintang tamu kalo acara
talkshow sudah pasti 50% ke bintang tamu ya kalo acara talkshow karna
kita mengundang si A ternyata dia saat dihari yang kita ajukan ternyata dia
tidak bisa ya kita harus ganti tema. Otomatis itu ga sesuai dengan
praproduksi dan secara konten secara treatment bisa jadi pertanyaan
dilontarkan maksudnya udah kita bikin pertanyaan tapi secara durasi
pertanyaan itu berkembang kemana-mana yaitu sih kenyataan
dilapanganya. Cuma bisa terkadang melenceng cuman kita tetep punya
pakemannya. Kalo pun bintang tamu ini ga bisa tapi kita akan mencari
bintang tamu yang sesuai dengan tema yang sama jadi kita harus cepet.
3. Biasanya kendalanya apa aja pas proses produksinya sendiri?
Kalo pra produksinya lebih kebintang tamu bisa apa engganya untuk
diundang, kalo produksinya lebih ke..... sebenernya sih ga ada kendala
yang bener-bener tiap eksekusi lebih ke kendala mungkin minor sih dalam
artian kalo dikonten bintang tamunya ga mau jawab pertanyaan atau
tanyanya sedikit atau tidak atraktif sehingga konten atau show-nya lebih
boring atau pun treatmen misalkan kita mau bikin games-games ternyata
games-nya itu tidak nyampai briefing-nya tidak nyampai ke talent atau
sebaliknya host tidak nyampai briefing-nya ke si talent cuma di hitam
putih sih aku lihat 2 bulan ini jarang menggunakan treatment-treatment
seperti itu sih
4. Cara meminimalisir kendalanya ?
Briefing yang jelas itu pasti kalo dari konten sih, untuk secara teknis tadi
berhubungan dengan kameramen, audio, lighting dan studio kita jelas ini
juga briefing saati ini kita ingin lighting-nya coloumb light jadi ada 2

4
ditengah suka ada bias mungkin pernah liat gitu atau lighting-nya agak
redup ya audionya yang dipake misalnya kalo ada band audionya ini ini ini
lebih ke briefing yang jelas untuk menghindari miss.
5. Biasanya kalo kita nonton hitam putih banyak yang mengangkat tema
religi islami terutama itu sebenarnya motivasinya apa sih ka?
Sebenernya bukan sering terutama pada sesi tanya jawab dengan ustad
wijayanto itu sebenarnya pengkayaan, pengayaan, lebih ke treatment kalo
dulu pernah liat question of life-nya Deddy
6. Kenapa harus ustad wijayanto kenapa ga tokoh agama lain?
Secara alternatif pilihan ustad wijayanto yang paling fleksibel dalam artian
secara kalo kita lihat cara ngomong ustad wijayanto enak, cara penerangan
jelas, segala macem culture kehidupannya beliau seorang sosiolog juga
dalam artian paham dengan apa yang berkembang dimasyarakat jadi saat
kita menentukan suatu bintang tamu, suatu treatment atau sosok yang bisa
dibilang sosok untuk hitam putih kita akan mempertimbangkan semua
enak ga segala macemnya untuk diajak shareing segala macem. Berbicara
kenapa ga pendeta atau pastur ya balik lagi ke Indonesia kulturnya adalah
kultur muslim yang notabenenya mayoritas muslim
7. Tujuan di siarkan episode syekh ali jaber apa ka ?
Alasan angkat Ali Jaber, saat itu beliau sedang ada pelaksanaan Wakaf
Qur'an Braille Digital. Diangkat ke Hitam Putih untuk membantu
sosialisasi dan informasi juga kepada masyarakat. Pada umumnya topik
yang lagi ramai itu yang kita undang.
8. Bedanya dengan talkshow lain apa sih sebenernya identitasnya?
Identitasnya ya jelas beda kalo berbicara talkshow udah pasti kalo hitam
putih mengedepankan unik, inspiratif, dan baru-baru ini yang viral, jadi
entertain 4 konsep itu yang di gembleng disini. Kalo viral masuk terakhir
bari 1 tahun kebelakang ini istilah viral itu muncul awalnya kan inspiratif,
unik, entertain. Inspiratif itu jelas ustad-ustad dapat memberikan inspirasi
mungkin lagi jaman misalkan ustad-ustad yang dapat memberikan
pengaruh besar pada kaumnya pasti why nya itukan. How nya dari orang-

5
orang yang unik segala macem, entertain ya dibalut dengan entrtain jadi
tidak monoton Cuma ngobrol gitu si
9. Kalo di tema religi kenapa chica menggunakan hijab?
Aku coba klarifikasi lagi logikanyaadalah untuk ya lebih ke adab bertemu
seorang ustad. Ustad sendiri akan mungkin kaku dengan mungkin melihat
hal yang terbuka jadi mungkin untuk menghindari itu otomatis harus
ditutup

6

7
kadang-kadang kita jadi kaya kesusahan nyari kontaknya nih karna ada
beberapa narasumber yang ga punya hp gitu jadi kita harus minta tolong
aaa minta tolong dari temen-temen yang punya hp disana jadi gitu sih
keribetanya paling.
1. Terus kenapa sih ka pada tema religi tertentu Chicka Jesikanya pake jilbab
misalnya pada episode syekh Ali Jaber atau yang lainnya?
Oooh hmm terkadang sih kadang-kadang kan kita kaya gimana ya hmm
waktu syekh Ali Jaber kan kita juga menghormati beliau gitukan karna
emang dia kan emng ulama yang udah punya nama gitu gimana ya kita
juga menjaga kesopanan aja sih jadi biar enak diliatnya juga kan dia juga
bukan pure orang Indonesia asli emng dari luar gitu jadi biar ngehormatin
beliau aja si gitu.
2. Kalo dulu kan pernah ada episode syekh Ali Jaber tuh itu sebenernya
tujuanya apa sih ka? Kenapa memilih tema Syekh Ali Jaber untuk tema
tersebut?
Seinget aku waktu itu ngangkat tentang Al-Qur’an brialle jadi seinget aku
sih ini si Syekh Ali ini dia apa ya kerja sama dengan orang yang bikin Al-
qur’an untuk orang-orang tuna netra gitu sih kalo ga salah gara-gara kerja
sama itu aja sih seinget aku.
3. Berarti Cuma kerja sama aja ka bukan pure diundang untuk Hitam Putih?
Aku lupa-lupa inget sih dulu yang jelas pembahasannya tentang si Al-
Qur’an Brialle gitu seinget aku sih ya soalnya udah agak lumayan lama
juga itu.
4. Oiya ka untuk setting hal-hal yang ada di pra produksi ada ga sih yang
ditentukan untuk kepentingan Trans7 itu sendiri, missal kaya sengaja nih
kita bikin kontennya tuh yang temanya religinya islam gitu misalnya
supaya rating tinggi karna mayoritas penonton adalah muslim?
Hmmm kayanya engga deh, kayanya ga ada setting gitu jadi ngalir aja ga
harus yang plek plekan harus gini, kayanya engga sih ga ada .
5. Terus kalo buat mengangkat suatu tema itu sendiri diliatnya dari apa ka?

8
Paling dari viral dari current hmmm terus kaya tadi kan ngangkat
beritanya Dadan yang pasukan orange terus kemaren pernah polisi cantik
gitu biasanya sih paling bayak ngangkat dari yang viral-viral atau engga
dari yang current kaya misalnya kasus pulomas.
6. Kalo dulukan hampir setiap episode ada ustad Wijayantonya ya nah itu
kenapa tuh ka?
Ini sih emang karna berbenturan sama waktu dan jadwalnya pak ustad
sendiri karna kan pak ustad dia punya apa ya kaya bukan program hmm
kaya apa ya kaya punya jama’ah ee umroh gitu loh travel umroh. Jadi dia
sering bolak balik bawa jama’ahnya untuk umroh, ini aja jadwalnya
kadang-kadang missal dalam sebulan yang bisa Cuma 1 hari gitu. Jadi
emng terbentur sama jadwalnya pak ustad juga. Tapi masih di hitam putih
terakhir juga sempet sebelum pergi umroh lagi ini baru pulang kayanya
nih baru bisa Maret pertengahan baru bisa.
7. Terus ka pada saat briefing narasumber biasanya dikasih tau ga sih apa-
apa nanti..
Oiya, kita pasti akan briefing karna kita pasti cross check eee hasil risetan
juga kan takutnya nanti ternyata hasil riset kita salah nih missal masalah
umur, misalkan risetan yang banyak di media online nyebutnya umur 70
gitu terus ternyata umurnya yang bener 73. Jadi harus ada cross check juga
dari pada nanti udah on air ternyata salah jadi kita pasti cross check.
8. Terus dikasih tau ga apa-apa yang ga boleh, nanti ga boleh ngomong
tentang ini atau ..
Biasanya sih kita ngasih tau misalnya ga boleh nyebut merek gitu
misalnya Cocacola atau ciki gitu atau apalah Cuma ya itu dia walaupun
kita udah briefing kadang-kadang suka ada yang kecele juga gitu.
9. Terus cara meminimalisir itu gimna ka?
Ya kita pasti briefing diawal terus sama pas dari temen-temen pas mau di
invite kan udah standby nanti biasanya di ingetin lagi nanti jangan ini yaa
jangan itu yaa tapi pas udah masuk itu udah itu yaa diluar kendali lagi
paling kita bisa ngingetin dari promter aja sih

9
10. Terus kenapa sih ka Hitam Putih jarang menayangkan tema religi selain
islam paling religinya islam lagi islam lagi missal bulan puasa aja kan
pasti angkat tema yang islami dengan konsep islami pula, kenapa pada hari
besar natal missal terus dihadirkan pasturnya?
Pernah ga ya hmm ya ini sih pendapat pribadi aku aja sih mungkin
ketakutan dari kitanya juga mungkin ya tapi gatau si takut karna kan lagi
sensitive banget jadi kita harus rada hati-hati untuk ngomongin ga Cuma
agama diluar islam deh maksudnya kita yang agama diluar islam aja buat
ngomongin agama islam itu sendiri aja kadang-kadang suka takut sendiri
karna apalah jadi takut sendiri.
11. Terakhir biasanya planning pas pra produksinya itu sesuai ga sama pas
produksinya?
Hmmm kadang-kadang sesuai kadang-kadang engga sih tergantung kalo
misalnya narasumbernya ada yang telat jadi kita harus ngeploting lagi dari
ulang misal segmen satu Acha Septriasa yang masuk tapi ternyata
Achanya belum dateng jadi misalnya yaudah naikin dulu BCL jadi ubah
lagi segmennya paling gitu sih kalo ngeliat yang udah dateng atau
belumnya.
12. Terus kalo dua-duanya telat gimana tuh ka?
Nah itu pasti kita cari back up lagi pokonya harus cepet mikir dan cepet
cari solusi yang baik gitu aja sih paling.

10

11
1. Kenapa QBD didesign seperti ini dengan fiture-fiture yang demi kian
sebenernya fungsi dan keunggulanya apa ka?
Pertama lebih simple dari qur’an tuna netra sebelumnya, kalo qur’an tuna
netra sebelumnya 1 juznya kurang lebih bisa beberapa kilo lah kurang
lebih 10kg kalo ga salah panjangkan sampe segini, Cuma ini lebih simple
kan terus kenapa ada headset, ada chargeran dan ada pennya karna
disitulah fitur utamanya di QBD ini karna pen ini bisa didengar via headset
juga ada chargernya juga ya itu udah otomatis buat penyimpanan daya
batreinya karna sistemnya di charge gitu mba.
2. Terus sudah disosialisasikan dimana saja ka?
Sosialisasi untuk Indonesia kita sudah dan kita sudah membuat TVC kaya
iklan seperti itu keluar negri juga kita udah berikan jadi sosialisasinya
merata diseluruh Indonesia karna ada istilahnya media sosial, website,
youtube, dan kita sudah menggandeng istilahnya televisi-televisi nasional
3. Pada proses sosialisasi pada tempat2 yang sudah dijelaskan tadi itu
sebenernya sudah direncanakan oleh yayasan atau gimana ka?
Untuk sosialisasi kedaerah-daerah misalnya ya kami memang udah
direncanakan missal kita ada pembagian QBD di semarang missal tanggal
22 disemarang 22 maret misalkan, itu kita rencanakan dari sini kita cari
kerja sama dengan ITNI (Ikatan Tuna Netra Indonesia) Semarang itu
sendiri jadi kelompok ITNI ini mencarikan tuna netra jadi istilahnya yang
mau jadi fasilitator.
4. Berarti termasuk yang di Hitam Putih itu sudah ada jadwal dari yayasan ini
ya?
Kalo Hitam putih ya itu bentuknya kerja sama kan karna kita ingin radius
QBD ini lebih banyak lebih mendengar se Indonesia.
5. Kenapa lebih memilih program Hitam Putih untuk sosialisasi bukan
program lain?
Engga, jadi untuk yang di Trans7 Hitam Putih itu kami diundang
memperkenalkan tentang yang pertama tentang profil beliau, kan kalo
Hitam putih Deddy Corbuzier mendatangkan artis-artis detilnya ke profil

12
mereka sepak terjang mereka di Indonesia bintang-bintang tamunya
kebetulan Syekh Ali sudah dijelaskan semua profil-profilnya nah setelah
itu berkecimpung didunia apa di Indonesia nah kebetulan beliau punya
yayasan berkecimpung didalam bidang sosial, bidang dakwah, dan
dibidang wakaf QBD maka dari situ diangkat gitu jadi diundang.
6. Berarti konten segmenya dari Hitam Putih yang atur atau permintaan dari
yayasan?
Ya semuanya Hitam Putih yang atur, tapi ada beberapa kejadian yang unik
gitu dimana Sekh Ali yang ngatur, mempermasalahkan ketika beliau
ketika ingin datang bertemu dengan Deddy Corbuzier dan satu lagi siapa..
yaaa Chicka Jesica kan dia ga pake jilbab kan Syekh Ali minta untuk pake
jilbab, tadinya ga mau dari pihak Syekh Ali kita gamau karna kebutuhan
dari Trans7 karna mereka yang mengundang mereka butuh mereka
mengiyakan seperti itu. Jadi malah itu permintaan dari syekh Ali setau
saya.
7. Permintaanya itu aja apa ada yang lain?
Kurang lebih itu aja.
8. Terakhir, selain bertujuan untuk sosialisasi pada episode Syekh Ali Jaber
di Hitam Putih ada tujuan lain ga sih untuk berdakwah atau lain
sebagainya?
Selain disana ada niat dakwah disana juga niat untuk memperkenalkan
sosok Syekh Ali Jaber kedua ya mempromosikan gitu mereka mellihat
artinya dalam kacamata komersil namanya juga media apalagi media
swasta mereka berbondong-bondong siapa yang paling bagus ratingnya
nah kebetulan sososk Syekh Ali Jaber ini di Indonesia maksudnya dikenal
gitu loh banyak yang ikutin beliau di media sosialnya nah mau dicoba
dimasukan ke media TV diacara-acara TV untuk menarik perhatian daan
mungkin belum ada hal-hal sepertti ini mempromosikan sosial atau
program wakaf secara live di TV itu ga ada itu tujuannya terlepas dari
tujuan-tujuan lain.

13
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Yogi madsoni
Jabatan : Narasumber Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber
Tempat : Mushola Yayasan Syekh Ali Jaber
Jl. Jatinegara Barat no. 169 RT 005/03 Kel. Balimester Kec.
Jatinegara Jakarta Timur.
Waktu : Rabu, 01 Maret 2017 jam 15.45 WIB
1. Pada saat sebelum shooting sebenernya ada briefing ga sih dari pihak
Hitam Putihnya?
Tidak ada, hmmm tidak ada sih.
2. Kendalanya apa aja sih saat shooting?
Hmmmm ga ada.
3. Kalo pak soni sendiri gimna kesan dan pesannya pak?
Ya setelah tadi ya saya mungkin menambahkan bahwa kesan saya adalah
masyarakat jadi tau karna disitukan menggali potensi menggali masalah.
Menggali potensinya adalah semua tuna netra kan punya talenta ternyata
masyarakat tahu bahwa kebutuhan tuna netra itu adalah perlunya ada alat
bantu baca alat bantu khusus, karna alat bantu baca kita membaca itu
bukan harus pake mata tetapi membaca itu bisa memakai perabaan dan
membaca juga bisa pakai audio pake pendengaran artinya masyarakat
mulai tau paling tidak dasarnya itu. Kemudian menggali masalah banyak
sekali sebetulnya masalah-masalah kita yang terkait dengan kehidupan kita
baik yang berurusan dengan agama maupun dengan masalah kehidupan
lain itu kesannya. Kalo pesan saya sih masyarakat mulai karna kemarin
juga kita sempet waktu itu bang Deddy dengan mba chicka mulai
memancing dan mulai apa saja yang dibutuhkan kegiatan. Pesan saya itu
tadi apa yang disampaikan oleh pak bayu bahwa sebetulnya kami ingin
secara khusus live hitam putih sama tuna netra artinya membahas
kehidupan kami secara general apa kebutuhannya apa hambatannya

14
kemudian apa talentanya dan lain sebagainya. Sebetulnya kita ingin itu
sehingga pertama masyarakat bukan hanya tau kan kesan masyarakat
melihat disabilitas atau tuna netra ini mungkin pemikirannya lebih kepada
mungkin masih ada yang charity memandang belas kasihan tapi kita lebih
jauh lagi perlunya ada sebuah pemberdayaan khususnya bagi tuna netra.
Pesannya adalah trans7 bisa ada penayangan khususnya dari kami ITNI
(Ikatan Tuna Netra Indonesia) untuk memberikan tayangan khusus tuna
netra itu aja.
4. Menurut bapak QBD sangat membantu atau apa yang mau dikatakan
tentang QBD?
Ya hafalan bisa untuk hafal kalo pentafsihan adalah mulai dari lafalnya,
makhrojul hurufnya, kemudian sifat hurufnya dan lain sebagainya itu
cukup bagus
5. Sebelum adanya QBD dlu bapak pake apa?
Pake Qur’an Brialle biasa say abaca tapi sampe sekarang juga masih pake
itu kalo buat baca hanya untuk pentasihan. Nah pentasihan itu saya harus
belajar ke ustad-ustad yang lainnya
6. Dari pak Soni mungkin ada tambahan?
Ya saya tambahin sedikit, mungkin kekurangan dr QBD ini karna terkait
dengan MP3 terkadang memang ada vocal-vocal yang kurang jelas gitu ya
karna masih menggunakan system MP3 dan memori kartu gitu itu saja sih.

15
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Bayu Yulianto
Jabatan : Narasumber Hitam Putih episode Syekh Ali Jaber
Tempat : Mushola Yayasan Syekh Ali Jaber
Jl. Jatinegara Barat no. 169 RT 005/03 Kel. Balimester Kec.
Jatinegara Jakarta Timur.
Waktu : Rabu, 01 Maret 2017 jam 15.45 WIB
1. Pada saat sebelum shooting sebenernya ada briefing ga sih dari pihak
Hitam Putihnya?
Tidak ada, langsung spontanitas aja bahkan kami taunya mendadak juga
baru dikabarin paginya.
2. Kendalanya apa aja sih saat shooting?
Saya kira ga ada ya karna semuanya berjalan sepontanitas aja.
3. Certain kesan dan pesan setelah shooting di Hitam Putih dari pak bayu
dulu!
Baik, jelas saya berkesan ya karna disitu selain membahas tentang Al-
Quran digital waktu itu sama Syekh Ali. Setidaknya kami sebagai tuna
netra juga bisa tebih mengangkat citra tuna netra sendiri bahwa sebenernya
tuna netra ini punya berbagai macam potensi untuk dikembangkan dan
diketahui oleh publik dan sarana televisi itu kan sangat mendukung sekali
untuk sosialisasi itu sangat membantu karna mahal sekali ya artinya
kesempatan yang sangat langka itu untuk kesan saya seperti itu, jadi
banyak misalnya nah itu yang sederhana juga setidaknya ada juga banyak
dari tayangan yang saya kira cukup singkat ya waktu itu saya muncul juga
sangat singkat tapi banyak sekali mereka yang mengenal saya kemudian
ternyata dia melihat saat itu jadi lebih dikenal itu kesanya begitu lalu
pesanya mungkin media-media untuk penayangan mereka-mereka yang
memiliki kebutuhan khusus kalo bisa diperbanyak lagi durasinya juga lalu
intensitasnya juga karna media televise inilah yang membantu untuk

16
mensosialisasi apa dan bagaimana tuna netra lau bagaimana kebutuhannya
bagaimana perjuangannya ini mestinya lebih diperbanyak lagi dan kita
memberikan apresiasi kepada Trans7 yang menayangkan itu ya lalu
memang kemaren karna sentralnya memang Syekh Ali dengan
programnya kita jadi sangat sedikit untuk menyampaikan beberapa hal.
Sebenernya pesan kita sih banyak sekali disitu tapi kemarin kesempatanya
terlalu sedikit memang sebenarnya sehingga tidak banyak yang bisa kita
sampaikan untuk memberikan pemahaman kepada publik itu aja sih.
4. Menurut bapak QBD sangat membantu atau apa yang mau dikatakan
tentang QBD?
QBD ini sangat membantu khususnya untuk hafalan dan pentasihan.
5. Kalo dari pak Bayu sendiri bagaimana menurut bapak tentang QBD ini?
Ya sama, jadi sangat membantu sekali terutama untuk temen-temen tuna
netra yang memang berminat untuk menjadi penghafal ya itu sangat
membantu sekali walau pun sebenarnya kankita sebelumnya pake Qur’an
brialle yang manual yang cukup besar itu tetapi sebetulnya itu juga blm
bisa tergantikan artinya jika temen-temen tuna netra ini ingin belajar
membaca al’qur’an brialle dengan benar dengan hokum-hukum yang
benar dengan huruf-huruf yang benar pengucapan yang benar itu tetep
harus melalui al-qur’an yang manual itu sedangkan QBD ini akan
melengkapi ketika mereka ingin menjadi penghafal dan memang dari sisi
hafalan biasanya tuna netra punya sesuatu yang lebih ya sehingga jelas
qur’an melalui pendengaran ini sangat membantu mereka karna tuna netra
identik dengan pendengaran ya karna hilangnya si indra penglihatan
menjadikan indra pendengaran dimaximalkan. Ya ini lah fungsinya QBD
disini
6. Kalo kelebihan dan kekurangan QBD ini apa saja?
Ya tadi mungkin kekurangannya kita hanya mendengar tentu dengan
membaca akan berbeda jadi informasi yang kita dapat itukan dengan
melihat, membaca, mendengar, mengucapkan begitu ya. Tentu kalo kita
hanya mengandalkan QBD hanya mendengar saja tanpa membaca ya itu

17
kekuranganya tentu ada yaitu mungkin hokum bacaanya belum benar
mungkin seperti itu dari sisi kekurangannya. Tapi kelebihannya itu tadi
mereka dengan mudah membawa al-qur’an itu karna praktis bentuknyan
kemudian untuk berpindah dari satu ayat ke ayat lain bahkan dari satu
surat kesurat lain mereka tidak mengalami kesulitan itu kelebihannya
seperti itu.

PROPERTY HITAM PUTIH
ITEM PROPERTY KETERANGAN
1 SET SOFA : 1 SEATER, SOFA PANJANG, 3 BUAH PUFF, 4 BUAH BANTAL SOFA
PULL UP PIPE. TERBUAT DARI PIPA BESI UNTUK MELAKUKAN TREATMENT PULL UP
BARSTOOL SET TERDIRI DARI KURSI BARSTOOL, DAN MEJA BARSTOOL.
PLAYGROUND. TERDIRI DARI PUZZLE CARPET ANAK, BONEKA, DAN BERANEKA MAINAN. BERFUNGSI UNTUK MENDISTRAK BINTANG TAMU BALITA & ANAK-ANAK.

PROPERTY HITAM PUTIH
PROPERTY STEROFOAM. BIASA DIGUNAKAN UNTUK MEMBUAT ATAU MEREPLIKA BENDA ASLI UNTUK KEPERLUAN TERTENTU, SEPERTI MEMOTONG TANGAN DENGAN PISAU PALSU

ITEM WARDROBE STANDAR HITAM PUTIH
TALENT ITEM WARDROBE KETERANGAN
DEDDY CORBUZIER
JAS SUITE DENGAN AKSEN FORMAL MAUPUN INFORMAL, SEPERTI KEMEJA, VAST, MAUPUN KAOS.
CHIKA JESSICA SECRETARY LOOK. DENGAN SETELAN BLAZER FORMAL DAN HEELS.
ANU & BILLY SETELAN BLAZER FORMAL / SPORT BLAZER DENGAN LOOK YANG RAPIH.

Peneliti bersama crew Hitam Putih
Peneliti bersama tim kreatif Hitam Putih,
Ardiha Nakamura
Peneliti bersama Associate Producer
Hitam Putih, Tansah Ginanjar

Kantor Pusat Trans7 Studio Hitam Putih
Kontrol Audio Studio Kontrol Studio
Control Room Hitam Putih Ruang Kerja Hitam Putih

Peneliti bersama sekertaris Yayasan
Syekh Ali Jaber, Alwi Smith
Peneliti bersama adik kandung Syekh
Ali Jaber, Annas Shalih Jaber
Peneliti bersama narasumber Hitam
Putih episode syekh ali Jaber, Bayu
Yulianto, Yogi madsoni dan Pengurus
Komunitas Ikatan Tuna Netra Indonesia
(ITNI) di Yayasan Syekh Ali Jaber

Gedung Yayasan Syekh Ali Jaber Pintu Utama Yayasan Syekh Ali Jaber
Front Office Yayasan Syekh Ali Jaber Waiting Room Yayasan Syekh Ali Jaber
Ruang Tamu Yayasan Syekh Ali Jaber Musholla Yayasan Syekh Ali Jaber

Ruang kerja Yayasan Syekh Ali Jaber Pantry Yayasan Syekh Ali Jaber