ANALISIS PRODUKSI PROGRAM DIALOG TVRI PADA TEMA...
-
Upload
truongduong -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of ANALISIS PRODUKSI PROGRAM DIALOG TVRI PADA TEMA...
ANALISIS PRODUKSI PROGRAM DIALOG TVRI
PADA TEMA “PENANGANAN TERORISME”
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Abdul Azis
NIM : 109051100061
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
ANALISIS PRODUKSI PROGRAM DIALOG TVRI
PADA TEMA “PENANGANAN TERORISME”
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Abdul Azis
NIM : 109051100061
Pembimbing
Drs. Study Rizal LK, M.A
NIP : 1964 0428 1993 03 1 002
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2014 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul ANALISIS PRODUKSI PROGRAM DIALOG
TVRI PADA TEMA “PENANGANAN TERORISME” telah diujikan dalam
sidang Munaqosah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 13 Januri 2013. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Komunikasi
Islam (S. Kom.I) pada Konsentrasi Jurnalistik Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
Jakarta, 13 januari, 2013
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota
Rubiyanah, MA Ade Rina Farida, M. Si
NIP. 19730822 199803 2 001 NIP. 19770513 200701 2 018
Anggota
Penguji I Penguji II
Rachmat Baihaky, MA Siti Napsiyah, MSW
NIP. 19761129 200912 1 001 NIP. 19740101 200112 2 003
Pembimbing
Drs. Study Rizal, LK, MA
NIP : 1964 0428 1993 03 1 002
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Desember 2013
Abdul Azis
iv
ABSTRAK
Nama : Abdul Azis
NIM : 109051100061
Analisis Poduksi Program Dialog TVRI Pada Tema Penanganan Terorisme
Terorisme saat ini masih menjadi permasalahan yang sangat serius di
Indonessia. Karena tindak terorisme masih terjadi di berbagai tempat di Indonesia.
Dalam konteks tersebut, pemerintah sudah melakukan berbagai strategi untuk
memberantas terorisme, begitu pula lembaga sosial lain telah melakukan berbagai
cara untuk menangani terorisme. Akan tetapi semua seakan belum berhasil.
Dalam hal ini penulis melihat perlu adanya peran dari media untuk membantu
proses penanganan terorisme, media sebagai lembaga publik yang paling
berperan dalam pembentukan budaya di masyarakat. Dan TVRI dengan Program
Dialog mencoba memberikan peranya dengan mengangkat tema Penanganan
Terorisme.Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka munculah pertanyaan
Bagaimana proses produksi program berita dialog TVRI yang meliputi pra
produksi, Produksi dan pasca produksi? Kemudian Bagaimana peran program
dialog TVRI dalam menangani masalah Terorisme?
Penelitian ini dibatasi pada proses produksi program Dialog TVRI pada
edisi 23 januari 2013 dengan tema “Penanganan Terorisme”, dengan
mendeskripsikan tiga tahapan produksi yang umum diterapkan pada program
berita lainya. Pra Produksi adalah penemuan ide, Produksi ialah pelaksanaan dan
Pasca Produksi yaitu proses penyelesaian dan penayangan. Dalam Penelitian ini
penullis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu menerangkan dan
menggambarkan keadaan sebenarnya yang kemudian menuangkannya dalam
penulisan skripsi ini. Dengan subyek penelitiannya adalah stasiun TVRI jakarta
dan objek penelitiannya adalah Program Dialog TVRI. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori Standart operation procedure (SOP) dari Fred
Wibowo, teori yang dikemukakan oleh Fred Wibowo ini di dalam bukunya
mengatakan bahwa tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim
disebut Standart operation procedure (SOP) yaitu : Pertama, Pra Produksi
(ide,perencanaan dan persiapan). Kedua, Produksi (pelaksanaan). Dan ketiga,
Pasca Produksi, (penyelesaian dan penayangan).
Dalam proses produksi acara ini penulis menemukan bahwa program
dialog TVRI melakuakan tiga tahapan dalam proses produksi edisi 23 januari
2013, yaitu : pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Pra produksi, penentuan
tema dilakukan pada rapa redaksi yang berjalan alot.Produksi, yaitu sempat
mengalami kendala dengan tidak hadirnya narasumber dan keterlambatan hadir.
Sedangkan, pasca produksi yaitu proses penayangannya. Dalam edisi tersebut
TVRI mencoba berperan dalam penanganan terorisme dengan memberikan
pemahaman kepada masyarakat terkait tema tersebut, sesuai fungsi dan peran dari
media.
v
KATA PENGANTAR
Pertama- tama penulis mengucapkan puji syukur alhamdullilah kepada
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, Dialah Allah yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan nikmat iman, Islam,
dan ikhsan kepada seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini.
Shalawat bertangkaikan salam selalu tercurahkan kepada manusia pilihan,
manusia yang membawa penerangan bagi umatnya di dunia maupun akhirat. Tak
lain yaitu Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-
sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang senantiasa beristiqamah dalam
mengikuti dan memegang teguh ajarannya.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
banyak mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan hingga terkadang rasa
putus asa dan bosan pernah dirasakan. Namun, berkat doa, bantuan, motivasi,
bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagai pihak akhirnya
skripsi ini dapat terselesaikan. Terutama penulis mempersembahkan segalanya
kepada orang tua dan keluarga besar penulis, yang mana telah mendoakan dan
membantu penulis dalam segala hal terutama semangat dan motivasi. Selanjutnya
penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk
menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak DR. Arif Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kemudian Wakil Dekan I
Bidang Akademik yaitu Bapak Dr. Suparto, M. Ed, MA. dan Wakil Dekan
II Bidang Administrasi umum yaitu Bapak Drs. Jumroni, M.Si, serta
Wakil Dekan III Bagian Kemahasiswaan yaitu Bapak Drs. Wahidin
Saputra, MA.
2. Ibu Rubiyanah, MA selaku Ketua Jurusan Konsentrasi Jurnalistik dan Ibu
Ade Rina Farida, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik,
yang juga sudah saya anggap sebagai orang tua kedua penulis yang selalu
memberikan saran dan motivasi selama penulisan skripsi ini.
vi
3. Dosen Pembimbing Bapak Drs. Study Rizal,LK, MA.yang telah
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam tahapan
pembuatan skripsi sampai selesainya skripsi ini dengan baik.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
penulis.
5. Segenap Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta
Perpustakaan Utama UIN Syarif hidayatullah jakarta yang telah
memudahkan penulis untuk mendapatkan berbagai refrensi dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Kepada semua keluargaku dan khususnya kedua orang tua penulis yaitu
Ibu Suwarni dan Bapak Kasmani yang telah memberikan doa, kasih
sayang, semangat dan motivasi serta bantuan yang bersifat materiil.
Semoga kebahagiaan akan selalu menyertai Ayah dan Ibu.
7. Buat saudara sepupuku tercinta Iswatun Khusnah yang sudah damai disisi
ALLAH SWT, karena doa dan motivasinyalah penulis bisa sampai pada
akhir pendidikian di UIN Syarif hidayatullah jakarta.
8. Special thanks to Ismi Khumairoh Iskandar yang telah memberikan
motivasi, semangat, dan doanya.
9. Pihak-pihak stasiun TVRI. Khususnya pada bagian pemberitaan dan
current affair, Bapak Pipiet Irianto, Bapak Erwin Aryananta Bapak
Hendrajit, Bapak Subari, Bapak Supomo, Bapak Suryo, Bapak Sapto dan
seluruh crew produksi program Dialog TVRI, terima kasih banyak untuk
kerjasamanya yang telah membantu penulis untuk mengadakan penelitian
dan memperoleh informasi yang terkait dengan judul skripsi penulis.
10. Bapak Wawan H Purwanto (Pengamat Intelejen)dan Bapak Ansy Lema
(Presenter dan Dosen Univ.Nasional)yang telah ikut serta memberi
petunjuk dan membantu penulis.
11. Pegawai perpustakaan TVRI yang telah membantu penulis dalam mencari
bahan-bahan.
12. All crew URBANRKM 99,5fm khususnya Program Director mas Yahya
Abdurahman dan Anne Syahman yang turut memberikan motifasi dan
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Tim Aspen dan Peneliti di LITBANG harian KOMPAS.
14. Teman- teman Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya
Jurnalistik. Angkatan 2009 dan all crew RDK 107,9fm terimakasih atas
kebersamaanya penulis merasa bangga menjadi bagian dari kalian. Tetap
berjuang dan semangat.
vii
15. Teman-teman rumah khususnya saudara Yusridal dan Nurfaqih yang
selalu membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih buat
semuanya.
Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat menambah keilmuan
terutama bagi rekan-rekan mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis sadar bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
skripsi ini, oleh karena itu penulis berharap perbaikan pada penelitian-
peneitian dengan tema yang sama selanjutnya. Atas segala perhatianya
penulis mengucapkan terimaksih. Dan akhir kata dari penulis, semoga
segala bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis mendapat
balasan dari ALLAH SWT.
Amin yaa rabbal’alamin
Wassalamuallaikum Wr. Wb.
Jakarta, 22 Desember 2013
Abdul Azis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING..........................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI................................................................................. .ii
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................................... iii
ABSTRAK.............................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah..........................................................................7
C. Tujuan Penelitian................................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................9
E. Metodologi Penelitian.......................................................................................10
F. Tinjauan Pustaka...............................................................................................14
G. Sistematika Penulisan.......................................................................................16
BAB II KAJIAN TEORITIS.
A. Analisis Produksi.............................................................................................18
1. Produksi Program Televisi......................................................................18
2. Media Sebagai Institusi Budaya..............................................................32
B. Televisi.............................................................................................................34
1. Pengertian Televisi..................................................................................34
2. Program Siaran Televisi..........................................................................36
3. Program Karya Jurnalistik (Current Affairs)..........................................37
C. Berita................................................................................................................38
1. Pengertian Berita.....................................................................................38
2. Jenis-jenis Berita.....................................................................................39
3. Nilai Berita..............................................................................................41
4. Format Berita Televisi.............................................................................44
5. Sumber Berita Televisi............................................................................51
D. Terorisme.........................................................................................................56
1. Pengertian Terorisme..............................................................................56
BAB III PROFILE STASIUN TVRI
A. Gambaran Umum TVRI; Dulu, Kini, dan Nanti..............................................59
B. Struktur Lembaga Penyiaran Publik TVRI......................................................69
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS
A. Program Dialog TVRI......................................................................................76
1. Profile dan Latar Belakang.........................................................................76
2. Aspek Marketing Dan Rating Program Dialog TVRI…..……..................83
B. Proses Produksi Program Dialog TVRI Pada Edisi 23 Januari 2013...............84
1. Pra Produksi Program Dialog TVRI..........................................................85
ix
2. Produksi Program Dialog TVRI................................................................91
3. Pelaksanaan Produksi Program Dialog TVRI.........................................101
4. Pasca Produksi Program Dialog TVRI....................................................106
C. Faktor Pendukung dan Kendala......................................................................107
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................109
B. Saran...............................................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................115
LAMPIRAN..........................................................................................................................117
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Top Program TVRI Nasional Bulan November 2013.................................4
2. Tabel 2 Tim Produksi Program Dialog TVRI........................................................78
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Kategori Tema Pada Program Dialog TVRI...........................................7
2. Gambar 2 Struktur Kelembagaan TVRI.................................................................72
3. Gambar 3 Struktur Organisasi Dewan Pengawas LPP TVRI................................73
4. Gambar 4 Struktural Pemberitaan..........................................................................77
5. Gambar 5 Rundown Dialog TVRI.........................................................................82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses produksi program di televisi merupakan suatu aspek yang paling
menentukan dalam kemajuan suatu media, dimana kemajuan media biasanya
dinilai dari program-program yang dihasilkan. Kualitas program-program yang
dihasilkan oleh suatu media dipengaruhi oleh sistem produksi program itu sendiri.
Saat ini banyak televisi di Indonesia berlomba-lomba dalam memproduksi
program televisi, dari program yang bernilai pendidikan, kebudayaan, ekonomi
bahkan adapula yang hanya hiburan belaka.
Berdasarkan fungsi media massa dalam hal ini televisi berperan sebagai
penyampai informasi, hiburan, persuasi sosial, pengawasan, korelasi, dan pewaris
sosial.1 Oleh sebab itu sebuah stasiun televisi sudah seharusnya memproduksi
program-program yang berkualitas dan sesuai dengan fungsinya, agar pemirsa
merasakan manfaat positif dari sebuah program yang dihasilkan oleh sebuah
stasiun televisi.
Pertelevisian di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup
signifikan dalam beberapa tahun belakangan. Karena pada awalnya Indonesia
hanya memiliki satu stasiun televisi saja, yaitu Televisi Republik Indonesia
(TVRI). Perkembangan yang terjadi yaitu sudah tayangnya sebelas stasiun
televisi. Dari sebelas stasiun televisi tersebut salah satunya adalah TVRI, dan
1 Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Perada, 2007 ) h.
66-87
2
sepuluh stasiun televisi swasta. Pada tahun 1989 lahir stasiun televisi Rajawali
Citra Televisi Indonesia (RCTI), yaitu stasiun televisi swasta pertama di
Indonesia. Setelah itu munculah Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI) Indosiar dan Andalas Televisi (ANTV). Setelah era
reformasi bergulir, televisi swasta pun semakin ramai bermunculan. Saat itu lahir
Metro TV, Transformasi Televisi (TRANS TV), TV7 yang sekarang berganti
nama menjadi Trans 7, Lativi yang kini menjadi TVOne, serta Global TV.2
Hingga tahun 2013 televisi swasta semakin bertambah banyak dengan hadirnya
beberapa stasiun swasta baru seperti Net.TV, Kompas TV, B Channel dan banyak
lagi.
Dengan banyaknya stasiun televisi baru, saat ini banyak bermunculan
program acara di televisi, salah satunya adalah program berita. Program-program
acara tersebut muncul dengan konsep acara berita yang tetap menjaga konsistensi
dengan menyuguhkan berbagai informasi yang tetap mengedepankan berita-berita
yang faktual. Dan elegan serta kekhasan acara berita. Namun seiring
perkembangan zaman, kemasan program khususnya program berita di era hiburan
seperti saat initampaknya kian penting, bahkan bisa sama pentingnya dengan
berita yang disajikan. Inilah yang mendorongpara produser terus mencari bentuk
baru penyajian program berita yang lebih inovatif, agar bisa diterima di
masyarakat dan meraih segmen yang lebih luas seperti halnya program hiburan.
Hasil produksi yang memiliki visi akan tampak sikapnya. Sikap inilah
kekhasan dan keunikan dari produksi itu. Produksi yang tidak memiliki kekhasan
2Askurifai Baksin. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2006)h.15.
3
dan keunikan berarti produksi kodian, tidak menarik dan biasa-biasa saja. Tidak
memukau dan mempesona. Tidak mampu stop the eyes and the ears.3
Saat ini banyak televisi di Indonesia berlomba-lomba dalam memproduksi
program televisi, dari program yang bernilai pendidikan, kebudayaan, ekonomi
bahkan adapula yang hanya hiburan belaka. Namun TVRI sebagai lembaga
publik masih mempertahankan program-program yang mempunyai nilai-nilai
berita dan pendidikan untuk pemirsanya, salah satunya pada program berita dialog
TVRI yang memiliki manfaat yang sangat besar bagi pemirsanya.
Hal ini terbukti pada hasil riset yang dilakukan oleh lembaga riset yaitu
neilsen pada tahun 2013 perbulan November, Program Dialog TVRI masuk dalam
“TOP Program TVRI Nasional”. Dimana program Dialog TVRI menempati posisi
ke-19.
3 Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi (Jakarta: Grasindo, 1997), cet. Ke-
1, h. 7-8.
4
Tabel 1
Beberapa program-program di TVRI yang menjadi TOP Program di
bulan November.
TOP PROGRAM TVRI NASIONAL:
Periode: Minggu ke- 48 (24 s/d 30 November 2013) Neilsen.
NO. NAMA PROGRAM RATA-RATA JUMLAH
PENONTON
1 SERI A : LIVORNO VS
JUVENTUS(L)
243,291
2 SHALAT JUMAT 202,720
3 DIALOG 174,692
4 AYO SEKOLAH DI
TVRI
173,403
5 SETELAH HUJAN
DATANG
151,228
6 TONG KOSONG
NYARING BUNYINYA
146,652
7 SELIDIK 141,469
8 INDONESIA MALAM 141,420
9 KOMUNITAS REGGAE
INDONESIA
127,181
10 SEBELAH MATA 126,996
11 SOEGENG SARJADI
SYNDICATE
122,085
12 JALAN MILIK KITA
BERSAMA
110,033
13 BERANTAS KORUPSI 108,894
14 KESEBELASAN WANITA-
WANITA CANTIK
107,280
15 SERIE A: H VERONA
VS CHIEVO (L)
99,160
16 TAPAL BATAS 97,994
17 SALAM DARI DESA 97,157
18 IBUKU SURGAKU 95,861
19 DIALOG TVRI 94,726
20 SAHABAT INDONESIA 93,820
5
Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah stasiun televisi tertua di
Indonesia. TVRI didirikan sejak tanggal 24 Agustus 1962. TVRI merupakan satu-
satunya stasiun televisi yang jangkauannya mencapai seluruh wilayah Indonesia,
dengan jumlah penonton sekitar delapan puluh dua persen (82%) penduduk
Indonesia. Saat ini TVRI memiliki 22 stasiun daerah dan satu stasiun pusat yang
didukung oleh 395 pemancar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.4
Layaknya media informasi elektronik lainya, TVRI pun menyiarkan
sebuah program berita dalam siaranya. Dialog TVRI merupakan salah satu nama
program berita harian yang disiarkan TVRI setiap pukul 07.00 – 08.00 WIB.
Dialog TVRI yang disiarkan TVRI berfungsi sebagai penyampai informasi,
pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Sesuai dengan namanya, program ini
adalah program berita talk show dimana setiap harinya membahas suatu kasus-
kasus tertentu ataupun suatu berita yang sedang hangat diperbincangkan dengan
mengundang beberapa narasumber yang ahli pada bidangnya.5
Semakin ketatnya persaingan program-program yang dihasilkan oleh
sebuah stasiun televisi membuat progaram Dialog TVRI lebih meningkatkan
kualitasnya dengan memberikan inovasi-inovasi di dalam produksinya, tanpa
menghilangkan nilai-nilai berita dan informasi sehingga program dialog TVRI
mampu bertahan di tengah persaingan yang sangat ketat, sehingga program ini
dapat masuk ke dalam “TOP Program TVRI Nasional” di 2013.
Terorisme saat ini masih menjadi permasalahan yang sangat serius di
Indonessia. Karena tindak terorisme masih terjadi di berbagai tempat di Indonesia.
4 TVRI, “Sejarah Televisi Republik Indonesia,” diakses dari www.tvri.co.id
5 Subari, Produser Pelaksana, Wawancara Pribadi, Jakarta, 7 November 2013.
6
Dalam konteks tersebut, pemerintah sudah melakukan berbagai strategi untuk
memberantas terorisme, begitu pula lembaga sosial lain telah melakukan berbagai
cara untuk menangani terorisme. Akan tetapi semua seakan belum berhasil.
Dalam hal ini penulis melihat perlu adanya peran dari media untuk membantu
proses penanganan terorisme, media sebagai lembaga publik yang paling
berperan dalam pembentukan budaya di masyarakat.
Litbang Kompas mencatat, sepanjang tahun 2012 kepolisian RI menangani
14 kasus terorisme di Indonesia sebanyak 78 orang ditetapkan menjadi tersangka
dan 10 orang diantaranya tewas dalam penangkapanya. Dalam serangkaian
penangkapan terakhir, ada beberapa remaja terkait aksi radikalisme itu.
Sedangkan ANTARA News melansir bahwa, Sepanjang 2013, Mabes
Polri mengaku telah menangani sebanyak 12 kasus terorisme. Ada sekitar 20
orang pelaku yang masuk dalam proses penyidikan. Sebanyak 28 orang lainnya
telah menjalani persidangan dan tujuh orang telah mendapat vonis.
Meski berbeda, data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
mencatat ada 87 orang pelaku terorisme yang ditangkap sepanjang Januari hingga
pertengahan Desember 2013.
Penanganan yang tak kunjung akhir yang terkadang malah menyudutkan
suatu instansi pendidikan agama seperti pesantren bahkan perguruan tinggi yang
berbasis islam disebut- sebut sebagai cikal bakal penanaman jiwa terorisme.
Terorisme selalu dikaitkan dengan islam. Dimana terkadang pemberitaan di
media- mediapun ikut menekankan hal itu.
7
Dari hal-hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana sistem
produksi dari program dialog TVRI dari Pra Produksi, Produksi hingga Pasca
Produksinya dan Bagaimana peran program dialog TVRI dalam menangani
masalah Terorisme?
Berdasarkan latar belakang diatas kemudian penulis memilih judul
“Analisis Produksi Program Berita Dialog TVRI Pada Tema Penanganan
Terorisme” sebagai judul skripsi ini.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Agar lebih terarah antara masalah yang dikemukakan dengan
pembahasannya, maka perlu diberikan pembatasan masalah yang akan diteliti.
Program dialog TVRI memiliki beberapa kategori tema dalam pembahasanya
yaitu Ekonomi, Sosial, Budaya, Politik dan Hukum. Dimana setiap kategori
tersebut akan terpecah menjadi tema-tema khusus atau judul dalam setiap
episodenya. contohnya penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini
yaitu pada kategori tema mengenai Hukum dimana tema khusus atau judulnya
yaitu “Penanganan Terorisme” edisi 23 Januari 2013.
Gambar 1
Kategori Tema Pada Program Dialog TVRI
SOSIAL
Program Dialog TVRI
EKONOMI HUKUM BUDAYA HUKUM
PENANGAANAN TERORISME
8
2. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian
ini adalah:
a) Bagaimana proses produksi program dialog TVRI saat mengangkat
tema Penanganan Terorisme pada tanggal 23 Januari 2013, yang terdiri
dari :
1. Pra produksi
2. Proses produksi
3. Pasca produksi
b) Bagaimana peran program dialog TVRI dalam menangani masalah
Terorisme?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Utama
Mengetahui secara garis besar bagaimana media massa, khususnya
TV dalam mengemas suatu acara. Serta memberi referensi pada
pemirsa dalam memilih program yang mendidik.
2. Tujuan Khusus
Sesuai dengan rumusan masalah diatas tujuan yang hendak dicapai
pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui:
9
a. Bagaimana proses Produksi program berita Dialog TVRI pada
pengangkatan tema tentang Penanganan Terorisme dari pra
produksi, proses produksi, dan pasca produksi?
b. Bagaimana peran program dialog TVRI dalam menangani masalah
Terorisme?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memperkaya kajian ilmu
komunikasi, khususnya ilmu jurnalistik mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan proses produksi program berita pada siaran televisi. Penelitian ini juga
dapat digunakan untuk memperluas dan memperkaya wacana pemikiran, serta
menjadi tambahan referensi pustaka, khususnya di konsentrasi jurnalistik
Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Penulis mengharapkan semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan
manfaat dalam memberikan masukan dan gambaran kepada berbagai kalangan,
seperti akademisi, dan aktivis penyiaran umumnya. Selain itu juga dapat
menjadi motivasi bagi para pengelola stasiun televisi dalam menciptakan
sebuah program yang inovatif dan mendidik, serta disesuaikan dengan
kebutuhan dan keinginan pemirsa agar tercipta program acara berita yang lebih
menarik, diminati dan diterima oleh pemirsa.
10
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam pnelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan
data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti tidak
menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan
penafsiran terhadap hasil penelitian.6 Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian
kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif,
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang diamati.7 Alasan
penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu karena penulis lebih
memanfaatkan landasan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai
dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk
memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian. dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari
data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir
dengan suatu “teori”. Berbeda dengan penelitian kuantitatif Dalam penelitian
kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada
penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan.
Sementara metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis digunakan untuk
menghimpun data aktual dengan memaparkan realitas yang ada. Kegiatan
6 Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 41. 7 Lexi, J. Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), cet.
Ke-23, h. 4.
11
pengumpulan data dilakukan dengan melukiskan sebagaimana adanya, tidak
diiringi dengan ulasan atau pandangan atau analisis dari penulis.8 Sedangkan
Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang
hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji atau membuat prediksi.9
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis
adalah sebagai berikut.
a. Data Primer
Data primer digunakan sebagai acuan pertama untuk pembahasan
penelitian ini dengan melakukan:
1) Observasi
Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung suatu
objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek
tersabut.10
Teknik observasi yang penulis lakukan adalah observasi
langsung, yakni mendatangi lokasi TVRI dengan mengamati secara
sistematis sebuah siaran langsung (live) di studio yang hasilnya
langsung dimasukan ke dalam pembahasan yaitu pada edisi tanggal
23 januari 2013 pada tema penanganan terorisme.
8 Wardi Bachtiar, Metedelogi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. Ke-1, h. 60
9 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1996 ), h. 24. 10
Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh praktis riset
media, public relation, advertising, Komunikasi, organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta:
kencana, 2007), h. 106
12
2) Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.11
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat mendalam
(depth interview), yaitu wawancara terperinci yang dilakukan
dengan menggunakan petunjuk umum berupa daftar pertanyaan
yang telah disusun sebelumnya untuk ditanyakan kepada
narasumber.
Wawancara ini ditujukan kepada pihak-pihak yang terlibat
dalam proses produksi program berita Dialog TVRI untuk
mendapatkan data yang akurat, dalam hal ini adalah Produser,
karena dalam tahap pra produksi produserlah yang berperan aktif
seperti dalam penentuan tema. Kemudian Produser pelaksana,
karena seorang produser pelaksana sangat berperan aktif dalam
proses produksi. Lalu seorang Redaktur, yang mana seorang
redaktur sangat membantu dalam proses pra produksi hingga pasca
produksi pada program dialog TVRI, dan yamg terakhir pembawa
acara karena program ini bersifat siaran langsung (live) dan pasca
produksinya adalah penayangan program itu sendiri maka pembawa
acara penulis anggap penting untuk diwawancarai.
11
Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh praktis riset
media, public relation, advertising, Komunikasi, organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta:
kencana, 2007), h. 96
13
3) Dokumen
Dokumen diperoleh dari sejumlah referensi yang ada atau
menggunakan studi pustaka, yaitu dengan mempelajari bahan-bahan
tertlis yaitu seperti CV, Rundown acara, Design Program Dialog
TVRI dan buku Cetak biru kebijakan umum TVRI tahun 2006.
3. Teknik Pengolahan Data
Setelah data-data terkumpul untuk realibilitas dan validitas data
tersebut penulis menggunakan teknik tringulasi yaitu menggunakan, Pakar
dimana penulis menggunakan teori dari Fred Wibowo, Informan yaitu
seorang produser program diluar program dialog TVRI bertujuan untuk
melihat kebenaran data sebelumnya dan yang terakhir Observasi, yaitu
catatan lapangan hasil dari pengamatan secara langsung untuk
mengkroscek data-data sebelumnya.
4. Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif
analisis kualitatif, yakni cara melaporkan data dengan memberi gambaran
atau melukiskan mengenai proses produksi program berita Dialog TVRI
edisi 23 Januari 2013 yang di tayangkan di TVRI, khususnya pada tema
berita mengenai “Penanganan Terorisme”. Penelitian dilakukan dengan
menganilisis data primer yang dikumpulkan dari hasil observasi dan
wawancara penulis dengan narasumber. Dari data-data yang dikumpulkan,
penulis lalu melakukan analisis dan menyimpulkan pembahasan dalam
penelitian ini.
14
5. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) karya Hamid Nasuhi
dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, penulis meninjau beberapa tulisan, buku hasil
penelitian, maupun skripsi-skripsi yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
ada beberapa contoh judul yang menjadi inspirasi untuk penulis. Beberapa skripsi
yang menginspirasi penulis untuk memfokuskan penelitian pada “ Produksi
Program Berita Dialog TVRI Pada Tema Penanganan Terorisme” diantaranya
adalah:
1. Skripsi karya Ais Ramadhan Rasyid, mahasiswa Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2011,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “ Analisis Program Tabir
Sunnah di Trans TV”, dalam penelitian yang dilakukannya sama dengan
peneliti yaitu untuk mengetahui bagaimana proses produksinya, namun
berbeda dalam penggunaan teori dimana dalam penelitianya menggunakan
teori Helbert Blumer dan Elihu Katz yang lebih menekankan peran media
dalam suatu program terhadap pemirsanya sedangkan penulis
menggunakan teori Fred Wibowo yang lebih menekankan bagaimana
suatu produksi program dilaksanakan dari pra produksi, produksi, dan
pasca produksi.
15
2. Skripsi karya Nurita, mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2013, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan judul “ Analisis Produksi Program Suara Anda di Metro
TV”antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya sama-sama meneliti
bagaimana suatu acara diproduksi. Namun berbeda dalam penggunaan
teorinya, penilitian sebelumnya menggunakan teori model alir dua tahap
milik Paul Lazarfeld yang lebih menekankan pada pengaruh media yang
ditularkan melalui opinian leader sedangkan penelitian ini menggunakan
teori Fred Wibowo yang lebih menekankan bagaimana suatu produksi
program dilaksanakan dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
3. Skripsi karya Anne Chrisnasari Syahman, mahasiswa Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2010,
yang berjudul “Analisis Produksi Program Forum Kerukunan Umat
Beragama di TVRI”. Yang membahas bagaimana sebuah proses produksi
sebuah program. Anne menggunkan teori Maxine K, dan Reed yang
menjelaskan bahwa proses produksi memiliki kewajiban merubah konsep
atau ide, berbeda dengan penulis yang memilih menggunakan teori Fred
Wibowo walaupun objeknya sama yang lebih menekankan bagaimana
suatu produksi program dilaksanakan dari pra produksi, produksi, dan
pasca produksi.
Meskipun penulis melakukan tinjauan terhadap skripsi tersebut di
atas, penelitian yang dilakukan penulis tetaplah berbeda. Dalam hal ini
penulis sama-sama membahas proses produksi suatu program yang
ditayangkan di televisi dengan objek penelitian dan hasil penelitian yang
16
berbeda dan peneliti memilih menggunakan teori dari Fred Wibowo yang
berbeda dengan teori-teori yang digunakan oleh skripsi-skripsi diatas.
Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang
meneliti tentang “ Analisis Produksi Program Berita Dialog TVRI Pada
Tema Penanganan Terorisme ”.
G. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis membagi menjadi 5 Bab dan ditambah beberapa
lampiran-lampiran. Dalam Bab satu yaitu Pendahuluan, Penulis menguraikan latar
belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan.
Bab dua yaitu Landasan Teori, Penulis menguraikan teori-teori yang
menjadi landasan dalam kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Berisi tentang,
definisi analisis, produksi program televisi, berikut juga konsep berita, pengertian
berita,nilai berita, komposisi berita, kategori berita.
Bab tiga yaitu Profile Stasiun TVRI, Pada bab ini penulis menguraikan
gambaran umum sejarah perkembangan TVRI, visi dan misi, program-program
TVRI, struktur organisasi TVRI, serta program berita Dialog TVRI sebagai
masalah penelitian.
Bab empat yaitu Temuan Data dan Analisis, Bab ini berisi deskriptif hasil
penelitian dan pembahasan mengenai proses produksi program berita Dialog
TVRI serta proses produksi pada edisi 23 januari 2013 tentang “ Penanganan
Terorisme”.
17
Bab lima yaitu Penutup, Penulis memberikan kesimpulan dan saran
terhadap apa yang telah diteliti dalam skripsi ini, dan juga beberapa lampiran yang
didapat.
18
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Produksi
1. Produksi Program Televisi
Berita sebelum disajikan kepada masyarakat mengalami suatu
proses. Dalam bahasa latin, proses adalah processus yang berarti
geraknya, jalannya, kemajuan, berhasil yang dalam bahasa inggris
procession berarti gerakan, maju, prosesi. Produksi adalah
pelaksanaan pengubah bentuk naskah menjadi bentuk auditif dan
visual, sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku bagi Pertelevisian.1
Produksi juga bias diartikan, barang yang dihasilkan atau kegiatan
yang menghasilkan suatu barang atau jasa. Menurut Anton Moeliono
proses adalah rangkaian tindakan, perbuatanatau pengelolaan yang
dihasilkan.2
Sedangkan pengertian analisis produksi adalah tahap
menganalisa atau memeriksa sebuah proses produksi, sehingga dapat
mengetahui hasil dari analisis tersebut. Hal ini dilakukan karena
produksi televisi merupakan sebuah proses pembuatan program yang
nantinya ditayangkan di televisi dan memerlukan perjalanan panjang
dan melewati berbagai tahapan, melibatkan banyak sumber daya
1Darwanto Sastro Soebroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan (Yogyakarta: Duta
Wacana, 1995), h. 125. 2 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h.
703
19
manusia dengan berbagai keahlian dan peralatan penunjang serta
biaya yang besar.
Produksi program televisi memiliki berbagai macam format
dan materi, beberapa di antaranya terkadang memiliki prosedur atau
tata laksana kerja yang berbeda. Setiap materi program mendapatkan
perlakuan khusus berdasarkan karakteristik dan spesifikasinya.
Produksi siaran merupakan salah satu bagian dari organisasi penyiaran
yang bertugas menangani produksi mata acara atau program acara.3
Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang
produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang
memerlukan pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana
produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana
produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.4
Berfikir tentang produksi program televisi bagi seorang
produser professional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana
materi produksi itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang
bernilai, dan memiliki makna.
Produksi yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan
oleh seorang produser yang memiliki visi. Namun, apakah visi itu
tumbuh dari suatu acuan mendalam yang bermuara pada orientasi,
ideology, religi, dan pemikiran-pemikiran kritis atas sarana yang
3 Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi (Jakarta: Grasindo, 1997), cet. Ke-
1, h. 24. 4 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher,
2007), cet. I, h. 23
20
dipakai untuk menampilkan materi produksi. Atau, visi itu sekedar
mengikuti arus yang mengalir.
Bertolak dari dorongan kreativitas, seorang produser yang
menghadapi materi produksi akan membuat seleksi. Dalam seleksi ini
intelektualitas dan mana yang tidak. Kemudian akan lahir yang
menunjang ide ini, akan tercipta konsep berupa naskah untuk
produksi. Naskah ini merupakan bahan dasar yang perlu dipikirkan
oleh seorang produser ketika ia akan mulai berproduksi.
1. Materi Produksi
Bagi seorang produser, materi produksi dapat berupa apa saja.
Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia
merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu.
Suatu kejadian yang istimewa biasanya merupakan materi
produksi yang baik untuk program-program documenter atau
sinetron. Tentu saja kejadian itu masih harus dilengkapi dengan latar
belakang kejadian dan hal-hal lain yang perlu untuk menjadikan
program itu sebuah program yang utuh. Untuk itu, masih diperlukan
riset yang lebih mendalam agar semua data yang bersangkut paut
dengan materi hasil produksi itu lengkap.
Dari hasil riset materi produksi, muncul gagasan atau ide yang
kemudian akan diubah menjadi tema untuk program documenter atau
sinetron (film televisi). Mungkin juga gagasan itu langsung menjadi
konsep program. Tema ataupun konsep program kemudian
21
diwujudkan menjadi treatment. Treatment adalah langkah pelaksanaan
perwujudan gagasan menjadi program. Oleh karena itu, treatment
untuk setiap format program berbeda-beda.
Dari treatment akan diciptakan naskah (script) atau langsung
dilaksanakan produksi program. Bobot atau muatan sebuah program
sebetulnya sudah tampak ketika gagasan diwujudkan menjadi
treatment. Dari sinilah penyempurnaan konsep program dapat
dilaksanakan sehingga menghasilkan naskah atau program yang baik.
2. Sarana produksi
Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang
terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu saja
diperlukan kualitas allat standar yang mampu menghasilkan gambar
dan suara secara bagus.
Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat
produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam
suara, dan unit peralatan pencahayaan. Kualitas standar dari ketiga
unit peralatan ini menjadi pertimbangan utama seorang produser
ketika ia mulai dalam perencanaan produksinya. Selebihnya berfungsi
sebagai peralatan penunjang produksi. Seperti alat transportasi untuk
produksi luar studio dan unit studio dengan dekorasi untuk produksi
dalam studio.
22
3. Biaya produksi
Tidak terlalu sederhana merencanakan biaya untuk suatu
program produksi. Dalam hal ini, seorang produser dapat memikirkan
sampai sejauh mana produksi itu kiranya akan memperoleh dukungan
financial dari suatu pusat produksi atau stasiun televisi. Oleh karena
itu, perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada
dua kemungkinan, yaitu:5
a. Financial Oriented
Prenecanaan biaya produksi yang didasarkan pada
kemungkinana keuangan yang ada. Kalau keuangan terbatas berarti
tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula
dibatasi. Misalnya: tidak menggunakan artis yang pembayarannya
mahal, menggunakan lokasi shooting yang tidak terlalu jauh,
konsumsi yang tidak terlalu mewah. Segala sesuatunya didasari atas
kemungkinan keuangan.
b. Quality Oriented
Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan
kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, tidak ada
masalah keuangan. Produksi dengan orientasi badget semacam ini
biasanya produksi prestige. Produksi yang diharapkan mendatangkan
keuntungan besar, baik dari segi nama maupun financial. Untuk
5 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, h.29
23
menghasilkan kualitas yang paling tinggi dari produksi itu, produser
boleh melibatkan semua orang nomor satu dibidangnya.
Menentukan biaya produksi suatu program televisi dengan
video bagi produser atau manager siapa pun merupakan hal yang
rumit. Banyak factor tidak terduga yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
Oleh karena itu, membuat perencanaan anggaran produksi seolah-olah
mengharuskan mata dan pikiran kita melihat hal-hal tersembunyi atau
yang sekiranya tidak ketahuan dan yang mungkin memerlukan biaya.
Estimasi biaya yang tertera dalam rencana anggaran, paling tidak
dapat membuat batasan-batasan yang baik ketika pelaksanaan
produksi dan mencegah pemborosan. Bagaimanapun tidak ada
produksi yang ingin menderita kerugian dan menjadi macet karena
kekeliruan dalam melaksanakan rencana anggaran atau membuat
estimasi biaya.
4. Organisasi Pelaksanaan Produksi
Suatu produksi program televisi meliatkan banyak orang,
misalnya pada artis, crew, dan fungsionaris lembaga penyelenggara,
polisi, aparat setempat dimana lokasi shooting dilaksanakan, dan
pejabar yang bersangkut paut dengan masalah perijinan. Supaya
pelaksanaan shooting dapat berjalan lancer, produser harus
memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksana produksi yang
serapi-rapinya. Dalam hal ini, produser dapat dibantu oleh asisten
24
produser atau sering disebut produser pelaksana atau production
manager. Ia mendampingi sutradara dalam mengendalikan organisasi..
Produser pelaksana membawahi bendahara dan kasir yang
mengatur keuangan dan membayar kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan. Sementara itu, secretariat mengerjakan hal-hal yang
berhubungan dengan surat menyurat, kontrak, dan perijinan.
Tanggung jawab untuk pelaksanaan dari organisasi yang bersifat
lapangan ini dipikul oleh bagian yang disebut unit manager. Bagian
ini menanggung tugas dari dua sisi sekaligus; sisi organisasi dan sisi
artistic. Bidang yang langsung dibawah koordinasi pelaksana unit
manager, misalnya perijinan, transportasi, konsumsi, dan akomodasi.
Lokasi, setting/dekorasi, property (perlengkapan), kostum dan make-
up, pelaksanaan lapangan berada dalam koordinasi unit manager,
tetapi segi artistic sepenuhnya dibawah tanggung jawab art designer
atau art director.
Sutradara dibantu sepenuhnya oleh art designer dan director of
photography (kamerawan). Sementara kamerawan membawahi bagian
pencahayaan (lighting) dan suara (sound). Sutradara adalah
penanggung jawab penuh suatu produksi.
Pelaksanaan produksi untuk produksi program televisi di
studio memiliki nama yang berada pula. Sutradara disebut pengarah
program atau program director (PD). Fungsi dan tugasnya mirip
dengan sutradara. Hanya ia bekerja di belakang meja control di ruang
25
control. Asisten sutradara disebut floor Director(FD) tugasnya
membantu sutradara mengarahkan pemain dan crew didalam studio
rekaman gambar. Pembantu pengarah program yang lain adalah
switcher. Ia bertugas membantu pengarah cara men-switch kamera
melalui tombol di meja control. Pelaksana produksi lain sama dengan
pelaksana produksi shooting lapangan. Bedanya pada jumlah
cameramen. Dengan multikamera diperlukan dua sampai empat
kamerawan sekaligus.
5. Tahap Pelaksanaan Produksi
Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak
peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain
memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap
pelaksanaan produksi yang jelas efisien. Tahapan produksi terdiri dari
tiga bagian di televisi yang lazim disebut standart operasion procedure
(SOP), seperti berikut:6
a. Pra – Produksi (Perencanaan dan Persiapan)
Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan
dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang
direncanakan sudah beres. Tahap pra –produksi meliputi tiga bagian,
sebagai berikut:
6 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, h.39
26
1) Penemuan Ide
Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau
gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis
naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.
2) Perencanaan
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule),
penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew. Selain
estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan
bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.
3) Persiapan
Tahap ini meliputi pemberesan samua kontrak, perijinan dan surat
menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan
melengkapi peralatan yang diperlukan.
Keberhasilan sebuah produksi program televisi sangat ditentukan
oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan. Oleh karena itu,
pada tahap ini harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar dalam
tahap produksinya pun berjalan dengan baik dan lancar.
b. Produksi
Sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan
produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis, crew
mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan
27
tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat
bercerita.
Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot
yang akan diambil dalam adegan (scene). Berikut ini adalah posisii
kamera (camera position), yang apabila terangkaikan akan menjadi
suatu cerita yang hidup:7
1. Shoot jauh (long shoot)
Suatu pengambilan objek oleh kamera dari jarak yang jauhnya
cukup untuk dapat mengambil pemandangan yang lengkap dari suatu
adegan.
2. Shoot dekat (close shoot)
Suatu pengambilan objek dari bahu ke atas. Close shoot dalam
naskah kamera disingkat CS.
3. Shoot agak dekat (medium shoot)
Suatu pengambilan objek oleh kamera dari dada ke atas. Dalam
naskah kamera istilah itu disingkat MCS.
4. Shoot sewajah (close-up)
Suatu pengambilan objek untuk menghasilkan gambar wajah
seseorang sebatas dagu ke atas. Istilah ini disingkat CU.
7 Sunandar, Telaah Format Program Keagamaan di Televisi: Studi Deskriptif Analisis
Televisi Pendidikan Indonesia, Tesis(Yogyakarta: IAIN Sunan Kali Jaga, 1998)
28
5. Shoot terdekat (big close-up)
Pengambilan sebuah objek secara khusus oleh kamera untuk
menampilkan salah satu bagian dari tubuh manusia atau suatu benda
tertentu sehingga tampak amat sangat jelas. Big close-up yang lazim
disingkat BCU, kadang-kadang disebut juga extra close-up dan
Extreme close-up. Dengan big close-up dapat ditampilkan mata,
hidung, bibir, dan lain-lain secara khusus untuk memberikan kesan
tertentu pada pemirsa.
6. Shoot sedang (medium shoot)
Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas pinggang ke atas.
Dalam naskah kamera, shoot tersebut disingkat MS.
7. Shoot agak jauh (medium long shoot)
Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas lutut ke atas. Shoot
yang sering kali disingkat MLS ini dinamakan juga shoot lutut (knee
shoot).
8. Shoot dua (two shoot)
Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan dua orang
sebatas dada keatas.
9. Shoot kelompok (group shoot)
Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan sejumlah
orang sebatas dada keatas.
29
10. Shoot udara (aerial shoot)
Pengambilan objek oleh kamera dari udara untuk menghasilkan
suatu pemandangan yang mengesankan.
11. Shoot lebar (wide shoot)
Pengambilan suatu objek yang tidak terlalu jauh, suatu
pengambilan gambar oleh kamera yang melingkupi area yang luas.
12. Shoot amat jauh (very long shoot)
Suatu pengambilan objek dari kamera yang melingkupi area yang
amat luas dimana terdapat suatu objek.
Semua shoot yang dibuat dicatat oleh bagian pencatat shoot dengan
mencatat time code pada saat mulai pengambilan, isi shoot dan time
code pada akhir pengambilan adegan. Kode waktu (time code) adalah
nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika kamera dihidupkan dan
terekam dalam gambar. Catatan kode waktu ini nanti akan berguna
dalam proses editing.
Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap malam di akhir
shooting hari itu untuk melihat apakah hasil pengambilan gambar
sungguh baik. Apabila tidak maka adegan tersebut perlu diulang
pengambilan gambarnya. Sesudah semua adegan di dalam naskah
selesai diambil maka hasil gambar asli (original material/row foot-
age) dibuat catatannya (logging) untuk kemudian masuk dalam proses
post production, yaitu editing.
30
c. Pasca-Produksi
Pasca produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline,
editing online, dan mixing. Dalam hal ini, terdapat dua macam editing,
yaitu: pertama, yang disebut editing dengan teknik analog atau linier.
Kedua, editing dengan teknik digital atau nion linier dengan
computer.8
(1) Editing Offline dengan teknik analog
Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu
mencatat kembali hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan
gambar. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat
editing kasar yang disebut editing offline (dengan copy video VHS
supaya murah) sesuai gagasan yang ada dalam synopsis dan treatment.
Materi hasil shooting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam
pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan
seksama dalam screening. Apalbila masih perlu ditambah atau diedit
lagi, pekerjaan ini dapat langsung dikerjakan sampai hasilnya
memuaskan. Sesudah hasil editing offline ini dirasa pas dan
memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing ini sudah
dilengkapi uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi
dengan ilustrasi music. Naskah editing ini formatnya sama dengan
skenario.
8 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher,
2007), cet. I, h. 42
31
(2) Editing Online dengan teknik analog
Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli.
Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat
berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Demikian pula
sound asli dimasukan dengan level yang seimbang dan sempurna.
Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing.
(3) Mixing (pencampuran gambar dengan suara)
Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi music yang juga sudah
direkam, di masukkan kedalam pita hasil editing online sesuai dengan
petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing.
Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan music
harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu tak
terdengar jelas..
(4) Editing Offline dengan teknik digital atau non-linier
Editing non-linier atau editing digital adalah editing yang
menggunakan computer dengan peralatan khusus untuk editing.alat
editing tersebut bermacam-macam nama, jenis, fasilitasnya, misalnya :
Pinacle – matrox – canupus, dll. Tahapan pertama, yang harus
dilakukan adalah memasukan seluruh hasil shoot (gambar) yang
dalam catatan atau logging memperoleh OK, kedalam hardisk. Proses
ini disebut capturing atau digitizing, yaitu mengubah hasil gambar
dalam pita menjadi file, yang ketika diperlukan dapat dipanggil untuk
disusun berdasarkan urutan yang diinginkan sutradara. Sesudah
32
tersusun baik baru diuritkan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot
yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh, proses ini disebut
render. Setelah render dapat dilakukan screening. Apabila dalam
screening masih perlu koreksi, maka koreksi dapat dikerjakan dengan
menambah, mengurangi, atau menyisipi shoot yang diperlukan.
(5) Editing online dengan teknik digital
Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal
penyempurnaan hasil editing offline dalam computer, sekaligus
mixing dengan music ilustrasi atau efek gambar (misalnya perlu
animasi atau wipe efek) dan suara (sound effect atau narasi) yang
harus dimasukan. Sesudah semua sempurna, hasil online ini
kemudian dimasukan kembali dari file menjadi gambar pada pita
betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast standart. Setelah
program dimasukan pita, boleh dikatakan pekerjaan selesai dan
kelanjutannya adalah bagian dari pekerjaan distasiun televisi.
Kelima langkah utama pasca produksi tersebut merupakan hal
yang sangat penting bagi seorang produser, penulis naskah, dan
sutradara. Karena, hal tersebut dapat mengahsilkan sebuah tayangan
yang menarik dan enak ditonton.
2. Media Sebagai Intitusi Budaya
Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran
informasi, saluran pendidikan dan daluran hiburan, namun
kenyataanya media massa memberi efektif lain diluar fungsinya itu.
33
Efek media massa bukan hanya mempengaruhi sikap seseorang
namun dapat pula mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang
lebih jauh efek media massa dapat mempengaruhi sistem-sistem sosial
maupun sistem budaya masyarakat. Dengan kata lain media massa
dapat membentuk budaya di masyarakat.
Denis McQuail menjelaskan, bahwa efek media massa memiliki
typology yang mana terdiri dari empat bagian yang besar. Pertama,
efek efek media merupakan efek yang direncanakan, sebagai sebuah
efek yang diharapkan terjadi baik oleh media massa sendiri maupun
orang yang menggunakan media massa untuk kepentingan berbagai
penyebaran informasi. Kedua, efek media massa yang tidak
direncanakan atau tidak dapat diperkirakan, sebagai efek yang benar-
benar diluar kontrol media, di luar kemampuan media ataupun orang
lain yang menggunakan media untuk penyebaran informasi melalui
media untuk mengontrol terjadinya efek media massa. Ketiga, efek
media massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat, instan,
dan keras memengaruhi seseorang atau masyarakat. Keempat, efek
media massa berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga
memengaruhi sikap- sikap adopsi inovasi, kontrol sosial sampai
dengan perubahan kelembagaan, dan persoalan- persoalan perubahan
budaya.9
9Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S, sos., M.Si. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma,
dan Diskursus, Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: KENCANA, 2008), Cet. 3, hal.
317-318.
34
Media berperan dalam pengembangan kebudayaan,bukan saja seni
dan simbol, melainkan juga dalam pengertian pengembangan tata
cara, mode, gaya hidup dan norma-norma melalui proses komunikasi.
B. Televisi
1. Pengertian Televisi
Televisi dari segi etimologis berasal dari kata “tele” yang
artinya jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya
diusahakan oleh prinsip radio dan penglihatannya oleh gambar.10
Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan balai pustaka,
televisi adalah pesawat system penyiaran gambar obyek yang bergerak
yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya(gambar) dan bunyi (suara)
menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya
yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk
penyiaran pertunjukan berita dan sebagainya.11
Sedangkan, dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, televisi
mempunyai pengertian pengubahan gambar (serta suara) menjadi
sinyal listrik kemudian disalurkan dengan perantara kabel atau
gelombang elektromagnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh
pesawat penerima. Karena televisi merupakan peranti yang mengubah
10
Latief Rosyidi, Dasar-dasat Retorika Komunikasi dan Informasi (Medan: Firma
Rimbow, 1989). Cet. II, h. 221 11
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta, Bina Aksara, 1986), Cet. III, h. 59
35
pantulan cahaya objek menjadi deretan pulsa-pulsa listrik, tabung
kamera tersedia
Dalam berbagai bentuk dan jenis. Namun, pada umumnya
mempunyai dua bagian penting, yakni: permukaan peka cahaya
berfungsi untuk mengubah pantulan cahaya obyek menjadi muatan
listrik membentuk citra elektris (electrical image). Berkas
dibangkitkan oleh penembak electron kemudia dipindahkan keseluruh
permukaan bermuatan listrik.12
Televisi mempunyai daya tarik yang kuat tak perlu dijelaskan
lagi. Kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disababkan unsur-
unsur kata-kata, music dan sound effect, maka televisi selain ketiga
unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar
ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu
menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini
selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya
dapat dinikmati dirumah dengan aman dan nyaman, sedang pesawat
yang kecil mungil itu dapat menghidangkan selain film juga program
yang menarik lainnya.
Televisi sebagai suatu alat merupakan bagian dari suatu system
yang besar, sehingga meskipun televisi merupakan kotak hitam ajaib,
tetapi apabila gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar
televisi, berhubungan langsung dengan televisi tadi yang ditekan
tombolnya, maka dengan serta merta akan merubah kearah fungsi
12
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pusaka), Jilid 16, cet. I, h. 194
36
sebenarnya, dimana kita akan dapat menikmati acara yang
ditayangkan dari stasiun penyiaran yang bersangkutan. Televisi
sebagai suatu alat dapat dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan
informasi, dengan menggunakan bayangan gambar dan suara
demikian halnya dengan video dan film.13
Televisi adalah media yang mampu mempersatukan gambar
dan bahasa. Secara keseluruhan, bahasa yang ada dalam materi acara
terdiri dari bahasa asing, bahasa sehari-hari dan bahasa Indonesia. Ini
tampak dalam film asing maupun local, sinetron, music, serta iklan.14
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa televisi merupakan media komunikasi jarak jauh dengan
penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui kawat
maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.
2. Program Siaran Televisi
Program siaran televisi dapat di definisikan sebagai satu
bagian atau segmen dari isi siaran radio atau televisi secara
keseluruhan. Sehingga memberikan pengertian bahwa, dalam siaran
keseluruhan terdapat beberapa program yang diudarakan. Atau dapat
dikatakan bahwa, siaran keseluruhan satu stasiun penyiaran tersusun
dari beberpa program siaran.15
13
Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi (Yogyakarta: Duta Wacana
University Press, 1994), h. 1-2 14
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996), cet. I, h. 5 15
Hidajanto Djamal dan Andi Fachrudin, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi,
Operasional dan Regulasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 159-160
37
Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya di
produksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan.16
Namun pada saat
ini sudah banyak stasiun-stasiun televisi yang mulai tidak
memproduksi program-programnya secara mandiri seperti pada
segmen hiburan, sinetron dan lain-lain yang biasanya mereka membeli
dari sebuah production house.
3. Program Karya Jurnalistik (Current Affairs)
Current Affairs atau Curreant Event adalah satu kategori
atau format dalam jurnalis penyiaran yang dicirikan pada penekanan
analisis satu peristiwa yang baru terjadi atau seang berlangsung ketika
topik berita ini disiarkan, yang meliputi persoalan politik, atau
kontroversi kebijakan publik. Current Affairs tidak dimasukan dalam
siaran berita reguler yang disiarkan pada jadwal rutin berita stasiun
penyiaran seperti “Warta Berita” (TVRI), “Liputan 6” (SCTV),
“Reportase Pagi” (Trans TV), “Topik Malam” (ANTV). Perbedaan
dengan berita reguler adalah pada penekanan ulasanya, yaitu
kedalaman analisis, sementara berita reguler hanya merupakan
reportase sederhana berdasarkan fakta yang harus disiarkan segera dan
minim analisis.17
16
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003),
h. 7 17
Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Dasar- Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi,
Operasional, dan Regulasi (Jakarta: Kencana, 2011). Cet. I, h. 164-165
38
C. Berita
1. Pengertian Berita
Mitchel V. Charney seperti dikutip Uchjana dalam bukunya
Ilmu, Teori dan filsafat komunikasi menyatakan bahwa berita adalah
laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang
menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar
penduduk.18
Sudirman tebba dalam bukunya jurnalistik baru memaparkan
secera singkat definisi berita secara singkat bahwa berita adalah jalan
cerita tentang peristiwa.19
Pendapat lain dikemukakan oleh AS Haris Sumadiria
menyatakan bahwa berita adalah semua hal yang terjadi didunia, apa
yang dituliskan dalam surat kabar, apa yang disiarkan diradio, dan apa
yang ditayangkan oleh televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak
semua fakta merupakan berita, berita menyangkut orang-orang tetapi
tidak semua menjadi berita, dan berita merupakan sejumlah peristiwa
yang terjadi didunia, tetapi sebagian kecil yang dilaporkan.20
Williard C. Bleyer dalam bukunya Newspaper and Editing
mendefinisikan berita sebagai suatu yang termasa yang dipilih oleh
wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena menarik minat atau
18
Suhaimi dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009), h. 27. 19
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h.55. 20
A.S Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktisi
Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 63.
39
mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dapat
menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut.21
Sebuah pernyataan sederhana mendefinisikan berita, yaitu :
sebuah berita sudah pasti sebuah informasi, tetapi sebuah informasi
belum tentu sebuah berita. Hal itu karena informasi baru dapat
dikatakan berita apabila informasi itu memiliki unsur-unsur yang
mempunyai „nilai berita‟ atau nilai jurnalistik dan disebar luaskan
kepada khalayak.22
Banyak pendapat para ahli yang mendefinisikan berita dengan
beragam pendapat, namun dari sekian macam pengertian itu belum
ada satupun definisi berita yang menjadi tolak ukur. Namun penulis
menyimpulkan pengertian berita sebagai sebuah informasi sebuah
fakta Atau peristiwa aktual yang kemudian disebar luaskan melalui
media massa, seperti surat kabar, televisi, radio maupun media online.
2. Jenis-jenis Berita
a. Jenis berita berdasarkan jenis peristiwa dan penggalian data, jenis
berita ini dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori, yaitu:
1) Hard News (berita berat) adalah segala informasi penting atau
menarik yang harus segera disiarkan oleh media
penyiarankarena sifatnya yang harus segera di tayangkan agar
dapat diketahui khalayak audien secepatnya. Yang termasuk
21
A.S Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktisi
Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64. 22
Jani Yosep, To Be Journalist: Menjadi Jurnalis TV, Radio, dan Surat Kabar yang
Profesional (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 22.
40
dalam berita hard news yaitu strarightnews, feature, dan
infotainment.23
2) Soft News (berita ringan) adalah segala informasi yang penting
dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth),
namun tidak bersifat harus segera ditayangkan.Berita yang
masuk dalam kategori berita ringan seperti magazine, current
affair, documentar, dan talk show.
3) Investigative Reports ( laporan penyelidikan atau investigasi)
adalah jenis berita yang eksklusif. Karena data yang didapat
tidak bias diperoleh di permukaan seperti berita pada
umumnya, tetapi harus melalui penyelidikan. Dalam penyajian
berita ini membutuhkan waktu yang lama dan tentu akan
menghabiskan energy reporternya.
b. Jenis berita berdasarkan sifat kejadiannya
1. Berita diduga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah
diketahui sebelumnya, seperti lokakarya, pemilihan umum,
peringatan hari-hari bersejarah.
2. Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba,
tidak direncanakan, tidak diketahui sebelumnya. Seperti
peristiwa kereta api terguling, gedung perkantoran terbakar,
bus tabrakan, kapal tenggelam, pesawat dibajak anak-anak
23
Morissan. M.A, Jurnalistik Televisi Mutakhir(Jakarta: Kencana, 2010), h. 25.
41
sekolah di sandera, atau terjadinya ledakan bom di pusat
keramaian.24
c. Jenis berita berdasarkan lokasi kejadian
1. Indoor News adalah berita yang terjadi di tempat tertutup,
siding cabinet, seminar, pengadilan adalah semua jenis berita
yang berlangsung ditempat tertutup. Berita jenis ini umumnya
masuk dalam kategori berita ringan (soft news), karena berita
tersebut tidak sampai mengguncangkan perhatian serta tidak
menimbulkan dampak yang luas terhadap masyarakat.
2. Outdoor news adalah berita yang terjadi di tempat terbuka.
Berita tentang kerusuhan, bencana alam, peperangan adalah
berita yang terjadi ditempat terbuka dan jenis berita ini
umumnya masuk dalam kategori berita berat (hard news).25
d. Jenis berita berdasarkan isinya
Dilihat dari cakupan isinya, berita jenis ini terbagi pada berita
politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hokum, seni, agama,
kejahatan, olahraga, militer, laporan ilmu pengetahuan dan
teknologi.26
3. Nilai Berita
Nilai pada berita adalah acuan yang dapat digunakan oleh para
jurnalis untuk dapat memilih dan memutuskan berbagai fakta yang
dianggap pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik
24
A.S Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan
Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 66. 25
A.S Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan
Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 66-67. 26
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 56.
42
untuk diangkat. Dengan kriteria tersebut, seorang reporter dapat
dengan mudah mendeteksi mana peristiwa yang harus diliput dan
dilaporkan. Begitu juga dengan editor, kriteris umum nilai berita
membantu editor untuk mempertimbangkan, memilih dan
memutuskan berita terbaik dan terpenting untuk dipublikasikan pada
khalayak lewat media massa.
Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George
Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam news reporting and
Editing (1980:6-17) menunjuk pada Sembilan hal, namun pakar lain
menyebutkan dua hal lain yang juga termasuk dalam kriteria umum
nilai berita, sehingga semuanya terdapat sebelas nilai berita, yaitu:27
1. Keluarbiasaan (unusualness)
News is unusualness. Berita adalah sesuatu yang luar biasa.
Dalam pandangan jurnalistik, berita merupakan suatu peristiwa
yang luar biasa. Semakin besar suatu peristiwa, semakin besar
pula nilai berita yang ditimbulkannya.
2. Kebaruan (newness)
News is new. Berita adalah semua apa yang terbaru. Semua hal
yang baru, apapun namanya, pasti memiliki nilai berita.
3. Akibat (impact)
News has impact. Berita adalah segala sesuatu yang berdampak
luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar
dalam kehidupan masyarakat. Semakin besar dampak sosial
27
A.S Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan
Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 81-91.
43
budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin
besar nilai berita yang dikandungnya.
4. Aktual (timeliness)
News is timeliness. Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru
saja terjadi. Aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru
atau yang sedang terjadi. Media massa harus memuat atau
menyiarkan berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat.
5. Kedekatan (Proximity)
News is nearby. Berita adalah kedekatan, kedekatan yang
dimaksud adalah kedekatan yang terjadi, baik berupa pernyataan
atau pendapat didekat khalayak dalam bentuk dekat berupa
geografis maupun dekat secara emosional agar dapat menarik
penonton, pendengar dan pembaca.
6. Information (Information)
News is information. Berita adalah informasi. Menurut Wilbur
Schramm informasi adalah segala yang bias menghilangkan
ketidakpastian.
7. Konflik (conflict)
News is conflict. Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang
mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan.
8. Orang Penting (Public Figure, News Maker)
44
News is about people. Berita adalah tentang orang-orang penting,
ternama, pesohor, selebriti, figure public. Orang-orang penting,
orang-orang terkemuka, dimanapun selalu membuat berita.
9. Kejutan (Surprising)
News is surprising. Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-
tiba, diluar dugaan, tidak direncanakan, diluar perhitungan, tidak
diketahui sebelumnya.
10. Ketertarikan manusiawi (Human Interest)
News is interesting. Kadang- kadang peristiwa tidak
menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang,
atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat, tetapi telah
menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, alam
kejiwaan dan alam perasaannya.
11. Seks (sex)
News is sex. Berita adalah seks, seks adalah berita sepanjang
sejarah peradaban manusia segala hal yang berkaitan dengan
perempuan, pasti menarik dan menjadi sumber berita.
4. Format Berita Televisi
Dunia televisi memiliki banyak istilah yang harus dimengerti
oleh setiap orang yang bekerja didalamnya, tanpa istilah ini maka
komunikasi akan terputus. Ada sejumlah istilah yang terkait dengan
format yang digunakan dalam menyajikan suatu berita. Kelompok
istilah ini melihat pada format yang berbeda dan digunakan untuk
jenis berita yang berbeda. Salah satu tantangan yang dihadapi
45
pengelola berita adalah mencari cara atau format terbaik dalam
menyajikan setiap berita.
Dalam program berita televisi dikenal beberapa format berita
yaitu cara bagaimana suatu berita itu ditampilkan atau disajikan.
Format apa yang akan dipilih tentunya tidak dapat dilakukan
sesukanya saja.
Terdapat sejumlah kriteria atau persyaratan untuk menentukan
suatu format berita dalam suatu program berita televisi. Suatu format
dipilih tentunya karena terdapat alasan untuk itu.. suatu berita dapat
disajikan dalam beberapa bentuk yaitu:
1. Reader (RDR)
Sebuah cara paling dasar untuk menyajikan sebuah berita.
Reader atau RDR adalah jenis berita yang seluruh narasi atau
story-nya dibacakan oleh presenter tanpa didukung dengan
gambar. Format seperti ini biasanya hanya digunakan jika sebuah
berita penting terjadi pada saat program berita masih ”on air”.
Tentu saja belum ada gambar yang tersedia karena tim liputan
belum dikirim ketempat kejadian tetapi informasi penting itu
harus segera dilaporkan setidaknya pada fakta-fakta dasarnya
saja.
Dengan demikian, reader merupakan format berita singkat
yang disampaikan presenter tanpa didukung gambar(video).
Format ini biasanya digunakan untuk melaporkan peristiwa
penting dan mendadak yang belum ada videonya. Dikenal juga
46
istilah lain selain reader seperti “berita copy” dan “in vision only”
yang memiliki pengertian yang sama dengan Reader.
Laporan dalam format reader dapat dimulai dengan kata-
kata: “ berita yang baru saja kami terima…” atau “Kami baru saja
menerima laporan bahwa sebuah pesawat baru saja jatuh…”
format berita reader ini biasanya diakhiri dengan kata-kata:
“…kami akan menyampaikan perkembangan selanjutnya segera
setelah kami menerima informasi terakhir.”
2. Voice Over (VO)
Voice Over sering disingkat dengan sebutan VO saja yang
mana naskah berita untuk VO dibacakan oleh presenter. Format
VO menyajikan video atau gambar pendek (biasanya sekitar satu
menit) yang diiringi dengan kata-kata penyiar. Format berita ini
biasanya digunakan untuk menceritakan sebuah topic dalam
waktu yang singkat.
VO adalah format berita dengan video yang keseluruhan
narasinya mulai dari intro hingga kalimat terakhir dibacakan oleh
presenter. Presenter tampil didepan kamera (on-cam) setelah itu
muncul gambar berita namun suara presenter tetap terdengar
mengiringi gambar.
Dalam format ini presenter muncul didepan kamera untuk
membacakan intro (kata-kata yang diucapkan oleh presenter
untuk mengantarkan sebuah berita) dan diikuti oleh pemutaran
gambar video yang biasanya berlangsung sekitar 45 detik
47
sementara suara si presenter atau VO terdengar membaca berita
mengiringi gambar.
Istilah lain untuk VO adalah out of vision (OOV) atau
underlay. Jika stasiun televisi telah menerima gambar video dari
suatu peristiwa maka cara tercepat untuk menyampaikan gambar
dan berita itu adalah dengan menggunakan format ini.
3. Reader Sound on Tape (RDR SOT)
Format berita Reader Sound on Tape (RDR SOT) terdiri
dari presenter yang muncul membacakan intro dan kemudian
muncul Soundbite on Tape (SOT) dari narasumber berita. SOT
adalah Cuplikan suara dari narasumber atau cuplikan dari
wawancara panjan dengan narasumber.
Istilah lain untuk SOT adalah sync (baca “sing”). SOT
sebaiknya diusahakan pendek dan focus sehingga bias membantu
memberikan efek dramatis dari berita yang dibaca sebelumnya.
Dalam intro presenter menjelaskan nama sumber dan informasi
singkat SOT-nya, namun tidak boleh sama persis (parroting)
dengan SOT-nya. Format berita semacam ini sering disebut
dengan reader SOT.
4. Voice Over-Sound on Tape (VO/SOT)
VO-SOT adalah format berita yang memadukan antar
voice over dengan sound on tape. Yang mana VO mmengenai
peristiwa atau isu yang relevan atau ada kaitannya dengan apa
yang diungkapkan dalam SOT. Sedangkat SOT adalah bagian
48
pernyataan sumber yang penting atau spesifik berkaitan dengan
peristiwa (event) atau isu bersangkutan.
5. Reader Grafis (RDR-GRF)
Format berita reader grafis (RDR-GRF) biasanya
digunakan jika sebuah berita penting baru saja terjadi dan stasiun
televisi belum mendapatkan akses untuk mengambil gambar dan
merekamnya dalam kaset video. Untuk menggantikan gambar
video yang belum ada maka digunakan ilustrasi berupa grafis.
Pada banyak kasus terutama jenis berita bencana maka grafis
yang digunakan adalah berupa peta yang menunjukan dimana
lokasi bencana itu terjadi. Grafis dapat pula muncul dalam bentuk
foto seseorang, misalnya Dalam menyampaikan berita bahwa
seseorang yang terkenal meninggal dunia atau mengundurkan dari
suatu jabatan.
Dalam format berita grafis, pertama-tama presenter
muncul membacakan intro (lead berita) dan kemudian muncul
gambar grafis sementara suara presenter terdengar membacakan
kelanjutan berita tersebut.
6. Package (PKG)
Paket adalah laporan berita lengkap dengan narasi (voice
over) yang direkam kedalam pita kaset. Narasi dalam paket
dibacakan oleh seorang pengisi suara atau dubber yang biasanya
adalah seorang reporter atau penulis berita (writer). Dengan kata
lain, format berita paket (package) adalah format berita yang
49
bersifat komprehensif dengan intro dibacakan presenter
sedangkan naskah paket dibacakan atau dinarasikan sendiri oleh
reporter atau pengisi suara (dubber). Jadi berbeda dengan format
VO dimana narasi dibacakan oleh presenter di studio.
Biasanya rata-rata durasi sebuah paket dalam suatu
program berita adalah 1,5 menit hingga 2,5 menit. Tentu saja ada
paket yang berdurasi lebih lama, misalnya 5 menit atau bahkan 30
menit untuk sebuah laporan khusus.
Dalam sebuah paket biasanya mengandung bagian-bagian
sebagai berikut, yaitu: gambar, narasi, suara alami, kutipan
langsung narasumber, grafis, dan laporan reporter di depan
kamera (stand up). Paket selalu dimulai dengan presenter
membacakan intro.
7. Laporan langsung (Live)
Jika suatu peristiwa mengandung nilai berita masih
berlangsung sementara program berita masih “On air”, maka
stasiun televisi dapat menyampaikan berita dengan format laporan
langsung(live report). Hal ini dapat dimungkinkan karena
komunikasi dapat dilakukan melalui hubungan satelit atau
microwave. Dalam format seperti ini presenter akan langsung
berbicara dengan reporter yang berada dilokasi yang sedang
meliput suatu peristiwa.
50
Laporan langsung akan dimulai dengan layar yang terbagi
dua memperlihatkan presenter di studio pada bagian kiri layar dan
reporter dari lokasi berita pada bagian kanan layar.
Jika stasiun televisi atau reporter tidak mendapatkan
kesempatan untuk melakukan laporan langsung secara visual,
maka presenter dapat mewawancarai reporter dari lokasi melalui
telepon yang dikenal dengan istilah laporan langsung melalui
telepon live by phone (LBP) atau phono. Dalam format seperti ini
presenter akan tampil bersama dengan grafis yang
memperlihatkan foto reporter yang sedang menyampaikan
laporan atau sebuah peta atau gambar lokasi yang sudah terkenal
dimana si reporter menyampaikan laporannya, misalnya gambar
menara Eiffel jika si reporter melaporkan dari paris, perancis atau
gambar gedung putih jika reporter ada di Washington DC
Amerika Serikat.
Dalam suatu laporan langsung, narasumber tidak selalu
harus reporter tetapi bias saja salah seorang yang sudah benar-
benar terlibat dalam berita, yang tentu saja akan memberikan
kredibilitas Yang lebih baik daripada sekedar laporan wartawan.
Durasi bagi laporan langsung tidak terbatas dan bergantung
terhadap peristiwa itu sendiri.
8. Breaking News
Berita yang sangat penting dan harus segera disiarkan, bila
memungkinkan bersamaan dengan terjadinya peristiwa tersebut.
51
Breaking News merupakan berita yang tidak terjadwal karena
dapat terjadi kapan saja. Misalnya berita-berita kecelakaan besar,
srangan terror, bencana alam yang mengancam keselamatan jiwa,
kerusuhan massa yang berdampak luas, keputusan politik dan
ekonomi yang sangat penting dan berdampak pada hajat hidup
orang banyak. Durasi breaking news mulai dari dua menit hingga
tidak terbatas.
9. Laporan khusus
Berita dengan format paket, lengkap dengan narasi dan
soundbite dan sejumlah narasumber yang memberikan pendapat
dan analisis mereka. Biasanya merupakan laporan panjang yang
komprehensif mengenai berbagai peristiwa atau isu seperti
politik, hokum, criminal, dan bencana (sering disebut dengan
current affair). Laporan khusus biasanya disajikan dalam program
tersendiri diluar program berita karenanya memiliki durasi
panjang yaitu 30 menit atau lebih.
5. Sumber Berita Televisi
Setiap stasiun TV tidak dapat hanya menunggu berita yang
dating. Stasiun TV harus mengejar berita dan untuk mendapatkan
berita tersebut Mereka harus memiliki reporter TV. Namun , selain
berita stasiun TV juga membutuhkan gambar untuk mendukung berita
yang sudah didapat, maka stasiun TV membutuhkan seorang juru
kamera (camera person).
52
Pada bagian ini akan membahas sumber berita TV yang
diperoleh dari beberapa komponen, yaitu:
a. Reporter
Sumber berita terpenting bagi stasiun TV adalah reporter
dan juru kamera yang bertugas mencari informasi dan mengambil
gambar dilapangan. Seorang reporter atau juru kamera dapat
dikategorikan sebagai sumber berita jika mereka melihat langsung
atau menjadi saksi mata dari suatu peristiwa bernilai berita. Jika
mereka mendapat berita dari pihak lain, maka pihak lain itulah
yang menjadi sumber berita bukan si reporter. Stasiun TV juga
memperoleh bahan berita dari reporter dan juru kamera freelance.
Selain itu juga stasiun TV bias juga memperoleh bahan berita dari
juru kamera amatir yang kebetulan menyaksikan suatu peristiwa
dan meliputnya.
b. Pelayanan darurat
Dalam setiap menjalankan tugasnya seorang reporter harus
selalu sigap dan proaktif terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi
dimasyarakat. Reporter tidak hanya menunggu penugasan yang
akan diberikan kepadanya, namun ia juga harus mencari informasi
awal yang dapat menjadi petunjuk dari suatu berita penting. Stasiun
TV harus memiliki kontak dengan berbagai unit pelayanan darurat
seperti polisi, pemadam kebakaran, rumah sakit (gawat darurat),
pusat informasi cuaca, terutama saat musim hujan, badan SAR
53
(search and rescue) Informasi yang diperoleh dari pelayanan
darurat tersebut dapat menjadi sumber berita bagi stasiun televisi.
c. Kontak Publik
Kontak public adalah orang-orang atau narasumber yang
dapat dihubungi oleh semua orang(public) untuk dimintai
keterangan terkait dengan organisasi atau profesi mereka.
Narasumber ini dapat berasal dari organisasi pemerintah, non
pemerintah, serikat buruh, kelompok-kelompok oposisi (penekan)
atau pengamat dan kalangan perguruan tinggi. Orang yang paling
mudah dihubungi biasanya adalah bagian hubungan masyarakat
(Humas) atau juru bicara suatu organisasi atau lembaga. Mereka
adalah lapis pertama sebelum reporter bias memperoleh keterangan
kepada pejabat lain yang lebih tinggi kedudukannya.
d. Kontak pribadi
Kontak pribadi adalah barang berharga yang dimiliki
seorang reporter. Reporter biasanya memiliki kontak pribadi
dengan sumber-sumber berita yang terdiri dari para pejabat, tokoh
masyarakat, atau orang-orang yang bekerja pada berbagai lembaga
pemerintah dan non pemerintah. Mereka yang menjadi kontak
pribadi suatu waktu akan memberikan informasi kepada reporter
dan ia dapat diminta berbicara didepan kamera. Ini berarti orang
tersebut dapat diidentifikasikan sebagai narasumber. Namun , ada
beberapa kontak yang menawarkan informasi hanya jika identitas
mereka dirahasiakan. Hal ini dapat diterima dalam praktik
54
jurnalisme televisi guna melindungi sumber yang tak ingin
namanya disebutkan.
e. Kantor berita
Hamper seluruh stasiun televisi berlangganan kantor berita
dan bahkan kebanyakan stasiun televisi menjadikan kantor berita
sebagai sumber berita paling penting dan paling utama bagi
program beritanya.
f. Siaran Pers
Siaran pers (press release) adalah informasi atau
pernyataan (statement) yang dikirimkan ke media massa dengan
tujuan untuk dapat dipublikasikan. Dalam memberikan informasi
sah-sah saja mengutip press release selama informasi itu
bermanfaat bagi masyarakat, namun jangan terkesan seperti iklan
atau promosi gratis, karena siaran pers yang disebarkan biasanya
menggambarkan hal-hal yang positif bagi lembaga yang
mengeluarkannya, dan untuk membangun citra yang baik atas
suatu organisasi yang bersangkutan.
g. Jumpa Pers
Sebagaimana siaran pers, jumpa pers atau konferensi pers
biasanya mempunyai tujuan untuk menyampaikan pesan yang akan
menguntungkan lembaga yang mengadakan jumpa pers tersebut.
Statiun TV hendaknya lebih selektif dalam memilih konferensi pers
yang akan diliput, dengan mempertimbangkan bobot berita dan
siapa yang akan memberikan jumpa pers tersebut. Jadikan jumpa
55
pers sebagai kesempatan yang bagus untuk mendapatkan kutipan
langsung narasumber atau wawancara khusus.
h. Pemirsa
Banyak pemirsa televisi yang suka menghubungi stasiun
TV untuk memberikan informasi mengenai suatu peristiwa.
Informasi dari pemirsa tersebut penting bagi stasiun TV karena
biasanya cepat disampaikan.
i. Saksi mata
Para saksi mata dapat menjadi sumber informasi yang
sangat baik, karena dapat memberikan keterangan dengan cepat
sehingga menambah kredibilitas berita yang dibuat. Namun sering
kali para saksi mata ini masih dalam kondisi emosional atau
terguncang dengan peristiwa yang baru saja dialami sehingga
reporter tidak bias sepenuhnya mengandalkan keterangan para
saksi mata untuk mendapatkan keterangan yang objektif.
j. Media lainnya
Siaran televisi dan radio dari berbagai pelosok dunia dapat
juga menjadi narasumber berita bagi suatu stasiun televisi. Sudah
seharusnya setiap stasiun TV berlangganan surat kabar yang terbit
di ibukota dan surat kabar local yang dianggap berwibawa.
Stasiun TV sebaiknya memiliki perpustakaan yang
menyimpan berbagai referensi seperti buku, buku pintar, petunjuk
wisata, klipping atau naskah-naskah berita lama (arsip). Stasiun TV
seringkali menerima informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang
56
terjadi dimasa datang. Reporter harus mencatatnya dalam News
Diary sehingga redaksi tetap akan mengetahui peristiwa tersebut
meskipun reporter itu sedang cuti. Tulislah tanggal penting atau
hari peringatan dalam News Diary.
D. Terorisme
1. Pengertian Terorisme
Ketika membahas teroris, tidak terlepas dari empat istilah
penting yaitu terorisme, teror, kelompok teroris, dan tindak terorisme.
Selama ini terorisme didefinisikan dengan berbagai arti oleh para
penstudi terorisme. Keberagaman defiisi ini menunjukan tidak adanya
definisi universal mengenai terorisme.
Pemerintah Amerika Serikat mendefinisikan terorisme sebagai
“…. The calculated use of violence or threat of violence to attain goals
that are political, religious or ideological in nature… through
intimidation, coercion or instilling fear.” Ini berarti bahwa kelompok
teroris merupakan kelompok pengguna kekerasan dengan tujuan
menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan politis.
Sementara itu, yang dimaksud dengan teror adalah suatu usaha untuk
menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh seseorang atau
golongan. Maka kelompok teroris menggunakan kekerasan untuk
menimbulkan rasa takut kepada non-kombatan dengan cara-cara yang
tidak sah dan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan politik.28
28
Sukawarsini Djelantik, Ph. D, Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media,
Kemiskinan dan Keamanan Nasional (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indoneaia,2010), hal. 74
57
Kekerasan yang dilakukan kelompok teroris merupakan tindak
pidana terorisme. Menurut UU No. 15 tahun 2003 (pasal 6 dan 7),
tindak pidana terorisme adalah:
1) Suatu tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan
sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap
orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya
nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan
kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang
strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau
fasilitas internasional;
2) Suatu tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang secara
melawan hukum untuk memasukan ke Indonesia, membuat,
menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba
menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan
padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan,
mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan, atau
mengeluarkan ke dan/ atau dari Indonesia suatu senjata api,
amunisi, atau suatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnya
yang berbahaya dengan maksud untuk melakukan tindak
pidana terorisme.
Peneliti ilmu sosial mendefinisikan tindak terorisme sebagai
berikut:“... kekerasan yang dikalkulasikan, mengejutkan, dan
58
ditujukan terhadap masyarakat sipil, termasuk personel keamanan dan
militer yang tidak sedang bertugas, terjadi dalam kondisi damai, dan
target-target simbolis lainnya yang dilakukan oleh agen-agen rahasia,
untuk tujuan psikologis yaitu mempublikasikan masalah politik,
agama dan/ atau intimidasi atau pemaksaan terhadap pemerintah atau
masyarakat sipil agar menyetujui tuntutan mereka.29
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu
kelompok dapat dikatakan sebagai kelompok teroris apabila
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a) Mengeksploitasi kelemahan manusia secara sistematik, yaitu
kengerian atau ketakutan yang melumpuhkan;
b) Adanya penggunaan ancaman atau penggunaan kekerasan
fisik;
c) Adanya tujuan politik yang ingin dicapai;
d) Adanya sasaran yang umumnya masyarakat sipil; dan
e) Dilakukannya perencanaan dan persiapan secara rasional
29
Sukawarsini Djelantik, Ph. D, Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan dan
Keamanan Nasional (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indoneaia,2010), hal. 21
59
BAB III
PROFIL STASIUN TVRI
A. Gambaran Umum TVRI; Dulu, Kini, dan Nanti
Usulan untuk memperkenalkan televisi muncul jauh ditahun 1953,
dari sebuah bagian di departemen penerangan, di dorong oleh perusahaan-
perusahaan AS, Inggris, Jerman, Jepang, Yang berlomba-lomba menjual
Hardware-nya. Menjelang asean games ke-4 di Jakarta pada 1962,
soekarno dan cabinet akhirnya yakin akan perlunya televisi, dengan alasan
reputasi internasional Indonesia tergantung pada pecan olahraga yang
disiarkan, terutama ke jepang (yang telah memiliki televisi sejak awal
1950-an).1
Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan proyek
media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di
bawah koordinasi urusan proyek Asian Games IV. Tanggal 25 Juli 1961,
menteri penerangan mengeluarkan SK menpen No. 20/SK/M/1961 tentang
pembentukan panitia persiapan televisi (P2T).2
Pada 23 oktober 1961, presiden soekarno yang sedang berada di
Wina mengirimkan Teleks kepada Menpen Maladi untuk segera
menyiapkan proyek televisi (saat itu waktu persiapan hanya 10 bulan)
dengan adegan utama: (1) membangun studio di eks AKPEN di senayan
(TVRI sekarang); (2) membangun dua pemancar; 100 watt dan 10 kw
1 Muhammad Mufid, Komunikasi & Regulasi Penyiaran, Jakarta, Kencana, Cet. I, 2005
2 www.tvri.co.id
60
Dengan tower 80 meter; dan (3) mempersiapkan software (program) serta
tenaga.
Tanggal 17 Agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran
percobaan dengan acara HUT proklamasi kemerdekaan Indonesia XVII
dari halaman istana merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan
berkekuatan 100 watt.
Tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengudarakan untuk pertama
kalinya dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV
dari stadion utama Gelora Bung Karno. Indonesia menjadi Negara ke
empat di Asia yang memiliki siaran televisi, setelah jepang, Filiphina, dan
Thailand.
Pada tanggal 20 Oktober 1963, dikeluarkan Keppres No. 215/1963
tentang pembentukan yayasan TVRI dengan pimpinan umum presiden RI.
Pada Bab I pasal 3 keppres tersebut dikatakan bahwa yayasan TVRI
merupakan pengelola tunggal pertelevisian di seluruh Indonesia.
Sementara pasal 4 dan pasal 5 menjelaskan bahwa, “Keberadaan TVRI
ditunjukan sebagai alat hubung masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan mental, khususnya manusia sosialis Indonesia”.
Untuk melaksanakan misi TVRI, Presiden Soekarno mengeluarkan
Keppres No. 218 Tahun 1963 tentang pemungutan sumbangan iuran untuk
membantu pembayaran yayasan TVRI sebagai pelengkap Keppres No.
215 Tahun 1963. Dengan ketentuan ini, setiap pemilik pesawat televisi
diseluruh wilayah Indonesia wajib mendaftarkan pesawatnya dikantor
TVRI Kompleks Gelora Bung Karno, sebesar Rp. 300,- tiap pesawat.
61
Tahun 1963 TVRI mulai merintis pembangunan stasiun daerah, yang
dimulai dengan stasiun Yogyakarta. Stasiun baru ini mulai siaran pada
akhir tahun 1964. Segera setelah itu, TVRI berturut-turut mendirikan
Stasiun Medan, Surabaya, Makassar, Manado, dan Denpasar.
Tahun !974, TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari
organisasi dan tata kerja departemen penerangan, yang diberi status
Direktorat, langsung bertanggung jawab pada Direktur Jendral Radio, TV,
dan Film Departemen Penerangan RI. Sebagai alat komunikasi
pemerintah, tugas TVRI adalah untuk menyampaikan policy pemerintah
kepada rakyat. Satu tahun kemudian, dikeluarkan SK Menpen No. 55
Bahan siaran/KEP/Menpen/1975, TVRI memiliki status ganda yaitu selain
sebagai yayasan televisi RI juga sebagai Direktorat Televisi, sedang
manajemen yang diterapkan yaitu manajemen perkantoran/birokrasi.
Memasuki tahun 1975, selain berstatus sebagai yayasan, TVRI
juga ditetapkan sebagai unit pelaksana teknis (UPT) Departemen
Penerangan dengan diterbitkannya SK Menteri Penerangan No.. 55B
Tahun 1975, yang kemudian diperbarui oleh SK Menpen No. 230A tahun
1984 tentang organisasi dan tata kerja departemen penerangan yang
didalamnya mengatur direktorat televisi yakni dibawah direktorat jendral
RTF.
Pada 1976, Indonesia meluncurkan sebuah satelit siaran domestic
palapa, diikuti pada 1983 dengan satelit palapa B 2. Teknologinya
memang Amerika, namun nama satelitnya merupakan symbol jawa, atau
62
tepatnya diambil dari sumpah Gajah Mada, Mahapatih kerajaan Majapahit
Abad XIV di Jawa Tengah.
Mulai tahun 1977, secara bertahap dibeberapa Ibu kota Propinsi
dibentuklah Stasiun-stasiun Produksi Keliling atau SPK, yang berfungsi
sebagai perwakilan atau koresponden TVRI di daerah, yang terdiri dari:
SPK Jayapura, SPK Ambon, SPK Kupang, SPK Malang (tahun 1982
diintegrasikan dengan TVRI Stasiun Surabaya), SPK Semarang, SPK
Bandung, SPK Banjarmasin, SPK Pontianak, SPK Banda Aceh, SPK
Jambi, SPK Padang, SPK Lampung.
Jika dibuat periodisasi perkembangan TVRI, maka paling sedikit
kita bias membagi menjadi tiga. Pertama, era 1962 sampai 1975. TVRI
yang terlahir secara formal 24 Agustus 1962, ditetapkan badan hukumnya
sebagai Yayasan melalui Keppres RI No.215/1963 Pada 20 Oktober 1963.
Kedua, stasiun hokum era 1975 hingga 1999. TVRI para periode ini
memiliki dua peran, yakni sebagai yayasan dan juga sebagai unit
pelaksana Teknis Departemen Penerangan. Ketiga, era reformasi. Setelah
beberapa waktu statusnya mengambang seiring dengan dilikuidasinya
Deppen, berdasarkan SK presiden RI No. 335/M/1999 tentang
Pembentukan Kabinet Persatuan Nasional.
Dalam regulasi yang dikeluarkan pada tanggal 7 Juni 2000
dikatakan bahwa TVRI berbadan hukum perusahaan Jawatan(perjan).
Namun, terhitung 15 April 2003, pemerintah lalu mengalihkan badan
hokum TVRI menjadi Perseroan. Penandatanganan akta pendirian dan
anggaran dasar PT. TVRI ini mempertegas PP No.9 Tahun 2000 yang
63
hakikatnya merupakan izin prinsip mengenai pengalihan status Perusahaan
Jawatan ke Perseroan Terbatas.
Semangat untuk menjadikan TVRI sebagai TV public telah
diisyaratkan dalam berbagai kebijakan seputar TVRI PP No. 26 Tahun
2000 tentang status Perjan TVRI misalnya, secara eksplisit mengatakan
bahwa tujuan Perjan adalah untuk menyelenggarakan kegiatan penyiaran
televisi sesuai dengan prinsip-prinsip televisi public yang independen,
netral, mandiri dan program siarannya senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat serta tidak semata-mata mencari keuntungan
(Pasal 6).
Beberapa definisi Lembaga Penyiaran Publik antara lain:
Manchesne, di AS tahun 1997, menyebutkan Lembaga penyiaran public
sebagai jasa penyiaran yang bersifat nirlaba, ditunjang oleh dana public
yang tanggung jawabnya terutama ditunjukan kepada masyarakat,
menyediakan jasa kepada seluruh penduduk dan tidak menggunakan
prinsip-prinsip komersil sebagai alat untuk menentukan pembuatan
program penyiaran.
Selanjutnya, Eiffel dari eropa, mendefinisikan lembaga penyiaran
public sebagai lembaga pelayanan umum, sebagai lembaga penyiaran yang
diperuntukan bagi public yang didanai oleh public dan dikendalikan oleh
public.3
Jadi, berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka jelas bahwa
kebijaksanaan penyiaran public merupakan kebijaksanaan independen
3 Rangkuman Workshop”TVRI TV PUBLIK”, 2004, h. 40
64
yang bersifat non komersial, berorientasi pada kepentingan public dan
peningkatan kualitas public dan partisipasi public dalam pengelolaan
lembaga.
Ada tiga ciri khas lembaga penyiaran publik, yaitu:
1. Lembaga penyiaran public mempunyai fungsi sebagai public service.
Fungsi ini dijalankan oleh lembaga penyiaran public dengan
menyiarkan program-program yang memberikan manfaat bagi public.
2. Lembaga penyiaran public tidak berorientasi kepada pencarian
keuntungan..
3. Lembaga penyiaran public dikelola dengan melibatkan partisipasi
public.
Berkaca pada sejarah diatas TVRI sebagai lembaga publik
memiliki prinsip-prinsip televisi public yang independen, netral, mandiri
dan program siarannya senantiasa berorientasi kepada kepentingan
masyarakat serta tidak semata-mata mencari keuntungan.
TVRI sebagai LPP (Lembaga Penyiaran Publik), tidak bisa
sepenuhnya mengikuti keinginan pasar. TVRI sesuai dengan tupoksinya
(Tugas Pokok dan Fungsinya) salah satu tugasnya adalah mengawal
peradaban bangsa dan merajut kesetaraan ditengah kemajemukan yang
juga dituntut memberikan program mencerdaskan bangsa dengan
program- program sosialisasi Pemerintah.4
4 Wawancara Pribadi dengan Erwin Aryananta, Direktur Bidang Pengembangan dan
Usaha TVRI, 21 Januari 2013.
65
Hal ini menjadi menjadi faktor penghambat bagi TVRI ditengah
perkembangan media- media saat ini. Setiap media menginginkan
produksi program yang berkualitas dan menghibur bagi pemirsanya, tentu
saja hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung seperti biaya
produksi yang mencukupi, serta keberadaan SDM yang berkualitas.
Dalam hal ini TVRI juga dihadapkan pada satu masalah yang
cukup sulit, dimana TVRI dituntut memberikan program yang mencerdaskan
bangsa dengan program- program sosialisasi Pemerintah. Namun pada
kenyataanya saat ini program- program sosialisasi tersebut menjadi tak
layak jual. Sehingga kebutuhan anggaran untuk menciptakan program
yang berkualitas menjadi terhambat, yang seharusnya TVRI dengan
program yang berkualitas mampu menambahkan pemasukan dari program-
program yang laku terjual.
. Konsekuensi logis dari keterbatasan anggaran mengakibatkan
buruknya hasil produksi yang pasti memberikan efek domino terhadap
audience share. Perlahan tapi pasti bahwa audience share sedikit demi
sedikit berpindah pada TV Swasta yang mampu mengemas hampir seluruh
programnya dengan format kekinian dan mengikuti keinginan pasar. hal
ini senada dengan yang disampaikan oleh Erwin Aryananta Direktur
Bagian Pengembangan dan Usaha dalam wawancaranya bahwa “Memang
TVRI tidak mampu mengikuti perkembangan zaman dan pergeseran nilai
sosial masyarakat hari ini.”5
5 Wawancara Pribadi dengan Erwin Aryananta, Direktur Bidang Pengembangan dan
Usaha TVRI, 21 Januari 2013.
66
Keberadaan SDM (Sumber Daya Manusia) Yang berkualitas
menjadi salah satu faktor yang sangat penting untuk menciptakan produksi
program yang berkualitas, ditengah- tengah persaingan industri Media
yang semakin ketat TVRI saat ini masih belum mampu besaing dengan
televisi- televisi swasta yang jelas kaya dengan SDM berkualitas. Televisi
swasta lebih memanfaatkan SDM muda yang jelas orang- orang muda
lebih dinamis, penuh kreatifitas karena sedang berada pada proses
bertumbuh kembang. Sedangkan Design produksi berkaitan erat dengan
kreativitas. Makin kreative SDM nya makin berkualitas pula hasil produksi
yang dihasilkan.
Berbeda dengan TVRI yang masih menganut azas primordialisme
dan fedalisme yang terbungkus dalam pakaian birokrasi harus bersaing
dengan orang- orang muda dinamis yang sedang bertumbuh kembang.
Design produksi terkait erat dengan creativitas yang kita ketahui bersama
bahwa untuk dunia kreatif sky is the limit. Lalu bagaimana dengan SDM
TVRI khusunya dalam bidang produksi mampu bersaing bila jabatan
bukan disesuaikan dengan kompetensi melainkan berdasarkan azas
senioritas. Ini yang dimaksud dengan azas feodalisme dengan pakaian
birokrasi. Dalam birokrasi komunikasi yang dibangun bukan dua arah
melainkan azas top down communication. Dapat dibayangkan bagaimana
jadinya bila seseorang yang duduk sebagai birokrat harus bersaing dengan
para pendatang muda yang dinamis disektor swasta.6
6 Wawancara Pribadi dengan Erwin Aryananta, Direktur Bidang Pengembangan dan
Usaha TVRI, 21 Januari 2013.
67
Hal- hal tersebutlah yang menjadi pembeda antara televisi Publik
dengan Televisi Swasta, seharusnya TVRI sudah mampu dan mau
mengikuti hal tersebut jika tidak ingin ditinggalkan oleh pemirsanya.
Dalam hal ini menjadi tugas yang cukup berat bagi divisi Pengembangan
dan Usaha melihat tugas dari Tugas utama dari divisi tersebut yaitu men-
generata revenue dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan. Dengan
memanfaatkan anggaran dari APBN yang sangat terbatas.
Anggaran yang diterima dari APBN belum mampu mencapai
tujuan tersebut, hal ini memaksa divisi Pengembangan dan Usaha mau tak
mau untuk memikirkan permasalahan ini, divisi Pengembangan dan Usaha
telah menjalankan tugas tersebut guna mencapai tujuan atas tanggung
jawabnya yaitu dengan berkaca pada televisi swasta yang memanfaatkan
aspek produksi program yang dihasilkan untuk mendapatkan pemasukan
diluar anggaran APBN.
Divisi Pengembangan dan Usaha membuka peluang kerjasama
dengan pihak ketiga. Divisi Pengembangan dan Usaha melakukan road
show keseluruh agency dan PH (Production House) untuk mendengar apa
keinginan produsen agar content program dapat disesuaikan dengan
keinginan pasar dan produsen. Dengan dasar itu Divisi Pengembangan dan
Usaha melakukan diskusi secara mendalam dengan production centre agar
mampu membuat program dengan content yang diinginkan masyarakat.
Namun dengan keterbatasan dana dan dengan dukungan peralatan yang
sudah sangat obsolete TVRI tidak cukup memiliki kekuatan yang memadai
untuk memproduksi program dengan format kekinian agar mampu
68
bersaing dengan pihak swasta. Hal yang sangat menyulitkan ruang gerak
TVRI dibatasi oleh UU 32. UU penyiaran memang berlaku umum
terhadap TV swasta namun taring KPI terkesan tumpul saat menghadapi
TV Swasta yang dianggap melanggar UU penyiaran, seperti menayangkan
infotainment yang jelas- jelas tidak memiliki unsur edukasi namun sampai
saat ini program dimaksud masih terus menerus menghiasi layar kaca.
Sementara program seperti ini memiliki rating yang tinggi. Dapat
dibayangkan bila TVRI menanyangkan hal serupa, TVRI wajib bersikap
independen, netral dan imparsial.7
Langkah yang dilakukan oleh divisi pengembangan dan usaha yang
dimulai pada tahun 2012 pertengahan cukup menuai hasil setidaknya
Secara empirik pada pendapatan Non APBN mengalami kenaikan setiap
tahunnya terutama lonjakan pendapatan terjadi pada tahun 2012 dan 2013.
Hal ini tergambar pada tahun 2012 rating yang dikeluarkan oleh AGB
Nielsen Media Research rating TVRI 0,6 dan pada bulan oktober 2013
rating yang dicapai menjadi 1,6.
Prestasi ini harus mampu dipertahankan dan ditingkatkan oleh
TVRI, dengan berkaca pada kekurangan yang ada dan perkembangan
dunia media yang sangat pesat, TVRI harus mengalami perubahan
kedepan jika masih ingin dilirik oleh pemirsanya. Dari kajian diatas jelas
perubahan besar yang harus dilakukan oleh TVRI yaitu merubah bentuk
kelembagaan TVRI, sudah saatnya TVRI harus mampu mandiri tanpa
berharap hidup dari APBN. Karena jika terus berharap dari APBN, TVRI
7 Wawancara Pribadi dengan Erwin Aryananta, Direktur Bidang Pengembangan dan
Usaha TVRI, 21 Januari 2013
69
akan terus dijadikan alat politik semata, dengan kata lain siapa penyandang
dana terbesar akan bisa mengarahkan kemana TVRI bejalan. Dalam hal ini
Erwin Aryananta selaku Direktur divisi Pengembangan dan Usaha
mengatakan bahwa Sampai sekarang TVRI tetap bisa hidup bukan karena
kepiawaiannya dalam bersaing secara sehat dalam industrinya namun
hanya karena dukungan APBN. Apa yang terjadi kemudian adalah TVRI
dalam banyak kesempatan harus mengikuti keinginan penyandang dana.8
B. Struktur Lembaga Penyiaran Publik TVRI
Struktur perusahaan penyiaran public TVRI, terdiri dari:9 Dewan
pengawas. Dewan pengawas mempunyai tugas menetapkan kebijakan
umum, rencana induk, kebijakan penyiaran, rencana kerja dan anggaran
tahunan, kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya, serta
mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut sesuai dengan arah dan tujuan
penyiaran; mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran serta
independensi dan netralitas siaran; melakukan uji kelayakan dan kepatutan
secara terbuka terhadap calon anggota dewan direksi; mengangkat dan
memberhentikan dewan direksi; menetapkan salah seorang anggota dewan
direksi sebagai direktur utama; menetapkan pembagian tugas setiap
direktur; melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada presiden dan dewan
perwakilan rakyat republik Indonesia (DPR RI).
Dewan direksi. Dewan direksi mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan yang ditetapkan oleh dewan pengawas yang meliputi kebijakan
8 Wawancara Pribadi dengan Erwin Aryananta, Direktur Bidang Pengembangan dan
Usaha TVRI, 21 Januari 2013 9 Cetak Biru Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran, Kebijakan Pengembangan
Kelembagaan dan Sumber Daya Televisi Republik Indonesia (TVRI) tahun 2006-2011, h. 18
70
umum, rencana induk, kebijakan penyiaran, rencana kerja dan anggaran
tahunan, serta kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya;
memimpin dan mengelola TVRI sesuai dengan tujuan dan senantiasa
berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna; menetapkan ketentuan
teknis pelaksanaan operasional lembaga dan operasional penyiaran;
mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi sesuai
peraturan yang berlaku; menyiapkan laporan tahunan dan laporan berkala;
membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; mewakili lembaga didalam dan di luar
pengadilan; menjalin kerjasama dengan lembaga lain baik di dalam
maupun di luar negeri.
Direktur utama. Tugasnya ialah menjabarkan visi, misi, kebijakan
umum, kebijakan penyiaran, kebijakan pengembangan kelembagaan dan
sumber daya yang telah ditetapkan oleh dewan pengawas, dalam rencana
induk dan rencana kerja dan anggaran tahunan.
Direktur program dan berita. Tugasnya ialah melaksanakan visi,
misi, kebijakan umum, kebijakan penyiaran, dan kebijakan pengembangan
kelembagaan dan sumber daya dibidang program, produksi, siaran berita
dan non berita serta pendokumentasian.
Direktur keuangan. Tugasnya ialah melaksanakan visi, misi,
kebijakan umum, kebijakan penyiaran, dan kebijakan pengembangan
kelembagaan dan sumber daya dibidang keuangan, meliputi anggaran,
keuangan dan akuntansi.
71
Direktur teknik. Tugasnya ialah melaksanakan visi, misi, kebijakan
umum, kebijakan penyiaran, dan kebijakan pengembangan kelembagaan
dan sumber daya dibidang teknik, meliputi teknik produksi, teknik
penyiaran, teknik informatika dan teknik media konvergensi.
Direktur umum. Tugasnya ialah melaksanakan visi, misi, kebijakan
umum, kebijakan penyiaran, dan kebijakan pengembangan kelembagaan
dan sumber daya dibidang umum, asset, sumber daya manusia,
kelembagaan, organisasi dan ketatalaksanaan.
Direktur pengembangan dan usaha. Tugasnya ialah melaksanakan
visi, misi, kebijakan umum, kebijakan penyiaran, dan kebijakan
pengembangan kelembagaan dan sumber daya dibidang pengembangan
dan usaha.
TVRI Pusat. TVRI Pusat dikelola langsung oleh dewan direksi
sesuai bidang tugas masing-masing. Dalam melaksanakan tugas, dewan
direksi dibantu oleh General Manager dan Manager yang setara dengan
Kepala Bidang/ Bagian dan Kepala Seksi/ Subbagian.
TVRI Stasiun Daerah. Merupakan satuan kerja TVRI pusat
sekaligus sebagai kekuatan pendukung dalam penyelenggaraan siaran
local, regional, nasional, dan internasional.
Satuan pengawasan intern. Dipimpin oleh seorang kepala yang
pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan langsung oleh direktur
utama.
72
Pusat pendidikan dan pelatihan. Dipimpin oleh seorang kepala
yang pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan langsung oleh
direktur utama.
Pusat penelitian dan pengembangan. Dipimpin oleh seorang kepala
yang pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan langsung oleh
direktur utama.
Perwakilan luar negeri. Penunjukan perwakilan luar negeri
dilakukan atas dasar kebutuhan lembaga penyiaran public TVRI, dengan
prinsip kehati-hatian, efektif dan efisien. Penunjukan perwakilan luar
negeri dilakukan oleh dewan direksi atas persetujuan dewan pengawas dan
dikoordinasikan dengan departemen luar negeri RI.
Lembaga penyiaran public local yang berafiliasi dengan TVRI.
Proses afiliasi lembaga penyiaran public local dengan TVRI diatur dalam
perjanjian kerjasama setelah mendapat persetujuan dewan pengawas.
Gambar 2
Struktur Kelembagaan TVRI
PRESIDEN RI
SEBAGAI KEPALA NEGARA
DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT RI
DEWAN PENGAWAS
DEWAN DIREKSI
MANAGEMEN
PETUGAS OPERASIONAL
73
Gambar 3
Struktur organisasi dewan pengawas LPP TVRI
74
75
76
BAB IV
TEMUAN DATA DAN ANALISIS
A. Program Dialog TVRI
1. Profil dan Latar Belakang
Derap langkah pembangunan diseluruh pelosok tanah air dalam segala
bidang merupakan hal yang harus diketahui masyarakat setiap saat. Berbagai
bentuk upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta menjaga
keutuhan NKRI merupakan langkah yang harus senantiasa didengungkan.
Melalui Dialog Aktual, seluruh komponen bangsa mendapat
kesempatan berbicara untuk menunjukan karya, kinerja, menyalurkan aspirasi,
kepedulian bahkan kritik terhadap isu yang tengah berkembang di tengah
masyarakat, demi keseimbangan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara
agar menjadi negara bermartabat. Dengan mengajak masyarakat turut
berperan aktif serta turut mengawasi dan menilai seberapa besar keseriusan
seluruh komponen bangsa baik eksekutif, legislative, yudikatif hingga LSM
dalam menjalankan tugas dan fungsinya demi terciptanya masyarakat yang
adil dan makmur.
Berdasarkan hal itulah TVRI sebagai lembaga publik dengan program
Dialog TVRI, mencoba untuk memberikan wadah kepada semua komponen
masyarakat untuk berperan aktif terhadap isu-isu yang muncul ditengah-
77
KEPALA SEKSI
PRODUKSI BERITA
ENDAH TRI
HANDAYANI, S.sos.
KEPALA SEKSI
SIARAN OLAH RAGA
EBI RUKBI. Drs.M.Si.
KEPALA SEKSI
CURRENT AFFAIRS
HENDRAJIT
ARYAPUTRA.S.Sos. 1
KEPALA SEKSI
SIARAN BERITA
HUSEIN AZHARI, S.sos
tengah masyarakat. Dengan format dialog interaktif masyarakat diharapkan
dapat ikut serta dalam pembahasan isu atau topik yang diangkat pada dialog
TVRI.
Dialog TVRI ialah sebuah program berita yang dikemas secara serius
tapi santai dengan format dialog interaktif, yang di produksi oleh bagian
Current Affairs dan dikepalai oleh bidang berita. Dialog TVRI di produseri
oleh dua orang dengan tim produksi yang berbeda dalam setiap minggunya.
Gambar 4
Struktural Pemberitaan
KEPALA BIDANG BERITA
PIPIT IRIANTO, SS.
78
Tabel 3
Tim Produksi program dialog TVRI
Tim Produksi 1
NO NAMA JABATAN
1 Irwan Hendarmin Penanggung Jawab
2 Pipiet Irianto Wakil Penanggung Jawab
3 Hendrajit Aryaputra Produser Eksekutif
4 Subari Abd Zaini Produser
5 Ferry Agusta Produser Pelaksana
6 Mujihadi Redaktur
7 Sri Rejeki Redaktur
8 Dewi Tri Lestari Redaktur
9 Endina Palisuri Redaktur
10 Caesario Redaktur
11 Astrid Permata Redaktur
12 Bela Shinta Redaktur
13 Puspita Perdani Redaktur
14 Sisca Oktavia Redaktur
79
Tim Produksi 2
Tim produksi Dialog TVRI adalah orang-orang yang berasal dari
Current Affairs, sedangkan Cameramen, Switcher, Audio men, PD, FD dan
lainya berasal dari bagian tekhnik yang mereka semua selalu berganti-ganti
tergantung situasi siapa saja yang sedang ada dan siap untuk produksi, jadi
bagian-bagian tersebut tidak pasti atau tidak menentu orangnya.
NO NAMA JABATAN
1 Irfan Penanggung Jawab
2 Pipiet Irianto Wakil Penanggung Jawab
3 Hendrajit Aryaputra Produser Eksekutif
4 A. Suryo Nugroho Produser
5 Sapto Wibowo Produser Pelaksana
6 Nazli Zakaria Redaktur
7 Rosmeini Redaktur
8 Herry Herman Redaktur
9 Matroji Redaktur
10 Supomo Redaktur
11 Jehan Soraya Redaktur
12 Jenifer Redaktur
13 Rifni ArIfa Redaktur
80
Program Dialog TVRI tayang setiap senin-jumat pukul 07.00-08.00
WIB. Namun dengan seiringnya waktu karena banyaknyanya acara-acara
kenegaraan yang harus disiarkan secara langsung membuat program Dialog
TVRI harus berganti-ganti jam tayang menjadi jam 15.00-16.00 dan jam
18.00-19.00 WIB. Program berita ini mengangkat isu-isu aktual yang
berkaitan dengan masyarakat umum. Program ini juga mengkombinasikan
tayangan berita dengan talkshow, sehingga acaranya pun tidak seperti
program berita kebanyakan yaitu news presenter membawakan berita-berita
yang sudah disiapkan untuk selanjutnya ditayangkan dan ditonton oleh
masyarakat.
Pada dasarnya Dialog TVRI adalah program berita yang berisi isu-isu
yang tengah bergulir dan berkembang pada saat itu, sehingga program ini
menjadi referensi bagi pemirsa untuk mengetahui informasi secara mendalam
dan aktual.
Topik-topik yang diangkat pada Dialog TVRI sangatlah beragam,
mulai dari ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Adapun kriteria sebuah topik
yang diangkat adalah apa saja, selagi isu itu menarik, sedang hangat
dibicarakan, tidak memihak dan menyudutkan pihak manapun.
Program Dialog TVRI mempunyai konsep atau format yaitu dialog
interaktif dikemas secara serius tapi santai, dipandu oleh seorang host yang
komunikatif. Program ini juga menyertakan Prolog/ VT berdurasi tiga menit
sesuai tema, agar lebih mudah dicerna penonton. Program Dialog TVRI juga
menghadirkan pemirsa melalui rekaman video yang sudah diambil
81
sebelumnya dan juga melalui saluran telepon, untuk menanggapi tema dialog
sehingga semakin memperkaya wawasan dan cakupan dari tema yang
diangkat.
Target audience Dialog TVRI adalah remaja dan dewasa dan juga
masyarakat pada umumnya. Dengan adanya program Dialog TVRI pemirsa
dituntut agar berfikir maju dan kritis terhadap permasalahan yang sedang
membelit negara ini. Diharapkan program Dialog TVRI dapat menjadi wadah
bagi pemirsa yang ingin menyampaikan aspirasinya baik secara langsung
untuk membantu membangun negara yang lebih baik.
Isi program dalam Dialog TVRI yaitu host membuka acara langsung
didampingi para Narasumber dan duduk di sofa.kemudian pemutaran Prolog/
VT sesuai tema, dapat berupa mini feature atau komentar masyarakat. Lalu
host interview dengan Narasumber sebanyak 3 (tiga) orang dan juga interkatif
dengan penonton by phone.
82
Gambar 5
Rundown Dialog TVRI
RUNDOWN DIALOG TVRI
"PENANGANAN TERORISME"
Hari / Tanggal : RABU 23 Januari 2013
Pukul : 07.00 s.d 08.00 WIB
Studio : VI (live)
NO MATERI BERITA DURASI KETERANGAN
1 Tune Program 20 Detik
2 Opening Pembawa Acara
Live
ANSY LEMA
PEWAWANCARA
membuka acara dan mengenalkan narasumber
1. SUSNINGTYAS KERTOPATI
ANGGOTA KOMISI 1 DPR RI
2. WAWAN H PURWANTO
PENGAMAT INTELEJEN
Memulai dialog :
3 Dialog Sessi I 20 Menit Live
4 Jeda Iklan I 2 Menit Playback
5 Dialog Sessi II 10 Menit Live
6 Jeda Iklan II 2 Menit Playback
7 Dialog Berakhir, catatan dan kesimpulan 1 Menit Live
8 Tune Penutup + Kerabat Kerja 20 Detik Playback
83
KERABAT KERJA :
Penanggung Jawab : Irwan Hendarmin
Wakil Penanggung Jawab : Pipiet Irianto
Produser Eksekutif : Hendrajit Aryaputra
Produser : A Suryo Nugroho
Produser Pelaksana : Sapto Wibowo
Redaktur : Nazli Zakaria
Rosmeini
Herry Herman
Matroji
Supomo
2. Aspek Marketing dan Rating Program Dialog TVRI
Aspek marketing dan rating juga diperlukan dalam suatu program
acara televisi. Yaitu, bagaimana menjual acara-acara siaran kepada
penonton yang tepat sasaran dan waktu menonton yang tepat pula. Hal
tersebut bisa dilakukan dengan menginformasikan kepada seluruh
penonton mengenai program yang akan ditayangkan. Dengan begitu
banyak penonton yang mengetahui jam tayang acara yang mereka akan
tonton. Televisi biasanya menggunakan iklan sebagai media untuk
menjual atau mempromosikan acaranya. Namun, tidak sedikit juga yang
menggunkan media lain seperti radio, koran dan bahkan sosial media
untuk mempromosikan suatu acara televisi.
Adapun dalam program Dialog TVRI, hanya menggunakan iklan di
stasiun TVRI untuk mempromosikan acara tersebut. Namun, rencananya
program ini juga akan menggunakan sosial media sebagai media promosi.
84
Dengan harapan semakin banyak yang digunakan dalam mempromosikan
acaranya, maka semakin banyak pula penonton yang tertarik untuk
menyaksikan acara tersebut.
Selain aspek marketing, rating juga dieprlukan dalam suatu program
acara televisi. Karena, kesuksesan program televisi saat ini diukur oleh
tingkat konsumsi program tersebut oleh pemirsa. Pengukuran rating
dilakukan oleh lembaga riset yang menempatkan alat yang bernama
“people meter” pada bebrapa responden.
Untuk program Dialog TVRI berdasarkan hasil riset yang dilakukan
oleh lembaga riset bernama Nielsen pada periode minggu terakhir bualan
november 2013, ternyata memiliki rating yang cukup lumayan. Dialog
TVRI masuk kedalam 20 besar TOP program TVRI Nasional dengan
menempati posisi ke 19. Hal itu menandakan banyak penonton yang
tertarik pada program Dialog TVRI.
B. Proses Produksi Program Dialog TVRI
Sebelum membahas jalannya produksi suatu acara, maka dibutuhkan
suatu perencanaan yang baik dan bertanggung jawab mengenai jalannya suatu
program acara tersebut yang diatur oleh produser agar acara yang diproduksi
menghasilkan tayangan yang baik.
Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak
peralatan, orang, dan biaya besar, juga memerlukan suatu organisasi yang
85
rapih, dengan mengikuti tahap-pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien.
Seperti teori yang dikemukakan oleh Fred Wibowo di dalam bukunya
mengatakan bahwa, tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang
lazim disebut Standart operation procedure (SOP) yaitu1 :
1) Pra Produksi
2) Produksi
3) Pasca Produksi
Demikian juga dengan produksi program Dialog TVRI, memiliki
tahapan seperti diatas.
1. Pra Produksi Program Dialog TVRI
Tahap pra produksi merupakan semua tahapan persiapan sebelum sebuah
produksi dimulai. Pada tahap ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan
yang akan dijalani, atau juga disebut sebagai tahap perencanaan. Makin baik
sebuah perencanaan produksi maka makin baik pula hasil dari produksinya
dan akan memudahkan nantinya dalam proses produksi.
a. Penemuan Ide/ Tema
Penemuan ide adalah gagasan dalam menghasilkan sebuah produk
suatu program berita. Pada proses pra produksi suatu program acara,
penemuan ide adalah hal yang paling penting untuk dibicarakan agar
1 Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi (Jakarta: Grasindo, 1997),
cet. Ke-1, h. 20.
86
menghasilkan suatu kreativitas yang diinginkan. Tahap penemuan ide
program Dialog TVRI saat edisi 23 januari diawali dari sebuah gagasan
produser Dialog TVRI yang kemudian saat itu produser mengutarakan ide
atau gagasannya pada rapat redaksi yang diikuti oleh produser pelaksana dan
para produser-produser yang ada di bagian current affairs pada sehari sebelum
program ditayangkan. Rapat dilaksanakan diruang Manager Current Affairs
saat berlangsungnya rapat redaksi dilakukan ketika itu terjadi perbedaan
pendapat tentang tema apa yang akan diangkat. Setiap produser
mengemukakan pendapatnya. Dari peristiwa ekonomi, politik, hukum,
pertahanan dan keamanan dan lain sebagainya.
Rapat redaksi dilakukan didalam ruang rapat tertutup, seperti yang
terjadi pada rapat tanggal 22 januari 2013, namun dengan seiring
berkembangnya zaman dan kecanggihan teknology serta ketiadaan waktu
untuk berkumpul karena kesibukan masing-masing, rapat redaksi pada
program Dialog TVRI sering juga dilakukan melalui grup sosial media yang
mereka miliki, seperti BBM, Facebook, Twitter dll. Namun rapat redaksi yang
dilaksanakan saat penentuan tema penanganan terorisme hal itu tidak terjadi,
rapat tetap diadakan di ruang tertutup yaitu di ruang manager current affairs,
mengingat tema ini cukup serius berbeda dengan tema- tema sebelumnya.
Penemuan ide adalah proses kreativitas yang terus berkembang setiap
harinya, ide atau gagasan itu muncul seiring banyaknya peristiwa aktual atau
kasus yang sedang hangat dibicarakan di media-media massa, seperti televisi,
radio, dan surat kabar (koran). Pada hasil rapat redaksi pada tanggal 22 januari
87
2013 menghasilkan sebuah ide tema untuk pembahasan pada program dialog
TVRI edisi 23 januari 2013 yaitu tentang “Penanganan Terorisme”, saat itu
semua sepakat untuk mengangkat tema tersebut dengan mengesampingkan
beberap ide tema yang muncul saat rapat berlangsung. Dengan alasan tema
tersebut tepat dan aktual dimana saat itu banyak terjadi aksi serta penanganan
terorisme salah satunya yaitu penyergapan para terduga teroris di Kabupaten
Dompu dan Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam pemilihan tema tersebut selain melihat aktualitas TVRI dengan
program dialog nya juga memliki tujuan dan harapan atas penayangan tema
tersebut. Yaitu lebih karena TVRI ingin menjalankan fungsinya sebagai
sebuah media yaitu salah satunya memberikan informasi dan juga TVRI
berharap dengan adanya pembahasan tema tersebut masyarakat dapat mampu
menilai bagaimana bahayanya sebuah terorisme dan seperti apa penanganan
dan konsekuensinya bagi pelaku terorisme. Dengan kata lain TVRI ingin
berperan dalam membantu menghentaskan permasalahan terorisme. TVRI
berharap informasi mengenai terorisme melalui program dialog tersebut,
masyarakat lebih berhati- hati dalam menerima hal- hal baru yang bersifat
doktrin. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Denis McQuail,
bahwa efek media massa memiliki typology yang mana terdiri dari empat
bagian yang besar. Pertama, efek efek media merupakan efek yang
direncanakan, sebagai sebuah efek yang diharapkan terjadi baik oleh media
massa sendiri maupun orang yang menggunakan media massa untuk
88
kepentingan berbagai penyebaran informasi. Kedua, efek media massa yang
tidak direncanakan atau tidak dapat diperkirakan, sebagai efek yang benar-
benar diluar kontrol media, di luar kemampuan media ataupun orang lain yang
menggunakan media untuk penyebaran informasi melalui media untuk
mengontrol terjadinya efek media massa. Ketiga, efek media massa terjadi
dalam waktu pendek namun secara cepat, instan, dan keras memengaruhi
seseorang atau masyarakat. Keempat, efek media massa berlangsung dalam
waktu yang lama, sehingga memengaruhi sikap- sikap adopsi inovasi, kontrol
sosial sampai dengan perubahan kelembagaan, dan persoalan- persoalan
perubahan budaya.2
Hal-hal seperti itulah yang menjadi pertimbangan produser dan tim
Dialog TVRI mengangkat tema penanganan terorisme saat 23 januri lalu.
Dengan menilai bahwa penanganan terorisme adalah tema atau permasalahan
yang sedang mencuat akhir- akhir di januari 2013. Namun ada pertimbangan-
pertimbangan lain yang diperhatikan oleh redaksi Dialog TVRI dalam
menentukan sebuah ide atau gagasan yaitu dalam menampilkan sebuah
tayangan berita, program Dialog TVRI saat itu tidak menyudutkan pihak
manapun seperti menyinggung hal-hal pribadi yang nantinya dapat membuat
pihak yang bersangkutan merasa terganggu dengan pemberitaan yang ada.3
karena dalam banyak kasus pemberitaan, banyak pihak yang merasa
2Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S, sos., M.Si. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan
Diskursus, Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: KENCANA, 2008), Cet. 3, hal. 317-318. 3 Wawancara pribadi dengan Suryo Nugroho, Produser Program Dialog TVRI, 6
Desember 2013
89
pemberitaan tersebut tidak sesuai dengan realitas yang ada, bahkan terlalu
melebih-lebihkan.
Setelah semua ide atau gagasan ditentukan, selanjutnya produser dan
produser pelaksana berbicara kepada redaktur mengenai tema yang diangkat
yaitu penanganan terorisme, kemudian berdiskusi membicarakan langkah-
langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya, agar ide dasar tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk sebuah acara atau tayangan yang layak ditonton
b. Perencanaan
Tahap perencanaan adalah semua kegiatan mulai dari pembahasan ide
atau gagasan awal sampai dengan pelaksanaan pengambilan gambar atau
Shooting. dalam perencanaan ini terjadi proses iteraksi antara kreativitas
manusia dengan peralatan pendukung yang tersedia.4
Baik buruknya proses produksi akan sangat ditentukan oleh
perencanaan diatas kertas. Perencanaan diatas kertas merupakan imajinasi
yang dituangkan dalam bentuk tulisan atau Script yang nantinya akan
diproduksi saat pelaksanaan produksi program Dialog TVRI. Apa yang
sudah direncanakan itulah yang nantinya akan dibuatkan audio visualnya
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Pada tahap ini produser Dialog TVRI dibantu produser pelaksana dan
redaktur membuat Script atau naskah berita, menentukan narasumber,
4 Morissan, MA, Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio &
Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-1 hal. 270.
90
menyiapkan time schedule,5 mengurus perizinan studio kepada bagian
teknik dan perencanaan lain yang mendukung proses produksi dan pasca
produksi program Dialog TVRI. Perencanaan biaya juga dilakukan pada
tahap ini, yaitu biaya untuk membayar para pengisi acara, serta biaya
untuk keperluan lainya. Saat penentuan narasumber untuk tema
penanganan terorisme edisi 23 januari para produser menentukan tiga
narasumber yaitu:
1) Ibu Susningtyas Kertopati (Komisi I DPR RI)
2) Bapak Wawan H Purwanto (Pengamat Intelejen)
3) Natsir Abbas (Mantan Terorisme)
Alasan mengundang ketiga Narasumber itu iyalah lebih karena lebih
berkompeten untuk membicarakan masalah mengenai penanganan
teroisme dan menjaga keseimbangan Narasumber, disini Program Dialog
TVRI mencoba menghadirkan setiap aspek dalam penanganan terorisme
yaitu seorang wakil rakyat yang menangani pertahanan dan keamanan,
kemudian seorang pengamat Intelejen yang memantau kinerja dan upaya
pemerintah dalam menangani kasus terorisme, kemudian seorang pelaku
terorisme untuk melihat seperti apa pergerakan terorisme .
c. Persiapan
Setelah semua selesai direncanakan dengan matang dan baik, tahap
selanjutnya adalah melakukan persiapan. Persiapan ini meliputi persiapan
5 Time schedule adalah perencanaan waktu. Manajamen Media Penyiaran Strategi
Mengelola Radio & Televisi, hal. 271.
91
penampilan presenter, setting Studio, dan hal-hal yang menyangkut
kelengkapan peralatan yang diperlukan pada saat penayangan program
Dialog TVRI.
2. Produksi Program Dialog TVRI
Tahap produksi adalah seluruh kegiatan pengambilan gambar (Shooting) baik
distudio maupun diluar studio.6 namun karena Dialog TVRI adalah sebuah acara
yang ditayangkan secara live7 atau langsung, maka proses produksi yang dilakukan
adalah seperti hal-hal berikut:
a. Materi Produksi
Materi produksi adalah berita yang sudah dikemas menjadi sebuah
prolog dan sudah pernah ditayangkan, namun karena berita tersebut
dianggap memiliki nilai berita yang baik dan pas dengan tema yang akan
di angkat, maka berita tersebut ditayangkan kembali menjadi sebuah
prolog dalam produksi program Dialog TVRI. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa program Dialog TVRI adalah sebuah
program berita yang dikemas secara serius tapi santai atau ringan, namun
tetap elegan.8 karena dalam penyajiannya Dialog TVRI mengedepankan
berita-berita faktual namun santai dalam membawakan program acaranya.
6 Morissan, MA, Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio &
Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-1 hal.271 7 Live adalah siaran yang dilakukan secara langsung dari sebuah lokasi tertentu baik
di dalam studio maupun di luar studio. Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi
Reporter Profesional (Bandung: Rosdakarya, 2013), cet. Ke-1. Hal. 199. 8 Wawancara pribadi dengan Suryo Nugroho, Produser Program Dialog TVRI, 6
Desember 2013
92
Secara umum, materi program Dialog TVRI adalah menyangkut berita
politik, keamanan, pengetahuan, sosial, budaya dan hiburan. Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Dialog TVRI adalah program berita
yang dikemas secara serius tapi santai dan ringan, yaitu bukan hanya
konsep acara yang disajikan tetapi tema- tema yang diangkatpun
mengandung unsur berita hard news9 dan soft news
10. Artinya , tema
tersebut tidak hanya diambil dari berita yang terjadi pada hari itu saja.11
Setelah semua gagasan selesai direncanakan dengan matang, tahap
selanjutnya adalah pelaksanaan produksi program Dialog TVRI. Dialog
TVRI adalah sebuah program berita yang terdiri dari tiga sampai empat
segmen dan membahas satu tema yang aktual bersama narasumber yang
berkompeten di bidangnya, dengan durasi waktu 60 menit disiarkan secara
langsung (live) dan diselingi dengan sebuah prolog / viti sebagai pembuka
perbincangan serta voxpop atau cuplikan yaang berisi pendapat
masyarakat mengenai tema yang diangkat. Pembuatan prolog sendiri
berfungsi sebagai pembuka tema untuk memperjelas masyarakat agar tau
apa yang akan dibahas pada tema saat itu dan mengerti masalah yang
menjadi perbincangan nanti.
9 Hard News adalah segala informasi yang penting atau menarik yang harus segera
disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat
diketahui khalayak audience secepatnya. Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola
Radio & Televisi, hal. 209. 10
Soft News adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan
seecara mendalam (indept) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan agar dapat
diketahui khalayak audience secepatnya. Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola
Radio & Televisi, hal. 211. 11
Wawancara pribadi dengan Suryo Nugroho, Produser Program Dialog TVRI, 6
Desember 2013.
93
Langkah-langkah dalam proses produksi Dialog TVRI adalah:
a) Pembuatan Prolog dan vox-pop
Vox-pop kependekan dari vox populi dalam istilah Indonesia
sebagai “suara masyarakat”. Artinya suatu program atau segmen yang
mengetengahkan pendapat umum tentang suatu masalah. Tujuan dari
Vox-pop yaitu menegetengahkan serangkaian pendapatumum
mengenai suatu masalah yang sedang dibahas dalam program kepada
penonton dengan maksud agar penonton jua dapat mengetahui
bermacam-macam pendapat dari berbagai orang atau grup sehingga
dapat dikonfrontir dengan pendapatnya sendiri.12
Langkah pertama yaitu, setelah produser menentukan tema
yang diangkat kemudian seorang produser pelaksana memberikan
arahan kepada bagian redaktur untuk pembuatan prolog dan voxpop.
Prolog dan voxpop dikerjakan oleh empat orang redaktur yang dibagi
menjadi dua tim, tim satu membuat prolog yaitu dibantu dengan
seorang audiomen dan editor. Mula-mula tim ini membuat sebuah
naskah yang sesuai dengan isi tema atau berita yang akan dibahas.
Kemudian produser pelaksana mengoreksi naskah yang sudah dibuat
oleh redaktur, apakah layak untuk dijadikan dubing pada video
potongan-potongan berita. Sedangkan tim kedua bertugas membuat
12
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi (Jakarta: Grasindo, 1997),
cet. Ke-1, h. 40.
94
sebuah voxpop, yaitu video rekaman yang berisi wawancara pendapat
masyarakat terhadap satu tema yang dibahas. Dan biasanya
pengerjaannya di luar studio dibantu oleh satu cameramen.
b) Memilih visual berita
Langkah kedua, setelah pembuatan prolog dan voxpop yaitu
kemudian produser pelaksana bersama redaktur dan editor memilih
visual berita yang berhubungan dengan tema yang di bahas. Visual
berita didapakan dari berita- berita yang sudah tayang pada program
berita sebelumnya yang bersangkutan dengan pembahasan atau tema
yang sudah disepakati. Visual berita tersebut diambil kemudian
dipotong bagian- bagian yang dianggap sesuai dengan naskah yang
sudah dibuat.
c) Editing atau Penyutingan
Setelah naskah prolog selesai, proses selanjutnya adalah
penyutingan atau editing. Produser Pelaksana Dialog TVRI bersama
redaktur keruang editor untuk melakukan dubbing atau pengisian
suara, dubbing dilakukan untuk
menyempurnakan gambar yang sudah di sunting, setelah pengisian
suara atau dubbing dilakukan, kemudian proses penyatuan gambar
dengan suara melalui proses editing. Sedangkan video rekaman
pendapat masyarakat yang sudah diambil untuk keperluan voxpop
selanjutnya juga melalui proses editing.
95
Proses editing adalah pekerjaan memotong-motong dan
merangkai (menyambung) potongan-potongan gambar sehingga
menjadi sebuah tayangan berita yang dapat dimengerti. Pekerjaan ini
dilakukan diruangan editing yang dilakukan oleh editor (penyunting).
Gambar dan suara yang direkam dengan bantuan kamera sepanjang
belasan atau puluhan menit harus dipotong-potong dan dirapihkan agar
menjadi berita yang singkat.13
Setelah itu redaktur membuat
rundown14
acara Dialog TVRI.
b. Sarana dan Prasarana
Untuk mewujudkan ide menjadi sebuah hasil produksi yang lebih
konkrit dibutuhkan juga kelengkapan alat dengan kualitas standar
broadcast yang mampu menghasilkan gambar dan suara yang bagus.
Adanya peralatan tersebut menunjang kelancaran seluruh proses produksi.
Adapun sarana pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan
produksi program Dialog TVRI, yaitu:
a) Kamera, merupakan alat yang digunakan untuk pengambilan gambar,
dalam proses penayangan Dialog TVRI, dibutuhkan sedikitnya tiga
kamera untuk menunjang lancarnya sebuah program acara yang baik,
semua kamera-kamera yang ada langsung terhubung dengan switcher
13
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Bnadung: Kencana, 2008), h. 217. 14
Rundown adalah susunan atau urutan acara yang disajikan, Manajamen Media
Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, hal. 284.
96
atau alat memilah dan memilih stok gambar dari kamera maupun yang
sudah ada.
b) CCU (Camera Control Unit), merupakan alat yang dipergunakan
untuk mengontrol beberapa kamera. Yang bisa dikontrol atau
digantikan fungsinya melalui alat ini diantaranya adalah pengaturan
pencahayaan (brightness contrast), temperatur warna (color
temperature), kecepatan (shutter speed), white balance, serta warna
hue (red, green, blue). Jumlah CCU yang digunakan sama persis
dengan jumlah kamera yang digunakan karena masing-masing kamera
dikontrol oleh satu CCU.
c) Switcher, merupakan perangkat teknis untuk memindahkan dan
memilih gambar dari berbagai stock shoot maupun input kamera.
d) Audio Mixer, merupakan alat pengatur suara agar suara yang
dihasilkan tidak mengalami gangguan. Alat ini berfungsi
mengendalikan penelpon yang masuk atau suara yang ada distudio
agar tidak mengalami gangguan. Jika terjadi gangguan pada suara-
suara, audioman atau orang yang mengendalikan alat ini akan segera
memperbaikinya.
e) Monitor, berfungsi untuk melihat tampilan visual yang dihasilkan dari
kamera. Banyaknya monitor yang digunakan tentu saja tergantung dari
berapa kamera yang digunakan. Ada monitor dari berbagai source
kamera, monitor preview, serta monitor hasil akhir.
97
f) VRT (Video Tape Recorder), merupakan alat yang digunakan untuk
merekam hasil shooting.
g) Lighting, merupakan alat yang digunakan untuk pencahayaan dalam
proses Shooting.
h) Character Generator, merupakan alat yang digunakan untuk
menampilkan tittle, sub tittle serta grafik
Selain sarana diatas program Dialog TVRI juga ditunjang oleh
prasarana lain, antara lain:
1. Ruang visual penyutingan atau editing gambar, yaitu ruangan yang
digunakan untuk mengedit gambar berupa foto atau video yang
ada.
2. Master Control Room, adalah ruangan yang dapat mengendalikan
beberapa alat seperti switcher, audio, mixer, CCU dan Character
Generator.
3. Property, seluruh kebutuhan perlengkapan untuk mendukung suatu
program.
c. Biaya Produksi
Setelah memperhatikan segala materi dan sarana prasarana yang
dibutuhkan program Dialog TVRI, hal lain yang perlu diperhatikan dalam
produksi program Dialog TVRI adalah biaya produksi. Dalam sebuah
proses produksi tanpa didukung biaya, maka acara yang sudah disiapkan
tidak akan berjalan lancar. Maka dari itu, biaya produksi harus
direncanakan pula secara matang.
98
Biaya produksi pada acara Dialog TVRI sendiri tidak selalu sama
setiap penayangannya. Besarnya biaya produksi bergantung atau
disesuaikan dengan narasumber yang didatangkan, atau bergantung pada
lokasi pelaksanaan produksinya, seperti misalnya diluar studio newsroom
TVRI. Sedangkan biaya produksi saat produksi edisi 23 januari 2013
Dialog TVRI mengeluarkan biaya yang cukup besar, hal ini tidak
disebutkan nominalnya oleh produser saat wawancara.
d. Organisasi Pelaksanaan Produksi
Pelaksanaan produksi merupakan satuan kerja yang akan menangani
proses produksi secara bersama-sama sampai akhirnya ditayangkan untuk
dinikmati oleh masyarakat. Meskipun mereka bertugas dibidang yang
berbeda, tetapi semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menghasilkan
produksi yang ditayangkan sesuai dengan rencana yang telah
direncanakan.
Untuk menghasilkan acara yang berkualitas baik, memerlukan
pengorganisasian sumber daya manusia yang bekerja secara sistematis.
Untuk memudahkan pekerjaan dilapangan, dilakukan pembagian tugas
dan bertanggung jawab masing-masing atas tugas tersebut.
Jalannya produksi program berita Dialog TVRI ini tidak lepas dari
kerjasama sebuah tim yang solid. Oleh karena itu perlu adanya pembagian
tugas yang tercatat sebagai struktur organisasi.
Berikut ini merupakan struktur organisasi pelaksana program berita
Dialog TVRI pada saat penayangan edisi 23 januari 2013:
99
a. Eksekutif Produser, adalah penanggung jawab terhadap produksi suatu
program, dalam hal ini adalah program berita Dialog TVRI. Eksekutif
produser
bertanggung jawab atas penayangan program suara anda, mulai dari
penetapan tujuh pilihan berita, persiapan produksi, sampai
penayangannya.
b. Produser, adalah seorang pimpinan produksi yang bertanggung jawab
kepada seluruh kegiatan pengkoordinasian pelaksanaan pra produksi,
produksi dan pasca produksi.15
Dalam program Dialog TVRI dipimpin
oleh seorang produser yang akan memutuskan berita apa yang akan
dibahas, dan format berita apa yang akan digunakan,dll.
c. Produser Pelaksana, orang yang membantu produser dalam
menjalankan tugasnya secara teknis. Produser Pelaksana pada program
Dialog TVRI bertugas membuat rundown acara, menghubungi
narasumber, dan masalah teknis lain seperti surat menyurat dan
masalah perizinan yang dibantu oleh seorang redaktur.
d. Redaktur, dalam program Dialog TVRI bertugas membuat naskah
prolog, voxpop dan membantu produser pelaksana dalam hal teknis
seperti menghubungi narasumber, surat menyurat, perizinan studio dan
juga pembuatan rundown acara.
15
Morissan, MA, Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio &
Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-1 hal.283.
100
e. Program Director, adalah orang yang bertanggung jawab secara teknis
atas lancarnya suatu acara televisi, program Suara Anda diarahkan
oleh seorang PD yang bertanggung jawab atas aspek teknis dan
mampu menjalankan acara berdasarkan rundown acara dalam
pelaksanaan produksi program Dialog TVRI.
f. Cameraman, adalah seorang yang bertugas mengoperasikan kamera,
crane, dolly, pedestal, steady dan melaksanakan arahan director dalam
proses pengambilan gambar. Seorang juru kamera harus
mendengarkan segala yang dkatakan oleh PD, agar gambar yang
diambil baik dan sesuai dengan arahan permintaan produser Dialog
TVRI.
g. Floor Director, bertugas mengarahkan semua hal yang ada didalam
studio pada saat shooting berlangsung. Floor director mendapatkan
arahan langsung dari program director. Ketika program director Dialog
TVRI mengarahkan segala aspek saat produksi berlangsung di
controlroom, maka floor director adalah nahkoda yang menjembatani
antara presenter dengan program director sesuai arahan floor director.
h. Lightingman, bertugas mengoperasikan penataan cahaya,
merencanakan
pemakaian lampu, menentukan jenis dan tipe lampu, dan mengatur
pencahayaan.
i. Character Generator Operation, program Dialog TVRI dibantu seorang
yang bertugas mempersiapkan dan mengoperasikan peralatan
101
computer untuk mengerjakan credit tittle dan subtittle, serta
menampilkan gambar grafis.
j. Switcher, bertugas mengatur gambar sesuai dengan permintaan
program director.
k. VTR (Video Tape Recorder), mengoperasikan peralatan rekam audio
visual dan melakukan pengisian time code.
l. Property, menyediakan seluruh kebutuhan perlengkapan untuk
mendukung program Dialog TVRI, seperti menyiapkan kelengkapan
studio.
m. Wardrobe, menyiapkan kostum untuk presenter Dialog TVRI, sesuai
dengan kebutuhan produksi program.
n. Make up, melaksanakan tata rias terhadap presenter dan bintang tamu
yang hadir dalam program Dialog TVRI.
o. Sound mixer/audioman, mengoperasikan audio, balancing, atau
mengatur dan menjaga kualitas suara, menentukan audio yang
digunakan, memasang mic atau wireless dan peralatan pendukung
lainnya.
d. Pelaksanaan Produksi Program DIALOG TVRI
Sesudah perencanaan dan persiapan selesai dengan benar, pelaksanaan
produksi dimulai. Produser dibantu oleh produser pelaksana bekerjasama
dengan para crew untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan
sebelumnya menjadi gambar dan tayangan yang dapat dinikmati oleh pemirsa.
102
Sekitar pukul 06.00 WIB tim Dialog TVRI yang terdiri dari produser
dan produser pelaksana dan redaktur melakukan kroscek ulang terhadap
semua aspek yang ada dalam program Dialog TVRI, seperti memeriksa,
rundown acara, narasumber, dan yang tak kalah penting yaitu penampilan
presenter. Ketika semua aspek ini dirasa sudah siap, kemudian seorang
redaktur menyiapkan rundown yang telah dibuat untuk di copy dan dibagikan
kepada beberapa crew. Pada tahap ini ketika tanggal 23 januari lalu Program
dialog TVRI mengalami bebearpa kendala yaitu salah satunya tidak dapat
hadirnya salah satu narasumber yaitu mantan pelaku terorisme yang
mendadak memberi kabar bahwa tidak dapat hadir karena suatu hal. Pada
tahap ini produser belum menyiapkan plan B ketika salah satu narasumber
tidak dapat hadir. Sehingga saat itu hanya diisi dengan dua narasumber.
Setelah itu produser Dialog TVRI memerintahkan salah satu redaktur
untuk membagikan lembaran-lembaran tersebut kepada semua tim yang
bertugas, seperti program director atau pengarah acara, switcher (petugas yang
mengatur gambar), audioman (petugas yang mengendalikan suara yang masuk
maupun keluar), character generator operation (yang mempersiapkan,
mengoperasikan peralatan komputer dan mengerjakan credit tittle dan
subtittle, serta menampilkan gambar grafis), presenter Dialog TVRI, dan
sisanya dipegang produser eksekutif, produser dan produser pelaksana.
Manfaat dibagi-bagikannya lembaran-lembaran tersebut adalah untuk
memudahkan kerja semua tim Dialog TVRI pada saat on air, karena sangat
103
tidak mungkin pada saat acara mengudara perhatian mereka terpecah antara
komputer dengan tugas pokok mereka masing-masing.
Setelah itu tepat pukul 06.30 WIB produser pelaksana bersama ketiga
redaktur yang bertugas menuju ruang master control room untuk mengontrol
kesiapan diruang tersebut, dan membagi tugas kepada 3 redaktur yang ada.
Yang pertama redaktur satu berada di ruang master control untuk menerima
telepon dari masyarakat yang ingin berkomentar dalam telepon interaktif
nanti. Kemudian redaktur kedua berada di dalam studio untuk membantu FD
dalam mengarahkan situasi didalam studio. Redaktur ketiga berada di ruang
tunggu narasumber untuk mengatur dan menerima kedatangan para
narasumber.
Tepat pada pukul 07.00 WIB tangal 23 Januari 2013 mulailah program
Dialog TVRI, Dialog TVRI berlangsung selama 60 menit, secara langsung
(live) dan terdiri dari tiga sampai empat segmen tergantung pada situasi saat
berlangsungnya acara. Dan terkadang jika pertanyaan-pertanyaan dari
penelpon bagus dan banyak itu bisa membuat segmen bertambah satu segmen.
Namun pada produksi tanggal 23 januari 2013 dialog dilakukan hanya tiga
segmen.
Segmen pertama, dengan berdurasi 30 menit yaitu diawali dengan
bumper in yang menandakan acara Dialog TVRI sudah dimulai dengan
memunculkan logo program yang bergerak. kemudian pembawa acara
membuka dan memperkenalkan narasumber yang telah hadir, pada saat awal
segmen pertama seorang narasumber terlambat hadir yaitu bapak Wawan H
104
Purwanto dengan alasan kemacetan dan barulah dipertengahan segmen
pertama narasumber tersebut hadir, lalu setelah pembawa acara
memperkenalkan narasumber, sebelum memulai perbincangan pada segmen
ini seharusnya terdapat pemutaran prolog dan voxpop. Pemutaran prolog dan
voxpop ini seperti bertujuan sebagai pembuka tema untuk memperjelas
masyarakat agar tau apa yang akan dibahas pada tema saat itu dan mengerti
masalah yang menjadi perbincangan nanti. Namun saat itu tidak ada
pemutaran voxpop dan prolog. Hal ini sedikit membuat dialog kurang hidup.
Pada segmen ini pembawa acara memaparkan beberapa pertanyaan pada
narasumber satu Ibu Susningtyas dari komisi I DPR RI yang sudah hadir
terlebih dahulu yaitu, bagaimana penanganan dan komitmen kita mengenai
terorisme saat ini? kemudian dilanjutkan dengan jawaban dari narasumber
satu yang memaparkan bahwa penanganan terorisme seharusnya tidak musti
menggunakan pendekatan diradikalisasi namun menurutnya masih kurang
karena tidak menyentuh kepada anggota pelaku terorisme itu sendiri jadi kita
tidak bisa mengetahui dasar dan motif dari pelaku tersebut. Menurutnya
penanganan seharusnya dengan pencegahan yaitu harus mengetahui akar
permasalahanya dulu dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat seperti
PEMDA dan Departmen- departemen terkait. Bukan dengan cara pendekatan
militeristik yang cenderung represif. Setelah itu dilanjutkan dengan
pertanyaan kepada narasumber kedua yaitu Bapak Wawan H purwanto
pengamat Intelejen yaitu bagaimana sisi plus minusnya penanganan terorisme
yang sudah dilaksanakan? Kemudian narasumber dua menjawab pertanyaan
105
tersebut yaitu pendekatan yang dilakukan saat ini masih menggunakan pola
kekerasan dimana bisa membuat pelaku-pelaku yang telah bebas kembali
menjadi terorisme hal ini menjadi hambatan untuk mengetahui embrio dari
terorisme tersebut dengan menggunakan pola kemanusiaan.
Segmen kedua, setelah jeda iklan sekitar dua menit, segmen kedua
berdurasi 8 menit, dimulai dengan presenter membuka dan melanjutkan
pembahasan dialog sesi pertama bersama para narasumber dengan
memberikan kesempatan kepada setiap narasumber untuk berkomentar atau
memberikan pandangan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sedang dibahas
pada segmen pertama tadi.
Segmen ketiga, setelah jeda iklan sekitar dua menit kemudian masuk
di segmen ketiga ini yang berisi dialog sesi selanjutnya dan ditambah dengan
interkatif kepada pemirsa dengan berdurasi 18 menit. Dengan menenerima
dua penelpon, penelpon pertama yaitu Bapak Sanusi Kaplale yang berada di
Pamulang yaitu pertanyaan yang menyingung orde baru dan kedamaian di
Indonesia yang masih di intervensi oleh luar negeri. Kemudian penelpon
kedua yaitu Bapak Prio yang menyinggung kasus korupsi juga harus di
brantas, saat menerima telepon sangat disayangkan terjadi gangguan dari
bagian audio sehingga narasumber dan pembawa acara tidak bisa menangkap
inti dari pertanyaan kedua penelpon tadi sehingga membuat pembawa acara
mengalihkan dengan pertanyaan lain. Setelah itu pembawa acara
mempersilahkan satu persatu narasumber untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari pembawa acara. Dan dilanjutkan dengan catatan penutup dari
106
masing- masing narasumber yang pertama Ibu Susningtyas mengatakan
bahwa dalam menghentaskan keamanan nasional kita lakukan secara integral
tidak hanya kita berikan tanggung jawab ini hanya kepada aparat TNI, POLRI
maupun Intelejen namun juga melibatkan Departemen- departemen terkait
dalam hal penanganan berbagai maslah komunal masalah yang terjadi
dimasyarakat itu harus dibangun sebaik- baiknya. Sedangkan Narasumber dua
memberikan catatan terkahir yaitu dengan mengatakan dan mengajak semua
elemen bangsa kita untuk bangkit menjadi negeri yang besar dari segi
ekonomi dengan menjaga keamanan negara kita. Kemudian terakhir pembawa
acara menutup dialog dengan memberikan kesimpulan yaitu kebijakan,
regulasi atau polesi itu perlu mendapatkan lejitemasi dan untuk mendapatkan
lejitemasi rakyat harus diajak bicara dan pemimpin harus mau berdialog dan
mendengarkan apa yang menjadi aspirasi rakyat. Lalu setelah itu pembawa
acara menutup acara dengan salam.
e. Pasca produksi Program DIALOG TVRI
Setelah proses produksi tentunya akan ada pasca produksi. Dalam
program Dialog TVRI jika siaranya dilakukan secara langsung (live) tidak ada
pasca produksi, karena kegiatan produksi sudah berjalan sebagaimana
mestinya dan hasilnya pun apa adanya, selain itu evaluasi dilakukan sambil
berjalan. Misalnya dengan mendengar respon dari pemirsa dirumah melalui
media sosial seperti facebook, twitter, email dan lain sebagainya. Akan tetapi
jika proses produksinya dilakukan secara tunda (taping) maka akan ada pasca
107
produksi yaitu proses editing, dimana pada proses editing program Dialog
TVRI biasanya dikerjakan oleh editor dan dibantu oleh seorang produser dan
produser pelaksana sebagai pengarah akan seperti apa hasil yang akan
ditayangkan. Namun dalam program Dialog TVRI sangat jarang adanya
proses produksi dilakukan secara tunda (taping).
C. Faktor Pendukung dan Kendala Proses Produksi Program Dialog TVRI
Dalam memperoduksi suatu program televisi tentu tidak semudah
yang dibayangkan. Tentu banyak kendala yang dihadapi oleh seorang
produser atau tim pelaksana produksi lainya. Namun, adapula faktor
pendukung yang membuat acara tersebut semakin baik dan menarik.
Pada produksi program Dialog TVRI tanggal 23 Januari 2013, terdapat
faktor pendukung dan kendala, diantaranya sebagai berikut:
a) Faktor pendukung
1. Kelengkapan peralatan menjadi salah faktor pendukung saat itu.
2. Biaya Produksi, biaya yang mencukupi saat itu juga menjadi faktor
pendukung dalam proses produksi.
3. Persiapan seorang pembawa acara sangat mendukung berjalanya
proses dialog saat itu.
b) Faktor penghambat/ kendala
1. Kehadiran narasumber, dimana terjadi pembatalan hadir 30 menit
sebelum acara dimulai atau keterlambatan hadir seorang narasumber
hingga hampir satu segmen. hal ini menganggu jalanya dialog.
108
2. Kesiapan Audio yang pada pelaksanaanya sempat mengganggu jalanya
proses dialog hal ini mengakibatkan tidak berkembangnya dialog saat
itu.
3. Sulitnya mencari narasumber yang berkompeten terkait tema
penanganan terorisme adalah satu faktor penghambat dalam proses
produksi saat itu mengingat tema penanganan terorisme lebih berat
dibanding tema- tema lain.
Namun seharusnya seiring berjalannya waktu dan banyaknya
pengalaman, berbagai kendala tersebut dapat diatasi. Dengan mempersiapkan
segala hal- hal teknis terkait produksi, sehingga proses produksi pun akan
berjalan lebih baik lagi.
109
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan observasi, menganalisa data dalam rangka menjawab
rumusan pertanyaan dalam skripsi ini, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:.
1. Dalam proses produksi program berita Dialog TVRI edisi 23 Januari
2013 pada tema penanganan terorisme, memiliki beberapa tahapan yang sama
seperti program-program lainya, yaitu: tahap pra produksi, produksi, dan
pasca produksi. Ketiga tahapan tersebut memiliki keterkaitan dan tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainya.
a. Proses pra produksi program Dialog TVRI
Pada tahapan pra produksi program Dialog TVRI edisi 23 Januari
2013 pada tema penanganan terorisme, diawali dengan menentukan ide atau
tema yang nantinya akan menjadi sebuah topik yang akan dibahas. Ide atau
tema yang didapat merupakan hasil rapat redaksi dari para produser dan
beberapa crew yang dilakukan melalui pertemuan langsung di ruang
manager current affair sehari sebelum produksi dilaksanakan, pada saat
penentuan tema beberapa produser masing-masing mengajukan tema yang
berbeda-beda sehingga sempat terjadi perbedaan pendapat. Tema yang
diangkat pada 23 januari yaitu penanganan terorisme adalah hasil dari rapat
110
redaksi dimana tema itu dipilih dengan alasan tema tersebut sedang hangat
dibicarakan karena pada saat banyak terjadi aksi serta penanganan terorisme
salah satunya yaitu penyergapan para terduga teroris di Kabupaten Dompu
dan Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam pemilihan tema tersebut selain melihat aktualitas TVRI
dengan program dialog nya juga memliki tujuan dan harapan atas
penayangan tema tersebut. Yaitu lebih karena TVRI ingin menjalankan
fungsinya sebagai sebuah media yaitu salah satunya memberikan informasi
dan juga TVRI berharap dengan adanya pembahasan tema tersebut
masyarakat dapat mampu menilai bagaimana bahayanya sebuah terorisme
dan seperti apa penanganan dan konsekuensinya bagi pelaku terorisme.
Dengan kata lain TVRI ingin berperan dalam membantu menghentaskan
permasalahan terorisme. TVRI berharap informasi mengenai terorisme
melalui program dialog tersebut, masyarakat lebih berhati- hati dalam
menerima hal- hal baru yang bersifat doktrin.
Selain penemuan tema tahap pra produksi saat itu juga membahas
dan menentukan narasumber, dalam penentuan narasumber pada edisi 23
januari 2013 produser lebih memilih Wawan H Purwanto seorang pengamat
intelejen dan Susningtyas Kertopati seorang anggota komisi satu DPR
dengan alasan keduanya lebih berkompeten, selain itu alasannya ialah
komisi satu DPR bertugas menangani HANKAM dalam membahas
penanganan terorisme selain itu sebenarnya Dialog TVRI telah memanggil
111
satu narasumber lagi yaitu Nasir Abbas mantan pelaku terorisme namun
pada saat itu tidak dapat hadir. Persiapan studio dengan perangkat-
perangkatnya juga dibahas dalam proses ini.
b. Proses produksi program Dialog TVRI
Dalam program Dialog TVRI proses produksinya dilakukan secara
langsung. Dalam prosesnya langkah awal yang dilakukan adalah
menyiapkan materi, sarana dan prasarana serta pendukung lainnya.
Pelaksanaan produksinya sendiri dimulai dengan mengedit gambar berita
terkait tema untuk ditampilkan pada saat dialog berlangsung dan menyusun
rundown acara. Program ini dibagi menjadi tiga segmen. Pada segmen
pertama yaitu opening oleh pembawa acara, pengenalan tema dan
narasumber serta memulai dialog segmen pertama dan pada segmen ini acara
mengalami kendla yaitu narasumber dua terlambat hadir. Pada segmen
kedua yaitu melanjutkan dialog serta diskusi bersama narasumber mengenai
tema yang sedang dibahas. Dan pada segmen ketiga pemirsa dapat
berinteraksi kepada narasumber secara langsung melalui telepon yang
Kemudian langsung ditanggapi oleh para narasumber dan di akhiri dengan
kesimpulan dari masing- masing narasumber dan closing. Namun sangat
disayangkan pada segmen ini sedikit mengalami gangguan pada bagian
audio penerima telepon sehingga mengganggu jalanya dialog.
112
c. Proses pasca produksi program Dialog TVRI
Program Dialog TVRI adalah program berita yang format siarannya
secara live dan dilakukan di dalam studio, dalam produksi secara live tidak
ada proses editing. Dan pada produksi tanggal 23 januari 2013 tentang
penanganan terorisme produksinya dilakukan secara langsung dan tidak ada
peroses editing Maka proses penayangan merupakan bagian dari proses
pasca produksi. Karena Dialog TVRI adalah program acara yang disiarkan
secara langsung, maka saat proses pra produksi dan proses produksi segala
sesuatunya harus disiapkan secara matang agar pada saat penayangan tidak
terdapat kesalahan.
2. Dalam pemilihan tema tersebut selain melihat aktualitas TVRI dengan
program dialog nya juga memliki tujuan dan harapan atas penayangan tema
tersebut. Yaitu lebih karena TVRI ingin menjalankan fungsinya sebagai
sebuah media yaitu salah satunya memberikan informasi dan juga TVRI
berharap dengan adanya pembahasan tema tersebut masyarakat dapat
mampu menilai bagaimana bahayanya sebuah terorisme dan seperti apa
penanganan dan konsekuensinya bagi pelaku terorisme. Dengan kata lain
TVRI ingin berperan dalam membantu menghentaskan permasalahan
terorisme. TVRI berharap informasi mengenai terorisme melalui program
dialog tersebut, masyarakat lebih berhati- hati dalam menerima hal- hal baru
yang bersifat doktrin. Dengan kata lain Dalam edisi tersebut TVRI mencoba
113
berperan dalam penanganan terorisme dengan memberikan pemahaman
kepada masyarakat terkait tema tersebut, sesuai fungsi dan peran dari media.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, maka penulis memberikan
beberapa saran, yaitu :
1. Pra Produksi
Kepada tim program Dialog TVRI, penulis berharap Dialog TVRI
lebih berani lagi dalam memilih seorang Narasumber dan juga dalam
menentukan tema, tidak hanya dari kalangan pemerintahan namun juga
pelaku dari tema yang diangkat agar dialog lebih hidup dan menarik serta
tidak terkesan hanya dari satu sudut pandang saja. Bahkan tidak melulu
mengundang narasumber dari pemerintahan namun dari lembaga- lembaga
dan institusi dari luar pemerintah terkait tema yang diangkat. Kemudian
persiapan tekhnis dan non tekhnis perlu diperhatikan agar tidak terjadi
gangguan dalam proses produksi agar kualitas produksi yang dihasilkan
lebih berkualitas tidak terkesan seperti televisi baru yang masih sering
mengalami gangguan.
2. Proses Produksi
Penulis berharap Dialog TVRI menambahkan inovasi- inovasi dalam
tampilan layarnya seperti tampilan seperti Vox-pop dan Prolog. Dimana
114
kehadiran vox-pop atau pendapat masyarakat sangat diperlukan untuk
memperkaya asumsi yang bisa memicu dialog semakin menarik untuk
diikuti. Sedangkan prolog sendiri diperlukan sebagai penghantar tema yang
akan dibicarakan untuk memancing narasumber untuk memberikan respon
dari berita yang ditampilkan pada prolog.
3. Pasca Produksi
Untuk penayangan penulis berharap program dialog TVRI sering melakukan
siaran secara langsung dan lebih mensiapkan hal- hal teknis salah satunya
seperti audio penelpon yang mengalami gangguan yang dapat menghambat
atau tidak tersampaikanya pertanyaan- pertanyaan dari penelpon pada
jalanya dialog. Karena hal itu juga sangat mempengaruhi minat pemirsa
untuk menyaksikan program Dialog TVRI. Untuk waktu penayanganya
program Dialog TVRI diharapkan tidak berubah-ubah yaitu tetap di waktu
prime time pagi hari jam 07.00- 08.00 WIB. Dimana pada waktu tersebut
banyak pemirsa membutuhkan tayangan berita yang up-date dan membahas
secara mendalam seperti Program Dialog TVRI.
115
DAFTAR PUSTAKA
Andi, Hidajanto Jamal dan Fachrudin, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah Organisasi,
Operasional dan Regulasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Bachtiar, Wardi, Metodelogi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 1997.
Baksin, Askurifai..Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung :Simbiosa
Rekatama Media, 2006.
Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus, Teknologi
Komunikasi di Masyarakat Jakarta: KENCANA, 2008.
Cetak Biru Kebijakan Umum, Kebijaka nPenyiaran, Kebijakan Pengembangan
Kelembagaandan Sumber Daya TelevisiRepublik Indonesia (TVRI) Tahun
2006-2011.
Djelantik, Sukawarsini Ph. D, Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan
dan Keamanan Nasional, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indoneaia, 2010.
Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT Cipta Adi Pusaka, Jilid 16.
Iskandarmuda, Deddy. Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Professional.Bandung:
rosdakarya, 2003.
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Ciputat: UIN Press,
2006.
Kriyantono, Rahmat, Tekhnik Praktis Riset Komunikasi: Disertai contoh Praktis
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa SebuahAnalisis Isi Media Televisi.
Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.
M Echols, Jhondan Hasan Syadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT..Gramedia,
1990.
M Moeliono, Anton. Kamus Besar Bahasa Indonesia..jakarta: Balai Pustaka, 1999
Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, ed.Revisi, 2007.
Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bandung :Kencan, 2008.
Morissan. Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio &Televisi. Jakarta
:Kencana, 2008.
Mufid, Muhammad. Komunikaksi & Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana, 2005.
Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bnadung: Remaja Rosdakarya
1996.
Rangkuman Workshop “ TVRI TV Publik”, 2004.
Riset Media, Public Relation, Advertising, Organisasi, Komunikasi Pemasaran,
Jakarta: Kencana, 2007.
Rosyidi, Latief. Dasar-dasarRetorikaKominikasidanInformasi. Medan: Firma
Rimbow, 1989.
116
Sastro, DarwantoSubroto. ProduksiAcaraTelevisi, Yogyakarta: Duta Wacana
University Press, 1994.
Sastro Soebroto, Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Duta
Wacana, 1995.
Suhaemi, dan Ruli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.
Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan
Prakti sJurnalis Profesional. Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2006.
Sunandar.Telaah Format Program Keagamaan di Televisi:
StudiDeskriptifAnalisisTelevisiPendidikan Indonesia. Tesis S2 IAIN
SusunanKalijaga Yogyakarta, 1998.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Cipiutat: Kalam Indonesia, 2005.
Tim Penyusun KamusPembinaandan Pengembangan Bahasa. KamusBesarBahasa
Indonesia.. Jakarta: Bina Aksara, 1986.
Wibowo, Fred. Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi. Jakarta: Grasindo, 1997.
Wibowo, Fred. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book
Publisher, 2007.
Yosep, Jani. To Be Journalist: Menjadi Jurnalis TV. Radio, dan Surat Kabar yang
Profesional, Yogyakarta: Graha Ilm, 2009..
www.tvri.co.id
Wawancara Prbadi Dengan Bpk. Subari, Jakarta 7 November 2013.
Wawancara Pribadi Dengan Bpk. Suryo Nugroho, Jakarta 6 Desember 2013.
Wawancara Pribadi dengan Erwin Aryananta, Direktur Bidang Pengembangan dan
Usaha TVRI, 21 Januari 2013.
117
LAMPIRAN- LAMPIRAN
Wawancara
Nama : A Suryo Nugroho
Jabatan : Produser Program Dialog TVRI
Tanggal Wawancara : 6 Desember 2013
Tempat Wawancara : Halaman Masjid TVRI
1. Bagaimana proses pra produksi pada penentuan tema untuk tanggal
23 januari 2013 dilaksanakan ?
Proses pra produksi diawali dengan penemuan ide dan menentukan tema
dengan melakukan rapat redaksi dalam menentukan sebuah tema yang
bakal kita bahas.
2. Dimana tempat pelaksanaan rapat redaksi untuk menentukan tema
pada edisi 23 januari 2013?
Rapat redaksi saat itu dilakukan di ruang manger current affairs
3. Apa yang mendasari sehingga dialog TVRI mengambil tema
penanganan terorisme pada edisi 23 januari 2013 ?
yang mendasari ialah aktualitas dimana program dialog dalam penentuan
tema selalu mempertimbangkan aktualitas dari tema yang akan diangkat.
Kalau soal terorisme karena pada saat itu belum lama terjadi penyergapan
terorisme di wilayah bima NTB.
4. Siapa saja yang berperan dalam penentuan tema tersebut ?
yang pasti yang berperan dalam penentuan tema tersebut ialah orang-
orang yang ikut dalam rapat redaksi.
5. Adakah pihak lain yang diluar currentaffair yang mempengaruhi
dalam penentuan tema tersebut ?
sesuai yang tadi saya bilang yang berperan dalam penentuan tema adalah
orang- orang yang berpartisipasi dalam rapat redaksi jadi tidak ada campur
tangan dari luar kecuali proyek kerjasama seperti sosialisasi program
pemerintah.
6. Apa tujuan dialog TVRI mengangkat tema penanganan terorisme
pada edisi 23 januari 2013 ?
Yaitu lebih karena TVRI ingin menjalankan fungsinya sebagai sebuah
media yaitu salah satunya memberikan informasi dan juga TVRI berharap
dengan adanya pembahasan tema tersebut masyarakat dapat mampu
menilai bagaimana bahayanya sebuah terorisme dan seperti apa
penanganan dan konsekuensinya bagi pelaku terorisme. Dengan kata lain
TVRI ingin berperan dalam membantu menghentaskan permasalahan
terorisme. TVRI berharap informasi mengenai terorisme melalui program
dialog tersebut, masyarakat lebih berhati- hati dalam menerima hal- hal
baru yang bersifat doktrin. Dengan kata lain Dalam edisi tersebut TVRI
mencoba berperan dalam penanganan terorisme dengan memberikan
pemahaman kepada masyarakat terkait tema tersebut, sesuai fungsi dan
peran dari media.
7. Apa yang mendasari anda memilih Wawan H Purwanto dan
Susningtyas Kertopati sebagai narasumber pada saat tema tersebut?
Itu karena mereka narasumber yang menurut kami lebih berkualits dan
kompeten untuk membicarakan tema tersebut.
8. Mengapa dialog TVRI tidak mengundang narasumber dari BNPT
dan mantan pelaku terorismenya langsung ?
Sebenarnya saat itu kita sudah mengundang salah satu mantan terorisme
namanya yaitu Natsir Abbas namun saat itu memberi kabar 30 menit
sebelum acara dimulai beliau berhalangan hadir. Sebenanya sangat
disayangkan karena sedikit mengurangi nilai informasi yang akan
disampaikan.
9. Apa yang mendasari adanya program Dialog TVRI ?
Yang menjadi dasar adanya dialog TVRI yaitu karena lebih kepada fungsi
dan tugas dari current affairs
10. Apa visi dan misi program dialog TVRI?
Memberikan tayangan atau tontonan yang lebih bernilai dan bermanfaat
untuk pemirsanya dimana di indonesia ini masyarakat sangat
membutuhkan informasi yang lengkap ditengah- tengah kesibukanya.
11. Sejak kapan program Dialog TVRI mulai tayang?
Kalau ditanya sejak kapan saya tidak tau pasti tapi yang jelas program ini
ada sejak current affair ada.
12. Seperti apa format acara Dialog TVRI?
Format acaranya yaitu dialog interaktif yang dikemas serius tapi santai
berdurasi satu ja, ada sekitar 4- 5 segmen yang didalamnya berbeda- beda
yaitu menit awal opening perkenalan narasumber, pemutaran voxpop jika
ada, wawancara narasumber kemudian interkasi penonton via televon
kesimpulan closing.
13. Apakah alasan perubahan jam tayang dialog TVRI yang semula pagi
hari menjadi siang bahkan malam hari?
Jam tayang dialog TVRI terkadang memang berubah tapi biasanya
perubahan itu lebih karean adanya acara-acara menddadak yang bersifat
kenegaraan seperti acara RI 1 atau RI 2.
14. Apakah ada segmentasi program Dialog TVRI, siapa sasaranya?
Sasaranya masyarakat kelas bawah menengah atas artinya gini kalo kalian
di kota sasaran atasnya biasanya kebijakan- kebijakan tertentu aja yg
melihat TVRI, tapi masyarakat menengah kebawahnya tidak karena
sukanya sinetron. Tapi klo kita masuk ke wilayah- wilayah indoneasia
timur yg nota benya media swasta itu mereka terima sering diajak nah
TVRI menjadi salah satu media yang salah satu sasaranya seperti itu yaitu
daerah batasan daerah terprencil makanya moto kita mempersatukan
persatuan itulah target sasaranya lebih kurangnya yaitu remaja dan dewasa
dan masyarakat pada umumnya.
15. Seperti apa konten berita yang ada pada program Dialog TVRI?
Untuk konten berita dialog TVRI biasanya mengangkat dari peristiwa
yang aktual, dan untuk melihat berita tersebut kami bekerjasama dengan
bagian news.
16. Bagaimanakah tahapan proses produksi dari pra hingga pasca
produksi program Dialog TVRI?
kalo berbicara prosesnya dari pra itu lebih pada persiapan, perencanaan
dan juga memenentukan tema , lalu saat produksi setelah direncanakan
dan persiapan beres tinggal mengapikasikan semua yang sudah
direncanakan menjadi sebuah tayangan dialog, sedangkan pasca
produksinya kalo dalam acara ini tidak ada karena acara dialog bersifat
live, tapi pasca produksinya yaitu saat penayanganya saja.
17. Bagian apa saja yang terlibat dalam proses produksi program Dialog
TVRI dari pra hingga pasca produksi?
Kalo bagian apa saja ya banyak seperti dari teknik aja ada cameramen,
soundmen dll, kemudian ada redaktur produser, PD, FD switcher dll.
18. Bagaimanakah aspek marketing dan rating pada program Dialog
TVRI?
Untuk aspek marketing kita lebih mensosialisasikan melalui iklan di TVRI
dan juga melalui media sosial yang ada. Untuk ratingnya dialog TVRI
cukup banyak peminatnya karena terlihat dari banyaknya penelfon yang
masuk dan program dialog TVRI juga masuk dalam TOP program TVRI.
19. Sedikit pandangan tentang anda, menurut anda apa yang dimaksud
terorisme dan seperti apa terorisme di Indonesia?
Teror kan berarti memberikan semacam tekanan-tekanan, ancaman-
ancaman artinya terorisme berarti merupakan tindakan-tindakan yang
memberikan ancaman-ancaman, terorisme itu sendiri sebabnya yang
dikaitkan dengan ancaman bom dimana, mungkin yang dimaksud seperti
itu sebenarnya terorisme sendiri itu tidak seperti itu dan ini mungkin Cuma
pandangan-pandangan yang sengaja oleh beberapa negara barat yang
untuk menekan beberapa negara, sekali untuk alasan ekonomi kalo
menurut saya, klo pandangan saya adalah masalah ekonomi mereka
dengan ancaman-ancaman terorisme.
Wawancara
Nama : Sapto Wibowo
Jabatan : Produser Pelaksana
Tanggal Wawancara : 6 Desember 2013
Tempat Wawancara : Halaman Masjid TVRI
1. Apakah tugas anda sebagai Produser pelaksana program Dialog
TVRI ?
Tugas sebagai dialog produser TVRI, ya sama kita kan kepanjangan
tangan dari produser ya kita klo masalah produksi, kita terkait banyak
masalah teknis kita dengan kawan-kawan teknis, masaslah programatis
juga kita merangsang produksi itukan dari awal untuk dialog itukan dari
ada Ping Pang sebelum ada komplotan acara dialog, nah setelah ada
program dialog ini kan secara harus ada RAB segala macam.
2. Dengan siapa saja anda berkordinasi saat menjalankan tugas ?
kemudian dengan siapa kita berkoordinasi; tentu saja dalam tugas dengan
orang-orang teknik karena ini kan pekerjaan bersama bukan pekerjaan
personal, jadi tentu siaran dengan orang-orang teknik koordinasi untuk
menentukan narasumber harus ada koordinasi selain dengan produser
kemudian dengan presenternya kemudian juga bagaimana kita
menentukan narasumber itu sendiri jadi koordinasi kita tentu dengan
atasan kita.
3. Darimana saja bahan berita program Dialog TVRI didapatkan ?
Dari mana saja bahan berita program piala TVRI banyak kejadian aktual, itulah
yang kita angkat jadi yang ada misalnya kejadian-kejadian mengandung konflik
outinteres itulah yang kita angkat menjadi tema-tema dalam dialog kita.
4. Faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan dan penghambat dalam
menjalankan program Dialog TVRI?
Tentu saja tampilan, tampilan dilayar bagaimanapun orang melihat
tampilan klo layarnya bagus mungkin ada grafis barang kali klo ada. Klo
kita liat di dialog saya menggunakan window segala macam. Ya itu
merupakan salah satu tiap-tiap kita untuk memberikan tampilan variatif
dilayar kaca.
5. Ada berapa segmen dalam program Dialog TVRI?
Fleksibel kadang-kadang ini tergantung, dari karena kita juga
koordinasinya dengan limpa vektoral dari teknis juga ada misalnya dari
perokok-perokok juga ada. Klo dari sini ketentuan biasanya dari
penyusunan acara biasanya kalau acara sekitar 50 sampai 55 menit. Itu
biasanya harus ada jeda 4 sampai 5. Tapi untuk dialog ini sendiri. Kan kita
karena kadang-kadang ada tema menarik kemudian banyak narasumber
menarik kemudian audience yang menonton juga bagus pertanyaan juga
banyak kadang-kadang kalo satu jam bisa dibuat 3 segmen kadang-kadang
4 segmen jadi fleksibel.
6. Bagaimanakah cara memilih pemirsa yang ingin berkomentar,
apakah ada kreteria khusus?
Ini kita tetap sistim nya kan delay penelpon masuk dulu kita terima kita
tanya dari mana, siapa . intinya sudah kita inikan tidak boleh
melencengkan dari tema tapi kita tidak bisa memilih siapa-siapa karena
mereka juga berebut untuk masuk juga, sudah inian mereka sendiri,
mereka bisa masuk juga mereka sudah bersyukur .
7. Berapa biaya produksi program Dialog TVRI ?
kalau patinya saya tidak tahu tapi kira- kira pasti cukuo besarlah sama
seperti biaya produksi lainya.
8. Apa yang dilakukan agar program Dialog TVRI dapat menarik dan
diminati pemirsa?
Tampilan-tampilan dilayar itu harus variatif kemudian tema khususnya
untuk hal-hal yang aktual, kemudian juga mengundang narasumber yang
kompeten dengan apa yang kita bahas tema itu, saya pikir klo narasumber
bagus paling tidak penonton juga akan tertarik dengan tema yang kita
tampilkan saat itu.
9. Pada edisi 23 januari 2013 program Dialog TVRI mengangkat tema
tentang Penanganan Terorisme di Indonesia dan anda sebagai
produser pelaksana, menurut pandangan anda apa yang dimaksud
dengan terorisme itu dan bagaimana terorisme di Indonesia?
Teror kan berarti memberikan semacam tekanan-tekanan, ancaman-
ancaman artinya terorisme berarti merupakan tindakan-tindakan yang
memberikan ancaman-ancaman, terorisme itu sendiri sebabnya yang
dikaitkan dengan ancaman bom dimana, mungkin yang dimaksud seperti
itu sebenarnya terorisme sendiri itu tidak seperti itu dan ini mungkin Cuma
pandangan-pandangan yang sengaja oleh beberapa negara barat yang
untuk menekan beberapa negara, sekali untuk alasan ekonomi kalo
menurut saya, klo pandangan saya adalah masalah ekonomi mereka
dengan ancaman-ancaman terorisme.
10. Bagaimana pandangan anda mengenai penanganan terorisme di
Indonesia?
Saya pikir penanganan di indonesia ada densus 88 meskipun banyak
orang pro kontra ada yang bilang itu settingan ada biaya amerika lah, dari
luar lah, tapi saya pikir penanganan bagaimanapun kalau ada tindakan-
tindakan yang membuat kestabilitas negara itu terganggu, ya pemerintah
khususnya pihak keamanan seperti polisi memang harus bertindak.
Wawancara
Nama : Supomo
Jabatan : Redaktur Program Dialog TVRI
Tanggal Wawancara : 18 Desember 2013
Tempat Wawancara : Ruang Current Affair
1. Apakah tugas anda sebagai Redaktur Program Dialog TVRI?
Berkoordinasi mempersiapkan studio maupun yang berhubungan dengan
dialog.
2. Dengan siapa saja anda berkordinasi saat menjalankan tugas ?
menjalankan tugas ini bekerja sama dengan temen-temen teknik dan
narasumber yang diundang.
3. Pada tahap apa saja seorang redaktur berperan dalam proses
produksi dari pra hingga pasca produksi ?
Redaktur mempersiapkan detail dari mempersiapkan narasumber sampai
selesai produksi acara.
4. Sebagai redaktur factor apa saja yang menjadi penghambat dalam
kelancaran proses produksi?
Yang menjadi penghambat adalah mengundang narasumber yang harusnya jadi,
setengah jam kemudian batal, itu yang sangat menyulit kan.
5. Sebagai redaktur factor apa saja yang menjadi pendukung dalam
kelancaran proses produksi?
Bekerjasama dengan para produser apa yang harus kita siapkan dan apa yang
harus kita jalankan.
6. Pada saat tayang, Program Dialog TVRI didalamnya ada sebuah vitti
atau foxpop Bagaimanakah proses pembuatan vitti atau voxpop
tersebut dan apa tujuanya?
Tidak semua dialog TVRI menggunakan vitti atau foxpop, jadi yang biasanya
bersifat aktual dan bersifat memberikan penerangan kepada masyarakat itu
baru disiapkan vitti atau foxpop. Tujuannya untuk memperjelas
masyarakat apa sih yang ditayangkan saat ini.
7. Pada saat tayang, Program Dialog TVRI didalamnya ada sebuah
prolog Bagaimanakah proses pembuatan prolog tersebut dan apa
tujuanya?
Prolog sama dengan foxpop, proses pembuatannya harus mencari
narasumber yang berpontensi dan visual-visual yang ditayangkan harus
sama. Untuk membantu pemirsa dalam memahami tema yang dibicarakan.
8. Pada edisi 23 januari 2013 program Dialog TVRI mengangkat tema
tentang Penanganan Terorisme di Indonesia dan anda sebagai
redakturnya, menurut pandangan anda apa yang dimaksud dengasn
terorisme itu dan bagaimana terorisme di Indonesia?
Terorisme dinilai dari sisi pandang pribadi, semua orang bisa disebut
terorisme. Kalau mereka menyimpang dari yang beda. Misalnya
menghasut, mengajak itu sifatnya sudah tanda-tanda terorisme. Terorisme
itu orang yang mengharapkan orang lain tersesat.Terorisme di indonesia
hanya buatan, untuk menutup kasus yang sudah ada.
9. Bagaimana pandangan anda mengenai penanganan terorisme di
Indonesia?
Terorisme itu diciptakan hanya sebagai pengalihan, dia bukan orang
muslim sejati, memang mereka paham tentang al-quran, tentang hadist,
tapi sebenarnya mereka bukan muslim. Mereka hanya ingin menguasai
dan tidak mengerti makna yang sebenarnya.
Wawancara
Nama : Ansy Lema
Jabatan : Presenter
Tanggal Wawancara : 5 Desember 2013
Tempat Wawancara : Lobby Gedung Perpustakaan TVRI
1. Sudah berapa lama anda menjadi Presenter program Dialog TVRI ?
Sekitar tujuh tahun kurang lebihnya.
2. Apa yang menjadi alasan anda sehingga anda bersedia untuk menjadi
presenter pada program Dialog TVRI?
Saya beroperasi seorang guru atau dosen disebuah kampus, saya merasa
selain menulis melalui media cetak dan lain-lain. Saya memberikan
semangat pendidikan, terutama pendidikan politik itu dengan
menggunakan media televisi, sehingga kemudia suatu ketika ada
kesempatan saya mendaftar, melamar kemudian diseleksi menjadi host
dialog TVRI, karena saya dengan TVRI saya bisa terlibat dalam proses
diskursus publik, kalau ada diskursus publik masyarakat dapat pencerahan
ada edukasi politik dan juga bagi para pengambil kebijakan mereka itu
bisa dapat masukan dari masyarakat, bahwa inilah yang menjadi
pertimbangan atau anspirasi masyarakyat.
3. Persiapan apa saja yang anda lakukan sebelum anda memandu
program Dialog TVRI?
Riset dalam pengertian riset kecil misalkan tergantung tema, setelah
diberikakan tema, mencari riset mandiri terutama mencari bahan-bahan,
sumber-sumbernya dari mana. Kalau riset dirasa belum cukup, perlu
menelpon beberapa orang untuk diajak diskusi, berbincang, mungkin bisa
tambahan masukan untuk kita, sehingga kemudian ketika memandu dialog
ini kita punya pengetahuan dasar tentang tema yang dibahas, persiapan
terutama adalah baca, baca, dan baca.
4. Darimana anda mendapat pertanyaan untuk narasumber?
Belajar sendiri, baground saya seorang aktivis tahun 90 an tepatnya 1998 ,
besar dikelompok studi jadi berdiskusi itu sudah hal yang biasa, kemudian
bekerja di dunia kampus sebagai dosen membaca dan berdiskusi itu hal
yang biasa sehari-hari saya lakukan itu jadi dengan talk show ini jadi
pekerjaan saya sehari hari dan tidak menjadi suatu hal yang susah.
Artinya bekerja di televisi , dosen , dan baground saya sebagai aktivis dulu
itu ada hubungan, karena saya bergerak intelektual akademis.
5. Apakah menurut anda durasi program Dialog TVRI yang berdurasi 1
jam ini sudah cocok, lalu apa saran anda?
Sarannya menurut saya kalau durasi itu satu jam sih ngga oke pada prinsip
nya untuk dialog 2 sampai 3 narasumber, tapi kalo mau variasi lagi ada
hiburannya misalnya musiknya kita bisa buat satu setengah jam, tapi
tergantung untuk menggali materi itu satu jam saja sudah cukup. Fungsi
edukasi memberikan pendidikan, fungsi memberi informasi, fungsi
entertain jadi sustansi tersampaikan tapi orang terhibur, ini merupakan PR
besar bagi para pengelola acara-acara ini.
6. Apakah menurut anda jam tayang program Dialog TVRI saat ini
sudah cocok, dan bagaimana saran anda?
Untuk jam tayang sudah cukup, Saran saya harusnya dialog TVRI ini,
kalau mengangkat tema-tema yang aktual mungkin di prime time sehingga
banyak yang menonton. Kalau bisa lebih malam agar orang bisa sudah
sampai rumah dan bisa menonton karena masalah – masalah itu
merupakan aktual. Usul saya lagi tambahan untuk penyempurnaan
program-program. Yang pertama narasumber 24 karat maksudnya
narasumber yang kompeten dibidangnya, dia mengetahui detail misalnya
masalah politik. Ada banyak ahli politik kita bisa bicara politik parlemen,
politik partai politik, politik media, politik buruh itu beda – beda artinya
ekonomi pedagangan, ekonomi ekspor impor, ekonomi moneter, ekonomi
UMKM itu beda lagi, kita bisa mengundang narasumber yang baik.
7. Menurut anda sudah cocok kah format program Dialog TVRI dengan
segmentasi yang diinginkan?
Memang kalo pemirsa TVRI itu segmentasinya sangat beragam acara-
acara TVRI itu mulai dari anak-anak sampai orang dewasa ada, tapi kalau
dari program ini saya kira memang segmentasinya rada terbatas,karena
tema yang dibahas cukup serius. Artinya yang disasar adalah orang-orang
yang punya otoritas mengambil kebijakan disisianmeter. Yang kedua para
penyelenggara negara disisianmeter, yang ketiga mungkin pihak-pihak
terkait seperti LSM, pekalangan pers, atau mungkin dunia akademisi, dan
lain-lain. Atau mungkin juga mereka yang terkena langsung dari tema
yang dibahas, kira- kira seperti itu.
8. Dalam acara ini ada bentuk live (siaran langsung) dan siaran tunda,
menurut anda mana yang lebih cocok dan apa alasannya?
Kalau mau lebih bagus live, karena live itu kan dari sisi aktualitasnya terjamah,
terjaga, yang kedua live itu bisa membuka interaksi dengan pemirsa kita bisa
langsung mendengar apa yang terjadi masukan dari pemirsa. Jadi dari kedua sisi
itu aja.
9. Ketika audience atau pemirsa mengajukan pertanyaan yang tidak
sesuai dengan tema/terlalu banyak bicara, apa yang anda lakukan
sebagai presenter?
Harus dipotong, durasinya terbatas, tapi memang harus tidak mudah sebagai
presenter untuk menyela pembicaraan orang karena itu harus mempunyai
keahlian tertentu punya tehnik smooth ,sehingga orang tidak tersinggung dan
tidak terkesan tidak bagus dilayar, harus masuk selanya itu harus enak dan itu
soal yang terbaru.
10. Bagaimana menurut anda kinerja para crew dalam program ini?
Sejauh ini standar tinggal nanti mungkin pembenahan lagi , kalau bisa
mungkin akan ada diskusi atau memilih tema dan juga memilih
narasumber, sehingga kemudian kita tahu kenapa kita memilih tema ini,
dan narasumber apa yang kita pilih, siapa yang kita pilih dan dan kira –
kira arahnya dimana.
11. Apakah ada factor pendukung dan penghambat selama anda menjadi
presenter?
Sejauh ini standar tinggal nanti mungkin pembenahan lagi , kalau bisa mungkin
akan ada diskusi atau memilih tema dan juga memilih narasumber, sehingga
kemudian kita tahu kenapa kita memilih tema ini, dan narasumber apa yang kita
pilih, siapa yang kita pilih dan dan kira – kira arahnya dimana.
12. Menurut anda apa yang harus dilakukan agar program program
Dialog TVRI semakin menarik dan diminati banyak penonton?
Program TVRI ini perlu menampilkan narasumber yang bersustansi, ini
bukan hanya talk tapi juga show. Jadi narasumber juga harus bisa show,
jadi sustansinya oke tapi juga ada sisi-sisi hiburannya. Yang kedua adalah
jam tayang, jam tayang ini penting sesuai dengan segmentasi, yang ketiga
adalah tema yang benar-benar aktual. Tapi yang utama TVRI sebagai
televisi publik tetap harus berpegang kepada upaya pencerdasan
masyarakat dan edukasi. Tidak boleh karena kepentingan rating, tidak
boleh karena kepentingan sensasi, kemudian mengorbankan idealisme
TVRI.
13. Bagaimana kesan anda selama menjadi presenter pada program
Dialog TVRI?
Saya suka, artinya TVRI memberikan banyak ruang cukup besar untuk
bisa belajar, untuk aktualisasikan diri saya, TVRI banyak memberikan
kesempatan kepada saya untuk mengembangkan diri, misalnya dengan
belajar, dengan membaca, mempersiapkan diri untuk memandu suatu
dialog, kemudian memberikan kesempatan kepada saya untuk berkenalan
dengan narasumber.
14. Pada edisi 23 januari 2013 program Dialog TVRI mengangkat tema
tentang Penanganan Terorisme di Indonesia dan anda sebagai
presenternya, menurut pandangan anda apa yang dimaksud dengasn
terorisme itu dan bagaimana terorisme di Indonesia?
Yang dimaksud dengan terorisme adalah sebuah aksi kekerasan yang
dilakukan oleh sekelompok orang atau masyarakat atau individu yang
tujuan nya menimbulkan ketakutan atau menimbulkan traumatik tapi
dibalik aksi teroris itu ada motif politik. Terorisme adalah aksi kekerasan,
motif politik, upaya menimpulkan perasaan sikap traumatik. Terorisme di
indonesia seperti yang kita lihat, ada jaringan yang macam-macam,
walaupun tidak ada satu agama pun yang menganjurkan kekerasan, tetapi
terorisme di indonesia itu kerap kali dan dibanyak tempat membawa-bawa
agama, walaupun sebenarnya tidak ada agama , kalau dia beragama
dengan benar & beriman tentu yang mereka lakukan adalah mereka
propagandakan atau mereka promosikan adalah kasih, persaudaraan,
perdamaian kemanusiaan yang sifatnya melintas batas, sementara teroris
menebar ancaman, permusuhan, ketakutan, kekerasan, perpecahan.
Harus dimulai dari mainseat, orang bisa berlaku anarkis karena dia
mempunyai pola pikir tertentu, bahkan dia berfikir kalau berbuat
kekerasan akan masuk surga. Jadi menurut saya adalah mainseat, karena
banyak kasus otaknya dicuci sehingga mereka terpengaruh dengan buaian-
buaian , yang kedua banyak yang dekat dengan kemiskinan struktural, ada
yang mengatakan teroris merupakan protes terhadap ketidakadilan sosial
maupun global.
15. Bagaimana pandangan anda mengenai penanganan terorisme di
Indonesia?
Penanganan itu ada dua pendekatan, yang pertama adalah prospority
aprous pendekatan kesejahteraan, yang kedua security aprous kalau
memang teroris sudah membahayakan harus disikat kenapa enggak,
karena negara tidak boleh kalah dengan teroris.
Wawancara
Nama : Erwin Aryanantha
Jabatan : Direktur Pengembangan dan Usaha
Tanggal Wawancara : 21 Januari 2014
1. Menurut pandangan Bapak seperti apa kualitas Program di TVRI
dari sejak penayangan hingga saat ini?
Baik buruknya kualitas program di TVRI tidak bisa ditentukan sepihak
secara internal. keinginan yang begitu kuat untuk membuat program yang
dianggap berkualitas dan menghibur dihadapkan pada beberapa dilematika
pertimbangan anggaran dan pertimbangan kelayakan penayangan
mengingat TVRI sbg LPP, Lembaga Penyiaran Publik, tidak bisa
sepenuhnya mengikuti keinginan pasar. TVRI sesuai dengan tupoksinya
(Tugas Pokok dan Fungsinya) salah satu tugasnya adalah mengawal
peradaban bangsa dan merajut kesetaraan ditengah kemajemukan yang
juga dituntut memberikan program mencerdaskan bangsa dengan
program2 sosialisasi Pemerintah. dengan demikian dapat dibayangkan
program sosialisasi seperti itu menjadi tak layak jual yang dengan
sendirinya program seperti itu harus dibiayai denhan dana internal yang
sangat terbatas. Konsekwensi logis dr keterbatasan anggaran
mengakibatkan buruknya hasil produksi yang pasti memberikan efek
domino terhadap audience share. Perlahan tapi pasti bahwa audience share
sedikit demi sedikit berpindah pada TV Swasta yang mampu mengemas
hampir seluruh programnya dengan format kekinian dan mengikuti
keinginan pasar. Saat TVRI sedang sendiri masyarakat tidak memiliki
pilihan jadi kesimpulan akhir yang dapat ditarik adalah bahwa memang
TVRI tidak mampu mengikuti perkembangan jaman dan pergeseran nilai
sosial masyarakat hari ini.
2. Apa saja tugas dan tanggung jawab divisi Pengembangan dan Usaha?
Tugas utamanya men-generata revenue dalam meningkatkan kesejahteraan
karyawan. Tidak seluruh kegiatan mulai dari biaya pemeliharaan gedung,
pemeliharaan peralatan hingga kesejahteraan karyawan ditanggung oleh
APBN. Dengan demikian PU mengedepankan pendapatan sebagai
perimbangan APBN. Begitu banyak keperluan capex (capital expenditure)
dan opex (operating expences) yang dibebankan masuk dalam penerimaan
Non APBN dengan demikian PU harus mampu menciptakan peluang
kerjasama dengan pihak ketiga. Penerimaan Non APBN terdiri dari dua
revenue stream yang berbeda. Penerimaan pertama didapat dari captive
market TVRI seperti kementrian dan Lembaga Negara lainnya namun
pendapatan dari captive market tidak bisa diharapkan terlalu banyak
karena masing2 kementrian dan lembaga negara juga memiliki
keterbatasan anggaran. Namun justru potensi terbesar datang dari pihak
ketiga. Secara empirik pendapatan Non APBN mengalami kenaikan setiap
tahunnya terutama lonjakan pendapatan terjadi pada tahun 2012 dan 2013.
3. TVRI saat ini yang saya ketahui telah mengalami perkembangan
dalam kualitas program, baik format maupun kontenya. Hal apa saja
yang dilakukan oleh divisi Pengembangan dan Usaha dalam proses
perkembangan yang terjadi saat ini?
Seperti pada butir 1 dan 2 diatas bahwa PU yang membuka peluang
kerjasama dengan pihak ketiga. PU melakukan road show keseluruh
agency dan PH untuk mendengar apa keinginan produsen agar content
program dapat disesuaikan dengan keinginan pasar dan produsen. Dengan
dasar itu PU melakukan diskusi secara mendalam denhan production
centre agar mampu membuat mampu membuat program dengan content
yang diinginkan masyarakat. Namun dengan keterbatasan dana dan dengan
dukungan peralatan yang sudah sangat obsolete TVRI tidak cukup
memiliki kekuatan yang memadai untuk memproduksi program dengan
format kekinian agar mampu bersaing dengan pihak swasta. Hal yang
sangat menyulitkan ruang gerak TVRI dibatasi oleh UU 32 atas. UU
penyiaran memang berlaku umum terhadap TV swasta sekalipun namun
taring KPI terkesan tumpul saat menghadapi TV Swasta yang dianggap
melanggar UU penyiaran, seperti menayangkan infotainment yang jelas2
tidak memiliki unsur edukasi namun sampai saat ini program dimaksud
masih terus menerus menghiasi layar kaca. Sementara program seperti ini
memiliki rating yang tinggi. Dapat dibayangkan bila TVRI menanyangkan
hal serupa, TVRI wajib bersikap independen, netral dan imparsial.
4. Apa perbedaan TVRI sebagai Televisi Publik dengan Televisi Swasta
yang banyak bermunculan saat ini dalam proses produksinya?
Faktor yang jelas sangat berbeda adalah dari formasi SDM. Bayangkan
TVRI yang menganut azas primordialisme dan fedalisme yang terbungkas
dalam pakaian birokrasi harus bersaing dengan orang2 muda dinamis yang
sedang bertumbuh kembang. Design produksi terkait erat dengan
creativitas yang kita ketahui bersama bahwa untuk dunia kreatif sky is the
limit. Lalu bagaimana dengan SDM tvri khusunya dalam bidang produksi
mampu bersaing bila jabatan bukan disesuaikan dengan kompetensi
melainkan berdasarkan azas senioritas. Ini yang dimaksud dengan azas
feodalisme dengan pakaian birokrasi. Dalam birokrasi komunikasi yang
dibangun bukan dua arah melainkan azas top down communication. Dapat
dibayangkan bagaimana jadinya bila seseorang yang duduk sebagai
birokrat harus bersaing dengan para pendatang muda yang dinamis
dimsektor swasta.
5. Bagaimana dengan posisi Rating TVRI apakah ada peningkatan?
Saat Direksi terpilih dibulan April 2012 rating yang dikeluarkan oleh AGB
Nielsen Media Research rating TVRI 0,6 dan saat Direksi mengundurkan
diri pada bulan oktober 2013 rating yang dicapai menjadi 1,6. Silahkan
jadikan sebagai data empiris untuk bulan2 kedepan yang dikhawatirkan
akan turun kembali.
6. Menurut anda hal apa yang harus dilakukan oleh TVRI untuk
menjaga eksistensinya atau menarik minat penontonya agar tetap
setia kepada TVRI?
MDari hasil kajian akademik dapat disimpulkan bahwa kesalahan adalah
karena bentuk kelembagaan TVRI yang membuat SDM dapat melindungi
inkomotensinya dari bentuk kelembagaan itu sendiri. Seorang karyawan
yang tidak masuk kerja sampai hitungan bulanpun tetap mendapat gaji
penuh tanpa dapat diberikan sanksi apapun mengingat PNS tidak serta
mertamdapat diberhentikan atau diberikan sanksi. Untuk itu bila memang
ada keinginan yang kuatuntuk memperbaiki TVRI bukan dengan secara
sederhana bongkar pasang level direksi dan atau dewan pengawas atau
sturktural dibawahnya namun bentuk kelembagaannya yang harus diubah
agar tidak akan terjadi lagi seseorang menyembunyikan inkompetensinya
dengan selalu melakukan perlawanan atau pemberontakan pada kebijakan
top management karena keyakinan dirinya yang kebal akan sanksi. Industri
TV adalah masuk pada kategori industri extravaganca yang tidak bisa
disandingkan dengancara2 birokrasi. Dengan kata lain tidak mungkin
industri pertelevisian dapat berkembang bila masuk dalam wilayah politik.
TVRI sbg lembaga negara juga terbawa arys masuk dalam ranah politik
yang seringkali masalah yang tidak terlalu mengemuka dapat dipolitisir.
7. Akhir-akhir ini terjadi permasalahan penayangan konvensi partai
Demokrat, bagaimana bapak menjelaskanya?
Terlalu naif kalau ini harus dijawab secara harafiah karena semua pihak
sulit menerima akal sehat industri televisi harus dipolitisir. Akhirnya selalu
terjawab dengan siapa yang paling kuat. Ini salah satu sebab mengapa
TVRI merupakan sunset business. Sampai sekarang TVRI tetap bisa hidup
bukan karena kepiawaiannya dalam bersaing secara sehat dalam
industrinya namun hanya karena dukungan APBN. Apa yang terjadi
kemudian adalah TVRI dalam banyak kesempatan harus mengukuti
keinginan penyandang dana.
Logo Program Dialog TVRI GambarSuasana Studio 6 Saat Pra Produksi
Suasana Saat Berlangsungnya Dialog TVRI Bersama Gambar saat Penayangan Program Dialog
Kedua Narasumber. Pada Tema Penanganan Terorisme
Suasana di ruang control saat berlangsungnya PembawaAcaraBapakAnsyLemasaatmembuka
Program Dialog pada 23 Januari 2013 Program Dialog pada 23 Januari 2013
Narasumber I ibu Susningtyas Komisi I DPR RI Narasumber II Bapak Wawan H Purwanto
Pengamat Intelejen
Saat membuka telepon interaktif untuk Pemirsa foto saat wawancara bersama pak Suryo
foto saat wawancara bersama pak Sapto foto penulis bersama presenter dialog TVRI