ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang...

61
ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang...

Page 1: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR

KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi
Page 3: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Produksi

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur,

Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2013

Muhammad Firdaus Lubis

NIM A24080144

Page 4: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi
Page 5: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

ABSTRAK

MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS. Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan,

Provinsi Riau. Dibimbing ISKANDAR LUBIS.

Kegiatan magang dilakukan di PT. Inti Indosawit Subur, Kebun Buatan,

Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau dari tanggal 13 Februari sampai dengan

13 Mei 2012. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan secara khusus

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit. Data yang

dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Kebun Buatan secara umum

sudah menerapkan teknik budidaya kelapa sawit sesuai dengan SOP (Standard

Operating Procedures) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan

persamaan regresi linear berganda, produksi TBS (Tandan Buah Segar)

dipengaruhi oleh jumlah hari kerja efektif tenaga kerja panen dan jumlah output

pemanen. Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah

98.3%. Permasalahan utama adalah menurunnya produktivitas tanaman pada

tanaman yang berumur lebih dari 22 tahun karena umur tanaman tersebut sudah

diatas umur produktivitas maksimal rata-rata kelapa sawit.

Kata Kunci : Kelapa sawit, Produksi TBS (Tandan Buah Segar), Faktor produksi

ABSTRACT

MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS. Production Analysis of Oil Palm (Elaeis

guineensis Jacq.) in PT.Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau. Supervised by

ISKANDAR LUBIS.

The internship program has been conducted at PT. Inti Indosawit Subur,

Buatan Estate, Pelalawan, Riau from February 13 to May 13 2012. The purpose of

this internship program is to learn oil palm cultivation and specifically analyzes

the factors that influence the production of palm oil. The data to be collected

consist of primary and secondary data. Buatan estate generally have applied the

technique of oil palm cultivation in accordance with standard operating

procedures that have been established by the company. Based on double linear

regression analysis, FFB (Fresh Fruit Bunch) production is influenced by the

number of harvesting working days and the amount of harvester output. The

coefficient of determination (R2) generated that variables of FFB production as

dependent variable can be describe by the independent variables (harvesting

working days, amount of harvester output and rainfall) for 98.3%. The main

problem is the decrease in crop productivity for plants older than 22 years as the

age of the plant is already above the maximum age of the average productivity of

oil palm.

Key Word: Oil palm, FFB Production, Determinant production factor

Page 6: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR

KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 7: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

Judul Skripsi : Analisis Produksi Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi

Riau

Nama : Muhammad Firdaus Lubis

NIM : A24080144

Disetujui oleh

Dr Ir Iskandar Lubis, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi
Page 9: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

mencurahkan rahmat dan serta hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik dan lancar. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai syarat

untuk kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil dari kerja dan analisis

selama kegiatan magang yang telah dilaksanakan penulis selama tiga bulan di

perkebunan kelapa sawit tepatnya di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur,

Pelalawan, Riau.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua dan seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan yang diberikan

kepada penulis, Bapak Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS selaku pembimbing skripsi

yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahannya selama pelaksanaan

magang dan penyusunan skripsi. Ibu Ani Kurniawati selaku pembimbing

akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan studi. Bapak

Herman Sembiring selaku Estate Manager, Bapak Victory Brahmana selaku

Manager Asian Agri Learning Institute dan keluarga besar PT Inti Indosawit

Subur, Pelalawan, Riau, terutama Bang Rifky selaku Asisten Afdeling V dan

Bapak Morrys selaku Asisten Kepala yang telah memberi bimbingan dan

masukan kepada penulis. Teman-teman magang seperjuangan dan mahasiswa

AGH angkatan 45 beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penyusunan laporan ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang

dapat membangun ke arah yang lebih baik

Bogor, Februari 2013

Muhammad Firdaus Lubis

Page 10: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi
Page 11: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Kelapa Sawit 2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3

Kebutuhan Air Tanaman 3

Produktivitas Kelapa Sawit 4

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit 4

Persamaan Regresi Linear Berganda 5

METODE MAGANG 6

Tempat dan Waktu 6

Metode Pelaksanaan 6

Pengamatan dan Pengumpulan Data 6

Analisis Data dan Informasi 6

KEADAAN UMUM 7

Letak Wilayah Administratif 7

Keadaan Iklim dan Tanah 8

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 8

Keadaan Tanaman dan Produksi 9

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 10

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 11

Aspek Teknis 11

Aspek Manajerial 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Metode Pewarnaan Blok 26

Pengaruh populasi per hektar terhadap produksi, bobot janjang rata-rata dan

produktivitas 27

Page 12: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

Pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas 29

Analisis Produksi Menggunakan Persamaan Regresi Berganda 30

SIMPULAN DAN SARAN 35

Simpulan 35

Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 38

RIWAYAT HIDUP 47

Page 13: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

DAFTAR TABEL

1. Parameter iklim untuk kesesuaian tanaman kelapa sawit 3

2. Pengaruh curah hujan terhadap potensi produksi TBS 4

3. Pengaruh umur tanaman terhadap berat janjang rata-rata (BJR) 5

4. Populasi berdasarkan tahun tanam 9

5. Produktivitas dan bobot janjang rata-rata TBS di Kebun Buatan 9

6. Jumlah karyawan di PT Inti Indosawit Subur tahun 2012 10

7. Jumlah Pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman 12

8. Perbandingan luas areal seksi 15

9. Jenis kesalahan dan denda pada pelaksanaan potong buah . 16

10. Pengaruh jumlah populasi per hektar terhadap tiga komponen produksi 28

11. Pengaruh Tahun Tanam (Umur) Terhadap Produktivitas . 29

12. Perbandingan Produktivitas Kebun Buatan 30

13. Pendugaan faktor yang mempengaruhi produksi TBS 32

14. Output pemanen per bulan tahun 2011 35

DAFTAR GAMBAR

1. Kegiatan pada saat pemupukan (a) muat pupuk dan (b) aplikasi . 20

2. Contoh gulma dominan di areal Kebun Buatan 21

3. Contoh metode pewarnaan blok . 27

4. Grafik persamaan regresi 31

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas di

Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur 38

2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di

Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur 39

3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di

Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur 40

4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Inti Indosawit Subur 42

5. Peta Sebaran Kelas Lahan PT Inti Indosawit Subur 43

6. Peta Tahun Tanam Kebun Buatan . 44

7. Peta PT Inti Indosawit Subur Kebun Buatan 45

8. Struktur organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur . 46

Page 14: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi
Page 15: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

PENDAHULUAN

Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak tertinggi per hektar, dan

menghasilkan hampir delapan kali dari produk saingannya yaitu kacang kedelai.

Produksi minyak kelapa sawit memerlukan pendekatan secara langsung. Untuk

dapat memproduksinya secara ekonomis dibutuhkan kemampuan yang tinggi,

manajemen yang rapi dan tenaga kerja yang disiplin dan terlatih. Aktivitas

tersebut selain menguntungkan bagi ekonomi daerah, juga menyediakan lapangan

kerja bagi ribuan keluarga yang masih bergantung pada hasil pertanian.

Luas areal perkebunan sawit di Indonesia terus bertumbuh dengan pesat,

demikian pula produksi dan ekspor minyak sawitnya. Menurut Gabungan Asosiasi

Pengusaha Kelapa Sawit, luas areal tanaman kelapa sawit meningkat dari 290 000

ha pada tahun 1980 menjadi 5 900 000 hektar pada tahun 2006 atau meningkat 20

kali lipat. Dalam kurun waktu yang sama produksi CPO (minyak kelapa sawit

mentah) dan CPKO (minyak inti sawit mentah), meningkat 17 kali lipat dari 850

000 ton menjadi 14 400 000 ton. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian

(2011) produksi CPO Indonesia sampai tahun 2010 adalah sebesar 19 760 011 ton

yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 15 120

644 ton. Luas lahan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2010 sebesar 8 430 206 ha

yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 sebesar 6 775 196 ha.

Produksi CPO yang tinggi dan bermutu dapat diperoleh apabila jumlah

produksi tandan buah segar kelapa sawit tinggi. Berbagai manajemen industri dan

pemeliharaan sebaiknya telah dimulai sejak awal, menurut Yahya (1990) untuk

mencapai produksi maksimal maka usaha pembudidayaan tanaman dimulai sejak

persiapan lahan sampai dengan panen dan hasil siap dipasarkan. Penerapan

teknologi budidaya yang baik (good agricultural practices), termasuk didalamnya

aspek pemeliharaan memegang peranan penting dalam pencapaian peningkatan

produktivitas tersebut.

Latar Belakang

Produktivitas tanaman yang tinggi pada kelapa sawit memerlukan

pemeliharaan yang intensif. Pemeliharaan pada perkebunan sawit meliputi

pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan, penjarangan, dan pengendalian

hama dan penyakit. Pemupukan sendiri merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi produktivitas kelapa sawit.

Upaya menjamin kestabilan produksi kelapa sawit harus diikuti peningkatan

pemeliharaan di lapang. Menurut Pardosi (1994), pemeliharaan tanaman kelapa

sawit adalah suatu usaha untuk rneningkatkan dan menjaga kesuburan tanah serta

kelestarian lingkungan tumbuh tanarnan guna rnendapatkan tanarnan yang sehat

dan rnampu berproduksi sesuai dengan yang diharapkan. Pemeliharaan tanarnan

sesuai dengan standar merupakan persyaratan mutlak untuk menjamin tanaman

tumbuh dengan baik dan berproduksi optimal dan pemeliharaan tanarnan ini harus

dilakukan sepanjang hidup tanaman.

Menurut Lubis (1992), pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM)

merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan proses produksi untuk

Page 16: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

2

mendapatkan produksi kelapa sawit tetap maksimal dan cukup banyak

memerlukan tenaga dan biaya. Selain itu perusahaan juga harus tetap melakukan

perbaikan dan peningkatan serta pengembangan secara terus menerus agar

perusahaan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Salah satu cara adalah

dengan melakukan evaluasi terhadap sistem budidaya yang berpengaruh langsung

terhadap hasil produksi, selanjutnya dilakukan upaya perbaikan dari sistem

budidaya tersebut yang dapat meningkatkan produksi..

Tujuan

Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya,

memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengolahan kebun kelapa

sawit baik secara teknis maupun manajerial. Tujuan khusus dari kegiatan magang

ini adalah untuk mempelajari dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi kelapa sawit..

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari dua kata yaitu Elaeis

berasal dari bahaya Yunani Elation yang berarti minyak, Guineensis berasal dari

bahasa Guinea (pantai barat Afrika) sedangkan Jacq. berasal dari nama seorang

Botanis asal Amerika, Jacquin. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk ke

dalam famili Arecaceae, yang dulu disebut Palmae. Tanaman ini pertama kali

diintroduksi di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848 di

Kebun Raya Bogor (Pahan, 2006). Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut

Lubis (1992) adalah

Kingdom : Plantae

Divisio : Tracheophyta

Sub Divisio : Pteropsida

Kelas : Angiospermae

Sub Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Cocoideae

Famili : Aracaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guneensis Jacq.

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil dengan sistem perakaran yang

terdiri atas akar primer dengan diameter 8 – 10 mm yang keluar dari bagian

bawah batang, menyebar secara horisontal dan menghujam ke dalam tanah. Akar

sekunder dengan diameter 2 – 4 mm yang tumbuh dari akar primer secara

mendatar ataupun ke bawah. Akar tersier dengan diameter 0,7 – 1,2 mm dan akar

kuartener dengan diameter 0,1 – 0,3 mm dan panjang 1 – 4 mm. Akar tersier

merupakan akar yang aktif menyerap unsur hara. Pertumbuhannya tergantung

jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat (Fauzi et. al., 2008).

Page 17: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

3

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropika basah disekitar 12° LU dan

12° LS, pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut (m dpl). Jumlah curah

hujan yang baik adalah 2 000 - 2 500 mm/tahun dengan distribusi yang merata

sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan (bulan kering kurang

dari tiga bulan) dengan kelembaban yang berkisar antara 50-90% dan optimal

pada kadar 80%, tidak memiliki defisit air, dan hujan agak merata sepanjang

tahun. Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24 - 28°C

untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada

suhu terendah 18°C dan tertinggi 32°C akan tetapi suhu rendah dapat

meningkatkan aborsi tandan bunga sebelum anthesis dan memperlambat

pemasakan tandan buah, sedangkan suhu tinggi berpengaruh sebaliknya (Fauzy,

2008). Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 - 6.0 namun yang terbaik adalah

pada pH 5.0 - 5.6, tanah yang mempunyai pH rendah dapat ditingkatkan dengan

pengapuran namun akan membutuhkan biaya yang tinggi.

Tanah dengan pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut

terutama tanah gambut (Lubis, 1992). Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat

berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik

pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan

mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah

ringan dengan kandungan pasir 20 -60 %, debu 10-40%, dan liat 20-50%. Tanah

yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang

dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan

0 - 15° (Fauzi et. al., 2008). Secara umum, kelapa sawit dapat tumbuh dan

berproduksi dengan baik pada tanah tanah ultisol, entisol, inceptisol, dan histosol.

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik jika tanah tersebut memiliki drainase

yang baik dan pH berkisar antara 5-6 (Sastrosayono, 2008). Parameter iklim untuk

kesesuaian tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel1.

Tabel 1. Parameter iklim untuk kesesuaian tanaman kelapa sawit

Parameter Iklim Kelas 1 (Baik) Kelas 2

(Sedang)

Kelas 3

(Kurang Baik)

Kelas 4

(Tidak Baik)

Curah Hujan (mm) 2 000 – 2 500 1 800 – 2 000 1 800 - 1 500 < 1 500

Defisit air (mm/thn) 0 – 150 150 – 250 250 – 500 > 400

Hari tanpa hujan < 10 < 10 < 10 < 10

Temperatur (°C) 22 – 23 22 – 23 22 – 23 22 – 23

Penyinaran (jam) 6 6 < 6 < 6

Kelembaban (%) 80 80 < 80 < 80

Sumber : Sunarko (2007)

Kebutuhan Air Tanaman

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006) menjelaskan bahwa terdapat beberapa

pengaruh musim kering dan defisit air (water deficit) terhadap produksi kelapa

sawit. Water deficit merupakan kondisi suplai air yang tersedia tidak mampu

memenuhi kebutuhan air untuk tanaman. Pengaruh water deficit terhadap

produksi akan dijelaskan sebagai berikut dan dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 18: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

4

a. Pengaruh terhadap produksi semester II

1. Water deficit mencapai batas stadia I (water deficit 200 – 300 mm), hal ini

belum berpengaruh terhadap produksi.

2. Water deficit mencapai batas stadia II (water deficit 300 – 400 mm), maka

kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 10 – 20 persen.

3. Water deficit mencapai batas stadia III (water deficit 400 – 500 mm), maka

kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 20 – 40 persen.

4. Water deficit mencapai stadia IV (water deficit 500 mm), maka

kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 40 – 60 persen.

Akibat kekeringan, buah menjadi lebih cepat matang tetapi akan berakibat

turunnya rendemen minyak dan jumlah buah parthenocarpi meningkat.

b. Pengaruh terhadap produksi tahun II dan III

1. Water deficit mencapai batas stadia I, maka pengaruhnya terhadap

produksi tahun II tidak ada.

2. Jika seluruhnya terkena stadia II, maka kemungkinan kehilangan produksi

tahun II mencapai 0 – 10 persen. Jika seluruhnya terkena stadia III, maka

kemungkinan kehilangan produksi semester I tahun II mencapai 10 – 20

persen karena mengganggu sex differentiation.

Tabel 2. Pengaruh curah hujan terhadap potensi produksi TBS

Curah Hujan Setahun (mm) Potensi Produksi (%)

2 500 mm atau lebih 100

2 500 – 2 000 mm 80

1 500 mm atau kurang 60 – 70 Sumber : Sunarko (2007)

Produktivitas Kelapa Sawit

Produktivitas tertinggi terdapat pada tanaman berumur 7 – 15 tahun

kemudian produktivitasnya mengalami penurunan. Tingkat produktivitas tanaman

kelapa sawit Indonesia bervariasi menurut jenis pemilikan. Menurut Departemen

Pertanian, pada umumnya tingkat produktivitas perkebunan rakyat paling rendah

dibandingkan perkebunan negara dan perkebunan swasta. Diperkirakan,

produktivitas perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2.5 ton CPO per ha dan

0.33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha. Ini disebabkan kurangnya perawatan

perkebunan tersebut. Sementara itu, perkebunan negara memiliki produktivitas

tertinggi, yakni rata-rata menghasilkan 4.82 ton CPO per hektar dan 0.91 ton PKO

per hektar. Sedangkan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3.48 ton CPO

per hektar dan 0.57 ton PKO per hektar.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit

Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh

komposisi umur tanaman. Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas

maksimal tanaman dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun. Menurut

Pahan (2008) produksi optimal dapat dicapai saat rata-rata umur tanaman 15 tahun.

Acuan penentuan batasan umur 15 tahun didasarkan pada umur 15 tahun akan

Page 19: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

5

tercapai produksi puncak. Perbandingan umur tanaman dengan bobot janjang rata-

rata dapat dilihat Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh umur tanaman terhadap berat janjang rata-rata (BJR)

Umur Tanaman (Tahun) Berat Janjang Rata-rata (kg)

3 3 – 4

4 4 – 5

5 6 – 7

6 – 7 8 – 9

8 – 9 10 – 11

10 > 12 Sumber : Sunarko (2007)

Selain umur tanaman, stand per hectare (SPH) atau populasi per hektar

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman

kelapa sawit. Risza (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

penurunan produksi dengan kerapatan tanam. Kelapa sawit yang hidup di tempat

yang terlindung dan kurang mendapatkan cahaya matahari pertumbuhannya akan

meninggi, tidak normal, habitusnya kurus, lemah, jumlah daun sedikit, dan

produksi bunga betina berkurang.

Keadaan topografi dan kondisi jalan juga sangat mempegaruhi kegiatan

produksi kelapa sawit. Hal tersebut mempengaruhi secara langsung terhadap

proses produksi seperti pemupukan, pemanenan, pengangkutan buah ke pabrik.

Disamping itu kemahiran pemanen, premi panen, dan lainnya juga sangat

mempengaruhi produksi kelapa sawit.

Persamaan Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y)

dihubungkan atau dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga dan

seterusnya variabel bebas namun masih menunjukkan diagram hubungan yang

linear. Penambahan variabel bebas ini diharapkan dapat lebih menjelaskan

karakteristik hubungan yang ada walaupun masih saja ada variabel yang

terabaikan. Analisis regresi linear berganda berguna untuk mengukur pengaruh

antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.

Bentuk umum model persamaan linear berganda

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + … + bn Xn

Keterangan :

Y = variabel yang dijelaskan (dependen)

X = variabel yang menjelaskan (independen)

a, b = besaran yang akan diduga

Page 20: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

6

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur

yang berada di Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi

Riau yang dilaksanakan mulai dari 13 Februari sampai dengan 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan dengan

melaksanakan berbagai pekerjaan yang ada di perkebunan. Pada saat melakukan

magang, mahasiswa bertanggung jawab sebagai pekerja harian lepas (PHL)

selama tiga minggu pertama, pendamping mandor pada tiga minggu berikutnya,

dan pendamping asisten selama enam minggu terakhir. Semua tahapan ini

dilakukan secara berurutan yang hasil pekerjaanya dimasukkan ke dalam jurnal

harian. Kegiatan penulis sebagai PHL, pendamping mandor, dan pendamping

asisten dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Dalam kegiatan magang ini didapatkan data primer (metode langsung) dan

data sekunder (metode tidak langsung). Pengumpulan data primer dilaksanakan

dengan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap semua kegiatan teknis

yang dilaksanakan pada saat magang. Data sekunder diperoleh dari arsip laporan

manajerial baik data bulanan, semesteran, maupun data tahunan. Data tersebut

berkaitan dengan keadaan iklim, keadaan tanah dan tata guna lahan, keadaan

tanaman dan produksi, sruktur organisasi dan ketenagakerjaan.

Analisis Data dan Informasi

Data yang diperoleh kemudian diolah menurut kebutuhan penulisan dan

selanjutnya hasil dari pendekatan statistik sederhana tersebut akan disajikan dalam

bentuk narasi, tabel, grafik, dan diagram sesuai kebutuhan. Data yang telah

diperoleh tersebut sebagian dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda dan sebagian lagi dianalisis menggunakan Uji-t untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit berdasarkan data yang

diperoleh dari perusahaan.

Persamaan regresi berganda yang telah didapat kemudian di uji dengan

menggunakan Uji Asumsi. Uji Asumsi klasik berguna untuk menguji apakah

model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak diuji atau tidak.

Kelayakan model regresi dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi

normal, dan tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi

dalam model yang digunakan. Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti

model analisis telah layak digunakan.

Page 21: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

7

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data

berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan metode

parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari

distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel

sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan

adalah statistik non parametrik. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji One

Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data

dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05.

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar

variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam

model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode

pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu dengan melihat nilai inflation

factor (VIF) pada model regresi, membandingkan nilai koefisien determinasi

individual (r2) dengan nilai determinasi secara serentak (R

2), dan dengan melihat

nilai eigenvalue dan condition index. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji

multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF), jika VIF lebih besar

dari lima maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan

variabel bebas lainnya.

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang

harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala

heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan

diantaranya yaitu Uji Park, Uji Glesjer, Melihat pola grafik regresi, dan uji

koefisien korelasi Spearman.

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara

residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.

Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model

regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-

Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol

ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang

berarti tidak ada autokorelasi.

3. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka

tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

Perkebunan kelapa sawit PT. Inti Indosawit Subur (PT. IIS) Kebun Buatan

merupakan salah satu perkebunan kelapa sawit milik Asian Agri yang terdapat di

Provinsi Riau (Plantation 2). Secara administrasi, PT. Inti Indosawit Subur Kebun

Page 22: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

8

Buatan termasuk wilayah Kecamatan Kerinci Kanan, Kecamayan Dayun

(Kabupaten Siak), Kecamatan Pelalawan, dan Kecamatan Pangkalan Kerinci

(Kabupaten Pelalawan). Sedangkan secara geografis, letak areal perkebunan ini

berada pada 101º40’ – 102º15’ BT dan 0º05’ – 0º43’ LS. PT. Inti Indosawit Subur

Kebun Buatan terletak di Jalan Lintas Timur KM 65 Desa Bukit Agung,

Pangkalan Kerinci, Pelalawan – Riau. Kebun Buatan merupakan kebun Asian

Agri pertama yang memperoleh sertifikat RSPO (Roundable Sustainable Palm

Oil). Batas-batas PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : Plasma SP 9, SP 10, Desa Delik, Sungai Siak, Kecamatan

Lubuk Dalam dan Dayun

Sebelah selatan : Plasma SP 6, Sungai Kampar, Kec. Langgam, dan

Pangkalan Kerinci

Sebelah barat : Plasma SP 3, SP 5, Kecamatan Kerinci Kanan, dan

Tualang

Sebelah timur : Plasma SP 7, SP 8, Kompleks RAPP , Kecamatan Dayun,

dan Kecamatan Pelalawan

Keadaan Iklim dan Tanah

Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson, iklim di PT Inti Indosawit Subur

termasuk tipe iklim B (daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis). Puncak

musim hujan terjadi pada bulan September dan Oktober, sedangkan puncak

musim kemarau terjadi pada bulan Mei dan Juni. Rata-rata curah hujan selama

lima tahun terakhir (2007-2011) adalah 2 152.4 mm/tahun dengan rata-rata hari

hujan adalah 98.6 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.6 bulan/tahun dan rata-rata

bulan basah sembilan bulan/tahun. Suhu rata-rata harian adalah 31 °C dengan

kisaran suhu per hari 27 – 33 °C. Data curah hujan dan hari hujan di Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007 - 2011 disajikan

pada Lampiran 4.

Jenis tanah pada areal Kebun Buatan adalah alluvial dan podsolik merah

kuning. Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit jenis

tanahnya adalah podsolik merah kuning dengan kedalaman tanah yang lebih dari

100 cm dan tekstur tanah terdiri dari lempung liat berpasir, lempung berpasir dan

lempung. Pada areal yang datar, jenis tanahnya adalah alluvial dengan kedalaman

tanah lebih dari 100 cm dan bertekstur lempung berpasir sampai pasir. Peta

sebaran kelas lahan PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 5.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Kebun Buatan terbagi menjadi 6 Afdeling kebun inti (Afdeling I-VI) yang

terdiri dari Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha,

Afdeling III dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V

dengan luas 883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Peta tahun tanam Kebun

Buatan disajikan pada Lampiran 6. Selain itu terdapat juga lahan kemitraan pola

Page 23: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

9

PIR-Trans, dengan luas 10 946 ha serta lahan KKPA (Kredit Koperasi Primer

Anggota) yang terdiri dari dua afdeling yaitu Afdeling VII dengan luas 851 ha dan

Afdeling VIII dengan luas 649 ha. Total areal PT. Inti Indosawit Subur - Kebun

Buatan seluas 5 803 Ha dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu areal tanaman

menghasilkan (TM) dengan luas 5 549 ha, areal prasarana dengan luas 205 ha

yang terdiri dari emplasment (62 ha), pabrik (50 ha), dan lain-lain (93 ha), dan

areal yang tidak bisa ditanam dengan luas 49 ha yang terdiri dari bukit, sungai,

lembah, rawa, dan tandus. Peta PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada

Lampiran 7.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Jenis tanaman kelapa sawit yang ditanam di PT Inti Indosawit Subur Kebun

Buatan adalah jenis Tenera (DxP) yang dihasilkan oleh Balai Penelitian

Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m

dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga

diperoleh populasi per hektar 136 pokok dengan empat tahun tanam yang berbeda.

Namun pada kenyataan di lapangan, populasi tanaman rata-rata per hektar lebih

rendah dari populasi yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan

topografi, jarak tanam yang tidak tepat, dan tanaman yang mati karena terserang

hama dan penyakit. Keadaan tanaman pada PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat

pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Populasi berdasarkan tahun tanam

Tahun Tanam Luas (Ha) Populasi Pokok/Ha

1988 988 125 571 127

1989 744 96 339 129

1990 1 886 241 253 128

1991 1 931 243 899 126

SubTotal 5549 707 062 129 Sumber : Laporan Unit Kebun PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan

Tabel 5. Produktivitas dan bobot janjang rata-rata TBS di Kebun Buatan

Tahun

Luas

Areal

(ha)

Produksi/tahun

Produktivitas

(ton/ha/tahun)

BJR

(kg/tandan) Jumlah

TBS

(tandan)

Bobot TBS

(kg)

2006 5 549 6 583 304 129 094 480 22.73 19.61

2007 5 549 6 486 647 133 869 140 23.57 20.64

2008 5 549 6 348 920 140 089 790 24.67 22.07

2009 5 549 6 182 967 143 665 640 25.77 23.24

2010 5 549 5 376 461 126 851 010 22.84 23.59

2011 5549 5 540 121 138 503 040 24.96 25.03

2012

(Budget) 5549 5 427 131 142 068 000 25.60 26.18

Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2012)

Page 24: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

10

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT Inti Indosawit Subur merupakan salah satu anak perusahaan dari PT

Asian Agri. PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang General Manager

yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang

mencakup budidaya tanaman, pabrik, teknik dan administrasi. Seorang General

Manager dibantu oleh Manajer Kebun (Estate Manager), Manajer Pabrik (Mill

Manager), Humas dan Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi PT Inti

Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 8.

Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam bagian adminstrasi

kebun. KTU dibantu oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan

administrasi di gudang. Status pegawai di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas

karyawan tetap (SKU) dan pekerja harian lepas (PHL).

Jumlah karyawan staf dan non staf di PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat

pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah karyawan di PT Inti Indosawit Subur tahun 2012

No Jabatan Jumlah

1. Staf

General Manager 1

Estate Manager 1

Mill Manager 1

Asisten Kepala 2

Asisten Afdeling 6

Asisten Quality Control (QC) 1

Asisten Humas 1

Asisten By Product 1

Asisten Traksi 1

KTU 1

2. Non Staf

Tenaga Kerja Tak Langsung

SKU B/H Traksi 105

SKU B/H Kantor 117

SKU B/H Afdeling 95

Tenaga Kerja Langsung

SKU B/H Panen 272

SKU B/H Pemeliaraan 540

SKU B/H Lain-lain 80

Jumlah 1225 Sumber : Laporan Unit Kebun Buatan Bulan januari 2012

Seorang General Manager membawahi Estate Manager yang secara

langsung bertanggung jawab terhadap manajemen kebun. Estate Manager

membawahi Asisten Traksi, Asisten Kepala, Asisten Afdeling, Kepala Tata Usaha,

Humas, dan Kepala Poliklinik. Estate Manager berperan untuk mengkordinasikan

semua kegiatan di Afdeling, menjaga produksi dan mutu hasil agar tetap optimal,

selain itu juga agar menjamin aplikasi perawatan, menjamin operasional kebun

agar berjalan efektif, efisien, dan sesuai dengan prosedur sistem manajemen yang

Page 25: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

11

telah ditetapkan, serta menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit

organisasinya.

Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten Kepala

(Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan di setiap afdeling,

Asisten Kepala membawahi Asisten Afdeling. Pimpinan tertinggi di afdeling

adalah Asisten Afdeling, yang bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan

yang ada di afdeling tersebut. Asisten Afdeling membawahi Mandor I yang

mengurusi pekerjaan di lapangan, dan Kerani Afdeling serta Kerani Keliling yang

mengurusi administrasi afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab langsung

kepada Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas pelaksanaan

hasil kerja dari afdeling yang dipimpinnya.

Jumlah seluruh tenaga kerja yang terdapat pada Kebun Buatan PT Inti

Indosawit Subur sebanyak 1 225 orang sehingga diperoleh Indeks Tenaga Kerja

(ITK) pada Kebun Buatan sebear 0.22 orang/ha. ITK merupakan rasio antara

jumlah tenaga kerja dengan luas kebun. Jumlah ITK yang ideal untuk perkebunan

kelapa sawit sebesar 0.2 – 0.3 orang/ha. Pengelolaan tenaga kerja pada Kebun

Buatan sudah efisien karena ITK pada Kebun Buatan diantara 0.2 – 0.3 orang/ha.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek

manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan Tunas pokok (pruning), pemanenan,

pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, pengendalian gulma (manual dan

kimiawi), pemeliharaan sarana dan prasarana.

Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur secara umum

dilaksanakan selama 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja dalam sehari

rata-rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 11.30 WIB,

istirahat selama setengah jam (11.30 sampai dengan 12.00 WIB), lalu dilanjutkan

bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sampai dengan 13.30 WIB. Penulis

diwajibkan mengikuti muster morning (apel pagi) yang dimulai pukul 05.30 WIB

bersama Asisten, mandor dan krani, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan apel

sore hari di kantor Afdeling pada pukul 16.00 sampai dengan 18.00 WIB untuk

melaksanakan kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan yang akan

dilakukan untuk esok hari.

Aspek Teknis

Tunas Pokok

Penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah pemotongan pelepah

dengan memperhitungkan jumlah pelepah yang dipertahankan. Tunas pokok

adalah pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang

yakni mempertahankan jumlah pelepah yang masih produktif dan dilain pihak

harus memotong pelepah untuk mempermudah pekerjaan potong buah,

memperkecil losses (berondolan tersangkut di ketiak pelepah) dan memelihara

Page 26: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

12

sanitasi tanaman sehingga menciptakqan lingkungan yang bersih. Jumlah optimal

yang dipertahankan pada tanaman muda adalah 48 - 56 pelepah. PT Inti Indosawit

Subur mempunyai kebijakan penunasan progresif (progressive pruning), yaitu

penunasan yang dilakukan secara bersamaan dengan panen, jadi pokok yang

ditunas adalah pokok yang ada buah matangnya. Kelebihan dari sistem tunas

progresif ini adalah ancak akan semakin rapi karena ancak pasti akan dimasuki

setiap satu rotasi panen selain itu tunasan ini juga meminimalkan kebutuhan

supervisor. Kekurangan dari sistem tunasan ini adalah membutuhkan tenaga

pemanen yang banyak, sebab apabila tenaga pemanen kurang dan rotasi panen

tinggi maka progressive pruning tidak dapat dilakukan dengan baik. Untuk

mengatasi hal ini maka pihak manajemen membentuk suatu tim pekerja yang

khusus untuk melakukan penunasan. Rotasi penunasan yang dilakukan adalah 9

bulan untuk pelaksanaan hal ini dapat disesuaikan dengan kondisi tanaman di

lapangan.

Pelepah yang terlalu banyak ditunas juga tidak baik karena hal ini akan

menyebabkan over pruning yaitu terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara

berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini

terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan menyebabkab peningkatan

gugurnya bunga betina, penurunan seks ratio (peningkatan bunga jantan) dan

penurunan BJR. Under pruning juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap

produksi, karena unsur hara digunakan untuk pelepah yang berlebih dan

mengganggu proses panen. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur

tanaman disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman

Umur Tanaman

(Tahun) Kebijakan

Jumlah

Pelepah /

Spriral

Songgo

< 3

Pemotongan pelepah tidak

diperbolehkan. Prioritas untuk

permulaan panen dengan cara

memotong pelepah tua dan kering

- -

4 – 7 Dipertahankan 48 – 56 pelepah 6 – 7 3

8 – 14 Dipertahankan 40 – 48 pelepah 5 – 6 2

> 15 Minimum dipertahankan 32 pelepah 4 1 Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur terdapat beberapa instruksi kerja

dalam melakukan pekerjaan penunasan yaitu :

1 Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bidang tebasan berbentuk

tapak kuda.

2 Selama menunas semua epifit pada batang tanaman dibersihkan dengan

mencabut menggunakan tangan dan “digebyok” dengan batang pelepah

pada bagian yang lebih tinggi.

3 Pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena

defisiensi hara harus ditunas lebih hati hati, cukup membuang daun

keringnya saja.

4 Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada

akhirnya akan di thinning out.

Page 27: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

13

Pemanenan

Panen merupakan pekerjaan terpenting pada perkebunan kelapa sawit,

alasannya adalah karena panen merupakan tujuan akhir dari proses membangun

perkebunan, karena hasil yang didapat dari proses panen adalah uang yang

bermanfaaat untuk mendukung kelangsungan perusahaan kedepannya. Sebagai

contoh apabila panen di suatu perusahaan tidak berjalan dengan baik dan terdapat

banyak pelanggaran yang terjadi maka akan menyebabkan perusahaan merugi. Di

Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur terdapat Standard Operating Procedure

panen atau yang dikenal dengan istilah Sapta Potong Buah, yaitu: 1). Buah

matang dipotong semua, 2). Buah mentah tidak ada, 3). Berondolan dikutip

semuanya, 4). Buah disusun rapi dan cangkem kodok, 5). Pelepah disusun rapi di

gawangan mati, 6). Pelepah sengkleh tidak ada, dan 7). Administrasi diisi dengan

teliti dan tepat waktu.

Mutasi masa panen. Sebelum dapat dipanen, mutasi dari Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM) menjadi Tanaman Menghasilkan (TM) merupakan suatu

masa yang sangat perlu mendapatkan perhatian baik dari lamanya maupun dari

persiapan yang harus dilakukan. Kedua aspek tersebut sangat perlu diperhatikan

dalam rangka mencapai keuntungan per Ha yang cepat dalam artian

mempersingkat masa TBM. Dengan memperhatikan genetik tanaman, kultur

teknis, dan pemeliharaan yang semakin maju maka masa TBM dapat dipersingkat

menjadi kurang dari tiga puluh bulan. Syarat-syarat mutasi dari TBM menjadi TM

adalah, umur rata-rata tanaman telah mencapai tiga puluh bulan ataupun kurang

dari itu, kerapatan panen besar dari 20%, dan berat janjang rata-rata besar dari tiga

kilogram.

Persiapan panen. Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum mulai panen pada

saat tanaman menghasilkan adalah kastrasi, memotong tunas pasir, sanitasi kebun,

pembuatan pasar pikul, pembuatan TPH dengan ukuran 3 x 4m2 untuk tiga pasar

pikul dapat ditampung oleh satu TPH yang mencakup 100 - 110 tanaman, dan

yang paling penting adalah mempersiapkan karyawan dan peralatan pemanen.

Kriteria panen. Kriteria mutu buah yang digunakan sesuai dengan tingkat

kematangannya, klasifikasi mutu buah dibedakan menjadi lima kategori, yaitu :

1. Buah Mentah (Unripe)

Adalah buah yang membrondol kurang dari satu brondolan per kg janjang

2. Buah Masak (Ripe)

Adalah janjang yang warnanya kemerahan dan membrondol paling sedikit

satu brondolan per kg janjang dan paling banyak 30%

3. Buah Terlalu Masak (Over-Ripe)

Adalah janjang yang membrondol lebih dari 30% hingga maksimum 75%

4. Janjang Kosong (Empty Bunch)

Adalah janjang buah membrondol lebih dari 90% hingga membrondol

seluruhnya.

5. Buah Abnormal (Abnormal Bunch)

Adalah janjang buah yang gagal berkembang menjadi buah masak normal,

antara lain : buah parthenokarpi, buah batu, dan buah sakit.

Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Page 28: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

14

Buah matang didasarkan pada jumlah berondolan yang lepas secara alami

dari janjang panen. Buah dapat dipanen jika untuk tiap 1 kg berat janjang terdapat

satu brondolan yang lepas alami di piringan, tidak termasuk untuk brondolan yang

terlepas karena terkena penyakit. Misalkan, jika BJR dalam suatu blok adalah 10

kg maka kriteria matang panen di blok tersebut adalah apabila terdapat sepuluh

brondolan di piringan pokok, apabila hanya ada sembilan brondolan masih

dikatakan mentah.

Taksasi panen. Kegiatan taksasi dilakukan minimal sehari sebelum

dilaksanakannya pemanenan pada areal yang akan di panen. Tujuan dari taksasi

ini adalah untuk mengetahui banyaknya janjang yang akan dipanen pada hari

tersebut, untuk menentukan jumlah tenaga pemanen yang diperlukan dan

kebutuhan transportasi untuk pengangkutan buah. Taksasi panen dilakukan oleh

mandor panen pada 400 pokok sampel yang dipilih secara acak pada lahan yang

akan dipanen atau minimal 10% dari luas lahan yang akan dipanen. Selain itu di

PT Inti Indosawit Subur dilakukan juga sensus BBC (Black Bunch Census) setiap

enam bulan sekali yang bertujuan untuk mengetahui produksi dalam enam bulan

mendatang, sensus BBC ini dilakukan setiap akhir bulan Juni dan akhir bulan

Desember.

Rotasi panen. Merupakan salah satu faktor penting yang menentukan di

lapangan untuk mendapatkan produksi per ha yang tinggi, biaya per kg yang

rendah serta kadar ALB yang rendah. Pada saat buah normal, rotasi panen harus

dijaga tujuh hari namun jika kerapatan panen rendah rotasi dapat diperpanjang

menjadi sepuluh hari. Jika rotasi panen terlalu cepat akan mendorong buah yang

tidak matang dipanen karena jumlah buah matang telah menurun dan juga akan

meningkatkan biaya panen tetapi output pemanen akan menurun akibat tidak ada

buah. Sebaliknya, jika terlalu lama akan menyebabkan buah matang tinggal di

pohon dan menyebabkan buah terlalu matang sehingga brondolan semakin banyak

dan akan mengakibatkan waktu pemanen terpakai untuk mengutip brondolan.

Pada PT Inti Indosawit Subur rotasi panen yang standar dilakukan adalah 6/7

artinya kegiatan pemanen dilaksanakan dalam satu minggu untuk tiap afdeling.

Namun pada saat kerapatan buah sangat rendah (low crop) rotasi panen dapat

diperpanjang maksimal 10 hari.

Sistem panen. Untuk memudahkan pemanenan, dalam satu blok dibagi

menjadi enam seksi yaitu A, B, C, D, E, dan F sehingga rotasi panen bervariasi

antara 3,5 – 4,5 kali. Maksud dari pembagian seksi ini agar satu seksi selesai

dipanen dalam satu hari, mempermudah pemanen untuk pindah ancak, juga

mempermudah kontrol dan transport buah dengan harapan output pemanen dapat

lebih tinggi lagi. Penetapan seksi panen ditentukan berdasarkan perhitungan

produksi masing-masing blok. Jumlah tenaga pemanen buah per mandoran antara

18 – 20 orang. Jumlah mandor panen per afdeling maksimal tiga orang dengan

krani buah tiga orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperkecil biaya tak

langsung. Sistem pengancakan menggunakan ancak giring tetap per mandoran

yang terdiri dari 2 – 4 baris tanaman per pemanen. Kelebihan dari sistem ancak ini

adalah jumlah tenaga kerja dapat diatur sesuai kebutuhan ataupun kondisi

kematangan buah, output mandor dan karyawan dapat dipacu dengan

pengancakan yang memperhatikan kekuatan masing-masing karyawan,

diharapkan mandor aktif melakukan pengawasan dan antara sesama mandor dapat

bersaing secara sehat. Disamping itu sistem ini juga memiliki kekurangan yaitu

Page 29: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

15

tanggung jawab karyawan terhadap ancaknya masih relatih kecil dan adanya

pelanggaran masih sulit dideteksi apabila kontrol tidak dilakukan dengan ketat.

Kegiatan panen dimulai dimulai dengan apel pagi antara mandor buah

dengan para pemanen. Pada saat apel pagi mandor membagi ancak pemanen

berdasarkan hasil taksasi yang telah di lakukannya pada sore hari sebelumnya.

Setelah itu pemanen menuju ke lokasi panen yang telah ditentukan. Alat yang

digunakan untuk panen adalah egrek, kampak, gancu, angkong, dan goni.

Sebelum buah dipotong, terlebih dahulu pelepah yang berlebihan harus dibuang

atau yang biasa disebut dengan “progressive pruning”. Kemudian buah dipotong

dan diusahakan agar buah dan pelepah dipotong rapat ke batang untuk

menghindari berondolan tersangkut di pelepah sisa. Setelah itu pelepah yang telah

dipotong disusun rapi di gawangan mati. Buah yang telah dipotong diangkut dan

dikumpulkan di TPH terdekat dengan disusun rapi. Brondolan dikutip seluruhnya

dan diangkut ke TPH. Untuk tangkai buah yang masih panjang akan dipotong

membentuk huruf V atau yang dikenal dengan istilah “cangkem kodok”.

Kemudian diberi kode nomor pemanen pada tangkai buah. Kehilangan (losses)

pada panen kelapa sawit cukup tinggi. Sumber kehilangan pada saat panen adalah,

berondolan yang tidak dikutip oleh pemanen. buah mentah yang ikut terpanen,

buah masak yang tidak terpanen, brondolan atau buah dicuri, buah masak yang

tertinggal di piringan, dan buah busuk.

Pembagian seksi panen. Sebagai contoh Afdeling V Kebun Buatan dengan

luas areal TM 883 ha dengan produksi sebesar 26.45 ton/ha/tahun dan rotasi/tahun

sebesar 48, maka untuk menghitung hasil panen harian dan pembagian area

tersebut dalam enam seksi dapat dihitung dengan cara perhitungan di bawah.

Hasil perhitungan tersebut dapat digunakan untuk menduga produksi harian dan

menentukan kebutuhan pemanen. Berikut perhitungannya.

Penetapan luas area produksi per seksi per rotasi (ha/seksi/rotasi)

Luas rata – rata per seksi (A) :

=

Luas rata – rata hari jumat (5 jam kerja) (B) :

Koefesien penambah luas area (C) :

Luas rata- rata seksi hari biasa (7 jam kerja) : 147.2 ha + 7 ha = 154.2 ha

Luas seksi hari jumat ( 5 jam kerja ) : 105 ha + 7 ha = 112 ha

Penetapan rencana produksi per seksi per rotasi ( ton/ha/seksi/rotasi)

Produksi rata – rata / Rotasi :

ton/ha/seksi/rotasi

Produksi perseksi hari biasa (7 jam kerja) : 0.55 154 ha = 84.7 ton

Hari jumat 5 jam kerja) : 0.55 112 ha = 61.6 ton

Luas areal seksi yang diperoleh dalam perhitungan tidak sama dengan luas

areal aktual yang telah ditetapkan, perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan luas areal seksi

Seksi A B C D E F Total

P 154.2 154.2 154.2 154.2 112.0 154.2 883.0

A 167.0 162.0 141.0 133.0 132.0 148.0 883.0 Sumber : Kantor Afdeling V Kebun Buatan

P : Luas areal hitung (tanpa memperhitungkan faktor lain)

A : Luas areal aktual

Page 30: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

16

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perbedaan antara luas areal yang

ditetapkan tanpa mempertimbangkan faktor lain dengan luas areal aktual. Faktor-

faktor yang menjadi bahan pertimbangan adalah bentuk blok, topografi blok,

posisi blok terhadap blok yang lain, dan lain-lain.

Dapat diperkirakan hasil panen per seksi pada hari biasa sebesar 84.7 ton.

Jika berat janjang rata-rata 25 kg maka dalam panen per seksi per hari ada sekitar

3 388 janjang. Dengan kemampuan rata-rata pemanen memanen 80 Janjang per

hari maka dibutuhkan lebih kurang 42 tenaga pemanen untuk memanen satu seksi

dalam sehari. Untuk memperkecil biaya tidak langsung, jumlah pemanen dapat

diperkecil dengan menaikkan output pemanen baik dengan cara menaikkan basis

panen per hari ataupun dengan menggunakan tenaga pemanen yang lebih terampil.

Basis, premi, dan denda panen. Basis panen adalah banyaknya jumlah

tandan yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari kerja, sedangkan premi

adalah upah yang diberikan untuk pemanen yang melebihi basis borong. Besar

basis dan premi panen ditentukan oleh umur tanaman, kondisi topografi, dan berat

janjang rata-rata pada areal tersebut. Denda adalah potongan terhadap pemanen

yang melanggar kriteria panen yang telah diberlakukan oleh perusahaan, denda

berupa pemotongan terhadap upah pemanen dengan besar denda yang berbeda-

beda tiap kesalahan. Jenis denda dan kesalahan dalam pelaksanaan potong buah

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jenis kesalahan dan denda pada pelaksanaan potong buah

Jenis Kesalahan (pelanggaran) Denda

Potong buah mentah Rp. 5 000/jjg

Gagang panjang tidak dipotong rapat Rp. 1 000/jjg

Buah masak tinggal di pokok/tidak

dipanen Rp. 5 000/jjg

Buah mentah diperam di ancak Rp. 5 000/jjg

Buah mentah tinggal di

piringan/diancak/parit Rp. 5 000/jjg

Buah matahari / berondolan dipotong

Gagang Rp. 1 000/jjg

Berondolan tidak dikutip bersih Rp. 3 000/jjg

Pelepah tidak disusun rapi di

gawangan Rp. 1 000/jjg

Pelepah sengkleh Rp. 1 000/jjg

Tidak siap borong Denda di per-7 (dipotong jam kerja)

3x berturut-turut diberi peringatan Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya adalah

mengendalikan suatu kehidupan. Oleh karena itu, konsep pengendaliannya

dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama atau

penyakit itu sendiri. Pegetahuan terhadap setiap bagian dan yang dianggap paling

lemah dari seluruh mata rantai siklus hidupnya sangat berguna dalam

pengambilan keputusan pengendalian yang efektif

Page 31: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

17

Ulat Api. Serangan hama ulat api dan ulat kantong atau disebut ulat

pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) telah banyak menimbulkan masalah

yang berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Akibat

serangan tersebut dapat menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) pada tanaman

yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. Sistem pemantauan rutin

sangat membantu pelaksanaan kebijakan pengendalian hama terpadu. Kejadian

ledakan hama ulat api dan ulat kantong tidak tejadi secara tiba-tiba melainkan bisa

diduga dengan sistem pengamatan yang baik. Semakin cepat diketahui gejala

kenaikan jumlah populasi hama, akan semakin mudah pula untuk dikendalikan

dan luas areal yang terserang akan lebih terbatas. Tindakan pengamatan yang rutin

juga membantu dalam melaksanakan kebijaksanaan pengendalian hama yang

terpadu. Sehingga akhirnya dapat dijaga berkurangnya musuh alami dan

mewujudkan keseimbangan alami yang lebih serasi

Sensus Ulat Api. Sistem sensus meliputi deteksi dan penghitungan hama

pada titik sensus. Skema dalam penentuan titik sensus (TS) adalah titik sensus

pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat di tepi jalan kemudian setiap

10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir

masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap

TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok disampingnya,

agar tidak terjadi “over prunning” akibat pemotongan pelepah karena sensus

setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1 – 2 tanaman. Tenaga

kerja yang melakukan sensus ulat terdiri atas dua tim, yang masing-masing tim

terdiri atas tiga orang yaitu satu laki-laki sebagai penunas dan dua perempuan

sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan satunya lagi sebagai

penyusun pelepah ke gawangan mati. Pengamatan yang dilakukan dicatat yang

meliputi jumlah hama pemakan daun dan jenis hamanya. Pada baris keempat

pokok keempat (TS4), tim sensus harus memulai menghitung hama pemakan

daun. Penghitungan hama pemakan daun hanya pada satu pelepah contoh pada

setiap pokok dari tiga pokok dengan ketentuan pelepah yang menunjukkan gejala

serangan baru dan pelepah yang memiliki populasi hama tertinggi. Sensus ulat api

dilaksanakan setiap akhir bulan tanggal 20.

Pengendalian. Apabila semua blok telah selesai disensus maka Asisten

Afdeling dan mantri hama dan penyakit langsung merekapitulasi dan menganalisis

data hasil pengamatan. Data tersebut menjadi acuan apakah serangan ulat api

sudah diambang populasi kritis atau tidak. Ambang populasi kritis diartikan

sebagai rata-rata populasi larva sehat per pelepah. Ambang kritis untuk ulat api

adalah lima ekor per pelapah. Jenis ulat api yang sasaran utama untuk

penanggulangan adalah Setora nitens dan Thosea asigna yang menyerang pelepah

muda dan Derna therna yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api

dilakukan dengan pengasapan menggunakan Polydor dicampur solar.

Pengendalian dilaksanakan oleh anggota laki-laki yang menjadi tim sensus, satu

kap mengandung 4.6 liter solar dicampur 0.4 liter Polydor, umumnya satu hari

diperlukan lima kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api. Waktu yang paling

tepat melakukan pengasapan adalah pada saat pagi atau sore hari pada saat

matahari tidak sedang terik, pada kenyataannya di lapang, pengasapan di lakukan

pada malam hari. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penguapan sehingga

pengasapan akan lebih efektif.

Page 32: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

18

Sensus TO (Thinning Out). Merupakan kegiatan untuk mendata dan

menandai tanaman yang akan di bongkar. Tanaman kelapa sawit yang akan di TO

adalah tanaman dengan bunga jantan yang dominan, tanaman yang mati karena

tersambar petir, dan tanaman yang tidak produktif lagi. Pada kegiatan ini juga

dilaksanakan pendataan jumlah tanaman yang ada di areal tersebut sebagai acuan

untuk TPP (tempat peletakkan pupuk) yang akan digunakan untuk menentukan

jumlah untilan tiap TPP. Dalam satu afdeling terdapat 2 - 3 tim sensus dengan

prestasi kerja 5 - 7 ha/HK. Setiap tim terdiri dari tiga petugas yaitu Petugas A

(sebagai penghitung dan pencatat jumlah pokok), Petugas B (sebagai pembuat

nomor dan pembawa cat) dan petugas pembuat administrasi lapangan (Petugas C).

Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek

(hard cover), ballpoint, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), dan

cat warna merah dan warna putih.

Teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut, petugas berjalan di pasar

rintis pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dan arah berjalan

menurut arah barisan. Petugas A menyensus dua baris pokok (baris 1 dan 2) dan

secara bersamaan petugas B membersihkan/”mengerok” pelepah pokok terluar

yang ada pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A

menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahukan jumlah

pokok normal/hidup dan pokok mati atau kosong ke petugas B, lalu Petugas B

berjalan secepatnya menuju pokok paling ujung, kemudian pelepah

dibersihkan/dikerok dan ditulis jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan

dalam TPP tersebut.

Pemupukan

Prinsip utama dalam aplikasi penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit

adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang

telah direkomendasikan oleh bagian riset untuk mencapai produktivitas tanaman

yang menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan. Biaya pemupukan sangat

signifikan karena mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan, oleh karena itu

ketepatan/ketelitian aplikasi adalah sesuatu yang sangat mutlak untuk dilakukan.

Efektifitas dan efisiensi pemupukan ditentukan oleh enam faktor sebagai berikut,

jenis pupuk, dosis aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi,

tempat diaplikasikan. Selain enam faktor tersebut, kualitas pemupukan

mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pemupukan.

Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua hal yaitu kualitas penaburan pupuk di

lapangan yang berkaitan dengan pengolahan dan organisasi kerja pelaksanaan

pemupukan di lapangan dan administrasinya dan kualitas pupuk yang ditentukan

oleh jumlah/besarnya kandungan unsur hara utama didalam pupuk tersebut dan

kadar airnya.

Pemupukan di PT Inti Indosawit Subur dilakukan berdasarkan hasil analisis

daun (Leaf Sampling Unit) dan analisis tanah yang dilaksanakan sekali dalam satu

tahun. Analisis tersebut dilakukan oleh bagian Research and Development (R&D)

dari perusahaan. PT Inti Indosawit Subur menggunakan dua jenis pupuk, yaitu

pupuk organik dan anorganik. Pemupukan organik dilakukan dengan

menggunakan limbah berupa janjangan kosong, Decanter Solid (DS), abu janjang,

Page 33: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

19

dan Palm Oil Mill Effluent (POME)/Land Application (LA), sementara

pemupukan anorganik menggunakan pupuk tunggal (Dolomite, ZA, MOP

(Muriate of Potash), RP (Rock Phospate), dan Borax. Dalam satu hektar tanaman

kelapa sawit pada umur 8 – 10 tahun untuk mecapai pertumbuhan dan produksi

optimal dibutuhkan unsur hara masing-masing 275 kg Nitrogen, 33 kg Phospor,

408 kg Kalium, dan 67 kg Magnesium sebanding dengan pemupukan 4.4 kg Urea,

2.0 kg RP, 6.0 MOP, dan 3.0 kg Kieserite. Oleh sebab itu untuk menjaga agar

produksi TBS tetap optimal maka unsur hara tersebut harus dipenuhi dengan cara

pemberian pupuk anorganik ataupun disubstitusi dengan pemberian pupuk

organik.

Pada saat pelaksanaan pemupukan para pemupuk harus mematuhi sapta

disiplin pemupukan yang telah di tetapkan oleh PT Inti Indosawit Subur yaitu:

1. Pokok mati ada dua macam yaitu mati alami dan mati TO (thining out).

2. Pokok di pingir parit dan jalan tetap dipupuk tetapi parit dan jalan tidak

boleh dipupuk.

3. Mengikuti instruksi mandor, hari ini berapa takaran.

4. Melaksanakan 4 T (tepat tempat, tepat cara, tepat waktu dan tepat dosis).

5. Mengunakan alat pelindung diri (APD) yaitu topi, masker, baju lengan

panjang, sarung tangan, apron dan sepatu boot.

Waktu pemupukan. Waktu pelaksanaan pemupukan di Kebun Buatan,

PT Inti Indosawit Subur, dilaksanakan dua kali aplikasi yaitu semester pertama

(Januari-Juni) dan semester kedua (Juli-Desember). Jadwal waktu kegiatan

aplikasi pemupukan tiap jenis pupuk terdapat di buku pedoman rekomendasi

pemupukan tiap afdeling. Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan

terhadap frekuensi dan waktu aplikasi pupuk yaitu curah hujan, topografi dan

sturuktur tanah, dan interaksi antara beberapa jenis pupuk yang berbeda.

Interval antara dua rotasi pada jenis pupuk yang sama tidak boleh kurang

dari dua bulan dengan rotasi pertama sebaiknya dilakukan pada semester I

(Januari - Juni) dan lainnya pada semester II (Juli - Desember). Pada umumnya

semua pupuk diaplikasi pada bulan dengan curah hujan cukup (60 – 300 mm)

karena pada saat itu tanah cukup basah (tidak jenuh) sehingga memudahkan

penyerapan unsur hara.

Uji analisa daun (leaf sampling unit). Merupakan kegiatan yang dilakukan

sekali dalam setahun untuk menentukan dosis pupuk yang sesuai berdasarkan

kondisi unsur hara pada jaringan tanaman. Pengambilan sampel daun pada Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur dilakukan oleh pekerja harian lepas (PHL) yang

sebelumnya telah dilatih oleh bagian Research and Development (R&D).

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam analisis daun adalah egrek, pisau, kuas,

cat dan kantong sampel yang telah diberi label.

Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah menentukan pokok yang

menjadi start awal pengambilan sampel. Pengambilan daun sampel dilakukan

pada daun ke 17 dengan memotong pelepah daun (pada tanaman tinggi) atau

dengan mengait pelepah daun (pada tanaman rendah), dari daun ke 17 diambil

delapan helai anak daun yang terdapat di tengah pelepah (4 helai dari sisi kanan

dan 4 helai dari sisi kiri), selain itu pangkal pelepah dari daun ke 17 diukur lebar

dan tebalnya. Daun ke 17 adalah daun yang lurus ke bawah dengan daun kesatu

yang di antarai oleh daun ke 9 (sesuai urutan daun pada spiral yang tegak lurus

Page 34: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

20

yaitu 1-9-17-25-33). Jarak antara tanaman sampel pertama dengan kedua dan

selanjutnya adalah 10 tanaman. Setelah satu blok selesai diambil daun sampel

seluruhnya, daunnya dibersihkan dengan kain basah. Selanjutnya dipotong

menjadi tiga bagian dan bagian tengah daun yang diambil untuk dikeringkan

dengan oven dan dikirim ke bagian R&D untuk diteliti lebih lanjut. Pada

pengambilan sampel daun dilakukan juga identifikasi defisiensi unsur hara pada

daun di pokok yang menjadi sampel serta delapan pokok yang berdekatan dengan

pokok sampel, tingkat keparahan defisiensi unsur hara dibagi menjadi tiga bagian

yaitu ringan, sedang dan berat.

Pada setiap pokok sampel diberi tanda khusus berupa cat warna merah

berbentuk lingkaran yang bertujuan untuk memudahkan dalam penentuan

tanaman sampel pada tahun-tahun yang akan datang, selain itu pada tanaman

pinggir jalan dimana baris terpilih, diberi tanda cat merah berbentuk garis vertikal

sepanjang 15 cm dengan diberi tanda anak panah, anak panah ke bawah berarti

jalur ke dalam, sedangkan anak panah ke atas berarti jalur ke luar.

Penguntilan. Merupakan kegiatan membagi pupuk yang dilakukan untuk

memudahkan penaburan dan menjamin ketepatan pada saat pemupukan. Pada

umumnya satu untilan digunakan untuk memupuk delapan tanaman. Sebagai

contoh pemupukan dolomite dengan dosis 2 kg/pokok maka berat satu untilan

adalah 16 kg. Penguntilan dilakukan di gudang pupuk dengan menggunakan

takaran yang telah di kalibrasi sebelumnya.

Pelaksanaan pemupukan. Pada hari pemupukan, pupuk yang telah diuntil

pada hari sebelumnya akan di ecerkan di TPP (tempat peletakan pupuk) yang

terdapat pada blok yang akan dipupuk dengan menggunakan dump truck

berkapasitas lima ton. Pada umumnya satu TPP mencakup enam baris tanaman.

Setelah sampai di TPP pupuk diturunkan berdasarkan jumlah untilan yang

dibutuhkan. Pada TPP telah tertera jumlah pokok dan jumlah untilan yang

dibutuhkan. Losses sering terjadi pada saat menaikkan untilan ke dump truck dan

menurunkan untilan dari dump truck. Sistem penaburan pupuk di lapangan

menggunakan sistem tunggal, artinya kegiatan pemupukan hanya dilakukan pada

satu area blok saja dan tidak boleh ada kegiatan lain di blok tersebut pada hari

yang sama. Setelah pemupukan selesai setiap pemupuk wajib untuk

mengumpulkan karung dari pupuk yang telah ditebar di lapangan. Tujuan dari

pengumpulan karung ini untuk memeriksa atau menyamakan jumlah pupuk yang

diangkut dari gudang dengan jumlah karung yang ada di lapangan, selain itu juga

untuk memastikan bahwa semua pupuk telah diaplikasikan. Gambar kegiatan

pemupukan dapat dilihat pada gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. Kegiatan pada saat pemupukan (a) muat pupuk dan (b) aplikasi

Page 35: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

21

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma adalah tindakan mengendalikan pertumbuhan tanaman

yang tidak diinginkan yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan. Tujuan

dari pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit adalah untuk mengurangi

kompetsisi air dan hara tanaman, pertumbuhan akar tanaman, memudahkan

pekerjaan kontrol pemupukan dan pemanenan, dan menjaga sanitasi kebun.

Gulma yang terdapat di areal Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur antara lain

Ageratum conyzoides (babadotan), Asystasia coromandeliana, Axonopus

compressus (antalobang), Boreria alata, Boreria laevis, Chromolaena odorata

(putihan), Clidemia hirta (senggani betina), Dicranopteris linearis (pakis kawat),

Elusine indica (lulangan), Imperata cylindrica (alang-alang), Melastoma

malabathricum (senduduk), Mikania micrantha, Nephrolepis biserrata (pakis

larat), Pteridium osculentum (pakis gajah), dan Setaria plicata (bambuan).

Beberapa jenis pakisan dan tanaman lunak dibiarkan tumbuh untuk menjadi

sarang bagi musuh alami ulat api dan sarang serangga penyerbuk juga sebagai

penahan air hujan untuk mencegah erosi. Gulma dominan di areal Kebun Buatan

dapat dilihat pada gambar 2.

(a) Nephrolepis biserrata (b) Clidemia hirta

Gambar 2. Contoh gulma dominan di areal Kebun Buatan

Pengendalian secara manual. Salah satu jenis pengendalian gulma secara

manual yang dilakukan pada PT Inti Indosawit Subur adalah dongkel anak kayu

yang merupakan kegiatan mendongkel gulma yang berada di piringan maupun di

gawangan. Jenis gulma yang didongkel adalah gulma yang umumnya batangnya

berkayu seperti Chromolaena odorata (putihan), Climedia hirta (haredong atau

akar kala), Lantana camara (bunga tahi ayam), Melastoma malabatricum

(Senduduk atau senggani), kentosan/VOPS (voluntary oil palm seedlings) dan

semua jenis tanaman berkayu yang tumbuh di piringan dan gawangan. Biasanya

bersamaan dengan dilaksanakannya kegiatan dongkel anak kayu dilakukan juga

penyusunan pelepah yang terdapat di piringan untuk disusun ke gawangan mati.

Rotasi dari kegiatan dongkel anak kayu adalah 4 bulan dengan norma kerja

pekerja adalah satu pasar pikul atau sekitar 1.5 ha dalam satu hari kerja.

Pengendalian secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi pada

PT Inti Indosawit Subur dilaksanakan oleh dua Tim Unit Semprot (TUS) yang

langsung berada di bawah tanggung jawab Asisten Kepala dan dua orang mandor.

Tim Unit Semprot dibagi berdasarkan alat yang digunakan yaitu, tim yang

menggunakan alat semprot Controlled droplet applicator (CDA)/Micron herbi

Page 36: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

22

dan tim dengan alat semprot Knapsack sprayer (RB-15/Solo) dengan rotasi

penyemprotan empat bulan .

Tim pengendalian dengan alat semprot CDA menggunakan mobil pick up

dengan tangki berkapasitas 400 liter pada baknya. Herbisida langsung dilarutkan

dalam tangki pada saat persiapan penyemprotan di gudang. Kemudian larutan dari

tangki ini diecerkan ke dalam tangki CDA berkapasitas 10 liter per kap yang

menggunakan nozzle nomor tiga. Bahan Kimia yang digunakan untuk

penyemprotan dengan CDA adalah Elang dengan bahan aktif Paraquat konsentrasi

6.15% yang dicampur Sterin dengan bahan aktif floroksifir konsentrasi 1%.

Gulma yang menjadi sasaran adalah Asystasia dan golangan rumput yang terdapat

pada piringan dan pasar pikul. Rata-rata dengan satu kap dapat digunakan untuk

menyemprot 200 pokok dalam waktu 90 menit dengan prestasi kerja karyawan

sebesar 5 ha/HK.

Tim pengendalian dengan alat semprot knapsack sprayer menggunakan

dump truck dengan tangki berkapasitas 2 000 liter dengan herbisida yang telah

dilarutkan pada saat persiapan penyemprotan di gudang. Herbisida lalu diecerkan

ke dalam tangki knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter yang menggunakan

nozzle VLV 200, bahan kimia yang digunakan untuk penyemprotan dengan

knapsack sprayer adalah Gramoxone dengan bahan aktif paraquat konsentrasi

0.5% yang dicampur Trapp dengan bahan aktif Methyl metsolfuron konsentrasi

0.03%. Gulma yang menjadi sasaran adalah gulma berkayu, pakisan, dan kentosan

yang terdapat pada piringan, pasar pikul, dan TPH. Rata-rata dengan satu kap

dapat menyemprot 40 pokok dalam waktu 20 menit dengan prestasi kerja

karyawan sebesar 3 ha/HK. Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan jalan

penyemprot adalah keadaan topografi dan kerapatan gulma.

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana ini pada prinsipnya adalah

pengelolaan KTA (Konservasi Tanah dan Air) seperti pemasangan gorong-gorong,

pemeliharaan gorong-gorong, dan rempesan. Seluruh kegiatan itu dilakukan agar

kondisi jalan dalam kebun tetap dalam kondisi yang baik untuk dilalui dalam

segala kondisi cuaca. Karena jalan merupakan sarana pendukung untuk

berjalannya transportasi di kebun seperti pengangkutan pupuk, pengangkutan TBS,

dan untuk memperlancar kegiatan karyawan. Faktor-faktor yang menyebabkan

rusaknya jaringan jalan adalah air yang menggenang, bahan organik dalam tanah,

tekstur dan struktur tanah, kurangnya sinar matahari dan beban kendaraan itu

sendiri.

Gorong-gorong. Berfungsi untuk mengalirkan air yang tergenang pada

badan jalan karena air yang menggenang menyebabkan tanah menjadi remah dan

sulit untuk dilalui kendaraan. Terdapat dua jenis gorong-gorong yaitu gorong-

gorong yang terbuat dari bahan semen/beton dan dari paralon yang masing-

masing gorong-gorong tersebut berdiameter 30 cm. Untuk jalan yang berada di

lereng bukit, jalan dibuat dengan kemiringan 10° ke arah bukit. Setiap jarak 50 m

atau di tempat yang cekung, dibuat rorak dengan ukuran 75 cm x 75 cm dengan

kedalaman 1 m. Untuk mengalirkan air yang tertampung didalam rorak dibuat

gorong-gorong dengan diameter 30 cm dan diletakkan 20 cm di atas dasar rorak.

Setelah pemasangan gorong-gorong selesai, pada sisi jalan dibuat tumpukan

karung yang berisi pasir yang berfungsi untuk menahan tanah yang terdapat pada

badan jalan agar tidak jatuh kebawah yang akan menyebabkan terjadi

Page 37: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

23

penyumbatan pada lubang gorong-gorong. Pemasangan gorong-gorong

dilaksanakan oleh tim prasarana yang biasanya terdiri dari empat orang dengan

prestasi kerja tiga gorong-gorong/HK. Untuk Pemeliharaan gorong-gorong

dilakukan secara manual dengan cangkul dan parang kegiatannya adalah

membongkar saluran gorong-gorong yang tersumbat lalu membuang tanah yang

menyumbat aliran air dari rorak ke tempat mengalirkan air ke luar, sehingga air

parit dapat lancar mengalir keluar dari gorong-gorong.

Rempesan. Merupakan kegiatan memotong pelepah yang berada diatas

jalan karena akan menghalangi sinar matahari ke jalan yang akan menyebabkan

jalan basah menjadi lama kering. Kegiatan rempesan dilaksanakan oleh dengan

tiga tim dengan masing-masing tim beranggotakan tiga orang, satu orang sebagai

penunas dan dua orang sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati.

Garuk Rumpang. Merupakan kegiatan membersihkan sampah serasah

yang biasanya berasal dari sisa pelepah dari piringan ke gawangan mati. Kegiatan

ini bertujuan untuk sanitasi pokok yang akan memudahkan pengutipan brondolan

dan aplikasi pemupukan, membersihkan kokon (kepompong ulat api) yang berada

di sekitar pokok. Prestasi kerja kegiatan ini rata-rata 170 pokok/HK, hal ini

dipengaruhi juga oleh topografi lahan dan keadaan serasah apabila terlalu semak

biasanya hanya mencapai 150 pokok/HK.

Aspek Manajerial

Kegiatan manajemen merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan yang

dilakasanakan guna mencapai tujuan akhir yang telah ditetapkan dengan

menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Agar

kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan benar maka diperlukan

dukungan dari sumber daya manusia yang berkualitas.

Karyawan Non Staf

Manajemen tingkat karyawan non staf adalah karyawan yang bertugas

membantu jalannya kegiatan, baik di kebun maupun pada administrasi kantor.

Karyawan yang termasuk tenaga kerja tingkat non staf terdiri atas Mandor I, Krani

Afdeling, Mandor Panen, Krani Buah, Mandor Semprot, dan Mandor Pupuk. Pada

minggu keempat sampai dengan minggu kelima selama magang penulis berstatus

sebagai pendamping mandor. Mandor merupakan pengelola dan pengawas

langsung terhadap kegiatan para PHL di lapangan. Mandor bertanggung jawab

terhadap hasil kerja yang dikelolanya dengan selalu berpedoman pada rencana

kerja harian (RKH) yang telah ditetapkan bersama antara mandor dan Asisten

Afdeling. Selain bertugas mengelola dan mengawasi kegiatan kerja para PHL di

lapangan, mandor juga harus dapat memberikan motivasi positif agar kinerja dari

para PHL yang menjadi tanggung jawabnya meningkat dan sesuai dengan standar

operasional perusahaan.

Setiap pagi seluruh mandor wajib mengikuti muster morning (apel pagi)

bersama Asisten Afdeling untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang

akan dilaksanakan pada hari tersebut. Setelah itu mandor melakukan apel pagi

Page 38: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

24

dengan para PHL yang menjadi tanggung jawabnya untuk memberitahu jenis

kegiatan dan metode kerjanya. Pada saat di lapangan mandor wajib mengawasi

secara langsung dan mengarahkan para pekerja agar bekerja lebih efektif. Sore

hari setelah selesai dari lapangan para mandor menghitung dan melaporkan hasil

pekerjaannya. Laporan tersebut meliputi prestasi kerja pekerja dan kualitas

pekerjaan kepada Asisten Afdeling dalam bentuk buku kerja mandor dan lembar

attendance & gang activity yang berisi tentang kehadiran PHL dan jenis pekerjaan

yang dilaksanakan pada hari itu. Selain itu juga mandor membuat rencana kerja

harian yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya.

Mandor I. Mandor I adalah orang yang mengatur semua kegiatan teknis di

lapangan, posisi jabatan mandor I berada langsung dibawah asisten afdeling dan

diatas mandor-mandor lainnya. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I lebih

luas jika dibandingkan dengan mandor-mandor lainnya. Mandor I mempunyai

tugas untuk mengontrol dan mengawasi semua jenis pekerjaan yang dilakukan.

Mandor I juga berkewajiban membuat rencana kerja harian dan berhak menegur

mandor dan karyawan secara langsung jika terdapat kesalahan dalam melakukan

pekerjaan. Seperti halnya Asisten Afdeling, mandor I memiliki wewenang untuk

memeriksa semua jenis kegiatan dan harus aktif menyelesaikan permasalahan

yang ada serta mencari solusinya.

Krani afdeling. Kantor afdeling merupakan salah satu pusat administrasi

terkecil dalam sebuah kebun dan menjadi sumber data langsung di lapangan tiap

afdeling, tugas kerani afdeling adalah memeriksa laporan baik yang masuk

maupun yang keluar seperti absensi mandor, membuat bon untuk pengadaan

barang dan laporan hasil kegiatan dari masing-masing mandor.

Mandor Panen. Pada perusahaan ini terdapat tiga mandor panen untuk

setiap afdeling. Tugas dari mandor panen adalah membuat perencanaan terhadap

areal seksi yang akan di panen atas persetujuan dari Asisten Afdeling. Selain itu

tugas mandor panen adalah apel pagi dengan para pemanen yang menjadi

tanggung jawabnya untuk memberikan pengarahan tentang pelakasanaan panen

dan mengingatkan tentang penggunaan alat pengaman diri (APD) untuk

keselamatan kerja. Pada saat apel pagi itu mandor panen juga mengabsen para

pemanen yang hadir, setelah itu mandor panen membagi ancak masing-masing

pemanen dan melaksanakan pengawasan pelaksanaan panen dan pemeriksaan

mutu ancak di lapangan. Setelah pelaksanaan panen, mandor panen melaksanakan

kegiatan taksasi panen yang bertujuan untuk memperkirakan hasil yang dapat

dipanen untuk esok hari.

Krani buah. Tugas utama kerani buah adalah mencatat jumlah TBS dan

mengawasi mutu buah yang dipanen oleh pemanen agar sesuai dengan kriteria

matang yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Data yang telah didapatkan

tersebut dicatat dalam buku kerani panen. Kerani buah berhak untuk menegur

pemanen yang memanen buah tidak sesuai dengan kriteria matang yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Setelah selesai dari lapangan, krani panen melakukan

pendataan ulang total buah yang dipanen oleh pemanen, selain itu juga mencatat

total buah yang masak, buah mentah, buah busuk dan buah abnormal yang

dipanen oleh setiap pemanen untuk menentukan jumlah premi dan denda yang

akan diterima oleh pemanen pada hari itu.

Mandor semprot. Tugas mandor semprot adalah menentukan areal yang

akan disemprot atas persetujuan dari asisten afdeling dan asisten kepala,

Page 39: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

25

melakukan apel pagi untuk memberikan pengarahan dan mengabsen karyawan,

lalu mengecek kelengkapan alat pengaman diri (APD) karyawan, dan

mempersiapkan larutan yang akan digunakan. Pada saat di lapangan mandor

semprot bertugas mengawasi pekerjaan di lapangan dan mengawasi penggunaan

herbisida. Setelah kegiatan di lapangan selesai mandor memberikan laporan hasil

kegiatan kepada asisten kepala dan asisten afdeling yang afdelingnya disemprot

pada hari itu dan juga membuat rencana kerja harian (RKH) untuk kegiatan esok

hari.

Mandor pupuk. Tugas dari mandor pupuk adalah membuat perencanaan

blok/petak yang akan dipupuk atas persetujuan asisten afdeling, membuat

permintaan bahan/bon gudang yang disetujui asisten afdeling, KTU dan manajer

kebun, mengawasi pengambilan pupuk di gudang, meminta kendaraan untuk

mengangkut pupuk dari gudang ke lapangan kepada mandor traksi, menghitung

tenaga kerja yang hadir untuk menentukan jumlah luasan yang akan dipupuk.

Pada saat apel pagi mandor pupuk memberikan pengarahan tentang pelaksanaan

pemumpukan kepada karyawan pemupuk dan memeriksa kelengkapan alat

pengaman diri para pemupuk. Pada saat di lapangan mandor pupuk mengawasi

distribusi pupuk dari gudang ke tempat peletakan pupuk yang telah ditentukan dan

mengawasi pelaksanaan kegiatan pemupukan di lapang.

Karyawan Staf

Setiap kebun dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang bertanggung

jawab dalam pengelolaan kebun dan menjadi pemegang puncak keputusan. EM

bertanggung jawab pada General Manager (GM) atas segala kegiatan yang ada di

kebun seperti keadaan kebun, proses produksi, administrasi kebun, pengusahaan

material, finansial, personalia dan termasuk dalam keamanan kebun. Sedangkan

setiap kebun terdiri atas beberapa afdeling, setiap afdeling dipimpin oleh seorang

asisten. Sehingga EM dibantu oleh beberapa asisten kepala dan asisten afdeling

yang membawahi beberapa mandor yang langsung menangani pelaksanaan

kegiatan lapang.

Asisten afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab langsung

terhadap seluruh kegiatan dan hal-hal penting lainnya dalam suatu afdeling.

Asisten afdeling bertanggung jawab kepada asisten kepala, manajer kebun dan

GM. Asisten afdeling bertugas merencanakan dan mengkoordinasikan program

kerja harian dan bulanan yang sesuai untuk mencapai target yang telah ditentukan.

Selain itu juga mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dan

mengarahkan pemecahan masalah di tingkat afdeling, melakukan pengawasan dan

penilaian terhadap kinerja dari masing-masing mandor, melakukan pembinaan

terhadap sumber daya manusia yang ada di afdelingnya, dan melakukan

administrasi afdeling yang dibantu oleh kerani afdeling. Asisten afdeling juga

bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang

meliputi semua pekerjaan yang ada di lapangan maupun dalam lingkungan

kemasyarakatan.

Page 40: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

26

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Pewarnaan Blok

Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas

Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate

Manager membawahi beberapa Asisten Afdeling. Seorang Asisten Afdeling

bertanggungjawab terhadap operasional Afdeling dengan luas areal sekitar

700 – 1 000 ha. Satu Afdeling dibagi lagi menjadi blok berbentuk persegi panjang

dengan luas blok pada umumnya 30 ha tetapi hal ini tidak berlaku tetap tergantung

pada kondisi topografi dan letak blok. Sebagai contoh Afdeling V pada PT. Inti

Indosawit Subur dibagi menjadi Sembilan blok. Kebun secara total akan memiliki

lebih kurang lima puluh blok dengan total luas satu kebun antara 3 000 - 5 000 ha.

Dengan skala luasan kebun yang demikian, maka tidaklah mudah bagi

seorang Estate Manager untuk dapat memantau keseluruhan areal luasan kebun

yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang Estate Manager seharusnya hanya

perlu memusatkan perhatian kepada sebagian saja dari seluruh areal kebun, tidak

perlu seluruhnya. Dengan demikian konsentrasinya akan lebih fokus, dan action

plan untuk memperbaiki blok yang bermasalah tersebut dapat dilakukan dengan

lebih fokus juga. Suatu cara yang dapat disebut sebagai Analisa Hasil Panen Blok

dapat digunakan dalam perkebunan kelapa sawit dengan cara memperbandingkan

kinerja suatu blok dengan blok lainnya, sehingga dapat diidentifikasi blok mana

saja yang kinerjanya relatif tidak sebaik bok lainnya. Secara teknis pembandingan

kinerja blok ini didasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi seperti

kelas kesesuaian lahan, jenis bibit dan umur tanaman. Faktor lain yang dapat

dipertimbangkan adalah potensi produksi, yang dapat dijadikan sebagai acuan

pagi pencapaian hasil.

Sebagai contoh, perbandingan antar blok dapat dilakukan dengan membuat

perbandingan langsung dari hasil panen setiap blok untuk jenis bibit dan tahun

tanam yang sama. Misalnya, Blok E91A dengan jenis bibit Marihat tahun tanam

1991 memiliki produktivitas pada bulan Februari tahun 2012 sebesar 2.0 ton/ha.

Sedangkan Blok E91B dengan jebis bibit dan tahun tanam yang sama memiliki

produktivitas 2.3 ton/ha. Tanpa memperhitungkan faktor lingkungan secara garis

besar dapat disimpulkan bahwa kinerja Blok E91B lebih baik dari Blok E91A.

Metode lain dalam pemeringkatan kinerja blok adalah dengan

membandingkan produksi aktual blok tersebut dengan potensi produksi bibitnya.

Angka potensi produksi merupakan suatu acuan yang dapat dipergunakan untuk

memprediksi produksi tanaman kelapa sawit. Setiap jenis bibit kelapa sawit

memiliki angka potensi produksinya masing-masing. Angka potensi produksi ini

juga sangat tergantung pada kelas kesesuaian lahan di mana bibit tersebut di

tanam. Semakin baik kelas lahannya, tentu semakin tinggi angka potensinya.

Angka potensi produksi ini dapat dijadikan acuan standar dalam pengukuran

kinerja produksi buah kelapa sawit. Sebagai contoh, suatu blok dengan kelas

lahan S2 yang ditanami bibit Marihat dengan tahun tanam 1991 maka pada tahun

2012 akan berumur 21 tahun dan mempunyai angka potensi produksi per tahun

sebesar 21 ton/ha dengan bobot janjang rata-rata 28.6 kg dan menghasilkan 5.60

janjang/pokok/tahun. Pada kenyataannya blok tersebut memiliki produksi per

Page 41: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

27

tahun sebesar 24.9 ton/ha dengan berat janjang rata-rata 25 kg dan menghasilkan

7.64 janjang/pokok/tahun. Dengan hasil seperti itu kinerja blok tersebut telah

mencapai 90% dari potensinya.

Dengan cara ini, dapat dibandingkan kinerja keseluruhan blok yang terdapat

dalam satu kebun dan membuat urutan peringkat dari blok dengan kinerja paling

baik hingga yang paling buruk. Untuk lebih memudahkan dapat dilakukan kode

pewarnaan dari masing-masing blok sesuai peringkat kinerjanya masing-masing.

Dalam model pewarnaan blok dibedakan berdasarkan garisnya yaitu horizontal,

vertikal dan garis miring. Garis vertikal menunjukkan kinerja paling rendah,

sementara garis horizontal menunjukkan kinerja paling tinggi. Contoh metode

pewarnaan blok dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 3. Contoh metode pewarnaan blok

Dapat dipahami bahwa blok dengan garis vertikal merupakan blok yang

perlu mendapatkan perhatian khusus karena kinerjanya yang relatif tidak sebaik

blok yang lainnya. Pada kenyataannya munculnya blok dengan garis vertikal ini di

kategorikan seperti sebuah hukuman padahal semestinya keberadaan dengan garis

vertical dapat membantu manajemen kebun untuk mengkonsentrasikan

perhatiannya. Blok dengan garis horizontal juga bukan berarti yang terbaik,

karena produksi masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki hal-hal yang

dianggap masih kurang baik sesuai dengan salah satu konsep perusahaan yaitu

continous improvement yaitu perbaikan yang dilakukan secara berkelanjutan.

Pengaruh populasi per hektar terhadap produksi, bobot janjang rata-rata

dan produktivitas

Peanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Buatan dimulai pada

tahun 1988 sampai dengan tahun 1991. Jarak tanam yang umum digunakan pada

perkebunan kelapa sawit adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga diperoleh

populasi per hektar 136 pokok. Namun pada kenyataannya sering tidak sesuai

dikarenakan topografi areal dan kondisi lahan. Jumlah populasi per hektar diduga

berpengaruh terhadap tiga komponen produksi yaitu produksi total kebun, bobot

janjang rata-rata dan produktivitas. Berikut ini disajikan dalam Tabel 10 hasil uji

Page 42: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

28

t-student terhadap tiga komponen produksi tanaman kelapa sawit berdasarkan

jumlah populasi per hektarnya.

Tabel 10. Pengaruh jumlah populasi per hektar terhadap tiga komponen

produksi

Variabel Nilai tengah (kg)

t-hitung Pr > |t| SPH <125 SPH >125

Produksi 5 799 286 5 747 470 0.84tn

0.421

BJR 24.89 24.76 0.29tn

0.780

Produktivitas 2 044.34 2 011.33 0.42tn

0.683

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

* = berbeda nyata pada taraf uji 5 %

** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 %

Data SPH (stand per hectare) untuk produksi merupakan data SPH yang

diambil dari total produksi kebun pada setiap afdeling, sedangkan untuk data BJR

(Bobot Janjang Rata-rata) dan produktivitas diambil dari data produksi tanaman

kelapa sawit yang berumur 23 tahun (tahun tanam 1988) yang telah

dikelompokkan berdasarkan kategori SPH yang telah ditentukan dan dihubungkan

terhadap pencapaian tiga komponen produksi yaitu produksi total per tahun, bobot

janjang rata-rata dan produktivitas. Berdasarkan hasil uji t-student pada taraf 5%

ketiga komponen produksi di Kebun Buatan tahun 2011 yaitu produksi, BJR dan

produktivitas tidak berbeda nyata antara SPH <125 dan SPH >125. Dari kedua

kelompok SPH tersebut yang memiliki nilai produksi paling tinggi terdapat pada

SPH <125, hal ini ditunjukkan nilai tengah yang lebih tinggi untuk ketiga

komponen produksi per bulannya.

Hasil uji t-student untuk produksi Kebun Buatan pada tahun 2011 tidak

menunjukkan perbedaan nyata antara kelompok SPH <125 dengan kelompok

SPH >125. Produksi tertinggi per bulan terdapat pada kelompok SPH >125

dengan nilai tengah sebesar 5 799 286 kg/bulan. Berdasarkan hasil uji t-student

pada taraf 5%, bobot janjang rata-rata Kebun Buatan tahun 2011 tidak berbeda

nyata antara kelompok SPH <125 dan kelompok SPH >125. Nilai bobot janjang

rata-rata paling tinggi terdapat pada kelompok SPH <125 dengan nilai tengah

sebesar 24.89 kg. Hasil uji t-student untuk produktivitas juga tidak menunjukkan

perbedaan nyata antara kelompok SPH <125 dengan kelompok SPH >125.

Produktivitas tertinggi terdapat pada kelompok SPH <125 dengan nilai tengah

sebesar 2 044.34 kg/ha/bulan. Hal ini dikarenakan kompetisi hara antar tanaman

kelapa sawit yang terjadi pada kelompok SPH <125 lebih rendah dibanding

dengan kelompok SPH >125. Kompetisi hara yang rendah antar tanaman kelapa

sawit menyebabkan penyerapan hara oleh tanaman kelapa sawit terjadi secara

optimal. Apabila penyerapan hara terjadi secara optimal maka hara akan

terdistribusi ke seluruh tanaman secara merata sehingga menghasilkan buah yang

lebih besar.

Pada kenyataannya populasi per hektar di Kebun Buatan pada tahun 2011

sebesar 129 pokok/ha. Hal ini dikarenakan kondisi topografi areal kebun yang

berbukit sehingga jarak tanam yang digunakan tidak tepat, disamping itu juga

terdapat beberapa tanaman yang sudah tidak produktif dan terdapat tanaman yang

sudah mati akibat serangan hama dan penyakit.

Page 43: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

29

Pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas

Menurut Pahan (2008) tanaman kelapa sawit dapat dipanen pada saat

tanaman berumur tiga atau empat tahun. Produksi yang dihasilkan akan terus

bertambah seiring bertambahnya umur dan akan mencapai produksi maksimalnya

pada saat tanaman berumur 9 – 14 tahun, setelah itu produksi yang dihasilkan

akan mulai menurun. Umur ekonomis tanaman sawit berkisar antara 25 – 26 tahun.

Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi produksi

TBS yang dihasilkan tanaman kelapa sawit adalah umur tanaman.

Selain mempengaruhi produksi, umur tanaman kelapa sawit juga akan

mempengaruhi produktivitasnya. Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit

akan meningkat secara tajam dari umur tujuh tahun dan akan mencapai tingkat

produktivitas maksimalnya pada umur lima belas tahun dan mulai menurun secara

perlahan seiring dengan pertambahan umur tanaman. Kebun Buatan memiliki

empat tahun tanam yaitu yang tertua tahun tanam 1988 dan yang termuda tahun

tanam 1991. Dapat diartikan bahwa pada tahun 2011 tanaman kelapa sawit di

Kebun Buatan telah berumur 20 - 23 tahun. Tanaman kelapa sawit di Kebun

Buatan telah melewati masa produksi maksimalnya, namun masih berproduksi

secara maksimal. Berikut ini disajikan dalam Tabel 11. Hasil uji t-student

perbedaan tingkat produktivitas pada empat tahun tanam di Kebun Buatan.

Tabel 11. Pengaruh tahun tanam (umur) terhadap produktivitas

Perbandingan

tahun tanam

Nilai tengah (kg/ha/bulan) t-hitung Pr > |t|

1988 1989 1990 1991

1988 vs 1989 1 989.58 2 134.67 - - -2.44*

0.033

1988 vs 1990 1 989.58 - 2 102.08 - -2.79*

0.017

1988 vs 1991 1 989.58 - - 2 081.67 -2.98*

0.013

1989 vs 1990 - 2 134.67 2 102.08 - 0.60tn

0.559

1989 vs 1991 - 2 134.67 - 2 081.67 0.97tn

0.353

1990 vs 1991 - - 2 102.08 2 081.67 0.45tn

0.659

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

* = berbeda nyata pada taraf uji 5 %

** = berbeda nyata pada taraf uji 1 %

Berdasarkan hasil uji t-student produktivitas tanaman kelapa sawit dengan

tahun tanam 1988 (umur 23 tahun) berbeda nyata dengan tanaman kelapa sawit

dengan tiga tahun tanam lainnya yaitu tahun tanam 1989 (umur 22 tahun), tahun

tanam 1990 (umur 21 tahun) dan tahun tanam 1991 (umur 20 tahun). Hal ini

dikarenakan pada umur 23 tahun produksi tanaman kelapa sawit sudah mulai

menurun, dapat dibuktikan dengan nilai tengah dari produktivitas tahun tanam

1988 yang sebesar 1989,58 kg/ha/bulan. Sedangkan nilai tengah produktivitas

yang tertinggi terdapat di tahun tanam 1989 (umur 22 tahun) yaitu sebesar

2134,67 kg/ha/bulan.

Tabel 12 menunjukkan perbandingan produktivitas kelapa sawit antara

Kebun Buatan yang menggunakan varietas Marihat dengan trend produktivitas

kelapa sawit varietas Marihat bedasarkan literatur dari Pusat Penelitian Kelapa

Sawit. Tabel tersebut menunjukkan bahwa produktivitas kelapa Sawit Kebun

buatan lebih tinggi dibanding dengan trend produksi kelapa sawit varietas Marihat

dalam kelas lahan apapun. Hal ini dikarenakan kebun buatan melakukan

Page 44: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

30

manajemen pemupukan, pemanenan dan perawatan kebun dengan baik sehingga

mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi. Akan tetapi produktivitas kelapa

sawit di Kebun Buatan telah mengalami penurunan ketika tanaman mulai berumur

diatas 22 tahun. Penurunan produktivitas ini terjadi karena umur tanaman tersebut

sudah diatas umur produktivitas maksimal rata-rata kelapa sawit. Oleh karena itu,

dari pihak kebun akan berencana melakukan replanting untuk tanaman kelapa

sawit tahun tanam 1988 pada semester II tahun 2013 agar produktivitas tanaman

kelapa sawit meningkat kembali.

Tabel 12. Perbandingan produktivitas Kebun Buatan

Tahun

tanam

Umur

(tahun)

Produktivitas Kebun

Buatan Tahun2011

(ton/ha bulan)

Kelas lahan dan produktivitas

Marihat (ton/ha/bulan)

I II III

1991 20 2.08 1.92 1.79 1.58

1990 21 2.10 1.82 1.75 1.50

1989 22 2.13 1.65 1.58 1.41

1988 23 1.90 1.57 1.50 1.33 Sumber : Kantor Besar Kebun buatan 2012

Analisis Produksi Menggunakan Persamaan Regresi Berganda

Ada tiga konsep yang perlu dipahami apabila berbicara dengan produksi

kelapa sawit yaitu. Produksi Secara Genetik, Site Yield Potential, dan Produksi

Aktual. Pertama, produksi secara genetik merupakan potensi produksi maksimal

yang dimiliki oleh bahan tanaman pada suatu lingkungan tanpa atau sedikit

mengalami hambatan baik faktor lingkungan, maupun teknik budidaya dan

manajemen. Kedua, Site Yield Potential merupakan produksi yang dapat dicapai

oleh bahan tanaman tertentu sesuai dengan kondisi suatu tempat setelah

mengalami hambatan oleh faktor pembatas yang tidak dapat dikendalikan oleh

manusia seperti faktor iklim. Ketiga, produksi aktual merupakan produksi yang

telah dicapai oleh bahan tanaman tertentu pada suatu lokasi setelah mengalami

hambatan oleh faktor pembatas yang tidak dapat dikendalikan.

Analisis produksi kelapa sawit tidak dapat dilakukan secara mudah

mengingat banyak faktor yang mempengaruhi produksi seperti tipe tanah secara

fisik maupun kimia, kondisi iklim (jumlah dan distribusi curah hujan), lama

penyinaran, kecepatan angin, teknik budidaya dan manajemen, dan faktor-faktor

sosial dalam kebun. Beberapa faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain

yang dapat menurunkan dan menghilangkan produksi dari potensi yang dimiliki

oleh tanaman.

Untuk mendapatkan produksi yang optimal maka seluruh faktor produksi

yang mempengaruhi harus diusahakan pada kondisi yang optimal. Hal ini

dikarenakan faktor penentu produksi tersebut saling terkait dan saling

mempengaruhi satu sama lain. Optimalisasi yang kurang salah satu faktor atau

lebih dapat mempengaruhi pencapaian produksi. Faktor-faktor yang diduga

berpengaruh terhadap produksi TBS khususnya di Kebun Buatan adalah curah

hujan, jumlah hari kerja, output pemanen, SPH (populasi per hektar), dan umur

Page 45: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

31

tanaman. Pemilihan faktor-faktor produksi tersebut didasarkan pada asumsi dan

kelengkapan data yang tersedia di kebun.

Analisis dilakukan terhadap tiga variabel faktor penentu produksi yaitu

curah hujan selama enam bulan terakhir, jumlah hari kerja dan output pemanen

pada tahun 2011. Persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Produksi (Y) = 12 181 + 0.617 CH + 1.97 Jumlah HK + 5.82 Output

Untuk mengetahui persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk

digunakan dapat dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Untuk mengetahui

apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak digunakan uji normalitas.

Persyaratan uji normalitas adalah data berasal dari distribusi yang normal yang di

uji dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov pada taraf 0,05. Data dinyatakan

berdistribusi normal jika sinilai gnifikansi lebih besar dari 0,05. Untuk persamaan

regresi di atas didapat dengan nilai P-value 0.150 yang berarti data telah

terdistribusi dengan normal.

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang

harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala

heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Ada beberapa metode

pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu uji park, uji glesjer, dan melihat

pola grafik regresi seperti pada gambar 6.

Gambar 4. Grafik persamaan regresi

Model yang layak didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik

seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya

melebar kemudian menyempit. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa

RESI1

Pe

rce

nt

5002500-250-500

99

95

90

80

70

60

50

40

30

20

10

5

1

Mean

>0,150

-9,09495E-13

StDev 191,8

N 12

KS 0,178

P-Value

Probability Plot of RESI1Normal

Page 46: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

32

tidak terdapat heteroskedastisitas yang terlihat dari penyebaran data yang

membentuk pola. Dapat dikatakan bahwa terdapat kesamaan varian dari residual

untuk semua pengamatan pada model regresi.

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar

variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam

model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada pembahasan ini akan

dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada

model regresi. Jika nilai VIF lebih besar dari lima maka variabel tersebut

mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya, Pada

kenyataannya dalam model tersebut diperoleh nilai VIF yang lebih kecil dari lima

untuk ketiga faktor yang diuji. Dapat diartikan bahwa tidak terdapat

multikolinearitas dalam model persamaan regresi tersebut.

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara

residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk

mengetahui ada tidaknya autokorelasi maka dapat dilihat dari nilai Durbin Watson

yang dibandingkan dengan nilai dari tabel Durbin Watson. Untuk persamaan

regresi di atas peroleh nilai d = 1.41076, nilai dL = 0.6577, dan nilai dU = 1.8640.

Berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi jika d terletak antara dL dan dU

atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Oleh karena itu pada persamaan regresi di atas tidak dapat disimpulkan terdapat

atau tidaknya autokorelasi karena nilai d terletak antara nilai dL dan nilai dU.

Dari keempat uji asumsi tersebut hanya tiga uji yang menyatakan bahwa

persamaan regresi di atas telah memenuhi syarat untuk dapat dikatakan layak

sebagai suatu model persamaan yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji

heteroskedastisitas. Berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi, persamaan regresi

di atas tidak dapat ditentukan adanya autokorelasi atau tidak. Hal ini dibuktikan

dengan nilai d yang terletak antara nilai dL dan dU.

Persamaan di atas menunjukkan pada saat semua variabel atau peubah bebas

(X) yang digunakan diasumsikan bernilai 0 maka nilai Y (peubah tak bebas) yang

dihasilkan adalah 12 181 satuan. Hasil signifikan dari ketiga variabel X yang

memiliki pengaruh sangat nyata terhadap produksi TBS (Y) pada taraf uji 1%

adalah jumlah hari kerja dan output pemanen yang terlihat dari nilai signifikan

yang dihasilkan adalah 0.000 (Tabel 13).

Tabel 13. Pendugaan faktor yang mempengaruhi produksi TBS

Variabel t-hitung Peluang

Curah hujan 2.06 tn

0.074

Jumlah HK 12.01**

0.000

Output pemanen 13.29**

0.000 Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

* = berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %

** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1 %

Nilai koefisien determinasi atau R2 yang dihasilkan dalam analisis terhadap

produksi TBS (tandan buah segar) tahun 2011 adalah sebesar 98.3% yang berarti

bahwa 98.3% variasi variabel Y (produksi) di Kebun Buatan dapat diterangkan

oleh variabel X (faktor penentu produksi yakni curah hujan, jumlah hari kerja dan

Page 47: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

33

output pemanen). Pengaruh faktor lain diluar model pengaruhnya sangat kecil

sekali yaitu hanya 1.7%. Hasil uji analisis ini membuktikan bahwa faktor-faktor

produksi yang dianalis sudah cukup mewakili dalam memperkirakan faktor-faktor

yang mempengaruhi produksi TBS di Kebun Buatan pada tahun 2011. Pengaruh

faktor-faktor yang di analisis berdasarkan persamaan regresi berganda akan

dijelaskan masing-masing.

Curah Hujan

Menurut PPKS (2006) curah hujan yang optimal untuk tanaman kelapa

sawit berkisar antara 2 000 – 2 500 mm/tahun dengan curah hujan yang merata

sepanjang tahun serta tidak terdapat kondisi kekeringan yang signifikan seperti

bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) ataupun defisit air.

Nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor curah hujan dalam persamaan

regresi adalah 0.074. Nilai ini menunjukkan tidak adanya pengaruh antara curah

hujan dan produksi TBS di Kebun Buatan yang terlihat dari nilai signifikan yang

diperoleh lebih besar dari taraf uji 0.05 (α = 5%).

Curah hujan yang tidak berpengaruh terhadap produksi TBS di Kebun

Buatan ini dikarenakan rata-rata curah hujan tahunan selama lima tahun terakhir

sudah sesuai dengan kebutuhan dan syarat tumbuh kelapa sawit. Curah hujan yang

terjadi di Kebun Buatan selama tahun 2007 - 2011 yaitu 2 152.4 mm/tahun serta

tidak pernah terjadi kondisi kekeringan ataupun defisit air selama lima tahun

terakhir hal ini dibuktikan dengan lebih banyak jumlah bulan basah dibandingkan

dengan bulan kering dimana terdapat rata-rata sembilan bulan basah dan dua

bulan kering selama lima tahun terakhir.

Selain itu curah hujan yang tidak berpengaruh terhadap produksi TBS juga

dapat disebabkan populasi pada tanaman kelapa sawit di kebun ini mempunyai

tingkat keseragaman yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tahun tanam yang

homogen pada tiap blok kelapa sawit. Homogenitas tahun tanam yang tinggi pada

setiap bloknya berdampak pada pengaruh jumlah curah hujan yang diterima

tanaman menjadi merata sehingga setiap tanaman kelapa sawit dalam kebun

tersebut mendapatkan jumlah air yang merata juga.

Kondisi kekeringan yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman kelapa

sawit kekurangan air dan mengganggu perkembangan bunga sehingga

menurunkan produktivitasnya. Sedangkan kondisi wilayah dengan curah hujan

yang berlebihan akan menyebabkan tanaman tergenang sehingga perakarannya

menjadi anaerob juga akan mengurangi intensitas cahaya sehingga dapat

menghambat produktivitas.

Jumlah Hari Kerja

Kegiatan panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit

sehingga tenaga kerja panen memiliki peran yang penting dalam perkebunan

kelapa sawit. Berkurangnya tenaga kerja panen akan berpengaruh terhadap jumlah

hari kerja efektif kegiatan panen yang secara langsung akan mempengaruhi

produksi kebun pada hari tersebut.

Page 48: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

34

Nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor jumlah hari kerja dalam

persamaan regresi adalah 0,000. Nilai ini menunjukkan pengaruh yang sangat

nyata antara jumlah hari kerja dengan produksi TBS di Kebun Buatan yang

terlihat dari nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari taraf uji 0.01 (α = 1%).

Berdasarkan hasil analisis dapat dikatakan bahwa dengan penambahan

jumlah hari kerja efektif dapat meningkatkan produksi. Akan tetapi kebutuhan

tenaga panen harus mengacu pada luas total areal kebun, kegiatan panen akan

terhambat bila tenaga panen kurang dari jumlah yang sesuai dengan indeks tenaga

kerja, terlalu tinggi juga tidak baik karena menjadi tidak efisien dalam hal biaya.

Nilai indeks tenaga kerja mempengaruhi apakah jumlah tenaga kerja pada suatu

perusahaan efisien atau tidak. Pada tahun 2011 Kebun Buatan memiliki indeks

tenaga kerja sebesar 0.22 yang berarti pengelolaan tenaga kerja di Kebun Buatan

sudah efisien dan efektif dengan rata-rata jumlah hari kerja 5 659 HK per bulan

Jumlah tenaga panen per mandoran berkisar antara 15 - 20 orang dengan

tiga mandor per afdeling berarti dalam satu afdeling biasanya terdapat 45 - 60

orang tenaga panen. Berkurangnya tenaga kerja panen disebabkan ada karyawan

yang tidak masuk dikarenakan ijin cuti, sakit, ataupun karena faktor alam seperti

hujan. Jumlah hari kerja yang rendah mengakibatkan produksi harian menurun

dengan luas areal yang dipanen menurun sehingga mengakibatkan rotasi panen

semakin tinggi. Menurut Walad (2011) untuk mengatasi kekurangan hari kerja

karyawan maka pihak kebun harus menerapkan peraturan yang tegas baik berupa

sanksi atau denda, bahkan perusahaan bisa memberikan intensif bagi karyawan

dengan tingkat absensi rendah sebagai motivasi untuk bekerja lebih baik.

Output Pemanen

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya

cukup besar sehingga perlu diadakan upaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah

satu cara mengukur efisiensi tenaga kerja dengan menghitung produktivitas kerja.

Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara tenaga kerja yang digunakan

untuk menghasilkan produksi dalam satuan waktu tertentu (Hartopo, 2005). Salah

faktor dari tenaga kerja yang mempengaruhi produksi kebun adalah output

pemanen (kapasitas pemanen) yaitu kemampuan tenaga kerja memanen buah per

harinya. Kapasitas pemanen biasanya dihitung dalam satuan berat ataupun janjang.

Menurut PPKS (2006) kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada

produksi panen kelapa sawit per hektar yang dihubungkan dengan umur tanaman

(tinggi), topografi areal, premi yang disediakan dan musim panen yang memuncak

atau menurun.

Nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor output pemanen dalam

persamaan regresi adalah 0.000. Nilai ini menunjukkan pengaruh yang sangat

nyata antara output pemanen dengan produksi TBS di Kebun Buatan yang terlihat

dari nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari taraf uji 0.01 (α = 1%). Hal ini

berarti semakin tinggi output dari pemanen maka semakin tinggi pula produksi .

Output pemanen dipengaruhi oleh umur tanaman karena semakin

bertambahnya umur tanaman maka semakin tinggi pokok kelapa sawit. Pokok

yang tinggi akan menyulitkan pemanen mengambil buah sehingga output akan

menurun. Topografi akan berpengaruh terhadap output pemanen apabila kondisi

Page 49: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

35

areal berbukit karena menyulitkan pemanen mengangkut buah ke TPH. Faktor

utama yang mempengaruhi output pemanen adalah kondisi fisik pemanen tersebut.

Pemanen yang sudah terlatih akan menghasilkan output yang lebih tinggi

disbanding pemanen yang kurang terlatih. Output pemanen pada tahun 2011 dapat

dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Output pemanen per bulan tahun 2011

Bulan Output Pemanen (ton/orang/hari)

Januari 1.84 Februari 1.91 Maret 1.69 April 1.86 Mei 2.07 Juni 2.07 Juli 2.11

Agustus 1.99 September 2.42 Oktober 2.15

November 2.10 Desember 2.17

Sumber : Laporan Unit Kebun PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan

Tabel 14 menunjukkan bahwa output pemanen paling tinggi terdapat pada

bulan September dan yang paling rendah terdapat pada bulan maret. Output

pemanen tinggi akan menghasilkan produksi TBS yang tinggi pula. Hal ini

dikarenakan pada bulan tersebut merupakan puncak panen kelapa sawit di kebun

tersebut. Sedangkan output pemanen terendah terjadi pada bulan maret

dikarenakan pada bulan tersebut produksi kebun menurun sehingga output

pemanen juga ikut menurun.

Untuk menjaga output pemanen tetap optimal perusahaan dapat melaksakan

pelatihan terhadap pemanen yang kurang terampil, membuat tangga teras pada

areal berbukit untuk memudahkan pemanen mengangkut buah. Pemberian

rewards kepada pemanen dengan output tertinggi dapat dijadikan salah satu

alternatif untuk menaikkan output dan juga dapat meningkatkan motivasi

pemanen lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kebun Buatan secara umum sudah menerapkan teknik budidaya kelapa

sawit dengan baik. Indikator tersebut dapat dilihat dari kegiatan penyemprotan,

pemupukan dan panen sudah berjalan sesuai dengan SOP (standard operational

procedure) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Produksi TBS di Kebun

Buatan dipengaruhi oleh jumlah hari kerja efektif tenaga kerja panen dan jumlah

Page 50: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

36

output pemanen. Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis

adalah 98.3% yang dapat diartikan bahwa sebanyak 98.3% variasi variabel

dependen dapat diterangkan oleh variabel independen (curah hujan, jumlah hari

kerja dan output pemanen) yang terdapat di dalam model persamaan.

Produktivitas Kebun Buatan sudah cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari

produktivitas Kebun Buatan lebih tinggi dibanding produktivitas varietas Marihat

pada berbagai kelas lahan. Permasalahan utama di Kebun Buatan adalah

menurunnya produktivitas tanaman pada tanaman yang berumur lebih dari 22

tahun. Hal ini diakibatkan umur tanaman tersebut sudah diatas umur produktivitas

maksimal rata-rata kelapa sawit.

Saran

Untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Buatan

perlu lebih mengoptimalkan faktor produksi yaitu jumlah hari kerja efektif

pemanen dan kemampuan pemanen. Berdasarkan kondisi tanaman yang sudah tua

kegiatan replanting perlu dilakukan agar produktivitas di Kebun Buatan kembali

stabil.

DAFTAR PUSTAKA

Asian Agri. 2010. Agricultural Policy Manual. Medan (ID): Asian Agri. 427 hal.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Volume dan nilai ekspor, impor Indonesia.

http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstat/exportimport/16-

Kelapa sawit. [26 Januari 2010]

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Teknis budidaya tanaman kelapa sawit.

http://www.deptan.go.id. [20 November 2009].

Fauzi Y, Y E Widyastuti, I Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit.

Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 166 hal.

Hartopo, M. 2005. Pengelolaan Tenaga Kerja pada Pemeliharaan dan Pemetikan

Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT. Tambi Unit Perkebunan

Bedakah Wonosobo, Jawa Tengah. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor. 72 hal.

Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di lndonesia Pusat

Penelitian Perkebunan Marihat - Bandar Kuala. Pematang Siantar-

Sumatera Utara (ID). 435 hal.

Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu HIngga Hilir.

Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 412 hal.

Pardosi, V. R. 1994. Pemeliharaan Pembibitan Utama dan TBM di Kebun

Rejosari PTP X Lampung. Laporan Keterampilan Profesi. [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Panen pada Tanaman Kelapa Sawit.

Medan (ID): PPKS

Page 51: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

37

[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Medan

(ID): PPKS. 153 hal.

Risza, S. 2009. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta

(ID): Kanisius. 189 hal.

Sastrosayono, S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

65 hal.

Setyamidjaja, D. 2006. Teknik Budidaya Panen Pengolahan Kelapa Sawit.

Yogyakarta (ID): Kanisius. 127 hal.

Soepadiyo M. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID):

Gadjah Mada University Press.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta

(ID): Agromedia Pustaka. 70 hal.

Usman H, R P S Akbar. 2000. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Walid, A. 2011. Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di Perkebunan Pantai Bonati Estate, PT Sajang Heulang Minamas

Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor. 79 hal.

Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor. 52 hal.

Page 52: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

38

Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas di Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur.

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan/HK)

Lokasi Keterangan Penulis Karyawan Standar

10 Februari 2012 Tiba di Lokasi

Magang - - -

Kantor

kebun -

11 Februari 2012 Menghadap Manager

Kebun - - -

Kantor

kebun

Penempatan di

Afdeling V

12 Februari 2012 Hari Minggu - - - - Orientasi

Kebun

13 Februari 2012 Panen 20

Janjang

84

Janjang

40

Janjang E90A -

14 Februari 2012 Panen 21

Janjang

87

Janjang

40

Janjang E90B -

15 Februari 2012 Panen 19

Janjang

80

Janjang

40

Janjang E90C -

16 Februari 2012 Sakit - - - - -

17 Februari 2012 Panen 23

Janjang

80

Janjang

40

Janjang E91D -

18 Februari 2012 Panen 20

Janjang

83

Janjang

40

Janjang E91C -

19 Februari 2012 Hari Minggu - - - - -

20 Februari 2012 Pemupukan 10

Untilan

28

Untilan

28

Untilan E91C

22 Februari 2012 Until Pupuk - 7 Ton 7 Ton Gudang

Pupuk

23 Februari 2012 Perbaikan Sarana dan

Prasarana - - - E91A

Membuat

Batas Blok

24 Februari 2012 Sensus Ulat Api - - - E90A -

25 Februari 2012 Sensus Ulat Api - - - E90B -

26 Februari 2012 Hari Minggu - - - - -

27 Februari 2012 Pengendalian Gulma 1 Ha 5 Ha 5 Ha F88A Menggunakan

Gramoxone

28 Februari 2012 Pengendalian Gulma 0.7 Ha 5 Ha 5 Ha D91A Menggunakan

Gramoxone

29 Februari 2012 Garuk Rumpang 40

Pokok

220

Pokok

200

Pokok E90A

1 Maret 2012 Pengendalian Gulma 1.3 Ha 5 Ha 5 Ha D91B Menggunakan

Gramoxone

2 Maret 2012 Panen - - - E90C Mengutip

Berondolan

3 Maret 2012 Panen - - - E90A Mengutip

Berondolan

Page 53: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

39

Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur.

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja

Lokasi Keterangan

Jumlah

PHL

yang

Diawasi

(orang)

Luas

Area

yang

Diawasi

(ha)

Lama

Kegiatan

(Jam)

5 Maret 2012 Pendamping Mandor

Panen

12

Orang 50 Ha 7 Jam E91C

Periksa Mutu

Ancak

6 Maret 2012 Rawat Gawangan 4 Orang 5 Ha 7 Jam E90B -

7 Maret 2012 Pengendalian Gulma 10

Orang 45 Ha 7 Jam D90B -

8 Maret 2012 Perbaikan Gorong-

gorong 2 Orang - 7 Jam E91E -

9 Maret 2012 Perbaikan Jalan 5 Orang - 5 Jam E90B -

10 Maret 2012 Input Data - - -

Kantor

Afdeling

V

-

11 Maret 2012 Hari Minggu - - - - -

12 Maret 2012 Until Pupuk 10

Orang 14 Ton 7 Jam

Gudang

Pupuk -

13 Maret 2012 Rehab Titik Sensus 6 Orang - 7 Jam E91C -

14 Maret 2012 Administrasi - - -

Kantor

Afdeling

V

-

15 Maret 2012 Sakit - - - - -

16 Maret 2012 Panen 10

Orang 50 Ha 7 Jam E91C -

17 Maret 2012 Panen 11

Orang 50 Ha 7 Jam E90B -

18 Maret 2012 Hari Minggu - - - - -

19 Maret 2012 Panen 12

Orang 45 Ha 7 Jam E90C -

20 Maret 2012 Panen 12

Orang 50 Ha 7 Jam E91D -

21 Maret 2012 Panen 11

Orang 50 Ha 7 Jam E91C -

22 Maret 2012 Panen 11

Orang 50 Ha 7 Jam E91F -

23 Maret 2012 Libur Nyepi - - - - -

24 Maret 2012 Panen 10

Orang 50 Ha 7 Jam E90A -

Page 54: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

40

Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur.

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja

Lokasi Keterangan

Jumlah

Mandor

yang

Diawasi

(orang)

Luas

Area

yang

Diawasi

(ha)

Lama

Kegiatan

(Jam)

26 Maret 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90A -

27 Maret 2012 Administrasi - - -

Kantor

Afdeling

V

-

28 Maret 2012 Panen 1 Orang 50

Hektar 7 Jam E91F -

29 Maret 2012 Panen 1 Orang 50

Hektar 7 Jam E91E -

30 Maret 2012 Sensus Ganoderma 1 Orang 80

Hektar 7 Jam E91F

Field visit

Manager

R&D

31 Maret 2012 Administrasi - - - Kantor

Kebun -

1 April 2012 Hari Minggu - - - - -

2 April 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90A -

3 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E90B

4 April 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90C

5 April 2012 Panen 1 Orang 49 Ha 7 Jam E91A -

6 April 2012 Libur Paskah - - - - -

7 April 2012 Tunas Pokok 1 Orang 10 Ha 7 Jam E91F -

8 April 2012 Hari Minggu - - - - -

9 April 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90A -

10 April 2012 Administrasi - - -

Kantor

Afdeling

V

11 April 2012 Administrasi - - -

Kantor

Afdeling

V

12 April 2012 Administrasi - - - Kantor

Kebun

Konsultasi

dengan

Manager

13 April 2012 Administrasi - - - Kantor

Kebun -

14 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E90B -

15 April 2012 Hari Minggu - - - - -

16 April 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90A -

17 April 2012 Administrasi - - - Kantor

Kebun -

18 April 2012 Supervisi - - - Kantor

Kebun

Konsultasi

dengan

Bapak

Supijatno

Page 55: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

41

Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur (lanjutan).

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja

Lokasi Keterangan

Jumlah

Mandor

yang

Diawasi

(orang)

Luas

Area

yang

Diawasi

(ha)

Lama

Kegiatan

(Jam)

19 April 2012 Panen 1 Orang 43 Ha 7 Jam E91F -

20 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E90B -

21 April 2012 Tidak Ada Kegiatan - - - - Hujan Deras

22 April 2012 Hari Minggu - - - - -

23 April 2012 Penanaman Antigonon 1 Orang - 7 Jam E91B -

24 April 2012 Administrasi - - -

Kantor

Afdeling

V

-

25 April 2012 Mengawasi Alat Berat 1 Orang - 7 Jam E91D Alat Loader

Backhoe

26 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91C -

27 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91D -

28 April 2012 Administrasi - - -

Kantor

Afdeling

V

-

29 April 2012 Hari Minggu - - - - -

30April 2012 Panen 1 Orang 43 Ha 7 Jam E90A -

1 Mei 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90C -

2 Mei 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91A -

3 Mei 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91B -

4 Mei 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91C -

5 Mei 2012 Panen 1 Orang 53 Ha 7 Jam E91F -

6 Mei 2012 Hari Minggu - - - - -

7 Mei 2012 Panen 1 Orang 52 Ha 7 Jam E91D -

8 Mei 2012 Panen 1 Orang 47 Ha 7 Jam E91E -

9 Mei 2012 Pengumpulan Data - - -

Kantor

Afdeling

V

10 Mei 2012 Pengumpulan Data - - - Kantor

Kebun -

11 Mei 2012 Penyempurnaan

Laporan - - - - -

12 Mei 2012 Menghadap Manager

Kebun - - -

Kantor

Kebun

Pemeriksaan

Laporan dan

Pamit

Pulang

13 Mei 2012 Hari Minggu - - - - -

14 Mei 2012 Pulang - - - - -

Page 56: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

42

Lampiran 4. Data curah hujan dan hari hujan di PT Inti Indosawit Subur

Bulan

2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata

CH HH CH HH CH HH CH H

H CH HH CH HH

Januari 255 13 91 6 141 8 140 12 155 11 156.4 10

Februari 114 7 240 6 160 5 129 6 54 4 139.4 5.6

Maret 136 8 260 9 355 13 179 10 42 3 194.4 8.6

April 355 10 232 10 37 3 227 9 178 10 205.8 8.4

Mei 160 10 58 6 282 8 51 6 72 5 124.6 7

Juni 127 8 40 5 35 6 104 7 54 2 72 5.6

Juli 169 8 209 5 240 11 219 12 86 3 184.6 7.8

Agustus 169 8 207 11 178 9 159 6 94 5 161.4 7.8

September 223 11 415 12 80 4 316 10 275 9 261.8 9.2

Oktober 168 7 242 13 398 11 222 4 263 13 258.6 9.6

November 265 11 77 8 363 15 141 8 246 9 220 10.2

Desember 162 8 142 6 340 11 97 8 238 11 195.8 8.8

Jumlah 2303 109 2213 97 2509 104 1981 98 1756 85 2152.4 98.6

BB 12 8 9 10 6 9

BK 0 2 2 1 3 1.6

Keterangan :

CH = Curah Hujan

HH = Hari Hujan

BB = Bulan Basah (CH > 100mm)

BK = Bulan Kering (CH < 60 mm)

Perhitungan Tipe Iklim (Q) menurut Schmidt-Ferguson :

Q = Rata-rata BK/Rata-rata BB X 100 %

Q = 1,6 / 9 X 100 %

Q = 17,7% (Tipe B) daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis

Page 57: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

43

Lampiran 5. Peta sebaran kelas lahan PT Inti Indosawit Subur

Page 58: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

44

Lampiran 6. Peta tahun tanam Kebun Buatan

Page 59: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

45

Lampiran 7. Peta PT Inti Indosawit Subur Kebun Buatan

Page 60: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

46

Lampiran 8. Struktur organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur

Page 61: ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. ... Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi

47

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kisaran, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara

pada tanggal 16 Juli 1991. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari

Bapak Firmansyah Lubis dan Ibu Agustiarni Nasution.

Pada tahun 2002 penulis lulus dari SD Swasta Diponegoro Kisaran,

kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 1 Kisaran

dan akhirnya lulus dari SMA Negeri 2 Kisaran pada tahun 2008. Pada tahun 2008

penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah

(BUD) dari PT Bakrie Sumatera Plantation sebagai mahasiswa Departemen

Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.