ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang...
Transcript of ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ... · Nilai koefisien determinasi (R2) yang...
ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR
KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU
MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Produksi
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Muhammad Firdaus Lubis
NIM A24080144
ABSTRAK
MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS. Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan,
Provinsi Riau. Dibimbing ISKANDAR LUBIS.
Kegiatan magang dilakukan di PT. Inti Indosawit Subur, Kebun Buatan,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau dari tanggal 13 Februari sampai dengan
13 Mei 2012. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan secara khusus
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Kebun Buatan secara umum
sudah menerapkan teknik budidaya kelapa sawit sesuai dengan SOP (Standard
Operating Procedures) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan
persamaan regresi linear berganda, produksi TBS (Tandan Buah Segar)
dipengaruhi oleh jumlah hari kerja efektif tenaga kerja panen dan jumlah output
pemanen. Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah
98.3%. Permasalahan utama adalah menurunnya produktivitas tanaman pada
tanaman yang berumur lebih dari 22 tahun karena umur tanaman tersebut sudah
diatas umur produktivitas maksimal rata-rata kelapa sawit.
Kata Kunci : Kelapa sawit, Produksi TBS (Tandan Buah Segar), Faktor produksi
ABSTRACT
MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS. Production Analysis of Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq.) in PT.Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau. Supervised by
ISKANDAR LUBIS.
The internship program has been conducted at PT. Inti Indosawit Subur,
Buatan Estate, Pelalawan, Riau from February 13 to May 13 2012. The purpose of
this internship program is to learn oil palm cultivation and specifically analyzes
the factors that influence the production of palm oil. The data to be collected
consist of primary and secondary data. Buatan estate generally have applied the
technique of oil palm cultivation in accordance with standard operating
procedures that have been established by the company. Based on double linear
regression analysis, FFB (Fresh Fruit Bunch) production is influenced by the
number of harvesting working days and the amount of harvester output. The
coefficient of determination (R2) generated that variables of FFB production as
dependent variable can be describe by the independent variables (harvesting
working days, amount of harvester output and rainfall) for 98.3%. The main
problem is the decrease in crop productivity for plants older than 22 years as the
age of the plant is already above the maximum age of the average productivity of
oil palm.
Key Word: Oil palm, FFB Production, Determinant production factor
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR
KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU
MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Produksi Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi
Riau
Nama : Muhammad Firdaus Lubis
NIM : A24080144
Disetujui oleh
Dr Ir Iskandar Lubis, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan serta hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik dan lancar. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai syarat
untuk kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil dari kerja dan analisis
selama kegiatan magang yang telah dilaksanakan penulis selama tiga bulan di
perkebunan kelapa sawit tepatnya di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur,
Pelalawan, Riau.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua dan seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan yang diberikan
kepada penulis, Bapak Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS selaku pembimbing skripsi
yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahannya selama pelaksanaan
magang dan penyusunan skripsi. Ibu Ani Kurniawati selaku pembimbing
akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan studi. Bapak
Herman Sembiring selaku Estate Manager, Bapak Victory Brahmana selaku
Manager Asian Agri Learning Institute dan keluarga besar PT Inti Indosawit
Subur, Pelalawan, Riau, terutama Bang Rifky selaku Asisten Afdeling V dan
Bapak Morrys selaku Asisten Kepala yang telah memberi bimbingan dan
masukan kepada penulis. Teman-teman magang seperjuangan dan mahasiswa
AGH angkatan 45 beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun ke arah yang lebih baik
Bogor, Februari 2013
Muhammad Firdaus Lubis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Kelapa Sawit 2
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3
Kebutuhan Air Tanaman 3
Produktivitas Kelapa Sawit 4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit 4
Persamaan Regresi Linear Berganda 5
METODE MAGANG 6
Tempat dan Waktu 6
Metode Pelaksanaan 6
Pengamatan dan Pengumpulan Data 6
Analisis Data dan Informasi 6
KEADAAN UMUM 7
Letak Wilayah Administratif 7
Keadaan Iklim dan Tanah 8
Luas Areal dan Tata Guna Lahan 8
Keadaan Tanaman dan Produksi 9
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 10
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 11
Aspek Teknis 11
Aspek Manajerial 23
HASIL DAN PEMBAHASAN 26
Metode Pewarnaan Blok 26
Pengaruh populasi per hektar terhadap produksi, bobot janjang rata-rata dan
produktivitas 27
Pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas 29
Analisis Produksi Menggunakan Persamaan Regresi Berganda 30
SIMPULAN DAN SARAN 35
Simpulan 35
Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 38
RIWAYAT HIDUP 47
DAFTAR TABEL
1. Parameter iklim untuk kesesuaian tanaman kelapa sawit 3
2. Pengaruh curah hujan terhadap potensi produksi TBS 4
3. Pengaruh umur tanaman terhadap berat janjang rata-rata (BJR) 5
4. Populasi berdasarkan tahun tanam 9
5. Produktivitas dan bobot janjang rata-rata TBS di Kebun Buatan 9
6. Jumlah karyawan di PT Inti Indosawit Subur tahun 2012 10
7. Jumlah Pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman 12
8. Perbandingan luas areal seksi 15
9. Jenis kesalahan dan denda pada pelaksanaan potong buah . 16
10. Pengaruh jumlah populasi per hektar terhadap tiga komponen produksi 28
11. Pengaruh Tahun Tanam (Umur) Terhadap Produktivitas . 29
12. Perbandingan Produktivitas Kebun Buatan 30
13. Pendugaan faktor yang mempengaruhi produksi TBS 32
14. Output pemanen per bulan tahun 2011 35
DAFTAR GAMBAR
1. Kegiatan pada saat pemupukan (a) muat pupuk dan (b) aplikasi . 20
2. Contoh gulma dominan di areal Kebun Buatan 21
3. Contoh metode pewarnaan blok . 27
4. Grafik persamaan regresi 31
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas di
Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur 38
2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di
Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur 39
3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di
Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur 40
4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Inti Indosawit Subur 42
5. Peta Sebaran Kelas Lahan PT Inti Indosawit Subur 43
6. Peta Tahun Tanam Kebun Buatan . 44
7. Peta PT Inti Indosawit Subur Kebun Buatan 45
8. Struktur organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur . 46
PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak tertinggi per hektar, dan
menghasilkan hampir delapan kali dari produk saingannya yaitu kacang kedelai.
Produksi minyak kelapa sawit memerlukan pendekatan secara langsung. Untuk
dapat memproduksinya secara ekonomis dibutuhkan kemampuan yang tinggi,
manajemen yang rapi dan tenaga kerja yang disiplin dan terlatih. Aktivitas
tersebut selain menguntungkan bagi ekonomi daerah, juga menyediakan lapangan
kerja bagi ribuan keluarga yang masih bergantung pada hasil pertanian.
Luas areal perkebunan sawit di Indonesia terus bertumbuh dengan pesat,
demikian pula produksi dan ekspor minyak sawitnya. Menurut Gabungan Asosiasi
Pengusaha Kelapa Sawit, luas areal tanaman kelapa sawit meningkat dari 290 000
ha pada tahun 1980 menjadi 5 900 000 hektar pada tahun 2006 atau meningkat 20
kali lipat. Dalam kurun waktu yang sama produksi CPO (minyak kelapa sawit
mentah) dan CPKO (minyak inti sawit mentah), meningkat 17 kali lipat dari 850
000 ton menjadi 14 400 000 ton. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian
(2011) produksi CPO Indonesia sampai tahun 2010 adalah sebesar 19 760 011 ton
yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 15 120
644 ton. Luas lahan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2010 sebesar 8 430 206 ha
yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 sebesar 6 775 196 ha.
Produksi CPO yang tinggi dan bermutu dapat diperoleh apabila jumlah
produksi tandan buah segar kelapa sawit tinggi. Berbagai manajemen industri dan
pemeliharaan sebaiknya telah dimulai sejak awal, menurut Yahya (1990) untuk
mencapai produksi maksimal maka usaha pembudidayaan tanaman dimulai sejak
persiapan lahan sampai dengan panen dan hasil siap dipasarkan. Penerapan
teknologi budidaya yang baik (good agricultural practices), termasuk didalamnya
aspek pemeliharaan memegang peranan penting dalam pencapaian peningkatan
produktivitas tersebut.
Latar Belakang
Produktivitas tanaman yang tinggi pada kelapa sawit memerlukan
pemeliharaan yang intensif. Pemeliharaan pada perkebunan sawit meliputi
pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan, penjarangan, dan pengendalian
hama dan penyakit. Pemupukan sendiri merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi produktivitas kelapa sawit.
Upaya menjamin kestabilan produksi kelapa sawit harus diikuti peningkatan
pemeliharaan di lapang. Menurut Pardosi (1994), pemeliharaan tanaman kelapa
sawit adalah suatu usaha untuk rneningkatkan dan menjaga kesuburan tanah serta
kelestarian lingkungan tumbuh tanarnan guna rnendapatkan tanarnan yang sehat
dan rnampu berproduksi sesuai dengan yang diharapkan. Pemeliharaan tanarnan
sesuai dengan standar merupakan persyaratan mutlak untuk menjamin tanaman
tumbuh dengan baik dan berproduksi optimal dan pemeliharaan tanarnan ini harus
dilakukan sepanjang hidup tanaman.
Menurut Lubis (1992), pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM)
merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan proses produksi untuk
2
mendapatkan produksi kelapa sawit tetap maksimal dan cukup banyak
memerlukan tenaga dan biaya. Selain itu perusahaan juga harus tetap melakukan
perbaikan dan peningkatan serta pengembangan secara terus menerus agar
perusahaan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Salah satu cara adalah
dengan melakukan evaluasi terhadap sistem budidaya yang berpengaruh langsung
terhadap hasil produksi, selanjutnya dilakukan upaya perbaikan dari sistem
budidaya tersebut yang dapat meningkatkan produksi..
Tujuan
Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya,
memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengolahan kebun kelapa
sawit baik secara teknis maupun manajerial. Tujuan khusus dari kegiatan magang
ini adalah untuk mempelajari dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi kelapa sawit..
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari dua kata yaitu Elaeis
berasal dari bahaya Yunani Elation yang berarti minyak, Guineensis berasal dari
bahasa Guinea (pantai barat Afrika) sedangkan Jacq. berasal dari nama seorang
Botanis asal Amerika, Jacquin. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk ke
dalam famili Arecaceae, yang dulu disebut Palmae. Tanaman ini pertama kali
diintroduksi di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848 di
Kebun Raya Bogor (Pahan, 2006). Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut
Lubis (1992) adalah
Kingdom : Plantae
Divisio : Tracheophyta
Sub Divisio : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Cocoideae
Famili : Aracaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guneensis Jacq.
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil dengan sistem perakaran yang
terdiri atas akar primer dengan diameter 8 – 10 mm yang keluar dari bagian
bawah batang, menyebar secara horisontal dan menghujam ke dalam tanah. Akar
sekunder dengan diameter 2 – 4 mm yang tumbuh dari akar primer secara
mendatar ataupun ke bawah. Akar tersier dengan diameter 0,7 – 1,2 mm dan akar
kuartener dengan diameter 0,1 – 0,3 mm dan panjang 1 – 4 mm. Akar tersier
merupakan akar yang aktif menyerap unsur hara. Pertumbuhannya tergantung
jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat (Fauzi et. al., 2008).
3
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropika basah disekitar 12° LU dan
12° LS, pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut (m dpl). Jumlah curah
hujan yang baik adalah 2 000 - 2 500 mm/tahun dengan distribusi yang merata
sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan (bulan kering kurang
dari tiga bulan) dengan kelembaban yang berkisar antara 50-90% dan optimal
pada kadar 80%, tidak memiliki defisit air, dan hujan agak merata sepanjang
tahun. Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24 - 28°C
untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada
suhu terendah 18°C dan tertinggi 32°C akan tetapi suhu rendah dapat
meningkatkan aborsi tandan bunga sebelum anthesis dan memperlambat
pemasakan tandan buah, sedangkan suhu tinggi berpengaruh sebaliknya (Fauzy,
2008). Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 - 6.0 namun yang terbaik adalah
pada pH 5.0 - 5.6, tanah yang mempunyai pH rendah dapat ditingkatkan dengan
pengapuran namun akan membutuhkan biaya yang tinggi.
Tanah dengan pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut
terutama tanah gambut (Lubis, 1992). Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat
berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik
pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan
mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah
ringan dengan kandungan pasir 20 -60 %, debu 10-40%, dan liat 20-50%. Tanah
yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang
dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan
0 - 15° (Fauzi et. al., 2008). Secara umum, kelapa sawit dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada tanah tanah ultisol, entisol, inceptisol, dan histosol.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik jika tanah tersebut memiliki drainase
yang baik dan pH berkisar antara 5-6 (Sastrosayono, 2008). Parameter iklim untuk
kesesuaian tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel1.
Tabel 1. Parameter iklim untuk kesesuaian tanaman kelapa sawit
Parameter Iklim Kelas 1 (Baik) Kelas 2
(Sedang)
Kelas 3
(Kurang Baik)
Kelas 4
(Tidak Baik)
Curah Hujan (mm) 2 000 – 2 500 1 800 – 2 000 1 800 - 1 500 < 1 500
Defisit air (mm/thn) 0 – 150 150 – 250 250 – 500 > 400
Hari tanpa hujan < 10 < 10 < 10 < 10
Temperatur (°C) 22 – 23 22 – 23 22 – 23 22 – 23
Penyinaran (jam) 6 6 < 6 < 6
Kelembaban (%) 80 80 < 80 < 80
Sumber : Sunarko (2007)
Kebutuhan Air Tanaman
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006) menjelaskan bahwa terdapat beberapa
pengaruh musim kering dan defisit air (water deficit) terhadap produksi kelapa
sawit. Water deficit merupakan kondisi suplai air yang tersedia tidak mampu
memenuhi kebutuhan air untuk tanaman. Pengaruh water deficit terhadap
produksi akan dijelaskan sebagai berikut dan dapat dilihat pada Tabel 2.
4
a. Pengaruh terhadap produksi semester II
1. Water deficit mencapai batas stadia I (water deficit 200 – 300 mm), hal ini
belum berpengaruh terhadap produksi.
2. Water deficit mencapai batas stadia II (water deficit 300 – 400 mm), maka
kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 10 – 20 persen.
3. Water deficit mencapai batas stadia III (water deficit 400 – 500 mm), maka
kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 20 – 40 persen.
4. Water deficit mencapai stadia IV (water deficit 500 mm), maka
kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 40 – 60 persen.
Akibat kekeringan, buah menjadi lebih cepat matang tetapi akan berakibat
turunnya rendemen minyak dan jumlah buah parthenocarpi meningkat.
b. Pengaruh terhadap produksi tahun II dan III
1. Water deficit mencapai batas stadia I, maka pengaruhnya terhadap
produksi tahun II tidak ada.
2. Jika seluruhnya terkena stadia II, maka kemungkinan kehilangan produksi
tahun II mencapai 0 – 10 persen. Jika seluruhnya terkena stadia III, maka
kemungkinan kehilangan produksi semester I tahun II mencapai 10 – 20
persen karena mengganggu sex differentiation.
Tabel 2. Pengaruh curah hujan terhadap potensi produksi TBS
Curah Hujan Setahun (mm) Potensi Produksi (%)
2 500 mm atau lebih 100
2 500 – 2 000 mm 80
1 500 mm atau kurang 60 – 70 Sumber : Sunarko (2007)
Produktivitas Kelapa Sawit
Produktivitas tertinggi terdapat pada tanaman berumur 7 – 15 tahun
kemudian produktivitasnya mengalami penurunan. Tingkat produktivitas tanaman
kelapa sawit Indonesia bervariasi menurut jenis pemilikan. Menurut Departemen
Pertanian, pada umumnya tingkat produktivitas perkebunan rakyat paling rendah
dibandingkan perkebunan negara dan perkebunan swasta. Diperkirakan,
produktivitas perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2.5 ton CPO per ha dan
0.33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha. Ini disebabkan kurangnya perawatan
perkebunan tersebut. Sementara itu, perkebunan negara memiliki produktivitas
tertinggi, yakni rata-rata menghasilkan 4.82 ton CPO per hektar dan 0.91 ton PKO
per hektar. Sedangkan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3.48 ton CPO
per hektar dan 0.57 ton PKO per hektar.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit
Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh
komposisi umur tanaman. Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas
maksimal tanaman dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun. Menurut
Pahan (2008) produksi optimal dapat dicapai saat rata-rata umur tanaman 15 tahun.
Acuan penentuan batasan umur 15 tahun didasarkan pada umur 15 tahun akan
5
tercapai produksi puncak. Perbandingan umur tanaman dengan bobot janjang rata-
rata dapat dilihat Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh umur tanaman terhadap berat janjang rata-rata (BJR)
Umur Tanaman (Tahun) Berat Janjang Rata-rata (kg)
3 3 – 4
4 4 – 5
5 6 – 7
6 – 7 8 – 9
8 – 9 10 – 11
10 > 12 Sumber : Sunarko (2007)
Selain umur tanaman, stand per hectare (SPH) atau populasi per hektar
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman
kelapa sawit. Risza (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
penurunan produksi dengan kerapatan tanam. Kelapa sawit yang hidup di tempat
yang terlindung dan kurang mendapatkan cahaya matahari pertumbuhannya akan
meninggi, tidak normal, habitusnya kurus, lemah, jumlah daun sedikit, dan
produksi bunga betina berkurang.
Keadaan topografi dan kondisi jalan juga sangat mempegaruhi kegiatan
produksi kelapa sawit. Hal tersebut mempengaruhi secara langsung terhadap
proses produksi seperti pemupukan, pemanenan, pengangkutan buah ke pabrik.
Disamping itu kemahiran pemanen, premi panen, dan lainnya juga sangat
mempengaruhi produksi kelapa sawit.
Persamaan Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y)
dihubungkan atau dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga dan
seterusnya variabel bebas namun masih menunjukkan diagram hubungan yang
linear. Penambahan variabel bebas ini diharapkan dapat lebih menjelaskan
karakteristik hubungan yang ada walaupun masih saja ada variabel yang
terabaikan. Analisis regresi linear berganda berguna untuk mengukur pengaruh
antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.
Bentuk umum model persamaan linear berganda
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + … + bn Xn
Keterangan :
Y = variabel yang dijelaskan (dependen)
X = variabel yang menjelaskan (independen)
a, b = besaran yang akan diduga
6
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur
yang berada di Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi
Riau yang dilaksanakan mulai dari 13 Februari sampai dengan 13 Mei 2012.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan dengan
melaksanakan berbagai pekerjaan yang ada di perkebunan. Pada saat melakukan
magang, mahasiswa bertanggung jawab sebagai pekerja harian lepas (PHL)
selama tiga minggu pertama, pendamping mandor pada tiga minggu berikutnya,
dan pendamping asisten selama enam minggu terakhir. Semua tahapan ini
dilakukan secara berurutan yang hasil pekerjaanya dimasukkan ke dalam jurnal
harian. Kegiatan penulis sebagai PHL, pendamping mandor, dan pendamping
asisten dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan 3.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Dalam kegiatan magang ini didapatkan data primer (metode langsung) dan
data sekunder (metode tidak langsung). Pengumpulan data primer dilaksanakan
dengan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap semua kegiatan teknis
yang dilaksanakan pada saat magang. Data sekunder diperoleh dari arsip laporan
manajerial baik data bulanan, semesteran, maupun data tahunan. Data tersebut
berkaitan dengan keadaan iklim, keadaan tanah dan tata guna lahan, keadaan
tanaman dan produksi, sruktur organisasi dan ketenagakerjaan.
Analisis Data dan Informasi
Data yang diperoleh kemudian diolah menurut kebutuhan penulisan dan
selanjutnya hasil dari pendekatan statistik sederhana tersebut akan disajikan dalam
bentuk narasi, tabel, grafik, dan diagram sesuai kebutuhan. Data yang telah
diperoleh tersebut sebagian dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda dan sebagian lagi dianalisis menggunakan Uji-t untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit berdasarkan data yang
diperoleh dari perusahaan.
Persamaan regresi berganda yang telah didapat kemudian di uji dengan
menggunakan Uji Asumsi. Uji Asumsi klasik berguna untuk menguji apakah
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak diuji atau tidak.
Kelayakan model regresi dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi
normal, dan tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi
dalam model yang digunakan. Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti
model analisis telah layak digunakan.
7
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data
berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan metode
parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari
distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel
sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan
adalah statistik non parametrik. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji One
Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05.
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar
variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam
model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode
pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu dengan melihat nilai inflation
factor (VIF) pada model regresi, membandingkan nilai koefisien determinasi
individual (r2) dengan nilai determinasi secara serentak (R
2), dan dengan melihat
nilai eigenvalue dan condition index. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji
multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF), jika VIF lebih besar
dari lima maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan
variabel bebas lainnya.
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang
harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala
heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan
diantaranya yaitu Uji Park, Uji Glesjer, Melihat pola grafik regresi, dan uji
koefisien korelasi Spearman.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model
regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-
Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol
ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang
berarti tidak ada autokorelasi.
3. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
Perkebunan kelapa sawit PT. Inti Indosawit Subur (PT. IIS) Kebun Buatan
merupakan salah satu perkebunan kelapa sawit milik Asian Agri yang terdapat di
Provinsi Riau (Plantation 2). Secara administrasi, PT. Inti Indosawit Subur Kebun
8
Buatan termasuk wilayah Kecamatan Kerinci Kanan, Kecamayan Dayun
(Kabupaten Siak), Kecamatan Pelalawan, dan Kecamatan Pangkalan Kerinci
(Kabupaten Pelalawan). Sedangkan secara geografis, letak areal perkebunan ini
berada pada 101º40’ – 102º15’ BT dan 0º05’ – 0º43’ LS. PT. Inti Indosawit Subur
Kebun Buatan terletak di Jalan Lintas Timur KM 65 Desa Bukit Agung,
Pangkalan Kerinci, Pelalawan – Riau. Kebun Buatan merupakan kebun Asian
Agri pertama yang memperoleh sertifikat RSPO (Roundable Sustainable Palm
Oil). Batas-batas PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Plasma SP 9, SP 10, Desa Delik, Sungai Siak, Kecamatan
Lubuk Dalam dan Dayun
Sebelah selatan : Plasma SP 6, Sungai Kampar, Kec. Langgam, dan
Pangkalan Kerinci
Sebelah barat : Plasma SP 3, SP 5, Kecamatan Kerinci Kanan, dan
Tualang
Sebelah timur : Plasma SP 7, SP 8, Kompleks RAPP , Kecamatan Dayun,
dan Kecamatan Pelalawan
Keadaan Iklim dan Tanah
Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson, iklim di PT Inti Indosawit Subur
termasuk tipe iklim B (daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis). Puncak
musim hujan terjadi pada bulan September dan Oktober, sedangkan puncak
musim kemarau terjadi pada bulan Mei dan Juni. Rata-rata curah hujan selama
lima tahun terakhir (2007-2011) adalah 2 152.4 mm/tahun dengan rata-rata hari
hujan adalah 98.6 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.6 bulan/tahun dan rata-rata
bulan basah sembilan bulan/tahun. Suhu rata-rata harian adalah 31 °C dengan
kisaran suhu per hari 27 – 33 °C. Data curah hujan dan hari hujan di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007 - 2011 disajikan
pada Lampiran 4.
Jenis tanah pada areal Kebun Buatan adalah alluvial dan podsolik merah
kuning. Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit jenis
tanahnya adalah podsolik merah kuning dengan kedalaman tanah yang lebih dari
100 cm dan tekstur tanah terdiri dari lempung liat berpasir, lempung berpasir dan
lempung. Pada areal yang datar, jenis tanahnya adalah alluvial dengan kedalaman
tanah lebih dari 100 cm dan bertekstur lempung berpasir sampai pasir. Peta
sebaran kelas lahan PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 5.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Kebun Buatan terbagi menjadi 6 Afdeling kebun inti (Afdeling I-VI) yang
terdiri dari Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha,
Afdeling III dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V
dengan luas 883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Peta tahun tanam Kebun
Buatan disajikan pada Lampiran 6. Selain itu terdapat juga lahan kemitraan pola
9
PIR-Trans, dengan luas 10 946 ha serta lahan KKPA (Kredit Koperasi Primer
Anggota) yang terdiri dari dua afdeling yaitu Afdeling VII dengan luas 851 ha dan
Afdeling VIII dengan luas 649 ha. Total areal PT. Inti Indosawit Subur - Kebun
Buatan seluas 5 803 Ha dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu areal tanaman
menghasilkan (TM) dengan luas 5 549 ha, areal prasarana dengan luas 205 ha
yang terdiri dari emplasment (62 ha), pabrik (50 ha), dan lain-lain (93 ha), dan
areal yang tidak bisa ditanam dengan luas 49 ha yang terdiri dari bukit, sungai,
lembah, rawa, dan tandus. Peta PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Jenis tanaman kelapa sawit yang ditanam di PT Inti Indosawit Subur Kebun
Buatan adalah jenis Tenera (DxP) yang dihasilkan oleh Balai Penelitian
Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m
dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga
diperoleh populasi per hektar 136 pokok dengan empat tahun tanam yang berbeda.
Namun pada kenyataan di lapangan, populasi tanaman rata-rata per hektar lebih
rendah dari populasi yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan
topografi, jarak tanam yang tidak tepat, dan tanaman yang mati karena terserang
hama dan penyakit. Keadaan tanaman pada PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat
pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Populasi berdasarkan tahun tanam
Tahun Tanam Luas (Ha) Populasi Pokok/Ha
1988 988 125 571 127
1989 744 96 339 129
1990 1 886 241 253 128
1991 1 931 243 899 126
SubTotal 5549 707 062 129 Sumber : Laporan Unit Kebun PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan
Tabel 5. Produktivitas dan bobot janjang rata-rata TBS di Kebun Buatan
Tahun
Luas
Areal
(ha)
Produksi/tahun
Produktivitas
(ton/ha/tahun)
BJR
(kg/tandan) Jumlah
TBS
(tandan)
Bobot TBS
(kg)
2006 5 549 6 583 304 129 094 480 22.73 19.61
2007 5 549 6 486 647 133 869 140 23.57 20.64
2008 5 549 6 348 920 140 089 790 24.67 22.07
2009 5 549 6 182 967 143 665 640 25.77 23.24
2010 5 549 5 376 461 126 851 010 22.84 23.59
2011 5549 5 540 121 138 503 040 24.96 25.03
2012
(Budget) 5549 5 427 131 142 068 000 25.60 26.18
Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2012)
10
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PT Inti Indosawit Subur merupakan salah satu anak perusahaan dari PT
Asian Agri. PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang General Manager
yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang
mencakup budidaya tanaman, pabrik, teknik dan administrasi. Seorang General
Manager dibantu oleh Manajer Kebun (Estate Manager), Manajer Pabrik (Mill
Manager), Humas dan Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi PT Inti
Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 8.
Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam bagian adminstrasi
kebun. KTU dibantu oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan
administrasi di gudang. Status pegawai di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas
karyawan tetap (SKU) dan pekerja harian lepas (PHL).
Jumlah karyawan staf dan non staf di PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah karyawan di PT Inti Indosawit Subur tahun 2012
No Jabatan Jumlah
1. Staf
General Manager 1
Estate Manager 1
Mill Manager 1
Asisten Kepala 2
Asisten Afdeling 6
Asisten Quality Control (QC) 1
Asisten Humas 1
Asisten By Product 1
Asisten Traksi 1
KTU 1
2. Non Staf
Tenaga Kerja Tak Langsung
SKU B/H Traksi 105
SKU B/H Kantor 117
SKU B/H Afdeling 95
Tenaga Kerja Langsung
SKU B/H Panen 272
SKU B/H Pemeliaraan 540
SKU B/H Lain-lain 80
Jumlah 1225 Sumber : Laporan Unit Kebun Buatan Bulan januari 2012
Seorang General Manager membawahi Estate Manager yang secara
langsung bertanggung jawab terhadap manajemen kebun. Estate Manager
membawahi Asisten Traksi, Asisten Kepala, Asisten Afdeling, Kepala Tata Usaha,
Humas, dan Kepala Poliklinik. Estate Manager berperan untuk mengkordinasikan
semua kegiatan di Afdeling, menjaga produksi dan mutu hasil agar tetap optimal,
selain itu juga agar menjamin aplikasi perawatan, menjamin operasional kebun
agar berjalan efektif, efisien, dan sesuai dengan prosedur sistem manajemen yang
11
telah ditetapkan, serta menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit
organisasinya.
Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten Kepala
(Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan di setiap afdeling,
Asisten Kepala membawahi Asisten Afdeling. Pimpinan tertinggi di afdeling
adalah Asisten Afdeling, yang bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan
yang ada di afdeling tersebut. Asisten Afdeling membawahi Mandor I yang
mengurusi pekerjaan di lapangan, dan Kerani Afdeling serta Kerani Keliling yang
mengurusi administrasi afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab langsung
kepada Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas pelaksanaan
hasil kerja dari afdeling yang dipimpinnya.
Jumlah seluruh tenaga kerja yang terdapat pada Kebun Buatan PT Inti
Indosawit Subur sebanyak 1 225 orang sehingga diperoleh Indeks Tenaga Kerja
(ITK) pada Kebun Buatan sebear 0.22 orang/ha. ITK merupakan rasio antara
jumlah tenaga kerja dengan luas kebun. Jumlah ITK yang ideal untuk perkebunan
kelapa sawit sebesar 0.2 – 0.3 orang/ha. Pengelolaan tenaga kerja pada Kebun
Buatan sudah efisien karena ITK pada Kebun Buatan diantara 0.2 – 0.3 orang/ha.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek
manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan Tunas pokok (pruning), pemanenan,
pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, pengendalian gulma (manual dan
kimiawi), pemeliharaan sarana dan prasarana.
Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur secara umum
dilaksanakan selama 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja dalam sehari
rata-rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 11.30 WIB,
istirahat selama setengah jam (11.30 sampai dengan 12.00 WIB), lalu dilanjutkan
bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sampai dengan 13.30 WIB. Penulis
diwajibkan mengikuti muster morning (apel pagi) yang dimulai pukul 05.30 WIB
bersama Asisten, mandor dan krani, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan apel
sore hari di kantor Afdeling pada pukul 16.00 sampai dengan 18.00 WIB untuk
melaksanakan kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan yang akan
dilakukan untuk esok hari.
Aspek Teknis
Tunas Pokok
Penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah pemotongan pelepah
dengan memperhitungkan jumlah pelepah yang dipertahankan. Tunas pokok
adalah pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang
yakni mempertahankan jumlah pelepah yang masih produktif dan dilain pihak
harus memotong pelepah untuk mempermudah pekerjaan potong buah,
memperkecil losses (berondolan tersangkut di ketiak pelepah) dan memelihara
12
sanitasi tanaman sehingga menciptakqan lingkungan yang bersih. Jumlah optimal
yang dipertahankan pada tanaman muda adalah 48 - 56 pelepah. PT Inti Indosawit
Subur mempunyai kebijakan penunasan progresif (progressive pruning), yaitu
penunasan yang dilakukan secara bersamaan dengan panen, jadi pokok yang
ditunas adalah pokok yang ada buah matangnya. Kelebihan dari sistem tunas
progresif ini adalah ancak akan semakin rapi karena ancak pasti akan dimasuki
setiap satu rotasi panen selain itu tunasan ini juga meminimalkan kebutuhan
supervisor. Kekurangan dari sistem tunasan ini adalah membutuhkan tenaga
pemanen yang banyak, sebab apabila tenaga pemanen kurang dan rotasi panen
tinggi maka progressive pruning tidak dapat dilakukan dengan baik. Untuk
mengatasi hal ini maka pihak manajemen membentuk suatu tim pekerja yang
khusus untuk melakukan penunasan. Rotasi penunasan yang dilakukan adalah 9
bulan untuk pelaksanaan hal ini dapat disesuaikan dengan kondisi tanaman di
lapangan.
Pelepah yang terlalu banyak ditunas juga tidak baik karena hal ini akan
menyebabkan over pruning yaitu terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara
berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini
terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan menyebabkab peningkatan
gugurnya bunga betina, penurunan seks ratio (peningkatan bunga jantan) dan
penurunan BJR. Under pruning juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
produksi, karena unsur hara digunakan untuk pelepah yang berlebih dan
mengganggu proses panen. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur
tanaman disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman
Umur Tanaman
(Tahun) Kebijakan
Jumlah
Pelepah /
Spriral
Songgo
< 3
Pemotongan pelepah tidak
diperbolehkan. Prioritas untuk
permulaan panen dengan cara
memotong pelepah tua dan kering
- -
4 – 7 Dipertahankan 48 – 56 pelepah 6 – 7 3
8 – 14 Dipertahankan 40 – 48 pelepah 5 – 6 2
> 15 Minimum dipertahankan 32 pelepah 4 1 Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)
Di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur terdapat beberapa instruksi kerja
dalam melakukan pekerjaan penunasan yaitu :
1 Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bidang tebasan berbentuk
tapak kuda.
2 Selama menunas semua epifit pada batang tanaman dibersihkan dengan
mencabut menggunakan tangan dan “digebyok” dengan batang pelepah
pada bagian yang lebih tinggi.
3 Pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena
defisiensi hara harus ditunas lebih hati hati, cukup membuang daun
keringnya saja.
4 Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada
akhirnya akan di thinning out.
13
Pemanenan
Panen merupakan pekerjaan terpenting pada perkebunan kelapa sawit,
alasannya adalah karena panen merupakan tujuan akhir dari proses membangun
perkebunan, karena hasil yang didapat dari proses panen adalah uang yang
bermanfaaat untuk mendukung kelangsungan perusahaan kedepannya. Sebagai
contoh apabila panen di suatu perusahaan tidak berjalan dengan baik dan terdapat
banyak pelanggaran yang terjadi maka akan menyebabkan perusahaan merugi. Di
Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur terdapat Standard Operating Procedure
panen atau yang dikenal dengan istilah Sapta Potong Buah, yaitu: 1). Buah
matang dipotong semua, 2). Buah mentah tidak ada, 3). Berondolan dikutip
semuanya, 4). Buah disusun rapi dan cangkem kodok, 5). Pelepah disusun rapi di
gawangan mati, 6). Pelepah sengkleh tidak ada, dan 7). Administrasi diisi dengan
teliti dan tepat waktu.
Mutasi masa panen. Sebelum dapat dipanen, mutasi dari Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) menjadi Tanaman Menghasilkan (TM) merupakan suatu
masa yang sangat perlu mendapatkan perhatian baik dari lamanya maupun dari
persiapan yang harus dilakukan. Kedua aspek tersebut sangat perlu diperhatikan
dalam rangka mencapai keuntungan per Ha yang cepat dalam artian
mempersingkat masa TBM. Dengan memperhatikan genetik tanaman, kultur
teknis, dan pemeliharaan yang semakin maju maka masa TBM dapat dipersingkat
menjadi kurang dari tiga puluh bulan. Syarat-syarat mutasi dari TBM menjadi TM
adalah, umur rata-rata tanaman telah mencapai tiga puluh bulan ataupun kurang
dari itu, kerapatan panen besar dari 20%, dan berat janjang rata-rata besar dari tiga
kilogram.
Persiapan panen. Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum mulai panen pada
saat tanaman menghasilkan adalah kastrasi, memotong tunas pasir, sanitasi kebun,
pembuatan pasar pikul, pembuatan TPH dengan ukuran 3 x 4m2 untuk tiga pasar
pikul dapat ditampung oleh satu TPH yang mencakup 100 - 110 tanaman, dan
yang paling penting adalah mempersiapkan karyawan dan peralatan pemanen.
Kriteria panen. Kriteria mutu buah yang digunakan sesuai dengan tingkat
kematangannya, klasifikasi mutu buah dibedakan menjadi lima kategori, yaitu :
1. Buah Mentah (Unripe)
Adalah buah yang membrondol kurang dari satu brondolan per kg janjang
2. Buah Masak (Ripe)
Adalah janjang yang warnanya kemerahan dan membrondol paling sedikit
satu brondolan per kg janjang dan paling banyak 30%
3. Buah Terlalu Masak (Over-Ripe)
Adalah janjang yang membrondol lebih dari 30% hingga maksimum 75%
4. Janjang Kosong (Empty Bunch)
Adalah janjang buah membrondol lebih dari 90% hingga membrondol
seluruhnya.
5. Buah Abnormal (Abnormal Bunch)
Adalah janjang buah yang gagal berkembang menjadi buah masak normal,
antara lain : buah parthenokarpi, buah batu, dan buah sakit.
Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)
14
Buah matang didasarkan pada jumlah berondolan yang lepas secara alami
dari janjang panen. Buah dapat dipanen jika untuk tiap 1 kg berat janjang terdapat
satu brondolan yang lepas alami di piringan, tidak termasuk untuk brondolan yang
terlepas karena terkena penyakit. Misalkan, jika BJR dalam suatu blok adalah 10
kg maka kriteria matang panen di blok tersebut adalah apabila terdapat sepuluh
brondolan di piringan pokok, apabila hanya ada sembilan brondolan masih
dikatakan mentah.
Taksasi panen. Kegiatan taksasi dilakukan minimal sehari sebelum
dilaksanakannya pemanenan pada areal yang akan di panen. Tujuan dari taksasi
ini adalah untuk mengetahui banyaknya janjang yang akan dipanen pada hari
tersebut, untuk menentukan jumlah tenaga pemanen yang diperlukan dan
kebutuhan transportasi untuk pengangkutan buah. Taksasi panen dilakukan oleh
mandor panen pada 400 pokok sampel yang dipilih secara acak pada lahan yang
akan dipanen atau minimal 10% dari luas lahan yang akan dipanen. Selain itu di
PT Inti Indosawit Subur dilakukan juga sensus BBC (Black Bunch Census) setiap
enam bulan sekali yang bertujuan untuk mengetahui produksi dalam enam bulan
mendatang, sensus BBC ini dilakukan setiap akhir bulan Juni dan akhir bulan
Desember.
Rotasi panen. Merupakan salah satu faktor penting yang menentukan di
lapangan untuk mendapatkan produksi per ha yang tinggi, biaya per kg yang
rendah serta kadar ALB yang rendah. Pada saat buah normal, rotasi panen harus
dijaga tujuh hari namun jika kerapatan panen rendah rotasi dapat diperpanjang
menjadi sepuluh hari. Jika rotasi panen terlalu cepat akan mendorong buah yang
tidak matang dipanen karena jumlah buah matang telah menurun dan juga akan
meningkatkan biaya panen tetapi output pemanen akan menurun akibat tidak ada
buah. Sebaliknya, jika terlalu lama akan menyebabkan buah matang tinggal di
pohon dan menyebabkan buah terlalu matang sehingga brondolan semakin banyak
dan akan mengakibatkan waktu pemanen terpakai untuk mengutip brondolan.
Pada PT Inti Indosawit Subur rotasi panen yang standar dilakukan adalah 6/7
artinya kegiatan pemanen dilaksanakan dalam satu minggu untuk tiap afdeling.
Namun pada saat kerapatan buah sangat rendah (low crop) rotasi panen dapat
diperpanjang maksimal 10 hari.
Sistem panen. Untuk memudahkan pemanenan, dalam satu blok dibagi
menjadi enam seksi yaitu A, B, C, D, E, dan F sehingga rotasi panen bervariasi
antara 3,5 – 4,5 kali. Maksud dari pembagian seksi ini agar satu seksi selesai
dipanen dalam satu hari, mempermudah pemanen untuk pindah ancak, juga
mempermudah kontrol dan transport buah dengan harapan output pemanen dapat
lebih tinggi lagi. Penetapan seksi panen ditentukan berdasarkan perhitungan
produksi masing-masing blok. Jumlah tenaga pemanen buah per mandoran antara
18 – 20 orang. Jumlah mandor panen per afdeling maksimal tiga orang dengan
krani buah tiga orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperkecil biaya tak
langsung. Sistem pengancakan menggunakan ancak giring tetap per mandoran
yang terdiri dari 2 – 4 baris tanaman per pemanen. Kelebihan dari sistem ancak ini
adalah jumlah tenaga kerja dapat diatur sesuai kebutuhan ataupun kondisi
kematangan buah, output mandor dan karyawan dapat dipacu dengan
pengancakan yang memperhatikan kekuatan masing-masing karyawan,
diharapkan mandor aktif melakukan pengawasan dan antara sesama mandor dapat
bersaing secara sehat. Disamping itu sistem ini juga memiliki kekurangan yaitu
15
tanggung jawab karyawan terhadap ancaknya masih relatih kecil dan adanya
pelanggaran masih sulit dideteksi apabila kontrol tidak dilakukan dengan ketat.
Kegiatan panen dimulai dimulai dengan apel pagi antara mandor buah
dengan para pemanen. Pada saat apel pagi mandor membagi ancak pemanen
berdasarkan hasil taksasi yang telah di lakukannya pada sore hari sebelumnya.
Setelah itu pemanen menuju ke lokasi panen yang telah ditentukan. Alat yang
digunakan untuk panen adalah egrek, kampak, gancu, angkong, dan goni.
Sebelum buah dipotong, terlebih dahulu pelepah yang berlebihan harus dibuang
atau yang biasa disebut dengan “progressive pruning”. Kemudian buah dipotong
dan diusahakan agar buah dan pelepah dipotong rapat ke batang untuk
menghindari berondolan tersangkut di pelepah sisa. Setelah itu pelepah yang telah
dipotong disusun rapi di gawangan mati. Buah yang telah dipotong diangkut dan
dikumpulkan di TPH terdekat dengan disusun rapi. Brondolan dikutip seluruhnya
dan diangkut ke TPH. Untuk tangkai buah yang masih panjang akan dipotong
membentuk huruf V atau yang dikenal dengan istilah “cangkem kodok”.
Kemudian diberi kode nomor pemanen pada tangkai buah. Kehilangan (losses)
pada panen kelapa sawit cukup tinggi. Sumber kehilangan pada saat panen adalah,
berondolan yang tidak dikutip oleh pemanen. buah mentah yang ikut terpanen,
buah masak yang tidak terpanen, brondolan atau buah dicuri, buah masak yang
tertinggal di piringan, dan buah busuk.
Pembagian seksi panen. Sebagai contoh Afdeling V Kebun Buatan dengan
luas areal TM 883 ha dengan produksi sebesar 26.45 ton/ha/tahun dan rotasi/tahun
sebesar 48, maka untuk menghitung hasil panen harian dan pembagian area
tersebut dalam enam seksi dapat dihitung dengan cara perhitungan di bawah.
Hasil perhitungan tersebut dapat digunakan untuk menduga produksi harian dan
menentukan kebutuhan pemanen. Berikut perhitungannya.
Penetapan luas area produksi per seksi per rotasi (ha/seksi/rotasi)
Luas rata – rata per seksi (A) :
=
Luas rata – rata hari jumat (5 jam kerja) (B) :
Koefesien penambah luas area (C) :
Luas rata- rata seksi hari biasa (7 jam kerja) : 147.2 ha + 7 ha = 154.2 ha
Luas seksi hari jumat ( 5 jam kerja ) : 105 ha + 7 ha = 112 ha
Penetapan rencana produksi per seksi per rotasi ( ton/ha/seksi/rotasi)
Produksi rata – rata / Rotasi :
ton/ha/seksi/rotasi
Produksi perseksi hari biasa (7 jam kerja) : 0.55 154 ha = 84.7 ton
Hari jumat 5 jam kerja) : 0.55 112 ha = 61.6 ton
Luas areal seksi yang diperoleh dalam perhitungan tidak sama dengan luas
areal aktual yang telah ditetapkan, perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan luas areal seksi
Seksi A B C D E F Total
P 154.2 154.2 154.2 154.2 112.0 154.2 883.0
A 167.0 162.0 141.0 133.0 132.0 148.0 883.0 Sumber : Kantor Afdeling V Kebun Buatan
P : Luas areal hitung (tanpa memperhitungkan faktor lain)
A : Luas areal aktual
16
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perbedaan antara luas areal yang
ditetapkan tanpa mempertimbangkan faktor lain dengan luas areal aktual. Faktor-
faktor yang menjadi bahan pertimbangan adalah bentuk blok, topografi blok,
posisi blok terhadap blok yang lain, dan lain-lain.
Dapat diperkirakan hasil panen per seksi pada hari biasa sebesar 84.7 ton.
Jika berat janjang rata-rata 25 kg maka dalam panen per seksi per hari ada sekitar
3 388 janjang. Dengan kemampuan rata-rata pemanen memanen 80 Janjang per
hari maka dibutuhkan lebih kurang 42 tenaga pemanen untuk memanen satu seksi
dalam sehari. Untuk memperkecil biaya tidak langsung, jumlah pemanen dapat
diperkecil dengan menaikkan output pemanen baik dengan cara menaikkan basis
panen per hari ataupun dengan menggunakan tenaga pemanen yang lebih terampil.
Basis, premi, dan denda panen. Basis panen adalah banyaknya jumlah
tandan yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari kerja, sedangkan premi
adalah upah yang diberikan untuk pemanen yang melebihi basis borong. Besar
basis dan premi panen ditentukan oleh umur tanaman, kondisi topografi, dan berat
janjang rata-rata pada areal tersebut. Denda adalah potongan terhadap pemanen
yang melanggar kriteria panen yang telah diberlakukan oleh perusahaan, denda
berupa pemotongan terhadap upah pemanen dengan besar denda yang berbeda-
beda tiap kesalahan. Jenis denda dan kesalahan dalam pelaksanaan potong buah
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Jenis kesalahan dan denda pada pelaksanaan potong buah
Jenis Kesalahan (pelanggaran) Denda
Potong buah mentah Rp. 5 000/jjg
Gagang panjang tidak dipotong rapat Rp. 1 000/jjg
Buah masak tinggal di pokok/tidak
dipanen Rp. 5 000/jjg
Buah mentah diperam di ancak Rp. 5 000/jjg
Buah mentah tinggal di
piringan/diancak/parit Rp. 5 000/jjg
Buah matahari / berondolan dipotong
Gagang Rp. 1 000/jjg
Berondolan tidak dikutip bersih Rp. 3 000/jjg
Pelepah tidak disusun rapi di
gawangan Rp. 1 000/jjg
Pelepah sengkleh Rp. 1 000/jjg
Tidak siap borong Denda di per-7 (dipotong jam kerja)
3x berturut-turut diberi peringatan Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya adalah
mengendalikan suatu kehidupan. Oleh karena itu, konsep pengendaliannya
dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama atau
penyakit itu sendiri. Pegetahuan terhadap setiap bagian dan yang dianggap paling
lemah dari seluruh mata rantai siklus hidupnya sangat berguna dalam
pengambilan keputusan pengendalian yang efektif
17
Ulat Api. Serangan hama ulat api dan ulat kantong atau disebut ulat
pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) telah banyak menimbulkan masalah
yang berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Akibat
serangan tersebut dapat menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) pada tanaman
yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. Sistem pemantauan rutin
sangat membantu pelaksanaan kebijakan pengendalian hama terpadu. Kejadian
ledakan hama ulat api dan ulat kantong tidak tejadi secara tiba-tiba melainkan bisa
diduga dengan sistem pengamatan yang baik. Semakin cepat diketahui gejala
kenaikan jumlah populasi hama, akan semakin mudah pula untuk dikendalikan
dan luas areal yang terserang akan lebih terbatas. Tindakan pengamatan yang rutin
juga membantu dalam melaksanakan kebijaksanaan pengendalian hama yang
terpadu. Sehingga akhirnya dapat dijaga berkurangnya musuh alami dan
mewujudkan keseimbangan alami yang lebih serasi
Sensus Ulat Api. Sistem sensus meliputi deteksi dan penghitungan hama
pada titik sensus. Skema dalam penentuan titik sensus (TS) adalah titik sensus
pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat di tepi jalan kemudian setiap
10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir
masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap
TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok disampingnya,
agar tidak terjadi “over prunning” akibat pemotongan pelepah karena sensus
setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1 – 2 tanaman. Tenaga
kerja yang melakukan sensus ulat terdiri atas dua tim, yang masing-masing tim
terdiri atas tiga orang yaitu satu laki-laki sebagai penunas dan dua perempuan
sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan satunya lagi sebagai
penyusun pelepah ke gawangan mati. Pengamatan yang dilakukan dicatat yang
meliputi jumlah hama pemakan daun dan jenis hamanya. Pada baris keempat
pokok keempat (TS4), tim sensus harus memulai menghitung hama pemakan
daun. Penghitungan hama pemakan daun hanya pada satu pelepah contoh pada
setiap pokok dari tiga pokok dengan ketentuan pelepah yang menunjukkan gejala
serangan baru dan pelepah yang memiliki populasi hama tertinggi. Sensus ulat api
dilaksanakan setiap akhir bulan tanggal 20.
Pengendalian. Apabila semua blok telah selesai disensus maka Asisten
Afdeling dan mantri hama dan penyakit langsung merekapitulasi dan menganalisis
data hasil pengamatan. Data tersebut menjadi acuan apakah serangan ulat api
sudah diambang populasi kritis atau tidak. Ambang populasi kritis diartikan
sebagai rata-rata populasi larva sehat per pelepah. Ambang kritis untuk ulat api
adalah lima ekor per pelapah. Jenis ulat api yang sasaran utama untuk
penanggulangan adalah Setora nitens dan Thosea asigna yang menyerang pelepah
muda dan Derna therna yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api
dilakukan dengan pengasapan menggunakan Polydor dicampur solar.
Pengendalian dilaksanakan oleh anggota laki-laki yang menjadi tim sensus, satu
kap mengandung 4.6 liter solar dicampur 0.4 liter Polydor, umumnya satu hari
diperlukan lima kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api. Waktu yang paling
tepat melakukan pengasapan adalah pada saat pagi atau sore hari pada saat
matahari tidak sedang terik, pada kenyataannya di lapang, pengasapan di lakukan
pada malam hari. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penguapan sehingga
pengasapan akan lebih efektif.
18
Sensus TO (Thinning Out). Merupakan kegiatan untuk mendata dan
menandai tanaman yang akan di bongkar. Tanaman kelapa sawit yang akan di TO
adalah tanaman dengan bunga jantan yang dominan, tanaman yang mati karena
tersambar petir, dan tanaman yang tidak produktif lagi. Pada kegiatan ini juga
dilaksanakan pendataan jumlah tanaman yang ada di areal tersebut sebagai acuan
untuk TPP (tempat peletakkan pupuk) yang akan digunakan untuk menentukan
jumlah untilan tiap TPP. Dalam satu afdeling terdapat 2 - 3 tim sensus dengan
prestasi kerja 5 - 7 ha/HK. Setiap tim terdiri dari tiga petugas yaitu Petugas A
(sebagai penghitung dan pencatat jumlah pokok), Petugas B (sebagai pembuat
nomor dan pembawa cat) dan petugas pembuat administrasi lapangan (Petugas C).
Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek
(hard cover), ballpoint, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), dan
cat warna merah dan warna putih.
Teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut, petugas berjalan di pasar
rintis pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dan arah berjalan
menurut arah barisan. Petugas A menyensus dua baris pokok (baris 1 dan 2) dan
secara bersamaan petugas B membersihkan/”mengerok” pelepah pokok terluar
yang ada pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A
menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahukan jumlah
pokok normal/hidup dan pokok mati atau kosong ke petugas B, lalu Petugas B
berjalan secepatnya menuju pokok paling ujung, kemudian pelepah
dibersihkan/dikerok dan ditulis jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan
dalam TPP tersebut.
Pemupukan
Prinsip utama dalam aplikasi penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit
adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang
telah direkomendasikan oleh bagian riset untuk mencapai produktivitas tanaman
yang menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan. Biaya pemupukan sangat
signifikan karena mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan, oleh karena itu
ketepatan/ketelitian aplikasi adalah sesuatu yang sangat mutlak untuk dilakukan.
Efektifitas dan efisiensi pemupukan ditentukan oleh enam faktor sebagai berikut,
jenis pupuk, dosis aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi,
tempat diaplikasikan. Selain enam faktor tersebut, kualitas pemupukan
mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pemupukan.
Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua hal yaitu kualitas penaburan pupuk di
lapangan yang berkaitan dengan pengolahan dan organisasi kerja pelaksanaan
pemupukan di lapangan dan administrasinya dan kualitas pupuk yang ditentukan
oleh jumlah/besarnya kandungan unsur hara utama didalam pupuk tersebut dan
kadar airnya.
Pemupukan di PT Inti Indosawit Subur dilakukan berdasarkan hasil analisis
daun (Leaf Sampling Unit) dan analisis tanah yang dilaksanakan sekali dalam satu
tahun. Analisis tersebut dilakukan oleh bagian Research and Development (R&D)
dari perusahaan. PT Inti Indosawit Subur menggunakan dua jenis pupuk, yaitu
pupuk organik dan anorganik. Pemupukan organik dilakukan dengan
menggunakan limbah berupa janjangan kosong, Decanter Solid (DS), abu janjang,
19
dan Palm Oil Mill Effluent (POME)/Land Application (LA), sementara
pemupukan anorganik menggunakan pupuk tunggal (Dolomite, ZA, MOP
(Muriate of Potash), RP (Rock Phospate), dan Borax. Dalam satu hektar tanaman
kelapa sawit pada umur 8 – 10 tahun untuk mecapai pertumbuhan dan produksi
optimal dibutuhkan unsur hara masing-masing 275 kg Nitrogen, 33 kg Phospor,
408 kg Kalium, dan 67 kg Magnesium sebanding dengan pemupukan 4.4 kg Urea,
2.0 kg RP, 6.0 MOP, dan 3.0 kg Kieserite. Oleh sebab itu untuk menjaga agar
produksi TBS tetap optimal maka unsur hara tersebut harus dipenuhi dengan cara
pemberian pupuk anorganik ataupun disubstitusi dengan pemberian pupuk
organik.
Pada saat pelaksanaan pemupukan para pemupuk harus mematuhi sapta
disiplin pemupukan yang telah di tetapkan oleh PT Inti Indosawit Subur yaitu:
1. Pokok mati ada dua macam yaitu mati alami dan mati TO (thining out).
2. Pokok di pingir parit dan jalan tetap dipupuk tetapi parit dan jalan tidak
boleh dipupuk.
3. Mengikuti instruksi mandor, hari ini berapa takaran.
4. Melaksanakan 4 T (tepat tempat, tepat cara, tepat waktu dan tepat dosis).
5. Mengunakan alat pelindung diri (APD) yaitu topi, masker, baju lengan
panjang, sarung tangan, apron dan sepatu boot.
Waktu pemupukan. Waktu pelaksanaan pemupukan di Kebun Buatan,
PT Inti Indosawit Subur, dilaksanakan dua kali aplikasi yaitu semester pertama
(Januari-Juni) dan semester kedua (Juli-Desember). Jadwal waktu kegiatan
aplikasi pemupukan tiap jenis pupuk terdapat di buku pedoman rekomendasi
pemupukan tiap afdeling. Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan
terhadap frekuensi dan waktu aplikasi pupuk yaitu curah hujan, topografi dan
sturuktur tanah, dan interaksi antara beberapa jenis pupuk yang berbeda.
Interval antara dua rotasi pada jenis pupuk yang sama tidak boleh kurang
dari dua bulan dengan rotasi pertama sebaiknya dilakukan pada semester I
(Januari - Juni) dan lainnya pada semester II (Juli - Desember). Pada umumnya
semua pupuk diaplikasi pada bulan dengan curah hujan cukup (60 – 300 mm)
karena pada saat itu tanah cukup basah (tidak jenuh) sehingga memudahkan
penyerapan unsur hara.
Uji analisa daun (leaf sampling unit). Merupakan kegiatan yang dilakukan
sekali dalam setahun untuk menentukan dosis pupuk yang sesuai berdasarkan
kondisi unsur hara pada jaringan tanaman. Pengambilan sampel daun pada Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur dilakukan oleh pekerja harian lepas (PHL) yang
sebelumnya telah dilatih oleh bagian Research and Development (R&D).
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam analisis daun adalah egrek, pisau, kuas,
cat dan kantong sampel yang telah diberi label.
Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah menentukan pokok yang
menjadi start awal pengambilan sampel. Pengambilan daun sampel dilakukan
pada daun ke 17 dengan memotong pelepah daun (pada tanaman tinggi) atau
dengan mengait pelepah daun (pada tanaman rendah), dari daun ke 17 diambil
delapan helai anak daun yang terdapat di tengah pelepah (4 helai dari sisi kanan
dan 4 helai dari sisi kiri), selain itu pangkal pelepah dari daun ke 17 diukur lebar
dan tebalnya. Daun ke 17 adalah daun yang lurus ke bawah dengan daun kesatu
yang di antarai oleh daun ke 9 (sesuai urutan daun pada spiral yang tegak lurus
20
yaitu 1-9-17-25-33). Jarak antara tanaman sampel pertama dengan kedua dan
selanjutnya adalah 10 tanaman. Setelah satu blok selesai diambil daun sampel
seluruhnya, daunnya dibersihkan dengan kain basah. Selanjutnya dipotong
menjadi tiga bagian dan bagian tengah daun yang diambil untuk dikeringkan
dengan oven dan dikirim ke bagian R&D untuk diteliti lebih lanjut. Pada
pengambilan sampel daun dilakukan juga identifikasi defisiensi unsur hara pada
daun di pokok yang menjadi sampel serta delapan pokok yang berdekatan dengan
pokok sampel, tingkat keparahan defisiensi unsur hara dibagi menjadi tiga bagian
yaitu ringan, sedang dan berat.
Pada setiap pokok sampel diberi tanda khusus berupa cat warna merah
berbentuk lingkaran yang bertujuan untuk memudahkan dalam penentuan
tanaman sampel pada tahun-tahun yang akan datang, selain itu pada tanaman
pinggir jalan dimana baris terpilih, diberi tanda cat merah berbentuk garis vertikal
sepanjang 15 cm dengan diberi tanda anak panah, anak panah ke bawah berarti
jalur ke dalam, sedangkan anak panah ke atas berarti jalur ke luar.
Penguntilan. Merupakan kegiatan membagi pupuk yang dilakukan untuk
memudahkan penaburan dan menjamin ketepatan pada saat pemupukan. Pada
umumnya satu untilan digunakan untuk memupuk delapan tanaman. Sebagai
contoh pemupukan dolomite dengan dosis 2 kg/pokok maka berat satu untilan
adalah 16 kg. Penguntilan dilakukan di gudang pupuk dengan menggunakan
takaran yang telah di kalibrasi sebelumnya.
Pelaksanaan pemupukan. Pada hari pemupukan, pupuk yang telah diuntil
pada hari sebelumnya akan di ecerkan di TPP (tempat peletakan pupuk) yang
terdapat pada blok yang akan dipupuk dengan menggunakan dump truck
berkapasitas lima ton. Pada umumnya satu TPP mencakup enam baris tanaman.
Setelah sampai di TPP pupuk diturunkan berdasarkan jumlah untilan yang
dibutuhkan. Pada TPP telah tertera jumlah pokok dan jumlah untilan yang
dibutuhkan. Losses sering terjadi pada saat menaikkan untilan ke dump truck dan
menurunkan untilan dari dump truck. Sistem penaburan pupuk di lapangan
menggunakan sistem tunggal, artinya kegiatan pemupukan hanya dilakukan pada
satu area blok saja dan tidak boleh ada kegiatan lain di blok tersebut pada hari
yang sama. Setelah pemupukan selesai setiap pemupuk wajib untuk
mengumpulkan karung dari pupuk yang telah ditebar di lapangan. Tujuan dari
pengumpulan karung ini untuk memeriksa atau menyamakan jumlah pupuk yang
diangkut dari gudang dengan jumlah karung yang ada di lapangan, selain itu juga
untuk memastikan bahwa semua pupuk telah diaplikasikan. Gambar kegiatan
pemupukan dapat dilihat pada gambar 1.
(a) (b)
Gambar 1. Kegiatan pada saat pemupukan (a) muat pupuk dan (b) aplikasi
21
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma adalah tindakan mengendalikan pertumbuhan tanaman
yang tidak diinginkan yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan. Tujuan
dari pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit adalah untuk mengurangi
kompetsisi air dan hara tanaman, pertumbuhan akar tanaman, memudahkan
pekerjaan kontrol pemupukan dan pemanenan, dan menjaga sanitasi kebun.
Gulma yang terdapat di areal Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur antara lain
Ageratum conyzoides (babadotan), Asystasia coromandeliana, Axonopus
compressus (antalobang), Boreria alata, Boreria laevis, Chromolaena odorata
(putihan), Clidemia hirta (senggani betina), Dicranopteris linearis (pakis kawat),
Elusine indica (lulangan), Imperata cylindrica (alang-alang), Melastoma
malabathricum (senduduk), Mikania micrantha, Nephrolepis biserrata (pakis
larat), Pteridium osculentum (pakis gajah), dan Setaria plicata (bambuan).
Beberapa jenis pakisan dan tanaman lunak dibiarkan tumbuh untuk menjadi
sarang bagi musuh alami ulat api dan sarang serangga penyerbuk juga sebagai
penahan air hujan untuk mencegah erosi. Gulma dominan di areal Kebun Buatan
dapat dilihat pada gambar 2.
(a) Nephrolepis biserrata (b) Clidemia hirta
Gambar 2. Contoh gulma dominan di areal Kebun Buatan
Pengendalian secara manual. Salah satu jenis pengendalian gulma secara
manual yang dilakukan pada PT Inti Indosawit Subur adalah dongkel anak kayu
yang merupakan kegiatan mendongkel gulma yang berada di piringan maupun di
gawangan. Jenis gulma yang didongkel adalah gulma yang umumnya batangnya
berkayu seperti Chromolaena odorata (putihan), Climedia hirta (haredong atau
akar kala), Lantana camara (bunga tahi ayam), Melastoma malabatricum
(Senduduk atau senggani), kentosan/VOPS (voluntary oil palm seedlings) dan
semua jenis tanaman berkayu yang tumbuh di piringan dan gawangan. Biasanya
bersamaan dengan dilaksanakannya kegiatan dongkel anak kayu dilakukan juga
penyusunan pelepah yang terdapat di piringan untuk disusun ke gawangan mati.
Rotasi dari kegiatan dongkel anak kayu adalah 4 bulan dengan norma kerja
pekerja adalah satu pasar pikul atau sekitar 1.5 ha dalam satu hari kerja.
Pengendalian secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi pada
PT Inti Indosawit Subur dilaksanakan oleh dua Tim Unit Semprot (TUS) yang
langsung berada di bawah tanggung jawab Asisten Kepala dan dua orang mandor.
Tim Unit Semprot dibagi berdasarkan alat yang digunakan yaitu, tim yang
menggunakan alat semprot Controlled droplet applicator (CDA)/Micron herbi
22
dan tim dengan alat semprot Knapsack sprayer (RB-15/Solo) dengan rotasi
penyemprotan empat bulan .
Tim pengendalian dengan alat semprot CDA menggunakan mobil pick up
dengan tangki berkapasitas 400 liter pada baknya. Herbisida langsung dilarutkan
dalam tangki pada saat persiapan penyemprotan di gudang. Kemudian larutan dari
tangki ini diecerkan ke dalam tangki CDA berkapasitas 10 liter per kap yang
menggunakan nozzle nomor tiga. Bahan Kimia yang digunakan untuk
penyemprotan dengan CDA adalah Elang dengan bahan aktif Paraquat konsentrasi
6.15% yang dicampur Sterin dengan bahan aktif floroksifir konsentrasi 1%.
Gulma yang menjadi sasaran adalah Asystasia dan golangan rumput yang terdapat
pada piringan dan pasar pikul. Rata-rata dengan satu kap dapat digunakan untuk
menyemprot 200 pokok dalam waktu 90 menit dengan prestasi kerja karyawan
sebesar 5 ha/HK.
Tim pengendalian dengan alat semprot knapsack sprayer menggunakan
dump truck dengan tangki berkapasitas 2 000 liter dengan herbisida yang telah
dilarutkan pada saat persiapan penyemprotan di gudang. Herbisida lalu diecerkan
ke dalam tangki knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter yang menggunakan
nozzle VLV 200, bahan kimia yang digunakan untuk penyemprotan dengan
knapsack sprayer adalah Gramoxone dengan bahan aktif paraquat konsentrasi
0.5% yang dicampur Trapp dengan bahan aktif Methyl metsolfuron konsentrasi
0.03%. Gulma yang menjadi sasaran adalah gulma berkayu, pakisan, dan kentosan
yang terdapat pada piringan, pasar pikul, dan TPH. Rata-rata dengan satu kap
dapat menyemprot 40 pokok dalam waktu 20 menit dengan prestasi kerja
karyawan sebesar 3 ha/HK. Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan jalan
penyemprot adalah keadaan topografi dan kerapatan gulma.
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana ini pada prinsipnya adalah
pengelolaan KTA (Konservasi Tanah dan Air) seperti pemasangan gorong-gorong,
pemeliharaan gorong-gorong, dan rempesan. Seluruh kegiatan itu dilakukan agar
kondisi jalan dalam kebun tetap dalam kondisi yang baik untuk dilalui dalam
segala kondisi cuaca. Karena jalan merupakan sarana pendukung untuk
berjalannya transportasi di kebun seperti pengangkutan pupuk, pengangkutan TBS,
dan untuk memperlancar kegiatan karyawan. Faktor-faktor yang menyebabkan
rusaknya jaringan jalan adalah air yang menggenang, bahan organik dalam tanah,
tekstur dan struktur tanah, kurangnya sinar matahari dan beban kendaraan itu
sendiri.
Gorong-gorong. Berfungsi untuk mengalirkan air yang tergenang pada
badan jalan karena air yang menggenang menyebabkan tanah menjadi remah dan
sulit untuk dilalui kendaraan. Terdapat dua jenis gorong-gorong yaitu gorong-
gorong yang terbuat dari bahan semen/beton dan dari paralon yang masing-
masing gorong-gorong tersebut berdiameter 30 cm. Untuk jalan yang berada di
lereng bukit, jalan dibuat dengan kemiringan 10° ke arah bukit. Setiap jarak 50 m
atau di tempat yang cekung, dibuat rorak dengan ukuran 75 cm x 75 cm dengan
kedalaman 1 m. Untuk mengalirkan air yang tertampung didalam rorak dibuat
gorong-gorong dengan diameter 30 cm dan diletakkan 20 cm di atas dasar rorak.
Setelah pemasangan gorong-gorong selesai, pada sisi jalan dibuat tumpukan
karung yang berisi pasir yang berfungsi untuk menahan tanah yang terdapat pada
badan jalan agar tidak jatuh kebawah yang akan menyebabkan terjadi
23
penyumbatan pada lubang gorong-gorong. Pemasangan gorong-gorong
dilaksanakan oleh tim prasarana yang biasanya terdiri dari empat orang dengan
prestasi kerja tiga gorong-gorong/HK. Untuk Pemeliharaan gorong-gorong
dilakukan secara manual dengan cangkul dan parang kegiatannya adalah
membongkar saluran gorong-gorong yang tersumbat lalu membuang tanah yang
menyumbat aliran air dari rorak ke tempat mengalirkan air ke luar, sehingga air
parit dapat lancar mengalir keluar dari gorong-gorong.
Rempesan. Merupakan kegiatan memotong pelepah yang berada diatas
jalan karena akan menghalangi sinar matahari ke jalan yang akan menyebabkan
jalan basah menjadi lama kering. Kegiatan rempesan dilaksanakan oleh dengan
tiga tim dengan masing-masing tim beranggotakan tiga orang, satu orang sebagai
penunas dan dua orang sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati.
Garuk Rumpang. Merupakan kegiatan membersihkan sampah serasah
yang biasanya berasal dari sisa pelepah dari piringan ke gawangan mati. Kegiatan
ini bertujuan untuk sanitasi pokok yang akan memudahkan pengutipan brondolan
dan aplikasi pemupukan, membersihkan kokon (kepompong ulat api) yang berada
di sekitar pokok. Prestasi kerja kegiatan ini rata-rata 170 pokok/HK, hal ini
dipengaruhi juga oleh topografi lahan dan keadaan serasah apabila terlalu semak
biasanya hanya mencapai 150 pokok/HK.
Aspek Manajerial
Kegiatan manajemen merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan yang
dilakasanakan guna mencapai tujuan akhir yang telah ditetapkan dengan
menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Agar
kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan benar maka diperlukan
dukungan dari sumber daya manusia yang berkualitas.
Karyawan Non Staf
Manajemen tingkat karyawan non staf adalah karyawan yang bertugas
membantu jalannya kegiatan, baik di kebun maupun pada administrasi kantor.
Karyawan yang termasuk tenaga kerja tingkat non staf terdiri atas Mandor I, Krani
Afdeling, Mandor Panen, Krani Buah, Mandor Semprot, dan Mandor Pupuk. Pada
minggu keempat sampai dengan minggu kelima selama magang penulis berstatus
sebagai pendamping mandor. Mandor merupakan pengelola dan pengawas
langsung terhadap kegiatan para PHL di lapangan. Mandor bertanggung jawab
terhadap hasil kerja yang dikelolanya dengan selalu berpedoman pada rencana
kerja harian (RKH) yang telah ditetapkan bersama antara mandor dan Asisten
Afdeling. Selain bertugas mengelola dan mengawasi kegiatan kerja para PHL di
lapangan, mandor juga harus dapat memberikan motivasi positif agar kinerja dari
para PHL yang menjadi tanggung jawabnya meningkat dan sesuai dengan standar
operasional perusahaan.
Setiap pagi seluruh mandor wajib mengikuti muster morning (apel pagi)
bersama Asisten Afdeling untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang
akan dilaksanakan pada hari tersebut. Setelah itu mandor melakukan apel pagi
24
dengan para PHL yang menjadi tanggung jawabnya untuk memberitahu jenis
kegiatan dan metode kerjanya. Pada saat di lapangan mandor wajib mengawasi
secara langsung dan mengarahkan para pekerja agar bekerja lebih efektif. Sore
hari setelah selesai dari lapangan para mandor menghitung dan melaporkan hasil
pekerjaannya. Laporan tersebut meliputi prestasi kerja pekerja dan kualitas
pekerjaan kepada Asisten Afdeling dalam bentuk buku kerja mandor dan lembar
attendance & gang activity yang berisi tentang kehadiran PHL dan jenis pekerjaan
yang dilaksanakan pada hari itu. Selain itu juga mandor membuat rencana kerja
harian yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya.
Mandor I. Mandor I adalah orang yang mengatur semua kegiatan teknis di
lapangan, posisi jabatan mandor I berada langsung dibawah asisten afdeling dan
diatas mandor-mandor lainnya. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I lebih
luas jika dibandingkan dengan mandor-mandor lainnya. Mandor I mempunyai
tugas untuk mengontrol dan mengawasi semua jenis pekerjaan yang dilakukan.
Mandor I juga berkewajiban membuat rencana kerja harian dan berhak menegur
mandor dan karyawan secara langsung jika terdapat kesalahan dalam melakukan
pekerjaan. Seperti halnya Asisten Afdeling, mandor I memiliki wewenang untuk
memeriksa semua jenis kegiatan dan harus aktif menyelesaikan permasalahan
yang ada serta mencari solusinya.
Krani afdeling. Kantor afdeling merupakan salah satu pusat administrasi
terkecil dalam sebuah kebun dan menjadi sumber data langsung di lapangan tiap
afdeling, tugas kerani afdeling adalah memeriksa laporan baik yang masuk
maupun yang keluar seperti absensi mandor, membuat bon untuk pengadaan
barang dan laporan hasil kegiatan dari masing-masing mandor.
Mandor Panen. Pada perusahaan ini terdapat tiga mandor panen untuk
setiap afdeling. Tugas dari mandor panen adalah membuat perencanaan terhadap
areal seksi yang akan di panen atas persetujuan dari Asisten Afdeling. Selain itu
tugas mandor panen adalah apel pagi dengan para pemanen yang menjadi
tanggung jawabnya untuk memberikan pengarahan tentang pelakasanaan panen
dan mengingatkan tentang penggunaan alat pengaman diri (APD) untuk
keselamatan kerja. Pada saat apel pagi itu mandor panen juga mengabsen para
pemanen yang hadir, setelah itu mandor panen membagi ancak masing-masing
pemanen dan melaksanakan pengawasan pelaksanaan panen dan pemeriksaan
mutu ancak di lapangan. Setelah pelaksanaan panen, mandor panen melaksanakan
kegiatan taksasi panen yang bertujuan untuk memperkirakan hasil yang dapat
dipanen untuk esok hari.
Krani buah. Tugas utama kerani buah adalah mencatat jumlah TBS dan
mengawasi mutu buah yang dipanen oleh pemanen agar sesuai dengan kriteria
matang yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Data yang telah didapatkan
tersebut dicatat dalam buku kerani panen. Kerani buah berhak untuk menegur
pemanen yang memanen buah tidak sesuai dengan kriteria matang yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Setelah selesai dari lapangan, krani panen melakukan
pendataan ulang total buah yang dipanen oleh pemanen, selain itu juga mencatat
total buah yang masak, buah mentah, buah busuk dan buah abnormal yang
dipanen oleh setiap pemanen untuk menentukan jumlah premi dan denda yang
akan diterima oleh pemanen pada hari itu.
Mandor semprot. Tugas mandor semprot adalah menentukan areal yang
akan disemprot atas persetujuan dari asisten afdeling dan asisten kepala,
25
melakukan apel pagi untuk memberikan pengarahan dan mengabsen karyawan,
lalu mengecek kelengkapan alat pengaman diri (APD) karyawan, dan
mempersiapkan larutan yang akan digunakan. Pada saat di lapangan mandor
semprot bertugas mengawasi pekerjaan di lapangan dan mengawasi penggunaan
herbisida. Setelah kegiatan di lapangan selesai mandor memberikan laporan hasil
kegiatan kepada asisten kepala dan asisten afdeling yang afdelingnya disemprot
pada hari itu dan juga membuat rencana kerja harian (RKH) untuk kegiatan esok
hari.
Mandor pupuk. Tugas dari mandor pupuk adalah membuat perencanaan
blok/petak yang akan dipupuk atas persetujuan asisten afdeling, membuat
permintaan bahan/bon gudang yang disetujui asisten afdeling, KTU dan manajer
kebun, mengawasi pengambilan pupuk di gudang, meminta kendaraan untuk
mengangkut pupuk dari gudang ke lapangan kepada mandor traksi, menghitung
tenaga kerja yang hadir untuk menentukan jumlah luasan yang akan dipupuk.
Pada saat apel pagi mandor pupuk memberikan pengarahan tentang pelaksanaan
pemumpukan kepada karyawan pemupuk dan memeriksa kelengkapan alat
pengaman diri para pemupuk. Pada saat di lapangan mandor pupuk mengawasi
distribusi pupuk dari gudang ke tempat peletakan pupuk yang telah ditentukan dan
mengawasi pelaksanaan kegiatan pemupukan di lapang.
Karyawan Staf
Setiap kebun dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan kebun dan menjadi pemegang puncak keputusan. EM
bertanggung jawab pada General Manager (GM) atas segala kegiatan yang ada di
kebun seperti keadaan kebun, proses produksi, administrasi kebun, pengusahaan
material, finansial, personalia dan termasuk dalam keamanan kebun. Sedangkan
setiap kebun terdiri atas beberapa afdeling, setiap afdeling dipimpin oleh seorang
asisten. Sehingga EM dibantu oleh beberapa asisten kepala dan asisten afdeling
yang membawahi beberapa mandor yang langsung menangani pelaksanaan
kegiatan lapang.
Asisten afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab langsung
terhadap seluruh kegiatan dan hal-hal penting lainnya dalam suatu afdeling.
Asisten afdeling bertanggung jawab kepada asisten kepala, manajer kebun dan
GM. Asisten afdeling bertugas merencanakan dan mengkoordinasikan program
kerja harian dan bulanan yang sesuai untuk mencapai target yang telah ditentukan.
Selain itu juga mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dan
mengarahkan pemecahan masalah di tingkat afdeling, melakukan pengawasan dan
penilaian terhadap kinerja dari masing-masing mandor, melakukan pembinaan
terhadap sumber daya manusia yang ada di afdelingnya, dan melakukan
administrasi afdeling yang dibantu oleh kerani afdeling. Asisten afdeling juga
bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang
meliputi semua pekerjaan yang ada di lapangan maupun dalam lingkungan
kemasyarakatan.
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode Pewarnaan Blok
Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas
Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate
Manager membawahi beberapa Asisten Afdeling. Seorang Asisten Afdeling
bertanggungjawab terhadap operasional Afdeling dengan luas areal sekitar
700 – 1 000 ha. Satu Afdeling dibagi lagi menjadi blok berbentuk persegi panjang
dengan luas blok pada umumnya 30 ha tetapi hal ini tidak berlaku tetap tergantung
pada kondisi topografi dan letak blok. Sebagai contoh Afdeling V pada PT. Inti
Indosawit Subur dibagi menjadi Sembilan blok. Kebun secara total akan memiliki
lebih kurang lima puluh blok dengan total luas satu kebun antara 3 000 - 5 000 ha.
Dengan skala luasan kebun yang demikian, maka tidaklah mudah bagi
seorang Estate Manager untuk dapat memantau keseluruhan areal luasan kebun
yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang Estate Manager seharusnya hanya
perlu memusatkan perhatian kepada sebagian saja dari seluruh areal kebun, tidak
perlu seluruhnya. Dengan demikian konsentrasinya akan lebih fokus, dan action
plan untuk memperbaiki blok yang bermasalah tersebut dapat dilakukan dengan
lebih fokus juga. Suatu cara yang dapat disebut sebagai Analisa Hasil Panen Blok
dapat digunakan dalam perkebunan kelapa sawit dengan cara memperbandingkan
kinerja suatu blok dengan blok lainnya, sehingga dapat diidentifikasi blok mana
saja yang kinerjanya relatif tidak sebaik bok lainnya. Secara teknis pembandingan
kinerja blok ini didasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi seperti
kelas kesesuaian lahan, jenis bibit dan umur tanaman. Faktor lain yang dapat
dipertimbangkan adalah potensi produksi, yang dapat dijadikan sebagai acuan
pagi pencapaian hasil.
Sebagai contoh, perbandingan antar blok dapat dilakukan dengan membuat
perbandingan langsung dari hasil panen setiap blok untuk jenis bibit dan tahun
tanam yang sama. Misalnya, Blok E91A dengan jenis bibit Marihat tahun tanam
1991 memiliki produktivitas pada bulan Februari tahun 2012 sebesar 2.0 ton/ha.
Sedangkan Blok E91B dengan jebis bibit dan tahun tanam yang sama memiliki
produktivitas 2.3 ton/ha. Tanpa memperhitungkan faktor lingkungan secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa kinerja Blok E91B lebih baik dari Blok E91A.
Metode lain dalam pemeringkatan kinerja blok adalah dengan
membandingkan produksi aktual blok tersebut dengan potensi produksi bibitnya.
Angka potensi produksi merupakan suatu acuan yang dapat dipergunakan untuk
memprediksi produksi tanaman kelapa sawit. Setiap jenis bibit kelapa sawit
memiliki angka potensi produksinya masing-masing. Angka potensi produksi ini
juga sangat tergantung pada kelas kesesuaian lahan di mana bibit tersebut di
tanam. Semakin baik kelas lahannya, tentu semakin tinggi angka potensinya.
Angka potensi produksi ini dapat dijadikan acuan standar dalam pengukuran
kinerja produksi buah kelapa sawit. Sebagai contoh, suatu blok dengan kelas
lahan S2 yang ditanami bibit Marihat dengan tahun tanam 1991 maka pada tahun
2012 akan berumur 21 tahun dan mempunyai angka potensi produksi per tahun
sebesar 21 ton/ha dengan bobot janjang rata-rata 28.6 kg dan menghasilkan 5.60
janjang/pokok/tahun. Pada kenyataannya blok tersebut memiliki produksi per
27
tahun sebesar 24.9 ton/ha dengan berat janjang rata-rata 25 kg dan menghasilkan
7.64 janjang/pokok/tahun. Dengan hasil seperti itu kinerja blok tersebut telah
mencapai 90% dari potensinya.
Dengan cara ini, dapat dibandingkan kinerja keseluruhan blok yang terdapat
dalam satu kebun dan membuat urutan peringkat dari blok dengan kinerja paling
baik hingga yang paling buruk. Untuk lebih memudahkan dapat dilakukan kode
pewarnaan dari masing-masing blok sesuai peringkat kinerjanya masing-masing.
Dalam model pewarnaan blok dibedakan berdasarkan garisnya yaitu horizontal,
vertikal dan garis miring. Garis vertikal menunjukkan kinerja paling rendah,
sementara garis horizontal menunjukkan kinerja paling tinggi. Contoh metode
pewarnaan blok dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 3. Contoh metode pewarnaan blok
Dapat dipahami bahwa blok dengan garis vertikal merupakan blok yang
perlu mendapatkan perhatian khusus karena kinerjanya yang relatif tidak sebaik
blok yang lainnya. Pada kenyataannya munculnya blok dengan garis vertikal ini di
kategorikan seperti sebuah hukuman padahal semestinya keberadaan dengan garis
vertical dapat membantu manajemen kebun untuk mengkonsentrasikan
perhatiannya. Blok dengan garis horizontal juga bukan berarti yang terbaik,
karena produksi masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki hal-hal yang
dianggap masih kurang baik sesuai dengan salah satu konsep perusahaan yaitu
continous improvement yaitu perbaikan yang dilakukan secara berkelanjutan.
Pengaruh populasi per hektar terhadap produksi, bobot janjang rata-rata
dan produktivitas
Peanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Buatan dimulai pada
tahun 1988 sampai dengan tahun 1991. Jarak tanam yang umum digunakan pada
perkebunan kelapa sawit adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga diperoleh
populasi per hektar 136 pokok. Namun pada kenyataannya sering tidak sesuai
dikarenakan topografi areal dan kondisi lahan. Jumlah populasi per hektar diduga
berpengaruh terhadap tiga komponen produksi yaitu produksi total kebun, bobot
janjang rata-rata dan produktivitas. Berikut ini disajikan dalam Tabel 10 hasil uji
28
t-student terhadap tiga komponen produksi tanaman kelapa sawit berdasarkan
jumlah populasi per hektarnya.
Tabel 10. Pengaruh jumlah populasi per hektar terhadap tiga komponen
produksi
Variabel Nilai tengah (kg)
t-hitung Pr > |t| SPH <125 SPH >125
Produksi 5 799 286 5 747 470 0.84tn
0.421
BJR 24.89 24.76 0.29tn
0.780
Produktivitas 2 044.34 2 011.33 0.42tn
0.683
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
* = berbeda nyata pada taraf uji 5 %
** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 %
Data SPH (stand per hectare) untuk produksi merupakan data SPH yang
diambil dari total produksi kebun pada setiap afdeling, sedangkan untuk data BJR
(Bobot Janjang Rata-rata) dan produktivitas diambil dari data produksi tanaman
kelapa sawit yang berumur 23 tahun (tahun tanam 1988) yang telah
dikelompokkan berdasarkan kategori SPH yang telah ditentukan dan dihubungkan
terhadap pencapaian tiga komponen produksi yaitu produksi total per tahun, bobot
janjang rata-rata dan produktivitas. Berdasarkan hasil uji t-student pada taraf 5%
ketiga komponen produksi di Kebun Buatan tahun 2011 yaitu produksi, BJR dan
produktivitas tidak berbeda nyata antara SPH <125 dan SPH >125. Dari kedua
kelompok SPH tersebut yang memiliki nilai produksi paling tinggi terdapat pada
SPH <125, hal ini ditunjukkan nilai tengah yang lebih tinggi untuk ketiga
komponen produksi per bulannya.
Hasil uji t-student untuk produksi Kebun Buatan pada tahun 2011 tidak
menunjukkan perbedaan nyata antara kelompok SPH <125 dengan kelompok
SPH >125. Produksi tertinggi per bulan terdapat pada kelompok SPH >125
dengan nilai tengah sebesar 5 799 286 kg/bulan. Berdasarkan hasil uji t-student
pada taraf 5%, bobot janjang rata-rata Kebun Buatan tahun 2011 tidak berbeda
nyata antara kelompok SPH <125 dan kelompok SPH >125. Nilai bobot janjang
rata-rata paling tinggi terdapat pada kelompok SPH <125 dengan nilai tengah
sebesar 24.89 kg. Hasil uji t-student untuk produktivitas juga tidak menunjukkan
perbedaan nyata antara kelompok SPH <125 dengan kelompok SPH >125.
Produktivitas tertinggi terdapat pada kelompok SPH <125 dengan nilai tengah
sebesar 2 044.34 kg/ha/bulan. Hal ini dikarenakan kompetisi hara antar tanaman
kelapa sawit yang terjadi pada kelompok SPH <125 lebih rendah dibanding
dengan kelompok SPH >125. Kompetisi hara yang rendah antar tanaman kelapa
sawit menyebabkan penyerapan hara oleh tanaman kelapa sawit terjadi secara
optimal. Apabila penyerapan hara terjadi secara optimal maka hara akan
terdistribusi ke seluruh tanaman secara merata sehingga menghasilkan buah yang
lebih besar.
Pada kenyataannya populasi per hektar di Kebun Buatan pada tahun 2011
sebesar 129 pokok/ha. Hal ini dikarenakan kondisi topografi areal kebun yang
berbukit sehingga jarak tanam yang digunakan tidak tepat, disamping itu juga
terdapat beberapa tanaman yang sudah tidak produktif dan terdapat tanaman yang
sudah mati akibat serangan hama dan penyakit.
29
Pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas
Menurut Pahan (2008) tanaman kelapa sawit dapat dipanen pada saat
tanaman berumur tiga atau empat tahun. Produksi yang dihasilkan akan terus
bertambah seiring bertambahnya umur dan akan mencapai produksi maksimalnya
pada saat tanaman berumur 9 – 14 tahun, setelah itu produksi yang dihasilkan
akan mulai menurun. Umur ekonomis tanaman sawit berkisar antara 25 – 26 tahun.
Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi produksi
TBS yang dihasilkan tanaman kelapa sawit adalah umur tanaman.
Selain mempengaruhi produksi, umur tanaman kelapa sawit juga akan
mempengaruhi produktivitasnya. Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit
akan meningkat secara tajam dari umur tujuh tahun dan akan mencapai tingkat
produktivitas maksimalnya pada umur lima belas tahun dan mulai menurun secara
perlahan seiring dengan pertambahan umur tanaman. Kebun Buatan memiliki
empat tahun tanam yaitu yang tertua tahun tanam 1988 dan yang termuda tahun
tanam 1991. Dapat diartikan bahwa pada tahun 2011 tanaman kelapa sawit di
Kebun Buatan telah berumur 20 - 23 tahun. Tanaman kelapa sawit di Kebun
Buatan telah melewati masa produksi maksimalnya, namun masih berproduksi
secara maksimal. Berikut ini disajikan dalam Tabel 11. Hasil uji t-student
perbedaan tingkat produktivitas pada empat tahun tanam di Kebun Buatan.
Tabel 11. Pengaruh tahun tanam (umur) terhadap produktivitas
Perbandingan
tahun tanam
Nilai tengah (kg/ha/bulan) t-hitung Pr > |t|
1988 1989 1990 1991
1988 vs 1989 1 989.58 2 134.67 - - -2.44*
0.033
1988 vs 1990 1 989.58 - 2 102.08 - -2.79*
0.017
1988 vs 1991 1 989.58 - - 2 081.67 -2.98*
0.013
1989 vs 1990 - 2 134.67 2 102.08 - 0.60tn
0.559
1989 vs 1991 - 2 134.67 - 2 081.67 0.97tn
0.353
1990 vs 1991 - - 2 102.08 2 081.67 0.45tn
0.659
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
* = berbeda nyata pada taraf uji 5 %
** = berbeda nyata pada taraf uji 1 %
Berdasarkan hasil uji t-student produktivitas tanaman kelapa sawit dengan
tahun tanam 1988 (umur 23 tahun) berbeda nyata dengan tanaman kelapa sawit
dengan tiga tahun tanam lainnya yaitu tahun tanam 1989 (umur 22 tahun), tahun
tanam 1990 (umur 21 tahun) dan tahun tanam 1991 (umur 20 tahun). Hal ini
dikarenakan pada umur 23 tahun produksi tanaman kelapa sawit sudah mulai
menurun, dapat dibuktikan dengan nilai tengah dari produktivitas tahun tanam
1988 yang sebesar 1989,58 kg/ha/bulan. Sedangkan nilai tengah produktivitas
yang tertinggi terdapat di tahun tanam 1989 (umur 22 tahun) yaitu sebesar
2134,67 kg/ha/bulan.
Tabel 12 menunjukkan perbandingan produktivitas kelapa sawit antara
Kebun Buatan yang menggunakan varietas Marihat dengan trend produktivitas
kelapa sawit varietas Marihat bedasarkan literatur dari Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Tabel tersebut menunjukkan bahwa produktivitas kelapa Sawit Kebun
buatan lebih tinggi dibanding dengan trend produksi kelapa sawit varietas Marihat
dalam kelas lahan apapun. Hal ini dikarenakan kebun buatan melakukan
30
manajemen pemupukan, pemanenan dan perawatan kebun dengan baik sehingga
mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi. Akan tetapi produktivitas kelapa
sawit di Kebun Buatan telah mengalami penurunan ketika tanaman mulai berumur
diatas 22 tahun. Penurunan produktivitas ini terjadi karena umur tanaman tersebut
sudah diatas umur produktivitas maksimal rata-rata kelapa sawit. Oleh karena itu,
dari pihak kebun akan berencana melakukan replanting untuk tanaman kelapa
sawit tahun tanam 1988 pada semester II tahun 2013 agar produktivitas tanaman
kelapa sawit meningkat kembali.
Tabel 12. Perbandingan produktivitas Kebun Buatan
Tahun
tanam
Umur
(tahun)
Produktivitas Kebun
Buatan Tahun2011
(ton/ha bulan)
Kelas lahan dan produktivitas
Marihat (ton/ha/bulan)
I II III
1991 20 2.08 1.92 1.79 1.58
1990 21 2.10 1.82 1.75 1.50
1989 22 2.13 1.65 1.58 1.41
1988 23 1.90 1.57 1.50 1.33 Sumber : Kantor Besar Kebun buatan 2012
Analisis Produksi Menggunakan Persamaan Regresi Berganda
Ada tiga konsep yang perlu dipahami apabila berbicara dengan produksi
kelapa sawit yaitu. Produksi Secara Genetik, Site Yield Potential, dan Produksi
Aktual. Pertama, produksi secara genetik merupakan potensi produksi maksimal
yang dimiliki oleh bahan tanaman pada suatu lingkungan tanpa atau sedikit
mengalami hambatan baik faktor lingkungan, maupun teknik budidaya dan
manajemen. Kedua, Site Yield Potential merupakan produksi yang dapat dicapai
oleh bahan tanaman tertentu sesuai dengan kondisi suatu tempat setelah
mengalami hambatan oleh faktor pembatas yang tidak dapat dikendalikan oleh
manusia seperti faktor iklim. Ketiga, produksi aktual merupakan produksi yang
telah dicapai oleh bahan tanaman tertentu pada suatu lokasi setelah mengalami
hambatan oleh faktor pembatas yang tidak dapat dikendalikan.
Analisis produksi kelapa sawit tidak dapat dilakukan secara mudah
mengingat banyak faktor yang mempengaruhi produksi seperti tipe tanah secara
fisik maupun kimia, kondisi iklim (jumlah dan distribusi curah hujan), lama
penyinaran, kecepatan angin, teknik budidaya dan manajemen, dan faktor-faktor
sosial dalam kebun. Beberapa faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain
yang dapat menurunkan dan menghilangkan produksi dari potensi yang dimiliki
oleh tanaman.
Untuk mendapatkan produksi yang optimal maka seluruh faktor produksi
yang mempengaruhi harus diusahakan pada kondisi yang optimal. Hal ini
dikarenakan faktor penentu produksi tersebut saling terkait dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Optimalisasi yang kurang salah satu faktor atau
lebih dapat mempengaruhi pencapaian produksi. Faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap produksi TBS khususnya di Kebun Buatan adalah curah
hujan, jumlah hari kerja, output pemanen, SPH (populasi per hektar), dan umur
31
tanaman. Pemilihan faktor-faktor produksi tersebut didasarkan pada asumsi dan
kelengkapan data yang tersedia di kebun.
Analisis dilakukan terhadap tiga variabel faktor penentu produksi yaitu
curah hujan selama enam bulan terakhir, jumlah hari kerja dan output pemanen
pada tahun 2011. Persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Produksi (Y) = 12 181 + 0.617 CH + 1.97 Jumlah HK + 5.82 Output
Untuk mengetahui persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk
digunakan dapat dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Untuk mengetahui
apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak digunakan uji normalitas.
Persyaratan uji normalitas adalah data berasal dari distribusi yang normal yang di
uji dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov pada taraf 0,05. Data dinyatakan
berdistribusi normal jika sinilai gnifikansi lebih besar dari 0,05. Untuk persamaan
regresi di atas didapat dengan nilai P-value 0.150 yang berarti data telah
terdistribusi dengan normal.
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang
harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala
heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Ada beberapa metode
pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu uji park, uji glesjer, dan melihat
pola grafik regresi seperti pada gambar 6.
Gambar 4. Grafik persamaan regresi
Model yang layak didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik
seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya
melebar kemudian menyempit. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa
RESI1
Pe
rce
nt
5002500-250-500
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
Mean
>0,150
-9,09495E-13
StDev 191,8
N 12
KS 0,178
P-Value
Probability Plot of RESI1Normal
32
tidak terdapat heteroskedastisitas yang terlihat dari penyebaran data yang
membentuk pola. Dapat dikatakan bahwa terdapat kesamaan varian dari residual
untuk semua pengamatan pada model regresi.
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar
variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam
model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada pembahasan ini akan
dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada
model regresi. Jika nilai VIF lebih besar dari lima maka variabel tersebut
mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya, Pada
kenyataannya dalam model tersebut diperoleh nilai VIF yang lebih kecil dari lima
untuk ketiga faktor yang diuji. Dapat diartikan bahwa tidak terdapat
multikolinearitas dalam model persamaan regresi tersebut.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi maka dapat dilihat dari nilai Durbin Watson
yang dibandingkan dengan nilai dari tabel Durbin Watson. Untuk persamaan
regresi di atas peroleh nilai d = 1.41076, nilai dL = 0.6577, dan nilai dU = 1.8640.
Berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi jika d terletak antara dL dan dU
atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Oleh karena itu pada persamaan regresi di atas tidak dapat disimpulkan terdapat
atau tidaknya autokorelasi karena nilai d terletak antara nilai dL dan nilai dU.
Dari keempat uji asumsi tersebut hanya tiga uji yang menyatakan bahwa
persamaan regresi di atas telah memenuhi syarat untuk dapat dikatakan layak
sebagai suatu model persamaan yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji
heteroskedastisitas. Berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi, persamaan regresi
di atas tidak dapat ditentukan adanya autokorelasi atau tidak. Hal ini dibuktikan
dengan nilai d yang terletak antara nilai dL dan dU.
Persamaan di atas menunjukkan pada saat semua variabel atau peubah bebas
(X) yang digunakan diasumsikan bernilai 0 maka nilai Y (peubah tak bebas) yang
dihasilkan adalah 12 181 satuan. Hasil signifikan dari ketiga variabel X yang
memiliki pengaruh sangat nyata terhadap produksi TBS (Y) pada taraf uji 1%
adalah jumlah hari kerja dan output pemanen yang terlihat dari nilai signifikan
yang dihasilkan adalah 0.000 (Tabel 13).
Tabel 13. Pendugaan faktor yang mempengaruhi produksi TBS
Variabel t-hitung Peluang
Curah hujan 2.06 tn
0.074
Jumlah HK 12.01**
0.000
Output pemanen 13.29**
0.000 Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
* = berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1 %
Nilai koefisien determinasi atau R2 yang dihasilkan dalam analisis terhadap
produksi TBS (tandan buah segar) tahun 2011 adalah sebesar 98.3% yang berarti
bahwa 98.3% variasi variabel Y (produksi) di Kebun Buatan dapat diterangkan
oleh variabel X (faktor penentu produksi yakni curah hujan, jumlah hari kerja dan
33
output pemanen). Pengaruh faktor lain diluar model pengaruhnya sangat kecil
sekali yaitu hanya 1.7%. Hasil uji analisis ini membuktikan bahwa faktor-faktor
produksi yang dianalis sudah cukup mewakili dalam memperkirakan faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi TBS di Kebun Buatan pada tahun 2011. Pengaruh
faktor-faktor yang di analisis berdasarkan persamaan regresi berganda akan
dijelaskan masing-masing.
Curah Hujan
Menurut PPKS (2006) curah hujan yang optimal untuk tanaman kelapa
sawit berkisar antara 2 000 – 2 500 mm/tahun dengan curah hujan yang merata
sepanjang tahun serta tidak terdapat kondisi kekeringan yang signifikan seperti
bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) ataupun defisit air.
Nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor curah hujan dalam persamaan
regresi adalah 0.074. Nilai ini menunjukkan tidak adanya pengaruh antara curah
hujan dan produksi TBS di Kebun Buatan yang terlihat dari nilai signifikan yang
diperoleh lebih besar dari taraf uji 0.05 (α = 5%).
Curah hujan yang tidak berpengaruh terhadap produksi TBS di Kebun
Buatan ini dikarenakan rata-rata curah hujan tahunan selama lima tahun terakhir
sudah sesuai dengan kebutuhan dan syarat tumbuh kelapa sawit. Curah hujan yang
terjadi di Kebun Buatan selama tahun 2007 - 2011 yaitu 2 152.4 mm/tahun serta
tidak pernah terjadi kondisi kekeringan ataupun defisit air selama lima tahun
terakhir hal ini dibuktikan dengan lebih banyak jumlah bulan basah dibandingkan
dengan bulan kering dimana terdapat rata-rata sembilan bulan basah dan dua
bulan kering selama lima tahun terakhir.
Selain itu curah hujan yang tidak berpengaruh terhadap produksi TBS juga
dapat disebabkan populasi pada tanaman kelapa sawit di kebun ini mempunyai
tingkat keseragaman yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tahun tanam yang
homogen pada tiap blok kelapa sawit. Homogenitas tahun tanam yang tinggi pada
setiap bloknya berdampak pada pengaruh jumlah curah hujan yang diterima
tanaman menjadi merata sehingga setiap tanaman kelapa sawit dalam kebun
tersebut mendapatkan jumlah air yang merata juga.
Kondisi kekeringan yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman kelapa
sawit kekurangan air dan mengganggu perkembangan bunga sehingga
menurunkan produktivitasnya. Sedangkan kondisi wilayah dengan curah hujan
yang berlebihan akan menyebabkan tanaman tergenang sehingga perakarannya
menjadi anaerob juga akan mengurangi intensitas cahaya sehingga dapat
menghambat produktivitas.
Jumlah Hari Kerja
Kegiatan panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit
sehingga tenaga kerja panen memiliki peran yang penting dalam perkebunan
kelapa sawit. Berkurangnya tenaga kerja panen akan berpengaruh terhadap jumlah
hari kerja efektif kegiatan panen yang secara langsung akan mempengaruhi
produksi kebun pada hari tersebut.
34
Nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor jumlah hari kerja dalam
persamaan regresi adalah 0,000. Nilai ini menunjukkan pengaruh yang sangat
nyata antara jumlah hari kerja dengan produksi TBS di Kebun Buatan yang
terlihat dari nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari taraf uji 0.01 (α = 1%).
Berdasarkan hasil analisis dapat dikatakan bahwa dengan penambahan
jumlah hari kerja efektif dapat meningkatkan produksi. Akan tetapi kebutuhan
tenaga panen harus mengacu pada luas total areal kebun, kegiatan panen akan
terhambat bila tenaga panen kurang dari jumlah yang sesuai dengan indeks tenaga
kerja, terlalu tinggi juga tidak baik karena menjadi tidak efisien dalam hal biaya.
Nilai indeks tenaga kerja mempengaruhi apakah jumlah tenaga kerja pada suatu
perusahaan efisien atau tidak. Pada tahun 2011 Kebun Buatan memiliki indeks
tenaga kerja sebesar 0.22 yang berarti pengelolaan tenaga kerja di Kebun Buatan
sudah efisien dan efektif dengan rata-rata jumlah hari kerja 5 659 HK per bulan
Jumlah tenaga panen per mandoran berkisar antara 15 - 20 orang dengan
tiga mandor per afdeling berarti dalam satu afdeling biasanya terdapat 45 - 60
orang tenaga panen. Berkurangnya tenaga kerja panen disebabkan ada karyawan
yang tidak masuk dikarenakan ijin cuti, sakit, ataupun karena faktor alam seperti
hujan. Jumlah hari kerja yang rendah mengakibatkan produksi harian menurun
dengan luas areal yang dipanen menurun sehingga mengakibatkan rotasi panen
semakin tinggi. Menurut Walad (2011) untuk mengatasi kekurangan hari kerja
karyawan maka pihak kebun harus menerapkan peraturan yang tegas baik berupa
sanksi atau denda, bahkan perusahaan bisa memberikan intensif bagi karyawan
dengan tingkat absensi rendah sebagai motivasi untuk bekerja lebih baik.
Output Pemanen
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya
cukup besar sehingga perlu diadakan upaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah
satu cara mengukur efisiensi tenaga kerja dengan menghitung produktivitas kerja.
Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara tenaga kerja yang digunakan
untuk menghasilkan produksi dalam satuan waktu tertentu (Hartopo, 2005). Salah
faktor dari tenaga kerja yang mempengaruhi produksi kebun adalah output
pemanen (kapasitas pemanen) yaitu kemampuan tenaga kerja memanen buah per
harinya. Kapasitas pemanen biasanya dihitung dalam satuan berat ataupun janjang.
Menurut PPKS (2006) kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada
produksi panen kelapa sawit per hektar yang dihubungkan dengan umur tanaman
(tinggi), topografi areal, premi yang disediakan dan musim panen yang memuncak
atau menurun.
Nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor output pemanen dalam
persamaan regresi adalah 0.000. Nilai ini menunjukkan pengaruh yang sangat
nyata antara output pemanen dengan produksi TBS di Kebun Buatan yang terlihat
dari nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari taraf uji 0.01 (α = 1%). Hal ini
berarti semakin tinggi output dari pemanen maka semakin tinggi pula produksi .
Output pemanen dipengaruhi oleh umur tanaman karena semakin
bertambahnya umur tanaman maka semakin tinggi pokok kelapa sawit. Pokok
yang tinggi akan menyulitkan pemanen mengambil buah sehingga output akan
menurun. Topografi akan berpengaruh terhadap output pemanen apabila kondisi
35
areal berbukit karena menyulitkan pemanen mengangkut buah ke TPH. Faktor
utama yang mempengaruhi output pemanen adalah kondisi fisik pemanen tersebut.
Pemanen yang sudah terlatih akan menghasilkan output yang lebih tinggi
disbanding pemanen yang kurang terlatih. Output pemanen pada tahun 2011 dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Output pemanen per bulan tahun 2011
Bulan Output Pemanen (ton/orang/hari)
Januari 1.84 Februari 1.91 Maret 1.69 April 1.86 Mei 2.07 Juni 2.07 Juli 2.11
Agustus 1.99 September 2.42 Oktober 2.15
November 2.10 Desember 2.17
Sumber : Laporan Unit Kebun PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan
Tabel 14 menunjukkan bahwa output pemanen paling tinggi terdapat pada
bulan September dan yang paling rendah terdapat pada bulan maret. Output
pemanen tinggi akan menghasilkan produksi TBS yang tinggi pula. Hal ini
dikarenakan pada bulan tersebut merupakan puncak panen kelapa sawit di kebun
tersebut. Sedangkan output pemanen terendah terjadi pada bulan maret
dikarenakan pada bulan tersebut produksi kebun menurun sehingga output
pemanen juga ikut menurun.
Untuk menjaga output pemanen tetap optimal perusahaan dapat melaksakan
pelatihan terhadap pemanen yang kurang terampil, membuat tangga teras pada
areal berbukit untuk memudahkan pemanen mengangkut buah. Pemberian
rewards kepada pemanen dengan output tertinggi dapat dijadikan salah satu
alternatif untuk menaikkan output dan juga dapat meningkatkan motivasi
pemanen lainnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kebun Buatan secara umum sudah menerapkan teknik budidaya kelapa
sawit dengan baik. Indikator tersebut dapat dilihat dari kegiatan penyemprotan,
pemupukan dan panen sudah berjalan sesuai dengan SOP (standard operational
procedure) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Produksi TBS di Kebun
Buatan dipengaruhi oleh jumlah hari kerja efektif tenaga kerja panen dan jumlah
36
output pemanen. Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis
adalah 98.3% yang dapat diartikan bahwa sebanyak 98.3% variasi variabel
dependen dapat diterangkan oleh variabel independen (curah hujan, jumlah hari
kerja dan output pemanen) yang terdapat di dalam model persamaan.
Produktivitas Kebun Buatan sudah cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
produktivitas Kebun Buatan lebih tinggi dibanding produktivitas varietas Marihat
pada berbagai kelas lahan. Permasalahan utama di Kebun Buatan adalah
menurunnya produktivitas tanaman pada tanaman yang berumur lebih dari 22
tahun. Hal ini diakibatkan umur tanaman tersebut sudah diatas umur produktivitas
maksimal rata-rata kelapa sawit.
Saran
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Buatan
perlu lebih mengoptimalkan faktor produksi yaitu jumlah hari kerja efektif
pemanen dan kemampuan pemanen. Berdasarkan kondisi tanaman yang sudah tua
kegiatan replanting perlu dilakukan agar produktivitas di Kebun Buatan kembali
stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Asian Agri. 2010. Agricultural Policy Manual. Medan (ID): Asian Agri. 427 hal.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Volume dan nilai ekspor, impor Indonesia.
http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstat/exportimport/16-
Kelapa sawit. [26 Januari 2010]
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Teknis budidaya tanaman kelapa sawit.
http://www.deptan.go.id. [20 November 2009].
Fauzi Y, Y E Widyastuti, I Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 166 hal.
Hartopo, M. 2005. Pengelolaan Tenaga Kerja pada Pemeliharaan dan Pemetikan
Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT. Tambi Unit Perkebunan
Bedakah Wonosobo, Jawa Tengah. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor. 72 hal.
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di lndonesia Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat - Bandar Kuala. Pematang Siantar-
Sumatera Utara (ID). 435 hal.
Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu HIngga Hilir.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 412 hal.
Pardosi, V. R. 1994. Pemeliharaan Pembibitan Utama dan TBM di Kebun
Rejosari PTP X Lampung. Laporan Keterampilan Profesi. [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Panen pada Tanaman Kelapa Sawit.
Medan (ID): PPKS
37
[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Medan
(ID): PPKS. 153 hal.
Risza, S. 2009. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta
(ID): Kanisius. 189 hal.
Sastrosayono, S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
65 hal.
Setyamidjaja, D. 2006. Teknik Budidaya Panen Pengolahan Kelapa Sawit.
Yogyakarta (ID): Kanisius. 127 hal.
Soepadiyo M. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta
(ID): Agromedia Pustaka. 70 hal.
Usman H, R P S Akbar. 2000. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Walid, A. 2011. Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Perkebunan Pantai Bonati Estate, PT Sajang Heulang Minamas
Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor. 79 hal.
Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor. 52 hal.
38
Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur.
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan/HK)
Lokasi Keterangan Penulis Karyawan Standar
10 Februari 2012 Tiba di Lokasi
Magang - - -
Kantor
kebun -
11 Februari 2012 Menghadap Manager
Kebun - - -
Kantor
kebun
Penempatan di
Afdeling V
12 Februari 2012 Hari Minggu - - - - Orientasi
Kebun
13 Februari 2012 Panen 20
Janjang
84
Janjang
40
Janjang E90A -
14 Februari 2012 Panen 21
Janjang
87
Janjang
40
Janjang E90B -
15 Februari 2012 Panen 19
Janjang
80
Janjang
40
Janjang E90C -
16 Februari 2012 Sakit - - - - -
17 Februari 2012 Panen 23
Janjang
80
Janjang
40
Janjang E91D -
18 Februari 2012 Panen 20
Janjang
83
Janjang
40
Janjang E91C -
19 Februari 2012 Hari Minggu - - - - -
20 Februari 2012 Pemupukan 10
Untilan
28
Untilan
28
Untilan E91C
22 Februari 2012 Until Pupuk - 7 Ton 7 Ton Gudang
Pupuk
23 Februari 2012 Perbaikan Sarana dan
Prasarana - - - E91A
Membuat
Batas Blok
24 Februari 2012 Sensus Ulat Api - - - E90A -
25 Februari 2012 Sensus Ulat Api - - - E90B -
26 Februari 2012 Hari Minggu - - - - -
27 Februari 2012 Pengendalian Gulma 1 Ha 5 Ha 5 Ha F88A Menggunakan
Gramoxone
28 Februari 2012 Pengendalian Gulma 0.7 Ha 5 Ha 5 Ha D91A Menggunakan
Gramoxone
29 Februari 2012 Garuk Rumpang 40
Pokok
220
Pokok
200
Pokok E90A
1 Maret 2012 Pengendalian Gulma 1.3 Ha 5 Ha 5 Ha D91B Menggunakan
Gramoxone
2 Maret 2012 Panen - - - E90C Mengutip
Berondolan
3 Maret 2012 Panen - - - E90A Mengutip
Berondolan
39
Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur.
Tanggal Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja
Lokasi Keterangan
Jumlah
PHL
yang
Diawasi
(orang)
Luas
Area
yang
Diawasi
(ha)
Lama
Kegiatan
(Jam)
5 Maret 2012 Pendamping Mandor
Panen
12
Orang 50 Ha 7 Jam E91C
Periksa Mutu
Ancak
6 Maret 2012 Rawat Gawangan 4 Orang 5 Ha 7 Jam E90B -
7 Maret 2012 Pengendalian Gulma 10
Orang 45 Ha 7 Jam D90B -
8 Maret 2012 Perbaikan Gorong-
gorong 2 Orang - 7 Jam E91E -
9 Maret 2012 Perbaikan Jalan 5 Orang - 5 Jam E90B -
10 Maret 2012 Input Data - - -
Kantor
Afdeling
V
-
11 Maret 2012 Hari Minggu - - - - -
12 Maret 2012 Until Pupuk 10
Orang 14 Ton 7 Jam
Gudang
Pupuk -
13 Maret 2012 Rehab Titik Sensus 6 Orang - 7 Jam E91C -
14 Maret 2012 Administrasi - - -
Kantor
Afdeling
V
-
15 Maret 2012 Sakit - - - - -
16 Maret 2012 Panen 10
Orang 50 Ha 7 Jam E91C -
17 Maret 2012 Panen 11
Orang 50 Ha 7 Jam E90B -
18 Maret 2012 Hari Minggu - - - - -
19 Maret 2012 Panen 12
Orang 45 Ha 7 Jam E90C -
20 Maret 2012 Panen 12
Orang 50 Ha 7 Jam E91D -
21 Maret 2012 Panen 11
Orang 50 Ha 7 Jam E91C -
22 Maret 2012 Panen 11
Orang 50 Ha 7 Jam E91F -
23 Maret 2012 Libur Nyepi - - - - -
24 Maret 2012 Panen 10
Orang 50 Ha 7 Jam E90A -
40
Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur.
Tanggal Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja
Lokasi Keterangan
Jumlah
Mandor
yang
Diawasi
(orang)
Luas
Area
yang
Diawasi
(ha)
Lama
Kegiatan
(Jam)
26 Maret 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90A -
27 Maret 2012 Administrasi - - -
Kantor
Afdeling
V
-
28 Maret 2012 Panen 1 Orang 50
Hektar 7 Jam E91F -
29 Maret 2012 Panen 1 Orang 50
Hektar 7 Jam E91E -
30 Maret 2012 Sensus Ganoderma 1 Orang 80
Hektar 7 Jam E91F
Field visit
Manager
R&D
31 Maret 2012 Administrasi - - - Kantor
Kebun -
1 April 2012 Hari Minggu - - - - -
2 April 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90A -
3 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E90B
4 April 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90C
5 April 2012 Panen 1 Orang 49 Ha 7 Jam E91A -
6 April 2012 Libur Paskah - - - - -
7 April 2012 Tunas Pokok 1 Orang 10 Ha 7 Jam E91F -
8 April 2012 Hari Minggu - - - - -
9 April 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90A -
10 April 2012 Administrasi - - -
Kantor
Afdeling
V
11 April 2012 Administrasi - - -
Kantor
Afdeling
V
12 April 2012 Administrasi - - - Kantor
Kebun
Konsultasi
dengan
Manager
13 April 2012 Administrasi - - - Kantor
Kebun -
14 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E90B -
15 April 2012 Hari Minggu - - - - -
16 April 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90A -
17 April 2012 Administrasi - - - Kantor
Kebun -
18 April 2012 Supervisi - - - Kantor
Kebun
Konsultasi
dengan
Bapak
Supijatno
41
Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur (lanjutan).
Tanggal Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja
Lokasi Keterangan
Jumlah
Mandor
yang
Diawasi
(orang)
Luas
Area
yang
Diawasi
(ha)
Lama
Kegiatan
(Jam)
19 April 2012 Panen 1 Orang 43 Ha 7 Jam E91F -
20 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E90B -
21 April 2012 Tidak Ada Kegiatan - - - - Hujan Deras
22 April 2012 Hari Minggu - - - - -
23 April 2012 Penanaman Antigonon 1 Orang - 7 Jam E91B -
24 April 2012 Administrasi - - -
Kantor
Afdeling
V
-
25 April 2012 Mengawasi Alat Berat 1 Orang - 7 Jam E91D Alat Loader
Backhoe
26 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91C -
27 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91D -
28 April 2012 Administrasi - - -
Kantor
Afdeling
V
-
29 April 2012 Hari Minggu - - - - -
30April 2012 Panen 1 Orang 43 Ha 7 Jam E90A -
1 Mei 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90C -
2 Mei 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91A -
3 Mei 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91B -
4 Mei 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91C -
5 Mei 2012 Panen 1 Orang 53 Ha 7 Jam E91F -
6 Mei 2012 Hari Minggu - - - - -
7 Mei 2012 Panen 1 Orang 52 Ha 7 Jam E91D -
8 Mei 2012 Panen 1 Orang 47 Ha 7 Jam E91E -
9 Mei 2012 Pengumpulan Data - - -
Kantor
Afdeling
V
10 Mei 2012 Pengumpulan Data - - - Kantor
Kebun -
11 Mei 2012 Penyempurnaan
Laporan - - - - -
12 Mei 2012 Menghadap Manager
Kebun - - -
Kantor
Kebun
Pemeriksaan
Laporan dan
Pamit
Pulang
13 Mei 2012 Hari Minggu - - - - -
14 Mei 2012 Pulang - - - - -
42
Lampiran 4. Data curah hujan dan hari hujan di PT Inti Indosawit Subur
Bulan
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
CH HH CH HH CH HH CH H
H CH HH CH HH
Januari 255 13 91 6 141 8 140 12 155 11 156.4 10
Februari 114 7 240 6 160 5 129 6 54 4 139.4 5.6
Maret 136 8 260 9 355 13 179 10 42 3 194.4 8.6
April 355 10 232 10 37 3 227 9 178 10 205.8 8.4
Mei 160 10 58 6 282 8 51 6 72 5 124.6 7
Juni 127 8 40 5 35 6 104 7 54 2 72 5.6
Juli 169 8 209 5 240 11 219 12 86 3 184.6 7.8
Agustus 169 8 207 11 178 9 159 6 94 5 161.4 7.8
September 223 11 415 12 80 4 316 10 275 9 261.8 9.2
Oktober 168 7 242 13 398 11 222 4 263 13 258.6 9.6
November 265 11 77 8 363 15 141 8 246 9 220 10.2
Desember 162 8 142 6 340 11 97 8 238 11 195.8 8.8
Jumlah 2303 109 2213 97 2509 104 1981 98 1756 85 2152.4 98.6
BB 12 8 9 10 6 9
BK 0 2 2 1 3 1.6
Keterangan :
CH = Curah Hujan
HH = Hari Hujan
BB = Bulan Basah (CH > 100mm)
BK = Bulan Kering (CH < 60 mm)
Perhitungan Tipe Iklim (Q) menurut Schmidt-Ferguson :
Q = Rata-rata BK/Rata-rata BB X 100 %
Q = 1,6 / 9 X 100 %
Q = 17,7% (Tipe B) daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis
43
Lampiran 5. Peta sebaran kelas lahan PT Inti Indosawit Subur
44
Lampiran 6. Peta tahun tanam Kebun Buatan
45
Lampiran 7. Peta PT Inti Indosawit Subur Kebun Buatan
46
Lampiran 8. Struktur organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur
47
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kisaran, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara
pada tanggal 16 Juli 1991. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari
Bapak Firmansyah Lubis dan Ibu Agustiarni Nasution.
Pada tahun 2002 penulis lulus dari SD Swasta Diponegoro Kisaran,
kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 1 Kisaran
dan akhirnya lulus dari SMA Negeri 2 Kisaran pada tahun 2008. Pada tahun 2008
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah
(BUD) dari PT Bakrie Sumatera Plantation sebagai mahasiswa Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.