ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351519-PR-Dwi...
Transcript of ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351519-PR-Dwi...
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN
PADA ANAK DENGAN POST KOLOSTOMI HARI KE-2
KARENA HIRSCHPRUNG
DI RUANG TERATAI LANTAI 3 UTARA RSUP FATMAWATI
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
DWI CAHYANINGSIH
NPM. 1006823192
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN
PADA ANAK DENGAN POST KOLOSTOMI HARI KE-2
KARENA HIRSCHPRUNG
DI RUANG TERATAI LANTAI 3 UTARA RSUP FATMAWATI
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Ners
DWI CAHYANINGSIH
NPM. 1006823192
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah akhir ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : DWI CAHYANINGSIH
NPM : 1006823192
Tanda tangan : …………………………
Tanggal : 17 Juli 2013
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya ilmiah akhir ners ini diajukan oleh :
Nama : Dwi Cahyaningsih
NPM : 1006823192
Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Judul karya ilmiah akhir : Analisis praktik klinik keperawatan masyarakat
perkotaan pada An. A dengan post kolostomi hari
ke-2 karena Hirschprung di ruang lantai 3 utara RSUP Fatmawati
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
pada Program Profesi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Fajar Tri Waluyanti, SKp, M.Kep. Sp. Kep. An (…………..)
Penguji : Siti Chodidjah, SKp. MN (…………..)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 17 Juli 2013
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Ilmiah Akhir ini telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji pada
Program Pendidikan Ners Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
Depok, Juli 2013
Pembimbing
Fajar Tri Waluyanti, SKp. M.Kep. Sp.Kep.An
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners dengan judul “Analisis
praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada anak dengan
post kolostomi hari ke-2 karena Hirschprung di ruang Teratai lantai 3 utara RSUP
Fatmawati”. Penulisan karya ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi
syarat memperoleh gelar ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa tidak sedikit mengalami hambatan dan
rintangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Namun berkat bantuan dan
motivasi berbagai pihak, karya ilmiah akhir ners dapat diselesaikan. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp, M.Kep. Sp. Kep. An. selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan, memotivasi, dan membimbing penulis dalam penyelesaian
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
2. Orang tua yang telah memberikan do’a dan semangat.
3. Rekan-rekan Ekstensi 2010 dan Reguler 2008 yang telah bekerjasama
dengan baik.
4. Eko Budiyono dan Aryasatya W.D., suami dan anakku tercinta yang
memberikan semangat untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini membawa manfat
bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Depok, Juli 2013
Penulis
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Dwi Cahyaningsi h
NPM : 1006823192
Program studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan Jenis karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: ANALISIS PRAKTIK
KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN
PADA ANAK DENGAN POST KOLOSTOMI HARI KE-2 KARENA
HIRSCHPRUNG DI RUANG TERATAI LANTAI 3 UTARA RSUP
FATMAWATI
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 17 Juli 2013
Yang menyatakan
(Dwi Cahyaningsih)
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Dwi Cahyaningsih
Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan pada Anak dengan Post Kolostomi
Hari Ke-2 karena Hirschprung Di Ruang Teratai
Lantai 3 Utara RSUP Fatmawati
Tujuan penyusunan karya ilmiah ini adalah memberikan gambaran asuhan
keperawatan pada klien dengan post kolostomi karena Hirschprung. Hirschprung
merupakan kelainan kongenital yang dapat disebabkan oleh faktor genetik dan
non genetik diantaranya nutrisi yang tidak adekuat dan polusi udara akibat rokok
yang banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan. Pada asuhan keperawatan
post kolostomi dilakukan pemberian non nutritive sucking (NNS) dan pemberian
ASI untuk meningkatkan kenyamanan pada klien selama menjalani perawatan.
Implementasi ini dilakukan pada An. A (2 bulan) yang dirawat selama empat hari
di ruang rawat bedah anak Lantai 3 utara RSUP Fatmawati. Evaluasi tindakan
keperawatan pemberian NNS dan ASI menunjukkan bahwa klien lebih tenang dan
durasi menangis klien menjadi lebih singkat.
Kata kunci: Hirschprung, kolostomi, NNS, ASI
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
vii
ABSTRACT
Name : Dwi Cahyaningsih
Study Program : Nursing
Title : Clinical analysis of nursing practice in the urban
community towards a children with post colostomy et
causa Hirschprung day 2 on the 3rd
floor of north Teratai
Fatmawati Hospital
The objective of this scientific paper is to provide an overview of nursing care to
clients with post colostomy et causa Hirschprung. Hirschprung is a congenital
disorder that can be caused by genetic and non-genetic factors such as inadequate
nutrition and air pollution caused by smoking, found in many urban communities.
On nursing care delivery post colostomy performed Non Nutritive Sucking (NNS)
and breastfeeding to improve the comfort of the client during nursing care period.
This implementation is done to a 2 months kid named A that has been treated for
four days in the pediatric surgical room 3rd
floor north Fatmawati Hospital. The
evaluation of nursing action giving NNS and breastfeeding shows that clients are
more calm and the duration of crying client becomes shorter.
Key words: Hirschprung, colostomy, NNS, breastfeeding
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
viii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS …………………..
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …….
ABSTRAK ………………………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………..
DAFTAR TABEL …………………………………………………..
DAFTAR SKEMA ………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………..
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………..
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………
1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………..
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Penyakit Hirschprung ….……………………………………
2.2 Penatalaksanaan Hirschprung ……………………………….
2.3 Asuhan keperawatan anak dengan Hirschprung ..…………..
2.4 Perawatan stoma ..…………………………………………...
2.5 Konsep nyeri pada bayi ……………………………………..
3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian Keperawatan .……………………………………
3.2 Masalah Keperawatan .………………………………………
3.3 Rencana Keperawatan ……………………………………….
3.4 Implementasi …………………………………………………
4. ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik …………………………………………
4.2 Analisis masalah keperawatan ..………………………………
4.3 Analisis intervensi …………...……………………………….
4.4 Alternatif pemecahan masalah .………………………………
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ………………………………………………………..
5.2 Saran ……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
1
4
4
5
6
8
8
14
17
22
24
25
25
27
28
29
30
32
32
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
ix Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. CRIES Neonatal Postoperative Pain Measurement Scale …. ...... 21
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
x Universitas Indonesia
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 WOC Hirschprung ................................................................... 13
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
xi Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengkajian Keperawatan
Lampiran 2 Analisa Data
Lampiran 3 Rencana Keperawatan
Lampiran 4 Catatan Tindakan Keperawatan
Lampiran 5 Grow Chart
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Hirschsprung adalah malformasi kongenital dimana terjadi obstruksi
mekanis yang disebabkan oleh ketidakadekuatan motilitas bagian usus, tidak
adanya ganglion pada usus bagian distal. (Hockenberry, 2007; Browne, et al.,
2008; Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelsein & Schwartz, 2009).
Insiden Hirschprung adalah 1 pada 5000 kelahiran. Perbandingan laki-laki dan
perempuan 4:1 pada klien dengan segmen pendek aganglionosis dan 1:1 pada
segmen panjang aganglionosis. Insiden Hirschprung bervariasi pada beberapa
etnis, di antaranya 2.8, 1.5 dan 2.1 pada 10.000 kelahiran hidup etnis Asia,
Caucasia dan Afrika-Amerika. (Browne et al., 2008). Sementara angka
kejadian penyakit Hirschprung di RSUP Fatmawati khususnya yang dirawat di
lantai 3 utara ruang bedah anak dalam 3 bulan terakhir adalah 19 pasien dari
total pasien dirawat 459 anak (4,1%).
Penyakit Hirschprung merupakan kelainan kongenital, dapat disebabkan oleh
faktor genetik, faktor lingkungan seperti paparan bahan kimia dan polusi udara
serta interaksi keduanya (Effendi & Indrasanto, 2006 dalam Kosim, Yunanto,
Dewi, Sarosa & Usman, 2012). Faktor lingkungan ini sangat mungkin terjadi
pada kaum urban yang tinggal di daerah perkotaan.
McNamara (2008), Waluya (2007) dan Firmansyah (2008) menuliskan bahwa
masyarakat perkotaan disebut juga urban community, memiliki ciri kehidupan
antara lain padat penduduknya, lingkungan hidup tercemar polusi, mata
pencaharian sektor industri, perdagangan dan jasa, mobilitas tinggi, lalu lintas
padat, sulit mendapat pekerjaan, tidak punya pekerjaan yang tetap, stres, tidak
punya tempat tinggal yang tetap, kecenderungan perilaku kejahatan, resiko
penggunaan obat-obatan karena paparan media dari berbagai sumber
informasi, jaminan keamanan relatif rendah dan kriminalitas tinggi.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
2
Universitas Indonesia
Sulitnya mendapatkan pekerjaan untuk kaum urban berpendidikan rendah
mengakibatkan banyak kaum urban berada pada tingkat ekonomi menengah
ke bawah. Tingkat ekonomi yang rendah memungkinkan kaum urban
memiliki pendidikan yang rendah dan nutrisi yang rendah bila dilihat dari segi
kualitas makanannya. Bobak, Lowdermilk, Jensen dan Perry (2005)
menuliskan nutrisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
akhir kehamilan. Sedangkan faktor yang menyebabkan nutrisi seorang wanita
berisiko antara lain kemiskinan, kurang pendidikan, lingkungan yang buruk,
kebiasaan makan yang tidak wajar dan kondisi kesehatan yang buruk. Hal
tersebut akan mempengaruhi status gizi dan perkembangan serta
perkembangan janin. Nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan defek
lahir dan menurunkan jumlah hasil konsepsi.
Selain tingkat ekonomi rendah yang menyebabkan nutrisi rendah, pencemaran
udara seperti polusi udara akibat rokok dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan kaum urban. Polusi udara melalui asap rokok sering dikaitkan
dengan retardasi pertumbuhan janin dan peningkatan mortalitas serta
morbiditas bayi (Bobak, Lowdermilk, Jensen dan Perry, 2005).
Hockenberry dan Wilson (2007) menyampaikan manifestasi klinis
Hirschprung ada beberapa macam, tergantung umur ketika gejala muncul,
panjang usus yang terkena, dan terjadinya komplikasi seperti enterokolitis.
Pada bayi baru lahir dapat ditemukan distensi abdomen, vomitus, konstipasi
dan kegagalan mengeluarkan mekonium dalam 48 jam pertama sejak lahir.
Sedangkan pada neonatus didapatkan distensi abdomen dan muntah bernoda
empedu, sementara itu pada bayi dan anak-anak dapat dijumpai konstipasi,
distensi abdomen, vomitus dan riwayat keterlambatan pengeluaran mekonium.
Diagnosis Hirschprung dapat ditegakkan dengan berbagai macam
pemeriksaan, antara lain pemeriksaan rektum, barium enema dan biopsi rektal
(Browne, et al., 2008). Setelah dipastikan diagnosis Hirschprung maka
diberikan penatalaksanaan konservatif dan pembedahan dengan tindakan
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
3
Universitas Indonesia
kolostomi. Jika dilakukan tindakan pembedahan, maka perawat sangat
berperan dalam perawatan baik pre operatif maupun post operatif. Pada fase
pre operatif, asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan
enterokolitis antara lain memonitor tanda vital untuk mengetahui tanda-tanda
syok, memonitor pemberian cairan dan elektrolit, plasma atau produk darah
lain, dan mengobservasi tanda perforasi usus seperti demam, peningkatan
distensi abdomen, vomitus, iritabilitas, dispnea dan sianosis. Sedangkan pada
fase post operatif asuhan keperawatan yang diberikan meliputi klien
dipuasakan, mengukur pemasukan dan pengeluaran, memonitor pemberian
cairan dan elektrolit, memonitor pengembalian bising usus dan pengeluaran
feses untuk menentukan pemberian masukan oral serta perawatan stoma. Pada
perawatan post operatif, perawat juga memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga tentang fungsi tindakan invasif antara lain akses intravena,
pemasangan pipa nasogastrik dan kateter urin, serta orang tua membantu
memberikan kenyamanan untuk anaknya (Hockenberry & Wilson, 2007).
Pemberian kenyamanan dapat disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.
Masa bayi adalah periode usia lebih dari 28 hari sampai 1 tahun. Pada masa
ini, tahap perkembangan psikososial bayi menurut teori Freud berada pada
tahap oral dimana bayi mencari kesenangan yang berpusat pada aktivitas oral
seperti menghisap, menggigit, mengunyah dan berbicara (Wong, dkk., 2009).
Sementara Piaget menyampaikan bahwa masa bayi sebagai masa
sensorimotor. Pada masa bayi awal, bayi berhubungan dengan dunia sekitar
dengan menggunakan perilaku refleks. Usia 1-4 bulan koordinasi tangan dan
mulut berkembang, bayi akan mendekatkan tangannya ke mulut dengan tujuan
menghisapnya (Pilliteri, 2011).
Pemberian Non Nutritive Sucking (NNS) dan pemberian ASI merupakan
alternatif untuk meminimalisir nyeri dan meningkatkan kenyamanan pada bayi
sesuai dengan tahap perkembangan usia bayi awal. Devi (2012) menuliskan
NNS memberikan efek analgesia melalui stimulasi orotaktil pada neonatus dan
mekanoreseptor ketika NNS masuk ke dalam mulut bayi. Pada tesisnya Devi
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
4
Universitas Indonesia
menemukan bahwa penggunaan NNS dan sukrosa dapat meminimalisir nyeri.
Sementara Astuti (2012) menuliskan bahwa pemberian ASI dapat memberikan
efek psikologis pada bayi sehingga meningkatkan perasaan kenyamanan dan
menemukan bahwa pemberian ASI dengan menyusui lebih efektif dalam
menurunkan nyeri dibandingkan dengan pemberian sukrosa oral.
1.2 Perumusan Masalah
Penatalaksanaan Hisrchprung antara lain dengan pembedahan. Perawat sangat
berperan pada perawatan post operasi. Efek pembedahan dapat menimbulkan
rasa ketidaknyamanan pada anak. Untuk meningkatkan kenyamanan pada
anak selama dilakukan tindakan perawatan dan meminimalisir nyeri adalah
dengan pemberian NNS dan ASI. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik
untuk mengaplikasikan hasil tesis mengenai efektifitas pemberian NNS dan
ASI.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada klien dengan post
kolostomi karena Hirschprung.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusunan karya ilmiah akhir ners ini adalah:
a. Mendapatkan data pengkajian yang dibutuhkan terkait dengan asuhan
keperawatan pada anak dengan post kolostomi karena Hirschprung.
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan
post kolostomi karena Hirschprung.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
5
Universitas Indonesia
c. Membuat perencanaan asuhan keperawatan yang tepat bagi anak
dengan post kolostomi karena Hirschprung.
d. Menganalisis pengaruh pemberian NNS dan ASI dalam menurunkan
intensitas nyeri dan meningkatkan kenyamanan pada anak dengan post
kolostomi karena Hirschprung.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat
baik secara ilmu, aplikatif, dan metodologi.
1.4.1 Manfaat ilmu
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan
ilmu keperawatan khususnya dalam memberikan gambaran tentang asuhan
keperawatan pada anak dengan post kolostomi karena Hirschprung.
.
1.4.2 Manfaat aplikatif
Karya ilmiah ini berguna dalam memberikan berbagai cara alternatif untuk
mempermudah perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan
meminimalkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan pada anak terutama
usia 0-4 bulan yang dirawat dengan post kolostomi karena Hirschprung.
1.4.3 Manfaat metodologi
Hasil karya ilmiah ini dapat ide dalam mengembangkan asuhan
keperawatan anak dengan post kolostomi karena Hirschprung dalam
meminimalkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan selama hospitalisasi.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
6 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Hirschprung
2.1.1 Definisi Penyakit Hirschprung
Penyakit Hirschsprung merupakan gangguan perkembangan, malformasi
kongenital yang dikarakteristikkan oleh tidak adanya sel ganglion intrinsik
parasimpatis dari plexus myentericus dan submukosa sepanjang saluran
pencernaan. Aganglionosis menandakan kegagalan enteric nervous system
(ENS), dimana sel-sel neural crest gagal menginervasi saluran
gastrointestinal selama perkembangan embrionik (Amiel & Lyonnet, 2001;
Miao et al., 2009).
2.1.2 Etiologi Penyakit Hirschprung
Hirschprung merupakan kelainan kongenital, dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor genetik, lingkungan dan interaksi
keduanya (Effendi & Indrasanto, 2006 dalam Kosim, dkk., 2012). Faktor
genetik dikelompokkan menjadi tiga jenis meliputi kelainan mutasi gen
tunggal, aberasi kromosom dan multifaktorial (gabungan genetik dan
pengaruh lingkungan). Sementara faktor non-genetik/lingkungan terdiri dari
penggunaan obat-obatan selama hamil terutama pada trimester pertama
(teratogen), paparan bahan kimia dan asap rokok, infeksi dan penyakit ibu
yang berpengaruh pada janin sehingga menyebabkan kelainan bentuk dan
fungsi pada bayi yang dilahirkan.
2.1.3 Klasifikasi Penyakit Hirschprung
Berdasarkan pada segmen kolon yang aganglionik, penyakit Hirschsprung
dibagi menjadi Hirschsprung segmen panjang bila segmen aganglionik tidak
melebihi batas atas sigmoid dan Hirschsprung segmen pendek bila segmen
aganglionik melebihi sigmoid (Browne, et al., 2008). Sedangkan Amiel dan
Lyonnet (2001) menuliskan penyakit Hirschprung ada empat jenis yaitu (1)
Total colonic aganglionosis (TCA), (2) Hirschprung intestinal total jika
semua usus terlibat, (3) Hirschprung segmen sangat pendek meliputi bagian
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
7
Universitas Indonesia
distal rektum dibawah rongga pelvis dan anus serta (4) suspended
Hirschprung, sebuah kondisi kontroversial dimana bagian kolon aganglionik
berada diatas segmen distal yang normal.
2.1.4 Manifestasi Klinis Penyakit Hirschprung
Wong, dkk. (2009) menyampaikan manifestasi klinis Hirschprung bervariasi
menurut usia ketika gejala penyakit ini dikenali dan adanya komplikasi
seperti enterokolitis. Pada periode bayi baru lahir ditemukan kegagalan
mengeluarkan mekonium dalam waktu 24 jam hingga 48 jam pertama
setelah lahir, keengganan mengkonsumsi cairan, muntah yang bernoda
empedu dan distensi abdomen. Sementara pada bayi dapat dijumpai failure
to thrive (FTT), konstipasi, distensi abdomen, episode diare dan vomitus
serta tanda-tanda yang sering menandai adanya enterokolitis seperti diare
yang menyembur atau menyerupai air, demam dan keadaan umum yang
buruk. Sedangkan pada anak-anak didapatkan konstipasi, feses mirip
tambang dan berbau busuk, distensi abdomen, peristaltik yang terlihat,
massa feses mudah diraba dan anak tampak malnutrisi serta anemia.
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang untuk Menegakkan Diagnosis Penyakit Hirschprung
Diagnosis penyakit Hirschprung dapat ditegakkan melalui beberapa
pemeriksaan antara lain pemeriksaan fisik, radiologi, dan laboratorium. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, pada pemeriksaan
rektum ditemukan adanya kelemahan sfingter internal dan tidak adanya
feses, diikuti oleh pelepasan gas dan feses yang eksplosif dan tiba-tiba tetapi
peningkatan ukuran rektum hanya berlangsung sementara. Sedangkan pada
pemeriksaan radiologi dengan barium enema diperoleh hasil adanya zona
transisi diantara zona dilatasi normal dan segmen aganglionik distal.
Sementara pada pemeriksaan laboratorium dengan cara biopsi rektal
didapatkan tidak adanya sel ganglion. Selain pemeriksaan fisik, radiologis
dan laboratorium jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan patologi
klinik dengan biopsi usus pada saat operasi untuk menentukan lokasi usus
dimana sel ganglion dimulai (Ashwill & James, 2007; Browne et al., 2008).
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
8
Universitas Indonesia
2.1.6 Pengkajian pada Anak Dengan Penyakit Hirschprung
Data-data yang dapat dikaji pada anak dengan penyakit Hirschprung antara
lain: (1) riwayat kesehatan meliputi tidak adanya atau keterlambatan
pengeluaran mekonium dalam 48 jam pertama setelah lahir, muntah bernoda
empedu, pola buang air besar (BAB) pada periode neonatus untuk diagnosis
awal penyakit, riwayat kebiasaan BAB, riwayat konstipasi intermiten atau
diare dan konsistensi feses padat atau cair; (2) pemeriksaan fisik meliputi
adanya distensi abdomen, tanda-tanda kurang nutrisi (anak tampak kurus,
palor, kelemahan otot dan kelelahan), iritabilitas dan pengeluaran gasa dan
feses setelah pemeriksaan rektal yang menandakan adanya obstruksi; (3)
hasil laboratorium yang menunjukkan tidak adanya sel ganglion pada biopsi
rectal; dan (4) kontras enema pada pemeriksaan radiologi menunjukkan
adanya zona transisi diantara zona dilatasi normal dan segmen aganglionik
di bagian distal (Browne, et al., 2008; Hockenberry & Wilson, 2007;
Pillitteri, 2011).
2.2 Penatalaksanaan Penyakit Hirschprung
Penyakit Hirschprung ditegakkan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Penatalaksaan Hirschprung terdiri dari tindakan bedah dan non bedah.
Tindakan non bedah dilakukan untuk perawatan penyakit Hirschprung ringan
bertujuan untuk menghilangkan konstipasi kronik dengan pelunak feses dan
irigasi rektal. Sedangkan pada Hirschprung sedang sampai berat dilakukan
tindakan pembedahan. Pada periode neonatal, dilakukan tindakan kolostomi
temporer pada bagian paling distal usus yang normal untuk menghilangkan
sumbatan. Pembedahan repair ditunda sampai berat badan anak 8 sampai 10
kilogram. Tindakan bedah lain yang dilakukan antara lain prosedur Swenson,
Duhamel dan Soave. (Ashwill & James, 2007; Hockenberry & Wilson, 2007).
2.3 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit Hirschprung
Asuhan keperawatan pada anak dengan Hirschprung terdiri dari asuhan
keperawatan pre dan post operasi.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
9
Universitas Indonesia
2.3.1 Asuhan keperawatan pre operasi.
Pillitteri (2011) menyebutkan asuhan keperawatan pre operasi
meliputi:
a) Pengkajian
Data yang dapat ditemukan pada pengkajian meliputi riwayat
keterlambatan pengeluaran mekonium dalam 48 jam pertama setelah
lahir, muntah berwarna empedu, adanya konstipasi, distensi
abdomen, nafsu makan berkurang atau anak tidak mau minum ASI,
tidak adanya sel ganglia pada pemeriksaan biposi rectal, pemeriksaan
barium enema menunjukkan hasil adanya zona transisi diantara zona
dilatasi normal dan segmen aganglionik, dapat disertai enterokolitis.
b) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pre operasi antara
lain:
1. Konstipasi b.d berkurangnya fungsi usus; peristaltik tidak
adekuat
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
berkurangnya fungsi usus
c) Rencana Tindakan Keperawatan
Dx I: Konstipasi
Hasil yang diharapkan: anak dapat buang air besar normal melalui
kolostomi atau enema.
Intervensi:
1. Kaji adanya konstipasi: durasi, pemahaman orang tua tentang
konstipasi, konsistensi feses, adakah penyakit lain
2. Auskultasi bising usus secara periodic
3. Pantau adanya distensi abdomen
4. Kolaborasi untuk pemasangan nasogastrik tube, rectal tube dan
enema
5. Kolaborasi untuk pemberian pelunak feses
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
10
Universitas Indonesia
Dx II: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Hasil yang diharapkan: berat badan anak dapat dipertahankan pada
kurva persentil di grow chart
Intervensi:
1. Kaji status nutrisi anak
2. Timbang berat badan secara periodic, misalnya 3 hari sekali
3. Pantau hasil laboratrium sesuai indikasi
4. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral
2.3.2 Asuhan keperawatan post operasi
a) Pengkajian
Integritas dan fungsi stoma meliputi warna stoma; kolaps atau
retraksi, adakah perubahan; laserasi stoma; perdarahan, jika iya
dimana dan berapa jumlahnya; kondisi kulit periostoma; jumlah,
warna dan konsistensi cairan stoma.
b) Diagnosa Keperawatan
Ashwill dan James (2007) menyampaikan diagnosa keperawatan
pada post op kolostomi antara lain:
1. Kerusakan integritas kulit b.d kolostomi dan pembedahan
2. Risiko infeksi b.d pembedahan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
pembedahan gastrointestinal
4. Nyeri akut b.d insisi bedah
5. Kurang pengetahuan orang tua b.d kurangnya informasi tentang
kebutuhan pembedahan, irigai atau perawatan ostomi
6. Perubahan pola eliminasi fekal
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
11
Universitas Indonesia
c) Rencana Tindakan Keperawatan
Dx I: Kerusakan integritas kulit
Hasil yang diharapkan: daerah kolostomi bersih dan bebas dari
eksudat, kemerahan atau drainase; daerah kolostomi utuh tanpa
perdarahan atau iritasi kulit (Doenges, Moorhouse, & Geissler 2000).
Intervensi:
1. Observasi daerah stoma
2. Ukur stoma secara periodik
3. Observasi adanya komplikasi seperti prolaps, sianosis & nekrosis
4. Beri pelindung kulit yang efektif seperti stomahesiv
5. Kosongkan, irigasi dan bersihkan kantong ostomi secara rutin
dengan alat yang tepat
6. Lakukan penggantian kantong sesuai indikasi
7. Evaluasi produk perekat dan kecocokan kantong ostomi
Dx II: Risiko infeksi
Hasil yang diharapkan: anak tidak febris, tanpa tanda-tanda infeksi
Intervensi:
1. Kaji tanda-tanda infeksi daerah ostomi dan sistemik
2. Obervasi tanda vital terutama suhu tubuh
3. Berikan kompres air hangat jika anak demam
4. Pantau hasil laboratorium sesuai indikasi, seperti darah lengkap
5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik dan antipiretik
Dx III: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Hasil yang diharapkan: anak dapat mentoleransi diit yang diberikan,
bising usus normal, feses keluar melalui ostomi.
Intervensi:
1. Kaji status nutrisi
2. Auskultasi bising usus
3. Timbang BB setiap 3 hari sekali
4. Berikan diit bertahap sesuai indikasi
5. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral maupun enteral
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
12
Universitas Indonesia
Dx IV: Nyeri akut
Hasil yang diharapkan: anak bebas dari nyeri dan dapat berpartisipasi
dalam aktifitas sehari-hari seperti biasa
Intervensi:
1. Lakukan pengkajian nyeri (PQRST)
2. Berikan tindakan kenyamanan seperti mengubah posisi
3. Ajarkan tehnik relaksasi sesuai tingkat usia anak
4. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Dx V: Kurang pengetahuan orang tua
Hasil yang diharapkan: orang tua menyebutkan tujuann irigasi,
bertanggungjawab terhadap perawatan ostoma.
Intervensi:
1. Kaji pengetahuan orang tua tentang perawatan stoma
2. Ajarkan pada orang tua tentang perawatan stoma
3. Libatkan orang tua secara langsung dalam perawatan stoma
4. Ajarkan orang tua memilih pakaian yang sesuai
5. Evaluasi kemampuan orang tua melakukan perawatan stoma baik
kognitif maupun psikomotor
Dx VI. Perubahan pola eliminasi fekal
Kriteria hasil: eliminasi fekal sesuai dengan kondisi post op
kolostomi
Intervensi:
1. Monitor pengeluaran feses meliputi frekuensi, konsistensi,
bentuk, volume dan warna
2. Auskultasi bising usus
3. Laporkan jika ada bising usus abnormal
4. Evaluasi adanya inkontinensia fekal maupun konstipasi
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
13
Universitas Indonesia
Skema 2.1 WOC Hirschprung
Insiden 1:5000
Kegagalan migrasi sel ganglion
kearah rektum pada minggu ke 5-
12 gestasi
Kolon aganglionik
Refleks Stimulasi Enteric Nervous System (ENS) kurang
Relaksasi spingter internal Kontraksi bowel abnormal Peristaltik menurun
Refleks rektospingter menghilang
Kemampuan mendorong feses keluar ↓
Obstruksi fekal
Distensi kolon Hipertrofi otot kolon
HIRSCHPRUNG
Distensi abdomen
Tindakan pembedahan
- Eliminasi fekal melalui
stoma
- Feses cair
- Frekuensi sering
- Terdapat stoma
- Terpasang kantong
kolostomi
- Produksi stoma cair
Klien dipuasakan
- Orang tua belum
tahu cara perawatan
stoma
- Orang tua takut
menyentuh stoma
- Kawatir dengan
adanya stoma
Dx: Perubahan pola
eliminasi fekal Dx: Risti kerusakan
integritas kulit
Dx: Risiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Dx: Kurang
pengetahuan orang tua
Insisi & luka
operasi
Dx. Risti Infeksi
Dx: Nyeri
Pemeriksaan penunjang:
- USG Abdomen
- Foto abdomen
- CT Scan Abdomen
- Barium enema
Media
mikroorganisme
berkembang biak
Enterokolitis
Dx. Konstipasi
Dilakukan dekompresi:
pemasangan NGT & Rektal tube
Intake cairan
kurang
Intake nutrisi
per oral ↓
Dx: Risiko
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Dx: gangguan keseimbangan
cairan kurang dari kebutuhan
Px. Laboratorium: DPL, elektrolit, albumin
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
14
Universitas Indonesia
2.4 Perawatan Stoma
Browne, et al. (2008) menyampaikan perawatan stoma pada anak sebagai
berikut:
2.4.1 Jenis Stoma
Stoma terdiri dari 2 jenis yaitu stoma fekal dan urinary diversions
(pengalihan urin).
a. Stoma fekal
Disebut juga kolostomi, ileostomi, jejunostomi atau duodenostomi,
tergantung pada letak fekal stoma. Stoma fekal dibuat dengan
membawa bagian usus melalui sebuah insisi di dinding abdomen.
Tujuan utama membuat stoma adalah mempertahankan panjang usus
yang masih mungkin dan meminimalkan risiko sindrom pemendekan
usus. Fungsi stoma fekal adalah mengalihkan feses masuk ke bagian
distal usus.
b. Urinary diversions
Disebut juga urostomi, merupakan pembedahan untuk membuka jalan
masuk ke saluran kemih, khususnya ke dalam bladder (vesikostomi),
ureter (ureterostomi), atau ginjal (nefrostomi). Tujuan utamanya adalah
dekompresi saluran kemih dan mempertahankan fungsi ginjal.
2.4.2 Karakteristik Stoma
Browne, et al. (2008) menyampaikan pada umumnya ostomi fekal terang,
berwarna merah segar, sama dengan bagian dalam pipi. Segera setelah
pembedahan, stoma dapat terlihat tegang, bengkak, sedikit gelap karena
stasis vena. Warna stoma meningkat dengan cepat dengan dukungan
sirkulasi, oksigenasi dan penurunan edema post operasi. Stoma yang gelap
atau hitam mengindikasikan adanya iskemia atau nekrosis stoma, dan
harus disampaikan ke dokter bedah. Stoma dapat berubah warna ketika
anak menangis, tampak pucat atau lebih gelap, hal ini merupakan kejadian
yang normal dan warna stoma akan kembali ketika anak berhenti
menangis. Pembengkakan stoma post operasi akan berakhir pada 6 sampai
8 minggu, dan ukuran stoma berkurang secara bertahap. Ukuran stoma
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
15
Universitas Indonesia
sesuai dengan ukuran organ yang dibuat, misalnya usus besar atau usus
kecil. Stoma fekal mungkin tidak menghasilkan gas atau feses dalam 24
sampai 72 jam post operasi sampai fungsi usus kembali, tetapi
memproduksi cairan serosa. Jika fungsi usus kembali, pengeluaran stoma
fekal cenderung tinggi dan cair sampai inflamasi pembedahan hilang dan
anak mulai makan padat. Jumlah keluaran tergantung proses penyakit,
letak usus, usia anak, toleransi anak dan faktor lainnya. Perkiraan jumlah
keluaran stoma bervariasi antara 10-15ml/kgbb/hari seperti rata-rata
keluaran ileostomi. Jika keluaran melebihi 20-30 ml/kgbb/hari termasuk
abnormal dan memerlukan penggantian cairan. Semakin lama feses dari
ileostomi atau kolostomi makin mengental.
2.4.3 Jenis Pembuatan Stoma
Browne, et al. (2008) menyampikan ada 2 jenis yaitu end stomas dan loop
stomas.
a. End stomas
Dibuat dengan membagi usus secara utuh, dilakukan jika pengeluaran
total feses dari usus distal diperlukan. Bagian akhir distal usus
dikeluarkan melalui dinding abdomen untuk membuat stoma sekunder
(fistula mukus) atau penjahitan tertutup dan disebelah kiri abdomen.
Fistula mukus dibuat jika bagian distal usus memerlukan dekompresi.
Jika usus bagian proksimal dan distal bagian usus dikeluarkan melalui
lobang yang sama pada otot dan diletakkan berdekatan satu sama lain
disebut “double-barrel stoma”.
b. Loop stomas
Loop stoma sering digunakan jika stoma hanya sementara, dibuat
dengan mengeluarkan lingkaran usus yang kontinyu melalui lubang
pada dinding abdomen.
2.4.4 Perlengkapan Perawatan Stoma
Browne, et al. (2008) menyebutkan berbagai jenis kantong stoma tersedia,
digunakan untuk melindungi stoma dan kulit peristoma dari kerusakan,
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
16
Universitas Indonesia
meningkatkan kenyamanan, mudah digunakan dan menyediakan
keamanan dengan waktu penggunaan yang diprediksi. Perlengkapan
perawatan stoma ini terdiri dari: (1) kantong stoma, terbagi atas dua bagian
yaitu kantong yang menampung pengeluaran stoma dan pelindung kulit,
wafer yang melapisi kantong sehingga aman bagi kulit. Kantong ini ada 2
jenis yaitu one-piece (kantong dan wafer menyatu) dan two-piece (kantong
dan wafer terpisah); (2) asesoris kantong, antara lain pasta stoma, stoma
powder, kristal absorpsi, agen adhesive, belt, pouch deodorant, skin
barrier supplement dan skin sealant.
2.4.5 Pengkajian Stoma
Browne, et al. (2008) menyampaikan pengkajian stoma dilakukan dengan
mengobservasi integritas dan fungsi stoma meliputi (1) warna stoma, (2)
apakah stoma menonjol atau tertarik, berapa jauh, adakah perubahan, (3)
adakah laserasi stoma, (4) adakah perdarahan berlebih, jika ada dimana
dan berapa jumlahnya, (5) apakah persimpangan mukokutan utuh, jika
tidak dimana pemisahannya, berapa panjangnya, berapa dalamnya, (6)
bagaimana kondisi kulit tepi stoma, dan (7) jumlah, warna dan konsistensi
pengeluaran stoma.
2.4.6 Perawatan Stoma
Browne, et al. (2008) menuliskan dalam perawatan stoma, memerlukan
kemampuan dasar yaitu mengosongkan dan mengganti kantong, merawat
stoma dan kulit peristoma, memasang kantong baru dan merawat fistula
mukus. Pengosongan kantong stoma dilakukan jika isi kantong sepertiga
atau setengah kantong, kantong penuh dengan gas dan pada bayi dapat
dikosongkan bersamaan dengan penggantian diapers. Penggantian kantong
dilakukan jika kantong sudah dipasang selama 2-3 hari pada bayi dan jika
terjadi kebocoran. Volume dan konsistensi pengeluaran serta lokasi
anatomi stoma mempengaruhi lama penggantian kantong.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
17
Universitas Indonesia
2.4.7 Komplikasi yang sering muncul pada Stoma
Browne, et al. (2008) menyebutkan komplikasi stoma yang sering muncul
pada perawatan stoma antara lain laserasi, pemisahan mukokutaneus,
nekrosis, obstruksi, hernia peristomal, kerusakan kulit dan infeksi
peristomal, prolaps serta retraksi stoma.
2.4.8 Pendidikan Kesehatan untuk Orang tua
Pendidikan kesehatan yang diberikan perawat kepada orang tua klien
meliputi melibatkan orang tua berpartisipasi dalam perawatan stoma di
rumah sakit, mempersiapkan orang untuk melakukan semua perawatan
stoma di rumah, mengajarkan orang tua memilih pakaian dengan bahan
yang menyerap keringat untuk menutupi kantong dan mencegah
bergesernya kantong serta memberikan kenyamanan untuk meminimalisir
nyeri pada bayi selama perawatan stoma (Browne, et al. 2008).
2.5 Konsep Nyeri pada Bayi
2.5.1 Definisi dan Teori Nyeri
Nyeri adalah apa saja dan kapan saja pengalaman seseorang yang
mengatakan nyeri; pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan aktual dan potensial
jaringan; nyeri merupakan hal yang kompleks, multidimensional, subyektif
dan personal (McCaffery & Pasero; International Association for Study of
Pain dalam Ashwill & James, 2007).
Gate-Control Theory
Teori Gate-Control disampaikan oleh Melzak dan Wall, (1965 dalam
Pillitteri, 2011) menjelaskan bagaimana impuls nyeri berjalan dari bagian
yang terkena injuri ke otak, dimana impuls diterjemahkan sebagai nyeri.
Teori ini menggambarkan mekanisme pintu gerbang dalam substansia
gelatinosa dari bagian dorsal tulang belakang, ketika diaktifkan, maka
akan menghentikan impuls sementara waktu pada tulang belakang. Hal ini
mencegah impuls nyeri diterima oleh otak dan diinterpretasikan sebagai
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
18
Universitas Indonesia
nyeri. Mekanisme pintu gerbang ini dapat di stimulasi dengan tiga tehnik
yaitu stimulasi kutaneus, distraksi dan mengurangi kecemasan.
Stimulasi kutaneus mempunyai sebuah efek mengurangi nyeri, ketika saraf
perifer yang dekat dengan daerah injuri distimulasi, kemampuan saraf A-
delta dan serabut C pada daerah injuri mentransmisikan impuls nyeri yang
muncul berkurang. Menggosok bagian yang cedera seperti cedera pada
kaki dan memberikan kompres hangat atau dingin merupakan manuver
yang efektif untuk menekan nyeri karena mengaktifkan serabut saraf di
dekatnya. Tehnik ini efektif untuk anak-anak karena dengan masase tidak
hanya memberikan kenyamanan pada fisik saja, tetapi juga psikologis.
Sedangkan distraksi membiarkan sel batang otak yang menerima impuls
sebagai nyeri disibukkan oleh stimulus lain sehingga impuls nyeri tidak
dapat diterima. Anak dianjurkan untuk berfokus pada suatu kegiatan atau
memikirkan sesuatu merupakan bentuk umum distraksi. Impuls nyeri
diterima dengan cepat oleh otak jika kecemasan timbul, oleh karena itu
mengurangi kecemasan anak sangat mungkin membantu mengurangi
perasaan nyeri. Sedangkan pada anak usia sekolah, menjelaskan prosedur
merupakan salah satu tehnik yang dapat dilakukan.
Efektifitas teori gate-control bervariasi tergantung umur anak, kemampuan
bekerjasama, tingkat nyeri dan waktu yang digunakan untuk belajar dan
menerapkan tehnik pengurang rasa nyeri. Anak harus mengetahui cara
menggunakan tehnik-tehnik ini sebelumnya atau pada saat pertama kali
merasakan nyeri. Jika menunggu sampai beberapa kali merasakan nyeri,
anak tidak dapat berkonsentrasi menggunakan sebuah tehnik.
2.5.2 Fisiologi Nyeri
Penghantaran nyeri terdiri dari 4 tahap mayor meliputi transduksi
(merasakan sensasi nyeri), transmisi (perjalanan sensasi nyeri ke tulang
belakang), persepsi (otak menginterpretasikan sensasi sebagai nyeri) dan
modulasi (tahap merasakan nyeri kembali). Transduksi dimulai dari saraf
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
19
Universitas Indonesia
perifer ketika stimulus mekanik, termal atau kimia mengaktifkan
nociceptor, sebuah reseptor sensori. Impuls nyeri diterima oleh sistem
saraf pusat (SSP) pada bagian dorsal tulang bulakang, selanjutnya impuls
diproyeksikan ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri. Ketika nyeri
dirasakan, kelenjar pituitari dan hipotalamus memodifikasi nyeri dengan
melepaskan endorphin atau senyawa polipeptida yang menstimulasi opiat
memproduksi analgesi dan merasa sehat (Pillitteri, 2011).
2.5.3 Klasifikasi Nyeri
Pilliteri (2011) menyampaikan 6 jenis nyeri antara lain:
a. Nyeri akut, merupakan nyeri yang tajam. Biasanya terjadi segera
setelah cedera. Nyeri ini dapat menyebabkan kecemasan dan distress.
b. Nyeri kronik, nyeri yang berlansung lama (sering disebutkan dalam 6
bulan), dapat menyebabkan depresi dan berkurangnya kemampuan
seseorang.
c. Nyeri kutaneus, nyeri yang berasal dari struktur superfisial seperti kulit
dan membran mukosa. Misalnya terkena gunting.
d. Nyeri somatik, nyeri yang berasal dari struktur tubuh yang dalam
seperti otot atau pembuluh darah. Contohnya nyeri pada pergelangan
kaki yang terkilir.
e. Nyeri viseral membawa sensasi dari organ internal seperti usus. Nyeri
pada appendisitis merupakan nyeri viseral.
f. Nyeri alih, nyeri yang dirasakan pada sisi yang jauh dari sumber nyeri.
Sebagai contoh pneumonia pada lobus kanan bawah sering dirasakan
sebagai nyeri abdominal karena nyeri dialihkan ke abdomen.
2.5.4 Pengkajian Nyeri
Nyeri pada anak bersifat multidimensional dan subyektif, dipengaruhi oleh
jenis dan lamanya nyeri, tingkat perkembangan, status emosi, pengalaman
nyeri sebelumnya, budaya dan etnis, tipe kepribadian, jenis kelamin,
variasi genetik dan respon orang tua terhadap nyeri yang dirasakan
anaknya (Ashwill & James, 2007). Pengkajian nyeri berdasarkan tingkat
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
20
Universitas Indonesia
perkembangan pada neonatus dan bayi antara lain (1) biasanya
mendemonstrasikan perubahan ekspresi wajah meliputi mengerutkan
muka, menyeringai, mengerutkan kening, ekspresi terkejut dan menarik
wajah dengan tiba-tiba; (2) mendemonstrasikan peningkatan tekanan darah
dan detak jantung serta penurunan saturasi arteri; (3) tangis melengking;
(4) ekstremitas memukul-mukul, menunjukkan tremor; dan (5) pada bayi
yang lebih tua melokalisir nyeri, menggosok area nyeri atau menariknya
atau melindunginya.
Selain menggunakan tingkat perkembangan, pengkajian nyeri pada
neonates dan bayi dapat menggunakan CRIES Neonatal Postoperative
Pain Measurement Scale. Skala ini mempunyai nilai sampai 10 poin
dengan 5 variabel fisiologis dan perilaku yang berhubungan dengan nyeri
pada bayi meliputi jumlah dan jenis tangisan, kebutuhan administrasi
oksigen, peningkatan tanda-tanda vital, ekspresi wajah dan tertidur
(Kretchel & Bildner, 1995 dalam Pillitteri, 2011). Setiap area diberikan
skor 0 sampai 2, bayi dengan skor 4 atau lebih merasakan nyeri dan
memerlukan intervensi untuk mengurangi ketidaknyamanan. Akan tetapi
skala ini tidak bisa digunakan bagi bayi dengan intubasi.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
21
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 CRIES Neonatal Postoperative Pain Measurement Scale
Pengkajian Skor bayi
0 1 2
Menangis
Tidak Melengking Tidak dapat dihibur
(inconsolable)
Kebutuhan oksigen
dengan saturasi >95%
Tidak >30% >30%
Peningkatan tanda-
tanda vital
Detak jantung dan
TD pada rentang
10% nilai pre
operasi
Detak jantung dan
TD 11-20% lebih
tinggi daripada nilai
pre operasi
Detak jantung dan
TD 21% diatas nilai
pre operasi
Ekspresi Tidak ada Menyeringai Menyeringai /
mengerang
Terjaga Tidak Terbangun pada
interval tertentu
Selalu terjaga
Jumlah skor total
2.5.5 Pemberian NNS dan ASI
Untuk memberikan kenyamanan pada anak selama penggantian kantong
stoma dapat diberikan NNS. Devi (2012) menyampaikan NNS
memberikan efek analgesia melalui stimulasi orotaktil pada neonatus dan
mekanoreseptor ketika NNS masuk ke dalam mulut bayi. Tesis yang
dilakukan Devi menemukan bahwa penggunaan NNS dan sukrosa dapat
meminimalisir nyeri selama perawatan. Selain pemberian NNS, untuk
meningkatkan kenyamanan dapat diberikan ASI. Astuti (2012)
menyampaikan selain memberikan nutrisi, pemberian ASI mempunyai
efek psikologis. Interaksi ibu dan bayi saat menyusui memiliki rasa aman,
nyaman dan hangat bagi bayi; setelah tindakan diberikan ASI maka durasi
menangis bayi menjadi lebih singkat.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
22 Universitas Indonesia
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian
Klien An. A, berusia 2 bulan, orang tua Bp. A dan Ibu N. Klien masuk rumah
sakit tanggal 01 Juni 2013 dengan diagnosa medis observasi meterorismus,
diferensial diagnosis Ileus paralitik dan Diare akut dehidrasi sedang (DADS).
Keluhan utama klien saat masuk RS adalah perut membuncit dan tegang serta
sulit BAB sejak 4 hari sebelum masuk RS. Pada saat masuk RS orang tua
klien mengeluh klien BAB cair 5-7x/hari, turgor tidak elastis, mukosa mulut
kering.
Riwayat kehamilan dan kelahiran klien antara lain pada masa prenatal ibu
klien rutin kontrol ke bidan setiap 1 bulan sekali, ibu klien mengatakan selama
hamil tidak menderita penyakit tertentu dan tidak mengalami muntah
berulang; masa intranatal klien dilahirkan spontan di bidan dengan berat lahir
3800 gram langsung menangis; sedangkan pada masa post natal klien
mendapatkan ASI dan mempunyai riwayat BAB 2-4 hari sekali.
Riwayat kesehatan sebelumnya klien BAB 4 hari sekali, belum pernah dirawat
di rumah sakit, jika sakit hanya berobat ke bidan dan Puskesmas tetapi orang
tua tidak tahu jenis obat yang dikonsumsi, klien belum pernah dilakukan
tindakan operasi, tidak pernah mengalami kecelakaan, tidak mempunyai
alergi, klien belum mendapat imunisasi yang lengkap sesuai usianya, hanya
imunisasi BCG ketika klien berusia 1 minggu.
Riwayat sosial klien diasuh oleh ibu, ayah dan neneknya, pembawaan secara
umum tidak rewel. Hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebaya
belum dapat dikaji mengingat usia klien 2 bulan. Klien tinggal di rumah milik
orang tuanya dan tinggal berdekatan dengan saudara ibu klien tetapi bukan
merupakan kawasan padat penduduk.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
23
Universitas Indonesia
Awal masuk tanggal 01 Juni 2013 klien dirawat di ruang lantai 3 selatan.
Selain dilakukan pemeriksaan USG dan foto polos abdomen, klien juga
dilakukan pemeriksaan barium enema pada tanggal 05 Juni 2013 dengan hasil
sesuai dengan gambaran Hirschprung. Pemeriksaan laboratorium tanggal 01
Juni 2013 diperoleh hasil hemoglobin (Hb) 8,4 g/dl hematokrit 26% leukosit
dalam batas normal, trombosit 570 ribu/ul sehingga klien mendapatkan
tranfusi PRC sejumlah 2 x 50cc dengan cara pemberian serial selama 2 hari
pada tanggal 02 dan 03 Juni 2013 dan Hb post tranfusi 12,1 g/dl. Tanggal 10
Juni 2013 dilakukan pemeriksaan DPL ulang dengan hasil Hb 15,9 g/dl dan
hasil lainnya dalam batas normal. Klien menjalani operasi kolstoma pada
tanggal 12 Juni 2013, setelah operasi klien dirawat di ruang HCU, dan
dipindahkan ke lantai 3 utara pada tanggal 13 Juni 2013 jam 13.00 WIB.
Keadaan klien saat ini, keluhan utama saat dikaji tanggal 13 Juni 2013 orang
tua mengatakan takut memegang dan membersihkan kantong stoma, belum
tahu perawatan stoma. Orang tua mengatakan bahwa ingin tahu berat badan
anaknya setelah operasi, anaknya BAB cair warna coklat, kulit perut tidak
merah. Diagnosa medis klien adalah post op kolstoma hari kedua karena
Hirschprung. Berat badan klien pada saat masuk rumah sakit 5400 gram, saat
ini 4500 gram, panjang badan 55 cm, dengan menggunakan chart grow
didapatkan z-score BB/TB -2 SD. Status cairan klien baik dibuktikan dengan
turgor elastis, CRT kurang dari 3 detik dan mukosa bibir lembab. Klien
mendapatkan obat-obatan antara lain IVFD KaeN 3B 10 tetes/menit (makro),
Cefotaxime 2x175mg intravena dan Farmadol 3x55 mg intravena. Hasil
pemeriksaan laboratorium pada tanggal 12 Juni 2013 diperoleh Hb 14,5 g/dl
Ht 45% leukosit 20,4 ribu/ul dan trombosit 426 ribu/ul.
Hasil pemeriksaan fisik secara umum menunjukkan bahwa klien tampak tidak
rewel, aktif, kesadaran compos mentis, Nadi 124x/menit, suhu 36,7°C,
frekuensi nafas 28 x/menit. Tinggi badan saat ini 55 cm, berat badan 4,5 kg,
lingkar kepala 38cm (saat masuk RS 36 cm), lingkar lengan atas 10cm (saat
masuk RS 13cm), Z-Score BB/TB -2SD. Dari hasil pemeriksaan Fisik Head to
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
24
Universitas Indonesia
toe diperoleh data bahwa kepala dalam batas normal tidak ditemukan jejas,
sutura sudah menutup tidak teraba benjolan. Septum hidung utuh tidak ada
sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung. Sklera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis, reflek cahaya “positif”. Bibir tampak kemerahan, tidak sianosis,
gigi belum tumbuh, tidak tampak jamur. Telinga bersih, tidak tampak sekret
dan tidak tampak perdarahan. Tidak teraba pembesaran kelenjar di area leher,
tidak ada kaku kuduk dan tidak ada wape neck. Dada simetris, tidak tampak
retraksi dada, irama jantung regular tidak terdengar suara abnormal, suara
napas vesikuler tidak terdengar bunyi nafas abnormal. Tidak ada distensi
abdomen, bising usus 6x/mnt, tidak teraba benjolan atau massa. Stoma
berwarna kemerahan, tampak lemak, tinggi ±4cm, diameter ±4cm, produksi
cair warna kecoklatan bercampur darah, bau khas, daerah sekitar stoma tidak
kemerahan, tidak ada tanda-tanda iritasi periostoma. Genitalia bersih, jamur
tidak tampak, tidak lecet, BAK 3x dengan pampers, warna kuning jernih.
Ekstremitas tidak tampak edema, tidak sianosis, akral hangat, CRT kurang
dari 3 detik.
3.2 Masalah Keperawatan
Hasil analisa data menunjukkan bahwa pada kasus An. A ditemukan beberapa
masalah keperawatan yaitu (1) risiko tinggi kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan kolstoma dan pembedahan, (2) perubahan pola eliminasi
fekal berhubungan dengan efek pembedahan, (3) kurang pengetahuan orang
tua berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan stoma, dan
(4) risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pembedahan gastrointestinal.
Pada kasus An. A prioritas masalah keperawatannya adalah risiko tinggi
kerusakan kerusakan integritasi kulit. Hal ini merupakan fokus intervensi,
karena peran perawat sangat besar pada perawatan stoma. Perawat juga dapat
memberikan pendidikan kesehatan dan melibatkan keluarga pada perawatan
stoma. Selain memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga, perawat juga
mengajarkan perawatan stoma sebagai bekal perawatan di rumah. Perawatan
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
25
Universitas Indonesia
stoma bertujuan mencegah terjadinya infeksi pada stoma dan memantau
kondisi stoma jika terjadi perubahan sehingga dapat mengambil keputusan
yang tepat untuk tindakan selanjutnya.
3.3 Rencana Keperawatan
Setelah menyusun prioritas masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan,
langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan. Perencanaan yang disusun
sesuai dengan rencana tindakan yang terlampir pada BAB 2.
3.4 Implementasi
Tindakan keperawatan dilaksanakan selama 3x24 jam yaitu pada tanggal 13
Juni 2012 sampai dengan 15 Juni 2013. Tindakan keperawatan untuk diagnosa
keperawatan risiko tinggi infeksi meliputi mengobservasi daerah stoma;
mengukur stoma; mengobservasi adanya komplikasi seperti prolaps, sianosis
& nekrosis; mengobservasi tanda vital terutama suhu; mengosongkan, irigasi
dan bersihkan kantong stoma secara rutin dengan alat yang tepat; melakukan
penggantian kantong sesuai indikasi; mengevaluasi kecocokan kantong stoma
dan memberikan NNS selama tindakan serta ASI setelah tindakan.
Untuk diagnosa keperawatan perubahan pola eliminasi fekal, tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah memonitor pengeluaran feses meliputi
frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna; mengauskultasi bising usus;
melaporkan hasil auskultasi bising usus ke perawat ruangan dan mengevaluasi
adanya inkontinensia fekal maupun konstipasi.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa keperawatan kurang
pengetahuan orang tua tentang perawatan stoma yakni mengkaji pengetahuan
orang tua tentang perawatan stoma; mengajarkan pada orang tua tentang
perawatan stoma; melibatkan orang tua secara langsung dalam perawatan
stoma; mengajarkan orang tua memilih pakaian yang sesuai dan mengevaluasi
kemampuan orang tua melakukan perawatan stoma baik kognitif maupun
psikomotor.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
26
Universitas Indonesia
Tindakan selanjutnya untuk diagnosa keperawatan risiko tinggi perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh meliputi mengkaji status nutrisi,
mengauskultasi bising usus, menimbang berat badan, memotivasi ibu klien
memberikan ASI adlib dan memonitor pemberian nutrisi parenteral.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
27 Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati terletak diwilayah Jakarta Selatan
dengan luas bangunan 57.457,50 m2 dan luas tanah 13 hektar. RSUP
Fatmawati didirikan pada tahun 1954 oleh Ibu Fatmawati Soekarno sebagai
RS yang mengkhususkan Penderita TBC Anak dan Rehabilitasinya. Tanggal
15 April 1961 penyelenggaraan dan pembiayaan RS Fatmawati diserahkan
kepada Departemen Kesehatan sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai
hari jadi RS Fatmawati. Dalam perjalanan RS Fatmawati, tahun 1984
ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan
sebagai RSU Kelas B Pendidikan. Pada tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP
Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen
Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (PPK BLU). (www.fatmawatihospital.com)
Lantai III Utara merupakan salah satu ruang perawatan anak umum dan bedah
yang terletak di gedung teratai RSUP Fatmawati, terdiri dari 12 kamar yang
terbagi atas 1 kamar bedah prima, 3 kamar kelas I, 2 kamar kelas II, 1 kamar
khusus isolasi infeksi, 1 kamar khusus luka bakar, dan 4 kamar kelas III
dengan kapasits tempat tidur sekitar 45 tempat tidur. Jumlah tenaga 23 orang
perawat, terdiri dari 7 orang S1 keperawatan, 14 orang DIII keperawatan, 2
orang SPK, dan 2 orang pekarya SLTA. Ruangan di lantai II Utara dikepalai
oleh seoang kepala ruangan Ibu Ns. Yuminah, SKep dibantu wakil kepala
ruangan Ibu Fenty Sahara, AMK dan dua orang PN serta perawat pelaksana
sebanyak 19 orang.
Kebersihan dan kenyamanan di lantai III Utara terjaga dengan baik sehingga
sesuai untuk dijadikan lahan praktik bagi mahasiswa dan mendukung
peningkatan kesehatan klien. Namun masalah pengunjung pasien yang belum
tertib dan perbandingan jumlah tenaga perawat dan pasien sebanyak 1:10
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
28
Universitas Indonesia
kadang lebih, menjadi faktor penghambat pada perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan secara menyeluruh. Sementara kekurangan fasilitas di
ruangan yang sangat nampak adalah tidak tersedianya ruang bermain dan
fasilitas bermain anak lainnya.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan
Hasil pengkajian menunjukkan klien dirawat dengan post kolostomi karena
Hirschprung. Penyakit Hirschprung merupakan kelainan kongenital yang salah
satunya disebabkan oleh faktor non genetik diantaranya nutrisi selama
kehamilan, penggunaan obat-obatan (teratogen), polusi lingkungan, paparan
zat kimia seperti asap rokok, dan penyakit ibu selama hamil. (Bobak,
Lowdermilk, Jensen & Perry, 2005; Kosim, dkk., 2012).
Pada kasus An. A didapatkan data bahwa merupakan keluarga Bp. A termasuk
kaum urban yang tinggal di Tangerang, tinggal di rumah sendiri berdekatan
dengan keluarga Ibu N. Pekerjaan bapak A adalah seorang buruh dengan
penghasilan tidak tetap kurang dari 1,8 juta per bulan sehingga membuat
ekonomi keluarga bapak A cukup sulit. Ibu N lulusan SD tidak bekerja hanya
mengurus rumah tangga, mengatakan tidak ada masalah selama hamil. Ibu N
makan nasi dan sayur, jarang makan lauk. Selama hamil ibu N hanya periksa
ke bidan, namun tidak pernah melakukan pemeriksaan darah apapun termasuk
gula darah. Ibu N mengaku belum tahu manfaat nutrisi selama hamil dan tidak
ingat jumlah kenaikan berat badan selama hamil serta tidak mengkonsumsi
obat-obatan selama hamil hanya vitamin dari bidan. Sementara bapak A
memiliki kebiasaan merokok walaupun didalam rumah sehingga sangat
memungkinkan asap rokok terhirup oleh anggota keluarga yang lain termasuk
ibu N. Selain paparan asap rokok, keluarga bapak A juga tinggal tidak jauh
dari kawasan industri sehingga memungkinkan polusi dari industri
mempengaruhi kesehatan keluarga bapak A.
Masalah keperawatan yang ditemukan antara lain (1) risiko kerusakan
integritas kulit, (2) perubahan pola eliminasi fekal, (3) kurang pengetahuan
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
29
Universitas Indonesia
orang tua dan (4) risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Masalah keperawatan yang pertama adalah risiko kerusakan integritas kulit.
Hal ini dapat timbul akibat adanya luka pembedahan (kolostomi) dan
pengeluaran feses yang cair melalui stoma. Jika tidak dilakukan perawatan
stoma, maka akan mengakibatkan kerusakan kulit abdomen khususnya pada
daerah peristoma. Masalah yang kedua adalah perubahan pola eliminasi fekal
akibat dari pembedahan. Pola BAB klien sebelumnya BAB 2-4 hari sekali,
sedangkan saat ini frekuensinya sulit dihitung karena feses berbentuk cair dan
langsung keluar melalui stoma. Masalah yang ketiga adalah kurang
pengetahuan orang tua tentang perawatan stoma. Hal ini juga menimbulkan
kecemasan pada orang tua, karena belum mempunyai pengalaman merawat
anak dengan stoma, terlihat dengan ketakutan menyentuh kantong stoma dan
mengganti diapers anak. Oleh karena itu perawat selalu melibatkan orang tua
dan mengajarkan perawatan stoma untuk merawat anak di rumah. Masalah
yang terakhir adalah risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Hal ini dapat ditegakkan karena selama dirawat klien dipuasakan beberapa
hari sebelum operasi dan satu hari setelah operasi, klien mengalami
penurunan berat badan dan lingkar lengan atas, akan tetapi Z-score BB/TB
masih berada pada SD -2, artinya klien belum berada pada keadaan gizi
kurang.
4.3 Analisis Intervensi
Pelaksanaan askep klien terhadap An. A dilakukan secara komprehensif, baik
fisik maupun piskologis klien. Untuk mengatasi masalah utama pada klien
yaitu risiko tinggi kerusakan integritas kulit maka dua jenis intervensi yang
dilakukan penulis terkait aplikasi tesis yaitu penggunaan NNS dan pemberian
ASI. Penulis mencoba mengaplikasikan hasil tesis yang berjudul “Efektifitas
pemberian kombinasi non nutritive sucking (NNS) dan sukrosa terhadap
respon nyeri neonatus setelah tindakan pemasangan infus di RSUD Kota
Padang Panjang” dan “Studi komparasi pemberian ASI dan larutan gula
terhadap respon nyeri saat imunisasi pada bayi di Puskesmas Ngresep
Semarang”.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
30
Universitas Indonesia
Usia anak sangat mempengaruhi toleransi anak terhadap nyeri. Wong, dkk
(2009) menyampaikan, bayi yang berusia kurang dari 6 bulan tampak tidak
memiliki ingatan nyata tentang pengalaman nyeri sebelumnya dan bereaksi
terhadap situasi yang memungkinkan menimbulkan stres, akan tetapi indikator
stres yang paling konsisten adalah ekspresi wajah terhadap ketidaknyamanan,
gerakan tubuh seperti menggeliat, menyentak dan memukul-mukul. Oleh
karena itu fokus intervensi untuk mengatasi situasi ini adalah pemberian
kenyamanan pada bayi.
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan
Pemberian NNS merupakan salah satu penatalaksanaan nyeri secara
nonfarmakologi pada bayi muda (usia 1-4 bulan) dengan tingkat
perkembangan pada tahap oral. Hal ini merupakan salah satu bentuk
penatalaksanaan nyeri dengan distraksi. NNS memberikan efek analgesia
melalui stimulasi orotaktil pada neonatus dan mekanoreseptor ketika NNS
masuk ke dalam mulut bayi. Demikian halnya dengan pemberian ASI yang
dapat memberikan efek psikologis pada bayi sehingga dapat meningkatkan
kenyamanan bayi.
Meskipun NNS memiliki efek analgesia, tetapi hal ini bertentangan dengan
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 pasal 17 tentang pemberian Air
Susu Ibu (ASI) Eksklusif. Di dalam pasal 17 ayat (1) disebutkan “tenaga
kesehatan dilarang memberikan susu formula dan/atau produk bayi lainnya
yang dapat menghambat program pemberian ASI eksklusif kecuali dalam hal
diperuntukkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15”. PP ini menjelaskan
yang dimaksud dengan produk bayi lainnya adalah produk bayi yang terkait
langsung dengan kegiatan menyusui meliputi segala bentuk susu dan pangan
bayi lainnya, botol susu dan empeng. Berdasarkan PP ini, NNS termasuk
produk bayi yang tidak dapat diberikan, meskipun dengan tujuan
meminimalisir nyeri dan meningkatkan kenyamanan ketika anak dipuasakan
pada periode post operasi dengan stimulasi orotaktil. Oleh karena itu
diperlukan penatalaksanaan nonfarmakologi selain NNS.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
31
Universitas Indonesia
Penatalaksanaan nonfarmakologi lain untuk mengatasi nyeri dan
ketidaknyamanan pada anak adalah dengan memberikan sentuhan/masase
lembut dan mengajak anak untuk berbicara. Sentuhan/masase tidak hanya
memberikan kenyamanan pada fisik saja, tetapi juga memberikan efek
psikologis. Sedangkan mengajak anak berbicara pada usia 1-4 bulan dapat
dilakukan karena pada usia tersebut anak mulai perhatian dengan suara orang
tua atau suara yang dikenalnya.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
32 Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan gambaran asuhan keperawatan yang telah disampaikan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut
a. Data pengkajian pada anak A dengan kolostomi karena Hirschprung
didapatkan data mengenai pemeriksaan fisik, riwayat kesehatannya
termasuk riwayat kelahirannya dan lingkungan. Hal ini dirasa perlu karena
keluarga bapak A termasuk kaum urban yang tinggal di daerah perkotaan
dengan berbagai masalah yang dapat timbul salah satunya masalah
kesehatan terkait dengan penyakit Hirschprung.
b. Masalah keperawatan yang terjadi pada An. A antara lain risiko tinggi
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi dan
pembedahan, perubahan pola eliminasi fekal berhubungan dengan efek
pembedahan, kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang perawatan stoma, dan risiko tinggi perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan
gastrointestinal.
c. Perencanaan keperawatan telah disusun berdasarkan prioritas masalah
keperawatan yang ditemukan, kemudian dilaksanakan sesuai rencana.
d. Penggunaan NNS dan pemberian ASI selama 3 hari pelaksanaan tindakan
keperawatan diperoleh hasil anak tampak lebih tenang, durasi menangis
menjadi lebih singkat dan kooperatif selama menjalani perawatan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan dengan
penatalaksanaan nyeri, tidak hanya bersifat kolaboratif namun disertai secara
nonfarmakologi yang merupakan tindakan keperawatan mandiri. Dalam
melakukan tindakan, mahasiswa memulai dengan pengetahuan yang baik,
mempraktekkan dan mengingatkan kembali kepada pada perawat ruangan
di rumah sakit tempat praktik.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
33
Universitas Indonesia
5.2.2 Bagi Instansi Pendidikan
a. Instansi pendidikan lebih memperkenalkan mahasiswa terhadap asuhan
keperawatan, terutama penatalaksanaan nyeri secara nonfarmakologi
sesuai dengan usia anak.
b. Menyiapkan peserta didik untuk memahami deteksi dini dan tata laksana
penyakit Hirschprung.
5.2.3 Bagi Rumah Sakit
a. Rumah sakit hendaknya memperbanyak dan memperbaharui penerapan
implementasi keperawatan yang terus berkembang. Hal ini membantu
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada klien. Dengan pemberian
asuhan keperawatan yang tepat diharapkan proses penyembuhan klien
sesuai dengan prognosis penyakitnya.
b. Ruang rawat Teratai lantai 3 utara bukan merupakan ruang Perinatologi,
namun penggunaan NNS sebaiknya dihindari karena mengakibatkan
efek ketergantungan dan dapat menyebabkan anak bingung puting
terutama bagi klien berusia kurang dari 6 bulan.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
34 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Amiel, J. & Lyonnet, S. (2001). Hirschprung disease, associated syndromes, and
genetics: a review. Journal Med Genet. p.729-730. (www.jmedgenet.com).
Downloaded from jmg.bmj.com on July 4, 2013
Ashwill, J.W., & James, S.R. (2007). Nursing care of children. 3rd
ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier
Astuti, I.T. (2011). Studi komparasi pemberian ASI dan larutan gula terhadap
respon nyeri saat imunisasi pada bayi di puskesmas Ngesrep Semarang.
Tesis tidak dipublikasikan.
Browne, N.T. et al. (2008). Pocket guide to pediatric surgical nursing. Canada:
American Pediatric Surgical Nurse Association
Bobak, I.M.; Lowdermilk, D.L; Jensen, M.D; & Perry, S.E. (2005). Buku ajar
keperawatan maternitas. Edisi 4. (Wijayarini & Anugerah, alih bahasa).
Jakarta: EGC
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.M. (2008). Nursing
interventions classification (NIC). 5th ed. USA: Mosby Elsevier
Devi, S.K. (2012). Efektifitas pemberian kombinasi non nutritive sucking (NNS)
dan sukrosa terhadap respon nyeri neonatus setelah dilakukan tindakan
pemasangan infus di RSUD kota Padang Panjang. Tesis tidak
dipublikasikan
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Geissler (2000). Recana asuhan
keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi 3. (Kariasa, I.M. & Sumarwati alih bahasa)
Jakarta: EGC
Firmansyah (2008). Marketing politik: antara pemahaman & realitas. Edisi 2.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Hockenberry, M.J. & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infants and
children. 8th ed. Canada: Mosby Elsevier
Kosim, M.K., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G.I., & Usman, A. (2012). Buku
ajar neonatologi. Jakarta: IDAI
McNamara, M. (2008). Life in an urban community. New York: Benchmark
Education Company
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
35
Universitas Indonesia
Miao, X.; Leon, T.Y.; Ngan, E.S.; So, M.; Yuan, Z.; Lui, V.C.; et al. (2009).
Reduces RET expression in gut tissue of individuals carrying risk alleles
of Hirschprung’s disease. Human Molecular Genetics, 2010, Vol.19, No. 8
p.1461. Oxford University Press.
Pillitteri, A. (2011). Maternal & child health nursing: Care of the childbearing &
childrearing family. 6th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Waluya, B. (2007). Sosiologi: menyelami fenomena sosial di masyarakat. Jilid 2.
Bandung: PT. Setia Purna Inves
Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelsein M.L., & Schwartz,
P. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik Wong. Edisi 6. Volume 2.
(Hartono, A., Kurnianingsih, S., & Setiawan alih bahasa). Jakarta: EGC
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
http://www.fatmawatihospital.com diunduh tanggal 2 Juli 2013
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A
DENGAN POST KOLOSTOMI HARI KE-2
DI RUANG LANTAI 3 UTARA RSUP FATMAWATI
FORMAT PENGKAJIAN ANAK
Nama Mahasiswa : DWI CAHYANINGSIH
Tempat Praktek : LANTAI 3 UTARA RS FATMAWATI
Tanggal Praktek : 10-15 JUNI 2013
1. Pengkajian
1.1 Identitas klien:
Nama : An. A
TTL : Tangerang, 05/03/2013
Usia : 2 bulan
Orang tua : Bp. A / Ibu N.
Alamat : Jl. AL Sinta RT 5/4 Tangerang
Pendidikan ayah/ibu : SLTA/SD
Tgl masuk RS : 01 Juni 2013
Tgl dirawat di lt 3 utara : tgl 12 Juni 2013 (pindahan dari HCU)
1.2 Keluhan utama
Keluhan awal masuk rumah sakit: perut membuncit, tegang, sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit, BAB cair 5-7 x/hari warna dempul.
Keluhan post op: orang tua mengatakan takut untuk memegang dan
membersihkan kantong kolostomi.
Riwayat kehamilan dan kelahiran:
Prenatal : ibu klien mengatakan rutin kontrol ke bidan setiap 1 bulan
sekali, tidak menderita penyakit tertentu, tidak muntah
berulang
Intranatal : lahir spontan di bidan, berat lahir 3800 gram, langsung
menangis
Post natal : klien mendapatkan ASI, riwayat BAB 2-4 hari sekali.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
1.3 Riwayat masa lampau
Penyakit waktu kecil : BAB 2-4 hari sekali
Pernah dirawat di rumah sakit : belum pernah, hanya berobat ke bidan &
Puskesmas saja
Obat-obatan yang digunakan : orang tua tidak mengetahui jenis obat yang
digunakan
Tindakan (operasi) : belum pernah
Alergi : tidak ada
Kecelakaan : tidak pernah
Imunisasi : belum lengkap, hanya BCG pada usia 1
minggu
1.4 Riwayat keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada penderita jantung, hipertensi dan Diabetes Melitus
di keluarga Bp. A maupun Ibu N.
1.5 Riwayat sosial
Yang mengasuh : ibu, ayah dan nenek klien
Hubungan dengan anggota keluarga : belum dapat dikaji
Hubungan dengan teman sebaya : belum dapat dikaji
Pembawaan secara umum : tidak rewel
30
th
15
th
35
th
2
bl
n
Ibu N, sehat Bp. A, sehat
An. I, sehat An.A
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
Lingkungan rumah : tinggal di rumah sendiri, tinggal
berdekatan dengan saudara ibu
klien, bukan kawasan padat
penduduk.
1.6 Kebutuhan dasar
Makanan yang disukai/tidak disukai : ASI, menyusu sekehendak klien
dengan cara menetek langsung ke
ibu
Pola tidur : sekehendak klien, tidak ada
kebiasaan khusus
Mandi : 2x sehari setiap pagi dan sore
Aktifitas bermain : bermain di tempat tidur
Eliminasi : BAB 2-4 hari sekali
1.7 Keadaan saat ini
Diagnosa medis : Post op kolostomi hari kedua karena Hirschprung
Tindakan operasi : Kolostomi
Status nutrisi : BB 4,5 kg, PB 60 cm, Z-Score BB/TB: -2SD
Status cairan : turgor elastis, CRT <3 detik, mukosa bibir lembab
Obat-obatan : IVFD Kaen 3B 10 tts/mnt (makro), Cefotaxim
3x175 mg iv, Farmadol 3x55mg iv
Aktifitas : bermain di tempat tidur
Tindakan keperawatan : observasi produksi stoma, perawatan stoma,
observasi tanda infeksi dan iritasi kulit peristoma,
pendkes orang tua tentang perawatan stoma
Hasil laboratorium : DPL post op tanggal 12 Juni 2013: Hemoglobin
14,5 g/dl Hematokrit 45% Leukosit 20.4
ribu/mm3 Trombosit 426 ribu
Hasil rontgen : Barium enema tanggal 5 Juni 2013 hasil sesuai
dengan gambaran Hirschprung
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
Data tambahan : masuk RS tanggal 1 Juni 2013 dengan keluhan
perut membuncit dan tegang, BAB cair 5-7x/hari,
diagnosa masuk observasi meteorismus ec ? DD/
Ileus paralitik + Diare akut dehidrasi sedang,
perawatan pre op di lantai 3 Selatan, riwayat
tranfusi PRC 2x50cc tidak alergi, post op hari
pertama tanggal 12 Juni 2013 dirawat di High Care
Unit (HCU) Lantai 3 selatan
Tanda-tanda vital : frekuensi nadi 124x/mnt, frekuensi respirasi
28x/mnt, suhu 36,7⁰C
1.8 Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : sedang, komposmentis
b) BB/TB : 4,5 kg / 55 cm, BB masuk RS 5,4 kg
c) LK/Lila : 38 cm / 10 cm, masuk RS 36 cm/13 cm
d) Kepala : tidak ada jejas, sutura sudah menutup, tidak teraba
benjolan
e) Hidung : septum utuh, tidak ada sekret, tidak ada
pernapasan cuping hidung
f) Mata : sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis, refleks cahaya “positif”
g) Mulut : bibir tampak kemerahan, tidak sianosis, gigi
belum tumbuh, tidak tampak jamur
h) Telinga : bersih, tidak tampak sekret
i) Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar, tidak ada wape
neck, tidak ada kaku kuduk
j) Dada : simetris, tidak tampak retraksi dada
k) Jantung : irama reguler, HR 124x/mnt, BJ I-II normal,
gallop tidak terdengar, murmur tidak terdengar
l) Paru-paru : vesikuler, wheezing tidak terdengar, ronkhi tidak
terdengar, crackles tidak terdengar
m) Abdomen : tidak ada distensi abdomen, bising usus 6x/mnt,
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
tidak teraba benjolan/massa
n) Stoma : warna kemerahan, lemak (+), tingi ±4cm, diameter
±4cm, produksi cair warna kecoklatan bercampur
darah, bau khas, daerah sekitar stoma tidak
kemerahan, tidak ada tanda-tanda iritasi
o) Genitalia : bersih, jamur tidak tampak, tidak lecet, BAK 3x
dengan pampers, warna kuning jernih
p) Ekstremitas : tidak tampak edema, tidak sianosis, akral hangat,
CRT <3 detik
1.9 Ringkasan riwayat keperawatan
Klien masuk RS dengan keluhan perut kembung, BAB cair 5-7x/hari, setelah
dilakukan pemeriksaan Barium enema hasilnya menunjukkan Hirschprung
dilakukan tindakan kolostomi. Bp. A bekerja sebagai buruh dengan
penghasilan kurang 1,8 juta rupiah per bulan. Riwayat antenatal ditemukan ibu
rutin kontrol ke bidan tetapi tidak pernah melakukan pemeriksaan darah
apapun, ibu tidak tahu nutrisi yang penting selama hamil, tidak mempunyai
masalah selama hamil dan makan nasi dan sayur jarang lauk. Ayah klien
mempunyai kebiasaan merokok dan merokok di dalam rumah. Klien tinggal
tidak jauh dengan kawasan industri. Periode post operasi hari ke-2 sampai
klien boleh pulang dirawat di lantai 3 utara kamar 301.
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 2
ANALISA DATA
Data (DO dan DS) Masalah Keperawatan
DO:
- Stoma: warna kemerahan, lemak (+), tinggi
±4cm, diameter ±4cm, tidak tampak laserasi, tidak tampak sianosis, tidak tampak prolaps
- Produksi cair warna kecoklatan bercampur darah,
bau khas - Tidak tampak perdarahan spontan
- Daerah kulit peristoma tidak kemerahan, tidak
ada tanda-tanda iritasi
DS: Orang tua mengatakan kulit perut anaknya tidak merah
DO: - Klien post op kolostomi H+2
- Klien BAB melalui stoma
- Konsistensi feses cair, warna kecoklatan
bercampur darah, bau khas - Bising usus 6x/menit
DS:
Orang tua mengatakan BAB anaknya cair warna coklat
DO :
- Orang tua tampak takut melihat stoma - Orang tua tampak takut ketika mengganti
pampers
DS :
- Orang tua klien mengatakan takut untuk memegang & membersihkan kantong kolostomi
- Orang tua mengatakan belum bisa mengganti
kantong kolostomi
DO :
- BB awal 5,4 kg, BB saat ini 4,5 kg - PB 55 cm
- Z-Score: -2SD
- lila awal 13 cm, saat ini 10 cm
- terpasang IVFD KaeN 3B 10 tpm (makro) DS:
- - Keluarga mengatakan ingin tahu BB anaknya
setelah dioperasi
Risti kerusakan integritas
kulit
Perubahan pola eliminasi
fekal
Kurang pengetahuan orang tua b.d kurang informasi
tentang perawatan stoma
Risti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Risti kerusakan integritas kulit
b. Perubahan pola eliminasi fekal b.d efek pembedahan
c. Kurang pengetahuan tentang perawatan stoma b.d kurangnya informasi
d. Risti gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 3
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN/HYD INTERVENSI RASIONAL
Risti kerusakan
integritas kulit
Klien dapat mempertahankan
integritas kulit setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
dengan kriteria kulit peristoma
utuh, tidak terdapat tanda-tanda
iritasi seperti kemerahan
1. Observasi daerah stoma
2. Ukur stoma secara periodik
3. Observasi adanya komplikasi seperti prolaps,
sianosis dan nekrosis
4. Kosongkan, irigasi dan bersihkan kantong ostomi
secara rutin dengan alat yang tepat
5. Lakukan penggantian kantong sesuai indikasi
6. Evaluasi kecocokan kantong ostomi terhadap kulit
peristoma
7. Berikan tindakan yang meningkatkan kenyamanan
klien selama dilakukan tindakan keperawatan
Memantau keadaan stoma
Mengetahui perubahan ukuran stoma
Menentukan tindakan selanjutnya dengan
cepat
Mencegah kerusakan integritas kulit
Tindakan tepat mengurangi trauma pada anak
Mencegah terjadinya iritasi karena alergi
terhadap bahan kantong stoma
Tindakan kenyamanan yang tepat dapa
meminimalisir nyeri dan mengurangi trauma
pada klien
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
(Lanjutan )
DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN/HYD INTERVENSI RASIONAL
Perubahan pola
eliminasi fekal
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
eliminasi fekal sesuai dengan
kondisi post op kolostomi
1. Monitor pengeluaran feses meliputi frekuensi,
konsistensi, bentuk, volume dan warna
2. Auskultasi bising usus
3. Laporkan hasil auskultasi bising usus
4. Evaluasi adanya inkontinensia fekal maupun
konstipasi
Menentukan tindakan yang tepat jika ada
pengeluaran feses berlebihan atau tidak
adanya pengeluaran feses melalui stoma
Mengetahui kembalinya fungsi usus
Selain pemberi asuhan, tim lain mengetahui
kondisi klien
Menentukan tindakan selanjutnya
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
(Lanjutan )
DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN/HYD INTERVENSI RASIONAL
Kurang pengetahuan
orang tua tentang
perawatan stoma
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
pengetahuan keluarga tentang
perawatan stoma meningkat:
keluarga mampu menyebutkan
dan mendemonstrasikan
kembali cara perawatan stoma
1. Kaji pengetahuan orang tua tentang perawatan
stoma
2. Ajarkan pada orang tua tentang perawatan
stoma
3. Libatkan orang tua secara langsung dalam
perawatan stoma
4. Ajarkan orang tua memilih pakaian yang sesuai
5. Evaluasi kemampuan orang tua melakukan
perawatan stoma baik kognitif maupun
psikomotor
Menentukan pendidikan kesehatan yang perlu
diberikan kepada orang tua
Orang tua mampu melakukan perawatan
stoma
Membiasakan orang tua merawat stoma
Pakaian yang sesuai meningkatkan
kenyamanan
Menilai kemampuan orang tua dalam
menyerap materi pendidikan kesehatan yang
diberikan perawat
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
(Lanjutan )
DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN/HYD INTERVENSI RASIONAL
Risti gangguan
pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
klien dapat mempertahankan
nutrisi yang adekuat dengan
kriteria hasil tidak terdapat
tanda-tanda malnutrisi
1. Kaji status nutrisi
2. Auskultasi bising usus
3. Timbang BB setiap 3 hari sekali
4. Motivasi ibu klien memberikan ASI adlib
5. Monitor pemberian nutrisi parenteral
Mengetahui statur nutrisi klien: kurang, baik
atau lebih
Mengetahui fungsi saluran pencernaan
Peningkatan BB mengindikasikan perbaikan
keadaan umum klien
ASI adalah nutrisi yang sesuai untuk anak
usia 0-6 bulan
Mengetahui keefektifan terapi ketika anak
dipuasakan
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 4
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
TGL/JAM DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
13 Juni 2013
Dinas sore
Jam 14.00 s.d
21.00 WIB
Risti kerusakan integritas
kulit
- Mengobservasi daerah stoma
- Mengukur stoma
- Mengobservasi adanya komplikasi pada
stoma
- Mengobservasi daerah peristoma
- Membersihkan kantong stoma
- Mengobservasi tanda-tanda vital terutama
suhu
- Memberikan NNS untuk meningkatkan
kenyamanan anak
S:
- Orang tua mengatakan anaknya tidak demam
- Orang tua mengatakan kulit anaknya tidak merah
O:
- Stoma tampak kemerahan, lemak (+), tidak prolaps,
produksi cair warna kecoklatan bercampur darah, gas
(+)
- Ukuran stoma: tinggi 4 cm, diameter 4 cm
- Kadang anak masih menangis ketika kantong
dibersihkan
- S : 36,7⁰C
- Daerah peristoma tidak iritasi
A:
Risti kerusakan integritas kulit
P:
Lanjutkan intervensi no 1-7
Dwi Cahyaningsih
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 4
TGL/JAM DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
14 Juni 2013
Dinas sore
Jam 14.00 s.d
21.00 WIB
Risti kerusakan integritas
kulit
- Mengobservasi daerah stoma
- Mengobservasi adanya komplikasi pada
stoma
- Mengobservasi daerah peristoma
- Membersihkan kantong stoma
- Mengobservasi tanda-tanda vital terutama
suhu
- Memotivasi ibu memberikan ASI setelah
kantong stoma dibersihkan
S:
- Orang tua mengatakan anaknya tidak demam
- Orang tua mengatakan kulit anaknya tidak merah
O:
- Stoma tampak kemerahan, lemak (+), tidak prolaps,
produksi cair mulai mengental, warna kecoklatan, ,
gas (+)
- Ukuran stoma: tinggi 4 cm, diameter 4 cm
- Kadang anak masih menangis ketika kantong
dibersihkan
- Anak lebih tenang setelah diberikan ASI
- S : 36,5⁰C
- Daerah peristoma tidak iritasi
A:
Risti kerusakan integritas kulit
P:
Lanjutkan intervensi no 1-7
Dwi Cahyaningsih
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 4
TGL/JAM DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
15 Juni 2013
Dinas sore
Jam 14.00 s.d
21.00 WIB
Risti kerusakan integritas
kulit
- Mengobservasi daerah stoma
- Mengukur stoma
- Mengobservasi adanya komplikasi pada
stoma
- Mengobservasi daerah peristoma
- Membersihkan dan mengganti kantong
stoma
- Mengobservasi tanda-tanda vital terutama
suhu
- Memotivasi ibu memberikan ASI setelah
kantong stoma dibersihkan
- Mengevaluasi kecocokan kantong stoma
dengan kulit klien
S:
- Orang tua mengatakan anaknya tidak demam
- Orang tua mengatakan kulit anaknya tidak merah
O:
- Stoma tampak kemerahan, lemak (+), tidak prolaps,
produksi cair mulai mengental, warna kecoklatan
bercampur kuning, gas (+)
- Ukuran stoma: tinggi 4 cm, diameter 4 cm
- Anak tidak menangis ketika kantong dibersihkan dan
lebih tenang
- S : 36,6⁰C
- Daerah peristoma tidak iritasi
A:
Kerusakan integritas kulit tidak terjadi
P:
Delegasikan kepada orang tua untuk perawatan di rumah
Dwi Cahyaningsih
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 4
TGL/JAM DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
13 Juni 2013
Dinas sore
Jam 14.00 s.d
21.00 WIB
Perubahan pola eliminasi
fekal
- Memonitor pengeluaran feses meliputi
frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan
warna feses
- Mengauskultasi bising usus
- Mengevaluasi adanya inkontinensia fekal
dan konstipasi
S:
Orang tua mengatakan BAB anaknya masih cair
O:
- Tampak feses cair berwarna coklat bercampur darah
- Konsistensi cair
- Volume ± 10-20cc/shift
- Bising usus 6x/mnt
- Tidak ada konstipasi
A:
Perubahan pola eliminasi fekal
P:
Lanjutkan intervens no. 1-4
Dwi Cahyaningsih
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 4
TGL/JAM DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
14 Juni 2013
Dinas sore
Jam 14.00 s.d
21.00 WIB
Perubahan pola eliminasi
fekal
- Memonitor pengeluaran feses meliputi
frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan
warna feses
- Mengauskultasi bising usus
- Mengevaluasi adanya inkontinensia fekal
dan konstipasi
S:
Orang tua mengatakan BAB anaknya masih cair
O:
- Tampak feses cair berwarna coklat
- Konsistensi cair
- Volume ± 10-20cc/shift
- Bising usus 8x/mnt
- Tidak ada konstipasi
A:
Perubahan pola eliminasi fekal
P:
Lanjutkan intervens no. 1-4
Dwi Cahyaningsih
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 4
TGL/JAM DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
15 Juni 2013
Dinas sore
Jam 14.00 s.d
21.00 WIB
Perubahan pola eliminasi
fekal
- Memonitor pengeluaran feses meliputi
frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan
warna feses
- Mengauskultasi bising usus
- Melaporkan hasil auskultasi bising usus ke
perawat ruangan
- Mengevaluasi adanya inkontinensia fekal
dan konstipasi
S:
Orang tua mengatakan BAB anaknya masih cair dan mulai
mengental
O:
- Tampak feses cair berwarna coklat bercampur
kuning, bau khas
- Konsistensi cair mulai mengental
- Volume ± 10-20cc/shift
- Bising usus 10x/mnt
- Tidak ada konstipasi
- Perawat ruangan mengatakan bising usus normal
A:
Masalah eliminasi fekal teratasi
P:
- Delegasikan kepada orang tua untuk melanjutkan
observasi di rumah
- Menganjurkan segera kontrol bila feses tidak keluar
melalui stoma
Dwi Cahyaningsih
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 4
TGL/JAM DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
13 Juni 2013
Dinas sore
Jam 14.00 s.d
21.00 WIB
Kurang pengetahuan
orang tua tentang
perawatan stoma
- Mengkaji pengetahuan orang tua tentang
perawatan stoma
- Mengajarkan cara membersihkan kantong
stoma
- Melibatkan orang tua secara langsung
dalam perawatan stoma
S:
- Orang tua mengatakan belum tahu cara perawatan
stoma
- Orang tua mengatakan takut melihat dan memegang
daerah stoma
- Orang tua mengatakan belum siap belajar
membersihkan kantong stoma
O:
- Orang tua tampak takut melihat area stoma
- Orang tua tampak sangat berhati-hati ketika
mengganti diapers
A:
Masalah kurang pengetahuan orang tua belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi no. 2-4
Dwi Cahyaningsih
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 4
TGL/JAM DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
14 Juni 2013
Dinas sore
Jam 14.00 s.d
21.00 WIB
Kurang pengetahuan orang
tua tentang perawatan
stoma
- Mengenalkan orang tua dengan memegang
stoma dari luar kantong stoma
- Mengajarkan cara membersihkan kantong
stoma
- Melibatkan orang tua secara langsung dalam
perawatan stoma
- Mengajarkan orang tua memilih pakaian
yang sesuai
S:
- Orang tua mengatakan tidak takut lagi setelah
dikenalkan pada stoma
- Orang tua mengatakan akan memilih pakaian untuk
anaknya yang berbahan menyerap keringat
O:
- Orang tua tampak mau berpartisipasi pada saat
membersihkan kantong stoma
- Orang tua mengatakan masih belum berani
membersihkan sendiri, harus ditemani perawat
A:
Masalah kurang pengetahuan teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi no.2-5
Dwi Cahyaningsih
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 4
TGL/JAM DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
15 Juni 2013
Dinas sore
Jam 14.00 s.d
21.00 WIB
Kurang pengetahuan orang
tua tentang perawatan
stoma
- Mengajarkan cara membersihkan kantong
stoma
- Melibatkan orang tua secara langsung
dalam perawatan stoma
- Mengevaluasi kemampuan orang tua
melakukan perawatan stoma baik kognitif
maupun psikomotor
S:
- Orang tua mengatakan cara mengganti kantong
stoma: setelah dibersihkan diukur lubang
kantongnya, digunting lalu dipasang dan dilepas
perekatnya
- Orang tua mengatakan sudah tidak takut memegang
stoma
O:
- Orang tua mampu menyebutkan kembali cara
perawatan stoma
- Orang tua mampu mendmonstrasikan kembali cara
membersihkan dan mengganti kantong stoma
A:
Masalah kurang pengetahuan orang tua teratasi
P:
Stop intervensi
Dwi Cahyaningsih
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 4
TGL/JAM DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
13 Juni 2013
Dinas sore
Jam 14.00 s.d
21.00 WIB
Risti perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
- Mengkaji status nutrisi
- Mengauskultasi bising usus
- Memonitor pemberian nutrisi parenteral
S:
- Orang tua mengatakan anaknya belum menyusu sejak
di ruang HCU
- Orang tua mengatakan berat badan anaknya menjadi
lebih ringan dibanding sebelum masuk RS
O:
- Konjungtiva tidak anemis
- Mukosa mulut agak lembab
- IVFD 330 cc dalam 24 jam
- Bising usus 6x/mnt
- Turgor elastis
- Kulit tidak kering
A:
Risti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
P:
Lanjutkan intervensi no. 1-4
Dwi Cahyaningsih
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 4
TGL/JAM DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
15 Juni 2013
Dinas sore
Jam 14.00 s.d
21.00 WIB
Risti perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
- Mengkaji status nutrisi
- Mengauskultasi bising usus
- Menimbang berat badan
- Memotivasi ibu memberikan ASI adlib
S:
- Orang tua mengatakan anaknya sering menyusu
- Orang tua mengatakan anaknya tidak puca
O:
- Z-score BB/TB : -2SD
- Hb 14,5 g/dL
- Mukosa mulut lembab
- BB 4,5 kg
- Klien tampak sering menyusu ke ibunya
- Klien tampak aktif
- Konjungtiva tidak anemis
- Telapak tangan tidak pucat
- Bising usus 10x/mnt
A:
Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi
P:
Motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif sampai anak
berusia 6 bulan
Dwi Cahyaningsih
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 5
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013
Lampiran 5
Analisis praktik ..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2013