ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari...

53
ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON RADEN HENI HINDAWATI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari...

Page 1: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER

PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN

PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON

RADEN HENI HINDAWATI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber
Page 3: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pola

Konsumsi Bahan Pangan Sumber Protein Hewani Berdasarkan Golongan

Pendapatan di Kabupaten Cirebon adalah benar karya saya dengan arahan dari

dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Raden Heni Hindawati

NIM H14100021

Page 4: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

ABSTRAK

RADEN HENI HINDAWATI. Analisis Pola Konsumsi Bahan Pangan Sumber

Protein Hewani Berdasarkan Golongan Pendapatan di Kabupaten Cirebon.

Dibimbing oleh SRI MULATSIH.

Protein hewani merupakan unsur gizi yang harus dipenuhi masyarakat agar

tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Sebagai wilayah yang dominan

pantai, Kabupaten Cirebon berpotensi memproduksi bahan pangan sumber protein

hewani terutama ikan. Namun, konsumsi ikan di wilayah tersebut bukanlah yang

dominan. Oleh karena itu, digunakanlah metode Almost Ideal Demand System

(AIDS) untuk melihat pola konsumsi pangan protein hewani masyarakat

Kabupaten Cirebon berdasarkan golongan pendapatan dengan menggunakan data

SUSENAS 2012. Komoditi telur merupakan pangan hewani yang dominan

dikonsumsi. Elastisitas permintaan pangan hewani memiliki sifat yang inelastis.

Pada komoditi antara ikan dengan telur memiliki hubungan substitusi yang

dominan sedangkan hubungan komplementer yang dominan terjadi antara daging

dengan telur. Daging menjadi komoditi dengan nilai elastisitas pendapatan

terbesar. Kebutuhan protein hewani golongan pendapatan rendah belum

mencukupi standar. Ketika dilakukan simulasi kenaikan harga daging sapi,

golongan pendapatan rendah mengalami dampak terbesar karena pola konsumsi

pangan hewaninya mengalami penurunan yang signifikan.

Kata Kunci : AIDS, elastisitas, pola konsumsi, simulasi

ABSTRACT

RADEN HENI HINDAWATI. Analysis of The Pattern Consumption of Animal

Protein Source Based on The Income in Kabupaten Cirebon Supervised by SRI

MULATSIH

Animal Protein is the nutritional elements that must be met by the

community in order for the creation of qualified human resources. As the

dominant area of the coast, Kabupaten Cirebon has the potential of producing

foodstuffs of animal protein sources, especially fish. However, fish consumption

in the region is not a dominant. Therefore, used Almost Ideal Demand System

(AIDS) methods to look at food animal protein consumption patterns Kabupaten

Cirebon in each of the revenue, using SUSENAS 2012 data. The egg is a

commodity, the dominant consumed. The elasticity of demand of food animal has

the properties of inelastic, on commodity among fish eggs have a relationship

with a dominant substitution, whereas the dominant complementary relationships

occur on commodity meat with eggs. Meat becomes a commodity that has the

largest income elasticity values. Animal protein needs of the low income not

sufficient standards established. When a simulating done beef price hike, the low

income who are having the biggest impact because of the animal's food

consumption patterns are having a significant decline.

Keywords : AIDS, elasticity, patter consumption, simulating

Page 5: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER

PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN

PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON

RADEN HENI HINDAWATI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber
Page 7: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

Judul Skripsi : Analisis Pola Konsumsi Bahan Pangan Sumber Protein Hewani

Berdasarkan Golongan Pendapatan di Kabupaten Cirebon

Nama : Raden Heni Hindawati

NIM : H14100021

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Dr.Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr

Pembimbing

Page 8: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian

yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 mengambil topik tentang pola

konsumsi, dengan judul Analisis Pola Konsumsi Bahan Pangan Sumber Protein

Hewani Berdasarkan Golongan Pendapatan di Kabupaten Cirebon.

Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua dan keluarga tercinta

yang telah memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi

ini.Terima kasih kepada Ibu Dr.Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr sebagai dosen

pembimbing juga kepada Mba Nursaidah yang telah membantu mengolah data

dan memberikan saran serta masukkan yang bermanfaat. Ungkapan terima kasih

juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Muhammad Findi Alexandi, SE, M.E

dan Ibu Ranti Wiliasih, M.Si yang telah menjadi dosen penguji dan memberikan

saran serta masukkan untuk menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik. Kedua

teman bimbingan skripsi peneliti Zulfati Rahma dan Nindya Shinta yang telah

saling memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Kepada

sahabat-sahabat terbaik penulis Tika, Fida, Arti, Cika, Dian, Pupu, Alvin, Amel,

Uke, Fajri, Erlangga, dan Dwiki serta teman-teman IE 47 yang telah memberikan

dukungan, semangat, dan doa sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Selain itu, kepada pihak BPS yang telah menyediakan dan melayani penulis saat

proses pengumpulan data.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014

Rd Heni Hindawati

Page 9: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

Latar Belakang .................................................................................................... 1

Perumusan Masalah ............................................................................................. 3

Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4

Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4

Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5

Teori Perilaku Konsumen .................................................................................... 5

Teori Permintaan ................................................................................................. 8

Elastisitas Permintaan .......................................................................................... 9

Elastisitas Harga Sendiri............................................................................ 9

Elastisitas Harga Silang ............................................................................. 9

Elastisitas Pendapatan.............................................................................. 10

Model Almost Ideal Demand System (AIDS) .................................................... 10

Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 12

Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 13

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 15

Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 15

Pengelompokan Data ......................................................................................... 15

Analisis Data ..................................................................................................... 15

Analisis Model Almost Ideal Demand System (AIDS) .......................... 15

Perhitungan Nilai Elastisitas .................................................................... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 17

Pola Konsumsi Bahan Sumber Pangan Protein Hewani ................................... 17

Elastisitas Permintaan Bahan Pangan Sumber Protein Hewani ........................ 23

Elastisitas Harga Sendiri .......................................................................... 23

Elastisitas Harga Silang ........................................................................... 24

Page 10: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

Elastisitas Pendapatan .............................................................................. 24

Simulasi Dampak Perubahan Harga Terhadap Pola Konsumsi Bahan Pangan

Sumber Protein Hewani ........................................................................... 25

SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 28

Simpulan ............................................................................................................ 28

Saran ................................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 29

LAMPIRAN .......................................................................................................... 31

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 41

Page 11: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

DAFTAR TABEL

1 Rata-rata konsumsi protein menurut kelompok makanan di Indonesia

tahun 2008-2012 .............................................................................................. 2 2 Jumlah produksi bahan pangan sumber protein hewani Kabupaten

Cirebon tahun 2009-2012 ................................................................................ 3 3 Rata-rata konsumsi bahan pangan sumber protein hewani di Kabupaten

Cirebon ........................................................................................................... 17 4 Rata-rata konsumsi daging jenis ruminansia di Kabupaten Cirebon ............. 19 5 Kebutuhan protein hewani di Kabupaten Cirebon ......................................... 20 6 Harga yang dikeluarkan rumah tangga dalam setara protein setiap

pangan hewani ............................................................................................... 21 7 Persentase proporsi pengeluaran bahan pangan sumber protein hewani

di Kabupaten Cirebon .................................................................................... 22 8 Elastisitas permintaan bahan pangan sumber protein hewani di

Kabupaten Cirebon berdasarkan golongan pendapatan ................................. 23 9 Hasil perhitungan simulasi kenaikan harga pada daging sapi ....................... 26

10 Hasil perubahan pola konsumsi bahan pangan sumber protein hewani

sebagai dampak kenaikan harga daging sapi ................................................. 27

DAFTAR GAMBAR

1 Indeks Pembangungan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2008-2012 .............. 1 2 Kurva indeferens maksimisasi kepuasan dengan kendala anggaran ................ 6 3 Efek substitusi dan efek pendapatan pada penurunan harga X ........................ 7 4 Efek substitusi dan efek pendapatan pada kenaikan harga X .......................... 8 5 Kerangka pemikiran ....................................................................................... 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Editor model AIDS pada program SAS ......................................................... 31

2 Hasil output SAS untuk metode Seemingly Unrelated Regression

(SUR) ............................................................................................................. 32 3 Hasil parameter metode Seemingly Unrelated Regression (SUR)................. 36

4 Mean metode Seemingly Unrelated Regression (SUR) bahan pangan

sumber protein hewani di Kabupaten Cirebon berdasarkan golongan

pendapatan ..................................................................................................... 36 5 Hasil olahan data elastisitas permintaan pada Kabupaten Cirebon

keseluruhan .................................................................................................... 37

6 Hasil olahan data elastisitas permintaan pada golongan pendapatan

rendah ............................................................................................................. 38 7 Hasil olahan data elastisitas permintaan pada golongan pendapatan

sedang ............................................................................................................ 39 8 Hasil olahan data elastisitas permintaan pada golongan pendapatan

tinggi .............................................................................................................. 40

Page 12: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber
Page 13: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan kondisi suatu negara dalam menjalankan

proses perekonomian untuk menjadikan negara tersebut menjadi lebih maju dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu sumber yang dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya manusia yang dimiliki

oleh negara tersebut. Jika sumber daya manusia yang dimiliki mempunyai

produktivitas yang tinggi maka akan meningkatkan penawaran tenaga kerja yang

dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak dan meningkatkan GDP rill per

kapita. Sumber daya manusia di Indonesia yang begitu melimpah sudah

seharusnya dijadikan sebagai aset untuk menjadikan Indonesia sebagai negara

maju yang dapat diperhitungkan di internasional.

Tingkat kualitas dari sumber daya manusia dapat dilihat dari Indeks

Pembangungan Manusia (IPM). Nilai IPM suatu negara menunjukkan seberapa

jauh negara tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan, yaitu angka harapan

hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat, dan tingkat

pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak. Angka

IPM di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : BPS Nasional 2012

Gambar 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2008-2012

Pada Gambar 1, IPM Indonesia dalam lima tahun terakhir terus mengalami

peningkatan. Nilai IPM Indonesia dari tahun 2008 sampai tahun 2012 berkisar

antara 71.17 sampai 73.29. Kondisi ini menandakan kualitas dari sumber daya

manusia di Indonesia terus semakin membaik. Menurut United Nation

Development Programme (UNDP 2013) IPM Indonesia mengalami peningkatan

yang kuat selama 40 tahun terakhir. Pada tahun 2012 nilai IPM Indonesia

meningkat menjadi 0.629 yang sebelumnya tahun 2011 sebesar 0.624, naik tiga

71.17

71.76

72.27

72.77

73.29

70

70.5

71

71.5

72

72.5

73

73.5

2008 2009 2010 2011 2012

IPM Nasional

IPM Nasional

Page 14: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

2

peringkat ke posisi 121 dari tahun sebelumnya peringkat 124, dari 187 negara.

Namun, peringkat ini masih jauh di bawah negara-negara ASEAN, seperti

Singapura yang memiliki IPM tertinggi di ASEAN dengan nilai 0.895 dan

peringkat 18 di dunia, Brunei Darussalam memiliki IPM sebesar 0.855 dan

peringkat 30, Malaysia dengan nilai IPM 0.769 dan peringkat 64, Thailand

sebesar 0.690 dan peringkat 103, dan Filipina memiliki IPM 0.654 dan peringkat

114. Negara ASEAN lainnya seperti Vietnam, Laos, dan Kamboja masih berada

di bawah Indonesia.

Terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan kualitas dari pembangunan

sumber daya manusia, yaitu pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.

Pendekatan kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa

kebutuhan hidup terutama kebutuhan pangan. Kebutuhan pangan dan gizi

masyarakat haruslah terpenuhi dan seimbang. Salah satu gizi yang harus dipenuhi

adalah protein, baik protein hewani maupun protein nabati. Menurut

Mangkoewidjojo et al (2009) keperluan protein untuk konsumsi manusia adalah

80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang

termasuk dari ternak dan ikan. Umumnya masyarakat lebih menyukai bahan

pangan sumber protein hewani dibandingkan dengan protein nabati. Hal ini

dikarenakan, masyarakat menganggap protein hewani memiliki unsur gizi yang

lebih banyak dan unsur gizinya yang tidak dapat digantikan oleh protein nabati.

Rata-rata konsumsi sumber bahan pangan protein hewani di Indonesia dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rata-rata konsumsi protein menurut kelompok makanan di Indonesia

tahun 2008-2012

Komoditi (gr/kapita/hari)

2008 2009 2010 2011 2012

Ikan 7.94 7.28 7.63 7.84 7.74

Daging 2.40 2.22 2.55 2.76 2.65

Telur dan susu 3.05 2.96 3.27 3.16 3.21

Total 13.39 12.46 13.45 13.76 13.6 Sumber : BPS Nasional 2012 (diolah)

Pada Tabel 1, rata-rata konsumsi sumber bahan pangan protein hewani di

Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2012 menunjukkan angka yang

berfluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2008 rata-rata konsumsi pangan protein

hewani adalah sebesar 13.39 gr/kapita/hari, tahun 2009 sebesar 12.46

gr/kapita/hari, tahun 2010 sebesar 13.45 gr/kapita/hari, tahun 2011 sebesar 13.76

gr/kapita/hari, dan tahun 2012 sebesar 13.6 gr/kapita/hari. Rata-rata konsumsi

yang paling tinggi terdapat pada ikan dan terendah adalah daging. Jumlah rata-rata

konsumsi protein hewani yang ditunjukkan pada Tabel 1, menurut FAO telah

memenuhi standar kebutuhan protein hewani sebesar 6 gr/kapita/hari. Standar

kebutuhan protein hewani ini juga sejalan dengan standar yang ditargetkan

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998. Sudah tercukupinya standar

kebutuhan protein hewani di Indonesia menandakan penduduknya telah mengerti

akan pentingnya kebutuhan gizi. Namun, pemerintah harus dapat terus memasok

Page 15: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

3

kebutuhan pangan yang cukup untuk terpenuhinya gizi masyarakat secara merata

pada berbagai golongan, seperti terpenuhinya kebutuhan bahan pangan sumber

protein hewani.

Di Indonesia banyak wilayah yang berpotensi dalam menyediakan bahan

pangan protein hewani salah satunya Kabupaten Cirebon yang memiliki potensi

sumber daya alam penghasil bahan pangan protein hewani terutama ikan. Hal ini

dikarenakan letak geografis Kabupaten Cirebon mayoritas berada pada pantai

utara Pulau Jawa. Kondisi ini mengakibatkan Kabupaten Cirebon memiliki jumlah

produksi ikan yang lebih banyak dibandingkan dengan sumber bahan makanan

protein hewani lainnya seperti daging ruminansia, unggas, telur, dan susu. Jumlah

produksi sumber makanan protein hewani di Kabupaten Cirebon dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah produksi bahan pangan sumber protein hewani Kabupaten

Cirebon pada tahun 2009-2012

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon 2013 (diolah)

Berdasarkan data Tabel 2, dapat dilihat bahwa hasil produksi sumber bahan

pangan protein hewani yang paling besar di Kabupaten Cirebon adalah ikan yang

pada tahun 2012 mencapai 53276.7 ton. Jumlah produksi ini paling besar diantara

bahan pangan protein hewani lainnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

Kabupaten Cirebon berpotensi dalam menghasilkan sumber bahan pangan protein

hewani khususnya ikan sebagai alternatif dari bahan pangan protein hewani

lainnya.

Perumusan Masalah

Kebutuhan konsumsi pangan adalah sesuatu yang sangat penting untuk

mencapai kebutuhan gizi yang berkualitas dan seimbang. Jika suatu negara dapat

memenuhi kebutuhan gizi masyarakatnya secara merata dan terjangkau oleh

semua lapisan masyarakat maka akan memiliki sumber daya manusia yang

berkualitas. Salah satu gizi yang harus dipenuhi oleh masyarakat adalah protein

hewani.

Kabupaten Cirebon yang lokasi geografisnya mayoritas berada di pantai

utara Pulau Jawa memiliki potensi dalam memproduksi bahan pangan protein

hewani terutama ikan. Jumlah produksi ikan di Kabupaten Cirebon lebih banyak

dibandingkan dengan sumber bahan pangan protein hewani lainnya seperti pada

Tabel 1. Namun, jumlah produksi yang sangat banyak ini tidak sebanding dengan

Komoditi Satuan Tahun produksi

2009 2010 2011 2012

Daging Ton 3782.56 3773.42 4995.77 3743.45

Unggas Ton 1517.32 2392.29 4541.46 4768.49

Ikan Ton 45839.9 51365.1 20549.1 53276.7

Telur Ton 824.13 968.89 1108.48 981.71

Susu 000 Liter 311.52 290.55 185.76 464.39

Page 16: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

4

konsumsi masyarakat akan produk ikan tersebut, baik dalam bentuk ikan segar

maupun dalam bentuk olahannya. Rata-rata konsumsi ikan masyarakat Kabupaten

Cirebon pada tahun 2012 hanya mencapai 23.5 kg/kapita/tahun, angka ini lebih

rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi ikan nasional yang mencapai 30.47

kg/kapita/tahun (Roh 2012). Selain itu, konsumsi daging di wilayah tersebut juga

sangat rendah, yaitu sebesar 5 kg/kapita/tahun dengan perbandingan angka

konsumsi daging nasional sebesar 15 kg/kapita/tahun (Lia 2013). Hal ini

dikarenakan Kabupaten Cirebon termasuk daerah yang memiliki persentase

penduduk miskin terbesar kedua di Jawa Barat, yaitu sebesar 16.2 persen pada

tahun 2010 (BPS 2011). Kondisi ini sangat disayangkan mengingat bahwa

Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah yang berpotensi dalam

memproduksi salah satu bahan pangan hewani yang cukup tinggi.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka perumusan masalah untuk penelitian

ini adalah :

1. Bagaimana pola konsumsi bahan pangan sumber protein hewani di

Kabupaten Cirebon dengan mengklasifikasikan golongan pendapatan ?

2. Bagaimana elastisitas permintaan bahan pangan sumber protein hewani

berdasarkan golongan pendapatan ?

3. Bagaimana pola konsumsi sumber bahan pangan protein hewani jika

terjadi perubahan harga komoditi daging pada setiap golongan

pendapatan ?

.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melihat dan menganalisis pola konsumsi sumber bahan pangan protein

hewani di Kabupaten Cirebon dengan mengklasifikasikan golongan

pendapatan.

2. Menganalisis elastisitas permintaan sumber bahan pangan protein hewani

berdasarkan golongan pendapatan.

3. Menganalisis pola konsumsi sumber bahan pangan protein hewani jika

terjadi perubahan harga pada komoditi daging pada setiap golongan

pendapatan.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Menjadi sumber pengetahuan dan informasi tentang pola konsumsi sumber

bahan pangan protein hewani di Kabupaten Cirebon.

2. Memberikan informasi terhadap dampak pengaruh perubahan harga

terhadap permintaan sumber bahan pangan protein hewani.

3. Bagi peneliti, dan pihak-pihak yang memerlukan informasi diharapkan

dapat dijadikan sebagai perbandingan dan masukan penelitian-penelitian

berikutnya.

Page 17: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

5

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan data cross section yang berasal dari SUSENAS

2012 untuk data konsumsi makanan dan pengeluaran rumah tangga di Jawa Barat.

Cakupan wilayah yang dipilih pada penelitian ini adalah Kabupaten Cirebon

dengan sampel rumah tangga sebanyak 924 rumah tangga. Komoditi yang

dianalisis adalah sumber bahan pangan protein hewani yang terdiri dari daging

ruminansia, ikan, unggas, telur, dan susu. Pada penelitian ini, daging ruminansia

merupakan gabungan dari daging sapi, kerbau, dan kambing.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Perilaku Konsumen

Rumah tangga sebagai konsumen merupakan pemakai atau pengguna barang

dan jasa. Masing-masing konsumen memiliki kebutuhan dan perilaku yang

berbeda dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, dari perbedaan tersebut

terdapat kesamaan yang dimiliki pada setiap konsumen, yaitu selalu ingin

mencapai tingkat kepuasan paling tinggi dalam mengkonsumsi barang dan jasa.

Faktor utilitas atau kepuasan dari setiap konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh

konsumsi atas komoditi fisik, tapi juga sikap psikologis, tekanan kelompok kawan

sebaya, pengalaman pribadi, dan lingkungan budaya lainnya (Nicholson 2002).

Memahami perilaku konsumen dalam mencapai kepuasannya digunakan dua

pendekatan, yaitu pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal (Meriana 2013).

Pendekatan kardinal didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasaan seseorang

dalam mengkonsumsi barang dan jasa dapat diukur. Pada pendekatan ini berlaku

hukum law of diminishing marginal utility, artinya semakin banyak barang yang

dikonsumsi maka akan semakin besar kepuasan yang dimilikinya, tetapi tingkat

kepuasan yang diperolehnya semakin lama akan semakin kecil jika terus

melakukan penambahan konsumsi barang yang mengakibatkan marginal utilitas

bernilai negatif dan total utilitasnya akan menurun. Konsumen yang rasional akan

berusaha untuk memaksimalkan kepuasaannya pada tingkat pendapatan yang

dimiliki.

Pada pendekatan ordinal mengasumsikan bahwa konsumen mampu membuat

urutan-urutan kombinasi barang yang akan dikonsumsi berdasarkan kepuasan

yang akan diperolehnya tanpa harus menyebutkan secara absolut. Pendekatan

ordinal menggunakan kurva indeferens untuk menunjukkan berbagai kombinasi

dua barang yang memberikan kepuasan yang sama. Mengukur kepuasan

menggunakan pendekatan kurva indeferens dapat menggunakan asumsi, yaitu

konsumen yang dihadapkan dengan keterbatasan anggaran dalam jumlah tertentu.

Pendekatan kurva indeferens dengan keterbatasan anggaran dapat dilihat pada

Gambar 2.

Page 18: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

6

Gambar 2 Kurva indeferens maksimisasi kepuasan dengan kendala anggaran

(Nicholson 2002)

Berdasarkan Gambar 2, kombinasi X, Y merupakan kombinasi dua barang

yang rasional dari rumah tangga untuk mengalokasikan daya belinya. Seorang

konsumen akan bertindak secara tidak rasional jika memilih titik A. Konsumen

sebenarnya dapat memperoleh kepuasaan yang lebih tinggi dengan

membelanjakan sebagian pendapatannya yang belum dibelanjakan dengan asumsi

tidak adanya kejenuhan dari konsumen untuk membelanjakan semua

pendapatannya dalam mencapai kepuasaan maksimum. Jika konsumen mengubah

alokasi pengeluarannya maka konsumen dapat memperoleh utilitas yang lebih

tinggi pada titik B. Pada titik D tidak mungkin konsumen dapat mencapai

utilitasnya karena pendapatan tidak cukup besar untuk memperoleh kepuasan di

titik D. Pada titik C merupakan tingkat kepuasan tertinggi yang dapat dicapai oleh

individu dengan batasan anggaran dengan kombinasi barang X,Y.

Jika suatu barang mengalami perubahan harga sedangkan pendapatan tetap,

maka setiap rumah tangga harus melakukan pilihan kembali untuk

memaksimumkan utilitas yang baru. Perubahan harga akan mengakibatkan

terjadinya perubahan intersep dan slope dari garis anggaran. Selain itu, akan

terjadi perpindahan ke pilihan maksimisasi utilitas yang baru ke kurva indeferens

yang baru. Oleh karena itu, jika harga berubah maka rumah tangga akan

dipengaruhi oleh efek substitusi dan efek pendapatan. Pada pengaruh efek

substitusi rumah tangga akan tetap berada pada kepuasan yang sama dan pola

konsumsi dialokasikan ulang untuk menyamakan kepuasan antar dua barang

dengan rasio harga yang baru. Pengaruh efek pendapatan, menyebabkan

perubahan harga akan mengubah pendapatan rill seseorang, sehingga sebuah

rumah tangga tidak akan tetap berada dalam kepuasaan yang sama. Harga pada

suatu barang dapat terjadi penurunan atau peningkatan. Pada barang yang

mengalami penurunan harga akan diilustrasikan pada Gambar 3.

I = PxX + PyY

U1

U2

U3

C

Jumlah Y

Jumlah X

Y

X

B

A

D

Page 19: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

7

Gambar 3 Efek subsitusi dan efek pendapatan pada penurunan harga X

(Nicholson 2002)

Pada Gambar 3, tahap awal konsumen memaksimumkan kepuasannya

dengan memilih kombinasi X’, Y’. Ketika harga X turun dari P𝑥1 ke Px

2 akan

mengakibatkan garis anggaran bergeser kearah luar pada garis anggaran yang baru

yaitu dari I1 ke I2. Kedua garis anggaran tersebut akan tetap bertemu di sumbu Y

yang seluruh pendapatan yang tersedia dibelanjakan untuk barang Y, dikarenakan

baik pendapatan maupun harga barang Y tidak akan berubah. Intersep Y akan

tetap untuk kedua garis anggaran tersebut. Intersep X yang baru akan bergerak

kekanan menjauhi intersep X sebelumnya. Harga X yang lebih rendah

mengakibatkan akan lebih banyak barang X yang mampu dibeli oleh konsumen.

Bentuk slope yang lebih landai pada garis anggaran menunjukkan harga relatif X

terhadap Y mengalami penurunan.

Adanya perubahan garis anggaran mengakibatkan pilihan yang

memaksimumkan utilitas bergeser dari titik X’, Y’ ke titik X”,Y”. Perpindahan ke

titik pilihan barang yang baru, disebabkan oleh dua efek. Pertama adalah efek

substitusi, perubahan pada slope kendala anggaran akan memberikan dorongan

individu untuk berpindah ke titik B jika individu tetap menggunakan kurva

indeferens U1. Garis yang bersinggungan dengan I1 memiliki slope yang sama

dengan garis anggaran yang baru, tetapi tetap bersinggungan dengan kurva

indeferens U1 karena dianggap pendapatan rill tetap konstan. Harga yang relatif

rendah pada barang X menyebabkan individu berpindah dari X’,Y’ ke B jika

kesejahteraannya tidak menjadi lebih baik sebagai akibat harga yang lebih rendah.

Kedua adalah efek pendapatan, lebih lanjut perpindahan akan terjadi dari titik B

ke pilihan konsumsi akhir X”,Y”. Penurunan harga X meskipun pendapatan

individu tetap sama, individu akan seolah-olah memiliki pendapatan rill yang

lebih besar dan dapat mencapai tingkat utilitas yang lebih tinggi pada kurva

indeferens U2. Pada saat terjadi kenaikan harga akan dijelaskan pada Gambar 4.

I2 = P𝑋

2X + PY Y

Jumlah X

I 1= P𝑋1X + PY Y

Jumlah Y

A

B

C

U1

U2

I

Px

Y”

Y’

X’ X” X*

Efek

Substitusi

Efek

Pendapatan

Page 20: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

8

Gambar 4 Efek substitusi dan efek pendapatan pada kenaikan harga barang X

( Nicholson 2002)

Pada Gambar 4 saat terjadi kenaikan harga barang X garis anggaran baru

akan bergeser ke kiri. Perpindahan titik konsumsi awal X’, Y’ ke titik konsumsi

baru X”, Y” akan memberikan dua dampak. Pertama, jika individu bertahan pada

kurva indeferens awal U1 rumah tangga akan mensubstitusikan Y untuk X dan

berpindah sepanjang U1 ke titik B. Garis pada titik B, memiliki slope yang sama

dengan garis anggaran yang baru dan tetap bersinggungan dengan kurva

indeferens U1. Perpindahan dari X’,Y’ ke titik B disebut efek substitusi.

Peningkatan harga juga akan berakibat pada hilangnya daya beli yang membuat

pendapatan riil rumah tangga menjadi lebih rendah. Oleh karena itu,

mengakibatkan perpindahan ke kurva indeferen yang lebih rendah dari U1 ke U2

yang disebut dengan efek pendapatan.. Efek substitusi dan efek pendapatan secara

bersama-sama menyebabkan jumlah barang X yang diminta akan turun karena

adanya dampak kenaikan harga.

Teori Permintaan

Umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas.

Kebutuhan seseorang dapat terpenuhi jika dapat mengkonsumsi barang dan jasa

yang diminta. Suhartati dan Fathorrozi (2003) mendefinisikan permintaan yaitu

berbagai jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga dan

periode waktu tertentu. Jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh semua rumah

tangga disebut dengan jumlah yang diminta. Konsep jumlah yang diminta adalah

jumlah yang diinginkan konsumen, yaitu banyaknya barang yang ingin dibeli oleh

konsumen dengan mempertimbangkan harga barang itu sendiri, tingkat harga

barang lain, tingkat pendapatan per kapita, selera, distribusi pendapatan dan

besarnya populasi atau jumlah penduduk.

Jumlah Y

I = PX1X + PY Y

I = PX2X + PY Y A

B

C

U1 U2

Jumlah X

I

PX

Y”

Y’

X” X’ X*

Efek

Pendapatan

Efek

Substitusi

Page 21: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

9

Elastisitas Permintaan

Nicholson (2002) mendefinisikan elastisitas sebagai ukuran persentase

perubahan suatu variabel yang bergantung pada perubahan satu persen variabel

lainnya. Melihat ketergantungan tersebut maka dinyatakan dengan eB.A yang

ditunjukkan pada persamaan 1, yaitu :

𝑒𝐵.𝐴 = % 𝛥𝐵

% 𝛥𝐴=

𝜕𝐵

𝜕𝐴 .

𝐴

𝐵 (1)

Pernyataan diatas menunjukkan bagaimana variabel B menanggapi, cateris

paribus perubahan sebesar satu persen dalam variabel A. Faktor-faktor yang

mempengaruhi ketergantungan tersebut antara lain harga barang itu sendiri, harga

barang lain , dan pendapatan. Oleh karena itu, konsep dari elastisitas permintaan

ini diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :

Elastisitas Harga Sendiri

Konsep dari elastisitas ini menurut Nicholson (2002) yaitu perubahan

dalam harga sebuah barang yang akan mengarah terhadap permintaan jumlah

barang yang akan dibeli. Dibentuklah sebuah persamaan untuk mendefinisikan

konsep tersebut yang ditunjukkan pada persamaan 2, yaitu :

𝑒𝑄.𝑃 = % 𝛥𝑄

% 𝛥𝑃=

𝜕𝑄

𝜕𝑃 .

𝑃

𝑄 (2)

Elastisitas ini melihat perubahan Q (kuantitas) sebagai bentuk tanggapan

dari perubahan dalam P (harga). Hubungan antara P dan Q yang bergerak dalam

arah yang berlawanan, maka nilai 𝑒𝑄.𝑝 yang diperoleh akan bernilai negatif

kecuali pada kasus paradoks Giffen. Pada kasus paradoks Giffen terkadang

elastisitas harga sendiri didefinisikan sebagai nilai absolut dari hasil definisi

persamaan 2. Penggunaan definisi tersebut tidak akan pernah bernilai negatif dan

kurva diklasifikasikan menjadi elastis, elastisitas sempurna, atau tidak elastis yang

tergantung dari nilai eQ.P lebih besar, sama dengan, atau lebih kecil dari 1.

Jika nilai elastisitas yang diperoleh bernilai eQ,P < -1 disebut elastis, artinya

penurunan kuantitas proporsinya akan lebih besar dibandingkan dengan kenaikan

harga. Nilai elastisitas yang eQ,P = -1 disebut unitary elastis, artinya penurunan

kuantitas akan memiliki proporsi yang sama dengan kenaikan harga. Ketika nilai

elastisitas eQ,P > -1 yang disebut dengan inelastis yang artinya proporsi kenaikan

harga akan lebeih besar dibandingkan dengan penurunan kuantitasnya.

Elastisitas Harga Silang

Konsep dari elastisitas harga silang digunakan untuk mengukur reaksi

jumlah yang dibeli (Q) terhadap perubahan harga barang lain (P’). Elastisitas ini

didefinisikan pada persamaan 3, yaitu :

𝑒𝑄.𝑃′ = % ∆𝑄

% ∆𝑃′=

𝜕𝑄

𝜕𝑃 .𝑃′

𝑄 (3)

Page 22: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

10

Pada elastisitas harga silang digunakan hubungan dua komoditi, yaitu

hubungan substitusi dan komplementer. Jika barang tersebut memiliki hubungan

yang substitusi dengan barang lain maka elastisitas harga silang bernilai akan

positif sehingga harga satu barang dengan jumlah permintaan barang lain akan

bergerak dengan arah yang sama. Sedangkan barang yang memiliki hubungan

komplementer dengan barang lain nilai elastisitas harga silang akan bernilai

negatif sehingga harga satu barang dengan jumlah barang lain yang diminta akan

bergerak berlawanan arah.

Elastisitas Pendapatan

Elastisitas pendapatan digunakan untuk mengukur perubahan pendapatan

yang akan berpengaruh terhadap perubahan jumlah barang yang diminta. Konsep

dari elastisitas ini ditunjukkan pada persamaan 4 :

𝑒𝑄.𝐼 = %𝛥𝑄

% 𝛥𝐼=

𝜕𝑄

𝜕𝐼 .

𝐼

𝑄 (4)

Pada elastisitas pendapatan, jika barang tersebut merupakan barang normal

maka akan bernilai positif, artinya jika terjadi kenaikan pendapatan maka

permintaan barang akan meningkat. Sebaliknya jika bernilai negatif maka barang

tersebut dianggap barang inferior, artinya jika terjadi kenaikan pendapatan jumlah

barang yang diminta menjadi turun. Pada barang mewah, nilai 𝑒𝑄.𝐼 akan lebih

besar dari satu yang berarti pembelian barang meningkat lebih cepat daripada

pendapatan.

Model Almost Ideal Demand System (AIDS)

Model Almost Ideal Demand System (AIDS) pertama kali diperkenalkan

oleh Deaton dan Meuelbauer (1980) untuk menjawab tuntuan preferensi

konsumen. Model permintaan ini mempertimbangkan pemilihan komoditi yang

dilakukan oleh konsumen secara bersama-sama. Karakteristik penting dari model

permintaan AIDS ini yaitu, (1) model ini merupakan pendekatan orde pertama

terhadap sembarang fungsi sistem permintaan; (2) memenuhi aksioma perilaku

pemilihan komoditi dengan tepat; (3) digunakan untuk menguji restriksi

homogenitas dan simetrik; (4) bentuk fungsinya konsisten dengan pengeluaran

rumah tangga; (5) mengagregasi perilaku rumah tangga tanpa menerapkan kurva

Engel yang linier, dan yang terpenting parameternya mudah diduga tanpa harus

menggunakan metode non linier (Deaton dan Meuelbauer 1980).

Model ini merupakan pendekatan orde pertama dari fungsi permintaan

dengan titik awal golongan preferensi yang spesifik. Menurut Deaton dan

Muelbeaur (1980) golongan tersebut memungkingkan pengagregasian yang tepat

dari konsumen, sebagai gambaran dari permintaan pasar yang merupakan hasil

pengambilan keputusan konsumen secara rasional. Golongan preferensi tersebut

disebut PIGLOG Class ditunjukkan melalui fungsi biaya atau pengeluaran yang

menentukkan pengeluaran minimum yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat

utilitas khusus pada tingkat harga tertentu. PIGLOG Clas didefinisikan sebagai :

Log c (u,p) = (1-u) log [a(p)] + u log [b(p)] (5)

Page 23: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

11

Artinya u adalah utilitas, dan p adalah vektor harga. Syarat fungsi tersebut u

berada diantara 0 (subsisten) dan 1 (kemewahan) sehingga fungsi linier positif

homogen dari a(p) dan b(p) dapat dikatakan sebagai biaya subsisten dan

kemewahan. Agar fungsi biaya menjadi lebih fleksibel, fungsi tersebut harus

memiliki jumlah parameter yang mencukupi, sehingga pada sembarang titik,

turunan 𝛿c/δp, δc/δu, δ2c/δpipj, δ2δuδpi, dan δ2c/δu2 dapat dianggap sama

dengan fungsi-fungsi biaya yang berubah, maka digunakan:

Log a(p) = α0 + ∑kαklog Pk + 1 2 ∑k∑j γ*kj log Pk log Pj (6)

Log b(p) = log a(p) + β0JIkPkβk

(7)

Sehingga fungsi biaya AIDS ditulis sebagai berikut:

Log c(u,p) = α0 + ∑kαklog Pk + 1 2 ∑k∑j γ*kj log Pk log Pj + uβ0JIkPkβk

(8)

Secara mudah dapat diperiksa bahwa c(u,p) homogen linier dalam p sebagai

gambaran preferensi, yang dipenuhi oleh:

∑ i αi = 1, ∑ j γ*kj = ∑ k γ*kj, ∑ j βj = 0 (9)

Fungsi permintaan dapat diturunkan secara langsung dari persamaan (8).

Suatu fungsi biaya memeiliki sifat fundamental yang apabila fungsi tersebut

diturunkan terhadap harganya maka akan dihasilkan jumlah komoditi yang

diminta, yaitu: δ c(u,p)

δ Pi x

Pi

c(u,p)= Qi (10)

Jika kedua sisi dikalikan dengan Pi / c(u,p) didapat: δ log c(u,p)

δ log Pi=

PiQi

c(u,p)= Wi (11)

Wi adalah proporsi pengeluaran komoditi i, sehingga penurunan

logaritmik dari persamaan (8) dengan proporsi pengeluaran sebagai fungsi dari

harga dan utilitas adalah:

Wi(u,p) = αi + ∑j γij log Pj + u βiβ0JIk Pkβk

(12)

Keterangan: γij = 1 2 ( γ*ij + γ*ji) (13)

Maksimisasi utikitas konsumen, pengeluaran total X harus sama dengan

c(u,p) dan dari persamaan tersebut dapat dibalikkan untuk mendapatkan u sebagai

fungsi dari P dan X merupakan fungsi utilitas tidak langsung. Jika melakukan hal

tersebut pada persamaan (8) dan mensubstitusi hasilnya ke persamaan (11), akan

mendapatkan fungsi permintaan AIDS dalam bentuk proporsi pengeluaran.

Wi (p,x) = = αi + ∑j γij log Pj + βi log (X/P) (14)

Keterangan: X/P adalah pendapatan dibagi dengan indeks harga P, yang

didefinisikan sebagai berikut :

Log P = α0 + ∑kαk logPk + 1 2 ∑k∑j γ*kj log Pk log Pj (15)

Sehingga secara umum model permintaan AIDS adalah:

Wi = (αi – βiα0)+∑j γijlogPj +βi(logX - ∑kαk logPk - 1 2 ∑k∑j γ*kj logPk logPj) (16)

Persamaan (16) menyajikan sistem fungsi permintaan yang konsisten jika

memenuhi restriksi-restriksi berikut :

Adding Up : ∑αi = 1; Yij = 0𝑖 ; βi = 0i (17)

Homogen : Yij = 0j (18)

Simetri:Yij=Yji (19)

Page 24: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

12

Pada persamaan (16) dapat dilihat bahwa model AIDS merupakan model

non linier, maka akan berakibat adanya penggunaan indeks harga P. sehingga agar

dapat diestimasi secara linier maka perlu dilakukan pendekatan terhadapa nilai

indeks P dengan menggunakan hubungan kolinieritas antar harga, salah satunya

adalah melalui penggunaan Indeks Stone, yaitu log P* = ∑k Wk log Pk, sehingga

model AIDS menjadi:

Wi (p,x) = αi + ∑jYij log Pj + βi log X

P∗ (20)

Fungsi tersebut dikenal dengan aproksimasi linear dari AIDS

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pola konsumsi dengan menerapkan metode model

permintaan AIDS telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tersebut seperti

penelitian yang dilakukan oleh Trisnowati dan Budiwinarto (2013) yang melihat

pengaruh harga dan pendapatan terhadap proporsi pengeluaran makanan rumah

tangga. Hasil penelitian menunjukkan, secara agregat nilai elastisitas harga sendiri

dan harga silang untuk semua kelompok makanan memiliki nilai elastisitas yang

negatif. Banyaknya jumlah anggota rumah tangga berpengaruh positif terhadap

permintaan kelompok pangan padi atau umbi tapi tidak untuk kelompok pangan

lainnya. Kemudian pendapatan rumah tangga juga berpengaruh positif terhadap

permintaan pangan kelompok komoditi padi atau umbi sedangkan kelompok

komoditi lain tidak berpengaruh nyata.

Adapun penelitian Kahar (2010) yang menganalisis pola konsumsi daerah

perkotaan dan perdesaan di Provinsi Banten. Secara umum tingkat pengeluaran

daerah perkotaan dan perdesaan berbeda signifikan dan parameter harga

mempengaruhi pengeluaran untuk tiap komoditi. Komoditi padi masih menjadi

komoditi yang utama baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pada elastisitas

pendapatan, semakin tinggi pendidikan semakin cenderung inelastis, dimana

semakin tinggi pendapatan akan lebih banyak mengkonsumsi barang lain selain

bahan makanan. Kemudian tingkat konsumsi pangan hewani lebih besar di

perkotaan dibandingakan di perdesaan yang dilihat dari elastisitasnya yang

semakin elastis. Pada penelitian ini terdapat simulasi perubahan harga terhadap

permintaan komoditi padi, pangan hewani, dan pendidikan. Hasilnya

menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikan biaya pendidikan, golongan

masyarakat menengah ke bawah yang mengalami dampak terbesar. Sedangkan

untuk perubahan harga komoditi lain tidak terlalu signifikan pengaruhnya

terhadap permintaan masyarakat.

Ramdhiani (2008) tentang permintaan telur ayam ras dan ayam buras di

DKI Jakarta dengan mengelompokan golongan pendapatan. Hasil penelitian

menunjukkan golongan yang mengkonsumsi paling banyak telur ayam ras adalah

golongan pendapatan menengah sedangkan telur ayam buras adalah golongan

pendapatan tinggi. Nilai elastisitas harga sendiri dan elastisitas harga silang yang

diperoleh baik telur ayam ras maupun ayam buras memiliki nilai negatif pada

setiap golongan pendapatan. Pada elastisitas pendapatan, pada telur ayam ras dan

ayam buras termasuk kedalam barang normal, artinya bahwa rumah tangga lebih

Page 25: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

13

responsif terhadap perubahan pendapatan, jika pendapatan meningkat maka

jumlah permintaan telur juga akan meningkat.

Penelitian Wardani (2007) tentang analisis pola konsumsi dan permintaan

buah pada tingkat rumah tangga di Pulau Jawa. Penelitian ini menunjukkan

selama periode 2003-2006 pola konsumsi yang berdasarkan golongan pendapatan,

proporsi pengeluaran untuk buah-buahan semakin meningkat dengan semakin

tingginya pendapatan. Pada penelitian ini pemilihan buah yang dianalisis adalah

buah yang dominan dikonsumsi dan tidak terpengaruh oleh musim. Penelitian

menunjukkan bahwa golongan pendapatan tinggi mengkonsumsi buah paling

banyak adalah jeruk, sedangkan pada golongan pendapatan sedang dan rendah

adalah pisang. Elastisitas harga sendiri dan harga silang yang dimiliki baik pada

jeruk, pisang, dan pepaya memiliki nilai yang negatif pada setiap golongan

pendapatan. Kemudian pada elastisitas pendapatan, untuk semua jenis buah yang

dianalisis merupakan barang normal, yang artinya bahwa jika terjadi kenaikan

pendapatan maka jumlah buah yang diminta juga akan meningkat.

Selanjutnya penelitian analisis konsumsi rumah tangga untuk komoditi

pangan protein hewani di Provinsi Jawa Barat yang dilakukan oleh Sunarto (2000)

dengan menggunakan data SUSENAS 1996. Hasil yang diperoleh untuk proporsi

pengeluaran, rumah tangga cenderung lebih besar proporsinya pada protein

hewani yang berasal dari ikan, unggas, dan telur. Wilayah perdesaan pada setiap

tingkat golongan pendapatan, konsumsi protein hewani yang paling dominan

adalah ikan. Sedangkan pada wilayah perkotaan, golongan pendapatan rendah dan

sedang konsumsi protein hewani yang dominan adalah ikan, dan golongan

pendapatan tinggi adalah unggas. Pada elastisitas harga sendiri dan harga silang,

nilai elastisitas pada semua komoditi untuk setiap golongan pendapatan bernilai

negatif. Sedangkan pada elasitisitas pendapatan, menunjukkan hasil yang bernilai

positif, artinya komoditi pangan protein hewani tersebut merupakan barang

normal.

Kerangka Pemikiran

Pola konsumsi merupakan salah satu indikator sosial ekonomi yang

dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan setempat dan sering dikaitkan dengan

kondisi kesehatan dan gizi masyarakat. Kabupaten Cirebon memiliki potensi

dalam menghasilkan sumber bahan pangan hewani. Lokasi geografis yang

strategis menyebabkan Kabupaten Cirebon berpotensi memproduksi hasil lautnya

terutama ikan. Angka kemiskinan yang tinggi pada Kabupaten Cirebon

menyebabkan rendahnya konsumsi sumber pangan protein hewani. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat pola konsumsi sumber bahan pangan protein hewani di

Kabupaten Cirebon berdasarkan golongan pendapatan dengan menggunakan

analisis deskriptif dan kuantitatif. Pada analisis deskriptif bertujuan untuk melihat

pola konsumsi bahan pangan sumber protein hewani berdasarkan golongan

pendapatan di Kabupaten Cirebon. Kemudian untuk analisis kuantitatif

menggunakan metode model Almost Ideal Demand System (AIDS) yang bertujuan

melihat parameter yang mempengaruhi permintaan bahan pangan sumber protein

hewani. Selanjutnya dilakukan simulasi perubahan kenaikan harga daging sapi

yang akan berpengaruh terhadap pola konsumsi bahan pangan sumber protein

Page 26: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

14

hewani pada setiap golongan pendapatan. Kerangka pemikiran ini dijelaskan pada

Gambar 5.

Gambar 5 Kerangka pemikiran

Angka kemiskinan Kabupaten

Cirebon tertinggi ke-2 di Jawa

Barat

Rendahnya konsumsi pangan

sumber protein hewani

Kabupaten Cirebon potensi

menghasilkan pangan sumber

protein hewani

Pola konsumsi sumber bahan pangan protein

hewani berdasarkan golongan pendapatan

Metode Almost Ideal Demand

System (AIDS)

Pola konsumsi bahan pangan

sumber protein hewani berdasarkan

golongan pendapatan

Parameter yang

mempengaruhi permintaan

bahan pangan protein

hewani

Simulasi perubahan

harga terhadap komoditi

daging

Saran kebijakan pemerintah

Pola konsumsi dengan

kenaikan harga daging

Analisis deskriptif Analisis Kuantitatif

Page 27: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

15

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data cross section SUSENAS 2012

dengan mengambil data konsumsi dan pengeluaran rumah tangga untuk bahan

pangan protein hewani di Jawa Barat. Cakupan wilayah yang dipilih untuk

penelitian adalah Kabupaten Cirebon. Bahan pangan protein hewani yang

dianalisis adalah ikan, daging ruminansia, unggas, telur, dan susu. Selain itu, data

juga berasal dari sumber referensi dan artikel yang terkait dengan penelitian.

Pengelompokan Data

Pada penelitian untuk lebih terlihat karakteristik dari pola konsumsi pangan

hewani di Kabupaten Cirebon, maka dilakukanlah penggolongan pendapatan yang

dibagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan pendapatan rendah, sedang, dan

tinggi. Pembagian golongan pendapatan diproksi dari tingkat pengeluaran rumah

tangga dengan perhitungan menggunakan Microsoft Excel 2007. Sampel rumah

tangga yang diteliti sebanyak 924 rumah tangga dengan rincian golongan

pendapatan rendah sebanyak 27 rumah tangga, golongan pendapatan sedang 823

rumah tangga, dan golongan pendapatan tinggi 74 rumah tangga.

Masing-masing komposisi pengeluaran setiap golongan rumah tangga,

yaitu golongan pendapatan rendah Rp 272,400/kapita/bulan sampai Rp

574,900/kapita/bulan. Pada golongan pendapatan sedang antara Rp

575,000/kapita/bulan sampai Rp 3,362,900/kapita/bulan sedangkan pada golongan

pendapatan tinggi memiliki pengeluaran antara Rp 3,363,000/kapita/bulan sampai

Rp 58,394,600/kapita/bulan.

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis

kuantitatif. Analisis deksriptif digunakan untuk mengetahui pola konsumsi bahan

pangan sumber protein hewani berdasarkan golongan pendapatan. Pada analisis

kuantitatif menggunakan metode model permintaan Almost Ideal Demand System

(AIDS) dengan menggunakan software SPSS versi 20, Statistical Analitical

System (SAS), dan Microsoft Excel 2007.

Analisis Almost Ideal Demand System (AIDS)

Analisis ini digunakan untuk melihat pola konsumsi, proporsi pengeluaran,

dan faktor- faktor yang memengaruhi permintaan bahan pangan protein hewani.

Model matematika yang digunakan adalah aproksimasi linier dari AIDS (LA/IDS,

Linier Aproximation/ Almost Ideal Demand System). Metode yang digunakan

untuk menduga keofisien regresi pada model permintaan AIDS adalah metode

Seemingly Unrelated Regression (SUR) dengan menggunakan software Statistical

Analisys System (SAS). Secara umum rumus permintaan model AIDS adalah

sebagai berikut :

Page 28: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

16

Wi = αi + γij ln Pj + β ln x

P∗ + θ ln Art + D1 + D2 (21)

Keterangan :

Wi : proporsi komoditi ke-i terhadap total pengeluaran untuk bahan

pangan protein hewani, dimana i = 1, 2, 3, 4, 5 (1 = daging; 2 = ikan;

3 = unggas; 4 = telur; 5 = susu)

α, β, γ, θ : parameter regresi berturut-turut untuk intersep, total pengeluaran,

harga agregat dari masing-masing komoditi, dan jumlah anggota

rumah tangga.

Pj : harga agregat komoditi ke-j, dengan j = 1, 2, 3, 4, 5

Art : jumlah anggota rumah tangga 𝑥

𝑃∗ : pengeluaran untuk pangan hewani dibagi dengan indeks harga stone

D1 : dummy untuk golongan pendapatan, 0 = rendah;1 = sedang

D2 : dummy untuk golongan pendapatan, 0 = sedang; 1 = tinggi

Indeks harga stone dicari dengan rumus : log P∗ = Wk log Pk , dimana Wk

adalah pangsa pengeluaran komoditi k, Pk adalah harga komoditi k. Sedangkan

secara spesifik rumus permintaan pangan hewani, yaitu sebagai berikut:

1. W1 = α1 + γ11LnP1 + γ12LnP2 + γ13LnP3 + γ14LnP4 + γ15LnP5 + βLnYi + θLnART + D1 + D2 (22)

2. W2 = α2 + γ21LnP1 + γ22LnP2 + γ23LnP3 + γ24LnP4 + γ25LnP5 + βLnYi + θLnART + D1 + D2 (23)

3. W3 = 𝛼3 + 𝛾31LnP1 + γ32LnP2 + γ33LnP3 + γ34LnP4 + γ35LnP5 + βLnYi + θLnART + D1 + D2 (24)

4. W4 = α4 + γ41LnP1 + γ42LnP2 + γ43LnP3 + γ44LnP4 + γ45LnP5 + βLnYi + θLnART + D1 + D2 (25)

5. W5 = α5 + γ51LnP1 + γ52LnP2 + γ53LnP3 + γ54LnP4 + γ55LnP5 + βLnYi + θLnART + D1 + D2 (26)

Keterangan :

P1 = harga daging

P2 = harga ikan

P3 = harga unggas

P4 = harga telur

P5 = harga susu

Untuk menjamin asumsi maksimisasi kepuasan agar terpenuhi, maka terdapat

tiga restriksi yang harus dimasukkan ke dalam model, yaitu:

Adding Up : αi = 1,i0 Yij = 0,i

0 βi

= 0i0 (27)

Homogenitas : Y𝑗0 𝑖𝑗

= 0 (28)

Simetri : Yij = Yji (29)

Page 29: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

17

Perhitungan Nilai Elastisitas

Memperoleh nilai estisitas harga dan pendapatan dihitung melalui rumus

yang diturunkan dari fungsi permintaan. Rumus perhitungan untuk mencari

elastisitas permintaan yang diklasifikasikan menjadi elastisitas harga sendiri,

harga silang, dan pendapatan adalah sebagai berikut :

a. Elastisitas Harga Sendiri : Eii = γ ii − β i w i

Wi− 1 (30)

b. Elastisitas Harga Silang : Eij = γ ij − β i w j

Wi (i ≠ j) (31)

c. Elastisitas Pendapatan : Eiy = βi

Wi+ 1 (32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Konsumsi Bahan Sumber Pangan Protein Hewani

Pola konsumsi bahan pangan sumber protein hewani berdasarkan golongan

pendapatan di Kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh harga komoditi itu sendiri,

harga barang lain dan tingkat pengeluaran rumah tangga. Bahan pangan sumber

protein hewani yang dipilih antara lain daging ruminansia, ikan, unggas, telur dan

susu. Rata-rata tingkat konsumsi bahan pangan sumber protein hewani di

Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Rata-rata konsumsi bahan pangan sumber protein hewani di Kabupaten

Cirebon

Golongan

pendapatan

(kg/kapita/tahun)

Daging Ikan Unggas Telur Susu

Rendah 0.0000 3.2486 0.8465 7.3384 0.4118

Sedang 0.0565 5.5656 3.0996 6.4360 2.0262

Tinggi 1.9565 8.7529 8.1525 9.5977 6.1106

Kab. Cirebon 0.2016 5.7536 3.4355 6.7078 2.3032 Sumber: data SUSENAS 2012 (diolah)

Pada Tabel 3, rata-rata tingkat konsumsi pangan hewani yang paling

dominan di Kabupaten Cirebon berdasarkan golongan pendapatan adalah telur.

Nilai yang diperoleh untuk rata-rata konsumsi telur pada setiap golongan

pendapatan, yaitu golongan pendapatan rendah 7.3384 kg/kapita/tahun, golongan

pendapatan sedang 6.4360 kg/kapita/tahun, dan golongan pendapatan tinggi

9.5977 kg/kapita/tahun, serta untuk wilayah Kabupaten Cirebon keseluruhan

adalah 6.7078 kg/kapita/tahun. Tingginya konsumsi telur terutama pada golongan

pendapatan rendah menandakan telur merupakan pangan hewani yang murah dan

mudah didapat. Hal ini juga dikarenakan Kabupaten Cirebon yang termasuk

Page 30: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

18

daerah dengan angka kemiskinan tertinggi kedua di Jawa Barat yang

mengakibatkan mayoritas rumah tangga lebih banyak mengkonsumsi telur.

Ikan yang menjadi potensi dari Kabupaten Cirebon memiliki rata-rata

konsumsi terbanyak kedua setelah telur. Golongan rumah tangga dengan

konsumsi ikan tertinggi adalah golongan pendapatan tinggi sebesar 8.7529

kg/kapita/tahun. Pada golongan pendapatan rendah konsumsi ikan hanya sebesar

3.2486 kg/kapita/tahun sedangkan golongan pendapatan sedang sebesar 5.5656

kg/kapita/tahun. Komoditi ikan bukanlah pangan hewani yang paling dominan

dikonsumsi dikarenakan hasil produksi untuk ikan segar maupun hasil olahan ikan

lebih banyak diekspor ke negara-negara yang mayoritas mengkonsumsi ikan

seperti Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan China. Berdasarkan BPS

Kabupaten Cirebon (2013) hasil produksi laut seperti udang beku menjadi

komoditi hasil laut yang memiliki nilai ekspor terbesar yaitu US $ 3 juta dengan

negara tujuan utama ekspor adalah Amerika Serikat dan Jepang. Hanya jenis ikan

segar dan olahan ikan tertentu saja yang dikonsumsi oleh rumah tangga di

Kabupaten Cirebon seperti ikan asin yang menjadi konsumsi kegemaran pada

setiap rumah tangga terutama untuk golongan pendapatan rendah dan sedang. Hal

ini dikarenakan harga dari olahan ikan ini lebih murah.

Pangan hewani yang paling rendah dikonsumsi di Kabupaten Cirebon

adalah daging. Rata-rata konsumsi daging di Kabupaten Cirebon pada setiap

golongan pendapatan, yaitu golongan pendapatan rendah 0 kg/kapita/tahun,

golongan pendapatan sedang 0.0565 kg/kapita/tahun, golongan pendapatan tinggi

1.9565 kg/kapita/tahun, dan keseluruhan wilayah Kabupaten Cirebon 0.2016

kg/kapita/tahun. Paling rendahnya konsumsi daging jenis ruminansia

dibandingkan dengan pangan hewani lainnya menandakan bahwa daging

ruminansia merupakan salah satu barang yang mewah dan mahal untuk

dikonsumsi. Terutama pada golongan pendapatan rendah yang memiliki daya beli

yang sangat rendah sehingga tidak dapat mengkonsumsi daging jenis ruminansia.

Konsumsi daging pada penelitian ini merupakan gabungan dari seluruh

daging jenis ruminansia yang terdiri dari daging sapi, kerbau, dan kambing. Pada

Tabel 4, disetiap golongan pendapatan maupun seluruh wilayah Kabupaten

Cirebon tidak ada yang mengkonsumsi daging kerbau, sehingga nilai rata-rata

konsumsinya adalah 0 kg/kapita/tahun. Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa

digolongan pendapatan rendah tidak ada yang mengkonsumsi daging. Oleh karena

itu, rata-rata konsumsi setiap jenis daging ruminansia yang ditunjukkan Tabel 4

juga tidak ada yang mengkonsumsi. Pada golongan pendapatan sedang dan tinggi,

rata-rata konsumsi daging sapi berturut-turut adalah 0.0522 kg/kapita/tahun, dan

1.8555 kg/kapita/tahun. Kemudian untuk rata-rata konsumsi daging kambing pada

golongan pendapatan sedang dan tinggi adalah 0.0043 kg/kapita/tahun dan 0.1010

kg/kapita/tahun. Pada keseluruhan wilayah Kabupaten Cirebon rata-rata konsumsi

daging sapi dan kambing berturut-turut sebesar 0.19 kg/kapita/tahun dan 0.1

kg/kapita/tahun.

Rata-rata konsumsi daging sapi yang lebih besar dari daging kambing,

sehingga mengakibatkan persentase daging sapi dalam daging jenis ruminansia

lebih besar dibandingkan dengan daging kambing. Pada setiap golongan

pendapatan persentase daging sapi dalam daging jenis ruminansia adalah

golongan pendapatan sedang 92.39 persen dan golongan pendapatan tinggi 94.84

persen. Persentase daging kambing disetiap golongan pendapatan yaitu golongan

Page 31: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

19

pendapatan sedang 7.61 persen dan golongan pendapatan tinggi 5.16 persen.

Keseluruhan wilayah Kabupaten Cirebon persentase untuk daging sapi dan

kambing berturut-turut, yaitu 94.22 persen dan 5.78 persen. Tidak adanya yang

mengkonsumsi daging kerbau mengakibatkan persentase daging kerbau dalm

daging jenis ruminansia juga bernilai nol. Persentase daging sapi yang lebih besar

dari daging kambing dikarenakan, daging sapi yang lebih mudah untuk diperoleh

dan hanya sebagian orang yang menyukai daging kambing.

Tabel 4 Rata-rata konsumsi daging jenis ruminansia di Kabupaten Cirebon

Golongan

pendapatan Komoditi

kg/kapita/tahun Persentase

(%) Min Maks Rata-rata

Rendah Sapi 0.00 0.00 0.00 0.00

Kerbau 0.00 0.00 0.00 0.00

Kambing 0.00 0.00 0.00 0.00

Sedang Sapi 0.00 6.43 0.05 92.39

Kerbau 0.00 0.00 0.00 0.00

Kambing 0.00 8.57 0.00 7.61

Tinggi Sapi 0.00 25.71 1.86 94.84

Kerbau 0.00 0.00 0.00 0.00

Kambing 0.00 8.57 0.10 5.16

Kab. Cirebon Sapi 0.00 25.71 0.19 94.22

Kerbau 0.00 0.00 0.00 0.00

Kambing 0.00 8.57 0.01 5.78 Sumber: data SUSENAS 2012 (diolah)

Rata-rata konsumsi bahan pangan sumber protein hewani yang beragam

pada setiap golongan pendapatan di Kabupaten Cirebon. Membuat kebutuhan

protein hewani yang diperoleh rumah tangga disetiap golongan pendapatan

berbeda. Hal ini sesuai dengan rata-rata pangan hewani yang dikonsumsi

kemudian dikalikan dengan kandungan protein yang dimiliki pangan hewani

tersebut. Kandungan protein yang dimiliki pada setiap pangan hewani juga

berbeda, berdasarkan Tabel 5 kandungan protein hewani terbesar adalah daging

sapi sebesar 18.80 gr (dalam 100 gr) dan terkecil adalah susu sebesar 3.20 gr

(dalam 100 gr). Walaupun kandungan protein yang dimiliki daging sapi adalah

paling besar, namun konsumsi dari daging sapi pada setiap rumah tangga tidak

menunjukkan tingkat konsumsi yang besar. Oleh karena itu, kandungan protein

yang besar dimiliki oleh daging sapi tidak terlalu berpengaruh terhadap kebutuhan

protein yang akan diterima oleh rumah tangga. Rincian kebutuhan protein hewani

yang dimiliki rumah tangga disetiap golongan pendapatan dapat dilihat pada

Tabel 5.

Page 32: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

20

Tabel 5 Kebutuhan protein hewani di Kabupaten Cirebon

Komoditi

Rata-rata konsumsi Kandungan protein

kg/kap/thn gr/kap/hari per 100 gr* gr/kap/hari

Rendah Sapi 0.00 0.00 18.80 0.00

Kerbau 0.00 0.00 18.70 0.00

Kambing 0.00 0.00 16.60 0.00

Ikan 3.25 8.90 17.00 1.51

Unggas 0.85 2.32 18.20 0.42

Telur 7.34 20.11 12.80 2.57

Susu 0.41 1.13 3.20 0.04

Jumlah 4.54

Sedang Sapi 0.05 0.14 18.80 0.03

Kerbau 0.00 0.00 18.70 0.00

Kambing 0.004 0.01 16.60 0.002

Ikan 5.57 15.25 17.00 2.59

Unggas 3.10 8.49 18.20 1.55

Telur 6.44 17.63 12.80 2.26

Susu 2.03 5.55 3.20 0.18

Jumlah 6.60

Tinggi Sapi 1.86 5.08 18.80 0.96

Kerbau 0.00 0.00 18.70 0.00

Kambing 0.10 0.28 16.60 0.05

Ikan 8.75 23.98 17.00 4.08

Unggas 8.15 22.34 18.20 4.07

Telur 9.60 26.30 12.80 3.37

Susu 6.11 16.74 3.20 0.54

Jumlah 13.04

Kab.Cirebon Sapi 0.19 0.52 18.80 0.10

Kerbau 0.00 0.00 18.70 0.00

Kambing 0.01 0.03 16.60 0.01

Ikan 5.75 15.76 17.00 2.68

Unggas 3.44 9.41 18.20 1.71

Telur 6.71 18.38 12.80 2.35

Susu 2.30 6.31 3.20 0.20

Jumlah 7.05 Sumber: (*) Rismayanti C (2011)

: data SUSENAS 2012 (diolah)

Standar kebutuhan protein hewani yang direkomendasikan oleh FAO dan

Widyakaraya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998 adalah sebesar 6

gr/kapita/hari. Namun, digolongan pendapatan rendah yang ditunjukkan Tabel 5,

tingkat kebutuhan protein hewaninya masih sangat jauh dari angka standar yang

Page 33: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

21

ditetapkan, yaitu sebesar 4.5446 gr/kapita/hari dengan sumbangan terbesar

pemenuhan protein hewani berasal dari telur, yaitu sebesar 2.57 gr/kapita/hari.

Nilai kebutuhan protein hewani yang sangat kecil, dikarenakan golongan

pendapatan rendah tidak ada yang mengkonsumsi daging jenis ruminansia yang

memiliki kandungan protein paling tinggi. Pada golongan pendapatan sedang dan

tinggi, kebutuhan protein hewaninya telah tercapai sesuai dengan standar yang

ditetapkan dengan nilai secara berturut-turut sebesar 6.60 gr/kapita/hari, dan 13.04

gr/kapita/hari. Sumbangan terbesar terpenuhinya kebutuhan protein hewani pada

golongan pendapatan sedang, dan tinggi berasal dari ikan, yaitu sebesar 2.59

gr/kapita/hari, dan 4.07 gr/kapita/hari. Berdasarkan Tabel 5, kebutuhan protein

hewani secara keseluruhan di Kabupaten Cirebon telah memenuhi standar yaitu

sebesar 7.05 gr/kapita/hari, dan sumbangan terbesar terpenuhinya kebutuhan

protein hewani juga berasal dari ikan sebesar 2.68 gr/kapita/hari.

Angka kebutuhan protein hewani yang diperoleh berbeda-beda pada setiap

golongan pendapatan menandakan belum meratanya bahan pangan sumber protein

hewani yang dikonsumsi disetiap golongan rumah tangga. Golongan pendapatan

tinggi yang memiliki nilai kebutuhan protein tertinggi, menunjukkan bahwa

golongan inilah yang menikmati seluruh sumber bahan pangan protein hewani

salah satunya komoditi daging jenis ruminansia yang harganya paling mahal

diantara pangan hewani lainnya. Pada golongan pendapatan rendah yang tidak

mampu mengkonsumsi daging jenis ruminansia hanya bisa membeli telur yang

harganya paling murah dibandingkan dengan pangan hewani lainnya.

Komoditi telur yang menjadi komoditi dominan dikonsumsi pada

golongan pendapatan rendah dan juga penyumbang terbesar kebutuhan protein

hewaninya, dikarenakan harga dari setara protein telur paling murah dibandingkan

dengan harga setara protein pangan hewani lainnya. Harga setara protein hewani

telur yang ditunjukkan Tabel 6 adalah Rp 117 per gr. Pada komoditi lainnya harga

setara proteinnya yaitu, ikan sebesar Rp 118 per gr, unggas Rp 129 per gr, daging

Rp 426 per gr, dan susu Rp 1188 per gr. Hal ini menunjukkan bahwa rumah

tangga yang ada di Kabupaten Cirebon memiliki sifat yang rasional dalam

memenuhi kebutuhan konsumsi pangan hewaninya sebab memilih harga setara

protein yang sesuai dimiliki oleh setiap pangan hewani. Oleh karena itu, rumah

tangga tetap dapat memenuhi kebutuhan gizi protein hewaninya dan

memaksimumkan utilitasnya.

Tabel 6 Harga yang dikeluarkan rumah tangga dalam setara protein setiap pangan

hewani

Komoditi (Rp/kg)* Kandungan protein (gram) Setara protein

(Rp/gr) per 100 gr per kg

Daging 80000 18.8 188 426

Ikan 20000 17.0 170 118

Unggas 23400 18.2 182 129

Telur 15000 12.8 128 117

Susu 38000 3.2 32 1188 Sumber : (*) Harga rata-rata pangan hewani berdasarkan data SUSENAS 2012 di Kabupaten

Cirebon

: data SUSENAS 2012 (diolah)

Page 34: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

22

Besarnya konsumsi telur di wilayah Kabupaten Cirebon berdasarkan

golongan pendapatan sejalan dengan persentase proporsi pengeluaran terhadap

komoditi tersebut. Pada Tabel 7, hasil persentase proporsi pengeluaran protein

hewani secara keseluruhan di Kabupaten Cirebon yang paling tinggi adalah telur

sebesar 37.54 persen. Berdasarkan tingkat golongan pendapatan rendah dan

sedang, persentase proporsi pengeluaran yang paling tinggi juga pada telur dengan

nilai secara berturut-turut 54.16 persen dan 38.10 persen. Namun, hanya pada

golongan pendapatan tinggi persentase proporsi pengeluaran protein hewani yang

paling besar berasal dari susu sebesar 26.29 persen, ini menandakan bahwa harga

susu yang dikonsumsi memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan

pangan hewani lainnya.

Komoditi daging, unggas, dan susu menunjukkan semakin tinggi golongan

pendapatan semakin besar persentase proporsi pengeluarannya. Sebagai contoh

pada komoditi unggas nilai persentase proporsi pengeluarannya pada setiap

golongan pendapatan secara berturut-turut, yaitu golongan pendapatan rendah

4.30 persen, golongan pendapatan sedang 17.77 persen, dan golongan pendapatan

tinggi 22.73 persen. Berbeda dengan komoditi telur dan ikan yang ditunjukkan

pada Tabel 7, semakin tinggi pendapatan maka persentase proporsi

pengeluarannya semakin kecil. Pada komoditi telur yang persentase proporsi

pengeluaran pada golongan pendapatan rendah sebesar 54.16 persen, golongan

pendapatan sedang sebesar 38.10 persen sedangkan pada golongan pendapatan

tinggi sebesar 25.40 persen.

Hal tersebut sesuai dengan teori Engel yang menyatakan bahwa semakin

tinggi pendapatan akan cenderung menurunkan konsumsi makanan dan lebih

membelanjakan barang yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Walaupun pada

penelitian ini komoditi yang dianalisis termasuk kedalam bahan makanan, namun

untuk komoditi daging ruminansia, unggas, dan susu dianggap termasuk dalam

barang yang memiliki nilai yang tinggi dibandingkan dengan telur dan ikan.

Semakin tingginya persentase proporsi pengeluaran untuk ketiga komoditi

tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi golongan pendapatan menjadi

semakin lebih sadar akan pola hidup sehat dan kebutuhan gizi yang semakin

membaik.

Tabel 7 Persentase proporsi pengeluaran bahan pangan sumber protein hewani

di Kabupaten Cirebon

Golongan

Pendapatan

Daging Ikan Unggas Telur Susu

(%)

Rendah 0.77 37.49 4.30 54.16 4.03

Sedang 7.75 31.30 17.77 38.10 12.30

Tinggi 8.48 17.06 22.73 25.40 26.29

Kab. Cirebon 1.11 30.35 17.80 37.54 13.18 Sumber : data SUSENAS 2012 (diolah)

Page 35: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

23

Elastisitas Permintaan Bahan Pangan Sumber Protein Hewani

Berdasarkan Golongan Pendapatan

Elastisitas permintaan bahan pangan sumber protein hewani di Kabupaten

Cirebon yang berdasarkan golongan pendapatan diklasifikasikan menjadi tiga,

yaitu elastisitas harga sendiri, harga silang, dan elastisitas pendapatan.

Tabel 8 Elastisitas permintaan bahan pangan sumber protein hewani di Kabupaten

Cirebon berdasarkan golongan pendapatan

Komoditi Daging Ikan Unggas Telur Susu Eiy

Rendah Daging -0.005* -0.003 -0.022 -0.007 -0.042 4.784

Ikan -1.604 -0.931* -0.329 0.020 -0.246 0.955

Unggas -0.258 -0.010 -0.607* -0.011 -0.134 1.604

Telur -2.587 0.001 -0.514 -0.895* -0.369 0.905

Susu -0.358 -0.012 -0.137 -0.011 -0.534* 1.322

Sedang Daging -0.927* -0.0004 -0.016 -0.001 -0.021 1.380

Ikan -0.138 -0.920* -0.071 0.019 -0.074 0.946

Unggas -0.077 -0.004 -0.925* 0.003 -0.058 1.146

Telur -0.199 -0.007 -0.101 -0.873* -0.104 0.865

Susu -0.067 -0.009 -0.045 -0.004 -0.856* 1.106

Tinggi Daging -0.935* 0.00004 -0.013 0.001 -0.010 1.347

Ikan -0.076 -0.868* -0.039 0.0003 -0.028 0.900

Unggas -0.088 -0.003 -0.947* 0.014 -0.030 1.114

Telur -0.138 -0.026 -0.064 -0.835* -0.042 0.798

Susu -0.110 -0.003 -0.051 0.022 -0.940* 1.049

Kab.

Cirebon Daging -0.313* -0.004 -0.006 -0.010 -0.013 3.646

Ikan -0.932 -0.918* -0.069 0.018 -0.068 0.944

Unggas -0.538 -0.005 -0.925* 0.003 -0.054 1.146

Telur -1.369 -0.008 -0.100 -0.872* -0.096 0.863

Susu -0.492 -0.009 -0.046 -0.003 -0.867* 1.099 Keterangan : (*) = elastisitas harga sendiri

: data SUSENAS 2012 (diolah)

Elastisitas Harga Sendiri

Elastisitas harga sendiri bahan pangan sumber protein hewani di Kabupaten

Cirebon berdasarkan golongan pendapatan yang ditunjukkan pada Tabel 8

menunjukkan hasil yang bernilai negatif dan memiliki sifat yang inelastis. Hal ini

dikarenakan, nilai elastisitas yang diperoleh bernilai antara 0 sampai -1. Elastisitas

harga sendiri yang terbesar digolongan pendapatan rendah adalah ikan sebesar -

0.931, artinya jika terjadi kenaikan harga ikan sebesar 1 persen maka terjadi

Page 36: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

24

penurunan kuantitas ikan yang diminta sebesar 0.931 persen. Pada golongan

pendapatan sedang, dan tinggi serta wilayah Kabupaten Cirebon keseluruhan,

elastisitas harga sendiri terbesar adalah unggas yang secara berturut-turut bernilai

sebesar -0.925, -0.947, -0.925, artinya jika terjadi kenaikan harga unggas sebesar

1 persen maka secara berturut-turut akan menurunkan kuantitas unggas yang

diminta sebesar 0.925 persen, 0.947 persen, dan 0.925 persen. Komoditi yang

memiliki nilai elastisitas harga sendiri tertinggi adalah ikan dan unggas

menunjukkan bahwa permintaan komoditi ikan dan unggas paling sensitif

terhadap perubahan harga komoditi itu sendiri.

Elastisitas Harga Silang

Nilai elastisitas harga silang antar komoditi pangan sumber protein hewani

di Kabupaten Cirebon berdasarkan golongan pendapatan yang ditunjukkan pada

Tabel 8 memiliki hubungan yang substitusi dan komplementer. Hubungan

substitusi pangan sumber protein hewani dengan nilai elastisitas terbesar

mayoritas adalah antara telur dengan ikan sebesar 0.020, artinya jika terjadi

kenaikan harga telur sebesar 1 persen maka akan meningkatkan permintaan ikan

sebesar 0.020 persen. Namun, hanya pada golongan pendapatan tinggi yang nilai

elastisitas harga silang terbesar adalah antara telur dengan susu sebesar 0.022,

artinya jika terjadi kenaikan harga telur sebesar 1 persen maka akan meningkatkan

susu yang diminta sebesar 0.022 persen. Pada golongan pendapatan rendah dan

sedang menjadikan ikan sebagai konsumsi alternatif jika terjadi kenaikan harga

pada telur dikarenakan, sesuai dengan Tabel 6 harga yang dikonsumsi dan harga

setara protein antara telur dengan ikan tidak berbeda jauh.

Bahan pangan sumber protein hewani yang memiliki hubungan

komplementer dengan nilai dominan terbesar adalah antara daging dengan telur.

Nilai elastisitas terbesar ada pada golongan pendapatan rendah yaitu sebesar

-2.587, artinya jika terjadi kenaikan harga telur sebesar 1 persen maka akan

menurunkan permintaan daging sebesar 2.587 persen. Nilai elastisitas harga silang

yang memiliki hubungan komplementer terbesar disetiap golongan pendapatan

adalah antara daging dengan telur mengindikasikan bahwa ada sebagian rumah

tangga yang memiliki preferensi selera dengan menjadikan telur sebagai

pelengkap saat konsumsi daging. Hal ini dikarenakan ada beberapa jenis olahan

makanan yang mengharuskan adanya campuran daging dengan telur yang

dikonsumsi secara bersamaan.

Elastisitas Pendapatan

Elastisitas pendapatan bahan pangan sumber protein hewani di Kabupaten

Cirebon berdasarkan golongan pendapatan memiliki nilai dominan terbesar adalah

daging. Nilai elastisitas terbesar terdapat pada golongan pendapatan rendah

berdasarkan Tabel 8, yaitu sebesar 4.78, artinya ketika terjadi kenaikan

pendapatan sebesar 1 persen maka akan meningkatkan permintaan daging sebesar

4.78 persen. Nilai elastisitas pada daging, unggas, dan susu disetiap golongan

pendapatan menunjukkan nilai yang eQ.I > 1, menunjukkan bahwa selain termasuk

barang normal, barang tersebut juga termasuk dalam barang mewah. Hal tersebut

menyebabkan saat terjadi kenaikan pendapatan akan lebih cepat meningkatkan

Page 37: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

25

jumlah permintaan komoditi tersebut. Pada komoditi telur dan ikan yang menjadi

barang normal karena dianggap sebagai barang kebutuhan sehari-hari yang harus

selalu ada maka, ketika terjadi kenaikan pendapatan permintaan terhadap kedua

komoditi tersebut akan meningkat lebih lambat dibandingkan dengan komoditi

daging, unggas, dan susu.

Simulasi Dampak Perubahan Harga Terhadap Pola Konsumsi Bahan

Pangan Protein Hewani

Program swasembada daging sapi yang dicanangkan sejak tahun 2009,

menyebabkan pemerintah mengurangi kuota impor sapi secara bertahap dan harus

meningkatkan produksi daging sapi lokal. Target penurunan kuota impor sapi

akan dilakukan secara bertahap yang dimulai pada tahun 2012 sebesar 20 persen,

2013 sebesar 15 persen, dan 2014 sebesar 10 persen. Mencapai target swasembada

daging sapi ini, pemerintah harus meningkatkan produksi daging sapi lokal

mencapai 420,000 ton pada akhir 2014. Basis data konsumsi daging sapi yang

digunakan adalah 2 kg/kapita dan sekitar 200 kg daging per sapi yang dapat

dikonsumsi (Izzaty 2013). Namun, langkah-langkah yang dilakukan untuk

mecapai target dari program ini tidak sejalan dengan kenyataannya karena justru

terjadi kelangkaan daging sapi dimana-mana dan harganya pun sangat tinggi,

padahal pemerintah telah mengucurkan dana sebesar Rp 2.7 trilliun untuk

menyukseskan program tersebut.

Sejak awal tahun 2012, harga daging sapi sudah mulai mencapai

Rp 65,000/kg dan harga ini terus meningkat hingga sekarang yang sudah

mencapai angka Rp 98,000/kg. Kenaikan harga ini menurut Kementrian

Perdagangan dikarenakan jumlah permintaan yang meningkat sedangkan pasokan

sapi dalam negeri berkurang. Penyebabnya adalah adanya pengurangan kuota

impor sapi bakalan. Indonesia mengimpor sapi bakalan dengan jumlah besar yang

berasal dari Australia dan Selandia Baru. Selain itu, BPS yang telah melakukan

rekapitulasi jumlah ternak untuk Sensus Pertanian 2013 sampai awal Juni 2013

menyebutkan populasi sapi potong hanya 13.3 juta ekor, jumlah ini berkurang dari

tahun 2011 sebesar 19.52 juta ekor. Berkurangnya jumlah populasi sapi potong ini,

kemungkinan disebabkan oleh pemotongan sapi yang dilakukan secara besar-

besaran karena harga daging sapi yang terus mengalami peningkatan (Harianto

2013).

Terjadinya peningkatan dan ketidakstabilan terhadap harga daging sapi

secara terus-menerus, maka dilakukanlah simulasi perubahan harga terhadap

kenaikan harga daging sapi namun dengan asumsi jumlah pendapatan pada setiap

rumah tangga dianggap tetap. Kemudian melihat pengaruhnya terhadap jumlah

permintaan sumber bahan pangan protein hewani. Simulasi shock harga terhadap

daging menggunakan harga rata-rata acuan nasional pada bulan Januari 2014 yang

mengalami trend kenaikan harga daging sapi, kemudian dibandingkan dengan

harga rata-rata rumah tangga setiap golongan pendapatan yang mengkonsumsi

komoditi daging pada data SUSENAS 2012. Berdasarkan data dari Kementrian

Perdagangan untuk rata-rata harga eceran pada bulan Januari 2014 mencapai Rp

98,200, dengan asumsi cateris paribus pada harga komoditi lain. Hasil dari

Page 38: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

26

simulasi kenaikan harga daging terhadap perubahan permintaan bahan pangan

hewani ditunjukkan pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9 Hasil perhitungan simulasi kenaikan harga pada daging sapi

Golongan

pendapatan Komoditi

Harga rata-

rata (Rp)

Harga rata-

rata Januari

2014 (Rp)*

% ΔP % ΔQ

Rendah daging 83400 98200 17.75 -0.10

ikan 0.00 0.00 0.00 -28.46

unggas 0.00 0.00 0.00 -4.58

telur 0.00 0.00 0.00 -45.92

susu 0.00 0.00 0.00 -6.35

Sedang daging 69000 98200 42.32 -39.21

ikan 0.00 0.00 0.00 -5.83

unggas 0.00 0.00 0.00 -3.27

telur 0.00 0.00 0.00 -8.42

susu 0.00 0.00 0.00 -2.85

Tinggi daging 87500 98200 12.23 -11.44

ikan 0.00 0.00 0.00 -0.93

unggas 0.00 0.00 0.00 -1.07

telur 0.00 0.00 0.00 -1.68

susu 0.00 0.00 0.00 -1.35

Kab. Cirebon daging 80000 98200 22.75 -7.13

ikan 0.00 0.00 0.00 -21.21

unggas 0.00 0.00 0.00 -12.23

telur 0.00 0.00 0.00 -31.15

susu 0.00 0.00 0.00 -11.20 Sumber: (*) Kementrian Perdagangan (2014)

: data SUSENAS 2012 (diolah)

Berdasarkan Tabel 9, persentase perubahan harga daging ketika

dilakukannya simulasi, yaitu golongan pendapatan rendah sebesar 17.74 persen,

golongan pendapatan sedang dengan persentase perubahan harga paling besar

dengan nilai sebesar 42.31 persen, dan golongan pendapatan tinggi serta wilayah

Kabupaten Cirebon secara umum, berturut-turut memiliki nilai persentase

perubahan harga daging yaitu sebesar 12.22 persen, dan 22.75 persen. Kemudian

untuk persentase perubahan kuantitas yang memiliki persentase terbesar adalah

komoditi telur yang terjadi pada golongan pendapatan rendah sebesar 45.92

persen. Pada golongan pendapatan sedang dan tinggi persentase perubahan telur

hanya sebesar 8.42 persen dan 1.68 persen. Persentase perubahan kuantitas

terbesar pada golongan pendapatan sedang dan tinggi, yaitu daging dengan nilai

secara berturut-turut 39.21 persen dan 11.44 persen.

Page 39: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

27

Tabel 10 Hasil perubahan pola konsumsi bahan pangan sumber protein hewani

sebagai dampak kenaikan harga daging sapi

Golongan

pendapatan Komoditi

Kg/kapita/tahun

Q awal Δ Q Q akhir

Rendah Daging 0.00

0.00

0.00

Sapi 0.00 0.00

Kerbau 0.00 0.00

Kambing 0.00 0.00

Ikan 3.25 -0.92 2.32

Unggas 0.85 -0.04 0.81

Telur 7.34 -3.37 3.97

Susu 0.41 -0.03 0.39

Sedang Daging 0.06

-0.02

0.03

Sapi 0.05 0.03

Kerbau 0.00 0.00

Kambing 0.00 0.00

Ikan 5.57 -0.32 5.24

Unggas 3.10 -0.10 3.00

Telur 6.44 -0.54 5.89

Susu 2.03 -0.06 1.97

Tinggi Daging 1.96

-0.22

1.73

Sapi 1.86 1.64

Kerbau 0.00 0.00

Kambing 0.10 0.09

Ikan 8.75 -0.08 8.67

Unggas 8.15 -0.09 8.07

Telur 9.60 -0.16 9.44

Susu 6.11 -0.08 6.03

Kab. Cirebon Daging 0.2016

-0.01

0.2014

Sapi 0.1900 0.1897

Kerbau 0.00 0.00

Kambing 0.0116 0.0116

Ikan 5.75 -1.22 4.53

Unggas 3.44 -0.42 3.02

Telur 6.71 -2.09 4.62

Susu 2.30 -0.26 2.05 Sumber: data SUSENAS 2012 (diolah)

Perubahan kenaikan harga daging, menyebabkan berkurangnya daya beli

rumah tangga, sedangkan anggaran yang dimiliki oleh rumah tangga tetap. Selain

itu, membuat pendapatan rill dari rumah tangga seolah-olah menjadi lebih rendah

sehingga berdampak pada berkurangnya tingkat konsumsi rumah tangga terhadap

Page 40: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

28

pangan protein hewani. Oleh karena itu, pada Tabel 10 terjadi pengurangan pola

konsumsi pada seluruh bahan pangan sumber protein hewani. Rumah tangga yang

mengalami dampak terbesar perubahan kenaikan harga daging sapi adalah

golongan pendapatan rendah. Pada golongan pendapatan sedang dan tinggi tidak

terlalu berpengaruh terhadap kenaikan harga daging sapi, sesuai Tabel 10

pengurangan pola konsumsi pada golongan ini tidak signifikan dibandingkan

dengan golongan pendapatan rendah.

Pangan hewani telur merupakan komoditi yang mayoritas mengalami

pengurangan pola konsumsi yang sangat besar setelah terjadinya kenaikan harga.

Terutama pada golongan pendapatan rendah yang sebelum terjadi kenaikan harga

daging, pola konsumsi telur sebesar 7.34 kg/kapita/tahun menjadi 3.97

kg/kapita/tahun. Pada golongan pendapatan sedang, tinggi, dan Kabupaten

Cirebon keseluruhan, telur juga merupakan pangan hewani yang mengalami

penurunan pola konsumsi yang besar dibandingkan dengan pangan hewani lain.

Penurunan pola konsumsi telur setelah terjadi kenaikan harga daging sapi

berkurang menjadi 5.89 kg/kapita/tahun golongan pendapatan sedang, 9.44

kg/kapita/tahun golongan pendapatan tinggi, dan 4.62 kg/kapita/tahun Kabupaten

Cirebon keseluruhan. Telur yang mengalami penurunan paling besar disetiap

golongan pendapatan menandakan telur menjadi pangan hewani yang sangat

sensitif ketika terjadi kenaikan harga pada komoditi pangan hewani lainnya.

sedangkan untuk komoditas pangan hewani lainnya tidak mengalami penurunan

pola konsumsi yang terlalu besar saat terjadinya kenaikan harga daging sapi.

Dampak penurunan konsumsi telur yang besar terjadi pada golongan

pendapatan rendah, membuat golongan ini akan semakin jauh terpenuhinya

kecukupan gizi protein hewani. Padahal golongan ini mengandalkan komoditi

telur untuk memenuhi kebutuhan protein hewaninya, yang tidak mungkin

membeli daging yang harganya terus meningkat, sedangkan daging merupakan

salah satu pangan hewani yang menyumbang angka kebutuhan protein terbesar.

Golongan pendapatan sedang dan tinggi akan tetap dapat memenuhi kebutuhan

standar protein yang ditetapkan walaupun terjadi pengurangan pola konsumsi

bahan pangan sumber protein hewani karena tidak terlalu mengalami perubahan

pola konsumsi yang signifikan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Komoditi telur merupakan pangan hewani yang dominan dikonsumsi oleh

setiap golongan pendapatan. Namun, untuk persentase proporsi pengeluaran pada

golongan pendapatan tinggi saja nilai yang terbesar adalah susu sedangkan

digolongan pendapatan rendah dan sedang serta keseluruhan wilayah Kabupaten

Cirebon adalah telur. Kebutuhan protein hewani di Kabupaten Cirebon hanya

golongan pendapatan rendah yang belum mencukupi sesuai dengan standar, yaitu

sebesar 4.544 gr/kapita/hari sedangkan golongan sedang dan tinggi telah tercukupi

Page 41: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

29

kebutuhan protein hewaninya, yaitu sebesar 6.6012 gr/kapita/hari, dan 13.0449

gr/kapita/hari.

Elastisitas permintaan bahan pangan sumber protein hewani menunjukkan

barang yang bersifat inelastis. Antara komoditi telur dengan ikan memiliki

hubungan substitusi yang mayoritas terjadi pada golongan pendapatan rendah dan

sedang dibandingkan hubungan antar komoditi pangan hewani lainnya, sedangkan

pada golongan pendapatan tinggi hubungan substitusi yang terbesar adalah antara

telur dengan susu. Komoditi paling dominan yang memiliki hubungan

komplementer adalah antara daging dengan telur yang terjadi pada semua

golongan pendapatan. Disetiap golongan pendapatan, komoditi daging memiliki

nilai elastisitas pendapatan yang terbesar diantara komoditi pangan hewani.

Ketika dilakukan simulasi perubahan kenaikan harga daging, komoditi

telur yang mayoritas mengalami penurunan terbesar. Terutama golongan

pendapatan rendah yang mengalami dampak terbesar, sehingga mengakibatkan

tingkat konsumsi telurnya semakin berkurang dari sebelumnya mengkonsumsi

7.338 kg/kapita/tahun menjadi 3.968 kg/kapita/tahun. Hal ini membuat golongan

pendapatan rendah semakin tidak tercapainya kebutuhan protein hewani yang

ditetapkan. Pada golongan pendapatan sedang dan tinggi tidak terlalu terpengaruh

terhadap perubahan kenaikan harga daging, dan pengurangan pola konsumsi

pangan hewani tidak signifikan dibandingkan dengan golongan pendapatan

rendah, serta akan tetap terpenuhinya angka kebutuhan protein hewani.

Saran

1. Pemerintah sebaiknya dapat memanfaatkan potensi dari Kabupaten Cirebon

yang memproduksi hasil ikan terbesar agar dapat dikonsumsi sebaik-baiknya

oleh semua rumah tangga.

2. Pemerintah harus melakukan stabilisasi harga pada setiap pangan hewani

sehingga dapat terjangkau untuk semua golongan masyarakat.

3. Pemerintah sebaiknya mencukupi ketersediaan pangan hewani pada tingkat

harga tertentu yang merata dikonsumsi oleh setiap golongan seperti pada

komoditi daging yang tidak hanya dapat dikonsumsi oleh golongan mampu.

4. Pemerintah harus mensosialisasikan pola hidup sehat agar diperoleh

sumberdaya manusia yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Staistik. 2013. Kabupaten Cirebon dalam angka 2013: produksi

pertanian. [Internet]. [ diunduh 21 Januari 2014]. Tersedia pada:

http://cirebonkab.bps.go.id/DDA_2013/dda_2013.html#/138.

__________________. 2012. Data SUSENAS 2012 Provinsi Jawa Barat

__________________. 2012. Tabel rata-rata konsumsi kalori dan protein menurut

kelompok makanan. [Internet]. [diunduh 4 Februari 2014]. Tersedia pada:

http://bps.go.id.

Page 42: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

30

___________________. 2012. Tabel indeks pembangunan manusia nasional.

[Internet]. [diunduh 9 Februari 2014]. Tersedia pada: http://bps.go.id

___________________. 2011. Jawa Barat dalam angka: penduduk dan tenaga kerja.

[diunduh 4 Februari 2014]. Tersedia pada: http://jabar.bps.go.id

Deaton A, Muelbauer J. 1980. An Almost Ideal Demand System. The American

Economic Review 70 (3): 312-326.

Harianto. 2013. Mengatasi problematika pasokan daging sapi. [Internet]. [diunduh 4

Maret 2014]. Terdapat pada:

http://economy.okezone.com/read/2013/09/20/279/869240.

Izzaty. 2013. Upaya stabilisasi harga daging sapi. Jurnal ekonomi dan kebijakan

publik vol.V. No.03/I/P3DI/Februari/2013. Jakarta (ID): Pusat Pengkajian

Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekertaris Jendral DPR RI.

Kahar M. 2010. Analisis pola konsumsi daerah perkotaan dan perdesaan serta

keterkaitannya dengan karakteristik sosial ekonomi di Provinsi Banten [tesis].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kementrian Perdagangan. 2014. Harga kebutuhan pokok nasional. [Internet].

[diunduh 21 Januari 2014]. Tersedia pada: http://kemendag.go.id/id/economic-

profile/prices/national-price-table.

Lia E. 2013. Tingkat konsumsi daging sapi di Cirebon masih rendah. [Internet].

[diunduh 22 Januari 2014]. Tersedia pada:

http://ekbis.sindonews.com/read/2013/08/02/34/768426.

Mangkoewidjojo S, Susanti S. 2009. Pengaruh pemberian anti nematode

gastrointestinal dorameetin terhadap jumlah total dan diferensial leukosit pada

sapi yang terinfeksi cacing nematode [jurnal peternakan]. Yogyakarta (ID).

Universitas Gajah Mada.

Meriana. 2013. Perilaku konsumen. [Internet]. [diunduh 25 Maret 2014]. Tersedia

pada: http://meriana74hocwi.wordpress.com/2013/01/02.

Nicholson W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi 8. Jakarta

(ID): Erlangga.

Ramdhiani H. 2008. Analisis permintaan telur ayam ras dan ayam buras di Provinsi

DKI Jakarta: penerapan model AIDS dengan data SUSENAS 2005 [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rismayanthi C. 2011. Perhitungan nilai kalori bahan makanan. [Internet]. [diunduh 1

Maret 2014]. Tersedia pada: http://staff.uny.ac.id. Yogyakarta (ID): Universitas

Negeri Yogyakarta.

Roh. 2012. Konsumsi ikan masyarakat Cirebon rendah. [Internet]. [diunduh 22

Januari 2014]. Tersedia pada: http://jabar.tribunnews.com/2012/06/23.

Suhartati J dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Jakartta(ID): Salemba Empat.

Sunarto I. 2000. Analisis konsumsi rumah tangga untuk komoditi pangan protein

hewani di Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Trisnowati J, Budiwinarto K. 2013. Kajian pengaruh harga dan pendapatan terhadap

proporsi pengeluaran makanan rumah tangga. Proseding seminar nasional

statistika [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Semarang

(ID): Universitas Diponegoro. hlm 1-12; [diunduh 9 Februari 2014]. Tersedia

pada: eprints.undip.ac.id/40290/1/A07.

UNDP: nilai indeks pembangunan Indonesia naik. 2013. [Internet]. [diunduh 3 Maret

2014]. Tersedia pada: http://www.voaindonesia.com/a/undp-indeks-pembangunan-

indonesia-naik/1624179.html.

Wardhani K. 2007. Analisis pola konsumsi dan permintaan buah pada tingkat rumah

tangga di Pulau Jawa [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Page 43: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

31

Lampiran 1 Editor model AIDS pada program SAS

data OLAHSAS_ALL; set work.ALLDUMMY;

proc syslin SUR;

a: model w1=lnp1 lnp2 lnp3 lnp4 lnp5 lnyi lnart D1 D2;

b: model w2=lnp1 lnp2 lnp3 lnp4 lnp5 lnyi lnart D1 D2;

c: model w3=lnp1 lnp2 lnp3 lnp4 lnp5 lnyi lnart D1 D2;

d: model w4=lnp1 lnp2 lnp3 lnp4 lnp5 lnyi lnart D1 D2;

e: model w5=lnp1 lnp2 lnp3 lnp4 lnp5 lnyi lnart D1 D2;

srestrict a.lnp1 + a.lnp2 + a.lnp3 + a.lnp4 + a.lnp5 = 0;

srestrict b.lnp1 + b.lnp2 + b.lnp3 + b.lnp4 + b.lnp5 = 0;

srestrict c.lnp1 + c.lnp2 + c.lnp3 + c.lnp4 + c.lnp5 = 0;

srestrict d.lnp1 + d.lnp2 + d.lnp3 + d.lnp4 + d.lnp5 = 0;

srestrict e.lnp1 + e.lnp2 + e.lnp3 + e.lnp4 + e.lnp5 = 0;

srestrict a.lnp2 = b.lnp1;

srestrict a.lnp3 = c.lnp1;

srestrict a.lnp4 = d.lnp1;

srestrict a.lnp5 = e.lnp1;

srestrict b.lnp3 = c.lnp2;

srestrict b.lnp4 = d.lnp2;

srestrict b.lnp5 = e.lnp2;

srestrict c.lnp4 = d.lnp3;

srestrict c.lnp5 = e.lnp3;

srestrict d.lnp5 = e.lnp4;

weight wert;

run;

proc sort data = ALLDUMMY;

by D1 D2;

proc summary data = ALLDUMMY;

by D1 D2;

var w1 w2 w3 w4 w5;

weight wert;

output out = aa1 mean=;

proc print data = aa1;

run;

proc summary data = ALLDUMMY;

var w1 w2 w3 w4 w5;

weight wert;

output out = aa1 mean=;

proc print data = aa1;

run;

Page 44: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

32

Lampiran 2 Hasil Output SAS untuk metode Seemingly Unrelated Regression

(SUR)

The SYSLIN Procedure

Seemingly Unrelated Regression Estimation

Cross Model Covariance

A B C E

A 15.9970 -.145580 -2.64280 -2.76452

B -0.1456 0.385714 0.05937 -0.05638

C -2.6428 0.059368 5.55525 -1.32533

E -2.7645 -.056382 -1.32533 8.91915

Cross Model Correlation

A B C E

A 1.00000 -0.05861 -0.28035 -0.23144

B -0.05861 1.00000 0.04056 -0.03040

C -0.28035 0.04056 1.00000 -0.18828

E -0.23144 -0.03040 -0.18828 1.00000

Cross Model Inverse Correlation

A B C E

A 1.19798 0.06477 0.39998 0.35454

B 0.06477 1.00569 -0.01457 0.04282

C 0.39998 -0.01457 1.17160 0.31272

E 0.35454 0.04282 0.31272 1.14224

Cross Model Inverse Covariance

A B C E

A 0.074888 0.02607 0.042429 0.029681

B 0.026073 2.60734 -.009953 0.023085

C 0.042429 -0.00995 0.210900 0.044427

E 0.029681 0.02308 0.044427 0.128066

Page 45: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

33

System Weighted MSE 1.7032

Degrees of freedom 3666

System Weighted R-Square 0.6167

Model A

Dependent Variable W1

Label W1

The SYSLIN Procedure

Seemingly Unrelated Regression Estimation

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 0.423576 0.169539 2.50 0.0127 Intercept

LNP1 1 0.019597 0.000633 30.96 <.0001 LNP1

LNP2 1 -0.00144 0.000103 -14.04 <.0001 LNP2

LNP3 1 -0.00441 0.000315 -13.98 <.0001 LNP3

LNP4 1 -0.00870 0.000570 -15.27 <.0001 LNP4

LNP5 1 -0.00505 0.000352 -14.34 <.0001 LNP5

LNYi 1 -0.01705 0.015507 -1.10 0.2718 LNYi

LNART 1 0.022883 0.016718 1.37 0.1714 LNART

D1 1 -0.03450 0.038273 -0.90 0.3675 D1

D2 1 -0.00080 0.027804 -0.03 0.9770 D2

Model B

Dependent Variable W2

Label W2

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -0.22929 0.026777 -8.56 <.0001 Intercept

LNP1 1 -0.00144 0.000103 -14.04 <.0001 LNP1

LNP2 1 0.007978 0.000164 48.68 <.0001 LNP2

LNP3 1 -0.00074 0.000084 -8.90 <.0001 LNP3

LNP4 1 -0.00419 0.000139 -30.02 <.0001 LNP4

LNP5 1 -0.00160 0.000085 -18.88 <.0001 LNP5

Page 46: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

34

LNYi 1 0.029477 0.002453 12.02 <.0001 LNYi

LNART 1 0.000410 0.002603 0.16 0.8749 LNART

D1 1 0.005293 0.005949 0.89 0.3738 D1

D2 1 0.023324 0.004400 5.30 <.0001 D2

Model C

Dependent Variable W3

Label W3

The SYSLIN Procedure

Seemingly Unrelated Regression Estimation

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -0.06935 0.101097 -0.69 0.4929 Intercept

LNP1 1 -0.00441 0.000315 -13.98 <.0001 LNP1

LNP2 1 -0.00074 0.000084 -8.90 <.0001 LNP2

LNP3 1 0.018035 0.000312 57.80 <.0001 LNP3

LNP4 1 -0.00805 0.000350 -23.00 <.0001 LNP4

LNP5 1 -0.00483 0.000245 -19.71 <.0001 LNP5

LNYi 1 0.026010 0.009214 2.82 0.0049 LNYi

LNART 1 0.008772 0.009868 0.89 0.3742 LNART

D1 1 0.010538 0.022558 0.47 0.6405 D1

D2 1 -0.04925 0.016371 -3.01 0.0027 D2

Model E

Dependent Variable W5

Label W5

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 0.101428 0.126894 0.80 0.4243 Intercept

LNP1 1 -0.00505 0.000352 -14.34 <.0001 LNP1

LNP2 1 -0.00160 0.000085 -18.88 <.0001 LNP2

LNP3 1 -0.00483 0.000245 -19.71 <.0001 LNP3

LNP4 1 -0.00783 0.000405 -19.36 <.0001 LNP4

LNP5 1 0.019307 0.000378 51.06 <.0001 LNP5

Page 47: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

35

LNYi 1 0.012990 0.011592 1.12 0.2627 LNYi

LNART 1 -0.03095 0.012488 -2.48 0.0134 LNART

D1 1 0.074381 0.028577 2.60 0.0094 D1

D2 1 0.010051 0.020753 0.48 0.6283 D2

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

RESTRICT -1 2701.083 854.4572 3.16 0.0015

RESTRICT -1 157026.4 3224.813 48.69 <.0001

RESTRICT -1 10543.89 1414.066 7.46 <.0001

RESTRICT -1 2017.201 1086.429 1.86 0.0633

RESTRICT -1 -4169.77 1104.365 -3.78 0.0002

RESTRICT -1 -1061.13 1704.144 -0.62 0.5338

The SYSLIN Procedure

Seemingly Unrelated Regression Estimation

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable

Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

RESTRICT -1 -5925.49 1592.057 -3.72 0.0002

RESTRICT -1 19589.33 1818.931 10.77 <.0001

RESTRICT -1 5134.614 1415.305 3.63 0.0003

RESTRICT -1 -13529.6 2218.914 -6.10 <.0001

Obs D1 D2 _TYPE_ _FREQ_ W1 W2 W3 W4

W5

1 0 0 0 27 0.00779 0.37498 0.04303 0.54166

0.04034

2 1 0 0 823 0.0775 0.31308 0.17777 0.38107

0.12306

3 1 1 0 74 0.084887 0.17068 0.22736 0.25409

0.26298

Obs _TYPE_ _FREQ_ W1 W2 W3 W4 W5

1 0 924 0.011142 0.30357 0.17807 0.37540

0.13182

Page 48: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

36

Lampiran 3 Hasil parameter metode Seemingly Unrelated Regression (SUR)

W1 W2 W3 W4 W5

Intercept -0.2293 0.42358 -0.0694 0.77364 0.10143

LNP1 0.00798 -0.0014 -0.0007 -0.0042 -0.0016

LNP2 -0.0014 0.0196 -0.0044 -0.0087 -0.0051

LNP3 -0.0007 -0.0044 0.01804 -0.0081 -0.0048

LNP4 -0.0042 -0.0087 -0.0081 0.02877 -0.0078

LNP5 -0.0016 -0.0051 -0.0048 -0.0078 0.01931

LNYi 0.02948 -0.0171 0.02601 -0.0514 0.01299

LNART 0.00041 0.02288 0.00877 -0.0011 -0.031

D1 0.00529 -0.0345 0.01054 -0.0557 0.07438

D2 0.02332 -0.0008 -0.0493 0.01668 0.01005

Lampiran 4 Mean metode Seemingly Unrelated Regression (SUR) bahan pangan

sumber protein hewani di Kabupaten Cirebon berdasarkan golongan

pendapatan

W1 W2 W3 W4 W5

Kabupaten Cirebon 0.01114 0.30357 0.17807 0.3754 0.13182

Rendah 0.00779 0.37498 0.04303 0.54166 0.04034

Sedang 0.00502 0.31308 0.17777 0.38107 0.12306

Tinggi 0.08489 0.17068 0.22736 0.25409 0.26298

Page 49: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

37

Lampiran 5 Hasil olahan elastisitas permintaan pada Kabupaten Cirebon

keseluruhan

w1 w2 w3 w4 w5

ai -0.2293 0.42358 -0.0694 0.77364 0.10143

bi 0.02948 -0.0171 0.02601 -0.0514 0.01299

wi 0.01114 0.30357 0.17807 0.3754 0.13182

biwi 0.00033 -0.0052 0.00463 -0.0193 0.00171

Eii -0.3134 -0.9184 -0.9247 -0.8719 -0.8665

Eiy 3.64558 0.94384 1.14607 0.86301 1.09854

wj 0.01114 0.01114 0.01114 0.01114 0.01114

0.30357 0.30357 0.30357 0.30357 0.30357

0.17807 0.17807 0.17807 0.17807 0.17807

0.3754 0.3754 0.3754 0.3754 0.3754

0.13182 0.13182 0.13182 0.13182 0.13182

biwj 0.00033 -0.0002 0.00029 -0.0006 0.00014

0.00895 -0.0052 0.0079 -0.0156 0.00394

0.00525 -0.003 0.00463 -0.0092 0.00231

0.01107 -0.0064 0.00976 -0.0193 0.00488

0.00389 -0.0022 0.00343 -0.0068 0.00171

Eij daging ikan unggas telur susu

daging -0.3134 -0.0041 -0.0058 -0.0097 -0.0132

ikan -0.9324 -0.9184 -0.0691 0.01842 -0.0682

unggas -0.5375 -0.0045 -0.9247 0.00294 -0.0542

telur -1.3692 -0.0076 -0.1 -0.8719 -0.0964

susu -0.4923 -0.0092 -0.0464 -0.0028 -0.8665

Page 50: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

38

Lampiran 6 Olahan elastisitas permintaan pada golongan pendapatan rendah

w1 w2 w3 w4 w5

ai -0.2293 0.42358 -0.0694 0.77364 0.10143

bi 0.02948 -0.0171 0.02601 -0.0514 0.01299

wi 0.00779 0.37498 0.04303 0.54166 0.04034

biwi 0.00023 -0.0064 0.00112 -0.0279 0.00052

Eii -0.0053 -0.9307 -0.6069 -0.8955 -0.5344

Eiy 4.78395 0.95453 1.60446 0.90506 1.32201

wj 0.00779 0.00779 0.00779 0.00779 0.00779

0.37498 0.37498 0.37498 0.37498 0.37498

0.04303 0.04303 0.04303 0.04303 0.04303

0.54166 0.54166 0.54166 0.54166 0.54166

0.04034 0.04034 0.04034 0.04034 0.04034

biwj 0.00023 -0.0001 0.0002 -0.0004 0.0001

0.01105 -0.0064 0.00975 -0.0193 0.00487

0.00127 -0.0007 0.00112 -0.0022 0.00056

0.01597 -0.0092 0.01409 -0.0279 0.00704

0.00119 -0.0007 0.00105 -0.0021 0.00052

Eij daging ikan unggas telur susu

daging -0.0053 -0.0035 -0.0219 -0.007 -0.0422

ikan -1.6038 -0.9307 -0.3291 0.01955 -0.2459

unggas -0.2578 -0.0098 -0.6069 -0.0108 -0.1336

telur -2.5875 0.00143 -0.5145 -0.8955 -0.3685

susu -0.358 -0.0116 -0.1366 -0.0106 -0.5344

Page 51: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

39

Lampiran 7 Olahan elastisitas permintaan pada golongan pendapatan sedang

w1 w2 w3 w4 w5

ai -0.2293 0.42358 -0.0694 0.77364 0.10143

bi 0.02948 -0.0171 0.02601 -0.0514 0.01299

wi 0.0775 0.31308 0.17777 0.38107 0.12306

biwi 0.00228 -0.0053 0.00462 -0.0196 0.0016

Eii -0.9265 -0.9204 -0.9246 -0.8731 -0.8561

Eiy 1.38035 0.94554 1.14631 0.86505 1.10556

wj 0.0775 0.0775 0.0775 0.0775 0.0775

0.31308 0.31308 0.31308 0.31308 0.31308

0.17777 0.17777 0.17777 0.17777 0.17777

0.38107 0.38107 0.38107 0.38107 0.38107

0.12306 0.12306 0.12306 0.12306 0.12306

biwj 0.00228 -0.0013 0.00202 -0.004 0.00101

0.00923 -0.0053 0.00814 -0.0161 0.00407

0.00524 -0.003 0.00462 -0.0091 0.00231

0.01123 -0.0065 0.00991 -0.0196 0.00495

0.00363 -0.0021 0.0032 -0.0063 0.0016

Eij daging ikan unggas telur susu

daging -0.9265 -0.0004 -0.0155 -0.0006 -0.0212

ikan -0.1377 -0.9204 -0.0706 0.01943 -0.0741

unggas -0.0772 -0.0044 -0.9246 0.00285 -0.058

telur -0.199 -0.007 -0.101 -0.8731 -0.1039

susu -0.0675 -0.0094 -0.0452 -0.0039 -0.8561

Page 52: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

40

Lampiran 8 Olahan elastisitas permintaan pada golongan pendapatan tinggi

w1 w2 w3 w4 w5

ai -0.2293 0.42358 -0.0694 0.77364 0.10143

bi 0.02948 -0.0171 0.02601 -0.0514 0.01299

wi 0.08489 0.17068 0.22736 0.25409 0.26298

biwi 0.0025 -0.0029 0.00591 -0.0131 0.00342

Eii -0.9355 -0.8681 -0.9467 -0.8353 -0.9396

Eiy 1.34725 0.90011 1.1144 0.7976 1.0494

wj 0.08489 0.08489 0.08489 0.08489 0.08489

0.17068 0.17068 0.17068 0.17068 0.17068

0.22736 0.22736 0.22736 0.22736 0.22736

0.25409 0.25409 0.25409 0.25409 0.25409

0.26298 0.26298 0.26298 0.26298 0.26298

biwj 0.0025 -0.0014 0.00221 -0.0044 0.0011

0.00503 -0.0029 0.00444 -0.0088 0.00222

0.0067 -0.0039 0.00591 -0.0117 0.00295

0.00749 -0.0043 0.00661 -0.0131 0.0033

0.00775 -0.0045 0.00684 -0.0135 0.00342

Eij daging ikan unggas telur susu

daging -0.9355 0.00004 -0.013 0.00066 -0.0103

ikan -0.0762 -0.8681 -0.0389 0.00032 -0.0276

unggas -0.0877 -0.0031 -0.9467 0.01432 -0.0296

telur -0.1376 -0.0256 -0.0645 -0.8353 -0.0423

susu -0.1102 -0.0033 -0.0513 0.02242 -0.9396

Page 53: ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER … · Pengelompokan Data ... 80 persen berasal dari protein nabati dan 20 persen dari protein hewani yang ... rata-rata konsumsi sumber

41

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 22 Maret 1992 dari pasangan

R. Syarif Bustami dan Ati Cahya Mulyati. Penulis merupakan anak kedua dari

tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Polisi V Bogor tahun

2004, dan melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Bogor dengan lulus tahun

2007. Pada tahun 2010 penulis telah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 4

Bogor. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen

Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selain aktif menjadi

mahasiswa, penulis aktif pada organisasi Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu

Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) periode 2011-2012 pada divisi

Lable, panitia The 8th

HIPOTEX-R anggota divisi danus, dan panitia The 9th

HIPOTEX-R anggota divisi seminar nasional.