Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk...

15
4 TINJAUAN PUSTAKA Olahraga Olahraga adalah kegiatan pelatihan jasmani, yaitu kegiatan jasmani untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar maupun gerak keterampilan (kecabangan olahraga). Kegiatan itu merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera jasmani atau sehat jasmani yang berarti juga sehat dinamis yaitu sehat yang disertai dengan kemampuan gerak yang memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-hari, artinya memiliki tingkat kebugaran jasmani yang memadai (Santosa & Komariah 2007). Aktivitas dalam olahraga dapat dibedakan menjadi aktivitas aerobik, anaerobik, dan kombinasi antara aktivitas aerobik dan anaerobik. Aktivitas aerobik merupakan aktivitas kegiatan fisik yang dilakukan pada tingkat intensitas sedang untuk jangka waktu tertentu. Dalam hal ini, oksigen digunakan untuk "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang merupakan pembawa dasar dari energi di tingkat sel. Contoh olahraga aerobik yaitu gerak jalan cepat, jogging, bola basket, sepak bola, senam, renang. Olahraga anaerobik (tanpa oksigen) adalah kebalikan dari olahraga aerobik (dengan oksigen). Olahraga aerobik dan anaerobik, lebih menggunakan energi selama melakukan aktivitas fisik. Olahraga anaerobik membakar lebih banyak kalori, membutuhkan oksigen yang lebih besar dimana oksigen tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk sel-sel dalam membakar lemak. Contoh olahraga anaerobik yaitu angkat besi, sprint 100m (Riyadi 2007). Tipe atlet dalam olahraga dapat dibedakan menjadi atlet endurance (daya tahan, atlet strength (kekuatan), dan atlet beregu. Atlet daya tahan merupakan atlet yang berpartisipasi dalam olahraga yang aktivitasnya berkesinambungan (30 menit hingga 4 jam) dan melibatkan otot secara keseluruhan. Adapun contoh olahraganya yaitu, renang, lari, dan bersepeda. Atlet kekuatan merupakan atlet yang berpartisipasi dalam olahraga yang keberhasilan dalam olahraga tersebut sangat bergantung kepada kekuatan otot contohnya yaitu, angkat berat, gulat, dan senam. Atlet beregu merupakan atlet yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berpartisipasi dalam suatu olahraga secara bersama-sama yang terkadang dipengaruhi oleh kemampuan fisik seperti daya tahan tubuh contohnya yaitu bola basket, sepak bola, dan bola voli (Riyadi 2007).

Transcript of Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk...

Page 1: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

4

TINJAUAN PUSTAKA

Olahraga

Olahraga adalah kegiatan pelatihan jasmani, yaitu kegiatan jasmani untuk

memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar

maupun gerak keterampilan (kecabangan olahraga). Kegiatan itu merupakan

bentuk pendekatan ke aspek sejahtera jasmani atau sehat jasmani yang berarti

juga sehat dinamis yaitu sehat yang disertai dengan kemampuan gerak yang

memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-hari, artinya memiliki tingkat

kebugaran jasmani yang memadai (Santosa & Komariah 2007).

Aktivitas dalam olahraga dapat dibedakan menjadi aktivitas aerobik,

anaerobik, dan kombinasi antara aktivitas aerobik dan anaerobik. Aktivitas

aerobik merupakan aktivitas kegiatan fisik yang dilakukan pada tingkat intensitas

sedang untuk jangka waktu tertentu. Dalam hal ini, oksigen digunakan untuk

"membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang

merupakan pembawa dasar dari energi di tingkat sel. Contoh olahraga aerobik

yaitu gerak jalan cepat, jogging, bola basket, sepak bola, senam, renang.

Olahraga anaerobik (tanpa oksigen) adalah kebalikan dari olahraga aerobik

(dengan oksigen). Olahraga aerobik dan anaerobik, lebih menggunakan energi

selama melakukan aktivitas fisik. Olahraga anaerobik membakar lebih banyak

kalori, membutuhkan oksigen yang lebih besar dimana oksigen tersebut tidak

tersedia dalam jumlah yang cukup untuk sel-sel dalam membakar lemak. Contoh

olahraga anaerobik yaitu angkat besi, sprint 100m (Riyadi 2007).

Tipe atlet dalam olahraga dapat dibedakan menjadi atlet endurance (daya

tahan, atlet strength (kekuatan), dan atlet beregu. Atlet daya tahan merupakan

atlet yang berpartisipasi dalam olahraga yang aktivitasnya berkesinambungan

(30 menit hingga 4 jam) dan melibatkan otot secara keseluruhan. Adapun contoh

olahraganya yaitu, renang, lari, dan bersepeda. Atlet kekuatan merupakan atlet

yang berpartisipasi dalam olahraga yang keberhasilan dalam olahraga tersebut

sangat bergantung kepada kekuatan otot contohnya yaitu, angkat berat, gulat,

dan senam. Atlet beregu merupakan atlet yang terdiri dari dua orang atau lebih

yang berpartisipasi dalam suatu olahraga secara bersama-sama yang terkadang

dipengaruhi oleh kemampuan fisik seperti daya tahan tubuh contohnya yaitu bola

basket, sepak bola, dan bola voli (Riyadi 2007).

Page 2: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

5

Olahraga Basket

Bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim

beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin

dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan (Anonim 2010). Bola

basket termasuk ke dalam aktivitas olahraga aerobik yang membutuhkan oksigen

dalam aktivitasnya (Riyadi 2007). Bola basket sangat cocok untuk ditonton

karena biasa dimainkan di ruang olahraga tertutup dan hanya memerlukan

lapangan yang relatif kecil. Olahraga bola basket juga mudah dipelajari karena

bentuk bolanya yang besar, sehingga tidak menyulitkan pemain ketika

memantulkan atau melempar bola tersebut (KONI 2007). Bola basket adalah

salah satu jenis permainan yang termasuk olahraga permainan. Permainan

olahraga bola basket termasuk permainan yang menggunakan bola besar.

Permainan bola basket memiliki ciri-ciri dimana pemain membutuhkan

keterampilan gerak yang memukau dalam menggiring (dribble) bola,

memasukkan (shoot) bola ke dalam ring basket (Faruq 2008).

Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan

keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang

bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku

yang telah tersedia. Banyak cara untuk melakukan penilaian status gizi terhadap

individu yaitu dengan cara penilaian status gizi secara antropometri, secara

biokimia, secara klinis dan juga dengan asupan pangan (Arisman 2004).

Metode antropometri merupakan pengukuran ukuran tubuh dan

komposisi tubuh secara kasar. Pengukuran ini dapat berubah-ubah sesuai

dengan usia dan juga dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin. Antropometri

merupakan salah satu metode yang digunakan dalam melakukan penilaian

status gizi secara langsung. Pengukuran antropometri mempunyai keuntungan

dalam menyediakan informasi status gizi pada masa lampau yang tidak dapat

diperoleh dengan teknik penilaian yang lain (Gibson 2005). Pengukuran

antropometri dapat digunakan dengan cepat, mudah, dan dapat dipercaya.

Menurut Roedjito (1988) ukuran fisik seseorang sangat berhubungan dengan

status gizi. Oleh karena itu, ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang

paling baik dan dapat diandalkan dalam penentuan status gizi untuk negara

berkembang. Hal ini sangat penting karena penilaian status gizi lain lebih sulit

dan lebih mahal.

Page 3: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

6

Metode antropometri juga menggunakan pengukuran-pengukuran

dimensi fisik dan komposisi tubuh. Pengukuran tersebut bervariasi menurut umur

dan derajat gizi, sehingga bermanfaat terutama pada keadaan dimana terjadinya

ketidakseimbangan energi dan protein secara kronis. Antropometri juga dapat

digunakan untuk mendeteksi malnutrisi derajat sedang dan berat. Keuntungan

lain dari pengukuran antropometri adalah memberikan informasi tentang riwayat

gizi masa lampau, hal ini tidak dapat diperoleh (dengan tingkat kepercayaan

yang sama) dengan menggunakan teknik penilaian lainnya (Riyadi 2003).

Parameter-parameter yang biasanya diukur dalam pemeriksaan status

gizi secara antropometri meliputi berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit

(biseps, triseps, subscapula, suprailliac), lingkar lengan, lingkar kepala dan dada

(Arisman 2004). Kategori remaja metode pengukuran status gizi menurut

antropometri yang umumnya dilakukan adalah metode pengukuran status gizi

antropometri berdasarkan IMT/U. Pengukuran status gizi dengan parameter IMT

menurut umur (IMT/U) direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk remaja.

Indikator ini memerlukan informasi mengenai umur.

Tabel 1 Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja berdasarkan IMT/U

Status gizi Kategori

Kurus -3 SD ≤ Z-score ≤ -2SD

Normal -2 SD ≤ Z-score ≤ +1 SD

At risk +1 SD ≤ Z-score ≤ +2 SD

Gemuk +2 SD ≤ Z-score ≤+3

Obese Z-score ≥ +3 SD

Sumber: Depkes 1996

Pengetahuan Gizi

Menurut Karyadi (1997) pengetahuan gizi sangat erat hubungannya

dengan baik-buruknya kualitas gizi dan makanan yang dikonsumsi. Dengan

pengetahuan yang tepat dan benar mengenai gizi, orang tersebut akan berupaya

untuk mengatur pola makannya sedemikian rupa sehingga seimbang, tidak

kekurangan, tidak berlebihan.

Pengetahuan gizi khususnya tentang pengaturan makanan untuk atlet

sangat bermanfaat karena memberikan beberapa keuntungan bagi atlet.

Keuntungan itu antara lain: 1) memberikan pengetahuan tentang makanan yang

dapat mencapai atau mempertahankan kondisi tubuh yang telah diperoleh dalam

latihan, 2) memberikan informasi mengenai makanan yang dapat menyediakan

energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga, 3)

Page 4: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

7

menentukan bentuk makanan dan frekuensi makan yang tepat pada waktu

latihan intensif sebelum, selama, dan sesudah pertandingan, 4) menggunakan

prinsip gizi dalam menurunkan dan menaikkan berat badan sesuai yang

diinginkan, 5) menggunakan prinsip gizi untuk mengembangkan atau membuat

rencana diet individu sesuai dengan aturan tubuh, keadaan fisiologi dan

metabolismenya serta mempertimbangkan selera serta kebiasaan dan daya

cerna atlet (Napu 2006).

Pengukuran Pengetahuan Gizi

Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan

instrument dalam bentuk tes obyektif yang paling sering digunakan. Di dalam

menyusun instrument, diperlukan alternatif jawaban yang benar yang disebut

sebagai “jawaban”, sedangkan alternatif jawaban yang salah disebut distracter.

Multiple choice tes dapat digunakan untuk mengukur berbagai aspek yang terkait

di dalam ranah kognitif. Oleh karena itu, bentuk tes ini sangat baik untuk

mengetahui pengetahuan gizi individu (Khomsan 2000).

Menurut Khomsan (2000) kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam

tiga kelompok yaitu baik, sedang, dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan

dengan menetapkan cut off point dari skor yang telah dijadikan dalam bentuk

persentase. Cut off point yang biasa digunakan yaitu.

Tabel 2 Cut off point Pengetahuan Gizi

Kategori pengetahuan gizi Skor

Baik >80%

Sedang 60%-80%

Kurang <60%

Sumber: Khomsan 2000

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang

dimakan seseorang atau kelompok dengan tujuan tertentu. Tujuan

mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat

gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis

pangan dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang

(sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto

1992).

Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994) banyak hal yang mempengaruhi

konsumsi pangan individu diantaranya faktor ekonomi dan harga, serta faktor

Page 5: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

8

sosio budaya dan religi yang ada di suatu daerah. Selain itu faktor kesehatan

individu juga berpengaruh dalam konsumsi pangan, serta faktor fisiologis individu

juga sangat menentukan jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi oleh

individu.

Survei diet atau penilaian konsumsi pangan adalah salah satu metode

yang digunakan dalam penentuan tingkat asupan gizi perorangan atau

kelompok. Dalam melakukan penilaian konsumsi pangan banyak terjadi bias

yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketidaksesuaian dalam

menggunakan alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrumen

tidak sesuai dengan tujuan, kemampuan dalam mengumpulkan data, daya ingat

responden, dan daftar komposisi makanan yang digunakan tidak sesuai dengan

makanan yang dikonsumsi responden sehingga interpretasi hasil yang kurang

tepat. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang baik dalam melakukan survei

konsumsi pangan baik untuk individu, kelompok, maupun rumah tangga.

Walaupun data konsumsi pangan sering digunakan sebagai salah satu metode

penentuan status gizi, namun survei konsumsi tidak dapat menentukan status

gizi seseorang atau masyarakat secara langsung (Supariasa, Bakri, Fajar 2002).

Supariasa et al. (2002) menjelaskan bahwa dalam survei konsumsi

pangan terdapat tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode

kuantitatif, serta gabungan dari metode keduanya. Metode kualitatif digunakan

untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan

pangan, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitaif

digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat

dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah

Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM), dan Daftar Penyerapan

Minyak (DPM).

Metode yang biasa digunakan dalam menilai konsumsi pangan baik

tingkat individu, keluarga maupun masyarakat antara lain metode penimbangan

(weighed method), metode mengingat-ingat (recall method), riwayat makan

(dietary history), frekuensi pangan (food frequency) dan metode kombinasi

(Kusharto & Sa’adiyyah 2008).

Food Recall 24 Jam

Metode Food Recall 24 Jam merupakan salah satu metode dalam

melakukan survei konsumsi pangan dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan

Page 6: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

9

makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada

tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Mengingat kembali dan mencatat

jumlah serta jenis pangan dan minuman yang telah dikonsumsi 24 jam

merupakan metode pengumpulan data yang paling banyak digunakan dan paling

mudah digunakan (Arisman 2004). Hal yang perlu diketahui bahwa dengan

menggunakan metode recall 24 jam maka data yang diperoleh cenderung lebih

bersifat kualitatif. Untuk mendapatkan data kuantitatif maka data jumlah

konsumsi pangan individu ditanyakan secara lebih jelas dengan teliti dengan

menggunakan alat ukuran rumah tangga seperti sendok, gelas, piring, mangkuk,

dan lain-lain (Supariasa et al. 2002).

Metode recall ini mencatat mengenai jumlah dan jenis pangan yang

dikonsumsi pada waktu yang lalu. Pengukuran konsumsi biasanya diawali

dengan menanyakan jumlah pangan dalam URT, setelah itu baru dikonversikan

ke dalam satuan berat. Metode recall ini murah, dan tidak memakan waktu

banyak (Kusharto & Sa’adiyyah 2008).

Pengukuran jika hanya dilakukan sebanyak satu kali (1x24 jam) maka

data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan

makan individu. Pengukuran recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang

dan harinya tidak berturut-turut. Pengukuran sebaiknya dilakukan minimal dua

kali (2x24 jam) tanpa berturut-turut sehingga dapat menghasilkan gambaran

asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang

intik harian indvidu (Gibson 2005). Metode ini cukup baik diterapkan dalam survei

terhadap suatu kelompok masyarakat karena setiap orang telah memiliki menu

yang relatif tetap selama seminggu kecuali pada hari libur tertentu atau ketika

mereka diundang menghadiri jamuan tertentu. Keberhasilan metode recall 24

jam ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden, kesungguhan serta

kesabaran dari pewawancara, kemampuan responden dalam memperkirakan

ukuran makanan yang telah dimakan, dan derajat motivasi. Oleh karena itu,

untuk dapat meningkatkan mutu data recall 24 jam maka sebaiknya dilakukan

selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut) tergantung

dari variasi menu keluarga dari hari ke hari (Arisman 2004).

Kebutuhan Energi untuk Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme

basal. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem

Page 7: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

10

penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar

metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan

tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh

untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan

tergantung kepada banyaknya otot yang bergerak, berapa lama dan berapa

berat kerja yang dilakukan (Almatsier 2001).

Kecukupan Gizi Atlet

Kecukupan gizi merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari

bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas

tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang

optimal (Sandjaja et al 2009). Jenis aktivitas fisik misalnya adalah berjalan,

berkebun, melakukan pekerjaan rumah tangga, menari, dan juga mencuci mobil

juga termasuk ke dalam aktivitas fisik (Hoeger & Hoeger 2005). Menurut

Almatsier (2001) aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk

metabolisme basal. Pada saat melakukan aktivitas fisik, otot memerlukan

tambahan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan

paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan

oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.

Banyaknya energi yang dibutuhkan selama aktivitas fisik bergantung pada

banyaknya otot yang bergerak, berapa lama, dan berapa berat pekerjaan yang

dilakukan. Oleh sebab itu, kecukupan gizi seseorang yang melakukan aktivitas

fisik seperti atlet lebih besar dibandingkan orang biasa.

Energi

Aktivitas fisik membutuhkan energi yang diperoleh dari makanan yang

dikonsumsi setiap hari. Menurut Angka Kecukupan Gizi yang tercantum dalam

Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 1998, rata-rata kecukupan energi yang harus

dipenuhi oleh seorang laki-laki yang berumur 16-19 tahun yang berprofesi bukan

sebagai atlet adalah 2500 kkal, sedangkan kebutuhan energi orang yang

berprofesi sebagai atlet akan lebih besar daripada non atlet. Oleh karena itu

penyusunan menu untuk memenuhi kebutuhan gizi seorang atlet harus dimulai

dengan menentukan kebutuhan energi terlebih dahulu.

Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumber-

sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran

karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan

protein. Diantara ketiganya, simpanan protein bukanlah merupakan sumber

Page 8: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

11

energi yang langsung dapat digunakan oleh tubuh dan protein baru akan terpakai

jika simpanan karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk menghasilkan

energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penggunaan antara lemak ataupun

karbohidrat oleh tubuh sebagai sumber energi untuk dapat mendukung kerja otot

akan ditentukan oleh 2 faktor yaitu intensitas serta durasi olahraga yang

dilakukan (Irawan 2007).

Protein

Protein bukan merupakan substrat penghasil energi yang bermakna

selama berolahraga karena hanya 5-10% dari total energi yang dikeluarkan

berasal dari protein (Depkes 1993). Protein berperan sebagai zat pembangun

komponen dan struktur jaringan tubuh yang rusak seperti otot, dan berperan

dalam pembentukan enzim, hormon, neurotransmitter, dan antibodi. Metabolisme

protein dalam tubuh atlet dipengaruhi oleh asupan energi dimana asupan energi

yang optimal akan mengoptimalkan metabolisme protein di dalam tubuh. Selain

itu juga dipengaruhi oleh asupan karbohidrat, asupan protein dari makanan,

asam amino, interaksi antara zat gizi, hormon, jenis kelamin, dan status hidrasi

(Driskell 2007)

Kebutuhan protein remaja putri berusia 11-18 tahun yang bukan atlet

adalah 66 gram per hari. Namun sesungguhnya kebutuhan protein atlet itu

sebesar 1gr/kgBB/hari. Misalnya untuk atlet yang mempunyai berat badan 60 kg,

sebaiknya mengkonsumsi 60 gram protein per hari. Tetapi, untuk atlet yang

berlatih intensif, lama atau sedang dalam program membesarkan otot

membutuhkan protein lebih tinggi yaitu 1.2-1.6 gram/kg BB/hari (Depkes 1993).

Menurut Husaini (2000) untuk atlet remaja yang sedang dalam proses

pertumbuhan membutuhkan protein yaitu 1.5 gram/kg BB/hari. Peningkatkan

kebutuhan protein bagi atlet ini disebabkan oleh karena atlet lebih berisiko untuk

mengalami kerusakan jaringan otot terutama saat menjalani latihan/pertandingan

olahraga yang berat (Irawan 2007).

Menurut Riyadi (2007) kebutuhan protein seseorang yang berprofesi

sebagai bukan atlet sebesar 0,8g/kg berat badan, kebutuhan atlet daya tahan

sebesar 1.2-1.4 g/kg berat badan, sedangkan untuk atlet kekuatan dan atlet

beregu kebutuhan proteinnya sebesar 1.4-2.0 g/kg berat badan.

Atlet sebaiknya mengkonsumsi pangan yang bervariasi untuk

meningkatkan kualitas protein. Akan tetapi, atlet tidak dianjurkan mengkonsumsi

pangan sumber protein dalam jumlah berlebih. Asupan protein yang berlebih

Page 9: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

12

akan diubah menjadi lemak badan dan menyebabkan diuresis sehingga dapat

menyebabkan dehidrasi (Depkes 1993). Pengunaan protein sebagai sumber

energi tubuh saat berolahraga biasanya akan dicegah karena hal tersebut akan

menganggu fungsi utamanya sebagai bahan pembangun tubuh dan fungsiya

untuk memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang rusak. Hubungan pemecahan

protein dengan laju produksi energi di dalam tubuh memberikan kontribusi yang

lebih kecil dibandingkan dengan karbohidrat dan lemak (Irawan 2007).

Lemak

Lemak atau disebut trigliserida yang digunakan utnuk pembentukan

energi terutama yang berasal dari lemak endogen yaitu lemak yang dibentuk

tubuh. Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak, akan tetapi seseorang

yang berprofesi bukan sebagai atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan yang

mengandung lemak 15-30% (Almatsier 2004), sedangkan kebutuhan lemak atlet

berkisar antara 20-25% dari total energi yang dibutuhkan (Depkes 1993).

Menurut Mihardja (2007) Jumlah lemak dalam makanan yang dibutuhkan

seorang atlet berkisar antara 20 – 25% dari energi total. Asam lemak esensial

harus terdapat di dalam diet, sementara lemak jenuh harus direstriksi tidak lebih

dari 10% asupan energi. Lemak disimpan di dalam jaringan lemak. Lemak tubuh

berperan sebagai sumber energi terutama pada olahraga dengan intensitas

sedang dalam waktu lama, misalnya olahraga endurance (daya tahan). Latihan

endurance meningkatkan kapasitas metabolisme lemak pada otot. Lemak atau

trigliserida yang digunakan untuk pembentukan energi terutama berasal dari

lemak endogen yaitu lemak yang dibentuk tubuh dalam keadaan asupan energi

dari makanan melebihi kebutuhan.

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dan memegang peranan

sangat penting untuk seorang atlet dalam melakukan olahraga. Untuk

berolahraga, energi berupa ATP dapat diambil dari karbohidrat yang terdapat

dalam tubuh berupa glukosa dan glikogen yang disimpan dalam otot dan hati.

Selama beberapa menit permulaan kerja glukosa darah merupakan sumber

energi utama, selanjutnya tubuh menggunakan glikogen otot dan hati. Glikogen

otot dipergunakan langsung oleh otot untuk pembentukan energi, sedangkan

glikogen hati mengalami perubahan menjadi glukosa yang akan masuk ke

peredaran darah untuk selanjutnya dipergunakan oleh otot (Depkes 1993).

Page 10: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

13

Menurut Almatsier (2004) kebutuhan karbohidrat untuk orang yang bukan

berprofesi sebagai atlet adalah 55-75% berasal dari karbohidrat kompleks dan

10% berasal dari gula sederhana. Pemberian karbohidrat bagi seorang atlet

bertujuan untuk mengisi kembali simpanan glikogen otot dan glikogen hati yang

telah dipakai pada kontraksi otot. Pada atlet yang mempunyai simpanan glikogen

sangat sedikit, akan mengalami cepat lelah dan kurang berprestasi. Oleh karena

itu, sebaiknya karbohidrat diberikan 60-70% dari total energi yang dibutuhkan

atau sama dengan 6-10 gram/kg BB/hari. Karbohidrat dalam makanan sebagian

besar harus adalam bentuk karbohidrat kompleks, sedangkan karbohidrat

sederhana hanya sebagian kecil saja (Depkes 1993). Ilyas (2007) di negara maju

kebutuhan karbohidrat orang aktif atau atlet yang melakukan latihan berat dan

intensif adalah 60% dari kebutuhan energi total (400-600gram) sehari yang

diberikan dalam bentuk karbohidrat kompleks.

Menurut Riyadi (2007) kebutuhan karbohidrat sehari-hari atlet beregu

seperti atlet basket adalah sebanyak 350-490gram atau setara dengan 1400-

1960 kalori.

Vitamin A

Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang pertama ditemukan dan

merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan

prekursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas bilogik seperti

retinol. Fungsi utama dari Vitamin A adalah sebagai bagian yang vital pada

sistem penglihatan (Wolinsky & Driskell 2006). Vitamin A selain berperan dalam

proses penglihatan juga berperan dalam kekebalan tubuh, pertumbuhan dan

perkembangan, reproduksi, dan pencegahan penyakit kanker dan penyakit

degeneratif seperti penyakit jantung (Almatsier 2004).

Bagi atlet, vitamin A sangat berperan penting dalam differensiasi sel, oleh

sebab itu intik vitamin A yang cukup sangat diperlukan dalam peningkatan

performa atlet dan pemulihan latihan. Menurut Wolinsky dan Driskell (2006) intik

vitamin A yang dianjurkan bagi atlet yang berumur diantara 14-18 tahun

sebaiknya lebih dari 900 µgRE dan tidak melebihi 2800 µgRE. Kelebihan

konsumsi vitamin A menurut Sulaeman dan Muhilal (2004) dapat memberikan

efek teratogenik, kelainan jantung, kelainan saluran kemih, mengganggu sistem

saraf pusat dan tulang otot.

Page 11: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

14

Vitamin C

Vitamin C atau yang biasa dikenal dengan nama asam askorbat

merupakan salah satu vitamin larut air yang berfungsi dalam sintesis kolagen,

katekolamin, serotonin dan karnitin di dalam tubuh. Vitamin C merupakan

antioksidan yang sangat kuat dalam menangkal radikal bebas. Vitamin C juga

berguna dalam absorbsi zat besi, peredaran, dan juga cadangannya. Dalam

aktivitas, vitamin C berguna dalam stimulasi sistem imun, mengurangi kelelahan

dan kelemahan otot, meningkatkan performa, dan melindungi sel dari ancaman

radikal bebas (Chen 2000).

Kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk individu adalah sebanyak 60

mg per hari (Setiawan & Rahayuingsih 2004). Namun jumlah tersebut dapat

melebihi anjuran, hal ini dikarenakan terdapat beberapa aktivitas fisik yang

terkadang menurunkan kadar vitamin C di dalam tubuh. Menurut Wolinsky dan

Driskell (2006) intake vitamin C bagi atlet dapat bervariasi dari 100 mg hingga

1000 mg per hari bergantung kepada aktivitas yang dilakukan.

Vitamin B1

Vitamin B1 atau yang lebih biasa dikenal dengan nama Tiamin

merupakan vitamin yang berfungsi sebagai koenzim yang penting dalam

metabolisme energi dari karbohidrat. Tiamin dalam betuk koenzim dikenal

sebagai Tiamin Pirofisfat (TPP) atau Trifosfat (TTP). Timain terdapat pada

seluruh jaringan tubuh, tapi tidak terdapat caringan cadangan tiamin, sehingga

asupan sehari-hari sangat penting untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Jumlah

tiamin yang dianjurkan dalam kebutuhan harus berdasarkan pada jumlah

karbohidrat dalam makanan (Setiawan & Rahayuningsih 2004).

Kebutuhan tiamin dipengaruhi oleh umur, asupan energi, asupan

karbohidrat, dan berat badan. Angka kecukupan tiamin sehari-hari pada remaja

yang berumur 13-16 tahun adalah 1 mg per hari menurut WKNPG tahun 2004.

Sumber utama tiamin di dalam makanan adalah serealia, kacang-kacangan,

semua daging organ, daging tanpa lemak, dan kuning telur (Almatsier 2004).

Zat Besi

Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam

tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia

dewasa. Zat besi mempunyai beberapa fungsi essensial di dalam tubuh, yaitu

sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bahan terpadu berbagai

reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier 2004). Zat besi ada dihampir

Page 12: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

15

semua bentuk makanan dan minuman serta wadah yang digunakan baik untuk

menyimpan maupun untuk tempat makanan. Dalam bentuk padat, besi dikenal

sebagai metal atau senyawa besi. Sedangkan dalam larutan, besi ada dalam

bentuk ferro maupun ferri (Kartono & Soekatri 2004).

Kecukupan zat besi yang dianjurkan oleh WKNPG tahun 2004 untuk

remaja pria berumur 13-15 tahun adalah sebanyak 19 mg, sedangkan untuk

remaja pria berumur 16 tahun sebanyak 15 mg. Kecukupan besi untuk remaja

wanita berumur 15 dan 16 tahun sebanyak 26 mg.

Kalsium

Atlet yang masih remaja memerlukan kalsium yang jumlahnya relatif lebih

tinggi untuk pertumbuhan tulangnya. Menurut Kartono dan Soekatri (2004) anak

yang masih tumbuh dan kembang seperti remaja memerlukan pembentukan

tulang yang lebih banyak daripada orang tua. Oleh sebab itu atlet remaja masih

sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalsium dalam mencapai

pertumbuhan yang optimal. Kecukupan kalsium yang dianjurkan oleh WKNPG

2004 untuk remaja baik pria maupun wanita yang berumur 15-16 tahun adalah

sebanyak 1000 mg setiap harinya.

Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani atau kebugaran fisik merupakan kemampuan tubuh

seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi

atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang

berarti (Riyadi 2007). Menurut Giriwijoyo dan Ali (2005) kebugaran jasmani

sesungguhnya adalah derajat sehat dinamis tertentu yang dapat menanggulangi

tuntutan jasmani dalam menjalankan tugas hidup sehari-hari dengan selalu

masih mempunyai cadangan kemampuan untuk melakukan kegiatan aktivitas

fisik ekstra serta pulih kembali sebelum menjalani tugasnya sehari-hari.

Kebugaran fisik atau jasmani adalah suatu kualitas atau kondisi fisiologis dan

karena itu jelas berbeda dengan aktivitas fisik serta latihan fisik yang merupakan

tipe perilaku lainnya. Kebugaran fisik dapat diklasifikasikan sebagai kebugaran

yang berkaitan dengan kesehatan dan kebugaran yang berkaitan dengan kinerja.

Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan meliputi kebugaran

kardiorespiratori, kekuatan dan ketahan otot, komposisi tubuh dan kelenturan

(fleksibilitas). Sedangkan kebugaran yang berkaitan dengan kinerja meliputi

kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan ketahanan otot, komposisi tubuh,

Page 13: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

16

kelenturan (fleksibilitas), tenaga otot (muscle power), kecepatan (speed), agilitas

dan keseimbangan (Gibney et al 2008).

Kebugaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, umur jenis

kelamin, keturunan, makanan dan gizi yang seimbang, serta kebiasaan merokok.

Ciri-ciri kebugaran jasmani yang baik yaitu, tahan jika bekerja dalam waktu yang

lama, tidak lekas capai, tidak mudah terkena stress, tidak mudah terserang

penyakit, dan produktivitas kerja yang tinggi (Riyadi 2007).

VO2 Max

Kebugaran dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang

dapat dikonsumsi selama berolahraga pada kapasitas maksimum. Nilai VO2

maximum seorang atlet dan non atlet dapat dikategorikan berdasarkan umur dan

jenis kelamin. Nilai VO2 max seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain, 1) kemampuan kimia dari sistem jaringan otot selular untuk menggunakan

oksigen dalam mengurai bahan bakar dan 2) kemampuan gabungan sistem

jantung dan paru untuk mengangkut oksigen ke sistem jaringan otot

Tabel 3 Normatif nilai VO2 maximum atlet dan non atlet

Non Atlet

Umur Laki-laki Perempuan

10-19 47-56 38-46

20-29 43-52 33-42

30-39 39-48 30-38

40-49 36-44 26-35

50-59 34-41 24-33

60-69 31-38 22-30

70-79 28-35 20-27

Atlet

Jenis Olahraga Umur Laki-laki Perempuan

Bolabasket 18-30 40-60 43-60

Bersepeda 18-26 62-74 47-57

Senam 18-22 52-58 35-50

Sepakbola 22-28 54-64 50-60

Skating 18-24 56-73 44-55

Berenang 10-25 50-70 40-60

Atletik 18-39 60-85 50-75

Atletik 40-75 40-60 35-60

Bola voli 18-22

40-56

Angkat berat 20-30 38-52

Gulat 20-30 52-65

Sumber: Mackenzie 1997

Page 14: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

17

Individu yang berada dalam kondisi sehat memiliki nilai VO2 max yang

lebih tinggi dan dapat melaksanakan aktivitas lebih baik daripada individu yang

berada dalam kondisi tidak sehat. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa

seorang individu dapat meningkatkan VO2 max dengan melakukan aktivitas

yang intensitasnya dapat meningkatkan denyut jantung menjadi antara 65 dan

85% dari keadaan maksimum (pada keadaan normal) setidaknya selama 20

menit tiga sampai lima kali seminggu. Nilai rata-rata VO2 max untuk atlet laki-laki

adalah sekitar 3,5 liter / menit dan untuk atlet perempuan itu adalah sekitar 2,7

liter / menit (Mackenzie 1997)

Tes Balke

Tes Balke merupakan salah satu metode untuk mengukur VO2

maksimum atau kebugaran aerobik yang dilakukan dengan cara atlet berlari

selama 15 menit kemudian diukur jarak yang mampu ditempuh selama selang

waktu tersebut. Untuk menghitung berapa VO2 maksimum atlet tersebut maka

digunakan perhitungan berdasarkan jarak yang telah ditempuh oleh atlet

tersebut.

Total VO2 maksimum = (((Total jarak yang ditempuh ÷ 15) - 133) × 0.172) + 33.3

Hasil uji yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan hasil uji Balke

yang telah dilakukan sebelum-sebelumnya. Hal ini digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh latihan seorang atlet untuk meningkatkan VO2

maksimum atlet tersebut (Mackenzie 1997). Hasil pengukuran Tes Balke dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Suhu, tingkat kebisingan dan kelembaban

2. Waktu tidur atlet sebelum melaksanakan tes dan emosi atlet

3. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh atlet

4. Waktu pelaksanaan tes (sebaiknya dilakukan sebelum jam 11 siang)

5. Asupan kafein atlet

6. Waktu makan terakhir atlet

7. Lingkungan pelaksanaan tes (rumput, track, jalanan, gym)

8. Pengetahuan atlet

9. Akurasi pengukuran

10. Apakah atlet benar benar menggunakan usaha maksimal untuk

melakukan tes

11. Kepribadian, pengetahuan dan kemampuan penguji.

(Mackenzie 1997)

Page 15: Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi ... · "membakar" lemak dan gula untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang ... ketidakseimbangan energi dan protein secara

18

Denyut Jantung

Denyut jantung dapat diartikan sebagai jumlah detak jantung setiap satu

menit. Jumlah denyut jantung pada orang normal berkisar antara 60-80 kali per

menit. Pada olahragawan seperti atlet jumlah denyut jantung per menit nya lebih

rendah dari pada orang normal. Denyut jantung akan meningkat karena berbagai

macam sebab diantaranya karena emosi, kelelahan, kurang tidur, dan olahraga.

Pada saat berolahraga dan melakukan aktivitas, denyut jantung akan meningkat

dan akan menurun kembali pada saat beristirahat. Hal ini dikarenakan pada saat

berolahraga tubuh memerlukan oksigen lebih besar dari pada saat aktivitas

normal, sehingga akan membuat jantung bekerja lebih keras dan akan

mempercepat denyut jantung (Wibowo 2005).