KONSUMSI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PELET … · 2017-03-05 · 1 konsumsi bahan kering dan...

49
1 KONSUMSI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PELET PAKAN KOMPLITBERBASIS TONGKOL JAGUNGDENGAN BEBERAPA SUMBER PROTEIN PADA KAMBING SKRIPSI Oleh HERILIMIANSYAH I111 11 316 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

Transcript of KONSUMSI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PELET … · 2017-03-05 · 1 konsumsi bahan kering dan...

1

KONSUMSI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PELET

PAKAN KOMPLITBERBASIS TONGKOL JAGUNGDENGAN

BEBERAPA SUMBER PROTEIN PADA KAMBING

SKRIPSI

Oleh

HERILIMIANSYAH

I111 11 316

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

ii

KONSUMSI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PELET PAKAN

KOMPLIT BERBASIS TONGKOL JAGUNGDENGAN BEBERAPA

SUMBER PROTEIN PADA KAMBING KACANG JANTAN

SKRIPSI

Oleh

HERILIMIANSYAH

I 111 11 316

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Herilimiansyah

NIM : I111 11 316

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya Skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya Skripsi ini, terutama dalam

Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia

dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian penyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, Januari 2016

Herilimiansyah

I111 11 270

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Herilimiansyah

No. Stambuk : I 111 11 316

Jurusan : Ilmu Peternakan

Program Studi : Ilmu Peternakan

Judul Makalah : Konsumsi Bahan Kering Dan Bahan Organik Pelet

Pakan Komplit Berbasis Tongkol Jagung Dengan

Beberapa Sumber Protein Pada Kambing

Makassar, Januari 2016

Telah Disetujui,

Ir. H. Muhammad Zain Mide, MS

Pembimbing Utama

Prof.Dr.Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc

Pembimbing Anggota

Mengetahui :

Prof. Dr. Ir.H. Sudirman Baco,M.Sc

Dekan Fakultas Peternakan

Tanggal Lulus : Januari 2016.

Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati MalakaM.Sc

Ketua Program Studi IlmuPeternakan

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah

Skripsi. Penulis dengan rendah hati mengucapakan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Skripsi ini

utamanya kepada :

1. Bapak Ir. Muhammad Zain Mide, M.S. sebagai pembimbing utama dan

Bapak Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc. selaku pembimbing

anggota yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing,

mengarahkan dan memberikan nasihat serta motivasi dalam penyusunan

Skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Palmarudi, SU sebagai Pembimbing Akademik.

3. Kedua orang tua saya Baharuddin dan Murni dan saudara(i) Saya yang

telah memberikan doa, bantuan dan dukungan bagi penulis sehingga

makalah ini dapat terselesikan.

4. Teman-teman penelitian Eko Pramono, Yuliana Padli, Asrianti, Andi

Nurfaini, Namira Arsa, Silva Indah Sari Nurwan, Suarti dan KKN87

Desa Latellang serta teman-teman Pondok Nurul Niza, rekan-rekan

Solandeven,HUMANIKA,SENAT FAPET, dan semua mahasiswa

Fakultas Peternakan yang telah memberikan bantuan dan banyak menjadi

inspirasi bagi penulis.

5. Saudara Muh. Faisal Saade dan Muh. Nurchaidir yang telah memberikan

bantuan selama penelitian.

vi

6. Teman – teman Give To All (GTA) dan “Lipa Saqbe” SMA Negeri 1

Majene yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena itu penulis memohon saran untuk memperbaiki kekurangan

tersebut. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi saya sendiri.

Amin.

Makassar, Januari 2016

Penulis

vii

ABSTRAK

HERILIMIANSYAH (I 111 11 316). Konsumsi Bahan Kering dan Bahan

Organik Pelet Pakan Komplit Berbasis Tongkol Jagung Dengan Beberapa Sumber

Protein pada Kambing (Dibawah bimbingan MUHAMMAD ZAIN MIDE

sebagai Pembimbing Utama dan ASMUDDIN NATSIR sebagai Pembimbing

Anggota)

Kandungan serat yang tinggi, palatabilitas dan protein rendah pada tongkol

jagung dapat diatasi dengan penambahan bahan pakan sumber protein menjadi

pelet pakan komplit.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi bahan

kering dan bahan organik pelet pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan

sumber protein berbeda pada kambing kacang jantan.Empat ekor kambing kacang

jantan umur 1,5 – 2 tahun dengankisaran berat badan ± 12 kg, analisis statistik

yang digunakan adalah rancangan bujur sangkar latin (4 perlakuan dan diulangi 4

kali). Susunan perlakuan terdiri dari P1 = pelet pakan komplit mengandung

tepung ikan, P2 = pelet pakan komplit mengandung urea, P3 = pelet pakan

komplit mengandung bungkil kedelai, P4 = pelet pakan komplit mengandung

tepung limbah udang. Hasil penelitian memperlihatkan rataan konsumsi bahan

kering untuk perlakuan P1 =990(g/e/h), P2 =830 (g/e/h), P3=765 (g/e/h),

P4=1274(g/e/h). Sedangkan rataan konsumsi bahan organik untuk perlakuan

P1=869(g/e/h), P2=728(g/e/h),P3=671(g/e/h), P4 =1074(g/e/h). Analisis statistik

memperlihatkan bahwa penggunaan pelet pakan komplit pada kambing kacang

jantan berpengaruh nyata(P<0,05). Kesimpulan,1. Pelet pakan komplit berbasis

tongkol jagung dengan beberapa sumber protein dapat meningkatkan konsumsi

bahan kering dan bahan organik pada kambing. 2. Pelet pakan komplit berbasis

tongkol jagung dengan sumber protein tepung rese paling baik meningkatkan

konsumsi bahan kering dan bahan organik pada kambing.

Kata Kunci : Tongkol Jagung, Pelet Komplit, Konsumsi, Bahan Kering dan

Bahan Organik.

viii

ABSTRACT

Herilimiansyah (I 111 11 316). Consumption Dry and Organic Matter Pellet

Feed Complete Based Corn Cob With Multiple Sources of Protein of Goats

(Under Supervisor MUHAMMAD ZAINMIDE and as Co-Supervisor

ASMUDDIN NATSIR).

High fiber content, palatability and low protein in the corn cob can be

overcome with the addition of a source of protein feed matter into a complete feed

pellets. This study aimed to determine the consumption of dry matter and organic

matter complete feed pellets based on corn cob with different protein sources of

male kacang goats. Four male kacang goats aged 1.5 - 2 months with a weight

range of ± 12 kg, the statistical analysis used was Latin square design (4

treatments and repeated 4 times). The composition of the treatment consists of P1

= complete feed pellets containing fishmeal, P2 = complete feed pellets containing

urea, P3 = complete feed pellets containing soybean meal, P4 = complete feed

pellets containing flour shrimp waste. The results showed the average dry matter

intake for the treatment of P1 = 990 (g / e / h), P2 = 830 (g / e / h), P3 = 765 (g / e

/ h), P4 = 1274 (g / e / h). While the average consumption of organic materials for

the treatment of P1 = 869 (g / e / h), P2 = 728 (g / e / h), P3 = 671 (g / e / h), P4 =

1074 (g / e / h) , Statistical analysis showed that the use of complete feed pellets in

the male kacang goatssignificant (P <0.05). In conclusion, 1. Complete feed

pellets based on corn cob with multiple sources of protein can increase dry matter

intake and organic matter in goats. 2. The complete feed pellets based corn cob

with protein sources of waste shrimp provide the most excellent effect on dry

matter intake and organic matter in goats.

Keywords: Corn Cob, Pellets Complete, Consumption, Dry Matter and Organic

Matter.

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

PENDAHULUAN ......................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA

Kambing Kacang .................................................................................... 4

Gambaran Umum Pelet Pakan Komplit .................................................. 5

Tongkol Jagung ....................................................................................... 6

Bahan Pakan Sumber Energi .................................................................. 7

Bahan Pakan Sumber Protein.................................................................. 8

Konsumsi Pakan...................................................................................... 11

Konsumsi Bahan Kering ......................................................................... 13

Konsumsi Bahan Organik ....................................................................... 14

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat .................................................................................. 16

Materi Penelitian ..................................................................................... 16

Metode Penelitian ................................................................................... 16

Prosedur Pembuatan Pelet Pakan Komplit ............................................. 18

Pemeliharaan Ternak Percobaan ............................................................. 18

Pengambilan Sampel ............................................................................... 19

x

Analisa Sampel ....................................................................................... 19

Peubah yang Diukur ................................................................................ 21

Pengolahan Data ..................................................................................... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

Konsumsi Bahan Kering ......................................................................... 22

Konsumsi Bahan Organik ....................................................................... 23

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ............................................................................................. 25

Saran ....................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 26

xi

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Denah Perlakuan Pelet Pakan Komplit pada Kambing

selama Penelitian .................................................................................. 17

2. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan ............................................. 17

3. Rataan Konsumsi Bahan Kering dan Bahan Organik pada Kambing

Kacang Jantan ....................................................................................... 22

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Prosedur Pembuatan Pelet Pakan Komplit Kambing

Kacang Jantan ...................................................................................... 18

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Kandungan nutrisi dari bahan pakan yang akan digunakan dalam

pembuatan pelet pakan kompli ............................................................. 30

2. Hasil Perhitungan Konsumsi Bahan Kering ......................................... 31

3. Hasil Perhitungan Konsumsi Bahan Organik ....................................... 33

4. Dokumentasi ......................................................................................... 35

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan adalah bidang yang menyediakan pangan dari sumber hewani.

Salah satu ternak yang menjadi kebutuhan pangan hewani bagi kehidupan

manusia adalah kambing. Kambing menjadi hewan peliharaan yang cukup baik

bagi masyarakat disamping harga yang tidak cukup mahal, jumlah anak per

kelahiran bisa lebih dari satu ekordan memiliki tubuh yang tidak terlalu besar

dibandingkan dengan sapi. Sistem pemeliharaan kambing yang masih tradisional

dengan bergantungnya peternak pada hijauan akan menyebabkan kesulitan bagi

peternak.

Pakan menjadi salah satu hal pokok dalam dunia peternakan. Ternak

ruminansia yang membutuhkan hijauan untuk pertumbuhan dan kegiatan

reproduksi sehingga harus tersedia setiap saat. Ketersediaan hijauan dipengaruhi

oleh musim, pada musim hujan hijaun dapat memenuhi kebutuhan ternak dan

bahkan bisa lebih. Namun, pada musim kemarau hijaun menjadi sulit diperoleh

peternak sehingga produktivitas dan pertumbuhan ternak ruminansia menjadi

menurun. Sektor pertanian dan perikanan menjadi salah satu penyokong dalam

pemenuhan kebutuhan pakan bagi ternak ruminansia, banyaknya limbah pertanian

dan perikanan yang tidak dimanfaatkan dapat menjadi pakan alternatif salah

satunya yaitu tongkol jagung.

Tongkol jagung merupakan bagian terbesar dari limbah jagung. Dari berat

jagung bertongkol, diperkirakan 40-50% adalah tongkol jagung yang besarnya

dipengaruhi oleh varietas jagungnya(Richana dkk., 2004). Janggel atau tongkol

2

kosong berbentuk batang berukuran cukup besar, sehingga tidak dapat dikonsumsi

ternak jika diberikan secara langsung. Oleh karena itu, untuk memberikannya

perlu penggilingan terlebih dahulu (Suhartanto dkk., 2003). Menurut Wahyono

(2004) kandungan nutrisi tongkol jagung yaitu bahan kering 76,608%, protein

kasar 5,616%, lemak kasar 1,576%, serat kasar 25,547%, Total Digestible

Nutrient 53,075%.

Untuk memanfaatkan tongkol jagung sebagai pakan ternak kambing maka

perlu ditambahkan sumber protein untuk memperbaiki kandungan protein tongkol

jagung. Berkaitan dengan kandungan protein tongkol jagung, kandungan protein

yang relatif rendah dapat dikoreksi dengan kombinasi pemberian bersama dengan

bahan pakan sumber protein dan mineral. Namun pemilihan sumber protein

berbeda yang akan dikombinasikan dengan tongkol jagung perlu memperhatikan

beberapa faktor, terutama karakteristik dari sumber protein yang akan digunakan

disamping mempertimbangkan harga bahan pakan sumber protein tersebut agar

diperoleh ransum yang ekonomis (Natsir, 2012).

Pemberian tongkol jagung dengan penambahan sumber protein (pakan

komplit) dapat mempengaruhi tingkat palatabilitas ternak.Pemberian pakan

komplit bentuk wafer dengan konversi pakan 4,78 kg dapat menambah bobot

badan ternak kambing 136 g/hari (Natsir dkk., 2014). Berdasarkan hal ini maka

perlu dilakukan pengolahan menjadi pakan yang memiliki nilai nutrisi yang bagus

yang mampu memberikan peningkatan produksi pada ternak.

3

Rumusan Masalah

Tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang tidak dimanfaatkan

oleh petani dan biasanya dibakar apabila telah selesai panen, berukuran cukup

besar sehingga sulit dikonsumsi oleh ternak dan memiliki kandungan nutrisi

rendah serta masih sedikit pengolahan pakan dalam bentuk pelet pada ternak

kambing. Mengingat peluang tongkol jagung yang bisa dijadikan pakan untuk itu

diperlukan pengolahan menjadi pelet pakan komplit berbasis tongkol jagung

sehingga menjadi pakan yang memiliki nilai nutrisi yang baik dan meningkatkan

nilai palatabilitas ternak.

Hipotesis

Diduga dengan pemberian pelet pakan komplitberbasis tongkol jagung

dengan berbagai jenis bahan pakan sumber protein akan meningkatkankonsumsi

bahan kering dan bahan organikpada kambing kacang jantan.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsumsi bahan kering

dan bahan organik pelet pakan komplit berbasis tongkol jagungdengan berbagai

jenis bahan pakan sumber protein pada kambing kacang jantan.

Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada

peternak tentang pembuatan peletpakan komplitberbasis tongkol jagung dengan

berbagai jenis bahan pakan sumber protein untuk meningkatkan konsumsi bahan

kering dan bahan organik pakan.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Kambing Kacang

Kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang biasanya

disebut dengan kambing Jawa.Kambing ini biasanya memiliki tubuh yang relatif

kecil. Pada umumnya kambing kacang memiliki warna bulu tunggal, yakni: putih,

hitam dan coklat, serta adakalanya warna campur dari ketiga warna tersebut.

Kambing kacang kelamin jantan maupun betina memiliki tanduk 8-10cm. Berat

tubuh kambing kacang dewasa rata-rata sekitar 17-30 kg (Hendrasworo, 2007).

Kambing umumnya menolak pakan yang telah disentuh oleh ternak lain

dan tidak dapat mengonsumsi satu jenis pakan saja dalam waktu yang lama.

Kambing dapat membedakan rasa pahit, manis, asin dan masam dan mempunyai

toleransi yang tinggi terhadap rasa pahit. Pada ruminansia rangsangan penciuman

(bau/aroma) sangat penting bagi ternak untuk mencari dan memilih makanan.

Demikian pula rangsangan selera (rasa) akan menentukan apakah pakan tersebut

akan dikonsumsi oleh ternak atau tidak (Asminaya, 2007).

Kambing dapat mengonsumsi bahan kering yang relatif lebih banyak

untuk ukuran tubuhnya, kambing lebih efisien dalam mencerna pakan yang

mengandung serat kasar dibandingkan sapi dan domba. Kambing mampu

mengkonsumsi daun-daunan, semak belukar, tanaman ramban dan rumput yang

sudah tua dan berkualitas rendah. Jenis pakan tersebut dapat dimanfaatkan dengan

efisien sehingga kambing dapat beradaptasi pada lingkungan yang kurang pakan

(Tarigan, 2009).

5

Gambaran Umum Pelet Pakan Komplit

Pakan komplit mempunyai pengertian sebagai suatu jenis pakan yang dirancang

untuk produk komersial bagi ternak ruminansia dan di dalamnya sudah

mengandung bahan hijauan maupun konsentrat dalam imbangan memadai

(Lammerset al., 2003).Dewasa ini ada kecenderungan pakan diberikan kepada

ternak dalam bentuk komplit karena dinilai sangat efektif, apalagi pakan tersebut

dikemas dalam bentuk pelet. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pakan

komplit berbentuk pelet lebih bisa diterima bagi ternak, disamping

pemberiannyapun relatif lebih mudah dan tidak berabu (Krisnan dan Ginting,

2009). Peleting meningkatkan kepadatan dan daya alir, mencegah pakan tercecer

dan diterbangkan angin, serta meningkatkan konversi ransum. Peningkatan

performans terjadi karena peningkatan kecernaan, penurunan pemisahan bahan

penyusun ransum, lebih sedikit energi untuk mencerna pakan serta peningkatan

palatabilitas (Behnke, 1998).

Pembuatan pelet adalah proses mengkompresikan pakan berbentuk tepung

dengan bantuan uap panas untuk menghasilkan bentuk pakan yang silindris.

Peleting memberikan keuntungan yaitu pakan tidak berdebu, kandungan gizi

seragam, kepadatan tinggi, mengurangi sisa pakan, memaksa ternak tidak memilih

pakan yang disukai saja dan pada akhirnya akan meningkatkan performa ternak

yang bersangkutan (Sutardi 1980).

Umumnya proses pengolahan pelet terdiri dari 3 tahap, yaitu 1)

pengolahan pendahuluan meliputi pencacahan, pengeringan dan penghancuran

menjadi tepung, 2) Pembuatan pelet meliputi pencetakan, pendinginan dan

6

pengeringan, 3) Perlakuan akhir meliputi sortasi, pengepakan dan penggudangan

(Tjokroadikoesoemo, 1989). Secara ringkas tahapan pembuatan pelet sebenarnya

hanya meliputi beberapa proses penting yaitu pencampuran (mixing), pengaliran

uap (conditioning), pencetakan (extruding) dan pendinginan (cooling). Bagi

industri atau pabrik pakan unggas (non ruminansia) dan pakan ikan (aqua feed),

hal tersebut umum dilakukan mengingat dukungan peralatan dan mesin yang

modern pada skala usaha industri. Namun berbeda halnya dengan industri pakan

ruminansia yang umumnya masih menggunakan mesin sederhana pada skala

usaha menengah atau kecil (Krisnan dan Ginting, 2009).

Tongkol Jagung

Tongkol jagung merupakan bagian terbesar dari limbah jagung.Dari berat

jagung bertongkol, diperkirakan 40-50% adalah tongkol jagung, yang besarnya

dipengaruhi oleh varietas jagungnya. Tongkol jagung merupakan bahan

berlignoselulosa (kadar serat 38,99%) yang mengandung xilan tertinggi (12,4%)

dibanding limbah pertanian lain (Richana dkk., 2004).

Tongkol jagung merupakan bagian dari buah jagung setelah biji dipipil.

Kandungan nutrisi tongkol jagung berdasarkan analisis di Laboratorium Ilmu

Makanan Ternak meliputi kadar air, bahan kering, protein kasar dan serat kasar

berturut-turut sebagai berikut 29,54%; 70,45%; 2,67% dan 46,52% dalam 100%

bahan kering (BK). Palatabilitas tongkol jagung yang rendah masih dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia dengan pengolahan terlebih dahulu

(Wardhani dan Musofie, 1991).

7

Tongkol jagung mengandunglignoselulosa yang terdiri dari lignin,

selulosa, danhemiselulosa (Aylianawaty dan Susiani, 1985).Janggel atau tongkol

kosong berbentuk batangberukuran cukup besar, sehingga tidak dapatdikonsumsi

ternak jika diberikan langsung, olehkarena itu, untuk memberikannya perlu

penggilinganterlebih dahulu (Suhartanto dkk., 2003).

Menurut Wahyono (2004) kandungan nutrisi tongkol jagung yaitu bahan

kering 76,608%, protein kasar 5,616%, lemak kasar 1,576%, serat kasar 25,547%,

Total Digestible Nutrient 53,075%.

Bahan Pakan Sumber Energi

Sumber energi adalah bahan-bahan yang memiliki kadar protein kurang

dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari 35%,

contohnya biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi-umbian dan limbah

sisa penggilingan (Wahyono, 2004).

Dedak Padi

Dedakpadi(ricebran)merupakansisadaripenggilinganpadi,yangdimanfaatka

nsebagaisumberenergi

padapakanternakdengankandunganseratkasarberkisar27%(PutrawandanSoerawidj

aja, 2007). Dedak padi mengandung protein 19,2 %, lemak 13 %, dan serat kasar

11,4% (Anggarodi, 1995). Kandungan nutrisi dedak padi Bahan Kering 91%,

Protein kasar 9,960%, lemak kasar2,320%, serat kasar 18,513%, Total digestable

Nutrient 55,521% (Wahyono, 2004).

8

Molases

Molases merupakan hasil sampingan dari pengolahan gula tebu, molases

sering disebut sebagai tetes atau pith. Molases memiliki bentuk yang cair dan

berwarna coklat. Kandungan nutrisi molases bahan kering 50,232 %, protein kasar

8,5 %, dan total digestable nutrient 63% (Wahyono, 2004).

Dedak Jagung/Tepung Jagung

Dedak jagung adalah limbah dari hasil olahan tanaman jagung, dedak

jagung biasa disebut tepung jagung atau empok jagung. Dedak jagung berbentuk

mesh atau tepung dan berwarna kuning. Kandungan nutrisi dedak jagung bahan

kering 84,980%, protein kasar 9,379 %, lemak kasar 5,591 %, serat kasar 0,577

%,total digestable nutrient 81, 835 % (Wahyono, 2004).

Bahan Pakan Sumber Protein

Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan bahan pakan yang snagat baik sebagai sumber

protein, lemak maupun mineral. Tepung ikan mengandung protein cukup tinggi

yang tahan terhadap degradasi dalam rumen dan mengandung lemak sekitar 105

yang sebagian besar berupa asam lemak tak jenuh yang snagat penting untuk

sistem hormon reproduksi. Kualitas tepung ikan juga sangat bervariasi tergantung

pada beberapa faktor, terutama kualitas bahan baku dan proses pembuatannya.

(Abdullah dkk., 2007).

Tepung ikan sebagai sumber protein hewani memiliki kedudukan yang

penting yang sampai saat ini masih sulit digantikan kedudukannya oleh bahan

baku lain bila ditinjau dari kualitas maupun dari harganya. Kandungan protein

9

asam amino esensial yang kompleks, diantaranya asam amino lisin dan metionon.

Di samping itu, juga mengandung mineral kalsium dan fosfor, serta vitamin B

komplek, khususnya vitamin B12 (Purnamasaridkk., 2006).

Menurut Anggorodi (1995) Kandungan nutrisi tepung Ikan yaitu bahan

kering 89,7%, protein kasar 59,0%, serat kasar 5,7%, lemak kasar 9,0%, Total

Digestible Nutrient 59%, Calsium 5,50% dan Fosfor 2,60%.

Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai merupakan limbah dari produksi minyak kedelai. Sebagai

bahan makanan sumber protein asal tumbuhan, bungkil ini mempunyai kandungan

protein yang berbeda sesuai kualitas kacang kedelai. Kisaran kandungan protein

bungkil kedelai mencapai 44-51%. Hal ini selain oleh kualitas kacang kedelai juga

macam proses pengambilan minyaknya. Pada dasarnya bungkil kedelai dikenal

sebagai sumber protein dan energi (Rasyaf, 1993).

Bungkil kedelai merupakan salah satu bahan pakan yang sangat baik bagi

ternak. Kadar protein bungkil kedelai dapat mencapai 50% (Parakkasi, 1999).

Tingkat degradasi (protein) kedelai dalam rumen relatif tinggi dibandingkan

dengan sumber protein berkualitas baik lainnya, dapat mencapai 75%. (Uhi,

2006).

Menurut Siregar (1994) kandungan nutrisi bungkil kedelai yaitu bahan

kering 88,6%, protein kasar 49,0%, serat kasar 3,5%, lemak kasar 1,5%, Total

Digestible Nutrient 83,2 %, Calsium 0,32%, fosfor 0,24%.

10

Urea

Urea dengan rumus molekul CO(NH2)2 banyak digunakan dalam ransum

ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harganya murah dan sedikit efek

keracunan yang diakibatkannya dibandingkan dengan biuret. Secara fisik urea

berbentuk kristal padat berwarna putih dan higroskopis. Perlakuan amoniasi

dengan urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang baik terhadap pakan.

Setelah terurai menjadi NH3 dan CO2, dengan adanya molekul air, NH3 akan

mengalami hidrolisis menjadi NH4+

dan OH-. Senyawa NH3 mempunyai pKa =

9,26, berarti bahwa dalam suasana netral (pH = 7) akan lebih banyak terdapat

sebagai NH+. Dengan demikian amoniasi akan serupa dengan perlakuan alkali.

Gugus OH dapat memutus ikatan hidrogen antara oksigen pada karbon nomor 2

molekul glukosa satu dengan oksigen karbon nomor 6 molekul glukosa lain yang

terdapat pada ikatan selulosa, lignoselulosa dan lignohemiselulosa. Telah

diketahui bahwa dua ikatan terakhir ini bersifat labil alkali, yaitu dapat diputus

dengan perlakuan alkali. Dengan demikian pakan akan memuai dan lebih mudah

dicerna oleh mikroba rumen (Puastuti, 2010). Urea dalam pakan suplemen untuk

menyuplai unsur nitrogen yang bermanfaat untuk mensintesa protein (Wijaya,

2008).

Tepung Limbah Udang (Rese)

Tepung limbah udang merupakan limbah industri pengolahan udang yang

terdiri dari kepala dan kulitudang. Hasil analisis berdasarkan bahan kering bahwa

tepung limbah udang mengandung 45,29% protein kasar, 17,59% serat kasar,

6,62% lemak, 18,65% abu, 13,16 BETN (Poultry Indonesia, 2007). Tepung

11

limbah udang yang digunakan dalam ransum pakan buatan hanya sebesar 10%

dan bila dipakai sebagai pengganti tepung ikan, maka tepung limbah udang

mempunyai kelemahan, yaitu serat kasar tinggi dan mempunyai khitin.

Kandungan protein kasar yang tinggi dalam kulit udang tersebut tidak

dapat dimanfaatkan secara maksimal karena adanya faktor pembatas dalam kulit

udang, yaitu kandungan khitin yang tinggi. Menurut Purwaningsih (2000),

kandungan khitin pada kulit udang yaitu 30% dari bahan keringnya.Protein yang

terkandung dalam kulit udang berikatan erat dengan khitin dan kalsium karbonat

(dalam ikatan protein–khitin-kalsium karbonat) sehingga dalam penggunaanya

pada ternak akan menurun, terutama dalam pencernaan.

Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan

bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad-libitum (Parakassi,

1999).Palatabilitas merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan

tingkat konsumsi pakan, dimana palatabilitas pakan ditentukan oleh rasa, bau dan

warna yang merupakan pengaruh faktor fisik dan kimia pakan

(Parakkasi,1986).Demikian pula halnya untuk daerah-daerah yang suhu udara dan

kelembapan yang tinggi kemampuan ternak ruminansia mengkonsumsi ransum

akan lebih rendah (Siregar, 1994). Jumlah konsumsi pakan adalah merupakan

faktor penentu yang penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat ternak

dan selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi (Wodzickaet al., 1993).

Menurut Tillman dkk., (1998) konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah

makanan yang dikonsumsi oleh ternak, zat makanan yang dikandungnya akan

12

digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan

produksi hewan tersebut. Tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain faktor ternak (bobot badan dan umur), tingkat kecernaan pakan,

kualitas pakan, dan palatabilitas (Parakkasi, 1999). McDonaldet al., (2002)

menambahkan bahwa kecernaan pakan dan laju digesta pakan mempengaruhi

konsumsi ransum. Kecernaan yang tinggi dan laju digesta yang cepat akan

meningkatkan konsumsi ransum.

Menurut Perryet al., (2003), menyatakan bahwa konsumsi makanan

dipengaruhi terutama oleh faktor kualitas makanan dan oleh faktor kebutuhan

energi ternak yang bersangkutan. Makin baik kualitas makanannya, makin tinggi

konsumsi makanan seekor ternak. Konsumsi makanan ternak berkualitas baik

ditentukan oleh status fisiologi seekor ternak. Hal ini juga di utarakan oleh

Wodzickaet al., (1993) yang menyatakan bahwa kualitas pakan berpengaruh

terhadap konsumsi akhirnya yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan. Jumlah

konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting untuk

menentukan jumlah zat-zat makanan yang tersedia bagi ternak.

Konsumsi pakan merupakan hal mendasar yang akan menentukan level

nutrien, fungsi dan respon ternak serta penggunaan nutrien dalam pakan (Arora,

1989). Ternak ruminansia akan mengkonsumsi pakan dalam jumlah tertentu untuk

memenuhi kebutuhan hidup pokoknya, kemudian konsumsi pakan akan

meningkat sejalan dengan perkembangan kondisi dan tingkat produksi

yangdihasilkannya. Mulyono dan Sarwono (2010) menyatakan bahwa volume

pakan yang diperlukan kambing sangat tergantung dari total berat badan dan

13

kemampuan memakan pakan (aseptabilitas). Orskov (1988) menyatakan bahwa

kapasitas rumen akan menentukan tingkat konsumsi pakan, karena ternak akan

berhenti makan ketika rumennya telah penuh terisi pakan meskipun kebutuhan

nutriennya belum terpenuhi.

Konsumsi Bahan Kering

Konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup pokok

dan menentukan produksi. Tingkat konsumsi ternak dipengaruhi oleh

berbagaifaktor yang kompleks yang terdiri dari hewan, makanan yang diberikan

dan lingkungan tempat hewan tersebut dipelihara. Konsumsi merupakan faktor

yang penting dalam menentukan jumlah danefisiensi produktifitas ruminansia,

dimana ukuran tubuh ternak sangat mempengaruhi konsumsi pakan (Elita, 2006).

Tinggi rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat

dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu: tempat tinggal (kandang), palatabilitas,

konsumsi nutrisi, bentuk pakan dan faktor internal yaitu: selera, status fisiologi,

bobot tubuh dan produksi ternak itu sendiri (Kusumaningrum, 2009).

Semakin tinggi kandungan serat kasar dalam ransum maka semakin

rendah kecernaan dari ransum tersebut dan akan menurunkan konsumsi bahan

kering dari ransum. Pemberian konsentrat terlampau banyak akan meningkatkan

konsentrasi energi ransum dan dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga

tingkat konsumsi berkurang (Mulyaningsih, 2006).

Nilai konsumsi pakan tinggi disebabkan oleh bentuk pakan lebih halusjuga

karena bentuk kering udara menyebabkan kambing sering mengkonsumsi air

14

sehingga membantu proses hidrolisis, laju kecernaan pakan serta pengosongan isi

lambung cepat mengakibatkan konsumsi pakan meningkat (Ali, 2008).

Jumlah bahan kering pakan yang dapat dikonsumsi oleh seekor ternak

selama satu hari perlu diketahui. Konsumsi bahan kering tergantung dari hijauan

saja yang diberikan atau bersamaan dengan konsentrat.Konsumsi bahan kering

pada ternak kambing pada umumnya adalah 3-3.8 % dari berat badan

(Tarigan,2009).

Konsumsi Bahan Organik

Bahan organik merupakan bagian terbesar nutrien yang dibutuhkan oleh

ternak. Kualitas bahan kering yang dimakan oleh ternak tidak saja tergantung dari

mutu bahan makanan yang dimakan, tetapi juga tergantung ukuran ternak yang

memakan bahan makanan tersebut. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh laju

pencernaan pakan dan tergantung pada bobot badan ternak dan kualitas pakan.

Salah satusifat limbah organik yang berkualitas rendah adalah tingginya

kandungan lignosellulose yang sulit dicerna ruminansia. Tingginya serat kasar

dalam pakan merupakan faktor pembatas lamanya waktu pencernaan sehingga

akan mempengaruhi laju pencernaan dan akhirnya menurunkan konsumsi pakan.

Peningkatan konsumsi pakan bagi ternak selaras dengan meningkatnya kualitas

dan kecernaan pakan yang diberikan, sedang kecernaan pakan tergantung dari

kandungan serat yang tidak mampu dimanfaatkan ternak (Ali, 2008).

Tinggi rendahnya konsumsi bahan organik akan dipengaruhi oleh tinggi

rendahnya konsumsi bahan kering. Hal ini disebabkan karena sebagian besar

15

komponen bahan kering terdiri dari komponen bahan organik, perbedaan

keduanya terletak pada kandungan abunya (Murni dan Okrisandi, 2012).

16

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian inidilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2015.

Penelitian dimulai dengan pembuatan pelet pakan komplit berbasis tongkol

jagung dengan beberapa sumber protein pada kambing yang dilaksanakan di

Laboratorium Industri Dan Teknologi Pengolahan Pakan Fakultas Peternakan,

Universitas Hasanuddindan dilanjutkan dengan analisis kandungan bahan kering

dan bahan organik berdasarkan analisis proksimat di Laboratorium Kimia

Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.

Materi Penelitian

Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung,

tepung jagung, dedak padi, tepung tapioka, tepung limbah udang(rese), urea,

bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, molases, mineral mix (sapi)dan

garam. Ternak yang digunakan adalah kambing.

Peralatan yang digunakan adalah timbangan, mesin penggiling, mesin

pelet, oven, tanur dan baskom.

Metode Penelitian

Penelitian ini di rancang dengan menggunakan Rancangan Bujur Sangkar

Latin (RBSL) 4 4 (4 perlakuan dan 4 periode). Perlakuan tersebut sebagai

berikut:

17

P1 : Pelet pakan komplit mengandung tepung ikan

P2 : Pelet pakan komplit mengandung urea

P3 : Pelet pakan komplit mengandung bungkil kedelai

P4 : Pelet pakan komplit mengandung tepung limbah udang (rese)

Denah perlakuan pelet pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan

sumber protein berbeda pada kambing kacang jantan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel1. Denah Perlakuan Pelet Pakan Komplit pada Kambing selama Penelitian

Periode Kambing

A B C D

I P1 P2 P4 P3

II P2 P1 P3 P4

III P4 P3 P1 P2

IV P3 P4 P2 P1

Komposisi bahan pada setiap perlakuan tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan

Bahan (%) Perlakuan

P1 P2 P3 P4

Tongkol Jagung 50 50 50 50

Dedak padi 10 12,5 9 10

Tepung Jagung 8 13 7 5

Bungkil Kelapa 5 5 5 5

Tapioka 1 1 1 1

Tepung rese 0 0 0 12

Bungkil Kedelai 0 0 11 0

Urea 0 1,5 0 0

Tepung Ikan 9 0 0 0

Molases 15 15 15 15

Garam 1 1 1 1

Mineral Mix(Sapi) 1 1 1 1

Total 100 100 100 100

18

Prosedur Pembuatan Pelet Pakan Komplit

Tongkol jagung dan bahan pakan lainnya yang masih kasar di giling halus

terlebih dahulu dengan menggunakan grinder (mesin penggiling). Kemudian

setiap bahan pakan ditimbang berdasarkan formulasi tiap perlakuan dan dicampur

secara merata. Untuk molases ditambahkan air 10% kemudian dicampurkan ke

dalam bahan pakan yang telah dicampur. Dilakukan pencetakan dengan

menggunakan mesin pelet.

Prosedur pembuatan pelet pakan komplit berbasis tongkol jagung untuk

kambing dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Prosedur Pembuatan Pelet pakan komplit untuk Kambing Kacang

Jantan.

Pemeliharaan Ternak Percobaan

Penelitianinimenggunakan 4 ekorkambingkacangjantandenganumur 1,5 –

2,0 tahun dengan kisaran berat badan ± 12 kg. Kambing di

tempatkandalamkandangpemeliharaan yang dilengkapitempatpakandan

Penggilingan Bahan Pakan

Yang Masih

Kasar

Tongkol

Jagung

Formulasi

Penimbangan

Air 10 %

Pencampuran

Pemeletan

Pelet Pakan Komplit

19

urine.Kandanginidipasangi ram plastik di bawahlantaikandang yang

berfungsisebagaifiltrasifesesdan urine, corongplasticdantoplesdipasang di bawah

ram plasticuntukmenadah urine, sehinggafesesdan urine

tertampungdalampenampunganmasing-masing.

Penelitianiniberlangsung selama 4 periode, pada setiap periode masing –

masing ternak mendapat satu diantara 4 macam perlakuan. Setiap periode

berlangsung selama 15 hari yang terbagi ke dalam dua tahap yaitu tahap

pemeliharaan/pembiasaan selama 9 hari dan tahap pengambilan sampel selama 6

hari. Pembiasaanpakandimaksudkan agar ternakterbiasadenganpakan yang

ditawarkan. Pemberianpakandan air minumdilakukansecaraad-libitium.

PengambilanSampel

Pengambilansampelpakanpeletdansisadilakukansetiaphariselama periode

koleksidarisetiapperiodepenelitian.Sampel yang terkumpulmasing – masing

dicampursecarahomogenkemudiandiambil sampel sebanyak 10%

untukkebutuhananalisis di laboratorium.

Analisis Sampel

Analisa Bahan Kering danBahan Organikdilakukan dengan Analisa

Proksimat. Untuk mengetahui kandungan bahan kering dan bahan organik,

dilakukan menurut prosedur sebagai berikut (Anonymous, 2000):

Bahan Kering

1. Cawan porselin yang bersih dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105°C

selama 2 jam. Kemudian didinginkan di dalam desikator selama 30 menit

dan ditimbang (a gram).

20

2. Menimbang sampel sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam

cawan porselin (b gram).

3. Kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 105°C selama 24 jam

dansetelah kering didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali (c

gram).

Rumus yang digunakan adalah :

x 100%

Kadar air = 100% ˗ bahan kering

Keterangan : a : berat cawan kosong (gram)

b : berat sampel sebelum oven (gram)

c : berat cawan + sampel setelah oven (gram)

Bahan Organik

1. Sampel ditambah cawan penetapan kadar air di atas dimasukkan ke

dalamtanur listrik selama 3 jam pada suhu 600°C.

2. Dibiarkan agak dingin (suhunya sekitar 200°C), kemudian dimasukkan

kedalam desikator selama 30 menit, lalu ditimbang (d gram).

Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar abu adalah:

x 100%

Kadar bahan organik = 100 % − % Abu

Keterangan : a = berat cawan kosong

b = berat cawan + sampel sebelum ditanur

d = berat cawan + sampel setelah ditanur

21

Peubah yang Diukur

Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah konsumsi bahan kering dan

konsumsi bahan organik. Dimana konsumsi ransum diukur berdasarkanjumlah

ransum yang diberikan pada hari itu dikurangi dengan sisa ransumkeesokan

paginya. Rumus dari konsumsi bahan kering (KBK) dan konsumsi bahan organik

(KBO), menurut Harris(1970) adalah:

KBK(g/ekor/hari) = BK Pakan yang diberi – BK sisa pakan

KBO(g/ekor/hari)= BO Pakan yang diberi – BO sisa pakan

Pengolahan Data

Data dianalisis dengan analisis ragam menurut Rancangan Bujur Sangkar

Latin 4 4 (4 perlakuan dan 4 periode). Perlakuan berpengaruh nyata terhadap

parameter yang diukur sehingga diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan

(Steel and Tornie, 1981) dengan model matematika sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + ßj + γk + ξ ijk

Keterangan:

µ = rataan umum

αi = pengaruh ternak ke-i (i = 1,2,3,4)

ßj = pengaruh waktu ke-j (j = 1,2,3,4)

γk = pengaruh perlakuan ke k (k =1,2,3,4)

ξ ijk = pengaruh galat (ijk = 16)

22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai rataan konsumsi bahan kering dan bahan organik pelet pakan komplit

berbasis tongkol jagung dengan sumber protein berbeda pada kambing kacang

jantan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel3. Rataan konsumsi Bahan Kering dan Bahan Organik pada Kambing

Kacang Jantan.

Parameter

Perlakuan

P1 P2 P3 P4

Konsumsi Bahan Kering(g/e/h) 990b 830

b 765

b 1274

a

Konsumsi Bahan Organik(g/e/h) 869b 728

b 671

b 1074

a

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaaan yang nyata (P<0,05) terhadap konsumsi bahan kering

dan konsumsi bahan organik.

P1 = Pelet pakan komplit mengandung tepung ikan

P2 = Pelet pakan komplit mengandung Urea

P3 = Pelet pakan komplit mengandung bungkil kedelai

P4 = Pelet pakan komplit mengandung tepung limbah udang

Konsumsi Bahan Kering

Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05)

terhadap konsumsi bahan kering pelet pakan komplit berbasis tongkol jagung

dengan sumber protein berbeda pada kambing kacang jantan.Rataan konsumsi

bahan kering pelet pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan sumber protein

berbeda berkisar 765 – 1274 g/e/h. Uji lanjut(Duncan) menunjukkan bahwa rataan

konsumsi bahan kering pelet pakan komplit berbasis tongkol jagung pada

perlakuan P4 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1,P2

dan P3.Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P4 lebih beraroma dan berasa

23

dibandingkan dengan perlakuan lainnya sehingga meningkatkan palatabilitas

ternak.

Konsumsi bahan kering ransum kambing kacang jantan berkisar 4,8% -

7,4% dari berat badan. Konsumsi bahan kering pada penelitian ini lebih tinggi

dibandingkan yang diperoleh Tarigan (2009) yaitu konsumsi bahan kering pada

ternak kambing pada umumnya adalah 3-3,8% dari berat badan. Hal

inidisebabkan karena dalm pencetakan pelet terjadi proses penghalusan bahan

pakan sehingga pelet tidak lama didegradasi dalam rumen dan kambing selalu

mau makan.Menurut Behnke (1998) bahwapeleting meningkatkan kepadatan dan

daya alir, mencegah pakan tercecer dan diterbangkan angin, serta meningkatkan

konversi ransum.

Konsumsi Bahan Organik

Rataan konsumsi bahan organik pelet pakan komplit berbasis tongkol

jagung dengan sumber protein berbeda pada kambing kacang jantan berkisar671 -

1074 g/e/h. Uji lanjut (Duncan)menunjukkan rataan konsumsi bahan organik pelet

pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan sumber protein berbeda pada

perlakuanP4 nyata (P<0,05) lebih tinggi konsumsi bahan organiknya

dibandingkan perlakuan P1, P2, dan P3. Hal ini disebabkan karena konsumsi

bahan kering juga menunjukkan pengaruh yang nyata. MenurutSutardi (1980)

bahwa bahan organik berkaitan erat dengan bahan kering karena bahan organik

merupakan bagian dari bahan kering. Hal ini didukung oleh Murni dan Orikasandi

(2012) bahwa tinggi rendahnya konsumsi bahan organik akan dipengaruhi oleh

tinggi rendahnya konsumsi bahan kering. Hal ini disebabkan karena sebagian

24

besar komponen bahan kering terdiri dari komponen bahan organik, perbedaan

keduanya terletak pada kandungan abunya.

25

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Pelet pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan beberapa sumber protein

dapat meningkatkan konsumsi bahan kering dan bahan organik pada kambing.

2. Pelet pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan sumber protein tepung

rese paling baik meningkatkan konsumsi bahan kering dan bahan organik pada

kambing.

Saran

Sebaiknya pemberian tongkol jagung pada kambing ukurannya diperkecil

dan menggunakan bahan pakan sumber protein, energy, mineral dan vitamin.

26

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,M., Kusmartono., Suyadi., Soebarinoto dan M.Winugroho. 2007.

Pengaruh pemberian tepung ikan lokal dan impor terhadappertumbuhan

bobot badan, tingkah laku seksual, dan produksisemen kambing

kacang.Jurnal : Vol. 9. No. 3 hlm. 135-144.

Ali, U. 2008. Pengaruh penggunaan onggok dan isi rumen sapi dalam pakan

komplit terhadap penampilan kambing peranakan etawah. Majalah Ilmiah

Peternakan : Vol. 9 No. 3.hlm. 15.

Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Penerbit : PT. Gramedia

PutakaUtama. Jakarta.

Anonymous. 2000. Association of Official Analytical Chemists, Official Methods of Analysis. 15

thed. Washington DC., USA.

Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Penerjemah: R.

Murwani dan B Srigandono. Penerbit : Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Asminaya, N. 2007. Penggunaan ransum komplit berbasis sampah sayuran

pasaruntuk produksi dan komposisi susu kambing perah. IPB, Bogor.

Skripsi : hlm. 29.

Aylianawaty dan E. Susiani. 1985. Pengaruhberbagaipre-treatmentpada limbah

tongkol jagung terhadap aktivitas enzim selulase hasilfermentasi substrat

padat dengan bantuanAspergillus niger. Available at

http://www.lppm.wima.ac.id/ailin.pdf. Diakses 15 Februari 2015.

Behnke, K. C. 1998. Why Pellet? in: Proceedings Kansas

StateUniversity/American Feed Industry Assoc. Pellet

Conference,Manhattan, KS.

Elita, A. S. 2006. Studi Perbandingan Penanmpilan Umum Dan Kecernaan Pakan

Pada Kambing Dan Domba Lokal.Skripsi. Fakultas Peternakan IPB,

Bogor: hlm. 16

Harris, L. E. 1970. Nutrition Research Technique for Domestic and Wild

Animal.Vol 1.An International Record System and Procedur for Analyzing Sample. Animal Science Department.UtahState University. Logan. Utah.

Hendrasworo, Y. 2007. Pengaruh Pemberian Tepung Ikan Terhadap Tingkah

Laku Seksual Kambing Kacang Jantan. Skripsi. Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya, Malang.hlm. 13.

27

Krisnan, R dan Ginting, S. P. 2009. Penggunaan solid ex-decanter sebagai perekat

pembuatan pakan komplit berbentuk pelet: evaluasi fisik pakan komplit

berbentuk pelet. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Sumatera Utara.hlm. 480-486

Kusumaningrum, B. I. 2009. Kajian kualitas ransum kambing peranakan ettawa di

balai pembibitan dan budidaya ternak ruminansi kendal. Laporan Praktek

Kerja Lapangan. Fakultas Peternakan Universitas diponegoro,

Semarang.hlm. 21.

Lammers, B. P., A. J. Heinrichs and V. A. Ishler. 2003. Use of total mixed

rationsfor diary cows. Departement of Dairy and Animal

Science,ThePennsylvania State University.

http://www.das.psu.edu~dairynutritioddocuments. Diakses 1 Maret 2015.

McDonald, P. R., A. Edwards. and Greenhalg, JFD. 2002. Animal Nutrition and

Ed. Longman Scientificand Technical, John Willey and Sons Inc.

NewYork.

Mulyaningsih, T. 2006. Penampilan domba ekor tipis (ovis aries) jantan yang

digemukkan dengan beberapa imbangan konsentrat dan rumput gajah

(pennisetum purpureum). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian,

Bogor.hlm. 15.

Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2010. Penggemukan Kambing Potong. Penerbit :

Penebar Swadaya, Jakarta.

Murni, R., Akmal, dan Y. Okrisandi. 2012. Pemanfaatan kulit buah kakao yang

difermentasi dengan kapang phanerochaete chrysosporium sebagai

pengganti hijauan dalam ransum ternak kambing.Agrinak. Jurnal : Vol. 02

No. 1 Maret 2012: hlm.6-10.

Natsir, A. 2012. Efficient Utilization of Fibre for Ruminants. Masagena Press.

_____, A.,Harfiah., M.Z. Mide dan Rinduwati. 2014. Kinerja ternak kambing

jantan lokal yang mendapat ransum komplit berbasis tongkol jagung

dengan sumber protein berbeda. Laporan penelitian, LP2M Universitas

Hasanuddin.

Orskov, E. R. 1988. The Feeding of Ruminant Principles and Practice. Chalombe

publ., Marlow.ss

Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Jakarta: UI-

Press.

28

________.1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit :

Universitas Indonesia. Jakarta.

Perry, T. W., A. E. Cullison and R. S. Lowrey. 2003. Feed & Feeding. 6th

Ed.

Pearson Education, Inc. Upper SaddleRiver. New Jersey.

Poultry Indonesia. 2007. Limbah Udang Pengganti Tepung Ikan.

http://www.poutryindonesia.com / 5 / 8 /2015.

Puastuti, W. 2010.Urea dalam pakan dan implentasinya dalam rumen

kerbau.Seminar dan Loka Karya Kerbbau 2010.Hal : 89-94.

Purnamasari, E., Bambang I.G danN.A. Andi. 2006. Potensi dan

pemanfaatanbahan baku produk tepung ikan. EPP.Vol 3 No.2:1-7.

Purwaningsih, S., 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penebar Swadaya, Jakarta.

Putrawan,I.D.G.A,danT.H.Soerawidjaja.2007.Stabilisasidedakpadimelaluipemasa

kanekstrusif.JurnalteknikkimiaIndonesia.6(3)Desember 2007. Hal. 681-

688.

Rasyaf, M. 1993. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Penerbit: Kanisus.

Yogyakarta.

________. 1994. Makanan Ayam Broiler. Penerbit : Kanisius. Yogyakarta.

Richana, N., P. Lestina dan T.T. Irawadi. 2004. Karakterisasi lignoselulosa: xi lan

dari limbah tanaman pangan dan pemanfaatannya untuk pertumbuhan

bakteri RXA III-5 penghasil xilanase. J. Penelitian Pertanian 23(3): 171-

176.

Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penerbit : Penebar Swadaya.

Jakarta.

Steel, G.D.R and H.J. Torrie. 1981. Principles And Procedures of Statistics A

Biometrical Approach. McGraw-Hill Broh Company.

Sudjana, M. A. 1985. Disain dan Analisis Eksperimen. Penerbit Tarsito, Bandung.

Suhartanto, B., B.P. Widyobroto, dan R. Utomo.2003. Produksi ransum lengkap

(completefeed) dan suplementasi undegraded proteinuntuk meningkatkan

produksi dan kualitasdaging sapi potong. Laporan Penelitian.hlm. 11.

Suryaningrum, L.H. 2011. Pemanfaatan bulu ayam sebagai alternatif bahan baku

pakan ikan. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. No. 1033-

1034. hlm. 120.

29

Sutardi, 1980. Peningkatan Mutu Hasil Limbah Lignoselulosa sebagai Makanan

Ternak.Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Tarigan, A. 2009.Produktivitas dan Pemanfaatan Indigofera sp sebagai Pakan

Ternak Kambing pada Interval dan Intensitas Pemotongan yang Berbeda.

Skripsi. IPB, Bogor. hlm. 13.

Tillman, A. D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo dan S.

Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Penerbit : Gadjah

Mada Univesity Press, Yogyakarta.

Tjokroadikoesoemo, P. S. 1989. HFS dan Industri Ibu Kayu Lainnya. Penerbit:

PT. Gramedia, Jakarta.

Uhi., Harry dan Triely. 2006.Perbandingan suplemen katalitik dengan bungkil

kedelai terhadap penampilan domba (comparative of catalytic supplement

and soybean meal on performance of sheep). Jurnal Ilmu Ternak, Juni

2006, Vol. 6 No. 1; 1 – 6.

Wahyono, D. E. dan R. Hardiyanto. 2004. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal

untuk pengembangan usaha sapi potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong

2004. hlm. 66-76.

Wardhani, N. K. dan A. Musofie. 1991. Jerami jagung segar, kering dan

teramoniasi sebagai pengganti hijauan pada sapi potong. Jurnal Ilmiah

Penelitian Ternak Grati. 2.hlm.1-5.

Wijaya, D. 2008. Pengaruh penggunaan pakan suplemen yang mengandung daun

lamtoro terhadap keseimbangan nitrogen ransum sapiPeranakan ongole

jantan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas SebelasMaret. Surakarta.

hlm. 11.

Wodzicka, M., Tomaszewska., I. M. Mastika., A. Djajanegara., S. Gardiner dan

T.R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia.

Penerjemah: I.M. Mastika, K.G. Suryana, I.G.L. Oka, dan I.B. Sutrisna.

Penerbit : Universitas Sebelas Maret Press. Surakarta.

30

Lampiran 1

Kandungan nutrisi dari bahan pakan yang akan digunakan dalam pembuatan

pelet pakan komplit dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nutrisi bahan pakan Pelet pakan komplit

Sumber: a=Wahyono (2004). b= Suryaningrum (2011) .c= Anggorodi (1995).

d= komposisi mineral mix sapi yaitu

BahanPakan BK

(%)

PK

(%)

SK

(%)

LK

(%) Ca P

Tongkol jagunga

76,6 5,6

25,5

1,57

- -

TepungIkanc

89,7 59,0

5,7

9,0

5,5 2,6

Tepung Reseb

91,4 45 17,59 6,62 7,76 1,31

Urea

- 287 3 14,8 12 5

Bungkil kedelaic

88,6 49,0

3,5

1,5

0,32 0,24

Bungkil Kelapa 87,9 21,5 15 2 0,2 0,2

Dedak padic

89,6 12,9

11,4

13,0

0,04 0,21

Tepung Tapiokac

89,7 2,5

4,0

0,5

0,3 0,12

Tepung jagungc

89,1 9,0

2,0

4,0

0,02 0,1

Molasesc

87,5 4,0

0,38 0,08 1,5 0,1

Mineral Mix(Sapi)d - - - - 16,2 5,2

Garam - - - - 0,1 -

31

Lampiran 2

Tabel 5.Rataan Konsumsi Bahan Kering Pelet Pakan Komplit

Berbasis Tongkol Jagung dengan Sumber Protein Berbeda

pada Kambing

Periode Kambing Jumlah

A B C D

I 1010 824 1072 840 3746

II 881 1231 792 1243 4147

III 1488 764 748 815 3815

IV 666 1295 803 972 3736

Jumlah 4045 4114 3415 3870 15444

Tabel 6. Jumlah dan Rataan Masing-Masing Perlakuan

PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA

P1 3961 990,25

P2 3323 830,75

P3 3062 765,50

P4 5098 1274,50

PERHITUNGAN SIDIK RAGAM BAHAN KERING

= 14. 907. 321

JKT = – FK

= (1010)2+(824)

2…….+(972)

2 -14907321

= 15.749. 438 – 14. 907. 321 =842. 117

JK Periode =

=

14907321

= 14. 935. 511, 5 – 14. 907. 321 = 28. 190, 5

32

JK Perlakuan =

=

14. 907. 321

= 14. 981. 536, 5– 14. 907. 321 = 74. 215, 5

JK Kambing =

=

14. 907. 321

= 15. 524. 324, 5– 14. 907. 321 = 617. 003, 5

JKG = JKT – JK Perlakuan

= 842. 117 –74. 215, 5

= 767. 901, 5

33

Lampiran 3

Tabel 7.Rataan Konsumsi Bahan Organik Pelet Pakan Komplit

Berbasis Tongkol Jagung dengan Sumber Protein Berbeda

pada Kambing

Periode Kambing Jumlah

A B C D

I 878 726 902 723 3229

II 766 1067 679 1048 3560

III 1257 696 688 720 3361

IV 589 1091 701 846 3227

Jumlah 3490 3580 2970 3337 13377

Tabel 8. Jumlah dan Rataan Masing-Masing Perlakuan

PERLAKUAN JUMLAH RATA-RATA

P1 3479 869,75

P2 2913 728,25

P3 2687 671,75

P4 4298 1074,50

PERHITUNGAN SIDIK RAGAM BAHAN ORGANIK

= 11. 184. 008, 06

JKT = – FK

= (878)2+(726)

2…….+(846)

2 – 11. 184. 008, 06

= 11. 719. 411 – 11. 184. 008,06 = 535. 402,9375

JK Periode =

=

11184008,06

= 11. 202. 472,75 – 11. 184. 008,06 =18. 464,6875

34

JK Perlakuan =

=

11184008,06

= 11. 238. 242,25 – 11. 184. 008,06 =54. 234,1875

JK Kambing =

=

11184008,06

=11. 570. 445,75–11. 184. 008,06 = 386. 437,6875

JKG = JKT – JK Perlakuan

= 535. 402, 9375 – 54. 234,1875

= 481. 168, 75

35

Dokumentasi

36

RIWAYAT HIDUP

Herilimiansyah, lahir pada tanggal 01 Juli 1993 di

Pangaleroang, Kecamatan Tammerodo Sendana,

Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Penulis adalah anak

pertama dari lima bersaudara dari pasangan bapak

Baharuddin dan Ibu Murni. Jenjang pendidikan formal

yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di SDN Negeri 38

Pangaleroang dan lulus pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan sekolah

di SMP Negeri 4 Sendana dan lulus pada tahun 2008, kemudian penulis

melanjutkan sekolah ke jenjang SMA di SMA Negeri 1 Majene dan lulus pada

tahun 2011. Setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA penulis

melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi dan diterima melalui Jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama kuliah penulis aktif sebagai pengurus

di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Unhas dan

sempat menjabat sebagai anggota Kaderisasi periode 2013/2014. Selain itu,

penulis juga pernah menjadi asisten Laboratorium Nutrisi Ternak Dasar pada

tahun 2013 dan Asisten Biokimia tahun 2014/2015.