ANALISIS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) …

90
ANALISIS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) BERBASIS LINGKUNGAN PADA TATANAN RUMAH TANGGA KECAMATAN SIPIROK KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2019 SKRIPSI Oleh MIA MAULIDA NIM. 151000225 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

Transcript of ANALISIS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) …

BERBASIS LINGKUNGAN PADA TATANAN RUMAH
TANGGA KECAMATAN SIPIROK KABUPATEN
TAPANULI SELATAN TAHUN 2019
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BERBASIS LINGKUNGAN PADA TATANAN RUMAH
TANGGA KECAMATAN SIPIROK KABUPATEN
TAPANULI SELATAN TAHUN 2019
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TIM PENGUJI SKRIPSI
v
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Berbasis Lingkungan pada
Tatanan Rumah Tangga Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan
Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Agustus 2019
vi
Abstrak
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang diterapkan atas
dasar kesadaran sebagai pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan lebih aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Ruang lingkup PHBS berbasis
lingkungan meliputi menggunakan air bersih, cuci tangan pakai sabun dan air
bersih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, dan tidak
merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran PHBS berbasis
lingkungan pada tatanan rumah tangga Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli
Selatan. Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggunakan teknik pengambilan
sampel dengan cara accidental sampling dengan sampel sebanyak 80 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 80 rumah tangga sudah
menggunakan air bersih 100 %, cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
21%, menggunakan jamban sehat 47 %, memberantas jentik nyamuk 16%, dan
tidak merokok 11 %. Umumnya sebagian besar masyarakat Parau Sorat tidak
mengetahui dan memahami tentang perilaku hidup bersih dan sehat tetapi setelah
diuraikan ada beberapa indikator yang telah dilaksanakan oleh sebagian besar
responden yaitu kepemilikan jamban keluarga, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih, memberantas jentik nyamuk walaupun masih dalam kondisi perlakuan
yang belum baik. Berdasarkan hasil pengukuran kuesioner penelitian diperoleh
bahwa penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga di Parau Sorat masih
dikategorikan buruk/kurang. Oleh karena itu, perlu adanya peran serta antara
pihak dinas kesehatan dengan puskesmas untuk memberikan informasi dan
melakukan pembangunan guna melengkapi fasilitas sanitasi dasar rumah tangga di
Parau Sorat.
vii
Abstract
Clean and healthy living behavior is a set of behaviors that are applied on the
basis of awareness as learning that makes a person or family can help themselves
in the health sector and play a more active role in realizing the health of their
community. The environment-based PHBS scope includes using clean water,
washing hands with soap and clean water, using healthy latrines, combating
mosquito larvae, and not smoking. This study aims to determine the description of
environment-based PHBS on the household structure of Sipirok District, South
Tapanuli Regency. This research is descriptive which uses sampling techniques by
simple random sampling with a sample of 80 respondents. The results showed that
as many as 80 households had used 100% clean water, hand washing using soap
and clean water 21%, using healthy latrines 47 %, eradicating mosquito larvae
16 %, and not smoking 11%. Generally most of the people of Parau Sorat do not
know and understand about clean and healthy living behavior but after describing
there are several indicators that have been implemented by most respondents,
namely ownership of family latrines, washing hands with soap and clean water,
eradicating mosquito larvae even though they are still in a treatment condition
that hasn't been good. Based on the results of the research questionnaire
measurements, it was found that the application of PHBS on household
arrangements in Parau Sorat was still categorized as bad / less. Therefore, there
is a need for participation between the health office and the puskesmas to provide
information and carry out development to complement basic household sanitation
facilities in Parau Sorat.
Keywords: PHBS, environment, household
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya yang telah memberi petunjuk dan kemudahan dalam menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Berbasis Lingkungan pada Tatanan Rumah Tangga Kecamatan Sipirok
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang mendalam kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
3. Ir.Indra Chahaya M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penulis
menempuh pendidikan.
4. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
sabar dan banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi pada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
ix
5. Ir. Evi Naria, M.Kes. dan Dr.dr. Wirsal Hasan, M.P.H. selaku Dosen Penguji
I dan II yang telah meluangkan waktunya untuk memeberikan arahan,
masukan, kritik, dan saran kepada penulis dalam memperbaiki skripsi ini.
6. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Zamaluddin Harahap dan
Nurlaila Siregar yang merupakan sosok yang senantiasa mendoakan, member
semangat, dukungan moral maupun materiil, perhatian serta kasih saying
kepada penulis selama ini.
7. Teman terbaik Oca, Bako dan Mina yang telah banyak membantu,
memotivasi, menyemangati dan memberikan doa. Semoga kebaikan yang
diberikan dibalas berlipat-lipat oleh Allah SWT.
8. Seluruh kawan-kawan seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan
kawan-kawan perantauan peminatan Kesehatan Lingkungan stambuk 2015
yang namanya tidak dapat saya sebut satu persatu yang telah memberikan
dukungan, bantuan dan semangat serta doa dalam penyusunan skripsi.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan
semangat, nasehat dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Semogaamalbaik yang merekaberikanmendapatkanbalasandari Allah SWT.
x
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak dalam rangka menyempurnakan skripsi ini agar lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi
referensi untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2019
Abstrak iv
Abstract v
Pengertian PHBS 8
PHBS di sekolah 11
PHBS berbasis lingkungan 13
Menggunakan air bersih 14
Kebersihan jamban 17
xii
rumah bebas jentik 22
Landasan Teori 29
Kerangka Konsep 31
Metode Penelitian 32
Jenis Penelitian 32
Populasi dan Sampel 32
Metode Pengumpulan Data 34
Karakteristik Responden 40
Gambaran Tidak Merokok 47
Pembahasan 50
3 Hasil Wawancara dan Pengisian Kuesioner Cuci Tangan Pakai
Sabun pada Masyarakat Parau Sorat Sipirok 43
4 Hasil Wawancara dan Pengisian Kuesioner tentang
Menggunakan Jamban Sehat pada Masyarakat Parau Sorat Sipirok 44
5 Hasil Wawancara dan Pengisian Kuesioner tentang Gambaran
Memberantas Jentik Nyamuk pada Masyarakat Parau Sorat Sipirok 46
6 Hasil Wawancara dan Pengisian Kuesioner tentang Gambaran Tidak
Merokok pada Masyarakat Parau Sorat Sipirok 47
7 Hasil Pengukuran Kuesioner tentang PHBS Berbasis Lingkungan 49
xiv
xv
6 Dokumentasi 70
DEPKES Departemen Kesehatan
KEMENKES RI Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
PAM Perusahaan Air Minum
RENSTRA Rencana Strategi
TPA Tempat Penampungan Air
WSP-EAP Water and Sanitation Program East Asia and The Pacific
WHO World Health Organization
Riwayat Hidup
Penulis bernama Mia Maulida usia 22 Tahun, dilahirkan di Sipirok pada
tangga 14 Juli 1997. Penulis beragama Islam, anak ketiga dari enam bersaudara
dari pasangan Bapak Zamaluddin Harahap dan Ibu Nurlaila Siiregar.
Pendidikan formal dimulai dari Pendidikan sekolah dasar di SD N 104050
Sipirok dan SD N 100750 Arse Tahun 2003-2009, sekolah menengah pertama di
SMP N 1 Arse Tahun 2009-2012, sekolah menengah atas di SMAN 1 Arse Tahun
2012-2015, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-
cita bangsa Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa kesehatan adalah
hak asasi manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya dapat dicapai melalui penyelenggaraan
pembangunan kesehatan (Kementerian Kesehatan, 2011).
Tujuan pembangunan kesehatan yaitu untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, serta kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif baik secara sosial maupun
ekonomis. Salah satu pilar untuk mewujudkan pembangunan kesehatan adalah
dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Indonesia telah menyusun pedoman pembinaan PHBS yang terdapat
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
2269/MENKES/PER/2011 yang mengatur tentang upaya peningkatan PHBS di
seluruh Indonesia dengan mengacu pada pola manajemen PHBS, mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dan penilaian. Upaya
tersebut dilakukan untuk memberdayakan masyarakat agar mampu memelihara,
meningkatkan serta melindungi kesehatannya sehingga masyarakat meningkatkan
2
secara mandiri ikut aktif dalam meningkatkan kesehatannya.
Pemberdayaan masyarakat dimulai dari rumah tangga atau keluarga,
karena rumah tangga yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di
masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.
Beberapa anggota rumah tangga memiliki rawan terkena penyakit menular, oleh
sebab itu anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk mencegah penyakit
tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS
(Departemen Kesehatan, 2013).
Menurut WHO data terakhir pada Tahun 2011, setiap tahunnya sekitar 2,2
juta orang di negara-negara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia
akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangya air minum yang aman,
sanitasi dan higiene yang buruk. Terdapat bukti bahwa dengan pelayanan sanitasi
yang baik, persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah serta
pendidikan higiene dapat menurunkan angka kematian akibat diare sampai 65%,
serta penyakit-penyakit lainnya sebanyak 26%. Berdasarkan data diatas dapat
disimpulkan bahwa peran PHBS dalam dasar ilmu kesehatan sangat berperan
penting dalam mengurangi penyakit-penyakit yang dapat timbul dikemudian hari
oleh sebab itu peran pemerintah, tenaga kesehatan dan khusus nya masyarakat
lebih berperan dan lebih aktif dalam menerapkan dan melaksanakan strategi
PHBS di semua tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan
dan tempat-tempat umum, untuk kesehatan masyarakat yang lebih baik.
3
Indonesia saat ini mengalami masalah kesehatan Triple Burden Deseases
yang mana Indonesia masih dilanda tiga beban penyakit. Masih adanya prevalensi
penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes
melitus, dan obesitas terus meningkat dan menunjukkan potensi yang semakin
besar sebagai penyebab kematian di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia masih
dilanda penyakit infeksi, Penyakit Tidak Menular (PTM) dan penyakit yang
seharusnya sudah teratasi. Beberapa penyakit menular seperti filariasis, kusta, dan
frambusia menunjukkan kecenderungan meningkat kembali, dan penyakit pes
masih terdapat di sejumlah daerah (Kemenkes, 2012).
Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum baik tersebut di atas pada
dasarnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan
kesehatan, dan genetika. Dari hasil Riskesdas 2011 diketahui bahwa rumah tangga
yang telah menerapkan PHBS baru mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 menargetkan 70% rumah
tangga sudah menerapkan PHBS pada tahun 2014 (Kemenkes RI, 2011).
Hasil Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan bahwa Proporsi rumah tangga
dengan PHBS baik lebih tinggi di daerah kota (41,5 %) dibandingkan di desa
(22,8 %). Terdapat 20 dari 30 provinsi yang masih memiliki rumah tangga PHBS
baik di bawah proporsi nasional. Proporsi nasional rumah tangga dengan PHBS
baik adalah 32,3 %, dengan proporsi tertinggi pada DKI Jakarta (56,8 %)
Sumatera Utara 20%, dan terendah pada papua (16,4 %).
Dari data Profil Kesehatan Indonesia persentase nasional untuk rumah
tangga yang memenuhi syarat kesehatan baru mencapai 61,81 % dari yang
4
seharusnya target Rencana Strategis Tahun 2014 yaitu 77 %. Hal ini dapat
diperoleh dari tahun 2014 pencapaian rumah tangga ber-PHBS sebesar 56,58 %
secara nasional.Selain itu, Pencapaian tersebut masih belum memenuhi untuk
target Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014 yang
menargetkan 70 % rumah tangga ber-PHBS pada tahun 2014 (Profil Kesehatan
Indonesia, 2014).
Upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan
mampu melaksanakan PHBS serta berperan lebih aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat merupakan pengertian PHBS. Adapun tujuan PHBS di Rumah Tangga
dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat (World Health Organization,
2012).
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan berperan lebih aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya merupakan pengertian PHBS (Kemenkes, 2014).
Ada 10 indikator PHBS pada tatanan rumah tangga yaitu persalinan di
tolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap
bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu,
makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak
merokok di dalam rumah (Proverawati, 2012).
PHBS yang termasuk dalam bidang kesehatan lingkungan adalah
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
5
nyamuk, membuang sampah, tidak merokok (Maryunani, 2017).
Berdasarkan survei awal ke Kecamatan Sipirok dari 10 responden yang di
wawancarai 7 diantaranya tidak memiliki akses jamban sehat di rumah, dan lebih
memilih BAB di tempat-tempat umum seperti pemandian umum, dan langsung ke
sungai bahkan ada yang BAB di sembarangan tempat, dan setelah beberapa rumah
tangga di wawancarai 8 responden yang tidak cuci tangan sebelum makan dan
sesudah BAB, 8 responden tidak memberantas jentik di rumah sekali seminggu,
dan 9 responden merokok di dalam rumah.
Berdasarkan hasil observasi di beberapa rumah tangga di Kelurahan
Parausorat Sipirok penyebab masyarakat tidak melakukan PHBS adalah kurang
nya pengetahuan tentang PHBS dan sarana sanitasi dasar yang belum memadai,
salah satu contoh masyarakat tidak memiliki jamban sehat di rumah hal ini
menurut mereka sesuatu yang tidak penting dan lebih memilih BAB di pemandian
umum dan hal lainnya adalah kurang nya sarana air bersih karena beberapa
penduduk masih belum memiliki sarana air bersih di rumah / air PAM umum
karena keterbatasan ekonomi menyebabkan masih ada rumah tangga yang tidak
memiliki jamban sehat dan fasilitas sanitasi dasar lainnya.
Adapun upaya-upaya yang sudah masyarakat lakukan untuk memperbaiki
kondisi permasalahan diatas adalah dengan melakukan kegiatan sanitasi seperti
mandi, mencuci, dan BAB di pemandian umum akibat tidak adanya fasilitas
sanitasi dasar di rumah.
Tahun 2019.
Perumusan Masalah
Kondisi higiene sanitasi masyarakat yang masih kurang baik yaitu tidak
memiliki akses jamban sehat, tidak melakukan CTPS setelah makan dan selesai
BAB, tidak memberantas jentik nyamuk sekali seminggu, merokok di dalam
rumah dari data yang diperoleh setelah survei awal diatas. Maka peneliti ingin
meneliti tentang “Bagaimana Gambaran PHBS pada Tatanan Rumah Tangga
Berbasis Lingkungan di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun
2019”.
Tujuan umum. Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis PHBS Pada tatanan Rumah Tangga masyarakat
yang berada di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan.
Tujuan khusus. Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui karakteristik responden PHBS berbasis lingkungan pada
tatanan rumah tangga di Parausorat Kecamatan Sipirok
2. Mengetahui penggunaan air bersih pada tatanan rumah tangga di
Parausorat Kecamatan Sipirok
3. Mengetahui kebiasaan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pada
tatanan rumah tangga di Parausorat Kecamatan Sipirok
7
4. Mengetahui penggunaan jamban sehat pada tatanan rumah tangga di
Parausorat Kecamatan Sipirok
tangga di Parausorat Kecamatan Sipirok
6. Mengetahui perilaku tidak merokok di dalam rumah pada tatanan rumah
tangga di Parausorat Kecamatan Sipirok
Manfaat Penelitian
memperbaiki pelaksanaan PHBS
2. Secara praktis
a. Bagi anggota keluarga
b. Bagi Pemerintah
dalam meningkatkan kegiatan penyuluhan dan pembinaan PHBS
c. Bagi Peneliti selanjutnya
8
Pengertian PHBS. Sekumpulan perilaku yang diterapkan atas dasar
kesadaran sendiri sebagai dampak pembelajaran perilaku hidup bersih dan sehat
yang diterapkan pada lima tatanan yaitu tatanan rumah tangga, sekolah institusi
kesehatan, tempat kerja, dan tempat umum. Program ini mengajarkan dan
mewujudkankan kondisi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan
memberikan komunikasi, informasi, pembelajaran, untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam perilaku hidup bersih dan sehat
melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (support), dan
pemberdayaan masyarakat merupakan pengertian dari PHBS (Departemen
Kesehatan RI, 2008).
dimuat dalam buku Notoatmodjo (2007) bahwa faktor pemudah (predisposing
faktor), faktor pemungkin (enabling faktor) dan faktor penguat (Reinforcing
faktor) adalah 3 faktor penyebab seseorang dapat melakukan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Faktor ini meliputi pengetahuan dan sikap anggota keluarga terhadap
perilaku hidup bersih dan sehat sehingga faktor ini menjadi faktor pendorong
terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat
tradisi dan kebiasaan, keyakinan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi,
seperti pengetahuan, sikap, tindakan yang dimiliki oleh seseorang yang tidak
9
merokok karena melihat kebiasaan dalam anggota keluarganya satupun yang tidak
ada merokok.
Faktor ini merupakan pendorong terhadap perilaku yang mungkin akan
terlaksananya suatu motivasi dan tindakan. Faktor ini meliputi ketersediaan
sarana dan prasarana kesehatan bagi anggota keluarga seperti air bersih, tempat
pembuangan sampah ketersediaan jamban dan makanan yang bergizi. Fasilitas ini
pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup
bersih dan sehat.
Faktor ini merupakan faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan
perilaku pengasuh anak-anak memberikan contoh dengan melakukan cuci tangan
sebelum makan atau selalu minum air yang sudah dimasak maka hal ini menjadi
potensi untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anaknya, seperti halnya
pada masyarakat akan memerlukan acuan untuk berperilaku melalui peraturan-
peraturan atau undang-undang baik dari pusat atau pemerintah daerah, perilaku
tokoh masyarakat, tokoh agama, termasuk juga petugas kesehatan setempat.
Indikator PHBS di setiap tatanan. Sekumpulan perilaku seseorang
dalam kegiatan sehari-hari dengan pedoman perilaku sehat meliputi lima indikator
di setiap tatanan (Proverawati, 2012).
10
PHBS di rumah tangga. Adapun tujuan PHBS di rumah tangga dilakukan
untuk mewujudkan rumah tangga ber PHBS. Rumah tangga yang ber-PHBS
adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
4. Menggunaka air bersih
6. Menggunakan jamban sehat
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10.Tidak merokok di dalam rumah
PHBS di institusi kesehatan. Untuk memberdayakan pasien, masyarakat
pengunjung dan petugas agar tahu dan mampu untuk menerapkan PHBS dan
berperan lebih aktif dalam mewujudkan institusi kesehatan sehat dan mencegah
penularan penyakit di institusi kesehatan merupakan pengertian PHBS di Institusi
kesehatan. Ada 6 PHBS yang dipakai sebagai indikator untuk menilai PHBS di
Institusi Kesehatan yaitu:
4. Tidak merokok di Institusi Kesehatan
11
kesehatan, dan karyawan di institusi kesehatan yang sehat merupakan sasaran
PHBS pada institusi kesehatan.
PHBS di tempat-tempat umum. Upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk
menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum
sehat merupakan pengertian PHBS tempat-tempat umum. Ada 6 indikator yang
dipakai sebagai ukuran menilai di tempat-tempat umum yaitu:
1. Menggunakan air bersih
4. Tidak merokok di tempat umum
5. Tidak meludah sembarangan
6. Memberantas jentik nyamuk
konsumen, pengelola atau pramusaji, jamaah, pemelihara atau pengelola tempat
ibadah, penumpang, awak angkutan umum, dan pengelola angkutan umum.
PHBS di sekolah. Sekumpulan perilaku yang diterapkan oleh peserta
didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai
dampak pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
12
lingkungan sehat merupakan pengertian PHBS di Sekolah. Ada 8 indikator
sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu:
1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
7. Menimbang berat badan dan tinggi badan setiap bulan
8. Membuang sampah pada tempatnya
Siswa, warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, sekolah, komite
sekolah dan orangtua siswa), masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin,
satpam, dan lain-lain) adalah sasaran pembinaan di sekolah.
PHBS di tempat kerja. Upaya untuk memberdayakan para pekerja agar
tahu, mau dan mampu menerapkan perilaku hidup sehat serta berperan lebih aktif
dalam mewujudkan tempat kerja yang sehat adalah PHBS di tempat kerja. 9
indikator PHBS di tempat kerja yaitu:
1. Tidak merokok di tempat kerja
2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja
3. Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar dan buang air kecil
13
6. Menggunakan air bersih
8. Membuang sampah pada tempat nya
9. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan
Semua para pekerja yang berada di lingkungan kerja adalah sasaran PHBS
di tempat kerja.
PHBS berbasis lingkungan. Upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan yang ada masyarakat adalah
PHBS di rumah tangga. Adapun tujuan PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk
mencapai Rumah Tangga ber PHBS (Proverawati, 2012).
Rumah Tangga yang ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10
PHBS di rumah tangga yaitu:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
4. Menggunakan air bersih
6. Menggunakan jamban sehat besar
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
14
10. Tidak merokok di dalam rumah
Menggunakan air bersih. Air minum, air bersih, air kolam renang, dan air
pemandian umum merupakan pengertian air. Air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak merupakan pengertian air bersih, sedangkan air minum
yaitu air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum (Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990). Akses terhadap air bersih
dan air minum yang aman dan layak menggambarkan sanitasi rumah tangga yang
baik. Manfaat air bersih yaitu menghindarkan dari gangguan penyakit seperti
diare, kolera, tipus danlain-lain. Sumber air bersih dapat dari mata air, sumur atau
pompa, ledeng, air hujan atau air kemasan (Depkes RI, 2013).
Persyaratan air bersih yaitu sebagai berikut:
1) Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna),
tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya sehingga dalam kehidupan
sehari-hari. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak
sukar.
2) Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bekteri,
terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum
terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel
(contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang
dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
15
3) Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah
yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam
air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Perilaku cuci tangan pakai
sabun yaitu perilaku sehat mencuci tangan dengan menggunakan air bersih yang
mengalir dan sabun. Adapun tujuan mencuci tangan membunuh kuman yang ada
di tangan, mencegah penularan penyakit seperti diare, ISPA, penyakit kulit
(Depkes RI, 2013).
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan cara mudah dan tidak perlu
biaya mahal. Membiasakan CTPS sama dengan mengajarkan anak-anak dan
seluruh keluarga hidup sehat sejak dini, PHBS tertanam kuat pada pribadi anak-
anak dan anggota keluarga lainnya. Kedua tangan kita adalah salah satu jalur
utama masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Sebab, tangan adalah anggota
tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan mulut dan hidung.
Penyakit-penyakit yang umumnya timbul karena tangan yang berkuman adalah
diare, kolera, ISPA, cacingan, flu, dan Hepatitis A (Proverawati, 2012).
Kebiasaan cuci tangan sebelum makan memakai air dan sabun mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan pencegahan infeksi
kecacingan, karena dengan mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih
efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan
secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti
virus, bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan. Oleh karenanya, mencuci
tangan dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan
16
kotoran dan telur cacing yang menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari
pada kedua tangan.
1.Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang,
berkebun, dll)
5.Sebelum memegang makanan
6.Sebelum menyusui bayi
7.Sebelum menyuapi anak
9.Sehabis bermain/memberi makan/ memegang hewan peliharaan
Menurut World Health Organization (2009) langkah-langkah mencuci
tangan pakai sabun yaitu:
2. Beri sabun secukupnya
4. Gosok sela-sela jari kedua tangan
5. Gosok kedua telapak dengan jari-jari rapat
6. Jari-jari dirapatkan sambil digosok ke telapak tangan, tangan kiri ke kanan dan
sebaliknya
7. Gosok ibu jari secara berputar dalam genggaman tangan dan sebaliknya
17
8. Gosok kan kuku jari kanan memutar ke telapak tangan kiri ,dan sebaliknya
9. Basuh dengan air lalu keringkan tangan dengan tisu
Kebersihan jamban. Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman
untuk digunakan sebagai tempat buang air besar.Sedangkan jamban sehat adalah
fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan
penyakit (Kepmenkes RI Nomor 852 tahun 2008).
Pembuatan jamban merupakan salah satu upaya manusia untuk
memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang bersih dan
sehat (Alamsyah, 2013). Fungsi jamban sehat adalah sebagai berikut :
1.Mencegah kontaminasi tinja ke badan air
2.Mencegah kontak antara manusia dan tinja
3.Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, dan binatang lainnya
4.Mencegah bau yang tidak sehat
5.Memutus siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi.
Syarat jamban sehat. Menurut Maryunani (2017) syarat-syarat jamban
yang sehat :
1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter).
2. Tidak berbau.
4. Tidak mencemari tanah sekitarnya.
5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
18
8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Cara memilih jamban yang sehat :
1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.
2. Bersihkan jamban secara teratur sehungga ruang jamban dalam keadaan
bersih.
4. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran.
5. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih)
6. Bila ada kerusakan, segera diperbaiki.
Dalam pembuatan jamban, sedapat mungkin harus diusahakan agar
jamban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, konstruksi jamban
yang kokoh dan biaya yang terjangkau juga perlu dipertimbangkan dalam
pembuatan jamban.
Dalam pembuatan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu
jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
1. Keadaan daerah datar atau lereng
2. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam
3. Sifat, macam, dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur
Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan
lokasi jamban berkisar antara 8 sampai dengan 15 meter atau rata-rata 10 meter.
19
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan (Alamsyah,
2013) :
a. Bila daerahnya berlereng, jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak
sumber air. Seandainya tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak
tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus ke kanan atau ke kiri dari
letak sumur.
b. Bila daerahnya datar, jamban sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering
digenangi banjir.
Memberantas jentik di rumah. Rumah bebas jentik adalah rumah tangga
yang setelah dilakukan pemeriksaaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik
nyamuk. Pemberantasan jentik bermaksud untuk memberantas rumah dari jentik-
jentik yang dapat mengganggu kesehatan. Pemeriksaan jentik dilakukan secara
berkala (PJB). Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam
rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll yang dilakukan
secara teratur sekali dalam seminggu (Maryunani, 2017).
Yang berkewajiban melakukan pemeriksaaan jentik secara berkala adalah:
1. Anggota rumah tangga
20
Maryunani (2017) hal-hal yang perlu dilakukan agar rumah bebas jentik:
1. Lakukan Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus
(Menguras, Menutup, Mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk).
2. PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk
penular berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue, Chikungunya,
Malaria, Filariasis (kaki gajah) di tempat-tampat perkembangannya.
3. M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan seperti bak mandi,
tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak control,
lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air seperti ban bekas, keleng bekas, plastik-plastik yang
dibuang sembarangan (bekas botol/gelas aqua, plastik kresek, dll.
Plus menghindari gigitan nyamuk, yaitu:
a. Menggunakan kelambu ketika tidur.
b. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat
nyamuk, bakar, semprot, oles/usap ke kulit, dll.
c. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar.
d. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
e. Memperbaiki saluran talang air yang rusak
21
f. Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang
sulit di kuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air.
g. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya
ikan cupang, ikan nila, dll.
h. Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, Zodia, Lavender,
Rosemerry, dll.
perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.
2. Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Cikungunya atau kaki gajah.
3. Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
Cara pemeriksaan jentik berkala. Menurut Maryunani, 2013 adapun cara
pemeriksaan jentik berkala :
1. Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa
tempat yang sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/tempat
penampungan air di dalam dan diluar rumah serta memberikan penyuluhan
tentang PSN kepada anggota rumah tangga.
2. Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik
3. Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut.
Menyaksikan/melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN kepada
anggota rumah tangga.
22
4. Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang
ditinggalkan di rumah) dan pada formulir pelaporan ke Puskesmas.
Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Cara membasmi jentik
nyamuk demam berdarah dikenal sebagai 3 M, yaitu menguras, menutup, dan
mengubur. Langkah-langkahnya antara lain:
1. Minimal satu minggu sekali, lebih sering lebih baik, menguras bak mandi,
tempayan, dll.
2. Tempayan, gentong, drum, dan tempat air lainnya hendaknya ditutup rapat,
sehingga nyamuk tidak bias masuk ke dalamnya untuk meletakkan telur.
3. Kaleng bekas, ban bekas, dan benda-benda lain yang dapat menampung air
hujan hendaknya dibuang atau dikubur .
4. Pepohonan seperti pohon pisang, palm, dll, di sekitar rumah harus dibersihkan
agar tidak ada air yang tertampung disela-selanya.
5. Memeriksa secara teratur tempat air apakah ada jentik nyamuk demam berdarah
atau tidak.
6. Untuk membunuh larva, dapat digunakan bubuk abate. Bubuk ini aman untuk
kesehatan dan telah mendapat izin oleh WHO.
Peran kader membina rumah tangga agar menciptakan rumah bebas
jentik.
penyuluhan tentang PSN dan PJB, misalnya melalui penyuluhan kelompok
diposyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan
23
spanduk).
masyarakat untuk melakukan PSN dan PJB.
3. Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan
mencatat angka jentik yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah.
4. Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di
wilayah kerja dan melaporkan secara rutin kepada puskesmas terdekat untuk
mendapat tindak lanjut penanganan bila terjadi masalah/kasus.
5. Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga
yang dikunjungi sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan menegur secara baik apabila
masih terdapat jentik nyamuk.
tidak boleh merokok. Rumah merupakan tempat berlindung termasuk asap rokok.
Dalam satu batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia
berbahaya seperti nikotin, tar dan carbon monoksida (CO). Nikotin dapat
menyebabkan ketagihan dan merusak jantung serta aliran darah. Tar dapat
menyebabkan sel paru-paru dan kanker sedangkan gas CO menyebabkan
berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen yang akan membuat sel-sel
dalam tubuh mati. Merokok secara aktif maupun pasif membahayakan tubuh.
Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko
timbulnya berbagai penyakit.Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh
24
impotensu, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin. Penelitian terbaru juga
menunjukkan adanya bahaya dar secondhand-smoke yaitu asap rokok yang
terhirup oleh orang-orang perokok karena berada di sekitar perokok atau biasa
disebut juga perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok
secara rutin dengan sekecil apapun walaupun itu hanya satu batang dalam sehari
sedangkan perokok pasif adalah orang yang bukan merokok tapi merokok asap
rokok orang lain.
1. Menyebabkan kerontokan rambut
3. Kehilangan pendengaran lebih awal dibandingkan bukan perokok
4. Menyebabkan paru-paru kronis
5. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap
6. Menyebabkan stoke dan serangan jantung
7. Tulang lebih muah patah
8. Menyebabkan kanker mulut
10. Menyebabkan kanker rahim dan keguguran
Sasaran pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga. Sasaran PHBS di
rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga (Proverawati, 2012) yaitu:
1. Pasangan usia subur
25
Pembinaan PHBS tatanan rumah tangga. Menurut Permenkes RI
nomor 2269/ MENKES/ PER/ XI/ 2011, pembinaan PHBS adalah upaya untuk
menciptakan dan melestarikan perilaku hidup yang berorientasi kepada kebersihan
dan kesehatan dimasyarakat, masyarakat dapat mandiri dalam mencegah dan
menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Pembinaan PHBS
dilaksanakan melalui penyelenggaraan Promosi kesehatan, yaitu upaya untuk
membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar tahu, mau dan
mampu mempraktikkan PHBS, melalui proses pembelajaran dalam mencegah dan
menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai sosial budaya
setempat serta didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Di tatanan rumah tangga, pembinaan PHBS dilaksanakan secara
terintegrasi dengan kegiatan pengembangan dan pembinaan Desa Siaga dan
Kelurahan Siaga Aktif. Tanggung jawab pembinaan terendah berada di tingkat
kecamatan (Forum Kecamatan).
terhadap kelompok masyarakat melalui pengorganisasian masyarakat, untuk
membentuk atau merevitalisasi Forum Desa/ Kelurahan (pengembangan kapasitas
pengelola). Dengan pengorganisasian masyarakat, maka selanjutnya
26
yang ditunjuk sebagai kader. Pemberdayaan individu dilaksanakan dalam berbagai
kesempatan, khususnya pada saat individu-individu masyarakat berkunjung dan
memanfaatkan Upaya-upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
seperti Posyandu, Poskesdes, dan lain-lain, melalui pemberian informasi dan
konsultasi. Sedangkan pemberdayaan keluarga dilaksanakan melalui kunjungan
rumah dan konsultasi keluarga oleh para kader juga melalui bimbingan atau
pendampingan ketika keluarga tersebut membutuhkan (misalnya tatkala
membangun jamban, membuat taman obat keluarga, dan lain-lain).
2) Bina Suasana
Bina suasana di tatanan rumah tangga dilakukan oleh para pemuka atau
tokoh-tokoh masyarakat, termasuk pemuka agama dan pemuka adat, dalam rangka
menciptakan opini publik, suasana yang kondusif, dan panutan di tingkat desa dan
kelurahan bagi dipraktikkannya PHBS oleh rumah tangga. Bina suasana juga
dilakukan oleh para pengurus organisasi kemasyarakatan di tingkat desa dan
kelurahan seperti pengurus Rukun Warga/Rukun Tetangga, pengurus PKK,
pengurus pengajian, pengurus arisan, pengurus koperasi, pengurus organisasi
pemuda (seperti Karang Taruna), Pramuka, dan lain-lain. Para pengurus
organisasi kemasyarakatan tersebut ikut memotivasi anggota-anggotanya agar
mempraktikkan PHBS. Di samping itu, bina suasana juga dapat dilakukan dengan
pemanfaatan media seperti pemasangan spanduk dan atau billboard di jalan-jalan
desa/kelurahan, penempelan poster di tempat-tempat strategis, pembuatan dan
27
pemanfaatan media tradisional.
terhadap para pemuka masyarakat dan pengurus organisasi kemasyarakatan
tingkat desa dan kelurahan, agar mereka berperanserta dalam kegiatan bina
suasana. Advokasi juga dilakukan terhadap para penyandang dana, termasuk
pengusaha (swasta), agar mereka membantu upaya pembinaan PHBS di Rumah
Tangga (desa/kelurahan). Kegiatan-kegiatan pemberdayaan, bina suasana, dan
advokasi di desa dan kelurahan tersebut di atas harus didukung oleh kegiatan-
kegiatan (1) bina suasana PHBS di Rumah Tangga dalam lingkup yang lebih luas
(kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional) dengan memanfaatkan media
massa berjangkauan luas seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan internet;
serta (2) advokasi secara berjenjang dari tingkat pusat ke tingkat provinsi, dari
tingkat provinsi ke tingkat kabupaten/kota, dan dari tingkat kabupaten/kota ke
tingkat kecamatan.
Dukungan dan peran untuk membina PHBS di rumah tangga.
Menurut Permenkes RI nomor 2269/ MENKES/ PER/ XI/ 2011, ada beberapa
dukungan dan peran dalam pembinaan PHBS ditatanan rumah tangga yaitu:
1. Pemerintah Desa dan Pemerintah Kelurahan
a. Menerbitkan peraturan tingkat desa dan kelurahan untuk pembinaan PHBS
di rumah tangga serta mengawasi pelaksanaannya.
28
b. Mengupayakan bantuan dana dan sumber daya lain baik dari pemerintah,
pemerintah daerah, maupun pihak lain untuk mendukung pembinaan PHBS di
rumah tangga.
c. Dalam rangka pelaksanaan Alokasi Dana Desa agar dalam pendistribusian
pada kebutuhan lokal desa diharapkan dapat membantu pembinaan PHBS di
rumah tangga.
d. Melaksanakan pembinaan PHBS rumah tangga di desa dan kelurahan,
melalui pengadaan sarana pendukung bagi kelancaran pembinaan PHBS di
rumah tangga.
pembinaan PHBS di rumah tangga.
f. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan PHBS rumah tangga terintegrasi
dalam laporan pertanggung jawaban Kepala Desa atau Lurah.
2. Forum Desa/Kelurahan Siaga Tingkat Desa/Kelurahan
a. Melakukan rapat berkala (minimal 4 kali setahun) dan rapat sewaktu-waktu
untuk pemantauan perkembangan PHBS rumah tangga.
b. Secara berkala melaporkan perkembangan PHBS di rumah tangga kepada
Kepala Desa/Lurah.
a. Menyusun rencana pembinaan PHBS rumah tangga yang terintegrasi dalam
pembangunan desa atau kelurahan secara partisipatif.
b. Menumbuh kembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka
pemberdayaan masyarakat untuk terwujudnya PHBS di rumah tangga.
29
a. Menyusun rencana pembinaan PHBS di rumah tangga bersama Forum
Desa/Kelurahan Siaga.
masyarakat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.
Landasan Teori
Sekumpulan perilaku yang diterapkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan berperan lebih aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya merupakan pengertian PHBS (Kemenkes, 2014).
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari tidak sehat
menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga.
Karenanya kesehatan perlu dijaga, di pelihara dan di tingkatkan oleh setiap
anggota rumah tangga serta di perjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga ber-
PHBS berarti mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap
anggota keluarga rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan
yang kurang kondusif untuuk hidup sehat. Penerapan PHBS di rumah tangga
merupakan tanggung jawab setiap anggota keluarga, pemerintah beserta jajaran
terkait untuk menfasilitasi kegiatan PHBS agar dapat berjalan secara efektif (
Maryunani, 2017).
Ada 10 indikator PHBS pada tatanan rumah tangga yaitu persalinan di
tolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap
bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
30
menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu,
makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak
merokok di dalam rumah (Proverawati, 2012).
PHBS dalam tatanan rumah tangga di bidang kesehatan lingkungan yaitu
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
pengelolaan air minum dan makan di rumah tangga, menggunakan jamban sehat,
pengelolaan limbah cair rumah tangga, membuang sampah di tempat sampah,
memberantas jentik nyamuk dan tidak merokok di dalam rumah (Kemenkes,
2011).
Indonesia masih memprihatinkan karena belum optimalnya pelaksanaan sanitasi
dasar di Indonesia yang ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit
infeksi dan penyakit menular di masyarakat seperti demam berdarah, diare, kusta,
dan hepatitis A. Menerapkan PHBS di rumah tangga akan menciptakan keluarga
sehat dan mampu meminimalisir masalah kesehatan sehingga setiap angota
keluarga mampu meningkatkan produktifitas anggota rumah tangga dan keluarga
terbiasa menerapkan pola hidup sehat (Kemenkes, 2016).
Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari keempat faktor
tersebut, di Negara yang sedang berkembang faktor lingkungan dan faktor
perilaku mempunyai peranan yang sangat besar disamping faktor-faktor lainnya
terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015).
31
gambaran PHBS berbasis lingkungan pada tatanan rumah tangga di Kelurahan
Parau Sorat Kecamatan Sipirok.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Kelurahan Parau Sorat Kecamatan Sipirok
Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian ini dilakukan mulai dari Oktober 2018
sampai Juni 2019 .
Populasi dan Sampel
Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah tangga yaitu
anggota keluarga yang ada di kelurahan Parau Sorat Kecamatan Sipirok yang
terdiri dari 372 orang. Adapun sampel penelitian ini adalah kelurahan Parau
Sorat kecamatan sipirok.
menentukan berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rumus Slovin yaitu :
= 78,8
anggota keluarga yang kebetulan ada ketika akan diwawancarai langsung di
rumah responden atau rumah tangga.
Definisi Operasional
adalah sebagai berikut:
atas kesadaran sehingga keluarga (rumah tangga) dapat menolong dirinya sendiri
di bidang kesehatan terutama perilaku kesehatan yang berbasis lingkungan agar
terhindar dari penyakit.
kehidupan sehari-hari untuk memasak, mandi, mencuci alat-alat dapur, mencuci
pakaian dan sebagainya pada tatanan rumah tangga di kecamatan Sipirok.
Mencuci tangan dengan sabun dan air. Salah satu tindakan sanitasi
yang dilakukan oleh rumah tangga di Kecamatan Sipirok setelah melakukan
berbagai aktivitas, sebelum dan sesudah makan serta setelah selesai buang air
besar.
34
Menggunakan jamban sehat. Jamban yang digunakan pada rumah
tangga di kecamatan Sipirok adalah jamban cemplung atan leher angsa tersedia air
bersih atau alat pembersih.
keluarga untuk memberantas jentik nyamuk di tempat perkembang biakan jentik
nyamuk
Tidak merokok. Perilaku anggota keluarga di dalam rumah agar udara
lingkungan tetap terjaga.
Metode Pengumpulan Data
diikuti dengan wawancara langsung dengan anggota keluarga pada tatanan rumah
tangga Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan.
Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu data
jumlah penduduk dari Kelurahan Parau Sorat Sipirok, data dari Puskesmas Danau
Marsabut dan Puskesmas Pembantu Parau Sorat.
Metode Pengukuran
menggunakan air bersih dengan jumlah 10 pertanyaan.Skala pengukuran yang
digunakan adalah ordinal dengan menggunakan Skala Guttman tingkatan jawaban
“ya” diberi nilai 1 dan “tidak” diberi nilai 0.
Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi adalah 10.
Berdasarkan skoring maka penggunaan air bersih dikategorikan menjadi :
35
Baik : apabila dari jawaban responden memiliki skor ≥ 8atau nilai ≥ 75% dari
total skor seluruh pertanyaan.
Buruk : apabila dari jawaban responden memiliki skor < 8 atau memiliki nilai
sama dengan < 75% dari total skor seluruh pertanyaan
Pengukuran mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Pengukuran
variabel mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan jumlah 10
pertanyaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dengan
menggunakan Skala Guttman tingkatan jawaban. Berdasarkan skoring dengan
menjumlahkan total skor akhir maka mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
dikategorikan menjadi:
Baik : apabila dari jawaban responden memiliki skor ≥ 8atau nilai ≥ 75% dari
total skor seluruh pertanyaan.
Buruk : apabila dari jawaban responden memiliki skor < 8 atau memiliki nilai
sama dengan < 75% dari total skor seluruh pertanyaan.
Pengukuran menggunakan jamban sehat. Pengukuran variabel
menggunakan jamban sehat denganjumlah 15 pertanyaan. Skala pengukuran yang
digunakan adalah ordinal dengan menggunakan Skala Guttman tingkatan jawaban
“ya” diberi nilai 1 dan “tidak” diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah pertanyaan maka
skor tertinggi adalah 15. Berdasarkan skoring maka menggunakan jamban sehat:
Baik : apabila dari jawaban responden memiliki skor ≥ 13 atau nilai ≥ 75% dari
total skor seluruh pertanyaan.
Buruk : apabila dari jawaban responden memiliki skor < 13 atau memiliki nilai
sama dengan < 75% dari total skor seluruh pertanyaan.
36
memberantas jentik nyamuk dengan jumlah pertanyaan 20 buah. Skala
pengukuran yang digunakan adalah ordinal dengan menggunakan Skala
Guttman tingkatan jawaban “ya” diberi nilai 1 dan “tidak” diberi nilai 0.
Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi adalah 20. Berdasarkan
skoring maka menggunakan jamban sehat:
Baik : apabila dari jawaban responden memiliki skor ≥ 18 atau nilai ≥ 75% dari
total skor seluruh pertanyaan.
Buruk : apabila dari jawaban responden memiliki skor < 18 atau memiliki nilai
sama dengan < 75% dari total skor seluruh pertanyaan.
Pengukuran tidak merokok. Pengukuran variabel memberantas jentik
nyamuk dengan jumlah 10 pertanyaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah
ordinal dengan menggunakan Skala Guttman tingkatan jawaban “ya” diberi nilai
1 dan “tidak” diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi
adalah 10. Berdasarkan skoring maka menggunakan jamban sehat:
Baik : apabila dari jawaban responden memiliki skor ≥ 8 atau nilai ≥ 75% dari
total skor seluruh pertanyaan.
Buruk : apabila dari jawaban responden memiliki skor < 8 atau memiliki nilai
sama dengan < 75% dari total skor seluruh pertanyaan.
Tidak, jika responden merokok atau kadang-kadang merokok di dalam rumah.
37
dalam pengelolaan data yang pelaksanaannya dilakukan dengan tahapan-tahapan
berikut :
Pengeditan dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data, kesinambungan
data ( tidak ditemukan data atau keterangan yang bertentangan antara satu dan
yang lainnya, keseragaman data ) ukuran yang digunakan dalam mengumpulkan
data telah seragam atau tidak.
2. Coding
disederhanakan. Cara yang digunakan dengan memberikan simbol-simbol.
3. Tabulasi
data dalam bentuk tabel menurut sifat-sifat disebut tabulasi. Pekerjaan tabulasi
dalam penelitian sangat penting. Dengan berhasil disusunnya tabel-tabel, analisis
data selanjutnya akan mudah dilakukan. Peranan tabel dalam suatu penelitin
anatara lain memang untuk membantu analisis data.
4. Entry data
menggunakan komputer.
Cleaning data yaitu pembersihan data untuk mencegah kesalahan yang
mungkin terjadi, dalam hal ini diikutsertakan nilai hilang dalam analisis data dan
data yang tidak sesuai atau diluar range penelitian tidak diikut sertakan dalam
analisis.
Data disajikan dengan mendeskripsikan variabel penelitian yaitu variabel
perilaku hidup bersih dan sehat berbasis lingkungan pada tatanan rumah tangga di
Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan.
39
Parau Sorat merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan
Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. Desa yang terletak 7 kilometer dari pusat
Kecamatan ini didirikan oleh Jarumahot Nasution pada abad ke-18. Luas wilayah
Parau Sorat adalah ± 680 hektar. Mayoritas masyarakat Parau Sorat merupakan
penduduk Islam dan Suku Batak Angkola.
Jumlah keseluruhan penduduknya adalah 1.444 penduduk yang terdiri dari
penduduk laki-laki sebanyak 713 orang dan perempuan sebanyak 731 dan terdiri
dari 372 KK (Kepala Keluarga).
Adapun batas-batas wilayah Parausorat yaitu Sebelah utara berbatasan
dengan Desa Saragodum, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sialagundi,
Desa Aek Balakka, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Baringin, sebelah
barat berbatasan dengan Desa Sungai.
Gambaran wilayah Parausorat merupakan daerah pegunungan yang
dominan pekerjaaan warga sekitarnya adalah petani.daerah Parau Sorat Sipirok
terkenal dengan suhu udara nya yang dingin dan tanah nya yang sangat subur.
Oleh karena itu, masyarakat nya sering kali bekerja untuk bercocok tanam. Hasil
tani yang dihasilkan adalah padi, kopi, gula aren dan sayuran.
Pelayanan kesehatan yang ada di Parausorat Puskesmas Pembantu yang
untuk program mengenai PHBS masih sangat kurang diterapkan.
40
kelamin, usia dan pekerjaan. Berdasarkan tabel karakteristik responden dapat
diketahui bahwa karakteristik responden menurut anggota keluarga yang paling
banyak adalah ibu rumah rumah tangga yaitu 61 orang (72,6 %) .
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak
yaitu perempuan sebanyak 64 orang (80 %). Karakteristik berdasarkan usia
paling banyak 26-50 tahun (51 %). Karakteristik berdasarkan pekerjaan yang
paling banyak adalah petani 58 orang (72%). Hasil disajikan dalam tabel berikut
ini:
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Karakteristik n %
Status Responden
Menggunakan air bersih adalah air bersih yang dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti untuk memasak, mandi, mencuci alat-alat dapur,
mencuci pakaian dan sebagainya. Air bersih dapat berasal dari mata air
terlindungi, air PDAM, air sumur gali, air hujan dan air dalam kemasan.
Pertanyaan pada kuesioner menggunakan air bersih terdiri dari 10 pertanyaan.
Berdasarkan jawaban dari 80 responden semuanya (100 %) responden
sudah menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari dan sudah memenuhi
syarat air bersih yang baik. Gambaran tentang menggunakan air bersih
berdasarkan jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian Ya Tidak Total
n % n % n %
terlindungi, air sumur, air PDAM,
air hujan, air kemasan
Sumber air terbebas dari sumber
pencemar dan vektor pengganggu 80 100 0 0 80 100
Menggunakan air bersih untuk
santapserta untuk mengolah makanan
Memasak air untuk minum
Air bersih disimpan dalam
80 100 0 0 80 100
(Bersambung)
42
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian Ya Tidak Total
n % n % n %
80 100 0 0 80 100
Air tidak berwarna, keruh dan
berbau
jamban dan tempat pembuangan
tempat
Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih merupakan salah satu
tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan sela jari jemari menggunakan
air mengalir dan sabun. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 80
responden masih banyak kebiasaan yang tidak mencuci tangan dengan sabun dan
air bersih serta air mengalir yaitu sebanyak 63 orang (79%), masih banyak yang
tidak mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar sebanyak 60 responden
(75%), masih banyak yang tidak mencuci tangan pakai sabun setelah bersin,
batuk, membuang ingus, dan setelah pulang bepergian sebanyak 77 responden
(96%), masih banyak yang tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum dan
sesudah makan sebanyak 68 responden (85%), dari 18 ibu rumah tangga yang
menyusui 13 (72%) tidak mencuci tangan sebelum menyusui, 11 (62%) ibu rumah
tangga menyusui tidak mencuci tangan pakai sabun setelah menceboki bayi.
43
Gambaran tentang cuci tangan pakai sabun berdasarkan jawaban responden dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3
Distribusi Responden Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun di Parau
Sorat Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian Ya Tidak Total
n % n % n %
bersih serta air mengalir 17 21 63 79 80 100
Mencuci tangan pakai sabun setelah
buang air besar 20 25 60 75 80 100
Mencuci tangan pakai sabun setelah
bersin, batuk, membuang ingus, dan
setelah pulang bepergian
Mencuci tangan pakai sabun setelah
bermain dan memegang hewan 15 19 65 81 80 100
Mencuci tangan pakai sabun sebelum
dan sesudah makan 12 15 68 85 80 100
Mencuci tangan sebelum memegang
Mencuci tangan setiap kali tangan
kotor (selesai berkebun atau dari
sawah)
Tabel 4
Distribusi Responden Ibu Menyusui Tentang Kebiasaan CTPS di Parau Sorat
Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian
5
28
13
72
18
100
7
38
11
62
18
100
18
100
0
0
18
100
44
jamban dengan jenis leher angsa, memiliki dan memenuhi syarat kesehatan.
Pertanyaan kuesioner menggunakan jamban sehat terdiri dari 10 pertanyaan.
Berdasarkan jawaban dari 80 responden dapat diketahui bahwa yang
memiliki jamban di rumah hanya sebanyak 38 responden (47 %) dan sudah
kategori jamban sehat. Gambaran tentang menggunakan jamban sehat berdasarkan
jawaban responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5
Parau Sorat Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian Ya Tidak Total
n % n % n %
Tersedia jamban di rumah 38 47 42 53 80 100
Jamban dirumah jenis leher angsa 38 47 42 53 80 100
Tabel 6
Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian Ya Tidak Total
n % n % n %
besar
Jamban dibersihkan setiap hari 13 16 25 31,25 38 100
Menggunakan jamban untuk buang
jamban
Seluruh anggota keluarga
Didalam jamban tidak ada kotoran yang
terlihat, serangga & kotoran berkeliaran
(Bersambung)
45
Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian Ya Tidak Total
n % n % n %
genangan air
37 46,2
1 2,63 38 100
Bila jamban rusak segera diperbaiki 8 21 30 78 38 100
Penerangan dan ventilasi yang cukup 28 73,6 10 26,4 38 100
Dilengkapi dinding dan atap pelindung 21 55 17 45 38 100
Tidak mencemari tanah sekitarnya 38 35 52 65 38 100
Tidak berbau 30 36,6 50 61 38 100
Tidak mencemari sumber air minum
(jarak 10 meter)
Memberantas Jentik Nyamuk
oleh anggota keluarga untuk memberantas jentik nyamuk di tempat perkembang
biakan nyamuk. Berdasarkan jawaban responden pada indikator memberantas
jentik nyamuk total skor yang diperoleh adalah 3 dikategorikan buruk.
Berdasarkan tabel 4 dari 80 responden dapat diketahui bahwa masih banyak
responden yang tidak menutup tempat penampungan air yang berada di luar
rumah sebanyak 75 responden (94 %), tidak mengubur barang bekas yang dapat
menampung air hujan sebanyak 80 responden (100 %), masih banyak yang tidak
menggunakan kelambu/ kawat kasa sebanyak 66 (82,5 %), masih banyak
kebiasaan menggantung baju di rumah sebanyak 73 responden (91,2 %), masih
banyak yang tidak menguras bak mandi sekali seminggu sebanyak 78 orang (97,5
%). Gambaran jawaban responden menguras jentik nyamuk berdasarkan jawaban
responden dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:
46
Parau Sorat Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian Ya Tidak Total
n % n % n %
5 6,2 75 93,5 80 100
Menutup tempat penampungan air
0 0 80 100 80 100
Menguras tempat penampungan air 77 96,25 3 3,75 80 100
Mengubur barang bekas yang
dapat menampung air hujan
Membuang barang bekas yang dapat
menampung air hujan
Menggunakan obat nyamuk 80 100 0 0 80 100
Menggunakan kelambu 14 17,5 66 82,5 80 100
Air di rumah ditaburi abate 0 0 80 100 80 100
Memelihara ikan pemakan jentik 0 0 80 100 80 100
Menutup lubang-lubang pada
Menguras bak mandi/wc
Jentik Nyamuk Parau Sorat Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian Ya Tidak Total
n % n % n %
bawah dispenser
(Bersambung)
47
Jentik Nyamuk Parau Sorat Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian Ya Tidak Total
n % n % n %
Menguras jentik nyamuk dalam
Tidak merokok adalah perilaku anggota keluarga didalam maupun di luar
rumah agar udara lingkungan tetap terjaga. Berdasarkan jawaban kuesioner
responden dapat diketahui bahwa anggota keluarga yang merokok di dalam rumah
sebanyak 71 orang (88,75%). Gambaran tentang tidak merokok berdasarkan
jawaban responden dapat di lihat pada tabel 9 berikut ini :
Tabel 9
Distribusi Responden Kebiasaan Tidak Merokok di Rumah Tangga Parau Sorat
Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian Ya Tidak Total
n % n % n %
Apakah anggota keluarga
menghabiskan > 20 batang
rokok setiap hari
Merokok di dalam rumah 71 100 0 0 71 100
Rumah terpapar asap rokok kurang
dari 30 menit setiap hari 71 100 0 0 71 100
Ada anggota keluarga merokok >
100
Tabel 10
Distribusi Responden Kebiasaan Tidak Merokok di Sekitar Balita di Parau Sorat
Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian Ya Tidak Total
n % n % n %
Ada bayi/balita di rumah 18 22 62 83,75 80 100
Jika ada yang merokok di
sekitar balita ibu akan
Jika balita tidak nyaman
Hasil Pengukuran Menggunakan Kuesioner
dari total skor pada masing-masing responden pada perhitungan jawaban
pertanyaan mengenai penggunaan air bersih dikategorikan menjadi baik.
Gambaran tentang menggunakan air bersih dapat dilihat pada tabel. Berdasarkan
tabel 6 dapat diketahui bahwa responden dikategorikan baik karena sudah semua
responden yang menggunakan air bersih sebanyak 80 responden (100%).
Pada variabel mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir berdasarkan
skor responden pada perhitungan jawaban pertanyaan mengenai mencuci tangan
dengan sabun dan air bersih dikategorikan buruk sebanyak 63 (9%).
Pada variabel menggunakan jamban sehat berdasarkan skor responden
pada perhitungan jawaban pertanyaan mengenai penggunaan air bersih
dikategorikan menjadi buruk.sebanyak 42 responden (53%).
49
perhitungan jawaban pertanyaan menguras jentik nyamuk dikategorikan menjadi
buruk sebanyak 67 responden (84 %).
Pada variabel tidak merokok berdasarkan skor responden pada perhitungan
jawaban pertanyaan mengenai kebiasaan tidak merokok dikategorikan menjadi
buruk sebanyak 9 responden (11,2 %) dari 80 responden.
Berdasarkan pengukuran menggunakan kuesioner dapat dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2019
Aspek Penilaian Baik Buruk Total
n % n % n %
Mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir 17 21 63 79 80 100
Menggunakan jamban sehat 38 47 42 53 80 100
Memeberantas jentik nyamuk
PHBS berbasis Lingkungan pada tatanan rumah tangga dikategorikan
baik dan buruk, Perilaku hidup bersih dan sehat responden dalam menggunakan
air bersih dikategorikan baik sebanyak 80 responden (100%). PHBS responden
dalam menggunakan jamban sehat dikategorikan buruk sebanyak 42 responden
(53%). PHBS responden dalam memberantas jentik nyamuk dikategorikan buruk
sebanyak 67 orang (84 %). PHBS responden tidak merokok dikategorikan buruk
sebanyak 71 responden (89%).
Berdasarkan hasil penelitian dapat di lihat bahwa sebagian besar
responden adalah ibu rumah tanggafokus penelitian ini adalah PHBS pada tatanan
rumah tangga. Sebagian besar pekerjaan responden adalah petani yang untuk
pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masih kurang.
Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat, karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi
anggota keluarga yang menjadi awal penting dari proses pendidikan perilaku.
Penerapan PHBS sejak dini yang dilakukan dalam keluarga dapat menciptakan
keluarga yang sehat dan aktif di setiap upaya kesehatan masyarakat (Kemenkes,
2011).
PHBS harus dimulai dari tatanan rumah tangga karena rumah tangga
yang sehat merupakan aset modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga,
ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga
mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu
untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk
melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Kemenkes, 2010).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Berbasis Lingkungan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat berbasis lingkungan di Parau Sorat
Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 5 variabel yaitu menggunakan air
bersih, menggunakan jamban sehat, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih,
51
menguras jentik nyamuk dan tidak merokok. Masih banyak responden yang
memiliki perilaku hidup bersih dan sehat yang buruk.
Menggunakan air bersih. Berdasarkan analisis data yang dilakukan
dapat diketahui bahwa responden sudah dengan kategori baik dalam
menggunakan air bersih yaitu sebanyak 80 responden.
Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk
minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat
dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya agar tidak terkena sakit atau terhindar
dari penyakit (Maryunani, 2017).
masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan penyakit. Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya di suatu daerah maka penyebaran penyakit menular diharapkan dapat
ditekan seminimal mungkin. Kurangnya air bersih khususnya untuk menjaga
kebersihan diri dapat menimbulkan penyakit.
Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih. Perilaku mencuci
tangan dengan sabun dan air bersih pada responden masih sangat rendah.
Sebagian responden mengaku tidak cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Masih banyak responden yang tidak cuci tangan pakai sabun dan air bersih setelah
buang air besar (BAB), masih banyak yang tidak mencuci tangan pakai sabun
setelah bersin, batuk, membuang ingus, dan setelah pulang bepergian. Selain itu
sebagian besar responden tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan
memegang hewan, mereka mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika
52
sudah berbau, kotor dan berminyak. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dan
air bersih memiliki peranan yang sangat penting untuk mencegah pola penyebaran
penyakit menular di masyarakat, seperti penyakit diare, penyakit kulit dan
kecacingan. Hal ini dikarenakan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan
kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus,
bakteri, dan parasit lainnya pada kedua tangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki perilaku
buruk dalam mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dari total skor yang
diperoleh dari pertanyaan kuesioner yaitu sebanyak 63 responden (79 %).
Menggunakan jamban sehat. Perilaku responden dalam menggunakan
jamban sehat dikategorikan buruk karena masih banyak responden yang tidak
menggunakan jamban sehat sebanyak 42 responden (53 %), masih banyak
responden yang tidak memiliki jamban sehat di rumah dan melakukan BAB di
tempat pemandian umum yang jambannya masih jamban cemplung lansung ke
sungai dan sumber air pemandian umum berasal dari air panas yang dialirkan dari
pegunungan. Masih ada responden yang anak nya melakukan BAB sembarang di
parit dekat rumah, Masih ada responden yang buang air kecil (BAK) tidak di
jamban dan mencemari tanah disekitar rumah akibat tidak adanya jamban yang
tersedia di rumah dan masyarakat melakukan kegiatan mencuci, mandi, di tempat
pemandian umum.
Perilaku responden yang tidak BAB di jamban atau disembarang tempat
menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan oleh tinja yang berisi telur
cacing hal ini dapat memicu penyebaran infeksi kecacingan.
Jamban adalah suatu ruang yang memiliki fasilitas pembuang kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
yang dilengkapi dengan unit penampung kotoran dan air untuk membersihkannya.
Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air besar
atau buang air kecil. Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk menjaga
lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau. Jamban mencegah pencemaran sumber
air yang ada disekitarnya. Jamban juga tidak mengundang datangnya lalat atau
serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare, kecacingan dan penyakit
kulit ( Proverawati, 2012).
nyamuk dikategorikan buruk sebanyak 67 responden (84%). Masih banyak
responden yang tidak menutup tempat penampungan air, dan menguras serta
membersihkan tempat penampungan air, masih banyak responden yang tidak
menguras bak setiap sekali seminggu, selain itu responden juga masih banyak
yang menggantung baju di rumah.
Memberantas jentik memiliki tujuan agar anggota keluarga di rumah
terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh nyamuk seperti malaria, DBD,
chikungunya ,atau filariasis serta lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
Memberantas jentik nyamuk dilakukan dengan cara 3 M plus (Menguras,
menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk.
54
Kesadaran responden untuk tidak merokok masih buruk, masih banyak anggota
keluarga responden yang merokok sebanyak 71 responden (89 %). Hal ini juga
dapat berdampak bagi anggota keluarga yang menghirup asap rokok. Banyak
penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Hal ini sesuai dengan penelitian Maryani (2012), yang menyatakan bahwa
ada hubungan kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian ISPA pada
balita di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. Merokok merupakan faktor
resiko penting untuk beberapa penyakit, terutama yang terkait dengan paru-paru
dan saluran pernafasan sehingga disarakankan untuk menghindari kebiasaan
merokok.
Pembantu Kelurahan Parausorat tidak memiliki data sekunder program PHBS
yang terkhusus pada masyarakat di Kelurahan Parausorat, yang menyebabkan
peneliti tidak memiliki data acuan yang akurat untuk keperluan hasil survei
pendahuluan.
55
lingkungan di Parau Sorat Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Karakteristik responden yang paling banyak adalah ibu rumah tangga
(76%) dan jenis pekerjaan yang paling banyak adalah Petani 58 responden
(72 %).
2. Perilaku hidup bersih dan sehat responden dalam menggunakan air bersih
dikategorikan baik sebanyak 80 responden (100%).
3. PHBS responden dalam menggunakan jamban sehat dikategorikan buruk
sebanyak 42 responden (53%).
sebanyak 67 orang (84 %).
responden (89%).
1. Perlu dilakukan penyuluhan yang lebih intensif tentang perilaku hidup
bersih dan sehat tentang penting nya menggunakan jamban sehat oleh
petugas Puskesmas terhadap masyarakat.
kepada masyarakat.
3. Perlu bagi Pemerintah untuk menyediakan fasilitas sanitasi dasar umum
yang memadai untuk mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
perilaku hidup bersih dan sehat dan menerapkannya di rumah tangga.
5. Perlu dilakukan penyuluhan tentang pengendalian tentang penyakit yang
disebabkan oleh vektor nyamuk
6. Perlu dilakukan penyuluhan tentang bahaya rokok bagi masyarakat dan
anggota keluarga.
Alamsyah, D. (2013). Pilar dasar ilmu kesehatan masyarakat. Yogyakarta: Nuha
Medika
Departemen Kesehatan RI. (2008). Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2008.
Diakses dari https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
Diakses dari https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
Diakses dari http://www.kemkes.go.id/download.file=//pusdatin/infodatin-
Diakses dari Ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/kepmen-kes-N0-
Diakses dari https://www.kemkes.go.id/resources/download/kinerja/lakip-
Info Media.
Maryunani (2017). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Jakarta: Trans Info
Media.
Notoatmodjo (2007). Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2269 Tahun 2011
tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/ Menkes/PER/IX/
1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Proverawati & Atikah (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Yogyakarta: Nuha Medika.
pada Tatanan Rumah Tangga Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan
Tahun 2019
Nomor Responden :
Tanggal wawancara :
II. Indikator PHBS
Petunjuk 2: Berilah tanda ceklist () pada jawaban yangmenurut anda benar dan
sesuai.
No Persyaratan Ya
a. Air ledeng/PAM
b. Air ledeng/membeli
c. Sumur bor/pompa
danvektor pengganggu
makanan siap santap
mendidih
sudah di olah menjadi air minum
6 Mencuci peralatan makan dan minum dengan
sabun dan air bersih sebelum digunakan
7 Air bersih disimpan dalam tempat yang bersih
dan tertutup
berbau
tempat pembuangan sampah paling sedikit 10
meter
tidak ada bercak-bercak kotoran serta ember
pengambilan air harus tetap bersih
60
No Persyaratan Ya
2 Jenis jamban dirumah adalah jenis leher angsa
3 Menggunakan jamban untuk Buang Air Besar
(BAB)
5 Menggunakan jamban untuk Buang Air Kecil
(BAK)
62
8 Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat,
tidak ada serangga dan kotoran berkeliaran
9 Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada
genangan air
11 Penerangan dan ventilasi yang cukup
12 Di lengkapi dinding dan atap pelindung
13 Tidak mencemari tanah sekitarnya
14 Tidak berbau
sumber air minum dengan lubang prnampungan
minimal 10 meter)
No Persyaratan Ya
yang berada di dalam rumah ?
2 Apakah ibu menutup tempat penampungan air
yang berada di luar rumah ?
3 Apakah ibu melaksanakan program menguras
tempat penampungan air (TPA) ?
5 Apakah ibu mengubur barang bekas yang dapat
menampung air hujan ?
menampung air hujan ?
apa ? (lotion, bakar, semprot)
kawat kasa?
10 Apakah ibu memelihara ikan pemakan jentik ?
11 Apakah ibu membersihkan air yang tertampung di
bawah dispenser ?
13 Apakah ibu membersihkan air tempat minum
burung ?
kulkas?
potongan bambo/pohon?
18 Apakah dalam satu minggu ibu membersihkan
angin-angin / ventilasi di rumah?
kegiatan menguras bak mandi / WC ?
20 Apakah dalam satu minggu ibu mengurus
tempayan / getong?
2 Apakah anggota keluarga ibu menghabiskan > 20
batang rokok / hari?
rumah?
dari 30 menit setiap harinya ?
5 Jika ada yang merokok di sekitar balita ibu apakah
ibu menjauhinya?
yang merokok, keluarga yang lain menasehati
untuk berhenti merokok ?
rokok, apakah orang yang merokok di sekitar
balita ibu langsung mematikan rokoknya?
8 Apakah ada anggota keluarga merokok saat
berkumpul dengan keluarga ?
apakah jendela terbuka ?
66
67
68
69
70
71
72
Gambar VI. Kondisi jamban cemplung di tempat pemandian umum
73
Gambar VIII. Gambaran pemandian umum masyarakat