ANALISIS PERILAKU GENERASI MILENIAL TERHADAP...
Transcript of ANALISIS PERILAKU GENERASI MILENIAL TERHADAP...
1
ANALISIS PERILAKU GENERASI MILENIAL TERHADAP NIAT
MENJADI NASABAH BANK SYARIAH
Tesis
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master
Ekonomi (M.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Diajukan oleh:
Niken Febria Larasati
NIM 21170850000017
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Niken Febria Larasati
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 15 Februari 1987
Jeniskelamin :Perempuan
Agama :Islam
Kewarganegaraan :Indonesia
Status : Kawin
Alamat : Jl Inpres gg. Muan No.10 Rt 001 Rw 009,
Benda Baru, Pamulang, Tangerang Selatan
PENDIDIKAN FORMAL
1992-1998 SDN 03 Pagi Cengkareng Timur
1998-2001 SMP Putri Assyafi’iyah
2001-2005 SMA Latansa
2005-2009 S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah Muh Rodji
Ibu Bardiyah
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan tesis
tentang Analisis Perilaku Generasi Milenial Terhadap Niat Menjadi Nasabah
Bank Syariah. Penulisan tesis ini adalah sebagai salah satu prasyarat bagi penulis
dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Program Strata Dua (S2) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Perbankan Syariah guna memperoleh gelar
ME. Bimbingan dan dukungan telah banyak penulis dapatkan dalam penyelesaian
tesis ini. Maka dari itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Orang tua penulis, ayahanda tercinta Bapak Muh Rodji dan Ibunda tercinta
Ibu Bardiyah, Mamah dan Bapak, yang senantiasa mendoakan dan memberi
dukungan penuh kepada penulis.
2. Suami “Wendi Wijarwadi” dan anak-anak tercinta “Keenan dan Zeefa”
sebagai sumber semangat penulis dalam menyelesaikan studi ini, serta yang
telah memberikan dukungan doa dan dukungan moal maupun materil.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin., S.E. Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE, MM selaku Ketua Jurusan Magister Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan arahan kepada penulis dalam
menjalankan pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu Nur Hidayah M.A., Ph.D selaku penasehat akademik yang selalu
memberikan arahan kepada penulis dalam menjalankan pendidikan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
6. Ibu Dr. Ir. Muniaty Aisyah, MM selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan serta motivasi dalam penulisan tesis ini
sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Dr. Sofyan Rizal. M. Si selaku penguji sidang tesis yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan dan memotivasi penulis agar
tesis ini bisa terselesaikan dengan baik.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah mencurahkan dan mengamalkan ilmu
yang tidak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Kepada teman teman kelas perbankan syariah MPSY angkatan 2017 yang
telah memotivasi dan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.
10. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan sau persatu, yang
banyak membantu penulis sehingga akhirnya terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Adapun segala kekurangan dan kesalahan
pada tesis ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Harapan penulis,
semoga tesis ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Jakarta, 5 Juli 2019
Niken Febria Larasati
NIM 21170850000017
viii
ABSTRAK
Pada era revolusi industry 4.0 saat ini, perkembangan teknologi dan
informasi telah merubah perilaku generasi modern khususnya generasi
milenial (generasi yang lahir pada tahun 1980-2000). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh perilaku generasi milenial yang berdomisili di
jabodetabek terhadap niat menjadi nasabah bank syariah. Perilaku generasi
milenial yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu Kepercayaan Terhadap
Informasi Interaktif, Pemilihan Ponsel Dibanding Televisi, Kewajiban
Memiliki Sosial Media, Kurang Suka Membaca Secara Konvensional,
Pemanfaatan Teknologi dan Informasi, Mulai Bertransaksi Secara Cahless,
Financial Planning dan saving.
Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Structural
Equation Modeling (SEM), dengan jumlah responden adalah 150 responden.
Untuk wilayah sampel dilakukan di wilayah jabodetabek. Hasil penelitian
menunjukan bahwa perilaku generasi milenial berpengaruh secara signifikan
terhadap niat menjadi nasabah bank syariah. Adapun untuk perilaku yang
mempunyai nilai pengaruh yang paling besar terhadap niat menjadi nasabah
bank syariah yaitu kewajiban memiliki media sosial dan pemanfaatan
teknologi dan informasi.
Kata kunci: perilaku, generasi milenial, niat, nasabah bank syariah
ix
ABSTRACT
In the current era of industrial revolution 4.0, the development of
technology and information has changed the behavior of the modern
generation, especially the millennial generation (generation born in 1980-
2000). This study aims to determine the influence of the behavior of millennial
who live in Jabodetabek on the intention to become customers of Islamic
banks. Millennial behaviors examined in this study are Trust in Interactive
Information, Cellphone Selection over Television, Obligation to Have Social
Media, Conventionally Lack of Reading, Technology and Information
Utilization, Low Transaction, Financial Planning and saving.
The analysis method used in this study is Structural Equation
Modeling (SEM), with the number of respondents being 150 respondents. For
sample areas, it is conducted in the Jabodetabek area. The results of the study
show that the behavior of the millennial generation significantly influences the
intention to become a customer of Islamic banks. The behaviors greatly
influence on the intention to become a sharia bank customer are the
obligation to have social media and the use of technology and information.
Keywords: Behaviour, Millenial Generation, Intention, sharia bank customers
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS .............. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS ................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .......................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Batasan Penelitian ...................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
BAB II .......................................................................................................... 10
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 10
xi
A. Peran Bank Syariah ................................................................................. 10
B. Prinsip Syariah Pada Bank Syariah ........................................................ 11
C. Perilaku Ekonomi (Behavioral Economics) ............................................ 13
D. Perilaku Konsumen .................................................................................. 16
D. Perilaku Konsumen Generasi Milenial .................................................... 21
D.1. Generasi Milenial .......................................................................21
D.2. Perilaku Konsumen Generasi Milenial ......................................25
E. Niat Dalam Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)...... 32
E.1. Sikap ...........................................................................................33
E.2. Norma Subjektif .........................................................................35
F. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 35
F. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 52
G. Hipotesis ................................................................................................. 53
BAB III ......................................................................................................... 55
METODE PENELITIAN .............................................................................. 55
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 55
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................... 55
B. 1. Populasi .....................................................................................55
B.2. Sampel ........................................................................................56
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 57
C.1. Sumber Data ...............................................................................57
C.2. Teknik Pengumpulan Data .........................................................57
D. Metode Analisa Data ............................................................................... 58
xii
E. Teknik Analisa Data ................................................................................. 59
E. 1. Uji Kualitas Data .......................................................................59
1. Uji Validitas ...................................................................................60
E.2. Analisa Data SEM ......................................................................61
E.2.1. Analisis Deskriptif ...................................................................61
E.2.2 Structural Equation Model (SEM) ............................................62
E.2.3. Alat Analisis SEM ...................................................................62
E.2.4 Evaluasi Model Struktural .......................................................70
E.2.5 Pengujian Hipotesis ..................................................................73
F. Operasional Variabel Penelitian ............................................................... 73
BAB IV ......................................................................................................... 79
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 79
A. Hasil Analisis Deskriptif................................................................... 79
B. Uji Kualitas Data .............................................................................. 82
1. Uji Validitas ..............................................................................82
2. Uji Reliabilitas ..........................................................................89
C. Uji Structural Equation Modeling (SEM)......................................... 90
1. Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis) 91
2. Analisis Model Struktural .........................................................97
3. Evaluasi Model Struktural ......................................................107
4. Uji Hipotesis ...........................................................................115
5. Pengaruh Langsung Variabel ..................................................120
D. Pembahasan .................................................................................... 122
xiii
BAB V ........................................................................................................ 132
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 132
A. Kesimpulan ..................................................................................... 132
B. Saran ............................................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 137
LAMPIRAN ............................................................................................... 142
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Komposisi Penduduk Menurut Generasi, 2017 ................................ 2
Gambar 1.2 Data Penggunaan Internet Berdasarkan Umur .................................. 3
Gambar 1.3 Transaksi digital perbankan generasi milenial .................................. 5
Gambar 2.1 Proses Perilaku Konsumen ................................................................ 19
Gambar 2.2 Theory Of Reasoned Action .............................................................. 32
Gambar 2.3 Kerangka berfikir ............................................................................ 52
Gambar 4.1 Gambar Lokasi Tempat Tinggal ..................................................... 79
Gambar 4.2 Gambar Usia Responden ................................................................. 80
Gambar 4.3 Gambar Pekerjaan Responden ........................................................ 81
Gambar 4.4 Konstruk Eksogen ........................................................................... 92
Gambar 4.5 Konstruk Endogen ........................................................................... 95
Gambar 4.6 Model Full 1 .................................................................................... 98
Gambar 4.7 Model Full 2 ................................................................................. 100
Gambar 4.8 Model Full 3 ................................................................................... 102
Gambar 4.9 Model Full 4 ................................................................................. 104
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ..................... 20
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 35
Tabel 3.1 Tabel Standarisasi Reliabilitas ............................................................ 61
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kepercayaan terhadap Informasi Interaktif ......... 83
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas lebih memilih ponsel disbanding televisi ............. 83
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas kewajiban memiliki sosial media ......................... 84
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kurang Suka Membaca Secara Konvesional ......... 85
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Pemanfaatan Teknologi dan Informasi ................ 86
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Mulai Melakukan Transaksi Secara Cashless...... 86
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Financial Planning dan Saving ............................ 87
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Sikap .................................................................... 88
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Norma Subjektif ................................................... 88
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas variabel ........................................................... 89
Tabel 4.11 Goodness Of Fit Index ..................................................................... 91
Tabel 4.12 Goodness Of Fit Index Konstruk Eksogen ...................................... 94
Tabel 4.13 Goodness Of Fit Index Konstruk Endogen ....................................... 96
Tabel 4.14 Goodness Of Fit Index Model Full 4 ............................................... 105
Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas Konstruk ........................................................ 112
Tabel 4.16 Regression Weight ........................................................................... 116
Tabel 4.17 Standardized Total Effect ................................................................. 120
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kuisioner Penelitian ............................................................ 142
Lampiran II Tabel Jawaban Responden ............................................... 147
Lampiran III Hasil Uji Kualitas Data ..................................................... 155
Lampiran IV Hasil Penelitian Output AMOS ........................................ 169
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era teknologi informasi saat ini, adaptasi digital economy
sepertinya hampir merasuk pada semua sektor, termasuk sektor keuangan
dan perbankan. Bank harus bekerja keras untuk memenuhi ekspektasi dari
konsumen. Manajemen bank lokal pun kini harus menghadapi persaingan
dengan bank asing, apalagi dengan manajemen bank syariah, dimana
kreatifitas manajemen dalam mengakomodir seluruh kebutuhan konsumen
merupakan satu hal yang penting untuk dilakukan. Semakin ketatnya
persaingan di dunia perbankan menjadikan setiap pembuat strategi
pemasaran memiliki peranan penting di dalam identifikasi dan
pengembangan strategi untuk sebuah bank (Sadiq dalam Anindia dkk et.al
2017). Hanya bank yang mampu menarik konsumen baru dan
mempertahankan konsumen lama yang mungkin dapat tumbuh dan
berkembang untuk periode yang lama (Sadiq dalam Anindia dkk et.al 2017).
Ditambah lagi dengan semakin banyaknya Generasi Milenial,
khususnya di Indonesia, yang memasuki usia produktif semakin mendorong
perkembangan teknologi dan dunia digital. Generasi Milenial disebut-sebut
sangat fasih dan mudah beradaptasi dengan teknologi, bahkan sudah sangat
bergantung terhadap teknologi.
Untuk jumlah generasi milenial di Indonesia menurut Susenas
(Survey sosial Ekonomi Nasional) yang dilakukan oleh Badan Pusat
2
Statistik tahun 2017, jumlah generasi milenial mencapai sekitar 88 juta jiwa
atau 33,75 persen dari total penduduk Indonesia. Porporsi tersebut lebih
besar dari proporsi generasi sebelumnya seperti generasi X yang (25,74
persen) maupun generasi baby boom+veteran (11,27 persen). Demikian juga
dengan jumlah generasi Z baru mencapai sekitar 29,23 persen.
Gambar 1.1. Komposisi Penduduk Menurut Generasi (persen)
Sumber: Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2017
Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa segmen milenial
merupakan segmen yang potensial unuk menambah market share perbankan
syariah terhadap perbankan nasional saat ini yang baru mencapai 5,7 persen
(Snapshot Perbankan Syariah OJK Juni 2018). Sesuai siaran pers Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) pada Juni 2018 di informasikan bahwa industri
perbankan syariah saat ini terdiri dari 13 bank umum syariah, 21 bank unit
syariah, dan 168 BPR syariah, memiliki total aset Rp 444,43 triliun atau 5,7
persen dari total aset perbankan nasional.
Dengan jumlah market share perbankan syariah yang masih di
bawah 6 persen tersebut, maka bank syariah perlu memaksimalkan potensi
Generasi Z (pasca
milenial)
Generasi Y
(Milenial)
Generasi X
Generasi Baby
Boom + Veteran
3
jumlah segmen milenial yang cukup besar tersebut, bank syariah perlu
melakukan strategi pemasaran yang tepat agar dapat menggaet para generasi
milenial untuk berbank dengan Bank Syariah.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia ( APJII) dalam katadata.co.id pada 2018 yaitu 171,18 juta
jiwa (64,8% dari total penduduk) adalah pengguna internet. Dan jika dilihat
dari segi umur, maka pengguna internet dikuasai oleh generasi milenial
(generasi yang lahir dari tahun 1980-2000). Berikut data penggunaan
internet dari APJII:
Gambar 1.2. Data Penggunaan Internet Berdasarkan Umur
Sumber: Hasil Survey APJII 2018
Dari hasil survey tersebut juga menunjukkan bahwa 93,9 persen
pengguna internet yang mayoritas generasi milenial terhubung melalui
smartphone, sisanya menggunakan laptop, netbook, tablet, dll. Fakta ini
menjadi sebuah peluang yang diambil oleh berbagai pihak untuk merancang
strategi pemasaran yang tepat untuk menggaet pangsa pasar generasi
4
milenial , tak terkecuali oleh bidang Perbankan Syariah dalam menghadapi
revolusi industri 4.0.
Generasi milenial merupakan generasi yang unik dan berbeda dari
generasi lain. Karena adanya pengaruh dari meluasnya internet, smartphone,
dan munculnya jejaring media sosial (facebook, twitter, instagram,
whatsapp dll), hal-hal tersebut turut mempengaruhi pola pikir, nilai-nilai,
dan perilaku generasi milenial. Bahkan visioner asal kanada Mc Luhan
berpendapat bahwa perubahan budaya dalam kehidupan manusia itu
ditentukan oleh teknologi dan kita akan berada di tengah-tengah sebuah
revolusi (teknologi).
Saat ini generasi milenial dan penggunaan teknologi dari sisi
pemakaian telepon seluler (nirkabel) tidak dapat dipisahkan. Telepon seluler
sekarang tidak hanya digunakan untuk sarana komunikasi melalui suara saja
tapi juga untuk berbagai sarana lain seperti mengabadikan foto, mengecek
dan mengirimkan email bahkan dapat melakukan transaksi perbankan.
Sesuai data dari DBS Group Research (2017) bahwa saat ini generasi
milenial sudah mendominasi aktivitas perbankan digital.
5
Gambar 1.3. Transaksi digital perbankan generasi milenial
Sumber:DBS Grup Research, 2017 (marketing.co.id)
Dari data di atas dapat dilihat bahwa generasi milenial sudah akrab
dengan transaksi digital. Karena seiring dengan berkembangnya teknologi
maka pola perilaku konsumen, khususnya generasi milenial, telah banyak
berubah, generasi milenial menuntut segala sesuatu bisa dilakukan dengan
cepat, mudah, dan praktis. Dengan layanan perbankan digital inilah para
nasabah khususnya nasabah generasi milenial dapat menikmati layanan
perbankan dengan lebih mudah, tanpa harus datang ke bank.
Saat ini cara-cara lama sudah mulai ditinggalkan dalam melakukan
aktivitas eknomi. Perusahaan mulai berkompetisi dalam melakukan inovasi
dan berinvestasi dalam bidang teknologi untuk beradaptasi dengan
perkembangan zaman di era digital economy. Transformasi menuju dunia
digital sudah selayaknya wajib dilakukan oleh perusahaan agar tetap bisa
bertahan. Pilihannya hanya dua, berinovasi agar dapat bertahan atau punah
karena kalah dalam persaingan. Sehingga bank syariah sebagai salah satu
05
10152025303540
Punya Akun UangDigital
Bertransaski SecaraDigital
Akses Perbankanmelaui ponsel
membayar ataumembeli secara
online
mengirim/menerimauang
15-24
25+
6
jenis lembaga keuangan yang memberikan layanan perbankan berbasis
syariah kepada nasabah juga perlu untuk melakukan adaptasi dan inovasi
teknologi agar mampu bersaing. Adaptasi digital banking dibarengi dengan
pengelolaan dana yang berbasis syariah akan menjadi keunggulan bank
syariah.
Dalam pemilihan bank menurut penelitian Permata, Nugroho,
Handoyo dan Kusuma (2017) menyebutkan bahwa generasi milenial
cenderung memilih bank yang memiliki layanan digital yang cepat dan
efisien baik itu ATM atau internet banking.
Penelitian ini mencoba mengungkapkan dari beberapa perilaku
generasi milenial, perilaku apa saja yang mempunyai pengaruh yang besar
terhadap niat menjadi nasabah bank syariah. Sehingga diharapkan dari hasil
penelitian ini dapat menjadi rujukan bank syariah yang ingin menyasar
generasi milenial sebagai pangsa pasar yang potensial. Adapun landasan
teori untuk perilaku generasi milenial dalam penelitian ini menggunakan
landasan penelitian yang telah di lakukan oleh Boston Consulting Group
(BCG) bersama Universitas of Berkley (2011).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk menganalisa
pengaruh perilaku konsumen generasi milenial terhadap niat menjadi
nasabah bank syariah. Oleh karena itu peneliti membuat penelitian dengan
judul “ANALISIS PERILAKU GENERASI MILENIAL TERHADAP
NIAT MENJADI NASABAH BANK SYARIAH”.
7
B. Batasan Penelitian
Agar penulis lebih fokus dalam satu permasalahan, maka diperlukan
batasan dalam penelitian ini. Maka penelitian ini dibatasi pada analisis perilaku
generasi milenial di area jabodetabek terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan perumusan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah perilaku generasi milenial berpengaruh terhadap niat generasi
milenial menjadi nasabah bank syariah?
2. Apakah perilaku generasi milenial yaitu kepercayaan terhadap
informasi interaktif berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah?
3. Apakah perilaku generasi milenial yaitu pemilihan ponsel dibandingkan
televisi berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah?
4. Apakah perilaku generasi milenial yaitu kewajiban memiliki media
sosial berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah?
5. Apakah perilaku generasi milenial yaitu kurang suka membaca secara
konvensional berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah?
6. Apakah perilaku generasi milenial yaitu pemanfaatan teknologi dan
informasi berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah?
7. Apakah perilaku generasi milenial yaitu mulai bertransaksi secara
cashless berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah?
8
8. Apakah perilaku generasi milenial yaitu memiliki financial planning
dan saving berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah
untuk:
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perilaku generasi
milenial terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perilaku generasi
milenial yaitu kepercayaan terhadap informasi interaktif terhadap niat
menjadi nasabah bank syariah
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perilaku generasi
milenial yaitu pemilihan ponsel dibandingkan televisi terhadap niat
menjadi nasabah bank syariah
4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perilaku generasi
milenial yaitu kewajiban memiliki media sosial terhadap niat menjadi
nasabah bank syariah
5. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perilaku generasi
milenial yaitu kurang suka membaca secara konvensional terhadap
niat menjadi nasabah bank syariah
6. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perilaku generasi
milenial yaitu pemanfaatan teknologi dan informasi terhadap niat
menjadi nasabah bank syariah
9
7. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perilaku generasi
milenial yaitu mulai bertransaksi secara cashless terhadap niat
menjadi nasabah bank syariah
8. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perilaku generasi
milenial yaitu memiliki financial planning dan saving terhadap niat
menjadi nasabah bank syariah
E. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Akademisi
Sebagai aset pustaka yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh
kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiswa, dalam upaya
memberikan pengetahuan, informasi, dan sebagai proses pembelajaran
mengenai perilaku generasi milenial memilih berbank dengan bank syariah.
2. Bagi Kalangan Perbankan
Bagi kalangan perbankan syariah diharapkan menjadi referensi akan pola
perilaku generasi milenial terhadap niat menjadi nasabah bank syariah,
sehingga diharapkan akan menjadi masukan untuk manajemen pemasaran
yang tepat yang dapat diterapkan dibank syariah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Bank Syariah
Menurut Antonio (2000) Bank syariah merupakan bank yang memiliki
sistem yang beda dari bank konvensional, yaitu dengan memberlakukan
sistem operasional bank dengan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil yang
diterapkan dalam perbankan syari’ah sangat berbeda dengan sistem bunga, di
mana dengan sistem bunga dapat ditentukan keuntungannya di awal, yaitu
dengan menghitung jumlah beban bunga dari dana yang disimpan atau
dipinjamkan. Sedang pada sistem bagi hasil ketentuan keuntungan akan
ditentukan berdasarkan besar kecilnya keuntungan dari hasil usaha, atas
modal yang telah diberikan hak pengelolaan kepada nasabah mitra bank
syari’ah.
Dalam usaha menghimpun dana masyarakat, bank syariah telah
meluncurkan berbagai jenis produk simpanan yang pada umumnya dilengkapi
beraneka ragam fasilitas guna menambah daya tarik produk tersebut. Seiring
dengan peluncuran produk-produk simpanan tersebut, masing-masing bank
mengimplementasikan strategi pemasarannya guna mendukung suksesnya
produk simpanan yang bersangkutan dalam meraih pangsa pasar yang telah
ditetapkan (Muhammad, 2015).
11
B. Prinsip Syariah Pada Bank Syariah
Berdasarkan UU Perbankan Syariah, telah ditetapkan bahwa bank-bank
syariah Indonesia, yang terdiri atas bank yang sepenuhnya melaksanakan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan bank konvensional yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah melalui UUS yang
dimilikinya, tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang melanggar Prinsip
Syariah. Prinsip Syariah yang harus dipatuhi oleh bank-bank syariah menurut
UU Perbankan Syariah adalah Prinsip Syariah yang telah difatwakan oleh
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI) dan
selanjutnya telah dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI). Lebih
lanjut, Prinsip Syariah Perbankan dan telah menjadi hukum positif karena
adanya penunjukan oleh UU Perbankan Syariah sebagai sesuatu yang wajib
dilaksanakan oleh bank syariah maupun UUS. Pelanggaran terhadap Prinsip
Syariah Perbankan akan mengakibatkan akad-akad yang dibuat antara Bank
Syariah dan nasabah menjadi batal demi hukum. (Sjahdeini, 2014).
Prinsip syariah ini diterapkan untuk mencapai tujuan sesuai jalur syariah.
Berdasarkan Pasal 2 UU Perbankan Syariah perbankan syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi
dan kehati-hatian, yang mana penjelasan Pasal 2 UU Perbankan Syariah
yaitu:
1. Prinsip syariah adalah kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah,
antara lain, adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur:
12
a. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara
lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama
kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam
transaksi pinjam-meminjam yang mensyaratkan Nasabah Penerima
Fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok
pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah).
b. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan
yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan.
c. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki,
tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat
transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah.
d. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah atau
zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak
lainnya.
2. Demokrasi ekonomi adalah kegiatan ekonomi syariah yang
mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan
kemanfaatan.
3. Prinsip kehati-hatian adalah pedoman pengelolaan Bank yang wajib
dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat, dan efisien
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
13
C. Perilaku Ekonomi (Behavioral Economics)
Teori perilaku ekonomi adalah studi interdispliner antara ilmu
ekonomi dan ilmu psikologi untuk memahami perilaku ekonomi manusia.
Salah satu tokoh penggagas teori perilaku ekonomi adalah Richard Thaler.
Beliau adalah seorang profesor dalam bidang ekonomi perilaku (behavioral
economics) di Universitas Chicago. Sebagai penghargaan atas kiprahnya
mengembangkan ilmu ekonomi perilaku, pada 9 Oktober 2017, beliau
meraih Hadiah Nobel Ekonomi (nama resminya: Sveriges Riksbank Prize in
Economic Sciences in Memory of Alfred Nobel) (nobelprize, n.d)
Komite Nobel Ekonomi tahun 2017 menyebutkan bahwa Prof.
Thaler berjasa dalam “Mengombinasikan asumsi psikologi yang realistis
dalam analisis pengambilan keputusan ekonomi.” Dengan menggali
konsekuensi dari sifat-sifat manusia seperti rasionalitas terbatas (limited
rationality), kecenderungan sosial (social preference), dan kurangnya
kontrol diri (lack of self-control), beliau berhasil membuktikan bahwa sifat-
sifat manusiawi tersebut sangat mempengaruhi pengambilan keputusan
individu serta konsekuensinya di pasar.(nobelprize, n.d)
Sebagai pionir ilmu ekonomi perilaku, Prof. Thaler kerap
membenturkan teori-teori ekonomi konvensional dengan realitas bahwa
manusia itu sesungguhnya makhluk yang tidak rasional. Fakta bahwa
manusia itu sesungguhnya tidak rasional membuat pasar tidak akan bisa
“efisien” sebagaimana digambarkan sebagai kondisi yang ideal dalam ilmu
ekonomi klasik.
14
Salah satu poin penting dalam ekonomi perilaku adalah
fenomena “mental accounting”. Dalam fenomena ini, seseorang akan
memiliki kecenderungan untuk membelanjakan uangnya secara berbeda jika
pundi-pundi uang tersebut dilabeli berbeda. Contohnya, jika kita membagi-
bagi pundi uang kita dalam beberapa kategori seperti uang kuliah, jajan,
transportasi, main-main, bayar kontrakan, maka kita akan cenderung lebih
disiplin dalam membelanjakan uang kalian. Kita akan mudah sekali
membelanjakan uang di pundi “jajan” untuk beli nasi goreng, sementara
sangat kecil kemungkinannya kita membelanjakan uang di dalam pundi
“uang kuliah” untuk keperluan menonton film di bioskop. (Rifqi, n.d)
Tokoh lain dalam bidang Teori perilaku Eknoomi adalah Daniel
Kahneman. Kahneman sebagai salah satu promotor teori ini mendapatkan
hadiah Nobel pada tahun 2002 yang memberikan alternatif analisis dalam
bidang ekonomi dan keuangan. (wikipedia, n.d)
Kahneman bersama dengan Amos Tversky melakukan penelitian
mengenai peran persepsi dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Hasil penelitian tersebut kemudian berkembang menjadi teori prospek yang
menyatukan bidang ilmu psikologi dan ekonomi, yang kini dikenal dengan
sebutan ekonomi perilaku (behavioral economics). (wikipedia, n.d)
Menurut Kahneman dan Smith (2002) perbedaan ilmu ekonomi
dengan aliran konvensional dan ilmu ekonomi berbasis perilaku adalah,
ilmu ekonomi konvensional berdiri tegak dalam dua asumsi utamanya
yaitu self-interest dan rasionalitas penuh. Ilmu ekonomi konvensional
15
menjelaskan bahwa dalam interaksi ekonomi maka pelaku-pelaku ekonomi
didorong self-interest mereka yang natural sehingga membutuhkan adanya
kebebasan. Dalam artian bahwa pelaku-pelaku ekonomi dalam menentukan
pilihan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya perlu diberi
kebebasan karena hal itu merupakan deskripsi akan bagaimana suatu
kekuatan natural yang bekerja (the invisible hand). Dalam proses itulah
setiap pelaku akan menentukan sikap dan secara bebas menentukan pihak
lainnya untuk dilakukan aktivitas ekonomi. Kemudian asumsi kedua yaitu
rasionalitas mendapatkan posisi yang sentral. Dalam artian bahwa dalam
proses memenuhi kebutuhan dan keinginan, pelaku ekonomi akan
melakukan pertimbangan yang rasional. Tepatnya yaitu pertimbangan yang
dilandasi berbagai macam faktor relevan dan informasi yang penuh, atau
biasanya disebut sebagai pendekatan normatif. Sedangkan ekonomi berbasis
perilaku merupakan kebalikan dari ekonomi konvensional yang mana
asumsinya berbeda, pendekatannya berbeda, hingga kombinasi ilmunya juga
berbeda. Secara spesifik ekonomi berbasis perilaku berasumsi bahwa pelaku
ekonomi tidaklah selamanya rasional. Oleh karean itu, keuangan berbasis
perilaku memandang pelaku ekonomi lebih pada aspek-aspek psikologi dari
perilaku. Dengan kata lain, memandang pelaku ekonomi bukan hanya pada
rasional atau tidak rasional melainkan pada aspek-aspek yang lebih luas.
Secara singkat, ekonomi berbasis perilaku menekankan perilaku apa adanya
dari pelaku ekonomi sedangkan ekonomi konvensional lebih pada
bagaimana seharusnya berperilaku.(Putri, 2014)
16
D. Perilaku Konsumen
Banyak ahli berpendapat tentang pengertian perilaku konsumen.
Menurut Suprapti (2010) menjelaskan perilaku konsumen adalah “suatu studi
tentang individu, kelompok, atau organisasi dan proses yang mereka gunakan
untuk memilih, mendapatkan, menggunakan dan membuang produk jasa,
pengalaman, atau gagasan untuk memenuhi kebutuhan dan dampak dari
proses itu pada konsumen dan masyarakat”. Menurut Setiadi (2010) ada
empat komponen penting yang merupakan inti pengertian perilaku konsumen
adalah (1) perilaku konsumen melibatkan berbagai aktivitas, baik yang
sifatnya mental, emosi, dan fisik. Berfikir merupakan satu aktivitas mental,
misalnya pengolahan informasi yang melibatkan memori otak ketika
seseorang menerima suatu stimuli pemasaran. Aktivitas emosi menyangkut
evaluasi terhadap suatu produk atau jasa sehingga menimbulkan perasaan
senang atau tidak senang terhadap produk atau jasa tersebut. Aktivitas fisik
misalnya, kegiatan memilih atau memutuskan satu produk yang akan dibeli di
antara beberapa produk yang tersedia di pasar, (2) perilaku konsumen terjadi
karena didasari motif tertentu. Setiap tindakan konsumen dilakukan untuk
mencapai tujuan, yaitu memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan, (3)
perilaku konsumen menunjukan sebuah proses yang berkesinambungan, sejak
konsumen belum melakukan pembelian, saat pembelian, dan setelah
pembelian, (4) Konsumen merupakan pusat perhatian utama. Istilah
konsumen digunakan untuk menjelaskan dua jenis entitas konsumsi yaitu
17
konsumen perorangan dan konsumen organisasi. Pembelian bisa dilakukan
oleh individu ataupun organisasi.
Menurut Schifman dan Kanuk (dalam Rahmawaty, 2011)
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut: “The term consumer
behavior refers to the behavior that consumers display in searcing for,
purchasing, using, evaluating, and dispoting of products and servives that
they expect will satisfy their needs” (istilah perilaku konsumen diartikan
sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang
mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka).
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan
serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan
tersebut. Dengan kata lain, perilaku konsumen merupakan studi tentang
bagaimana pembuat keputusan, baik individu, kelompok atau organisasi,
membuat keputusan-keputusan beli atau transaksi pembeli suatu produk dan
jasa dan mengkomsumsinya.
Asad Zaman (Agus, 2015) dalam papernya yang berjudul “Towards
Foundation for an Islamic Theory of Consumer Behaviour” mengatakan
pandangan tentang ekonomi Islam itu bersifat positif atau normatif. Ia juga
menjelaskan tentang kritik teori Fiedman yang mengatakan porsi terbesar
18
pada teori ekonomi positif. Adapun berkaitan dengan perilaku konsumen
berpendapat bahwa perilaku konsumen merupakan unsur-unsur penting dalam
model ekonomi yang mendorong nilai-nilai kesejahteraan. Dalam
penjelasannya yang terdiri 4 aksioma preferensi perilaku konsumen yaitu
lexicographic preference, weakly monotonic preferences, statiation of basic
needs, and externalities in secondary utility. Aksioma tersebut cocok dengan
nilai Islam (Zaman dalam Agus, 2015)
Syed Nawab Haidar Naqvi dalam bukunya berjudul “Islam,
Economics and Society” pada pokok bahasan mengenai “The Rules of
Economic Behaviour in An Islamic Economy” berusaha menjelaskan
bagaimana berperilaku ekonomi dalam ekonomi Islam. Ia menjelaskan
aturan-aturan perilaku ekonomi berkaitan perilaku yang rasional dan etika
lingkungan. Ia berusaha mengulas hubungan etika dan perilaku rasional,
prioritas kebebasan pribadi, etika dan perilaku konsumen. Ia berpendapat
bahwa adanya tanggung jawab etika dalam pencarian konsensus perilaku
ekonomi dalam ekonomi Islam (Naqvi dalam Agus Arwani, 1993).
Perilaku konsumen dan niat konsumen pada bank syariah banyak
dipengaruhi oleh banyak faktor, yang secara umum dapat dikategorikan
menjadi: (1) varabel demografi, (2) variabel ekonomi, dan (3) variabel bank.
Variabel demografi yang terdiri dari : jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan. Variabel ekonomi yang meliputi: pekerjaan, penghasilan atau
uang saku. Sedangkan variable bank yang meliputi: keuntungan relatif,
kompatibilitas (kesesuaian dengan kehidupan fisik dan sosial), kompleksitas
19
(ada masalah/tidak bila mengikutinya), triabilitas (sulit tidak
menjangkaunya), observabilitas (mudah tampak/tidak manfaatnya), adopsi
terlambat tetap menolak.(Agus Arwani, 2015)
Perilaku konsumen bersifat dinamis, artinya bahwa perilaku
konsumen selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memliki
impilkasi terhadap studi perilaku konsumen. Demikian pula pada
pengembangan strategi pemasaran. Sebelum mengambil keputusan untuk
membeli produk yang dibutuhkan atau yang diinginkan, konsumen terlebih
dahulu memiliki niat beli terhadap produk tersebut.
Gambar 2.1 Proses Perilaku Konsumen
Sumber: Kotler dan Armstrong (2002)
Gambar di atas menunjukkan bahwa dalam proses perilaku konsumen
terdapat lima tahapan. Dalam proses perilaku konsumen, niat pembelian
berada dalam proses keputusan pembelian, tahapannya berada diantara
Rangsangan
Pemasaran
a.Produk
b.Harga
c.Saluran
Distribusi
d. Promosi
Rangsangan
Lainnya
a.Ekonomi
b.Teknologi
c. Budaya
d. Politik
Ciri-ciri
pembeli
a.Budaya
b.Sosial
c.Individu
d. Psikologis
Proses
Keputusan
Pembelian
a.Pengenalan
masalah
b.pencarian
informasi
c.Evaluasi
Alternatif
d.Keputusan
Pembelian
e.Perilaku
Pasca
pembelian
Keputusan
Pembelian
a.Pembelian
produk
b.Pembelian
Merek
c.Penentuan
waktu
pembelian
d.Jumlah
Pembelian
20
evaluasi alternatif dan keputusan pembelian. Proses perilaku konsumen juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik eksternal maupun internal.
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Budaya Sosial Pribadi Psikologis
Kultur
Subkultur
Kelas Sosial
Kelompok Refrensi
Keluarga
Peran dan status
Umur dan tahapan siklus
hidup
Pekerjaan
Kondisi Ekonomi
Gaya Hidup
Kepribadian dan konsep
diri
Motivasi
Persepsi
Pengetahuan
Keyakinan dan
sikap
Sumber: Kotler dan Armstrong 2005
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen
adalah suatu tindakan individu atau kelompok, yang erat hubungannya
dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan
barang atau jasa yang dinginkan serta dapat dipengaruhi oleh lingkungan
internal maupun eksternal.
Kini, tren perubahan sosial perilaku masyarakat dan perilaku
konsumen bertiup kencang. Angin perubahan kencang berhembus dalam
kemudahan para konsumen untuk menulis dan membicarakan produk serta
merek di berbagai media sosial. Para konsumen dalam wujud blogger, citizen
journalist, vlogger (video blogger) bermunculan di mana-mana.
Era digital telah mengubah karakter dan perilaku konsumen, yang
besar dan lahir di era ini. Generasi baru yang punya selera dan perilaku yang
berbeda dalam pembelian produk, dan cara mereka mengkonsumsi.
21
D. Perilaku Konsumen Generasi Milenial
D.1. Generasi Milenial
Menurut Manheim (sebagaimana dikutip dalam Yanuar, 2016))
generasi adalah suatu konstruksi sosial dimana didalamnya terdapat
sekelompok orang yang memiliki kesamaan umur dan pengalaman historis
yang sama. Lebih lanjut Manheim (1952) menjelaskan bahwa individu yang
menjadi bagian dari satu generasi, adalah mereka yang memiliki kesamaan
tahun lahir dalam rentang waktu 20 tahun dan berada dalam dimensi sosial
dan dimensi sejarah yang sama. Dalam beberapa tahun terakhir definisi
generasi telah berkembang, salah satunya adalah definisi menurut
Kupperschmidt’s (sebagaimana dikutip dalam Yanuar, 2016) yang
mengatakan bahwa generasi adalah sekelompok individu yang
mengidentifikasi kelompoknya berdasarkan kesamaan tahun kelahiran, umur,
lokasi, dan kejadian-kejadian dalam kehidupan kelompok individu tersebut
yang memiliki pengaruh signifikan dalam fase pertumbuhan mereka.
Menurut Howe & Strauss (2000), ada tiga atribut yang lebih jelas
mengidentifikasi generasi dibanding dengan tahun kelahiran, atribut tersebut
antara lain :
1. Percieved membership : persepsi individu terhadap sebuah
kelompok dimana mereka tergabung didalamnya, khususya pada
masa-masa remaja sampai dengan masa dewasa muda.
2. Common belief and behaviors : sikap terhadap keluarga, karir,
kehidupan personal, politik, agama dan pilihan-pilihan yang
22
diambil terkait dengan pekerjaan, pernikahan, anak, kesehatan,
kejahatan.
3. Common location in history : perubahan pandangan politik,
kejadian yang bersejarah, contohnya seperti : perang, bencana
alam, yang terjadi pada masa – masa remaja sampai dengan
dewasa muda.
Dalam teori generasi (Generation Theory) yang dikemukakan Graeme
Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004) (sebagaimana dikutip
oleh Pormadi Simbolon, 2017) dibedakan 5 generasi manusia berdasarkan
tahun kelahirannya, yaitu: (1) Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964; (2)
Generasi X, lahir 1965-1980; (3) Generasi Y, lahir 1981-1994, sering disebut
generasi millennial; (4) Generasi Z, lahir 1995-2010 (disebut juga
iGeneration, GenerasiNet, Generasi Internet). Dan (5) Generasi Alpha, lahir
2011-2025. Kelima generasi tersebut memiliki perbedaan pertumbuh
kembangan kepribadian.
Menurut publikasi yang diterbitkan Pricewaterhouse Coopers di
tahun 2011 (Permata et at al, 2017), seseorang dikategorikan sebagai generasi
milenial apabila ia lahir di antara periode 1980 sampai 2000. Sementara
Howe dan Strauss (2003) menyebutkan bahwa generasi milenial adalah
orang-orang yang lahir di antara tahun 1981 sampai tahun 2000. Senada
dengan Howe dan Strauss, Cooper (2012) juga sependapat melalui publikasi
dari National Chamber Foundation (NCF), sebuah yayasan afiliasi dari
U.S.Chamber of Commerce, bahwa generasi milenial merupakan orang-orang
23
yang lahir antara tahun 1981-2000. Banyaknya variasi rentang periode
membuat peneliti memilih untuk menggunakan rentang periode yang paling
besar yakni antara tahun 1980 hingga 2000.
Millennial adalah sebuah gaya hidup. Millennial, demikian sebutan
untuk generasi anak muda yang lahir dalam rentang tahun 1980-an hingga
2000. Saat ini sepertiga penduduk Indonesia atau 85 juta orang berusia
produktif 15 tahun-34 tahun (data BPS). Kelompok ini juga disebut generasi
millennial, yakni mengenal peralatan teknologi (gadget) sejak usia dini dan
cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Dengan mobilitas tinggi,
mereka lebih banyak menggunakan gadget yang mobile dengan kecepatan
internet tinggi serta memanfaatkan media sosial. Sementara generasi
sebelumnya memakai desktop dan telepon rumah.
Perbankan digital berkembang pesat di Asia sejak 2011, demikian
pula di Indonesia. Ini mempengaruhi pola interaksi ke perbankan dan
meningkatkan ekspektasi tentang produk barang dan jasa. Terlebih
perkembangan teknologi meningkatkan kualitas pelayanan produk e-banking.
Misalnya, penyediaan informasi kredit sesuai skor pembiayaan digital
banking, articificial intelligence untuk mendapat gambaran mengenai gaya
hidup, permintaan, kebutuhan dana serta kondisi finansial nasabah
(kontan.co.id)
Bertumbuh di era pergantian abad menjadikan anak-anak muda
tersebut mengalami sebuah transformasi gaya hidup yang drastis, terutama
sejak dikenalnya pemanfaatan teknologi. Menurut Tapscott (2009) Sebagai
24
konsumen, Gen milenial mengubah pasar dan pemasaran, tidak hanya karena
mereka memiliki daya beli dan pengaruh yang besar sekali. Mereka juga
menghargai karakteristik-karakteristik yang berbeda dalam produk dan jasa,
dan mereka ingin perusahaan-perusahaan menciptakan pengalaman-
pengalaman yang kaya. Mereka sering mempengaruhi teman segenerasi dan
mempengaruhi generasi lain dengan cara-cara yang berbeda, dan media
tradisional tidak efektif dalam menjangkau mereka.
Perbedaan mendasar antara Generasi milenial dengan generasi-
generasi sebelumnya adalah Generasi milenial lebih banyak dipengaruhi oleh
media popular seperti film, TV, majalah dan video game yang akhirnya akan
membentuk persepsi dan keyakinan mereka. Generasi Milenial telah
mempunyai akses terhadap komputer, internet dan yang penting lagi generasi
Milenial sudah hidup dengan internet dan mereka sangat kompeten
mengunakannya untuk mencari informasi tentang produk. Internet dijadikan
sebagai sumber utama informasi yang dapat dipercaya. lingkungan serba
digital ini telah memberikan dampak yang sangat nyata pada cara fikir
generasi ini, bahkan sampai mengubah koneksi dalam otak mereka.(Wesner
& Miller, 2008)
Menurut Lyons (2004) generasi ini juga sebagai pengguna teknologi
yang terkesan luar biasa. Bahkan untuk berkomunikasi, memahami, belajar,
mencari, dan untuk mengerjakan banyak hal mereka menggunakan teknologi
internet. Ini telah menjadi kebutuhan bagi generasi ini, mereka telah
bergantung pada dunia internet. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan
25
mereka yaitu banyak perusahaan berlomba-lomba untuk selalu berinovasi.
Mereka harus memahami situasi pasar saat ini dan mengetahui apa yang di
butuhkan oleh Generasi Internet. Dalam memenuhi kebutuhan konsumen dan
memberikan layanan prima kepada masyarakat dalam menikmati gaya hidup
digital (digital lifestyle) perusahaan akan dapat menciptakan loyalitas.
D.2. Perilaku Konsumen Generasi Milenial
Studi tentang perilaku konsumen yang berfokus pada generasi
milenial sudah banyak dilakukan, terutama di Amerika, diantaranya studi
pada tahun 2010 yang dibuat oleh Pew Research Center dengan judul
Millenials: A Portrait of Generation Next dan riset yang dilakukan oleh
Boston Consulting Group (BCG) bersama University of Berkley tahun 2011
dengan tema American Millenials: Deciphering the Enigma Generation.
Berdasarkan penelitian-penelitian itu, inilah karakteristik perilaku konsumen
generasi milenial:
1. Kepercayaan terhadap informasi interaktif
Saat ini kalangan milenial tidak percaya lagi kepada distribusi
informasi yang bersifat satu arah seperti iklan berbagai produk yang
banyak ditayangkan di televisi. Mereka lebih percaya kepada konten dan
informasi yang dibuat oleh perorangan atau saat ini yang lebih dikenal
dengan word of mouth communication. Mereka tidak terlalu percaya pada
perusahaan besar dan iklan sebab lebih mementingkan pengalaman pribadi
daripada iklan dan review konvensional. Dalam pola konsumsi, mayoritas
dari mereka memutuskan untuk membeli produk setelah melihat review
26
atau testimoni yang dilakukan oleh orang lain di internet. Mereka juga tak
segan-segan membagikan pengalaman buruk mereka terhadap suatu
merek.
Basri, Ahmad, Anuar, dan Ismail (2015) menemukan bahwa
dengan Word of Mouth (WOM) konsumen berbicara tentang produk yang
mereka beli, layanan yang mereka gunakan, dan juga tidak ketinggalan
mereview tentang produsen produk tersebut.
Karena adanya kemajuan teknologi komunikasi, word of mouth
akan mengalami perubahan menjadi word of internet atau word of social
media (e-WoM). Hasil riset Alvara Research Center tahun 2015 seperti di
kutip dalam “Indonesia 2020 : The Urban Middle-Class Millennials”
menemukan bahwa informasi produk yang paling banyak dicari oleh
generasi millenials di internet adalah informasi tentang harga, feature
product, kemudian di ikuti oleh program promosi dan customer review.
E-WoM adalah suatu proses yang memungkinkan konsumen untuk
membagikan pandangan mereka secara online dan mengarahkan
konsumen untuk mendukung dan melawan produk tertentu (Cheung &
Lee, 2012). E-WoM mencakup komunikasi informal dari konsumen
tentang karakteristik dan fitur produk atau merek. Kehadiran media sosial
telah membuat e-WoM menjadi alat sumber informasi tentang produk
atau jasa yang dapat mempengaruhi niat beli (Thoumrungroje, 2014).
Menurut Kotler & Keller (2007) word of mouth communication
(WOM) merupakan proses komunikasi berupa pemberian referensi atau
27
rekomendasi baik secara individu maupun kelompok terhadap suatu
produk atau jasa yang bertujuan untuk memberikan informasi secara
personal. Komunikasi dari mulut ke mulut merupakan salah satu saluran
komunikasi yang sering digunakan oleh perusahaan yang memproduksi
baik barang maupun jasa karena word of mouth dinilai sangat efektif
dalam memperlancar proses pemasaran dan mampu memberikan
keuntungan kepada perusahaan
2. Millenial lebih memilih ponsel dibanding televisi.
Munculnya teknologi (gadget dan internet), telah merubah
fenomena sosial generasi milenial. Karena generasi milenial lahir di era
perkembangan teknologi, internet berperan besar dalam keberlangsungan
hidup mereka. Maka televisi bukanlah prioritas generasi milenial untuk
mendapatkan informasi atau melihat iklan. Bagi kaum milenial, iklan pada
televisi biasanya dihindari. Generasi milenial lebih suka untuk mendapat
informasi dari ponselnya, dengan mencarinya di mesin pencari (search
engine) seperti google atau perbincangan pada forum-forum yang mereka
ikuti, agar tetap up-to-date. Sebagaimana dikutip Mashable (Ali dan Lilik
Purwandi, 2016), generasi milenial tidak tertarik dengan iklan ditelevisi
dan media cetak yang hanya dianggap cocok untuk generasi tua saja.
Kelak iklan produk melalui content video maupun digital marketing
lainnya akan menjadi keharusan dalam dunia bisnis.
3. Kewajiban memiliki media sosial.
28
Komunikasi para generasi milenial sangatlah lancar. Namun,
komunikasi yang terjadi bukan dengan tatap muka, melainkan melalui text
messaging atau juga chatting di dunia maya, dengan membuat akun yang
berisikan profil mereka, seperti twitter, facebook, instagram, whatsapp
hingga line. Akun media sosial dapat dijadikan tempat untuk aktualisasi
diri dan ekspresi, karena apa yang ditulis tentang dirinya adalah apa yang
akan semua orang baca.
Saat ini media sosial sudah seperti ciri atau identititas dari generasi
milenial, karena dengan media sosial para generasi milenial mudah dalam
menyampaikan informasi dan pengetahuan. Sosial media menjadi sarana
komunikasi dengan teman dan rekanan. Selain itu, sosial media juga
menjadi sarana aktualisasi diri, menunjukkan eksistensi seseorang, serta
mengkomunikasikan setiap aktivitas mereka. Saat ini sosial media
dijadikan media unuk menumpahkan ekspresi, perasaan, serta pemikiran
(Ali & Purwandi, 2017).
Menurut Kotler & Keller (2013) sosial media adalah sarana bagi
konsumen untuk berbagi teks, gambar, audio, dan video berupa informasi
satu sama lain dengan perusahaan begitu pun sebaliknya.
Dengan berkembangnya teknologi komunikasi khususnya di
bidang sosial media, konsumen kini dapat mempengaruhi konsumen lain
melalui opini atau pengalaman mereka yang dimuat di jejaring sosial
media. Saat ini media sosial juga mulai digunakan banyak perusahaan,tak
terkecuali bank syariah, sebagai sarana pemasaran, agar para konsumen
29
mudah mencari informasi terkait hal-hal yang ingin diketahui dari media
sosial resmi perusahaan atau instansi yang sedang mereka cari.
4. Kurang suka membaca secara konvensional.
Hasil penelitian Pew Research Center menunjukkan bahwa jumlah
orang yang suka membaca buku mengalami penurunan yang signifikan
pada generasi milenial. Bagi generasi ini, tulisan dirasa memusingkan dan
membosankan. Generasi milenial bisa dikatakan lebih menyukai gambar,
apalagi jika menarik dan berwarna. Walaupun begitu milenial yang hobi
membaca buku masih tetap ada. Namun mereka sudah jarang untuk
membeli buku di toko buku lagi. Pilihan membaca buku online (e-book)
adalah sebagai salah satu solusi yang mempermudah generasi ini. Saat ini
sudah banyak penerbit yang menjual buku dengan menyediakan format e-
book, agar pembaca dapat membaca dalam gagdetnya dan tidak perlu repot
lagi membawa buku.
5. Pemanfaatan teknologi dan informasi .
Generasi milenial merupakan generasi yang melek teknologi. Hasil
riset Pew Research Center menjelaskan jika keunikan yang mencolok dari
generasi milenial dibadningkan dengan generasi lainnya adalah tentang
penggunaan teknologi. Semua hal yang berkaitan dengan teknologi seperti
internet, entertainment atau hiburan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi
generasi milenial. Hal ini senada dengan hasil survey Alvara Research
Center (2016) tentang penggunaan internet di indonesia, yang hasilnya
menunjukkan bahwa konsumsi internet generasi milenial jauh lebih tinggi
30
dibandingkan generasi lain. Artinya, saat ini internet sudah menjadi
kebutuhan pokok bagi milenial untuk komunikasi dan aktualisasi diri.
Saat ini semua serba digital dan online, tak heran jika generasi
milenial juga mengakses internet disetiap tempat selama mereka
menginginkannya. Berkembangnya teknologi wifi, memungkinkan
smartphone dapat terkoneksi internet di manapun. Generasi ini melihat
dunia tidak secara langsung, namun dengan cara yang berbeda, yaitu
dengan berselancar di dunia maya, sehingga mereka jadi mengetahui
segalanya. Mulai dari berkomunikasi, berbelanja, mendapatkan informasi
dan kegiatan lainnya. Generasi milenial adalah generasi yang lebih modern
daripada orang tua mereka, sehingga tak jarang merekalah yang
mengajarkan teknologi pada kalangan orang tua. (Ali & Purwandi, 2017)
6. Mulai bertransaksi secara cashless.
Generasi milenial adalah generasi yang adaptable pada teknologi.
Untuk memudahkan segala aktivitas, mereka cenderung suka
memanfaatkan teknologi. Karena kecanggihan teknologi yang semakin
maju, generasi milenial pun mulai banyak ditemui perilaku transaksi
pembelian yang sudah tidak menggunakan uang tunai lagi atau cashless.
Generasi ini lebih suka tidak repot memawa uang, karena sekarang hanpir
semua pembelian bisa dibayar menggunakan kartu, sehingga lebih praktis,
hanya perlu gesek atau tapping. Mulai dari transportasi umum, berbelanja,
dan kegiatan jual beli lainnya. Kedepan alat pembayaran tradisional akan
bergeser ke alat pembayaran yang modern.
31
7. Financial planning and saving.
Menurut hasil penelitian Pew Research Center, perilaku “ekonomi”
generasi milenial sangat berbeda dari generasi-generasi sebelumnya. Baik
generasi X atau bahkan generasi yang lebih jauh lagi. Kebiasaan
menabung bisa menjadi contoh paling mudah. Generasi sebelum milenial
menabung untuk jaga-jaga di masa depan. Dalam arti sebagai cadangan
keperluan yang tidak pasti atau tidak terduga. Sementara generasi milenial
menabung untuk keperluan yang sudah pasti. Menabungnya lebih bersifat
jangka pendek, istilah yang cocok untuk gaya hidup generasi ini yaitu
”Easy come easy go”. Jadi lebih mudah membelanjakan uang tabungan
dan cenderung tidak siap untuk tabungan masa depan.
Untuk hasil penelitian Alvara Reserach Center (Ali dan Lilik
Purwadi (2016) terhadap perilaku keuangan generasi milenial, generasi ini
merupakan generasi yang sudah melek terhadap produk keuangan. Tingkat
pengetahuan mereka akan suatu produk keuangan (awareness) hampir rata
di semua produk. Produk keuangan yang paling diingat konsumen adalah
produk tabungan (79,8%), diikuti selanjutnya yaitu asuransi kesehatan,
deposito, kartu kredit, dan kredit kepemilikan rumah (KPR).
Generasi milenial sering belanja sampai di luar kemampuan
anggarannya, semakin terbatas barangnya, maka mereka akan merasa
semakin bergaya jika bisa mengunggahnya ke media sosial.
Demikian tujuh karakteristik perilaku generasi milenial tersebut
diatas merupakan perilaku generasi milenial ingin di teliti oleh peneliti
32
akan pengaruhnya terhadap niat generasi milenial menjadi nasabah bank
syariah.
E. Niat Dalam Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)
Untuk mengetahui niat konsumen terhadap Bank Syariah antara lain dapat
mengacu pada Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) yang
dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975). Teori ini mengatakan bahwa
sikap terhadap suatu perilaku bersama norma subyektif membentuk suatu niat
untuk berperilaku tertentu. Jadi, niat dipengaruhi oleh dua variabel yaitu
variabel sikap dan variabel norma subyektif. Sikap adalah faktor yang berasal
dari internal pribadi yang melatarbelakangi perilakunya, sedangkan norma
subyektif merupakan faktor yang berasal dari luar pribadinya, yaitu berupa
pengaruh sosial yang didapat dari persepsi seseorang mengenai perilakunya.
Atas dasar teori ini, dikatakan bahwa konsumen berniat terhadap bank syariah
bila ia menganggap perilaku tersebut positif dan bila orang-orang di sekitarnya
tidak menghalangi ia berperilaku seperti itu.
Gambar 2.2 : Theory Of Reasoned Action
Sumber: Ajzen (2005)
Sikap
Norma
Subjektif
Niat Berperilaku
Perilaku
33
E.1. Sikap
Berikut beberapa definisi sikap dari para ahli (Idris & Arif, 2017):
a. Menurut Engel (2006) sikap adalah suatu mental dan saraf yang
berkaitan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui
pengalaman, dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau
dinamis terhadap perilaku.
b. Sementara menurut Kotler (2005), sikap adalah perilaku yang
menunjukkan apa yang disukai dan tidak disukai konsumen.
c. Selain itu Mowen dan Minor (2002) menjelaskan sikap (attitude)
sebagai “afeksi atau perasaan untuk atau terhadap sebuah rangsangan.”
Menurut Azwar, sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial
yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih dari
pada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai
anggota kelompok sosial. Interaksi sosial di dalam kelompok maupun di
luar kelompok dapat merubah sikap atau membentuk sikap yang baru
(Azwar, 2005).
Fishbein dan Ajzen (2005) mendefinisikan sikap sebagai besarnya
perasaan positif atau negatif seseorang terhadap suatu objek. Hal ini
ditentukan melalui penilaian dari keyakinan (belief) seseorang mengenai
konsekuensi yang timbul dari perilaku (behavioral belief) disertai dengan
evaluasi dari keinginan konsekuensi-konsekuensi (evaluation of
consequences).
34
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa sikap individu sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Adanya pengaruh lingkungan terhadap
pembentukan sikap menyebabkan sikap bersifat dinamis dan terbuka
terhadap kemungkinan perubahan dikarenakan interaksi seseorang dengan
lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang terdekat dalam kehidupan sehari-
hari seperti keluarga, teman akrab, dan tetangga banyak memiliki peranan
pada pembentukan dan perubahan sikap.
Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri dari tiga komponen yang
saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif
(affective), dan komponen konatif (conative).
a. Komponen Kognitif
Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai obyek sikap.
Seseorang mempunyai keyakinan berdasarkan apa yang dilihat atau apa
yang diketahui.
b. Komponen Afektif
Komponen ini menyangkut masalah emosional subyektif seseorang
terhadap suatu obyek sikap.
c. Komponen Konatif
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang
ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang
dihadapinya.
35
E.2. Norma Subjektif
Fishbein dan Ajzen (2005) mendefinisikan norma subyektif sebagai
kepercayaan seseorang mengenai persetujuan orang lain terhadap suatu
tindakan. Orang lain tersebut disebut referen, dan dapat merupakan
orangtua, sahabat, atau atau orang yang dianggap penting bagi diri
seseorang. Norma subjektif (subjective norms) dibentuk oleh Normative
Belief (keyakinan normatif), yaitu keyakinan individu terhadap orang lain
(kelompok acuan atau referen) bahwa dia harus melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku yang didasari oleh Motivation to Comply
(motivasi mematuhi), yaitu motivasi individu untuk memenuhi norma
yang menjadi kelompok acuan atau referen.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu secara detail dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Nama, Judul dan
Tahun Penelitian
Metode
Analisis
Persamaan dan
Perbedaan
Hasil Penelitian
1. Wikan Wiridjati dan
Renny Risqiani, Judul
jurnal “Fenomena
Penggunaan Media
Sosial dan Pengaruh
Teman Sebaya Pada Generasi Milenial
Terhadap Keputusan
Pembelian ” (2018).
Jurnal Manajemen dan
Pemasaran Jasa Vol. 11
No. 2, September 2018,
Fakultas Ekonomi dan
SEM
(Structu
ral
Equatio
n
Model)
Persamaan:
Terletak pada
subjek penelitian
dan salah satu
variabel X yaitu
media social
Perbedaan:
Terletak pada
keeluruhan
variabel X dan
variabel Y
Hasil penelitian
menunjukkan
media sosial dan
e-WOM
mempunyai
pengaruh terhadap
keputusan
pembelian, dan
teman sebaya
tidak
berpengaruh
secara langsung
36
Bisnis Universitas
Trisakti. ISSN: 0216-
3780
terhadap
keputusan
pembelian.
2. Lucky Radi R, Ane
Kurniawati, Dian
Kurniawan, Judul
jurnal ini “Analisis
Faktor-Faktor Yang
mempengaruhi
Keputusan Pembelian
oleh Generasi Milenial
Pada Industri Kuliner
di Kota Tasikmalaya.
(2017)
Jurnal Ekonomi
Manajemen. Volume 3
No. 1, Mei 2017 .
Universitas Siliwangi.
ISSN 2477-2275
Analisis
Jalur
Persamaan:
Terletak pada
subjek penelitian
yaitu generasi
milenial
Perbedaan:
Terletak pada
keeluruhan
variabel X dan
variabel Y
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa store
atmosfer dan
store image
berpengaruh
secara signifikan
dalam keputusan
pembelian oleh
generasi milenial
pada industri
kuliner di
Tasikmalaya.
3 Anindia Indah Permata,
Martinus Rosadi
Nugroho, Elias Sugita
Handoyo, Ivan Angga
Kusuma, Judul Jurnal
“Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi
Pemilihan Bank Pada
Generasi Milenial di
Jabodetabek”. (2017)
Jurnal Program MM
Sekolah Bisnis dan
Ekonomi Universitas
Prasetiya Mulya, 2017
Analisis
Faktor.
Persamaan:
Terletak pada
subjek penelitian
yaitu generasi
milenial
Perbedaan:
Terletak pada
keeluruhan
variabel X dan
variabel Y
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa lokasi
ATM yang
mudah dijangkau
menjadi faktor
utama dalam
pemilihan Bank
bagi generasi
milenial di
Jabodetabek
dalam
melakukan
transaksi
keuangan.
37
4 Anneta Gunawan,
Brian Garda
Muchardie, Judul
Jurnal “Pola Perilaku
Pembelian produk
Apparel Untuk Balita
oleh Millenial Moms
dan Implikasinya untuk
Pemasar Kids
Apparel” (2015)
Jurnal Binus Businnes
Review Program
Manajemen Universitas
BINUS, 2015
Dept
Intervie
w
Persamaan:
Terletak pada
subjek penelitian
yaitu generasi
milenial
Perbedaan:
Terletak pada
keeluruhan
variabel X dan
variabel Y
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa perilaku
pembelian
produk apparel
oleh millennial
moms
berorientasi pada
brand terdapat
pada pembelian
sepatu,
sedangkan pada
pakaian dan
aksesoris lebih
berorientasi pada
fashion
conscious.
5. Raphael Vivaldo
Sugianto dan Ritzky
Karina M.R, Judul
jurnal “Pengaruh Self
Congruity, Curiosity,
Shopping well-being
terhadap pola konsumsi
fast fashion pada
generasi milenial di
Surabaya,” (2018)
Jurnal AGORA,
Program Manajemen
Bisnis, Program Studi
Manajemen,
Universitas Kristen
Petra, 2018
Partial
Least
Square
Persamaan:
Terletak pada
subjek penelitian
yaitu generasi
milenial
Perbedaan:
Terletak pada
keeluruhan
variabel X dan
variabel Y
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa curiosity
dan shopping
well-being
konsumen
generasi milenial
di Surabaya
berpengaruh
signifikan
terhadap pola
konsumsi produk
fast fashion.
Sedangkan self
congruity tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap pola
konsumsi produk
fast-fashion.
38
6 Anggun Anggita
Kinasih S P, Judul
jurnal “Analisis
Pengaruh Sikap
Generasi Milenial
Terhadap Minat Beli
Online Pada Situs
Jejaring Sosial”. (2018)
Tesis Program
Magister Manajemen
Universitas Islam
Indonesia, 2018
SEM
(Structu
ral
Equatio
n
Model)
Persamaan:
Terletak pada
subjek penelitian
yaitu generasi
milenial
Perbedaan:
Terletak pada
keeluruhan
variabel X dan
variabel Y
Hasil penelitian
menunjukkan
kepercayaan,
harga dan
kualitas layanan
berpengaruh
signifikan
terhadap sikap
pembelian online
generasi
milineal, norma
subyektif
berpengaruh
terhadap minat
beli online
generasi milineal
dan sikap
berpengaruh
signifikan
terhadap minat
beli online.
Variabel
kepercayaan
merupakan
faktor dominan
yang
mempengaruhi
sikap pembelian
online generasi
milineal,
sedangkan
kualitas layanan
merupakan
variabel dengan
pengaruh
terendah dalam
mempengaruhi
sikap
pembelian online
generasi
milineal.
39
7 Yuli Priyanti, Febsri
Susanti, Nazaruddin
Aziz, Judul jurnal
“Niat Beli Konsumen
Toko Sepatu BATA di
Pasar Raya Padang
Dilihat Dari Sikap dan
Iklan.(2016)
Jurnal Pundi, STIE
AMA Salatiga, 2016
Regresi
Linear
Bergand
a
Persamaan:
Terletak pada
variabel Y yaitu
Niat
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa sikap dan
iklan
berpengaruh
signifikan
terhadap minat
beli konsumen
sepatu BATA
8 Widi Prasasti, Judul
jurnal “Pengaruh
celebrity endoser
terhadap niat beli
konsumen: Studi pada
Produk Stiker Aplikasi
Jejaring Sosial LINE”
(2014)
Jurnal Universitas
Atmajaya Yogyakarta
2014
Regresi
Linear
Bergand
a
Persamaan:
Terletak pada
variabel Y yaitu
Niat
Perbedaan:
Terletak pada
keeluruhan
variabel X
Penelitian ini
menunjukan
bahwa semakin
besar nilai
arguments,
inspirations,
image
consideration
dan exclusivity
yang ada pada
diri Agnes
Monica atau
Nidji sebagai
celebrity
endorser produk
sticker aplikasi
jejaring sosial
LINE, maka
akan semakin
besar pula
peluang
konsumen untuk
membeli produk
sticker aplikasi
jejaring sosial
LINE
40
9 Andri Nurtantiono,
Judul jurnal “Analisis
Keterlibatan faktor
Demografi Pada Niat
menjadi Nasabah Bank
Syariah” (2013)
Jurnal GRADUASI,
ISSN 2088 – 6594
Regresi
Linear
Bergand
a
Analisis
berkaitan dengan
keterlibatan
Penghasilan
yang ternyata
tidak
memoderasi
pengaruh Sikap
terhadap Niat
berperilaku,
Norma Subyektif
terhadap Niat
berperilaku
ataupun Kontrol
perilaku yang
dirasakan
terhadap Niat
berperilaku
menunjukkan
bahwa pengaruh
sikap, norma
subyektif
ataupun kontrol
perilaku yang
dirasakan
terhadap niat
menjadi nasabah
tidak tergantung
oleh tinggi
rendahnya
penghasilan dari
pelaku bisnis,
yang berarti pula
meskipun
seseorang atau
dalam hal ini
pelaku bisnis
mempunyai
penghasilan yang
tinggi tidak
menjamin bahwa
mereka mau
menjadi nasabah
bank syariah.
41
10 Elvani Marcelin P,
Marry, Marvin
Anggasta, M. Fandhi
Al-Barru, Prisa
Ngadianto, Judul Jurnal
“Sikap Pelanggan
Milenial Indonesia
Terhadap Iklan
Online”. (2016)
Jurnal Program
Magister Manajemen
Sekolah Bisnis dan
Ekonomi Universitas
Prasetya Mulya (2016)
Analisa
Regresi
Persamaan:
Terletak pada
subjek penelitian
yaitu generasi
milenial
Perbedaan:
Terletak pada
keeluruhan
variabel X dan
variabel Y
Hasil penelitian
menunjukkan
sebagian besar
Generasi
Millennial yang
merupakan target
ideal untuk
pertumbuhan
profit ekonomi
di Indonesia,
menyukai iklan
online dengan
tingkat
entertainment
serta
informativeness
dan credibility
yang tinggi. Oleh
karena itu,
perusahaan dapat
menciptakan
periklanan online
dengan
menggabungkan
unsur-unsur
hiburan,
pengetahuan dan
keyakinan untuk
menarik dan
mempertahankan
perhatian
konsumen.
Meskipun
temuan dalam
penelitian ini
menunjukkan
bahwa faktor
irritation dan
incentive tidak
signifikan terkait
dengan sikap
konsumen
terhadap iklan
online, namun
tidak berarti
perusahaan
42
tersebut dapat
mengabaikan
kriteria ini dalam
iklan mereka.
11 Nunik Ratnasari, Judul
Jurnal “Pengaruh
sosial media marketing
dan Perilaku
Konsumen Online di
kota Subang terhadap
Brand Story Pada
Aplikasi Instant
Messenger LINE”.
(2016)
Jurnal Dimensia Vol.13
Nomor 1, Maret 2016,
STIE Sutaatmadja,
Jawa Barat (2016)
Analisis
Regresi
Persamaan:
Terletak pada
salah satu
variabel X yaitu
social media
Perbedaan:
Terletak pada
keeluruhan
variabel X dan
variabel Y
Dari hasil
penelitian
diketahui bahwa
social media
marketing
berpengaruh
signifikan
terhadap brand
story. Perilaku
konsumen online
berpengaruh
signifikan
terhadap brand
story. Begitupun
dengan social
media marketing
dan perilaku
konsumen online
secara simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap brand
story.
12 Aglis Andhita
Hatmawan, Judul
Jurnal “Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Niat Pada Perilaku
Nasabah Menabung di
Perbankan Syariah
Dengan Agama
sebagai Variabel
Kontrol.” (2016).
ASSETS: Jurnal
Akuntansi dan
Pendidikan Vol.5
Nomor 2, Oktober
2016.STIE Dharma
Iswara Madiun.
Partial
Least
Square
Persamaan:
Terletak pada
adanya variabel
niat
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X dan
variabel Y
Hasil penelitian
diketahui sikap,
norma subjektif,
dan persepsi
kendali perilaku
memiliki
pengaruh
terhadap niat
menabung dan
perilaku
menabung di
bank Syariah.
Sedangkan
religiusitas
dalam penelitian
ini tidak
memberikan
pengaruh
43
memperkuat
pada niat
menabung
nasabah di bank
syariah hal ini
menunjukkan
bahwa rasional
ekonomi masih
menjadi faktor
dominan dimana
nasabah
menempatkan
danannya di
perbankan
13 Syarif Hidayatullah,
Abdul Waris, Riezky
Chris Devianty,
Syafitrilliana Ratna
Sari, Irawan Ari
Wibowo, Pande Made
PW. Judul jurnal “
Perilaku Generasi
Milenial dalam
Menggunakan Aplikasi
Go-Food”. (2018)
Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan Vol.6
Nomor 2, 2018.
Universitas Merdeka
Malang.
Analisis
Regresi
Linear
Bergand
a
Persamaan:
Terletak pada 2
variabel X yaitu
Kepercayaan
terhadap
informasi
interaktif dan
pemanfaatan
teknologi dan
informasi
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X dan
variabel Y
Hasil analisa
data
menunjukkan :
1) user generated
content (UGC)
tidak mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
generasi milenial
dalam
menggunakan
aplikasi Go-
food; 2)
pemanfaatan
teknologi dan
informasi
memiliki
pengaruh yang
positif dan
signifikan
terhadap
keputusan
generasi milenial
dalam
menggunakan
aplikasi Go-
food; 3) perilaku
konsumtif
memiliki
pengaruh positif
44
dan signifikan
terhadap
keputusan yang
diambil generasi
milenial dalam
menggunakan
aplikasi Gofood;
4)
kecenderungan
perilaku malas
memiliki
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap
keputusan
generasi milenial
dalam
menggunakan
aplikasi Go-
food; 5) faktor
utama generasi
milenial dalam
menggunakan
aplikasi Go-food
adalah perilaku
yang konsumtif.
14 Rina Nur Chasanah,
Oktafalia Marisa
Muzammil, Janny
Rowena. Judul Jurnal
“Pengaruh Experiental
Marketing Terhadap
Keputusan Pembelian
Konsumen Generasi
Milenial pada Platform
e-Commerce”. (2018).
National Conference of
Creative Industry:
Sustainable Tourism
Industry for Economic
Developmen.
Universitas Bunda
Mulia, Jakarta, 5-6
September 2018. E-
ISSN No: 2622-7436
Analisis
Regresi
Bergand
a
Persamaan:
Terletak pada
subjek penelitian
yaitu generasi
milenial
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X dan
variabel Y
Hasil penelitian
mengungkap
bahwa variable
feel, think dan
act berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian
generasi
millennial pada
platform e-
commerce.
Sedangkan
variabel sense
dan relate tidak
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian
generasi
45
millennial pada
platform e-
commerce
dengan tingkat
keyakinan 95%.
15 Putu Mona Prabawa
Putra dan Kastawan
Mandala. Judul jurnal
“Pengaruh Ekuitas
Merk dan Lingkungan
Sosial Terhadap Niat
Beli Konsumen pada
Produk Giordano”.
(2018).
E-Jurnal Manajemen
Unud, Vol. 7, No. 1,
2018. Universitas
Udayana, Bali.
Analisis
Regresi
Linear
Bergand
a
Persamaan:
Terletak pada
variabel Y yaitu
Niat beli
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X
Hail penelitian
yaitu ekuitas
merek
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap niat beli
konsumen pada
produk Giordano
di Kota
Denpasar.
Lingkungan
social
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap niat beli
konsumen pada
produk
Giordano di
Kota Denpasar.
16 Kadek Dika Ardimas
Sanjaya dan I Gusti
A.Kt. Sri Ardani. Judul
Jurnal “Pengaruh
Brand Image dalam
memediasi pengaruh
kualitas Produk
Terhadap Niat Beli
Ulang”. (2018).
E-Jurnal Manajemen
Unud, Vol. 7, No. 11,
2018. Universitas
Udayana, Bali.
Analisis
Jalur
Persamaan:
Terletak pada
variabel Y yaitu
niat beli
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X
Hasil penelitian
menunjukan
bahwa: (1)
kualitas produk
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap brand
image; (2)
kualitas produk
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap niat beli
ulang; (3) brand
image
berpengaruh
positif dan
signifikan
46
terhadap niat beli
ulang; (4) brand
image berperan
sebagai variabel
mediasi antara
variabel kualtas
produk dan niat
beli ulang.
17 Kenny Jaya Adinata
dan Ni Nyoman Kerti
Yasa, Judul jurnal “
Pengaruh
Kepercayaan, Persepsi,
dan Sikap Terhadap
Niat Beli Kembali di
Situs Lazada”. (2018)
E-Jurnal Manajemen
Unud, Vol. 7, No. 8,
2018. Universitas
Udayana, Bali.
Analisis
Regresi
Linear
Bergand
a
Persamaan:
Terletak pada
variabel Y yaitu
niat beli
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X
Hasil penelitian
menujukkan
bahwa
kepercayaan,
persepsi, dan
sikap
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap niat beli
kembali di situs
Lazada.
18 Maranatha
Wijayaningtyas, Judul
Jurnal “Pengaruh
Mediasi Sikap
Generasi Y terhadap
Niat Beli Rumah
Ramah Lingkungan”
(2017).
Jurnal Manajemen dan
Kearifan Lokal
Indonesia (JMKLI)
Vol.1 Nomor 2,
Oktober 2017
Analisis
Jalur
Persamaan:
Terletak pada
variabel Y yaitu
niat beli
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
pengetahuan
lingkungan
generasi Y
berpengaruh
signifikan dan
positif terhadap
niat beli rumah
ramah
lingkungan. Hal
ini berarti
semakin tinggi
pengetahuan
generasi Y
terhadap
lingkungan dan
semakin
memahami
bagaimana
pentingnya
menjaga dan
melestarikan
47
lingkungan maka
semakin tinggi
niat mereka
untuk membeli
rumah ramah
lingkungan
begitu juga
sebaliknya.
19 Ahmad Farki, Imam
Baihaqi, dan Berto
Mulia Wibawa. Judul
Jurnal “ Pengaruh
Online Review dan
Rating Terhadap
Kepercayaan dan
Minat Pembelian Pada
Online Marketplace di
Indonesia (2016).
Jurnal Teknik ITS, Vol
5, No.2, ISSN: 2337-
3539
SEM
(Structu
ral
Equatio
n
Model)
Persamaan:
Terletak pada
salah satu
variabel X yaitu
kepercayaan
terhadap
informasi
interaktif
Perbedaan:
Terletak pada
keeluruhan
variabel X dan
variabel Y
Hasil Penelitian
didapatkan
bahwa Online
Review dan
Rating
berhubungan
terhadap minat
pembelian
pelanggan.
20 Nurul Izzati, Judul
Jurnal “Motif
Penggunaan Gadget
Sebagai Sarana
Promosi Bisnis Online
Di Kalangan
Mahasiswa Uin Sunan
Kalijaga” (2015).
Jurnal Komunikasi
ASPIKOM, Volume 2
Nomor 5, Juli 2015,
hlm 374-380
Intervie
w dan
observas
i
Persamaan:
Terletak pada
salah satu
indikator variabel
X dan subjeknya
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X dan
variabel Y
Hasil penelitian
ditemukan motif
penggunaan
gadget sebagai
sarana promosi
bisnis online
yaitu : Pertama,
penggunaan
gadget dianggap
lebih nyaman,
mudah dan
simple dalam
melakukan
promosi, Kedua,
Bisnis Online
cocok dijalankan
untuk usaha
kecil dengan
menjual beragam
produk . Ketiga,
48
Berbisnis secara
online
menggunakan
gadget
merupakan
inisiatif atau
kesadaran diri
dari informan
dalam
mencukupi
sebagian
kebutuhan serta
melatih diri
untuk menjadi
sosok yang
mandiri.
21 Mohammad Reza
Jalilvand, title of
journal “The Effect of
Electronic Word of
Mouth on Brand Image
and Purchase
Intention: An empirical
study in the automobile
industry in Iran”
(2012).
Marketing Intelligence
& Planning, Vol. 30
Iss: 4, Mei 2012
SEM Persamaan:
Terletak pada
salah satu
indikator variabel
X
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X dan
variabel Y
This research
showed that
eWOM has
considerable
effects on brand
image and
indirectly leads
to intention to
purchase,
particularly in
the automobile
industry. In
addition, and
showed that
eWOM has a
strong direct
effect on
purchase
intention
49
22 Nurzehan Abu Bakar,
Roslizawati Che Aziz,
Marlisa Abdul Rahim,
Nor Maizana Mat
Nawi, Abdullah
Muhamed Yusoff &
Hazi Hafizah
Usolludin. Title of
journal “Behavioral
Intention To Use
Travel Mobile Apps
Among Malaysian
Millenial Generation”.
(2018)
Karnival Penyelidikan
dan Inovasi 2018 (CRI
2018). Universiti
Malaysia Kelantan.
Multiple
Regressi
on
analysis
Persamaan:
Terletak pada
subjek penelitian
yaitu generasi
milenial
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X dan
variabel Y
This study shows
that performance
expectancy,
effort
expectancy,
social influence
and facilitating
condition
positively and
significantly
effects on the
traveler’s
intentions to use
travel mobile
apps. Moreover,
this study also
reveals that
facilitating
condition is the
strongest
predictor of
behavioral
intention to
adopt travel
mobile apps.
23 Jacob Donald Tan,
John Tampil Purba,
Andree E Widjaya.
Title of journal
“Financial Technology
as an Innovation
Strategy for Digital
Payment Services in
the Millenial
Generation”. (2018).
Advances in Social
Science, Education and
Humanities Research,
volume 292. 1st Aceh
Global Conference
(AGC 2018)
Multiple
Regressi
on
analysis
Persamaan:
Terletak pada
subjek penelitian
yaitu generasi
milenial
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X dan
variabel Y
The findings
indicate that,
first, FinTech
has been adopted
in some rapidly
growing
emerging
markets and
frontier
economies but
still in small
players. Second,
evolving
technologies,
particularly those
related to the
internet, big
data, mobile
technology, and
computing
power, have
50
become the
drivers of
innovations in
financial
services.
24 Nur A’mirah Hassan
Basri, Roslina Ahmad,
Faiz I. Anuar, Khairul
Azam Ismail, Judul
Jurnal “ Effect of Word
Of Mouth
Communication on
Consumer Purchase
Decision: Malay
Upscale restaurant”
(2015).
AMER International
Conference On Quality
of Life, 2015
Multiple
Regressi
on
analysis
Persamaan:
Terletak pada
salah satu
indikator variabel
X
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X dan
variabel Y
The Result has
shown that
physical
environment
quality bring the
most impact on
the word of
mouth
25 Patrick Acheampong,
Li Zhiwen, Ruhiya
Abubakar, Henry
Asante Antwi, Michael
Owusu Akomeah. Title
of Journal “Stimulants
of Online Shopping
Behaviour among
Chinese Millenials in
China”. (2016).
International Journal of
Academic Research in
Business and Social
Sciences May
2016, Vol. 6, No. 5
ISSN: 2222-6990
Multiple
Regressi
on
analysis
Persamaan:
Terletak pada
subjek penelitian
yaitu generasi
milenial
Perbedaan:
Terletak pada
keseluruhan
variabel X dan
variabel Y
The research
confirms that
millenials are
influenced by
several external
factors,
demographic
factors, personal
characteristics,
and vendor/
service/ product
characteristics
and websites
qualities when
buying online.
The study also
found significant
association
between vendor
services such as
51
real existence of
the store, store
reputation, store
size, reliability,
assurance (seals,
warranties, news
clips) and use of
testimonials/refe
rence have
association with
millennials’
purchasing
intention.
52
F. Kerangka Pemikiran
7 Perilaku Generasi Milenial (X) 1. Kepercayaan terhadap informasi interaktif (X1)
2. Lebih memilih ponsel dibanding televisi (X2)
3. Kewajiban memiliki media sosial (X3)
4. Kurang suka membaca secara konvensinal (X4)
5. Pemanfaatan teknologi dan informasi (X5)
6. Mulai melakukan transaksi secara cashless (X6)
7. Financial planning dan saving (X7)
Uji Kualitas Data :
Uji Validitas
Uji Reliabilitas
Niat menjadi Nasabah
Bank Syariah (Y)
Uji SEM: 1. Uji Confirmatory Factor Analysis
2. Uji model struktural
3. Uji Godness of FIT model
4. Evaluasi model struktural
5. Uji Hipotesis
6. Uji pengaruh langsung
Kesimpulan dan Saran
53
G. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Ho1 = Perilaku generasi milenial tidak berpengaruh terhadap niat menjadi
nasabah bank syariah
HA1 = Perilaku generasi milenial berpengaruh terhadap niat menjadi
nasabah bank syariah
2. Ho2 = perilaku generasi milenial yaitu kepercayaan terhadap informasi
interaktif tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
HA2 = perilaku generasi milenial yaitu kepercayaan terhadap informasi
interaktif berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
3. Ho3 = Perilaku generasi milenial yaitu pemilihan ponsel dibandingkan
televisi tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
HA3 = Perilaku generasi milenial yaitu pemilihan ponsel dibandingkan
televisi berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
4. Ho4 = Perilaku generasi milenial yaitu kewajiban memiliki media sosial
tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
HA4 = Perilaku generasi milenial yaitu kewajiban memiliki media sosial
berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
5. Ho5 = Perilaku generasi milenial yaitu kurang suka membaca secara
konvensional tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah
HA5 = Perilaku generasi milenial yaitu kurang suka membaca secara
konvensional berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
54
6. Ho6 = Perilaku generasi milenial yaitu pemanfaatan teknologi dan
informasi tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
HA6 = Perilaku generasi milenial yaitu pemanfaatan teknologi dan
informasi berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
7. Ho7 = Perilaku generasi milenial yaitu mulai bertransaksi secara cashless
tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
HA7 = Perilaku generasi milenial yaitu mulai bertransaksi secara cashless
berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
8. Ho8 = Perilaku generasi milenial yaitu financial planning dan saving tidak
berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
HA8 = Perilaku generasi milenial yaitu financial planning dan saving
berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan judul
penelitian, yakni analisis perilaku generasi milenial terhadap niat menjadi
nasabah bank syariah (studi kasus generasi milenial di Jabodetabek).
Alasan peneliti memilih generasi milenial di wilayah Jabodetabek
karena menurut data BPS (sebagaimana dikutip Ali dan Purwandi)
Jabodetabek memiliki jumlah penduduk muda yang lebih tinggi dibanding
dengan daerah lain.
Dalam penelitian ini terdapat tujuh variabel eksogen dan satu variabel
endogen. Di mana variabel eksogen atau independen (X) terdiri dari tujuh
perilaku generasi milenial. Sedangkan variabel Y (variabel dependen) adalah
niat generasi milenial atau disebut juga dengan variabel endogen.
B. Metode Penentuan Sampel
B. 1. Populasi
Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
generasi milenial yang ada di wilayah Jabodetabek.
56
B.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono,2017). Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan sampling purposive. Sampling purposive adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017).
Metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu peneliti
menggunakan pertimbangan sendiri secara sengaja dalam memilih anggota
sampel yang dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan atau
unit sampel yang sesuai dengan kriteria tertentu yang diinginkan peneliti
yaitu generasi milineal di wilayah Jabodetabek, yang masuk dalam generasi
milenal berumur 21-37 tahun.
Santoso dalam Haryono dan Wardoyo (2013) mengatakan
bahwa untuk model SEM dengan jumlah variabel laten (konstruk) sampai
dengan lima buah, dan setiap konstruk dijelaskan oleh tiga atau lebih
indikator, jumlah sampel 100-150 data sudah dianggap memadai. Sementara
Hair dkk (1995) dalam Haryono dan Wardoyo (2013) mengatakan bahwa
analisis data multivariate menggunakan SEM, pada umumnya metode
estimasi menggunakan Maximum Likelihood Estimation (MLE) disamping
alternatif metode lain, seperti GLS atau WLS. Metode MLE akan efektif
pada jumlah sampel antara 150-400. Jumlah sampel juga dapat ditentukan
dengan 5-10 sampel per parameter.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas maka jumlah sampel yang
akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 150 responden dari semua
57
generasi milineal di wilayah Jabodetabek, yang masuk dalam generasi
milenal berumur 21-37 tahun.
C. Metode Pengumpulan Data
C.1. Sumber Data
a) Data Primer
Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang tertuang
dalam item-item pertanyaan yang terangkum, dan dihasilkan dalam bentuk
kuisioner penelitian. Jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan akan
menjadi data pokok untuk melihat tujuh perilaku generasi milenial terhadap
niat generasi milenial menjadi nasabah Bank Syariah.
b) Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah
studi kepustakaan (library research). Penelitian ini dilakukan dengan cara
mencari dan mengumpulkan berbagai teori yang berkaitan dengan topik
penelitian yang diperoleh dengan mempelajari buku kepustakaan, literatur,
buletin, jurnal, artikel, dan sejenisnya.
C.2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan
instrumen berupa kuisioner yang diberikan kepada calon responden yang
masuk dalam kategori milenial dan berdomisili di daerah jabodetabek.
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner di kampus-
58
kampus, masjid, dan melalui media sosial dengan menggunakan platform
Google Form.
D. Metode Analisa Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif.
Metode kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif, yaitu jenis penelitian yang menggunakan analisis data yang
berbentuk numerik atau angka. Tujuan penelitian kuantitatif yaitu untuk
mengembangkan dan menggunakan model matematis, teori dan atau hipotesis
yang berkaitan dengan fenomena yang diselidiki oleh peneliti (Suryani dan
Hendryani, 2015).
Teknis analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan
statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data
dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi sedangkan statistik inferensial adalah teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2017).
Dalam penelitian ini, SEM (Structural Equation Modeling) dengan
program AMOS (Analysis of Moment Structure) 22. Penelitian ini
menggunakan skala untuk mempermudah peneliti dalam melakukan
pengukuran data. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert.
59
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang variabel penelitian. Jawaban setiap
item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2017), yang dapat berupa
kata-kata antara lain:
a. Sangat tidak setuju = 1 d. Setuju = 4
b. Tidak setuju = 2 e. Sangat setuju = 5
c. Netral = 3
E. Teknik Analisa Data
E. 1. Uji Kualitas Data
Ghozali (2017) mengatakan bahwa penelitian di bidang ilmu sosial
seperti manajemen, psikologi, sosiologi umumnya variabel-variabel
penelitiannya dirumuskan sebagai sebuah variabel laten yang tidak dapat
diukur secara langsung, tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi yang diamati
atau indikator-indikator yang diamati. Biasanya indikator–indikator ini diamati
dengan menggunakan kuesioner atau angket berskala Likert yang bertujuan
untuk mengetahui pendapat responden tentang suatu hal.
Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal,
maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba kuesioner paling sedikit 30
orang (Noor, 2011). Oleh karena itu, untuk menjaga validitas dan reliabilitas
butir-butir pertanyaan yang ada pada kuesioner, maka dilakukan uji validitas
60
dan reliabilitas terlebih dahulu dengan melakukan try out terhadap 30 orang
responden.
1. Uji Validitas
Suatu kuisioner dikatakan valid, jika pertanyaan pada suatu kuisioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner
tersebut. Sedangkan suatu item dikatakan reliabel, jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel dinilai valid atau tidak
dilakukan dengan membandingkan r hitung dengan r tabel antara nilai skor
item yang diuji dengan jumlah seluruh skor yang dikaji (Masri S&Sofyan
Efendy,1995). Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan pada 30 responden
sebagai data uji coba (tryout). Menentukan besarnya nilai tabel r dengan
ketentuan tingkat kepercayaan (degree of freedom= df) jumlah kasus dikurangi
dua atau 30- 2 = 28 dengan tingkat signifikansi 5%, maka nilai r tabel sebesar
0.374. Pengambilan keputusan adalah membandingkan r tabel dengan setiap r
butir pertanyaan, dengan cara membandingkan output Correlated I tem Total
Correlation dengan 0.374 (r tabel). Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka
butir tersebut valid. Sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka butir
tersebut tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap
61
suatu pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2017). Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan cukup baik jika memiliki
nilai Cronbach Alpha > dari 0,50-69, standarisasi reliabilitas ini didasarkan
oleh kaidah reliabilitas Guilford. Adapun tabel kaidah reliabilitas Guilford
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tabel Standarisasi Reliabilitas
Koefisien KRITERIA
< 0,2 Tidak Reliabel
0,2 – 0,39 Kurang Reliabel
0,4 – 0,69 Cukup Reliabel
0,7 – 0,89 Reliabel
> 0,9 Sangat Reliabel
Jika kuesioner telah valid dan reliabel, maka kuesioner dapat
disebarkan kepada responden.
E.2. Analisa Data SEM
E.2.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif yaitu analisis yang menjelaskan mengenai
ketertarikan data penelitian ke dalam bentuk kalimat. Analisis deskriptif
bertujuan untuk mengubah data-data mentah menjadi data yang mudah
dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Dalam penelitian ini
akan dilakukan analisis data diskriptif terhadap data penelitian dan
62
responden. Data responden meliputi :
1. Jenis kelamin responden
2. Status responden
3. Usia Responden
4. Agama Responden
E.2.2 Structural Equation Model (SEM)
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM
(Structural Equation Modeling). SEM merupakan teknik analisis
multivariate yang merupakan gabungan antara analisis faktor dan analisis
jalur. Analisis faktor digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas
suatu instrumen (skala pengukuran), sedangkan analisis jalur digunakan
untuk menguji hubungan antar variabel. Analisis SEM ini bertujuan untuk
menguji hubungan antara variable laten dengan variable manifest
(persamaan pengukuran) atau biasa di sebut measurement model, hubungan
antara variable laten yang satu dengan variable laten yang lain (persamaan
struktural) atau biasa di sebut struktural model, serta memaparkan kesalahan
pengukuran.
E.2.3. Alat Analisis SEM
E.2.3.1 Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis)
Alat analisis ini digunakan untuk menguji sebuah measurement
model. Dengan alat ini, akan diketahui apakah indikator-indikator yang
ada memang benar-benar dapat menjelaskan sebuah konstruk. Dengan
63
melakukan CFA, dapat saja sebuah indikator dianggap tidak secara kuat
berpengaruh atau dapat menjelaskan sebuah konstruk. (Singgih
Santoso, 2015)
Analisis faktor konfirmatori dirancang untuk menguji
dimensionalitas dari suatu konstruk teoritis. Jika konstruk berbentuk
unidimensional maka untuk menguji validitas konstruk dapat dilakukan
dengan First Order Confirmatory Factor Analysis dan jika konstruk
berbentuk multidimensional maka dapat dilakukan dengan Second
Order Confirmatory Factor Analysis (Haryono dan Wardoyo, 2013).
E 2.3.2 Analisis Model Struktural
Alat analisis ini digunakan untuk menguji sebuah struktural model.
Dengan analisa ini, dapat diketahui apakah ada hubungan yang
signifikan diantara variabel-variabel eksogen (independen) dengan
endogen (dependen). Alat analisa ini juga untuk mengukur seberapa
kuat hubungan antara variabel dependen adan independennya.
E.2.3.3 Analisis Kriteria Goodness of Fit
Dalam tahap ini, akan dilakukan pemeriksaan terhadap tingkat
kecocokan antara data dengan model. Hair et.al. (1998) dalam Haryono
dan Wardoyo (2013) mengelompokkan Goodness of Fit Index (GOFI)
menjadi tiga bagian, diantaranya:
1. Ukuran kecocokan absolut (Absolute Fit Measures)
Menurut Wijanto (2008) dalam Haryono dan Wardoyo
(2013), ukuran kecocokan absolut menentukan derajat prediksi
64
model keseluruhan (model struktural dan pengukuran) terhadap
matrik korelasi dan kovarian. Ukuran ini mengandung ukuran-
ukuran yang mewakili sudut pandang overall fit yang disebutkan
sebelumnya. Dari berbagai ukuran kecocokan absolut, ukuran-
ukuran yang biasa digunakan untuk mengevaluasi SEM adalah:
1. Likelihood-Ratio Chi Square Statistic (χ2)
Ukuran fundamental dari overall fit adalah likelihood-
ratio chi square. Nilai chi square yang tiggi terhadap degree of
freedom menunjukkan bahwa korelasi yang diobservasi dengan
yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan
probabilitas (p) lebih kecil dari tingkat signifikansi (α).
Sebaliknya, nilai chi square yang rendah terhadap degree
of freedom menunjukkan bahwa korelasi yang diobservasi dengan
yang diprediksi tidak berbeda secara signifikan. Oleh sebab itu
maka nilai yang diharapkan adalah kecil, atau lebih kecil dari
pada nilai chi square table serta nilai probabilitas lebih besar dari
tingkat signifikansi (α).
2. CMIN/DF
CMIN / DF adalah nilai chi square dibagi dengan df
(degree of freedom). Beberapa pengarang menganjurkan
menggunakan rasio ukuran ini untuk mengukur fit. Byrne (1988)
dalam Haryono dan Wardoyo (2013) mengusulkan nilai rasio ini
< 2 merupakan ukuran fit.
65
3. Goodness of Fit Index (GFI)
GFI adalah pengukuran yang dikembangkan oleh Joreskog
dan Sorbom (1984) yaitu ukuran non statistik yang nilainya
berkisar dari nilai 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit) atau 0 ≤ GFI ≤
1. Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang lebih baik sedangkan
bila nilai GFI semakin mendekati 0 maka semakin tidak layak
model tersebut. Nilai GFI ≥ 0.90 merupakan good fit (kecocokan
yang baik), sedangkan 0.80 ≤ GFI < 0.90 sering disebut sebagai
marginal fit.
4. Root Mean Square Residual (RMR / RMSR)
Root Mean Square Residual (RMSR) adalah akar dari rata-
rata pangkat residual. Standardized RMR mewakili nilai rata-rata
seluruh standardized residuals, dan mempunyai rentang nilai dari
0 ke 1. Para peneliti biasanya menggunakan cut off value sebesar
0.05. Jika nilai RMR sama atau kurang dari 0.05 maka model
adalah baik (good fit), sedangkan kalau nilainya lebih dari 0.05
maka model kurang baik.
Semakin kecil nilai RMR model semakin sesuai (fit) atau
layak karena ada kesesuaian antara model dan data dan sebaliknya
semakin besar nilai RMR model semakin tidak sesuai atau kurang
layak.
66
5. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA pertama kali diusulkan oleh Steinger dan Lind
dalam Haryono dan Wardoyo (2013) dan merupakan ukuran yang
coba memperbaiki kecenderungan statistic chi square menolak
model dengan jumlah sampel yang besar.
Nilai RMSEA antara 0.05 sampai 0.08 merupakan ukuran
yang dapat diterima. Jika nilai RMSEA ≤ 0.05 menandakan close
fit, sedangkan 0.05 < RMSEA ≤ 0.08 menunjukkan good fit
(Brown dan Cudeck, 1993 dalam Haryono dan Wardoyo, 2013).
McCallum (1996) dalam Haryono dan Wardoyo (2013)
mengolaborasi lebih jauh berkaitan dengan cut point ini dengan
menambahkan bahwa nilai RMSEA antara 0.08 sampai 0.10
menunjukkan mediocre (marginal) fit, serta nilai RMSEA > 0.10
menunjukkan poor fit.
2. Ukuran kecocokan inkremental (Incremental Fit Measures)
Menurut Haryono dan Wardoyo (2013), ukuran kecocokan
incremental membandingkan model yang diusulkan dengan model
dasar (baseline model) yang sering disebut sebagai null model atau
independence model dan saturated model. Null model merupakan
model yang tingkat kecocokan model-data paling buruk (“worst fit”).
Saturated model merupakan model yang tingkat kecocokan model-data
paling baik (“best fit”). Konsep kecocokan incremental akan
menempatkan tingkat keco cokan model-data berada diantara null
67
model dan saturated model. Semakin dekat ke saturated model akan
semakin baik tingkat kecocokannya. Dari berbagai ukuran biasa
digunakan untuk mengevaluasi SEM adalah:
1. AGFI
Adjusted Goodness of Fit merupakan perluasan dari GFI
yang disesuaikan dengan rasio antara degree of freedom dari null /
independence/baseline model dengan degree of freedom dari model
yang dihipotesiskan atau diestimasi (Haryono dan Wardoyo, 2013).
Seperti halnya GFI, nilai AGFI berkisar antara 0 sampai 1
dan nilai AGFI ≥ 0.90 merupakan good fit (kecocokan yang baik),
sedangkan 0.80 ≤ AGFI < 0.90 sering disebut sebagai marginal fit.
2. Tucker-Lewis Index / Non Normed Fit Index (TLI/NNFI)
Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit
index (NNFI) pertama kali diusulkan sebagai alat untuk
mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk
SEM. Nilai TLI berkisar antara 0 sampai 1. Nilai TLI ≥ 0.90
menunjukkan good fit dan 0.80 ≤ TLI < 0.90 adalah marginal fit.
3. Normed Fit Index (NFI)
Selain TLI/NNFI, Bentler dan Bonnet dalam Haryono dan
Wardoyo (2013) juga mengusulkan ukuran GOF yang dikenal
sebagai NFI. Nilai NFI berkisar dari 0 sampai 1. Nilai NFI ≥ 0.90
menunjukkan good fit dan 0.80 ≤ NFI < 0.90 adalah marginal fit.
68
4. Incremental Fit Index (IFI)
Selain RFI, Bollen dalam Haryono dan Wardoyo (2013)
juga mengusulkan IFI. Nilai IFI akan berkisar dari 0 sampai dengan
1. Nilai IFI ≥ 0.90 menunjukkan good fit, sedangkan 0.80 ≤ IFI <
0.90 sering disebut sebagai marginal fit.
5. Comparative Fit Index (CFI)
Bentler dalam Haryono dan Wardoyo (2013) menambah
perbendaharaan kecocokan inkremental melalui CFI, yang nilainya
akan berkisar dari 0 sampai 1. Nilai CFI ≥ 0.90 menunjukkan good
fit, sedangkan 0.80 ≤ CFI < 0.90 sering disebut sebagai marginal
fit.
3. Ukuran kecocokan parsimony (Parsimonious Fit Measures)
Pengukuran yang digunakan untuk melakukan adjustment
terhadap pengukuran fit untuk dapat dibandingkan antar model dengan
jumlah koefisien yang berbeda. Prosedur ini mirip dengan adjustment
terhadap nilai R2 di dalam multiple regression. Namun demikian karena
tidak ada uji statistik yang tersedia maka penggunaannya hanya terbatas
untuk membandingkan model. Dari berbagai ukuran kecocokan
parsimoni, ukuran-ukuran yang biasanya digunakan untuk
mengevaluasi SEM adalah:
1. Parsimonious Normal Fit Index (PNFI)
Menurut James, Mulaik dan Brett dalam Haryono dan
Wardoyo (2013) PNFI merupakan modifikasi dari NFI. PNFI
69
memperhitungkan banyaknya degree of freedom untuk mencapai
suatu tingkat kecocokan.
Semakin tinggi nilai PNFI semakin baik. Kegunaan utama
PNFI adalah untuk membandingkan model dengan degree of
freedom yang berbeda. Nilai perbedaan PNFI 0.60 sampai 0.90
menunjukkan adanya perbedaan model yang cukup besar /signifikan
(Hair et.al., 1998 dalam Haryono dan Wardoyo, 2013).
2. Parsimonious Goodness of Fit Index (PGFI)
PGFI memodifikasi GFI atas dasar parsimony estimated
model. Nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 1.0 dengan nilai
semakin tinggi menunjukkan model parsimoni yang lebih baik. Dari
beberapa uji kelayakan model tersebut, model dikatakan layak (fit)
jika paling tidak salah satu metode uji kelayakan model terpenuhi.
Memang, bila uji kelayakan model bisa memenuhi lebih dari satu
kriteria kelayakan model, model analisis konfirmatori akan jauh
lebih baik daripada hanya satu yang terpenuhi. Dalam suatu
penelitian kasus, seorang peneliti tidak dituntut untuk memenuhi
semua kriteria goodness of fit, akan tetapi tergantung dari judgment
masing-masing peneliti (Haryono dan Parwoto, 2013).
Menurut Hair, et all (2010) dalam Haryono dan Wardoyo
(2013) penggunaan 4 sampai 5 kriteria goodness of fit dianggap
sudah mencukupi untuk menilai kelayakan suatu model, asalkan
70
masing-masing kriteria dari goodness of fit yaitu absolute fit
indices, incremental fit indices, dan parsimony fit indices terwakili.
E.2.4 Evaluasi Model Struktural
1. Skala Pengukuran Variabel (Skala Data)
Data yang digunakan untuk mengukur variabel dalam
penelitian ini menggunakan skala Likert dengan 5 kategori 1 s/d 5.
Menurut Edward dan Kenny dalam Ghozali (2008) skor yang
dihasilkan oleh skala Likert ternyata berkorelasi sebasar 0,92 jika
dibandingkan dengan skor hasil pengukuran menggunakan skala
Thurstone yang merupakan skala interval. Disamping itu skor hasil
perhitungan skala interval ternyata mempunyai urutan yang sama
dengan skor skala Likert. Oleh karena itu tidak ada perbedaan
urutan, maka skala Likert dapat dianggap skala interval. Dengan
demikian, penggunaan data skala Likert untuk analisis dalam
penelitian ini telah memenuhi persyaratan asumsi Structural
Equation Modeling (Haryono dan Wardoyo, 2013).
2. Ukuan Sampel
Untuk melakukan penetapan jumlah sampel penelitian ini
peneliti mengacu pendapat Wijaya (2009) dan Santoso (2011) yang
menyatakan syarat jumlah sampel yang harus dipenuhi jika
menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM), maka
jumlah sampel berkisar antara 100-200. Penentuan jumlah sampel
bersadarkan pendapat Hair dkk (1995) dalam Ghozali (2008) bahwa
71
analisis data multivariate menggunakan SEM, pada umumnya
metode estimasi menggunakan Maximum Likelihood Estimation
(MLE) disamping alternatif metode lain, seperti GLS atau ULS.
Metode MLE akan efektif pada jumlah sampel antara 150-400
(Haryono dan Wardoyo, 2013).
3. Asumsi Normalitas
Dalam SEM terutama bila diestimasi dengan teknik
maximum likelihood mensyaratkan sebaiknya asumsi normalitas
pada data terpenuhi. Untuk menguji asumsi normalitas maka
digunakan nilai z statistik untuk skewness dan kurtosisnya. Curran
et al, dalam Ghozali dan Fuad (2005) membagi distribusi data
menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Distribusi Normal, jika nilai skewness kurang dari 2 dan nilai
kurtosis kurang dari 7.
b. Moderatly non-normal, yaitu besarnya data tidak normal adalah
sedang. Nilai skewness antara 2 sampai 3 dan nilai kurtosis
antara 7 sampai 21
c. Extremely non-normal, yaitu distribusi data yang tidak normal
sangat besar dimana nilai skewness diatas 3 dan nilai kurtosis
diatas 21.
4. Data Outliers
Outlier adalah kondisi observasi dari suatu data yang
memiliki karateristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari
72
observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim,
baik untuk variabel tunggal maupun kombinasi (Hair, et al, dalam
Ghozali, 2008).
Deteksi terhadap multivariate Outliers dilakukan dengan
memperhatikan nilai Mahalanobis Distance. Jarak Mahalonobis
(Mahalonobis Distance) untuk tiap tiap observasi akan menunjukan
jarak sebuah observasi data terhadap nilai rata-rata (centroid) nya.
Observasi data yang jauh dari nilai centroid nya dianggap outlier
dan harus dibuang (di drop) dari analisis (Haryono dan Wardoyo,
2013). Menurut Santoso (2011), sebuah data termasuk outlier jika
mempunyai angka p1 dan p2 yang kurang dari 0,05.
5. Multicolinearity dan Singularity
Pengujian selanjutnya adalah untuk melihat apakah terdapat
multikolinearitas dan singularitas dalam sebuah kombinasi variabel.
Indikasi adanya multikolineartias dan singularitas dapat diketahui
melalui nilai determinan matriks kovarians sampel yang benar-benar
kecil, atau mendekati nol (Haryono dan Wardoyo, 2013).
6. Uji Reliabilitas Konstruk
Reliabilitas adalah ukuran konsistensi internal dari
indikator-indikator sebuah variabel bentukan yang menunjukan
derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan
sebuah variabel bentukan yang umum. Terdapat dua cara yang
73
dapat digunakan, yaitu composite (construct) reliability dan
variance extracted.
Cut-off value dari construct reliability adalah minimal
0,70 sedangkan Cut-off Value Extracted minimal 0,50 (Ghozali,
2008 dalam Haryono dan Wardoyo, 2013).
E.2.5 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan terhadap setiap hipotesis yang
telah dibuat sebelumnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
nilai t-Value dengan tingkat signifikansi 0.05. Nilai t-Value
merupakan nilai Critical ratio (c.r.) pada Regression Weights:
(Group number 1 –Default Model). Apabila nilai Critical ratio
(c.r.) ≥ 1,967 atau nilai Probabilitas (P) ≤ 0,05 maka H0 ditolak
(hipotesis penelitian diterima).
F. Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu sebutan yang dapat diberi nilai angka (kuantitatif)
atau nilai mutu (kualitatif). Sedangkan variabel penelitian adalah suatu hal
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulan (Noor, 2011).
Tipe-tipe variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis, yaitu variabel eksogen dan variabel endogen. Seluruh variabel dalam
penelit ian ini akan diukur dengan dimensi atau indikator-indikator tertentu
yang kemudian akan dijabarkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan.
74
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran
Likert. Berikut ini adalah operasional variabel yang akan diteliti, yaitu:
1. Operasional variabel eksogen (Perilaku generasi Milenial (X))
Variabel Indikator Butir
Pertanyaan
dan Skala
1.
Kepercayaan
terhadap
informasi
interaktif
(Basri,Ahmad,
Anuar, Ismail
(2015) dan
Cheung & Lee
(2012)
1. Lebih percaya konten dan informasi
yang dibuat oleh perorangan.
2. Lebih mementingkan pengalaman
pribadi daripada iklan konvensional.
3. Memutuskan untuk membeli suatu
produk setelah melihat review yang
dilakukan oleh orang lain di internet
4. Berbicara atau mereview tentang
produk yang telah dibeli, layanan yang
digunakan, dan juga produsen produk.
5. Membagikan pandangan atau nasihat
secara online dan mengarahkan
konsumen untuk mendukung atau
melawan produk tertentu.
No 1-5,
skala likert
75
2. Perilaku
lebih memilih
ponsel
dibanding
televisi (Ali
dan Purwandi,
2016)
6. Televisi bukan prioritas untuk
mendapatkan informasi atau melihat iklan
7. Lebih suka mendapat informasi dari
ponsel (gagdet), dengan mencarinya di
mesin pencari seperti google..
8. Mencari informasi di forum-forum
online yang diikuti melalui ponsel
(gagdet)
9. Tidak tertarik iklan pada televisi dan
media cetak yang dianggap telah kuno
No 6-9,
skala likert
3. Perilaku
wajib punya
media sosial
(Beitelspacher,
Grewal, &
Hughes
(2013) dalam
Wikan dan
Renny (2018),
Ali &
Purwandi
10. Komunikasi dengan orang lain
banyak dilakukan di dunia maya seperti
twitter, facebook, instagram, whatsapp,
ataupun line.
11. Akun media sosial dijadikan sarana
untuk aktualisasi diri dan ekspresi.
12. Media sosial merupakan ciri atau
identitas generasi milenial
13. Mengkomunikasikan setiap kegiatan
personal lewat media sosial (twitter,
No 10-15,
skala likert
76
2016 facebook, instagram, whatsapp, ataupun
line)
14. Menggunakan media sosial untuk
menumpahkan perasaan dan /atau
pemikiran
15. Menggunakan sosial media untuk
sarana berbagi teks, gambar, audio, dan
video berupa informasi kepada orang lain
4. Perilaku
kurang suka
membaca
secara
konvensional
(Pew Research
Center)
16. Menganggap tulisan membosankan
dan memusingkan
17. Lebih menyukai gambar.
18. Memilih membaca buku online
(ebook) daripada buku konvensional.
No 16-18,
skala likert
5. Perilaku
pemanfaatan
teknologi dan
informasi (Ali
& Purwandi
2017)
19. Teknologi seperti internet,
entertainment atau hiburan sudah menjadi
kebutuhan pokok.
20. Internet sudah menjadi kebutuhan
pokok untuk komunikasi
21. Internet sudah menjadi kebutuhan
No 19-24,
skala likert
77
pokok untuk aktualisasi diri.
22. Mengakses internet disetiap saat dan
tempat selama menginginkannya
23. Mengetahui segala informasi dengan
berselancar di dunia maya/ internet tanpa
harus melihat langsung
24. Memungkinkan milenial mengajarkan
teknologi kepada kalangan orang tua.
6. perilaku
mulai
melakukan
banyak
transaksi
cashless (Ali
& Purwandi
2017)
25. Lebih suka bepergian dengan tidak
repot membawa uang.
26. Lebih suka melakukan pembayaran
transportasi umum dengan menggunakan
kartu
27. Lebih suka melakukan pembayaran
belanja dengan menggunakan kartu
dan/atau secara online
28. Lebih suka melakukan kegiatan jual
beli dengan menggunakan kartu dan/atau
secara online
No 25-28,
skala likert
7. Perilaku 29. Menabung hanya untuk keperluan No 29-31,
78
financial
planning dan
saving
yang pasti
30. Menabung hanya untuk keperluan
jangka pendek
31. Tidak siap untuk tabungan masa
depan
skala likert
2. Operasional variabel endogen (Niat (Y))
Dimensi Indikator Skala
1. Sikap
(Fishbein dan
Ajzen, 1991)
Keyakinan (belief) seseorang mengenai
konsekuensi yang timbul dari perilaku
(behavioral belief) disertai dengan
evaluasi dari konsekuensi (evaluation of
consequences).
No 1-7,
skala
likert
2. Norma
Subjektif
(Fishbein dan
Ajzen, 1991)
Keyakinan individu terhadap orang lain
(kelompok acuan atau referen) bahwa dia
harus melakukan atau tidak melakukan
suatu perilaku yang didasari motivasi
individu untuk memenuhi norma yang
menjadi kelompok acuan atau referen.
No 8-12,
skala
likert
79
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Deskriptif
Analisis ini bertujuan untuk melihat secara umum gambaran profil
responden generasi milenial yang ada di jabodetabek yang dilihat
berdasarkan beberapa karakteristik yang telah ditentukan. Dalam
penelitian ini sampel yang digunakan yaitu sebanyak 150 responden yang
disebarkan secara acak dengan tingkat pengembalian kuesioner sebesar
100% yang ada di wilayah Jabodetabek. Untuk memperoleh gambaran
tentang karakteristik responden yang akan diteliti maka dilakukan analisis
deskriptif atas data yang telah diperoleh. Karakteristik reponden yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi lokasi tempat tinggal, usia
responden, pekerjaan responden. Berikut gambaran umum responden
tersebut :
1. Lokasi Tempat Tinggal/Domisili Responden
Gambar 4.1 Tabel Lokasi Tempat Tinggal
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
80
Responden yang terlibat dalam penelitian ini didominasi
oleh nasabah yang berdomisili di DKI Jakarta dan Tangerang raya.
Responden yang berdomisili di DKI Jakarta berjumlah 52
responden dengan persentase 34%, dan responden berdomisili di
Tangerang raya berjumlah 53 orang dengan persentase 35 persen.
Di urutan ketiga ditempati oleh nasabah yang berdomisili di depok
sebesar 23 responden dengan persentase sebesar 15%, diikuti oleh
nasabah yang berdomisili di bogor sebanyak 16 responden atau
11% dari total responden. Di urutan selanjutnya, ditempati oleh
responden yang berdomisili di Bekasi dengan jumlah responden
sebanyak 6 responden dengan persentase sebesar 4%,
2. Usia Responden
Gambar 4.2. Tabel Usia Responden
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
Responden dalam penelitian ini didominasi oleh kategori
rentang usia 31-37 tahun yaitu sebanyak 62 responden atau 41%
dari total keseluruhan responden. Selanjutnya, di posisi kedua
81
ditempati oleh responden dengan kategori rentang usia 20-24 tahun
dengan responden berjumlah 46 responden atau 31% dari total
seluruh responden. Pada posisi selanjutnya, ditempati secara
berurutan oleh responden dengan kategori rentang usia 25-30 tahun
sebanyak 22 responden atau 15% dan responden dengan kategori
usia di bawah 20 tahun sebanyak 13 responden atau sebanyak 9%
dari total responden, kemudian disusul responden dengan usia
diatas 37 tahun sebanyak 7 responden atau sebanyak 5%.
3. Pekerjaan Responden
Gambar 4.3 Tabel Pekerjaan Responden
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
Menurut pekerjaannya, responden dengan pekerjaan karyawan
swasta/non PNS dan mahasiswa adalah jumlah yang terbesar yaitu
sebanyak 47 orang atau 31% untuk karyawan swasta/non PNS, dan 45
orang atau 30% untuk mahasiswa. Responden dengan pekerjaan sebagai
PNS sebanyak 20 orang atau 13%, disusul responden dengan pekerjaan
82
sebagai dosen,guru/akademisi dan wiraswasta sebanyak masing-masing 11
orang atau 7%. Kemudian disusul responden dengan pekerjaan freelance
sebanyak 6 orang atau 4% dari total responden. Dan selanjutnya reponden
lain-lain yang tidak disebutkan dalam pilihan sebanyak 10 orang atau 7%.
B. Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu
kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r
hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2, dalam hal
ini n adalah jumlah sampel.
Pada penelitian ini jumlah sampel untuk pra uji (n) = 30 dan
besarnya df dapat dihitung yakni 30 – 2 = 28, dengan df = 28 dan alpha
= 0.05 maka didapatkan r tabel = 0.3610 (lihat r tabel pada df=28).
Sehingga apabila nilai r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif
maka butir pernyataan atau indikator tersebut dinyatakan valid. Berikut
adalah hasil uji validitas dari variabel Perilaku Generasi Milenial dan
Niat Generasi Milenial dengan 30 sampel responden.
83
a. Variabel Kepercayaan Terhadap Informasi Interaktif
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Variabel Kepercayaan Terhadap
Informasi Interaktif
Pernyataan Pearson Correlation Sig (2-tailed) Keterangan
X1A 0,762** 0,000 Valid
X1B 0,703** 0,000 Valid
X1C 0,710** 0,000 Valid
X1D 0,643** 0,000 Valid
X1E 0,784** 0,000 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai r hitung yang dapat
dilihat pada bagian Pearson correlation untuk semua item
pernyataan yang terdapat pada variabel kepercayaan terhadap
informasi interaktif adalah lebih besar dibandingkan dengan nilai
r tabel sebesar 0.3610. Oleh karena itu, semua item pernyataan
untuk variabel kepercayaan terhadap informasi interaktif
dinyatakan valid.
b. Variabel Lebih Memilih Ponsel Dibanding Televisi
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Variabel Pemilihan Ponsel Dibanding
Televisi
Pernyataan Pearson Correlation Sig (2-tailed) Keterangan
X2A 0,761** 0,000 Valid
84
X2B 0,887** 0,000 Valid
X2C 0,644** 0,000 Valid
X2D 0,678** 0,000 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai r hitung yang dapat
dilihat pada bagian Pearson correlation untuk semua item
pernyataan yang terdapat pada variabel lebih memilih ponsel
dibanding televisi adalah lebih besar dibandingkan dengan nilai r
tabel sebesar 0.3610. Oleh karena itu, semua item pernyataan untuk
variabel lebih memilih ponsel dibanding televisi dinyatakan valid.
c. Variabel Kewajiban Memiliki Media Sosial
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Variabel Kewajiban Memiliki Media
Sosial
Pernyataan Pearson Correlation Sig (2-tailed) Keterangan
X3A 0,711** 0,000 Valid
X3B 0,685** 0,000 Valid
X3C 0,662** 0,000 Valid
X3D 0,637** 0,000 Valid
X3E 0,540** 0,000 Valid
X3F 0,601** 0,000 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai r hitung yang dapat
dilihat pada bagian Pearson correlation untuk semua item
85
pernyataan yang terdapat pada Variabel kewajiban memiliki
media sosial adalah lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel
sebesar 0.3610. Oleh karena itu, semua item pernyataan untuk
Variabel kewajiban memiliki media sosial dinyatakan valid.
d. Variabel Kurang Suka Membaca Secara Konvensinal
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Variabel Kurang Suka Membaca
Secara Konvensinal
Pernyataan Pearson Correlation Sig (2-tailed) Keterangan
X4A 0,842** 0,000 Valid
X4B 0,920** 0,000 Valid
X4C 0,746** 0,000 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai r hitung yang dapat
dilihat pada bagian Pearson correlation untuk semua item
pernyataan yang terdapat pada variabel kurang suka membaca
secara konvensinal adalah lebih besar dibandingkan dengan
nilai r tabel sebesar 0.3610. Oleh karena itu, semua item
pernyataan untuk variabel kurang suka membaca secara
konvensinal dinyatakan valid.
86
e. Variabel Pemanfaatan Teknologi dan Informasi
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Variabel Pemanfaatan Teknologi
dan Informasi
Pernyataan Pearson Correlation Sig (2-tailed) Keterangan
X5A 0,659** 0,000 Valid
X5B 0,702** 0,000 Valid
X5C 0,880** 0,000 Valid
X5D 0,850** 0,000 Valid
X5E 0,774** 0,000 Valid
X5F 0,521** 0.003 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai r hitung yang dapat
dilihat pada bagian Pearson correlation untuk semua item
pernyataan yang terdapat pada variabel pemanfaatan teknologi
dan informasi adalah lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel
sebesar 0.3610. Oleh karena itu, semua item pernyataan untuk
variabel pemanfaatan teknologi dan informasi dinyatakan valid.
f. Variabel Mulai Bertransaksi Secara Cashless
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Variabel Mulai Bertransaksi Secara
Cashless
Pernyataan Pearson Correlation Sig (2-tailed) Keterangan
X6A 0,895** 0,000 Valid
X6B 0,911** 0,000 Valid
87
X6C 0,853** 0,000 Valid
X6D 0,851** 0,000 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai r hitung yang dapat
dilihat pada bagian Pearson correlation untuk semua item
pernyataan yang terdapat pada variabel mulai banyak melakukan
transaksi secara cashless adalah lebih besar dibandingkan dengan
nilai r tabel sebesar 0.3610. Oleh karena itu, semua item
pernyataan untuk variabel mulai banyak melakukan transaksi
secara cashless dinyatakan valid.
g. Variabel Financial planning dan saving
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Financial planning dan saving
Pernyataan Pearson Correlation Sig (2-tailed) Keterangan
X7A 0,754** 0,000 Valid
X7B 0,899** 0,000 Valid
X7C 0,817** 0,000 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai r hitung yang dapat
dilihat pada bagian Pearson correlation untuk semua item
pernyataan yang terdapat pada variabel Financial planning dan
saving adalah lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel
88
sebesar 0.3610. Oleh karena itu, semua item pernyataan untuk
variabel Financial planning dan saving dinyatakan valid.
h. Variabel Sikap
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Sikap
Pernyataan Pearson Correlation Sig (2-tailed) Keterangan
Y1A 0,776** 0,000 Valid
Y1B 0,751** 0,000 Valid
Y1C 0,922** 0,000 Valid
Y1D 0,890** 0,000 Valid
Y1E 0,906** 0,000 Valid
Y1F 0,681** 0,000 Valid
Y1F 0,641** 0,000 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai r hitung yang dapat
dilihat pada bagian Pearson correlation untuk semua item
pernyataan yang terdapat pada variabel sikap adalah lebih besar
dibandingkan dengan nilai r tabel sebesar 0.3610. Oleh karena itu,
semua item pernyataan untuk variabel Sikap dinyatakan valid.
g. Variabel Norma Subjektif
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Norma Subjektif
Pernyataan Pearson Correlation Sig (2-tailed) Keterangan
Y2A 0,875** 0,000 Valid
89
Y2B 0,857** 0,000 Valid
Y2C 0,570** 0,001 Valid
Y2D 0,824** 0,000 Valid
Y2E 0,881** 0,000 Valid
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai r hitung yang dapat
dilihat pada bagian Pearson correlation untuk semua item
pernyataan yang terdapat pada variabel Norma Subjektif adalah
lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel sebesar 0.3610. Oleh
karena itu, semua item pernyataan untuk variabel Norma Subjektif
dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha
N of Items Keterangan
X1 0,768 5 Reliabel
X2 0,737 4 Reliabel
X3 0,704 6 Reliabel
X4 0,773 3 Reliabel
X5 0,834 6 Reliabel
X6 0,876 4 Reliabel
X7 0,758 3 Reliabel
90
Y1 0,902 7 Reliabel
Y2 0,863 5 Reliabel
Sumber: Data diolah dengan SPSS 21.00 (2019)
Berdasarkan tabel diatas, seluruh nilai Cronbach’s Alpha
lebih besar > dari 0,70 yang membuktikan jika seluruh pernyataan
pada kuesioner adalah reliabel. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang
konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan
diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
C. Uji Structural Equation Modeling (SEM)
Analisis SEM dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan dua tahap (Two-Step Approach). Tahap pertama dilakukan dengan
merespesifikasikan sebuah model hybrid atau full model sebagai sebuah
model CFA (Confirmatory Factor Analysis) sehingga diperoleh model CFA
dari masing-masing konstruk eksogen maupun endogen yang dapat diterima.
Model CFA dapat diterima apabila memiliki kecocokan data model validitas
dan reliabilitas yang baik (Wijanto, 2008) dalam Haryono dan Wardoyo
(2013). Tahap kedua dari two step approach adalah menggabungkan model
CFA dari konstruk eksogen maupun endogen yang sudah diterima menjadi
satu model keseluruhan (hybrid model) atau full model untuk diestimasi dan
dianalisis guna melihat kecocokan model secara keseluruhan serta evaluasi
terhadap model strukturnya sehingga diperoleh full model yang dapat diterima
(Haryono dan Wardoyo, 2013).
91
1. Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis)
Analisis faktor konfirmatori sering juga disebut menguji validitas
suatu konstruk teoritis (Ghozali, 2008) dalam Haryono dan Wardoyo
(2013). Variabel laten pada penelitian ini dibentuk berdasarkan konsep
teoritis dengan beberapa indikator atau variabel manifest. Analisis
konfirmatori ingin menguji apakah indikator dan dimensi pembentuk
konstruk laten merupakan indikator dan dimensi yang valid sebagai
pengukur konstruk laten.
Analisis konfirmatori dalam penelitian ini merupakan model CFA
2nd Order yang dilakukan antar konstruk eksogen dan antar konstruk
endogen. Dalam penelitian ini terdiri dari satu konstruk eksogen dan satu
konstruk endogen. Variabel perilaku generasi milenial merupakan
konstruk eksogen, sedangkan variabel niat merupakan konstruk endogen.
Hasil analisis konfirmatori atau CFA antar konstruk eksogen maupun antar
konstruk endogen akan dibahas pada bagian selanjutnya. Adapun
pengujian CFA merujuk pada kriteria model fit yang terdapat pada tabel
Goodness of Fit Index berikut:
Tabel 4.11
Goodness of Fit Index
No
Goodness of Fit
Index
Cut Off
Value Kriteria
1 DF > 0 Over Identified
2
Chi-Square < α.df
Good Fit Probability > 0,05
3 CMIN/DF < 2 Good Fit
4 GFI ≥ 0,90 Good Fit
5 AGFI ≥ 0,90 Good Fit
92
6 CFI ≥ 0,90 Good Fit
7 TLI atau NNFI ≥ 0,90 Good Fit
8 NFI ≥ 0,90 Good Fit
9 IFI ≥ 0,90 Good Fit
10 RMSEA ≤ 0,08 Good Fit
11 RMR ≤ 0,05 Good Fit
12 PNFI 0 -1 Good Fit
13 PGFI 0 -1 Good Fit
Sumber: Wijayanto (2008) dalam Haryono dan Wardoyo (2013)
a. Confirmatory Factor Analysis (CFA) Konstruk Eksogen
Gambar 4.4
Konstruk Eksogen
Sumber: Data diolah dengan AMOS 21 (2019)
Berdasarkan output AMOS 21.00 pada Regression Weight: (Group
number 1 – Default model) yang dapat dilihat pada lampiran 4c1,
diketahui bahwa dimensi maupun indikator dari konstruk eksogen
93
seluruhnya signifikan karena memiliki nilai C.R. > 1,96 atau probability
(P) < 0,05 (atau terdapat tanda ***). Oleh karena itu tidak ada indikator
yang dibuang. Sedangkan dari output AMOS 21.00 pada Standardized
Regression Weights: (Group number 1 – Default model) dapat diketahui
bahwa terdapat beberapa indikator (X1A,X1B, X1C, X2D, X5F, X7C)
yang tidak valid karena memiliki faktor loading standard < 0,5. Kendati
demikian, terdapat beberapa pertimbangan bagi peneliti untuk tidak men-
drop beberapa item tersebut disebabkan terdapat beberapa pernyataan yang
tidak diwakili oleh item lainnya, sehingga peneliti tetap mempertahankan
item tersebut guna menjaga tingkat komprehensifitas pengujian.
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap kelayakan model
eksogen. Menurut Haryono dan Wardoyo (2013), dari beberapa uji
kelayakan model tersebut, model dikatakan layak jika paling tidak salah
satu metode uji kelayakan model terpenuhi. Memang, bila uji kelayakan
model bisa memenuhi lebih dari satu kriteria kelayakan model, model
analisis konfirmatori akan jauh lebih baik daripada hanya satu yang
terpenuhi. Dalam suatu penelitian empiris, seorang peneliti tidak dituntut
untuk memenuhi semua kriteria goodness of fit, akan tetapi tergantung dari
judgement masing-masing peneliti. Sementara menurut Hair, et all (2010)
dalam Haryono dan Wardoyo (2013) penggunaan 4-5 kriteria goodness of
fit dianggap sudah mencukupi untuk menilai kelayakan suatu model,
asalkan masing-masing criteria dari goodness of fit yaitu absolute fit
indices, incremental fit indices, dan parsimony fit indices terwakili.
94
Dari diagram jalur pada gambar model Eksogen terlihat bahwa
model tersebut memiliki kriteria goodness of fit yang baik, karena
meskipun nilai probabilitas dari chi square < 0,05 dan beberapa kriteria
kurang baik namun nilai-nilai DF, CMIN/DF, CFI, TLI, RMSEA, PGFI
dan PNFI telah memenuhi nilai yang direkomendasikan. Hasil pengujian
model Eksogen diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 4.12
Goodness of Fit Index Konstruk Eksogen
Sumber: Data diolah dengan AMOS 21 (2019)
Dari tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
Eksogen merupakan fit model dari konstruk eksogen yang dapat
diterima maka selanjutnya dapat menguji dari konstruk endogen.
No
Goodness of Fit
Index
Cut Off
Value Hasil Kriteria
1 DF > 0 428 Over Identified
2
Chi-Square < 477,23 661,845
Bad Fit Probability > 0,05 0,000
3 CMIN/DF < 2 1,546 Good Fit
4 GFI ≥ 0,90 0,770 Bad Fit
5 AGFI ≥ 0,90 0,733 Bad Fit
6 CFI ≥ 0,90 0,833 Marginal Fit
7 TLI atau NNFI ≥ 0,90 0,819 Marginal Fit
8 NFI ≥ 0,90 0,646 Bad Fit
9 IFI ≥ 0,90 0,838 Marginal Fit
10 RMSEA ≤ 0,08 0,061 Good Fit
11 RMR ≤ 0,05 0,060 Bad Fit
12 PNFI 0 -1 0,594 Good Fit
13 PGFI 0 -1 0,664 Good Fit
95
b. Confirmatory Factor Analysis (CFA) Konstruk Endogen
Gambar 4.5
Konstruk Endogen
Sumber: Data diolah dengan AMOS 21 (2019)
Gambar 4.5 mengindikasikan bahwa model konstruk Endogen
merupakan fit model dari konstruk endogen yang dapat diterima sebab
berdasarkan output AMOS 21.00 pada Regression Weight: (Group
number 1 – Default model) yang dapat dilihat pada lampiran 4c2, dapat
diketahui bahwa dimensi maupun indikator dari konstruk endogen dalam
model Endogen seluruhnya signifikan karena memiliki nilai C.R. > 1,96
atau probability (P) < 0,05 (atau terdapat tanda ***). Sedangkan dari
output AMOS 21.00 pada Standardized Regression Weights: (Group
number 1 – Default model) di atas dapat diketahui bahwa dimensi dan
96
indikator dalam model Endogen seluruhnya valid karena memiliki nilai
faktor loading standard > 0,5 (Ghozali (2008) dalam Haryono dan
Wardoyo, 2013).
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap kelayakan model
konstruk Endogen. Dari diagram jalur pada gambar 4.2 terlihat bahwa
model konstruk Endogen Step 1 memiliki goodness of fit yang baik,
karena meskipun nilai probabilitas dari chi square < 0,05 namun nilai-
nilai DF, GFI, AGFI, CFI, TLI, NFI, IFI, RMR, PNFI dan PGFI telah
memenuhi nilai yang direkomendasikan. Adapun hasil pengujian model
konstruk Endogen diringkas dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.13
Goodness of Fit Index Konstruk Endogen
Sumber: Data diolah dengan AMOS 21 (2019)
No
Goodness of Fit
Index
Cut Off
Value Hasil Kriteria
1 DF > 0 53 Over Identified
2
Chi-Square < 70,99 173,761
Bad Fit Probability > 0,05 0,000
3 CMIN/DF < 2 3,279 Bad Fit
4 GFI ≥ 0,90 0,838 Marginal Fit
5 AGFI ≥ 0,90 0,761 Bad Fit
6 CFI ≥ 0,90 0,914 Good Fit
7 TLI atau NNFI ≥ 0,90 0,893 Marginal Fit
8 NFI ≥ 0,90 0,882 Marginal Fit
9 IFI ≥ 0,90 0,915 Good Fit
10 RMSEA ≤ 0,08 0,124 Bad Fit
11 RMR ≤ 0,05 0,045 Good Fit
12 PNFI 0 -1 0,708 Good Fit
13 PGFI 0 -1 0,569 Good Fit
97
Dari tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan model
konstruk Endogen merupakan fit model dari konstruk endogen yang dapat
diterima.
2. Analisis Model Struktural
Analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equation Modelling
(SEM) secara full model, setelah dilakukan analisis terhadap tingkat
unidimensionalitas dari dimensi maupun indikator-indikator pembentuk
variabel laten atau konstruk eksogen maupun endogen yang diuji dengan
confirmatory factor analysis. Penilaian terhadap model struktural ini
menggunakan berbagai indeks goodness of fit (GoF) untuk menunjukkan
apakah model struktural mencapai tingkat yang dapat diterima dan sesuai
dengan data yang diamati. Apabila indeks penilaian model tersebut tidak
dapat diterima, maka respesifikasi atau modifikasi model lebih lanjut
dilakukan untuk mencapai model yang fit.
Berdasarkan pengolahan data untuk analisis full model SEM
ditampilkan pada gambar berikut:
98
Gambar 4.6
Model Full 1
Sumber: Data diolah dengan AMOS 21 (2019)
Berdasarkan gambar Gambar 4.6 mengindikasikan bahwa Model
Full 1 tidak terdapat persoalan identifikasi model. Dengan demikian dapat
dilanjutkan dengan pengujian signifikansi dimensi maupun indikator
pengukur konstruk serta uji validitas konstruk.
Berdasarkan output AMOS 21.00 pada Regression Weight: (Group
number 1 – Default model) yang dapat dilihat pada lampiran 4c3 ,
diketahui bahwa dimensi maupun indikator dari Model Full 1 seluruhnya
signifikan karena memiliki nilai C.R. > 1,96 atau probability (P) < 0,05
(atau terdapat tanda ***). Sedangkan dari output AMOS 21.00 pada
Standardized Regression Weights: (Group number 1 – Default model)
dapat diketahui bahwa terdapat beberapa indikator (X1A,X1B, X1C,
99
X2D, X5F, X7C) yang tidak valid karena memiliki faktor loading
standard < 0,5. Kendati demikian, terdapat beberapa pertimbangan bagi
peneliti untuk tidak men-drop beberapa item tersebut disebabkan terdapat
beberapa pernyataan yang tidak diwakili oleh item lainnya, sehingga
peneliti tetap mempertahankan item tersebut guna menjaga tingkat
komprehensifitas pengujian.
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap kelayakn Full Model 1.
Dari diagram jalur yang ada pada gambar 4.3 dapat terlihat bahwa Full
Model 1 tidak fit karena nilai Chi-Square sebesar 1359,000 dengan
probability (P) < 0,05 yaitu sebesar 0,000 sehingga perlu dilakukan
modifikasi model untuk memperkecil nilai Chi-Square agar model
menjadi fit dengan cara membuat covarian antar indikator yang memiliki
nilai Modification Indicies (M.I) yang terbesar. Nilai M.I dapat dilihat dari
hasil output AMOS 21.00 pada lampiran 4c4.
Dari output AMOS 21.00 pada Modification Indicies terlampir
dapat dipilih covarian antara e36 dengan e37; e21 dengan e41; e11 dengan
e12; e36 dengan 38; e42 dengan e43; e1 dengan e2; e11 dengan e18; e5
dengan e6;e11 dengan e15; e13 dengan e23; e14 dengan e30. Sehingga
diperoleh diagram Full Model 2 sebagai berikut:
100
Gambar 4.7
Model Full 2
Sumber: Data diolah dengan AMOS 21 (2019)
Berdasarkan gambar Gambar 4.7 mengindikasikan bahwa Model
Full 2 tidak terdapat persoalan identifikasi model. Dengan demikian dapat
dilanjutkan dengan pengujian signifikansi dimensi maupun indikator
pengukur konstruk serta uji validitas konstruk.
Berdasarkan output AMOS 21.00 pada Regression Weight: (Group
number 1 – Default model) yang dapat dilihat pada lampiran 4c5 ,
diketahui bahwa dimensi maupun indikator dari Model Full 1 seluruhnya
signifikan karena memiliki nilai C.R. > 1,96 atau probability (P) < 0,05
(atau terdapat tanda ***). Sedangkan dari output AMOS 21.00 pada
Standardized Regression Weights: (Group number 1 – Default model)
dapat diketahui bahwa terdapat beberapa indikator (X1A,X2D, X5F,X7C)
yang tidak valid karena memiliki faktor loading standard < 0,5. Kendati
101
demikian, terdapat beberapa pertimbangan bagi peneliti untuk tidak men-
drop beberapa item tersebut disebabkan terdapat beberapa pernyataan yang
tidak diwakili oleh item lainnya, sehingga peneliti tetap mempertahankan
item tersebut guna menjaga tingkat komprehensifitas pengujian.
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap kelayakn Full Model 2.
Dari diagram jalur yang ada pada gambar 4.7 dapat terlihat bahwa Full
Model 2 masih tidak fit walupun nilai Chi-Square menurun dari model
sebelumnya yaitu menjadi sebesar 1195,622 dengan probability (P) < 0,05
yaitu sebesar 0,000 sehingga masih perlu dilakukan modifikasi model
untuk memperkecil nilai Chi-Square agar model menjadi fit dengan cara
membuat covarian antar indikator yang memiliki nilai Modification
Indicies (M.I) yang terbesar. Nilai M.I dapat dilihat dari hasil output
AMOS 21.00 pada lampiran 4c6.
Dari output AMOS 21.00 pada Modification Indicies terlampir
dapat dipilih covarian antara e18 dengan e50; e22 dengan e43; e27 dengan
e36; e27 dengan e28 ; e19 dengan e49 ; e9 dengan e18 ; e12 dengan e14;
e5 dengan e53; e47 dengan e49 . Sehingga diperoleh diagram Full Model
3 sebagai berikut:
102
Gambar 4.8
Model Full 3
Sumber: Data diolah dengan AMOS 21 (2019)
Berdasarkan gambar Gambar 4.8 mengindikasikan bahwa Model
Full 3 tidak terdapat persoalan identifikasi model. Dengan demikian dapat
dilanjutkan dengan pengujian signifikansi dimensi maupun indikator
pengukur konstruk serta uji validitas konstruk.
Berdasarkan output AMOS 21.00 pada Regression Weight: (Group
number 1 – Default model) yang dapat dilihat pada lampiran 4c7 ,
diketahui bahwa dimensi maupun indikator dari Model Full 1 seluruhnya
signifikan karena memiliki nilai C.R. > 1,96 atau probability (P) < 0,05
(atau terdapat tanda ***). Sedangkan dari output AMOS 21.00 pada
Standardized Regression Weights: (Group number 1 – Default model)
dapat diketahui bahwa terdapat beberapa indikator (X1A, X1C, X1D,
103
X2D, X5F,X7C) yang tidak valid karena memiliki faktor loading standard
< 0,5. Kendati demikian, terdapat beberapa pertimbangan bagi peneliti
untuk tidak men-drop beberapa item tersebut disebabkan terdapat beberapa
pernyataan yang tidak diwakili oleh item lainnya, sehingga peneliti tetap
mempertahankan item tersebut guna menjaga tingkat komprehensifitas
pengujian.
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap kelayakn Full Model 3.
Dari diagram jalur yang ada pada gambar 4.8 dapat terlihat bahwa Full
Model 3 masih tidak fit walupun nilai Chi-Square menurun dari model
sebelumnya yaitu menjadi sebesar 1121,225 dengan probability (P) < 0,05
yaitu sebesar 0,000 sehingga masih perlu dilakukan modifikasi model
untuk memperkecil nilai Chi-Square agar model menjadi fit dengan cara
membuat covarian antar indikator yang memiliki nilai Modification
Indicies (M.I) yang terbesar. Nilai M.I dapat dilihat dari hasil output
AMOS 21.00 pada lampiran 4c8.
Dari output AMOS 21.00 pada Modification Indicies terlampir
dapat dipilih covarian antara e7 dengan e43; e15 dengan e40; e9 dengan
e21; e8 dengan e26 ; e2 dengan e19. Sehingga diperoleh diagram Full
Model 4 sebagai berikut:
104
Gambar 4.9
Model Full 4
Sumber: Data diolah dengan AMOS 21 (2019)
Berdasarkan gambar Gambar 4.9 mengindikasikan bahwa Model
Full 4 tidak terdapat persoalan identifikasi model. Dengan demikian dapat
dilanjutkan dengan pengujian signifikansi dimensi maupun indikator
pengukur konstruk serta uji validitas konstruk.
Berdasarkan output AMOS 21.00 pada Regression Weight: (Group
number 1 – Default model) yang dapat dilihat pada lampiran 4c7 ,
diketahui bahwa dimensi maupun indikator dari Model Full 1 seluruhnya
signifikan karena memiliki nilai C.R. > 1,96 atau probability (P) < 0,05
(atau terdapat tanda ***). Sedangkan dari output AMOS 21.00 pada
Standardized Regression Weights: (Group number 1 – Default model)
105
dapat diketahui bahwa terdapat beberapa indikator (X1A, X1C, X1D,
X2D, X5F,X7C) yang tidak valid karena memiliki faktor loading standard
< 0,5. Kendati demikian, terdapat beberapa pertimbangan bagi peneliti
untuk tidak men-drop beberapa item tersebut disebabkan terdapat beberapa
pernyataan yang tidak diwakili oleh item lainnya, sehingga peneliti tetap
mempertahankan item tersebut guna menjaga tingkat komprehensifitas
pengujian.
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap kelayakan Model Full 4.
Dari diagram jalur pada gambar 4.9 dapat terlihat Model Full 4 memiliki
Goodness Of Fit yang cukup baik karena walaupun nilai Chi-Square
sebesar 1071,582 dengan probability (P) < 0,05 yaitu sebesar 0,000 akan
tetapi nilai DF, CFI, TLI, IFI, CMIN/DF, RMSEA, RMR telah memenuhi
nilai yang direkomendasikan. Adapun hasil pengujian Model Full 4
diringkas dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.14
Goodness of Fit Index Model Full 4
No Goodness of Fit Index Cut Off
Value
Hasil Kriteria
1 DF > 0 822 Over Identified
2 Chi-Square < 889,810 1071,803 Bad Fit
Probability > 0,05 0,000
3 CMIN/DF < 2 1,304 Good Fit
4 GFI ≥ 0,90 0,769 Bad Fit
5 AGFI ≥ 0,90 0,734 Bad Fit
6 CFI ≥ 0,90 0,916 Good Fit
7 TLI atau NNFI ≥ 0,90 0,908 Good Fit
8 NFI ≥ 0,90 0,724 Bad Fit
9 IFI ≥ 0,90 0,918 Good Fit
10 RMSEA ≤ 0,08 0,045 Good Fit
106
Sumber: Data diolah dengan AMOS 21 (2019)
Dari tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
Model Full 4 merupakan fit model yang dapat diterima. Dengan demikian
hipotesis fundamental analisis SEM dalam penelitian ini diterima yang
artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara matrik konvarian data
dari variabel teramati dengan matrik kovarian dari model yang
dispesifikasikan (implied covariance matrix). Hal ini menunjukan bahwa
dua persamaan struktural yang dihasilkan fit model Model Full 4 dalam
penelitian ini dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dan pengaruh
antar variabel eksogen dengan variabel endogen-nya.
Sedangkan besarnya pengaruh masing-masing variabel independen
(eksogen) terhadap variabel dependen (endogen) akan dilakukan pengujian
secara statistik sehingga dapat diketahui variabel independen mana saja
yang berpengaruh signifikan dan paling dominan mempengaruhi variabel
dependen-nya.
Hasil output Model Full 4 pada Regression Weights: (Group
number 1 - Default model) menunjukkan bahwa perilaku generasi milenial
mempengaruhi niat menjadi nasabah dengan tingkat signifikansi 0,023.
Adapun persamaan regresinya:
NIAT = 0,317 PGM
11 RMR ≤ 0,05 0,048 Good Fit
12 PNFI 0 -1 0,659 Good Fit
13 PGFI 0 -1 0,667 Good Fit
107
Koefisien determinasi untuk persamaan Niat sebesar 0,100 yang
berarti variabilitas niat yang dapat dijelaskan oleh varibilitas perilaku
generasi milenial sebesar 31,7%, dan sisanya dijelaskan oleh factor lain.
3. Evaluasi Model Struktural
Sebelum dilakukan pengujian secara statistik terhadap pengaruh
masing-masing variabel independen (eksogen) terhadap variabel dependen
(endogen) dalam fit model (pengujian hipotesis penelitian), terlebih dahulu
akan dilakukan evaluasi terhadap model struktural yang dihasilkan oleh fit
model dalam penelitian ini (Model Full 4). Adapun evaluasi yang
dilakukan terhadap model struktural, meliputi:
a. Skala Pengukuran Variabel (skala data)
Data yang digunakan untuk mengukur variabel dalam
penelitian ini menggunakan skala Likert dengan 5 kategori 1 s.d. 5.
Menurut Edward dan Kenny dalam Ghozali (2008) skor yang
dihasilkan oleh skala Likert ternyata berkorelasi sebesar 0,92 jika
dibandingkan dengan skor hasil pengukuran menggunakan skala
Thurstone yang merupakan skala interval. Jadi dapat disimpulkan
skala Likert dapat dianggap kontinyu atau interval. Disamping itu skor
hasil perhitungan skala interval ternyata mempunyai urutan yang sama
dengan skor skala Likert.
Oleh karena tidak ada perbedaan urutan, maka skala Likert
dapat dianggap berskala interval. Dengan demikian, penggunaan data
108
skala Likert untuk analisis dalam penelitian ini telah memenuhi
persyaratan asumsi Structural Equation Modeling (SEM).
b. Ukuran Sampel
Untuk melakukan penetapan jumlah sampel penelitian ini
penulis mengacu pendapat Wijaya (2009) dan Santoso (2011) dalam
Haryono dan Wardoyo (2013) yang menyatakan syarat jumlah sampel
yang harus dipenuhi jika menggunakan analisis Structural Equation
Modeling (SEM) maka jumlah sampel berkisar antara 100 - 200 atau
minimal lima kali jumlah indikator. Hal ini didukung dengan
pendapat dari Haryono dan Wardoyo (2013) yang mengatakan bahwa
teknik Maximum Likelihood Estimation membutuhkan sampel
berkisar antara 100 - 200 sampel.
Merujuk pada teori-teori tersebut, peneliti menggunakan
jumlah sampel sebanyak 180 sampel responden. Namun, setelah
dilakukan pengujian Structural Equation Modeling (SEM) terdapat
beberapa sampel yang harus dibuang untuk memperoleh hasil
penelitian yang terbaik dan memenuhi semua asumsi SEM. Adapun
jumlah sampel akhir setelah dilakukan pengujian SEM adalah
sebanyak 150 sampel, dimana jumlah sampel tersebut masih
memenuhi asumsi SEM.
c. Normalitas Data
Estimasi dengan Maximum Likelihood Estimation
menghendaki variabel observed harus memenuhi asumsi normalitas
109
multivariate. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian untuk melihat
tingkat normalitas secara multivariate terhadap data yang digunakan
dalam penelitian ini. Pengujian dilakukan dengan mengamati nilai
kurtosis data yang digunakan. Evaluasi normalitas multivariate dengan
AMOS 21.00 dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio
(c.r.) dari Multivariate pada kurtosis, apabila berada pada rentang
antara ± 2,58 berarti data terdistribusi normal secara multivariat.
Dengan demikian dapat disimpulkan data yang berdistribusi normal
jika nilai critical ratio (c.r.) dari Multivariate pada kurtosis berada
antara nilai mutlak 2,58.
Jika dilihat pada tabel lampiran 4c10 Assessment of Normality
(group number 1) secara univariate nilai c,r skewness <2,58 sehingga
dapat disimpulkan bahwa data yang diestimasi secara univariate
terdistribusi normal. Namun secara multivariate nilai c.r kurtosis yang
diperoleh yaitu 8,139, yaitu > 2,58 sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara multivariate data tidak terdistribusi normal. Persyaratan data
harus terdistribusi normal dalam SEM secara multivariate memang
dibutuhkan namun tidak diharuskan untuk normal theory maximum
likehood (Pandey, 2016). Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat
Bollen (1989) bahwa untuk normal theory tidak diharuskan data
terdistribusi normal secara multivariate.
110
d. Data Outlier
Outliers adalah kondisi observasi dari suatu data yang
memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari
observasi observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim,
baik untuk variabel tunggal maupun kombinasi (Hair, et,al dalam
Haryono dan Wardoyo, 2013:308).
Deteksi terhadap multivariate outliers dilakukan dengan
memperhatikan nilai Mahalanobis Distance. Jarak Mahalanobis
(Mahalanobis Distance) untuk tiap-tiap observasi akan menunjukkan
jarak sebuah observasi data terhadap nilai rata-rata (centeroid) nya.
Observasi data yang jauh dari nilai centeroid-nya dianggap outlier dan
harus dibuang (didrop) dari analisis. Kriteria yang digunakan adalah
berdasarkan nilai Chi Square pada derajat kebebasan 43 yaitu jumlah
indikator dalam fit model penelitian ini (Model Full 4) pada tingkat
signifikansi p<0,001. Nilai Mahalanobis Distance atau χ2 (43; 0,001) =
77,418. Hal ini berarti semua kasus (Observation number) yang
memiliki nilai Mahalanobis d-squared yang lebih besar dari 77,418
adalah multivariate outliers.
Hasil perhitungan Mahalanobis distance oleh program
AMOS 21.00 (dapat dilihat pada lampiran 4C11) memperlihatkan
bahwa seluruh observasi data memiliki nilai Mahalanobis d-squared di
bawah 77,718, yang berarti data penelitian yang digunakan telah
memenuhi persyaratan tidak terdapat multivariate outliers.
111
e. Multicolinearity dan Singularity
Pengujian selanjutnya adalah untuk melihat apakah terdapat
multicolinearitas dan singularitas dalam sebuah kombinasi variabel.
Indikasi adanya Multicolinearitas dan singularitas dapat diketahui
melalui nilai determinan matriks kovarians sampel yang benar-benar
kecil, atau mendekati nol. Output hasil perhitungan determinan matriks
kovarians sampel oleh program AMOS 21.00 adalah sebagai berikut:
Determinant of sample covariance matrix = .000
Dari output hasil perhitungan determinan matriks kovarians
sampel dapat diketahui nilai Determinant of sample covariance matrix
sebesar 0,000 berada mendekati nol. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dan singularitas
pada data penelitian ini, meskipun nilainya mendekati 0 namun
demikian masih dapat diterima karena persyaratan asumsi SEM yang
lain terpenuhi.
f. Uji Reliabilitas Konstruk
Reliabilitas adalah ukuran konsistensi internal dari
indikator indikator sebuah variabel bentukan yang menunjukan derajat
sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah
variabel bentukan yang umum. Terdapat dua cara yang dapat
digunakan, yaitu composite (construct) reliability dan variance
extracted.
112
Cut-off value dari construct reliability adalah minimal 0,70
sedangkan Cut-off Value Extracted minimal 0,50 (Ghozali dalam
Haryono dan Wardoyo, 2013). Uji reliabilitas dapat diperoleh melalui
rumus sebagai berikut:
Construct Reliability = ( )2
( )2+
Variance Extract = Σ 2
2+
Keterangan:
a. Standard Loading (λ) diperoleh dari standardized
loading untuk tiap indikator yang didapat dari hasil
perhitungan AMOS 18.00.
b. εj adalah measurement error dari tiap indikator = 1-
standarized loading2
Dengan memperhatikan hasil print out AMOS 21.00
tentang Standardized Regression Weights, hasil perhitungan
reliabilitas konstruk dapat diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 4.15
Hasil Uji Reliabilitas Konstruk N
o
λ ; λ
≥ 0.5
λ2 Error =
1- λ
CR=(Σλ)
2/(Σλ)2+
ΣError);
CR ≥ 0,7
VE=(Σλ2)
/(
Σλ2)+ΣEr
ror);VE ≥
0,5
KETERANGAN
0.6 0.3 Reliabilitas
Cukup
1 1st
CF
A
PGM
1
X1A 0.426 0.181 0.819 Validitas Cukup
X1B 0.574 0.329 0.671 Validitas Baik
X1C 0.500 0.250 0.750 Validitas Baik
113
X1D 0.430 0.185 0.815 Validitas Cukup
X1E 0.500 0.250 0.750 Validitas Baik
∑ 2.430 1.196 3.804
0.7 0.3 Reliabilitas Baik
PGM
2
X2A 0.617 0.381 0.619 Validitas Baik
X2B 0.575 0.331 0.669 Validitas Baik
X2C 0.674 0.454 0.546 Validitas Baik
X2D 0.400 0.160 0.840 Validitas Kurang
∑ 2.266 1.326 2.674
0.7 0.3 Reliabilitas Baik
PGM
3
X3A 0.578 0.334 0.666 Validitas Baik
X3B 0.607 0.368 0.632 Validitas Baik
X3C 0.636 0.404 0.596 Validitas Baik
X3D 0.546 0.298 0.702 Validitas Baik
X3E 0.507 0.257 0.743 Validitas Baik
X3F 0.586 0.343 0.657 Validitas Baik
∑ 3.460 2.006 3.994
0.7 0.4 Reliabilitas Baik
PGM
4
X4A 0.500 0.250 0.750 Validitas Baik
X4B 0.836 0.699 0.301 Validitas Baik
X4C 0.525 0.276 0.724 Validitas Baik
∑ 1.861 1.225 1.775
0.8 0.5 Reliabilitas Baik
PGM
5
X5A 0.637 0.406 0.594 Validitas Baik
X5B 0.800 0.640 0.360 Validitas Baik
X5C 0.700 0.490 0.510 Validitas Baik
X5D 0.811 0.658 0.342 Validitas Baik
X5E 0.630 0.397 0.603 Validitas Baik
X5F 0.477 0.228 0.772 Validitas Baik
∑ 4.055 2.818 3.182
0.9 0.6 Reliabilitas Baik
PGM
6
X6A 0.749 0.561 0.439 Validitas Baik
X6B 0.660 0.436 0.564 Validitas Baik
X6C 0.910 0.828 0.172 Validitas Baik
X6D 0.841 0.707 0.293 Validitas Baik
∑ 3.160 2.532 1.468
0.8 0.6 Reliabilitas Baik
PGM
7
X7A 0.655 0.429 0.571 Validitas Baik
114
X7B 0.879 0.773 0.227 Validitas Baik
X7C 0.496 0.246 0.754 Validitas Baik
∑ 2.030 1.448 0.981
0.8 0.4 Reliabilitas Baik
2nd
CF
A
PGM PG
M1
0.602 0.362 0.638 Validitas Baik
PG
M2
0.604 0.365 0.635 Validitas Baik
PG
M3
0.900 0.810 0.190 Validitas Baik
PG
M4
0.417 0.174 0.826 Validitas Cukup
PG
M5
0.800 0.640 0.360 Validitas Baik
PG
M6
0.400 0.160 0.840 Validitas Kurang
PG
M7
0.324 0.105 0.895 Validitas Baik
∑ 4.047 2.616 4.384
0.9 0.7 Reliabilitas Baik
2 1st
CF
A
NIAT
1
Y1A 0.886 0.785 0.215 Validitas Baik
Y1B 0.918 0.843 0.157 Validitas Baik
Y1C 0.900 0.810 0.190 Validitas Baik
Y1D 0.850 0.723 0.278 Validitas Baik
Y1E 0.770 0.593 0.407 Validitas Baik
Y1F 0.724 0.524 0.476 Validitas Baik
Y1G 0.531 0.282 0.718 Validitas Baik
∑ 5.579 4.559 2.441
0.9 0.7 Reliabilitas Baik
NIAT
2
Y2A 0.828 0.686 0.314 Validitas Baik
Y2B 0.878 0.771 0.229 Validitas Baik
Y2C 0.802 0.643 0.357 Validitas Baik
Y2D 0.831 0.691 0.309 Validitas Baik
Y2E 0.731 0.534 0.466 Validitas Baik
∑ 4.070 3.325 1.675
0.7 0.5 Reliabilitas Baik
2nd
CF
A
NIAT NIA
T1
0.745 0.555 0.445 Validitas Baik
NIA
T2
0.674 0.454 0.546 Validitas Baik
∑ 1.419 1.009 0.991
Sumber: Data diolah dengan AMOS 21 (2019)
115
Dari tabel 4.15 menunjukan bahwa ada beberapa dimensi dan
indikator dari konstruk penelitian yang memiliki nilai faktor muatan
standar tidak > 0,5 sehingga memiliki validitas yang kurang baik, seperti
X1A, X1D, X2D. Namun pertimbangan bagi peneliti untuk tidak men-
drop beberapa item tersebut disebabkan pernyataan yang tidak diwakili
oleh item lainnya, sehingga peneliti tetap mempertahankan item tersebut
guna menjaga tingkat komprehensifitas pengujian.
Adapun Construct Reliability (CR), seluruh dimensi dan seluruh
konstuk memiliki nilai CR ≥ 0,7 sesuai dengan yang direkomendasikan.
Sementara untuk Varian Extracted (VE), dimensi PGM1, PGM2, PGM3
dan PGM4 yang memiliki nilai 0,3 sedikit dibawah nilai yang
direkomendasikan 0,5 sedangkan dimensi lainnya dan seluruh konstruk
memiliki nilai VE ≥ 0,5. Dengan demikian dimensi PGM1, PGM2, PGM3
dan PGM4 yang memiliki validitas cukup baik, sedangkan dimensi lainnya
dan seluruh konstruk memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel penelitian, dimensi
dan indikator dalam fit model (Model Full 4) memiliki reliabilitas dan
validitas yang baik.
4. Uji Hipotesis
Langkah selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis
penelitian. Pengujian dilakukan terhadap 8 hipotesis yang diajukan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan nilai t-Value dengan
116
tingkat signifikansi 0,05. Nilai t-Value dalam program AMOS 21.00
merupakan Critical Ratio (c.r.) pada Regression Weights: (Group number
1 – Default model) dari fit model (Model Full 4). Apabila nilai Critical
Ratio (c.r.) ≥ 1,967 atau nilai probabilitas (P) ≤ 0,05 maka H0 ditolak
(hipotesis penelitian diterima). Nilai Regression Weights: (Group number
1 - Default model) hasil pengolahan oleh AMOS 21.00 terhadap Model
Full 4 tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.16
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
NIAT <--- PGM .725 .319 2.271 .023 par_40
PGM1 <--- PGM 1.114 .386 2.883 .004 par 32
PGM2 <--- PGM .898 .311 2.883 .004 par_33
PGM3 <--- PGM 1.862 .524 3.551 *** par_34
PGM4 <--- PGM 1.019 .432 2.357 .018 par_35
PGM5 <--- PGM 1.534 .465 3.300 *** par_36
PGM6 <--- PGM 1.333 .474 2.813 .005 par_37
PGM7 <--- PGM .816 .354 2.308 .021 par_38
Sumber: Data diolah dengan AMOS 21 (2019)
Tabel 4.16 dijadikan sebagai acuan utama untuk melakukan uji
hipotesis dalam penelitian ini. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai
t-Value atau Critical ratio (C.R.) ≥ 1,967 atau nilai p ≤ 0,05. Adapun hasil
pengujian terhadap seluruh hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis 1
Ho1 = Perilaku generasi milenial tidak berpengaruh terhadap niat
menjadi nasabah bank syariah
117
HA1 = Perilaku generasi milenial berpengaruh terhadap niat menjadi
nasabah bank syariah
Kesimpulan: Karena nilai t-Value atau C.R. sebesar 2,271 > 1,967
atau nilai P sebesar 0,023 < 0,05 (lihat tabel 4.17) maka H0
ditolak, yang berarti perilaku generasi milenial berpengaruh terhadap
niat menjadi nasabah bank syariah.
2. Pengujian Hipotesis 2
Ho2 = perilaku generasi milenial yaitu kepercayaan terhadap informasi
interaktif tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah
HA2 = perilaku generasi milenial yaitu kepercayaan terhadap informasi
interaktif berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
Kesimpulan: Karena nilai t-Value atau C.R. sebesar 2,883 > 1,967
atau nilai P sebesar 0,004 < 0,05 (lihat tabel 4.17) maka H0 ditolak,
yang berarti perilaku generasi milenial yaitu kepercayaan terhadap
informasi interaktif berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah
3. Pengujian Hipotesis 3
Ho3 = Perilaku generasi milenial yaitu pemilihan ponsel dibandingkan
televisi tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
HA3 = Perilaku generasi milenial yaitu pemilihan ponsel dibandingkan
televisi berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
118
Kesimpulan: Karena nilai t-Value atau C.R. sebesar 2,883 > 1,967
atau nilai P sebesar 0,004 < 0,05 (lihat tabel 4.17) maka H0 ditolak,
yang berarti perilaku generasi milenial yaitu pemilihan ponsel
dibandingkan televisi berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah
4. Pengujian Hipotesis 4
Ho4 = Perilaku generasi milenial yaitu kewajiban memiliki media
sosial tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
HA4 = Perilaku generasi milenial yaitu kewajiban memiliki media
sosial berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
Kesimpulan: Karena nilai t-Value atau C.R. sebesar 3,551 > 1,967
atau nilai P sebesar 0,001 < 0,05 (lihat tabel 4.17) maka H0 ditolak,
yang berarti perilaku generasi milenial yaitu kewajiban memiliki
media social berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah.
5. Pengujian Hipotesis 5
Ho5 = Perilaku generasi milenial yaitu kurang suka membaca secara
konvensional tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah
HA5 = Perilaku generasi milenial yaitu kurang suka membaca secara
konvensional berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
Kesimpulan: Karena nilai t-Value atau C.R. sebesar 2,357 > 1,967
atau nilai P sebesar 0,018 < 0,05 (lihat tabel 4.17) maka H0 ditolak,
yang berarti perilaku generasi milenial yaitu kurang suka memebaca
119
secara konvensional berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah
6. Pengujian Hipotesis 6
Ho6 = Perilaku generasi milenial yaitu pemanfaatan teknologi dan
informasi tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah
HA6 = Perilaku generasi milenial yaitu pemanfaatan teknologi dan
informasi berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
Kesimpulan: Karena nilai t-Value atau C.R. sebesar 3,300 > 1,967
atau nilai P sebesar 0,001 < 0,05 (lihat tabel 4.17) maka H0 ditolak,
yang berarti perilaku generasi milenial yaitu pemanfaatan teknologi
dan informasi berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah.
7. Pengujian Hipotesis 7
Ho7 = Perilaku generasi milenial yaitu mulai bertransaksi secara
cashless tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
HA7 = Perilaku generasi milenial yaitu mulai bertransaksi secara
cashless berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
Kesimpulan: Karena nilai t-Value atau C.R. sebesar 2,813 > 1,967
atau nilai P sebesar 0,005 < 0,05 (lihat tabel 4.17) maka H0 ditolak,
yang berarti perilaku generasi milenial yaitu mulai bertransaksi secara
cashless berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
120
8. Pengujian Hipotesis 8
Ho8 = Perilaku generasi milenial yaitu financial planning dan saving
tidak berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
HA8 = Perilaku generasi milenial yaitu financial planning dan saving
berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
Kesimpulan: Karena nilai t-Value atau C.R. sebesar 2,308 > 1,967
atau nilai P sebesar 0,021 < 0,05 (lihat tabel 4.17) maka H0 ditolak,
yang berarti perilaku generasi milenial yaitu financial planning dan
saving berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
5. Pengaruh Langsung Variabel
Analisis pengaruh ditujukan untuk melihat seberapa kuat pengaruh
suatu variabel dengan variabel lainnya. Interpretasi dari hasil ini akan
memiliki arti yang penting untuk menentukan strategi yang jelas dalam
meningkatkan kinerja. Hasil pengaruh total oleh AMOS 21.00 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.17
Standardized Total Effects (Group number 1-Default Model)
PGM
NIAT 0,317
PGM7 0,324
PGM6 0,356
PGM5 0,797
PGM4 0,417
PGM3 0,887
PGM2 0,604
PGM1 0,602
Sumber: Data diolah dengan AMOS 21 (2019)
121
Dari tabel 4.17 dapat dilihat bahwa pengaruh perilaku
generasi milenial terhadap niat menjadi nasabah bank syariah memiliki
pengaruh sebesar 0,317, yang artinya 31,7 persen perilaku generasi
milenial berpengaruh secara signifikan terhadap niat menjadi nasabah
bank syariah, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini. Dan perilaku generasi milenial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepercayaan terhadap
informasi interaktif, pemilihan ponsel dibandingkan televisi, kewajiban
memiliki media social, kurang suka membaca secara konvensional,
pengetahuan lebih terhadap teknologi dibanding orang tua mereka,
mulai bertransaksi secara cashless, financial planning dan saving.
Berikut kesimpulan yang dapat diambil dari tabel dan uraian diatas:
a. Perilaku generasi milenial yaitu kepercayaan terhadap informasi
interaktif dengan nilai faktor sebesar 0,602.
b. Perilaku generasi milenial yaitu lebih memilih ponsel
dibandingkan televisi dengan nilai faktor sebesar 0,604.
c. Perilaku generasi milenial yaitu kewajiban memiliki media social
dengan nilai faktor sebesar 0,887.
d. Perilaku generasi milenial yaitu kurang suka membaca secara
konvensional dengan nilai faktor sebesar 0,417.
e. Perilaku generasi milenial yaitu pemanfaatan teknologi dan
informasi dengan nilai faktor sebesar 0,797
122
f. Perilaku generasi milenial yaitu mulai bertransaksi secara cashless
dengan nilai faktor sebesar 0,356
g. Perilaku generasi milenial yaitu memiliki financial planning dan
saving dengan nilai faktor sebesar 0,324.
D. Pembahasan
1. Pengaruh perilaku generasi milenial terhadap niat menjadi nasabah
bank syariah
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
perilaku generasi milenial terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah. Walaupum pengaruhnya masih relatif kecil hanya sebersar
0,317, dan sisanya dipengaruhi oleh factor lain yang tidak dibahas
dalam penelitian ini. Namun hal ini menggambarkan bahwa di era
digital economy saat ini, mencermati pola perilaku generasi milenial
dapat menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti guna menarik niat
seseorang berbank dengan bank syariah, agar bank senantiasa
mengikuti tren yang ada di lapangan guna menggaet pangsa pasar
generasi milenial yang mempunyai potensi yang besar. Karena dengan
mencermati pola perilaku generasi milenial, kita dapat mengetahui trik
pemasaran yang tepat yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan
promosi.
Seperti diuraikan oleh Kotler dan Amstrong (2002) bahwa
perilaku konsumen adalah suatu tindakan individu atau kelompok,
yang erat hubungannya dengan proses pengambilan keputusan dalam
123
mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa yang dinginkan serta
dapat dipengaruhi oleh lingkungan internal maupun eksternal. Dalam
hal ini perilaku generasi milenial banyak dipengaruhi oleh faktor
ekternal yaitu teknologi.
Saat ini ada beberapa penelitian yang sudah meneliti
tentang perilaku generasi milenial, namun belum banyak riset tentang
generasi milenial dalam berbank dengan bank syariah. Daalam
penelitian Anggun Kinasih dijelaskan bahwa sikap generasi milenial
berpengaruh signifikan terhadap niat beli online pada situs jejaring
social, dan variabel kepercayaan yang berpengaruh dominan dalam
mempengaruhi sikap pembelian online generasi milenial. Dalam
penelitian ini factor perilaku generasi milenial yang paling banyak
mempengaruhi niat generasi milenial menjadi nasabah bank syariah
yaitu media sosial. Pembahasan tentang pengaruh media sosial akan
dijelaskan dibagian selanjutnya.
2. Perilaku generasi milenial yaitu kepercayaan terhadap informasi
interaktif .
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan
terhadap informasi interaktif merupakan salah satu perilaku generasi
milenial . Ini menggambarkan bahwa banyak generasi milenial saat ini
memang lebih percaya kepada informasi yang diberikan perorangan
(user generated content). Hal ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Zhang, Omran, & Cobanoglu (2017) dalam Wikan dan
124
Renny (2018) yang menyebutkan bahwa generasi milenial pada tahap
pengambilan keputusan sangat memungkinkan untuk berbagi pendapat
melalui electronic word of mouth (e-WOM), baik e-WOM secara
positif maupun negatif. Jika konsumen memiliki pengalaman baik di
sebuah restoran, hotel ataupun toko ritel maka e-WOM positif yang
akan disampaikan, namun jika mendapatkan pelayanan yang buruk
maka e-WOM negatif berupa keluhan yang akan disampaikan kepada
keluarga ataupun rekan.
Dalam salah satu studi yang dilakukan oleh Boston
Consulting Grup (BCG) bersama Universtity of Berkley tahun 2011 di
Amerika, sebagaimana telah di rangkum juga oleh Alvara Research
menjelaskan bahwa kini sudah bukan jamannya lagi bagi kaum
milenial untuk percaya pada produk iklan atau perusahaan besar. Bisa
dikatakan kalau mereka sudah tidak percaya lagi kepada distribusi
informasi yang bersifat satu arah. Mereka jauh lebih percaya pada user
generated content (UGC) atau konten dan informasi yang dibuat oleh
perorangan. Contohnya saja ketika ingin membeli sebuah produk,
mereka tidak akan langsung membelinya hanya karena melihat iklan
konvensional. Tapi mereka justru akan mencari tahu terlebih dahulu
review atau testimoni yang dilakukan oleh orang lain di internet.
Mereka pun juga tidak akan ragu membagikan pengalaman baik atau
buruk yang mereka alami terhadap sebuah merek agar orang lain bisa
mendapatkan informasi.
125
Karena dari hasil nilai penelitian faktor kepercayaan
terhadap informasi interaktif ini 0,602 dan dapat dikatakan cukup
besar, yang artinya adanya iklan ditelevisi tentang bank syariah sudah
tidak terlalu efektif untuk dijadikan promosi lagi. Sehingga kiranya
bank syariah dapat meningkatkan service quality agar para nasabah
yang sudah berbank dengan bank syariah memiliki testimoni yang
positif yang akan disebarkan atau diinformasikan kepada orang lain.
3. Perilaku generasi milenial yaitu lebih memilih ponsel dibandingkan
televisi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku lebih
memilih ponsel dibanding televisi merupakan perilaku generasi
milenial dan berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah.
Pengaruh perilaku ini menggambarkan bahwa informasi yang
didapatkan generasi milenial dari forum-forum online, mesin pencari
seperti google yang dibaca melalui ponsel atau gadget dapat
mempengaruhi niat generasi milenial menjadi nasabah bank syariah.
Ponsel memang sudah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari
generasi milenial, karena berdasarkan hasil survey APJII (2018)
tentang “Penetrasi dan Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia”
didapatkan hasil bahwa generasi milenial 93,9% menggunakan ponsel
atau smartphone setiap harinya.
Dapat disimpulkan bahwa saat ini gadget sudah sangat
melekat dalam kehidupan generasi milenial, sehingga sangat mudah
126
bagi mereka untuk mendapatkan informasi mengenai bank syariah
yang dapat mempengaruhi niat mereka menjadi nasabah bank syariah.
4. Perilaku generasi milenial yaitu kewajiban memiliki media sosial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kewajiban memiliki
media sosial merupakan perilaku generasi milenial dan berpengaruh
terhadap niat menjadi nasabah bank syariah. Hal ini menandakan
bahwa media sosial dikalangan generasi milenial saat ini sudah
menjadi faktor yang menpengaruhi perilaku konsumen. Dan ini selaras
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wikan dan Renny (2018) yang
menjelaskan bahwa media sosial berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan generasi milenial
menghabiskan waktunya hampir dalam sehari bersama smartphone
yang dimiliki, sehingga informasi yang beredar di media sosial sangat
mudah ditangkap dan pengalaman yang dialami oleh generasi milenial
sering diutarakan dalam media sosial yang berupa ulasan-ulasan
review saat ini menjadi penting dan dianggap sebagai rujukan generasi
milenial sebelum melakukan keputusan pembelian.
Hasil penelitian mendapatkan nilai faktor kewajiban
memiliki media sosial ini 0,887, nilai ini menggambarkan besarnya
pengaruh media sosial sebagai salah satu perilaku generasi milenial
terhadap niat menjadi nasabah bank syariah. Sehingga untuk
meningkatkan pangsa pasar bank syariah adalah para generasi milenial,
dan generasi milenal merasa percaya diri dalam membeli suatu produk
127
bila sebelumnya sudah membaca ulasan orang lain secara online, maka
sudah selayaknya bagi bank syariah dituntut harus terus berinovasi
dalam teknologi dan dalam memberikan pelayanan dan produk
perbankan syariah yang dapat meningkatkan e-WOM positif dari
nasabah, serta memprioritaskan strategi pemasarannya melalui
penggunaan media sosial, seperti facebook ads, instagram, page like
ads, ataupun iklan pada youtube.
5. Perilaku generasi milenial yaitu kurang suka membaca secara
konvensional
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang suka membaca
secara konvensional merupakan perilaku generasi milenial dan
berpengaruh pada niat menjadi nasabah bank syariah, dengan nilai
faktor sebesar 0,417.
Zaman milenial merupakan zaman digital. Semenjak
adanya inovasi internet, buku memiliki saingan berat dari dunia
elektronik. Masyarakat umumnya, dan generasi milenial khususnya
lebih suka menggunakan tombol-tombol dilayar daripada
membalikkan lembar kertas dengan jari. Internet juga telah menjadi
jendela dunia, di mana informasi yang ditawarkan lebih banyak. Tidak
hanya itu, seringkali informasi atau materi bacaan yang dibutuhkan
lebih mudah dicari di internet daripada mencari buku yang sesuai.
Berangkat dari kondisi diatas sepertinya mengapa faktor
kurang suka membaca secara konvensional berpengaruh terhadap niat
128
generasi milenial menjadi nasabah bank syariah. Karena tanpa
membaca secara konvensional pun, generasi milenial dapat mencari
berbagai informasi tentang bank syariah melalui internet. Sehingga
masyarakat khususnya generasi milenial yang sebelumnya awam akan
bank syariah dapat tertarik menjadi nasabah bank syariah.
6. Perilaku generasi milenial yaitu memanfaatkan teknologi dan
informasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku generasi
milenial yaitu pemanfaatan teknologi dan informasi berpengaruh pada
niat menjadi nasabah bank syariah. Hal ini mengartikan jika teknologi
dan informasi telah berpengaruh dalam mempengaruhi perilaku
generasi milenial dalam proses keputusan pembelian, dalam penelitian
ini yaitu niat menjadi nasabah bank syariah. Semua ini tidak terlepas
dari perilaku generasi milenial yang sudah menjadikan informasi dan
teknologi bagian dari kehidupan mereka, karena mereka lahir dimana
akses terhadap informasi, khususnya internet sudah menjadi budaya
global, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap perilaku dan nilai-
nilai pandangan dan tujuan hidup mereka.
Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurzehan, Roslizawati dkk (2018) tentang perilaku niat menggunakan
travel mobile apps, hasil penelitian ini menunjukan bahwa para
generasi milenial di Malaysia berniat untuk menggunakan travel apps
jika aplikasi tersebut mempunyai fasilitas teknologi yang baik. Hasil
129
penelitian Hidayatullah, Waris, dkk tentang perilaku generasi milenial
dalam menggunakan aplikasi Go-Food juga menyatakan bahwa
teknologi dan informasi memiliki pengaruh terhadap keputusan
penggunaan aplikasi Go-Food.
Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
milenial sangat identik dengan pemanfaatan teknologi, tak terkecuali di
perbankan, khususnya bank syariah. Generasi milenial saat ini lebih
menyukai bank yang memiliki layanan teknologi perbankan yang
dapat memudahkan mereka dalam melakukan transaksi keuangan
tanpa mereka perlu datang langsung ke bank, mereka cukup
bertransaksi melalui mobile atau internet banking dimana saja dan
kapan saja. Sehingga sudah menjadi hal yang mutlak dan tidak dapat
terelakkan jika bank syariah harus terus berupaya berinovasi dan
meningkatkan layanan digital perbankan guna menarik nasabah baru
khusunya para generasi milenial untuk menjadi nasabah bank syariah.
7. Perilaku generasi milenial yaitu mulai bertransaksi secara cashless.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku generasi
millenial yang mulai bertransaksi secara cashless berpengaruh
terhadap niat menjadi nasabah bank syariah. Walaupun pengaruhnya
masih kecil jika dilihat dari nilai faktor sebesar 0,356. Hal ini
dikarenakan saat ini telah tersedia banyak uang elektronik seperti ovo,
gopay, e-money dsd untuk kemudahan transaksi mereka secara non
tunai, sehingga hal itu mengurangi niat mereka untuk menjadi nasabah
130
bank syariah yang dinilai mereka masih kurang memadai dari segi
penyediaan pembayaran nontunai, karena hanya menyediakan
pembayaran non tunai dari kartu debit. Sebuah riset yang dilakukan
oleh perusahaan penerbit konten digital untuk kalangan milenial
Brilio.net bersama dengan JakPat Mobile Survey 2018
(marketing.co.id) mendapatkan fakta bahwa mayoritas milenial
Indonesia (59%) khususnya kelas menengah ke atas kini lebih
menyukai transaksi nontunai. Kartu debit menjadi alat pembayaran non
tunai yang paling disukai millennial (50%), diikuti uang elektronik
(33%), dan kartu kredit (17%).
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa jika
bank syariah ingin menggaet generasi milenial menjadi nasabah bank
syariah perlu berinovasi dalam menyediakan keberagaman layanan
untuk bertransaksi secara nontunai, sehingga mereka lebih tertarik
untuk menjadi nasabah bank syariah.
8. Perilaku generasi milenial dalam financial planning dan saving
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku generasi
milenial dalam financial planning dan saving berpengaruh terhadap
niat menjadi nasabah bank syariah. Namun dilihat dari nilai faktor ini,
nilainya hanya 0,324, yang artinya pengaruhnya sangat kecil. Karena
perilaku generasi milenial cenderung konsumtif dan menabung hanya
untuk keperluan yang pasti. Sifat mereka pun yang tidak ingin repot
lebih memilih untuk memiliki tabungan atau simpanan yang sesuai di
131
mana pendapatan atau gaji didapatkan tiap bulan. Sehingga hal itu
berpengaruh pada niat mereka untuk menjadi nasabah bank syariah.
Mereka merasa perlu untuk membuka rekening di bank lain, jika hal
itu sesuai dengan manfaat dan keuntungan yang akan mereka
dapatkan. Hal ini sesuai dengan hasil survey Alvara Research Center
(2017) tentang “The Urban Middle Class Millenials Indoneisa:
Financial and Online Behavior” yang mendapatkan bahwa
pengetahuan generasi milenial terhadap produk keuangan cukup tinggi,
tetapi kepemilikannya masih rendah. Rata-rata kepemilikan hanya 3
produk keuangan.
Dapat disimpulkan bahwa jika bank syariah ingin menarik
generasi milenial untuk menjadi nasabah bank syariah maka bank perlu
membuat produk dengan teknologi yang tinggi agar menunjang segala
kebutuhan transaksi mereka. Seperti tabungan yang telah dilengkapi
dengan fasilitas ATM, internet banking, mobile banking, dsb. Layanan
keuangan lain pun dari segi investasi atau kemudahan pembiayaan
seperti pembiayaan PPR, pembiayaan kendaraan harus di fasilitasi
dengan baik sehingga generasi milenial tertarik untuk menjadi nasabah
bank syariah.
132
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis model struktural dan pengujian
goodness of fit, penelitian ini (Analisis Perilaku Generasi Milenial
Terhadap Niat Menjadi Nasabah Bank Syariah) menghasilkan beberapa
pengujian hipotesis secara statistik terhadap pengaruh masing-masing
variabel eksogen (independen) terhadap variabel endogen (dependen)
dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Perilaku generasi milenial berpengaruh terhadap niat menjadi
nasabah bank syariah. Kesimpulan tersebut berdasarkan nilai t-
Value atau C.R. sebesar 2,271 > 1,967 atau nilai P sebesar 0,023 <
0,05 (lihat tabel 4.17), yang artinya perilaku generasi milenial
berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah.
2. Perilaku generasi milenial yaitu kepercayaan terhadap informasi
interaktif berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah.
Kesimpulan tersebut berdasarkan nilai t-Value atau C.R. sebesar
2,883 > 1,967 atau nilai P sebesar 0,004 < 0,05 (lihat tabel 4.17),
yang berarti perilaku generasi milenial yaitu kepercayaan terhadap
informasi interaktif berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah
3. Perilaku generasi milenial yaitu pemilihan ponsel dibandingkan
televisi berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah.
133
Kesimpulan tersebut berdasarkan nilai t-Value atau C.R. sebesar
2,883 > 1,967 atau nilai P sebesar 0,004 < 0,05 (lihat tabel 4.17),
yang berarti perilaku generasi milenial yaitu pemilihan ponsel
dibandingkan televise berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah
bank syariah
4. Perilaku generasi milenial yaitu kewajiban memiliki media sosial
berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah.
Kesimpulan tersebut berdasarkan nilai t-Value atau C.R. sebesar
3,551 > 1,967 atau nilai P sebesar 0,001 < 0,05 (lihat tabel 4.17),
yang berarti perilaku generasi milenial yaitu kewajiban memiliki
media social berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah.
5. Perilaku generasi milenial yaitu kurang suka membaca secara
konvensional berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah. Kesimpulan tersebut berdasarkan nilai t-Value atau C.R.
sebesar 2,357 > 1,967 atau nilai P sebesar 0,018 < 0,05 (lihat tabel
4.17), yang berarti perilaku generasi milenial yaitu kurang suka
memebaca secara konvensional berpengaruh terhadap niat menjadi
nasabah bank syariah
6. Perilaku generasi milenial yaitu pemanfaatan teknologi dan informasi
berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah.
Kesimpulan tersebut berdasarkan nilai t-Value atau C.R. sebesar
3,300 > 1,967 atau nilai P sebesar 0,001 < 0,05 (lihat tabel 4.17),
134
yang berarti perilaku generasi milenial yaitu pemanfaatan teknologi
dan informasi berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah.
7. Perilaku generasi milenial yaitu mulai bertransaksi secara cashless
berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah.
Kesimpulan tersebut berdasarkan nilai t-Value atau C.R. sebesar
2,813 > 1,967 atau nilai P sebesar 0,005 < 0,05 (lihat tabel 4.17),
yang berarti perilaku generasi milenial yaitu mulai bertransaksi
secara cashless berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank
syariah
8. Perilaku generasi milenial yaitu financial planning dan saving
berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah. Kesimpulan
tersebut berdasarkan nilai t-Value atau C.R. sebesar 2,308 > 1,967
atau nilai P sebesar 0,021 < 0,05 (lihat tabel 4.17), yang berarti
perilaku generasi milenial yaitu financial planning dan saving
berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah
B. Saran
Dengan memperhatikan nilai faktor loading standard masing-
masing variabel dalam fit model yang dihasilkan dalam penelitian ini,
maka dapat diketahui variabel apa saja yang memiliki faktor loading
standard yang paling besar dibandingkan variabel lainnya (lihat lampiran
4C9 pada bagian standardized regression weight).
135
Maka didapatkan dari hasil tersebut bahwa nilai faktor yang paling
besar terdapat pada variabel kewajiban memiliki media sosial dan
pemanfaatan teknologi dan informasi. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wikan dan Renny (2018),
Prasad, Gupta, Totala (2017), Nurzehan, Roslizawati dkk (2018). Adapun
saran-saran yang dapat diberikan peneliti kepada bank syariah yang ingin
menyasar generasi milenial sebagai target nasabah yang potensial yaitu:
1. Bank Syariah perlu meningkatkan strategi pemasaran
melalui penggunaan media sosial, seperti facebook ads,
instagram, twitter, page like ads, ataupun iklan pada
youtube, dan media social lainnya.
2. Menciptakan postingan-postingan yang menarik melaui
media sosial, yang tidak hanya menampilkan produk-
produk perbankan, tetapi juga menampilkan pengalaman
saat nasabah melakukan transaksi di bank syariah yang
didukung dengan review atau testimony nasabah pada
media social agar meningkatkan informasi interaktif yang
postif.
3. Sesuai temuan riset yang dilakukan Alvara Research
Center pada survey konsumsi penggunaan internet tahun
2015 menunjukkan bahwa konsumsi internet generasi
milenial lebih tinggi dibandingkan generasi lain, yang
artinya kini generasi milenial lebih banyak menghabiskan
136
waktunya dengan gadget untuk komunikasi maupun untuk
aktivitas lain seperti aktivitas keuangan. Sehingga dari
kondisi tersebut Bank Syariah perlu untuk memperkuat
aplikasi perbankan seperti mobile banking, internet
banking, yang dapat dengan mudah diakses oleh generasi
milenial.
4. Senantiasa berinovasi dalam teknologi pada e-channel
perbankan seperti mobile atau internet banking, agar
generasi milenial dapat bertransaksi hanya melalui gadget
atau ponsel mereka.
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu dapat diteliti secara
lebih lanjut korelasi antar factor maupun korelasi antara factor kriteria
dengan factor demografi responden. Serta dapat dilakukan penelitian
dengan perbandingan antara generasi milenial dan generasi X.
137
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hasanuddin, dan Purwandi, Lilik. Indonesia 2020: The Urban Middle-Class
Millenials. Alvara Research Center, 2016
Ali, Hasanuddin, dan Purwandi, Lilik. The Urban Middle-Class Millenials
Indonesia: Financial and Online Behavior . Alvara Research Center,
2017
Ahmad Farki, Imam Baihaqi, dan Berto Mulia Wibawa. Judul Jurnal “ Pengaruh
Online Review dan Rating Terhadap Kepercayaan dan Minat
Pembelian Pada Online Marketplace di Indonesia (2016).. Jurnal
Teknik ITS, Vol 5, No.2, ISSN: 2337-3539
Andri Nurtantiono, Judul jurnal “Analisis Keterlibatan faktor Demografi Pada
Niat menjadi Nasabah Bank Syariah” (2013). Jurnal GRADUASI,
ISSN 2088 – 6594
Aglis Andhita Hatmawan, Judul Jurnal “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Niat
Pada Perilaku Nasabah Menabung di Perbankan Syariah Dengan
Agama sebagai Variabel Kontrol.” (2016).ASSETS: Jurnal Akuntansi
dan Pendidikan Vol.5 Nomor 2, Oktober 2016.STIE Dharma Iswara
Madiun.
Anindia Indah Permata, Martinus Rosadi Nugroho, Elias Sugita Handoyo,
Ivan Angga Kusuma, Judul Jurnal “Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Pemilihan Bank Pada Generasi Milenial di
Jabodetabek”. (2017). Jurnal Program MM Sekolah Bisnis dan
Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya, 2017
Anneta Gunawan, Brian Garda Muchardie, Judul Jurnal “Pola Perilaku
Pembelian produk Apparel Untuk Balita oleh Millenial Moms dan
Implikasinya untuk Pemasar Kids Apparel” (2015). Jurnal Binus
Businnes Review Program Manajemen Universitas BINUS, 2015
Anggun Anggita Kinasih S P, Judul jurnal “Analisis Pengaruh Sikap Generasi
Milenial Terhadap Minat Beli Online Pada Situs Jejaring Sosial”.
(2018). Tesis Program Magister Manajemen Universitas Islam
Indonesia, 2018
Azwar, S. 2002. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi kedua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bagja Sumantri. (2014). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Produk Pembiayaan
Terhadap Minat Dan Keputusan Menjadi Nasabah Di Bank Syariah.
Jurnal Economia Universitas Negeri Yogyakarta Vol. 10, No. 2
Bollen, K. A (1989). Structural Equations with latent variables. New York, NY:
John Wiley and Sons
Elvani Marcelin P, Marry, Marvin Anggasta, M. Fandhi Al-Barru, Prisa
Ngadianto, Judul Jurnal “Sikap Pelanggan Milenial Indonesia
Terhadap Iklan Online”. (2016). Jurnal Program Magister
Manajemen Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetya
Mulya (2016)
Gitosudarmo, Indriyo. (2002). Manajemen Operasi.(Ed. Ke-2) cetakan 1.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
138
Haryono, Siswoyo dan Wardoyo, Parwoto. “Structural Equation Modeling Untuk
Penelitian Manajemen Menggunakan AMOS 18.00”. Badan Penerbit
PT. Intermedia Personalia Utama, 2013.
Jacob Donald Tan, John Tampil Purba, Andree E Widjaya. Title of journal
“Financial Technology as an Innovation Strategy for Digital
Payment Services in the Millenial Generation”. (2018). Advances in
Social Science, Education and Humanities Research, volume 292. 1st
Aceh Global Conference (AGC 2018)
Jogiyanto, H.M. (2008). Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: ANDI.
Kadek Dika Ardimas Sanjaya dan I Gusti A.Kt. Sri Ardani. Judul Jurnal
“Pengaruh Brand Image dalam memediasi pengaruh kualitas
Produk Terhadap Niat Beli Ulang”. (2018). E-Jurnal Manajemen
Unud, Vol. 7, No. 11, 2018. Universitas Udayana, Bali.
Kenny Jaya Adinata dan Ni Nyoman Kerti Yasa, Judul jurnal “ Pengaruh
Kepercayaan, Persepsi, dan Sikap Terhadap Niat Beli Kembali di
Situs Lazada”. (2018). E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 8,
2018. Universitas Udayana, Bali.
Kementrian pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat
Statistik, Statistik Gender Tematik: Profil generasi Millenial
Indonesia, 2018
Kasmir. (2015). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi 2014.
Kotler P dan Armstrong G. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran jilid 1(Ed. Ke-1).
Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. (2002). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta:Erlangga.
Kussudyarsana. (2008). Budaya dan Pemasaran dalam Tinjauan Pengaruh Budaya
terhadap Perilaku Konsumen. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 12
Lucky Radi R, Ane Kurniawati, Dian Kurniawan, Judul jurnal ini “Analisis
Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Keputusan Pembelian oleh
Generasi Milenial Pada Industri Kuliner di Kota Tasikmalaya.
(2017). Jurnal Ekonomi Manajemen. Volume 3 No. 1, Mei 2017 .
Universitas Siliwangi. ISSN 2477-2275.
Maranatha Wijayaningtyas, Judul Jurnal “Pengaruh Mediasi Sikap Generasi Y
terhadap Niat Beli Rumah Ramah Lingkungan” (2017). Jurnal
Manajemen dan Kearifan Lokal Indonesia (JMKLI) Vol.1 Nomor 2,
Oktober 2017
Mohammad Reza Jalilvand, title of journal “The Effect of Electronic Word of
Mouth on Brand Image and Purchase Intention: An empirical study in
the automobile industry in Iran” (2012). Marketing Intelligence &
Planning, Vol. 30 Iss: 4, Mei 2012
Muhamad. (2015). Manajemen Keuangan Syariah: Analisis Fiqh dan
Keuangan.Ygyakarta: UPP STIM YPKN.
Muhammad Syafi’i Antonio. (2000). Teori dan Praktik, Jakarta:Gema Insani
Press.
Nunik Ratnasari, Judul Jurnal “Pengaruh sosial media marketing dan Perilaku
Konsumen Online di kota Subang terhadap Brand Story Pada
139
Aplikasi Instant Messenger LINE”. (2016). Jurnal Dimensia Vol.13
Nomor 1, Maret 2016, STIE Sutaatmadja, Jawa Barat (2016)
Nurul Izzati, Judul Jurnal “Motif Penggunaan Gadget Sebagai Sarana Promosi
Bisnis Online Di Kalangan Mahasiswa Uin Sunan Kalijaga” (2015).
Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm
374-380
Nur A’mirah Hassan Basri, Roslina Ahmad, Faiz I. Anuar, Khairul Azam Ismail,
Judul Jurnal “ Effect of Word Of Mouth Communication on
Consumer Purchase Decision: Malay Upscale restaurant” (2015).
AMER International Conference On Quality of Life, 2015
Nurzehan Abu Bakar, Roslizawati Che Aziz, Marlisa Abdul Rahim, Nor Maizana
Mat Nawi, Abdullah Muhamed Yusoff & Hazi Hafizah Usolludin.
Title of journal “Behavioral Intention To Use Travel Mobile Apps
Among Malaysian Millenial Generation”. (2018). Karnival
Penyelidikan dan Inovasi 2018 (CRI 2018). Universiti Malaysia
Kelantan.
Pandey, K.N (2016), Paradigms Of Knowledge Management: With Systems
Modelling Case studies, Springer
Patrick Acheampong, Li Zhiwen, Ruhiya Abubakar, Henry Asante Antwi,
Michael Owusu Akomeah. Title of Journal “Stimulants of Online
Shopping Behaviour among Chinese Millenials in China”. (2016).
International Journal of Academic Research in Business and Social
Sciences May 2016, Vol. 6, No. 5 ISSN: 2222-6990
Pew Research Center, Millenials A Portrait Of Generation Next. US, 2010
Putu Mona Prabawa Putra dan Kastawan Mandala. Judul jurnal “Pengaruh
Ekuitas Merk dan Lingkungan Sosial Terhadap Niat Beli Konsumen
pada Produk Giordano”. (2018). E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.
7, No. 1, 2018. Universitas Udayana, Bali.
Raphael Vivaldo Sugianto dan Ritzky Karina M.R, Judul jurnal “Pengaruh Self
Congruity, Curiosity, Shopping well-being terhadap pola konsumsi
fast fashion pada generasi milenial di Surabaya,” (2018). Jurnal
AGORA, Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen,
Universitas Kristen Petra, 2018
Rina Nur Chasanah, Oktafalia Marisa Muzammil, Janny Rowena. Judul Jurnal
“Pengaruh Experiental Marketing Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen Generasi Milenial pada Platform e-Commerce”.
(2018).National Conference of Creative Industry: Sustainable
Tourism Industry for Economic Developmen. Universitas Bunda
Mulia, Jakarta, 5-6 September 2018. E- ISSN No: 2622-7436
Singgih Santoso. (2015). AMOS 22 Untuk Struktural Equation Modelling.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sisca Damayanti. (2016). Pengaruh Pandangan Islam, Pelayanan Dan Keamanan
Terhadap Minat Nasabah Untuk Menabung Di Bank Syariah
Mandiri Cabang X. Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa, Vol.9
No 1, Universitas Trisakti.
140
Snapshot Perbankan Syariah Juni 2018,
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-
kegiatan/publikasi/pages/snapshot-perbankan-syariah-indonesia-juni-
2018.aspx
Sutan Remy Sjahdeini (2014). Perbankan Syariah: Produk-Produk dan Aspek-
Aspek Hukumnya. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung.:
Alfabeta
Syarif Hidayatullah, Abdul Waris, Riezky Chris Devianty, Syafitrilliana Ratna
Sari, Irawan Ari Wibowo, Pande Made PW. Judul jurnal “ Perilaku
Generasi Milenial dalam Menggunakan Aplikasi Go-Food”. (2018).
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.6 Nomor 2, 2018.
Universitas Merdeka Malang.
Tapscott, Don. (2009). Grown Up Digital. Yang Muda Yang Mengubah Dunia,
Gramedia, Jakarta.
Wahjono, I. Sentot. 2010. Manajemen Pemasaran Bank (Ed. Ke-1). Yogyakarta:
graha ilmu.
Yanuar Surya Putra. (2016). Theoritical Riview: Teori Perbedaan Generasi.
Among Makarti Vol.9 No.18, Desember 2016.
Yuli Priyanti, Febsri Susanti, Nazaruddin Aziz, Judul jurnal “Niat Beli Konsumen
Toko Sepatu BATA di Pasar Raya Padang Dilihat Dari Sikap dan
Iklan.(2016). Jurnal Pundi, STIE AMA Salatiga, 2016
Widi Prasasti, Judul jurnal “Pengaruh celebrity endoser terhadap niat beli
konsumen: Studi pada Produk Stiker Aplikasi Jejaring Sosial LINE”
(2014). Jurnal Universitas Atmajaya Yogyakarta 2014
Wikan Wiridjati dan Renny Risqiani Roesman, Fenomena Penggunaan media
sosial dan pengaruh teman sebaya pada generasi milenial terhadap
keputusan pembelian, Jurnal Maajemen dan Pemasaran Jasa, Vol.11
No.2, September 2018, 275-290,
http://dx.doi.org/10.25105/jmpj.v11i2.2950
https://m.kontan.co.id/news_analisis/perbankan-dan-generasi-millennial-1?
https://www.kajianpustaka.com/2018/03/pengertian-jenis-indikator-dan-faktor-
yang-mempengaruhi-gaya-hidup.html
https://islami.co/tren-hijrah-generasi-milenial/
https://www.kompasiana.com/www.inatanaya.com/5a4b658af133442d861788a2/
harmoni-gaya-hidup-milineal-dan-perbankan-syariah?page=all
http://pkebs.feb.ugm.ac.id/2018/03/15/digital-economy-digital-banking-dan-
islamic-bank/
https://ilmumanajemenpemasaran.wordpress.com/2009/10/31/fktr-pngarh-kep-
pmblian/
https://www.dbs.com/insights/id-bh/pengaruh-milenial-terhadap-perbankan.html
https://inet.detik.com/telecommunication/d-4551389/pengguna-internet-
indonesia-didominasi-milenial
141
, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/05/16/pengguna-internet-di-
indonesia-2018-bertambah-28-juta\
Press release The Prize In Economic Sciences 2017
(https://www.nobelprize.org/prizes/economic-sciences/2017/press-
release/)
Muhammad Rifqi (2017). Richard Thaler dan Ekonomi Perilaku: Mendobrak
Asumsi Utama Ilmu Ekonomi.
(http://majalah1000guru.net/2017/10/ekonomi-perilaku/)
Nadira Fadira Putri (2014). Teori prospek: Keterkaitan Ekonomi dan Psikologi.
(http://nfaridaputri-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-119326-
Prinsip%20Prinsip%20Ilmu%20Ekonomi%20(EKT205)-
Teori%20Prospek:%20Keterkaitan%20Ekonomi%20dan%20Psikologi.
html)
142
LAMPIRAN